Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Return Receipt Your Re: [balita-anda] Kewajiban Istri document : was Yohanna Aipassa/INF/JIEP/PAMA received by: at: 10/06/2005 15:04:34
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Return Receipt Your Re: [balita-anda] Kewajiban Istri document : was Sekretaris Operation/OPR/JIEP/PAMA received by: at: 10/07/2005 08:15:07
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
On 10/6/05, eMTri Agus [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalo ngajar di S1 di PT apakah harus S2 ya? ndak juga pak, klo hal ini terkait dengan kebutunan PTN / PTS yang bersangkutan. Atau kalo S1 hanya bisa ngajar yg dibawahnya, misalnya D3? Ada yg bisa bantu? Terima kasih. -- Tetap semangat Rhein Astrisandy www.cintabunda.com http://www.cintabunda.com
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber yang secara rasional bisa terlihat, dimana pada saat ini bagi pasangan muda masih merupakan impian, maka istri akan tenang meninggalkan pekerjaan diluar rumah. percayalah pak, kein ginan terbesar seorang ibu adalah mengurus anak/keluarga sebaik-baiknya.Menjadi ibu rumah tangga profesional adalah karir yang tidak mudah dijalani, dan dengan penghargaan yang masih sangat kecil dari lingkungan masyarakat kita (atau malah lingkungan keluarga kita sendiri ? ). Maka sekarang yang bisa saya lakukan adalah membuat rencana anggaran keuangan keluarga (family planning) yang sebaik-baiknya, sehingga diharapkan tidak harus bekerja diluar rumah sepanjang sisa hidup. paling tidak harus memanfaatkan nilai yang diperoleh setiap bulannya dengan perencanaan yang baik, dan dengan target yang jelas, misalnya, paling tidak 5 tahun lagi saya akan berhenti bekerja, dari sekarang sudah mencari alternatif pekerjaan yang bisa menutup kekurangan yang terjadi akibat berhenti.Bagaimanapun pak kekhawatiran istri jika harus menghadapi 1,2,3, orang anak yang sakit, atau uang sekolah yang mesti dibayar, atau beras yang tinggal 1 liter, sedangkan uang tak ada, harus dipertimbangkan. memang rejeki bisa datang dari mana saja, dan dari sumber yang tak diduga-duga, namun, prinsip lebih baik tangan diatas daripada tangan dibawah harus tetap diusahakan, lebih baik jika kita bisa menolong diri kita dahulu, paling minimal, tidak merepotkan orang lain. salam v Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] - Yahoo! for Good Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort.
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain membuat aku jadi terharu. Ternyata masih banyak yah wanita yang merelakan dirinya bersusah payah untuk itu. Padahal secara hukum itu merupakan kewajiban para suami. Subhanallah. Maka, kalau ibu rela melakukan ini semua mudah2an Allah ridho seiring dengan keridhoan suami ibu yang bersedia mengizinkan ibu membantu tugas mereka. Namun, ibu.. Tentunya semuanya menjadi halal dan bermanfaat jika sudah dikompromi dan atas persetujuan suami kan ? Karena bagaimanapun besarnya penghasilan yang diperoleh istri tetaplah merupakan pendapatan lainnya dalam menunjang penghasilan utama dari si suami sendiri. Lain halnya kalau memang karena sesuatu hal fungsi tersebut malah berpindah ke tangan istri. Ingat lho, ridhonya Allah karena ridhonya suami, murkanya Allah juga karena murkanya suami. Jadi usahakan segala sesuatu yang bisa dan mau ibu kerjakan adalah atas sepengetahuan dan seijin suami. Berpuasa sunah saja (yang berpahala) itu musti dilakukan atas ijin suami apalagi mencari nafkah yang notabene bukanlah kewajiban ibu.. (mudah2an suami juga berlapang dada untuk mau kompromi dan mempertimbangkan segi baik buruknya kalau istri beraktivitas baik di dalam maupun di luar rumah). Tapi perlu juga ibu ketahui bahwa menjaga kehormatan suami, menjaga harta suami (termasuk di dalamnya anak, rumah beserta isinya) juga suatu yang wajib ibu pegang lho Bu.. Hati2 dengan fitnah yang mungkin bisa saja timbul. Jadi, pintar2lah menjauh dari fitnah.. Apakah di dalam hati ibu timbul suatu pertanyaan mengapa suami yang tidak perlu izin sedangkan istri perlu izin ?.. 1. karena suamilah yang berkewajiban dan bertanggungjawab dalam menafkahi keluarganya ? Sehingga jika fungsi ini ditinggalkan dengan sengaja dan tanpa hambatan maka berdosalah ia sedangkan ibu tidak.. 2. karena suamilah yang bertanggungjawab menjaga keluarganya dari api neraka, sedangkan istri hanyalah menjaga amanah.. 3. karena suamilah yang berkewajiban mendidik anak sedangkan istri membantunya dalam menjalankan amanah tersebut.. Jadi, mulailah berkompromi dengan suami, mencapai ridho suami, dengan tidak lupa menjaga amanah dan fitnah. Karena anak dan istri adalah merupakan ujian yang dapat memberatkan suami untuk menuju syurga (karena sedemikian beratnya tanggungjawab yang harus dipikulnya). Sedangkan suami dan anak tidaklah menjadi ujian yang dapat memberatkannya menuju syurga. Maaf jika ada tulisan yang tidak berkenan. Wassalam, AyahTasha -Original Message- From: vinty novitasari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 2:11 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber yang secara rasional bisa terlihat, dimana pada saat ini bagi pasangan muda masih merupakan impian, maka istri akan tenang meninggalkan pekerjaan diluar rumah. percayalah pak, kein ginan terbesar seorang ibu adalah mengurus anak/keluarga sebaik-baiknya.Menjadi ibu rumah tangga profesional adalah karir yang tidak mudah dijalani, dan dengan penghargaan yang masih sangat kecil dari lingkungan masyarakat kita (atau malah lingkungan keluarga kita sendiri ? ). Maka sekarang yang bisa saya lakukan adalah membuat rencana anggaran keuangan keluarga (family planning) yang sebaik-baiknya, sehingga diharapkan tidak harus bekerja diluar rumah sepanjang sisa hidup. paling tidak harus memanfaatkan nilai yang diperoleh setiap bulannya dengan perencanaan yang baik, dan dengan target yang jelas, misalnya, paling tidak 5 tahun lagi saya akan berhenti bekerja, dari sekarang sudah mencari alternatif pekerjaan yang bisa menutup kekurangan yang terjadi akibat berhenti.Bagaimanapun pak kekhawatiran istri jika harus menghadapi 1,2,3, orang anak yang sakit, atau uang sekolah yang mesti dibayar, atau beras yang tinggal 1 liter, sedangkan uang tak ada, harus dipertimbangkan. memang rejeki bisa datang dari mana saja, dan dari sumber yang tak diduga-duga, namun, prinsip
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
dear parents, kalo sudah singgung2 SARA begini, susah kita mo satukan persepsi, jadi biarlah kita sesuaikan dgn kacamata iman kita masing2, tanpa salah satu merasa benar jadi alangkah lebih mulianya jika kita close saja sharring ttg ini. maaf ya pak Moderator, salam, mamaAngeldanBernad --- Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain membuat aku jadi terharu. Ternyata masih banyak yah wanita yang merelakan dirinya bersusah payah untuk itu. Padahal secara hukum itu merupakan kewajiban para suami. Subhanallah. Maka, kalau ibu rela melakukan ini semua mudah2an Allah ridho seiring dengan keridhoan suami ibu yang bersedia mengizinkan ibu membantu tugas mereka. Namun, ibu.. Tentunya semuanya menjadi halal dan bermanfaat jika sudah dikompromi dan atas persetujuan suami kan ? Karena bagaimanapun besarnya penghasilan yang diperoleh istri tetaplah merupakan pendapatan lainnya dalam menunjang penghasilan utama dari si suami sendiri. Lain halnya kalau memang karena sesuatu hal fungsi tersebut malah berpindah ke tangan istri. Ingat lho, ridhonya Allah karena ridhonya suami, murkanya Allah juga karena murkanya suami. Jadi usahakan segala sesuatu yang bisa dan mau ibu kerjakan adalah atas sepengetahuan dan seijin suami. Berpuasa sunah saja (yang berpahala) itu musti dilakukan atas ijin suami apalagi mencari nafkah yang notabene bukanlah kewajiban ibu.. (mudah2an suami juga berlapang dada untuk mau kompromi dan mempertimbangkan segi baik buruknya kalau istri beraktivitas baik di dalam maupun di luar rumah). Tapi perlu juga ibu ketahui bahwa menjaga kehormatan suami, menjaga harta suami (termasuk di dalamnya anak, rumah beserta isinya) juga suatu yang wajib ibu pegang lho Bu.. Hati2 dengan fitnah yang mungkin bisa saja timbul. Jadi, pintar2lah menjauh dari fitnah.. Apakah di dalam hati ibu timbul suatu pertanyaan mengapa suami yang tidak perlu izin sedangkan istri perlu izin ?.. 1. karena suamilah yang berkewajiban dan bertanggungjawab dalam menafkahi keluarganya ? Sehingga jika fungsi ini ditinggalkan dengan sengaja dan tanpa hambatan maka berdosalah ia sedangkan ibu tidak.. 2. karena suamilah yang bertanggungjawab menjaga keluarganya dari api neraka, sedangkan istri hanyalah menjaga amanah.. 3. karena suamilah yang berkewajiban mendidik anak sedangkan istri membantunya dalam menjalankan amanah tersebut.. Jadi, mulailah berkompromi dengan suami, mencapai ridho suami, dengan tidak lupa menjaga amanah dan fitnah. Karena anak dan istri adalah merupakan ujian yang dapat memberatkan suami untuk menuju syurga (karena sedemikian beratnya tanggungjawab yang harus dipikulnya). Sedangkan suami dan anak tidaklah menjadi ujian yang dapat memberatkannya menuju syurga. Maaf jika ada tulisan yang tidak berkenan. Wassalam, AyahTasha -Original Message- From: vinty novitasari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 2:11 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber yang secara rasional bisa terlihat, dimana pada saat ini bagi pasangan muda masih merupakan impian, maka istri akan tenang meninggalkan pekerjaan diluar rumah. percayalah pak, kein ginan terbesar seorang ibu adalah mengurus anak/keluarga sebaik-baiknya.Menjadi ibu rumah tangga profesional adalah karir yang tidak mudah dijalani, dan dengan penghargaan yang masih sangat kecil dari lingkungan masyarakat kita (atau malah lingkungan keluarga kita sendiri ? ). Maka sekarang yang bisa saya lakukan adalah membuat rencana anggaran keuangan keluarga (family planning) yang sebaik-baiknya, sehingga diharapkan tidak harus bekerja diluar rumah sepanjang sisa hidup. paling tidak harus memanfaatkan nilai yang diperoleh setiap bulannya dengan perencanaan yang baik, dan dengan target yang jelas, misalnya, paling tidak 5 tahun lagi saya akan berhenti bekerja, dari sekarang sudah mencari alternatif pekerjaan yang bisa menutup kekurangan yang terjadi akibat
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Dear All, Sebenernya kita sudah sering banget ya berdiskusi tentang hal ini. Menurut saya untuk yang satu ini sangat individual ...semua punya alasan masing-masing... Dan saya setuju dengan Mbak Vinty, saya juga mau share sedikit, Saya mah get down to the earth aja, get real aja... Bagi kami (saya dan suami) yang memulai hidup berdua benar2 hanya dari hasil gaji berdua, benar-benar dari nol, tanpa ada bantuan dari orang tua sedikitpun, dan orang tua berada diluar Jakarta kedua-duanya, jadi tidak bisa menumpang rumah. Harus cari rumah sendiri. Otomatis di Jakarta kami mengumpulkan sedikit demi sedikit untuk membeli rumah dan kendaraan serta semua biaya hidup dari gaji berdua. Kalau saya berhenti bekerja sekarang, dan belum mendapatkan usaha, yang juga tidak mudah, yang bisa menghasilkan profit sama dengan gaji saya sekarang, dijamin kami tidak bisa lagi membayar semua cicilan, tidak bisa menyimpan sedikit tabungan buat pendidikan anak nanti, dan sudah pasti tidak bisa lagi membantu ke empat orang tua yang juga sangat membutuhkan Untungnya kami bisa mengakali dengan mencari rumah yang hanya berjarak 10 menit dari tempat bekerja, jadi masih banyak waktu yang bisa saya dan anak saya habiskan bersama-sama. Dengan lebih mengutamakan pada kualitas dari waktu kami tersebut sebaiknya-baiknya... Seperti bulan Ramadhan ini, saya dan anak saya masih bisa ikut tarawih bersama di mushalla deket rumah, alhamdulillah..saya harus bersyukur untuk apa yang saya dapatkan sekarang, itu aja dulu sekarang, sambil terus berikhtiar Demikian sedikit share dari saya. Bunda Nayla. vinty novitasari [EMAIL PROTECTED] wrote: Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber yang secara rasional bisa terlihat, dimana pada saat ini bagi pasangan muda masih merupakan impian, maka istri akan tenang meninggalkan pekerjaan diluar rumah. percayalah pak, kein ginan terbesar seorang ibu adalah mengurus anak/keluarga sebaik-baiknya.Menjadi ibu rumah tangga profesional adalah karir yang tidak mudah dijalani, dan dengan penghargaan yang masih sangat kecil dari lingkungan masyarakat kita (atau malah lingkungan keluarga kita sendiri ? ). Maka sekarang yang bisa saya lakukan adalah membuat rencana anggaran keuangan keluarga (family planning) yang sebaik-baiknya, sehingga diharapkan tidak harus bekerja diluar rumah sepanjang sisa hidup. paling tidak harus memanfaatkan nilai yang diperoleh setiap bulannya dengan perencanaan yang baik, dan dengan target yang jelas, misalnya, paling tidak 5 tahun lagi saya akan berhenti bekerja, dari sekarang sudah mencari alternatif pekerjaan yang bisa menutup kekurangan yang terjadi akibat berhenti.Bagaimanapun pak kekhawatiran istri jika harus menghadapi 1,2,3, orang anak yang sakit, atau uang sekolah yang mesti dibayar, atau beras yang tinggal 1 liter, sedangkan uang tak ada, harus dipertimbangkan. memang rejeki bisa datang dari mana saja, dan dari sumber yang tak diduga-duga, namun, prinsip lebih baik tangan diatas daripada tangan dibawah harus tetap diusahakan, lebih baik jika kita bisa menolong diri kita dahulu, paling minimal, tidak merepotkan orang lain. salam v Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] - Yahoo! for Good Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort. http://www.babiesonline.com/babies/a/allaboutnayla/ http://www.sophiemartin.com - Yahoo! for Good Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort.
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
Capek Kerja di Luar, Isteri Menolak Ajakan Suami, Dosakah? Publikasi: 13/09/2005 16:47 WIB Assalamualaikum Wr. Wb. Pak Ustadz, saya seorang isteri yang bekerja dari pagi sampai sore. Kadang karena terlalu lelah saya sering menolak ajakan suami untuk melaksanakan kewajiban suami istri (jima). Bagaimana hukumnya pak ustadz dan saya mohon saran dari pak ustadz mengenai hal ini. Syukron. Jamilah Jawaban: Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh Al-hamdulillah, wash-shalatu wassalamu 'ala rasulillah, wa ba'du Ibu Jamilah yang beriman, Ketahuliah bahwa ketika ibu menikah dengan suami, seluruh nafkah dan biaya hidup Ibu sudah ada yang menanggung, yaitu laki-laki yang kini menjadi suami Ibu. Ibu sendiri sama sekali tidak punya kewajiban untuk mencari nafkah dan menghidupi diri sendiri, bahkan sunnah sekalipun tidak. Apalagi beban keluarga, seluruhnya dan sepenuhnya adalah beban bagi suami Ibu. Itulah yang Allah SWT tetapkan dan telah diajarkan oleh Rasulllah SAW sejak 14 abad yang lalu. Dan sepanjang sejarah, itulah yang telah dilakukan oleh umat Islam sedunia. Para wanita tidak pernah diminta untuk mencari nafkah, karena secara hukum agama, norma sosial dan etika bahkan estetikanya, wanita memang tidak boleh dibebani dengan urusan cari uang. Sebaliknya, wanita justru tempat untuk memberikan uang, sebab agama telah mewajibkan para suami untuk memberi nafkah kehidupan untuk para istri. Allah SWT telah mewajibakan hal itu di dalam kitab suci abadi-Nya. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka (QS An-Nisa: 34) Namun bukan berarti wanita diharamkan secara total untuk bekerja, atau dianggap sebagai makhluq peliharaan yang dikurung di dalam rumah. Tidak boleh ke mana-mana dan tidak boleh melakuan apa-apa. Ini adalah gambaran minor yang sering dilontarkan orientalis terhadap sistem masyarakat Islam. Islam tetap membolehkan para wanita untuk bekerja ke luar rumah dan juga untuk menuntut ilmu. Ada banyak sekali jenis pekerjaan yang membutuhkan tenaga wanita. Bahkan tidak mungkin digantikan oleh laki-laki dengan cara apappun. Misalnya, mengajar sesama wanita. Baik di tingkat sekolah maupun kuliah. Negeri kita punya jutaan siswi dan mahasiswi, mereka semua butuh guru dan dosen wanita. Dari satu sisi ini saja, agama mewajibkan adanya sekian banyak tenaga kerja wanita yang bekerja sebagai guru. Belum lagi untuk pelayanan lainnya. Misalnya tenaga medis khusus untuk wanita. Baik dokter wanita maupun perawat. Siapakah yang boleh mengobati dan merawat pasien wanita? Tentunya hanya para dokter dan perawat wanita, bukan? Bukan dokter atau perawat laki-laki. Dan masih banyak lagi lowongan pekerjaan yang memang seharusnya diisi oleh wanita. Misalnya, untuk menjadi penjahit baju wanita, pelayan rumah makan untuk wanita, salon khusus untuk wanita, pelatih olah raga, petugas kolam renang, bahkan satpam sekalipun. Pendeknya, seluruh kerja-kerja yang terkait dengan pelayanan kepada kaum hawa, seharusnya dikerjakan oleh petugas yang juga dari kalangan wanita. Maka sebenarnya, syariat Islam bukannya mengharamkan total kerja di luar rumah bagi wanita. Namun yang harus diperhatikan adalah ketika seorang wanita bekerja ke luar rumah, memang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bukan sekedar untuk bercampur-baur dengan para pekerja laki-laki, yang hanya akan mengambil ladang para laki-laki dalam dunia kerja. Padahal buat seorang wanita, umumnya yang terjadi bahwa gajinya hanyalah untuk senang-senang dirinya pribadi saja. Meski tidak dalam semua kasus. Sedangkan buat laki-laki, di pundaknya ada beban untuk menghidupi beberapa nyawa sekaligus. Isteri, anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Kalau lapangan kerjanya diambil oleh para wanita, maka semakin sempitlah kesempatan kerja itu. Dan dampak negatif lainnya dari berebutannya para wanita masuk ke dunia kerja adalah apa yang anda sebutkan sekarang ini. Yaitu seorang wanita sudah kehabisan tenaga sesampainya di rumah, sebab sejak terbit fajar sudah berjejalan di angkutan umum berebutan sesuap nasi dengan para laki-laki. Sesampainya di rumah, nafasnya sudah habis, tenaganya tinggal sisa, penampilannya sudah tidak menarik lagi, lalu maunya tinggal tidur saja. Ketika suaminya mendekati karena naluri laki-lakinya menuntut hal itu, hasrat si istri sudah 100% hilang. Capek, lelah, tak bergairah dan alasan-alasan sejenisnya akan selalu terdengar, tanpa ada solusi. Sebab seluruh kekuatannya hari itu sudah dihabiskan di tempat kerjanya, maka kalau masih harus melayani hasrat suami di tempat tidur, nyaris tidak ada hasrat lagi. Dan itulah penyakit utama kerusakan sistem keluarga muslim di negeri-negeri yang konon kaum wanitanya mengalami kemajuan. Dan langkah selanjutnya mudah ditebak, yaitu suami akan mencari 'alternatif' lain untuk masalah kebutuhan biologisnya. Baik dengan cara berzina, selingkuh dengan teman sekantor atau mantan pacar,
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
Bila Ibu Boleh Memilih - Anakku... Bila ibu boleh memilih Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar karena mengandungmu Maka ibu akan memilih mengandungmu? Karena dalam mengandungmu ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah Sembilan bulan nak... engkau hidup di perut ibu Engkau ikut kemanapun ibu pergi Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata Anakku... Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit, Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia Saat itulah... saat paling membahagiakan Segala sakit derita sirna melihat dirimu yang merah, Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan, Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah di telinga mungilmu Anakku... Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah, atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu, Maka ibu memilih menyusuimu, Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu, Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan Anakku... Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu Tetapi anakku... Hidup memang pilihan... Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana Maka maafkanlah nak... Maafkan ibu... Maafkan ibu... Percayalah nak, ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita, Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang Percayalah nak... Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu Percayalah nak... Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu... Ratih Sanggarwati (Ratih Sang) Jakarta, 21 Agustus 2004 -Original Message- From: afie reno [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 3:22 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Dear All, Sebenernya kita sudah sering banget ya berdiskusi tentang hal ini. Menurut saya untuk yang satu ini sangat individual ...semua punya alasan masing-masing... Dan saya setuju dengan Mbak Vinty, saya juga mau share sedikit, Saya mah get down to the earth aja, get real aja... Bagi kami (saya dan suami) yang memulai hidup berdua benar2 hanya dari hasil gaji berdua, benar-benar dari nol, tanpa ada bantuan dari orang tua sedikitpun, dan orang tua berada diluar Jakarta kedua-duanya, jadi tidak bisa menumpang rumah. Harus cari rumah sendiri. Otomatis di Jakarta kami mengumpulkan sedikit demi sedikit untuk membeli rumah dan kendaraan serta semua biaya hidup dari gaji berdua. Kalau saya berhenti bekerja sekarang, dan belum mendapatkan usaha, yang juga tidak mudah, yang bisa menghasilkan profit sama dengan gaji saya sekarang, dijamin kami tidak bisa lagi membayar semua cicilan, tidak bisa menyimpan sedikit tabungan buat pendidikan anak nanti, dan sudah pasti tidak bisa lagi membantu ke empat orang tua yang juga sangat membutuhkan Untungnya kami bisa mengakali dengan mencari rumah yang hanya berjarak 10 menit dari tempat bekerja, jadi masih banyak waktu yang bisa saya dan anak saya habiskan bersama-sama. Dengan lebih mengutamakan pada kualitas dari waktu kami tersebut sebaiknya-baiknya... Seperti bulan Ramadhan ini, saya dan anak saya masih bisa ikut tarawih bersama di mushalla deket rumah, alhamdulillah..saya harus bersyukur untuk apa yang saya dapatkan sekarang, itu aja dulu sekarang, sambil terus berikhtiar Demikian sedikit share dari saya. Bunda Nayla. vinty novitasari [EMAIL PROTECTED] wrote: Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
wahkalau istri nya top executive spt eva rianty hutapea, yg bisa menghasilkan 100jt/th lalu disuruh jaga anak aja berhenti kerja.. ya...konyol namanya. hidup yg berkualitas perlu dana BESAR, tapi emang uang bukan segala-galanya, tergantung prinsip masing2, ada yg mangan ora mangan asal ngumpul, ada pula yg sebaliknya.. - Original Message - From: Bang Yos [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Wednesday, October 05, 2005 3:20 PM Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri Capek Kerja di Luar, Isteri Menolak Ajakan Suami, Dosakah? Publikasi: 13/09/2005 16:47 WIB Assalamualaikum Wr. Wb. Pak Ustadz, saya seorang isteri yang bekerja dari pagi sampai sore. Kadang karena terlalu lelah saya sering menolak ajakan suami untuk melaksanakan kewajiban suami istri (jima). Bagaimana hukumnya pak ustadz dan saya mohon saran dari pak ustadz mengenai hal ini. Syukron. Jamilah Jawaban: Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh Al-hamdulillah, wash-shalatu wassalamu 'ala rasulillah, wa ba'du Ibu Jamilah yang beriman, Ketahuliah bahwa ketika ibu menikah dengan suami, seluruh nafkah dan biaya hidup Ibu sudah ada yang menanggung, yaitu laki-laki yang kini menjadi suami Ibu. Ibu sendiri sama sekali tidak punya kewajiban untuk mencari nafkah dan menghidupi diri sendiri, bahkan sunnah sekalipun tidak. Apalagi beban keluarga, seluruhnya dan sepenuhnya adalah beban bagi suami Ibu. Itulah yang Allah SWT tetapkan dan telah diajarkan oleh Rasulllah SAW sejak 14 abad yang lalu. Dan sepanjang sejarah, itulah yang telah dilakukan oleh umat Islam sedunia. Para wanita tidak pernah diminta untuk mencari nafkah, karena secara hukum agama, norma sosial dan etika bahkan estetikanya, wanita memang tidak boleh dibebani dengan urusan cari uang. Sebaliknya, wanita justru tempat untuk memberikan uang, sebab agama telah mewajibkan para suami untuk memberi nafkah kehidupan untuk para istri. Allah SWT telah mewajibakan hal itu di dalam kitab suci abadi-Nya. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka (QS An-Nisa: 34) Namun bukan berarti wanita diharamkan secara total untuk bekerja, atau dianggap sebagai makhluq peliharaan yang dikurung di dalam rumah. Tidak boleh ke mana-mana dan tidak boleh melakuan apa-apa. Ini adalah gambaran minor yang sering dilontarkan orientalis terhadap sistem masyarakat Islam. Islam tetap membolehkan para wanita untuk bekerja ke luar rumah dan juga untuk menuntut ilmu. Ada banyak sekali jenis pekerjaan yang membutuhkan tenaga wanita. Bahkan tidak mungkin digantikan oleh laki-laki dengan cara apappun. Misalnya, mengajar sesama wanita. Baik di tingkat sekolah maupun kuliah. Negeri kita punya jutaan siswi dan mahasiswi, mereka semua butuh guru dan dosen wanita. Dari satu sisi ini saja, agama mewajibkan adanya sekian banyak tenaga kerja wanita yang bekerja sebagai guru. Belum lagi untuk pelayanan lainnya. Misalnya tenaga medis khusus untuk wanita. Baik dokter wanita maupun perawat. Siapakah yang boleh mengobati dan merawat pasien wanita? Tentunya hanya para dokter dan perawat wanita, bukan? Bukan dokter atau perawat laki-laki. Dan masih banyak lagi lowongan pekerjaan yang memang seharusnya diisi oleh wanita. Misalnya, untuk menjadi penjahit baju wanita, pelayan rumah makan untuk wanita, salon khusus untuk wanita, pelatih olah raga, petugas kolam renang, bahkan satpam sekalipun. Pendeknya, seluruh kerja-kerja yang terkait dengan pelayanan kepada kaum hawa, seharusnya dikerjakan oleh petugas yang juga dari kalangan wanita. Maka sebenarnya, syariat Islam bukannya mengharamkan total kerja di luar rumah bagi wanita. Namun yang harus diperhatikan adalah ketika seorang wanita bekerja ke luar rumah, memang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bukan sekedar untuk bercampur-baur dengan para pekerja laki-laki, yang hanya akan mengambil ladang para laki-laki dalam dunia kerja. Padahal buat seorang wanita, umumnya yang terjadi bahwa gajinya hanyalah untuk senang-senang dirinya pribadi saja. Meski tidak dalam semua kasus. Sedangkan buat laki-laki, di pundaknya ada beban untuk menghidupi beberapa nyawa sekaligus. Isteri, anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Kalau lapangan kerjanya diambil oleh para wanita, maka semakin sempitlah kesempatan kerja itu. Dan dampak negatif lainnya dari berebutannya para wanita masuk ke dunia kerja adalah apa yang anda sebutkan sekarang ini. Yaitu seorang wanita sudah kehabisan tenaga sesampainya di rumah, sebab sejak terbit fajar sudah berjejalan di angkutan umum berebutan sesuap nasi dengan para laki-laki. Sesampainya di rumah, nafasnya sudah habis, tenaganya tinggal sisa, penampilannya sudah tidak menarik lagi, lalu maunya tinggal tidur saja. Ketika suaminya mendekati karena naluri laki-lakinya menuntut hal itu, hasrat si istri sudah 100% hilang. Capek, lelah, tak bergairah dan alasan-alasan sejenisnya akan selalu
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
Bang Yos yg baik Saya gak terlalu aktif dalam merespon imel di BA ini. en sejauh ini yg subyeknya sementara tidak atau blm buat saya tertarik saya delete saja... Nah u/ kasus ini, sama seperti moms yg lain ( mungkin ), saya tetap beranggapansejauh sang suami ikhlas dg kondisi istrinya bekerja dan tetap memgang teguh komitmen pernikahan mereka, saya rasa gak ada masalah secara agama jelas banyak perbedaanapalagi di jaman seperti ini, yg apa2 susah mahal, walo' tetap saya percaya rezeki gak lain dari yg di Atas. di ktr, kebetulan dept. saya semuanya laki2, dan rata2 berpikir secara islami.. dimana kalo' perempuan tidak bekerja pasti tidak ada laki2 pengangguran ? oia... tp alhamdulillah di tengah itu semua, di rumah suami anak2 tetap mendukung kalo' saya bekerja, asal rumah tangga dg karir tidak tercampur aduk ataupun saling terganggu... en anak2 tetap menjadi prioritas.!! dan secara pribadi, tidak semua ibu pekerja hanya u/ kesenangan pribadi loh...:) Dulu sering sekali imel ttg agama / SARA banyak pro kontranya... sebagai info ok, tp kalo' diperpanjang mendingan japri aja .ok ? thx, before aftermohon maaf yah Pak, kalo' ada salah kata...:) Namun yang harus diperhatikan adalah ketika seorang wanita bekerja ke luar rumah, memang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bukan sekedar untuk bercampur-baur dengan para pekerja laki-laki, yang hanya akan mengambil ladang para laki-laki dalam dunia kerja. Padahal buat seorang wanita, umumnya yang terjadi bahwa gajinya hanyalah untuk senang-senang dirinya pribadi saja. Meski tidak dalam semua kasus. Sedangkan buat laki-laki, di pundaknya ada beban untuk menghidupi beberapa nyawa sekaligus. Isteri, anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Kalau lapangan kerjanya diambil oleh para wanita, maka semakin sempitlah kesempatan kerja itu. Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
Pak Zainal, dr uraian Bapak disini, aku mo nanya sesuatu yg 'nempil' sedikit dilapangan kewajiban mencari nafkah, Bapak seringkali menekankan ridho Allah diridho suami... nah, untuk menjaga sikap sehari-hari, lebih eksplisit lagi, berkata-kata, bukannya ridho Allah tergantung pada dua sisi...istri telah berusaha maksimal menyenangkan suami, namun tentunya tidak bisa secepat membalik telapak tangan merubah kebiasaan suami ber'kata-kata keras bin kasar'...sabar memang wajib, tapi hati yang 'luka' juga tak secepat mengucap sabar untuk menyembuhkannya... ingin pencerahan yg lebih Pak...smoga Bapak tidak termasuk yg patriarkis...dikit-dikit suami, dikit-dikit, suami lagi.kapan istri nih pak Zainal Arifin [EMAIL PROTECTED] wrote: Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain membuat aku jadi terharu. Ternyata masih banyak yah wanita yang merelakan dirinya bersusah payah untuk itu. Padahal secara hukum itu merupakan kewajiban para suami. Subhanallah. Maka, kalau ibu rela melakukan ini semua mudah2an Allah ridho seiring dengan keridhoan suami ibu yang bersedia mengizinkan ibu membantu tugas mereka. Namun, ibu.. Tentunya semuanya menjadi halal dan bermanfaat jika sudah dikompromi dan atas persetujuan suami kan ? Karena bagaimanapun besarnya penghasilan yang diperoleh istri tetaplah merupakan pendapatan lainnya dalam menunjang penghasilan utama dari si suami sendiri. Lain halnya kalau memang karena sesuatu hal fungsi tersebut malah berpindah ke tangan istri. Ingat lho, ridhonya Allah karena ridhonya suami, murkanya Allah juga karena murkanya suami. Jadi usahakan segala sesuatu yang bisa dan mau ibu kerjakan adalah atas sepengetahuan dan seijin suami. Berpuasa sunah saja (yang berpahala) itu musti dilakukan atas ijin suami apalagi mencari nafkah yang notabene bukanlah kewajiban ibu.. (mudah2an suami juga berlapang dada untuk mau kompromi dan mempertimbangkan segi baik buruknya kalau istri beraktivitas baik di dalam maupun di luar rumah). Tapi perlu juga ibu ketahui bahwa menjaga kehormatan suami, menjaga harta suami (termasuk di dalamnya anak, rumah beserta isinya) juga suatu yang wajib ibu pegang lho Bu.. Hati2 dengan fitnah yang mungkin bisa saja timbul. Jadi, pintar2lah menjauh dari fitnah.. Apakah di dalam hati ibu timbul suatu pertanyaan mengapa suami yang tidak perlu izin sedangkan istri perlu izin ?.. 1. karena suamilah yang berkewajiban dan bertanggungjawab dalam menafkahi keluarganya ? Sehingga jika fungsi ini ditinggalkan dengan sengaja dan tanpa hambatan maka berdosalah ia sedangkan ibu tidak.. 2. karena suamilah yang bertanggungjawab menjaga keluarganya dari api neraka, sedangkan istri hanyalah menjaga amanah.. 3. karena suamilah yang berkewajiban mendidik anak sedangkan istri membantunya dalam menjalankan amanah tersebut.. Jadi, mulailah berkompromi dengan suami, mencapai ridho suami, dengan tidak lupa menjaga amanah dan fitnah. Karena anak dan istri adalah merupakan ujian yang dapat memberatkan suami untuk menuju syurga (karena sedemikian beratnya tanggungjawab yang harus dipikulnya). Sedangkan suami dan anak tidaklah menjadi ujian yang dapat memberatkannya menuju syurga. Maaf jika ada tulisan yang tidak berkenan. Wassalam, AyahTasha -Original Message- From: vinty novitasari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 2:11 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber yang secara rasional bisa terlihat, dimana pada saat ini bagi pasangan muda masih merupakan impian, maka istri akan tenang meninggalkan pekerjaan diluar rumah. percayalah pak, kein ginan terbesar seorang ibu adalah mengurus anak/keluarga sebaik-baiknya.Menjadi ibu rumah tangga profesional adalah karir yang tidak mudah dijalani, dan dengan penghargaan yang masih sangat kecil dari lingkungan masyarakat kita (atau malah lingkungan keluarga kita sendiri ? ). Maka sekarang yang bisa saya lakukan adalah membuat
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
Susah jg ya kalau kebetulan dapat suami yang susah ridhonya...walaupun istri sudah semaksimal mungkin untuk berbuat yang terbaik tp tetap dipandang kurang oleh suami sehingga diapun tidak mendapat ridho suami, yg berarti tidak jg mendapat Ridha Allah... Tapi enak jg ya kalau yang kebetulan dapat suami yang gampang ridho ..artinya suami yang mudah melihat sisi baik istri mudah untuk dipuaskan hatinya.. Apa mungkin kalau kita telanjur dapat suami yang susah ridhonya mendingan ganti aja dengan suami yang gampang ridhonya ya.. Ossi(BundaGhazyIbam) Zainal Arifin [EMAIL PROTECTED] wrote: Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain membuat aku jadi terharu. Ternyata masih banyak yah wanita yang merelakan dirinya bersusah payah untuk itu. Padahal secara hukum itu merupakan kewajiban para suami. Subhanallah. Maka, kalau ibu rela melakukan ini semua mudah2an Allah ridho seiring dengan keridhoan suami ibu yang bersedia mengizinkan ibu membantu tugas mereka. Namun, ibu.. Tentunya semuanya menjadi halal dan bermanfaat jika sudah dikompromi dan atas persetujuan suami kan ? Karena bagaimanapun besarnya penghasilan yang diperoleh istri tetaplah merupakan pendapatan lainnya dalam menunjang penghasilan utama dari si suami sendiri. Lain halnya kalau memang karena sesuatu hal fungsi tersebut malah berpindah ke tangan istri. Ingat lho, ridhonya Allah karena ridhonya suami, murkanya Allah juga karena murkanya suami. Jadi usahakan segala sesuatu yang bisa dan mau ibu kerjakan adalah atas sepengetahuan dan seijin suami. Berpuasa sunah saja (yang berpahala) itu musti dilakukan atas ijin suami apalagi mencari nafkah yang notabene bukanlah kewajiban ibu.. (mudah2an suami juga berlapang dada untuk mau kompromi dan mempertimbangkan segi baik buruknya kalau istri beraktivitas baik di dalam maupun di luar rumah). Tapi perlu juga ibu ketahui bahwa menjaga kehormatan suami, menjaga harta suami (termasuk di dalamnya anak, rumah beserta isinya) juga suatu yang wajib ibu pegang lho Bu.. Hati2 dengan fitnah yang mungkin bisa saja timbul. Jadi, pintar2lah menjauh dari fitnah.. Apakah di dalam hati ibu timbul suatu pertanyaan mengapa suami yang tidak perlu izin sedangkan istri perlu izin ?.. 1. karena suamilah yang berkewajiban dan bertanggungjawab dalam menafkahi keluarganya ? Sehingga jika fungsi ini ditinggalkan dengan sengaja dan tanpa hambatan maka berdosalah ia sedangkan ibu tidak.. 2. karena suamilah yang bertanggungjawab menjaga keluarganya dari api neraka, sedangkan istri hanyalah menjaga amanah.. 3. karena suamilah yang berkewajiban mendidik anak sedangkan istri membantunya dalam menjalankan amanah tersebut.. Jadi, mulailah berkompromi dengan suami, mencapai ridho suami, dengan tidak lupa menjaga amanah dan fitnah. Karena anak dan istri adalah merupakan ujian yang dapat memberatkan suami untuk menuju syurga (karena sedemikian beratnya tanggungjawab yang harus dipikulnya). Sedangkan suami dan anak tidaklah menjadi ujian yang dapat memberatkannya menuju syurga. Maaf jika ada tulisan yang tidak berkenan. Wassalam, AyahTasha -Original Message- From: vinty novitasari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 2:11 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber yang secara rasional bisa terlihat, dimana pada saat ini bagi pasangan muda masih merupakan impian, maka istri akan tenang meninggalkan pekerjaan diluar rumah. percayalah pak, kein ginan terbesar seorang ibu adalah mengurus anak/keluarga sebaik-baiknya.Menjadi ibu rumah tangga profesional adalah karir yang tidak mudah dijalani, dan dengan penghargaan yang masih sangat kecil dari lingkungan masyarakat kita (atau malah lingkungan keluarga kita sendiri ? ). Maka sekarang yang bisa saya lakukan adalah membuat rencana anggaran keuangan keluarga (family planning) yang sebaik-baiknya, sehingga diharapkan tidak harus bekerja diluar rumah sepanjang sisa hidup. paling tidak
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
huehehehe... ada yg berniat poliandri... - Original Message - From: Ossi Roswihati [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Wednesday, October 05, 2005 5:09 PM Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri Susah jg ya kalau kebetulan dapat suami yang susah ridhonya...walaupun istri sudah semaksimal mungkin untuk berbuat yang terbaik tp tetap dipandang kurang oleh suami sehingga diapun tidak mendapat ridho suami, yg berarti tidak jg mendapat Ridha Allah... Tapi enak jg ya kalau yang kebetulan dapat suami yang gampang ridho ..artinya suami yang mudah melihat sisi baik istri mudah untuk dipuaskan hatinya.. Apa mungkin kalau kita telanjur dapat suami yang susah ridhonya mendingan ganti aja dengan suami yang gampang ridhonya ya.. Ossi(BundaGhazyIbam) Zainal Arifin [EMAIL PROTECTED] wrote: Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain membuat aku jadi terharu. Ternyata masih banyak yah wanita yang merelakan dirinya bersusah payah untuk itu. Padahal secara hukum itu merupakan kewajiban para suami. Subhanallah. Maka, kalau ibu rela melakukan ini semua mudah2an Allah ridho seiring dengan keridhoan suami ibu yang bersedia mengizinkan ibu membantu tugas mereka. Namun, ibu.. Tentunya semuanya menjadi halal dan bermanfaat jika sudah dikompromi dan atas persetujuan suami kan ? Karena bagaimanapun besarnya penghasilan yang diperoleh istri tetaplah merupakan pendapatan lainnya dalam menunjang penghasilan utama dari si suami sendiri. Lain halnya kalau memang karena sesuatu hal fungsi tersebut malah berpindah ke tangan istri. Ingat lho, ridhonya Allah karena ridhonya suami, murkanya Allah juga karena murkanya suami. Jadi usahakan segala sesuatu yang bisa dan mau ibu kerjakan adalah atas sepengetahuan dan seijin suami. Berpuasa sunah saja (yang berpahala) itu musti dilakukan atas ijin suami apalagi mencari nafkah yang notabene bukanlah kewajiban ibu.. (mudah2an suami juga berlapang dada untuk mau kompromi dan mempertimbangkan segi baik buruknya kalau istri beraktivitas baik di dalam maupun di luar rumah). Tapi perlu juga ibu ketahui bahwa menjaga kehormatan suami, menjaga harta suami (termasuk di dalamnya anak, rumah beserta isinya) juga suatu yang wajib ibu pegang lho Bu.. Hati2 dengan fitnah yang mungkin bisa saja timbul. Jadi, pintar2lah menjauh dari fitnah.. Apakah di dalam hati ibu timbul suatu pertanyaan mengapa suami yang tidak perlu izin sedangkan istri perlu izin ?.. 1. karena suamilah yang berkewajiban dan bertanggungjawab dalam menafkahi keluarganya ? Sehingga jika fungsi ini ditinggalkan dengan sengaja dan tanpa hambatan maka berdosalah ia sedangkan ibu tidak.. 2. karena suamilah yang bertanggungjawab menjaga keluarganya dari api neraka, sedangkan istri hanyalah menjaga amanah.. 3. karena suamilah yang berkewajiban mendidik anak sedangkan istri membantunya dalam menjalankan amanah tersebut.. Jadi, mulailah berkompromi dengan suami, mencapai ridho suami, dengan tidak lupa menjaga amanah dan fitnah. Karena anak dan istri adalah merupakan ujian yang dapat memberatkan suami untuk menuju syurga (karena sedemikian beratnya tanggungjawab yang harus dipikulnya). Sedangkan suami dan anak tidaklah menjadi ujian yang dapat memberatkannya menuju syurga. Maaf jika ada tulisan yang tidak berkenan. Wassalam, AyahTasha -Original Message- From: vinty novitasari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 2:11 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber yang secara rasional bisa terlihat, dimana pada saat ini bagi pasangan muda masih merupakan impian, maka istri akan tenang meninggalkan pekerjaan diluar rumah. percayalah pak, kein ginan terbesar seorang ibu adalah mengurus anak/keluarga sebaik-baiknya.Menjadi ibu rumah tangga profesional adalah karir yang tidak mudah dijalani, dan dengan penghargaan yang masih sangat kecil dari lingkungan masyarakat kita (atau malah lingkungan keluarga kita
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
:-) Senyum ajha aa.. Seru euy! :-) Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Return Receipt Your Re: [balita-anda] Kewajiban Istri document: wasWidyastuti Irene/ID/TLS/PwC received by: at:05/10/2005 05:37:37 PM ZE7 Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Return Receipt Your Re: [balita-anda] Kewajiban Istri document: wasWirza Arifianto/IPT/bjsfer/BJSERVICES received by: at:10/05/2005 06:39:20 PM ZE7 Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
Tuh kan betul saya bilang pasti banyak respon dari ibu2 di sini. Betul bu...faktor kepastian ekonomi baik untuk sekarang dan masa datang yg menjadi alasan utama saya untuk tetap bekerja. Alhamdulillah suami saya ridho dan merasa terbantu dengan saya bekerja. -Original Message- From: vinty novitasari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 2:11 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber yang secara rasional bisa terlihat, dimana pada saat ini bagi pasangan muda masih merupakan impian, maka istri akan tenang meninggalkan pekerjaan diluar rumah. percayalah pak, kein ginan terbesar seorang ibu adalah mengurus anak/keluarga sebaik-baiknya.Menjadi ibu rumah tangga profesional adalah karir yang tidak mudah dijalani, dan dengan penghargaan yang masih sangat kecil dari lingkungan masyarakat kita (atau malah lingkungan keluarga kita sendiri ? ). Maka sekarang yang bisa saya lakukan adalah membuat rencana anggaran keuangan keluarga (family planning) yang sebaik-baiknya, sehingga diharapkan tidak harus bekerja diluar rumah sepanjang sisa hidup. paling tidak harus memanfaatkan nilai yang diperoleh setiap bulannya dengan perencanaan yang baik, dan dengan target yang jelas, misalnya, paling tidak 5 tahun lagi saya akan berhenti bekerja, dari sekarang sudah mencari alternatif pekerjaan yang bisa menutup kekurangan yang terjadi akibat berhenti.Bagaimanapun pak kekhawatiran istri jika harus menghadapi 1,2,3, orang anak yang sakit, atau uang sekolah yang mesti dibayar, atau beras yang tinggal 1 liter, sedangkan uang tak ada, harus dipertimbangkan. memang rejeki bisa datang dari mana saja, dan dari sumber yang tak diduga-duga, namun, prinsip lebih baik tangan diatas daripada tangan dibawah harus tetap diusahakan, lebih baik jika kita bisa menolong diri kita dahulu, paling minimal, tidak merepotkan orang lain. salam v Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] - Yahoo! for Good Click here to donate to the Hurricane Katrina relief effort. Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Return Receipt Your Re: [balita-anda] Kewajiban Istri document : was Agata Ambar/FIN/JIEP/PAMA received by: at: 10/06/2005 07:51:14
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
Siippp setuju mbak esti, kalo ada email yg berhubungan dengan SARA begini mendingan dipertimbangkan dulu deh kalo mau posting ke milis2. Karena yg namanya milis pasti beragam orangnya, beda agama, beda etnis dan yg pasti beda2 persepsi. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 3:01 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri dear parents, kalo sudah singgung2 SARA begini, susah kita mo satukan persepsi, jadi biarlah kita sesuaikan dgn kacamata iman kita masing2, tanpa salah satu merasa benar jadi alangkah lebih mulianya jika kita close saja sharring ttg ini. maaf ya pak Moderator, salam, mamaAngeldanBernad --- Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain membuat aku jadi terharu. Ternyata masih banyak yah wanita yang merelakan dirinya bersusah payah untuk itu. Padahal secara hukum itu merupakan kewajiban para suami. Subhanallah. Maka, kalau ibu rela melakukan ini semua mudah2an Allah ridho seiring dengan keridhoan suami ibu yang bersedia mengizinkan ibu membantu tugas mereka. Namun, ibu.. Tentunya semuanya menjadi halal dan bermanfaat jika sudah dikompromi dan atas persetujuan suami kan ? Karena bagaimanapun besarnya penghasilan yang diperoleh istri tetaplah merupakan pendapatan lainnya dalam menunjang penghasilan utama dari si suami sendiri. Lain halnya kalau memang karena sesuatu hal fungsi tersebut malah berpindah ke tangan istri. Ingat lho, ridhonya Allah karena ridhonya suami, murkanya Allah juga karena murkanya suami. Jadi usahakan segala sesuatu yang bisa dan mau ibu kerjakan adalah atas sepengetahuan dan seijin suami. Berpuasa sunah saja (yang berpahala) itu musti dilakukan atas ijin suami apalagi mencari nafkah yang notabene bukanlah kewajiban ibu.. (mudah2an suami juga berlapang dada untuk mau kompromi dan mempertimbangkan segi baik buruknya kalau istri beraktivitas baik di dalam maupun di luar rumah). Tapi perlu juga ibu ketahui bahwa menjaga kehormatan suami, menjaga harta suami (termasuk di dalamnya anak, rumah beserta isinya) juga suatu yang wajib ibu pegang lho Bu.. Hati2 dengan fitnah yang mungkin bisa saja timbul. Jadi, pintar2lah menjauh dari fitnah.. Apakah di dalam hati ibu timbul suatu pertanyaan mengapa suami yang tidak perlu izin sedangkan istri perlu izin ?.. 1. karena suamilah yang berkewajiban dan bertanggungjawab dalam menafkahi keluarganya ? Sehingga jika fungsi ini ditinggalkan dengan sengaja dan tanpa hambatan maka berdosalah ia sedangkan ibu tidak.. 2. karena suamilah yang bertanggungjawab menjaga keluarganya dari api neraka, sedangkan istri hanyalah menjaga amanah.. 3. karena suamilah yang berkewajiban mendidik anak sedangkan istri membantunya dalam menjalankan amanah tersebut.. Jadi, mulailah berkompromi dengan suami, mencapai ridho suami, dengan tidak lupa menjaga amanah dan fitnah. Karena anak dan istri adalah merupakan ujian yang dapat memberatkan suami untuk menuju syurga (karena sedemikian beratnya tanggungjawab yang harus dipikulnya). Sedangkan suami dan anak tidaklah menjadi ujian yang dapat memberatkannya menuju syurga. Maaf jika ada tulisan yang tidak berkenan. Wassalam, AyahTasha -Original Message- From: vinty novitasari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 2:11 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber yang secara rasional bisa terlihat, dimana pada saat ini bagi pasangan muda masih merupakan impian, maka istri akan tenang meninggalkan pekerjaan diluar rumah. percayalah pak, kein ginan terbesar seorang ibu adalah mengurus anak/keluarga sebaik-baiknya.Menjadi ibu rumah tangga profesional adalah karir yang tidak mudah dijalani, dan dengan penghargaan yang masih sangat kecil dari lingkungan masyarakat kita (atau malah lingkungan keluarga kita sendiri ? ). Maka sekarang yang bisa saya lakukan adalah membuat rencana
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Return Receipt Your Re: [balita-anda] Kewajiban Istri document : was sefty YMKI/YAMAHA received by: at: 10/06/2005 07:50:40 AM Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA
Dear Moms and dads Saya rasa pendapat Ayah Tasha dibawah bukan SARA, tapi sebagai sharing aja, toh keputusan bekerja atau tidak kembali kepada pribadi masing2. Jangan terlau sempit lah berfikir Regards Wirza Melda [EMAIL PROTECTED] 10/06/2005 07:48 AM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject RE: [balita-anda] Kewajiban Istri Siippp setuju mbak esti, kalo ada email yg berhubungan dengan SARA begini mendingan dipertimbangkan dulu deh kalo mau posting ke milis2. Karena yg namanya milis pasti beragam orangnya, beda agama, beda etnis dan yg pasti beda2 persepsi. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 3:01 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri dear parents, kalo sudah singgung2 SARA begini, susah kita mo satukan persepsi, jadi biarlah kita sesuaikan dgn kacamata iman kita masing2, tanpa salah satu merasa benar jadi alangkah lebih mulianya jika kita close saja sharring ttg ini. maaf ya pak Moderator, salam, mamaAngeldanBernad --- Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain membuat aku jadi terharu. Ternyata masih banyak yah wanita yang merelakan dirinya bersusah payah untuk itu. Padahal secara hukum itu merupakan kewajiban para suami. Subhanallah. Maka, kalau ibu rela melakukan ini semua mudah2an Allah ridho seiring dengan keridhoan suami ibu yang bersedia mengizinkan ibu membantu tugas mereka. Namun, ibu.. Tentunya semuanya menjadi halal dan bermanfaat jika sudah dikompromi dan atas persetujuan suami kan ? Karena bagaimanapun besarnya penghasilan yang diperoleh istri tetaplah merupakan pendapatan lainnya dalam menunjang penghasilan utama dari si suami sendiri. Lain halnya kalau memang karena sesuatu hal fungsi tersebut malah berpindah ke tangan istri. Ingat lho, ridhonya Allah karena ridhonya suami, murkanya Allah juga karena murkanya suami. Jadi usahakan segala sesuatu yang bisa dan mau ibu kerjakan adalah atas sepengetahuan dan seijin suami. Berpuasa sunah saja (yang berpahala) itu musti dilakukan atas ijin suami apalagi mencari nafkah yang notabene bukanlah kewajiban ibu.. (mudah2an suami juga berlapang dada untuk mau kompromi dan mempertimbangkan segi baik buruknya kalau istri beraktivitas baik di dalam maupun di luar rumah). Tapi perlu juga ibu ketahui bahwa menjaga kehormatan suami, menjaga harta suami (termasuk di dalamnya anak, rumah beserta isinya) juga suatu yang wajib ibu pegang lho Bu.. Hati2 dengan fitnah yang mungkin bisa saja timbul. Jadi, pintar2lah menjauh dari fitnah.. Apakah di dalam hati ibu timbul suatu pertanyaan mengapa suami yang tidak perlu izin sedangkan istri perlu izin ?.. 1. karena suamilah yang berkewajiban dan bertanggungjawab dalam menafkahi keluarganya ? Sehingga jika fungsi ini ditinggalkan dengan sengaja dan tanpa hambatan maka berdosalah ia sedangkan ibu tidak.. 2. karena suamilah yang bertanggungjawab menjaga keluarganya dari api neraka, sedangkan istri hanyalah menjaga amanah.. 3. karena suamilah yang berkewajiban mendidik anak sedangkan istri membantunya dalam menjalankan amanah tersebut.. Jadi, mulailah berkompromi dengan suami, mencapai ridho suami, dengan tidak lupa menjaga amanah dan fitnah. Karena anak dan istri adalah merupakan ujian yang dapat memberatkan suami untuk menuju syurga (karena sedemikian beratnya tanggungjawab yang harus dipikulnya). Sedangkan suami dan anak tidaklah menjadi ujian yang dapat memberatkannya menuju syurga. Maaf jika ada tulisan yang tidak berkenan. Wassalam, AyahTasha -Original Message- From: vinty novitasari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 2:11 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber yang secara rasional bisa terlihat, dimana pada saat ini bagi pasangan muda masih merupakan impian, maka istri akan tenang
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
Yup...mending kita balik ke topik balita aja dehh.. Nggak usah ngomongin SARA lagi... Nanti malah bikin ribut... Kita disini kan join untuk bersama2 sharing bertanya soal anak2 kita jadi topik ini mending di close aja ya... Have a nice day GBU, Pattyl From: Melda [EMAIL PROTECTED] Reply-To: balita-anda@balita-anda.com To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri Date: Thu, 6 Oct 2005 07:48:35 +0700 Siippp setuju mbak esti, kalo ada email yg berhubungan dengan SARA begini mendingan dipertimbangkan dulu deh kalo mau posting ke milis2. Karena yg namanya milis pasti beragam orangnya, beda agama, beda etnis dan yg pasti beda2 persepsi. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 3:01 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri dear parents, kalo sudah singgung2 SARA begini, susah kita mo satukan persepsi, jadi biarlah kita sesuaikan dgn kacamata iman kita masing2, tanpa salah satu merasa benar jadi alangkah lebih mulianya jika kita close saja sharring ttg ini. maaf ya pak Moderator, salam, mamaAngeldanBernad --- Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain membuat aku jadi terharu. Ternyata masih banyak yah wanita yang merelakan dirinya bersusah payah untuk itu. Padahal secara hukum itu merupakan kewajiban para suami. Subhanallah. Maka, kalau ibu rela melakukan ini semua mudah2an Allah ridho seiring dengan keridhoan suami ibu yang bersedia mengizinkan ibu membantu tugas mereka. Namun, ibu.. Tentunya semuanya menjadi halal dan bermanfaat jika sudah dikompromi dan atas persetujuan suami kan ? Karena bagaimanapun besarnya penghasilan yang diperoleh istri tetaplah merupakan pendapatan lainnya dalam menunjang penghasilan utama dari si suami sendiri. Lain halnya kalau memang karena sesuatu hal fungsi tersebut malah berpindah ke tangan istri. Ingat lho, ridhonya Allah karena ridhonya suami, murkanya Allah juga karena murkanya suami. Jadi usahakan segala sesuatu yang bisa dan mau ibu kerjakan adalah atas sepengetahuan dan seijin suami. Berpuasa sunah saja (yang berpahala) itu musti dilakukan atas ijin suami apalagi mencari nafkah yang notabene bukanlah kewajiban ibu.. (mudah2an suami juga berlapang dada untuk mau kompromi dan mempertimbangkan segi baik buruknya kalau istri beraktivitas baik di dalam maupun di luar rumah). Tapi perlu juga ibu ketahui bahwa menjaga kehormatan suami, menjaga harta suami (termasuk di dalamnya anak, rumah beserta isinya) juga suatu yang wajib ibu pegang lho Bu.. Hati2 dengan fitnah yang mungkin bisa saja timbul. Jadi, pintar2lah menjauh dari fitnah.. Apakah di dalam hati ibu timbul suatu pertanyaan mengapa suami yang tidak perlu izin sedangkan istri perlu izin ?.. 1. karena suamilah yang berkewajiban dan bertanggungjawab dalam menafkahi keluarganya ? Sehingga jika fungsi ini ditinggalkan dengan sengaja dan tanpa hambatan maka berdosalah ia sedangkan ibu tidak.. 2. karena suamilah yang bertanggungjawab menjaga keluarganya dari api neraka, sedangkan istri hanyalah menjaga amanah.. 3. karena suamilah yang berkewajiban mendidik anak sedangkan istri membantunya dalam menjalankan amanah tersebut.. Jadi, mulailah berkompromi dengan suami, mencapai ridho suami, dengan tidak lupa menjaga amanah dan fitnah. Karena anak dan istri adalah merupakan ujian yang dapat memberatkan suami untuk menuju syurga (karena sedemikian beratnya tanggungjawab yang harus dipikulnya). Sedangkan suami dan anak tidaklah menjadi ujian yang dapat memberatkannya menuju syurga. Maaf jika ada tulisan yang tidak berkenan. Wassalam, AyahTasha -Original Message- From: vinty novitasari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 2:11 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber yang secara rasional bisa terlihat, dimana pada saat ini bagi pasangan muda masih
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA
Dear Mbak Wirza, Bukan kita berpikiran sempit lohh.. Tapi mbak bisa liat kan akhirnya milis ini diisi dengan e-mail2 yang bukan berhubungan dengan topik balita. Yang ayah Tasya maksud emang diliat dari sisi agama Islam tapi bagaimana kalo diliat disisi agama lainnya?? Kita disini berasal dari berbagai macam etnis, agama, suku, latar belakang, dll. Jadi menurutku ... rentan banget kalo kita ngomongin masalah ini kalo hanya dari satu sisi saja. Jadi lebih baik kita close saja ya... Maaf kalo tidak berkenan, Patty From: [EMAIL PROTECTED] Reply-To: balita-anda@balita-anda.com To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA Date: Thu, 6 Oct 2005 08:01:07 +0700 Dear Moms and dads Saya rasa pendapat Ayah Tasha dibawah bukan SARA, tapi sebagai sharing aja, toh keputusan bekerja atau tidak kembali kepada pribadi masing2. Jangan terlau sempit lah berfikir Regards Wirza Melda [EMAIL PROTECTED] 10/06/2005 07:48 AM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject RE: [balita-anda] Kewajiban Istri Siippp setuju mbak esti, kalo ada email yg berhubungan dengan SARA begini mendingan dipertimbangkan dulu deh kalo mau posting ke milis2. Karena yg namanya milis pasti beragam orangnya, beda agama, beda etnis dan yg pasti beda2 persepsi. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 3:01 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri dear parents, kalo sudah singgung2 SARA begini, susah kita mo satukan persepsi, jadi biarlah kita sesuaikan dgn kacamata iman kita masing2, tanpa salah satu merasa benar jadi alangkah lebih mulianya jika kita close saja sharring ttg ini. maaf ya pak Moderator, salam, mamaAngeldanBernad --- Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain membuat aku jadi terharu. Ternyata masih banyak yah wanita yang merelakan dirinya bersusah payah untuk itu. Padahal secara hukum itu merupakan kewajiban para suami. Subhanallah. Maka, kalau ibu rela melakukan ini semua mudah2an Allah ridho seiring dengan keridhoan suami ibu yang bersedia mengizinkan ibu membantu tugas mereka. Namun, ibu.. Tentunya semuanya menjadi halal dan bermanfaat jika sudah dikompromi dan atas persetujuan suami kan ? Karena bagaimanapun besarnya penghasilan yang diperoleh istri tetaplah merupakan pendapatan lainnya dalam menunjang penghasilan utama dari si suami sendiri. Lain halnya kalau memang karena sesuatu hal fungsi tersebut malah berpindah ke tangan istri. Ingat lho, ridhonya Allah karena ridhonya suami, murkanya Allah juga karena murkanya suami. Jadi usahakan segala sesuatu yang bisa dan mau ibu kerjakan adalah atas sepengetahuan dan seijin suami. Berpuasa sunah saja (yang berpahala) itu musti dilakukan atas ijin suami apalagi mencari nafkah yang notabene bukanlah kewajiban ibu.. (mudah2an suami juga berlapang dada untuk mau kompromi dan mempertimbangkan segi baik buruknya kalau istri beraktivitas baik di dalam maupun di luar rumah). Tapi perlu juga ibu ketahui bahwa menjaga kehormatan suami, menjaga harta suami (termasuk di dalamnya anak, rumah beserta isinya) juga suatu yang wajib ibu pegang lho Bu.. Hati2 dengan fitnah yang mungkin bisa saja timbul. Jadi, pintar2lah menjauh dari fitnah.. Apakah di dalam hati ibu timbul suatu pertanyaan mengapa suami yang tidak perlu izin sedangkan istri perlu izin ?.. 1. karena suamilah yang berkewajiban dan bertanggungjawab dalam menafkahi keluarganya ? Sehingga jika fungsi ini ditinggalkan dengan sengaja dan tanpa hambatan maka berdosalah ia sedangkan ibu tidak.. 2. karena suamilah yang bertanggungjawab menjaga keluarganya dari api neraka, sedangkan istri hanyalah menjaga amanah.. 3. karena suamilah yang berkewajiban mendidik anak sedangkan istri membantunya dalam menjalankan amanah tersebut.. Jadi, mulailah berkompromi dengan suami, mencapai ridho suami, dengan tidak lupa menjaga amanah dan fitnah. Karena anak dan istri adalah merupakan ujian yang dapat memberatkan suami untuk menuju syurga (karena sedemikian beratnya tanggungjawab yang harus dipikulnya). Sedangkan suami dan anak tidaklah menjadi ujian yang dapat memberatkannya menuju syurga. Maaf jika ada tulisan yang tidak berkenan. Wassalam, AyahTasha -Original Message- From: vinty novitasari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 2:11 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA
Mbak Patty, Pertama2 saya bukan wanita, yang kedua saya netral aja karena saya lihatnya dari sisi wanita yang akan membesarkan anak saya. Bekerja itu bagus, tapi keluarga adalah yang utama, nggak peduli dari agama mana, etnis mana ataupun suku apa selama wacananya bagus ya menurut saya sih boleh2 aja di forum ini. Regards Wirza Arifianto Papanya Naufal Patty Haris [EMAIL PROTECTED] 10/06/2005 08:08 AM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA Dear Mbak Wirza, Bukan kita berpikiran sempit lohh.. Tapi mbak bisa liat kan akhirnya milis ini diisi dengan e-mail2 yang bukan berhubungan dengan topik balita. Yang ayah Tasya maksud emang diliat dari sisi agama Islam tapi bagaimana kalo diliat disisi agama lainnya?? Kita disini berasal dari berbagai macam etnis, agama, suku, latar belakang, dll. Jadi menurutku ... rentan banget kalo kita ngomongin masalah ini kalo hanya dari satu sisi saja. Jadi lebih baik kita close saja ya... Maaf kalo tidak berkenan, Patty From: [EMAIL PROTECTED] Reply-To: balita-anda@balita-anda.com To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA Date: Thu, 6 Oct 2005 08:01:07 +0700 Dear Moms and dads Saya rasa pendapat Ayah Tasha dibawah bukan SARA, tapi sebagai sharing aja, toh keputusan bekerja atau tidak kembali kepada pribadi masing2. Jangan terlau sempit lah berfikir Regards Wirza Melda [EMAIL PROTECTED] 10/06/2005 07:48 AM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject RE: [balita-anda] Kewajiban Istri Siippp setuju mbak esti, kalo ada email yg berhubungan dengan SARA begini mendingan dipertimbangkan dulu deh kalo mau posting ke milis2. Karena yg namanya milis pasti beragam orangnya, beda agama, beda etnis dan yg pasti beda2 persepsi. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 3:01 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri dear parents, kalo sudah singgung2 SARA begini, susah kita mo satukan persepsi, jadi biarlah kita sesuaikan dgn kacamata iman kita masing2, tanpa salah satu merasa benar jadi alangkah lebih mulianya jika kita close saja sharring ttg ini. maaf ya pak Moderator, salam, mamaAngeldanBernad --- Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain membuat aku jadi terharu. Ternyata masih banyak yah wanita yang merelakan dirinya bersusah payah untuk itu. Padahal secara hukum itu merupakan kewajiban para suami. Subhanallah. Maka, kalau ibu rela melakukan ini semua mudah2an Allah ridho seiring dengan keridhoan suami ibu yang bersedia mengizinkan ibu membantu tugas mereka. Namun, ibu.. Tentunya semuanya menjadi halal dan bermanfaat jika sudah dikompromi dan atas persetujuan suami kan ? Karena bagaimanapun besarnya penghasilan yang diperoleh istri tetaplah merupakan pendapatan lainnya dalam menunjang penghasilan utama dari si suami sendiri. Lain halnya kalau memang karena sesuatu hal fungsi tersebut malah berpindah ke tangan istri. Ingat lho, ridhonya Allah karena ridhonya suami, murkanya Allah juga karena murkanya suami. Jadi usahakan segala sesuatu yang bisa dan mau ibu kerjakan adalah atas sepengetahuan dan seijin suami. Berpuasa sunah saja (yang berpahala) itu musti dilakukan atas ijin suami apalagi mencari nafkah yang notabene bukanlah kewajiban ibu.. (mudah2an suami juga berlapang dada untuk mau kompromi dan mempertimbangkan segi baik buruknya kalau istri beraktivitas baik di dalam maupun di luar rumah). Tapi perlu juga ibu ketahui bahwa menjaga kehormatan suami, menjaga harta suami (termasuk di dalamnya anak, rumah beserta isinya) juga suatu yang wajib ibu pegang lho Bu.. Hati2 dengan fitnah yang mungkin bisa saja timbul. Jadi, pintar2lah menjauh dari fitnah.. Apakah di dalam hati ibu timbul suatu pertanyaan mengapa suami yang tidak perlu izin sedangkan istri perlu izin ?.. 1. karena suamilah yang berkewajiban dan bertanggungjawab dalam menafkahi keluarganya ? Sehingga jika fungsi ini ditinggalkan dengan sengaja dan tanpa hambatan maka berdosalah ia sedangkan ibu tidak.. 2. karena suamilah yang bertanggungjawab menjaga keluarganya dari api neraka, sedangkan istri hanyalah menjaga amanah.. 3. karena suamilah yang berkewajiban mendidik anak sedangkan istri membantunya dalam menjalankan amanah tersebut.. Jadi, mulailah berkompromi dengan suami, mencapai ridho suami, dengan tidak lupa menjaga amanah dan fitnah. Karena anak dan istri adalah merupakan ujian yang dapat memberatkan suami untuk menuju syurga (karena sedemikian beratnya tanggungjawab yang harus dipikulnya). Sedangkan suami dan anak tidaklah menjadi ujian yang dapat
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA
Sultan Iskandar Muda bebas memakai aksesori simbol keagamaan bila memang itu keyakinannya. ”Biarkan semua murid terbiasa melihat perbedaan. Tuhan pun menciptakan pohon berwarna-warni, dengan rasa buahnya berbeda-beda, masa kita mengharuskan murid berseragam dan menyembunyikan perbedaannya,” kata Sofyan. Elly Yana, guru Matematika SD dan SMP Sultan Iskandar Muda, mengemukakan bahwa siswa selalu dibaurkan dalam aktivitas sekolah, terutama di tingkat SD. Selalu dihindarkan pengelompokan siswa dari etnis yang sama. Tempat duduk selalu diubah supaya murid yang berbeda suku dan agama bisa duduk di bangku yang sama. Selalu ditanamkan untuk tidak menyebut atribut yang merendahkan suku atau agama lain. Saat perayaan hari-hari besar keagamaan, guru dan siswa yang berbeda keyakinan saling mengucapkan selamat. Untuk murid-murid kelas awal, mereka diberi tugas membuat kartu ucapan hari raya. Sementara untuk siswa kelas VI SD diminta berpidato di depan kelas. Bila menolak akan ditegur. Perilaku yang tidak menghargai perbedaan etnis, agama, atau ras dilarang. Bila aturan itu dilanggar dan anak tidak mau lagi dibimbing, mereka bisa dikeluarkan dari sekolah. ”Kami tidak membeda-bedakan siswa, termasuk status dan anak siapa. Di sini mereka memiliki derajat yang sama, harus mengikuti peraturan, dan memperoleh pelayanan yang sama. Orang yang tidak mampu membayar pun diterima di sekolah ini, baru kemudian dicarikan beasiswa dari orangtua asuh,” kata Mulyono (46), Kepala SMP Sultan Iskandar Muda. Beasiswa lintas etnis Sistem pemberian beasiswa juga diarahkan untuk mendorong pembauran. Siswa keturunan Tionghoa yang tidak mampu dicarikan orangtua asuh pribumi. Siswa dari etnis Jawa dicarikan orangtua asuh keturunan Tionghoa. Siswa dari etnis satu dicarikan orangtua asuh dari etnis yang lain. Saat ini lebih dari 100 siswa memperoleh beasiswa dengan model ini. Sejak program orangtua asuh dicanangkan di sekolah ini, tercatat 1.247 anak yang terancam putus sekolah telah berhasil diselamatkan. Program beasiswa ini sekaligus menghilangkan prasangka etnis tertanam puluhan tahun di masyarakat, setidaknya bagi anak dan keluarga anak yang memperoleh beasiswa. Bagi orangtua asuh, mereka berkesempatan mengenal etnis lain lebih dekat dan memberikan kebanggaan dapat membantu orang lain. Sejumlah tokoh nasional, seperti mantan Presiden BJ Habibie, Sarwono Kusumaatmadja, dan seniman Guruh Soekarnoputra ikut terdaftar sebagai orangtua asuh. Sekolah-sekolah di lingkungan Yayasan Iskandar Muda juga telah mengembangkan materi pembauran dalam kurikulum sekolah. Setiap guru diminta mencoba memasukkan nilai-nilai pembauran dalam mata pelajaran yang diajarkannya. Tidak hanya untuk mata pelajaran bahasa dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mata pelajaran eksak, seperti Matematika, Kimia, dan Biologi. Sofyan Tan juga mempunyai strategi agar sekolah pembauran yang dirintisnya terus eksis di masa-masa mendatang. Melalui program orangtua asuh, ia menyekolahkan anak-anak yang pintar dari keluarga tak mampu sampai tingkat perguruan tinggi dan direkrut untuk bekerja di sekolah. ”Umur saya terbatas, tetapi sekolah ini kelak akan dipimpin oleh anak-anak yang pernah memperoleh bantuan dari sekolah dan orangtua asuh. Mereka adalah roh sekolah ini di masa depan. Mereka itu adalah orang-orang yang mempunyai komitmen pembauran dan peduli terhadap orang-orang miskin,” kata Sofyan Tan. [EMAIL PROTECTED] 10/06/2005 08:01 AM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA Dear Moms and dads Saya rasa pendapat Ayah Tasha dibawah bukan SARA, tapi sebagai sharing aja, toh keputusan bekerja atau tidak kembali kepada pribadi masing2. Jangan terlau sempit lah berfikir Regards Wirza Melda [EMAIL PROTECTED] 10/06/2005 07:48 AM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject RE: [balita-anda] Kewajiban Istri Siippp setuju mbak esti, kalo ada email yg berhubungan dengan SARA begini mendingan dipertimbangkan dulu deh kalo mau posting ke milis2. Karena yg namanya milis pasti beragam orangnya, beda agama, beda etnis dan yg pasti beda2 persepsi. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 3:01 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri dear parents, kalo sudah singgung2 SARA begini, susah kita mo satukan persepsi, jadi biarlah kita sesuaikan dgn kacamata iman kita masing2, tanpa salah satu merasa benar jadi alangkah lebih mulianya jika kita close saja sharring ttg ini. maaf ya pak Moderator, salam, mamaAngeldanBernad --- Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Return Receipt Your Re: [balita-anda] Kewajiban Istri document : was Budi PRASETIO/ID/ALCATEL received by: at: 10/06/2005 08:16:23 ZE7 Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA
Hihihihi Maaf Pak Wirza...saya kira anda wanita..teman saya soalnya namanya sama kayak bapak tapi dia wanita... Peace, Patty From: [EMAIL PROTECTED] Reply-To: balita-anda@balita-anda.com To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA Date: Thu, 6 Oct 2005 08:27:21 +0700 Mbak Patty, Pertama2 saya bukan wanita, yang kedua saya netral aja karena saya lihatnya dari sisi wanita yang akan membesarkan anak saya. Bekerja itu bagus, tapi keluarga adalah yang utama, nggak peduli dari agama mana, etnis mana ataupun suku apa selama wacananya bagus ya menurut saya sih boleh2 aja di forum ini. Regards Wirza Arifianto Papanya Naufal Patty Haris [EMAIL PROTECTED] 10/06/2005 08:08 AM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA Dear Mbak Wirza, Bukan kita berpikiran sempit lohh.. Tapi mbak bisa liat kan akhirnya milis ini diisi dengan e-mail2 yang bukan berhubungan dengan topik balita. Yang ayah Tasya maksud emang diliat dari sisi agama Islam tapi bagaimana kalo diliat disisi agama lainnya?? Kita disini berasal dari berbagai macam etnis, agama, suku, latar belakang, dll. Jadi menurutku ... rentan banget kalo kita ngomongin masalah ini kalo hanya dari satu sisi saja. Jadi lebih baik kita close saja ya... Maaf kalo tidak berkenan, Patty From: [EMAIL PROTECTED] Reply-To: balita-anda@balita-anda.com To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA Date: Thu, 6 Oct 2005 08:01:07 +0700 Dear Moms and dads Saya rasa pendapat Ayah Tasha dibawah bukan SARA, tapi sebagai sharing aja, toh keputusan bekerja atau tidak kembali kepada pribadi masing2. Jangan terlau sempit lah berfikir Regards Wirza Melda [EMAIL PROTECTED] 10/06/2005 07:48 AM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject RE: [balita-anda] Kewajiban Istri Siippp setuju mbak esti, kalo ada email yg berhubungan dengan SARA begini mendingan dipertimbangkan dulu deh kalo mau posting ke milis2. Karena yg namanya milis pasti beragam orangnya, beda agama, beda etnis dan yg pasti beda2 persepsi. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 3:01 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri dear parents, kalo sudah singgung2 SARA begini, susah kita mo satukan persepsi, jadi biarlah kita sesuaikan dgn kacamata iman kita masing2, tanpa salah satu merasa benar jadi alangkah lebih mulianya jika kita close saja sharring ttg ini. maaf ya pak Moderator, salam, mamaAngeldanBernad --- Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain membuat aku jadi terharu. Ternyata masih banyak yah wanita yang merelakan dirinya bersusah payah untuk itu. Padahal secara hukum itu merupakan kewajiban para suami. Subhanallah. Maka, kalau ibu rela melakukan ini semua mudah2an Allah ridho seiring dengan keridhoan suami ibu yang bersedia mengizinkan ibu membantu tugas mereka. Namun, ibu.. Tentunya semuanya menjadi halal dan bermanfaat jika sudah dikompromi dan atas persetujuan suami kan ? Karena bagaimanapun besarnya penghasilan yang diperoleh istri tetaplah merupakan pendapatan lainnya dalam menunjang penghasilan utama dari si suami sendiri. Lain halnya kalau memang karena sesuatu hal fungsi tersebut malah berpindah ke tangan istri. Ingat lho, ridhonya Allah karena ridhonya suami, murkanya Allah juga karena murkanya suami. Jadi usahakan segala sesuatu yang bisa dan mau ibu kerjakan adalah atas sepengetahuan dan seijin suami. Berpuasa sunah saja (yang berpahala) itu musti dilakukan atas ijin suami apalagi mencari nafkah yang notabene bukanlah kewajiban ibu.. (mudah2an suami juga berlapang dada untuk mau kompromi dan mempertimbangkan segi baik buruknya kalau istri beraktivitas baik di dalam maupun di luar rumah). Tapi perlu juga ibu ketahui bahwa menjaga kehormatan suami, menjaga harta suami (termasuk di dalamnya anak, rumah beserta isinya) juga suatu yang wajib ibu pegang lho Bu.. Hati2 dengan fitnah yang mungkin bisa saja timbul. Jadi, pintar2lah menjauh dari fitnah.. Apakah di dalam hati ibu timbul suatu pertanyaan mengapa suami yang tidak perlu izin sedangkan istri perlu izin ?.. 1. karena suamilah yang berkewajiban dan bertanggungjawab dalam menafkahi keluarganya ? Sehingga jika fungsi ini ditinggalkan dengan sengaja dan tanpa hambatan maka berdosalah ia sedangkan ibu tidak.. 2. karena suamilah yang bertanggungjawab menjaga keluarganya dari api neraka, sedangkan istri hanyalah menjaga amanah.. 3. karena suamilah yang berkewajiban mendidik anak sedangkan istri membantunya dalam menjalankan amanah tersebut.. Jadi, mulailah
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Return Receipt Your Re: [balita-anda] Kewajiban Istri document: wasYuliana S Dewi/Tax/Jakarta/ErnstYoung/ID received by: at:10/06/2005 08:37:04 AM ZE7 Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA
diberikan di dalam tempat ibadah. Bangunan ibadah yang saling berdekatan secara tidak langsung memperkenalkan kepada murid bagaimana pemeluk agama lain beribadah. Tidak seperti di Perancis yang melarang atribut keagamaan dipakai saat anak bersekolah, murid-murid di sekolah- sekolah yang ada di lingkungan Yayasan Sultan Iskandar Muda bebas memakai aksesori simbol keagamaan bila memang itu keyakinannya. ?Biarkan semua murid terbiasa melihat perbedaan. Tuhan pun menciptakan pohon berwarna-warni, dengan rasa buahnya berbeda-beda, masa kita mengharuskan murid berseragam dan menyembunyikan perbedaannya,? kata Sofyan. Elly Yana, guru Matematika SD dan SMP Sultan Iskandar Muda, mengemukakan bahwa siswa selalu dibaurkan dalam aktivitas sekolah, terutama di tingkat SD. Selalu dihindarkan pengelompokan siswa dari etnis yang sama. Tempat duduk selalu diubah supaya murid yang berbeda suku dan agama bisa duduk di bangku yang sama. Selalu ditanamkan untuk tidak menyebut atribut yang merendahkan suku atau agama lain. Saat perayaan hari-hari besar keagamaan, guru dan siswa yang berbeda keyakinan saling mengucapkan selamat. Untuk murid-murid kelas awal, mereka diberi tugas membuat kartu ucapan hari raya. Sementara untuk siswa kelas VI SD diminta berpidato di depan kelas. Bila menolak akan ditegur. Perilaku yang tidak menghargai perbedaan etnis, agama, atau ras dilarang. Bila aturan itu dilanggar dan anak tidak mau lagi dibimbing, mereka bisa dikeluarkan dari sekolah. ?Kami tidak membeda-bedakan siswa, termasuk status dan anak siapa. Di sini mereka memiliki derajat yang sama, harus mengikuti peraturan, dan memperoleh pelayanan yang sama. Orang yang tidak mampu membayar pun diterima di sekolah ini, baru kemudian dicarikan beasiswa dari orangtua asuh,? kata Mulyono (46), Kepala SMP Sultan Iskandar Muda. Beasiswa lintas etnis Sistem pemberian beasiswa juga diarahkan untuk mendorong pembauran. Siswa keturunan Tionghoa yang tidak mampu dicarikan orangtua asuh pribumi. Siswa dari etnis Jawa dicarikan orangtua asuh keturunan Tionghoa. Siswa dari etnis satu dicarikan orangtua asuh dari etnis yang lain. Saat ini lebih dari 100 siswa memperoleh beasiswa dengan model ini. Sejak program orangtua asuh dicanangkan di sekolah ini, tercatat 1.247 anak yang terancam putus sekolah telah berhasil diselamatkan. Program beasiswa ini sekaligus menghilangkan prasangka etnis tertanam puluhan tahun di masyarakat, setidaknya bagi anak dan keluarga anak yang memperoleh beasiswa. Bagi orangtua asuh, mereka berkesempatan mengenal etnis lain lebih dekat dan memberikan kebanggaan dapat membantu orang lain. Sejumlah tokoh nasional, seperti mantan Presiden BJ Habibie, Sarwono Kusumaatmadja, dan seniman Guruh Soekarnoputra ikut terdaftar sebagai orangtua asuh. Sekolah-sekolah di lingkungan Yayasan Iskandar Muda juga telah mengembangkan materi pembauran dalam kurikulum sekolah. Setiap guru diminta mencoba memasukkan nilai-nilai pembauran dalam mata pelajaran yang diajarkannya. Tidak hanya untuk mata pelajaran bahasa dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga mata pelajaran eksak, seperti Matematika, Kimia, dan Biologi. Sofyan Tan juga mempunyai strategi agar sekolah pembauran yang dirintisnya terus eksis di masa-masa mendatang. Melalui program orangtua asuh, ia menyekolahkan anak-anak yang pintar dari keluarga tak mampu sampai tingkat perguruan tinggi dan direkrut untuk bekerja di sekolah. ?Umur saya terbatas, tetapi sekolah ini kelak akan dipimpin oleh anak-anak yang pernah memperoleh bantuan dari sekolah dan orangtua asuh. Mereka adalah roh sekolah ini di masa depan. Mereka itu adalah orang-orang yang mempunyai komitmen pembauran dan peduli terhadap orang-orang miskin,? kata Sofyan Tan. [EMAIL PROTECTED] 10/06/2005 08:01 AM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA Dear Moms and dads Saya rasa pendapat Ayah Tasha dibawah bukan SARA, tapi sebagai sharing aja, toh keputusan bekerja atau tidak kembali kepada pribadi masing2. Jangan terlau sempit lah berfikir Regards Wirza Melda [EMAIL PROTECTED] 10/06/2005 07:48 AM Please respond to balita-anda@balita-anda.com To balita-anda@balita-anda.com cc Subject RE: [balita-anda] Kewajiban Istri Siippp setuju mbak esti, kalo ada email yg berhubungan dengan SARA begini mendingan dipertimbangkan dulu deh kalo mau posting ke milis2. Karena yg namanya milis pasti beragam orangnya, beda agama, beda etnis dan yg pasti beda2 persepsi. -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 3:01 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri dear parents, kalo sudah singgung2 SARA begini, susah kita mo satukan persepsi, jadi biarlah kita sesuaikan dgn kacamata iman kita masing2, tanpa salah satu merasa benar jadi alangkah lebih mulianya jika kita close saja sharring ttg ini. maaf ya pak Moderator, salam
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA
Dear All, Jadi pingin ikut kasih pendapat nih. Waktu saya baca postingan Bang Yos, saya sudah menduga bakal banyak yang kasih komentar, apalagi milis ini sebagian besar anggotanya adalah ibu-ibu bekerja. Tentang SARA atau bukan, saya nggak tahu apa pendapat mbak Wirza atau pendapat Mbak Melda dan Mbak Esti yang benar, karena definisi SARA bisa berbeda menurut pendapat masing-masing. Tapi menurut saya, apapun yang sifatnya ekslusif tentunya kurang pas kalo didiskusikan di ruang publik. Dalam hal ini, postingan Bang Yos yang jelas-jelas merupakan pandangan dalam agama Islam. Sementara dalam milis ini, anggotanya sangat beragam, berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Itu baru perbedaan dalam hal iman, belum lagi perbedaan pandangan mengenai wanita bekerja. Saya yakin, semua ibu pasti berpikir dan menempatkan keluarga dan anak di atas pekerjaan. Tetapi seringkali karena alasan ekonomi yang membuat kami para ibu bekerja di luar rumah. Alangkah bahagianya para ibu bila benar-benar bisa lepas tangan masalah cari duit dan hanya konsentrasi mengurus keluarga, tanpa dipusingkan oleh masalah ekonomi RT karena semua kebutuhan terpenuhi. Tetapi kan tidak semua keluarga seberuntung itu. Ada yang lebihnya baru sedikit, sekedar bisa menabung untuk hal-hal tak terduga dan sekolah anak, ada yang gaji satu bulan habis untuk kebutuhan satu bulan, malah ada juga yang masih kekurangan. Jadi kalau saya sih, setuju dengan pendapat anggota yang lain, yang ingin menutup diskusi tentang hal ini. Bukan karena iman atau pendapat yang berbeda, tetapi lebih pada niat untuk menjaga agar milis ini benar-benar netral sesuai dengan namanya : Balita Anda. Jadi mari kita rame-rame berdiskusi tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Tentang topik-topik di luar ibu dan balita, saya yakin di luar sana banyak banget milis yang membahas tentang hal-hal tersebut, yang pasti lebih sesuai dengan tema email-email tersebut. Sukses Balita Anda, semoga makin beekembang. Terima kasih. Salam, Siska -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, October 06, 2005 8:01 AM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri - bukan SARA Dear Moms and dads Saya rasa pendapat Ayah Tasha dibawah bukan SARA, tapi sebagai sharing aja, toh keputusan bekerja atau tidak kembali kepada pribadi masing2. Jangan terlau sempit lah berfikir Regards Wirza Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Return Receipt Your Re: [balita-anda] Kewajiban Istri document : was Sarjana Muhammad/ID/ARNOTTS/CSC received by: at: 06/10/2005 09:22:08 AM ZE7 ** This e-mail and any files transmitted with it may contain confidential information and is intended solely for use by the individual to whom it is addressed. If you received this e-mail in error, please notify the sender, do not disclose its contents to others and delete it from your system. ** Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
Dear ibu Aseani, Untuk tidak menjadi konflik berkepanjangan saya akan coba jawab pertanyaan ibu melalui jalur pribadi aja yah .. Insya-allah banyak tulisan2 yang akan saya sampaikan sebagai pencerahan kita bersama. Salam, AyahTasha -Original Message- From: aseani setiyadi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 4:01 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri Pak Zainal, dr uraian Bapak disini, aku mo nanya sesuatu yg 'nempil' sedikit dilapangan kewajiban mencari nafkah, Bapak seringkali menekankan ridho Allah diridho suami... nah, untuk menjaga sikap sehari-hari, lebih eksplisit lagi, berkata-kata, bukannya ridho Allah tergantung pada dua sisi...istri telah berusaha maksimal menyenangkan suami, namun tentunya tidak bisa secepat membalik telapak tangan merubah kebiasaan suami ber'kata-kata keras bin kasar'...sabar memang wajib, tapi hati yang 'luka' juga tak secepat mengucap sabar untuk menyembuhkannya... ingin pencerahan yg lebih Pak...smoga Bapak tidak termasuk yg patriarkis...dikit-dikit suami, dikit-dikit, suami lagi.kapan istri nih pak Zainal Arifin [EMAIL PROTECTED] wrote: Dari kacamata Agama Islam ... Membaca pendapat para ibu yang sudah mau bekerja keras untuk membantu para suami dalam menangani tugasnya menafkahkan anak dan istri serta membantu berperan dalam memberikan jaminan pendidikan, tempat tinggal dan lain-lain membuat aku jadi terharu. Ternyata masih banyak yah wanita yang merelakan dirinya bersusah payah untuk itu. Padahal secara hukum itu merupakan kewajiban para suami. Subhanallah. Maka, kalau ibu rela melakukan ini semua mudah2an Allah ridho seiring dengan keridhoan suami ibu yang bersedia mengizinkan ibu membantu tugas mereka. Namun, ibu.. Tentunya semuanya menjadi halal dan bermanfaat jika sudah dikompromi dan atas persetujuan suami kan ? Karena bagaimanapun besarnya penghasilan yang diperoleh istri tetaplah merupakan pendapatan lainnya dalam menunjang penghasilan utama dari si suami sendiri. Lain halnya kalau memang karena sesuatu hal fungsi tersebut malah berpindah ke tangan istri. Ingat lho, ridhonya Allah karena ridhonya suami, murkanya Allah juga karena murkanya suami. Jadi usahakan segala sesuatu yang bisa dan mau ibu kerjakan adalah atas sepengetahuan dan seijin suami. Berpuasa sunah saja (yang berpahala) itu musti dilakukan atas ijin suami apalagi mencari nafkah yang notabene bukanlah kewajiban ibu.. (mudah2an suami juga berlapang dada untuk mau kompromi dan mempertimbangkan segi baik buruknya kalau istri beraktivitas baik di dalam maupun di luar rumah). Tapi perlu juga ibu ketahui bahwa menjaga kehormatan suami, menjaga harta suami (termasuk di dalamnya anak, rumah beserta isinya) juga suatu yang wajib ibu pegang lho Bu.. Hati2 dengan fitnah yang mungkin bisa saja timbul. Jadi, pintar2lah menjauh dari fitnah.. Apakah di dalam hati ibu timbul suatu pertanyaan mengapa suami yang tidak perlu izin sedangkan istri perlu izin ?.. 1. karena suamilah yang berkewajiban dan bertanggungjawab dalam menafkahi keluarganya ? Sehingga jika fungsi ini ditinggalkan dengan sengaja dan tanpa hambatan maka berdosalah ia sedangkan ibu tidak.. 2. karena suamilah yang bertanggungjawab menjaga keluarganya dari api neraka, sedangkan istri hanyalah menjaga amanah.. 3. karena suamilah yang berkewajiban mendidik anak sedangkan istri membantunya dalam menjalankan amanah tersebut.. Jadi, mulailah berkompromi dengan suami, mencapai ridho suami, dengan tidak lupa menjaga amanah dan fitnah. Karena anak dan istri adalah merupakan ujian yang dapat memberatkan suami untuk menuju syurga (karena sedemikian beratnya tanggungjawab yang harus dipikulnya). Sedangkan suami dan anak tidaklah menjadi ujian yang dapat memberatkannya menuju syurga. Maaf jika ada tulisan yang tidak berkenan. Wassalam, AyahTasha -Original Message- From: vinty novitasari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 2:11 PM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Sekedar sharing pak agus, saya istri sekaligus ibu beranak 2 yang masih bekerja, dan sudah tinggal terpisah dari orang tua, kenapa saya masih bekerja ? banyak orang yang bertanya begitu. Dalam hati kecil saya sangat ingin berhenti bekerja, karena mencari pembantu untuk mengurus rumah dan anak bukan main sulitnya, belum lagi rasa bersalah meninggalkan anak dirumah. yang membuat orang masih bekerja walaupun hati kecilnya menolak, adalah kebutuhan pak, yang paling utama adalah kebutuhan ekonomi. Mari berhitung secara rasional, maka bapak akan menemukan bahwa saat sekarang ini kebutuhan rumah tangga (belanja dapur, sekolah, rumah sakit, sosial, rekreasi ) sudah sangat luar biasa, dan yang paling mengetahui masalah ini adalah istri. Jika suami bisa memberikan jaminan kepada istri bahwa kebutuhan akan terpenuhi dari sumber-sumber yang secara rasional bisa terlihat, dimana pada saat ini bagi pasangan muda masih merupakan
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Kalo ngajar di S1 di PT apakah harus S2 ya? Atau kalo S1 hanya bisa ngajar yg dibawahnya, misalnya D3? Ada yg bisa bantu? Terima kasih. M Tri Agus http://triagus.multiply.com - Original Message - From: Rhein Astrisandy [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Wednesday, October 05, 2005 12:48 PM Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri klo, pegawai bank kan setidaknya sarjana ya pak? bisa dicoba untuk jadi dosen luar biasa di satu Perguruan Tinggi, klo dosen luar bisa kan datangnya cuman waktu ngajar aja, ndak kaya dosen tetap yang musti ngantor karena memang punya jabatan fungsional selain ngajar. klo datang cuman ngajar paling paling sehari cuman 2 jam paling lama 4 dan itu pun ndak tiap hari. jadi dirumah ada setidaknya 20 jam untuk anak-anak. Lagi pula klo jadi dosen kan sesekali bisa ajak anak kita, sekalian biar anak kita belajar sosialisasi, trus klo pas ngajar anaknya taruh dimana? wah kerja dibidang pendidikan gak kaya di kantoran, anak kita kan bisa maen sama dosen yang laen, atau menggambar di papan di ruang dosen... :) Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
seinget saya dulu waktu s1 banyak dosen2 muda yg gelarnya juga s1. temen say ajuga ada yg jadi dosen di s1, gelarnya masih s1 sampai sekarang - Original Message - From: eMTri Agus [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Thursday, October 06, 2005 10:20 AM Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Kalo ngajar di S1 di PT apakah harus S2 ya? Atau kalo S1 hanya bisa ngajar yg dibawahnya, misalnya D3? Ada yg bisa bantu? Terima kasih. M Tri Agus http://triagus.multiply.com - Original Message - From: Rhein Astrisandy [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Wednesday, October 05, 2005 12:48 PM Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri klo, pegawai bank kan setidaknya sarjana ya pak? bisa dicoba untuk jadi dosen luar biasa di satu Perguruan Tinggi, klo dosen luar bisa kan datangnya cuman waktu ngajar aja, ndak kaya dosen tetap yang musti ngantor karena memang punya jabatan fungsional selain ngajar. klo datang cuman ngajar paling paling sehari cuman 2 jam paling lama 4 dan itu pun ndak tiap hari. jadi dirumah ada setidaknya 20 jam untuk anak-anak. Lagi pula klo jadi dosen kan sesekali bisa ajak anak kita, sekalian biar anak kita belajar sosialisasi, trus klo pas ngajar anaknya taruh dimana? wah kerja dibidang pendidikan gak kaya di kantoran, anak kita kan bisa maen sama dosen yang laen, atau menggambar di papan di ruang dosen... :) Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
setahuku sih untuk jadi dosen gak harus s2. yang harus dipunyai adalah sertifikat mengajar pak.. - Original Message - From: eMTri Agus [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Thursday, October 06, 2005 10:20 AM Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri Kalo ngajar di S1 di PT apakah harus S2 ya? Atau kalo S1 hanya bisa ngajar yg dibawahnya, misalnya D3? Ada yg bisa bantu? Terima kasih. M Tri Agus http://triagus.multiply.com - Original Message - From: Rhein Astrisandy [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Wednesday, October 05, 2005 12:48 PM Subject: Re: [balita-anda] Kewajiban Istri klo, pegawai bank kan setidaknya sarjana ya pak? bisa dicoba untuk jadi dosen luar biasa di satu Perguruan Tinggi, klo dosen luar bisa kan datangnya cuman waktu ngajar aja, ndak kaya dosen tetap yang musti ngantor karena memang punya jabatan fungsional selain ngajar. klo datang cuman ngajar paling paling sehari cuman 2 jam paling lama 4 dan itu pun ndak tiap hari. jadi dirumah ada setidaknya 20 jam untuk anak-anak. Lagi pula klo jadi dosen kan sesekali bisa ajak anak kita, sekalian biar anak kita belajar sosialisasi, trus klo pas ngajar anaknya taruh dimana? wah kerja dibidang pendidikan gak kaya di kantoran, anak kita kan bisa maen sama dosen yang laen, atau menggambar di papan di ruang dosen... :) Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
thx bang yos ... sangat menyentuh... huhuhuhuhu - Original Message - From: Bang Yos [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Wednesday, October 05, 2005 9:57 AM Subject: [balita-anda] Kewajiban Istri [assunnah] Kewajiban Istri Chandraleka Fri, 19 Aug 2005 06:10:24 -0700 [*] Seorang istri haruslah taat kepada suami dalam perkara yang tidak mengandung kemungkaran kepada Allah. Dalam masalah Anda, seorang suami menghendaki sang istri tinggal di rumah untuk mendidik anak anaknya. Ini satu cita - cita / keinginan yang baik, dan harusnya istri taat dan mendukung keinginan baik suaminya. Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
Bang yos... Be carefull kayanya email ini sensitif, soalnya disini kebanyakan ibu2 bekerja. But kalo just forward sih is ok. Kalo saya sendiri sih tanggapannya, kita ga bisa men-generalisir keadaan di tiap keluarga, semua ibu kpd anaknya pasti sangat sayang dan ingin mengurus anaknya sendiri tapi mereka pasti punya alasan2 tertentu kenapa mereka harus tetap bekerja, termasuk saya :D Regards, Melda -Original Message- From: Bang Yos [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 9:58 AM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: [balita-anda] Kewajiban Istri [assunnah] Kewajiban Istri Chandraleka Fri, 19 Aug 2005 06:10:24 -0700 [*] Seorang istri haruslah taat kepada suami dalam perkara yang tidak mengandung kemungkaran kepada Allah. Dalam masalah Anda, seorang suami menghendaki sang istri tinggal di rumah untuk mendidik anak anaknya. Ini satu cita - cita / keinginan yang baik, dan harusnya istri taat dan mendukung keinginan baik suaminya. [*] Urusan mencari nafkah untuk istri, anak dan keluarga adalah urusan sang kepala rumah tangga / suami. Ini kewajiban suami. Adapun seorang istri mencari nafkah tambahan bagi keluarga itu sifatnya sunnat saja. Sedangkan urusan istri mendidik anak anaknya ketika suaminya pergi mencari nafkah, mengurus rumah tangga, termasuk melayani suami adalah wajib bagi sang istri. Yang jadi pertanyaan, apakah perkara yang wajib atau yang sunnat yang harus didahulukan oleh sang istri? Istri yang cerdik harusnya mendahulukan perkara yang wajib. [*] Seandainya seorang suami kerja diluar rumah dan sang istri juga bekerja di luar rumah, maka yang jadi pertanyaan, siapakah yang akan menjaga dan mendidik anak anaknya? Bila dihadirkan seorang pembantu, maka ini juga akan menimbulkan kejanggalan : Pertama, istri bekerja untuk mencari uang dengan meninggalkan rumah dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Setelah uang didapat, uang tersebut digunakan untuk membayar seorang pembantu??? Ini satu keanehan berpikir... Kedua, apakah pembantu tersebut seorang yang pendidikannya baik, dan agamanya baik? Sehingga bisa mendidik anak anak menjadi orang yang sholeh dan sholehah? Sedangkan seorang istri itu dinikahi salah satunya karena agamanya baik dan diharapkan bisa mendidik anak anaknya Tidakkah kita berbangga bila suatu saat anak kita ditanya, 'siapa yang mengajarimu membaca Al Qur'an?' Dan sang anak menjawab, 'ummi ku...'. Bukan jawaban 'bibi ku...' (maksudnya pembantunya), yang meluncur dari lisannya. Ini pun bila kita beruntung mendapatkan pembantu yang bisa mengajari Al Qur'an. [*] Tidak diragukan, bahwa pekerjaan rumah tangga yang dibebankan kepada istri memang cukup berat dan banyak. Pekerjaan administrasi di kantor memang lebih ringan. Ada bagusnya bila seorang suami berempati (istilah kerennya) dengan membantu sang istri. Misal, ketika sang istri memasak, dia (suami) menyapu halaman / membersihkan rumah. Atau ada kegiatan mencuci baju bersama ketika libur, dll. Dengan demikian sang istri tidak terlalu keberatan dengan pekerjaan rumah tangga. Dan sang istri juga bisa berbangga mempunyai suami yang bukan sembarang suami. [*] Hidup itu pilihan dan pada tiap pilihan ada konsekuensinya. Ketika sang istri tidak bekerja karena harus tinggal di rumah dan mengurus anak, maka imbasnya adalah pendapatan keluarga berkurang. Solusinya adalah sang suami harus kerja ekstra keras untuk menutupi kebutuhan hidup. Ini satu konsekuensi dari pilihan yang dibuat. Dari sini akan nampak izzah /kemuliaan seorang suami di mata istri dan keluarganya. [*] Seorang wanita di rumah, tidak berarti tidak bekerja menghasilkan uang. Satu pola pikir yang harus dihapus di masyarakat Indonesia ini adalah bekerja itu tidak mesti di kantoran yang berangkat pagi pulang sore (istilahnya nine to five). Ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah sambil memenuhi kewajiban sebagai istri dan ibu rumah tangga. Salah satu contohnya adalah menjadi penulis. Kalo ada usaha insya Allah ada jalan. [*] Bantahan terhadap kekhawatiran rejeki. Salah satu pertolongan Allah bagi orang yang menikah adalah Allah akan cukupkan rejekinya. Benarlah apa yang difirmankan Allah (yang artinya) : Dan kawinkanlah orang orang yang sendirian diantara kamu dan orang orang yang layak (berkawin) dari hamba hamba sahayamu yang lelaki dan hamba hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunianya . (An Nuur : 32). Kemudian kita lihat kenyataan di lapangan, banyak orang yang mula mula menikah tidak punya apa apa, alhamdulillah, Allah cukupkan rejeki buat mereka. Bahkan anak anaknya bisa bersekolah sampai pendidikan yang tinggi. [Buku buku yang perlu dibaca] Diantaranya - Istri Shalihah - Anugrah Terindah, Abdul Malik Al Qosim, At Tibyan - Panduan Lengkap Nikah dari A sampai Z, Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq, Pustaka Ibnu Katsir.
RE: [balita-anda] Kewajiban Istri
setuju mbak Melda, saya tetap bekerja dan tidak mempunyai pembantu tapi menyekolahkan 2 keponakan suami, kuliah == masuk malam == pagi jaga anak2 sma == masuk pagi == sore jaga anak2,, 1 org lagi nyari kerja == bantu beres2 .. jadi ini alasan saya u/ tetap bekerja,,, hukum wajib ato sunnah nich salam, mamaAB --- Bang yos... Be carefull kayanya email ini sensitif, soalnya disini kebanyakan ibu2 bekerja. But kalo just forward sih is ok. Kalo saya sendiri sih tanggapannya, kita ga bisa men-generalisir keadaan di tiap keluarga, semua ibu kpd anaknya pasti sangat sayang dan ingin mengurus anaknya sendiri tapi mereka pasti punya alasan2 tertentu kenapa mereka harus tetap bekerja, termasuk saya :D Regards, Melda -Original Message- From: Bang Yos [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, October 05, 2005 9:58 AM To: balita-anda@balita-anda.com Subject: [balita-anda] Kewajiban Istri [assunnah] Kewajiban Istri Chandraleka Fri, 19 Aug 2005 06:10:24 -0700 [*] Seorang istri haruslah taat kepada suami dalam perkara yang tidak mengandung kemungkaran kepada Allah. Dalam masalah Anda, seorang suami menghendaki sang istri tinggal di rumah untuk mendidik anak anaknya. Ini satu cita - cita / keinginan yang baik, dan harusnya istri taat dan mendukung keinginan baik suaminya. [*] Urusan mencari nafkah untuk istri, anak dan keluarga adalah urusan sang kepala rumah tangga / suami. Ini kewajiban suami. Adapun seorang istri mencari nafkah tambahan bagi keluarga itu sifatnya sunnat saja. Sedangkan urusan istri mendidik anak anaknya ketika suaminya pergi mencari nafkah, mengurus rumah tangga, termasuk melayani suami adalah wajib bagi sang istri. Yang jadi pertanyaan, apakah perkara yang wajib atau yang sunnat yang harus didahulukan oleh sang istri? Istri yang cerdik harusnya mendahulukan perkara yang wajib. [*] Seandainya seorang suami kerja diluar rumah dan sang istri juga bekerja di luar rumah, maka yang jadi pertanyaan, siapakah yang akan menjaga dan mendidik anak anaknya? Bila dihadirkan seorang pembantu, maka ini juga akan menimbulkan kejanggalan : Pertama, istri bekerja untuk mencari uang dengan meninggalkan rumah dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Setelah uang didapat, uang tersebut digunakan untuk membayar seorang pembantu??? Ini satu keanehan berpikir... Kedua, apakah pembantu tersebut seorang yang pendidikannya baik, dan agamanya baik? Sehingga bisa mendidik anak anak menjadi orang yang sholeh dan sholehah? Sedangkan seorang istri itu dinikahi salah satunya karena agamanya baik dan diharapkan bisa mendidik anak anaknya Tidakkah kita berbangga bila suatu saat anak kita ditanya, 'siapa yang mengajarimu membaca Al Qur'an?' Dan sang anak menjawab, 'ummi ku...'. Bukan jawaban 'bibi ku...' (maksudnya pembantunya), yang meluncur dari lisannya. Ini pun bila kita beruntung mendapatkan pembantu yang bisa mengajari Al Qur'an. [*] Tidak diragukan, bahwa pekerjaan rumah tangga yang dibebankan kepada istri memang cukup berat dan banyak. Pekerjaan administrasi di kantor memang lebih ringan. Ada bagusnya bila seorang suami berempati (istilah kerennya) dengan membantu sang istri. Misal, ketika sang istri memasak, dia (suami) menyapu halaman / membersihkan rumah. Atau ada kegiatan mencuci baju bersama ketika libur, dll. Dengan demikian sang istri tidak terlalu keberatan dengan pekerjaan rumah tangga. Dan sang istri juga bisa berbangga mempunyai suami yang bukan sembarang suami. [*] Hidup itu pilihan dan pada tiap pilihan ada konsekuensinya. Ketika sang istri tidak bekerja karena harus tinggal di rumah dan mengurus anak, maka imbasnya adalah pendapatan keluarga berkurang. Solusinya adalah sang suami harus kerja ekstra keras untuk menutupi kebutuhan hidup. Ini satu konsekuensi dari pilihan yang dibuat. Dari sini akan nampak izzah /kemuliaan seorang suami di mata istri dan keluarganya. [*] Seorang wanita di rumah, tidak berarti tidak bekerja menghasilkan uang. Satu pola pikir yang harus dihapus di masyarakat Indonesia ini adalah bekerja itu tidak mesti di kantoran yang berangkat pagi pulang sore (istilahnya nine to five). Ada banyak pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah sambil memenuhi kewajiban sebagai istri dan ibu rumah tangga. Salah satu contohnya adalah menjadi penulis. Kalo ada usaha insya Allah ada jalan. [*] Bantahan terhadap kekhawatiran rejeki. Salah satu pertolongan Allah bagi orang yang menikah adalah Allah akan cukupkan rejekinya. Benarlah apa yang difirmankan Allah (yang artinya) : Dan kawinkanlah orang orang yang sendirian diantara kamu dan orang orang yang layak (berkawin) dari hamba hamba sahayamu yang lelaki dan hamba hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunianya . (An Nuur : 32). Kemudian kita lihat kenyataan di lapangan, banyak orang yang mula mula menikah tidak punya apa apa, alhamdulillah, Allah cukupkan rejeki buat mereka.
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
Istri ikut bekerja itu tidak wajib, menjadi wajib kalau single parent). Kalau lebih banyak mudharatnya menjadi makruh atau bahkan haram. Istri saya yg saat ini bekerja juga bingung nih pengen resign. Saat ini dia bekerja di sebuah bank swasta. Jika ada tugas / memo yang sedang dikerjakan harus ditunggu sampai selesai (clear) yang jam nya gak pasti (tapi pastinya lebih dari jam pulang kerja). Dia selalu merasa bersalah kalau pulang agak malam karena waktu untuk anak2 yang menjadi haknya menjadi sedikit sekali. Saat ini kami memiliki 3 orang anak, yg pertama umur 6 thn sekolah SD kelas 1, yg kedua umur 3 thn sekolah PG dan yg ketiga umur 8 bln. Di rumah memang kami masih tinggal dengan orang tua dan ditemani pembantu. Namun tetap saja dia masih bingung dan suka merasa bersalah. Moms and dads, ada yg bisa kasih saran dan masukan? Terima kasih sebelumnya. M Tri Agus http://triagus.multiply.com - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Wednesday, October 05, 2005 11:09 AM Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri setuju mbak Melda, saya tetap bekerja dan tidak mempunyai pembantu tapi menyekolahkan 2 keponakan suami, kuliah == masuk malam == pagi jaga anak2 sma == masuk pagi == sore jaga anak2,, 1 org lagi nyari kerja == bantu beres2 .. jadi ini alasan saya u/ tetap bekerja,,, hukum wajib ato sunnah nich salam, mamaAB Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
mengambil keputusan u/ resign itu memang tidak mudah pak,, tergantung dari niat kita, berani mengambil segala resiko, bagi saya pribadi misalnya, saya punya target kapan hrs resign dan suami saya juga setuju. maaf kalo tdk membantu, salam, mamaAB --- Istri ikut bekerja itu tidak wajib, menjadi wajib kalau single parent). Kalau lebih banyak mudharatnya menjadi makruh atau bahkan haram. Istri saya yg saat ini bekerja juga bingung nih pengen resign. Saat ini dia bekerja di sebuah bank swasta. Jika ada tugas / memo yang sedang dikerjakan harus ditunggu sampai selesai (clear) yang jam nya gak pasti (tapi pastinya lebih dari jam pulang kerja). Dia selalu merasa bersalah kalau pulang agak malam karena waktu untuk anak2 yang menjadi haknya menjadi sedikit sekali. Saat ini kami memiliki 3 orang anak, yg pertama umur 6 thn sekolah SD kelas 1, yg kedua umur 3 thn sekolah PG dan yg ketiga umur 8 bln. Di rumah memang kami masih tinggal dengan orang tua dan ditemani pembantu. Namun tetap saja dia masih bingung dan suka merasa bersalah. Moms and dads, ada yg bisa kasih saran dan masukan? Terima kasih sebelumnya. M Tri Agus http://triagus.multiply.com - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Wednesday, October 05, 2005 11:09 AM Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri setuju mbak Melda, saya tetap bekerja dan tidak mempunyai pembantu tapi menyekolahkan 2 keponakan suami, kuliah == masuk malam == pagi jaga anak2 sma == masuk pagi == sore jaga anak2,, 1 org lagi nyari kerja == bantu beres2 .. jadi ini alasan saya u/ tetap bekerja,,, hukum wajib ato sunnah nich salam, mamaAB Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] , DISCLAIMER : The information contained in this communication (including any attachments) is privileged and confidential, and may be legally exempt from disclosure under applicable law. It is intended only for the specific purpose of being used by the individual or entity to whom it is addressed. If you are not the addressee indicated in this message (or are responsible for delivery of the message to such person), you must not disclose, disseminate, distribute, deliver, copy, circulate, rely on or use any of the information contained in this transmission. We apologize if you have received this communication in error; kindly inform the sender accordingly. Please also ensure that this original message and any record of it is permanently deleted from your computer system. We do not give or endorse any opinions, conclusions and other information in this message that do not relate to our official business. Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
Re: [balita-anda] Kewajiban Istri
On 10/5/05, eMTri Agus [EMAIL PROTECTED] wrote: Istri ikut bekerja itu tidak wajib, menjadi wajib kalau single parent). Kalau lebih banyak mudharatnya menjadi makruh atau bahkan haram. Istri saya yg saat ini bekerja juga bingung nih pengen resign. Saat ini dia bekerja di sebuah bank swasta. Jika ada tugas / memo yang sedang dikerjakan harus ditunggu sampai selesai (clear) yang jam nya gak pasti (tapi pastinya lebih dari jam pulang kerja). Dia selalu merasa bersalah kalau pulang agak malam karena waktu untuk anak2 yang menjadi haknya menjadi sedikit sekali. Saat ini kami memiliki 3 orang anak, yg pertama umur 6 thn sekolah SD kelas 1, yg kedua umur 3 thn sekolah PG dan yg ketiga umur 8 bln. Di rumah memang kami masih tinggal dengan orang tua dan ditemani pembantu. Namun tetap saja dia masih bingung dan suka merasa bersalah. Moms and dads, ada yg bisa kasih saran dan masukan? Terima kasih sebelumnya. klo, pegawai bank kan setidaknya sarjana ya pak? bisa dicoba untuk jadi dosen luar biasa di satu Perguruan Tinggi, klo dosen luar bisa kan datangnya cuman waktu ngajar aja, ndak kaya dosen tetap yang musti ngantor karena memang punya jabatan fungsional selain ngajar. klo datang cuman ngajar paling paling sehari cuman 2 jam paling lama 4 dan itu pun ndak tiap hari. jadi dirumah ada setidaknya 20 jam untuk anak-anak. Lagi pula klo jadi dosen kan sesekali bisa ajak anak kita, sekalian biar anak kita belajar sosialisasi, trus klo pas ngajar anaknya taruh dimana? wah kerja dibidang pendidikan gak kaya di kantoran, anak kita kan bisa maen sama dosen yang laen, atau menggambar di papan di ruang dosen... :) M Tri Agus http://triagus.multiply.com - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: balita-anda@balita-anda.com Sent: Wednesday, October 05, 2005 11:09 AM Subject: RE: [balita-anda] Kewajiban Istri setuju mbak Melda, saya tetap bekerja dan tidak mempunyai pembantu tapi menyekolahkan 2 keponakan suami, kuliah == masuk malam == pagi jaga anak2 sma == masuk pagi == sore jaga anak2,, 1 org lagi nyari kerja == bantu beres2 .. jadi ini alasan saya u/ tetap bekerja,,, hukum wajib ato sunnah nich salam, mamaAB Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] -- Tetap semangat Rhein Astrisandy www.cintabunda.com http://www.cintabunda.com