> IH> kepemilikan masih sama dengan ISP A (bahkan mungkin 100% dimiliki oleh ISP > IH> A), tapi secara badan hukum dia terpisah. > > > Saya rasa kok tidak perlu ya? membuat badan hukum itu tidak mudah dan > murah.
menurut saya juga begitu.. apalagi jika perusahaan merupakan masuk ke dalam manajemen group... wah.. ribet urusannya.. kecuali kalau cuma membentuk divisi khusus.. toh registrar2 di luar rasanya juga ngga ada yang terpisah.. > apakah Anda pemilik ISP? apakah dimilis ini ada yang memiliki ISP > besar seperti CBN, Indosat, Telkom, Centrin, dll..? coba ditanggapi > masalah 'gengsi' ini. menurut saya rasanya kok ngga ada tuh gengsi.. yg ada beban tanggung jawab.. coba kalo ternyata gagal menjalankan fungsi sebagai registrar.. apa ngga malu.. > kenapa urusan 'gengsi' dipermasalahkan? kalo sama-sama menguntungkan > kenapa mesti gengsi? > > yang perlu dipikirkan sekarang adalah: > 1. prosedur + syarat jadi registrar > 2. sistem registrasi domain .ID yang bisa FULL otomatis Sayangnya kemarin saya tidak ikut NICE2004 yang membahas isu pembentukan registrar ini. Tapi dari slide yang saya dapatkan dari teman yang hadir.. sistem registrasi yg akan diimplemetasi oleh IDNIC tidak FULL OTOMATIS (cmiiw).. Karena registrar masih tetap mengirimkan dokumen yang diperlukan untuk domain yg diajukan tersebut untuk memperoleh approval dari IDNIC boleh tidaknya domain tersebut digunakan. Menurut saya, proses approval harus tetap dilakukan oleh IDNIC untuk menghindari inkonsistensi aturan penamaan domain yang mungkin dilakukan oleh registrar.. Mungkin yg full otomatis adalah (jika menggunakan model THIN Registry), adalah update kontak. Dan sepertinya saya menangkap model THICK-lah yang akan diimplementasi. Betul ngga Pak Budi? Salam, ~ghie