Setting kisah yang menarik, Ronald. Benar-benar belum ada dalam tema-tema novel Indonesia kontemporer.
Kalau manuruik ambo, lebih baik novel thriller ini yang didahulukan dibandingkan ttg Anak Mentawai. Genre novel AM sedang cukup banyak di pasar, Ronald harus dapat angle yang benar-benar spesial untuk bisa mengatasi jejak "Laskar Pelangi" atau "Negeri 5 Menara". Kalau novel thriller politik finance ini justru belum ada di pasar, sebuah oportunity besar, bak kecek Rockefeller, "the first man gets the oyster, the second gets the shell." Cubolah dipertimbangkan Ronald. Selain itu momentum pasar sedang pas, terutama jika terbit awal tahun depan. Jadi dalam 6 bulan ko, kalau diprioritaskan oleh Ronald, insya Allah akan jadi tu novel. Langkah strategisnya: 1. Untuk menyiasati fakta menjadi fiksi, coba Ronald baca kumpulan cerpen "Saksi Mata" karya Seno Gumira Ajidarma. Sebenarnya ini liputan SGA ke Timor Leste, pasca kerusuhan Santa Cruz (1982), tapi hasil liputan itu tak bisa diturunkan dalam format reportase karena kondisi waktu itu, sehingga Seno menulisnya dalam bentuk serangkaian cerpen. Mungkin ini bisa jadi inspirasi. 2. Untuk latihan menyusun plot kisah dari dunia profesional, coba baca (ulang) novel-novel John Grisham yang banyak mengadopsi "behind the scene" dunia pengacara. Templatenya saja yang dilihat. 3. Pikirkan untuk ambil cuti tahunan, setelah Idul Adha. Kalau bisa cuti sebulan lebih baik, biar fokus. Jadi kalau mulai sekarang mengembangkan plot outline, karakter tokoh-tokoh, dan riset bahan, proses menulisnya yang betul-betul serius itu di saat cuti nanti. Insya Allah dalam 6 bulan, novel pertama Ronald ini bisa selesai karena kalau berdasarkan cerpen "78 Peluru" untuk Antologi Ranah, kemampuan deskripsi dan narasi Ronald sangat potensial untuk mengancik lebih jauh. Wassalam, ANB, 45, Cibubur Pada Jumat, 21 Juni 2013, Ronald P Putra menulis: > Wah ini kotak pandoranya udah terbuka bener :-) > > Disamping ingin membuat novel ttg mentawai, sebenarnya ada satu novel lagi > yg selalu bermain-main dalam pikiran ambo, menggoda bagai anak gadis cantik > yg ingin di tegur sapa dan diajak berlayar mengarungi samudra imajinasi, > yaitu sebuah novel thriller yg menghubungkan antara kejahatan penggelapan > dana investor di pasar modal dengan proses terpilihnya seorang pemimpin di > negeri ini. > > Kebetulan ambo belasan tahun bekerja yg berhubungan jo pasar modal dan > bank, sedikit banyak tahu ttg akumulasi modal ketika menjelang pemilu dari > akun2 fiktif tmsk modus para fund manager nakal dlm memainkan dana > investor, dari situ ambo tergerak utk mambuek novel. Cuma agak ngeri2 sedap > juo krn beberapa data yg akan ditulis adolah fakta :-) perlu beberapa motif > utk efek dramatisnyo.... > > Doakan sajo yo Da... > > Wassalam > Ronald > On Jun 21, 2013 9:47 AM, "Akmal Nasery Basral" <ak...@rantaunet.org> > wrote: > > Ya, nanti revisinya japri saja, RPP. Siapa tahu tanpa disadari nanti > jumlah cerpen-cerpen Romald yang terus bertambah bisa cukup untuk jadi satu > kumpulan cerpen sendiri. Mungkin dengan memadukan latar belakang pekerjaan > RPP sekarang di bank juga lebih baik, karena itu dunia yang sangat akrab > dengan RPP sehari-hari. > > Ada contoh menarik, yang biasa ambo sampaikan di kelas Penulisan Fiksi, > tentang seorang bernama pena F.X. Toole (nama aslinya Jerry Boyd). Hampir > seluruh hidupnya bekerja sebagai "cut man" (semacam asisten dokter di > pertandingan tinju, yang biasa bekerja antarronde ketika petinju terluka > wajahnya. Orang ini yang mengompres atau merapatkan luka si petinju). Jerry > Boyd (lahir 1930) sudah menyaksikan begitu banyak pertandingan tinju, dari > kelas pasar malam sampai kejuaraan dunia. Satu ketika, di usianya yang > ke-71, Boyd menuliskan lima cerpen (agak panjang) tentang pengalamannya > menjadi "cut man" dalam sebuah kumpulan berjudul "Rope Burns: Stories From > The Corner". > > Pertanyaan buat RPP: bisakah dibayangkan kualitas cerpen dari seseorang > yang sehari-harinya hidup di tengah dunia, dan industri, kekerasan seperti > tinju? Apakah sebelumnya Toole/Boyd membaca banyak buku sastra, atau cerpen > orang lain? > > Tetapi, hebatnya, salah satu cerpen dalam antologi itu yang berjudul > "Million $$$ Baby", membetot perhatian Clint Eastwood, yang memfilmkannya > dengan judul "Million Dollar Baby (2004)". Intinya, tentang seorang petinju > perempuan yang terlambat meniti karir sehingga awalnya tak diterima > pelatih, namun dia persisten dan akhirnya malah nyaris menjadi juara dunia, > sebelum sebuah kecelakaan fatal di atas ring akibat ulah licik musuhnya, > membuat petinju perempuan ini mengalami koma panjang, dan sebuah problem > etik muncul: haruskah dilakukan euthanasia terhadapnya untuk mengakhiri > penderitaanya, atau dibiarkan saja dia hidup tergolek di tempat > tidur dengan bantuan mesin, selama mungkin? > > "Million Dollar Baby" kemudian meraih 4 Oscar, termasuk untuk Inyiak > Eastwood sebagai sutradara terbaik dan aktris Hillary Swank, pemeran > petinju perempuan itu. > > Tanpa ada kontribusi kisah dari "orang-orang dalam" seperti Toole/Boyd, > publik hanya mengenal dunia tinju dari apa yang tersaji di atas ring, tapi > tidak mengetahui lika-liku di belakangnya (meski ada juga film-film genre > tinju lain seperti "Rocky" dll). Namun "Rope Burns" yang ditulis praktisi > dunia tinju sendiri seperti Toole/Boyd memberikan warna yang lebih > meyakinkan. > > Semoga lebih membuka kotak pandora selanjutnya :) > > Salam, > > ANB > 45, Cibubur > > > > Pada Jumat, 21 Juni 2013, Ronald P Putra menulis: > > Tarimo kasih ateh inputs dari Da Akmal. Banyak pelajaran yg bisa ambo > ambiak. > > Ambo akan cubo kembangkan dengan penambahan beberapa motif utk penambah > dramatisnyo, kalau lah indak sempat ambo tayang ulang baliak, akan ado duo > lai cerpen yg akan ambo tayang di palanta iko, > > Mudah-mudahan dapek masukan dari para pambaco di palanta iko khususnyo uda > Akmal, hehehe... > > Taruih tarang, alah mulai tabuka kunci-kuncinyo dek mambaco berbagai > ulasan ttg cerpen di palanta iko (kotak pandoranyo alah mulai tabukak > nampaknyo :-) > > Wassalam > Ronald > On Jun 20, 2013 9:02 AM, "Akmal Nasery Basral" <ak...@rantaunet.org> > wrote: > > Bagus itu sanak RPP, lanjutkan! :) > > Kalau boleh saran untuk perbaikan cerpen ini, meski dari perspektif > Rububiyah hidayah adalah hak prerogatif Allah Swt yang diberikanNya kepada > siapa yang Dia kehendaki, kapan saja, di mana saja, namun untuk soliditas > cerita "Mak Agus" ini elemen-elemen motif, suspens dan logika cerita harus > diperkuat. Misalnya: > > 1. Randy, anak Mak Agus, sebaiknya tidak digambarkan sedang "asyik > menyikat lantai keramik toilet". Bahkan harus sebaliknya, bermalas-malasan, > bermuka masam, dan ekspresi sejenis yang menggambarkan dia "terpaksa" > melakukan itu, hanya karena perintah bapaknya. Ini juga sebagai "planting > information" sebelum menuju ending/klimaks cerpen agar nanti terjadi > perubahan sikap Randy, sebuah "twist". Sebab, kalau Randy anak seorang > > -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi: * DILARANG: 1. Email besar dari 200KB; 2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 3. Email One Liner. * Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta mengirimkan biodata! * Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting * Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply * Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ --- Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup Google. Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com . Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.