Setelah membaca postingan tentang grasak grusuk yang terjadi di rumah 
tua Muhammadiyah dan NU, saya coba kunjungi situs muhammadiyah dan 
saya temukan sebuah tulisan dari redaksi Suara Muhammadiyah. 

Quote;
"Persyarikatan kita sekarang sedang mengalami cobaan karena sedang 
diacak-acak oleh idelogi politik lain yang kehadirannya seperti lebih 
berupa sebagai fitnah ketimbang sebagai quwwah"

Meski tulisannya pendek tapi saya bisa menangkap 'kegerahan' 
muhammadiyah terhadap aksi serobot aset dan kader yang dilakukan oleh 
oknum yang dimaksud. Meski tidak menyebutkan nama institusi tapi dari 
tulisan "Sebab mereka tega dan sanggup melakukan politisasi ajaran 
agama, politisasi sentimen agama dan politisasi amal kebajikan atas 
nama agama" he....he...sepertinya ga' jauh - jauh dari temen2-nya 
bung Wido, bung ibnu dll.

Muhammadiyah sebuah ormas yang sudah cukup tua dan mengalami berbagai 
dinamika politik di negeri ini, sepertinya tidak menyangka jika 'anak-
anak muda' yang baru terjun dan demam politik itu berani dan tega 
melakukan manuver politik kotor ke jantung organisasi mereka.
Kader mereka di partai2 sebelum reformasi dan pasca reformasi sebut 
saja PG, PPP dan terakhir PAN -partai yang ketuanya juga adalah ketua 
PP Muh- masih ada rasa sungkan dan tau diri untuk mengacak - acak 
rumah tua muhammadiyah maupun NU, apalagi sampai melakukan aksi 
sabotase.

Well, pak Hasyim dan Pak Din, sepertinya anda harus kerja ekstra 
keras lagi untuk merangkul / menarik kader dan aset yang 
telah 'dijarah' tersebut.


http://www.suara-muhammadiyah.or.id/sm/Majalah/SM02-16-31-Januari-07-
Genap/Politik-Quwwah-atau-Fitnah-.html

Politik: Quwwah atau Fitnah?      
Selasa, 16 Januari 2007  
Assalamu'alaikum wr wb,

Pembaca yang terhormat, kegiatan politik jika dikelola secara benar 
dan penuh etika sesungguhnya dapat menjadi pilah kekuatan (quwwah) 
Islam. Artinya dapat memfungsikan ajaran dan kearifan Islam pada 
ranah publik, domestik dan privat sekaligus. Akan tetapi kalau 
kegiatan politik dikelola asal-asalan dengan menggunakan semboyan 
tujuan menghalalkan cara maka kehadirannya dapat menjad fitnah 
kehidupan. Sebab mereka tega dan sanggup melakukan politisasi ajaran 
agama, politisasi sentimen agama dan politisasi amal kebajikan atas 
nama agama. Kegiatan politik tanpa etika ini bisa asal tubruk, asal 
klaim dan asal jarah suara dan asal untung secara politik walau 
buntung secara moral. Persyarikatan kita sekarang sedang mengalami 
cobaan karena sedang diacak-acak oleh idelogi politik lain yang 
kehadirannya seperti lebih berupa sebagai fitnah ketimbang sebagai 
quwwah. Oleh karena itu persyarikatan harus kita selamatkan agar 
steril dari ideologi lain itu. Demikianlah, sampai jumpa edisi 
mendatang. 

Wassalamu'alaikum wr wb. (Redaksi). 

--- In mediacare@yahoogroups.com, manneke <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> 
> Salah sendiri kok Muhammadiyah dan NU diem aja waktu mesjid-mesjid 
mereka "direbut" kelompok lain. Kedua organisasi Islam "terbesar" di 
Indonesia yang ngaku anggotanya puluhan juta ini ternyata tak berdaya 
ya menghadapi radikalisme di dalam Islam sendiri? Apalagi yang 
minoritas. Mana bisa?
> 
> manneke


Kirim email ke