[budaya_tionghua] Re: Gong'an Chan: Bakar Patung

2009-04-07 Terurut Topik Hendri Irawan
Zaman sekarang yang disebut sudah "modern" ini memang kelihatan sekali banyak 
orang yang menonjolkan "membakar patung budha", "meludahi patung budha", 
"melemparkan kotoran ke patung budha". Dasar pemikiran mereka mungkin adalah 
rasionalitas.

Sisi negatif dari pemikiran seperti itu adalah angkuh, congkak dan terjebak 
pada ilusi bahwa "sudah mengerti". Bagi mereka, orang yang menghormati 
kayu/batu/semen/kertas/logam rada "kuno" dan tidak masuk logika/rasio. Saking 
logis dan ber-rasio nya mereka sehingga istilah tepa selira, saling pengertian 
dan toleransi hanya berupa kata-kata kosong belaka. 

Belum lagi keangkuhan mereka menghalangi mereka untuk melihat makna filosofis 
di balik segala macam penghormatan/penyembahan barang-barang tadi.

Ada yang pernah menegur saya dengan begini "si Gottama memang sudah mati dari 
kapan-kapan, tapi setinggi apa hati kamu untuk tidak bersujud di depan sebuah 
patung semen ?"

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ardian_c"  wrote:
>
> gong an seperti itu ya banyak, tapi ini kejadian di taiwan, pernah denger ada 
> satu kelenteng yg rupangnya/patungnya sering ditaruh perhiasan mahal, entah 
> dari emas atau jg dari permata. Uniknya ada org yg "meminjam" perhiasan itu 
> utk digadaikan dan hasilnya digunakan sebagai modal, biasanya lewat 1 taon , 
> itu perhiasan ditebus atau diganti yg lebih indah. So itu memang perhiasan 
> utk memperindah dan sebagai nilai seni jg perwujudan keyakinan. Tapi dibalik 
> itu perhiasan itu jg memiliki fungsi yg lain.
> 
> Dalam banyak hal , kita tjoema baca alias membeo termasuk gong an /koan zen. 
> Jadinya seperti anekdot koan di Jepang , ini kalau tdk salah DT Suzuki yg 
> menceritakannya.
> Ada satu org barat yg merasa sdh memahami apa itu Buddha Dhamma dan mengerti 
> hakekat Zen, ia dgn pongahnya datang ke vihara Zen di Jepang.
> Org barat itu kaget melihat para bhiksu Zen di Jepang masih menghormati 
> patung Buddha dan org barat itu lantas menegur bhiksu2 Zen disana. "Bukannya 
> kalian sudah memahami hakekat ke Buddhaan, kalau saya melihat patung ini, 
> akan saya ludahi patungnya."seru orang barat itu dgn bangganya.
> Bhiksu itu tersenyum dan menjawab,"Anda meludahi, kami membungkuk memberi 
> hormat."
> 
> Dari cerita itu kelihatan kalau si orang barat itu "sok" tercerahkan tapi apa 
> yg ia sadari itu masih secuil dari kenyataan yg ada.
> Artinya cuma bergaya memahami Zen tapi tdk paham.
> 
> Sama jg ketika org membaca buku Zhuang Zi lantas terjebak pada kata2 Xiao Yao 
> alias bebas tak terikat, lantas berperilaku semena2 di dunia nyata.
> 




Re: [budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang - Di perpustakaan

2009-04-07 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Terima kasih info Saudara.



2009/4/8 raharjo irawan 

>
>
> Semarang, 8-4-2009.
>
>
> Yang benar namanya adalah Goei Thwan Ling, dahulu tinggal di jalan
> Petudungan.
> Kitab itu tampaknya masih ada di perpustakaan vihara.
>
> Salam,
> Irawan R
>
>
>
> --- On *Wed, 8/4/09, Ning M. Widjaja * wrote:
>
>
> From: Ning M. Widjaja 
> Subject: [budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Date: Wednesday, 8 April, 2009, 9:15 AM
>
>  Saya pagi pengalaman dan mungkin ada yag juga tertarik,
>
> Waktu saya kecil, ingatan saya pernah di ajak ke Semarang di Vihara Watu
> Gong di Semarang. Di sana ternyata milik pribadi dari keluarga mendiang
> Bhante Dhammiko ( mendiang Oej Toan Ling), yang sangat luas dan bagus
> tamannya. Wilayah vihara terbelah jalan raya, yg di seberang waktu itu masih
> tanah kosong sekarang jadi Kodam Diponegoro.
>
> Saya ingat di ajak ke dalam ruang perpustakaan pribadi beliau dan tertegung
> melihat sebuah lemari tertata rapi buku kuno yang jumlahnya ratusan jilid
> dalm bentuk paperback yang masih dijahit pakai benang. Waktu itu buku sudah
> kelihatan amat kuno tapi terawat baik bersama dengan banyak buku dan kitab
> lain yang juga kuno dan jumlahnya banyak sekali. Maklum mendiang Bhante
> Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling) adalah seorang sarjana dan berpendidikan
> luas.
>
> Menjelang wafat beliau melepas kebhikkuannya dan hidup sebagi orang biasa
> selama beberapa tahun sebelum meninggal, setelah beliau meninggal Vihara
> Watu Gong di kelola oleh yayasan Buddhist masyarakat Jateng / Semarang dan
> mengalami berbagai bangunan baru.
>
> Kembali ke cerita awal, ketika saya tanyakan ternyata kitab-kitab kuno yang
> banyak itu adalah SAM CONG CI KENG - Tripitaka Tiongkok yang asli cetakan
> dari Tiongkok yang sudah lama jadi koleksi mendiang Bhante Dhammiko
> (mendiang Oej Toan Ling). Mengingat milis ini ttg Kebudayaan Tionghoa- saya
> rasa relevan saya kemukakan disini- siapa tahu ada diantara member yang
> tertarik dalm hal sastra Tiongkok Kuno ini yang pastinya tidak pernah
> dijamah lagi sejak meninggalnya Bhante Dhammiko.
>
> Alangkah baiknya bila kita ini bisa di lestarikan sebagai barang
> peninggalan sastra kuno dan dapat dipelajari isinya oleh para ahli sastra
> Tionghoa.
>
> Semoga dapat tanggapan positif.
>
>
>
>  
>


Re: [budaya_tionghua] Re: Gong'an Chan: Bakar Patung

2009-04-07 Terurut Topik zhoufy
Jika kita pasrah sama org tua, kita tinggal dengerin dia punya mau; jika kita 
pasrah sama alam, kita hrs memahami dulu hukum alam, ini membutuhkan pengamatan 
dan pengembangan ilmu alam; jika kita hendak pasrah sama Tuhan, ini yg repot, 
mau dengerin, dia tak bicara langsung, mau mempelajari, nanti dibilang 
pengetahuan merusak akhlak. Terpaksa ya mendekati dng hati masing2. Akhirnya, 
pasrah dng Tuhan sama saja pasrah dng hati masing2. Bukankah begitu? 


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "ardian_c" 

Date: Wed, 08 Apr 2009 03:56:07 
To: 
Subject: [budaya_tionghua] Re: Gong'an Chan: Bakar Patung


3 racun dalam kehidupan manusia yg didengungkan ama taoisme plus buddhisme , yg 
rasanya seh itu taoisme dapet pengaruh dari buddhisme.
1.LOBHA/TAMAK/tan, Hawa merasa tamak 
2.MOHA/bodoh, ntuh 2an bego, mau aja dibegoin , lha kadang org bisa dibegoin 
gara2 tamak khan hehehehehe
3.DOSA/KELUAR ALUR/kebencian, nah loe abis getu aja akhirnya keluar alur.

dalam konteks yg pernah owe pelajarin, namanya pasrah itu belon tentu bisa 
membuat org harmoni, tapi pikiran dan batin yg seimbang itulah kunci harmoni.
pasrah tidak selalu akan menghasilkan hal2 yg positif. Wu Wei dalam satu terms 
bisa kita artikan pasrah, non action, but pengertiannya itu gak sesimple hal2 
itu. Nah para taoist yg filsafat mah gak mikirin itu namanya pasrah ama 
pencipta huehehehehe tapi tetep bisa tuh. So nurut mantan mentor owe, pasrah 
thdp pencipta itu bukanlah satu2nya kunci keharmonisan.

ya kita lage diskusi cari benang merahnya tapi owe gak mau model pendeta ST yg 
puji2 tapi nti ngebanting kayak misalnya kongtainya itu ST KHC bagus bla bla 
bla TAPI.. walah itu mah sama aja AROGAN alias sombong, mana bisa jadi 
junzi alias kuncu !



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tantono Subagyo  wrote:
>
> Mohon maaf tidak bermaksud mengajari, hanya bertukar pikiran. Sedikit
> tentang pandangan Kristen yang Lookay ada pelajari sebenarnya yang membuat
> Adam dan Hawa berdosa itu adalah keinginan/keakuan mereka sehingga mereka
> makan buah pengetahuan baik/jahat untuk menentukan baik/jahat sesuai dengan
> keinginan mereka sendiri dan tidak selaras dengan Sang Pencipta. Jadi
> kondisi mental bathin yang tidak bertentangan adalah yang pasrah kepada Sang
> Pencipta atau Yang Disembah itu sendiri. Kepaserahan atau kemanunggalan
> dengan Sang Pencipta akan endatangkan harmoni karena dengan kepaserahan itu
> timbul rasa rendah hati yang tidak menyalahkan orang lain dan merasa benar
> sendiri, bahkan menghakimi orang lain.  Sojah en banyak tabik. Auw Ban
> Lookay.
> 
> 2009/4/8 ardian_c 
> 
> >
> >
> > kalu pake termsnya tenglang itu artinya dah diatas yin yang alias bisa
> > mengatasi dualisme, berada ditengah sempurna zhongyong, tengah selaras zhong
> > he.
> >
> > nah kalu pake terms kristen, manusia terjebak kedalam dosa setelah mrk
> > terjebak dalam dualisme yaitu yin yang yg digambarkan dgn pohon pengetahuan
> > baik dan jahat.
> > so kondisi mental dan batin adam dan hawa saat berada dalam taman eden
> > adalah kondisi yg tdk tercemar oleh pertentangan.
> > TAPI sayangnya terms baik dan buruk itu langsung oleh banyak org ditarik
> > garis tebal yg jelas dan lurus seolah2 tidak bisa bersinergi
> > hehehehehehehehehehehe
> >
> > kasarnya gini, LU bukan termasuk grup GUA  Gua yg paling BENER , lu mah
> > SALAH !!!
> > Cara LU SALAH neh cara GUA BENER !
> >
> > mampuslah dunia ini kapan ada TAMAN EDENNYA 
> >
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> > Tantono Subagyo  wrote:
> > >
> > > Dalam filsafat Jawa ada istilah : Mangerti Dununging Panembah (Mengerti
> > arah
> > > dan siapa yang disembah). Dan Xia fashi tidak terikat, dia bisa
> > menganggap
> > > patung sebagai kayu bakar dan di saat lain ia memakai patung untuk
> > > memfokuskan penyembahan-nya. Bila sudah sampai kepada taraf demikian maka
> > > perbedaan ritual penyembahan menjadi tidak berarti, bahkan antara atheis
> > dan
> > > theis-pun tidak ada bedanya. Pertengkaran yang ada ternyata hanya untuk
> > > memuaskan keinginan lahiriah yang tidak akan berarti. Lookay yang auwban
> > > jadi sangat tersentuh dan merasa makin kecil saja. Sojah, Tan Lookay
> > >
> > > 2009/4/6 Hendri Irawan 
> >
> > >
> > > > Setahu saya kisah membakar patung itu adalah salah satu gong'an yang
> > > > dipakai dalam chan. Yang jelas bukan Hui Neng.
> > > >
> > > > --
> > > > Gongan nya secara lengkap begini:
> > > >
> > > > PERINGATAN: Gong'an chan bukanlah untuk dimengerti secara literal, ada
> > > > konsep dan pemahaman filosofi yang mendalam di dalamnya. Setiap Gong'an
> > > > biasanya selalu menjadi studi kasus pendalaman filfasat dan berguna
> > untuk
> > > > memicu kemajuan bathin setiap orang yang mendalami chan.
> > > >
> > > > Jaman dinasti Tang (tidak ingat persis apakah Tang atau Song), Dan Xia
> > > > fashi dulunya adalah seorang pelajar y

[budaya_tionghua] Re: Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang - Di perpustakaan

2009-04-07 Terurut Topik David Kwa
Sam Cong Ci Keng adalah frasa dalam dialek Hokkian selatan, tepatnya Sam Cong 
Chi Keng 三藏取ç¶" (Man. San Zang qu jing), artinya “Sam Cong atau Tong 
Sam Cong (Man. Tang San Zang å"ä¸‰è—) Mengambil Kitab Suci.” 

Sam Cong atau Tong Sam Cong yang dimaksud dalam frasa di atas adalah Sam Cong 
Hoatsu 三藏法師 (Man. San Zang Fashi alias Monk Tripitaka) dari Dinasti 
Tong å" (Man. Tang), yakni gelar yang diberikan kepada Hian Cong 玄奘 (Man. 
Xuán Zàng), seorang bhiksu terkenal dan salah satu tokoh dalam novel terkenal 
Se Yu Ki 西遊記 (Xi You Ji atau Ziarah ke Barat atau Pilgrimage to the West) 
mahakarya Gouw Seng In 吳承恩 (Man. Wu Cheng’en). 

Tripitaka sebagai kanon Buddhist juga disebut Sam Cong 三藏 (San Zang). Jadi, 
Tripitaka yang dimaksud di sini adalah Kitab Sam Cong, bukan Sam Cong Chi Keng.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, raharjo irawan 

[budaya_tionghua] Re: Gong'an Chan: Bakar Patung

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
3 racun dalam kehidupan manusia yg didengungkan ama taoisme plus buddhisme , yg 
rasanya seh itu taoisme dapet pengaruh dari buddhisme.
1.LOBHA/TAMAK/tan, Hawa merasa tamak 
2.MOHA/bodoh, ntuh 2an bego, mau aja dibegoin , lha kadang org bisa dibegoin 
gara2 tamak khan hehehehehe
3.DOSA/KELUAR ALUR/kebencian, nah loe abis getu aja akhirnya keluar alur.

dalam konteks yg pernah owe pelajarin, namanya pasrah itu belon tentu bisa 
membuat org harmoni, tapi pikiran dan batin yg seimbang itulah kunci harmoni.
pasrah tidak selalu akan menghasilkan hal2 yg positif. Wu Wei dalam satu terms 
bisa kita artikan pasrah, non action, but pengertiannya itu gak sesimple hal2 
itu. Nah para taoist yg filsafat mah gak mikirin itu namanya pasrah ama 
pencipta huehehehehe tapi tetep bisa tuh. So nurut mantan mentor owe, pasrah 
thdp pencipta itu bukanlah satu2nya kunci keharmonisan.

ya kita lage diskusi cari benang merahnya tapi owe gak mau model pendeta ST yg 
puji2 tapi nti ngebanting kayak misalnya kongtainya itu ST KHC bagus bla bla 
bla TAPI.. walah itu mah sama aja AROGAN alias sombong, mana bisa jadi 
junzi alias kuncu !



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tantono Subagyo  wrote:
>
> Mohon maaf tidak bermaksud mengajari, hanya bertukar pikiran. Sedikit
> tentang pandangan Kristen yang Lookay ada pelajari sebenarnya yang membuat
> Adam dan Hawa berdosa itu adalah keinginan/keakuan mereka sehingga mereka
> makan buah pengetahuan baik/jahat untuk menentukan baik/jahat sesuai dengan
> keinginan mereka sendiri dan tidak selaras dengan Sang Pencipta. Jadi
> kondisi mental bathin yang tidak bertentangan adalah yang pasrah kepada Sang
> Pencipta atau Yang Disembah itu sendiri. Kepaserahan atau kemanunggalan
> dengan Sang Pencipta akan endatangkan harmoni karena dengan kepaserahan itu
> timbul rasa rendah hati yang tidak menyalahkan orang lain dan merasa benar
> sendiri, bahkan menghakimi orang lain.  Sojah en banyak tabik. Auw Ban
> Lookay.
> 
> 2009/4/8 ardian_c 
> 
> >
> >
> > kalu pake termsnya tenglang itu artinya dah diatas yin yang alias bisa
> > mengatasi dualisme, berada ditengah sempurna zhongyong, tengah selaras zhong
> > he.
> >
> > nah kalu pake terms kristen, manusia terjebak kedalam dosa setelah mrk
> > terjebak dalam dualisme yaitu yin yang yg digambarkan dgn pohon pengetahuan
> > baik dan jahat.
> > so kondisi mental dan batin adam dan hawa saat berada dalam taman eden
> > adalah kondisi yg tdk tercemar oleh pertentangan.
> > TAPI sayangnya terms baik dan buruk itu langsung oleh banyak org ditarik
> > garis tebal yg jelas dan lurus seolah2 tidak bisa bersinergi
> > hehehehehehehehehehehe
> >
> > kasarnya gini, LU bukan termasuk grup GUA  Gua yg paling BENER , lu mah
> > SALAH !!!
> > Cara LU SALAH neh cara GUA BENER !
> >
> > mampuslah dunia ini kapan ada TAMAN EDENNYA 
> >
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> > Tantono Subagyo  wrote:
> > >
> > > Dalam filsafat Jawa ada istilah : Mangerti Dununging Panembah (Mengerti
> > arah
> > > dan siapa yang disembah). Dan Xia fashi tidak terikat, dia bisa
> > menganggap
> > > patung sebagai kayu bakar dan di saat lain ia memakai patung untuk
> > > memfokuskan penyembahan-nya. Bila sudah sampai kepada taraf demikian maka
> > > perbedaan ritual penyembahan menjadi tidak berarti, bahkan antara atheis
> > dan
> > > theis-pun tidak ada bedanya. Pertengkaran yang ada ternyata hanya untuk
> > > memuaskan keinginan lahiriah yang tidak akan berarti. Lookay yang auwban
> > > jadi sangat tersentuh dan merasa makin kecil saja. Sojah, Tan Lookay
> > >
> > > 2009/4/6 Hendri Irawan 
> >
> > >
> > > > Setahu saya kisah membakar patung itu adalah salah satu gong'an yang
> > > > dipakai dalam chan. Yang jelas bukan Hui Neng.
> > > >
> > > > --
> > > > Gongan nya secara lengkap begini:
> > > >
> > > > PERINGATAN: Gong'an chan bukanlah untuk dimengerti secara literal, ada
> > > > konsep dan pemahaman filosofi yang mendalam di dalamnya. Setiap Gong'an
> > > > biasanya selalu menjadi studi kasus pendalaman filfasat dan berguna
> > untuk
> > > > memicu kemajuan bathin setiap orang yang mendalami chan.
> > > >
> > > > Jaman dinasti Tang (tidak ingat persis apakah Tang atau Song), Dan Xia
> > > > fashi dulunya adalah seorang pelajar yang hendak lulus ujian kekaisaran
> > dan
> > > > menjadi pejabat. Namun karena panggilan nurani, melepaskan keinginannya
> > dan
> > > > menjadi seorang biksu.
> > > >
> > > > Pada suatu malam musim dingin, terjadi badai salju di kota dan kuil
> > tempat
> > > > Dan Xia mengabdi sebagai biksu, salju sampai masuk ke dalam kuil.
> > Karena
> > > > badai, tukang antar batu bara (ya, di jaman dulu tiongkok sudah memakai
> > batu
> > > > bara sebagai pemanas) tidak bisa datang ke kuil. Setelah beberapa hari
> > > > (badai salju di Tiongkok bisa berlangsung berhari-hari) kuil itu
> > kehabisan
> > > > bahan bakar untuk pemanas dan semua orang menggigil kedingi

[budaya_tionghua] Re: bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted

2009-04-07 Terurut Topik Hendri Irawan
Kasihan pembicaranya, soalnya di ktp agamanya masih tercetak Budha. Kalau nanti 
di-black-list kan berabe. Seribu teman masih belum cukup lar, musuh setengah 
orang aja dah berabe.

Lebih baik dibilang pengecut ketimbang sok jago.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ardian_c"  wrote:
>
> wekekekekekeke gak berani tulis nama pembicaranya ya lu , takut dikepret ya 
> huahahahahahahaha
>
> yg jelas bbrp modie disini yg jadi pembicaralar
>


[budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang - Di perpustakaan

2009-04-07 Terurut Topik raharjo irawan
Semarang, 8-4-2009.
 
 
Yang benar namanya adalah Goei Thwan Ling, dahulu tinggal di jalan Petudungan.
Kitab itu tampaknya masih ada di perpustakaan vihara.
 
Salam,
Irawan R
 


--- On Wed, 8/4/09, Ning M. Widjaja  wrote:


From: Ning M. Widjaja 
Subject: [budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, 8 April, 2009, 9:15 AM






Saya pagi pengalaman dan mungkin ada yag juga tertarik,

Waktu saya kecil, ingatan saya pernah di ajak ke Semarang di Vihara Watu Gong 
di Semarang. Di sana ternyata milik pribadi dari keluarga mendiang Bhante 
Dhammiko ( mendiang Oej Toan Ling), yang sangat luas dan bagus tamannya. 
Wilayah vihara terbelah jalan raya, yg di seberang waktu itu masih tanah kosong 
sekarang jadi Kodam Diponegoro.

Saya ingat di ajak ke dalam ruang perpustakaan pribadi beliau dan tertegung 
melihat sebuah lemari tertata rapi buku kuno yang jumlahnya ratusan jilid dalm 
bentuk paperback yang masih dijahit pakai benang. Waktu itu buku sudah 
kelihatan amat kuno tapi terawat baik bersama dengan banyak buku dan kitab lain 
yang juga kuno dan jumlahnya banyak sekali. Maklum mendiang Bhante Dhammiko 
(mendiang Oej Toan Ling) adalah seorang sarjana dan berpendidikan luas.

Menjelang wafat beliau melepas kebhikkuannya dan hidup sebagi orang biasa 
selama beberapa tahun sebelum meninggal, setelah beliau meninggal Vihara Watu 
Gong di kelola oleh yayasan Buddhist masyarakat Jateng / Semarang dan mengalami 
berbagai bangunan baru.

Kembali ke cerita awal, ketika saya tanyakan ternyata kitab-kitab kuno yang 
banyak itu adalah SAM CONG CI KENG - Tripitaka Tiongkok yang asli cetakan dari 
Tiongkok yang sudah lama jadi koleksi mendiang Bhante Dhammiko (mendiang Oej 
Toan Ling). Mengingat milis ini ttg Kebudayaan Tionghoa- saya rasa relevan saya 
kemukakan disini- siapa tahu ada diantara member yang tertarik dalm hal sastra 
Tiongkok Kuno ini yang pastinya tidak pernah dijamah lagi sejak meninggalnya 
Bhante Dhammiko.

Alangkah baiknya bila kita ini bisa di lestarikan sebagai barang peninggalan 
sastra kuno dan dapat dipelajari isinya oleh para ahli sastra Tionghoa.

Semoga dapat tanggapan positif.


















  

Re: [budaya_tionghua] Re: agama konghucu

2009-04-07 Terurut Topik zhoufy
ming jia menekankan bidang Logika.
Tdk semua Jia berhubungan dng ajaran kenegaraan dan masyarakat. Ajaran zhuang 
zi kebanyakan ditujukan ke pencerahan individu. 
Jia lebih tepat disamakan dng aliran filsafat di barat, seperti eksitensialis, 
strukturalis dsb2. 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: "ardian_c" 

Date: Tue, 07 Apr 2009 20:22:15 
To: 
Subject: [budaya_tionghua] Re: agama konghucu


apa yg Kong Zi ajarkan itu sebenarnya merupakan hal2 yg berkaitan dgn perilaku 
manusia, tapi Kong Zi jg mengkompilasi bbrp buku yg menjadi acuan dalam banyak 
hal, misalnya kitab Li Ji yg dikompilasi itu berkaitan jg dgn kepercayaan pra 
Kong Zi tentang alam kematian.

Dalam perjalanan sejarah Ruisme, tercatat kalau Ruisme jg menyerap banyak 
komponen aliran2 lainnya.

Dalam politik, ajaran Kong Zi jg memiliki peranan penting dalam menata 
kenegaraan, selain itu adalah sistem ekonomi terutama masa dinasti Han setelah 
terjadinya kekacauan oleh 7 raja muda.
Konsep2 kenegaraan, sistem pemerintahan dan jg konsep kontrol sosial Kong Zi 
kemudian di adopsi oleh negara2 sekitarnya.

Asia secara umum pada jaman dahulu dipengaruhi oleh 2 peradaban yaitu India dan 
Tiongkok.
Dan Tiongkok sendiri yang budayanya itu jelas2 terpengaruh oleh berbagai mahzab 
jg pemikiran2 kuno pra Kong Zi. Sebagai contoh pengaruh Ji Zi thdp konsep 
keseimbangan 5 unsur dan itu dimasukkan oleh Kong Zi atau tepatnya dicatat 
ulang dalam Shang Shu.

Kita ini terperangkap oleh konsep agama menurut kacamata agama samawi yg 
dituangkan oleh st.Thomas Aquinas ( sorry kalu salah inget ) dan menjadi acuan 
utama oleh agama samawi dalam menilai agama2 lainnya.
Sedangkan kalau mau mengacu kepada konsep agama samawi, maka ajaran Ruisme bisa 
disebut agama setelah pembaharuan yg dilakukan oleh Dong Zhongshu.
Sedangkan menurut konteksnya jiao yg terdiri dari 2 kata yaitu xiao bakti dan 
pu hukuman/pukulan 孝 æ"µ , yg sempat waktu itu ketika berdiskusi ada org yg 
beranggapan bahwa tulisan jiao berasal dari akar kata xiao dan wen 孝 文. 
Arti kata xiao dan pu adalah maknanya menata sistem berbakti, terutama berbakti 
kepada yg lebih tinggi dgn konsep reward and punishment yg bertujuan mencegah 
disorder society. Ini mirip dengan pemikirin India yg kata agama berasal dari 2 
kata yaitu a=tidak dan gama=kacau. Sedangkan barat yg menggunakan kata religion 
yg berasal dari 2 kata yaitu re dan legere artinya kembali ke asal.
Jelas disini pandangan tentang kata "agama" berbeda dari budaya2 yg berbeda 
pula. 

Karena itu Mo Zi menekankan berulangkali dan memberikan nuansa baru bahwa 
sistem ritual thdp yg tertinggi, leluhur, org yg meninggal, setan dsbnya 
merupakan suatu cara menata masyarakat, yg mana itu dikaitkan dgn pengharapan 
di alam nantinya.
Kong Zi beranggapan dgn ritual yg baik itu bisa membina masyarakat.
Itulah yg disebut jiao, yg penuh dgn konsep2 terkait antara ritual dgn 
masyarakat. 

Sedangkan jia lebih kepada implementasi dalam pemerintahan serta hubungan 
masyarakat pada umumnya. Contohnya para Taoist dari aliran Dao Jia yg jg 
memiliki konsep pemerintahan sendiri, selain itu adalah Mo Jia, Nong Jia. Walau 
tidak semua terkait kepada pemerintahan, seperti misalnya Ming Jia yg lebih 
kearah penamaan dan pembuatan struktur yg memperjelas perbedaan dan fungsi2nya. 
Salah astu pengaruh Ming Jia itu seingat saya adalah penggolongan thd jenis2 
binatang.

Demikianlah penjelasan singkat saya.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tarto Waseto  wrote:
>
> 
> Dear All, saya bukan penganut jiao atau jia.
> 
> Perlu dijelaskan di sini, bahwa Ajaran Kong Hu Cu itu sebenarnya bukan suatu 
> bentuk agama, seperti Budha, Kristen, Hindu, Islam, dll.
> Ajaran Konghucu adalah merupakan adat istiadat dan budaya masyarakat Tionghoa 
> diseluruh dunia, apapun agama yang dianut, selama orang/masyarakat tersebut 
> berakar dari Tiongkok, maka akar adat istiadat dan kebudayaan 
> orang/masyarakat bersangkutan adalah berasaskan ajaran Konghucu.
> Ajaran Konghucu menjadi suatu ikatan dan pemersatu semua masyarakat di dunia 
> yang berakar dari tanah Tiongkok, dalam hal adat istiadat dan kebudayaan 
> (tidak termasuk hal lain, misalnya politik, ekonomi, dll).
> Ajaran Konghucu merupakan dasar budaya dan keberadaban masyarakat tionghoa, 
> dimanapun berada dan apapun statusnya.
> Begitulah penjelasan saya.
> 
> 
> - Original Message 
> From: ardian_c 
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Tuesday, March 31, 2009 1:26:22 AM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: agama konghucu
> 
> ehem rasanya sejak dikukuhkan jadi dasar pemerintahan /kenegaraan seinget aye 
> gak ada polemik jiao ama jia dikalangan ru tuh.
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote:
> >
> > Penganut Khc ada yg mengaku jia dan ada yg mengaku Jiao. Yg ngaku jia pasti 
> > akan keberatan ajaran khc disebut Agama. Sebaliknya yg ngaku jiao pasti 
> > berontak jika tak diakui sbg agama. Hal2 seperti ini tak ada di nasrani 
>

[budaya_tionghua] Kitab Tionghoa Kuno di Vihara Watu Gong Semarang

2009-04-07 Terurut Topik Ning M. Widjaja
Saya pagi pengalaman dan mungkin ada yag juga tertarik,

Waktu saya kecil, ingatan saya pernah di ajak ke Semarang di Vihara Watu
Gong di Semarang. Di sana ternyata milik pribadi dari keluarga mendiang
Bhante Dhammiko ( mendiang Oej Toan Ling), yang sangat luas dan bagus
tamannya. Wilayah vihara terbelah jalan raya, yg di seberang waktu itu masih
tanah kosong sekarang jadi Kodam Diponegoro.

Saya ingat di ajak ke dalam ruang perpustakaan pribadi beliau dan tertegung
melihat sebuah lemari tertata rapi buku kuno yang jumlahnya ratusan jilid
dalm bentuk paperback yang masih dijahit pakai benang. Waktu itu buku sudah
kelihatan amat kuno tapi terawat baik bersama dengan banyak buku dan kitab
lain yang juga kuno dan jumlahnya banyak sekali. Maklum mendiang Bhante
Dhammiko (mendiang Oej Toan Ling) adalah seorang sarjana dan berpendidikan
luas.

Menjelang wafat beliau melepas kebhikkuannya dan hidup sebagi orang biasa
selama beberapa tahun sebelum meninggal, setelah beliau meninggal Vihara
Watu Gong di kelola oleh yayasan Buddhist masyarakat Jateng / Semarang dan
mengalami berbagai bangunan baru.

Kembali ke cerita awal, ketika saya tanyakan ternyata kitab-kitab kuno yang
banyak itu adalah SAM CONG CI KENG - Tripitaka Tiongkok yang asli cetakan
dari Tiongkok yang sudah lama jadi koleksi mendiang Bhante Dhammiko
(mendiang Oej Toan Ling). Mengingat milis ini ttg Kebudayaan Tionghoa- saya
rasa relevan saya kemukakan disini- siapa tahu ada diantara member yang
tertarik dalm hal sastra Tiongkok Kuno ini yang pastinya tidak pernah
dijamah lagi sejak meninggalnya Bhante Dhammiko.

Alangkah baiknya bila kita ini bisa di lestarikan sebagai barang peninggalan
sastra kuno dan dapat dipelajari isinya oleh para ahli sastra Tionghoa.

Semoga dapat tanggapan positif.


[budaya_tionghua] Website mengenai Lo Ban Teng

2009-04-07 Terurut Topik lim_russ

Dear all,



silahkan telusuri riwayat lengkap mengenai biografi Grandmaster Lo Ban
Teng dan Lo Siauw Gok di www.hokkian-siauwlim.com




thanks.



[budaya_tionghua] Re: Gong'an Chan: Bakar Patung

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
kok istilah mangerti dununging panembah ingetin aye ama sigolavada sutta ya or 
sutta ape getu yg isinya ceritain pemuda penyembah 6 arah dan ama buddha 
dikasih tau or ditambah pengertiannya tentang 6 arah yg disembah itu.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tantono Subagyo  wrote:
>
> Dalam filsafat Jawa ada istilah : Mangerti Dununging Panembah (Mengerti arah
> dan siapa yang disembah). Dan Xia fashi tidak terikat, dia bisa menganggap
> patung sebagai kayu bakar dan di saat lain ia memakai patung untuk
> memfokuskan penyembahan-nya. Bila sudah sampai kepada taraf demikian maka
> perbedaan ritual penyembahan menjadi tidak berarti, bahkan antara atheis dan
> theis-pun tidak ada bedanya. Pertengkaran yang ada ternyata hanya untuk
> memuaskan keinginan lahiriah yang tidak akan berarti.  Lookay yang auwban
> jadi sangat tersentuh dan merasa makin kecil saja.  Sojah, Tan Lookay
> 
> 2009/4/6 Hendri Irawan 
> 
> >   Setahu saya kisah membakar patung itu adalah salah satu gong'an yang
> > dipakai dalam chan. Yang jelas bukan Hui Neng.
> >
> > --
> > Gongan nya secara lengkap begini:
> >
> > PERINGATAN: Gong'an chan bukanlah untuk dimengerti secara literal, ada
> > konsep dan pemahaman filosofi yang mendalam di dalamnya. Setiap Gong'an
> > biasanya selalu menjadi studi kasus pendalaman filfasat dan berguna untuk
> > memicu kemajuan bathin setiap orang yang mendalami chan.
> >
> > Jaman dinasti Tang (tidak ingat persis apakah Tang atau Song), Dan Xia
> > fashi dulunya adalah seorang pelajar yang hendak lulus ujian kekaisaran dan
> > menjadi pejabat. Namun karena panggilan nurani, melepaskan keinginannya dan
> > menjadi seorang biksu.
> >
> > Pada suatu malam musim dingin, terjadi badai salju di kota dan kuil tempat
> > Dan Xia mengabdi sebagai biksu, salju sampai masuk ke dalam kuil. Karena
> > badai, tukang antar batu bara (ya, di jaman dulu tiongkok sudah memakai batu
> > bara sebagai pemanas) tidak bisa datang ke kuil. Setelah beberapa hari
> > (badai salju di Tiongkok bisa berlangsung berhari-hari) kuil itu kehabisan
> > bahan bakar untuk pemanas dan semua orang menggigil kedinginan. Para biksu
> > bahkan tidak bisa memasak makanan. Dan Xia lalu memindahkan patung-patung
> > budha (terbuat dari kayu) dari altar dan menggunakannya untuk perapian.
> > Biksu-biksu yang lain bertanya "Apa yang kamu lakukan ?" terkejut karena
> > melihat patung-patung budha yang suci dibakar di dalam perapian. "Kamu
> > membakar benda suci agama kami ! Kamu menghina sang budha !"
> >
> > "Apakah patung-patung ini berjiwa dan apakah mereka memiliki bodhicitta
> > ?(nurani budha, di dalam budhisme setiap makhluk memiliki nurani budha dan
> > berpotensi menjadi budha sendiri)" tanya Dan Xia fashi.
> >
> > "Tentu saja tidak," jawab para biksu. "Mereka terbuat dari kayu. Mereka
> > tidak mungkin memiliki bodhicitta/"
> >
> > "Baiklah, kalau begitu mereka cuma potongan kayu bakar dan bisa dipakai
> > sebagai bahan bakar untuk pemanasan," kata Dan Xia fashi. "Bisakah kalian
> > tolong bawakan lagi potongan kayu bakar yang lain ? Saya membutuhkan sedikit
> > kehangatan."
> >
> > Hari berikutnya, badai salju berhenti. Dan Xia fashi pergi ke kota dan
> > membawa pulang beberapa patung budha sebagai pengganti yang telah dibakar.
> > Setelah meletakkannya di altar, dia mulai berlutut dan membakar dupa untuk
> > patung-patung itu.
> >
> > "Apakah anda menyembahyangi kayu bakar ?" tanya biksu-biksu lain yang
> > bingung melihat apa yang Dan Xia lakukan.
> >
> > "Tidak. Saya memperlakukan patung-patung ini sebagai benda suci dan
> > menghormati sang budha." jawab Dan Xia.
> > --
> >
> > Dan Xia fashi adalah seorang maha biksu chan aliran selatan, dan
> > silsilahnya bisa dirunut ke Hui Neng melalui salah satu dari para murid
> > utama Hui Neng.
> >
> > Hormat saya,
> >
> > Yongde
> >
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> > "Ning M. Widjaja"  wrote:
> > >
> > > Iya benar, itu cerita ttg Patriach Mahayanya Tiongkok YM Hui Neng (
> > patriach
> > > setelah beberapa generasi dari Bodhidharma / Tat Mo Cho Su yg diangap sbg
> > > Patriach Pertama). Ini kisah ketika beliau dalam perjalanan dan diserang
> > > badai salju lalu berteduh di vihara tua dan membakar patung Buddha untuk
> > > menghangatkan diri Beliau dan Muridnya agar tidak mati kedinginan.
> > >
> >
> > 
> >
> 
> 
> 
> -- 
> Best regards, Tantono Subagyo
>




[budaya_tionghua] Re: Gong'an Chan: Bakar Patung

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
nurut para ahli yg namanya chan itu kena pengaruh taoismenya kenceng jg, salah 
astunya istilah xiao yao yg artinye bebas tapi maksudnya itu pikiran yg tdk 
terkungkung dan sifat spontan yg positif.

ya yg namanya bener salah relatif lar

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "HendryKo"  wrote:
>
> Di cha'an tidak melihat prosesnya... Tapi lebih kepada hasilnya... dan setiap 
> orang memiliki pemahaman berbeda2 dalam melihat satu masalah... Cha'an lebih 
> sering dipraktekan dalam kebiasaan sehari...
> So, gak ada jalan yg salah, dan gak ada jalan yg mutlak.. Itu semua 
> tergantung pribadi yg memandang, apakah pribadi tersebut mendapatkan 
> kemajuan/kemunduran kebijaksanaan bathin?
> 
> Pesan saya sih simple aja, gak usah membenarkan atau menyalahkan pandangan 
> orang, karena benar dan salah itu relatif. 
> 
> 
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
> Teruuusss...!
> 
> Alibi... Alibi.. Alibi...!
> 
> -Original Message-
> From: Tantono Subagyo 
> 
> Date: Wed, 8 Apr 2009 04:14:07 
> To: 
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Gong'an Chan: Bakar Patung
> 
> 
> Dalam filsafat Jawa ada istilah : Mangerti Dununging Panembah (Mengerti arah
> dan siapa yang disembah). Dan Xia fashi tidak terikat, dia bisa menganggap
> patung sebagai kayu bakar dan di saat lain ia memakai patung untuk
> memfokuskan penyembahan-nya. Bila sudah sampai kepada taraf demikian maka
> perbedaan ritual penyembahan menjadi tidak berarti, bahkan antara atheis dan
> theis-pun tidak ada bedanya. Pertengkaran yang ada ternyata hanya untuk
> memuaskan keinginan lahiriah yang tidak akan berarti.  Lookay yang auwban
> jadi sangat tersentuh dan merasa makin kecil saja.  Sojah, Tan Lookay
> 
> 2009/4/6 Hendri Irawan 
> 
> >   Setahu saya kisah membakar patung itu adalah salah satu gong'an yang
> > dipakai dalam chan. Yang jelas bukan Hui Neng.
> >
> > --
> > Gongan nya secara lengkap begini:
> >
> > PERINGATAN: Gong'an chan bukanlah untuk dimengerti secara literal, ada
> > konsep dan pemahaman filosofi yang mendalam di dalamnya. Setiap Gong'an
> > biasanya selalu menjadi studi kasus pendalaman filfasat dan berguna untuk
> > memicu kemajuan bathin setiap orang yang mendalami chan.
> >
> > Jaman dinasti Tang (tidak ingat persis apakah Tang atau Song), Dan Xia
> > fashi dulunya adalah seorang pelajar yang hendak lulus ujian kekaisaran dan
> > menjadi pejabat. Namun karena panggilan nurani, melepaskan keinginannya dan
> > menjadi seorang biksu.
> >
> > Pada suatu malam musim dingin, terjadi badai salju di kota dan kuil tempat
> > Dan Xia mengabdi sebagai biksu, salju sampai masuk ke dalam kuil. Karena
> > badai, tukang antar batu bara (ya, di jaman dulu tiongkok sudah memakai batu
> > bara sebagai pemanas) tidak bisa datang ke kuil. Setelah beberapa hari
> > (badai salju di Tiongkok bisa berlangsung berhari-hari) kuil itu kehabisan
> > bahan bakar untuk pemanas dan semua orang menggigil kedinginan. Para biksu
> > bahkan tidak bisa memasak makanan. Dan Xia lalu memindahkan patung-patung
> > budha (terbuat dari kayu) dari altar dan menggunakannya untuk perapian.
> > Biksu-biksu yang lain bertanya "Apa yang kamu lakukan ?" terkejut karena
> > melihat patung-patung budha yang suci dibakar di dalam perapian. "Kamu
> > membakar benda suci agama kami ! Kamu menghina sang budha !"
> >
> > "Apakah patung-patung ini berjiwa dan apakah mereka memiliki bodhicitta
> > ?(nurani budha, di dalam budhisme setiap makhluk memiliki nurani budha dan
> > berpotensi menjadi budha sendiri)" tanya Dan Xia fashi.
> >
> > "Tentu saja tidak," jawab para biksu. "Mereka terbuat dari kayu. Mereka
> > tidak mungkin memiliki bodhicitta/"
> >
> > "Baiklah, kalau begitu mereka cuma potongan kayu bakar dan bisa dipakai
> > sebagai bahan bakar untuk pemanasan," kata Dan Xia fashi. "Bisakah kalian
> > tolong bawakan lagi potongan kayu bakar yang lain ? Saya membutuhkan sedikit
> > kehangatan."
> >
> > Hari berikutnya, badai salju berhenti. Dan Xia fashi pergi ke kota dan
> > membawa pulang beberapa patung budha sebagai pengganti yang telah dibakar.
> > Setelah meletakkannya di altar, dia mulai berlutut dan membakar dupa untuk
> > patung-patung itu.
> >
> > "Apakah anda menyembahyangi kayu bakar ?" tanya biksu-biksu lain yang
> > bingung melihat apa yang Dan Xia lakukan.
> >
> > "Tidak. Saya memperlakukan patung-patung ini sebagai benda suci dan
> > menghormati sang budha." jawab Dan Xia.
> > --
> >
> > Dan Xia fashi adalah seorang maha biksu chan aliran selatan, dan
> > silsilahnya bisa dirunut ke Hui Neng melalui salah satu dari para murid
> > utama Hui Neng.
> >
> > Hormat saya,
> >
> > Yongde
> >
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> > "Ning M. Widjaja"  wrote:
> > >
> > > Iya benar, itu cerita ttg Patriach Mahayanya Tiongkok YM Hui Neng (
> > patriach
> > > setelah beberapa generasi dari Bodhidharma / Tat Mo Cho Su yg diangap 

Re: [budaya_tionghua] Re: Gong'an Chan: Bakar Patung

2009-04-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Mohon maaf tidak bermaksud mengajari, hanya bertukar pikiran. Sedikit
tentang pandangan Kristen yang Lookay ada pelajari sebenarnya yang membuat
Adam dan Hawa berdosa itu adalah keinginan/keakuan mereka sehingga mereka
makan buah pengetahuan baik/jahat untuk menentukan baik/jahat sesuai dengan
keinginan mereka sendiri dan tidak selaras dengan Sang Pencipta. Jadi
kondisi mental bathin yang tidak bertentangan adalah yang pasrah kepada Sang
Pencipta atau Yang Disembah itu sendiri. Kepaserahan atau kemanunggalan
dengan Sang Pencipta akan endatangkan harmoni karena dengan kepaserahan itu
timbul rasa rendah hati yang tidak menyalahkan orang lain dan merasa benar
sendiri, bahkan menghakimi orang lain.  Sojah en banyak tabik. Auw Ban
Lookay.

2009/4/8 ardian_c 

>
>
> kalu pake termsnya tenglang itu artinya dah diatas yin yang alias bisa
> mengatasi dualisme, berada ditengah sempurna zhongyong, tengah selaras zhong
> he.
>
> nah kalu pake terms kristen, manusia terjebak kedalam dosa setelah mrk
> terjebak dalam dualisme yaitu yin yang yg digambarkan dgn pohon pengetahuan
> baik dan jahat.
> so kondisi mental dan batin adam dan hawa saat berada dalam taman eden
> adalah kondisi yg tdk tercemar oleh pertentangan.
> TAPI sayangnya terms baik dan buruk itu langsung oleh banyak org ditarik
> garis tebal yg jelas dan lurus seolah2 tidak bisa bersinergi
> hehehehehehehehehehehe
>
> kasarnya gini, LU bukan termasuk grup GUA  Gua yg paling BENER , lu mah
> SALAH !!!
> Cara LU SALAH neh cara GUA BENER !
>
> mampuslah dunia ini kapan ada TAMAN EDENNYA 
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> Tantono Subagyo  wrote:
> >
> > Dalam filsafat Jawa ada istilah : Mangerti Dununging Panembah (Mengerti
> arah
> > dan siapa yang disembah). Dan Xia fashi tidak terikat, dia bisa
> menganggap
> > patung sebagai kayu bakar dan di saat lain ia memakai patung untuk
> > memfokuskan penyembahan-nya. Bila sudah sampai kepada taraf demikian maka
> > perbedaan ritual penyembahan menjadi tidak berarti, bahkan antara atheis
> dan
> > theis-pun tidak ada bedanya. Pertengkaran yang ada ternyata hanya untuk
> > memuaskan keinginan lahiriah yang tidak akan berarti. Lookay yang auwban
> > jadi sangat tersentuh dan merasa makin kecil saja. Sojah, Tan Lookay
> >
> > 2009/4/6 Hendri Irawan 
>
> >
> > > Setahu saya kisah membakar patung itu adalah salah satu gong'an yang
> > > dipakai dalam chan. Yang jelas bukan Hui Neng.
> > >
> > > --
> > > Gongan nya secara lengkap begini:
> > >
> > > PERINGATAN: Gong'an chan bukanlah untuk dimengerti secara literal, ada
> > > konsep dan pemahaman filosofi yang mendalam di dalamnya. Setiap Gong'an
> > > biasanya selalu menjadi studi kasus pendalaman filfasat dan berguna
> untuk
> > > memicu kemajuan bathin setiap orang yang mendalami chan.
> > >
> > > Jaman dinasti Tang (tidak ingat persis apakah Tang atau Song), Dan Xia
> > > fashi dulunya adalah seorang pelajar yang hendak lulus ujian kekaisaran
> dan
> > > menjadi pejabat. Namun karena panggilan nurani, melepaskan keinginannya
> dan
> > > menjadi seorang biksu.
> > >
> > > Pada suatu malam musim dingin, terjadi badai salju di kota dan kuil
> tempat
> > > Dan Xia mengabdi sebagai biksu, salju sampai masuk ke dalam kuil.
> Karena
> > > badai, tukang antar batu bara (ya, di jaman dulu tiongkok sudah memakai
> batu
> > > bara sebagai pemanas) tidak bisa datang ke kuil. Setelah beberapa hari
> > > (badai salju di Tiongkok bisa berlangsung berhari-hari) kuil itu
> kehabisan
> > > bahan bakar untuk pemanas dan semua orang menggigil kedinginan. Para
> biksu
> > > bahkan tidak bisa memasak makanan. Dan Xia lalu memindahkan
> patung-patung
> > > budha (terbuat dari kayu) dari altar dan menggunakannya untuk perapian.
> > > Biksu-biksu yang lain bertanya "Apa yang kamu lakukan ?" terkejut
> karena
> > > melihat patung-patung budha yang suci dibakar di dalam perapian. "Kamu
> > > membakar benda suci agama kami ! Kamu menghina sang budha !"
> > >
> > > "Apakah patung-patung ini berjiwa dan apakah mereka memiliki bodhicitta
> > > ?(nurani budha, di dalam budhisme setiap makhluk memiliki nurani budha
> dan
> > > berpotensi menjadi budha sendiri)" tanya Dan Xia fashi.
> > >
> > > "Tentu saja tidak," jawab para biksu. "Mereka terbuat dari kayu. Mereka
> > > tidak mungkin memiliki bodhicitta/"
> > >
> > > "Baiklah, kalau begitu mereka cuma potongan kayu bakar dan bisa dipakai
> > > sebagai bahan bakar untuk pemanasan," kata Dan Xia fashi. "Bisakah
> kalian
> > > tolong bawakan lagi potongan kayu bakar yang lain ? Saya membutuhkan
> sedikit
> > > kehangatan."
> > >
> > > Hari berikutnya, badai salju berhenti. Dan Xia fashi pergi ke kota dan
> > > membawa pulang beberapa patung budha sebagai pengganti yang telah
> dibakar.
> > > Setelah meletakkannya di altar, dia mulai berlutut dan membakar dupa
> untuk
> > > patung-patung itu.
> > >
> > > "Apakah anda menyembahyangi kayu bakar ?" tanya biksu

Re: [budaya_tionghua] Gong'an Chan: Bakar Patung

2009-04-07 Terurut Topik HendryKo
Di cha'an tidak melihat prosesnya... Tapi lebih kepada hasilnya... dan setiap 
orang memiliki pemahaman berbeda2 dalam melihat satu masalah... Cha'an lebih 
sering dipraktekan dalam kebiasaan sehari...
So, gak ada jalan yg salah, dan gak ada jalan yg mutlak.. Itu semua tergantung 
pribadi yg memandang, apakah pribadi tersebut mendapatkan kemajuan/kemunduran 
kebijaksanaan bathin?

Pesan saya sih simple aja, gak usah membenarkan atau menyalahkan pandangan 
orang, karena benar dan salah itu relatif. 


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Alibi... Alibi.. Alibi...!

-Original Message-
From: Tantono Subagyo 

Date: Wed, 8 Apr 2009 04:14:07 
To: 
Subject: Re: [budaya_tionghua] Gong'an Chan: Bakar Patung


Dalam filsafat Jawa ada istilah : Mangerti Dununging Panembah (Mengerti arah
dan siapa yang disembah). Dan Xia fashi tidak terikat, dia bisa menganggap
patung sebagai kayu bakar dan di saat lain ia memakai patung untuk
memfokuskan penyembahan-nya. Bila sudah sampai kepada taraf demikian maka
perbedaan ritual penyembahan menjadi tidak berarti, bahkan antara atheis dan
theis-pun tidak ada bedanya. Pertengkaran yang ada ternyata hanya untuk
memuaskan keinginan lahiriah yang tidak akan berarti.  Lookay yang auwban
jadi sangat tersentuh dan merasa makin kecil saja.  Sojah, Tan Lookay

2009/4/6 Hendri Irawan 

>   Setahu saya kisah membakar patung itu adalah salah satu gong'an yang
> dipakai dalam chan. Yang jelas bukan Hui Neng.
>
> --
> Gongan nya secara lengkap begini:
>
> PERINGATAN: Gong'an chan bukanlah untuk dimengerti secara literal, ada
> konsep dan pemahaman filosofi yang mendalam di dalamnya. Setiap Gong'an
> biasanya selalu menjadi studi kasus pendalaman filfasat dan berguna untuk
> memicu kemajuan bathin setiap orang yang mendalami chan.
>
> Jaman dinasti Tang (tidak ingat persis apakah Tang atau Song), Dan Xia
> fashi dulunya adalah seorang pelajar yang hendak lulus ujian kekaisaran dan
> menjadi pejabat. Namun karena panggilan nurani, melepaskan keinginannya dan
> menjadi seorang biksu.
>
> Pada suatu malam musim dingin, terjadi badai salju di kota dan kuil tempat
> Dan Xia mengabdi sebagai biksu, salju sampai masuk ke dalam kuil. Karena
> badai, tukang antar batu bara (ya, di jaman dulu tiongkok sudah memakai batu
> bara sebagai pemanas) tidak bisa datang ke kuil. Setelah beberapa hari
> (badai salju di Tiongkok bisa berlangsung berhari-hari) kuil itu kehabisan
> bahan bakar untuk pemanas dan semua orang menggigil kedinginan. Para biksu
> bahkan tidak bisa memasak makanan. Dan Xia lalu memindahkan patung-patung
> budha (terbuat dari kayu) dari altar dan menggunakannya untuk perapian.
> Biksu-biksu yang lain bertanya "Apa yang kamu lakukan ?" terkejut karena
> melihat patung-patung budha yang suci dibakar di dalam perapian. "Kamu
> membakar benda suci agama kami ! Kamu menghina sang budha !"
>
> "Apakah patung-patung ini berjiwa dan apakah mereka memiliki bodhicitta
> ?(nurani budha, di dalam budhisme setiap makhluk memiliki nurani budha dan
> berpotensi menjadi budha sendiri)" tanya Dan Xia fashi.
>
> "Tentu saja tidak," jawab para biksu. "Mereka terbuat dari kayu. Mereka
> tidak mungkin memiliki bodhicitta/"
>
> "Baiklah, kalau begitu mereka cuma potongan kayu bakar dan bisa dipakai
> sebagai bahan bakar untuk pemanasan," kata Dan Xia fashi. "Bisakah kalian
> tolong bawakan lagi potongan kayu bakar yang lain ? Saya membutuhkan sedikit
> kehangatan."
>
> Hari berikutnya, badai salju berhenti. Dan Xia fashi pergi ke kota dan
> membawa pulang beberapa patung budha sebagai pengganti yang telah dibakar.
> Setelah meletakkannya di altar, dia mulai berlutut dan membakar dupa untuk
> patung-patung itu.
>
> "Apakah anda menyembahyangi kayu bakar ?" tanya biksu-biksu lain yang
> bingung melihat apa yang Dan Xia lakukan.
>
> "Tidak. Saya memperlakukan patung-patung ini sebagai benda suci dan
> menghormati sang budha." jawab Dan Xia.
> --
>
> Dan Xia fashi adalah seorang maha biksu chan aliran selatan, dan
> silsilahnya bisa dirunut ke Hui Neng melalui salah satu dari para murid
> utama Hui Neng.
>
> Hormat saya,
>
> Yongde
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> "Ning M. Widjaja"  wrote:
> >
> > Iya benar, itu cerita ttg Patriach Mahayanya Tiongkok YM Hui Neng (
> patriach
> > setelah beberapa generasi dari Bodhidharma / Tat Mo Cho Su yg diangap sbg
> > Patriach Pertama). Ini kisah ketika beliau dalam perjalanan dan diserang
> > badai salju lalu berteduh di vihara tua dan membakar patung Buddha untuk
> > menghangatkan diri Beliau dan Muridnya agar tidak mati kedinginan.
> >
>
>
>



--
Best regards, Tantono Subagyo



[budaya_tionghua] Re: Gong'an Chan: Bakar Patung

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
kalu pake termsnya tenglang itu artinya dah diatas yin yang alias bisa 
mengatasi dualisme, berada ditengah sempurna zhongyong, tengah selaras zhong he.

nah kalu pake terms kristen, manusia terjebak kedalam dosa setelah mrk terjebak 
dalam dualisme yaitu yin yang yg digambarkan dgn pohon pengetahuan baik dan 
jahat.
so kondisi mental dan batin adam dan hawa saat berada dalam taman eden adalah 
kondisi yg tdk tercemar oleh pertentangan.
TAPI sayangnya terms baik dan buruk itu langsung oleh banyak org ditarik garis 
tebal yg jelas dan lurus seolah2 tidak bisa bersinergi hehehehehehehehehehehe

kasarnya gini, LU bukan termasuk grup GUA  Gua yg paling BENER , lu mah 
SALAH !!!
Cara LU SALAH neh cara GUA BENER !

mampuslah dunia ini kapan ada TAMAN EDENNYA 

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tantono Subagyo  wrote:
>
> Dalam filsafat Jawa ada istilah : Mangerti Dununging Panembah (Mengerti arah
> dan siapa yang disembah). Dan Xia fashi tidak terikat, dia bisa menganggap
> patung sebagai kayu bakar dan di saat lain ia memakai patung untuk
> memfokuskan penyembahan-nya. Bila sudah sampai kepada taraf demikian maka
> perbedaan ritual penyembahan menjadi tidak berarti, bahkan antara atheis dan
> theis-pun tidak ada bedanya. Pertengkaran yang ada ternyata hanya untuk
> memuaskan keinginan lahiriah yang tidak akan berarti.  Lookay yang auwban
> jadi sangat tersentuh dan merasa makin kecil saja.  Sojah, Tan Lookay
> 
> 2009/4/6 Hendri Irawan 
> 
> >   Setahu saya kisah membakar patung itu adalah salah satu gong'an yang
> > dipakai dalam chan. Yang jelas bukan Hui Neng.
> >
> > --
> > Gongan nya secara lengkap begini:
> >
> > PERINGATAN: Gong'an chan bukanlah untuk dimengerti secara literal, ada
> > konsep dan pemahaman filosofi yang mendalam di dalamnya. Setiap Gong'an
> > biasanya selalu menjadi studi kasus pendalaman filfasat dan berguna untuk
> > memicu kemajuan bathin setiap orang yang mendalami chan.
> >
> > Jaman dinasti Tang (tidak ingat persis apakah Tang atau Song), Dan Xia
> > fashi dulunya adalah seorang pelajar yang hendak lulus ujian kekaisaran dan
> > menjadi pejabat. Namun karena panggilan nurani, melepaskan keinginannya dan
> > menjadi seorang biksu.
> >
> > Pada suatu malam musim dingin, terjadi badai salju di kota dan kuil tempat
> > Dan Xia mengabdi sebagai biksu, salju sampai masuk ke dalam kuil. Karena
> > badai, tukang antar batu bara (ya, di jaman dulu tiongkok sudah memakai batu
> > bara sebagai pemanas) tidak bisa datang ke kuil. Setelah beberapa hari
> > (badai salju di Tiongkok bisa berlangsung berhari-hari) kuil itu kehabisan
> > bahan bakar untuk pemanas dan semua orang menggigil kedinginan. Para biksu
> > bahkan tidak bisa memasak makanan. Dan Xia lalu memindahkan patung-patung
> > budha (terbuat dari kayu) dari altar dan menggunakannya untuk perapian.
> > Biksu-biksu yang lain bertanya "Apa yang kamu lakukan ?" terkejut karena
> > melihat patung-patung budha yang suci dibakar di dalam perapian. "Kamu
> > membakar benda suci agama kami ! Kamu menghina sang budha !"
> >
> > "Apakah patung-patung ini berjiwa dan apakah mereka memiliki bodhicitta
> > ?(nurani budha, di dalam budhisme setiap makhluk memiliki nurani budha dan
> > berpotensi menjadi budha sendiri)" tanya Dan Xia fashi.
> >
> > "Tentu saja tidak," jawab para biksu. "Mereka terbuat dari kayu. Mereka
> > tidak mungkin memiliki bodhicitta/"
> >
> > "Baiklah, kalau begitu mereka cuma potongan kayu bakar dan bisa dipakai
> > sebagai bahan bakar untuk pemanasan," kata Dan Xia fashi. "Bisakah kalian
> > tolong bawakan lagi potongan kayu bakar yang lain ? Saya membutuhkan sedikit
> > kehangatan."
> >
> > Hari berikutnya, badai salju berhenti. Dan Xia fashi pergi ke kota dan
> > membawa pulang beberapa patung budha sebagai pengganti yang telah dibakar.
> > Setelah meletakkannya di altar, dia mulai berlutut dan membakar dupa untuk
> > patung-patung itu.
> >
> > "Apakah anda menyembahyangi kayu bakar ?" tanya biksu-biksu lain yang
> > bingung melihat apa yang Dan Xia lakukan.
> >
> > "Tidak. Saya memperlakukan patung-patung ini sebagai benda suci dan
> > menghormati sang budha." jawab Dan Xia.
> > --
> >
> > Dan Xia fashi adalah seorang maha biksu chan aliran selatan, dan
> > silsilahnya bisa dirunut ke Hui Neng melalui salah satu dari para murid
> > utama Hui Neng.
> >
> > Hormat saya,
> >
> > Yongde
> >
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> > "Ning M. Widjaja"  wrote:
> > >
> > > Iya benar, itu cerita ttg Patriach Mahayanya Tiongkok YM Hui Neng (
> > patriach
> > > setelah beberapa generasi dari Bodhidharma / Tat Mo Cho Su yg diangap sbg
> > > Patriach Pertama). Ini kisah ketika beliau dalam perjalanan dan diserang
> > > badai salju lalu berteduh di vihara tua dan membakar patung Buddha untuk
> > > menghangatkan diri Beliau dan Muridnya agar tidak mati kedinginan.
> > >
> >
> > 
>

[budaya_tionghua] Re: Renungan Minggu Ini

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
kalu nurut Lun Yu sikap seorang anak seperti itu adalah BAKTI YG HARUS 
DITUNJUKKAN hehehehehe iya gak ???

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Teng Aina  wrote:
>
> "Kebahagiaan terbesar orang tua adalah bila melihat anaknya sehat, 
> Keberhasilan terbesar seorang anak adalah bila dapat membuat orang tuanya 
> tidak merasa khawatir"  Teng Aina
> 
> Sojah (tangan diangkat sebatas hidung),
> Teng Aina.
>




Re: [budaya_tionghua] Gong'an Chan: Bakar Patung

2009-04-07 Terurut Topik Tantono Subagyo
Dalam filsafat Jawa ada istilah : Mangerti Dununging Panembah (Mengerti arah
dan siapa yang disembah). Dan Xia fashi tidak terikat, dia bisa menganggap
patung sebagai kayu bakar dan di saat lain ia memakai patung untuk
memfokuskan penyembahan-nya. Bila sudah sampai kepada taraf demikian maka
perbedaan ritual penyembahan menjadi tidak berarti, bahkan antara atheis dan
theis-pun tidak ada bedanya. Pertengkaran yang ada ternyata hanya untuk
memuaskan keinginan lahiriah yang tidak akan berarti.  Lookay yang auwban
jadi sangat tersentuh dan merasa makin kecil saja.  Sojah, Tan Lookay

2009/4/6 Hendri Irawan 

>   Setahu saya kisah membakar patung itu adalah salah satu gong'an yang
> dipakai dalam chan. Yang jelas bukan Hui Neng.
>
> --
> Gongan nya secara lengkap begini:
>
> PERINGATAN: Gong'an chan bukanlah untuk dimengerti secara literal, ada
> konsep dan pemahaman filosofi yang mendalam di dalamnya. Setiap Gong'an
> biasanya selalu menjadi studi kasus pendalaman filfasat dan berguna untuk
> memicu kemajuan bathin setiap orang yang mendalami chan.
>
> Jaman dinasti Tang (tidak ingat persis apakah Tang atau Song), Dan Xia
> fashi dulunya adalah seorang pelajar yang hendak lulus ujian kekaisaran dan
> menjadi pejabat. Namun karena panggilan nurani, melepaskan keinginannya dan
> menjadi seorang biksu.
>
> Pada suatu malam musim dingin, terjadi badai salju di kota dan kuil tempat
> Dan Xia mengabdi sebagai biksu, salju sampai masuk ke dalam kuil. Karena
> badai, tukang antar batu bara (ya, di jaman dulu tiongkok sudah memakai batu
> bara sebagai pemanas) tidak bisa datang ke kuil. Setelah beberapa hari
> (badai salju di Tiongkok bisa berlangsung berhari-hari) kuil itu kehabisan
> bahan bakar untuk pemanas dan semua orang menggigil kedinginan. Para biksu
> bahkan tidak bisa memasak makanan. Dan Xia lalu memindahkan patung-patung
> budha (terbuat dari kayu) dari altar dan menggunakannya untuk perapian.
> Biksu-biksu yang lain bertanya "Apa yang kamu lakukan ?" terkejut karena
> melihat patung-patung budha yang suci dibakar di dalam perapian. "Kamu
> membakar benda suci agama kami ! Kamu menghina sang budha !"
>
> "Apakah patung-patung ini berjiwa dan apakah mereka memiliki bodhicitta
> ?(nurani budha, di dalam budhisme setiap makhluk memiliki nurani budha dan
> berpotensi menjadi budha sendiri)" tanya Dan Xia fashi.
>
> "Tentu saja tidak," jawab para biksu. "Mereka terbuat dari kayu. Mereka
> tidak mungkin memiliki bodhicitta/"
>
> "Baiklah, kalau begitu mereka cuma potongan kayu bakar dan bisa dipakai
> sebagai bahan bakar untuk pemanasan," kata Dan Xia fashi. "Bisakah kalian
> tolong bawakan lagi potongan kayu bakar yang lain ? Saya membutuhkan sedikit
> kehangatan."
>
> Hari berikutnya, badai salju berhenti. Dan Xia fashi pergi ke kota dan
> membawa pulang beberapa patung budha sebagai pengganti yang telah dibakar.
> Setelah meletakkannya di altar, dia mulai berlutut dan membakar dupa untuk
> patung-patung itu.
>
> "Apakah anda menyembahyangi kayu bakar ?" tanya biksu-biksu lain yang
> bingung melihat apa yang Dan Xia lakukan.
>
> "Tidak. Saya memperlakukan patung-patung ini sebagai benda suci dan
> menghormati sang budha." jawab Dan Xia.
> --
>
> Dan Xia fashi adalah seorang maha biksu chan aliran selatan, dan
> silsilahnya bisa dirunut ke Hui Neng melalui salah satu dari para murid
> utama Hui Neng.
>
> Hormat saya,
>
> Yongde
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com ,
> "Ning M. Widjaja"  wrote:
> >
> > Iya benar, itu cerita ttg Patriach Mahayanya Tiongkok YM Hui Neng (
> patriach
> > setelah beberapa generasi dari Bodhidharma / Tat Mo Cho Su yg diangap sbg
> > Patriach Pertama). Ini kisah ketika beliau dalam perjalanan dan diserang
> > badai salju lalu berteduh di vihara tua dan membakar patung Buddha untuk
> > menghangatkan diri Beliau dan Muridnya agar tidak mati kedinginan.
> >
>
> 
>



-- 
Best regards, Tantono Subagyo


[budaya_tionghua] Re: bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
ini seh jelas2 yg nulisnya gak ngerti sama sekali, apa yg ditulis jg 
berdasarkan pandangan jeleknya sendiri.
tapi ada yg diterima, giliran terima angpao aja ME$TI DITERIMA !!! abis ada bau 
duit kale ya.

serangkaian ritual itu sebenernya menunjukkan kita sedang dalam duka cita, 
contohnya pakai baju berkabung/berbakti BUKAN BAJU KEMALANGAN disebutnya jg 
xiao fu alias baju berbakti.

proses 100 hari, 1 taon , 3 taon itu utk mengenang yg meninggal, walah2 
kayaknya aliran dhammayut makin galak aja neh.

kalu mo diserang balik seh gampang, itu bhikku yg nulis itu kencingna duduk , 
jongkok atawa berdiri seh ??
inga2 vinaya yg suruh kencing jongkok nohh
kalu kencing berdiri or duduk, artine ngelanggar vinaya

gw pengen liat itu di thailand tempat dhammayut bercokol, kalu yg mati 
digeletakin getu aja ape pake budaya thailand seh ?
mosok giliran tenglang pake cara dan budayanya mesti diserang terus2an.

contoh yg tdk berguna waktu org meninggal jg banyak, peti mati tuh, kembang noh 
! ngapain dibakar lage ? polusi tauk jg boros bahan bakar fosil neh, 
mendingan dilempar aje ke laut biar dimakan ikan sono or bikin kolam ikan yg 
isinya piranha, kasih makan tuh bangke2.
BTW kayaknya piranha gak doyan bangke dah huehehehehehe

ada2 aja  kalu org laen pake kembang gpp, kalu pake makanan gak 
berguna, nape gak diprotes pake peti mati ?? BOROS TUH !!

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Purnama Sucipto Gunawan" 
 wrote:
>
> saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara
> Penerbit Karya maju, medan
> Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas :
> 
> Hal 4-5.
> Dalam Tradisi aliran Buddhis Teravada :
> - tidak mengenal sistem pembakaran kertas uang kertas sembayang.
> - tidak perlu meletakan sebaskom air dan handuk di bawah peti mati.
> - tidak perlu meletakan sepiring nasi dengan sumpit didepan peti mati.
> - Tidak perlu membakar dupa atau lilin didepan peti mati.
> - Tidak perlu mengantung kelambu diatas peti mati
> - Tidak perlu membagikan benang merah kepada tamu.
> - pintu boleh tertutup kali sudah malam hari jika pengunjung tidak ada
> - tidak perlu pembersihan rumah , mengunakan air suci atau apapun.
> 
> Hal 6-7
> -tidak perlu membakar kertas sembayang untuk bakar rumah kertas, mobil 
> kertas, uang neraka. Menurut Teravada apapun dibakar diluar logis ngak 
> bermanfaat.
> 
> - Tidak [erlu "diselamatkan" oleh upacara, Ritual dll.
> 
> - Uang dihematkan untuk pelaksanaan upacara ritual dianggap tidak bermanfaat 
> dapat digunakan untuk berdana kepada Bihkku dan vihara saja. 
> 
> -Anggota keluarga tidak perlu memakai pakaian hitam atau pakaian kemalangan.
> 
> hal 8-9
> 
>  - anggota keluarga Tidak perlu membelakangi peti mati ketika jenazah 
> almarhum diletakan kedalam atau ketika peti mati akan diangkut dari rumah ke 
> mobil jenazah pada hari pemakaman.
> 
> - Pratek lain menurut teravada yang salah adalah persembahan makanan, seperti 
> ayam, bebek, babi panggang, dan sayuran didepan almarhum tidak perlu. Karena 
> dianggap tidak logis
> 
> - Tidak perlu menggunkan grup musik memainkan musik khidmat
> 
> - pada umumnya bagi aliran Teravada tidak bermanfaat  untuk pengkuburan, tapi 
> pembakaran atau krematorium, seprti pelaksanaan pemakaman seperti di Myanmar. 
> 
> -tetap mengutamakan point berdana kepada bhiku dan vihara.
> 
> hal 9-10
> -Tidak perlu semua kertas sembayang atau embel lain. malahan mengatakan lebih 
> baik memberikan pakaian kepada Bhiku. 
> 
> Hal 16-17
> 
> - Menurut agama Buddha tradisi teravada tidak perlu menyembayangi dewa-dewa . 
> Malah menggangap Para dewa terallu asik dengan kesenangan dalam alam mereka, 
> sehingga tidak memperhatikan apa yang kita perbuat disini.
> 
> - Selain almarhum yang baru meninggal dan barangkali terlahir menjadi hantu 
> kelaparan juga mendapatkan kebahagiaan dan manfaat
> 
> hal 18-19
> 
> - Bhiku teravada tidak meminta bayaran, untuk pelayanan mereka kmemberikan 
> angpao maka diterima saja.
> 
> -etnis Chinese tionghoa mengadakan ritual tertentu dan doa pada hari ke 7, 49 
> dan 100 hari. ==>( ctn dari saya :bagi saya pribadi ini namanya penyerangan 
> terhadap aliran mahayana).
> 
> - Masih ada lagi kebiasaan lain tidak boleh dilakukan seperti memanggil orang 
> telah meninggal ( bahasa Hokien : Khan Bong) melalui perantara.
> 
> sekian dulu
> Masih ada bagian kesimpulan.
> Saya menuliskan kembali esok hari untuk kesimpulannya.
>




[budaya_tionghua] Re: bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
wekekekekekkekeke itu bukan masalah kepercayaan tapi CARA dan cara itu diadopsi 
oleh 3 aliran yaitu Mahayana, Taoism dan Ruism , so bukan hanya TAO saja yg 
maen begituan.
aliran tao yg rasionalis huehehehehehe semua gak ada yg rasionallar, kalu mau 
pake kata rasional mah itu dipaksa2in. contohnya ya itu ngobrol ame dewa 
dilatih ama dewa huahahahahahahahahaha.

so itu bicara CARA dan BUDAYA orang Tionghoa yg TIDAK BERKAITAN DGN AGAMA 
APAPUN 

Dan semuanya itu adalah simbol dan org Tionghoa sejak dulu mewariskan 
pengetahuan melalui bbrp cara, tulisan, oral, simbol !

Yg masalah itu org TIDAK MAU MEMAHAMI MAKNANYA main menjudge huehehehe.
BTW itu aliran tao yg kata lu rasional kok konsep tsljnya rada aneh dan gak 
sesuai ame pakem2 aliran2 tao laennya yg katanya dah dicabut mandatnya ampe hu 
aliran Zheng Yi aje dah dibilang gak berlaku lage dialam sono hehehehehehe.

mau aliran tao yg lebih rasional Yi Guan Dao noh

BTW kayaknya org2 masih rancu apa seh agama rakyat tionghoa kale ya.
neh owe kasih sedikit lampu, ada 2 yg membedakan yaitu zhengtong dan minjian 
misalnya zhengtong fojiao, minjian fojiao, zhengtong daojiao ama minjian 
daojiao. zhengtong=mainstraim , minjian=rakyat jadi kalu ada yg disebut 
zhengtong fojiao=agama buddha mainstream , minjian fojiao=agama buddha rakyat.
trus ada lage yg disebut minjian zongjiao alias agama rakyat, yg jelas2 beda 
ama yg diatas hehehehehehehehe

mudeng teh ? ngartos teh ?

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ulysee_me2"  wrote:
>
> Kalau mau jujur sih sebetulnya aturan-aturan yang disebutkan di bawah itu 
> memang cengli sih. Yang biasa melakukan nggak usah tersinggung juga, toh 
> kepercayaan itu terserah pada pribadi masing masing, tinggal pilih mana yang 
> cocok aje. 
> 
> Mangkin kesini orang mangkin rasional, begitu kata engkong, jadi akan makin 
> banyak aturan yang dipertanyakan kenapa dan untuk apa. Kalau ada yang merasa 
> aturan tersebut enggak masuk di akal sendiri, ya sah sah aja ditinggalkan. 
> 
> Misal, soal bakar-bakaran kiriman rumah-rumahan, yang nggak percaya hal itu 
> berguna khan bukan theravada aja, katolik ya sama, kristen juga anggap itu 
> tidak perlu. Tapi kalau orang mau melakukan ya silakan aja. Ada orang bilang 
> percuma, buang buang duit doank, ya ada benernya, kalau dia nggak percaya 
> sama 'manfaatnya' tapi toh yang mau melakukan ya jalan terus aja, lha beli 
> juga duit sendiri, mau juga mau sendiri, hak apa oranglain larang. 
> 
> Yang gue tahu, aliran TAO yang lebih banyak menjalankan ritual kepecayaan 
> rakyat seperti itu juga sekarang ada aliran yang 'rasionalis' nya, yang 
> anggap nggak perlu berlebihan, yang penting hatinya, begitu. Ya biar saja, 
> masing masing punya aturan, ya terserah kepercayaan masing masing donk. 
> Begetoh khan?
> 
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "andytanoko"  wrote:
> >
> > ckckckck.. fanatik dan radikal.. ... pantesan banyak orang gregetan sama 
> > aliran T..(menekankan point berdana kepada bhikku dan vihara) 
> > ujung-ujungnya duit juga keliatannya... ini bener-bener buddist Theravada 
> > yang sudah keracunan total budaya Myanmar. coba kalo di depan vihara dia 
> > didirikan gereja katolik yang pastornya boleh bakar-bakaran kertas 
> > sembahyang. gue pengen tao vihara ini bisa dapet umat apa ga.. ?
> > 
> >  
> > 
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Purnama Sucipto Gunawan" 
> >  wrote:
> > >
> > > saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara
> > > Penerbit Karya maju, medan
> > > Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas :
> > > 
> > > Hal 4-5.
> > > Dalam Tradisi aliran Buddhis Teravada :
> > > - tidak mengenal sistem pembakaran kertas uang kertas sembayang.
> > > - tidak perlu meletakan sebaskom air dan handuk di bawah peti mati.
> > > - tidak perlu meletakan sepiring nasi dengan sumpit didepan peti mati.
> > > - Tidak perlu membakar dupa atau lilin didepan peti mati.
> > > - Tidak perlu mengantung kelambu diatas peti mati
> > > - Tidak perlu membagikan benang merah kepada tamu.
> > > - pintu boleh tertutup kali sudah malam hari jika pengunjung tidak ada
> > > - tidak perlu pembersihan rumah , mengunakan air suci atau apapun.
> > > 
> > > Hal 6-7
> > > -tidak perlu membakar kertas sembayang untuk bakar rumah kertas, mobil 
> > > kertas, uang neraka. Menurut Teravada apapun dibakar diluar logis ngak 
> > > bermanfaat.
> > > 
> > > - Tidak [erlu "diselamatkan" oleh upacara, Ritual dll.
> > > 
> > > - Uang dihematkan untuk pelaksanaan upacara ritual dianggap tidak 
> > > bermanfaat dapat digunakan untuk berdana kepada Bihkku dan vihara saja. 
> > 
> > > 
> > > -Anggota keluarga tidak perlu memakai pakaian hitam atau pakaian 
> > > kemalangan.
> > > 
> > > hal 8-9
> > > 
> > >  - anggota keluarga Tidak perlu membelakangi peti mati ketika jenazah 
> > > almarhum diletakan kedalam atau ketika peti mati akan diangkut dari rumah 
> > > ke mobil jenazah pada hari pemakaman.
> > > 
> > 

[budaya_tionghua] Re: agama konghucu

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
apa yg Kong Zi ajarkan itu sebenarnya merupakan hal2 yg berkaitan dgn perilaku 
manusia, tapi Kong Zi jg mengkompilasi bbrp buku yg menjadi acuan dalam banyak 
hal, misalnya kitab Li Ji yg dikompilasi itu berkaitan jg dgn kepercayaan pra 
Kong Zi tentang alam kematian.

Dalam perjalanan sejarah Ruisme, tercatat kalau Ruisme jg menyerap banyak 
komponen aliran2 lainnya.

Dalam politik, ajaran Kong Zi jg memiliki peranan penting dalam menata 
kenegaraan, selain itu adalah sistem ekonomi terutama masa dinasti Han setelah 
terjadinya kekacauan oleh 7 raja muda.
Konsep2 kenegaraan, sistem pemerintahan dan jg konsep kontrol sosial Kong Zi 
kemudian di adopsi oleh negara2 sekitarnya.

Asia secara umum pada jaman dahulu dipengaruhi oleh 2 peradaban yaitu India dan 
Tiongkok.
Dan Tiongkok sendiri yang budayanya itu jelas2 terpengaruh oleh berbagai mahzab 
jg pemikiran2 kuno pra Kong Zi. Sebagai contoh pengaruh Ji Zi thdp konsep 
keseimbangan 5 unsur dan itu dimasukkan oleh Kong Zi atau tepatnya dicatat 
ulang dalam Shang Shu.

Kita ini terperangkap oleh konsep agama menurut kacamata agama samawi yg 
dituangkan oleh st.Thomas Aquinas ( sorry kalu salah inget ) dan menjadi acuan 
utama oleh agama samawi dalam menilai agama2 lainnya.
Sedangkan kalau mau mengacu kepada konsep agama samawi, maka ajaran Ruisme bisa 
disebut agama setelah pembaharuan yg dilakukan oleh Dong Zhongshu.
Sedangkan menurut konteksnya jiao yg terdiri dari 2 kata yaitu xiao bakti dan 
pu hukuman/pukulan 孝 æ"µ , yg sempat waktu itu ketika berdiskusi ada org yg 
beranggapan bahwa tulisan jiao berasal dari akar kata xiao dan wen 孝 文. 
Arti kata xiao dan pu adalah maknanya menata sistem berbakti, terutama berbakti 
kepada yg lebih tinggi dgn konsep reward and punishment yg bertujuan mencegah 
disorder society. Ini mirip dengan pemikirin India yg kata agama berasal dari 2 
kata yaitu a=tidak dan gama=kacau. Sedangkan barat yg menggunakan kata religion 
yg berasal dari 2 kata yaitu re dan legere artinya kembali ke asal.
Jelas disini pandangan tentang kata "agama" berbeda dari budaya2 yg berbeda 
pula. 

Karena itu Mo Zi menekankan berulangkali dan memberikan nuansa baru bahwa 
sistem ritual thdp yg tertinggi, leluhur, org yg meninggal, setan dsbnya 
merupakan suatu cara menata masyarakat, yg mana itu dikaitkan dgn pengharapan 
di alam nantinya.
Kong Zi beranggapan dgn ritual yg baik itu bisa membina masyarakat.
Itulah yg disebut jiao, yg penuh dgn konsep2 terkait antara ritual dgn 
masyarakat. 

Sedangkan jia lebih kepada implementasi dalam pemerintahan serta hubungan 
masyarakat pada umumnya. Contohnya para Taoist dari aliran Dao Jia yg jg 
memiliki konsep pemerintahan sendiri, selain itu adalah Mo Jia, Nong Jia. Walau 
tidak semua terkait kepada pemerintahan, seperti misalnya Ming Jia yg lebih 
kearah penamaan dan pembuatan struktur yg memperjelas perbedaan dan fungsi2nya. 
Salah astu pengaruh Ming Jia itu seingat saya adalah penggolongan thd jenis2 
binatang.

Demikianlah penjelasan singkat saya.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tarto Waseto  wrote:
>
> 
> Dear All, saya bukan penganut jiao atau jia.
> 
> Perlu dijelaskan di sini, bahwa Ajaran Kong Hu Cu itu sebenarnya bukan suatu 
> bentuk agama, seperti Budha, Kristen, Hindu, Islam, dll.
> Ajaran Konghucu adalah merupakan adat istiadat dan budaya masyarakat Tionghoa 
> diseluruh dunia, apapun agama yang dianut, selama orang/masyarakat tersebut 
> berakar dari Tiongkok, maka akar adat istiadat dan kebudayaan 
> orang/masyarakat bersangkutan adalah berasaskan ajaran Konghucu.
> Ajaran Konghucu menjadi suatu ikatan dan pemersatu semua masyarakat di dunia 
> yang berakar dari tanah Tiongkok, dalam hal adat istiadat dan kebudayaan 
> (tidak termasuk hal lain, misalnya politik, ekonomi, dll).
> Ajaran Konghucu merupakan dasar budaya dan keberadaban masyarakat tionghoa, 
> dimanapun berada dan apapun statusnya.
> Begitulah penjelasan saya.
> 
> 
> - Original Message 
> From: ardian_c 
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Tuesday, March 31, 2009 1:26:22 AM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: agama konghucu
> 
> ehem rasanya sejak dikukuhkan jadi dasar pemerintahan /kenegaraan seinget aye 
> gak ada polemik jiao ama jia dikalangan ru tuh.
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, zhoufy@ wrote:
> >
> > Penganut Khc ada yg mengaku jia dan ada yg mengaku Jiao. Yg ngaku jia pasti 
> > akan keberatan ajaran khc disebut Agama. Sebaliknya yg ngaku jiao pasti 
> > berontak jika tak diakui sbg agama. Hal2 seperti ini tak ada di nasrani 
> > maupun islam. 
> > Sent from my BlackBerry®
> > powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> > 
> > -Original Message-
> > From: "ardian_c" 
> > 
> > Date: Mon, 30 Mar 2009 04:49:50 
> > To: 
> > Subject: [budaya_tionghua] Re: agama konghucu
> > 
> > 
> > h secara historis rasanya Yesus jg tidak mendirikan suatu lembaga 
> > keagamaan jg tdk memposisikan dirinya sebagai pendiri agama lho.
> > 
> > Masalahnya adalah arti kata agama itu sendiri

Bls: [budaya_tionghua] Re: yin yang (mohon bantuanya dalam penggumpulan data YIN YANG)

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
pernah denger 5 persembahan ? pernah denger 5 warna utk buah persembahan ? ya 
itulah lambang 5 unsur.

vihara seh gak masalah tp vihara itu luas modelnya hehehehehe kalu kelenteng ya 
bisa ada vihara yg bernuansa tionghoa tapi kalu vihara bisa bernuansa macem2.

Kaca cembung cekung lebih kearah fengshui but kalu kaca bagua /taishan bisa 
kearah spirituallar.
Kaca datar yg ada simbolnya banyak yg melalui proses kaiguang but kaca bulat 
sama cekung tdk perlu kaiguang.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Pingping Erawati  
wrote:
>
> yah gak salah kan kalo bertanya...
> sapa tau ada yg lebih tau dan mendalami dalam yin yang...
> toh gak ada salahnya berbagi ilmu...
> 
> mang tmpt altar knp?
> kaga tau dan kaga ngerti ...
> dan emang ada masalah  dengan vihara ?
> ada masalah yah?
> emang kacanya ada brp macem?
> bukanya cuman 3 yah?
> cembung, cekung ama datar, terus mau kaca kaya apa?
> buat narik rejeki ama nolak bala??
> 
> --- Pada Kam, 2/4/09, ardian_c  menulis:
> 
> Dari: ardian_c 
> Topik: Bls: [budaya_tionghua] Re: yin yang (mohon bantuanya dalam 
> penggumpulan data YIN YANG)
> Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Tanggal: Kamis, 2 April, 2009, 6:29 PM
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> lah tanyanya khan asal usul trus kenapa bisa ampe ke pat kwa 
> segala khan. Ya kalu dah tau ngapain tanya atuh.
> 
> 
> 
> Yinyang itu adalah keselarasan, tidak ada kejahatan mutlak atau kebaikan 
> mutlak, semua memiliki sisi2 kejahatan atau juga kebaikan.
> 
> Dan memiliki fungsinya yang menyeimbangkan.
> 
> Contoh sederhana, bagaimana org bisa mengenal Tuhan kalu tidak ada yang 
> namanya iblis !
> 
> Bagaimana ada yg cantik kalau tidak ada yang buruk rupa ?
> 
> Merealisasikan Yin Yang/ memahami gambar Taiji artinya bisa menembusi 
> kebenaran hakiki. Yang kasarnya bisa kita sebut berada diatas Yin Yang atau 
> tidak terjebak dengan dualisme.
> 
> 
> 
> Simbol keseimbangan selain Yin Yang adalah altarnya itu sendiri.
> 
> Altar di kelenteng ( mbuh kalu vihara seh ) melambangkan 5 unsur/pergerakan 
> yang menitik beratkan keseimbangan juga.
> 
> 
> 
> Kaca atau diagram Ba Gua ?  Bisa diartikan menjaga keseimbangan dng cara 
> menolak yg buruk khan hehehehehe ama menarik yg baik. tergantung model 
> kacanya seh
> 
> Kalu diagram Ba Gua ya itulah gambaran kosmos yg ideal getu
> 
> 
> 
> --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Pingping Erawati  
> wrote:
> 
> >
> 
> > ya yang itu pernah baca
> 
> > kalo aku simpulin sih...
> 
> > Yin yang adalah hal mengenai siklus kehidupan dan melengkapi. dengan 
> > berbagai tanda yang bisa kita lihat dengan tanpa sadar terjadi.
> 
> > tidak ada yg sempurna dan menjadi mutlak dalam kehidupan, ada yang lahir 
> > otomatis ada yang mati, ada kebaikan otomatis ada kejahatan, 
> 
> > ini adalah konsep berlawanan yang berkaitan dan menjadi rantai utama dalam 
> > kehidupan.
> 
> > (benar atau tidak?
> 
> > silakan di tambahkan... )
> 
> > 
> 
> > jadi maksud ku tuh
> 
> > apa di vihara atau  kelenteng atau apalah .
> 
> > bisa menemukan simbol keseimbanagan selain yin yang?
> 
> > terus...
> 
> > kalo kaca yg ditaruh diatas depan pintu rumah itu untuk menjaga 
> > keseimbangan bukan?
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > --- Pada Kam, 2/4/09, ardian_c  menulis:
> 
> > 
> 
> > Dari: ardian_c 
> 
> > Topik: [budaya_tionghua] Re: yin yang (mohon bantuanya dalam penggumpulan 
> > data YIN YANG)
> 
> > Kepada: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> 
> > Tanggal: Kamis, 2 April, 2009, 5:42 PM
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > dimilist ini pernah dibahas en ada yg berjudul mengenal yijing 
> > sekilas.
> 
> > 
> 
> > bicara yinyang itu berasal dari yijing, pengarang yijing siapa gak jelas 
> > tapi dikaitkan dengan Fu Xi,kemudian WenWang dan terakhir Kong Zi.
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > 
> 
> > Awalnya adalah wuji=0, dimana gak ada fenomena apapun.
> 
> > 
> 
> > kemudian taiji=1, dimana belon ada fenomena yg membedakan, dimana positif 
> > dan negatif masih membaur membentuk keharmonisan, kemudian liangyi=2,dimana 
> > ada pembedaan antara negatif dan positif tapi saling berpasangan, 
> > dilambangkan dengan garis putus -- dan garis sambung __ atau yg disebut YAO 
> > 爻, kemudian lahirlah sixiang=4, yg melambangkan 4 arah, 4 
> > musim, 4 penjuru dgn gambar â€"---ï¼�' 
> > â€"â€"â€"â€"â€"â€"ï¼�'
> >  --â€"â€"â€"â€"ï¼�' 
> > â€"â€"â€"â€" --ï¼�' sorry 
> > gak isa gambarin secara detail dari situ nanti menjadi bagua atau 
> > gambaran/hamparan alam semesta baik micro maupun macrocosmos. Jadi itu 
> > adalah gambaran terjadinya atau terbentuknya alam semesta dan bagua jg ada 
> > 2 macam yg berkaitan dgn pergerakan, dimana disebut pra langit ( baca 
> > sebelum seluruh mahluk2 dan tatan

[budaya_tionghua] Re: Gong'an Chan: Bakar Patung

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
gong an seperti itu ya banyak, tapi ini kejadian di taiwan, pernah denger ada 
satu kelenteng yg rupangnya/patungnya sering ditaruh perhiasan mahal, entah 
dari emas atau jg dari permata. Uniknya ada org yg "meminjam" perhiasan itu utk 
digadaikan dan hasilnya digunakan sebagai modal, biasanya lewat 1 taon , itu 
perhiasan ditebus atau diganti yg lebih indah. So itu memang perhiasan utk 
memperindah dan sebagai nilai seni jg perwujudan keyakinan. Tapi dibalik itu 
perhiasan itu jg memiliki fungsi yg lain.

Dalam banyak hal , kita tjoema baca alias membeo termasuk gong an /koan zen. 
Jadinya seperti anekdot koan di Jepang , ini kalau tdk salah DT Suzuki yg 
menceritakannya.
Ada satu org barat yg merasa sdh memahami apa itu Buddha Dhamma dan mengerti 
hakekat Zen, ia dgn pongahnya datang ke vihara Zen di Jepang.
Org barat itu kaget melihat para bhiksu Zen di Jepang masih menghormati patung 
Buddha dan org barat itu lantas menegur bhiksu2 Zen disana. "Bukannya kalian 
sudah memahami hakekat ke Buddhaan, kalau saya melihat patung ini, akan saya 
ludahi patungnya."seru orang barat itu dgn bangganya.
Bhiksu itu tersenyum dan menjawab,"Anda meludahi, kami membungkuk memberi 
hormat."

Dari cerita itu kelihatan kalau si orang barat itu "sok" tercerahkan tapi apa 
yg ia sadari itu masih secuil dari kenyataan yg ada.
Artinya cuma bergaya memahami Zen tapi tdk paham.

Sama jg ketika org membaca buku Zhuang Zi lantas terjebak pada kata2 Xiao Yao 
alias bebas tak terikat, lantas berperilaku semena2 di dunia nyata.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Hendri Irawan"  wrote:
>
> Setahu saya kisah membakar patung itu adalah salah satu gong'an yang dipakai 
> dalam chan. Yang jelas bukan Hui Neng.
> 
> --
> Gongan nya secara lengkap begini:
> 
> PERINGATAN: Gong'an chan bukanlah untuk dimengerti secara literal, ada konsep 
> dan pemahaman filosofi yang mendalam di dalamnya. Setiap Gong'an biasanya 
> selalu menjadi studi kasus pendalaman filfasat dan berguna untuk memicu 
> kemajuan bathin setiap orang yang mendalami chan.
> 
> Jaman dinasti Tang (tidak ingat persis apakah Tang atau Song), Dan Xia fashi 
> dulunya adalah seorang pelajar yang hendak lulus ujian kekaisaran dan menjadi 
> pejabat. Namun karena panggilan nurani, melepaskan keinginannya dan menjadi 
> seorang biksu.
> 
> Pada suatu malam musim dingin, terjadi badai salju di kota dan kuil tempat 
> Dan Xia mengabdi sebagai biksu, salju sampai masuk ke dalam kuil. Karena 
> badai, tukang antar batu bara (ya, di jaman dulu tiongkok sudah memakai batu 
> bara sebagai pemanas) tidak bisa datang ke kuil. Setelah beberapa hari (badai 
> salju di Tiongkok bisa berlangsung berhari-hari) kuil itu kehabisan bahan 
> bakar untuk pemanas dan semua orang menggigil kedinginan. Para biksu bahkan 
> tidak bisa memasak makanan. Dan Xia lalu memindahkan patung-patung budha 
> (terbuat dari kayu) dari altar dan menggunakannya untuk perapian. 
> Biksu-biksu yang lain bertanya "Apa yang kamu lakukan ?" terkejut karena 
> melihat patung-patung budha yang suci dibakar di dalam perapian. "Kamu 
> membakar benda suci agama kami ! Kamu menghina sang budha !"
> 
> "Apakah patung-patung ini berjiwa dan apakah mereka memiliki bodhicitta 
> ?(nurani budha, di dalam budhisme setiap makhluk memiliki nurani budha dan 
> berpotensi menjadi budha sendiri)" tanya Dan Xia fashi.
> 
> "Tentu saja tidak," jawab para biksu. "Mereka terbuat dari kayu. Mereka tidak 
> mungkin memiliki bodhicitta/"
> 
> "Baiklah, kalau begitu mereka cuma potongan kayu bakar dan bisa dipakai 
> sebagai bahan bakar untuk pemanasan," kata Dan Xia fashi. "Bisakah kalian 
> tolong bawakan lagi potongan kayu bakar yang lain ? Saya membutuhkan sedikit 
> kehangatan."
> 
> Hari berikutnya, badai salju berhenti. Dan Xia fashi pergi ke kota dan 
> membawa pulang beberapa patung budha sebagai pengganti yang telah dibakar. 
> Setelah meletakkannya di altar, dia mulai berlutut dan membakar dupa untuk 
> patung-patung itu.
> 
> "Apakah anda menyembahyangi kayu bakar ?" tanya biksu-biksu lain yang bingung 
> melihat apa yang Dan Xia lakukan.
> 
> "Tidak. Saya memperlakukan patung-patung ini sebagai benda suci dan 
> menghormati sang budha." jawab Dan Xia.
> --
> 
> Dan Xia fashi adalah seorang maha biksu chan aliran selatan, dan silsilahnya 
> bisa dirunut ke Hui Neng melalui salah satu dari para murid utama Hui Neng.
> 
> Hormat saya,
> 
> Yongde
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ning M. Widjaja"  wrote:
> >
> > Iya benar, itu cerita ttg Patriach Mahayanya Tiongkok YM Hui Neng ( patriach
> > setelah beberapa generasi dari Bodhidharma / Tat Mo Cho Su yg diangap sbg
> > Patriach Pertama). Ini kisah ketika beliau dalam perjalanan dan diserang
> > badai salju lalu berteduh di vihara tua dan membakar patung Buddha untuk
> > menghangatkan diri Beliau dan Muridnya agar tidak mati kedinginan.
> >
>




Re: [budaya_tionghua] Re: gemar & gampang sekali memuja.

2009-04-07 Terurut Topik Liquid Yahoo
Tanya aja ama pandito bung Sunny

Saya yang bukan kristen protestan bisa tau darimana kalo bukan dari penginjil?!



  - Original Message - 
  From: Sunny 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, 05 April, 2009 11:54
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: gemar & gampang sekali memuja.


  Dimana dinyatakan bahwa Yesus akan lahir lagi?

- Original Message - 
From: Liquid Yahoo 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Saturday, April 04, 2009 7:13 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: gemar & gampang sekali memuja.


Dalam agama semit / semawi yang berasal dari timur-tengah, kecuali Yahudi, 
secara tidak sadar mempercayai reinkarnansi, bahwa pada akhir jaman Isa 
Almasih / Yesus akan lahir kembali ke dunia, apa itu bukan reinkarnansi?

Jadi batasan reinkarnasi pun cukup kabur.

Tau dech tuch kaburnye kemane!!!

- Original Message - 
From: "ardian_c" 
To: 
Sent: Thursday, 02 April, 2009 23:59
Subject: [budaya_tionghua] Re: gemar & gampang sekali memuja.

> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "kwaih...@..."  
> wrote:
>>
>> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ardian_c"  wrote:
>>
>> > masalah mujizat segala macem ya gak pusinginlar , lagian owe pernah 
>> > nulis kalu itu kerajaan yg memberi gelar, malah kayak Kwee Lak Kwa itu 
>> > ditempelin cerita kalu doi dapet gelar dari kaisar Qian Long.
>> > So gak segampang itu jugalar.
>> ## bagaimana dengan Tan Tek Siu?
>
> Tan Tek Siu itu seorg Taoist di Ungaran yg bertapa disana, jadi sebutan 
> Xian/sien/sian gak salah kalu ngeliat kepercayaannya beliau dan jg pola 
> latiannya yg berbau aliran Zheng Yi.
> Istilah xian itu gak pas diartiin dewa dalam khazanah bahasa indonesia, 
> tepatnya manusia abadi or immortals
> Nah para Xian yg ada itu kayak pat sian gak dapet gelar xian dari 
kerajaan 
> tapi dari para umat Taoist itu sendiri.
>
>> >
>> > Liat rangkaian fungsi dan pengertiannyalar jgn suka gebyah uyah pake 
>> > pola pikiran budaya barat yg terkontaminasi ajaran radikal sbenernya 
>> > malah GAK RESPECT sama ALAM !!!Alam dalam konteksnya mereka adalah 
>> > obyek eksploitasi dan gak mikir keselarasan dgn alam.
>> > Baru belakangan noh tereak2 ALAM segala macem.
>> >
>> ## ya bule krn dasarnya ilmiah, setelah ngukur ozon dll, barulah sadar.
>
> wekekekkeke taon 60an aja dah mulai ada gerakan back to nature, jauh 
> sebelon diketahui langit bocor ozonnya.
> itu gara2 mrk para hippies yg tertarik kepada budaya dan filsafat timur 
yg 
> berbau india, tiongkok dsbnya.
> Coba baca dialog Daisaku Ikeda ama Arnold Toynbee or jg tulisan Carl 
> Rogers tentang Tho Thi Anh.
>
>> > Malah kita mestinya bisa salut itu mbok2 ama org jawa ( mbok2 apa seh 
>> > ? ) yg bisa begitu berdampingan berdoa disatu tempat dgn keyakinan yg 
>> > berbeda ! ITULAH MUJIZAT TERBESARNYA , kebersamaan dan toleransi 
>> > dalam penghormatan.Jadi andaikata tuh jangkar gak ada mujizat mesti 
>> > disalahin getu yg pada bongkok2 didepan jangkar ?
>> >
>> ## mbok2 itu ibu2 jawa yg tdk muda lagi
>
> oh getu ya, rasanya mbok2 jarang ke kyai jangkarlar, banyaknya ke Grajen 
> minta obat ama Hian Tian Siang Tee
>
>> > so terkadang yg politeisme bisa show respect dibanding yg monotheisme 
>> > dan itu fakta sejarah bung.
>> > mrk yg masih terkungkung budaya "barbar" nurut kacamata barat kayak 
>> > animisme dan dinamisme malah menunjukkan respect thdp alam lho 
>> > dibanding mrk yg sok2an modern.
>> >
>> ##tapi batasan mono atau poly itu saya rasa cukup kabur, sy lebih 
condong 
>> dg batasan yg percaya reinkarnasi atau yg tdk percaya reinkarnasi.
>
> soesah batasen percaya ama gak percaya reinkarnasi itu, contohnya Ruist 
> gak percaya reinkarnasi, tapi mrk bisa disebut polytheisme jg khan.
>
>> > gemar dan gampang memuja terus kenapa ? salah ? bodoh ? tahayul ?
>> ## sy tdk mengatakan salah, bodoh atau tahayul kan itu hak azasi
>
>> > ya sama aja atuh kalu kita bilang org yg memuja tuhan itu bego tolol 
>> > khan  Masalah jangkar asli ape kagak , kita liat dari sudut ilmu 
>> > sejarah ya ngaco belo but itu believenya mereka, sama aja kalu owe 
>> > bilang secara sejarah itu yg namanya Yahwe dewa perang yahudi. Itu 
>> > fakta sejarah tapi kalu udah bicara believe ngapain mesti dipusingin 
>> > seh ??
>> ## tdk dipusingin bung, tapi disitu terlihat peranan mujizat sangat 
>> relevan
>
> peran mujizat relevan but ada satu faktor lage di Tiongkok, masalah sikap 
> dan sifat "dewa" selama hidup. Misalnya Guan Gong tuh.
>
>> > Gak beda jg yg pada percaya ama Kwan Im yg nurut owe gak pernah exist 
>> > didunia ini tapi mama owe percaya en owe gak pusingin masalah itu.
>> 

[budaya_tionghua] Re: bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
di Tripitaka ada bakar kertas , di Li Ji ada ritual pemanggilan roh org 
meninggal , di Shousheng Jing ( Taoisme ) ada bakar2 kertas.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ning M. Widjaja"  wrote:
>
> Saya sih belum baca bukunya jga ga kenal sama Bhikku Visuddhacara dan dari
> Sangha Theravada mana ( setahu saya dari Sangha Thervada Indonesia ga ada
> terdaftar nama bhikku tsb.), Boleh di jelaskan lebih lanjut ttg itu.
> 
> Kalau menurut saya, hal ini tidak menunjukkan fanatisme kaum Theravadin,
> walaupun dari tradisi Mahayana pun banyak yang persamaannya dengan catatan
> bahwa aliran Mahayananya masih berpegang pada Tripitaka Sansekerta /
> Tripitaka Pali / Tripitaka Korea yang diakui secara internasional.
> 
> Juga di sini tidak menunjukkan fanatisme, karena menurut saya buku dan
> penulis menulis tentang sudut pandang dari tradisinya. Kan biasanya buku itu
> timbul ketika ada pertanyaan dan di liat dari sudut pandang yg berbeda yang
> dijelaskan. Tiadak ada keharusan dan pemaksaan, jadi kalu mau dibilang
> fanatismen ya tidak karean sifatnya interen, mau di dengar boleh tidak juga
> boleh tak ada dogma yang memaksa.
> 
> Coba saja kalau kita tanya banyak orang Tionghoa yang pindah agama / ganti
> tradisi mengatakan bahwa takut masuk agama Buddha atau Khong Hu Cu karena
> takut trepot ngurus orang tua  atau bila ada kematian.
> 
> Jelas dari sudut Buddhisme / Confucianisme / Daoisme juga ga ada tuh anjuran
> spt yang di sebutkan dalam buku itu. Coba cari aja di mana ada kitab suci
> dari tiga ajaran di atas yag ajarin bakar kertas, panggil roh orang mati
> dll.
> 
> Coba deh kita sama-sama mencari kebenaran sebelum memberi komentar yang
> kurang pas.
> 
> (Masih belajar budi pekerti)
> 
> 2009/4/3 Purnama Sucipto Gunawan 
> 
> >   saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara
> > Penerbit Karya maju, medan
> > Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas :
> >
> > Hal 4-5.
> > Dalam Tradisi aliran Buddhis Teravada :
> > - tidak mengenal sistem pembakaran kertas uang kertas sembayang.
> > - tidak perlu meletakan sebaskom air dan handuk di bawah peti mati.
> > - tidak perlu meletakan sepiring nasi dengan sumpit didepan peti mati.
> > - Tidak perlu membakar dupa atau lilin didepan peti mati.
> > - Tidak perlu mengantung kelambu diatas peti mati
> > - Tidak perlu membagikan benang merah kepada tamu.
> > - pintu boleh tertutup kali sudah malam hari jika pengunjung tidak ada
> > - tidak perlu pembersihan rumah , mengunakan air suci atau apapun.
> >
> > Hal 6-7
> > -tidak perlu membakar kertas sembayang untuk bakar rumah kertas, mobil
> > kertas, uang neraka. Menurut Teravada apapun dibakar diluar logis ngak
> > bermanfaat.
> >
> > - Tidak [erlu "diselamatkan" oleh upacara, Ritual dll.
> >
> > - Uang dihematkan untuk pelaksanaan upacara ritual dianggap tidak
> > bermanfaat dapat digunakan untuk berdana kepada Bihkku dan vihara saja.
> >
> > -Anggota keluarga tidak perlu memakai pakaian hitam atau pakaian
> > kemalangan.
> >
> > hal 8-9
> >
> > - anggota keluarga Tidak perlu membelakangi peti mati ketika jenazah
> > almarhum diletakan kedalam atau ketika peti mati akan diangkut dari rumah ke
> > mobil jenazah pada hari pemakaman.
> >
> > - Pratek lain menurut teravada yang salah adalah persembahan makanan,
> > seperti ayam, bebek, babi panggang, dan sayuran didepan almarhum tidak
> > perlu. Karena dianggap tidak logis
> >
> > - Tidak perlu menggunkan grup musik memainkan musik khidmat
> >
> > - pada umumnya bagi aliran Teravada tidak bermanfaat untuk pengkuburan,
> > tapi pembakaran atau krematorium, seprti pelaksanaan pemakaman seperti di
> > Myanmar.
> >
> > -tetap mengutamakan point berdana kepada bhiku dan vihara.
> >
> > hal 9-10
> > -Tidak perlu semua kertas sembayang atau embel lain. malahan mengatakan
> > lebih baik memberikan pakaian kepada Bhiku.
> >
> > Hal 16-17
> >
> > - Menurut agama Buddha tradisi teravada tidak perlu menyembayangi dewa-dewa
> > . Malah menggangap Para dewa terallu asik dengan kesenangan dalam alam
> > mereka, sehingga tidak memperhatikan apa yang kita perbuat disini.
> >
> > - Selain almarhum yang baru meninggal dan barangkali terlahir menjadi hantu
> > kelaparan juga mendapatkan kebahagiaan dan manfaat
> >
> > hal 18-19
> >
> > - Bhiku teravada tidak meminta bayaran, untuk pelayanan mereka kmemberikan
> > angpao maka diterima saja.
> >
> > -etnis Chinese tionghoa mengadakan ritual tertentu dan doa pada hari ke 7,
> > 49 dan 100 hari. ==>( ctn dari saya :bagi saya pribadi ini namanya
> > penyerangan terhadap aliran mahayana).
> >
> > - Masih ada lagi kebiasaan lain tidak boleh dilakukan seperti memanggil
> > orang telah meninggal ( bahasa Hokien : Khan Bong) melalui perantara.
> >
> > sekian dulu
> > Masih ada bagian kesimpulan.
> > Saya menuliskan kembali esok hari untuk kesimpulannya.
> >
> >  
> >
>




[budaya_tionghua] Re: gemar & gampang sekali memuja.

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "kwaih...@..."  wrote:
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ardian_c"  wrote:
> > 
> > wekekekkeke taon 60an aja dah mulai ada gerakan back to nature, jauh 
> > sebelon diketahui langit bocor ozonnya.
> > itu gara2 mrk para hippies yg tertarik kepada budaya dan filsafat timur yg 
> > berbau india, tiongkok dsbnya.
> > Coba baca dialog Daisaku Ikeda ama Arnold Toynbee or jg tulisan Carl Rogers 
> > tentang Tho Thi Anh.
> ###Ya kalau hippies sih tdk mempersoalkan ilmiah atau tdk, namanya saja 
> generasi bunga, ganja segala juga mereka coba.
> ngomong2 Daisaku Ikeda itu apakah yg Nichiren Shoshu itu ya?
> > 

yup daisaku itu yg ketua sokka gokai ya nichiren lar huehehehe
but masak hipies disebut gak persoalin ilmiah or wat, justru mrk bisa berpikir 
dan tertariklar.
gerakan green peace, WWF jg banyak yg ikut khan, emangnya mrk jg perduli ilmiah 
or wat ?
Respect thdp alamlar.

> > oh getu ya, rasanya mbok2 jarang ke kyai jangkarlar, banyaknya ke Grajen 
> > minta obat ama Hian Tian Siang Tee
> ### kalau yg saya amati sih yg ke grajen memang cari obat, beda kalau yg ke 
> gedong batu kebanyakan cari pelarisan dagangannya,terutama jumat kliwon, bisa 
> kayak pawai dg masing2 menggengam segepok hioshoa yg sudah di nyalakan 
> ujungnya. 
> > 

Bagus dong artinya org Jawa di Semarang bisa berbaur khan dengan tenglang2 di 
kelenteng :D

> > soesah batasen percaya ama gak percaya reinkarnasi itu, contohnya Ruist gak 
> > percaya reinkarnasi, tapi mrk bisa disebut polytheisme jg khan.
> ### wah kalau yg ini saya tidak tahu, mungkin orang MATAKIN yang bisa jawab.
> yg saya pernah tahu, almarhum BUYA HAMKA itu suhunya Yusuf Hamka, pernah 
> mengatakan Bahwa Tao yg disebut2 Laotze itu sebetulnya ya ALLAH SWT nya orang 
> Islam.
> tapi itu semua menurut saya hanyalah penafsiran, apalagi kalau sudah 
> menyangkut JIA atau JIAO, debateblelah.
> >

ya itu mah mbuh ya huehehehehehehehe, ya bisa begitu jg kalu mo ditarik ke DZAT 
ALLAH seh.
 
> > org itu terkadang suka ngeliat masalah itu dari satu sudut fakta sejarah 
> > tapi terkadang iman jg memegang peranan.
> > Contoh mantan mentor gw yg jelas2 TAOIST en waktu gw sindirin soal Taishang 
> > Laojun yg gak exist dalem sejarah, die bilang kalu bicara sejarah pasti 
> > disangkal keberadaannya, tapi die sebagai taoist, imannya bilang itu exist.
> ### bukannya taishang laojun itu sama saja dengan LaoTze yg pernah hidup 
> sejaman KhongHuCu dijaman menjelang tegaknya dinasti Qin? 
> >

jauh dari tegaknya dinasti Qinlar, BTW sekarang ini cerita Lao Zi lewat gerbang 
Han Gu ya itu jadi mitos dan dipercaya ama para taoist but bagi ahli sejarah, 
itu dongeng soalnya gerbang han gu itu adanya dijaman kekaisaran QIN alias 
ratusan taon kemudian dari waktu yg diperkirain Lao Zi idup. Sourcenya salah 
satunya itu tulisan Sima Qian yg jg berbau dongeng, lahir dalam keadaan tua. 
Selain itu jg Lun Yu but Lun Yu baru dikompilasi jaman Hanlar.
So itu dari sudut sejarah bung , bukan dari sudut iman taoist.
 
> > lha Mo Zi itu menggagas masalah perdewaan bukan masalah perekonomian, kalu 
> > mau menggagas masalah perekonomian ya ntar gw tarik Jia Yi ama Lu Jia 
> > gimane ?
> ### yang terang Qing(ManChu), Sun Yat Sen, Chiang Kai Sek, bahkan Mao,kurang 
> berhasil dibidang perekonomian, entah mereka menggunakan Jia Yi & Lu Jia apa 
> tidak?
> 

Lu Jia dan Jia Yi itu konseptor ekonomi liberal jaman awal dinasti Han jg 
konseptor otonomi daerah penuh.
wekeekekekekeke jauh ya 

> > BTW swipoa tetep dipake tuh biar ada calculator huehehehe malah sekarang 
> > ada metode ape ya yg menggunakan swipoa imajiner.
> > Pernah liat perlombaan swipoa di Taiwan gak ? Liat noh ngadu ama 
> > kalkulator jg bisa hueheheheheheh
> ###pernah saya lihat di tv, itu memang bagus metodenya,juga metode2 
> belakangan yg lumayan banyak, seperti Sakamoto, Sakata dll, tapi kalau bicara 
> pakai alat masak kita tdk tertarik, misal: calculator, computer, bahkan robot?
> > 

lha anda yg bilang swipoa dah gak dipake huehehehehehe
aye kasih contoh aje swipoa masih dipake tuh

> > Napa mesti pusing urusan columbia ? memangnya meledak melulu ya itu pesawat 
> > ulang alik ?
> ### bukan musingin bung, cuma nanya masak nggak boleh.
> > Toh tetep dibuat memoirnya dgn caranya mereka sendiri khan , ya kalu 
> > chinese khan bongpai huehehehehehe
> > BTW ada satu tokoh yg kuburannya 2 ama bongpainya 2 tuh. Namanya Guan Gong.
> ### nah, itulah keunikan orang Tionghoa zaman dulu, kalau seperti Vietnam 
> zaman sekarang saya rasa ya tdk dibuat tuh yg kena korban napalm.
> Tapi sekali lagi saya akui ada kesalahan pengertian saya tentang bongpai dg 
> memoir.

memoir buat bomb napalm gak ada tapi memoir ama panti rehabilitasi buat korban 
gas orange ada dan para korbannya kesian abis, anak2nya mereka cacat genetika 

Coba ya yg kasus gede2an kayak 911 dibikinin , tiap taon org pada ngumpul di 
ground zero, tapi yg korban gas orange sape yg urus ???
padahal memoir ada, korban2 yg masi

[budaya_tionghua] Re: bedah buku : Teravadin Buddhist chinese funeral How may be conducted

2009-04-07 Terurut Topik ardian_c
wekekekekekeke gak berani tulis nama pembicaranya ya lu , takut dikepret ya 
huahahahahahahaha

yg jelas bbrp modie disini yg jadi pembicaralar

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Hendri Irawan"  wrote:
>
> Tahun lalu dalam sebuah seminar di bogor, ada pembicara yang membawakan topik 
> "Penghormatan Leluhur Menurut Buddha Dhamma". Perhatikan "Buddha Dhamma" 
> artinya si pembicara menekankan ke tradisi berbahasa Pali.
> 
> Di topik yang dibawakan dijelaskan mengenai persembahan makanan, baju 
> (termasuk membakarnya) di dalam budaya india kuno di masa Buddha Gottama 
> hidup. Sumbernya tidak lain adalah kitab suci Ti Pitaka sendiri. Di mana 
> intinya Buddha Gottama sendiri tidak pernah mencela, melarang persembahan 
> itu. Bahkan tercatat beliau menjelaskan kondisi-kondisi spiritual untuk 
> membantu agar persembahan-persembahan itu sampai ke tujuannya.
> 
> Kemudian mengenai penghormatan kepada dewa-dewi yang oleh penulis buku di 
> bawah dikatakan tidak perlu. Menurut si pembicara di dalam kitab suci Ti 
> Pitaka, Sutta Pitaka ada sebuah sutta yang jelas-jelas mencantumkan 5 
> kewajiban seorang manusia di mana salah satunya adalah menghormati para 
> dewa-dewi dan memberikan persembahan kepada mereka. Kalau tidak salah dalam 
> sutta itu diceritakan bahwa Ananthapindikka meminta nasehat kepada Buddha 
> Gottama tentang bagaimana hidup sebagai umat manusia yang benar. Menurut si 
> pembicara, sikap sementara orang yang memandang remeh dewa-dewi bersumber 
> dari pemahaman yang salah tentang bagaimana menjadi pelita bagi diri sendiri 
> dan hanya diri sendirilah yang bisa menolong diri sendiri (tanpa bantuan 
> dewa-dewi). Menurut si pembicara sikap tersebut diperparah dengan tertutupnya 
> dan tercemarnya bathin orang-orang demikian oleh keangkuhan diri. Karena 
> menurut konsep Buddha Dhamma, mereka yang menjadi dewa-dewi adalah karena 
> dalam kehidupan terdahulunya mereka telah melakukan jasa/kamma baik. 
> Bagaimana seseorang yang mengaku menjalankan Buddha Dhamma dan notabene masih 
> hidup sebagai manusia, yaitu dalam arti jasa/kamma baik mereka kalah dengan 
> mereka yang menjadi dewa-dewi, bisa memandang remeh kepada dewa-dewi tersebut 
> kalau bukan karena tertutup kesombongan diri bahwa kedudukannya lebih tinggi 
> dari dewa-dewi.
> 
> Semua sumber yang dipakai adalah dari kitab berbahasa Pali sebagai counter 
> terhadap kelompok Theravada (ya Theravada juga heterogen) yang pola 
> pandangnya seperti dalam buku di bawah.
> 
> Menurut pembicara itu, mereka-mereka yang berpandangan sempit dan fanatik 
> (dalam arti tidak cukup suatu pandangan untuk mereka sendiri tetapi aktif 
> mempengaruhi orang lain yang bukan kelompok mereka untuk turut berpandangan 
> seperti mereka) itu sebenarnya hanya mengenal sebagian kecil kulit Buddha 
> Dhamma. Justru yang hanya tahu kulit, itu pun cuma sedikit saja, biasanya 
> yang paling keras suaranya. Orang awam yang melihat barangkali berpikir bahwa 
> orang itu botak, berjubah kuning, seorang pendeta, seorang yang taat, tetapi 
> sebenarnya pemahamannya sangat dangkal. Bagi mereka yang benar-benar 
> menyelami dan mempraktekkan Buddha Dhamma tidak akan seperti itu, apalagi 
> justifikasi mereka mengenai "pandangan salah" (contoh: untuk ritual bakar 
> kertas, kasih makanan, baju segala macam) dan "pandangan benar" (seperti yang 
> ditulis di buku di bawah) sudah tidak tepat dipandang dari salah satu hukum 
> dasar Buddha Dhamma yaitu Anatta.
> 
> Hormat saya,
> 
> Yongde
> 
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Purnama Sucipto Gunawan" 
>  wrote:
> >
> > saya dapat buku cukup kontroversial yang ditulis oleh YM. visuddhacara
> > Penerbit Karya maju, medan
> > Saya tulis point - point sensitif dari tulisan beliau ini untuk dibahas :
> >
> > Hal 4-5.
> > Dalam Tradisi aliran Buddhis Teravada :
> > - tidak mengenal sistem pembakaran kertas uang kertas sembayang.
> > - tidak perlu meletakan sebaskom air dan handuk di bawah peti mati.
> > - tidak perlu meletakan sepiring nasi dengan sumpit didepan peti mati.
> > - Tidak perlu membakar dupa atau lilin didepan peti mati.
> > - Tidak perlu mengantung kelambu diatas peti mati
> > - Tidak perlu membagikan benang merah kepada tamu.
> > - pintu boleh tertutup kali sudah malam hari jika pengunjung tidak ada
> > - tidak perlu pembersihan rumah , mengunakan air suci atau apapun.
> >
> > Hal 6-7
> > -tidak perlu membakar kertas sembayang untuk bakar rumah kertas, mobil 
> > kertas, uang neraka. Menurut Teravada apapun dibakar diluar logis ngak 
> > bermanfaat.
> >
> > - Tidak [erlu "diselamatkan" oleh upacara, Ritual dll.
> >
> > - Uang dihematkan untuk pelaksanaan upacara ritual dianggap tidak 
> > bermanfaat dapat digunakan untuk berdana kepada Bihkku dan vihara saja.
> >
> > -Anggota keluarga tidak perlu memakai pakaian hitam atau pakaian kemalangan.
> >
> > hal 8-9
> >
> >  - anggota keluarga Tidak perlu membelakangi peti mati ketika jenazah 
> > almarhum diletakan kedalam atau ketika peti mati akan diangkut da

Re: Bls: [budaya_tionghua] Latihan Kungfu di Jakarta

2009-04-07 Terurut Topik Herjandi Wijaya
bapak / ibu, saya mo tanya...klo kungfu for kids, itu dimulai dari anak umur 
brapa tahun?
klo anak saya umur 4.5 thn bisa ikut tidak?
thanks

salam

herjandi

--- On Sat, 4/4/09, Pingping Erawati  wrote:

From: Pingping Erawati 
Subject: Bls: [budaya_tionghua] Latihan Kungfu di Jakarta
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Saturday, April 4, 2009, 8:36 PM












maaf..kira2 kalo di bdg ada tidak?dimana?
xiexie...

--- Pada Kam, 2/4/09, Iwanto Zhang  menulis:

Dari: Iwanto Zhang 
Topik: [budaya_tionghua] Latihan Kungfu di Jakarta
Kepada: kungfu_indonesia@ yahoogroups. com, 101-belajar- internet- marketing@ 
yahoogroups. com, Advertising_ Indonesia@ yahoogroups. com, arisaniklan@ 
yahoogroups. com, barusuperiklan@ yahoogroups. com, belajar-bisnis@ 
yahoogroups. com, BISNIS-JUTAWAN- INTERNET@ yahoogroups. com, Bisnis-Karir@ 
yahoogroups. com, BISNIS-ORANG- KAYA-MENDADAK@ yahoogroups. com, bisnis-smart@ 
yahoogroups. com, Bisnis_Center@ yahoogroups. com, bisnis_halal@ yahoogroups. 
com, bisnis_paling_ propektif@ yahoogroups. com, budaya_tionghua@ yahoogroups. 
com,
 cari_u...@yahoogrou ps.com, cariduit_group@ yahoogroups. com, cariduitbanyak2@ 
yahoogroups. com, cariu...@yahoogroup s.com, communicationsIndon 
e...@yahoogroups .com, dahsyatiklan@ yahoogroups. com, Diskusi-HRD@ 
yahoogroups. com, DUNIA-BISNIS@ yahoogroups. com, dunia-wirausaha@ yahoogroups. 
com, eBisnis-indonesia@ yahoogroups. com, eBisnis-jakarta@ yahoogroups. com, 
formula-bisnis@ yahoogroups. com, global-money@ yahoogroups. com, 
Home_4_Marketing@ yahoogroups. com, hotik...@yahoogroup s.com, Ikalan_Bebas@ 
yahoogroups. com, iklan-bisnis- spektakuler@ yahoogroups. com, iklan-iklan- 
indonesia@ yahoogroups. com, iklan-i...@yahoogro ups.com, iklan-istimewa@ 
yahoogroups. com, iklan-kecik@ yahoogroups. com, iklan_apa_saja@ yahoogroups. 
com, iklan_baris- iklanumum_ c...@yahoogroups. com, iklan_borongan@ 
yahoogroups. com, IklanGratis@ yahoogroups. com, indo-superiklan@ yahoogroups. 
com, indonesia-online@ yahoogroups. com, Indonesia-Young- Entrepreneurship
 @yahoogroups. com, Indonesia_Bisnis@ yahoogroups. com,
 inti-...@yahoogroup s.com, Jaringan_EO_ han...@yahoogrou ps.com, joincariduit@ 
yahoogroups. com, Manager-Indonesia@ yahoogroups. com, mitra_bisnis@ 
yahoogroups. com, peluangbisnisku@ yahoogroups. com, pingink...@yahoogro 
ups.com, pr-soci...@yahoogro ups.com, promosi-investasi@ yahoogroups. com, 
promosi...@yahoogro ups.com, tiong...@yahoogroup s.com, Tionghoa-Culture@ 
yahoogroups. com, tionghoa-net@ yahoogroups. com, uang_gratis@ yahoogroups. com
Tanggal: Kamis, 2 April, 2009, 8:21 PM









Selamat malam

Kami dari Perkumpulan Kungfu I Sin Wu Yi,
sekarang membuka latihan di 2 tempat :

1. Wu Koan GOR Grogol, Jakarta Barat
    Rabu & Minggu    Pk. 19.30 - Pk. 21.30

2. Wu Koan Jakarta Selatan. Jl. Margasatwa Raya no. 123, Pondok labu, 
cilandak,Jaksel
    Senin & Kamis    Pk. 19.00 - Pk. 21.00

Pendaftaran : Rp. 50.000
Seragam : Rp. 250.000
Iuran bulanan : Rp. 200.000
khusus pelajar dan mahasiswa  : Rp. 150.000
bagi yang tidak mampu, namun niat latihan, ada
 dispensasi. 


Adapun yang dipelajari meliputi :

1. Teknik I Sin Quan
2. Wing Chun (Yong Chun Quan) --> seperti film IP man --> latihan dengan 
manusia kayu
3. Shaolin Selatan
4.
 Chen Thai Chi (Metode lama Jurus lama)
5. Kungfu for Woman
6. Kungfu for Kids

kami juga menyediakan berbagai alat beladiri yang bisa dipesan antara lain :

1. Manusia Kayu (wooden Dummy) versi Wing Chun (seperti film IP Man)
2. Manusia Kayu versi kungfu selatan
3. Sansak untuk beladiri sesuai ukuran yang diminta (3 lapis)
4. Berbagai jenis senjata sesuai pesanan.

contact :

zhang wen che

0812 1090 8198
0857 1026 2108
021  9125 1888
021- 9125 1888

Terima kasih atas perhatiaannya



Kami menyediakan Paket Latihan Kungfu Wingchun --> 4 bulan selesai--> 3 kali 
Seminggu

harga Rp.. 2.500.000,-

paket latihan Chen Thai Chi --> 3 bulan selesai --> 2 kali seminggu

harga Rp. 1.500.000,-




  
 

  


 



   Lebih aman saat online. 
Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk 
Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!
 

  




 

















  

[budaya_tionghua] Selamat mencontreng tanggal 9 April 2009

2009-04-07 Terurut Topik johnsiswanto
Dear Bapak/Ibu milis yang terhormat,
Pemilu sudah dekat...
Ajak teman, tetangga, saudara/famili agar pada tanggal 9 April 2009 datang ke
TPS untuk menjalankan hak konstitusional bapak/ibu
pilih partai/caleg pilihan anda...

Selamat Mencontreng tanggal 9 April 2009.

salam hangat,
Jhon Siswanto




Re: [budaya_tionghua] Re: Lo Ban Teng

2009-04-07 Terurut Topik liang u
Sdr, David Kwa, Sdr. Shuyikto, Sdr. Tantono dan rekan-rekan lain yang saya 
hormati,

Kemarin saya mencoba menambahkan huruf kanji pada kampung halaman Lo Ban Teng 
yang dibahas oleh Pak Tantono. Karena saya melihat Tangwna dan kota Ciobee, 
maka saya langsung mengambil kesimpulan yang tergesa-gesa bahwa Ciobee itu 
sebetulnya Cipbi. Karena saya katakan tak pernah saya dengar nama kota Ciobee. 
Untung  Sdr. David mempunyai huruf hanzinya bahwa Ciobee itu adalah benar , 
dalam ejaan baru adalah Cioqbe. Karena ada huruf Tionghoanya dengan mudah kita 
melakukan search di Google. Ditemukan bahwa di kota Longhai pusat kotanya 
adalah kecamatan Cioqbe ( Mandarin Shima 石码), Kecamatan yang berada di dalam 
kota disebut jiedao 街道, jadi sekarang Shima adalah jiedao bukan kota kecamatan 
zhen 镇 lagi. Mungkin karena Ciioqbe ini berada di kota, maka orang menyebutnya 
kota Cioqbe. Kota Longhai (龙海市)adalah gabungan dua kabupaten yaitu 
Liongkhe/Lioangkhue (Longxi 龙溪) dan Haitheng (Haicheng 海澄). Cioqbe asalnya 
adalah pusat kabupaten
 Liongkhe. Dalam Mandarin dulu adalah Shima Zhen (石码镇),sekarang Shima Jiedao 
石码街道). 
Tolong diperhatikan jiedao bukan jie (jalan). Kalau disibut Shima Jie adalah 
Jalan Shima. 
Keterangan saya tentang Cipbi = Jimei adalah benar, tapi bukan kampung halaman 
Lo Ban Teng. Jarak kedua tempai ini tidak terlalu jauh kurang dari 100 km, tapi 
logat yang dipergunakan lain. Di Jimei atau Cipbi digunakan dialek Hokkian 
logat Xiamen, sedang di Longhai ini adalah dialek Hokkian dengan logat 
Zhangzhou. Sampai sekarang Jimei masih masuk keresidenan Xiamen sedang Longhai 
keresidenan Zhangzhou. 
Ada tiga jenis kota di Tiongkok.
1. 直辖市 zhixiaoshi = kota raya, adalah kota setingkat propinsi,Beijing, 
Shanghai, Chongqing, Tianjin.
2. 地区市 diqushi = kota prefektorat, setingkat keresidenan, contoh;Xiamen, 
Zhangzhou, Quanzhou, Guangzhou, Shenzhen dll.
3. 县级市 xianjishi = kota setingkat kabupaten, contoh: Longhai, Nan'an, Fuqing 
dll. Bila terletak di tengah kota yang lebih besar dinamakan distrik= qu  区

Catatan: Kota kecil = town, biasanya setingkat kecamatan, tak boleh disebut 
kota 市,kalau dipusat kota namanya jiedao 街道。 Oleh karena itulah Cioqbe =Shima 
tak terdapat dalam daftar kota 市。

Terima kasih atas bantuan sdr. Shuyikto, David Kwa dan terima kasih atas 
tulisan sdr Tantono. Maaf atas ketergesa-gesaan, sehingga terjadi kesalahan 
ini. Tapi sekarang menjadi jelas semuanya. 

Liang U 

--- On Tue, 4/7/09, David Kwa  wrote:
From: David Kwa 
Subject: [budaya_tionghua] Re: Lo Ban Teng
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Tuesday, April 7, 2009, 7:53 AM












TS:

“Lo Ban Teng lahir di kampung Tang-Ua-Bee- Kee, kota Cio-bee, propinsi 
Hok-kian, Tiongkok Tengah pada tanggal 1 bulan keenam tahun 2437 (2 Juli 1886, 
DK).�



LU:

Tang Ua Bee Kee, Tang Ua dalam Mandarin
 
Dong'anæ�±å®‰ã€€ï½Žï½�ï½�ï½� kecï½�ï½�ï½�ï½"ï½�n ï½"edï½�ng Beeï¼�Kee nï½�ï½�ï½� kï½�ï½�ï½�ung, ï½"ï½�ï½™ï½� ï½"ï½�k ï½"ï½�hu. Kï½�ï½"ï½� Ciï½� Bee yï½�ng benï½�ï½' ï½�dï½�lï½�h Ciï½�bee ï½�ï½"ï½�u Jiï½�ei 集美,ï½"ekï½�ï½'ï½�ng ï½�ï½…ï½'uï½�ï½�kï½�n ï½"ebuï½�h ï½
„iï½"ï½"ï½'ik ï½"ï½…ï½"ingkï½�ï½" kï½�buï½�ï½�ï½"en di kï½�ï½"ï½� ï½�ï½'efekï½"ï½�ï½'ï½�ï½" Eï½�ui ï½�ï½"ï½�u Xiï½�ï½�en 廈門。

  Kï½�ï½"ï½� Engï½"eng beï½'ï½�dï½� di bï½�giï½�n bï½�ï½'ï½�ï½" dï½�ï½™ï½� ï½�ï½'ï½�ï½�inï½"i Hï½�kkiï½�n (Fujiï½�n ç¦�建)yï½�ng Mï½�ndï½�ï½'innyï½� Yï½�ngding (永定)。



DK:

Maaf Liang U Apeq, owe mau memberi alternatif dari apa yang Apeq sampaikan.



Yang dimaksud dengan Tang-ua (Hok.) apakah bukan Kabupaten Tangwna (Hok.) = 
(Man. Tong’an) �安; Kota Cio-bee (ejaan Indonesia) = Ciohbe 石馬 (Hok.) 
= Shima (Man.)? Sedangkan yang Apeq maksud dengan Jimei 集美 (Man.) apakah 
bukan = Cipbi (Hok.) dan bukan Cipbee? 



Owe sih tidak tahu pasti, sebab belum pernah ke sana dan cuma belajar dari 
buku... Mohon pencerahan dan kamsia.



Kiongchiu,

DK
 

  




 


  
  
Messages in this topic   (11)


  
Reply   (via web post)
  | 

  Start a new topic
   



Messages  







  



  


  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.



.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.



.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.



.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.



  


 

[budaya_tionghua] Lo Ban Teng

2009-04-07 Terurut Topik liang u
Sdr. Shuyikto, 

Terima kasih juga, tolong dibaca jawaban saya untuk sdr. Kwa. Tidak
tertutup kemungkinan saya yang salah, kalau salah minta maaf, hanya
kenapa saya sampai berfikir ke sana, karena saya di sana hampir nyasar,
orang bilang Tangwna (ejaan sekarang), tapi menunjuk ke Jimei, kemudian
setelah diclearkan baru tahu. Untuk saya jelas kacau, maklum dialek
Hokkian saya amburadul, tak bisa membedakan nadanya. Setelah dijawab
pakai Mandarin baru sadar, ada dua tempat yang mirip, sedang mertua
saya sendiri ada di Tong'an 同安. Hampir nyasar, jadi ingat terus. 

Kalau Ciobee yang dimaksud bukan Cipbi jelas saya salah, hanya saya tak
pernah mendengar ada kota Ciobee, saya punya daftar kota dan kabupaten
di propinsi Fujian. Itu juga sebabnya langsung ingat Cipbi= Jimei. Saya
ke sana mencari mertua bukan menelusur Lo Ban Teng, maaf. 

Tentu yang paling baik cari berita dari keluarganya, mudah-mudah masih
tahu atau bongpaynya.  Sehingga kalau ada yang menelusur atau menulis
karangan ilmiah jangan sampai salah.

Sekali lagi terima kasih,

Liang U

--- On Tue, 4/7/09, Shuyikto  wrote:
From: Shuyikto 
Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] Lo Ban Teng
To: lian...@yahoo.com
Date: Tuesday, April 7, 2009, 10:47 AM



 
哦!学习了。
谢谢! 
_/\_
 
 

  - Original Message - 
  From: 
  liang u 
  To: Shuyikto 
  Sent: Tuesday, April 07, 2009 16:26
  Subject: Re: Fw: [budaya_tionghua] Lo Ban 
  Teng
  

  


  
同安adalah kabupaten yang baru dijadikan distrik yang masuk kota 
Xiamen, sedang 东安 adalah sebuah kacamatan di bawah distrik Cipbi / 
Jimei, berdasarkan ini saya menganggap 东安。 Sedang wilayah 同安lebih luas 
dari wilayah Jimei  jadi agak tak mungkin Tong'an masuk Jimei . 
Kecuali penulis salah harusnya bukan di kota Cipbi tapi dekat kota 
Cipbi. 
Dalam dialek Hokkian kedua huruf tang itu bunyinya sama hanya 
nadanya lain, jadi kekeliruan bisa saja terjadi, tapi di mata orang 
sana 
karena nadanya beda akan terdengar jauh berbeda. Mungkin yang paling 
baik, kalau ada bongpaynya. Seperti propinsi Shanxi dan Shaanxi 
bunyinya sama hanya nadanya beda, dalam pinyin sama, karena itu ada 
ketentuan, kalau tak ada tanda nada Shanxi yang ada terra kota itu 
ditulis Shaanxi . Untuk orang sana, tidak perlu nadanya jelas beda. 

Terima kasih atas koreksinya, biar bagaimana untuk yang 
berkepentingan tolong diperhatikan kedua-duanya, jangan sampai salah, 
atau cari data dari bongpaynya atau dari keturunannnya. 
Sekali lagi terima kasih.
Liang U


--- On Tue, 4/7/09, Shuyikto 
 


  

Re: [budaya_tionghua] Re: Lo Ban Teng

2009-04-07 Terurut Topik liang u
Sdr. Kwa, 
  Maaf saya sih pernah ke sana dan  tahu ada kabupaten Tong'an sekarang menjadi 
distrik Tong'an ada kecamantan Dong'an di bawah distrik Jimei. Tapi tak tahu 
tentang asal usul Lo Banteng. Secara spontan saya ingat bukan Ciohbee tapi 
Cipbi, ejaan lama sering mengikuti ejaan Belanda, tapi kalau tidak, bukan Cipbi 
tapi benar Ciobee atau Ciobee  (ee dibaca e), maka jelas saya salah, maaf. 
Hanya saja kenapa saya sepontan ke sana, karena tak pernah mendengar kota 
Ciohbe. Daftar nama kota, dan kabupaten di propinsi Hokkian saya ada semua. 
Itulah sebabnya saya langsung menerka Cipbi = Jimei, kota yang merupakan salah 
satu tempat asal orang Tionghoa Indonesia. Saya tak punya  daftar nama  
kecamatan, tapi waktu ke sana kebetulan tahu ada kecamatan bernama Dong'an di 
wilayah kota Cipbi. Juustru karena bunyinya sama dengan Tong'an dalam dialek 
Hokkian pernah membuat saya bingung waktu di sana, setelah dibunyikan dalam 
Mandarin baru saya sadar ada dua tempat,
 mertua saya ada di Tong'an bukan Dong'an. Nyaris nyasar meskipun tak jauh, 
maklum dialek Hokkian saya amburadul yang lancar hanya Mandarin. Oleh karena 
itu khawatir ada teman yang mengalami nasib sama kalau ke sana, maka segera 
saya menulis email ini. 
    Kalau begitu kita anjurkan saja yang berkepentingan mencari data yang lebih 
akurat dari keluarganya atau bongpaynya. Saya tahu Lo Ban Teng sejak masih di 
SD, tapi tak memperhatiannya , sehingga waktu ke Jimei dan Tong'an tak pernah 
ingat Lo Ban Teng. 
    Sekali lagi terima kasih banyak sdr. Kwa.
Liang U

 

--- On Tue, 4/7/09, David Kwa  wrote:
From: David Kwa 
Subject: [budaya_tionghua] Re: Lo Ban Teng
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Tuesday, April 7, 2009, 7:53 AM












TS:

“Lo Ban Teng lahir di kampung Tang-Ua-Bee- Kee, kota Cio-bee, propinsi 
Hok-kian, Tiongkok Tengah pada tanggal 1 bulan keenam tahun 2437 (2 Juli 1886, 
DK).�



LU:

Tang Ua Bee Kee, Tang Ua dalam Mandarin
 
Dong'anæ�±å®‰ã€€ï½Žï½�ï½�ï½� kecï½�ï½�ï½�ï½"ï½�n ï½"edï½�ng Beeï¼�Kee nï½�ï½�ï½� kï½�ï½�ï½�ung, ï½"ï½�ï½™ï½� ï½"ï½�k ï½"ï½�hu. Kï½�ï½"ï½� Ciï½� Bee yï½�ng benï½�ï½' ï½�dï½�lï½�h Ciï½�bee ï½�ï½"ï½�u Jiï½�ei 集美,ï½"ekï½�ï½'ï½�ng ï½�ï½…ï½'uï½�ï½�kï½�n ï½"ebuï½�h ï½
„iï½"ï½"ï½'ik ï½"ï½…ï½"ingkï½�ï½" kï½�buï½�ï½�ï½"en di kï½�ï½"ï½� ï½�ï½'efekï½"ï½�ï½'ï½�ï½" Eï½�ui ï½�ï½"ï½�u Xiï½�ï½�en 廈門。

  Kï½�ï½"ï½� Engï½"eng beï½'ï½�dï½� di bï½�giï½�n bï½�ï½'ï½�ï½" dï½�ï½™ï½� ï½�ï½'ï½�ï½�inï½"i Hï½�kkiï½�n (Fujiï½�n ç¦�建)yï½�ng Mï½�ndï½�ï½'innyï½� Yï½�ngding (永定)。



DK:

Maaf Liang U Apeq, owe mau memberi alternatif dari apa yang Apeq sampaikan.



Yang dimaksud dengan Tang-ua (Hok.) apakah bukan Kabupaten Tangwna (Hok.) = 
(Man. Tong’an) �安; Kota Cio-bee (ejaan Indonesia) = Ciohbe 石馬 (Hok.) 
= Shima (Man.)? Sedangkan yang Apeq maksud dengan Jimei 集美 (Man.) apakah 
bukan = Cipbi (Hok.) dan bukan Cipbee? 



Owe sih tidak tahu pasti, sebab belum pernah ke sana dan cuma belajar dari 
buku... Mohon pencerahan dan kamsia.



Kiongchiu,

DK