Aktivis banyak jenis jg kok, di kampus jg banyak korupsi terutama di bem, senat 
dll, banyak yg taon 98 mendadak jd aktifis dadakan yg top. Bahkan rama pratama 
pun sempat kena isu korupsi. So ga bisa jadi patokan klo para aktifis ikut trus 
berarti bersih, bisa aja aktivisnya yg emang kotor.
-----Original Message-----
From: zho...@yahoo.com

Date: Sun, 21 Jun 2009 20:48:31 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dari Tatap Muka Prabowo Subianto dengan 
Kalangan Tionghoa


Mengapa anda begitu percaya dng segala yg diomongkan prabowo?  Hanya krn dia 
telah dipilih mega? Mengapa anda begitu percaya dng mega? Hanya krn anda telah 
menjadi kader PDI? Banyak lho kader pdi yg akhirnya keluar krn tak puas dng 
mega!

Kalau mengambil contoh ex aktivis yg direkrut ps, jawabannya adalah krn mereka 
tergiur uang, ini diungkap oleh ex teman2 mereka sendiri sesama aktivis! 

Kalau membandingkan kemerosotan, PDI mengalami kemerosotan terbesar! Dari 35 % 
menjadi 15% bung! Ini apakah bukan menandakan kekecewaa rakyat? Terutama 
penurunan dari 35% menjadi 18% pd pemilu sebelumnya, dimana mega masih menjadi 
presiden! Ini jelas menunjukkan mega telah kehilangan kepercayaan rakyat.

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: "gsuryana" <gsury...@indo.net.id>

Date: Sun, 21 Jun 2009 23:25:55 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Dari Tatap Muka Prabowo Subianto dengan 
Kalangan Tionghoa


Yup......
Pada hakekatnya masalah Mei adalah sebuah tragedi yang sebenarnya masyarakat 
bisa tahu dan menduga duga.
Dan dugaan tidak akan menjadi masalah, karena namanya juga dugaan.
Dan akan menjadi masalah disaat memaksakan kehendak kepada seseorang 
pangkostrad, mengapa tidak mempertanyakan kepada Pangab, Pangti ( sekarang 
sudah terlambat karena sudah almarhum ), Pangdam, Kapolda, Kapolri, BIN, BIA, 
BAIS dan tentunya juga agen asing.
( mohon di ingat agen asing sudah masuk lama sebelum tragedi Mei berlangsung, 
begitu mahasiswa mulai melakukan banyak demo dan orasi, pada saat itu juga 
asing masuk ).
Dan mohon di ingat mahasiswa terutama PRD melakukan orasinya di kandang 
Banteng, sampai akhirnya beberapa aktivis di ciduk ( oleh tim mawar PS sebelum 
di angkat jadi Pangkostrad ), dan para aktivis saat ini malah banyak yang 
bergabung dengan PS malah beberapa diantaranya menjadi anggota DPR Pusat ( 
seingatku ada sekitar 3 orang dedengkot aktivis masuk ke DPR melalui partainya 
PS/Gerindra.

Apakah para Aktivis tersebut tidak peduli dengan peristiwa Mei ?

Yang menjadi aku prihatin, mengapa kasus Mei yang sedemikian besar menjadi 
difokus kan kepada seorang PS ? berdasarkan apa sehingga PS harus bertanggung 
jawab ?.

Bila sekarang tidak memilih Mega pun, silahkan, lha aku pribadi tidak akan 
mendapatkan bintang jasa maupun materi bila Mega menang, biarpun aku aktif di 
PDI-Perjuangan yang pasti pilihanku adalah kebenaran, dan bila dibenak ku tidak 
benar, aku cukup tiarap dari partai, lha dibayar kagak, keluar uang mah iya.

Mengenai kemerosotan PDI-Perjuangan, jujur saja bukan karena Mega ansich, 
memang kader partai yang ada belum terbiasa dengan kondisi yang cepat mengalami 
perubahan, dan ini bukan dialami oleh PDI-Perjuangan semata, kita mau tidak mau 
harus melihat peta politik secara nasional, semisal PDI-Perjuangan yang turun, 
harus diteliti karena apa, demikian juga Golkar yang turun, dan PPP ( aku tulis 
3 partai ini karena ke 3 partai ini sudah eksis lama dan memiliki jaringan 
sampai ke akar rumput ).

So bagi yang tidak suka PS, silahkan saja pilih yang lain aku tidak mau 
berkampanye mengenai Capres di millis ini. ( Bila Pak Chan tidak membawa kasus 
PS ke millis ini, aku juga tidak akan memberi komentar karena millis ini kurang 
menyukai tulisan yang bernuansa politis.

Aku hanya tidak suka membawa kasus Mei yang merupakan tragedi besar dibuat 
menjadi tragedi karena ulah seorang PS, terlalu bodoh menurut pandanganku.
( BIla memang ulah PS seorang maka penghentian jabatan Pangkostrad bukan 
dikarenakan kasus penculikan, ingat dicopot dari posisi Letjen dengan masa 
depan cerah adalah sebuah pukulan paling menyakitkan bagi orang yang 
mengalaminya, dan dicopot karena kasus penculikan adalah pencopotan yang 
memalukan )

Untuk pelanggaran HAM berat, yang bisa mengadili adalah Mahkamah International, 
adalah mustahil pelanggar HAM berat di adili oleh negara dimana dia tinggal. ( 
silahkan pelajari kasus kasus pelanggaran HAM berat, mulai dari 65 sd 1998 
dimana peranan Mahkamah International ?, banci kah ?, merem kah ? ), dan 
mengapa baru sekarang di ulang ulang lagi lagu lama ? ( 11 tahun  dengan isi 
yang sama ).

Mengapa tidak belajar dari pengalaman ?, apa acara tahunan akan tetap sama 
lagunya, bahwa Mei tanggung jawab nya ada di para Jendral dan terutama di PS ?, 
mohon direnungkan dengan kepala dingin.

Mohon di ingat aku peduli dengan peristiwa² bukan Mei semata. apalagi untuk 
Mei, aku memiliki banyak sanak saudara di Jakarta yang tinggal menyebar di 
semua wilayah JKT, dan rumah ku di Bogor menjadi tempat pengungsian kaum 
Perempuan, sedang yang Pria melakukan penjagaan dan siap kabur setiap saat, 
bukan lah sebuah pengalaman yang menyenangkan karena beberapa hari serba was 
was siapa kena korban dan siapa tidak kena.

sur.
  ----- Original Message ----- 
  From: ChanCT 


  Kang Sur yb,

  Maaf seandainya jawaban saya malah jadi bikin bingung, ... saya akan coba 
sekali memberikan penjelasan tambahan, tapi dengan syarat, cobalah bersikap 
netral dalam menilai PS, jangan memastikan lebih dahulu PS hanya 
dikambing-hitamkan, tapi juga tidak usah memastikan PS terlibat. Masalah 
kepastian sebagai putusan terakhir menilai pribadi PS, kita taroh dipaling 
akhir saja, dan tidak perlu kita-kita orang kecil yang beri keputusan atau 
kepastian begitu. 

  Dengan sikap kang Sur memastikan PS hanya dikambing-hitamkan, menjadi 
menuding fokus saya hanya pada PS seorang? Padahal tidak ada maksud saya 
begitu! Saya hanya ajukan keraguan saya, dan tidak seharusnya PS hanya berkelit 
membantah tuduhan yang selama ini diisukan, tanpa memberikan penjelasan untuk 
menjernihkan masalah. Saya tidak menuding PS, tapi ajukan pertanyaan: "kalau PS 
bilang, segerombol pemuda provokator yang didatangkan bertruk-truk itu bukan 
dia yang perintahkan, lalu siapa? Mungkinkah kekuatan mahasiswa dari parpol dan 
Islam? Kalau bukan seorang jenderal yang gerakkan, kenapapula Kodam dan Polda, 
Kapolri diam-diam saja tidak kerahkan pasukan untuk menindas kerusuhan yang 
meledak? Bukankah sejak awal Mei itu mereka cukup keras menindas aksi 
mahasiswa, sampai jatuh korban-jiwa? Apa sesungguhnya yang terjadi, Jakarta 
ketika itu ditanggal 13-14 Mei '98 dibiarkan dalam keadaan vacum, tidak ada 
aparat keamanan yang mentgertibkan dan menindas kerusuhan yang meledak?" Begitu 
pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, dengan tidak bermaksud sudah menuding 
apalagi memastikan PS yang gerakkan provokator itu.

  PS dalam jajaran pejabat begitu tinggi, setidaknya dia berkemampuan untuk 
mengetahui, mencium siapa sesungguhnya yang gerakkan itu provokator, tapi, ... 
kenapa sampai lebih 11 tahun telah lewat tetap saja diam tak bersuara? Sebagai 
pangkostrad sekalipun cadangan strategis, dengan menguasai 44 batalyon, tentu 
berkekuatan lebih dari cukup untuk mentertibkan kerusuhan seandainya dia mau, 
dimana naluri kemanusiaan dia setelah melihat Kodam dan Polda diam tidak 
bergerak. Kenapa tetap saja biarkan dan diam? Seandainya lagi, kalau dia 
dapatkan perintah penglima ABRI untuk juga diam, sekalipun dia harus tunduk, 
... kenapa pula dia tidak ajukan pendapat lain dan membuka masalah dengan 
biarkan diri jadi kambing-hitam? Kenapa dia tidak ikuti jejak mertuanya dalam 
menumpas G30S, menggerakkan pasukan Kostrad atau Kopapsusnya untuk mentertibkan 
kerusuhan yang terjadi? Atau benar seperti kata jenderal Sintong, ketika itu PS 
sedang siap-siap lancarkan kudeta saja?

  Ya, ... banyak masalah misterius dijenjang atas ketika itu, dan sudah 
seharusnya dijernihkan untuk mentuntaskan masalah. Masalah pelanggaran HAM 
berat yang terjadi dalam perjalanan sejarah bangsa ini, jangan dibiarkan lewat 
begitu saja, apalagi untuk dilupakan. Lalu tokoh-tokoh yang seharusnya 
bertanggungjawab boleh saja lolos dari sanksi HUKUM. Syukur kalau orang-orang 
macam itu sudah keburu mati dan tidak bisa bikin korban berikut, tapi kalau 
ternyata malah berhasil pegang kekuasaan, itu kan sangat mengerikan?! Siapa 
bisa jamin tidak akan terulang lagi kerusuhan yang  mencelakan rakyat bahkan 
dengan jatuhkan korban lebih besar, ... dan kalau pengalaman begitu ditiru dan 
dilakukan oleh jenderal-jenderal lainnya, kan juga berarti celakakan rakyat 
lagi jadi berdarah-darah, .... mudah-mudahan saja tidak sampai begitu.

  Terus terang saja kang Sur, saya termasuk seorang yang kecewa pada Mega 
dengan dipilihnya PS sebagai cawaapresnya, ... yang saya kuatirkan akan membuat 
pendukungnya lebih merosot. 

  Salam damai,
  ChanCT

Kirim email ke