孤臺 kale ya. trus jg sebenernya tradisi kenghopeng itu kalu di taiwan dan 
bbrp daerah di guang fu 廣福 itu tgl 2 ama tgl 16 tiap bulan.
jadi tgl 1 buat shen tgl 2 buat yin/roh yg mati

nah itu tradisi dari mulai kapan , owe masih gelap tuh.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "david_kwa2003" <david_kwa2...@...> 
wrote:
>
> Pak Alim, Yuli dan RRS,
> 
> Sembahyang bulan tujuh yang dilakukan di rumah dan Sembahyang Rebutan yang 
> diadakan di kelenteng ada bedanya sedikit. Serupa tapi tak sama lah.
> 
> Sejauh yang owe ketahui, sembahyang bulan tujuh (chitgueq 七月) di rumah 
> biasanya diadakan sebelum tanggal 15 bulan tujuh Imlek (Chitgueq Capgou 
> 七月十四�") untuk arwah para leluhur yang masih disembahyangi. Ada yang 
> mengatakan tanggal 14 (Chitgueh Capsi 七月十四)sudah tidak boleh 
> sembahyang lagi, tetapi biasanya orang telah sembahyang sebelum atau pas 
> tanggal 14 bulan tujuh. Karena sifatnya untuk para leluhur yang tidak saling 
> berebut, maka sembahyang ini tidak tepat kalau disebut Sembahyang Rebutan 
> (Chniougou 搶孤). Para leluhur kan kita undang makan dengan hormat, 
> bukannya disuruh berebut. Maka istilah Sembahyang Chitgueh lebih layak 
> terdengar untuk sembahyang di rumah.
> 
> Sebaliknya yang disebut Sembahyang Rebutan (Chniougou 搶孤) secara rutin 
> setahun sekali diadakan di kelenteng, biasanya pada pertengahan bulan tujuh 
> atau sesudahnya. Berdasarkan etimologinya dalam dialek Hokkian selatan, 
> Chniou 搶artinya “Merebut atau merampas”―umat asal Manado di Lochia 
> Bio �"��'廟 menggunakan istilah Sambayang Barampas―dan Kou 孤彭 
> singkatan dari Kou-pne 孤彭 atau “panggung untuk arwah yang kesepian.” 
> Disebut demikian karena sembahyang ini dahulu diadakan di sebuah panggung 
> yang sengaja dibangun untuk keperluan sembahyang untuk arwah yang tidak 
> disembahyangi di rumah karena tidak punya keturunan, atau sebab-sebab lain. 
> Lalu, karena biasa diadakan pada pertengahan bulan tujuh (Chitgueq Pnua 
> 七月半), maka sembahyang ini lazim disebut Sembahyang Chitgueq Pnua 
> 七月半 (“Pertengahan Bulan Tujuh”). Di Semarang, berdasarkan penuturan 
> Thio Tiong Gie 忠義張老前輩, dalang Poutehi yang juga rohaniwan Khong 
> Hucu dan mantan sesepuh di Kelenteng Tay Kak Sie 大覺寺, Semarang, istilah 
> Keng Ho Peng 敬好朋 (di Semarang dieja King Hoo Ping), artinya 
> “Menghormati Kawan Baik,” yang dipakai. Namun di Jakarta dan Bogor 
> istilah Chniougou 搶孤 lah yang acap terdengar di masyarakat Tionghoa. 
> Karena memang sifatnya rebutan, biasanya pada akhir sembahyang, makanan yang 
> dipersembahkan boleh direbut beramai-ramai oleh khalayak ramai yang telah 
> menunggu dengan sabar sejak sembahyang dimulai.
> 
> Sembahyang Chniougou 搶孤, Chitgueq Pnua 七月半, atau Keng Ho Peng 
> 敬好朋 merupakan peluang yang sangat baik bagi umat untuk berdana 
> sembako―biasanya berupa beras dan lain-lain―kepada fakir-miskin. Beberapa 
> waktu sebelumnya pengurus kelenteng sudah mengumpulkan sumbangan kepada para 
> umat untuk dibelikan beras dan lain-lain. Seperti halnya pembagian zakat pada 
> umat Muslim, maka pada hari yang ditentukan kaum fakir-miskin telah siap 
> dengan kupon masing-masing untuk ditukar dengan beras dan lain-lain. Acara 
> ini berlangsungsung rutin setiap tahun di kelenteng-kelenteng. Beberapa yang 
> owe sempat lihat beritanya di salah satu TV swasta adalah pembagian sembako 
> di Kelenteng xxx di Kediri dan Kelenteng Poo An Tian 保安殿 di Pekalongan.
> 
> Kiongchiu,
> DK
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "harry alim" <harialim@> wrote:
> >
> > Waktu kecil dulu, sembahyang bulan 7 di daerah jawa tengah dan jawa timur 
> > disebut sembahyang rebutan disamping di adakan di rumah juga di kelenteng. 
> > 
> > Jadi yang di rumah adalah sembahyang utk leluhur sendiri dg segala hal yg 
> > sudah diceritakan ulysee di bawah. 
> > 
> > Sedang yang di kelenteng biasanya tiap keluarga akan menyumbang 'se"besek" 
> > (se kotak) kue, sedang banyak sedikit tgt kemampuan. Kemudian kue kue ini 
> > akan disusun menjadi gunungan yang kenudian diperebutkan oleh mereka yang 
> > datang sembahyang atau masyarakat sekitar yg pergi ke kelenteng untuk 
> > maksud itu. 
> > 
> > Beberapa keluarga bisa jadi datang membawa 2 besek. Yg satu disumbangkan 
> > sdg yg satu ditaruh di altar untuk disembahyangkan dan kemudian dibawa 
> > pulang. 
> > 
> > Tidak aneh dulu setelah lewat pagi sembahyang di rumah akan segera pergi ke 
> > kelenteng untuk sembahyang sambil membawa 2 kotak kue itu. Selesai 
> > sembahyang akan menunggu sampai sekitar jam 3 sore saat gunungan mulai 
> > diperebutkan. Dan tentu saja ikut merebut gunungan. Tentu saja penulis 
> > belum ikut berebut, melainkan melihat saja. 
> > 
> > Biasanya kakak yang sdh remaja akan ikut merebut kue dan mendapat beberapa 
> > potong kue. 
> > 
> > Di atas delman pulang menuju ke rumah kue tadi di makan sambil mendengar 
> > ibu bercerita khasiat makan kue yang diperebutkan tadi. Membuat jadi cepat 
> > besar dllsb. 
> > 
> > Sambil menikmati kue, kakak akan berjanji kalau tahun ini cuma dapat 2 
> > potong kue, tahun depan akan dapat 3 potong kue. Dia berjanji ke ibu akan 
> > makan lebih banyak supaya lebih cepat besar dan bisa merebut kue lebih 
> > banyak tahun depan. 
> > 
> > 
> > Sent from my BlueBerry?
> > powered by Sinyal Kuat BLUESAT
> > 
> > -----Original Message-----
> > From: "ulysee_me2" <ulysee_me2@>
> > Date: Mon, 07 Sep 2009 01:28:08 
> > To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
> > Subject: [budaya_tionghua] Sembayangan di Bulan Tujuh Imlek
> > 
> > Sorry yah, orang laen udah bahas kue bulan, gue sih masih nyangkut di 
> > urusan Hantu Lapar, Hungry Ghost Festival. 
> > 
> > Minggu lalu, keluarga gue sembayang leluhur. Enggak leluhur banget sih, 
> > lebih kepada kerabat-anak cucu Kongco yang sudah meninggal. Tiga belas 
> > arwah yang diundang, meja altar udah penuuuhhhhh sama makanan. Makanannya 
> > rata rata makanan peranakan, dan enggak tentu makanan cina. Makanan ala 
> > barat juga ada, sebab sembayangan kali ini, makanannya lebih ke apa yang 
> > disukai selama hidup. 
> > 
> > Jadi nggak heran kalau diantara buah-buahan di altar tuh selain nanas yang 
> > di pejeng bersama dengan daun mahkotanya, pisang raja, juga ada buah 
> > strawberry, dan kiwi segala.
> > 
> > Terus makanannya, selain 13 mangkok nasi, satu ekor peh cam keh, masakan 
> > kaki babi, ada nyempil macaroni schotel,
> > 
> > Diantara kue kue manis, bersanding jajanan pasar tradisional, cente manis, 
> > naga sari, dengan kue moho dan bakpao.  
> > 
> > Kali ini kita nggak pake samseng, jadi cuman ada Ayam aja yang utuh. 
> > Soalnya kalau pake samseng minumnya harus arak, kalau enggak samseng 
> > minumnya teh. Berhubung dari yang meninggal, yang doyan arak cuman Kongco 
> > doank, mendingan siap teh aje deh, samseng dan arak mah ntar aja kalau 
> > imlek dan cengbeng. 
> > 
> > Sembayang kali ini juga enggak pake bakar bakar rumah2an, mobil2an, baju, 
> > handphone de el el. Enggak seseru Cengbeng. Kita cuman sembayang, lalu rame 
> > rame bikin uang uangan, yang digulung membentuk emas emasan jaman jadul- 
> > sambil ngerumpi. Yang dirumpiin mulai dari gossip keluarga sampai ke urusan 
> > KDI-Anang.
> > 
> > Ada yang sempet tanya, Kong, nape kok sembayangnya sebelon tanggal 15 bulan 
> > tujuh? Tanggal 15 bulan tujuh khan masih kamis besok? Pintu neraka belon 
> > terbuka donk nih, nyampe nggak makanan sama duit yang kita kirim nih? 
> > 
> > Kong nyante aja, bilang, "Justeru, kalau yang punya keluarga itu mah 
> > sembayangnya harus sebelon tanggal 15. Sebelon pintu neraka terbuka harus 
> > udah kenyang, itu bedanya leluhur yang masih punya anak cucu yang urus 
> > mereka di bumi, sama hantu lapar yang udah nggak ada yang urus lagi. 
> > 
> > Kita pun manggut manggut.  
> > 
> > Dan ketika hari Rabu kemaren gempa bumi melanda jakarta, gue dapet sms dari 
> > Kong " Kayaknya ada yang dobrak pintu neraka nih, terbuka sehari sebelum 
> > waktunya. Setannya pada kabur jadi gempa, noh. Ati ati di jalan" 
> > 
> > Ada ada aje engkong, menghubung hubungkan kepercayaan tionghoa dengan 
> > fenomena gempa. Emangnya pintu neraka adanya di tengah laut tasikmalaya 
> > yang jadi pusat gempa ntu? hehehehe. 
> > 
> > Sorenya gue mendengar Adzan maghrib. Lalu terpikir lagi, kalau kepercayaan 
> > tionghoa, tanggal 15 bulan tujuh imlek, itu pintu neraka dibuka, setan dan 
> > hantu gentayangan cari makan, padahal sekarang lagi bulan Ramadhan, 
> > kepercayaan muslim khan katanya setan dan hantu di penjara nggak bisa 
> > ganggu manusia. 
> > Lhah itu gimana donk khan jadi kontradiktip.
> > 
> > Apakah setan dan hantu itu juga diperlakukan sesuai dengan agama dan 
> > kepercayaan  mereka masing-masing semasa hidupnya kali ya? Apakah ada 
> > dibagi ini setan dan hantu tionghoa, ini setan dan hantu kristen, ini setan 
> > dan hantu muslim, ini setan dan hantu buddhis, begitu? 
> > 
> > Weleh, kalau dipikirin malah jadi bingung. So Be IT aja lah....... 
> > 
> > 
> > 
> > ------------------------------------
> > 
> > ..: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
> > 
> > ..: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.
> > 
> > ..: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
> > 
> > ..: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
> > 
> > Yahoo! Groups Links
> >
>


Kirim email ke