Btw kalo sudah publish dan peer reviewed di forum international mgkn akan 
menarik perhatian UNESCO utk masuk dan membantu (tapi menguntungkan gak ya 
melibatkan UNESCO ini?)  

Tapi sebelumnya apa ndak peer review di dalam negri dulu? IAGI mengundang para 
pakar geologi utk diskusi bareng? Bapak2 professor tentu dgn senang hati kan 
berdiskusi? 
Salam
Razi
2708
-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
Date: Sat, 11 Feb 2012 15:36:39 
To: <iagi-net@iagi.or.id><iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Cc: <iagi-net@iagi.or.id><iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Resume Saresehan Peradaban dan Katastropik Purba, Tgl 
7 Februari 2012
Sakbetulnya akan lebih bagus kalau salah satu anggota team ini menjadi 
pembicara di forum Geosea ini, barangkali amas Danny atau mas Andang bersedia 
menjadi pembicara di acara panel diskusi kebencanaan di Geosea 2012 ini? 
Walaupun masih berupa ongoing research tetapi usaha mitigasi ini unik diantara 
para geoscientist dan syapa tahu memberikan inspirasi baru bagi mereka.
Salam

Rdp

Sent from my iPad

On Feb 11, 2012, at 3:18 PM, "Danny Hilman Natawidjaja" 
<danny.hil...@gmail.com> wrote:

> Mas Rovicky,
> Kalau materi umum dan yang sudah resmi di publikasi (di Jurnal) tentu boleh
> di-share.
> Tapi data-analisa yang masih "in progress" tentunya belum bisa.
> 
> Salam
> Danny
> 
> -----Original Message-----
> From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:rovi...@gmail.com] 
> Sent: Saturday, February 11, 2012 10:03 AM
> To: <iagi-net@iagi.or.id>
> Subject: Re: [iagi-net-l] Resume Saresehan Peradaban dan Katastropik Purba,
> Tgl 7 Februari 2012
> 
> Mas danny,
> Apakah ada yg bisa dishare materi usaha mitigasi ini ? Siapa tahu bisa saya
> share ke rekan-rekan kita di manca negara dalam acara Geosea2012 bulan depan
> di Bangkok yg dihadiri kawan-kawan geosaintis seluruh Southeast Asia.
> Suwun
> 
> Rp
> 
> Sent from my iPad
> 
> On Feb 11, 2012, at 12:43 AM, "Danny Hilman Natawidjaja"
> <danny.hil...@gmail.com> wrote:
> 
>> IAGI-netter yang budiman,
>> Mohon maaf baru dapat me-respon email karena sedang mengikuti
> Int.Conference
>> Kebudayaan yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Kebudayaan UI di Sanur Bali,
>> saya dan ADB diminta untuk bicara bersama Prof. Oppenheimer kemarin.
>> 
>> Saresehan "Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di
>> Nusantara untuk Memperkuat  Karakter dan Ketahanan Nasional" Tgl 7
> Februari
>> kemarin berlangsung dengan sangat meriah dihadiri oleh sekitar 500-an
>> pengunjung dari berbagai kalangan dan juga bidang keilmuan.  Luarbiasanya
>> lagi, sebagian besar pengunjung setia duduk dari pkl 9 pagi sampai selesai
>> (pkl 16:00).  Sebagian malah sudah datang sejak pkl 7 pagi, dan sebagian
>> tidak kebagian makan siang tapi rela duduk sambil menahan lapar sampai
> sore.
>> Uniknya saresehan ditutup tanpa sesi kesimpulan.  Pasalnya panitia lupa
>> mempersiapkan dan melakukannya, dan mereka juga heran kok bisa sampai
>> lupa... Mungkin terlalu excited dengan jalannya saresehan yang kata
>> pengunjung memang seru.  Jadi perkenankan saya mencoba membuat resume-nya.
>> Silahkan bagi rekan-rekan yang kebetulan hadir di saresehan untuk
> mengoreksi
>> atau menambah-kurangi resume ini.
>> 
>> Presentasi dimulai dari perkenalan tentang Tim Bencana Katastropik Purba
>> (apa, siapa, visi, konsep, hipotesa kerja, metoda, dan goals).  Kemudian
>> dilanjutkan dengan presentasi singkat oleh DHN dan ADB tentang hasil
>> penelitian di Banda Aceh, Batujaya, dan Trowulan.  DHN presentasi tentang
>> temuan dua gempa besar yang terjadi sekitar tahun 1390 dan 1440 M  di Aceh
>> yang diikuti tsunami sebesar yang terjadi pada tahun 2004.  Bukti berupa
>> data pengangkatan dari koral mikroatol di P. Simelue dan lapisan endapan
>> tsunami yang ditemukan di dekat Kota Banda Aceh.  Pada lapisan tsunami
>> banyak ditemukan artefak-artefak keramik.  Dua bencana tsunami ini diduga
>> berperan besar dalam keruntuhan kerajaan Samudra Pasai yang kemudian
> diikuti
>> dengan kemunculan Kerajaan Iskandar Muda.  Adanya 'diskontinuitas' dari
>> peralihan dua kerajaan ini banyak membuat para sejarawan bingung.  Baru
>> mereka mengerti setelah tahu peristiwa bencana tsunami ini.  Sebetulnya
>> 'kenangan' tentang bencana tsunami ini masih ada dalam masyarakat Aceh
>> sekarang yaitu dengan adanya istilah IEU-BEUNA (Airbesar) namun sayangnya
>> mereka sudah tidak paham lagi apa maksud dari kata itu... sampai terjadi
>> lagi bencana serupa tahun 2004.  
>> 
>> Selanjutnya ADB mempresentaskan tentang penelitian di Situs Batujaya,
>> Krawang. Survey Georadar memperlihatkan bahwa di beberapa situs bangunan
>> batubata merah yang hanya tersembul beberapa meter saja dipermukaan
> ternyata
>> dibawahnya ada bangunan yang terkubur sampai 15 meter yang bisa merupakan
>> bagian bangunan dengan umur sama (Abad 4 Masehi) atau peninggalan
> peradaban
>> yang lebih tua lagi.  ADB juga menguraikan bahwa di sekitar situs
> ditemukan
>> endapan marin (laut). jadi dulunya situs ada di dekat garis pantai.
>> Kemudian ADB juga memperlihatkan sayatan horizontal dari hasil survey
>> seismic 3D di utara Jakarta yang memperlihatkan jejak sungai purba dengan
>> jelas sekali dan mengemukakan pentingnya dunia industri minyak
> menyumbangkan
>> data seismic hanya sebatas data Pleistosen-Holosen yang tidak ada gunanya
>> untuk ekslorasi minyak tapi akan banyak manfaatnya untuk penelitian
> pemetaan
>> Patahan Aktif, pemetaan paleogeografi, kebencanaan, dll.  Untuk Trowulan,
>> ADB memperlihatkan bahwa dari hasil survey Georadar dan pemboran tangan
>> dangkal juga analisa carbon dating ditemukan bahwa (jejak) kanal besar
> yang
>> disimpulkan oleh para arkeolog dibuat pada Jaman Majapahit ternyata
>> posisinya ada di bawah "ketidakselarasan" struktur batamerah Majapahit di
>> (dekat) permukaan, atau dengan kata lain kanal itu dibuat oleh peradaban
>> sebelum Majapahit.  Hasil carbon dating menunjukan bahwa umur dari lapisan
>> peradaban di bawah Majapahit itu sekitar 600 SM (kelahiran Budha).  Dari
>> berbagai singkapan karena penggalian tanah yang diambil untuk industri
>> pembuatan bata ditemukan banyak struktur sisa bangunan dari batamerah di
>> bawah lapisan Majapahit yang tertimbun oleh endapan lumpur mirip LUSI. Di
>> singkapan lain ada juga reruntuhan batamerah (pra-Majapahit) yang
> tertimbun
>> endapan seperti lahar. 
>> 
>> SESI GUNUNG PADANG  
>> Pak Luthfi Yondri, arkeolog yang meneliti Gunung Padang, memaparkan
> tentang
>> sejarah penemuan situs dan hasil penelitian arkeologi, yaitu sebatas bahwa
>> situs Gunung Padang di Cianjur adalah Situs Megalitikum yang 'sederhana'
>> terdiri dari kolom-kolom andesit/basalt yang ditata membentuk teras-teras
> di
>> atas puncak sebuah bukit. Siapa yang buat, bagaimana buatnya, darimana
>> source kolom-kolom andesit-basaltnya dan kapan dibuatnya belum diketahui,
>> kecuali hanya dikira-kira berdasarkan perbandingan dengan situs-situs
>> megalitik lain dan frame-time arkeologi Indonesia, yaitu sekitar 2500
> tahun
>> SM.  (Pak Lutfi sebetulnya punya data actual yang cukup menarik dari
>> trenching yang pernah dilakukannya tahun 2000-an. Dari trenching sedalam
>> sekitar 2 meter di Teras pertama dia menemukan bahwa setiap kolom andesit
>> yang ditumpuk-tumpuk terbungkus oleh satu lapisan seperti tanah.  Katanya
>> dia sudah tanya ke teman-teman geologi tentang bungkus tanah itu tapi
> tidak
>> mendapat jawaban yang memuaskan.  Kami menduga itu adalah semacam semen
>> purba.  Semen antar kolom andesit itu malah masih bisa dilihat pada
>> dinding-ramp antara Teras satu ke Teras dua.  Entah kenapa Pak Lutfi tidak
>> hasil trenching dan kolom andesit yang seperti dibungkus tanah itu di
>> saresehan padahal sudah saya bilang itu hal yang sangat menarik). 
>> 
>> Pak Pon Purajatnika, mantan Ikatan Ahli Arsitektur JABAR, mempresentasikan
>> penelitiannya di Gunung Padang yang sudah dilakukan sejak tahun 2008.
>> Menurut Beliau konstruksi tumpukan batu G. Padang bukan pekerjaan
>> sembarangan tapi hasil olah arsitektur yang luar biasa. Setelah dilakukan
>> studi banding ke Michu-Pichu (bangunan Piramid Maya di Peru) beliau
>> berkesimpulan bahwa arsitektur G.Padang persis sama dengan Michu Pichu.
>> Beliau juga sudah membuat rekonstruksi Situs Gunung Padang di atas bukit.
>> (saya tahu Beliau malah sudah membuat sketsa imajiner arsitektur G.Padang
>> dari puncak sampai dasar Sungai Cimanggu ~200m - Yaitu sebuah Piramid -
> ala
>> Maya - yang sangat besar, tapi entah kenapa tidak beliau perlihatkan di
>> seminar).  Luarbiasa kreatif dan sangat inspiratif. 
>> 
>> DHN presentasi tentang analisis morfologi G. Padang yang jelas
>> memperlihatkan G.Padang seperti sebuah tumor besar di kaki sebuah
> punggungan
>> dari Gunung Karuhun (perbukitan tinggi di Selatan G.Padang).  Artinya,
>> interpretasi geologi yang paling mungkin adalah Gunung api purba atau
>> intrusi batuan beku.  Tapi apakah demikian?  Hasil survey lintasan
>> Geolistrik (memakai SuperSting R8) tidak mendukung interpretasi geologi
> ini.
>> Ada beberapa lintasan geolistrik yang dibuat: 2 lintasan dengan spasing
>> elektroda 3m dan 8m untuk penampang Utara-Selatan, 3 Lintasan dengan
> spasing
>> elektroda 1m, 4m, 10 meter untuk penampang Barat-Timur (catatan: spasing
>> elektroda 3m dengan jumlah electrode 112 depth of penetrationnya ~60m,
> yang
>> 8m sampai 200 m-an). Singkatnya, data geolistrik tidak memperlihatkan
>> struktur intrusi magma, volcanic plug ataupun gunung purba, melainkan satu
>> geometri yang sangat unik dan sepertinya tidak alamiah.  Inti gambaran
>> subsurface Gunung Padang. Dari atas 0 - ~20m adalah lapisan horizontal
>> dengan resistivity ratusan Ohm-meters. Di bawah itu ada lapisan dengan
>> resistivity ribuan Ohm-meters (warna merah) dengan tebal sekitar
> 20-30meter,
>> miring ke Utara tapi anehnya bagian atas lapisan miring ini seperti
>> TERPANCUNG RATA (di kedalaman 20 meteran itu) dan membaji pas di ujung
>> selatan Situs.  Ini mengindikasikan bahwa dari depth 20 meter ke atas
> adalah
>> man-made structures.  Lapisan merah diduga adalah batuan keras massif -
>> batuan andesit-basalt. Di bawah lapisan merah adalah lapisan batuan yang
>> low-resistivity - kemungkinan berpori dan ber-air.  Tapi yang unik adalah
>> adanya bentukan biru besar membulat di bawah situs yang sangat rendah
>> resistivitasnya (mendekati 1 atau true conductor).  Keunikan tidak
> berhenti
>> di situ, di bawah si biru bulat itu ada lapisan dengan resistivitas tinggi
>> (merah) - batuan keras yang berbentuk seperti cekungan atau "cawan
> raksasa"
>> yang posisinya kira-kira sekitar 100 meter dari puncak atau sedikit di
> bawah
>> level tempat parkir di permulaan tangga untuk naik ke situs.  Penampakan
>> cawan ini sangat konsisten terlihat di lintasan Utara-Selatan dan
>> Barat-Timur.  Sama sekali tidak terlihat ada indikasi "feeding dukes" atau
>> leher intrusi di Penampang geolistrik. 
>> Dugaan lapisan 20 meter ke bawah dari atas situs adalah man-made
> structures
>> ditunjang oleh Survey GPR di atas Situs.  Survey GPR dilakukan berbagai
>> lintasan di semua Teras 1-5 dengan memakai antenna MLF 40 MHz dari SIR-20
>> GSSI yang dapat menembus kedalaman sampai sekitar 25-30 meteran. Dari
> survey
>> GPR terlihat ada bidang very high reflector di kedalaman sekitar 3-5 meter
>> dari permukaan di semua teras.  Bidang ini sangat horizontal dan juga
>> membentuk undak-undak seperti situs di atasnya.  Dibawah bidang ini
> struktur
>> lapisan tidak kalah unik. Ada lapisan melintang yang memotong
>> lapisan-lapisan horizontal  - tidak mungkin ada struktur geologi seperti
> ini
>> apalagi di bukit 'vulkanik'.  Singkatnya, penampang georadar sangat
>> mendukung interpretasi struktur bangunan sampai kedalaman 20 m.  Struktur
> di
>> bawah situs ini berundak juga mengikuti struktur teras situs yang terlihat
>> di permukaan.  Dari berbagai lintasan geolistrik 2D sangat mungkin bahwa
>> sampai ke kedalaman sekitar 100 meter, yaitu sampai ke struktur batuan
> keras
>> berbentuk Cawan adalah bangunan atau paling tidak tubuh batuan alamiah
> yang
>> sudah dipermak manusia.  Lebih lanjut lagi, DHN juga mempresentasikan
> hasil
>> survey geolistrik 3-D pada situs di atas puncak yang dimaksudkan untuk
>> mendapatkan sub-surface structure yang lebih detil.  Survey 3-D ini
> mencakup
>> hamper seluruh luas situs (memakai spacing 5m dibuat 4 lines Utara Selatan
>> dengan electrode 112 buah - atau setiap line ada 28 electroda).  Depth of
>> dari survey 3-D ini mencapai kedalaman 25 meteran.  Hasil 3-D dapat
>> meng-iluminasi struktur di bawah situs dengan baik.  Yang membuat kami
> semua
>> terkesima adalah kenampakan tiga tubuh very-high resistivity (lebih dari
>> 50.000 ohm.m) di bawah Teras 1, 2, dan 5.  Dengan nilai resistivitas
>> setinggi ini kemungkinannya ada dua: tubuh sangat solid/pejal atau
> merupakan
>> ruang ("CHAMBER"). Yang paling mungkin adalah Ruang hampa udara ("The
>> Chamber of secret").  Dimensi chamber tersebut kelihatannya sangat besar!
>> DHN juga memperlihatkan hasil survey geomagnet yang dilakukan dengan
>> peralatan GEM Overhauser yang sangat sensitive yang biasa dipakai untuk
>> survey arkeologi.  
>> 
>> ADB kemudian mempresentasikan hasil pemboran di Gunung Padang.  Ada dua
>> titik yang kami pilih: Bor satu di ujung Selatan Teras 3, Bor ke dua di
>> samping Selatan Teras 5.  Sebenarnya dua lokasi bor yang dipilih bukan
> titik
>> "Jack-pot" yang seharusnya di-bor, misalnya persis di atas Chamber atau
>> anomaly high magnetic-nya.  Hal ini dikarenakan lokasi-lokasi ini di
> atasnya
>> dipenuhi tumpukan kolom andesit situs yang TIDAK BOLEH DIPINDAHKAN.  Kami
>> mendapat ijin bor dari pihak berwenang tapi belum diperbolehkan untuk
>> memindahkan bebatuan situs.  Walaupun demikian, hasil pemboran sudah cukup
>> untuk membuktikan dugaan struktur bangunan dan juga sukses dalam
>> mengkalibrasi hasil survey georadar dan geolistrik.  Pada Lubang Bor 1:
>> dari permukaan sampai kedalaman kira-kira 3 meter terdapat perlapisan
>> susunan kolom andesit 10-40 cm (yang dibaringkan) diselingi lapisan tanah.
>> Setiap kolom andesit ini dilumuri oleh semacam semen (sama seperti yang
>> ditemukan oleh Arkelog Lutfi Yondri sewaktu melakukan trenching tahun 2000
>> sampai kedalaman 1.8 meter).  Sewaktu menembus 3m kami mendapat surprise
>> karena tiba-tiba drilling loss circulation dan bor terjepit.  Yang
> dijumpai
>> adalah lapisan pasir-kerakal SUNGAI (epiklastik) yang berbutir very well
>> rounded setebal 1 meteran (Note: Rupanya bidang tegas yang terlihat pada
> GPR
>> itu di kedalaman 3-5 meter di semua Teras adalah batas dengan permukaan
>> hamparan pasir ini).  Menurut Pak Pon yang ahli arsitek, boleh jadi
> hamparan
>> pasir ini dimaksudkan sebagai peredam guncangan gempa.  Kalau benar
>> demikian, alangkah hebatnya para leluhur pembuat bangunan ini.
> Kelihatannya
>> mereka sudah punya ahli gempa :-)  Bagian dibawah kedalaman 4m yang
> ditembus
>> bor ditemukan berupa selang seling antara lapisan kolom andesit yang
> ditata
>> dan lapisan tanah-lanau. Lapisan kolom andesit yang ditata itu aebagian
>> ditata horizontal dan sebagian lagi miring (catatan: ini sesuai dengan
>> survey GPR yang memperlihatkan bahwa perlapisan ada yang horizontal dan
> ada
>> yang miring). Baru dikedalaman sekitar 19 meter bor menembus tubuh andesit
>> yang kelihatannya massif tapi penuh dengan fractures sampai kedalaman
>> sekitar 25 meter (note: sesuai dengan penampang geolistrik bahwa
>> kelihatannya bor sudah menembus lapisan merah yang terpancung itu).
> Banyak
>> ditemukan serpihan karbon, diantaranya ditemukan di kedalaman sekitar 18m
>> yang lebih menguatkan bahwa lapisan batuan dan tanah yang ditembus bukan
>> endapan gunung api alamiah tapi struktur bangunan.  
>> Bor ke-dua yang dilakukan persis di sebelah selatan Teras 5 menembus tanah
>> (yang seperti tanah urugan sampai kedalaman sekitar 7 meter. Kemudian
> ketemu
>> batuan  andesit keras. Di kedalaman 8 m terjadi hal mengejutkan - Total
>> Loss, 40% air di drum langsung tersedot habis. Hal ini berlangsung sampai
>> kedalaman 10 m (Note: BINGO! Inilah target utama-nya - tubuh very high
>> resistivity yang terlihat jelas di Geolistrik 3-D).  Kelihatannya bor
>> menembus rongga yang diisi pasir (kering) yang luarbiasa keseragamannya
>> seperti hasil ayakan manusia.  Di bawahnya ketemu lagi dua rongga yang
> juga
>> terisi pasir 'ayakan' itu diselingi oleh 'tembok' andesit yang sepertinya
>> lapuk.  Pemboran berhenti di kedalaman 15m.
>> Hasil preliminary dari analisis carbon radiometric dating dari banyak
>> serpihan arang yang ditemukan dikedalaman sekitar 3.5m. menunjukkan umur
>> Carbon Dating sekitar 5500 tahun yang kalau dikonversikan ke umur kalender
>> adalah sekitar 6700 tahun BP atau sekitar 4700 SM, jauh lebih tua dari
> umur
>> Pyramid Giza yangsekitar 2800 SM !
>> Tidak lupa ADB mengingatkan bahwa kali ini adalah presentasi "preliminary
>> results" (sampai Hari Minggu tgl 5, ADB masih di lapangan, nge-bor). Masih
>> banyak analisis yang sedang dilakukan untuk mencapai hasil yang lebih
> solid
>> lagi, termasuk penentuan umur carbon dating dibeberapa horizon
> stratigrafi.
>> ................
>> SINOPSIS BOR: Berhasil melakukan kalibrasi survey Georadar dan Geolistrik.
>> Satu diantaranya yang penting bahwa tubuh high resistivity yang terlihat
> di
>> geolistrik adalah rongga yang di lokasi Bor-2 rongga ini sebagian terisi
>> oleh pasir 'ayakan' yang sangat kering. (perlu diketahui juga bahwa sudah
>> dilakukan kalibrasi geolistrik di atas gua Jepang. Gua-gua ini terlihat
>> sebagai tubuh dengan nilai resistivitas sangat tinggi (30.

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2011-2014:
Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com
Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com
--------------------------------------------------------------------------------
Jangan lupa PIT IAGI 2012 di Jogjakarta tanggal 17-20 September 2012.
Kirim abstrak ke email: pit.iagi.2012[at]gmail.com. Batas akhir pengiriman 
abstrak 28 Februari 2012.
--------------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email 
to: o...@iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Reply via email to