Assalamu'alaikum wr.wb.,
    
    
Lembang Alam

15. MABIT DI MUZDALIFAH

Perlu waktu agak lama juga untuk mengumpulkan anggota
rombongan mendapatkan busnya masing-masing. Mendekati
jam delapan malam baru kami akhirnya meninggalkan
Arafah. Jalan menuju Muzdalifah relatif tidak ramai
meskipun tidak pula terlalu lancar. Benar-benar sangat
kontras dengan waktu saya melaksanakan haji dulu yang
jalanan macet bukan main. Mungkin kali ini disamping
jalan menuju ke Mina melalui Muzdalifah sudah
bertambah, disertai pula waktu keberangkatannya lebih
awal. Saya ingat dulu itu kami baru kebagian bus sudah
jam sebelas malam dan jalan sudah  dipadati banyak
sekali bus.  Dulu kami hanya singgah sebentar saja di
Muzdalifah, sekedar untuk mencari kerikil, meski saya
dan istri melakukan shalat maghrib dan isya di jamak
ta’khir waktu itu, dengan terlebih dahulu mengingatkan
sopir bus agar jangan meninggalkan kami.

Kali ini kami sampai di Muzdalifah menjelang jam
setengah sepuluh malam. Mula-mula bus sudah berhenti
di tempat banyak bus-bus lain berhenti. Kami turun dan
menggelar tiket plastik yang sudah disiapkan. Setelah
itu saya segera mengajak anak-anak melakukan shalat
maghrib dan isya (istri dan si Sulung sudah mulai
dapat cuti).  Disekitar tempat itu sudah ada jamaah
dari bermacam-macam negara. Ada di antara mereka yang
sudah mulai tidur. 

Baru saja kami selesai shalat seorang ustad pembimbing
mengatakan, tempat kami ini ‘belum’ Muzdalifah karena
Muzdalifah mulai beberapa meter lagi ke arah dalam.
Dia meminta kami segera pindah. Kamipun mengemasi
tikar plastik dan bawaan lainnya dan mengikuti ustad
itu. Di tempat yang baru, jemaahnya jauh lebih banyak.
Tidak mudah menemukan tempat lapang. Dan tempat itu
tidak pula rata karena terletak dekat tebing batu.
Akhirnya rombongan kami terpaksa berpencar-pencar.
Saya sekeluarga mendapatkan tempat yang ternyata
adalah bahu jalan di kaki tebing. Kami gelar kembali
tikar di bawah langit lepas. Tempat itu agak
remang-remang karena tidak ada lampu disitu. Lampu
penerangan jalan terletak agak jauh ke tengah. Ustad
tadi masih sempat bergurau, ‘silahkan dinikmati hotel
berbintang-bintang ini.’  Tempat itu pas-pasan untuk
kami berlima bersempit-sempit.  Saya segera ingin
mencoba tidur. Ternyata cukup mudah (pada dasarnya
saya memang diberi  nikmat oleh Allah dengan mudah
sekali tertidur, pokoknya asal kepala diistirahatkan,
dalam bilangan beberapa menit sudah langsung ‘fly’).

Jam satu malam saya terbangun karena rasa dingin yang
sangat menusuk. Benar-benar dingin luar biasa. Biarpun
saya meringkuk melipat badan rasa dingin itu tetap
terasa. Apa lagi saya hanya berpakaian ihram dan saya
tidak ingin menutupi kepala. Saya berdoa (sambil
menangis lagi),  ya Allah berilah  hamba kekuatan. Ya
Allah hamba ini sedang mematuhi perintah Engkau,
sedang beribadah kepada Engkau. Berilah hamba kekuatan
ya Allah. Allah Maha Besar, entah dengan cara
bagaimana, saya tertidur kembali. Tapi dua jam
kemudian, jam tiga saya terbangun lagi, oleh serangan
dingin yang lebih dingin dari tadi. Saya ulang doa
yang sama. Dan tertidur pula kembali. Setelah itu jam
empat kembali terbangun. Subhanallah, kali ini tidak
karena dingin. Saya ingin buang hajat kecil. Nah,
bagaiman caranya? Saya bawa botol air kecil yang
isinya sudah tinggal sedikit dan pergi ke bongkah batu
besar yang agak terpisah  dari kumpulan jamaah. Saya
harus memanjat tebing untuk mendapatkan tempat yang
benar-benar terlindung dan melepaskan hajat sambil
duduk diatas batu besar. Waktu saya kembali istri dan
anak saya mengatakan ingin buang air kecil juga.
Mereka pergi ke bus yang terparkir beberapa puluh
meter dari tempat itu. Baru saya ingat bahwa bus itu
ada toiletnya. 

Saya sudah tidak tidur lagi. Para jamaah satu persatu
terbangun. Pemandangan itu mungkin replika kecil
bangkitnya kita nanti di Padang Mahsyar. Ustad
pembimbing mengajak saya mencari air untuk berwudhuk.
Katanya dia tadi malam melihat mobil tangki tidak jauh
dari tempat bus parkir. Kami berjalan kesana. Mobil
tangki itu kami temukan, tapi tidak ada air yang bisa
kami dapatkan. Mobil itu ternyata bukan mobil
penyuplai air  wudhu untuk jamaah seperti yang diduga
ustad tadi. Akhirnya kami putuskan untuk bertayamum
saja. Jam setengah enam lebih sedikit masuk waktu
subuh. Azan berkumandang. Ternyata sama lagi seperti
di tenda, bahkan disini mungkin lebih ramai yang azan.
Kami shalat qabliyah subuh. Dan shalat subuh berjamaah
dengan imam yang banyak (lebih dari satu). Sesudah
shalat subuh para jamaah bersiap-siap berangkat.
Kamipun mengemasi tikar dan barang-barang  sebelum
melangkah ke bus yang rupanya stand by semalaman
disini. Sebuah sistim transportasi yang sama sekali
berbeda dengan tahun lalu. Sampai di bus, anak-anak
saya setengah protes kepada ustad pembimbing dengan
mengatakan bahwa di Muzdalifah ini waktu yang paling
baik untuk berdoa adalah sesudah shalat subuh sampai
terbit matahari. Ustad itu dengan tersenyum
mengatakan, kalau kalian masih ingin berdoa lagi,
pergilah tapi jangan lama-lama. Mereka bertiga turun
dan pergi kembali untuk berdoa. Saya biarkan saja
mereka pergi bertiga. Setelah kira-kira sepuluh menit
mereka kembali ke bus. Jamaah lain toh belum semua
hadir. 

Sudah hampir terang waktu semua anggota rombongan
sudah naik ke bus. Kami punya dua kemungkinan
sekarang. Kalau jalan ke Makkah tidak macet, maka kami
akan langsung kesana untuk thawaf ifadha. Tapi kalau
macet kami akan kembali ke tenda di Mina untuk nanti
pergi melontar. Ternyata jalan ke Makkah sangat
lancar.  Kami sampai di Makkah saat khatib sedang
berkhotbah (Idul Adha). Bus kami berhenti kira-kira
dua ratus meter dari Masjidil Haram. Kami mengatur
rencana untuk masuk mesjid untuk thawaf. Tapi
sebelumnya harus ke kamar kecil dulu untuk
berbersih-bersih dan berwudhuk.

                        ****







=====

St. Lembang Alam



__________________________________
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail - More reliable, more storage, less spam
http://mail.yahoo.com
____________________________________________________
Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net
____________________________________________________

Kirim email ke