Pak Luthfi,

 

Teman-teman IAGI harap jangan keliru, saya setuju extension Mahakam
diberikan kepada Pertamina. Saya juga tidak bisa lupakan jasa-jasa
Pertamina. Perusahaan dimana saya bekerja sebelumnya, PT Geoservices,
didirikan tahun 1971, bersama Durban Ardjo, dosen Tambang ITB, yang sekarang
menjadi Pres.Dir., dibesarkan oleh Pertamina. Siapa sih yang tidak bangga
kalau Pertamina bisa seperti Petronas, Petrobras, Pemex, SVPD, StatOil, dsb.


 

Tapi seperti yang pernah ditanyakan Pak Rovicky dan telah saya terangkan,
kita jangan berikan "at any price". Kita jangan berikan blank cek. Harus ada
rambu-rambu. Prinsipnya Negara harus dapat keuntungan sebesar-besarnya.
Untuk ini kita perlu melakukan tender. Evaluasi tender berdasarkan NPV, yang
diterima Negara. Supaya risiko yang ditanggung negara kecil, kita masukkan
konsep cost recovery limit yang menjadi ciri khas suatu PSC. Selain itu,
Pertamina diberi preference, umpama 10%. Jadi Kalau Total waktu tender
memasukan NPV bagi Negara 100 dan Pertamina 90, maka blok diberikan kepada
Pertamina. Kalau Pertamina cuma memberikan NPV 85, ya diberikan ke Total.
Preference 10% diberikan untuk hal-hal yang tidak bisa diukur, seperti
nasionalism dan Indonesian content. Atau kalau merasa kurang, preference
bisa dinaikkan menjadi 20%. Tapi jangan "Pokoknya Pertamina", nanti kalau
bid Pertamina cuma 10% dari bid Total bagaimana? 

 

Prinisip business jangan diabaikan. Jangan diberikan ke Pertamina sebagai
hadiah. Harus ada kompetisi. Karena ada kompetisi, kemungkinan Pertamina
memasukkan tender dengan NPV 150 bagi Negara mengalahkan Total (100) dengan
telak. Dengan sistim tender, Pertamina committed untuk memberikan ke
Pemerintah 150. Demikian juga bagi Total. Karena tender, Total akan
memasukan the best price kalau ingin tetap di Indonesia. Alhasil, Pemerintah
yang diuntungkan.  

 

Salam sejahtera Pak Luthfi.

 

HL Ong  

 

From: Achmad Luthfi [mailto:aluthfi...@gmail.com] 
Sent: Thursday, October 18, 2012 8:57 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Pertamina Acquire Petrodelta SA for USD 725
Million

 


Pak Ong dan teman-teman IAGi,

Memang sebaiknya kita suspend dulu Bravo untuk Pertamina. Seperti telah
dipaparkan Pak Ong, bahwa Pertamina telah bermain di arena high risk dalam
ekspansi upstream (unorganic strategy/Pertamina term), dan berbagai
kegagalan-kegagalan telah dipaparkan Pak Ong juga. Kalau kita solid sebagai
bangsa dalam bernegara tentu tidak menginginkan BUMN seperti Pertamina
mengalami kegagalan beruntun dimasa datang, karena itu minta Blok Mahakam
bagi Pertamina adalah suatu yang mutlak perlu didukung oleh semua komponen
anak Bangsa. Mengapa ada komponen anak Bangsa lebih pro TOTAL mendapat
perpanjangan di Blok Mahakam ? Kurang peduli terhadap keinginan Pertamina
untuk mengelola Blok Mahakam, ini sama dengan membiarkan kekayaan alam kita
dirampok oleh Perusahaan Asing, sementara Kita membiarkan Pertamina
berkelana ke penjuru Buana menanam investasinya di High Risk Arena,
kemungkinan gagal lebih besar. Bisa dibayangkan bagaimana bodohnya kita
sebagai Bangsa dalam bernegara; Uang jutaan dollar Amrik milik Bangsa
sendiri kita lempar ke luar negeri yang kemungkinan total lost cukup besar,
sementara keuntungan yang besar mungkin milyaran dollar Amrik kita biarkan
dikeruk Perusahaan Asing seperti TOTAL, kita mengalami dua kali kerugian
yang significant bahkan lebih.
Pertamina punya dana besar, setelah minta Blok Mahakam sejak 2008 belum
dapat kepastian maka dana yang ada di Pertamina sebagai perusahaan dinilai
perlu diinvestasikan, akhirnya investasi jatuh ke Venezuela sementara
Pertamina juga hunting ke Kazastan sambil tetap berharap mendapat Mahakam.
Disadari dengan harga minyak yang tinggi tidak mudah untuk dapat membeli
lapangan dengan cadangan dan produksi yang besar.
Memang susah dimengerti apa maunya sebagian kalangan bangsa kita, Blok
Mahakam dengan keuntungan dipelupuk mata tak tampak tetapi kerugian
investasi d lautan dibiarkan.
HAYOOOO BANGUN BANGSAKU, WUJUDKAN LAGU CIPTAAN KOESBINI....... BAGIMU NEGERI
JIWA RAGA KAMI....
>
>
> 2012/10/17 Ong Han Ling <hl...@geoservices.co.id>
>
> Pak Yanto dan teman-teman IAGI yang "pokoknya Pertamina",
>
>  
>
> Saya melihat tiga alasan mengapa teman-teman di IAGI memberikan "bravo"
kepada Pertamina dalam pembelian 38% dari saham Petrodelta SA, perusahaan
E&P, Venezuela. Karena (1) keberaniannya, (2) punya cash $725 juta, atau (3)
mengharapkan keuntungan besar dari pembelian ini?
>
>  
>
> Buat apa kita bangga kalau nantinya rugi. Jadi yang kita harapkan adalah
keuntungan besar. Perusahaan yang menjual ke Pertamina, HNR Energia BV,
adalah perusahaan swasta Belanda. Pasti dia jual kepada penawar yang
tertinggi, mungkin saja lewat bidding. Dia jual dengan harga tsb. karena dia
anggap ini menguntungkan baginya daripada kalau dia tahan. Dia juga punya
alasan kuat kenapa mau dijual. Mungkin karena politik Chavez atau mungkin
dia jenuh menghadapi peraturan di Venezuela, dll. Kebetulan perusahaan yang
dipilih atau menang adalah Pertamina karena memberikan harga tertinggi.
Mungkin juga HNR Energia BV adalah perusahaan TBK Belanda dan menjual di
pasar stock exchange hingga semua orang bisa saja beli sahamnya; atau beli
saham dari induknya, Harvest International Inc. Artinya beli saham bukan
suatu "big deal". Semua orang bisa. Yang pernah beli saham mengetahui bahwa
harga saham seperti yo-yo, bisa naik dan bisa turun.
>
>  
>
> Dua contoh "kegagalan" yang terjadi baru-baru ini. Pertamina memberanikan
diri bor dilaut dalam. Pertamina dengan partner StatOil ikut konsortium
pemboran. Biaya bor diperkirakan sekitar $20-25 juta. Waktu gilirannya
setelah dua tahun, biaya pemboran naik 3-4 kali. Padahal pemboran sekitarnya
oleh perusahaan IOC semuanya gagal, tetapi Pertamina somehow tidak bisa
mundur. Hasilnya negatif. Contoh  lain, tender di Papua, Pertamina
berpartner dengan Shell dikalahkan. Protes ke ESDM, ditolak. Pemenang tender
telah mengebor 10 well dan menghabiskan sekitar $70 juta. Hasil negatif.
Pertamina lucky, padahal tadinya ngotot.  Memang eksplorasi jauh lebih
tinggi risikonya dibandingkan Petrodelta yang melakukan explorasi dan
produksi. Namun prinsipnya sama, pemenang tender blok migas belum bisa kita
banggakan, belum tentu untung, kemungkinan untuk rugi besar. Memang kalau
untung besar sekali.
>
>  
>
> Jadi belum waktunya kita bilang "Bravo" kepada Pertamina. Hanya "waktu"
bisa ceritera apakah pembelian ini  menguntungkan atau merugikan. Kalau
sekarang ingin memberikan "bravo" kepada Pertamina, sebaiknya dibatasi
karena keberanianya dan karena punya cash; bukan karena keberhasilannya
untuk mendapatkan keuntungan bagi Negara.
>
>  
>
> Maaf kalau pendapat saya berlainan dengan kebanyakan anggota IAGI. 
>
>  
>
> Salam,
>
>   

Reply via email to