Pak Sumarno!
Terima kasih penjelasan panjang-lebarnya.
Isi penjelasannya juga high-level class.
Tapi sayang, saya hampir tidak menemukan jawaban yang sebenarnya saya inginkan. Ibarat saya sedang berada di kawasaki, dan nanya jalan ke shibuya. Tapi Pak Sumarno menjelaskan jalan ke Yokohama, walau dengan secara detail menjelaskan nama-nama gedung tinggi dan bangunan terkenal di sekelilingnya. Maka secara jujur saya sampai merasa, saya ini berinteraksi sana akademisi, atau , maaf.... tukang ojek di dekat rumah.

Makanya, mohon kita tutup saja pembicaraan masalah ini. Toh saya yang mengharafkan mendapatkan manfaat, agaknya susah terpenuhi. Sayang kan waktunya Pak Sumarno terbuang percuma, sementara yang akan dibantu itu justru tidak merasa mendapatkan sebuah manfaat.

Salam damai, dan terima kasih terutama buat Pak Sumarno.
Marowa

JPN. Sumarno wrote:
On Thu, 8 Sep 2005, Marowa wrote:

Systemnya terlambat 1 bulanan dari kontrak yang kita tanda tangani.
Padahal kita sudah wanti-wanti sebelumnya, bahwa tanpa itu, kita tidak
bisa ngapa-ngapain di kantor.


lha iya dong namanya perusahaan yg bergerak di bidang e commerce dg media Internet, kalau ndak ada Internet ndak bisa usaha, ngelamun saja di kantor :-).

Kenyataannya, kita masih dipimpong dgn alasan sana dan alasan sini.


Kabarnya network Indonesia terlalu cepat tumbuh, shg birokrasi yg ada tidak dapat menandingi kebutuhan masyarakat. Eksesnya seperti yg anda alami dulu.

Atau hal seperti ini memang hal yang wajar-wajar(dibenarkan) saja?


wajar dengan benar memang agak mirip. memasukan konektor UTP ke port modem pc bisa disebut tidak benar, bukan tidak wajar. Tetapi kalau memasukan sendok makan ke hidung pada waktu makan namanya tidak wajar, sedang mabuk kali :-).

Tampaknya kedua proses itu terkait dg soal prosedur. Persoalannya dulu prosedur itu masih baru dan belum tersosialisasi ke masyarakat dan anda sebagai masyarakat pada saat itu jadi merasa di pimpong.

Saya tidak begitu tau tentang pajak atau apalah namanya. Tapi setidaknya
naluri saya bilang, "tidak segampang itu, bung!"


benar paling tidak menunggu usulan uang kembali diacc dulu oleh pimpinannya selama ada waktu :-). repotnya kalau pimpinan ndak ada waktu ... bisa berbulan bulan hehehehe nungguin kabarnya.

kalau jualan di tingkat retail emang sering ketekan pak ama grosir. belon lagi bbm naek, bandar ikut naikin harga.....

Kalo saya sendiri, maaf....., gelap ama grosir-gosiran. Pengennya kerja
yang fair,tidak licik, bayar pajak sesuai dengan aturan yang ada, bayar
kewajiban, dan hak saya terpenuhi.


pedagang grosir juga dianjurkan fair dan membayar pajak dg baik kok pak, kalau tidak, bisa kena denda.

coba disurpey dulu di internet, berape grosir banwith mau kasih harga pada ISP Indonesia...

Yang kita tau, koq di sana ama di sini keadaannya seperti langit dan bumi.


Indonesia sudah sejak dulu memberikan gambaran fenomena aneh di dunia, dulu sempat harga gula pasir termasuk paling mahal di dunia :-).

Saya rasa ini hanya berupa sebuah pandangan. Dan kalau kita sudah
berhenti dan menganggap cukup apa yang ada sekarang, yah.... jalan di
tempat namanya.


Setiap orang memiliki pandangan maju kok pak, persoalannya di level praktek, kadang pandangan ini hilang oleh target fisik dan batasan dana lembaga pelaksana. Sehingga dirasakan banyak orang yang berperan sebagai usernya, pencapaian titik akhir kemajuan itu kok semakin terasa jauh saja seperti akan mencapai fatamorgana.

Bisa nggak dikira-kira secara kasar perbandingan orang
yang makai komputer di rumah dengan yang connect ke internet secara
intensif!


Sulit, kalau dirunut dari bon bon yg disetor oleh pedagang pc ke dirjen pajak, bisa kadaluarsa juga sebab umur pc itu tidak lama, selain umur bon bon itu juga tidak lama mudah dimakan kutu buku atau dijual ke pedagang kacang goreng.

Salam,
-marno-




Kirim email ke