Jumat, 30 Juli 2010
ANWARDIN GURU YANG PATUT DITELADANI : Kepsek Sekaligus Orangtua Asuh

PADANG - Anwardin, 56, adalah Kepala Sekolah SMAN 2 Gunung Talang Kabupaten
Solok. Profesi yang ia jalani, hal yang biasa dipandang orang. Namun ada
kebiasaan lain yang jarang dilakoni kepala sekolah yang ada di daerah ini. 

Ia kepala sekolah yang gigih, gelisah melihat anak didiknya terhempas.
Anak-anak pintar miskin, ia panggil agar berusaha keras untuk bisa kuliah.
Bahkan pernah ia menjemput anak didiknya sampai ke tengah sawah. Anak
perempuan itu kini sudah jadi orang. "Jika saya tak mampu, saya minta tolong
pada orang lain," katanya. 
Seorang bekas anak didiknya yang sudah kuliah dan bekerja, suatu hari datang
padanya saat ia dirawat di rumah sakit.
"Pak, saya sudah bekerja, jadi PNS, sudah bersuami, sekarang saya sedang
hamil tiga bulan," kata bekas anak didiknya itu penuh santun. Serasa pak
guru kita ini, cegak seketika. Ia bahagia. Anak yang ia didik, kini sudah
jadi orang. Kebahagiaan guru tak tertara tak lain, melihat anak didiknya
jadi orang.

Selain itu, ada seorang anak yang tiba-tiba menyatakan niatnya berhenti
sekolah karena ketiadaan uang. Guru kita ini, gelisah bukan main. Akhirnya,
si anak didik ia ajak tinggal di rumahnya sampai tamat.

Begitulah membantu anak-anak dengan ekonomi lemah berprestasi, agar
pendidikan mereka tidak terputus di tengah jalan. Inilah pekerjaan yang
dilakukannya sejak 1981 lalu. Selama itu pula sudah 18 anak yang ia bantu.
Dengan apa ia mampu menyekolahnya anak-anak hebat itu hingga mereka tamat?
Padahal ia hanyalah seorang PNS yang kini menjabat kepala sekolah. 

Berikut cerita singkat hidupnya kepada Singgalang tadi malam, saat
mengantarkan Ahmad Fauzi, 19 tahun yang lulus ke IPB. Menggalang dana dari
para dermawan, baik secara langsung maupun melalui Harian Singgalang. Dengan
cara inilah bantuan banyak mengalir. Setiap bantuan yang datang diserahkan
kepada anak-anak hebat dari keluarga miskin itu. Anak-anak itu terbantu,
hati Anwardin begitu bahagia.
"Motivasi saya hanya untuk membantu anak-anak pintar itu, agar pendidikan
mereka tidak terputus di tengah jalan. Saya juga " terang Anwardin. 

Dulu kata bapak tiga anak ini, hidupnya juga susah. Tapi dengan semangat
tinggi dijalaninya hidup tanpa keluh kesah, caranya dengan kerja keras.
Melakukan apa saja yang bisa menghasilkan uang, yang penting halal. Alhasil,
jerih payahnya itu membuahkan hasil. Suami dari Farida ini mampu menamatkan
pendidikan hingga perguruan tinggi. 
"Semangat ini yang saya tanamkan ke anak-anak yang pernah saya bantu, karena
tanpa semangat, hidup tidak akan berjalan. Mimpi yang direncanakan tidak
akan terwujud," ujarnya. 

Dalam menjalani hidup, ia punya semboyan biar kaki patah sebelah dari pada
patah hati. Artinya kerja keras mesti dilakukan sepenuh hati, karena bekerja
dengan setengah-setengah tidak akan membuahkan hasil. 
Selain menggalang dana dari para dermawan baik langsung maupun melalui media
massa, Anwardin, juga mengumpulkan uang dengan cara berinfak. Dana itu untuk
anak-anak berprestasi dari keluarga miskin. Dia bekerjasama dengan
teman-temannya. 
"Ketika ada yang butuh kami bantu, karena dana itu memang untuk mereka yang
membutuhkan," ujarnya. 
Sementara, dana untuk Ahmad Fauzi, yang lulus di IPB jurusan ekonomi syariah
itu terkumpul sebanyak Rp17 juta. Uang itu diserahkan kembali kepada
Singgalang Rp1 juta, untuk anak lain yang membutuhkan. "Banyak kawan awak
kiroe Pak nan miskin nan ka kuliah, dek awak lah banyak dapek Pak, agiahan
ka kawan-kawan awak tu yo Pak," katanya.

Dana yang terkumpul melebihi dari dana yang dibutuhkan Rp3,5 juta. Uang
sebanyak itu datang dari banyak pihak, seperti hamba Allah yang ada di
Bukittinggi, Payakumbuh, Padang, BAZ Kabupaten Solok, BAZ kecamatan, Dr.
Rafli Riza dan dermawan lainnya. "Saya ucapkan terima kasih kepada bapak
atau ibu yang dermawan itu. Semoga kebaikan mereka dibalas Allah. Karena
tanpa bantuan mereka saya tidak akan bisa kuliah. Saya juga ucapkan terima
kasih kepada pak Anwar, tanpa semangat dari beliau saya tidak akan kuliah,"
terang Fauzi. 
Fauzi adalah seorang anak buruh, yang bekerja serabutan. Namun karena
keinginannya yang begitu besar untuk sekolah Fauzi mencari bapak angkat
hingga tamat. (107)

=======

Jumat, 30 Juli 2010
Terkumpul Rp17 juta : Ahmad Fauzi Dibantu Hamba Allah
WAITLEM 

SOLOK - Langit tersibak, mendung terkuak, mata Ahmad Fauzi tampak sabak
ketika jalan mulai terbuka, hamba Allah mengulurkan tangannya. Mendung yang
menggantung rendah sehari sebelumnya mulai tersapu angin. Walau lamban
tetapi pasti. Keinginannya untuk mengecap pendidikan di IPB (Institut
Pertanian Bogor) jurusan Ilmu Ekonomi Syariah bakal terwujud.
"Alhamdulillah, ada hamba Allah yang membantu uang pendaftaran," ujarnya
kepada Singgalang, Kamis (29/7). 
Sepanjang Rabu, Ahmad Fauzi didampingi gurunya menuju Kota Sanjai
Bukittinggi. Ada hamba Allah yang menghubunginya untuk menjemput dana Rp3
juta. Itulah secercah cahaya yang mulai muncul dari kegelapan. Walau
sebelumnya ia melihat semua jalan seakan tertutup, tetapi Singgalang membuka
matanya, hamba Allah melempangkan jalannya, Allah tetap menuntun jalannya.
"Terima kasih, terima kasih, telah memuat profil saya di Singgalang,"
ujarnya berkali-kali. Bersamaan dengan dimuat profil dirinya pada Rabu
(28/7) di bawah judul "Ahmad Fauzi Tak Punya Biaya Kuliah; Jadi Pesuruh,
Lulus di IPB," bantuan pun mulai mengalir. Ada yang menghubungi redaksi ada
juga yang menghubungi dirinya secara langsung. Walau bukan hujan yang
mengguyur, tetapi rinaipun cukup baginya untuk melepas dahaga.

Ahmad Fauzi adalah bagian dari kaum dhuafa yang berjuang tanpa mengenal
lelah. Ia terpisah dari orangtuanya sejak SMP. Walau kedua orangtuanya masih
ada, tetapi mereka sudah "angkat tangan", tidak mampu lagi menyekolahkan
dirinya. Dalam kekalutan dan kegelapan seperti itu, Ahmad Fauzi berusaha
menaklukkan beratnya medan yang harus dilalui. Hingga akhirnya ia berhasil
menyelesaikan pendidikannya di SMP dengan nilai bagus. Maklum gelar juara
selalu dalam genggamannya.

Setiap kali mendung menggantung rendah untuk menutup pemandangannya, selalu
muncul cahaya dari kegelapan. Walau tidak terang benderang, tetapi cukup
baginya untuk tetap meneruskan perjalanan panjangnya. Tamat SMP bukannya ia
bisa tersenyum lega karena untuk melanjutkan ke SMA pun ia tidak punya dana.
Dalam kekalutan itulah ia terdampar ke SMA Negeri 2 Gunung Talang, Kabupaten
Solok.

Mendaftar ke SMA bukan karena ia sudah memiliki uang di kantong untuk uang
pendaftaran, membeli pakaian dan peralatan sekolah, yang ia bawa hanya
kemauan dan keyakinan bahwa Tuhan masih bersamanya. 
Karena itulah ketika teman-temannya sudah membayar kewajiban terhadap
sekolah, Fauzi masih belum tahu, dengan apa beragam kewajiban itu akan
dibayar. Saat itu jalan masih gelap baginya.

Mengetahui kondisinya yang sebatang kara karena terpisah jauh dari orangtua,
kepala sekolah Anwardin menawarkan kepadanya untuk menjadi pesuruh sekolah
di SMA tersebut. Bagi Ahmad Fauzi mendapat kesempatan ini bagai mendapatkan
segelas air di tengah padang pasir yang terik. Tidak terkira kegembiraannya.
Inilah secercah cahaya yang selama ini ditunggunya.

Menjadi pesuruh selama SMA, tidak membuat prestasinya jatuh. Ia justru
selalu menggondol juara kelas, bahkan juara umum. Kemampuannya di bidang IPA
dan bahasa Inggris pun terlihat menonjol. Ia mampu menjuarai lomba fisika
se-Kabupaten Solok, ia sanggup mengalahkan teman-teman seangkatannya dalam
lomba bahasa Inggris. Namun batu karang kembali menghadangnya saat
menyelesaikan pendidikan di SMA.

IPB menunggunya. Jurusan Ilmu Ekonomi Syariah yang menjadi pilihannya
memberikan sebuah kursi kepadanya, tetapi Ahmad Fauzi harus mampu memecah
batukarang untuk menggapai keinginannya itu. Ia kembali terbentur masalah
dana. Dalam kondisi seperti itulah, ia datang ke Singgalang, menyampaikan
untung parasaiannya. Bagaikan baut bertemu dengan mor, Singgalang
menyalurkan keinginannya. Ahmad Fauzi muncul di Singgalang, hamba Allah pun
mengulurkan tangannya. Secercah harapan mengikuti langkahnya.

Setelah mendapatkan bantuan dari hamba Allah di Bukittinggi sebesar Rp3
juta, Ahmad Fauzi, mantan Ketua OSIS SMAN 2 Gunung Talang ini juga diberi
tahu ada bantuan dari BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) Kabupaten Solok dan
BAZ Kecamatan X Koto Singkarak sebesar Rp1,5 juta. Rabu malam kembali
bantuan diterima sebesar Rp5 juta dari Hamba Allah berhati mulia. Sementara
pada Kamis (29/7) selain menerima bantuan dari BAZ, Ahmad Fauzi juga
menerima bantuan dari Wakil Bupati Solok, Desra Ediwan Rp1 juta, Ketua DPRD
Syafri Dt. Siri Marajo Rp1 juta, Rumah Makan Aur Duri Sumani Rp1 juta,
guru-guru SD 31 Sumani Rp400.000, mahasiswa KKN Rp400.000 dan Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Solok Rp200.000. Total bantuan yang diterima Rp5
juta. Ini bantuan di luar BAZDA Kabupaten Solok sebesar Rp1 juta. Mendapat
kan bantuan dari Wakil Bupati Solok. Seorang dokter di Solok juga akan
memberikan bantuan Rp2 juta. Bantuan direncanakan diserahkan Jumat (30/7) di
Solok.
"Sesampai di Bogor sudah ada hamba Allah yang menawarkan pemondokan selama
kuliah secara gratis," ujar Ahmad Fauzi, Kamis (29/7). Ia benar-benar
bersyukur mendapat perhatian dan rahmat-Nya tanpa diduga sama sekali. Kini
jalan menuju IPB kian terbuka. Derai air mata duka, berubah menjadi suka dan
rasa haru mendalam. Ia terharu karena begitu besar perhatian hamba Allah.,
donatur yang berhati mulia kepadanya. Bukan hanya dirinya, kepala sekolah,
guru dan teman-temannya ikut gembira mengetahui Ahmad Fauzi bisa melanjutkan
pendidikan ke IPB. Dana yang terkumpul sekitar Rp16 juta. Jumlah ini jauh di
atas kebutuhan awalnya Rp3,5 juta. Sebenarnya jumlahnya Rp17 juta, tapi satu
juta diserahkan kembali ke Singgalang untuk anak-anak yang membutuhkan.
Sementara Azmi Aulia, perantau Solok di Jakarta juga akan membantu
sesampainya Ahmad Fauzi di Jakarta.

http://www.hariansinggalang.co.id

-- 
.
Posting yang berasal dari Palanta RantauNet ini, jika dipublikasikan di tempat 
lain wajib mencantumkan sumbernya: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini dan kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur dan Lokasi pada setiap posting
- Hapus footer dan seluruh bagian tidak perlu dalam melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat e-mail baru, tidak me-reply e-mail lama dan 
mengganti subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali serta ingin mengubah konfigurasi/setting-an 
keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke