Re: [budaya_tionghua] Re: Zheng He
Agaknya orang dari daratan Tiongkok lebih dulu datang ke benua Amerika dari pada Columbus. Coba pelajari buku berjudul Gods fron the East, by Henriette Mertz, 1975. - Original Message - From: skala selaras To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, January 08, 2007 3:13 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Zheng He Dulu Columbus menemukan Amerika, sekarang giliran China menemukan dunia. Wah! kalau saya menjadi orang Indian, pasti sakit hati. memangnya kami tidak dianggap manusia? sebelum kalian2 datang, benua Amerika ini sudah kami huni. bukannya kosong! Kok kalian berani2nya mengklaim menemukan Amerika? Istilah penemuan benua ini adalah bentuk chauvinis bangsa Barat, semua dilihat dari kacamata mereka, kok sekarang orang Tionghoa mau ikut2an, kejangkitan wabah megalonia ya? ZFy - Original Message - From: Blue Sky dear bung Golden Horde yang baik, nah, penjelasan anda memperkuat argument bahwa Tenglang adalah bangsa pertama yang menemukan dunia. hal ini bukan berarti sentimen sovinis sperti dugaan beberapa teman BT. cukup aneh juga apabila mencoba menguak fakta kemudian dikait-kaitkan dengan sovinisme. kalau memang budaya Tionghoa itu sudah berusia 7000 tahun dan begitu kaya dan tinggi apa salahnya dikatakan seperti itu? tentu saja jauh dari makna sovinis bukan? oke, saya belum sempat untuk tanya-tanya lebih detail dengan mengutip keterangan-keterangan dari buku 1421. kita lanjutkan besok-besok ya bung trims, Kenken Recent Activity a.. 18New Members Visit Your Group SPONSORED LINKS a.. Indonesian languages b.. Dan c.. Indonesian d.. Indonesian language course e.. Indonesian language learn Yahoo! Mail Next gen email? Try the all-new Yahoo! Mail Beta. Y! Messenger Instant hello Chat over IM with group members. Y! GeoCities Be Vocal Publish your opi- nions with a blog. . [Non-text portions of this message have been removed] -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.410 / Virus Database: 268.16.7/619 - Release Date: 1/7/2007 [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Christmas comes to Beijing, Shanghai
http://news.xinhuanet.com/english/2006-12/25/content_5527710.htm www.chinaview.cn 2006-12-25 08:40:13 Christmas comes to Beijing, Shanghai A choir sings during Christmas Eve celebrations at the Shanghai Community Church on the city's Hengshan Road. (Photo: Chinadaily) Photo Gallery BEIJING, Dec. 25 -- The queues snaking around elaborately-festooned department stores, packed restaurants and endless loops of cheery music could only mean one thing: Christmas had come to Beijing. No one could escape the arrival of what has arguably become one of the most popular Western imports. And while the holiday means something different to everyone, from the most pious church-goer to the keenest rationalist and all points in between, there is no doubting how tightly Christmas has taken hold of people's imaginations around the world. Love it or not, it seems like Christmas is here to stay. For some of the religious, Christmas Eve festivities began in Beijing yesterday with a morning service at the main auditorium of the 21st Century Hotel, where about 200 expatriates gathered to sing carols and pray together. Christmas Eve is my favourite time of year, said Stephannie Tebow, co-ordinator for the Beijing International Christian Fellowship. It is not so much a festival, but a celebration of hope. (The ceremony) was moving and emotional, said Tebow, an Illinois native who teaches performing arts at an international school in Beijing. People go to church like a family. Tebow played piano and sang a duet of O Holy Night during the service, which ran from 9:30 am to 11 am. It was a special time for us to think about hope and the gifts that God gives us. And how I give back to the world and others, Tebow said. Of course, the secular images associated with the holiday are also in evidence. For young Chinese, these are perhaps the most exciting part of the holiday season. The Christmas atmosphere is everywhere, said Zhou Zifu, a college student. Young people are excited about it. My roommates decorated our dormitory with various Santas, red socks and gold-coloured bells. The school also put an artificial tree in the hall of our dorm building. He added that the traditional festivities associated with the Spring Festival seemed simple compared with the elaborate effort that goes into celebrating Christmas. During Spring Festival, we eat and do the same things every year. Firecrackers are not even allowed in many cities, but Christmas offers something new. When it comes to leisure activities and entertainment, few people are willing to split hairs about whether the practice is from the East or West. Either way, Christmas spirit seems to be doing wonders for local businesses. At a cinema on the North Third Ring Road, ticket prices were almost double, and most shows were nearly sold out by the afternoon. It took 20 minutes and double the normal price of a ticket for Song Bin to get a seat for Curse of the Golden Flower. I was almost crushed by the crowd, said Song, 26, who had bought the tickets 4 hours earlier. If I had come a half hour later, there would have been no tickets left. It was crowded because today is a festival day and also a weekend, said Kang Yue, 25, an accountant, who had also bought tickets hours earlier to watch films with her brother and friends. To me, Christmas doesn't mean religion or Western culture. It is an opportunity to relax and meet friends, said Kang. It is true that more and more Chinese people admire Western culture. But for me nothing tops the Spring Festival. It is a time for us to meet with our families. Shanghai, one of the first Chinese cities to embrace Western culture, has a long history of celebrating Christmas. It seems like some of the old fashions are coming back, said Camille Lok, a Canadian Chinese and a retired English-language editor. Lok, in his 80s, graduated from St John's University in Shanghai and emigrated to Canada in the late 1980s. He returned to Shanghai in 1996 and has stayed in the city ever since. In my university days, we also had Christmas parties at my home or in my classmates' homes, just like young people are doing now, he said. Lok said he had invited some colleagues to his home for afternoon tea and a Christmas dinner. I will play Bing Crosby's CD of 'White Christmas' and some other golden oldies, and I will ask people to dance, whether they are young or old, he added. Li Huan, a music critic, said he was planning to throw a party at his apartment. I will be playing the Glen Miller Orchestra's Christmas Collections for my six guests,
[budaya_tionghua] Islam di Taiwan dan TKI
refleksi: Apakah pembangunan mesjid di Taiwan perlu mendapat izin kementrian agama dan organisasi-organisasi Kongfuchu Taiwan, seperti halnya dengan pembangunan gereja di Indonesia harus didapat persetujuan Depag dan penduduk di sekitar serta organisasi FPI, MMI, etc? REPUBLIKA Kamis, 16 Nopember 2006 Islam di Taiwan dan TKI Oleh : Azyumardi Azra Migrasi orang-orang dari satu wilayah ke wilayah lain hampir selalu menjadi salah satu faktor penting dalam penyebaran agama, khususnya Islam. Migrasi memang bukan sekadar perpindahan orang, tetapi juga tradisi sosial-budaya dan agama yang mereka pegang dan hidupi. Dan perkembangan Islam di Taiwan dalam kaitan dengan migrasi amat menarik. Gejala ini saya lihat ketika beberapa hari setelah Idul Fitri 1427 lalu menghadiri Festival Hari Raya Puasa Masyarakat Indonesia di Daan Park Taipei, Taiwan. ''Masyarakat Indonesia'' dalam acara ini tidak lain hampir 100 persen adalah tenaga kerja Indonesia (TKI), yang datang dari Taipei, dan kota-kota lain seperti Kaohsiung dan Longgang. Menurut perkiraan Salahudding Ma Chao-yeng, pengurus Grand Mosque Taipei, sekitar 20 ribu TKI hadir dalam festival tersebut, yang diisi ceramah agama empat anggota delegasi dari Indonesia. Atas undangan Asia Foundation in Taiwan (AFIT), saya (dalam kedudukan sebagai rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) bersama Dr Endang Turmudi (NU), Dr Anisah Basleman (al-Irsyad) dan Surya Madya (Yayasan Haji Karim Oei), mendapat kesempatan sangat baik berjumpa, memberi ceramah agama, dan berdialog tidak hanya dengan para TKI, tetapi juga dengan para pemimpin dan tokoh Muslim Taiwan, termasuk imam dan khatib yang asli Cina. Sejarah Islam di Taiwan terkait banyak dengan gejolak pertarungan pemerintahan Kuomintang pimpinan Chiang Kai Sek (CKS) dengan Komunis Cina yang berakhir dengan kekalahan CKS, yang membuatnya hijrah ke Taiwan pada 1949 dan mendirikan pemerintahan Republic of China, yang lebih dikenal sebagai Taiwan. Bersama CKS sekitar 1,3 juta orang berpindah dari mainland Cina ke Taiwan, termasuk di antaranya sekitar 20 ribu Muslimin. Mereka ini kemudian mendirikan dua organisasi The Chinese Muslim Association dan Chinese Muslim Youth League. Bisa dibayangkan kesulitan kaum Muslimin Cina Taiwan pada masa-masa awal ini; kontak dan hubungan mereka dengan kaum Muslimin di Cina mainland terputus, dan mereka hidup di lingkungan sosial budaya yang dalam banyak hal tidak kompatibel dengan ajaran dan nilai Islam. Meski begitu, kaum Muslimin Cina akhirnya pada 1960-an berhasil membangun Grand Mosque Taipei dan Masjid Longgang. Kedua masjid yang berarsitektur Timur Tengah ini tidak hanya menjadi pusat keagamaan dan sosial budaya kaum Muslimin Cina, tetapi juga merupakan landmark kehadiran Islam di Pulau Taiwan yang kini berpenduduk sekitar 23 juta jiwa. Kini terdapat enam masjid di berbagai kota di seluruh Taiwan dengan populasi kaum Muslimin sekitar 50 ribu orang. Kehadiran TKI yang umumnya Muslim segera terlihat dalam institusi Islam Taiwan; dari segi jumlah saja, diperkirakan kini terdapat antara 60 ribu sampai 70 ribu orang, dan sebagian besar mereka bisa dipastikan beragama Islam. Di kedua masjid tersebut, Masjid Agung Taipei dan Masjid Longgang, misalnya tanda-tanda dan petunjuk masjid tidak hanya dalam bahasa Mandarin, tapi juga dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Di Masjid Agung Taipei, panggilan azan dengan nada yang indah sering dilantunkan TKI. Bahkan, di Masjid Longgang, para TKI Muslim mendapat ruang khusus dari pengurus masjid untuk menyelenggarakan kegiatan pengajian dan majelis taklim. Para TKI Muslim, menurut para pengurus masjid di Taipei dan di Longgang, telah menambah semarak Islam di Taiwan. Tidak jarang mereka terkesan dengan sikap keislaman kalangan TKI; tetapi sering pula mereka khawatir bahwa para TKI Muslim akan terkikis keimanan dan keislaman mereka dalam lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi Taiwan yang pada dasarnya sangat permisif. Para TKI bukan tidak menyadari kekhawatiran tersebut. Karena itu, mereka membentuk kelompok-kelompok pengajian. Bahkan, berusaha mendatangkan dai dari Tanah Air. Cuma sayang, biayanya sangat mahal. Mereka bercerita pernah mendatangkan dai dari Jakarta yang membawa rombongan tujuh orang yang menghabiskan dana urunan dari upah mereka yang pas-pasan sekitar Rp 200 juta untuk tiket, akomodasi, dan honor. Padahal, kalau dai datang satu atau dua orang saja, dana yang dikeluarkan paling banter sepersepuluhnya saja. Ternyata dai kita kian mahal saja. Sejak mau berangkat ke Taiwan, para TKI memang telah menghadapi tantangan berat. Menurut penuturan mereka, PJTKI yang mengirim mereka, misalnya, tidak mengizinkan membawa peralatan shalat. Alasannya, para majikan mereka tidak ''berkenan'' dengan orang yang terbungkus kain putih. Karena itu, dalam dialog pengajian dengan TKI di Masjid Agung Taipei, Ustadzah Anisah dan Ustadz Surya Madya menyarankan kepada para TKW untuk memakai mukena yang
[budaya_tionghua] SBKRI
Netters yang budiman, Mengenai SBKRI, ada yang bilang memang tidak lagi perlu, tetapi ada permintaan macam-mcam surat lain lagi Jadi peraturannya berbeda dengan di negei-negeri industri maju yang hanya diminta kartu penduduk. Untuk jelasnya saya kemukakan mail dari sdr Eddy: - Original Message - From: Tanribra Gandranata EDDY [EMAIL PROTECTED] To: proletar@yahoogroups.com Sent: Sunday, November 05, 2006 2:26 PM Subject: Re: [proletar] Paspor Tidak Perlu SBKRI Lagi Teman saya, baru saja membuat pasport, dan memang tidak dimintai lagi SBKRI, mereka hanya meminta ; 1. Surat lahir orang Tua, 2 Surat kawin orang tua 3. Kartu Keluarga ybs kalau sudah pisah dg ortu. 4.KTP ybs 5.Akte Lahir dan dilengkapi izajah sekolah terutama yang terakhir dari ybs. 6.Bagi pegawai/karyawan dimintai surat keterangan dari kantor, apa tujuan ke LN 7. Sejumlah uang, mau normal, kilat atau kilat khusus. 8. Sebaiknya pakai pakaian : Jas untuk foto. 9. Fotokopi yang sebaiknya sudah dilegalisasi. 10. Sebaiknya tanyakan lagi syarat2 lengkapnya, sebab sudah datang jauh2, antri panjang, tapi gara2 kurang lengkap harus pulang lagi antri lagi berjam-jam, kasihan BUang2 waktu, dan menyimpan kesal dan jengkel. Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote: http://www.equator-news.com/berita/index.asp?Berita=Utamaid=55725 Jumat, 3 November 2006 Paspor Tidak Perlu SBKRI Lagi Pencantuman Konghucu Sah . [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Paspor Tidak Perlu SBKRI Lagi
http://www.equator-news.com/berita/index.asp?Berita=Utamaid=55725 Jumat, 3 November 2006 Paspor Tidak Perlu SBKRI Lagi Pencantuman Konghucu Sah Oleh: Hamka Saptono dan Budi Yoyok,- Pontianak, -Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI) tidak lagi menjadi alangan bagi warga Tionghoa yang berdomisili di Indonesia untuk mendapatkan paspor. Jaminan itu tertuang dalam UU No 12 Tahun 2006 dan Kantor Imigrasi Pontianak berjanji mengawalnya. UU No 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI menjamin, warga keturunan Tionghoa yang berdomisili di Indonesia berhak mendapatkan paspor tanpa harus melampirkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SKBKRI). Kasi Lantaskim Imigrasi Kalbar, Drs Bintardjo, B,MH juga menjamin persyaratan tersebut bagi warga Tionghoa penduduk Kalimantan Barat. Untuk anak hasil perkawinan silang yang berumur di bawah 17 tahun sudah bisa diberikan paspor, terang Bintardjo, ditemui Equator di ruang kerjanya, Kamis (2/11) kemarin. Penegasan itu dikemukakannya sesuai dengan peraturan baru tentang kewarganegaraan. Pihak Imigrasi Kalbar sudah tidak lagi memberlakukan ketentuan melampirkan SBKRI seperti dahulu lagi bagi pemohon paspor dari warga negara keturunan, tambahnya. Pemberlakuan tersebut terang Bintardjo sesuai dengan keputusan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Ditegaskan, persyaratan permohonan paspor tidak lagi diskriminatif, dalam arti semua warga negara RI diperlakukan sama. Kita perlu pertanyakan apakah warga keturunan tersebut benar-benar masuk dalam status warga Indonesia atau bukan. Masalahnya, warga Tionghoa atau keturunan bukan hanya di Indonesia saja, tetapi di negara lain juga ada, kata Bintardjo. Ketika ditanya mengenai lonjakan permintaan pembuatan paspor selepas Lebaran, Bintardjo menuturkan, untuk beberapa minggu ini belum ada kenaikan yang signifikan. Usai Lebaran masih standarlah yang membuat paspor seperti hari biasa, jelas Bintardjo. Mengenai pemohon yang kerap ditolak untuk pembuatan paspor, Kantor Imigrasi berpatokan pada peraturan sesuai dengan perintah yang diberikan Direktorat Jenderal No F-I2-0310-801 tentang pelayanan Paspor RI. Sekarang kita sudah mempunyai dasar hukumnya dalam penolakan pembuatan paspor, katanya. Penolakan tersebut dilakukan karena pihak Imigrasi melihat pemohon membuat paspor ada indikasi yang bersangkutan hendak bekerja di luar negeri. Tes wawancaralah yang menentukan dan kita dapat mengetahui benar tidaknya alasan mereka memohon untuk mendapatkan paspor, kata Bintardjo. Terhitung September 2006, penolakan pembuatan paspor ada sekitar 75 buku permohonan dan hal itu mengalami kenaikan. Mengingat untuk bulan Agustus saja sebanyak 26 orang yang ditolak mengajukan pembuatan paspor. Meskipun demikian pihak Imigrasi juga memberikan pengecualian, jika pemohon bisa melengkapi data-datanya lebih lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan alasan untuk kepemilikan passport tersebut maka tidak ada halangan bagi mereka untuk memilikinya. Ini juga akan kita berlakukan kepada warga Tionghoa sebagaimana kita berlakukan kepada warga negara Indonesia lainnya, jelas Bintardjo lagi. Kedua DPRD Kalbar, Zulfadhli mengatakan, dari dahulu pihaknya sudah melakukan pengawasan atas perilaku diskriminasi yang dilakukan oleh pejabat terhadap warga Tionghoa maupun pemeluk Konghucu. Hal tersebut pernah ditangani oleh DPRD di Kantor Imigrasi ketika mengurusi masalah paspor. Kita selalu mengawasi itu. Apalagi kepercayaan Konghucu telah diakui sebagai agama resmi di Indonesia, DPRD akan lebih tegas lagi memonitor perilaku aparatur pemerintahan terhadap mereka, kata Zulfadhli. Apabila ditemukan adanya pelayanan yang tidak baik dalam pembuatan identitas atau hak mereka sebagai warga negara Indonesia, akan dilakukan tindakan tegas kepada instansi bersangkutan. Menurutnya, instansi atau pejabat yang melakukan diskriminasi akan diberikan tindakan dalam bentuk proses hukum dan pasti ada sanksinya berdasarkan undang-undang yang berlaku. Kita tidak main-main dalam masalah ini untuk memberikan tindakan kepada pejabat yang melakukan diskriminasi. Ini dilakukan karena warga Tionghoa atau Konghucu juga memiliki hak yang sama seperti warga negara lainnya semenjak kepercayaannya diakui di Indonesia, ungkap Zulfadli. (* [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED]
[budaya_tionghua] Konghucu Kalbar Diprediksi 80 Persen
http://www.equator-news.com/berita/index.asp?Berita=Utamaid=55726 Jumat, 3 November 2006 Konghucu Kalbar Diprediksi 80 Persen Depag Perlu Bimas Konghucu Oleh: Ramdan ,- Pontianak, -Jumlah warga Tionghoa Kalbar diperkirakan sebanyak 20 persen. Sebanyak 80 persen dari angka itu diyakini pemeluk agama Konghucu. Seiring terbitnya Surat Keputusan Menteri Agama No.MA/12/2006 tanggal 24 Januari 2006 bahwa agama-agama yang dipeluk di Indonesia adalah Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan Konghucu menjadi tugas pemerintah untuk mensosialisasikannya. Demikian ditegaskan Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa (PSMTI) Kota Singkawang, A Kenny Kumala, kepada Equator Kamis (2/11). Langkah utama setelah terbit surat edaran itu, pemerintah berkewajiban untuk mensosialisasikannya. Terutama di Depag, penting dibentuk bidang bimbingan masyarakat agama Konghucu. Sehingga sosialisasi itu berjalan kontinu, paparnya. Tak hanya itu, termasuk kewajiban pemerintah memberlakukan pencantuman Konghucu dalam setiap administrasi kependudukan. Hal ini sudah jelas berdasarkan Surat Edaran Mendagri kepada seluruh kepala daerah, No.470/336/SJ tertanggal 24 Februari 2006. Perintah Mendagri ini diberlakukan secara serentak mulai 1 April 2006. Sebagai informasi, guna lebih memperkuat legalitas Konghucu dalam sistem administrasi kependudukan, Mendagri tengah membahas RUU tentang Administrasi Kependudukan bersama DPR. Pembahasan sudah memasuki tahap sinkronisasi yang diupayakan dalam waktu dekat akan disahkan. RUU itu memuat sejumlah sanksi kepada pejabat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil yang bertindak diskriminasi. Sanksi bersifat administrasi dan pidana, diatur dalam PP No.30/1980 tentang Disiplin PNS. Semuanya sudah jelas menjadi landasan hukum sebagai acuan bagi para pejabat instansi. Dalam sosialisasi ini paling penting bagi instansi-instansi rawan seperti Catatan Sipil, Imigrasi, kecamatan hingga kelurahan, paparnya. Selain pemerintah, Penasihat Pusat Forum Komunikasi Etnis Tionghoa ini mengingatkan, sosialisasi juga menjadi tugas kalangan mereka. Termasuk PSMTI yang mesti secara gencar memberitakan kabar gembira ini bagi kalangan Tionghoa. Di tingkat pemerintah khususnya Depag agak sulit. Apalagi Bimas Konghucu belum terbentuk, sedangkan itu adalah ujung tombak, timpalnya. Menurut Komisi D DPRD Kalbar yang salah satunya membidangi aspek agama ini menekankan, sosialisasi perlu waktu setengah hingga setahun. Tugas pemerintah membentuk tim sosialisasi itu hingga tingkat paling bawah. Paling bertanggung jawab adalah pemerintah daerah, provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan hingga RT, tandasnya. Depag juga diingatkan agar waktunya membuka peluang penerimaan PNS dengan menambah jumlah penganut agama Konghucu. Sehingga terjadi penyisihan antara agama Budha dan Konghucu nantinya. Selama ini, kedekatan bagi orang Tionghoa, kalau tidak menganut agama Budha mereka memeluk agama Kristen. Hanya masalahnya, penganut Tri Dharma kurang memberi peluang kepada Konghucu, kekhawatiran penganutnya berkurang. Ini yang menjadi persoalan, timpalnya. Untuk memilah penganut agama Budha dan Konghucu, bisa melihat akar budaya masing-masing. Selain tata cara makanan juga ritual keagamaan yang dilangsungkan. Misalnya Budha berasal dari Tibet, sembahyang mereka dikenal istilah Pai Fud yang tidak memakan daging-dagingan alias vegetarian. Sedangkan Konghucu berasal dari Tiongkok yang di dunia dikenal dengan sebutan Confusian. Sembahyangnya dikenal istilah Pai Sin. Boleh makan daging-dagingan. Jadi, angka pasti penganut Konghucu di Kalbar maupun di Indonesia dapat ditelusuri, jelasnya [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Mengapa Cina mampu eksis dalam dunia internasional ?
Jelas mempengaruhi, sampai-sampai Nabi Muhammad yang suci murni bagi kaum Muslimin pun katanya dalam hadits mengatakan : menuntutlah ilmu sampai ke tanah Cina. - Original Message - From: yadhie [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, October 31, 2006 4:07 PM Subject: [budaya_tionghua] Mengapa Cina mampu eksis dalam dunia internasional ? Cina merupakan negara yang memiliki peradaban tinggi dan mempengaruhi banyak negara di kawasan Asia. Mengapa Cina mampu eksis dalam dunia internasional ? Apakah peradaban Cina yang tinggi memiliki pengaruh dalam eksistensi Cina di dunia internasional ? .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.409 / Virus Database: 268.13.18/506 - Release Date: 10/30/2006 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Re: sejarah papua
Netters yang budiman, Pertama-tama banyak terimakasih atas jawaban Anda dan juga telah meneruskan mail Anda ke mailing list Budaya. Khusus bagi yang belajar sejarah atau mempunyai kesempatan membaca dokumen Tiongkok zaman bahula sebelum kolonisasi dibawah kekuasaan Europa, mungkin pernah menemuka catatan mengenai Papua jadi barangkali tahu. Bila demikian halnya saya mohon saya diberikan sudi informasi tentang nama pulau Papua dalam bahasa Tionghoa, dokumen siapa dan kira-kira tahun berapa dokumen itu ditulis.Saya menanyakan ini karena kalau tidak keliru apa yang pernah saya baca ialah bahwa waktu pelayaran orang portugis di daerah Maluku pada abad ke XV mereka menjumpai adanya kapal-kapal Tiongkok yang berlayar di perairan tsb. jadi mungkin saja mereka juga pernah sampai ke Papua dan membuat catatan. Pada umumnya selama ini sejarah tentang Indonesia yang diperlajari berdasarkan sumber-sumber dari Europa, tetapi jarang atau tidak ada samasekali dari sumber-sumber Tiongkok, pada hubungan sudah berabad-abad sebelum kolonisasi Europa berkuasa. Atas perhatian dan bantuan netters diucapkan banyak terimakasih sebelumnya. - Original Message - From: ChanCT [EMAIL PROTECTED] To: Budaya_Tionghoa budaya_tionghua@yahoogroups.com; Ambon [EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, October 29, 2006 4:32 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: sejarah papua Bung Ambon yb, Terus terang saja, saya sih tidak banyak mengenal sejarah apalagi kalau sudah ditanyai sehubungan dengan bahasa Tionghoa-nya. Sungguh maaf. Mungkin ada kawan-kawan dari Budaya-Tionghoa yang bisa membantu? Yang banyak mengetahui sejarah budaya Tionghoa tentu akan lebih mudah memberikan penjelasan apa yang bung inginkan itu. Salam, ChanCT - Original Message - From: Ambon To: chan Sent: Saturday, 28 October, 2006 23:13 Subject: sejarah papua Bung Chan yth, Saya mau tanya apakah bung tahu atau punya kenalan yang berkecimpun dalam bidang sejarah khususnya dalam catatan sejarah di Tiongkok tentang period pre colonisation Asia, ialah apakah ada catatan tentang Pulau Papua? Kalau ada apakah bisa disebutkan sumbernya, apakah nama Papua dalam bahasa Tionghoa atau salah satu dialek, dan apa nama pulau tsb dan apa saja disebutkan dokumen atau buku tsb.. Atas perhatian dan bantuan saya ucapkan banyak terimakasih sebelemnya, Salam dan hormat, [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.17/505 - Release Date: 10/27/2006 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Re: sejarah papua
Sdr Tong, Terimakasih, mudah-mudahan nanti ada info. Bnyak hormat, - Original Message - From: perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, October 30, 2006 3:59 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: sejarah papua Sdr.Ambon, saya pernah membaca suatu literatur mengenai duta kerajaan Sriwijaya di Tiongkok pada masa dinasti Song. Sayangnya literatur itu lenyap ketika saya pindah rumah. Permasalahannya mungkin banyak para pedagang yang berlayar hingga ke Papua tapi tidak dicatat dalam catatan sejarah resmi kerajaan. Untuk itu diperlukan literatur atau cerita atau catatan yang beredar di masyarakat. Jika saya sempat, akan saya buka kembali semua literatur sejarah Tiongkok yang saya miliki. Mungkin untuk itu harus ditrace hingga masa dinasti Tang akhir. Hormat saya, Xuan Tong --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote: Netters yang budiman, Pertama-tama banyak terimakasih atas jawaban Anda dan juga telah meneruskan mail Anda ke mailing list Budaya. Khusus bagi yang belajar sejarah atau mempunyai kesempatan membaca dokumen Tiongkok zaman bahula sebelum kolonisasi dibawah kekuasaan Europa, mungkin pernah menemuka catatan mengenai Papua jadi barangkali tahu. Bila demikian halnya saya mohon saya diberikan sudi informasi tentang nama pulau Papua dalam bahasa Tionghoa, dokumen siapa dan kira-kira tahun berapa dokumen itu ditulis.Saya menanyakan ini karena kalau tidak keliru apa yang pernah saya baca ialah bahwa waktu pelayaran orang portugis di daerah Maluku pada abad ke XV mereka menjumpai adanya kapal-kapal Tiongkok yang berlayar di perairan tsb. jadi mungkin saja mereka juga pernah sampai ke Papua dan membuat catatan. Pada umumnya selama ini sejarah tentang Indonesia yang diperlajari berdasarkan sumber-sumber dari Europa, tetapi jarang atau tidak ada samasekali dari sumber-sumber Tiongkok, pada hubungan sudah berabad-abad sebelum kolonisasi Europa berkuasa. Atas perhatian dan bantuan netters diucapkan banyak terimakasih sebelumnya. - Original Message - From: ChanCT [EMAIL PROTECTED] To: Budaya_Tionghoa budaya_tionghua@yahoogroups.com; Ambon [EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, October 29, 2006 4:32 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: sejarah papua Bung Ambon yb, Terus terang saja, saya sih tidak banyak mengenal sejarah apalagi kalau sudah ditanyai sehubungan dengan bahasa Tionghoa-nya. Sungguh maaf. Mungkin ada kawan-kawan dari Budaya-Tionghoa yang bisa membantu? Yang banyak mengetahui sejarah budaya Tionghoa tentu akan lebih mudah memberikan penjelasan apa yang bung inginkan itu. Salam, ChanCT - Original Message - From: Ambon To: chan Sent: Saturday, 28 October, 2006 23:13 Subject: sejarah papua Bung Chan yth, Saya mau tanya apakah bung tahu atau punya kenalan yang berkecimpun dalam bidang sejarah khususnya dalam catatan sejarah di Tiongkok tentang period pre colonisation Asia, ialah apakah ada catatan tentang Pulau Papua? Kalau ada apakah bisa disebutkan sumbernya, apakah nama Papua dalam bahasa Tionghoa atau salah satu dialek, dan apa nama pulau tsb dan apa saja disebutkan dokumen atau buku tsb.. Atas perhatian dan bantuan saya ucapkan banyak terimakasih sebelemnya, Salam dan hormat, [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.17/505 - Release Date: 10/27/2006 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.17/505 - Release Date: 10/27/2006 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED
Re: [budaya_tionghua] Hasil penelitian: Pria mengalami ketidakpuasan raga juga seperti pada wanita.
Body image has its language, so pay attention to your body.. - Original Message - From: abdi christ [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Saturday, October 28, 2006 11:45 PM Subject: [budaya_tionghua] Hasil penelitian: Pria mengalami ketidakpuasan raga juga seperti pada wanita. Kebetulan saya menyelesaikan thesis S1 saya di fakultas psikologi dengan mengangkat tema citra raga (body image) dalam konteks masyarakat Indonesia. Seperti yang kita ketahui citra raga seseorang (pandangan seseorang terhadap konsep raganya) dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti : iklan, pergaulan sosial budaya, dan nilai2 yang berkembang dalam masyarakat. Seringkali penelitian2 mengenai konsep raga ideal, dipakai sebagai capture dari suatu gambaran kondisi perubahan sosial dan nilai2 yang terjadi dalam masyarakat terkini. Di Amerika sendiri survey mengenai konsep raga yang ideal yang dilakukan oleh David Garner telah melalui sekian periode, dimulai dari tahun 1930-an, 1950-an, 1970-an, 1990-an hingga menjelang abad ke 21. Dari setiap survei di berbagai dekade tersebut, terpotret pandangan2 sosial tentang tubuh yang ideal yang semakin menunjukkan perubahan yang signifikan: khususnya pada wanita, wanita saat ini semakin menginginkan bentuk tubuh yang ramping! Saya membuat penelitian itu, untuk mendapatkan gambaran tentang citra raga dalam kontek masyarakat Asia lainnya, yang masih sedikit diteliti, yakni Indonesia. Hasil penelitian cukup berbeda dengan yang selama ini kita kira dalam penelitian2 luar. Penelitian2 di luar memberikan kecenderungan bahwa ketidakpuasan raga cenderung terjadi secara signifikan hanya pada wanita. Tetapi penelitian saya membuktikan bahwa pria sama tidak puasnya dengan raga mereka sama seperti wanita. Kemungkinan, kecenderungan sosial yang terjadi didalam masyarakat kita saat ini tidak terlalu bersifat gender. Tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara ketidakpuasan raga menurut jenis kelamin. Berbeda dengan hasil2 penelitian yang dibuat di luar negri, dimana nilai konsep raga ideal sangat sarat dengan nuansa genderial. Menurut saya, hal ini terjadi karena nilai2 mengenai bentuk raga yang ideal dalam budaya kita masih tidak se'sadis' nilai2 tentang raga yang ideal yang ada dalam budaya Barat. Meski begitu, penelitian saya tentu tidak lepas dari permasalahan metodologis, konsep teori dan standar ukur yang dipakai. Mungkin juga terlalu dini untuk menarik kesimpulan dari sekian kecil sampel yang diambil. Namun, setidaknya penelitian ini telah mendapatkan sedikit gambaran. Disatu sisi, sampel penelitian saya juga cukup heterogen secara etnisitas. Sampel penelitian saya mencakup etnis-etnis yang cukup banyak di Indonesia, seperti : etnis Jawa, Papua, Ambon, Sunda, Tionghoa, Batak, dan Toraja. Salam Abdi Christ .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.17/505 - Release Date: 10/27/2006 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate
Sate Thailand itu dagingnya ditaruh bumbu kunyit baru dipanggang dan bentuknya bukan seperti di Indonesia, tetapi plat. Bumbunya juga kacang tanahtetapi agak berbeda mungikn dengan sate Indonesia. - Original Message - From: PK Lim [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, October 20, 2006 4:11 AM Subject: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate Temen2 yth, Saya sedang berkunjung ke LA, USA. Tadi sore di radio terdengar advertensi super market yang menyebut kan sate, asalnya dari Thailand. Mungkin ada temen2 yang punya informasi mengenai sate. Begini, banyak kebudayaan makan yang punya kemiripan dengan sate (satay) yang kita kenal. Di Singapore atau Hongkong juga dikenal hidangan satay yang mungkin bumbunya agak berbeda dengan sate yang kita kenal. Di dalam bahasa Tionghoa, di sebut Sa Tie. Saya kira itu hanya merupakan terjemahan suara. Tapi yang menarik, hidangan masakan Tio Chiu, ada yang menggunakan sauce Sa Teh, yang mana mirip dengan bumbu sate kita, spicy. Tapi penggunaan kata Tionghoa nya agak beda. Menurut orang Tio Chiu, itu hidangan khas mereka. Mungkin ada diantara temen2 yang menekuni bidang per-sate-an dan mau berbagi informasi. Ma kasih sebelumnya. Salam, PK Lim __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.7/488 - Release Date: 10/19/2006 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate
Tamabahan infomrasi mengenai sate: Sate di Jepang ada dua macam yaitu Yakiniku [sate dagin babi] dan Yakitori [sate ayam], bumbu sauce terutama adalah soya sauce [kecap] Jepang seperti Kikoman. Di negeri-negeri Timur Tengah, termasuk Turki ada juga sate namaya shsishikebab, daging ditaruh bumbu lalu ditusuk, tetapi tidak pakai bambu, tetapi besi, lalu dipanggang. Tidak ada saucenya, dimakan dengan nasi atau roti. Di Iran selain sate demikianl itu ada juga yang dagingnya dicintang halus lalu digumpalan sekelling besi tusukan, lalu dipanggang. Tidak ada sauce, tetapi disajikan dengan tomat yang dipanggang. Dimakan dengan nasi atau roti. Nasi Iran beda dengan nasi di Indonesia, mereka taruh safran jadi agak kuning warnanya [seperti nasi kunyit] dan sedikit mentega Sauce untuk sate model ini tidak ada selain tomate yang dibakar.. - Original Message - From: PK Lim [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, October 20, 2006 4:11 AM Subject: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate Temen2 yth, Saya sedang berkunjung ke LA, USA. Tadi sore di radio terdengar advertensi super market yang menyebut kan sate, asalnya dari Thailand. Mungkin ada temen2 yang punya informasi mengenai sate. Begini, banyak kebudayaan makan yang punya kemiripan dengan sate (satay) yang kita kenal. Di Singapore atau Hongkong juga dikenal hidangan satay yang mungkin bumbunya agak berbeda dengan sate yang kita kenal. Di dalam bahasa Tionghoa, di sebut Sa Tie. Saya kira itu hanya merupakan terjemahan suara. Tapi yang menarik, hidangan masakan Tio Chiu, ada yang menggunakan sauce Sa Teh, yang mana mirip dengan bumbu sate kita, spicy. Tapi penggunaan kata Tionghoa nya agak beda. Menurut orang Tio Chiu, itu hidangan khas mereka. Mungkin ada diantara temen2 yang menekuni bidang per-sate-an dan mau berbagi informasi. Ma kasih sebelumnya. Salam, PK Lim __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.7/488 - Release Date: 10/19/2006 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate
Dictionary Information: Definition Sate Thesaurus: Satisfaction Description and Meaning: Satisfaction Sate (Sate) (?), v. t. [imp. p. p. Sated; p. pr. vb. n. Sating.] [Probably shortened fr. satiate: cf. L. satus full. See Satiate.] To satisfy the desire or appetite of; to satiate; to glut; to surfeit. Crowds of wanderers sated with the business and pleasure of great cities. Macaulay. -- Sate (Sate) (?), imp. of Sit. But sate an equal guest at every board. Lowell. - Original Message - From: Narpati Pradana [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, October 20, 2006 12:42 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate Ah iya.. Benar.. di Iran ada seperti itu. Aku pernah mencobanya di restoran Persia saat berada di Brisbane. Maka hal yang dipertanyakan menjadi dua yaitu, 1. jenis makanan yang kita sebut sebagai sate itu, dan 2. asal-usul nama sate On 10/20/06, Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote: Tamabahan infomrasi mengenai sate: Sate di Jepang ada dua macam yaitu Yakiniku [sate dagin babi] dan Yakitori [sate ayam], bumbu sauce terutama adalah soya sauce [kecap] Jepang seperti Kikoman. Di negeri-negeri Timur Tengah, termasuk Turki ada juga sate namaya shsishikebab, daging ditaruh bumbu lalu ditusuk, tetapi tidak pakai bambu, tetapi besi, lalu dipanggang. Tidak ada saucenya, dimakan dengan nasi atau roti. Di Iran selain sate demikianl itu ada juga yang dagingnya dicintang halus lalu digumpalan sekelling besi tusukan, lalu dipanggang. Tidak ada sauce, tetapi disajikan dengan tomat yang dipanggang. Dimakan dengan nasi atau roti. Nasi Iran beda dengan nasi di Indonesia, mereka taruh safran jadi agak kuning warnanya [seperti nasi kunyit] dan sedikit mentega Sauce untuk sate model ini tidak ada selain tomate yang dibakar.. - Original Message - From: PK Lim [EMAIL PROTECTED] p918k%40yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com Sent: Friday, October 20, 2006 4:11 AM Subject: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate Temen2 yth, Saya sedang berkunjung ke LA, USA. Tadi sore di radio terdengar advertensi super market yang menyebut kan sate, asalnya dari Thailand. Mungkin ada temen2 yang punya informasi mengenai sate. Begini, banyak kebudayaan makan yang punya kemiripan dengan sate (satay) yang kita kenal. Di Singapore atau Hongkong juga dikenal hidangan satay yang mungkin bumbunya agak berbeda dengan sate yang kita kenal. Di dalam bahasa Tionghoa, di sebut Sa Tie. Saya kira itu hanya merupakan terjemahan suara. Tapi yang menarik, hidangan masakan Tio Chiu, ada yang menggunakan sauce Sa Teh, yang mana mirip dengan bumbu sate kita, spicy. Tapi penggunaan kata Tionghoa nya agak beda. Menurut orang Tio Chiu, itu hidangan khas mereka. Mungkin ada diantara temen2 yang menekuni bidang per-sate-an dan mau berbagi informasi. Ma kasih sebelumnya. Salam, PK Lim __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] . -- help thy brother, just or unjust [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.7/488 - Release Date: 10/19/2006 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Harus Didukung Warga Tionghoa
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Utamaid=126761 Selasa, 17 Oktober 2006 Harus Didukung Warga Tionghoa Visi-Misi Kandidat YBS Pontianak,- Visi dan misi yang disampaikan kedua kandidat Ketua Yayasan Bhakti Suci (YBS) Periode 2006-2010, The Iu Sia (Asia) dan Lie Khi Leng (Lindra Lie), jangan disikapi secara skeptis dan negatif. Menurut Tan Tjun Hwa, salah satu pemerhati sosial warga Tionghoa, sikap skeptis dan berpikiran negatif terhadap visi misi kedua kandidat, merupakan suatu hal yang kurang arif dan bijaksana serta kontra produktif. Sebaiknya kita semua dapat menghargai visi misi yang telah disampaikan oleh kedua kandidat Ketua YBS, jangan kita bersikap skeptis atau mempunyai pikiran negatif, ajaknya. Dilanjutkannya, kandidat yang akan bertarung nanti adalah tokoh-tokoh masyarakat Tionghoa yang sangat terpandang, memiliki rasa sosial yang tinggi, dan mau dan berani tampil. Maka sudah sepantasnyalah kita berpikiran positif, arif dan bijaksana terhadap visi-misi dan niat baik kedua kandidat Ketua YBS, ujarnya. Sambungnya lagi, ketika salah satu kandidat terpilih menjadi Ketua YBS melalui mekanisme pemilihan yang baik dan benar, dalam hal ini taat kepada tata tertib pemilihan dan AD/ART organisasi, maka seluruh warga Tionghoa harus mendukung sepenuhnya. Agar visi-misi yang telah disampaikan dapat direalisasikan dengan baik. Tugas merealisasikan visi-misi tersebut bukan semata-mata tugas ketua terpilih, tetapi juga merupakan tugas semua warga Tionghoa. Baik yang memilih maupun yang tidak memilih, sebagai konsekuensi terpilihnya ketua yang bersangkutan, kata Ahwa, begitu biasa pengusaha muda Pontianak ini karib disapa. Seperti diketahui The Iu Sia yang diusung bendera Yayasan Surya Makmur (Marga The) serta Lindra Lie, incumbet Ketua YBS periode sebelumnya, telah menyampaikan dengan baik visi dan misinya dihadapan para pengurus yayasan yang bernaung di bawah payung YBS, pada Kamis (12/10) malam. Sedianya, putaran final peraih tahta Yayasan Bhakti Suci, yang dianggap kalangan Tionghoa merupakan posisi prestise bagi marga mereka, akan ditentukan pada 18 Oktober. Ada 54 suara yang diperebutkan para kandidat. Suara-suara tersebut merupakan perwakilan dari 54 yayasan yang tergabung dalam YBS. (zan [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Woman tops list of China's richest for first time
http://news.yahoo.com/s/nm/20061010/wl_nm/life_china_rich_dc Woman tops list of China's richest for first time By Jerker Hellstrom Tue Oct 10, 6:00 PM ET SHANGHAI (Reuters) - A woman has topped a list of China's richest people for the first time, elbowing past two-time leader Huang Guangyu of GOME Electrical Appliances and a coterie of CEOs at old-economy government enterprises. Newly minted billionaire Cheung Yan -- the 49 year-old founder and chairwoman of top Chinese paper packager Nine Dragons Paper (Holdings) Ltd. -- saw her fortune balloon nine-fold to US$3.4 billion boosted by her firm's March initial public offering. The entrepreneur, who controlled 72 percent of Nine Dragons as of August 31, has lapped up a 165 percent rally in the company's stock, according to an annual survey compiled by Rupert Hoogewerf, who pioneered a list for Forbes. Cheung's stellar ascent is rare in a Communist country whose largest corporations are state-owned or run by well-connected male executives, and where capitalism is still a bad word in some circles. Decades after Mao Zedong famously remarked that women hold up half the sky, no female has yet made it onto the country's all-powerful Politburo Standing Committee -- although Vice Premier Wu Yi is on the 24-member Politburo -- and academics continue to point out the inadequacy of women's rights. China's women are becoming more visible in business, said Hoogewerf, who has published the list since 1999. Traditionally women have always been on the inside and men have been on the outside. It hasn't been until the economic reforms that women have actually started to make inroads into the public arena. Cheung, born in northeastern China's Heilongjiang province and now a Los Angeles native, began building her fortune in 1985, when she set up a waste-paper trading business in Hong Kong. She later became the top exporter of scrap paper by volume in the United States, processing the paper in China to make containerboard. Her personal wealth leapt from $375 million last year, when she was logged as number 36 in the survey, surpassing appliances king Huang's $2.5 billion, according to the report. Huang, chairman of GOME -- the country's top retailer of household electronics -- had topped the list in 2005 for the second consecutive year, with a fortune of $1.7 billion. The man who started his career with $500 and a Beijing roadside stall hawking radios and gadgets built GOME into a multi-billion dollar empire spanning nearly 100 cities across the country. The number of Chinese billionaires on the Hurun list increased to 13, from seven last year and just three in 2004. The rise in the number of China's super-rich comes amid a widening gulf between rich and poor that analysts say threatens social stability even as the economy booms. Chinese President Hu Jintao in July called for stronger efforts to tackle the wealth gap, saying salaries should be market-oriented but that the country must focus on fairness. The 500 richest Chinese in the Hurun report are now worth an average of US$276 million, a 48 percent rise over the previous year, controlling a total US$138 billion in assets. a.. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Formulir Kewarganegaraan
MEDIA INDONESIA Rabu, 11 Oktober 2006 10:04 WIB Formulir Kewarganegaraan DPR telah mensahkan Undang-undang (UU) tentang kewarganegaraan yang baru dan pemerintah melalui Menteri Hukum dan HAM telah menerbitkan peraturan tentang tata cara pendaftaran sebagai WNI. Pemerintah juga telah mendistribusikan formulir itu ke kanwil-kanwil di seluruh Indonesia. Pertanyaan saya, Kanwil apa? Kantor apa yang terkait atau menjadi tempat pengambilan formulir itu? Catatan Sipil atau pegadilan Negeri? mohon informasi bagi yang mengetahuinya. Tolong hubungi saya di [EMAIL PROTECTED] terima kasih. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Lee dan Perjuangan Melawan Diskriminasi
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0610/10/opi01.html Lee dan Perjuangan Melawan Diskriminasi Oleh Tom S Saptaatmaja Menteri mentor Singapura Lee Kuan Yew, dalam sebuah forum tentang good governance di Singapura, membuat pernyataan yang membuat gerah pemerintah Malaysia dan Indonesia. Ia menilai kedua pemerintah bersikap diskriminatif terhadap etnis Tionghoa. Menurut Lee, Malaysia dan Indonesia juga ingin Singapura selalu mengalah seperti orang-orang Tionghoa di kedua negara tersebut. Yang paling membuat tersinggung kedua pemerintah, Lee di antaranya menyebut di Indonesia dan Malaysia orang-orang Tionghoa adalah pekerja keras dan orang-orang yang berhasil, namun mereka dimarjinalkan secara sistematis (The Straits Times,16 September 2006). Ucapan itu ibarat membakar ilalang di musim kemarau. Publik Malaysia sangat marah, seperti tampak dari responden Berita Harian yang sekitar 88%-nya menuntut Lee segera meminta maaf, sedang sisanya 12% tak mau lagi memaafkan mantan Perdana Menteri Singapura itu. Syukurlah, di koran Straits Times, edisi 3 Oktober 2006 Lee yang pernah tinggal di Surabaya itu langsung meminta maaf pada PM Malaysia. Lee mengaku tidak bermaksud mencampuri urusan dalam negeri Malaysia maupun Indonesia. Sebelumnya, Lee juga mengirim surat pribadi kepada PM Ahmad Badawi. Publik kita, khususnya media kita, tampaknya tidak mau mem-blow up omongan Lee. Boleh jadi ini mempertimbangkan nilai sensitivitasnya. Meski begitu, Deplu RI tetap meminta klarifikasi tentang pernyataan tersebut. Dan omongan itu toh dijadikan diskusi di berbagai tempat, seperti di Surabaya. Ada beberapa hal menarik terkait ucapan Lee tersebut. Pertama-tama, omongan itu ada benarnya, tapi juga salah sasaran jika yang dimaksud Lee dengan pemerintah Indonesia adalah pemerintahan Yudhoyono. Dalam dua tahun pemerintah Yudhoyono, etnis Tionghoa tidak merasa dimarjinalkan, tapi justru merasa dirangkul sebagai bagian integral bangsa ini. Buktinya Yudhoyono sudah menandatangani UU No 12 tentang Kewarganegaraan pada awal Agustus 2006 yang sebelumnya sudah diresmikan DPR pada 11 Juli 2006. UU ini tampak menyatakan tidak ada pemisahan lagi antara yang Tionghoa dan bukan. Orba Sangat Anti-Tionghoa Kebijakan Yudhoyono itu tentu sesuai dengan semangat kebangsaan kita yang telah dipilih oleh para founding fathers kita bahwa Indonesia tidak berdasar pada ras atau etnis. Konsep kebangsaan kita memang tidak mempermasalahkan asal usul, keturunan, ras, etnisitas, warna kulit dan latar belakang lainnya. Kini guna mendukung UU No 12 tahun 2006, juga tengah digodok Rancangan Undang-Undang Antidiskriminasi dan RUU Kependudukan dan Catatan Sipil. Ini jelas langkah positif. Ini untuk menunjukkan bahwa etnis Tionghoa bukan lagi mereka tapi kita. Kebijakan pemerintahan Yudhoyono jelas harus diapresiasi. Kedua, pernyataan Lee benar sekali jika yang dijadikan sasarannya adalah pemerintah Indonesia di masa Orba. Meski Lee sangat bersahabat dengan Soeharto, penguasa 32 tahun Orba, tapi boleh jadi kita sudah tahu bahwa di masa Soeharto justru terjadi diskriminasi dan marjinalisasi yang hebat terhadap etnis Tionghoa dalam 61 tahun negeri ini. Soeharto memang merangkul para konglomerat Tionghoa, tetapi itu dilakukan sejauh menguntungkan bagi regim dan kroninya. Akibat dari kedekatan para konglomerat itu, jutaan Tionghoa yang melarat atau biasa-biasa hidupnya justru sering jadi sasaran kebencian dan dskriminasi di tingkat bawah. Apalagi jika kita melihat jiwa Orba, sesungguhnya regim di bawah Soeharto itu sangat anti-Tionghoa. Ketika Orba mulai berkuasa tahun 1965, bersamaan dengan peristiwa 30 September 1965, etnis Tionghoa mulai terpinggirkan bahkan tiarap, apalagi etnis Tionghoa ditengarai temasuk dalam kubu PKI yang berorientasi ke Peking (RRT). Kedekatan etnis Tionghoa dengan Soekarno, membuat Baperki (Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia), sebagai media aspiratif etnis Tionghoa paling populer saat itu harus menerima kenyataan dibubarkan. Sejak peristiwa itu, hal-hal yang berbau Tionghoa ditabukan. Di Jatim misalnya, Pangdam Brawijaya kala itu (1966) langsung mengeluarkan serangkaian peraturan yang sangat sinofobia (sangat anti-Tionghoa). Peredaran semua koran berbahasa Tionghoa dilarang, termasuk Harian Indonesia yang dikelola Angkatan Darat. Pangdam juga mengeluarkan empat kebijakan diskriminatif. Pertama, mereka hanya diperbolehkan berdagang di Surabaya. Kota-kota lain di Jawa Timur tertutup bagi mereka. Kedua, mereka dilarang pindah keluar dari Jawa Timur. Ketiga, mereka yang tinggal di Jawa Timur dikenai pajak Rp 2.500 per orang. Keempat, melarang huruf atau apa pun yang berbau Cina atau Tionghoa. KTP Jutaan Rupiah Sudah barang tentu empat kebijakan itu menimbulkan gejolak yang luar biasa ketika itu. Setiap hari ribuan warga Tionghoa di kota-kota di Jatim berunjuk rasa. Konyolnya, demo itu juga direspons dengan demo tandingan yang anarkis dan sangat
[budaya_tionghua] Sejarah dan Makna Tiong Chiu
http://batampos.co.id/index.php?option=com_contenttask=viewid=5611Itemid=75 Sejarah dan Makna Tiong Chiu Kamis, 05 Oktober 2006 Oleh: Anly Cenggana SH*) Depresi Sosial Budaya Tionghoa erkataan Tiong Chiu berasar dari kata Tiong berarti tengah dan Chiu berarti musim rontok, jadi boleh dikatakan sebutan Tiong Chiu arti secara harafiah berarti pertengahan musim rontok. Namun demikian masyarakat lebih kenal dengan sembahyang Tiong Chiu Pia sebenarnya penyebutan ini tidak tepat/salah kaprah namun kenyataan dalam kebiasaan masyarakat tetap demikian. Perayaan sembahyang kue bulan tahunan setiap tanggal 15 bulan delapan kalender Imlek, untuk tahun ini memasuki tahun Imlek ke 2557 tanggalan masehi jatuh pada tanggal 6 Oktober 2006. Pada hari itulah bulan paling bulat dan paling terang sepanjang tahun, karena pada hari itu jarak bulan dengan bumi dan bentuk kue yang bulat melambangkan terangnya bulan menyinari bumi. Sejarah Bicara Tiong Chiu Pia dapat dibagi dalam tiga bagian (1) Adat Sembahyang Dewi Bulan, (2) kisah Dewi Bulan, (3) Kue. Pertama, sebelum Dinasty Qin 221-206 SM rakyat China sudah mengenal tradisi/adat sembahyang Dewi Bulan yang dihubungkan dengan posisi bulan bagi masyarakat untuk cocok tanam (agraris). Karena dianggapnya sinar rembulan dapat memberikan kesuburan dalam ekosistem tanah bagi kaum petani dan dimalam purnama memang bulan terterang sepanjang tahun juga diikuti musim panen. Kedua, menurut legenda zaman dahulu kala terdapat 10 matahari yang sangat mempengaruhi ekosistem bumi sehingga oleh Dewa Ho Yi pemanah Jitu Khayangan/langit, dipanalah matahari hingga sisa satu. Peristiwa ini Yi Wang Ta Tie (Tuhan) sangat malah dan menghukum HOYI dan istrinya Chang Er dengan cara menjadikan pasangan ini menjadi masyarakat biasa/ hidup di duniawi. Suatu hari mereka menemukan obat awet muda sepanjang masa dan dimakan oleh istrinya Chang Er sehingga tubuhnya ringan dan terbang menuju bulan. Dari sinilah asal muasal sembahyang Dewi Bulan Ketiga, kue Tiong Chiu Pia. Pada tahun 1206 M China dijajah Monggoria pimpinan Tieh Mu Chen hingga tahun 1368 M berarti selama 89 China dijajah Monggoria. China berhasil merebut kembali dari Monggoria berkat upaya kepala pengemis Zhu Yan Chang menjelang sembahyang Dewi Bulan mengedarkan pesan-pesan dalam kue-kue agar pada malam purnama (Tiong Chiu) kita merebut kekuasaan kembali dari tangan Monggoria dan ternyata berhasil bertepatan pada tanggal 9 September 1368 M. Semenjak itulah kue Tiong Chiu mengalami perkembangan hingga dewasa ini. Dan semenjak inilah berdirinya kerajaan pertama di Tiongkok dengan sebutan Dinasty Ming (1368-1644 M). Masa kepemimpinan Tieh Mu Chen 1206-1368 M oleh adiknya bernama Hu Pit Lei Han dinamai Dinasty Yan (1206-1368) M. Tradisi Tradisi ini dalam aktualisasi kegiatan selalu dilengkapi atribut seni budaya Tionghoa terutama hiasan lampion. Memang atribut yang paling menonjol dalam penyambutan bulan purnama adalah Lampion karena disaat malam lampion-lampion dinyalakan lampu akan tampak menawan dan mempunyai suatu keindahan tersendiri. Kini lampion ini telah berkembang hingga dalam berbagai bentuk dan ukuran raksasa memberikan tontonan keindahan tersendiri. Soal lampion dalam penyambutan bulan purnama bahkan pernah tercatat dalam Musium Rekor Indonesia (MURI) atas pemasangan lampion terbanyak tahun 2002 sebanyak 4500 di Sanggar Agung pantai ria kenjeran Surabaya Jawa Timur, namun demikian rekor tersebut telah dipecahkan oleh Batam tahun ini dalam nuansa yang berbeda ketika menyambut malam Cap Go Me Imlek 2537/masehi 12 Februari 2006 lalu, yang tercatat dalam Musium Rekor Indonesia atas pemasangan lampion terbanyak di Indonesia sebanyak 5077 atas prakarsai Even Organizer Lialogue pimpinan Mellita bersama Harsono Ketua Pitun Batam Nuansa ini juga selalu diikuti pertunjukan seni budaya di lokasi yang lapang dan menawan seperti telaga, danau, pantai. Lokasi semacam ini dimasa lampau masih memungkinkan, namun di era modernisasi dengan pembangunan yang pesat konsekuensinya lokasi yang baik dan strategis nyaris tidak memungkinkan lagi. Yang memungkinkan adanya panggung pentas seni dan masih terpelihara oleh sebagian rumah ibadah klenteng dewasa ini dalam kegiatan malam hiburan rakyat atas swadaya masyarakat. Orang Tionghoa zaman dahulu jarang berpergian terlebih kaum hawa, pada perayaan malam purnama ini dimanfaatkan oleh para muda-mudi untuk meniknamati hiburan rakyat dan sekaligus memungkinkan saling tatap muka/berkenalan yang dimanfaatkan saling mencari persahabatan bahkan ada yang hingga menuju kursi plaminan/perknikahan. Adakalanya bangsawan tertentu yang mempersuntingkan putrinya dengan melemparkan anyaman bola kain kepada pemuda yang memenuhi kriteria jika mendapatkan bola akan diambil sebagai menantu. Hal unik ini di era kini sudah tidak
[budaya_tionghua] Saudi Embassy to Issue Haj Visas to Chinese
http://www.arabnews.com/?page=4section=0article=87639d=4m=10y=2006 Wednesday, 4, October, 2006 (12, Ramadhan, 1427) Saudi Embassy to Issue Haj Visas to Chinese Azhar Masood Agencies ISLAMABAD, 4 October 2006 - The Saudi Embassy in Pakistan will issue visas to Chinese Muslims for Haj. Saudi Ambassador to Pakistan Ali Awadh Asseri, after consultation with Chinese officials, told reporters that the visas would be issued for Haj in January. Hundreds of Chinese Muslims, mostly ethnic Uighurs from western China, have been visiting the embassy since quite some time. They have Chinese passports, Pakistani visas and they are on the doorstep of Saudi Embassy so really we don't have any other choice than to treat this issue on humanitarian grounds, Asseri said. When the decision was announced to the throng outside the embassy gates it sparked a wave of joy. Many people sobbed in happiness. I'm very happy. These people are poor and their only wish is to perform Haj, Nabi Jan, a middle-aged man from China's Xinjiang province, said. We pray for everyone, a young woman wearing a head-to-toe veil shouted. The Chinese Muslims have been coming to Islamabad for many years to collect visas for Haj, but in May China advised Saudi Arabia not to issue visas in third countries. While relenting this year, the Saudi ambassador said in future all visas should be processed through the embassy in Beijing. The Saudi Embassy had earlier told the Chinese to either seek visa from the country of their origin or furnish sufficient guarantees through their embassy that they would return after performing Haj. An official at the Saudi Embassy told Arab News earlier, We follow standard procedures. These people should either apply for visa in their own country or route their visa applications through their embassy located in Islamabad. Another official said, Our government allocates quotas for pilgrims from all countries. We stick to the rules to discourage people from overstaying in the Kingdom. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Puisi Daratan Tiongkok Ekspresi Soeria Disastra
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/092006/26/Features02.htm Puisi Daratan Tiongkok Ekspresi Soeria Disastra Itulah alam, alam indah: di tempat tak berjejak manusia, gunung lengang air nyaring berdentang UPAYA penyair Soeria Disastra menerjemahkan puisi-puisi Tiongkok modern ke dalam bahasa Indonesia patut dihargai dan diacungi jempol. Apa sebab? Puisi-puisi dari daratan Tiongkok yang diterjemahkannya ini merupakan puisi-puisi yang ditulis oleh para penyair Tiongkok yang tumbuh dan berkembang pada tahun 1920-1940. Soeria Disastra sendiri adalah WNI keturunan Cina yang bebas bisa mengekspresikan dirinya dalam menulis puisi setelah rezim Orde Baru tumbang. Apa yang diterjemahkannya itu merupakan kekayaan bagi perkembangan dan pertumbuhan sastra Indonesia modern, khususnya dalam bidang puisi. Petikan puisi bagian pertama di atas merupakan hasil terjemahannya, yang ditulis oleh penyair Li Da Zhao dengan judul Pemandangan Saat Itu di Gunung. Dalam upaya memperkenalkan puisi-puisi Tiongkok modern tersebut, Soeria Disastra menerjemahkan lebih dari 190 puisi dari 60 penyair. Masing-masing penyair ada yang diterjemahkan satu, dua, tiga, hingga empat puisi. Seluruh hasil terjemahannya itu dibukukan dalam antologi puisi Tirai Bambu, yang diterbitkan oleh Penerbit Titian (2006), Buku tersebut Sabtu (23/9) diluncurkan di Kampus I Akademi Bahasa Asing Internasional, Jln. Situ Aksan No. 33 Bandung dengan pembicara Acep Zamzam Noor, Prof. Jakob Sumardjo, dan Hikmat Gumelar. Dalam perkembangan dan pertumbuhan sastra Indonesia modern, upaya memperkenalkan sastra Tiongkok atau Cina ke dalam bahasa Indonesia, khususnya puisi, tidak hanya dilakukan oleh penyair Soeria Disastra saja. Jauh sebelumnya, pada awal tahun 1970-an, penyair Sapardi Djoko Damono berupaya memperkenalkan puisi-puisi klasik Cina, baik dari masa Dinasti Tang, Dinasti Yuan, maupun Dinasti Ming. Konon puisi-puisi Cina klasik dalam pertumbuhannya itu telah memberikan pengaruh yang lain bagi perkembangan dan pertumbuhan puisi-puisi imajis di Eropa sana seperti apa yang dikembangkan oleh penyair Erza Pound dan para penyair segerasinya. ** Prof. Jakob Sumardjo dalam acara tersebut mengatakan, diterjemahkannya puisi-puisi Tiongkok modern ini merupakan kekayaan artistik tersendiri yang tak terkira sumbangannya, bagi perkembangan dan pertumbuhan puisi Indonesia modern. Tak jarang di dalam puisi-puisi Tiongkok ini kita menemukan renungan-renungan tentang alam, Tuhan, dan manusia. Kekuatan Tiongkok ini sangat terkenal dalam pelukisan alam yang ditulis dengan kalimat-kalimat sederhana dan merdu, ujarnya. Hal yang sama dikatakan pula oleh penyair Acep Zamzam Noor. Di Indonesia saat ini, yang gencar memperkenalkan puisi-puisi dari para penyair asing ke dalam bahasa Indonesia, bukan hanya dilakukan oleh WNI keturunan Cina dan orang Indonesia yang tertarik dengan itu, tetapi dilakukan pula oleh penyair Jerman Berthlod Damshauser. Ia bekerja sama dengan penyair Agus R. Sardjono. Karya-karya penyair Jerman unggulan yang sudah diterjemahkannya kedalam bahasa Indonesia yang diterbitkan dalam bentuk buku itu, adalah karya penyair Paul Celan, Rilke, dan Bertolt Brecht. Selain itu Katrin Bandel pun menerjemahkan pula karya penyair Jerman lainnya, Martin Jankowski, yang bukunya diterbitkan oleh Indonesia Tera (2005) dengan judul Detik-detik Indonesia (Indonesisches Sekundenbuch). Dari dua contoh kasus di atas timbul pertanyaan, adakah puisi-puisi Indonesia telah pula diterjemahkan ke dalam bahasa Cina dan Jerman? Tentu ada. Tapi masalahnya adalah apakah upaya itu segencar yang mereka lakukan dalam menerjemahkan karya-karya sastra asing itu ke dalam bahasa Indonesia? Jika ada, siapa penerjemah itu? (Soni Farid Maulana/PR)** [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Malaysia Tuntut Lee Kuan Yew Minta Maaf
http://www.tempointeraktif.com/hg/luarnegeri/2006/09/24/brk,20060924-84658,id.html Malaysia Tuntut Lee Kuan Yew Minta Maaf Minggu, 24 September 2006 | 20:34 WIB TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur: Para pemimpin Malaysia kemarin menuntut Lee Kuan Yew, negarawan gaek Singapura, minta maaf atas klaimnya bahwa Malaysia telah meminggirkan minoritas etnis Cina. Lee harus segera minta maaf dan menjelaskan soal pernyataanya itu, kata Menteri Pertanian Malaysia Muhyiddin Yassin seperti dikutip New Sunday Times. Pemicu kegusaran Malaysia ini adalah pernyataan Lee, Perdana Menteri Singapura pertama hingga dia turun pada 1990, dalam sebuah forum di negerinya pada Jumat dua pekan lalu. Menteri Guru Singapura itu mengatakan bahwa negara-negara tetangganya, Indonesia dan Malaysia, punya masalah dengan kaum Cina, karena, Mereka (orang Cina itu) sukses. Mereka pekerja keras dan dengan demikian mereka dipinggirkan secara sistematis, kata Lee seperti dikutip Reuters. Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi langsung naik pitam. Ia menuduh komentar Lee itu dapat membuat tegang hubungan kedua negara. Itu pernyataan yang menyesatkan dan dapat menghasut warga Malaysia keturunan Cina, katanya. Saya akan menulis surat kepadanya, kata Abdullah. Saya ingin penjelasan darinya soal mengapa dia mengatakan demikian. Abdullah mengatakan komentar Lee itu tak dapat diterima. Hubungan antarras di Singapura, yang mayoritas etnis Cina, kata Abdullah, juga tak 100 persen sempurna. Pemimpin Malaysia yang sedang sibuk membangun harmoni di negerinya itu menekankan bahwa Lee seharusnya memahami bahwa hubungan Malaysia-Singapura adalah sesuatu yang perlu dipelihara untuk menjaga stabilitas masing-masing negara. Jika negara kami tidak stabil, Singapura juga akan mengalami dampaknya karena dia punya kepentingan ekonomi di sini. Datuk Raja Ahmad Zainuddin Raja Omar, penjabat ketua Backbenchers Club -- klub anggota parlemen yang tidak berada di pemerintahan maupun di kubu oposisi -- Malaysia, juga menuntut Lee minta maaf secara terbuka kepada Abdullah dan pemerintahannya. Raja Ahmad menilai bahwa orang Cina di Malaysia bernasib jauh lebih baik daripada orang Malaysia di Singapura. Di Malaysia, Negara Bagian Penang dikuasai oleh Gerakan (partai berbasis Cina). Ada banyak orang Cina di kabinet, militer, dan kepolisian Malaysia, katanya. Dapatkah kita mengatakan hal yang sama tentang nasib orang Malaysia di Singapura? Populasi Malaysia yang 26,6 juta orang itu terdiri dari 60 persen Melayu muslim, tapi perekonomiannya secara luas dikendalikan oleh 26 persen populasi etnis Cina. Malaysia dan Singapura punya hubungan ekonomi dan budaya yang kuat, tapi kedua bangsa seringkali cekcok sejak Singapura ditolak masuk federasi Malaysia baru pada 1965. Pertengkaran mereka, misalnya, soal harga air yang dijual Malaysia ke tetangganya di selatan itu. Mereka juga memperebutkan sebuah pulau kecil (disebut Pedra Branca di Singapura dan Pulau Batu Putih di Malaysia) hingga ke Mahkamah Internasional, tak lama setelah Mahkamah memenangkan Malaysia atas kepemilikan Sipadan dan Ligitan dari Indonesia. AP | AFP | THE STAR | BERNAMA | IWANK [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] CONFUCIUS A man in the soul of Japan
http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/fl20060910x2.html Sunday, Sept. 10, 2006 CONFUCIUS A man in the soul of Japan By MICHAEL HOFFMAN Special to The Japan Times This story is part of a package on Confucius. The introduction is here. Hiraga Gennnai was a low-ranking Shikoku samurai and searing satirist against the neo-Confucianists holding sway in the Tokugawa Shogunate's closed Japan. He died in prison after stabbing a disciple in 1779 in a fit of madness. The Analects and other Confucian texts were brought to Japan by the Korean envoy and scholar Wani in the fourth or fifth century A.D., some 800 years after Confucius' death. Buddhist sutras were also among the gifts he bore. What kind of pupils Wani found the courtiers of preliterate Japan to be is not recorded. But the first fruits of Japan's early education were summarized two centuries later in the 17 articles of the Constitution of Prince Shotoku, dated 604. Its very first words, Harmony is to be valued, are Confucian to the core. So is the exhortation in Article 4: The ministers and functionaries should make decorous behavior their leading principle, for the leading principle of the government of the people consists in decorous behavior. If the superiors do not behave with decorum, the inferiors are disorderly: if inferiors are wanting in proper behavior, there must necessarily be offences. A palace revolution in 645, known as the Taika Reform, aimed to fuse Japan's loose assemblage of rival clans into the centralized Confucian state envisioned by Prince Shotoku in Article 12: In a country there are not two lords; the people cannot have two masters. The sovereign is the master of the people of the whole country. Japan's cultural and political infancy, then, bears a strong Confucian stamp. A Chinese visitor to Nara at the height of the Nara Period (710-784) would have seen a model in miniature of his own society. The Heian Period (794-1185) was a different story Ea purely Japanese cultural flowering that had little use for Confucianism. In Murasaki Shikibu's classic Tale of Genji, the masterpiece of the age, Confucian scholars are figures of fun, their stuffy solemnity and stilted language provoking gusts of laughter among the guests at Genji's son's matriculation ceremony. Chinese recasting The close of the Heian Period coincided with a Chinese recasting of the Confucian legacy by a group of scholars known to posterity as neo-Confucianists. The outstanding figure among them as far as Japan is concerned is Chu Hsi (1130-1200), for whom the quality of benevolence, very dear to Confucius' heart and central to his doctrine, is not only a human quality pertaining to society, but a natural force underpinning the physical universe: Man learns virtue by contemplating the natural order. It is only a short leap from here to the notion that the given social hierarchy is ordained by nature itself. Hayashi Razan, who was the Confucian scholar-adviser to four shoguns from 1607. PHOTO COURTESY OF YOSHIKAWA KO-BUNKAN, from Japanese Historians and the National Myths, 1600-1945, by John S. Brownlee (Univ. of Tokyo Press; 1997) Perhaps we need look no further for an explanation of why Chu Hsi's thinking was so attractive to the ultraconservative regime of the Edo Period (1603-1867). The Tokugawa shoguns closed Japan to all but the most limited foreign intercourse and froze, to the greatest extent possible, the social system in its 17th-century mold. Throughout this period, Chu Hsi's neo-Confucianism was the official state dogma. * * * * * Many Japanese Confucian scholars are truly frogs who know nothing outside their own small wells, wrote the satirist Hiraga Gennai (1728-1779). They slavishly copy everything Chinese and refer to Japan as a nation of 'Eastern Barbarians.' Hiraga was a jack-of-all-trades, an accomplished dabbler in Western arts and sciences whose impatience with the hidebound Confucian scholar-officials is understandable in view of the festering social problems Epoverty, peasant riots, the first hints of dangerous foreign resentment over Japan's isolationism Eto which they had no solutions beyond pedantic appeals for greater Confucian rectitude. The fact that people today will frivolously walk down a road from which there is no return is due to the existence of the 'Tale of Genji' and the [more overtly erotic] 'Tales of Ise,'E huffed the orthodox Chu Hsi scholar Yamazaki Ansai (1618-1682). It is said that the 'Tale of Genji' was written as an admonishment for men and women. It is extremely doubtful, however, that such frivolity could serve to admonish anyone. But the Confucian camp was less united than its outward ceremonial gravity made it appear. Had not Confucius himself treasured the Book of Odes, a poetry and song collection from the ancient golden age he longed to recreate? Was it not one of the five Confucian classics? Did that
[budaya_tionghua] CONFUCIUS East and West echo the sage: 'The ideal society is like a family'
http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/fl20060910x3.html Sunday, Sept. 10, 2006 CONFUCIUS East and West echo the sage: 'The ideal society is like a family' By MICHAEL HOFFMAN This story is part of a package on Confucius. The introduction is here. Is Confucius dead? He walked the Earth more than 2,500 years ago, his thinking focused even then on the remote past. Why bother with him today? The eminence of his name, combined with aspects of his teachings that seem to favor absolute rule and unconditional obedience, have made him a convenient prop for Asian tyrants seeking to justify their dictatorships. But does he have anything meaningful to say to the rest of us? Confucius, after all, knew little of technological change. We know nothing of stasis. To us, yesterday's wisdom seems obsolete today. To him, a filial son was one who made no change to his father's ways until the father had been dead at least three years. What can our globalized universe possibly learn from such a sage? A good deal, argues a book titled Confucianism for the Modern World. The volume is a collection of essays by 18 scholars, Asian and Western, who evaluate the master's legacy in terms of its contemporary relevance. Their point is that the incoherences and dissonances of our time have more in common than outward appearance might suggest with those that troubled Confucius 2Emillennia ago Eand that we, too, would be the better for a stiff dose of li. Li is generally translated as rites or rituals, but those words, with their connotation of empty forms, strike the wrong note. Think of it instead, suggests contributor Hahm Chaihark, a professor at South Korea's Yonsei University, as a marvelous combination of education, self-cultivation, training, discipline, restraint, authority and legitimacy. For Hahm, li served as a kind of unwritten premodern constitution, a constraint on government absolutism rather than an encouragement of it. For example, he writes, during the Choson dynasty in Korea (1392-1910), the central bureaucracy included many offices Estaffed by experts in li Ewhose explicit duties were to educate, correct and criticize the behavior of the ruler. It's a model worthy of careful study, Hahm maintains, for once the citizens of modern East Asian countries begin to emulate their Confucian scholar-official ancestors, who first disciplined themselves with ritual propriety and then demanded the ruler's discipline, their countries will become constitutionalist states. Skeptics doubt a globalized regime's capacity to nourish civilized values beyond mass entertainment and mass consumption. Geir Helgesen, senior researcher at the Nordic Institute of Asian Studies in Copenhagen, warns in his essay in the book of globalization's tendency to overwhelm the individual and trigger a retreat into personal, private spheres of interest .EE Accordingly, he says, globalization might turn out to be a much more effective enemy of democracy than the totalitarian ideologies of the recent past ever were. So, should we disembark from the Internet and dust off our copies of The Analects? Maybe we should. Helgesen cites a recent South Korean survey showing 89 percent of respondents agreeing with Confucius that a leader should care for the people as parents for their children. Ninety-one percent felt comfortable with the orthodox Confucian notion that The objective of good government is to maintain harmonious social relations. For 87 percent, as of course for Confucius, The ideal society is like a family. Well, that's South Korea, the Confucian nation par excellence. But Helgesen's institute also conducted a similar survey in Denmark. To our surprise, he reports, 75 percent of Danish respondents agreed that 'the ideal society is like a family.'E What should we conclude from that? This at least, says Helgesen: By teaching a social morality which stresses proper rituals based on the emotional pattern people recognize from family life, Confucianism may well have something to offer [our] 'runaway world.' For other stories in our package on Confucius, please click the following links: A man in the soul of Japan The Japan Times (C) All rights reserved [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to:
[budaya_tionghua] Confucius and his 'golden age'
http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/fl20060910x1.html Sunday, Sept. 10, 2006 CONFUCIUS Confucius and his 'golden age' He shaped civilizations; his ancient values speak to us now By MICHAEL HOFFMAN Special to The Japan Times Is what Confucius said true? Can music, poetry and decorum govern the world? Do rulers, by cultivating benevolence in themselves, plant benevolence in their subjects, and harmony in the polity? Is modern Japan a Confucian country? Schools no longer teach Confucian principles; the young no longer defer to the old; the hectic pace of urban life leaves scant room or patience for ritual observance. On the other hand, the world's tallest statue of Confucius (above), standing 4.57 meters high, graces the grounds of Yushima Seido in Ochanomizu, Tokyo. Yushima Seido is a 17th-century Confucian temple, built by the neo-Confucian scholar Hayashi Razan (1583-1657). Students congregate there in droves to pray for success in their examinations. YOSHIAKI MIURA PHOTO The chaos of our time hardly invites us to take such notions seriously. But Confucius' time was chaotic too. The ancient Chou dynasty was crumbling, upstarts vied for power, and morality was falling apart. In despair, a high government official proposed executing all wrongdoers. Confucius said, In administering your government, what need is there for you to kill? Just desire the good yourself and the common people will be good. The same official asked what to do about thieves. Confucius said, If you yourself were not a man of desires -- corrupt, in other words -- no one would steal even if stealing carried a reward. Asked why he did not take office, Confucius replied, Simply by being a good son and friendly to his brothers a man can exert an influence upon government. A society, in Confucius' view, was an extended family in which, ideally, family relationships and family harmony prevailed. A youth who does not respect his elders will achieve nothing when he grows up. A respectful son grows into a man worthy of respect and therefore a worthy ruler -- of his family certainly, of society as a whole possibly. Rule meant, first and foremost, self-cultivation. The gentleman cultivates himself, said Confucius, and thereby brings peace and security to his fellow men. * * * * * Confucius. The name is so familiar that we are apt to forget how little we know the man, though thanks to cryptic snatches of his conversation recorded by his disciples in a book called The Analects (from a Greek word meaning collection) he is, though elusive, not entirely unknowable. As for his teachings, the general verdict throughout most of the revolutionary 20th century was that they (or their derivatives, legitimate and bastard) accomplished their civilizing mission millennia ago and were best relegated to the remote past, having long since grown moldy in the service of Asian autocrats -- Japanese shoguns among them -- who invoked him with relish, and continue to invoke him, for his supposed emphasis on unquestioning obedience. The latest in a long line is Chinese President Hu Jintao, who, stymied by social turmoil and the ruling Communist Party's intellectual bankruptcy, last year broke the party's anti-Confucian mold, reminding cadres, Confucius said, 'Harmony is to be cherished.' The fragmentary nature of The Analects is conducive to the selective reading that autocrats have habitually given it. Never disobey, said Confucius -- it is one of his several definitions of filial piety, and sounds categorical enough. But he also said, in a passage less frequently honored with official quotation, If a man is correct in his own person, then there will be obedience without orders being given; but if he is not correct in his own person, there will not be obedience even though orders are given. An old Chinese woodblock print of a statue of Confucius similar to that at Tokyo's Yushima Seido Correct means above all, benevolent. Benevolence is easy: Is benevolence really far away? No sooner do I desire it than it is here. But the desire for it, judging by its rarity, is difficult. It commits a ruler above all, but also human beings in general, to the quest for moral perfection, to a return to the observance of the rites through overcoming the self. Few rulers in any era are up to such standards, and Confucius' impatience with those who are not is apparent in his advice to a disciple who asked how best to serve a prince: Tell him the truth even if it offends him. As for the rulers of his own day, Oh, said Confucius, they are of such limited capacity that they hardly count. * * * * * Almost alone among the ancient teachers of mankind, Confucius (K'ung Ch'iu in Chinese; Koshi in Japanese) was neither god nor prophet nor, in sharp contrast to his Taoist near-contemporary Lao-tzu, mystic. Chi-lu asked how the spirits of the dead and the gods should be served,
Re: [budaya_tionghua] Trinitas berasal dari Buddha atau Hindu ?
Ada memang yang mengatakan demikian, karena katanya Yesus menghilang beberapa tahun dari Kana'an. Dikatakan pula bahwa Yesus mati di Punjabi. Kalau cari internet ada gambar kuburuan yang sampai sekarang dipelihara. - Original Message - From: raharjo irawan [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, September 01, 2006 2:56 AM Subject: [budaya_tionghua] Trinitas berasal dari Buddha atau Hindu ? Semarang, 01 September 2006. Salam, Dahulu saya pernah membaca buku Yesus Live In India ( lupa-lupa ingat ) yang ditulis oleh peneliti Jerman (?), dalam buku itu disebutkan pada usia 16 - 32 tahun, Yesus mengikuti pamannya berkenala ke Timur ( India ) dan sempat mempelajari ajaran Hindu ( Trimurti ) yang kemudian menjelma menjadi Tritunggal. Bahkan dalam buku itu disebutkan, kalau setelah turun dari kayu salib, beliau bersama keluarganya merantau ke India dan meninggal dan dikuburkan di India. Saya juga pernah menemukan VCD berjudul Yesus In India, namun tidak membelinya. Perlu diingat pula, Injil yang sekarang beredar sekarang ini adalah injil yang sudah direnovasi oleh penguasa, beberapa abad setelah meninggalnya Yesus. Seperti cerita sejarah, sejarah ditulis oleh pemenang, untuk kepentingan pemenang. Salam, Irawan R --- Erik [EMAIL PROTECTED] wrote: Wahai, Bung Hai-hai! Boleh saya ikut nimbrung? Menurut saya sebenarnya konsep Trinitas atau Tritunggal itu asalnya dari India yang diperkenalkan melalui agama Buddha, baru kemudian menyebar dan diwariskan serta diadopsi ke/oleh kelompok masyarakat dan agama lain! Sebagaimana yang dipelajari dalam agama Buddha, konsep trinitas atau tritunggal adalah otentik berasal dari agama Buddha, yakni kemanunggalan antara Dharmakaya; Sambhogakaya dan Nirmanakaya. Siddharta Gautama adalah Nirmanakaya yang lahir sebagai manusia di dunia ini, sedangkan wujud Sambhogakaya-nya adalah Sakyamuni Buddha yang berasal dari Dharmakaya atau Adi Buddha di alam Sunyata. Demikianlah Wahai bung Haihai, trinitas Bapak, Putra dan Roh Kudus itu sebenarnya adalah derivasi dari konsep trinitasnya Buddhis. Bapak derivat dari Dharmakaya, Putra derivat dari Nirmanakaya dan Roh Kudus derivat dari Sambhogakaya. Wahai, Hai, hai, hai, hai, hai semuanya alls! Ada yang pernah menyelidiki hal ini? Salam Eril \ -- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hai hai [EMAIL PROTECTED] wrote: Jelas anda yang melantur Jiang! Saya bertanya, ¡§Anda percaya bangsa Tiongkok kuno menyembah Tuhan Tritunggal? Tian, Di, dan Shang Di, ketiganya adalah tritunggal Gui shen!¡¨ Dalam penerjemahan umumnya Tian adalah langit, Di adalah bumi dan shang Di sebagai Tuhan. Ada yang sudah meneliti hal ini? Anda malah menuduh segelintir pemuka agama sedang jualan agama dan membodohi orang. Sekarang anda tanya siapa yang sebenarnya melantur? Jelas anda yang melantur! Saya kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama, dan anda bilang, ¡§Inti dari pertanyaan ini simple, dapat dilihat oleh orang awam sekalipun, bahwa inginmelegalkan Trinitas menjadi satu unsur dalam kebudayaan Tionghoa, atau sebaliknya kebudayaan Tionghoa adalah bersumber dari Trinitas itu sendiri.¡¨ Menurut Jiang, orang awam sekalipun dapat melihat inti pertanyaan tersebut di atas. Karena jiang tidak dapat memahami inti pertanyaannya, maka jiang pasti bukan orang awam. Kalau bukan orang awam, orang apa dong dia? Masih ingat cerita tentang anjing penakut? Kenapa anjing penakut itu menggonggong seolah-olah siap membunuh? Karena dia pikir orang asing itu datang untuk menyakitinya. Ini namanya prasangka. Kenapa jiang menjawab pertanyaanku dengan tuduhan? Karena Jiang pikir emailku itu dimaksudkan untuk jualan agama Kristen. (tidak perlu ragu untuk menyebut agama, bahkan nama selama kita berkata benar didukung oleh data dan informsi). Jiang pikir, kalau kedoknya dibuka, pasti bisa mencegah orang jualan agama Kristen, makanya langsung di gebrak. Kenapa harus takut dengan istilah ¡§tritunggal¡¨ atau menurut Jiang ¡§Trinitas?¡¨ Kenapa harus takut kalau memang benar bangsa Tiongkok kuno menyembah Tuhan Tritunggal? Tritunggal artinya tiga oknum/tokoh berkarya dalam satu kesatuan. Walaupun istilah ini digunakan oleh umat Kristen secara luas, namun tidak ada patennya, jadi boleh digunakan siapa saja. Umat Kristen mengaku menyembah Allah Tritunggal, ini juga tidak ada patennya, jadi, kalau memang benar bangsa Tiongkok kuno menyembah Tuhan Tritunggal, pasti tidak akan dituntut. Tetapi intinya kan bukan itu. Intinya adalah apakah benar bangsa Tiongkok kuno menyembah Tuhan Tritunggal? Apakah benar, Gui Shen adalah tritunggal Tian, Di dan Shang Di? Bagaimana kita bisa membuktikan benar atau salahnya? Dengan menuduh Orang Kristen seperti Jiang, jelas tidak membuktikan apa-apa. Dengan argumentasi yang
[budaya_tionghua] Bangun Bank Sperma Etnis Minoritas
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_cid=25 Jumat, 01 Sept 2006, Bangun Bank Sperma Etnis Minoritas Cara Tiongkok Cegah Kepunahan Suku Berpopulasi Rendah BEIJING - Tiongkok terdiri dari lebih dari puluhan etnis. Lebih dari 50 di antaranya tergolong minoritas dan terancam punah. Menghindari ancaman itu, pemerintah Tiongkok mendirikan bank sperma etnis minoritas. Kemarin, pemerintah mengumumkan bahwa pembangunan bank sperma itu selesai dilakukan. Dan tidak kurang dari 8.000 sampel DNA dari 54 etnis minoritas disimpan di bank tersebut, kecuali DNA etnis Gaoshan, yang hidup di Taiwan. Untuk mempersiapkan bank sperma yang konon merupakan yang terbesar di Tiongkok itu, dibutuhkan waktu selama lebih dari empat tahun. Pendanaan didukung sepenuhnya oleh pemerintah. Pengelolaannya diserahkan kepada Profesor Xiao Chunjie dari Universitas Yunan, sebagai pimpinan proyek. Menurutnya, gaga situ sudah berkembang di kalangan antropolog dan ahli genetic Tiongkok sejak 1980. Proyek ini sendiri dimulai ketika populasi etnis yang menurun mulai menarik perhatian, ujar Xiao. Menurutnya, proyek yang dipimpinnya itu sangat penting sebagai upaya penyelamatan agar keragaman genetis tidak punah. Dan yang menyebabkan kepunahan itu di antaranya adalah tempat tinggal mereka. Tidak kurang 25 dari 55 etnis minoritas, tinggal di pegunungan yang jauh dan terisolasi. Bank sperma ini sangat perlu tidak hanya bagi Tiongkok, tetapi juga bagi seluruh dunia, imbuhnya. Dia menambahkan, bank itu juga akan turut mencegah dan merawat penyakit genetis. Selain mempersiapkan bank itu, para ilmuwan juga telah mengidentifikasi gen-gen yang menyebabkan penyakit, hipertensi, misalnya. Lebih dari 6.600 penyakit dikenal dapat menyebabkan berbagai penyakit fatal dan kronis. Seperti penyakit jantung koroner, diabetes, kanker, dan penyakit yang menurunkan kekebalan tubuh. (xinhua/dia [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Exotic dancers banned from performing at funerals in China
http://news.independent.co.uk/world/asia/article1221634.ece Exotic dancers banned from performing at funerals in China By Clifford Coonan Published: 25 August 2006 A striptease show is not what most mourners would expect at a funeral. But the more people that come to a funeral in China, the better the deceased is likely to fare in the afterlife, which is why some families have taken to hiring exotic dancers to keep attendance figures high. Now Chinese officials are cracking down after the state broadcaster, CCTV, ran a report about two groups of strippers performing at a farmer's funeral in the eastern province of Jiangsu. The next day, police arrested the organisers and five women for obscene performances. Local officials were told they must submit plans for funerals within 12 hours after a villager dies. Exotic dancing is off the menu - and residents can report funeral misdeeds on a special hotline for a reward of £20. In China mourners wear white, not black, and funeral processions are led by men clashing cymbals and playing musical instruments. Other mourners set off firecrackers. But striptease had also become a popular way of luring more people to funerals. Wealthy families will often employ two dance troupes. And it can pay off - there were more than 200 spectators at the funeral in Jiangsu. For £200, dancers will stand on top of a van singing and dancing. Once the van gets to the cemetery, the women strip off. Two years ago, a family in the southern province of Fujian paid a dance troupe £80 to take part in a funeral service for their 70-year-old grandmother. Five women danced around in their underwear and attracted an audience of about 20. A striptease show is not what most mourners would expect at a funeral. But the more people that come to a funeral in China, the better the deceased is likely to fare in the afterlife, which is why some families have taken to hiring exotic dancers to keep attendance figures high. Now Chinese officials are cracking down after the state broadcaster, CCTV, ran a report about two groups of strippers performing at a farmer's funeral in the eastern province of Jiangsu. The next day, police arrested the organisers and five women for obscene performances. Local officials were told they must submit plans for funerals within 12 hours after a villager dies. Exotic dancing is off the menu - and residents can report funeral misdeeds on a special hotline for a reward of £20. In China mourners wear white, not black, and funeral processions are led by men clashing cymbals and playing musical instruments. Other mourners set off firecrackers. But striptease had also become a popular way of luring more people to funerals. Wealthy families will often employ two dance troupes. And it can pay off - there were more than 200 spectators at the funeral in Jiangsu. For £200, dancers will stand on top of a van singing and dancing. Once the van gets to the cemetery, the women strip off. Two years ago, a family in the southern province of Fujian paid a dance troupe £80 to take part in a funeral service for their 70-year-old grandmother. Five women danced around in their underwear and attracted an audience of about 20. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Konflik Agama Akan Ditangani Majelis Agama
http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2006/08/24/brk,20060824-82516,id.html Konflik Agama Akan Ditangani Majelis Agama Kamis, 24 Agustus 2006 | 14:33 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Kongres Pemuka Agama Se-Indonesia merekomendasikan untuk mengaktifkan kembali majelis-majelis agama di daerah. Majelis agama itu berfungsi untuk menyelesaikan konflik umat beragama. Dengan adanya mejelis agama diharapkan setiap konflik dapat dibicarakan secara internal melalui majelis agama, kata Sekretaris Jenderal Departemen Agama Bahrul Hayat seusai penutupan Kongres Pemuka Agama Se-Indonesia tadi. Menurut Bahrul bentuk dari konflik yang terjadi mungkin bermacam-macam dan tidak selalu bermuara kearah agama. Masalah sosial, politik dan ekonomi menjadi faktor pemicu yang tak kalah penting dalam memunculkan konflik itu. Sebenarnya tidak selalu harus bermuara ke arah agama. Situasi sosial politik dan ekonomi bisa menjadi pemicu konflik. Tetapi kami ingin agama menjadi perekat dan penyelesai dari konflik-konflik yang ada, kata Bahrul. Karenanya mengapa majelis-majelis agama yang ada di daerah menurut Bahrul harus segera diaktifkan kembali. Kongres Pemuka Agama Se-Indonesia yang kemarin ditutup oleh Menteri Agama Maftuh Basyuni itu diharapkan mampu menyelesaikan konflik agama yang akhir-akhir ini sering terjadi secara internal. Kongres merekomendasikan negara menjamin kebebasan beribadat dan mendorong peningkatan penghayatan serta pengamatan nilai-nilai agama yang dianut oleh masing-masing pemeluknya, menindak lanjuti hasil kongres dan memberdayakan forum kerukunan antar umat beragama dalam meningkatkan kesejahteraan dan kerukunan umat beragama. Kongres juga menyepakati Pancasila sebagai etika bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua merancang keberagaman ke depan secara lebih dewasa dan yang terakhir merumuskan aksi bersama umat beragama menghadapi tantangan global dan internal bangsa. Titis Setianingtyas Kamis, 24 Agustus 2006 | 14:33 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta:Kongres Pemuka Agama Se-Indonesia merekomendasikan untuk mengaktifkan kembali majelis-majelis agama di daerah. Majelis agama itu berfungsi untuk menyelesaikan konflik umat beragama. Dengan adanya mejelis agama diharapkan setiap konflik dapat dibicarakan secara internal melalui majelis agama, kata Sekretaris Jenderal Departemen Agama Bahrul Hayat seusai penutupan Kongres Pemuka Agama Se-Indonesia tadi. Menurut Bahrul bentuk dari konflik yang terjadi mungkin bermacam-macam dan tidak selalu bermuara kearah agama. Masalah sosial, politik dan ekonomi menjadi faktor pemicu yang tak kalah penting dalam memunculkan konflik itu. Sebenarnya tidak selalu harus bermuara ke arah agama. Situasi sosial politik dan ekonomi bisa menjadi pemicu konflik. Tetapi kami ingin agama menjadi perekat dan penyelesai dari konflik-konflik yang ada, kata Bahrul. Karenanya mengapa majelis-majelis agama yang ada di daerah menurut Bahrul harus segera diaktifkan kembali. Kongres Pemuka Agama Se-Indonesia yang kemarin ditutup oleh Menteri Agama Maftuh Basyuni itu diharapkan mampu menyelesaikan konflik agama yang akhir-akhir ini sering terjadi secara internal. Kongres merekomendasikan negara menjamin kebebasan beribadat dan mendorong peningkatan penghayatan serta pengamatan nilai-nilai agama yang dianut oleh masing-masing pemeluknya, menindak lanjuti hasil kongres dan memberdayakan forum kerukunan antar umat beragama dalam meningkatkan kesejahteraan dan kerukunan umat beragama. Kongres juga menyepakati Pancasila sebagai etika bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua merancang keberagaman ke depan secara lebih dewasa dan yang terakhir merumuskan aksi bersama umat beragama menghadapi tantangan global dan internal bangsa. Titis Setianingtyas [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Memupus Hantu SBKRI
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/082006/16/1101.htm UU Kewarganegaraan Masih Diskriminatif? Memupus Hantu SBKRI Oleh SUHIRLAN A. dan AZANUL ARIF LAGU kebangsaan Indonesia Raya mengalun syahdu di restoran mewah di Jln. Kakap, Pasar Ikan, Jakarta Utara, Sabtu (11/8) pagi. Sekira lima ratus orang dari etnis Tionghoa berkumpul dan berdiskusi setelah disahkannya Undang-undang No. 12/2006 tentang Kewarganegaraan RI. Mereka berharap, UU ini menjadi akhir dari diskriminasi yang mereka terima dari birokrasi dan masyarakat selama ini. Sebetulnya, praktik diskriminasi pengurusan administrasi yang tertele-tele terhadap warga keturunan Tionghoa, bukan cerita baru. Salah satu bentuk diskriminasi yang terjadi di Indonesia adalah penerapan ketentuan tentang Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia, atau yang lebih populer disebut SBKRI. Hampir semua urusan vital seperti membuat KTP, paspor, masuk sekolah hingga membuka rekening bank mengharuskan mereka untuk menunjukkan SBKRI. Untuk mendapatkan SBKRI ternyata tidak mudah, harus melalui perjuangan keras yang menghabiskan begitu banyak dana, daya, dan waktu. SBKRI adalah pokok masalah yang dihadapi warga keturunan Tionghoa dari dulu hingga sekarang. Sebetulnya, Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Megawati telah menegaskan bahwa warga keturunan Tionghoa adalah juga WNI sehingga tidak perlu lagi SBKRI. Namun, kebijakan itu tidak berjalan di birokrasi. Penyebabnya adalah belum dicabutnya peraturan tentang pemberlakuan SBKRI. Jika merunut sejarah, pemberlakuan SBKRI terhadap keturunan Tionghoa karena faktor politis dan keamanan. Dasar hukum SBKRI adalah Undang-Undang No. 62 tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman G.A. Maengkom dan disahkan oleh Presiden Soekarno. Saat itu, ada konsekuensi dari klaim politik pemerintahan Mao Tse Tung bahwa semua orang Cina di seluruh dunia termasuk Indonesia adalah warga negara Republik Rakyat Tiongkok karena asas ius sanguinis. Asas itu menganut kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran. Melalui Peraturan Pemerintah No 20/1959 tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok, ada pengelompokan WNI yakni WNI tunggal dan pemilihan dwikewarganegaraan RI-RRT. Sebenarnya, permasalahan dwikewarganegaraan sudah selesai ketika terbitnya UU No. 4/1969. Dalam penjelasan umum UU itu, permasalahan status WNI Tionghoa sudah terselesaikan dan anak-anak WNI Tionghoa yang lahir setelah tanggal 20 Januari 1962 sudah menjadi WNI tunggal. Sementara itu, WNI Tionghoa dewasa tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain-selain kewarganegaraan Indonesia dan tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan dengan SBKRI. Pada era Presiden Soeharto pun telah mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia. Salah satu butirnya adalah pemenuhan kebutuhan persyaratan untuk kepentingan tertentu tersebut cukup menggunakan kartu tanda penduduk, atau kartu keluarga (KK), atau akte kelahiran. Dengan berlakunya keputusan presiden ini, maka segala peraturan perundang-undangan untuk kepentingan tertentu mempersyaratkan SBKRI, dinyatakan tidak berlaku lagi. Nyatanya tidak demikian. Warga keturunan Tionghoa masih tetap mengalami diskriminasi. Tidak hanya yang warga Tionghoa biasa tapi juga mereka yang telah berjasa kepada republik ini. Pasangan pebulu tangkis nasional peraih emas Olimpiade Barcelona 1992, Alan Budikusumah dan Susi Susanti pernah mengeluhkan proses administrasi pengurusan paspor yang berbelit-belit. Padahal, saat itu mereka akan mewakili Indonesia menjadi pembawa obor olimpiade Athena, Yunani. Untunglah, Alan dan Susi berkesempatan mengadukan masalah ini pada Presiden Megawati, sehingga menjadi beres. Tapi bagaimana dengan jutaan warga keturunan lainnya? Lahirnya UU No.12/2006 tentang Kewarganegaraan RI sebenarnya 'kembali' mempertegas komitmen menyangkut penghapusan diskriminasi antara warga pribumi dan nonpribumi (warga negara turunan) ditengah-tengah masyarakat maupun pemerintahan. Anggota DPR RI Murdaya Poo mengungkapkan, UU Kewarganegaraan yang baru disahkan ini lebih komprehensif dan antidiskriminasi daripada aturan-aturan kewarganegaran sebelumnya. Salah satunya, yakni dihapuskannya keraguan terhadap warga Indonesia asli dan bukan asli. Tapi bagi Ketua Umum Gerakan Perjuangan Anti Diskriminasi Indonesia (GANDI), Wahyu effendi, UU ini belum menyelesaikan masalah diskirminasi yang dialami oleh etnis Tionghoa. Undang-undang yang baru ini justru menjadi satu sumber yang sangat diskriminatif karena masih mencantumkan kata asli dan tidak asli. Bahkan, untuk mengambil keputusan kata asli dalam UU tersebut, harus diselesaikan lewat jalur lobi antarfraksi. Dalam pasal 2 BAB I Ketentuan Umum disebutkan, Yang menjadi warga negara Indonesia
[budaya_tionghua] Perlu Pemutihan Kewarganegaraan Etnis Tionghoa
http://www.suarapembaruan.com/News/2006/08/14/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Perlu Pemutihan Kewarganegaraan Etnis Tionghoa [JAKARTA] Masyarakat etnis Tionghoa Indonesia menyambut baik lahirnya Undang Undang Kewarganegaraan. Pasalnya, dalam produk hukum yang lahir pada tanggal 11 Juli 2006 itu Surat Bukti Kewarganegaraan RI (SBKRI) tidak disinggung- dan dengan sendirinya bukti kewarganegaraan cukup dengan akta lahir dan KTP. Perlu ada pemutihan kewarganegaraan bagi etnis Tionghoa yang secara turun-temurun tidak punya KTP dan akta kelahiran karena mereka tidak memiliki uang untuk mengurusnya. Namun, selama dasar pengaturan pencatatan sipil Indonesia masih berdasarkan reglement dan staatsblad kolonial Belanda yang membeda-bedakan status sosial penduduk, maka masih tetap saja timbul masalah dalam pengurusan akta lahir, KTP, akta perkawinan dan akta perceraian. Karena bagi golongan Tionghoa masih berlaku staatsblad tahun 1917 yang tidak dinyatakan dicabut dalam UU Kewarganegaraan yang baru, ujar Benny G Setiono, pengamat sosial dan pemerhati etnis Tionghoa dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Indonesia Tionghoa di Jakarta, Sabtu (12/8). Menurut Benny, masalahnya bagaimana dengan orang-orang Tionghoa yang tidak mempunyai akta lahir karena orang tuanya seca-ra turun-temurun tidak pernah mencatatkan perka- winananya seperti orang Tionghoa yang biasa disebut dengan Cina Benteng. Nenek moyang mereka pada umumnya telah ratusan tahun datang di Indonesia dan hidup membaur. Secara fisik, lanjutnya, mereka sudah tidak berbeda dengan penduduk asli di tempat mereka berdiam. Pada umumnya mereka bekerja sebagai petani dan berpendidikan serta berpenghasilan sangat rendah. Sampai saat ini jumlah etnis Tionghoa seperti itu ratusan ribu jumlahnya di seluruh Indonesia. Apakah dengan sendirinya nantinya meraka tetap tidak dinyatakan bukan warga negara Indonesia. Seyogyanya perlu ada pemutihan agar masalah kewarganageraan ini tuntas dan tidak meninggalkan sisa lagi, tegasnya. Dikatakan, perlu disadari bahwa di samping UU Kewarganegaraan ini, masyarakat Tionghoa masih menunggu lahirnya UU tentang administrasi kependudukan yang saat ini masih digodok di DPR untuk menggantikan staatsblad mengenai catatan sipil. Sekarang kita kembali ke pertanyaan apakah dengan lahirnya UU Kewarganegaraan 2006 etnis Tionghoa tidak akan mengalami bentuk-bentuk diskriminasi lainnya atau menjadi korban teror, amuk massa dan pemerasan lagi. Peraturan-peraturan diskriminatif yang ada, termasuk mengenai catatan sipil, pada hakikatnya bersifat administratif. Namun, karena sifat keperdataan yang terkandung dalam pencatatan sipil, praktek segregatif dan diskriminatif tersebut mengakibatkan praktek pembatasan dan diskrimi-nasi hak-hak sipil terhadap sebagian WNI. [E-5] Last modified: 13/8/06 [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Meminta Penjelasan
No. : 232/SK/06 Hal : Meminta Penjelasan Lamp : - Kepada yth, Jakarta, 14 Juli 2006 Kepala Administrasi Kependudukan - Depdagri Jln. Kalibata - Jakarta Dengan hormat, Undang-undang Warganegara yang sudah menghapus SBKRI telah diresmikan dan ini akan menjadi tonggak pembenahan status hukum orang-orang Cina Indonesia. Kami dari Lembaga Anti Diskriminasi di Indonesia (LADI) mendampingi kaum Cina Benteng (Cina miskin) yang tidak memiliki SBKRI masih ada masalah yang menggantung. Rombongan dari Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kalideres terdiri dari 10 ibu memperoleh fasilitas gratis pembuatan Akte Lahir dengan Surat Keputusan DPRD DKI Jakarta. 4 ibu dengan 20 anggota keluarganya yang berusia 17tahun ke atas tidak memiliki KTP karena tidak memiliki SBKRI. Kantor Capil DKI Jakarta menganjurkan LADI untuk mengidentifikasi sebanyak-banyaknya kasus orang-orang tidak ber-SBKRI di kalangan Cina miskin maka kami tambahkan dengan penduduk Kampung belakang, Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres. Namun Capil DKI Jakarta sedang menunggu policy dari Adminduk dan Dephakim mengenai penanganannya karena ada interpretasi yang berbeda-beda dari instansi pemerintah: 1.Setelah UU Warganegara diresmikan dan masa menunggu dikeluarkannya Peraturan Pemerintah dalam 6 bulan seperti diatur dalam UU tersebut, apakah SBKRI masih diberlakukan untuk Pencatatan Sipil dan Kependudukan, seperti interpretasi Polsus Capil DKI Jakarta terhadap pasal 3:2 Keppres 56/96 2.Sementara Bapak Warnoto, Kabag SBKRI di Dephukam, mengatakan kantornya sudah tidak memproduksi SBKRI lagi maka tidak ada alasan Capil DKI Jakarta meminta policy khusus dari Dephukam untuk memberikan instruksi pada Adminduk atau Depdagri untuk kasus-kasus orang tidak ber-SBKRI. Alasan mereka didasarkan pada pasal 5 Keppres 56/96 yang sudah mencabut SBKRI Interpretasi yang membingungkan dari instansi pemerintah ini mohon diluruskan secara tertulis berkenaan dengan apa keputusan pemerintah yang bakal ditelurkan nantinya ke dalam Peraturan Pemerintah pelaksanaan dari UU Warganegara? Dengan adanya jawaban dari Bapak, kami bisa tunjukkan pada lembaga-lembaga yang membutuhkan jawaban ini. Kami juga mengharapkan agar sosialisasi dan pengawasan pelaksanaan UU warganegara bisa dilakukan di komunitas Cina Benteng karena mereka apatis terhadap pemerintah sehingga perlu dilakukan di beberapa tempat dan beberapa kali hingga clear. Wasallam, Rebeka Harsono MA., Pelaksana Harian LADI [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Setelah 61 Tahun Merdeka
MODUS Senin, 24/7/06 15:30 WIB Setelah 61 Tahun Merdeka Oleh: Tan Swie Ling*) Di dalam tahun '33 saya telah menulis satu risalah. Risalah yang bernama Mencapai Indonesia Merdeka.Maka di dalam risalah tahun '33 itu, telah saya katakan, bahwa kemerdekaan, politike onafhankelijkheid, political independence, ta' lain dan ta' bukan, ialah satu djembatan, satu djembatan emas. Saya katakan di dalam kitab itu bahwa diseberangnya djembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat(Bung Karno, dalam Pidato Lahirnya Pancasila). Kini 61 tahun sudah bangsa Indonesia berada diseberang Djembatan emas. Coba kita lihat pada satu contoh kecilnya saja yang sehari-hari mudah kita lihat menyuguhkan kenyataan. Bahwa sampai dengan usia 61 tahun kemerdekaan, di Jakarta yang Ibu Kota Negara,pemerintah belum mampu menyediakan angkutan umum yang baik. Maksudnya angkutan umum yang bebas dari pencopet dan penodong. Bebas dari silih bergantinya para pengemis- yang sesungguhnya kewajiban negara untuk mengurusnya-, baik yang bergaya nelangsa maupun yang bergaya preman pemaksa rakyat kecil, leluasa naik ke dalam bus-bus padat penumpang. Para pengemis yang bukan saja mengganggu secara materi, bahkan sekaligus juga menyakiti hati. Mereka meminta-minta. Tapi bahasa mereka selalu membuat perasaan jadi terluka. Betapa tidak, kalau ucapan mengemisnya seperti ini: Bapak/Ibu. Saya baru keluar dari penjara. Bantulah saya. Uang seribu-duaribu yang tidak ada artinya bagi anda akan mencegah saya kembali masuk penjara karena terpaksa menodong lagi. Atau: Mohon maaf, kalau kehadiran saya mengganggu. Maksud saya bukan begitu. Saya tidak ingin melakukan sesuatu yang tidak halal. Hanya karena susah mendapat kerja, saya di sini minta bantuan. Jadi, bukan kesombongan atau keangkuhan yang saya harapkan, melainkan bantuan. Dan kata-kata ini justru diulang-ulang. Seperti hasil rekaman yang dihafal oleh komunitas pengemis. Yang membuat pengemis yang berbeda mengucapkan kata-kata yang sama. Bukan keangkuhan atau kesombongan, melainkan bantuan. Hargailah usaha saya ini. Suatu hal yang membuat masyarakat kecil yang sebelum merdeka, yang kemana saja bepergian menggunakan jasa angkutan yang ada merasa aman-aman saja ternyata, justru di zaman merdeka yang sudah 61 tahun umurnya sekarang ini, sama sekali tidak merasa enak apa lagi nyaman berada di dalam bus-bus kota. Padahal, masyarakat terpaksa bersedia naik angkutan umum yang rawan penodongan/pencopetan, sebab tidak mampu naik taksi. Tapi ternyata, naik Metro Mini atau Kopaja yang jauh dekat taripnya Rp 2.000,- toh akibat terpaksa memberi para pengemis, apalagi kalau ditambah dengan para pengamen dewasa/bergitar ataupun pengamen cilik/berecrek-ecrek dari sejumlah tutup botol yang dipantek pada sebuah tangkai kayu, menyebabkan beaya transportasi masyarakat kecil yang dipikulnya jadi sangat menggerogoti beaya untuk dapurnya. Mengingat dalam satu rute perjalanan Metro Mini atau Kopaja, secara bergantian bisa naik kurang-lebih sepuluh pengamen dan pengemis yang bergaya preman pemaksa. Belum lagi, memberi atau tidak memberi para pengemis tersebut, toh masyarakat pengguna jasa angkutan umum tersebut tetap saja tidak terbebas dari caci-maki dan sumpah serapah para pengemis yang merasa tidak puas terhadap para penumpang. Begini sumpah-serapah mereka: berjilbab, tapi tidak berperikemanusiaan, atau diminta baik-baik tidak acuh, rupanya memang lebih suka dirampok saja. Itu tadi para pengamen dan pengemis di atas angkutan umum. Kalau ditambah dengan jumlah para pengemis yang mangkal ditiap perapatan jalan, maka mulai mereka yang kakek-kakek-nenek-nenak sampai kepada bayi sendiri maupun bayi sewaan yang digendong-gendongnya untuk mengetuk belas kasihan hati sasaran yang diemisnya, maka luar biasalah banyaknya jumlah pengemis di dalam republik ini. Dan kalau banyaknya jumlah pengemis tersebut dipadukan dengan kualitas sikap-laku dari gaya nelangsa berubah jadi preman pemaksa, maka alangkah menyedihkannya kondisi Republik kita di usianya yang 61 tahun ini. Lalu, dengan kenyataan ini siapa berani menyatakan masyarakat telah tersempurnakan, setelah 61 tahun merdeka? Dan kalau oleh sebab itu timbul celetukan, terperbaiki saja belum apalagi tersempurnakan, dan seterusnya disusul pertanyaan yang berbunyi kenapa begitu, kita jadi bingung kan? Karena kondisi kehidupan bangsa kita ini memeng benar-benar membingungkan. Sampai-sampai, untuk menutupi kebingungan, Bapak Wapres kita memilih berkelakar. Dan berkatalah Pak JK dalam kelakarnya: - Pemerintah seharusnya juga menitipkan promosi pariwisata kepada para TKI di Timur Tengah. -Kalau ada masalah Janda di Puncak itu urusan lain. Jadi orang-orang Arab yang menjadi janda-janda di kawasan puncak bisa memperbaiki keturunan. ..-Nanti mendapat rumah kecil, rumah BTN, ini artinya kan sah-sah saja. (BBC.INDONESIA.COM/2906006). Tentu saja menghadapi kenyataan ini, sebagai bangsa semangat kita tidak boleh runtuh.
Re: [budaya_tionghua] Milis ini makin ga penting
Masing-masing anggota mempunyai peranan untuk membuat milis menjadi penting. - Original Message - From: astri rahadi [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, July 24, 2006 11:17 AM Subject: [budaya_tionghua] Milis ini makin ga penting salam saya sebagai anak kecil mohon kepada yang merasa dewasa d milis ini untuk memberi contoh yang baik bagaimana etika berbicara dalam sebuah forum. klo mo menjelek2an..pake japri aja deh..klo ada topik yg dirasa sensitif..mending ngasih tanggepannya via japri aja deh..daripada makin panjang ky gini.. ato klo mo diterusin..bikin aja milis baru denan nama milis sampah..krn lebih banyak isinya yg g penting n penuh emosi negatif..silakan deh saling hujat dsitu.. bikin g nyaman aja...kita kan g bs ngandelin modie terus buat seleksi imel masuk...tolong dong sadar sendiri...udah gede kan.. salam achie yg mulai berpikir klo nama milis budaya tionghoa dganti aja jd milis mari saling hujat ato milis sampah __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.1.394 / Virus Database: 268.10.3/395 - Release Date: 7/21/2006 Yahoo! Groups Sponsor ~-- Great things are happening at Yahoo! Groups. See the new email design. http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Masyarakat Tionghoa Buka Posko Advokasi Terkait Penetapan UU Kewarganegaraan
hAIRAN ANALISA Edisi Senin, 17 Juli 2006 Masyarakat Tionghoa Buka Posko Advokasi Terkait Penetapan UU Kewarganegaraan Jakarta, (Analisa) Masyarakat Tionghoa yang tergabung dalam Perhimpunan Masyarakat Tionghoa (Permata) Indonesia akan membuka posko-posko pengaduan dari tingkat pusat sampai daerah untuk memantau pelaksanaan Undang-undang Kewarganegaraan yang disahkan 11 Juli lalu. Rencananya dalam waktu dekat ini kami akan membuka posko advokasi atau pengaduan di 15 wilayah yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Banten, Bangka Belitung, Kalimantan Barat dan segera dikembangkan basis-basis percinaan di tempat lain, kata Ketua Umum Permata Indonesia, Yudi Frianto, di Jakarta, Sabtu (15/7). Ia mengatakan pembukaan posko-posko tersebut juga akan dikoordinasikan dengan pihak pemerintah dan DPR setempat. Menurutnya, dibukanya posko tersebut dimaksudkan untuk meminimalkan terjadinya penyimpangan di lapangan dalam implementasi dan pelaksanaan UU Kewarganegaraan. Yudi mengatakan, pihaknya berterima kasih kepada pemerintah dan DPR RI yang telah bekerja keras dan terbuka menerima aspirasi masyarakat Tionghoa yang selama ini terpinggirkan sehingga UU Kewarganegaraan disetujui dan disahkan. Pemerintah telah memenuhi janjinya kepada masyarakat Tionghoa untuk menghapus Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SKBRI) dalam pengurusan yang terkait kewarganegaraan, katanya. Ia mengatakan, pihaknya akan membantu pemerintah mensosialisasikan UU Kewarganegaraan dan ikut mendorong pemerintah menyusun Peraturan Pemerintah sebagai implementasi pelaksanaan UU Kewarganegaraan sehingga penyusunan PP dapat selesai sesuai tenggat waktu yang telah ditentukan. Pihaknya mengajak semua komponen masyarakat untuk mengawasi implementasi UU Kewarganegaraan baru itu sehingga masyarakat Tionghoa Indonesia dapat menerima perlakuan yang sesuai dengan yang telah digariskan UU kewarganegaraan. Secara umum Permata Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 10.000 orang menyambut baik disahkannya UU ini. Namun kami berharap jangan ada penyimpanan dalam pelaksanaannya. Dan kami minta pemerintah untuk juga merealisasikan janji-janji lain, seperti peningkatan kesejahteraan rakyat dan pemberantasan korupsi, katanya. Sementara itu, Dori Farabi, salah satu masyarakat Tionghoa yang menjadi Penasehat Permata, meminta pemerintah menindak tegas siapa pun yang melanggar UU itu, dan mengantisipasi kemungkinan masih adanya pungutan atau pemerasan terhadap masyarakat Tionghoa saat mengurus surat-surat kewarganegaraan. Kami berharap pemerintah tegas kepada oknum-oknum pemungut pungli setelah UU Kewarganegaraan ini disahkan, katanya. Senada dengan itu, Fenty, warga Tinghoa Indonesia yang tinggal di Kramatjati, Jakarta Timur, berharap pelaksanaan UU Kewarganegaraan yang baru ini berjalan dengan baik sehingga terwujud keharmonisan hidup antar masyarakat bahkan sampai pergantian pemimpin baru. Ia mengaku lega setelah UU itu disahkan sehingga dia ingin di masa depan tidak ada lagi perlakuan diskriminatif kepada masyarakat Tionghoa dalam hal apa pun. (Ant) [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Something is new at Yahoo! Groups. Check out the enhanced email design. http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Dari Kwik hingga Tommy
http://www.bangkapos.com/berita.php?action=bacahalaman=1topik=1id=41539 Warga Tionghoa bisa jadi Presiden Dari Kwik hingga Tommy JAKARTA ~~ Sejak lahirnya UU Kewarganegaraan, warga Tionghoa mulai tidak malu~malu menginear jabatan presiden ataupun wakil presiden. Beberapa nama warga Tionghoa mulai mencuat dan disebut sebagai kandidat kuat untuk posisi tersebut. Bendahara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bambang Sungkono mengatakan itu kepada Bangka Pos Group di Jakarta, Rabu (12/7). Kami menyambut UU ini dengan penuh suka dta. Indonesia adalah negeri vang penuh dengan keanekaragaman. Sejak dulu sava selalu mempertanyakan konsep pribumi dan nonpriburni itu tidak jelas. Jika orang Sunda ke Padang, kan mereka di sebu t nonpribumi, kata Bambang ' Yang terlahir dengan nama Wu Kwo Hau. Menurut Bambang, di kalangan komunitas Tionghoa, sudah mulai ada beberapa nama vang disebut. sebut layak memimpin negeri ini. la membaginya berdasarkan dua kategori yaitu kelompok profesional dan pengusaha. Dari kelompok profesional, ia menyebut nama Kwik Kian Gie, Mari Elka Pangestu, serta Alvin Lie Sedang dari pengusaha ia menyebut nama Tommy Winata serta sejumlah pengusaha lainnya. Tentu saja, harus dilihat dulu apakah bisnisnya fair atau tidak. Sava juga sangat melihat aspe k vang sifatnya pribadi. Kalau kepribadian serta bisnisnya nggak bener, maka jelas dia tidak layak. Kita juga harus melihat track record-nya, katanya. UU Kewarganegaraan menjadi produk hukum vang sangat revolusioner untuk mengatasl diskriminasi. Dalam pasal 2 disebutkan kalau warga negara Indonesia adalah mereka vang sejak lahir mendapatkan kewarganegaraan Indonesia dan belum pernah mendapat warga negara asing. Menurut Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin, artinya warga keturunan berhak untuk rnenjadi presiden. Sebab mereka masuk dalam kategori sebagai orang Indonesia asli. Kemudian dalam penjelasan UU itu disebutkan kalau kategori Indonesia ahli adalah mereka 'lang sejak lahir jadi warga negara Indonesia dan tidak pernah mendapatkan kewarganegaraan la1llnya. Dihubungi secara terpisah, Rudianto Tjen warga keturunan Tionghoa asat Bangka Belitung vang saat ini menjadi anggota DPR RI menyambut baik UU Kewarganegaraan. la menilai LJU ini adalah capaian revolusioner bagi warga keturunan sehingga memiliki hak politik vang sama dengan 'lang lainnya. Politisi PDIP ini tidak menampik kalau mulai banyak warga Tionghoa 'lang bakal menealonkan figul Tionghoa. la menilainya sebagai bagian dari ekspresi politik 'lang harus dihargai. Pokoknya, kalau banyak nama vang mencuat maka itu adalah hak mereka. Yang penting adalah ekspresi politik mereka bisa tersalurkan. Hallain 'lang penting adalah UU ini telah membebaskan mereka dari hal 'lang sifatnya diskriminasi, katanya. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Pri-Nonpri Dihapus
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/7/12/n2.htm UU Kewarganegaraan Baru Disetujui * Pri-Nonpri Dihapus Jakarta (Bali Post) - DPR-RI menyetujui RUU Kewarganegaraan menjadi undang-undang (UU), Selasa (11/7) kemarin. Dengan UU baru ini, Surat Keterangan Bukti Kewarganegaraan Indonesia (SKBRI) tidak diperlukan lagi oleh warga keturunan sebagai pembuktian kewarganegaraan seseorang. Selain itu, ke depan tidak dikenal lagi istilah orang Indonesia asli atau bukan asli, karena yang disebut WNI adalah orang Indonesia yang lahir sejak kelahirannya. Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin mengatakan UU Kewarganegaraan yang baru sebagai pengganti UU No.62/1958 tentang Kewarganegaraan RI. Hamid menilai UU baru merupakan tatanan baru yang mengubah paradigma dan perilaku tentang persoalan kewarganegaraan. Dengan demikian, perdebatan sia-sia yang diskriminatif dan konfliktif tentang asli dan tidak asli, itu dihapus, kata Hamid. UU baru ini, imbuhnya, juga mengatur tentang perdebatan status anak hasil perkawinan campur. Ke depan, Indonesia menganut prinsip kewarganegaraan ganda terbatas. Anak Indonesia yang lahir di negara-negara yang menganut prinsip ius soli (menjadi warga negara karena kelahiran) seperti di Amerika Serikat, menurutnya, bisa menjadi warga negara di mana ia lahir, tetapi bisa juga menjadi WNI. Hingga ia berusia 18 tahun untuk bisa menentukan sendiri pilihannya. Ketua Pansus RUU Kewarganegaraan Slamet Effendi Yusuf mengatakan, UU baru menghapus perdebatan tentang warga negara Indonesia asli atau bukan. Pasal 2 UU Kewarganegaraan mengatur tentang siapa yang menjadi warga negara yang merujuk pada Pasal 26 UUD 1945 yang berbunyi yaitu ''Yang menjadi WNI adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara''. Juru bicara Fraksi PDI Perjuangan Murdaya Poo mengatakan, dalam RUU baru ini tidak diperlukan lagi segela macam pembuktian kewarganegaraan seseorang. Tidak diperlukan lagi segala macam pembuktian kewarganegaraan seseorang seperti SKBRI, karena setiap orang menjadi WNI sejak kelahirannya, kata Poo. Juru bicara Fraksi Partai Golkar Bomer Pasaribu mengatakan, dengan penjelasan Pasal 2 tersebut, maka berakhirlah perdebatan panjang tentang orang Indonesia asli dan bukan asli. Dengan UU ini memberi kejelasan untuk mendapat kewarganegaraan, kata Bomer. (kmb4) [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Something is new at Yahoo! Groups. Check out the enhanced email design. http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Tionghoa Bisa Jadi Presiden
http://www.indomedia.com/bpost/072006/12/depan/utama1.htm Tionghoa Bisa Jadi Presiden Jakarta, BPost Warga keturunan Tionghoa maupun suku bangsa lainnya, kini bisa tersenyum lega. Mereka yang sebelumnya merasa terdiskriminasi, kini memiliki hak-hak politik yang sama. Bahkan mereka bisa maju dalam pencalonan presiden. Hal itu tertuang dalam Rancangan Undang Undang (RUU) Kewarganegaraan yang telah disahkan menjadi Undang-Undang oleh DPR RI, Selasa (11/7). Pembahasan RUU Kewarganegaraan berlangsung cukup alot, bahkan disertai isak tangis. Sekarang, warga Tionghoa sudah bisa mengajukan diri sebagai presiden. Dalam UUD 1945 disebutkan kalau presiden adalah orang Indonesia asli. Nah, mereka kini masuk dalam kategori orang Indonesia asli itu, kata Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin, usai pengesahan UU Kewarganegaraan, di Gedung Nusantara II DPR RI, Jakarta. Dikatakan, UU Kewarganegaraan--pengganti UU No6 Tahun 1958, memberikan keleluasaan bagi warga keturunan untuk berpolitik. Yang jelas, sebut dia, kategori orang Indonesia asli tidak lagi dilihat dari kategori pribumi dan nonpribumi. Kategori itu mencakup siapa saja yang menjadi warga negara Indonesia sejak lahir dan tidak pernah mendapatkan kewarganegaraan lain, selain Indonesia. Jadi, kategori Indonesia asli sudah mengalami pergeseran, yaitu mereka yang tidak pernah mendapatkan kewarganegaraan lainnya sejak lahir hingga sekarang, ujar mantan anggota KPU ini. Pengesahan RUU Kewarganegaraan diiringi isak tangis warga keturunan. Sejak rapat dimulai, mereka memenuhi balkon Gedung Paripurna DPR sambil membawa bendera merah putih. Terlihat kalau warga Tionghoa mendominasi balkon dan berbaur dengan wartawan. Rapat paripurna yang dipimpin Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno akhirnya mengesahkan RUU itu setelah semua fraksi menyatakan setuju. Usai Soetardjo mengetukkan palu, sontak puluhan perempuan yang tergabung dalam Keluarga Perkawinan Campuran (KPC) Melati menangis hingga suasana penuh haru. Mereka lantas mengibarkan Sang Saka Merah Putih sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kawin Campur Selain memberikan hak-hak politik secara penuh kepada warga keturunan, RUU Kewarganegaraan itu juga memberikan kemudahan terjadinya kawin campur antara WNI dengan warga negara asing (WNA). Menkum dan HAM Hamid Awaluddin mengakui, RUU Kewarganegaraan memicu semakin banyaknya WNI mencari pasangan hidup dari warga negara asing. Sebab kenyataannya saat ini kecenderungan itu kian meningkat. Yang jelas, sebut Hamid, kelahiran UU itu mengakomodir banyak pihak termasuk bagi bagi WNI yang ingin menikah dengan warga asing. Intinya, negara tak mau mencampuri urusan orang mau kawin dengan siapa pun, tukasnya. Dengan lahirnya UU ini, setidaknya telah mengurangi beban WNI yang selama ini mendapat jodoh warga asing. Negara pun bisa senantiasa memberikan perlindungan maksimal kepada warganya. Dikatakannya, anak hasil perkawinan WNI-WNA otomatis diperkenankan menjadi warga negara Indonesia sesuai garis warga negara ayahnya. Sementara untuk perkawinan perempuan Indonesia dengan pria asing, tidak otomatis menggugurkan kewarganegaraan si perempuan setelah perkawinan. Di situlah progresifnya RUU Kewarganegaraan, cetusnya. Ketua Panja RUU Kewarganegaraan DPR, Murdaya Poo mengatakan, negara pada dasarnya tidak boleh mencampuri terlalu jauh soal perkawinan campur. Ini era globalisasi kawin campur dimana saja ada. Kalau sudah jodoh, yah mau bagaimana. Kawin kok dipersulit, ujarnya. Ketua Ad Interim Organisasi Perkawinan Campur (KPC) Melati, Ika Twigley, menyambut baik UU ini. Dia mengatakan secara hukum dan psikologis kewarganegaraan mereka terjamin. Kami disejajarkan dengan warga negara lain. Kami merasa mendapat perlindungan dan juga anak-anak kami sebagai WNI, katanya. Kita tidak lagi harus terus lapor setiap tahun karena belum menjadi WNI, timpal Koordinator KPC, Aramurad. Namun sebaliknya, Pelaksana Harian Lembaga Anti Diskriminasi di Indonesia (LADI) Rebeka Harsono mengaku kecewa dengan UU ini. Pasalnya, menurut dia, UU itu masih menyimpan sejumlah pasal diskriminatif terhadap perempuan. Senada, Direktur LBH Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (APIK), Ratna Batara Munti, mengatakan, pada dasarnya UU itu belum benar-benar memberikan perlindungan HAM bagi warga negara, khususnya perempuan dan anak-anak. Intinya, istri dihadapkan pada pilihan untuk setia pada suami atau negara bangsa asal-- yang mana merupakan pilihan sulit bagi seorang perempuan di negeri ini, kata Ratna kepada BPost. UU ini, lanjut dia, membatasi seorang anak lahir dari kawin campur untuk memilih identitas kewarganegaraan dari kedua orangtuanya secara utuh. Setelah usia 18 tahun anak diharuskan memilih salah satu kewarganegaraan orangtua. Anak tetap saja ditempatkan pada posisi dilematis antara mengikuti kewargenaraan ibunya atau ayahnya, katanya. JBP/aco/yus/ewa/tof/son [Non-text portions of this message have been removed]
[budaya_tionghua] Bangsa Indonesia Asli Tak Lagi Berdasarkan Etnis
http://www.suarapembaruan.com/News/2006/07/08/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Bangsa Indonesia Asli Tak Lagi Berdasarkan Etnis Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin (kedua kanan) bersama beberapa, anggota DPR di Gedung MPR/DPR Senayan, Jakarta, Jumat (7/7), memberikan penjelasan bahwa DPR akan menyetujui untuk mengesahkan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru pada tanggal 11 Juli 2006. [Pembaruan/Charles Ulag] [JAKARTA] Dihilangkannya diskriminasi dalam penyebutan bangsa Indonesia, membuat Rancangan Undang-Undang (RUU) Kewarganegaraan yang bakal disahkan menjadi UU pada sidang Paripurna DPR, Selasa (11/7), bisa disebut revolusioner. Bangsa Indonesia asli akan didefinisikan secara hukum, tidak lagi berdasarkan etnis. RUU Kewarganegaraan diharap bisa menyelesaikan perdebatan tentang bangsa Indonesia asli. Demikian dikatakan Ketua Panitia Khusus (Pansus) RUU Kewarganegaraan, Slamet Effendy Yusuf, dari Fraksi Partai Golkar (FPG), pada konferensi pers di DPR, bersama Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin, Jumat (7/7). Menurut Hamid, RUU Kewarganegaraan memberi banyak perbedaan, antara lain dengan telah diaturnya pemberian sanksi pidana bagi aparat yang memperlambat proses kewarganegaraan. Pada bagian penjelasan, juga dimuat bahwa semua perundang-undangan sebelum diberlakukannya RUU Kewarganegaraan, dinyatakan tidak berlaku lagi. Ditambahkan Ketua Panitia Kerja (Panja) RUU Kewarganegaraan, Murdaya Widyawimarta Poo, dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP), secara otomatis surat bukti kewarganegaraan yang biasanya diberlakukan bagi para keturunan Tionghoa tidak boleh ada lagi, setelah diberlakukannya UU Kewarganegaraan. Anak dari etnis apapun yang lahir di Indonesia, kata Slamet, akan menjadi bangsa Indonesia asli. Hal itu seperti diatur pada Pasal 2, bahwa yang dimaksud dengan bangsa Indonesia asli adalah orang Indonesia yang menjadi warga negara Indonesia sejak kelahirannya, dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas kehendak sendiri. Berdasarkan ketentuan itu, maka anak hasil perkawinan perempuan WNI dengan pria WNA tidak otomatis mengikuti kewarganegaraan suami, tapi tetap dianggap sebagai WNI hingga anak tersebut berusia 18 tahun, dan bisa menentukan pilihannya sendiri. Juga bagi perempuan WNI itu tidak otomatis kehilangan kewarganegaraannya, karena dapat mengajukan pernyataan, dan diberi tiga tahun sejak tanggal perkawinan untuk menentukan pilihan. [B-14] Last modified: 8/7/06 [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design. http://us.click.yahoo.com/XISQkA/lOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Bangsa Indonesia Asli Tak Lagi Berdasarkan Etnis
Bangsa Indonesia asli itu apa ciri-cirinya? - Original Message - From: RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, July 09, 2006 10:34 AM Subject: [budaya_tionghua] Bangsa Indonesia Asli Tak Lagi Berdasarkan Etnis SUARA PEMBARUAN DAILY - --- Bangsa Indonesia Asli Tak Lagi Berdasarkan Etnis Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin (kedua kanan) bersama beberapa, anggota DPR di Gedung MPR/DPR Senayan, Jakarta, Jumat (7/7), memberikan penjelasan bahwa DPR akan menyetujui untuk mengesahkan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru pada tanggal 11 Juli 2006. [Pembaruan/Charles Ulag] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Great things are happening at Yahoo! Groups. See the new email design. http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] ETs CRASHED IN CHINA 12,000 YEARS AGO
http://www.weeklyworldnews.com/features/aliens/10546 ETs CRASHED IN CHINA 12,000 YEARS AGO their descendants are STILL living there! -- A whopping 12,000 years ago -- long before the famous Roswell UFO wreck made headlines in America -- an alien spaceship crashed in China. And pint-size descendants of the occupants are still living in a remote Chinese village today! That is the mind-bending claim made i the fascinating new book Out of Time and Place a collection of reports from the files of Fate magazine edited by Terry O'Neill. The incredible story first came to light in 1937 when an expedition led by archaeologist Chi Pu-Tei stumbled across a group of caves tucked away deep in the Bayan-Kara-Ula Mountains. In the caves were found bizarre-looking skeletons with bulbous heads and small, slender bodies -- closely matching typical descriptions of space aliens. The explorers also uncovered 716 mysterious stone discs with strange hieroglyphics on them, with the writing spiraling out from holes in the center. The discs baffled Chinese scholars until the 1960s when Professor Tsum Um Nui of the Beijing Academy of Sciences painstakingly translated a few passages. Chinese officials immediately slapped a ban on any publication of the translation -- because the results were too shocking. The hieroglyphics on the stone discs told of a crash of an alien spacecraft in the mountains 12,000 yours ago, according to researcher Hartwig Hausdorf, who penned a chapter in the book. What has become of the mysterious discs is unknown. But remarkable, Chinese folklore lends support to the translator's conclusion. In the Qinghai province, where the mountains lie, ancient legends tell of small, skinny beings with oversize heads who came from the sky eons ago. And to this day, locals live in fear of an invasion by strange-looking creatures from above. And there's more. In 1947, British scientist Karyl Robin-Evans led an expedition into the mountains -- and discovered a group of pygmy-size people who called themselves the Droza. They told him that their ancestors came from a planet in the Sirius system and crashed in this mountain area a long time ago, writes Hausdorf. Many of them were killed, but survivors adapted to living on this rough planet far from home. For decades, Robin-Evans' claims were dismissed as nonsense. But in 1995, the Associated Press reported that in the region an isolated village named Huilong had been recently discovered -- populated by 120 dwarfs ranging in height from 3-foot- 10 to 2-foot-1. Hausdorf asks, Could these people be the last living descendants of the survivors of the legendary UFO crash -- the Chinese Roswell? Published on: 05/07/2004 [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design. http://us.click.yahoo.com/XISQkA/lOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] OOT: Rumah Ketua PSMTI Dirampok, Kerugian Ratusan Juta
HARIAN ANALISA Edisi Senin, 19 Juni 2006 Rumah Ketua PSMTI Dirampok, Kerugian Ratusan Juta Medan, (Analisa) Lima penjahat bertopeng dan bersenjata api beraksi di rumah Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sumut, Eddy Djuandi alias Cuang Ching Hoa (57) di Jalan Timor II Kecamatan Medan Timur, Minggu (18/6) sekira pukul 06.00 WIB. Akibatnya korban menderita kerugian ratusan juta rupiah. Menurut keterangan korban kepada Analisa, peristiwa itu berawal ketika salah satu pembantu rumah tangganya pagi itu membuka pintu samping untuk membersihkan rumah. Setelah pintu dibuka, pembantu satu lagi keluar sambil membuang sampah persis di samping rumah. Di saat itulah tiba-tiba lima pria tak dikenal memakai topeng (cadar) mengikutinya dan langsung menodongkan senjata api. Selesai menyekap kedua pembantu di kamar, kelima pelaku langsung naik ke lantai dua dan terus menorobos kamar tidur di mana korban dan keluarganya tidur, serta langsung menodongkan senjata api. Karena pelaku memerintahkan korban untuk tidak berteriak, korban pun ketakutan. Dalam keadaan tak berdaya, kelima pria bertopeng itu menyekap keluarga korban. Dengan leluasa para perampok pun membuka brankas yang ada di rumah korban dan mengambil seluruh isinya berupa surat-surat berharga, uang tunai, perhiasan emas, HP dan lainnya. Usai beraksi, para perampok melarikan diri dengan mobil Kijang warna hitam yang diduga telah dipersiapkan para pelaku. Kapolsekta Medan Timur, AKP Zainuddin SAg ketika dikonfirmasi Analisa melalui telepon selularnya mengatakan, peristiwa tersebut bukan perampokan tetapipencurian. Sejauh ini pihaknya masih terus memburu pelaku. Sedangkan senjata yang digunakan pelaku serta kerugian korban masih dalam penyelidikan. (rt/maa) [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- See what's inside the new Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/B6DZeC/bOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Chinatown rich in Jakarta history
http://www.thejakartapost.com/[EMAIL PROTECTED]irec=0 RELIGIOUS BUSINESS: A shopkeeper sits in a store selling prayer items and offerings on Jl. Kemenangan in Glodok, West Jakarta. Religion has become deeply entwined with day-to-day trading in the area.(JP/Anissa S. Febrina) Chinatown rich in Jakarta history Anissa S. Febrina, The Jakarta Post, Jakarta On the main strip of Jl. Gajah Mada and Jl. Hayam Wuruk in Glodok, businesses both large and small are never short of customers. It has been a center for urban economic activities since the 18th century. But there's a lot more to Glodok than that. This historic neighborhood has seen some of the best and worst of Jakarta's history, including two of the city's bloodiest riots. The first was in the early 18th century, while the second followed two centuries later. As trading activities in old Batavia reached their peak during the Dutch colonial era, migrants from China flocked to the city along with trading ships. Glodok became their first residential option. By the 1720s, the economy started to slow, leaving most of the migrants unemployed, according to historian Adolf Heuken in his book Historical Sites of Jakarta. Chinese captains appointed by the Dutch failed to overcome the resulting problems. Some of the unemployed migrants started engaging in petty crime. Then-councilor Gustaaff Willem Baron von Imhoff tried to contain the problem by sending them on ships to Sri Lanka. Rumors spread that he was actually having the Chinese migrants killed at sea. On Oct. 9, 1740, the situation grew still more tense. Dutch officials raided Chinese houses and shops for weapons after a small group of Chinese rioted in Tanah Abang, Central Jakarta. An accidental house fire sparked what is now known as the Chinese Massacre. Men, women, children were murdered. Their property was taken away and their homes burnt. Two years later, Dutch governor general A. Valckenier was charged with ordering locals to slay the Chinese. It's said that history repeats itself. Two and a half centuries later, in 1998, a similar racially-motivated riot broke out. Glodok, once again, was the scene. Shops were burnt, people were killed and women were assaulted, but this time, Glodok was not the only area targeted. Furthermore, this time, no one has been charged with the crimes. Now, Glodok is as lively as it was before the riot. Inside the settlement area behind Gajah Mada, several heritage sites still stand. Locals still flock at least twice a month to four Chinese temples built in the 1700s. An old church and a mosque also add to the local color. The government decided to allow Chinese festivities in 1999, after decades of suppressing cultural activities. Local residents hold annual traditional events during Chinese New Year, and a hundred days after. The latter festivity is know locally as Peh Cun, a time when Chinese residents in Kali Besar share the joy of the New Year with their neighbors. Several street names also reflect the area's historical value. Pancoran (fountain) used to be a place where people in Batavia fetched water. The name Patekoan derives from the routine of a Chinese leader who served eight pots (teko means teapot) of water in front of his house. Meanwhile, the Angke river is a somber reminder of the 1740 massacre, when bodies were thrown into the water, turning it red. Glodok is known as a place for gambling and prostitution, as it was centuries ago. Back then, it was the only area where those two controversial activities were legalized and even taxed. Now, as it was then, Glodok is unique. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Check out the new improvements in Yahoo! Groups email. http://us.click.yahoo.com/N6DZeC/fOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Being a Chinese-Indonesia
http://www.thejakartapost.com/detaileditorial.asp?fileid=20060613.E02irec=1 Being a Chinese-Indonesia Wijanto Hadipuro, Jakarta Once I happened to meet a Chinese-American lawyer. When she found out I had married a native Javanese woman, she asked me, Has that made your life easier? Her question really made me realize some things about my position. I remember what happened when I went to get my marriage certificate. I went to the office alone, without my wife. The woman who waited on me picked up a big book and tried to find my name. She looked two or three times but could not find it. She looked at me several times before asking me whether my wife was a native. When I nodded, she was angry and asked me why I didn't tell her in the first place. She then picked up another book. I do not care what kind of book they use to register my marriage. What I care about is her expression when she found out my wife was native. Marrying a woman from another ethnicity and religion has not actually made my life easier. I have to think things over for a long time before I bring my wife and my daughter to visit my family, because most of my relatives cannot accept my wife's background. My wife has also had bitter experiences. We got married according to my religion. We both believed in Jesus Christ, but we had different religions. She was told by her religious leader that she did not belong to the faithful anymore because she got married outside her religion. I have a Chinese-Indonesian friend who is Muslim. He married a native woman. During the riots of in May 1998, I told him he was lucky that he could go anywhere safely, because he had successfully assimilated with the Indonesian majority. His answer surprised me: Nobody will ask about my religion or my wife, he said. People will look at my face and because I look like a Chinese, my religion and my wife will not save me from harm. When I visited Atlanta, I was accompanied by a black officer from the Public Works Office. Charles, I said, there are so many black people living in Atlanta, and you can work at government offices. I think it is good that there is not any discrimination against black people here. His answer, too, was a surprise. Government rules can't make discrimination disappear from my social life. he said. Not all white people want to interact socially with black people like me. A place without social discrimination would be utopia. Charles' remark reveals another fact we must accept: that government regulations can't abolish social discrimination. My wife was discriminated against in terms of her salary. She earned less than her Chinese-Indonesian friend, just because they worked at a company owned by a Chinese-Indonesian businessman. My wife with more than five years' experience at the company got only half the salary of her Chinese-Indonesian friend, who had worked for just a month at the same managerial level. Once I read an article about indicators of social tolerance. According to the article, there are three degrees of social tolerance. The worst is when somebody does not tolerate the existence of anyone from outside his group. Such a person will try to banish different people if it's not possible to make them the same as him- or herself. In the case of religion, for example, somebody from a certain religion might say someone from another belief system will go to hell. Another, less extreme example is when somebody does not tolerate other people's religious activities. A better level of social tolerance is when someone accepts the existence of different people. He or she may work together and cooperate with them, but cannot accept the different person becoming a family member, for example, through marriage. The most tolerant people are those who not only accept different people, but can welcome them as family members. This group of people is the smallest. There are only a few people who can do that, and my experience shows that people like this are marginalized both by their own groups and their spouse's groups. If you belong to this group, believe me, your life is more complicated than the lives of the other two groups. We are born with differences. That is true. But some differences are significant for certain people, and some are not. We have to accept that. It is no use to claim equality among all those inherited differences, even by way of the law. My experience proves that if you are not strong enough, you should keep your group identity as strong as possible. Assimilation and regulations cannot remove social discrimination from every corner of the world. I have never regretted my decision to marry a Javanese woman, and I will not claim equal rights to citizenship. I am happy with that as long as everybody can accept my existence. If you are Chinese-Indonesian you will be better off going to a school where there are a lot of Chinese-Indonesians and
[budaya_tionghua] Masyarakat Turunan Tionghoa Berdatangan ke Bagansiapiapi
HARIAN ANALISA Edisi Senin, 12 Juni 2006 Masyarakat Turunan Tionghoa Berdatangan ke Bagansiapiapi Bagansiapiapi, (Analisa) Ribuan masyarakat keturunan Tionghoa dari berbagai penjuru Indonesia dan luar negeri mulai berdatangan ke Bagansiapiapi, ibukota Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) Provinsi Riau untuk menghadiri tradisi ritual Bakar Tongkang. Wartawan Antara dari Bagansiapiapi, Minggu, melaporkan ritual Bakar Tongkang akan diadakan pada Senin (12/6) hari ini namun masyarakat Tionghoa mulai melakukan ritual sembahyang di klenteng tertua di Bagansiapiapi, Ing Hok King. Sebelum melaksanakan ritual sembahyang di kelenteng tertua di kota ikan itu, terlebih dahulu masyarakat mengarak tongkang (replika kapal besar yang terbuat dari kertas) mengelilingi kota Bagan Siapiapi. Tongkang yang dipikul beramai-ramai oleh warga itu kemudian disemayamkan semalam di Klenteng Ing Hok King sebelum kembali diarak dan dibakar keesokan harinya pada lapangan terbuka. Ritual Bakar Tongkang yang merupakan tradisi warga keturunan Tionghoa di bagan Siapiapi itu kini telah menjadi agenda tetap kalender Pariwisata Riau. Bahkan, rencananya kegiatan ini akan dibuka Gubernur Riau HM Rusli Zainal. Ritual bakar tongkang tidak diketahui secara pasti kapan dimulainya, namun ketika zaman orde baru (orba) ritual ini dilarang digelar dan sejak bergulirnya zaman reformasi ritual ini secara perlahan-lahan mulai digelar. Ritual itu sendiri bermakna mencari peruntungan bisnis bagi masyarakat turunan Tionghoa pada 2006 ini. Jika arah tiang layar usai dibakar arah tumbangnya ke arah laut, maka bisnis yang dilakukan masyarakat diarahkan ke laut dan sebaliknya bila arah tumbang tiang layar ke darat maka bisnis lebih banyak dilakukan di daratan. Saat ini ritual bakar tongkang menjadi salah satu andalan wisata di Riau, namun agenda itu belum dikemas secara baik oleh pihak pengelola pariwisata di Riau. (Ant) [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Get to your groups with one click. Know instantly when new email arrives http://us.click.yahoo.com/.7bhrC/MGxNAA/yQLSAA/BRUplB/TM ~- .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Kerjasama China, Dirikan Politeknik Laser
http://www.sapos.co.id/berita/index.asp?IDKategori=278id=63404 Sabtu, 27 Mei 2006 Kerjasama China, Dirikan Politeknik Laser Terobosan Pertama di Indonesia TENGGARONG. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi target utama program Gerbang Dayaku Tahap II yang dilakukan Pemkab Kukar. Makanya dalam waktu dekat, Pemkab Kukar akan mendirikan Politeknik Bidang Laser. Ini merupakan langkah terobosan pertama, Perguruan Tinggi Bidang Laser di Indonesia. Untuk membangun Politeknik Bidang Laser ini, kami akan bekerjasama dengan sebuah universitas dari Beijing, China. Ini semua adalah bagian usaha Pemkab Kukar mencari jalan, untuk menciptakan manusia unggul di daerah ini. Sehingga mampu bersaing secara global, kata Bupati Kukar Prof Dr H Syaukani HR SE MM di acara pengukuhan taks force (gugus tugas) Pemkab Kukar Selasa (23/5) lalu. Selanjutnya Syaukani yang juga Rektor Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Tenggarong itu membeberkan sejumlah rencananya, sebagai penunjang percepatan terwujudnya program Gerbang Dayaku, khususnya di sektor pemberdayaan SDM melalui peningkatan mutu pendidikan dan kesehatan. Menurut saya, kemajuan Kukar dan bangsa Indonesia tergantung kemampuannya membentuk manusia unggul. Dan semua itu tidak akan dapat tercapai tanpa keras keras dan langkah terobosan yang tepat. Mengingat persaingan ke depan tentunya semakin berat, kata Syaukani sembari menuturkan pihaknya juga berpikir untuk mendirikan Fakultas Kedokteran, Fakultas Farmasi atau Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) di daerah ini. Selain itu pengembangan Unikarta Tenggarong lainnya, juga sempat diungkapkan Syaukani. Katanya dalam waktu dekat akan dibangun kampus yang lebih refresentatif. Apalagi sekarang Fakultas Hukum di Unikarta, telah mendapatkan izin operasional sejak April 2006 tadi. Setelah adanya izin ini, maka Fakultas Hukum Unikarta sudah resmi dan sah sebagai institusi pendidikan tinggi bidang hukum. Jadi siap bersaing dengan institusi pendidikan lain di Kaltim, ujarnya. Untuk mendukung percepatan terwujudnya program Gerbang Dayaku Tahap II ini, Pemkab Kukar membentuk taks force atau gugus tugas yang mencakup 2 bidang penting pembangunan. Meliputi bidang pengawasan hukum, bidang peningkatan SDM dan bidang peningkatan ekonomi masyarakat. Saya juga menginginkan, taks force memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas SDM di Kukar. Jadi saya harapkan, antara taks force bidang tersebut dengan dinas teknis terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan (Disdik), bisa menjalin kerjasama dan koordinasi yang baik, tegas Syaukani. Taks Force Bidang Peningkatan Kualitas SDM diketuai Dr Z Heflin Frinces MSc Soc MA serta Erwinsyah SE selaku sekretarisnya. Sedangkan untuk Taks Force Bidang Pengembangan Potensi Daerah dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat, ketuanya Dr Iskandar SE MSi dan sekretarisnya Ir H Awang Yacoub Luthman MM. Mereka yang duduk di taks force ini sudah pilihan, melihat komitmen dan eksistensinya di masing-masing bidang. Sehingga diharapkan bisa lebih mempercepat tercapainya cita-cita Gerbang Dayaku II, katanya. (idn) [ Kembali ] [ Atas ] [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] A Chinese-Indonesian history of discrimination
http://www.thejakartapost.com/detailheadlines.asp?fileid=20060526.A04irec=6 A Chinese-Indonesian history of discrimination M. Taufiqurrahman, The Jakarta Post, Jakarta For more than 40 years, Hariyanto has been judged by his ethnicity. During the anti-communist pogrom in the mid-1960s, the native of Tanah Abang was accused of being a communist simply because he was a Chinese Indonesian. Even today, his religion, Taoism, is constantly confused with Confucianism and his ID card says he is a Buddhist. Years of official discrimination against Chinese-Indonesian citizens prompted Hariyanto and thousands of others to put Buddhism, one of the five religions then recognized by the government, on their ID cards. While it may just be an imprint on a piece of paper, its consequences are serious. We all have to disguise what faiths we practice because we fear that government officials will meddle in our religious affairs, Hariyanto told The Jakarta Post. When he went to worship -- the sign on the Taoist temple's main gate also stated it was a Buddhist institution. Despite this insult, ethnic Chinese like Hariyanto are so used to discrimination that they accept it as the norm. I personally don't care anymore whether or not the government recognizes Taoism or Confucianism as religions. These are our beliefs, not theirs, Hariyanto said. I don't want to talk too much about the discrimination or else I will be accused of being a communist once again, he said. A member of the Army-sponsored Student Action Front during the 1960s, Hariyanto was labeled a communist because he was reluctant to join a campaign to crush the Indonesian Communist Party. After the fall of the New Order regime, the government officially recognized Confucianism as an established religions in the country, aside from Islam, Catholicism, Protestantism, Hinduism and Buddhism. However, this acceptance has not filtered down to the lower levels of bureaucracy. Unfortunately for Hariyanto, Taoism, an offshoot of Confucianism, was not recognized. Most people here confuse Confucianism and Taoism because both are beliefs originally from mainland China. However, Taoist texts reject many of the basic assumptions of Confucianism. During his presidency, Abdurrahman Gus Dur Wahid tried to end discrimination against ethnic Chinese by officially recognizing their beliefs and culture. However, despite the policy change, most ethnic Chinese say little has changed. Daniel Lesmana, who lives in Palmerah in West Jakarta, says that being a Chinese Confucian means he is often extorted by government officials. The 45-year-old said that even if he wanted to state his real religion on his ID card, the process would be slow, costly and uncertain. Issuing ID cards and other documents to Chinese people has become a way for government officials to make money. That is why it is difficult to change their attitudes to us, he told the Post. Daniel feels Chinese Indonesians here are being unfairly singled out by officials in the country, unlike Indonesian Arabs or Muslims from other ethnic groups. Communities here are often targeted by officialdom in random ID card sweeps, especially when alleged wrongdoing by Chinese Indonesians is exposed in the media. This happened earlier this month in Makassar, South Sulawesi, where tensions in the area were high following the death of a housemaid who worked for a Chinese family. printer friendly [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Untuk mei 1998 [Hersri Setiawan]
hersri setiawan renungan 5 untuk mei 1998 1 tanah air yang indah tinggal bayangan angan huru-hara dan lautan api menyala-nyala karena singgasana diktator di ambang keruntuhan maka bagai gelombang bergulung nafsu bayangkara negara dengan goresan ujung bayonet dan sapuan butir-butir peluru mereka membikin sejarah jakarta dan di mana-mana berdarah pada akhir kekuasaan ini cina dan amoi jadi tumbal seperti pki dan gerwani menjadi pengantar kisah darah tumpah sepanjang jalan dari suara-suara yang dibantai suara reformasi 2 susunlah lalu tuliskanlah jalinan justa sebagai sejarah bahwa suharto penyelamat pancasila walaupun tanahair menjadi penjara dan lahan kapital global bahwa suharto penyejahtera bangsa walaupun mewariskan banjir bandang dan utang serta kehancuran tumpas dan bantailah kami tapi suara kami meterai sejarah tak bisa tumpas tak bisa lendah kulonprogo 14 mei 2006 [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Kaligrafi Tionghoa Terpanjang Masuk MURI
http://www.indomedia.com/bpost/052006/15/nusantara/nusa3.htm Kaligrafi Tionghoa Terpanjang Masuk MURI Surabaya, BPost Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat kaligrafi Tionghoa terpanjang. Rekor itu terukir di Universitas Kristen (UK) Petra, Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Minggu (14/5). Panjang kaligrafi Tionghoa itu 133,43 meter dan memiliki karakter 1.516 shufa. Kaligrafi dikerjakan oleh delapan pelukis selama tiga jam. Pelukis dipimpin Hu Tie Yoo, dengan anggota Bi Yao Xiang Ying, Li Jin Chang, Liang Liquan, Weng Jinggi, Lin Wen Shuo, Chen Mo Wen, dan Qiu Siqian. Rekor lukisan kaligrafi terpanjang sebelumnya tercatat di Bandung dengan panjang hanya 52,7 meter. Disaksikan dua wakil dari MURI, Sri Wifayati dan Ari Andriyani, mereka menorehkan kata-kata mutiara dan kata-kata bijak di atas kertas yang disediakan oleh para mahasiswa Jurusan Sastra Tionghoa UK Petra. Kata-kata bijak yang dikaligrafikan antara lain berbunyi, Kalau berjodoh, akan bertemu meski beribu-ribu mil, kalau tak berjodoh, takkan bertemu meski berhadapan; Kamu menang dengan gertakan, lebih baik menang dengan moral. Diterangkan Sri Wifayati, kaligrafi Tionghoa terpanjang di Bandung dicatat oleh Huang De Chang pada 26 Oktober 2003. Chang mengerjakannya seorang diri selama tiga bulan. Tapi, kaligrafi kali ini panjangnya 133,43 meter dan dikerjakan oleh delapan orang dalam tiga jam, imbuhnya. Kaligrafi terpanjang itu akan kami bentang hingga 20 Mei mendatang untuk menandai Pekan Budaya Tionghoa, yang kami gelar sejak 12 Mei hingga 20 Mei, tambah Elisa Christiana, ketua jurusan Sastra Tionghoa di universitas tersebut.ant [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Cakra Donya [Aceh]
Cakra Donya It was a gift offered by a King of China to Sultan Samudra Pasai. Made from metal, this bell was produced in 1409. The bell was moved from Pasai to Banda Aceh since Portuguese was defeated by Sultan Ali Mughayat Syah. The outer side of the bell is fully ornamed and carved in Arabic and Chinese script. (It is now faded because of time during abandonment by Dutch occupation of Banda Aceh). Inscription in Chinese characters as follow: Sing Fang Niat Fung Juut Kat Vat Co. It can be translated: Sulan Sing Fa. Poured in 12th month of 5th year. The bell is now displayed in the Negeri Museum, Banda Aceh. Measurement: Heigth 150 em, radius 50cm and circumference 100 cm. It is a structure of 10 sides (the two side front side and backside 9,75m, the other eight side 3,80m, total height [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Indonesia disappointed with Chen's moves in Batam
www.chinaview.cn 2006-05-12 15:32:32 Indonesia disappointed with Chen's moves in Batam JAKARTA, May 12 (Xinhua) -- Indonesia was disappointed on the illegal moves of China's Taiwan leader Chen Shuibian on Batam island, stressing consistency on one China policy, Foreign Ministry Spokesman Yuri Thamrin said here on Friday. The spokesman said Indonesia deplored activities carried out by the Taiwan leader beyond refueling contact and his stay here, which was longer than the period given for refueling. Indonesian expected the Chen's plane, China Airlines CI1590 arrived here on 14:00 p.m. Thursday, to leave the airport after refueling, but he stayed on the island until 10:00 a.m. on Friday, and conducted some other activities, Yuri complained. However, the spokesman said that there was no any official contact during his stay on the island, in western part of Indonesia. I have checked the governor office (of Kepulauan Riau province), there was no official contact, he noted. Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono asked the governor of the province to give a report about Chen's activity on the island and warned the governor to pay a serious attention to the matter, according to Indonesian chief security minister WidodoAdi Sucipto. We still stick on our one China policy, and we hope our relation with China will persistently strong, Yuri told a pres conference. He said the foreign ministry did not make any arrangement, as it was a technical landing only. We expect this settlement can delete any possible misunderstanding, said Yuri. He said that Indonesian Foreign Ministry will continue to coordinate with relevant parties to prevent this accident from happening in the future. Enditem [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Gelombang Demonstrasi Kian Membesar
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0605/12/nus01.html Rusuh Makassar Gelombang Demonstrasi Kian Membesar Oleh Suriani Makassar - Sedikitnya 500 mahasiswa dari Universitas Negeri Makassar dan perguruan tinggi lainnya berdemonstrasi di perempatan Jalan Tol Reformasi, Makassar, Jumat (12/5) siang. Mereka menuntut kasus penganiayaan pembantu rumah tangga yang dilakukan warga keturunan diselesaikan secepatnya. Mereka juga meminta pemerintah memberikan jaminan keselamatan kerja atau perlindungan hukum kepada pembantu rumah tangga yang bekerja pada warga keturunan. Sementara itu, kepada warga keturunan diminta agar tidak berlaku diskriminatif atau melakukan kekerasan kepada warga pribumi. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan KH Sanusi Baco LC menyerukan kepada seluruh ulama yang akan membawakan khotbah Jumat pada hari ini agar tidak menyinggung masalah SARA. Sebaliknya, mereka diimbau menenangkan masyarakat khususnya kaum muslim dan menjaga keamanan nonmuslim. Pada hari ini, kepolisian juga merencanakan mengotopsi mayat Hasniyati. Otopsi dilakukan setelah dilakukan tes kejiwaan oleh tim dari Badan Pengelola Rumah Sakit Jiwa Dadi Makassar dan Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Sulsel. Hasil pemeriksaan itu menyimpulkan bahwa Wandy Tandiawan (WT), tersangka pelaku penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga (PRT) Hasniyati dan Nurbaya, tidak mengalami sakit jiwa. Jenazah korban Nurbaya sudah dikebumikan Sabtu (6/5) di kampung halamannya di Bulu Jampi, Desa Gareccing, Kecamatan Sinjai Selatan, Sulsel. Menurut Budi, mayat korban akan diotopsi di Sinjai hari ini, setelah dilakukan koordinasi dengan Bupati Sinjai Andi Rudiyanto Asapa dan pihak keluarga korban. Menanggapi hal tersebut, Kadir, ayah korban, mengaku pasrah dan memercayakan penanganan kasus anaknya itu kepada aparat kepolisian. Ia juga yakin pemerintah bisa menyelesaikan kasus itu sesuai hukum yang berlaku. Namun, ia berharap tidak ada aksi massa untuk menyikapi kasus terbunuhnya anaknya tersebut. Biarlah yang bersalah saja yang dihukum, tidak perlu yang lainnya yang tidak bersalah ikut-ikutan menanggung kesalahan majikan Hasniyati, ujarnya lirih. Jumat ini, toko-toko milik warga keturunan terutama Tionghoa dan beberapa bank termasuk Bank BCA dan Panin masih membuka separuh dari pintunya, yakni pintu masuk saja. PRT Sinjai Mudik Menyusul adanya kasus penganiayaan PRT asal Kabupaten Sinjai yang dilakukan majikannya, PRT dari Sinjai yang bekerja di Kota Makassar ramai-ramai mudik baik karena keinginan sendiri maupun karena dijemput orang tua mereka yang mengkhawatirkan keselamatan anaknya. Khusus PRT asal Bulu Jampi, Desa Gareccing, Kecamatan Sinjai Selatan (sekampung dengan korban Hasniyati), berdasarkan informasi yang dihimpun SH, sudah 15 orang PRT yang mudik hingga Jumat (12/5) ini. Hasyim, salah seorang keluarga PRT bernama Jusmanita (17), mengaku telah menjemput putrinya itu dan lima orang keluarganya yang bekerja sebagai PRT di rumah warga keturunan maupun pendatang di Makassar. Kelima orang keluarganya itu adalah Esse, Tini, Daya, Inang, dan Nuraeni.n [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Mahasiswa Makassar Teruskan Razia Warga Keturunan
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/sumatera/2006/05/11/brk,20060511-77305,id.html Mahasiswa Makassar Teruskan Razia Warga Keturunan Kamis, 11 Mei 2006 | 13:16 WIB TEMPO Interaktif, Makssar:Unjuk rasa dengan merazia warga pecinan di Makassar terus berlanjut. Aksi ini terkait kasus tewasnya seorang pembantu setelah dianiaya oleh majikannya Selasa lalu. Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi pada Kamis pagi hingga siang ini terlihat membakar ban dan menutup jalan di depan kampus mereka. Selain merasia warga keturunan, mereka terlihat menghentikaan mobil-mobil dinas. Kordinator aksi mahasiswa Universitas Muhamadiyah, Abdul Latif Hasan, mengatakan akan terus melakukan aksi sampai aparat memberikan sanksi kepada pembunuh Harniati, pembantu yang tewas. Mahasiswa memberikan batas waktu hingga Senin kepada aparat untuk segera menyerahkan perkas acara pemeriksaan Wandi Tandiawan, majikan korban. Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar juga melakukan aksi bakar ban dan menutup jalan, dalam tuntutannya agar aparat segera menuntaskan kasus ini. Aparat keamanan belum terlihat menghalau mahasiswa ini. Irmawati [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] With Pram died Indonesian culture
http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20060507.N01 With Pram died Indonesian culture Features - May 07, 2006 Andre Vltchek, Contributor, Beijing Look what Indonesia did to me, after all that I have done for Indonesia! These were the words with which Pramoedya Ananta Toer, or Pram -- one of the greatest writers of the 20th century -- concluded long conversations with Rossie Indira and myself; conversations recently published in English as Exile and in Bahasa Indonesia as Saya Terbakar Amarah Sendirian! (I'm enraged alone), his last book and final testimony. Pram's Indonesia died more than four decades ago, crushed by the military boot of Soeharto's regime, disintegrating under weight of a savage, merciless and corrupt capitalist system, quashed by irrational religious zeal. I live in internal exile, he had said. This is not my country, anymore. Since Indonesian independence, Pram's was the lonely voice of courage and honesty. He was incarcerated during Sukarno's guided democracy for defending the rights of the Chinese minority. After the fascist, U.S.-backed military coup in September 1965, his manuscripts were burned and his work banned. Pram himself was arrested and thrown into prison, including incarceration on Buru island, where he was a prisoner of conscience for 14 years. The answer to the madness outside his prison cell was to write; to produce some of the most powerful prose in the history of Asian letters. The most important Indonesian narrative -- The Buru Quartet -- was born on Buru island, a concentration camp where some of the most outstanding minds of Indonesia were imprisoned, tortured and killed. Noam Chomsky, an American thinker and linguist who has been described by The New York Times as the greatest intellectual of the 20th century, wrote about Exile: It is a rare privilege to be able to listen to the voice of a remarkable talent, who has survived shameful abuse with immense courage and dignity, and now shares his dreams, his struggles, and his pain at the decay of the country and the culture he fought so hard to revive from centuries of subjugation... For many years, Pram had been nominated for the Nobel prize for literature, but he was never awarded one, mainly due to the conservative nature of the jury. He was often described as the Indonesian Solzhenitsyn -- Solzhenitsyn being a Russian writer and prisoner of conscience in Stalinist concentration camps, and author of Gulag Archipelago. While human rights violations by the Soviet regime were used by the West as part of their Cold War propaganda, Indonesia got away with invasions as well as internal and external genocide, as it was on our side of the border. Living in absolute isolation, Pram didn't try to hide his bitterness about the state of his nation. He openly declared that Indonesia has no culture and apart from him, there is not one writer in his country who can write more than five pages of decent prose. He defined Javanism as closely linked to Fascism -- expansionist, brutal, groupist and, at the same time, submissive to the extreme. He didn't believe in God, but in his own strength -- in the strength and creativity of human beings. Pram's latest thoughts were those of one immense lament over vanished idealism, creativity and striving for social justice in today's Indonesia. He felt desperate observing decay, claiming that there was nothing left from the dreams which he was helping to shape during the first years after the independence: Even the Dutch colonial administration was better than today's government and elites. He saw revolution as the only way to fight a system based on immorality, corruption and cynicism: The present system can't be reformed. To reform the New Order would only create a New-New Order. When Pramoedya Ananta Toer goes, the last bridge between Indonesian culture and the rest of the world will collapse, said Dan Simon, legendary publisher of the Seven Stories Press in New York, after watching my documentary film Terlena: Breaking of a Nation, in which Pram is the narrator. We both agreed that in present-day Indonesia, there is no other figure who can communicate to the world tremendous moral strength and dignity through the highest level of artistic excellence. Now Pram is gone and Indonesia is mourning. But instead of spilling tears, the greatest tribute to this extraordinary man would be to do what millions of men and women all over the world have done for decades -- read his books and understand the pain he was lately carrying inside: a burning pain born of the fact that the country he helped to build and define became nothing more than a failed state. The writer is a Czech-born American novelist, journalist and filmmaker, co-founder of the publishing house Mainstay Press and senior fellow at The Oakland Institute of Washington, D.C. He directed and produced Terlena (Complacency): Breaking of a Nation about Soeharto's dictatorship. Recently
[budaya_tionghua] WARGA KETURUNAN DISANDERA MAHASISWA UIN MAKASSAR
http://www.metrotvnews.com/ WARGA KETURUNAN DISANDERA MAHASISWA UIN MAKASSAR 09/05/2006 17:05 - Nusantara/Headline News Petugas sedang mensterilisasi kawasan Jalan Gunung Lati Mojong, Makassar. (Metro TV) Metrotvnews.com, Makassar: Puluhan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, menggelar unjuk rasa menyusul kabar tewasnya seorang pembantu rumah tangga di tangan majikannya. Sambil berorasi, mahasiswa juga menggelar razia terhadap kendaraan yang melintas di depan kampus UIN Makassar untuk mencari warga keturunan. Dalam aksi itu, dua kendaraan sempat dicegat oleh puluhan mahasiswa. Saat insiden itu terjadi, sempat terjadi kericuhan. Seorang warga keturunan dipaksa turun dari mobilnya dan langsung digiring oleh mahasiswa ke gedung rektorat. Kemudian warga keturunan bernama Frans itu dilepas setelah sebelumnya dipaksa untuk mengecam pembunuhan terhadap pembantu rumah tangga oleh majikannya tersebut. Frans mengucapkan hal itu sambil berdiri di atas kursi yang disediakan mahasiswa di depan kampus UIN Makassar. Selain itu, mahasiswa juga sempat menyandera satu unit mobil. Sementara itu, seribu personel kepolisian yang merupakan gabungan dari empat kepolisian resor di Sulawesi Selatan dikerahkan untuk mengamankan kawasan di sekitar Jalan Gunung Lati Mojong, Kota Makassar. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, polisi mengisolasi serta mensterilkan kawasan Jalan Gunung Lati Mojong. Sementara itu, berdasarkan pantauan Metro TV, pusat-pusat perbelanjaan maupun pertokoan di Kota Makassar sejak pukul 12.00 WITA hingga saat ini masih ditutup oleh para pemiliknya. Mereka khawatir akan terjadi kerusuhan di Kota Makassar setelah terjadi kerumunan sekitar seribuan massa di kawasan Jalan Gunung Lati Mojong.(AMR) [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Kekerasan terhadap Warga Keturunan
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=247084kat_id=383 Senin, 08 Mei 2006 Kekerasan terhadap Warga Keturunan Sinetron ini merupakan potret kekerasan yang pernah dialami warga keturunan di saat kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Satu lagi simpati tertuju kepada warga Tionghoa Indonesia. Potret kekerasan yang pernah dialami warga keturunan di saat kerusuhan Mei 1998 di Jakarta itu segera diangkat menjadi sebuah karya sinetron berjudul Mei Hwa Kembang Glodok. Sinetron yng naskah dan sutradaranya digarap Kardy Syaid ini menceritakan perjalanan hidup seorang perempuan Tionghoa korban perkosaan. Sinetron ini dibuat oleh Rumah Produksi Suaka Kreasinema dan siap produksi pada September mendatang. Namun, Kardy Syaid menepis sinetron yang dibuatnya ini sebagai bagian dari sikap politik. ''Ini bukan sinetron politik, tapi hanya latar belakangnya saja yang terkait politik,'' ujarnya di Jakarta, Kamis (4/5). Kardy mengaku dalam penggarapan naskah pihaknya telah terlebih dahulu melakukan riset. ''Riset yang kami lakukan itu umumnya merujuk pada peristiwa Mei 1998,'' katanya. Saat ditanya tentang sinetron ini akan secara tidak langsung membuka aib Indonesia, Kardy menegaskan,''Kami membawa pesan damai. Kasus 1998 lalu itu memang pernah ada dan pelakunya adalah para preman yang tidak berakhlak, dan bukan cermin dari bangsa ini.'' Tentang sosok Mei Hwa, Kardy menjelaskan, perempuan keterunan ini memiliki perilaku yang sangat nasionalis. Bahkan perempuan ini, katanya lagi, tetap bertahan di Indonesia meski dia mengalami konflik dengan lingkungan sekitarnya. Tokoh Mei Hwa ini tidak mempersoalkan perihal perkosaan yang pernah dialaminya. ''Saya diperkosa karena nasib saya,'' begitulah filosofi Mei Hwa seperti disampaikan Kardy. Kardy juga mengungkapkan, sinetron ini nantinya tidak hanya dipasarkan di Indonesia saja. Melainkan, beberapa negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Hongkong. ''Untuk itu sinetron ini akan didub ke dalam bahasa Mandarin dan Inggris,'' jelasnya. Untuk lebih mendekatkan hubungan emosional dengan warga Tionghoa yang ada di Indonesia, Kardy menjelaskan pihaknya bekerja sama dengan salah satu lembaga pendidikan terkemuka akan menjaring calon pemain sinetron itu melalui audisi. Rencananya proses audisi dilakukan di 15 kota besar Indonesia. ''Kita akan mulai keliling pada awal Juni mendatang,'' jelasnya. Audisi sinetron Mei Hwa Kembang Glodok ini, kata Kardy, menggunakan tajuk Bintang Tionghoa Indonesia (BTI) 2006. Dalam proses audisi itu, pihaknya juga menggandeng sejumlah sutradara tenar untuk turut terlibat sebagai anggota dewan sutradara. ''Di antaranya adalah Deddy Mizwar, Dedi Setiadi, Slamet Rahardjo, Didi Petet, Achmad Yusuf, dan lain sebagainya,'' paparnya. Pada tahap pertama proses audisi, Kardy menjelaskan, bakal dijaring 18 orang dari setiap provinsi. Mereka yang terjaring dari proses audisi itu, sambungnya lagi, akan mengikuti proses Grand Final yang dilangsungkan di Jakarta pada awal Agustus 2006. ''Dari sini, 50 dari 180 finalis yang lolos dan adu bakat di tingkat grand final memiliki kesempatan untuk dipilih menjadi pemain wanita dan pria sinetron Mei Hwa Kembang Glodok,'' jelas Kardy kembali. (akb ) [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] The China Syndrome
http://www.haaretz.com/hasen/spages/712598.html (Illustration by Amitai Sandy) The China Syndrome By Dea Hadar The process begins the moment Hilton Augusta Parker Rogers, two and a half, opens her blue eyes in the morning. The signs are plastered all over her room, on the fifth floor of the grand townhouse where she lives on Manhattan's Upper West Side - on the door, on the closet, on the pink fur chair, on the phone and on the mirror. Stuck on every object is a large white plastic card with the object's name written in big letters in two languages - English and Mandarin. The pig, the elephant and all of the other large animal sculptures and rugs scattered about the home's other floors bear similar labels. The English and Chinese signs are everywhere, there's no escaping them. The fridge, the window, the stereo, the table - all are labeled. Every morning, on the ground floor of the splendid abode overlooking the Hudson River, Hilton Augusta, nicknamed Happy, goes through the same routine. Index cards are pulled out and the blond toddler recites the morning's words in the language of far-off China: Good morning in Mandarin, milk in Mandarin and so on. And that's only the beginning. Little Happy (daughter of businessman Jim Rogers) has a week full of playgroups and activities conducted in Mandarin. Yet her main source for learning the language is her Chinese nanny Shirley, who joined the family when Happy was a year old. The rules are simple: Shirley, who lives with the family Mondays through Fridays, is only allowed to speak Mandarin with the little girl. Otherwise, how will Happy Rogers ever be ready for the 21st century? It seemed logical On a weekday afternoon, Happy and Shirley are in one of the play rooms on the top floor. As they play together, the little girl pronounces all sorts of things in Mandarin - numbers, colors, foods. Her parents look on as this unlimited globalization project blossoms before their eyes. The child calls out, Ba-Ba (Daddy in Mandarin) and Rogers is thrilled. In my view, China is going to dominate the present century, it's taking off like a rocket, says Ba-Ba in his southern drawl. And even if I'm wrong, there are still a billion and a half people who speak this language. It's not like we're teaching her Danish or something. It's still very useful. If worse comes to worse, she'll be able to work in a Chinese restaurant, he jokes. Given the substantial resources that Rogers is investing in his ambitious new project, he appears to have serious plans for his only daughter, who was born not long after his 60th birthday. In general, when Jim Rogers makes a prediction, no one jokes about it. Rogers earned fame and much fortune thanks to the Quantum investment fund he founded together with George Soros in 1970. During the Seventies, the fund made astronomical profits on its investments. Since then, Rogers has gained a name as the commodities guru, thanks to his ability to identify promising investments in commodities such as copper and sugar. He also found time to write best-sellers, like Investment Biker, that combine travel experiences and investment advice in the global arena, and is a regular commentator on the Fox network. Rogers has traveled all over the world and even broke a Guinness World Record for traversing the world by motorcycle. On another trip he took with his wife, Paige Parker, beginning at the end of the millennium, he again set out to go around the world, this time in a yellow Mercedes custom-built for the journey. The couple returned to New York after passing through 116 countries and having traveled 245,000 kilometers in three years. Their long stay in China gave them a chance to see the future for themselves. We believe that in Happy's lifetime, China will become the next big superpower, says Parker, 37. And it just seemed logical to us to give her the gift of Mandarin. Even if we're mistaken, she'll surely be able to get a job. Gu-A, Gu-A!, says the child. She means watermelon; Happy loves watermelon, and she's hungry. The family follows the labeled path to the kitchen. Shirley takes out a special children's laptop that talks and sings in Chinese when you press on objects that appear on its screen. She places it on a stool on which the word stool is written in Mandarin and English. Happy starts to press and recite. Her parents ask her to say words in Mandarin, and to count. Happy happily obliges. And then suddenly she's had enough. She slams the computer shut. The Mandarin voices are abruptly cut off and Happy says a word that has no counterpart in Mandarin - Pizza! she demands. I want pizza. Pizza! Pizza! Pizza! Know your competitor Happy Rogers may be in the vanguard, but she certainly isn't alone. In New York of 2006, Chinese songs are being warbled by a good number of Caucasian toddlers whose parents have also decided to give them the gift of Mandarin. The parents view this as a vital step in
Re: [budaya_tionghua] Kapan Perantuauan di mulai ?
Kalau tak keliru ada pastor bernama Camilo bersama-sama dengan Fidel Castro angkat senjata menumbang rezim Batsita. - Original Message - From: Sandy Suwardi Tirtasaputra [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, April 25, 2006 3:10 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Kapan Perantuauan di mulai ? Wah.. wah. apa bener tuh ada pemberontakan yg dipimpin orang2 Katolik.. Ada atau bisa diceritakan dong lengkap kisahnya... dong... Siapa tau bisa menjadi sumber inspirasi dan semangat untuk terus berjuang lepas dari perlakuan tidak adil yg selama ini terjadi hehehe jadi inget guyonan satir yg dikatakan seorang teman ke gue... Lo itu dosanya ada dua... udah oang Cina Katolik lagi... hehehe... Sandy Suwardi Tirtasaputra SSTudio - Graphic Design Advertising Jl. Gading Mas Timur Blok B-4/No. 33 Jakarta Phone : 021 - 30113299 E-mail : [EMAIL PROTECTED] - Original Message - From: liang u [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, April 23, 2006 10:41 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Kapan Perantuauan di mulai ? Taiping Tianguo adalah pemberontakan petani yang dipimpin orang-orang Katolik. LU Send instant messages to your online friends http://asia.messenger.yahoo.com .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links -- I am using the free version of SPAMfighter for private users. It has removed 417 spam emails to date. Paying users do not have this message in their emails. Try www.SPAMfighter.com for free now! .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
Re: [budaya_tionghua] Fwd: SBKRI Masih Diberlakukan di Surabaya
Banyak itu berapa dan apakah bisa disebutkan beberapa nama? - Original Message - From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Saturday, April 22, 2006 11:02 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Fwd: SBKRI Masih Diberlakukan di Surabaya - Original Message - From: odeon_cafe To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Saturday, 22 April, 2006 10:21 Subject: [budaya_tionghua] Fwd: SBKRI Masih Diberlakukan di Surabaya lho, banyak kok orang TIonghoa jadi tentara. sekarang mereka udah tua-tua. mereka itu pasukan di jaman soekarno. ada yang jadi jenderal jawabnya. tapi sejak jaman Pak Harto gimana? tanyaku lagi. jawabnya,ya, memang setelah Pak Harto agak sulit. tapi gak apa-apa kok orang Tionghoa jadi tentara. -- Sudah pernah dibahas di sini, di jaman Soeharto juga banyak Tionghoa jadi tentara, dan banyak juga yang sampai bintang. Tidak cuma bintang 1-2, yang bintang 4 juga ada... Wasalam. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links -- I am using the free version of SPAMfighter for private users. It has removed 228 spam emails to date. Paying users do not have this message in their emails. Try www.SPAMfighter.com for free now! .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
Re: [budaya_tionghua] GUITHAR CONCERT Road To Bandung Jazz Festival
Zaman dulu itu kira-kira kapan? Ini cerita mengenai Jazz di Tiongkok. Kurang lebih pada tahun 1920 menetap beberapa warga Rusia di Shanghai. Mereka ini adalah pemain musik. Mereka bergabung dengan pemain musik Tiongkok dan membentuk Jazz Band di Shanghai. Band ini menjadi orkestra utama untuk hotel yang paling terkenal di Shanghai [saya lupa nama hotel tsb], tetapi bagi yang pernah menginap atau minum bir atau makan atau berkunjung ke Shanghai umumnya diajak untuk memandang kota Shanghai, bisa dilihat dengan jelas berbagai bahagian, misal bahagian kediaman orang Jepang, Ingris, Perancis selain itu juga lalu lintas kapal sungai. Tower dari hotel tsb merupakan bagunan tertinggi di Shanghai tempo doeloe. Dari Shanghai ini terpencar Jazz ke berbagai kota besar di Tiongkok. Untuk mengetahui lebih banyak lagi sebaiknya para ahli sejarah, teritimewa tentang perkembangan musik di Tiongkok memberi tambahan atau dikonsultasi. - Original Message - From: Linda Harsini [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Saturday, April 22, 2006 11:14 AM Subject: RE: [budaya_tionghua] GUITHAR CONCERT Road To Bandung Jazz Festival Biar ada hubungannya dengan budaya tionghoa. Tanya: Apakah ada jenis musik jazz dalam musik tionghoa jaman dulu ya? Thanks. -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Steve Haryono Sent: Saturday, April 22, 2006 3:58 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: RE: [budaya_tionghua] GUITHAR CONCERT Road To Bandung Jazz Festival Maaf kalau saya bertanya, Tulisan dibawah ini sebenarnya apa hubungannya ya dengan budaya tionghoa ? Saya jadi bertanya-tanya sendiri, saya itu sedang mengikuti milis mengenai budaya tionghoa atau milis musik jazz ? steve -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of andry haryanto Sent: Friday, April 21, 2006 8:20 PM To: Uning Satya B Subject: [budaya_tionghua] GUITHAR CONCERT Road To Bandung Jazz Festival GUITHAR CONCERT Road To Bandung Jazz Festival Feel The Festival Atmoshere 29 APRIL 2006, SASANA BUDAYA GANESA prolog sampai saat ini, masih banyak kalangan yang menilai Jazz sebagai sebuah genre musik yang dikhususkan untuk kalangan-kalangan tertentu, kalangan Borjuis. Sangat disayangakan memang jika kita memandang dan menilai Jazz sebagai sesuatu yang hanya ditujukan untuk kalangan borjuis saja. Selain itu, Jazz selalu distereotipkan sebagai musik yang rumit, menjemukan, atau sulit dicerna. Mari kita melihat kembali sejarah dimana musik Jazz lahir dan tumbuh pada zaman-zaman dahulu. Jika kita ketahui, Jazz terlahir dari kalangan kulit hitam yang terdikriminasi oleh kelas-kelas dominan. Walaupun pada awalnya, pada zaman swing, Jazz lebih disajikan untuk acara dansa kaum-kaum borjuis. Bisa jadi ini menjadi salah satu faktor dari khalayak dalam menilai secara sekilas musik Jazz menjadi bagian dari musik yang menjemukan, sehingga Jazz menjadi sebuah bagian minoritas di Indonesia. Lalu, pada akhirnya perkembangan Jazz mulai dikuatkan dengan merambahnya genre musik tersebut di pelosok-pelosok New York, Chicago, dan New Orleans. Dari sinilah musik Jazz berkembang dan menjadi semacam gaya hidup masyarakat sekitar. Dari klab-klab kecil di sekitar di sini pula Jazz mulai menguatkan identitas dan karakter yang diusung oleh Jazz itu sendiri. Chico Hindarto, Pengamat musik jazz/Produser Chico Ira Productions, dalam sebuah tulisannya yang berjudul Demokrasi Dalam Musik Jazz mengatakan sekaligus mempertanyakan; Musik jazz bukan musiknya kaum ekonomi atas, tetapi lebih tepat dikatakan musiknya kaum intelektual tinggi. Perlu digaris bawahi, kaum intelektual tinggi tidak sebentuk dan sebangun dengan kaum ekonomi atas. Bukannya banyak kaum intelektual yang hidup di garis ekonomi pas-pasan? Bukan itu saja, Chico juga menulis, Fenomena lain dari musik jazz adalah keterbukaannya dengan jenis musik lain. tidak ada kata haram untuk memadukan musik jazz dengan jenis musik lain. Contoh yang nyata adalah di awal tahun 1960an ketika jazz dengan mudahnya berpadu dengan musik bossanova (samba) asal Brazil. Atau, ketika musik Art Rock sedang menjamur di tahun 1970-an, jazz dengan luwesnya meramu jazz dan rock menjadi fusion. Rasa ingin tahu musisi jazz, relatif lebih besar dibandingkan dengan musisi dari jenis musik lain. Musik jazz dengan intens menggali musik yang mereka minati. Hal ini banyak terjadi dengan eksplorasi musik etnis, seperti etnis India, Afrika, Amerika Latin atau Asia Timur. Kemudahan musik jazz untuk berpadu dengan musik lain membuat musik jazz mengalami beberapa kali peremajaan yang membuat musik jazz tetap bertahan. Lalu, bagaimana dengan Jazz di Indonesia Sendiri? Perkembangan Jazz di Indonesia belakangan ini dirasa cukup kuat meningkat. Apresiasi terhadap musik Jazz tumbuh dengan begitu pesatnya. Inisiatif untuk membuat event-event Jazz
[budaya_tionghua] Series of Sino-Saudi Accords to Be Signed During Hu Visit
http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=81093d=22m=4y=2006 Saturday, 22, April, 2006 (24, Rabi` al-Awwal, 1427) Series of Sino-Saudi Accords to Be Signed During Hu Visit Mohammed Rasooldeen, Arab News RIYADH, 22 April 2006 - Chinese President Hu Jintao will arrive in Riyadh today from Washington, on a state visit to the Kingdom at the invitation of Custodian of the Two Holy Mosques King Abdullah. In addition to high-level talks, a series of general and trade agreements will be signed during the two-day tour, the Chinese Embassy said yesterday. King Abdullah will host a dinner banquet in honor of the visiting president at his palace today. This will be President Hu's first visit to the Kingdom as president and he is scheduled to hold talks with King Abdullah for one hour following the welcome ceremony hosted by the Saudi king in his palace tomorrow, a spokesman from the embassy told Arab News. Hu's visit to Saudi Arabia comes only three months after King Abdullah made a trip to Beijing in January, the first by a Saudi king since diplomatic relations were established in 1990. During his visit, King Abdullah oversaw the signing of five economic deals, including an energy framework agreement that the two sides will flesh out in Riyadh. This will be the second meeting of the top leaders of the two countries this year, the embassy spokesman said, recalling King Abdullah's to China visit, his first overseas trip since his ascension to the Saudi throne in August last year. He added that King Abdullah extended an invitation to President Hu to visit his country and it was readily accepted by the Chinese president. The last Chinese presidential visit to the Kingdom was in 1999 by Jiang Zemin. The Kingdom remains China's largest oil supplier and the biggest trade partner in the Middle East with bilateral trade reaching $16 billion in 2005, up 56 percent over the previous year, the official said. Last year, China imported 22.18 million tons of crude oil from the Kingdom. Saudi exports to China in 2005 were valued at $9.3 billion, an increase from $6 billion in the previous year. Its imports have also increased from $3 billion in 2004 to $4 billion this year. The Saudi Arabian General Investment Authority has issued licenses to 36 Chinese joint ventures worth $480 million, 73 percent of which is funded by Chinese businessmen. According to Abdul Rahman Al-Rashed, chairman of the Saudi Council of Chambers of Commerce and Industry, Saudi businessmen will hold talks with their Chinese counterparts to identify new areas of cooperation in trade. The topics that will be taken up for discussions include setting up of a Saudi-Chinese Bank, holding of trade exhibitions in the two countries to promote each other's products and services, setting up of Saudi and Chinese trade offices in the host countries and establishing free trade between the two countries. This will be a good opportunity for the two countries to strengthen bilateral trade to cater to the growing demand for Chinese and Saudi products and services, Al-Rashed said. President Hu will also hold talks with Crown Prince Sultan, who will host him at a luncheon today. He will discuss regional matters with GCC Secretary-General Abdul Rahman Al-Attiya and pay a visit to the SABIC headquarters in Riyadh. He is scheduled to visit the Shoura Council, where he is expected to deliver a speech on bilateral relations. During the visit, the two governments will sign a series of agreements on cooperation in sports and youth programs, energy and health affairs. The agreement on health cooperation will include exchange of medical experts between the two countries and introducing traditional Chinese medicine into the Kingdom. The president will meet the Saudi businessmen in Riyadh at Royal Guest Palace and will receive businessmen and members of the Chinese community in the Kingdom at a reception at the Chinese Embassy premises. In the Eastern Province on Sunday, Hu is expected to hold talks with Prince Muhammad ibn Fahd and visit the King Fahd Causeway and Saudi Aramco in Dhahran. Prince Muhammad will host the president a dinner at his palace. President Hu will also visit Morocco, Nigeria and Kenya as part of his tour. For decades China has played on its solidarity with developing African nations for influence, but in recent years Beijing has looked to the continent as a source of energy and natural resources as well as a growing market for its goods. -- I am using the free version of SPAMfighter for private users. It has removed 271 spam emails to date. Paying users do not have this message in their emails. Try www.SPAMfighter.com for free now! [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung :
[budaya_tionghua] 40 Tahun yang Lalu
RIAU POS Sabtu, 08 April 2006 40 Tahun yang Lalu Pada awal tahun 1960-an, Pemerintah Kerajaan Inggris membuat keputusan untuk menyatukan federasi tanah Melayu, Singapura, Brunei Darusalam, Serawak dan Borneo Utara (Sabah) menjadi negara yang disebut negara Federasi Malaysia dengan Ibu Kotanya Kuala Lumpur. Keputusan pemerintah kerajaan Inggris tersebut menyebabkan protes yang keras dari pemerintah Republik Indonesia atau Pemerintah Soekarno pada waktu itu. Alasan yang dikemukakan pada waktu itu antara lain gagasan tersebut telah mematikan hasrat rakyat Serawak dan Sabah untuk menjadi negara merdeka. Gagasan Pemerintah Inggris itu didukung dengan kuat oleh Perdana Menteri Federasi Tanah Melayu Tengku Abdurahman Al Haj dan Perdana Menteri Singapura pada waktu itu Lie Kuan Yeow. Dalam perjalanan pembentukan negara baru Federasi Malaysia tersebut, pertama tersandung oleh mundurnya Brunei di tengah jalan dan tinggalah empat negara saja yang terus maju yaitu Federasi Tanah Melayu, Singapura, Serawak dan Borneo Utara (Sabah). Selanjutnya setelah berjalan beberapa waktu pada 9 Agustus 1966 giliran Singapura keluar dari federasi tersebut, dan mengumumkan kemerdekaannya. Keluarnya Singapura dari Federasi Malaysia disebabkan pertentangan yang hebat antara Tengku Abdurahman dengan Lie Kuan Yeow. Tengku Abdurahman menganggap Singapura tidak patuh pada Kuala Lumpur sedangkan Lie Kuan Yeow merasa terlalu banyak didikte oleh Kuala Lumpur. Pemerintah Indonesia sendiri terus mengadakan perlawanan untuk menggagalkan pembentukan negara Federasi Malaysia tersebut terutama melalui perang urat syaraf baik cetak maupun elektronik di samping mempersiapkan pasukan-pasukan tempur dan yang lebih banyak lagi sukarelawan-sukarelawan sipil yang dikirim ke perbatasan terutama di Kepulauan Riau maupun perbatasan Serawak dan Sabah. Puncak dari penentangan Pemerintah Republik Indonesia ialah diumumkannya Komando Dwikora yang antara lain berbunyi, bubarkan dan ganyang Malaysia. Komando tersebut dibacakan sendiri oleh Presiden Soekarno pada September 1963. Maka sejak itu di seluruh Indonesia dikobarkan semangat Ganyang Malaysia tersebut, bukan saja melalui radio tetapi juga melalui penyusupan-penyusupan ke tanah Melayu. Dan sejak itu Kepulauan Riau yang pada waktu itu merupakan daerah luar Pabean (Buiten Told Gebied) dimana perdagangan dengan Singapura tidak berlaku ketentuan yang diatur oleh Bea Cukai artinya semua barang yang masuk (impor) dan keluar (ekspor) bebas dari ketentuan. Sejak itu Kabupaten Kepulauan Riau yang semua keperluannya didatangkan dari luar negeri (Singapura) mengalami kesukaran yang luar biasa. Karena semua keperluan pokok sekarang harus didatangkan dari Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Karena tanpa persiapan yang memadai Kepulauan Riau yang tadinya berpuluh-puluh tahun tidak pernah mengalami kesukaran kini harus menyesuaikan semua peraturan perdagangan yang normal. Sejak diumumkannya komando Ganyang Malaysia oleh pemerintah atau Kogam sebagai pengganti Komando Tertinggi atau Koti. Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul akibat konfrontasi dengan Malaysia di daerah perbatasan, Komando Ganyang Malaysia membentuk beberapa komando antara lain Kopendasan (Komando Pembangunan Daerah Perbatasan) yang menangani masalah perbatasan baik ekonomi, sosial, dan lainnya. Kegiatan Ganyang Malaysia yang dilakukan terutama di daerah perbatasan sangatlah melelahkan karena kegiatan tersebut dilakukan dengan tanpa persiapan yang cukup di bidang logistik dan lain-lain sehingga kita menyaksikan betapa tidak siapnya pasukan kita waktu itu untuk menghadapi pihak lawan. Tiba-tiba bagaikan petir di siang hari, melalui RRI Jakarta pada 1 Oktober 1966 pengumuman ada pengambilalihan pemerintah oleh gerakan yang dinamakan Gerakan 30 September PKI. Gerakan tersebut telah melakukan teror luar biasa dengan melakukan pembunuhan terhadap jenderal-jenderal senior antara lain yakni Ahmad Yani, DI Panjaitan, Suprapto, S Parman, dan lainnya. Sedangkan pembunuhan terhadap AH Nasution tidak berhasil. Usaha kudeta G30S PKI tersebut dapat digagalkan oleh Jenderal Suharto, dengan bantuan pasukan tempur RPKAD yang dipimpin oleh Sarwo Edi. Keganasan yang dilakukan G30S PKI tersebut mendapat tantangan keras dari rakyat terutama mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam berbagai organisasi yang akhirnya membentuk kesatuan-kesatuan aksi pada tahun 1966 yang disebut Angkatan 66. Munculah nama-nama kesatuan aksi seperti KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia), KABI (Kesatuan Aksi Buruh Indonesia), dan lainnya. Kesatuan-kesatuan aksi tersebut melakukan demonstrasi-demonstrasi yang terkenal dengan tuntutannya Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat) yang salah satu tuntutannya adalah pembubaran PKI (Partai Komunis Indonesia). Dalam demo-demo tersebut telah jatuh beberapa korban
Re: [budaya_tionghua] DARI Saya - dari KOLOM SAYA
Sorbon ini harus bisa memberi keterangan karena dia pernah berdiam di Tiongkok bertahun-tahun. - Original Message - From: Nasir Tan [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, April 07, 2006 7:33 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] DARI Saya - dari KOLOM SAYA Sobron Aidit [EMAIL PROTECTED] wrote:Sobron Aidit : D A R I S a ya - dari K O L O M S A Y A Sangat banyak pendapat dan pandangan dan berbagai pikiran mengenai yang tadinya bertema MANAKAH YANG BANYAK - ORANG-ORANG DARI NEGERI SOSIAIS MELARIKAN DIRI KE NEGERI KAPITALIS ATAUKAH ORANG-ORANG DARI NEGERI KAPITALIS MELARIKAN DIRI KE NEGERI SOSIALIS. Lalu tema ini berubah semakin luas - melebar menjadi APAKAH SOSIALISME PUNYA HARI DEPAN?Lalu kata Sosialisme diubah menjadi MARXISME. Dan diskusi - isi posting bertambah banyak dan berbagai ragam. Lalu banyak teman yang memang berkehendak baik - bermaksud baik - menanyakan mengapa saya kurang aktive ikutserta dalam pendiskusian yang padahalkatanya dulunya adalah seorang guru SPC - Sekolah Partai Central dan guru MDH lagl!. Lalu kepada saya banyak sekali pendapat - kritik - hujatan - sampaimaki-makian - pelecehan - merendahkan - mengejek dan sebangsanya itu. Sudah saya tulis bahwa saya menerima itu semua dengan senang hati dan samaskali tidak merasa sakit hati apalagi dendam. Ada lagi yang mengatakan, kok sehabis nulis melempar bola panas lalu tiba-tiba nulis tentang Amien Rais - dan demokrasi Amerika lalu malah nulis KlubTertawa.gimana sih! Agar semua teman juga tahu - sudah saya katakan - saya bebas menulis apa saja - tentang apa saja. Saya bebas mulai dengan yang ini - lalu berhenti - dan lalu nulis yang lain lalu yang lain lagi. Saya menulis dalam segala cuaca segala espace apa saja. Dari menulis tentang pertentangan Israel - Palestina - Lalu Peta Politik Indonesia Kini - lalu besoknya saya nulis tentang Bacaan Ringan - tentang cucu saya Berry - pemain bola harapan berusia 10 tahun! Lalu tentang ke pasar beli cabe - beli ikan teri dan terasi. Saya tidak terikat pada satu tema. Tentang menulis tema besar yang sangat luas ini - saya sudah katakan pada tulisan saya - bahwa saya tidak mampu memprakarsainya - memimpinnya - memegang kendalinya. Sudah saya usulkan agar ada teman lain yang saya anggap mampu dan pandai membawakannya. Pasal pelajaran teori yang dulu-dulu, saya sudah banyak lupa - sebab semua buku-buku saya yang barangkali dari ratusan sampai ribuan - sudah habis dirampas - dibakar - dibuang oleh tentara dari ruMh saya di Tebet - Jakarta dan Gondangdia Lama Jakarta. Buat suatu diskusi dengan tema begini luas dan begini ilmiah begini makan-pikiran - tidak mungkin tanpa buku bacaan yang lengkap. Dan saya sudah berpisah dengan semua ajaran dan ilmu yang dulu saya geluti sampai tahun 1963 - sudah itu saya tidak pernah lagi membacai buku-buku itu. Dan ketika saya membacai uraian teman-teman tentang isi tema akbar ini - bukan main saya merasa sangat ketinggalan - dan saya tak punya daya apa-apa. Karena otak saya samasekali kosong melompong - sudah sangat jauh dari ilmu-terori buku-buku itu. Dan saya sangat sedih - tidak mungkin saya dengan aktive lagi ikut-serta dengan teman-teman yang begitu hebat - begitu fasih dengan segal terori revolusi dan ajaran Marxisme. Jadi maafkanlahsaya - jangan terlalu banyak mengharapkan saya. Biarkanlah saya menjadi diri saya sendiri. Biarlah si sobron menulis CORAT-CORET - OBROLAN MALAM - SERBA-SERBI - MENU MASKAN - BACAAN RINGAN dan sebagainya yang sangat cetek - sangat ringan - dan sangat tidak ada artinya bagi REVOLUSI dan ajaran MARXISME. Dan hanya begitulah yang dia bisa - hanya begitu sajalah kemampuan dia sebagai pengarang - biarkanlah dia mau nulis apa saja - asal ada faedahnya bagi sementara orang. Jadi bebaskanlah saya mau menulis apa - boleh diejek - dihina - dihujat - tetapi jangan dilarang - biarkanlah dia menjadi dirinya sendiri. Tokh di sini tidak ada ikatan apa-apa - tidak ada ketergantungan organisasi. Saya akan sangat senang pabila orang masing-masing pandai dan dapat menghargai satu sama lain - menghormati kebebasan harkat kemanusiaannya antara satu kepada yang lain. Itu saja dulu,- Paris,- 6 April 06,- Komentar : Sejak saya bergabung di milis ini, saya sudah sering melihat tulisan Pak Sabron Aidit. Saya kagum melihat tulisan-tulisannya yang mana menurut saya lain dari yang lain. Namun demikian, saya pribadi tidak memiliki pengetahuan/back ground tentang apa yang dituliskannya yang mana kebanyakan adalah sejarah atau pengalaman pribadinya beliau sendiri. Sehingga tentu tidak akan nyambung kalau saya menanggapi karena beda. Tetapi saya mau mengatakan bahwa tulisan beluai memang menarik dan unik dan bagi yang memiliki background yang sama dengan beliau ini bisa merupakan suatu inpirasi ataukah bahan renungan yang baik. Saya tertarik
[budaya_tionghua] Masih Ingat Souw Beng Kong?
http://www.suarapembaruan.com/News/2006/04/04/index.html SUARA PEMBARUAN DAILY Masih Ingat Souw Beng Kong? Makam Souw Beng Kong, salah satu tokoh yang berperan penting dalam perkembangan sejarah Jakarta, yang kini kondisinya tak terawat.[Pembaruan/Aa Sudirman] Ada yang masih ingat Souw Beng Kong? Siapa dia? Mungkin pertanyaan itu yang akan kita dengar jika nama Souw Beng Kong kita sebutkan. Namanya memang jarang terdengar. Warga Jakarta termasuk yang sering disebut keturunan Tionghoa pun, bisa jadi banyak yang tidak mengetahui namanya. Apalagi kiprahnya pada masa lalu. Tapi pemilik nama itu sebenarnya punya hubungan erat dengan Jakarta. Ia hidup saat ibu kota Indonesia ini belum lahir. Indonesia, artinya, belum berdiri. Souw Beng Kong hidup saat wilayah yang sekarang menjadi ibu kota Negara ini, masih merupakan wilayah kekuasaan VOC, persekutuan dagang Hindia Timur. Singkat kata, saat itu penduduk yang wilayahnya saat itu disebut Batavia, masih merupakan jajahan kelompok pengusaha Belanda yang mempunyai kemampuan militer dan adiministrasi. Souw Beng Kong adalah Kapitan Cina Pertama di Batavia pada 1628. Dengan kedudukannya itu, ia bisa dikatakan sebagai pria yang ikut menentukan wajah Batavia masa itu. Tugas utamanya sebagai kapitan ialah, mengurus semua warga Tionghoa di Batavia. Ia juga mempunyai tanggung jawab sebagai juru bicara warga Tionghoa pada masa jabatannya. Tugas yang tidak ringan, tentunya. Dari sisi politik perjuangan mengusir penjajah dari bumi Indonesia, Souw Beng Kong bisa dikatakan sebagai kawan Belanda. Persahabatan pribadinya dengan Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen sangat dikenal pada masa itu. Tapi melupakan namanya dari ingatan sejarah jelas tidak tepat. Sepak terjangnya saat berkuasa merupakan masalah yang layak jadi bahan kajian. Setidak-tidaknya agar warga Jakarta mengetahui sejarah masa lalu kotanya. Upaya ini yang tampaknya mendorong Komunitas Peduli Sejarah dan Budaya Indonesia (KPSBI)- Historia mencantumkan kunjungan ke makam Souw Beng Kong sebagai salah satu kegiatannya. Kunjungan yang unik itu dikemas dalam program Jakarta Trail Mangga Doea, Kampoeng Petjah Kulit. Pengetahuan tentang bentuk dan lokasi makam Souw Beng Kong diharapkan bisa menjadi titik awal dari kesadaran warga Jakarta untuk lebih mengetahui sejarah kotanya. Harapan lainnya, tentu saja untuk menjadikan lokasi makam itu sebagai tujuan wisata dalam kota yang menarik. KPSBI-Historia memang didirikan untuk memperkenalkan sejarah dan kebudayaan Jakarta melalui pengenalan benda cagar budaya. Jalan Kaki Dalam programnya untuk menyusuri lokasi-lokasi yang nyaris terlupakan, KPSBI-Historia berhasil menjaring 130 peserta. Sejak Minggu (2/4) sekitar pukul 08.00, 130 peserta dan beberapa relawan KPSBI-Historia sudah berkumpul di halaman Museum Bank Mandiri di Jalan Lapangan Stasiun Kereta Api, Jakarta Kota. Museum itu tadinya merupakan gedung Bank Eksim. Jauh sebelumnya, tepatnya sejak 14 Januari 1933 itu gedung itu diberi nama Nederlandsche Handel Maatshapppij (NHM) ke 10. Gedung bergaya klasik Art Deco yang unik itu menjadi tempat pertemuan sekaligus tempat rombongan melalui perjalanannya. Peserta yang telah membayar Rp 50.000 mendapat penjelasan singkat dari panitia mengenai sejarah beberapa bangunan dan tempat yang akan dikunjungi. Sebuah kotak kecil berisi kue, pisang goreng, air minum, dan buku panduan juga dibagikan. Puas melihat-lihat bangunan unik itu, peserta kemudian berjalan kaki mengunjungi Gedung Bank Indonesia yang tidak jauh dari Museum Bank Mandiri. Gedung Gereja Sion yang dibangun 20 April 1639, menjadi sasaran selanjutnya. Gedung lainnya yang mendapat kunjungan ialah Stasiun Kereta Api Jakarta Kota yang lebih dikenal dengan nama Beos. Usai mengamati gedung yang masih berdiri tegak namun kotor itu, peserta kemudian mengunjungi gedung SMPN 22 yang dibangun pada 1910. Lokasi menarik lainnya yang juga tidak luput dari pengamatan peserta ialah bekas tanah milik keluarga Pieter Erberveld, makam Raden Ateng Kartadriya, Masjid Mangga Dua, dan makam Souw Beng Kong. Makam kapitan Cina itu ternyata terletak di wilayah yang sulit dibayangkan. Di tengah terik panas matahari, peserta harus berjalan menyusuri Jalan Pangeran Jayakarta sebelum menemukan papan penunjuk jalan bertuliskan Gang Taruna. Tepat diujung gang terlihat tulisan pangkalan ojek. Ada penjual pulsa telepon di sayap kiri dan penjual makanan. Di gang itu, sejumlah pengojek dan penduduk setempat terlihat tengah bermain catur. Saya belum pernah ke tempat ini seumur hidup. Padahal saya lahir dan besar di Jakarta. Nama Souw Beng Kong hanya pernah dengar selintas, kata Widjaya, salah seorang peserta jalan-jalan sambil menanti giliran masuk ke dalam gang. Peserta memang harus dibagi dalam bebebera kelompok dan berbaris masuk ke dalam gang, karena sempitnya jalan masuk. Bentuk Unik Gang Taruna memang sempit dan kumuh. Rumah penduduk sangat rapat. Di pinggir
[budaya_tionghua] The new socialist cityscape
http://www.atimes.com/atimes/China/HC28Ad03.html Mar 28, 2006 The new socialist cityscape By Kent Ewing HONG KONG - With growing rural unrest over land seizures prompting Chinese leaders to shift their focus to building a new socialist countryside in the recently announced five-year plan, it is easy to forget that the state of affairs in Chinese cities is hardly ideal. Disgruntled urban homeowners are also fed up - with random fees, inadequate services, illegal structures, unscrupulous property developers and indifferent local officials. Increasingly, they are turning to protest - and even violence - to demand their rights. Indeed, perhaps it is time for Chinese leaders to consider a new socialist cityscape in addition to their much-ballyhooed rural strategy. Unlike with rural protests - 87,000 incidents of which were officially recorded last year, a 6% increase over 2004 - no official tally is kept on urban unrest sparked by property disputes, but examples abound. At the core of the problem is the lack of any viable property law in China, despite the adoption of a constitutional amendment by the National People's Congress (NPC)in 2004 protecting private property rights. The vagueness in the language of that amendment, however, spurred legal scholars to draft legislation with more specific guarantees for property owners, and that bill was scheduled to be adopted earlier this month at the NPC's annual plenum in Beijing. But a funny thing happened. The draft law became the subject of an intense debate between reformers and conservatives that spilled over into the normally placid, rubber-stamp NPC and resulted in the bill being shelved for at least another year. Proponents say the bill would provide long-overdue legal recognition of private property rights and guarantee compensation when property is expropriated - a frequent occurrence and flash point for angry protests in Chinese cities, as well as in rural areas. But a resurgent group of Marxist conservatives argues that, by encouraging privatization, the law would widen the gulf between the rich and the poor and exacerbate social unrest. Drafters had been fine-tuning the bill for eight years before a prominent Marxist legal scholar at Peking University, Gong Xiantian, blasted the proposed law in an open letter posted on the Internet and also mailed to Wu Bangguo, chairman of the NPC's Standing Committee. Gong maintained that the bill violated the country's socialist constitution because it gave equal protection to private and state-owned property. Socialist principles dictate that the state's rights supercede those of the individual, Gong wrote, and conservatives were quick to jump on his bandwagon, effectively killing any chance the legislation would be passed this year. The conservative attack provided quite a contrast to a simple explanation of its merits that appeared in the government-controlled China Daily 18 months ago. Comparing a homeowner's property to a glass cup, the anonymous article said: For example, you can keep your cup on your desk, sell it or even smash it, so long as you are the legal owner of the cup. Everyone else has the obligation not to hinder you from exercising these rights. However, if someone smashes it, he or she will be liable to pay the cup owner. At that point, Gong's letter had not been written, and no one knew that conservatives would muster the influence to quash the draft legislation. And, in the wake of their success, China's property developers are free for at least another year to continue dipping into a bag of dirty tricks that, while lining their pockets, have inspired demonstrations all over the country. A litany of complaints The fact that farmland remains collectively owned in China complicates peasants' claims for compensation when their land is seized for industrial purposes. In cities, however, private ownership is recognized. Nevertheless, without legal protection, such recognition has not provided much help to homeowners - who, according to Human Rights Watch, are routinely evicted without legal recourse, especially in Beijing, as the country prepares for the 2008 Olympics to be hosted there. But evictions are not the only problem. Homeowners have voiced a litany of complaints, and the response from local governments and property management firms has ranged from indifference to violent suppression of their grievances. Just ask Li Gang, a member of a residents' committee in a development called Huanan New City in the southern metropolis of Guangzhou. Last month, three days after Li had led hundreds of fellow residents and businessmen in a protest against a property management company's arbitrary decision to cancel a shuttle bus that had previously served their estate, he found himself in a hospital, fighting for his life. Thugs had forced their way into his home and beaten him so severely that his spleen was ruptured.
[budaya_tionghua] Re: [koran-sastra] LATIHAN BELAJAR MENGINGAT ( Anti-Lupa dan Anti-Pikun )
Apakah ada latihan bagi yang dulu tidak tahu dan sekarang lupa? - Original Message - From: Sobron Aidit [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; budaya_tionghua@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, March 23, 2006 1:12 PM Subject: [koran-sastra] LATIHAN BELAJAR MENGINGAT ( Anti-Lupa dan Anti-Pikun ) Sobron Aidit : L A T I H A N M E N G I N G A T ( Anti-Lupa dan Anti-Pikun ) Seseorang pabila sudah tua - adalah wajar kalau sering lupa atau mengarah kepada pikun. Tetapi suka lupa atau sering lupa atau pikun terkadang tidak tergantung pada usia. Ada orang yang sudah mau berusia 80 tahun - tetapi pikirannya cukup jernih dan samasekali tidak pikun. Sebaliknya ada yang belum sampai berusia 60 tahun tetapi sering atau suka lupa dan sudah mulai pikun. Semua ini tergantung pada kesehatan seseorang - kondisi kesehatan masing-masing. Saya banyak memperhatikan dan menyelidiki bagaimana seseorang itu menjadi begitu tua - tetapi jauh dari pikun - dan pikirannya jernih - masih cukup terang - jelas dan tajam. Dan termasuk punya usia lanjut tetapi cukup sehat. Sejak saya tinggal di Tiongkok - saya sudah mulai mempelajari dan banyak mau tahu - kenapa seseorang itu lekas lupa dan lekas pikun dan lekas tua - walaupun usia sebenarnya belum tua. Kebanyakan yang saya lihat - orang-orang berusia lanjut - tetapi kesehatannya masih cukup baik - dan pikirannya jelas - jernih dan masih tajam ingatannya - kebanyakannya adalah para jenderal-tua. Dan para jenderal-tua ini adalah pengikut aktive perjuangan ketika Long March dulu itu = 1934. Para jenderal tua ini, selalu banyak geraknya - selalu bekerja badan - selalu aktive bergerak - selalu ikut bekerja - menggerakkan otaknya - pikirannya. Dan sudah itu saya cari apakah ada orang-orang lain yang bukan tentara bukannya jenderal, tapi punya kesehatan yang baik - masih fit dan pikirannya jernih dan tajam. Ternyata ada dan sama saja - jadi bukan karena dia jenderal! Yang pokok adalah karena seseorang itu selalu aktive bekerja badan - selalu menjalankan otaknya - selalu berpikir dan samasekali tidak malas. Ini yang pokok. Lalu kenapa saya mengambil fokus jenderal? Karane para jenderal ini sudah terdidik sudah terdisiplin buat bekerja - buat turut berproduksi - buat menjalankan otaknya. Rupanya dari segi ini yang bikin saya menyimpulkan mengapa kok para jenderal itu punya kesehatan yang baik dan pikiran yang tajam. Siapapun rupanya bisa seperti orang-orang yang saya lihat dan perhatikan serta amati itu. Syaratnya yalah, mau bekerja badan - mau berproduksi - aktive selalu dalam kehidupannya sehari-hari - dan menjalankan serta menggerakkan otaknya. Sudah sering saya tulis - bahwa musuh pokok orang-orang pensiunan - orang-orang tua yalah duduk berjam-jam nonton televisi! Malas bekerja badan - malas menggerakkan otak - malas berpikir - tidak aktive dan sangat pasive dalam segala soal! Nah, orang-orang begini biasanya akan lekas dan sering lupa dan lekas pikun - mudah kelupaan apa saja. Tidak bersemangat dan loyo - lekas capek - berat sekali buat menggerakkan badan dan pikirannya. Padahal dia samasekali bukannya orang gemuk dan bukannya orang gendut. Sebab tidak sedikit orang gemuk dan orang gendut yang lincah dan cekatan dalam bekerja maupun berpikir. Buat mengatasi anti-lupa dan anti-pikun, baik juga melatih diri buat membiasakan berpikir - melatih pikiran. Saya biasanya ketika dulu-dulunya - atau sejak lama, terbiasa mengingat kemaren dulu saya makan apa ya. Lalu kemaren saya makan apa. Dan ketika Hari Minggu beberapa hari yang lalu - saya ke mana saja ya - dan makan apa. Saya sering menghafalkan nama-nama stasiun sejak keberangkatan saya dari Paris ke Amsterdam - dan sebaliknya ketika pulangnya. Juga menyebutkan stasiun apa saja yang disinggahi RER dari kota kami Val de Fontaney ke Disneyland Park - yang ada 7 stasiun. Juga saya masih ingat - maskapai penerbangan apa saja yang saya pernah tumpangi. Dan yang menurut saya paling comfortable adalah Suissair - Swissaire. Dan MAS paling enak makanannya. Dan di rumah saya itu ada 12 pintu - termasuk pintu gudang - pintu balkon saja ada dua pintu. Dan sudah berapa kali saya datang ke Jakarta semenjak dari tahun 1993 dulu itu - di mana ketika kami buat pertama kalinya ke Jakarta setelah genap 30 tahun berpisah dengan tanahair. Apa dan di mana ketika saya pada malam 31 Desember 1999 - mau Tahun Baru tahun 2000? Orang banyak salah tulis - menulis dengan millenium - ini salah - mestinya mllennium - double l dan double n. Lalu salah menulis bandara Amsterdam - Holland, dengan Schipol - mestinya Schiphol - h-nya ada dua! Ada kejadian apa
[budaya_tionghua] RUU Penghapusan Diskriminasi Sangat Sensitif
http://www.suaramerdeka.com/harian/0603/11/nas11.htm RUU Penghapusan Diskriminasi Sangat Sensitif SEMARANG - Materi rancangan undang-undang (RUU) tentang penghapusan diskriminasi ras dan etnis, sangat sensitif bagi masyarakat Indonesia. Guru Besar Fakultas Hukum Undip, Prof Dr Satjipto Rahardjo menyarankan pengesahan regulasi itu perlu hati-hati dan harus melalui kajian mendalam. ''Sebelum disahkan DPR, perlu dilakukan penelitian, kajian, dan studi banding ke luar negeri; tetapi tidak perlu harus datang langsung ke negara lain. DPR bisa memanfaatkan internet untuk mendapatkan data-data implementasi regulasi sejenis di negara lain,'' katanya di hadapan Panitia Khusus (Pansus) RUU Penghapusan Diskriminasi, di Ruang Senat Undip Pleburan, Semarang, Jumat (10/3). RUU Penghapusan Diskriminasi sangat memungkinkan timbulnya efek yang tidak terduga, sehingga dia menyarankan adanya studi antisipatif. Yakni, andai peraturan itu benar-benar disahkan, maka DPR perlu memikirkan efek, akibat, dan segala kemungkinan yang bisa terjadi sebagai imbas dari terbitnya UU tersebut. Pansus RUU itu datang ke Undip untuk berdiskusi dengan sejumlah akademisi dari PTN/ PTS se-Jateng. Mereka berharap, kedatangannya ke universitas itu bisa memperoleh masukan mengenai materi RUU tersebut. Hadir dalam kesempatan itu antara lain Bisri Romli (dari Fraksi PKB), FX Suharno (Partai Demokrat), Dedi Sutomo (PDI-P), Rizal Bachtiar (PBR), dan Bambang Sadono (Partai Golkar). ''Tidak selalu keberadaan suatu UU bisa memecahkan masalah. Sebaliknya, justru bisa menimbulkan persoalan baru, kalau dalam pembahasannya ternyata tidak hati-hati, tidak cermat, dan tidak bijaksana.'' Dia menyarankan anggota DPR untuk berkonsultasi dengan para ahli; pakar sosiologi, antropolog, psikolog, dan ekonom. Pasalnya, diskriminasi bisa bernilai positif maupun negatif. Bernilai positif, misalnya, kalau dilakukan untuk memberikan keuntungan kepada warga negara yang berada dalam status tidak diuntungkan, yakni bisa dalam segi ekonomi, sosial, dan ras. Rancangan tersebut, imbau dia, perlu memasukkan asas kehidupan dalam suasana harmonis. (H7-41a) [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Re: Orang Cina ada dan mau yang jadi PNS?
Pernah terjadi di Ambon, yaitu pada kantor gubernur Maluku.. 30 orang pegawai non muslim dipecat dan ditempat mereka ditempat pegawai beragama Islam. Bukan itu saja malah ada gereja yang dilarang lonceng gereja berbunyi pada hari minggu karena bapak gubernur beristirahat. - Original Message - From: Martha J. [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, March 09, 2006 5:59 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Orang Cina ada dan mau yang jadi PNS? saya jadi ingat jaman dulu tahun 1980, ada seorang anak buah saya, wanita jawa yang sangat jawa, agama budha, yang cerita dia ditolak kerja di lingkungan perusahaan pemerintah karena agama budhanya itu. Terang2an ketika menghadap personalianya, dibilang bahwa dia ditolak karena bukan islam. Tapi teman sekantor saya yang lainnya, yang chinese, lelaki, sarjana dan nonmuslim (enggak beragama) malah pindah dari kantor karena diterima kerja di kantor pajak. Kedua kejadian itu pada tahun yang sama. Mungkin di kalangan karyawan level bawahan, hal2 sara seperti itu berlaku. Atau mungkin tergantung seberapa saranya atasan dari perusahaan negara tersebut? entahlah. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, odeon_cafe [EMAIL PROTECTED] wrote: Ya, bung JT benar bahwa sejak zaman orde baru pun terdapat etnis Tionghoa yang menjadi pegawai negeri. Dirjen agama budha yang pernah dijabat oleh Dr. Krisnanda Wijayamukti yang seorang etnis tionghoa adalah contoh tambahan untuk membenarkan uraian bung JT. belum lagi kalau menyebut anggota MPR spt Ibu Hartati Murdaya atau Eki syahrudin dari golkar. Bob Hasan yang diangkat menteri di kabinet terakhir suharto tentu berstatus pegawai negeri juga. para peniliti LIPI spt Mely G. Tan, Ibu Pauline dll juga tercatat sebagai PNS. dan jangan lupa, Purn. Brigadir Jenderal Tedy Jusuf yang saat ini Ketua Umum PSMTI itu juga tionghoa. ternyata ada juga lah etnis tionghoa yang menjadi PNS. begitu juga para pengurus Bakom PKB yang bernaung di bawah lembaga pemerintah dan tentunya juga tionghoa-tionghoa yang masuk dalam jajaran BKMC yang statusnya jelas menjadi intel menginteli aktivitas komunitas Tionghoa. tidak juga ada aturan tertulis yang melarang etnis tionghoa untuk menjadi ABRI, PNS, anggota par-pol dsb. persis sama dengan 'aturan tidak resmi' jabatan rektor yang harus almameter universitas bersangkuta. contohnya, untuk menjadi rektor Unair diharuskan alumnus Unair juga. sekalipun, tidak ada 'aturan tertulis' tetapi dalam prakteknya rektor Univ. Indonesia ya harus alumnus UI. tidak bisa alumnus UI menjadi rektor ITB. tetapi perlahan-lahan, perilaku diskriminatif ini sedang diubah oleh kalangan akademisi. sampai di mana keberhasilannya, saya tidak tau. tapi saya mendoakan semoga praktek diskriminasi 'tak tertulis' spt ini agar cepat berakhir. yang berbahaya dan selalu dikeluhkan oleh sebagian kalangan Tionghoa adalah praktek diskriminasi 'tak tertulis'. gus dur mengkonfirmasi diskriminasi 'tak tertulis' tersebut. begitu juga dengan anggota DPR dari fraksi PKS, Fahri Hamzah, dengan pernyataan bahwa praktek rasialis dan diskriminasi begitu sulit untuk dibuktikan tetapi sangat mudah dirasakan. saya setuju dgn JT bahwa yang paling penting adalah faktor menyesuaikan diri sebaik mungkin. contohnya JT kalau di milis t-net menggunakan istilah CINA dan menentang abis istilah TIONGHOA. tetapi di milis budaya-tionghoa memakai istilah TIONGHOA karena mainstream budaya-tionghoa lebih prefer menggunakan istilah TIONGHOA. karena sesuai dengan nama milisnya, budaya-tionghoa bukan cina-net. sekalipun, tidak menjadi jaminan dan tidak ada sangkut pautnya antara rasialisme anti-tionghoa dan penyesuaian diri sebaik mungkin. setau saya, alvin lie, anggota DPR dari PAN, tlah bertindak baik, tidak sombong dan tertib. tetapi pernah suatu kali karena perdebatan seru di ruang sidang, alvin lie dimaki 'CINA' juga. begitu juga Pak Kwik Kian Gie yang sangat nasionalis dan PDIP itu. pernah mau ditembak oleh Hariman Siregar dan dimaki 'si cina' dengan kasar. padahal, pak Kwik Kian Gie itu tentu sangat santun di jajaran politisi. terlepas dari pernah sangat aktif di bakom PKB dan Prasetya Mulya. pertanyaan mendasar saya adalah apakah orang Tionghoa itu baru dikatakan cinta indonesia dan loyal terhadap NKRI kalo sudah jadi tentara atau PNS?? Sub-Rosa II --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jt2x00 jt2x00@ wrote: Koreksi untuk anda. Pada jaman Orba sekalipun, orang Tionghoa yang menjadi PNS cukup banyak, terutama di lingkungan Depkes dan Depdiknas (dulu Depdikbud). Perlu anda tahu, sampai dengan sekitar tahun 2000 (tepatnya saya lupa), semua dokter otomatis jadi PNS Depkes dan Wajib Kerja ke daerah2. Semacam ikatan dinas untuk jangka waktu tertentu, sesudahnya boleh pilih, tetap menjadi PNS atau mengundurkan diri. Setelah perubahan sistem dan diperkenalkannya dokter PTT, dokter tidak lagi otomatis jadi PNS. Di bidang
Re: [budaya_tionghua] Tentara tionghoa pada perang Dipenogoro.
Diserahkan kepada yang memiliki referensi untuk memberitahukan agar kita menjadi lebih tahu. - Original Message - From: steeve haryanto [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, March 06, 2006 7:05 AM Subject: [budaya_tionghua] Tentara tionghoa pada perang Dipenogoro. --- Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote: Katnay Diponegor itu berontak karena tanahnya diambil oleh Belanda. Tempo doeloe Hindia Belanda agaknya orang Tionghoa tidak diizinkan mempunyai hak memiliki tanah. Jadi saya baru tahu bahwa ada kesatuan Tionghoa yang turut Diponegoro. - Original Message - From: Linda Harsini ...deleted... Di zaman perang Diponegoro, ada satu kesatuan Tionghoa yang bahu membahu memerangi pasukan Belanda. - Apakah yg dimaksud adalah Po An Tui? Tanggapan: kawan ... saya juga pernah membaca artikel disalah satu buku, cuma sayang banget saya lupa judul dan tempat membacanya, karna waktu itu cuma sekedar iseng saja sambil menunggu kawan di mall. Saya membaca apa benar pembrontakkan PRRI/Permesta itu adalah sekelompok orang - orang tionghoa yang membakang pemerintah orde lama? atau yang di danai oleh orang - orang tionghoa di Bandung dan Jakarta. Benarkah demikian ... mohon pencerahannya? Terimakasih, Steeve __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Fw: Re:Kenapa arang Cina tidak tertarik jadi tentara
Katnay Diponegor itu berontak karena tanahnya diambil oleh Belanda. Tempo doeloe Hindia Belanda agaknya orang Tionghoa tidak diizinkan mempunyai hak memiliki tanah. Jadi saya baru tahu bahwa ada kesatuan Tionghoa yang turut Diponegoro. - Original Message - From: Linda Harsini [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, March 06, 2006 2:27 AM Subject: RE: [budaya_tionghua] Fw: Re:Kenapa arang Cina tidak tertarik jadi tentara Bp. Danardono yg baik, Bolehkah saya tanya: Di zaman perang Diponegoro, ada satu kesatuan Tionghoa yang bahu membahu memerangi pasukan Belanda. - Apakah yg dimaksud adalah Po An Tui? Apakah bisa di ceritakan lebih jauh? Terima kasih sebelumnya. -Original Message- From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of RM Danardono HADINOTO Sent: Monday, March 06, 2006 4:25 AM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Fw: Re:Kenapa arang Cina tidak tertarik jadi tentara Saya punya teman sekelas, etnis Tionghoa dari Kalimantan Barat waktu SMA. Ketika itu pecah konflik Irian Barat. Dia ingin sekali mendaftar sebagai sukarelawan untuk didrop disana. Saya yakin, kalau dibuka kesempatan pendidikan prajurit, bintara maupun perwira bagi saudara saudara Tionghoa, mereka akan mendaftarkan diri. Saya cukup banyak teman Tionghoa untuk memastikan ini. Keprajuritan bukan monopoly etnis tertentu. Di zaman perang Diponegoro, ada satu kesatuan Tionghoa yang bahu membahu memerangi pasukan Belanda. Salam danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau boleh saya tambahkan dari postingan Bung Chan CT. Menurut saya memang orang Cina takut jadi tentara, tapi disisi lain orang Tionghoa tidak masalah, mereka malah sadar perlunya partisipasi kedalam suatu sistem, hanya sayangnya memang banyak rintangan konkrit maupun abstrak yang mereka hadapi. salam, Dr.Irawan. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Diskriminasi
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/05/naper/2481671.htm ASAL USUL Diskriminasi Ariel Heryanto Berapa Anda membayar harga koran yang Anda baca ini? Sama dengan yang dibayar orang-orang lain? Bayangkan seandainya harga itu berbeda-beda, menurut perbedaan warna kulit pembeli, warna rambut, atau jenis kelamin. Aneh? Mungkin kedengaran agak gila. Apa boleh buat, di hari segini yang namanya pasar kapitalisme masih saja pilih-pilih identitas pelaku transaksi jual beli. Di kebanyakan pasar, sayur atau telur dijual lewat tawar-menawar. Juga ongkos naik becak atau andong. Kesepakatan harga tidak semata-mata ditentukan oleh kelihaian orang membujuk pihak lain. Warna kulit, penampilan busana, cara bersolek, dan logat bahasa calon pembeli sering kali ikut menentukan. Di Jawa dan beberapa pulau lain, orang yang berpenampilan oriental dianggap tidak pribumi. Tidak peduli apa pun persisnya etnisitas mereka menurut penggolongan pemerintah. Yang jelas, penampilan oriental cenderung mengundang tarif lebih tinggi dalam transaksi pasar. Mereka dianggap keturunan Tionghoa atau yang sebangsa (Jepang, Korea, atau Vietnam). Semuanya dianggap kaya raya. Sekali lagi, tidak penting sejauh mana praduga itu benar. Tapi biasanya praduga sosial juga tidak sepenuhnya keliru. Masalahnya, ini tidak murni sentimen rasialis. Sedikit banyak, ini sebentuk tindak mencari keadilan. Ini perang dingin antarkelas, bukan etnisitas. Gerilya kecil-kecilan kaum miskin terhadap kaum kaya yang diuntungkan sistem kapitalisme global dan diperparah oleh kebijakan negara, khususnya di zaman Orde Baru. Masalahnya, kalau benar itu yang terjadi, semestinya semua kaum kaya dari golongan etnik atau agama apa pun dikenai harga lebih tinggi dari yang biasa. Tapi perang kelas itu, seperti perang apa pun, tidak selalu rapi dan rasional. Medan perang sering dirancukan oleh kepentingan, bias, dan ketegangan lain yang berkait dengan warna kulit, keyakinan agama, atau kebangsaan. Jangan berprasangka itu hanya berlaku di Indonesia. Mungkin ini universal. Seorang sahabat karib saya di Melbourne pernah bercerita. Sebagai Muslimah dia memilih berjilbab bila berbelanja ke pasar Victoria di pusat kota Melbourne. Dengan memulai sapaan assalamulaikum. kepada beberapa pedagang seiman, harga-harga mendadak rontok khusus untuk dia. Begitulah ruang pasar swasta. Berlaku hukum permintaan lawan penawaran yang tidak pernah bebas dari aneka diskriminasi, entah seksual, rasial, agama, kelas, atau kebangsaan. Persoalannya jadi sedikit lain dan lebih serius ketika praktik seperti itu dilakukan pejabat negara dalam pelayanan publik di kantor pemerintahan. Di kantor pos, misalnya, ada tarif pos dan prangko yang baku untuk semua warga, juga orang asing. Tapi dalam pengiriman paket antarnegara di beberapa kota ada petugas Bea dan Cukai yang punya tabiat menodongkan tangan terbuka dan minta bea administrasi tambahan tanpa kuitansi tanda terima. Cerita yang sama terdengar di seputar kantor imigrasi, pengadilan, atau kantor polisi, bahkan universitas. Tindakan itu jelas tidak dibenarkan hukum. Tidak juga secara moral. Berbeda dari pedagang kecil yang harus mengandalkan modal sendiri dan mengambil risiko merugi dalam usahanya. Si pegawai negeri menerima gaji tetap setiap bulan. Tidak peduli negara sedang kaya raya atau menderita kebangkrutan. Pungutan liar itu tidak masuk kas negara. Tidak juga ke kantong pejabat rendahan yang bekerja keras menjaga loket dan melayani publik. Uang siluman itu masuk kantong atasannya yang kerjanya ongkang-ongkang di belakang meja, merokok sambil menonton acara infotainment di televisi. Bahkan untuk membeli rokok yang diisapnya ia menyuruh pegawai yang sedikit lebih rendah pangkatnya. Yang terlebih parah lagi, bila besarnya pungutan liar di kantor negara itu berbeda-beda, menurut warna kulit orang. Yang terjadi sama sekali bukan perang gerilya dari kaum miskin terhadap kaum kaya. Tidak ada moralitas keadilan. Justru sebaliknya! Sebentar lagi tindakan seperti itu bisa dianggap sebagai kriminal, bila RUU antidiskriminasi disahkan negara. Masih ada satu praktik lain yang layak menjadi sasaran tembak UU antidiskriminasi. Di beberapa tempat wisata, ada harga tiket resmi yang berbeda bagi turis WNI dan turis asing. Bedanya bisa beberapa puluh kali lipat. Bahkan acara seminar di kalangan intelektual Indonesia sering memberlakukan diskriminasi serupa. Bukankah ini merupakan sebuah pernyataan terbuka berisi sebuah keyakinan yang salah kaprah: semua warga bangsa sendiri kere, semua orang asing di dunia kaya raya? Di berbagai tempat wisata, petugas tidak mau repot-repot bertanya apalagi memeriksa bukti kewarganegaraan pengunjung. Yang dilirik hanya warna kulit dan bentuk hidung. Semua yang bertampang Melayu dianggap WNI dan boleh membayar tiket kelas kambing, yang berkulit putih WNA, tarifnya melambung ke langit [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya
Re: [budaya_tionghua] Re: Bahan Diskusi
Mereka itu FPI 65. - Original Message - From: RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, March 02, 2006 11:46 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: Bahan Diskusi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kasno_tanuji [EMAIL PROTECTED] wrote: Bisa jadi begitu juga Karakter politikus Indo kan begitu...kalo lagi rame-rame ganyang China...mereka paling lantang didepan..( Mirip FPI demo kedubes AS ). salam, KT Iya mas, saya ingat, tahun 65 yang paling galak demo KAMI dikedutaan RRT sambil lempar batu, adalah si Liem Bian Khoen dan Harry Tjan galak banget, saya sampai ter-bingung bingung... Sekarang dia jadi businessman yang friendly sama RRT...bukan main salam danardono .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Indonesia Siap Lakukan Revolusi UU Kewarganegaraan
http://www.gatra.com/artikel.php?id=92685 Indonesia Siap Lakukan Revolusi UU Kewarganegaraan Washington, 1 Maret 2006 16:06 Pemerintah Indonesia siap melakukan perubahan besar-besaran atas Undang Undang Kewarganegaraan, agar seusai dengan situasi saat ini. Kami akan membuat suatu revolusi dalam UU kewarganegaraan kita, kata Menteri Hukum dan HAM Hamid Awalluddin, saat berkunjung ke Washington DC, Selasa (Rabu WIB). Saat berdiskusi dengan masyarakat Indonesia di KBRI Washington DC, Hamid mengatakan bahwa banyak hal-hal yang ganjil dalam UU Kewarganegaraan yang berlaku sekarang. UU tahun 1958 yang masih kita pakai ini dulunya dibuat dengan pendekatan keamanan semata, kata Hamid dalam acara yang dipandu Dubes RI untuk Washington DC Sudjadnan Parnohadiningrat. Sekarang, tambahnya, cara berpikir untuk landasan hukum kewarganegaraan ini harus berubah, bukan hanya mempertimbangkan keamanan tapi juga fleksibilitas dan bisa memutar roda perekonomian. Dia mencontohkan saat ini seorang wanita Indonesia yang menikah dengan orang asing, maka ia dan anaknya ikut warga negara ayahnya. Kemudian jika mereka ingin memperpanjang visa Indonesia, mereka harus ke luar negeri dulu untuk memperpanjangnya agar dapat masuk lagi. Nantinya, kata Hamid, anak dari ayah yang warga asing itu bisa menjadi warga negara asing atau WNI sampai ia harus menentukan pilihannya sendiri pada usia 18 tahun. Perpanjangan visa nantinya bisa dilakukan di dalam negeri. Demikian juga orang asing yang membawa investasi ke Indonesia, bisa kita kasih langsung sebagai permanent resident (penduduk tetap) untuk menarik mereka dalam menanam modalnya, katanya. Rencana Departemen Hukum dan HAM tersebut sudah dibicarakan dengan DPR. Revolusi lainnya dalam bidang keimigrasian tersebut adalah dalam pembuatan paspor. Paspor kita sekarang banyak dipalsukan di mana-mana, bahkan ada orang yang punya empat atau lima paspor. Ini antara lain karena orang mudah dapat KTP, ujarnya. Kini sudah mulai diperkenalkan paspor dengan cara on-line dengan identitas dari sidik jari. Dengan demikian sulit untuk dipalsukan lagi, dan orang yang punya identitas palsu bisa langsung ketahuan dan kita tangkap, ujarnya. Kebijakan imigrasi lainnya adalah memberi paspor kepada orang-orang Indonesia yang sudah puluhan tahun tinggal di Malaysia tanpa paspor. Ada 200.000 orang Indonesia yang tidak punya dokumen keimigrasian karena dokumennya hilang atau sebab lainnya. Filosofi kewarganegaraan kita adalah tidak boleh ada orang yang stateless atau tanpa kewarganegaraan, oleh sebab itulah mereka kita beri paspor, tentunya tetap ada proses yang perlu dilalui, katanya. Kebijakan yang sama akan dilakukan kepada warga Indonesia yang berada di Arab Saudi. Pekan ini saya juga akan ke Arab Saudi, karena saya dengar banyak juga warga kita yang tidak punya identitas, sehingga sulit untuk pulang ke Tanah Air, kata Hamid Awalluddin. Hamid Awalluddin datang ke Washington DC atas undangan Jaksa Agung AS Alberto Gonzales. Kami berbicara mengenai HAM dan soal keimigrasian. Ada keseriusan pemerintah AS untuk membentuk suatu working group dalam rangka perjanjian untuk saling membantu, katanya. [TMA, Ant] [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] China dan Kita
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/02/opini/2478592.htm China dan Kita Ivan A Hadar Selama dua hari, koran ini (Kompas, 27-28/2/2006) menurunkan berita ancaman China. Kecemasan serupa pernah disuarakan koran ini beberapa tahun lalu. Sejak 25 tahun terakhir, China tumbuh pesat, membuat negeri itu sebagai salah satu aktor penting perekonomian global abad ke-21. Kini China menduduki peringkat empat perdagangan dunia dengan porsi meningkat dari satu persen (1980) menjadi hampir tujuh persen (2005). Hal ini mengingatkan kita pada Jepang dan beberapa Naga Asia. Ditilik besarannya, pengaruh China terhadap perekonomian global di masa datang akan lebih signifikan. Pisau bermata dua Kini, berbagai proteksi atas serbuan garmen murah China mulai dicanangkan, terutama setelah kesepakatan tekstil global berakhir (Multi-Fibre Agreement). AS mulai membatasi impor beberapa produk China dan sedang menggodok regulasi guna mengontrol tren pasar. Begitu pula UE. Akibatnya, jutaan garmen China tertimbun di beberapa pelabuhan Eropa. Pertumbuhan ekonomi China yang spektakuler bisa menjadi pisau bermata dua (peluang dan bahaya) bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sebagai pengekspor sumber daya alam, kita bisa menarik banyak keuntungan. Namun, pada saat yang sama, industrialisasi akan kian sulit akibat persaingan. Dengan volume impor 500 miliar dollar AS per tahun, hal itu menjadikan China pasar ekspor terbesar ketiga di dunia. Guna memacu pertumbuhan industrinya, China yang miskin sumber daya alam membutuhkan (bahan) energi dan hasil tambang. Serbuan perusahaan migas China ke Indonesia bisa dilihat dari kondisi itu. Bagi eksportir negara berkembang, persaingan dengan China sering berdampak sudah jatuh, tertimpa tangga, berupa penyusutan jumlah kuota dan berkurangnya keuntungan karena harus menurunkan harga jual. Para eksportir dari Indonesia dan Banglades, yang pada tahun 1970-an pernah meraih keuntungan besar, kini terpuruk. Sebuah organisasi internasional (Christian Aid, 2005) dalam laporannya menyebutkan pengusaha garmen di Banglades sebagai rags to riches to rags (melarat, menjadi kaya, kembali melarat). Kondisi sejenis juga terjadi di Indonesia. Produk murah Banjir produk murah China memiliki dua konsekuensi, menguntungkan konsumen, tetapi bagi produsen-dalam negeri-yang tidak mampu bersaing, harus membatasi produksi atau gulung tikar. Di negara-negara yang perkembangan industrinya masih pada tahap awal, produk China akan bersaing dengan barang impor dari negara lain sehingga keuntungan konsumen tidak disertai kerugian produsen lokal. Dalam jangka panjang, dominasi barang murah China yang diproduksi padat karya akan menghambat industrialisasi negara bersangkutan. Investasi asing di China patut dicermati. Pertama, ada kecemasan, peningkatan investasi asing di China (akan) menyedot investasi asing di negara lain. Tahun lalu, investasi asing di China mencapai 10 persen. Kedua, China juga mulai investasi di luar negeri meski masih relatif kecil sekitar tiga miliar dollar AS per tahun. Di China, pertumbuhan ekonomi dua digit selama beberapa tahun terakhir menghasilkan kelompok wiraswasta dan pengusaha yang terus membesar. Pendapatan per kapita meningkat. Devisa negara melambung. Para pengamat melihat China bakal menjadi pesaing terberat AS. Orang miskin Pada saat yang sama, jumlah orang miskin meningkat. Sejak dua dekade, di pedesaan, 10 juta usaha kecil-menengah dilaporkan bangkrut. Di perkotaan, jutaan perusahaan swasta yang bergerak di bidang transportasi, industri, dan jasa gulung tikar. Mayoritas petani China belum menikmati berkah reformasi. Begitu pula jutaan buruh industri dan pengemis mulai meramaikan kota-kota besar China. Buruh dan pegawai rendahan terpaksa hidup pas-pasan akibat gajinya digerogoti inflasi. Kelompok yang paling diuntungkan reformasi ekonomi China adalah petani kaya, terutama yang tinggal dekat perkotaan, pengusaha muda (yuppies), dan pialang modal asing. Peneliti kondang Norwegia, Johan Galtung, dalam China: Black not Red, bertanya, Apakah China itu Sosialistis? Bila sosialisme, kata Galtung, diartikan sebagai persyaratan bagi pemenuhan kebutuhan pokok manusia, atau hilangnya perbedaan kelas dan perbedaan desa-kota, maka semua itu bukan ciri dominan China saat ini. Juga kesan kita atas ekspansi perdagangannya, perusahaan China menghancurkan jaringan perdagangan lokal yang telah dibangun puluhan tahun. Apakah China itu kapitalistis? Kompleksitas persoalan yang mengiringi perjalanan reformasi China, berikut ekspansi ekonominya, mengajarkan kita, tatanan sosial-ekonomi adalah cita-cita yang ingin digapai dan masih di tingkat konsepsi. Untuk mewujudkannya, China mencoba Jalan Ketiga antara sosialisme dan kapitalisme dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Yang kasatmata, cita-cita itu dibuat operasional dan didukung seperangkat institusi dan mekanisme penunjang. Tanpa itu, konsepsi itu hanya akan berhenti
Re: [budaya_tionghua] Re: Umat Buddha Minta Tionghoa Muslim jd Wagub DKI ... kalau Atheis jd
- Original Message - From: skala selaras [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, February 28, 2006 10:11 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Umat Buddha Minta Tionghoa Muslim jd Wagub DKI ... kalau Atheis jd Maaaf, fakta anda ngawur, saat nenek moyang Tionghoa merantau ke Indonesia, PRC belum berdiri ! mereka datang bergelombang, sudah ada sejak Dinasti Qing. mereka merantau hanya dengan alasan ekonomi, tidak ada hubungan dengan politik. ZFy Jangan lupa ada juga yang merantau karena mau melihat dunia. Bukankah dunia ini sebagai sebuah kitab. Tinggal di rumah adalah seperti hanya membaca kata pengantarnya. - Original Message - From: steeve haryanto [EMAIL PROTECTED] Dear all, Mungkin jangan begitu juga kali ya ...:) serem banget bacanya dan membayangkan seorang atheis atau komunis berkuasa atas semuanya. Justru nenek moyang kita kabur dari daratan RRC karna partai komunis berkuasa. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Ukuran Hidup
Ukuran Hidup. Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun. Yang lain dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain. (Confucius) [Kedaulatan Rakyat, 28/2/2006] [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
Re: [budaya_tionghua] Re: Umat Buddha Minta Tionghoa Muslim Jadi Wagub DKI Jakarta
Hemat saya usulan ummat Buddha untuk warga Tionghoa Muslim jadi petinggi negara itu suatu pikiran yang baik, sebab Indonesia adalah negara semi-teokratis. Lihat saja di Aceh diberlakukan syarat Islam, di Sulawesi Selatan katanya juga demikian. Kalau tak salah beberapa hari lalu salah satu koran di Jakarta menulis bahwa UU pronografi adalah memasukan Syarat Islam melalui pintu belakang. Gambar nyata lain ialah kalau petinggi negera berbicara selalu dimulai dengan ucapan salam dalam bahasa Arab. Bukankah bahasa Arab itu yang dimengerti Allah. Kalau diangkat yang bisa tidak bisa bahasa Arab, berarti repot di bumi mau pun terhadap Allah. Jelasnya semua harus disuaikan dengan bahasa dan peraturan agama. Peraturan agama artinya di dasarkan pada apa yang tertulis dalam Al Quran, jadi dalam hal ini bisa dilihat pada ayat 5:51 yang antara lain mengatakan: Believers take neither Jews nor Christians for your friends and protectors.. [Silahkan periksa sendiri apa benar atau salah kutipan ini., cuma saja ada beda antara terjemahan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia edisi Depag. Pada edisi bahasa Indonesia kata friends atau kawan tidak ada. Istilah proctector yang artinya pelindung, dalam bahasa Indonesia sesuai terjemahan Depag adalah pemimpin]. Dengan begitu dari segi etnik-reiligio usualan umat Buddha itu baik, cuma saja yang menjadi pertanyaan ialah seandainya Pak warga Muslim Tionghoa itu jadi pemimpin, apakah ingat sama orang Tionghoa lain yang non-Muslim atau akan seperti kacang lupa kulitnya, itu adalah pertanyaan yang belum ada jawabnya sebab belum disetujui untuk dipilih atau diangkat dengan resmi dan belum ada yang menjabat. Demikian intermezzo santai tetapi seruis, - Original Message - From: Nasir Tan [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, February 23, 2006 8:52 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Umat Buddha Minta Tionghoa Muslim Jadi Wagub DKI Jakarta yasuaki_kurata05 [EMAIL PROTECTED] wrote:Biasanya orang-orang begini paling lantang teriak anti amerika, anti neoliberalisme, anti hegemoni barat, anti pendudukan Israel atas Palestina, dsb. Kayanya dia yang paling ngerti keadilan. Padahal, baru jadi tokoh sekelas DKI Jakarta saja maunya orang lain ikut agama dia kalau mau selamat.Kalau dia memimpin negara super power, kayanya semua umat manusia bakal disarankan pindah agama seperti dia kalau nggak mau diserang. Saya juga heran kenapa harus mengusulkan Cina Muslim ? Karena Jakarta mayoritas Muslim ? kenapa sukunya nggak dipilih dari mayoritas juga ? Jawa, misalnya ? Nggak konsisten ! Kalau mau main mayoritas terus, sumber daya alam di dunia ini mestinya mayoritas dikuasai etnis Cina. 'Kan Etnis Cina adalah mayoritas di muka bumi ini ? Yas Komentar ; Mayoritas Cina dengan mayoritas Jawa sedikit agak berbeda bahkan bisa juga sangat banyak perbedaannya. Dan perbedaan ini makin disoroti ketika masyarakat makin bertambah keinginannya untuk mapan dalam perokonomian Mayoritas Cina lebih konsen kepada masalah pembangunan ekonomi, setidak2nya itu yang terjadi sehingga Orang2 Cina, MAYORITAS sukses di bidang ekonomi. Mungkin hal ini sangat membantu sekiranya talenta dibidang ekonomi dapat diteruskan kepada kepentingan yang lebhi besar, misalnya untuk DKI, Indoensia, Asean dstnya dan bukan hanya sesama . Lain halnya mayoritas Jawa yang senang akan seni, kadang2 terlena dengan kejayaan masa lalu (Jaman Majapahit) sehingga pembangunan eknomi yang mereka canangkan tidak akan pernah kesampaian. Selain itu Mas2/Mbak2 Jawa ini mayoritas berpikir agraris sehingga kurang bisa mengantisipasi perubahan yang mendadak dan apa-apa harus teresedia. Untuk merantaupun harus pake dana pemerintah ( misalnya transmigrasi), kalau Cina mana ada yang ditransmigrasikan padahal ada juga Cina yang mesti disantuni karena kurang mampu...iya kan..!!! Sejak Indonesia, merdeka mayorita Jawa sudah dipersilahkan memimpin negeri ini muali dari Presiden, gubernur daerah ( dulua hampir semua Jawa) , apalagi Pangdam juga Jawa( Panglima Daerah Militer), Jaksa dan lain-lainnya tetapi mereka tidak mampu berbuat banyak bahkan selalu menunggu PESAN2 DARI BAPAK PRESIDHEN...:-)). Kalau nanti yang jadi wagub Jawa lagi yah.kurang lebih akan sama lagi karena apa ??? Karena dibolak-balik juga yah sama. Orang bijak berkata : Jangan kambing kurus dibuat menjadi sapi..!!! tetapi kalau kambing kurus dibikin kambing gemuk itu masih mungkin...!!! Kini tiba saatnya orang yang akan berkarya di DKI dari orang2 non Jawa kalau bisa ( misalnya Cina, Padang, Aceh dan lain-lain), siapa tau ada perubahan, iya kan..!!! Tetapi sekiranya orang Jawa atau siapapun pun terpilih menjadi wagub DKI, no problemla karena negara ini kan negara demokrasi. salam damai, Nasir T Catatan : Mayoritas berarti terbanyak, tetapi bukan berarti yang terbaik. Orang Jawa adalah
[budaya_tionghua] Jangan Ada Lagi Diskriminasi
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=213234 Jumat, 24 Feb 2006, Jangan Ada Lagi Diskriminasi Oleh Tomy Su * Presiden Yudhoyono dalam sambutan Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2557 di Jakarta Convention Center, Sabtu (4/2) menegaskan, bangsa Indonesia saat ini tidak ingin lagi bersikap diskriminatif. Khusus terkait status agama Konghucu, Presiden Yudhoyono kembali mengingatkan sesuai Penetapan Presiden No 1/1965 yang diundangkan melalui UU No 5/1969, agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu merupakan agama yang dipeluk penduduk di Indonesia. Presiden kemudian menyatakan pada 24 Januari lalu, Depag telah melayani umat Konghucu sebagai penganut agama Konghucu. Demikian pula pelaksanaan pencatatan perkawinan di kantor catatan sipil berdasarkan UU No1/1974 tentang Perkawinan. Presiden meminta kantor catatan sipil di Indonesia mencatatkan perkawinan bagi pemeluk agama Konghucu seperti pencatatan perkawinan bagi penganut agama Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Terkait dengan ketentuan pasal 12 A UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, ke depan Depag juga akan memfasilitasi penyediaan guru agama Konghucu untuk mengajarkan agama itu bagi murid sekolah yang menganutnya. Tentu saja segenap warga Tionghoa, khususnya penganut Konghucu, menyambut gembira pernyataan presiden, seperti tampak pada cukup banyaknya iklan ucapan terima kasih dari tokoh-tokoh Konghucu kepada presiden di beberapa media nasional. Buah Cultural Genocide Seperti kita tahu akibat Gerakan 30 September 1965, penganut agama Konghucu selama 40 tahun lebih harus ikut menanggung diskriminasi sebagai buah kebijakan cultural genocide, yang justru dilakukan negara. Yang dimaksud cultural genocide -meminjam istilah Geoffrey Robertson- adalah by prohibiting the use of a group's language, rewriting or obliterating its history or destroying its icon (dengan melarang penggunaan bahasa dari suatu kelompok, mengubah atau menghancurkan sejarahnya atau menghancurkan simbol-simbol peradabannya). Kebijakan cultural genocide itu juga banyak termanifestasi dalam produk-produk hukum yang diskriminatif dan itu masih terus diberlakukan hingga sekarang. Maka, Direktur Partnership H.S. Dillon dalam rapat dengar pendapat dengan Panitia Khusus (Pansus) RUU Antidiskriminasi Etnis dan Ras di gedung DPR, mendesak pansus mengkaji ulang semua peraturan perundang-undangan yang mengandung unsur-unsur diskriminasi, entah dengan menghapus, merevisi, atau meluruskannya. Usaha menghilangkan diskriminasi tidak dapat dilakukan secara parsial melalui sebuah UU jika dalam perundang-undangan lain telah ada unsur diskriminasi (9/2). Diskriminasi bagi yang menjadi korban memang terasa sangat pahit. Tidak heran walaupun Presiden SBY sudah mengungkapkan hal-hal yang memberi harapan, di lapangan mereka yang menjadi korban diskriminasi masih diliputi kekhawatiran dan pertanyaan benarkah yang disampaikan Presiden SBY di atas? Apalagi, antara retorika di atas dan realita pahit yang sering dialami warga di bawah jelas berbeda. Dalam bahasa Frans Hendrawinarta, memang sering ada gap antara The law in books dan the law in practice. Salah satu buktinya adalah kebijakan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI). Yang di atas menyatakan SBKRI dihapus, tapi di lapangan SBKRI masih diterapkan. Akibatnya, hingga kini masih ada ratusan ribu warga Tionghoa merasa stateless karena tidak bisa memiliki KTP yang salah satu syaratnya harus disertai SBKRI, seperti di Tangerang, Jakarta, Pangkal Pinang, Surabaya, Malang, dan sebagainya. Apalagi dalam praktik, hingga sekarang cukup banyak penganut Konghucu yang jadi korban diskriminasi. Kawan dekat Gus Dur yang sekaligus tokoh Konghucu Bingky Irawan asal Surabaya dan para penganut agama Konghucu lain masih harus menuliskan agama lain di KTP-nya. Itu belum terhitung dengan ratusan ribu penganut agama Tao di negeri ini yang juga menuntut pengakuan serupa seperti umat Konghucu. Jadi, masih ada pertanyaan besar apakah sampai institusi paling bawah, pernyataan presiden tersebut benar-benar diaplikasikan? Apalagi, berdasarkan laporan International Religious Freedom Report 2005 yang diterbitkan The Bureau of Democracy, Human Rights and Labor of USA, sebuah lembaga kajian demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) terkemuka di Amerika Serikat, Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat diskriminatif dan banyak mencampuri hak warganya untuk beribadah dan berkepercayaan. Group Think Dampak diskriminasi dari negara, ditambah pandangan minor etnis lain mendorong sebagian etnis Tionghoa membuat group think. Di dalam group think, mereka merasa nyaman, enak karena bergabung dengan kelompoknya sendiri. Sebaliknya, mereka merasa tidak nyaman atau tidak enak jika bergabung dengan kelompok lain. Tentu saja hal ini berdampak amat buruk karena justru gampang memicu rasialisme dan diskriminasi. Ujung-ujungnya, orang yang merasa nyaman dalam
Re: [budaya_tionghua] Umat Buddha Minta Tionghoa Muslim Jadi Wagub DKI Jakarta
Di majalah Hidayatullah malah ditulis bahwa tidak ada bukti terjadinya perkosaan. - Original Message - From: steeve haryanto [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 22, 2006 9:52 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Umat Buddha Minta Tionghoa Muslim Jadi Wagub DKI Jakarta ...deleted... Yusuf Hamka sendiri mempertanyakan kenapa umat Buddha menunjuk etnis Tionghoa beragama Islam sebagai calon Wagub karena banyak yang beragama Buddha juga bagus. Ia melihat umat Buddha cukup bijaksana memberikan kesempatan bagi etnis Tionghoa beragama Islam. ...deleted... saya jadi teringat waktu kerusuhan mei 1998, waktu itu hamka dipanggil kesalah satu tivi swasta di jakarta. dia ditanyakan mengenai pendapatnya tentang kerusuhan itu dan beliau memberikan tanggapan bahwa ''...hal itu akan terhindar kalau semua orang tionghoa di jakarta berasimilasi dengan penduduk asli indonesia dengan cara merubah agama nya menjadi islam...dan tidak ada cara lain... Statment itu sangat membuat saya sedih waktu it, dengan santai dan tidak berdosa sama sekali padahal korban sudah bergelimpangan dimana - mana tanpa alasan. Luar biasa ! sekarang dia berbicara lain lagi ... hebat ! __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] SILSILAH DAN RIWAYAT SINGKAT NABI KONGZI
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=KongHuCuid=108868 Minggu, 5 Februari 2006 SILSILAH DAN RIWAYAT SINGKAT NABI KONGZI Oleh : XS. TJHIE TJAY ING A. Nenek Moyang Nabi Kongzi yang perlu diketahui : 1. Raja Suci Huang Di (2698 SM-2598 SM): Seorang Raja Suci purba yang berjasa besar dalam membangun peradaban dan kebudayaan serta mengatur tata pemerintahan. 2. Xie, seorang menteri Pendidikan pada jaman Raja Yao (2357 SM-2255 SM) dan Raja Shun (2255 SM-2205 SM). 3. Cheng Tang, pendiri Dinasti Shang atau Yin (1766 SM-1122 SM). 4. Wei-zi Qi, kakak tertua Raja Zhou, Raja terakhir dinasti Shang. Setelah dinasti Shang roboh Wei-zi Qi diangkat menjadi Raja Muda yang pertama di Negeri Song. Karena tidak mempunyai anak, adiknya yang bernama Wei Zhong diangkat sebagai penerusnya. Wei Zhong inilah yang menurunkan Raja-raja Muda Negeri Song. 5. Kong-fu Jia, seorang bangsawan Negeri Song keturunan Wei Zhong pertama kali menggunakan nama keluarga Kong/Khong. Sedang sebelumnya mereka adalah orang bermarga Zi seperti Raja-raja dinasti Shang. 6. Kong-fang Shu, seorang bangsawan keturunan Kong-fu Jia mengungsi dari Negeri Song ke Negeri Lu karena terjadi kekalutan politik. Kong-fang Shu mempunyai anak Kong-bo Xia dan Kong-bo Xia mempunyai anak Kong He alias Shu Liang, dan orang biasa menyebut beliau Shu Liang He. Beliaulah ayah Nabi Kongzi. B. Keluarga Nabi Kongzi Nabi Kongzi adalah putra bungsu Shu Liang He. Beliau mempunyai 9 kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki yang cacat kaki bernama Meng-pi. Ibu Nabi bernama Yan Zheng Zai. Beliau lahir pada tanggal 27 Ba Yue 551 SM di Negeri Lu (di Zhongguo dan Taiwan hari lahir beliau disesuaikan penanggalan Masehi menjadi 28 September), Kota Zou Yi, Desa Chang Ping di lembah Kong Song (kini di jasirah Shandong kota Qu Fu). Nama kecil Nabi adalah Qiu yang berarti bukit alias Zhong Ni yang artinya putera kedua dari bukit Ni, beliau menikah dengan puteri Negeri Song yang bermarga Jian Guan. Dari pernikahan ini mendapat seorang putera yang diberi nama Li yang berarti ikan gurami alias Bo Yu. Diberi nama demikian karena pada kelahiran putera ini Nabi telah diantari ikan gurami oleh Raja Muda Negeri Lu yang panggilannya Lu Zhao Gong. Disamping Li, Nabi masih mempunyai dua orang puteri yang seorang menjadi isteri Gong-ye Chang, murid Nabi. C. Peristiwa-peristiwa Dalam Hidup Nabi 1. Usia 3 tahun ayah beliau wafat. 2. Usia 6 tahun telah menunjukkan sifat-sifat kenabiannya; dalam bermain senang mengajak dan memimpin kawan-kawannya menirukan orang melakukan ibadah dan sembahyang. 3. Usia 15 tahun beliau telah memiliki semangat belajar yang luar biasa. 4. Usia 19 tahun menikah dengan seorang gadis dari marga Jian Guan dari Negeri Song. 5. Usia 20 tahun diangkat menjadi Menteri lumbung oleh Keluarga Besar Ji. 6. Usia 21 tahun dikarunia seorang putera yang diberi nama Li alias Bo Yu. 7. Usia 24 tahun, ibu beliau wafat (ada yang mengatakan ibu Yan Zheng Cai Wafat ketika beliau berusia 17 tahun). Beliau berkabung 3 tahun. Jenasah kedua orang tuanya dimakamkan di gunung Fang Shan. Setelah selesai masa berkabung beliau sudah banyak menerima murid. 8. Usia 29 tahun beliau belajar musik kepada Shi Xiang, seorang guru musik yang termasyur. 9. Usia 30 tahun disertai dua orang murid: Nan-gong Jing-shu dan Meng-yi Zi (keduanya putera bangsawan besar keluarga Meng, yakni Meng-xi Zi. Beliau berkunjung ke Ibukota Negeri Zhou untuk mempelajari Li (Kesusilaan) dan peradaban dinasti Zhou, disana beliau bertemu dengan penjaga perpustakaan kerajaan bernama Lao Dan dan guru musik bernama Chang Hong. 10. Usia 35 tahun beliau ke Negeri Qi karena di Negeri Lu terjadi kekalutan dan Raja mudanya Lu Zhao Gong lari ke Negeri Qi. Waktu itu Negeri Qi diperintah oleh Raja Muda Qi JIng Gong dengan perdana menterinya Yan Ying atau Yan Ping Zhong yang terkenal pandai. 11. Usia 36 tahun beliau kembali ke Negeri Lu dan meneruskan mendidik murid-muridnya. 12. Usia 51 tahun sampai 55 tahun beliau aktif dalam pemerintahan yang waktu itu Raja Mudanya ialah Lu Ding Gong. Beliau pernah menjabat sebagai Walikota Zhong Dou dan menteri pekerjaan umum. Jabatan yang tertinggi dan terakhir adalah sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Kehakiman Da Si Kou. 13. Usia 56 tahun pada hari Dong Zhi meninggalkan Negeri Lu dan mulai pengembaraannya ke berbagai Negeri sebagai Mu-Duo (Genta Rohani Tuhan). TIAN Tuhan Yang Maha Esa telah mengutus-Nya sebagai Nabi Segala Masa, Yang Lengkap, Besar dan Sempurna/Ji Da Cheng. Beliau mengembara lebih kurang 13 tahun. 14. Tahun 483 SM Li atau Bo Yu, putera beliau meninggal dunia. 15. Tahun 482 SM Yan Hui, Murid yang termaju dan diharapkan menjadi penerus beliau meninggal dunia. 16. Tahun 481 SM salah seorang pegawai Keluarga Besar Ji Kang Zi telah membunuh Qi Lin dalam perburuan Raja Muda Lu Ai Gong. 17. Akhir tahun 480 SM Zi Lu atau Zhong You (murid beliau yang gagah berani penuh
[budaya_tionghua] Warga Keturunan Tionghoa akan Kembali Tempati Kawasan A.Y. Patty
http://www.radiovoxpopuli.com/news_view.asp?id=254 Warga Keturunan Tionghoa akan Kembali Tempati Kawasan A.Y. Patty 14-Feb-2006, Ivanno Passal - Ambon SEBELUM konflik menghantam Kota Ambon, kawasan jalan A. Y. Patty di kota ini merupakan ruas jalan yang paling ramai dengan lalu lalang warganya. Bahkan ada yang menyamakannya dengan kawasan Malioboro di Yogyakarta. Kemiripan kedua lokasi tersebut yakni menjadi pusat perbelanjaan dan tempat interaksi sosial. Tapi sejak konflik pecah pada 1999, kawasan ini menjadi rawan ditempati, bahkan untuk sekedar dilintasi. Terutama karena lokasinya berada di zona yang membatasi (ketika segregasi akibat konflik terjadi) kawasan Muslim dan Kristen. Sejak tahun 1999 itu, warga yang menempati kawasan A.Y. Patty, yang mayoritas keturunan Tionghoa lari meninggalkan rumah mereka. Ada yang sempat memboyong harta benda yang dimiliki namun ada yang bangunannya hangus terbakar. Bahkan ada yang sudah rata karena kerasnya konflik yang berkepanjangan selama beberapa tahun tersebut. Lalu setelah sempat menjadi kawasan mati karena berbahayanya, belakangan sejumlah bangunan kosong di kawasan tersebut ditempati pengungsi. Kini, setelah kawasan A.Y. Patty mulai ramai dengan berbagai aktivitas perekonomian, para warga keturunan Tionghoa pemilik bangunan di kawasan ini mulai terpikir untuk kembali mendiaminya. Terkait dengan keinginan tersebut, Wakil Walikota Ambon Syarif Hadler, BA kemarin menyatakan, akan mengupayakan pada bulan Maret 2006 nanti, semua warga keturunan Tionghoa kembali ke kawasan tersebut, sebagaimana sebelum konflik 1999 terjadi. Menurut Hadler, untuk kawasan-kawasan A.Y. Patty, Kemakmuran dan A.M Sangaji, saat ini sudah dalam proses pengembalian, sehingga bulan Maret nanti, warga keturunan Tionghoa ini sudah dapat menempati lokasi-lokasi tersebut. Guna menyelesaikan masalah tersebut, beberapa waktu lalu pihaknya telah melakukan pertemuan, antara Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Maluku. Selanjutnya Pemda akan mensosialisasikan rencana tersebut lewat pembentukan tim yang akan melibatakan Dinas Sosial Kota Ambon dan para Camat, namun tetap disesuaikan dengan data pengungsi yang ada. Tapi menurut Hadler, Pemda akan terlebih dahulu menyelesaikan masalah pengungsi yang hingga kini belum tuntas. Namun, untuk melakukan semua itu, pastinya membutuhkan sosialisasi yang telah ditetapkan bersama, serta akan dijalankan selama sebulan penuh. Tim akan bekerja ekstra, baik dalam pemulangan para pengungsi yang hingga kini masih menempati gedung-gedung di jalan A.Y. Patty maupun di lokasi jalan Kemakmuran, paparnya. Lebih lanjut Hadler jelaskan, di lokasi-lokasi tersebut ada pengungsi dan kelompok pasrah. Mereka semua itu akan dapat rumah di kawasan Kate Kate, dan akan dipindahkan kesana dalam waktu dekat. Hadler menambahkan, tim terpadu yang dibentuk juga melibatkan TNI/Polri, karena ini terkait dengan pengeluaran warga pengungsi maupun kelompok pasrah, yang hingga kini belum mau keluar dari lokasi-lokasi tersebut. Dengan dikeluarkannya mereka dari lokasi-lokasi itu, akan langsung dilakukan penyegelan pada bangunan-bangunan yang ada. Kami harap seluruh warga keturunan Tionghoa yang akan kembali, saat lokasi tersebut sudah dikosongkan, dapat langsung mengadakan aktivitas baik itu perekonomian maupun yang lainnya, sebagaimana keinginan mereka selama ini. Ini perlu dilakukan agar tidak memberi ruang bagi mereka-mereka yang tidak berhak atas bangunan-bangunan itu, untuk kembali menempatinya, jelas Hadler. Disinggung soal warga yang pengungsi maupun kelompok pasrah yang terkesan tidak jelas dan selama ini menempati gedung-gedung di kawasan A.Y. Patty, Hadler tandaskan, hal tersebut akan dikoordinasikan dengan pihak terkait. Yang pengungsi, akan ditangani, sedangkan warga bukan pengungsi, akan diberi pemahaman soal kondisi keamanan yang sudah membaik, agar mereka dapat segera mengosongkan lokasi AY Patty, lanjutnya. Jadi, sesegera mungkin dalam bulan ini, akan dilaksanakan sosialisasi. Dengan begitu, pada bulan Maret mendatang, sudah dapat selesai dan warga keturunan Tionghoa dapat kembali menempati bangunan mereka, terang Hadler.(vp) [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http
[budaya_tionghua] Kewarganegaraan Tidak Berdasar Ras-Criterium
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0602/14/opi01.html Kewarganegaraan Tidak Berdasar Ras-Criterium Oleh Prasetyadji Diangkatnya Rancangan Undang-Undang (RUU) yang merupakan inisiatif DPR tentang Kewarganegaraan (sebagai pengganti UU yang lama No 62/1958) dalam program legislasi tahun ini, telah membawa harapan banyak orang kepada para anggota dewan yang terhormat. Kenapa? Karena UU No 62/1958 dinilai mengandung unsur diskriminatif, tidak mewadahi kesetaraan hak baik dari sisi gender, etnik, maupun dalam perlindungan hukum terhadap anak. Selain itu, substansi mengenai kewarganegaraan itu sendiri, perlu menghadirkan kembali suasana kebathinan para founding fathers dalam merumuskan UU tentang Kewarganegaraan pertama kali No 3/1946 sebagai salah satu syarat berdirinya negara Republik Indonesia. Pembahasan RUU sudah dimulai antara Pansus DPR dengan Menteri Hukum dan HAM tanggal 25 Januari 2006. Dan melihat aspirasi masyarakat yang begitu antusias, para anggota DPR kiranya perlu selalu berpegang pada produk UU yang telah kita miliki, seperti UU No 39/1999 tentang HAM maupun UU No 23/2002 tentang Perlindungan Anak, karena ada beberapa permasalahan prinsip yang perlu jadi acuan, seperti perlindungan hukum terhadap anak dari perkawinan antarbangsa. Istilah Asli Artinya, agar dalam RUU dapat diatur bahwa anak yang lahir (di manapun) dari pernikahan seorang ayah dan/atau ibu warga negara Indonesia adalah warga negara Indonesia, begitu pula terhadap setiap orang yang lahir di wilayah Indonesia, yang setelah dewasa (berusia 18 tahun) wajib menentukan sendiri kewarganegaraannya. Hal ini sejalan dengan Pasal 5 UU Perlindungan Anak No 23/2002 yang secara tegas menyatakan setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan status kewarganegaraan; demikian pula Pasal 14 dikatakan bahwa setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir. Masalah ini sungguh penting, karena menyangkut nasionalisme, harga diri sebagai sebuah bangsa yang berdaulat, sehingga jangan sampai darah daging dari seorang warga negara Indonesia menjadi warga negara asing di negara sendiri. Dan apabila ini terjadi, berarti tidak ada kesetaraan terhadap gender di republik ini. Sebagai bangsa yang memiliki budaya dan sejarah perjuangan dalam mencapai kemerdekaan, maka RUU ini perlu memberikan penghargaan kepada para pendiri bangsa dengan tidak melupakan kemajemukannya sebagaimana memahami suasana kejiwaan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) maupun Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Untuk itu, terkait dengan desakan dari berbagai pihak agar dihilangkannya istilah asli dalam pengertian siapa warga negara pada RUU Kewarganegaraan tersebut perlu mendapat perhatian bersama. Karena dalam perkembangannya, istilah asli sudah bergeser pada konotasi diskriminasi, berbagai perilaku termasuk penyelenggara negara pun memberikan konotasi rasis. Nilai Moral Desakan ini tentu bukan tanpa alasan, tetapi justru mengingatkan kembali kepada suasana kebathinan dalam sidang BPUPKI ketika Soemitro Kolopaking dan anggota lainnya keberatan dicantumkannya istilah asli dalam UU tentang Kewarganegaraan yang pertama kali No 3/1946 apabila tujuannya pendekatan rasis, karena yang duduk di Badan/Panitia adalah sesama Nederlandsch Onderdaan (Kaula-negara Belanda) sesuai kedudukan hukum yang berlaku ketika itu. Dengan demikian, dalam Penjelasan UU No 3/1946 ditegaskan bahwa, dalam UU ini (UU No 3/1946) sama sekali tidak berdasar atas ras-criterium. Atas dasar pemikiran tersebut, dalam pembahasan-pembahasan ke depan, para pihak diharapkan mau mengedepankan nilai-nilai moral dan mampu menjiwai semangat nasionalisme, agar RUU ini benar-benar memberi kesetaraan dan perlidungan hukum kepada sesama warga negara Indonesia. Penulis adalah Sekretaris DPP Forum Komunikasi Kesatuan Bangs, anggota Koalisi Kewarganegaraan RI [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Korban Penembakan di Palu Meninggal
http://www.gatra.com/artikel.php?id=92261 Korban Penembakan di Palu Meninggal Makassar, 13 Pebruari 2006 15:14 Wiliam (61), korban penembakan misterius di Palu, Sulawesi Tengah, akhirnya meninggal di ruang ICU Rumah Sakit Akademis Makassar, Senin sekitar pukul 02.00 Wita, setelah dirawat sejak Jumat (10/2). Nyawa William tidak dapat diselamatkan oleh tim dokter yang diketuai Dr. Ashadul Islam Tahir yang melakukan operasi di bagian kepala untuk mengeluarkan dua butir peluru yang bersarang di kepalanya. Kendati tim dokter berhasil mengeluarkan butiran-butiran peluru dari kepalanya, namun William tetap tidak sadarkan diri hingga menghembuskan nafas yang terakhir. Tim dokter maupun pihak keluarga sangat tertutup dengan wartawan yang ingin mengabadikan gambar dan memperoleh keterangan lebih detail mengenai kondisi korban. Pihak keluarga bahkan menunjukkan sikap kurang bersahabat dengan para wartawan, dan mengancam akan melaporkan kepada pihak berwajib bila gambar tersebut ditayangkan di media televisi. Rencananya, jenazah William akan diterbangkan kembali ke Palu, Senin petang ini. Para kerabat tampak melakukan prosesi persemayaman jenazah di kamar jenazah RS Akademis dengan tata cara kepercayaan Kong Hu Chu. William yang juga pemilik toko emas Gunung Agung Palu itu ditembak oleh beberapa perampok pada hari Jumat (10/2) sekitar pukul 12.45 wita. Setelah mendapat perawatan awal di RS Bala Keselamatan Palu, korban kemudian dirujuk ke RS Akademis Makassar untuk mendapat pembedahan di kepala. [TMA, Ant] [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] China editor 'died after beating'
http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/asia-pacific/4688276.stm Last Updated: Tuesday, 7 February 2006, 11:00 GMT China editor 'died after beating' A Chinese editor has died as a result of a police beating he received for his paper's reporting on corruption, journalists and rights groups say. Wu Xianghu had been in hospital since the attack in October, suffering from an existing liver problem made worse by the beating, earlier reports said. Wu was reportedly attacked by some 50 policemen after his paper accused them of charging illegal bicycle fees. China's media have reported a string of torture and coercion cases by police. Wu died of liver and kidney failure on Thursday, according to Lu Weibo, a reporter with the Taizhou Evening News, who wrote the article believed to have provoked the beating. The article accused the local police of charging illegal fees for registering electric bicycles. Local media reported widely on the beating, but have been silent on Wu's death, possibly reflecting its sensitivity. Senior traffic police officer Li Xiaoguo was sacked for his role in the incident, Xinhua state news agency reported at the time. Wu's death is a cruel reminder of the new dangers faced by Chinese journalists, said the executive director of the New York-based Committee to Protect Journalists, Ann Cooper, in a press release. The government must ensure the safety of the working press. This begins by bringing to justice the attackers of Wu Xianghu, she said. [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] Warga Tionghoa Diajak Ikut Politik
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=209995 Sabtu, 04 Feb 2006, Warga Tionghoa Diajak Ikut Politik JAKARTA - Dalam rangka merayakan Imlek, Perhimpunan Tionghoa Indonesia (Inti) kemarin mengundang sejumlah tokoh politik. Di antara mereka adalah Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir, aktivis pergerakan Yeni Rosa Damayanti, Ketua Partai Demokrasi Pembaruan Roy B.B. Janis, Dede Yusuf (anggota FPAN), dan Nusron Wahid (anggota FPG).Dalam kesempatan itu, Soetrisno mengimbau warga Tionghoa tidak menjauhi partai. Sebab, partai adalah instrumen demokrasi yang bisa dijadikan sarana memperjuangkan aspirasi rakyat. Hal yang sama juga disampaikan Rosa. Tapi, Rosa lebih menekankan agar warga Tionghoa terlibat politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. "Masuk partai dan jadi caleg belum tentu berpolitik. Yang dipentingkan adalah aktif berpolitik," tegasnya.Menanggapi ajakan itu, Ketua Inti Benny G. Setiono menyebut pengurus Inti dilarang terlibat dalam politik praktis. Sebab, Inti adalah perkumpulan warga Tionghoa yang bebas dari kepentingan politik. "Kalau jadi caleg, pengurus Inti harus nonaktif. Tapi, warga Tionghoa bebas dan didorong untuk tidak ragu masuk parpol," jelasnya. (adb) .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
Re: [budaya_tionghua] Re: mohon bantuan info tentang belajar putonghua
Banyak terimakasih untuk info. Salam dan hormat, - Original Message - From: liang u [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, February 03, 2006 3:19 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: mohon bantuan info tentang belajar putonghua Nimbrung, Sebaiknya cari sekolah yang orang Indonesianya sedikit, lebih bagus kalau temannya juga tak bisa Inggeris, seperti orang Korea dan Jepang. Sehingga di antara siswa terpaksa menggunakan Mandarin saja. Jangan malu salah berkata, lihat banyak sekali orang hitam di sana yang berbahasa Mandarin dengan bagus sekali. Salah satu tempat yang demikian adalah di Beihang University. Cari lengkapnya di internet. Salam LU --- Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote: Kira-kira berapa ongkos hidup per bulan [sewa kamar asrama + makan + uang transport] Banyak terimakasih untuk info. Salam, - Original Message - From: xy To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 28, 2005 1:32 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: mohon bantuan info tentang belajar putonghua saya saat ini sedang belajar di beijing. setahu saya biaya sekolah sekitar US$ 2800/tahun, karna dengar2 ketentuan biaya untuk belajar mandarin per tahunnya ga melebihi USD 2800. beijing ada banyak macam sekolah bahasa, ga semuanya harganya USD 2800/th. mungkin kalo mau yg lebih murah lagi, bisa ikut yg semacam kursus gitu...disini banyak prang yang setelah blajar 1 semester trus lanjut di tempat kursus, karna mereka pikir biayanya ga terlalu mahal buku yg dipakai juga sama dengan yg dipakai di sekolah/univ. kalau mau menguasai putonghua, yaa saya sarankan mending ke beijing aja, putonghua mendekati bahasa/dialek bahasa beijing. waktu belajar 1th cukup untuk percakapan sehari2. ya seperti yg Rinto bilang, tergantung dari diri sendiri, harus banyak praktek bahasa. kalo anda ada basic mungkin lebih cepat menguasainya. mungkin itu sedikit info dari saya, semoga bisa membantu. -gxy- harialim [EMAIL PROTECTED] menulis: rinto heng, karena sesuatu sebab yg tak jelas (bouncing) saya tak menerima message milis ini nomor 16009 sd 16039 sehingga baru lihat ada jawaban dari rinto heng ttg subyek diatas (nomor 16021) juga terimaksih atas pendapat adipranata. memang saya pribadi pernah kursus mandarin di jakarta sekitar th 97'an pada waktu itu huruf yg apal sekitar 600 - 700 an, tetapi pelan pelan itu semua hilang terlupa, hanya gramatika yg tidak lupa tetapi vocabulary banyak yg lupa. terutama karena tidak dipakai. kalo kebetulan ke mainland, dan disana beberapa hari memang gradually beberapa vocab kembali lagi. karena itu saya pikir untuk bisa tetap ingat mungkin dengan tinggal setahun di mainland (beijing misalnya) bisa membantu banyak. tetapi memang kaget juga waktu browsing ke internet melihat berapa biaya yg dibutuhkan untuk study bahasa selama setahun, tetapi ini memang sesuatu yg ditawarkan sangat mudah di internet karena semua bisa dilakukan online. tetapi ya itu biaya nya bisa mencapai usd 20,000 (bukan rmb tetapi pasti usd) karena itu saya pikir mungkin ada nara sumber (netters) disini yang bisa memberi tambahan informasi agaknya sangat menantang kalau kita bisa spend tidak lebih dari sekitar usd 10,000 di taiwan selama setahun untuk belajar bahasa. saya sendiri merasa kalo tinggal selama setahun di beijing (atau di tempat lain di mainland atau taiwan) dan menggunakan putonghua sehari hari akan bisa menggunakan nya dengan cukup ok untuk berkomunikasi terutama karena sudah ada dasar yg saya miliki sebelumnya. memang yg jadi pertanyaan adalah apakah saya bisa hapal 2000 huruf dalam waktu setahun. memang karena pernah hapal lebih dari 500'an beberapa karakter sekarang juga sudah tak bisa lupa.( seperti bei nan dong si dll). mungkin rinto heng ada informasi tambahan yg mungkin berguna bisa jadi tidak untuk saya saja. terima kasih sebelumnya. salam, harry alim --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Harry-heng, Bila mau belajar mandarin yang dianggap standar tentu pilihan pertama adalah ke Beijing karena logat Beijing (dialek Utara) juga merupakan logat standar bahasa mandarin sekarang ini. 1 tahun saya kira cukup untuk belajar putonghua buat fasih berkomunikasi sehari2, artinya tidak untuk menjadi linguis atau ahli bahasa klasik. Namun juga sangat tergantung bagaimana aplikasi dan praktik di sana sehari2. Sebagai contoh, kasus saya di Taiwan, banyak teman saya tamatan universitas (4 tahun) masih punya kesulitan membaca koran, karena selepas kuliah mereka cuma memilih berkumpul bersama anak2 Indonesia lainnya. USD 20,000 koq sepertinya
[budaya_tionghua] What is fu?
http://english.people.com.cn/200601/25/eng20060125_238295.html What is fu? A big decoration bearing Chinese character Fu, meaning blessing or good fortune, is suspended in a shopping center in Shenyang, capital of northeast China's Liaoning Province, Jan. 15, 2006. When it comes to the Chinese lunar New Year big, red Chinese characters of fu (which means happiness and blessings) are posted outside each house whether in the bustling cities or remote villages. So what is fu? Several interpretations can be given. Fu is being affluent People look forward to being affluent and loathe being poor and this has been the case from of old. Liu Xi of the Eastern Han Dynasty (25-220) explained in the book Shiming (explanation of terms) that fu is being rich. The character fu was once regarded as a family's amulet to keep clear of the god of poverty in folklore. It is said Jiang Taigong (Lu Wang) who had the power to apotheosize people had been snubbed and abandoned by his wife for being poor. She then came back to him after Jiang ascended to power not for reunion but for a place among the deities. Jiang made her the god of poverty and forbade her from visiting houses posted with the character fu. Learning this on the eve of New Year people posted fu outside each house to keep her from entering the house. In more recent times people tried to derive the meaning of affluence from the structure of the character. A breakdown of the character into several parts can mean well clothed, well housed, employed, not worried by clothing and food, which together make for affluence or happiness. In this sense, the standard of fu (happiness) is that those wishing for shelter have the house, those wishing to cultivate have the field; that people have enough clothing and food, living a well-off life. Now that people have basically reached or surpassed the well-off level and can be said to have fu. Fu is being able to avoid misfortunes Another intention of posting the character fu is to ward off misfortunes. This custom can be traced back to the first emperor of Ming Dynasty Zhu Yuanzhang. When traveling incognito in plain clothes one day Zhu spotted a crowd surrounding a painting. Looking at the painting closely he saw a bare-feet woman holding a big watermelon. For some reason he suspected people in the town were mocking his empress Ma and ordered a town-wide investigation on returning to his palace. The painter as well as those watching the painting must be registered and were to be arrested for execution. To distinguish them he ordered fu be posted on the houses of those who did not watch and laugh at the painting. The kind-hearted empress Ma learned of this and let all households in the town post fu on the door. A massacre was thus avoided. From then on people began to post fu when it is the lunar New Year not only on the door but also on the windows, trees and barns for luck. Fu is health The custom of posting fu has much to do with wishing for the arrival of wu fu (five kinds of fu). According to the Book of History fu means longevity, wealth, health and safety, belief in virtue and good end of life. So the so-called wu fu, in the final analysis, is health. The saying that health is not all, but the loss of health is the loss of all is absolutely right. Without health anything else, no matter how many one has them, is meaningless. Only those with a healthy body and mind can have a good start and good end of life. Fu is having wine According to some textual research the character fu is an associative compound. The oracle inscription form of the character fu is that of a man holding a vessel of wine with two hands. It is perhaps hard nowadays for people to understand why fu is having wine. However, in ancient times wine was very precious that only the high officials could afford to drink it. Moreover, wine is closely related to festivals and celebrations, something festive. So when was the wine invented? Archeologists discovered 4,000-year-old raw material and vessels for brewing beer in the Egyptian pyramid. China's Book of Songs records the ancestors brewing rice wine and drinking in celebration of harvest and longevity. Therefore, wine has taken a very important place in people's life and it makes sense that having wine is regarded as happiness. By People's Daily Online .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to:
[budaya_tionghua] OOT: Who are the Indonesians?
The Jakarta Post http://www.thejakartapost.com/community/ina3.asp Who are the Indonesians? Meidyatama Suryodiningrat Since early childhood, Indonesians have been, and continue to be, taught that their country is a huge archipelago comprised of thousands of islands and hundreds of ethnic groups. It is also common knowledge that the Javanese are the largest ethnic group in the country and, not surprisingly, that the island of Java is the most populated in the country. Beyond these facts few actually know the exact ethnic composition and distribution of these groups. The 2000 Population Census conducted by the Central Statistics Bureau provided much insight into the make up of the Indonesian population. Further invaluable analysis was provided by Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) when in 2003 it published Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape, which was planned as the first in a series of publications on the Indonesian population. The findings of these two reports, both of which complement each other, has provided some striking knowledge about the people who inhabit the world's biggest archipelago. What is interesting about the methodology of the BPS census is that ethnicity is defined by the respondents themselves. That it is people themselves actually choosing which ethnicity they self-identify with. Those who do not respond or cannot make up their mind are classified according to their father's bloodline. The diversity of this country was confirmed with the finding of about 1,000 ethnic and sub-ethnic groups in the country. However most are very small. In fact only 15 of the ethnic groups have a population of over 1 million. Omnipresent There is no surprise that the Javanese continue to be the predominant ethnic group (Graph. 1). Combined with the Sundanese, these two ethnicities make up over 57 percent of the Indonesian population. Such is the preponderance of the Javanese that they have a high concentration in almost all provinces. Javanese comprised of at least 15 percent of local populations in 13 of the 30 provinces surveyed by BPS in 2000. Even outside of the island of Java, Javanese make up the largest single ethnic group in the provinces of Bengkulu, Lampung and East Kalimantan. In many other provinces they are usually only second or third to the local indigenous population in terms of size. For example, they are the second biggest ethnic group in North Sumatra comprising 32 percent of the provincial population, in Riau with 25 percent, Jambi with 27 percent, Central and South Kalimantan with 18 and 13 percent respectively. The demographic shifts can be attributed to several factors such as transmigration, greater mobility as a result of intensified transportation infrastructure and the search for economic opportunities. The high concentration of Javanese in many provinces supports the increased diversification of the Indonesian population. It would be a simplification nowadays to say that a particular province simply belongs to a certain ethnic group. The facts simply do not support it. In only six provinces did the perceived indigenous population comprise more than three-quarters of the total provincial population: West Sumatra (Minangkabau); South Kalimantan (Banjarese); Yogyakarta along with Central and East Java (Javanese); and Bali (Balinese). In other words, there is greater diversity within the peoples of any given province. In terms of religion the numbers have generally remained consistent over the last three decades with the Muslim population accounting for 87 to 88 percent of the population. In the 2000 census over 88 percent of Indonesians chose Islam as their declared faith, followed by Christians with 8.9 percent, Hindus 1.8 percent and Buddhists with just under 1 percent. The caveat however, is that the government only formally recorded and recognized five religions: Islam, Protestanism, Catholicism, Hinduism and Buddhism. There little room for deviation if one prescribes to an alternative faith. Up until 1971, Confucianism was still listed in the census with a record of 0.82 percent. Since then consequent censuses have not officially recorded the numbers of those following Confucianism. In the 2000 census, those who did not prescribe to the five recognized religions were categorized as 'others' and accounted for 0.8 percent of the population. Ethnic Chinese Despite being so prevalent on the economic stage, repeated surveys have consistently shown that ethnic Chinese constitute a tiny minority of the population, in fact less than 1 percent. In Indonesia's Population... by Leo Suryadinata et al, it is suggested that because the survey was based on self-identification by the respondents, many second and third generation ethnic Chinese (peranakan) considered themselves to be part the local indigenous population. Furthermore, despite the
Re: OOT Re: [budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus Stateless
Mungkin diberikan kartu penduduk, tetapi bukan paspor, terkecuali bagi yang bertatus stateless diberikan semacam travel document yang fungsinya sebagai paspor bila berperjalanan ke luar negeri. - Original Message - From: UKM BANGKA [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, February 02, 2006 7:43 AM Subject: Re: OOT Re: [budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus Stateless Kalau ngak salah, Imigrasi juga mengeluarkan paspor khusus untuk WNA di Indonesia. Wassalam - Original Message - From: BUD'S To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, February 01, 2006 4:00 PM Subject: OOT Re: [budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus Stateless Tanpa kewarganegaraan bearti ngak punya Pasport dong, tapi kenapa ya bisa mondar mandir keluar negeri he he he aneh tapi nyata. boleh tuh masuk MURI - Original Message - From: Ambon To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, January 29, 2006 5:32 AM Subject: [budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus Stateless http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=209258 Minggu, 29 Jan 2006, Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus Stateless JAKARTA - Masyarakat Tionghoa belum sepenuhnya diperlakukan adil. Aparat sering memperlakukan mereka secara diskriminatif. Tak jarang masyarakat Tionghoa di Indonesia menjadi komoditas para aparat untuk menjadi sapi perahan. Khususnya, dalam pengurusan identitas kewarganegaraan atau surat bukti kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI). Diskriminasi terhadap masyarakat Tionghoa tersebut dibeberkan dalam diskusi yang bertema Imlek, Eksistensi Tionghoa di Indonesia yang digelar di Marioss Place, Jakarta, kemarin. Ivana Lie, mantan atlet bulu tangkis nasional, yang hadir dalam diskusi tersebut menceritakan, dirinya merupakan salah seorang korban rumitnya birokrasi dalam mengurus SBKRI. Bertahun-tahun saya menjadi pemain nasional, tapi tanpa kewarganegaraan, ungkapnya. Sebagai pemain yang membawa bendera Merah Putih, Ivana berkali-kali mengharumkan nama bangsa di level internasional. Prestasinya itu membuat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di berbagai penjuru dunia. Saat keluar negeri, saya hanya dibekali secarik kertas yang menyatakan bahwa saya orang Indonesia. Tapi, ketika pulang, kewarganegaraan saya dicabut dan menjadi stateless (tidak punya kewarganegaraan, Red), ujarnya. Dia juga telah berusaha mengurus KTP, tapi tidak bisa karena tidak memiliki surat kewarganegaraan. Ivana tidak memiliki surat kewarganegaraan karena orang tuanya adalah pendatang. Pada 1940, orang tua saya datang dari China ke Indonesia dan belum berstatus warga negara Indonesia. Otomatis, saya menjadi warga negara asing. Padahal, saya lahir di sini sampai menjadi atlet, jelasnya. Akhirnya, SBKRI tersebut didapatkan setelah diperjuangkan KONI dan PBSI. Bukan hanya saya yang mengalami hal ini. Tapi, beberapa atlet bulu tangkis lain seperti Alan Budi Kusuma, Susi Susanti, dan Hendrawan juga mengalami, katanya. Mengomentari Ivana, pengamat etnis Tionghoa Ridawan Saidi mengatakan, Tidak ada tanda-tanda akan menjadi baik. Itu (SKBRI) satu kerumitan administrasi. Itu satu peluang untuk mencari uang bagi para birokrat. Kita punya kebijakan nasional kewarganegaraan, tapi tidak berjalan karena tidak ada juklak dan juknis. Menurut dia, peraturan yang mewajibkan warga keturunan Tionghoa mempunyai SBKRI harus dihentikan. Sebab, hal itu sudah tidak relevan dengan kondisi bangsa yang mengedepankan kesetaraan. Peraturan seperti itu seharusnya disudahi. Itu kan kelanjutan dwi kewarganegaraan rangkap 1950, tegas mantan anggota DPR tersebut. Hal yang sama diungkapkan dosen Studi Masyarakat Tionghoa Indonesia dari Beijing Foreign Studies University, Eddy Prabowo. Dia menyatakan, permasalahan SBKRI masih belum jelas karena konsep pemerintah masih berbelit-belit. Ini sebuah realitas bahwa orang bisa ditendang ke mana saja. Karena apa? Sebab, ini adalah massa mengambang. Kedua, punya duit. Ini sangat berbahaya karena merembet dalam banyak hal, terutama status hukum, jelasnya. Dalam kesempatan tersebut, dia juga menyinggung soal diskriminasi terhadap etnis Tionghoa. Menurut dia, diskriminasi tersebut terjadi karena faktor eksternal. Artinya, bukan disebabkan keberadaan masyarakat Tionghoa dan lainnya. Di lapisan bawah, simbiosis dengan masyarakat bawah sudah cukup baik. Yang mengondisikan adalah faktor eksternal, ujarnya. Salah satu faktor eksternal adalah faktor politis. Lalu, bagaimana menyikapi faktor-faktor eksternal tersebut? Dia menyatakan sangat sulit. Sebab, tidak ada kemauan untuk berubah ke arah lebih baik. Sulit. Sebab, orang Tionghoa terkesan ngapain kita bicara kalau salah dan nggak bicara juga salah, mau mengadu ke siapa? Minta perlindungan ini
[budaya_tionghua] Uskup Agung Ende pimpin misa Imlek
http://www.indomedia.com/poskup/2006/02/01/edisi01/0102flo2.htm Uskup Agung Ende pimpin misa Imlek Ende, PK Warga Keturunan Tionghoa di Ende merayakan Tahun Baru China atau Imlek dengan misa syukur yang dipimpin Uskup Agung Ende, Mgr. Abdon Longinus da Cunha, Pr, di Gereja St. Yosef Freinademetz-Mautapaga Minggu (29/1) malam. Dalam misa itu, Uskup Longinus didampingi imam-imam konselebran, yakni Uskup Maumere, Mgr. Vincen Sensi Potokota, Pr, Romo Lukas Leo, Pr, Romo Felix Djawa Pr, Romo Yos Liwu, Pr, Romo Paulus Bongu, Pr, Pater Alex Ganggu, SVD, dan Pater Anton Manehat, SVD. Perayaan misa ini dikemas dalam nuansa Imlek. Warna merah mendominasi tata rias gereja, baik lilin, kain altar ataupun pakaian misa para imam. Pembawa persembahan dan pembacaan kitab suci pun dipercayakan kepada warga keturunan Tionghoa. Uskup Longinus dalam kotbahnya mengatakan, kehadiran warga keturunan Tionghoa di Indonesia merupakan aset dan kekayaan dalam keanekaragaman bangsa yang patut disyukuri. Kepada warga keturunan Tionghoa, Uskup Longinus meminta agar benar-benar menjadi warga Tionghoa sejati dan warga Kristiani yang beriman. "Kedua hal ini harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari," pinta uskup. Di Manggarai Barat Warga keturuan Tionghoa di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) pun mensyukuri Imlek dengan menggelar misa hari Minggu (29/1) sore. Humas Panitia Perayaan Imlek Mabar, Aloysius Mantara menjelaskan, misa bersama tidak saja dihadiri warga keturunan, tetapi juga umat kristiani lainnya. "Misa Imlek ini baru pertama kali dilakukan di Mabar. Tahun lalu kami rayakan Imlek, tapi tidak menggelar misa bersama," kata Mantara. Mantara mengatakan, misa Imlek di Aula Youth Centre, Paroki Roh Kudus-Labuan Bajo, itu juga dihadiri Bupati Mabar, Drs. Fidelis Pranda; Ketua DPRD Mabar, Matheus Hamsi; Kapolres Mabar, Kompol Butje Hello, dan para pejabat lainnya. Misa dipimpin Pastor Paroki Roh Kudus-Labuan Bajo, Romo Beni Jehadun, Pr. (yel) .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Imlek dan Agama Khong Hu Cu
http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/27/opi03.htm Imlek dan Agama Khong Hu Cu Oleh Paulus Hariyono MINGGU lusa (29/1) masyarakat Tionghoa khususnya penganut agama Khong Hu Cu merayakan Imlek 2557, yaitu Tahun Baru berdasarkan peredaran bulan dan tahun didasarkan pada tahun kelahiran Nabi Khong Hu Cu, 551 tahun SM. Saat itu di negeri China berlangsung musim semi. Orang Tionghoa dari suku Hokkian akan mengatakan, Sin Chun Kiong Hi berarti Selamat Hari Raya Musim Semi, saat orang bersuka cita. Sedangkan orang Tionghoa dari suku Konfu di Kanton atau provinsi Guangdong di daratan Cina, akan mengatakan Gong Xi Fa Cai yang berarti Semoga Sukses, Banyak Rezeki. Secara umum, perayaan Tahun Baru Tionghoa memiliki makna permohonan agar dalam setahun berikutnya orang memperoleh kesejahteraan, rezeki dan keberuntungan. Agar permohonan terkabul mereka meminta restu dari orang tua atau orang yang dianggap lebih tua dengan meminta maaf atas kesalahan dan dosa-dosa yang telah dilakukan selama setahun berjalan. Secara religi, perayaan tahun baru bertujuan mendapatkan pembebasan, penyembuhan, penyucian, pemurnian dan pembaruan dari Tuhan YME untuk memperoleh hidup baru dan semangat baru agar dapat menempuh masa-masa yang akan datang dengan lebih baik. Pada agama Khong Hu Cu, bakti anak kepada orang tua merupakan ajaran yang utama. Agama-agama tradisional umumnya menganggap orang tua adalah representasi dari alam jagat raya, setelah raja merupakan titisan dari The Rightness. Orang tua adalah asal mereka ada dan tujuan mereka hidup. Karena itu dalam perayaan Imlek terdapat upacara menghormat kepada orang tua atau kepada orang lain yang dianggap lebih tua dalam bentuk pay cia, dengan menggerak-gerakkan tangan yang dikepal di depan dada, sambil memohon ampun atas kesalahan dan dosa yang telah dilakukan. Dahulu ada tradisi pay qui, atau sungkem. Orang tua duduk dan anak-anak melakukan sungkem kepada orang tua. Kemudian orang tua memberikan ang pao kepada anak-anak. Pada zaman dahulu, perayaan Imlek berlangsung pada puncaknya pada hari ke - 15, dengan melakukan perayaan Cap Go Meh, yang berarti malam menjelang hari ke-15, saat bulan purnama bersinar penuh. Apabila perayaan Imlek banyak difokuskan pada keluarga, maka perayaan Cap Go Meh difokuskan pada perayaan kemasyarakatan. Pada abad ke-19 hingga tahun 1955, pesta Cap Go Meh menjadi pesta rakyat hampir semua golongan di kota-kota Indonesia yang memiliki nuansa etnis Tionghoa yang kental. Mereka merayakan dengan pesta lampion yang dibawa anak-anak dan dipajang di depan rumah. Agama Khong Hu Cu Perayaan Imlek dengan puncaknya pada Cap Go Meh, memiliki makna religi yang positif. Perayaan yang bersifat kebudayaan ini dapat dikatakan identik dengan keagamaan. Umat Khong Hu Cu yang biasa merayakan perayaan ini (tentu umat lain dapat ikut merayakan) pada kenyataannya sampai sekarang masih kesulitan memperoleh pengakuan akan agamanya. Sekalipun peraturan yang berlaku tidak ada lagi yang melarang eksistensi agama ini, menurut Gan Kok Hwie (Ketua MAKIN Semarang), petugas pemerintah merasa kesulitan mencantumkan agama Khong Hu Cu sebagai salah satu agama dalam dokumen, termasuk KTP, karena belum ada petunjuk pelaksanaannya. Sementara itu secara konstitusi sebenarnya masih ada pengakuan akan agama Khong Hu Cu melalui Penetapan Presiden (Penpres) RI No1 Th 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. Di dalam Penpres tersebut, yang kemudian melalui UU No 5 Th 1969 ditetapkan sebagai UU No. 1/PnPs/1965 disebutkan, "Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khong Hu Cu". Bahkan dalam buku pelajaran yang lama untuk anak-anak SD pada masa itu juga disebutkan Khong Hu Cu sebagai salah satu agama di Indonesia. Pengakuan yang setengah-setengah itu menimbulkan pengetahuan yang kurang benar pada anak-anak SD kelas 3 dalam buku pegangan Ilmu Pengetahuan Sosial yang terbit tahun 2004. Dikatakan dalam buku itu, kelenteng adalah tempat ibadat orang Tionghoa. Padahal orang Tionghoa zaman sekarang ada yang beragama Islam dan Nasrani. Meskipun secara hukum tidak ada pelarangan, tetapi suara miring tentang Khong Hu Cu sebagai agama masih ada saja. Syarat Agama Biasanya Khong Hu Cu dikatakan belum memenuhi syarat sebagai agama, karena tokoh Khong Hu Cu tidak diakui sebagai nabi, melainkan ahli pikir atau filsafat. Demikian pula kitab suci agama Khong Hu Cu, Su Shi, berisi etika moral dan perilaku, tidak berkaitan dengan dunia Illahi yang menyangkut persoalan dosa dan penyucian. Untuk mengatasi kesimpangsiuran itu, sebenarnya perlu dilacak definisi tentang agama. Beberapa definisi tentang agama dapat dilihat dari definisi yang dikumpulkan oleh William P. Alston dalam The Encyclopedia of Philosophy (1967:140) dari berbagai tokoh berikut ini. Martineau, seperti dikutip oleh Alston di atas, memberikan pengertian, dalam agama terkandung kepercayaan dan
[budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus Stateless
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=209258 Minggu, 29 Jan 2006, Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus Stateless JAKARTA - Masyarakat Tionghoa belum sepenuhnya diperlakukan adil. Aparat sering memperlakukan mereka secara diskriminatif. Tak jarang masyarakat Tionghoa di Indonesia menjadi komoditas para aparat untuk menjadi sapi perahan. Khususnya, dalam pengurusan identitas kewarganegaraan atau surat bukti kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI). Diskriminasi terhadap masyarakat Tionghoa tersebut dibeberkan dalam diskusi yang bertema Imlek, Eksistensi Tionghoa di Indonesia yang digelar di Marioss Place, Jakarta, kemarin. Ivana Lie, mantan atlet bulu tangkis nasional, yang hadir dalam diskusi tersebut menceritakan, dirinya merupakan salah seorang korban rumitnya birokrasi dalam mengurus SBKRI. "Bertahun-tahun saya menjadi pemain nasional, tapi tanpa kewarganegaraan," ungkapnya. Sebagai pemain yang membawa bendera Merah Putih, Ivana berkali-kali mengharumkan nama bangsa di level internasional. Prestasinya itu membuat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di berbagai penjuru dunia. "Saat keluar negeri, saya hanya dibekali secarik kertas yang menyatakan bahwa saya orang Indonesia. Tapi, ketika pulang, kewarganegaraan saya dicabut dan menjadi stateless (tidak punya kewarganegaraan, Red)," ujarnya. Dia juga telah berusaha mengurus KTP, tapi tidak bisa karena tidak memiliki surat kewarganegaraan. Ivana tidak memiliki surat kewarganegaraan karena orang tuanya adalah pendatang. "Pada 1940, orang tua saya datang dari China ke Indonesia dan belum berstatus warga negara Indonesia. Otomatis, saya menjadi warga negara asing. Padahal, saya lahir di sini sampai menjadi atlet," jelasnya. Akhirnya, SBKRI tersebut didapatkan setelah diperjuangkan KONI dan PBSI. "Bukan hanya saya yang mengalami hal ini. Tapi, beberapa atlet bulu tangkis lain seperti Alan Budi Kusuma, Susi Susanti, dan Hendrawan juga mengalami," katanya. Mengomentari Ivana, pengamat etnis Tionghoa Ridawan Saidi mengatakan, "Tidak ada tanda-tanda akan menjadi baik. Itu (SKBRI) satu kerumitan administrasi. Itu satu peluang untuk mencari uang bagi para birokrat. Kita punya kebijakan nasional kewarganegaraan, tapi tidak berjalan karena tidak ada juklak dan juknis."Menurut dia, peraturan yang mewajibkan warga keturunan Tionghoa mempunyai SBKRI harus dihentikan. Sebab, hal itu sudah tidak relevan dengan kondisi bangsa yang mengedepankan kesetaraan. "Peraturan seperti itu seharusnya disudahi. Itu kan kelanjutan dwi kewarganegaraan rangkap 1950," tegas mantan anggota DPR tersebut. Hal yang sama diungkapkan dosen Studi Masyarakat Tionghoa Indonesia dari Beijing Foreign Studies University, Eddy Prabowo. Dia menyatakan, permasalahan SBKRI masih belum jelas karena konsep pemerintah masih berbelit-belit. "Ini sebuah realitas bahwa orang bisa ditendang ke mana saja. Karena apa? Sebab, ini adalah massa mengambang. Kedua, punya duit. Ini sangat berbahaya karena merembet dalam banyak hal, terutama status hukum," jelasnya.Dalam kesempatan tersebut, dia juga menyinggung soal diskriminasi terhadap etnis Tionghoa. Menurut dia, diskriminasi tersebut terjadi karena faktor eksternal. Artinya, bukan disebabkan keberadaan masyarakat Tionghoa dan lainnya. "Di lapisan bawah, simbiosis dengan masyarakat bawah sudah cukup baik. Yang mengondisikan adalah faktor eksternal," ujarnya. Salah satu faktor eksternal adalah faktor politis.Lalu, bagaimana menyikapi faktor-faktor eksternal tersebut? Dia menyatakan sangat sulit. Sebab, tidak ada kemauan untuk berubah ke arah lebih baik. "Sulit. Sebab, orang Tionghoa terkesan ngapain kita bicara kalau salah dan nggak bicara juga salah, mau mengadu ke siapa? Minta perlindungan ini, itu," tegasnya.Di sisi lain, Eddy yakin diskriminasi itu lambat laun berkurang. Sebab, mulai terjadi gerakan-gerakan generasi muda keturunan Tionghoa untuk melakukan dialog multikultural. "Generasi sudah mulai mendobrak kebekuan yang ada," katanya. Mereka mulai mendatangi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) serta Departemen Hukum dan HAM. Bukan hanya itu. Menurut Eddy, perlu dikembangkan rekonsiliasi sosial yang mengedepankan keterbukaan serta kesepahaman. "Tidak ada gunanya saling mencela dan kemudian kecenderungan eksklusivitas. Yang penting kesepahaman antara elemen," tegasnya. (yog) .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Hubungan Erat Islam-China
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/30/opini/2402092.htm Hubungan Erat Islam-China Ayang Utriza NWAY Kemarin (29/1), masyarakat China merayakan Tahun Baru Imlek 2557. Dua hari setelah itu, umat Islam merayakan Tahun Baru Hijriah 1 Muharam 1427 (31/1). Ada makna penting di balik perayaan kedua tahun baru itu, yaitu hubungan erat Islam-China sebagai sebuah peradaban dan kebudayaan dalam konteks dunia dan Indonesia. Jalur ke China Ketika Islam lahir sebagai sebuah agama pada paruh pertama abad VII Masehi, China sudah lebih dulu menguasai berbagai aspek penting dunia, mulai perdagangan hingga kekuasaan politik yang membentang. Islam mulai berhubungan dengan China saat Islam berangsur menjadi kekuatan politik dan ekonomi yang patut diperhitungkan. Harus dikatakan, hubungan Islam-China terjalin cepat karena sebelumnya telah ada hubungan dengan pedagang Arab. Saat Islam berkembang, kemungkinan, para pedagang Arab yang telah masuk Islam melanjutkan aktivitas ekonomi dengan China. Inilah yang membuka celah bagi perkembangan Islam di China dan membuat hubungan keduanya berlanjut (Broomhall, 1905). Hubungan Islam-China kian erat berkat dua kekuasaan politik besar: Khilafah Umayyah (661-750) dan Khilafah Abbasiyyah (750-1258) di Barat mewakili Islam dan Dinasti Tang (618-907) dan Dinasti Tsung (960-1280) di Timur mewakili China. Pada massa Umayyah, perdagangan ke China dilakukan melalui darat. Perang antara kaum Muslimin, China dengan suku Tibet membuat jalur darat terputus. Hal ini menjadikan jalur laut menjadi alternatif untuk mencapai China. Sejak masa Abbasiyyah, perdagangan jalur laut meningkat pesat (Tibbets, 1957). Para pedagang Muslim yang menggunakan jalur laut menuju China, mau tidak mau, harus melewati Nusantara: dari laut Nusantara di Aceh, selat Melaka yang membelah Pulau Sumatra dan semenanjung Melayu hingga menuju China. Berkat jalur laut inilah Islam tersebar di Nusantara yang kala itu masih menganut animisme, Hindu, dan Buddha. Perjalanan para pedagang Muslim menuju China membuat Islam sebagai agama masuk secara perlahan di Nusantara. China-Islam Nusantara Hubungan China dengan Nusantara sudah ada sebelum Islam masuk. Sumber-sumber China menyebutkan, tahun 1275 kaisar China tidak lagi menerima upeti dari San-Fo-Tsi (Sriwijaya), tetapi dari Sa-Wen-Ta-La (Samudera) (Ambary, 1990). Hal ini dipertegas kesaksian Marco Polo yang pada tahun 1292 berkunjung ke Samudera Pasai. Ia mengatakan, raja Samudera Pasai tunduk pada kekuasaan China, namun tidak dapat bayar upeti karena jauhnya jarak untuk sampai ke China (edisi Prancis: 18651989). Kedekatan hubungan China-Nusantara berlanjut saat orang-orang Arab yang ada di China dan orang-orang China yang masuk Islam datang menyebarkan Islam di Nusantara. Karena itu, salah satu teori yang berkembang hingga kini, China memainkan peran penting dalam proses Islamisasi Nusantara. Peran jalur China amat besar dalam proses masuknya Islam ke Trengganu pada abad XIV, dan ke Jawa pada abad XV. Islam di kedua daerah ini dianggap datang dari China melalui Champa (kini Kamboja). China menunjukkan peran yang kian penting saat kaisar Ming mengirim Laksamana Cheng-Ho dan penerjemahnya, Ma Huankeduanya beragama Islamdalam ekspedisi ke Nusantara beberapa kali sepanjang abad XIV untuk menjalin hubungan politik dan ekonomi. Profesor Rahmat Mulyana (1968) memaparkan jasa Laksamana Cheng-Ho dalam Islamisasi di tanah Jawa. Bahkan, beberapa masjid didirikan atas perintah Cheng-Ho. Karena itu, tak heran jika ada akulturasi arsitek Islam-China sebuah masjid, misalnya masjid di Semarang bekas peninggalan Cheng-Ho. Tetapi, yang membuat geger tahun 1970-an di Indonesia ialah tulisan Mulyana yang menyatakan Wali Songo adalah keturunan China. Hal ini perlu dikaji lagi. Tetapi paling tidak, dalam sejarah tercatat, istri Sunan Ampel adalah putri Champa yang masih saudara istri Brawijaya V, ibu dari Raden Fattah. Salah satu istri Sunan Gunung Djati adalah putri China yang hingga kini kuburannya di Cirebon menjadi tempat ziarah masyarakat China. Daniel Perret (2005) menjelaskan, menara dan masjid Agung Banten merupakan hasil seorang arsitek China. Ini menunjukkan peran penting China dalam proses Islamisasi Nusantara. Sejarah perekat Kedekatan Islam-China dari dulu hingga kini harus membuat umat Islam dan masyarakat China di Indonesia menghilangkan rasa curiga dan sikap rasis yang kadang muncul dan membuat hubungan keduanya tegang. Dengan tahun baru Imlek 2557 dan Hijriah 1427, kita buka lembaran baru dan menghilangkan pandangan dikotomis pribumi-China, serta membuang perasaan dan sikap anti-China dan anti-Pribumi (Islam). Dengan kesadaran sejarah ini semoga dapat lebih mempererat jalinan dan untaian kebangsaan kita. Gong Xi Fa Cai dan Marhaban Ya Sanah Jadîdah! Ayang Utriza NWAY Peneliti pada Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina; Dosen Luar Biasa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
[budaya_tionghua] Kebangkitan Santri
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2006013003155116 Senin, 30 Januari 2006 BURAS Kebangkitan Santri "GONG xi fa cai, Kong!" sapa Haji saat jalan pagi. "Selamat Tahun Baru Hijriah, Pak Haji!" timpal Engkong. "Tahun anjing bisnis bakal berat, meskipun peluang peluang sukses besar!" "Begitu ramalan kalian?" timpal ahji. "Kalau tahun baru hijriah ini justru tahapan penting bagi kebangkitan kelas menengah santri! Dalam tujuh tahun ini, lewat dua pemilu kelas menengah santri meningkat peran politiknya, baik santri konservatif maupun progresif! Dari kursi DPR di bawah 100 hasil Pemilu 1997, menjadi lebih 200 pada Pemilu 2004. Dalam bisnis, ekonomi syariah juga semarak hingga bank-bank besar membuka syariah! Di daerah-daerah, bank syariah lokal dan BMT--baitulmal wa tamwil--tumbuh pesat!" "Hebat," timpal engkong, "Apa syarat masuk Islam?" "Syarat masuk Islam lima perkara!" jelas haji. "Lima perkara?" Engkong terkejut "Uwe tak sangup! Teman uwe satu perkara saja, hartanya ludes!" "Bukan perkara begitu!" tegas Haji, "Tapi rukun amalannya! Mengucap dua kalimat syahadat, salat lima waktu, puasa Ramadan, membayar zakat, dan pergi haji bila mampu!" "Rukun uwe suka!" timpal Engkong. "Tapi kenapa anggota DPRD tak bisa rukun?" "Rukun dimaksud ibadah wajib, bukan arti sela-sekata! "jelas Haji. "Anggota Dewan itu bukan tidak rukun, cuma beda pendapat!" "Uwe tak suka beda pendapatan!" sambut Engkong. "Bukan beda pendapatan! Beda pendapat!" tegas Haji. "Itu juga, bikin ribut!" timpal Engkong. "Cucu sering ribut beda pendapat, terakhir soal angpau Imlek!" "Di DPRD juga! Beda pendapat jadi penentu angpau Imlek liburan ke Bali!" ujar Haji. "Tapi kebanyakan yang dapat angpau bukan dari kelas menengah santri!" "Santri tak suka liburan, santai buang-buang duit?" sambut Engkong. "Hidup santri itu hemat! Bisa menabung buat modal!" "Kalau santri bukan cuma hemat! Malah serbaprihatin!" Itu pula yang bisa diharapkan dari kebangkitan kelas menengah santri, nilai tambah kegiatannya cepat terakumulasi untuk penambah modal!" "Tapi itu kurang bagus sebagai pasar!" timpal Engkong, "Kalau belanja tak suka borong!" "Santri memang bukan pasar yang bagus!" sambut Haji. "Kalau belanja menahan diri tak main borong! Pasar yang baik itu golongan priayi, para birokrat, politisi, dan profesional, yang bukan hanya konsumtif, malah bergaya konsumerisme!" "Itu uwe suka, ke toko suka memborong!" entak Engkong. "Mereka memang banyak duit, konsumtif pula!" timpal Haji. "Untung mereka lebih berputar ke ekonomi rente kapitalis global, kurang memadai yang masuk sektor syariah! Padahal, kekuatan konsumsi kelompok ini andalan ekonomi domestik!" "Duit punya kuasa, bebas memilih!" tegas Engkong. "Tapi pilihannya kurang kontekstual pada gairah sosial lingkungannya!" tegas Haji. .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Kali Pertama Suguhkan Liong
CENDRAWASIH POST Senin, 30 Januari 2006 Kali Pertama Suguhkan Liong *Meriah, Perayaan Imlek di Jayapura JAYAPURA-Tahun baru China atau Imlek 2557 yang jatuh pada hari Minggu (29/1), kemarin juga dirayakan di Kota Jayapura. Bahkan perayaan Imlek 2557 tahun ini, di Kota Jayapura terbilang cukup meriah. Pasalnya, perayaan yang dipusatkan di Halaman Vihara Arya Dharma ini, tidak hanya dimeriahkan atraksi barongsai, tetapi juga atraksi liong atau naga yang baru kali pertama disuguhkan di Kota Jayapura. Barongsai dan Liong ini, sebenarnya merupakan sebuah tradisi ketika masyarakat Tionghoa memasuki tahun baru atau musim semi. Perayaan imlek ini diawali dengan penabuhan oleh Ketua Umum Paguyupan Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia (PSMTI) Wilayah Papua, Harry Pirono dan Ketua Harian, Ishak Montolalu bersama tim barongsai dan liong. Selanjutnya, dimulai dengan atraksi 6 barong sai yang berlangsung sekitar 25 menit dan disela-sela ini banyak warga Tionghoa membagi-bagikan angpao kepada barong sai baik dilakukan orang tua maupun anak-anak, ini diyakini mendapatkan berkat dan menolak bala pada tahun ini. Setelah itu, ditampilkan atraksi liong atau naga yang pertama kali ditampilkan dalam perayaan Imlek di Jayapura, liong ini dimainkan 9 orang yang memegang ekor hingga kepala dan ditambah seorang pemain pemegang mustika. Naga ini menggambarkan cakar elang yang dapat mengarungi udara, sisik yang menggambarkan dapat mengarungi samudra, kerbau yang menggambarkan semangat kerja keras. Perayaan ini puncaknya pada saat Cap Go Meh yang akan dilaksanakan 12 Februari 2006 mendatang. Ketua Yayasan Budha Dharma Jayapura, Irianto Setiawan, mengatakan, perayaan tahun baru Imlek ini untuk kali pertama dilakukan secara bersama dalam rangka untuk meningkatkan tali silaturahmi antara masyarakat dan unsur agama yang lain di seluruh Jayapura atau Tanah Papua. "Ini tentunya tidak dapat menutup kegembiraan hati kami dan kebanggaan kepada pemerintah dimana dari tahun ke tahun telah memberi kami suatu kebebasan untuk merayakan Imlek dan ditetapkan sebagai hari libur nasional, sehingga semangat ini mendorong warga Tionghoa untuk lebih berbakti kepada nusa dan bangsa Indonesia," ujarnya. Perayaan Imlek bersama ini, kata Irianto, menitikberatkan pada ajang silaturahmi sesama warga Tionghoa tanpa membedakan agama baik Budha, Kristen maupun Islam, maupun dengan komponen masyarakat lain, sehingga bisa lebih saling mengenal, sehingga dapat membangun masyarakat yang harmonis dan menciptakan suatu kedamaian di Tanah Papua. Lebih lanjut, di tahun baru ini sesuai dengan kalender Cina masuk Tahun Anjing Api, sehingga pihaknya berharap bahwa dalam tahun ini semuanya diharapkan berkembang pesat dan semua bahagia, sehingga bangsa Indonesia ke depannya lebih sejahtera dan dihindarkan dari malapetaka. "Apalagi, di tahun ini kita bisa menampilkan atraksi naga atau liong yang menjadi simbol makhluk yang tidak pernah ada wujud nyata dalam dunia ini, tetapi orang Tionghoa menganggap itu suatu makhluk yang bisa beradaptasi dalam kondisi berbagai macam. Seperti diketahui, naga bercakar elang, bersisik ikan, naga bertampang seperti kerbau, yang artinya siap bekerja keras, siap mengudara seperti elang dan siap masuk ke air seperti ikan, sehingga kita perlu semangat naga untuk membangun negeri ini agar kita ke depan lebih sejahtera dan bebas dari bencana," ujarnya panjang lebar. Diakui, kehidupan sehari-hari warga Tionghoa sangat menghargai keharmonisan antar etnis maupun lintas agama sangat baik, sehingga perlu dipupuk terus, apalagi dengan hadirnya organisasi Paguyupan Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia (PSMTI) sehingga diharapkan dapat semakin mempererat semua unsure di Tanah Papua, sehingga warga Tionghoa bisa hidup damai berdampingan dengan komponen lainnya. Ishak Montolalu, menambahkan saat ini telah hadir organisasi PSMTI telah terbentuk di wilayah Papua,dalam rangka untuk memperjuangkan eksistensi suku Tionghoa supaya dikukuhkan menjadi bagian bangsa di negeri ini. Ketua Umum PSMTI Wilayah Papua, Harry Pirono berharap membawa kedamaian bagi negara Indonesia, khususnya di Papua, apalagi di Papua akan dilaksanakan pilkada sehingga diharapkan berlangsung aman dan mendapatkan pimpinan yang mau mengabdi di Papua. Sementara itu, tokoh masyarakat Jan Ayomi yang juga Wakil Ketua I DPD Golkar Provinsi Papua, sempat menghadiri acara ini dan menyampaikan selamat kepada warga Tionghoa. "Kami sampaikan selamat tahun baru Imlek. Semoga tahun ini membawa semangat bagi hidup bersama di Tanah Papua ini, damai sejahtera kiranya menaungi kita semua," ujarnya. Jan Ayomi meminta agar semangat persatuan dan kesatuan antara warga Tionghoa dengan Papua dan semua suku bangsa di Tanah ini tetap terjalin dalam rangka memperkokoh negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Malam detik-detik pergantian tahun baru
[budaya_tionghua] Hajatan Tionghoa Lintas Agama
http://www.gatra.com/artikel.php?id=91874 Hajatan Tionghoa Lintas Agama AKHIR Januari ini jadi momen istimewa bagi muslim Tionghoa. Tahun Baru Imlek 2557 dan Hijriah 1427 datang bersusulan: 29 dan 31 Januari 2006. Sebagai keturunan Tionghoa, mereka dibesarkan dalam keluarga yang biasa memperingati Imlek. Sebagai muslim, mereka diajarkan bahwa 1 Muharam adalah Tahun Baru Islam.Status muslim tak menghalangi hajat mereka merayakan Imlek. Padahal, tahun baru Cina itu, menurut pengikut Konghucu, bagian ritual agama. Mereka biasa memperingatinya di kelenteng. Penganut Buddha juga mengadopsinya sebagai ritual di vihara. Namun kalangan Tionghoa muslim memilih merayakan dengan nuansa Islam di masjid. Kali ini, spirit Imlek dipadukan dengan hikmah Muharam.''Kami menyerukan salat dan sujud syukur bersama di masjid masing-masing,'' kata Trisno Adi Tantiono, Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Pusat. Seruan itu dituangkan dalam surat resmi DPP PITI tertanggal 16 Januari 2006. Gaungnya menggema sampai daerah.Akhir pekan lalu, muslim Tionghoa Yogyakarta menyiapkan Imlek di Masjid Syuhada, Yogyakarta, untuk digelar awal Februari ini. ''Kami akan mengisinya dengan sujud syukur, pengajian, dan salat hajat,'' ujar Hj. Lie Sioe Fen, Ketua PITI Yogyakarta.Imlek di Masjid Syuhada itu digelar tiap tahun sejak 2002. Semula pesertanya hanya 40-an orang. Tahun lalu, peminat Imlek di masjid melonjak sampai 200-an orang. Lie sendiri memperingati Imlek secara Islam sejak ia masuk Islam pada 1983. ''Imlek itu hanya tradisi, tak ada kaitannya dengan agama tertentu,'' kata Lie. Ia memahami sejarah Imlek sebagai penanda berakhirnya musim dingin dan tibanya musim semi. Bagi masyarakat Cina yang mayoritas petani, musim dingin amat menyedihkan karena tak bisa bercocok tanam. ''Begitu musim semi tiba, mereka menyambut dengan sukacita,'' papar Lie.Tradisi Imlek, kata Lie, sudah ada sebelum agama-agama ada. Maka, Imlek bisa diperingati penganut agama apa saja. DPP PITI juga berpandangan begitu: Imlek bukan milik agama tertentu. Hari itu menjadi budaya leluhur etnis Tionghoa untuk silaturahmi keluarga dan beranjang sana pada famili yang lebih tua.Itulah sebabnya, muslim Tionghoa tak memutus silaturahmi dengan kerabat Cina lain yang nonmuslim. Sejak Jumat pekan lalu hingga Selasa ini, PITI Yogyakarta bergabung dengan kaum Cina lintas agama, mengadakan Pekan Budaya Tionghoa di Yogyakarta.Di Solo, Jawa Tengah, Rudiansyah alias Tan Djang Sien, 36 tahun, yang masuk Islam sejak 20 tahun silam, merayakan Imlek bersama orangtuanya yang nonmuslim. ''Imlek bukan pengamalan suatu agama. Itu adat istiadat nenek moyang kami,'' kata anggota panitia peringatan Imlek di Taman Sriwedari, Solo, itu. Ia tak bikin Imlek di masjid. ''Karena muslim Tionghoa di Solo belum punya wadah,'' katanya kepada Mukhlison S. Widodo dari Gatra.Meski menyerukan sujud syukur di masjid, DPP PITI tidak membuat Imlek khusus di masjid. Mereka mengisi dengan memberi santunan pada 1.000 keluarga Tionghoa miskin di Tangerang. ''Tidak semua Tionghoa kaya,'' ujar Syarif Siangan Tanudjaya, Kepala Bidang Pendidikan PITI. Tiap paket terdiri dari 5 liter beras, tiga bungkus mi instan, satu kotak biskuit, dan angpao Rp 10.000. Penerimanya bukan hanya Tionghoa muslim, melainkan juga yang nonmuslim.Secara internal, berbagai aksi Tionghoa muslim dalam memperingati Imlek ini jadi ajang silaturahmi sesama Tionghoa, apa pun agamanya. Beda agama tak membuat mereka cerai-berai. Secara eksternal, dengan membangun opini publik bahwa Imlek bukan ritual agama tertentu, mereka hendak menepis kesan eksklusif kaum Tionghoa.Begitulah amatan Arief Akhyat, pakar sejarah Tionghoa dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. ''Itu bagian upaya mereka menghilangkan kesan eksklusif,'' ujar Arief. Kesan itu, menurut Arief, karena sejak 1965 --ketika kaum Tionghoa dipaksa memilih satu dari lima agama resmi-- mereka identik dengan nonmuslim. ''Padahal, fenomena Tionghoa muslim ada sejak abad ke-14.''Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, Budi Santoso Tanuwibowo, mempersilakan penganut agama apa pun memperingati Imlek. ''Itu sah-sah saja. Semakin banyak yang memiliki, saya kira semakin baik, ya,'' kata Budi kepada Sanwani Soehaly dari Gatra. ''Tapi jangan bilang Imlek tidak terkait agama tertentu.''Bagi penganut Konghucu, menurut Budi, Imlek adalah bagian ritual agama, sekaligus bagian sejarah Tionghoa. Tapi, bila agama lain mau merayakan? ''Ya, monggo saja,'' ujarnya.Asrori S. Karni, Rahman Mulya, dan Puguh Windrawan (Yogyakarta)[Agama, Gatra Nomor 12 Beredar Senin, 23 Januari 2005] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
Re: [budaya_tionghua] Re: mohon bantuan info tentang belajar putonghua
Kira-kira berapa ongkos hidup per bulan [sewa kamar asrama+ makan + uang transport] Banyak terimakasih untuk info. Salam, - Original Message - From: xy To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Wednesday, December 28, 2005 1:32 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: mohon bantuan info tentang belajar putonghua saya saat ini sedang belajar di beijing. setahu saya biaya sekolah sekitar US$ 2800/tahun, karna dengar2 ketentuan biaya untuk belajarmandarin per tahunnya ga melebihiUSD 2800. beijing ada banyak macam sekolah bahasa, ga semuanya harganya USD 2800/th. mungkin kalo mau yg lebih murah lagi, bisa ikut yg semacam kursus gitu...disini banyak prang yang setelah blajar 1 semester trus lanjut di tempat kursus, karna mereka pikir biayanya ga terlalu mahal buku yg dipakai juga sama dengan yg dipakai di sekolah/univ. kalau mau menguasai putonghua, yaa saya sarankan mending ke beijing aja, putonghua mendekati bahasa/dialek bahasa beijing. waktu belajar 1th cukup untuk percakapan sehari2. ya seperti yg Rinto bilang, tergantung dari diri sendiri, harus banyak praktek bahasa. kalo anda ada basic mungkin lebih cepat menguasainya. mungkin itu sedikit info dari saya, semoga bisa membantu. -gxy-harialim [EMAIL PROTECTED] menulis: rinto heng,karena sesuatu sebab yg tak jelas (bouncing) saya tak menerima message milis ini nomor 16009 sd 16039 sehingga baru lihat ada jawaban daririnto heng ttg subyek diatas (nomor 16021)juga terimaksih atas pendapat adipranata.memang saya pribadi pernah kursus mandarin di jakarta sekitar th 97'anpada waktu itu huruf yg apal sekitar 600 - 700 an, tetapi pelan pelanitu semua hilang terlupa, hanya gramatika yg tidak lupa tetapivocabulary banyak yg lupa. terutama karena tidak dipakai.kalo kebetulan ke mainland, dan disana beberapa hari memang graduallybeberapa vocab kembali lagi.karena itu saya pikir untuk bisa tetap ingat mungkin dengan tinggalsetahun di mainland (beijing misalnya) bisa membantu banyak.tetapi memang kaget juga waktu browsing ke internet melihat berapabiaya yg dibutuhkan untuk study bahasa selama setahun, tetapi inimemang sesuatu yg ditawarkan sangat mudah di internet karena semuabisa dilakukan online. tetapi ya itu biaya nya bisa mencapai usd20,000 (bukan rmb tetapi pasti usd)karena itu saya pikir mungkin ada nara sumber (netters) disini yangbisa memberi tambahan informasiagaknya sangat menantang kalau kita bisa spend tidak lebih darisekitar usd 10,000 di taiwan selama setahun untuk belajar bahasa.saya sendiri merasa kalo tinggal selama setahun di beijing (atau ditempat lain di mainland atau taiwan) dan menggunakan putonghua seharihari akan bisa menggunakan nya dengan cukup ok untuk berkomunikasiterutama karena sudah ada dasar yg saya miliki sebelumnya.memang yg jadi pertanyaan adalah apakah saya bisa hapal 2000 hurufdalam waktu setahun. memang karena pernah hapal lebih dari 500'anbeberapa karakter sekarang juga sudah tak bisa lupa.( seperti bei nandong si dll).mungkin rinto heng ada informasi tambahan yg mungkin berguna bisa jaditidak untuk saya saja.terima kasih sebelumnya.salam,harry alim--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote: Harry-heng, Bila mau belajar mandarin yang dianggap standar tentu pilihan pertama adalah ke Beijing karena logat Beijing (dialek Utara) juga merupakan logat standar bahasa mandarin sekarang ini. 1 tahun saya kira cukup untuk belajar putonghua buat fasihberkomunikasi sehari2, artinya tidak untuk menjadi linguis atau ahli bahasa klasik. Namun juga sangat tergantung bagaimana aplikasi dan praktik di sana sehari2. Sebagai contoh, kasus saya di Taiwan, banyak teman sayatamatan universitas (4 tahun) masih punya kesulitan membaca koran, karena selepas kuliah mereka cuma memilih berkumpul bersama anak2 Indonesia lainnya. USD 20,000 koq sepertinya kemahalan, karena Taiwan dengan biaya hidup demikian tinggi saja tidak semahal itu, tidak lebih dari USD 10,000 setahun. Itupun di Taipei yang biaya hidupnya paling mahal di Taiwan. Apakah benar USD dan bukan RMB? Rinto Jiang harry alim wrote: yg terhormat para netters mohon bantuan info tentang belajar putonghua. berapa kira2 biaya yang dibutuhkan untuk belajar putonghua di beijing? apakah 1 tahun cukup untuk belajar putonghua, secara oral baca dantulis? berapa kira kira biaya untuk itu ? biaya sekolah dan berapa biaya akomodasi? apakah selama sekolah bahasa bisa bekerja sambilan untuk membantumenutup biaya? memang saya sudah browsing dan mendapatkan data biaya sekolah setahun berkisar USD 2600 sampai USD 8000 tergantung tipe kursus yangdipilih dan biaya akomodasi
[budaya_tionghua] Imlek dan Berkah Kue Keranjang
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0601/27/sh07.html Imlek dan Berkah Kue Keranjang OlehYuyuk Sugarman YOGYAKARTA Sebentar lagi, warga Tionghoa akan merayakan tahun baru Imlek 2557 yang jatuh pada 29 Januari 2006. Pada awalnya, Imlek atau Sin Tjia merupakan perayaan yang dilakukan para petani di China yang biasanya jatuh pada tanggal 1 di bulan pertama di awal tahun baru. Perayaan ini berkaitan dengan pesta petani menyambut musim semi. Para petani di China ini dalam menyambut Imlek biasanya melakukan sembahyang kepada Sang Pencipta dan mengadakan perayaan Cap Go Meh. Semua ini dilakukan sebagai perwujudan syukur dan doa harapan agar di tahun depan mendapat rezeki lebih banyak. Dalam menyambut Imlek, mereka menyajikan berbagai jenis makanan, biasanya 12 jenis, untuk menjamu leluhur. Selain itu, mereka juga menggunakan hari itu sebagai sarana silaturahmi dengan kerabat dan tetangga. Kedua belas macam makanan atau kue ini mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Di China, hidangan yang wajib adalah mi panjang umur (siu mi) dan arak. Di Indonesia, hidangan yang dipilih biasanya hidangan yang mempunyai arti kemakmuran, panjang umur, keselamatan atau kebahagiaan, dan merupakan hidangan kesukaan para leluhur. Ada suatu kepercayaan bahwa kue-kue yang dihidangkan lebih manis daripada biasanya. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan di tahun mendatang menjadi lebih manis. Di samping itu, dihidangkan pula kue lapis sebagai perlambang rezeki yang berlapis-lapis. Kue mangkok dan kue kekeranjang juga merupakan makanan yang wajib dihidangkan pada waktu persembahyangan menyambut datangnya tahun baru Imlek.Maka, tak heran jika banyak pengusaha kue atau roti yang membuat kue kekeranjang untuk dijual secara partai kecil atau partai besar, bahkan banyak yang menerima pesanan. Salah satu yang membuat kue keranjang di Yogyakarta adalah Ny Siauw Lie Tjen (60) yang meneruskan usaha ayahnya, Siauw Boen Tjiauw yang merintis sejak tahun 1930-an. Sudah menjadi tradisi, setiap perayaan Imlek harus ada kue keranjang. Keberadaan kue keranjang sama dengan keberadaan ketupat dan opor dalam perayaan lebaran umat Islam. Untuk itu, kami membuat kue keranjang ini, kata Siauw Lie Tjen, pengusaha Kue Mapan ini. Sejak tiga minggu menjelang Imlek, ia telah kebanjiran permintaan dari berbagai kota, misalnya Magelang, Semarang dan Banyumas. Saya tak bisa merambah Jakarta atau Surabaya karena di sana juga sudah banyak pengusaha yang membuat kue keranjang. Tak mungkin kami bersaing dengan mereka yang punya modal dan jaringan besar, ujarnya. Hingga Minggu (22/1), Ny Siauw Lie Tjen telah menghabiskan 1,5 ton tepung ketan dan 1,5 ton gula pasir untuk membuat kue keranjang. Permintaan ini akan terus meningkat hingga empat hari menjelang Imlek. Biasanya banyak yang memesan kue keranjang tingkat. Perkiraan saya sampai puncak perayaan Imlek bisa meghabiskan 4 ton tepung beras ketan dan 4 ton gula, katanya.Setiap hari Siauw Lie Tjen dibantu sepuluh karyawan, mampu mengolah 300 kg tepung beras ketan dan 300 kg gula menjadi 1.200 kue keranjang berukuran kecil dan besar. Untuk ukuran kecil, kue keranjang ini dijual seharga Rp 5.000, sedangkan kue kekeranjang bertingkat ukuran lebih besar dijual Rp 50.000. Untuk menghasilkan kue keranjang, dibutuhkan proses cukup lama. Setelah tepung ketan dan gula diadoni, lantas dikukus selama delapan jam, tidak lebih dan tidak kurang. Lebih dari delapan jam hasilnya terlalu keras. Kurang dari delapan jam kuenya tidak tahan lama, tuturnya.Setelah itu, kue yang telah matang didinginkan dan dicetak dalam sebuah kaleng yang telah disiapkan, lalu diangin-anginkan, bahkan bila perlu dijemur. Agar terlihat menarik, setelah kue itu dibungkus ditambah dengan hiasan lampion. Imlek merupakan berkah bagi kami sekeluarga, ujar Ny Siauw Lie Tjen. n Copyright © Sinar Harapan 2002 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. SPONSORED LINKS Indonesia Culture Chinese YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group "budaya_tionghua" on the web. To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.
[budaya_tionghua] Fw: [mediacare] Terus Didiskriminasi Tionghoa Miskin Mengadu ke Gus Dur
Dari milis tetangga - Original Message - From: nurul maarif [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 25, 2006 9:36 AM Subject: [mediacare] Terus Didiskriminasi Tionghoa Miskin Mengadu ke Gus Dur Terus Didiskriminasi Tionghoa Miskin Mengadu ke Gus Dur Jakarta, gusdur.net Tiga puluh orang suku Tionghoa, perwakilan dari Perhimpunan Perempuan Tionghoa Miskin (PPTM) mengadukan diskriminasi yang mereka alami kepada mantan Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Gedung PBNU, Jl Kramat Raya Jakarta, Rabu (25/1/06). Sebagai warga negara Indonesia, hingga kini hak-hak mereka belum dipenuhi pemerintah. Kita datang hari ini untuk mengadukan, betapa menjadi orang Tionghoa itu susah sekali. Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Lembaga Anti Diskriminatif di Indonesia (LADI) Rebeka Harsono, yang berperan sebagai fasilitator pertemuan itu. Anggota PPTM sebagian besar adalah suku Tionghoa yang berasal dari kawasan kumuh pinggiran Jakarta, yaitu Tegal Alur Cengkareng, Sungapan Tangerang, Rawa Lambang Tangerang, Kosambi Tangerang, Kapuk Tangerang, dan Gaga Kompeni Cengkareng. Selengkapnya klik: http://gusdur.net/indonesia/index.php?option=com_contenttask=viewid=2425Itemid=1 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[budaya_tionghua] OOT: Masyarakat Agar Waspada terhadap PEREDARAN SATE BABI ILEGAL
http://www.halalmui.or.id/?module=articlesub=articleact=viewid=99 Masyarakat Agar Waspada terhadap PEREDARAN SATE BABI ILEGAL# by dwi - 30 Dec 05 12:53:00 Masyarakat Agar Waspada terhadap PEREDARAN SATE BABI ILEGAL Baru-baru ini, LP.POM-MUI DKI Jakarta mendapat laporan dan pengaduan dari masyarakat yang cukup meresahkan mereka, terutama di daerah Menteng Dalam, Tebet. Hal ini disebabkan oleh adanya usaha pengolahan daging babi yang ilegal di daerah tersebut. Yakni, daging babi maupun celeng dari Jawa ataupun Sumatera diperjual-belikan dan diolah secara illegal. Seharusnya produk semacam itu hanya diperdagangkan di pasar khusus, namun kini ternyata juga didistribusikan dan diedarkan secara luas, relatif tanpa pembatasan yang sesuai dengan peraturan pemerintah tentang pengolahan dan peredaran daging babi. Menindak-lanjuti laporan masyarakat itu, LP.POM-MUI DKI Jakarta melakukan pemantauan dan penelitian langsung ke lapangan. Ternyata memang, daging babi itu diolah menjadi dendeng, sate usus, sate hati, sate paru, dsb. Lalu dijual secara bebas ke masyarakat. ?Yang menjadi masalah dan meresahkan masyarakat adalah bahwa para produsen itu menyebutkan bahan-bahan yang mereka jual itu berasal dari bahan daging sapi,? demikian dikemukakan Ir. Muhammad Bayu J. ?Namun setelah kami teliti, terbukti bahwa pernyataan dan pengakuan para produsen itu merupakan kebohongan, sehingga jelas sebagai tindak penipuan terhadap masyarakat,? Staf Pengurus sekaligus sebagai Auditor Halal LP.POM-MUI DKI Jakarta menandaskan hal itu kepada Jurnal Halal. Hasil Uji Laboratorium Langkah-langkah pembuktian itu dilakukan oleh Pimpinan LP.POM-MUI DKI Jakarta bersama para pengurus dan stafnya, dengan terjun langsung ke lapangan. Menanyakan masalah tersebut kepada masyarakat sekitar yang membenarkan pengaduan mereka. Lalu mengambil sampel dan membawa serta mengujinya di laboratorium. Dalam hal ini, berdasarkan Laporan Hasil Pengujian Laboratorium dari Laboratorium Kesmavet, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan, DKI Jakarta No. 2782/1.823.551 tertanggal 12 Desember 2005, atas sampel Sate Paru yang diambil pada tgl. 06 Des. 2005, menunjukkan hasil positif sebagai Pork Cooked Species, yakni merupakan bahan yang positif dan terbukti berasal dari bahan daging/paru babi. Demikian pula Laporan Hasil Pengujian Laboratorium No. 2783/1.823.551 tertanggal 12 Desember 2005, atas sampel Sate Hati yang diambil pada tgl. 06 Des. 2005, menunjukkan hasil positif sebagai Pork Cooked Species, yakni merupakan bahan yang positif dan terbukti berasal dari daging/hati babi. Sedangkan Laporan Hasil Pengujian Laboratorium No. 2784/1.823.551 tertanggal 12 Desember 2005, atas sampel Sate Kulit yang diambil pada tgl. 06 Des. 2005, juga menunjukkan hasil yang positif sebagai Pork Cooked Species, yakni merupakan bahan yang positif dan terbukti berasal dari daging/kulit babi. Menurut informasi lebih lanjut, dari hasil perbincangan dengan pihak-pihak terkait di sana, prara produsen itu mengolah produk berbahan babi itu sampai satu-dua kuintal setiap harinya. Bahkan belakangan ini terus meningkat juga sampai lebih dari itu. Hal ini karena harga jual produk yang mereka tawarkan memang relatif sangat murah jika dibandingkan dengan produk serupa dari bahan daging sapi murni. Mencemari Produk Konsumsi Lainnya Selain itu, para produsen di daerah itu juga mengolah dan memproduksi dan menjual produk sate telur burung puyuh, sate usus, dan sate kulit. Khusus untuk sate telur burung puyuh, produk ini banyak dipergunakan oleh para penjual bubur ayam yang mangkal maupun menggunakan gerobak dan berkeliling kampung. ?Jadi dalam hal ini terjadi pencemaran produk-produk itu dengan bahan yang mengandung babi. Karena, para produsen itu hanya memiliki satu perangkat alat pengolahan, sehingga jelas mereka menggunakan peralatan yang sama untuk mengolah bahan babi maupun non-babi,? demikian Ir. Muhammad Bayu J., yang banyak berkiprah di bidang pemantauan dan pemeriksaan produk pangan halal ini wanti-wanti mengikatkan kita semua. Jadi walaupun produknya berupa sate telur burung puyuh, misalnya, namun karena diolah dengan peralatan yang telah tercemar karena pengolahan daging babi, maka produk sate telur puyuh itu menjadi terlarang pula untuk dikonsumsi oleh kaum Muslimin. Maka diharapkan, masyarakat agar waspada, khususnya bagi mereka yang suka mengkonsumsi produk-produk semacam itu, dan terutama yang berasal dari daerah tersebut. Jangan tergiur dengan harga yang murah,
[budaya_tionghua] Abdullah Gets Warm Welcome in China
http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=76684d=23m=1y=2006 Monday, 23, January, 2006 (23, Dhul Hijjah, 1426) Abdullah Gets Warm Welcome in ChinaKhaled Almaeena King Abdullah with members of the Saudi civil society delegation, concurrently visiting China, at his residence in Beijing on Sunday. (SPA) BEIJING, 23 January 2006 Custodian of the Two Holy Mosques King Abdullah arrived here yesterday morning to a warm welcome by high-ranking Chinese officials. The Chinese said they were honored by the royal visit, the first by a Saudi king to Beijing since the two countries established diplomatic relations in 1990. The morning weather in Beijing was cold and windy but the warmth of Saudi-Chinese relations made the occasion lively and enthusiastic. Chinese officials were optimistic that the landmark visit would take Sino-Saudi relations to new heights. On arrival at the airport, King Abdullah was greeted by Foreign Minister Li Zhaoxing and other top officials. The king is scheduled to meet Chinese President Hu Jintao today and informed sources said the summit talks would focus on energy and security. The two leaders are also expected to discuss major regional and international issues, including Iraq, Iran and Palestine in addition to the global fight against terrorism. King Abdullah earlier met with members of the Saudi civil society delegation currently visiting China and praised their efforts in strengthening relations between the two countries. He urged the delegation to continue its endeavors to educate the Chinese people on various aspects of Saudi life and culture. The delegates, headed by Dr. Abubakr Bagader, adviser to the minister of culture and information for foreign relations, briefed the king on their activities in China which included visits to research centers, museums and libraries and meetings with businessmen and academics. King Abdullah is accompanied by a high-level delegation including Foreign Minister Prince Saud Al-Faisal, Chief of Intelligence Prince Muqrin, Labor Minister Dr. Ghazi Al-Gosaibi, Petroleum and Mineral Resources Minister Ali Al-Naimi, Finance Minister Dr. Ibrahim Al-Assaf and Culture and Information Minister Iyad Madani. Chinese Foreign Ministry spokesman Kong Quan said bilateral trade rose by 39 percent to $14 billion between January and November 2005. He said China had imported 20.1 million tons of oil from Saudi Arabia during that period. Beijing imports about 450,000 barrels of Saudi oil daily which is about 14 percent of its total oil requirements. Saudi Arabia has already offered investment projects worth $624 billion to foreign investors in the vital sectors of petrochemicals, gas, electric power generation, telecommunications, desalination and railways. It has also softened regulations in an attempt to attract foreign investment. Chinese firms won bids for construction contracts valued at several billion dollars in the Kingdom last year. The contracts were for projects including cement production, telecommunications, infrastructure and others. Saudi Aramco joined ExxonMobil and Chinas top refiner, Sinopec, in signing a $3.5 billion deal to expand a refinery in the southeastern Chinese province of Fujian. The Saudi firm is also in talks with Sinopec about investing in a plant in the northern city of Qingdao, the semi-official China News Service said. The agency quoted unidentified industry officials as saying China wanted to increase Saudi crude oil imports under fixed-term deals to limit the impact of price volatility. Saudi ambassador to China, Saleh Al-Hujeilan, underlined the importance of the royal visit, adding that it would become a significant milestone in developing friendly relations between the two countries. As two important nations, China and Saudi Arabia will open new areas of cooperation and continue to strengthen exchanges in diplomacy, economy and trade, the ambassador said. Closer contacts and cooperation between the two countries will surely exert a great influence on international society, he added. During his visit, the king will exchange views with Chinese leaders on further expanding bilateral cooperation in economic and trade areas, said Al-Hujeilan, adding that it would also witness the signing of agreements. We are looking forward to more and more cooperation between the two nations, he added. King