Kalau gue sih memaklumi, seandainya ABG, Angkatan Babe Gue, masih rada phobia 
dengan hal-hal seperti itu. Bukannya apa, karena toh mereka ngalami ruwetnya 
tahun 55-65. Urusan Hua-kiao ; Hua-ren; Hua-Yi begitu hebohnya. Lalu ribut soal 
Asimilasi dan Integrasi, dua kawan akrab engkong sampai berantem gara-gara 
mbelain dua pepesan kosong ini. Yang ujung2nya nggak enak karena supaya meredam 
perselisihan, alhasil kena gebuk semua sekalian. Konyol khan. 

Sampai sekarang engkong dan babe gue masih seperti itu, yang Suma bilang fobia 
itu, makanya mereka melarang-larang gue ikut organisasi. Takut nasibnya kayak 
mantan Baperki. Ya itu begitu itu caranya, mengulang-ngulang sejarah masa lalu, 
tujuannya cuman satu, supaya jangan sampai gue kena nasib seperti engkong dulu. 
 

Intinya menurut gue jelas kok, memisahkan hua-kiao yang bukan hua-yi. Beda 
kewajiban, menurut kewarganegaraannya. Begitu toh?

Yaaaa.... fobia jangan terlalu, tapi euphoria juga jangan kelewatan. Gitu aja 
khan? Heheheheheh. 

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "sumamihardja" <sumamihar...@...> wrote:
>
> Yang menulis ini justru orang yang mengalami fobia yang enggak 
> selesai-selesai. Udah berapa tahun pesan ini selalu diulang-ulangnya? Baca 
> saja bagian belakang tulisannya. Ditujukan ke siapa pesan ini? Jangan-jangan 
> si penulisnya yang mengalami ilusi. Semakin sering ditulis, justru semakin 
> menunjukkan pesan bahwasanya yang fobia adalah penulisnya sendiri. 
> 
> Yang berbahaya, akhirnya salah-salah justru timbul kecurigaan bahwa Tionghoa 
> Indonesia itu pada dasarnya tidak menjadi WNI sungguhan, kecuali si BS ini 
> yang benar-benar nasionalis sejati lewat pengulangan-pengulangan tersebut. 
> Apa lagi cari muka sebagai pemuka? Lagipula, dia itu mau memaksudkan huayi 
> dengan yi huruf dari apa? ini juga membingungkan dan tidak jelas dia 
> sebenarnya mau ngomongin apa. 
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "GELORA45" <SADAR@> wrote:
> >
> > 
> > 
> > HUACHIAO  dan  HUAREN
> > 
> >  
> > 
> > Benny G.Setiono
> > 
> >  
> > 
> > Pada 1 Oktober 2009 yang lalu, dalam rangka memperingati 60 tahun 
> > proklamasi berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, di lapangan Tiananmen telah 
> > diselenggarakan parade yang luar biasa megahnya. Pemerintah RRT di bawah 
> > pimpinan PKT, presiden Hu Jindao dan perdana menteri Wen Jiabao seolah 
> > ingin mendemonstrasikan kemajuan ekonomi dan angkatan bersenjatanya, 
> > terutama setelah adanya reformasi ekonomi yang dicanangkan Deng Xiaoping 
> > pada 1978. Politik  pintu terbuka negara "tirai bambu" dan pembangunan 
> > ekonomi pasar, bertolak belakang dengan Revolusi Besar Kebudayaan Proletar 
> > (RBKP) yang dikobarkan Mao Zedong dan para pendukungnya Marsekal Lin Biao 
> > dan the Gang of Four, Jiang Qing, Yao Wenyuan, Wang Hongwen dan Zhang 
> > Chungqiao pada 1966. 
> > 
> >  
> > 
> > Setelah Mao meninggal dunia pada 9 September 1976, Deng Xiaoping dengan 
> > dukungan Marsekal Ye Jianying berhasil menyingkirkan  lawan-lawan 
> > politiknya yang dipimpin  Hua Guofeng sebagai pengganti Mao dan para 
> > pengikut setianya.
> > 
> >       
> > 
> > Ternyata hanya dalam waktu 30 tahun pemerintah RRT telah berhasil melakukan 
> > pembangunannya, baik politik,ekonomi dan militer dengan sangat luar biasa 
> > dan Tiongkok telah berubah dari negara yang terbelakang menjadi pesaing 
> > utama negara super power, Amerika Serikat yang pada awal dekade 90-an 
> > berhasil memenangkan perang dingin yang berlangsung sejak berakhirnya PD II.
> > 
> >  
> > 
> > Setelah pada 2008 RRT berhasil menyelenggarakan pesta Olimpiade yang 
> > terbesar dan termegah sepanjang sejarah pesta olah raga tersebut, kini 
> > dunia dibuat kagum dengan diselenggarakannya parade 1 Oktober tersebut. 
> > Tiongkok berhasil melakukan pembangunan ekonominya secara massif, terbukti 
> > dengan cadangan nasionalnya yang berjumlah 2,3 triliun US dollar dan 
> > pertumbuhan ekonomi tahun 2009 yang diperkirakan mencapai 8 %, demikian 
> > juga diperkirakan tahun 2009 Tiongkok akan menjadi negara  eksportir 
> > terbesar di dunia,mengalahkan Jerman. Pertumbuhan ekonomi sebesar 8 %, di 
> > tengah-tengah berlangsungnya krisis ekonomi global yang merontokkan hampir 
> > seluruh negara-negara  industri maju di dunia merupakan suatu prestasi yang 
> > luar biasa. 
> > 
> >  
> > 
> > Ada dua hal yang menarik dalam parade tersebut. Yang pertama parade militer 
> > yang menampilkan seluruh alutsistanya, mulai dari yang konvensional sampai 
> > yang sangat modern dengan berbagai rudal mulai dari rudal anti pesawat 
> > udara sampai rudal antar benua.Yang mengagumkan seluruh alutsista tersebut 
> > buatan dalam negeri sendiri.
> > 
> >       
> > 
> > Yang kedua, dalam parade tersebut juga ditampilkan anjungan yang mewakili 
> > para Huachiao yang bertebaran di seluruh dunia. Nah, masalah inilah yang  
> > banyak menarik perhatian masyarakat Tionghoa di Indonesia. Karena di dalam 
> > masyarakat masih terjadi kekaburan pengertian antara istilah Huachiao dan 
> > Huaren. Banyak yang mengira bahwa yang dimaksud dengan Huachiao adalah 
> > seluruh orang Tionghoa yang berdiam di berbagai negara di luar daratan 
> > Tiongkok, termasuk yang sudah menjadi warga negara di negara-negara  tempat 
> > mereka tinggal.
> > 
> >       
> > 
> > Yang benar Huachiao adalah warga negara Tiongkok yang berdiam di 
> > negara-negara di luar daratan Tiongkok, sedangkan Huaren adalah orang-orang 
> > yang nenek moyangnya berasal dari daratan Tiongkok tetapi telah menjadi 
> > warga negara di negara-negara  tempat mereka tinggal. Khusus untuk 
> > orang-orang Tionghoa di Indonesia disebut Huayi.    
> > 
> >  
> > 
> > Pesta Olimpiade dan parade 1 Oktober yang megah tersebut seyogyanya tidak 
> > perlu ditanggapi masyarakat Tionghoa  di Indonesia (Huayi)  dengan eforia 
> > yang berlebihan. Sebagai negara leluhur dan negara dunia ketiga, wajar 
> > kalau kita turut menyambut dan bergembira akan kemajuan yang dicapai oleh 
> > Tiongkok. Setidaknya kita mengharapkan kemajuan Tiongkok akan memberikan 
> > keseimbangan kekuatan di dunia, sehingga akan membuat dunia menjadi lebih 
> > damai dan harmonis. Di samping itu barangkali kita dapat belajar dari 
> > mereka agar negara kita dapat mengejar ketinggalannya. 
> > 
> >  
> > 
> > Tetapi kita harus menyadari bahwa kita telah menjadi warga negara Republik 
> > Indonesia yang kita cintai.Hubungan kita dengan daratan Tiongkok hanya 
> > hubungan kekerabatan dan budaya saja, tidak lebih. Sekali lagi perlu 
> > ditegaskan bahwa kita adalah Huayi bukan Huachiao yang diwakili dalam 
> > anjungan pada parade 1 Oktober di Tiananmen. Sesuai dengan seruan Perdana 
> > Menteri Zhou Enlai dan semboyan luo di shen gen, sebagai warga negara 
> > Indonesia yang baik, kita harus terjun ke dalam mainstream bangsa Indonesia 
> > untuk bersama-sama membangun negara kita, meningkatan pendapatan, 
> > pendidikan dan kesehatan rakyat agar negara kita  dapat mengejar 
> > ketinggalannya dan menjadi negara yang terpandang di dunia. (Penulis adalah 
> > pengarang buku Tionghoa Dalam Pusaran Politik).
> >
>


Kirim email ke