Bls: [Keuangan] PANCASILA
Kritik ini patut didengarkan dan diapresiasi. Anda benar ketika mengatakan belum terjawab, karena masih menyisakan kemungkinan untuk terjawab. Ini sebenarnya semacam imperatif untuk mengatakan 'economist as vocation'. Apa dan bagaimana ini? semua sangat tergantung para ekonom Indonesia untuk merumuskan. Teori atau hukum tentulah hasil pergulatan. Saya hanya bisa bicara normatif karena saya bukan ekonom, ya mau dipaksa dan diperah seperti apa, nggak bakalan bisa menjabarkan secara ilmiah. Tapi sebagai orang yang memiliki harapan, saya masih berharap bahwa kita mampu, soal kapan, ini proses. Karena jujur saja hidup di zaman yang hegemoninya bukan bagaimana individualitas-sosialitas berimbang tapi timpang, tentu sulit mencari sebuah jalan keluar. Mereka, para pemikir muda dg idealisme ini ada, dan kepada mereka kita bisa menaruh harap. Saya tak hendak beretorika atau berapologetik, hanya supaya fair, butuh waktu berapa lama sebuah mazhab atau ideologi baru menemukan dan merumuskan dirinya? kapitalisme sejauh kemapanannya tercermin dalam pusaran Revolusi Industri di Inggris dan jika merunut teori Weber, sudah dimulai sejak reformasi Protestan, di abad ke-16. Dan teori ekonomi klasik ke neoklasik butuh waktu satu abad lebih. Ini sekedar perspektif saya. terima kasih pras Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sen, 5 Oktober, 2009 22:09:59 Judul: Re: [Keuangan] PANCASILA At 11:40 AM 10/6/2009, you wrote: Aku jd tertarik jg comment. Menurutku semua pemikiran/konsep selalu merupakan respond terhadap tantangan jaman dan waktu. Jd, ada assumsi yg melandasi konsep tsb. Asumsi2 dasar ekonomi kapitalis, sosialis rasanya sudah jelas. Yg rasanya belum jelas ialah ekebenarnya apa sih asumsi2 ekonomi Pancasila? Bung Enda, Itu dia bagian dari pertanyaan saya sejak berhari-hari yang lewat. Pancasila itu konkritnya apa? (dan sama dengan itu - ekonomi Pancasila itu konkritnya apa?) Kayaknya masih belum terjawab. Dan kalau memang belum terjawab -- bagaimana kita bisa tahu ekonomi pancasila (apapun itu) adalah penyelesaian atas masalah ekonomi kita? Bila ternyata Pancasila tidak mendorong penegakan hukum atau meritocracy -- maka semakin berkuranglah poin untuk menyatakan bahwa ekonomi pancasila adalah resep yang tepat... Sekadar jadi gerakan moral ya silahkan saja -- tetapi sebagai agama atau doktrin ekonomi -- Pancasila rasanya sudah terlalu jauh. Pertanyaan berikutnya tentu, seberapa penting sebenarnya asumsi tsb dibawa dalam tahap operasional. [Aku sendiri pernah schock baca paper lama dari Milton Friedman The Methodology of Positive Economics, yg kurang lebih bilang bhw unrealistics assumsi dalam teori ekonomi tidaklah penting, selama teori tsb menghasilkan prediksi yg benar]. Apakah teori sdh jd agama? Salam, Enda Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/ [Non-text portions of this message have been removed]
Ekonomi Gotong Royong -- [Keuangan] PANCASILA
Barangkali soal pancasila agak jauh dari masalah ekonomi, barangkali lebih dekat kalau membahas ekonomi gotong-royong: Definisi gotong royong: An enormous inventory of highly specific and often quite intricate institutions for effecting the cooperation in work, politics, and personal relations alike, vaguely gathered under culturally charged and fairly well indefinable value-images--rukun (mutual adjustment), gotong royong (joint bearing of burdens), tolong-menolong (reciprocal assistance)--governs social interaction with a force as sovereign as it is subdued.[1] Javanese culture is stratified by social class and by level of adherence to Islam. ...Traditional Javanese culture does not emphasize material wealth. ...There is respect for those who contribute to the general village welfare over personal gain. And the spirit of gotong royong, or volunteerism, is promoted as a cultural value. Definisi diatas diambil dari wikipedia. Konsep ekonomi gotong-royong rupanya memiliki beberapa poin signifikan: 1. Joint bearing of burden, beban berat ditanggung bersama. 2. Volunteerism. sukarela/tidak dibayar 3. Tujuannya untuk mencapai 'general village welfare' Dari sini kita bisa dapat analisa bahwa partisipasi dan 'awareness' masyarakat terhadap apa yang dianggap penting bagi daerah (lokal atau kalau diperluas negara). Analisa ini mengarah pada peran negara dalam kehidupan masyarakat. Sudah menjadi debat umum tentang perlu atau tidaknya peran pemerintah. Yang mendukung peran pemerintah dalam hidup negara umumnya menunjukkan bahwa individu secara sendiri tidak bisa melakukan banyak hal dalam mengerjakan hal-hal besar, atau sebagai pemusatan energi masyarakat untuk menjaga hal-hal umum masyarakat. Dengan demikian masing-masing individu masyarakat bisa lebih berfokus pada kemampuannya masing-masing. Sementara pihak yang kontra umumnya berfokus pada kenyataan bahwa konsentrasi energi itu akan memberikan kekuasaan power pada pihak-pihak yang seharusnya menggunakan energi itu untuk kepentingan rakyat. Perdebatan ini sering dibawa pada era ekonomi, dimana pemerintah di-minta untuk menaikkan taraf hidup masyarakat. Berhubungan dengan supplier luar untuk mengolah hasil sumber daya bumi/komoditas, dan menggunakan hasilnya untuk sebaik-baik kepentingan masyarakat. Atau juga misalnya dalam hal krisis ekonomi, pemerintah diharap untuk mencari pinjaman agar proyek-proyek yang diharapkan dapat memulihkan putaran roda ekonomi bisa dijalankan (economic stimulus). Sementara pihak yang kontra pun memandang bahwa kuasa ini bisa dikorupsi. Uang rakyat masuk ke kantong orang penguasa dan bukannya digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Untuk permisalan saja, uang hasil menambang minyak, apakah harus digunakan untuk mensubsidi masyarakat ataukan menggunakan harga pasar tapi uangnya digunakan untuk membangun rumah sakit, sekolahan, atau yang lain-lainnya. Dari sini kita lihat bahwa ekonomi yang berdasarkan gotong royong ternyata melakukan terobosan dimana masyarakat bergerak sendiri (gerakan dari bawah) dimana masyakat mengenal ada suatu usaha yang perlu dilakukan untuk mencapai kesejahteraan bersama dan mereka melakukan gerakan grass-root secara sukarela. Contoh kecilnya barangkali dalam hal dukungan dana bencana alam. MAsing-masing dengan sukarela menyumbang agar penderita dapat tertolong. Konsep ini bisa diubah menjadi konsep corporate/profit seeking dimana setiap orang membayar uang premi secara rutin agar pihak yang menderita bisa ditolong lewat uang premi yang terkumpul. Konsep ini sedang diupayakan Obama untuk memperbaiki sistem kesehatan Amerika. Tentu saja sistem-sistem ini bisa memiliki 'bug' atau kelemahan. Misalnya saja dalam menyalurkan dana donasi bantuan bencana, siapa yang bisa dipercaya dan kompeten untuk mengalokasikan dana bantuan tersebut. Dalam sistem asuransi pun, prinsip gotong-royong ini juga punya masalah karena ternyata insentif profit membuat perusahaan asuransi sering mangkir dan mencari-cari alasan teknis agar mereka tidak usah membayarkannya. Jadi konsep asal gotong-royong pun secara konseptual dasarnya adalah juga dipraktikkan di luar negeri, walaupun detil-detil yang memotivasi masyarakat untuk ikut serta bisa berbeda-beda. DI Indonesia kerekatan sosial adalah sumber kekuatan gotong-royong, maka bila kita rasakan bahwa tetangga dan masing-masing pekerja semakin mengarah ke masyarakat urban yang lebih individual, maka kekuatan gotong-royong menjadi semakin lemah dan tidak bisa lagi diharapkan untuk menjadi sumber peningkatan kesejahteraan umum. Tentang bagaimana perilaku sosial masyarakat bisa direkatkan kembali, tentu bukan bidang ilmu ekonomi tapi lebih merupakan bidang ilmu sosiologi. __ Get more done like never before with Yahoo!7 Mail. Learn more: http://au.overview.mail.yahoo.com/ [Non-text
[Keuangan] Pengelolaan wilayah tertentu secara outsource oleh negara lain, mungkinkah ?
Maaf saya kurang tertarik membicarakan hal-hal yang berbau teori, baik itu ekonomi kapitalis, ekonomi komunis, ekonomi pancasila, dll. Dalam pandangan saya Teori apa pun yang bisa mewujudkan tujuan negara (di pembukaan UUD) maka bisa diterapkan sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila sbg dasar negara. Jadi kita bisa mengambil the best practises dari berbagai sistem ekonomi tersebut dimodifikasi sesuai dengan kondisi kita. Saya ingin mengemukakan wacana yang mungkin dianggap ''nyeleneh' oleh sebagian kalangan. Tapi paling tidak mudah-mudahan dari wacana nyeleneh ini bisa diperdebatkan ketemu hasil yang lebih elegan. Bagaimana bila beberapa wilayah di negeri kita yang teramat luas ini pengelolaannya dioutsourse khan saja ke negara lain ? Ini terinspirasi dari majunya Hongkong setelah dikelola Inggris (kalau tidak salah 99 tahun) sekarang sudah kembali ke China. Bila kita mengikuti cara tersebut (tentu dengan berbagai modifikasi yang elegan) maka dalam jangka waktu 50 - 100 tahun ke depan Indonesia akan memiliki puluhan wilayah seperti Hongkong. Contoh wilayah yang mungkin dioutsource Sabang, Bintan, Batam, Bitung (Sulut), Merauke, Bangka Belitung, dll. Atau bisa juga daerah yang penduduknya sangat jarang kebutuhan akan tenaga kerja di daerah yang akan dikelola asing tersebut harus di ïmpor dari daerah lain Indonesia (misal Jawa yang padat) bukan dari negara lain. Wilayah tersebut kita serahkan pengelolaannya ke negara lain dengan perjanjian yang saling menguntungkan. Bisa saja misalnya Sabang ke Inggris, Batam ke Jepang, Merauke ke Singapura, dll. Tujuannya agar kita punya perbandingan di antara negara tersebut. Kalau mau simple, serahkan saja ke penjajah baik hati yaitu Inggris, yang terbukti sudah bisa memajukan Hongkong proses pengalihan yang mulus. Dalam teknis pelaksanaanya kita harus menetapkan target tertentu ke pada negara tersebut, misalnya : 1. Dalam jangka waktu tertentu pendapatan per kapita minimal USD 30.000, jumlah jalan yg dibangun 10.000 km, pengangguran 5 %, biaya pendidikan kesehatan gratis, dll. 2. Maksimal tenaga kerja asing 5 % (misalnya), sehingga mereka harus memaksimalkan tenga kerja dari wilayah Indonesia lainnya. 3. Angka buta hurup maksimal 5 % 4. Budaya lokal tetap dipertahankan bisnis yang ada tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, misalnya Casino dilarang. 5. Ada penerimaan yang diterima Indonesia saat pertama kali perjanjian disepakati ada juga penerimaan yang diterima setiap periode tertentu. 6. Bila di daerah tersebut ada sumber daya alam (misal tambang) maka aturan mainnya beda lagi. Ditetapkan persentase bagi hasil tertentu. 7. dll. Apakah ini sama dengan menggadaikan kedaulatan kita ke negara lain ? Menurut saya tidak juga, karena negara tersebut tetap dalam wilayah NKRI. Kalau pun pengelolaannya diserahkan ke negara lain, tapi sudah berdasarkan analisis perjanjian yang bisa membawa manfaat baik bagi penduduk daerah tersebut maupun Indonesia keseluruhan. Sebagai perbandingan ekstrim dengan kondisi sekarang, misalnya daerah Papua yang kaya tambang, pemerintah pusat daerah menerima banyak pendapatan tapi hasilnya, penduduk Papua masih terbelakang. Ini cara simple kita untuk mengembangkan wilayah Indonesia yang luas masih banyak yang penduduknya sangat jarang. Khawatir terlalu panjang, sampai disini dulu pendahuluannya. Any comment ? Rgds, Falah [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Lowongan
A fast growing PMA Food Industry, Producing Market Leader bakery product located in Cikarang is currently seeking talented, high motivated young people to fill the following position : Internal Auditor Manager Requirement : - Male / Female, max 40 years old - Min S1 graduated (Finance / Accounting) with min GPA : 2,75 - Experience as a Controller / Internal Audit / External Audit - Having a Knowledge and Skills in Operational of Financial Audit - Able to operate MS. Office, ERP system etc Please send your application, CV, supporting documents and recent photograph within two weeks to yusuf.h...@nipponindosari.co.id [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Pengelolaan wilayah tertentu secara outsource oleh negara lain, mungkinkah ?
buat negara yang outsource dikasih apa pak? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com Maaf saya kurang tertarik membicarakan hal-hal yang berbau teori, baik itu ekonomi kapitalis, ekonomi komunis, ekonomi pancasila, dll. Dalam pandangan saya Teori apa pun yang bisa mewujudkan tujuan negara (di pembukaan UUD) maka bisa diterapkan sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila sbg dasar negara. Jadi kita bisa mengambil the best practises dari berbagai sistem ekonomi tersebut dimodifikasi sesuai dengan kondisi kita. Saya ingin mengemukakan wacana yang mungkin dianggap ''nyeleneh' oleh sebagian kalangan. Tapi paling tidak mudah-mudahan dari wacana nyeleneh ini bisa diperdebatkan ketemu hasil yang lebih elegan. Bagaimana bila beberapa wilayah di negeri kita yang teramat luas ini pengelolaannya dioutsourse khan saja ke negara lain ? Ini terinspirasi dari majunya Hongkong setelah dikelola Inggris (kalau tidak salah 99 tahun) sekarang sudah kembali ke China. Bila kita mengikuti cara tersebut (tentu dengan berbagai modifikasi yang elegan) maka dalam jangka waktu 50 - 100 tahun ke depan Indonesia akan memiliki puluhan wilayah seperti Hongkong. Contoh wilayah yang mungkin dioutsource Sabang, Bintan, Batam, Bitung (Sulut), Merauke, Bangka Belitung, dll. Atau bisa juga daerah yang penduduknya sangat jarang kebutuhan akan tenaga kerja di daerah yang akan dikelola asing tersebut harus di ïmpor dari daerah lain Indonesia (misal Jawa yang padat) bukan dari negara lain. Wilayah tersebut kita serahkan pengelolaannya ke negara lain dengan perjanjian yang saling menguntungkan. Bisa saja misalnya Sabang ke Inggris, Batam ke Jepang, Merauke ke Singapura, dll. Tujuannya agar kita punya perbandingan di antara negara tersebut. Kalau mau simple, serahkan saja ke penjajah baik hati yaitu Inggris, yang terbukti sudah bisa memajukan Hongkong proses pengalihan yang mulus. Dalam teknis pelaksanaanya kita harus menetapkan target tertentu ke pada negara tersebut, misalnya : 1. Dalam jangka waktu tertentu pendapatan per kapita minimal USD 30.000, jumlah jalan yg dibangun 10.000 km, pengangguran 5 %, biaya pendidikan kesehatan gratis, dll. 2. Maksimal tenaga kerja asing 5 % (misalnya), sehingga mereka harus memaksimalkan tenga kerja dari wilayah Indonesia lainnya. 3. Angka buta hurup maksimal 5 % 4. Budaya lokal tetap dipertahankan bisnis yang ada tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, misalnya Casino dilarang. 5. Ada penerimaan yang diterima Indonesia saat pertama kali perjanjian disepakati ada juga penerimaan yang diterima setiap periode tertentu. 6. Bila di daerah tersebut ada sumber daya alam (misal tambang) maka aturan mainnya beda lagi. Ditetapkan persentase bagi hasil tertentu. 7. dll. Apakah ini sama dengan menggadaikan kedaulatan kita ke negara lain ? Menurut saya tidak juga, karena negara tersebut tetap dalam wilayah NKRI. Kalau pun pengelolaannya diserahkan ke negara lain, tapi sudah berdasarkan analisis perjanjian yang bisa membawa manfaat baik bagi penduduk daerah tersebut maupun Indonesia keseluruhan. Sebagai perbandingan ekstrim dengan kondisi sekarang, misalnya daerah Papua yang kaya tambang, pemerintah pusat daerah menerima banyak pendapatan tapi hasilnya, penduduk Papua masih terbelakang. Ini cara simple kita untuk mengembangkan wilayah Indonesia yang luas masih banyak yang penduduknya sangat jarang. Khawatir terlalu panjang, sampai disini dulu pendahuluannya. Any comment ? Rgds, Falah [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Ekonomi Gotong Royong -- [Keuangan] PANCASILA
Contoh ekonomi gotong royong misalnya korupsi berjamaah Kolusi berasaskan kekeluargaan nepotisme (hubungan famili dan kroni2). Andi MF Avandy Sent from my BlackBerry® smartphone = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] PANCASILA
Paling kurang kalau dilihat dari jumlah nominalnya, mereka yg agamanya kapitalis, malah yg paling jor2an. Org2 yg seperti Rockefeller, Stanford, Bill Gates, Warren Buffet, ngeluarin duit untuk charity sama cepetnya seperti mereka mendapatkannya. Meskipun tidak sedikit org akan complain ttg.bisnis mereka.
Re: [Keuangan] Pengelolaan wilayah tertentu secara outsource oleh negara lain, mungkinkah ?
Sangat banyak sumber pendapatan yang bisa digali dari negeri yang kaya letaknya strategis ini. Contohnya Batam Bintan bisa dijadikan pelabuhan transit terbesar di Asia menjadi hub berbagai transaksi. kalau Singapore yang secuil saja bisa masa Batam Bintan yang lebih luas tidak bisa ? Serahkan pengelolannya pada negara yang mempunyai ambisi menyaingi Singapore, misalnya UEA, Jepang, dll. Itu baru bisnis pelabuhan yang menggiurkan belum jasa lainnya. Untuk daerah yang agak di dalam (bukan di persimpangan lalu lintas internasional) bisa saja menjadi daerah wisata (Bangka Belitung), Industri, dll. Segala potensi di daerah tersebut akan dimaksimalkan oleh mereka ( dengan sumberdaya dari mereka ! ). Beda dengan sekarang, kalau kita ingin membangun jalan raya yang mulus di suatu daerah sementara penduduk daerah tersebut hanya 300 orang, apakah efisien ? Kalau dioutsource khan maka si outsoucer akan memaksimalkannya. Kurang SDM / penduduk ? tinggal buka lowongan bagi penduduk daerah lain. Pada 6 Oktober 2009 15:00, Wong Cilik gajahpelan...@gmail.com menulis: buat negara yang outsource dikasih apa pak? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com matfaleh%40gmail.com Maaf saya kurang tertarik membicarakan hal-hal yang berbau teori, baik itu ekonomi kapitalis, ekonomi komunis, ekonomi pancasila, dll. Dalam pandangan saya Teori apa pun yang bisa mewujudkan tujuan negara (di pembukaan UUD) maka bisa diterapkan sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila sbg dasar negara. Jadi kita bisa mengambil the best practises dari berbagai sistem ekonomi tersebut dimodifikasi sesuai dengan kondisi kita. Saya ingin mengemukakan wacana yang mungkin dianggap ''nyeleneh' oleh sebagian kalangan. Tapi paling tidak mudah-mudahan dari wacana nyeleneh ini bisa diperdebatkan ketemu hasil yang lebih elegan. Bagaimana bila beberapa wilayah di negeri kita yang teramat luas ini pengelolaannya dioutsourse khan saja ke negara lain ? Ini terinspirasi dari majunya Hongkong setelah dikelola Inggris (kalau tidak salah 99 tahun) sekarang sudah kembali ke China. Bila kita mengikuti cara tersebut (tentu dengan berbagai modifikasi yang elegan) maka dalam jangka waktu 50 - 100 tahun ke depan Indonesia akan memiliki puluhan wilayah seperti Hongkong. Contoh wilayah yang mungkin dioutsource Sabang, Bintan, Batam, Bitung (Sulut), Merauke, Bangka Belitung, dll. Atau bisa juga daerah yang penduduknya sangat jarang kebutuhan akan tenaga kerja di daerah yang akan dikelola asing tersebut harus di ïmpor dari daerah lain Indonesia (misal Jawa yang padat) bukan dari negara lain. Wilayah tersebut kita serahkan pengelolaannya ke negara lain dengan perjanjian yang saling menguntungkan. Bisa saja misalnya Sabang ke Inggris, Batam ke Jepang, Merauke ke Singapura, dll. Tujuannya agar kita punya perbandingan di antara negara tersebut. Kalau mau simple, serahkan saja ke penjajah baik hati yaitu Inggris, yang terbukti sudah bisa memajukan Hongkong proses pengalihan yang mulus. Dalam teknis pelaksanaanya kita harus menetapkan target tertentu ke pada negara tersebut, misalnya : 1. Dalam jangka waktu tertentu pendapatan per kapita minimal USD 30.000, jumlah jalan yg dibangun 10.000 km, pengangguran 5 %, biaya pendidikan kesehatan gratis, dll. 2. Maksimal tenaga kerja asing 5 % (misalnya), sehingga mereka harus memaksimalkan tenga kerja dari wilayah Indonesia lainnya. 3. Angka buta hurup maksimal 5 % 4. Budaya lokal tetap dipertahankan bisnis yang ada tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, misalnya Casino dilarang. 5. Ada penerimaan yang diterima Indonesia saat pertama kali perjanjian disepakati ada juga penerimaan yang diterima setiap periode tertentu. 6. Bila di daerah tersebut ada sumber daya alam (misal tambang) maka aturan mainnya beda lagi. Ditetapkan persentase bagi hasil tertentu. 7. dll. Apakah ini sama dengan menggadaikan kedaulatan kita ke negara lain ? Menurut saya tidak juga, karena negara tersebut tetap dalam wilayah NKRI. Kalau pun pengelolaannya diserahkan ke negara lain, tapi sudah berdasarkan analisis perjanjian yang bisa membawa manfaat baik bagi penduduk daerah tersebut maupun Indonesia keseluruhan. Sebagai perbandingan ekstrim dengan kondisi sekarang, misalnya daerah Papua yang kaya tambang, pemerintah pusat daerah menerima banyak pendapatan tapi hasilnya, penduduk Papua masih terbelakang. Ini cara simple kita untuk mengembangkan wilayah Indonesia yang luas masih banyak yang penduduknya sangat jarang. Khawatir terlalu panjang, sampai disini dulu pendahuluannya. Any comment ? Rgds, Falah [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan
Re: [Keuangan] PANCASILA
Yang agamanya selain kapitalis belum tentu jor joran. Ada agama tertentu yang melarang suatu individu untuk mengumumkan pengeluaran untuk charity. Namanya Riya' dan malah termasuk dosa besar. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: irmec ir...@usa.com Date: Tue, 06 Oct 2009 08:16:58 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] PANCASILA Paling kurang kalau dilihat dari jumlah nominalnya, mereka yg agamanya kapitalis, malah yg paling jor2an. Org2 yg seperti Rockefeller, Stanford, Bill Gates, Warren Buffet, ngeluarin duit untuk charity sama cepetnya seperti mereka mendapatkannya. Meskipun tidak sedikit org akan complain ttg.bisnis mereka. [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[Keuangan] Kecerdasan finansial, bisakah diturunkan?
Kalau saya amati fenomena orang kaya ternyata berasal dari keturunan orang kaya. Orang bilang karena memiliki kecerdasan finansial. Apakah benar memang kecerdasan finansial itu diturunkan ataukah bisa dipelajari? Mohon bantuannya untuk informasinya
[Keuangan] Pengelolaan wilayah tertentu secara outsource oleh negara lain, mungkinkah ?
Swasta sepertinya lebih profit oriented dibandingkan negara. Disamping itu negara mempunyai lebih banyak sumber daya (uang, SDM, dll) pengalaman. Karena target yang ditetapkan tidak hanya berupa kewajiban setoran ke pemerintah pusat tapi juga target pengembangan peningkatan kesejahteraan di wilayah tersebut (penurunan angka pengangguran, income per kapita, dll). Jadi bersifat multisektor, mikro makro. Pada 6 Oktober 2009 14:39, heriseti...@ahlikeuangan-indonesia.com menulis: Pertanyaan saya adalah kenapa harus negara? Tidak bisakah diberikan ke badan swasta? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT [Non-text portions of this message have been removed]
Bls: [Keuangan] PANCASILA
Dibandingkan dengan siapa ya? Apakah Anda juga tahu sejarah gelap Rockefeller terhadap suku2 asli di sana? salam Dari: irmec ir...@usa.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sel, 6 Oktober, 2009 01:16:58 Judul: Re: [Keuangan] PANCASILA Paling kurang kalau dilihat dari jumlah nominalnya, mereka yg agamanya kapitalis, malah yg paling jor2an. Org2 yg seperti Rockefeller, Stanford, Bill Gates, Warren Buffet, ngeluarin duit untuk charity sama cepetnya seperti mereka mendapatkannya. Meskipun tidak sedikit org akan complain ttg.bisnis mereka. __ Coba Yahoo! Messenger 10 Beta yang baru. Kini dengan update real-time, panggilan video, dan banyak lagi! Kunjungi http://id.messenger.yahoo.com/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: [Keuangan] PANCASILA
Bung, Coba anda lihat, apa yg aku tulis: dilihat dari jumlah nominalnya tidak sedikit org akan complain ttg.bisnis mereka Kalau bung tanya dibanding apa jor2an, aku kasih lah Rockefeller, kalau Stanford, kan lihat aja Stanford, kalau Buffet, dan Gates kan masih banyak data anyar. - Rockefeller (and the foundation named after him) donated more than $530 million to charitable causesa fortune then, a far greater fortune in today's dollars. The University of Chicago alone got $35 million. Through his Rockefeller Sanitary Commission, he helped eradicate hookworm disease in the South, what one historian called the germ of laziness, - John D. Jr. would devote his life to philanthropic and civic causes, giving away another $400 million Kalau mungkin balik ke jaman Middle Ages, lihat saja Medici family (banker, yg rekonsiliasi ketakutan karena praktek bunga duit dgn kontribusinya untuk pembangunan gedung dan seni2 gereja) AKhirnya, aku ngak lagi menghakimi apa mereka tulus atau ngak. Pointku sebenarnya ialah kapitalis bukan berarti ngak bisa beramal/berdonasi. --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo sesaw...@... wrote: Dibandingkan dengan siapa ya? Apakah Anda juga tahu sejarah gelap Rockefeller terhadap suku2 asli di sana? salam
Re: Bls: [Keuangan] PANCASILA
At 04:00 PM 10/6/2009, you wrote: Dibandingkan dengan siapa ya? Apakah Anda juga tahu sejarah gelap Rockefeller terhadap suku2 asli di sana? Sebelum mati, Rockefeller menyumbangkan 90% dari hartanya - termasuk tanah di New York yang kemudian menjadi markas PBB dan berstatus zone diplomatik bebas. Apa kontribusi Rockefeller yang itu jadi perlu dianulir...? dianggap tidak ada? Lantas bagaimana dengan pihak-pihak yang keberadaannya menjadi terselamatkan oleh keberadaan PBB? Anak-anak (UNICEF), pengungsi (UNHCR), buruh (ILO), orang sakit (WHO) sampai dengan patung-patung yang ada di Borobudur (UNESCO). Kalau mau kelam-kelaman sejarah -- ya saya punya contoh yang lebih gila lagi (sebagaimana saya sebutkan di era Borghia). Tapi nanti ujungnya jadi topik melenceng lagi
Bls: Bls: [Keuangan] PANCASILA
Sorry mungkin saya yang kurang nyambung, karena Anda tidak menyertakan 'thread' sebelumnya, Anda menanggapi komentar yg mana. Saya kira sejauh diskusi kita, tidak ada yang mengatakan bahwa kapitalis tidak bisa beramal. Justru AS hidup dari charity, dan tradisi ini sangat tua dan panjang. Lalu dlm konteks ini, pertanyaan saya dibandingkan dengan siapa, zaman ini sesama kapitalis yg jor-joran? ya tidak ada masalah. Karena setahu saya, mengatakan 'kapitalis' kan sama artinya menyebut siapa itu 'non-kapitalis'. Kalau contohnya buruh/pekerja, sudah pernah saya sampaikan bagaimana ketimpangan yg makin lebar, ditunjukkan dg rasio. Yg sering dikritik dari kapitalisme sebenarnya keyakinan akan 'the endless of accumulation', lalu pekerja yg ikut menciptakan nilai barang itu dihargai berapa sebaiknya? Yang ingin saya katakan dg kapitalisme global adalah mekanisme 'accumulation by dispossession', penguasaan itu tidak netral, maka kaitan 'power-property' tidak bisa dikesampingkan, bagaimana peran pelobi dan praktik lobi dlm bisnis, ini di mana-mana, termasuk di Indonesia, invasi Irak, isu nuklir Iran, dll. bisa dibaca di sini http://en.wikipedia.org/wiki/Accumulation_by_dispossession salam Dari: irmec ir...@usa.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sel, 6 Oktober, 2009 02:17:27 Judul: Re: Bls: [Keuangan] PANCASILA Bung, Coba anda lihat, apa yg aku tulis: dilihat dari jumlah nominalnya tidak sedikit org akan complain ttg.bisnis mereka Kalau bung tanya dibanding apa jor2an, aku kasih lah Rockefeller, kalau Stanford, kan lihat aja Stanford, kalau Buffet, dan Gates kan masih banyak data anyar. - Rockefeller (and the foundation named after him) donated more than $530 million to charitable causes—a fortune then, a far greater fortune in today's dollars. The University of Chicago alone got $35 million. Through his Rockefeller Sanitary Commission, he helped eradicate hookworm disease in the South, what one historian called the germ of laziness, - John D. Jr. would devote his life to philanthropic and civic causes, giving away another $400 million Kalau mungkin balik ke jaman Middle Ages, lihat saja Medici family (banker, yg rekonsiliasi ketakutan karena praktek bunga duit dgn kontribusinya untuk pembangunan gedung dan seni2 gereja) AKhirnya, aku ngak lagi menghakimi apa mereka tulus atau ngak. Pointku sebenarnya ialah kapitalis bukan berarti ngak bisa beramal/berdonasi. --- In AhliKeuangan- Indonesia@ yahoogroups. com, prastowo prastowo sesaw...@.. . wrote: Dibandingkan dengan siapa ya? Apakah Anda juga tahu sejarah gelap Rockefeller terhadap suku2 asli di sana? salam Lebih Bersih, Lebih Baik, Lebih Cepat - Rasakan Yahoo! Mail baru yang Lebih Cepat hari ini! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Pengelolaan wilayah tertentu secara outsource oleh negara lain, mungkinkah ?
Apa yang membuat anda yakin mereka tidak akan me-makan Indonesia? Setelah dijadikan daerah kekuasaannya mereka, mereka kan bisa bikin apa saja. Apa sejarah penjajahan dulu belum cukup buat mengajar bangsa agar lebih bersifat percaya diri. Masih saja selalu merasa bangsa lain lebih hijau dari rumput bangsa sendiri? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com Sangat banyak sumber pendapatan yang bisa digali dari negeri yang kaya letaknya strategis ini. Contohnya Batam Bintan bisa dijadikan pelabuhan transit terbesar di Asia menjadi hub berbagai transaksi. kalau Singapore yang secuil saja bisa masa Batam Bintan yang lebih luas tidak bisa ? Serahkan pengelolannya pada negara yang mempunyai ambisi menyaingi Singapore, misalnya UEA, Jepang, dll. Itu baru bisnis pelabuhan yang menggiurkan belum jasa lainnya. Untuk daerah yang agak di dalam (bukan di persimpangan lalu lintas internasional) bisa saja menjadi daerah wisata (Bangka Belitung), Industri, dll. Segala potensi di daerah tersebut akan dimaksimalkan oleh mereka ( dengan sumberdaya dari mereka ! ). Beda dengan sekarang, kalau kita ingin membangun jalan raya yang mulus di suatu daerah sementara penduduk daerah tersebut hanya 300 orang, apakah efisien ? Kalau dioutsource khan maka si outsoucer akan memaksimalkannya. Kurang SDM / penduduk ? tinggal buka lowongan bagi penduduk daerah lain. Pada 6 Oktober 2009 15:00, Wong Cilik gajahpelan...@gmail.com menulis: buat negara yang outsource dikasih apa pak? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com matfaleh%40gmail.com Maaf saya kurang tertarik membicarakan hal-hal yang berbau teori, baik itu ekonomi kapitalis, ekonomi komunis, ekonomi pancasila, dll. Dalam pandangan saya Teori apa pun yang bisa mewujudkan tujuan negara (di pembukaan UUD) maka bisa diterapkan sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila sbg dasar negara. Jadi kita bisa mengambil the best practises dari berbagai sistem ekonomi tersebut dimodifikasi sesuai dengan kondisi kita. Saya ingin mengemukakan wacana yang mungkin dianggap ''nyeleneh' oleh sebagian kalangan. Tapi paling tidak mudah-mudahan dari wacana nyeleneh ini bisa diperdebatkan ketemu hasil yang lebih elegan. Bagaimana bila beberapa wilayah di negeri kita yang teramat luas ini pengelolaannya dioutsourse khan saja ke negara lain ? Ini terinspirasi dari majunya Hongkong setelah dikelola Inggris (kalau tidak salah 99 tahun) sekarang sudah kembali ke China. Bila kita mengikuti cara tersebut (tentu dengan berbagai modifikasi yang elegan) maka dalam jangka waktu 50 - 100 tahun ke depan Indonesia akan memiliki puluhan wilayah seperti Hongkong. Contoh wilayah yang mungkin dioutsource Sabang, Bintan, Batam, Bitung (Sulut), Merauke, Bangka Belitung, dll. Atau bisa juga daerah yang penduduknya sangat jarang kebutuhan akan tenaga kerja di daerah yang akan dikelola asing tersebut harus di ïmpor dari daerah lain Indonesia (misal Jawa yang padat) bukan dari negara lain. Wilayah tersebut kita serahkan pengelolaannya ke negara lain dengan perjanjian yang saling menguntungkan. Bisa saja misalnya Sabang ke Inggris, Batam ke Jepang, Merauke ke Singapura, dll. Tujuannya agar kita punya perbandingan di antara negara tersebut. Kalau mau simple, serahkan saja ke penjajah baik hati yaitu Inggris, yang terbukti sudah bisa memajukan Hongkong proses pengalihan yang mulus. Dalam teknis pelaksanaanya kita harus menetapkan target tertentu ke pada negara tersebut, misalnya : 1. Dalam jangka waktu tertentu pendapatan per kapita minimal USD 30.000, jumlah jalan yg dibangun 10.000 km, pengangguran 5 %, biaya pendidikan kesehatan gratis, dll. 2. Maksimal tenaga kerja asing 5 % (misalnya), sehingga mereka harus memaksimalkan tenga kerja dari wilayah Indonesia lainnya. 3. Angka buta hurup maksimal 5 % 4. Budaya lokal tetap dipertahankan bisnis yang ada tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, misalnya Casino dilarang. 5. Ada penerimaan yang diterima Indonesia saat pertama kali perjanjian disepakati ada juga penerimaan yang diterima setiap periode tertentu. 6. Bila di daerah tersebut ada sumber daya alam (misal tambang) maka aturan mainnya beda lagi. Ditetapkan persentase bagi hasil tertentu. 7. dll. Apakah ini sama dengan menggadaikan kedaulatan kita ke negara lain ? Menurut saya tidak juga, karena negara tersebut tetap dalam wilayah NKRI. Kalau pun pengelolaannya diserahkan ke negara lain, tapi sudah berdasarkan analisis perjanjian yang bisa membawa manfaat baik bagi penduduk daerah tersebut maupun Indonesia keseluruhan. Sebagai perbandingan ekstrim dengan kondisi sekarang, misalnya daerah Papua yang kaya tambang, pemerintah pusat daerah menerima banyak pendapatan tapi hasilnya, penduduk Papua masih terbelakang. Ini cara simple kita untuk
Charity (was: [Keuangan] PANCASILA
At 04:00 PM 10/6/2009, you wrote: Mas Prastowo, Anda sendiri punya condoh ideal aksi charity siapa? (di luar yang standar ya seperti Bunda Theresa, dkk.) Dibandingkan dengan siapa ya? Apakah Anda juga tahu sejarah gelap Rockefeller terhadap suku2 asli di sana? salam
Re: [Keuangan] Kecerdasan finansial, bisakah diturunkan?
At 03:42 PM 10/6/2009, you wrote: Kalau saya amati fenomena orang kaya ternyata berasal dari keturunan orang kaya. Orang bilang karena memiliki kecerdasan finansial. Apakah benar memang kecerdasan finansial itu diturunkan ataukah bisa dipelajari? Mohon bantuannya untuk informasinya Saya rasa nggak semua orang kaya berasal dari keturunan orang kaya. Dan masih lebih banyak lagi orang miskin yang berasal dari keturunan orang kaya. Saya pikir ini terkait konsep mengenai kerja dan investasi. Serta aspek pencapaian dan kepuasan. Warren Buffett sehari-harinya hidup sangat sederhana kendati menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Dan nanti pun kalau dia mati -- semua harta itu dihibahkan ke yayasan sosial. Jadi apa yang dia cari? Kepuasan dalam menjalankan sesuatu menurut apa yang ia percayai. Bukan hasil akhirnya. Kebanyakan orang terpaku pada hasil akhir.
Bls: Bls: [Keuangan] PANCASILA
Nah, reaksi terhadap hal begini cepet, kalo menyangkut orang Amrik, tapi kalau terhadap bangsa sendiri kenapa kita skeptis ya? lebih mudah membuat litani keberhasilan dan kemuliaan orang di sono, dibanding jerih payah founding father yang tak digubris lagi, dilecehkan. Di sini memang banyak yg buruk dan bobrok, tapi apa iya kita tidak bisa memakai kacamata proporsional seperti melihat dan menilai Rockefeller? Sejelek-jeleknya Mao, di Cina ia berhasil meningkatkan tingkat-harapan-hidup dari 36 menjadi 65 tahun, ia mereformasi pendidikan, infrastruktur sudah disiapkan dg baik. Ini sekedar contoh. Saya tidak mau mengusik Rockefeller, sekedar mau mengajak menganalogkan dg bangsa kita. Putih-kelam adalah bagian dari sisi hidup manusia. Si kapitalis dan si sosialis tak luput dari ini. Secara apriori tidak ada yang bisa dikatakan pasti baik atau pasti buruk. Seobjektif-objektifnya suatu hal, ia tetaplah humanly objective. salam Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sel, 6 Oktober, 2009 02:23:30 Judul: Re: Bls: [Keuangan] PANCASILA At 04:00 PM 10/6/2009, you wrote: Dibandingkan dengan siapa ya? Apakah Anda juga tahu sejarah gelap Rockefeller terhadap suku2 asli di sana? Sebelum mati, Rockefeller menyumbangkan 90% dari hartanya - termasuk tanah di New York yang kemudian menjadi markas PBB dan berstatus zone diplomatik bebas. Apa kontribusi Rockefeller yang itu jadi perlu dianulir.. .? dianggap tidak ada? Lantas bagaimana dengan pihak-pihak yang keberadaannya menjadi terselamatkan oleh keberadaan PBB? Anak-anak (UNICEF), pengungsi (UNHCR), buruh (ILO), orang sakit (WHO) sampai dengan patung-patung yang ada di Borobudur (UNESCO). Kalau mau kelam-kelaman sejarah -- ya saya punya contoh yang lebih gila lagi (sebagaimana saya sebutkan di era Borghia). Tapi nanti ujungnya jadi topik melenceng lagi Berselancar lebih cepat. Internet Explorer 8 yang dioptimalkan untuk Yahoo! otomatis membuka 2 halaman favorit Anda setiap kali Anda membuka browser. Dapatkan IE8 di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Pengelolaan wilayah tertentu secara outsource oleh negara lain, mungkinkah ?
Setelah buruh di outsource, sekarang muncul ide propinsi yang di outsource. Walah, sekalian aja negaranya di outsource kan saja, tanggung nih. mungkin Amerika berminat. --- On Tue, 10/6/09, Wong Cilik gajahpelan...@gmail.com wrote: From: Wong Cilik gajahpelan...@gmail.com Subject: Re: [Keuangan] Pengelolaan wilayah tertentu secara outsource oleh negara lain, mungkinkah ? To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Date: Tuesday, October 6, 2009, 4:38 PM Apa yang membuat anda yakin mereka tidak akan me-makan Indonesia? Setelah dijadikan daerah kekuasaannya mereka, mereka kan bisa bikin apa saja. Apa sejarah penjajahan dulu belum cukup buat mengajar bangsa agar lebih bersifat percaya diri. Masih saja selalu merasa bangsa lain lebih hijau dari rumput bangsa sendiri? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail. com Sangat banyak sumber pendapatan yang bisa digali dari negeri yang kaya letaknya strategis ini. Contohnya Batam Bintan bisa dijadikan pelabuhan transit terbesar di Asia menjadi hub berbagai transaksi. kalau Singapore yang secuil saja bisa masa Batam Bintan yang lebih luas tidak bisa ? Serahkan pengelolannya pada negara yang mempunyai ambisi menyaingi Singapore, misalnya UEA, Jepang, dll. Itu baru bisnis pelabuhan yang menggiurkan belum jasa lainnya. Untuk daerah yang agak di dalam (bukan di persimpangan lalu lintas internasional) bisa saja menjadi daerah wisata (Bangka Belitung), Industri, dll. Segala potensi di daerah tersebut akan dimaksimalkan oleh mereka ( dengan sumberdaya dari mereka ! ). Beda dengan sekarang, kalau kita ingin membangun jalan raya yang mulus di suatu daerah sementara penduduk daerah tersebut hanya 300 orang, apakah efisien ? Kalau dioutsource khan maka si outsoucer akan memaksimalkannya. Kurang SDM / penduduk ? tinggal buka lowongan bagi penduduk daerah lain. Pada 6 Oktober 2009 15:00, Wong Cilik gajahpelanduk@ gmail.com menulis: buat negara yang outsource dikasih apa pak? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail. com matfaleh%40gmail. com Maaf saya kurang tertarik membicarakan hal-hal yang berbau teori, baik itu ekonomi kapitalis, ekonomi komunis, ekonomi pancasila, dll. Dalam pandangan saya Teori apa pun yang bisa mewujudkan tujuan negara (di pembukaan UUD) maka bisa diterapkan sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila sbg dasar negara. Jadi kita bisa mengambil the best practises dari berbagai sistem ekonomi tersebut dimodifikasi sesuai dengan kondisi kita. Saya ingin mengemukakan wacana yang mungkin dianggap ''nyeleneh' oleh sebagian kalangan. Tapi paling tidak mudah-mudahan dari wacana nyeleneh ini bisa diperdebatkan ketemu hasil yang lebih elegan. Bagaimana bila beberapa wilayah di negeri kita yang teramat luas ini pengelolaannya dioutsourse khan saja ke negara lain ? Ini terinspirasi dari majunya Hongkong setelah dikelola Inggris (kalau tidak salah 99 tahun) sekarang sudah kembali ke China. Bila kita mengikuti cara tersebut (tentu dengan berbagai modifikasi yang elegan) maka dalam jangka waktu 50 - 100 tahun ke depan Indonesia akan memiliki puluhan wilayah seperti Hongkong. Contoh wilayah yang mungkin dioutsource Sabang, Bintan, Batam, Bitung (Sulut), Merauke, Bangka Belitung, dll. Atau bisa juga daerah yang penduduknya sangat jarang kebutuhan akan tenaga kerja di daerah yang akan dikelola asing tersebut harus di ïmpor dari daerah lain Indonesia (misal Jawa yang padat) bukan dari negara lain. Wilayah tersebut kita serahkan pengelolaannya ke negara lain dengan perjanjian yang saling menguntungkan. Bisa saja misalnya Sabang ke Inggris, Batam ke Jepang, Merauke ke Singapura, dll. Tujuannya agar kita punya perbandingan di antara negara tersebut. Kalau mau simple, serahkan saja ke penjajah baik hati yaitu Inggris, yang terbukti sudah bisa memajukan Hongkong proses pengalihan yang mulus. Dalam teknis pelaksanaanya kita harus menetapkan target tertentu ke pada negara tersebut, misalnya : 1. Dalam jangka waktu tertentu pendapatan per kapita minimal USD 30.000, jumlah jalan yg dibangun 10.000 km, pengangguran 5 %, biaya pendidikan kesehatan gratis, dll. 2. Maksimal tenaga kerja asing 5 % (misalnya), sehingga mereka harus memaksimalkan tenga kerja dari wilayah Indonesia lainnya. 3. Angka buta hurup maksimal 5 % 4. Budaya lokal tetap dipertahankan bisnis yang ada tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, misalnya Casino dilarang. 5. Ada penerimaan yang diterima Indonesia saat pertama kali perjanjian disepakati ada juga penerimaan yang diterima setiap periode tertentu. 6. Bila di daerah tersebut ada sumber daya alam (misal tambang) maka aturan mainnya beda lagi. Ditetapkan persentase bagi hasil tertentu. 7. dll. Apakah ini sama dengan menggadaikan kedaulatan kita ke negara lain ? Menurut saya tidak juga, karena negara tersebut
Bls: [Keuangan] Kecerdasan finansial, bisakah diturunkan?
Jika Bang Poltak bisa menghitung secara kasar, kira2 ada berapa kapitalis besar yang hatinya mulia seperti Buffet ini? salam Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sel, 6 Oktober, 2009 02:41:32 Judul: Re: [Keuangan] Kecerdasan finansial, bisakah diturunkan? At 03:42 PM 10/6/2009, you wrote: Kalau saya amati fenomena orang kaya ternyata berasal dari keturunan orang kaya. Orang bilang karena memiliki kecerdasan finansial. Apakah benar memang kecerdasan finansial itu diturunkan ataukah bisa dipelajari? Mohon bantuannya untuk informasinya Saya rasa nggak semua orang kaya berasal dari keturunan orang kaya. Dan masih lebih banyak lagi orang miskin yang berasal dari keturunan orang kaya. Saya pikir ini terkait konsep mengenai kerja dan investasi. Serta aspek pencapaian dan kepuasan. Warren Buffett sehari-harinya hidup sangat sederhana kendati menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Dan nanti pun kalau dia mati -- semua harta itu dihibahkan ke yayasan sosial. Jadi apa yang dia cari? Kepuasan dalam menjalankan sesuatu menurut apa yang ia percayai. Bukan hasil akhirnya. Kebanyakan orang terpaku pada hasil akhir. Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] Pengelolaan wilayah tertentu secara outsource oleh negara lain, mungkinkah ?
Mr. Wong, jaman sekarang tidak mudah suatu negara mencaplok (aneksasi) negara lain, karena akan ditentang negara lain (PBB, ASEAN, dll) kecuali bila penguasanya berwatak Hitler (contoh George W Bush di Irak Afghanistan), itupun dengan penentangan dari banyak negara di dunia. Untuk kasus seperti ini, tidak perlu mereka harus meng-outsorce kita dulu, kalau mereka ingin aneksasi bisa langsung dilakukan (seperti Irak). Kalau dibilang nanti daerah tersebut akan menjadi seperti koloni negara lain, sekarang saja negeri kita sudah menjadi koloni bagi produk Jepang, Eropa Amerika. Bila cara ini terwujud maka akan banyak produk di Indonesia yang buatan Batam, Merauke, dll. Ini bukan masalah kepercayaan diri tapi masalah bagaimana kita memanfaatkan kemampuan negara lain untuk diri kita (yang mempunyai banyak keterbatasan, baik dana, ilmu, pengalaman, sikap mental aparat, dll). Semua tertuang dalam perjanjian yang saling menguntungkan. Kalau perlu kita tender diantara beberapa peminat yang berkualitas.. ;-) Semua bisa dikemas agar terlihat elegan tidak mencederai kehormatan sebagai bangsa. Hayo siapa lagi ? saya lebih senang ke arah praktis seperti ini dari pada berdebat soal teori yang dalam penerapannya akan banyak bias.: :-) Pada 6 Oktober 2009 16:38, Wong Cilik gajahpelan...@gmail.com menulis: Apa yang membuat anda yakin mereka tidak akan me-makan Indonesia? Setelah dijadikan daerah kekuasaannya mereka, mereka kan bisa bikin apa saja. Apa sejarah penjajahan dulu belum cukup buat mengajar bangsa agar lebih bersifat percaya diri. Masih saja selalu merasa bangsa lain lebih hijau dari rumput bangsa sendiri? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com matfaleh%40gmail.com Sangat banyak sumber pendapatan yang bisa digali dari negeri yang kaya letaknya strategis ini. Contohnya Batam Bintan bisa dijadikan pelabuhan transit terbesar di Asia menjadi hub berbagai transaksi. kalau Singapore yang secuil saja bisa masa Batam Bintan yang lebih luas tidak bisa ? Serahkan pengelolannya pada negara yang mempunyai ambisi menyaingi Singapore, misalnya UEA, Jepang, dll. Itu baru bisnis pelabuhan yang menggiurkan belum jasa lainnya. Untuk daerah yang agak di dalam (bukan di persimpangan lalu lintas internasional) bisa saja menjadi daerah wisata (Bangka Belitung), Industri, dll. Segala potensi di daerah tersebut akan dimaksimalkan oleh mereka ( dengan sumberdaya dari mereka ! ). Beda dengan sekarang, kalau kita ingin membangun jalan raya yang mulus di suatu daerah sementara penduduk daerah tersebut hanya 300 orang, apakah efisien ? Kalau dioutsource khan maka si outsoucer akan memaksimalkannya. Kurang SDM / penduduk ? tinggal buka lowongan bagi penduduk daerah lain. Pada 6 Oktober 2009 15:00, Wong Cilik gajahpelan...@gmail.comgajahpelanduk%40gmail.com menulis: buat negara yang outsource dikasih apa pak? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com matfaleh%40gmail.commatfaleh% 40gmail.com Maaf saya kurang tertarik membicarakan hal-hal yang berbau teori, baik itu ekonomi kapitalis, ekonomi komunis, ekonomi pancasila, dll. Dalam pandangan saya Teori apa pun yang bisa mewujudkan tujuan negara (di pembukaan UUD) maka bisa diterapkan sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila sbg dasar negara. Jadi kita bisa mengambil the best practises dari berbagai sistem ekonomi tersebut dimodifikasi sesuai dengan kondisi kita. Saya ingin mengemukakan wacana yang mungkin dianggap ''nyeleneh' oleh sebagian kalangan. Tapi paling tidak mudah-mudahan dari wacana nyeleneh ini bisa diperdebatkan ketemu hasil yang lebih elegan. Bagaimana bila beberapa wilayah di negeri kita yang teramat luas ini pengelolaannya dioutsourse khan saja ke negara lain ? Ini terinspirasi dari majunya Hongkong setelah dikelola Inggris (kalau tidak salah 99 tahun) sekarang sudah kembali ke China. Bila kita mengikuti cara tersebut (tentu dengan berbagai modifikasi yang elegan) maka dalam jangka waktu 50 - 100 tahun ke depan Indonesia akan memiliki puluhan wilayah seperti Hongkong. Contoh wilayah yang mungkin dioutsource Sabang, Bintan, Batam, Bitung (Sulut), Merauke, Bangka Belitung, dll. Atau bisa juga daerah yang penduduknya sangat jarang kebutuhan akan tenaga kerja di daerah yang akan dikelola asing tersebut harus di ïmpor dari daerah lain Indonesia (misal Jawa yang padat) bukan dari negara lain. Wilayah tersebut kita serahkan pengelolaannya ke negara lain dengan perjanjian yang saling menguntungkan. Bisa saja misalnya Sabang ke Inggris, Batam ke Jepang, Merauke ke Singapura, dll. Tujuannya agar kita punya perbandingan di antara negara tersebut. Kalau mau simple, serahkan saja ke penjajah baik hati yaitu Inggris, yang terbukti sudah bisa memajukan Hongkong proses pengalihan yang mulus. Dalam
Re: Bls: Bls: [Keuangan] PANCASILA
At 04:32 PM 10/6/2009, you wrote: Sorry mungkin saya yang kurang nyambung, karena Anda tidak menyertakan 'thread' sebelumnya, Anda menanggapi komentar yg mana. Saya kira sejauh diskusi kita, tidak ada yang mengatakan bahwa kapitalis tidak bisa beramal. Justru AS hidup dari charity, dan tradisi ini sangat tua dan panjang. Lalu dlm konteks ini, pertanyaan saya dibandingkan dengan siapa, zaman ini sesama kapitalis yg jor-joran? ya tidak ada masalah. Karena setahu saya, mengatakan 'kapitalis' kan sama artinya menyebut siapa itu 'non-kapitalis'. Kalau contohnya buruh/pekerja, sudah pernah saya sampaikan bagaimana ketimpangan yg makin lebar, ditunjukkan dg rasio. Mas Prastowo, 1. Orang bisa memberi semata-mata karena ia punya sesuatu yang lebih. Kalau buat dirinya saja kurang, lantas gimana mau memberi? 2. Tidak selalu bahwa orang menjadi kaya hanya dengan cara mencuri milik/hak orang lain. Apa yang ditulis oleh Karl Marx sebagai excess of labor sebagai semata-mata pencurian hak dalam Das Kapital adalah salah besar. Karena ekonomi ternyata sebuah positive sum game - dan bukan zero sum game. Belum lagi aspek inovasi dan teknologi. Semakin kita bergeser ke sektor jasa - hal ini semakin kentara. 3. Jawaban komunisme untuk hal tadi adalah penghapusan pasar tenaga kerja. Konsekuensinya ternyata adalah pasar barang dan jasa yang tidak berkembang, serta absennya pasar modal. Yang terjadi adalah distorsi ekonomi lebih lanjut -- termasuk tugas alokasi sumber daya yang sebelumnya diserahkan pada pasar. Tugas alokasi sumber daya ini akhirnya diserahkan pada birokrasi dan dilakukan secara manual/mekanik. Apakah selesai? Ternyata tidak. Kompleksitas pasar barang dan jasa gagal dialokasikan secara sempurna -- sehingga efisiensi malah turun lebih lanjut. Pembuat sepatu cuma taunya bikin sepatu. Di negara seperti itu akan terjadi keadaan di mana di satu sisi terdapat sepatu bertumpuk-tumpuk sampai membusuk -- padahal pada saat yang sama di tempat lain banyak orang yang tidak punya sepatu. Itu yang terjadi di Uni Soviet dan membuat negara itu punah. Yg sering dikritik dari kapitalisme sebenarnya keyakinan akan 'the endless of accumulation', lalu pekerja yg ikut menciptakan nilai barang itu dihargai berapa sebaiknya? Penghargaan dilakukan sesuai dengan mekanisme pasar. Jadi bersifat dinamis. Bodohlah seorang pemilik pabrik kalau menggaji seorang pegawai terlalu murah - sementara pabrik lain membayar pegawai dengan kualitas serupa dengan gaji lebih mahal. Mengapa? Karena pegawai itu akan pindah ke pabrik lain. Dan akhirnya si pemilik pabrik hanya akan kebagian pegawai-pegawai yang kualitasnya lebih rendah daripada gaji yang dibayarkan. Resiko bisnis pun meningkat - sehingga produk yang dihasilkan tidak lagi kompetitif. Bisnis pun mati. Apakah penghargaan harus bersifat statis? Tentu saja tidak. Pasar tenaga kerja itu dinamis. Bisa saja orang mulai dari pekerja pabrik sepatu -- tetapi kemudian ia belajar keahlian lain -- sehingga suatu saat bisa bekerja sebagai programmer komputer, misalnya. Anda bisa baca tulisan Joseph Schumpeter tentang creative destruction mengenai hal ini.
Re: [Keuangan] Pengelolaan wilayah tertentu secara outsource oleh negara lain, mungkinkah ?
Contoh elegan dan tidak mencederainya bagaimana ya... Sekarang membahas ini saja saya sudah agak cedera tuh... 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com Mr. Wong, jaman sekarang tidak mudah suatu negara mencaplok (aneksasi) negara lain, karena akan ditentang negara lain (PBB, ASEAN, dll) kecuali bila penguasanya berwatak Hitler (contoh George W Bush di Irak Afghanistan), itupun dengan penentangan dari banyak negara di dunia. Untuk kasus seperti ini, tidak perlu mereka harus meng-outsorce kita dulu, kalau mereka ingin aneksasi bisa langsung dilakukan (seperti Irak). Kalau dibilang nanti daerah tersebut akan menjadi seperti koloni negara lain, sekarang saja negeri kita sudah menjadi koloni bagi produk Jepang, Eropa Amerika. Bila cara ini terwujud maka akan banyak produk di Indonesia yang buatan Batam, Merauke, dll. Ini bukan masalah kepercayaan diri tapi masalah bagaimana kita memanfaatkan kemampuan negara lain untuk diri kita (yang mempunyai banyak keterbatasan, baik dana, ilmu, pengalaman, sikap mental aparat, dll). Semua tertuang dalam perjanjian yang saling menguntungkan. Kalau perlu kita tender diantara beberapa peminat yang berkualitas.. ;-) Semua bisa dikemas agar terlihat elegan tidak mencederai kehormatan sebagai bangsa. Hayo siapa lagi ? saya lebih senang ke arah praktis seperti ini dari pada berdebat soal teori yang dalam penerapannya akan banyak bias.: :-) Pada 6 Oktober 2009 16:38, Wong Cilik gajahpelan...@gmail.com menulis: Apa yang membuat anda yakin mereka tidak akan me-makan Indonesia? Setelah dijadikan daerah kekuasaannya mereka, mereka kan bisa bikin apa saja. Apa sejarah penjajahan dulu belum cukup buat mengajar bangsa agar lebih bersifat percaya diri. Masih saja selalu merasa bangsa lain lebih hijau dari rumput bangsa sendiri? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com matfaleh%40gmail.com Sangat banyak sumber pendapatan yang bisa digali dari negeri yang kaya letaknya strategis ini. Contohnya Batam Bintan bisa dijadikan pelabuhan transit terbesar di Asia menjadi hub berbagai transaksi. kalau Singapore yang secuil saja bisa masa Batam Bintan yang lebih luas tidak bisa ? Serahkan pengelolannya pada negara yang mempunyai ambisi menyaingi Singapore, misalnya UEA, Jepang, dll. Itu baru bisnis pelabuhan yang menggiurkan belum jasa lainnya. Untuk daerah yang agak di dalam (bukan di persimpangan lalu lintas internasional) bisa saja menjadi daerah wisata (Bangka Belitung), Industri, dll. Segala potensi di daerah tersebut akan dimaksimalkan oleh mereka ( dengan sumberdaya dari mereka ! ). Beda dengan sekarang, kalau kita ingin membangun jalan raya yang mulus di suatu daerah sementara penduduk daerah tersebut hanya 300 orang, apakah efisien ? Kalau dioutsource khan maka si outsoucer akan memaksimalkannya. Kurang SDM / penduduk ? tinggal buka lowongan bagi penduduk daerah lain. Pada 6 Oktober 2009 15:00, Wong Cilik gajahpelan...@gmail.com gajahpelanduk%40gmail.com menulis: buat negara yang outsource dikasih apa pak? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com matfaleh%40gmail.com matfaleh% 40gmail.com Maaf saya kurang tertarik membicarakan hal-hal yang berbau teori, baik itu ekonomi kapitalis, ekonomi komunis, ekonomi pancasila, dll. Dalam pandangan saya Teori apa pun yang bisa mewujudkan tujuan negara (di pembukaan UUD) maka bisa diterapkan sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila sbg dasar negara. Jadi kita bisa mengambil the best practises dari berbagai sistem ekonomi tersebut dimodifikasi sesuai dengan kondisi kita. Saya ingin mengemukakan wacana yang mungkin dianggap ''nyeleneh' oleh sebagian kalangan. Tapi paling tidak mudah-mudahan dari wacana nyeleneh ini bisa diperdebatkan ketemu hasil yang lebih elegan. Bagaimana bila beberapa wilayah di negeri kita yang teramat luas ini pengelolaannya dioutsourse khan saja ke negara lain ? Ini terinspirasi dari majunya Hongkong setelah dikelola Inggris (kalau tidak salah 99 tahun) sekarang sudah kembali ke China. Bila kita mengikuti cara tersebut (tentu dengan berbagai modifikasi yang elegan) maka dalam jangka waktu 50 - 100 tahun ke depan Indonesia akan memiliki puluhan wilayah seperti Hongkong. Contoh wilayah yang mungkin dioutsource Sabang, Bintan, Batam, Bitung (Sulut), Merauke, Bangka Belitung, dll. Atau bisa juga daerah yang penduduknya sangat jarang kebutuhan akan tenaga kerja di daerah yang akan dikelola asing tersebut harus di ïmpor dari daerah lain Indonesia (misal Jawa yang padat) bukan dari negara lain. Wilayah tersebut kita serahkan pengelolaannya ke negara lain dengan perjanjian yang saling menguntungkan. Bisa saja misalnya Sabang ke Inggris, Batam
Re: Bls: [Keuangan] Kecerdasan finansial, bisakah diturunkan?
At 04:55 PM 10/6/2009, you wrote: Jika Bang Poltak bisa menghitung secara kasar, kira2 ada berapa kapitalis besar yang hatinya mulia seperti Buffet ini? Coba anda ambil buku Outliers karya Malcolm Gladwell. Di situ ada daftar orang-orang terkaya sepanjang masa. Anda bisa cek di wikipedia riwayat harta mereka dan apa yang dilakukannya sebelum mati dan hitung sendiri berapa ekor jumlahnya.
Re: Bls: [Keuangan] Kecerdasan finansial, bisakah diturunkan?
Memberi setelah mati itu termasuk nature... (sudah mati uang mau dibawa kemana?) Kadang-kadang di Amerika mereka sengaja donasi agar uangnya tidak diambil Pemerintah. Alasan ini juga yang menjadi salah satu sebab Buffet mendonasikan kekayaannya. Alasan ke duanya mereka tidak ingin anaknya jadi malas tak mau bekerja dan malah generasi ke 3-4-5 malah jadi orang miskin karena semua uang dihabiskan generasi ke2. Jadi prinsip mereka donasi justru sebagian kecil uang dijadikan kail atau jala agar generasi ke 2-3-4 dan seterusnya bisa belajar menjala ikan, dan bukan cuma nunggu di meja makan agar ikannya datang. Memberi waktu masih hidup itu baru namanya punya hati yang bersih. 2009/10/6 Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com At 04:55 PM 10/6/2009, you wrote: Jika Bang Poltak bisa menghitung secara kasar, kira2 ada berapa kapitalis besar yang hatinya mulia seperti Buffet ini? Coba anda ambil buku Outliers karya Malcolm Gladwell. Di situ ada daftar orang-orang terkaya sepanjang masa. Anda bisa cek di wikipedia riwayat harta mereka dan apa yang dilakukannya sebelum mati dan hitung sendiri berapa ekor jumlahnya. = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: [Keuangan] Kecerdasan finansial, bisakah diturunkan?
At 05:23 PM 10/6/2009, you wrote: Memberi setelah mati itu termasuk nature... (sudah mati uang mau dibawa kemana?) Kadang-kadang di Amerika mereka sengaja donasi agar uangnya tidak diambil Pemerintah. Betul. Di Amerika ada Estate Tax (pajak warisan) sebesar sekitar 50-55% (atas harta warisan di atas USD 1 Juta). Jadi kalau kita mati dan mewariskan harta -- sekitar setengahnya akan diambil oleh pemerintah. Keturunan kita cuman dapat sisanya. Alasan ini juga yang menjadi salah satu sebab Buffet mendonasikan kekayaannya. Alasan ke duanya mereka tidak ingin anaknya jadi malas tak mau bekerja dan malah generasi ke 3-4-5 malah jadi orang miskin karena semua uang dihabiskan generasi ke2. Jadi prinsip mereka donasi justru sebagian kecil uang dijadikan kail atau jala agar generasi ke 2-3-4 dan seterusnya bisa belajar menjala ikan, dan bukan cuma nunggu di meja makan agar ikannya datang. Memberi waktu masih hidup itu baru namanya punya hati yang bersih.
Re: Bls: [Keuangan] Kecerdasan finansial, bisakah diturunkan?
Bang Poltak, Menurut si penulis buku, selain faktor individu keluarga, faktor nasib kebetulan juga punya andil menjadikan seseorang sebagai outlier. Saya kira orang yang hidup pada sistem kapitalis lebih memiliki nasib kebetulan untuk menjadi outlier. From: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Sent: Tuesday, October 6, 2009 5:18:37 PM Subject: Re: Bls: [Keuangan] Kecerdasan finansial, bisakah diturunkan? At 04:55 PM 10/6/2009, you wrote: Jika Bang Poltak bisa menghitung secara kasar, kira2 ada berapa kapitalis besar yang hatinya mulia seperti Buffet ini? Coba anda ambil buku Outliers karya Malcolm Gladwell. Di situ ada daftar orang-orang terkaya sepanjang masa. Anda bisa cek di wikipedia riwayat harta mereka dan apa yang dilakukannya sebelum mati dan hitung sendiri berapa ekor jumlahnya. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: [Keuangan] Kecerdasan finansial, bisakah diturunkan?
At 05:46 PM 10/6/2009, you wrote: Ya betul Dharma, ada faktor ekologi NB: sebentar lagi terbit buku barunya Malcolm Gladwell. Judulnya What the Dog Saw: And Other Adventures Tanggal terbitnya 20 Oktober 2009 Bang Poltak, Menurut si penulis buku, selain faktor individu keluarga, faktor nasib kebetulan juga punya andil menjadikan seseorang sebagai outlier. Saya kira orang yang hidup pada sistem kapitalis lebih memiliki nasib kebetulan untuk menjadi outlier.
[Keuangan] PANCASILA dan NASIONALISME
Wah, Gak nyangka perkembangan diskusi tentang Pancasila ternyata seru juga... Banyak pandangan dan posisi. Saya amat tersentuh dengan kalimat salah satu rekan, yang nawarin pemimpin tidak Pancasilais : tak bertuhan, tak berperikemanusiaan, tak adil, tak beradab, tak suka Indonesia bersatu, tak suka musyawarah, dan tak berlaku adil bagi rakyat Indonesia. semua pasti gak mau pemimpin nya kekurangan salah satu karakter diatas. Dan itu bukan hanya tuntutan kita pada bos asli Indonesia. Meski bos kita orang asing, kita berharap karakter yang diwakili dalam sila2 itu mereka miliki. Bisa kita katakan kita berharap semua pemimpin Pancasilais, atau berkarakter baik, yang buat orang Indonesia diistilahkan Pancasilais. Dan karena Pancasila isinya nilai, tatanan, karakter luhur, cita2, maka bisa banget sama dengan negara lain. Lha wong Bhinneka Tunggal Ika aja bahasa Inggrisnya Unity in Diversity, yang adalah semboyan bangsa Amerika. Namanya semangat luhur, visi misi, mirip dikit gak apalah.. Tetapi bingkai dan rumusan Pancasila nya yang membedakan penyebutan dan identitas bangsa Indonesia dan Bangsa lain. Saya anti doktrinasi. Meski saya didikan orde baru dan menerima subsidi orde baru. Saya juga lama dapat didikan barak. Tetapi saya pendukung indoktrinasi. Dimana sebuah pandangan saya uji dengan pemahaman saya cocok apa nggak. Kalau cocok, saya dukung, kalau gak cocok, ya pindah warga negara aja... Saat pandangan cocok, saya berusaha terapkan dalam hidup profesional saya. Nasionalisme bukan masalah sok-sok an. Nasionalisme bukan masalah hebat2 an. Nasionalisme tidak lepas dari ekonomi dan perekonomian. Kalau dulu terjemahan simpel nasionalisme adalah perang, kalau sekarang lebih buayyk perang nya. Dan saat ada kawan mengaku nasionalis akan saya dukung, saya dorong, agar semakin banyak perang yang dia menangkan. Dan perang utama jaman sekarang adalah di kehidupan sehari2, yang ujungnya ekonomi. Ya masalah bensin (jangan sampai saham pertamina dan perusahaan krusial negeri laiinya dikuasai asing), ya masalah UMR (jangan sampai pembantu di rumah diperlakukan gak beradab) ya masalah memimpin (jangan sampai anak buah di ajari nipu pajak), dll. Bersikap kritis, objektif, dan berfikir tajam boleh saja. Tetapi kebenaran Pancasila yang membuat Batak, Bali, Jawa, Dayak, Toraja, bisa hidup sejahtera dengan kesempatan maju yang sama perlu juga di hargai dan diakui kebenarannya. Bila bukan kita, siapa lagi? Masak ekonomi Pancasila sekedar jadi tulisan pejabat sebelum diangkat, atau sekedar jadi pelengkap pengangkatan jadi guru besar. Mbok ya semangat nya bisa menemani kita, para profesional dalam berkarya. Sehingga negeri gemah ripah loh jinawi bukan sekedar mimpi, yang cuma bisa diamini. Karena taman firdaus bukan berada di ujung kehidupan saja. Taman firdaus juga bisa ada di rumah kita, di usaha kita, di kantor kita. Dan bila anda orang Indonesia, Pancasila mungkin bisa menjadi salah satu alternatif jalannya Dengan penuh kerendahan hati, saya posting kan Salam. Wbo Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: Andi MF Avandy link2ha...@gmail.com Date: Tue, 6 Oct 2009 04:37:32 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] PANCASILA Saya berkesimpulan Ekonomi pancasila hanyalah istilah untuk konsep ekonomi yang menggabungkan kebaikan kapitalisme dan sosialisme menurut ukuran asas manfaat belaka untuk diterapkan di Indonesia. Model ekonomi pancasila jelas tidak memiliki pakem tertentu sejak era orla, orba dan reformasi ini karena bukan berasal dari sebuah ideologi atau pemikiran yang mendasar. Berbeda halnya dengan kapitalisme, komunisme dan Islam yang masing masing berada pada kutub yang berbeda satu dengan lainnya. Andi MF Avandy Sent from my BlackBerry® smartphone = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi
[Keuangan] bagaimana sih caranya membuat CV ???
saya mau tanya ma forum nih saya bru 21 tahun tapi baru mikirin bagaimana caranya membuat CV hingga bisa menambah kuota wiraswasta di INDONESIA, biar negara kita bisa maju gimana caranya dan bagaimana juga saya bisa mengekspor barang tersebut ke luar negeri ? moho0n bantuanya ... forum help me
Re: Bls: Bls: [Keuangan] PANCASILA
Kalau saya justru melihatnya terbalik Bang. China zaman sekarang ngga lebih dari era foya-foya setelah menabung panjang di zaman Mao. Lihat buktinya dengan datang sendiri kesana, kehidupan mereka cukup dijalankan dengan sederhana karena dari kecil sudah sederhana, kita coba lihat pinggiran guang zhou yang tidak dijangkau konglomerat, mereka berkecukupan, tapi mereka tidak haus keinginan untuk menjadi lebih mewah, mereka cenderung menerima apa adanya. Yang saya belum tahu, apakah metode penjualan secara kredit telah menjamur seperti di Indonesia? Sepertinya sepanjang saya disana tidak pernah melihat keinginan yang simple seperti memiliki Black**erry tapi mereka cukup senang pada kehidupan sehari-hari seadanya. Berbeda kalau kita berjalan-jalan di jalanan kota Kowloon, ada hari tertentu dimana mereka dengan sesuka hati membuang interior dan perlengkapan lainnya yang tidak mereka inginkan. Yang terjadi di Indonesia di Era 80-an juga seperti disana saat ini, tabungan Bung Karno telah membuahkan buah yang manis, sehingga ada gedung-2 bertingkat, F-16, Tank Amphibi buatan Inggris. Na seiring berjalannya waktu, saya justru melihat kenaifan dari kita sendiri, kita merasa kuat padahal kita ngga mampu. Nah, untuk itu apa ngga sebaiknya kita belajar menabung? sekalipun ngga se-extrim dulu. Simple sih, daripada membahas sesuatu yang kurang membangun. Saya sih ngga pintar, hanya sedikit pendapat yang siap dikoreksi oleh siapapun juga. Salam, Winarto Sugondo 2009/10/6 Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com At 04:43 PM 10/6/2009, you wrote: Di sini memang banyak yg buruk dan bobrok, tapi apa iya kita tidak bisa memakai kacamata proporsional seperti melihat dan menilai Rockefeller? Sejelek-jeleknya Mao, di Cina ia berhasil meningkatkan tingkat-harapan-hidup dari 36 menjadi 65 tahun, ia mereformasi pendidikan, infrastruktur sudah disiapkan dg baik. Ini sekedar contoh. Mao? Itu monster. Menurut saya pribadi, tidak ada pemimpin yang lebih jelek dari Mao. Apa ukurannya? Ia bereksperimen dengan nasib ratusan jutaan orang secara sembarangan. Program Great Leap Forward yang terjadi tahun 1958-1961 -- telah membunuh setidaknya 60 JUTA orang warga Cina lewat terciptanya kelaparan terbesar hasil bikinan manusia. Mao pegang rekor dunia dalam jumlah pembunuhan warga sendiri secara sistematis. Orang yang dibunuh Mao lebih banyak daripada seluruh orang Indian yang pernah hidup di Benua Amerika sebelum kedatangan Columbus. (Dalam perbandingan ini, Rockefeller mungkin masih bisa dianggap santo..) Mao bukan ahli pertanian tapi berlagak ngerti soal pertanian. Mao bukan ahli metalurgi tapi menganggap diri mengerti soal cara memproduksi baja secara efisien. Ia buta oleh ketidakmampuannya. Dan itu tanggung jawab Mao (hingga akhirnya ia mengundurkan diri dari peran secara aktif). Apakah masalah selesai? Ternyata tidak. Ia mengulangi kembali bencana buatan - saat melancarkan Revolusi Kebudayaan di awal 1970-an. NB: Dari mana anda dapat angka peluang hidup orang Cina naik dari 35 menjadi 65 di masa Mao? Boleh saya tahu sumber referensinya? Saya tidak mau mengusik Rockefeller, sekedar mau mengajak menganalogkan dg bangsa kita. Putih-kelam adalah bagian dari sisi hidup manusia. Si kapitalis dan si sosialis tak luput dari ini. Secara apriori tidak ada yang bisa dikatakan pasti baik atau pasti buruk. Seobjektif-objektifnya suatu hal, ia tetaplah humanly objective. Termasuk soal Mao? [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Keuangan] PANCASILA
Wah..sebaiknya agama ngga usah di-ungkit2 lah Bos. Kalau soal premium, saya mau tanya Bang Poltak nih, bisa ilustrasikan hitungannya yang membuktikan premium disubsidi untuk rakyat kecil ngga? kebetulan saya orang awam nih.Saya cuman punya 1 motor dan diisi premium, salahkah saya karena saya bekerja tapi saya isi motor saya pakai premium? Apakah PPh 22 tidak dapat mengetahui besaran penerimaan negara dari sektor bahan bakar, apalagi PBB-KB, berapa pajak final yang kami bayarkan ke negara? Mohon ilmunya ya Bang. Mudah-mudahan ngga OOT : ) Salam, Winarto Sugondo 2009/10/6 heriseti...@ahlikeuangan-indonesia.com Yang agamanya selain kapitalis belum tentu jor joran. Ada agama tertentu yang melarang suatu individu untuk mengumumkan pengeluaran untuk charity. Namanya Riya' dan malah termasuk dosa besar. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -Original Message- From: irmec ir...@usa.com Date: Tue, 06 Oct 2009 08:16:58 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] PANCASILA Paling kurang kalau dilihat dari jumlah nominalnya, mereka yg agamanya kapitalis, malah yg paling jor2an. Org2 yg seperti Rockefeller, Stanford, Bill Gates, Warren Buffet, ngeluarin duit untuk charity sama cepetnya seperti mereka mendapatkannya. Meskipun tidak sedikit org akan complain ttg.bisnis mereka. [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] Pengelolaan wilayah tertentu secara outsource oleh negara lain, mungkinkah ?
BOT diaktifkan kembali dengan batasan pada wilayah terbelakang di Indonesia. Rencana Outsourcingnya pasti sukses. Kalau kita berbicara di Papua, saya tanya siapa yang pernah ke Papua / camp freeport? Berapa harga 1 potong ayam dan sapi disana? Berapa harga gudang garam 1 filter satu bungkus disana? Siapa yang bilang disana ngga bisa maju, cuman keenakan ongkang-ongkang kaki dapat uang jadinya malas. Capek dikitlah, pasti lebih maju daripada Jakarta. Sekedar pendapat. Salam, Winarto Sugondo 2009/10/6 Wong Cilik gajahpelan...@gmail.com Contoh elegan dan tidak mencederainya bagaimana ya... Sekarang membahas ini saja saya sudah agak cedera tuh... 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com matfaleh%40gmail.com Mr. Wong, jaman sekarang tidak mudah suatu negara mencaplok (aneksasi) negara lain, karena akan ditentang negara lain (PBB, ASEAN, dll) kecuali bila penguasanya berwatak Hitler (contoh George W Bush di Irak Afghanistan), itupun dengan penentangan dari banyak negara di dunia. Untuk kasus seperti ini, tidak perlu mereka harus meng-outsorce kita dulu, kalau mereka ingin aneksasi bisa langsung dilakukan (seperti Irak). Kalau dibilang nanti daerah tersebut akan menjadi seperti koloni negara lain, sekarang saja negeri kita sudah menjadi koloni bagi produk Jepang, Eropa Amerika. Bila cara ini terwujud maka akan banyak produk di Indonesia yang buatan Batam, Merauke, dll. Ini bukan masalah kepercayaan diri tapi masalah bagaimana kita memanfaatkan kemampuan negara lain untuk diri kita (yang mempunyai banyak keterbatasan, baik dana, ilmu, pengalaman, sikap mental aparat, dll). Semua tertuang dalam perjanjian yang saling menguntungkan. Kalau perlu kita tender diantara beberapa peminat yang berkualitas.. ;-) Semua bisa dikemas agar terlihat elegan tidak mencederai kehormatan sebagai bangsa. Hayo siapa lagi ? saya lebih senang ke arah praktis seperti ini dari pada berdebat soal teori yang dalam penerapannya akan banyak bias.: :-) Pada 6 Oktober 2009 16:38, Wong Cilik gajahpelan...@gmail.comgajahpelanduk%40gmail.com menulis: Apa yang membuat anda yakin mereka tidak akan me-makan Indonesia? Setelah dijadikan daerah kekuasaannya mereka, mereka kan bisa bikin apa saja. Apa sejarah penjajahan dulu belum cukup buat mengajar bangsa agar lebih bersifat percaya diri. Masih saja selalu merasa bangsa lain lebih hijau dari rumput bangsa sendiri? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com matfaleh%40gmail.commatfaleh% 40gmail.com Sangat banyak sumber pendapatan yang bisa digali dari negeri yang kaya letaknya strategis ini. Contohnya Batam Bintan bisa dijadikan pelabuhan transit terbesar di Asia menjadi hub berbagai transaksi. kalau Singapore yang secuil saja bisa masa Batam Bintan yang lebih luas tidak bisa ? Serahkan pengelolannya pada negara yang mempunyai ambisi menyaingi Singapore, misalnya UEA, Jepang, dll. Itu baru bisnis pelabuhan yang menggiurkan belum jasa lainnya. Untuk daerah yang agak di dalam (bukan di persimpangan lalu lintas internasional) bisa saja menjadi daerah wisata (Bangka Belitung), Industri, dll. Segala potensi di daerah tersebut akan dimaksimalkan oleh mereka ( dengan sumberdaya dari mereka ! ). Beda dengan sekarang, kalau kita ingin membangun jalan raya yang mulus di suatu daerah sementara penduduk daerah tersebut hanya 300 orang, apakah efisien ? Kalau dioutsource khan maka si outsoucer akan memaksimalkannya. Kurang SDM / penduduk ? tinggal buka lowongan bagi penduduk daerah lain. Pada 6 Oktober 2009 15:00, Wong Cilik gajahpelan...@gmail.comgajahpelanduk%40gmail.com gajahpelanduk%40gmail.com menulis: buat negara yang outsource dikasih apa pak? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.commatfaleh%40gmail.commatfaleh% 40gmail.com matfaleh% 40gmail.com Maaf saya kurang tertarik membicarakan hal-hal yang berbau teori, baik itu ekonomi kapitalis, ekonomi komunis, ekonomi pancasila, dll. Dalam pandangan saya Teori apa pun yang bisa mewujudkan tujuan negara (di pembukaan UUD) maka bisa diterapkan sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila sbg dasar negara. Jadi kita bisa mengambil the best practises dari berbagai sistem ekonomi tersebut dimodifikasi sesuai dengan kondisi kita. Saya ingin mengemukakan wacana yang mungkin dianggap ''nyeleneh' oleh sebagian kalangan. Tapi paling tidak mudah-mudahan dari wacana nyeleneh ini bisa diperdebatkan ketemu hasil yang lebih elegan. Bagaimana bila beberapa wilayah di negeri kita yang teramat luas ini pengelolaannya dioutsourse khan saja ke negara lain ? Ini terinspirasi dari majunya Hongkong setelah dikelola Inggris (kalau tidak salah 99
Re: [Keuangan] PANCASILA
Bung Poltak, bagi saya Pancasila tadinya adalah janji bentuk dari negara (waktu itu cuma RI). Isinya adalah kompromi dari kelompok2 yang mendukung lingkaran kecil sekitar BPKNIP. Pada awalnya cuma ada 4 sila. Akhirnya jadi 5 sebab kelompok2 minoritas menuntut masuknya perikemanusian. Azas perikemanusian diaktualisasi sesudah UUD 45 diganti dengan UUDSementara dimana seluruh konvensi PBB yaitu apa yang namanya Hak2 Azasi Manusia (HAM) diadopsi dalam UUD ini. Jadi Indonesia adalah satu negara yang pertama mengakui HAM. Tetapi mengakui kita sekarang tahu semua ternyata bukan melaksanakan. Yang terjadi malah degradasi sistem negara hukum sampai nyaris hilang. Yang hilang bukan hanya sistem hukum, tetapi juga norma dan etika. Singkat kata sesungguhnya konsensus nasional tentang baik dan buruk, benar dan salah sudah dalam keadaan lumpuh. Perlu dikaji ada atau tidak lembaga negara yang bertugas mengawasi dan menerapkan sistem hukum, norma dan etika dalam negara kita. Sesungguhnya badan tertinggi adalah MPR. Tetapi badan ini sudah maya, sebab fungsi yang nyata tidak jelas lagi. Sebetulnya MPR adalah badan yang bertugas menyusun sistem nilai apakah UU yang ada sesuai dengan Pancasila atau tidak. Berdasarkan sistem nilai ini harusnya setiap undang2 bisa dinilai oleh Makamah konstitusi apakah masih berlaku. Dalam praktek se-hari2 harusnya ada menteri UUD yang bertugas mendidik dan mengawasi semua unit2 kenegaraan supaya bekerja dalam kerangka UUD. Di Indonesia fungsi ini tidak jelas ada di departemen apa. Harusnya jabatan ini dipegang oleh Menteri Dalam Negeri yang 10 tahun terakhir ini se-olah2 kehilangan perannya sebagai juru pimpin tata negara kita. Jadi Pancasila dan aparatnya yaitu seluruh sistem perundangan kita ini belum bisa atau tidak selalu bisa ditagih, mirip obat placebo. Merek sudah ada tapi isinya masih kosong. Mengatasi masalah ini tidak mudah, sebab visi politik untuk itu belum ada. Sebab itu perlu ditanamkan idealisme supaya visi negara modern dengan tata negara yang jelas bisa jadi infrastruktur politik kita dikemudian hari. Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 11:40 AM 10/6/2009, you wrote: Aku jd tertarik jg comment. Menurutku semua pemikiran/konsep selalu merupakan respond terhadap tantangan jaman dan waktu. Jd, ada assumsi yg melandasi konsep tsb. Asumsi2 dasar ekonomi kapitalis, sosialis rasanya sudah jelas. Yg rasanya belum jelas ialah ekebenarnya apa sih asumsi2 ekonomi Pancasila? Bung Enda, Itu dia bagian dari pertanyaan saya sejak berhari-hari yang lewat. Pancasila itu konkritnya apa? (dan sama dengan itu - ekonomi Pancasila itu konkritnya apa?) Kayaknya masih belum terjawab. Dan kalau memang belum terjawab -- bagaimana kita bisa tahu ekonomi pancasila (apapun itu) adalah penyelesaian atas masalah ekonomi kita? Bila ternyata Pancasila tidak mendorong penegakan hukum atau meritocracy -- maka semakin berkuranglah poin untuk menyatakan bahwa ekonomi pancasila adalah resep yang tepat... Sekadar jadi gerakan moral ya silahkan saja -- tetapi sebagai agama atau doktrin ekonomi -- Pancasila rasanya sudah terlalu jauh. Pertanyaan berikutnya tentu, seberapa penting sebenarnya asumsi tsb dibawa dalam tahap operasional. [Aku sendiri pernah schock baca paper lama dari Milton Friedman The Methodology of Positive Economics, yg kurang lebih bilang bhw unrealistics assumsi dalam teori ekonomi tidaklah penting, selama teori tsb menghasilkan prediksi yg benar]. Apakah teori sdh jd agama? Salam, Enda
Bls: Bls: Bls: [Keuangan] PANCASILA
Sangat bisa Bang Poltak. Ada buku yang bagus, berjudul 'The Rise of China and the Demise of the World-capitalist Economy' ( Monthly Review Press,2009). Li adalah seorang ekonom, mengajar di Utah. Ia di era Tiananmen adalah seorang aktivis liberal, sangat anti pemerintah, dan boleh dibilang didikan Barat. Ketika ia dipenjara selama 3 tahun, ia membaca Das Kapital-nya Marx sampai khatam 3 kali. Akhirnya ia melihat bahwa banyak hal perlu diluruskan, termasuk buku ini adalah upaya pelurusan sejarah. Kita tidak bisa melihat Mao lepas dari konstelasi politik Cina dan dunia. Banyak fakta dipapar, nanti bisa saya berikan beberapa kutipan itu. Data 'life-expectancy' itu benar adanya, termasuk bagaimana Barat memanipulasi data soal korban jutaan jiwa, yang lebih banyak disumbang bencana alam terbesar dlm sepanjang sejarah Cina. Ada satu lagi buku yang baru saja saya baca, ditulis oleh Dongping Han, berjudul The Unknown Cultural Revolution, testimoni dia bagaimana pergulatan revolusi kebudayaan terjadi. Tentu saja Mao sebagai seorang yang obsesif banyak kesalahan. Saya hanya ingin mendudukkan secara lebih luas dalam sebuah perspektif 'non-positivistik', bahwa benarlah ungkapan 'sejarah adalah kisah sang pemenang', dan karenanya objektivitas perlu digugat secara kritis dan bertanggung jawab. Tentu saja dlm ilmu-ilmu sosial hal-hal seperti ini sudah cukup jamak, bagaimana fakta itu dipahami, tidak sekedar dijelaskan. salam Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sel, 6 Oktober, 2009 03:15:38 Judul: Re: Bls: Bls: [Keuangan] PANCASILA At 04:43 PM 10/6/2009, you wrote: Di sini memang banyak yg buruk dan bobrok, tapi apa iya kita tidak bisa memakai kacamata proporsional seperti melihat dan menilai Rockefeller? Sejelek-jeleknya Mao, di Cina ia berhasil meningkatkan tingkat-harapan- hidup dari 36 menjadi 65 tahun, ia mereformasi pendidikan, infrastruktur sudah disiapkan dg baik. Ini sekedar contoh. Mao? Itu monster. Menurut saya pribadi, tidak ada pemimpin yang lebih jelek dari Mao. Apa ukurannya? Ia bereksperimen dengan nasib ratusan jutaan orang secara sembarangan. Program Great Leap Forward yang terjadi tahun 1958-1961 -- telah membunuh setidaknya 60 JUTA orang warga Cina lewat terciptanya kelaparan terbesar hasil bikinan manusia. Mao pegang rekor dunia dalam jumlah pembunuhan warga sendiri secara sistematis. Orang yang dibunuh Mao lebih banyak daripada seluruh orang Indian yang pernah hidup di Benua Amerika sebelum kedatangan Columbus. (Dalam perbandingan ini, Rockefeller mungkin masih bisa dianggap santo..) Mao bukan ahli pertanian tapi berlagak ngerti soal pertanian. Mao bukan ahli metalurgi tapi menganggap diri mengerti soal cara memproduksi baja secara efisien. Ia buta oleh ketidakmampuannya. Dan itu tanggung jawab Mao (hingga akhirnya ia mengundurkan diri dari peran secara aktif). Apakah masalah selesai? Ternyata tidak. Ia mengulangi kembali bencana buatan - saat melancarkan Revolusi Kebudayaan di awal 1970-an. NB: Dari mana anda dapat angka peluang hidup orang Cina naik dari 35 menjadi 65 di masa Mao? Boleh saya tahu sumber referensinya? Saya tidak mau mengusik Rockefeller, sekedar mau mengajak menganalogkan dg bangsa kita. Putih-kelam adalah bagian dari sisi hidup manusia. Si kapitalis dan si sosialis tak luput dari ini. Secara apriori tidak ada yang bisa dikatakan pasti baik atau pasti buruk. Seobjektif-objektif nya suatu hal, ia tetaplah humanly objective. Termasuk soal Mao? Yahoo! Mail Kini Lebih Cepat dan Lebih Bersih. Rasakan bedanya sekarang! http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[Keuangan] Masker mulut n hidung warna hijau
Hai saudara2, saya ingin memperkenalkan masker yg biasa digunakan di rumah sakit, skrg dapat diperoleh dengan harga yg lebih terjangkau Terdiri atas 2 tipe pengikat : 1. Tali : Rp 19.000/box 2. Karet : Rp 18.500/box 1 box = 50 peaces Cocok sekali utk pemakaian di rumah sakit dan di terminal Siap utk pemesanan dalam jumlah besar sekitar 2000 box Bila berminat dapat segera hubungi saya di wsofja...@gmail.com 081806073003 Best Regards, Wibowo Sofjan Sent from my BlackBerry® wireless device from XL GPRS/EDGE/3G network = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[Keuangan] Life Expectancy ( data Bank Dunia )
Salam, Berikut ini data dari Bank Dunia yang sebelumnya saya pernah singgung. Table Life expectancy at birth (years) Changes in life expectancy 1960 1980 2000 1960–1980 1980–2000 China 36.3 66.8 70.3 30.5 3.5 Argentina65.2 69.6 73.8 4.4 4.2 Australia 70.7 74.4 79.6 3.7 5.2 Brazil 54.8 62.6 69.7 7.8 7.1 Canada 71.1 74.7 79.2 3.6 4.5 France 70.2 74.2 78.9 3.9 4.7 India 44.3 54.2 62.9 9.8 8.7 Indonesia 41.5 54.8 65.8 13.3 11.0 Japan 67.7 76.1 81.1 8.4 5.0 Malaysia 54.3 66.9 72.6 12.6 5.7 United States 69.8 73.7 77.03.9 3.3 East Asia/Pacifi c 38.8 64.3 69.1 25.5 4.8 High-income 68.9 73.8 78.0 4.8 4.2 Middle-income 44.9 65.6 69.1 20.7 3.5 Low-income 43.9 53.2 58.3 9.3 5.1 World 50.2 62.6 66.7 12.3 4.1Life expectancy at birth in China and selected countries, 1960–2000Source Mohon maaf data berantakan, bengkok-bengkok, mudah2an bukan cermin dari otak pengirim email ini, ;-) salam, pras: World Bank, World Development Indicators Online http://devdata.worldbank.org/dataonline Apakah wajar artis ikut Pemilu? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: Bls: [Keuangan] Kecerdasan finansial, bisakah diturunkan?
Terima kasih ya Mas Poltak, Mas Prastowo dan yang lain lainnya atas informasinya yang sangat bermanfaat. Kalau tidak salah di Indonesia memang dulu pernah ada buku yang membahas masalah kecerdasan finansial karangan Pak Roy Suryo. Oya, barangkali mas Poltak bisa memberikan informasi ringkas bocoran isi tentang buku Malcolm Gladwell.Menarik sekali buat kita semua sehingga kita bisa cerdas dalam finansial. Salam semua. Btw : outlier itu artinya apa ya? --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak Hotradero hotrad...@... wrote: At 05:46 PM 10/6/2009, you wrote: Ya betul Dharma, ada faktor ekologi NB: sebentar lagi terbit buku barunya Malcolm Gladwell. Judulnya What the Dog Saw: And Other Adventures Tanggal terbitnya 20 Oktober 2009 Bang Poltak, Menurut si penulis buku, selain faktor individu keluarga, faktor nasib kebetulan juga punya andil menjadikan seseorang sebagai outlier. Saya kira orang yang hidup pada sistem kapitalis lebih memiliki nasib kebetulan untuk menjadi outlier.
Red card-banned : [Keuangan] Masker mulut n hidunu
Member langsung di-banned, dan posting terkait lsg dihapus dari message list. Oka Powered by Telkomsel BlackBerry® = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] Life Expectancy ( data Bank Dunia )
At 07:59 AM 10/7/2009, you wrote: Mas Prastowo, Datanya nggak kebaca di Email Eudora saya. Link yang ada di bawah juga kalau diklik menghasilkan message: The Page Cannot be found. Ada sumber atau link lain? Trims. Salam, Berikut ini data dari Bank Dunia yang sebelumnya saya pernah singgung. Table                      Life expectancy at birth (years)                      Changes in life expectancy                      1960  1980     2000                            196019800            19802000 China                36.3   66.8     70.3                            30.5                       3.5 Argentina                65.2   69.6      73.8                                    4.4                    4.2 Australia             70.7    74.4    79.6                              3.7                   5.2 Brazil                 54.8    62.6    69.7                            7.8                          7.1
Re: [Keuangan] Pengelolaan wilayah tertentu secara outsource oleh negara lain, mungkinkah ?
Mr. Wong, kalau rasa nasionalisme Anda merasai tercederai dalam membahas wacana ini, it's good ! Tetapi tercederai pulakah nasionalisme Anda saat mengetahui hal di bawah ini : 1. Banyak pesawat asing yang melintasi RI tapi kita tak kuasa menghalaunya atau bahkan tak mengetahui bahwa mereka sudah melintasinya. 2. Dari 10 bank swasta terbesar, berapa yang masih dikuasai Indonesia ? 3. Banyak kapal nelayan asing yang mengeruk ikan diperairan Indonesia sementara jutaan nelayan kita bahkan tak bisa melaut ketika cuaca buruk karena kapalnya yang masih tradisional. 4. Koruptor yang dibawa ke KPK tapi mereka melambaikan tangan ke pemirsa TV seolah seorang selebritis melambaikan tangan ke para fansnya. 5. dan lain - lain yang seharusnya juga menggugah nasionalisme kita ..:-) Negeri kita KATANYA luas, panjangnya dari Turki ke Inggris, penduduknya juga terbesar ke 4 di dunia. Tapi tahukan Anda bahwa dari ratusan juta penduduk pulau Jawa, berapa orang yang sudah pernah menginjakkan kakinya untuk * jalan-jalan* ke tanah Papua, Manado or Aceh ? Bagaimana mereka mengetahui bahwa negeri ini luas bila tidak pernah merasakan perjalanan naik pesawat 4 jam dari Jakarta ke Manado ? Keluasan negeri ini menjadi tidak bermakna bagi sebagian besar rakyat karena bahkan hidup mereka sejak lahir sampai meninggal hanya berkutat di radius beberapa ratus km dari tempat mereka lahir :(- Kalau pun ada yang pernah menginjak tanah tersebut maka sebagian di antaranya karena urusan dinas bukan untuk jalan-jalan. Mungkin ada yang mencap saya tidak nasionalis. Absolutely wrong bro ! Saya bisa membuktikan bahwa darah saya berwarna merah tulang saya berwarna putih, he..he.. Anggap saja wacana nyeleneh ini sebagai pemikiran yang ''out of the box. Tentu saja outsourcing nanti tidak dikemas dengan kata-kata karena ketidakmampuan kita maka wilayah tersebut diserahkan ke negara lain tapi bisa dikemas misalnya dengan bahasa kerjasama pengelolaan wilayah. Sebenarnya bisa juga dibentuk semacam suatu badan otorita yang dipimpin oleh expatriat yang capable, misalnya Mahathir Muhammad (menyinggung lagi nggak yah ..?) Tapi kalau modus seperti ini maka sumber daya lainnya adalah kita yang menyediakan (dana, dll) selain itu kemampuan si expat tersebut tentu lebih kecil dibandingkan kemampuan negara outsourcer (misal pengalaman, network, dll). Biar merata, di tiap 5 pulau besar harus ada beberapa yang dioutsource. Nanti akan muncul beberapa daerah unggulan dunia di Indonesia, misalnya Industri keuangan di Banjarmasin, Pelabuhan transit di Batam, Industri Mobil Cendrawasih di Merauke, dll. Walah, semakin jauh nich mimpinya ... but it's ok kadang kita harus bermimpi siapa tahu bisa terwujud or mungkin dari mimpi tersebut bisa muncul ide lain yang lebih brilian... Sekedar sharing, curhat seorang nasionalis, syukur-syukur kalau ada yang benar, kalo salah maapin yah, mumpung masih di bulan syawal .:-) Pada 6 Oktober 2009 17:16, Wong Cilik gajahpelan...@gmail.com menulis: Contoh elegan dan tidak mencederainya bagaimana ya... Sekarang membahas ini saja saya sudah agak cedera tuh... 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com matfaleh%40gmail.com Mr. Wong, jaman sekarang tidak mudah suatu negara mencaplok (aneksasi) negara lain, karena akan ditentang negara lain (PBB, ASEAN, dll) kecuali bila penguasanya berwatak Hitler (contoh George W Bush di Irak Afghanistan), itupun dengan penentangan dari banyak negara di dunia. Untuk kasus seperti ini, tidak perlu mereka harus meng-outsorce kita dulu, kalau mereka ingin aneksasi bisa langsung dilakukan (seperti Irak). Kalau dibilang nanti daerah tersebut akan menjadi seperti koloni negara lain, sekarang saja negeri kita sudah menjadi koloni bagi produk Jepang, Eropa Amerika. Bila cara ini terwujud maka akan banyak produk di Indonesia yang buatan Batam, Merauke, dll. Ini bukan masalah kepercayaan diri tapi masalah bagaimana kita memanfaatkan kemampuan negara lain untuk diri kita (yang mempunyai banyak keterbatasan, baik dana, ilmu, pengalaman, sikap mental aparat, dll). Semua tertuang dalam perjanjian yang saling menguntungkan. Kalau perlu kita tender diantara beberapa peminat yang berkualitas.. ;-) Semua bisa dikemas agar terlihat elegan tidak mencederai kehormatan sebagai bangsa. Hayo siapa lagi ? saya lebih senang ke arah praktis seperti ini dari pada berdebat soal teori yang dalam penerapannya akan banyak bias.: :-) Pada 6 Oktober 2009 16:38, Wong Cilik gajahpelan...@gmail.comgajahpelanduk%40gmail.com menulis: Apa yang membuat anda yakin mereka tidak akan me-makan Indonesia? Setelah dijadikan daerah kekuasaannya mereka, mereka kan bisa bikin apa saja. Apa sejarah penjajahan dulu belum cukup buat mengajar bangsa agar lebih bersifat percaya diri. Masih saja selalu merasa bangsa lain lebih hijau dari rumput bangsa sendiri? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com
Re: [Keuangan] Pengelolaan wilayah tertentu secara outsource oleh negara lain, mungkinkah ?
Pendapatan di Papua memang tinggi tapi harga-harga juga tinggi karena sebagian besar dibuat diluar Papua atau karena ongkos transpot yang besar disana. Di sinilah perlunya untuk menciptakan sentra kemajuan baru di sana di berbagai bidang, sehingga nantinya semen tidak harus dibawa dari Makassar, gula pasir dari Jawa, dll. Perjalanan dalam satu kabupaten juga tidak perlu harus naik pesawat tapi cukup bis or kereta api. Bila misalnya daerah Merauke, Biak, Kepala Burung, dikelola secara outsouce maka disana bisa dibuat berbagai Industri yang mensupport sebagian kebutuhan rakyat Papua ( Australia), kalau kurang SDM tinggal panggil rakyat Tangerang, Bekasi, dll Saya pernah baca di Kompas bahwa untuk membedakan orang asli Papua yang punya uang atau tidak adalah bila mereka tergeletak tidur di pinggir jalan berarti mereka kemungkinan sedang punya uang, tertidur karena habis mabuk. Sedangkan bila jalan-jalan saja berarti kemungkinan tidak punya uang. Saya tidak tahu apakah benar demikian. Memang tidak mudah untuk mengubah kultur seseorang, perlu pendekatan khusus agar mereka bisa bangkit tanpa menyinggung kehormatannya. Sekedar sharing tanpa bermaksud menyinggung pihak manapun. Pada 6 Oktober 2009 21:07, winarto sugondo sugondo.wina...@gmail.commenulis: BOT diaktifkan kembali dengan batasan pada wilayah terbelakang di Indonesia. Rencana Outsourcingnya pasti sukses. Kalau kita berbicara di Papua, saya tanya siapa yang pernah ke Papua / camp freeport? Berapa harga 1 potong ayam dan sapi disana? Berapa harga gudang garam 1 filter satu bungkus disana? Siapa yang bilang disana ngga bisa maju, cuman keenakan ongkang-ongkang kaki dapat uang jadinya malas. Capek dikitlah, pasti lebih maju daripada Jakarta. Sekedar pendapat. Salam, Winarto Sugondo 2009/10/6 Wong Cilik gajahpelan...@gmail.com gajahpelanduk%40gmail.com Contoh elegan dan tidak mencederainya bagaimana ya... Sekarang membahas ini saja saya sudah agak cedera tuh... 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.com matfaleh%40gmail.commatfaleh% 40gmail.com Mr. Wong, jaman sekarang tidak mudah suatu negara mencaplok (aneksasi) negara lain, karena akan ditentang negara lain (PBB, ASEAN, dll) kecuali bila penguasanya berwatak Hitler (contoh George W Bush di Irak Afghanistan), itupun dengan penentangan dari banyak negara di dunia. Untuk kasus seperti ini, tidak perlu mereka harus meng-outsorce kita dulu, kalau mereka ingin aneksasi bisa langsung dilakukan (seperti Irak). Kalau dibilang nanti daerah tersebut akan menjadi seperti koloni negara lain, sekarang saja negeri kita sudah menjadi koloni bagi produk Jepang, Eropa Amerika. Bila cara ini terwujud maka akan banyak produk di Indonesia yang buatan Batam, Merauke, dll. Ini bukan masalah kepercayaan diri tapi masalah bagaimana kita memanfaatkan kemampuan negara lain untuk diri kita (yang mempunyai banyak keterbatasan, baik dana, ilmu, pengalaman, sikap mental aparat, dll). Semua tertuang dalam perjanjian yang saling menguntungkan. Kalau perlu kita tender diantara beberapa peminat yang berkualitas.. ;-) Semua bisa dikemas agar terlihat elegan tidak mencederai kehormatan sebagai bangsa. Hayo siapa lagi ? saya lebih senang ke arah praktis seperti ini dari pada berdebat soal teori yang dalam penerapannya akan banyak bias.: :-) Pada 6 Oktober 2009 16:38, Wong Cilik gajahpelan...@gmail.comgajahpelanduk%40gmail.com gajahpelanduk%40gmail.com menulis: Apa yang membuat anda yakin mereka tidak akan me-makan Indonesia? Setelah dijadikan daerah kekuasaannya mereka, mereka kan bisa bikin apa saja. Apa sejarah penjajahan dulu belum cukup buat mengajar bangsa agar lebih bersifat percaya diri. Masih saja selalu merasa bangsa lain lebih hijau dari rumput bangsa sendiri? 2009/10/6 Muh. Nurul Falah matfa...@gmail.commatfaleh%40gmail.commatfaleh% 40gmail.commatfaleh% 40gmail.com Sangat banyak sumber pendapatan yang bisa digali dari negeri yang kaya letaknya strategis ini. Contohnya Batam Bintan bisa dijadikan pelabuhan transit terbesar di Asia menjadi hub berbagai transaksi. kalau Singapore yang secuil saja bisa masa Batam Bintan yang lebih luas tidak bisa ? Serahkan pengelolannya pada negara yang mempunyai ambisi menyaingi Singapore, misalnya UEA, Jepang, dll. Itu baru bisnis pelabuhan yang menggiurkan belum jasa lainnya. Untuk daerah yang agak di dalam (bukan di persimpangan lalu lintas internasional) bisa saja menjadi daerah wisata (Bangka Belitung), Industri, dll. Segala potensi di daerah tersebut akan dimaksimalkan oleh mereka ( dengan sumberdaya dari mereka ! ). Beda dengan sekarang, kalau kita ingin membangun jalan raya yang mulus di suatu daerah sementara penduduk daerah tersebut hanya 300 orang, apakah
Re: Bls: Bls: [Keuangan] PANCASILA
At 08:39 PM 10/6/2009, you wrote: Kalau saya justru melihatnya terbalik Bang. China zaman sekarang ngga lebih dari era foya-foya setelah menabung panjang di zaman Mao. Lihat buktinya dengan datang sendiri kesana, kehidupan mereka cukup dijalankan dengan sederhana karena dari kecil sudah sederhana, kita coba lihat pinggiran guang zhou yang tidak dijangkau konglomerat, mereka berkecukupan, tapi mereka tidak haus keinginan untuk menjadi lebih mewah, mereka cenderung menerima apa adanya. China itu ekonomi ukuran satu benua, jadi kita tidak bisa menilai seluruh China hanya dengan melihat bagian kecilnya (semisal Guang Zhou) ataupun Shanghai maupun Beijing. Dan China itu kompleks sekali. Ada banyak hal yang kontras dan paradoks. Saya skeptis dengan pernyatan: China jaman sekarang nggak lebih dari era foya-foya pasca Mao. Tingkat tabungan China saat ini sangat tinggi, dan termasuk tertinggi di dunia. Dan level tingkat tabungan yang nggak normal ini lah yang menghambat peningkatan tingkat konsumsi di China. Padahal, kalau tingkat konsumsi China tidak bertumbuh, maka pertumbuhan ekonomi China menjadi terlalu tergantung pada ekspor dan perdagangan dengan dunia luar. Cuma sekitar 30% komponen konsumsi dalam ekonomi China. Bandingkan dengan Indonesia dan Amerika yang 70%-nya komponen ekonominya adalah konsumsi. Yang saya belum tahu, apakah metode penjualan secara kredit telah menjamur seperti di Indonesia? Sepertinya sepanjang saya disana tidak pernah melihat keinginan yang simple seperti memiliki Black**erry tapi mereka cukup senang pada kehidupan sehari-hari seadanya. Di China tidak ada sistem kredit bagi masyarakat luas. Kredit hanya diberikan bagi perusahaan dan individu kaya. Dan sistem perbankan di China masih terlalu dikuasai oleh 4 bank terbesar yang mayoritas sahamnya milik pemerintah China. Apakah mereka benar-benar bahagia? Tidak tahu persis. Coba saja anda bertukar posisi dengan mereka. Yang terjadi di Indonesia di Era 80-an juga seperti disana saat ini, tabungan Bung Karno telah membuahkan buah yang manis, Ini jelas omong kosong. Pemerintahan Bung Karno nggak becus mengurus ekonomi. Inflasi mencapai 600%, dan TIGA kali pemerintahan Sukarno mengemplang utang kepada rakyatnya sendiri (di era 1950-1960-an), dengan tidak mau melunasi secara penuh Obligasi Negara yang diterbitkan pemerintah. Padahal pemerintahan Sukarno selalu punya duit untuk proyek-proyek mercu suar yang nilai ekonominya rendah. Anda bayangkan saja -- kalau pemerintah sendiri nggak bisa dipercaya soal manajemen duit -- siapa lagi yang bisa dipercaya? Ukuran becus atau tidaknya pemerintahan dalam mengurus ekonomi bisa dilihat sepintas hanya dari dua indikator penting -- tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi. Kalau dua angka ini sudah nggak beres - besar kemungkinan angka yang lain pun nggak bisa dipertanggung jawabkan
Bls: [Keuangan] Life Expectancy ( data Bank Dunia )
Bang Poltak, Agaknya link itu berbayar, saya sudah coba juga. Buku Minqi Li ini dlm bentuk print saya ada, agar bisa dibaca-baca saya kirim juga versi e book via japri. semoga bermanfaat. salam, pras Dari: Poltak Hotradero hotrad...@gmail.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sel, 6 Oktober, 2009 18:37:53 Judul: Re: [Keuangan] Life Expectancy ( data Bank Dunia ) At 07:59 AM 10/7/2009, you wrote: Mas Prastowo, Datanya nggak kebaca di Email Eudora saya. Link yang ada di bawah juga kalau diklik menghasilkan message: The Page Cannot be found. Ada sumber atau link lain? Trims. Salam, Berikut ini data dari Bank Dunia yang sebelumnya saya pernah singgung. Table                      Life expectancy at birth (years)                      Changes in life expectancy                      1960  1980     2000                            1960–19800            1980–2000 China                36.3   66.8     70.3                            30.5                       3.5 Argentina                65.2   69.6      73.8                                    4.4                    4.2 Australia             70.7    74.4    79.6                              3.7                   5.2 Brazil                 54.8    62.6    69.7                            7.8                          7.1 Sikap Peduli Lingkungan? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers. http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [Keuangan] PANCASILA
Saya kok merasa sepakat dengan yg ditulis rekan Hok An (Btw, kapan Anda ke Jakarta, lagi?). Pancasila itu, adalah konsensus para pendiri Negara, yang merupakan visi akan menjadi apa yang namanya negara dan bangsa Indonesia itu. Pendiri Negara, tidak memberikan petunjuk, bagaimana atau akan diapakan pancasila dalam hal implementasi dan aplikasinya dalam berbangsa dan bernegara. Artinya, Pancasila itu, kalau diibaratkan suatu wadah, masihlah wadah yang kosong, yang hanya diberi merek Pancasila. Jika persepsinya seperti itu, maka tak heran jika pak Harto dan pemerintahannya pada saat itu berusaha menciptakan wadah yg dinamakan P4. Kalopun saat ini banyak yang bilang bahwa pendekatan itu salah, karena bersifat indoktrinatif dan mengikis sikap kritis Warga Negara, saya kira itu adalah tahapan belajar yang harus kita lalui. Setelah era P4, seolah-olah Pancasila seperti tertelan bumi, antara ada dan tiada. Apakah P4, menghasilkan efek traumatis terhadap Pancasila? Saya kira, walau belum ada penelitiannya, kok ngak sampai kesitu ya... Bung Poltak benar mempertanyakan Pancasila itu seperti apa? Wong dia baru melihat wadahnya doang.. mas Pras juga benar, karena beliau melihat, didalam wadah itu sudah ada isinya, yaitu kebijakan hasil pengalaman bangsa ini selama 64 tahun merdeka, bahkan sebelumnya. Bung Enda, dan rekena2 lain saya kira benar juga karena melihat angle yang berbeda, pada wadah ini. Pancasila seperti halnya Merah Putih adalah kartu mati bagi Negara Indonesia. Dulu Merah Putih, kita artikan berani (merah) karena suci (putih), mungkin sekarang Merah Putih harus diintepretasikan lain.. (wong Nurdin Top dkk, aja bisa mengklaim semua aktivitas gilanya adalah berani karena suci, apa bedanya dg Merah Putih Indonesia?) ditengah kapitalisme modern, globalisasi, nasionalisme baru. Pancasila saya kira harus diperlakukan sama, Pancasila adalah wadah yang dinamis, yang tak akan pernah penuh. Siapa yang harus mengisi, bukan Pemerintah tapi seluruh Warga Negara. Jangan Pemerintah yang bertugas mengisi, apalagi memonopoli intepretasi, entar balik lagi jaman Orba dong. Suatu Badan atau lembaga yang diatas Pemerintah, yang merupakan representasi seluruh rakyat..apalagi kalo bukan MPR, disitu ada wakil Parpol dan Daerah, bukan? UUD 45 yang dulu dianggap sakral saja bisa diamend, walau kesakralannya ingin tetap dipertahankan dengan cara tetap menamakannya UUD 45...artinya MPR bisa merumuskan guidance yg lebih jelas bagaimana mengaktualisasikan (saya tak ingin menggunakan kata mengamalkan) Pancasila. Dari sanalah barulah bangsa ini bisa melangkah lebih jauh... Sebagai Moderator, saya tak ingin menutup diskusi mengenai Pancasila ini, tapi memang kesimpulannya ngak akan jauh dari yang saya tuliskan diatas. Kalo mau dilanjutkan silahkan sajalah...untuk membedakan dengan topik yang terkait ekonomi, maka dibawah thread Pancasila, kita hanya akan membahas hal2 diluar ekonomi. Hal-hal mengenai Ekonomi Pancasila, saya sarankan dibawah traead Ekonomi Pancasila. Salam, From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Hok An Sent: Wednesday, October 07, 2009 12:38 AM To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] PANCASILA Bung Poltak, bagi saya Pancasila tadinya adalah janji bentuk dari negara (waktu itu cuma RI). Isinya adalah kompromi dari kelompok2 yang mendukung lingkaran kecil sekitar BPKNIP. Pada awalnya cuma ada 4 sila. Akhirnya jadi 5 sebab kelompok2 minoritas menuntut masuknya perikemanusian. Azas perikemanusian diaktualisasi sesudah UUD 45 diganti dengan UUDSementara dimana seluruh konvensi PBB yaitu apa yang namanya Hak2 Azasi Manusia (HAM) diadopsi dalam UUD ini. Jadi Indonesia adalah satu negara yang pertama mengakui HAM. Tetapi mengakui kita sekarang tahu semua ternyata bukan melaksanakan. Yang terjadi malah degradasi sistem negara hukum sampai nyaris hilang. Yang hilang bukan hanya sistem hukum, tetapi juga norma dan etika. Singkat kata sesungguhnya konsensus nasional tentang baik dan buruk, benar dan salah sudah dalam keadaan lumpuh. Perlu dikaji ada atau tidak lembaga negara yang bertugas mengawasi dan menerapkan sistem hukum, norma dan etika dalam negara kita. Sesungguhnya badan tertinggi adalah MPR. Tetapi badan ini sudah maya, sebab fungsi yang nyata tidak jelas lagi. Sebetulnya MPR adalah badan yang bertugas menyusun sistem nilai apakah UU yang ada sesuai dengan Pancasila atau tidak. Berdasarkan sistem nilai ini harusnya setiap undang2 bisa dinilai oleh Makamah konstitusi apakah masih berlaku. Dalam praktek se-hari2 harusnya ada menteri UUD yang bertugas mendidik dan mengawasi semua unit2 kenegaraan supaya bekerja dalam kerangka UUD. Di Indonesia fungsi ini tidak jelas ada di departemen apa. Harusnya jabatan ini dipegang oleh Menteri Dalam Negeri yang 10 tahun terakhir ini se-olah2 kehilangan perannya sebagai juru pimpin tata negara kita. Jadi Pancasila dan aparatnya yaitu
Ilustrasi tentang subsidi BBM : (was: [Keuangan] PANCASILA
At 08:49 PM 10/6/2009, you wrote: Wah..sebaiknya agama ngga usah di-ungkit2 lah Bos. Kalau soal premium, saya mau tanya Bang Poltak nih, bisa ilustrasikan hitungannya yang membuktikan premium disubsidi untuk rakyat kecil ngga? Begini. Harga bensin di pasar internasional berapa? Harga bensin di pompa bensin berapa? Nah ada selisih antara kedua harga itu. Siapa yang mengkompensasi selisih itu? Pemerintah mengkompensasinya lewat anggaran pemerintah. Tujuannya apa? Supaya golongan masyarakat yang ekonominya terbatas bisa membeli bensin. Nah, bagaimana dengan golongan masyarakat yang ekonominya mampu? Apa boleh beli? Boleh saja, tetapi ingat bahwa itu berarti mereka memakan hak orang yang ekonominya terbatas. Kenapa begitu? Illustrasinya begini: - Orang miskin duitnya terbatas. Kalau beli bensin paling cuma bisa 10 liter. Kalau nggak ada subsidi, maka mungkin mereka cuma bisa beli 6 liter. Bisa saja ngotot beli 10 liter - tapi berarti mengorbankan pengeluaran yang lain - semisal pos pengeluaran untuk pendidikan atau pengobatan. - Orang kelas menengah duitnya lebih banyak. Dia bisa beli bensin sampai 100 liter. Kalau nggak ada subsidi mereka bisa beli sampai 60 liter. Berkurang volume-nya - tetapi tentu orang kelas menengah ini masih bisa menggunakan kendaraannya dan sampai ke tujuan. Kenapa? Lha, orang miskin yang punya 10 liter aja bisa sampe, masak yang punya 60 liter nggak bisa nyampe ke tujuan? - Orang kaya duitnya lebih banyak lagi. Dia bisa beli bensin sampai 500 liter. Kalau nggak ada subsidi, mereka bisa beli sampai 300 liter. Dan jelas ini berarti jauh dari kebutuhan minimum untuk bisa sampai ke tempat tujuan. Nah dalam illustrasi di atas, menjadi sangat jelas bahwa terjadi distorsi luar biasa kalau orang kaya ikut-ikutan beli bensin subsidi. Kenapa? karena daya beli mereka mampu menyerap volume bensin bersubsidi hingga berkali-kali lipat orang kelas menengah dan kelas bawah. Ini juga berarti subsidi yang seharusnya untuk masyarakat kelas bawah dengan tujuan supaya harga bensin bisa terjangkau bagi mereka supaya jangan sampai mengorbankan pos pengeluaran lainnya -- ternyata lebih banyak dinikmati oleh orang-orang yang mampu. Itu yang saya sebut sebagai mencuri hak orang miskin. Andai para orang kaya itu bisa menahan diri (dengan tidak membeli bensin bersubsidi) -- maka pos anggaran pemerintah untuk menambal subsidi tentu akan lebih rendah. Dan ini berarti akan tersedia pos anggaran untuk hal-hal lain di luar subsidi -- mulai dari pelayanan kesehatan dan pendidikan -- sampai dengan membangun infrastruktur. Dan ini berarti akan dinikmati lebih banyak orang - dan ekonomi nasional pun akan lebih sehat. Apakah ini bisa dilakukan? Kenapa tidak? Mulai saja dari diri sendiri! Saya toh bisa melakukan ini. Di rumah saya cuma punya satu mobil. Saya pergi ke kantor naik taksi atau kendaraan umum lain, karena pekerjaan saya relatif stasioner. Istri saya pakai mobil karena dia orang marketing yang perlu banyak berkunjung. Anak saya pergi dan pulang sekolah naik bis sekolah. Kita memilih mobil yang BBM-nya paling hemat di kelasnya. Konsumsi BBM kita sekitar 40 liter per minggu. Dan kita selalu mengisi BBM dengan bensin non-subsidi. Bahkan saat harga bensin non subsidi di atas Rp. 10 ribu per liter sebagaimana pernah terjadi tahun 2008 -- saya TETAP mengisi tanki bensin dengan BBM non subsidi. Tetapi jelas bahwa saat itu kita nggak bisa lebih leluasa bepergian - tapi itu adalah konsekuensi. Tapi toh pekerjaan dan perjalanan penting lainnya tetap tidak terganggu. kebetulan saya orang awam nih.Saya cuman punya 1 motor dan diisi premium, salahkah saya karena saya bekerja tapi saya isi motor saya pakai premium? Anda bisa mengukur dan menjawab sndiri sendiri lewat illustrasi di atas. Apakah PPh 22 tidak dapat mengetahui besaran penerimaan negara dari sektor bahan bakar, apalagi PBB-KB, berapa pajak final yang kami bayarkan ke negara? Maksudnya?
Re: [Keuangan] PANCASILA
Saya juga sepakat, Saya melihatnya Pancasila adalah sebuah janji bersama yg mengakomodasi kebinekaan etnik, budaya dan aliran pada waktu itu. Implementasinya ya ... disesuaikan kebutuhan jaman. Seperti butir butir P4 jaman orba, mungkin sesuai untuk jaman itu ... Sekarang ya maaf saja sdh basi. Kalau ada yg kemudian mencoba mengimplementasikan nya kedalam ekonomi, demokrasi dsb ... sejauh ini masih klaim sepihak saja. Apa bener demokrasi ala pak Harto itu demokrasi Pancasila? Apa bener ekonomi seperti yg di gagas prof murbiyanto dkk yg disebut ekonomi pancasila? Misal Sila 4, tentang perwakilan : bisa diterjemahkan sebagai demokrasi terpimpin ala Sukarno, Demokrasi Kekeluargaan ala Suharto dan Demokrasi Liberal ala pasca reformasi. Demikian juga sila ke tentang keadilan sosial. Adil disini kan relatif, menurut siapa? Mungkin ada yg mengkalim kekayaan harus dibagi rata. Tapi saya juga bisa bilang pembagian yg berkeadilan sosial hanya bisa dilakukan menurut mekanisme pasar yg efisien. Yang bekerja lebih keras,lebih innovative mendapat bagian yg lebih besar dst. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone -Original Message- From: Oka Widana oka.wid...@indosat.net.id Date: Wed, 7 Oct 2009 10:20:56 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: RE: [Keuangan] PANCASILA Saya kok merasa sepakat dengan yg ditulis rekan Hok An (Btw, kapan Anda ke Jakarta, lagi?). Pancasila itu, adalah konsensus para pendiri Negara, yang merupakan visi akan menjadi apa yang namanya negara dan bangsa Indonesia itu. Pendiri Negara, tidak memberikan petunjuk, bagaimana atau akan diapakan pancasila dalam hal implementasi dan aplikasinya dalam berbangsa dan bernegara. Artinya, Pancasila itu, kalau diibaratkan suatu wadah, masihlah wadah yang kosong, yang hanya diberi merek Pancasila. Jika persepsinya seperti itu, maka tak heran jika pak Harto dan pemerintahannya pada saat itu berusaha menciptakan wadah yg dinamakan P4. Kalopun saat ini banyak yang bilang bahwa pendekatan itu salah, karena bersifat indoktrinatif dan mengikis sikap kritis Warga Negara, saya kira itu adalah tahapan belajar yang harus kita lalui. Setelah era P4, seolah-olah Pancasila seperti tertelan bumi, antara ada dan tiada. Apakah P4, menghasilkan efek traumatis terhadap Pancasila? Saya kira, walau belum ada penelitiannya, kok ngak sampai kesitu ya... Bung Poltak benar mempertanyakan Pancasila itu seperti apa? Wong dia baru melihat wadahnya doang.. mas Pras juga benar, karena beliau melihat, didalam wadah itu sudah ada isinya, yaitu kebijakan hasil pengalaman bangsa ini selama 64 tahun merdeka, bahkan sebelumnya. Bung Enda, dan rekena2 lain saya kira benar juga karena melihat angle yang berbeda, pada wadah ini. Pancasila seperti halnya Merah Putih adalah kartu mati bagi Negara Indonesia. Dulu Merah Putih, kita artikan berani (merah) karena suci (putih), mungkin sekarang Merah Putih harus diintepretasikan lain.. (wong Nurdin Top dkk, aja bisa mengklaim semua aktivitas gilanya adalah berani karena suci, apa bedanya dg Merah Putih Indonesia?) ditengah kapitalisme modern, globalisasi, nasionalisme baru. Pancasila saya kira harus diperlakukan sama, Pancasila adalah wadah yang dinamis, yang tak akan pernah penuh. Siapa yang harus mengisi, bukan Pemerintah tapi seluruh Warga Negara. Jangan Pemerintah yang bertugas mengisi, apalagi memonopoli intepretasi, entar balik lagi jaman Orba dong. Suatu Badan atau lembaga yang diatas Pemerintah, yang merupakan representasi seluruh rakyat..apalagi kalo bukan MPR, disitu ada wakil Parpol dan Daerah, bukan? UUD 45 yang dulu dianggap sakral saja bisa diamend, walau kesakralannya ingin tetap dipertahankan dengan cara tetap menamakannya UUD 45...artinya MPR bisa merumuskan guidance yg lebih jelas bagaimana mengaktualisasikan (saya tak ingin menggunakan kata mengamalkan) Pancasila. Dari sanalah barulah bangsa ini bisa melangkah lebih jauh... Sebagai Moderator, saya tak ingin menutup diskusi mengenai Pancasila ini, tapi memang kesimpulannya ngak akan jauh dari yang saya tuliskan diatas. Kalo mau dilanjutkan silahkan sajalah...untuk membedakan dengan topik yang terkait ekonomi, maka dibawah thread Pancasila, kita hanya akan membahas hal2 diluar ekonomi. Hal-hal mengenai Ekonomi Pancasila, saya sarankan dibawah traead Ekonomi Pancasila. Salam, From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Hok An Sent: Wednesday, October 07, 2009 12:38 AM To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] PANCASILA Bung Poltak, bagi saya Pancasila tadinya adalah janji bentuk dari negara (waktu itu cuma RI). Isinya adalah kompromi dari kelompok2 yang mendukung lingkaran kecil sekitar BPKNIP. Pada awalnya cuma ada 4 sila. Akhirnya jadi 5 sebab kelompok2 minoritas menuntut masuknya perikemanusian. Azas perikemanusian diaktualisasi sesudah UUD 45 diganti dengan UUDSementara dimana seluruh konvensi
Bls: [Keuangan] PANCASILA
Bli, Saya kira konklusi ini cukup memadai dan komprehensif, terima kasih untuk ini. Tugas kita bersama adalah memikirkan soal ini. Di tengah aneka kepentingan, motif, usaha, maupun tujuan, saya yakin kita sebagai warganegara Indonesia masih memiliki satu irisan yang menyatukan. Yang membedakan mungkin hanya kadarnya, yang sangat percaya, biasa-biasa saja, maupun skeptis, semua berhak hidup dan masing2 memiliki alasan yg sah, karena Pancasila hidup dalam sejarah. Kekeliruan Orde Baru - dan ini sangat fatal - adalah menjadikan Pancasila ahistoris. Nah, di sini saya sedikit memperkenalkan apa yang dalam Filsafat Politik disebut prinsip 'Metanormatif'. Etika-etika yang ada, termasuk norma agama, bersifat normatif, mengikat dan menjadi imperatif bagi warga/umatnya. Indonesia adalah Taman Etika, dan juga Kebun Nilai-nilai. Pertanyaannya adalah, bagaimana Taman dan Kebun ini bisa lestari, sedangkan masing2 memiliki klaim paling? Di sini Pancasila tepat jika ditempatkan dalam bingkai 'Metanormatof'. Ia bukan sebuah nilai yg bersaing dengan nilai-nilai lain, melainkan prinsip dasar yang memungkinkan nilai2 di Taman dan Kebun ini dipraktikkan dan dihayati. Maka tujuan individual, komunitas, atau kebangsaan terbingkai dan dijamin prinsip ini. Hasil akhir tidak harus seragam, tetapi Pancasila harus memastikan bahwa semua memperoleh kesempatan dan perlakuan yang sama. Liberalisme sebenarnya mengalami krisis seperti Pancasila juga, ketika ia diperlakukan secara normatif. Liberalisme bisa diselamatkan jika ia ditempatkan secara 'metanormatif', sebagai prinsip dasar yang menjamin kebebasan, jadi kebebasan bukan nilai intrinsik yang harus diperjuangkan untuk diwujudkan, melainkan sesuatu yang diandaikan sebagai dasar tindakan yang bebas. Kekeliruan (mungkin kelatahan ) ini akhirnya melahirkan apa yang kita sebut Pancasila vs Islam (teokrasi), dll, hal yg pernah saya kritik atas hasil penelitian sebuah lembaga survei terkenal di Indonesia krn kerancuan yg menyesatkan ini. Pancasila adalah prinsip dasar yg memungkinkan orang Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Batak, Jawa, Bugis, Minang, Cina, dll menghayati keyakinan dan nilai-nilainya. ( untuk elaborasi ini saya berhutang pd pemikiran brilian Douglas B. Rasmussen dan Douglas den Yul, dlm bukunya 'The Norm of Liberty', 2005). salam, pras Dari: Oka Widana oka.wid...@indosat.net.id Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sel, 6 Oktober, 2009 20:20:56 Judul: RE: [Keuangan] PANCASILA Saya kok merasa sepakat dengan yg ditulis rekan Hok An (Btw, kapan Anda ke Jakarta, lagi?). Pancasila itu, adalah konsensus para pendiri Negara, yang merupakan visi akan menjadi apa yang namanya negara dan bangsa Indonesia itu. Pendiri Negara, tidak memberikan petunjuk, bagaimana atau akan diapakan pancasila dalam hal implementasi dan aplikasinya dalam berbangsa dan bernegara. Artinya, Pancasila itu, kalau diibaratkan suatu wadah, masihlah wadah yang kosong, yang hanya diberi merek Pancasila. Jika persepsinya seperti itu, maka tak heran jika pak Harto dan pemerintahannya pada saat itu berusaha menciptakan wadah yg dinamakan P4. Kalopun saat ini banyak yang bilang bahwa pendekatan itu salah, karena bersifat indoktrinatif dan mengikis sikap kritis Warga Negara, saya kira itu adalah tahapan belajar yang harus kita lalui. Setelah era P4, seolah-olah Pancasila seperti tertelan bumi, antara ada dan tiada. Apakah P4, menghasilkan efek traumatis terhadap Pancasila? Saya kira, walau belum ada penelitiannya, kok ngak sampai kesitu ya... Bung Poltak benar mempertanyakan Pancasila itu seperti apa? Wong dia baru melihat wadahnya doang.. mas Pras juga benar, karena beliau melihat, didalam wadah itu sudah ada isinya, yaitu kebijakan hasil pengalaman bangsa ini selama 64 tahun merdeka, bahkan sebelumnya. Bung Enda, dan rekena2 lain saya kira benar juga karena melihat angle yang berbeda, pada wadah ini. Pancasila seperti halnya Merah Putih adalah kartu mati bagi Negara Indonesia. Dulu Merah Putih, kita artikan berani (merah) karena suci (putih), mungkin sekarang Merah Putih harus diintepretasikan lain.. (wong Nurdin Top dkk, aja bisa mengklaim semua aktivitas gilanya adalah berani karena suci, apa bedanya dg Merah Putih Indonesia?) ditengah kapitalisme modern, globalisasi, nasionalisme baru. Pancasila saya kira harus diperlakukan sama, Pancasila adalah wadah yang dinamis, yang tak akan pernah penuh. Siapa yang harus mengisi, bukan Pemerintah tapi seluruh Warga Negara. Jangan Pemerintah yang bertugas mengisi, apalagi memonopoli intepretasi, entar balik lagi jaman Orba dong. Suatu Badan atau lembaga yang diatas Pemerintah, yang merupakan representasi seluruh rakyat..apalagi kalo bukan MPR, disitu ada wakil Parpol dan Daerah, bukan? UUD 45 yang dulu dianggap sakral saja bisa diamend, walau kesakralannya ingin tetap dipertahankan dengan cara tetap menamakannya UUD 45...artinya MPR bisa merumuskan guidance yg lebih jelas
[Keuangan] Ekonomi Syariah dalam tataran Makro
Buat rekan2, abang2 ahli Keuangan, Mungkin topik ini sudah banyak dibahas dalm milis ini tapi saya belum menemukan pembahasan masalah penerapan ekonomi syariah yang membumi. Tidak seperti halnya ekonomi pancasila yang tidak membumi, Ekonomi syariah saat ini lagi booming sebagai alternatif pemecahan krisis. Ekonomi syariah juga sama tuanya bahkan lebih tua dari kapitalisme dan sosialisme. Kita tahu Ekonomi Syariah tidak hanya membahas sistem perbankan syariah tapi mencangkup kebijakan moneter negara. Saya pernah membaca artikel dari pak Adiwarman A Karim, konon katanya konsep invisible hand pada Wealth of Nation Adam Smith adalah hasil adaptasi karya ulama Muslim. Sebagai ideologi tentunya Islam terbuka bagi. Siapa saja mencoba mengkaji dan bahkan menerapkan sistem islam tanpa harus meyakini akidah yang melandasinya sebagaiman kita bangsa Indonesia yang majemuk mengadopsi kapitalisme dan sosialisme bahkan Islam kedalam ekonomi pancasila tanpa harus mengakui sebagai penganut kapitalis maupun komunis. Salam, Andi MF Avandy Sent from my BlackBerry® smartphone = Blog resmi AKI, dengan alamat www.ahlikeuangan-indonesia.com - Facebook AKI, untuk mengenal member lain lebih personal, silahkan join http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045 - Arsip Milis AKI online, demi kenyamanan Anda semua http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com = Perhatian : - Untuk kenyamanan bersama, dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan ahlikeuangan-indonesia-ow...@yahoogroups.comyahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/AhliKeuangan-Indonesia/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:ahlikeuangan-indonesia-dig...@yahoogroups.com mailto:ahlikeuangan-indonesia-fullfeatu...@yahoogroups.com * To unsubscribe from this group, send an email to: ahlikeuangan-indonesia-unsubscr...@yahoogroups.com * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [Keuangan] PANCASILA
Kalau sudah basi, kita ganti dong dengan misalnya 'amanah'. Seperti dah banyak terlontar, kita butuh pemimpin yang 'amanah' dan kata ini seperti kata sapu jagad yang bisa mengganti Pancasila. Masalahnya amanah ini sebetulnya bias. Seorang teroris juga menganggap tidakannya amanah karena dia punya ukuran sendiri terhadap kata 'amanah'. Sementara Pancasila sebagai suatu dasar negara ya begitu itu adanya. Kalau gak suka kata tida berketuhanan kita ganti dengan kata 'kurang' terhadap sumua sila maka hasilnya juga akan lucu :-) Salam RM Belum pernah ikut P4 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, mr_...@... wrote: Saya juga sepakat, Saya melihatnya Pancasila adalah sebuah janji bersama yg mengakomodasi kebinekaan etnik, budaya dan aliran pada waktu itu. Implementasinya ya ... disesuaikan kebutuhan jaman. Seperti butir butir P4 jaman orba, mungkin sesuai untuk jaman itu ... Sekarang ya maaf saja sdh basi. Kalau ada yg kemudian mencoba mengimplementasikan nya kedalam ekonomi, demokrasi dsb ... sejauh ini masih klaim sepihak saja. Apa bener demokrasi ala pak Harto itu demokrasi Pancasila? Apa bener ekonomi seperti yg di gagas prof murbiyanto dkk yg disebut ekonomi pancasila? Misal Sila 4, tentang perwakilan : bisa diterjemahkan sebagai demokrasi terpimpin ala Sukarno, Demokrasi Kekeluargaan ala Suharto dan Demokrasi Liberal ala pasca reformasi. Demikian juga sila ke tentang keadilan sosial. Adil disini kan relatif, menurut siapa? Mungkin ada yg mengkalim kekayaan harus dibagi rata. Tapi saya juga bisa bilang pembagian yg berkeadilan sosial hanya bisa dilakukan menurut mekanisme pasar yg efisien. Yang bekerja lebih keras,lebih innovative mendapat bagian yg lebih besar dst. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone -Original Message- From: Oka Widana oka.wid...@... Date: Wed, 7 Oct 2009 10:20:56 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: RE: [Keuangan] PANCASILA Saya kok merasa sepakat dengan yg ditulis rekan Hok An (Btw, kapan Anda ke Jakarta, lagi?). Pancasila itu, adalah konsensus para pendiri Negara, yang merupakan visi akan menjadi apa yang namanya negara dan bangsa Indonesia itu. Pendiri Negara, tidak memberikan petunjuk, bagaimana atau akan diapakan pancasila dalam hal implementasi dan aplikasinya dalam berbangsa dan bernegara. Artinya, Pancasila itu, kalau diibaratkan suatu wadah, masihlah wadah yang kosong, yang hanya diberi merek Pancasila. Jika persepsinya seperti itu, maka tak heran jika pak Harto dan pemerintahannya pada saat itu berusaha menciptakan wadah yg dinamakan P4. Kalopun saat ini banyak yang bilang bahwa pendekatan itu salah, karena bersifat indoktrinatif dan mengikis sikap kritis Warga Negara, saya kira itu adalah tahapan belajar yang harus kita lalui. Setelah era P4, seolah-olah Pancasila seperti tertelan bumi, antara ada dan tiada. Apakah P4, menghasilkan efek traumatis terhadap Pancasila? Saya kira, walau belum ada penelitiannya, kok ngak sampai kesitu ya... Bung Poltak benar mempertanyakan Pancasila itu seperti apa? Wong dia baru melihat wadahnya doang.. mas Pras juga benar, karena beliau melihat, didalam wadah itu sudah ada isinya, yaitu kebijakan hasil pengalaman bangsa ini selama 64 tahun merdeka, bahkan sebelumnya. Bung Enda, dan rekena2 lain saya kira benar juga karena melihat angle yang berbeda, pada wadah ini. Pancasila seperti halnya Merah Putih adalah kartu mati bagi Negara Indonesia. Dulu Merah Putih, kita artikan berani (merah) karena suci (putih), mungkin sekarang Merah Putih harus diintepretasikan lain.. (wong Nurdin Top dkk, aja bisa mengklaim semua aktivitas gilanya adalah berani karena suci, apa bedanya dg Merah Putih Indonesia?) ditengah kapitalisme modern, globalisasi, nasionalisme baru. Pancasila saya kira harus diperlakukan sama, Pancasila adalah wadah yang dinamis, yang tak akan pernah penuh. Siapa yang harus mengisi, bukan Pemerintah tapi seluruh Warga Negara. Jangan Pemerintah yang bertugas mengisi, apalagi memonopoli intepretasi, entar balik lagi jaman Orba dong. Suatu Badan atau lembaga yang diatas Pemerintah, yang merupakan representasi seluruh rakyat..apalagi kalo bukan MPR, disitu ada wakil Parpol dan Daerah, bukan? UUD 45 yang dulu dianggap sakral saja bisa diamend, walau kesakralannya ingin tetap dipertahankan dengan cara tetap menamakannya UUD 45...artinya MPR bisa merumuskan guidance yg lebih jelas bagaimana mengaktualisasikan (saya tak ingin menggunakan kata mengamalkan) Pancasila. Dari sanalah barulah bangsa ini bisa melangkah lebih jauh... Sebagai Moderator, saya tak ingin menutup diskusi mengenai Pancasila ini, tapi memang kesimpulannya ngak akan jauh dari yang saya tuliskan diatas. Kalo mau dilanjutkan silahkan sajalah...untuk membedakan dengan topik yang terkait ekonomi, maka dibawah thread Pancasila, kita hanya akan membahas hal2 diluar ekonomi. Hal-hal
Re: [Keuangan] PANCASILA
Yg basi P4 nya Baca lagi tulisan sy mas, kalo masih ngga ngerti ngopi dulu. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone -Original Message- From: Rachmad M rachm...@yahoo.com Date: Wed, 07 Oct 2009 04:02:18 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] PANCASILA Kalau sudah basi, kita ganti dong dengan misalnya 'amanah'. Seperti dah banyak terlontar, kita butuh pemimpin yang 'amanah' dan kata ini seperti kata sapu jagad yang bisa mengganti Pancasila. Masalahnya amanah ini sebetulnya bias. Seorang teroris juga menganggap tidakannya amanah karena dia punya ukuran sendiri terhadap kata 'amanah'. Sementara Pancasila sebagai suatu dasar negara ya begitu itu adanya. Kalau gak suka kata tida berketuhanan kita ganti dengan kata 'kurang' terhadap sumua sila maka hasilnya juga akan lucu :-) Salam RM Belum pernah ikut P4 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, mr_...@... wrote: Saya juga sepakat, Saya melihatnya Pancasila adalah sebuah janji bersama yg mengakomodasi kebinekaan etnik, budaya dan aliran pada waktu itu. Implementasinya ya ... disesuaikan kebutuhan jaman. Seperti butir butir P4 jaman orba, mungkin sesuai untuk jaman itu ... Sekarang ya maaf saja sdh basi. Kalau ada yg kemudian mencoba mengimplementasikan nya kedalam ekonomi, demokrasi dsb ... sejauh ini masih klaim sepihak saja. Apa bener demokrasi ala pak Harto itu demokrasi Pancasila? Apa bener ekonomi seperti yg di gagas prof murbiyanto dkk yg disebut ekonomi pancasila? Misal Sila 4, tentang perwakilan : bisa diterjemahkan sebagai demokrasi terpimpin ala Sukarno, Demokrasi Kekeluargaan ala Suharto dan Demokrasi Liberal ala pasca reformasi. Demikian juga sila ke tentang keadilan sosial. Adil disini kan relatif, menurut siapa? Mungkin ada yg mengkalim kekayaan harus dibagi rata. Tapi saya juga bisa bilang pembagian yg berkeadilan sosial hanya bisa dilakukan menurut mekanisme pasar yg efisien. Yang bekerja lebih keras,lebih innovative mendapat bagian yg lebih besar dst. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone -Original Message- From: Oka Widana oka.wid...@... Date: Wed, 7 Oct 2009 10:20:56 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: RE: [Keuangan] PANCASILA Saya kok merasa sepakat dengan yg ditulis rekan Hok An (Btw, kapan Anda ke Jakarta, lagi?). Pancasila itu, adalah konsensus para pendiri Negara, yang merupakan visi akan menjadi apa yang namanya negara dan bangsa Indonesia itu. Pendiri Negara, tidak memberikan petunjuk, bagaimana atau akan diapakan pancasila dalam hal implementasi dan aplikasinya dalam berbangsa dan bernegara. Artinya, Pancasila itu, kalau diibaratkan suatu wadah, masihlah wadah yang kosong, yang hanya diberi merek Pancasila. Jika persepsinya seperti itu, maka tak heran jika pak Harto dan pemerintahannya pada saat itu berusaha menciptakan wadah yg dinamakan P4. Kalopun saat ini banyak yang bilang bahwa pendekatan itu salah, karena bersifat indoktrinatif dan mengikis sikap kritis Warga Negara, saya kira itu adalah tahapan belajar yang harus kita lalui. Setelah era P4, seolah-olah Pancasila seperti tertelan bumi, antara ada dan tiada. Apakah P4, menghasilkan efek traumatis terhadap Pancasila? Saya kira, walau belum ada penelitiannya, kok ngak sampai kesitu ya... Bung Poltak benar mempertanyakan Pancasila itu seperti apa? Wong dia baru melihat wadahnya doang.. mas Pras juga benar, karena beliau melihat, didalam wadah itu sudah ada isinya, yaitu kebijakan hasil pengalaman bangsa ini selama 64 tahun merdeka, bahkan sebelumnya. Bung Enda, dan rekena2 lain saya kira benar juga karena melihat angle yang berbeda, pada wadah ini. Pancasila seperti halnya Merah Putih adalah kartu mati bagi Negara Indonesia. Dulu Merah Putih, kita artikan berani (merah) karena suci (putih), mungkin sekarang Merah Putih harus diintepretasikan lain.. (wong Nurdin Top dkk, aja bisa mengklaim semua aktivitas gilanya adalah berani karena suci, apa bedanya dg Merah Putih Indonesia?) ditengah kapitalisme modern, globalisasi, nasionalisme baru. Pancasila saya kira harus diperlakukan sama, Pancasila adalah wadah yang dinamis, yang tak akan pernah penuh. Siapa yang harus mengisi, bukan Pemerintah tapi seluruh Warga Negara. Jangan Pemerintah yang bertugas mengisi, apalagi memonopoli intepretasi, entar balik lagi jaman Orba dong. Suatu Badan atau lembaga yang diatas Pemerintah, yang merupakan representasi seluruh rakyat..apalagi kalo bukan MPR, disitu ada wakil Parpol dan Daerah, bukan? UUD 45 yang dulu dianggap sakral saja bisa diamend, walau kesakralannya ingin tetap dipertahankan dengan cara tetap menamakannya UUD 45...artinya MPR bisa merumuskan guidance yg lebih jelas bagaimana mengaktualisasikan (saya tak ingin menggunakan kata mengamalkan) Pancasila. Dari sanalah barulah bangsa ini bisa melangkah lebih jauh... Sebagai Moderator, saya tak
Re: [Keuangan] PANCASILA
sesungguhnya konsensus nasional tentang baik dan buruk, benar dan salah sudah dalam keadaan lumpuh. Perlu dikaji ada atau tidak lembaga negara yang bertugas mengawasi dan menerapkan sistem hukum, norma dan etika dalam negara kita. Sesungguhnya badan tertinggi adalah MPR. Tetapi badan ini sudah maya, sebab fungsi yang nyata tidak jelas lagi. Sebetulnya MPR adalah badan yang bertugas menyusun sistem nilai apakah UU yang ada sesuai dengan Pancasila atau tidak. Berdasarkan sistem nilai ini harusnya setiap undang2 bisa dinilai oleh Makamah konstitusi apakah masih berlaku. Dalam praktek se-hari2 harusnya ada menteri UUD yang bertugas mendidik dan mengawasi semua unit2 kenegaraan supaya bekerja dalam kerangka UUD. Di Indonesia fungsi ini tidak jelas ada di departemen apa. Harusnya jabatan ini dipegang oleh Menteri Dalam Negeri yang 10 tahun terakhir ini se-olah2 kehilangan perannya sebagai juru pimpin tata negara kita. Jadi Pancasila dan aparatnya yaitu seluruh sistem perundangan kita ini belum bisa atau tidak selalu bisa ditagih, mirip obat placebo. Merek sudah ada tapi isinya masih kosong. Mengatasi masalah ini tidak mudah, sebab visi politik untuk itu belum ada. Sebab itu perlu ditanamkan idealisme supaya visi negara modern dengan tata negara yang jelas bisa jadi infrastruktur politik kita dikemudian hari. Salam Hok An Poltak Hotradero schrieb: At 11:40 AM 10/6/2009, you wrote: Aku jd tertarik jg comment. Menurutku semua pemikiran/konsep selalu merupakan respond terhadap tantangan jaman dan waktu. Jd, ada assumsi yg melandasi konsep tsb. Asumsi2 dasar ekonomi kapitalis, sosialis rasanya sudah jelas. Yg rasanya belum jelas ialah ekebenarnya apa sih asumsi2 ekonomi Pancasila? Bung Enda, Itu dia bagian dari pertanyaan saya sejak berhari-hari yang lewat. Pancasila itu konkritnya apa? (dan sama dengan itu - ekonomi Pancasila itu konkritnya apa?) Kayaknya masih belum terjawab. Dan kalau memang belum terjawab -- bagaimana kita bisa tahu ekonomi pancasila (apapun itu) adalah penyelesaian atas masalah ekonomi kita? Bila ternyata Pancasila tidak mendorong penegakan hukum atau meritocracy -- maka semakin berkuranglah poin untuk menyatakan bahwa ekonomi pancasila adalah resep yang tepat... Sekadar jadi gerakan moral ya silahkan saja -- tetapi sebagai agama atau doktrin ekonomi -- Pancasila rasanya sudah terlalu jauh. Pertanyaan berikutnya tentu, seberapa penting sebenarnya asumsi tsb dibawa dalam tahap operasional. [Aku sendiri pernah schock baca paper lama dari Milton Friedman The Methodology of Positive Economics, yg kurang lebih bilang bhw unrealistics assumsi dalam teori ekonomi tidaklah penting, selama teori tsb menghasilkan . Image removed by sender. [Non-text portions of this message have been removed] __ Information from ESET Smart Security, version of virus signature database 4485 (20091006) __ The message was checked by ESET Smart Security. http://www.eset.com [Non-text portions of this message have been removed]
Bls: [Keuangan] PANCASILA
Mas, Apa Suharto = Mubyarto? Soal nilai: adil, baik, dlsb, semua akan relatif, tapi ini bukan berarti lalu harus ditolak. Sejauh menyimak penelitian soal pluralitas nilai ini, yang makin tampak sebenarnya bukan relatif dalam artian 'relativisme' ( krn jika demikian, maka yang benar adalah relativisme itu sendiri,padahal jika konsisten relativisme juga harus direlatifkan, ujungnya nihilisme ). Namun 'relatif' dalam arti 'related to', saling kait mengkait. Secara prima facie ( tampak permukaan ) boleh jadi sungguh beda dan bertolak belakang, tapi jika dilihat konteks dan situasi, tak jarang argumennya hampir sama. Lagi pula, tidak usah terbebani masa lalu mas, mari kita rumuskan saja kini dan ke depan, kita mau apa? apa, mengapa, dan bagaimana dg Pancasila ini. ( sy sdh elaborasi prinsip Pancasila sebagai 'metanorma'). salam Dari: mr_...@yahoo.com mr_...@yahoo.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sel, 6 Oktober, 2009 20:43:50 Judul: Re: [Keuangan] PANCASILA Saya juga sepakat, Saya melihatnya Pancasila adalah sebuah janji bersama yg mengakomodasi kebinekaan etnik, budaya dan aliran pada waktu itu. Implementasinya ya ... disesuaikan kebutuhan jaman. Seperti butir butir P4 jaman orba, mungkin sesuai untuk jaman itu ... Sekarang ya maaf saja sdh basi. Kalau ada yg kemudian mencoba mengimplementasikan nya kedalam ekonomi, demokrasi dsb ... sejauh ini masih klaim sepihak saja. Apa bener demokrasi ala pak Harto itu demokrasi Pancasila? Apa bener ekonomi seperti yg di gagas prof murbiyanto dkk yg disebut ekonomi pancasila? Misal Sila 4, tentang perwakilan : bisa diterjemahkan sebagai demokrasi terpimpin ala Sukarno, Demokrasi Kekeluargaan ala Suharto dan Demokrasi Liberal ala pasca reformasi. Demikian juga sila ke tentang keadilan sosial. Adil disini kan relatif, menurut siapa? Mungkin ada yg mengkalim kekayaan harus dibagi rata. Tapi saya juga bisa bilang pembagian yg berkeadilan sosial hanya bisa dilakukan menurut mekanisme pasar yg efisien. Yang bekerja lebih keras,lebih innovative mendapat bagian yg lebih besar dst. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone -Original Message- From: Oka Widana oka.wid...@indosat.net.id Date: Wed, 7 Oct 2009 10:20:56 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: RE: [Keuangan] PANCASILA Saya kok merasa sepakat dengan yg ditulis rekan Hok An (Btw, kapan Anda ke Jakarta, lagi?). Pancasila itu, adalah konsensus para pendiri Negara, yang merupakan visi akan menjadi apa yang namanya negara dan bangsa Indonesia itu. Pendiri Negara, tidak memberikan petunjuk, bagaimana atau akan diapakan pancasila dalam hal implementasi dan aplikasinya dalam berbangsa dan bernegara. Artinya, Pancasila itu, kalau diibaratkan suatu wadah, masihlah wadah yang kosong, yang hanya diberi merek Pancasila. Jika persepsinya seperti itu, maka tak heran jika pak Harto dan pemerintahannya pada saat itu berusaha menciptakan wadah yg dinamakan P4. Kalopun saat ini banyak yang bilang bahwa pendekatan itu salah, karena bersifat indoktrinatif dan mengikis sikap kritis Warga Negara, saya kira itu adalah tahapan belajar yang harus kita lalui. Setelah era P4, seolah-olah Pancasila seperti tertelan bumi, antara ada dan tiada. Apakah P4, menghasilkan efek traumatis terhadap Pancasila? Saya kira, walau belum ada penelitiannya, kok ngak sampai kesitu ya... Bung Poltak benar mempertanyakan Pancasila itu seperti apa? Wong dia baru melihat wadahnya doang.. mas Pras juga benar, karena beliau melihat, didalam wadah itu sudah ada isinya, yaitu kebijakan hasil pengalaman bangsa ini selama 64 tahun merdeka, bahkan sebelumnya. Bung Enda, dan rekena2 lain saya kira benar juga karena melihat angle yang berbeda, pada wadah ini. Pancasila seperti halnya Merah Putih adalah kartu mati bagi Negara Indonesia. Dulu Merah Putih, kita artikan berani (merah) karena suci (putih), mungkin sekarang Merah Putih harus diintepretasikan lain.. (wong Nurdin Top dkk, aja bisa mengklaim semua aktivitas gilanya adalah berani karena suci, apa bedanya dg Merah Putih Indonesia?) ditengah kapitalisme modern, globalisasi, nasionalisme baru. Pancasila saya kira harus diperlakukan sama, Pancasila adalah wadah yang dinamis, yang tak akan pernah penuh. Siapa yang harus mengisi, bukan Pemerintah tapi seluruh Warga Negara. Jangan Pemerintah yang bertugas mengisi, apalagi memonopoli intepretasi, entar balik lagi jaman Orba dong. Suatu Badan atau lembaga yang diatas Pemerintah, yang merupakan representasi seluruh rakyat..apalagi kalo bukan MPR, disitu ada wakil Parpol dan Daerah, bukan? UUD 45 yang dulu dianggap sakral saja bisa diamend, walau kesakralannya ingin tetap dipertahankan dengan cara tetap menamakannya UUD 45...artinya MPR bisa merumuskan guidance yg lebih jelas bagaimana mengaktualisasikan (saya tak ingin menggunakan kata mengamalkan) Pancasila. Dari sanalah barulah bangsa ini bisa melangkah lebih jauh... Sebagai
Bls: [Keuangan] PANCASILA
Nilai-nilai 45 butir P4 ( dulu 36 butir ) sebenarnya beberapa masih ada yang relevan. Tapi ya itu tadi, ini kan buah indoktrinasi dan terkait dengan politik sebuah rezim, bisa dipahami kalau akhirnya juga harus ikut lengser. Dari dulu yg membuat saya heran justru, kenapa di antara butir2 - setahu saya - tidak ada kata 'jujur'. Nah, apakah in by design? saya kira kok iya.. salam Dari: mr_...@yahoo.com mr_...@yahoo.com Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sel, 6 Oktober, 2009 21:09:03 Judul: Re: [Keuangan] PANCASILA Yg basi P4 nya Baca lagi tulisan sy mas, kalo masih ngga ngerti ngopi dulu. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone -Original Message- From: Rachmad M rachm...@yahoo.com Date: Wed, 07 Oct 2009 04:02:18 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: Re: [Keuangan] PANCASILA Kalau sudah basi, kita ganti dong dengan misalnya 'amanah'. Seperti dah banyak terlontar, kita butuh pemimpin yang 'amanah' dan kata ini seperti kata sapu jagad yang bisa mengganti Pancasila. Masalahnya amanah ini sebetulnya bias. Seorang teroris juga menganggap tidakannya amanah karena dia punya ukuran sendiri terhadap kata 'amanah'. Sementara Pancasila sebagai suatu dasar negara ya begitu itu adanya. Kalau gak suka kata tida berketuhanan kita ganti dengan kata 'kurang' terhadap sumua sila maka hasilnya juga akan lucu :-) Salam RM Belum pernah ikut P4 --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, mr_...@... wrote: Saya juga sepakat, Saya melihatnya Pancasila adalah sebuah janji bersama yg mengakomodasi kebinekaan etnik, budaya dan aliran pada waktu itu. Implementasinya ya ... disesuaikan kebutuhan jaman. Seperti butir butir P4 jaman orba, mungkin sesuai untuk jaman itu ... Sekarang ya maaf saja sdh basi. Kalau ada yg kemudian mencoba mengimplementasikan nya kedalam ekonomi, demokrasi dsb ... sejauh ini masih klaim sepihak saja. Apa bener demokrasi ala pak Harto itu demokrasi Pancasila? Apa bener ekonomi seperti yg di gagas prof murbiyanto dkk yg disebut ekonomi pancasila? Misal Sila 4, tentang perwakilan : bisa diterjemahkan sebagai demokrasi terpimpin ala Sukarno, Demokrasi Kekeluargaan ala Suharto dan Demokrasi Liberal ala pasca reformasi. Demikian juga sila ke tentang keadilan sosial. Adil disini kan relatif, menurut siapa? Mungkin ada yg mengkalim kekayaan harus dibagi rata. Tapi saya juga bisa bilang pembagian yg berkeadilan sosial hanya bisa dilakukan menurut mekanisme pasar yg efisien. Yang bekerja lebih keras,lebih innovative mendapat bagian yg lebih besar dst. Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone -Original Message- From: Oka Widana oka.wid...@... Date: Wed, 7 Oct 2009 10:20:56 To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Subject: RE: [Keuangan] PANCASILA Saya kok merasa sepakat dengan yg ditulis rekan Hok An (Btw, kapan Anda ke Jakarta, lagi?). Pancasila itu, adalah konsensus para pendiri Negara, yang merupakan visi akan menjadi apa yang namanya negara dan bangsa Indonesia itu. Pendiri Negara, tidak memberikan petunjuk, bagaimana atau akan diapakan pancasila dalam hal implementasi dan aplikasinya dalam berbangsa dan bernegara. Artinya, Pancasila itu, kalau diibaratkan suatu wadah, masihlah wadah yang kosong, yang hanya diberi merek Pancasila. Jika persepsinya seperti itu, maka tak heran jika pak Harto dan pemerintahannya pada saat itu berusaha menciptakan wadah yg dinamakan P4. Kalopun saat ini banyak yang bilang bahwa pendekatan itu salah, karena bersifat indoktrinatif dan mengikis sikap kritis Warga Negara, saya kira itu adalah tahapan belajar yang harus kita lalui. Setelah era P4, seolah-olah Pancasila seperti tertelan bumi, antara ada dan tiada. Apakah P4, menghasilkan efek traumatis terhadap Pancasila? Saya kira, walau belum ada penelitiannya, kok ngak sampai kesitu ya... Bung Poltak benar mempertanyakan Pancasila itu seperti apa? Wong dia baru melihat wadahnya doang.. mas Pras juga benar, karena beliau melihat, didalam wadah itu sudah ada isinya, yaitu kebijakan hasil pengalaman bangsa ini selama 64 tahun merdeka, bahkan sebelumnya. Bung Enda, dan rekena2 lain saya kira benar juga karena melihat angle yang berbeda, pada wadah ini. Pancasila seperti halnya Merah Putih adalah kartu mati bagi Negara Indonesia. Dulu Merah Putih, kita artikan berani (merah) karena suci (putih), mungkin sekarang Merah Putih harus diintepretasikan lain.. (wong Nurdin Top dkk, aja bisa mengklaim semua aktivitas gilanya adalah berani karena suci, apa bedanya dg Merah Putih Indonesia?) ditengah kapitalisme modern, globalisasi, nasionalisme baru. Pancasila saya kira harus diperlakukan sama, Pancasila adalah wadah yang dinamis, yang tak akan pernah penuh. Siapa yang harus mengisi, bukan Pemerintah tapi seluruh Warga Negara. Jangan Pemerintah yang bertugas mengisi, apalagi memonopoli