Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Nuraini, Betul, dalam banyak kasus collision zone atau fold-thrust belt di Indonesia, bila ada pasangan antara thick-skinned tectonics (basement involved) dan thin-skinned tectonics, maka yang thick-skinned tectonics umumnya hasil inversi Neogen atas rifted structures Paleogen. Semakin jauh dari gaya utama penyebab struktur, makin detached, makin thin-skinned tectonics. Maka thick-skinned tectonics umumnya ada di inner belt/core dari deformasi, sementara yang thin-skinned ke arah outer belt/margin. Pola ini ideal terjadi di banyak zone collision atau fold-thrust belt di Indonesia. Beberapa sudah saya bahas tektonik dan strukturnya (Satyana et al, 2007 PIT IAGI, Satyana et al., 2008 PIT IPA) untuk banyak collision zones di Indonesia. Lengguru Belt dan Central Ranges of Papua ideal buat dipelajari anatomi strukturnya. salam, Awang --- Pada Sel, 20/11/12, siti.nurain...@gmail.com menulis: Dari: siti.nurain...@gmail.com Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Selasa, 20 November, 2012, 2:54 PM Pak Awang, Klau basement involved jadi thick-skinned dong? Dan biasanya terbentuk dr reaktivasi struktur2 half graben (hubungannya dgn extention) yg terbentuk sebelumnya...ke arah mana nih perkembangannya? Apa akan ada pasangan (pair) di satu tempat dominasi thin-skinned akan tidak menutup adanya thick-skinned basement involve di tpt itu pula? Terima kasih atas jwabannya :) Powered by Telkomsel BlackBerry®From: Awang Satyana Date: Tue, 20 Nov 2012 14:57:41 +0800 (SGT)To: ReplyTo: Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Andi, Sinyalemen Andi sudah tepat, memang ada decollement di batas Cretaceous-Tertiary tersebut, walaupun ada juga yang basement-involved sampai pre-Tersier. Evaluasi Japex dan BPMIGAS atas 3 alternatif dari Andi: 1. target memang tidak hanya di Tersier, tetapi juga pra-Tersier, tetapi buruknya data seismik menyulitkan target2 dalam. 2. tidak ada thrust sheet yang cukup tipis sehingga target pra-Tersier akan lebih jelas dan mudah imaging-nya untuk dibor. 3. mengebor downthrown block pra-Tersier maupun Tersier lebih sulit lagi imaging-nya karena berada dalam posisi subthrust. Kelihatannya mengerjakan target pra-Tersier saat ini sangat berisiko karena buruknya imaging seismik. Target limestone Wapulaka diharapkan diisi oleh Winto Triassic SR karena konduit migrasinya dari Triassic ke Cretaceous, bukan dari Tertiary/Neogene ke Cretaceous. Salam, Awang --- Pada Sel, 20/11/12, Andi AB Salahuddin menulis: Dari: Andi AB Salahuddin Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Kepada: "IAGI NET" Tanggal: Selasa, 20 November, 2012, 3:45 AM Pak Awang, Pak Taufik. Terima kasih atas sharingnya ttg eksplorasi di Buton yang menarik ini. Saya mengasumsikan bhw saat pre-drill sumur Benteng-1 tsb operator mengharapkan adanya closure di level Cretaceous akibat fault/fold/kombinasi. Ternyata hasil post-drill menunjukkan (dari penjelasan pak Awang sebelumnya) bahwa: *Terdapat thrust sheet yang berulang pd Fm. Tondo berumur Tersier akibat thin-skinned tectonic shg primary objectif yi Cretaceous Tobelo Lmst tidak dicapai. *Target Cretaceous kini harus digeser ke target Tertiary Tondo Lmst yang terrestrial SRnya sudah mengindikasikan adanya penggenerasian minyak ringan. Jika pemahaman saya betul maka saya membayangkan bahwa adanya imbrikasi yang hanya ditemui pada lapisan Tersier Tondo dan tidak mempengaruhi lapisan Cretaceous Lmst tersebut bisa mengindikasikan salah satunya krn terdapatnya bidang gelincir (detachment surface) yang kemungkinan besar terletak di antara Tersier dan Cretaceous Lmst. tersebut, possibly di atas Early Tertiary shale atau Late Cretaceous shale. Jika benar seperti ini maka meskipun ada closure di level Tersier (yg terpetakan dari seismik) menurut saya bisa jadi tidak harus ada di level Cretaceous Lmst. Dan bisa jadi pula bahwa sumbu closure di level Cretaceous ini (jika ada) sama sekali tidak paralel dgn sumbu closure di level Tersier (misalnya krn kompresi multifase). Selain itu, beberapa kemungkinan/skenario lainnya adalah: #1-tidak hanya terfokus pada Tersier closure (seperti skenario di atas) #2- mengetes prospek lain (jika ada) yg ketebalan imbrikasinya relatif tipis (kalau cukup jelas dari seismik) dengan harapan cepat mencapai target Cretaceous lmst nya. #3- mengetes downthrown blok yang bisa jadi ada 3-way closure against fault di situ. Dengan masih adanya kemungkinan-kemungkinan lain tsb, apakah keputusan untuk mengubah target ini tidak terlalu dini menurut pak Awang? HC yang sebelumnya diharapkan mengisi Cretaceous Lmst ini apakah terrestrial Tondo SR berumur Tersier atau marine shale Winto Fm berumur Trias atau possibly kombinasi? Mohon pencerahannya pak. Terimakasih. Salam, Andi. Powered by VulsaQu®From: Awang Satyana Date: Mon, 19 Nov 2012 23:58:03 +0800 (SGT)To: IAGIReplyTo: Cc: Forum HAGI; Geo Unpad;
Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Pak Awang, Saya sangat senang membaca komentar anda, memang adanya imbricated fault itu selalu menimbulkan pull-down di level bawahnya krn mungkin disebabkan low velocity disekitar itu, kayaknya data seluruh dunia yg pernah saya lihat begitu. dan saya setuju dg Minarwan yg lagi dekem di Bangkok, bahwa harus ada ahli struktur yg bisa meng-entho2 shg yg dibuat tidak hanya berdasarkan image yg ada tapi lebih ke arah "FORCED MODEL" begitu. Terimakasih dan Semangat Sore pak Awang Avi 2012/11/20 Awang Satyana > Pak Avi, > > Pemikirannya sudah tepat, terima kasih. Tetapi mengerjakan section di > bawah thrust-sheet yang tak terganggu thin-skinned tectonics tidak mudah > juga. Beberapa kasus menunjukkan bahwa umumnya terjadi pull up structure di > level bawah decollement karena velocity seismik yang berbeda antara thrust > sheets dan section di bawah decollement. Perbedaan velocity ini harus > dikompensasi oleh teknik PSDM di seismik, semoga lumayan membantu imaging > seismik pada depth yang mendekati kebenaran. > > Saya komentari kesimpulan2nya: > > 1,2 mendekati core suatu collision yang terjadi adalah thick-skinned > tectonics atau basement involved, jadi tak semuanya detached structures, > itulah yang menyebabkan mengapa oil generated dari Triassic Winto shale > bisa masuk ke reservoir Tersier bahkan Neogen. > 3.petroleum system jalan ya, tetapi setiap risikonya harus kita cek per > elemen dan proses petroleum system-nya. > 4.3D seismic pasti akan lebih bagus untuk imaging seismik, hanya > membutuhkan teknik akuisisi yang bagus dan secara strategi memang ada > potensi2 lead yang membuatnya masih ekonomik, kecuali kalau oil company-nya > tak memikirkan ekonomi dulu (ini lebih bagus lagi). > > salam, > Awang > > --- Pada *Sel, 20/11/12, rakhmadi avianto > *menulis: > > > Dari: rakhmadi avianto > > Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi > Kepada: iagi-net@iagi.or.id > Tanggal: Selasa, 20 November, 2012, 8:59 AM > > > Andi and all Semangat pagi, > > Pertama bermain di THIN SKIN tectonic harus hati2, yg dipikirkan Andi > polanya sudah benar, kalau kita lihat stratigraphy Indonesia bagian timur > memang cukup kompleks tapi tidak rumit. Masalahnya data yg sempat saya > lihat sangat terbatas, tentunya data yg bisa saya lihat tidak seluas pak > Awang yg berkantor di BPMigas, sehingga bahasan yg bisa saya berikan adalah > berdasar "publish report yg ada", IPA, IAGI dan mungkin sedikit sekali > pengalaman pribadi, tapi meskipun begitu sebagai explorationist kita harus > all out, NEVER GIVE UP and keep on looking. someday we will be > there amien YRA > > Kalau kita perhatikan Eustatcy di kolom stratigraphy (cak Min aku suka > Eustacy je ojo di protes yah) menunjukkan bahwa terjadi major flooding pada > saat Upper Cretaceous sampai Paleogene, kalau di Bintuni "rock record"nya > adalah berupa Jass FM dan Waripi FM yg mana kedua formasi ini sangat kaya > dg material yg berbutiran halus, selanjutnya juga terjadi pada ahir > Oligocene yg juga menghasilkan batuan berbutir halus dari Fumai FM, > sehingga sangat memungkinkan untuk membentuk "ductile sediment" di > subsurface dan menjadi "decolma" surface untuk bbrpa Trust Sheet yg > terbentuk karena East Indonesia docking ke West Indonesia antara 4-1 MYBP > (million years before present), dari data2 spec survey yg aku lihat di IPA > jelas peran 4-1 MYBP ini dan kayaknya yg terdeformasi habis hanya tersier > sediment, sedangkan kalau melihat data yg lebih dalam (baca Devon- Cret) > kok kayaknya agak "quite" ya artinya ada structuration tapi tidak seheboh > yg di tersiernya. Tidak menutup kemungkinan data yg lain berkata sebaliknya > dan data itu tidak pernah saya lihat. > > Nah kalau benar yg terjadi seperti itu maka Cretaceous sediment and older > yg secara stratigrafi ada di bawah lapisan "decolma" ini maka bisa jadi > deformasinya / structurationnya hanya terjadi pada saat mereka (baca mulai > Devon-Cret) drifted dari Australi ke Utara menuju East Indononesia. Kalau > dari bbrp kabar burung batuan ini berpositas 2-5% tentunya jauh dari sifat > ductile itu tadi. Flooding juga dilaporkan terjadi pada saat Permian yg > bisa jadi menghasilkan batuan berbutir halus, tapi karena umurnya sudah tua > biasanya mereka sudah menyerpih shg tidak ductile ligi. Ini yg aku lihat di > singkapan di Canada, la wong saya belum pernah lihat singkapan Permian > kecuali yg ada di Norh Amrika. Kalau batuan Perm (260 MYBP) di basin2 kita > East Indonesia deformasinya memang menuju serpih maka mungkin sudah tidak > ductile lagi. > > Buton / bagian selatan Sulawesi menurut Rob Hall (mbahnya plate tectonic) > asal muasalanya merupakan bagian dari Northern Tip
Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Pak Awang, Klau basement involved jadi thick-skinned dong? Dan biasanya terbentuk dr reaktivasi struktur2 half graben (hubungannya dgn extention) yg terbentuk sebelumnya...ke arah mana nih perkembangannya? Apa akan ada pasangan (pair) di satu tempat dominasi thin-skinned akan tidak menutup adanya thick-skinned basement involve di tpt itu pula? Terima kasih atas jwabannya :) Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Awang Satyana Date: Tue, 20 Nov 2012 14:57:41 To: Reply-To: Subject: Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Andi, Sinyalemen Andi sudah tepat, memang ada decollement di batas Cretaceous-Tertiary tersebut, walaupun ada juga yang basement-involved sampai pre-Tersier. Evaluasi Japex dan BPMIGAS atas 3 alternatif dari Andi: 1. target memang tidak hanya di Tersier, tetapi juga pra-Tersier, tetapi buruknya data seismik menyulitkan target2 dalam. 2. tidak ada thrust sheet yang cukup tipis sehingga target pra-Tersier akan lebih jelas dan mudah imaging-nya untuk dibor. 3. mengebor downthrown block pra-Tersier maupun Tersier lebih sulit lagi imaging-nya karena berada dalam posisi subthrust. Kelihatannya mengerjakan target pra-Tersier saat ini sangat berisiko karena buruknya imaging seismik. Target limestone Wapulaka diharapkan diisi oleh Winto Triassic SR karena konduit migrasinya dari Triassic ke Cretaceous, bukan dari Tertiary/Neogene ke Cretaceous. Salam, Awang --- Pada Sel, 20/11/12, Andi AB Salahuddin menulis: Dari: Andi AB Salahuddin Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Kepada: "IAGI NET" Tanggal: Selasa, 20 November, 2012, 3:45 AM Pak Awang, Pak Taufik. Terima kasih atas sharingnya ttg eksplorasi di Buton yang menarik ini. Saya mengasumsikan bhw saat pre-drill sumur Benteng-1 tsb operator mengharapkan adanya closure di level Cretaceous akibat fault/fold/kombinasi. Ternyata hasil post-drill menunjukkan (dari penjelasan pak Awang sebelumnya) bahwa: *Terdapat thrust sheet yang berulang pd Fm. Tondo berumur Tersier akibat thin-skinned tectonic shg primary objectif yi Cretaceous Tobelo Lmst tidak dicapai. *Target Cretaceous kini harus digeser ke target Tertiary Tondo Lmst yang terrestrial SRnya sudah mengindikasikan adanya penggenerasian minyak ringan. Jika pemahaman saya betul maka saya membayangkan bahwa adanya imbrikasi yang hanya ditemui pada lapisan Tersier Tondo dan tidak mempengaruhi lapisan Cretaceous Lmst tersebut bisa mengindikasikan salah satunya krn terdapatnya bidang gelincir (detachment surface) yang kemungkinan besar terletak di antara Tersier dan Cretaceous Lmst. tersebut, possibly di atas Early Tertiary shale atau Late Cretaceous shale. Jika benar seperti ini maka meskipun ada closure di level Tersier (yg terpetakan dari seismik) menurut saya bisa jadi tidak harus ada di level Cretaceous Lmst. Dan bisa jadi pula bahwa sumbu closure di level Cretaceous ini (jika ada) sama sekali tidak paralel dgn sumbu closure di level Tersier (misalnya krn kompresi multifase). Selain itu, beberapa kemungkinan/skenario lainnya adalah: #1-tidak hanya terfokus pada Tersier closure (seperti skenario di atas) #2- mengetes prospek lain (jika ada) yg ketebalan imbrikasinya relatif tipis (kalau cukup jelas dari seismik) dengan harapan cepat mencapai target Cretaceous lmst nya. #3- mengetes downthrown blok yang bisa jadi ada 3-way closure against fault di situ. Dengan masih adanya kemungkinan-kemungkinan lain tsb, apakah keputusan untuk mengubah target ini tidak terlalu dini menurut pak Awang? HC yang sebelumnya diharapkan mengisi Cretaceous Lmst ini apakah terrestrial Tondo SR berumur Tersier atau marine shale Winto Fm berumur Trias atau possibly kombinasi? Mohon pencerahannya pak. Terimakasih. Salam, Andi. Powered by VulsaQu®From: Awang Satyana Date: Mon, 19 Nov 2012 23:58:03 +0800 (SGT)To: IAGIReplyTo: Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGASSubject: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Pak Taufik, Terima kasih atas cerita pengalaman Buton-nya. Bisa disebutkan eksplorasi di Buton masih menantang, sebagian besar karena sulitnya imaging seismik di wilayah ini. Generasi minyak sudah terjadi, baik dari batuan induk Winto (Triassic marine shale) yang juga menjadi batuan induk untuk minyak yang kemudian terbiodegradasi jadi aspal di Buton, juga dari batuan induk Paleogen/Neogen Tondo (terrestrial source rocks). Elemen dan proses petroleum system yang lain pun sudah berjalan, hanya caprock yang perlu dikaji lebih jauh dan dicari yang masih utuh. Struktur2 yang tak terlalu kompleks bisa menjadi target, sebab struktur2 yang terlalu kompleks umumnya sudah hilang caprock-nya. Wakatobi -wangi2-kaledupa-tomeo-binongko sering dimasukkan ke dalam mikrokontinen Tukang Besi karena kebetulan di Binongko terdapat para perajin pandai besi (tukang besi). Menurut Davidson (1991), mikrokontinen Tukang Besi ini membentur mikrokontinen Buton. Tetapi kajian le
Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Pak Avi, Pemikirannya sudah tepat, terima kasih. Tetapi mengerjakan section di bawah thrust-sheet yang tak terganggu thin-skinned tectonics tidak mudah juga. Beberapa kasus menunjukkan bahwa umumnya terjadi pull up structure di level bawah decollement karena velocity seismik yang berbeda antara thrust sheets dan section di bawah decollement. Perbedaan velocity ini harus dikompensasi oleh teknik PSDM di seismik, semoga lumayan membantu imaging seismik pada depth yang mendekati kebenaran. Saya komentari kesimpulan2nya: 1,2 mendekati core suatu collision yang terjadi adalah thick-skinned tectonics atau basement involved, jadi tak semuanya detached structures, itulah yang menyebabkan mengapa oil generated dari Triassic Winto shale bisa masuk ke reservoir Tersier bahkan Neogen. 3.petroleum system jalan ya, tetapi setiap risikonya harus kita cek per elemen dan proses petroleum system-nya. 4.3D seismic pasti akan lebih bagus untuk imaging seismik, hanya membutuhkan teknik akuisisi yang bagus dan secara strategi memang ada potensi2 lead yang membuatnya masih ekonomik, kecuali kalau oil company-nya tak memikirkan ekonomi dulu (ini lebih bagus lagi). salam, Awang --- Pada Sel, 20/11/12, rakhmadi avianto menulis: Dari: rakhmadi avianto Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Selasa, 20 November, 2012, 8:59 AM Andi and all Semangat pagi, Pertama bermain di THIN SKIN tectonic harus hati2, yg dipikirkan Andi polanya sudah benar, kalau kita lihat stratigraphy Indonesia bagian timur memang cukup kompleks tapi tidak rumit. Masalahnya data yg sempat saya lihat sangat terbatas, tentunya data yg bisa saya lihat tidak seluas pak Awang yg berkantor di BPMigas, sehingga bahasan yg bisa saya berikan adalah berdasar "publish report yg ada", IPA, IAGI dan mungkin sedikit sekali pengalaman pribadi, tapi meskipun begitu sebagai explorationist kita harus all out, NEVER GIVE UP and keep on looking. someday we will be there amien YRA Kalau kita perhatikan Eustatcy di kolom stratigraphy (cak Min aku suka Eustacy je ojo di protes yah) menunjukkan bahwa terjadi major flooding pada saat Upper Cretaceous sampai Paleogene, kalau di Bintuni "rock record"nya adalah berupa Jass FM dan Waripi FM yg mana kedua formasi ini sangat kaya dg material yg berbutiran halus, selanjutnya juga terjadi pada ahir Oligocene yg juga menghasilkan batuan berbutir halus dari Fumai FM, sehingga sangat memungkinkan untuk membentuk "ductile sediment" di subsurface dan menjadi "decolma" surface untuk bbrpa Trust Sheet yg terbentuk karena East Indonesia docking ke West Indonesia antara 4-1 MYBP (million years before present), dari data2 spec survey yg aku lihat di IPA jelas peran 4-1 MYBP ini dan kayaknya yg terdeformasi habis hanya tersier sediment, sedangkan kalau melihat data yg lebih dalam (baca Devon- Cret) kok kayaknya agak "quite" ya artinya ada structuration tapi tidak seheboh yg di tersiernya. Tidak menutup kemungkinan data yg lain berkata sebaliknya dan data itu tidak pernah saya lihat. Nah kalau benar yg terjadi seperti itu maka Cretaceous sediment and older yg secara stratigrafi ada di bawah lapisan "decolma" ini maka bisa jadi deformasinya / structurationnya hanya terjadi pada saat mereka (baca mulai Devon-Cret) drifted dari Australi ke Utara menuju East Indononesia. Kalau dari bbrp kabar burung batuan ini berpositas 2-5% tentunya jauh dari sifat ductile itu tadi. Flooding juga dilaporkan terjadi pada saat Permian yg bisa jadi menghasilkan batuan berbutir halus, tapi karena umurnya sudah tua biasanya mereka sudah menyerpih shg tidak ductile ligi. Ini yg aku lihat di singkapan di Canada, la wong saya belum pernah lihat singkapan Permian kecuali yg ada di Norh Amrika. Kalau batuan Perm (260 MYBP) di basin2 kita East Indonesia deformasinya memang menuju serpih maka mungkin sudah tidak ductile lagi. Buton / bagian selatan Sulawesi menurut Rob Hall (mbahnya plate tectonic) asal muasalanya merupakan bagian dari Northern Tip of Aussie Continent, drifting slowly dari 30 MYBP dan mulai drifted sbg micro continent sekitar 10 MYBP dan docking dg Sulawesi as you see sekarang, paling tidak ada 10 MY process structuration dg posisi Strike slip fault yg lokasinya tidak terlalu jauh dari Buton membuat Structuration disana menjadi sangat2 kompleks. Problem pada highly imbricated fault area adalah bagaimana membuat "image seismic" yg bagus, sepertinya ini tantangan yg paling utama dan sepertinya memang ini tidak bisa di solve dg hanya mengambil data 2D dg design parameter yg normal, mestinya dilakukan dg metode 3D itupun belum tentu berhasil, karena daya absorbsi "trust sheet" itu sangat kuat sehingga signal/noise rasio tidak pernah bagus. Itu mungkin sebabnya "dead oil" atau yg disebut "biodegradasi oil" oleh pak Awang bisa naik ke surface
Bls: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Mas Sigit, Saya mencoba menjawab beberapa, terutama point 5 dan 6. Selebihnya saya rasa Pak Awang punya informasi yang lebih lengkap. Source rock utama yang sudah proven di daerah ini memang berasal dari marine shale Formasi Winto yang berumur triassic. Tapi dalam 1 laporan studi conoco, mereka menemukan oleanane pada oil seep di daerah Nunu (Buton Utara) yang berarti source-nya dari sedimen tersier. Kemudian pada saat field mapping Japex & ITB, ditemukan live oil seepage dengan API >37 di dekat Kapantoreh, agak diragukan kalau oil ini berasal dari Winto. Jadi tidak tertutup kemungkinan ada petroleum play di tersier. Hanya saja dari studi geokimia yang telah dilakukan, shale pada Formasi Tondo masih immature. Kemudian dari data Sumur Sampolakosa-1 dan juga field mapping, sandstone Formasi Tondo punya kualitas cukup bagus sebagai reservoir dan memang ini sebagai secondary target. Hanya saja di daerah selatan, kualitas data seismik yang ada sangat jelek. Berbagai processing hingga PSDM sudah dilakukan dan hasilnya tidak maksimal. Apalagi di daerah selatan Buton hampir seluruhnya ditutupi batuan karbonat dari Formasi Wapulaka dan Sampolakosa, seismiknya sangat sulit di-interpretasi. Meng-analogikan dengan Seram, saya lebih cenderung untuk memilih prospek yang berada di sepanjang jalur ophiolte Kapantoreh, di sebelah barat Pulau Buton. Tapi medan yang sangat berat, kondisi geologi yang kompleks, serta sebagian wilayah yang termasuk hutan lindung menambah tantangan eksplorasi di daerah ini. Tapi dengan petroleum system yang sudah proven, Buton masih sangat menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut. Salam, Andri Dari: sigit prabowo Kepada: "iagi-net@iagi.or.id" Dikirim: Selasa, 20 November 2012 10:52 Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Pak Awang, Mencermati tulisan dan diskusi yang menarik ini, saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan pak: 1. Saya pernah membaca bahwa Buton dan Tukang Besi merupakan micro continent dari Gondwana yang rifted-drifted-dan collided dengan SE arm of Sulawesi, kemudian juga dari beberapa paper menyebutkan bahwa Banggai-Sula juga merupakan micro continent dari Gondwana yang juga rifted-drifted-dan collided dengan East Sulawesi. Beberapa sequen juga dikenal di Buton, antara lain untuk yang Pre-rift adalah Early Triassic Doole/Lakansai metamorphic rock, Middle-Late Triassic Winto FM (mudstone, bituminous shale, micriric limestone; stable middle-outer neritic env.), Lower Jurassic Ogena FM (bedded limestone, argilaceous lst, shale at the base, calcilutite; deep water environment). Kemudian saat rifting-drifting adalah Late Jurassic Rumu, Cretaceous-Oligocene Tobelo FM, Early-Middle Miocene Tondo FM (micritic lst, outer neritic env.). Setelah itu adalah Syn dan Post orogenic sedimentation yaitu Mollase dari Tondo FM, dan Pliocene Sampolakosa FM. Diketahui juga bahwa Triassic Winto adalah sebagai source rock di wilayah ini. Pertanyaan saya, apakah sequen rifted-drifted-dan post orogenic ini juga diketemukan di Banggai-Sula? Bagaimanakah korelasinya dengan misalkan di Seram, bahwa disana juga ditemukan Triassic Saman-saman FM, dan Jurassic oolitic Manusela limestone. 2. Beberapa penulis juga telah mengajukan interpretasi bahwa Banggai-Sula bisa collided (ke arah timur) dengan East Sulawesi adalah dengan mekanisme pergerakan Sorong Fault, sementara itu saya juga membaca bahwa ada interpretasi yang diajukan oleh Smith dan Silver (1991) dalam Robert Hall 2010, bahwa Banggai-Sula dulunya adalah di sebelah Timur dari Buton-Tukang Besi saat Middle Miocene (sekitar 13 Mya), kemudian dengan pergerakan sinistral strike slip fault (present day : Lawanopo dan Matano sinistral ssf), Banggai Sula bergerak ke NW dan West dan membentur East Sulawesi di sekitar 7 Mya, dan kemungkinan juga sebagai efek dari pembukaan Banda yang berarah NW-SE di 12.5-7.3 mya? Bagaimanakah pendapat pak Awang tentang hal ini? 3. Dalam tulisan Alan Vaughan et al, 2005 tentang terrane processes at the margin of Gondwana, ditulis bahwa ada beberapa terrane process dan juga tipe nya. Bahwa pembentukan terrane adalah akresi dan dispersi, kemudian dicirikan oleh adanya sutures (ditandai dengan kehadiran strike slip fault, thrust, dan melange), juga ditandai dengan kehadiran dari ophiolitic belts, high pressure rocks (blue schist), dsb.; saya ingin mengkorelasikan nya dengan kehadiran dari Walanae strike slip fault di arah sebelah barat dari Buton. Diketahui bahwa di south arm of Sulawesi terdapat schist belt, dan juga Mesozoic dan Tertiary rocks; apakah dimungkinkan bahwa di south arm of Sulawesi ini juga bisa ditemukan sequen2 pre-Tertiary yang kemungkinan akan bisa men generate HC dan mempunyai kemiripan dengan Buton dan Banggai? Menarik untuk mengkorelasikan nya juga dengan apa yang ditulis oleh Robert Hall, bahwa South Sulawesi mempunyai basement dari Gondwana, dan sampai disana s
Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Fauzan, Terima kasih atas komentar2nya. Yang disebutkan Fauzan sudah benar bahwa Winto Triassic dari kelas IIS yang cenderung ber API rendah dan mudah rusak oleh biodegradasi dan water washing pada saat reservoirnya tersingkap. Intensitas deformasi antiklin2 tersesarkan di Buton tak harus dipengaruhi oleh second collision by Tukang Besi atas Buton, sebab lapangan2 aspal sekarang yang hilang caprock-nya itu memang terjadi di area frontal collision Buton. Kalau Tukang Besi membentur lagi Buton maka di ekor mikrokontinen Buton mesti banyak struktur kompresif dan suture semacam Kapantoreh ofiolit yang terletak antara Muna dan Buton. Section terkenal dari Davidson untuk setengah bagian timurnya yang melibatkan Tukang Besi collision semuanya interpretatif tak didukung data seismik. Saya menggunakan data gravity dari Milsom (1999) dan beberapa seismik riset geomarin yang tidak menunjukkan keberadaan struktur2 collision ini. Jadi, saya menganggap bahwa Buton-Tukang Besi berjalan bersama, Buton membentur Muna, terangkat, dan ekornya terelaksasi, extended sebagai struktrur deformasi, bukan membenturnya. Hal yang sama juga terjadi antara Banggai dan Sula (lihat section terkenal benturan Banggai-Sula dari Garrard (1988). Salam, Awang --- Pada Sel, 20/11/12, Fauzan Arif menulis: Dari: Fauzan Arif Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Selasa, 20 November, 2012, 6:56 AM Bapak&Ibu sekalian, Saya punya komentar untuk Buton ini. Yang saya dengar Benteng-1 oil show di Miocene Tondo Fm. selebihnya saya belum berani komentar lebih jauh, nunggu press release dari Japex sbg operator dan BPMigas (??). Mesozoic stratigraphy nya mirip dengan drifted microcontinent yg detached dari australia (Sula, dan Seram) dan NW Australia. Sedikit beda dg Sula, karena Trias-nya vulkanik. reservoir Target utama pre-drill Cretaceous karstified Tobelo Fm. konsepnya karstifikasi terjadi pada saat 1st collision (E. Miocene). Jadi Tobelo ini hanya mengharapkan Porositas dari fracture dan karstic breccia. Source rock Triassic Winto carbonate dan secondary dari Miocene Tondo (post-collision) marine clastics. Tondo TOC nya tdk se-excellent Winto. Logika saya, winto ini kan tipe IIS, cenderung menghasilkan minyak kaya sulfur. Secara kinetik lebih mudah bereaksi/matang (kerogennya lebih mudah terkonversi jadi HC) tapi lebih mudah rusak (biodegradasi) juga, karena ikatan kimia sulfur-HC lemah. Mohon dikoreksi Pak Awang dan geochemists. Trapping&preservation Trap2 yg terbentuk pada saat 1st collision (Buton-Muna), sudah terisi HC namun dirusak oleh L. Miocene 2nd collision (Buton-Tukang Besi) yang Pak Awang tidak setuju. Jadi akumulasi HC pada trap2 yg terbentuk pada collision pertama ini bocor ke dekat permukaan dan diperparah dengan karakter oil tipe IIS ini yg mudah terbiodegradasi..jadilah aspal Buton. Perlu diketahui, aspal di Buton hampir ada dimana2..tapi yg ditambang secara komersil umumnya berasosiasi dg patahan2 yg terpropagasi sampai permukaan. Saya berargumen bahwa 2nd compressional tectonic di Buton ada, produknya adalah thrusted Miocene post-collision (1st) sediment (Tondo) terbukti dari data sumur dan seismik. Mungkin bukan collision seperti yg diusulkan Davidson (1991). Karena saya tidak punya bukti untuk demonstrate suture antara Buton-Tukang Besi seperti yg pak awang pertanyakan. Malahan, kalau lihat paper Milsom (1999) ada bouger anomaly map (regional Banda sea) yg menunjukkan sedikit ada “saddle” di antara Buton-Tk Besi. Ini bisa diinterpretasikan sbg extended crust, cocok dg teori pak Awang. Tapi apakah extension ini berhubungan dg collsion atau terjadi pada fase mesozoic australian continental rift and drift? Sehubungan dg komentar Pak Andi Salahuddin, expected play-nya adalah thrusted mesozoic carbonate. Jadi interval mesozoic dan Miocene-nya thin skinned, detached di Winto. Mengenai sumbu closure yg tdk paralel, bisa jadi, thrusting karena 2nd compressional event mungkin saja menghasilkan thrust sheets yg detach di Miocene Tondo shale. Seperti yg disampaikan pak Taufik, data seismik disini kurang bagus, terutama utk imaging mesozoic interval. Mengomentari Bu Nuning dan Pak Taufik (saya lupa di thread ini bukan ya?). Masalah aerogravity dan magnetic, setelah diproses dan dimodel ternyata tidak banyak membantu interpretasi seismik seperti yg diharapkan. Model yg dihasilkan sangat sensitif thd crustal properties, jadi ganti parameter crust sdkt saja menghasilkan bbrp alternatif interpretasi. Biaya seismik tinggi karena mencakup bagian selatan yg ditutupi quarternary carbonates (Wapulaka) dan juga topografi nya yg ekstrim. Kalau di utara tdk terlalu, sdh banyak akses jalan di kampung2 transmigrasi, lithologi permukaannya pun beda. Demikian, terima kasih, Salam, fauzan 2012/11/19 Andi AB Salahuddin Pak Awang, Pak Taufik. Terima kasih atas sharingnya ttg eksplorasi di Buton yang menarik ini. Saya mengasums
Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Andi, Sinyalemen Andi sudah tepat, memang ada decollement di batas Cretaceous-Tertiary tersebut, walaupun ada juga yang basement-involved sampai pre-Tersier. Evaluasi Japex dan BPMIGAS atas 3 alternatif dari Andi: 1. target memang tidak hanya di Tersier, tetapi juga pra-Tersier, tetapi buruknya data seismik menyulitkan target2 dalam. 2. tidak ada thrust sheet yang cukup tipis sehingga target pra-Tersier akan lebih jelas dan mudah imaging-nya untuk dibor. 3. mengebor downthrown block pra-Tersier maupun Tersier lebih sulit lagi imaging-nya karena berada dalam posisi subthrust. Kelihatannya mengerjakan target pra-Tersier saat ini sangat berisiko karena buruknya imaging seismik. Target limestone Wapulaka diharapkan diisi oleh Winto Triassic SR karena konduit migrasinya dari Triassic ke Cretaceous, bukan dari Tertiary/Neogene ke Cretaceous. Salam, Awang --- Pada Sel, 20/11/12, Andi AB Salahuddin menulis: Dari: Andi AB Salahuddin Judul: Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Kepada: "IAGI NET" Tanggal: Selasa, 20 November, 2012, 3:45 AM Pak Awang, Pak Taufik. Terima kasih atas sharingnya ttg eksplorasi di Buton yang menarik ini. Saya mengasumsikan bhw saat pre-drill sumur Benteng-1 tsb operator mengharapkan adanya closure di level Cretaceous akibat fault/fold/kombinasi. Ternyata hasil post-drill menunjukkan (dari penjelasan pak Awang sebelumnya) bahwa: *Terdapat thrust sheet yang berulang pd Fm. Tondo berumur Tersier akibat thin-skinned tectonic shg primary objectif yi Cretaceous Tobelo Lmst tidak dicapai. *Target Cretaceous kini harus digeser ke target Tertiary Tondo Lmst yang terrestrial SRnya sudah mengindikasikan adanya penggenerasian minyak ringan. Jika pemahaman saya betul maka saya membayangkan bahwa adanya imbrikasi yang hanya ditemui pada lapisan Tersier Tondo dan tidak mempengaruhi lapisan Cretaceous Lmst tersebut bisa mengindikasikan salah satunya krn terdapatnya bidang gelincir (detachment surface) yang kemungkinan besar terletak di antara Tersier dan Cretaceous Lmst. tersebut, possibly di atas Early Tertiary shale atau Late Cretaceous shale. Jika benar seperti ini maka meskipun ada closure di level Tersier (yg terpetakan dari seismik) menurut saya bisa jadi tidak harus ada di level Cretaceous Lmst. Dan bisa jadi pula bahwa sumbu closure di level Cretaceous ini (jika ada) sama sekali tidak paralel dgn sumbu closure di level Tersier (misalnya krn kompresi multifase). Selain itu, beberapa kemungkinan/skenario lainnya adalah: #1-tidak hanya terfokus pada Tersier closure (seperti skenario di atas) #2- mengetes prospek lain (jika ada) yg ketebalan imbrikasinya relatif tipis (kalau cukup jelas dari seismik) dengan harapan cepat mencapai target Cretaceous lmst nya. #3- mengetes downthrown blok yang bisa jadi ada 3-way closure against fault di situ. Dengan masih adanya kemungkinan-kemungkinan lain tsb, apakah keputusan untuk mengubah target ini tidak terlalu dini menurut pak Awang? HC yang sebelumnya diharapkan mengisi Cretaceous Lmst ini apakah terrestrial Tondo SR berumur Tersier atau marine shale Winto Fm berumur Trias atau possibly kombinasi? Mohon pencerahannya pak. Terimakasih. Salam, Andi. Powered by VulsaQu®From: Awang Satyana Date: Mon, 19 Nov 2012 23:58:03 +0800 (SGT)To: IAGIReplyTo: Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGASSubject: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Pak Taufik, Terima kasih atas cerita pengalaman Buton-nya. Bisa disebutkan eksplorasi di Buton masih menantang, sebagian besar karena sulitnya imaging seismik di wilayah ini. Generasi minyak sudah terjadi, baik dari batuan induk Winto (Triassic marine shale) yang juga menjadi batuan induk untuk minyak yang kemudian terbiodegradasi jadi aspal di Buton, juga dari batuan induk Paleogen/Neogen Tondo (terrestrial source rocks). Elemen dan proses petroleum system yang lain pun sudah berjalan, hanya caprock yang perlu dikaji lebih jauh dan dicari yang masih utuh. Struktur2 yang tak terlalu kompleks bisa menjadi target, sebab struktur2 yang terlalu kompleks umumnya sudah hilang caprock-nya. Wakatobi -wangi2-kaledupa-tomeo-binongko sering dimasukkan ke dalam mikrokontinen Tukang Besi karena kebetulan di Binongko terdapat para perajin pandai besi (tukang besi). Menurut Davidson (1991), mikrokontinen Tukang Besi ini membentur mikrokontinen Buton. Tetapi kajian lebih lanjut berdasarkan data gravity dan data seismik geomarin yang lebih baru ( saya publikasi di pertemuan IPA, 2011), mengindikasi bahwa mikrokontinen Tukang Besi bukan membentur Tukang Besi (sebab tak ada bukti suture-nya, juga di antara kepulauan Wakatobi dan Buton tak ada struktur kompresif benturan). Justru yang ada adalah struktur ekstensi. Jadi saya menafsirkan hal yang berlainan dengan Davidson (1991), yaitu bahwa Tukang Besi bukanlah mikrokontinen tersendiri, melainkan satu kesatuan dengan Buton. Saat Buton membentur Sulawesi Tenggara, Buton berada pada bagian
Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
ditemukan bukti adanya benturan Tukang Besi dengan Buton, dan terdapat post-coliisional escape sehingga membentuk struktur ekstensi; apakah itu hanya terjadi di saat ekstensi di Tertiary? artinya juga akankah ada kemungkinan low area yang bisa mengenerate HC di Tertiary? 6. Dalam paper IPA 2007, dituliskan bahwa reservoir utama Tondo, sebagai clastic akan berumur lebih tua ke arah Selatan, sehingga diharapkan Tondo FM yang berumur lebih tua tidak terkena efek dari biodegradasi (akibat dari intensitas orogenesa? atau dari ekshumasi?), kemudian juga bila memang regional distribusi litologi di Buton adalah NE-SE, apakah bisa dikatakan daerah yang ke arah lebih selatan akan lebih prospektif? Mohon pencerahan nya pak Terimakasih Best Regards Sigit Ari From: Awang Satyana To: IAGI Cc: Forum HAGI ; Geo Unpad ; Eksplorasi BPMIGAS Sent: Monday, November 19, 2012 10:58 PM Subject: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Pak Taufik,Terima kasih atas cerita pengalaman Buton-nya. Bisa disebutkan eksplorasi di Buton masih menantang, sebagian besar karena sulitnya imaging seismik di wilayah ini. Generasi minyak sudah terjadi, baik dari batuan induk Winto (Triassic marine shale) yang juga menjadi batuan induk untuk minyak yang kemudian terbiodegradasi jadi aspal di Buton, juga dari batuan induk Paleogen/Neogen Tondo (terrestrial source rocks). Elemen dan proses petroleum system yang lain pun sudah berjalan, hanya caprock yang perlu dikaji lebih jauh dan dicari yang masih utuh. Struktur2 yang tak terlalu kompleks bisa menjadi target, sebab struktur2 yang terlalu kompleks umumnya sudah hilang caprock-nya.Wakatobi -wangi2-kaledupa-tomeo-binongko sering dimasukkan ke dalam mikrokontinen Tukang Besi karena kebetulan di Binongko terdapat para perajin pandai besi (tukang besi). Menurut Davidson (1991), mikrokontinen Tukang Besi ini membentur mikrokontinen Buton. Tetapi kajian lebih lanjut berdasarkan data gravity dan data seismik geomarin yang lebih baru ( saya publikasi di pertemuan IPA, 2011), mengindikasi bahwa mikrokontinen Tukang Besi bukan membentur Tukang Besi (sebab tak ada bukti suture-nya, juga di antara kepulauan Wakatobi dan Buton tak ada struktur kompresif benturan). Justru yang ada adalah struktur ekstensi. Jadi saya menafsirkan hal yang berlainan dengan Davidson (1991), yaitu bahwa Tukang Besi bukanlah mikrokontinen tersendiri, melainkan satu kesatuan dengan Buton. Saat Buton membentur Sulawesi Tenggara, Buton berada pada bagian collision front-nya, sangat kompresif, lalu ke arah timur, Tukang Besi justru mengalami post-collision escape sehingga membentuk struktur2 ektensi. Hal itu terjadi juga pada benturan Banggai-Sula (Garrard, 1988).Apakah Wakatobi membentur Buton atau justru menjauhinya akan sangat berpengaruh kepada petroleum geology wilayah ini. Menurut hemat saya, Wakatobi justru menjauhi Buton karena kompensasi isostatik pascabenturan, bukan membenturnya seperti umum diketahui orang berdasarkan Davidson (1991)Salam,Awang From: Taufik Manan ; To: ; Cc: Awang Satyana ; Taufik Manan ; Subject: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Sent: Mon, Nov 19, 2012 9:26:10 AM Pak Awang dan juga rekan seprofesi, Saya sangat sependapat dengan analisa teknis Pak Awang tentang Petroleum System di Buton. Kebetulan antara tahun 2010 sd pertengahan 2012, saya bekerja di salah satu KKKS di Buton. Kita pernah diskusi bareng untuk potensi sumberdaya migas di sana.Yang masih saya ingat di Buton adalah "Petroleum System"nya sudah relatif lengkap namun masih perlu analisa lebih detail tentang Patahan dan "Sealing"nya disamping analisa geokimia lanjutan dari "oil seeps" yang tersebar di P. Buton dan sekitarnya. Kendala data G&G yang saya temui di sana adalah kualitas data seismik yang umumnya kualitasnya "poor to fair" dan memakai parameter (vintage) tahun 1980 dan 1990 khususnya ketika dulu Conoco beroperasi di area Buton dan Muna. Sedangkan survei seismik untuk mendapatkan data "Signal / Noise" yang baik, sulit didapat karena kondisi medan operasional. Mungkin rekan2 yang pernah kerja di Conoco (sekitar tahun 80-90) dan Japex (2007-sekarang) dapat sharing pengalaman di sini. Sedangkan data 2D seismik lautnya cukup baik dan dapat membuktikan adanya "depocenter" di Buton. Menurut saya tantangan eksplorasi di Buton dan sekitarnya masih menarik dan banyaknya singkapan aspal dapat menjadi "kunci" faktor pencarian sumber daya migas di sana. Semoga berjaya eksplorasi di Buton. Khusus mengenai Wakatobi yang menurut beberapa rekan yang pernah ke sana, lebih bagus daripada Bunaken di Sulut, sudah banyak resort dan penerbangan ke sana. Area Wakatobi, setahu saya masuk area salah satu KKKS di sana namun kelihatannya sulit dilakukan eksplorasi di sana karena statusnya adalah "Taman Laut Nasional yang dil
Re: Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Om Min... bagi saya yang penting data seismicnya dulu , apakah ada dan bagus ? Yang dilakukan putindo dengan menshot seismic sudah tepat dan semoga parameternya juga tepat sehingga bisa membuat image bawah permukaan yang bagus untuk memudahkan identifikasi leadnya. Tanpa data seismic yang bagus, interpretasi dari structural geologist bisa macam macam sementara kita sudah harus sampai tahap identifikasi lead/prospect kalau mau ngebor. On 11/20/12, MINARWAN wrote: > Oom Kartiko, > > Ikutan komentar sedikit, menurut hemat saya, kita masih membutuhkan banyak > structural geologist yang dididik secara khusus untuk menginterpretasi dan > merekonstruksi thrust tectonics, bukan extensional dan inversion tectonics > a la Indonesia barat. Interpretasi seismiknya nanti jadi "model driven" > bukan hanya berdasarkan observasi di seismik, yang kita tahu kualitasnya > rendah. > > > Salam > min > > 2012/11/20 kartiko samodro > >> Setuju Pak Awang... >> >> di daerah offshore dekat pantai timur pulau buton di daerah teluknya. >> kalau ada seismic tentu akan lebih mudah mengetahui lead yang ada >> sekitar situ dimana sealnya kemungkinan masih belum bocor dan kalaupun >> ada sedimentasi akan banyak terkonsentrasi di disitu. >> >> kalau saya lihat blok Buton I yang meliputi pantai timur buton di >> pegang oleh Putindo Bintech 100%. Apakah ada rencana shot seismic atau >> drilling dalam komitmennya? >> > > > > -- > - when one teaches, two learn - > http://www.linkedin.com/in/minarwan > PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com "JCM HAGI-IAGI 2013 MEDAN, 28-31 Oktober 2013" To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
> dicapai. > *Target Cretaceous kini harus digeser ke target Tertiary Tondo Lmst yang > terrestrial SRnya sudah mengindikasikan adanya penggenerasian minyak ringan. > > Jika pemahaman saya betul maka saya membayangkan bahwa adanya imbrikasi > yang hanya ditemui pada lapisan Tersier Tondo dan tidak mempengaruhi > lapisan Cretaceous Lmst tersebut bisa mengindikasikan salah satunya krn > terdapatnya bidang gelincir (detachment surface) yang kemungkinan besar > terletak di antara Tersier dan Cretaceous Lmst. tersebut, possibly di atas > Early Tertiary shale atau Late Cretaceous shale. > > Jika benar seperti ini maka meskipun ada closure di level Tersier (yg > terpetakan dari seismik) menurut saya bisa jadi tidak harus ada di level > Cretaceous Lmst. Dan bisa jadi pula bahwa sumbu closure di level Cretaceous > ini (jika ada) sama sekali tidak paralel dgn sumbu closure di level Tersier > (misalnya krn kompresi multifase). > > Selain itu, beberapa kemungkinan/skenario lainnya adalah: > #1-tidak hanya terfokus pada Tersier closure (seperti skenario di atas) > #2- mengetes prospek lain (jika ada) yg ketebalan imbrikasinya relatif > tipis (kalau cukup jelas dari seismik) dengan harapan cepat mencapai target > Cretaceous lmst nya. > #3- mengetes downthrown blok yang bisa jadi ada 3-way closure against > fault di situ. > > Dengan masih adanya kemungkinan-kemungkinan lain tsb, apakah keputusan > untuk mengubah target ini tidak terlalu dini menurut pak Awang? > > HC yang sebelumnya diharapkan mengisi Cretaceous Lmst ini apakah > terrestrial Tondo SR berumur Tersier atau marine shale Winto Fm berumur > Trias atau possibly kombinasi? > > Mohon pencerahannya pak. Terimakasih. > > > Salam, > Andi. > Powered by VulsaQu® > -- > *From: * Awang Satyana > *Date: *Mon, 19 Nov 2012 23:58:03 +0800 (SGT) > *To: *IAGI > *ReplyTo: * > *Cc: *Forum HAGI; Geo Unpad; > Eksplorasi BPMIGAS > *Subject: *Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi > > Pak Taufik, > > Terima kasih atas cerita pengalaman Buton-nya. Bisa disebutkan eksplorasi > di Buton masih menantang, sebagian besar karena sulitnya imaging seismik di > wilayah ini. Generasi minyak sudah terjadi, baik dari batuan induk Winto > (Triassic marine shale) yang juga menjadi batuan induk untuk minyak yang > kemudian terbiodegradasi jadi aspal di Buton, juga dari batuan induk > Paleogen/Neogen Tondo (terrestrial source rocks). Elemen dan proses > petroleum system yang lain pun sudah berjalan, hanya caprock yang perlu > dikaji lebih jauh dan dicari yang masih utuh. Struktur2 yang tak terlalu > kompleks bisa menjadi target, sebab struktur2 yang terlalu kompleks umumnya > sudah hilang caprock-nya. > > Wakatobi -wangi2-kaledupa-tomeo-binongko sering dimasukkan ke dalam > mikrokontinen Tukang Besi karena kebetulan di Binongko terdapat para > perajin pandai besi (tukang besi). Menurut Davidson (1991), mikrokontinen > Tukang Besi ini membentur mikrokontinen Buton. Tetapi kajian lebih lanjut > berdasarkan data gravity dan data seismik geomarin yang lebih baru ( saya > publikasi di pertemuan IPA, 2011), mengindikasi bahwa mikrokontinen Tukang > Besi bukan membentur Tukang Besi (sebab tak ada bukti suture-nya, juga di > antara kepulauan Wakatobi dan Buton tak ada struktur kompresif benturan). > Justru yang ada adalah struktur ekstensi. Jadi saya menafsirkan hal yang > berlainan dengan Davidson (1991), yaitu bahwa Tukang Besi bukanlah > mikrokontinen tersendiri, melainkan satu kesatuan dengan Buton. Saat Buton > membentur Sulawesi Tenggara, Buton berada pada bagian collision front-nya, > sangat kompresif, lalu ke arah timur, Tukang Besi justru mengalami > post-collision escape sehingga membentuk struktur2 ektensi. Hal itu terjadi > juga pada benturan Banggai-Sula (Garrard, 1988). > > Apakah Wakatobi membentur Buton atau justru menjauhinya akan sangat > berpengaruh kepada petroleum geology wilayah ini. Menurut hemat saya, > Wakatobi justru menjauhi Buton karena kompensasi isostatik pascabenturan, > bukan membenturnya seperti umum diketahui orang berdasarkan Davidson (1991) > > Salam, > Awang > > -- > * From: * Taufik Manan ; > * To: * ; > * Cc: * Awang Satyana ; Taufik Manan < > taufik.ma...@gmail.com>; > * Subject: * [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi > * Sent: * Mon, Nov 19, 2012 9:26:10 AM > > Pak Awang dan juga rekan seprofesi, > > Saya sangat sependapat dengan analisa teknis Pak Awang tentang Petroleum > System di Buton. Kebetulan antara tahun 2010 sd pertengahan 2012, saya > bekerja di salah satu KKKS di Buton. Kita pernah diskusi bareng untuk > potensi sumberdaya migas di sana. > > Yang masih saya ingat di Buton adalah &
Re: Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Oom Kartiko, Ikutan komentar sedikit, menurut hemat saya, kita masih membutuhkan banyak structural geologist yang dididik secara khusus untuk menginterpretasi dan merekonstruksi thrust tectonics, bukan extensional dan inversion tectonics a la Indonesia barat. Interpretasi seismiknya nanti jadi "model driven" bukan hanya berdasarkan observasi di seismik, yang kita tahu kualitasnya rendah. Salam min 2012/11/20 kartiko samodro > Setuju Pak Awang... > > di daerah offshore dekat pantai timur pulau buton di daerah teluknya. > kalau ada seismic tentu akan lebih mudah mengetahui lead yang ada > sekitar situ dimana sealnya kemungkinan masih belum bocor dan kalaupun > ada sedimentasi akan banyak terkonsentrasi di disitu. > > kalau saya lihat blok Buton I yang meliputi pantai timur buton di > pegang oleh Putindo Bintech 100%. Apakah ada rencana shot seismic atau > drilling dalam komitmennya? > -- - when one teaches, two learn - http://www.linkedin.com/in/minarwan
Re: Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Pak Kartiko, Setahu saya, KKKS PT. Putindo Bintech di WK Blok Buton-1 telah selesai melaksanakan semua komitmen 2D seismik sampai komitmen eksplorasi selesai (6 tahun pertama). Sedangkan komitmen pasti pengeboran sedang dikerjakan. Untuk penjelasan lebih lanjut dan detail, silakan langsung menghubungi KKKS tersebut dan BPMIGAS. Demikian dan harap maklum. Salam NPA # 3005 2012/11/20 kartiko samodro > Setuju Pak Awang... > > di daerah offshore dekat pantai timur pulau buton di daerah teluknya. > kalau ada seismic tentu akan lebih mudah mengetahui lead yang ada > sekitar situ dimana sealnya kemungkinan masih belum bocor dan kalaupun > ada sedimentasi akan banyak terkonsentrasi di disitu. > > kalau saya lihat blok Buton I yang meliputi pantai timur buton di > pegang oleh Putindo Bintech 100%. Apakah ada rencana shot seismic atau > drilling dalam komitmennya? > > On 11/19/12, Awang Satyana wrote: > > Kartiko, > > > > Buat saya, Buton onshore lebih prospek walaupun strukturnya sangat > kompleks. > > Buton offshore ke arah Wakatobi tipis sedimennya buat elemen2 dan proses2 > > petroleum system berjalan efektif. Ada beberapa struktur ekstensi di > > Kalisusu Bay dekat Buton onshore, sedimen di sini mungkin masih cukup > tebal, > > tetapi semakin jauh ke timur semakin tipis sedimennya. > > > > Salam, > > Awang > > > > PP-IAGI 2011-2014: > Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com > Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com > > > "JCM HAGI-IAGI 2013 MEDAN, 28-31 Oktober 2013" > > > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > For topics not directly related to Geology, users are advised to post the > email to: o...@iagi.or.id > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: > Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta > No. Rek: 123 0085005314 > Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) > Bank BCA KCP. Manara Mulia > No. Rekening: 255-1088580 > A/n: Shinta Damayanti > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > - > DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information > posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event > shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to > direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting > from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the > use of any information posted on IAGI mailing list. > - > >
Re: Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Setuju Pak Awang... di daerah offshore dekat pantai timur pulau buton di daerah teluknya. kalau ada seismic tentu akan lebih mudah mengetahui lead yang ada sekitar situ dimana sealnya kemungkinan masih belum bocor dan kalaupun ada sedimentasi akan banyak terkonsentrasi di disitu. kalau saya lihat blok Buton I yang meliputi pantai timur buton di pegang oleh Putindo Bintech 100%. Apakah ada rencana shot seismic atau drilling dalam komitmennya? On 11/19/12, Awang Satyana wrote: > Kartiko, > > Buat saya, Buton onshore lebih prospek walaupun strukturnya sangat kompleks. > Buton offshore ke arah Wakatobi tipis sedimennya buat elemen2 dan proses2 > petroleum system berjalan efektif. Ada beberapa struktur ekstensi di > Kalisusu Bay dekat Buton onshore, sedimen di sini mungkin masih cukup tebal, > tetapi semakin jauh ke timur semakin tipis sedimennya. > > Salam, > Awang PP-IAGI 2011-2014: Ketua Umum: Rovicky Dwi Putrohari, rovicky[at]gmail.com Sekjen: Senoaji, ajiseno[at]ymail.com "JCM HAGI-IAGI 2013 MEDAN, 28-31 Oktober 2013" To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id For topics not directly related to Geology, users are advised to post the email to: o...@iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
nnya adalah: > #1-tidak hanya terfokus pada Tersier closure (seperti skenario di atas) > #2- mengetes prospek lain (jika ada) yg ketebalan imbrikasinya relatif > tipis (kalau cukup jelas dari seismik) dengan harapan cepat mencapai target > Cretaceous lmst nya. > #3- mengetes downthrown blok yang bisa jadi ada 3-way closure against > fault di situ. > > Dengan masih adanya kemungkinan-kemungkinan lain tsb, apakah keputusan > untuk mengubah target ini tidak terlalu dini menurut pak Awang? > > HC yang sebelumnya diharapkan mengisi Cretaceous Lmst ini apakah > terrestrial Tondo SR berumur Tersier atau marine shale Winto Fm berumur > Trias atau possibly kombinasi? > > Mohon pencerahannya pak. Terimakasih. > > > Salam, > Andi. > Powered by VulsaQu® > -- > *From: * Awang Satyana > *Date: *Mon, 19 Nov 2012 23:58:03 +0800 (SGT) > *To: *IAGI > *ReplyTo: * > *Cc: *Forum HAGI; Geo Unpad; > Eksplorasi BPMIGAS > *Subject: *Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi > > Pak Taufik, > > Terima kasih atas cerita pengalaman Buton-nya. Bisa disebutkan eksplorasi > di Buton masih menantang, sebagian besar karena sulitnya imaging seismik di > wilayah ini. Generasi minyak sudah terjadi, baik dari batuan induk Winto > (Triassic marine shale) yang juga menjadi batuan induk untuk minyak yang > kemudian terbiodegradasi jadi aspal di Buton, juga dari batuan induk > Paleogen/Neogen Tondo (terrestrial source rocks). Elemen dan proses > petroleum system yang lain pun sudah berjalan, hanya caprock yang perlu > dikaji lebih jauh dan dicari yang masih utuh. Struktur2 yang tak terlalu > kompleks bisa menjadi target, sebab struktur2 yang terlalu kompleks umumnya > sudah hilang caprock-nya. > > Wakatobi -wangi2-kaledupa-tomeo-binongko sering dimasukkan ke dalam > mikrokontinen Tukang Besi karena kebetulan di Binongko terdapat para > perajin pandai besi (tukang besi). Menurut Davidson (1991), mikrokontinen > Tukang Besi ini membentur mikrokontinen Buton. Tetapi kajian lebih lanjut > berdasarkan data gravity dan data seismik geomarin yang lebih baru ( saya > publikasi di pertemuan IPA, 2011), mengindikasi bahwa mikrokontinen Tukang > Besi bukan membentur Tukang Besi (sebab tak ada bukti suture-nya, juga di > antara kepulauan Wakatobi dan Buton tak ada struktur kompresif benturan). > Justru yang ada adalah struktur ekstensi. Jadi saya menafsirkan hal yang > berlainan dengan Davidson (1991), yaitu bahwa Tukang Besi bukanlah > mikrokontinen tersendiri, melainkan satu kesatuan dengan Buton. Saat Buton > membentur Sulawesi Tenggara, Buton berada pada bagian collision front-nya, > sangat kompresif, lalu ke arah timur, Tukang Besi justru mengalami > post-collision escape sehingga membentuk struktur2 ektensi. Hal itu terjadi > juga pada benturan Banggai-Sula (Garrard, 1988). > > Apakah Wakatobi membentur Buton atau justru menjauhinya akan sangat > berpengaruh kepada petroleum geology wilayah ini. Menurut hemat saya, > Wakatobi justru menjauhi Buton karena kompensasi isostatik pascabenturan, > bukan membenturnya seperti umum diketahui orang berdasarkan Davidson (1991) > > Salam, > Awang > > -- > * From: * Taufik Manan ; > * To: * ; > * Cc: * Awang Satyana ; Taufik Manan < > taufik.ma...@gmail.com>; > * Subject: * [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi > * Sent: * Mon, Nov 19, 2012 9:26:10 AM > > Pak Awang dan juga rekan seprofesi, > > Saya sangat sependapat dengan analisa teknis Pak Awang tentang Petroleum > System di Buton. Kebetulan antara tahun 2010 sd pertengahan 2012, saya > bekerja di salah satu KKKS di Buton. Kita pernah diskusi bareng untuk > potensi sumberdaya migas di sana. > > Yang masih saya ingat di Buton adalah "Petroleum System"nya sudah relatif > lengkap namun masih perlu analisa lebih detail tentang Patahan dan > "Sealing"nya disamping analisa geokimia lanjutan dari "oil seeps" yang > tersebar di P. Buton dan sekitarnya. > > Kendala data G&G yang saya temui di sana adalah kualitas data seismik yang > umumnya kualitasnya "poor to fair" dan memakai parameter (vintage) tahun > 1980 dan 1990 khususnya ketika dulu Conoco beroperasi di area Buton dan > Muna. Sedangkan survei seismik untuk mendapatkan data "Signal / Noise" yang > baik, sulit didapat karena kondisi medan operasional. Mungkin rekan2 yang > pernah kerja di Conoco (sekitar tahun 80-90) dan Japex (2007-sekarang) > dapat sharing pengalaman di sini. Sedangkan data 2D seismik lautnya cukup > baik dan dapat membuktikan adanya "depocenter" di Buton. > > Menurut saya tantangan eksplorasi di Buton dan sekitarnya masih menarik > dan banyaknya singkapan aspal dapat men
Re: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Pak Awang, Pak Taufik. Terima kasih atas sharingnya ttg eksplorasi di Buton yang menarik ini. Saya mengasumsikan bhw saat pre-drill sumur Benteng-1 tsb operator mengharapkan adanya closure di level Cretaceous akibat fault/fold/kombinasi. Ternyata hasil post-drill menunjukkan (dari penjelasan pak Awang sebelumnya) bahwa: *Terdapat thrust sheet yang berulang pd Fm. Tondo berumur Tersier akibat thin-skinned tectonic shg primary objectif yi Cretaceous Tobelo Lmst tidak dicapai. *Target Cretaceous kini harus digeser ke target Tertiary Tondo Lmst yang terrestrial SRnya sudah mengindikasikan adanya penggenerasian minyak ringan. Jika pemahaman saya betul maka saya membayangkan bahwa adanya imbrikasi yang hanya ditemui pada lapisan Tersier Tondo dan tidak mempengaruhi lapisan Cretaceous Lmst tersebut bisa mengindikasikan salah satunya krn terdapatnya bidang gelincir (detachment surface) yang kemungkinan besar terletak di antara Tersier dan Cretaceous Lmst. tersebut, possibly di atas Early Tertiary shale atau Late Cretaceous shale. Jika benar seperti ini maka meskipun ada closure di level Tersier (yg terpetakan dari seismik) menurut saya bisa jadi tidak harus ada di level Cretaceous Lmst. Dan bisa jadi pula bahwa sumbu closure di level Cretaceous ini (jika ada) sama sekali tidak paralel dgn sumbu closure di level Tersier (misalnya krn kompresi multifase). Selain itu, beberapa kemungkinan/skenario lainnya adalah: #1-tidak hanya terfokus pada Tersier closure (seperti skenario di atas) #2- mengetes prospek lain (jika ada) yg ketebalan imbrikasinya relatif tipis (kalau cukup jelas dari seismik) dengan harapan cepat mencapai target Cretaceous lmst nya. #3- mengetes downthrown blok yang bisa jadi ada 3-way closure against fault di situ. Dengan masih adanya kemungkinan-kemungkinan lain tsb, apakah keputusan untuk mengubah target ini tidak terlalu dini menurut pak Awang? HC yang sebelumnya diharapkan mengisi Cretaceous Lmst ini apakah terrestrial Tondo SR berumur Tersier atau marine shale Winto Fm berumur Trias atau possibly kombinasi? Mohon pencerahannya pak. Terimakasih. Salam, Andi. Powered by VulsaQu® -Original Message- From: Awang Satyana Date: Mon, 19 Nov 2012 23:58:03 To: IAGI Reply-To: Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Pak Taufik, Terima kasih atas cerita pengalaman Buton-nya. Bisa disebutkan eksplorasi di Buton masih menantang, sebagian besar karena sulitnya imaging seismik di wilayah ini. Generasi minyak sudah terjadi, baik dari batuan induk Winto (Triassic marine shale) yang juga menjadi batuan induk untuk minyak yang kemudian terbiodegradasi jadi aspal di Buton, juga dari batuan induk Paleogen/Neogen Tondo (terrestrial source rocks). Elemen dan proses petroleum system yang lain pun sudah berjalan, hanya caprock yang perlu dikaji lebih jauh dan dicari yang masih utuh. Struktur2 yang tak terlalu kompleks bisa menjadi target, sebab struktur2 yang terlalu kompleks umumnya sudah hilang caprock-nya. Wakatobi -wangi2-kaledupa-tomeo-binongko sering dimasukkan ke dalam mikrokontinen Tukang Besi karena kebetulan di Binongko terdapat para perajin pandai besi (tukang besi). Menurut Davidson (1991), mikrokontinen Tukang Besi ini membentur mikrokontinen Buton. Tetapi kajian lebih lanjut berdasarkan data gravity dan data seismik geomarin yang lebih baru ( saya publikasi di pertemuan IPA, 2011), mengindikasi bahwa mikrokontinen Tukang Besi bukan membentur Tukang Besi (sebab tak ada bukti suture-nya, juga di antara kepulauan Wakatobi dan Buton tak ada struktur kompresif benturan). Justru yang ada adalah struktur ekstensi. Jadi saya menafsirkan hal yang berlainan dengan Davidson (1991), yaitu bahwa Tukang Besi bukanlah mikrokontinen tersendiri, melainkan satu kesatuan dengan Buton. Saat Buton membentur Sulawesi Tenggara, Buton berada pada bagian collision front-nya, sangat kompresif, lalu ke arah timur, Tukang Besi justru mengalami post-collision escape sehingga membentuk struktur2 ektensi. Hal itu terjadi juga pada benturan Banggai-Sula (Garrard, 1988). Apakah Wakatobi membentur Buton atau justru menjauhinya akan sangat berpengaruh kepada petroleum geology wilayah ini. Menurut hemat saya, Wakatobi justru menjauhi Buton karena kompensasi isostatik pascabenturan, bukan membenturnya seperti umum diketahui orang berdasarkan Davidson (1991) Salam, Awang
Bls: Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Kartiko, Buat saya, Buton onshore lebih prospek walaupun strukturnya sangat kompleks. Buton offshore ke arah Wakatobi tipis sedimennya buat elemen2 dan proses2 petroleum system berjalan efektif. Ada beberapa struktur ekstensi di Kalisusu Bay dekat Buton onshore, sedimen di sini mungkin masih cukup tebal, tetapi semakin jauh ke timur semakin tipis sedimennya. Salam, Awang
Bls: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Pak Taufik, Terima kasih atas cerita pengalaman Buton-nya. Bisa disebutkan eksplorasi di Buton masih menantang, sebagian besar karena sulitnya imaging seismik di wilayah ini. Generasi minyak sudah terjadi, baik dari batuan induk Winto (Triassic marine shale) yang juga menjadi batuan induk untuk minyak yang kemudian terbiodegradasi jadi aspal di Buton, juga dari batuan induk Paleogen/Neogen Tondo (terrestrial source rocks). Elemen dan proses petroleum system yang lain pun sudah berjalan, hanya caprock yang perlu dikaji lebih jauh dan dicari yang masih utuh. Struktur2 yang tak terlalu kompleks bisa menjadi target, sebab struktur2 yang terlalu kompleks umumnya sudah hilang caprock-nya. Wakatobi -wangi2-kaledupa-tomeo-binongko sering dimasukkan ke dalam mikrokontinen Tukang Besi karena kebetulan di Binongko terdapat para perajin pandai besi (tukang besi). Menurut Davidson (1991), mikrokontinen Tukang Besi ini membentur mikrokontinen Buton. Tetapi kajian lebih lanjut berdasarkan data gravity dan data seismik geomarin yang lebih baru ( saya publikasi di pertemuan IPA, 2011), mengindikasi bahwa mikrokontinen Tukang Besi bukan membentur Tukang Besi (sebab tak ada bukti suture-nya, juga di antara kepulauan Wakatobi dan Buton tak ada struktur kompresif benturan). Justru yang ada adalah struktur ekstensi. Jadi saya menafsirkan hal yang berlainan dengan Davidson (1991), yaitu bahwa Tukang Besi bukanlah mikrokontinen tersendiri, melainkan satu kesatuan dengan Buton. Saat Buton membentur Sulawesi Tenggara, Buton berada pada bagian collision front-nya, sangat kompresif, lalu ke arah timur, Tukang Besi justru mengalami post-collision escape sehingga membentuk struktur2 ektensi. Hal itu terjadi juga pada benturan Banggai-Sula (Garrard, 1988). Apakah Wakatobi membentur Buton atau justru menjauhinya akan sangat berpengaruh kepada petroleum geology wilayah ini. Menurut hemat saya, Wakatobi justru menjauhi Buton karena kompensasi isostatik pascabenturan, bukan membenturnya seperti umum diketahui orang berdasarkan Davidson (1991) Salam, Awang
Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Logika geologi saja pak, asal batunya dari mana dicoba cari yang belum bertumpukan. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: kartiko samodro Date: Mon, 19 Nov 2012 17:13:08 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi kalau daerah agak di offshorenya bagaimana pak ? apakah ok secara petroleum system dan ada indikasi trapping yang terlihat di seismicnya ? 2012/11/19 Taufik Manan > Pak Awang dan juga rekan seprofesi, > > Saya sangat sependapat dengan analisa teknis Pak Awang tentang Petroleum > System di Buton. Kebetulan antara tahun 2010 sd pertengahan 2012, saya > bekerja di salah satu KKKS di Buton. Kita pernah diskusi bareng untuk > potensi sumberdaya migas di sana. > > Yang masih saya ingat di Buton adalah "Petroleum System"nya sudah relatif > lengkap namun masih perlu analisa lebih detail tentang Patahan dan > "Sealing"nya disamping analisa geokimia lanjutan dari "oil seeps" yang > tersebar di P. Buton dan sekitarnya. > > Kendala data G&G yang saya temui di sana adalah kualitas data seismik yang > umumnya kualitasnya "poor to fair" dan memakai parameter (vintage) tahun > 1980 dan 1990 khususnya ketika dulu Conoco beroperasi di area Buton dan > Muna. Sedangkan survei seismik untuk mendapatkan data "Signal / Noise" yang > baik, sulit didapat karena kondisi medan operasional. Mungkin rekan2 yang > pernah kerja di Conoco (sekitar tahun 80-90) dan Japex (2007-sekarang) > dapat sharing pengalaman di sini. Sedangkan data 2D seismik lautnya cukup > baik dan dapat membuktikan adanya "depocenter" di Buton. > > Menurut saya tantangan eksplorasi di Buton dan sekitarnya masih menarik > dan banyaknya singkapan aspal dapat menjadi "kunci" faktor pencarian sumber > daya migas di sana. Semoga berjaya eksplorasi di Buton. > > Khusus mengenai Wakatobi yang menurut beberapa rekan yang pernah ke sana, > lebih bagus daripada Bunaken di Sulut, sudah banyak resort dan penerbangan > ke sana. Area Wakatobi, setahu saya masuk area salah satu KKKS di sana > namun kelihatannya sulit dilakukan eksplorasi di sana karena statusnya > adalah "Taman Laut Nasional yang dilindungi" meskipun dari data seismik > regional dan gravity regional menyimpulkan kemungkinan adanya "closure" di > sana. > > Selamat bereksplorasi dan sekaligus berwisata ke Indonesia Timur yang > masih asri alamnya. > Jadi "sambil menyelam / diving kita belajar potensi sumberdaya migas" > > > NPA # 3005 > > > > > 2012/11/19 Awang Satyana > >> Ferry,** >> >> ** ** >> >> Bu Nuning memng betul. Benteng-1 dry hole with oil show. Sebuah konsultan >> di pertemuan AAPG yang lalu di Singapore menyatakan sumur ini big >> discovery. Hm…sangat misleading, hati-hati mengambil datanya. >> >> ** ** >> >> Target Cretaceous Tobelo limestone tak tercapai karena sumur menembus >> thrust sheets Formasi Tondo (Tersier) yang tebal dan berulang-ulang. Sumur >> sudah diperdalam melebihi program TD dan tetap berakhir di Tondo. Tetapi di >> salah satu limestone beds di dalam Tondo ditemukan light oil show yang >> berbeda dengan karakter oil dari Triassic Winto. Sumur Benteng-1 menjadi >> pelajaran bahwa mengebor di wilayah thrust sheets, lebih-lebih lagi bermain >> dengan thin-skinned tectonics akibat collision sungguh tak mudah. Dari >> semula Japex dan BPMIGAS juga sudah menduga bahwa problem struktur akan >> terjadi di sini karena data seismic yang buruk akibat bermain di wilayah >> dengan deformasi sangat kuat dan banyak lapisan batugamping di permukaan. >> Usaha2 untuk advanced reprocessing tak berhasil menambah kualitas imaging >> seismic. Tetapi sumur harus dibor untuk membktikan play di wilayah ini. >> Target Tobelo kini harus digeser ke target Tondo yang serpihnya sudah >> menggenerasikan minyak ringan khas terrestrial. >> >> ** ** >> >> Wilayah Buton sudah terbukti petroleum system-nya, lapangan2 aspal yang >> besar itu adalah buktinya. Paper saya terbaru (2011) untuk pertemuan >> economic geology Sulawesi membahas geologi dan geokimia lapangan aspal ini. >> Aspal ini definitive produk biodegradasi dari hilangnya caprock di >> perangkap yang ada. Extract analysis pada asphaltene fraction definitive >> batuan induknya berasal dari marine sources Winto shales. Yang harus dicari >> di sini adalah trap yang masih bagus yang masih punya caprock. Tetapi Buton >> adalah wilayah collision, dan itu sangat menyulitkan imaging strukturnya. >> >> >> ** ** >> >> Salam, >> Awang >> >> --- Pada *Sen, 19/11/12, nugra
Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Mbak Nuning, Saya sangat menghargai perhatian Ibu untuk data G&G Buton, terutama survei aerogravity dan aeromagnet. Namun kalau tidak salah data tersebut didapat dari survei oleh Japex di Blok Buton. Ini saya ketahui ketika sempat ikut data room blok ini tahun 2010 dengan Premier Oil. Mengenai hasil pemetaannya, silakan menghubungi Japex. Sedangkan untuk peta aerogravity regional Buton dan kepulauan sekitarnya, pernah kami analisa dari data P3G Bandung. Hasil analisa gravity ini sangat menunjang peta interpretasi seismik. Menurut saya, dengan kendala operasional yang berat untuk lakukan seismik darat di Buton, alternatifnya dapat dilakukan beberapa metode unconventional survey G&G, seperti passive seismik, GMT dll. Sementara itu dulu, hal yang masih saya ingat ketika sempat menganalisa potensi sumberdaya migas di Buton dan sekitarnya. Salam eksplorasi Buton NPA # 3005 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: nugraha...@yahoo.com Date: Mon, 19 Nov 2012 11:20:51 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Kalo gak salah ingat, ada data survey aerogravity dan aeromagnetik juga deh di blok Buton ini. Salam, Nuning Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: taufik.ma...@gmail.com Date: Mon, 19 Nov 2012 11:05:38 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Pak Kartiko, Terima kasih atas atensinya. Dengan kualitas data seismik yang lebih baik (fair to good dengan PSTM) ada beberapa "leads" di "offshore" yang lebih baik terutama trapping dan analisa seismik atribut yang potensial meski tetap perlu analisa lebih detail tentang "fault (sealing/leaking), seal and geochemistry". Namun kendala operations yang ada yaitu laut dalam dan taman laut nasional (Wakatobi). Untuk itu, perlu operations (well) cost yang tinggi dan perusahaan yang punya pengalaman di laut dalam serta kendala status izin operasional di taman nasional laut (Wakatobi). Dimana secara hukum, tidak boleh ada aktifitas eksplorasi selain kawasan ekosistem laut dan pariwisata. Demikian informasi yang bisa saya sharing di sini. Salam Buton - Wakatobi NPA # 3005 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: kartiko samodro Date: Mon, 19 Nov 2012 17:13:08 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi kalau daerah agak di offshorenya bagaimana pak ? apakah ok secara petroleum system dan ada indikasi trapping yang terlihat di seismicnya ? 2012/11/19 Taufik Manan > Pak Awang dan juga rekan seprofesi, > > Saya sangat sependapat dengan analisa teknis Pak Awang tentang Petroleum > System di Buton. Kebetulan antara tahun 2010 sd pertengahan 2012, saya > bekerja di salah satu KKKS di Buton. Kita pernah diskusi bareng untuk > potensi sumberdaya migas di sana. > > Yang masih saya ingat di Buton adalah "Petroleum System"nya sudah relatif > lengkap namun masih perlu analisa lebih detail tentang Patahan dan > "Sealing"nya disamping analisa geokimia lanjutan dari "oil seeps" yang > tersebar di P. Buton dan sekitarnya. > > Kendala data G&G yang saya temui di sana adalah kualitas data seismik yang > umumnya kualitasnya "poor to fair" dan memakai parameter (vintage) tahun > 1980 dan 1990 khususnya ketika dulu Conoco beroperasi di area Buton dan > Muna. Sedangkan survei seismik untuk mendapatkan data "Signal / Noise" yang > baik, sulit didapat karena kondisi medan operasional. Mungkin rekan2 yang > pernah kerja di Conoco (sekitar tahun 80-90) dan Japex (2007-sekarang) > dapat sharing pengalaman di sini. Sedangkan data 2D seismik lautnya cukup > baik dan dapat membuktikan adanya "depocenter" di Buton. > > Menurut saya tantangan eksplorasi di Buton dan sekitarnya masih menarik > dan banyaknya singkapan aspal dapat menjadi "kunci" faktor pencarian sumber > daya migas di sana. Semoga berjaya eksplorasi di Buton. > > Khusus mengenai Wakatobi yang menurut beberapa rekan yang pernah ke sana, > lebih bagus daripada Bunaken di Sulut, sudah banyak resort dan penerbangan > ke sana. Area Wakatobi, setahu saya masuk area salah satu KKKS di sana > namun kelihatannya sulit dilakukan eksplorasi di sana karena statusnya > adalah "Taman Laut Nasional yang dilindungi" meskipun dari data seismik > regional dan gravity regional menyimpulkan kemungkinan adanya "closure" di > sana. > > Selamat bereksplorasi dan sekaligus berwisata ke Indonesia Timur yang > masih asri alamnya. > Jadi "sambil menyelam / diving kita belajar potensi sumberdaya migas" > > > NPA # 3005 > > > > > 2012/11/19 Awang Satyana > >> Ferry,** >> >> ** ** >> >> Bu Nuning memng betul. Benteng-1 dry hole with o
Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Kalo gak salah ingat, ada data survey aerogravity dan aeromagnetik juga deh di blok Buton ini. Salam, Nuning Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: taufik.ma...@gmail.com Date: Mon, 19 Nov 2012 11:05:38 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi Pak Kartiko, Terima kasih atas atensinya. Dengan kualitas data seismik yang lebih baik (fair to good dengan PSTM) ada beberapa "leads" di "offshore" yang lebih baik terutama trapping dan analisa seismik atribut yang potensial meski tetap perlu analisa lebih detail tentang "fault (sealing/leaking), seal and geochemistry". Namun kendala operations yang ada yaitu laut dalam dan taman laut nasional (Wakatobi). Untuk itu, perlu operations (well) cost yang tinggi dan perusahaan yang punya pengalaman di laut dalam serta kendala status izin operasional di taman nasional laut (Wakatobi). Dimana secara hukum, tidak boleh ada aktifitas eksplorasi selain kawasan ekosistem laut dan pariwisata. Demikian informasi yang bisa saya sharing di sini. Salam Buton - Wakatobi NPA # 3005 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: kartiko samodro Date: Mon, 19 Nov 2012 17:13:08 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi kalau daerah agak di offshorenya bagaimana pak ? apakah ok secara petroleum system dan ada indikasi trapping yang terlihat di seismicnya ? 2012/11/19 Taufik Manan > Pak Awang dan juga rekan seprofesi, > > Saya sangat sependapat dengan analisa teknis Pak Awang tentang Petroleum > System di Buton. Kebetulan antara tahun 2010 sd pertengahan 2012, saya > bekerja di salah satu KKKS di Buton. Kita pernah diskusi bareng untuk > potensi sumberdaya migas di sana. > > Yang masih saya ingat di Buton adalah "Petroleum System"nya sudah relatif > lengkap namun masih perlu analisa lebih detail tentang Patahan dan > "Sealing"nya disamping analisa geokimia lanjutan dari "oil seeps" yang > tersebar di P. Buton dan sekitarnya. > > Kendala data G&G yang saya temui di sana adalah kualitas data seismik yang > umumnya kualitasnya "poor to fair" dan memakai parameter (vintage) tahun > 1980 dan 1990 khususnya ketika dulu Conoco beroperasi di area Buton dan > Muna. Sedangkan survei seismik untuk mendapatkan data "Signal / Noise" yang > baik, sulit didapat karena kondisi medan operasional. Mungkin rekan2 yang > pernah kerja di Conoco (sekitar tahun 80-90) dan Japex (2007-sekarang) > dapat sharing pengalaman di sini. Sedangkan data 2D seismik lautnya cukup > baik dan dapat membuktikan adanya "depocenter" di Buton. > > Menurut saya tantangan eksplorasi di Buton dan sekitarnya masih menarik > dan banyaknya singkapan aspal dapat menjadi "kunci" faktor pencarian sumber > daya migas di sana. Semoga berjaya eksplorasi di Buton. > > Khusus mengenai Wakatobi yang menurut beberapa rekan yang pernah ke sana, > lebih bagus daripada Bunaken di Sulut, sudah banyak resort dan penerbangan > ke sana. Area Wakatobi, setahu saya masuk area salah satu KKKS di sana > namun kelihatannya sulit dilakukan eksplorasi di sana karena statusnya > adalah "Taman Laut Nasional yang dilindungi" meskipun dari data seismik > regional dan gravity regional menyimpulkan kemungkinan adanya "closure" di > sana. > > Selamat bereksplorasi dan sekaligus berwisata ke Indonesia Timur yang > masih asri alamnya. > Jadi "sambil menyelam / diving kita belajar potensi sumberdaya migas" > > > NPA # 3005 > > > > > 2012/11/19 Awang Satyana > >> Ferry,** >> >> ** ** >> >> Bu Nuning memng betul. Benteng-1 dry hole with oil show. Sebuah konsultan >> di pertemuan AAPG yang lalu di Singapore menyatakan sumur ini big >> discovery. Hm…sangat misleading, hati-hati mengambil datanya. >> >> ** ** >> >> Target Cretaceous Tobelo limestone tak tercapai karena sumur menembus >> thrust sheets Formasi Tondo (Tersier) yang tebal dan berulang-ulang. Sumur >> sudah diperdalam melebihi program TD dan tetap berakhir di Tondo. Tetapi di >> salah satu limestone beds di dalam Tondo ditemukan light oil show yang >> berbeda dengan karakter oil dari Triassic Winto. Sumur Benteng-1 menjadi >> pelajaran bahwa mengebor di wilayah thrust sheets, lebih-lebih lagi bermain >> dengan thin-skinned tectonics akibat collision sungguh tak mudah. Dari >> semula Japex dan BPMIGAS juga sudah menduga bahwa problem struktur akan >> terjadi di sini karena data seismic yang buruk akibat bermain di wilayah >> dengan deformasi sangat kuat dan banyak lapisan batugamping di permukaan. >> Usaha2 untuk advanced reprocessing tak berhasil menambah kualit
Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Pak Kartiko, Terima kasih atas atensinya. Dengan kualitas data seismik yang lebih baik (fair to good dengan PSTM) ada beberapa "leads" di "offshore" yang lebih baik terutama trapping dan analisa seismik atribut yang potensial meski tetap perlu analisa lebih detail tentang "fault (sealing/leaking), seal and geochemistry". Namun kendala operations yang ada yaitu laut dalam dan taman laut nasional (Wakatobi). Untuk itu, perlu operations (well) cost yang tinggi dan perusahaan yang punya pengalaman di laut dalam serta kendala status izin operasional di taman nasional laut (Wakatobi). Dimana secara hukum, tidak boleh ada aktifitas eksplorasi selain kawasan ekosistem laut dan pariwisata. Demikian informasi yang bisa saya sharing di sini. Salam Buton - Wakatobi NPA # 3005 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: kartiko samodro Date: Mon, 19 Nov 2012 17:13:08 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi kalau daerah agak di offshorenya bagaimana pak ? apakah ok secara petroleum system dan ada indikasi trapping yang terlihat di seismicnya ? 2012/11/19 Taufik Manan > Pak Awang dan juga rekan seprofesi, > > Saya sangat sependapat dengan analisa teknis Pak Awang tentang Petroleum > System di Buton. Kebetulan antara tahun 2010 sd pertengahan 2012, saya > bekerja di salah satu KKKS di Buton. Kita pernah diskusi bareng untuk > potensi sumberdaya migas di sana. > > Yang masih saya ingat di Buton adalah "Petroleum System"nya sudah relatif > lengkap namun masih perlu analisa lebih detail tentang Patahan dan > "Sealing"nya disamping analisa geokimia lanjutan dari "oil seeps" yang > tersebar di P. Buton dan sekitarnya. > > Kendala data G&G yang saya temui di sana adalah kualitas data seismik yang > umumnya kualitasnya "poor to fair" dan memakai parameter (vintage) tahun > 1980 dan 1990 khususnya ketika dulu Conoco beroperasi di area Buton dan > Muna. Sedangkan survei seismik untuk mendapatkan data "Signal / Noise" yang > baik, sulit didapat karena kondisi medan operasional. Mungkin rekan2 yang > pernah kerja di Conoco (sekitar tahun 80-90) dan Japex (2007-sekarang) > dapat sharing pengalaman di sini. Sedangkan data 2D seismik lautnya cukup > baik dan dapat membuktikan adanya "depocenter" di Buton. > > Menurut saya tantangan eksplorasi di Buton dan sekitarnya masih menarik > dan banyaknya singkapan aspal dapat menjadi "kunci" faktor pencarian sumber > daya migas di sana. Semoga berjaya eksplorasi di Buton. > > Khusus mengenai Wakatobi yang menurut beberapa rekan yang pernah ke sana, > lebih bagus daripada Bunaken di Sulut, sudah banyak resort dan penerbangan > ke sana. Area Wakatobi, setahu saya masuk area salah satu KKKS di sana > namun kelihatannya sulit dilakukan eksplorasi di sana karena statusnya > adalah "Taman Laut Nasional yang dilindungi" meskipun dari data seismik > regional dan gravity regional menyimpulkan kemungkinan adanya "closure" di > sana. > > Selamat bereksplorasi dan sekaligus berwisata ke Indonesia Timur yang > masih asri alamnya. > Jadi "sambil menyelam / diving kita belajar potensi sumberdaya migas" > > > NPA # 3005 > > > > > 2012/11/19 Awang Satyana > >> Ferry,** >> >> ** ** >> >> Bu Nuning memng betul. Benteng-1 dry hole with oil show. Sebuah konsultan >> di pertemuan AAPG yang lalu di Singapore menyatakan sumur ini big >> discovery. Hm…sangat misleading, hati-hati mengambil datanya. >> >> ** ** >> >> Target Cretaceous Tobelo limestone tak tercapai karena sumur menembus >> thrust sheets Formasi Tondo (Tersier) yang tebal dan berulang-ulang. Sumur >> sudah diperdalam melebihi program TD dan tetap berakhir di Tondo. Tetapi di >> salah satu limestone beds di dalam Tondo ditemukan light oil show yang >> berbeda dengan karakter oil dari Triassic Winto. Sumur Benteng-1 menjadi >> pelajaran bahwa mengebor di wilayah thrust sheets, lebih-lebih lagi bermain >> dengan thin-skinned tectonics akibat collision sungguh tak mudah. Dari >> semula Japex dan BPMIGAS juga sudah menduga bahwa problem struktur akan >> terjadi di sini karena data seismic yang buruk akibat bermain di wilayah >> dengan deformasi sangat kuat dan banyak lapisan batugamping di permukaan. >> Usaha2 untuk advanced reprocessing tak berhasil menambah kualitas imaging >> seismic. Tetapi sumur harus dibor untuk membktikan play di wilayah ini. >> Target Tobelo kini harus digeser ke target Tondo yang serpihnya sudah >> menggenerasikan minyak ringan khas terrestrial. >> >> ** ** >> >> Wilayah Buton sudah terbukti petroleum syste
Re: [iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
kalau daerah agak di offshorenya bagaimana pak ? apakah ok secara petroleum system dan ada indikasi trapping yang terlihat di seismicnya ? 2012/11/19 Taufik Manan > Pak Awang dan juga rekan seprofesi, > > Saya sangat sependapat dengan analisa teknis Pak Awang tentang Petroleum > System di Buton. Kebetulan antara tahun 2010 sd pertengahan 2012, saya > bekerja di salah satu KKKS di Buton. Kita pernah diskusi bareng untuk > potensi sumberdaya migas di sana. > > Yang masih saya ingat di Buton adalah "Petroleum System"nya sudah relatif > lengkap namun masih perlu analisa lebih detail tentang Patahan dan > "Sealing"nya disamping analisa geokimia lanjutan dari "oil seeps" yang > tersebar di P. Buton dan sekitarnya. > > Kendala data G&G yang saya temui di sana adalah kualitas data seismik yang > umumnya kualitasnya "poor to fair" dan memakai parameter (vintage) tahun > 1980 dan 1990 khususnya ketika dulu Conoco beroperasi di area Buton dan > Muna. Sedangkan survei seismik untuk mendapatkan data "Signal / Noise" yang > baik, sulit didapat karena kondisi medan operasional. Mungkin rekan2 yang > pernah kerja di Conoco (sekitar tahun 80-90) dan Japex (2007-sekarang) > dapat sharing pengalaman di sini. Sedangkan data 2D seismik lautnya cukup > baik dan dapat membuktikan adanya "depocenter" di Buton. > > Menurut saya tantangan eksplorasi di Buton dan sekitarnya masih menarik > dan banyaknya singkapan aspal dapat menjadi "kunci" faktor pencarian sumber > daya migas di sana. Semoga berjaya eksplorasi di Buton. > > Khusus mengenai Wakatobi yang menurut beberapa rekan yang pernah ke sana, > lebih bagus daripada Bunaken di Sulut, sudah banyak resort dan penerbangan > ke sana. Area Wakatobi, setahu saya masuk area salah satu KKKS di sana > namun kelihatannya sulit dilakukan eksplorasi di sana karena statusnya > adalah "Taman Laut Nasional yang dilindungi" meskipun dari data seismik > regional dan gravity regional menyimpulkan kemungkinan adanya "closure" di > sana. > > Selamat bereksplorasi dan sekaligus berwisata ke Indonesia Timur yang > masih asri alamnya. > Jadi "sambil menyelam / diving kita belajar potensi sumberdaya migas" > > > NPA # 3005 > > > > > 2012/11/19 Awang Satyana > >> Ferry,** >> >> ** ** >> >> Bu Nuning memng betul. Benteng-1 dry hole with oil show. Sebuah konsultan >> di pertemuan AAPG yang lalu di Singapore menyatakan sumur ini big >> discovery. Hm…sangat misleading, hati-hati mengambil datanya. >> >> ** ** >> >> Target Cretaceous Tobelo limestone tak tercapai karena sumur menembus >> thrust sheets Formasi Tondo (Tersier) yang tebal dan berulang-ulang. Sumur >> sudah diperdalam melebihi program TD dan tetap berakhir di Tondo. Tetapi di >> salah satu limestone beds di dalam Tondo ditemukan light oil show yang >> berbeda dengan karakter oil dari Triassic Winto. Sumur Benteng-1 menjadi >> pelajaran bahwa mengebor di wilayah thrust sheets, lebih-lebih lagi bermain >> dengan thin-skinned tectonics akibat collision sungguh tak mudah. Dari >> semula Japex dan BPMIGAS juga sudah menduga bahwa problem struktur akan >> terjadi di sini karena data seismic yang buruk akibat bermain di wilayah >> dengan deformasi sangat kuat dan banyak lapisan batugamping di permukaan. >> Usaha2 untuk advanced reprocessing tak berhasil menambah kualitas imaging >> seismic. Tetapi sumur harus dibor untuk membktikan play di wilayah ini. >> Target Tobelo kini harus digeser ke target Tondo yang serpihnya sudah >> menggenerasikan minyak ringan khas terrestrial. >> >> ** ** >> >> Wilayah Buton sudah terbukti petroleum system-nya, lapangan2 aspal yang >> besar itu adalah buktinya. Paper saya terbaru (2011) untuk pertemuan >> economic geology Sulawesi membahas geologi dan geokimia lapangan aspal ini. >> Aspal ini definitive produk biodegradasi dari hilangnya caprock di >> perangkap yang ada. Extract analysis pada asphaltene fraction definitive >> batuan induknya berasal dari marine sources Winto shales. Yang harus dicari >> di sini adalah trap yang masih bagus yang masih punya caprock. Tetapi Buton >> adalah wilayah collision, dan itu sangat menyulitkan imaging strukturnya. >> >> >> ** ** >> >> Salam, >> Awang >> >> --- Pada *Sen, 19/11/12, nugraha...@yahoo.com *menulis: >> >> >> Dari: nugraha...@yahoo.com >> Judul: Re: [iagi-net-l] Buton (was Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar >> karena Pro Asing!) >> Kepada: iagi-net@iagi.or.id >> Tanggal: Senin, 19 November, 2012, 3:43 PM >> >> >> >> Wah, mohon maaf ya... Ternyata discovery, ya Banteng-1. Aku kurang >> updated infonya nih. Memang kepengen banget ada penemuan lagi yg komersial >> utk dikembangkan di Indonesia Timur (selain Asap di Papua). Mudah2an kita >> akan menemukannya, ya. >> >> >> Salam, >> Nuning >> >> >> >> Powered by Telkomsel BlackBerry® >> -- >> *From: *Ferry Bastaman Hakim >> *Date: *Mon, 19 Nov 2012 07:31:48 + >> *To: *iagi-net@iagi.or.id >> *ReplyTo: * >> *Subject: *[iagi-net-l] Buton (was Ketua MUI: BP Migas Mem
[iagi-net-l] Buton dan Keindahan Wakatobi
Pak Awang dan juga rekan seprofesi, Saya sangat sependapat dengan analisa teknis Pak Awang tentang Petroleum System di Buton. Kebetulan antara tahun 2010 sd pertengahan 2012, saya bekerja di salah satu KKKS di Buton. Kita pernah diskusi bareng untuk potensi sumberdaya migas di sana. Yang masih saya ingat di Buton adalah "Petroleum System"nya sudah relatif lengkap namun masih perlu analisa lebih detail tentang Patahan dan "Sealing"nya disamping analisa geokimia lanjutan dari "oil seeps" yang tersebar di P. Buton dan sekitarnya. Kendala data G&G yang saya temui di sana adalah kualitas data seismik yang umumnya kualitasnya "poor to fair" dan memakai parameter (vintage) tahun 1980 dan 1990 khususnya ketika dulu Conoco beroperasi di area Buton dan Muna. Sedangkan survei seismik untuk mendapatkan data "Signal / Noise" yang baik, sulit didapat karena kondisi medan operasional. Mungkin rekan2 yang pernah kerja di Conoco (sekitar tahun 80-90) dan Japex (2007-sekarang) dapat sharing pengalaman di sini. Sedangkan data 2D seismik lautnya cukup baik dan dapat membuktikan adanya "depocenter" di Buton. Menurut saya tantangan eksplorasi di Buton dan sekitarnya masih menarik dan banyaknya singkapan aspal dapat menjadi "kunci" faktor pencarian sumber daya migas di sana. Semoga berjaya eksplorasi di Buton. Khusus mengenai Wakatobi yang menurut beberapa rekan yang pernah ke sana, lebih bagus daripada Bunaken di Sulut, sudah banyak resort dan penerbangan ke sana. Area Wakatobi, setahu saya masuk area salah satu KKKS di sana namun kelihatannya sulit dilakukan eksplorasi di sana karena statusnya adalah "Taman Laut Nasional yang dilindungi" meskipun dari data seismik regional dan gravity regional menyimpulkan kemungkinan adanya "closure" di sana. Selamat bereksplorasi dan sekaligus berwisata ke Indonesia Timur yang masih asri alamnya. Jadi "sambil menyelam / diving kita belajar potensi sumberdaya migas" NPA # 3005 2012/11/19 Awang Satyana > Ferry,** > > ** ** > > Bu Nuning memng betul. Benteng-1 dry hole with oil show. Sebuah konsultan > di pertemuan AAPG yang lalu di Singapore menyatakan sumur ini big > discovery. Hm…sangat misleading, hati-hati mengambil datanya. > > ** ** > > Target Cretaceous Tobelo limestone tak tercapai karena sumur menembus > thrust sheets Formasi Tondo (Tersier) yang tebal dan berulang-ulang. Sumur > sudah diperdalam melebihi program TD dan tetap berakhir di Tondo. Tetapi di > salah satu limestone beds di dalam Tondo ditemukan light oil show yang > berbeda dengan karakter oil dari Triassic Winto. Sumur Benteng-1 menjadi > pelajaran bahwa mengebor di wilayah thrust sheets, lebih-lebih lagi bermain > dengan thin-skinned tectonics akibat collision sungguh tak mudah. Dari > semula Japex dan BPMIGAS juga sudah menduga bahwa problem struktur akan > terjadi di sini karena data seismic yang buruk akibat bermain di wilayah > dengan deformasi sangat kuat dan banyak lapisan batugamping di permukaan. > Usaha2 untuk advanced reprocessing tak berhasil menambah kualitas imaging > seismic. Tetapi sumur harus dibor untuk membktikan play di wilayah ini. > Target Tobelo kini harus digeser ke target Tondo yang serpihnya sudah > menggenerasikan minyak ringan khas terrestrial. > > ** ** > > Wilayah Buton sudah terbukti petroleum system-nya, lapangan2 aspal yang > besar itu adalah buktinya. Paper saya terbaru (2011) untuk pertemuan > economic geology Sulawesi membahas geologi dan geokimia lapangan aspal ini. > Aspal ini definitive produk biodegradasi dari hilangnya caprock di > perangkap yang ada. Extract analysis pada asphaltene fraction definitive > batuan induknya berasal dari marine sources Winto shales. Yang harus dicari > di sini adalah trap yang masih bagus yang masih punya caprock. Tetapi Buton > adalah wilayah collision, dan itu sangat menyulitkan imaging strukturnya.* > *** > > ** ** > > Salam, > Awang > > --- Pada *Sen, 19/11/12, nugraha...@yahoo.com *menulis: > > > Dari: nugraha...@yahoo.com > Judul: Re: [iagi-net-l] Buton (was Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar > karena Pro Asing!) > Kepada: iagi-net@iagi.or.id > Tanggal: Senin, 19 November, 2012, 3:43 PM > > > > Wah, mohon maaf ya... Ternyata discovery, ya Banteng-1. Aku kurang updated > infonya nih. Memang kepengen banget ada penemuan lagi yg komersial utk > dikembangkan di Indonesia Timur (selain Asap di Papua). Mudah2an kita akan > menemukannya, ya. > > > Salam, > Nuning > > > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > -- > *From: *Ferry Bastaman Hakim > *Date: *Mon, 19 Nov 2012 07:31:48 + > *To: *iagi-net@iagi.or.id > *ReplyTo: * > *Subject: *[iagi-net-l] Buton (was Ketua MUI: BP Migas Memang Harus Bubar > karena Pro Asing!) > > Bu Nuning, > > > > Benteng-1 nya Japex bukannya Oil discovery? > > Setahu saya Buton ini salah satu frontier area yang cukup menjanjikan di > 2012 ini. Paling tidak bertambah lagi satu basin dgn proven working > petroleum system, tinggal di utak-atik sedikit supaya dapet