Assalamu’alaikumWW, 

Bung Andrinof, bung Armen, dan sanak sapalanta yang ambo hormati,

1.       Untuk kesekian kalinya  pembahasan atas materi diskusi yang 
menarik dan bermanfaat  untuk dikembangkan di palanta ini,tampaknya 
lagi-lagi  terpaksa ‘mati dalam kandungan’ atau ‘layu sebelum berkembang’.  
Danau 
Maninjau lebih disenangi untuk dipuji dan dipuja, dan ‘ribet banget’ untuk  
dicarikan 
jalan keluar dari  permasalahan perbenturan masalah lingkungan dan ekonomi 
praktis yang secara berulang telah menimbulkan bencana  di sana.  

2.       Jika disimak secara seksama, materi diskusi yang disampaikan pada 
hakekatnya sudah bersifat saling melengkapi dan memberi koreksi positif. 
Sayangnya mungkin disampaikan dengan cara yang kurang simpatik dan 
cenderung mematahkan dan merendahkan orang lain

3.       Komentar bung Armen menyangkut  kejelasan hak ulayat  9 Nagari 
salingka danau  menurut saya  sangat layak untuk dikembangkan lebih lanjut, 
disandingkan dengan kewenangan Pemerintah Daerah  menyangkut  Sumber Daya 
Air.  Hal ini akan memperjelas hak dan tanggung jawab  masyarakat  di satu 
sisi serta Pemerintah Daerah di sisi lain dalam  pengaturan  dan 
pengelolaan  potensi danau Maninjau ini. Terkait dengan kejelasan  hak dan 
tanggung jawab ini, umpamanya pada waktu yang lampau pernah terjadi  
persengketaan  antara masyarakat   yang merasa memiliki air Maninjau dengan 
pihak PLTA  yang menggunakan air ini. Salah satu tuntutan masyarakat kalau 
tidak salah adalah pembagian keuntungan dari penjualan listrik.

4.       Kasus  keramba Maninjau menurut saya layak untuk dijadikan  studi 
kasus yang ditangani secara serius, dengan jalan keluar bukan hanya sebatas  
melarang  karamba, tapi juga sebagaimana yang dikemukakan bung Andrinof  juga 
harus dicari alternative  solusi  terkait  ekonomi masyarakat seputar danau.  
Saya yakini bahwa studi ini bersifat multi disiplin karena menyangkut 
beberapa bidang keilmuan , antara lain  biologi, kimia, geologi, pertanian, 
sosial, ekonomi,  budaya., dll.

5.       Salah satu aspek yang bisa dibahas secara intens di palanta ini 
tentunya adalah permasalahan yang terkait dengan sosial dan budaya, ataupun 
ilmu lainnya diatas yang  dikuasai  oleh  warga palanta ini. Untuk ini saya 
tidak sependapat dengan bung Armen,  bahwa  jika ingin berpartisipasi  harus 
mau terjun langsung ke lapangan karena harus kenal lapangan sebelum berani 
ngomong.  Manula atau Lansia seperti saya  dan sejumlah  warga RN lainnya 
tentunya  sekarang ini  terbatas kemampuannya untuk  turun ke lapangan. 
Tapi mungkin2 saja jika mereka punya sesuatu untuk  dikemukakan bertolak 
dari  pengalaman  hidup  atau latar belakang keilmuan masing2nya.

6.       Bung Andrinof sudah  merintis sesuatu, begitu juga bung Armen dan 
lain2nya. Kenapa diskusi ini tidak dilanjutkan  saja dengan semangat  baru ?


Maaf & wasalam,

E. Buchari

 

 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/

Kirim email ke