hik...hik...klo ini jelas bahasa seseorang yang sedang ngigo, masalah saling jarah atau saling bantai antar ummat seagama sih bukan cuma di Islam, hampir di semua agama hal itu terjadi. Yang salah bukan pada ajarannya tapi para pemeluk agamanya yang memanfaatkan agama sebagai sarana kepentingan dan kepuasan sahwat politik atau sampeyan emang ga' beragama ya??? Kalo di Indonesia PDS dan PKS mungkin bisa sebagai contoh konkrit.
Baca tulisan saya lagi, saya katakan sebelumnya rumah muhammadiyah dan NU itu adem ayem padahal kader2 mereka ada yang di Golkar, PPP, PDIP, PKB dan PAN tapi partai2 tersebut masih punya rasa hormat dan sungkan terhadap kedua ormas tersebut, hingga datangnya sebuah partai yang paling seneng jual amal datang dan merusak tatanan yang ada di Md dan NU. Sebenarnya saya paling males ngeladenin tulisan sampeyan tapi pas baca tulisan yang ini saya jadi ketawa juga, habis postingan saya main asal samber aja. Mungkin memang ada baiknya bagi para aktifis pks untuk melakukan evaluasi terhadap cara2 pengumpulan dan pengkaderan yang mereka lakukan selama ini. Tapi anehnya mereka ketika bercermin selalu yang ada di dalam pikiran mereka adalah "ga' ada yang salah dengan kami, kalian2 lah (orang2 di luar PKS, Islam maupun non islam) yang salah dan perlu diselamatkan" mungkin mereka berpikir tiket surga cuma bisa didapatkan di loket yang ada logo PKS-nya. --- In mediacare@yahoogroups.com, "Hafsah Salim" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > Akibat dari ajaran Islam, umatnya saling jarah, saling bantai, saling > teror, waling jagal, bukanlah hal yang luar biasa dan sudah terjadi > sejak kehidupan nabi Muhammad sendiri. > > Jadi kalo ada kekacauan dalam NU dan Muhammadiah bukanlah hal yang > luar biasa bahkan umat Islam Ahmadiah yang dijarah tempo hari juga > belum tuntas dilakukan tindakan kepada pelaku2nya. > > Masalah ditegakkannya Syariah di beberapa wilayah di Indonesia akan > membuat perpecahan Islam makin marak di Indonesia dimasa depannhya. > Oleh karena itu umat Islam harus belajar dari sejarahnya bukan > menjadikan diri mereka sebagai korban2 sejarah selanjutnya. > > Ny. Muslim binti Muskitawati. > > > > > > > > > > --- In mediacare@yahoogroups.com, "Nawarih" <NAWARIH@> wrote: > > > > Setelah membaca postingan tentang grasak grusuk yang terjadi di rumah > > tua Muhammadiyah dan NU, saya coba kunjungi situs muhammadiyah dan > > saya temukan sebuah tulisan dari redaksi Suara Muhammadiyah. > > > > Quote; > > "Persyarikatan kita sekarang sedang mengalami cobaan karena sedang > > diacak-acak oleh idelogi politik lain yang kehadirannya seperti lebih > > berupa sebagai fitnah ketimbang sebagai quwwah" > > > > Meski tulisannya pendek tapi saya bisa menangkap 'kegerahan' > > muhammadiyah terhadap aksi serobot aset dan kader yang dilakukan oleh > > oknum yang dimaksud. Meski tidak menyebutkan nama institusi tapi dari > > tulisan "Sebab mereka tega dan sanggup melakukan politisasi ajaran > > agama, politisasi sentimen agama dan politisasi amal kebajikan atas > > nama agama" he....he...sepertinya ga' jauh - jauh dari temen2-nya > > bung Wido, bung ibnu dll. > > > > Muhammadiyah sebuah ormas yang sudah cukup tua dan mengalami berbagai > > dinamika politik di negeri ini, sepertinya tidak menyangka jika 'anak- > > anak muda' yang baru terjun dan demam politik itu berani dan tega > > melakukan manuver politik kotor ke jantung organisasi mereka. > > Kader mereka di partai2 sebelum reformasi dan pasca reformasi sebut > > saja PG, PPP dan terakhir PAN -partai yang ketuanya juga adalah ketua > > PP Muh- masih ada rasa sungkan dan tau diri untuk mengacak - acak > > rumah tua muhammadiyah maupun NU, apalagi sampai melakukan aksi > > sabotase. > > > > Well, pak Hasyim dan Pak Din, sepertinya anda harus kerja ekstra > > keras lagi untuk merangkul / menarik kader dan aset yang > > telah 'dijarah' tersebut. > > > > > > http://www.suara-muhammadiyah.or.id/sm/Majalah/SM02-16-31-Januari- 07- > > Genap/Politik-Quwwah-atau-Fitnah-.html > > > > Politik: Quwwah atau Fitnah? > > Selasa, 16 Januari 2007 > > Assalamu'alaikum wr wb, > > > > Pembaca yang terhormat, kegiatan politik jika dikelola secara benar > > dan penuh etika sesungguhnya dapat menjadi pilah kekuatan (quwwah) > > Islam. Artinya dapat memfungsikan ajaran dan kearifan Islam pada > > ranah publik, domestik dan privat sekaligus. Akan tetapi kalau > > kegiatan politik dikelola asal-asalan dengan menggunakan semboyan > > tujuan menghalalkan cara maka kehadirannya dapat menjad fitnah > > kehidupan. Sebab mereka tega dan sanggup melakukan politisasi ajaran > > agama, politisasi sentimen agama dan politisasi amal kebajikan atas > > nama agama. Kegiatan politik tanpa etika ini bisa asal tubruk, asal > > klaim dan asal jarah suara dan asal untung secara politik walau > > buntung secara moral. Persyarikatan kita sekarang sedang mengalami > > cobaan karena sedang diacak-acak oleh idelogi politik lain yang > > kehadirannya seperti lebih berupa sebagai fitnah ketimbang sebagai > > quwwah. Oleh karena itu persyarikatan harus kita selamatkan agar > > steril dari ideologi lain itu. Demikianlah, sampai jumpa edisi > > mendatang. > > > > Wassalamu'alaikum wr wb. (Redaksi). > > > > --- In mediacare@yahoogroups.com, manneke <manneke@> wrote: > > > > > > > > > Salah sendiri kok Muhammadiyah dan NU diem aja waktu mesjid- mesjid > > mereka "direbut" kelompok lain. Kedua organisasi Islam "terbesar" di > > Indonesia yang ngaku anggotanya puluhan juta ini ternyata tak berdaya > > ya menghadapi radikalisme di dalam Islam sendiri? Apalagi yang > > minoritas. Mana bisa? > > > > > > manneke > > >