Sanak Kurnia Khalik dan sanak sapalanta yang ambo hormati,

Pembahasan kereta wisata Sumbar tampak makin menarik karena memang
sudah menukik ke pokok2 atau inti permasalahannya.
Gagasan MPKAS dan upaya keras para pengurus dan membernya dalam upaya
mewujudkan gagasan tersebut  patut dihargai.
Saya secara pribadi Mak Itam dan rekan2nya punya kenangan tersendiri,
karena di awal pengakuan kedaulatan pernah dibawa mamak saya naik
kereta api dari Bukittinggi ke Sawahlunto, melalui lubang kalam yang
terkenal itu.
Masa kanak2 saya juga sebagian dihabiskan di sekitar stasiun
Bukittinggi  karena kami bermukim di Bukitcangang.
Nostalgia dan kisah kereta api Sumbar inilah yang membuat saya secara
spontan menulis tentang MPKAS ini dalam http://kadaikopi.com/?p=851,
serta sejumlah tulisan lainnya tentang jalan kereta api maut 'Muaro-
Pakanbaru' diblog yang sama. Jadi saya tidak ada niat 'menyerang' atau
mengecilkan peranan MPKAS.

Sanak Kurnia menghimbau : ".....paling tidak Ambo berharap kepada
Bapak2,Ibu2,dunsanak kasadonyo di Palanta Rantau Net dapeklah juolah
hendaknyo memahami saketek banyaknyo,apa dan bagaimana seharusnya kita
melihat permasalahan Kereta Api di Sumatera Barat saat ini ".

Statement ini menarik, karena inilah keistimewaan Palanta ini :
membernya berasal dari beragam latar belakang profesi, yang masing-
masingnya pula sudah punya jam terbang yang memadai di bidangnya
masing-masing tersebut.
Saya, sanak Riri, sanak Ansori, dan yang lainnya telah mengemukakan
bagaimana masing-masingnya melihat permasalahan kereta api Sumbar ini
sesuai dengan bidangnya masing-masing dan jauh dari kesan dan niat
'asbun'

Sejauh yang saya ketahui, yang menentukan sesuatu usulan proyek dapat
masuk ke dalam RPJM dan RPJP adalah 'kelayakan' proyek tersebut yang
didasarkan pada suatu studi yang bertolak dari suatu 'tuntutan
kebutuhan' (demand) yang sejauh mungkin diukur secara kuantitatif.
Pada tahapan ini kita memang tidak bicara tentang 'profit & loss',
tapi lebih kepada 'biaya vs manfaat' (cost & benefit) yang secara
sederhana diukur dari ratio manfaat terhadap biaya atau besaran IRR
(Internal Rate of Return) nya.
Kalau pakai analogi 'Bapak-Ibu' (yang sanak Riri katakan kurang
tepat), permasalahan pokoknya adalah bahwa Bapak-Ibu yang bernama
pemerintahan Republik ini punya sumber dana yang terbatas untuk
memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya.
Disini kemudian Bapak-Ibu terpaksa membuat Skala Prioritas tadi.

Karena pemerintah Republik ini kekurangan sumberdana sedangkan
sejumlah proyek infrastruktur harus dibangun guna menunjang
pembangunan ekonomi secara menyeluruh, dalam sistim ekonomi liberal
ini sejumlah proyek infrastruktur kemudian ditawarkan kepada pihak
swasta untuk pembangunan dan pengoperasiannya.
Untuk kasus seperti ini, jelas bahwa si swasta akan berfikir keras
tentang untung-rugi. Contoh paling gampang : jalan tol. Banyak
investor yang mengeluh karena income mereka tidak sesuai dengan
perkiraan semula karena rendahnya jumlah kendaraan yang melewati jalan
mereka.
Beberapa BUMN pun bekerja sama dengan pihak  swasta dalam
pengoperasian se jumlah sarana & prasarana yang dimilikinya, antara
lain PT KAI sendiri, yang mengerjasamakan lahan, gedung, atau
kereta yang dimilikinya. Kalau saya tidak salah, Parahyangan dan
kereta Argo dioperasikan dengan cara ini (CMIIW).

Kalau kereta api di zaman Belanda bisa beroperasi dan berkembang
dengan baik, menurut saya  karena KA pada zaman itu merupakan pilihan
terbaik untuk angkutan barang maupun penumpang. Kalau saya tidak salah
jalan KA ke Sawahlunto dibuat mendahului pembangunan jalan raya. Yang
diangkut terutama adalah batubara, dari Sawahlunto langsung ke
pelabuahan Teluk Bayur. .
Pembangunan paksa jalan KA maut Muaro-Pakanbaru juga dilakukan untuk
angkutan batubara langsung ke pelabuhan di tepi sungai Siak, dimana
'loading & unloading' hanya dilakukan satu kali.

Disamping itu sebagian (atau semua ?) perusahaan KA itu merupakan
perusahaan swasta Belanda.
Semua petugas perusahaan mencegah penumpang liar tidak berkarcis atau
yang duduk di atap gerbong. Dijamin mereka berorientasi pada profit
(!) yang justru memungkinkan mereka terus mengembangkan bisnisnya.

Kereta api saat ini sudah tersaingi berat oleh kendaraan angkutan
barang dan penumpang, yang lebih menjamin waktu perjalanan (travel
time) yang lebih singkat, kebebasan memilih jam perjalanan yang lebih
leluasa, dan aktivitas 'loading & unloading' yang lebih ringkas karena
sifat layanan yang
memungkinkan angkutan yang 'door to door'.

Adalah benar sekali bahwa asset PT KAI Sumbar yang bernilai triliunan
tersebut sayang kalau tidak dimanfaatkan. Saya sangat sependapat
dengan sanak Kurnia bahwa  ".......masalah Transportasi pada umumnya
dan masalah Kereta Api pada khususnya bukanlah masalah yang sederhana
yang bisa dibahas sambil lalu saja,karena masalah ini memerlukan
pembahasan yang lebih sistematis dan   menyeluruh......"

BTW apakah benar bahwa karyawan PT KAI Divre II berjumlah 1000 orang ?
Dan mereka mampu dihidupi oleh kereta api wisata ini......... ?
Alangkah beratnya beban PT KAI Sumbar ini. Dengan karyawan yang sudah
sebanyak itu saya masih melihat lowongan kerja CPNS untuk PT KAI
Sumbar ini.....

Rekan kita sanak Bakhtiar Muin punya beberapa sejawat dosen Sipil ITB
urang awak yang ahli/pakar transportasi. Pernahkah pendapat/pemikiran
mereka diminta  dalam rangka pengembangan KA wisata Sumbar ini ?
Kalau pendapat mereka kita anggap 'teori tinggi2', bagaimana pula
jadinya pendapat sanak2 yang lain ini, yang juga berpendapat karena
sayangnya pada ranah Minang.......
Mari semua ber 'brainstorming' mencari kiat yang tepat secara teori
tinggi, teori lapau  dan praktek langsung guna merevitalisasi KA
Sumbar ini.

Maaf & wassalam,

Epy Buchari
L-67, Ciputat Timur

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke