[budaya_tionghua] Re: Sam Po Tong

2010-09-08 Terurut Topik Dipo
Irawan heng,

Saya baru dengar tentang nisan2 yang ditemukan, mudah2an nisan2 itu dipelihara 
dengan baik sekarang. Apakah sempat dipelajari dari tahun berapa nisan2 itu 
dibuat ? 

Mengenai legenda puasa itu saya juga pernah mendengar, tapi dalam versi ini 
yang mengajari sang Laksamana sendiri

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, irawanraha...@... wrote:

 Setahu saya, dari berbagai catatan
  sejarah memang tidak tercantum adanya peristiwa kunjungan Zheng He ke 
 Semarang. Namun satu Hal yang perlu diingat, pada saat itu kota Semarang 
 belum terbentuk, belum ada namanya ! Masih merupakan pantai pinggir laut.
 
 Ketika itu pelabuhan  yang ramai adalah di Tuban, Jepara ( bahkan kelak 
 Belanda baru memindahkan pangkalannya dari Jepara ke Semarang ).
 
 Satu Hal lagi yang perlu diingat, Pecinan Semarang bermula dari daerah 
 sekitar Sam Po Tong. Hal ini, bisa dibuktikan dengan adanya makam Tionghoa 
 kuno di daerah sana yang pernah direnovasi pada jaman dinasti Qing era Qian 
 Long.  
 
 Mengenai goa, konon yang asli berjarak 100 meter ( sekitar Phapros ) namun 
 sudah runtuh ketika terjadi hujan badai. Kemudian dibangun tiruannya ( 
 sekarang goa di bawah ). Pada tahun 2005 dibuatlah goa yang baru ( yang 
 sekarang dipakai ).
 
 Sejauh ini, saya belum pernah mendengar jika goa itu digunakan untuk 
 pertapaan Zheng He, melainkan tempat pengobatan Wang Qing Hong, yang konon 
 ditinggal bersama pengawalnya di tempat itu.
 
 Pada saat pembangunan Sam Po Tong di tahun 2005 banyak ditemukan nisan Islam 
 masyarakat Tionghoa. Pada saat saya kecil, terdapat cerita, bahwa yang 
 mengajarkan rakyat pribumi Semarang puasa adalah armada Zheng He.  
 
 Sayang, sekarang klenteng Sam Po Tong telah mengalami degradasi Dan 
 komersialisasi. Saya sendiri terakhir ke sana saat perayaan kedatangan Zheng 
 He 2 hari menjelang awal puasa. Tidak seramai dulu lagi.
 
 Irawan R
  
 Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone





[budaya_tionghua] Re: PAT BIE TO

2010-09-05 Terurut Topik Dipo
Pa Adi, mudah2an bersedia cerita sedikit tentang kisah Pat Bie To ini. Dan 
apakah akan dicopy ke kertas atau discan pdf ?

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Adi Mulya adimuly...@... wrote:

 alhamdulillah, sekarang saya sudah ada copyannya, dan rencana akan saya kopi 
 buku itu beberapa untuk menyediakan yang ingin membacanya.
 
 --- Pada Ming, 5/9/10, david_ap...@... david_ap...@... menulis:
 
 Dari: david_ap...@... david_ap...@...
 Judul: Re: [budaya_tionghua] PAT BIE TO
 Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Tanggal: Minggu, 5 September, 2010, 11:22 AM
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
   
 
 
 
   
   
   
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 Boleh tahu untuk mendapatkan copyan buku ini dimana pak? Terima kasih banyak. 
 
 
 Best regards, Sent from BlackBerry® on 3From:  Adi Mulya adimuly...@...
 Sender:  budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Sat, 4 Sep 2010 12:02:02 +0800 (SGT)To: 
 budaya_tionghua@yahoogroups.comReplyTo:  budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: Re: [budaya_tionghua] PAT BIE TO
 
  
 
 
 
 
   
   
   terimakasih atas segala attensi anda, saya hanya penggemar cerita 
 legenda yang terjadi di zaman 100 san tahun yang lalu di bumi kita Indonesia, 
 dan alhamdulillah saya akan segera mendapatkan buku itu walaupun hanya dalam 
 bentuk copyan saja
 
 --- Pada Jum, 3/9/10, Mr david djauhari david_ap...@... menulis:
 
 Dari: Mr david djauhari david_ap...@...
 Judul: Re: [budaya_tionghua] PAT BIE TO
 Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Tanggal: Jumat, 3 September, 2010, 1:22 PM
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
   
   
   Pak Adi yang baik, 
 
 Maaf sebelumnya apakah anda memiliki buku Pat Bie To ini yg dalam format pdf 
 nya? 
 sepertinya email dari mobile saya gak masuk... nih gak tau kenapa. 
 kemudian informasi apa saja yang dibutuhkan mengenai buku ini? 
 terima kasih banyak sebelumnya... 
 
 
 Best Regards, 
 
 --- On Wed, 8/25/10, Adi Mulya adimuly...@... wrote:
 
 From: Adi Mulya adimuly...@...
 Subject: [budaya_tionghua] PAT BIE TO
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, August 25, 2010, 9:34 AM
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
   
   
   Kepada yang terhormat, Saudara saudara saya di milist Budaya tionghoa 
 yang saya cintai, saya mohon informasi barangkali saudara saudara ada yang 
 tahu tentang 
 sebuahLegenda Cerita PAT BIE TO,dari Parakan jawa tengah, yang diceritakan 
 oleh HAUW LIAN OEN, cetakan dari Tasikmalaya, sekitar tahun 1900san, 
 barangkali siapa saja yang mengetahui sudilah kiranya memberi tahu kami 
 sebelum, dan sesudahnya saya terimakasih sekali.





[budaya_tionghua] Bangunan baru di ex lokasi Ban Tek Ie

2010-08-10 Terurut Topik Dipo
Sabtu kemarin saya jalan2 ke Banten lama. Di lokasi bekas Ban Tek Ie
sedang dibangun gedung beton bertingkat. Dari kejauhan saya sempat
mengira itu perosotan waterbom.

Menurut koh Asan, pengurus kelenteng itu, sengaja dipilih beton sebagai
bahan utama, karena lebih bagus dari kayu. Beton nggak keropok
katanya. Konon bangunan ini diarsiteki dosen dari Untar.

Berhubung saya tidak paham arsitektur, mungkin teman2 ada yang dapat
membantu mengidentifikasi gaya bangunan apa yang dipakai ?


http://dipodipo.multiply.com/photos/album/31/Banten_Lama_dari_tahun_ke_t\
ahun#photo=17
http://dipodipo.multiply.com/photos/album/31/Banten_Lama_dari_tahun_ke_\
tahun#photo=17


Salam


[budaya_tionghua] Re: Kuburan Ber-basement.

2010-08-05 Terurut Topik Dipo

Saya hanya menduga-duga ya, tetapi kalau dilihat dari foto #15, sepertinya 
jenazahnya ditaruh di basement ya ? Jadi altar tidak terletak dibawah dan 
sejajar, tapi sejajar dan diatas jenazah.

Tetapi ini hanya spekulasi saja ya, saya tidak faham tata cara penguburan jaman 
itu. Bahkan tata cara penguburan jaman sekarang saja saya tidak jelas.

Ophoeng, kalau bisa menyelidiki sumber kesaktiannya, tolong kasih tahu saya ya 
:).

Salam



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng opho...@... wrote:

 Bung Dipo, Bung Eko dan TTM BT semuah,
 
 Hai, apakabar? Sudah makan?
 
 Hehehe sorry, semulajadi saya mau tarok foto-fotonya di album milis kita. 
 Tapi entah mengapa saya tidak melihat ada tombol 'create' album atau 'upload' 
 foto - mungkin memang tombol itu diset khusus untuk mods ajah ya.
 
 Jadi, kalau mau lihat foto-fotonya, sila masuk ke link ini ajah:
 
 http://ophoeng.multiply.com/photos/album/474
 
 Bung Eko, rupanya anda asli Cah Solo tah? Saya sih bukan Cah Solo, tapi 
 beberapa kali saya pernah ke Solo dan pernah mukim sebentar di sana, tapi ya 
 baru minggu lalu itu saya diberkahi kesempatan melihat sisa-sisa kuburan mBah 
 Cerewet aka mBah Bawel itu. Waktu lokasi UNS masih berupa kuburan, sekitar 
 tahun 1965-an, atau sekitar 1974-1976-an(?), ketika saya masih sering ke 
 Solo, mestinya tu kuburan masih utuh, saya juga gak berkesempatan melihatnya.
 
 Memang sayang sekali bahwa kuburan itu sudah dibongkar, sisa bangunan itu 
 saja. Itu pun ndak dibongkar karena adanya 'kesaktian' yang dipercaya 
 penduduk setempat. Kalau anda mudik nanti, cobalah anda iseng-iseng selidiki 
 siapa ahli warisnya dan tanyakan bagaimana sejarahnya kuburan itu diberi 
 basement.
 
 Bung Dipo, ternyata benar ada kuburan ber-basement juga di Petamburan ya? 
 Waktu itu saya pernah dengar dari satu teman bahwa ada satu kuburan yang bisa 
 turun ke dalam tanah (basement?), tapi teman saya bilang itu kuburan orang 
 Belanda. Rencananya besok saya mau ke sana bersama teman saya untuk melihat 
 dan memotreknya kalau sempat.
 
 Saya gak tahu persis apakah kuburan mBah Cerewet itu disebutnya maoseleum 
 atau apa. Tapi, bukannya maoseleum itu berupa ruang berpendingin yang peti 
 matinya ditarok begitu saja dalam ruang tsb., dengan bahan kaca transparan 
 supaya orang bisa melihat jasad mendiang yang dibalsem itu?
 
 Terima kasih atas tambahan info anda, tapi masih saja belum terjawab ttg adat 
 kebiasaan 'memaksa' generasi muda untuk posisinya berada di 'bawah' mendiang 
 - bahkan setelah dikubur sekalipun. Malahan sekarang topik-nya bercabang ke 
 pembahasan ttg Belanda tun-pnoa seperti dilontarkan oleh Bung David Kwa tuh 
 ya.
 
 Begitu saja kira-kira ya.
 
 Salam makan enak dan sehat,
 Ophoeng
 
 
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dipo dipodipo@ wrote:
 
 Dari deskripsi Ophoeng, sepertinya ini semacam mausoleum ya ? Saya cari 
 fotonya dibagian photo tidak ketemu Phoeng. Apa mungkin mirip milik Oen Giok 
 Khouw di Petamburan itu, disitu juga ada basementnya ?
  
 Salam  
  
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, eko hermiyanto eko.hermiyanto@ 
 wrote:
 
 Waduh, ternyata saya sendiri yang notabene menghabiskan 18 tahun hidup
 pertama saya di daerah Solo tidak tahu menahu mengenai kuburan ini.
  
 Saya tadi menelpon orang tua saya, tetapi, baik ibu maupun ayah saya juga 
 sama sekali tidak tahu mengenai kuburan ini. Entah dengan kakek saya karena 
 saya belum berkesempatan untuk menelepon beliau.





[budaya_tionghua] Re: Kuburan Ber-basement.

2010-08-04 Terurut Topik Dipo
Mungkin juga pak Steve. Teman saya ada yang mengatakan Khouw Oen Giok, ada yang 
bilang Oen Giok Khouw. Mungkin juga yang satu cara penulisan tradisionil, 
satunya pakai cara barat. Saya sendiri kurang jelas tentang sosok ini.

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Steve Haryono hay...@... wrote:

 Itu namanya apa bukan Khouw Oen Giok ? Masih kerabat jauh Majoor Khouw Kim An.
 
 Salam,
 Steve
 
 
 
 
 From: Dipo dipod...@...
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Tue, August 3, 2010 1:17:32 PM
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Kuburan Ber-basement.
 
   
 Dari deskripsi Ophoeng, sepertinya ini semacam mausoleum ya ? Saya cari 
 fotonya 
 dibagian photo tidak ketemu Phoeng. Apa mungkin mirip milik Oen Giok Khouw di 
 Petamburan itu, disitu juga ada basementnya ?
 
 Salam 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, eko hermiyanto eko.hermiyanto@ 
 wrote:
 
  Waduh, ternyata saya sendiri yang notabene menghabiskan 18 tahun hidup
  pertama saya di daerah Solo tidak tahu menahu mengenai kuburan ini.
  
  Saya tadi menelpon orang tua saya, tetapi, baik ibu maupun ayah saya juga
  sama sekali tidak tahu mengenai kuburan ini. Entah dengan kakek saya karena
  saya belum berkesempatan untuk menelepon beliau.
 





[budaya_tionghua] Re: Kuburan Ber-basement.

2010-08-03 Terurut Topik Dipo
Dari deskripsi Ophoeng, sepertinya ini semacam mausoleum ya ? Saya cari fotonya 
dibagian photo tidak ketemu Phoeng. Apa mungkin mirip milik Oen Giok Khouw di 
Petamburan itu, disitu juga ada basementnya ?

Salam  

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, eko hermiyanto eko.hermiya...@... 
wrote:

 Waduh, ternyata saya sendiri yang notabene menghabiskan 18 tahun hidup
 pertama saya di daerah Solo tidak tahu menahu mengenai kuburan ini.
 
 Saya tadi menelpon orang tua saya, tetapi, baik ibu maupun ayah saya juga
 sama sekali tidak tahu mengenai kuburan ini. Entah dengan kakek saya karena
 saya belum berkesempatan untuk menelepon beliau.





[budaya_tionghua] Re: Rawon Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak)

2010-07-21 Terurut Topik Dipo
David heng,

Terima kasih informasinya. Agak ironis sebenarnya kalau saya sampai baru 
mengenal masakan itu setelah berada di negara singa. Mudah2an tumbuhnya 
restoran2 peranakan dapat mempopulerkan masakan2 khas ini. Sayang sekarang 
restoran2 itu termasuk restoran mahal ya.

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David dkh...@... wrote:

 Andipo-te,
 
 Bukan hanya di Bogor dan Bandung saja, tapi di Jakarta dan Tangerang juga 
 ada. Kalau di Jakarta namanya Ayam KELUWEK, cuma di sana namanya Ayam 
 KELOWAK. Nah!
 
 Minggu lalu, waktu lewat sama teman-teman di Pasar Lama, Jalan Cilame, 
 Tangerang, secara tak sengaja mata owe ‘kebentrok’ sama orang yang jual 
 buah keluak satu wadah penuh. Sayang, owe tidak bisa milih keluwek yang bagus 
 dan cara masaknya. Kalau bisa, owe sudah beli...
 
 Kiongchiu,
 DK
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dipo dipodipo@ wrote:
 
 Rekan semua,
 
 Menurut beberapa orang yang saya temui di Singapura, konon masakan ini khas 
 Peranakan, di Tiongkok sana tidak ada yang makan keluwak.
 
 Kesimpulan saya soal ayam keluwak kelewek ini, penyebarannya seputar Bogor 
 Bandung dan Semenanjung Malaya ya. Dari Cirebon sampai ke Jatim tidak ada 
 masakan ini. Menarik sekali pola penyebarannya.
 
 Jadi tidak sabar ingin mencicipi ayam keluak versi Indonesia. 
 
 Salam
  
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ 
 wrote:
 
 Twakim saya tinggal di Bogor (Jl. Perniagaan) - sekarang sudah meninggal, eh 
 resepnya ikut dibawa. RGDS.TG
  
 --- On Thu, 7/15/10, Dipo dipodipo@ wrote:
  
 From: Dipo dipodipo@
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Rawon  Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam 
 Keluak)
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Thursday, July 15, 2010, 6:02 PM
  
 Ophoeng, ko David, pak Tjandra dan lainnya,
  
 Saya pertama kali mencicipi ayam keluak di Singapura, dan selama ini mengira 
 hidangan itu khas Peranakan semenanjung Melayu. Memang seperti rawon, kuahnya 
 hitam begitu. Baru tahu kalau masakan itu juga dikenal di Jawa Barat setelah 
 membaca buku Peranakan Tionghoa Indonesia, Sebuah Perjalanan Budaya.
 
 Ternyata ko David  pak Tjandra sudah pernah mencicipi masakan itu disini. 
 Malah ternyata ada sapi  gabus keluak juga. Twakim pak Tjandra dulu tinggal 
 di daerah mana ya ? 
  
 Kalau masak sendiri saya takut, karena konon keluak itu mengandung racun. Lha 
 saya bikin masakan dari bahan yang tidak beracun saja bisa sakit perut :D
 
 Jadi sepertinya saya musti tunggu hidangan ini keluar di Mirah Delima.
  
 Salam
  
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ 
 wrote:
 
 Sebetulnya ayam keluak sama seperti sapi keluak atau gabus keluak, cuma bahan 
 dagingnya yg beda. Saya pernah makan pepes pucung di rumah saya punya twakim, 
 rasanya tuh pepesan eunak tenan, gurih dan wangi. Tapi setelah beliau 
 berpulang - saya jadi kehilangan pepes pucung.  Ada yg tau di mana bisa 
 beli pepes pucung? Soalnya dari penelusuran saya se Jabar, nggak ada yang 
 jual tuh.  RGDS.TG
  
 --- On Wed, 7/14/10, Ophoeng ophoeng@ wrote:
 
 From: Ophoeng ophoeng@
 Subject: [budaya_tionghua] Rawon  Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak)
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, July 14, 2010, 11:06 PM
 
 Bung Andipo dan TTM semuah,
 
 Hai, apakabar? Sudah makan?
 
 Saya belum pernah makan ayam keluak, juga ndak tahu di mana mesti cari menu 
 ini di Jakarta, sorry. Tapi kalau lihat resep dan cara masaknya, kayaknya sih 
 itu versi ayam untuk rawon daging sapi (Surabayan), atau pucung untuk gabus 
 (Betawian).
 
 Ketiga-tiga menu tsb memakai keluak sebagai bumbu utama, berkuah. Hanya saja 
 beda di BBU - Bahan Baku Utama-nya, yakni ayam, sapi dan ikan gabus.
 
 Dugaan saya, ayam keluak gak gitu populer di mari untuk dimasak 'rawon', 
 karena jaman dulu ayam-nya masih ayam kampung tak berlemak, kurus-kering, 
 jadi kurang sedep-mantep kalau dimasak rawon. Lebih sedep juga kalau dimasak 
 opor yang pake santen. 
 
 Bandingkan dengan rawon pakai daging sapi yang dipilih bagian berlemak - 
 panas-panas makan gawon - sega rawon (nasi rawon) yang dikondimeni asinan 
 telur bebek dan langunya si pendekar (pendek kekar) kecambah mentah dan 
 sambel terasi yang ditumis dulu pake minyak jelantah wah. mending 
 anda ajak mertua bareng makannya, daripada ntar beliau dicuekin ajah ketika 
 lewat, jeh!
 
 Beda ama sekarang, ayam-mya panm ayam negeri yang montok tak banyak gerak 
 berlemak, mestinya sih akan enak juga dimasak rawon begitu. Seperti halnya 
 sekarang, kayaknya ada kedai yang menawarkan variasi rawon dengan memakai 
 tulang iga sapi sebagai BBU-nya.
 
 Kalau anda mau, coba ajah pakai resep rawon untuk masak ayam keluak. Pilih 
 ayam-nya yang gemuk bergajih, biar setara sedep-mantep gurihnya karena ada 
 lemak itu. Atau lihat saja resep-nya di link berikut:
 
 http://www.asianonlinerecipes.com/nyonya/ayam-buah-keluak.php
 
 http://original-javanese-recipes.blogspot.com/2007/03/sop-rawon-east-java

[budaya_tionghua] Re: Rawon Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak)

2010-07-16 Terurut Topik Dipo
Rekan semua,

Menurut beberapa orang yang saya temui di Singapura, konon masakan ini khas 
Peranakan, di Tiongkok sana tidak ada yang makan keluwak.

Kesimpulan saya soal ayam keluwak kelewek ini, penyebarannya seputar Bogor 
Bandung dan Semenanjung Malaya ya. Dari Cirebon sampai ke Jatim tidak ada 
masakan ini. Menarik sekali pola penyebarannya.


Jadi tidak sabar ingin mencicipi ayam keluak versi Indonesia. 

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... 
wrote:

 Twakim saya tinggal di Bogor (Jl. Perniagaan) - sekarang sudah meninggal, eh 
 resepnya ikut dibawa. RGDS.TG
 
 --- On Thu, 7/15/10, Dipo dipod...@... wrote:
 
 
 From: Dipo dipod...@...
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Rawon  Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam 
 Keluak)
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Thursday, July 15, 2010, 6:02 PM
 
 
   
 
 
 
 Ophoeng, ko David, pak Tjandra dan lainnya,
 
 Saya pertama kali mencicipi ayam keluak di Singapuara, dan selama ini mengira 
 hidangan itu khas Peranakan semenanjung Melayu. Memang seperti rawon, kuahnya 
 hitam begitu. Baru tahu kalau masakan itu juga dikenal di Jawa Barat setelah 
 membaca buku Peranakan Tionghoa Indonesia, Sebuah Perjalanan Budaya.
 
 Ternyata ko David  pak Tjandra sudah pernah mencicipi masakan itu disini. 
 Malah ternyata ada sapi  gabus keluak juga. Twakim pak Tjandra dulu tinggal 
 di daerah mana ya ? 
 
 Kalau masak sendiri saya takut, karena konon keluak itu mengandung racun. Lha 
 saya bikin masakan dari bahan yang tidak beracun saja bisa sakit perut :D
 
 Jadi sepertinya saya musti tunggu hidangan ini keluar di Mirah Delima.
 
 Salam
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ 
 wrote:
 
  Sebetulnya ayam keluak sama seperti sapi keluak atau gabus keluak, cuma 
  bahan dagingnya yg beda. Saya pernah makan pepes pucung di rumah saya punya 
  twakim, rasanya tuh pepesan eunak tenan, gurih dan wangi. Tapi setelah 
  beliau berpulang - saya jadi kehilangan pepes pucung.  Ada yg tau di 
  mana bisa beli pepes pucung? Soalnya dari penelusuran saya se Jabar, nggak 
  ada yang jual tuh.  RGDS.TG
  
  --- On Wed, 7/14/10, Ophoeng ophoeng@ wrote:
  
  From: Ophoeng ophoeng@
  Subject: [budaya_tionghua] Rawon  Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak)
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Date: Wednesday, July 14, 2010, 11:06 PM
  
  
  
  
  
  
  
   
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  Bung Andipo dan TTM semuah,
  
  
  
  Hai, apakabar? Sudah makan?
  
  
  
  Saya belum pernah makan ayam keluak, juga ndak tahu di mana mesti cari menu 
  ini di Jakarta, sorry. Tapi kalau lihat resep dan cara masaknya, kayaknya 
  sih itu versi ayam untuk rawon daging sapi (Surabayan), atau pucung untuk 
  gabus (Betawian).
  
  
  
  Ketiga-tiga menu tsb memakai keluak sebagai bumbu utama, berkuah. Hanya 
  saja beda di BBU - Bahan Baku Utama-nya, yakni ayam, sapi dan ikan gabus.
  
  
  
  Dugaan saya, ayam keluak gak gitu populer di mari untuk dimasak 'rawon', 
  karena jaman dulu ayam-nya masih ayam kampung tak berlemak, kurus-kering, 
  jadi kurang sedep-mantep kalau dimasak rawon. Lebih sedep juga kalau 
  dimasak opor yang pake santen. 
  
  
  
  Bandingkan dengan rawon pakai daging sapi yang dipilih bagian berlemak - 
  panas-panas makan gawon - sega rawon (nasi rawon) yang dikondimeni asinan 
  telur bebek dan langunya si pendekar (pendek kekar) kecambah mentah dan 
  sambel terasi yang ditumis dulu pake minyak jelantah wah. mending 
  anda ajak mertua bareng makannya, daripada ntar beliau dicuekin ajah ketika 
  lewat, jeh!
  
  
  
  Beda ama sekarang, ayam-mya panm ayam negeri yang montok tak banyak gerak 
  berlemak, mestinya sih akan enak juga dimasak rawon begitu. Seperti halnya 
  sekarang, kayaknya ada kedai yang menawarkan variasi rawon dengan memakai 
  tulang iga sapi sebagai BBU-nya.
  
  
  
  Kalau anda mau, coba ajah pakai resep rawon untuk masak ayam keluak. Pilih 
  ayam-nya yang gemuk bergajih, biar setara sedep-mantep gurihnya karena ada 
  lemak itu. Atau lihat saja resep-nya di link berikut:
  
  
  
  http://www.asianonlinerecipes.com/nyonya/ayam-buah-keluak.php
  
  http://original-javanese-recipes.blogspot.com/2007/03/sop-rawon-east-java-traditional-beef.html
  
  http://masakkue.blogspot.com/2008/10/gabus-pucung-pedas-makanan-indonesia.html
  
  
  
  Ketiga resep itu semuanya memakai buah keluak sebagai bumbu utamanya. 
  Hasilnya tentu saja kurang lebih sama.
  
  
  
  Begitulah saja kira-kira ya.
  
  
  
  Mong-omong, itu buku ttg Peranakan Indonesia di Indonesia atau di Malaysia?
  
  
  
  Salam makan enak dan sehat,
  
  Ophoeng
  
  
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dipo dipodipo@ wrote:
  
  
  
  Rekan semua,
  
  
  
  Sewaktu membaca buku Peranakan Indonesia Tionghoa semalam, dibagian makanan 
  (bagian pertama yang saya baca) disinggung tentang Ayam Keluak. Menurut 
  buku itu, hidangan ini juga bisa didapatkan di Indonesia, khususnya Jawa

[budaya_tionghua] Re: Rawon Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak)

2010-07-15 Terurut Topik Dipo
Ophoeng, ko David, pak Tjandra dan lainnya,

Saya pertama kali mencicipi ayam keluak di Singapuara, dan selama ini mengira 
hidangan itu khas Peranakan semenanjung Melayu. Memang seperti rawon, kuahnya 
hitam begitu. Baru tahu kalau masakan itu juga dikenal di Jawa Barat setelah 
membaca buku Peranakan Tionghoa Indonesia, Sebuah Perjalanan Budaya.

Ternyata ko David  pak Tjandra sudah pernah mencicipi masakan itu disini. 
Malah ternyata ada sapi  gabus keluak juga. Twakim pak Tjandra dulu tinggal di 
daerah mana ya ? 

Kalau masak sendiri saya takut, karena konon keluak itu mengandung racun. Lha 
saya bikin masakan dari bahan yang tidak beracun saja bisa sakit perut :D

Jadi sepertinya saya musti tunggu hidangan ini keluar di Mirah Delima.

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... 
wrote:

 Sebetulnya ayam keluak sama seperti sapi keluak atau gabus keluak, cuma bahan 
 dagingnya yg beda. Saya pernah makan pepes pucung di rumah saya punya twakim, 
 rasanya tuh pepesan eunak tenan, gurih dan wangi. Tapi setelah beliau 
 berpulang - saya jadi kehilangan pepes pucung.  Ada yg tau di mana bisa beli 
 pepes pucung? Soalnya dari penelusuran saya se Jabar, nggak ada yang jual 
 tuh.  RGDS.TG
 
 --- On Wed, 7/14/10, Ophoeng opho...@... wrote:
 
 From: Ophoeng opho...@...
 Subject: [budaya_tionghua] Rawon  Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak)
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Date: Wednesday, July 14, 2010, 11:06 PM
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
   
 
 
 
   
   
   Bung Andipo dan TTM semuah,
 
 
 
 Hai, apakabar? Sudah makan?
 
 
 
 Saya belum pernah makan ayam keluak, juga ndak tahu di mana mesti cari menu 
 ini di Jakarta, sorry. Tapi kalau lihat resep dan cara masaknya, kayaknya sih 
 itu versi ayam untuk rawon daging sapi (Surabayan), atau pucung untuk gabus 
 (Betawian).
 
 
 
 Ketiga-tiga menu tsb memakai keluak sebagai bumbu utama, berkuah. Hanya saja 
 beda di BBU - Bahan Baku Utama-nya, yakni ayam, sapi dan ikan gabus.
 
 
 
 Dugaan saya, ayam keluak gak gitu populer di mari untuk dimasak 'rawon', 
 karena jaman dulu ayam-nya masih ayam kampung tak berlemak, kurus-kering, 
 jadi kurang sedep-mantep kalau dimasak rawon. Lebih sedep juga kalau dimasak 
 opor yang pake santen. 
 
 
 
 Bandingkan dengan rawon pakai daging sapi yang dipilih bagian berlemak - 
 panas-panas makan gawon - sega rawon (nasi rawon) yang dikondimeni asinan 
 telur bebek dan langunya si pendekar (pendek kekar) kecambah mentah dan 
 sambel terasi yang ditumis dulu pake minyak jelantah wah. mending 
 anda ajak mertua bareng makannya, daripada ntar beliau dicuekin ajah ketika 
 lewat, jeh!
 
 
 
 Beda ama sekarang, ayam-mya panm ayam negeri yang montok tak banyak gerak 
 berlemak, mestinya sih akan enak juga dimasak rawon begitu. Seperti halnya 
 sekarang, kayaknya ada kedai yang menawarkan variasi rawon dengan memakai 
 tulang iga sapi sebagai BBU-nya.
 
 
 
 Kalau anda mau, coba ajah pakai resep rawon untuk masak ayam keluak. Pilih 
 ayam-nya yang gemuk bergajih, biar setara sedep-mantep gurihnya karena ada 
 lemak itu. Atau lihat saja resep-nya di link berikut:
 
 
 
 http://www.asianonlinerecipes.com/nyonya/ayam-buah-keluak.php
 
 http://original-javanese-recipes.blogspot.com/2007/03/sop-rawon-east-java-traditional-beef.html
 
 http://masakkue.blogspot.com/2008/10/gabus-pucung-pedas-makanan-indonesia.html
 
 
 
 Ketiga resep itu semuanya memakai buah keluak sebagai bumbu utamanya. 
 Hasilnya tentu saja kurang lebih sama.
 
 
 
 Begitulah saja kira-kira ya.
 
 
 
 Mong-omong, itu buku ttg Peranakan Indonesia di Indonesia atau di Malaysia?
 
 
 
 Salam makan enak dan sehat,
 
 Ophoeng
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dipo dipodipo@ wrote:
 
 
 
 Rekan semua,
 
  
 
 Sewaktu membaca buku Peranakan Indonesia Tionghoa semalam, dibagian  makanan 
 (bagian pertama yang saya baca) disinggung tentang Ayam Keluak. Menurut buku 
 itu, hidangan ini juga bisa didapatkan di Indonesia, khususnya Jawa Barat. 
 Buat saya ini informasi baru, sebelumnya saya mengira masakan ini khas 
 Malaysia / Singapura. Apakah ada rekan2 yang tahu dimana bisa mendapatkan 
 masakan ini ? 
 
  
 
 Salam





[budaya_tionghua] Ayam Keluak

2010-07-13 Terurut Topik Dipo
Rekan semua,

Sewaktu membaca buku Peranakan Indonesia Tionghoa semalam, dibagian  makanan 
(bagian pertama yang saya baca) disinggung tentang Ayam Keluak. Menurut buku 
itu, hidangan ini juga bisa didapatkan di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Buat 
saya ini informasi baru, sebelumnya saya mengira masakan ini khas Malaysia / 
Singapura. Apakah ada rekan2 yang tahu dimana bisa mendapatkan masakan ini ? 

Salam



[budaya_tionghua] Label Indie di Tangerang ?

2010-06-14 Terurut Topik Dipo
Siapa sangka Tangerang telah lama meiliki  label Indie. Sebuah istilah
yang akhir2 ini sering terdengar, kerap  diasosiasikan dengan jenis
musik. Tetapi label Indie ternyata sudah lama  ada di kalangan Cina
Benteng. Sebuah tulisan lagi oleh rekan saya  Dharmawan : 
http://klamboe.wordpress.com/2010/06/14/dari-sebuah-masa-4/



[budaya_tionghua] Sisi2 kehidupan di Tangerang

2010-05-31 Terurut Topik Dipo
RSS,

Dibawah ini adalah serangkaian tulisan pendek, hasil dari beberapa kali 
perjalanan ke Tangerang. Mengulas bermacam sisi kehidupan di Tangerang. Sangat 
menarik. 

Pabrik topi bambu 
http://klamboe.wordpress.com/2010/05/25/dari-sebuah-masa-1/

Kisah keluarga petani, yang masih tingal di rumah kebaya.
http://klamboe.wordpress.com/2010/05/31/dari-sebuah-masa-2/

Pabrik Kecap
http://klamboe.wordpress.com/2010/05/31/dari-sebuah-masa-3/

Salam
 



[budaya_tionghua] Tehnologi masa lalu

2010-04-05 Terurut Topik Dipo
Rekan semua,

Saya mencoba untuk menulis mengenai tehnologi yang dipakai pada masa lalu di 
Indonesia. Tulisan pertama saya mencoba mengulas tehnologi yang dipakai di 
rumah tua di daerah Pasar Lama dan Selapanjang. Mohon masukan dan sarannya.

Tehnologi dari masa lalu sangat menarik. Saat listrik masih sebuah fenomena 
alam misterius, tehnik yang dipakai biasanya tidak memerlukan enerji. Kalaupun 
membutuhkan enerji, biasanya  dipakai  sumber terbarukan seperti tenaga 
manusia.  Beberapa tehnik inovatif  kami lihat di beberapa rumah  tua didaerah 
Selapanjang dan Pasar Lama, keduanya di Tangerang.

Selapanjang,  daerah persawahan  dipinggiran Tangerang. Kayu dan bambu dipakai 
untuk membangun rumah. Ada beberapa jenis rumah kayu, rumah Panjang, rumah 
Kebaya dan satu jenis lagi yang tidak punya nama. Keduanya dirancang untuk 
dapat dibongkar pasang (knockdown). Struktur penahan beban dari kayu. Dinding 
dari kayu dan anyaman bambu khas Benteng. Rumah kayu ini sangat memenuhi syarat 
sebagai green building.

Artikel lengkapnya dapat dilihat disini
http://klamboe.wordpress.com/2010/04/01/rumah-hijau-jaman-dulu/


 



[budaya_tionghua] Re: Tehnologi masa lalu

2010-04-05 Terurut Topik Dipo
Betul ko Eric. Terakhir ketemu beliau sedikit bercerita tentang rumah itu. 
Salah satunya tentang membaiknya sirkulasi udara setelah tembok pemisah 
dibongkar.

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote:

 
 
 Numpang tanya pak Dipo, rumah tua di Pasar lama yg pak Dipo maksud apakah yg 
 ada di belakang Boen Tek Bio, yg baru baru ini sebagiannya dibeli oleh pak 
 Kapeng yg katanya direncanakan utk dijadikan museum peranakan?
 
 
 Salam
 
 
 Erik





[budaya_tionghua] Re: FOTO klenteng Cirebon: Gebang, Kuningan, Losari, Sindang Laut.

2010-04-04 Terurut Topik Dipo
Sugiri heng,

Saya baru melihat foto2 rekan saya yang baru pulang dari Lasem. 
http://galikano.multiply.com/photos/album/145/Klenteng_di_Lasem_3?replies_read=6#photo=63

Gambar mural di klenteng Hok Tek Ceng Sin di Jamblang mirip sekali dengan mural 
di klenteng Lasem. Sepertinya itu keramik yang dilukis ya ? Apakah dulu 
diproduksi masal ? 

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcin...@... wrote:

 http://klenteng-chinese-temples.blogspot.com 
 
 
 Para   rekan milis Yth,
 
 Sekiranya ada yang ingin melihat-lihat, baru saja di tambahkan /  upload
 foto-foto klenteng  disekitar Cirebon:  GEBANG,  KUNINGAN,  LOSARI, SINDANG
 LAUT.
 
 Bila akan diunduh untuk  digunakan tolong disebutkan sumbernya / alamat
 blognya.
 
 Terima kasih untuk perhatiannya.
 
 Salam,
 
 Sugiri.





[budaya_tionghua] Re: ASAL OWE DARI MANA?

2010-03-25 Terurut Topik Dipo
Sebenarnya ini sebuah kebiasaan yang mengherankan saya. Di P Jawa kita menunjuk 
ke dada saat menunjuk diri sendiri.  Di Singapura, Hong Kong dan Malaysia 
(mungkin juga ditempat lain) hidung sendiri yang ditunjuk. 

Mungkin di Tiongkok daratan ada beberapa daerah yang penduduknya menunjuk ke 
dada untuk menunjuk diri sendiri ? Atau ada periode tertentu dimana menunjuk 
dada menjadi kebiasaan ?

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Petrus Paryono petruspary...@... 
wrote:

 Dear milis,
 
 Salam dari owe (sambil tunjuk hidung sendiri ... eh koq seperti Jacky Chen 
 ya. ..),
 Petrus Paryono
 
 



[budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia

2010-03-09 Terurut Topik Dipo
Loek heng  Zhou heng,

Jadi penutupan bagian atas sumur langit adalah modifikasi atas desain asli 
rumah ?

Karena rumah tua di Pasar Lama konon sudah dihuni oleh 7 generasi, jadi minimal 
150 tahunan. Sepertinya (karena saya tidak punya latar belakang 
arsitektur/sejarah) penutup genting kaca itu sudah ada sejak awal rumah 
dibangun. Karena dilihat dari struktur atapnya, kalau tidak ditutup maka air 
akan bocor ke semua bagian rumah. 

Atau memang ada rumah yang desain awalnya sudah memakai penutup ?

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, lkart...@... wrote:

 Quoting Dipo dipod...@...:
 
  Ada satu pertanyaan lagi. Apakah semua lubang vertikal untuk jalur  
   ventilasi dapat dikategorikan sebagai tian jing ? Karena saya   
  menemui ada 2 macam.
 
  #1 terbuka penuh sehingga air hujan dapat masuk. Dan dibawahnya ada   
  courtyard lengkap denan saluran pembuangan air hujan.
 
  #2 diatasnya ditutupi dengan genting kaca. Di sebuah ruko tua di   
  Malaka ada yang berukuran 1x2 m, letaknya di pojok gedung. Di sebuah  
   rumah di Ps Lama Tangerang ukurannya hampir sebesar ruangan   
  bawahnya. Untuk jenis #2 bagian bawahnya macam2, bisa dapur, bisa   
  ruang keluarga.
 
 Mas Dipo,
 
 Dalam kenyataannya di lapangan memang banyak sekali variasinya. Di  
 daerah Pecinan SEmarang sekitar kelenteng Tay Kak Sie banyak sekali  
 sumur langit tersebut ditutupi oleh material yang transparan (tembus  
 pandang) untuk menahan air hujan masuk ke bawahnya.JUga karena fungsi  
 dibawahnya sudah berubah untuk ruang beraktivitas.Demekian juga di  
 Surabaya,di perumahan kapasan dalam belakang kelenteng Boen Bio dan  
 Ruko di jl.Teh,Kopi,Gula,Karet banyak sekali perubahan-perubahan yang  
 dilakukan.Ada yang dimatikan semuanya karena untuk lantai tambahan dan  
 ada juga yang ditutupi material tembus pandang dan udara masih tetap  
 bisa mengelir keluar masuk tetapi air hujan tidak masuk.
 Ini sekedar berbagi pengalaman di lapangan.
 
 salam
 
 loek's





[budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia

2010-03-08 Terurut Topik Dipo
@ yahoogroups. com, Dipo dipodipo@ .
 Date: Monday, March 8, 2010, 10:36 AM
 
 Quoting Dipo dipodipo@ .:
 
 Saya sudah beberapa waktu kebingungan mencari terjemahan light? well dalam 
 bahasa Indonesia. Tetapi mengapa masih memakai tanda? kutip ? Apakah istilah 
 sumur udara tidak umum dipakai ?
 
 Cak Dipo,
 
 Dari beberapa buku menyebutkan deep well makanya saya mencoba menyebutkan 
 sumur udara dalam tanda kutip karena saya masih meragukan (belum mantap) 
 menggunakan istilah tsb. memang fungsinya secara denotatip adalah untuk 
 sirkulasi udara. dari penggalian artefak rumah tinggal di daerah Mesopotamia 
 memiliki pola yang sama yaitu memiliki court yard tsb. SEcara konotatip 
 adalah untuk tempat sembahyang berhubungan dengan Thien secara terbuka dan 
 langsung. Atau anda mempunya penjelasan yang lain sebagai pencerahan buat 
 saya yang lagi menggali ...
 
 salam
 loek's





[budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia

2010-03-07 Terurut Topik Dipo
Loek heng,

Saya sudah beberapa waktu kebingungan mencari terjemahan light well dalam 
bahasa Indonesia. Tetapi mengapa masih memakai tanda kutip ? Apakah istilah 
sumur udara tidak umum dipakai ?

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, lkart...@... wrote:

 Quoting David Kwa dkh...@...:
 
  tahun (2007-2009), paling tidak dari foto-fotonya yang keren-keren.
  Buku ini membuka mata kita lebar-lebar pada keindahan yang terpancar  
   dari bangunan-bangunan tua yang terpelihara baik dan telah dipugar   
  dengan sungguh-sungguh. Di sisi lain, dengan membaca buku ini, kita   
  juga patut merasa prihatin atas sebagian bangunan tua yang ada di   
  kita berada dalam kondisi rusak parah akibat penelantaran selama   
  bertahun-tahun serta sebagian―macam bekas gedung Kongsi Kapitein der  
   Chineezen Oey Djie San di Tangerang―bahkan telah rata dengan tanah   
  belum lama ini..
 
 Cak David Kwa,
 
 Buku-buku tentang arsitektur Tionghoa makin hari makin banyak  
 diluncurkan. MUlai dari yang hanya untuk konsumsi touris dengan  
 foto-foto yang bagus sampai dengan yang serius untuk konsumsi dunia  
 akademis dapat kita baca saat ini. Semuanya merupakan berkah buat  
 masyarakat Tionghoa.Sayangnya sampai saat ini masih sedikit sekali  
 yang menerbitkan kembali karya2 C.Salmon,nenek yang punya minat yang  
 cukup tinggi terhadap sejarah orang Tionghoa di Indonesia. Saat ini  
 dari hasil rekaman penelitian lapangan bersama para mahasiswa di  
 daerah Pecinan Surabaya,rata-rata tinggal 10-15 % bangunan lama yang  
 masih utuh. Saya masih beruntung mempunyai dokumentasinya.Hampir  
 setiap jalan saya mempunyai street picture nya dan secara detail  
 bangunan2 yang masih utuh. Cukup menarik sebagai sebuah studi  
 pendahuluan. Ada banyak bangunan rumah tinggal dan Ruko yang masih  
 menggunakan sumur udara ( thien ching) di bangunannya. Saat ini saya  
 masih mebnelusuri bangunan rumah obat Tionghoa masa lalu.Ada yang  
 tertinggal di daerah Songoyudan.
 Saya masih berharap bapak David suatu saat dapat memberikan kuliah  
 tamu di mata kuliah saya Arsitektur Tionghoa..
 
 salam
 
 loek's





[budaya_tionghua] Re: Buku Cina

2010-02-23 Terurut Topik Dipo
Bu Uli,sekarang memang banyak yang menyatakan memilih kata Tionghoa. Tetapi 
pada kenyataannya, banyak diantara yang pro kata Tionghoa ini malah memakai 
kata asing China, Chinese dlsb. Malah ada  kata2 yang entah berasal dari 
negeri mana Sines, Cines dll. 

Tapi ya itu, saya juga malas meributkan kata2.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ulysee_me2 ulysee_...@... wrote:

 Engkong bilang, sekarang udah bukan waktunya untuk ngeributin istilah lebih 
 penting do real thing daripada berkutetan sama istilah. 
 
 Dan walaupun menyadari, di kalangan sendiri istilah tionghoa dan tiongkok 
 sudah mengalahkan istilah cina, 
 
 (bahkan teman gue yang cina benteng sekarang menyebut dirinya tionghoa 
 benteng, dan dodol cina dia sebut dodol tionghoa, gue bilang dia lebay) 
 
 Gue pribadi masih beranggapan, bahwa istilah 'Cina' lebih betul ketimbang 
 istilah Tionghoa. Dan gue menolak 'sentimen pribadi' kepada istilah ini. 
 
 Satu-satunya alasan yang bisa gue terima untuk penggunaan istilah tionghoa, 
 diajukan oleh seorang anak SMA yang bilang, 
 kalau pakai istilah Tionghoa, kita berbeda dari warga RRC. Kalau pakai 
 istilah orang Cina, kita dianggap asing terus, maka mendingan pakai istilah 
 Tionghoa untuk menunjukkan kita ini warga negara Indonesia bukan warganegara 
 China
 
 Alasan dia bisa gue terima, dan gue hormati, kerena secara konsisten anak SMA 
 ini menyebut negeri leluhurnya RRC, atau China, seolah untuk menegaskan bahwa 
 warga Tionghoa  berbeda secara signifikan dari warga China/ negeri Cina. 
 
 Alasan yang sama diajukan seorang Toako. Yang membuat gue mendengus sinis, 
 adalah karena Toako ini selalu menggunakan istilah Tiongkok untuk menyebut 
 negeri leluhurnya. Tionghoa-Tiongkok, seolah olah dengan kemiripan kedua 
 istilah ini, Toako mau menegaskan bahwa orang Tionghoa masih terikat erat 
 dengan negeri leluhurnya Tiongkok. Apalagi toako selalu sewot, kalau ada yang 
 pakai istilah Cina.Gue jadi mempertanyakan, alasan toako, apakah tulus, atau 
 dibuat-buat supaya diterima? aduh amit amit, jangan sampai toako jadi 
 hipokrit. 
 
  
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absaleh@ 
 wrote:
 
  - Original Message - 
  From: kwaihiap@ 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, February 19, 2010 8:53 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina
  
   Kalau dia menerbitkan dalam bahasa India,
   ya pangsa pasarnya jelas seluruh orang India.
  
  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
  
  Kebetulan sobat Pendekar Aneh menyebut India sebagai contoh, jadi terpikir 
  oleh saya satu alasan lain lagi mengapa penerbit ini memilih memakai kata 
  Cina.
  
  Buku ini menceritakan panjang-lebar dengan banyak foto tentang DUA hal, 
  tentang negeri Tiongkok DAN tentang orang Tionghoa yang mendiami negeri itu.
  
  Kalau hal yang sama dilakukan, misalnya, tentang negeri India DAN orang 
  India, walau membahas tentang DUA hal, tetapinya mereka hanya perlu SATU 
  kata, yaitu India, untuk dipakai dalam judul buku tsb.
  Begitu juga kalau orang menerbitkan buku, misalnya lagi, tentang negeri 
  Jerman DAN orang Jerman, mereka juga hanya perlu satu kata, yaitu Jerman, 
  untuk dipakai dalam judul buku tsb.
  Begitu pula kasusnya dengan kebanyakan negara DAN bangsa lain di dunia ini, 
  di mana dalam masing-masing kasus hanya diperlukan satu kata untuk menjadi 
  judul buku.
  
  Namun ketika sampai ke subyek negeri Tiongkok DAN orang Tionghoa, penerbit 
  perlu DUA kata untuk judul buku itu.
  Contoh lain yang serupa ini adalah ketika sampai ke subyek negeri Israel 
  DAN orang Yahudi, penerbit juga akan perlu DUA kata.
  
  Tetapi kebetulan, berbeda dengan Israel danYahudi, maka dalam halnya negeri 
  Tiongkok DAN orang Tionghoa ada alternatif penggunaan SATU kata saja, yaitu 
  kata Cina.
  Dan bagi badan usaha yang orientasi bisnisnya senantiasa mendorong ke arah 
  efisiensi, tentu saja  alternatif satu kata dianggap sebagai solusi...
  
  Wasalam.
  
  ===
  
- Original Message - 
From: kwaihiap@ 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Friday, February 19, 2010 8:53 AM
Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina
  
  
Hasil akhir? Silahkan Tanya ke penerbit Erlangga.
  
Luas /sempitnya target market bisa dilihat sbb:
Kalau dia menerbitkan dalam bahasa India, ya pangsa pasarnya jelas 
  seluruh orang India.
Ini terbit dalam bahasa Indonesia, maka jelas pangsa pasarnya ya seluruh 
  orang yang mengerti bahasa Indonesia.
  
China diterjemahkan menjadi Tiongkok lalu jadi bingung ?
Itu yg bisa bingung adalah huana dan cina.
Kalau orang tionghoa dan juga presiden2 RI setelah reformasi ,serta 
  huana2 yang mau belajar bahasa Indonesia dengan santun pasti tidak bingung, 
  sudah terbukti kok.
  
Sojah wushu,
Koay Hiap
  
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Hendra Bujang hendra_bujang@ 
  wrote:

 So, bagaimana hasil akhirnya? 
 1) Laku atau enggak tuh 

[budaya_tionghua] Re: KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008

2010-02-19 Terurut Topik Dipo
Masalah Cina vs Tionghoa sudah berkali2 dibicarakan dimilis ini. Saya melakukan 
survey kecil2an, mengakses milis melalui web, dan melakukan serach dengan 
parameter : 
Author : penulis thread ini dihalaman terakhir.
Message body : China

Ini hasilnya :

hendra_bujang : 24 posting
als : 5 posting
zhoufy : 74 posting
rsn_cc : 35 posting
harimao_45 : 64 posting
hay35 : 27 posting
absaleh4 : 114 posting
iie_siang  0 posting
pvheru  : 0 posting

Kesimpulannya ? Tidak tahu, saya bukan ahli statistik, juga bukan ahli budaya.

Salam


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, iie_siang iie_si...@... wrote:

 Wah ternyata banyak rekan2 disini yang masih 'Anti Cina'
 sayangnya kalo dihitung dari populasi keturunan tionghoa yang ada di 
 Indonesia..
 Yang AntiCina seperti anda2 ini tinggal sedikit.. 
 sejak Soeharto berkuasa sudah banyak dibabat habis 
 bukan hanya dari sebutan yang CINA saja 
 tapi juga budaya,bahasa dll
 :-)
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kwaihiap@ kwaihiap@ wrote:
 
  Terima kasih atas pencerahannya, sehingga orang tionghoa seperti saya ini 
  bisa lebih mengerti apa itu human right.
  demikian pula semoga cina2( beda lho cina dg tionghoa, dimilis ini 
  anggotanya ada yg cina ada yg tionghoa)  dan huana2 juga menjadi lebih 
  mengerti apa itu hak azasi, sehingga tidak asal njeplak  mbacot.
  sojah wushu,
  Koay Hiap.
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn_cc@ wrote:
  
   
   Hak Azasi Manusia adalah Hak yang melekat pada diri seorang manusia
   sepanjang ia adalah manusia. Salah satunya adalah kebebasan (kebebasan
   sosial dan juga kebebasan eksistensial), kebebasan berbicara, kebebasan
   bertindak dll.  Tapi, kebebasan itu sendiri pun bersifat Prima Facie, 
   artinya setiap orang berhak mengartikulasikan kebebasannya
   masing-masing, sepanjang semua itu tidak melanggar Hak Azasi orang lain.
   
   Kaitannya dengan penggunaan istilah Cina, China, Tiongkok dan Tionghua,
   setiap orang pun memiliki hak dan kebebasan untuk memilih mana yang
   terbaik untuk digunakan. Namun, pilihan itu hendaknya tidak menjadi
   sebuah pelanggaran terhadap Hak orang lain.
   
   Waktu di masa kanak-kanak, saya punya seorang teman Tionghua bernama Men
   Yung, nama otentik pemberian orang-tuanya.  Namun, saya dan teman-teman
   sepermainan lainnya biasa menyapanya si Meong, dan dia pun (entah sadar
   atau tak sadar) menerima sapaan itu apa adanya, sepertinya tak ada yang
   salah dengan sapaan itu.
   
   Waktu berjalan terus, tak terasa sudah puluhan tahun kami tak berjumpa
   satu sama lain. Beberapa tahun lalu, salah seorang teman punya ide reuni
   dengan bekas tetangga sepermainan di waktu kecil dulu. Maka, singkat
   kata terjadilah reuni itu, dan si Meong pun ikut hadir.
   
   Dalam acara reuni itu, seperti di masa kecil kami saling menyapa dengan
   panggilan akrab masing-masing seperti dulu (namanya reuni), dan si Meong
   pun tetap kami panggil Meong. Tahu-tahu, si Meong yang datang bersama
   anak-istrinya mendadak memerah mukanya mendengar panggilan Meong-Meong
   yang ditujukan padanya. Diam-diam dia minta kami jangan panggil dia
   Meong di hadapan anak-istrinya, itu tidak sopan katanya!! Teman-teman
   kaget, loh! Itu khan nama lu sejak kecil dulu, kita-kita ini udah biasa
   manggil lu Meong, dan juga kaga' ada maksud untuk menghina kamu kok!
   Kenapa jadi sensi begini??
   
   Alasan si Meong, nama pemberian orang-tuanya adalah Men Yung, bukan
   Meong. Walaupun panggilan Meong sudah lama dipakai, dan juga tidak
   mengandung makna penghinaan, tapi itu cuma panggilan yang dipake dalam
   acara-acara tidak formal antara sesama kawan lama, tidak di acara formal
   begini dengan banyak wajah-wajah baru (anak-istri teman-teman lama) yang
   sebelumnya tak pernah dia kenal.
   
   Tentu, banyak teman lama yang ga habis pikiran dengan sikap si Meong
   ini!  Apa-apaan si Meong kok jadi beragu begini, mentang-mentang udah
   jadi orang kaya dia!! Reaksi mereka pun terbagi dua, ada yang bisa
   memakluminya, tapi ada juga yang merasa muak dengan sikapnya itu.
   
   Kalu saya sih, bisa memakluminya. Walau adalah hak saya untuk memanggil
   si Meong dengan sapaan apa pun yang menurut saya paling tepat, tetapi
   saya pun harus mempertimbangkan apakah sapaan itu masih tetap diterima
   oleh si Meong, apakah itu tidak melanggar Hak Azasi dia dan lain
   sebagainya.  Apalagi, dengan tegas si Meong sudah katakan, nama resmi
   pemberian orang-tuanya adalah Men Yung, bukan Meong, panggilan Meong
   adalah nama yang diberikan oleh orang lain, tanpa persetujuan dia atau
   orang-tuanya dan tiba-tiba dikenakan begitu saja padanya.  Yang sudah
   berlalu biarlah berlalu sudah, sekarang dia tidak mau lagi dipanggil si
   Meong di forum resmi di hadapan orang banyak!  Ya, sudah saya pun
   menghormati kemauan dia. Tidak perlu saya memaksakan panggilan si Meong
   dengan argumentasi bahwa itu adalah panggilan yang sudah lama dikenal,
   tidak bermaksud menghina dan lain-lain.  

[budaya_tionghua] Re: FOTO KLENTENG dalam 2 blog yang isinya identik

2010-02-07 Terurut Topik Dipo
Sugiri heng,

Anda memang pekerja keras ya, salut. Waktu saya klik linknya, bertemu dengan 
halaman kosong. Setelah klik di komentar baru keluar artikelnya. Mungkin perlu 
disempurnakan interfacenya ?

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcin...@... wrote:

 http://klenteng-chinese-temples.blogspot.com/ 
 
 
 http://indonesiachinesetemple.wordpress.com/
 
 
 Rekans milis,
 
 Blog foto klenteng telah  ditambah  dengan foto beberapa klenteng di kota
 Bandung. 
 
 Juga  foto kuburan di Cirebon.  Tan Sam Cay Kong.
 
 Banyak  kota masih kosong.   Bila ada rekan  milis  yang memiliki  foto
 klenteng  lain dan boleh dishearing untuk melengkapi. 
 
 Silahkan dikirimkan, nanti kita up load bersama.
 
 Foto  dapat di browsed  pada kedua blog yang identik isinya.  Silahkan.
 
 Atau pun mereka yang membutuhkan bahan untuk penelitian, bisa  browsing dan
 diunduh bahan yang diperlukan.
 
 Tolong beri komentar.
 
 Terima kasih untuk perhatiannya.
 
 
 Salam erat,





[budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA

2010-02-01 Terurut Topik Dipo
Tulisan yang bagus Erik heng.

Saya tambahkan sedikit ya. Sebelum pak Tjandra atau dr Irawan menganggap kalau 
kita ini punya dendam masa lalu atau selalu merenungkan masa lalu saja.

Gedugn CN hanyalah sebuah contoh yang dipakai. Gedung Candra Naya sendiri 
sampai saat ini masih ada, meski dalam kondisi yang menyedihkan. Entah apakah 
pak Tjandra  Dr Irawan mengetahui hal ini. Jadi kalau nama Candra Naya selalu 
disebut2, itu bukan karena dendam masa lalu. 

Selain gedung CN, masih banyak gedung2 lain yang nasibnya tidak kalah 
menyedihkan.

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote:

 
 Sorry, ikut nimbrung ya Vid!
 
 Rupanya pak Tjandra kita belum nangkep suasana batin teman-teman yang
 uneg-unegnya sudah panjang lebar ditumpahkan kemarin itu ya?
 
 Apa yang harus dibanggakan, kalau dibilang Anjungan Tionghoa di TMII
 luasnya 4,5 ha, sedangkan suku lain cuma 2 ha. Itu khan dibeli dengan
 duit dari koceknya para so call Tokoh Tionghoa yang nyatanya adalah
 para Konglomerat. Sekarang ribut-ribut kurang duit (dan minta
 partisipasi masyarakat Tionghoa) untuk membangun main building, kenapa
 tidak minta yayasan TMII aja yang nangani? Nyatanya khan anjungan untuk
 suku-suku lain dibangun oleh yayasan!! Kenapa khusus anjungan Tionghoa
 mesti bangun sendiri? Apa yang salah? Salah dimana? Jangan-jangan
 setelah diusut ternyata adalah SALAH SENDIRI! GOBLOK SENDIRI!!
 
 Pak Tjandra menandaskan (dengan font tebal) bahwa Yang dibangun
 bukanlah replika dari gedung bekas kediaman tokoh masyarakat Anu dari
 daerah Anu di Indonesia. Ini lagi-lagi kesalah-pahaman pak Tjandra
 dengan suara hati teman-teman! Teman-teman bukan menginginkan
 dihadirkannya sesuatu yang asli (yang sebelumnya belum pernah ada di
 Indonesia), teman-teman justru keberatan kalau GEDUNG ASLI yang sudah
 bernilai sejarah dibongkar, dirobohkan dan hanya membuat sekedar
 REPLIKAnya saja.
 
 Adapun tentang Gedung Tua, bukanlah sembarang Gedung Tua yang ingin
 dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya. Tidak semua, karena memang
 tidak mungkin dan juga tidak perlu! Yang harus dipertahankan adalah
 Gedung Tua yang memiliki nilai sejarah bagi keberadaan, perkembangan dan
 perjuangan masyarakat Tionghoa di Indonesia. Salah satunya adalah Gedung
 CANDRA NAYA!
 
 Nilai historis Gedung CANDRA NAYA yang dulunya bernama Gedung Sin Min
 Hui bagi masyarakat Tionghoa khususnya dan masyarakat  Indonesia umumnya
 kira-kira sebanding dengan Gedung Joang bagi masyarakat Indonesia.
 Selain dari segi arsitektur gedung ini terbilang lengkap dan sempurna
 dengan gaya Tionghoanya, gedung ini pun adalah bekas tempat tinggal
 Mayor Khouw Kim An (mayor Tiongoa terakhir di Indonesia) yang turut
 mendirikan THHK (Tiong Hua Hui Koan) dan sekaligus ketua Kongkoan di
 awal tahun 1900-an. Setelah perkumpulan Sin Min Hui didirikan, di gedung
 ini pula acap digelar pertunjukan kesenian masyarakat Tionghoa (di
 samping kesenian Betawi, Sunda dan juga Belanda), juga digedung ini
 pernah dipertunjukkan lakon “Kembang Ros Dari Tjikembang”
 yang ditonton oleh presiden Soekarno. Dan yang paling tak bisa dilupakan
 adalah kejadian pada zaman Gedoran di Tangerang pada tahun 1945-1947.
 Dalam kerusuhan anti Tionghoa itu, dipimpin oleh pengurus dan anggota
 Sin Min Hui, masyarakat Tionghoa dari Jakarta melakukan evakuasi
 terhadap masyarakat Tionghoa di Tangerang dan mengangkut dan
 menyelamatkan mereka ke gedung Sin Min Hui (yang kemudian berganti nama
 Candra Naya) ini. Walau pun tidak resmi dijadikan secretariat THHK, tapi
 di gedung Sin Min HUi (Candra Naya) inilah acap diadakan
 pertemuan-pertemuan membahas pergerakan dan kegiatan-kegiatan masyarakat
 Tionghoa. Jadi, tak salah jika dikatakan Gedung Candra Naya adalah saksi
 bisu bagi peristiwa-peristriwa social-politik dan budaya masyarakat
 Tionghoa di Indonesia.
 
 Namun, kemudian oleh masyarakat Tionghoa sendiri yang a-historis, Gedung
 bersejarah itu dipindah-tangan ke developer dan (rencananya) dibangun
 apartemen yang dilengkapi dengan pusat pertokoan (dan sampai hari ini
 blm rampung). Banyak elemen masyarakat Tionghoa yang keberatan dan
 melayangkan protes terhadap pengurus Candra Naya dan lembaga-lembaga
 lain yang terkait. Namun di tengah perjuangan masyarakat Tionghoa
 mempertahankana gedung Candra Naya bersejarah ini, muncul seorang
 Brigjen Teddy Yusuf (mengaku dan diakui sebagian orang) tokoh masyarakat
 Tionghoa yang menyatakan dukungannya atas pembongkaran gedung Candra
 Naya.
 
 Kemudian, entah atas prakarsa siapa dan bagaimana prosesnya (ini pak
 Tjandra yang lebih tahu), dicanangkanlah pembangunan Anjungan Tionghoa
 di TMII juga oleh paduka yang mulia Brigjen Teddy Yusuf, yang hari ini
 oleh Pak Tjandra dihimbau partisipasi kita untuk biaya pembangunannya.
 
 Sikap yang bagaimana lagi yang anda harapkan dari kami pak Tjandra???
 
 Salam,
 
 Erik
 
 \
 ---
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, 

[budaya_tionghua] Re: AYO heritage BUDAYA TIONGHOA. Pasar Baru Jkt. Pst.

2010-02-01 Terurut Topik Dipo
 Universitas di Grogol sana, mentang-mentang mayoritas dosennya 
 Tionghoa). 
 
 Jadi dalam hal ini, lebih baik kalau pembicaraan dilakukan oleh delegasi yang 
 memahami masalah budaya Tionghoa, situasi sosial kenegaraan dan sekaligus 
 paham teknik konservasinya. Sebagai iluustrasi, saya sendiri mendalami 
 konstruksi kayu dan ukiran, namun tetap perlu orang yang mendalami teknik 
 pengecatan konstruksi ukiran (bukan teori, tapi ahli cat; jangan sampai 
 ukirannya justru tertutup cat atau diberi warna yang salah).
 
 Saya tidak hendak merendahkan semangat, namun pembicaraan harus dilakukan 
 dengan hati-hati agar tidak menimbulkan salah sangka si pemilik, apalagi 
 dalam situasi Indonesia yang banyak mafia tanah, ketidakpedulian aparat 
 pemerintah dan ketidakpedulian kalangan Tionghoa sendiri. Jangan sampai 
 kehadiran anda dengan isu yang ambisius untuk merawat lukisan di atap akan 
 disalahtafirkan (termasuk disalahtafirkan soal duit, duit dan duit! Proyek, 
 proyek dan proyek).
 
 Selain itu patut diperhitungkan adanya konflik dalam keluarga yang 
 bersangkutan (kalau dibagusi, anggota lainnya akan marah dan berpikir bahwa 
 yang tinggal akan mengangkangi; bisa juga bahwa si pemilik sengaja membiarkan 
 rumahnya rusak agar terhindar dari ikatan cagar budaya, dan bisa menjual 
 atau merombaknya dengan mudah). Lebih baik berhati-hati dan persiapan matang 
 ketimbang ada masalah besar akibat kehadiran anda.
 
 Saya sudah melakukan beberapa perbincangan (lebih dalam rangka personal) 
 dengan sejumlah pemilik gedung bersejarah. Sebagian besar mengeluhkan soal 
 biaya perawatan, tekanan ekonomi untuk merubah fungsi bangunan, dan lebih 
 parah lagi rasa malu punya gedung yang sudah tua (bercorak Tionghoa pula!). 
 Masalah laten inilah yang harus diatasi lebih dulu.
 
 Sebagai perbandingan, renovasi Gedung Arsip Nasional (bercorak Indies saja 
 perjuangannya butuh sekitar 10 tahun, itupun makan anggaran sekitar Rp. 25 
 milyar sebelum peresmiannya sekitar sepuluh tahun yang lalu; salah satunya 
 dikoordinasi arsitek Han Hoo Tjwan [Han Awal] yang belakangan memperoleh 
 penghargaan dari UNESCO Asia-Pacific Award dan penghargaan A Teeuw atas jasa 
 konservasi gedung tua peninggalan Belanda; miris juga, kalau gedung tua 
 Tionghoa?). Konservasi gedung Staadthuis (Museum Fatahillah) juga membutuhkan 
 biaya yang tidak kecil, apalagi berkenaan dengan penjara bawah tanah dan 
 pengaturan aliran gorong-gorong di sekitarnya. Gedung Merah saja (arsitektur 
 toko Eropa berlanggam Tionghoa) yang sering disebut-sebut dalam pameran 
 arsitektur, saat malah kurang terurus. Wadh, PR masih sangat banyak nih.
 
 Bahwa kegiatan nantinya akan bisa mendorong perhatian, saya jelas sangat 
 setuju dan mendukungnya. Saya sendiri sudah menjalankannya secara personal 
 atas biaya sendiri yang sangat cekak. Tapi, untuk kegiatan yang terbilang 
 besar tanpa persiapan cukup, bisa menjadi senjata makan tuan dan antipati 
 dari para pemilik gedung, apalagi ketika suasana nasionalnya belum berubah 
 dari atmosfir ketidakpedulian. Siapkah??? Saya dengan senang hati menyambut 
 kehadiran teman-teman dalam kegiatan berat ini.
 
 
 Jalan seorang budiman itu seumpama pergi ke tempat jauh, harus mulai dari 
 dekat; seumpama mendaki ke tempat tinggi, harus dimulai dari bawah.
 
 Suma Mihardja
 
 
 
 
 
 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, bebek_ceper bebek_ceper@ wrote:
 
  Wah ide yang ok bangetsss..
  Saya mau singsingkan kengan baju, bantuin pak Dipo koordinasi.
  atau saya yang koordinasi nih?
  
  yuk yuk.. kapan maunya?
  
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote:
  
   yuk sekali2 kita ngecet rumah org
   owe seh mau aje ngecet rumah org apelage yg tua getu asal jgn ngecet 
   rumah setan aje ya 
   
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcindon@ wrote:
   
Ide yang bagus sekali tuh..

 

From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of Dipo
Sent: Saturday, January 30, 2010 6:49 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: [budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA

 

  

Ide yang menarik sekali. Mengenai tempat saya coba cari yang paling
memungkinkan. Atau dari rekan2 ada ide lokasi yang bisa dibersihkan ? 
Asal
jangan gedung di TMII ya. 

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com
mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com , ini rico! rico12410@
wrote:

 teman-teman,
 
 menanggapi info dari pak Eddy W.. mungkin akan lebih kongkrit 
 kontribusi
warga tionghoa, bila beramai-ramai mengunjungi Toko Kompak atau ruko di
belakang Klenteng Boen Tek Bio.
 Kita undang (atau saweran) tukang untuk perbaikan, sambil bawa 
 beberapa
ember cat, kuas, amplas, dll. Makanan kecil, minuman ringan sebagai 
teman
kerja juga tidak ketinggalan. Sambil gotong royong sederhana, ngobrol
pengalaman turun

[budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA

2010-01-30 Terurut Topik Dipo
Ide yang menarik sekali. Mengenai tempat saya coba cari yang paling 
memungkinkan. Atau dari rekan2 ada ide lokasi yang bisa dibersihkan ? Asal 
jangan gedung di TMII ya. 

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ini rico! rico12...@... wrote:

 teman-teman,
 
 menanggapi info dari pak Eddy W.. mungkin akan lebih kongkrit kontribusi 
 warga tionghoa, bila beramai-ramai mengunjungi Toko Kompak atau ruko di 
 belakang Klenteng Boen Tek Bio.
 Kita undang (atau saweran) tukang untuk perbaikan, sambil bawa beberapa ember 
 cat, kuas, amplas, dll. Makanan kecil, minuman ringan sebagai teman kerja 
 juga tidak ketinggalan. Sambil gotong royong sederhana, ngobrol pengalaman 
 turun temurun.. mestinya akan menyenangkan sekali kita hari itu.. dan tuan 
 rumah merasa diperhatikan dan dihargai usahanya mempertahankan 'bangunan 
 cerita' milik mereka itu.
 
 Bagaimana? pak Dipo, mungkin bisa bantu mengkoordinasikan?
 
 salam
 
 
 Posted by: eddy witanto edd...@...   eddypw
 Fri Jan 29, 2010 5:23 am (PST)
 
 
 Toko Kompak di Pasar Baru Jakarta Pusat sudah dalam kondisi mengkhawatirkan 
 di dalamnya, bagian belakangnya sudah dalam ambang kehancuran. Itu rumah 
 Mayor Tio Tek Ho bukan? Di dalamnya ada rooflight.
 Di belakang Klenteng Boen Tek Bio juga ada rumah-toko yang terbagi atas 3 
 blok, blok yg tengah punya rooflight dg sisi berhiaskan cerita klasik 
 Tiongkok dengan pecahan keramik dan kayu berukir.
 
 eddypw





[budaya_tionghua] Re: Pameran Foto Dan Diskusi Pecinan

2010-01-29 Terurut Topik Dipo

ABS heng,

Untuk pembukaan tgl 5 Feb apakah perlu undangan ? Kalau ada makan2 sih saya 
biasa datang paling cepat :D

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absa...@... 
wrote:

 Meneruskan e-mail dari seorang kawan sebagai yang di bawah ini.
 
 Untuk yang berminat, harap datang tepat waktu supaya kebagian tempat, karena 
 ruangannya (Galeri Antara) kecil.
 
 Wasalam.
 
 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 
 
 “Chinatowns in Southeast Asia”, a project commissioned by the Chinese 
 Heritage Centre in Singapore, arrives in Jakarta, Indonesia.
 
 The opening is on 5 Feb 2010 (Friday) in Antara Photojournalism Gallery 
 (Jalan Antara 59, Pasar Baru, Jakarta) at 7.30pm.
 There will be makanan Tionghoa (Chinese food) and Barongsai (lion dance).
 
 Artist talk, titled “Journey through the Labyrinth of Chinatowns”, will 
 be on 6 Feb 2010 (Saturday) at 3pm.
 
 Hope to see you there.
 --
 Zhuang Wubin
 writer/photographer





Apa relevansinya (Re: [budaya_tionghua] OOT: Sinar Harapan, Rabu

2010-01-28 Terurut Topik Dipo
Apakah Eva ini mengetahui, mengapa sebuah milis di beri nama ? 

Jika saya ingin membaca berita, saya akan ke web CNN, detik.com atau 
kompas.com. Jika saya ingin mengetahui tentang tempat2 makan enak, saya akan 
ikut milis jalansutra. Kalau ingin berdiskusi menganai sejarah, ikut milis 
sejarah. 

Begitu lho, mudah2an bisa dipahami.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Eva Yulianti beran...@... wrote:

 Akhmad Bukhari Saleh :
 
 Mas Dharmawan, sejujurnya senang juga saya melihat foto Pakde saya terpampang 
 di berita Sinar Harapan ini.
 Tetapi maaf, saya koq samasekali tidak melihat relevansinya posting ini 
 dengan budaya tionghoa?
  
 Eva :
 
 Sungguh aneh sekali tanggapan saudara ABS ini, sempit sekali wawasan anda 
 dalam menanggapi sebuah berita mengenai Putra Terbaik Bangsa ini yang menjadi 
 pembaca Teks Proklamasi kemerdekaan di RRI.
 
 Sungguh sempit wawasan kebangsaan anda, apakah seseorang berbudaya seperti 
 anda ?? lantas merasa terganggu dengan berita tentang kisah seorang Putra 
 terbaik Bangsa ini ???
 
 Ironis sekali...
 
 Salam,
 Eva.





[budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA

2010-01-28 Terurut Topik Dipo
Mengapa gedung Candra Naya perlu dibuat replikanya di TMII, apakah karena 
gedung itu memiliki nilai penting untuk kelompok Tionghoa di Indonesia ? Jika 
penting, mengapa aslinya malah di trondoli gak keruan ?

Apa gunanya bikin replika gedung Kong Koan ? Gedung Kong Koan yang mana ya ? 
Apakah karena Kong Koan pernah meiliki peranan besar dalah kehidupan masyarakat 
Tionghoa ? Yang merawat arsipnya saja orang asing.

Dari pada buang uang bikin gedung tiruan, lebih baik yang ada saja di rawat 
baik baik.

Ada yang bilang : Masa lalu itu seperti buku pelajaran, jadi kita tidak 
mengulangi kesalahan yang sama, supaya bisa belajar dari pengalaman pendahulu 
kita. Kalau belajarnya dari replika dan miniatur, mudah2an tidak jadi bangsa 
replika dan miniatur juga.

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou zho...@... wrote:

 Ah!  bangsa ini ternyata sukanya replika dan miniatur, sukanya arsitektur ala 
 theme park, tapi malah tak mau disuguhi bangunan kuno yang asli!
 
 Se-hebat2nya repilika, tetap tak dapat menggantikan nilai sejarah bangunan 
 asli.
 
 
 
 
 
 From: Kawaii_no_Shogetsu fenghuan...@...
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Sent: Thu, January 28, 2010 8:53:00 PM
 Subject: [budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA
 
   
 Kalau begitu usul saja, bangun replika bangunan Kongkoan/Gongguan sebagai 
 bangunan induknya.
 
 Bagaimana?
 
 --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, dkhkwa dkhkwa@ wrote:
 
  Pak Tjandra,
  
  Menurut owe, hal itu belum miris. Sebenarnya, kalau mau dibilang miris, 
  yang miris seharusnya ya kita-kita ini, yang harus menyaksikan satu per 
  satu bangunan heritage Tionghoa, yang tua, indah, dan bersejarah, harus 
  menerima kenyataan sangat pahit, satu per satu dihancurkan oleh 
  tangan-tangan konglomerat (Tionghoa?) yang begitu rakus mengincar nilai 
  ekonomis tanahnya, untuk dijadikan hotel-apartemen, dlsb. Rasanya belum 
  pudar dari ingatan kita bagaimana “ramainya” dimuat di koran-koran 
  (baca a.l. berita-berita di Kompas dan Warta Kota) mengenai kasus 
  pembongkaran bangunan samping dan belakang (side and back buildings) bekas 
  Gedung Kediaman Mayor Tionghoa Batavia Khouw Kim An, yang kemudian 
  dijadikan gedung perkumpulan (clubgebouw) Sin Ming Hui (selanjutnya menjadi 
  Candra Naya), disamping juga pernah menampung korban Kerusuhan Tangerang 
  1946, di Jl. Gajah Mada 188. Apalagi saat itu pak Tedy Yusuf selaku ketua 
  salah satu PSMTI ternyata bukannya
  melindungi, sebagaimana diharapkan, sebaliknya malah turut mendukung 
 pembongkaran. Dengan kapasitas beliau sebagai ketua umum PSMTI waktu, 
 tentunya beliau punya pengaruh di kalangan Tionghoa untuk menyelamatkan Sin 
 Ming Hui dari kehancuran. Meski ada suara-suara protes dari pihak pecinta 
 heritage, namun tetap hal itu tidak mampu membuat yang bersangkutan bergeming.
  
  Belum lagi, yang terakhir, penghancuran sama sekali hingga rata dengan 
  tanah bekas Gedung Kapitan Tionghoa Oey Djie San di Karawaci, Tangerang. 
  Lagi-lagi, ketika berbagai pihak, termasuk non-Tionghoa pecinta heritage, 
  berteriak-teriak agar bangunan bersejarah tempat penampungan korban 
  Kerusuhan Tangerang 1946 itu diselamatkan, pihak Tionghoanya sendiri, 
  termasuk pak Tedy Yusuf, tetap tidak bereaksi. Padahal bangunan itu 
  merupakan yang termegah di kawasan Tangerang, dengan arsitektur Indisch 
  sekaligus Tionghoanya.
  
  Dengan hancurnya bangunan-bangunan tersebut, yang terjadi adalah 
  penghancuran aset-aset budaya Tionghoa. Masyarakat menjadi lupa akan 
  sejarah dan budaya. Masyarakat tidak tahu, misalnya, bahwa atap Ekor Walet 
  itu bukan hanya dipakai di kelenteng, tapi juga pada kediaman para pejabat 
  Tionghoa yang diangkat Belanda, yakni para mayor, kapitan, dan letnan 
  Tionghoa tadi. Sungguh miris, ketika di negara tetangga kita Singapura dan 
  Malaysia bangunan-bangunan bersejarah dibeli dan dikembalikan ke 
  kejayaannya semula, lalu dijadikan museum (bekas rumah Cheong Fatt Tze, 
  bekas rumah Kapitan China Chung Keng Kwee di Penang, bekas rumah Tun Tan 
  Cheng Lock di Melaka, misalnya), maka yang terjadi di kita adalah 
  penghancuran demi penghancuran.
  
  Ironisnya, setelah berbagai aset budaya dihancurkan, didirikanlah berbagai 
  bangunan baru oleh beragam komunitas Tionghoa, tentunya dengan dana yang 
  tidak sedikit. Apakah tidak terbalik, menyelamatkan apa yang bisa 
  diselamatkan terlebih dahulu, baru kemudian membangun yang baru? Bukankah 
  itu yang seharusnya dilakukan oleh beragam komunitas Tionghoa yang mampu 
  membangun di Taman Mininya babe ato yang menindas Tionghoa semasa berkuasa?
  
  Jadi, kalau sekarang diharapkan sumbangan dari para member milis, owe rasa 
  lebih baik dana yang ada dimanfaatkan untuk menyelamatkan berbagai aset 
  budaya Tionghoa berupa beragam bangunan tua di berbagai kota di seluruh 
  Indonesia sebelum tinggal cerita. Seperti yang dilakukan terhadap bekas 
  Kediaman Mayor Tionghoa 

[budaya_tionghua] Re: http://klenteng-chinese-temples.blogspot.com/ foto-foto klenteng di Jawa Barat

2010-01-17 Terurut Topik Dipo
Menarik blog Sugiri heng ini, tentu cukup memakan waktu untuk mendokumentasikan 
klenteng2 itu. Jika disertakan sedikit ulasan mengenai sejarah  tradisi 
klenteng tersebut pasti lebih sempurna. 

Dari foto2 di blog itu, ternyata banyak sekali klenteng yang terkena wabah 
pemakaian keramik, baik untuk lantai maupun dinding. Sayang ya.

Salam


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcin...@... wrote:

 Rekan Millist,
 
 Bila ada yang berminat melihat  foto beberapa   bangunan  klenteng yang
 terletak Jawa Barat.  Dapat dilihat pada blog :
 
 http://klenteng-chinese-temples.blogspot.com/
 
 Blog  masih dikerjakan bertahap , akan  dilengkapi dengan lokasi lain.
 
 Silahkan di  buka  untuk  browsing , dan  kritiknya ditunggu. 
 
  Barangkali ada yang punya  foto untuk sharing juga boleh , membantu
 melengkapi.
 
 Salam,
 
 Sugiri.





[budaya_tionghua] Re: David Kwa heng kena dikerjain Fwd: Need Help!

2010-01-14 Terurut Topik Dipo
David heng,

Saya juga bingung, sore saya telpon masi di kereta, malamnya kok sudah di 
Inggris. Apa naik subway di London ya ? :D 

Ko David sebaiknya melaporkan hal ini ke yahoo, paling tidak supaya nanti orang 
lain tidak menjadi korban. Jadi email yang aktif sekarang yang ini ya ?

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dkhkwa dkh...@... wrote:

 RRS,
 
 Owe baru tadi ¡°ngeh¡±, setelah ada temen menelefon. Awalnya ada e-mail yang 
 mengatasnamakan Yahoo, minta owe meng-update account owe dalam jangka waktu 2 
 minggu. Waktu menjawab, secara tidak sadar owe menuliskan password owe. Dari 
 sinilah rupanya user name dan password owe dicatet dan disalahgunakan.
 
 Untunglah temen-temen tahu, ngapain juga owe sok gagah-gagahan pake bahasa 
 Inggris segala minta sumbangan? Gayanya songong lagi, ngga pake sapaan, udah 
 gitu ngapain owe ke Inggris? Kalu ke Singapur, Hong Kong, Taiwan atawa 
 Tiongkok mungkin orang masi percaya. Jadi e-mail itu dicuekin aja.
 
 Tapi, meski owe sudah bikin account baru, tetep aja semua alamat e-mail 
 temen-temen yang ada di address book owe ngga bisa dapet kombali. Alamat 
 e-mail yang lama sudah ngga bisa diakses lagi.
 
 Owe sungguh merasa sanget dibikin rugi atas kejadian ini. Apa mau dikata, 
 kendati menyesel, toh sudah terjadi. Semoga saja kejadian serupa ngga 
 kejadian pada temen-temen yang laen.
 
 Waspadalah, Waspadalah! Penipu semakin canggih saja!
 
 Kamsia atas empati dari rekan-rekan sekalian dan kiongchiu,
 DK
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, khaidi wong khaidi.w...@...:
 
 Ini pasti kejadiannya mirip2 gini:
 Bpk David Kwa dikasih link oleh temannya di yahoo messenger atau lewat email, 
 misalnya mengatakan: Hi, coba liat foto liburan saya dsbnya (padahal bukan 
 temannya yg kirim, melainkan virus)
 Waktu diklik, akan muncul alamat website yahoo palsu yang bilang: Hei kalo 
 mau liat, mesti login dulu
 
 Nah, pada saat login, nama user + password nya dicatet dan dikirim ke sang 
 penipu (Biasanya alamat website palsu itu, saat login, karakter di kolom 
 password terbaca; kalo yg asli kan disembunyikan menjadi karakter bintang 
 atau titik2 bulet)
 
 Saat itu juga, email David Kwa telah dibajak Kemudian dari email tsb, diambil 
 nama-nama teman2 yang ada di address book
 
 Dan ting tong, muncul  lah email ini yg minta2 duit, wekekeke
 Asal dari email ini biasanya dari negara di Afrika
 
 Tantono Subagyo wrote:
 
 David Kwa heng,
 Ada yang ngerjain anda nih, saya dapat email beginian, namanya kalau ngga 
 salah spoof.  Cuma Lookay ngga tahu obatnya.  Sojah, Tan Lookay
 
 -- Forwarded message --
 From: *David Kwa* david_kwa2003@ 
 mailto:david_kwa2003@
 Date: Wed, Jan 13, 2010 at 5:37 PM
 Subject: Need Help!
 To: david_kwa2003@ mailto:david_kwa2003@
 
 Complements of the season!How are you doing?I hope you get this on time. Am 
 sorry i did not inform you about my travelling to United kingdom for a 
 program.I can barely think or type straight at this moment.Something really 
 terrible is happening to me right now and I will be needing Your Urgent 
 favour,I hope you come to my aid.
 
 Yesterday,I had a trip here in Kent dover (UK) for a Seminar..Unfortunately 
 for me I got Mugged at gun Point on my way to the hotel where i lodged.They 
 went away With all i have got on me including my wallet where i have all my 
 cash and credit card and also my cell phone.I wasn't injured because I 
 quickly complied.since then i have been without any money, I am even owing 
 the hotel bills here.Presently my traveling documents are been held down by 
 the hotel management pending the time i am able to Clear bills.I contacted 
 the police here and they only asked me to write a statement about the 
 incident and later reffered me to the embassy.I have spoken to the embassy 
 here but they are not responding to the matter effectively.I am confused and 
 so full of panic right now.I do not feel safe here any more. For now,i do not 
 have a phone where i can be reached.All i have got here is my mail.I also 
 have limited access to the computer.I will tell you more about my terrible 
 experience here when i get back home.
 
  I urgently require your financial assistance now.Please I need you to loan 
 me about (950 Pounds) to sort-out my hotel bills and other expenses incurred 
 so as to get myself back home soon.I Promise to refund your money immediately 
 i return home.I will appreciate any amount you can quickly arrange and send 
 to me via Western Union or Money Gram with the details below.
  
 Receivers Names: David Kwa
 Receivers Address/location:19 New Dover Road,Canterbury
 Dover Kent,CT1 3AH, United kingdom
  
 Please remember to send me full details of the transfer or scanned copy of 
 the transfer receipt so that i can receive over here without any Further 
 delay or problem.let me know if you can be of any help Because you are the 
 only person i can reach at this moment.I await your Kind response soon.
  
 Dk
 
 Salam, 
 Tantono Subagyo

[budaya_tionghua] Re: Mencari Keluarga

2010-01-07 Terurut Topik Dipo

Denny heng,

Menarik fotonya. Disitu ditulis Thung Tiang Mih (Tb Abdullah). Apakah Tb ini 
singkatan dari Tubagus ?

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Denny Tan dennyta...@... wrote:

 
 
 dear member milis
 saya mendapat satu buku turunan (silsilah keluarga)
 dimana di dalamnya ada terselip 4 lembar nasihat keluarga.
 disini saya lampirkan lembar pertama.
 jika ada yg memiliki nasihat sama dan bisa menunjukan lembar ke 2, 3 dan ke 4
 artinya kita bersaudara.
 
 Wassalam.





[budaya_tionghua] Re: Dari Erik untk bro Zhou fuyuan dan Koh Beng mazmuri ( budaya )

2009-12-18 Terurut Topik Dipo

Boleh ikutan gak ya ko Erik ? Soalnya subyeknya ditulis hanya untuk Zhou heng 
dan Beng Heng :D

Yang ko Erik tulis benar 100 persen, dan merupakan hal yang seharusnya 
dilakukan. Yang menjadi masalah disini adalah kondisinya. Situasi di negara 
berkembang secara umum tidak bersahabat terhadap artefak budaya, memakai 
istilah ko Erik. Bahkan benda2 budaya yang masih hidup (dalam arti masih 
dipakai) juga tidak luput dari masalah ini. 

Mungkin yang bisa dilakukan oleh musafir seperti Beng heng adalah memilih 
pembelinya. Misalnya memberikan prioritas kepada pembeli yang akan memberikan 
akses kepada publik. 

Saya sendiri tidak setuju dengan hal ini, tetapi memang ini kenyataannya. 
Mayoritas masyarakat kita tidak menghargai warisan leluhur.

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote:

 
 Sorry Fuyuan, aku pingin ikut nimbrung soal artefak budaya yg kata Koh
 Beng bukan saja tidak dirusak tapi bahkan disimpan dan dirawat dengan
 baik di tempat-tempat terhormat spt museum dll. Dan anda seakan
 mengamini beliau?
 
 Aku benar-benar merasa terganggu dengan statement spt itu! Mohon maaf ya
 koh Beng, saya kira anda bukan tidak paham bahwa bagi yg pernah belajar
 antropologi (apalagi arkeologi) pasti tahu, mengambil dan memindahkan
 sebuah benda budaya dari tempat asalnya ke tempat lain pada dirinya
 sendiri sudah merupakan sebuah tindakan perusakan! Apalagi bila benda
 budaya yg diambil itu termasuk kategori cagar budaya bernilai historis
 yang dilindungi negara yg tidak boleh diperjual-belikan, apalagi
 dipindahkan ke negara lain oleh bangsa lain!! Belum lagi kita persoalkan
 dengan cara apa benda budaya itu diperolah? Lewat penjarahan yg
 mendompleng agresi militer? Atau lewat pencurian dan penipuan?
 
 Pun pula kalau dikatakan bangsa barat sangat menghargai nilai-nilai
 artefak budaya bangsa lain yg telah mereka miliki dan mereka simpan di
 museum mereka, pertanyaannya adalah sejauh apa apresiasi itu mereka
 berikan? Kita sama-sama tahu, bahwa yg berharga dari sebuah benda budaya
 bukan cuma sekedar nilai artistiknya saja, masih terkandung di dalamnya
 nilai kultural, nilai historis, nilai fungsional, dan juga tak jarang
 nilai religius. Nah selain nilai estetis, mungkinkah bangsa barat yg
 mengambil dan memindahkan benda budya bangsa lain ke museum mereka bisa
 menghargai nilai kultural, nilai historis apalagi nilai religius artefak
 budaya itu persis sebagaimana pemilik asli benda-benda itu menghargai
 artefak budaya itu ketika masih di tempat asalnya? Dengan pasti dan
 yakin saya bisa katakan bahwa selain kemungkinan terjadinya kerusakan
 fisik benda-benda itu sewaktu dipindah-tempatkan, yg sudah jelas adalah
 nilai kultural, nilai historis dan nilai religius artefak budaya itu
 telah dirusak dan dinista oleh mereka yg katanya menghormati dan
 menyimpan benda budaya bangsa lain di museum mereka itu! Lagi-lagi,
 inilah sebuah peragaan keangkuhan kultural yg dipertontonkan kepada
 kita!!
 
 Bisakah kita coba berempati dengan perasaan mereka yang artefak budaya
 bangsanya telah diperlaukan secara tidak layak seperti itu? Sebagai
 orang Katolik saya coba membayangkan, suatu ketika terjadi peristiwa
 yang tak pernah kita harapkan, tiba-tiba patung Bunda Maria yang di
 Lourdes diambil dan dipindahkan ke sebuah negara Ateis, di sana Bunda
 Maria tidak dirusak, tetapi disimpan dan dirawat dengan baik di museum
 secara terhormat. Bukan cuma itu, mereka juga membentuk tim ahli untuk
 meneliti segi-segi estetika patung Bunda Maria itu, dipelajari bagaimana
 teknik pembuatannya, simbol-simbol yang ada padanya serta bagaimana
 orang Katolik memahmi semua itu dll, dll. Dan pada hari-hari libur,
 warga ramai berkunjung ke museum untuk melihat keindahan patung Bunda
 Maria, ada pemandu yang menjelaskan segala sesuatu tentang patung Bunda
 Maria, tentang keindahannya, tentang asal usulnya dll, dll, diceritakan
 pula bahwa ¡°Patung buatan manusia yang tak bernyawa itu pernah
 disembah oleh masyarakat yang masih terbelenggu dalam faham-faham
 idealisme tentang adanya Surga dengan ajaran-ajaran eskatologisnya.¡±
 dst, dst. Ah, ah.. sakitnya hati ini membayangkan
 semua itu. Tapi beruntunglah itu cuma khayalan saya. Namun bagaimana
 dengan saudara-saudara kita yang jelas-jelas mengalami semua ini secara
 nyata?? Masihkah kita sampai hati berdalih bahwa artefak budaya mereka
 tidak dirusak, tetapi disimpan dan dirawat di tempat terhormat???
 
 Oh, kejamnya kaum kapitalis dan imperialis
 
 
 
 Salam,
 
 
 
 Erik
 
 \
 --
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou zhoufy@ wrote:
 
  Pak Beng,
 
  Seperti yang anda ungkap, jika kita memperhatikan orang2 yang
 berkecamuk dalam bidang seni budaya, jarang kita temui yang berpikiran
 rasialis diskriminatif ataupun chaufinis. hal ini tak hanya ada di dunia
 barat, tapi contohnya akan dng mudah kita dapat di Indonesia. saya
 sering dan 

She Ang (Re: [budaya_tionghua] Re: Pedang Pusaka Berusia 2000 Tahun)

2009-12-11 Terurut Topik Dipo

Jadi kita manggilnya Ang heng atau Boen San heng ? Cocok namanya nih, masih ada 
hubungan dengan Ang Tjit Kong :D

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absa...@... 
wrote:

 Boleh, boleh!
 Asal jangan Ang-godo atau Ang-goro saja!!
 Ha ha ha...
 
 =
 
 
   - Original Message - 
   From: zho...@... 
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
   Sent: Friday, December 11, 2009 4:17 PM
   Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Pedang Pusaka Berusia 2000 Tahun
 
 
 
   Barangkali Ang Bun San ? cocok kan
 
 
   Sent from my BlackBerry®
   powered by Sinyal Kuat INDOSAT
 
 
 --
 
   From: Steve Haryono hay...@... 
   Date: Fri, 11 Dec 2009 00:57:24 -0800 (PST)
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Pedang Pusaka Berusia 2000 Tahun
 
 
 
 
   Pak ABS yb,
 
   Pak ABS khan punya 3 nama, jadi memang bisa disangka nama tionghoa. A nya 
 nama marga ya ?
   Karena marga hokkian yang pake A di depan cuman ANG atau AUWYANG, silahkan 
 pilih marga dulu.
   Mau jadi keturunannya Ang Tjit Kong atau mau jadi keturunannya Auwyang Hong 
 ? hehehe.
 
   Salam,
   Steve
 
 
 
 
 --
   From: Akhmad Bukhari Saleh absa...@...
   To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
   Sent: Fri, December 11, 2009 9:29:23 AM
   Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Pedang Pusaka Berusia 2000 Tahun
 
 
 
   - Original Message - 
   From: Erik 
   To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
   Sent: Friday, December 11, 2009 2:31 PM
   Subject: [budaya_tionghua] Re: Pedang Pusaka Berusia 2000 Tahun
 
boleh donk disapa Koh?
 
   - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
 
   He he he, jadi teringat beberapa tahun yang lalu saya pernah memberi suatu 
 penjelasan, katakanlah 'ceramah kecil' begitu, di Glodok.
 
   Lalu ketika acara tanya-jawab, setelah beberapa pertanyaan yang sesuai 
 substansi ceramah, ada seorang ibu-ibu yang bertanya menyimpang: Maaf 'Koh, 
 kalau boleh tahu 'ngKoh ini nama tionghoanya siapa?!!
 
   Teman-teman yang hadir jadi ramai tertawa...
 
   Wasalam.
 
    = 
 
   - Original Message - 
   From: Erik 
   To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
   Sent: Friday, December 11, 2009 2:31 PM
   Subject: [budaya_tionghua] Re: Pedang Pusaka Berusia 2000 Tahun
 
Oh, jadi sumbernya dari Era Baru ya Koh ABS (boleh donk disapa Koh? he3x!)

Terima kasih atas informasinya.
   
Salam,
   
Erik
 
    - - - - - -
 
   In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Akhmad Bukhari Saleh wrote:
 
 Saya malah sudah baca tentang hal ini beberapa tahun lalu!

 Barangkali soal pedang pusaka ini mendadak muncul lagi karena Era Baru 
 saja yang mendaur-ulang berita ini.
 Mungkin akan menjadi entry point bagi suatu move yang baru dari 
 Falun-gong.. .

 Wasalam.
 
 
 
 

   .





[budaya_tionghua] Re: Pengajuan Kopdar 18 Desember di Mangga Dua Square bersama cicit Kaisar Guang Xu

2009-12-04 Terurut Topik Dipo
Rekan semua,

Acara utama pertemuan ini apa ya ? Khusus untuk audiensi dengan cucu kaisar 
atau pertemuan sesama anggota saja ?

Salam

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, east_road east_r...@... wrote:

 Kalau mau buat gathering silakan saja, memang tiap tahun kita moderator suka 
 ngumpul dekat pas hari tung che.kalo gath sih ngak masalah, soal masalah 
 cicit kaisar, saya kurang peduli dia siapa bagi saya dia tidak lebih hanya 
 sama seperti kita, kalau kumpul2 ok lar sambil merayakan hari tung che 
 bersama. 
 
 --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote:
 
  ya gak usah ketemuan ama atase rrt aje, jawabin aja bbrp yg bikin bingung, 
  kayak statementnya yg bilang gak ada yg tau kecuali sejarahwan barat kalu 
  guangxu diracun, trus bilang kalu berita2 bilang bini guangxu itu tjoema 2, 
  padahal 3.
  lha lage gw sekul aja dikasih tau bini guangxu itu 3 bang, satu rongyu, jin 
  fei ame zhen fei.
  
  trus jg kapan itu neneknya lahir jadi anak chen fei / zhen fei ? taon piro 
  ? waktu itu chen fei umur brp ?
  
  
  
  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, toyota_man save_mynit@ wrote:
  
   My friend said: Percuma mengundang atase rrt. Tidak akan manipulasi 
   sejarah berubah selama mereka masih berkuasa.
   
   --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote:
   
banyak seh yg tertarik tapi ada bbrp yg ngeganjel denger dari cerita 
lu, tunggu klairifikasi dia aja dulu.
ngkale perlu juga dihubungin tuh atase kebudayaan kedubes rrt, soalnya 
ini penemuan heboh abad 21, keturunan guangxu ternyata ada di 
indonesia. jadi sejarah mesti dirubah tuh.


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, toyota_man save_mynit@ 
wrote:

 Moderator yang terhormat,
 
 saya ingin mengajukan kopi darat dengan teman2 yang tertarik ingin 
 mengenal cicit Kaisar Guang Xu yang saat ini sedang mengetik 
 klarifikasi2 di meja sebelah saya. Adakah permohonan ini bisa 
 disetujui?
 
 Mengenai pemilihan tempat: Mangga Dua Square
 Tanggal: 18 Desember 2009
 Waktu: siang? - Sore? - Malam?
 Tempat spesifik: ?? (bisa dirundingkan)
 
 Salam
 Abdi Christ

   
  
 





[budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie

2009-10-16 Terurut Topik Dipo
RSS

Salah satu genre yang banyak menggunakan Melayu Rendah adalah buku2 cerita 
silat. Mungkin suatu saat nanti Kisah Membunuh Naga akan menjadi buku bacaan 
wajib. Rumah OKT sianseng akan ramai didatangi turis dari mancanegara. Naskah 
aslinya akan dipamerkan di British Museum, disebelah naskah Shakespeare. Wah 
mimpi saya terlalu jauh rupanya :D

Pada saat saya sekolah, yang menjadi buku wajib sastra adalah terbitan Balai 
Pustaka dkk. Yang saya ingat hanya Layar Terkembang. Mungkin karena pangaruh 
Orde Baru, pada saat itu membaca Hina Kelana didalam kelas merupakan sebuah 
dosa besar yang harus dihukum berat. Si pembaca harus berdiri didepan kelas, 
orang tuanya dipanggil menghadap kepsek. 

Tapi itu dahulu kala, masa baheula jaman pra reformasi. Mungkin sekarang para 
orang tua dan sekolah2 sudah membuka diri untuk menjadikan buku2 Melayu Pasar 
sebagai buku wajib ?

Salam

BTW Apakah ada rekan2 yang mengetahui dimana bisa mendapatkan buku2 dari Lie 
Kim Hok sianseng tersebut ?  

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, a...@... wrote:

 David-xiong: Lie Kim Hok bukan keturunan imigran dari Tiongkok seperti 
 dikatakan penulis. Ayahnya Lie Hian Tjouw dan ibunya Oey Tjiok Nio adalah 
 orang Tionghoa Peranakan...
 
 Als: Dalam kasus saya yg punya 2 engkong imigran dgn kedua orangtua Babah, 
 apa orang masih benar jika menyebut sy sbg keturunan imigran atau generasi 
 ke-2 keturunan imigran? :-)
 Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
 Teruuusss...!
 
 -Original Message-
 From: David Kwa david_kwa2...@...
 Date: Fri, 16 Oct 2009 05:40:02 
 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
 Subject: [budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie
 
 Lie Kim Hok bukan keturunan imigran dari Tiongkok seperti dikatakan penulis. 
 Ayahnya Lie Hian Tjouw dan ibunya Oey Tjiok Nio adalah orang Tionghoa 
 Peranakan. Jadi Lie Kim Hok pun seorang Tionghoa Peranakan.
 Tulisan ini jelas memperlihatkan kontribusi orang Tionghoa Peranakan yang 
 sangat besar dalam pemakaian bahasa Melayu dan penyebarannya melalui sastra 
 dan pers Melayu Tionghoa (i.e. sastra dan pers dalam bahasa Melayu yang 
 dihasilkan orang Tionghoa)―meminjam istilah yang dipakai oleh Claudine 
 Salmon. 
 Pada waktu kaum Tionghoa Peranakan membutuhkan suatu buku pegangan tatabahasa 
 (paramasastera) bahasa Melayu, pada 1884 keinginan itu terpenuhi oleh upaya 
 yang dilakukan oleh Lie Kim Hok. Buku Tatabahasa Melayu Lie Kim Hok sampai 
 lama menjadi pegangan para penulis Tionghoa Peranakan dalam melahirkan 
 berbagai karya sastra. Itulah sebabnya Lie Kim Hok pantas digelari Bapak 
 Melayu Tionghoa oleh sebagian kalangan Tionghoa Peranakan. 
 Melalui sastra dan pers Melayu Tionghoa inilah bahasa Melayu lebih tersebar 
 ke seluruh penjuru Nusantara. Terlepas dari label Melayu Pasar (Melayu 
 Rendah) yang diberikan kolonial Belanda, sejak perempat terakhir abad 19, 
 jauh sebelum bahasa Melayu menjadi bahasa umum di kalangan masyarakat karena 
 masih dianggap “asing” oleh sebagian besar kaum non-Tionghoa Peranakan di 
 negeri ini, kaum Peranakan telah membaca dan menulis dalam bahasa ini, hingga 
 matinya sastra dan pers Melayu Tionghoa pada 1960-an. Meski demikian, peran 
 serta itu hampir tidak pernah disebutkan dalam sejarah Indonesia, kecuali 
 oleh beberapa peneliti asing macam Claudine Salmon, Benedict Anderson dll. 
 Yang disebut-sebut selalu Balai Poestaka, Poedjangga Baroe dll, yang pada 
 hakekatnya adalah bentukan pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi bacaan 
 anak negeri, jangan sampai “dimasuki unsur-unsur yang tidak baik” (yang 
 berada di luar sensor pemerintah). Nah, untuk membatasi penyebaran sastra dan 
 pers Melayu Tionghoa yang berada di luar kendali pemerintah, pemerintah 
 kolonial mendiskreditkannya dengan label “pasar”, “rendah”, 
 “liar”, “roman picisan” dlsb. Padahal, owe pernah membaca, bahasa 
 Melayu Tionghoa―atau disebut bahasa Melayu Lingua Franca oleh alm. Pramudya 
 Ananta Tur―didasarkan pada bahasa yang hidup di masyarakat yang 
 berinteraksi di berbagai bandar di seluruh penjuru Nusantara, dan bukan 
 bahasa hasil rekayasa pemerintah kolonial yang dilakukan oleh Van Ophuijsen 
 sebagai Menteri Pendidikan pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Dalam buku 
 Tempo Doeloe Pram berhasil mengumpulkan beberapa tulisan dalam bahasa Melayu 
 Lingua Franca yang dihasilkan para penulis Tionghoa Peranakan maupun Belanda 
 Peranakan (Indo) pada masa itu. Bahkan, kabarnya, Medan Prijaji pun ditulis 
 dalam bahasa itu.
 Kiongchiu,
 DK
 
 http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/16/0247377/teringat.akan.lie
 
 TERINGAT AKAN LIE
 
 Oleh Kasijanto Sastrodinomo
 
 Tiba-tiba saya teringat akan Lie Kim Hok, keturunan imigran asal Tiongkok 
 yang datang di Indonesia abad ke-19. Lahir di Bogor, 1853, Lie kemudian 
 dikenal sebagai penulis, penyadur, dan penerjemah cerita (ke) dalam bahasa 
 Melayu dari generasi keturunan Tionghoa (baca: Tionghoa Peranakan, DK) 
 sebelum