Mohon maaf, tapi ulasan Mang Okim di bawah, menurut hemat saya, kacau sekali. Berbeda pendapat sih boleh tapi sebaiknya tidak menuding yang tidak-tidak. Apabila ingin membahas dan mendiskusikan perbedaan dengan lebih obyektif dan ilmiah sebaiknya usulan dari Rekan Fuad, 'Liamsi', dan Pak Kartiko ttg mengadakan acara seminar-diskusi Gunung Padang ya diselenggarakan.
Di bawah ini saya sertakan Press-Release Hasil Penelitian TTRM pada saat meeting di Gedung sate tgl 3 Oktober kemarin, untuk diketahui. ------------------------------------------------------ PRESS RELEASE TIM TERPADU RISET MANDIRI DI GUNUNG PADANG Pertemuan di Gedung Sate Bandung, 3 Oktober 2013 Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) dibentuk dari Tim Katastrofi Purba (TKP) dengan tambahan tenaga ahli dari beragai disiplin ilmu. TKP dibentuk dengan tujuan untuk meneliti bencana-bencana katastrofi dan kaitannya dengan maju mundurnya peradaban Nusantara di masa lalu. TKP mulai meneliti diberbagai lokasi di Indonesia sejak awal tahun 2011. Diantaranya di wilayah Banda Aceh, Batu jaya, Trowulan, dan Sulawesi Tengah. Dasar pemikirannya adalah bahwa wilayah Nusantara selain sangat kaya sumber daya alam juga sangat sarat dengan sumber ancaman berbagai bencana alam, yaitu: gunung api, gempabumi, tsunami, banjir, semburan gunung lumpur dan gerakan tanah. Jadi, disatu sisi wilayah Nusantara sangat berpotensi untuk mengembangkan peradaban, dilain sisi juga tempat ideal untuk jadi kuburan peradaban. Penelitian di Gunung Padang dimulai sejak Oktober 2011, kemudian dibentuk tim khusus yang disebut sebagai TTRM ini. Penelitian Situs Gunung Padang bukan kasus cagar budaya dan riset biasa. Ini adalah "frontier research" untuk menggali peradaban nusantara secara multi disiplin dan menggunakan metodologi-teknologi mutakhir di bidang eksplorasi geologi-geofisika. Akumulasi hasil riset TTRM yang dilakukan dalam 2 tahun terakhir berhasil membuktikan bahwa situs ini sangat luarbiasa bahkan "beyond imagination". 1. Situs megalitik G. Padang berupa struktur teras-teras yang tersusun dari batu-batu kolom basaltik andesit yang terlihat dipermukaan bukan hanya menutup bagian atas bukit seluas 50x150 m2 saja tapi menutup seluruh bukit seluas minimal 15 ha. Hal ini sudah terbukti tanpa keraguan lagi setelah dilakukan pengupasan alang-alang dan pohon-pohon kecil di sebagian lereng timur oleh Tim Arkeologi pada bulan Juli 2013. Batu batu kolom penyusun ini berat satuannya ratusan kilogram, berukuran diameter puluhan sentimeter dan panjang sampai lebih dari satu meter. Dapat dibayangkan mobilisasi dan pekerjaan menyusun kolom-kolom batu ini sama sekali bukan hal yang mudah. Kemudian tim melakukan lagi uji radiokarbon dating dari sampel tanah di dekat permukaan. Hasilnya menguatkan umur radiokarbon sebelumnya bahwa umur dari situs yang terlihat di permukaan ini adalah dalam kisaran 500 sampai 1000 tahun sebelum Masehi (2500 s/d 3000 tahun BP). Jadi lapisan atas Gunung Padang adalah monumen megah bergaya seperti Machu Pichu di Peru tapi umurnya jauh lebih tua dan berada pada masa pra-sejarah Indonesia. Temuan ini saja sudah luarbiasa karena selain monumen megalitik yang besarnya sampai 10x Candi Borobudur juga umurnya membuktikan sudah ada peradaban tinggi di Indonesia pada masa pra-sejarah yang selama ini dianggap zaman berbudaya masih sederhana. Dengan kata lain hal ini akan merubah sejarah Indonesia dan Asia tenggara 2. Situs megalitik Gunung Padang tidak hanya satu lapisan di permukaan saja, seperti disimpulkan oleh penelitian Balai Arkelogi dan ARKENAS sebelumnya, tapi ada struktur bangunan yang lebih tua lagi, berlapis-lapis sampai puluhan meter ke bawah. Keberadaan struktur ini sudah di-identifikasi dengan baik oleh survey arkeologi, geologi, pengeboran dan geofisika bawah permukaan. Struktur lebih tua ini bukannya lebih sederhana tapi kelihatannya malah struktur bangunan besar yang dibuat dengan teknologi yang lebih tinggi dari kenampakan geometri dinding dan ruang-ruang besa. Struktur ini adalah hasil karya sipil-arsitektur purba yang luarbiasa hebat. 3. Hasil penelitian dan eskavasi arkeologi yang dilakukan pada bulan Agustus 2012, Maret 2013, dan terakhir Juni-Juli 2013 sudah membuktikan secara visual keberadaan lapisan budaya kedua yang hanya tertimbun satu sampai beberapa meter di bawah permukaan. Bahkan sebenarnya lapisan kedua ini sudah terlihat ketika penggalian arkeologi yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Bandung tahun 2005, hanya waktu itu disalahtafsirkan sebagai batuan dasar alamiah (sebagai "quarry") karena belum ditunjang oleh penelitian geologi yang komprehensif dan tidak ditunjang oleh survey geofisika bawah permukaan. Lapisan kedua ini juga disusun oleh batu-batu kolom andesit yang sama dengan yang di atasnya namun susunannya terlihat lebih rapih dan kelihatannya sudah menggunakan semacam material semen atau perekat diantaranya sebagai penguat. Semen purba ini mempunyai komposisi 45% mineral besi, 40% mineral silika dan sisanya mineral lempung dan sedikit karbon. Komposisi ini tidak bisa ditafsirkan sebagai tanah hasil pelapukan batuan atau hanya merupakan infiltrasi material yang dibawa air ke dalam tanah. Hasil analisa umur dengan radiokarbon dating dari beberapa sampel bor menunjukkan bahwa umur lapisan budaya di bawah permukaan ini adalah sekitar 4700 tahun SM atau lebih tua. Jadi lebih tua 2000 tahun dari Piramid Giza di mesir yang konon berumur sekitar 2700 tahun SM. Sampai Lapisan ke-dua saja sudah cukup alasan agar Situs Gunung Padang menjadi prioritas nasional dan benar-benar ditangani secara sangat serius untuk menjadi proyek pemugaran situs kebanggaan nasional. Terlebih lagi temuan ini adalah hasil kerja bangsa sendiri tanpa bantuan pihak asing. Penemuan lapisan budaya kedua ini sudah akan merubah sejarah tidak hanya Indonesia dan Asia Tenggara tapi sejarah peradaban dunia. 4. Struktur lebih tua yang tertutup oleh lapisan budaya kedua kemungkinan akan lebih fantastis lagi. Keberadaan dinding dan rongga-rongga besar adalah kata kuncinya. Rongga dapat diidentifikasi dari survey geolistrik berupa zona resistivity yang sangat tinggi (puluhan ribu sampai lebih dari 100 ribu ohm.m) dan juga ter-refleksikan oleh citra georadar. Tim juga sudah melakukan survey tomografi seismik. Hasilnya mengkonfirmasi adanya dinding dan rongga besar di bawah situs yang dicirikan oleh "low seismic velocity zone". 5. Pengeboran untuk pengambilan sampel pada bulan Februari 2013 di lokasi yang berdekatan dengan dugaan rongga terjadi "partial water loss" yang cukup besar pada kedalaman 8 sampai 10 meter, diduga karena bor menembus 'tunnel' yang berisi pasir. Pengeboran selanjutnya, pada Bulan Ramadhan lalu, lebih mengejutkan lagi karena mengalami "total water lost" yang sangat banyak sampai 32.000 liter air hilang begitu saja ketika menembus kedalaman yang sama (8-10m), kemungkinan besar air mengalir mengisi rongga yang besarnya minimal 32 m3 atau 4x4x2 m Analisa radiokarbon dating dari tanah yang menimbun lapisan bangunan berongga ini menunjukkan umur 6700 tahun SM. Jadi umur dari bangunan berongga ini harus lebih tua dari penimbunnya. Umur karbon dalam pasir yang mengisi rongga yang ditembus bor-2 sekitar 9600 tahun SM; umur radiokarbon dating dari beberapa sampel tanah/semen diantara batu-batu kolom pada kedalaman dari 8 sampai 12 meter bahkan menunjukkan kisaran umur dari 11.000 sampai 20.000 tahun SM. Walaupun demikian, umur-umur ini sebaiknya diuji lebih lanjut dengan analisa radiokarbon dating atau metoda pengujian umur absolut lainnya yang lebih komprehensif karena angka-angka ini memang "beyond imagination" alias seperti tidak masuk akal karena tidak sesuai dengan pengetahuan sejarah dan perkembangan peradaban manusia yang dipercaya umum pada saat ini. Oleh karena itu pembuktiannya pun harus extra yakin. -------dipotong--------------------------------------- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 05 Oktober 2013 11:52 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : TEMUAN REAKTOR HYDROELECTRIC DI PERUTNYA Cher Monsieur Noor et al, bonjour ! Merci beaucoup pour votre email de clarification. Alhamdulilah, akhirnya ada tanggapan dari praktisi eksplorasi perminyakan , yang walaupun sangat singkat tetapi langsung menusuk akar permasalahan yaitu tentang makna dan pengertian data yang " masih hypothesis " dan data yang " sudah conclusive ". Masalah ini sebetulnya sudah dibahas dengan sangat jelas oleh Pak Awang beberapa waktu lalu, hanya ya itulah , selalu dimarginalkan , dan kita-kita ini dipaksa untuk percaya dan mengakui bahwa data yang "masih hypothesis " adalah data yang " sudah conclusive " . Alasannya karena hipotesis tersebut didasarkan pada hasil survey geofisika yang super canggih selama 2 tahun terakhir. Naah, kalau hipotesisnya memperkirakan ada bangunan budaya lebih 10 kali Borobudur dengan ruang kosong berisi harta karun berupa emas lebih 3 Ton , pintu gerbang setinggi 18 meter, dan terakhir ada bangunan reaktor listrik hidro di dalam perut G. Padang berikut saluran-saluran airnya, apa kita harus percaya ? Seperti biasanya, Presiden SBY mungkin bisa percaya , juga Wagub Jabar yang seniman berikut aparatnya yang "safety player " - - - apalagi di dalam ruangan diskusi ada Stafsus Presiden yang super-power - - - ta' iya ! Sebetulnya, kalau mau berpikir sederhana dan mau kembali ke ilmu dasar Geologi Fisik ( pelajaran semester 1 ), ada beberapa hal kecil yang seharusnya segera dipecahkan karena akan menentukan validitas jenis penelitian TTRM, arkeologi atau geologi. Hal-hal kecil tersebut antara lain masalah pasir ayakan peredam gempa dan semen purba super canggih yang merekatkan kekar-kekar tiang ( informasi awal diciptakan pada periode 10.000 - 23.000 tahun BP ). Untuk masalah pertama, apalah sulitnya menjelaskan tentang alasan yang mendukung hipotesis bahwa pasir tersebut adalah benar-benar pasir ayakan dan bukan pasir " air fall " alias pasir vulkanik seperti yang diduga kuat oleh pakar volkanologi. Untuk masalah kedua, mang Okim yang langsung mengamati dan memotret singkapan di lapangan menyimpulkan bahwa yang disebut semen perekat canggih tersebut tak lain adalah tanah pelapukan dari batuan andesit basalt berstruktur kekar tiang. Tanda-tandanya sangat jelas antara lain adanya struktur pseudo-layers yang simetris di antara 2 kekar tiang dengan lapisan kerak besi di bagian tengahnya ( foto di lampiran ). Fenomena geologi semacam ini dipastikan tidak akan pernah terlihat di pelapukan semen artifisial. Beberapa hari lalu , Prof Sutikno Bronto yang ekskursi ke G. Padang bersama mahasiswa UGM mengirim foto singkapan yang sama dan mengonfirmasi bahwa singkapan tersebut bukan semen purba melainkan tanah pelapukan model kulit bawang / spheroidal weathering. Naah, nanti kalau email mang Okim ini ditanggapi, sebaiknya tidak lagi mengungkit masalah di luar pasir ayakan dan semen purba termasuk hasil interpretasi geofisik, langsung saja ke interpretasi pengamatan TTRM di singkapan berikut hasil laboratoriumnya - - - mah ennyak setelah lebih setahun ditemukan, tidak keluar pisan hasilna - - - ta' iya ! Hal ini penting karena kalau terbukti bahwa semen perekatnya ternyata alamiah alias residual soil dari kekar tiang, maka penelitian TTRM termasuk dating dari 4 lapisan yang konon terindikasi di perut G. Padang adalah murni penelitian geologi bawah permukaan dan nothing to do dengan penelitian arkeologi ( bisa melanggar UU niih ! ). Selain dari itu, anggapan dari beberapa expert TTRM ( antara lain tim Tomografi , Geodesi , Sipil, Arsitektur , dll ) bahwa lebih 2 juta batu tiang bersegi yang bertebaran dan " insitu " di G. Padang adalah bentukan manusia pendiri G. Padang hendaknya dapat segera diluruskan. Malu aah kalau mereka keukeuh beranggapan demikian, sementara di TTRM ada beberapa pakar geologi yang mumpuni, yang seharusnya dapat menjelaskan tentang proses pembentukan kekar tiang di batuan andesit basalt. Sekedar tambahan, karena TTRM selalu nyebut-nyebut Machu Picchu di Peru, waktu TTRM ninjau ke sana, apakah sempat mengamati 3 tembok massif dari benteng Sacsahuaman yang tiap-tiap tembok panjangnya 365 meter? Tembok-tembok tersebut tersusun dari balok-balok batuan tanpa semen lho, padahal di abad 16 Masehi ? Well, mohon beribu maaf kalau email mang Okim ini mengganggu ketenangan week-end rekan-rekan. Wassalam, Mang Okim From: noor syarifuddin [mailto:noorsyarifud...@gmail.com] Sent: 05 Oktober 2013 8:00 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : TEMUAN REAKTOR HYDROELECTRIC DI PERUTNYA All, Memang kelihatannya ada perbedaan pendapat yg sangat mendasar yg saya pahami sejak bberapa waktu yl. Saat itu didiskusikan soal apakah "barang" yg dilihat di seismik itu adalah hasil interpretasi atau seperti kita melihat foto... Ini mungkin latar belakang ini yg menimbulkan kenapa ada perbedaan pengertian mengenai konsep "masih hipothesis" atau "sudah conclusive".... Salam, On Tuesday, October 1, 2013, yustinus yuwono wrote: Mungkin anda tidak membaca tanggapan dari teman2 lain di milis ini, misalnya dari rekan saya Awang Harun, serta yang lainnya? Salam, YSY 2013/10/1 Danny Hilman Natawidjaja <danny.hil...@gmail.com> Hipothesis apa atau yang mana ya Pak? Ini beda pemakaian istilah kayanya. Sepemahaman saya hipothesis itu ada di awal penelitian. Orang setelah melakukan penelitian, apalagi sudah tahap lanjut, maka hasil data-analisa-interpretasinya tidak lagi dalam tahap ber-hipothesis, menurut hemat saya. Masalah sependapat atau tidak lain perkara. Nanti orang yang berinterpretasi atau berkeyakinan bulat bahwa di bawah Situs Gunung Padang itu tidak ada 'apa-apanya' tanpa ditunjang (analisa) data subsurface sama sekali disebutnya apa dong? Masa mau disebut ber-imajinasi atau ber-halusinasi pak. Nanti orangnya marah. Salam DHN From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 01 Oktober 2013 16:14 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : TEMUAN REAKTOR HYDROELECTRIC DI PERUTNYA Danny yang baik, Yang mulai meng-analogi dengan explor HC kan anda sendiri. Sekarang rekan2 HC (Awang dkk) telah menjelaskan dengan baik (menurut saya). Juga rekan miner ikut menjelaskan. Saya urun dikit: Di Oil Company yang saya dengar (dari P Koesoema) berlaku kiat: banyak yang tidak ngebor lapangannya, meskipun sudah segudang data geofisik yang menunjang adanya HC di tempat tersebut kenapa? Karena belum terbukti ada HC nya, supaya harga jual lapangan tetap tinggi ya gak usah di bor dulu. Karena kalo sudah di bor ternyata kosong, harga jual akan anjlok alih-2 dapat untung malah buntung (rugi), data geofisik yang mungkin harganya milyaran itu baru sekedar tool, bukan real evidence. Jadi ya apapun itu selama belum "proven" saya menganggap masih hypothesis saja. Salam, YSY 2013/9/26 <bandon...@gmail.com> Ooo begitu. Powered by Telkomsel BlackBerryR _____ From: kamsul hidayat <khid2...@yahoo.com> Sender: < ---------------------------------------------------- Joint Convention Medan 2013 (JCM 2013) The 38th HAGI and 42nd IAGI Annual Convention & Exhibition Register Now! http://www.jcm2013.com/registration/ ---------------------------------------------------- Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------- = ---------------------------------------------------- Joint Convention Medan 2013 (JCM 2013) The 38th HAGI and 42nd IAGI Annual Convention & Exhibition Register Now! http://www.jcm2013.com/registration/ ---------------------------------------------------- Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------- ---------------------------------------------------- Joint Convention Medan 2013 (JCM 2013) The 38th HAGI and 42nd IAGI Annual Convention & Exhibition Register Now! http://www.jcm2013.com/registration/ ---------------------------------------------------- Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ----------------------------------------------------