Wa'alaikum salam wr wb,
Uni Melvi sato lo awak comment sedikit:

Di Jakarta buat test masuk SD harus bisa menulis membaca dan berhitung. Lalu
ada sekolah terpadu (ada yang memplesetkan terpaksa pakai duit), sekolah
unggul (ini dibagi lagi sekolah unggul nasional sekolah unggul provinsi
dst), sekolah alam, boarding school dan segala macam (pokoknya orang tua
pada bingung anaknya bagusnya sekolah dimana). Rasanya dulu waktu SD di
kampung pandai membaca dan berhitung baru setelah di SD. Apakah mungkin
karena jumlah sekolah terlalu sedikit, atau orang pengen anaknya cepat-cepat
masuk sekolah sehingga terpaksa seleksinya begini ? Kadang-kadang kepikiran
apakah mau balik pulang kampung saja for getting beter education...tapi
kabarnya di kampung pun pergaulan juga sama parahnya dengan di kota-kota.

Terus terang saya agak terbantu karena membawa anak saya (1 TK dan 1
Playgroup) menonton laskar pelangi. Sekarang saya punya tambahan gambaran
visual untuk menjelaskan masa lalu..for good past-time values inheritance.
Kecuali bagian terhambat sama buayanya dan gedung sekolah yang hampir roboh
semuanya almost similar.

Untuk level pendidikan tinggi, kadang-kadang aneh juga emang. Ada teman saya
(kakak kelas tepatnya, urang Koto Gadang) beda jurusan, seangkatan dengan
Uni Melvi, dia jurusan sipil. Waktu S1 dia termasuk 'papan bawah' alias IP 2
koma. Ketika mengambil master di UW at Madison, GPA nya bisa 4. Dan ini
bukan satu-satunya kejadian, banyak kejadian serupa atau lebih parah lagi.
Apakah pendidikan Indonesia lebih though ketimbang di luar atau pendidikan
di luar yang lebih kondusif atau fair ...I don't know..mungkin pakar /
pemerhati pendidikan yang lebih tahu.


cheers,
.ari/32th/male






2008/11/22 ulvan melvi <[EMAIL PROTECTED]>

> Ass ww
>
> Babagi carito setek ka sanak di Palanta, ambo tulis dalam Bahasa Indonesia
> karano ambo posting juo di tampek lain.
>
> _____
>
> Dari awal saya dan suami sudah sepakat untuk menyekolahkan anak-anak di
> sekolah dasar negri saja tidak di sekolah swasta yang "bagus". Pertimbangan
> kami adalah kalau di sekolah negri materinya tidak terlalu berat di
> bandingkan di sekolah swasta yang top, sehingga anak-anak mempunyai waktu
> bermain yang cukup. Karena masa anak adalah masa untuk bermain, mereka
> belajar sambil bermain. Kami tidak mau anak-anak kami terbebani dengan
> pelajaran yang berat sehingga kehilangan masa anak-anaknya.
>
> Anak kami yang besar bernama Angkasa dipanggil Abang. Abang kami sekolahkan
> di salah satu SD negri di daerah Pondok Gede. Sekolahnya hanya sekolah
> komplek perumahan, yang bisa ditempuh dengan jalan kaki dari rumah kami.
> Setelah sekolah beberapa bulan mulai muncul masalah. Materi pelajarannya
> sangat berat menurut saya, dimana untuk pelajaran matematika Abang sudah
> dapat materi tentang penjumlahan dan pengurangan yang ada menyimpan dan
> meminjamnya, istilah sekarang mencongak, ini di bulan-bulan ke tiga
> sekolah.Setiap hari ada PR yang mesti saya bantu mengerjakannya.Kadang
> saking gak bisa dicerna sama otaknya, Abang bilang ke saya....Bun otak Abang
> lagi berhenti jadi gak bisa menghitung lagi katanya. Saya bilang sama Abang
> kalo Abang gak mau mengerjakan PR gak usah dikerjakan, karena menurut saya
> materinya terlalu berat untuk anak seumur Abang. Tapi si abang malahan
> menangis minta saya tetap bantuin dia mengerjakan PR karena takut sama
> gurunya. Ini sangat tidak bagus buat mental si anak, belajar kok kayak
> diteror gitu.
> Pada saat itu saya belum sempat datang ke sekolah untuk bertanya kepada
> gurunya.
>
> Sampai pada saat kami lagi jalan ke Lampung dan si Abang melihat kapal besi
> yang besar. Abang bertanya kepada papanya, papa berat kerata api
> (babaranjang) itu berapa? papanya menjawab 4000 ton, kemudian si Abang
> nyeletuk, itu sama dengan berapa gram papa?Nah kami kaget ,kok sudah ada
> pelajaran menghitung berat, malahan sudah perkalian. seminggu kemudian ada
> PR yang isinya, sekian ton =...kg, ..km=..cm. Malahan ada soal 4 mobil+3
> becak+2 sepeda berapakah jumlah rodanya? Si abang jawab 9 buah rodanya. Saya
> bertanya sama Abang kok jawabnya segitu? dia bilang kan ada 4+3+2=9. Karena
> otaknya belom sampai untuk berfikir perkalian, karena dia masih kelas 1 SD
> yang belum 1 semester. Kok bisa dikasih soal yang cukup tinggi untuk
> seumuran dia.
>
> Akhirnya saya dan suami datang ke sekolah. Saya menanyakan silabus yang
> dipake guru tersebut, apakah sudah sesuai dengan yang ditetapkan oleh
> diknas. Tapi sayang, gurunya tidak punya panduan materi mengajar. Gurunya
> terobsesi ingin anak-anak juara lomba cerdas cermat yang akan diadakan se
> Jabar. Jadi anak-anak dijejali dengan pelajaran yang tinggi. Saya bilang
> sama gurunya, kalo anak saya tidak usah diikutkan tim cerdas cermat, tidak
> usah dikasih pelajaran tambahan karena bagi saya anak-anak ke sekolah untuk
> bermain dan sosialisasi dengan lingkungan sedangkan materinya saya dan suami
> bisa membantu di rumah.
>
> Ada pelajaran Bahasa Indonesia, pertanyaannya :
> 1. Apa guna perpustakaan? si Abang jawab untuk gudang menyimpan bangku dan
> meja rusak. Pasti salahkan jawabannya, saya tanya sama Abang kok jawabanya
> itu? Abang jawab, karena di sekolah ada ruangan yang di pintunya tertulis
> perpustakaan tapi isinya barang rusak dan buku-buku Abang kan Bunda yang
> beli.
> 2. Kalau bermain jangan lupa.....?si Abang jawab, minta ijin Bunda.
> Sementara jawaban dari guru adalah belajar. Si Abang protes kan kalo dia mau
> main sepeda minta ijin sama bunda, mana bisa sambil belajar.
>
> Dari contoh di atas, guru tanpa sadar mengajarkan anak untuk berbohong dan
> jawaban harus sesuai kunci jawaban. Seharusnya jawaban anak kan gak langsung
> disalahkan tapi bisa dikomunikasikan, karena anak tidak akan sanggup
> merekayasa jawabanya, mereka akan menjawab sesuai dengan yang dialaminya.
>
> Itulah sedikit pengalaman sekolah di Pondok Gede.
>
> Sebelum menerima raport semester, visa kami ke Ceko keluar. Si Abang
> melanjutkan sekolah di Praha. Problem bahasa dalam waktu 6 bulan bisa
> diatasinya. di sekolah si Abang dibilang gurunya robot matematika karena
> selalu duluan selesai mengerjakan semua pelajaran. Knapa bisa begitu?
> 1. Anak kelas 1 SD di Praha hitungan matematikanya tidak lewat dari angka
> 20.Semester pertama hanya mengenal angka 1-10 dan semester 2 baru 11-20.
> Bandingkan dengan sekolah Abang di pondok Gede, dia dah belajar ratusan,
> mencongak.....
> 2. Anak kelas 1 SD di Praha tidak mesti sudah bisa membaca. Karena tugas
> guru di kelas 1 SD itu mengajarkan membaca kepada anak.Kalo kita sarat bisa
> masuk SD kalo sudah bisa membaca.
>
> Kekurangan si Abang, tidak bisa bercerita di depan kelas karena dia malu
> katanya. Sementara pelajarannya banyak bercerita, anak-anak diminta
> menceritakan kegiatan weekend, tentang buku-buku yang dibacanya, tentang
> binatang dan kegiatan lain.
>
> Kemudian kelebihan di Ceko ini adalah, setiap pemukiman perumahan ada
> perpustakaan umum yang dikelola oleh pemerintah. Ruangan perpustakaan tidak
> terlalu besar hany seukuran toko 2 pintu, tapi semua penduduk bisa meminjam
> dengan gratis. Sehingga bisa kita lihat kenapa membaca jadi budaya bagi
> mereka. Orang tua selalu mengajak anak-anak meminjam buku, jarang sekali
> saya lihat mereka menonton TV. Teman-teman si Abang gak kenal yang namanya
> PSP,nitendo, playstation dan acara TV. Teman-temannya kebanyakan bercerita
> tentang liburan ke gunung, ke rumah kakek, mencari jamur di hutan. Apakah
> kita yang kebablasan dunia modern atau mereka yang back to nature....:-)
>
>
> Jadi knapa kita selalu mengatakan kepada orang lain, sok luar negri?
> padahal saya yang tinggal di luar negri saat ini merasa hidup kembali kayak
> tinggal di kampung. Mall di Praha lebih kecil dan jelek dibandingkan mall yg
> ada di Indonesia. Kemana-mana jalan kaki atau naik public transportations,
> karena BBM di sini mahal sekali. Bangunannya gak ada yang modern karena
> pemerintah hanya mengeluarkan ijin bangunan yang ketat. Bangunan barupun
> modelnya tetap mengikuti model lama.Tidak ada budaya pesta mewah di sini.
> Mobilpun kebanyakan Scoda buatan Ceko sendiri, jarang bertemu mobil mewah.
> jadi hidup di luar negri kita back to nature.
>
> Saya pernah bertanya kepada teman Ceko saya. Dia punya mobil kok masih
> mengayuh sepeda ke kantor? Dia bilang BBM itu mahal, kalo naik sepeda selain
> irit juga sehat dan tidak membuat polusi udara katanya. Mobil dipake kalo
> belanja mingguan, liburan atau pulang kampung ke orang tuanya. Apakah ini
> ngirit atau betul-betul meletakkan sesuatu sesuai fungsinya?
>
> lain waktu akan saya cerita bagaimana sederhananya kehidupan orang Ceko
>
> Wassalam,
> Melvi/P/Praha
>
>
>
> ------------------------------
>  New Email names for you!
> <http://sg.rd.yahoo.com/aa/mail/domainchoice/mail/signature/*http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/>
> Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
> Hurry before someone else does!
> >
>

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
=============================================================== 
UNTUK DIPERHATIKAN:
- Wajib mematuhi Peraturan Palanta RantauNet, mohon dibaca & dipahami! Lihat di 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi anda pada setiap posting
- Dilarang mengirim email attachment! Tawarkan kepada yg berminat & kirim 
melalui jalur pribadi
- Dilarang posting email besar dari >200KB. Jika melanggar akan dimoderasi atau 
dibanned
- Hapus footer & bagian tdk perlu dalam melakukan reply
- Jangan menggunakan reply utk topik/subjek baru
=============================================================== 
Berhenti, kirim email kosong ke: [EMAIL PROTECTED] 
Daftarkan email anda yg terdaftar pada Google Account di: 
https://www.google.com/accounts/NewAccount?hl=id
Untuk dpt melakukan konfigurasi keanggotaan di:
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe
===============================================================
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke