OOT: Re: [budaya_tionghua] Re: Catatan pendidikan anak-anak kita-Soe Tjen Marching.
pendekatan bisa juga dengan sharing2 pengalaman mengajar, antar pendidik dalam dan luarnegeri untuk memajukan metodologi pendidikan di indo. kami (Univ.Ciputra, Pring Woeloeng, Kaliandra, Pandu Pertiwi) akan berbagi pengalaman mengajar nanti di akhir maret 2008. 20 guru dari LN plus 40 guru lokal (dari padang sampai jayapura) akan sharing metodologi mengajar tentang lingkungan Hidup. program ini menindak lanjuti isu konperensi Global warming di bali kemarin. pendidikan Lingkungan Hidup sangat urgen, mengingat kejadian bencana alam yang tidak ada berhentinya di indo. beberapa badan International seperti Ashoka Internasional bergabung dengan membantu pembiayaan guru2 dari Nepal, India, Pakistan, bangladesh. Ashoka Indonesia, Sampoerna foundation dll akan membantu pembiayaan beberapa guru lokal untuk ikut program ini. lewat email ini saya, mungkin beberapa rekan anggota milist mau membantu pembiayaan guru2 setempat ke acara Ini? atau bahkan bergabung uuntuk ikut? selengkapnya bisa dilihat di www.ciputra.ac.id/etic2008 atau ke saya via japri banyak tabik, Fred Bung Marching. Saya jg merasakan demikian adanya yg terjadi pada generasi sebelum reformasi terjadi. Bung Marching. Pendidikan masa lalu berkutat pada doktrinisasi dengan berlindung pada pengejaran target lulusan dan target kurikulum yg cukup menyita waktu para pengajar, tanpa menyediakan spare waktu yg banyak utk para anak didik dan pengajar berkomunikasi membahas pengembangan dari teori2 yg di ajarkan.Terutama ditingkat sekolah umum. Bung Marching. Diharapkan dengan masuknya sekolah2 asing yg berdiri di Indonesia dan bertaraf internasional mampu mendorong pola kurikulum yg seperti tersebut diatas, walau tidak bisa kita pungkiri bahwa pasti ada side effect negative yg muncul. Salam kenal Steeve haryanto --- smarching [EMAIL PROTECTED] wrote: Dr. Han Hwie-Song, Kenalkan, nama saya Soe Tjen Marching. Warga negara Indonesia yang sekarang mengajar di University of London. Saya setuju kalau Pendidikan itu penting sekali. Yang saya kuatirkan di Indonesia ini adalah, pendidikan hanya berkonsentrasi pada nilai bagus dan juga pada suksesnya si anak untuk meraup uang sebanyak mungkin nantinya. Tapi, kesadaran sosial anak ini tidak diperhatikan. Itulah yang saya kira, membuat Soeharto bercokol sekian lama. Murid-murid manut saja dicekoki Pancasila. Mereka belajar tentang moralitas hafalan tetapi, tidak tentang kemanusiaan itu sendiri. Dan saya kira amat penting bahwa anak-anak belajar untuk lebih kritis tentang kondisi sosial di Indonesia. Soe Tjen. Never miss a thing. Make Yahoo your home page. http://www.yahoo.com/r/hs ___DISCLAIMER___ This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom they are addressed. If you have received this email in error please notify the sender. Please note that any views or opinions presented in this email are solely those of the author and do not necessarily represent Universitas Ciputra as an academic institution. Finally, the recipient should check this email and any attachments for the presence of viruses. Universitas Ciputra accepts no liability for any damage caused by any virus transmitted by this email.
[budaya_tionghua] Blog Updated : Cap Go Meh 2008 , Singkawang.
Salam sejahtera , rekan-rekan yang baik, kebetulan ada beberapa foto Cap Go Meh Singkawang 2008 yang terjepret di kamera. Bagi rekan-rekan yang ingin tahu dan lihat-lihat suasana di sana, monggo ,yuk , mari silahkan berkunjung ke blog http://hakka-singbebas.blogspot.com Salam, Rudi. - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] OOT: Re: Inburgering di Belanda di Eropa Barat dan Amerika Utara
Inburgering di Belanda di Eropa Barat dan Amerika Utara Di negara-negara Eropa Barat, USA dan Canada umumnya berlaku politik integrasi, karena negara-negara Barat beranggapan ini lebih cocok dengan politiknya. Waktu saya datang di Belanda pada tahun 1973 persoalan ini dapat dikatakan tidak ada perhatian sama sekali. Sejak dua puluh tahun terachir ini proses integrasi mendapatkan penuh perhatian, karena banyaknya emigran-emigran yang datang dan terutama sebagai akibat sesudah terjadinya nine-eleven di New York. Kekuasaan mayoritas pada tahun 1973 yang jumblahnya jauh lebih banyak masih dapat mentolerir, karena berlakunya norma-norma mayoritas, atau dengan lain perkataan identitet masyarakat adalah mayoritas. Dari hari kehari jumblah migran tambah lama tambah banyak dan mereka menuntut persamaan, timbullah polemik-polemik di masa media, TV dan internet. Mereka mempunyai kulit yang berlainan, norma-norma hidup yang berlainan, favorit makanan yang tidak sama, menerangkan lain tentang sesuatu, dan melihat pada sekitarnya berlainan dengan mayoritet. Maka menurut saya orang-orang dari golongan etnis yang baru datang, harus tahu identitasnya dan menjelaskan pada mayoritas, dengan tujuan agar masing-masing tahu norma-norma penghidupan dan kebudayaannya. Saya rasa persamaan baru dapat dilaksanakan dengan betul, kalau: 1. masing-masing tahu perbedahannya, dan mengakui perbedahannya dan mau menerimanya. 2. Pemerintah memberikan ruangan untuk bergerak dengan bebas tetapi transparan dalam masyarakat dan oleh media massa disebar luaskan kebijaksanaan pemerintah. Han Hwie-Song Breda, 25 februari 2008 Holland [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Re: kamsia buat teman2 yg bantu kita semua di Pontianak dan Singkawang
Dear Kang Ardian, sama-sama kamsia berat e, terima kasih sudah berkenan bertandang ke tempat kami yang sederhana dan apa adanya. Mohon maaf apabila ada kekurangan yang terjadi selama kita mengarungi waktu , menjelajahi kota seribu kuil. Semoga pengalaman beberapa hari di Singkawang itu bisa berkesan dan bermanfaat di kemudian hari. Salam, Rudi. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c [EMAIL PROTECTED] wrote: kamsia berat buat : 1. Rudi Dustika Teja yg mo jadi tour guide, booking hotel di Singkawang, membantu persiapan penelitian di Singkawang 2. Julie Lau ataw yg dikenal sbg Juleha yg mo bantu confirm bookingan hotel, bantu cari mobil sewaan en jgn lupa buku2nya jg yg buat perpustakaan BT 3.Hendy Lie yg berjasa bantu kita akses ke panitia en ketempat walikota Singkwang pak Hasan Karman dan menemani kita selama di Singkawang 4.bp.Jack Mulyana yg bantu kita cari hotel di Singkwang jg transportasi Pontianak- Singkawang 5.bp.Nusantio yg banyak bantu kita di Singkawang, juga bantuan transportasi dari Singkawang ke Pontianak 6.bp.Joni yg bantu kita di Pontianak jg pertemukan kita sama bp.FX Asali sama ibu Evie yg mantan (?) anggota DPRD 7. bp.Chin Miao Fuk selaku ketua panitia Cap gome 8. mbak Euginie Wu yg buka akses tatung di Yam Tong dan menemani kt semua pas di Singkawang 9. William yg jg buka akses tatung di Singkawang 10.bp.Tetiono yg melalui bp.Jack membooking hotel di Singkawang 11.seluruh pengurus panitia Capgome 12.bp.Wijaya dari MABT atas sumbangan pengetahuannya tentang capgome di Singkawang 13.seluruh anggota PERMASIS 14. orang tua Rudi yg ngundang kita makan malam yg enak dirumah Rudi 15. bp.FX Asali yg bersedia meluangkan waktu utk bertemu dgn kita semua di hotel Gajahmada Pontianak 16.bp.Amrin yg mau menjemput saya dan mengantarkan kita semua ke bandara Pontianak 17.bp.John Bamba dari Dayakologi yg mau sharing pengetahuan tentang dayak sama kita semua 18. Bp. Fang Jinqiang selaku tatung yg mau membagi pengetahuannya kpd kita 19.bp.Hidayat selaku pemilik hotel Restu yg mau membantu kita semua pas saat kekurangan kamar 21.bp.Hasan Karman selaku walikota Singkawang yg bersedia meluangkan waktu utk bertemu kita semua 20.juga org lain yg tidak dapat disebutkan semua Mohon maaf jika nama tidak sesuai urutan atau salah tulis dan jg jika ada yang terlewatkan
[budaya_tionghua] OOT: [t-net] Re: Catatan pendidikan anak-anak kita
dalam kehidupan se-hari hari, pendidikan adalah masalah U U D. Ujung Ujungnya Duit... Ingat lagu No Woman No Cry? nah, No Money Nodong... --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, steeve haryanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Setuju Bung Song! Pendidikan harus dikedepankan dalam setiap aspek kehidupan.Dan pendidikan bukan hanya didpt dari bangku sekolah atau jalur formal, melainkan dari jalur informal pun jg sedemikian banyak. Sekuat2nya batu karang tetap akan hancur apabila diteteskan air setiap detiknya.Ibaratnya batu karang itu adalah kebodohan dan tetesan air tersebut adalah pembelajaran (baca: pendidikan). --- Han Hwie Song [EMAIL PROTECTED] wrote: Beberapa catatan bisa dipikirkan untuk pendidikan anak-anak kita Pendidikan itu sangat penting sekali karena: Apa yang seorang anak mendapatkan pendidikan atau hubungan dengan anak-anak diluar rumah bisa menjadikan kebiasaan hidup. Dan kebiasaan hidup ini bisa merobah, menghilangkan alam anak itu yang sebenarnya. Tindakan anak-anak tersebut bagi orang luar tidak bisa membedahkan faktor yang mana mempengaruhi yang lain. Banyak filosof filosof yang berpandangan berbedah tentang sifat alam manusia, ada yang mengatakan bahwa karakter alam manusia baik (Mencius) dan ada yang mengatakan alam manusia itu adalah jelek, karena dia mempunyai keinginan yang menyebabkan perkembangan kepentingan dirinya menjadi egoisme etc. (Xun Zi). Walaupun kedua filosof adalah confucianist. Meskipun sifat alam manusia baik atau jelek kedua filosof yang besar ini setuju bahwa perkembangannya achirnya ditentukan oleh pendidikan agar menjadi orang yang berfatsun, berbudi dan humanist. oooOooo--- Ibu saya sering mengatakan pada saya , agar saya yang satu-satunya dari saudara-saudara saya atas permintaan beliau disekolahkan Belanda agar saya bisa menjadi dokter. Maka beliau terangkan saya pentingnya waktu agar digunakan betul-betul. Ini adalah pengalaman manusia. pengalaman, kita kadang-kadang mencurahkan satu problem yang berlarut-larut tanpa ada penyelesaiannya, bahkan membuat kita stress, frustrasi. Kita tidak memikirkan berapa banyak waktu yang telah kita sudah gunakan. Orang Barat mengatakan Time is Money, karenanya kalau kita mau menyelesaikan sesuatu problema, kita harus menganalisa penting tidaknya problem itu, dan waktu yang dipakai. Orang yang bisa memakai waktu dan menilai pentingnya satu persoalan akan mendapatkan sukses dalam pekerjaannya. Kecintaan ibu pada anaknya tidak terbatas, cocoklah pribahasa Belanda yang mengatakan :anak bicara bahasa ibu Pada abad sembilan belas L.B. J. Brouwer seorang cendekiawan Belanda salah satu pionir dari significa, ilmu yang menyelidiki relasi antara bahasa dan relasi manusia, pernah bertanya pada ibunya, sewaktu beliau berumur tiga tahun : Moeder, wat ben ik? Ibu, apa (siapa) saya ini ? Pertanyaan in kalau dilihat sangat simpel, tetapi mempunyai arti filosofis yang sangat dalam. Ibu Mencius (nama sebenarnya Meng Ke) meskipun tidak kaya berpindah rumah sampai tiga kali agar anaknya mendapatkan hubungan dengan anak-anak yang senang belajar. Juga sewaktu Mencius mulai malas belajar dan waktunya dibuang dengan ngelamun, kain yang beliau sedang tenun digunting oleh menjadi dua, meskipun dilarang oleh Mencius. Ibunya berkata: kalau kau belajar hanya setengah jalan, artinya seperti tenunan ini. Perlu saya terangkan disini bahwa ibu Mencius menenun untuk penghidupannya, maka Mencius kaget dengan tindakan ibunya ini. Mencius soja kui pada ibunya dan berjanji akan giat belajar pelajaran Kong Fu Zi. Para pembaca tahu bahwa Mengke adalah cofucuanist yang besar kedua sesudah Kong Fu Zi dan namanya oleh filosof-filosof Barat diromawikan menjadi Mencius. Dr. Han Hwie-Song Breda, 24 -2-2008 Holland [Non-text portions of this message have been removed] __ __ Never miss a thing. Make Yahoo your home page. http://www.yahoo.com/r/hs
[budaya_tionghua] Re: Peruntungan Shio Tikus di tahun 2008
For all Shios: Listen to the Exhortation of the Dawn! Look to this Day! For it is Life, the very Life of Life. In its brief course lie all the Verities and Realities of your Existence. The Bliss of Growth, The Glory of Action, The Splendor of Beauty; For Yesterday is but a Dream, And To-morrow is only a Vision; But To-day well lived makes Every Yesterday a Dream of Happiness, And every Tomorrow a Vision of Hope. Look well therefore to this Day! Such is the Salutation of the Dawn! (Kalidasa*) *) KALIDASA c.353 - 420 Indian Poet Kalidasa wrote poems of epic proportions for music and dance and he is regarded as the most outstanding writer of classical Sanskrit. He resided at the court of the Gupta king Chandra Gupta II in Pataliputra (Patna). His most famous drama 'Sakuntala Recognized' contains some of the most beautiful poetry in world literature. Salam Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, risnasiana [EMAIL PROTECTED] wrote: salam para member saya menemukan artikel tentang peruntungan shio tikus di tahun 2008, semoga bermanfaat Membuka Peruntungan Tahun Tikus 2008 SHIO TIKUS: Bernasib Bintang Jendral, Ada Nama, Ada Keuntungan Penulis: Xixi Chu Memasuki tahun tikus, anda beroposisi dengan dewa usia dari jiwa sendiri, ditambah lagi istana-jiwa melihat Ketajaman pedang dan Jenazah tengkurap beberapa bintang sial, pasti akan ada hambatan bertubi dalam berbagai bidang, masih untung dapat melihat Bintang jendral dan Almari emas dua buah bintang mujur yang mengawal, mestinya bisa mengurai musibah berat bagi anda, sehingga dalam keadaan kritis anda berada pada posisi puncak! Dalam bidang usaha, oleh karena anda memperoleh pengawalan Bintang jendral, maka dari itu melakukan pekerjaan pada tahun ini, terkadang hanya dengan mengeluarkan separoh tenaga memperoleh hasil berlipat. Selain itu, karyawan ber-shio tikus dalam perjalanan waktu yang begitu cepat melihat Almari emas, menandakan ada usaha baru yang dimulai; jikalau anda selama ini senantiasa bermimpi ingin menjadi boss bagi diri sendiri, pada tahun ini akan ada peluang turun dari langit, membuat rencana anda dapat terealisasi dan terkabul. Tulisan tadi ada gambaran umum untuk yang bershio Tikus, namun semua kembali pada bagaimana kita menjalani kehidupan masing-masing, keputusan dan pilihan ada di tangan anda terima kasih Risna
Re: [budaya_tionghua] Re: OOT: Jimmy, kenapa anti RRT sekali...??pelajaran bahasa buat zombie
Ardian Eh ada titipan buku buat gw yah dari si joel ? Wah ada bagusnya menerangkan arti GUO dalam bahasa mandarin Biar saudari ekstrim bluesky memahami apa itu negara.. - Original Message - From: ardian_c To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, February 24, 2008 4:42 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: OOT: Jimmy, kenapa anti RRT sekali...??pelajaran bahasa buat zombie hmmm gw sebenernya males tanggepin ini satu zombie yg mestinye dipanggil org maoshan buat tempelin hu dijidatnya. tapi ya buat bikin zombie bisa belajar ngomong gak asal loncat2, gw ajarin BAHASA MANDARIN !!! TULISAN GUO ataw negara itoe isinye radikal WEI ataw TEMBOK ataw YG MENGELILINGI trus yi alias 1, khou mulut , ge ataw tombak berkait. S yg namanya bela negara itu ada ditulisan GUO en itoe artinye TEMPAT ataw BATASAN ATAW LINGKARAN TEMPAT LU IDUP or tinggal mesti lu pertahanin. Nah djaman doeloe sekali khan batasan GUO itoe dimana seh ? Tjoba tjari peta Tiongkok jaman Zhoulah sono. lha kalu penyerangan pribadi mah gw bosen dengernye, die tjoema bisa tjoeap2 ama ngomel2. Tjoba sapa disini yg gak pernah kena kepretan die ? Ada gak ?
[budaya_tionghua] Hantu SBKRI Telah Jauh Pergi
Hantu SBKRI Telah Jauh Pergi Semarang, CyberNews. Kisah yang dituturkan ''pasangan emas'' Indonesia, Alan Budikusuma-Susi Susanti, membuat Megawati Soekarnoputri--ketika itu Presiden RI--terhenyak. Bayangkan, pebulutangkis yang mengharumkan nama Indonesia pada Olimpiade Barcelona 1992 itu, harus melampirkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI), ketika mengurus paspor. Ketika itu, Keharusan melampirkan SBKRI itu, sama artinya dengan meragukan keindonesiaan Alan-Susi, yang sudah tak terbilang kali mengharumkan nama Indonesia di ajang berskala internasional. Yang lebih mengenaskan, ketika dimintai SBKRI itu, mereka tengah mengurus paspor untuk berangkat ke Olimpiade Atlanta, Juli 2004. Mereka diundang International Olympic Committee (IOC) sebagai pembawa obor Olimpiade. Tanpa ba-bi-bu, ketika itu Megawati pun memberikan penegasan, SBKRI tidak perlu dijadikan kewajiban dalam pengurusan dokumen apa pun. Untuk itu, masyarakat serta aparat pemerintahan tidak membeda-bedakan antara warga pribumi dan non pribumi. Dengan KTP saja, itu sudah bisa menjadi semacam bukti seseorang jadi WNI sehingga SBKRI bukan merupakan kewajiban. Oleh karena itu, para menteri dan Dirjen Imigrasi diminta untuk mensosialisasikannya agar tidak terjadi lagi permasalahan serupa di kemudian hari, kata Megawati, ketika itu. Presiden boleh berkata begitu, tapi di lapangan kenyataan berbicara lain. Hingga dua tahun terakhir, acapkali WNI suku Tionghoa, atau lebih populer dengan sebutan warga keturunan, memperoleh perlakuan diskriminatif dalam soal pengurusan dokumen kependudukan atau kewarganegaraan. Mereka selalu diminta melampirkan SBKRI, ketika mengurus paspor atau surat-surat lainnya. Satu hal yang tidak diminta, ketika WNI dari suku lain mengurus dokumen yang sama. Padahal, bagi seorang Tionghoa, mengurus SBKRI bukan perkara gampang. Tak Lagi Sulit Anggota DPRD Kota Semarang Kristanto membenarkan, beberapa tahun lalu, kesulitan pengurusan dokumen bagi warga Tionghoa memang terjadi. Tapi, dia menjamin, untuk sekarang dan pada masa-masa yang akan datang, kesulitan semacam itu tidak akan ada lagi. ''Paling tidak, untuk Kota Semarang. Saya sudah mengecek ke Kantor Imigrasi serta Dispenduk dan Capil, tidak ada lagi kewajiban untuk melampirkan SBKRI,'' kata anggota Dewan dari Fraksi Partai Golkar tersebut. Penerbitan UU No 12 Tahun 2006 tetang Kewarganegaran dan UU No 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, kata dia, merupakan pintu terbuka bagi hilangnya diskriminasi bagi warga Tionghoa. Dalam UU Kewarganegaraan diatur, hanya ada dua pembedaan, Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA). ''Siapa pun yang lahir di Indonesia, dan beribu bapak WNI, secara otomatis menjadi WNI. Tak peduli keturunan suku mana pun,'' kata Kristanto. Hanya saja, dia meminta, warga Tionghoa memahami, proses untuk itu tidak semudah membalik tangan. Sesudah UU Kependudukan dan UU Adminduk terbit, disusul PP No 37 Tahun 2007 Kependudukan, perlu peraturan daerah (Perda) di tingkat Kota sebagai aturan pelaksanaannya. ''Saat ini DPRD tengah menyiapkan raperda adminduk, yang sudah masuk pada pembahasan di tingkat Pansus,'' imbuhnya. Terpisah, Ketua Pansus Raperda Adminduk Fris Dwi Yulianto membenarkan, pihaknya tengah membahas raperda adminduk, yang direncanakan bisa diparipurnakan 5 Maret mendatang. Semangat dalam raperda itu, antara lain, menghilangkan diskriminasi perlakuan bagi warga negara. ''Termasuk di dalamnya, tak ada lagi perbedaan perlakuan pada WNI, baik keturunan Jawa, Arab, Tionghoa, maupun etnis lain,'' tandasnya. (Achiar M Permana, Fani Ayudea /CN09) [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Kekeliruan dalam prangko Tahun Tikus
Ternyata ada kesalahan tulis huruf Shu = tikus, pada prangko Tahun Tikus: http://img208.imageshack.us/img208/2714/62524918cd9.jpg Berita selengkapnya: http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetailid=12922 Kurniawan Looking for last minute shopping deals? Find them fast with Yahoo! Search. http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping
[budaya_tionghua] Fwd: Fw: Capgomeh: Day 3 - In Singkawang - part 1
--- In [EMAIL PROTECTED], Victor Yue [EMAIL PROTECTED] wrote: Day 3: 20 Feb 2008 - Part 1 Singkawang Preparations for Cap Go Meh Even though there is no alarm clock in the room, and maybe no wake-up call service, we needed not worry. Rudi, out host extraordinaire was knocking on our doors giving us the wake up calls!. We could hear the soon to be ubiquitous rhythms of the drums and the gongs just outside our hotel. We were actually very near to where the action is, and many spilled over to the road outside the hotel. The top floor of the hotel, Combo Cafe, was a great place for breakfast in the morning. There were calls - I supposed taped ones - of the birdnest swifts coming from the swift hotels next door. There could well be more swift hotels than human hotels. The swifts are not fussy and they make their own beds, for the long haul though. Rudi brought a packet of interesting glutinous rice with red beans (I suppose this must be a Hakka dish) stuffed in a small cup-like leafy container. What could that plant be, offering such a dainty and suitable cup for the glutinous rice? With Tim, our Librarian and Nature enthusiast, it was quickly identified as a pitcher plant! Wow! Now, I will need Tim to give us the actual name, be it in common English name or Latin. (^^) To me, the taste as heavenly and I suppose I must downed more than anyone else. I won't mind having that for breakfast everyday. Had transportation been easier and faster, I would have to open up another luggage to bring them back. Rudi, what was the name of this makanan again? After breakfast and the usual animated discussions that could change topics at rapid speed, it was decided that it was time for action, walking and experiencing the town. The Central Tua Pek Kong Temple, called Fu Tak Chi in Hakka ç¦å¾·è¯ (Fu De Chi) seemed to be where the actions were. Apparently, all temples were heading towards this temple today to pay their respects to Tua Pek Kong å¤§ä¼¯å ¬ and the resident Deities. Chay Tiong, I spotted the name Kong Teik Chun Ong 广泽å°ç (Guang Ze Zun Wang), but I could not find the familiar statue of him with one leg crossed. Some groups seemed to have two to three mediums or more, some with older mediums, and some with younger ones. Each team could well have more than 50 people. Interestingly, most of the team members were very young, from possibly 10 or below to those in their 30s. The young certainly overwhelmed the old. And amongst the spectators, there were many young mothers carrying their kids who could well be 6 months and below. It was immersion into the culture in every step of their lives. These teams of sedan chair bearers with their drum (seated nicely on wheels) accompanied by gongs and cymbals kept coming in waves. And so did the drizzle that could come very fine and then heavy and disappeared completely. Like the fishes in the water, the crowd of spectators moved according to the rain and the onslaught of the team moving towards the temple. As if by some invisible coordination, when a team arrives, those who were there would start to move on. The Fu Tak Chi was strategically positioned, overseeing some five roads(?) converging towards the temple. It was ren-shan-ren-hai 人山人 æµ·(people mountain people sea, in other words sea of people) bobbling on all roads converging towards the temple. The police (I cannot recognise if they are police, military or paramilitary) was everywhere, visible but almost invisible to the crowd, except to the vehicles. There were just so many mediums that I could not identify them. And with so much attractions (or distractions?), it was almost impossible to try to figure out the name of the temple of the teams and the names of the Deities represented by the mediums. I had to recall my art of moving with the crowd making sure that I won't be the cause of a stampede (which could easily happen when one falls). Gilles, there was this child medium that you were asking Gilles who he represented. Alas, I checked my photos, nope, I did not capture any clue. There was one holding on to a milk bottle. Ah, could that be the young Lian Huay Sham Tai Tzu è²è±ä¸å¤ªå (Lian Hua San Tai Zi?) Later I was to learn that those sedans with the red leafed plants (Daun Sambas?) were clues that the mediums could be Dayaks and representing Dayak spirits. Interestingly, I was told that the Dayaks could represent the Chinese deities, but not the other way round. I wondered why. Almost all the sedan chairs seemed to come from the same factory! There were the two blades on the arm rest, a few for standing on and a few for sitting on. And on the back, there is one blade pointing upwards on which the medium would sit on it or put his stomach on it and try suspending in the air. And on the front would be two weapons (like those used by Guan Gong) which the mediums would put their one foot on as they balanced with both hands standing on the two poles forming as part of the back of the
[budaya_tionghua] Undangan Diskusi Budaya Tatung Dalam Festival Cap Go Meh di Singkawang
Dengan hormat, Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok dengan ini mengundang saudara-saudari sekalian untuk turut serta dalam acara diskusi bersama mengenai budaya Tatung dalam festival Cap Go Meh di Singkawang. Yang akan menjadi nara sumber adalah Ardian Cangianto . Bung Ardian telah lama mendalami fenomena Tatung / Tangsin. Minggu lalu beliau berkesempatan mengunjungi Singkawang bersama beberapa rekan. Rencananya juga akan ada pemutaran film festival di Singkawang. Jadwal acara: 13.30 WIB s/d selesai. Lokasi: Kompleks Ruko 46 (sebelah Imora/Honda Auto Plaza) Jl. Pangeran Jayakarta No. 46 Blok D-14 Jakarta Terima kasih.
[budaya_tionghua] Undangan Diskusi Budaya Tatung Dalam Festival Cap Go Meh di Singkawang
Dengan hormat, Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok dengan ini mengundang saudara-saudari sekalian untuk turut serta dalam acara diskusi bersama mengenai budaya Tatung dalam festival Cap Go Meh di Singkawang. Yang akan menjadi nara sumber adalah Ardian Cangianto . Bung Ardian telah lama mendalami fenomena Tatung / Tangsin. Minggu lalu beliau berkesempatan mengunjungi Singkawang bersama beberapa rekan. Rencananya juga akan ada pemutaran film festival di Singkawang. Jadwal acara: hari minggu tanggal 2 Maret 2008 pukul 13.30 WIB s/d selesai. Lokasi: Kompleks Ruko 46 (sebelah Imora/Honda Auto Plaza) Jl. Pangeran Jayakarta No. 46 Blok D-14 Jakarta Terima kasih.
[budaya_tionghua] Fwd: H-ASIA: CONF Indonesia 10 years after, 22-23 May 2008, Amsterdam
Hi folks, Thought some of you might be interested. (^^) Victor Singapore -- Forwarded message -- From: Frank Conlon [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, Feb 26, 2008 at 1:40 AM Subject: H-ASIA: CONF Indonesia 10 years after, 22-23 May 2008, Amsterdam To: [EMAIL PROTECTED] H-ASIA Februry 25, 2008 Invitation to a conference: Indonesia ten years after (1998-2008), at University of Amsterdam, May 22-23, 2008 * From: Gerry van Klinken [EMAIL PROTECTED] Conference: Indonesia ten years after (1998-2008) 22-23 May 2008; Oost Indisch Huis, University of Amsterdam Kloveniersburgwal 48, Amstersdam. In May it is ten years ago that the Suharto regime came to an end. What has been achieved with respect to political and economic reforms? What are the major constraints? How do religious and ethnic identity politics relate to notions of citizenship? Which new developments can be identified in popular arts? These questions will be addressed by an international group of scholars during this conference organized by KITLV, ASiA and Inside Indonesia. Thursday 22 May Morning (10.00-13.00) Key note by Rizal Sukma (CSIS, Jakarta): Indonesia ten years after: Prospects and contraints. Andreas Ufen (Institute of Asian Studies, Hamburg), Democratic consolidation in Southeast Asia: Indonesia, Thailand, the Philippines and Malaysia compared. Marcus Mietzner (KITLV Leiden/ANU, Canberra): Democracy and political parties. Ed Aspinall (ANU, Canberra): Democracy in Aceh. Afternoon (14.00-16.30) Ann Booth (SOAS, London): From chronic dropout to Asian miracle and back again: the Indonesian economy since 1998. Ari Kuncoro (Universitas Indonesia, Jakarta): The economy of corruption. Marleen Dieleman (National University of Singapore): What happened to the New Order tycoons? 17.00-17.30 Book launch/Boekpresentatie: Henk Schulte Norholt, Indonesie na Soeharto. Reformasi en Restauratie. Amsterdam: Bert Bakker/Prometheus. Inleiding door Ben Knapen (Wetenschappelijke Raad voor het Regeringsbeleid). Drinks. Friday 23 May Morning (10.00-13.00) 'Region, Religion, Ethnicity...and Citizenship? Paneldiscussion with Martin van Bruinessen, Noorhaidi Hasan, Deasy Simandjuntak, Liem Soei Liong and Nico Schulte Nordholt. Convenor: Gerry van Klinken (KITLV, Leiden) Afternoon (14.00-17.00). 'New Directions in Popular Culture and the Arts' Contributions by Amrih Widodo, Nuraini Juliastuti, Tintin Wulia. Convenors: Bart Barendregt (Anthropology, Leiden), Jennifer Lindsay (ANU, Canberra) Evening (20.30-22.00) Recent documentary films from Indonesia. Registration (free): [EMAIL PROTECTED] / tel: +31(0)71 5272295 ** To post to H-ASIA simply send your message to: [EMAIL PROTECTED] For holidays or short absences send post to: [EMAIL PROTECTED] with message: SET H-ASIA NOMAIL Upon return, send post with message SET H-ASIA MAIL H-ASIA WEB HOMEPAGE URL:http://h-net.msu.edu/~asia/ -- Victor [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [budaya_tionghua] Kelenteng di TiongKok, Kelenteng di Indonesia
Sdr Harry Alim, Perkenalkan nama saya Sunny Thee dan saya senang membaca cersil.Setelah membaca email saudara yang mengatakan telah pergi ke tempat tempat yang berhubungan dengan cersil,saya tertarik untuk mengetahui dan mendapatkan bimbingan dari sauadara pada kesempatan saya pergi ke Tiongkok lagi. Terima kasih saudara harry Salam Sunny Thee --- harry alim [EMAIL PROTECTED] wrote: sdr siapa kenapa, saya bukan pemburu kelenteng, tetapi karena sering pergi ke tiongkok untuk melihat 'tempat2' yang berhubungan dengan cerita silat, jadi cukup banyak tempat di Tiongkok yang sudah dikunjungi baik di utara, selatan, timur barat maupun tengah. Dan juga tertarik dengan masalah budaya, sehingga banyak baca buku berkaitan dengan budaya dan sejarah. Perjalanan itu yang membuat banyak melihat kelenteng di Tiongkok. Terima kasih tentang info website kelenteng di indonesia. Untuk melihat satu kelenteng di Indonesia beraliran apa, lihat lagi paragraph terakhir tulisan saya. Satu kelenteng, bisa di golongkan secara mudah dengan melihat semua obyek ritual (baik yang di altar utama maupun yang tidak) yang ada di dalam kelenteng itu pada saat ini. Ini adalah klassifikasi pertama. Bisa juga dengan menggolongkannya berdasarkan obyek ritual di altar utama. Ini bisa disebut klassifikasi kedua. Lebih jauh bisa dilihat secara historis, kronologis, pernahkah obyek ritual di altar utama mengalami perubahan? Apakah ada catatan yang dimiliki kelenteng tersebut tentang hal ini? Penggolongan yang terakhir berdasarkan sejarah kelenteng tersebut. Pada saat didirikan obyek ritual apa yang ditempatkan di altar utama? Dari sejarah juga bisa dipelajari bagaimanakah satu kelenteng mencapai bentuk arsitektur yang terakhir seperti yang terlihat sekarang? Siapakah atau komunitas apakah yang mendanai penambahan satu bagian tertentu misalnya? Apakah kelenteng tersebut memiliki kronologis penempatan suatu obyek ritual? Komunitas apakah yang mendanai dan menempatkan satu obyek ritual dan kapankah obyek ritual tersebut ditempatkan? Banyak tenaga dan pikiran yang pasti akan dibutuhkan untuk menelusuri sejarah setiap kelenteng di Indonesia, mungkin kalau anda tertarik bisa memulai dengan framework seperti di atas, atau framework yang lain. salam, harry alim From: siapa kenapa [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [budaya_tionghua] Kelenteng di TiongKok, Kelenteng di Indonesia p.harry, Keliatannya anda nih pemburu kelenteng ya ?:-) Berikut ada website directori kelenteng di indonesia www.kelenteng.com yang mungkin bisa dibubuhkan komentarnya, kira-kira kelenteng tsb beraliran apa. Kalau jin de yuan aliran apa pak? From: harry alim [EMAIL PROTECTED] Subject: [budaya_tionghua] Kelenteng di TiongKok, Kelenteng di Indonesia Ketika tiba di Indonesia, kelenteng dibawa oleh masyarakat Tionghua dan terbentuk tidak dalam satu generasi saja. Sehingga kelenteng di Indonesia atau di Asia Tenggara lainnya agaknya merupakan bentukan dari masyarakat yang walaupun sama sama Tionghua, bisa jadi cukup heterogen juga. Katakan misalnya kelenteng X di satu tempat, karena umurnya misalnya sudah lebih 700 tahun, masyarakat Tionghua pendukungnya bisa jadi sedikit berbeda pada saat didirikan dan setelah 200 tahun kemudian misalnya dan juga dengan masyarakat yang sekarang. Mungkin karena inilah kelenteng kelenteng di Indonesia justru tidak menampakkan perbedaan obyek ritual separti yang jelas kelihatan di kelenteng Tiongkok. Salam, Harry Alim Get the name you always wanted with the new y7mail email address. www.yahoo7.com.au/y7mail
Re: [budaya_tionghua] nama marga..
Sdr. Indra, (encoding: Chinese Simplified 2312) ºî Mandarin (Hanyu Pinyin): Hou Kheq: Heo (ejaan lama Heuw) Hokkian: Hao atau Kao (Ejaan lama Hauw atau Kauw) Asal: 1. Zaman Chunqiu (Musim Semi dan Musim Gugur, akhir dinasti Zhou Timur) sekitar 300 tahun sebelum Masehi. Dua orang raja muda (Zhuhou) dari negara Jin dihukum mati oleh Jin Gonghou, penguasa negara Jin. Keturunannya melarikan diri, dan kemudian menggunakan nama jabatan orang tuanya hou sebagai sne (marga). Keturunan inilah yang terbanyak. 2. Keturunan sne Xiahou yang diangkat menjadi hou dan kemudian menggunakan Hou saja. sbg snenya. 3. Minoritas orang non Han bangsa Xainbei yang mengganti sne rangkapnya menjadi Hou saja. Pusat leluhur (qunwang) Di Gujun, timur laut propinsi Hebei sekarang, di Tiongkok Utara sekitar kabupaten Huailai sekarang. Semoga membantu Liang U --- indra_tama270689 [EMAIL PROTECTED] wrote: teman-teman yang budiman.. aq mau cari tau ne... asal muasal marga HOU.. aq dari pontianak.. marga aq ini setelah aq cari tau lebih banyak berasal dari Mempawah,kalimanta barat,, tapi karna pertikaian etnis antara dayak dan Tionghoa antara sekitar taun 1950-1960.. keluarga besar kami mengungsi ke pontianak.. kalo dalam bahasa khek nya.. Heuw.. nama saya heuw can khiun.. teman-teman kalo ada yang ada informasi na.. tolong beritahu saya.. terima kasih Never miss a thing. Make Yahoo your home page. http://www.yahoo.com/r/hs
Re: [budaya_tionghua] Fwd: Mau tanya Nama...
Sdr. yang bertanya, Anda tanya nama atau sne (marga), kalau nama Tjauw tidak mungkin dijawab, sebab nama adalah milik perorangan, tak pasti ada hubungannya dengan yang lain. Kalau itu nama generasi, sne (marga)nya apa? Kelompok apa? Kheq, Hokkian, Tiociu dll? Tolong diperjelas dulu, kalau ada huruf Tionghoanya lebih baik. Salam Liang U --- Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED] wrote: Email ini singgah di inbox moderator. Ada yang bisa membantu ? Terima kasih, Yongde ynt_rhy [EMAIL PROTECTED] wrote: Date: Wed, 23 Jan 2008 02:15:09 - From: ynt_rhy [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Mau tanya Nama... Saya mau nanya nih tentang nama Tjauw... Tolong kasih tau silsilahnya dan masih ada g keturunan/silsilah keluarganya di Indonesia.. Terimakasih http://gudang-kl.blogspot.com ÉúéÖÐÈAÈË£¬ËÀéÖÐÈA»ê - Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now. [Non-text portions of this message have been removed] Never miss a thing. Make Yahoo your home page. http://www.yahoo.com/r/hs
Re: [budaya_tionghua] Diskusi Tentang Agama
Sdr. Hai Hai, Ulasan yang baik sekali, mudah-mudahan anggota milis bisa merenungkannya tidak perduli anda beragama apa. Salam Liang U --- hai hai [EMAIL PROTECTED] wrote: Diskusi tentang agama sudah berlangsung berkali-kali dalam millis ini, namun semuanya selalu berakhir di antah brantah, bahkan kesepakatan untuk tidak sepakat pun tidak pernah dicapai. Hal demikian nampaknya bukan monopoli millis budaya_tionghua saja. Banyak millis-millis lain yang diskusi agamanya justru berakhir dengan saling maki. Kenapa hal demikian terjadi? Bukankah semua diskusi itu dimulai dengan tujuan untuk mencari solusi, kenapa justru berakhir dengan situasi yang jauh lebih mengenaskan dibandingkan ketika memulainya? Banyak orang yang tidak mau terlibat dalam debat atau diskusi tentang agama dengan alasan bahwa agama adalah keyakinan yang mustahil didiskusikan apalagi didiskusikan, mereka lalu mengajukan bukti-bukti baik berupa doktrin-doktrin agama yang saling bertentangan maupun contoh-contoh akhir dari diskusi-diskusi yang pernah dilakukan. Benarkah topik agama mustahil didiskusikan oleh dua atau lebih orang yang memeluk agama yang berbeda? Berikut ini adalah contoh topik-topik diskusi tentang agama yang hangat didiskusikan adalah: Kenapa sebuah agama disebut agama?Ajaran suatu agama.Prilaku pemeluk suatu agama.Ajaran sesat suatu agama.Agama lain di mata pemeluk agama tertentu.Pemeluk agama lain di mata pemeluk agama tertentu.Membandingkan ajaran dua agama yang berbeda. Mungkinkah contoh-contoh topik tersebut di atas didiskusikan antar pemeluk agama yang berbeda? Secara logika semua topik-topik tersebut di atas bisa didiskusikan, namun kenapa diskusi-diskusi tentang topik-topik tersebut di atas selalu berkembang menjadi luar biasa panas dan berakhir di antah brantah serta menimbulkan luka di hati orang-orang yang mendiskusikannya? Menurut saya, hal itu terjadi karena diskusi-diskusi dengan topik-topik tersebut di atas dilakukan dengan cara yang salah. Selama ini diskusi-diskusi dengan topik-topik tersebut di atas dilakukan tanpa menentukan BATAS-BATAS yang jelas dan tegas sehingga akhirnya berkembang tak terkendali. Tanpa pembatasan yang jelas dan tegas mustahil dapat melakukan diskusi dengan SISTEMATIS, karena sebelum suatu hal tuntas, kita sudah terlibat dalam hal lainnya. Kesalahan kedua terjadi karena kita tidak menentukan STANDARD atau UKURAN sebagai dasar kebenaran dalam diskusi tersebut. Setiap agama memiliki ajaran sucinya. Pada sebagian agama ajaran suci tersebut tercatat dalam kitab sucinya, namun pada agama lain ajaran itu diajarkan secara lisan. Bila kita mendiskusikan topik diskusi no 2-6 dari contoh topik tersebut di atas, maka diskusi harus dimulai dengan menjadikan ajaran suci dari agama yang bersangkutan sebagai STANDARD kebenaran hingga tuntas baru dilanjutkan dengan menggunakan standard lainya. Bila sistematika demikian tidak diikuti, maka mustahil kita dapat melakukan diskusi tentang agama dengan benar. Kesalahan ketiga karena para peserta diskusi tidak berani terjun secara tuntas ke dalam diskusi tersebut. Saya teringat salah salah ayat dalam kitab Mengzi yang mengutip ucapan Kongzi berikut ini: Mereka yang melewati gerbangku, namun tidak mau masuk ke rumahku, aku tidak menyesalinya. mereka hanya orang yang mencari perhatian untuk mendapat pujian di kampung halamannya. orang yang mencari perhatian untuk mendapat pujian di kampung halamannya, adalah pencuri kebajikan. Mengzi VIIB:37:7 - Jin Xin Walaupun yakin diri sendiri bukan orang yang dimaksudkan oleh Kongzi, namun umumnya kita berprasangka bahwa orang lain demikian. Kebanyakan umat beragama tidak mau memasuki ajaran agama orang lain secara tuntas karena dua alasan. Pertama, dia takut menemukan kebenaran dalam agama orang lain sehingga menggoyahkan iman atas agama yang dianutnya. Kedua, dia sudah memahami ajaran agama orang lain dengan baik sehingga merasa tidak perlu memasukinya lagi dengan tuntas. Umumnya umat agama demikian juga tidak mengizinkan pemeluk agama lain masuk secara tuntas ke dalam ajaran agamanya karena dua alasan. Pertama, dia takut orang lain tersebut menemukan ketidak sempurnaan di dalam ajaran agama yang dianutnya sehingga menggoyahkan imannya atas agama yang dianutnya. Kedua, dia berprasangka umat agama lain mustahil mampu memahami ajaran agama yang dianutnya dengan benar. Kebanyakan pemeluk agama tidak memahami ajaran agamanya dengan baik. Umumnya mereka merasa cukup dengan meyakini doktrin-doktrin yang diajarkan tanpa mempertanyakannya apalagi mempelajarinya secara langsung dari kitab sucinya. Sebagian pemeluk agama bahkan yakin bahwa mempertanyakan doktrin-doktrin agama yang mereka anut adalah dosa. Itu sebabnya ketika umat agama lain
[budaya_tionghua] Kapan Undangan Diskusi Budaya Tatung Dalam Festival Cap Go Meh di Singkawang
Hari minggu ini tanggal 2 Maret 2008 Andry: Kapan ya ? Andry Harmony - Original Message From: Hendri Irawan [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, February 26, 2008 10:38:28 AM Subject: [budaya_tionghua] Undangan Diskusi Budaya Tatung Dalam Festival Cap Go Meh di Singkawang Dengan hormat, Forum Diskusi Budaya Tionghoa dan Sejarah Tiongkok dengan ini mengundang saudara-saudari sekalian untuk turut serta dalam acara diskusi bersama mengenai budaya Tatung dalam festival Cap Go Meh di Singkawang. Yang akan menjadi nara sumber adalah Ardian Cangianto . Bung Ardian telah lama mendalami fenomena Tatung / Tangsin. Minggu lalu beliau berkesempatan mengunjungi Singkawang bersama beberapa rekan. Rencananya juga akan ada pemutaran film festival di Singkawang. Jadwal acara: 13.30 WIB s/d selesai. Lokasi: Kompleks Ruko 46 (sebelah Imora/Honda Auto Plaza) Jl. Pangeran Jayakarta No. 46 Blok D-14 Jakarta Terima kasih.
[budaya_tionghua] OOT: HIDUP SEHAT ALAMI - Dr. Tan Tjiauw Liat
- Original Message - From: imanuel To: imanuel Sent: Tuesday, April 24, 2007 6:51 AM Subject: FW: [tioin59] HIDUP SEHAT ALAMI - Dr. Tan Tjiauw Liat HIDUP SEHAT ALAMI Dr. Tan Tjiauw Liat Oleh: Emma Madjid (Majalah Nirmala, April-2007) KITA boleh iri melihat sosok Dr Tan Tjiauw Liat. Bukan hanya fisiknya yang segar, sehat, dan lincah (tinggi 167 cm/berat 59 kg) tapi daya ingatnya juga luar biasa. Selama wawancara dua setengah jam, ia membuka lebih dari 10 buku, di antaranya How To Use Glutamine to Strengthen the Immune System, Improve Muscle Mass Heal the Digestive Tract, The Anti-aging Zone, dan Water Cures: Drugs Kill untuk menunjukkan latar belakang pendapatnya. Buku-buku tersebut hanya sebagian kecil dari koleksi buku yang berjajar rapi di dalam lemari bukunya. Saya benar-benar kagum pada dokter berusia 76 tahun itu. la bukan hanya ingat warna cover buku, judul, atau tempat buku itu disimpan, melainkan hafal di luar kepala isi buku-buku itu. Mulai dari alinea, kalimat, yang sudah diberi dua garis dengan tinta merah, sampai kata per kata!. Luar biasa Buku-buku, jurnal-jurnal kesehatan, newsletter, baginya merupakan harta yang tak ternilai. Ketika banjir melanda Jakarta tahun 2002, rumahnya di bilangan Pluit tak luput dari bencana. Anak-anaknya khusus menyewa truk dan jukung untuk mengevakuasinya, namun Dr Tan tetap bertahan hanya mengungsi ke rumah tetangganya. la enggan beranjak dari rumahnya. Lantaran buku-buku saya masih di dalam, katanya. la hanya minta dibawakan sayuran mentah sebagai menu makannya. Senjatanya: tomat dan mentimun Pukul 15.00 saat mewawancarai Dr Tan di tempat praktiknya di Pluit, tampak beberapa pasien yang mengalami stroke mulai berdatangan. Beberapa pasien harus dipapah atau didorong di kursi roda, untuk sampai ke ruang praktik. Pria berkacamata yang sore itu mengenakan kemeja putih lengan pendek itu langsung berdiri dan membuka pintu kamar praktiknya. Dengan suara yang nyaring yang merupakan ciri khasnya, ia menyapa para pasien dan memperkenalkan mereka kepada saya. Ini pasien saya yang sudah berumur 100 tahun. Nah, bapak yang itu tadinya stroke berat, sekarang sudah bisa jalan. Pasien yang duduk di kursi roda itu otaknya sudah dibedah di rumah sakit. Waktu datang tidak berdaya sama sekali, tetapi setelah saya anjurkan makan tomat dan mentimun, kondisinya jauh lebih baik, ujarnya sambil menunjuk ke arah pasien-pasien yang dimaksud. Mereka tampak ceria, dan mengatakan bahwa gairah hidupnya kembali setelah dirawat dengan penuh kasih sayang oleh Dr Tan. Dulu 'kapal keruk' Dokter Tan mengaku kesadaran akan pentingnya hidup sehat, tumbuh sejak lima tahun terakhir ini. Sedari kecil saya doyan makan. Kalau sedang ada perayaan Cap Go Meh, Nenek menyediakan berbagai macam makanan enak. Tentu saja saya 'sikat' sampai perut saya keras kekenyangan, tuturnya. Kebiasaan makan enak itu terus berlanjut sampai ia bersekolah di Jakarta. Waktu itu saya indekos di Jalan Raden Saleh. Dalam waktu 3 bulan, berat badan saya bertambah 13 kg, katanya. Sampai ia berkeluarga, ia belum bisa mengerem kebiasaannya itu. Saya sering makan di hotel berbintang lima yang memberi diskon 50% untuk paket makan sepuasnya (all you can eat) Saya pikir, kapan lagi bisa makan enak dengan harga murah? Di sana saya bisa ngopi dan makan sepuasnya, tutur Dr Tan mengenang kebiasaannya ketika ia berusia 60 tahun. Bukan Dr Tan namanya jika berbicara tanpa data. Dari lacinya, ia mengeluarkan selembar foto diri saat bobotnya 80 kg. Penampilannya sama sekali berbeda dengan sosok yang berada di depan saya! Namun setelah itu badannya mulai terasa tidak nyaman. Pada waktu berjalan, misalnya, dadanya terasa sesak. Padahal saya rajin mengukur tekanan darah, dan hasilnya normal, 120/80, katanya. Pada satu kesempatan berkunjung ke Australia menengok seorang anaknya yang bersekolah di sana, ia mendatangi seorang dokter. Dari pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter itu, diketahui tekanan darahnya melesat sampai 180. Dokter menyuruh saya minum obat. Tetapi saya bilang, NO!. Saya katakan kepadanya, saya akan kembali tiga bulan lagi, dan saya pasti sudah sembuh, ujarnya. Pulang dari dokter, ia langsung ngeloyor ke toko buku mencari buku kesehatan. Saya tidak mau sakit, saya ingin panjang umur. Nah, sejak itu saya gandrung membaca buku-buku mengenai kesehatan, katanya. Sekolah di Internet Latar belakang pendidikannya sebagai dokter lulusan FKUI tahun 1958 dan spesialis radiologi sangat mendukung keinginannya untuk menemukan kunci hidup sehat. Penguasaannya terhadap bahasa Inggris, Belanda, dan Mandarin secara aktif memudahkannya membaca dan menyerap ilmu kesehatan dari berbagai sumber. Sampai sekarang saya masih belajar dan terus belajar. Sekolah saya Internet. Media cybernet atau penjelajahan situs-situs Internet yang dapat dipertanggungjawabkan, semakin memperluas wasasan saya,
[budaya_tionghua] Re: Berangkat ke Indonesia
Sdr. Sdr. Yth. Karena ibu mertua saya mendapatkan serangan Stroke otak, dan dirawat di RS, (umur 90 tahun) maka istri saya akan menyambangi ibunya. Saya beranggapan istri saya yang sudah senior juga tidak begitu sehat, maka mau tidak mau meskipun badan saya kurang sehat saya berkwajiban untuk mengantar beliau. Maka saya akan berangkat pada tanggal 27 februari ke Jakarta. Pada kesempatan ini saya akan nyekar bunga pada makam orang tua saya. Di Indonesia saya gunakan untuk memperkuat badan saya, karena sesudah itu saya harus mendapatkan kemoterapi yang tidak ringan. Sampai ketemu dan salam bahagia, Han Hwie-Song [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Kelenteng Poncowinatan Yogya
Ada yang tahu lebih jelas mengenai masalah ini ? Kalau bisa termasuk berbagi tentang sejarah kelenteng ini. foto: http://foto.detik.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/02/tgl/26/time/143621/idnews/900211/idkanal/157/id/1 berita: http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/02/tgl/26/time/132347/idnews/900141/idkanal/10 26/02/2008 13:23 WIB Warga Yogya Demo Pengrusakan Tembok Klenteng Poncowinatan Bagus Kurniawan - detikcom Jakarta - Warga Yogyakarta tergabung dalam Gerakan Masyarakat Peduli Cagar Budaya (Gempar Budaya) melakukan aksi demo. Mereka protes pengrusakan tembok bangunan Klenteng Poncowinatan Yogyakarta. Warga menuntut pembangunan tembok sekolah Budya Wacana yang berbatasan klenteng dihentikan. Sebab hal itu merusak salah satu bangunan benda cagar budaya (BCB). Aksi yang diikuti berbagai elemen seperti Yayasan Bhakti Loka, Bonang Foundation, Jogja Heritage Society, Kaum Muda Nahdlatul Ulama (KMNU) itu digelar di halaman klenteng di Jl Poncowinatan, Jetis Yogyakarta, Selasa (26/2/2006). Aksi menarik para pedagang dan pembeli Pasar Kranggan Yogyakarta yang berada di depan klenteng tersebut. Mereka menyaksikan jalannya aksi dari balik pagar besi klenteng Poncowinatan. Dalam aksinya warga membawa beberapa poster dan spanduk bertuliskan 'klenteng bukan barang jarahan, cabut IMMB Pemkot Yogya, benda cabar budaya bukan untuk dijarah/dirusak. Massa juga melakukan orasi bergantian menolak pembangunan gedung sekolah Budaya Wacana yang dilakukan Yayasan Budaya Wacana. Mereka juga menuntut Yayasan Budya Wacana segera menghentikan pembangunan gedung sekolah berlantai tiga dan mengembalikan kawasan cagar budaya klenteng yang telah dirusak. Bangunan di kawasan klenteng yang didirikan di atas tanah Sultan tahun 1897 pada masa Sultan HB VII. Di kawasan itu berdiri Sekolah Tionghoa Hak Tong (THHT) yang dibangun 1907. Kami meminta pembangunan segera distop, karena secara hukum tidak sah. Yayasan BW tidak berhak sebab sampai sekarang status kelolanya adalah Yayasan Bhakti Loka yang juga mengurusi klenteng, kata Z. Siput Lokasari kepada wartawan di sela-sela aksi. Usai aksi, Ziput kemudian menunjukkan bagian tembok bangunan yang rusak akibat pembangunan gedung sekolah. Tampak sebagian batu bata hancur dan sebagian lagi masih berdiri. Pembangunan gedung sekolah tersebut tetap berjalan, meski polisi sudah memasang police line. Lihat saja, masih ada pekerja yang membangun. Mereka sudah tidak menghiraukan kami dengan dalih IMBB sudah sah, meski sudah ada surat penghentian pembangunan, kata Siput sambil menunjuk ke arah beberapa orang pekerja proyek yang masih bekerja. ( bgs / djo )