[budaya_tionghua] Re: Sam Po Tong
Irawan heng, Saya baru dengar tentang nisan2 yang ditemukan, mudah2an nisan2 itu dipelihara dengan baik sekarang. Apakah sempat dipelajari dari tahun berapa nisan2 itu dibuat ? Mengenai legenda puasa itu saya juga pernah mendengar, tapi dalam versi ini yang mengajari sang Laksamana sendiri Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, irawanraha...@... wrote: Setahu saya, dari berbagai catatan sejarah memang tidak tercantum adanya peristiwa kunjungan Zheng He ke Semarang. Namun satu Hal yang perlu diingat, pada saat itu kota Semarang belum terbentuk, belum ada namanya ! Masih merupakan pantai pinggir laut. Ketika itu pelabuhan yang ramai adalah di Tuban, Jepara ( bahkan kelak Belanda baru memindahkan pangkalannya dari Jepara ke Semarang ). Satu Hal lagi yang perlu diingat, Pecinan Semarang bermula dari daerah sekitar Sam Po Tong. Hal ini, bisa dibuktikan dengan adanya makam Tionghoa kuno di daerah sana yang pernah direnovasi pada jaman dinasti Qing era Qian Long. Mengenai goa, konon yang asli berjarak 100 meter ( sekitar Phapros ) namun sudah runtuh ketika terjadi hujan badai. Kemudian dibangun tiruannya ( sekarang goa di bawah ). Pada tahun 2005 dibuatlah goa yang baru ( yang sekarang dipakai ). Sejauh ini, saya belum pernah mendengar jika goa itu digunakan untuk pertapaan Zheng He, melainkan tempat pengobatan Wang Qing Hong, yang konon ditinggal bersama pengawalnya di tempat itu. Pada saat pembangunan Sam Po Tong di tahun 2005 banyak ditemukan nisan Islam masyarakat Tionghoa. Pada saat saya kecil, terdapat cerita, bahwa yang mengajarkan rakyat pribumi Semarang puasa adalah armada Zheng He. Sayang, sekarang klenteng Sam Po Tong telah mengalami degradasi Dan komersialisasi. Saya sendiri terakhir ke sana saat perayaan kedatangan Zheng He 2 hari menjelang awal puasa. Tidak seramai dulu lagi. Irawan R Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
[budaya_tionghua] Re: PAT BIE TO
Pa Adi, mudah2an bersedia cerita sedikit tentang kisah Pat Bie To ini. Dan apakah akan dicopy ke kertas atau discan pdf ? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Adi Mulya adimuly...@... wrote: alhamdulillah, sekarang saya sudah ada copyannya, dan rencana akan saya kopi buku itu beberapa untuk menyediakan yang ingin membacanya. --- Pada Ming, 5/9/10, david_ap...@... david_ap...@... menulis: Dari: david_ap...@... david_ap...@... Judul: Re: [budaya_tionghua] PAT BIE TO Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Minggu, 5 September, 2010, 11:22 AM  Boleh tahu untuk mendapatkan copyan buku ini dimana pak? Terima kasih banyak. Best regards, Sent from BlackBerry® on 3From: Adi Mulya adimuly...@... Sender: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Sat, 4 Sep 2010 12:02:02 +0800 (SGT)To: budaya_tionghua@yahoogroups.comReplyTo: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] PAT BIE TO  terimakasih atas segala attensi anda, saya hanya penggemar cerita legenda yang terjadi di zaman 100 san tahun yang lalu di bumi kita Indonesia, dan alhamdulillah saya akan segera mendapatkan buku itu walaupun hanya dalam bentuk copyan saja --- Pada Jum, 3/9/10, Mr david djauhari david_ap...@... menulis: Dari: Mr david djauhari david_ap...@... Judul: Re: [budaya_tionghua] PAT BIE TO Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Jumat, 3 September, 2010, 1:22 PM  Pak Adi yang baik, Maaf sebelumnya apakah anda memiliki buku Pat Bie To ini yg dalam format pdf nya? sepertinya email dari mobile saya gak masuk... nih gak tau kenapa. kemudian informasi apa saja yang dibutuhkan mengenai buku ini? terima kasih banyak sebelumnya... Best Regards, --- On Wed, 8/25/10, Adi Mulya adimuly...@... wrote: From: Adi Mulya adimuly...@... Subject: [budaya_tionghua] PAT BIE TO To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, August 25, 2010, 9:34 AM  Kepada yang terhormat, Saudara saudara saya di milist Budaya tionghoa yang saya cintai, saya mohon informasi barangkali saudara saudara ada yang tahu tentang sebuahLegenda Cerita PAT BIE TO,dari Parakan jawa tengah, yang diceritakan oleh HAUW LIAN OEN, cetakan dari Tasikmalaya, sekitar tahun 1900san, barangkali siapa saja yang mengetahui sudilah kiranya memberi tahu kami sebelum, dan sesudahnya saya terimakasih sekali.
[budaya_tionghua] Bangunan baru di ex lokasi Ban Tek Ie
Sabtu kemarin saya jalan2 ke Banten lama. Di lokasi bekas Ban Tek Ie sedang dibangun gedung beton bertingkat. Dari kejauhan saya sempat mengira itu perosotan waterbom. Menurut koh Asan, pengurus kelenteng itu, sengaja dipilih beton sebagai bahan utama, karena lebih bagus dari kayu. Beton nggak keropok katanya. Konon bangunan ini diarsiteki dosen dari Untar. Berhubung saya tidak paham arsitektur, mungkin teman2 ada yang dapat membantu mengidentifikasi gaya bangunan apa yang dipakai ? http://dipodipo.multiply.com/photos/album/31/Banten_Lama_dari_tahun_ke_t\ ahun#photo=17 http://dipodipo.multiply.com/photos/album/31/Banten_Lama_dari_tahun_ke_\ tahun#photo=17 Salam
[budaya_tionghua] Re: Kuburan Ber-basement.
Saya hanya menduga-duga ya, tetapi kalau dilihat dari foto #15, sepertinya jenazahnya ditaruh di basement ya ? Jadi altar tidak terletak dibawah dan sejajar, tapi sejajar dan diatas jenazah. Tetapi ini hanya spekulasi saja ya, saya tidak faham tata cara penguburan jaman itu. Bahkan tata cara penguburan jaman sekarang saja saya tidak jelas. Ophoeng, kalau bisa menyelidiki sumber kesaktiannya, tolong kasih tahu saya ya :). Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Ophoeng opho...@... wrote: Bung Dipo, Bung Eko dan TTM BT semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Hehehe sorry, semulajadi saya mau tarok foto-fotonya di album milis kita. Tapi entah mengapa saya tidak melihat ada tombol 'create' album atau 'upload' foto - mungkin memang tombol itu diset khusus untuk mods ajah ya. Jadi, kalau mau lihat foto-fotonya, sila masuk ke link ini ajah: http://ophoeng.multiply.com/photos/album/474 Bung Eko, rupanya anda asli Cah Solo tah? Saya sih bukan Cah Solo, tapi beberapa kali saya pernah ke Solo dan pernah mukim sebentar di sana, tapi ya baru minggu lalu itu saya diberkahi kesempatan melihat sisa-sisa kuburan mBah Cerewet aka mBah Bawel itu. Waktu lokasi UNS masih berupa kuburan, sekitar tahun 1965-an, atau sekitar 1974-1976-an(?), ketika saya masih sering ke Solo, mestinya tu kuburan masih utuh, saya juga gak berkesempatan melihatnya. Memang sayang sekali bahwa kuburan itu sudah dibongkar, sisa bangunan itu saja. Itu pun ndak dibongkar karena adanya 'kesaktian' yang dipercaya penduduk setempat. Kalau anda mudik nanti, cobalah anda iseng-iseng selidiki siapa ahli warisnya dan tanyakan bagaimana sejarahnya kuburan itu diberi basement. Bung Dipo, ternyata benar ada kuburan ber-basement juga di Petamburan ya? Waktu itu saya pernah dengar dari satu teman bahwa ada satu kuburan yang bisa turun ke dalam tanah (basement?), tapi teman saya bilang itu kuburan orang Belanda. Rencananya besok saya mau ke sana bersama teman saya untuk melihat dan memotreknya kalau sempat. Saya gak tahu persis apakah kuburan mBah Cerewet itu disebutnya maoseleum atau apa. Tapi, bukannya maoseleum itu berupa ruang berpendingin yang peti matinya ditarok begitu saja dalam ruang tsb., dengan bahan kaca transparan supaya orang bisa melihat jasad mendiang yang dibalsem itu? Terima kasih atas tambahan info anda, tapi masih saja belum terjawab ttg adat kebiasaan 'memaksa' generasi muda untuk posisinya berada di 'bawah' mendiang - bahkan setelah dikubur sekalipun. Malahan sekarang topik-nya bercabang ke pembahasan ttg Belanda tun-pnoa seperti dilontarkan oleh Bung David Kwa tuh ya. Begitu saja kira-kira ya. Salam makan enak dan sehat, Ophoeng --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dipo dipodipo@ wrote: Dari deskripsi Ophoeng, sepertinya ini semacam mausoleum ya ? Saya cari fotonya dibagian photo tidak ketemu Phoeng. Apa mungkin mirip milik Oen Giok Khouw di Petamburan itu, disitu juga ada basementnya ? Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, eko hermiyanto eko.hermiyanto@ wrote: Waduh, ternyata saya sendiri yang notabene menghabiskan 18 tahun hidup pertama saya di daerah Solo tidak tahu menahu mengenai kuburan ini. Saya tadi menelpon orang tua saya, tetapi, baik ibu maupun ayah saya juga sama sekali tidak tahu mengenai kuburan ini. Entah dengan kakek saya karena saya belum berkesempatan untuk menelepon beliau.
[budaya_tionghua] Re: Kuburan Ber-basement.
Mungkin juga pak Steve. Teman saya ada yang mengatakan Khouw Oen Giok, ada yang bilang Oen Giok Khouw. Mungkin juga yang satu cara penulisan tradisionil, satunya pakai cara barat. Saya sendiri kurang jelas tentang sosok ini. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Steve Haryono hay...@... wrote: Itu namanya apa bukan Khouw Oen Giok ? Masih kerabat jauh Majoor Khouw Kim An. Salam, Steve From: Dipo dipod...@... To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tue, August 3, 2010 1:17:32 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Kuburan Ber-basement. Dari deskripsi Ophoeng, sepertinya ini semacam mausoleum ya ? Saya cari fotonya dibagian photo tidak ketemu Phoeng. Apa mungkin mirip milik Oen Giok Khouw di Petamburan itu, disitu juga ada basementnya ? Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, eko hermiyanto eko.hermiyanto@ wrote: Waduh, ternyata saya sendiri yang notabene menghabiskan 18 tahun hidup pertama saya di daerah Solo tidak tahu menahu mengenai kuburan ini. Saya tadi menelpon orang tua saya, tetapi, baik ibu maupun ayah saya juga sama sekali tidak tahu mengenai kuburan ini. Entah dengan kakek saya karena saya belum berkesempatan untuk menelepon beliau.
[budaya_tionghua] Re: Kuburan Ber-basement.
Dari deskripsi Ophoeng, sepertinya ini semacam mausoleum ya ? Saya cari fotonya dibagian photo tidak ketemu Phoeng. Apa mungkin mirip milik Oen Giok Khouw di Petamburan itu, disitu juga ada basementnya ? Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, eko hermiyanto eko.hermiya...@... wrote: Waduh, ternyata saya sendiri yang notabene menghabiskan 18 tahun hidup pertama saya di daerah Solo tidak tahu menahu mengenai kuburan ini. Saya tadi menelpon orang tua saya, tetapi, baik ibu maupun ayah saya juga sama sekali tidak tahu mengenai kuburan ini. Entah dengan kakek saya karena saya belum berkesempatan untuk menelepon beliau.
[budaya_tionghua] Re: Rawon Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak)
David heng, Terima kasih informasinya. Agak ironis sebenarnya kalau saya sampai baru mengenal masakan itu setelah berada di negara singa. Mudah2an tumbuhnya restoran2 peranakan dapat mempopulerkan masakan2 khas ini. Sayang sekarang restoran2 itu termasuk restoran mahal ya. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David dkh...@... wrote: Andipo-te, Bukan hanya di Bogor dan Bandung saja, tapi di Jakarta dan Tangerang juga ada. Kalau di Jakarta namanya Ayam KELUWEK, cuma di sana namanya Ayam KELOWAK. Nah! Minggu lalu, waktu lewat sama teman-teman di Pasar Lama, Jalan Cilame, Tangerang, secara tak sengaja mata owe âkebentrokâ sama orang yang jual buah keluak satu wadah penuh. Sayang, owe tidak bisa milih keluwek yang bagus dan cara masaknya. Kalau bisa, owe sudah beli... Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dipo dipodipo@ wrote: Rekan semua, Menurut beberapa orang yang saya temui di Singapura, konon masakan ini khas Peranakan, di Tiongkok sana tidak ada yang makan keluwak. Kesimpulan saya soal ayam keluwak kelewek ini, penyebarannya seputar Bogor Bandung dan Semenanjung Malaya ya. Dari Cirebon sampai ke Jatim tidak ada masakan ini. Menarik sekali pola penyebarannya. Jadi tidak sabar ingin mencicipi ayam keluak versi Indonesia. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ wrote: Twakim saya tinggal di Bogor (Jl. Perniagaan) - sekarang sudah meninggal, eh resepnya ikut dibawa. RGDS.TG --- On Thu, 7/15/10, Dipo dipodipo@ wrote: From: Dipo dipodipo@ Subject: [budaya_tionghua] Re: Rawon Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, July 15, 2010, 6:02 PM Ophoeng, ko David, pak Tjandra dan lainnya, Saya pertama kali mencicipi ayam keluak di Singapura, dan selama ini mengira hidangan itu khas Peranakan semenanjung Melayu. Memang seperti rawon, kuahnya hitam begitu. Baru tahu kalau masakan itu juga dikenal di Jawa Barat setelah membaca buku Peranakan Tionghoa Indonesia, Sebuah Perjalanan Budaya. Ternyata ko David pak Tjandra sudah pernah mencicipi masakan itu disini. Malah ternyata ada sapi gabus keluak juga. Twakim pak Tjandra dulu tinggal di daerah mana ya ? Kalau masak sendiri saya takut, karena konon keluak itu mengandung racun. Lha saya bikin masakan dari bahan yang tidak beracun saja bisa sakit perut :D Jadi sepertinya saya musti tunggu hidangan ini keluar di Mirah Delima. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ wrote: Sebetulnya ayam keluak sama seperti sapi keluak atau gabus keluak, cuma bahan dagingnya yg beda. Saya pernah makan pepes pucung di rumah saya punya twakim, rasanya tuh pepesan eunak tenan, gurih dan wangi. Tapi setelah beliau berpulang - saya jadi kehilangan pepes pucung.Ã Ada yg tau di mana bisa beli pepes pucung? Soalnya dari penelusuran saya se Jabar, nggak ada yang jual tuh.Ã RGDS.TG --- On Wed, 7/14/10, Ophoeng ophoeng@ wrote: From: Ophoeng ophoeng@ Subject: [budaya_tionghua] Rawon Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, July 14, 2010, 11:06 PM Bung Andipo dan TTM semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Saya belum pernah makan ayam keluak, juga ndak tahu di mana mesti cari menu ini di Jakarta, sorry. Tapi kalau lihat resep dan cara masaknya, kayaknya sih itu versi ayam untuk rawon daging sapi (Surabayan), atau pucung untuk gabus (Betawian). Ketiga-tiga menu tsb memakai keluak sebagai bumbu utama, berkuah. Hanya saja beda di BBU - Bahan Baku Utama-nya, yakni ayam, sapi dan ikan gabus. Dugaan saya, ayam keluak gak gitu populer di mari untuk dimasak 'rawon', karena jaman dulu ayam-nya masih ayam kampung tak berlemak, kurus-kering, jadi kurang sedep-mantep kalau dimasak rawon. Lebih sedep juga kalau dimasak opor yang pake santen. Bandingkan dengan rawon pakai daging sapi yang dipilih bagian berlemak - panas-panas makan gawon - sega rawon (nasi rawon) yang dikondimeni asinan telur bebek dan langunya si pendekar (pendek kekar) kecambah mentah dan sambel terasi yang ditumis dulu pake minyak jelantah wah. mending anda ajak mertua bareng makannya, daripada ntar beliau dicuekin ajah ketika lewat, jeh! Beda ama sekarang, ayam-mya panm ayam negeri yang montok tak banyak gerak berlemak, mestinya sih akan enak juga dimasak rawon begitu. Seperti halnya sekarang, kayaknya ada kedai yang menawarkan variasi rawon dengan memakai tulang iga sapi sebagai BBU-nya. Kalau anda mau, coba ajah pakai resep rawon untuk masak ayam keluak. Pilih ayam-nya yang gemuk bergajih, biar setara sedep-mantep gurihnya karena ada lemak itu. Atau lihat saja resep-nya di link berikut: http://www.asianonlinerecipes.com/nyonya/ayam-buah-keluak.php http://original-javanese-recipes.blogspot.com/2007/03/sop-rawon-east-java
[budaya_tionghua] Re: Rawon Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak)
Rekan semua, Menurut beberapa orang yang saya temui di Singapura, konon masakan ini khas Peranakan, di Tiongkok sana tidak ada yang makan keluwak. Kesimpulan saya soal ayam keluwak kelewek ini, penyebarannya seputar Bogor Bandung dan Semenanjung Malaya ya. Dari Cirebon sampai ke Jatim tidak ada masakan ini. Menarik sekali pola penyebarannya. Jadi tidak sabar ingin mencicipi ayam keluak versi Indonesia. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... wrote: Twakim saya tinggal di Bogor (Jl. Perniagaan) - sekarang sudah meninggal, eh resepnya ikut dibawa. RGDS.TG --- On Thu, 7/15/10, Dipo dipod...@... wrote: From: Dipo dipod...@... Subject: [budaya_tionghua] Re: Rawon Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, July 15, 2010, 6:02 PM Â Ophoeng, ko David, pak Tjandra dan lainnya, Saya pertama kali mencicipi ayam keluak di Singapuara, dan selama ini mengira hidangan itu khas Peranakan semenanjung Melayu. Memang seperti rawon, kuahnya hitam begitu. Baru tahu kalau masakan itu juga dikenal di Jawa Barat setelah membaca buku Peranakan Tionghoa Indonesia, Sebuah Perjalanan Budaya. Ternyata ko David pak Tjandra sudah pernah mencicipi masakan itu disini. Malah ternyata ada sapi gabus keluak juga. Twakim pak Tjandra dulu tinggal di daerah mana ya ? Kalau masak sendiri saya takut, karena konon keluak itu mengandung racun. Lha saya bikin masakan dari bahan yang tidak beracun saja bisa sakit perut :D Jadi sepertinya saya musti tunggu hidangan ini keluar di Mirah Delima. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2002@ wrote: Sebetulnya ayam keluak sama seperti sapi keluak atau gabus keluak, cuma bahan dagingnya yg beda. Saya pernah makan pepes pucung di rumah saya punya twakim, rasanya tuh pepesan eunak tenan, gurih dan wangi. Tapi setelah beliau berpulang - saya jadi kehilangan pepes pucung.ÃÂ Ada yg tau di mana bisa beli pepes pucung? Soalnya dari penelusuran saya se Jabar, nggak ada yang jual tuh.ÃÂ RGDS.TG --- On Wed, 7/14/10, Ophoeng ophoeng@ wrote: From: Ophoeng ophoeng@ Subject: [budaya_tionghua] Rawon Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, July 14, 2010, 11:06 PM ÃÂ Bung Andipo dan TTM semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Saya belum pernah makan ayam keluak, juga ndak tahu di mana mesti cari menu ini di Jakarta, sorry. Tapi kalau lihat resep dan cara masaknya, kayaknya sih itu versi ayam untuk rawon daging sapi (Surabayan), atau pucung untuk gabus (Betawian). Ketiga-tiga menu tsb memakai keluak sebagai bumbu utama, berkuah. Hanya saja beda di BBU - Bahan Baku Utama-nya, yakni ayam, sapi dan ikan gabus. Dugaan saya, ayam keluak gak gitu populer di mari untuk dimasak 'rawon', karena jaman dulu ayam-nya masih ayam kampung tak berlemak, kurus-kering, jadi kurang sedep-mantep kalau dimasak rawon. Lebih sedep juga kalau dimasak opor yang pake santen. Bandingkan dengan rawon pakai daging sapi yang dipilih bagian berlemak - panas-panas makan gawon - sega rawon (nasi rawon) yang dikondimeni asinan telur bebek dan langunya si pendekar (pendek kekar) kecambah mentah dan sambel terasi yang ditumis dulu pake minyak jelantah wah. mending anda ajak mertua bareng makannya, daripada ntar beliau dicuekin ajah ketika lewat, jeh! Beda ama sekarang, ayam-mya panm ayam negeri yang montok tak banyak gerak berlemak, mestinya sih akan enak juga dimasak rawon begitu. Seperti halnya sekarang, kayaknya ada kedai yang menawarkan variasi rawon dengan memakai tulang iga sapi sebagai BBU-nya. Kalau anda mau, coba ajah pakai resep rawon untuk masak ayam keluak. Pilih ayam-nya yang gemuk bergajih, biar setara sedep-mantep gurihnya karena ada lemak itu. Atau lihat saja resep-nya di link berikut: http://www.asianonlinerecipes.com/nyonya/ayam-buah-keluak.php http://original-javanese-recipes.blogspot.com/2007/03/sop-rawon-east-java-traditional-beef.html http://masakkue.blogspot.com/2008/10/gabus-pucung-pedas-makanan-indonesia.html Ketiga resep itu semuanya memakai buah keluak sebagai bumbu utamanya. Hasilnya tentu saja kurang lebih sama. Begitulah saja kira-kira ya. Mong-omong, itu buku ttg Peranakan Indonesia di Indonesia atau di Malaysia? Salam makan enak dan sehat, Ophoeng --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dipo dipodipo@ wrote: Rekan semua, Sewaktu membaca buku Peranakan Indonesia Tionghoa semalam, dibagian makanan (bagian pertama yang saya baca) disinggung tentang Ayam Keluak. Menurut buku itu, hidangan ini juga bisa didapatkan di Indonesia, khususnya Jawa
[budaya_tionghua] Re: Rawon Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak)
Ophoeng, ko David, pak Tjandra dan lainnya, Saya pertama kali mencicipi ayam keluak di Singapuara, dan selama ini mengira hidangan itu khas Peranakan semenanjung Melayu. Memang seperti rawon, kuahnya hitam begitu. Baru tahu kalau masakan itu juga dikenal di Jawa Barat setelah membaca buku Peranakan Tionghoa Indonesia, Sebuah Perjalanan Budaya. Ternyata ko David pak Tjandra sudah pernah mencicipi masakan itu disini. Malah ternyata ada sapi gabus keluak juga. Twakim pak Tjandra dulu tinggal di daerah mana ya ? Kalau masak sendiri saya takut, karena konon keluak itu mengandung racun. Lha saya bikin masakan dari bahan yang tidak beracun saja bisa sakit perut :D Jadi sepertinya saya musti tunggu hidangan ini keluar di Mirah Delima. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tjandra Ghozalli ghozalli2...@... wrote: Sebetulnya ayam keluak sama seperti sapi keluak atau gabus keluak, cuma bahan dagingnya yg beda. Saya pernah makan pepes pucung di rumah saya punya twakim, rasanya tuh pepesan eunak tenan, gurih dan wangi. Tapi setelah beliau berpulang - saya jadi kehilangan pepes pucung. Ada yg tau di mana bisa beli pepes pucung? Soalnya dari penelusuran saya se Jabar, nggak ada yang jual tuh. RGDS.TG --- On Wed, 7/14/10, Ophoeng opho...@... wrote: From: Ophoeng opho...@... Subject: [budaya_tionghua] Rawon Pucung Berkeluak Juga. (Was: Ayam Keluak) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Wednesday, July 14, 2010, 11:06 PM  Bung Andipo dan TTM semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Saya belum pernah makan ayam keluak, juga ndak tahu di mana mesti cari menu ini di Jakarta, sorry. Tapi kalau lihat resep dan cara masaknya, kayaknya sih itu versi ayam untuk rawon daging sapi (Surabayan), atau pucung untuk gabus (Betawian). Ketiga-tiga menu tsb memakai keluak sebagai bumbu utama, berkuah. Hanya saja beda di BBU - Bahan Baku Utama-nya, yakni ayam, sapi dan ikan gabus. Dugaan saya, ayam keluak gak gitu populer di mari untuk dimasak 'rawon', karena jaman dulu ayam-nya masih ayam kampung tak berlemak, kurus-kering, jadi kurang sedep-mantep kalau dimasak rawon. Lebih sedep juga kalau dimasak opor yang pake santen. Bandingkan dengan rawon pakai daging sapi yang dipilih bagian berlemak - panas-panas makan gawon - sega rawon (nasi rawon) yang dikondimeni asinan telur bebek dan langunya si pendekar (pendek kekar) kecambah mentah dan sambel terasi yang ditumis dulu pake minyak jelantah wah. mending anda ajak mertua bareng makannya, daripada ntar beliau dicuekin ajah ketika lewat, jeh! Beda ama sekarang, ayam-mya panm ayam negeri yang montok tak banyak gerak berlemak, mestinya sih akan enak juga dimasak rawon begitu. Seperti halnya sekarang, kayaknya ada kedai yang menawarkan variasi rawon dengan memakai tulang iga sapi sebagai BBU-nya. Kalau anda mau, coba ajah pakai resep rawon untuk masak ayam keluak. Pilih ayam-nya yang gemuk bergajih, biar setara sedep-mantep gurihnya karena ada lemak itu. Atau lihat saja resep-nya di link berikut: http://www.asianonlinerecipes.com/nyonya/ayam-buah-keluak.php http://original-javanese-recipes.blogspot.com/2007/03/sop-rawon-east-java-traditional-beef.html http://masakkue.blogspot.com/2008/10/gabus-pucung-pedas-makanan-indonesia.html Ketiga resep itu semuanya memakai buah keluak sebagai bumbu utamanya. Hasilnya tentu saja kurang lebih sama. Begitulah saja kira-kira ya. Mong-omong, itu buku ttg Peranakan Indonesia di Indonesia atau di Malaysia? Salam makan enak dan sehat, Ophoeng --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dipo dipodipo@ wrote: Rekan semua, Sewaktu membaca buku Peranakan Indonesia Tionghoa semalam, dibagian makanan (bagian pertama yang saya baca) disinggung tentang Ayam Keluak. Menurut buku itu, hidangan ini juga bisa didapatkan di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Buat saya ini informasi baru, sebelumnya saya mengira masakan ini khas Malaysia / Singapura. Apakah ada rekan2 yang tahu dimana bisa mendapatkan masakan ini ? Salam
[budaya_tionghua] Ayam Keluak
Rekan semua, Sewaktu membaca buku Peranakan Indonesia Tionghoa semalam, dibagian makanan (bagian pertama yang saya baca) disinggung tentang Ayam Keluak. Menurut buku itu, hidangan ini juga bisa didapatkan di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Buat saya ini informasi baru, sebelumnya saya mengira masakan ini khas Malaysia / Singapura. Apakah ada rekan2 yang tahu dimana bisa mendapatkan masakan ini ? Salam
[budaya_tionghua] Label Indie di Tangerang ?
Siapa sangka Tangerang telah lama meiliki label Indie. Sebuah istilah yang akhir2 ini sering terdengar, kerap diasosiasikan dengan jenis musik. Tetapi label Indie ternyata sudah lama ada di kalangan Cina Benteng. Sebuah tulisan lagi oleh rekan saya Dharmawan : http://klamboe.wordpress.com/2010/06/14/dari-sebuah-masa-4/
[budaya_tionghua] Sisi2 kehidupan di Tangerang
RSS, Dibawah ini adalah serangkaian tulisan pendek, hasil dari beberapa kali perjalanan ke Tangerang. Mengulas bermacam sisi kehidupan di Tangerang. Sangat menarik. Pabrik topi bambu http://klamboe.wordpress.com/2010/05/25/dari-sebuah-masa-1/ Kisah keluarga petani, yang masih tingal di rumah kebaya. http://klamboe.wordpress.com/2010/05/31/dari-sebuah-masa-2/ Pabrik Kecap http://klamboe.wordpress.com/2010/05/31/dari-sebuah-masa-3/ Salam
[budaya_tionghua] Tehnologi masa lalu
Rekan semua, Saya mencoba untuk menulis mengenai tehnologi yang dipakai pada masa lalu di Indonesia. Tulisan pertama saya mencoba mengulas tehnologi yang dipakai di rumah tua di daerah Pasar Lama dan Selapanjang. Mohon masukan dan sarannya. Tehnologi dari masa lalu sangat menarik. Saat listrik masih sebuah fenomena alam misterius, tehnik yang dipakai biasanya tidak memerlukan enerji. Kalaupun membutuhkan enerji, biasanya dipakai sumber terbarukan seperti tenaga manusia. Beberapa tehnik inovatif kami lihat di beberapa rumah tua didaerah Selapanjang dan Pasar Lama, keduanya di Tangerang. Selapanjang, daerah persawahan dipinggiran Tangerang. Kayu dan bambu dipakai untuk membangun rumah. Ada beberapa jenis rumah kayu, rumah Panjang, rumah Kebaya dan satu jenis lagi yang tidak punya nama. Keduanya dirancang untuk dapat dibongkar pasang (knockdown). Struktur penahan beban dari kayu. Dinding dari kayu dan anyaman bambu khas Benteng. Rumah kayu ini sangat memenuhi syarat sebagai green building. Artikel lengkapnya dapat dilihat disini http://klamboe.wordpress.com/2010/04/01/rumah-hijau-jaman-dulu/
[budaya_tionghua] Re: Tehnologi masa lalu
Betul ko Eric. Terakhir ketemu beliau sedikit bercerita tentang rumah itu. Salah satunya tentang membaiknya sirkulasi udara setelah tembok pemisah dibongkar. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote: Numpang tanya pak Dipo, rumah tua di Pasar lama yg pak Dipo maksud apakah yg ada di belakang Boen Tek Bio, yg baru baru ini sebagiannya dibeli oleh pak Kapeng yg katanya direncanakan utk dijadikan museum peranakan? Salam Erik
[budaya_tionghua] Re: FOTO klenteng Cirebon: Gebang, Kuningan, Losari, Sindang Laut.
Sugiri heng, Saya baru melihat foto2 rekan saya yang baru pulang dari Lasem. http://galikano.multiply.com/photos/album/145/Klenteng_di_Lasem_3?replies_read=6#photo=63 Gambar mural di klenteng Hok Tek Ceng Sin di Jamblang mirip sekali dengan mural di klenteng Lasem. Sepertinya itu keramik yang dilukis ya ? Apakah dulu diproduksi masal ? Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcin...@... wrote: http://klenteng-chinese-temples.blogspot.com Para rekan milis Yth, Sekiranya ada yang ingin melihat-lihat, baru saja di tambahkan / upload foto-foto klenteng disekitar Cirebon: GEBANG, KUNINGAN, LOSARI, SINDANG LAUT. Bila akan diunduh untuk digunakan tolong disebutkan sumbernya / alamat blognya. Terima kasih untuk perhatiannya. Salam, Sugiri.
[budaya_tionghua] Re: ASAL OWE DARI MANA?
Sebenarnya ini sebuah kebiasaan yang mengherankan saya. Di P Jawa kita menunjuk ke dada saat menunjuk diri sendiri. Di Singapura, Hong Kong dan Malaysia (mungkin juga ditempat lain) hidung sendiri yang ditunjuk. Mungkin di Tiongkok daratan ada beberapa daerah yang penduduknya menunjuk ke dada untuk menunjuk diri sendiri ? Atau ada periode tertentu dimana menunjuk dada menjadi kebiasaan ? Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Petrus Paryono petruspary...@... wrote: Dear milis, Salam dari owe (sambil tunjuk hidung sendiri ... eh koq seperti Jacky Chen ya. ..), Petrus Paryono
[budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia
Loek heng Zhou heng, Jadi penutupan bagian atas sumur langit adalah modifikasi atas desain asli rumah ? Karena rumah tua di Pasar Lama konon sudah dihuni oleh 7 generasi, jadi minimal 150 tahunan. Sepertinya (karena saya tidak punya latar belakang arsitektur/sejarah) penutup genting kaca itu sudah ada sejak awal rumah dibangun. Karena dilihat dari struktur atapnya, kalau tidak ditutup maka air akan bocor ke semua bagian rumah. Atau memang ada rumah yang desain awalnya sudah memakai penutup ? Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, lkart...@... wrote: Quoting Dipo dipod...@...: Ada satu pertanyaan lagi. Apakah semua lubang vertikal untuk jalur ventilasi dapat dikategorikan sebagai tian jing ? Karena saya menemui ada 2 macam. #1 terbuka penuh sehingga air hujan dapat masuk. Dan dibawahnya ada courtyard lengkap denan saluran pembuangan air hujan. #2 diatasnya ditutupi dengan genting kaca. Di sebuah ruko tua di Malaka ada yang berukuran 1x2 m, letaknya di pojok gedung. Di sebuah rumah di Ps Lama Tangerang ukurannya hampir sebesar ruangan bawahnya. Untuk jenis #2 bagian bawahnya macam2, bisa dapur, bisa ruang keluarga. Mas Dipo, Dalam kenyataannya di lapangan memang banyak sekali variasinya. Di daerah Pecinan SEmarang sekitar kelenteng Tay Kak Sie banyak sekali sumur langit tersebut ditutupi oleh material yang transparan (tembus pandang) untuk menahan air hujan masuk ke bawahnya.JUga karena fungsi dibawahnya sudah berubah untuk ruang beraktivitas.Demekian juga di Surabaya,di perumahan kapasan dalam belakang kelenteng Boen Bio dan Ruko di jl.Teh,Kopi,Gula,Karet banyak sekali perubahan-perubahan yang dilakukan.Ada yang dimatikan semuanya karena untuk lantai tambahan dan ada juga yang ditutupi material tembus pandang dan udara masih tetap bisa mengelir keluar masuk tetapi air hujan tidak masuk. Ini sekedar berbagi pengalaman di lapangan. salam loek's
[budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia
@ yahoogroups. com, Dipo dipodipo@ . Date: Monday, March 8, 2010, 10:36 AM Quoting Dipo dipodipo@ .: Saya sudah beberapa waktu kebingungan mencari terjemahan light? well dalam bahasa Indonesia. Tetapi mengapa masih memakai tanda? kutip ? Apakah istilah sumur udara tidak umum dipakai ? Cak Dipo, Dari beberapa buku menyebutkan deep well makanya saya mencoba menyebutkan sumur udara dalam tanda kutip karena saya masih meragukan (belum mantap) menggunakan istilah tsb. memang fungsinya secara denotatip adalah untuk sirkulasi udara. dari penggalian artefak rumah tinggal di daerah Mesopotamia memiliki pola yang sama yaitu memiliki court yard tsb. SEcara konotatip adalah untuk tempat sembahyang berhubungan dengan Thien secara terbuka dan langsung. Atau anda mempunya penjelasan yang lain sebagai pencerahan buat saya yang lagi menggali ... salam loek's
[budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia
Loek heng, Saya sudah beberapa waktu kebingungan mencari terjemahan light well dalam bahasa Indonesia. Tetapi mengapa masih memakai tanda kutip ? Apakah istilah sumur udara tidak umum dipakai ? Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, lkart...@... wrote: Quoting David Kwa dkh...@...: tahun (2007-2009), paling tidak dari foto-fotonya yang keren-keren. Buku ini membuka mata kita lebar-lebar pada keindahan yang terpancar dari bangunan-bangunan tua yang terpelihara baik dan telah dipugar dengan sungguh-sungguh. Di sisi lain, dengan membaca buku ini, kita juga patut merasa prihatin atas sebagian bangunan tua yang ada di kita berada dalam kondisi rusak parah akibat penelantaran selama bertahun-tahun serta sebagianâmacam bekas gedung Kongsi Kapitein der Chineezen Oey Djie San di Tangerangâbahkan telah rata dengan tanah belum lama ini.. Cak David Kwa, Buku-buku tentang arsitektur Tionghoa makin hari makin banyak diluncurkan. MUlai dari yang hanya untuk konsumsi touris dengan foto-foto yang bagus sampai dengan yang serius untuk konsumsi dunia akademis dapat kita baca saat ini. Semuanya merupakan berkah buat masyarakat Tionghoa.Sayangnya sampai saat ini masih sedikit sekali yang menerbitkan kembali karya2 C.Salmon,nenek yang punya minat yang cukup tinggi terhadap sejarah orang Tionghoa di Indonesia. Saat ini dari hasil rekaman penelitian lapangan bersama para mahasiswa di daerah Pecinan Surabaya,rata-rata tinggal 10-15 % bangunan lama yang masih utuh. Saya masih beruntung mempunyai dokumentasinya.Hampir setiap jalan saya mempunyai street picture nya dan secara detail bangunan2 yang masih utuh. Cukup menarik sebagai sebuah studi pendahuluan. Ada banyak bangunan rumah tinggal dan Ruko yang masih menggunakan sumur udara ( thien ching) di bangunannya. Saat ini saya masih mebnelusuri bangunan rumah obat Tionghoa masa lalu.Ada yang tertinggal di daerah Songoyudan. Saya masih berharap bapak David suatu saat dapat memberikan kuliah tamu di mata kuliah saya Arsitektur Tionghoa.. salam loek's
[budaya_tionghua] Re: Buku Cina
Bu Uli,sekarang memang banyak yang menyatakan memilih kata Tionghoa. Tetapi pada kenyataannya, banyak diantara yang pro kata Tionghoa ini malah memakai kata asing China, Chinese dlsb. Malah ada kata2 yang entah berasal dari negeri mana Sines, Cines dll. Tapi ya itu, saya juga malas meributkan kata2. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ulysee_me2 ulysee_...@... wrote: Engkong bilang, sekarang udah bukan waktunya untuk ngeributin istilah lebih penting do real thing daripada berkutetan sama istilah. Dan walaupun menyadari, di kalangan sendiri istilah tionghoa dan tiongkok sudah mengalahkan istilah cina, (bahkan teman gue yang cina benteng sekarang menyebut dirinya tionghoa benteng, dan dodol cina dia sebut dodol tionghoa, gue bilang dia lebay) Gue pribadi masih beranggapan, bahwa istilah 'Cina' lebih betul ketimbang istilah Tionghoa. Dan gue menolak 'sentimen pribadi' kepada istilah ini. Satu-satunya alasan yang bisa gue terima untuk penggunaan istilah tionghoa, diajukan oleh seorang anak SMA yang bilang, kalau pakai istilah Tionghoa, kita berbeda dari warga RRC. Kalau pakai istilah orang Cina, kita dianggap asing terus, maka mendingan pakai istilah Tionghoa untuk menunjukkan kita ini warga negara Indonesia bukan warganegara China Alasan dia bisa gue terima, dan gue hormati, kerena secara konsisten anak SMA ini menyebut negeri leluhurnya RRC, atau China, seolah untuk menegaskan bahwa warga Tionghoa berbeda secara signifikan dari warga China/ negeri Cina. Alasan yang sama diajukan seorang Toako. Yang membuat gue mendengus sinis, adalah karena Toako ini selalu menggunakan istilah Tiongkok untuk menyebut negeri leluhurnya. Tionghoa-Tiongkok, seolah olah dengan kemiripan kedua istilah ini, Toako mau menegaskan bahwa orang Tionghoa masih terikat erat dengan negeri leluhurnya Tiongkok. Apalagi toako selalu sewot, kalau ada yang pakai istilah Cina.Gue jadi mempertanyakan, alasan toako, apakah tulus, atau dibuat-buat supaya diterima? aduh amit amit, jangan sampai toako jadi hipokrit. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absaleh@ wrote: - Original Message - From: kwaihiap@ To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, February 19, 2010 8:53 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina Kalau dia menerbitkan dalam bahasa India, ya pangsa pasarnya jelas seluruh orang India. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kebetulan sobat Pendekar Aneh menyebut India sebagai contoh, jadi terpikir oleh saya satu alasan lain lagi mengapa penerbit ini memilih memakai kata Cina. Buku ini menceritakan panjang-lebar dengan banyak foto tentang DUA hal, tentang negeri Tiongkok DAN tentang orang Tionghoa yang mendiami negeri itu. Kalau hal yang sama dilakukan, misalnya, tentang negeri India DAN orang India, walau membahas tentang DUA hal, tetapinya mereka hanya perlu SATU kata, yaitu India, untuk dipakai dalam judul buku tsb. Begitu juga kalau orang menerbitkan buku, misalnya lagi, tentang negeri Jerman DAN orang Jerman, mereka juga hanya perlu satu kata, yaitu Jerman, untuk dipakai dalam judul buku tsb. Begitu pula kasusnya dengan kebanyakan negara DAN bangsa lain di dunia ini, di mana dalam masing-masing kasus hanya diperlukan satu kata untuk menjadi judul buku. Namun ketika sampai ke subyek negeri Tiongkok DAN orang Tionghoa, penerbit perlu DUA kata untuk judul buku itu. Contoh lain yang serupa ini adalah ketika sampai ke subyek negeri Israel DAN orang Yahudi, penerbit juga akan perlu DUA kata. Tetapi kebetulan, berbeda dengan Israel danYahudi, maka dalam halnya negeri Tiongkok DAN orang Tionghoa ada alternatif penggunaan SATU kata saja, yaitu kata Cina. Dan bagi badan usaha yang orientasi bisnisnya senantiasa mendorong ke arah efisiensi, tentu saja alternatif satu kata dianggap sebagai solusi... Wasalam. === - Original Message - From: kwaihiap@ To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, February 19, 2010 8:53 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Cina Hasil akhir? Silahkan Tanya ke penerbit Erlangga. Luas /sempitnya target market bisa dilihat sbb: Kalau dia menerbitkan dalam bahasa India, ya pangsa pasarnya jelas seluruh orang India. Ini terbit dalam bahasa Indonesia, maka jelas pangsa pasarnya ya seluruh orang yang mengerti bahasa Indonesia. China diterjemahkan menjadi Tiongkok lalu jadi bingung ? Itu yg bisa bingung adalah huana dan cina. Kalau orang tionghoa dan juga presiden2 RI setelah reformasi ,serta huana2 yang mau belajar bahasa Indonesia dengan santun pasti tidak bingung, sudah terbukti kok. Sojah wushu, Koay Hiap --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Hendra Bujang hendra_bujang@ wrote: So, bagaimana hasil akhirnya? 1) Laku atau enggak tuh
[budaya_tionghua] Re: KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA. 4/e. pusat bahasa. 2008
Masalah Cina vs Tionghoa sudah berkali2 dibicarakan dimilis ini. Saya melakukan survey kecil2an, mengakses milis melalui web, dan melakukan serach dengan parameter : Author : penulis thread ini dihalaman terakhir. Message body : China Ini hasilnya : hendra_bujang : 24 posting als : 5 posting zhoufy : 74 posting rsn_cc : 35 posting harimao_45 : 64 posting hay35 : 27 posting absaleh4 : 114 posting iie_siang 0 posting pvheru : 0 posting Kesimpulannya ? Tidak tahu, saya bukan ahli statistik, juga bukan ahli budaya. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, iie_siang iie_si...@... wrote: Wah ternyata banyak rekan2 disini yang masih 'Anti Cina' sayangnya kalo dihitung dari populasi keturunan tionghoa yang ada di Indonesia.. Yang AntiCina seperti anda2 ini tinggal sedikit.. sejak Soeharto berkuasa sudah banyak dibabat habis bukan hanya dari sebutan yang CINA saja tapi juga budaya,bahasa dll :-) --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, kwaihiap@ kwaihiap@ wrote: Terima kasih atas pencerahannya, sehingga orang tionghoa seperti saya ini bisa lebih mengerti apa itu human right. demikian pula semoga cina2( beda lho cina dg tionghoa, dimilis ini anggotanya ada yg cina ada yg tionghoa) dan huana2 juga menjadi lebih mengerti apa itu hak azasi, sehingga tidak asal njeplak mbacot. sojah wushu, Koay Hiap. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn_cc@ wrote: Hak Azasi Manusia adalah Hak yang melekat pada diri seorang manusia sepanjang ia adalah manusia. Salah satunya adalah kebebasan (kebebasan sosial dan juga kebebasan eksistensial), kebebasan berbicara, kebebasan bertindak dll. Tapi, kebebasan itu sendiri pun bersifat Prima Facie, artinya setiap orang berhak mengartikulasikan kebebasannya masing-masing, sepanjang semua itu tidak melanggar Hak Azasi orang lain. Kaitannya dengan penggunaan istilah Cina, China, Tiongkok dan Tionghua, setiap orang pun memiliki hak dan kebebasan untuk memilih mana yang terbaik untuk digunakan. Namun, pilihan itu hendaknya tidak menjadi sebuah pelanggaran terhadap Hak orang lain. Waktu di masa kanak-kanak, saya punya seorang teman Tionghua bernama Men Yung, nama otentik pemberian orang-tuanya. Namun, saya dan teman-teman sepermainan lainnya biasa menyapanya si Meong, dan dia pun (entah sadar atau tak sadar) menerima sapaan itu apa adanya, sepertinya tak ada yang salah dengan sapaan itu. Waktu berjalan terus, tak terasa sudah puluhan tahun kami tak berjumpa satu sama lain. Beberapa tahun lalu, salah seorang teman punya ide reuni dengan bekas tetangga sepermainan di waktu kecil dulu. Maka, singkat kata terjadilah reuni itu, dan si Meong pun ikut hadir. Dalam acara reuni itu, seperti di masa kecil kami saling menyapa dengan panggilan akrab masing-masing seperti dulu (namanya reuni), dan si Meong pun tetap kami panggil Meong. Tahu-tahu, si Meong yang datang bersama anak-istrinya mendadak memerah mukanya mendengar panggilan Meong-Meong yang ditujukan padanya. Diam-diam dia minta kami jangan panggil dia Meong di hadapan anak-istrinya, itu tidak sopan katanya!! Teman-teman kaget, loh! Itu khan nama lu sejak kecil dulu, kita-kita ini udah biasa manggil lu Meong, dan juga kaga' ada maksud untuk menghina kamu kok! Kenapa jadi sensi begini?? Alasan si Meong, nama pemberian orang-tuanya adalah Men Yung, bukan Meong. Walaupun panggilan Meong sudah lama dipakai, dan juga tidak mengandung makna penghinaan, tapi itu cuma panggilan yang dipake dalam acara-acara tidak formal antara sesama kawan lama, tidak di acara formal begini dengan banyak wajah-wajah baru (anak-istri teman-teman lama) yang sebelumnya tak pernah dia kenal. Tentu, banyak teman lama yang ga habis pikiran dengan sikap si Meong ini! Apa-apaan si Meong kok jadi beragu begini, mentang-mentang udah jadi orang kaya dia!! Reaksi mereka pun terbagi dua, ada yang bisa memakluminya, tapi ada juga yang merasa muak dengan sikapnya itu. Kalu saya sih, bisa memakluminya. Walau adalah hak saya untuk memanggil si Meong dengan sapaan apa pun yang menurut saya paling tepat, tetapi saya pun harus mempertimbangkan apakah sapaan itu masih tetap diterima oleh si Meong, apakah itu tidak melanggar Hak Azasi dia dan lain sebagainya. Apalagi, dengan tegas si Meong sudah katakan, nama resmi pemberian orang-tuanya adalah Men Yung, bukan Meong, panggilan Meong adalah nama yang diberikan oleh orang lain, tanpa persetujuan dia atau orang-tuanya dan tiba-tiba dikenakan begitu saja padanya. Yang sudah berlalu biarlah berlalu sudah, sekarang dia tidak mau lagi dipanggil si Meong di forum resmi di hadapan orang banyak! Ya, sudah saya pun menghormati kemauan dia. Tidak perlu saya memaksakan panggilan si Meong dengan argumentasi bahwa itu adalah panggilan yang sudah lama dikenal, tidak bermaksud menghina dan lain-lain.
[budaya_tionghua] Re: FOTO KLENTENG dalam 2 blog yang isinya identik
Sugiri heng, Anda memang pekerja keras ya, salut. Waktu saya klik linknya, bertemu dengan halaman kosong. Setelah klik di komentar baru keluar artikelnya. Mungkin perlu disempurnakan interfacenya ? Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcin...@... wrote: http://klenteng-chinese-temples.blogspot.com/ http://indonesiachinesetemple.wordpress.com/ Rekans milis, Blog foto klenteng telah ditambah dengan foto beberapa klenteng di kota Bandung. Juga foto kuburan di Cirebon. Tan Sam Cay Kong. Banyak kota masih kosong. Bila ada rekan milis yang memiliki foto klenteng lain dan boleh dishearing untuk melengkapi. Silahkan dikirimkan, nanti kita up load bersama. Foto dapat di browsed pada kedua blog yang identik isinya. Silahkan. Atau pun mereka yang membutuhkan bahan untuk penelitian, bisa browsing dan diunduh bahan yang diperlukan. Tolong beri komentar. Terima kasih untuk perhatiannya. Salam erat,
[budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA
Tulisan yang bagus Erik heng. Saya tambahkan sedikit ya. Sebelum pak Tjandra atau dr Irawan menganggap kalau kita ini punya dendam masa lalu atau selalu merenungkan masa lalu saja. Gedugn CN hanyalah sebuah contoh yang dipakai. Gedung Candra Naya sendiri sampai saat ini masih ada, meski dalam kondisi yang menyedihkan. Entah apakah pak Tjandra Dr Irawan mengetahui hal ini. Jadi kalau nama Candra Naya selalu disebut2, itu bukan karena dendam masa lalu. Selain gedung CN, masih banyak gedung2 lain yang nasibnya tidak kalah menyedihkan. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote: Sorry, ikut nimbrung ya Vid! Rupanya pak Tjandra kita belum nangkep suasana batin teman-teman yang uneg-unegnya sudah panjang lebar ditumpahkan kemarin itu ya? Apa yang harus dibanggakan, kalau dibilang Anjungan Tionghoa di TMII luasnya 4,5 ha, sedangkan suku lain cuma 2 ha. Itu khan dibeli dengan duit dari koceknya para so call Tokoh Tionghoa yang nyatanya adalah para Konglomerat. Sekarang ribut-ribut kurang duit (dan minta partisipasi masyarakat Tionghoa) untuk membangun main building, kenapa tidak minta yayasan TMII aja yang nangani? Nyatanya khan anjungan untuk suku-suku lain dibangun oleh yayasan!! Kenapa khusus anjungan Tionghoa mesti bangun sendiri? Apa yang salah? Salah dimana? Jangan-jangan setelah diusut ternyata adalah SALAH SENDIRI! GOBLOK SENDIRI!! Pak Tjandra menandaskan (dengan font tebal) bahwa Yang dibangun bukanlah replika dari gedung bekas kediaman tokoh masyarakat Anu dari daerah Anu di Indonesia. Ini lagi-lagi kesalah-pahaman pak Tjandra dengan suara hati teman-teman! Teman-teman bukan menginginkan dihadirkannya sesuatu yang asli (yang sebelumnya belum pernah ada di Indonesia), teman-teman justru keberatan kalau GEDUNG ASLI yang sudah bernilai sejarah dibongkar, dirobohkan dan hanya membuat sekedar REPLIKAnya saja. Adapun tentang Gedung Tua, bukanlah sembarang Gedung Tua yang ingin dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya. Tidak semua, karena memang tidak mungkin dan juga tidak perlu! Yang harus dipertahankan adalah Gedung Tua yang memiliki nilai sejarah bagi keberadaan, perkembangan dan perjuangan masyarakat Tionghoa di Indonesia. Salah satunya adalah Gedung CANDRA NAYA! Nilai historis Gedung CANDRA NAYA yang dulunya bernama Gedung Sin Min Hui bagi masyarakat Tionghoa khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya kira-kira sebanding dengan Gedung Joang bagi masyarakat Indonesia. Selain dari segi arsitektur gedung ini terbilang lengkap dan sempurna dengan gaya Tionghoanya, gedung ini pun adalah bekas tempat tinggal Mayor Khouw Kim An (mayor Tiongoa terakhir di Indonesia) yang turut mendirikan THHK (Tiong Hua Hui Koan) dan sekaligus ketua Kongkoan di awal tahun 1900-an. Setelah perkumpulan Sin Min Hui didirikan, di gedung ini pula acap digelar pertunjukan kesenian masyarakat Tionghoa (di samping kesenian Betawi, Sunda dan juga Belanda), juga digedung ini pernah dipertunjukkan lakon âKembang Ros Dari Tjikembangâ yang ditonton oleh presiden Soekarno. Dan yang paling tak bisa dilupakan adalah kejadian pada zaman Gedoran di Tangerang pada tahun 1945-1947. Dalam kerusuhan anti Tionghoa itu, dipimpin oleh pengurus dan anggota Sin Min Hui, masyarakat Tionghoa dari Jakarta melakukan evakuasi terhadap masyarakat Tionghoa di Tangerang dan mengangkut dan menyelamatkan mereka ke gedung Sin Min Hui (yang kemudian berganti nama Candra Naya) ini. Walau pun tidak resmi dijadikan secretariat THHK, tapi di gedung Sin Min HUi (Candra Naya) inilah acap diadakan pertemuan-pertemuan membahas pergerakan dan kegiatan-kegiatan masyarakat Tionghoa. Jadi, tak salah jika dikatakan Gedung Candra Naya adalah saksi bisu bagi peristiwa-peristriwa social-politik dan budaya masyarakat Tionghoa di Indonesia. Namun, kemudian oleh masyarakat Tionghoa sendiri yang a-historis, Gedung bersejarah itu dipindah-tangan ke developer dan (rencananya) dibangun apartemen yang dilengkapi dengan pusat pertokoan (dan sampai hari ini blm rampung). Banyak elemen masyarakat Tionghoa yang keberatan dan melayangkan protes terhadap pengurus Candra Naya dan lembaga-lembaga lain yang terkait. Namun di tengah perjuangan masyarakat Tionghoa mempertahankana gedung Candra Naya bersejarah ini, muncul seorang Brigjen Teddy Yusuf (mengaku dan diakui sebagian orang) tokoh masyarakat Tionghoa yang menyatakan dukungannya atas pembongkaran gedung Candra Naya. Kemudian, entah atas prakarsa siapa dan bagaimana prosesnya (ini pak Tjandra yang lebih tahu), dicanangkanlah pembangunan Anjungan Tionghoa di TMII juga oleh paduka yang mulia Brigjen Teddy Yusuf, yang hari ini oleh Pak Tjandra dihimbau partisipasi kita untuk biaya pembangunannya. Sikap yang bagaimana lagi yang anda harapkan dari kami pak Tjandra??? Salam, Erik \ --- --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com,
[budaya_tionghua] Re: AYO heritage BUDAYA TIONGHOA. Pasar Baru Jkt. Pst.
Universitas di Grogol sana, mentang-mentang mayoritas dosennya Tionghoa). Jadi dalam hal ini, lebih baik kalau pembicaraan dilakukan oleh delegasi yang memahami masalah budaya Tionghoa, situasi sosial kenegaraan dan sekaligus paham teknik konservasinya. Sebagai iluustrasi, saya sendiri mendalami konstruksi kayu dan ukiran, namun tetap perlu orang yang mendalami teknik pengecatan konstruksi ukiran (bukan teori, tapi ahli cat; jangan sampai ukirannya justru tertutup cat atau diberi warna yang salah). Saya tidak hendak merendahkan semangat, namun pembicaraan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan salah sangka si pemilik, apalagi dalam situasi Indonesia yang banyak mafia tanah, ketidakpedulian aparat pemerintah dan ketidakpedulian kalangan Tionghoa sendiri. Jangan sampai kehadiran anda dengan isu yang ambisius untuk merawat lukisan di atap akan disalahtafirkan (termasuk disalahtafirkan soal duit, duit dan duit! Proyek, proyek dan proyek). Selain itu patut diperhitungkan adanya konflik dalam keluarga yang bersangkutan (kalau dibagusi, anggota lainnya akan marah dan berpikir bahwa yang tinggal akan mengangkangi; bisa juga bahwa si pemilik sengaja membiarkan rumahnya rusak agar terhindar dari ikatan cagar budaya, dan bisa menjual atau merombaknya dengan mudah). Lebih baik berhati-hati dan persiapan matang ketimbang ada masalah besar akibat kehadiran anda. Saya sudah melakukan beberapa perbincangan (lebih dalam rangka personal) dengan sejumlah pemilik gedung bersejarah. Sebagian besar mengeluhkan soal biaya perawatan, tekanan ekonomi untuk merubah fungsi bangunan, dan lebih parah lagi rasa malu punya gedung yang sudah tua (bercorak Tionghoa pula!). Masalah laten inilah yang harus diatasi lebih dulu. Sebagai perbandingan, renovasi Gedung Arsip Nasional (bercorak Indies saja perjuangannya butuh sekitar 10 tahun, itupun makan anggaran sekitar Rp. 25 milyar sebelum peresmiannya sekitar sepuluh tahun yang lalu; salah satunya dikoordinasi arsitek Han Hoo Tjwan [Han Awal] yang belakangan memperoleh penghargaan dari UNESCO Asia-Pacific Award dan penghargaan A Teeuw atas jasa konservasi gedung tua peninggalan Belanda; miris juga, kalau gedung tua Tionghoa?). Konservasi gedung Staadthuis (Museum Fatahillah) juga membutuhkan biaya yang tidak kecil, apalagi berkenaan dengan penjara bawah tanah dan pengaturan aliran gorong-gorong di sekitarnya. Gedung Merah saja (arsitektur toko Eropa berlanggam Tionghoa) yang sering disebut-sebut dalam pameran arsitektur, saat malah kurang terurus. Wadh, PR masih sangat banyak nih. Bahwa kegiatan nantinya akan bisa mendorong perhatian, saya jelas sangat setuju dan mendukungnya. Saya sendiri sudah menjalankannya secara personal atas biaya sendiri yang sangat cekak. Tapi, untuk kegiatan yang terbilang besar tanpa persiapan cukup, bisa menjadi senjata makan tuan dan antipati dari para pemilik gedung, apalagi ketika suasana nasionalnya belum berubah dari atmosfir ketidakpedulian. Siapkah??? Saya dengan senang hati menyambut kehadiran teman-teman dalam kegiatan berat ini. Jalan seorang budiman itu seumpama pergi ke tempat jauh, harus mulai dari dekat; seumpama mendaki ke tempat tinggi, harus dimulai dari bawah. Suma Mihardja --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, bebek_ceper bebek_ceper@ wrote: Wah ide yang ok bangetsss.. Saya mau singsingkan kengan baju, bantuin pak Dipo koordinasi. atau saya yang koordinasi nih? yuk yuk.. kapan maunya? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote: yuk sekali2 kita ngecet rumah org owe seh mau aje ngecet rumah org apelage yg tua getu asal jgn ngecet rumah setan aje ya --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcindon@ wrote: Ide yang bagus sekali tuh.. From: budaya_tionghua@yahoogroups.com [mailto:budaya_tiong...@yahoogroups.com] On Behalf Of Dipo Sent: Saturday, January 30, 2010 6:49 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA Ide yang menarik sekali. Mengenai tempat saya coba cari yang paling memungkinkan. Atau dari rekan2 ada ide lokasi yang bisa dibersihkan ? Asal jangan gedung di TMII ya. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com , ini rico! rico12410@ wrote: teman-teman, menanggapi info dari pak Eddy W.. mungkin akan lebih kongkrit kontribusi warga tionghoa, bila beramai-ramai mengunjungi Toko Kompak atau ruko di belakang Klenteng Boen Tek Bio. Kita undang (atau saweran) tukang untuk perbaikan, sambil bawa beberapa ember cat, kuas, amplas, dll. Makanan kecil, minuman ringan sebagai teman kerja juga tidak ketinggalan. Sambil gotong royong sederhana, ngobrol pengalaman turun
[budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA
Ide yang menarik sekali. Mengenai tempat saya coba cari yang paling memungkinkan. Atau dari rekan2 ada ide lokasi yang bisa dibersihkan ? Asal jangan gedung di TMII ya. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ini rico! rico12...@... wrote: teman-teman, menanggapi info dari pak Eddy W.. mungkin akan lebih kongkrit kontribusi warga tionghoa, bila beramai-ramai mengunjungi Toko Kompak atau ruko di belakang Klenteng Boen Tek Bio. Kita undang (atau saweran) tukang untuk perbaikan, sambil bawa beberapa ember cat, kuas, amplas, dll. Makanan kecil, minuman ringan sebagai teman kerja juga tidak ketinggalan. Sambil gotong royong sederhana, ngobrol pengalaman turun temurun.. mestinya akan menyenangkan sekali kita hari itu.. dan tuan rumah merasa diperhatikan dan dihargai usahanya mempertahankan 'bangunan cerita' milik mereka itu. Bagaimana? pak Dipo, mungkin bisa bantu mengkoordinasikan? salam Posted by: eddy witanto edd...@... eddypw Fri Jan 29, 2010 5:23 am (PST) Toko Kompak di Pasar Baru Jakarta Pusat sudah dalam kondisi mengkhawatirkan di dalamnya, bagian belakangnya sudah dalam ambang kehancuran. Itu rumah Mayor Tio Tek Ho bukan? Di dalamnya ada rooflight. Di belakang Klenteng Boen Tek Bio juga ada rumah-toko yang terbagi atas 3 blok, blok yg tengah punya rooflight dg sisi berhiaskan cerita klasik Tiongkok dengan pecahan keramik dan kayu berukir. eddypw
[budaya_tionghua] Re: Pameran Foto Dan Diskusi Pecinan
ABS heng, Untuk pembukaan tgl 5 Feb apakah perlu undangan ? Kalau ada makan2 sih saya biasa datang paling cepat :D Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absa...@... wrote: Meneruskan e-mail dari seorang kawan sebagai yang di bawah ini. Untuk yang berminat, harap datang tepat waktu supaya kebagian tempat, karena ruangannya (Galeri Antara) kecil. Wasalam. - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - âChinatowns in Southeast Asiaâ, a project commissioned by the Chinese Heritage Centre in Singapore, arrives in Jakarta, Indonesia. The opening is on 5 Feb 2010 (Friday) in Antara Photojournalism Gallery (Jalan Antara 59, Pasar Baru, Jakarta) at 7.30pm. There will be makanan Tionghoa (Chinese food) and Barongsai (lion dance). Artist talk, titled âJourney through the Labyrinth of Chinatownsâ, will be on 6 Feb 2010 (Saturday) at 3pm. Hope to see you there. -- Zhuang Wubin writer/photographer
Apa relevansinya (Re: [budaya_tionghua] OOT: Sinar Harapan, Rabu
Apakah Eva ini mengetahui, mengapa sebuah milis di beri nama ? Jika saya ingin membaca berita, saya akan ke web CNN, detik.com atau kompas.com. Jika saya ingin mengetahui tentang tempat2 makan enak, saya akan ikut milis jalansutra. Kalau ingin berdiskusi menganai sejarah, ikut milis sejarah. Begitu lho, mudah2an bisa dipahami. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Eva Yulianti beran...@... wrote: Akhmad Bukhari Saleh : Mas Dharmawan, sejujurnya senang juga saya melihat foto Pakde saya terpampang di berita Sinar Harapan ini. Tetapi maaf, saya koq samasekali tidak melihat relevansinya posting ini dengan budaya tionghoa? Eva : Sungguh aneh sekali tanggapan saudara ABS ini, sempit sekali wawasan anda dalam menanggapi sebuah berita mengenai Putra Terbaik Bangsa ini yang menjadi pembaca Teks Proklamasi kemerdekaan di RRI. Sungguh sempit wawasan kebangsaan anda, apakah seseorang berbudaya seperti anda ?? lantas merasa terganggu dengan berita tentang kisah seorang Putra terbaik Bangsa ini ??? Ironis sekali... Salam, Eva.
[budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA
Mengapa gedung Candra Naya perlu dibuat replikanya di TMII, apakah karena gedung itu memiliki nilai penting untuk kelompok Tionghoa di Indonesia ? Jika penting, mengapa aslinya malah di trondoli gak keruan ? Apa gunanya bikin replika gedung Kong Koan ? Gedung Kong Koan yang mana ya ? Apakah karena Kong Koan pernah meiliki peranan besar dalah kehidupan masyarakat Tionghoa ? Yang merawat arsipnya saja orang asing. Dari pada buang uang bikin gedung tiruan, lebih baik yang ada saja di rawat baik baik. Ada yang bilang : Masa lalu itu seperti buku pelajaran, jadi kita tidak mengulangi kesalahan yang sama, supaya bisa belajar dari pengalaman pendahulu kita. Kalau belajarnya dari replika dan miniatur, mudah2an tidak jadi bangsa replika dan miniatur juga. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou zho...@... wrote: Ah! bangsa ini ternyata sukanya replika dan miniatur, sukanya arsitektur ala theme park, tapi malah tak mau disuguhi bangunan kuno yang asli! Se-hebat2nya repilika, tetap tak dapat menggantikan nilai sejarah bangunan asli. From: Kawaii_no_Shogetsu fenghuan...@... To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thu, January 28, 2010 8:53:00 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: AYO SUMBANG ANJUNGAN BUDAYA TIONGHOA Kalau begitu usul saja, bangun replika bangunan Kongkoan/Gongguan sebagai bangunan induknya. Bagaimana? --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, dkhkwa dkhkwa@ wrote: Pak Tjandra, Menurut owe, hal itu belum miris. Sebenarnya, kalau mau dibilang miris, yang miris seharusnya ya kita-kita ini, yang harus menyaksikan satu per satu bangunan heritage Tionghoa, yang tua, indah, dan bersejarah, harus menerima kenyataan sangat pahit, satu per satu dihancurkan oleh tangan-tangan konglomerat (Tionghoa?) yang begitu rakus mengincar nilai ekonomis tanahnya, untuk dijadikan hotel-apartemen, dlsb. Rasanya belum pudar dari ingatan kita bagaimana âramainyaâ dimuat di koran-koran (baca a.l. berita-berita di Kompas dan Warta Kota) mengenai kasus pembongkaran bangunan samping dan belakang (side and back buildings) bekas Gedung Kediaman Mayor Tionghoa Batavia Khouw Kim An, yang kemudian dijadikan gedung perkumpulan (clubgebouw) Sin Ming Hui (selanjutnya menjadi Candra Naya), disamping juga pernah menampung korban Kerusuhan Tangerang 1946, di Jl. Gajah Mada 188. Apalagi saat itu pak Tedy Yusuf selaku ketua salah satu PSMTI ternyata bukannya melindungi, sebagaimana diharapkan, sebaliknya malah turut mendukung pembongkaran. Dengan kapasitas beliau sebagai ketua umum PSMTI waktu, tentunya beliau punya pengaruh di kalangan Tionghoa untuk menyelamatkan Sin Ming Hui dari kehancuran. Meski ada suara-suara protes dari pihak pecinta heritage, namun tetap hal itu tidak mampu membuat yang bersangkutan bergeming. Belum lagi, yang terakhir, penghancuran sama sekali hingga rata dengan tanah bekas Gedung Kapitan Tionghoa Oey Djie San di Karawaci, Tangerang. Lagi-lagi, ketika berbagai pihak, termasuk non-Tionghoa pecinta heritage, berteriak-teriak agar bangunan bersejarah tempat penampungan korban Kerusuhan Tangerang 1946 itu diselamatkan, pihak Tionghoanya sendiri, termasuk pak Tedy Yusuf, tetap tidak bereaksi. Padahal bangunan itu merupakan yang termegah di kawasan Tangerang, dengan arsitektur Indisch sekaligus Tionghoanya. Dengan hancurnya bangunan-bangunan tersebut, yang terjadi adalah penghancuran aset-aset budaya Tionghoa. Masyarakat menjadi lupa akan sejarah dan budaya. Masyarakat tidak tahu, misalnya, bahwa atap Ekor Walet itu bukan hanya dipakai di kelenteng, tapi juga pada kediaman para pejabat Tionghoa yang diangkat Belanda, yakni para mayor, kapitan, dan letnan Tionghoa tadi. Sungguh miris, ketika di negara tetangga kita Singapura dan Malaysia bangunan-bangunan bersejarah dibeli dan dikembalikan ke kejayaannya semula, lalu dijadikan museum (bekas rumah Cheong Fatt Tze, bekas rumah Kapitan China Chung Keng Kwee di Penang, bekas rumah Tun Tan Cheng Lock di Melaka, misalnya), maka yang terjadi di kita adalah penghancuran demi penghancuran. Ironisnya, setelah berbagai aset budaya dihancurkan, didirikanlah berbagai bangunan baru oleh beragam komunitas Tionghoa, tentunya dengan dana yang tidak sedikit. Apakah tidak terbalik, menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan terlebih dahulu, baru kemudian membangun yang baru? Bukankah itu yang seharusnya dilakukan oleh beragam komunitas Tionghoa yang mampu membangun di Taman Mininya babe ato yang menindas Tionghoa semasa berkuasa? Jadi, kalau sekarang diharapkan sumbangan dari para member milis, owe rasa lebih baik dana yang ada dimanfaatkan untuk menyelamatkan berbagai aset budaya Tionghoa berupa beragam bangunan tua di berbagai kota di seluruh Indonesia sebelum tinggal cerita. Seperti yang dilakukan terhadap bekas Kediaman Mayor Tionghoa
[budaya_tionghua] Re: http://klenteng-chinese-temples.blogspot.com/ foto-foto klenteng di Jawa Barat
Menarik blog Sugiri heng ini, tentu cukup memakan waktu untuk mendokumentasikan klenteng2 itu. Jika disertakan sedikit ulasan mengenai sejarah tradisi klenteng tersebut pasti lebih sempurna. Dari foto2 di blog itu, ternyata banyak sekali klenteng yang terkena wabah pemakaian keramik, baik untuk lantai maupun dinding. Sayang ya. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ibcindon ibcin...@... wrote: Rekan Millist, Bila ada yang berminat melihat foto beberapa bangunan klenteng yang terletak Jawa Barat. Dapat dilihat pada blog : http://klenteng-chinese-temples.blogspot.com/ Blog masih dikerjakan bertahap , akan dilengkapi dengan lokasi lain. Silahkan di buka untuk browsing , dan kritiknya ditunggu. Barangkali ada yang punya foto untuk sharing juga boleh , membantu melengkapi. Salam, Sugiri.
[budaya_tionghua] Re: David Kwa heng kena dikerjain Fwd: Need Help!
David heng, Saya juga bingung, sore saya telpon masi di kereta, malamnya kok sudah di Inggris. Apa naik subway di London ya ? :D Ko David sebaiknya melaporkan hal ini ke yahoo, paling tidak supaya nanti orang lain tidak menjadi korban. Jadi email yang aktif sekarang yang ini ya ? Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, dkhkwa dkh...@... wrote: RRS, Owe baru tadi ¡°ngeh¡±, setelah ada temen menelefon. Awalnya ada e-mail yang mengatasnamakan Yahoo, minta owe meng-update account owe dalam jangka waktu 2 minggu. Waktu menjawab, secara tidak sadar owe menuliskan password owe. Dari sinilah rupanya user name dan password owe dicatet dan disalahgunakan. Untunglah temen-temen tahu, ngapain juga owe sok gagah-gagahan pake bahasa Inggris segala minta sumbangan? Gayanya songong lagi, ngga pake sapaan, udah gitu ngapain owe ke Inggris? Kalu ke Singapur, Hong Kong, Taiwan atawa Tiongkok mungkin orang masi percaya. Jadi e-mail itu dicuekin aja. Tapi, meski owe sudah bikin account baru, tetep aja semua alamat e-mail temen-temen yang ada di address book owe ngga bisa dapet kombali. Alamat e-mail yang lama sudah ngga bisa diakses lagi. Owe sungguh merasa sanget dibikin rugi atas kejadian ini. Apa mau dikata, kendati menyesel, toh sudah terjadi. Semoga saja kejadian serupa ngga kejadian pada temen-temen yang laen. Waspadalah, Waspadalah! Penipu semakin canggih saja! Kamsia atas empati dari rekan-rekan sekalian dan kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, khaidi wong khaidi.w...@...: Ini pasti kejadiannya mirip2 gini: Bpk David Kwa dikasih link oleh temannya di yahoo messenger atau lewat email, misalnya mengatakan: Hi, coba liat foto liburan saya dsbnya (padahal bukan temannya yg kirim, melainkan virus) Waktu diklik, akan muncul alamat website yahoo palsu yang bilang: Hei kalo mau liat, mesti login dulu Nah, pada saat login, nama user + password nya dicatet dan dikirim ke sang penipu (Biasanya alamat website palsu itu, saat login, karakter di kolom password terbaca; kalo yg asli kan disembunyikan menjadi karakter bintang atau titik2 bulet) Saat itu juga, email David Kwa telah dibajak Kemudian dari email tsb, diambil nama-nama teman2 yang ada di address book Dan ting tong, muncul lah email ini yg minta2 duit, wekekeke Asal dari email ini biasanya dari negara di Afrika Tantono Subagyo wrote: David Kwa heng, Ada yang ngerjain anda nih, saya dapat email beginian, namanya kalau ngga salah spoof. Cuma Lookay ngga tahu obatnya. Sojah, Tan Lookay -- Forwarded message -- From: *David Kwa* david_kwa2003@ mailto:david_kwa2003@ Date: Wed, Jan 13, 2010 at 5:37 PM Subject: Need Help! To: david_kwa2003@ mailto:david_kwa2003@ Complements of the season!How are you doing?I hope you get this on time. Am sorry i did not inform you about my travelling to United kingdom for a program.I can barely think or type straight at this moment.Something really terrible is happening to me right now and I will be needing Your Urgent favour,I hope you come to my aid. Yesterday,I had a trip here in Kent dover (UK) for a Seminar..Unfortunately for me I got Mugged at gun Point on my way to the hotel where i lodged.They went away With all i have got on me including my wallet where i have all my cash and credit card and also my cell phone.I wasn't injured because I quickly complied.since then i have been without any money, I am even owing the hotel bills here.Presently my traveling documents are been held down by the hotel management pending the time i am able to Clear bills.I contacted the police here and they only asked me to write a statement about the incident and later reffered me to the embassy.I have spoken to the embassy here but they are not responding to the matter effectively.I am confused and so full of panic right now.I do not feel safe here any more. For now,i do not have a phone where i can be reached.All i have got here is my mail.I also have limited access to the computer.I will tell you more about my terrible experience here when i get back home. I urgently require your financial assistance now.Please I need you to loan me about (950 Pounds) to sort-out my hotel bills and other expenses incurred so as to get myself back home soon.I Promise to refund your money immediately i return home.I will appreciate any amount you can quickly arrange and send to me via Western Union or Money Gram with the details below. Receivers Names: David Kwa Receivers Address/location:19 New Dover Road,Canterbury Dover Kent,CT1 3AH, United kingdom Please remember to send me full details of the transfer or scanned copy of the transfer receipt so that i can receive over here without any Further delay or problem.let me know if you can be of any help Because you are the only person i can reach at this moment.I await your Kind response soon. Dk Salam, Tantono Subagyo
[budaya_tionghua] Re: Mencari Keluarga
Denny heng, Menarik fotonya. Disitu ditulis Thung Tiang Mih (Tb Abdullah). Apakah Tb ini singkatan dari Tubagus ? Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Denny Tan dennyta...@... wrote: dear member milis saya mendapat satu buku turunan (silsilah keluarga) dimana di dalamnya ada terselip 4 lembar nasihat keluarga. disini saya lampirkan lembar pertama. jika ada yg memiliki nasihat sama dan bisa menunjukan lembar ke 2, 3 dan ke 4 artinya kita bersaudara. Wassalam.
[budaya_tionghua] Re: Dari Erik untk bro Zhou fuyuan dan Koh Beng mazmuri ( budaya )
Boleh ikutan gak ya ko Erik ? Soalnya subyeknya ditulis hanya untuk Zhou heng dan Beng Heng :D Yang ko Erik tulis benar 100 persen, dan merupakan hal yang seharusnya dilakukan. Yang menjadi masalah disini adalah kondisinya. Situasi di negara berkembang secara umum tidak bersahabat terhadap artefak budaya, memakai istilah ko Erik. Bahkan benda2 budaya yang masih hidup (dalam arti masih dipakai) juga tidak luput dari masalah ini. Mungkin yang bisa dilakukan oleh musafir seperti Beng heng adalah memilih pembelinya. Misalnya memberikan prioritas kepada pembeli yang akan memberikan akses kepada publik. Saya sendiri tidak setuju dengan hal ini, tetapi memang ini kenyataannya. Mayoritas masyarakat kita tidak menghargai warisan leluhur. Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Erik rsn...@... wrote: Sorry Fuyuan, aku pingin ikut nimbrung soal artefak budaya yg kata Koh Beng bukan saja tidak dirusak tapi bahkan disimpan dan dirawat dengan baik di tempat-tempat terhormat spt museum dll. Dan anda seakan mengamini beliau? Aku benar-benar merasa terganggu dengan statement spt itu! Mohon maaf ya koh Beng, saya kira anda bukan tidak paham bahwa bagi yg pernah belajar antropologi (apalagi arkeologi) pasti tahu, mengambil dan memindahkan sebuah benda budaya dari tempat asalnya ke tempat lain pada dirinya sendiri sudah merupakan sebuah tindakan perusakan! Apalagi bila benda budaya yg diambil itu termasuk kategori cagar budaya bernilai historis yang dilindungi negara yg tidak boleh diperjual-belikan, apalagi dipindahkan ke negara lain oleh bangsa lain!! Belum lagi kita persoalkan dengan cara apa benda budaya itu diperolah? Lewat penjarahan yg mendompleng agresi militer? Atau lewat pencurian dan penipuan? Pun pula kalau dikatakan bangsa barat sangat menghargai nilai-nilai artefak budaya bangsa lain yg telah mereka miliki dan mereka simpan di museum mereka, pertanyaannya adalah sejauh apa apresiasi itu mereka berikan? Kita sama-sama tahu, bahwa yg berharga dari sebuah benda budaya bukan cuma sekedar nilai artistiknya saja, masih terkandung di dalamnya nilai kultural, nilai historis, nilai fungsional, dan juga tak jarang nilai religius. Nah selain nilai estetis, mungkinkah bangsa barat yg mengambil dan memindahkan benda budya bangsa lain ke museum mereka bisa menghargai nilai kultural, nilai historis apalagi nilai religius artefak budaya itu persis sebagaimana pemilik asli benda-benda itu menghargai artefak budaya itu ketika masih di tempat asalnya? Dengan pasti dan yakin saya bisa katakan bahwa selain kemungkinan terjadinya kerusakan fisik benda-benda itu sewaktu dipindah-tempatkan, yg sudah jelas adalah nilai kultural, nilai historis dan nilai religius artefak budaya itu telah dirusak dan dinista oleh mereka yg katanya menghormati dan menyimpan benda budaya bangsa lain di museum mereka itu! Lagi-lagi, inilah sebuah peragaan keangkuhan kultural yg dipertontonkan kepada kita!! Bisakah kita coba berempati dengan perasaan mereka yang artefak budaya bangsanya telah diperlaukan secara tidak layak seperti itu? Sebagai orang Katolik saya coba membayangkan, suatu ketika terjadi peristiwa yang tak pernah kita harapkan, tiba-tiba patung Bunda Maria yang di Lourdes diambil dan dipindahkan ke sebuah negara Ateis, di sana Bunda Maria tidak dirusak, tetapi disimpan dan dirawat dengan baik di museum secara terhormat. Bukan cuma itu, mereka juga membentuk tim ahli untuk meneliti segi-segi estetika patung Bunda Maria itu, dipelajari bagaimana teknik pembuatannya, simbol-simbol yang ada padanya serta bagaimana orang Katolik memahmi semua itu dll, dll. Dan pada hari-hari libur, warga ramai berkunjung ke museum untuk melihat keindahan patung Bunda Maria, ada pemandu yang menjelaskan segala sesuatu tentang patung Bunda Maria, tentang keindahannya, tentang asal usulnya dll, dll, diceritakan pula bahwa ¡°Patung buatan manusia yang tak bernyawa itu pernah disembah oleh masyarakat yang masih terbelenggu dalam faham-faham idealisme tentang adanya Surga dengan ajaran-ajaran eskatologisnya.¡± dst, dst. Ah, ah.. sakitnya hati ini membayangkan semua itu. Tapi beruntunglah itu cuma khayalan saya. Namun bagaimana dengan saudara-saudara kita yang jelas-jelas mengalami semua ini secara nyata?? Masihkah kita sampai hati berdalih bahwa artefak budaya mereka tidak dirusak, tetapi disimpan dan dirawat di tempat terhormat??? Oh, kejamnya kaum kapitalis dan imperialis Salam, Erik \ -- --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou zhoufy@ wrote: Pak Beng, Seperti yang anda ungkap, jika kita memperhatikan orang2 yang berkecamuk dalam bidang seni budaya, jarang kita temui yang berpikiran rasialis diskriminatif ataupun chaufinis. hal ini tak hanya ada di dunia barat, tapi contohnya akan dng mudah kita dapat di Indonesia. saya sering dan
She Ang (Re: [budaya_tionghua] Re: Pedang Pusaka Berusia 2000 Tahun)
Jadi kita manggilnya Ang heng atau Boen San heng ? Cocok namanya nih, masih ada hubungan dengan Ang Tjit Kong :D Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Akhmad Bukhari Saleh absa...@... wrote: Boleh, boleh! Asal jangan Ang-godo atau Ang-goro saja!! Ha ha ha... = - Original Message - From: zho...@... To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, December 11, 2009 4:17 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Pedang Pusaka Berusia 2000 Tahun Barangkali Ang Bun San ? cocok kan Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -- From: Steve Haryono hay...@... Date: Fri, 11 Dec 2009 00:57:24 -0800 (PST) To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Pedang Pusaka Berusia 2000 Tahun Pak ABS yb, Pak ABS khan punya 3 nama, jadi memang bisa disangka nama tionghoa. A nya nama marga ya ? Karena marga hokkian yang pake A di depan cuman ANG atau AUWYANG, silahkan pilih marga dulu. Mau jadi keturunannya Ang Tjit Kong atau mau jadi keturunannya Auwyang Hong ? hehehe. Salam, Steve -- From: Akhmad Bukhari Saleh absa...@... To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Fri, December 11, 2009 9:29:23 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Pedang Pusaka Berusia 2000 Tahun - Original Message - From: Erik To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Friday, December 11, 2009 2:31 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Pedang Pusaka Berusia 2000 Tahun boleh donk disapa Koh? - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - He he he, jadi teringat beberapa tahun yang lalu saya pernah memberi suatu penjelasan, katakanlah 'ceramah kecil' begitu, di Glodok. Lalu ketika acara tanya-jawab, setelah beberapa pertanyaan yang sesuai substansi ceramah, ada seorang ibu-ibu yang bertanya menyimpang: Maaf 'Koh, kalau boleh tahu 'ngKoh ini nama tionghoanya siapa?!! Teman-teman yang hadir jadi ramai tertawa... Wasalam. = - Original Message - From: Erik To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Friday, December 11, 2009 2:31 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Pedang Pusaka Berusia 2000 Tahun Oh, jadi sumbernya dari Era Baru ya Koh ABS (boleh donk disapa Koh? he3x!) Terima kasih atas informasinya. Salam, Erik - - - - - - In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Akhmad Bukhari Saleh wrote: Saya malah sudah baca tentang hal ini beberapa tahun lalu! Barangkali soal pedang pusaka ini mendadak muncul lagi karena Era Baru saja yang mendaur-ulang berita ini. Mungkin akan menjadi entry point bagi suatu move yang baru dari Falun-gong.. . Wasalam. .
[budaya_tionghua] Re: Pengajuan Kopdar 18 Desember di Mangga Dua Square bersama cicit Kaisar Guang Xu
Rekan semua, Acara utama pertemuan ini apa ya ? Khusus untuk audiensi dengan cucu kaisar atau pertemuan sesama anggota saja ? Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, east_road east_r...@... wrote: Kalau mau buat gathering silakan saja, memang tiap tahun kita moderator suka ngumpul dekat pas hari tung che.kalo gath sih ngak masalah, soal masalah cicit kaisar, saya kurang peduli dia siapa bagi saya dia tidak lebih hanya sama seperti kita, kalau kumpul2 ok lar sambil merayakan hari tung che bersama. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote: ya gak usah ketemuan ama atase rrt aje, jawabin aja bbrp yg bikin bingung, kayak statementnya yg bilang gak ada yg tau kecuali sejarahwan barat kalu guangxu diracun, trus bilang kalu berita2 bilang bini guangxu itu tjoema 2, padahal 3. lha lage gw sekul aja dikasih tau bini guangxu itu 3 bang, satu rongyu, jin fei ame zhen fei. trus jg kapan itu neneknya lahir jadi anak chen fei / zhen fei ? taon piro ? waktu itu chen fei umur brp ? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, toyota_man save_mynit@ wrote: My friend said: Percuma mengundang atase rrt. Tidak akan manipulasi sejarah berubah selama mereka masih berkuasa. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, ardian_c ardian_c@ wrote: banyak seh yg tertarik tapi ada bbrp yg ngeganjel denger dari cerita lu, tunggu klairifikasi dia aja dulu. ngkale perlu juga dihubungin tuh atase kebudayaan kedubes rrt, soalnya ini penemuan heboh abad 21, keturunan guangxu ternyata ada di indonesia. jadi sejarah mesti dirubah tuh. --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, toyota_man save_mynit@ wrote: Moderator yang terhormat, saya ingin mengajukan kopi darat dengan teman2 yang tertarik ingin mengenal cicit Kaisar Guang Xu yang saat ini sedang mengetik klarifikasi2 di meja sebelah saya. Adakah permohonan ini bisa disetujui? Mengenai pemilihan tempat: Mangga Dua Square Tanggal: 18 Desember 2009 Waktu: siang? - Sore? - Malam? Tempat spesifik: ?? (bisa dirundingkan) Salam Abdi Christ
[budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie
RSS Salah satu genre yang banyak menggunakan Melayu Rendah adalah buku2 cerita silat. Mungkin suatu saat nanti Kisah Membunuh Naga akan menjadi buku bacaan wajib. Rumah OKT sianseng akan ramai didatangi turis dari mancanegara. Naskah aslinya akan dipamerkan di British Museum, disebelah naskah Shakespeare. Wah mimpi saya terlalu jauh rupanya :D Pada saat saya sekolah, yang menjadi buku wajib sastra adalah terbitan Balai Pustaka dkk. Yang saya ingat hanya Layar Terkembang. Mungkin karena pangaruh Orde Baru, pada saat itu membaca Hina Kelana didalam kelas merupakan sebuah dosa besar yang harus dihukum berat. Si pembaca harus berdiri didepan kelas, orang tuanya dipanggil menghadap kepsek. Tapi itu dahulu kala, masa baheula jaman pra reformasi. Mungkin sekarang para orang tua dan sekolah2 sudah membuka diri untuk menjadikan buku2 Melayu Pasar sebagai buku wajib ? Salam BTW Apakah ada rekan2 yang mengetahui dimana bisa mendapatkan buku2 dari Lie Kim Hok sianseng tersebut ? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, a...@... wrote: David-xiong: Lie Kim Hok bukan keturunan imigran dari Tiongkok seperti dikatakan penulis. Ayahnya Lie Hian Tjouw dan ibunya Oey Tjiok Nio adalah orang Tionghoa Peranakan... Als: Dalam kasus saya yg punya 2 engkong imigran dgn kedua orangtua Babah, apa orang masih benar jika menyebut sy sbg keturunan imigran atau generasi ke-2 keturunan imigran? :-) Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -Original Message- From: David Kwa david_kwa2...@... Date: Fri, 16 Oct 2009 05:40:02 To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: Artikel menarik: Teringat akan Lie Lie Kim Hok bukan keturunan imigran dari Tiongkok seperti dikatakan penulis. Ayahnya Lie Hian Tjouw dan ibunya Oey Tjiok Nio adalah orang Tionghoa Peranakan. Jadi Lie Kim Hok pun seorang Tionghoa Peranakan. Tulisan ini jelas memperlihatkan kontribusi orang Tionghoa Peranakan yang sangat besar dalam pemakaian bahasa Melayu dan penyebarannya melalui sastra dan pers Melayu Tionghoa (i.e. sastra dan pers dalam bahasa Melayu yang dihasilkan orang Tionghoa)âmeminjam istilah yang dipakai oleh Claudine Salmon. Pada waktu kaum Tionghoa Peranakan membutuhkan suatu buku pegangan tatabahasa (paramasastera) bahasa Melayu, pada 1884 keinginan itu terpenuhi oleh upaya yang dilakukan oleh Lie Kim Hok. Buku Tatabahasa Melayu Lie Kim Hok sampai lama menjadi pegangan para penulis Tionghoa Peranakan dalam melahirkan berbagai karya sastra. Itulah sebabnya Lie Kim Hok pantas digelari Bapak Melayu Tionghoa oleh sebagian kalangan Tionghoa Peranakan. Melalui sastra dan pers Melayu Tionghoa inilah bahasa Melayu lebih tersebar ke seluruh penjuru Nusantara. Terlepas dari label Melayu Pasar (Melayu Rendah) yang diberikan kolonial Belanda, sejak perempat terakhir abad 19, jauh sebelum bahasa Melayu menjadi bahasa umum di kalangan masyarakat karena masih dianggap âasingâ oleh sebagian besar kaum non-Tionghoa Peranakan di negeri ini, kaum Peranakan telah membaca dan menulis dalam bahasa ini, hingga matinya sastra dan pers Melayu Tionghoa pada 1960-an. Meski demikian, peran serta itu hampir tidak pernah disebutkan dalam sejarah Indonesia, kecuali oleh beberapa peneliti asing macam Claudine Salmon, Benedict Anderson dll. Yang disebut-sebut selalu Balai Poestaka, Poedjangga Baroe dll, yang pada hakekatnya adalah bentukan pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi bacaan anak negeri, jangan sampai âdimasuki unsur-unsur yang tidak baikâ (yang berada di luar sensor pemerintah). Nah, untuk membatasi penyebaran sastra dan pers Melayu Tionghoa yang berada di luar kendali pemerintah, pemerintah kolonial mendiskreditkannya dengan label âpasarâ, ârendahâ, âliarâ, âroman picisanâ dlsb. Padahal, owe pernah membaca, bahasa Melayu Tionghoaâatau disebut bahasa Melayu Lingua Franca oleh alm. Pramudya Ananta Turâdidasarkan pada bahasa yang hidup di masyarakat yang berinteraksi di berbagai bandar di seluruh penjuru Nusantara, dan bukan bahasa hasil rekayasa pemerintah kolonial yang dilakukan oleh Van Ophuijsen sebagai Menteri Pendidikan pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Dalam buku Tempo Doeloe Pram berhasil mengumpulkan beberapa tulisan dalam bahasa Melayu Lingua Franca yang dihasilkan para penulis Tionghoa Peranakan maupun Belanda Peranakan (Indo) pada masa itu. Bahkan, kabarnya, Medan Prijaji pun ditulis dalam bahasa itu. Kiongchiu, DK http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/16/0247377/teringat.akan.lie TERINGAT AKAN LIE Oleh Kasijanto Sastrodinomo Tiba-tiba saya teringat akan Lie Kim Hok, keturunan imigran asal Tiongkok yang datang di Indonesia abad ke-19. Lahir di Bogor, 1853, Lie kemudian dikenal sebagai penulis, penyadur, dan penerjemah cerita (ke) dalam bahasa Melayu dari generasi keturunan Tionghoa (baca: Tionghoa Peranakan, DK) sebelum