Pak Alim, Yuli dan RRS,

Sembahyang bulan tujuh yang dilakukan di rumah dan Sembahyang Rebutan yang 
diadakan di kelenteng ada bedanya sedikit. Serupa tapi tak sama lah.

Sejauh yang owe ketahui, sembahyang bulan tujuh (chitgueq 七月) di rumah 
biasanya diadakan sebelum tanggal 15 bulan tujuh Imlek (Chitgueq Capgou 
七月十四äº") untuk arwah para leluhur yang masih disembahyangi. Ada yang 
mengatakan tanggal 14 (Chitgueh Capsi 七月十四)sudah tidak boleh sembahyang 
lagi, tetapi biasanya orang telah sembahyang sebelum atau pas tanggal 14 bulan 
tujuh. Karena sifatnya untuk para leluhur yang tidak saling berebut, maka 
sembahyang ini tidak tepat kalau disebut Sembahyang Rebutan (Chniougou 搶孤). 
Para leluhur kan kita undang makan dengan hormat, bukannya disuruh berebut. 
Maka istilah Sembahyang Chitgueh lebih layak terdengar untuk sembahyang di 
rumah.

Sebaliknya yang disebut Sembahyang Rebutan (Chniougou 搶孤) secara rutin 
setahun sekali diadakan di kelenteng, biasanya pada pertengahan bulan tujuh 
atau sesudahnya. Berdasarkan etimologinya dalam dialek Hokkian selatan, Chniou 
搶artinya “Merebut atau merampas”―umat asal Manado di Lochia Bio 
å"ªå'廟 menggunakan istilah Sambayang Barampas―dan Kou 孤彭 singkatan 
dari Kou-pne 孤彭 atau “panggung untuk arwah yang kesepian.” Disebut 
demikian karena sembahyang ini dahulu diadakan di sebuah panggung yang sengaja 
dibangun untuk keperluan sembahyang untuk arwah yang tidak disembahyangi di 
rumah karena tidak punya keturunan, atau sebab-sebab lain. Lalu, karena biasa 
diadakan pada pertengahan bulan tujuh (Chitgueq Pnua 七月半), maka 
sembahyang ini lazim disebut Sembahyang Chitgueq Pnua 七月半 (“Pertengahan 
Bulan Tujuh”). Di Semarang, berdasarkan penuturan Thio Tiong Gie 
忠義張老前輩, dalang Poutehi yang juga rohaniwan Khong Hucu dan mantan 
sesepuh di Kelenteng Tay Kak Sie 大覺寺, Semarang, istilah Keng Ho Peng 
敬好朋 (di Semarang dieja King Hoo Ping), artinya “Menghormati Kawan 
Baik,” yang dipakai. Namun di Jakarta dan Bogor istilah Chniougou 搶孤 lah 
yang acap terdengar di masyarakat Tionghoa. Karena memang sifatnya rebutan, 
biasanya pada akhir sembahyang, makanan yang dipersembahkan boleh direbut 
beramai-ramai oleh khalayak ramai yang telah menunggu dengan sabar sejak 
sembahyang dimulai.

Sembahyang Chniougou 搶孤, Chitgueq Pnua 七月半, atau Keng Ho Peng 
敬好朋 merupakan peluang yang sangat baik bagi umat untuk berdana 
sembako―biasanya berupa beras dan lain-lain―kepada fakir-miskin. Beberapa 
waktu sebelumnya pengurus kelenteng sudah mengumpulkan sumbangan kepada para 
umat untuk dibelikan beras dan lain-lain. Seperti halnya pembagian zakat pada 
umat Muslim, maka pada hari yang ditentukan kaum fakir-miskin telah siap dengan 
kupon masing-masing untuk ditukar dengan beras dan lain-lain. Acara ini 
berlangsungsung rutin setiap tahun di kelenteng-kelenteng. Beberapa yang owe 
sempat lihat beritanya di salah satu TV swasta adalah pembagian sembako di 
Kelenteng xxx di Kediri dan Kelenteng Poo An Tian 保安殿 di Pekalongan.

Kiongchiu,
DK


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "harry alim" <haria...@...> wrote:
>
> Waktu kecil dulu, sembahyang bulan 7 di daerah jawa tengah dan jawa timur 
> disebut sembahyang rebutan disamping di adakan di rumah juga di kelenteng. 
> 
> Jadi yang di rumah adalah sembahyang utk leluhur sendiri dg segala hal yg 
> sudah diceritakan ulysee di bawah. 
> 
> Sedang yang di kelenteng biasanya tiap keluarga akan menyumbang 'se"besek" 
> (se kotak) kue, sedang banyak sedikit tgt kemampuan. Kemudian kue kue ini 
> akan disusun menjadi gunungan yang kenudian diperebutkan oleh mereka yang 
> datang sembahyang atau masyarakat sekitar yg pergi ke kelenteng untuk maksud 
> itu. 
> 
> Beberapa keluarga bisa jadi datang membawa 2 besek. Yg satu disumbangkan sdg 
> yg satu ditaruh di altar untuk disembahyangkan dan kemudian dibawa pulang. 
> 
> Tidak aneh dulu setelah lewat pagi sembahyang di rumah akan segera pergi ke 
> kelenteng untuk sembahyang sambil membawa 2 kotak kue itu. Selesai sembahyang 
> akan menunggu sampai sekitar jam 3 sore saat gunungan mulai diperebutkan. Dan 
> tentu saja ikut merebut gunungan. Tentu saja penulis belum ikut berebut, 
> melainkan melihat saja. 
> 
> Biasanya kakak yang sdh remaja akan ikut merebut kue dan mendapat beberapa 
> potong kue. 
> 
> Di atas delman pulang menuju ke rumah kue tadi di makan sambil mendengar ibu 
> bercerita khasiat makan kue yang diperebutkan tadi. Membuat jadi cepat besar 
> dllsb. 
> 
> Sambil menikmati kue, kakak akan berjanji kalau tahun ini cuma dapat 2 potong 
> kue, tahun depan akan dapat 3 potong kue. Dia berjanji ke ibu akan makan 
> lebih banyak supaya lebih cepat besar dan bisa merebut kue lebih banyak tahun 
> depan. 
> 
> 
> Sent from my BlueBerry?
> powered by Sinyal Kuat BLUESAT
> 
> -----Original Message-----
> From: "ulysee_me2" <ulysee_...@...>
> Date: Mon, 07 Sep 2009 01:28:08 
> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
> Subject: [budaya_tionghua] Sembayangan di Bulan Tujuh Imlek
> 
> Sorry yah, orang laen udah bahas kue bulan, gue sih masih nyangkut di urusan 
> Hantu Lapar, Hungry Ghost Festival. 
> 
> Minggu lalu, keluarga gue sembayang leluhur. Enggak leluhur banget sih, lebih 
> kepada kerabat-anak cucu Kongco yang sudah meninggal. Tiga belas arwah yang 
> diundang, meja altar udah penuuuhhhhh sama makanan. Makanannya rata rata 
> makanan peranakan, dan enggak tentu makanan cina. Makanan ala barat juga ada, 
> sebab sembayangan kali ini, makanannya lebih ke apa yang disukai selama 
> hidup. 
> 
> Jadi nggak heran kalau diantara buah-buahan di altar tuh selain nanas yang di 
> pejeng bersama dengan daun mahkotanya, pisang raja, juga ada buah strawberry, 
> dan kiwi segala.
> 
> Terus makanannya, selain 13 mangkok nasi, satu ekor peh cam keh, masakan kaki 
> babi, ada nyempil macaroni schotel,
> 
> Diantara kue kue manis, bersanding jajanan pasar tradisional, cente manis, 
> naga sari, dengan kue moho dan bakpao.  
> 
> Kali ini kita nggak pake samseng, jadi cuman ada Ayam aja yang utuh. Soalnya 
> kalau pake samseng minumnya harus arak, kalau enggak samseng minumnya teh. 
> Berhubung dari yang meninggal, yang doyan arak cuman Kongco doank, mendingan 
> siap teh aje deh, samseng dan arak mah ntar aja kalau imlek dan cengbeng. 
> 
> Sembayang kali ini juga enggak pake bakar bakar rumah2an, mobil2an, baju, 
> handphone de el el. Enggak seseru Cengbeng. Kita cuman sembayang, lalu rame 
> rame bikin uang uangan, yang digulung membentuk emas emasan jaman jadul- 
> sambil ngerumpi. Yang dirumpiin mulai dari gossip keluarga sampai ke urusan 
> KDI-Anang.
> 
> Ada yang sempet tanya, Kong, nape kok sembayangnya sebelon tanggal 15 bulan 
> tujuh? Tanggal 15 bulan tujuh khan masih kamis besok? Pintu neraka belon 
> terbuka donk nih, nyampe nggak makanan sama duit yang kita kirim nih? 
> 
> Kong nyante aja, bilang, "Justeru, kalau yang punya keluarga itu mah 
> sembayangnya harus sebelon tanggal 15. Sebelon pintu neraka terbuka harus 
> udah kenyang, itu bedanya leluhur yang masih punya anak cucu yang urus mereka 
> di bumi, sama hantu lapar yang udah nggak ada yang urus lagi. 
> 
> Kita pun manggut manggut.  
> 
> Dan ketika hari Rabu kemaren gempa bumi melanda jakarta, gue dapet sms dari 
> Kong " Kayaknya ada yang dobrak pintu neraka nih, terbuka sehari sebelum 
> waktunya. Setannya pada kabur jadi gempa, noh. Ati ati di jalan" 
> 
> Ada ada aje engkong, menghubung hubungkan kepercayaan tionghoa dengan 
> fenomena gempa. Emangnya pintu neraka adanya di tengah laut tasikmalaya yang 
> jadi pusat gempa ntu? hehehehe. 
> 
> Sorenya gue mendengar Adzan maghrib. Lalu terpikir lagi, kalau kepercayaan 
> tionghoa, tanggal 15 bulan tujuh imlek, itu pintu neraka dibuka, setan dan 
> hantu gentayangan cari makan, padahal sekarang lagi bulan Ramadhan, 
> kepercayaan muslim khan katanya setan dan hantu di penjara nggak bisa ganggu 
> manusia. 
> Lhah itu gimana donk khan jadi kontradiktip.
> 
> Apakah setan dan hantu itu juga diperlakukan sesuai dengan agama dan 
> kepercayaan  mereka masing-masing semasa hidupnya kali ya? Apakah ada dibagi 
> ini setan dan hantu tionghoa, ini setan dan hantu kristen, ini setan dan 
> hantu muslim, ini setan dan hantu buddhis, begitu? 
> 
> Weleh, kalau dipikirin malah jadi bingung. So Be IT aja lah....... 
> 
> 
> 
> ------------------------------------
> 
> ..: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
> 
> ..: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.
> 
> ..: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
> 
> ..: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
> 
> Yahoo! Groups Links
>


Kirim email ke