Kalau mau besar ya harus mau menjadi besar, dan
untuk itu memang harus mau belajar betapun pahitnya.

1. Malari menurut versi pemerintah Orba. Siapa jendral yang menaiki jeep 
erbuka dengan aca mata dan memebritahu tukang becak di Borobudur untuk 
ke Senen? Jelas Hariman, Rahmat Toleng, dkk bukan pelakunya.

2. Kudatuli, suiapa yanbg memerintahkan dan siapa pelakunya dan siapa 
yang mempunyai ide untuk mengorbankan anak-anak muda PRD sehingga 
perintahnya adalah penjenazahan. Padahal jelas bukan PRD yang melakukan

3. Kerusuhan SARA sejak 1966-1998, siapa yang dibalekang kerusuhan.

4. Sejarah TNI AD dan kekuasaan sejak kemerdekaan

5. Gerakan pembunuhan jendral-jendral hebat TNI AD.

6. Sejara Freeport sejak ditolak Soekarno namun langsung diberikan sejak 
pergantian rezim.

7. dan masih banyak lagi


agar generasi yang akan datang tidak lagi terbebani dan menuju peradaban 
baru yang lebih baik untu membangun Indonesia yang mandiri di bidang 
ekonomi, berdaulat di bidang politik, dan berkepribadian di bidang 
kebudayaan



On 2/1/2010 8:35 AM, Kicky wrote:
>
> Sangat sepakat dengan Pudimartini,
>
> Inilah yang perlu kita dorong, jika kita ingin adanya suatu pembelajaran
> yang obyektif, tanpa ada campuran analisa dan dugaan atas
> kebetulan-kebetulan yang terjadi.
> Sebaiknya sejarah adalah fakta dan tidak tercampur dengan analisa.
>
> Ada dugaan korban kekejaman PKI (1924-1965) dan ada juga dugaan korban
> kekejaman 1965-1966.
> Mari kita angkat secara seimbang.
> Jangan hanya melulu mengangkat cerita korban 1965-1966.
> Inilah inti dari apa yang menurut saya patut kita angkat dalam 
> pembelajaran
> kita bersama.
>
> Salam
>
> Kicky

Reply via email to