bagi saya si silakan saja mau menggunakan istilah China atau Tionghua, yang perlu dipikirkan adalah kalau anda menggunakan istilah yang tidak disukai oleh orang lain tetapi anda tetap memaksakannya berarti dalam diri anda tidak ada rasa hormat sama sekali, mungkin malah bisa dianggap melecehkan. hubungan antar manusia, meskipun pada yang terdekat sekalipun harus ada didasari rasa hormat. kalau anda ingin dihormati terlebih dahulu harus menghormati oranglain. Apalagi kalau anda orang Tonghua atau paling tidak mengenal sedikit tentang budaya Tionghua, pasti pernah mendengar ungkapan seperti ini :�己所不欲,勿施于人 (apa yang diri sendiri tidak suka orang lain perbuat pada dirimu, jangan diperbuat pada orang lain) Regards,HH
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jackson_ya...@... wrote: > > Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya cocok dimasa itu. Masa kini sudah berubah > Sent from my BlackBerry� smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! > > -----Original Message----- > From: "ChanCT" sa...@... > Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digunakan di Indonesia. > > Dan sejak hubungan diplomatik RI-RRT resmi dibuka tahun 1950, Pemerintah Indonesia ketika itu juga sudah secara resmi gunakan Republik Rakyat Tiongkok dan sebutan Tionghoa untuk bangsa dan orangnya, ... > > Itulah kenyataan yang ada yang patut diperhatikan benar oleh rakyat dan bangsa Indonesia untuk meenghormati dan bersahabat dengan bangsa lain yang juga mengulurkan tangan persahabatan. Sebutan Tiongkok/Tionghoa itulah yang dikehendaki Pemerintah dan rakyat Tiongkok, mereka betul-betul merasa terhina dengan sebutan CINA, lebih-lebih kalau CINA menjadi Zhi-na dalam bhs. Tionghoa. > > Kenapa masih juga ada orang yang tetap bertahan gunakan sebutan CINA? > Bukankah salah satu ayat dalam ajaran Islam yang kalau diterjemahkan artinya begini: ''Panggillah seseorang itu dengan panggilan yang mereka sendiri senang mendengarnya'' . > > Salam, > ChanCT > > ----- Original Message ----- > From: ulysee_me2 > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Wednesday, October 07, 2009 8:46 AM > Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > Tambahan: > Taon 1900 Phoa Keng Hek, salah satu pendiri Tiong Hwa Hwee Koan, menulis "Surat Kiriman Kepada Sekalian Bangsa CINA" > > Baru kemudian, orang yang sama, pada tahun 1907 sudah menulis menggunakan kata Tionghoa. > > Jadi yang perlu di tengok itu antara tahun 1900 - 1907 dimana mulai ada pergantian istilah. > > Ada yang punya copy surat pendirian Tiong Hwa Hwee Kwan? Kata Engkong, di akta pendiriannya perkumpulan itu masih pake istilah Cina, belum pakai Tionghoa. Betul tidak? > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" henyung@ wrote: > > > > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata Tionghoa. Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah Tionghoa. > > > > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah hanya dari satu pihak saja. > > > > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. > > > > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja. > > > > Hormat saya, > > > > Yongde > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi <dedistd@> wrote: > > > > > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan? > > > > > > Latar Belakang Sejarah > > > > > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad ke-20, namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, akhirnya kata tersebut mulai ditinggalkan. > > > > > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya pada tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa Mandarin disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian menjadi Tionghoa. Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa di Indonesia sehingga mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, menggantikan kata Cina. > > > > > > Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang kemerdekaan Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama berjuang melawan kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan saling pengertian antara orang Tionghoa dan Indonesia. > > > > > > Beberapa bentuk kerja sama tersebut di antaranya: > > > 1. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, pertama kali dipublikasikan seara umum oleh harian Sin Po, harian milik golongan Tionghoa yang berorientasi ke negeri Tiongkok (Saat itu ada 3 golongan Tionghoa: pro-Tiongkok, pro-Indonesia dan pro-Belanda). > > > 2. Orang Belanda suka menggunakan kata 'Inlander' untuk menghina orang Indonesia. Kata ini sama dengan kata 'Cina', awalnya netral tapi kemudian berkonotasi negatif. Koran Sin Po-lah yang pertama kali mengambil inisiatif untuk mengganti kata 'Inlander' dengan kata 'Boemipoetra' yang lebih positif. > > > > > > Sebagai wujud rasa terima kasih atas kedua hal ini dan terutama atas semangat kebangkitan nasional yang ditularkan orang Tionghoa kepada orang Indonesia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia juga mulai meninggalkan kata 'Cina' dan mulai menggunakan kata Tionghoa. > > > > > > Dengan demikian penghilangan kata Cina dan menggantinya dengan kata Tionghoa memiliki makna yang sangat penting, khususnya bagi orang-orang Tionghoa di Indonesia. Inilah salah satu bukti bahwa orang Tionghoa ikut berjuang untuk Indonesia. Inilah juga yang membuktikan adanya kerja sama dan saling pengertian yang harmonis antara orang Tionghoa dan Indonesia di jaman pra-kemerdekaan. > > > > > > Pada jaman orde lama, kata yang selalu digunakan adalah Tionghoa, bahkan koran dan tokoh yang anti Tionghoapun juga menggunakan kata Tionghoa. > > > > > > Lalu bagaimana kata Tionghoa berubah kembali menjadi kata Cina? > > > > > > Tanggal 25-31 Agustus 1966 (di awal rejim orde baru) berlangsung seminar Angkatan Darat di Bandung yang bertujuan untuk membahas peran Angkatan Darat. Entah dari mana, tiba-tiba mereka membahas dan memutuskan untuk mengganti kata Tionghoa/Tiongkok dengan kata Cina. Pada tanggal 25 Juni 1967 keluarlah keputusan presidium kabinet untuk membuang kata Tionghoa/Tiongkok dan menggantinya dengan kata Cina. Dan keputusan ini didukung oleh segelintir Tionghoa (yang, maaf, tidak tahu malu) yang tergabung di dalam LPKB (K. Shindunata dkk). > > > > > > Sebenarnya ini suatu keganjilan besar. Bagaimana mungkin suatu seminar yang tidak ada hubungannya dengan soal Tionghoa mengambil suatu keputusan menghilangkan kata� Tionghoa?! Bagaimana mungkin penghilangan suatu kata saja harus ditetapkan melalui keputusan presidium kabinet?! Jelas sekali bahwa keputusan ini rasis dan bermotif politik yang bertujuan mendiskriminasi golongan Tionghoa. Dengan demikian jelas bahwa kata Cina > > > sengaja dihidupkan kembali dengan tujuan yang tidak baik. > > > > > > Sejak saat itu, semua media massa mulai menggunakan kembali kata 'Cina' dan meninggalkan kata Tionghoa. Hanya ada satu koran yang tetap bertahan menggunakan kata Tionghoa, yaitu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Mochtar Lubis. > > > > > > Akibatnya bisa kita rasakan sampai sekarang terutama di kalangan generasi muda Tionghoa. Mereka (atau kita) tidak terlalu peduli lagi, bahkan sama sekali tidak mengetahui kenyataan sejarah dan makna yang sangat penting di balik penggantian kata Cina menjadi Tionghoa. Bahkan banyak yang tidak tahu menahu mengenai kata Tionghoa, yang mereka tahu hanya 'Cina' dan menggunakannya tanpa merasa berdosa sama sekali. > > > > > > Jadi mengapa kata Cina tidak pantas digunakan? > > > > > > Sebagian orang mengatakan karena kata itu mengandung unsur penghinaan. Memang betul bahwa kata itu mengandung penghinaan. Namun itu tidak berarti bahwa kita harus terhina. dan tidak perlu membuat kita terhina/tersinggung. Orang yang menyebut kata 'cina' pun biasanya tidak bermaksud menghina. > > > > > > Namun ada 1 alasan yang sangat kuat, yaitu fakta sejarah seperti diuraikan di atas tadi. Penghilangan kata Cina dan penggunaan kata Tionghoa adalah bukti bahwa orang Tionghoa ikut berjuang untuk Indonesia dan adanya kerja sama yang baik dan harmonis antara tokoh pejuang Tionghoa dan Indonesia. > > > > > > Juga jelas penggunaan kembali kata 'Cina' di jaman orde baru memiliki motif diskriminasi dan penghinaan. Dengan demikian apabila kita masih saja menggunakan kata 'Cina', sama saja artinya kita mengubur fakta sejarah. Sama saja artinya kita tidak menghargai kesepakatan yang diraih oleh para pahlawan kita. Sama saja artinya kita menodai perjuangan para tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia baik itu orang Tionghoa maupun Indonesia. Sama saja artinya kita mewarisi kebijakan rejim orde baru yang rasis dan diskriminatif. > > > > > > Bung Karno pernah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang merhargai para pahlawannya. Saya yakin ini termasuk artinya kita meneruskan perjuangan mereka dan menghargai segala jerih payah mereka. Penghilangan kata Cina adalah hasil jerih payah pejuang Tionghoa dan kesepakatan dengan tokoh pejuang Indonesia. Kalau kita tidak bisa menghargainya (atau dengan kata lain kalau saja masih memakai kata Cina), berarti kita bukanlah bangsa yang besar. Dengan demikian, orang Tionghoa yang sudah mengerti fakta sejarah ini tetapi masih saja menggunakan kata 'cina' bukanlah orang yang �?obesar�??! > > > > > > Penutup > > > Setelah mengetahui fakta sejarah ini, diharapkan agar kita semua mulai meninggalkan kata 'cina'. Perlu diperhatikan juga, masih banyak orang Tionghoa yang menggunakan kata-kata yang tidak pantas untuk menyebut orang Indonesia. Kebiasaan jelek ini juga harus kita tinggalkan. > > > > > > Pramudya Ananta Tur dalam sebuah wawancara mengungkapkan: "Masalah "Cina-Tionghoa" bukan sekedar istilah yang mana yang lebih enak diucap atau ditulis, tapi bottom line-nya adalah mengembalikan kebenaran sejarah atas perjuangan Tionghoa dalam pembentukan Republik Indonesia yang hampir terhapus selama hampir 40 tahun." > > > > > > Saya sangat setuju sekali, masalah utamanya bukanlah soal mengandung penghinaan, konotasi, atau enak tidaknya didengar, tetapi makna sejarahnya! > > > > > > Dedi S Lim > > > > > > Referensi: > > > 1. Leo Suryadinata, "Negara dan Etnis Tionghoa", bab 4, LP3ES > > > 2. Artikel "Cina atau Tionghoa" karangan Siau Gok Tjhan > > > 3. Artikel "Cina atau Tionghoa?" karangan Dr Irawan (Sumber: www.indonesiamedia.com) > > > 4. Benny G Setiono, �?oTionghoa dalam Pusaran Politik�??. > > > > > > > > > > ------------------------------------ > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. > > .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :. > > .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. > > .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. > > Yahoo! Groups Links > > > > > > ------------------------------------------------------------------------\ ------ > > > > No virus found in this incoming message. > Checked by AVG - www.avg.com > Version: 8.5.409 / Virus Database: 270.14.3/2411 - Release Date: 10/03/09 06:20:00 >