tambahan lage, puyi diangkat jadi kaisar setelah si guangxu mampuslar.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "save_mynit" <save_my...@...> wrote:
>
> Salam teman2,
>
> Boleh percaya atau tidak. Saya pun separuh percaya separuh tidak. Dalam
> minggu ini baru bertemu dan berkenalan dengan seorang Mongol yg lahir di
> Indonesia. Ketika dia menceritakan asal-usulnya, dia cerita kalau neneknya
> adalah putri tertua Kaisar Guang Xu - kaisar yang memerintah tepat sebelum
> the last emperor Pu Yi.
>
> Alkisah, saat Kakek Buyutnya memerintah di Cina, pemerintahan tersebut
> katanya dicemburui dan diambil alih lewat kelicikan XiCi saudara sepupunya.
> Sang Kakek buyut (Guang Xu) akhirnya tewas diracun. Menurut ceritanya, Kaisar
> Guang Xu mempunyai lebih dari satu istri. Dari istri pertama, dia sama sekali
> tidak menghasilkan keturunan laki2 (bayi yang dilahirkan berupa ketuban yg
> isinya air-tidak ada bayinya). Sedang dari istri ke dua ia memiliki 8 (lupa
> kayaknya) putri dan putri tersulung adalah nenek dari si cicit ini.
>
> Karena Kaisar Guang Xu tidak punya penerus laki2 maka secara licik XiCi
> menunjuk anak laki2 dari adik kaisar Guang Xu, yakni Puyi yg masih kecil.
> Jadilah Guang Xu dilengser diteruskan oleh kaisar kecil Puyi. Cerita
> selanjutnya, Puyi pun menderita (ceritanya disiksa oleh Jepang, dituduh
> mendalangi pemberontakan, dan seterusnya). Puyi pun sempat kabur dari Cina,
> dan pada suatu saat kembali ke Cina tapi menyerahkan stempel kaisar (tanda
> menolak menjadi kaisar). Selanjutnya hidup Puyi seperti rakyat jelata, miskin
> dan sempat berjualan kembang.
>
> Bagaimana cicit Kaisar Guang Xu bisa sampai di Indonesia? Menurut si cicit
> ini, pada masa coup di pemerintahan Guang Xu, seluruh keluarga dan anak2
> Guang Xu dibabat habis. Itu pula yang menurut si cicit ini, neneknya selalu
> dendam pada Sun Yat Sen. Menurut kisahnya, 6 dari saudara2 sang nenek dikejar
> dan dibunuh. Akhirnya si nenek memutuskan untuk lari sampai ke Indonesia.
>
> Di Indonesia (ini uniknya) si Nenek turun Jakarta, di tempat yang disebut
> "Pasar Pancoran" - katanya ini adalah Glodok jaman dulu. Dan di Indonesia dia
> mencari2 orang China yang cukup besar yang bisa jadi tempat perlindungan.
> Pada cerita inilah sang cicit menyebut nama seorang mantan orang terkaya Asia
> pada jaman itu: Oei Tiong Ham yang juragan gula. Katanya, Oei Tiong Ham
> mengirim orang untuk menjemput si Nenek yang masih keluarga Kaisar Guang Xu
> itu dengan mobil dan diantar hingga ke Semarang.
>
> Selanjutnya, demi menghilangkan jejak maka sepakatlah si Nenek ini untuk
> ganti marga. Kebetulan marga yang dipakai adalah marga Hokkian: Ong. Saya
> lupa tanya, bagaimana jelasnya, kalau tidak salah si cicit ini punya ayah
> asli dari Mongol (mungkin cucu langsung Kaisar Guang Xu) dan menikah dengan
> seorang perempuan Tionghoa yang berasal dari Menado. Si cicit ini pun lahir
> di Sana dan sempat kembali ke Mongolia.
>
> Usia si cicit ini masih muda. Beda kira2 2 tahun dengan saya. Do you believe
> it? Sekarang kalau saya mau ngobrol dengan si cicit ini, hanya tinggal jalan
> kaki sekian puluh meter dari rumah. Dan saya masih penasaran untuk ngobrol
> lagi dengan si cicit yang berwajah sangat totok dengan alis tinggi dan
> tekstur tulang wajah yang sangat mirip orang Cina daratan (kulit agak hitam
> dan sipit).
>
> Percaya gak percaya....
>
> Salam
> Abdi Christ
>