Re: [budaya_tionghua] Re: Zheng He

2007-01-08 Terurut Topik Ambon
Agaknya orang dari daratan Tiongkok lebih dulu datang ke benua Amerika dari 
pada Columbus. Coba pelajari buku berjudul Gods fron the East, by Henriette 
Mertz, 1975.


  - Original Message - 
  From: skala selaras 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, January 08, 2007 3:13 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Zheng He


  Dulu Columbus menemukan Amerika, sekarang giliran China menemukan dunia. 

  Wah! kalau saya menjadi orang Indian, pasti sakit hati. memangnya kami tidak 
dianggap manusia? sebelum kalian2 datang, benua Amerika ini sudah kami huni. 
bukannya kosong! Kok kalian berani2nya mengklaim menemukan Amerika? 

  Istilah penemuan benua ini adalah bentuk chauvinis bangsa Barat, semua 
dilihat dari kacamata mereka, kok sekarang orang Tionghoa mau ikut2an, 
kejangkitan wabah megalonia ya?

  ZFy

  - Original Message - 
  From: Blue Sky 

  dear bung Golden Horde yang baik,

  nah, penjelasan anda memperkuat argument bahwa Tenglang adalah bangsa pertama 
yang menemukan dunia. hal ini bukan berarti sentimen sovinis sperti dugaan 
beberapa teman BT. cukup aneh juga apabila mencoba menguak fakta kemudian 
dikait-kaitkan dengan sovinisme. kalau memang budaya Tionghoa itu sudah berusia 
7000 tahun dan begitu kaya dan tinggi apa salahnya dikatakan seperti itu? tentu 
saja jauh dari makna sovinis bukan? 

  oke, saya belum sempat untuk tanya-tanya lebih detail dengan mengutip 
keterangan-keterangan dari buku 1421. kita lanjutkan besok-besok ya bung

  trims,

  Kenken

  Recent Activity
  a.. 18New Members
  Visit Your Group 
  SPONSORED LINKS
  a.. Indonesian languages 
  b.. Dan 
  c.. Indonesian 
  d.. Indonesian language course 
  e.. Indonesian language learn 
  Yahoo! Mail
  Next gen email?

  Try the all-new

  Yahoo! Mail Beta.

  Y! Messenger
  Instant hello

  Chat over IM with

  group members.

  Y! GeoCities
  Be Vocal

  Publish your opi-

  nions with a blog.
  . 


  [Non-text portions of this message have been removed]



   


--


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition.
  Version: 7.1.410 / Virus Database: 268.16.7/619 - Release Date: 1/7/2007


[Non-text portions of this message have been removed]



[budaya_tionghua] Christmas comes to Beijing, Shanghai

2006-12-25 Terurut Topik Ambon
http://news.xinhuanet.com/english/2006-12/25/content_5527710.htm
  www.chinaview.cn 2006-12-25 08:40:13  

  Christmas comes to Beijing, Shanghai 
 
   
A choir sings during Christmas Eve celebrations at the Shanghai 
Community Church on the city's Hengshan Road. (Photo: Chinadaily)
Photo Gallery 
   


  BEIJING, Dec. 25 -- The queues snaking around elaborately-festooned 
department stores, packed restaurants and endless loops of cheery music could 
only mean one thing: Christmas had come to Beijing.

  No one could escape the arrival of what has arguably become one of 
the most popular Western imports. And while the holiday means something 
different to everyone, from the most pious church-goer to the keenest 
rationalist and all points in between, there is no doubting how tightly 
Christmas has taken hold of people's imaginations around the world. Love it or 
not, it seems like Christmas is here to stay. 

  For some of the religious, Christmas Eve festivities began in Beijing 
yesterday with a morning service at the main auditorium of the 21st Century 
Hotel, where about 200 expatriates gathered to sing carols and pray together. 

  Christmas Eve is my favourite time of year, said Stephannie Tebow, 
co-ordinator for the Beijing International Christian Fellowship. It is not so 
much a festival, but a celebration of hope. 

  (The ceremony) was moving and emotional, said Tebow, an Illinois 
native who teaches performing arts at an international school in Beijing. 
People go to church like a family. 

  Tebow played piano and sang a duet of O Holy Night during the 
service, which ran from 9:30 am to 11 am. 

  It was a special time for us to think about hope and the gifts that 
God gives us. And how I give back to the world and others, Tebow said. 

  Of course, the secular images associated with the holiday are also in 
evidence. For young Chinese, these are perhaps the most exciting part of the 
holiday season. 

  The Christmas atmosphere is everywhere, said Zhou Zifu, a college 
student. Young people are excited about it. 

  My roommates decorated our dormitory with various Santas, red socks 
and gold-coloured bells. The school also put an artificial tree in the hall of 
our dorm building. 

  He added that the traditional festivities associated with the Spring 
Festival seemed simple compared with the elaborate effort that goes into 
celebrating Christmas. 

  During Spring Festival, we eat and do the same things every year. 
Firecrackers are not even allowed in many cities, but Christmas offers 
something new. 

  When it comes to leisure activities and entertainment, few people are 
willing to split hairs about whether the practice is from the East or West. 

  Either way, Christmas spirit seems to be doing wonders for local 
businesses. 

  At a cinema on the North Third Ring Road, ticket prices were almost 
double, and most shows were nearly sold out by the afternoon. 

  It took 20 minutes and double the normal price of a ticket for Song 
Bin to get a seat for Curse of the Golden Flower. 

  I was almost crushed by the crowd, said Song, 26, who had bought 
the tickets 4 hours earlier. If I had come a half hour later, there would have 
been no tickets left. 

  It was crowded because today is a festival day and also a weekend, 
said Kang Yue, 25, an accountant, who had also bought tickets hours earlier to 
watch films with her brother and friends. 

  To me, Christmas doesn't mean religion or Western culture. It is an 
opportunity to relax and meet friends, said Kang. 

  It is true that more and more Chinese people admire Western culture. 
But for me nothing tops the Spring Festival. It is a time for us to meet with 
our families. 

  Shanghai, one of the first Chinese cities to embrace Western culture, 
has a long history of celebrating Christmas. 

  It seems like some of the old fashions are coming back, said 
Camille Lok, a Canadian Chinese and a retired English-language editor. 

  Lok, in his 80s, graduated from St John's University in Shanghai and 
emigrated to Canada in the late 1980s. He returned to Shanghai in 1996 and has 
stayed in the city ever since. 

  In my university days, we also had Christmas parties at my home or 
in my classmates' homes, just like young people are doing now, he said. 

  Lok said he had invited some colleagues to his home for afternoon tea 
and a Christmas dinner. 

  I will play Bing Crosby's CD of 'White Christmas' and some other 
golden oldies, and I will ask people to dance, whether they are young or old,  
he added. 

  Li Huan, a music critic, said he was planning to throw a party at his 
apartment. I will be playing the Glen Miller Orchestra's Christmas Collections 
for my six guests, 

[budaya_tionghua] Islam di Taiwan dan TKI

2006-11-15 Terurut Topik Ambon
refleksi: Apakah pembangunan mesjid di Taiwan perlu mendapat izin kementrian 
agama dan organisasi-organisasi Kongfuchu Taiwan, seperti halnya dengan 
pembangunan gereja di Indonesia harus didapat persetujuan Depag dan penduduk di 
sekitar serta  organisasi FPI, MMI, etc? 


REPUBLIKA
Kamis, 16 Nopember 2006


Islam di Taiwan dan TKI 
Oleh : Azyumardi Azra 


Migrasi orang-orang dari satu wilayah ke wilayah lain hampir selalu menjadi 
salah satu faktor penting dalam penyebaran agama, khususnya Islam. Migrasi 
memang bukan sekadar perpindahan orang, tetapi juga tradisi sosial-budaya dan 
agama yang mereka pegang dan hidupi. Dan perkembangan Islam di Taiwan dalam 
kaitan dengan migrasi amat menarik.

Gejala ini saya lihat ketika beberapa hari setelah Idul Fitri 1427 lalu 
menghadiri Festival Hari Raya Puasa Masyarakat Indonesia di Daan Park Taipei, 
Taiwan. ''Masyarakat Indonesia'' dalam acara ini tidak lain hampir 100 persen 
adalah tenaga kerja Indonesia (TKI), yang datang dari Taipei, dan kota-kota 
lain seperti Kaohsiung dan Longgang. Menurut perkiraan Salahudding Ma 
Chao-yeng, pengurus Grand Mosque Taipei, sekitar 20 ribu TKI hadir dalam 
festival tersebut, yang diisi ceramah agama empat anggota delegasi dari 
Indonesia. 

Atas undangan Asia Foundation in Taiwan (AFIT), saya (dalam kedudukan sebagai 
rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) bersama Dr Endang Turmudi (NU), Dr 
Anisah Basleman (al-Irsyad) dan Surya Madya (Yayasan Haji Karim Oei), mendapat 
kesempatan sangat baik berjumpa, memberi ceramah agama, dan berdialog tidak 
hanya dengan para TKI, tetapi juga dengan para pemimpin dan tokoh Muslim 
Taiwan, termasuk imam dan khatib yang asli Cina.

Sejarah Islam di Taiwan terkait banyak dengan gejolak pertarungan pemerintahan 
Kuomintang pimpinan Chiang Kai Sek (CKS) dengan Komunis Cina yang berakhir 
dengan kekalahan CKS, yang membuatnya hijrah ke Taiwan pada 1949 dan mendirikan 
pemerintahan Republic of China, yang lebih dikenal sebagai Taiwan. Bersama CKS 
sekitar 1,3 juta orang berpindah dari mainland Cina ke Taiwan, termasuk di 
antaranya sekitar 20 ribu Muslimin. Mereka ini kemudian mendirikan dua 
organisasi The Chinese Muslim Association dan Chinese Muslim Youth League.

Bisa dibayangkan kesulitan kaum Muslimin Cina Taiwan pada masa-masa awal ini; 
kontak dan hubungan mereka dengan kaum Muslimin di Cina mainland terputus, dan 
mereka hidup di lingkungan sosial budaya yang dalam banyak hal tidak kompatibel 
dengan ajaran dan nilai Islam. Meski begitu, kaum Muslimin Cina akhirnya pada 
1960-an berhasil membangun Grand Mosque Taipei dan Masjid Longgang. Kedua 
masjid yang berarsitektur Timur Tengah ini tidak hanya menjadi pusat keagamaan 
dan sosial budaya kaum Muslimin Cina, tetapi juga merupakan landmark kehadiran 
Islam di Pulau Taiwan yang kini berpenduduk sekitar 23 juta jiwa. Kini terdapat 
enam masjid di berbagai kota di seluruh Taiwan dengan populasi kaum Muslimin 
sekitar 50 ribu orang.

Kehadiran TKI yang umumnya Muslim segera terlihat dalam institusi Islam Taiwan; 
dari segi jumlah saja, diperkirakan kini terdapat antara 60 ribu sampai 70 ribu 
orang, dan sebagian besar mereka bisa dipastikan beragama Islam. Di kedua 
masjid tersebut, Masjid Agung Taipei dan Masjid Longgang, misalnya tanda-tanda 
dan petunjuk masjid tidak hanya dalam bahasa Mandarin, tapi juga dalam bahasa 
Indonesia dan Inggris. Di Masjid Agung Taipei, panggilan azan dengan nada yang 
indah sering dilantunkan TKI. Bahkan, di Masjid Longgang, para TKI Muslim 
mendapat ruang khusus dari pengurus masjid untuk menyelenggarakan kegiatan 
pengajian dan majelis taklim.

Para TKI Muslim, menurut para pengurus masjid di Taipei dan di Longgang, telah 
menambah semarak Islam di Taiwan. Tidak jarang mereka terkesan dengan sikap 
keislaman kalangan TKI; tetapi sering pula mereka khawatir bahwa para TKI 
Muslim akan terkikis keimanan dan keislaman mereka dalam lingkungan sosial, 
budaya, dan ekonomi Taiwan yang pada dasarnya sangat permisif.

Para TKI bukan tidak menyadari kekhawatiran tersebut. Karena itu, mereka 
membentuk kelompok-kelompok pengajian. Bahkan, berusaha mendatangkan dai dari 
Tanah Air. Cuma sayang, biayanya sangat mahal. Mereka bercerita pernah 
mendatangkan dai dari Jakarta yang membawa rombongan tujuh orang yang 
menghabiskan dana urunan dari upah mereka yang pas-pasan sekitar Rp 200 juta 
untuk tiket, akomodasi, dan honor. Padahal, kalau dai datang satu atau dua 
orang saja, dana yang dikeluarkan paling banter sepersepuluhnya saja. Ternyata 
dai kita kian mahal saja. 

Sejak mau berangkat ke Taiwan, para TKI memang telah menghadapi tantangan 
berat. Menurut penuturan mereka, PJTKI yang mengirim mereka, misalnya, tidak 
mengizinkan membawa peralatan shalat. Alasannya, para majikan mereka tidak 
''berkenan'' dengan orang yang terbungkus kain putih. Karena itu, dalam dialog 
pengajian dengan TKI di Masjid Agung Taipei, Ustadzah Anisah dan Ustadz Surya 
Madya menyarankan kepada para TKW untuk memakai mukena yang 

[budaya_tionghua] SBKRI

2006-11-06 Terurut Topik Ambon
Netters yang budiman,

Mengenai SBKRI, ada yang bilang memang tidak lagi perlu, tetapi ada permintaan 
macam-mcam surat lain lagi Jadi peraturannya berbeda dengan di negei-negeri 
industri maju yang hanya diminta kartu penduduk.
 
Untuk jelasnya saya kemukakan mail dari sdr Eddy:

- Original Message - 
From: Tanribra Gandranata EDDY [EMAIL PROTECTED]
To: proletar@yahoogroups.com
Sent: Sunday, November 05, 2006 2:26 PM
Subject: Re: [proletar] Paspor Tidak Perlu SBKRI Lagi


 Teman saya, baru saja membuat pasport, dan memang  tidak dimintai lagi SBKRI, 
 mereka hanya meminta ; 
 
  1. Surat lahir orang Tua,
  2 Surat kawin orang tua
  3. Kartu Keluarga ybs kalau sudah pisah dg ortu.
  4.KTP ybs
  5.Akte Lahir dan dilengkapi izajah sekolah terutama yang terakhir dari ybs.
  6.Bagi pegawai/karyawan dimintai surat keterangan dari kantor, apa tujuan ke 
 LN
  7. Sejumlah uang, mau normal, kilat atau kilat khusus.
  8. Sebaiknya pakai pakaian  : Jas untuk foto.
  9. Fotokopi yang sebaiknya sudah dilegalisasi.
  10. Sebaiknya tanyakan lagi syarat2 lengkapnya, sebab sudah datang jauh2, 
 antri panjang, tapi gara2 kurang lengkap harus pulang lagi antri lagi 
 berjam-jam, kasihan
  BUang2 waktu, dan menyimpan kesal dan jengkel.
 
 Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
  http://www.equator-news.com/berita/index.asp?Berita=Utamaid=55725
 
 Jumat, 3 November 2006
 
 
 
 Paspor Tidak Perlu SBKRI Lagi
 Pencantuman Konghucu Sah
 
. 

[Non-text portions of this message have been removed]




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



[budaya_tionghua] Paspor Tidak Perlu SBKRI Lagi

2006-11-05 Terurut Topik Ambon
http://www.equator-news.com/berita/index.asp?Berita=Utamaid=55725

Jumat, 3 November 2006



Paspor Tidak Perlu SBKRI Lagi
Pencantuman Konghucu Sah

Oleh: Hamka Saptono dan Budi Yoyok,-  Pontianak, -Surat Bukti Kewarganegaraan 
Republik Indonesia (SBKRI) tidak lagi menjadi alangan bagi warga Tionghoa yang 
berdomisili di Indonesia untuk mendapatkan paspor. Jaminan itu tertuang dalam 
UU No 12 Tahun 2006 dan Kantor Imigrasi Pontianak berjanji mengawalnya. 
UU No 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI menjamin, warga keturunan 
Tionghoa yang berdomisili di Indonesia berhak mendapatkan paspor tanpa harus 
melampirkan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SKBKRI). 

Kasi Lantaskim Imigrasi Kalbar, Drs Bintardjo, B,MH juga menjamin persyaratan 
tersebut bagi warga Tionghoa penduduk Kalimantan Barat. Untuk anak hasil 
perkawinan silang yang berumur di bawah 17 tahun sudah bisa diberikan paspor, 
terang Bintardjo, ditemui Equator di ruang kerjanya, Kamis (2/11) kemarin. 

Penegasan itu dikemukakannya sesuai dengan peraturan baru tentang 
kewarganegaraan. Pihak Imigrasi Kalbar sudah tidak lagi memberlakukan 
ketentuan melampirkan SBKRI seperti dahulu lagi bagi pemohon paspor dari warga 
negara keturunan, tambahnya. 

Pemberlakuan tersebut terang Bintardjo sesuai dengan keputusan yang dikeluarkan 
oleh Direktorat Jenderal Imigrasi. Ditegaskan, persyaratan permohonan paspor 
tidak lagi diskriminatif, dalam arti semua warga negara RI diperlakukan sama. 

Kita perlu pertanyakan apakah warga keturunan tersebut benar-benar masuk dalam 
status warga Indonesia atau bukan. Masalahnya, warga Tionghoa atau keturunan 
bukan hanya di Indonesia saja, tetapi di negara lain juga ada, kata Bintardjo. 

Ketika ditanya mengenai lonjakan permintaan pembuatan paspor selepas Lebaran, 
Bintardjo menuturkan, untuk beberapa minggu ini belum ada kenaikan yang 
signifikan. Usai Lebaran masih standarlah yang membuat paspor seperti hari 
biasa, jelas Bintardjo. 

Mengenai pemohon yang kerap ditolak untuk pembuatan paspor, Kantor Imigrasi 
berpatokan pada peraturan sesuai dengan perintah yang diberikan Direktorat 
Jenderal No F-I2-0310-801 tentang pelayanan Paspor RI. Sekarang kita sudah 
mempunyai dasar hukumnya dalam penolakan pembuatan paspor, katanya. 

Penolakan tersebut dilakukan karena pihak Imigrasi melihat pemohon membuat 
paspor ada indikasi yang bersangkutan hendak bekerja di luar negeri. Tes 
wawancaralah yang menentukan dan kita dapat mengetahui benar tidaknya alasan 
mereka memohon untuk mendapatkan paspor, kata Bintardjo. 

Terhitung September 2006, penolakan pembuatan paspor ada sekitar 75 buku 
permohonan dan hal itu mengalami kenaikan. Mengingat untuk bulan Agustus saja 
sebanyak 26 orang yang ditolak mengajukan pembuatan paspor. 

Meskipun demikian pihak Imigrasi juga memberikan pengecualian, jika pemohon 
bisa melengkapi data-datanya lebih lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan 
alasan untuk kepemilikan passport tersebut maka tidak ada halangan bagi mereka 
untuk memilikinya. Ini juga akan kita berlakukan kepada warga Tionghoa 
sebagaimana kita berlakukan kepada warga negara Indonesia lainnya, jelas 
Bintardjo lagi. 

Kedua DPRD Kalbar, Zulfadhli mengatakan, dari dahulu pihaknya sudah melakukan 
pengawasan atas perilaku diskriminasi yang dilakukan oleh pejabat terhadap 
warga Tionghoa maupun pemeluk Konghucu. Hal tersebut pernah ditangani oleh DPRD 
di Kantor Imigrasi ketika mengurusi masalah paspor. 

Kita selalu mengawasi itu. Apalagi kepercayaan Konghucu telah diakui sebagai 
agama resmi di Indonesia, DPRD akan lebih tegas lagi memonitor perilaku 
aparatur pemerintahan terhadap mereka, kata Zulfadhli. 

Apabila ditemukan adanya pelayanan yang tidak baik dalam pembuatan identitas 
atau hak mereka sebagai warga negara Indonesia, akan dilakukan tindakan tegas 
kepada instansi bersangkutan. 

Menurutnya, instansi atau pejabat yang melakukan diskriminasi akan diberikan 
tindakan dalam bentuk proses hukum dan pasti ada sanksinya berdasarkan 
undang-undang yang berlaku. Kita tidak main-main dalam masalah ini untuk 
memberikan tindakan kepada pejabat yang melakukan diskriminasi. Ini dilakukan 
karena warga Tionghoa atau Konghucu juga memiliki hak yang sama seperti warga 
negara lainnya semenjak kepercayaannya diakui di Indonesia, ungkap Zulfadli. (*


[Non-text portions of this message have been removed]




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 

[budaya_tionghua] Konghucu Kalbar Diprediksi 80 Persen

2006-11-05 Terurut Topik Ambon
http://www.equator-news.com/berita/index.asp?Berita=Utamaid=55726

Jumat, 3 November 2006



Konghucu Kalbar Diprediksi 80 Persen
Depag Perlu Bimas Konghucu 

Oleh: Ramdan ,-  Pontianak, -Jumlah warga Tionghoa Kalbar diperkirakan sebanyak 
20 persen. Sebanyak 80 persen dari angka itu diyakini pemeluk agama Konghucu. 
Seiring terbitnya Surat Keputusan Menteri Agama No.MA/12/2006 tanggal 24 
Januari 2006 bahwa agama-agama yang dipeluk di Indonesia adalah Islam, Kristen, 
Katolik, Budha, Hindu, dan Konghucu menjadi tugas pemerintah untuk 
mensosialisasikannya. 
Demikian ditegaskan Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa (PSMTI) Kota 
Singkawang, A Kenny Kumala, kepada Equator Kamis (2/11). 

Langkah utama setelah terbit surat edaran itu, pemerintah berkewajiban untuk 
mensosialisasikannya. Terutama di Depag, penting dibentuk bidang bimbingan 
masyarakat agama Konghucu. Sehingga sosialisasi itu berjalan kontinu, 
paparnya. 

Tak hanya itu, termasuk kewajiban pemerintah memberlakukan pencantuman Konghucu 
dalam setiap administrasi kependudukan. Hal ini sudah jelas berdasarkan Surat 
Edaran Mendagri kepada seluruh kepala daerah, No.470/336/SJ tertanggal 24 
Februari 2006. 

Perintah Mendagri ini diberlakukan secara serentak mulai 1 April 2006. Sebagai 
informasi, guna lebih memperkuat legalitas Konghucu dalam sistem administrasi 
kependudukan, Mendagri tengah membahas RUU tentang Administrasi Kependudukan 
bersama DPR. Pembahasan sudah memasuki tahap sinkronisasi yang diupayakan dalam 
waktu dekat akan disahkan. 

RUU itu memuat sejumlah sanksi kepada pejabat Dinas Kependudukan dan Catatan 
Sipil yang bertindak diskriminasi. Sanksi bersifat administrasi dan pidana, 
diatur dalam PP No.30/1980 tentang Disiplin PNS. 

Semuanya sudah jelas menjadi landasan hukum sebagai acuan bagi para pejabat 
instansi. Dalam sosialisasi ini paling penting bagi instansi-instansi rawan 
seperti Catatan Sipil, Imigrasi, kecamatan hingga kelurahan, paparnya. 

Selain pemerintah, Penasihat Pusat Forum Komunikasi Etnis Tionghoa ini 
mengingatkan, sosialisasi juga menjadi tugas kalangan mereka. Termasuk PSMTI 
yang mesti secara gencar memberitakan kabar gembira ini bagi kalangan Tionghoa. 
Di tingkat pemerintah khususnya Depag agak sulit. Apalagi Bimas Konghucu belum 
terbentuk, sedangkan itu adalah ujung tombak, timpalnya. 

Menurut Komisi D DPRD Kalbar yang salah satunya membidangi aspek agama ini 
menekankan, sosialisasi perlu waktu setengah hingga setahun. Tugas pemerintah 
membentuk tim sosialisasi itu hingga tingkat paling bawah. Paling bertanggung 
jawab adalah pemerintah daerah, provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan 
hingga RT, tandasnya. 

Depag juga diingatkan agar waktunya membuka peluang penerimaan PNS dengan 
menambah jumlah penganut agama Konghucu. Sehingga terjadi penyisihan antara 
agama Budha dan Konghucu nantinya. 

Selama ini, kedekatan bagi orang Tionghoa, kalau tidak menganut agama Budha 
mereka memeluk agama Kristen. Hanya masalahnya, penganut Tri Dharma kurang 
memberi peluang kepada Konghucu, kekhawatiran penganutnya berkurang. Ini yang 
menjadi persoalan, timpalnya. 

Untuk memilah penganut agama Budha dan Konghucu, bisa melihat akar budaya 
masing-masing. Selain tata cara makanan juga ritual keagamaan yang 
dilangsungkan. Misalnya Budha berasal dari Tibet, sembahyang mereka dikenal 
istilah Pai Fud yang tidak memakan daging-dagingan alias vegetarian. Sedangkan 
Konghucu berasal dari Tiongkok yang di dunia dikenal dengan sebutan Confusian. 
Sembahyangnya dikenal istilah Pai Sin. Boleh makan daging-dagingan. Jadi, 
angka pasti penganut Konghucu di Kalbar maupun di Indonesia dapat ditelusuri, 
jelasnya


[Non-text portions of this message have been removed]




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Re: [budaya_tionghua] Mengapa Cina mampu eksis dalam dunia internasional ?

2006-10-31 Terurut Topik Ambon
Jelas mempengaruhi, sampai-sampai  Nabi Muhammad yang suci murni bagi kaum 
Muslimin  pun katanya dalam hadits mengatakan : menuntutlah ilmu sampai ke 
tanah Cina.

- Original Message - 
From: yadhie [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, October 31, 2006 4:07 PM
Subject: [budaya_tionghua] Mengapa Cina mampu eksis dalam dunia 
internasional ?


 Cina merupakan negara yang memiliki peradaban tinggi dan mempengaruhi
 banyak negara di kawasan Asia. Mengapa Cina mampu eksis dalam dunia
 internasional ? Apakah peradaban Cina yang tinggi memiliki pengaruh
 dalam eksistensi Cina di dunia internasional ?




 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


 Yahoo! Groups Links






 -- 
 No virus found in this incoming message.
 Checked by AVG Free Edition.
 Version: 7.1.409 / Virus Database: 268.13.18/506 - Release Date: 
 10/30/2006

 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Re: [budaya_tionghua] Re: sejarah papua

2006-10-30 Terurut Topik Ambon
Netters yang budiman,

Pertama-tama banyak terimakasih atas jawaban Anda dan juga telah meneruskan 
mail Anda ke mailing list Budaya.

Khusus bagi yang belajar  sejarah atau mempunyai kesempatan membaca dokumen 
Tiongkok zaman bahula sebelum kolonisasi dibawah kekuasaan Europa, mungkin 
pernah menemuka catatan mengenai Papua jadi barangkali tahu. Bila demikian 
halnya saya mohon saya diberikan sudi informasi tentang nama pulau Papua 
dalam bahasa Tionghoa, dokumen siapa dan kira-kira tahun berapa dokumen itu 
ditulis.Saya menanyakan ini karena kalau tidak keliru apa yang pernah saya 
baca ialah bahwa waktu pelayaran orang portugis di daerah Maluku pada abad 
ke XV mereka menjumpai adanya kapal-kapal Tiongkok yang berlayar di perairan 
tsb. jadi mungkin saja mereka juga pernah sampai ke Papua dan membuat 
catatan. Pada umumnya selama ini sejarah tentang Indonesia yang diperlajari 
berdasarkan sumber-sumber dari Europa, tetapi jarang atau tidak ada 
samasekali dari sumber-sumber Tiongkok, pada hubungan sudah berabad-abad 
sebelum kolonisasi Europa berkuasa.

Atas perhatian dan bantuan netters diucapkan banyak terimakasih sebelumnya.



- Original Message - 
From: ChanCT [EMAIL PROTECTED]
To: Budaya_Tionghoa budaya_tionghua@yahoogroups.com; Ambon 
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, October 29, 2006 4:32 AM
Subject: [budaya_tionghua] Re: sejarah papua


 Bung Ambon yb,

Terus terang saja, saya sih tidak banyak mengenal sejarah apalagi kalau
 sudah ditanyai sehubungan dengan bahasa Tionghoa-nya. Sungguh maaf.

Mungkin ada kawan-kawan dari Budaya-Tionghoa yang bisa membantu? Yang
 banyak mengetahui sejarah budaya Tionghoa tentu akan lebih mudah 
 memberikan
 penjelasan apa yang bung inginkan itu.

Salam,
ChanCT


 - Original Message - 
 From: Ambon
 To: chan
 Sent: Saturday, 28 October, 2006 23:13
 Subject: sejarah papua


 Bung Chan yth,

 Saya mau tanya apakah bung  tahu  atau punya kenalan yang berkecimpun 
 dalam
 bidang sejarah khususnya dalam catatan sejarah di Tiongkok tentang period
 pre colonisation Asia, ialah apakah ada catatan tentang  Pulau Papua? 
 Kalau
 ada apakah bisa disebutkan sumbernya, apakah nama Papua dalam bahasa
 Tionghoa atau salah satu dialek, dan  apa nama pulau tsb dan apa saja
 disebutkan dokumen atau buku tsb..

 Atas perhatian dan bantuan saya ucapkan banyak terimakasih sebelemnya,

 Salam dan hormat,


 [Non-text portions of this message have been removed]




 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


 Yahoo! Groups Links






 -- 
 No virus found in this incoming message.
 Checked by AVG Free Edition.
 Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.17/505 - Release Date: 
 10/27/2006

 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Re: [budaya_tionghua] Re: sejarah papua

2006-10-30 Terurut Topik Ambon
Sdr Tong,

Terimakasih, mudah-mudahan nanti ada info.

Bnyak hormat,


- Original Message - 
From: perfect_harmony2000 [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, October 30, 2006 3:59 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: sejarah papua


 Sdr.Ambon,


 saya pernah membaca suatu literatur mengenai duta kerajaan Sriwijaya
 di Tiongkok pada masa dinasti Song.
 Sayangnya literatur itu lenyap ketika saya pindah rumah.

 Permasalahannya mungkin banyak para pedagang yang berlayar hingga ke
 Papua tapi tidak dicatat dalam catatan sejarah resmi kerajaan.
 Untuk itu diperlukan literatur atau cerita atau catatan yang beredar
 di masyarakat.

 Jika saya sempat, akan saya buka kembali semua literatur sejarah
 Tiongkok yang saya miliki. Mungkin untuk itu harus ditrace hingga masa
 dinasti Tang akhir.



 Hormat saya,



 Xuan Tong

 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Netters yang budiman,

 Pertama-tama banyak terimakasih atas jawaban Anda dan juga telah
 meneruskan
 mail Anda ke mailing list Budaya.

 Khusus bagi yang belajar  sejarah atau mempunyai kesempatan membaca
 dokumen
 Tiongkok zaman bahula sebelum kolonisasi dibawah kekuasaan Europa,
 mungkin
 pernah menemuka catatan mengenai Papua jadi barangkali tahu. Bila
 demikian
 halnya saya mohon saya diberikan sudi informasi tentang nama pulau
 Papua
 dalam bahasa Tionghoa, dokumen siapa dan kira-kira tahun berapa
 dokumen itu
 ditulis.Saya menanyakan ini karena kalau tidak keliru apa yang
 pernah saya
 baca ialah bahwa waktu pelayaran orang portugis di daerah Maluku
 pada abad
 ke XV mereka menjumpai adanya kapal-kapal Tiongkok yang berlayar di
 perairan
 tsb. jadi mungkin saja mereka juga pernah sampai ke Papua dan membuat
 catatan. Pada umumnya selama ini sejarah tentang Indonesia yang
 diperlajari
 berdasarkan sumber-sumber dari Europa, tetapi jarang atau tidak ada
 samasekali dari sumber-sumber Tiongkok, pada hubungan sudah
 berabad-abad
 sebelum kolonisasi Europa berkuasa.

 Atas perhatian dan bantuan netters diucapkan banyak terimakasih
 sebelumnya.



 - Original Message - 
 From: ChanCT [EMAIL PROTECTED]
 To: Budaya_Tionghoa budaya_tionghua@yahoogroups.com; Ambon
 [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Sunday, October 29, 2006 4:32 AM
 Subject: [budaya_tionghua] Re: sejarah papua


  Bung Ambon yb,
 
 Terus terang saja, saya sih tidak banyak mengenal sejarah
 apalagi kalau
  sudah ditanyai sehubungan dengan bahasa Tionghoa-nya. Sungguh maaf.
 
 Mungkin ada kawan-kawan dari Budaya-Tionghoa yang bisa
 membantu? Yang
  banyak mengetahui sejarah budaya Tionghoa tentu akan lebih mudah
  memberikan
  penjelasan apa yang bung inginkan itu.
 
 Salam,
 ChanCT
 
 
  - Original Message - 
  From: Ambon
  To: chan
  Sent: Saturday, 28 October, 2006 23:13
  Subject: sejarah papua
 
 
  Bung Chan yth,
 
  Saya mau tanya apakah bung  tahu  atau punya kenalan yang berkecimpun
  dalam
  bidang sejarah khususnya dalam catatan sejarah di Tiongkok tentang
 period
  pre colonisation Asia, ialah apakah ada catatan tentang  Pulau Papua?
  Kalau
  ada apakah bisa disebutkan sumbernya, apakah nama Papua dalam bahasa
  Tionghoa atau salah satu dialek, dan  apa nama pulau tsb dan apa saja
  disebutkan dokumen atau buku tsb..
 
  Atas perhatian dan bantuan saya ucapkan banyak terimakasih sebelemnya,
 
  Salam dan hormat,
 
 
  [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
 
  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
  .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
  .: Pertanyaan? Ajukan di
 http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
  .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
 
 
  Yahoo! Groups Links
 
 
 
 
 
 
  -- 
  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition.
  Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.17/505 - Release Date:
  10/27/2006
 
 






 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


 Yahoo! Groups Links






 -- 
 No virus found in this incoming message.
 Checked by AVG Free Edition.
 Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.17/505 - Release Date: 
 10/27/2006

 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED

Re: [budaya_tionghua] Hasil penelitian: Pria mengalami ketidakpuasan raga juga seperti pada wanita.

2006-10-28 Terurut Topik Ambon
Body image has its language, so pay attention to your body..

- Original Message - 
From: abdi christ [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Saturday, October 28, 2006 11:45 PM
Subject: [budaya_tionghua] Hasil penelitian: Pria mengalami ketidakpuasan 
raga juga seperti pada wanita.


 Kebetulan saya menyelesaikan thesis S1 saya di fakultas psikologi
 dengan mengangkat tema citra raga (body image) dalam konteks
 masyarakat Indonesia.

 Seperti yang kita ketahui citra raga seseorang (pandangan seseorang
 terhadap konsep raganya) dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti
 : iklan, pergaulan sosial budaya, dan nilai2 yang berkembang dalam
 masyarakat.

 Seringkali penelitian2 mengenai konsep raga ideal, dipakai sebagai
 capture dari suatu gambaran kondisi perubahan sosial dan nilai2 yang
 terjadi dalam masyarakat terkini.

 Di Amerika sendiri survey mengenai konsep raga yang ideal yang
 dilakukan oleh David Garner telah melalui sekian periode, dimulai dari
 tahun 1930-an, 1950-an, 1970-an, 1990-an hingga menjelang abad ke 21.

 Dari setiap survei di berbagai dekade tersebut, terpotret pandangan2
 sosial tentang tubuh yang ideal yang semakin menunjukkan perubahan
 yang signifikan: khususnya pada wanita, wanita saat ini semakin
 menginginkan bentuk tubuh yang ramping!

 Saya membuat penelitian itu, untuk mendapatkan gambaran tentang citra
 raga dalam kontek masyarakat Asia lainnya, yang masih sedikit
 diteliti, yakni Indonesia. Hasil penelitian cukup berbeda dengan yang
 selama ini kita kira dalam penelitian2 luar.

 Penelitian2 di luar memberikan kecenderungan bahwa ketidakpuasan raga
 cenderung terjadi secara signifikan hanya pada wanita. Tetapi
 penelitian saya membuktikan bahwa pria sama tidak puasnya dengan raga
 mereka sama seperti wanita.

 Kemungkinan, kecenderungan sosial yang terjadi didalam masyarakat kita
 saat ini tidak terlalu bersifat gender. Tidak terlihat adanya
 perbedaan yang signifikan antara ketidakpuasan raga menurut jenis
 kelamin.

 Berbeda dengan hasil2 penelitian yang dibuat di luar negri, dimana
 nilai konsep raga ideal sangat sarat dengan nuansa genderial. Menurut
 saya, hal ini terjadi karena nilai2 mengenai bentuk raga yang ideal
 dalam budaya kita masih tidak se'sadis' nilai2 tentang raga yang ideal
 yang ada dalam budaya Barat.

 Meski begitu, penelitian saya tentu tidak lepas dari permasalahan
 metodologis, konsep teori dan standar ukur yang dipakai. Mungkin juga
 terlalu dini untuk menarik kesimpulan dari sekian kecil sampel yang
 diambil. Namun, setidaknya penelitian ini telah mendapatkan sedikit
 gambaran.

 Disatu sisi, sampel penelitian saya juga cukup heterogen secara
 etnisitas. Sampel penelitian saya mencakup etnis-etnis yang cukup
 banyak di Indonesia, seperti : etnis Jawa, Papua, Ambon, Sunda,
 Tionghoa, Batak, dan Toraja.

 Salam
 Abdi Christ





 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


 Yahoo! Groups Links






 -- 
 No virus found in this incoming message.
 Checked by AVG Free Edition.
 Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.17/505 - Release Date: 
 10/27/2006

 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Re: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate

2006-10-20 Terurut Topik Ambon
Sate Thailand itu dagingnya ditaruh bumbu kunyit baru dipanggang dan 
bentuknya bukan seperti di Indonesia, tetapi plat. Bumbunya juga kacang 
tanahtetapi agak berbeda mungikn dengan sate Indonesia.

- Original Message - 
From: PK Lim [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Friday, October 20, 2006 4:11 AM
Subject: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate


 Temen2 yth,

 Saya sedang berkunjung ke LA, USA.  Tadi sore di radio terdengar 
 advertensi super market yang menyebut kan sate, asalnya dari Thailand. 
 Mungkin ada temen2 yang punya informasi mengenai sate.

 Begini, banyak kebudayaan makan yang punya kemiripan dengan sate (satay) 
 yang kita kenal.  Di Singapore atau Hongkong juga dikenal hidangan satay 
 yang mungkin bumbunya agak berbeda dengan sate yang kita kenal.  Di dalam 
 bahasa Tionghoa, di sebut Sa Tie.  Saya kira itu hanya merupakan 
 terjemahan suara.  Tapi yang menarik, hidangan masakan Tio Chiu, ada yang 
 menggunakan sauce Sa Teh, yang mana mirip dengan bumbu sate kita, spicy. 
 Tapi penggunaan kata Tionghoa nya agak beda.  Menurut orang Tio Chiu, itu 
 hidangan khas mereka.

 Mungkin ada diantara temen2 yang menekuni bidang per-sate-an dan mau 
 berbagi informasi.

 Ma kasih sebelumnya.

 Salam,
 PK Lim

 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
 http://mail.yahoo.com

 [Non-text portions of this message have been removed]




 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


 Yahoo! Groups Links






 -- 
 No virus found in this incoming message.
 Checked by AVG Free Edition.
 Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.7/488 - Release Date: 10/19/2006

 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Re: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate

2006-10-20 Terurut Topik Ambon
Tamabahan infomrasi mengenai sate:

Sate di Jepang ada dua macam yaitu Yakiniku [sate dagin babi] dan Yakitori 
[sate ayam], bumbu sauce terutama adalah soya sauce [kecap] Jepang seperti 
Kikoman.

Di negeri-negeri Timur Tengah, termasuk Turki ada juga sate namaya 
shsishikebab, daging ditaruh bumbu lalu ditusuk, tetapi tidak pakai bambu, 
tetapi besi, lalu dipanggang. Tidak ada saucenya, dimakan dengan nasi atau 
roti.

Di Iran selain sate demikianl itu ada juga yang dagingnya dicintang halus 
lalu digumpalan sekelling besi tusukan, lalu dipanggang. Tidak ada sauce, 
tetapi disajikan dengan tomat yang dipanggang. Dimakan dengan nasi atau 
roti. Nasi Iran beda dengan nasi di Indonesia, mereka taruh safran jadi agak 
kuning warnanya [seperti nasi kunyit] dan  sedikit mentega Sauce untuk sate 
model ini tidak ada selain tomate yang dibakar..



- Original Message - 
From: PK Lim [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Friday, October 20, 2006 4:11 AM
Subject: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate


 Temen2 yth,

 Saya sedang berkunjung ke LA, USA.  Tadi sore di radio terdengar 
 advertensi super market yang menyebut kan sate, asalnya dari Thailand. 
 Mungkin ada temen2 yang punya informasi mengenai sate.

 Begini, banyak kebudayaan makan yang punya kemiripan dengan sate (satay) 
 yang kita kenal.  Di Singapore atau Hongkong juga dikenal hidangan satay 
 yang mungkin bumbunya agak berbeda dengan sate yang kita kenal.  Di dalam 
 bahasa Tionghoa, di sebut Sa Tie.  Saya kira itu hanya merupakan 
 terjemahan suara.  Tapi yang menarik, hidangan masakan Tio Chiu, ada yang 
 menggunakan sauce Sa Teh, yang mana mirip dengan bumbu sate kita, spicy. 
 Tapi penggunaan kata Tionghoa nya agak beda.  Menurut orang Tio Chiu, itu 
 hidangan khas mereka.

 Mungkin ada diantara temen2 yang menekuni bidang per-sate-an dan mau 
 berbagi informasi.

 Ma kasih sebelumnya.

 Salam,
 PK Lim

 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
 http://mail.yahoo.com

 [Non-text portions of this message have been removed]




 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


 Yahoo! Groups Links






 -- 
 No virus found in this incoming message.
 Checked by AVG Free Edition.
 Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.7/488 - Release Date: 10/19/2006

 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Re: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate

2006-10-20 Terurut Topik Ambon
Dictionary Information: Definition Sate
Thesaurus: Satisfaction
Description and Meaning: Satisfaction
 Sate (Sate) (?), v. t.
  [imp.  p. p. Sated; p. pr.  vb. n. Sating.]
  [Probably shortened fr. satiate: cf. L. satus full. See Satiate.]

  To satisfy the desire or appetite of; to satiate; to glut; to surfeit. 
Crowds of wanderers sated with the business and pleasure of great cities. 
Macaulay.

--

  Sate (Sate) (?), imp. of Sit. But sate an equal guest at every 
board. Lowell.



- Original Message - 
From: Narpati Pradana [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Friday, October 20, 2006 12:42 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate


 Ah iya..
 Benar.. di Iran ada seperti itu. Aku pernah mencobanya di restoran Persia
 saat berada di Brisbane.

 Maka hal yang dipertanyakan menjadi dua yaitu,

 1. jenis makanan yang kita sebut sebagai sate itu, dan
 2. asal-usul nama sate



 On 10/20/06, Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Tamabahan infomrasi mengenai sate:

 Sate di Jepang ada dua macam yaitu Yakiniku [sate dagin babi] dan 
 Yakitori

 [sate ayam], bumbu sauce terutama adalah soya sauce [kecap] Jepang 
 seperti

 Kikoman.

 Di negeri-negeri Timur Tengah, termasuk Turki ada juga sate namaya
 shsishikebab, daging ditaruh bumbu lalu ditusuk, tetapi tidak pakai
 bambu,
 tetapi besi, lalu dipanggang. Tidak ada saucenya, dimakan dengan nasi 
 atau

 roti.

 Di Iran selain sate demikianl itu ada juga yang dagingnya dicintang halus
 lalu digumpalan sekelling besi tusukan, lalu dipanggang. Tidak ada sauce,
 tetapi disajikan dengan tomat yang dipanggang. Dimakan dengan nasi atau
 roti. Nasi Iran beda dengan nasi di Indonesia, mereka taruh safran jadi
 agak
 kuning warnanya [seperti nasi kunyit] dan sedikit mentega Sauce untuk 
 sate

 model ini tidak ada selain tomate yang dibakar..

 - Original Message -
 From: PK Lim [EMAIL PROTECTED] p918k%40yahoo.com
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com budaya_tionghua%40yahoogroups.com
 Sent: Friday, October 20, 2006 4:11 AM
 Subject: [budaya_tionghua] Asal Usul Sate

  Temen2 yth,
 
  Saya sedang berkunjung ke LA, USA. Tadi sore di radio terdengar
  advertensi super market yang menyebut kan sate, asalnya dari Thailand.
  Mungkin ada temen2 yang punya informasi mengenai sate.
 
  Begini, banyak kebudayaan makan yang punya kemiripan dengan sate 
  (satay)

  yang kita kenal. Di Singapore atau Hongkong juga dikenal hidangan satay
  yang mungkin bumbunya agak berbeda dengan sate yang kita kenal. Di 
  dalam

  bahasa Tionghoa, di sebut Sa Tie. Saya kira itu hanya merupakan
  terjemahan suara. Tapi yang menarik, hidangan masakan Tio Chiu, ada 
  yang

  menggunakan sauce Sa Teh, yang mana mirip dengan bumbu sate kita, 
  spicy.

  Tapi penggunaan kata Tionghoa nya agak beda. Menurut orang Tio Chiu, 
  itu

  hidangan khas mereka.
 
  Mungkin ada diantara temen2 yang menekuni bidang per-sate-an dan mau
  berbagi informasi.
 
  Ma kasih sebelumnya.
 
  Salam,
  PK Lim
 
  __
  Do You Yahoo!?
  Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
  http://mail.yahoo.com
 
  [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 
 
 

 .






 -- 
 help thy brother, just or unjust


 [Non-text portions of this message have been removed]




 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


 Yahoo! Groups Links






 -- 
 No virus found in this incoming message.
 Checked by AVG Free Edition.
 Version: 7.1.408 / Virus Database: 268.13.7/488 - Release Date: 10/19/2006

 




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



[budaya_tionghua] Harus Didukung Warga Tionghoa

2006-10-17 Terurut Topik Ambon
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Utamaid=126761


Selasa, 17 Oktober 2006


Harus Didukung Warga Tionghoa 
Visi-Misi Kandidat YBS




 
Pontianak,-  Visi dan misi yang disampaikan kedua kandidat Ketua Yayasan Bhakti 
Suci (YBS) Periode 2006-2010, The Iu Sia (Asia) dan Lie Khi Leng (Lindra Lie), 
jangan disikapi secara skeptis dan negatif. Menurut Tan Tjun Hwa, salah satu 
pemerhati sosial warga Tionghoa, sikap skeptis dan berpikiran negatif terhadap 
visi misi kedua kandidat, merupakan suatu hal yang kurang arif dan bijaksana 
serta kontra produktif. 

Sebaiknya kita semua dapat menghargai visi misi yang telah disampaikan oleh 
kedua kandidat Ketua YBS, jangan kita bersikap skeptis atau mempunyai pikiran 
negatif, ajaknya. 

Dilanjutkannya, kandidat yang akan bertarung nanti adalah tokoh-tokoh 
masyarakat Tionghoa yang sangat terpandang, memiliki rasa sosial yang tinggi, 
dan mau dan berani tampil. Maka sudah sepantasnyalah kita berpikiran positif, 
arif dan bijaksana terhadap visi-misi dan niat baik kedua kandidat Ketua YBS, 
ujarnya. 

Sambungnya lagi, ketika salah satu kandidat terpilih menjadi Ketua YBS melalui 
mekanisme pemilihan yang baik dan benar, dalam hal ini taat kepada tata tertib 
pemilihan dan AD/ART organisasi, maka seluruh warga Tionghoa harus mendukung 
sepenuhnya. Agar visi-misi yang telah disampaikan dapat direalisasikan dengan 
baik. 

Tugas merealisasikan visi-misi tersebut bukan semata-mata tugas ketua 
terpilih, tetapi juga merupakan tugas semua warga Tionghoa. Baik yang memilih 
maupun yang tidak memilih, sebagai konsekuensi terpilihnya ketua yang 
bersangkutan, kata Ahwa, begitu biasa pengusaha muda Pontianak ini karib 
disapa. 

Seperti diketahui The Iu Sia yang diusung bendera Yayasan Surya Makmur (Marga 
The) serta Lindra Lie, incumbet Ketua YBS periode sebelumnya, telah 
menyampaikan dengan baik visi dan misinya dihadapan para pengurus yayasan yang 
bernaung di bawah payung YBS, pada Kamis (12/10) malam. 

Sedianya, putaran final peraih tahta Yayasan Bhakti Suci, yang dianggap 
kalangan Tionghoa merupakan posisi prestise bagi marga mereka, akan ditentukan 
pada 18 Oktober. Ada 54 suara yang diperebutkan para kandidat. Suara-suara 
tersebut merupakan perwakilan dari 54 yayasan yang tergabung dalam YBS. (zan


[Non-text portions of this message have been removed]




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



[budaya_tionghua] Woman tops list of China's richest for first time

2006-10-12 Terurut Topik Ambon
http://news.yahoo.com/s/nm/20061010/wl_nm/life_china_rich_dc


Woman tops list of China's richest for first time 
By Jerker Hellstrom Tue Oct 10, 6:00 PM ET 



SHANGHAI (Reuters) - A woman has topped a list of China's richest people for 
the first time, elbowing past two-time leader Huang Guangyu of GOME Electrical 
Appliances and a coterie of CEOs at old-economy government enterprises. 

Newly minted billionaire Cheung Yan -- the 49 year-old founder and chairwoman 
of top Chinese paper packager Nine Dragons Paper (Holdings) Ltd. -- saw her 
fortune balloon nine-fold to US$3.4 billion boosted by her firm's March initial 
public offering.
The entrepreneur, who controlled 72 percent of Nine Dragons as of August 31, 
has lapped up a 165 percent rally in the company's stock, according to an 
annual survey compiled by Rupert Hoogewerf, who pioneered a list for Forbes.

Cheung's stellar ascent is rare in a Communist country whose largest 
corporations are state-owned or run by well-connected male executives, and 
where capitalism is still a bad word in some circles.

Decades after Mao Zedong famously remarked that women hold up half the sky, 
no female has yet made it onto the country's all-powerful Politburo Standing 
Committee -- although Vice Premier Wu Yi is on the 24-member Politburo -- and 
academics continue to point out the inadequacy of women's rights.

China's women are becoming more visible in business, said Hoogewerf, who has 
published the list since 1999.

Traditionally women have always been on the inside and men have been on the 
outside. It hasn't been until the economic reforms that women have actually 
started to make inroads into the public arena.

Cheung, born in northeastern China's Heilongjiang province and now a Los 
Angeles native, began building her fortune in 1985, when she set up a 
waste-paper trading business in Hong Kong.

She later became the top exporter of scrap paper by volume in the United 
States, processing the paper in China to make containerboard.

Her personal wealth leapt from $375 million last year, when she was logged as 
number 36 in the survey, surpassing appliances king Huang's $2.5 billion, 
according to the report.

Huang, chairman of GOME -- the country's top retailer of household electronics 
-- had topped the list in 2005 for the second consecutive year, with a fortune 
of $1.7 billion.

The man who started his career with $500 and a Beijing roadside stall hawking 
radios and gadgets built GOME into a multi-billion dollar empire spanning 
nearly 100 cities across the country.

The number of Chinese billionaires on the Hurun list increased to 13, from 
seven last year and just three in 2004.

The rise in the number of China's super-rich comes amid a widening gulf between 
rich and poor that analysts say threatens social stability even as the economy 
booms.

Chinese President 
   
Hu Jintao in July called for stronger efforts to tackle the wealth gap, saying 
salaries should be market-oriented but that the country must focus on fairness.

The 500 richest Chinese in the Hurun report are now worth an average of US$276 
million, a 48 percent rise over the previous year, controlling a total US$138 
billion in assets. 


  a.. 


[Non-text portions of this message have been removed]




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



[budaya_tionghua] Formulir Kewarganegaraan

2006-10-11 Terurut Topik Ambon
MEDIA INDONESIA
Rabu, 11 Oktober 2006 10:04 WIB


Formulir Kewarganegaraan
DPR telah mensahkan Undang-undang (UU) tentang kewarganegaraan yang baru dan 
pemerintah melalui Menteri Hukum dan HAM telah menerbitkan peraturan tentang 
tata cara pendaftaran sebagai WNI. Pemerintah juga telah mendistribusikan 
formulir itu ke kanwil-kanwil di seluruh Indonesia.

Pertanyaan saya, Kanwil apa? Kantor apa yang terkait atau menjadi tempat 
pengambilan formulir itu? Catatan Sipil atau pegadilan Negeri? mohon informasi 
bagi yang mengetahuinya.

Tolong hubungi saya di [EMAIL PROTECTED]

 terima kasih.


[Non-text portions of this message have been removed]




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



[budaya_tionghua] Lee dan Perjuangan Melawan Diskriminasi

2006-10-10 Terurut Topik Ambon
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0610/10/opi01.html

Lee dan Perjuangan Melawan Diskriminasi 

Oleh
Tom S Saptaatmaja



Menteri mentor Singapura Lee Kuan Yew, dalam sebuah forum tentang good 
governance di Singapura, membuat pernyataan yang membuat gerah pemerintah 
Malaysia dan Indonesia. Ia menilai kedua pemerintah bersikap diskriminatif 
terhadap etnis Tionghoa.


Menurut Lee, Malaysia dan Indonesia juga ingin Singapura selalu mengalah 
seperti orang-orang Tionghoa di kedua negara tersebut. Yang paling membuat 
tersinggung kedua pemerintah, Lee di antaranya menyebut di Indonesia dan 
Malaysia orang-orang Tionghoa adalah pekerja keras dan orang-orang yang 
berhasil, namun mereka dimarjinalkan secara sistematis (The Straits Times,16 
September 2006).
Ucapan itu ibarat membakar ilalang di musim kemarau. Publik Malaysia sangat 
marah, seperti tampak dari responden Berita Harian yang sekitar 88%-nya 
menuntut Lee segera meminta maaf, sedang sisanya 12% tak mau lagi memaafkan 
mantan Perdana Menteri Singapura itu. 


Syukurlah, di koran Straits Times, edisi 3 Oktober 2006 Lee yang pernah tinggal 
di Surabaya itu langsung meminta maaf pada PM Malaysia. Lee mengaku tidak 
bermaksud mencampuri urusan dalam negeri Malaysia maupun Indonesia. Sebelumnya, 
Lee juga mengirim surat pribadi kepada PM Ahmad Badawi.


Publik kita, khususnya media kita, tampaknya tidak mau mem-blow up omongan Lee. 
Boleh jadi ini mempertimbangkan nilai sensitivitasnya. Meski begitu, Deplu RI 
tetap meminta klarifikasi tentang pernyataan tersebut. Dan omongan itu toh 
dijadikan diskusi di berbagai tempat, seperti di Surabaya.


Ada beberapa hal menarik terkait ucapan Lee tersebut. Pertama-tama, omongan itu 
ada benarnya, tapi juga salah sasaran jika yang dimaksud Lee dengan pemerintah 
Indonesia adalah pemerintahan Yudhoyono. Dalam dua tahun pemerintah Yudhoyono, 
etnis Tionghoa tidak merasa dimarjinalkan, tapi justru merasa dirangkul sebagai 
bagian integral bangsa ini. 


Buktinya Yudhoyono sudah menandatangani UU No 12 tentang Kewarganegaraan pada 
awal Agustus 2006 yang sebelumnya sudah diresmikan DPR pada 11 Juli 2006. UU 
ini tampak menyatakan tidak ada pemisahan lagi antara yang Tionghoa dan bukan.



Orba Sangat Anti-Tionghoa 
Kebijakan Yudhoyono itu tentu sesuai dengan semangat kebangsaan kita yang telah 
dipilih oleh para founding fathers kita bahwa Indonesia tidak berdasar pada ras 
atau etnis. Konsep kebangsaan kita memang tidak mempermasalahkan asal usul, 
keturunan, ras, etnisitas, warna kulit dan latar belakang lainnya. 


Kini guna mendukung UU No 12 tahun 2006, juga tengah digodok Rancangan 
Undang-Undang Antidiskriminasi dan RUU Kependudukan dan Catatan Sipil. Ini 
jelas langkah positif. Ini untuk menunjukkan bahwa etnis Tionghoa bukan lagi 
mereka tapi kita. Kebijakan pemerintahan Yudhoyono jelas harus diapresiasi.


Kedua, pernyataan Lee benar sekali jika yang dijadikan sasarannya adalah 
pemerintah Indonesia di masa Orba. Meski Lee sangat bersahabat dengan Soeharto, 
penguasa 32 tahun Orba, tapi boleh jadi kita sudah tahu bahwa di masa Soeharto 
justru terjadi diskriminasi dan marjinalisasi yang hebat terhadap etnis 
Tionghoa dalam 61 tahun negeri ini. 


Soeharto memang merangkul para konglomerat Tionghoa, tetapi itu dilakukan 
sejauh menguntungkan bagi regim dan kroninya. Akibat dari kedekatan para 
konglomerat itu, jutaan Tionghoa yang melarat atau biasa-biasa hidupnya justru 
sering jadi sasaran kebencian dan dskriminasi di tingkat bawah.


Apalagi jika kita melihat jiwa Orba, sesungguhnya regim di bawah Soeharto itu 
sangat anti-Tionghoa. Ketika Orba mulai berkuasa tahun 1965, bersamaan dengan 
peristiwa 30 September 1965, etnis Tionghoa mulai terpinggirkan bahkan tiarap, 
apalagi etnis Tionghoa ditengarai temasuk dalam kubu PKI yang berorientasi ke 
Peking (RRT).


Kedekatan etnis Tionghoa dengan Soekarno, membuat Baperki (Badan 
Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia), sebagai media aspiratif etnis 
Tionghoa paling populer saat itu harus menerima kenyataan dibubarkan. Sejak 
peristiwa itu, hal-hal yang berbau Tionghoa ditabukan.


Di Jatim misalnya, Pangdam Brawijaya kala itu (1966) langsung mengeluarkan 
serangkaian peraturan yang sangat sinofobia (sangat anti-Tionghoa). Peredaran 
semua koran berbahasa Tionghoa dilarang, termasuk Harian Indonesia yang 
dikelola Angkatan Darat. Pangdam juga mengeluarkan empat kebijakan 
diskriminatif.


Pertama, mereka hanya diperbolehkan berdagang di Surabaya. Kota-kota lain di 
Jawa Timur tertutup bagi mereka. Kedua, mereka dilarang pindah keluar dari Jawa 
Timur. Ketiga, mereka yang tinggal di Jawa Timur dikenai pajak Rp 2.500 per 
orang. Keempat, melarang huruf atau apa pun yang berbau Cina atau Tionghoa.



KTP Jutaan Rupiah 
Sudah barang tentu empat kebijakan itu menimbulkan gejolak yang luar biasa 
ketika itu. Setiap hari ribuan warga Tionghoa di kota-kota di Jatim berunjuk 
rasa. Konyolnya, demo itu juga direspons dengan demo tandingan yang anarkis dan 
sangat 

[budaya_tionghua] Sejarah dan Makna Tiong Chiu

2006-10-06 Terurut Topik Ambon
http://batampos.co.id/index.php?option=com_contenttask=viewid=5611Itemid=75



  Sejarah dan Makna Tiong Chiu
  Kamis, 05 Oktober 2006  
  Oleh: Anly Cenggana SH*) 


  Depresi Sosial Budaya Tionghoa
  erkataan Tiong Chiu berasar dari kata Tiong berarti tengah dan Chiu 
berarti musim rontok, jadi boleh dikatakan sebutan Tiong Chiu arti secara 
harafiah berarti pertengahan musim rontok. Namun demikian masyarakat lebih 
kenal dengan sembahyang Tiong Chiu Pia  sebenarnya penyebutan ini tidak 
tepat/salah kaprah namun kenyataan dalam kebiasaan  masyarakat tetap demikian. 

  Perayaan sembahyang kue bulan  tahunan setiap tanggal 15 bulan delapan 
kalender Imlek, untuk   tahun ini memasuki tahun Imlek ke 2557 tanggalan masehi 
jatuh pada tanggal 6 Oktober 2006. Pada hari itulah bulan paling bulat dan 
paling terang sepanjang tahun, karena pada hari itu jarak bulan dengan bumi dan 
bentuk kue yang bulat melambangkan terangnya bulan menyinari bumi.

   Sejarah
  Bicara Tiong Chiu Pia dapat dibagi dalam tiga bagian (1) Adat Sembahyang 
Dewi Bulan, (2) kisah Dewi Bulan, (3) Kue.
  Pertama, sebelum Dinasty Qin 221-206 SM rakyat China sudah mengenal 
tradisi/adat sembahyang Dewi Bulan yang dihubungkan dengan posisi bulan bagi 
masyarakat untuk cocok tanam (agraris). Karena dianggapnya sinar rembulan dapat 
memberikan kesuburan dalam ekosistem tanah bagi kaum petani dan dimalam purnama 
memang bulan terterang sepanjang tahun juga diikuti musim panen. 

  Kedua, menurut legenda zaman dahulu kala terdapat 10 matahari yang sangat 
mempengaruhi ekosistem bumi sehingga oleh Dewa Ho Yi pemanah Jitu  
Khayangan/langit, dipanalah matahari hingga sisa satu. Peristiwa ini Yi Wang Ta 
Tie (Tuhan) sangat malah dan menghukum HOYI dan istrinya Chang Er dengan cara  
menjadikan pasangan ini menjadi masyarakat biasa/ hidup di duniawi. Suatu hari 
mereka menemukan obat awet muda sepanjang masa dan dimakan oleh istrinya Chang 
Er sehingga tubuhnya ringan dan terbang menuju bulan. Dari sinilah asal muasal 
sembahyang Dewi Bulan

  Ketiga, kue Tiong Chiu Pia. Pada tahun 1206 M  China dijajah  Monggoria 
pimpinan Tieh Mu Chen hingga tahun 1368 M berarti selama 89 China dijajah 
Monggoria. China berhasil merebut kembali dari Monggoria berkat upaya kepala 
pengemis Zhu Yan Chang menjelang sembahyang Dewi Bulan mengedarkan pesan-pesan 
dalam kue-kue agar pada malam  purnama (Tiong Chiu) kita merebut kekuasaan 
kembali dari tangan Monggoria dan ternyata berhasil bertepatan pada tanggal 9 
September 1368 M. Semenjak itulah kue Tiong Chiu mengalami perkembangan hingga 
dewasa ini. Dan semenjak inilah berdirinya kerajaan pertama di Tiongkok dengan 
sebutan Dinasty Ming (1368-1644 M). Masa kepemimpinan Tieh Mu Chen 1206-1368 M 
oleh adiknya bernama Hu Pit Lei Han dinamai Dinasty Yan (1206-1368) M.

   Tradisi   
  Tradisi ini dalam aktualisasi kegiatan selalu dilengkapi atribut seni 
budaya Tionghoa terutama hiasan lampion. Memang atribut yang paling menonjol 
dalam penyambutan bulan purnama adalah Lampion karena disaat malam 
lampion-lampion dinyalakan lampu akan tampak menawan dan mempunyai suatu 
keindahan tersendiri. Kini lampion ini telah berkembang hingga dalam berbagai 
bentuk dan ukuran raksasa memberikan tontonan keindahan tersendiri.

  Soal lampion dalam penyambutan bulan purnama bahkan  pernah tercatat  
dalam  Musium Rekor Indonesia (MURI) atas pemasangan lampion terbanyak tahun 
2002 sebanyak 4500 di Sanggar Agung pantai ria kenjeran Surabaya  Jawa Timur, 
namun demikian rekor tersebut telah dipecahkan oleh Batam tahun ini dalam 
nuansa yang berbeda ketika menyambut malam Cap Go Me Imlek 2537/masehi 12 
Februari 2006 lalu, yang tercatat dalam Musium Rekor Indonesia atas pemasangan 
lampion terbanyak di Indonesia  sebanyak 5077 atas prakarsai Even Organizer 
Lialogue pimpinan Mellita bersama Harsono Ketua Pitun Batam

  Nuansa ini juga selalu diikuti pertunjukan seni budaya di lokasi yang 
lapang dan menawan seperti telaga, danau, pantai. Lokasi semacam ini dimasa 
lampau masih memungkinkan, namun di era modernisasi dengan pembangunan yang 
pesat konsekuensinya lokasi yang baik dan strategis nyaris tidak memungkinkan 
lagi. Yang memungkinkan adanya panggung pentas seni dan masih terpelihara oleh 
sebagian rumah ibadah klenteng dewasa ini dalam kegiatan malam hiburan rakyat 
atas swadaya masyarakat.


  Orang Tionghoa zaman dahulu jarang berpergian terlebih kaum hawa, pada 
perayaan malam purnama ini dimanfaatkan oleh para muda-mudi untuk meniknamati 
hiburan rakyat dan sekaligus memungkinkan saling tatap muka/berkenalan yang 
dimanfaatkan saling mencari persahabatan bahkan ada yang hingga menuju kursi 
plaminan/perknikahan.  

  Adakalanya bangsawan tertentu yang mempersuntingkan putrinya dengan 
melemparkan anyaman bola kain kepada pemuda yang memenuhi kriteria jika 
mendapatkan bola akan diambil sebagai menantu. Hal unik ini di era kini sudah 
tidak 

[budaya_tionghua] Saudi Embassy to Issue Haj Visas to Chinese

2006-10-04 Terurut Topik Ambon
http://www.arabnews.com/?page=4section=0article=87639d=4m=10y=2006

Wednesday, 4, October, 2006 (12, Ramadhan, 1427)


  Saudi Embassy to Issue Haj Visas to Chinese
  Azhar Masood  Agencies 
   
 
  ISLAMABAD, 4 October 2006 - The Saudi Embassy in Pakistan 
will issue visas to Chinese Muslims for Haj.

  Saudi Ambassador to Pakistan Ali Awadh Asseri, after 
consultation with Chinese officials, told reporters that the visas would be 
issued for Haj in January.

  Hundreds of Chinese Muslims, mostly ethnic Uighurs from 
western China, have been visiting the embassy since quite some time.

  They have Chinese passports, Pakistani visas and they are on 
the doorstep of Saudi Embassy so really we don't have any other choice than to 
treat this issue on humanitarian grounds, Asseri said.

  When the decision was announced to the throng outside the 
embassy gates it sparked a wave of joy. Many people sobbed in happiness.

  I'm very happy. These people are poor and their only wish is 
to perform Haj, Nabi Jan, a middle-aged man from China's Xinjiang province, 
said.

  We pray for everyone, a young woman wearing a head-to-toe 
veil shouted.

  The Chinese Muslims have been coming to Islamabad for many 
years to collect visas for Haj, but in May China advised Saudi Arabia not to 
issue visas in third countries.

  While relenting this year, the Saudi ambassador said in 
future all visas should be processed through the embassy in Beijing.

  The Saudi Embassy had earlier told the Chinese to either seek 
visa from the country of their origin or furnish sufficient guarantees through 
their embassy that they would return after performing Haj.

  An official at the Saudi Embassy told Arab News earlier, We 
follow standard procedures. These people should either apply for visa in their 
own country or route their visa applications through their embassy located in 
Islamabad.

  Another official said, Our government allocates quotas for 
pilgrims from all countries. We stick to the rules to discourage people from 
overstaying in the Kingdom.
 
   
 


[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Puisi Daratan Tiongkok Ekspresi Soeria Disastra

2006-09-26 Terurut Topik Ambon
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/092006/26/Features02.htm

Puisi Daratan Tiongkok  Ekspresi Soeria Disastra 

  Itulah alam, alam indah:
  di tempat tak berjejak manusia, 
  gunung lengang air nyaring berdentang 

UPAYA penyair Soeria Disastra menerjemahkan puisi-puisi Tiongkok modern ke 
dalam bahasa Indonesia patut dihargai dan diacungi jempol. Apa sebab? 
Puisi-puisi dari daratan Tiongkok yang diterjemahkannya ini merupakan 
puisi-puisi yang ditulis oleh para penyair Tiongkok yang tumbuh dan berkembang 
pada tahun 1920-1940. Soeria Disastra sendiri adalah WNI keturunan Cina yang 
bebas bisa mengekspresikan dirinya dalam menulis puisi setelah rezim Orde Baru 
tumbang. Apa yang diterjemahkannya itu merupakan kekayaan bagi perkembangan dan 
pertumbuhan sastra Indonesia modern, khususnya dalam bidang puisi.

Petikan puisi bagian pertama di atas merupakan hasil terjemahannya, yang 
ditulis oleh penyair Li Da Zhao dengan judul Pemandangan Saat Itu di Gunung. 
Dalam upaya memperkenalkan puisi-puisi Tiongkok modern tersebut, Soeria 
Disastra menerjemahkan lebih dari 190 puisi dari 60 penyair. Masing-masing 
penyair ada yang diterjemahkan satu, dua, tiga, hingga empat puisi. Seluruh 
hasil terjemahannya itu dibukukan dalam antologi puisi Tirai Bambu, yang 
diterbitkan oleh Penerbit Titian (2006), Buku tersebut Sabtu (23/9) diluncurkan 
di Kampus I Akademi Bahasa Asing Internasional, Jln. Situ Aksan No. 33 Bandung 
dengan pembicara Acep Zamzam Noor, Prof. Jakob Sumardjo, dan Hikmat Gumelar.

Dalam perkembangan dan pertumbuhan sastra Indonesia modern, upaya 
memperkenalkan sastra Tiongkok atau Cina ke dalam bahasa Indonesia, khususnya 
puisi, tidak hanya dilakukan oleh penyair Soeria Disastra saja. Jauh 
sebelumnya, pada awal tahun 1970-an, penyair Sapardi Djoko Damono berupaya 
memperkenalkan puisi-puisi klasik Cina, baik dari masa Dinasti Tang, Dinasti 
Yuan, maupun Dinasti Ming. Konon puisi-puisi Cina klasik dalam pertumbuhannya 
itu telah memberikan pengaruh yang lain bagi perkembangan dan pertumbuhan 
puisi-puisi imajis di Eropa sana seperti apa yang dikembangkan oleh penyair 
Erza Pound dan para penyair segerasinya.

** 

Prof. Jakob Sumardjo dalam acara tersebut mengatakan, diterjemahkannya 
puisi-puisi Tiongkok modern ini merupakan kekayaan artistik tersendiri yang tak 
terkira sumbangannya, bagi perkembangan dan pertumbuhan puisi Indonesia modern. 
Tak jarang di dalam puisi-puisi Tiongkok ini kita menemukan renungan-renungan 
tentang alam, Tuhan, dan manusia. Kekuatan Tiongkok ini sangat terkenal dalam 
pelukisan alam yang ditulis dengan kalimat-kalimat sederhana dan merdu, 
ujarnya. Hal yang sama dikatakan pula oleh penyair Acep Zamzam Noor.

Di Indonesia saat ini, yang gencar memperkenalkan puisi-puisi dari para penyair 
asing ke dalam bahasa Indonesia, bukan hanya dilakukan oleh WNI keturunan Cina 
dan orang Indonesia yang tertarik dengan itu, tetapi dilakukan pula oleh 
penyair Jerman Berthlod Damshauser. Ia bekerja sama dengan penyair Agus R. 
Sardjono. Karya-karya penyair Jerman unggulan yang sudah diterjemahkannya 
kedalam bahasa Indonesia yang diterbitkan dalam bentuk buku itu, adalah karya 
penyair Paul Celan, Rilke, dan Bertolt Brecht. Selain itu Katrin Bandel pun 
menerjemahkan pula karya penyair Jerman lainnya, Martin Jankowski, yang bukunya 
diterbitkan oleh Indonesia Tera (2005) dengan judul Detik-detik Indonesia 
(Indonesisches Sekundenbuch).

Dari dua contoh kasus di atas timbul pertanyaan, adakah puisi-puisi Indonesia 
telah pula diterjemahkan ke dalam bahasa Cina dan Jerman? Tentu ada. Tapi 
masalahnya adalah apakah upaya itu segencar yang mereka lakukan dalam 
menerjemahkan karya-karya sastra asing itu ke dalam bahasa Indonesia? Jika ada, 
siapa penerjemah itu? (Soni Farid Maulana/PR)**


[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Malaysia Tuntut Lee Kuan Yew Minta Maaf

2006-09-24 Terurut Topik Ambon
http://www.tempointeraktif.com/hg/luarnegeri/2006/09/24/brk,20060924-84658,id.html

Malaysia Tuntut Lee Kuan Yew Minta Maaf
Minggu, 24 September 2006 | 20:34 WIB 



TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur: Para pemimpin Malaysia kemarin menuntut Lee 
Kuan Yew, negarawan gaek Singapura, minta maaf atas klaimnya bahwa Malaysia 
telah meminggirkan minoritas etnis Cina.

Lee harus segera minta maaf dan menjelaskan soal pernyataanya itu, kata 
Menteri Pertanian Malaysia Muhyiddin Yassin seperti dikutip New Sunday Times.

Pemicu kegusaran Malaysia ini adalah pernyataan Lee, Perdana Menteri Singapura 
pertama hingga dia turun pada 1990, dalam sebuah forum di negerinya pada Jumat 
dua pekan lalu.

Menteri Guru Singapura itu mengatakan bahwa negara-negara tetangganya, 
Indonesia dan Malaysia, punya masalah dengan kaum Cina, karena, Mereka (orang 
Cina itu) sukses. Mereka pekerja keras dan dengan demikian mereka dipinggirkan 
secara sistematis, kata Lee seperti dikutip Reuters.

Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi langsung naik pitam. Ia menuduh 
komentar Lee itu dapat membuat tegang hubungan kedua negara. Itu pernyataan 
yang menyesatkan dan dapat menghasut warga Malaysia keturunan Cina, katanya.

Saya akan menulis surat kepadanya, kata Abdullah. Saya ingin penjelasan 
darinya soal mengapa dia mengatakan demikian. 

Abdullah mengatakan komentar Lee itu tak dapat diterima. Hubungan antarras di 
Singapura, yang mayoritas etnis Cina, kata Abdullah, juga tak 100 persen 
sempurna.

Pemimpin Malaysia yang sedang sibuk membangun harmoni di negerinya itu 
menekankan bahwa Lee seharusnya memahami bahwa hubungan Malaysia-Singapura 
adalah sesuatu yang perlu dipelihara untuk menjaga stabilitas masing-masing 
negara. Jika negara kami tidak stabil, Singapura juga akan mengalami dampaknya 
karena dia punya kepentingan ekonomi di sini.

Datuk Raja Ahmad Zainuddin Raja Omar, penjabat ketua Backbenchers Club -- klub 
anggota parlemen yang tidak berada di pemerintahan maupun di kubu oposisi -- 
Malaysia, juga menuntut Lee minta maaf secara terbuka kepada Abdullah dan 
pemerintahannya.

Raja Ahmad menilai bahwa orang Cina di Malaysia bernasib jauh lebih baik 
daripada orang Malaysia di Singapura. Di Malaysia, Negara Bagian Penang 
dikuasai oleh Gerakan (partai berbasis Cina). Ada banyak orang Cina di kabinet, 
militer, dan kepolisian Malaysia, katanya. Dapatkah kita mengatakan hal yang 
sama tentang nasib orang Malaysia di Singapura?

Populasi Malaysia yang 26,6 juta orang itu terdiri dari 60 persen Melayu 
muslim, tapi perekonomiannya secara luas dikendalikan oleh 26 persen populasi 
etnis Cina.

Malaysia dan Singapura punya hubungan ekonomi dan budaya yang kuat, tapi kedua 
bangsa seringkali cekcok sejak Singapura ditolak masuk federasi Malaysia baru 
pada 1965. Pertengkaran mereka, misalnya, soal harga air yang dijual Malaysia 
ke tetangganya di selatan itu.

Mereka juga memperebutkan sebuah pulau kecil (disebut Pedra Branca di Singapura 
dan Pulau Batu Putih di Malaysia) hingga ke Mahkamah Internasional, tak lama 
setelah Mahkamah memenangkan Malaysia atas kepemilikan Sipadan dan Ligitan dari 
Indonesia.

AP | AFP | THE STAR | BERNAMA | IWANK 




[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] CONFUCIUS A man in the soul of Japan

2006-09-14 Terurut Topik Ambon
http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/fl20060910x2.html

Sunday, Sept. 10, 2006




CONFUCIUS
A man in the soul of Japan


By MICHAEL HOFFMAN
Special to The Japan Times

This story is part of a package on Confucius. The introduction is here.

 
  Hiraga Gennnai was a low-ranking Shikoku samurai and searing satirist 
against the neo-Confucianists holding sway in the Tokugawa Shogunate's closed 
Japan. He died in prison after stabbing a disciple in 1779 in a fit of madness. 
 

The Analects and other Confucian texts were brought to Japan by the Korean 
envoy and scholar Wani in the fourth or fifth century A.D., some 800 years 
after Confucius' death. Buddhist sutras were also among the gifts he bore.

What kind of pupils Wani found the courtiers of preliterate Japan to be is not 
recorded. But the first fruits of Japan's early education were summarized two 
centuries later in the 17 articles of the Constitution of Prince Shotoku, 
dated 604. Its very first words, Harmony is to be valued, are Confucian to 
the core. So is the exhortation in Article 4: The ministers and functionaries 
should make decorous behavior their leading principle, for the leading 
principle of the government of the people consists in decorous behavior. If the 
superiors do not behave with decorum, the inferiors are disorderly: if 
inferiors are wanting in proper behavior, there must necessarily be offences.

A palace revolution in 645, known as the Taika Reform, aimed to fuse Japan's 
loose assemblage of rival clans into the centralized Confucian state envisioned 
by Prince Shotoku in Article 12: In a country there are not two lords; the 
people cannot have two masters. The sovereign is the master of the people of 
the whole country. 

Japan's cultural and political infancy, then, bears a strong Confucian stamp. A 
Chinese visitor to Nara at the height of the Nara Period (710-784) would have 
seen a model in miniature of his own society.

The Heian Period (794-1185) was a different story Ea purely Japanese cultural 
flowering that had little use for Confucianism. In Murasaki Shikibu's classic 
Tale of Genji, the masterpiece of the age, Confucian scholars are figures of 
fun, their stuffy solemnity and stilted language provoking gusts of laughter 
among the guests at Genji's son's matriculation ceremony.

Chinese recasting
The close of the Heian Period coincided with a Chinese recasting of the 
Confucian legacy by a group of scholars known to posterity as 
neo-Confucianists. The outstanding figure among them as far as Japan is 
concerned is Chu Hsi (1130-1200), for whom the quality of benevolence, very 
dear to Confucius' heart and central to his doctrine, is not only a human 
quality pertaining to society, but a natural force underpinning the physical 
universe: Man learns virtue by contemplating the natural order.

It is only a short leap from here to the notion that the given social hierarchy 
is ordained by nature itself.

 
  Hayashi Razan, who was the Confucian scholar-adviser to four shoguns from 
1607. PHOTO COURTESY OF YOSHIKAWA KO-BUNKAN, from Japanese Historians and the 
National Myths, 1600-1945, by John S. Brownlee (Univ. of Tokyo Press; 1997)  

Perhaps we need look no further for an explanation of why Chu Hsi's thinking 
was so attractive to the ultraconservative regime of the Edo Period 
(1603-1867). The Tokugawa shoguns closed Japan to all but the most limited 
foreign intercourse and froze, to the greatest extent possible, the social 
system in its 17th-century mold. Throughout this period, Chu Hsi's 
neo-Confucianism was the official state dogma.

  * * * * * 


Many Japanese Confucian scholars are truly frogs who know nothing outside 
their own small wells, wrote the satirist Hiraga Gennai (1728-1779). They 
slavishly copy everything Chinese and refer to Japan as a nation of 'Eastern 
Barbarians.'

Hiraga was a jack-of-all-trades, an accomplished dabbler in Western arts and 
sciences whose impatience with the hidebound Confucian scholar-officials is 
understandable in view of the festering social problems Epoverty, peasant 
riots, the first hints of dangerous foreign resentment over Japan's 
isolationism Eto which they had no solutions beyond pedantic appeals for 
greater Confucian rectitude.

The fact that people today will frivolously walk down a road from which there 
is no return is due to the existence of the 'Tale of Genji' and the [more 
overtly erotic] 'Tales of Ise,'E huffed the orthodox Chu Hsi scholar Yamazaki 
Ansai (1618-1682). It is said that the 'Tale of Genji' was written as an 
admonishment for men and women. It is extremely doubtful, however, that such 
frivolity could serve to admonish anyone. 

But the Confucian camp was less united than its outward ceremonial gravity made 
it appear. Had not Confucius himself treasured the Book of Odes, a poetry and 
song collection from the ancient golden age he longed to recreate? Was it not 
one of the five Confucian classics? Did that 

[budaya_tionghua] CONFUCIUS East and West echo the sage: 'The ideal society is like a family'

2006-09-14 Terurut Topik Ambon
http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/fl20060910x3.html

Sunday, Sept. 10, 2006


CONFUCIUS
East and West echo the sage: 'The ideal society is like a family' 


By MICHAEL HOFFMAN
This story is part of a package on Confucius. The introduction is here.



Is Confucius dead?

He walked the Earth more than 2,500 years ago, his thinking focused even then 
on the remote past. Why bother with him today?

The eminence of his name, combined with aspects of his teachings that seem to 
favor absolute rule and unconditional obedience, have made him a convenient 
prop for Asian tyrants seeking to justify their dictatorships.

But does he have anything meaningful to say to the rest of us? Confucius, after 
all, knew little of technological change. We know nothing of stasis. To us, 
yesterday's wisdom seems obsolete today. To him, a filial son was one who made 
no change to his father's ways until the father had been dead at least three 
years. What can our globalized universe possibly learn from such a sage?

A good deal, argues a book titled Confucianism for the Modern World. The 
volume is a collection of essays by 18 scholars, Asian and Western, who 
evaluate the master's legacy in terms of its contemporary relevance. Their 
point is that the incoherences and dissonances of our time have more in common 
than outward appearance might suggest with those that troubled Confucius 
2Emillennia ago Eand that we, too, would be the better for a stiff dose of li.

Li is generally translated as rites or rituals, but those words, with their 
connotation of empty forms, strike the wrong note. Think of it instead, 
suggests contributor Hahm Chaihark, a professor at South Korea's Yonsei 
University, as a marvelous combination of education, self-cultivation, 
training, discipline, restraint, authority and legitimacy.

For Hahm, li served as a kind of unwritten premodern constitution, a constraint 
on government absolutism rather than an encouragement of it.

For example, he writes, during the Choson dynasty in Korea (1392-1910), the 
central bureaucracy included many offices Estaffed by experts in li Ewhose 
explicit duties were to educate, correct and criticize the behavior of the 
ruler.

It's a model worthy of careful study, Hahm maintains, for once the citizens of 
modern East Asian countries begin to emulate their Confucian scholar-official 
ancestors, who first disciplined themselves with ritual propriety and then 
demanded the ruler's discipline, their countries will become constitutionalist 
states.

Skeptics doubt a globalized regime's capacity to nourish civilized values 
beyond mass entertainment and mass consumption. Geir Helgesen, senior 
researcher at the Nordic Institute of Asian Studies in Copenhagen, warns in his 
essay in the book of globalization's tendency to overwhelm the individual and 
trigger a retreat into personal, private spheres of interest .EE  
Accordingly, he says, globalization might turn out to be a much more effective 
enemy of democracy than the totalitarian ideologies of the recent past ever 
were.

So, should we disembark from the Internet and dust off our copies of The 
Analects? Maybe we should.

Helgesen cites a recent South Korean survey showing 89 percent of respondents 
agreeing with Confucius that a leader should care for the people as parents 
for their children. Ninety-one percent felt comfortable with the orthodox 
Confucian notion that The objective of good government is to maintain 
harmonious social relations. For 87 percent, as of course for Confucius, The 
ideal society is like a family.

Well, that's South Korea, the Confucian nation par excellence. But Helgesen's 
institute also conducted a similar survey in Denmark. To our surprise, he 
reports, 75 percent of Danish respondents agreed that 'the ideal society is 
like a family.'E

What should we conclude from that? This at least, says Helgesen: By teaching a 
social morality which stresses proper rituals based on the emotional pattern 
people recognize from family life, Confucianism may well have something to 
offer [our] 'runaway world.'

For other stories in our package on Confucius, please click the following links:
A man in the soul of Japan

The Japan Times 
(C) All rights reserved



[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:

[budaya_tionghua] Confucius and his 'golden age'

2006-09-12 Terurut Topik Ambon
http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/fl20060910x1.html

Sunday, Sept. 10, 2006



CONFUCIUS
Confucius and his 'golden age'
He shaped civilizations; his ancient values speak to us now


By MICHAEL HOFFMAN
Special to The Japan Times


Is what Confucius said true? Can music, poetry and decorum govern the world? Do 
rulers, by cultivating benevolence in themselves, plant benevolence in their 
subjects, and harmony in the polity? 

 
  Is modern Japan a Confucian country? Schools no longer teach Confucian 
principles; the young no longer defer to the old; the hectic pace of urban life 
leaves scant room or patience for ritual observance. On the other hand, the 
world's tallest statue of Confucius (above), standing 4.57 meters high, graces 
the grounds of Yushima Seido in Ochanomizu, Tokyo. Yushima Seido is a 
17th-century Confucian temple, built by the neo-Confucian scholar Hayashi Razan 
(1583-1657). Students congregate there in droves to pray for success in their 
examinations. YOSHIAKI MIURA PHOTO 

The chaos of our time hardly invites us to take such notions seriously. But 
Confucius' time was chaotic too. The ancient Chou dynasty was crumbling, 
upstarts vied for power, and morality was falling apart.

In despair, a high government official proposed executing all wrongdoers. 
Confucius said, In administering your government, what need is there for you 
to kill? Just desire the good yourself and the common people will be good.

The same official asked what to do about thieves. Confucius said, If you 
yourself were not a man of desires -- corrupt, in other words -- no one would 
steal even if stealing carried a reward.

Asked why he did not take office, Confucius replied, Simply by being a good 
son and friendly to his brothers a man can exert an influence upon government.

A society, in Confucius' view, was an extended family in which, ideally, family 
relationships and family harmony prevailed. A youth who does not respect his 
elders will achieve nothing when he grows up. A respectful son grows into a 
man worthy of respect and therefore a worthy ruler -- of his family certainly, 
of society as a whole possibly. Rule meant, first and foremost, 
self-cultivation.

The gentleman cultivates himself, said Confucius, and thereby brings peace 
and security to his fellow men.

  * * * * * 


Confucius. The name is so familiar that we are apt to forget how little we know 
the man, though thanks to cryptic snatches of his conversation recorded by his 
disciples in a book called The Analects (from a Greek word meaning 
collection) he is, though elusive, not entirely unknowable.

As for his teachings, the general verdict throughout most of the revolutionary 
20th century was that they (or their derivatives, legitimate and bastard) 
accomplished their civilizing mission millennia ago and were best relegated to 
the remote past, having long since grown moldy in the service of Asian 
autocrats -- Japanese shoguns among them -- who invoked him with relish, and 
continue to invoke him, for his supposed emphasis on unquestioning obedience.

The latest in a long line is Chinese President Hu Jintao, who, stymied by 
social turmoil and the ruling Communist Party's intellectual bankruptcy, last 
year broke the party's anti-Confucian mold, reminding cadres, Confucius said, 
'Harmony is to be cherished.' 

The fragmentary nature of The Analects is conducive to the selective reading 
that autocrats have habitually given it.

Never disobey, said Confucius -- it is one of his several definitions of 
filial piety, and sounds categorical enough. But he also said, in a passage 
less frequently honored with official quotation, If a man is correct in his 
own person, then there will be obedience without orders being given; but if he 
is not correct in his own person, there will not be obedience even though 
orders are given.

 
  An old Chinese woodblock print of a statue of Confucius similar to that 
at Tokyo's Yushima Seido  

Correct means above all, benevolent. Benevolence is easy: Is benevolence 
really far away? No sooner do I desire it than it is here. But the desire for 
it, judging by its rarity, is difficult. It commits a ruler above all, but also 
human beings in general, to the quest for moral perfection, to a return to the 
observance of the rites through overcoming the self.

Few rulers in any era are up to such standards, and Confucius' impatience with 
those who are not is apparent in his advice to a disciple who asked how best to 
serve a prince: Tell him the truth even if it offends him.

As for the rulers of his own day, Oh, said Confucius, they are of such 
limited capacity that they hardly count. 

  * * * * * 


Almost alone among the ancient teachers of mankind, Confucius (K'ung Ch'iu in 
Chinese; Koshi in Japanese) was neither god nor prophet nor, in sharp contrast 
to his Taoist near-contemporary Lao-tzu, mystic.

Chi-lu asked how the spirits of the dead and the gods should be served, 

Re: [budaya_tionghua] Trinitas berasal dari Buddha atau Hindu ?

2006-09-01 Terurut Topik Ambon
Ada memang yang mengatakan demikian, karena katanya Yesus menghilang 
beberapa tahun dari Kana'an. Dikatakan pula bahwa Yesus mati di Punjabi. 
Kalau cari internet ada gambar kuburuan yang sampai sekarang dipelihara.

- Original Message - 
From: raharjo irawan [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Friday, September 01, 2006 2:56 AM
Subject: [budaya_tionghua] Trinitas berasal dari Buddha atau Hindu ?


 Semarang, 01 September 2006.

 Salam,

 Dahulu saya pernah membaca buku Yesus Live In India (
 lupa-lupa ingat ) yang ditulis oleh peneliti Jerman
 (?), dalam buku itu disebutkan pada usia 16 - 32
 tahun, Yesus mengikuti pamannya berkenala ke Timur (
 India ) dan sempat mempelajari ajaran Hindu ( Trimurti
 ) yang kemudian menjelma menjadi Tritunggal.

 Bahkan dalam buku itu disebutkan, kalau setelah turun
 dari kayu salib, beliau bersama keluarganya  merantau
  ke India dan meninggal dan dikuburkan di India.

 Saya juga pernah menemukan VCD berjudul Yesus In
 India, namun tidak membelinya.

 Perlu diingat pula, Injil yang sekarang beredar
 sekarang ini adalah injil yang sudah  direnovasi 
 oleh penguasa, beberapa abad setelah meninggalnya
 Yesus. Seperti cerita sejarah, sejarah ditulis oleh
 pemenang, untuk kepentingan pemenang.

 Salam,
 Irawan R







 --- Erik [EMAIL PROTECTED] wrote:


 Wahai, Bung Hai-hai!  Boleh saya ikut nimbrung?

 Menurut saya sebenarnya konsep Trinitas atau
 Tritunggal itu asalnya dari
 India yang diperkenalkan melalui agama Buddha, baru
 kemudian menyebar
 dan diwariskan serta diadopsi ke/oleh kelompok
 masyarakat dan agama
 lain! Sebagaimana yang dipelajari dalam agama
 Buddha, konsep trinitas
 atau tritunggal adalah otentik berasal dari agama
 Buddha, yakni
 kemanunggalan antara Dharmakaya; Sambhogakaya dan
 Nirmanakaya.
 Siddharta Gautama adalah Nirmanakaya yang lahir
 sebagai manusia di dunia
 ini, sedangkan wujud Sambhogakaya-nya adalah
 Sakyamuni Buddha yang
 berasal dari Dharmakaya atau Adi Buddha di alam
 Sunyata.

 Demikianlah Wahai bung Haihai, trinitas Bapak, Putra
 dan Roh Kudus itu
 sebenarnya adalah derivasi dari konsep trinitasnya
 Buddhis. Bapak
 derivat dari Dharmakaya, Putra derivat dari
 Nirmanakaya dan Roh Kudus
 derivat dari Sambhogakaya.

 Wahai, Hai, hai, hai, hai, hai semuanya alls! Ada
 yang pernah
 menyelidiki hal ini?

 Salam

 Eril


 \
 --

 In budaya_tionghua@yahoogroups.com, hai hai
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Jelas anda yang melantur Jiang!
 Saya bertanya, ¡§Anda percaya bangsa Tiongkok kuno
 menyembah Tuhan
 Tritunggal? Tian, Di, dan Shang Di, ketiganya adalah
 tritunggal Gui
 shen!¡¨ Dalam penerjemahan umumnya Tian adalah
 langit, Di adalah bumi
 dan shang Di sebagai Tuhan. Ada yang sudah meneliti
 hal ini?
 Anda malah menuduh segelintir pemuka agama sedang
 jualan agama dan
 membodohi orang.
 Sekarang anda tanya siapa yang sebenarnya melantur?
 Jelas anda yang melantur!
 Saya kembali bertanya dengan pertanyaan yang sama,
 dan anda bilang,
 ¡§Inti dari pertanyaan ini simple, dapat dilihat
 oleh orang awam
 sekalipun, bahwa inginmelegalkan Trinitas menjadi
 satu unsur dalam
 kebudayaan Tionghoa, atau sebaliknya kebudayaan
 Tionghoa adalah
 bersumber dari Trinitas itu sendiri.¡¨
 Menurut Jiang, orang awam sekalipun dapat melihat
 inti pertanyaan
 tersebut di atas. Karena jiang tidak dapat memahami
 inti pertanyaannya,
 maka jiang pasti bukan orang awam. Kalau bukan orang
 awam, orang apa
 dong dia?
 Masih ingat cerita tentang anjing penakut? Kenapa
 anjing penakut itu
 menggonggong seolah-olah siap membunuh? Karena dia
 pikir orang asing itu
 datang untuk menyakitinya. Ini namanya prasangka.
 Kenapa jiang menjawab
 pertanyaanku dengan tuduhan? Karena Jiang pikir
 emailku itu dimaksudkan
 untuk jualan agama Kristen. (tidak perlu ragu untuk
 menyebut agama,
 bahkan nama selama kita berkata benar didukung oleh
 data dan informsi).
 Jiang pikir, kalau kedoknya dibuka, pasti bisa
 mencegah orang jualan
 agama Kristen, makanya langsung di gebrak.
 Kenapa harus takut dengan istilah ¡§tritunggal¡¨
 atau menurut
 Jiang ¡§Trinitas?¡¨ Kenapa harus takut kalau memang
 benar bangsa
 Tiongkok kuno menyembah Tuhan Tritunggal? Tritunggal
 artinya tiga
 oknum/tokoh berkarya dalam satu kesatuan. Walaupun
 istilah ini digunakan
 oleh umat Kristen secara luas, namun tidak ada
 patennya, jadi boleh
 digunakan siapa saja. Umat
 Kristen mengaku menyembah Allah Tritunggal, ini juga
 tidak ada patennya,
 jadi, kalau memang benar bangsa Tiongkok kuno
 menyembah Tuhan
 Tritunggal, pasti tidak akan dituntut. Tetapi
 intinya kan bukan itu.
 Intinya adalah apakah benar bangsa Tiongkok kuno
 menyembah Tuhan
 Tritunggal? Apakah benar, Gui Shen adalah tritunggal
 Tian, Di dan Shang
 Di? Bagaimana kita bisa
 membuktikan benar atau salahnya? Dengan menuduh
 Orang Kristen seperti
 Jiang, jelas tidak membuktikan apa-apa. Dengan
 argumentasi yang 

[budaya_tionghua] Bangun Bank Sperma Etnis Minoritas

2006-08-31 Terurut Topik Ambon
http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_cid=25

Jumat, 01 Sept 2006,




Bangun Bank Sperma Etnis Minoritas





Cara Tiongkok Cegah Kepunahan Suku Berpopulasi Rendah
BEIJING - Tiongkok terdiri dari lebih dari puluhan etnis. Lebih dari 50 di 
antaranya tergolong minoritas dan terancam punah. Menghindari ancaman itu, 
pemerintah Tiongkok mendirikan bank sperma etnis minoritas.

Kemarin, pemerintah mengumumkan bahwa pembangunan bank sperma itu selesai 
dilakukan. Dan tidak kurang dari 8.000 sampel DNA dari 54 etnis minoritas 
disimpan di bank tersebut, kecuali DNA etnis Gaoshan, yang hidup di Taiwan.

Untuk mempersiapkan bank sperma yang konon merupakan yang terbesar di Tiongkok 
itu, dibutuhkan waktu selama lebih dari empat tahun. Pendanaan didukung 
sepenuhnya oleh pemerintah.

Pengelolaannya diserahkan kepada Profesor Xiao Chunjie dari Universitas Yunan, 
sebagai pimpinan proyek. Menurutnya, gaga situ sudah berkembang di kalangan 
antropolog dan ahli genetic Tiongkok sejak 1980. Proyek ini sendiri dimulai 
ketika populasi etnis yang menurun mulai menarik perhatian, ujar Xiao.

Menurutnya, proyek yang dipimpinnya itu sangat penting sebagai upaya 
penyelamatan agar keragaman genetis tidak punah. Dan yang menyebabkan kepunahan 
itu di antaranya adalah tempat tinggal mereka. 

Tidak kurang 25 dari 55 etnis minoritas, tinggal di pegunungan yang jauh dan 
terisolasi. Bank sperma ini sangat perlu tidak hanya bagi Tiongkok, tetapi 
juga bagi seluruh dunia, imbuhnya. 

Dia menambahkan, bank itu juga akan turut mencegah dan merawat penyakit 
genetis. Selain mempersiapkan bank itu, para ilmuwan juga telah 
mengidentifikasi gen-gen yang menyebabkan penyakit, hipertensi, misalnya. Lebih 
dari 6.600 penyakit dikenal dapat menyebabkan berbagai penyakit fatal dan 
kronis. Seperti penyakit jantung koroner, diabetes, kanker, dan penyakit yang 
menurunkan kekebalan tubuh. (xinhua/dia


[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Exotic dancers banned from performing at funerals in China

2006-08-25 Terurut Topik Ambon
http://news.independent.co.uk/world/asia/article1221634.ece

Exotic dancers banned from performing at funerals in China 
By Clifford Coonan 
Published: 25 August 2006 

A striptease show is not what most mourners would expect at a funeral. But the 
more people that come to a funeral in China, the better the deceased is likely 
to fare in the afterlife, which is why some families have taken to hiring 
exotic dancers to keep attendance figures high. 

Now Chinese officials are cracking down after the state broadcaster, CCTV, ran 
a report about two groups of strippers performing at a farmer's funeral in the 
eastern province of Jiangsu.

The next day, police arrested the organisers and five women for obscene 
performances. Local officials were told they must submit plans for funerals 
within 12 hours after a villager dies. Exotic dancing is off the menu - and 
residents can report funeral misdeeds on a special hotline for a reward of 
£20.

In China mourners wear white, not black, and funeral processions are led by men 
clashing cymbals and playing musical instruments. Other mourners set off 
firecrackers.

But striptease had also become a popular way of luring more people to funerals. 
Wealthy families will often employ two dance troupes. And it can pay off - 
there were more than 200 spectators at the funeral in Jiangsu.

For £200, dancers will stand on top of a van singing and dancing. Once the van 
gets to the cemetery, the women strip off.

Two years ago, a family in the southern province of Fujian paid a dance troupe 
£80 to take part in a funeral service for their 70-year-old grandmother. Five 
women danced around in their underwear and attracted an audience of about 20. 

A striptease show is not what most mourners would expect at a funeral. But the 
more people that come to a funeral in China, the better the deceased is likely 
to fare in the afterlife, which is why some families have taken to hiring 
exotic dancers to keep attendance figures high. 

Now Chinese officials are cracking down after the state broadcaster, CCTV, ran 
a report about two groups of strippers performing at a farmer's funeral in the 
eastern province of Jiangsu.

The next day, police arrested the organisers and five women for obscene 
performances. Local officials were told they must submit plans for funerals 
within 12 hours after a villager dies. Exotic dancing is off the menu - and 
residents can report funeral misdeeds on a special hotline for a reward of 
£20.

In China mourners wear white, not black, and funeral processions are led by men 
clashing cymbals and playing musical instruments. Other mourners set off 
firecrackers.

But striptease had also become a popular way of luring more people to funerals. 
Wealthy families will often employ two dance troupes. And it can pay off - 
there were more than 200 spectators at the funeral in Jiangsu.

For £200, dancers will stand on top of a van singing and dancing. Once the van 
gets to the cemetery, the women strip off.

Two years ago, a family in the southern province of Fujian paid a dance troupe 
£80 to take part in a funeral service for their 70-year-old grandmother. Five 
women danced around in their underwear and attracted an audience of about 20. 


[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Konflik Agama Akan Ditangani Majelis Agama

2006-08-25 Terurut Topik Ambon
http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2006/08/24/brk,20060824-82516,id.html



Konflik Agama Akan Ditangani Majelis Agama
Kamis, 24 Agustus 2006 | 14:33 WIB 



TEMPO Interaktif, Jakarta:Kongres Pemuka Agama Se-Indonesia merekomendasikan 
untuk mengaktifkan kembali majelis-majelis agama di daerah. Majelis agama itu 
berfungsi untuk menyelesaikan konflik umat beragama. Dengan adanya mejelis 
agama diharapkan setiap konflik dapat dibicarakan secara internal melalui 
majelis agama, kata Sekretaris Jenderal Departemen Agama Bahrul Hayat 
seusai penutupan Kongres Pemuka Agama Se-Indonesia tadi. 

Menurut Bahrul bentuk dari konflik yang terjadi mungkin bermacam-macam dan 
tidak selalu bermuara kearah agama. Masalah sosial, politik dan ekonomi menjadi 
faktor pemicu yang tak kalah penting dalam memunculkan konflik itu. 

Sebenarnya tidak selalu harus bermuara ke arah agama. Situasi sosial politik 
dan ekonomi bisa menjadi pemicu konflik. Tetapi kami ingin agama menjadi 
perekat dan penyelesai dari konflik-konflik yang ada, kata Bahrul. Karenanya 
mengapa majelis-majelis agama yang ada di daerah menurut Bahrul harus segera 
diaktifkan kembali. 

Kongres Pemuka Agama Se-Indonesia yang kemarin ditutup oleh Menteri Agama 
Maftuh Basyuni itu diharapkan mampu menyelesaikan konflik agama yang 
akhir-akhir ini sering terjadi secara internal. 
Kongres merekomendasikan negara menjamin kebebasan beribadat dan mendorong 
peningkatan penghayatan serta pengamatan nilai-nilai agama yang dianut oleh 
masing-masing pemeluknya, menindak lanjuti hasil kongres dan memberdayakan 
forum kerukunan antar umat beragama dalam meningkatkan kesejahteraan dan 
kerukunan umat beragama. 

Kongres juga menyepakati Pancasila sebagai etika bersama dalam kehidupan 
berbangsa dan bernegara. Kedua merancang keberagaman ke depan secara lebih 
dewasa dan yang terakhir merumuskan aksi bersama umat beragama menghadapi 
tantangan global dan internal bangsa. 
Titis Setianingtyas 

Kamis, 24 Agustus 2006 | 14:33 WIB 



TEMPO Interaktif, Jakarta:Kongres Pemuka Agama Se-Indonesia merekomendasikan 
untuk mengaktifkan kembali majelis-majelis agama di daerah. Majelis agama itu 
berfungsi untuk menyelesaikan konflik umat beragama. Dengan adanya mejelis 
agama diharapkan setiap konflik dapat dibicarakan secara internal melalui 
majelis agama, kata Sekretaris Jenderal Departemen Agama Bahrul Hayat 
seusai penutupan Kongres Pemuka Agama Se-Indonesia tadi. 

Menurut Bahrul bentuk dari konflik yang terjadi mungkin bermacam-macam dan 
tidak selalu bermuara kearah agama. Masalah sosial, politik dan ekonomi menjadi 
faktor pemicu yang tak kalah penting dalam memunculkan konflik itu. 

Sebenarnya tidak selalu harus bermuara ke arah agama. Situasi sosial politik 
dan ekonomi bisa menjadi pemicu konflik. Tetapi kami ingin agama menjadi 
perekat dan penyelesai dari konflik-konflik yang ada, kata Bahrul. Karenanya 
mengapa majelis-majelis agama yang ada di daerah menurut Bahrul harus segera 
diaktifkan kembali. 

Kongres Pemuka Agama Se-Indonesia yang kemarin ditutup oleh Menteri Agama 
Maftuh Basyuni itu diharapkan mampu menyelesaikan konflik agama yang 
akhir-akhir ini sering terjadi secara internal. 
Kongres merekomendasikan negara menjamin kebebasan beribadat dan mendorong 
peningkatan penghayatan serta pengamatan nilai-nilai agama yang dianut oleh 
masing-masing pemeluknya, menindak lanjuti hasil kongres dan memberdayakan 
forum kerukunan antar umat beragama dalam meningkatkan kesejahteraan dan 
kerukunan umat beragama. 

Kongres juga menyepakati Pancasila sebagai etika bersama dalam kehidupan 
berbangsa dan bernegara. Kedua merancang keberagaman ke depan secara lebih 
dewasa dan yang terakhir merumuskan aksi bersama umat beragama menghadapi 
tantangan global dan internal bangsa. 
Titis Setianingtyas 


[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Memupus Hantu SBKRI

2006-08-16 Terurut Topik Ambon
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/082006/16/1101.htm


UU Kewarganegaraan Masih Diskriminatif?
Memupus Hantu SBKRI
Oleh SUHIRLAN A. dan AZANUL ARIF 


LAGU kebangsaan Indonesia Raya mengalun syahdu di restoran mewah di Jln. Kakap, 
Pasar Ikan, Jakarta Utara, Sabtu (11/8) pagi. Sekira lima ratus orang dari 
etnis Tionghoa berkumpul dan berdiskusi setelah disahkannya Undang-undang No. 
12/2006 tentang Kewarganegaraan RI. Mereka berharap, UU ini menjadi akhir dari 
diskriminasi yang mereka terima dari birokrasi dan masyarakat selama ini.

Sebetulnya, praktik diskriminasi pengurusan administrasi yang tertele-tele 
terhadap warga keturunan Tionghoa, bukan cerita baru. Salah satu bentuk 
diskriminasi yang terjadi di Indonesia adalah penerapan ketentuan tentang Surat 
Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia, atau yang lebih populer disebut 
SBKRI. Hampir semua urusan vital seperti membuat KTP, paspor, masuk sekolah 
hingga membuka rekening bank mengharuskan mereka untuk menunjukkan SBKRI. 

Untuk mendapatkan SBKRI ternyata tidak mudah, harus melalui perjuangan keras 
yang menghabiskan begitu banyak dana, daya, dan waktu. 

SBKRI adalah pokok masalah yang dihadapi warga keturunan Tionghoa dari dulu 
hingga sekarang. Sebetulnya, Presiden Abdurrahman Wahid dan Presiden Megawati 
telah menegaskan bahwa warga keturunan Tionghoa adalah juga WNI sehingga tidak 
perlu lagi SBKRI. Namun, kebijakan itu tidak berjalan di birokrasi. Penyebabnya 
adalah belum dicabutnya peraturan tentang pemberlakuan SBKRI.

Jika merunut sejarah, pemberlakuan SBKRI terhadap keturunan Tionghoa karena 
faktor politis dan keamanan. Dasar hukum SBKRI adalah Undang-Undang No. 62 
tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia yang dikeluarkan oleh 
Menteri Kehakiman G.A. Maengkom dan disahkan oleh Presiden Soekarno. 

Saat itu, ada konsekuensi dari klaim politik pemerintahan Mao Tse Tung bahwa 
semua orang Cina di seluruh dunia termasuk Indonesia adalah warga negara 
Republik Rakyat Tiongkok karena asas ius sanguinis. Asas itu menganut 
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara 
tempat kelahiran. Melalui Peraturan Pemerintah No 20/1959 tentang Pelaksanaan 
Undang-Undang tentang Persetujuan Antara Republik Indonesia dan Republik Rakyat 
Tiongkok, ada pengelompokan WNI yakni WNI tunggal dan pemilihan 
dwikewarganegaraan RI-RRT.

Sebenarnya, permasalahan dwikewarganegaraan sudah selesai ketika terbitnya UU 
No. 4/1969. Dalam penjelasan umum UU itu, permasalahan status WNI Tionghoa 
sudah terselesaikan dan anak-anak WNI Tionghoa yang lahir setelah tanggal 20 
Januari 1962 sudah menjadi WNI tunggal. Sementara itu, WNI Tionghoa dewasa 
tidak diperbolehkan lagi untuk memilih kewarganegaraan lain-selain 
kewarganegaraan Indonesia dan tidak perlu lagi membuktikan kewarganegaraan 
dengan SBKRI.

Pada era Presiden Soeharto pun telah mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) 
Nomor 56 Tahun 1996 tentang Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia. Salah 
satu butirnya adalah pemenuhan kebutuhan persyaratan untuk kepentingan tertentu 
tersebut cukup menggunakan kartu tanda penduduk, atau kartu keluarga (KK), atau 
akte kelahiran. Dengan berlakunya keputusan presiden ini, maka segala peraturan 
perundang-undangan untuk kepentingan tertentu mempersyaratkan SBKRI, dinyatakan 
tidak berlaku lagi.

Nyatanya tidak demikian. Warga keturunan Tionghoa masih tetap mengalami 
diskriminasi. Tidak hanya yang warga Tionghoa biasa tapi juga mereka yang telah 
berjasa kepada republik ini. Pasangan pebulu tangkis nasional peraih emas 
Olimpiade Barcelona 1992, Alan Budikusumah dan Susi Susanti pernah mengeluhkan 
proses administrasi pengurusan paspor yang berbelit-belit. 

Padahal, saat itu mereka akan mewakili Indonesia menjadi pembawa obor olimpiade 
Athena, Yunani. Untunglah, Alan dan Susi berkesempatan mengadukan masalah ini 
pada Presiden Megawati, sehingga menjadi beres. Tapi bagaimana dengan jutaan 
warga keturunan lainnya?

Lahirnya UU No.12/2006 tentang Kewarganegaraan RI sebenarnya 'kembali' 
mempertegas komitmen menyangkut penghapusan diskriminasi antara warga pribumi 
dan nonpribumi (warga negara turunan) ditengah-tengah masyarakat maupun 
pemerintahan. 

Anggota DPR RI Murdaya Poo mengungkapkan, UU Kewarganegaraan yang baru disahkan 
ini lebih komprehensif dan antidiskriminasi daripada aturan-aturan 
kewarganegaran sebelumnya. Salah satunya, yakni dihapuskannya keraguan terhadap 
warga Indonesia asli dan bukan asli.

Tapi bagi Ketua Umum Gerakan Perjuangan Anti Diskriminasi Indonesia (GANDI), 
Wahyu effendi, UU ini belum menyelesaikan masalah diskirminasi yang dialami 
oleh etnis Tionghoa. Undang-undang yang baru ini justru menjadi satu sumber 
yang sangat diskriminatif karena masih mencantumkan kata asli dan tidak asli. 
Bahkan, untuk mengambil keputusan kata asli dalam UU tersebut, harus 
diselesaikan lewat jalur lobi antarfraksi.

Dalam pasal 2 BAB I Ketentuan Umum disebutkan, Yang menjadi warga negara 
Indonesia 

[budaya_tionghua] Perlu Pemutihan Kewarganegaraan Etnis Tionghoa

2006-08-14 Terurut Topik Ambon
http://www.suarapembaruan.com/News/2006/08/14/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
Perlu Pemutihan Kewarganegaraan Etnis Tionghoa

[JAKARTA] Masyarakat etnis Tionghoa Indonesia menyambut baik lahirnya Undang 
Undang Kewarganegaraan. Pasalnya, dalam produk hukum yang lahir pada tanggal 11 
Juli 2006 itu Surat Bukti Kewarganegaraan RI (SBKRI) tidak disinggung- dan 
dengan sendirinya bukti kewarganegaraan cukup dengan akta lahir dan KTP. Perlu 
ada pemutihan kewarganegaraan bagi etnis Tionghoa yang secara turun-temurun 
tidak punya KTP dan akta kelahiran karena mereka tidak memiliki uang untuk 
mengurusnya. 

Namun, selama dasar pengaturan pencatatan sipil Indonesia masih berdasarkan 
reglement dan staatsblad kolonial Belanda yang membeda-bedakan status sosial 
penduduk, maka masih tetap saja timbul masalah dalam pengurusan akta lahir, 
KTP, akta perkawinan dan akta perceraian. Karena bagi golongan Tionghoa masih 
berlaku staatsblad tahun 1917 yang tidak dinyatakan dicabut dalam UU 
Kewarganegaraan yang baru, ujar Benny G Setiono, pengamat sosial dan pemerhati 
etnis Tionghoa dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Indonesia 
Tionghoa di Jakarta, Sabtu (12/8). 

Menurut Benny, masalahnya bagaimana dengan orang-orang Tionghoa yang tidak 
mempunyai akta lahir karena orang tuanya seca-ra turun-temurun tidak pernah 
mencatatkan perka- winananya seperti orang Tionghoa yang biasa disebut dengan 
Cina Benteng. Nenek moyang mereka pada umumnya telah ratusan tahun datang di 
Indonesia dan hidup membaur. 

Secara fisik, lanjutnya, mereka sudah tidak berbeda dengan penduduk asli di 
tempat mereka berdiam. Pada umumnya mereka bekerja sebagai petani dan 
berpendidikan serta berpenghasilan sangat rendah. Sampai saat ini jumlah etnis 
Tionghoa seperti itu ratusan ribu jumlahnya di seluruh Indonesia. Apakah 
dengan sendirinya nantinya meraka tetap tidak dinyatakan bukan warga negara 
Indonesia. Seyogyanya perlu ada pemutihan agar masalah kewarganageraan ini 
tuntas dan tidak meninggalkan sisa lagi, tegasnya. 

Dikatakan, perlu disadari bahwa di samping UU Kewarganegaraan ini, masyarakat 
Tionghoa masih menunggu lahirnya UU tentang administrasi kependudukan yang saat 
ini masih digodok di DPR untuk menggantikan staatsblad mengenai catatan sipil. 
Sekarang kita kembali ke pertanyaan apakah dengan lahirnya UU Kewarganegaraan 
2006 etnis Tionghoa tidak akan mengalami bentuk-bentuk diskriminasi lainnya 
atau menjadi korban teror, amuk massa dan pemerasan lagi. 

Peraturan-peraturan diskriminatif yang ada, termasuk mengenai catatan sipil, 
pada hakikatnya bersifat administratif. Namun, karena sifat keperdataan yang 
terkandung dalam pencatatan sipil, praktek segregatif dan diskriminatif 
tersebut mengakibatkan praktek pembatasan dan diskrimi-nasi hak-hak sipil 
terhadap sebagian WNI. [E-5] 


Last modified: 13/8/06 

[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Meminta Penjelasan

2006-08-08 Terurut Topik Ambon
No. :  232/SK/06
Hal : Meminta Penjelasan
Lamp : -

Kepada yth, Jakarta, 14 Juli 2006
Kepala Administrasi Kependudukan - Depdagri
Jln. Kalibata - Jakarta 

Dengan hormat,

Undang-undang Warganegara yang sudah menghapus SBKRI
telah diresmikan dan ini akan menjadi tonggak
pembenahan status hukum orang-orang Cina Indonesia.
Kami dari Lembaga Anti Diskriminasi di Indonesia
(LADI) mendampingi kaum Cina Benteng (Cina miskin)
yang tidak memiliki SBKRI masih ada masalah yang
menggantung. Rombongan dari Kelurahan Tegal Alur,
Kecamatan Kalideres terdiri dari 10 ibu memperoleh
fasilitas gratis pembuatan Akte Lahir dengan Surat
Keputusan DPRD DKI Jakarta. 4 ibu dengan 20 anggota
keluarganya yang berusia 17tahun ke atas tidak
memiliki KTP karena tidak memiliki SBKRI. Kantor Capil
DKI Jakarta menganjurkan LADI untuk mengidentifikasi
sebanyak-banyaknya kasus orang-orang tidak ber-SBKRI
di kalangan Cina miskin maka kami tambahkan dengan
penduduk Kampung belakang, Kelurahan Kamal, Kecamatan
Kalideres. Namun Capil DKI Jakarta sedang menunggu
policy dari Adminduk dan Dephakim mengenai
penanganannya karena ada interpretasi yang
berbeda-beda dari instansi pemerintah:
1.Setelah UU Warganegara diresmikan dan masa menunggu
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah dalam 6 bulan
seperti diatur dalam UU tersebut, apakah SBKRI masih
diberlakukan untuk Pencatatan Sipil dan Kependudukan,
seperti interpretasi Polsus Capil DKI Jakarta terhadap
pasal 3:2 Keppres 56/96
2.Sementara Bapak Warnoto, Kabag SBKRI di Dephukam,
mengatakan kantornya sudah tidak memproduksi SBKRI
lagi maka tidak ada alasan Capil DKI Jakarta meminta
policy khusus dari Dephukam untuk memberikan instruksi
pada Adminduk atau Depdagri untuk kasus-kasus orang
tidak ber-SBKRI. Alasan mereka didasarkan pada pasal 5
Keppres 56/96 yang sudah mencabut SBKRI
Interpretasi yang membingungkan dari instansi
pemerintah ini mohon diluruskan secara tertulis
berkenaan dengan apa keputusan pemerintah yang bakal
ditelurkan nantinya ke dalam Peraturan Pemerintah
pelaksanaan dari UU Warganegara?  Dengan adanya
jawaban dari Bapak, kami bisa tunjukkan pada
lembaga-lembaga yang membutuhkan jawaban ini. Kami
juga mengharapkan agar sosialisasi dan pengawasan
pelaksanaan UU warganegara bisa dilakukan di komunitas
Cina Benteng karena mereka apatis terhadap pemerintah
sehingga perlu dilakukan di beberapa tempat dan
beberapa kali hingga clear.

Wasallam,


Rebeka Harsono MA.,
Pelaksana Harian LADI



[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Setelah 61 Tahun Merdeka

2006-07-26 Terurut Topik Ambon
MODUS
Senin, 24/7/06 15:30 WIB

 

Setelah 61 Tahun Merdeka 
Oleh: Tan Swie Ling*) 


Di dalam tahun '33 saya telah menulis satu risalah. Risalah yang bernama 
Mencapai Indonesia Merdeka.Maka di dalam risalah tahun '33 itu, telah saya 
katakan, bahwa kemerdekaan, politike onafhankelijkheid, political independence, 
ta' lain dan ta' bukan, ialah satu djembatan, satu djembatan emas. Saya katakan 
di dalam kitab itu bahwa diseberangnya djembatan itulah kita sempurnakan kita 
punya masyarakat(Bung Karno, dalam Pidato Lahirnya Pancasila).

Kini 61 tahun sudah bangsa Indonesia berada diseberang Djembatan emas. Coba 
kita lihat pada satu contoh kecilnya saja yang sehari-hari mudah kita lihat 
menyuguhkan kenyataan. Bahwa sampai dengan usia 61 tahun kemerdekaan, di 
Jakarta yang Ibu Kota Negara,pemerintah belum mampu menyediakan angkutan umum 
yang baik. Maksudnya angkutan umum yang bebas dari pencopet dan penodong. Bebas 
dari silih bergantinya para pengemis- yang sesungguhnya kewajiban negara untuk 
mengurusnya-, baik yang bergaya nelangsa maupun yang bergaya preman pemaksa 
rakyat kecil, leluasa naik ke dalam bus-bus padat penumpang. Para pengemis yang 
bukan saja mengganggu secara materi, bahkan sekaligus juga menyakiti hati. 
Mereka meminta-minta. Tapi bahasa mereka selalu membuat perasaan jadi terluka. 
Betapa tidak, kalau ucapan mengemisnya seperti ini: Bapak/Ibu. Saya baru 
keluar dari penjara. Bantulah saya. Uang seribu-duaribu yang tidak ada artinya 
bagi anda akan mencegah saya kembali masuk penjara karena terpaksa menodong 
lagi. Atau: Mohon maaf, kalau kehadiran saya mengganggu. Maksud saya bukan 
begitu. Saya tidak ingin melakukan sesuatu yang tidak halal. Hanya karena susah 
mendapat kerja, saya di sini minta bantuan. Jadi, bukan kesombongan atau 
keangkuhan yang saya harapkan, melainkan bantuan. Dan kata-kata ini justru 
diulang-ulang. Seperti hasil rekaman yang dihafal oleh komunitas pengemis. Yang 
membuat pengemis yang berbeda mengucapkan kata-kata yang sama. Bukan 
keangkuhan atau kesombongan, melainkan bantuan. Hargailah usaha saya ini. 

Suatu hal yang membuat masyarakat kecil yang sebelum merdeka, yang kemana saja 
bepergian menggunakan jasa angkutan yang ada merasa aman-aman saja ternyata, 
justru di zaman merdeka yang sudah 61 tahun umurnya sekarang ini, sama sekali 
tidak merasa enak apa lagi nyaman berada di dalam bus-bus kota. Padahal, 
masyarakat terpaksa bersedia naik angkutan umum yang rawan 
penodongan/pencopetan, sebab tidak mampu naik taksi. Tapi ternyata, naik Metro 
Mini atau Kopaja yang jauh dekat taripnya Rp 2.000,- toh akibat terpaksa 
memberi para pengemis, apalagi kalau ditambah dengan para pengamen 
dewasa/bergitar ataupun pengamen cilik/berecrek-ecrek dari sejumlah tutup botol 
yang dipantek pada sebuah tangkai kayu, menyebabkan beaya transportasi 
masyarakat kecil yang dipikulnya jadi sangat menggerogoti beaya untuk dapurnya. 
Mengingat dalam satu rute perjalanan Metro Mini atau Kopaja, secara bergantian 
bisa naik kurang-lebih sepuluh pengamen dan pengemis yang bergaya preman 
pemaksa. Belum lagi, memberi atau tidak memberi para pengemis tersebut, toh 
masyarakat pengguna jasa angkutan umum tersebut tetap saja tidak terbebas dari 
caci-maki dan sumpah serapah para pengemis yang merasa tidak puas terhadap para 
penumpang. Begini sumpah-serapah mereka: berjilbab, tapi tidak 
berperikemanusiaan, atau diminta baik-baik tidak acuh, rupanya memang lebih 
suka dirampok saja. Itu tadi para pengamen dan pengemis di atas angkutan umum.

Kalau ditambah dengan jumlah para pengemis yang mangkal ditiap perapatan jalan, 
maka mulai mereka yang kakek-kakek-nenek-nenak sampai kepada bayi sendiri 
maupun bayi sewaan yang digendong-gendongnya untuk mengetuk belas kasihan hati 
sasaran yang diemisnya, maka luar biasalah banyaknya jumlah pengemis di dalam 
republik ini. Dan kalau banyaknya jumlah pengemis tersebut dipadukan dengan 
kualitas sikap-laku dari gaya nelangsa berubah jadi preman pemaksa, maka 
alangkah menyedihkannya kondisi Republik kita di usianya yang 61 tahun ini. 
Lalu, dengan kenyataan ini siapa berani menyatakan masyarakat telah 
tersempurnakan, setelah 61 tahun merdeka? Dan kalau oleh sebab itu timbul 
celetukan, terperbaiki saja belum apalagi tersempurnakan, dan seterusnya 
disusul pertanyaan yang berbunyi kenapa begitu, kita jadi bingung kan? Karena 
kondisi kehidupan bangsa kita ini memeng benar-benar membingungkan. 
Sampai-sampai, untuk menutupi kebingungan, Bapak Wapres kita memilih 
berkelakar. Dan berkatalah Pak JK dalam kelakarnya:  - Pemerintah seharusnya 
juga menitipkan promosi pariwisata kepada para TKI di Timur Tengah. -Kalau ada 
masalah Janda di Puncak itu urusan lain. Jadi orang-orang Arab yang menjadi 
janda-janda di kawasan puncak bisa memperbaiki keturunan. ..-Nanti mendapat 
rumah kecil, rumah BTN, ini artinya kan sah-sah saja. 
(BBC.INDONESIA.COM/2906006). 

Tentu saja menghadapi kenyataan ini, sebagai bangsa semangat kita tidak boleh 
runtuh. 

Re: [budaya_tionghua] Milis ini makin ga penting

2006-07-24 Terurut Topik Ambon
Masing-masing anggota mempunyai peranan untuk membuat milis menjadi penting.

- Original Message - 
From: astri rahadi [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, July 24, 2006 11:17 AM
Subject: [budaya_tionghua] Milis ini makin ga penting


 salam

  saya sebagai anak kecil mohon kepada yang merasa dewasa d milis ini untuk 
 memberi contoh yang baik bagaimana etika berbicara dalam sebuah forum. klo 
 mo menjelek2an..pake japri aja deh..klo ada topik yg dirasa 
 sensitif..mending ngasih tanggepannya via japri aja deh..daripada makin 
 panjang ky gini..

  ato klo mo diterusin..bikin aja milis baru denan nama milis sampah..krn 
 lebih banyak isinya yg g penting n penuh emosi negatif..silakan deh saling 
 hujat dsitu..

  bikin g nyaman aja...kita kan g bs ngandelin modie terus buat seleksi 
 imel masuk...tolong dong sadar sendiri...udah gede kan..

  salam
  achie yg mulai berpikir klo nama milis budaya tionghoa dganti aja jd 
 milis mari saling hujat ato milis sampah

 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
 http://mail.yahoo.com

 [Non-text portions of this message have been removed]







 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
 Yahoo! Groups Links








 -- 
 No virus found in this incoming message.
 Checked by AVG Free Edition.
 Version: 7.1.394 / Virus Database: 268.10.3/395 - Release Date: 7/21/2006

 






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Masyarakat Tionghoa Buka Posko Advokasi Terkait Penetapan UU Kewarganegaraan

2006-07-16 Terurut Topik Ambon
hAIRAN ANALISA
Edisi Senin, 17 Juli 2006 

Masyarakat Tionghoa Buka Posko Advokasi Terkait Penetapan UU Kewarganegaraan 

Jakarta, (Analisa) 

Masyarakat Tionghoa yang tergabung dalam Perhimpunan Masyarakat Tionghoa 
(Permata) Indonesia akan membuka posko-posko pengaduan dari tingkat pusat 
sampai daerah untuk memantau pelaksanaan Undang-undang Kewarganegaraan yang 
disahkan 11 Juli lalu. 

Rencananya dalam waktu dekat ini kami akan membuka posko advokasi atau 
pengaduan di 15 wilayah yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Banten, Bangka 
Belitung, Kalimantan Barat dan segera dikembangkan basis-basis percinaan di 
tempat lain, kata Ketua Umum Permata Indonesia, Yudi Frianto, di Jakarta, 
Sabtu (15/7). 

Ia mengatakan pembukaan posko-posko tersebut juga akan dikoordinasikan dengan 
pihak pemerintah dan DPR setempat. 

Menurutnya, dibukanya posko tersebut dimaksudkan untuk meminimalkan terjadinya 
penyimpangan di lapangan dalam implementasi dan pelaksanaan UU Kewarganegaraan. 

Yudi mengatakan, pihaknya berterima kasih kepada pemerintah dan DPR RI yang 
telah bekerja keras dan terbuka menerima aspirasi masyarakat Tionghoa yang 
selama ini terpinggirkan sehingga UU Kewarganegaraan disetujui dan disahkan. 

Pemerintah telah memenuhi janjinya kepada masyarakat Tionghoa untuk menghapus 
Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SKBRI) dalam pengurusan yang 
terkait kewarganegaraan, katanya. 

Ia mengatakan, pihaknya akan membantu pemerintah mensosialisasikan UU 
Kewarganegaraan dan ikut mendorong pemerintah menyusun Peraturan Pemerintah 
sebagai implementasi pelaksanaan UU Kewarganegaraan sehingga penyusunan PP 
dapat selesai sesuai tenggat waktu yang telah ditentukan. 

Pihaknya mengajak semua komponen masyarakat untuk mengawasi implementasi UU 
Kewarganegaraan baru itu sehingga masyarakat Tionghoa Indonesia dapat menerima 
perlakuan yang sesuai dengan yang telah digariskan UU kewarganegaraan. 

Secara umum Permata Indonesia dengan jumlah anggota sekitar 10.000 orang 
menyambut baik disahkannya UU ini. Namun kami berharap jangan ada penyimpanan 
dalam pelaksanaannya. Dan kami minta pemerintah untuk juga merealisasikan 
janji-janji lain, seperti peningkatan kesejahteraan rakyat dan pemberantasan 
korupsi, katanya. 

Sementara itu, Dori Farabi, salah satu masyarakat Tionghoa yang menjadi 
Penasehat Permata, meminta pemerintah menindak tegas siapa pun yang melanggar 
UU itu, dan mengantisipasi kemungkinan masih adanya pungutan atau pemerasan 
terhadap masyarakat Tionghoa saat mengurus surat-surat kewarganegaraan. 

Kami berharap pemerintah tegas kepada oknum-oknum pemungut pungli setelah UU 
Kewarganegaraan ini disahkan, katanya. 

Senada dengan itu, Fenty, warga Tinghoa Indonesia yang tinggal di Kramatjati, 
Jakarta Timur, berharap pelaksanaan UU Kewarganegaraan yang baru ini berjalan 
dengan baik sehingga terwujud keharmonisan hidup antar masyarakat bahkan sampai 
pergantian pemimpin baru. 

Ia mengaku lega setelah UU itu disahkan sehingga dia ingin di masa depan tidak 
ada lagi perlakuan diskriminatif kepada masyarakat Tionghoa dalam hal apa pun. 
(Ant) 



[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Something is new at Yahoo! Groups.  Check out the enhanced email design.
http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Dari Kwik hingga Tommy

2006-07-14 Terurut Topik Ambon
http://www.bangkapos.com/berita.php?action=bacahalaman=1topik=1id=41539



Warga Tionghoa bisa jadi Presiden



 

  Dari Kwik  hingga  Tommy

   
 

  JAKARTA ~~ Sejak lahirnya UU Kewarganegaraan, warga Tionghoa mulai tidak 
malu~malu menginear jabatan presiden ataupun wakil presiden. Beberapa nama 
warga Tionghoa mulai mencuat dan disebut sebagai kandidat kuat untuk posisi 
tersebut.

   
 

  Bendahara Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 
Bambang Sungkono mengatakan itu kepada Bangka Pos Group di Jakarta, Rabu (12/7).
 



  Kami menyambut UU ini dengan penuh suka dta. Indonesia adalah negeri 
vang penuh dengan keanekaragaman. Sejak dulu sava selalu mempertanyakan konsep 
pribumi dan nonpriburni itu tidak jelas. Jika orang Sunda ke Padang, kan mereka 
di sebu t nonpribumi, kata Bambang '  Yang terlahir dengan nama Wu Kwo Hau.
 



  Menurut Bambang, di kalangan komunitas Tionghoa, sudah mulai ada beberapa 
nama vang disebut. sebut layak memimpin negeri ini. la membaginya berdasarkan 
dua kategori yaitu kelompok profesional dan pengusaha.
 






  Dari kelompok profesional, ia menyebut nama Kwik Kian Gie, Mari Elka 
Pangestu, serta Alvin Lie Sedang dari pengusaha ia menyebut nama Tommy Winata 
serta sejumlah pengusaha lainnya. Tentu saja, harus dilihat dulu apakah 
bisnisnya fair atau tidak. Sava juga sangat melihat aspe k vang sifatnya 
pribadi. Kalau kepribadian serta bisnisnya nggak bener, maka jelas dia tidak 
layak. Kita juga harus melihat track record-nya, katanya.
 



  UU Kewarganegaraan menjadi produk hukum vang sangat revolusioner untuk 
mengatasl diskriminasi. Dalam pasal 2 disebutkan kalau warga negara Indonesia 
adalah mereka vang sejak lahir mendapatkan kewarganegaraan Indonesia dan belum 
pernah mendapat warga negara asing.
 



  Menurut Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin, artinya warga keturunan 
berhak untuk rnenjadi presiden. Sebab mereka masuk dalam kategori sebagai orang 
Indonesia asli.
 



  Kemudian dalam penjelasan UU itu disebutkan kalau kategori Indonesia ahli 
adalah mereka 'lang sejak lahir jadi warga negara Indonesia dan tidak pernah 
mendapatkan kewarganegaraan la1llnya.
 



  Dihubungi secara terpisah, Rudianto Tjen warga keturunan Tionghoa asat 
Bangka Belitung vang saat ini menjadi anggota DPR RI menyambut baik UU 
Kewarganegaraan. la menilai LJU ini adalah capaian revolusioner bagi warga 
keturunan sehingga memiliki hak politik vang sama dengan 'lang lainnya.
 



  Politisi PDIP ini tidak menampik kalau mulai banyak warga Tionghoa 'lang 
bakal menealonkan figul Tionghoa. la menilainya sebagai bagian dari ekspresi 
politik 'lang harus dihargai.
 



  Pokoknya, kalau banyak nama vang mencuat maka itu adalah hak mereka. 
Yang penting adalah ekspresi politik mereka bisa tersalurkan. Hallain 'lang 
penting adalah UU ini telah membebaskan mereka dari hal 'lang sifatnya 
diskriminasi,  katanya.
 


[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Pri-Nonpri Dihapus

2006-07-11 Terurut Topik Ambon
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2006/7/12/n2.htm

UU Kewarganegaraan Baru Disetujui 
* Pri-Nonpri Dihapus 


Jakarta (Bali Post) - 
DPR-RI menyetujui RUU Kewarganegaraan menjadi undang-undang (UU), Selasa (11/7) 
kemarin. Dengan UU baru ini, Surat Keterangan Bukti Kewarganegaraan Indonesia  
(SKBRI) tidak diperlukan lagi oleh warga keturunan sebagai pembuktian 
kewarganegaraan seseorang. Selain itu, ke depan tidak dikenal lagi istilah 
orang Indonesia asli atau bukan asli, karena yang disebut WNI adalah orang 
Indonesia yang lahir sejak kelahirannya.

Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin mengatakan UU Kewarganegaraan yang baru 
sebagai pengganti UU No.62/1958 tentang Kewarganegaraan RI. Hamid menilai UU 
baru merupakan tatanan baru yang mengubah paradigma dan perilaku tentang 
persoalan kewarganegaraan. Dengan demikian, perdebatan sia-sia yang 
diskriminatif dan konfliktif tentang asli dan tidak asli, itu dihapus, kata 
Hamid.

UU baru ini, imbuhnya, juga mengatur tentang perdebatan status anak hasil 
perkawinan campur. Ke depan, Indonesia menganut prinsip kewarganegaraan ganda 
terbatas. Anak Indonesia yang lahir di negara-negara yang menganut prinsip ius 
soli (menjadi warga negara karena kelahiran) seperti di Amerika Serikat, 
menurutnya, bisa menjadi warga negara di mana ia lahir, tetapi bisa juga 
menjadi WNI. Hingga ia berusia 18 tahun untuk bisa menentukan sendiri 
pilihannya. 

Ketua Pansus RUU Kewarganegaraan Slamet Effendi Yusuf mengatakan, UU baru 
menghapus perdebatan tentang warga negara Indonesia asli atau bukan. Pasal 2 UU 
Kewarganegaraan mengatur tentang siapa yang menjadi warga negara yang merujuk 
pada Pasal 26 UUD 1945 yang berbunyi yaitu ''Yang menjadi WNI adalah 
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan 
dengan UU sebagai warga negara''.

Juru bicara Fraksi PDI Perjuangan Murdaya Poo mengatakan, dalam RUU baru ini 
tidak diperlukan lagi segela macam pembuktian kewarganegaraan seseorang. Tidak 
diperlukan lagi segala macam pembuktian kewarganegaraan seseorang seperti 
SKBRI, karena setiap orang menjadi WNI sejak kelahirannya, kata Poo.

Juru bicara Fraksi Partai Golkar Bomer Pasaribu mengatakan, dengan penjelasan 
Pasal 2 tersebut, maka berakhirlah perdebatan panjang tentang orang Indonesia 
asli dan bukan asli. Dengan UU ini memberi kejelasan untuk mendapat 
kewarganegaraan, kata Bomer. (kmb4)


[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Something is new at Yahoo! Groups.  Check out the enhanced email design.
http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Tionghoa Bisa Jadi Presiden

2006-07-11 Terurut Topik Ambon
http://www.indomedia.com/bpost/072006/12/depan/utama1.htm

Tionghoa Bisa Jadi Presiden

Jakarta, BPost
Warga keturunan Tionghoa maupun suku bangsa lainnya, kini bisa tersenyum lega. 
Mereka yang sebelumnya merasa terdiskriminasi, kini memiliki hak-hak politik 
yang sama. Bahkan mereka bisa maju dalam pencalonan presiden.

Hal itu tertuang dalam Rancangan Undang Undang (RUU) Kewarganegaraan yang telah 
disahkan menjadi Undang-Undang oleh DPR RI, Selasa (11/7). Pembahasan RUU 
Kewarganegaraan berlangsung cukup alot, bahkan disertai isak tangis. 

Sekarang, warga Tionghoa sudah bisa mengajukan diri sebagai presiden. Dalam 
UUD 1945 disebutkan kalau presiden adalah orang Indonesia asli. Nah, mereka 
kini masuk dalam kategori orang Indonesia asli itu, kata Menteri Hukum dan HAM 
Hamid Awaluddin, usai pengesahan UU Kewarganegaraan, di Gedung Nusantara II DPR 
RI, Jakarta.

Dikatakan, UU Kewarganegaraan--pengganti UU No6 Tahun 1958, memberikan 
keleluasaan bagi warga keturunan untuk berpolitik. Yang jelas, sebut dia, 
kategori orang Indonesia asli tidak lagi dilihat dari kategori pribumi dan 
nonpribumi. Kategori itu mencakup siapa saja yang menjadi warga negara 
Indonesia sejak lahir dan tidak pernah mendapatkan kewarganegaraan lain, selain 
Indonesia.

Jadi, kategori Indonesia asli sudah mengalami pergeseran, yaitu mereka yang 
tidak pernah mendapatkan kewarganegaraan lainnya sejak lahir hingga sekarang, 
ujar mantan anggota KPU ini.

Pengesahan RUU Kewarganegaraan diiringi isak tangis warga keturunan. Sejak 
rapat dimulai, mereka memenuhi balkon Gedung Paripurna DPR sambil membawa 
bendera merah putih. Terlihat kalau warga Tionghoa mendominasi balkon dan 
berbaur dengan wartawan.

Rapat paripurna yang dipimpin Wakil Ketua DPR Soetardjo Soerjogoeritno akhirnya 
mengesahkan RUU itu setelah semua fraksi menyatakan setuju. Usai Soetardjo 
mengetukkan palu, sontak puluhan perempuan yang tergabung dalam Keluarga 
Perkawinan Campuran (KPC) Melati menangis hingga suasana penuh haru. Mereka 
lantas mengibarkan Sang Saka Merah Putih sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Kawin Campur

Selain memberikan hak-hak politik secara penuh kepada warga keturunan, RUU 
Kewarganegaraan itu juga memberikan kemudahan terjadinya kawin campur antara 
WNI dengan warga negara asing (WNA).

Menkum dan HAM Hamid Awaluddin mengakui, RUU Kewarganegaraan memicu semakin 
banyaknya WNI mencari pasangan hidup dari warga negara asing. Sebab 
kenyataannya saat ini kecenderungan itu kian meningkat.

Yang jelas, sebut Hamid, kelahiran UU itu mengakomodir banyak pihak termasuk 
bagi bagi WNI yang ingin menikah dengan warga asing. Intinya, negara tak mau 
mencampuri urusan orang mau kawin dengan siapa pun, tukasnya.

Dengan lahirnya UU ini, setidaknya telah mengurangi beban WNI yang selama ini 
mendapat jodoh warga asing. Negara pun bisa senantiasa memberikan perlindungan 
maksimal kepada warganya.

Dikatakannya, anak hasil perkawinan WNI-WNA otomatis diperkenankan menjadi 
warga negara Indonesia sesuai garis warga negara ayahnya. Sementara untuk 
perkawinan perempuan Indonesia dengan pria asing, tidak otomatis menggugurkan 
kewarganegaraan si perempuan setelah perkawinan. Di situlah progresifnya RUU 
Kewarganegaraan, cetusnya.

Ketua Panja RUU Kewarganegaraan DPR, Murdaya Poo mengatakan, negara pada 
dasarnya tidak boleh mencampuri terlalu jauh soal perkawinan campur. Ini era 
globalisasi kawin campur dimana saja ada. Kalau sudah jodoh, yah mau bagaimana. 
Kawin kok dipersulit, ujarnya. 

Ketua Ad Interim Organisasi Perkawinan Campur (KPC) Melati, Ika Twigley, 
menyambut baik UU ini. Dia mengatakan secara hukum dan psikologis 
kewarganegaraan mereka terjamin. Kami disejajarkan dengan warga negara lain. 
Kami merasa mendapat perlindungan dan juga anak-anak kami sebagai WNI, 
katanya. 

Kita tidak lagi harus terus lapor setiap tahun karena belum menjadi WNI, 
timpal Koordinator KPC, Aramurad.

Namun sebaliknya, Pelaksana Harian Lembaga Anti Diskriminasi di Indonesia 
(LADI) Rebeka Harsono mengaku kecewa dengan UU ini. Pasalnya, menurut dia, UU 
itu masih menyimpan sejumlah pasal diskriminatif terhadap perempuan. 

Senada, Direktur LBH Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (APIK), Ratna 
Batara Munti, mengatakan, pada dasarnya UU itu belum benar-benar memberikan 
perlindungan HAM bagi warga negara, khususnya perempuan dan anak-anak. 

Intinya, istri dihadapkan pada pilihan untuk setia pada suami atau negara 
bangsa asal-- yang mana merupakan pilihan sulit bagi seorang perempuan di 
negeri ini, kata Ratna kepada BPost.

UU ini, lanjut dia, membatasi seorang anak lahir dari kawin campur untuk 
memilih identitas kewarganegaraan dari kedua orangtuanya secara utuh. Setelah 
usia 18 tahun anak diharuskan memilih salah satu kewarganegaraan orangtua. 
Anak tetap saja ditempatkan pada posisi dilematis antara mengikuti 
kewargenaraan ibunya atau ayahnya, katanya. JBP/aco/yus/ewa/tof/son


[Non-text portions of this message have been removed]







[budaya_tionghua] Bangsa Indonesia Asli Tak Lagi Berdasarkan Etnis

2006-07-09 Terurut Topik Ambon


http://www.suarapembaruan.com/News/2006/07/08/index.html


SUARA PEMBARUAN DAILY 
Bangsa Indonesia Asli Tak Lagi Berdasarkan Etnis
 

Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin (kedua kanan) bersama beberapa, anggota 
DPR 

di Gedung MPR/DPR Senayan, Jakarta, Jumat (7/7), memberikan penjelasan bahwa 
DPR akan menyetujui untuk mengesahkan Undang-Undang Kewarganegaraan yang baru 
pada tanggal 11 Juli 2006. [Pembaruan/Charles Ulag] 

[JAKARTA] Dihilangkannya diskriminasi dalam penyebutan bangsa Indonesia, 
membuat Rancangan Undang-Undang (RUU) Kewarganegaraan yang bakal disahkan 
menjadi UU pada sidang Paripurna DPR, Selasa (11/7), bisa disebut revolusioner. 
Bangsa Indonesia asli akan didefinisikan secara hukum, tidak lagi berdasarkan 
etnis. 

RUU Kewarganegaraan diharap bisa menyelesaikan perdebatan tentang bangsa 
Indonesia asli. Demikian dikatakan Ketua Panitia Khusus (Pansus) RUU 
Kewarganegaraan, Slamet Effendy Yusuf, dari Fraksi Partai Golkar (FPG), pada 
konferensi pers di DPR, bersama Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin, Jumat 
(7/7). 

Menurut Hamid, RUU Kewarganegaraan memberi banyak perbedaan, antara lain dengan 
telah diaturnya pemberian sanksi pidana bagi aparat yang memperlambat proses 
kewarganegaraan. Pada bagian penjelasan, juga dimuat bahwa semua 
perundang-undangan sebelum diberlakukannya RUU Kewarganegaraan, dinyatakan 
tidak berlaku lagi. 

Ditambahkan Ketua Panitia Kerja (Panja) RUU Kewarganegaraan, Murdaya 
Widyawimarta Poo, dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (FPDIP), 
secara otomatis surat bukti kewarganegaraan yang biasanya diberlakukan bagi 
para keturunan Tionghoa tidak boleh ada lagi, setelah diberlakukannya UU 
Kewarganegaraan. 

Anak dari etnis apapun yang lahir di Indonesia, kata Slamet, akan menjadi 
bangsa Indonesia asli. Hal itu seperti diatur pada Pasal 2, bahwa yang dimaksud 
dengan bangsa Indonesia asli adalah orang Indonesia yang menjadi warga negara 
Indonesia sejak kelahirannya, dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain 
atas kehendak sendiri. 

Berdasarkan ketentuan itu, maka anak hasil perkawinan perempuan WNI dengan pria 
WNA tidak otomatis mengikuti kewarganegaraan suami, tapi tetap dianggap sebagai 
WNI hingga anak tersebut berusia 18 tahun, dan bisa menentukan pilihannya 
sendiri. Juga bagi perempuan WNI itu tidak otomatis kehilangan 
kewarganegaraannya, karena dapat mengajukan pernyataan, dan diberi tiga tahun 
sejak tanggal perkawinan untuk menentukan pilihan. [B-14] 


Last modified: 8/7/06 

[Non-text portions of this message have been removed]






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/XISQkA/lOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [budaya_tionghua] Bangsa Indonesia Asli Tak Lagi Berdasarkan Etnis

2006-07-09 Terurut Topik Ambon
Bangsa Indonesia asli itu apa ciri-cirinya? 

- Original Message - 
From: RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sunday, July 09, 2006 10:34 AM
Subject: [budaya_tionghua] Bangsa Indonesia Asli Tak Lagi Berdasarkan Etnis


 SUARA PEMBARUAN DAILY
 -
 ---
 
 Bangsa Indonesia Asli Tak Lagi Berdasarkan Etnis
 
 Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaludin (kedua kanan) bersama beberapa, 
 anggota DPR 
 
 di Gedung MPR/DPR Senayan, Jakarta, Jumat (7/7), memberikan 
 penjelasan bahwa DPR akan menyetujui untuk mengesahkan Undang-Undang 
 Kewarganegaraan yang baru pada tanggal 11 Juli 2006. 
 [Pembaruan/Charles Ulag]




 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Great things are happening at Yahoo! Groups.  See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/TISQkA/hOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] ETs CRASHED IN CHINA 12,000 YEARS AGO

2006-07-06 Terurut Topik Ambon
http://www.weeklyworldnews.com/features/aliens/10546


ETs CRASHED IN CHINA 12,000 YEARS AGO 
 their descendants are STILL living there! 
-- A whopping 12,000 years ago -- long before the famous Roswell UFO wreck made 
headlines in America -- an alien spaceship crashed in China. And pint-size 
descendants of the occupants are still living in a remote Chinese village 
today! 

That is the mind-bending claim made i the fascinating new book Out of Time and 
Place a collection of reports from the files of Fate magazine edited by Terry 
O'Neill. 

The incredible story first came to light in 1937 when an expedition led by 
archaeologist Chi Pu-Tei stumbled across a group of caves tucked away deep in 
the Bayan-Kara-Ula Mountains. In the caves were found bizarre-looking skeletons 
with bulbous heads and small, slender bodies -- closely matching typical 
descriptions of space aliens. 

The explorers also uncovered 716 mysterious stone discs with strange 
hieroglyphics on them, with the writing spiraling out from holes in the center. 

The discs baffled Chinese scholars until the 1960s when Professor Tsum Um Nui 
of the Beijing Academy of Sciences painstakingly translated a few passages. 
Chinese officials immediately slapped a ban on any publication of the 
translation -- because the results were too shocking. 

The hieroglyphics on the stone discs told of a crash of an alien spacecraft in 
the mountains 12,000 yours ago, according to researcher Hartwig Hausdorf, who 
penned a chapter in the book. 

What has become of the mysterious discs is unknown. But remarkable, Chinese 
folklore lends support to the translator's conclusion. 

In the Qinghai province, where the mountains lie, ancient legends tell of 
small, skinny beings with oversize heads who came from the sky eons ago. And to 
this day, locals live in fear of an invasion by strange-looking creatures from 
above. 

And there's more. In 1947, British scientist Karyl Robin-Evans led an 
expedition into the mountains -- and discovered a group of pygmy-size people 
who called themselves the Droza. 

They told him that their ancestors came from a planet in the Sirius system and 
crashed in this mountain area a long time ago, writes Hausdorf. Many of them 
were killed, but survivors adapted to living on this rough planet far from 
home. 

For decades, Robin-Evans' claims were dismissed as nonsense. But in 1995, the 
Associated Press reported that in the region an isolated village named Huilong 
had been recently discovered -- populated by 120 dwarfs ranging in height from 
3-foot- 10 to 2-foot-1. 

Hausdorf asks, Could these people be the last living descendants of the 
survivors of the legendary UFO crash -- the Chinese Roswell? 



Published on: 05/07/2004 


[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/XISQkA/lOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] OOT: Rumah Ketua PSMTI Dirampok, Kerugian Ratusan Juta

2006-06-18 Terurut Topik Ambon
HARIAN ANALISA
Edisi Senin, 19 Juni 2006 

Rumah Ketua PSMTI Dirampok, Kerugian Ratusan Juta 

Medan, (Analisa) 

Lima penjahat bertopeng dan bersenjata api beraksi di rumah Ketua Paguyuban 
Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sumut, Eddy Djuandi alias Cuang Ching 
Hoa (57) di Jalan Timor II Kecamatan Medan Timur, Minggu (18/6) sekira pukul 
06.00 WIB. Akibatnya korban menderita kerugian ratusan juta rupiah. 

Menurut keterangan korban kepada Analisa, peristiwa itu berawal ketika salah 
satu pembantu rumah tangganya pagi itu membuka pintu samping untuk membersihkan 
rumah. 

Setelah pintu dibuka, pembantu satu lagi keluar sambil membuang sampah persis 
di samping rumah. Di saat itulah tiba-tiba lima pria tak dikenal memakai topeng 
(cadar) mengikutinya dan langsung menodongkan senjata api. 

Selesai menyekap kedua pembantu di kamar, kelima pelaku langsung naik ke lantai 
dua dan terus menorobos kamar tidur di mana korban dan keluarganya tidur, serta 
langsung menodongkan senjata api. 

Karena pelaku memerintahkan korban untuk tidak berteriak, korban pun ketakutan. 
Dalam keadaan tak berdaya, kelima pria bertopeng itu menyekap keluarga korban. 
Dengan leluasa para perampok pun membuka brankas yang ada di rumah korban dan 
mengambil seluruh isinya berupa surat-surat berharga, uang tunai, perhiasan 
emas, HP dan lainnya. 

Usai beraksi, para perampok melarikan diri dengan mobil Kijang warna hitam yang 
diduga telah dipersiapkan para pelaku. 

Kapolsekta Medan Timur, AKP Zainuddin SAg ketika dikonfirmasi Analisa melalui 
telepon selularnya mengatakan, peristiwa tersebut bukan perampokan 
tetapipencurian. 

Sejauh ini pihaknya masih terus memburu pelaku. Sedangkan senjata yang 
digunakan pelaku serta kerugian korban masih dalam penyelidikan. (rt/maa) 



[Non-text portions of this message have been removed]






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/B6DZeC/bOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Chinatown rich in Jakarta history

2006-06-18 Terurut Topik Ambon
http://www.thejakartapost.com/[EMAIL PROTECTED]irec=0

 RELIGIOUS BUSINESS: A shopkeeper sits in a store selling prayer items and 
offerings on Jl. Kemenangan in Glodok, West Jakarta. Religion has become deeply 
entwined with day-to-day trading in the area.(JP/Anissa S. Febrina) 


Chinatown rich in Jakarta history 


Anissa S. Febrina, The Jakarta Post, Jakarta

On the main strip of Jl. Gajah Mada and Jl. Hayam Wuruk in Glodok, businesses 
both large and small are never short of customers.

It has been a center for urban economic activities since the 18th century. 

But there's a lot more to Glodok than that. This historic neighborhood has seen 
some of the best and worst of Jakarta's history, including two of the city's 
bloodiest riots. 

The first was in the early 18th century, while the second followed two 
centuries later. 

As trading activities in old Batavia reached their peak during the Dutch 
colonial era, migrants from China flocked to the city along with trading ships. 
Glodok became their first residential option. 

By the 1720s, the economy started to slow, leaving most of the migrants 
unemployed, according to historian Adolf Heuken in his book Historical Sites of 
Jakarta. 

Chinese captains appointed by the Dutch failed to overcome the resulting 
problems. 

Some of the unemployed migrants started engaging in petty crime. Then-councilor 
Gustaaff Willem Baron von Imhoff tried to contain the problem by sending them 
on ships to Sri Lanka. Rumors spread that he was actually having the Chinese 
migrants killed at sea. 

On Oct. 9, 1740, the situation grew still more tense. Dutch officials raided 
Chinese houses and shops for weapons after a small group of Chinese rioted in 
Tanah Abang, Central Jakarta. 

An accidental house fire sparked what is now known as the Chinese Massacre. 
Men, women, children were murdered. Their property was taken away and their 
homes burnt. 

Two years later, Dutch governor general A. Valckenier was charged with ordering 
locals to slay the Chinese. 

It's said that history repeats itself. Two and a half centuries later, in 1998, 
a similar racially-motivated riot broke out. Glodok, once again, was the scene. 

Shops were burnt, people were killed and women were assaulted, but this time, 
Glodok was not the only area targeted. 

Furthermore, this time, no one has been charged with the crimes. 

Now, Glodok is as lively as it was before the riot. Inside the settlement area 
behind Gajah Mada, several heritage sites still stand. 

Locals still flock at least twice a month to four Chinese temples built in the 
1700s. An old church and a mosque also add to the local color. 

The government decided to allow Chinese festivities in 1999, after decades of 
suppressing cultural activities. Local residents hold annual traditional events 
during Chinese New Year, and a hundred days after. 

The latter festivity is know locally as Peh Cun, a time when Chinese residents 
in Kali Besar share the joy of the New Year with their neighbors. 

Several street names also reflect the area's historical value. 

Pancoran (fountain) used to be a place where people in Batavia fetched water. 
The name Patekoan derives from the routine of a Chinese leader who served eight 
pots (teko means teapot) of water in front of his house. 

Meanwhile, the Angke river is a somber reminder of the 1740 massacre, when 
bodies were thrown into the water, turning it red. 

Glodok is known as a place for gambling and prostitution, as it was centuries 
ago. Back then, it was the only area where those two controversial activities 
were legalized and even taxed. 

Now, as it was then, Glodok is unique.


[Non-text portions of this message have been removed]






 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Check out the new improvements in Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/N6DZeC/fOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Being a Chinese-Indonesia

2006-06-13 Terurut Topik Ambon
http://www.thejakartapost.com/detaileditorial.asp?fileid=20060613.E02irec=1


Being a Chinese-Indonesia 
Wijanto Hadipuro, Jakarta

Once I happened to meet a Chinese-American lawyer. When she found out I had 
married a native Javanese woman, she asked me, Has that made your life 
easier? Her question really made me realize some things about my position.

I remember what happened when I went to get my marriage certificate. I went to 
the office alone, without my wife. The woman who waited on me picked up a big 
book and tried to find my name. She looked two or three times but could not 
find it. 

She looked at me several times before asking me whether my wife was a native. 
When I nodded, she was angry and asked me why I didn't tell her in the first 
place. She then picked up another book. 

I do not care what kind of book they use to register my marriage. What I care 
about is her expression when she found out my wife was native. 

Marrying a woman from another ethnicity and religion has not actually made my 
life easier. I have to think things over for a long time before I bring my wife 
and my daughter to visit my family, because most of my relatives cannot accept 
my wife's background. 

My wife has also had bitter experiences. We got married according to my 
religion. We both believed in Jesus Christ, but we had different religions. She 
was told by her religious leader that she did not belong to the faithful 
anymore because she got married outside her religion. 

I have a Chinese-Indonesian friend who is Muslim. He married a native woman. 
During the riots of in May 1998, I told him he was lucky that he could go 
anywhere safely, because he had successfully assimilated with the Indonesian 
majority. His answer surprised me: Nobody will ask about my religion or my 
wife, he said. People will look at my face and because I look like a Chinese, 
my religion and my wife will not save me from harm. 

When I visited Atlanta, I was accompanied by a black officer from the Public 
Works Office. 

Charles, I said, there are so many black people living in Atlanta, and you 
can work at government offices. I think it is good that there is not any 
discrimination against black people here. 

His answer, too, was a surprise. Government rules can't make discrimination 
disappear from my social life. he said. Not all white people want to interact 
socially with black people like me. 

A place without social discrimination would be utopia. Charles' remark reveals 
another fact we must accept: that government regulations can't abolish social 
discrimination. 

My wife was discriminated against in terms of her salary. She earned less than 
her Chinese-Indonesian friend, just because they worked at a company owned by a 
Chinese-Indonesian businessman. My wife with more than five years' experience 
at the company got only half the salary of her Chinese-Indonesian friend, who 
had worked for just a month at the same managerial level. 

Once I read an article about indicators of social tolerance. According to the 
article, there are three degrees of social tolerance. The worst is when 
somebody does not tolerate the existence of anyone from outside his group. Such 
a person will try to banish different people if it's not possible to make 
them the same as him- or herself. 

In the case of religion, for example, somebody from a certain religion might 
say someone from another belief system will go to hell. Another, less extreme 
example is when somebody does not tolerate other people's religious activities. 

A better level of social tolerance is when someone accepts the existence of 
different people. He or she may work together and cooperate with them, but 
cannot accept the different person becoming a family member, for example, 
through marriage. 

The most tolerant people are those who not only accept different people, but 
can welcome them as family members. This group of people is the smallest. There 
are only a few people who can do that, and my experience shows that people like 
this are marginalized both by their own groups and their spouse's groups. If 
you belong to this group, believe me, your life is more complicated than the 
lives of the other two groups. 

We are born with differences. That is true. But some differences are 
significant for certain people, and some are not. We have to accept that. It is 
no use to claim equality among all those inherited differences, even by way of 
the law. 

My experience proves that if you are not strong enough, you should keep your 
group identity as strong as possible. Assimilation and regulations cannot 
remove social discrimination from every corner of the world. 

I have never regretted my decision to marry a Javanese woman, and I will not 
claim equal rights to citizenship. I am happy with that as long as everybody 
can accept my existence. If you are Chinese-Indonesian you will be better off 
going to a school where there are a lot of Chinese-Indonesians and 

[budaya_tionghua] Masyarakat Turunan Tionghoa Berdatangan ke Bagansiapiapi

2006-06-11 Terurut Topik Ambon
HARIAN ANALISA

Edisi Senin, 12 Juni 2006 



Masyarakat Turunan Tionghoa Berdatangan ke Bagansiapiapi 

Bagansiapiapi, (Analisa) 

Ribuan masyarakat keturunan Tionghoa dari berbagai penjuru Indonesia dan luar 
negeri mulai berdatangan ke Bagansiapiapi, ibukota Kabupaten Rokan Hilir 
(Rohil) Provinsi Riau untuk menghadiri tradisi ritual Bakar Tongkang. 

Wartawan Antara dari Bagansiapiapi, Minggu, melaporkan ritual Bakar Tongkang 
akan diadakan pada Senin (12/6) hari ini namun masyarakat Tionghoa mulai 
melakukan ritual sembahyang di klenteng tertua di Bagansiapiapi, Ing Hok King. 

Sebelum melaksanakan ritual sembahyang di kelenteng tertua di kota ikan itu, 
terlebih dahulu masyarakat mengarak tongkang (replika kapal besar yang terbuat 
dari kertas) mengelilingi kota Bagan Siapiapi. 

Tongkang yang dipikul beramai-ramai oleh warga itu kemudian disemayamkan 
semalam di Klenteng Ing Hok King sebelum kembali diarak dan dibakar keesokan 
harinya pada lapangan terbuka. 

Ritual Bakar Tongkang yang merupakan tradisi warga keturunan Tionghoa di bagan 
Siapiapi itu kini telah menjadi agenda tetap kalender Pariwisata Riau. Bahkan, 
rencananya kegiatan ini akan dibuka Gubernur Riau HM Rusli Zainal. 

Ritual bakar tongkang tidak diketahui secara pasti kapan dimulainya, namun 
ketika zaman orde baru (orba) ritual ini dilarang digelar dan sejak bergulirnya 
zaman reformasi ritual ini secara perlahan-lahan mulai digelar. 

Ritual itu sendiri bermakna mencari peruntungan bisnis bagi masyarakat turunan 
Tionghoa pada 2006 ini. Jika arah tiang layar usai dibakar arah tumbangnya ke 
arah laut, maka bisnis yang dilakukan masyarakat diarahkan ke laut dan 
sebaliknya bila arah tumbang tiang layar ke darat maka bisnis lebih banyak 
dilakukan di daratan. 

Saat ini ritual bakar tongkang menjadi salah satu andalan wisata di Riau, namun 
agenda itu belum dikemas secara baik oleh pihak pengelola pariwisata di Riau. 
(Ant) 



[Non-text portions of this message have been removed]





 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Get to your groups with one click. Know instantly when new email arrives
http://us.click.yahoo.com/.7bhrC/MGxNAA/yQLSAA/BRUplB/TM
~- 

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Kerjasama China, Dirikan Politeknik Laser

2006-05-27 Terurut Topik Ambon



http://www.sapos.co.id/berita/index.asp?IDKategori=278id=63404

 Sabtu, 27 Mei 2006



 Kerjasama China, Dirikan Politeknik Laser 
 Terobosan Pertama di Indonesia 



 TENGGARONG. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi target utama program Gerbang Dayaku Tahap II yang dilakukan Pemkab Kukar. Makanya dalam waktu dekat, Pemkab Kukar akan mendirikan Politeknik Bidang Laser. Ini merupakan langkah terobosan pertama, Perguruan Tinggi Bidang Laser di Indonesia. 
 Untuk membangun Politeknik Bidang Laser ini, kami akan bekerjasama dengan sebuah universitas dari Beijing, China. Ini semua adalah bagian usaha Pemkab Kukar mencari jalan, untuk menciptakan manusia unggul di daerah ini. Sehingga mampu bersaing secara global, kata Bupati Kukar Prof Dr H Syaukani HR SE MM di acara pengukuhan taks force (gugus tugas) Pemkab Kukar Selasa (23/5) lalu. 

 Selanjutnya Syaukani yang juga Rektor Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) Tenggarong itu membeberkan sejumlah rencananya, sebagai penunjang percepatan terwujudnya program Gerbang Dayaku, khususnya di sektor pemberdayaan SDM melalui peningkatan mutu pendidikan dan kesehatan. 

 Menurut saya, kemajuan Kukar dan bangsa Indonesia tergantung kemampuannya membentuk manusia unggul. Dan semua itu tidak akan dapat tercapai tanpa keras keras dan langkah terobosan yang tepat. Mengingat persaingan ke depan tentunya semakin berat, kata Syaukani sembari menuturkan pihaknya juga berpikir untuk mendirikan Fakultas Kedokteran, Fakultas Farmasi atau Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) di daerah ini. 

 Selain itu pengembangan Unikarta Tenggarong lainnya, juga sempat diungkapkan Syaukani. Katanya dalam waktu dekat akan dibangun kampus yang lebih refresentatif. Apalagi sekarang Fakultas Hukum di Unikarta, telah mendapatkan izin operasional sejak April 2006 tadi. 

 Setelah adanya izin ini, maka Fakultas Hukum Unikarta sudah resmi dan sah sebagai institusi pendidikan tinggi bidang hukum. Jadi siap bersaing dengan institusi pendidikan lain di Kaltim, ujarnya. 

 Untuk mendukung percepatan terwujudnya program Gerbang Dayaku Tahap II ini, Pemkab Kukar membentuk taks force atau gugus tugas yang mencakup 2 bidang penting pembangunan. Meliputi bidang pengawasan hukum, bidang peningkatan SDM dan bidang peningkatan ekonomi masyarakat. 

 Saya juga menginginkan, taks force memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas SDM di Kukar. Jadi saya harapkan, antara taks force bidang tersebut dengan dinas teknis terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan (Disdik), bisa menjalin kerjasama dan koordinasi yang baik, tegas Syaukani. 

 Taks Force Bidang Peningkatan Kualitas SDM diketuai Dr Z Heflin Frinces MSc Soc MA serta Erwinsyah SE selaku sekretarisnya. Sedangkan untuk Taks Force Bidang Pengembangan Potensi Daerah dan Peningkatan Pendapatan Masyarakat, ketuanya Dr Iskandar SE MSi dan sekretarisnya Ir H Awang Yacoub Luthman MM. 

 Mereka yang duduk di taks force ini sudah pilihan, melihat komitmen dan eksistensinya di masing-masing bidang. Sehingga diharapkan bisa lebih mempercepat tercapainya cita-cita Gerbang Dayaku II, katanya. (idn) 
 
 
 [ Kembali ] [ Atas ]
 
 


[Non-text portions of this message have been removed]









.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[budaya_tionghua] A Chinese-Indonesian history of discrimination

2006-05-26 Terurut Topik Ambon



http://www.thejakartapost.com/detailheadlines.asp?fileid=20060526.A04irec=6

A Chinese-Indonesian history of discrimination 


M. Taufiqurrahman, The Jakarta Post, Jakarta



For more than 40 years, Hariyanto has been judged by his ethnicity.

During the anti-communist pogrom in the mid-1960s, the native of Tanah Abang was accused of being a communist simply because he was a Chinese Indonesian. 

Even today, his religion, Taoism, is constantly confused with Confucianism and his ID card says he is a Buddhist. 

Years of official discrimination against Chinese-Indonesian citizens prompted Hariyanto and thousands of others to put Buddhism, one of the five religions then recognized by the government, on their ID cards. 

While it may just be an imprint on a piece of paper, its consequences are serious. 

We all have to disguise what faiths we practice because we fear that government officials will meddle in our religious affairs, Hariyanto told The Jakarta Post. 

When he went to worship -- the sign on the Taoist temple's main gate also stated it was a Buddhist institution. 

Despite this insult, ethnic Chinese like Hariyanto are so used to discrimination that they accept it as the norm. 

I personally don't care anymore whether or not the government recognizes Taoism or Confucianism as religions. These are our beliefs, not theirs, Hariyanto said. 

I don't want to talk too much about the discrimination or else I will be accused of being a communist once again, he said. 

A member of the Army-sponsored Student Action Front during the 1960s, Hariyanto was labeled a communist because he was reluctant to join a campaign to crush the Indonesian Communist Party. 

After the fall of the New Order regime, the government officially recognized Confucianism as an established religions in the country, aside from Islam, Catholicism, Protestantism, Hinduism and Buddhism. However, this acceptance has not filtered down to the lower levels of bureaucracy. 

Unfortunately for Hariyanto, Taoism, an offshoot of Confucianism, was not recognized. Most people here confuse Confucianism and Taoism because both are beliefs originally from mainland China. 

However, Taoist texts reject many of the basic assumptions of Confucianism. 

During his presidency, Abdurrahman Gus Dur Wahid tried to end discrimination against ethnic Chinese by officially recognizing their beliefs and culture. 

However, despite the policy change, most ethnic Chinese say little has changed. 

Daniel Lesmana, who lives in Palmerah in West Jakarta, says that being a Chinese Confucian means he is often extorted by government officials. 

The 45-year-old said that even if he wanted to state his real religion on his ID card, the process would be slow, costly and uncertain. 

Issuing ID cards and other documents to Chinese people has become a way for government officials to make money. That is why it is difficult to change their attitudes to us, he told the Post. 

Daniel feels Chinese Indonesians here are being unfairly singled out by officials in the country, unlike Indonesian Arabs or Muslims from other ethnic groups. 

Communities here are often targeted by officialdom in random ID card sweeps, especially when alleged wrongdoing by Chinese Indonesians is exposed in the media. 

This happened earlier this month in Makassar, South Sulawesi, where tensions in the area were high following the death of a housemaid who worked for a Chinese family. 


printer friendly 


[Non-text portions of this message have been removed]










.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











[budaya_tionghua] Untuk mei 1998 [Hersri Setiawan]

2006-05-16 Terurut Topik Ambon



hersri setiawan

 

 

 

renungan 5

 

 untuk mei 1998

 

1

tanah air yang indah

tinggal bayangan angan

 

huru-hara dan lautan api

menyala-nyala

 

karena singgasana diktator

di ambang keruntuhan

 

maka bagai gelombang bergulung 

nafsu bayangkara negara

 

dengan goresan ujung bayonet

dan sapuan butir-butir peluru

 

mereka membikin sejarah

jakarta dan di mana-mana

berdarah


pada akhir kekuasaan ini

cina dan amoi jadi tumbal

 

seperti pki dan gerwani

menjadi pengantar kisah

 

darah tumpah sepanjang jalan

dari suara-suara yang dibantai

suara reformasi

 

2

susunlah lalu tuliskanlah 

jalinan justa sebagai sejarah

 

bahwa suharto penyelamat pancasila

walaupun tanahair menjadi penjara

dan lahan kapital global

 

bahwa suharto penyejahtera bangsa 

walaupun mewariskan banjir bandang

dan utang serta kehancuran

 

tumpas dan bantailah kami

tapi suara kami

meterai sejarah

 

tak bisa tumpas

tak bisa

 

 

 

lendah kulonprogo

14 mei 2006


[Non-text portions of this message have been removed]










.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[budaya_tionghua] Kaligrafi Tionghoa Terpanjang Masuk MURI

2006-05-15 Terurut Topik Ambon



http://www.indomedia.com/bpost/052006/15/nusantara/nusa3.htm

Kaligrafi Tionghoa Terpanjang Masuk MURI

Surabaya, BPost
Museum Rekor Indonesia (MURI) mencatat kaligrafi Tionghoa terpanjang. Rekor itu terukir di Universitas Kristen (UK) Petra, Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Minggu (14/5). 

Panjang kaligrafi Tionghoa itu 133,43 meter dan memiliki karakter 1.516 shufa. Kaligrafi dikerjakan oleh delapan pelukis selama tiga jam. Pelukis dipimpin Hu Tie Yoo, dengan anggota Bi Yao Xiang Ying, Li Jin Chang, Liang Liquan, Weng Jinggi, Lin Wen Shuo, Chen Mo Wen, dan Qiu Siqian.

Rekor lukisan kaligrafi terpanjang sebelumnya tercatat di Bandung dengan panjang hanya 52,7 meter.

Disaksikan dua wakil dari MURI, Sri Wifayati dan Ari Andriyani, mereka menorehkan kata-kata mutiara dan kata-kata bijak di atas kertas yang disediakan oleh para mahasiswa Jurusan Sastra Tionghoa UK Petra. 

Kata-kata bijak yang dikaligrafikan antara lain berbunyi, Kalau berjodoh, akan bertemu meski beribu-ribu mil, kalau tak berjodoh, takkan bertemu meski berhadapan; Kamu menang dengan gertakan, lebih baik menang dengan moral. 

Diterangkan Sri Wifayati, kaligrafi Tionghoa terpanjang di Bandung dicatat oleh Huang De Chang pada 26 Oktober 2003. Chang mengerjakannya seorang diri selama tiga bulan. 

Tapi, kaligrafi kali ini panjangnya 133,43 meter dan dikerjakan oleh delapan orang dalam tiga jam, imbuhnya.

Kaligrafi terpanjang itu akan kami bentang hingga 20 Mei mendatang untuk menandai Pekan Budaya Tionghoa, yang kami gelar sejak 12 Mei hingga 20 Mei, tambah Elisa Christiana, ketua jurusan Sastra Tionghoa di universitas tersebut.ant


[Non-text portions of this message have been removed]









.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[budaya_tionghua] Cakra Donya [Aceh]

2006-05-14 Terurut Topik Ambon



Cakra Donya
It was a gift offered by a King of China to Sultan Samudra Pasai. Made from metal, this bell was produced in 1409. The bell was moved from Pasai to Banda Aceh since Portuguese was defeated by Sultan Ali Mughayat Syah. 
The outer side of the bell is fully ornamed and carved in Arabic and Chinese script. (It is now faded because of time during abandonment by Dutch occupation of Banda Aceh). 
Inscription in Chinese characters as follow:
Sing Fang Niat Fung Juut Kat Vat Co. It can be translated: Sulan Sing Fa. Poured in 12th month of 5th year. The bell is now displayed in the Negeri Museum, Banda Aceh.

Measurement: Heigth 150 em, radius 50cm and circumference 100 cm.
It is a structure of 10 sides (the two side front side and backside 9,75m, the other eight side 3,80m, total height 

[Non-text portions of this message have been removed]







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











[budaya_tionghua] Indonesia disappointed with Chen's moves in Batam

2006-05-12 Terurut Topik Ambon



www.chinaview.cn 2006-05-12 15:32:32



Indonesia disappointed with Chen's moves in Batam




 JAKARTA, May 12 (Xinhua) -- Indonesia was disappointed on the illegal moves of China's Taiwan leader Chen Shuibian on Batam island, stressing consistency on one China policy, Foreign Ministry Spokesman Yuri Thamrin said here on Friday. 

 The spokesman said Indonesia deplored activities carried out by the Taiwan leader beyond refueling contact and his stay here, which was longer than the period given for refueling. 

 Indonesian expected the Chen's plane, China Airlines CI1590 arrived here on 14:00 p.m. Thursday, to leave the airport after refueling, but he stayed on the island until 10:00 a.m. on Friday, and conducted some other activities, Yuri complained. 

 However, the spokesman said that there was no any official contact during his stay on the island, in western part of Indonesia. 

 I have checked the governor office (of Kepulauan Riau province), there was no official contact, he noted. 

 Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono asked the governor of the province to give a report about Chen's activity on the island and warned the governor to pay a serious attention to the matter, according to Indonesian chief security minister WidodoAdi Sucipto. 

 We still stick on our one China policy, and we hope our relation with China will persistently strong, Yuri told a pres conference. 

 He said the foreign ministry did not make any arrangement, as it was a technical landing only. 

 We expect this settlement can delete any possible misunderstanding, said Yuri. 

 He said that Indonesian Foreign Ministry will continue to coordinate with relevant parties to prevent this accident from happening in the future. Enditem 

 
 


[Non-text portions of this message have been removed]










.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[budaya_tionghua] Gelombang Demonstrasi Kian Membesar

2006-05-12 Terurut Topik Ambon



http://www.sinarharapan.co.id/berita/0605/12/nus01.html

Rusuh Makassar
Gelombang Demonstrasi Kian Membesar 

Oleh
Suriani



Makassar - Sedikitnya 500 mahasiswa dari Universitas Negeri Makassar dan perguruan tinggi lainnya berdemonstrasi di perempatan Jalan Tol Reformasi, Makassar, Jumat (12/5) siang.
Mereka menuntut kasus penganiayaan pembantu rumah tangga yang dilakukan warga keturunan diselesaikan secepatnya.


Mereka juga meminta pemerintah memberikan jaminan keselamatan kerja atau perlindungan hukum kepada pembantu rumah tangga yang bekerja pada warga keturunan. 
Sementara itu, kepada warga keturunan diminta agar tidak berlaku diskriminatif atau melakukan kekerasan kepada warga pribumi.


Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan KH Sanusi Baco LC menyerukan kepada seluruh ulama yang akan membawakan khotbah Jumat pada hari ini agar tidak menyinggung masalah SARA. 
Sebaliknya, mereka diimbau menenangkan masyarakat khususnya kaum muslim dan menjaga keamanan nonmuslim. 


Pada hari ini, kepolisian juga merencanakan mengotopsi mayat Hasniyati. Otopsi dilakukan setelah dilakukan tes kejiwaan oleh tim dari Badan Pengelola Rumah Sakit Jiwa Dadi Makassar dan Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Sulsel. Hasil pemeriksaan itu menyimpulkan bahwa Wandy Tandiawan (WT), tersangka pelaku penganiayaan terhadap pembantu rumah tangga (PRT) Hasniyati dan Nurbaya, tidak mengalami sakit jiwa. 
Jenazah korban Nurbaya sudah dikebumikan Sabtu (6/5) di kampung halamannya di Bulu Jampi, Desa Gareccing, Kecamatan Sinjai Selatan, Sulsel. Menurut Budi, mayat korban akan diotopsi di Sinjai hari ini, setelah dilakukan koordinasi dengan Bupati Sinjai Andi Rudiyanto Asapa dan pihak keluarga korban. 


Menanggapi hal tersebut, Kadir, ayah korban, mengaku pasrah dan memercayakan penanganan kasus anaknya itu kepada aparat kepolisian. Ia juga yakin pemerintah bisa menyelesaikan kasus itu sesuai hukum yang berlaku. 
Namun, ia berharap tidak ada aksi massa untuk menyikapi kasus terbunuhnya anaknya tersebut. Biarlah yang bersalah saja yang dihukum, tidak perlu yang lainnya yang tidak bersalah ikut-ikutan menanggung kesalahan majikan Hasniyati, ujarnya lirih.


Jumat ini, toko-toko milik warga keturunan terutama Tionghoa dan beberapa bank termasuk Bank BCA dan Panin masih membuka separuh dari pintunya, yakni pintu masuk saja. 

PRT Sinjai Mudik 
Menyusul adanya kasus penganiayaan PRT asal Kabupaten Sinjai yang dilakukan majikannya, PRT dari Sinjai yang bekerja di Kota Makassar ramai-ramai mudik baik karena keinginan sendiri maupun karena dijemput orang tua mereka yang mengkhawatirkan keselamatan anaknya. 


Khusus PRT asal Bulu Jampi, Desa Gareccing, Kecamatan Sinjai Selatan (sekampung dengan korban Hasniyati), berdasarkan informasi yang dihimpun SH, sudah 15 orang PRT yang mudik hingga Jumat (12/5) ini. 
Hasyim, salah seorang keluarga PRT bernama Jusmanita (17), mengaku telah menjemput putrinya itu dan lima orang keluarganya yang bekerja sebagai PRT di rumah warga keturunan maupun pendatang di Makassar. Kelima orang keluarganya itu adalah Esse, Tini, Daya, Inang, dan Nuraeni.n


[Non-text portions of this message have been removed]










.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  











[budaya_tionghua] Mahasiswa Makassar Teruskan Razia Warga Keturunan

2006-05-11 Terurut Topik Ambon



http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/sumatera/2006/05/11/brk,20060511-77305,id.html

Mahasiswa Makassar Teruskan Razia Warga Keturunan
Kamis, 11 Mei 2006 | 13:16 WIB 



TEMPO Interaktif, Makssar:Unjuk rasa dengan merazia warga pecinan di Makassar terus berlanjut. Aksi ini terkait kasus tewasnya seorang pembantu setelah dianiaya oleh majikannya Selasa lalu.

Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi pada Kamis pagi hingga siang ini terlihat membakar ban dan menutup jalan di depan kampus mereka. Selain merasia warga keturunan, mereka terlihat menghentikaan mobil-mobil dinas.

Kordinator aksi mahasiswa Universitas Muhamadiyah, Abdul Latif Hasan, mengatakan akan terus melakukan aksi sampai aparat memberikan sanksi kepada pembunuh Harniati, pembantu yang tewas. Mahasiswa memberikan batas waktu hingga Senin kepada aparat untuk segera menyerahkan perkas acara pemeriksaan Wandi Tandiawan, majikan korban.

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Alaudin Makassar juga melakukan aksi bakar ban dan menutup jalan, dalam tuntutannya agar aparat segera menuntaskan kasus ini. Aparat keamanan belum terlihat menghalau mahasiswa ini.

Irmawati



[Non-text portions of this message have been removed]







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[budaya_tionghua] With Pram died Indonesian culture

2006-05-09 Terurut Topik Ambon



http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20060507.N01


With Pram died Indonesian culture 
Features - May 07, 2006 


Andre Vltchek, Contributor, Beijing

Look what Indonesia did to me, after all that I have done for Indonesia! These were the words with which Pramoedya Ananta Toer, or Pram -- one of the greatest writers of the 20th century -- concluded long conversations with Rossie Indira and myself; conversations recently published in English as Exile and in Bahasa Indonesia as Saya Terbakar Amarah Sendirian! (I'm enraged alone), his last book and final testimony.

Pram's Indonesia died more than four decades ago, crushed by the military boot of Soeharto's regime, disintegrating under weight of a savage, merciless and corrupt capitalist system, quashed by irrational religious zeal. 

I live in internal exile, he had said. This is not my country, anymore. 

Since Indonesian independence, Pram's was the lonely voice of courage and honesty. He was incarcerated during Sukarno's guided democracy for defending the rights of the Chinese minority. After the fascist, U.S.-backed military coup in September 1965, his manuscripts were burned and his work banned. Pram himself was arrested and thrown into prison, including incarceration on Buru island, where he was a prisoner of conscience for 14 years. 

The answer to the madness outside his prison cell was to write; to produce some of the most powerful prose in the history of Asian letters. The most important Indonesian narrative -- The Buru Quartet -- was born on Buru island, a concentration camp where some of the most outstanding minds of Indonesia were imprisoned, tortured and killed. 

Noam Chomsky, an American thinker and linguist who has been described by The New York Times as the greatest intellectual of the 20th century, wrote about Exile: It is a rare privilege to be able to listen to the voice of a remarkable talent, who has survived shameful abuse with immense courage and dignity, and now shares his dreams, his struggles, and his pain at the decay of the country and the culture he fought so hard to revive from centuries of subjugation... 

For many years, Pram had been nominated for the Nobel prize for literature, but he was never awarded one, mainly due to the conservative nature of the jury. 

He was often described as the Indonesian Solzhenitsyn -- Solzhenitsyn being a Russian writer and prisoner of conscience in Stalinist concentration camps, and author of Gulag Archipelago. While human rights violations by the Soviet regime were used by the West as part of their Cold War propaganda, Indonesia got away with invasions as well as internal and external genocide, as it was on our side of the border. 

Living in absolute isolation, Pram didn't try to hide his bitterness about the state of his nation. He openly declared that Indonesia has no culture and apart from him, there is not one writer in his country who can write more than five pages of decent prose. He defined Javanism as closely linked to Fascism -- expansionist, brutal, groupist and, at the same time, submissive to the extreme. 

He didn't believe in God, but in his own strength -- in the strength and creativity of human beings. 

Pram's latest thoughts were those of one immense lament over vanished idealism, creativity and striving for social justice in today's Indonesia. He felt desperate observing decay, claiming that there was nothing left from the dreams which he was helping to shape during the first years after the independence: Even the Dutch colonial administration was better than today's government and elites. 

He saw revolution as the only way to fight a system based on immorality, corruption and cynicism: The present system can't be reformed. To reform the New Order would only create a New-New Order. 

When Pramoedya Ananta Toer goes, the last bridge between Indonesian culture and the rest of the world will collapse, said Dan Simon, legendary publisher of the Seven Stories Press in New York, after watching my documentary film Terlena: Breaking of a Nation, in which Pram is the narrator. We both agreed that in present-day Indonesia, there is no other figure who can communicate to the world tremendous moral strength and dignity through the highest level of artistic excellence. 

Now Pram is gone and Indonesia is mourning. But instead of spilling tears, the greatest tribute to this extraordinary man would be to do what millions of men and women all over the world have done for decades -- read his books and understand the pain he was lately carrying inside: a burning pain born of the fact that the country he helped to build and define became nothing more than a failed state. 

The writer is a Czech-born American novelist, journalist and filmmaker, co-founder of the publishing house Mainstay Press and senior fellow at The Oakland Institute of Washington, D.C. He directed and produced Terlena (Complacency): Breaking of a Nation about Soeharto's dictatorship. Recently 

[budaya_tionghua] WARGA KETURUNAN DISANDERA MAHASISWA UIN MAKASSAR

2006-05-09 Terurut Topik Ambon



 http://www.metrotvnews.com/

 WARGA KETURUNAN DISANDERA MAHASISWA UIN MAKASSAR 

 09/05/2006 17:05 - Nusantara/Headline News

 
 Petugas sedang mensterilisasi kawasan Jalan Gunung Lati Mojong, Makassar.
 (Metro TV) 
 Metrotvnews.com, Makassar: Puluhan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, menggelar unjuk rasa menyusul kabar tewasnya seorang pembantu rumah tangga di tangan majikannya. Sambil berorasi, mahasiswa juga menggelar razia terhadap kendaraan yang melintas di depan kampus UIN Makassar untuk mencari warga keturunan. Dalam aksi itu, dua kendaraan sempat dicegat oleh puluhan mahasiswa. Saat insiden itu terjadi, sempat terjadi kericuhan. 

 Seorang warga keturunan dipaksa turun dari mobilnya dan langsung digiring oleh mahasiswa ke gedung rektorat. Kemudian warga keturunan bernama Frans itu dilepas setelah sebelumnya dipaksa untuk mengecam pembunuhan terhadap pembantu rumah tangga oleh majikannya tersebut. Frans mengucapkan hal itu sambil berdiri di atas kursi yang disediakan mahasiswa di depan kampus UIN Makassar. Selain itu, mahasiswa juga sempat menyandera satu unit mobil.

 Sementara itu, seribu personel kepolisian yang merupakan gabungan dari empat kepolisian resor di Sulawesi Selatan dikerahkan untuk mengamankan kawasan di sekitar Jalan Gunung Lati Mojong, Kota Makassar. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, polisi mengisolasi serta mensterilkan kawasan Jalan Gunung Lati Mojong.

 Sementara itu, berdasarkan pantauan Metro TV, pusat-pusat perbelanjaan maupun pertokoan di Kota Makassar sejak pukul 12.00 WITA hingga saat ini masih ditutup oleh para pemiliknya. Mereka khawatir akan terjadi kerusuhan di Kota Makassar setelah terjadi kerumunan sekitar seribuan massa di kawasan Jalan Gunung Lati Mojong.(AMR)
 
 


[Non-text portions of this message have been removed]







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[budaya_tionghua] Kekerasan terhadap Warga Keturunan

2006-05-08 Terurut Topik Ambon



http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=247084kat_id=383

Senin, 08 Mei 2006

Kekerasan terhadap Warga Keturunan 



Sinetron ini merupakan potret kekerasan yang pernah dialami warga keturunan di saat kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. 

Satu lagi simpati tertuju kepada warga Tionghoa Indonesia. Potret kekerasan yang pernah dialami warga keturunan di saat kerusuhan Mei 1998 di Jakarta itu segera diangkat menjadi sebuah karya sinetron berjudul Mei Hwa Kembang Glodok. 
Sinetron yng naskah dan sutradaranya digarap Kardy Syaid ini menceritakan perjalanan hidup seorang perempuan Tionghoa korban perkosaan. Sinetron ini dibuat oleh Rumah Produksi Suaka Kreasinema dan siap produksi pada September mendatang. Namun, Kardy Syaid menepis sinetron yang dibuatnya ini sebagai bagian dari sikap politik. ''Ini bukan sinetron politik, tapi hanya latar belakangnya saja yang terkait politik,'' ujarnya di Jakarta, Kamis (4/5). 

Kardy mengaku dalam penggarapan naskah pihaknya telah terlebih dahulu melakukan riset. ''Riset yang kami lakukan itu umumnya merujuk pada peristiwa Mei 1998,'' katanya. 

Saat ditanya tentang sinetron ini akan secara tidak langsung membuka aib Indonesia, Kardy menegaskan,''Kami membawa pesan damai. Kasus 1998 lalu itu memang pernah ada dan pelakunya adalah para preman yang tidak berakhlak, dan bukan cermin dari bangsa ini.''

Tentang sosok Mei Hwa, Kardy menjelaskan, perempuan keterunan ini memiliki perilaku yang sangat nasionalis. Bahkan perempuan ini, katanya lagi, tetap bertahan di Indonesia meski dia mengalami konflik dengan lingkungan sekitarnya. Tokoh Mei Hwa ini tidak mempersoalkan perihal perkosaan yang pernah dialaminya. ''Saya diperkosa karena nasib saya,'' begitulah filosofi Mei Hwa seperti disampaikan Kardy. 

Kardy juga mengungkapkan, sinetron ini nantinya tidak hanya dipasarkan di Indonesia saja. Melainkan, beberapa negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Hongkong. ''Untuk itu sinetron ini akan didub ke dalam bahasa Mandarin dan Inggris,'' jelasnya.

Untuk lebih mendekatkan hubungan emosional dengan warga Tionghoa yang ada di Indonesia, Kardy menjelaskan pihaknya bekerja sama dengan salah satu lembaga pendidikan terkemuka akan menjaring calon pemain sinetron itu melalui audisi. Rencananya proses audisi dilakukan di 15 kota besar Indonesia. ''Kita akan mulai keliling pada awal Juni mendatang,'' jelasnya. 

Audisi sinetron Mei Hwa Kembang Glodok ini, kata Kardy, menggunakan tajuk Bintang Tionghoa Indonesia (BTI) 2006. Dalam proses audisi itu, pihaknya juga menggandeng sejumlah sutradara tenar untuk turut terlibat sebagai anggota dewan sutradara. ''Di antaranya adalah Deddy Mizwar, Dedi Setiadi, Slamet Rahardjo, Didi Petet, Achmad Yusuf, dan lain sebagainya,'' paparnya. 

Pada tahap pertama proses audisi, Kardy menjelaskan, bakal dijaring 18 orang dari setiap provinsi. Mereka yang terjaring dari proses audisi itu, sambungnya lagi, akan mengikuti proses Grand Final yang dilangsungkan di Jakarta pada awal Agustus 2006. ''Dari sini, 50 dari 180 finalis yang lolos dan adu bakat di tingkat grand final memiliki kesempatan untuk dipilih menjadi pemain wanita dan pria sinetron Mei Hwa Kembang Glodok,'' jelas Kardy kembali. 

(akb ) 

[Non-text portions of this message have been removed]







.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












[budaya_tionghua] The China Syndrome

2006-05-07 Terurut Topik Ambon



http://www.haaretz.com/hasen/spages/712598.html

 
 
 (Illustration by Amitai Sandy)
 
 

 
 The China Syndrome 
 
 By Dea Hadar 
 
 The process begins the moment Hilton Augusta Parker Rogers, two and a half, opens her blue eyes in the morning. The signs are plastered all over her room, on the fifth floor of the grand townhouse where she lives on Manhattan's Upper West Side - on the door, on the closet, on the pink fur chair, on the phone and on the mirror. Stuck on every object is a large white plastic card with the object's name written in big letters in two languages - English and Mandarin. 

 The pig, the elephant and all of the other large animal sculptures and rugs scattered about the home's other floors bear similar labels. The English and Chinese signs are everywhere, there's no escaping them. The fridge, the window, the stereo, the table - all are labeled. Every morning, on the ground floor of the splendid abode overlooking the Hudson River, Hilton Augusta, nicknamed Happy, goes through the same routine. Index cards are pulled out and the blond toddler recites the morning's words in the language of far-off China: Good morning in Mandarin, milk in Mandarin and so on. 

 And that's only the beginning. Little Happy (daughter of businessman Jim Rogers) has a week full of playgroups and activities conducted in Mandarin. Yet her main source for learning the language is her Chinese nanny Shirley, who joined the family when Happy was a year old. The rules are simple: Shirley, who lives with the family Mondays through Fridays, is only allowed to speak Mandarin with the little girl. Otherwise, how will Happy Rogers ever be ready for the 21st century? 


 
 
 It seemed logical

 On a weekday afternoon, Happy and Shirley are in one of the play rooms on the top floor. As they play together, the little girl pronounces all sorts of things in Mandarin - numbers, colors, foods. Her parents look on as this unlimited globalization project blossoms before their eyes. The child calls out, Ba-Ba (Daddy in Mandarin) and Rogers is thrilled. 

 In my view, China is going to dominate the present century, it's taking off like a rocket, says Ba-Ba in his southern drawl. And even if I'm wrong, there are still a billion and a half people who speak this language. It's not like we're teaching her Danish or something. It's still very useful. If worse comes to worse, she'll be able to work in a Chinese restaurant, he jokes. 

 Given the substantial resources that Rogers is investing in his ambitious new project, he appears to have serious plans for his only daughter, who was born not long after his 60th birthday. In general, when Jim Rogers makes a prediction, no one jokes about it. Rogers earned fame and much fortune thanks to the Quantum investment fund he founded together with George Soros in 1970. During the Seventies, the fund made astronomical profits on its investments. Since then, Rogers has gained a name as the commodities guru, thanks to his ability to identify promising investments in commodities such as copper and sugar. He also found time to write best-sellers, like Investment Biker, that combine travel experiences and investment advice in the global arena, and is a regular commentator on the Fox network. 

 Rogers has traveled all over the world and even broke a Guinness World Record for traversing the world by motorcycle. On another trip he took with his wife, Paige Parker, beginning at the end of the millennium, he again set out to go around the world, this time in a yellow Mercedes custom-built for the journey. The couple returned to New York after passing through 116 countries and having traveled 245,000 kilometers in three years. Their long stay in China gave them a chance to see the future for themselves. We believe that in Happy's lifetime, China will become the next big superpower, says Parker, 37. And it just seemed logical to us to give her the gift of Mandarin. Even if we're mistaken, she'll surely be able to get a job. 

 Gu-A, Gu-A!, says the child. She means watermelon; Happy loves watermelon, and she's hungry. The family follows the labeled path to the kitchen. Shirley takes out a special children's laptop that talks and sings in Chinese when you press on objects that appear on its screen. She places it on a stool on which the word stool is written in Mandarin and English. Happy starts to press and recite. Her parents ask her to say words in Mandarin, and to count. Happy happily obliges. 

 And then suddenly she's had enough. She slams the computer shut. The Mandarin voices are abruptly cut off and Happy says a word that has no counterpart in Mandarin - Pizza! she demands. I want pizza. Pizza! Pizza! Pizza! 

 Know your competitor

 Happy Rogers may be in the vanguard, but she certainly isn't alone. In New York of 2006, Chinese songs are being warbled by a good number of Caucasian toddlers whose parents have also decided to give them the gift of Mandarin. The parents view this as a vital step in 

Re: [budaya_tionghua] Kapan Perantuauan di mulai ?

2006-04-25 Terurut Topik Ambon



Kalau tak keliru ada pastor bernama Camilo bersama-sama dengan Fidel 
Castro angkat senjata menumbang rezim Batsita.

- Original Message - 
From: Sandy Suwardi Tirtasaputra [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, April 25, 2006 3:10 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Kapan Perantuauan di mulai ?


 Wah.. wah. apa bener tuh ada pemberontakan yg dipimpin orang2 Katolik..
 Ada atau bisa diceritakan dong lengkap kisahnya... dong...

 Siapa tau bisa menjadi sumber inspirasi dan semangat untuk terus berjuang
 lepas dari perlakuan tidak adil yg selama ini terjadi
 hehehe jadi inget guyonan satir yg dikatakan seorang teman ke gue...  Lo
 itu dosanya ada dua... udah oang Cina Katolik lagi... hehehe...

 Sandy Suwardi Tirtasaputra

 SSTudio - Graphic Design  Advertising
 Jl. Gading Mas Timur Blok B-4/No. 33
 Jakarta
 Phone : 021 - 30113299
 E-mail : [EMAIL PROTECTED]
 - Original Message - 
 From: liang u [EMAIL PROTECTED]
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Sunday, April 23, 2006 10:41 AM
 Subject: Re: [budaya_tionghua] Kapan Perantuauan di mulai ?


 Taiping Tianguo adalah pemberontakan petani yang
 dipimpin orang-orang Katolik.
 LU


 Send instant messages to your online friends 
 http://asia.messenger.yahoo.com





 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
 Yahoo! Groups Links






 


-- 

I am using the free version of SPAMfighter for private users.
It has removed 417 spam emails to date.
Paying users do not have this message in their emails.
Try www.SPAMfighter.com for free now!








.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












Re: [budaya_tionghua] Fwd: SBKRI Masih Diberlakukan di Surabaya

2006-04-22 Terurut Topik Ambon



Banyak itu berapa dan apakah bisa disebutkan beberapa nama?

- Original Message - 
From: Akhmad Bukhari Saleh [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Saturday, April 22, 2006 11:02 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Fwd: SBKRI Masih Diberlakukan di Surabaya


 - Original Message - 
 From: odeon_cafe
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Saturday, 22 April, 2006 10:21
 Subject: [budaya_tionghua] Fwd: SBKRI Masih Diberlakukan di Surabaya

 lho, banyak kok orang TIonghoa jadi tentara.
 sekarang mereka udah tua-tua. mereka itu pasukan
 di jaman soekarno. ada yang jadi jenderal jawabnya.
 tapi sejak jaman Pak Harto gimana? tanyaku lagi.
 jawabnya,ya, memang setelah Pak Harto agak sulit.
 tapi gak apa-apa kok orang Tionghoa jadi tentara.

 --

 Sudah pernah dibahas di sini, di jaman Soeharto juga banyak Tionghoa jadi 
 tentara, dan banyak juga yang sampai bintang. Tidak cuma bintang 1-2, yang 
 bintang 4 juga ada...

 Wasalam.





 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
 Yahoo! Groups Links





 


-- 

I am using the free version of SPAMfighter for private users.
It has removed 228 spam emails to date.
Paying users do not have this message in their emails.
Try www.SPAMfighter.com for free now!











.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  












Re: [budaya_tionghua] GUITHAR CONCERT Road To Bandung Jazz Festival

2006-04-22 Terurut Topik Ambon



Zaman dulu itu kira-kira kapan? Ini cerita mengenai Jazz di Tiongkok. Kurang 
lebih pada tahun 1920 menetap beberapa warga Rusia di Shanghai. Mereka ini 
adalah pemain musik. Mereka bergabung dengan pemain musik Tiongkok dan 
membentuk Jazz Band di Shanghai. Band ini menjadi orkestra utama untuk hotel 
yang paling terkenal di Shanghai [saya lupa nama hotel tsb], tetapi bagi 
yang pernah menginap atau minum bir atau makan atau berkunjung ke Shanghai 
umumnya diajak untuk memandang kota Shanghai, bisa dilihat dengan jelas 
berbagai bahagian, misal bahagian kediaman orang Jepang, Ingris, Perancis 
selain itu juga lalu lintas kapal sungai. Tower dari hotel tsb merupakan 
bagunan tertinggi di Shanghai tempo doeloe. Dari Shanghai ini terpencar 
Jazz ke berbagai kota besar di Tiongkok.

Untuk mengetahui lebih banyak lagi sebaiknya para ahli sejarah, teritimewa 
tentang perkembangan musik di Tiongkok memberi tambahan atau dikonsultasi.

- Original Message - 
From: Linda Harsini [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Saturday, April 22, 2006 11:14 AM
Subject: RE: [budaya_tionghua] GUITHAR CONCERT Road To Bandung Jazz Festival


 Biar ada hubungannya dengan budaya tionghoa.
 Tanya:
 Apakah ada jenis musik jazz dalam musik tionghoa jaman dulu ya?


 Thanks.

 -Original Message-
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Steve Haryono
 Sent: Saturday, April 22, 2006 3:58 PM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: RE: [budaya_tionghua] GUITHAR CONCERT Road To Bandung Jazz
 Festival

 Maaf kalau saya bertanya,

 Tulisan dibawah ini sebenarnya apa hubungannya ya dengan budaya tionghoa
 ?
 Saya jadi bertanya-tanya sendiri, saya itu sedang mengikuti milis
 mengenai budaya tionghoa atau milis musik jazz ?

 steve

 -Original Message-
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of andry haryanto
 Sent: Friday, April 21, 2006 8:20 PM
 To: Uning Satya B
 Subject: [budaya_tionghua] GUITHAR CONCERT Road To Bandung Jazz Festival


 GUITHAR CONCERT
 Road To Bandung Jazz Festival
 Feel The Festival Atmoshere
 29 APRIL 2006, SASANA BUDAYA GANESA

 prolog
 sampai saat ini, masih banyak kalangan yang menilai Jazz sebagai
 sebuah genre musik yang dikhususkan untuk kalangan-kalangan tertentu,
 kalangan Borjuis. Sangat disayangakan memang jika kita memandang dan
 menilai Jazz sebagai sesuatu yang hanya ditujukan untuk kalangan borjuis
 saja. Selain itu, Jazz selalu distereotipkan sebagai musik yang rumit,
 menjemukan, atau sulit dicerna. Mari kita melihat kembali sejarah dimana
 musik Jazz lahir dan tumbuh pada zaman-zaman dahulu. Jika kita ketahui,
 Jazz terlahir dari kalangan kulit hitam yang terdikriminasi oleh
 kelas-kelas dominan. Walaupun pada awalnya, pada zaman swing, Jazz lebih
 disajikan untuk acara dansa kaum-kaum borjuis. Bisa jadi ini menjadi
 salah satu faktor dari khalayak dalam menilai secara sekilas musik Jazz
 menjadi bagian dari musik yang menjemukan, sehingga Jazz menjadi sebuah
 bagian minoritas di Indonesia.
 Lalu, pada akhirnya perkembangan Jazz mulai dikuatkan dengan
 merambahnya genre musik tersebut di pelosok-pelosok New York, Chicago,
 dan New Orleans.
 Dari sinilah musik Jazz berkembang dan menjadi semacam gaya hidup
 masyarakat sekitar. Dari klab-klab kecil di sekitar di sini pula Jazz
 mulai menguatkan identitas dan karakter yang diusung oleh Jazz itu
 sendiri. Chico Hindarto, Pengamat musik jazz/Produser Chico  Ira
 Productions, dalam sebuah tulisannya yang berjudul Demokrasi Dalam Musik
 Jazz mengatakan sekaligus mempertanyakan; Musik jazz bukan musiknya
 kaum ekonomi atas, tetapi lebih tepat dikatakan musiknya kaum
 intelektual tinggi. Perlu digaris bawahi, kaum intelektual tinggi tidak
 sebentuk dan sebangun dengan kaum ekonomi atas.
 Bukannya banyak kaum intelektual yang hidup di garis ekonomi pas-pasan?
 Bukan itu saja, Chico juga menulis, Fenomena lain dari musik jazz
 adalah keterbukaannya dengan jenis musik lain. tidak ada kata haram
 untuk memadukan musik jazz dengan jenis musik lain. Contoh yang nyata
 adalah di awal tahun 1960an ketika jazz dengan mudahnya berpadu dengan
 musik bossanova (samba) asal Brazil. Atau, ketika musik Art Rock sedang
 menjamur di tahun 1970-an, jazz dengan luwesnya meramu jazz dan rock
 menjadi fusion. Rasa ingin tahu musisi jazz, relatif lebih besar
 dibandingkan dengan musisi dari jenis musik lain. Musik jazz dengan
 intens menggali musik yang mereka minati. Hal ini banyak terjadi dengan
 eksplorasi musik etnis, seperti etnis India, Afrika, Amerika Latin atau
 Asia Timur. Kemudahan musik jazz untuk berpadu dengan musik lain membuat
 musik jazz mengalami beberapa kali peremajaan yang membuat musik jazz
 tetap bertahan.
 Lalu, bagaimana dengan Jazz di Indonesia Sendiri?
 Perkembangan Jazz di Indonesia belakangan ini dirasa cukup kuat
 meningkat.
 Apresiasi terhadap musik Jazz tumbuh dengan begitu pesatnya. Inisiatif
 untuk membuat event-event Jazz 

[budaya_tionghua] Series of Sino-Saudi Accords to Be Signed During Hu Visit

2006-04-22 Terurut Topik Ambon



http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=81093d=22m=4y=2006

 Saturday, 22, April, 2006 (24, Rabi` al-Awwal, 1427)



 Series of Sino-Saudi Accords to Be Signed During Hu Visit
 Mohammed Rasooldeen, Arab News

 
 
 RIYADH, 22 April 2006 - Chinese President Hu Jintao will arrive in Riyadh today from Washington, on a state visit to the Kingdom at the invitation of Custodian of the Two Holy Mosques King Abdullah.

 In addition to high-level talks, a series of general and trade agreements will be signed during the two-day tour, the Chinese Embassy said yesterday.

 King Abdullah will host a dinner banquet in honor of the visiting president at his palace today. This will be President Hu's first visit to the Kingdom as president and he is scheduled to hold talks with King Abdullah for one hour following the welcome ceremony hosted by the Saudi king in his palace tomorrow, a spokesman from the embassy told Arab News.

 Hu's visit to Saudi Arabia comes only three months after King Abdullah made a trip to Beijing in January, the first by a Saudi king since diplomatic relations were established in 1990.

 During his visit, King Abdullah oversaw the signing of five economic deals, including an energy framework agreement that the two sides will flesh out in Riyadh.

 This will be the second meeting of the top leaders of the two countries this year, the embassy spokesman said, recalling King Abdullah's to China visit, his first overseas trip since his ascension to the Saudi throne in August last year.

 He added that King Abdullah extended an invitation to President Hu to visit his country and it was readily accepted by the Chinese president.

 The last Chinese presidential visit to the Kingdom was in 1999 by Jiang Zemin.

 The Kingdom remains China's largest oil supplier and the biggest trade partner in the Middle East with bilateral trade reaching $16 billion in 2005, up 56 percent over the previous year, the official said. 

 Last year, China imported 22.18 million tons of crude oil from the Kingdom. Saudi exports to China in 2005 were valued at $9.3 billion, an increase from $6 billion in the previous year. Its imports have also increased from $3 billion in 2004 to $4 billion this year.

 The Saudi Arabian General Investment Authority has issued licenses to 36 Chinese joint ventures worth $480 million, 73 percent of which is funded by Chinese businessmen. 

 According to Abdul Rahman Al-Rashed, chairman of the Saudi Council of Chambers of Commerce and Industry, Saudi businessmen will hold talks with their Chinese counterparts to identify new areas of cooperation in trade.

 The topics that will be taken up for discussions include setting up of a Saudi-Chinese Bank, holding of trade exhibitions in the two countries to promote each other's products and services, setting up of Saudi and Chinese trade offices in the host countries and establishing free trade between the two countries. This will be a good opportunity for the two countries to strengthen bilateral trade to cater to the growing demand for Chinese and Saudi products and services, Al-Rashed said. 

 President Hu will also hold talks with Crown Prince Sultan, who will host him at a luncheon today. He will discuss regional matters with GCC Secretary-General Abdul Rahman Al-Attiya and pay a visit to the SABIC headquarters in Riyadh. He is scheduled to visit the Shoura Council, where he is expected to deliver a speech on bilateral relations. 

 During the visit, the two governments will sign a series of agreements on cooperation in sports and youth programs, energy and health affairs.

 The agreement on health cooperation will include exchange of medical experts between the two countries and introducing traditional Chinese medicine into the Kingdom.

 The president will meet the Saudi businessmen in Riyadh at Royal Guest Palace and will receive businessmen and members of the Chinese community in the Kingdom at a reception at the Chinese Embassy premises.

 In the Eastern Province on Sunday, Hu is expected to hold talks with Prince Muhammad ibn Fahd and visit the King Fahd Causeway and Saudi Aramco in Dhahran. Prince Muhammad will host the president a dinner at his palace. 

 President Hu will also visit Morocco, Nigeria and Kenya as part of his tour.

 For decades China has played on its solidarity with developing African nations for influence, but in recent years Beijing has looked to the continent as a source of energy and natural resources as well as a growing market for its goods. 
 
 
 


-- 

I am using the free version of SPAMfighter for private users.
It has removed 271 spam emails to date.
Paying users do not have this message in their emails.
Try www.SPAMfighter.com for free now!


[Non-text portions of this message have been removed]









.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : 

[budaya_tionghua] 40 Tahun yang Lalu

2006-04-12 Terurut Topik Ambon
  RIAU POS
  Sabtu, 08 April 2006  

  40 Tahun yang Lalu 



  Pada awal tahun 1960-an, Pemerintah Kerajaan Inggris membuat keputusan 
untuk menyatukan federasi tanah Melayu, Singapura, Brunei Darusalam, Serawak 
dan Borneo Utara (Sabah) menjadi negara yang disebut negara Federasi Malaysia 
dengan Ibu Kotanya Kuala Lumpur. Keputusan pemerintah kerajaan Inggris tersebut 
menyebabkan protes yang keras dari pemerintah Republik Indonesia atau 
Pemerintah Soekarno pada waktu itu. Alasan yang dikemukakan pada waktu itu 
antara lain gagasan tersebut telah mematikan hasrat rakyat Serawak dan Sabah 
untuk menjadi negara merdeka. Gagasan Pemerintah Inggris itu didukung dengan 
kuat oleh Perdana Menteri Federasi Tanah Melayu Tengku Abdurahman Al Haj dan 
Perdana Menteri Singapura pada waktu itu Lie Kuan Yeow. Dalam perjalanan 
pembentukan negara baru Federasi Malaysia tersebut, pertama tersandung oleh 
mundurnya Brunei di tengah jalan dan tinggalah  empat negara saja yang terus 
maju yaitu Federasi Tanah Melayu, Singapura, Serawak dan Borneo Utara (Sabah). 
Selanjutnya setelah berjalan beberapa waktu pada 9 Agustus 1966 giliran 
Singapura keluar dari federasi tersebut, dan mengumumkan kemerdekaannya. 
Keluarnya Singapura dari Federasi Malaysia disebabkan pertentangan yang hebat 
antara Tengku Abdurahman dengan Lie Kuan Yeow. Tengku Abdurahman menganggap 
Singapura tidak patuh pada Kuala Lumpur sedangkan Lie Kuan Yeow merasa terlalu 
banyak didikte oleh Kuala Lumpur.   


  Pemerintah Indonesia sendiri terus mengadakan perlawanan untuk 
menggagalkan pembentukan negara Federasi Malaysia tersebut terutama melalui 
perang urat syaraf baik cetak maupun elektronik di samping mempersiapkan 
pasukan-pasukan tempur dan yang lebih banyak lagi sukarelawan-sukarelawan sipil 
yang dikirim ke perbatasan terutama di Kepulauan Riau maupun perbatasan Serawak 
dan Sabah. Puncak dari penentangan Pemerintah Republik Indonesia ialah 
diumumkannya Komando Dwikora yang antara lain berbunyi, bubarkan dan ganyang 
Malaysia. Komando tersebut dibacakan sendiri oleh Presiden Soekarno pada 
September 1963. Maka sejak itu di seluruh Indonesia dikobarkan semangat Ganyang 
Malaysia tersebut, bukan saja melalui radio tetapi juga melalui 
penyusupan-penyusupan ke tanah Melayu. Dan sejak itu Kepulauan Riau yang pada 
waktu itu merupakan daerah luar Pabean (Buiten Told Gebied) dimana perdagangan 
dengan Singapura tidak berlaku ketentuan yang diatur oleh Bea Cukai artinya 
semua barang yang masuk (impor) dan keluar (ekspor) bebas dari ketentuan. Sejak 
itu Kabupaten Kepulauan Riau yang semua keperluannya didatangkan dari luar 
negeri (Singapura) mengalami kesukaran yang luar biasa. Karena semua keperluan 
pokok sekarang harus didatangkan dari Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Karena 
tanpa persiapan yang memadai Kepulauan Riau yang tadinya berpuluh-puluh tahun 
tidak pernah mengalami kesukaran kini harus menyesuaikan semua peraturan 
perdagangan yang normal.

  Sejak diumumkannya komando Ganyang Malaysia oleh pemerintah atau Kogam 
sebagai pengganti Komando Tertinggi atau Koti. Untuk mengatasi masalah-masalah 
yang timbul akibat konfrontasi dengan Malaysia di daerah perbatasan, Komando 
Ganyang Malaysia membentuk beberapa komando antara lain Kopendasan (Komando 
Pembangunan Daerah Perbatasan) yang menangani masalah perbatasan baik ekonomi, 
sosial, dan lainnya. Kegiatan Ganyang Malaysia yang dilakukan terutama di 
daerah perbatasan sangatlah melelahkan karena kegiatan tersebut dilakukan 
dengan tanpa persiapan yang cukup di bidang logistik dan lain-lain sehingga 
kita menyaksikan betapa tidak siapnya pasukan kita waktu itu untuk menghadapi 
pihak lawan.

  Tiba-tiba bagaikan petir di siang hari, melalui RRI Jakarta pada 1 
Oktober 1966 pengumuman ada pengambilalihan pemerintah oleh gerakan yang 
dinamakan Gerakan 30 September PKI. Gerakan tersebut telah melakukan teror luar 
biasa dengan melakukan pembunuhan terhadap jenderal-jenderal senior antara lain 
yakni Ahmad Yani, DI Panjaitan, Suprapto, S Parman, dan lainnya. Sedangkan 
pembunuhan terhadap AH Nasution tidak berhasil. Usaha kudeta G30S PKI tersebut 
dapat digagalkan oleh Jenderal Suharto, dengan bantuan pasukan tempur RPKAD 
yang dipimpin oleh Sarwo Edi. Keganasan yang dilakukan G30S PKI tersebut 
mendapat tantangan keras dari rakyat terutama mahasiswa dan pemuda yang 
tergabung dalam berbagai organisasi yang akhirnya membentuk kesatuan-kesatuan 
aksi pada tahun 1966 yang disebut Angkatan 66. Munculah nama-nama kesatuan aksi 
seperti KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda 
Pelajar Indonesia), KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia), KABI (Kesatuan Aksi 
Buruh Indonesia), dan lainnya. Kesatuan-kesatuan aksi tersebut melakukan 
demonstrasi-demonstrasi yang terkenal dengan tuntutannya Tritura (Tiga Tuntutan 
Rakyat) yang salah satu tuntutannya adalah pembubaran PKI (Partai Komunis 
Indonesia). Dalam demo-demo tersebut telah jatuh beberapa korban 

Re: [budaya_tionghua] DARI Saya - dari KOLOM SAYA

2006-04-07 Terurut Topik Ambon
Sorbon ini harus bisa memberi keterangan karena dia pernah berdiam di 
Tiongkok bertahun-tahun.


- Original Message - 
From: Nasir Tan [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Friday, April 07, 2006 7:33 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] DARI Saya - dari KOLOM SAYA




 Sobron Aidit [EMAIL PROTECTED] wrote:Sobron Aidit :


 D A R I  S a ya - dari K O L O M   S A Y A


 Sangat banyak pendapat dan pandangan dan berbagai pikiran mengenai yang
 tadinya bertema MANAKAH YANG BANYAK - ORANG-ORANG DARI NEGERI SOSIAIS
 MELARIKAN DIRI KE NEGERI KAPITALIS ATAUKAH ORANG-ORANG DARI NEGERI 
 KAPITALIS
 MELARIKAN  DIRI  KE  NEGERI  SOSIALIS. Lalu tema ini berubah semakin 
 luas -
 melebar menjadi APAKAH SOSIALISME PUNYA HARI  DEPAN?Lalu kata Sosialisme
 diubah menjadi MARXISME.

 Dan diskusi - isi posting bertambah banyak dan berbagai ragam. Lalu banyak
 teman yang memang berkehendak baik - bermaksud baik - menanyakan mengapa
 saya kurang aktive ikutserta dalam pendiskusian yang padahalkatanya 
 dulunya
 adalah seorang guru SPC - Sekolah Partai Central dan guru MDH lagl!. Lalu
 kepada saya banyak sekali pendapat - kritik - hujatan - 
 sampaimaki-makian -
 pelecehan - merendahkan - mengejek dan sebangsanya itu.

 Sudah saya tulis bahwa saya menerima itu semua dengan senang hati dan
 samaskali tidak merasa sakit hati apalagi dendam. Ada lagi yang 
 mengatakan,
 kok sehabis nulis melempar bola panas lalu tiba-tiba nulis tentang Amien
 Rais - dan demokrasi Amerika lalu malah nulis KlubTertawa.gimana sih!
 Agar semua teman juga tahu - sudah saya katakan - saya bebas menulis apa
 saja - tentang apa saja. Saya bebas mulai dengan yang ini - lalu 
 berhenti -
 dan lalu nulis yang lain lalu yang lain lagi. Saya menulis dalam segala
 cuaca segala espace apa saja. Dari menulis tentang pertentangan Israel -
 Palestina - Lalu Peta Politik Indonesia Kini - lalu besoknya saya nulis
 tentang Bacaan Ringan - tentang cucu saya Berry - pemain bola harapan
 berusia 10 tahun! Lalu tentang ke pasar beli cabe - beli ikan teri dan
 terasi. Saya tidak terikat pada satu tema.

 Tentang menulis tema besar yang sangat luas ini - saya sudah katakan pada
 tulisan saya - bahwa saya tidak mampu memprakarsainya - memimpinnya -
 memegang kendalinya. Sudah saya usulkan agar ada teman lain yang saya 
 anggap
 mampu dan pandai membawakannya.

 Pasal pelajaran teori yang dulu-dulu, saya sudah banyak lupa - sebab semua
 buku-buku saya yang barangkali dari ratusan sampai ribuan - sudah habis
 dirampas - dibakar - dibuang oleh tentara dari ruMh saya di Tebet - 
 Jakarta
 dan Gondangdia Lama Jakarta. Buat suatu diskusi dengan tema begini luas 
 dan
 begini ilmiah begini makan-pikiran - tidak mungkin tanpa buku bacaan yang
 lengkap. Dan saya sudah berpisah dengan semua ajaran dan ilmu yang dulu 
 saya
 geluti sampai tahun 1963 - sudah itu saya tidak pernah lagi membacai
 buku-buku itu. Dan ketika saya membacai uraian teman-teman tentang isi 
 tema
 akbar ini - bukan main saya merasa sangat ketinggalan - dan saya tak punya
 daya apa-apa. Karena otak saya samasekali kosong melompong - sudah sangat
 jauh dari ilmu-terori buku-buku itu. Dan saya sangat sedih - tidak mungkin
 saya dengan aktive lagi ikut-serta dengan teman-teman yang begitu hebat -
 begitu fasih dengan segal terori revolusi dan ajaran Marxisme.

 Jadi maafkanlahsaya - jangan terlalu banyak mengharapkan saya. Biarkanlah
 saya menjadi diri saya sendiri. Biarlah si sobron menulis CORAT-CORET -
 OBROLAN MALAM - SERBA-SERBI - MENU MASKAN - BACAAN RINGAN dan sebagainya
 yang sangat cetek - sangat ringan - dan sangat tidak ada artinya bagi
 REVOLUSI dan ajaran MARXISME. Dan hanya begitulah yang dia bisa - hanya
 begitu sajalah kemampuan dia sebagai pengarang - biarkanlah dia mau nulis
 apa saja - asal ada faedahnya bagi sementara orang.

 Jadi bebaskanlah saya mau menulis apa - boleh diejek - dihina - dihujat -
 tetapi jangan dilarang - biarkanlah dia menjadi dirinya sendiri. Tokh di
 sini tidak ada ikatan apa-apa - tidak ada ketergantungan organisasi. Saya
 akan sangat senang pabila orang masing-masing pandai dan dapat menghargai
 satu sama lain - menghormati kebebasan harkat kemanusiaannya antara satu
 kepada yang lain. Itu saja dulu,-

 

 Paris,-   6 April 06,-


  Komentar :
Sejak saya bergabung di milis ini, saya sudah sering melihat tulisan 
 Pak Sabron Aidit. Saya kagum melihat tulisan-tulisannya yang mana menurut 
 saya lain dari yang lain. Namun demikian, saya pribadi tidak memiliki 
 pengetahuan/back ground tentang apa yang dituliskannya yang mana 
 kebanyakan adalah sejarah atau pengalaman pribadinya beliau sendiri. 
 Sehingga tentu tidak akan nyambung kalau saya menanggapi karena beda. 
 Tetapi saya mau mengatakan bahwa tulisan beluai memang menarik dan unik 
 dan bagi yang memiliki background yang sama dengan beliau ini bisa 
 merupakan suatu inpirasi ataukah bahan renungan yang baik.
  Saya tertarik 

[budaya_tionghua] Masih Ingat Souw Beng Kong?

2006-04-04 Terurut Topik Ambon
http://www.suarapembaruan.com/News/2006/04/04/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
Masih Ingat Souw Beng Kong?

 

Makam Souw Beng Kong, salah satu tokoh yang berperan penting dalam perkembangan 
sejarah Jakarta, yang kini kondisinya tak terawat.[Pembaruan/Aa Sudirman] 

Ada yang masih ingat Souw Beng Kong? Siapa dia? Mungkin pertanyaan itu yang 
akan kita dengar jika nama Souw Beng Kong kita sebutkan. Namanya memang jarang 
terdengar. Warga Jakarta termasuk yang sering disebut keturunan Tionghoa pun, 
bisa jadi banyak yang tidak mengetahui namanya. Apalagi kiprahnya pada masa 
lalu. 

Tapi pemilik nama itu sebenarnya punya hubungan erat dengan Jakarta. Ia hidup 
saat ibu kota Indonesia ini belum lahir. Indonesia, artinya, belum berdiri. 
Souw Beng Kong hidup saat wilayah yang sekarang menjadi ibu kota Negara ini, 
masih merupakan wilayah kekuasaan VOC, persekutuan dagang Hindia Timur. Singkat 
kata, saat itu penduduk yang wilayahnya saat itu disebut Batavia, masih 
merupakan jajahan kelompok pengusaha Belanda yang mempunyai kemampuan militer 
dan adiministrasi. 

Souw Beng Kong adalah Kapitan Cina Pertama di Batavia pada 1628. Dengan 
kedudukannya itu, ia bisa dikatakan sebagai pria yang ikut menentukan wajah 
Batavia masa itu. Tugas utamanya sebagai kapitan ialah, mengurus semua warga 
Tionghoa di Batavia. Ia juga mempunyai tanggung jawab sebagai juru bicara warga 
Tionghoa pada masa jabatannya. Tugas yang tidak ringan, tentunya. 

Dari sisi politik perjuangan mengusir penjajah dari bumi Indonesia, Souw Beng 
Kong bisa dikatakan sebagai kawan Belanda. Persahabatan pribadinya dengan 
Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen sangat dikenal pada masa itu. Tapi 
melupakan namanya dari ingatan sejarah jelas tidak tepat. Sepak terjangnya saat 
berkuasa merupakan masalah yang layak jadi bahan kajian. Setidak-tidaknya agar 
warga Jakarta mengetahui sejarah masa lalu kotanya. 

Upaya ini yang tampaknya mendorong Komunitas Peduli Sejarah dan Budaya 
Indonesia (KPSBI)- Historia mencantumkan kunjungan ke makam Souw Beng Kong 
sebagai salah satu kegiatannya. Kunjungan yang unik itu dikemas dalam program 
Jakarta Trail Mangga Doea, Kampoeng Petjah Kulit. 

Pengetahuan tentang bentuk dan lokasi makam Souw Beng Kong diharapkan bisa 
menjadi titik awal dari kesadaran warga Jakarta untuk lebih mengetahui sejarah 
kotanya. Harapan lainnya, tentu saja untuk menjadikan lokasi makam itu sebagai 
tujuan wisata dalam kota yang menarik. KPSBI-Historia memang didirikan untuk 
memperkenalkan sejarah dan kebudayaan Jakarta melalui pengenalan benda cagar 
budaya. 


Jalan Kaki 

Dalam programnya untuk menyusuri lokasi-lokasi yang nyaris terlupakan, 
KPSBI-Historia berhasil menjaring 130 peserta. Sejak Minggu (2/4) sekitar pukul 
08.00, 130 peserta dan beberapa relawan KPSBI-Historia sudah berkumpul di 
halaman Museum Bank Mandiri di Jalan Lapangan Stasiun Kereta Api, Jakarta Kota. 

Museum itu tadinya merupakan gedung Bank Eksim. Jauh sebelumnya, tepatnya sejak 
14 Januari 1933 itu gedung itu diberi nama Nederlandsche Handel Maatshapppij 
(NHM) ke 10. Gedung bergaya klasik Art Deco yang unik itu menjadi tempat 
pertemuan sekaligus tempat rombongan melalui perjalanannya. 

Peserta yang telah membayar Rp 50.000 mendapat penjelasan singkat dari panitia 
mengenai sejarah beberapa bangunan dan tempat yang akan dikunjungi. Sebuah 
kotak kecil berisi kue, pisang goreng, air minum, dan buku panduan juga 
dibagikan. 

Puas melihat-lihat bangunan unik itu, peserta kemudian berjalan kaki 
mengunjungi Gedung Bank Indonesia yang tidak jauh dari Museum Bank Mandiri. 
Gedung Gereja Sion yang dibangun 20 April 1639, menjadi sasaran selanjutnya. 
Gedung lainnya yang mendapat kunjungan ialah Stasiun Kereta Api Jakarta Kota 
yang lebih dikenal dengan nama Beos. Usai mengamati gedung yang masih berdiri 
tegak namun kotor itu, peserta kemudian mengunjungi gedung SMPN 22 yang 
dibangun pada 1910. 

Lokasi menarik lainnya yang juga tidak luput dari pengamatan peserta ialah 
bekas tanah milik keluarga Pieter Erberveld, makam Raden Ateng Kartadriya, 
Masjid Mangga Dua, dan makam Souw Beng Kong. 

Makam kapitan Cina itu ternyata terletak di wilayah yang sulit dibayangkan. Di 
tengah terik panas matahari, peserta harus berjalan menyusuri Jalan Pangeran 
Jayakarta sebelum menemukan papan penunjuk jalan bertuliskan Gang Taruna. Tepat 
diujung gang terlihat tulisan pangkalan ojek. Ada penjual pulsa telepon di 
sayap kiri dan penjual makanan. 

Di gang itu, sejumlah pengojek dan penduduk setempat terlihat tengah bermain 
catur. Saya belum pernah ke tempat ini seumur hidup. Padahal saya lahir dan 
besar di Jakarta. Nama Souw Beng Kong hanya pernah dengar selintas, kata 
Widjaya, salah seorang peserta jalan-jalan sambil menanti giliran masuk ke 
dalam gang. Peserta memang harus dibagi dalam bebebera kelompok dan berbaris 
masuk ke dalam gang, karena sempitnya jalan masuk. 


Bentuk Unik 

Gang Taruna memang sempit dan kumuh. Rumah penduduk sangat rapat. Di pinggir 

[budaya_tionghua] The new socialist cityscape

2006-03-28 Terurut Topik Ambon
http://www.atimes.com/atimes/China/HC28Ad03.html


Mar 28, 2006 


 
The new socialist cityscape
By Kent Ewing 


HONG KONG - With growing rural unrest over land seizures prompting Chinese 
leaders to shift their focus to building a new socialist countryside in the 
recently announced five-year plan, it is easy to forget that the state of 
affairs in Chinese cities is hardly ideal. 

Disgruntled urban homeowners are also fed up - with random fees, inadequate 
services, illegal structures, unscrupulous property developers and indifferent 
local officials. Increasingly, they are turning to protest - and even violence 
- to demand their rights. Indeed, perhaps it is time for Chinese leaders to 
consider a new socialist cityscape in addition to their much-ballyhooed rural 
strategy. Unlike with rural protests - 87,000 incidents of which were 
officially recorded last year, a 6% increase over 2004 - no official tally is 
kept on urban unrest sparked by property disputes, but examples abound. 

At the core of the problem is the lack of any viable property law in China, 
despite the adoption of a constitutional amendment by the National People's 
Congress (NPC)in 2004 protecting private property rights. The vagueness in the 
language of that amendment, however, spurred legal scholars to draft 
legislation with more specific guarantees for property owners, and that bill 
was scheduled to be adopted earlier this month at the NPC's annual plenum in 
Beijing. 

But a funny thing happened. The draft law became the subject of an intense 
debate between reformers and conservatives that spilled over into the normally 
placid, rubber-stamp NPC and resulted in the bill being shelved for at least 
another year. 

Proponents say the bill would provide long-overdue legal recognition of private 
property rights and guarantee compensation when property is expropriated - a 
frequent occurrence and flash point for angry protests in Chinese cities, as 
well as in rural areas. But a resurgent group of Marxist conservatives argues 
that, by encouraging privatization, the law would widen the gulf between the 
rich and the poor and exacerbate social unrest. 

Drafters had been fine-tuning the bill for eight years before a prominent 
Marxist legal scholar at Peking University, Gong Xiantian, blasted the proposed 
law in an open letter posted on the Internet and also mailed to Wu Bangguo, 
chairman of the NPC's Standing Committee. Gong maintained that the bill 
violated the country's socialist constitution because it gave equal protection 
to private and state-owned property. Socialist principles dictate that the 
state's rights supercede those of the individual, Gong wrote, and conservatives 
were quick to jump on his bandwagon, effectively killing any chance the 
legislation would be passed this year. 

The conservative attack provided quite a contrast to a simple explanation of 
its merits that appeared in the government-controlled China Daily 18 months 
ago. Comparing a homeowner's property to a glass cup, the anonymous article 
said: For example, you can keep your cup on your desk, sell it or even smash 
it, so long as you are the legal owner of the cup. Everyone else has the 
obligation not to hinder you from exercising these rights. However, if someone 
smashes it, he or she will be liable to pay the cup owner. 

At that point, Gong's letter had not been written, and no one knew that 
conservatives would muster the influence to quash the draft legislation. And, 
in the wake of their success, China's property developers are free for at least 
another year to continue dipping into a bag of dirty tricks that, while lining 
their pockets, have inspired demonstrations all over the country. 

A litany of complaints 
The fact that farmland remains collectively owned in China complicates 
peasants' claims for compensation when their land is seized for industrial 
purposes. In cities, however, private ownership is recognized. Nevertheless, 
without legal protection, such recognition has not provided much help to 
homeowners - who, according to Human Rights Watch, are routinely evicted 
without legal recourse, especially in Beijing, as the country prepares for the 
2008 Olympics to be hosted there. 

But evictions are not the only problem. Homeowners have voiced a litany of 
complaints, and the response from local governments and property management 
firms has ranged from indifference to violent suppression of their grievances. 

Just ask Li Gang, a member of a residents' committee in a development called 
Huanan New City in the southern metropolis of Guangzhou. Last month, three days 
after Li had led hundreds of fellow residents and businessmen in a protest 
against a property management company's arbitrary decision to cancel a shuttle 
bus that had previously served their estate, he found himself in a hospital, 
fighting for his life. Thugs had forced their way into his home and beaten him 
so severely that his spleen was ruptured. 

[budaya_tionghua] Re: [koran-sastra] LATIHAN BELAJAR MENGINGAT ( Anti-Lupa dan Anti-Pikun )

2006-03-23 Terurut Topik Ambon
Apakah ada latihan bagi yang dulu tidak tahu dan sekarang lupa?


 
- Original Message - 
From: Sobron Aidit [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL 
PROTECTED]; budaya_tionghua@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL 
PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; 
[EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL 
PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, March 23, 2006 1:12 PM
Subject: [koran-sastra] LATIHAN BELAJAR MENGINGAT ( Anti-Lupa dan Anti-Pikun )


 Sobron Aidit :
 
 
 
 L A T I H A N   M E N G I N G A T
 ( Anti-Lupa dan Anti-Pikun )
 
 
 Seseorang pabila sudah tua - adalah wajar kalau sering lupa atau mengarah 
 kepada pikun. Tetapi suka lupa atau sering lupa atau pikun terkadang tidak 
 tergantung pada usia. Ada orang yang sudah mau berusia 80 tahun - tetapi 
 pikirannya cukup jernih dan samasekali tidak pikun. Sebaliknya ada yang 
 belum sampai berusia 60 tahun tetapi sering atau suka lupa dan sudah mulai 
 pikun. Semua ini tergantung pada kesehatan seseorang - kondisi kesehatan 
 masing-masing.
 
 Saya banyak memperhatikan dan menyelidiki bagaimana seseorang itu menjadi 
 begitu tua - tetapi jauh dari pikun - dan pikirannya jernih - masih cukup 
 terang - jelas dan tajam. Dan termasuk punya usia lanjut tetapi cukup sehat. 
 Sejak saya tinggal di Tiongkok - saya sudah mulai mempelajari dan banyak mau 
 tahu - kenapa seseorang itu lekas lupa dan lekas pikun dan lekas tua - 
 walaupun usia sebenarnya belum tua.
 
 Kebanyakan yang saya lihat - orang-orang berusia lanjut - tetapi 
 kesehatannya masih cukup baik - dan pikirannya jelas - jernih dan masih 
 tajam ingatannya - kebanyakannya adalah para jenderal-tua. Dan para 
 jenderal-tua ini adalah pengikut aktive perjuangan ketika Long March dulu 
 itu = 1934. Para jenderal tua ini, selalu banyak geraknya - selalu bekerja 
 badan - selalu aktive bergerak - selalu ikut bekerja - menggerakkan otaknya 
 - pikirannya. Dan sudah itu saya cari apakah ada orang-orang lain yang bukan 
 tentara bukannya jenderal, tapi punya kesehatan yang baik - masih fit dan 
 pikirannya jernih dan tajam. Ternyata ada dan sama saja - jadi bukan karena 
 dia jenderal! Yang pokok adalah karena seseorang itu selalu aktive bekerja 
 badan - selalu menjalankan otaknya - selalu berpikir dan samasekali tidak 
 malas. Ini yang pokok. Lalu kenapa saya mengambil fokus jenderal? Karane 
 para jenderal ini sudah terdidik sudah terdisiplin buat bekerja - buat turut 
 berproduksi - buat menjalankan otaknya. Rupanya dari segi ini yang bikin 
 saya menyimpulkan mengapa kok para jenderal itu punya kesehatan yang baik 
 dan pikiran yang tajam.
 
 Siapapun rupanya bisa seperti orang-orang yang saya lihat dan perhatikan 
 serta amati itu. Syaratnya yalah, mau bekerja badan - mau berproduksi - 
 aktive selalu dalam kehidupannya sehari-hari - dan menjalankan serta 
 menggerakkan otaknya. Sudah sering saya tulis - bahwa musuh pokok 
 orang-orang pensiunan - orang-orang tua yalah duduk berjam-jam nonton 
 televisi! Malas bekerja badan - malas menggerakkan otak - malas berpikir - 
 tidak aktive dan sangat pasive dalam segala soal! Nah, orang-orang begini 
 biasanya akan lekas dan sering lupa dan lekas pikun - mudah kelupaan apa 
 saja.
 Tidak bersemangat dan loyo - lekas capek - berat sekali buat menggerakkan 
 badan dan pikirannya. Padahal dia samasekali bukannya orang gemuk dan 
 bukannya orang gendut. Sebab tidak sedikit orang gemuk dan orang gendut yang 
 lincah dan cekatan dalam bekerja maupun berpikir.
 
 Buat mengatasi anti-lupa dan anti-pikun, baik juga melatih diri buat 
 membiasakan berpikir - melatih pikiran. Saya biasanya ketika dulu-dulunya - 
 atau sejak lama, terbiasa mengingat kemaren dulu saya makan apa ya. Lalu 
 kemaren saya makan apa. Dan ketika Hari Minggu beberapa hari yang lalu - 
 saya ke mana saja ya - dan makan apa. Saya sering menghafalkan nama-nama 
 stasiun sejak keberangkatan saya dari Paris ke Amsterdam - dan sebaliknya 
 ketika pulangnya. Juga menyebutkan stasiun apa saja yang disinggahi RER dari 
 kota kami Val de Fontaney ke Disneyland Park - yang ada 7 stasiun. Juga saya 
 masih ingat - maskapai penerbangan apa saja yang saya pernah tumpangi. Dan 
 yang menurut saya paling comfortable adalah Suissair - Swissaire. Dan MAS 
 paling enak makanannya. Dan di rumah saya itu ada 12 pintu - termasuk pintu 
 gudang - pintu balkon saja ada dua pintu. Dan sudah berapa kali saya datang 
 ke Jakarta semenjak dari tahun 1993 dulu itu - di mana ketika kami buat 
 pertama kalinya ke Jakarta setelah genap 30 tahun berpisah dengan tanahair.
 
 Apa dan di mana ketika saya pada malam 31 Desember 1999 - mau Tahun Baru 
 tahun 2000? Orang banyak salah tulis - menulis dengan millenium - ini salah 
 - mestinya mllennium - double l dan double n.
 Lalu salah menulis bandara Amsterdam - Holland, dengan Schipol - mestinya 
 Schiphol - h-nya ada dua!
 
 Ada kejadian apa 

[budaya_tionghua] RUU Penghapusan Diskriminasi Sangat Sensitif

2006-03-10 Terurut Topik Ambon
http://www.suaramerdeka.com/harian/0603/11/nas11.htm

RUU Penghapusan Diskriminasi Sangat Sensitif
SEMARANG - Materi rancangan undang-undang (RUU) tentang penghapusan 
diskriminasi ras dan etnis, sangat sensitif bagi masyarakat Indonesia. Guru 
Besar Fakultas Hukum Undip, Prof Dr Satjipto Rahardjo menyarankan pengesahan 
regulasi itu perlu hati-hati dan harus melalui kajian mendalam.

''Sebelum disahkan DPR, perlu dilakukan penelitian, kajian, dan studi banding 
ke luar negeri; tetapi tidak perlu harus datang langsung ke negara lain. DPR 
bisa memanfaatkan internet untuk mendapatkan data-data implementasi regulasi 
sejenis di negara lain,'' katanya di hadapan Panitia Khusus (Pansus) RUU 
Penghapusan Diskriminasi, di Ruang Senat Undip Pleburan, Semarang, Jumat (10/3).

RUU Penghapusan Diskriminasi sangat memungkinkan timbulnya efek yang tidak 
terduga, sehingga dia menyarankan adanya studi antisipatif. Yakni, andai 
peraturan itu benar-benar disahkan, maka DPR perlu memikirkan efek, akibat, dan 
segala kemungkinan yang bisa terjadi sebagai imbas dari terbitnya UU tersebut.

Pansus RUU itu datang ke Undip untuk berdiskusi dengan sejumlah akademisi dari 
PTN/ PTS se-Jateng. Mereka berharap, kedatangannya ke universitas itu bisa 
memperoleh masukan mengenai materi RUU tersebut.

Hadir dalam kesempatan itu antara lain Bisri Romli (dari Fraksi PKB), FX 
Suharno (Partai Demokrat), Dedi Sutomo (PDI-P), Rizal Bachtiar (PBR), dan 
Bambang Sadono (Partai Golkar).

''Tidak selalu keberadaan suatu UU bisa memecahkan masalah. Sebaliknya, justru 
bisa menimbulkan persoalan baru, kalau dalam pembahasannya ternyata tidak 
hati-hati, tidak cermat, dan tidak bijaksana.'' 

Dia menyarankan anggota DPR untuk berkonsultasi dengan para ahli; pakar 
sosiologi, antropolog, psikolog, dan ekonom. Pasalnya, diskriminasi bisa 
bernilai positif maupun negatif. Bernilai positif, misalnya, kalau dilakukan 
untuk memberikan keuntungan kepada warga negara yang berada dalam status tidak 
diuntungkan, yakni bisa dalam segi ekonomi, sosial, dan ras.

Rancangan tersebut, imbau dia, perlu memasukkan asas kehidupan dalam suasana 
harmonis. (H7-41a) 


[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Re: Orang Cina ada dan mau yang jadi PNS?

2006-03-09 Terurut Topik Ambon
Pernah terjadi di Ambon, yaitu pada kantor gubernur Maluku.. 30 orang 
pegawai non muslim dipecat dan ditempat mereka ditempat pegawai beragama 
Islam. Bukan itu saja malah ada gereja yang dilarang lonceng gereja berbunyi 
pada hari minggu karena bapak gubernur beristirahat.

- Original Message - 
From: Martha J. [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, March 09, 2006 5:59 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Orang Cina ada dan mau yang jadi PNS?


 saya jadi ingat jaman dulu tahun 1980, ada seorang anak buah saya,
 wanita jawa yang sangat jawa, agama budha, yang cerita dia ditolak
 kerja di lingkungan perusahaan pemerintah karena agama budhanya itu.
 Terang2an ketika menghadap personalianya, dibilang bahwa dia ditolak
 karena bukan islam.

 Tapi teman sekantor saya yang lainnya, yang chinese, lelaki, sarjana
 dan nonmuslim (enggak beragama) malah pindah dari kantor karena
 diterima kerja di kantor pajak. Kedua kejadian itu pada tahun yang
 sama. Mungkin di kalangan karyawan level bawahan, hal2 sara seperti
 itu berlaku.
 Atau mungkin tergantung seberapa saranya atasan dari perusahaan
 negara tersebut? entahlah.


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, odeon_cafe
 [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ya, bung JT benar bahwa sejak zaman orde baru
 pun terdapat etnis Tionghoa yang menjadi
 pegawai negeri. Dirjen agama budha yang pernah
 dijabat oleh Dr. Krisnanda Wijayamukti yang
 seorang etnis tionghoa adalah contoh tambahan
 untuk membenarkan uraian bung JT. belum lagi
 kalau menyebut anggota MPR spt Ibu Hartati
 Murdaya atau Eki syahrudin dari golkar. Bob Hasan
 yang diangkat menteri di kabinet terakhir suharto
 tentu berstatus pegawai negeri juga.

 para peniliti LIPI spt Mely G. Tan, Ibu Pauline
 dll juga tercatat sebagai PNS. dan jangan lupa,
 Purn. Brigadir Jenderal Tedy Jusuf yang saat ini
 Ketua Umum PSMTI itu juga tionghoa. ternyata ada
 juga lah etnis tionghoa yang menjadi PNS.
 begitu juga para pengurus Bakom PKB yang bernaung
 di bawah lembaga pemerintah dan tentunya juga
 tionghoa-tionghoa yang masuk dalam jajaran BKMC
 yang statusnya jelas menjadi intel menginteli
 aktivitas komunitas Tionghoa.

 tidak juga ada aturan tertulis yang melarang
 etnis tionghoa untuk menjadi ABRI, PNS, anggota
 par-pol dsb. persis sama dengan 'aturan tidak resmi'
 jabatan rektor yang harus almameter universitas
 bersangkuta. contohnya, untuk menjadi rektor Unair
 diharuskan alumnus Unair juga. sekalipun, tidak
 ada 'aturan tertulis' tetapi dalam prakteknya
 rektor Univ. Indonesia ya harus alumnus UI. tidak
 bisa alumnus UI menjadi rektor ITB.

 tetapi perlahan-lahan, perilaku diskriminatif ini
 sedang diubah oleh kalangan akademisi. sampai
 di mana keberhasilannya, saya tidak tau. tapi
 saya mendoakan semoga praktek diskriminasi 'tak
 tertulis' spt ini agar cepat berakhir.

 yang berbahaya dan selalu dikeluhkan oleh sebagian
 kalangan Tionghoa adalah praktek diskriminasi
 'tak tertulis'. gus dur mengkonfirmasi diskriminasi
 'tak tertulis' tersebut. begitu juga dengan anggota
 DPR dari fraksi PKS, Fahri Hamzah, dengan pernyataan
 bahwa praktek rasialis dan diskriminasi begitu sulit
 untuk dibuktikan tetapi sangat mudah dirasakan.

 saya setuju dgn JT bahwa yang paling penting adalah
 faktor menyesuaikan diri sebaik mungkin. contohnya JT
 kalau di milis t-net menggunakan istilah CINA dan
 menentang abis istilah TIONGHOA. tetapi di milis
 budaya-tionghoa memakai istilah TIONGHOA karena mainstream
 budaya-tionghoa lebih prefer menggunakan istilah TIONGHOA.
 karena sesuai dengan nama milisnya, budaya-tionghoa bukan
 cina-net.

 sekalipun, tidak menjadi jaminan dan tidak ada
 sangkut pautnya antara rasialisme anti-tionghoa dan
 penyesuaian diri sebaik mungkin. setau saya,
 alvin lie, anggota DPR dari PAN, tlah bertindak
 baik, tidak sombong dan tertib.

 tetapi pernah suatu kali karena perdebatan seru di
 ruang sidang, alvin lie dimaki 'CINA' juga. begitu juga
 Pak Kwik Kian Gie yang sangat nasionalis dan PDIP itu.
 pernah mau ditembak oleh Hariman Siregar dan dimaki
 'si cina' dengan kasar. padahal, pak Kwik Kian Gie itu
 tentu sangat santun di jajaran politisi. terlepas
 dari pernah sangat aktif di bakom PKB dan Prasetya Mulya.

 pertanyaan mendasar saya adalah apakah orang Tionghoa
 itu baru dikatakan cinta indonesia dan loyal terhadap
 NKRI kalo sudah jadi tentara atau PNS??

 Sub-Rosa II


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, jt2x00 jt2x00@ wrote:
 
  Koreksi untuk anda. Pada jaman Orba sekalipun, orang Tionghoa
 yang
  menjadi PNS cukup banyak, terutama di lingkungan Depkes dan
 Depdiknas
  (dulu Depdikbud).
 
  Perlu anda tahu, sampai dengan sekitar tahun 2000 (tepatnya saya
  lupa), semua dokter otomatis jadi PNS Depkes dan Wajib Kerja ke
  daerah2. Semacam ikatan dinas untuk jangka waktu tertentu,
 sesudahnya
  boleh pilih, tetap menjadi PNS atau mengundurkan diri. Setelah
  perubahan sistem dan diperkenalkannya dokter PTT, dokter tidak
 lagi
  otomatis jadi PNS.
 
  Di bidang

Re: [budaya_tionghua] Tentara tionghoa pada perang Dipenogoro.

2006-03-06 Terurut Topik Ambon
Diserahkan kepada yang memiliki referensi untuk memberitahukan agar kita 
menjadi lebih tahu.

- Original Message - 
From: steeve haryanto [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, March 06, 2006 7:05 AM
Subject: [budaya_tionghua] Tentara tionghoa pada perang Dipenogoro.


 --- Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Katnay Diponegor itu berontak karena tanahnya
 diambil oleh Belanda.   Tempo
 doeloe Hindia Belanda agaknya orang Tionghoa tidak
 diizinkan mempunyai hak
 memiliki tanah. Jadi saya baru tahu bahwa ada
 kesatuan Tionghoa yang turut
 Diponegoro.
 - Original Message - 
 From: Linda Harsini
...deleted...
  Di zaman perang Diponegoro, ada satu kesatuan
 Tionghoa yang bahu membahu
  memerangi pasukan Belanda. - Apakah yg
 dimaksud adalah Po An Tui?
 Tanggapan:
 kawan ... saya juga pernah membaca artikel disalah
 satu buku, cuma sayang banget saya lupa judul dan
 tempat membacanya, karna waktu itu cuma sekedar iseng
 saja sambil menunggu kawan di mall.
 Saya membaca apa benar pembrontakkan PRRI/Permesta itu
 adalah sekelompok orang - orang tionghoa yang
 membakang pemerintah orde lama? atau yang di danai
 oleh orang - orang tionghoa di Bandung dan Jakarta.
 Benarkah demikian ... mohon pencerahannya?
 Terimakasih,
 Steeve

 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
 http://mail.yahoo.com




 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
 Yahoo! Groups Links





 



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [budaya_tionghua] Fw: Re:Kenapa arang Cina tidak tertarik jadi tentara

2006-03-05 Terurut Topik Ambon
Katnay Diponegor itu berontak karena tanahnya diambil oleh Belanda.   Tempo 
doeloe Hindia Belanda agaknya orang Tionghoa tidak diizinkan mempunyai hak 
memiliki tanah. Jadi saya baru tahu bahwa ada kesatuan Tionghoa yang turut 
Diponegoro.

- Original Message - 
From: Linda Harsini [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Monday, March 06, 2006 2:27 AM
Subject: RE: [budaya_tionghua] Fw: Re:Kenapa arang Cina tidak tertarik jadi 
tentara


 Bp. Danardono yg baik,

 Bolehkah saya tanya:
 Di zaman perang Diponegoro, ada satu kesatuan Tionghoa yang bahu membahu
 memerangi pasukan Belanda. - Apakah yg dimaksud adalah Po An Tui?
 Apakah bisa di ceritakan lebih jauh?

 Terima kasih sebelumnya.





 -Original Message-
 From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of RM Danardono
 HADINOTO
 Sent: Monday, March 06, 2006 4:25 AM
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Fw: Re:Kenapa arang Cina tidak tertarik jadi
 tentara

 Saya punya teman sekelas, etnis Tionghoa dari Kalimantan Barat waktu
 SMA. Ketika itu pecah konflik Irian Barat. Dia ingin sekali mendaftar
 sebagai sukarelawan untuk didrop disana.

 Saya yakin, kalau dibuka kesempatan pendidikan prajurit, bintara maupun
 perwira bagi saudara saudara Tionghoa, mereka akan mendaftarkan diri.
 Saya cukup banyak teman Tionghoa untuk memastikan ini.

 Keprajuritan bukan monopoly etnis tertentu. Di zaman perang Diponegoro,
 ada satu kesatuan Tionghoa yang bahu membahu memerangi pasukan Belanda.

 Salam

 danardono



 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kalau boleh saya tambahkan dari postingan Bung Chan CT. Menurut
 saya memang
 orang Cina takut jadi tentara, tapi disisi lain orang Tionghoa
 tidak masalah,
 mereka malah sadar perlunya partisipasi kedalam suatu sistem,
 hanya sayangnya
 memang banyak rintangan konkrit maupun abstrak yang mereka hadapi.

 salam,
 Dr.Irawan.


 [Non-text portions of this message have been removed]







 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
 Yahoo! Groups Links











 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
 Yahoo! Groups Links





 






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Diskriminasi

2006-03-04 Terurut Topik Ambon
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/05/naper/2481671.htm



ASAL USUL 

Diskriminasi


Ariel Heryanto

Berapa Anda membayar harga koran yang Anda baca ini? Sama dengan yang dibayar 
orang-orang lain? Bayangkan seandainya harga itu berbeda-beda, menurut 
perbedaan warna kulit pembeli, warna rambut, atau jenis kelamin. Aneh? Mungkin 
kedengaran agak gila. Apa boleh buat, di hari segini yang namanya pasar 
kapitalisme masih saja pilih-pilih identitas pelaku transaksi jual beli.

Di kebanyakan pasar, sayur atau telur dijual lewat tawar-menawar. Juga ongkos 
naik becak atau andong. Kesepakatan harga tidak semata-mata ditentukan oleh 
kelihaian orang membujuk pihak lain. Warna kulit, penampilan busana, cara 
bersolek, dan logat bahasa calon pembeli sering kali ikut menentukan.

Di Jawa dan beberapa pulau lain, orang yang berpenampilan oriental dianggap 
tidak pribumi. Tidak peduli apa pun persisnya etnisitas mereka menurut 
penggolongan pemerintah. Yang jelas, penampilan oriental cenderung mengundang 
tarif lebih tinggi dalam transaksi pasar. Mereka dianggap keturunan Tionghoa 
atau yang sebangsa (Jepang, Korea, atau Vietnam). Semuanya dianggap kaya 
raya. Sekali lagi, tidak penting sejauh mana praduga itu benar. Tapi biasanya 
praduga sosial juga tidak sepenuhnya keliru.

Masalahnya, ini tidak murni sentimen rasialis. Sedikit banyak, ini sebentuk 
tindak mencari keadilan. Ini perang dingin antarkelas, bukan etnisitas. Gerilya 
kecil-kecilan kaum miskin terhadap kaum kaya yang diuntungkan sistem 
kapitalisme global dan diperparah oleh kebijakan negara, khususnya di zaman 
Orde Baru.

Masalahnya, kalau benar itu yang terjadi, semestinya semua kaum kaya dari 
golongan etnik atau agama apa pun dikenai harga lebih tinggi dari yang biasa. 
Tapi perang kelas itu, seperti perang apa pun, tidak selalu rapi dan rasional. 
Medan perang sering dirancukan oleh kepentingan, bias, dan ketegangan lain yang 
berkait dengan warna kulit, keyakinan agama, atau kebangsaan.

Jangan berprasangka itu hanya berlaku di Indonesia. Mungkin ini universal. 
Seorang sahabat karib saya di Melbourne pernah bercerita. Sebagai Muslimah dia 
memilih berjilbab bila berbelanja ke pasar Victoria di pusat kota Melbourne. 
Dengan memulai sapaan assalamulaikum. kepada beberapa pedagang seiman, 
harga-harga mendadak rontok khusus untuk dia.

Begitulah ruang pasar swasta. Berlaku hukum permintaan lawan penawaran yang 
tidak pernah bebas dari aneka diskriminasi, entah seksual, rasial, agama, 
kelas, atau kebangsaan. Persoalannya jadi sedikit lain dan lebih serius ketika 
praktik seperti itu dilakukan pejabat negara dalam pelayanan publik di kantor 
pemerintahan.

Di kantor pos, misalnya, ada tarif pos dan prangko yang baku untuk semua warga, 
juga orang asing. Tapi dalam pengiriman paket antarnegara di beberapa kota ada 
petugas Bea dan Cukai yang punya tabiat menodongkan tangan terbuka dan minta 
bea administrasi tambahan tanpa kuitansi tanda terima. Cerita yang sama 
terdengar di seputar kantor imigrasi, pengadilan, atau kantor polisi, bahkan 
universitas.

Tindakan itu jelas tidak dibenarkan hukum. Tidak juga secara moral. Berbeda 
dari pedagang kecil yang harus mengandalkan modal sendiri dan mengambil risiko 
merugi dalam usahanya. Si pegawai negeri menerima gaji tetap setiap bulan. 
Tidak peduli negara sedang kaya raya atau menderita kebangkrutan.

Pungutan liar itu tidak masuk kas negara. Tidak juga ke kantong pejabat 
rendahan yang bekerja keras menjaga loket dan melayani publik. Uang siluman itu 
masuk kantong atasannya yang kerjanya ongkang-ongkang di belakang meja, merokok 
sambil menonton acara infotainment di televisi. Bahkan untuk membeli rokok yang 
diisapnya ia menyuruh pegawai yang sedikit lebih rendah pangkatnya.

Yang terlebih parah lagi, bila besarnya pungutan liar di kantor negara itu 
berbeda-beda, menurut warna kulit orang. Yang terjadi sama sekali bukan perang 
gerilya dari kaum miskin terhadap kaum kaya. Tidak ada moralitas keadilan. 
Justru sebaliknya! Sebentar lagi tindakan seperti itu bisa dianggap sebagai 
kriminal, bila RUU antidiskriminasi disahkan negara.

Masih ada satu praktik lain yang layak menjadi sasaran tembak UU 
antidiskriminasi. Di beberapa tempat wisata, ada harga tiket resmi yang berbeda 
bagi turis WNI dan turis asing. Bedanya bisa beberapa puluh kali lipat. Bahkan 
acara seminar di kalangan intelektual Indonesia sering memberlakukan 
diskriminasi serupa. Bukankah ini merupakan sebuah pernyataan terbuka berisi 
sebuah keyakinan yang salah kaprah: semua warga bangsa sendiri kere, semua 
orang asing di dunia kaya raya?

Di berbagai tempat wisata, petugas tidak mau repot-repot bertanya apalagi 
memeriksa bukti kewarganegaraan pengunjung. Yang dilirik hanya warna kulit dan 
bentuk hidung. Semua yang bertampang Melayu dianggap WNI dan boleh membayar 
tiket kelas kambing, yang berkulit putih WNA, tarifnya melambung ke langit


[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya 

Re: [budaya_tionghua] Re: Bahan Diskusi

2006-03-02 Terurut Topik Ambon
Mereka itu FPI 65.

- Original Message - 
From: RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, March 02, 2006 11:46 AM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Bahan Diskusi


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kasno_tanuji 
 [EMAIL PROTECTED] wrote:

  
 Bisa jadi begitu juga 
 
 Karakter politikus Indo kan begitu...kalo lagi rame-rame ganyang 
 China...mereka paling lantang didepan..( Mirip FPI demo kedubes AS ).
 
 salam, 
 
 KT

 Iya mas, saya ingat, tahun 65 yang paling galak demo KAMI dikedutaan 
 RRT sambil lempar batu, adalah si Liem Bian Khoen dan Harry 
 Tjan galak banget, saya sampai ter-bingung bingung...
 
 Sekarang dia jadi businessman yang friendly sama RRT...bukan main
 
 salam
 
 danardono
 
 
 
 
 
 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
 .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
 .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
 .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 
 
 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Indonesia Siap Lakukan Revolusi UU Kewarganegaraan

2006-03-01 Terurut Topik Ambon
http://www.gatra.com/artikel.php?id=92685



Indonesia Siap Lakukan Revolusi UU Kewarganegaraan




Washington, 1 Maret 2006 16:06
Pemerintah Indonesia siap melakukan perubahan besar-besaran atas Undang Undang 
Kewarganegaraan, agar seusai dengan situasi saat ini.

Kami akan membuat suatu revolusi dalam UU kewarganegaraan kita, kata Menteri 
Hukum dan HAM Hamid Awalluddin, saat berkunjung ke Washington DC, Selasa (Rabu 
WIB).

Saat berdiskusi dengan masyarakat Indonesia di KBRI Washington DC, Hamid 
mengatakan bahwa banyak hal-hal yang ganjil dalam UU Kewarganegaraan yang 
berlaku sekarang.

UU tahun 1958 yang masih kita pakai ini dulunya dibuat dengan pendekatan 
keamanan semata, kata Hamid dalam acara yang dipandu Dubes RI untuk Washington 
DC Sudjadnan Parnohadiningrat.

Sekarang, tambahnya, cara berpikir untuk landasan hukum kewarganegaraan ini 
harus berubah, bukan hanya mempertimbangkan keamanan tapi juga fleksibilitas 
dan bisa memutar roda perekonomian.

Dia mencontohkan saat ini seorang wanita Indonesia yang menikah dengan orang 
asing, maka ia dan anaknya ikut warga negara ayahnya. Kemudian jika mereka 
ingin memperpanjang visa Indonesia, mereka harus ke luar negeri dulu untuk 
memperpanjangnya agar dapat masuk lagi.

Nantinya, kata Hamid, anak dari ayah yang warga asing itu bisa menjadi warga 
negara asing atau WNI sampai ia harus menentukan pilihannya sendiri pada usia 
18 tahun.

Perpanjangan visa nantinya bisa dilakukan di dalam negeri.

Demikian juga orang asing yang membawa investasi ke Indonesia, bisa kita kasih 
langsung sebagai permanent resident (penduduk tetap) untuk menarik mereka dalam 
menanam modalnya, katanya.

Rencana Departemen Hukum dan HAM tersebut sudah dibicarakan dengan DPR.

Revolusi lainnya dalam bidang keimigrasian tersebut adalah dalam pembuatan 
paspor.

Paspor kita sekarang banyak dipalsukan di mana-mana, bahkan ada orang yang 
punya empat atau lima paspor. Ini antara lain karena orang mudah dapat KTP, 
ujarnya.

Kini sudah mulai diperkenalkan paspor dengan cara on-line dengan identitas dari 
sidik jari. Dengan demikian sulit untuk dipalsukan lagi, dan orang yang punya 
identitas palsu bisa langsung ketahuan dan kita tangkap, ujarnya.

Kebijakan imigrasi lainnya adalah memberi paspor kepada orang-orang Indonesia 
yang sudah puluhan tahun tinggal di Malaysia tanpa paspor.

Ada 200.000 orang Indonesia yang tidak punya dokumen keimigrasian karena 
dokumennya hilang atau sebab lainnya. Filosofi kewarganegaraan kita adalah 
tidak boleh ada orang yang stateless atau tanpa kewarganegaraan, oleh sebab 
itulah mereka kita beri paspor, tentunya tetap ada proses yang perlu dilalui, 
katanya.

Kebijakan yang sama akan dilakukan kepada warga Indonesia yang berada di Arab 
Saudi.

Pekan ini saya juga akan ke Arab Saudi, karena saya dengar banyak juga warga 
kita yang tidak punya identitas, sehingga sulit untuk pulang ke Tanah Air, 
kata Hamid Awalluddin.

Hamid Awalluddin datang ke Washington DC atas undangan Jaksa Agung AS Alberto 
Gonzales.

Kami berbicara mengenai HAM dan soal keimigrasian. Ada keseriusan pemerintah 
AS untuk membentuk suatu working group dalam rangka perjanjian untuk saling 
membantu, katanya. [TMA, Ant] 


[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] China dan Kita

2006-03-01 Terurut Topik Ambon
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/02/opini/2478592.htm

  
China dan Kita 


Ivan A Hadar

Selama dua hari, koran ini (Kompas, 27-28/2/2006) menurunkan berita ancaman 
China. Kecemasan serupa pernah disuarakan koran ini beberapa tahun lalu.

Sejak 25 tahun terakhir, China tumbuh pesat, membuat negeri itu sebagai salah 
satu aktor penting perekonomian global abad ke-21. Kini China menduduki 
peringkat empat perdagangan dunia dengan porsi meningkat dari satu persen 
(1980) menjadi hampir tujuh persen (2005). Hal ini mengingatkan kita pada 
Jepang dan beberapa Naga Asia. Ditilik besarannya, pengaruh China terhadap 
perekonomian global di masa datang akan lebih signifikan.

Pisau bermata dua

Kini, berbagai proteksi atas serbuan garmen murah China mulai dicanangkan, 
terutama setelah kesepakatan tekstil global berakhir (Multi-Fibre Agreement). 
AS mulai membatasi impor beberapa produk China dan sedang menggodok regulasi 
guna mengontrol tren pasar. Begitu pula UE. Akibatnya, jutaan garmen China 
tertimbun di beberapa pelabuhan Eropa.

Pertumbuhan ekonomi China yang spektakuler bisa menjadi pisau bermata dua 
(peluang dan bahaya) bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Sebagai pengekspor sumber daya alam, kita bisa menarik banyak keuntungan. 
Namun, pada saat yang sama, industrialisasi akan kian sulit akibat persaingan.

Dengan volume impor 500 miliar dollar AS per tahun, hal itu menjadikan China 
pasar ekspor terbesar ketiga di dunia. Guna memacu pertumbuhan industrinya, 
China yang miskin sumber daya alam membutuhkan (bahan) energi dan hasil 
tambang. Serbuan perusahaan migas China ke Indonesia bisa dilihat dari 
kondisi itu.

Bagi eksportir negara berkembang, persaingan dengan China sering berdampak 
sudah jatuh, tertimpa tangga, berupa penyusutan jumlah kuota dan berkurangnya 
keuntungan karena harus menurunkan harga jual. Para eksportir dari Indonesia 
dan Banglades, yang pada tahun 1970-an pernah meraih keuntungan besar, kini 
terpuruk. Sebuah organisasi internasional (Christian Aid, 2005) dalam 
laporannya menyebutkan pengusaha garmen di Banglades sebagai rags to riches to 
rags (melarat, menjadi kaya, kembali melarat). Kondisi sejenis juga terjadi di 
Indonesia.

Produk murah

Banjir produk murah China memiliki dua konsekuensi, menguntungkan konsumen, 
tetapi bagi produsen-dalam negeri-yang tidak mampu bersaing, harus membatasi 
produksi atau gulung tikar. Di negara-negara yang perkembangan industrinya 
masih pada tahap awal, produk China akan bersaing dengan barang impor dari 
negara lain sehingga keuntungan konsumen tidak disertai kerugian produsen 
lokal. Dalam jangka panjang, dominasi barang murah China yang diproduksi padat 
karya akan menghambat industrialisasi negara bersangkutan.

Investasi asing di China patut dicermati. Pertama, ada kecemasan, peningkatan 
investasi asing di China (akan) menyedot investasi asing di negara lain. Tahun 
lalu, investasi asing di China mencapai 10 persen. Kedua, China juga mulai 
investasi di luar negeri meski masih relatif kecil sekitar tiga miliar dollar 
AS per tahun.

Di China, pertumbuhan ekonomi dua digit selama beberapa tahun terakhir 
menghasilkan kelompok wiraswasta dan pengusaha yang terus membesar. Pendapatan 
per kapita meningkat. Devisa negara melambung. Para pengamat melihat China 
bakal menjadi pesaing terberat AS.

Orang miskin

Pada saat yang sama, jumlah orang miskin meningkat. Sejak dua dekade, di 
pedesaan, 10 juta usaha kecil-menengah dilaporkan bangkrut. Di perkotaan, 
jutaan perusahaan swasta yang bergerak di bidang transportasi, industri, dan 
jasa gulung tikar. Mayoritas petani China belum menikmati berkah reformasi. 
Begitu pula jutaan buruh industri dan pengemis mulai meramaikan kota-kota besar 
China. Buruh dan pegawai rendahan terpaksa hidup pas-pasan akibat gajinya 
digerogoti inflasi. Kelompok yang paling diuntungkan reformasi ekonomi China 
adalah petani kaya, terutama yang tinggal dekat perkotaan, pengusaha muda 
(yuppies), dan pialang modal asing.

Peneliti kondang Norwegia, Johan Galtung, dalam China: Black not Red, bertanya, 
Apakah China itu Sosialistis? Bila sosialisme, kata Galtung, diartikan 
sebagai persyaratan bagi pemenuhan kebutuhan pokok manusia, atau hilangnya 
perbedaan kelas dan perbedaan desa-kota, maka semua itu bukan ciri dominan 
China saat ini. Juga kesan kita atas ekspansi perdagangannya, perusahaan China 
menghancurkan jaringan perdagangan lokal yang telah dibangun puluhan tahun. 
Apakah China itu kapitalistis?

Kompleksitas persoalan yang mengiringi perjalanan reformasi China, berikut 
ekspansi ekonominya, mengajarkan kita, tatanan sosial-ekonomi adalah cita-cita 
yang ingin digapai dan masih di tingkat konsepsi. Untuk mewujudkannya, China 
mencoba Jalan Ketiga antara sosialisme dan kapitalisme dengan segala 
kelebihan dan kekurangannya. Yang kasatmata, cita-cita itu dibuat operasional 
dan didukung seperangkat institusi dan mekanisme penunjang. Tanpa itu, konsepsi 
itu hanya akan berhenti 

Re: [budaya_tionghua] Re: Umat Buddha Minta Tionghoa Muslim jd Wagub DKI ... kalau Atheis jd

2006-02-28 Terurut Topik Ambon


- Original Message - 
From: skala selaras [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, February 28, 2006 10:11 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Umat Buddha Minta Tionghoa Muslim jd Wagub 
DKI ... kalau Atheis jd


 Maaaf, fakta anda ngawur, saat nenek moyang Tionghoa merantau ke Indonesia,
 PRC belum berdiri ! mereka datang bergelombang, sudah ada sejak Dinasti
 Qing. mereka merantau hanya dengan alasan ekonomi, tidak ada hubungan dengan
 politik.
 
 ZFy


Jangan lupa ada juga yang merantau  karena mau melihat dunia. Bukankah dunia 
ini sebagai sebuah kitab. Tinggal di rumah adalah seperti hanya membaca kata 
pengantarnya.




 
 - Original Message -
 From: steeve haryanto [EMAIL PROTECTED]
 
 
 Dear all,
 Mungkin jangan begitu juga kali ya ...:) serem banget
 bacanya dan membayangkan seorang atheis atau komunis
 berkuasa atas semuanya. Justru nenek moyang kita kabur
 dari daratan RRC karna partai komunis berkuasa.
 
 
 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
 
 .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.
 
 .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
 
 .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
 Yahoo! Groups Links
 
 
 
 
 


[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Ukuran Hidup

2006-02-27 Terurut Topik Ambon

Ukuran Hidup. Ada yang mengukur hidup mereka dari hari dan tahun. Yang lain 
dengan denyut jantung, gairah, dan air mata. Tetapi ukuran sejati di bawah 
mentari adalah apa yang telah engkau lakukan dalam hidup ini untuk orang lain. 
(Confucius)

[Kedaulatan Rakyat, 28/2/2006]

[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





Re: [budaya_tionghua] Re: Umat Buddha Minta Tionghoa Muslim Jadi Wagub DKI Jakarta

2006-02-23 Terurut Topik Ambon
Hemat saya usulan ummat Buddha untuk warga Tionghoa Muslim jadi petinggi negara 
 itu suatu pikiran yang baik, sebab Indonesia adalah negara semi-teokratis. 
Lihat saja di Aceh diberlakukan syarat Islam, di Sulawesi Selatan katanya juga 
demikian. Kalau tak salah beberapa hari lalu salah satu koran di Jakarta 
menulis bahwa UU pronografi adalah memasukan Syarat Islam melalui pintu 
belakang. Gambar nyata lain ialah  kalau petinggi negera berbicara selalu 
dimulai dengan ucapan salam dalam bahasa Arab. Bukankah bahasa Arab itu yang 
dimengerti Allah. Kalau diangkat yang bisa tidak bisa bahasa Arab, berarti 
repot di bumi mau pun terhadap Allah.

Jelasnya  semua harus disuaikan dengan bahasa dan  peraturan agama. Peraturan 
agama artinya di dasarkan pada apa yang tertulis dalam Al Quran, jadi dalam hal 
ini  bisa dilihat pada ayat 5:51 yang antara lain mengatakan: Believers take 
neither Jews nor Christians for your friends and protectors.. [Silahkan 
periksa sendiri apa benar atau salah kutipan ini., cuma saja ada beda antara 
terjemahan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia edisi Depag. Pada edisi 
bahasa Indonesia kata friends atau kawan tidak ada. Istilah proctector 
yang artinya pelindung, dalam bahasa Indonesia sesuai terjemahan Depag adalah 
pemimpin].   

Dengan begitu dari segi etnik-reiligio usualan umat Buddha itu baik, cuma saja 
yang menjadi pertanyaan ialah seandainya Pak warga Muslim Tionghoa itu jadi 
pemimpin, apakah ingat sama orang Tionghoa lain yang non-Muslim atau akan 
seperti kacang lupa kulitnya,  itu adalah pertanyaan yang belum ada jawabnya 
sebab belum disetujui untuk dipilih atau diangkat dengan resmi dan belum ada 
yang menjabat.

Demikian intermezzo santai tetapi seruis,



- Original Message - 
From: Nasir Tan [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, February 23, 2006 8:52 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Umat Buddha Minta Tionghoa Muslim Jadi Wagub 
DKI Jakarta


 
 
 yasuaki_kurata05 [EMAIL PROTECTED] wrote:Biasanya orang-orang begini 
 paling lantang teriak anti amerika, anti 
 neoliberalisme, anti hegemoni barat, anti pendudukan Israel atas 
 Palestina, dsb. Kayanya dia yang paling ngerti keadilan.
 
 Padahal, baru jadi tokoh sekelas DKI Jakarta saja maunya orang lain 
 ikut agama dia kalau mau selamat.Kalau dia memimpin negara super 
 power, kayanya semua umat manusia bakal disarankan pindah agama 
 seperti dia kalau nggak mau diserang. 
 
 Saya juga heran kenapa harus mengusulkan Cina Muslim ? Karena 
 Jakarta mayoritas Muslim ? kenapa sukunya nggak dipilih dari 
 mayoritas juga ? Jawa, misalnya ? Nggak konsisten !
 
 Kalau mau main mayoritas terus, sumber daya alam di dunia ini 
 mestinya mayoritas dikuasai etnis Cina. 'Kan Etnis Cina adalah 
 mayoritas di muka bumi ini ?
 
 Yas
 
 Komentar ;
  Mayoritas Cina dengan mayoritas Jawa sedikit agak berbeda bahkan bisa juga 
 sangat banyak perbedaannya. Dan perbedaan ini makin disoroti ketika 
 masyarakat makin bertambah keinginannya untuk mapan dalam perokonomian
  Mayoritas Cina lebih konsen kepada masalah pembangunan ekonomi, setidak2nya 
 itu yang terjadi sehingga Orang2 Cina, MAYORITAS sukses di bidang ekonomi. 
 Mungkin hal ini sangat membantu sekiranya talenta dibidang ekonomi dapat 
 diteruskan kepada kepentingan yang lebhi besar, misalnya untuk DKI, 
 Indoensia, Asean dstnya dan bukan hanya sesama . Lain halnya mayoritas Jawa 
 yang senang akan seni, kadang2 terlena dengan kejayaan masa lalu (Jaman 
 Majapahit) sehingga pembangunan eknomi yang mereka canangkan tidak akan 
 pernah kesampaian. Selain itu Mas2/Mbak2 Jawa ini mayoritas berpikir agraris 
 sehingga kurang bisa mengantisipasi perubahan yang mendadak dan apa-apa harus 
 teresedia. Untuk merantaupun harus pake dana pemerintah ( misalnya 
 transmigrasi), kalau Cina mana ada yang ditransmigrasikan padahal ada juga 
 Cina yang mesti disantuni karena kurang mampu...iya kan..!!!
  Sejak Indonesia, merdeka mayorita Jawa sudah dipersilahkan memimpin negeri 
 ini muali dari Presiden, gubernur daerah ( dulua hampir semua Jawa) , apalagi 
 Pangdam juga Jawa( Panglima Daerah Militer), Jaksa dan lain-lainnya tetapi 
 mereka tidak mampu berbuat banyak bahkan selalu menunggu PESAN2 DARI BAPAK 
 PRESIDHEN...:-)). Kalau nanti yang jadi wagub Jawa lagi yah.kurang lebih 
 akan sama lagi karena apa ??? Karena dibolak-balik juga yah sama. Orang bijak 
 berkata : Jangan kambing kurus dibuat menjadi sapi..!!! tetapi kalau kambing 
 kurus dibikin kambing gemuk itu masih mungkin...!!!
  Kini tiba saatnya orang yang akan berkarya di DKI dari orang2 non Jawa kalau 
 bisa ( misalnya Cina, Padang, Aceh dan lain-lain), siapa tau ada perubahan, 
 iya kan..!!! Tetapi sekiranya orang Jawa atau siapapun pun terpilih menjadi 
 wagub DKI, no problemla karena negara ini kan negara demokrasi. 
   
   
   
  salam damai,
   
   
  Nasir T
   
  Catatan :
  Mayoritas berarti terbanyak, tetapi bukan berarti yang terbaik. Orang Jawa 
 adalah 

[budaya_tionghua] Jangan Ada Lagi Diskriminasi

2006-02-23 Terurut Topik Ambon
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=213234

Jumat, 24 Feb 2006,

 
Jangan Ada Lagi Diskriminasi
Oleh Tomy Su *

Presiden Yudhoyono dalam sambutan Perayaan Tahun Baru Imlek Nasional 2557 di 
Jakarta Convention Center, Sabtu (4/2) menegaskan, bangsa Indonesia saat ini 
tidak ingin lagi bersikap diskriminatif. Khusus terkait status agama Konghucu, 
Presiden Yudhoyono kembali mengingatkan sesuai Penetapan Presiden No 1/1965 
yang diundangkan melalui UU No 5/1969, agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, 
Buddha, dan Konghucu merupakan agama yang dipeluk penduduk di Indonesia. 

Presiden kemudian menyatakan pada 24 Januari lalu, Depag telah melayani umat 
Konghucu sebagai penganut agama Konghucu. Demikian pula pelaksanaan pencatatan 
perkawinan di kantor catatan sipil berdasarkan UU No1/1974 tentang Perkawinan. 

Presiden meminta kantor catatan sipil di Indonesia mencatatkan perkawinan bagi 
pemeluk agama Konghucu seperti pencatatan perkawinan bagi penganut agama 
Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. 

Terkait dengan ketentuan pasal 12 A UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan 
Nasional, ke depan Depag juga akan memfasilitasi penyediaan guru agama Konghucu 
untuk mengajarkan agama itu bagi murid sekolah yang menganutnya.

Tentu saja segenap warga Tionghoa, khususnya penganut Konghucu, menyambut 
gembira pernyataan presiden, seperti tampak pada cukup banyaknya iklan ucapan 
terima kasih dari tokoh-tokoh Konghucu kepada presiden di beberapa media 
nasional. 


Buah Cultural Genocide 

Seperti kita tahu akibat Gerakan 30 September 1965, penganut agama Konghucu 
selama 40 tahun lebih harus ikut menanggung diskriminasi sebagai buah kebijakan 
cultural genocide, yang justru dilakukan negara. Yang dimaksud cultural 
genocide -meminjam istilah Geoffrey Robertson- adalah by prohibiting the use of 
a group's language, rewriting or obliterating its history or destroying its 
icon (dengan melarang penggunaan bahasa dari suatu kelompok, mengubah atau 
menghancurkan sejarahnya atau menghancurkan simbol-simbol peradabannya).

Kebijakan cultural genocide itu juga banyak termanifestasi dalam produk-produk 
hukum yang diskriminatif dan itu masih terus diberlakukan hingga sekarang. 
Maka, Direktur Partnership H.S. Dillon dalam rapat dengar pendapat dengan 
Panitia Khusus (Pansus) RUU Antidiskriminasi Etnis dan Ras di gedung DPR, 
mendesak pansus mengkaji ulang semua peraturan perundang-undangan yang 
mengandung unsur-unsur diskriminasi, entah dengan menghapus, merevisi, atau 
meluruskannya. 

Usaha menghilangkan diskriminasi tidak dapat dilakukan secara parsial melalui 
sebuah UU jika dalam perundang-undangan lain telah ada unsur diskriminasi 
(9/2). 

Diskriminasi bagi yang menjadi korban memang terasa sangat pahit. Tidak heran 
walaupun Presiden SBY sudah mengungkapkan hal-hal yang memberi harapan, di 
lapangan mereka yang menjadi korban diskriminasi masih diliputi kekhawatiran 
dan pertanyaan benarkah yang disampaikan Presiden SBY di atas? 

Apalagi, antara retorika di atas dan realita pahit yang sering dialami warga di 
bawah jelas berbeda. Dalam bahasa Frans Hendrawinarta, memang sering ada gap 
antara The law in books dan the law in practice. Salah satu buktinya adalah 
kebijakan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI). Yang di atas 
menyatakan SBKRI dihapus, tapi di lapangan SBKRI masih diterapkan. 

Akibatnya, hingga kini masih ada ratusan ribu warga Tionghoa merasa stateless 
karena tidak bisa memiliki KTP yang salah satu syaratnya harus disertai SBKRI, 
seperti di Tangerang, Jakarta, Pangkal Pinang, Surabaya, Malang, dan sebagainya.

Apalagi dalam praktik, hingga sekarang cukup banyak penganut Konghucu yang jadi 
korban diskriminasi. Kawan dekat Gus Dur yang sekaligus tokoh Konghucu Bingky 
Irawan asal Surabaya dan para penganut agama Konghucu lain masih harus 
menuliskan agama lain di KTP-nya. 

Itu belum terhitung dengan ratusan ribu penganut agama Tao di negeri ini yang 
juga menuntut pengakuan serupa seperti umat Konghucu. Jadi, masih ada 
pertanyaan besar apakah sampai institusi paling bawah, pernyataan presiden 
tersebut benar-benar diaplikasikan? 

Apalagi, berdasarkan laporan International Religious Freedom Report 2005 yang 
diterbitkan The Bureau of Democracy, Human Rights and Labor of USA, sebuah 
lembaga kajian demokrasi dan hak asasi manusia (HAM) terkemuka di Amerika 
Serikat, Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat diskriminatif dan 
banyak mencampuri hak warganya untuk beribadah dan berkepercayaan.


Group Think

Dampak diskriminasi dari negara, ditambah pandangan minor etnis lain mendorong 
sebagian etnis Tionghoa membuat group think. Di dalam group think, mereka 
merasa nyaman, enak karena bergabung dengan kelompoknya sendiri. 

Sebaliknya, mereka merasa tidak nyaman atau tidak enak jika bergabung dengan 
kelompok lain. Tentu saja hal ini berdampak amat buruk karena justru gampang 
memicu rasialisme dan diskriminasi.

Ujung-ujungnya, orang yang merasa nyaman dalam 

Re: [budaya_tionghua] Umat Buddha Minta Tionghoa Muslim Jadi Wagub DKI Jakarta

2006-02-22 Terurut Topik Ambon
Di majalah Hidayatullah malah ditulis bahwa tidak ada bukti terjadinya 
perkosaan.

- Original Message - 
From: steeve haryanto [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, February 22, 2006 9:52 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Umat Buddha Minta Tionghoa Muslim Jadi Wagub 
DKI Jakarta


 ...deleted...
 Yusuf Hamka sendiri mempertanyakan kenapa umat
 Buddha menunjuk etnis
 Tionghoa beragama Islam sebagai calon Wagub karena
 banyak yang beragama
 Buddha juga bagus. Ia melihat umat Buddha cukup
 bijaksana memberikan
 kesempatan bagi etnis Tionghoa beragama Islam.
 ...deleted...
 saya jadi teringat waktu kerusuhan mei 1998, waktu itu
 hamka  dipanggil kesalah satu tivi swasta di jakarta.
 dia ditanyakan mengenai pendapatnya tentang kerusuhan
 itu dan beliau memberikan tanggapan bahwa
 ''...hal itu akan terhindar kalau semua orang tionghoa
 di jakarta berasimilasi dengan penduduk asli indonesia
 dengan cara merubah agama nya menjadi islam...dan
 tidak ada cara lain... Statment itu sangat membuat
 saya sedih waktu it, dengan santai dan tidak berdosa
 sama sekali padahal korban sudah bergelimpangan dimana
 - mana tanpa alasan.
 Luar biasa ! sekarang dia berbicara lain lagi ...
 hebat !


 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
 http://mail.yahoo.com




 .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

 .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

 .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

 .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.
 Yahoo! Groups Links





 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] SILSILAH DAN RIWAYAT SINGKAT NABI KONGZI

2006-02-19 Terurut Topik Ambon
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=KongHuCuid=108868


Minggu, 5 Februari 2006
SILSILAH DAN RIWAYAT SINGKAT NABI KONGZI
Oleh : XS. TJHIE TJAY ING



A. Nenek Moyang Nabi Kongzi yang perlu diketahui : 

1. Raja Suci Huang Di (2698 SM-2598 SM): Seorang Raja Suci purba yang berjasa 
besar dalam membangun peradaban dan kebudayaan serta mengatur tata 
pemerintahan. 

2. Xie, seorang menteri Pendidikan pada jaman Raja Yao (2357 SM-2255 SM) dan 
Raja Shun (2255 SM-2205 SM). 

3. Cheng Tang, pendiri Dinasti Shang atau Yin (1766 SM-1122 SM). 

4. Wei-zi Qi, kakak tertua Raja Zhou, Raja terakhir dinasti Shang. Setelah 
dinasti Shang roboh Wei-zi Qi diangkat menjadi Raja Muda yang pertama di Negeri 
Song. Karena tidak mempunyai anak, adiknya yang bernama Wei Zhong diangkat 
sebagai penerusnya. Wei Zhong inilah yang menurunkan Raja-raja Muda Negeri 
Song. 

5. Kong-fu Jia, seorang bangsawan Negeri Song keturunan Wei Zhong pertama kali 
menggunakan nama keluarga Kong/Khong. Sedang sebelumnya mereka adalah orang 
bermarga Zi seperti Raja-raja dinasti Shang. 

6. Kong-fang Shu, seorang bangsawan keturunan Kong-fu Jia mengungsi dari Negeri 
Song ke Negeri Lu karena terjadi kekalutan politik. Kong-fang Shu mempunyai 
anak Kong-bo Xia dan Kong-bo Xia mempunyai anak Kong He alias Shu Liang, dan 
orang biasa menyebut beliau Shu Liang He. Beliaulah ayah Nabi Kongzi. 



B. Keluarga Nabi Kongzi 

Nabi Kongzi adalah putra bungsu Shu Liang He. Beliau mempunyai 9 kakak 
perempuan dan seorang kakak laki-laki yang cacat kaki bernama Meng-pi. Ibu Nabi 
bernama Yan Zheng Zai. Beliau lahir pada tanggal 27 Ba Yue 551 SM di Negeri Lu 
(di Zhongguo dan Taiwan hari lahir beliau disesuaikan penanggalan Masehi 
menjadi 28 September), Kota Zou Yi, Desa Chang Ping di lembah Kong Song (kini 
di jasirah Shandong kota Qu Fu). Nama kecil Nabi adalah Qiu yang berarti bukit 
alias Zhong Ni yang artinya putera kedua dari bukit Ni, beliau menikah dengan 
puteri Negeri Song yang bermarga Jian Guan. Dari pernikahan ini mendapat 
seorang putera yang diberi nama Li yang berarti ikan gurami alias Bo Yu. Diberi 
nama demikian karena pada kelahiran putera ini Nabi telah diantari ikan gurami 
oleh Raja Muda Negeri Lu yang panggilannya Lu Zhao Gong. Disamping Li, Nabi 
masih mempunyai dua orang puteri yang seorang menjadi isteri Gong-ye Chang, 
murid Nabi. 



C. Peristiwa-peristiwa Dalam Hidup Nabi 

1. Usia 3 tahun ayah beliau wafat. 

2. Usia 6 tahun telah menunjukkan sifat-sifat kenabiannya; dalam bermain senang 
mengajak dan memimpin kawan-kawannya menirukan orang melakukan ibadah dan 
sembahyang. 

3. Usia 15 tahun beliau telah memiliki semangat belajar yang luar biasa. 

4. Usia 19 tahun menikah dengan seorang gadis dari marga Jian Guan dari Negeri 
Song. 

5. Usia 20 tahun diangkat menjadi Menteri lumbung oleh Keluarga Besar Ji. 

6. Usia 21 tahun dikarunia seorang putera yang diberi nama Li alias Bo Yu. 

7. Usia 24 tahun, ibu beliau wafat (ada yang mengatakan ibu Yan Zheng Cai Wafat 
ketika beliau berusia 17 tahun). Beliau berkabung 3 tahun. Jenasah kedua orang 
tuanya dimakamkan di gunung Fang Shan. Setelah selesai masa berkabung beliau 
sudah banyak menerima murid. 

8. Usia 29 tahun beliau belajar musik kepada Shi Xiang, seorang guru musik yang 
termasyur. 

9. Usia 30 tahun disertai dua orang murid: Nan-gong Jing-shu dan Meng-yi Zi 
(keduanya putera bangsawan besar keluarga Meng, yakni Meng-xi Zi. Beliau 
berkunjung ke Ibukota Negeri Zhou untuk mempelajari Li (Kesusilaan) dan 
peradaban dinasti Zhou, disana beliau bertemu dengan penjaga perpustakaan 
kerajaan bernama Lao Dan dan guru musik bernama Chang Hong. 

10. Usia 35 tahun beliau ke Negeri Qi karena di Negeri Lu terjadi kekalutan dan 
Raja mudanya Lu Zhao Gong lari ke Negeri Qi. Waktu itu Negeri Qi diperintah 
oleh Raja Muda Qi JIng Gong dengan perdana menterinya Yan Ying atau Yan Ping 
Zhong yang terkenal pandai. 

11. Usia 36 tahun beliau kembali ke Negeri Lu dan meneruskan mendidik 
murid-muridnya. 

12. Usia 51 tahun sampai 55 tahun beliau aktif dalam pemerintahan yang waktu 
itu Raja Mudanya ialah Lu Ding Gong. Beliau pernah menjabat sebagai Walikota 
Zhong Dou dan menteri pekerjaan umum. Jabatan yang tertinggi dan terakhir 
adalah sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri Kehakiman Da Si Kou. 

13. Usia 56 tahun pada hari Dong Zhi meninggalkan Negeri Lu dan mulai 
pengembaraannya ke berbagai Negeri sebagai Mu-Duo (Genta Rohani Tuhan). TIAN 
Tuhan Yang Maha Esa telah mengutus-Nya sebagai Nabi Segala Masa, Yang Lengkap, 
Besar dan Sempurna/Ji Da Cheng. Beliau mengembara lebih kurang 13 tahun. 

14. Tahun 483 SM Li atau Bo Yu, putera beliau meninggal dunia. 

15. Tahun 482 SM Yan Hui, Murid yang termaju dan diharapkan menjadi penerus 
beliau meninggal dunia. 

16. Tahun 481 SM salah seorang pegawai Keluarga Besar Ji Kang Zi telah membunuh 
Qi Lin dalam perburuan Raja Muda Lu Ai Gong. 

17. Akhir tahun 480 SM Zi Lu atau Zhong You (murid beliau yang gagah berani 
penuh 

[budaya_tionghua] Warga Keturunan Tionghoa akan Kembali Tempati Kawasan A.Y. Patty

2006-02-14 Terurut Topik Ambon
http://www.radiovoxpopuli.com/news_view.asp?id=254

 
  Warga Keturunan Tionghoa akan Kembali Tempati Kawasan A.Y. Patty
 
 
  14-Feb-2006, Ivanno Passal - Ambon 





  SEBELUM konflik menghantam Kota Ambon, kawasan jalan A. Y. Patty di kota 
ini merupakan ruas jalan yang paling ramai dengan lalu lalang warganya. Bahkan 
ada yang menyamakannya dengan kawasan Malioboro di Yogyakarta. Kemiripan kedua 
lokasi tersebut yakni menjadi pusat perbelanjaan dan tempat interaksi sosial. 
Tapi sejak konflik pecah pada 1999, kawasan ini menjadi rawan ditempati, bahkan 
untuk sekedar dilintasi. Terutama karena lokasinya berada di zona yang 
membatasi (ketika segregasi akibat konflik terjadi) kawasan Muslim dan Kristen. 

   

  Sejak tahun 1999 itu, warga yang menempati kawasan A.Y. Patty, yang 
mayoritas keturunan Tionghoa lari meninggalkan rumah mereka. Ada yang sempat 
memboyong harta benda yang dimiliki namun ada yang bangunannya hangus terbakar. 
Bahkan ada yang sudah rata karena kerasnya konflik yang berkepanjangan selama 
beberapa tahun tersebut. 

   

  Lalu setelah sempat menjadi kawasan mati karena berbahayanya, 
belakangan sejumlah bangunan kosong di kawasan tersebut ditempati pengungsi. 
Kini, setelah kawasan A.Y. Patty mulai ramai dengan berbagai aktivitas 
perekonomian, para warga keturunan Tionghoa pemilik bangunan di kawasan ini 
mulai terpikir untuk kembali mendiaminya.

   

  Terkait dengan keinginan tersebut, Wakil Walikota Ambon Syarif Hadler, BA 
kemarin menyatakan, akan mengupayakan pada bulan Maret 2006 nanti, semua warga 
keturunan Tionghoa kembali ke kawasan tersebut, sebagaimana sebelum konflik 
1999 terjadi.

   

  Menurut Hadler, untuk kawasan-kawasan A.Y. Patty, Kemakmuran dan A.M 
Sangaji, saat ini sudah dalam proses pengembalian, sehingga bulan Maret nanti, 
warga keturunan Tionghoa ini sudah dapat menempati lokasi-lokasi tersebut.

   

  Guna menyelesaikan masalah tersebut, beberapa waktu lalu pihaknya telah 
melakukan pertemuan, antara Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon dengan Pemerintah 
Daerah (Pemda) Maluku. Selanjutnya Pemda akan mensosialisasikan rencana 
tersebut lewat pembentukan  tim yang akan melibatakan Dinas Sosial Kota Ambon 
dan para Camat, namun tetap disesuaikan dengan data pengungsi yang ada.

   

  Tapi menurut Hadler, Pemda akan terlebih dahulu menyelesaikan masalah 
pengungsi yang hingga kini belum tuntas. Namun, untuk melakukan semua itu, 
pastinya membutuhkan sosialisasi yang telah ditetapkan bersama, serta akan 
dijalankan selama sebulan penuh. Tim akan bekerja ekstra, baik dalam pemulangan 
para pengungsi yang hingga kini masih menempati gedung-gedung di jalan A.Y. 
Patty maupun di lokasi jalan Kemakmuran, paparnya.

   

  Lebih lanjut Hadler jelaskan, di lokasi-lokasi tersebut ada pengungsi dan 
kelompok pasrah. Mereka semua itu akan dapat rumah di kawasan Kate Kate, dan 
akan dipindahkan kesana dalam waktu dekat.

   

  Hadler menambahkan, tim terpadu yang dibentuk juga melibatkan TNI/Polri, 
karena ini terkait dengan pengeluaran warga pengungsi maupun kelompok pasrah, 
yang hingga kini belum mau keluar dari lokasi-lokasi tersebut. 

   

  Dengan dikeluarkannya mereka dari lokasi-lokasi itu, akan langsung 
dilakukan penyegelan pada bangunan-bangunan yang ada. Kami harap seluruh warga 
keturunan  Tionghoa yang akan kembali, saat lokasi tersebut sudah dikosongkan, 
dapat langsung mengadakan aktivitas baik itu perekonomian maupun yang lainnya, 
sebagaimana keinginan mereka selama ini. Ini perlu dilakukan agar tidak memberi 
ruang bagi mereka-mereka yang tidak berhak atas bangunan-bangunan itu, untuk 
kembali menempatinya, jelas Hadler. 

   

  Disinggung soal warga yang pengungsi maupun kelompok pasrah yang 
terkesan tidak jelas dan selama ini menempati gedung-gedung di kawasan A.Y. 
Patty, Hadler tandaskan, hal tersebut akan dikoordinasikan dengan pihak 
terkait. Yang pengungsi, akan ditangani, sedangkan warga bukan pengungsi, akan 
diberi pemahaman soal kondisi keamanan yang sudah membaik, agar mereka dapat 
segera mengosongkan lokasi AY Patty, lanjutnya.

   

   Jadi, sesegera mungkin dalam bulan ini, akan dilaksanakan sosialisasi. 
Dengan begitu, pada bulan Maret mendatang, sudah dapat selesai dan warga 
keturunan Tionghoa dapat kembali menempati bangunan mereka, terang Hadler.(vp)
 


[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http

[budaya_tionghua] Kewarganegaraan Tidak Berdasar Ras-Criterium

2006-02-14 Terurut Topik Ambon
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0602/14/opi01.html



Kewarganegaraan Tidak Berdasar Ras-Criterium 
Oleh
Prasetyadji


 
Diangkatnya Rancangan Undang-Undang (RUU) yang merupakan inisiatif DPR tentang 
Kewarganegaraan (sebagai pengganti UU yang lama No 62/1958) dalam program 
legislasi tahun ini, telah membawa harapan banyak orang kepada para anggota 
dewan yang terhormat. 

Kenapa? Karena UU No 62/1958 dinilai mengandung unsur diskriminatif, tidak 
mewadahi kesetaraan hak baik dari sisi gender, etnik, maupun dalam perlindungan 
hukum terhadap anak. Selain itu, substansi mengenai kewarganegaraan itu 
sendiri, perlu menghadirkan kembali suasana kebathinan para founding fathers 
dalam merumuskan UU tentang Kewarganegaraan pertama kali No 3/1946 sebagai 
salah satu syarat berdirinya negara Republik Indonesia. 

Pembahasan RUU sudah dimulai antara Pansus DPR dengan Menteri Hukum dan HAM 
tanggal 25 Januari 2006. Dan melihat aspirasi masyarakat yang begitu antusias, 
para anggota DPR kiranya perlu selalu berpegang pada produk UU yang telah kita 
miliki, seperti UU No 39/1999 tentang HAM maupun UU No 23/2002 tentang 
Perlindungan Anak, karena ada beberapa permasalahan prinsip yang perlu jadi 
acuan, seperti perlindungan hukum terhadap anak dari perkawinan antarbangsa.


Istilah Asli 
Artinya, agar dalam RUU dapat diatur bahwa anak yang lahir (di manapun) dari 
pernikahan seorang ayah dan/atau ibu warga negara Indonesia adalah warga negara 
Indonesia, begitu pula terhadap setiap orang yang lahir di wilayah Indonesia, 
yang setelah dewasa (berusia 18 tahun) wajib menentukan sendiri 
kewarganegaraannya. 

Hal ini sejalan dengan Pasal 5 UU Perlindungan Anak No 23/2002 yang secara 
tegas menyatakan setiap anak berhak atas suatu nama sebagai identitas diri dan 
status kewarganegaraan; demikian pula Pasal 14 dikatakan bahwa setiap anak 
berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan/atau 
aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan 
terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir.

Masalah ini sungguh penting, karena menyangkut nasionalisme, harga diri sebagai 
sebuah bangsa yang berdaulat, sehingga jangan sampai darah daging dari seorang 
warga negara Indonesia menjadi warga negara asing di negara sendiri. Dan 
apabila ini terjadi, berarti tidak ada kesetaraan terhadap gender di republik 
ini. 

Sebagai bangsa yang memiliki budaya dan sejarah perjuangan dalam mencapai 
kemerdekaan, maka RUU ini perlu memberikan penghargaan kepada para pendiri 
bangsa dengan tidak melupakan kemajemukannya sebagaimana memahami suasana 
kejiwaan dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia 
(BPUPKI) maupun Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). 

Untuk itu, terkait dengan desakan dari berbagai pihak agar dihilangkannya 
istilah asli dalam pengertian siapa warga negara pada RUU Kewarganegaraan 
tersebut perlu mendapat perhatian bersama. 

Karena dalam perkembangannya, istilah asli sudah bergeser pada konotasi 
diskriminasi, berbagai perilaku termasuk penyelenggara negara pun memberikan 
konotasi rasis.

Nilai Moral 
Desakan ini tentu bukan tanpa alasan, tetapi justru mengingatkan kembali kepada 
suasana kebathinan dalam sidang BPUPKI ketika Soemitro Kolopaking dan anggota 
lainnya keberatan dicantumkannya istilah asli dalam UU tentang Kewarganegaraan 
yang pertama kali No 3/1946 apabila tujuannya pendekatan rasis, karena yang 
duduk di Badan/Panitia adalah sesama Nederlandsch Onderdaan (Kaula-negara 
Belanda) sesuai kedudukan hukum yang berlaku ketika itu. Dengan demikian, dalam 
Penjelasan UU No 3/1946 ditegaskan bahwa, dalam UU ini (UU No 3/1946) sama 
sekali tidak berdasar atas ras-criterium.

Atas dasar pemikiran tersebut, dalam pembahasan-pembahasan ke depan, para pihak 
diharapkan mau mengedepankan nilai-nilai moral dan mampu menjiwai semangat 
nasionalisme, agar RUU ini benar-benar memberi kesetaraan dan perlidungan hukum 
kepada sesama warga negara Indonesia. 

Penulis adalah Sekretaris DPP Forum Komunikasi Kesatuan Bangs, anggota Koalisi 
Kewarganegaraan RI 
  

[Non-text portions of this message have been removed]






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[budaya_tionghua] Korban Penembakan di Palu Meninggal

2006-02-13 Terurut Topik Ambon
http://www.gatra.com/artikel.php?id=92261


Korban Penembakan di Palu Meninggal



Makassar, 13 Pebruari 2006 15:14
Wiliam (61), korban penembakan misterius di Palu, Sulawesi Tengah, akhirnya 
meninggal di ruang ICU Rumah Sakit Akademis Makassar, Senin sekitar pukul 02.00 
Wita, setelah dirawat sejak Jumat (10/2).

Nyawa William tidak dapat diselamatkan oleh tim dokter yang diketuai Dr. 
Ashadul Islam Tahir yang melakukan operasi di bagian kepala untuk mengeluarkan 
dua butir peluru yang bersarang di kepalanya.

Kendati tim dokter berhasil mengeluarkan butiran-butiran peluru dari kepalanya, 
namun William tetap tidak sadarkan diri hingga menghembuskan nafas yang 
terakhir.

Tim dokter maupun pihak keluarga sangat tertutup dengan wartawan yang ingin 
mengabadikan gambar dan memperoleh keterangan lebih detail mengenai kondisi 
korban.

Pihak keluarga bahkan menunjukkan sikap kurang bersahabat dengan para wartawan, 
dan mengancam akan melaporkan kepada pihak berwajib bila gambar tersebut 
ditayangkan di media televisi.

Rencananya, jenazah William akan diterbangkan kembali ke Palu, Senin petang ini.

Para kerabat tampak melakukan prosesi persemayaman jenazah di kamar jenazah RS 
Akademis dengan tata cara kepercayaan Kong Hu Chu.

William yang juga pemilik toko emas Gunung Agung Palu itu ditembak oleh 
beberapa perampok pada hari Jumat (10/2) sekitar pukul 12.45 wita.

Setelah mendapat perawatan awal di RS Bala Keselamatan Palu, korban kemudian 
dirujuk ke RS Akademis Makassar untuk mendapat pembedahan di kepala. [TMA, Ant] 

[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] China editor 'died after beating'

2006-02-08 Terurut Topik Ambon
http://news.bbc.co.uk/1/hi/world/asia-pacific/4688276.stm

  Last Updated: Tuesday, 7 February 2006, 11:00 GMT  



 
  China editor 'died after beating' 

 
  
  A Chinese editor has died as a result of a police beating he received for 
his paper's reporting on corruption, journalists and rights groups say. 
  Wu Xianghu had been in hospital since the attack in October, suffering 
from an existing liver problem made worse by the beating, earlier reports said. 

  Wu was reportedly attacked by some 50 policemen after his paper accused 
them of charging illegal bicycle fees. 

  China's media have reported a string of torture and coercion cases by 
police. 

  Wu died of liver and kidney failure on Thursday, according to Lu Weibo, a 
reporter with the Taizhou Evening News, who wrote the article believed to have 
provoked the beating. 

  The article accused the local police of charging illegal fees for 
registering electric bicycles. 

  Local media reported widely on the beating, but have been silent on Wu's 
death, possibly reflecting its sensitivity. 

  Senior traffic police officer Li Xiaoguo was sacked for his role in the 
incident, Xinhua state news agency reported at the time. 

  Wu's death is a cruel reminder of the new dangers faced by Chinese 
journalists, said the executive director of the New York-based Committee to 
Protect Journalists, Ann Cooper, in a press release. 

  The government must ensure the safety of the working press. This begins 
by bringing to justice the attackers of Wu Xianghu, she said. 
 


[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] Warga Tionghoa Diajak Ikut Politik

2006-02-04 Terurut Topik Ambon






http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=209995

Sabtu, 04 Feb 2006,
Warga Tionghoa Diajak Ikut Politik 



JAKARTA - Dalam rangka merayakan Imlek, Perhimpunan Tionghoa Indonesia 
(Inti) kemarin mengundang sejumlah tokoh politik. Di antara mereka adalah Ketua 
Umum PAN Soetrisno Bachir, aktivis pergerakan Yeni Rosa Damayanti, Ketua Partai 
Demokrasi Pembaruan Roy B.B. Janis, Dede Yusuf (anggota FPAN), dan Nusron Wahid 
(anggota FPG).Dalam kesempatan itu, Soetrisno mengimbau warga Tionghoa 
tidak menjauhi partai. Sebab, partai adalah instrumen demokrasi yang bisa 
dijadikan sarana memperjuangkan aspirasi rakyat. Hal yang sama juga 
disampaikan Rosa. Tapi, Rosa lebih menekankan agar warga Tionghoa terlibat 
politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. "Masuk partai dan jadi caleg 
belum tentu berpolitik. Yang dipentingkan adalah aktif berpolitik," 
tegasnya.Menanggapi ajakan itu, Ketua Inti Benny G. Setiono menyebut 
pengurus Inti dilarang terlibat dalam politik praktis. Sebab, Inti adalah 
perkumpulan warga Tionghoa yang bebas dari kepentingan politik. "Kalau jadi 
caleg, pengurus Inti harus nonaktif. Tapi, warga Tionghoa bebas dan didorong 
untuk tidak ragu masuk parpol," jelasnya. (adb) 






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









Re: [budaya_tionghua] Re: mohon bantuan info tentang belajar putonghua

2006-02-03 Terurut Topik Ambon
Banyak terimakasih untuk info.

Salam dan hormat,

- Original Message - 
From: liang u [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Friday, February 03, 2006 3:19 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: mohon bantuan info tentang belajar 
putonghua


 Nimbrung,
 Sebaiknya cari sekolah yang orang Indonesianya
 sedikit, lebih bagus kalau temannya juga tak bisa
 Inggeris, seperti orang Korea dan Jepang. Sehingga di
 antara siswa terpaksa menggunakan Mandarin saja.
 Jangan malu salah berkata, lihat banyak sekali orang
 hitam di sana yang berbahasa Mandarin dengan bagus
 sekali.
 Salah satu tempat yang demikian adalah di Beihang
 University. Cari lengkapnya di internet.
 Salam
 LU

 --- Ambon [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kira-kira berapa ongkos hidup per bulan [sewa kamar
 asrama + makan + uang transport]

 Banyak terimakasih untuk info.

 Salam,

   - Original Message - 
   From: xy
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Sent: Wednesday, December 28, 2005 1:32 PM
   Subject: [budaya_tionghua] Re: mohon bantuan info
 tentang belajar putonghua


   saya saat ini sedang belajar di beijing.
   setahu saya biaya sekolah sekitar US$ 2800/tahun,
 karna dengar2 ketentuan biaya untuk belajar mandarin
 per tahunnya ga melebihi USD 2800.
   beijing ada banyak macam sekolah bahasa, ga
 semuanya harganya USD 2800/th. mungkin kalo mau yg
 lebih murah lagi, bisa ikut yg semacam kursus
 gitu...disini banyak prang yang setelah blajar 1
 semester trus lanjut di tempat kursus, karna mereka
 pikir biayanya ga terlalu mahal  buku yg dipakai
 juga sama dengan yg dipakai di sekolah/univ.
   kalau mau menguasai putonghua, yaa saya sarankan
 mending ke beijing aja, putonghua mendekati
 bahasa/dialek bahasa beijing.
   waktu belajar 1th cukup untuk percakapan sehari2.
 ya seperti yg  Rinto bilang, tergantung dari diri
 sendiri, harus banyak praktek bahasa. kalo anda ada
 basic mungkin lebih cepat menguasainya.
   mungkin itu sedikit info dari saya, semoga bisa
 membantu.

   -gxy-

   harialim [EMAIL PROTECTED] menulis:
 rinto heng,

 karena sesuatu sebab yg tak jelas (bouncing)
 saya tak menerima message

 milis ini nomor 16009 sd 16039 sehingga baru
 lihat ada jawaban dari
 rinto heng ttg subyek diatas (nomor 16021)

 juga terimaksih atas pendapat adipranata.

 memang saya pribadi pernah kursus mandarin di
 jakarta sekitar th 97'an
 pada waktu itu huruf yg apal sekitar 600 - 700
 an, tetapi pelan pelan
 itu semua hilang terlupa, hanya gramatika yg
 tidak lupa tetapi
 vocabulary banyak yg lupa. terutama karena tidak
 dipakai.

 kalo kebetulan ke mainland, dan disana beberapa
 hari memang gradually
 beberapa vocab kembali lagi.

 karena itu saya pikir untuk bisa tetap ingat
 mungkin dengan tinggal
 setahun di mainland (beijing misalnya) bisa
 membantu banyak.

 tetapi memang kaget juga waktu browsing ke
 internet melihat berapa
 biaya yg dibutuhkan untuk study bahasa selama
 setahun, tetapi ini
 memang sesuatu yg ditawarkan sangat mudah di
 internet karena semua
 bisa dilakukan online. tetapi ya itu biaya nya
 bisa mencapai usd
 20,000 (bukan rmb tetapi pasti usd)

 karena itu saya pikir mungkin ada nara sumber
 (netters) disini yang
 bisa memberi tambahan informasi

 agaknya sangat menantang kalau kita bisa spend
 tidak lebih dari
 sekitar usd 10,000 di taiwan selama setahun
 untuk belajar bahasa.

 saya sendiri merasa kalo tinggal selama setahun
 di beijing (atau di
 tempat lain di mainland atau taiwan) dan
 menggunakan putonghua sehari
 hari akan bisa menggunakan nya dengan cukup ok
 untuk berkomunikasi
 terutama karena sudah ada dasar yg saya miliki
 sebelumnya.

 memang yg jadi pertanyaan adalah apakah saya
 bisa hapal 2000 huruf
 dalam waktu setahun. memang karena pernah hapal
 lebih dari 500'an
 beberapa karakter sekarang juga sudah tak bisa
 lupa.( seperti bei nan
 dong si dll).

 mungkin rinto heng ada informasi tambahan yg
 mungkin berguna bisa jadi
 tidak untuk saya saja.

 terima kasih sebelumnya.


 salam,

 harry alim


 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto
 Jiang [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Harry-heng,
 
  Bila mau belajar mandarin yang dianggap
 standar tentu pilihan pertama
  adalah ke Beijing karena logat Beijing (dialek
 Utara) juga merupakan
  logat standar bahasa mandarin sekarang ini.
 
  1 tahun saya kira cukup untuk belajar
 putonghua buat fasih
 berkomunikasi
  sehari2, artinya tidak untuk menjadi linguis
 atau ahli bahasa klasik.
  Namun juga sangat tergantung bagaimana
 aplikasi dan praktik di sana
  sehari2. Sebagai contoh, kasus saya di Taiwan,
 banyak teman saya
 tamatan
  universitas (4 tahun) masih punya kesulitan
 membaca koran, karena
  selepas kuliah mereka cuma memilih berkumpul
 bersama anak2 Indonesia
  lainnya.
 
  USD 20,000 koq sepertinya

[budaya_tionghua] What is fu?

2006-02-03 Terurut Topik Ambon
http://english.people.com.cn/200601/25/eng20060125_238295.html

  What is fu? 
   


   
A big decoration bearing Chinese character Fu, meaning blessing 
or good fortune, is suspended in a shopping center in Shenyang, capital of 
northeast China's Liaoning Province, Jan. 15, 2006. 

   
  When it comes to the Chinese lunar New Year big, red Chinese characters 
of fu (which means happiness and blessings) are posted outside each house 
whether in the bustling cities or remote villages. So what is fu? Several 
interpretations can be given. 

  Fu is being affluent 

  People look forward to being affluent and loathe being poor and this has 
been the case from of old. Liu Xi of the Eastern Han Dynasty (25-220) explained 
in the book Shiming (explanation of terms) that fu is being rich. 

  The character fu was once regarded as a family's amulet to keep clear of 
the god of poverty in folklore. It is said Jiang Taigong (Lu Wang) who had the 
power to apotheosize people had been snubbed and abandoned by his wife for 
being poor. She then came back to him after Jiang ascended to power not for 
reunion but for a place among the deities. Jiang made her the god of poverty 
and forbade her from visiting houses posted with the character fu. Learning 
this on the eve of New Year people posted fu outside each house to keep her 
from entering the house. 

  In more recent times people tried to derive the meaning of affluence from 
the structure of the character. A breakdown of the character into several parts 
can mean well clothed, well housed, employed, not worried by clothing and food, 
which together make for affluence or happiness. In this sense, the standard of 
fu (happiness) is that those wishing for shelter have the house, those wishing 
to cultivate have the field; that people have enough clothing and food, living 
a well-off life. Now that people have basically reached or surpassed the 
well-off level and can be said to have fu. 

  Fu is being able to avoid misfortunes 

  Another intention of posting the character fu is to ward off misfortunes. 
This custom can be traced back to the first emperor of Ming Dynasty Zhu 
Yuanzhang. 

  When traveling incognito in plain clothes one day Zhu spotted a crowd 
surrounding a painting. Looking at the painting closely he saw a bare-feet 
woman holding a big watermelon. For some reason he suspected people in the town 
were mocking his empress Ma and ordered a town-wide investigation on returning 
to his palace. 

  The painter as well as those watching the painting must be registered and 
were to be arrested for execution. To distinguish them he ordered fu be 
posted on the houses of those who did not watch and laugh at the painting. 

  The kind-hearted empress Ma learned of this and let all households in the 
town post fu on the door. A massacre was thus avoided. From then on people 
began to post fu when it is the lunar New Year not only on the door but also on 
the windows, trees and barns for luck. 

  Fu is health 

  The custom of posting fu has much to do with wishing for the arrival of 
wu fu (five kinds of fu). According to the Book of History fu means 
longevity, wealth, health and safety, belief in virtue and good end of life. So 
the so-called wu fu, in the final analysis, is health. 

  The saying that health is not all, but the loss of health is the loss of 
all is absolutely right. Without health anything else, no matter how many one 
has them, is meaningless. Only those with a healthy body and mind can have a 
good start and good end of life. 

  Fu is having wine 

  According to some textual research the character fu is an associative 
compound. The oracle inscription form of the character fu is that of a man 
holding a vessel of wine with two hands. It is perhaps hard nowadays for people 
to understand why fu is having wine. However, in ancient times wine was very 
precious that only the high officials could afford to drink it. 

  Moreover, wine is closely related to festivals and celebrations, 
something festive. So when was the wine invented? Archeologists discovered 
4,000-year-old raw material and vessels for brewing beer in the Egyptian 
pyramid. China's Book of Songs records the ancestors brewing rice wine and 
drinking in celebration of harvest and longevity. Therefore, wine has taken a 
very important place in people's life and it makes sense that having wine is 
regarded as happiness. 

  By People's Daily Online 
 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:

[budaya_tionghua] OOT: Who are the Indonesians?

2006-02-03 Terurut Topik Ambon
The Jakarta Post
http://www.thejakartapost.com/community/ina3.asp

  
Who are the Indonesians?

Meidyatama Suryodiningrat

Since early childhood, Indonesians have been, and continue to be, taught that 
their country is a huge archipelago comprised of thousands of islands and 
hundreds of ethnic groups. It is also common knowledge that the Javanese are 
the largest ethnic group in the country and, not surprisingly, that the island 
of Java is the most populated in the country. 

Beyond these facts few actually know the exact ethnic composition and 
distribution of these groups. 

The 2000 Population Census conducted by the Central Statistics Bureau provided 
much insight into the make up of the Indonesian population. Further invaluable 
analysis was provided by Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS) when in 
2003 it published Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing 
Political Landscape, which was planned as the first in a series of publications 
on the Indonesian population. 

The findings of these two reports, both of which complement each other, has 
provided some striking knowledge about the people who inhabit the world's 
biggest archipelago. 

What is interesting about the methodology of the BPS census is that ethnicity 
is defined by the respondents themselves. That it is people themselves actually 
choosing which ethnicity they self-identify with. Those who do not respond or 
cannot make up their mind are classified according to their father's bloodline. 

The diversity of this country was confirmed with the finding of about 1,000 
ethnic and sub-ethnic groups in the country. However most are very small. In 
fact only 15 of the ethnic groups have a population of over 1 million. 

Omnipresent 

There is no surprise that the Javanese continue to be the predominant ethnic 
group (Graph. 1). Combined with the Sundanese, these two ethnicities make up 
over 57 percent of the Indonesian population. 

Such is the preponderance of the Javanese that they have a high concentration 
in almost all provinces. Javanese comprised of at least 15 percent of local 
populations in 13 of the 30 provinces surveyed by BPS in 2000. 

Even outside of the island of Java, Javanese make up the largest single ethnic 
group in the provinces of Bengkulu, Lampung and East Kalimantan. In many other 
provinces they are usually only second or third to the local indigenous 
population in terms of size. For example, they are the second biggest ethnic 
group in North Sumatra comprising 32 percent of the provincial population, in 
Riau with 25 percent, Jambi with 27 percent, Central and South Kalimantan with 
18 and 13 percent respectively. 

The demographic shifts can be attributed to several factors such as 
transmigration, greater mobility as a result of intensified transportation 
infrastructure and the search for economic opportunities. 

The high concentration of Javanese in many provinces supports the increased 
diversification of the Indonesian population. It would be a simplification 
nowadays to say that a particular province simply belongs to a certain ethnic 
group. The facts simply do not support it. 

In only six provinces did the perceived indigenous population comprise more 
than three-quarters of the total provincial population: West Sumatra 
(Minangkabau); South Kalimantan (Banjarese); Yogyakarta along with Central and 
East Java (Javanese); and Bali (Balinese). 

In other words, there is greater diversity within the peoples of any given 
province. 

In terms of religion the numbers have generally remained consistent over the 
last three decades with the Muslim population accounting for 87 to 88 percent 
of the population. In the 2000 census over 88 percent of Indonesians chose 
Islam as their declared faith, followed by Christians with 8.9 percent, Hindus 
1.8 percent and Buddhists with just under 1 percent. 

The caveat however, is that the government only formally recorded and 
recognized five religions: Islam, Protestanism, Catholicism, Hinduism and 
Buddhism. 

There little room for deviation if one prescribes to an alternative faith. Up 
until 1971, Confucianism was still listed in the census with a record of 0.82 
percent. Since then consequent censuses have not officially recorded the 
numbers of those following Confucianism. In the 2000 census, those who did not 
prescribe to the five recognized religions were categorized as 'others' and 
accounted for 0.8 percent of the population. 

Ethnic Chinese 

Despite being so prevalent on the economic stage, repeated surveys have 
consistently shown that ethnic Chinese constitute a tiny minority of the 
population, in fact less than 1 percent. 

In Indonesia's Population... by Leo Suryadinata et al, it is suggested that 
because the survey was based on self-identification by the respondents, many 
second and third generation ethnic Chinese (peranakan) considered themselves to 
be part the local indigenous population. Furthermore, despite the 

Re: OOT Re: [budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus Stateless

2006-02-02 Terurut Topik Ambon
Mungkin  diberikan kartu penduduk, tetapi bukan paspor, terkecuali bagi yang 
bertatus stateless diberikan semacam travel document yang fungsinya 
sebagai paspor bila berperjalanan ke luar negeri.


- Original Message - 
From: UKM BANGKA [EMAIL PROTECTED]
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Thursday, February 02, 2006 7:43 AM
Subject: Re: OOT Re: [budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus 
Stateless


 Kalau ngak salah, Imigrasi juga mengeluarkan paspor khusus untuk WNA di 
 Indonesia.

 Wassalam
  - Original Message - 
  From: BUD'S
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Wednesday, February 01, 2006 4:00 PM
  Subject: OOT Re: [budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus 
 Stateless


  Tanpa kewarganegaraan bearti ngak punya Pasport dong, tapi kenapa ya bisa 
 mondar mandir keluar negeri he he he aneh tapi nyata. boleh tuh masuk MURI
- Original Message - 
From: Ambon
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sunday, January 29, 2006 5:32 AM
Subject: [budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus 
 Stateless


http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=209258

Minggu, 29 Jan 2006,




Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus Stateless




JAKARTA - Masyarakat Tionghoa belum sepenuhnya diperlakukan adil. 
 Aparat sering memperlakukan mereka secara diskriminatif. Tak jarang 
 masyarakat Tionghoa di Indonesia menjadi komoditas para aparat untuk 
 menjadi sapi perahan. Khususnya, dalam pengurusan identitas 
 kewarganegaraan atau surat bukti kewarganegaraan Republik Indonesia 
 (SBKRI).

Diskriminasi terhadap masyarakat Tionghoa tersebut dibeberkan dalam 
 diskusi yang bertema Imlek, Eksistensi Tionghoa di Indonesia yang digelar 
 di Marioss Place, Jakarta, kemarin.

Ivana Lie, mantan atlet bulu tangkis nasional, yang hadir dalam diskusi 
 tersebut menceritakan, dirinya merupakan salah seorang korban rumitnya 
 birokrasi dalam mengurus SBKRI. Bertahun-tahun saya menjadi pemain 
 nasional, tapi tanpa kewarganegaraan, ungkapnya.

Sebagai pemain yang membawa bendera Merah Putih, Ivana berkali-kali 
 mengharumkan nama bangsa di level internasional. Prestasinya itu membuat 
 lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di berbagai penjuru dunia.

Saat keluar negeri, saya hanya dibekali secarik kertas yang menyatakan 
 bahwa saya orang Indonesia. Tapi, ketika pulang, kewarganegaraan saya 
 dicabut dan menjadi stateless (tidak punya kewarganegaraan, Red), 
 ujarnya. Dia juga telah berusaha mengurus KTP, tapi tidak bisa karena 
 tidak memiliki surat kewarganegaraan.

Ivana tidak memiliki surat kewarganegaraan karena orang tuanya adalah 
 pendatang. Pada 1940, orang tua saya datang dari China ke Indonesia dan 
 belum berstatus warga negara Indonesia. Otomatis, saya menjadi warga 
 negara asing. Padahal, saya lahir di sini sampai menjadi atlet, jelasnya.

Akhirnya, SBKRI tersebut didapatkan setelah diperjuangkan KONI dan 
 PBSI. Bukan hanya saya yang mengalami hal ini. Tapi, beberapa atlet bulu 
 tangkis lain seperti Alan Budi Kusuma, Susi Susanti, dan Hendrawan juga 
 mengalami, katanya.

Mengomentari Ivana, pengamat etnis Tionghoa Ridawan Saidi mengatakan, 
 Tidak ada tanda-tanda akan menjadi baik. Itu (SKBRI) satu kerumitan 
 administrasi. Itu satu peluang untuk mencari uang bagi para birokrat. Kita 
 punya kebijakan nasional kewarganegaraan, tapi tidak berjalan karena tidak 
 ada juklak dan juknis.

Menurut dia, peraturan yang mewajibkan warga keturunan Tionghoa 
 mempunyai SBKRI harus dihentikan. Sebab, hal itu sudah tidak relevan 
 dengan kondisi bangsa yang mengedepankan kesetaraan. Peraturan seperti 
 itu seharusnya disudahi. Itu kan kelanjutan dwi kewarganegaraan rangkap 
 1950, tegas mantan anggota DPR tersebut.

Hal yang sama diungkapkan dosen Studi Masyarakat Tionghoa Indonesia 
 dari Beijing Foreign Studies University, Eddy Prabowo. Dia menyatakan, 
 permasalahan SBKRI masih belum jelas karena konsep pemerintah masih 
 berbelit-belit. Ini sebuah realitas bahwa orang bisa ditendang ke mana 
 saja. Karena apa? Sebab, ini adalah massa mengambang. Kedua, punya duit. 
 Ini sangat berbahaya karena merembet dalam banyak hal, terutama status 
 hukum, jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, dia juga menyinggung soal diskriminasi 
 terhadap etnis Tionghoa. Menurut dia, diskriminasi tersebut terjadi karena 
 faktor eksternal. Artinya, bukan disebabkan keberadaan masyarakat Tionghoa 
 dan lainnya. Di lapisan bawah, simbiosis dengan masyarakat bawah sudah 
 cukup baik. Yang mengondisikan adalah faktor eksternal, ujarnya. Salah 
 satu faktor eksternal adalah faktor politis.

Lalu, bagaimana menyikapi faktor-faktor eksternal tersebut? Dia 
 menyatakan sangat sulit. Sebab, tidak ada kemauan untuk berubah ke arah 
 lebih baik. Sulit. Sebab, orang Tionghoa terkesan ngapain kita bicara 
 kalau salah dan nggak bicara juga salah, mau mengadu ke siapa? Minta 
 perlindungan ini

[budaya_tionghua] Uskup Agung Ende pimpin misa Imlek

2006-01-31 Terurut Topik Ambon





http://www.indomedia.com/poskup/2006/02/01/edisi01/0102flo2.htm


Uskup 
Agung Ende pimpin misa Imlek

Ende, PK
Warga Keturunan 
Tionghoa di Ende merayakan Tahun Baru China atau Imlek dengan misa syukur yang 
dipimpin Uskup Agung Ende, Mgr. Abdon Longinus da Cunha, Pr, di Gereja St. Yosef 
Freinademetz-Mautapaga Minggu (29/1) malam. Dalam misa itu, Uskup Longinus 
didampingi imam-imam konselebran, yakni Uskup Maumere, Mgr. Vincen Sensi 
Potokota, Pr, Romo Lukas Leo, Pr, Romo Felix Djawa Pr, Romo Yos Liwu, Pr, Romo 
Paulus Bongu, Pr, Pater Alex Ganggu, SVD, dan Pater Anton Manehat, SVD.
Perayaan misa ini dikemas dalam nuansa Imlek. Warna merah 
mendominasi tata rias gereja, baik lilin, kain altar ataupun pakaian misa para 
imam. Pembawa persembahan dan pembacaan kitab suci pun dipercayakan kepada warga 
keturunan Tionghoa.
Uskup Longinus dalam kotbahnya mengatakan, kehadiran warga 
keturunan Tionghoa di Indonesia merupakan aset dan kekayaan dalam keanekaragaman 
bangsa yang patut disyukuri. Kepada warga keturunan Tionghoa, Uskup Longinus 
meminta agar benar-benar menjadi warga Tionghoa sejati dan warga Kristiani yang 
beriman. "Kedua hal ini harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari," pinta 
uskup.
Di Manggarai Barat
Warga keturuan Tionghoa di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai 
Barat (Mabar) pun mensyukuri Imlek dengan menggelar misa hari Minggu (29/1) 
sore. Humas Panitia Perayaan Imlek Mabar, Aloysius Mantara menjelaskan, misa 
bersama tidak saja dihadiri warga keturunan, tetapi juga umat kristiani lainnya. 
"Misa Imlek ini baru pertama kali dilakukan di Mabar. Tahun lalu kami rayakan 
Imlek, tapi tidak menggelar misa bersama," kata Mantara.
Mantara mengatakan, misa Imlek di Aula Youth Centre, Paroki Roh 
Kudus-Labuan Bajo, itu juga dihadiri Bupati Mabar, Drs. Fidelis Pranda; Ketua 
DPRD Mabar, Matheus Hamsi; Kapolres Mabar, Kompol Butje Hello, dan para pejabat 
lainnya. Misa dipimpin Pastor Paroki Roh Kudus-Labuan Bajo, Romo Beni Jehadun, 
Pr. (yel)





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] Imlek dan Agama Khong Hu Cu

2006-01-31 Terurut Topik Ambon






http://www.suaramerdeka.com/harian/0601/27/opi03.htm


Imlek dan Agama Khong Hu Cu
Oleh Paulus Hariyono 
MINGGU lusa (29/1) masyarakat 
Tionghoa khususnya penganut agama Khong Hu Cu merayakan Imlek 2557, yaitu Tahun 
Baru berdasarkan peredaran bulan dan tahun didasarkan pada tahun kelahiran Nabi 
Khong Hu Cu, 551 tahun SM. 
Saat itu di negeri China berlangsung musim 
semi. Orang Tionghoa dari suku Hokkian akan mengatakan, Sin Chun Kiong Hi 
berarti Selamat Hari Raya Musim Semi, saat orang bersuka cita. Sedangkan 
orang Tionghoa dari suku Konfu di Kanton atau provinsi Guangdong di daratan 
Cina, akan mengatakan Gong Xi Fa Cai yang berarti Semoga Sukses, Banyak 
Rezeki.
Secara umum, perayaan Tahun Baru Tionghoa 
memiliki makna permohonan agar dalam setahun berikutnya orang memperoleh 
kesejahteraan, rezeki dan keberuntungan. Agar permohonan terkabul mereka meminta 
restu dari orang tua atau orang yang dianggap lebih tua dengan meminta maaf atas 
kesalahan dan dosa-dosa yang telah dilakukan selama setahun berjalan. 

Secara religi, perayaan tahun baru bertujuan 
mendapatkan pembebasan, penyembuhan, penyucian, pemurnian dan pembaruan dari 
Tuhan YME untuk memperoleh hidup baru dan semangat baru agar dapat menempuh 
masa-masa yang akan datang dengan lebih baik.
Pada agama Khong Hu Cu, bakti anak kepada orang 
tua merupakan ajaran yang utama. Agama-agama tradisional umumnya menganggap 
orang tua adalah representasi dari alam jagat raya, setelah raja merupakan 
titisan dari The Rightness. 
Orang tua adalah asal mereka ada dan tujuan 
mereka hidup. Karena itu dalam perayaan Imlek terdapat upacara menghormat kepada 
orang tua atau kepada orang lain yang dianggap lebih tua dalam bentuk pay 
cia, dengan menggerak-gerakkan tangan yang dikepal di depan dada, sambil 
memohon ampun atas kesalahan dan dosa yang telah dilakukan. 
Dahulu ada tradisi pay qui, atau 
sungkem. Orang tua duduk dan anak-anak melakukan sungkem kepada orang tua. 
Kemudian orang tua memberikan ang pao kepada anak-anak.
Pada zaman dahulu, perayaan Imlek berlangsung 
pada puncaknya pada hari ke - 15, dengan melakukan perayaan Cap Go Meh, yang 
berarti malam menjelang hari ke-15, saat bulan purnama bersinar penuh. Apabila 
perayaan Imlek banyak difokuskan pada keluarga, maka perayaan Cap Go Meh 
difokuskan pada perayaan kemasyarakatan. 
Pada abad ke-19 hingga tahun 1955, pesta Cap Go 
Meh menjadi pesta rakyat hampir semua golongan di kota-kota Indonesia yang 
memiliki nuansa etnis Tionghoa yang kental. Mereka merayakan dengan pesta 
lampion yang dibawa anak-anak dan dipajang di depan rumah. 
Agama Khong Hu Cu 
Perayaan Imlek dengan puncaknya pada Cap Go 
Meh, memiliki makna religi yang positif. Perayaan yang bersifat kebudayaan ini 
dapat dikatakan identik dengan keagamaan. Umat Khong Hu Cu yang biasa merayakan 
perayaan ini (tentu umat lain dapat ikut merayakan) pada kenyataannya sampai 
sekarang masih kesulitan memperoleh pengakuan akan agamanya. 
Sekalipun peraturan yang berlaku tidak ada lagi 
yang melarang eksistensi agama ini, menurut Gan Kok Hwie (Ketua MAKIN Semarang), 
petugas pemerintah merasa kesulitan mencantumkan agama Khong Hu Cu sebagai salah 
satu agama dalam dokumen, termasuk KTP, karena belum ada petunjuk 
pelaksanaannya. 
Sementara itu secara konstitusi sebenarnya 
masih ada pengakuan akan agama Khong Hu Cu melalui Penetapan Presiden (Penpres) 
RI No1 Th 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama. 

Di dalam Penpres tersebut, yang kemudian 
melalui UU No 5 Th 1969 ditetapkan sebagai UU No. 1/PnPs/1965 disebutkan, 
"Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, 
Hindu, Buddha, dan Khong Hu Cu". Bahkan dalam buku pelajaran yang lama untuk 
anak-anak SD pada masa itu juga disebutkan Khong Hu Cu sebagai salah satu agama 
di Indonesia.
Pengakuan yang setengah-setengah itu 
menimbulkan pengetahuan yang kurang benar pada anak-anak SD kelas 3 dalam buku 
pegangan Ilmu Pengetahuan Sosial yang terbit tahun 2004. Dikatakan dalam buku 
itu, kelenteng adalah tempat ibadat orang Tionghoa. Padahal orang Tionghoa zaman 
sekarang ada yang beragama Islam dan Nasrani. Meskipun secara hukum tidak ada 
pelarangan, tetapi suara miring tentang Khong Hu Cu sebagai agama masih ada 
saja. 
Syarat Agama
Biasanya Khong Hu Cu dikatakan belum 
memenuhi syarat sebagai agama, karena tokoh Khong Hu Cu tidak diakui sebagai 
nabi, melainkan ahli pikir atau filsafat. Demikian pula kitab suci agama Khong 
Hu Cu, Su Shi, berisi etika moral dan perilaku, tidak berkaitan dengan dunia 
Illahi yang menyangkut persoalan dosa dan penyucian. 
Untuk mengatasi kesimpangsiuran itu, sebenarnya 
perlu dilacak definisi tentang agama. Beberapa definisi tentang agama dapat 
dilihat dari definisi yang dikumpulkan oleh William P. Alston dalam The 
Encyclopedia of Philosophy (1967:140) dari berbagai tokoh berikut 
ini.
Martineau, seperti dikutip oleh Alston di atas, 
memberikan pengertian, dalam agama terkandung kepercayaan dan 

[budaya_tionghua] Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus Stateless

2006-01-31 Terurut Topik Ambon






http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=209258

Minggu, 29 Jan 2006,



Saat Bela Merah Putih Masih Berstatus Stateless 



JAKARTA - Masyarakat Tionghoa 
belum sepenuhnya diperlakukan adil. Aparat sering memperlakukan mereka secara 
diskriminatif. Tak jarang masyarakat Tionghoa di Indonesia menjadi komoditas 
para aparat untuk menjadi sapi perahan. Khususnya, dalam pengurusan identitas 
kewarganegaraan atau surat bukti kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI). 
Diskriminasi terhadap masyarakat Tionghoa tersebut dibeberkan dalam 
diskusi yang bertema Imlek, Eksistensi Tionghoa di Indonesia yang digelar di 
Marioss Place, Jakarta, kemarin. Ivana Lie, mantan atlet bulu tangkis 
nasional, yang hadir dalam diskusi tersebut menceritakan, dirinya merupakan 
salah seorang korban rumitnya birokrasi dalam mengurus SBKRI. "Bertahun-tahun 
saya menjadi pemain nasional, tapi tanpa kewarganegaraan," ungkapnya. 
Sebagai pemain yang membawa bendera Merah Putih, Ivana berkali-kali 
mengharumkan nama bangsa di level internasional. Prestasinya itu membuat lagu 
kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di berbagai penjuru dunia. "Saat 
keluar negeri, saya hanya dibekali secarik kertas yang menyatakan bahwa saya 
orang Indonesia. Tapi, ketika pulang, kewarganegaraan saya dicabut dan menjadi 
stateless (tidak punya kewarganegaraan, Red)," ujarnya. Dia juga telah berusaha 
mengurus KTP, tapi tidak bisa karena tidak memiliki surat kewarganegaraan. 
Ivana tidak memiliki surat kewarganegaraan karena orang tuanya adalah 
pendatang. "Pada 1940, orang tua saya datang dari China ke Indonesia dan belum 
berstatus warga negara Indonesia. Otomatis, saya menjadi warga negara asing. 
Padahal, saya lahir di sini sampai menjadi atlet," jelasnya. Akhirnya, 
SBKRI tersebut didapatkan setelah diperjuangkan KONI dan PBSI. "Bukan hanya saya 
yang mengalami hal ini. Tapi, beberapa atlet bulu tangkis lain seperti Alan Budi 
Kusuma, Susi Susanti, dan Hendrawan juga mengalami," katanya. 
Mengomentari Ivana, pengamat etnis Tionghoa Ridawan Saidi mengatakan, 
"Tidak ada tanda-tanda akan menjadi baik. Itu (SKBRI) satu kerumitan 
administrasi. Itu satu peluang untuk mencari uang bagi para birokrat. Kita punya 
kebijakan nasional kewarganegaraan, tapi tidak berjalan karena tidak ada juklak 
dan juknis."Menurut dia, peraturan yang mewajibkan warga keturunan 
Tionghoa mempunyai SBKRI harus dihentikan. Sebab, hal itu sudah tidak relevan 
dengan kondisi bangsa yang mengedepankan kesetaraan. "Peraturan seperti itu 
seharusnya disudahi. Itu kan kelanjutan dwi kewarganegaraan rangkap 1950," tegas 
mantan anggota DPR tersebut. Hal yang sama diungkapkan dosen Studi 
Masyarakat Tionghoa Indonesia dari Beijing Foreign Studies University, Eddy 
Prabowo. Dia menyatakan, permasalahan SBKRI masih belum jelas karena konsep 
pemerintah masih berbelit-belit. "Ini sebuah realitas bahwa orang bisa ditendang 
ke mana saja. Karena apa? Sebab, ini adalah massa mengambang. Kedua, punya duit. 
Ini sangat berbahaya karena merembet dalam banyak hal, terutama status hukum," 
jelasnya.Dalam kesempatan tersebut, dia juga menyinggung soal 
diskriminasi terhadap etnis Tionghoa. Menurut dia, diskriminasi tersebut terjadi 
karena faktor eksternal. Artinya, bukan disebabkan keberadaan masyarakat 
Tionghoa dan lainnya. "Di lapisan bawah, simbiosis dengan masyarakat bawah sudah 
cukup baik. Yang mengondisikan adalah faktor eksternal," ujarnya. Salah satu 
faktor eksternal adalah faktor politis.Lalu, bagaimana menyikapi 
faktor-faktor eksternal tersebut? Dia menyatakan sangat sulit. Sebab, tidak ada 
kemauan untuk berubah ke arah lebih baik. "Sulit. Sebab, orang Tionghoa terkesan 
ngapain kita bicara kalau salah dan nggak bicara juga salah, mau mengadu ke 
siapa? Minta perlindungan ini, itu," tegasnya.Di sisi lain, Eddy yakin 
diskriminasi itu lambat laun berkurang. Sebab, mulai terjadi gerakan-gerakan 
generasi muda keturunan Tionghoa untuk melakukan dialog multikultural. "Generasi 
sudah mulai mendobrak kebekuan yang ada," katanya. Mereka mulai 
mendatangi Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) serta Departemen Hukum 
dan HAM. Bukan hanya itu. Menurut Eddy, perlu dikembangkan rekonsiliasi sosial 
yang mengedepankan keterbukaan serta kesepahaman. "Tidak ada gunanya saling 
mencela dan kemudian kecenderungan eksklusivitas. Yang penting 
kesepahaman antara elemen," tegasnya. 
(yog)





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] Hubungan Erat Islam-China

2006-01-31 Terurut Topik Ambon






http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/30/opini/2402092.htm

 
Hubungan Erat 
Islam-China 

Ayang Utriza NWAY
Kemarin (29/1), masyarakat China merayakan Tahun Baru Imlek 
2557. Dua hari setelah itu, umat Islam merayakan Tahun Baru Hijriah 1 Muharam 
1427 (31/1).
Ada makna penting di balik perayaan kedua tahun baru itu, 
yaitu hubungan erat Islam-China sebagai sebuah peradaban dan kebudayaan dalam 
konteks dunia dan Indonesia.
Jalur ke China
Ketika Islam lahir sebagai sebuah agama pada paruh pertama 
abad VII Masehi, China sudah lebih dulu menguasai berbagai aspek penting dunia, 
mulai perdagangan hingga kekuasaan politik yang membentang. Islam mulai 
berhubungan dengan China saat Islam berangsur menjadi kekuatan politik dan 
ekonomi yang patut diperhitungkan.
Harus dikatakan, hubungan Islam-China terjalin cepat karena 
sebelumnya telah ada hubungan dengan pedagang Arab. Saat Islam berkembang, 
kemungkinan, para pedagang Arab yang telah masuk Islam melanjutkan aktivitas 
ekonomi dengan China. Inilah yang membuka celah bagi perkembangan Islam di China 
dan membuat hubungan keduanya berlanjut (Broomhall, 1905).
Hubungan Islam-China kian erat berkat dua kekuasaan politik 
besar: Khilafah Umayyah (661-750) dan Khilafah Abbasiyyah (750-1258) di Barat 
mewakili Islam dan Dinasti T’ang (618-907) dan Dinasti Tsung (960-1280) di Timur 
mewakili China. Pada massa Umayyah, perdagangan ke China dilakukan melalui 
darat. Perang antara kaum Muslimin, China dengan suku Tibet membuat jalur darat 
terputus. Hal ini menjadikan jalur laut menjadi alternatif untuk mencapai China. 
Sejak masa Abbasiyyah, perdagangan jalur laut meningkat pesat (Tibbets, 
1957).
Para pedagang Muslim yang menggunakan jalur laut menuju 
China, mau tidak mau, harus melewati Nusantara: dari laut Nusantara di Aceh, 
selat Melaka yang membelah Pulau Sumatra dan semenanjung Melayu hingga menuju 
China. Berkat jalur laut inilah Islam tersebar di Nusantara yang kala itu masih 
menganut animisme, Hindu, dan Buddha. Perjalanan para pedagang Muslim menuju 
China membuat Islam sebagai agama masuk secara perlahan di Nusantara.
China-Islam Nusantara
Hubungan China dengan Nusantara sudah ada sebelum Islam 
masuk. Sumber-sumber China menyebutkan, tahun 1275 kaisar China tidak lagi 
menerima upeti dari San-Fo-Tsi (Sriwijaya), tetapi dari Sa-Wen-Ta-La (Samudera) 
(Ambary, 1990). Hal ini dipertegas kesaksian Marco Polo yang pada tahun 1292 
berkunjung ke Samudera Pasai. Ia mengatakan, raja Samudera Pasai tunduk pada 
kekuasaan China, namun tidak dapat bayar upeti karena jauhnya jarak untuk sampai 
ke China (edisi Prancis: 18651989).
Kedekatan hubungan China-Nusantara berlanjut saat 
orang-orang Arab yang ada di China dan orang-orang China yang masuk Islam datang 
menyebarkan Islam di Nusantara. Karena itu, salah satu teori yang berkembang 
hingga kini, China memainkan peran penting dalam proses Islamisasi 
Nusantara.
Peran ”jalur China” amat besar dalam proses masuknya Islam 
ke Trengganu pada abad XIV, dan ke Jawa pada abad XV. Islam di kedua daerah ini 
dianggap datang dari China melalui Champa (kini Kamboja). China menunjukkan 
peran yang kian penting saat kaisar Ming mengirim Laksamana Cheng-Ho dan 
penerjemahnya, Ma Huan—keduanya beragama Islam—dalam ekspedisi ke Nusantara 
beberapa kali sepanjang abad XIV untuk menjalin hubungan politik dan 
ekonomi.
Profesor Rahmat Mulyana (1968) memaparkan jasa Laksamana 
Cheng-Ho dalam Islamisasi di tanah Jawa. Bahkan, beberapa masjid didirikan atas 
perintah Cheng-Ho. Karena itu, tak heran jika ada akulturasi arsitek Islam-China 
sebuah masjid, misalnya masjid di Semarang bekas peninggalan Cheng-Ho. Tetapi, 
yang membuat geger tahun 1970-an di Indonesia ialah tulisan Mulyana yang 
menyatakan Wali Songo adalah keturunan China.
Hal ini perlu dikaji lagi. Tetapi paling tidak, dalam 
sejarah tercatat, istri Sunan Ampel adalah putri Champa yang masih saudara istri 
Brawijaya V, ibu dari Raden Fattah. Salah satu istri Sunan Gunung Djati adalah 
putri China yang hingga kini kuburannya di Cirebon menjadi tempat ziarah 
masyarakat China. Daniel Perret (2005) menjelaskan, menara dan masjid Agung 
Banten merupakan hasil seorang arsitek China. Ini menunjukkan peran penting 
China dalam proses Islamisasi Nusantara.
Sejarah perekat
Kedekatan Islam-China dari dulu hingga kini harus membuat 
umat Islam dan masyarakat China di Indonesia menghilangkan rasa curiga dan sikap 
rasis yang kadang muncul dan membuat hubungan keduanya tegang.
Dengan tahun baru Imlek 2557 dan Hijriah 1427, kita buka 
lembaran baru dan menghilangkan pandangan dikotomis pribumi-China, serta 
membuang perasaan dan sikap anti-China dan anti-Pribumi (Islam). Dengan 
kesadaran sejarah ini semoga dapat lebih mempererat jalinan dan untaian 
kebangsaan kita. Gong Xi Fa Cai dan Marhaban Ya Sanah Jadîdah!
Ayang Utriza NWAY Peneliti pada Pusat Studi 
Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina; Dosen Luar Biasa Fakultas 
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah 

[budaya_tionghua] Kebangkitan Santri

2006-01-31 Terurut Topik Ambon






http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2006013003155116




  
  
Senin, 30 Januari 2006
  



  
  
BURAS
  

  

  

Kebangkitan 
Santri 




  
  
 
  "GONG xi fa cai, Kong!" sapa Haji saat 
  jalan pagi.
  "Selamat Tahun Baru Hijriah, Pak Haji!" timpal 
  Engkong. "Tahun anjing bisnis bakal berat, meskipun peluang peluang sukses 
  besar!"
  "Begitu ramalan kalian?" timpal ahji. "Kalau tahun 
  baru hijriah ini justru tahapan penting bagi kebangkitan kelas menengah 
  santri! Dalam tujuh tahun ini, lewat dua pemilu kelas menengah santri 
  meningkat peran politiknya, baik santri konservatif maupun progresif! Dari 
  kursi DPR di bawah 100 hasil Pemilu 1997, menjadi lebih 200 pada Pemilu 
  2004. Dalam bisnis, ekonomi syariah juga semarak hingga bank-bank besar 
  membuka syariah! Di daerah-daerah, bank syariah lokal dan 
  BMT--baitulmal wa tamwil--tumbuh pesat!"
  "Hebat," timpal engkong, "Apa syarat masuk 
  Islam?"
  "Syarat masuk Islam lima perkara!" jelas 
  haji.
  "Lima perkara?" Engkong terkejut "Uwe tak 
  sangup! Teman uwe satu perkara saja, hartanya 
ludes!"
  "Bukan perkara begitu!" tegas Haji, "Tapi rukun 
  amalannya! Mengucap dua kalimat syahadat, salat lima waktu, puasa Ramadan, 
  membayar zakat, dan pergi haji bila mampu!"
  "Rukun uwe suka!" timpal Engkong. "Tapi 
  kenapa anggota DPRD tak bisa rukun?"
  "Rukun dimaksud ibadah wajib, bukan arti sela-sekata! 
  "jelas Haji. "Anggota Dewan itu bukan tidak rukun, cuma beda 
  pendapat!"
  "Uwe tak suka beda pendapatan!" sambut 
  Engkong.
  "Bukan beda pendapatan! Beda pendapat!" tegas 
  Haji.
  "Itu juga, bikin ribut!" timpal Engkong. "Cucu sering 
  ribut beda pendapat, terakhir soal angpau Imlek!"
  "Di DPRD juga! Beda pendapat jadi penentu angpau 
  Imlek liburan ke Bali!" ujar Haji. "Tapi kebanyakan yang dapat angpau 
  bukan dari kelas menengah santri!"
  "Santri tak suka liburan, santai buang-buang duit?" 
  sambut Engkong. "Hidup santri itu hemat! Bisa menabung buat 
  modal!"
  "Kalau santri bukan cuma hemat! Malah serbaprihatin!" 
  Itu pula yang bisa diharapkan dari kebangkitan kelas menengah santri, 
  nilai tambah kegiatannya cepat terakumulasi untuk penambah 
  modal!"
  "Tapi itu kurang bagus sebagai pasar!" timpal 
  Engkong, "Kalau belanja tak suka borong!"
  "Santri memang bukan pasar yang bagus!" sambut Haji. 
  "Kalau belanja menahan diri tak main borong! Pasar yang baik itu golongan 
  priayi, para birokrat, politisi, dan profesional, yang bukan hanya 
  konsumtif, malah bergaya konsumerisme!"
  "Itu uwe suka, ke toko suka memborong!" 
  entak Engkong.
  "Mereka memang banyak duit, konsumtif pula!" timpal 
  Haji. "Untung mereka lebih berputar ke ekonomi rente kapitalis global, 
  kurang memadai yang masuk sektor syariah! Padahal, kekuatan konsumsi 
  kelompok ini andalan ekonomi domestik!"
  "Duit punya kuasa, bebas memilih!" tegas 
  Engkong.
  "Tapi pilihannya kurang kontekstual pada gairah 
  sosial lingkungannya!" tegas 
Haji.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] Kali Pertama Suguhkan Liong

2006-01-31 Terurut Topik Ambon






CENDRAWASIH 
POST
Senin, 30 Januari 
2006













































































Kali Pertama Suguhkan Liong 
*Meriah, Perayaan Imlek di 
Jayapura 

JAYAPURA-Tahun baru China atau Imlek 
2557 yang jatuh pada hari Minggu (29/1), kemarin juga dirayakan di Kota 
Jayapura. Bahkan perayaan Imlek 2557 tahun ini, di Kota Jayapura terbilang cukup 
meriah. Pasalnya, perayaan yang dipusatkan di Halaman Vihara Arya Dharma ini, 
tidak hanya dimeriahkan atraksi barongsai, tetapi juga atraksi liong atau naga 
yang baru kali pertama disuguhkan di Kota Jayapura. 
Barongsai dan Liong ini, sebenarnya 
merupakan sebuah tradisi ketika masyarakat Tionghoa memasuki tahun baru atau 
musim semi. Perayaan imlek ini diawali dengan penabuhan oleh Ketua Umum 
Paguyupan Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia (PSMTI) Wilayah Papua, Harry 
Pirono dan Ketua Harian, Ishak Montolalu bersama tim barongsai dan liong. 

Selanjutnya, dimulai dengan atraksi 6 
barong sai yang berlangsung sekitar 25 menit dan disela-sela ini banyak warga 
Tionghoa membagi-bagikan angpao kepada barong sai baik dilakukan orang tua 
maupun anak-anak, ini diyakini mendapatkan berkat dan menolak bala pada tahun 
ini. 
Setelah itu, ditampilkan atraksi liong 
atau naga yang pertama kali ditampilkan dalam perayaan Imlek di Jayapura, liong 
ini dimainkan 9 orang yang memegang ekor hingga kepala dan ditambah seorang 
pemain pemegang mustika. 
Naga ini menggambarkan cakar elang yang 
dapat mengarungi udara, sisik yang menggambarkan dapat mengarungi samudra, 
kerbau yang menggambarkan semangat kerja keras. Perayaan ini puncaknya pada saat 
Cap Go Meh yang akan dilaksanakan 12 Februari 2006 mendatang. 
Ketua Yayasan Budha Dharma Jayapura, 
Irianto Setiawan, mengatakan, perayaan tahun baru Imlek ini untuk kali pertama 
dilakukan secara bersama dalam rangka untuk meningkatkan tali silaturahmi antara 
masyarakat dan unsur agama yang lain di seluruh Jayapura atau Tanah Papua. 

"Ini tentunya tidak dapat menutup 
kegembiraan hati kami dan kebanggaan kepada pemerintah dimana dari tahun ke 
tahun telah memberi kami suatu kebebasan untuk merayakan Imlek dan ditetapkan 
sebagai hari libur nasional, sehingga semangat ini mendorong warga Tionghoa 
untuk lebih berbakti kepada nusa dan bangsa Indonesia," ujarnya. 
Perayaan Imlek bersama ini, kata 
Irianto, menitikberatkan pada ajang silaturahmi sesama warga Tionghoa tanpa 
membedakan agama baik Budha, Kristen maupun Islam, maupun dengan komponen 
masyarakat lain, sehingga bisa lebih saling mengenal, sehingga dapat membangun 
masyarakat yang harmonis dan menciptakan suatu kedamaian di Tanah Papua. 

Lebih lanjut, di tahun baru ini sesuai 
dengan kalender Cina masuk Tahun Anjing Api, sehingga pihaknya berharap bahwa 
dalam tahun ini semuanya diharapkan berkembang pesat dan semua bahagia, sehingga 
bangsa Indonesia ke depannya lebih sejahtera dan dihindarkan dari malapetaka. 

"Apalagi, di tahun ini kita bisa 
menampilkan atraksi naga atau liong yang menjadi simbol makhluk yang tidak 
pernah ada wujud nyata dalam dunia ini, tetapi orang Tionghoa menganggap itu 
suatu makhluk yang bisa beradaptasi dalam kondisi berbagai macam. 
Seperti diketahui, naga bercakar elang, 
bersisik ikan, naga bertampang seperti kerbau, yang artinya siap bekerja keras, 
siap mengudara seperti elang dan siap masuk ke air seperti ikan, sehingga kita 
perlu semangat naga untuk membangun negeri ini agar kita ke depan lebih 
sejahtera dan bebas dari bencana," ujarnya panjang lebar. 
Diakui, kehidupan sehari-hari warga 
Tionghoa sangat menghargai keharmonisan antar etnis maupun lintas agama sangat 
baik, sehingga perlu dipupuk terus, apalagi dengan hadirnya organisasi Paguyupan 
Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia (PSMTI) sehingga diharapkan dapat semakin 
mempererat semua unsure di Tanah Papua, sehingga warga Tionghoa bisa hidup damai 
berdampingan dengan komponen lainnya. 
Ishak Montolalu, menambahkan saat ini 
telah hadir organisasi PSMTI telah terbentuk di wilayah Papua,dalam rangka untuk 
memperjuangkan eksistensi suku Tionghoa supaya dikukuhkan menjadi bagian bangsa 
di negeri ini. 
Ketua Umum PSMTI Wilayah Papua, Harry 
Pirono berharap membawa kedamaian bagi negara Indonesia, khususnya di Papua, 
apalagi di Papua akan dilaksanakan pilkada sehingga diharapkan berlangsung aman 
dan mendapatkan pimpinan yang mau mengabdi di Papua. 
Sementara itu, tokoh masyarakat Jan 
Ayomi yang juga Wakil Ketua I DPD Golkar Provinsi Papua, sempat menghadiri acara 
ini dan menyampaikan selamat kepada warga Tionghoa. "Kami sampaikan selamat 
tahun baru Imlek. Semoga tahun ini membawa semangat bagi hidup bersama di Tanah 
Papua ini, damai sejahtera kiranya menaungi kita semua," ujarnya. 
Jan Ayomi meminta agar semangat 
persatuan dan kesatuan antara warga Tionghoa dengan Papua dan semua suku bangsa 
di Tanah ini tetap terjalin dalam rangka memperkokoh negara kesatuan republik 
Indonesia (NKRI). 
Malam detik-detik pergantian tahun baru 

[budaya_tionghua] Hajatan Tionghoa Lintas Agama

2006-01-31 Terurut Topik Ambon






http://www.gatra.com/artikel.php?id=91874


Hajatan Tionghoa Lintas 
Agama


AKHIR Januari ini jadi momen istimewa bagi muslim Tionghoa. Tahun Baru 
Imlek 2557 dan Hijriah 1427 datang bersusulan: 29 dan 31 Januari 2006. Sebagai 
keturunan Tionghoa, mereka dibesarkan dalam keluarga yang biasa memperingati 
Imlek. Sebagai muslim, mereka diajarkan bahwa 1 Muharam adalah Tahun Baru 
Islam.Status muslim tak menghalangi hajat mereka merayakan Imlek. 
Padahal, tahun baru Cina itu, menurut pengikut Konghucu, bagian ritual agama. 
Mereka biasa memperingatinya di kelenteng. Penganut Buddha juga mengadopsinya 
sebagai ritual di vihara. Namun kalangan Tionghoa muslim memilih merayakan 
dengan nuansa Islam di masjid. Kali ini, spirit Imlek dipadukan dengan hikmah 
Muharam.''Kami menyerukan salat dan sujud syukur bersama di masjid 
masing-masing,'' kata Trisno Adi Tantiono, Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa 
Indonesia (PITI) Pusat. Seruan itu dituangkan dalam surat resmi DPP PITI 
tertanggal 16 Januari 2006. Gaungnya menggema sampai daerah.Akhir pekan 
lalu, muslim Tionghoa Yogyakarta menyiapkan Imlek di Masjid Syuhada, Yogyakarta, 
untuk digelar awal Februari ini. ''Kami akan mengisinya dengan sujud syukur, 
pengajian, dan salat hajat,'' ujar Hj. Lie Sioe Fen, Ketua PITI 
Yogyakarta.Imlek di Masjid Syuhada itu digelar tiap tahun sejak 2002. 
Semula pesertanya hanya 40-an orang. Tahun lalu, peminat Imlek di masjid 
melonjak sampai 200-an orang. Lie sendiri memperingati Imlek secara Islam sejak 
ia masuk Islam pada 1983. ''Imlek itu hanya tradisi, tak ada kaitannya dengan 
agama tertentu,'' kata Lie. Ia memahami sejarah Imlek sebagai penanda 
berakhirnya musim dingin dan tibanya musim semi. Bagi masyarakat Cina yang 
mayoritas petani, musim dingin amat menyedihkan karena tak bisa bercocok tanam. 
''Begitu musim semi tiba, mereka menyambut dengan sukacita,'' papar 
Lie.Tradisi Imlek, kata Lie, sudah ada sebelum agama-agama ada. Maka, 
Imlek bisa diperingati penganut agama apa saja. DPP PITI juga berpandangan 
begitu: Imlek bukan milik agama tertentu. Hari itu menjadi budaya leluhur etnis 
Tionghoa untuk silaturahmi keluarga dan beranjang sana pada famili yang lebih 
tua.Itulah sebabnya, muslim Tionghoa tak memutus silaturahmi dengan 
kerabat Cina lain yang nonmuslim. Sejak Jumat pekan lalu hingga Selasa ini, PITI 
Yogyakarta bergabung dengan kaum Cina lintas agama, mengadakan Pekan Budaya 
Tionghoa di Yogyakarta.Di Solo, Jawa Tengah, Rudiansyah alias Tan Djang 
Sien, 36 tahun, yang masuk Islam sejak 20 tahun silam, merayakan Imlek bersama 
orangtuanya yang nonmuslim. ''Imlek bukan pengamalan suatu agama. Itu adat 
istiadat nenek moyang kami,'' kata anggota panitia peringatan Imlek di Taman 
Sriwedari, Solo, itu. Ia tak bikin Imlek di masjid. ''Karena muslim Tionghoa di 
Solo belum punya wadah,'' katanya kepada Mukhlison S. Widodo dari 
Gatra.Meski menyerukan sujud syukur di masjid, DPP PITI tidak 
membuat Imlek khusus di masjid. Mereka mengisi dengan memberi santunan pada 
1.000 keluarga Tionghoa miskin di Tangerang. ''Tidak semua Tionghoa kaya,'' ujar 
Syarif Siangan Tanudjaya, Kepala Bidang Pendidikan PITI. Tiap paket terdiri dari 
5 liter beras, tiga bungkus mi instan, satu kotak biskuit, dan angpao Rp 10.000. 
Penerimanya bukan hanya Tionghoa muslim, melainkan juga yang 
nonmuslim.Secara internal, berbagai aksi Tionghoa muslim dalam 
memperingati Imlek ini jadi ajang silaturahmi sesama Tionghoa, apa pun agamanya. 
Beda agama tak membuat mereka cerai-berai. Secara eksternal, dengan membangun 
opini publik bahwa Imlek bukan ritual agama tertentu, mereka hendak menepis 
kesan eksklusif kaum Tionghoa.Begitulah amatan Arief Akhyat, pakar 
sejarah Tionghoa dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. ''Itu bagian upaya 
mereka menghilangkan kesan eksklusif,'' ujar Arief. Kesan itu, menurut Arief, 
karena sejak 1965 --ketika kaum Tionghoa dipaksa memilih satu dari lima agama 
resmi-- mereka identik dengan nonmuslim. ''Padahal, fenomena Tionghoa muslim ada 
sejak abad ke-14.''Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia, Budi 
Santoso Tanuwibowo, mempersilakan penganut agama apa pun memperingati Imlek. 
''Itu sah-sah saja. Semakin banyak yang memiliki, saya kira semakin baik, ya,'' 
kata Budi kepada Sanwani Soehaly dari Gatra. ''Tapi jangan bilang Imlek 
tidak terkait agama tertentu.''Bagi penganut Konghucu, menurut Budi, 
Imlek adalah bagian ritual agama, sekaligus bagian sejarah Tionghoa. Tapi, bila 
agama lain mau merayakan? ''Ya, monggo saja,'' 
ujarnya.Asrori S. Karni, Rahman Mulya, dan Puguh Windrawan 
(Yogyakarta)[Agama, Gatra Nomor 12 Beredar Senin, 23 
Januari 2005] 





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  

Re: [budaya_tionghua] Re: mohon bantuan info tentang belajar putonghua

2006-01-31 Terurut Topik Ambon





Kira-kira berapa ongkos hidup per bulan [sewa kamar 
asrama+ makan + uang transport]

Banyak terimakasih untuk info.

Salam,


  - Original Message - 
  From: 
  xy 
  
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  
  Sent: Wednesday, December 28, 2005 1:32 
  PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: mohon 
  bantuan info tentang belajar putonghua
  
  saya saat ini sedang belajar di beijing. 
  setahu saya biaya sekolah sekitar US$ 2800/tahun, karna dengar2 ketentuan 
  biaya untuk belajarmandarin per tahunnya ga melebihiUSD 2800. 
  
  beijing ada banyak macam sekolah bahasa, ga semuanya harganya USD 
  2800/th. mungkin kalo mau yg lebih murah lagi, bisa ikut yg semacam kursus 
  gitu...disini banyak prang yang setelah blajar 1 semester trus lanjut di 
  tempat kursus, karna mereka pikir biayanya ga terlalu mahal  buku yg 
  dipakai juga sama dengan yg dipakai di sekolah/univ. 
  kalau mau menguasai putonghua, yaa saya sarankan mending ke beijing aja, 
  putonghua mendekati bahasa/dialek bahasa beijing.
  waktu belajar 1th cukup untuk percakapan sehari2. ya seperti yg 
  Rinto bilang, tergantung dari diri sendiri, harus banyak praktek bahasa. kalo 
  anda ada basic mungkin lebih cepat menguasainya.
  mungkin itu sedikit info dari saya, semoga bisa membantu.
  
  -gxy-harialim [EMAIL PROTECTED] 
  menulis:
  rinto 
heng,karena sesuatu sebab yg tak jelas (bouncing) saya tak menerima 
message milis ini nomor 16009 sd 16039 sehingga baru lihat ada 
jawaban daririnto heng ttg subyek diatas (nomor 16021)juga 
terimaksih atas pendapat adipranata.memang saya pribadi pernah 
kursus mandarin di jakarta sekitar th 97'anpada waktu itu huruf yg apal 
sekitar 600 - 700 an, tetapi pelan pelanitu semua hilang terlupa, hanya 
gramatika yg tidak lupa tetapivocabulary banyak yg lupa. terutama karena 
tidak dipakai.kalo kebetulan ke mainland, dan disana beberapa hari 
memang graduallybeberapa vocab kembali lagi.karena itu saya 
pikir untuk bisa tetap ingat mungkin dengan tinggalsetahun di mainland 
(beijing misalnya) bisa membantu banyak.tetapi memang kaget juga 
waktu browsing ke internet melihat berapabiaya yg dibutuhkan untuk study 
bahasa selama setahun, tetapi inimemang sesuatu yg ditawarkan sangat 
mudah di internet karena semuabisa dilakukan online. tetapi ya itu biaya 
nya bisa mencapai usd20,000 (bukan rmb tetapi pasti usd)karena 
itu saya pikir mungkin ada nara sumber (netters) disini yangbisa memberi 
tambahan informasiagaknya sangat menantang kalau kita bisa spend 
tidak lebih darisekitar usd 10,000 di taiwan selama setahun untuk 
belajar bahasa.saya sendiri merasa kalo tinggal selama setahun di 
beijing (atau ditempat lain di mainland atau taiwan) dan menggunakan 
putonghua seharihari akan bisa menggunakan nya dengan cukup ok untuk 
berkomunikasiterutama karena sudah ada dasar yg saya miliki 
sebelumnya.memang yg jadi pertanyaan adalah apakah saya bisa hapal 
2000 hurufdalam waktu setahun. memang karena pernah hapal lebih dari 
500'anbeberapa karakter sekarang juga sudah tak bisa lupa.( seperti bei 
nandong si dll).mungkin rinto heng ada informasi tambahan yg 
mungkin berguna bisa jaditidak untuk saya saja.terima kasih 
sebelumnya.salam,harry alim--- In 
budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang [EMAIL PROTECTED] 
wrote: Harry-heng,  Bila mau belajar 
mandarin yang dianggap standar tentu pilihan pertama  adalah ke 
Beijing karena logat Beijing (dialek Utara) juga merupakan  logat 
standar bahasa mandarin sekarang ini.  1 tahun saya kira 
cukup untuk belajar putonghua buat fasihberkomunikasi  sehari2, 
artinya tidak untuk menjadi linguis atau ahli bahasa klasik.  Namun 
juga sangat tergantung bagaimana aplikasi dan praktik di sana  
sehari2. Sebagai contoh, kasus saya di Taiwan, banyak teman sayatamatan 
 universitas (4 tahun) masih punya kesulitan membaca koran, karena 
 selepas kuliah mereka cuma memilih berkumpul bersama anak2 
Indonesia  lainnya.  USD 20,000 koq sepertinya 
kemahalan, karena Taiwan dengan biaya hidup  demikian tinggi saja 
tidak semahal itu, tidak lebih dari USD 10,000  setahun. Itupun di 
Taipei yang biaya hidupnya paling mahal di Taiwan.  Apakah benar USD 
dan bukan RMB?   Rinto Jiang  
   harry alim wrote:   yg 
terhormat para netters   mohon bantuan info tentang 
belajar putonghua.   berapa kira2 biaya yang 
dibutuhkan untuk belajar putonghua di beijing?   
apakah 1 tahun cukup untuk belajar putonghua, secara oral baca 
dantulis?  berapa kira kira biaya untuk itu ? biaya sekolah 
dan berapa biaya   akomodasi?  apakah selama sekolah 
bahasa bisa bekerja sambilan untuk membantumenutup  
biaya?   memang saya sudah browsing dan mendapatkan 
data biaya sekolah setahun  berkisar USD 2600 sampai USD 8000 
tergantung tipe kursus yangdipilih dan  biaya akomodasi 

[budaya_tionghua] Imlek dan Berkah Kue Keranjang

2006-01-27 Terurut Topik Ambon






 

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0601/27/sh07.html
Imlek 
dan Berkah Kue Keranjang OlehYuyuk 
Sugarman
YOGYAKARTA – Sebentar lagi, warga Tionghoa 
akan merayakan tahun baru Imlek 2557 yang jatuh pada 29 Januari 2006. Pada 
awalnya, Imlek atau Sin Tjia merupakan perayaan yang dilakukan para petani di 
China yang biasanya jatuh pada tanggal 1 di bulan pertama di awal tahun baru. 
Perayaan ini berkaitan dengan pesta petani menyambut musim semi. Para 
petani di China ini dalam menyambut Imlek biasanya melakukan sembahyang kepada 
Sang Pencipta dan mengadakan perayaan Cap Go Meh. Semua ini dilakukan sebagai 
perwujudan syukur dan doa harapan agar di tahun depan mendapat rezeki lebih 
banyak. Dalam menyambut Imlek, mereka menyajikan berbagai jenis makanan, 
biasanya 12 jenis, untuk menjamu leluhur. Selain itu, mereka juga menggunakan 
hari itu sebagai sarana silaturahmi dengan kerabat dan tetangga. Kedua belas 
macam makanan atau kue ini mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. 
Di China, hidangan yang wajib adalah mi panjang umur (siu mi) dan arak. Di 
Indonesia, hidangan yang dipilih biasanya hidangan yang mempunyai arti 
”kemakmuran”, ”panjang umur”, ”keselamatan” atau ”kebahagiaan”, dan merupakan 
hidangan kesukaan para leluhur. Ada suatu kepercayaan bahwa kue-kue yang 
dihidangkan lebih manis daripada biasanya. Hal ini dimaksudkan agar kehidupan di 
tahun mendatang menjadi lebih manis. Di samping itu, dihidangkan pula kue lapis 
sebagai perlambang rezeki yang berlapis-lapis. Kue mangkok dan kue kekeranjang 
juga merupakan makanan yang wajib dihidangkan pada waktu persembahyangan 
menyambut datangnya tahun baru Imlek.Maka, tak heran jika banyak 
pengusaha kue atau roti yang membuat kue kekeranjang untuk dijual secara partai 
kecil atau partai besar, bahkan banyak yang menerima pesanan. Salah satu yang 
membuat kue keranjang di Yogyakarta adalah Ny Siauw Lie Tjen (60) yang 
meneruskan usaha ayahnya, Siauw Boen Tjiauw yang merintis sejak tahun 1930-an. 
“Sudah menjadi tradisi, setiap perayaan Imlek harus ada kue keranjang. 
Keberadaan kue keranjang sama dengan keberadaan ketupat dan opor dalam perayaan 
lebaran umat Islam. Untuk itu, kami membuat kue keranjang ini,” kata Siauw Lie 
Tjen, pengusaha Kue “Mapan” ini. Sejak tiga minggu menjelang Imlek, ia 
telah kebanjiran permintaan dari berbagai kota, misalnya Magelang, Semarang dan 
Banyumas. “Saya tak bisa merambah Jakarta atau Surabaya karena di sana juga 
sudah banyak pengusaha yang membuat kue keranjang. Tak mungkin kami bersaing 
dengan mereka yang punya modal dan jaringan besar,” ujarnya. Hingga 
Minggu (22/1), Ny Siauw Lie Tjen telah menghabiskan 1,5 ton tepung ketan dan 1,5 
ton gula pasir untuk membuat kue keranjang. Permintaan ini akan terus meningkat 
hingga empat hari menjelang Imlek. “Biasanya banyak yang memesan kue keranjang 
tingkat. Perkiraan saya sampai puncak perayaan Imlek bisa meghabiskan 4 ton 
tepung beras ketan dan 4 ton gula,” katanya.Setiap hari Siauw Lie Tjen 
dibantu sepuluh karyawan, mampu mengolah 300 kg tepung beras ketan dan 300 kg 
gula menjadi 1.200 kue keranjang berukuran kecil dan besar. Untuk ukuran kecil, 
kue keranjang ini dijual seharga Rp 5.000, sedangkan kue kekeranjang bertingkat 
ukuran lebih besar dijual Rp 50.000.
Untuk menghasilkan kue keranjang, dibutuhkan 
proses cukup lama. Setelah tepung ketan dan gula diadoni, lantas dikukus selama 
delapan jam, tidak lebih dan tidak kurang. “Lebih dari delapan jam hasilnya 
terlalu keras. Kurang dari delapan jam kuenya tidak tahan lama,” 
tuturnya.Setelah itu, kue yang telah matang didinginkan dan dicetak 
dalam sebuah kaleng yang telah disiapkan, lalu diangin-anginkan, bahkan bila 
perlu dijemur. Agar terlihat menarik, setelah kue itu dibungkus ditambah dengan 
hiasan lampion. “Imlek merupakan berkah bagi kami sekeluarga,” ujar Ny Siauw Lie 
Tjen. n Copyright © Sinar Harapan 2002 






.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.








  
  
SPONSORED LINKS
  
  
  

Indonesia
  
  
Culture
  
  
Chinese
  
  

   
  







  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



  Visit your group "budaya_tionghua" on the web.
  To unsubscribe from this group, send an email to:[EMAIL PROTECTED]
  Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.



  









[budaya_tionghua] Fw: [mediacare] Terus Didiskriminasi Tionghoa Miskin Mengadu ke Gus Dur

2006-01-26 Terurut Topik Ambon
Dari milis tetangga

- Original Message - 
From: nurul maarif [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, January 25, 2006 9:36 AM
Subject: [mediacare] Terus Didiskriminasi Tionghoa Miskin Mengadu ke Gus Dur


 Terus Didiskriminasi
 Tionghoa Miskin Mengadu ke Gus Dur

 Jakarta, gusdur.net

 Tiga puluh orang suku Tionghoa, perwakilan dari
 Perhimpunan Perempuan Tionghoa Miskin (PPTM)
 mengadukan diskriminasi yang mereka alami kepada
 mantan Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
 di Gedung PBNU, Jl Kramat Raya Jakarta, Rabu
 (25/1/06). Sebagai warga negara Indonesia, hingga kini
 hak-hak mereka belum dipenuhi pemerintah.

 Kita datang hari ini untuk mengadukan, betapa menjadi
 orang Tionghoa itu susah sekali.

 Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Lembaga Anti
 Diskriminatif di Indonesia (LADI) Rebeka Harsono, yang
 berperan sebagai fasilitator pertemuan itu. Anggota
 PPTM sebagian besar adalah suku Tionghoa yang berasal
 dari kawasan kumuh pinggiran Jakarta, yaitu Tegal Alur
 Cengkareng, Sungapan Tangerang, Rawa Lambang
 Tangerang, Kosambi Tangerang, Kapuk Tangerang, dan
 Gaga Kompeni Cengkareng.

 Selengkapnya klik:
 
http://gusdur.net/indonesia/index.php?option=com_contenttask=viewid=2425Itemid=1




.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[budaya_tionghua] OOT: Masyarakat Agar Waspada terhadap PEREDARAN SATE BABI ILEGAL

2006-01-23 Terurut Topik Ambon





http://www.halalmui.or.id/?module=articlesub=articleact=viewid=99



  
  
Masyarakat Agar Waspada terhadap PEREDARAN SATE BABI 
  ILEGAL# by dwi - 30 Dec 05 
  12:53:00 
  
 
  
Masyarakat Agar Waspada terhadap PEREDARAN SATE BABI 
  ILEGAL 
  

  

  Baru-baru ini, LP.POM-MUI DKI Jakarta mendapat 
  laporan dan pengaduan dari masyarakat yang cukup meresahkan mereka, 
  terutama di daerah Menteng Dalam, Tebet. Hal ini disebabkan oleh adanya 
  usaha pengolahan daging babi yang ilegal di daerah tersebut. Yakni, daging 
  babi maupun celeng dari Jawa ataupun Sumatera diperjual-belikan dan diolah 
  secara illegal. Seharusnya produk semacam itu hanya diperdagangkan di 
  pasar khusus, namun kini ternyata juga didistribusikan dan diedarkan 
  secara luas, relatif tanpa pembatasan yang sesuai dengan peraturan 
  pemerintah tentang pengolahan dan peredaran daging babi. 
  Menindak-lanjuti laporan masyarakat itu, LP.POM-MUI 
  DKI Jakarta melakukan pemantauan dan penelitian langsung ke lapangan. 
  Ternyata memang, daging babi itu diolah menjadi dendeng, sate usus, sate 
  hati, sate paru, dsb. Lalu dijual secara bebas ke masyarakat. ?Yang 
  menjadi masalah dan meresahkan masyarakat adalah bahwa para produsen itu 
  menyebutkan bahan-bahan yang mereka jual itu berasal dari bahan daging 
  sapi,? demikian dikemukakan Ir. Muhammad Bayu J. ?Namun setelah kami 
  teliti, terbukti bahwa pernyataan dan pengakuan para produsen itu 
  merupakan kebohongan, sehingga jelas sebagai tindak penipuan terhadap 
  masyarakat,? Staf Pengurus sekaligus sebagai Auditor Halal LP.POM-MUI DKI 
  Jakarta menandaskan hal itu kepada Jurnal Halal. 
  Hasil Uji Laboratorium Langkah-langkah pembuktian 
  itu dilakukan oleh Pimpinan LP.POM-MUI DKI Jakarta bersama para pengurus 
  dan stafnya, dengan terjun langsung ke lapangan. Menanyakan masalah 
  tersebut kepada masyarakat sekitar yang membenarkan pengaduan mereka. Lalu 
  mengambil sampel dan membawa serta mengujinya di laboratorium. 
  Dalam hal ini, berdasarkan Laporan Hasil Pengujian 
  Laboratorium dari Laboratorium Kesmavet, Dinas Peternakan, Perikanan dan 
  Kelautan, DKI Jakarta No. 2782/1.823.551 tertanggal 12 Desember 2005, atas 
  sampel Sate Paru yang diambil pada tgl. 06 Des. 2005, menunjukkan hasil 
  positif sebagai Pork Cooked Species, yakni merupakan bahan yang positif 
  dan terbukti berasal dari bahan daging/paru babi. Demikian pula Laporan 
  Hasil Pengujian Laboratorium No. 2783/1.823.551 tertanggal 12 Desember 
  2005, atas sampel Sate Hati yang diambil pada tgl. 06 Des. 2005, 
  menunjukkan hasil positif sebagai Pork Cooked Species, yakni merupakan 
  bahan yang positif dan terbukti berasal dari daging/hati babi. Sedangkan 
  Laporan Hasil Pengujian Laboratorium No. 2784/1.823.551 tertanggal 12 
  Desember 2005, atas sampel Sate Kulit yang diambil pada tgl. 06 Des. 2005, 
  juga menunjukkan hasil yang positif sebagai Pork Cooked Species, yakni 
  merupakan bahan yang positif dan terbukti berasal dari daging/kulit babi. 
  
  Menurut informasi lebih lanjut, dari hasil 
  perbincangan dengan pihak-pihak terkait di sana, prara produsen itu 
  mengolah produk berbahan babi itu sampai satu-dua kuintal setiap harinya. 
  Bahkan belakangan ini terus meningkat juga sampai lebih dari itu. Hal ini 
  karena harga jual produk yang mereka tawarkan memang relatif sangat murah 
  jika dibandingkan dengan produk serupa dari bahan daging sapi murni. 
  
  Mencemari Produk Konsumsi Lainnya Selain itu, 
  para produsen di daerah itu juga mengolah dan memproduksi dan menjual 
  produk sate telur burung puyuh, sate usus, dan sate kulit. Khusus untuk 
  sate telur burung puyuh, produk ini banyak dipergunakan oleh para penjual 
  bubur ayam yang mangkal maupun menggunakan gerobak dan berkeliling 
  kampung. ?Jadi dalam hal ini terjadi pencemaran produk-produk itu dengan 
  bahan yang mengandung babi. Karena, para produsen itu hanya memiliki satu 
  perangkat alat pengolahan, sehingga jelas mereka menggunakan peralatan 
  yang sama untuk mengolah bahan babi maupun non-babi,? demikian Ir. 
  Muhammad Bayu J., yang banyak berkiprah di bidang pemantauan dan 
  pemeriksaan produk pangan halal ini wanti-wanti mengikatkan kita semua. 
  Jadi walaupun produknya berupa sate telur burung puyuh, misalnya, namun 
  karena diolah dengan peralatan yang telah tercemar karena pengolahan 
  daging babi, maka produk sate telur puyuh itu menjadi terlarang pula untuk 
  dikonsumsi oleh kaum Muslimin. 
  Maka diharapkan, masyarakat agar waspada, khususnya 
  bagi mereka yang suka mengkonsumsi produk-produk semacam itu, dan terutama 
  yang berasal dari daerah tersebut. Jangan tergiur dengan harga yang murah, 
 

[budaya_tionghua] Abdullah Gets Warm Welcome in China

2006-01-23 Terurut Topik Ambon







http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=76684d=23m=1y=2006

Monday, 23, January, 2006 (23, Dhul Hijjah, 
1426)




  
  
Abdullah Gets Warm 
  Welcome in ChinaKhaled 
  Almaeena
  

  
  
  

  


  
  

  King Abdullah with 
members of the Saudi civil society delegation, concurrently visiting 
China, at his residence in Beijing on Sunday. (SPA) 
  

  
  
  BEIJING, 23 January 2006 — Custodian of the Two Holy Mosques King 
  Abdullah arrived here yesterday morning to a warm welcome by high-ranking 
  Chinese officials. The Chinese said they were honored by the royal visit, 
  the first by a Saudi king to Beijing since the two countries established 
  diplomatic relations in 1990.
  The morning weather in Beijing was cold and windy but the warmth of 
  Saudi-Chinese relations made the occasion lively and enthusiastic. Chinese 
  officials were optimistic that the landmark visit would take Sino-Saudi 
  relations to new heights.
  On arrival at the airport, King Abdullah was greeted by Foreign 
  Minister Li Zhaoxing and other top officials. The king is scheduled to 
  meet Chinese President Hu Jintao today and informed sources said the 
  summit talks would focus on energy and security. 
  The two leaders are also expected to discuss major regional and 
  international issues, including Iraq, Iran and Palestine in addition to 
  the global fight against terrorism.
  King Abdullah earlier met with members of the Saudi civil society 
  delegation currently visiting China and praised their efforts in 
  strengthening relations between the two countries. He urged the delegation 
  to continue its endeavors to educate the Chinese people on various aspects 
  of Saudi life and culture.
  The delegates, headed by Dr. Abubakr Bagader, adviser to the minister 
  of culture and information for foreign relations, briefed the king on 
  their activities in China which included visits to research centers, 
  museums and libraries and meetings with businessmen and academics.
  King Abdullah is accompanied by a high-level delegation including 
  Foreign Minister Prince Saud Al-Faisal, Chief of Intelligence Prince 
  Muqrin, Labor Minister Dr. Ghazi Al-Gosaibi, Petroleum and Mineral 
  Resources Minister Ali Al-Naimi, Finance Minister Dr. Ibrahim Al-Assaf and 
  Culture and Information Minister Iyad Madani.
  Chinese Foreign Ministry spokesman Kong Quan said bilateral trade rose 
  by 39 percent to $14 billion between January and November 2005. He said 
  China had imported 20.1 million tons of oil from Saudi Arabia during that 
  period. Beijing imports about 450,000 barrels of Saudi oil daily which is 
  about 14 percent of its total oil requirements.
  Saudi Arabia has already offered investment projects worth $624 billion 
  to foreign investors in the vital sectors of petrochemicals, gas, electric 
  power generation, telecommunications, desalination and railways. It has 
  also softened regulations in an attempt to attract foreign investment. 

  Chinese firms won bids for construction contracts valued at several 
  billion dollars in the Kingdom last year. The contracts were for projects 
  including cement production, telecommunications, infrastructure and 
  others. Saudi Aramco joined ExxonMobil and China’s top refiner, Sinopec, 
  in signing a $3.5 billion deal to expand a refinery in the southeastern 
  Chinese province of Fujian.
  The Saudi firm is also in talks with Sinopec about investing in a plant 
  in the northern city of Qingdao, the semi-official China News Service 
  said. The agency quoted unidentified industry officials as saying China 
  wanted to increase Saudi crude oil imports under fixed-term deals to limit 
  the impact of price volatility.
  Saudi ambassador to China, Saleh Al-Hujeilan, underlined the importance 
  of the royal visit, adding that it would become a significant milestone in 
  developing friendly relations between the two countries. As two important 
  nations, China and Saudi Arabia will open new areas of cooperation and 
  continue to strengthen exchanges in diplomacy, economy and trade, the 
  ambassador said. “Closer contacts and cooperation between the two 
  countries will surely exert a great influence on international society,” 
  he added.
  During his visit, the king will exchange views with Chinese leaders on 
  further expanding bilateral cooperation in economic and trade areas, said 
  Al-Hujeilan, adding that it would also witness the signing of agreements. 
  “We are looking forward to more and more cooperation between the two 
  nations,” he added.
  King 

  1   2   3   >