Saya ingin memberikan pendapat saya sebagai sebagian dari generasi engkong
/ papah kalian - ini agar yg generasi yad masih tidak melupakan.
 
Jikalau kita dilahirkan jaman ebelum PD2 atau swaktuPD2 generasi ini mengalami 
banyak sekali perubahan politik dan kebudayaan. Kita harus mulai hidup jaman 
penjajahan belanda dimana "casta" system penting. Yg paling tinggi adalah 
mereka yg asli dari Belanda disusul oleh mereka yg disebut Indo atau campuran 
pri+ belanda, disusul kaum ningrat jawa dan suku chinese, india  dan yg paling 
rendah pribumi.
Begitu Jepang berkuasa Belanda dan Indo dimasukin kamp tahanan dan menghilang 
dari leader negara. Jepang berkuasa dan chinese boleh dikatakan disama ratakan 
dgn pribumi didalam hak² penghidupan mereka.
Jepang kalah keadaan sebelum PD2 kembali - tetapi revolusi mulai sampai 1949 
dimana menurut peraturan Pribumi menjadi no 1 dan ket. immigrant menjadi no2.
Jaman Jepang dan Belanda politik devide et impera  dominant dan semua suku² 
tidak ada yg saling percaya - suku Ambon malah dievakuasi keBelanda disusul 
suku menado. Suku Sumatera menjadi 2nd klas dari suku jawa no 1      Kaum ket. 
immigrant tetap ngelamub jaman pre PD2. Chinese, indian dan arabs.
Mereka demikiannya di-indoktrinasi sampai turut campur keributan diChina antara 
KMT dan KCT. Mereka juga tidak ingin ambil WNI sebab mereka berpendapat mereke 
WN China [tidak diakui oleh China] Yg menjadi WNI juga terpisah yg melamun 
mereka Belanda dan yg sudah membaur menjadi bangsa Indonesia. 
3-4 thn setelah Indonesia 100% merdeka -1949] Sukarno dan Chou EnLai 
-memecahkan persoalan ini dgn peraturan PP10 an banyak yg proChina berangkat 
kePRC atau keROC. Yg tinggal diInonesia tetap masih melamun jaman belanda dan 
malah memandang chinese yg tidak bisa memakai bah. belanda 2nd class. Ini juga 
sama dgn kaum suku lain terutama diJawa. casta stelsel tetap dipakai. Sukarno 
meskipun presiden pikirannya, karena dia juga ket. ningrat jawa tidak 
berlainan. Dia sponsor ket. Jawa kedalam pemerintahan [ no sunda, no minang, no 
ambon, etc.] dan hasilnya berantamlah semua suku↓ satu sama lain.
 
RMS, PRRI, Permesta, Pasundan [kartosuwirjo dgn DI dan TII], Aceh dsb. semua 
disebabkan diskriminasi. Yg ket. chinese juga kena sebab mereka melamun PRC 
akan melindungi mereka dan PKI dgn Aidit asal Bangka/Belitung dimana chinese 
sudah membaur mendapat bantuan dari chinese community yg pro PRC.[Aidit pintar 
chinesenya] Hasilnya dpt dilihat sewaktu keributan dlm 1963 sampai 1966. 
 
Sewaktu jaman limbo ini para intelect dari Sumatera seperti Hatta cs semua asal 
minang, semua di side track dan pemerintah bole dikata dipotong otaknya. 
Menurut saya kaum intelect ini yg sedari jaman 1920 diberikan pendidikan sampai 
PhD diEuropa  seharusnya mengambil alih kekosongan leadership pemerintah - 
tetapi yg masuk adalah lower class intelect yg dgn nationalisme ingin membangun 
negara.
 
Sekarang generasi engkong dan papah kalian melihat dan mengalami perubahan 
didalam negara. Mereka dulu harus belajar belanda - kemudian jepang - kembali 
belanda dan setelah 49 semua harus belajar indonesia.  Silahkan kalian 
bayangkan betapa frustrasi yg mereka hadapi. Manusia flexible terhadap cuaca 
alam tetapi tidak terhadap yg politik.
Akibatnya top layer negara [brain negara] - ini tidak memandang kesukuan dari 
yg Jawa, Sumatera dan juga yg ket. chinese semua pergi merantau  
 
Yg ket. chinese yg dikirim "pulang" ke PRC semua menderita --- mereka bukan 
kommunis tetapi kapialis, mereka bukan pribumi china dan selalu dianggap 
sebagai outsider. --- achirnya smua kabur pergi ke HK dan kemudin kembali 
keIndonesia.
Yg ke Europa banyak yg "patriotic" pro PRC setelah selesai mendapat S2 mereka 
juga banyak yg kePRC - ada organisasinya yg mengurus ini. Saya sewaktu itu juga 
ada dEuropa tetapi tidak tertarik dan tetap sekolah ambil graduate dan post 
graduate sebab dgn pendidikan ini kita dimanapun akan diterima. Papa saya yg 
adalah veteran negara - menganjurkan, kalau pro Sukarno jangan kembali. Cousins 
saya yg militer semua dipersulit penghidupannya
 
Sewaktu itu juga banyak yg oleh Sukarno dikirim keluar negeri -USSR, PRC, Yugo 
etc utk ambil pendidikan mereka  - tetapi mereka oleh Suharto dicap penghianat 
dan tidak pulang. 
Ini juga adalah braindrain utk negara.  Hasilnya dpt kita lihat sekarang dan 
baru jaman SBY sekarang brain masuk kedalam pemerintah kembali.
Diantara ket. Indonesia dirantau memang ada yg pro Sukarno atau pro Suharto 
tetapi kita semuanya bersatu dan tidak mebedakan kesukuan atau politik lagi.    
Keturunan kita sekarang tidak ada yg pro Indonesia lagi dan hanya pro negara 
tempat tinggal mereka.
 
Jadi kalian silahkan mengerti keadaan penduduk negara sewaktu jaman limbo tsb. 
Pro mana juga salah dan jiwa dpt melayang - membaur dgn siapa juga berbahaya. 
Saya hidup didaetah dikampung] pak Kartosuwiryo dan merasa betapa sulitnya 
penghidupan waktu itu dan betapa disappointednya dia terhadap Sukarno - 
diberikan perintah utk tahan belanda  dan menahan sampai mati -kemudian sewaktu 
Sukarno berkuasa ditendang dan dianggap penghianat sama seperti yg diPRRI dsb.
 
Harap kalian mengerti dan jangan memandang engkong / papa salah pilih politik 
atau salah pemikirannya. Sewaktu mereka harus cari nafkah sulit sekali memilih 
jalan penghidupan. Be happy they survive.
 
Andreas
 
 

--- On Wed, 1/6/10, ulysee_me2 <ulysee_...@yahoo.com.sg> wrote:


From: ulysee_me2 <ulysee_...@yahoo.com.sg>
Subject: [budaya_tionghua] Re: HUACHIAO dan HUAREN
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, January 6, 2010, 4:15 PM



Kalau gue sih memaklumi, seandainya ABG, Angkatan Babe Gue, masih rada phobia 
dengan hal-hal seperti itu. Bukannya apa, karena toh mereka ngalami ruwetnya 
tahun 55-65. Urusan Hua-kiao ; Hua-ren; Hua-Yi begitu hebohnya. Lalu ribut soal 
Asimilasi dan Integrasi, dua kawan akrab engkong sampai berantem gara-gara 
mbelain dua pepesan kosong ini. Yang ujung2nya nggak enak karena supaya meredam 
perselisihan, alhasil kena gebuk semua sekalian. Konyol khan. 

Sampai sekarang engkong dan babe gue masih seperti itu, yang Suma bilang fobia 
itu, makanya mereka melarang-larang gue ikut organisasi. Takut nasibnya kayak 
mantan Baperki. Ya itu begitu itu caranya, mengulang-ngulang sejarah masa lalu, 
tujuannya cuman satu, supaya jangan sampai gue kena nasib seperti engkong 
dulu.  

Intinya menurut gue jelas kok, memisahkan hua-kiao yang bukan hua-yi. Beda 
kewajiban, menurut kewarganegaraannya. Begitu toh?

Yaaaa.... fobia jangan terlalu, tapi euphoria juga jangan kelewatan. Gitu aja 
khan? Heheheheheh. 

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "sumamihardja" <sumamihar...@...> wrote:
>
> Yang menulis ini justru orang yang mengalami fobia yang enggak 
> selesai-selesai. Udah berapa tahun pesan ini selalu diulang-ulangnya? Baca 
> saja bagian belakang tulisannya. Ditujukan ke siapa pesan ini? Jangan-jangan 
> si penulisnya yang mengalami ilusi. Semakin sering ditulis, justru semakin 
> menunjukkan pesan bahwasanya yang fobia adalah penulisnya sendiri. 
> 
> Yang berbahaya, akhirnya salah-salah justru timbul kecurigaan bahwa Tionghoa 
> Indonesia itu pada dasarnya tidak menjadi WNI sungguhan, kecuali si BS ini 
> yang benar-benar nasionalis sejati lewat pengulangan-pengulangan tersebut. 
> Apa lagi cari muka sebagai pemuka? Lagipula, dia itu mau memaksudkan huayi 
> dengan yi huruf dari apa? ini juga membingungkan dan tidak jelas dia 
> sebenarnya mau ngomongin apa. 
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "GELORA45" <SADAR@> wrote:
> >
> > 
> > 
> > HUACHIAO  dan  HUAREN
> > 
> >  
> > 
> > Benny G.Setiono
> > 
> >  
> > 
> > Pada 1 Oktober 2009 yang lalu, dalam rangka memperingati 60 tahun 
> > proklamasi berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, di lapangan Tiananmen telah 
> > diselenggarakan parade yang luar biasa megahnya. Pemerintah RRT di bawah 
> > pimpinan PKT, presiden Hu Jindao dan perdana menteri Wen Jiabao seolah 
> > ingin mendemonstrasikan kemajuan ekonomi dan angkatan bersenjatanya, 
> > terutama setelah adanya reformasi ekonomi yang dicanangkan Deng Xiaoping 
> > pada 1978. Politik  pintu terbuka negara "tirai bambu" dan pembangunan 
> > ekonomi pasar, bertolak belakang dengan Revolusi Besar Kebudayaan Proletar 
> > (RBKP) yang dikobarkan Mao Zedong dan para pendukungnya Marsekal Lin Biao 
> > dan the Gang of Four, Jiang Qing, Yao Wenyuan, Wang Hongwen dan Zhang 
> > Chungqiao pada 1966. 
> > 
> >  
> > 
> > Setelah Mao meninggal dunia pada 9 September 1976, Deng Xiaoping dengan 
> > dukungan Marsekal Ye Jianying berhasil menyingkirkan  lawan-lawan 
> > politiknya yang dipimpin  Hua Guofeng sebagai pengganti Mao dan para 
> > pengikut setianya.
> > 
> >       
> > 
> > Ternyata hanya dalam waktu 30 tahun pemerintah RRT telah berhasil melakukan 
> > pembangunannya, baik politik,ekonomi dan militer dengan sangat luar biasa 
> > dan Tiongkok telah berubah dari negara yang terbelakang menjadi pesaing 
> > utama negara super power, Amerika Serikat yang pada awal dekade 90-an 
> > berhasil memenangkan perang dingin yang berlangsung sejak berakhirnya PD II.
> > 
> >  
> > 
> > Setelah pada 2008 RRT berhasil menyelenggarakan pesta Olimpiade yang 
> > terbesar dan termegah sepanjang sejarah pesta olah raga tersebut, kini 
> > dunia dibuat kagum dengan diselenggarakannya parade 1 Oktober tersebut. 
> > Tiongkok berhasil melakukan pembangunan ekonominya secara massif, terbukti 
> > dengan cadangan nasionalnya yang berjumlah 2,3 triliun US dollar dan 
> > pertumbuhan ekonomi tahun 2009 yang diperkirakan mencapai 8 %, demikian 
> > juga diperkirakan tahun 2009 Tiongkok akan menjadi negara  eksportir 
> > terbesar di dunia,mengalahkan Jerman. Pertumbuhan ekonomi sebesar 8 %, di 
> > tengah-tengah berlangsungnya krisis ekonomi global yang merontokkan hampir 
> > seluruh negara-negara  industri maju di dunia merupakan suatu prestasi yang 
> > luar biasa. 
> > 
> >  
> > 
> > Ada dua hal yang menarik dalam parade tersebut. Yang pertama parade militer 
> > yang menampilkan seluruh alutsistanya, mulai dari yang konvensional sampai 
> > yang sangat modern dengan berbagai rudal mulai dari rudal anti pesawat 
> > udara sampai rudal antar benua.Yang mengagumkan seluruh alutsista tersebut 
> > buatan dalam negeri sendiri.
> > 
> >       
> > 
> > Yang kedua, dalam parade tersebut juga ditampilkan anjungan yang mewakili 
> > para Huachiao yang bertebaran di seluruh dunia. Nah, masalah inilah yang  
> > banyak menarik perhatian masyarakat Tionghoa di Indonesia. Karena di dalam 
> > masyarakat masih terjadi kekaburan pengertian antara istilah Huachiao dan 
> > Huaren. Banyak yang mengira bahwa yang dimaksud dengan Huachiao adalah 
> > seluruh orang Tionghoa yang berdiam di berbagai negara di luar daratan 
> > Tiongkok, termasuk yang sudah menjadi warga negara di negara-negara  tempat 
> > mereka tinggal.
> > 
> >       
> > 
> > Yang benar Huachiao adalah warga negara Tiongkok yang berdiam di 
> > negara-negara di luar daratan Tiongkok, sedangkan Huaren adalah orang-orang 
> > yang nenek moyangnya berasal dari daratan Tiongkok tetapi telah menjadi 
> > warga negara di negara-negara  tempat mereka tinggal. Khusus untuk 
> > orang-orang Tionghoa di Indonesia disebut Huayi.    
> > 
> >  
> > 
> > Pesta Olimpiade dan parade 1 Oktober yang megah tersebut seyogyanya tidak 
> > perlu ditanggapi masyarakat Tionghoa  di Indonesia (Huayi)  dengan eforia 
> > yang berlebihan. Sebagai negara leluhur dan negara dunia ketiga, wajar 
> > kalau kita turut menyambut dan bergembira akan kemajuan yang dicapai oleh 
> > Tiongkok. Setidaknya kita mengharapkan kemajuan Tiongkok akan memberikan 
> > keseimbangan kekuatan di dunia, sehingga akan membuat dunia menjadi lebih 
> > damai dan harmonis. Di samping itu barangkali kita dapat belajar dari 
> > mereka agar negara kita dapat mengejar ketinggalannya. 
> > 
> >  
> > 
> > Tetapi kita harus menyadari bahwa kita telah menjadi warga negara Republik 
> > Indonesia yang kita cintai.Hubungan kita dengan daratan Tiongkok hanya 
> > hubungan kekerabatan dan budaya saja, tidak lebih. Sekali lagi perlu 
> > ditegaskan bahwa kita adalah Huayi bukan Huachiao yang diwakili dalam 
> > anjungan pada parade 1 Oktober di Tiananmen. Sesuai dengan seruan Perdana 
> > Menteri Zhou Enlai dan semboyan luo di shen gen, sebagai warga negara 
> > Indonesia yang baik, kita harus terjun ke dalam mainstream bangsa Indonesia 
> > untuk bersama-sama membangun negara kita, meningkatan pendapatan, 
> > pendidikan dan kesehatan rakyat agar negara kita  dapat mengejar 
> > ketinggalannya dan menjadi negara yang terpandang di dunia. (Penulis adalah 
> > pengarang buku Tionghoa Dalam Pusaran Politik).
> >
>




------------------------------------

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links



Reply via email to