----- Original Message ----- 
From: Nasir Tan 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:32 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?

> Laksamana (Jenderal TNI - Angkatan Laut ) John Lee
> ( Tenglang Asli dan Katolik).

-----------------------------------------------------

Alm. Laksamana Muda TNI Purn. Jahja Daniel Dharma (John Lie), kebetulan bukan 
Katolik, melainkan Protestan.
Sejak masih berdinas aktif alm. sangat taat dalam agamanya itu, dan sesudah 
purnawira dari TNI alm. resmi menjadi pendeta.

Tentang etnisnya, Laksda. John Lie lebih sering menyebut dirinya sebagai 
kawanua (orang Minahasa) daripada tionghoa, apalagi tenglang.
Walaupun tentunya tidak menghapus fakta bahwa alm. lahir di suatu keluarga 
tionghoa, yang malahan menganut agama Buddha, bukan Kristen.

Tentang kepahlawanannya, Laksda. Jahja Daniel Dharma, yang meninggal tahun 1998 
dalam umur 87 tahun (lahir 1911), tiga tahun sebelumnya (1995) telah 
dianugerahi bintang kepahlawanan Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden 
Soeharto.

Wasalam.

===============================

  ----- Original Message ----- 
  From: Nasir Tan 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, October 14, 2009 11:32 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?


    Pendapat Bung Paulus ini bagus, dan ini yang terjadi di Negara Asia lainnya 
seperti Vietnam, Thailand, Philipin dan lain-lainnya. Mereka tidak mau disebut 
itu karena mereka merasa benar2 sudah Bangsa Vietnam, Thailand dan lainnya. 
Orang Indonesia, sudah banyak yang berpendapat seperti ini sebenarnya. 
        Wa ada kenalan namanya di Aussi, suatu ketika ke Beijing. Ketika dia 
dia diajak bicara Mandarin ama orang sono katanya dia gak bisa Mandarin. Trus 
Orang yang diajak bicara heran dan bilang gini : mmmm....tampangnya kayak 
Chinese tapi koq gak bisa Bahasa Mandarin ya..? Trus kata teman wa itu, emang 
iya saya kan Orang Indonesia tauukkk, bukan Orang China...sambil sedikit 
ketegangan antara dia dengan lawan bicaranya..hehehe. Kamaren dia sms wa dia 
cerita kembali pengalamannya di Beijing.
        Untuk Uly...wa bukan orang Medan tapi di Semanan Jakarta. Cuma emang 
tetangga ama Orang Medan...mungkin itu sebabnya dia nanya wa seperti 
itu...hehehe, maksa ya..?
        Kalo soal wakil rakyat di DPR, dari dulu juga pernah ada misalnya 
H.Abdul Karim Oei ( Tenglang Asli dan Muslim ) pernah jadi anggota legislatif 
mewakilki Sumatera Barat. Trus kalo di militer Orang Indonesia pernah diwakili 
sama Laksamana ( Jenderal TNI - Angkatan Laut ) John Lee ( Tenglang Asli dan 
Katolik ) dan lain-lain. Jadi pada prinsipnya Orang Tenglang juga dah biasa di 
legislatif, militer dan lain-lain tinggal kita lanjutkan..hehehe..


        salam,


        Nasir Tan




        --- On Tue, 10/13/09, ulysee_me2 <ulysee_...@yahoo.com.sg> wrote:


          From: ulysee_me2 <ulysee_...@yahoo.com.sg>
          Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas 
Digunakan?
          To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
          Date: Tuesday, October 13, 2009, 9:35 PM


            

          Menarik. 
          Ini baru pendapat yang lain dari yang lain. Belon pernah dengar 
sebelumnya, 

          soalnya banyakan khan yang ngotot di sebut tionghoa, atau yang ngotot 
nggak perlu masalahin istilah
          (ada juga yang ngotot disebut cina, tapi gue baru nemu satu, itu pun 
di milis tetangga, hahaha)

          Pendapat baru, 
          baru pendapat nih. 

          --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Paulus Tanuri <ptan...@... 
> wrote:
          >
          > Permisi..Gak pernah ikutan ribut disini. Sekali-sekali ikutan boleh 
yah.
          > Saya gak suka dipanggil CINA, CHINA, ataupun TIONGHOA. Bukan karena 
merasa
          > dihina, tapi saya merasa tidak diterima sebagai sesama Warga Negara
          > Indonesia.
          > Mengapa begitu ? bukankah orang padang juga dipanggila PADANG, 
orang bugis
          > dipanggil BUGIS, dan orang medan, sunda atau jawa juga banyak 
dipanggil
          > dengan MEDAN, SUNDA dan atau JAWA.
          > Secara sederhana saja, Padang, Bugis, Medan, Sunda dan Jawa adalah 
wilayah
          > di dalam negara Indonesia. Saya lebih suka dipanggil Bangka, atau 
Medan atau
          > kadang ada yang salah dikira dari Menado.
          > 
          > Sedangkan CINA, CHINA, atau TIONGHOA bukanlah wilayah di dalam 
negara
          > Indonesia. Jadi secara tidak langsung saya merasa tidak dianggap 
sebagai
          > WNI. Tapi seakan masih dianggap orang luar, orang asing, bukan 
saudara
          > sebangsa. Dan saya sangat amat tidak nyaman dengan itu.
          > 
          > Itu saja.
          > Lanjutkan..
          > 
          > 
          > Regards,
          > Paulus T.
          > 
          > 2009/10/8 ANDREAS MIHARDJA <mihar...@.. .>
          > 
          > >
          > >
          > > Sebelum kita mulai memberikan kritik kepada lain suku yg 
mempergunakan
          > > istilah cina sebagai istilah menghina - Silahkan analisa sendiri 
tradisi dan
          > > kebudyaan dari mereka yg merupakan suku keturunan dari negara 
China.
          > >
          > > Didalam pembicaraan se-hari? mereka pd umumnya memakai istilah 
"kuei" utk
          > > semua bangsa atau suku yg tidak termasuk suku Han. Orang ket. 
benua Africa
          > > didalam istilah chinese disebut Hei-kuei. Untuk mereka yg 
merupakan pribumi
          > > indonesia mereka memakai istilah yinni-kuei, utk yg dari Malaysia 
-
          > > malay-kuei. Mereka yg asal dari Europa disebut pai-kuei. Penduduk 
dari HK
          > > dan Macau dan juga dari PRC dan ROC semua jikalau berbicara 
diluar negara
          > > mereka - umpnya diEU atau US selalu memakai istilah Fan-kuei 
jikalau
          > > membicarakan non-chinese.
          > > Jikalau ada yin pasti ada yang inilah filsafat Dao.
          > > Memang yg sudah berpendidikan dan yg sudah tinggal lama diluar 
China mereka
          > > sudah merubah dgn mempergnakan istilah "ren" utk non-chinese ----
          > >
          > > Tetapi apakah yg disebut keturunan diIndonesia sekarang sudah 
berubah.
          > > Apakah kalian sekarang memakai istilah Sunda-ren atau masih 
memakai
          > > Sunda-kuei. Apakah kalian masih memakai istiah Hua-na utk 
penduduk Indonesia
          > > atau sudah berpendapat kalian sendiri adalah Huana. Jikalau 
kalian masih
          > > tetap tidak menghormati sesama bangsa - mana mungkin kalian akan 
dpt
          > > dihormati kembali.
          > > Jikalau yg ket baba atau peranakan chinese hidup diluar Indonesia 
ump.nya
          > > diUS atau di EU - kalian oleh Huachiao disana tidak dianggap 
sebagai chinese
          > > sama sekali. Kalian dianggap sebagai Yinnikuei, atau Malaykuei. 
Meskipun
          > > kalian tetap memakai nama keluarga asal chinese - tetapi kalian 
tidak mampu
          > > pakai chinese, cantonese etc -tradisi sudah 100% indonesia. - 
Mungkin
          > > keadaan agak lebih open di Nederland [negara belanda] tetapi 
diluar negara
          > > ini, inilah reality. Contohnya yg tegas - chinese dari Vietnam - 
dianggap
          > > suku vietnam meskipun sanggup pakai hokian, cantonese berdasarkan 
darah
          > >
          > > Saya hanya ingin memperingatkan bahwa suku baba/peranakan oleh 
pemerintah
          > > PRC tidak dianggap chinese. Saya memberikan contoh mengenai 
penduduk
          > > Shanghai - tetapi ini adalah keadaan umum diseluruh China dari 
utara sampai
          > > keselatan. Isteri saya kelahiran Mainland-Szechuan- tetapi sudah 
puluhan thn
          > > tinggal diluar China - kalau jalan? ke PRC - pertama? paspor PRC 
dicabut
          > > sebab sudah WN lain negara [dicabut oleh pemerintah PRC] dan 
kalau diChina
          > > sendiri meskipun sanggup memakai 5 dialect incl. dialect Shanghai 
dia tetap
          > > di-anggap sebagai fankuei. Ini utk yg keluarganya termasuk orang 
dalam
          > > didalam pemerintah dimainland sejak berabad?
          > >
          > > Karena itu saya yg juga adalah ket. Baba/Peranakan dgn campuran, 
sunda,
          > > jawa dan bali tidak menganggap diri saya chinese meskipun sanggup
          > > berkommunikasi dlm bah. chinese atau dialectnya. Saya jikalau 
ditanya oleh
          > > non chnese atau non-indonesian selalu menjawab saya US-citizen of 
indonesian
          > > descent. Saya kalau ditanya mendalam apakah saya ada darah 
chinese - baru
          > > saya confirm. Apakah kalian tidak malu jikalau kalian berkata I 
am a US
          > > citizen of chinese descent dan kalian tidak dianggap chinese.
          > > Karena itu know what you are, don't dream what yu are.
          > > Anak? saya yg semua berpendidikan postgraduate juga berpendapat 
demikian.
          > > Saya dan juga anak? saya oleh sifat ini diterima oleh suku 
India/Hindu, oleh
          > > suku Indonesia atau suku Chinese sebagai orang dalam Saya juga 
sanggup
          > > membaur dgn suku ket.africa atau europa karena dpt mempergunakan 
bahasa?
          > > mereka incl. dialect daerah mereka, Berdasarkan pengalaman ini 
saya dpt
          > > menulis pendapat saya diatas ini.
          > >
          > > Silahkan kalian berpikir tulisan saya ini dan jangan ber-emosi 
kalau
          > > dipanggil cina - silahkan bercermin sebelum menjadi kurang happy. 
Kalian
          > > di-Indonesia ber-emosi tetapi mentalitet kalian pada umumnya 
masih seperti
          > > jaman blanda.
          > >
          > > Andreas
          > >
          > >
          > > 
          > >
          >

       



  


------------------------------------------------------------------------------



  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG - www.avg.com 
  Version: 8.5.421 / Virus Database: 270.14.15/2434 - Release Date: 10/13/09 
19:11:00

No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG - www.avg.com 
Version: 8.5.421 / Virus Database: 270.14.15/2434 - Release Date: 10/13/09 
19:11:00

Kirim email ke