Menarik sekali, apakah sudah ditemukan peninggalan2 lain yang dapat mendukung 
punahnya peradaban sebelum holoceen? Kan tidak mungkin hanya di satu lokasi 
saja?
Menarik sekali, dan membuat penasaran.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Danny Hilman Natawidjaja" <danny.hil...@gmail.com>
Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
Date: Wed, 19 Jun 2013 08:57:56 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net] MISTERI YOUNGER DRYAS DAN HANCURNYA ATLANTIS
ATLANTIS HANCUR OLEH BENCANA DI AKHIR MASA "THE YOUNGER DRYAS"
Dari pengetahuan geologi mainstream kita tahu tentang kepunahan massal
("Global extinctions") karena bencana global yang terjadi berkali-kali dalam
selang waktu puluhan - ratusan juta tahun
(https://en.wikipedia.org/wiki/Extinction_event).  Yang paling terkenal
adalah yang terjadi di akhir Zaman Kapur (punahnya Dinasaurus) dan permulaan
Zaman Tersier (C-T Boundary).  Namun pengetahuan tentang kepunahan massal
yang terjadi dalam kurun waktu Zaman Kuarter (sejak 2 Juta tahun lalu) atau
lebih khususnya lagi dalam kurun manusia modern (sejak 200 ribu tahun lalu)
malah sedikit pengetahuannya.  Hal ini berkaitan karena tidak banyak ahli
geologi yang menekuni Zaman Kuarter dan bidang bencana.  Bidang penelitian
ini memang jauh dari gemerlapnya kilauan emas dan minyak.  Yang sudah cukup
banyak dibahas adalah tentang kepunahan massal karena letusan Toba 70-75
ribu tahun lalu.  Sekarang dalam khasanah ilmu kebumian muncul fakta yang
sangat "hot", yaitu kepunahan berbagai spesies dibumi secara besar-besaran
yang berkaitan dengan fenomena  "Younger Dryas".  Younger Dryas (YD) atau
disebut juga "The Big Freeze" adalah suatu masa dingin sekitar 1300-an tahun
dari 12.900 sampai 11.600-an tahun lalu.  YD dimulai dengan anjlognya suhu
yang sedang memanas (=es mencair) sejak puncak Zaman Es (20.000 tahun lalu)
secara tiba-tiba menjadi dingin lagi, bahkan ada yang memperkirakan lebih
dingin dari ketika 20.000 tahun lalu.  Masa YD ini  diakhiri oleh naiknya
lagi suhu bumi juga secara drastis dan tiba-tiba sehingga mencairkan es
besar-besaran.  Akhir YD ini dalam geologi juga dikenal sebagai awal dari
Zaman Holosen.
 
YD adalah masa geologi yang sangat mematikan.  Keberadaan YD dan kepunahan
berbagai species-nya sudah diakui oleh dunia ilmiah tanpa keraguan bahwa
benar-benar terjadi diseluruh dunia.  Yang masih misteri adalah APA PENYEBAB
TERJADINYA YD ini?   Sampai sekarang masih dicari jawabannya oleh para
ilmuwan kebumian di seluruh dunia.  Hipotesa ilmiah yang paling dominan
adalah kemungkinan adanya tumbukan meteorit/asteroid besar.  Satu tambahan
fakta menarik di Indonesia, manusia Hobbit di Flores yang muncul paling
tidak sejak 95.000 tahun lalu bisa "survive" melewati Letusan Toba
(70-75.000 tahun lalu) tapi anehnya 'menghilang' di akhir masa YD, sekitar
12.000 - 11.500-an tahun lalu (Westaway et al, 2009).  Apakah YD ini lebih
dahsyat dari letusan Toba atau karena ada  faktor lain?
Yang luput dari kacamata para ahli kebumian adalah kenyataan bahwa waktu
dari peristiwa bumi memanas tiba-tiba pada akhir YD tersebut persis sama
dengan waktu terjadinya bencana besar yang menghancurkan peradaban Atlantis,
11.600 tahun lalu, seperti diceritakan dalam CRITIAS-PLATO.  Inilah salah
satu fakta kenapa Plato tidak mungkin membual tapi menceritakan catatan
sejarah.  YD belum dikenal ketika zaman Solon-Plato(400-600 SM).  Bahkan
CRITIAS-PLATO memaparkan bahwa hilangnya 'Benua' Atlantis terjadi secara
perlahan-lahan selama ribuan tahun karena naiknya airlaut yang disertai
banyaknya proses erosi dan sedimentasi, padahal pengetahuan geologi tentang
siklus Zaman Es dan Antar Es pun belum ada waktu itu.  Bagi yang ingin
mengetahui lebih jauh tentang Younger Dryas (YD) silahkan di Googling saja,
banyak sekali referensinya.  Jadi sebenarnya dari kacamata geologi
(mainstream): MENGERTI YOUNGER DRYAS  BERARTI MEMAHAMI KEHANCURAN ATLANTIS
(=peradaban dunia sebelum Zaman Holosen).  Hal ini yang tidak banyak
disadari oleh para ilmuwan kebumian di seluruh dunia.  Atau mereka enggan
bilang atau pura-pura tidak tahu saja karena takut dibilang pseudo-sains
atau lainnya.

Salam
DHN

Kirim email ke