Setelah tulisan baik/buruk Soeharto baik oleh pegiat HAM maupun pemuja/pembenci 
Soeharto menghilang dari Kompas beberapa hari setelah Soeharto berbalikpapan, 
saya menanyakan kepada salah seorang penulis (pegiat HAM) apakah dia (Maaf Pak, 
nama saya yang asli ini, bukan yang tertulis di imel saya!Sekali lagi 
maaf.)lupa menyebutkan kejahatan (rezim(?)) Soeharto yang kami saksikan di 
Sumut ini, yang bersangkutan menjawab: "Memang belum tahu." Dia menganjurkan 
kepada saya untuk menyampaikan soal ini kepada satu yayasan di NTT yang pada 
saat itu katanya sedang giat menyusun daftar korban Orba, sayang hingga kini 
saya belum berhasil mendapatkannya. Jadi jelas, Asvi pasti belum tahu juga. 
Kemudian saya mencoba menghubungi Ketua Komnas HAM, tetapi karena sekretarisnya 
harus terlebih dulu tahu apa yang hendak saya bicarakan dan saya bilang 
masalahnya masih peka dia tetap juga tidak mau menghubungkan saya dengan sang 
Ketua, informasi ini baru bisa saya utarakan secara terbuka setelah Anda-Anda 
pemberani membahas masalah Soeharto dalam forum ini.

Buat pengagum Soeharto, tolong usahakan mencari bukti ke seluruh desa yang 
berdekatan dengan aliran sungai di seluruh Sumut untuk menanyai mereka tentang 
isu ini. Mungkin kalian berubah pikiran. Untuk informasi, penjara sementara 
yang berupa empat ruang belajar siswa sekolah perawat kosong setelah 
pembangkaian ini. Ini baru satu wilayah Kodim dari empat wilayah Korem yang ada 
di Kodam II/Bukit Barisan dengan wilayah Sumatera Utara. Menurut pengetahuan 
saya waktu itu, pembangkaian ini berlangsung di seluruh wilayah Kowilhan 
I/Sumatera. Soalnya pada tahun 1974 ada seorang tetangga langsung (di seberang 
pagar halaman rumah kami) yang dijemput oleh CPM Kodam III/17 Agustus (wilayah 
eks Sumatera Tengah) karena tetangga ini rupanya adalah bekas anggota PKI yang 
telah berhasil lari dari daerahnya dan menyamar sebagai pedagang material 
bangunan (kayu).

Mungkin kalian mulai dengan membongkar kuburan salah satu korban yang saya (dan 
bersama teman-teman di kampung yang masih banyak hidup) masih ingat letaknya. 
Korban ini dieksekusi setelah berhasil lolos dari berondongan peluru yang 
sayang kakinya tertembak yang kemudian muncul lagi dari hutan setelah kakinya 
yang tertembak ini membusuk. Dia langsung dieksekusi setelah keberadaannya 
dilaporkan kepada pemerintah.

 Zul


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, pudimartini <pudimart...@...> 
wrote:
>
> Mas Zul,
>
> Sejauh yang saya amati lewat media,
> ada perbedaan pematraan mengenai korban antara
> Mas Asvi dan Mas Kiki.
>
> Mungkin, keduanya berbeda karena memang tidak mudah
> untuk menelusuri kembali saksi-saksi untuk merekonstruksi
> kejadian dan fakta berhubung budaya negara tirai mulut itu.
> Misal kita melihat di Supermsemar, semua saksi mata tutup
> mulut hingga akhir hayatnya, .
>
> Saatnya, kesaksian seperti Mas Zul ini, diangkat kembali
> bukan untruk menguak luka lama namun agar kejadian itu
> bisa direkonstruksi kembali dan bangsa ini bisa belajar
> atas kesalahannya.

Reply via email to