Tidak benar Inggris memberi tanah secara gratis kepada
Yahudi. Mereka mendapatkan tanah itu dengan keringat,
darah dan airmata. 

Sejak berabad-abad orang-orang Yahudi yang
ber-diaspora memiliki tradisi pulang melihat tanah
suci negeri asal mereka. Yang muda datang untuk
mendalami Taurat di seminari-seminari agama yang
disebut "yeshivas". Yang berusia lanjut pulang ke
Kanaan untuk mati dan bertemu dengan Yahweh disana.
Dan didorong keyakinan kedatangan Messiah Yahudi sudah
dekat saat umat yahudi dari seluruh dunia sudah
berkumpul di Tanah Suci, selalu saja ada kelompok
yahudi yang pulang ke Palestina sejak abad ke-13. 

Tetapi imigrasi Yahudi untuk menetap dalam jumlah
besar-besaran baru berawal tahun 1880-an dengan
kedatangan sekitar 15 ribu yahudi dari Rusia selatan.
Mereka dari gerakan yahudi yang beranggapan persekusi
terhadap yahudi disebabkan mereka terlalu
menggantungkan hidup pada usaha perdagangan dan
memperbungakan uang sehingga Yahweh marah. Karena itu
mereka memutuskan untuk bertani menggunakan tulang
delapan kerat di Tanah Suci. Mereka mengubah tanah
kersang menjadi kebun-kebun anggur. 

Karena tanah dibeli dengan uang yang dikumpulkan dari
kotak-kotak derma di sinagog, maka kepemilikan tanah
adalah kepemilikan komunal. Dan karena pada masa itu
di Palestina yang menjadi bagian Kesultanan Turki
penegakan hukum longgar dimana sering terjadi
pembegalan dan serangan penyamun, maka mereka
membangun perkampungan yahudi untuk bisa
tolong-menolong dan menjaga keamanan satu sama lain.
Perkampungan inilah cikal-bakal KIBBUTZ, perkampungan
pertanian kolektif Yahudi yang kemudian berkembang
menjadi kota-kota kecil diantaranya Petah Tikva,
Rishon LeZion, Rosh Pina, dan Zikhron Ya'aqov. Tahun
1882 imigran yahudi dari Yaman mendirikan desa Silwan
di pinggiran kota tua Yerusalem. Sampai tahun 1900
sudah ada sekitar 35 ribu yahudi yang pulang ke
Palestina. 

Bankir yahudi Eropa kaya-raya Baron Edmond de
Rotschild dengan sumbangan dana 50 juta US dollar
makin menggalakkan pembelian tanah pertanian dan
gerakan pemulangan yahudi ke Palestina. Dari tahun
1900-1914, 40.000 imigran yahudi masuk dari Rusia. 

Tahun 1917 Menlu Inggris Arthur Balfour, dengan maksud
merangkul Yahudi Eropa agar membantu Inggris melawan
Jerman dan Turki (Perang Dunia Pertama) mengeluarkan
Deklarasi Balfour yang menjanjikan kepada yahudi akan
membantu membangun "kampung-halaman" di Palestina. Dan
tak lama kemudian tentara Inggris merebut Palestina.
Segera sesudah itu, tahun 1919-1924, masuk lagi 40
ribu yahudi dari Rusia. 1924-1929, 82 ribu yahudi
datang dari Polandia dan Hongaria. 1929-1939 seiring
dengan kebangkitan NAZI, 250 ribu imigran yahudi masuk
dari Jerman. Pada masa ini penduduk Arab sudah hampir
sama banyak dengan pendatang yahudi, kerusuhan dan
bentrokan antar masyarakat semakin sering sehingga
Inggris memutuskan pembatasan imigrasi yahudi hanya 75
ribu dalam lima tahun dan melarang penjualan tanah
kepada yahudi.  

Bulan Mei 1942 pada konferensi Zionis sedunia di Hotel
Biltmore, New York, Presiden AS Franklin D. Roosevelt
dan sejumlah besar anggota Kongres Amerika mengecam
keras keputusan Inggris itu dan menuntut imigrasi tak
terbatas yahudi ke Palestina. 

Pada Perang Arab-Israel tahun 1948, seiring dengan
desas-desus pembantaian besar-besaran yang dilakukan 
pihak yahudi, ratusan ribu non-yahudi (Islam dan
Kristen) lari dari rumah-rumah mereka di wilayah yang
diproklamasikan sebagai negara Israel. Ganti-rugi bagi
tanah dan rumah mereka yang diambil serta hak mereka
untuk pulang menjadi salahsatu persoalan pelik yang
merintangi penyelesaian konflik Israel-Arab. 

Pemeluk agama yahudi sekarang ini meliputi 80 persen
penduduk negara Israel yang berjumlah sekitar 6 juta
jiwa. Wilayah otonomi Palestina West Bank berpenduduk
sekitar 2,5 juta jiwa dan Jalur Gaza sekitar 1,5 juta.


Sato Sakaki
(dari berbagai sumber)
 
--- rahmad budi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Seorang rekan wartawan Rusia mengatakan, yang salah
> itu Inggris karena
> memberi tanah pada Yahudi di Palestina.
> 
> Namun, bagi saya, sebelum kita bicara siapa yang
> berhak atas Yerusalem, kita
> bicarakan dulu apa itu keabsahan penguasaan atas
> suatu wilayah.
> 
> Percuma ngomong berbusa-busa bahwa Palestina hak
> milik sah orang-orang Arab
> di wilayah itu kalau mereka tetap kalah perang dari
> Israel. Keabsahan itu direbut, bukan diperdebatkan.
> 
> Kalau suatu saat katakanlah ada negara ANU, menyerbu
> Palestina dan mengusir
> orang Yahudi dan Arab dari wilayah itu, maka mau tak
> mau dunia harus
> mengakui bahwa negara ANU adalah penguasa sah
> Palestina.
> 
> Jadi, kalau orang Arab mau diakui sebagai pemilik
> sah Palestina, mereka harus merebutnya dari Israel.
> Seperti ketika Israel mempertahankan mati-matian
> tanah yang diberikan secara gratis oleh Inggris itu.
> Seperti para raja-raja berbagai negeri yang dulu
> silih berganti jatuh bangun
> hanya untuk menguasai Palestina sejak 4.000 tahun
> lampau.
> 
> Selesai urusan tokh?
> 
> 
> -- 
> 
> 
> Rahmad Budi H
> Republika
> Jl Warung Buncit Raya 37 Jaksel
> 0856 711 2387

Kirim email ke