CiKEAS Tak Sekadar Cuci Muka

2010-05-30 Terurut Topik sunny
http://www.riaupos.com/new/berita.php?act=fullid=519kat=11


Tak Sekadar Cuci Muka
Oleh H Syafruddin Sa'an, Lc
29 Mai 2010
 
SEBAGIAN kita barangkali ada yang bertanya-tanya, mengapa sebuah persoalan atau 
permasalahan bisa muncul seketika di negeri ini, berada di fase pemberitaan 
yang klimaks, namun hanya dalam hitungan waktu yang tak beberapa lama kemudian 
tiba-tiba menguap begitu saja. Lumrahnya, kalau kita saksikan dalam 
cerita-cerita, setelah fase klimaks, biasanya selalu dibangun beberapa bentuk 
penyelesaian. Inilah yang membuat sebuah cerita tak kembali berulang dan 
berakhir.
  
Perhatian serupa pada pemberitaan penangkapan teroris beberapa waktu lalu. 
Barangkali tak banyak elemen masyarakat yang menganggap penangkapan tersebut 
sebagai peristiwa yang patut dikritisi dan dikawal. Ini dikarenakan kita 
terlalu mudah disibukkan dengan sebuah topik baru; dialihkan dari satu 
peristiwa ke peristiwa lainnya. Tanpa sadar substansi prioritas sebuah 
permasalahan. Sehingga tak jarang peristiwa yang pada dasarnya tidak terlalu 
berdampak luas, atau jangka pendek, justru kita besar-besarkan.

Apakah fenomena tersebut menggambarkan pola pikir masyarakat kita sesungguhnya? 
Sejatinya, masyarakat dapat dilihat dari paradigma atau kerangka berpikirnya, 
bagaimana mengurutkan suatu masalah dari yang penting ke yang lebih penting. 

Tendensi penulis menilai permasalahan terorisme beberapa waktu lalu layak untuk 
kita bahas dan dituntaskan. Ini dikarenakan peristiwa itu tak hanya mengarah 
pada keamanan negara semata, tetapi di sini melibatkan nyawa orang banyak. Dan, 
jika suatu urusan terkait nyawa maka kekritisan adalah harga mati.

Oleh karena itu, dalam konteks tulisan ini, penulis fokuskan pada dua hal 
pokok. Pertama, bagaimana upaya pencegahan yang telah dilakukan dan kesesuaian 
langkah-langkah yang ditempuh dengan prosedur, penegakan hukum yang 
sebenar-benarnya dan hak azasi manusia terhadap para pihak yang diklaim 
teroris. Apakah sudah melalui pembuktian kuat akan dugaan tersebut? Kedua, 
bagaimana peran masyarakat di sini, sejauhmana pendekatan dan kedekatan dengan 
modal sosial dijalin oleh pihak kepolisian?

Jika kita lihat setakat ini, pencegahan dan upaya penangkapan pihak-pihak yang 
diduga teroris belum berjalan maksimal. Justru yang terjadi semakin tak jelas 
arah pengungkapan jaringan yang dimaksud. Buktinya saban waktu ada pihak yang 
ditangkap, ditembak dan digerebek. Meski dalam hal ini, di satu sisi pihak 
kepolisian patut kita berikan apresiasi atas segala upaya, namun di sisi lain 
apresiasi tersebut haruslah diiringi dengan perhatian seksama. Jangan sampai 
setiap langkah yang ditempuh lepas dari kritikan. Karena kepolisian adalah juga 
sekumpulan manusia.


Teroris dari Teror

Sudah seharusnya sebagai bangsa yang beradab, penghargaan terhadap nyawa 
manusia di atas segalanya. Peristiwa-peristiwa selalu kita kawal. Bukan karena 
informasi terorisnya, tetapi lebih dari itu, dituntut kesadaran kita bersama 
akan detail peristiwa dan dampaknya. Karena, ada kekhawatiran bahwa ketika aksi 
pencegahan terorisme dikampanyekan justru membuat masyarakat menjadi intel 
amatiran. Masing-masing dipacu untuk mematai orang lain. Sehingga, prasangka 
lebih dominan daripada fakta. Implikasi yang paling dikhawatirkan, hak azasi 
seseorang dikesampingkan.

Ini tentu bukan pelajaran yang baik bagi sejarah bangsa ini, generasi yang akan 
datang dan keseluruhan entitas negeri ini. Aksi pencegahan terorisme yang 
diselesaikan lewat cara koboi sebenarnya bukan mencegah munculnya terorisme, 
satu sel terbunuh, maka akan muncul sel baru lagi. Bukan kekhawatiran yang tak 
beralasan, bahwa multiplier effect dari penyikapan dengan cara begini, yang 
paling kuat akan kembali pada tingkat lokal, tingkat terkecil dari dalam negara 
ini di mana masyarakat melangsungkan segala aktivitasnya.

Kita seharusnya belajar dari cara pemerintahan barat mengatasi dan mencegah 
terorisme. Setidaknya hingga detik ini, yang tersaji dihadapan kita bukannya 
terorisme itu makin berkurang, malah sebaliknya, semakin menjadi-jadi. Ini bisa 
jadi dikarenakan upaya atau tindakan yang mereka istilahkan sebagai pencegahan 
tersebut tidak berjalan sesuai dengan karakter manusia itu sendiri. Bisa juga 
pada pola penyelesaian masalah kita yang tidak pernah fokus antara satu masalah 
dengan masalah yang lain.

Jika didalami, upaya pencegahan terorisme akan sulit mendekati momentum 
keberhasilan jika di lapangan tidak berjalan sesuai sunattullah. Solusi-solusi 
yang ditampakkan saat ini, di mana melibatkan modal sosial yang ada di tengah 
masyarakat, semisal para ulama, tokoh masyarakat, lembaga adat setempat, RT dan 
RW cenderung bukan pada pakemnya. Kasus di tengah kita, modal sosial tersebut 
cenderung dimanfaatkan hanya sekadar untuk memata-matai seseorang, sebuah rumah 
yang dicurigai, dan saat sebelum penyergapan akan dilakukan.

Pemanfaatan ini tentu malah membawa dua efek negatif secara langsung. Pertama, 
memberi elemen masyarakat 

CiKEAS Jazeera presenters quit in dress spat

2010-05-30 Terurut Topik sunny
http://www.kuwaittimes.net/read_news.php?newsid=MTIxOTYyMTQwOQ==

Headline News
Jazeera presenters quit in dress spat
Published Date: May 31, 2010 

DOHA: Five female news presenters at the pan-Arab Al-Jazeera satellite 
television channel have resigned over conflicts with management over dress code 
and other issues, a journalist there said yesterday. This collective 
resignation is not motivated just by the growing pressure on the presenters 
concerning their dress code, which was evoked by the media, said the 
journalist, who asked not to be identified. The conflicts run much deeper, 
the journalist added.

The news presenters who have reportedly quit are Jumana Namur, Lina Zahreddin, 
Lona Al-Shibel, Julnar Mussa and Nofar Afli. The Al-Hayat daily reported 
yesterday that they had resigned in the past few days after petitioning 
management in January over repeated criticism from a top company official for 
allegedly not being conservative enough in their dress. Management of the 
Doha-based channel told AFP it would issue a response later.

Established in 1996 by the government of Qatar, Al-Jazeera has revamped the 
Arab media scene by departing from the traditional government-mouthpiece news 
style and providing wide news coverage, and becoming a trailblazer for many 
subsequent channels. But its editorial line has been strongly criticised by 
Washington, which has accused the channel of becoming a podium for Islamist 
extremists, mainly in Iraq, where it has been banned from operating since 2004. 
The network has several channels, including Al-Ja
zeera English. - AFP

CiKEAS Risiko yang Timbul dari Pernikahan Sedarah

2010-05-30 Terurut Topik sunny
http://us.health.detik.com/read/2010/05/31/121514/1366564/763/risiko-yang-timbul-dari-pernikahan-sedarah?l991101755

enin, 31/05/2010 12:15 WIB

Risiko yang Timbul dari Pernikahan Sedarah
Vera Farah Bararah - detikHealth



Jakarta, Dari seluruh penduduk dunia, kemungkinan sekitar 20-50 persen 
melakukan pernikahan antar kerabat dengan pasangan hidup berasal dari leluhur 
yang sama. Benarkah pernikahan sedarah (garis keturunan yang dekat) berisiko 
mendatangkan keturunan yang cacat?

Pernikahan sedarah yang dimaksud disini adalah antar sepupu, satu marga atau 
yang garis keluarganya dekat, tapi bukan sedarah kandung atau incest.

Pernikahan sedarah banyak terjadi biasanya si pasangan baru sadar setelah 
merunut garis keluarganya. Pernikahan sedarah juga terjadi pada Charles Darwin 
yang menikah dengan sepupu pertamanya Emma.

Salah satu bahaya yang bisa timbul dari pernikahan sedarah adalah sulit untuk 
mencegah terjadinya penyakit yang terkait dengan gen buruk orangtua pada 
anak-anaknya kelak, ujar Debra Lieberman dari University of Hawaii, seperti 
dikutip dari LiveScience, Senin (31/5/2010).

Lieberman menuturkan pernikahan dengan saudara kandung atau saudara yang sangat 
dekat bisa meningkatkan secara drastis kemungkinan mendapatkan dua salinan gen 
yang merugikan, dibandingkan jika menikah dengan orang yang berasal dari luar 
keluarga.

Hal ini disebabkan masing-masing orang membawa salinan gen yang buruk dan tidak 
ada gen normal yang dapat menggantikannya, sehingga pasti ada beberapa masalah 
yang nantinya bisa menyebabkan anak memiliki waktu hidup pendek.

Profesor Alan Bittles, direktur dari pusat genetik manusia di Perth, Australia 
telah mengumpulkan data mengenai kematian anak yang dilahirkan dari pernikahan 
antara sepupu dari seluruh dunia.

Diketahui bahwa adanya peningkatan risiko tambahan kematian sekitar 1,2 persen 
dibandingkan pernikahan bukan saudara dekat. Sementara itu untuk cacat lahir 
terdapat peningkatan risiko sekitar 2 persen pada populasi umum dan 4 persen 
pada pernikahan yang orangtuanya memiliki kekerabatan dekat.

Kondisi genetik yang lebih umum terjadi pada pernikahan kerabat adalah gangguan 
resesif langka yang bisa menyebabkan berbagai macam masalah, seperti kebutaan, 
ketulian, penyakit kulit dan kondisi neurodegeneratif.

Hampir semua orang membawa mutasi genetik, tapi ketika suatu populasi memiliki 
ruang lingkup yang kecil maka mutasi gen akan menjadi lebih sering terjadi, 
ungkap Prof Bittles, seperti dikutip dari BBC.

Jika dua orang yang membawa gen resesif mereproduksi, maka anak-anaknya 
memiliki satu dari empat kesempatan untuk memiliki kelainan tersebut dan satu 
dari dua anak memiliki kesempatan menjadi pembawa sifat (carrier).

Hal inilah yang membahayakan pernikahan sedarah atau memiliki hubungan 
kekeluargaan yang dekat, karena risiko penyakit atau kondisi genetik tertentu 
menjadi lebih besar.

Prof Bittles menjelaskan sangat penting bagi orang yang akan menikah untuk 
melakukan pemeriksaan genetik terlebih dahulu agar bisa mencegah dampak yang 
mungkin terjadi pada anak-anaknya. Cara ini merupakan penyaringan selektif yang 
jauh lebih efektif.

CiKEAS Dua Mesjid Ahmadiah Diserang di Lahore

2010-05-29 Terurut Topik sunny
Refleksi : Di NKRI pun akan bisa terjadi demikian. Siapa menyusul setelah 
Amhadiah? Silahkan lihat video ini : http://www.youtube..com/watch?v=U7RLCXNdKF4




http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_contentview=articleid=56365:dua-mesjid-ahmadiah-diserang-di-lahorecatid=18:umumItemid=27

  Dua Mesjid Ahmadiah Diserang di Lahore  
  Lahore, (Analisa).

   Tentara dan sejumlah warga Pakistan berlindung saat terdengar tembakan 
saat serangan di sebuah di Lahore, Pakistan, Jumat (28/5).

  Sedikitnya 70 jemaah tewas dalam serangan terhadap dua mesjid milik 
sebuah sekte minoritas di kota Lahore, Pakistan Timurlaut, Jumat (28/5)

  Rizwan Naseer, direktur dinas ambulans menjelaskan 70 jenazah telah 
dibawa ke rumah sakit di Lahore, ibukota kebudayaan Pakistan. 
  Orang-orang bersenjata melepaskan tembakan tak lama setelah shalat Jumat 
dan melemparkan granat-granat ke arah dua mesjid yang dihadiri oleh para 
pengikut Ahmadiah, sekte minoritas di Pakistan berpenduduk mayoritas Muslim.

  Sebelumnya dilapokan orang-orang bersenjata sempa menyandera beberapa di 
antara jemaah yang berkumpul untuk shalat Jumat di setidaknya satu gedung dan 
menyebabkan beberapa korban, kata seorang pejabat.

  Mesjid yang menjadi sasaran adalah satu yang berlokasi di kawasan Model 
Town, tempat seorang pembom mobil bunuh diri menyerang Maret lalu, dan mesjid 
kedua di kawasan yang sangat padat di Garhi Shahu. Dua mesjid itu diperuntukkan 
para anggota sekte Ahmadah.

  Para teroris menyerang dua mesjid. Mereka melepaskan tembakan dan 
menggunakan granat. Mereka menyandera beberapa jemaah di dalam mesjid, kata 
pejabat pertahanan sipil distrik Muzha Ahmed kepada AFP melalui telepon dari 
lokasi kejadian di Garhi Shahu.

  Tim saya memberitahu saya beberapa orang tewas dan beberapa lainnya 
cedera,tapi saya tidak menerima keterangan mengenai jumlah pasti, tambah Ahmed.

  Amjad Iqbal, perwira polisi yang berada di Garhi Shahu menjelaskan kepada 
AFP melalui telepon banyak orang dikhawatirkan tewas.

  Tembakan masih terus berkobar. Para penyerang berada di atap mesjid itu 
dan mereka menembak ke arah seorang polisi. Salah seorang penyerang jatuh dari 
atap, katanya. (R
 
berlindung.jpg

CiKEAS RI calls for incentives for forest conservation + Norway to pay for Indonesian logging moratorium

2010-05-29 Terurut Topik sunny
Refleksi : Jangan berpikir bahwa para petinggi NKRI tidak pandai berpolitik. 
Hutan digundulkan,  duit masuk kantong, kekayaan bertumpuk-tumpuk, petinggi dan 
konco-bin sahabat  menjadi kaya raya sebahagian menjadi raja-raja kayu. Rakyat 
di daerah dapat apa? 

Kebetulan ada masalah iklim bisa numpang, kalau tidak dibantu  reboasasi, iklim 
buruk dan  dunia bisa cepat kiamat. Supaya tidak kiamat harus dibantu untuk 
mencegah hutan tidak digundulkan dan untuk itu diperlukan sedekah fulus. 
Politik  akal bulus berhasil. US$ 1 miliar diberikan. Pertanyaannya kalau ikan 
di laut habis, tanah berlobang-lobang karena perut bumi dikeruk hasilnya, 
apakah juga harus diminta dana duit untuk mengembalikan ikan-ikan yang 
menghilang dan untuk menutup perut bumi yang kosong dan bolong sana sini?


http://www.thejakartapost.com/news/2009/12/18/ri-calls-incentives-forest-conservation.html

RI calls for incentives for forest conservation
The Jakarta Post, Jakarta | Fri, 12/18/2009 6:39 PM | World 


President Susilo Bambang Yudhoyono said Friday in Copenhagen that developed 
countries should give incentives to developing countries to conserve forests.

There is a draft for the UN Climate Change conference that obliges developing 
countries to conserve forests and stop deforestation, which we think is not 
balanced, Yudhoyono told a press conference aired by TV One.

We propose one article that says developing countries must be given incentives 
for their efforts to conserve forests.

He said his team would make sure the proposal was approved at the conference

Lihat No Joke : http://www.thejakartapost.com/news/2009/12/18/no-joke.html


http://www.theage.com.au/environment/conservation/norway-to-pay-for-indonesian-logging-moratorium-20100527-whrg.html

Norway to pay for Indonesian logging moratorium 
TOM ALLARD INDONESIA CORRESPONDENT 
May 28, 2010 
INDONESIA'S President, Susilo Bambang Yudhoyono, has announced a two-year 
moratorium on new logging concessions, part of a deal with Norway in which 
Indonesia will receive up to $US1 billion ($1.2 billion) if it adheres to a 
letter of intent signed by the two countries yesterday.

The initiative was warmly welcomed by environmentalists. It will put curbs on 
Indonesian's lucrative palm oil industry and could delay or slow plans for the 
creation of a huge agricultural estate in Papua province.

Addressing reporters on his way to Oslo, where the deal was signed, Dr 
Yudhoyono said Indonesia had to balance its needs for economic development with 
its responsibilities to prevent a rise in carbon emissions, which the majority 
of scientists say are responsible for global warming.

''Indonesia is really able to maintain its tropical forests, meaning that we 
maintain the lungs of the world,'' Dr Yudhoyono said, according to the official 
Antara news agency.

''It is not merely Indonesia but also the rest of the world which will enjoy 
the fruit.''

Indonesia is the world's third largest emitter of greenhouse gases, with 80 per 
cent of those emissions due to deforestation.

As well as felling trees that absorb carbon, deforestation in Indonesia's 
swampy peatlands releases carbon from the exposed peat as it dries. It also 
often leads to huge fires that are very difficult to control and spew out more 
greenhouse gases.

The rapid expansion of the palm oil sector and granting of million of hectares 
in new logging concessions in recent years have accelerated deforestation, 
including in peatlands. Under the Oslo plan, those concessions will still be 
able to be logged, but new areas will not be opened up.

Norway will pay the Indonesian government in instalments, and closely monitor 
whether the forest areas are protected.

Norway's Prime Minister, Jens Stoltenberg, said: ''If there is no reduced 
deforestation we will not pay; if there is reduced deforestation we will pay.''

Indonesia has a pervasive problem with illegal logging, an activity Dr 
Yudhoyono has indicated he will cracking down on as part of a broader 
anti-corruption push.

''We congratulate President [Yudhoyono] on his commitment in Oslo,'' said 
Bustar Maitar, forests campaigner with Greenpeace Indonesia. ''This is a very 
large step and shows he is committed to stopping forest deforestation and 
climate change.''

According to Greenpeace, forests covering the equivalent of 300 football fields 
are eradicated every hour in Indonesia, which with Malaysia produces 80 per 
cent of the world's palm oil. Palm oil is used for cosmetics, fuel and as 
vegetable oil in many foods such as snacks like chocolate bars and crisps.

While the agreement may threaten plans for a huge agricultural estate in 
Merauke district in Papua where there are large swampland forests, the 
presidential climate adviser, Agus Purnomo, indicated it would still go ahead, 
telling the Jakarta Globe that ''we will work it out so that there will be no 
peatlands converted''.

Elfian Effendi of the Indonesian non-government organisation Greenomics 

CiKEAS Dicabut, Subsidi BBM Motor!

2010-05-29 Terurut Topik sunny
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2010052909194415

  Sabtu, 29 Mei 2010 
 

  BURAS 
 
 
 

Dicabut, Subsidi BBM Motor!


   
  UNTUK mengurangi subsidi BBM dalam APBN, pemerintah berencana mencabut 
subsidi BBM untuk sepeda motor! Kebijakan ini akan diuji coba mulai Agustus 
2010 di Pulau Jawa! ujar Umar. Konsumsi BBM jenis premium untuk motor 15%, 
sisanya 85% untuk mobil. Tanpa subsidi, berarti pengendara motor harus membeli 
BBM dengan harga internasional setara di Singapura, Rp6.000 sampai Rp6.500 per 
liter!

  Orang-orang di lingkaran kekuasaan memang pintar menambah beban hidup 
rakyat kecil hingga kian sengsara! sambut Amir. Bayangkan betapa semakin 
berat derita tukang ojek, pedagang kecil penjaja keliling, pegawai dan karyawan 
rendahan, warga pinggiran yang mendominasi pengguna motor! Sedang warga kelas 
menengah dan atas yang bermobil, justru tetap diberi subsidi BBM!

  Kebijakan menambah beban pada mayoritas rakyat kelas bawah itu 
pendekatan Orde Baru dengan asumsi korban kebijakan itu hanya the silent 
majority--mayoritas bisu! tegas Umar. Contoh yang berlangsung dari zaman ke 
zaman adalah kebijakan menekan harga gabah dan beras milik petani! Penekanan 
harga beras berlangsung sistematis melalui kendali harga dari Bulog, guna 
mendukung sektor industri yang tidak efisien, hingga cuma bisa bertahan lewat 
menekan gaji buruh serendah mungkin! Dengan gaji sangat rendah, kaum buruh 
hanya mampu bertahan hidup dengan beras murah!

  Tapi sektor industri tak kunjung bisa efisien karena terbelit birokrasi 
yang korup nyaris di semua lini! timpal Amir. Akibatnya, sektor industri tak 
kunjung efisien untuk memberi pertumbuhan ekonomi sebanding pengorbanan petani 
yang menyuplai beras murah! Beda dengan negeri-negeri maju, melindungi petani 
dengan menjaga harga produk pertanian tetap tinggi di dalam negeri dengan 
subsidi sarana produksi yang berlimpah! Seperti di Jepang, harga beras 300 yen 
per kilogram (sekitar Rp30 ribu), sisa produksinya dibeli negara dan dilempar 
ke pasar internasional dengan harga sangat rendah!

  Itu dia! sambut Umar. Setelah sekian lama petani dikorbankan demi 
kepentingan industrialis kaya raya, kini giliran tukang ojek yang harus memikul 
beban demi kelas menengah dan atas tetap bisa menikmati subsidi BBM!

  Tapi, pencabutan subsidi BBM motor ini menjadi penguji asumsi apakah 
rakyat kelas bawah masih mayoritas bisu! tegas Amir. Jika asumsi itu benar, 
terbukti pembangunan demokrasi sejauh ini belum berhasil membuat rakyat bangkit 
dan mengakhiri posisinya sebagai mangsa dari kepentingan kelas menengah dan 
atas! ***

  H. Bambang Eka Wijaya
 
bening.gifburas.jpg

CiKEAS Memburu Janji Negara Maju

2010-05-29 Terurut Topik sunny
http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=showpagekat=7

[ Sabtu, 29 Mei 2010 ] 


Memburu Janji Negara Maju 
Oleh Siti R. Susanto

DALAM perjalanannya menuju Oslo Climate and Forest Conference di Oslo, 
Norwegia, Presiden Soesilo Bambang Yudoyono kembali menegaskan bahwa Indonesia 
lebih membutuhkan hibah lingkungan dari negara maju dan bukan pinjaman terkait 
dengan isu pendanaan lingkungan untuk mengatasi dampak pemanasan global dan 
perubahan iklim (25/5). Bagaimanakah peluang Indonesia dalam konferensi 
tersebut dan langkah diplomasi apa yang bisa ditempuh?

Peluang Indonesia 

Upaya Indonesia menagih janji negara maju untuk memberikan kompensasi seimbang, 
terutama hibah, atas kontribusinya terhadap lingkungan hidup global seakan 
tidak pernah berhenti. Sebagai pemilik hutan terbesar ketiga di dunia serta 
berbagai aneka kekayaan hayati lain, Indonesia menjadi salah satu supplier 
strategis kebutuhan udara bersih serta biodiversitas dunia. 

Berpijak pada kenyataan di atas, logis jika Indonesia mengajukan share 
pendanaan lingkungan kepada negara-negara industri besar -yang selama ini turut 
menggantungkan nyawanya- kepada Indonesia. Terakhir, Indonesia menggaungkan 
harapan itu dalam Conference of Parties (COP) Ke-15 United Nations Framework 
Convention on Climate Change (UNFCCC) di Copenhagen, Denmark. Namun apa daya, 
saat itu Indonesia harus kembali bersabar memperoleh jaminan komitmen negara 
maju akibat kebuntuan internasional menggagas formulasi efektif untuk mengatasi 
ancaman global perubahan iklim. Bahkan, Copenhagen Accord sebagai hasil COP 
ke-15 masih jauh dari harapan negara berkembang mengingat sifatnya yang masih 
dipertimbangkan hampir semua negara maju peserta UNFCCC . 

Kini, kesempatan meraih bantuan lingkungan kembali terbuka dengan diundangnya 
Indonesia dalam konferensi yang dikoordinasi PM Norwegia, Stoltenberg. Dalam 
kesempatan tersebut, Stoltenberg mengundang Indonesia dan negara-negara 
berkembang lain untuk merumuskan formulasi REDD+Partnership atau kerja sama 
pengurangan emisi akibat deforestasi dan kerusakan hutan di negara berkembang. 
Selama ini, gas emisi kebakaran hutan Indonesia didakwa sebagai salah satu 
penyumbang terbesar timbulnya dampak pemanasan global, selain proses industri 
di negara maju. 

Jika dibandingkan dengan COP yang sarat dengan kompetisi keras negara-negara 
industri, Konferensi Oslo sangat akomodatif memberikan peluang bagi Indonesia 
memperoleh share lingkungan sebanding, sebagaimana harapannya selama ini. 
Keberadaan Norwegia sebagai tuan rumah merupakan alasan terpenting. Sebab, atas 
ide negara Skandinavia itulah, Indonesia secara langsung mendapatkan fasilitas 
atas beberapa kepentingan strategisnya, terutama menyangkut sumber daya hutan. 

Terdapat dua aspek strategis yang diterima Indonesia dalam konferensi itu. 
Pertama, Indonesia mendapatkan pengakuan resmi (de jure) dari PM Norwegia 
sebagai negara kunci dalam mengatasi dampak pemanasan global perubahan iklim. 
Bahkan, dinyatakan eksplisit bahwa penyelamatan hutan Indonesia merupakan poin 
utama pertemuan internasional yang dihadiri lebih dari 50 negara tersebut 
(Financial Times 27/5). 

Kedua, Indonesia mendapatkan komitmen bantuan (de facto) dari pemerintah 
Norwegia sebesar USD 1 miliar untuk membiayai upaya penanganan kerusakan hutan 
dan deforestasi. Fasilitas tersebut begitu istimewa karena kepentingan 
Indonesia akan bantuan finansial diakomodasi secara cepat oleh Norwegia. Hal 
itu tentu berbeda dengan proses negosiasi sejenis lainnya. Biasanya, Indonesia 
harus menempuh proses yang sangat panjang dan menguras energi demi memperoleh 
komitmen bantuan negara maju. 

Oleh karena itu, tidak heran jika Presiden Yudoyono sendiri yang memimpin 
delegasi Indonesia pada pertemuan yang bukan merupakan bagian formal UNFCCC 
tersebut. Kehadiran delegasi RI yang dipimpin langsung Presiden Yudoyono ke 
Norwegia itu ibarat memburu komitmen negara maju dalam menjaga lingkungan 
global. Berdasar pengalaman, sangat tidak mudah memperoleh komitmen negara maju 
terkait dengan isu pendanaan lingkungan. 

Diplomasi Indonesia 

Terlepas dari akomodasi yang diterimanya pada konferensi tersebut, sudah 
seharusnya diplomasi lingkungan hidup RI senantiasa up-to-date dan inovatif 
mengingat fakta lingkungan selalu berubah cepat. Pertama, up-to-date bahwa 
diplomasi Indonesia harus bisa menghadirkan informasi terbaru tentang 
fakta-fakta lingkungan yang terjadi di negeri ini, terutama langkah terobosan 
terkait dengan penegakan komitmen terhadap isu konservasi dan pelestarian 
lingkungan. 

Selama ini, Indonesia cenderung menampilkan fakta-fakta normatif sebagai salah 
satu kekuatan diplomasi, seperti menampilkan profil Indonesia yang sarat 
penghargaan internasional lingkungan hidup atas berbagai macam prestasinya 
menggalakkan program penanaman satu juta pohon atau puluhan program serupa 
lain. Namun, prestasi internasional tersebut menjadi ironi ketika dihadapkan 
pada realitas maraknya 

CiKEAS Matinya si Peniup Peluit

2010-05-29 Terurut Topik sunny
Refleksi : Agaknya penguasa kleptokratik NKRI mau menunjukkan sebagai pelajaran 
dan peringatan agar tidak ada menjadi peniup peluit? Bagaimana kalau menjadi 
gitarist atau pemukul tifa, mungkin saja bisa berhasil karena resonasinya lebih 
keras.

http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detailnid=136303

[ Jum'at, 28 Mei 2010 ] 

Matinya si Peniup Peluit 


KOMJEN Pol Susno Duadji sedang dibidik. Mabes Polri, tampaknya, berambisi untuk 
menjerat sekaligus memidanakan mantan Kabareskrim tersebut dengan sejumlah 
tindak pidana. Mulai dugaan korupsi dalam pemotongan anggaran pengamanan 
pilkada Jabar 2008, kasus transfer bermasalah dari seorang pengacara, hingga 
suap dalam kasus PT Salmah Arowana Lestari (SAL).

Sejumlah lembaga negara yang membidangi advokasi menaruh perhatian terhadap 
Susno. Sebut saja Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) serta Komnas HAM 
yang meminta Mabes Polri membedakan peran Susno sebagai tersangka dan 
pengungkap (whistle blower) kasus yang menyeret pejabat kepolisian. 

LPSK menganggap kasus Susno bukan sekadar urusan internal kepolisian, tapi 
lebih menyangkut kepentingan publik dalam transparansi penegakan hukum. Menurut 
Komnas HAM, penetapan Susno sebagai tersangka merupakan bentuk kriminalisasi 
yang berpotensi menimbulkan terjadinya pelanggaran HAM.

LPSK berkepentingan atas jaminan keamanan terhadap Susno. Karena itu, lembaga 
yang diketuai Abdul Haris Samendawai tersebut meminta agar kepolisian 
menempatkan Susno secara khusus di safe house. Mabes Polri tidak bisa bertindak 
semena-mena terhadap Susno karena jenderal bintang tiga kelahiran Pagaralam, 
Sumsel, tersebut diyakini masih menyimpan sejumlah perkara besar yang akan 
diungkapkan.

Toh, kepolisian berpandangan lain. Mabes Polri punya wewenang untuk mengusut 
kasus Susno, termasuk tetap menahan di Rutan Mako Brimob, Depok. Kenyataannya, 
upaya LPSK untuk memberikan perlindungan terhadap Susno bakal kandas.

Kasus Susno kembali mengingatkan kita bahwa betapa rentannya jaminan keamanan 
terhadap saksi pengungkap atau sang peniup peluit (whistle blower) di tanah 
air. Kita tentu masih ingat kasus Endin Wahyudin (pelapor mafia peradilan di 
Mahkamah Agung) serta Vincentius Amin Susanto (mantan financial controller Grup 
Asian Agri yang mengungkap kasus perpajakan perusahaannya senilai Rp 1,3 
triliun). Mereka seolah menjadi ''martir'' yang dengan sadar berkorban demi 
kepentingan publik -penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

Endin, Vincentius, maupun sekarang Susno telah menjadi whistle blower yang 
menghadapi tiga ancaman sekaligus. Pertama, ancaman dari orang-orang yang 
namanya mereka beberkan. Kedua, para whistle blower berisiko terkena efek 
''senjata makan tuan'' dari pengakuan serta informasi yang mereka berikan 
kepada media massa, lembaga antikorupsi, pengacara, penyidik KPK, atau aparat 
hukum lainnya. Ketiga, ancaman yang juga bakal dihadapi whistle blower datang 
dari kalangan internal lembaganya.

Namun, terulangnya kriminalisasi terhadap whistle blower yang dialami Susno 
bisa jadi terasa lain. Sebab, hal itu terjadi saat telah diberlakukannya UU No 
13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Pasal 8, 31, dan 36 
undang-undang tersebut sudah jelas mengatur adanya jaminan keamanan terhadap 
saksi pelapor. Namun, aparat kepolisian seolah tutup mata. Tiga pasal itu 
menyebutkan, perlindungan hukum dapat berupa kekebalan yang diberikan kepada 
pelapor dan saksi agar tidak dapat digugat atau dituntut secara perdata. 

Dalam kasus Susno, Kapolri seharusnya berterima kasih kepada Susno yang telah 
mengungkap kebobrokan di internal Mabes Polri. Bentuknya bisa memberikan 
imbalan atau penghargaan atas sikap tersebut. Di tengah era keterbukaan 
informasi publik, Kapolri tak bisa lagi bersikap seperti peribahasa ''buruk 
muka, cermin dibelah''. Sikap Kapolri tersebut juga menjadi taruhan citra 
kepolisian, apakah akan mengikuti tren keterbukaan atau justru lebih suka 
berkutat pada kejumudan. 

CiKEAS RS Terapung Terbesar Dunia Datangi Ambon

2010-05-29 Terurut Topik sunny
http://regional.kompas.com/read/2010/05/28/14240930/RS.Terapung.Terbesar.Dunia.Datangi.Ambon

RS Terapung Terbesar Dunia Datangi Ambon


Jumat, 28 Mei 2010 | 14:24 WIB

wikipedia.org
AMBON, KOMPAS.com - Pelabuhan Yos Sudarso Ambon siap dikunjungi kapal rumah 
sakit terbesar milik Angkatan Laut Amerika Serikat, USNS MERCY T-AH91, yang 
dijadwalkan tiba pada 29 Juli 2010 guna mendukung Operasi Surya Baskara Jaya di 
Maluku. 

Administrator pelabuhan (Adpel) setempat, Benny Tangkuman, mengatakan, Jumat, 
pelaksana kepelabuhanan, polsek, agen pelayaran, dan pengurus Tenaga Kerja 
Bongkar Muat (TKBM) telah mematangkan kesiapan untuk kunjungan kapal USNS Mercy 
yang dijadwalkan ditinjau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 4 Agustus 
2010. 

Kawasan Pelabuhan Yos Sudarso Ambon juga disiapkan untuk puncak kegiatan Sail 
Banda yang dijadwalkan dihadiri Kepala Negara pada 3 Agustus 2010. 

Tangkuman mengemukakan, menjelang Sail Banda yang rangkaian kegiatannya 
dijadwalkan Juni-Agustus 2010, Pelindo akan mengaspal jalan-jalan dalam kawasan 
Pelabuhan Yos Sudarso sepanjang 6.000 meter. 

Selain itu, berkoordinasi dengan Pelindo, PT Pelni, agen pelayaran, dan 
pengurus TKBM agar kegiatan bongkar muat dijadwalkan pada H-3 dan H+3 tidak 
mengganggu kegiatan Operasi Surya Baskara Jaya karena kapal USNS MERCY juga 
didukung sejumlah armada dari Selandia Baru, Malaysia, Singapura, dan Australia 
serta kapal rumah sakit KRI dr Soeharso. 

Angkatan Laut Singapura akan mengirimkan satu unit Landing Ship Tank (LST) dan 
Angkatan Laut Australia dua unit Landing Craft Heavy (LCH). Sementara Angkatan 
Laut Selandia Baru mengirimkan satu tim kesehatan dan Angkatan Laut Malaysia 
sedang menunggu konfirmasi jumlah personel ataupun peralatan pendukungnya. 

Jadi diatur agar menjelang dan pasca-puncak Sail Banda tidak ada kapal PT 
Pelni maupun kontainer dari tiga unit perusahaan pelayaran yang bongkar muat di 
Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, ujar Tangkuman.

Khusus untuk KM Lambelu yang dijadwalkan tiba di Ambon pada 26 Juli 2010, 
menurut dia, sedang dikoordinasikan untuk berlabuh di Pelabuhan Districk 
Navigasi setempat atau Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) IX Ambon. 

Kami berusaha agar kegiatan Operasi Surya Baskara Jaya dan Sail Banda tidak 
mengurangi stok bahan pokok masyarakat, katanya.

Untuk itu ada pengaturan kapal PT Pelni ataupun kontainer pada H-3 dan H+3 yang 
berlabuh di bagian timur Pelabuhan Yos Sudarso Ambon, dengan panjang 560 meter, 
untuk bongkar muat dengan agen pelayaran dan pengurus TKBM sepakat menambah jam 
kerja.

Ia juga mengatakan, tenda untuk kegiatan puncak Sail Banda yang dijadwalkan 
dihadiri Kepala Negara telah disiapkan sejak pekan ketiga Juli 2010.

Pemantapan intensif dilakukan untuk menyukseskan Operasi Surya Baskara Jaya dan 
Sail Banda, termasuk berkoordinasi dengan direksi PT Pelni untuk pengoperasian 
KM. 

Bukit Siguntang menjadi hotel terapung yang berlabuh di Teluk Dalam Ambon 
dijadwalkan sejak 26 Juli 2010, ujar Benny Tangkuman.

Kapal USNS MERCY dengan panjang 273 meter akan membawa 956 tenaga medis dan 
paramedis guna memberikan pelayanan gratis, terutama terkait operasi kecil 
hingga besar dari kegiatan Operasi Surya Baskara Jaya.

Sekretaris Kementerian Koordinator Kesra Indroyono Susilo mengatakan, dukungan 
sejumlah negara untuk Operasi Surya Baskara Jaya ini merupakan program 
kemitraan Pasifik 2010 yang diemban sebagai rangkaian bantuan kemanusiaan oleh 
Armada Pasifik Amerika Serikat.

Hal itu dengan tujuan memperkuat hubungan regional bersama negara-negara 
penyelenggara ataupun mitra, antara lain, di wilayah Asia Tenggara.
1423564p.jpg

CiKEAS Uang yang Tersedot Lumpur Lapindo Bakal Membengkak Rp11,5 Triliun

2010-05-29 Terurut Topik sunny
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/05/29/145756/125/101/Uang-yang-Tersedot-Lumpur-Lapindo-Bakal-Membengkak-Rp115-Triliun



Uang yang Tersedot Lumpur Lapindo Bakal Membengkak Rp11,5 Triliun 
Sabtu, 29 Mei 2010 18:35 WIB 

 
ANTARA/Eric Ireng/wt

SIDOARJO--MI: Uang rakyat yang bakal tersedot untuk penanganan semburan lumpur 
Lapindo di Sidoarjo, Jawa Barat, bakal membengkak mencapai Rp11,5 triliun 
hingga 2014. 

Pemerintah ternyata sudah mengalokasikan anggaran untuk Badan Penanggulangan 
Lumpur Sidoarjo (BPLS) 2011 hingga 2014 sebesar Rp7,2 triliun. Anggaran 
tersebut tertuang dalam dokomen rencana pembangunan jangka menengah. 

Dalam dokumen rencana pembangunan jangka menengah tersebut tercatat ada 
anggaran untuk BPLS sebesar Rp7,2 triliun, kata Direktur Eksekutif Wahana 
Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jawa Timur Bambang Catur Nusantara, Sabtu 
(29/5). 

Adanya data tersebut, berarti uang rakyat yang bakal dikorbankan untuk 
menangani semburan lumpur Lapindo akan terus membengkak. Sebab, sebelumnya uang 
rakyat yang disedot untuk penanggulangan lumpur sudah mencapai Rp4,3 triliun. 
Masing-masing Rp450 miliar pada 2007, Rp1,57 triliun pada 2008, Rp1,15 triliun 
pada 2009, dan Rp1,2 triliun untuk 2010. 

Penggelontoran triliunan rupiah uang milik rakyat tersebut dipergunakan tidak 
hanya untuk menangani semburan lumpur Lapindo. Anggaran tersebut juga 
dipergunakan untuk menangani persoalan sosial dan infrastruktur. 

Menurut Catur, walaupun anggaran yang digelontorkan sangat besar, kegiatan 
penanganan di lapangan ternyata tidak maksimal. Ia juga mempertanyakan 
transparansi dari pengelolaan anggaran tersebut. 

Dari 25 badan publik yang kita tanyai soal lumpur ternyata semuanya tidak mau 
memberikan keterangan. Ini artinya tidak ada transparansi anggaran untuk 
pengelolaan lumpur, kata Catur. 

Sementara itu, Kepala Humas Badan Pelaksana (Bapel) BPLS, Ahmad Zulkarnaen 
mengatakan hingga saat ini anggaran yang sudah dipergunakan untuk penanganan 
lumpur baru mencapai Rp1,3 triliun. Artinya, daya serap anggaran untuk 
penanggulangan lumpur masih rendah karena adanya beberapa kendala. (HS/OL-01)20100529_040201_LUMPUR2.jpg

CiKEAS Empat Tahun Petaka Lumpur Lapindo

2010-05-29 Terurut Topik sunny
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/05/29/145679/265/114/Empat-Tahun-Petaka-Lumpur-Lapindo


 

Empat Tahun Petaka Lumpur Lapindo 
Sabtu, 29 Mei 2010 00:01 WIB  

 
ANTARA/Eric Ireng

TEPAT pada hari ini semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur, sudah 
berlangsung empat tahun. Namun hingga saat ini tidak ada sedikit pun 
tanda-tanda semburan akan surut atau berhenti. 

Semburan lumpur masih kuat dengan rata-rata volume semburan sekitar 70 ribu 
meter kubik per hari. Hingga saat ini volume lumpur yang tertampung di kolam 
620 hektare mencapai sekitar 12 juta meter kubik. 

Semburan lumpur itu sedikitnya telah menenggelamkan 12 desa, 24 pabrik, dan 
memaksa lebih dari 30 ribu warga terusir dari rumahnya. Tidak itu saja, 
sejumlah infrastruktur juga rusak, di antaranya jalan tol, jalan arteri Porong, 
dan rel kereta api. 

Pada awal-awal semburan muncul, penanganan lumpur termasuk ganti rugi sosial 
ditangani PT Minarak Lapindo Jaya. Namun, karena areal yang terkena dampak 
semakin luas, penanganannya dialihkan kepada pemerintah. Hingga saat ini uang 
rakyat dari APBN yang telah dikucurkan untuk penanganan dampak lumpur itu 
mencapai sekitar Rp4 triliun. 

Uang tersebut dialokasikan kepada Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) 
masing-masing Rp450 miliar pada 2007, Rp1,57 triliun (2008), Rp1,15 triliun 
(2009), dan Rp1,2 triliun pada 2010. Hingga saat ini mengenai ganti rugi bagi 
para korban belum tuntas. 

Sejauh ini sudah ada berbagai upaya dilakukan untuk menghentikan semburan 
lumpur tersebut. Terakhir, upaya ditawarkan Djaja Laksana, alumnus Institut 
Teknologi 10 November (ITS) Surabaya, yakni bendungan Bernoulli. 

Hingga saat ini memang tidak ada lagi teori yang mampu menghentikan semburan 
selain teori Bernoulli dan tidak ada satu pakar pun yang menyanggah teori ini, 
kata Djaja di Sidoarjo, kemarin. 

Menurut Djaja, inti semburan lumpur berada di Sumur Banjar Panji 1 yang 
memiliki kedalaman kurang lebih 3.000 meter. Karena tidak dihentikan, di 
sekitar pusat semburan kerap muncul semburan baru dan itu merupakan efek 
samping, katanya. 

Secara teknis, jelasnya, teori Bernoulli tersebut bisa diterapkan dengan cara 
membuat bendungan yang melebihi total head (ketinggian maksimal) yang dibuat 
melingkar mengelilingi pusat semburan. 

Namun, tawaran itu hingga saat ini belum ditanggapi pemerintah dalam hal ini 
BPLS. (HS/Ant/X-520100528_114540_16.jpg

CiKEAS Sekolah Internasional Singkirkan Orang Miskin

2010-05-29 Terurut Topik sunny
Refleksi : Maksudnya memang begitu. Bukankah masyarakat  kerajaan neo-Mojopahit 
terbagi dalam  katagori,  mereka yang mempunyai dan tidak mempunyai apa-apa 
selain nama. Mereka yang  hanya mempunyai nama kesempatannya  bukan saja 
disempitkan tetapi juga tertutup. Hanya orang linglung berilusi bahwa rezim 
kleptokratik berlambang demokrasi menjamin hak semua warga berdiri sama tinggi 
dan duduk sama rendah. 

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/05/05/144527/265/114/Sekolah-Internasional-Singkirkan-Orang-Miskin

 

Sekolah Internasional Singkirkan Orang Miskin 
Minggu, 23 Mei 2010 00:30 WIB  


BILA lazimnya rakyat yang mengeluhkan mahalnya biaya sekolah berlabel rintisan 
sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional, kini 
kepala daerah yang ikut pusing tujuh keliling menghadapi ulah sekolah yang 
seenaknya mematok biaya pendidikan. 

Biaya yang ditetapkan kepada orang tua murid sudah enggak benar. Di satu sisi 
kita berupaya membebaskan biaya pendidikan, kok ada beban berat lagi bagi orang 
tua murid. Anggaran RSBI harus dikaji ulang. Tidak boleh memberatkan orang tua 
murid, kata Bupati Karawang Dadang S Muchtar di kantornya, akhir pekan silam. 

Dadang meradang melihat RSBI di SMAN I Karawang menetapkan dana sumbangan 
pendidikan (DSP) Rp5 juta pada tahun ajaran baru kali ini untuk siswa baru, 
sedangkan siswa yang memasuki tahun kedua dibebani sebesar Rp6 juta. Di samping 
itu, siswa juga diwajibkan membayar sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) 
Rp350 ribu per bulan. 

Lain Bupati, lain Ketua Dewan Pendidikan Karawang Nanang Muchlis. Ia tak 
terusik dengan tingginya biaya pendidikan tersebut. Sampai saat ini siswa yang 
mengikuti program RSBI, selain berprestasi, harus dari keluarga mampu, 
tuturnya. Bagaimana yang tidak mampu? Bagi orang tua siswa yang tidak mampu, 
ya harus tahu diri. Lebih baik anaknya mengikuti sekolah biasa yang gratis, 
kata Nanang, tenang. 

Namun, SMAN I Karawang membantah menyingkirkan anak berprestasi dari keluarga 
tidak mampu. Asalkan bisa menunjukkan surat keterangan miskin dari kelurahan, 
tetap akan diterima, kata Shoheh Musthofa, Guru SMAN I Karawang. 

Di sejumlah daerah, RSBI mematok harga yang bervariasi. Di Kota Tangerang 
Selatan, SMAN 2 Rp10 juta dan SPP Rp650 ribu/bulan. Di Kota Malang, enam SMAN 
Rp5 juta dan SPP Rp50 ribu. Di Kota Bogor, SMAN I Rp7 juta dan SPP Rp385 ribu. 

Maraknya sekolah berlabel RSBI dengan biaya yang mencekik keluarga tidak mampu 
diakui Forum Guru Independen Indonesia (FGII). SMAN 9 dan SMAN 2 Bandar 
Lampung yang pada tahun lalu mematok uang masuk sebesar Rp4,5 juta - Rp7 juta 
dengan biaya SPP Rp500 ribu per bulan. Hal ini jelas lebih mahal daripada biaya 
masuk ke perguruan tinggi seperti di Universitas Lampung mematok biaya Rp1,2 
juta per tahun atau untuk biaya dua semester, kata Ketua II Gino Vanollie. 

Sementara itu, SMAN 70 Jakarta yang berlabel SBI menetapkan biaya Rp28,5 juta 
di awal tahun ajaran pertama ('Media Indonesia', 16/5). 


Tidak bisa bertindak 

Bak pepatah, anjing menggonggong kafilah berlalu. Protes dari berbagai kalangan 
mengenai tingginya biaya RSBI dan SBI tak membuat Kementerian Pendidikan segera 
ambil tindakan. Tidak ada landasan hukum untuk membatasi (biaya), kata Kepala 
Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas Mansyur Ramly seraya menambahkan 
keberadaan RSBI dan SBI itu sesuai dengan Pasal 50 ayat 3 Undang-Undang Nomor 
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 

Setali tiga uang, staf khusus Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Sukemi 
menilai soal biaya sifatnya relatif. Ukuran mahal atau tidak sebuah RSBI atau 
SBI relatif, ujarnya di sela-sela Press Workshop 2010, di Bogor, Jabar, 
kemarin. 
Kendati begitu, lanjutnya, Kemendiknas akan menyusun struktur biaya pendidikan 
sekolah berlabel internasional pada akhir tahun ini. (SN/Dik/Far/DD/S

CiKEAS Semburan Lumpur Bangkalan Bukan Akibat Eksplorasi

2010-05-29 Terurut Topik sunny
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/05/05/145642/125/101/Semburan-Lumpur-Bangkalan-Bukan-Akibat-Eksplorasi


Semburan Lumpur Bangkalan Bukan Akibat Eksplorasi 
Jumat, 28 Mei 2010 23:44 WIB 


BANGKALAN--MI: SPE Petroleum menilai semburan air bercampur lumpur yang keluar 
lahan ekplorasi minyak bumi dan gas di Desa Batukaban, Kecamatan Konang, 
Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Jumat (28/5), bukan karena ekplorasi, 
namun fenomena yang biasa terjadi. 

Ini bukan karena ekplorasi minyak bumi dan gas yang dilakukan oleh pihak SPE 
Petroleum, kata Humas SPE Petroleum Bangkalan, Kholilurrahman, Jumat. 

Pernyataan Humas SPE Petroleum Bangkalan ini disampaikan setelah pihaknya 
melakukan pengecekan secara langsung di lokasi semburan air bercampur lumpur di 
lahan yang akan ditempati pengeboran minyak bumi dan gas di wilayah tersebut. 

Sebelum SPE Petroleum masuk ke Kabupaten Bangkalan untuk melakukan eksplorasi 
minyak dan gas di Bangkalan memang sudah ada semburan berupa lumpur, sehinngga 
masyarakat tidak perlu khawatir dan resah terhadap semburan lumpur tersebut. 

Itu fenomena alam biasa, dan tidak akan terjadi sebagaimana lumpur Lapindo di 
Sidoarjo, kata Kholil, sapaan akrab Kholilurrahman. 

Menurut dia, hal itu karena semburan lumpur itu keluar hanya saat musim hujan 
tiba, sedangkan musim kemarau, titik tersebut tidak mengeluarkan lumpur, 
melainkan mengeluarkan pasir. 

Kejadian yang sama juga terjadi Desa Katol Barat, Kecamatan Geger yang oleh 
warga setempat disebut Bujel Tasek, paparnya. 

Kholil menjelaskan semburan lumpur yang terjadi di Desa Batukaban, Kecamatan 
Konang itu tidak ada kaitannya dengan eksplorasi migas, karena di daerah itu 
tidak ada pengeboran maupun seismic. 

Di sana, kami hanya melakukan pembebasan lahan, tidak ada aktivitas apapun. 
Jadi, kalau ada orang yang mengatakan jika semburan lumpur akibat dari kegiatan 
kami, itu tidak benar dan hanya akan memperkeruh suasana, paparnya. (Ant/OL-7

CiKEAS Lagi-Lagi DPR Meminta Jatah

2010-05-29 Terurut Topik sunny
Refleksi: Apakah perlu diherankan kalau DPR meminta jatah? Bukankah DPR adalah 
singkatan dari Dewan Penipu Rakyat? hehehe

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/05/29/145635/70/13/Lagi-Lagi-DPR-Meminta-Jatah


Lagi-Lagi DPR Meminta Jatah

 
Sabtu, 29 Mei 2010 00:01 WIB 
PREMANISME politik benar-benar sedang berkembang di Gedung DPR Senayan. Setelah 
mengeroyok Sri Mulyani, kini para wakil rakyat menggerogoti APBN melalui cara 
legal konstitusional. Mereka resmi dan terbuka meminta jatah dari APBN. 

Dalam Rapat Paripurna DPR pekan lalu (25/5), dengan agenda pemandangan umum 
fraksi-fraksi atas rencana kerja pemerintah dan pokok-pokok kebijakan fiskal 
tahun 2011, Fraksi Partai Golkar mengusulkan agar mulai tahun 2011 setiap 
anggota DPR mendapat jatah Rp15 miliar. Dana itu dialokasikan ke daerah 
pemilihan masing-masing anggota dewan. 

Ada 560 anggota DPR. Itu berarti, dana APBN akan tersedot Rp8,4 triliun. Uang 
yang banyak, sangat banyak. DPR memang berbakat menjadi peminta-minta. Pada 
pembahasan RAPBN-P 2010 yang lalu, Komisi XI DPR juga meminta jatah Rp2 
triliun. Alasannya pun sama, yakni untuk daerah pemilihan bagi sekitar 50 
anggota Komisi XI DPR. 

Badan Anggaran DPR kemudian menolak permintaan Komisi XI itu. Akan tetapi, 
semangat meminta-minta semakin berkobar. Bahkan, permintaan Komisi XI itu 
memberi inspirasi secara kelembagaan. Buktinya, muncullah permintaan Partai 
Golkar agar tiap-tiap anggota dewan mendapat Rp15 miliar. 

Sekali lagi, perlu ditekankan, lokomotif permintaan itu adalah Partai Golkar, 
pemimpin Sekber Koalisi, dan partai terbesar kedua setelah Demokrat. Dapat 
dipastikan tidak hanya gerbong koalisi yang akan setuju, tetapi semua fraksi 
dan segenap anggota dewan. 

Sangat mengerikan menyaksikan kerakusan anggota dewan akan uang. Sangat 
memalukan, bahwa anggota dewan tidak lagi punya rasa malu. Lihat saja. 
Permintaan jatah Rp15 miliar untuk tiap anggota dewan itu disampaikan dalam 
rapat pleno DPR yang dihadiri tidak lebih dari seratus anggota dewan. Dari 
jumlah yang hadir itu pun hanya sedikit yang menyimak secara serius. Mereka 
lebih asyik main SMS atau bertelepon ria. 

Bila dikabulkan, akan jadi apakah gerangan uang Rp15 miliar itu, di tangan 
anggota dewan yang malas, yang tidur saat sidang, yang sibuk main telepon 
genggam dan SMS saat rapat? Sudah banyak fasilitas yang diberikan negara kepada 
anggota dewan, tetapi tabiat mereka tidak juga berubah. Tetap malas dan 
membolos. 

Yang pasti, dengan jatah Rp15 miliar itu, setiap anggota dewan otomatis 
memiliki uang yang banyak sekali untuk memelihara dukungan politik 
konstituennya secara gratis karena menggunakan uang negara. 

Dan terbukalah lebar-lebar kesempatan anggota dewan untuk menjadi makelar 
anggaran atas dana jatah Rp15 miliar itu. Mereka bisa menjual proyek sekaligus 
menentukan siapa kontraktor pelaksana proyek. Anggota dewan kemudian menerima 
fee dari proyek tersebut. 

Sebegitu jorokkah tabiat anggota dewan? Jawabnya, bukankah sejumlah anggota 
dewan dibui oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena membuka praktik 
sebagai calo anggaran? 

CiKEAS Program Rumah Untuk Rakyat Miskin Hanya Mimpi

2010-05-29 Terurut Topik sunny
Refleksi : Tidak ada yang bisa mencegah orang bermimpi.  Tetapi rakyat 
dininabobokan  supaya bermimpi ilusi fatamorgana yang tidak akan dilaksanakan 
oleh penguasa NKRI.

http://www.suarakarya-online.com/news.html?category_name=Opini

ANDRINOF A CHANIAGO
Program Rumah Untuk Rakyat Miskin Hanya Mimpi 


Sabtu, 29 Mei 2010

Proyek perumahan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah (kategori hampir 
miskin dan miskin) sepertinya hanya tinggal sejarah. Masalahnya, ketimpangan 
kian melebar antara ketersediaan rumah dibanding jumlah keluarga pra-sejahtera 
atau masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Apalagi, keinginan politik dan keberpihakan pemerintah kian pudar. Masyarakat 
kurang mampu yang hanya bisa mengakses rumah kontrakan atau mendirikan 
gubug-gubug sederhana di bantaran kali atau di permukiman kumuh tak pernah 
mendapat empati dari pengambil kebijakan. 

Pemerintah sendiri tak pernah punya konsep yang jelas. Program pembangunan 
rumah susun sederhana dan rumah sangat sederhana atau sekarang disebut rumah 
sederhana sehat (RSS) ternyata bukan untuk masyarakat golongan pra-sejahtera. 
Belakangan proyek pembangunan rumah susun malah hanya menjadi ajang untuk 
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan pengembang yang lebih memprioritaskan 
masyarakat kelas menengah ke atas.

Untuk itu, sudah saatnya pemerintah mengambil alih program pembangunan rumah 
susun dan rumah sederhana agar dapat berjalan secara benar dan tepat sasaran. 
Jika melihat pengalaman, peruntukannya akan melenceng jika diserahkan kepada 
perusahaan pengembang swasta. Dhus, cita-cita wong cilik untuk bisa memiliki 
rumah kembali hanya sekadar mimpi.

Untuk mengurai lebih jauh perwujudan rumah untuk si miskin, wartawati HU Suara 
Karya Silli Melanovi dan fotografer Andry Bey mewawancarai Analis Kebijakan 
Publik dari Universitas Indonesia (UI) Andrinof A Chaniago di kantornya di 
FISIP UI Depok. Berikut petikan wawancaranya. Bagaimana Anda melihat keseriusan 
pemerintah menyediakan rumah bagi masyarakat miskin?

Ukuran ketidakseriusan pemerintah, terutama dilihat dari ketidakmatangan 
konsep. Sejak dulu, saya melihat konsep yang dirumuskan tidak bisa menjamin 
akan mencapai sasaran. Sebab, konsep yang ada hanya menekankan pada kuantitas, 
misalnya, sekian menara rumah susun atau sekian juta rumah sederhana sehat. Ini 
tidak mungkin dilakukan. Dengan hanya melihat secara kuantitatif, maka akan 
mudah dibelokkan atau bahkan mudah berhenti di tengah jalan alias tidak 
berkelanjutan.

Tapi, apakah mencapai sasaran, ini yang tidak pernah dilihat oleh pemerintah. 
Memang, kenyataannya, urusan target kuantitatif saja tidak pernah tercapai, 
apalagi sasarannya. Ini karena hampir 100 persen pengadaan rumah hanya 
berdasarkan pada mekanisme pasar. Keberpihakan pemerintah hanya sebatas 
penentuan target. Kalaupun ada subsidi, hampir sebagian besar tidak efektif dan 
hanya bisa dinikmati oleh masyarakat mampu.

Lalu, apa yang seharusnya dilakukan pemerintah?

Seharusnya pemerintah bisa mengarahkan Perum Perumnas untuk fokus dan 
benar-benar bisa memenuhi ketersediaan rumah bagi masyarakat miskin atau kelas 
menengah ke bawah. Namun ternyata Perumnas justru menjadi lembaga bermuka 
dua. Di satu sisi, mengusung misi sosial atau pelayanan publik. Tapi di sisi 
lain, dituntut meraih laba optimal sebagai badan usaha.

Akhirnya Perumnas tetap menggunakan kalkulasi mikro ekonomi dengan 
memprioritaskan untung-rugi dalam membangun rumah atau lebih melihat keuntungan 
dari perspektif investasi. Coba kita lihat, aset Perumnas sebenarnya di atas 
kertas cukup lumayan. Ada sekitar 20 ribuan hektar lahan dimiliki Perumnas. 
Kalau memang Perumnas ingin merealisasikan visinya 'mensejahterakan masyarakat' 
lewat pembangunan perumahan, maka harus dilihat sejauh mana benar-benar 
bermanfaat dan tepat sasaran untuk masyarakat miskin.

Bagaimana konsep pembangunan rumah untuk masyarakat miskin?

Pembangunan rumah untuk masyarakat miskin sebenarnya mengusung multifungsi. 
Rumah tidak semata-mata hanya untuk kebutuhan tempat tinggal, namun juga harus 
dapat memberikan kemudahan. Khususnya terkait aksesibilitas dalam aspek 
ekonomi, seperti masalah transportasi. Kalau pemerintah betul-betul 
memerhatikan hal ini, maka pembangunan di perkotaan harus jadi prioritas.

Apalagi untuk masyarakat miskin, sehingga pendapatannya tidak habis untuk 
transportasi. Semakin banyak pembangunan rumah susun, semakin banyak pula efek 
positif yang didapat. Namun saya melihat kebijakan pemerintah justru hanya 
menguntungkan para investor dan konsmunen kelas atas. Jadi, pelayanan untuk 
masyarakat kelas bawah sangat minim.

Seberapa jauh masyarakat kelas bawah mampu membeli rumah susun atau RSS? Apakah 
harganya terjangkau?

Sekarang, harga rumah susun bersubsidi sudah tidak sesuai lagi seperti yang 
ditetapkan pemerintah. Banyak akal-akalan yang dilakukan oleh pengembang, 
sehingga harganya rata-rata sudah di atas Rp 200 juta. Dengan demikian, 
bagaimana dapat dijangkau oleh masyarakat 

CiKEAS Apakah Sekolah Bermutu Hanya untuk Orang Kaya?

2010-05-29 Terurut Topik sunny
Refleksi : Pada umumnya dalam sistem kenegaraan dengan politik pendidikan 
seperti di NKRI,  sekolah bermutu dapat dikatakan hanya untuk orang berada. 
Sebab uang sekolah sangat besar dan keluarga tidak berduit atau keluarga miskin 
tidak mampu membayar. Bagi mereka ialah sekolah yang tidak masuk katagori tsb. 
yaitu yang ongkos tidak seberapa besar. Bagi yang tidak bisa bayar, yah 
dibilang maaf saja tidak ada tempat. Jadi  sistem pendidikan NKRI 
memarginalisakan kaum berkekurangan atau miskin sekalipun pada sekolah tidak 
bermutu. 

Di negeri-negeri yang berpolitik sistem masyarakat welfare state (negara 
bekemakmuran?) bukan duit keluarga yang menentukan apakah anak bisa masuk 
sekolah atau jurusan tertentu, tetapi kemampuan murid, sebab pendidikan gratis, 
mulai dari SD sampai universitas dan begitupun kalau mau membuat reserarch 
untuk PhD. Hal ini bisa dilihat di negeri-negeri Skandinavia, di negeri Europa 
Timur ex Komunis dan termasuk Cuba. 


http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=253819


Apakah Sekolah Bermutu Hanya untuk Orang Kaya?



ADALAH suatu kebanggaan bagi umumnya orangtua di Nusantara ini bisa 
menyekolahkan putra dan putri mereka. Suatu kepuasan apabila anak-anak bisa 
diterima di sekolah negeri. Apalagi dapat bersekolah di sekolah favorit. Tapi, 
meski zaman berganti, pemimpin negeri naik turun, para orangtua selalu saja 
dihadapkan pada berbagai masalah sulitnya menyekolahkan anak-anak mereka sesuai 
keinginan.

Meski undang-undang menjamin setiap orang berhak memperoleh pendidikan, 
nyatanya hampir sepanjang masa di negeri ini masalah pendidikan tetap menjadi 
persoalan bagi banyak rumah tangga. Tentunya dalam ukuran dan skala berbeda. 
Bagi sedikit orang, urusan sekolah bagi anak-anak dan anggota keluarga mereka 
bisa diatasi dengan mudah karena berkocek tebal atau termasuk kalangan 
berpengaruh. Tetapi bagi banyak orang, sekolah kerap memusingkan.

Pada era reformasi seperti sekarang urusan sekolah malah semakin rumit. 
Gembar-gembor pemerintah tentang sekolah gratis untuk sekolah dasar (SD) 
Negeri, sekolah menengah pertama (SMP) negeri, bahkan juga sekolah menengah 
atas (SMA) negeri nyatanya tak membuat kebanyakan para orangtua tenang. 
Kehadiran sekolah berlabel rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan 
sekolah bertaraf internasional (SBI) justru menimbulkan ketimpangan, membuat 
terbentuknya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Begitu juga untuk 
masuk perguruan tinggi negeri, berbagai hadangan dihadapi para orangtua.

Meski kerap disanggah pihak Kementerian Pendidikan Nasional dan berbagai 
sekolah pelaksana RSBI atau SBI sendiri, nyatanya sekolah berlabel 
internasional seperti menutup pintu bagi murid yang berasal dari keluarga 
kurang atau tidak mampu. Label internasional telah mendorong penyelenggara 
sekolah tersebut menentukan besaran uang masuk atau dana sumbangan pendidikan 
(DSP), di samping bebas memungut sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) per 
bulannya.

Besar DSP bervariasi dari Rp 1 juta di daerah/kota pinggiran sampai Rp 28,5 
juta di ibu kota Jakarta. Begitu pun dengan SPP, para siswa setiap bulannya 
membayar Rp 50 ribu hingga Rp 750 ribu. Jumlah tersebut jelas sesuatu yang 
sulit dijangkau kebanyakan orangtua di negeri ini. Artinya, sulit bagi siswa 
dari kalangan kurang mampu, apalagi tidak berada, bisa masuk dalam sekolah 
bertaraf internasional tersebut.

Sebenarnya tidak menjadi masalah jika pemerintah memperhatikan sekolah negeri 
bukan RSBI dan SBI, terutama dalam hal mutu pendidikan. Jangan hanya urusan 
gratisnya (uang pangkal, uang bulanan) saja yang dikemukakan, tetapi urusan 
mutu dan kesungguhan tenaga pengajar juga harus diperhatikan. Jika tidak, tak 
salah ada yang berpendapat bahwa sekolah bermutu hanya diperuntukkan bagi 
anak-anak orang kaya. Siswa dari keluarga miskin silakan cari sekolah lain. 

Jangan kembalikan urusan pendidikan seperti pada zaman penjajahan di mana 
sekolah-sekolah bermutu hanya terbatas untuk anak-anak orang Belanda dan etnis 
tertentu, atau anak-anak dari keluarga berdarah biru. Persoalan ini mendesak 
dituntaskan. Pemerintah serta kalangan anggota legislatif sebagai wakil rakyat 
harus membela kepentingan rakyat, termasuk urusan pendidikan. Atau, mungkin 
pemerintah dan para wakil rakyat memang sudah sepakat bahwa sekolah bermutu 
hanya diperuntukkan bagi anak-anak orang kaya?*** 

CiKEAS Demo Kenaikan SPP, Mahasiswa USU Bentrok

2010-05-29 Terurut Topik sunny
http://www.suarakarya-online.com/news.html?category_name=Nusantara


UMATERA UTARA
Demo Kenaikan SPP, Mahasiswa USU Bentrok 


Sabtu, 29 Mei 2010

MEDAN (Suara Karya): Aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa Universitas 
Sumatera Utara (USU) selama dua hari berturut-turut, Kamis (27/5), berakhir 
ricuh. Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli USU 
bentrok dengan petugas satuan pengamanan (satpam) kampus. Mereka saling dorong 
di pintu masuk gedung rektorat. Sejumlah petugas keamanan dan mahasiswa 
terjengkang hingga membentur pintu kaca.

Tiga anggota satpam mengalami luka-luka. Sementara beberapa mahasiswa terlihat 
dipukul dan diinjak-injak satpam kampus. Tidak lama kemudian, sejumlah anggota 
kepolisian dari Polsekta Medan turun ke lokasi. Kami melakukan pagar betis 
untuk menjaga agar mahasiswa tidak masuk, tetapi didorong mahasiswa sehingga 
ada yang terjatuh dan kena kaca pintu, ujar Jupet Surbakti, seorang satpam USU 
yang juga terluka.

Kenaikan SPP sebesar seratus persen itu sebenarnya diberlakukan untuk mahasiswa 
baru atau mahasiswa tahun ajaran 2010/2011, bukan untuk mahasiswa lama. Tapi, 
ini ditentang keras mahasiswa lama. Mereka melakukan demo. Mahasiswa menuntut 
bertemu Rektor USU, Prof Dr Syahril Pasaribu, untuk berdialog. Tuntutan itu 
direspons satpam kampus dengan membentuk barikade untuk menghalangi massa yang 
akan masuk gedung rektorat.

Kapolsekta Medan Baru AKP Yoris Marzuki SIK mengatakan akan memeriksa kasus ini 
dan bekerja sama dengan pihak kampus. Dia mengakui sejauh ini masih memintai 
keterangan dari saksi-saksi yang ada. Pihak sekuriti kampus juga telah 
membuatkan laporannya ke Poltabes Medan terkait kerusuhan ini, kata Yoris 
Marzuki, Jumat.

Kepala Bidang Humas USU Bisruh Hafi mengaku prihatin dengan bentrok tersebut. 
Mereka merusak pintu kaca bagian utara Gedung Biro Rektor USU. Nah, pintu kaca 
ini sendiri merupakan aset universitas yang juga merupakan milik masyarakat. 
Toh, nantinya yang digunakan untuk menggantinya adalah dana dari mahasiswa 
juga, katanya.

Bisruh juga membenarkan, tiga petugas keamanan kampus itu menderita luka dan 
sudah mendapatkan perawatan. Ia mengatakan, semua aksi yang dilakukan untuk 
kritik sah-sah saja, tetapi tidak dengan cara-cara kasar. Akibat aksi ini, 
staf di dalam menjadi terganggu, tidak dapat bekerja maksimal. Mahasiswa yang 
melakukan aksi ini akan diberi sanksi, ucapnya.

Bisruh Hafi juga mengharapkan mahasiswa tidak melakukan aksi anarkis dalam 
menyuarakan pendapatnya. Padahal di kampus tak pernah diajarkan sikap seperti 
itu. Apa pun ceritanya atau masalahnya pasti semua bisa dibicarakan tanpa harus 
ada tindakan anarkis. Kalau berlaku sopan, audiensi pasti kita terima, ucapnya.

Dikatakan beberapa alasan yang menjadi pertimbangan menaikkan SPP, di antaranya 
USU saat ini sedang membutuhkan pembenahan, perbaikan, dan penyediaan sarana 
prasarana proses perkuliahan, seperti laboratorium. Pembenahan sarana dan 
prasarana ini juga untuk meningkatkan potensi dan kompetensi dari mahasiswa USU 
sendiri, katanya.

Sementara Bambang, salah seorang mahasiswa, mengaku, pada awalnya mereka hanya 
melakukan aksi damai menuntut agar rektor mencabut SK kenaikan SPP terhadap 
mahasiswa baru. Entah bagaimana tiba-tiba bisa jadi rusuh, katanya. (M 
Tampubolon) 

CiKEAS Pendidikan Masih Memilukan

2010-05-29 Terurut Topik sunny
http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=Newsid=18191

2010-05-08
Pendidikan Masih Memilukan



Sampai pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei tahun ini, dunia 
pendidikan kita agaknya masih menyimpan galau yang memilukan hati. Setelah 
kelulusan ujian nasional sekolah menengah tingkat atas diumumkan Senin lalu 
(26/4), potret pendidikan negeri ini makin membuat hati terenyuh, terlebih bagi 
anak yang mangalami pahitnya tidak lulus ujian nasional.


Karena itu, sekolah menengah atas (SMA) dan madrasah aliyah (MA) yang siswanya 
tidak lulus, para gurunya harus mengawal murid-muridnya untuk menempuh ujian 
ulang hingga mayoritas lulus. Kepala sekolah dan para guru di sekolah tidak 
boleh lepas tanggung jawab dengan membiarkan siswa yang harus mengulang ujian, 
mereka bekerja keras sendiri saat menjelang ujian ulangan pada 10-14 Mei 2010. 
Dalam hal ini, kepekaan perlu dikembangkan sebagai dukungan bersama agar 
anak-anak merasa aman dan nyaman, sehingga apa pun yang terjadi -- misal tidak 
lulus - dia sudah siap mental menghadapinya. 


Begitu juga dengan orangtua yang biasanya egois memaksakan ambisinya kepada 
anak, maka sekarang mulailah mengerti dan peka terhadap kebutuhan anak. Yang 
penting, agar anak aman dan tenang menghadapi UN. 


Sebaliknya anak perlu dilatih mengasah kepekaannya, baik terhadap diri sendiri 
maupun orang lain. Pelajar yang peka terhadap dirinya, akan menyadari 
keterbatasan dan kelebihannya serta mampu mengungkapkan isi hatinya juga 
aktualisasi diri dalam konteks apa pun. 
Dari sisi pembuat kebijakan, pemerintah juga perlu peka memperhatikan kondisi 
dan situasi pendidikan yang ada, tanpa harus memaksakan suatu kehendak. 
Pemerintah pun harus juga mengkaji kemungkinan kepanikan dan kecemasan serta 
takut menjadi faktor kegagalan para siswa dalam ujian nasional. Juga bisa jadi 
faktor lingkungan sekolah yang tidak mendukung. Ini semua harus menjadi kajian 
serius otoritas Kementerian Pendidikan Nasional.


Retno Sawitri 
Jl Nanas 22, Bandung, Jawa Barat


CiKEAS Lulusan SMA Menghadapi Ketidakpastian

2010-05-29 Terurut Topik sunny
http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/lulusan-sma-menghadapi-ketidakpastian/

elasa, 21 April 2009 01:04 
Lulusan SMA Menghadapi Ketidakpastian


Sedikitnya 2,2 juta siswa kelas tiga SMA di seluruh Indonesia dan sekolah 
Indonesia di 13 negara, mulai Senin (20/4) ini mengikuti ujian nasional (UN). 
Mereka berjuang agar lulus, kemudian setelah itu memasuki alam kesulitan. 
Teradang biaya masuk perguruan tinggi, sulit mencari lapangan pekerjaan dan 
berpeluang besar menjadi penganggur. 

 

Gambaran di atas terjadi berulang-ulang, dari tahun ke tahun. Setiap upaya 
untuk mengatasinya tak pernah berhasil, lantaran perbandingannya seperti penyu 
dengan lumba-lumba. Pemerintah telah meningkatkan anggaran pendidikan. Dari 
total anggaran belanja 2009 yang mencapai Rp 1.122 triliun, sejumlah 20% di 
antaranya diarahkan ke sektor pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional 
memperoleh Rp 51,9 triliun, anggaran pendidikan Rp 69 triliun dan tambahan 
anggaran pendidikan Rp 46,1 triliun. Selain itu ditambah dengan anggaran dalam 
Dana Alokasi Umum (DAU) yang ada di setiap provinsi sebanyak Rp 20 triliun.


Anggaran pendidikan yang diturunkan pada tahun pemilu itu, lebih tinggi 
ketimbang tahun lalu yang mencapai 15,6% dari total APBN 2008. Penambahan ini 
sesuai dengan ketentuan dalam UUD 1945 yang menetapkan 20% dari total anggaran 
belanja.
Penambahan itu sangat bermanfaat dan merupakan langkah maju. Penambahan ini 
menunjukkan pemerintah mulai menaruh perhatian besar, kendati bernuansa politis 
sebab merupakan pelipur lara di tengah kondisi sulit dan tahun pemilu. 
Pemerintah pun terbukti tak menyia-nyiakannya dengan membuat berbagai iklan 
tentang pendidikan gratis dan lain-lain.


Perubahan sikap pemerintah memberi pengaruh yang sangat berarti terhadap sektor 
pendidikan, tetapi masih belum cukup sebab persoalan di sektor pendidikan sudah 
bertumpuk sejak belasan tahun lalu. Mengapa bisa jadi begitu?
Beberapa rezim pemerintahan yang berkuasa memang memberi perhatian pada sektor 
pendidikan, namun kurang memadai. Pemerintah terjepit keharusan membayar 
cicilan bunga maupun utang pokok pinjaman, yang makin lama makin membesar 
hingga melampaui tingkat batas yang ditoleransi, dari 20% hingga melebihi 30%. 
Di lain pihak, sektor-sektor lain seperti infrastruktur juga memerlukan 
perhatian. Ironisnya, anggaran yang sudah menipis itu masih juga dikorupsi 
hingga yang terkadang hanya cukup untuk kegiatan rutin.  


Dalam kondisi seperti itu, pemerintah tidak memiliki dana khusus yang memadai 
buat  anak didik yang berbakat dan cemerlang serta bermoral baik. Berbeda 
dengan kerajaan Malaysia, yang secara khusus menyediakan anggaran pendidikan 
untuk anak didik berprestasi.Alhasil, sekalian anak didik itu, dan direlakan 
pemerintah, mengambil beasiswa yang disediakan pihak swasta maupun pemerintah 
asing. Padahal, pihak asing bisa saja mempunyai agenda atau persyaratan sendiri 
yang belum tentu sesuai kepentingan nasional. 


Perbedaan kepentingan itu sudah menjadi isu nasional dan sangat memprihatinkan. 
Berbagai fakta menunjukkan, kebijaksanaan yang diterbitkan terkadang malah 
melemahkan potensi nasional. Hal ini terutama dapat dilihat dari iklim di 
sektor investasi yang sangat liberal. Atas nama globalisasi, investor asing 
leluasa menguasai sektor-sektor vital seperti pertambangan, telekomunikasi, 
perbankan bahkan hingga eceran. Memang pemerintah memperoleh pajak, tetapi 
berapa kerugian yang ditimbulkan akibat kebijaksanaan yang liberal itu. 


Begitulah, kita melihat ketimpangan yang mendasar. Para anak didik didorong 
untuk meraih angka kelulusan yang meningkat dari tahun ke tahun, namun setelah 
itu tidak mempunyai kepastian. Bila dilihat dalam bentuk piramida, mereka yang 
berada di tengah hingga ke puncak umumnya adalah anak orang tua yang 
diuntungkan dari strategi pembangunan yang berorientasi pertumbuhan. Sulit bagi 
anak lain untuk menerobos ke atas sebab tangga-tangga yang tersedia sedikit dan 
diperebutkan. 
Inilah ironi di tengah kegemaran berwacana. n



CiKEAS Pemerintah Harus Segera Umumkan Bahaya Lumpur Lapindo

2010-05-29 Terurut Topik sunny
Refleksi : Apa yang bisa dibuat kalau pemerintah SBY tidak ambil pusing  
seandainya lumpur Lapindo berbahaya ?

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2010/05/30/55702/Pemerintah-Harus-Segera-Umumkan-Bahaya-Lumpur-Lapindo

30 Mei 2010 | 00:02 wib | Nasional

Pemerintah Harus Segera Umumkan Bahaya Lumpur Lapindo

Jakarta, CyberNews. Pemerintah diminta untuk segera menetapkan tingkat status 
bahaya dari lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, yang telah terjadi 
sejak empat tahun lalu. Hal ini diungkapkan oleh Walhi melalui Executive 
Director-nya, Berry Nahdian Forqan, yang menyebutkan bahwa pemerintah 
seharusnya menjelaskan kepada khalayak seberapa besar ancaman dari dampak 
lumpur Porong yang semakin tidak terkendali. Hal ini dimaksudkan agar 
masyarakat terutama di sekitar wilayah luapan lumpur dapat mengantisipasi 
segala sesuatu yang dapat terjadi nantinya.

Berry juga mengingatkan bahwa selain ancaman luapan lumpur, saat ini di lokasi 
tersebut mulai muncul semburan-semburan gas yang diduga mengandung racun yang 
berbahaya bagi masyarakat bila terhisap. Berry juga menilai komitmen 
pemerintahan yang dipimpin SBY untuk menuntaskan kasus lumpur Lapindo ini 
sangat tidak tegas, terutama untuk menindak Grup Bakrie sebagai pemilik 
mayoritas saham Lapindo. Padahal, pelanggaran yang dilakukan Grup Bakrie, 
lanjut Berry, sudah sangat jelas.

( dtc /CN14 )


  Baca Juga

  a.. Korban Lapindo Tagih Janji SBY
  b.. Ogoh-ogoh Gurita Lambangkan Kekuatan Korporasi
  c.. Wisata Lumpur Lapindo, Pemerintah Siapkan Rp273 Miliar 
  d.. Anak-anak Korban Lapindo Luncurkan Buku
  e.. Pemerintah Siapkan Rp 273 M untuk Bangun Wisata Geologi
  f.. Peringati Bencana Lumpur Lapindo Lewat Buku
  g.. 4 Tahun Lumpur Lapindo Rusak Lingkungan Sidoarjo
  h.. Bakrie Telah Kucurkan Dana Rp 6,7 Triliun
  i.. Bercermin dalam Lumpur, Porong Semakin Ajur
  j.. Alumni ITS Yakin Dapat hentikan Semburan Lumpur Lapindo 
  k.. LSM Australia Teliti Lumpur Lapindo
  l.. Pakar Sosial Harapkan BPLS Hentikan Semburan Lumpur Lapindo
  m.. Satpol PP Jatim Diterjunkan Amankan Porong
  n.. BPLS Masih Teliti Dua Semburan Baru di Porong
  o.. Jalan Raya Porong Direkomendasikan Ditutup



CiKEAS World condemns terrorist attacks on Ahmedis

2010-05-29 Terurut Topik sunny
http://www.dailytimes.com.pk/default.asp?page=2010\05\29\story_29-5-2010_pg1_4

  Saturday, May 29, 2010   
 
 


  World condemns terrorist attacks on Ahmedis



  WASHINGTON/NEW DELHI: The international community condemned the terrorist 
attacks on Ahmedis in Lahore on Friday. A statement issued by the Indian 
External Affairs Ministry said New Delhi sympathised with the bereaved 
families. US State Department spokesman Philip Crowley said, We condemn this 
brutal violence ... and violence against any religious group, in this case the 
Ahmedi community. UN Secretary General Ban Ki-moon and the UK also condemned 
the attacks. EU diplomatic chief Catherine Ashton said she was appalled by the 
attack. iftikhar gilani/agencies

  Home
 
shim.gif

CiKEAS Trotsky, neoliberalism and other anomalies

2010-05-29 Terurut Topik sunny
http://weekly.ahram.org.eg/2010/1000/op23.htm

 27 May - 2 June 2010
Issue No. 1000
Published in Cairo by AL-AHRAM established in 1875

Trotsky, neoliberalism and other anomalies

Few things are as sad to see as reactionary libertarians attempting to hijack 
popular movements against oppression, writes Hamid Dabashi* 



They say when León Trotsky was about to sign the peace treaty between Russia 
and Germany at the end of World War I at Brest-Litovsk he wrote to his comrade 
Lenin and said that during the signing ceremony he was required to wear formal 
dress, and wondered how he could do so as a militant Marxist. You go there and 
sign that treaty even if you have to go butt-naked, was the apocryphal 
response from Lenin. 

I was recently reminded of that (factual or fictional) story and the frivolous 
paradox it posits when a conservative outlet in the United States called the 
Cato Institute gave, of all things, its Milton Friedman Award for Advancing 
Liberty to the prominent Iranian dissident Akbar Ganji. Ganji, knowing only 
too well my position on such venues and yet quite anxious not to get implicated 
in the politics of the Cato Institute and its Milton Friedman Award, invited me 
and my wife, among a handful of other trusted friends, to join him and his wife 
on this occasion in Washington DC for the award ceremony. To assure me -- not 
that I needed assurance -- of what he was going to say during his acceptance 
speech, he even shared with me the text of his speech. In that speech, which he 
asked me to translate into English for official release, he did not beat around 
the bush. 

In no uncertain terms, Ganji denounced the United States in his official speech 
for its atrocious history around the globe, and more specifically for its 
support for dictatorial regimes. When we look at the history of the last 
century, he said, we see that Western countries, led by the United States, 
have brought dictatorial regimes to power and have consistently supported 
them. He then went around the globe and pointedly singled out US support for 
Augusto Pinochet, Milton Friedman's bosom buddy, as a case in point. Between 
1962 and 1975, Ganji told the august gathering on 13 May 2010 in the 
Washington Hilton Hotel, some 38 military coups were masterminded, one of the 
most famous of which was that of General Augusto Pinochet of Chile, who in 
collaboration with the American government toppled the democratically elected 
government of Salvador Allende in 1973. The audience, led by the keynote 
speaker, the prominent conservative pundit George Will, just sat there, chewed 
on their dessert, and politely nodded their heads. This was not news for us in 
Iran, Ganji drove home, for two decades earlier we had experienced the 
military coup sponsored and engineered by the American and British governments 
against the government of Mohamed Mosaddegh. 

There must have been some 900 top notch American conservatives in that ballroom 
listening to Akbar Ganji telling them how the United States and the Western 
world reaped the first fruit of their own deeds with the Islamic Revolution in 
1979, and today they face fully grown and powerful trees of violent 
fundamentalism, and of course they must remember their own share in planting 
these trees with shame. Coffee cups on such occasions have a bizarre habit of 
suddenly getting cold and even frosty. As Nader Hashemi, Ganji's trusted 
friend, read through the English translation of the speech, and as Ganji and 
his wife stood behind him on stage with sombre and stoic faces, sporting their 
green shawl and scarf, a spreading silence overcame the ballroom. All natural 
noise was sucked out of the air. You could scarcely breathe. I caught a glimpse 
of George Will at the adjacent table. His boyish face had lost its calculated 
confidence. 

Ganji was not merely historical. He drove fast into the heart of Washington's 
most recent atrocities, in particular the invited Cato guests' favourite 
president, George W Bush: Entirely oblivious of the complications of Middle 
Eastern politics, President George W Bush and Prime Minister Tony Blair were 
under the impression that by invading a country and occupying it they can bring 
democracy to it. In Afghanistan and Iraq all such delusions went up in flames 
and burnt out in smoke. He was carefully carving a path through the thicket of 
endemic atrocities that had interwoven the branches and leaves of globalised 
imperialism and Islamist theocracy and was running -- as if on a yellow brick 
road -- home on it. 

As Edward H Crane, founder and president of the Cato Institute, and his guests 
sat there politely and listened, Akbar Ganji remained relentless: The 
one-sided support of the United States for Israel has exacerbated this 
situation. The gushing wound of Palestine is the most appropriate site for the 
worsening of the infection of 

CiKEAS French journalist tries to avoid deportation

2010-05-28 Terurut Topik sunny
http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/27/french-journalist-tries-avoid-deportation.html

French journalist tries to avoid deportation
Erwida Maulia and Nethy Darma Somba, The Jakarta Post, Jakarta/Papua | 
Thu, 05/27/2010 9:52 AM | Headlines 


When French journalist and lecturer Baudouin Koenig and his student Carole 
Lorthiois arrived in Indonesia a month ago, they thought Indonesia, the world's 
third-largest democracy, applied press freedom, as the government itself often 
claims. What they did not know was the freedom stops at Papua, where the two 
were arrested for filming a political demonstration.

On Wednesday evening the two were seeking to escape deportation after meeting 
with officials from the central immigration office in Jakarta, following their 
arrival from  the Papuan capital of Jayapura.

The central immigration office gives them three days to prepare for the 
deportation on Friday, Koenig's interpreter Halidah Leclerc, told The Jakarta 
Post. But we are still seeking for solutions to complete the filming.

Head of the Jayapura immigration office Robert E. Silitonga, said earlier that 
Koenig and Lorthiois would be immediately deported back to France for violating 
their visas on arrival in Jakarta. 

Halidah said Koenig had secured a 45-day visa to film in Indonesia and had 
spent 30 days in the country so far.

Silitonga said the two French nationals were only permitted to shoot their 
documentary film in Sorong, not in Jayapura, and were not permitted to cover 
political protests. 

On Tuesday Koenig filmed a rally held at the Papua legislative council in 
Jayapura by the West Papua National Committee (KNPB).

Silitonga said that aside from being deported, they would also be blacklisted 
from entering the country for a year.

In his press statement sent to the Post, Koenig said he had worked with an 
Indonesian press card and a press visa valid for all the country except Poso in 
Central Sulawesi.

However, AP reported that Lorthiois only had a tourist visa.

I negotiated permission with the Indonesian authorities in February 2010. The 
subject was clear: portraying the emerging economic power, the G20 member, the 
biggest Muslim democracy in the world in the mirror of Pancasila and democracy; 
from Aceh to Papua, Koenig wrote.

I came to Papua to film the census and the process of dialogue was opened 10 
days ago by the Justice and Human Rights Ministry. 

My only fault was to cross a demonstration on the way to the hotel and as any 
journalist would have done, I stopped the car and filmed.

Koenig said he had never thought filming a simple rally would mean a violation, 
given he had enjoyed freedom elsewhere.

It's ironic. I've been accused of intending to portray the country in a bad 
light by showing that people are allowed to protest in a calm and peaceful 
atmosphere and I was arrested in front of 50 journalists, photographers and 
cameramen.


CiKEAS RI minority groups 'still being attacked'

2010-05-28 Terurut Topik sunny
Refleksi : Fakta Indonesia merdeka? Lambat laum akan sebih buruk lagi. 
Solusinya?


http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/27/ri-minority-groups-%E2%80%98still-being-attacked%E2%80%99.html

RI minority groups 'still being attacked'
The Jakarta Post, Jakarta | Thu, 05/27/2010 9:58 AM | Headlines 


Indonesia's minority and religious groups remain vulnerable to violence and 
discrimination, says an Amnesty International report released Wednesday in  
Indonesia.

The influential group cited the case of Christian students at SETIA Theological 
College (STT) in Jakarta who continued to study and live in sub-standard 
temporary buildings after a violent attack by the Islamic Defenders Front (FPI) 
forced their evacuation in July 2008.

The FPI is a hard-line Islamic group in Indonesia.

There are calls from Indonesians and moderate Muslims for the government to 
regulate or ban the FPI, but currently no action has been taken against the 
group.

The Amnesty International report also said that the Indonesian government has 
been hampering freedom of expression and that at least 114 people were detained 
in 2009 for public statements or demonstrations of dissent.

The overwhelming majority [of those detained] were peaceful political 
activists who were sentenced to terms of imprisonment for raising prohibited 
pro-independence flags in Maluku or Papua, said the report.

As previously reported, separatists from the South Maluku Republic (RMS) group 
tried to wave an RMS flag in front of President Susilo Bambang Yudhoyono's 
entourage during his visit to Maluku in June 2007.

RMS protesters performed an unscheduled cakalele war dance for a quarter hour 
before one protestor unfurled a large RMS flag during a ceremony to commemorate 
National Family Day.

The government said that the group's actions were a serious threat to the 
country's unity.

Authorities detained a number of RMS activists in 2004 and 2005 who were later 
arrested and convicted for involvement in similar incidents.

Amnesty International also said that the government continued to intimidate and 
harass human rights activists and that at least seven activists were facing 
criminal defamation charges.

Most alleged human rights violations against human rights defenders, including 
torture, murder and disappearances, have remained unsolved and those 
responsible have not been brought to justice, the report said.

In the case of Munir Said Thalib, Amnesty International said that those 
responsible for slaying the human rights activist were still at large.  

There were violent clashes throughout the year in Papua province, said the 
report.

Police torture was widespread during a series of arrests, interrogations and 
detentions in Papua. Security forces also allegedly committed unlawful killings.

In January, at least 75 villagers from Suluk Bongkal village, Riau Islands, 
were charged with illegally claiming land and were arrested after being 
forcefully evicted from the land, said the report.

The group also criticized the government for a failure to bring to justice past 
human rights violators in Aceh, Papua, East Timor (now Timor Leste) and 
elsewhere in the archipelago.

Related News  
  a.. Intolerant Islamic groups versus religious minorities
  b.. Protect minorities to help peace prevail on earth 
  c.. Protect minorities to help peace prevail on earth 
  d.. Group set up to assist victims of state violence 


CiKEAS Women Will Not Drive Cars in Saudi Arabia!

2010-05-28 Terurut Topik sunny
Refleksi : Apa pendapat Anda jika di NKRI bertindak seperti di Arab Saudia 
wanita dilarang mengemudi kendaraan?


http://www.aawsat.com/english/news.asp?section=2id=21106

Women Will Not Drive Cars in Saudi Arabia!

28/05/2010
By Abdul Rahman Al-Rashed


Repeated appeals to the official authorities in Saudi Arabia to put an end to 
the ban on women being allowed to drive have been to no avail. Women will not 
be sitting in the driver's seat anytime soon, despite a huge number of text 
messages and emails calling for this by those who advocate women being 
permitted to drive. 

All campaigns to remedy this situation have failed, and in my opinion this is 
as a result of a mistake being made by attempting to take a shortcut with 
regards to convincing the government to change its position on this issue. I 
personally believe that it is impossible to convince any government, regardless 
of one's influence, of something without there first being widespread public 
acceptance of the idea. Those who oppose this idea base their opposition on the 
official rejection of this, as well as on religious and social aspects as well. 
It may be difficult for others, by which I mean those outside of Saudi Arabia, 
to believe that a large proportion of Saudi Arabian men and women are against 
the idea of women driving cars, especially as this is something normal and 
ordinary to them, and women also ride donkeys, horses, and camels. Those 
outside of Saudi Arabia believe that this ban exists in opposition to the will 
of the public, but we do not know if this is true, in light of the lack of 
polling information to reveal public opinion on this issue. 

Lately efforts have been focused on convincing the government to put an end to 
the ban, and to keep pace with the rest of the world. However this is not a 
smart bet, as it is the policy of all governments in the world to avoid taking 
unnecessary risks and refrain from swimming against the stream. Those who cite 
the example of Rosa Parks, the African-American civil rights activist who 
refused to give up her seat on a bus to a white passenger in defiance of 
racially discriminative laws at the time, fail to understand that change does 
not take place after just one incident. The woman in question was arrested, and 
buses remain segregated for a long time afterwards. However what was important 
was rallying public opinion against this [discriminative law]. 

Is the problem in Saudi Arabia more complex than the race problem in the US? 
Perhaps the mistake lies in the 40-year delay in issuing the decision 
recognizing a woman's right to drive as back then this was neither an issue nor 
a demand however it gradually became a custom then a law. 

Despite this, today there are more than a few clerics who acknowledge the right 
of women to drive. There is also a growing proportion of society that supports 
this idea; however there is a large percentage of Saudi Arabians who are still 
concerned, scared, sceptical, and oppose change. The ban on women driving has 
become something of a symbol for them, and the government is attempting to take 
the middle path, as it does not want to impose change from above. 

It would be much easier to impose this from above if there was sufficient 
public support for this idea. However is there truly public support towards 
ending the ban on women driving? Nobody knows. The general impression is no, 
but we might be wrong. When we say public support we do not mean in the 
democratic concept of a slim majority or 51 percent but rather what we 
require is an overwhelming majority. 

Why is it important to secure an overwhelming majority? Since when have 
decisions been taken in accordance with opinion polls? An overwhelming majority 
is beneficial in this case as it would allow the idea to become reality with 
only a little official push. A slim majority on the other hand would result in 
bitter social and political division. Feeling the pulse of the general public 
is the easiest way to making this decision. Many things that were socially and 
officially taboo have become acceptable as an everyday reality as a result of 
popularity, including satellite television, whereas today satellite dishes can 
be seen on rooftops everywhere. The same applies to mobile phones with built-in 
cameras; they were originally banned however this was reserved due to popular 
demand. 

I am certain that convincing public opinion in Saudi Arabia would be easier 
than trying to push the government towards taking a decision granting women the 
right to drive. The same reasons that justify the ban justify it being lifted, 
as this ban has increased the number of scandals, disgraces, and losses.


CiKEAS Pria Bersenjata Serang Dua Masjid di Pakistan, 56 Orang Tewas

2010-05-28 Terurut Topik sunny
http://us.detiknews.com/read/2010/05/28/210117/1365728/10/pria-bersenjata-serang-dua-masjid-di-pakistan-56-orang-tewas?991102605

Jumat, 28/05/2010 21:01 WIB

Pria Bersenjata Serang Dua Masjid di Pakistan, 56 Orang Tewas
Aprizal Rahmatullah - detikNews


AFP 

lahore - Seorang pria bersenjata nekat menyerang dua masjid di Lahore, 
Pakistan. Akibatnya, 56 orang tewas seketika.

Pria tersebut dilengkapi rompi bom bunuh diri dan melemparkan sejumlah granat 
ke daerah masjid.

Polisi setempat belum bisa memastikan berapa jumlah korban akibat serangan itu. 
Serangan itu menimpa masjid dari sekte minoritas Ahmadi dalam dua lingkungan 
yang terpisah dari Lahore.

Kami telah evakuasi 40-50 mayat, dari Garhi Shahu, kata petugas administrasi 
kota Lahore, Sajjad Bhutta seperti dikutip dari AFP, Jumat (28/5/2010).

Sajjad mengatakan, 16 orang tewas dalam serangan kedua di masjid lain di 
lingkungan kota Model. Sementara di masjid pertama sebanyak 40 orang tewas.

Petugas pertahanan sipil setempat Muzhar Ahmed bahkan mengatakan serangan 
menelan korban tewas hingga 64 orang. Kami telah diambil sebanyak 42 
mayat-mayat dari Garhi Shahu dan 22 lainnya tewas dalam Mo

pakistandlm.jpg

CiKEAS Swingers' clubs in Malaysia?

2010-05-28 Terurut Topik sunny
http://www.dailychilli.com/news/4036-swingers-clubs-in-malaysia

Swingers' clubs in Malaysia? 
By Fiona Ho

Last month, Ma Yaohai, a 53-year-old college professor and 21 others in China 
went on trial for 'group licentiousness'. 

They were members of a modern-day swingers' club in China, where people met 
online and then gathered in homes or hotels for group sex parties involving 
dozens of men and women.

The case has snagged huge public interest with its titillating details. But 
aside from the rampant curiosity in the swinger lifestyle, the uproar also 
sparked a deeper debate about sexual freedom in a nation that is trying to 
reshape its own modern morality.

While sexual freedom may seem like a myth in conservative Malaysia, it seems 
that the swingers' scene is well alive and kicking here. 

According to Zimbio, an American interactive online magazine, many people are 
discreetly going about their swinging business. The easiest way to join one 
of these clubs, it claims, is simply by checking out ads posted on the 
Internet. 

Interestingly enough, a Google search for swinger Malaysia returned more than 
two and a half million hits.

According to the organisor of one the most popular swingers' club in Malaysia, 
most people join swinging groups by invitation from other members or by paying 
a monthly fee of RM150. The owner of the group, or host, is the only one who 
can approve a membership.

Upon joining, you will receive an email asking for personal details. You must 
include your phone number and attach a current picture of you and your 
partner, states the information provided by the club.

Apparently, many members are successful business people or prominent corporate 
figures who place great importance in keeping their swinging activities a 
secret.

Most of the women are in their 20s, and the men in their late 30s or early 40s 
although there are handful of those in their 50s.

So what actually goes on at these so-called morally decadent parties?

According to the information provided, swingers who attend these parties are 
free to bring whatever items they want. 

Items like protection and towels are compulsory, while other things like adult 
toys are optional. Soft drinks, beer, liquor or even finger food are welcome as 
well.

It seems that there is usually a minimum of four couples per session, but this 
club has had up to 10 couples at a party. Swingers prefer more couples because 
you have more choices to swap and watch. 

First timers do not need to swap parners until they are ready, but being naked 
is a requirement. Most first timers are hesistant to swap partners in the 
beginning, but they tend to get more comfortable later into the night.

Swingers usually start off with a casual conversation, then proceed to card 
games where the loser has to strip off a piece of clothing. This goes on until 
everyone is naked. After that, couples take turns to shower and sometimes two 
couples shower together.

After showering, we cover the room with comforters from the bed. Couples 
usually start the session with their own partner. Eventually they move on to 
other members. One thing leads to another and it goes on until midnight,, 
states the organisor.

The safety of female members is assured and there there is one house rule that 
is final. When a lady says 'no' to a guy or couple, it means 'no'.

Charges per session vary according to the hotel and number of people. The cost 
of the hotel room is shared and usually ranges between RM50 and RM70 per 
couple. 

Members try to meet at least once a month but there are those who organise 
private meetings without the knowledge of the club by inviting selected couples.

Last minute parties also happen on occassions when a foreign couple visiting 
Malaysia requests fo meet swingers. 

Although many are choosing this lifestyle, swinging is not for everyone.

As Ma Yaohai put during his trial:  Marriage is like water. You have to drink 
it. Swinging is like a glass of wine. You can drink it if you like. If you 
don't like it, don't drink it.


Published May 28 2010


CiKEAS Pemerintah Siapkan Rp273 Miliar Untuk Wisata Lapindo

2010-05-28 Terurut Topik sunny

http://www.antaranews.com/berita/1275062877/pemerintah-siapkan-rp273-miliar-untuk-wisata-lapindo

Pemerintah Siapkan Rp273 Miliar Untuk Wisata Lapindo
Jumat, 28 Mei 2010 23:07 WIB | Ekonomi  Bisnis | Bisnis | 

(ANTARA/Lukisatrio)Surabaya (ANTARA News) - Pemerintah telah menyiapkan dana 
sedikitnya Rp273 miliar untuk merealisasikan pembangunan objek wisata geologi 
di sekitar semburan lumpur panas PT Lapindo Brantas.

Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menyiapkan dana 
Rp273 miliar untuk wisata geologi Lapindo, kata Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, 
di Surabaya, Jumat.

Menurut dia, lokasi objek wisata geologi itu berada di sebelah utara semburan 
lumpur panas PT Lapindo. Lokasinya sudah pernah dikunjungi Presiden Yudhoyono 
beberapa waktu lalu, katanya.

Sementara itu, luas lahan yang bakal dijadikan objek wisata geologi tersebut 
sekitar 83 hektare dan tak jauh dari kawasan pesisir utara Kabupaten Sidoarjo.

Tahun 2011 DED (detailed engineering design/perencanaan teknis) sudah keluar. 
Kemungkinan tahun itu juga proyek sudah bisa dikerjakan, kata Gubernur.

Terkait dengan semakin amblesnya lahan di sekitar semburan lumpur Lapindo, dia 
menganggap bukan persoalan yang perlu dikhawatirkan.

`Subsidence` (ambles) itu bisa ditangani asalkan tidak ada penambahan tanggul 
karena selama ini munculnya semburan-semburan baru dan `subsidence` akibat 
banyaknya penambahan tanggul baru sehingga menjadi beban tersendiri, katanya 
mengutip penjelasan pakar geologi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember 
(ITS) dan Universitas Airlangga (Unair) itu.

Menurut Gubernur, saat ini titik semburan lumpur telah mencapai 180 ribu, 
termasuk semburan baru yang jumlahnya ditaksir mencapai 30 ribu sampai 50 
ribu.(*)lapindo-14.jpg

CiKEAS Ibrahim, anggota DPR Maluku Utara tertangkap basah lagi berselinkuh.

2010-05-28 Terurut Topik sunny
Ibrahim, anggota DPR Maluku Utara tertangkap basah lagi berselinkuh.

Click 
http://www.liputan6.tv/main/read/2/l994303/1/anggota_dewan_kepergok_selingkuh

CiKEAS Pigeon held in India on suspicion of spying for Pak

2010-05-28 Terurut Topik sunny
Refleksi : Bukan saja manusia dipakai untuk spion, tetapi burung pun digunakan.

http://www.dawn.com/wps/wcm/connect/dawn-content-library/dawn/news/world/pigeon+held+in+india+on+suspicion+of+spying+for+pak


Pigeon held in India on suspicion of spying for Pak 

Friday, 28 May, 2010 

NEW DELHI: Indian police are holding a pigeon under armed guard after it was 
caught on an alleged spying mission for arch rivals and neighbours Pakistan, 
media reported on Friday.

The white-coloured bird was found by a local resident in India's Punjab state, 
which borders Pakistan, and taken to a police station 40 kilometres (25 miles) 
from the capital Amritsar.

The pigeon had a ring around its foot and a Pakistani phone number and address 
stamped on its body in red ink.

Police officer Ramdas Jagjit Singh Chahal told the Press Trust of India (PTI) 
news agency that they suspected the pigeon may have landed on Indian soil from 
Pakistan with a message, although no trace of a note has been found.

Officials have directed that no-one should be allowed to visit the pigeon, 
which police say may have been on a special mission of spying.

The bird has been medically examined and was being kept in an air-conditioned 
room under police guard.

Senior officers have asked to be kept updated on the situation three times a 
day, PTI said.

Chahal said local pigeon fanciers in the sensitive border area had told police 
that Pakistani pigeons were easily identifiable as they look different from 
Indian ones, according to the Indian Express newspaper.- AFP



Tags: india pakistan spy 

CiKEAS Two French Journalists Get Stay of Deportation

2010-05-27 Terurut Topik sunny
http://www.thejakartaglobe.com/home/despite-permits-indonesia-gives-2-french-journalists-the-boot/377125
May 26, 2010 
Ismira Lutfia  Nurfika Osman

Two French Journalists Get Stay of Deportation
Two French journalists who were set to be deported back to France on Wednesday 
after being detained in Papua for allegedly violating their visas have been 
allowed to stay in the country for two more days. 

Indeed, with the strong support of the French Embassy and Todung Mulya Lubis, 
the Deparment of Immigration has confirmed that we have two days before we have 
to leave Indonesia, Baudouin Koenig, a producer for Paris-based production 
company Mano a Mano, said in a statement. 

Todung is a high-profile lawyer from Transparency International Indonesia.

We will try other solutions to finish our film, he said, adding that they 
would use the time to muster support for another extension that would allow 
them to finish their documentary film project Indonesia Tomorrow.

Koenig, who has been in Indonesia since April 26, earlier told the Jakarta 
Globe that he had all the necessary permits to work on the project in Indonesia 
and that he has been shooting in other parts of Indonesia for the biggest 
documentary film ever made on Indonesia by French television about the 
democratization process in the country. 

Koenig questioned the Jayapura immigration office's reasons for arresting him 
and his colleague, Carole Lorthiois, a student intern.

I completely complied with all the rules and have all the necessary 
documents, Koenig said, adding that he had a valid journalist's visa and a 
foreign journalist's press card issued by the Ministry of Foreign Affairs.

Koenig and Lorthiois were reportedly detained while taking footage of a protest 
rally in front of the Regional Legislative Council (DPRD) in Jayapura.

Teuku Faizasyah, spokesman for the Ministry of Foreign Affairs, said that the 
French journalists breached their reporting permit. They should not have 
covered an event or theme outside the coverage permit, he said. 

But Koenig said the subject of the film, which has a permit, was clear: 
Portraying the emerging economic power, the G-20 member, the biggest Muslim 
democracy in the world in the mirror of Pancasila and democracy. From 1945 to 
2010, from Aceh to Papua.

So, the same institutions cannot pretend today that they only accredited me 
for a film on tourism and the beauty of Indonesia, he said. 



http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/27/french-journalist-tries-avoid-deportation.html



French journalist tries to avoid deportation
Erwida Maulia and Nethy Darma Somba, The Jakarta Post, Jakarta/Papua | Thu, 
05/27/2010 9:52 AM | Headlines 


When French journalist and lecturer Baudouin Koenig and his student Carole 
Lorthiois arrived in Indonesia a month ago, they thought Indonesia, the world's 
third-largest democracy, applied press freedom, as the government itself often 
claims. What they did not know was the freedom stops at Papua, where the two 
were arrested for filming a political demonstration.

On Wednesday evening the two were seeking to escape deportation after meeting 
with officials from the central immigration office in Jakarta, following their 
arrival from  the Papuan capital of Jayapura.

The central immigration office gives them three days to prepare for the 
deportation on Friday, Koenig's interpreter Halidah Leclerc, told The Jakarta 
Post. But we are still seeking for solutions to complete the filming.

Head of the Jayapura immigration office Robert E. Silitonga, said earlier that 
Koenig and Lorthiois would be immediately deported back to France for violating 
their visas on arrival in Jakarta. 

Halidah said Koenig had secured a 45-day visa to film in Indonesia and had 
spent 30 days in the country so far.

Silitonga said the two French nationals were only permitted to shoot their 
documentary film in Sorong, not in Jayapura, and were not permitted to cover 
political protests. 

On Tuesday Koenig filmed a rally held at the Papua legislative council in 
Jayapura by the West Papua National Committee (KNPB).

Silitonga said that aside from being deported, they would also be blacklisted 
from entering the country for a year.

In his press statement sent to the Post, Koenig said he had worked with an 
Indonesian press card and a press visa valid for all the country except Poso in 
Central Sulawesi.

However, AP reported that Lorthiois only had a tourist visa.

I negotiated permission with the Indonesian authorities in February 2010. The 
subject was clear: portraying the emerging economic power, the G20 member, the 
biggest Muslim democracy in the world in the mirror of Pancasila and democracy; 
from Aceh to Papua, Koenig wrote.

I came to Papua to film the census and the process of dialogue was opened 10 
days ago by the Justice and Human Rights Ministry. 

My only fault was to cross a demonstration on the way to the hotel and as any 
journalist would have done, I 

CiKEAS FPI Attack Photographer During Riot

2010-05-27 Terurut Topik sunny
Refleksi: Anak buah SBY beraksi atau in action, jadi  insyaalloh Anda tidak 
kaget atau marah. Hehehe


http://www.thejakartaglobe.com/city/fpi-attack-photographer-during-riot/377363
May 27, 2010 
The Jakarta Globe

FPI Attack Photographer During Riot

A journalist was badly wounded after his head was beaten with a bottle by a 
member of Islamic Defenders Front (FPI) in Petamburan, Central Jakarta on 
Wednesday night. 

Oktobriyan, a journalist from Lampu Hijau newspaper was covering an alcohol 
raid conducted by the FPI at a small kiosk, Metro TV said. He was taking 
pictures of FPI members wreaking havoc at the kiosk and beating up the kiosk 
owner and two locals. 

A member of the angry mob hit Oktobriyan's head with a bottle. Bleeding, the 
journalist was rushed to the nearby Pelni Hospital by locals. 

Ironically, the kiosk did not sell any alcoholic drinks. The bottles that FPI 
members thought to be beers were only soft drink bottles. After they finished 
damaging the kiosk, the mob moved on to attack a convenience store. 

Oktobriyan and the three other victims reported the attack to Tanah Abang 
Sector Police. According to the police, they were not informed about the raid.


CiKEAS Anak-anak Bergizi Buruk Kampung Noyadi Berfestival Batuk

2010-05-27 Terurut Topik sunny
http://www.antaranews.com/berita/1274853281/anak-anak-bergizi-buruk-kampung-noyadi-berfestival-batuk

Anak-anak Bergizi Buruk Kampung Noyadi Berfestival Batuk
Rabu, 26 Mei 2010 12:54 WIB | Artikel | Spektrum | 
Marcelinus Kelen

(ANTARA/Prasetyo Utomo)
Mamberamo (ANTARA News) - Bagi banyak masyarakat asli Papua, Kampung Noyadi, 
boleh jadi, merupakan nama yang tidak dikenal walaupun perkampungan itu ada di 
kawasan Mamberamo.

Hanya segelintir pilot berkebangsaan lain, yaitu mereka yang sering melayani 
penerbangan di Distrik Mamberamo Tengah Timur (MTT), Kabupaten Mamberamo Raya, 
Papua, yang bisa dengan pasti memberikan jawaban letak kampung tersebut.

Kampung Noyadi merupakan satu dari enam kampung di Distrik MTT, Kabupaten 
Mamberamo Raya. 

Distik MTT dikenal sebagai daerah yang paling sulit dijangkau di kabupaten 
tersebut karena letaknya yang berada di tengah lebatnya hutan dan derasnya arus 
sungai Mamberamo.

Daerah itu dibentengi lereng perbukitan yang terjal dan kokoh. Di daerah 
seperti itulah Kampung Noyadi berada.

Noyadi hanya bisa dijangkau dengan pesawat berbadan kecil berpenumpang lima 
orang, dengan waktu tempuh kira-kira satu setengah jam perjalanan dari Bandara 
Sentani, Jayapura.

Wartawan ANTARA Jayapura yang mengikuti perjalanan tim Sensus Penduduk 2010 
berkesempatan melihat kondisi kehidupan masyarakat di sana.

Masyarakat Noyadi, sama halnya dengan masyarakat lainnya yang ada di distrik 
MTT, hidup dengan berkebun dan bercocok tanam serta mencari sagu hutan sebagai 
makanan pokok.

Tingkat kesejahteraan mereka bisa dilihat dari kenyataan bahwa hampir seluruh 
anak-anak di kampung itu menderita gizi buruk.

Badan mereka kelihatan sangat kurus dengan perut yang membuncit. Kondisi itu 
masih ditambah dengan kulit mereka yang korengan.

Koreng di tubuh mereka itu, selintas, tampak seperti tato atau peta yang di 
sekujur tubuhnya.

Ketika malam hari tiba, perkampungan itu berubah seperti arena festival batuk, 
yang pesertanya didominasi anak-anak, yaitu mereka yang umumnya bergizi buruk 
dan korengan tersebut.

Suara batuk khas para penderita TBC itu terus bersahut-sahutan pada malam hari 
itu, seakan mereka tidak memberikan kesempatan pada tetangga mereka untuk batuk 
lebih hebat.

Para pendatang, termasuk para petugas sensus, pasti terganggu dengan suara 
batuk tersebut. Apalagi, rumah-rumah di kampung itu, yang berdinding dan lantai 
papan, saling berdekatan, sehingga suara batuk dari rumah sebelah seperti ada 
di rumah yang sama yang sedang ditempati. 

Kepala Kampung Noyadi Kales Alle mengatakan, penyakit gizi buruk yang menimpa 
anak-anak di kampunng itu sudah berlangsung lama.

Inilah kondisi kami di sini. Memang ada petugas yang turun memberikan 
pelayanan kesehatan dan membagikan obat, tetapi itu sangat jarang dilakukan. 
Dalam setahun saja belum tentu ada tenaga kesehatan yang datang ke sini, 
katanya.

Kales Alle menceritakan juga soal penyakit batuk yang diderita oleh anak-anak 
di kampungnya, yang menurutnya adalah sebuah wabah yang sangat berbahaya.

Kasihan anak-anak kami, sudah banyak yang meninggal dunia karena penyakit yang 
mereka derita. Dalam satu bulan bisa satu atau dua orang anak yang meninggal, 
katanya.

Sekretaris kampung itu, Beni Aswa, yang memberikan keterangan bersama Kales 
Alle, menyatakan, para pengurus desa itu berharap adanya perhatian serius dari 
pemerintah daerah setempat mengenai kesehatan di sana.

Menurut dia, warga ingin ada pelayanan kesehatan yang lebih rutin demi 
keselamatan generasi penerus kampung.

Pengurus kampung itu mengakui hampir semua anak di distrik MTT, seperti Kustra, 
Obogoi, dan Biri, memiliki permasalahan gizi buruk.Tapi, kondisi terburuk ada 
di Noyadi.

Keadaan itu membuat para kepala kampung, yaitu Kales Alle selaku Kepala Kampung 
Noyadi, Tomas Seido Kepala Kampung Obogoi, dan Rudi Asua Kepala Kampung Biri, 
meminta wujud nyata keberpihakan pemerintah daerah setempat dan provinsi 
terhadap orang asli Papua tersebut.

Katanya ada dana Otonomi Khusus yang jumlahnya puluhan triliun rupiah dan 
kebanyakan digunakan untuk bidang pendidikan dan kesehatan. Tetapi kami yang di 
pedalaman ini kenapa masih menderita seperti ini? kata Tomas Seido.

Kenyataan di perkampungan itu memang berbeda dengan kebijakan Gubernur Papua 
dalam bidang kesehatan dan pendidikan. 

Penyakit korengan, gizi buruk, dan batuk di perkampungan itu masih terjadi 
ketika Gubernur Papua menerapkan program pendidikan dan kesehatan gratis untuk 
orang asli di provinsi paling timur Indonesia itu.

Masyarakat setempat juga mempertanyakan kebijakan turun kampung Gubernur mereka 
yang belum kunjung ke daerah itu. Padahal, kebijakan itu dilakukan agar 
Gubernur bisa melihat secara langsung kondisi masyarakatnya dan memberikan 
bantuan kepada masyarakat di pelosok. 

Kondisi itu ditambah kenyataan jarangnya Kepala Distrik MTT berada di 
kantornya, sehingga warga seperti tak memiliki tempat mengadu.

Pak Distrik memang jarang ada di tempat tugas. Palingan hanya 

CiKEAS Wiranto: Pemilik Negeri Ini Belum Mendapat Kebahagiaan

2010-05-27 Terurut Topik sunny
Refleksi : Tak apa kalau pemilik negeri belum mendapat kebahagiaan,  tetapi 
yang terpenting ialah para penguasa dan para sahabat karib mereka yang 
berkerumum di sekitar panggung kekuasaan negara mendapat berkat dan rejeki 
kebahagiaan. Bukankah itu dasarnya negara kleptokratik?

http://www.antaranews.com/berita/1274884326/wiranto-pemilik-negeri-ini-belum-mendapat-kebahagiaan

Wiranto: Pemilik Negeri Ini Belum Mendapat Kebahagiaan
Rabu, 26 Mei 2010 21:32 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | 
Kupang (ANTARA News) - Ketua umum DPP Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) 
Jenderal Purnawirawan Wiranto mengatakan rakyat sebagai pemilik negeri ini 
belum sepenuhnya mendapatkan kebahagiaan.

Banyak sekali rakyat di seluruh pelosok negeri ini yang masih menghadapi 
kesulitan, terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, kata 
Wiranto pada pembukaan Musyawarah Daerah (Musda) I DPD Partai Hanura NTT, di 
Kupang, Rabu.

Artinya, rakyat sebagai pemilik negeri ini masih banyak yang untuk makan saja 
susah, apalagi untuk membiayai sekolah dan kesehatan, katanya.

Kondisi ini mengharuskan kader-kader partai Hanura terutama yang duduk di 
lembaga legislatif maupun eksekutif, berjuang keras untuk membantu rakyat 
keluar dari kesulitan.

Kita mesti sadar bahwa ada hal yang sering kita lupakan yakni pemilik negeri 
ini sesungguhnya adalah rakyat. Terkadang kita sebagai wakil rakyat, tetapi 
lupa pada rakyat. Padahal kita duduk di DPRD atau bupati/walikota atau bahkan 
gubernur karena mandat dari rakyat, katanya.

Menurut Wiranto, selama berkeliling ke seluruh pelosok negeri ini termasuk Nusa 
Tenggara Timur, dia menemukan sendiri bagaimana suka dukanya kehidupan rakyat 
yang adalah pemilik sah negeri ini.

Karena itu, tugas seluruh kader partai Hanura terutama yang sudah mendapat 
kepercayaan dari rakyat agar jangan sombong dan lupa diri, tetapi harus 
melakukan sesuatu yang bisa membantu rakyat keluar dari kesulitan, kata Wiranto.

Masih banyak rakyat yang masih hidup susah dan ini bertanda perjuangan kita 
belum selesai. Sebagai pemimpin dari rakyat, tugas kita adalah berjuang untuk 
menyelesaikan tugas ini (menyejahterakan rakyat-red) sebagai pemilik sah negeri 
ini, kata Wiranto yang disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin.

Wiranto juga berpesan agar forum Musda bukan ajang perpecahan atau saling 
mencerca, tetapi forum untuk melakukan konsolidasi dan menyatukan seluruh 
kekuatan partai untuk lebih siap menghadapi momentum politik di masa datang.

Hadir pada pembukaan Musda yang akan berlangsung hingga 28 Mei ini antara lain 
Wakil Gubernur NTT Ir. Esthon Foenay serta sejumlah pimpinan partai politik di 
NTT. (

CiKEAS Obama, Yudhoyono share a challenge

2010-05-27 Terurut Topik sunny
http://www.atimes.com/atimes/Southeast_Asia/LE28Ae01.html

May 28, 2010

Obama, Yudhoyono share a challenge
By Gary LaMoshi 


DENPASAR, Bali - What a difference a quarter makes. United States President 
Barack Obama, who spent two years in Indonesia as schoolboy Barry Soetoro, was 
first scheduled to visit Indonesia in March, but legislative obligations pushed 
the highly anticipated visit back to mid-June. Over the past 10 weeks, much has 
changed for both Obama and Indonesia, the world's third-largest democracy. 

In March, Obama had the look of a loser. The US economy was still in the tank. 
Healthcare reform, Obama's major legislative initiative, seemed destined for 
defeat. The foiled Christmas Day bombing of a US airliner as it approached 
landing in Detroit, combined with the shootings of US Army personnel in Texas 
by a disturbed Muslim American officer, had created a narrative that the 
administration was soft on terrorism. 

Rejectionist Republican opponents had gridlocked congress and seized control of 
the national debate, backed by the populist sloganeering of the Tea Party 
movement, indicating that a huge swing away from Obama's Democratic Party was 
likely in November's legislative elections. 

As June approaches, Obama looks more like a winner, although the continuing BP 
oil spill in the Gulf of Mexico could become a political disaster - or the 
opening for more effective corporate and environmental reforms. The US economy 
has begun producing jobs rather than losing them. Healthcare reform passed. In 
primary elections and other votes so far this year, the Tea Party's 
anti-government sentiment has proven as difficult for Republicans to handle as 
Democrats. 

Sri you later
For Obama's Indonesian counterpart, President Susilo Bambang Yudhoyono, things 
have turned for the worse. His candidate for the chairmanship of Indonesia's 
Democrat Party was defeated last weekend. He still has a gridlocked legislature 
bent on thwarting reform on behalf of entrenched business interests. His 
internationally respected Finance Minister, Sri Mulyani Indrawati, resigned 
early this month for a top job at the World Bank. 

Mulyani had been the target of a concerted campaign to discredit her by the 
Golkar party, Yudhoyono's legislative coalition partner. As she departed for 
Washington, Mulyani pointed the finger for her departure at business tycoon 
Aburizal Bakrie, the chairman of Golkar, the ruling vehicle for former 
president Suharto's 32-year military rule that ended in 1998. Bakrie is one of 
the many Suharto insiders who still dominate business and the military. In a 
recent Financial Times interview, Mulyani warned that reactionary business 
interests want to hijack reform. It is a battle for Indonesia now, she 
said. 

Meanwhile, a vocal minority pushing radical Islam outshouts a huge majority 
that favors a secular state but dares not speak against the religion. About 200 
million of Indonesia's 240 million citizens follow Islam, giving it the world's 
largest Muslim population. 

Since March, the terrorism issue has hit closer to home for both presidents. 
The plot to bomb New York's Times Square district, uncovered on May 1, led the 
administration to dismiss the director of National Intelligence, Dennis Blair. 
However, even foiled plots leave Obama vulnerable to charges that he hasn't 
done enough to fight terrorism. 

National Day massacre plot 
In Indonesia, just two weeks after the Times Square incident, police uncovered 
a massive plot to attack national leaders at the August 17 National Day 
ceremonies, target foreigners, and, in the ensuing chaos, stage a coup that 
would impose Islamic law. According to officials, the plotting group was a 
faction of Jemaah Islamiyah that called itself al-Qaeda in Aceh, and may have 
ties to overseas terrorist organizations. 

The two plots seemingly foreshadow a large anti-terrorism component to the 
upcoming presidential summit. The US can learn a lot from Indonesia, which has 
captured, tried and executed far more terrorists than the US, including the top 
operatives in the 2002 Bali bombing plot that killed 202 people, mainly foreign 
tourists. However, there are good reasons for caution about taking the 
anti-terrorism theme too far. 

The official announcement of the foiled National Day attack plan came a month 
ahead of Obama's rescheduled visit. In February, a month ahead of the original 
date, Indonesian officials announced they had uncovered a terrorism camp in 
Aceh, the resource-rich far western province where Yudhoyono's first 
administration negotiated an end to a decades-long armed separatist civil war 
by offering limited autonomy, including a measure of Islamic law. The agreement 
came in 2005, after the Boxing Day tsunami in 2004 weakened the military's 
dominance of the province. 

Let's get normalized
In early March, Indonesian military officials stoked the rumor mill by saying 
that the US was ready to reinstitute aid to 

CiKEAS SBY Batal Bertemu Pangeran Charles

2010-05-27 Terurut Topik sunny
Refleksi : Apa yang bisa dibicarakan dan usulkan tentang iklim dan hutan, kalau 
hutan  di negeri sendiri sudah hampir habis digundulkan oleh sobat dan sahabat? 
Fulus untuk reboasasi?

http://nasional.kompas.com/read/2010/05/28/00021335/SBY.Batal.Bertemu.Pangeran.Charles-5


SBY Batal Bertemu Pangeran Charles


Jumat, 28 Mei 2010 | 00:02 WIB

OSLO, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis (27/5) siang, batal 
bertemu dengan pewaris tahta Kerajaan Inggeris, Pangeran Charles, di sela-sela 
Konferensi tentang Perubahan Iklim dan Cuaca (Oslo Climate and Forest 
Conference).
Alasannya, Pangeran Charles tengah bertemu dengan salah satu kepala 
pemerintahan negara lain pada saat yang sama. Padahal, agenda pertemuan 
Presiden Yudhoyono dengan Prince of Wales itu, sudah dijadwalkan dalam agenda 
tertulis kunjungan Presiden Yudhoyono. Namun, menurut sumber Kompas, Kamis 
siang, Presiden Yudhoyono, yang pada Rabu (26/5) malam dijamu santap malam 
bersama dengan Perdana Menteri Norwegia Jens Staltonberg, duduk berdampingan 
dengan Pangeran Charles dan banyak berbincang-bincang mengenai masalah 
lingkungan dan konservasi hutan. Akibatnya, pertemuan khusus dengan Pangeran 
Charles ditiadakan, ujar sumber itu.

Jogging di Holmenkollen

Sebagai gantinya, tambah sumber tersebut, Presiden Yudhoyono akan jogging di 
seputar hotel tempatnya menginap, yaitu di Holmenkollen Park Hotel Rica, Oslo, 
Norwegia. Saat jogging itu, Presiden Yudhoyono dan Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono 
akan didampingi sejumlah menteri kabinet yang mendampinginya dalam kunjungan 
kerja selama empat hari di Norwegia.

Loh, kalian nggak jogging? tanya Ketua Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan 
dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangkusubroto, yang sudah 
menggunakan baju olahraga lengkap, kepada Kompas. 

Kompas yang tengah berbincang-bincang dengan Staf Khusus Presiden Bidang 
Perubahan Iklim Dirgahayu Agus Purnomo, pun terkejut. Anggota Dewan 
Pertimbangan Presiden, Prof Emil Salim, yang juga telah berpakaian olahraga 
lengkap ikut mengajak untuk berolahraga.

Adapun Menteri Kehutanan Zulkifli Hassan serta Menteri Negara Pemuda dan 
Olahraga Andi Mallarangeng baru saja membeli pakaian olahraga. Nih, saya baru 
beli bajunya. Saya nyusul aja ya ke Holmenkollen, papar Zulkifli yang masih 
menggunakan setelan jas lengkap. (HAR)

TERKAIT:
  a.. SBY Dipuji Pangeran Charles
  b.. SBY Temui Pangeran Charles di Oslo
  c.. Presiden SBY Bertemu PM Norwegia
  d.. Presiden Bermalam di Puncak Bukit, Oslo


CiKEAS Indonesian Christians under attack

2010-05-27 Terurut Topik sunny


Untuk melihat video footage, click situs dibawah ini:

http://english.aljazeera.net/video/asia-pacific/2010/05/20105116152128343.h

Tuesday, May 11, 2010 
11:23 Mecca time, 08:23 GMT

Indonesian Christians under attack

Violent attacks against Christians in Indonesia have forced the closure of 20 
churches in recent months, testing the fragile religious balance in 
predominantly-Muslim nation.

But the government denies the incidents are a sign of growing religious 
intolerance, putting the blame on politics and regional elections instead.

Al Jazeera's Step Vaessen reports from West Java.


CiKEAS Indonesian Christians under attack (RALAT)

2010-05-27 Terurut Topik sunny

RALAT

Untuk melihat video footage, click situs dibawah ini:

http://www.youtube.com/watch?v=pgpHHoIvU2I

Tuesday, May 11, 2010 
11:23 Mecca time, 08:23 GMT

Indonesian Christians under attack

Violent attacks against Christians in Indonesia have forced the closure of 20 
churches in recent months, testing the fragile religious balance in 
predominantly-Muslim nation.

But the government denies the incidents are a sign of growing religious 
intolerance, putting the blame on politics and regional elections instead.

Al Jazeera's Step Vaessen reports from West Java.


CiKEAS Indonesia Ranks as Second-Riskiest Place in World for Natural Disasters

2010-05-26 Terurut Topik sunny
Reflection: Second riskiest place for natural disasters, but also on the first 
place of human made disasters

http://www.thejakartaglobe.com/home/indonesia-ranks-as-second-riskiest-place-in-world-for-natural-disasters/377317

May 27, 2010 

Indonesia Ranks as Second-Riskiest Place in World for Natural Disasters
Paris. Indonesia is one of the countries most vulnerable to natural disasters, 
according to an international study released on Thursday. 

It joins Bangladesh and Iran at the top of the list. Asia's twin giants, China 
and India, are among the 15 countries that, out of 229, are rated as extreme 
risk. 

The Natural Disasters Risk Index is compiled by a British advisory firm, 
Maplecroft, on the basis of disasters that occurred from 1980 to 2010. It draws 
on a basket of indicators, including the number and frequency of these events, 
the total deaths that were caused and the death toll as a proportion of the 
country's population.Disasters include earthquakes, volcanic eruptions, 
tsunamis, storms, flooding, drought, landslides, heat waves and epidemics. 

Poverty is an important factor in countries where both the frequency and 
impacts of natural disasters are severe, said Anna Moss, Maplecroft's 
environmental analyst. 

Poor infrastructure, plus dense overcrowding in high-risk areas like flood 
plains, river banks, steep slopes and reclaimed land, continually result in 
high casualty figures. 

According to the NDRI's figures, Bangladesh has suffered more than 191,000 
fatalities as a result of natural disasters in the past 30 years, and Indonesia 
a nearly equal number, the vast majority of which were inflicted by the 
December 2004 tsunami. 

In Iran, the big vulnerability factor is earthquakes, which claimed 74,000 
lives. India, ranked 11th, lost 141,000 lives - including 50,000 to 
earthquakes, 40,000 to floods, 15,000 to epidemics and 23,000 to storms - while 
the tally in China, rated 12th, was 148,000 lives, of which 87,000 were lost in 
the 2008 Sichuan quake. 

Three G-8 countries are considered high risk, the next category down from 
extreme.They are France (17th in the overall rankings) and Italy (18th), 
which were hit by killer heat waves in 2003 and 2006, and the United States 
(37th), whacked by Hurricane Katrina in 2005. 

The countries least at risk are Andorra, Bahrain, Gibraltar, Liechtenstein, 
Malta, Monaco, Qatar, San Marino and the United Arab Emirates. 

Moss pointed to warnings of the impact of climate change on weather patterns, 
resulting in more frequent and bigger episodes of drought and flood. 

Our research highlights the need for even the wealthiest countries to focus on 
disaster risk reduction, she said. 



Agence France-Presse 


CiKEAS Inside India's Maoist heartland

2010-05-26 Terurut Topik sunny
Untuk melihat video footage, click situs di bawah :

http://english.aljazeera.net/news/asia/2010/05/201052645217383475.html

Wednesday, May 26, 2010 
10:55 Mecca time, 07:55 GM

Inside India's Maoist heartland 

Suspected Maoist rebels in central India have set fire to trucks and 
earth-moving equipment for a road construction project.

This is the latest in a series of attacks blamed on the fighters, known as 
Naxals, who say that they are defending the rights of India's poor.

The Indian government describes the Maoists as the single biggest threat to 
India's internal security and has launched an offensive to crush the rebels.

Al Jazeera travelled to the heart of the conflict zone where ordinary citizens 
are caught in the crossfire between rebels and security forces.

Kamal Kumar reports.


CiKEAS Saudi diplomat urges government to stop hiring Indonesians

2010-05-26 Terurut Topik sunny
http://arabnews.com/saudiarabia/article58068.ece

Saudi diplomat urges government to stop hiring Indonesians
By ARAB NEWS 

Published: May 27, 2010 01:00 Updated: May 27, 2010 01:19 

RIYADH: A senior Saudi diplomat has backed the demand to halt the recruitment 
of Indonesian labor. The demand has been made by the National Committee for 
Recruitment as well as the recruitment offices in Saudi Arabia.

Abdul Aziz Al-Roqabi, consul at the Saudi Embassy in Jakarta, recently urged 
the Saudi authorities to stop issuing labor visas for Indonesia until the 
country's recruitment offices comply with agreements signed with their Saudi 
counterparts.

The Riyadh Chamber of Commerce and Industry last week organized a meeting which 
was attended by more than 40 Saudi investors and recruitment office owners. The 
meeting called for halting recruitment of Indonesian labor.

There are about 1.5 million Indonesians currently working in the Kingdom, and 
they contribute more than one-third of the East Asian country's foreign 
remittance annually.

Speaking to Al-Riyadh Arabic daily, the consul reaffirmed that bilateral 
relations between Saudi Arabia and Indonesia are strong and excellent, and that 
the Indonesian government has nothing to do with the current recruitment stand 
off.

It is the Federation of Indonesia Workers and recruitment offices in that 
country which are primarily responsible for the crisis. Unfortunately, the 
recruitment offices in Indonesia, not exceeding five, are owned by Saudis and 
Arabs, and they earn a major chunk of the exorbitant amount of money collected 
through the recruitment of Indonesian labor, he said.

Al-Roqabi blamed these offices for exacerbating the Indonesian labor 
recruitment crisis. These offices are responsible for steep hikes in 
recruitment charges at regular intervals without any genuine reasons. Moreover, 
they are also not keen in safeguarding the rights of Saudi sponsors of 
Indonesian domestic workers by fulfilling the terms and conditions of bilateral 
agreements, he said.

According to the consul, the Saudi Embassy has so far not received any order 
from Riyadh to halt the issuing of labor visas. Hence, we are still continuing 
on with issuing visas. At the same time, we support calls to halt visas until a 
solution is found to the current stalemate, he said.

Al-Roqabi said that there are no justifications for the steep hike in 
recruitment charges in recent years. The cost of recruiting labor from 
Indonesia had risen 300 percent from SR2,200 to SR6,600 within two years. This 
excludes visa fees and commissions for recruitment offices in the Kingdom, he 
said while noting that there is a trend among Indonesian recruitment offices to 
raise recruitment costs just before Ramadan every year. He also blamed brokers 
for the huge increase in recruitment costs.

The consul also drew attention to a huge rise in the number of runaway maids, 
which poses a big challenge to the housemaid market in the Kingdom. The flight 
of housemaids also incurs huge losses amounting to millions of riyals for Saudi 
families annually. Contrary to the Indonesian government's claims that the 
21-day training and orientation course for aspiring house workers is free of 
cost, we came to find that these offices levy fees amounting to $70-100 for the 
same, he said.

Al-Roqabi noted that Indonesians working abroad bring home about SR6.6 billion 
annually. More than one third of this, SR2.2 billion, comes from Saudi Arabia. 
Any decrease in this amount would affect the country's economy badly, he said. 
According to the consul, Indonesian house workers get the highest salary in 
Saudi Arabia compared to other GCC states. The monthly wage of Indonesian 
maids increased from SR600 to SR800 after demands from Indonesia two years ago. 
However, in other GCC states, the salary does not exceed SR700, he said 
quoting Saudi diplomats working in those states.

Underlining the need for stamping out the problem of runaway maids, the consul 
called for banning the recruitment of such workers by other GCC states also. 
The introduction of a unified fingerprinting system binding all GCC states is 
the need of the hour. At present, a maid deported from Saudi Arabia can easily 
find job in other GCC states. The unified fingerprinting system should impose a 
ban for hiring runaway maids for a period of five years by any one of the GCC 
states, he said.


CiKEAS Jordanian girl dies after father who raped her performs caesarean surgery

2010-05-26 Terurut Topik sunny
http://arabnews.com/middleeast/article57319.ece

 Jordanian girl dies after father who raped her performs caesarean surgery 

By ABDUL JALIL MUSTAFA | ARAB NEWS 

Published: May 25, 2010 02:08 Updated: May 25, 2010 02:08 

AMMAN: A Jordanian criminal prosecutor has charged a carpenter with the rape 
and murder of his teenage daughter after he tried to perform a caesarean 
operation on the victim to abort her and conceal his crime, local newspapers 
reported Monday.

The suspect brought a carpet cutter, cut his daughter's stomach with it, 
opened her womb and took the female fetus and threw it in the garbage, papers 
quoted police sources as saying.

He then sewed up his daughter's stomach with thread, but could not stop her 
bleeding and she died.

The father, who was not identified, headed to the police station in the city of 
Zarqa, 25 km east of Amman, on Sunday claiming to have killed his 19-year-old 
daughter. He told officers that he had been raping his daughter since she was 
15.

The forensic authorities established that the girl died of internal bleeding, 
while the 37-week-old fetus died as a result of the abortion.

The victim's mother knew that her daughter was being raped for years but kept 
quiet about it because her husband had threatened to kill her and the girl, the 
papers quoted the sources as saying.

Chief medical examiner at the National Institute of Forensic Medicine, Momen 
Hadidi, told the paper that it was the first time he had come across such a 
horrific story over the past 30 years he served as a pathologist.


CiKEAS Jordanian girl dies after father who raped her performs caesarean surgery

2010-05-26 Terurut Topik sunny
http://arabnews.com/middleeast/article57319.ece

 Jordanian girl dies after father who raped her performs caesarean surgery 

By ABDUL JALIL MUSTAFA | ARAB NEWS 

Published: May 25, 2010 02:08 Updated: May 25, 2010 02:08 

AMMAN: A Jordanian criminal prosecutor has charged a carpenter with the rape 
and murder of his teenage daughter after he tried to perform a caesarean 
operation on the victim to abort her and conceal his crime, local newspapers 
reported Monday.

The suspect brought a carpet cutter, cut his daughter's stomach with it, 
opened her womb and took the female fetus and threw it in the garbage, papers 
quoted police sources as saying.

He then sewed up his daughter's stomach with thread, but could not stop her 
bleeding and she died.

The father, who was not identified, headed to the police station in the city of 
Zarqa, 25 km east of Amman, on Sunday claiming to have killed his 19-year-old 
daughter. He told officers that he had been raping his daughter since she was 
15.

The forensic authorities established that the girl died of internal bleeding, 
while the 37-week-old fetus died as a result of the abortion.

The victim's mother knew that her daughter was being raped for years but kept 
quiet about it because her husband had threatened to kill her and the girl, the 
papers quoted the sources as saying.

Chief medical examiner at the National Institute of Forensic Medicine, Momen 
Hadidi, told the paper that it was the first time he had come across such a 
horrific story over the past 30 years he served as a pathologist.


CiKEAS Masalah TKI Jadi Perhatian Obama

2010-05-25 Terurut Topik sunny
Refleksi : Mungkinkah perhatian Obama akan membawa perbaikan terhadap kedaan 
TKI di Timur Tengah, sekalipun pemerintah Indonesia berpolitik acuh tak acuh 
terhadap situasi kaum buruh NKRI disana. Bukan itu saja malah MUI yang melekat 
pada dunia Timur Tengah (Arab Saudia) pun membisu. 

http://us.detiknews.com/read/2010/05/25/113600/1363602/10/masalah-tki-jadi-perhatian-obama

Selasa, 25/05/2010 11:36 WIB

Masalah TKI Jadi Perhatian Obama
Fitraya Ramadhanny - detikNews


Reuters 

Washington - Sejumlah agenda dari kunjungan Wakil Menlu AS Maria Otero, akan 
menjadi bahan pembahasan kerjasama komprehensif Indonesia-AS ketika Presiden AS 
Barack Obama berkunjung pada 14 Juni 2010 mendatang. Salah satu yang menjadi 
perhatian pemerintahan Obama adalah masalah TKI.

Pengiriman TKI, terutama ke Timur Tengah, memang banyak masalah, mulai dari 
gaji tidak dibayar sampai penyiksaan. AS menilai hal ini sudah merupakan 
perdagangan manusia.

Perdagangan manusia terjadi ketika para pembantu rumah tangga dari Indonesia 
yang bekerja di negara lain, gajinya tidak dibayar, paspornya diambil dan 
mereka bekerja seperti budak, kata Otero.

Hal itu disampaikan Otero dalam jumpa pers sebagaimana dilansir web Deplu AS 
edisi 24 Mei 2010.

Menurut Otero, pemerintahan Obama ingin membantu pemerintah Indonesia untuk 
mengatasi permasalahan TKI, agar tidak menjadi perdagangan manusia. Kami ingin 
bekerja sama erat dengan Indonesia untuk mengatasi masalah ini, lanjutnya.

Selama kunjungan di Indonesia minggu lalu, Otero telah bertemu dengan sejumlah 
LSM yang menangani masalah TKI. Masukan dari mereka akan menjadi bahan untuk 
Deplu AS menyusun laporan mengenai kasus perdagangan manusia di berbagai negara.

Menlu Hillary Clinton akan merilis laporan ini pada 14 Juni 2010 mendatang. 
Sehingga kita bisa membuat rencana aksi dengan Indonesia, kata Otero.obamareutersluar.jpg

CiKEAS Ical Bantah Diuntungkan Mundurnya Sri Mulyani

2010-05-25 Terurut Topik sunny
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=253841

KOALISI
Ical Bantah Diuntungkan Mundurnya Sri Mulyani 

Aburizal Bakrie, Ketua Umum DPP Partai Golkar.
Selasa, 25 Mei 2010


JAKARTA (Suara Karya): Aburizal Bakrie membantah ada kesepakatan atau deal 
politik antara dirinya sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar dan Presiden Susilo 
Bambang Yudhoyono (SBY) menyusul pengunduran diri Sri Mulyani Indrawati sebagai 
Menkeu. 

Terlalu kecil berbicara deal politik kalau hanya untuk satu orang, kata 
Aburizal, yang akrab dipanggil Ical, menjawab pertanyaan wartawan usai menjadi 
pembicara kunci dalam seminar nasional yang digelar Kosgoro 1957 di Jakarta, 
Senin (24/5).

Ical juga membantah pernyataan kawan dekat Sri Mulyani, Wimar Witoelar, yang 
menyebutkan bahwa Ical sangat diuntungkan oleh pengunduran Sri Mulyani sebagai 
Menkeu. Menurut Ical, pernyataan itu sangat insinuatif atau merupakan tuduhan 
tersembunyi. Itu sangat rendah mutunya, ujar Ical tanpa menjelaskan lebih 
jauh. 

Pekan lalu, dalam kuliah umum bertajuk Kebijakan Publik dan Etika Publik yang 
diselenggarakan oleh Perhimpunan Pendidikan Demokrasi (P2D) yang digelar di 
sebuah hotel di Jakarta, Sri Mulyani menyebutkan bahwa alasan pengunduran 
dirinya sebagai Menkeu dilatari kesepakatan antarkekuatan politik.

Menanggapi pertanyaan tentang kasus Bank Century, Ical mengatakan, Partai 
Golkar sekarang ini tetap pada posisi menjaga agar seluruh rekomendasi Pansus 
DPR tentang Angket Bank Century dilaksanakan dengan baik oleh aparat penegak 
hukum, baik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Polri, ataupun Kejaksaan Agung. 
Karena itu, dia membantah keterlibatan Partai Golkar dalam Pansus hanya untuk 
kepentingan praktis. 

Ical yang juga Ketua Harian Sekretariat Gabungan Partai Politik Pendukung 
Koalisi kembali menegaskan bahwa pengajuan usulan penggunaan hak menyatakan 
pendapat DPR sebagai merupakan konsekuensi keputusan sidang paripurna DPR soal 
skandal Bank Century sama sekali tidak diperlukan.

Hak menyatakan pendapat tidak perlu selama tim pengawas rekomendasi Pansus DPR 
tentang Angket Bank Century terlaksana dengan baik, ujar Ical. Dia 
menambahkan, pihaknya telah berkomitmen mengawal kinerja Tim Pengawas 
Penanganan Bank Century agar bekerja dengan baik. 

Partai Golkar juga menghormati proses hukum yang dijalankan penegak hukum. 
Masalah hukum tidak boleh dicampuri, kata Ical. 

Sementara itu, saat tampil sebagai pembicara kunci dalam seminar 
Restrukturisasi Polri, kemarin, di Jakarta, Aburizal Bakrie mengatakan, peran 
tegas Polri makin diperlukan pada era demokratisasi sekarang ini. Dalam fungsi 
penegakan hukum, katanya, kepolisian sangat dibutuhkan untuk mencari kepastian 
hukum. 

Pada era demokratisasi sekarang ini, banyak yang bisa dilakukan warga negara. 
Euforia demokrasi sepertinya membuat setiap orang bisa berbuat apa saja. 
Akibatnya, tindak anarkis terjadi di mana-mana. Yang paling parah, hukum tidak 
dianggap penting, kata Ical. 

Karena itu, menurut Ical, kehadiran Polri sebagai ujungtombak penegakan hukum 
sangat diperlukan. Meski demikian, Polri juga memerlukan payung hukum untuk 
melindungi diri dari berbagai macam benturan. 

Ical menyebutkan, dinamika penegakan hukum tak jarang mengharuskan Polri 
berbenturan dengan berbagai instansi lain maupun berhadapan dengan masyarakat, 
seperti dalam kasus Cicak Buaya, kasus Susno, hingga Tragedi Priok. Karena itu, 
restrukturisasi kepolisian amat penting sehingga Polri menjadi institusi modern 
dan mampu menjadi penegak hukum yang andal, tegas, dan adil, sekaligus menjadi 
sahabat masyarakat. 

Seminar yang dibuka Ketua Umum Kosgoro 1957 Agung Laksono itu menampilkan 
pembicara mantan Ketua Panitia Ad Hoc I MPR Rambe Kamarul Zaman, mantan Kapolri 
Awaloedin Djamin, Ketua Indonesia Police Watch Neta S Pane, staf pengajar 
Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Program Pascasarjana Universitas 
Indonesia Bambang Widodo Umar, Ketua Komisi III DPR Benny K Harman, dan mantan 
anggota Komnas HAM MM Billah.

Agung Laksono, dalam sambutan pembukaan, mengatakan, fungsi Polri yang berumur 
sama dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia melekat langsung dengan 
masyarakat Indonesia. Tugas pokok yang diemban Polri adalah pemeliharaan 
ketertiban masyarakat, penegakan hukum, dan mengayomi masyarakat, ujar Agung, 
yang juga menjabat Menko Kesra dalam Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. 

Menurut Agung, citra polisi dapat diimplementasikan melalui prinsip 
profesionalisme kepolisian serta kinerja Polri yang dicintai masyarakat. 
Banyak kemajuan yang telah dicapai Polri. Reformasi penanganan terorisme 
banyak disorot media. Namun, masih banyak hal lain yang masih kurang, katanya.

Sementara itu, menjelang keberangkatan ke Washington untuk mengemban jabatan 
Direktur Pelaksana Bank Dunia, mantan Menkeu Sri Mulyani, Senin sore kemarin, 
bertemu dengan sejumlah begawan ekonomi Indonesia. Pertemuan itu berlangsung di 
gedung Bimasena, Hotel Darmawangsa, Jakarta Selatan.

Pertemuan itu sendiri 

CiKEAS Jaminan Sosial Versi Bank Dunia

2010-05-25 Terurut Topik sunny
http://www.suarakarya-online.com/news.html?category_name=Opini


  Jaminan Sosial Versi Bank Dunia
  Oleh Achmad Subianto 


  Selasa, 25 Mei 2010

  Ketika terjadi pemilihan presiden (pilpres) di Amerika Serikat (AS) tahun 
2009, persoalan keuangan nasional menjadi tantangan utama bagi kandidat 
presiden terpilih. Selain itu, masalah jaminan sosial juga menjadi isu yang 
selalu menyita perhatian dalam debat publik calon presiden. Calon presiden 
(capres) Barack Obama dan John McCary sempat saling beradu argumen dan strategi 
tentang bagaimana mengatasi masalah ekonomi nasional dan memberikan jaminan 
sosial dalam suatu debat publik yang memanas. Ini juga terjadi pada 
pilpres-pilprers sebelumnya di AS. 

  Namun, di Indonesia aneh. Tak ada satu pun caleg maupun capres 
mengetengahkan wacana jaminan sosial masyarakat secara utuh. Memang sempat 
digembar-gemborkan isu kemiskinan dan pengangguran, tetapi bagaimana cara 
mengatasinya dan solusi macam apa yang ditawarkan para capres, tidak ada sama 
sekali. 

  Persoalan kemiskinan dan pengangguran, dalam pemikiran para kandidat, 
akan dapat diatasi melalui kebijakan pembangunan dengan pembiayaan melalui 
kebijakan fiskal dan moneter serta usaha kecil dan menengah (UKM). Padahal, 
kebijakan-kebijakan tersebut secara tradisional telah diberlakukan sejak 
bertahun-tahun, tetapi tetap saja tidak mampu menghapuskan atau mengurangi 
kemiskinan dan pengangguran. 

  Barangkali para politikus dan pakar sangat awam terhadap persoalan 
jaminan sosial? Dan, tampaknya memang demikian. Persoalan jaminan sosial dalam 
UUD 1945 pun baru diakomodasi dalam Perubahan UUD tahun 2002. Masalahnya, dalam 
UUD 1945 tidak secara jelas dicantumkan masalah jaminan sosial, baik dalam 
batang tubuh maupun penjelasannya. 

  Michael Raper menulis buku mengenai negara tanpa jaminan sosial bertajuk 
Tiga Pilar Jaminan Sosial Versi Bank Dunia (Three Pilars of Social Security 
World Bank). Dalam tulisannya itu, ia mencontohkan negara tanpa jaminan sosial, 
antara lain Indonesia dan Australia. Pendekatan ketiga pilar jaminan sosial itu 
sendiri, kata Raper, telah direkomendasikan oleh Bank Dunia dan International 
Labour Organization (ILO). Dengan dikuatkan oleh Trade Union Rights Centre, 
ketiga pilar jaminan sosial itu menjadi dasar untuk membangun sistem penyediaan 
dana pensiun. 

  Ketiga pilar utama jaminan sosial versi Bank Dunia dan ILO yang 
diperkenalkan kepada Indonesia meliputi bantuan sosial (social assistance), 
asuransi sosial (social insurance), dan jaminan sosial sukarela (voluntary). 
Anehnya, ketiga pilar jaminan sosial itu berbeda dengan ketiga pilar yang 
diterapkan di China meski sama-sama telah direkomendasikan oleh Bank Dunia dan 
ILO. 

  Kepada Pemerintah China, Bank Dunia dan ILO memberikan rekomendasi 
pendekatan tiga pilar jaminan sosial dengan konsep berbeda. Pilar pertama, 
government run basic pension (state). Jaminan sosial ini diberikan kepada 
setiap penduduk (warga negara), baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. Pilar 
kedua, individual account pension (occupational), jaminan sosial yang diberikan 
kepada individu-individu terkait pekerjaan atau profesi masing-masing (seperti 
anggota TNI dan pekerja). Pilar ketiga, voluntary employee/individual savings 
(private), jaminan sosial yang dikumpulkan dari tabungan pribadi sebagai 
pekerja atau sukarelawan. 

  Di sini ada perbedaan mendasar mengenai model jaminan sosial yang 
diperkenalkan Bank Dunia dan ILO, antara lain di Indonesia dan China. Ada kesan 
jaminan sosial rekomendasi Bank Dunia dan ILO yang diterapkan di Indonesia 
telah direkayasa dan direkomendasikan oleh konsultan Indonesia kepada Tim SJSN 
(Sistem Jaminan Sosial Nasional) Indonesia dengan konsep orisinal Bank Dunia 
dan ILO. 

  Ini sangat berbeda dengan apa yang kami dengar sendiri dari Pemerintah 
China. Rupanya telah terjadi versi modifikasi dan rekayasa dari tim konsultan 
Indonesia. Ini tentunya sangat membahayakan bagi keberlangsungan suatu 
metodologi. Untung, sampai saat ini rekomendasi tim Jerman belum sepenuhnya 
diterima oleh Indonesia. 

  Bertahun-tahun Indonesia tampaknya selalu ditipu oleh konsultan luar 
negeri dan dalam kasus SJSN ini hampir terjadi lagi. Kesalahan IMF memberikan 
konsultansi kepada Indonesia bertahun-taun hampir terjadi lagi dalam penyusunan 
SJSN. Untungnya, para penyelenggara Lembaga Jaminan Sosial kala itu bersemangat 
tinggi dan senantiasa waspada terhadap setiap draf RUU SJSN. Malah sering 
dianggap oposan oleh Tim SJSN dan bahkan oleh anggota Pansus DPR. 

  Kegigihan badan penyelenggara sejak saat ada konsep untuk merger dan 
penyusunan draf RUU ada hasilnya juga. Penolakan terhadap upaya merger badan 
penyelenggara memang membuahkan hasil, tetapi dalam penyusunan draf RUU jauh 
dari sempurna karena adanya deadline harus selesai pada saat presiden lengser. 
Dengan demikian, UU SJSN ditandatangani satu hari ketika Presiden Megawati 

CiKEAS George Aditjondro Penuhi Panggilan Polisi

2010-05-25 Terurut Topik sunny
 
http://www.antaranews.com/berita/1274772374/george-aditjondro-penuhi-panggilan-polisi

George Aditjondro Penuhi Panggilan Polisi
Selasa, 25 Mei 2010 14:26 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | 

Jakarta (ANTARA News) - Penulis buku Membobgkar Gurita Cikeas, George Junus 
Aditjondro memenuhi panggilan penyidik Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan, 
terkait tuduhan penganiayaan ringan terhadap Ramadhan Pohan, Selasa.

Saat ini, saya dalam proses penyembuhan karena kondisinya masih sakit, kata 
George di Markas Polres Metro Jakarta Selatan, Selasa.

Namun demikian, George enggan menjelaskan kasus yang menimpa dirinya terkait 
dugaan penganiayaan terhadap anggota Fraksi Partai Demokrat DPR, Ramadhan Pohan.

Penulis buku kontroversi itu, menambahkan dirinya tidak memenuhi dua kali 
panggilan penyidik karena kondisi kesehatan yang menurun.

Bukannya saya tidak patuhi hukum untuk memenuhi panggilan penyidik, tapi saya 
memang sakit, ujar George.

Sebelumnya, George tidak memenuhi dua kali panggilan penyidik Satuan Reserse 
Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan karena tekanan darah tinggi sehingga 
sempat mendapatkan perawatan intensif di salah satu rumah sakit di Jakarta 
Timur.

George harusnya menjalani pemeriksaan pada 16 dan 25 Februari 2010, namun 
karena alasan sakit sehingga tidak memenuhi panggilan polisi.

Sebelumnya, George tersangkut kasus penganiayaan terhadap anggota DPR RI Fraksi 
Partai Demokrat, Ramadhan Pohan, Rabu (30/12) saat peluncuran buku karya George 
Junus Aditjondro di Doekoen Coffee, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
(T014/A024)

CiKEAS Komitmen Entaskan Kemiskinan

2010-05-25 Terurut Topik sunny
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=253818


  Komitmen Entaskan Kemiskinan
  Oleh Agus Sakti 


  Selasa, 25 Mei 2010

  Komitmen pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan bukanlah sebuah opsi 
yang dapat ditawar, yang dalam praktiknya secara permisif pemerintah memiliki 
hak apakah program yang pro orang miskin itu layak atau tidak dibebankan dalam 
kegiatan semasa jabatannya. Sebab, ketentuan yang mengatakan bahwa pemerintah 
bertanggung jawab penuh terhadap orang miskin sudah diatur secara jelas dalam 
undang-undang. 

  Kini, bukan lagi sebuah rahasia karena telah kita temukan kenyataan bahwa 
upaya pemerintah mengawal dan peduli terhadap orang miskin terkesan pragmatis, 
kaku, dan kejar tayang. 

  Di wilayah penegakan hukum, misalnya, orang miskin susah sekali 
memperoleh keadilan. Cerita maling ayam yang dipenjara bukan lagi sebuah 
dongeng imajiner. Sejalan dengan itu, ada upaya penarikan konklusi yang membuat 
miris oleh masyarakat dengan membandingkan maling ayam dengan maling uang 
rakyat yang menelanjangi bahwa hukum (keadilan) di negeri ini tidak berpihak 
kepada orang miskin. 

  Demikian pula halnya dengan mahalnya biaya pendidikan yang terus melangit 
dan tidak dapat dijangkau warga miskin. Lembaga edukasi makin bergengsi dan 
terdesain dalam konsep konglomerasi. 

  Lihat saja, biaya masuk sekolah dasar pada tahun pertama, khususnya di 
sekolah-sekolah swasta elite, hampir menyerupai biaya masuk perguruan tinggi. 
Tak jarang, kita juga melihat ada siswa yang melakukan percobaan bunuh diri 
lantaran malu karena tidak mampu membayar sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). 

  Lebih membuat miris lagi, orang miskin amat susah memperoleh akses 
kesehatan murah. Seperti kejadian yang dialami beberapa warga Nganjuk, Jawa 
Timur, baru-baru ini. Meski mereka tercatat sebagai peserta Jamkesmas, namun 
ketika berobat di salah satu rumah sakit (RS) pelat merah, masih juga 
diharuskan mengeluarkan rupiah yang banyak. 

  Demikian pula halnya dengan usulan beberapa anggota DPRD Komisi D Bidang 
Kesehatan, Pendidikan, dan Kesejahteraan Masyarakat tentang regulasi validasi 
daftar peserta jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) di Kota Malang yang 
mensyaratkan hanya orang miskin yang tidak merokoklah yang layak menjadi 
peserta Jamkesda. Padahal, sebagian besar orang miskin adalah perokok aktif. 

  Karut-marut sistem regulasi kesehatan tidak sesuai dengan apa yang 
dicanangkan oleh pemerintahan lama lewat program Indonesia Sehat Tahun 2010 
yang seolah-olah tidak ada artinya. Padahal, harapan besar bagi terciptanya 
sebuah masyarakat sehat nan sejahtera pada tahun 2010 sangat diidam-idamkan 
warga bangsa. 

  Perlu diketahui bahwa kemiskinan dan kesadaran masyarakat untuk menjadi 
miskin itu bukan sebuah pilihan. Idealnya, tidak ada satu pun warga yang 
menginginkan kehidupannya nir-sejahtera, miskin, dan sakit-sakitan. Namun, 
meski mereka tidak pernah memilih untuk menjadi miskin, toh kehidupan mereka 
tetap miskin. Wujud kemiskinan bisa diindikatori dari penghasilan atau 
pengeluaran seseorang. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008, 
misalnya, kemiskinan ditentukan dari pengeluaran setiap orang sebanyak Rp 
183.636 per bulan. Kemiskinan juga disebabkan karena mereka berstatus tunakarya 
(penganggur). 

  Sementara itu, data resmi BPS Maret 2009 memperlihatkan, jumlah penduduk 
miskin sebesar 32,53 juta atau setara dengan 14,15 persen dari jumlah penduduk 
Indonesia. Kemiskinan diduga disebabkan oleh ketergantungan masyarakat terhadap 
komoditas makanan seperti beras, gula pasir, telur, tahu, tempe, dan mi instan. 
Kemiskinan pun diduga disebabkan ketergantungan mereka terhadap komoditas 
bangunan lainnya, seperti rumah, listrik, angkutan, dan minyak tanah. 

  Ketergantungan warga terhadap komoditas makanan merupakan sebuah hal yang 
wajar mengingat hal tersebut merupakan kebutuhan dasar mereka sebagai manusia. 
Sebagaimana diketahui, semua orang membutuhkan makanan, minuman, dan memerlukan 
tempat untuk beristirahat dengan nyaman. 

  Human Error


  Dalam hemat penulis, secara mendasar, kemiskinan merupakan sebuah 
proyek yang seolah diciptakan, baik secara sadar maupun tidak, oleh 
penguasa. Sebab, bagaimanapun, kemiskinan sebenarnya terkait masalah pekerjaan, 
pendapatan yang layak, dan kesanggupan mengonsumsi komoditas dasar. Jika 
pemerintah benar-benar peduli terhadap hal ini, tenaga kerja warga masyarakat 
bisa terserap hingga mereka mampu mencukupi kebutuhan dasar tersebut secara 
layak. Apalagi, kalau penguasa memberikan subsidi kepada usaha pertanian, 
kelautan (nelayan), dan pertambangan yang akan berimbas bagi kesejahteraan 
warga masyarakat. 

  Atau, boleh jadi, pemerintah sebenarnya sudah memberikan subsidi pada 
sektor-sektor tersebut, hanya saja kurang menyentuh akar permasalahan. Hal ini 
disebabkan oleh banyak faktor, seperti faktor teknis dan human error. 

  Kesalahan pada faktor teknis 

CiKEAS Planet Dimakan Mataharinya (RALAT)

2010-05-25 Terurut Topik sunny
Refleksi : Bagaimana komentar para ahli ilmu langitan? Apakah dunia akan 
kiamat? Apa yang bisa atau harus dibuat agar dunia tidak kiamat?

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/05/25/144856/45/7/Planet-Dimakan-Mataharinya


Planet Dimakan Mataharinya

Selasa, 25 Mei 2010 00:47 WIB
Penulis : Mario Aristo
 
NASA

NEW YORK--MI: Planet terpanas di galaksi Bima Sakti saat ini sedang meregang 
seperti bola karena tengah dimakan oleh bintang induknya. Ini berdasarkan 
observasi yang dilakukan oleh astronom menggunakan Teleskop Antariksa Hubble. 
Eksoplanet itu bernama WASP-12b. 

Planet WASP-12b masih memiliki waktu 10 juta tahun lagi hingga sepenuhnya 
habis termakan, ungkap ilmuwan Hubble pekan lalu. WASP-12b sangat dekat dengan 
bintang seperti matahari sehingga 'kepanasan' akibat suhunya yang mencapai 
2.800 derajat Fahrenheit. 

Karena kekuatan-kekuatan fenomenal tersebut, atmosfer planet tersebut telah 
menggelembung hampir tiga kali ukuran jari-jari Jupiter. Bahkan 
material-material planet yang memiliki ukuran 40 persen lebih besar dari 
Jupiter tersebut terlihat telah termakan bintang induknya. 

Kami melihat awan besar bahan di sekitar planet yang mau menghindar akan 
ditangkap oleh bintang. Kami telah mengidentifikasi unsur-unsur kimia yang 
belum pernah terlihat di planet-planet di luar tata surya kita, ungkap Carole 
Haswell, ketua tim penelitian dari sebuah Universitas Terbuka dalam Inggris. 

Distorsi planet akibat gravitasi bintang tersebut pertama kali diprediksi dalam 
makalah yang diterbitkan pada Februari 2010 dalam jurnal Nature by Shu-lin Li 
asal Universitas Peking di Beijing. Diyakini bahwa kekuatan gravitasi yang 
bekerja di planet WASP-12b akan membuat interior bertambah panas sehingga 
akhirnya mengembangkan atmosfer luar planet. (Mar/Space/OL-0420100524_055142_pla2.jpg

CiKEAS Dahlan Iskan: Target yang Bisa Bikin Bunuh Diri

2010-05-25 Terurut Topik sunny
Refleksi : Dahlan benar! Persuhaan Lilin Negara (PLN) tidak mungkin memenuhi 
target yang ditentukan untuk perusahaan listrik.

http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detailnid=135906

[ Selasa, 25 Mei 2010 ] 

Dahlan Iskan: Target yang Bisa Bikin Bunuh Diri 


Target PLN Atasi Krisis Tak Tercapai. Itulah judul berita di harian Kompas, 
Rabu 19 Mei lalu. Di Ambon sejumlah orang demo di kantor PLN dengan alasan PLN 
gagal memenuhi target mengatasi krisis listrik setempat. Kapan sih target itu 
sebenarnya?

Menko Ekuin sering menegaskan: tahun 2010 ini. Artinya, sebenarnya, masih ada 
waktu tujuh bulan lagi untuk mengatakan target tidak tercapai. Presiden SBY 
pernah menegaskan: Oktober tahun 2010 ini. Itu berarti masih ada waktu lima 
bulan. 

Saya, sebagai CEO PLN, berkali-kali menegaskan: 30 Juni 2010. Artinya, masih 
ada waktu sebulan lebih lagi untuk dikatakan gagal mencapai target. Mungkin, 
pendemo di Ambon itu mempunyai target sendiri. Barangkali, target mereka adalah 
pada hari mereka berdemo itu. Kompas mungkin juga punya target sendiri: tanggal 
19 Mei 2010 itu. So what! 

Intinya, sebenarnya bukan soal kapan target mengatasi krisis listrik itu. 
Intinya adalah: orang sudah tidak percaya bahwa PLN akan bisa mengatasi krisis 
yang sudah sangat berat dan menahun itu! Ummul mas'alah-nya adalah no trust at 
all. 

Jangankan orang luar, banyak orang dalam PLN sendiri yang sudah kehilangan 
kepercayaan diri. Sudah seperti si pincang di depan si lumpuh. Betapa banyak 
SMS yang saya terima dari kalangan PLN sendiri yang isinya meragukan bahwa kita 
mampu mencapai target itu. Bahkan, ada SMS dari kalangan PLN sendiri yang 
langsung berkesimpulan: PLN bunuh diri!

Maka, di samping bekerja keras mengatasi krisis listrik di seluruh penjuru 
Nusantara, pimpinan PLN harus bekerja keras mengatasi hilangnya rasa percaya 
diri di kalangan sendiri. Tapi, syukurlah. Masih terlalu banyak manajer PLN 
yang punya nyali. Mereka ini menyadari bahwa kekalahan perang sering bukan 
karena kalah amunisi, tapi karena hilangnya kepercayaan diri. 

Saya melihat sendiri bagaimana para kepala divisi dan staf ahli di direktorat 
Indonesia Barat dan Timur memobilisasi kemampuan yang ada. Saya melihat 
bagaimana para manajer di kota-kota dan kabupaten krisis itu membuktikan diri. 
Kalau dilihat dari kacamata dan sudut pandang Jakarta, memang rasanya mustahil 
mereka bisa mengatasi persoalan yang begitu berat. Tapi, Purwodadi kuthane, 
sing dadi nyatane. Yang penting kenyataannya.

Secara bertahap, tim PLN itu ternyata bisa menyelesaikan krisis di Medan yang 
begitu parah, yang masyarakatnya sudah sering demo dan mengancam. Manajemen PLN 
juga bisa menyelesaikan krisis di Tanjungpinang yang masyarakatnya sudah begitu 
marah sampai-sampai pernah menjemur manajer PLN yang ada di sana. Di tempat 
lain, tim PLN bisa menyelesaikan krisis di Makassar, Bali, Kaltim, Kendari, dan 
banyak lagi. Bahkan, Ambon pun dua minggu yang lalu sudah teratasi. Rasanya 
seperti hil yang mustahal bahwa krisis listrik di Ambon bisa diatasi justru 
sebelum target waktu terlewati.

Sampai tanggal 30 Mei 2010 nanti, praktis tinggal dua wilayah yang masih 
krisis: Palu dan Lombok. Persoalan pada dua-duanya luar biasa besar. Juga luar 
biasa sulit mengatasinya. Nasib dua daerah itu begitu jelek sehingga sulit 
sekali mencarikan jalan keluarnya. 

Akankah dua daerah itu menjadi lambang kegagalan penyelesaian krisis listrik 
Indonesia? Bagaimana menyelesaikannya? Mungkinkah dua daerah tersebut akan 
menjadi ibarat nila dua titik merusak susu berbela­nga-belanga? Dengan sisa 
waktu yang tersedia, masih sempatkah berbuat banyak? Bukankah waktunya tinggal 
satu bulan? Bisakah dalam waktu sebulan persoalan luar biasa besar teratasi? 
Sulapan macam apa yang akan dilakukan? 

Ibarat drama, Palu dan Lombok itu akan jadi adegan yang sangat menegangkan. 
Ibarat pertandingan sepak bola, posisi PLN masih tertinggal 0-2, padahal waktu 
pertandingan tinggal 2 menit. 

Sebuah pertaruhan yang memang bisa berarti bunuh diri! (*)

Dahlan Iskan, Dirut PLN

CiKEAS Reformasi Birokrasi Menuju Reformasi Biokrasi

2010-05-25 Terurut Topik sunny
http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ar_id=NzMyMg==

Tema: Reformasi Birokrasi untuk Lingkungan Hidup
Reformasi Birokrasi Menuju Reformasi Biokrasi
Oleh : Erlina Rachmawati (Guru SMK Perikanan Nusantara Demak)
Tanggal : Selasa, 25 Mei 2010 


 ERA orde baru sudah lama berlalu. Genderang reformasi sudah lama berdengung di 
telinga kita. Reformasi membuka tabir era keterbukaan  perluasan kebebasan, 
kompetisi dan peran serta masyarakat. Pemimpin dipilih oleh rakyat secara 
langsung melalui perwakilan rakyat. Kebebasan dalam penentuan kebijakan 
pembangunan dibuat lebih terbuka. Kritik dan saran rakyat terungkap lewat 
pelaksanaan demokrasi. Pemimpin ditekankan lebih mengutamakan kepentingan 
rakyat. Perang anti korupsi giat dikibarkan. Peradilan bebas kian ditegakkan 
demi rakyat supaya tidak tertindas. 

Reformasi sudah berjalan selama 10 tahun lebih, pemerintahan menuju reformasi 
sudah silih berganti. Namun sejauh ini tidak ada kemajuan yang signifikan untuk 
memperbaiki pengelolaan lingkungan hidup. Reformasi mendorong laju langkah 
pembangunan  berlipat sangat cepat. Pabrik dan gedung berdiri megah. Kemajuan 
sangat cepat melaju, bak meteor meluncur dari angkasa. Tapi apakah kecepatan 
langkah juga untuk pengelolaan lingkungan hidup? Saya pikir gerak langkah 
pembangunan era refomasi berbanding terbalik dengan laju penyelamatan 
lingkungan. Realitanya pembangunan  apapun bidang, seberapa besar pembangunan 
itu dijalankan, pastilah menambah beban lingkungan. Terlebih lagi bila 
pembangunan yang dilaksanakan tidak sejalan dengan pembangunan dibidang 
lingkungan hidup. 

Nyatanya reformasi yang gencar didengungkan lebih tertuju ke arah pembangunan 
bidang perekonomian, industri, sosial, ilmu pengetahuan, kelembagaan, birokrasi 
dan demokrasi. Sementara pembangunan bidang lingkungan hidup yang ada di 
sekitar kita, selalu menjadi agenda sampingan manakala dampaknya sudah mulai 
memasyarakat. 

Di tengah suksesnya Indonesia membangun reformasi demokrasi dengan pembangunan 
disegala bidang, disaat itu juga kerusakan lingkungan justru meningkat tajam. 
Pembalakan hutan secara liar dan pembakaran hutan semakin mempercepat laju 
kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan hidup dimana saja selalu meminta 
pajak sosial, ekonomi yang tidak murah. 
Masyarakat menjerit kesakitan manakala bencana alam, banjir, tanah longsor 
menimpa rumah dan pemukiman mereka. Mereka kehilangan harta benda dan nyawa. 
Banjir dengan sampah bawaan yang membuat air berubah menjadi berbau, berwarna 
dan berasa. Wabah penyakit kulit gatal-gatal, diare, desentri, typus, dan 
penyakit saluran pernafapan seperti TBC, pneumonia dan lain-lain. Bau tak sedap 
dari timbunan sampah menggangu pernafasan dan merusak keindahan lingkungan. 
  
Sentuhan pengelolaan lingkungan akan mulai terdengar manakala dampak sudah 
mewabah di masyarakat. Seminar, diskusi, symposium, spanduk, baleho atau 
sejenisnya mulai digiatkan. Dapatkah itu terlaksana bila hanya sebuah slogan 
atau gembar-gembor belaka. Tanpa ada bukti nyata. 

Pembangunan lingkungan yang terabaikan dalam waktu yang panjang menyebabkan 
laju kerusakan berjalan semakin cepat dibanding dengan laju rehabilitasi dan 
perbaikan lingkungan. Sementara pertumbuhan industri dan urbanisasi yang 
semakin berkembang menghasilkan akumulasi kerusakan lingkungan hidup sehingga 
kemajuan ekonomi dan material yang diperoleh berjalan berbanding terbalik  
dengan penurunan kualitas lingkungan hidup secara terus menerus. 

Penyelamatan lingkungan hidup harus segera dilakukan. Tapi tanggung jawab 
siapa? Lingkungan hidup sudah selayaknya menjadi tanggung jawab kita bersama, 
pemerintah, jajaran bisnis atau industrialisasi dan masyarakat sosial. 
Bagaimana usaha penyelamatan bisa berjalan? Peran serta dan dukungan setiap 
elemen masyarakat harus saling terkait. Pengarusutamaan lingkungan hidup 
haruslah menjadi agenda harian disetiap hati nurani masyarakat. 

Bagaimana sebuah reformasi birokrasi dapat mendukung pengelolaan lingkungan? 
Reformasi yang dikembangkan dituntut membangun sistem politik hijau yang 
sensitive lingkungan  (green policy). Artinya menjadikan lingkungan hidup 
sebagai politik utamanya dengan kebijakan yang harus mampu menopang aspek 
lingkungan. Politik hijau dijalankan bila sudah terbangun sensitifitas 
lingkungan. Bagaimana cara membangun sensitifitas lingkungan? Tentu bukan 
perkara yang mudah. Karena membangun sensitifitas lingkungan membutuhkan dana, 
sarana yang tidak sedikit serta kepedulian untuk konsisten dalam gerak 
langkahnya. Rata-rata yang terjadi adalah bagaimana mendapatkan keuntungan yang 
lebih tanpa harus mengeluarkan dana lebih. Kalau begitu kita sudah bertindak 
egois terhadap diri kita sendiri maupun lingkungan. Bagaiman tidak, sisi plus 
minus dari pembangunan pastilah akan kita rasakan. Tapi mengapa kita tidak 
sedikit berbaik hati dengan lingkungan ? 

Reformasi birokrasi harus mengarahkan pada kebijakan lingkungan (biokrasi). 

CiKEAS Antisipasi Kelaparan-Kurang Gizi

2010-05-25 Terurut Topik sunny
Refleki : Pusat dan daerah harus bertanggung jawab, karena pusat tidak mampu  
memberi jawaban?

http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detailnid=135903

 [ Selasa, 25 Mei 2010 ] 


Antisipasi Kelaparan-Kurang Gizi 
SBY: Pusat dan Daerah Harus Berbagi Tanggung Jawab 




JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta pembagian tanggung 
jawab yang tepat antara pemerintah pusat dan daerah dalam mengatasi kasus-kasus 
kelaparan. Pemerintah daerah juga diminta memperhatikan peta ketahanan pangan 
untuk mengantisipasi kasus-kasus kelaparan dan riwayat kekurangan gizi.

Menurut SBY, selama ini pusat selalu disalahkan jika ada kasus kelaparan di 
sejumlah daerah. Padahal, kasus tersebut harus dipertanggungjawabkan oleh satu 
tingkat pemerintahan di atasnya. Kalau ada kecamatan yang mengalami masalah 
kelaparan, yang paling bertanggung jawab menjelaskan ke pers, ke rakyat, adalah 
bupati, kata SBY dalam pembukaan konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta 
Convention Center (JCC) kemarin (24/5)

SBY menuturkan, gubernur harus bertanggung jawab jika kelaparan terjadi di 
beberapa kabupaten. Sementara itu, presiden dan menteri bertanggung jawab untuk 
kelaparan di dua provinsi atau lebih. 

SBY menyebut, tujuan utama pembangunan milenium (MDGs) adalah mengurangi 
kemiskinan absolut dan kelaparan ekstrem. Jika kasus kelaparan terjadi di suatu 
daerah, seharusnya kepala daerah dan presiden tidak bisa tidur karena mendengar 
berita tersebut. Meski banyak investor yang datang di suatu daerah, masyarakat 
akan lebih mengingat kasus kelaparan daripada prestasi yang diraih daerah 
tersebut. Itu selamanya diingat, ungkap presiden.

SBY juga meminta agar pemda memantau sistem cadangan maupun distribusi pangan. 
Saya masih mendengar, pada musim-musim tertentu ada shortage (kelangkaan 
pangan, Red) di tempat tertentu. Karena itu, harus diperhatikan stok dan 
cadangan nasional maupun daerah, ucap dia. 

Transportasi dan distribusi di daerah terpencil pun harus diperhatikan. Hal 
lain yang harus diperhatikan adalah efisiensi rantai suplai dan logistik. Mari 
kita carikan jalan keluar, ujar presiden.

SBY mengatakan, saat ini biaya operasional di Indonesia USD 0,34 atau sekitar 
Rp 3.000 per kilometer. Biaya tersebut lebih mahal jika dibandingkan dengan 
ongkos truk di negara-negara Asia yang hanya sekitar USD 0,22 per kilometer. 
Kalau ongkosnya begitu, harga akhir yang dibeli rakyat pasti mahal, terang 
dia. (sof/c11/dwi)

CiKEAS Kapal Layar Majapahit Selesai Akhir Mei + Majapahit Tidak Menguasai Seluruh Nusantara

2010-05-25 Terurut Topik sunny


http://www.antaranews.com/berita/1274777956/kapal-layar-majapahit-selesai-akhir-mei

Kapal Layar Majapahit Selesai Akhir Mei
Selasa, 25 Mei 2010 15:59 WIB | Peristiwa | Unik | 
Sumenep (ANTARA News) - Pembuatan kapal layar Spirit Majapahit yang 
dikerjakan perajin asal Desa Slopeng, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, 
Madura, Jawa Timur, diperkirakan selesai pada akhir bulan Mei 2010.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Dinbudparpora) 
Sumenep, M. Nasir, Selasa, menjelaskan, saat ini, pengerjaan kapal layar 
Spirit Majapahit mencapai 80 persen lebih.

Kalau tak ada kendala, pembuatan kapal layar yang merupakan kerja sama Yayasan 
Majapahit di Jepang dan pemerintah Indonesia ini akan tuntas pada akhir bulan 
Mei ini, ucapnya di Sumenep.

Setelah selesai, kapal layar tersebut akan diujicobakan di Perairan Slopeng 
sebelum dilepas secara resmi untuk berangkat ke Jakarta.

Pemberangkatkan kapal layar `Spirit Majapahit` dari Pantai Slopeng ke Jakarta 
direncanakan dilepas oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI pada bulan Juni 
2010. Untuk tanggal pastinya, menunggu konfirmasi, paparnya.

Setelah tiba di Jakarta, kata Nasir, kapal layar tersebut langsung dipersiapkan 
untuk berlayar ke delapan negara.

Sesuai rencana pula, pemberangkatan kapal layar `Spirit Majapahit` dari 
Jakarta dalam rangka keliling delapan negara akan dilepas oleh Presiden RI. 
Untuk waktunya juga menunggu konformasi, ujarnya menuturkan.

Kapal layar Spirit Majapahit dibuat tanpa mesin dan hanya menggunakan layar 
yang mengandalkan kekuatan angin untuk mengarungi lautan.

Ada pun ukuran kapal layar tersebut adalah panjang 20 meter, lebar 4 meter, dan 
tinggi 2,75 meter.

+
http://www.antaranews.com/berita/1274026286/majapahit-tidak-menguasai-seluruh-nusantara
Majapahit Tidak Menguasai Seluruh Nusantara
Minggu, 16 Mei 2010 23:11 WIB | Peristiwa | Umum |
Jakarta (ANTARA News) - Kerajaan terbesar Indonesia Majapahit ternyata tidak 
menguasai seluruh Nusantara apalagi kawasan Asia Tenggara seperti Malaysia, 
Filipina dan Siam Selatan (Thailand).

Tidak seperti apa yang ada di buku-buku pelajaran selama ini, daerah-daerah di 
Nusantara merupakan daerah merdeka dan berkedaulatan bukan daerah kekuasaan 
Majapahit, kata arkeolog Hasan Djafar  yang juga penulis buku Masa Akhir 
Majapahit pada diskusi bertajuk Majapahit: Masa Awal, Pencapaian, dan Masa 
Akhir di  LKBN ANTARA akhir pekan lalu. 

Kekuasaan Majapahit, katanya, hanya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura 
dan Bali dan saat itu ada kerajaan kuat juga di Nusantara yaitu kerajaan 
Melayu. 

Kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Raden Wijaya saat itu hanya sebuah 
kerajaan adikuasa dan disegani kerajaan-kerajaan sekitar bukan karena daerah 
jajahannya.

Majapahit hanya sebuah kerajaan yang dihormati kerajaan-kerajaan sekitar 
karena kesuksesannya mengolah perekonomian dan menjadi contoh kerajaan-kerajaan 
sekitar dan saat itu Majapahit terkenal akan negara agraris ekonomis dan 
maritim, katanya.  

Majapahit disegani kerajaan sekitar karena mampu menjaga keamanan dan 
kestabilisan regional dan memiliki pengaruh luas di Nusantara. Majapahit juga 
mempunyai kerjasama dengan Kerajaan Melayu yang dipimpin oleh Raja Adityawarman 
yang beribukota di Dharmawangsa (Sumatra Barat).

Majapahit sebagai kerajaan adi kuasa berkewajiban melindungi daerah-daerah di 
Nusantara demi kelangsungan kerjasama regional, katanya.

Majapahit pun kerap melakukan perdagangan dengan daerah-daerah sekitar seperti 
Banda, Ternate, Ambon, Banjarmasin dan Malaka.

Pernah ada pertukaran prasasti bernama Amoghapasa antara kedua kerajaan sebagai
simbol bentuk kerjasama, kata Hasan Djafar yang juga ahli epigrafi dan sejarah 
kuno
Indonesia.

Djafar juga mengemukakan pemahaman salah selama ini yang menyebutkan berbagai 
kerajaan lain di Nusantara memberikan upeti atau pajak ke Majapahit.  
Kerajaan-kerajaan itu hanya memberikan hadiah bukan upeti dan wajar kerajaan 
memberikan hadiah ke negara kuat saat itu, katanya.

Ketika ditanya kebenaran sumpah amukti palapa yang dikumandangkan Gadjah Mada 
ketika dilantik Ratu Majapahit Tribhuwana Tunggadewi menjadi Patih Majapahit 
bahwa ia tidak akan memakan buah palapa sebelum menguasai nusantara.

Itu juga salah penafsiran, mukti palapa bukan makan buah palapa tapi saya 
tidak akan bahagia sebelum  menyatukan nusantara, katanya.

Namun itu masih menjadi perdebatan hingga sekarang karena Gadjah Mada hanya 
memadamkan pemberontakan di Bali dan Dompo (Sumbawa), katanya menambahkan.

Kerajaan Majapahit sebagai salah satu kerajaan besar pada zaman Hindu-Budha 
yang berkembang sejak tahun 1293 - 1519 mencapai puncak perkembangannya pada 
abad ke-14 pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang bergelar Sri 
Rajasanagara.

Kisah kerajaan Majapahit terdapat dalam kitab Pararaton dalam bahasa Kawi dan 
kitab
Nagarakertagama dalam bahasa Jawa Kuno.

Sejak zaman keemasannya kerajaan Majapahit memiliki 21 daerah yaitu Daha 
(Kediri),
Jagaraga, Kahuripan 

CiKEAS Anas dan Gerbong HMI

2010-05-25 Terurut Topik sunny
http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=showpagekat=7

[ Selasa, 25 Mei 2010 ] 


Anas dan Gerbong HMI 
Oleh Ardi Winangun

Terpilihnya Anas Urbaningrum menjadi ketua umum (Ketum) Partai Demokrat dalam 
Kongres II Partai Demokrat menunjukkan bahwa proses kaderisasi HMI teruji. 
Jabatan Ketum partai politik (parpol) dari kader HMI, seperti yang dipercayakan 
kepada Anas, bukan yang pertama. Sebelumnya, ada juga Ketum parpol yang mantan 
aktivis HMI. Antara lain, Ketum PPP 1989-1994 dan 1994-1998 Ismail Hasan 
Metareum, Ketum Partai Golkar 1999-2004 Akbar Tandjung, Ketum Partai Golkar 
2004-2009 Jusuf Kalla, Ketum PAN 1998-2005 Amien Rais, dan Ketum PRD Rusli 
Moti. 

Ketika jabatan Ketum PB HMI 1997-1998 sering dimunculkan dan dijadikan sebagai 
jualan untuk menarik semua kalangan, selepas Anas memenangi pemilihan tersebut, 
banyak orang yang bertanya-tanya, apakah dia akan menarik gerbong kader-kader 
HMI ke Partai Demokrat?

Pertanyaan tersebut bisa berarti netral, bisa pula mengandung sebuah 
kecurigaan. Menjadi sebuah kecurigaan karena ada anggapan bahwa Anas akan lebih 
memilih dan memasukkan kader-kader HMI ke dalam kepengurusan Partai Demokrat. 
Jika begitu, kader partai non-HMI akan tersingkir. Kecurigaan tersebut juga 
muncul ketika Akbar terpilih menjadi ketua umum Partai Golkar.

Memasukkan seseorang ke dalam kepengurusan partai tentu tidak semudah anggapan 
orang. Ketum terpilih tidak bisa seenaknya sendiri dalam menentukan 
kepengurusan. Dia dibantu formatur lain dalam menyusun kepengurusan. Meski Anas 
memenangi pemilihan, dalam kongres itu disepakati keputusan tertinggi berada di 
tangan SBY. 

SBY sebagai ketua Dewan Pembina Partai Demokrat 2010-2015 merupakan pengambil 
kebijakan tertinggi. Dia bisa memveto pleno DPP dan mendapatkan kewenangan 
penuh dalam menyusun komposisi lembaga tersebut untuk masa bakti lima tahun ke 
depan.

Dari situ saja, sudah ada halangan bila Anas hendak membawa gerbong kader HMI. 
Anas bisa saja ngotot menarik gerbong itu. Tapi, gerbong tersebut belum tentu 
bisa ditarik karena harus berhadapan dengan selera ketua dewan pembina. Bisa 
saja Anas mengusulkan nama-nama yang hendak menjadi pengurus. Namun, bisa pula 
nama-nama tersebut dicoret atau diminta untuk direvisi bila tidak dikehendaki 
SBY.

Keinginan Anas atau siapa pun yang terpilih menjadi Ketum parpol maupun 
organisasi massa lain untuk menarik gerbong HMI tentu bukan sebuah langkah 
tanpa landasan. Yang pasti, langkah tersebut dilakukan dengan matang. Ada 
beberapa landasan untuk menarik gerbong kader HMI. Pertama, sebagai sebuah 
organisasi, HMI telah terbukti mampu mencetak seorang kader yang mempunyai 
keterampilan-keterampilan yang mumpuni dalam berorganisasi. Keterampilan itulah 
yang bisa membuat kader tersebut ditarik dalam sebuah gerbong oleh siapa pun. 
Saat Anas masuk ke Partai Demokrat, tentu SBY melihatnya sebagai mantan Ketum 
PB HMI. Jadi, SBY-lah yang menarik gerbong HMI ke Partai Demokrat. 

Kedua, jumlah anggota HMI terbanyak jika dibandingkan dengan organisasi 
mahasiswa lain. Selepas dari HMI itulah mereka tumpah ruah ke mana-mana. Karena 
memiliki keterampilan organisasi, banyak di antara mereka yang diserap atau 
terserap partai-partai politik atau organisasi massa lain. Bila berada dalam 
satu gerbong, mereka akan ditarik siapa pun yang menjadi lokomotif. Tak heran, 
kecuali di PDS (Partai Damai Sejahtera), pasti ada mantan kader HMI di parpol 
mana pun. 

Bila Anas menarik gerbong HMI, tentu yang ditarik adalah kader HMI di Partai 
Demokrat, bukan dari partai lain. Jadi, hal tersebut sah-sah saja. Kader HMI di 
partai itu kan bukan Anas saja. Ada Saan Mustopa, Andi Mallarangeng, Marzukie 
Alie, dan lain sebagainya. 

Ketiga, karena rekam jejak kader HMI yang profesional, cerdas, dan islami, 
elite-elite politik nonkader HMI justru membuka jalan agar kader HMI masuk ke 
dalam rumah mereka. Bukti undangan itu, SBY dengan kapasitas sebagai presiden 
dan Taufik Kiemas hadir dalam acara pengukuhan pimpinan kolektif majelis 
nasional KAHMI pada 20 Januari 2010. Kehadiran dua petinggi negara dan politik 
tersebut, satu ketua Dewan Pertimbangan PD dan satunya lagi ketua Dewan 
Pertimbangan PDIP, menunjukkan bahwa KAHMI memiliki daya tawar politik yang 
cukup tinggi. Mereka tidak hanya datang untuk ikut bersilaturahmi. Mereka juga 
mempunyai motif-motif politik tertentu kepada KAHMI. Bahkan, dalam acara 
tersebut SBY dan Taufik dinyatakan sebagai anggota kehormatan KAHMI. Sebagai 
tanda bahwa mereka menjadi anggota KAHMI, pin disematkan pada kerah baju 
mereka. 

Selain itu, ketika hendak membentuk Barmusi (Baitul Muslimin Indonesia), sayap 
PDIP, Taufik bersilaturahmi ke KAHMI. Dalam silaturahmi tersebut, dia secara 
langsung mengundang kader-kader HMI untuk bergabung dengan PDIP. Dari kegiatan 
itu, Hamka Haq yang juga kader HMI mampu menjadi ketua Barmusi.

Selain itu, Ketum PB HMI 1965-1966 Soelastomo pernah bercerita, pada 1967-an, 
saat Soeharto hendak menyusun kabinet, 

CiKEAS When it Comes to Regional Autonomy in Indonesia, Breaking Up Should be Harder to Do

2010-05-25 Terurut Topik sunny
http://www.thejakartaglobe.com/opinion/when-it-comes-to-regional-autonomy-in-indonesia-breaking-up-should-be-harder-to-do/377006

May 25, 2010 
Yosua Sitomorang

When it Comes to Regional Autonomy in Indonesia, Breaking Up Should be Harder 
to Do

Is Indonesia breaking up before our very eyes? Since the advent of the 1999 Law 
on Regional Government, the nation's regional administrations have been in a 
state of significant transition. Larger units of government are being broken 
down into smaller ones, and questions abound about who the real winners and 
losers are, why pressure for the process emerged and just where it will end. 

Underpinning arguments for the 1999 law for this process of regional division, 
or p emekaran , were political elements. For some, the potentially 
destabilizing force of separatist pressures was the main incentive. It is not 
clear, however, how much the law was a reaction to thinking on separatism in 
some regions - and therefore a preventive measure - or if, by devolving new 
powers, it was hoped that separatism would never raise its divisive head. 

What is clear, though, is that those who had not thought before about pemekaran 
very quickly noticed the potential benefits to their communities - financially, 
identity-wise and, most important, politically. 

The enthusiasm with which Indonesia was breaking down rather caught the 
central government off guard. Seemingly politically stable parts of the nation 
suddenly could not function, or so it was said, without more accountable 
government, and closer to home, through the creation of their own district or 
subdistrict. With the advent of the revised Law on Local Government in 2004, 
local governments achieved even better local autonomy. In essence, the distance 
between decision makers (local government) and those affected by these 
decisions narrowed significantly, with a view to synchronizing policies, laws 
and actions more effectively and efficiently with locally expressed notions of 
public welfare. 

The speed with which pemekaran was embraced by many regions caught many people 
by surprise, and the Ministry of Home Affairs figures speak for themselves - 
districts and subdistricts increased from 440 in 2004 to 497 in 2009. For many, 
what was even more surprising was the lack of discussion on the pros and cons 
of this process. Disgruntled civil society leaders emphasized the word con. 

Many questioned the validity of the process, unconvinced as to whether everyone 
benefited equally. While improved public services were the goal for all, it was 
the perception of the masses that initial motivation for this division had been 
led by a handful of elites, ambitious to strengthen their power. 

Those who heard of the economic efficiencies of increased autonomy countered 
with a whole slew of ideas ranging from a loss of economies of scale, the 
implementation of a new public administration system that prevented the entry 
of foreign investment, the mess that surrounded regional budget planning and 
the disproportionately large allocation of the local budgets focused on new 
local governance structures rather than any improvement of public services. 
This is further reflected in increased central government expenditures on newly 
created regions as a result of this rampant expansion of regions. 

Legal aspects of autonomy have fared little better. Local laws, derived from 
local parent laws and not directly from national equivalents, are often in 
contradiction with national laws. Parallel sets of customary ( adat ) laws can 
make citizen rights even less clear. 

Overall, if a 2007 Ministry of Home Affairs evaluation on the then 148 newly 
autonomous regions in 2005 is accurate, 80 percent of the local governments 
created through pemekaran are failing to do a good job. As reported in Media 
Indonesia, at least one survey in the same year found that pemekaran did not 
succeed in improving society's welfare. 

Given all of this, should unfettered regional division be allowed to continue, 
and if so, on what basis? 

Carrots and sticks work in other parts of government, so why not here? Sticks 
should be brought to bear in regions where regional division has failed. 
Reintegration (though not a popular action even with central the government) 
and restricting flows of funds could be used. Carrots could be liberally 
distributed if future regional division is allowed. 

Japan, for example, allows easy access to credit facilities for regions (though 
it also reduces budget allocations reserved for regions that want to expand). 
Allowing successful regions to raise funds independently may also encourage 
better performance. 

However, for many these measures are seen as just tinkering, as are application 
of various new laws and regulations governing the sustainability of local 
government, performance evaluations of autonomous regions and the region 
merging processes. If pemekaran is here to stay, the government should 

CiKEAS MITRA BULOG MASIH ENGGAN BELI BERAS PETANI

2010-05-25 Terurut Topik sunny
Refleksi : Buat apa beli beras dari petani? Mungkin kalau beli dari mereka agak 
sulit untuk mendapat komisi atau juga yang disebut kick back atau mark up 
harganya, jadi lebih baik impor supaya ada rejeki nomplok. Akal bulus memberi 
fulus.

http://www.sinarharapan.co.id/berita/content/read/mitra-bulog-masih-enggan-beli-beras-petani/

Kamis 20. of Mei 2010 11:19 
MITRA BULOG MASIH ENGGAN BELI BERAS PETANI


 
Palu - Mitra Bulog di Sulawesi Tengah hingga kini enggan membeli beras produksi 
petani, meski di sejumlah wilayah di daerah itu sedang memasuki masa panen, 
karena harga masih cukup tinggi.




Bayangkan saja sampai sekarang ini tidak ada satu pun mitra kami di Palu yang 
datang mengajukan kontrak pembelian beras, kata Makkeng li, kepala Bidang 
Pelayanan Publik Perum Bulog setempat di Palu, Kamis. 

Padahal di sejumlah wilayah Sulteng, termasuk di Kabupaten Donggala, Sigi, dan 
juga Parigi Moutong yang merupakan lumbung beras terbesar di Provinsi ini 
sementara panen. 

Namun demikian, tidak ada dari mitra Bulog yang selama ini terlibat dalam 
kegiatan pengadaan beras di daerah ini yang melakukan pembelian. 

Buktinya, sampai hari ini belum satu pun dari mitra yang mengajukan permohonan 
kontrak pembelian dengan Bulog, katanya. 

Menurut dia, salah satu penyebabnya adalah masalah harga beras ditingkat petani 
dan penggilingan padi di seluruh wilayah Sulteng diatas harga patokan 
pemerintah (HPP). 

Kemungkinan besar, tingginya harga pembelian pedagang pengumpul dan antarpulau 
yang menyebabkan mitra enggan membeli. 

Jelas kalau mereka membeli diatas HPP yang ditetapkan pemerintah, mitra 
dipastikan merugi. Kan tidak mungkin mereka memaksakan diri untuk membeli kalau 
ternyata merugi, ujarnya. 

Ia mengakui, pengadaan beras di Sulteng hingga medio Mei 2010 ini baru sekitar 
1.500 dari target 10.000 ton. Pengadaan masih cukup kecil, ketimbang hasil 
panen yang ada. Semua beras petani yang dibeli Bulog itu berasal dari Kabupaten 
Parigi Moutong. 

Makkeng berharap pada panen Juni-Juli 2010, realisasi pengadaan akan bertambah 
banyak. Harga beras pembelian pedagang pengumpul di tingkat petani dan 
penggilingan saat ini berkisar Rp5.100 sampai Rp5.200/kg. Sementara HPP yang 
ditetapkan pemerintah pembelian oleh Bulog kepada mitra Rp5.060/kg.(ant)


CiKEAS Hamas is Asking for Washington's Hand

2010-05-25 Terurut Topik sunny
http://www.aawsat.com/english/news.asp?section=2id=21076


Hamas is Asking for Washington's Hand

25/05/2010
By Abdul Rahman Al-Rashed


Somebody affiliated to the Palestinian Authority expressed his frustration by 
saying, this is treacherous, as he condemned the scene in the Gaza Strip as 
Hamas threw itself into the arms of the US administration and publicly 
announced its acceptance of a Palestinian state based on the 1967 borders, 
going back on everything it used to reject in the past when it labeled those 
who called for this as traitors.

I said to him: it is true that it is unfaithful but this is politics in which 
[there is] no allegiance, no loyalty and no morality. The Hamas government 
shocked many of its followers and scared its rivals when it suddenly showed, 
without any indication, that it wants ties with the US administration, and 
supports the peaceful solution unconditionally. Gaza confused the residents of 
Ramallah, where the Palestinian government is based, as well as Fatah leaders 
that rushed to attack Hamas' new position without thinking. The Endowments 
Minister, Mahmoud al Habash, considered ties with Washington a move that would 
harm the Palestinian people. I forgot to say that the speaker here is the 
Minister of Endowments for the PA, not a minister from the Hamas government. As 
for the reason [for the change], I explained that two weeks ago in order to 
understand Hamas' position. I said that it is inclining towards the direction 
of the Syrian inclination. Hamas really is nothing but an annex of the Syrian 
Foreign Ministry regarding its foreign relations, and the matter does not 
require much deliberation. 

We must reproach the PA for its tumult against Hamas just because it changed 
its position and this time it is now seeking a relationship with Washington and 
supporting the peaceful solution. This is an advanced position and serves the 
Palestinian project in general regardless of the Hamas rivalry. The question 
here is: can the support of the peaceful solution, which was expressed by Hamas 
officials, last until the end of the year or even till the end of the summer? 
Is Hamas' advanced position reflective of a more important development in 
Syrian policy towards the peace process? If this is the case then we are facing 
an important breakthrough on the regional level. Despite that the news of 
Hamas' u-turn is important and is of political significance, we should not rely 
upon it firstly because Hamas doesn't have a real position in any field; 
secondly, these are merely words and not action; and thirdly because the 
language is the wrong way round as Hamas said that it does not object to the 
establishment of ties with Washington when it is in fact Washington that is 
rejecting this, not the other way round! The problem is the government of 
Barack Obama not the government of Ismail Haniyeh. Whether that was just a 
statement or a serious, new policy, it is expected that the government of 
Mahmoud Abbas will offer congratulations to the Hamas government and begin 
cooperating with it and make the most of the occasion to bring together the 
disordered Palestinian politics and prepare to bring back together Gaza and the 
West Bank. Every topic has its own content. 

Everybody in the region, including Syria and Israel, and outside of the region, 
for example the United States, knows very well that the Palestinian Authority 
is the legitimate and sole representative [of the Palestinian people] and 
realizes that there can be no negotiations without it. Therefore, they must not 
panic about the flirting between Hamas, Washington and Israel as it is [the 
kind of] flirting that will have no outcome.


CiKEAS Abbas says ready to swap land with Israel

2010-05-25 Terurut Topik sunny
http://arabnews.com/middleeast/article56568.ece

Abbas says ready to swap land with Israel
 
By ASSOCIATED PRESS 

Published: May 22, 2010 20:32 Updated: May 23, 2010 01:25 

RAMALLAH: The Palestinians are ready to swap some land with Israel, although 
differences remain over the amount of territory to be traded, Palestinian 
President Mahmoud Abbas said Saturday, after two rounds of indirect, US-led 
peace talks.

The negotiations began earlier this month, with US envoy George Mitchell 
shuttling between Abbas and Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu. Abbas' 
comments marked the first time a participant has provided details about the 
talks.

Abbas said the first round dealt with borders and security arrangements between 
Israel and the state the Palestinians hope to establish in the West Bank and 
Gaza Strip, with east Jerusalem as its capital.

Israel wants to annex major Jewish settlements in the West Bank and East 
Jerusalem. In previous negotiations, the two sides agreed that Israel would 
swap some of its territory to compensate the Palestinians, but gaps remained on 
the amount of land to be traded.

Abbas dismissed recent media reports that the Palestinians are willing to trade 
more land than in the past, saying: We did not agree about the land area, but 
we agreed on the principle of swapping land (equal) in quality and value.

In 2008, the Palestinians offered to cede 1.9 percent of the West Bank to 
Netanyahu's predecessor, Ehud Olmert.

Olmert sought a 6.5 percent swap.

It is not clear whether Netanyahu accepts the idea of a land swap, and if so, 
how much of the West Bank he wants to keep. Israel has moved nearly half a 
million of its citizens into dozens of Israeli settlements in the West Bank and 
East Jerusalem since the 1967 Mideast War.

A land swap would be crucial to any final agreement between Israel and the 
Palestinians. Talks resumed in early May after a 17-month breakdown.


CiKEAS Sri Mulyani Akan Buka-bukaan

2010-05-24 Terurut Topik sunny
Refleksi : Kalau buka-bukaan, apakah tidak melanggar aturan susila kaum 
berkuasa? 

http://us.detiknews.com/read/2010/05/24/093406/1362724/10/sri-mulyani-akan-buka-bukaan-soal-mafia-hukum-di-ppatk?991101605

Senin, 24/05/2010 09:34 WIB

Sri Mulyani Akan Buka-bukaan 
Soal Mafia Hukum di PPATK
Gagah Wijoseno - detikNews


Jakarta - Dua hari lagi mantan Menkeu Sri Mulyani terbang ke Washington DC. 
Sebelum hijrah, dia akan hadir dalam diskusi soal mafia hukum. Acara ini 
digelar di kantor Pusat Pelaporan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK).

Diskusi tentang mempersatukan energi dalam memberantas mafia hukum, kata 
anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Mas Achmad Santosa, saat dihubungi 
detikcom, Senin (24/5/2010).

Selain Sri Mulyani, Menkum HAM Patrialis Akbar, Ketua Komisi III Benny K 
Harman, dan Sekjen TII Teten Masduki juga menjadi pembicara. Diskusi digelar 
pukul 09.30-12.30 WIB di auditorium PPATK, Jl Juanda No 36, Jakarta. Sri 
Mulyani dan Patrialis nanti akan akan mengupas tuntas terkait mafia hukum yang 
berada di lingkungan masing-masing.

Juga akan dilaunching website Satgas dan buku modus operandi dan akar 
pemasalahan mafia hukum, ujar Mas Ahmad Santosa. (ndr/nrl) 

CiKEAS Meredam Potensi Ecological Conflict

2010-05-24 Terurut Topik sunny
http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ar_id=NzI5OA==

Tema: Penataan Ruang dan Pertanahan

Meredam Potensi Ecological Conflict
Oleh : Dedi Sasmito Utomo (Guru Geografi SMA Negeri 1 Kras, Kediri)
Tanggal : Minggu, 23 Mei 2010 
 PEMBANGUNAN wilayah, khususnya daerah perkotaan di Indonesia  tidak terlepas 
dari sejarah. Hampir seluruh kota besar di Indonesia tumbuh dan berkembang di 
daerah pesisir atau di lingkungan DAS (Daerah Aliran Sungai) karena sejarah 
menunjukkan bahwa di daerah itulah awal mula masyarakat berinteraksi, membentuk 
komunitas, dan akhirnya membangun daerah tersebut dengan komunitasnya. Sehingga 
tak heran jika di kota-kota besar muncul perkampungan cina (pecinan), 
perkampungan arab, perkampungan india, perkampungan melayu, dan lain-lain. 

Seiring berkembangnya waktu, kota akan mengalami fase kerusakan bahkan kematian 
sehingga akan lahir kota-kota baru melalui desa-desa yang mengalami pertumbuhan 
dan berkembang layaknya sebuah kota. Berawal dari adanya transformasi informasi 
dan budaya, sebuah desa membangun wilayahnya untuk memenuhi tuntutan dari 
perkembangan kota di sekitarnya yang lebih cepat. Sehingga kita mengenal 
daerah-daerah hinterland. Daerah ini juga didukung oleh desa-desa di 
sekitarnya. 

Lambat laun sebuah desa akan kehilangan identitas fisik dan sosialnya. Sebuah 
wilayah yang didominasi areal persawahan yang hijau dan karakteristik 
masyarakat yang humanis akan ditelan oleh perkembangan sebuah kota jika tidak 
mampu menata wilayahnya. 

Pada fase ini sebuah wilayah akan mengalami ecological conflict (istilah 
diciptakan penulis sendiri), yaitu konflik kepentingan lahan yang dapat 
berakibat pada berkurangnya daya dukung lingkungan karena pemanfaatan lahan 
yang tidak pada fungsinya. Salah satunya konflik pemanfaatan lahan permukiman. 

Pemanfaatan lahan di daerah pedesaan didominasi oleh kegiatan pertanian. Hanya 
sebagian kecil lahan yanng dimanfaatkan untuk permukiman. Kondisi yang berbeda 
terjadi di kota yang sebagian besar lahannya dimanfaatkan untuk permukiman dan 
fasilitas lainnya. Walaupun demikian, seiring dengan bertambahnya jumlah 
penduduk di pedesaan, maka lama kelamaan areal pertanian di pedesaan beralih 
fungsi menjadi areal permukiman. 

Masalah kemudian muncul ketika pembangunan permukiman tersebut harus 
mengorbankan lahan pertanian yang relatif subur yang selama ini menjadi sumber 
mata pencaharian penduduk. Di sinilah akan terjadi konflik kepentingan antara 
kebutuhan akan tempat tinggal dan kebutuhan akan mata pencaharian. Tetapi yang 
sering terjadi adalah mengorbankan lahan pertanian untuk permukiman. Akibat 
selanjutnya, para petani akan mencari lahan baru untuk pembukaan lahan 
pertanian, yaitu dengan jalan membuka hutan yang mestinya difungsikan sebagai 
wilayah konservasi. 

Inilah yang disebut sebagai ecological conflict. Berubahnya fungsi suatu lahan 
akan diikuti oleh perubahan fungsi lahan yang lain. Kondisi seperti ini dapat 
menurunkan kualitas lingkungan karena komponen biotik dan abiotik pada setiap 
lahan berbeda-beda. Perubahan ini juga akan merubah tatanan dan interaksi 
antarunsur lingkungan, baik komponen biotik, abiotik, dan sosial-budaya. 

Lingkungan itu sendiri memiliki tatanan atau jalinan hubungan antara satu 
dengan lainnya sehingga membentuk keseimbangan. Jika dengan dibangunnya 
permukiman terjadi perubahan pada salah satu unsurnya, maka tatanan lingkungan 
dan kualitas lingkungan akan terpengaruh. Ada beberapa hal yang dapat 
mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan sebagai dampak dari pembangunan 
permukiman, antara lain: 

a. Dampak permukiman terhadap lingkungan biotik. 
Lahan yang dijadikan permukiman dapat berupa daerah pertanian maupun daerah 
yang masih alami seperti hutan. Proses konversi lahan jelas akan mengubah 
habitat berbagai macam makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Jika habitatnya 
rusak, maka akan terjadi beberapa kemungkinan seperti migrasi atau bahkan 
kepunahan.  

b. Dampak permukiman terhadap kualitas lingkungan fisik. 
Keberadaan permukiman pada suatu wilayah secara langsung menutup lahan-lahan 
terbuka dengan bangunan rumah dan berbagai fasilitasnya. Selain itu, aktivitas 
penduduk memberi dampak terhadap kualitas lingkungan tanah, air, dan udara. 

Lebih khusus pada kualitas lingkungan tanah, permukiman seringkali dibangun 
pada daerah dengan topografi yang datar. Lahan-lahan tersebut biasanya berada 
di daerah bantaran sungai atau dataran alluvial di daerah pesisir yang relatif 
subur. Bangunan permukiman akan mematikan produktivitas lahan tersebut dalam 
menghasilkan sumber pangan penduduk. 

Bertambahnya panduduk terus-menerus juga menuntut lahan permukiman yang lebih 
luas. Sebagian penduduk terpaksa atau sengaja merambah daerah lain seperti 
perbukitan atau daerah lereng gunung yang tadinya hutan atau wilayah 
konservasi. Akibatnya semakin banyak lahan yang terbuka akibat dari banyaknya 
vegetasi penutup yang ditebang oleh penduduk sekitar. 

Tidak adanya 

CiKEAS SBY Dinilai tak Maksimal Beri Perlindungan Politik

2010-05-24 Terurut Topik sunny
http://www.lampungpost.com/aktual/berita.php?id=17582

  Rabu, 19 Mei 2010 
 

  NASIONAL 
 
 
 

SBY Dinilai tak Maksimal Beri Perlindungan Politik 


  JAKARTA (LampostOnline): Keputusan Sri Mulyani mundur sebagai Menteri 
Keuangan tak terlepas dari tekanan-tekanan politis yang diterimanya dari partai 
politik. Saat Sri Mulyani tertekan, Presiden SBY dinilai tidak memberi 
perlindungan politik yang cukup bagi Sri Mulyani sehingga dia memilih menerima 
tawaran dari Bank Dunia.

  Ini secara tidak langsung mengutarakan kekecewaan Sri Mulyani terhadap 
proteksi SBY yang kurang maksimal dari tekanan-tekanan DPR yang sangat kuat, 
kata pengamat politik Lembaga Survei Indonesia (LSI), Burhan Muhtadi, Rabu 
(19-5).

  Dalam konteks yang lebih spesifik, kata Burhan, Sri Mulyani menyesalkan 
tekanan politik dari DPR yang sangat kuat yang harus dia pikul terkait 
kebijakan bailout yang dia anggap benar untuk menyelamatkan perekonomian 
negara, tetapi malah dibilang salah.

  Sehingga dia merasa menjadi korban dari tekanan politik yang kuat, 
katanya.

  Seharusnya SBY segera mengambil langkah clear dalam pengambilan tanggung 
jawab, sehingga tidak menjadi bola liar yang ditendang ke mana-mana, imbuhnya.

  Burhan menilai, pernyataan Sri Mulyani malam tadi juga untuk menyindir 
partai politik. Terutama partai-partai anggota koalii yang menjadi motor 
penggerak Pansus Century di DPR. 

  Pernyataan lebih banyak menyindir Partai Golkar dan PKS. Ketiga partai 
itu dianggap sebagai motor utama resistensi kalangan Senayan terhadap keputusan 
dia terhadap keputusan bailout, analisis dia.

  Sri Mulyani tadi malam memaparkan alasan dirinya mundur sebagai pejabat 
publik. Ia merasa dipojokkan dalam panggung politik di mana saat ini sebagai 
pembantu pemerintah dirinya tidak lagi dikehendaki dalam sebuah sistem politik.

  Mengapa Sri Mulyani mundur dari Menteri Keuangan? Tentu ini sudah ada 
dalam kalkulasi, di mana saya anggap sumbangan dan kepentingan saya sebagai 
pejabat publik tidak lagi dikehendaki di dalam suatu sistem politik, ungkap 
Sri Mulyani dalam kuliah umum yang bertemakan Kebijakan Publik dan Etika Publik 
di Ballroom Ritz-Carlton, Jakarta.

  Sri Mulyani juga merasa ketika sudah tidak dikehendaki dalam sistem 
politik maka perkawinan kepentingan antar kelompok tadi sudah sangat dominan 
dan kental.DTC/L-1
 
bening.gif

CiKEAS Balas Dendam, OPM Tembaki Aparat

2010-05-24 Terurut Topik sunny
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?ses=id=138

3 Mei 2010 18:58:08





Balas Dendam, OPM Tembaki Aparat

2 TNI dan 2 Polisi Terluka




JAYAPURA-Diduga balas dendam atas tewasnya Werius Telenggen yang merupakan 
Komandan Regu TPN/OPM di wilayah Kampung Yambi, Distri Mulia, Puncak Jaya, yang 
tertembak oleh aparat gabungan TNI dan Polri beberapa waktu lalu, kelompok 
TPN/OPM mengamuk dengan menembaki aparat yang bertugas di Puncak Jaya pada 
Jumat (21/5) dan Sabtu (22/5).


Akibatnya, 2 anggota TNI dan 2 polisi mengalami luka tembak. Dua anggota TNI 
yang mengalami luka tembak itu adalah Lettu Inf. Agung Setia yang terkena 
tembakan di bagian lengan kanan dan Pratu Afrianto yang mengalami luka tembak 
di bagian pantat bagian belakang dan kondisinya kritis. Keduanya dari Satgas 
Pamrahwan Yonif 753/AVT yang bertugas di Pos Yambi, Distrik Mulia, Puncak Jaya.


Sedangkan 2 polisi yang mengalami luka tembak yaitu Bripda Seprianus Sahuleka 
yang mengalami luka tembak di bagian kaki kanan dan Kasat Samapta Polres Puncak 
Jaya, AKP Yeremias Rumawi yang luka di bagian lengan kiri dan dahi akibat 
terkena serpihan peluru. Sementara seorang polisi lagi bernama Iptu Hans 
Fairnap (mantan Danki Brimob Puncak Jaya) terkena tembak di bagian rompi 
belakang hingga pecah.
Aksi penembakan yang pertama dilakukan Jumat (21/5) sekitar pukul 19.30 WIT. 
Anggota TNI yang sedang bertugas di Pos Satgas Pamrahwan Yonif 753/AVT wilayah 
Yambi, Distrik Mulia mendapat gangguan dari kelompok bersenjata TPN/OPM itu. 
Saat itu, anggota sedang melaksanakan pengamanan di sekitar pos, namun 
tiba-tiba dari 2 titik yaitu arah ketinggian sebelah selatan, tepatnya di 
bagian belakang pos yang berjarak 150 meter dan bagian utara tepatnya samping 
pos dengan jarak 100 meter dengan kondisi cuaca hujan dan berkabut sekelompok 
bersenjata menembaki aparat yang berada di pos itu.


Setelah menembaki pos, kemudian para pelaku langsung melarikan diri ke arah 
hutan, sehingga tidak bisa dikejar. Kapolres Puncak Jaya, AKBP Alex Korwa saat 
dikonfirmasi Cenderawasih Pos melalui telepon selulernya, Minggu (23/5) malam 
membenarkan peristiwa penembakan tersebut.  Menurutnya, anggota TNI yang sedang 
berada di dalam pos tersebut tiba-tiba dikagetkan dengan suara tembakan yang 
tepat mengarah ke pos, sehingga dua anggota pos terkena tembakan. 


Disinggung apakah penembakan itu merupakan aksi balas dendam dari kelompok 
TPN/OPM pasca tewasnya Komandan Regu wilayah Yambi, Werius Telenggen beberapa 
waktu lalu? Kapolres mengungkapkan, hal itu bisa saja sebagai upaya balas 
dendam. Kita menduga kuat kemungkinan itu. Mungkin aksi itu adalah aksi balas 
dendam dari mereka, karena beberapa waktu lalu kita menewaskan salah satu orang 
dari mereka, ujarnya.


Di tempat terpisah, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letkol Inf. 
Susilo saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos membenarkan peristiwa penembakan yang 
menimpa anggota Satgas Pamrahwan Yonif 753/AVT. Ya benar memang ada 2 anggota 
kami yang terkena tembak oleh sekelompok Gerombolan Pengacau Keamanan di 
wilayah Puncak Jaya, ungkapnya. Dikatakan, awalnya anggota itu sedang 
melaksanakan pengamanan pos, namun tiba-tiba ditembaki dari arah ketinggian. 
Saat itu kondisinya hujan dan berkabut. 


Setelah itu, ada 2 anggota yang tertembak yaitu Lettu Inf. Agung Setia dan 
Pratu Afrianto. Saat ini sudah berhasil dievakuasi ke Jayapura, meskipun 
sebelumnya proses evakuasi sempat gagal karena cuaca buruk. Kini keduanya sudah 
di RS Marten Indey untuk dirawat secara intensif. Sementara untuk proses 
pengejaran masih kami serahkan kepada polisi karena mereka masih pelaku-pelaku 
kriminal, terangnya.
Sementara pada Sabtu (22/5) sekitar pukul 12.30 WIT, aparat gabungan yang ingin 
mengevakuasi korban tertembak itu dari Pos Yambi terdiri dari anggota Polres 
Puncak Jaya, Densus 88, Yonif 753/AVT, Brimobda Polda Papua BKO Polres Puncak 
Jaya, juga ditembaki oleh sekelompok bersenjata yang berjarak sekitar 1,5 km 
dari pos. 


Akibat rentetan tembakan itu, 3 orang anggota polisi terkena tembakan, yaitu 
Bripda Seprianus Sahuleka mengalami luka tembak di bagian kaki kanan, kemudian 
Kasat Samapta Polres Puncak Jaya, AKP. Yeremias Rumawi luka serpihan peluru 
pada bagian lengan kiri dan dahi, serta Iptu Hans Fairnap (mantan Danki Brimob 
Puncak Jaya) terkena tembak di bagian rompi belakang hingga pecah. 


Meskipun ditembaki, namun aparat gabungan yang ingin melakukan evakuasi korban 
ini sempat melakukan perlawanan sehingga terjadi kontak senjata, namun akhirnya 
kelompok tersebut mundur dan melarikan diri ke arah hutan, sehingga proses 
evakuasi berhasil dilakukan.
Tepat sekitar pukul 17.40 tim evakuasi tiba di RSUD Mulia dan langsung 
ditangani oleh tim medis, dan pada Sabtu (22/5) pagi korban akan dievakuasi ke 
Jayapura sekitar pukul 08.30 dengan pesawat Trigana Air namun gagal karena 
cuaca buruk. 


Meskipun tertunda sehari, proses evekuasi korban ke Jayapura akhirnya berhasil 
dilakukan Minggu (23/5) 

CiKEAS Hilangnya Kepekaan Wakil Rakyat

2010-05-24 Terurut Topik sunny

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/hilangnya-kepekaan-wakil-rakyat/

Senin, 24 Mei 2010 13:16 
Hilangnya Kepekaan Wakil Rakyat
OLEH: RM BENNY SUSETYO PR



Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di­minta menunda rea­lisasi pembangunan gedung 
ba­ru pengganti Gedung Nu­san­tara I. 

 
Penundaan itu layak dilakukan sampai tidak ada lagi polemik yang muncul akibat 
kesimpangsiuran informasi tentang anggaran pembangunan gedung tersebut. 


Resistensi publik atas rencana pembangunan gedung baru DPR itu terjadi karena 
ketertutupan Badan Urusan Rumah Tangga, yang menyebabkan informasi yang beredar 
simpang siur. Penulis juga kaget jika dana Rp 1,8 triliun ternyata hanya untuk 
satu gedung. Anggota Dewan yang terhormat sudah kehilangan nurani di tengah 
penderitaan rakyat mereka, karena hanya memikirkan hal yang fisik. 


Pertanyaan mendasarnya: apakah anggota Dewan yang terhormat masih memiliki 
ke­sadaran akan nurani? Nurani ti­dak lagi menjadi pijakan da­lam bertindak dan 
berpikir. Ada kecenderungan mencari hal yang hanya memperkaya dirinya sendiri. 
Hilang nurani menciptakan mentalitas jalan pintas. 


Hal ini yang terjadi, karena segala idealisme memperjuangkan kepentingan rakyat 
se­kadar politik mencari muka. Anggota Dewan kurang memiliki kepekaan terhadap 
pende­ritaan masyarakat. Per­ta­nyaan­nya: mengapa hal de­mikian selalu 
terjadi? Mengapa kasus seperti ini selalu dan sering terulang? Ada apa dengan 
mentalitas wakil rakyat kita? Ru­panya mereka yang duduk di Dewan terhormat 
sudah kehilangan ketajaman suara hati. Tidak diketahui persis di mana letak 
nurani anggota Dewan baru yang terhormat diletakkan, saat rakyat mengalami 
penderitaan dan beban hidup berat. Hilangnya rasa solidaritas wakil rakyat 
terhadap rakyatnya ini bisa kita prediksi sejak awal, karena meskipun mereka 
dipilih melalui sistem pemilu berbeda, mereka dipilih dan ditentukan oleh 
partai politik. Partai politik memiliki kesenjangan aspirasi yang sa­ngat lebar 
antara elite dan konstituennya. 


Adalah kenyataan bahwa kecuali dua orang anggota, selebihnya dari mereka 
terpilih bukan karena persyaratan jum­lah konstituennya. Kondisi ini membuat 
kita mengernyitkan dahi, karena ini amat menunjukkan kekaburan me­reka dalam 
memaknai kekua­saan. Kekuasaan rupanya ha­nya dilihat sebagai mesin peng­hasil 
uang dan gengsi. 


Mesin kekuasaan itulah yang diyakini sebagai alat legalitasnya. Ketika 
legalitas hanya bersandar pada dua level ini, dalam kenyataannya ini membuat 
tata etika politik tidak lagi menjadi bagian dari ke­biasaan anggota Dewan. 
Inilah yang menjadi masalah besar karena kata-kata mereka sulit dipercaya 
publik, sebab kenyataannya memang kata-kata mereka hanya pemanis bibir. 
Orientasi mereka sulit untuk dipertanggungjawabkan karena tidak jelas berpihak 
pada siapa aktivitas politiknya. Citra Dewan semakin kelam karena tidak ada 
motivasi untuk memperbaiki diri. 


Politik yang dijalankannya sering hampa etika. Tidak peduli ketika mereka harus 
kehilangan jati dirinya sebagai insan politik yang das sollen memiliki 
kejujuran, ketulusan, keterbukaan, dan keberanian menegakkan keadilan. Rasanya 
baru kemarin kita berharap ada perubahan perilaku ang­gota Dewan terhormat. 
Tetapi, harapan menjadi sia-sia karena mereka tidak memiliki kebiasaan baru 
dalam menjalankan amanat penderitaan rakyat. 

Politik Cari Kekayaan 
Akhirnya, sampai kini kita menghadapi kesulitan bagai­mana cara terbaik 
meng­ingatkan sebagian wakil rak­yat yang keblinger itu. Inilah realitas 
wajah anggota Dewan terhormat, yang kurang me­nyadari akan tugasnya mela­yani 
rakyat. Daulat rakyat tidak dijadikan cara berpikir, ber­tindak, berelasi dalam 
mem­perjuangkan nilai-nilai kesejahteran, keadilan, dan persamaan di depan 
hukum. Mereka sibuk mempercantik diri sendiri dengan segala hal yang bersifat 
material belaka. Padahal, semua itu bukan hal yang mendasar yang harus 
diperjuangkan. Lantas, di manakah nurani mereka jika hanya mencari hal yang 
menyenang­kan perut tetapi lupa pada hal yang mendasar, yakni me­mi­kirkan 
kebutuhan masyarakat.


Tetapi ini terjadi, berarti ada tragedi kematian nurani di kalangan anggota 
Dewan. Ang­gota Dewan tidak memiliki visi untuk memperjuangkan kesejahteran 
umum. Politik tanpa nurani cenderung hanya memperkaya diri sendiri. Politik 
kehilangan keutamaan moralitas, tidak mampu membedakan ma­na yang baik dan 
buruk. Per­­tanyaan mendasarnya, di ma­­nakah orientasi mereka yang saat ini 
duduk di Par­lemen?


Politik dan pemerintahan harus menjadikan nilai moralitas publik sebagai acuan. 
Pemimpin sejati seharusnya meninggalkan keinginan dan nafsu kekuasaan politik 
sebagai sandaran hidup untuk memperoleh kekayaan. Sebab bila demikian, politik 
hanya akan menjadi arena investasi belaka: mengeluarkan berapa dan apa, dan 
mendapatkan be­rapa dan apa. Politik ke­kua­saan adalah amanat penderitaan 
rakyat. Pertanyaan buat para pemimpin terpilih ialah bagaimana kita menyikapi 
kondisi kritis bangsa kita saat ini. 

CiKEAS Hilangnya Kepekaan Wakil Rakyat

2010-05-24 Terurut Topik sunny

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/hilangnya-kepekaan-wakil-rakyat/

Senin, 24 Mei 2010 13:16 
Hilangnya Kepekaan Wakil Rakyat
OLEH: RM BENNY SUSETYO PR



Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di­minta menunda rea­lisasi pembangunan gedung 
ba­ru pengganti Gedung Nu­san­tara I. 

 
Penundaan itu layak dilakukan sampai tidak ada lagi polemik yang muncul akibat 
kesimpangsiuran informasi tentang anggaran pembangunan gedung tersebut. 


Resistensi publik atas rencana pembangunan gedung baru DPR itu terjadi karena 
ketertutupan Badan Urusan Rumah Tangga, yang menyebabkan informasi yang beredar 
simpang siur. Penulis juga kaget jika dana Rp 1,8 triliun ternyata hanya untuk 
satu gedung. Anggota Dewan yang terhormat sudah kehilangan nurani di tengah 
penderitaan rakyat mereka, karena hanya memikirkan hal yang fisik. 


Pertanyaan mendasarnya: apakah anggota Dewan yang terhormat masih memiliki 
ke­sadaran akan nurani? Nurani ti­dak lagi menjadi pijakan da­lam bertindak dan 
berpikir. Ada kecenderungan mencari hal yang hanya memperkaya dirinya sendiri. 
Hilang nurani menciptakan mentalitas jalan pintas. 


Hal ini yang terjadi, karena segala idealisme memperjuangkan kepentingan rakyat 
se­kadar politik mencari muka. Anggota Dewan kurang memiliki kepekaan terhadap 
pende­ritaan masyarakat. Per­ta­nyaan­nya: mengapa hal de­mikian selalu 
terjadi? Mengapa kasus seperti ini selalu dan sering terulang? Ada apa dengan 
mentalitas wakil rakyat kita? Ru­panya mereka yang duduk di Dewan terhormat 
sudah kehilangan ketajaman suara hati. Tidak diketahui persis di mana letak 
nurani anggota Dewan baru yang terhormat diletakkan, saat rakyat mengalami 
penderitaan dan beban hidup berat. Hilangnya rasa solidaritas wakil rakyat 
terhadap rakyatnya ini bisa kita prediksi sejak awal, karena meskipun mereka 
dipilih melalui sistem pemilu berbeda, mereka dipilih dan ditentukan oleh 
partai politik. Partai politik memiliki kesenjangan aspirasi yang sa­ngat lebar 
antara elite dan konstituennya. 


Adalah kenyataan bahwa kecuali dua orang anggota, selebihnya dari mereka 
terpilih bukan karena persyaratan jum­lah konstituennya. Kondisi ini membuat 
kita mengernyitkan dahi, karena ini amat menunjukkan kekaburan me­reka dalam 
memaknai kekua­saan. Kekuasaan rupanya ha­nya dilihat sebagai mesin peng­hasil 
uang dan gengsi. 


Mesin kekuasaan itulah yang diyakini sebagai alat legalitasnya. Ketika 
legalitas hanya bersandar pada dua level ini, dalam kenyataannya ini membuat 
tata etika politik tidak lagi menjadi bagian dari ke­biasaan anggota Dewan. 
Inilah yang menjadi masalah besar karena kata-kata mereka sulit dipercaya 
publik, sebab kenyataannya memang kata-kata mereka hanya pemanis bibir. 
Orientasi mereka sulit untuk dipertanggungjawabkan karena tidak jelas berpihak 
pada siapa aktivitas politiknya. Citra Dewan semakin kelam karena tidak ada 
motivasi untuk memperbaiki diri. 


Politik yang dijalankannya sering hampa etika. Tidak peduli ketika mereka harus 
kehilangan jati dirinya sebagai insan politik yang das sollen memiliki 
kejujuran, ketulusan, keterbukaan, dan keberanian menegakkan keadilan. Rasanya 
baru kemarin kita berharap ada perubahan perilaku ang­gota Dewan terhormat. 
Tetapi, harapan menjadi sia-sia karena mereka tidak memiliki kebiasaan baru 
dalam menjalankan amanat penderitaan rakyat. 

Politik Cari Kekayaan 
Akhirnya, sampai kini kita menghadapi kesulitan bagai­mana cara terbaik 
meng­ingatkan sebagian wakil rak­yat yang keblinger itu. Inilah realitas 
wajah anggota Dewan terhormat, yang kurang me­nyadari akan tugasnya mela­yani 
rakyat. Daulat rakyat tidak dijadikan cara berpikir, ber­tindak, berelasi dalam 
mem­perjuangkan nilai-nilai kesejahteran, keadilan, dan persamaan di depan 
hukum. Mereka sibuk mempercantik diri sendiri dengan segala hal yang bersifat 
material belaka. Padahal, semua itu bukan hal yang mendasar yang harus 
diperjuangkan. Lantas, di manakah nurani mereka jika hanya mencari hal yang 
menyenang­kan perut tetapi lupa pada hal yang mendasar, yakni me­mi­kirkan 
kebutuhan masyarakat.


Tetapi ini terjadi, berarti ada tragedi kematian nurani di kalangan anggota 
Dewan. Ang­gota Dewan tidak memiliki visi untuk memperjuangkan kesejahteran 
umum. Politik tanpa nurani cenderung hanya memperkaya diri sendiri. Politik 
kehilangan keutamaan moralitas, tidak mampu membedakan ma­na yang baik dan 
buruk. Per­­tanyaan mendasarnya, di ma­­nakah orientasi mereka yang saat ini 
duduk di Par­lemen?


Politik dan pemerintahan harus menjadikan nilai moralitas publik sebagai acuan. 
Pemimpin sejati seharusnya meninggalkan keinginan dan nafsu kekuasaan politik 
sebagai sandaran hidup untuk memperoleh kekayaan. Sebab bila demikian, politik 
hanya akan menjadi arena investasi belaka: mengeluarkan berapa dan apa, dan 
mendapatkan be­rapa dan apa. Politik ke­kua­saan adalah amanat penderitaan 
rakyat. Pertanyaan buat para pemimpin terpilih ialah bagaimana kita menyikapi 
kondisi kritis bangsa kita saat ini. 

CiKEAS Perlu Sinergi Hadapi Boikot CPO Indonesia

2010-05-24 Terurut Topik sunny
http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=Newsid=19090

2010-05-24
Perlu Sinergi Hadapi Boikot CPO Indonesia


SP/Ignatius Liliek
Pekerja memanen kelapa sawit di perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Waru, 
Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Pemerintah Indonesia 
memproyeksikan produksi minyak kelapa sawit (CPO) pada tahun ini sebesar 19,4 
juta ton.

[JAKARTA] Pemboikotan produk minyak sawit mentah (CPO) Indonesia oleh 
perusahaan multinasional sebenarnya bisa dicegah bila pemerintah dan industri 
sawit nasional saling bersinergi dan mampu mengomunikasikan upaya-upaya yang 
telah dilakukan dalam pengembangan perkebunan sawit berkelanjutan 
(sustainable). 


Selain itu, pemerintah perlu menegakkan aturan yang dalam implementasinya kerap 
disabotase pemerintah daerah. Pelanggaran aturan yang berdampak pada perusakan 
lingkungan tersebut menjadi dasar tuduhan lembaga swadaya masyarakat (LSM) 
asing bahwa pengembangan sawit di Indonesia menyebabkan deforestasi. Tudingan 
itu pula yang membuat perusahaan multinasional memboikot sawit RI.Demikian 
mengemuka dalam diskusi terbatas Mencari Akar Masalah Pemboikotan Produk Sawit 
Indonesia yang digelar Investor Daily di Jakarta, Jumat (21/5). 


Diskusi menghadirkan pembicara Deputi Menko Perekonomian bidang Industri dan 
Perdagangan Edy Putra Irawady, Direktur Budidaya Tanaman Tahunan Kementerian 
Pertanian Mukti Sarjono, dan Kepala Sub Direktorat Perkebunan Ditjen 
Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Radix Siswo. Selain itu, 
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Fadhil 
Hasan, Sekjen Gapki Joko Supriyono, Ketua Tim Kampanye Hutan Greenpeace Asia 
Tenggara Bustar Maitar, Direktur Eksekutif Walhi Berry Nahdian Forqan, anggota 
Komisi IV DPR Anton Sihombing, praktisi hukum Todung Mulya Lubis, serta 
pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo.


Menurut Fadhil, umumnya industri sawit nasional sudah mematuhi berbagai aturan 
terkait lingkungan. Namun, belum dikomunikasikan dengan stakeholders sehingga 
yang mencuat banyak dari sisi negatif. Padahal, pembeli di luar negeri memiliki 
peran penting karena 15,5 juta ton dari total produksi minyak sawit mentah 
(CPO) Indonesia 20 juta ton diekspor.Agus Pambagyo menambahkan, serangan hanya 
diarahkan pada sawit Indonesia dibandingkan Malaysia. Hal itu karena komunikasi 
industri sawit dan Pemerintah Malaysia berjalan baik. 


Seperti diketahui, pemboikotan sawit Indonesia sudah menimpa PT Sinar Mas Agro 
Resources Technologi Tbk (SMART). Setelah Unilever NV, Nestle SA, dan Cargill 
Inc, produsen minyak nabati asal Spanyol Abengoa Bioenergi SA per 10 Mei lalu 
ikut menghentikan pembelian CPO dari Sinar Mas. Boikot tersebut terkait dengan 
tuduhan Greenpeace pada April 2008 bahwa SMART merusak hutan dalam pengembangan 
sawit.


Edy Putra menilai, akar masalah pemboikotan sawit Indonesia karena reaksi 
berlebihan (over reactive) perusahaan multinasional (multi-national 
company/MNC) terhadap isu lingkungan yang dikampanyekan LSM dan pemberitaan 
yang berlebihan (overshadow). 
Dari aspek perdagangan, Edy menengarai, tujuan pemboikotan itu untuk menekan 
harga CPO Indonesia dan MNC ingin mencari sumber lain yang lebih murah.


Edy menjelaskan, dalam perdagangan internasional, Indonesia sangat concern 
dengan lima isu dalam artikel 20-21 ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia 
(WTO). Kelima isu itu adalah kesehatan, lingkungan, keamanan fisik, security, 
dan moral publik. Arah kebijakan industri nasional mengacu pada artikel itu 
karena demand internasional bergerak ke sana, ujarnya. 
Untuk itu, Edy mengharapkan adanya pengkajian menyeluruh (overall review) atas 
semua aspek terkait isu-isu lingkungan yang dianggap menjadi penyebab 
pemboikotan produk sawit Indonesia. Selain itu, katanya, kampanye yang 
mengangkat isu lingkungan oleh Greenpeace, Walhi, dan LSM lingkungan lainnya 
harus diawasi agar tidak dimanfaatkan oleh pihak lain. [ID/H-12]


CiKEAS Tangani Teroris secara Holistik

2010-05-24 Terurut Topik sunny
http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=newsdetail=trueid=19108


2010-05-24
Tangani Teroris secara Holistik


[JAKARTA] Penanganan teroris tidak bisa instan, tetapi perlu upaya jangka 
panjang, dengan perencanaan yang matang dan holistik. Salah satunya adalah 
dengan pendekatan persuasif kepada kelompok yang memang dicurigai atau 
terindikasi tumbuhnya paham yang menjurus pada terorisme. 


Demikian Direktur Eksekutif The Wahid Institute Ahmad Suaedy usai menjadi 
pembicara dalam sebuah seminar mengenang almarhum Gus Dur di Jakarta akhir 
pekan lalu. Menurutnya, selama ini pemerintah memang tidak punya upaya lain 
selain penggerebekan dan penembakan. Hal ini disebabkan pemerintah terlalu lama 
membiarkan gerakan itu tumbuh menjadi kuat dan matang tanpa upaya pencegahan. 
Ibarat penyakit tidak dilakukan sejak ada gejala, tetapi dibiarkan menjalar dan 
kuat, sehingga ketika ada shock therapy itu terlalu berat dan tidak mudah, 
katanya.

Kegagalan
Dia mengatakan, munculnya tunas baru terorisme yang umumnya adalah usia muda 
menunjukkan kegagalan penanganan yang lebih berorientasi pada akibat. 
Menurutnya, terorisme tumbuh tidak semata karena paham radikalisme, tetapi 
didukung oleh faktor kemiskinan, kebodohan, dan pengangguran. 


Kondisi ini memberikan peluang kepada teroris untuk merekrut anggota baru. 
Hampir sama dengan Vietnam, karena kemiskinannya memberikan peluang bagi 
teroris dan pemberontak negara untuk berkembang dan merekrut generasi baru. Di 
Malaysia dan Singapura sulit terjadi, karena mereka tidak melihat peluang di 
sana, tidak banyak pengangguran. Karena itu, salah satu langkah konkret yang 
bisa dilakukan adalah, melakukan pendekatan secara penafsiran ataupun ekonomi 
kepada pesantren atau kelompok yang memang diketahui menjadi pusat penggodokan, 
sehingga tidak tumbuh menjadi matang. Pendekatan ini melibatkan pemerintah dan 
semua pihak.


Sementara itu, Wakil Ketua Komnas HAM Nurkholis mengatakan, saat ini Komnas HAM 
membentuk tim untuk menyelidiki apakah penanganan teroris selama ini melalui 
prosedur atau tidak. Misalnya, apakah benar penembakan dilakukan, karena dalam 
kondisi membahayakan polisi atau tidak. 


Terkait dengan pencegahan, Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Media Kementerian 
Pendidikan Nasional Sukemi di Bogor, Jawa Barat, pekan lalu menuturkan, 
Kementerian Pendidikan Nasional melalui Pembantu Rektor III Bidang 
Kemahasiswaan yang bertugas dalam pembinaan siswa meminta perguruan tinggi 
melakukan deradikalisasi. Universitas melakukan deradikalisasi melalui mata 
kuliah agama dan kewarganegaraan. [D-13/D-11] 


CiKEAS Etos Kepemimpinan Transformatif

2010-05-24 Terurut Topik sunny
http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=newsdetail=trueid=19026

2010-05-22
Etos Kepemimpinan Transformatif


Etika

Oleh : Kasdin Sihotang

Wacana kepemimpinan tetap saja menarik untuk diperbincangkan secara serius. 
Minimal ada tiga alasan utama mengapa wacana tersebut tetap aktual untuk 
didiskusikan. Alasan pertama, peran atau kehadiran seorang pemimpin dalam 
komunitas masih sangat penting. Tidak bisa dimungkiri bahwa kualitas pemimpin 
menentukan kualitas kehidupan sebuah komunitas, termasuk sebuah bangsa. 
Konkritnya, bangsa yang dipimpin oleh seorang leader yang berbobot akan menjadi 
bangsa yang berbobot pula. Bangsa seperti ini akan menempatkan mutu sebagai 
perhatian dari sang pemimpin. Dengan kata lain, pemimpin seperti ini akan 
melakukan yang terbaik bagi rakyatnya. 


Atas tujuan dan fungsi luhur dari seorang pemimpin itulah Plato, seorang 
pemikir dari Yunani, mengidentifikasikan bahwa menjadi seorang pemimpin bukan 
sembarangan orang. Sang pemimpin haruslah memenuhi kriteria, yang oleh Plato 
disebutkan sebagai kriteria etis. 


Dengan kriteria etis, Plato ingin menegaskan dua hal berikut, yakni sang 
pemimpin selalu mengandalkan diri pada daya nalar dalam menjalankan tugas 
kepemimpinannya dan berpijak pada nilai dan norma-norma moral, khususnya 
keadilan dan kebenaran, di samping tingkat kepedulian yang tinggi terhadap 
kondisi rakyatnya. Menurut bahasa psikologis, pemimpin yang diidam-idamkan oleh 
Plato adalah orang yang mempunyai empati yang besar terhadap kehidupan 
orang-orang yang dipimpinnya. 


Dasar filosofis penentuan kriteria di atas adalah nilai kehidupan dari rakyat. 
Yang diurus oleh seorang pemimpin bukanlah benda-benda, tetapi manusia. 
Pemimpin harus mempunyai kepekaan terhadap kehidupan orang-orang yang 
diurusnya. Keberhasilan pemimpin justru terletak pada kepeduliannya ini. 


Alasan kedua, semakin sulitnya mencari pemimpin yang berbobot di tingkat 
nasional. Ada fenomena yang akhir-akhir ini kurang menggembirakan disaksikan 
oleh masyarakat, yakni banyaknya pemimpin daerah yang tersandung masalah hukum, 
karena perbuatan mereka di masa lalu. Kasus yang terakhir adalah apa yang 
menimpa gubernur Sumatera Utara. 


Fenomena seperti itu sebenarnya menunjukkan kenyataan yang tak terbantahkan 
akan sulitnya kita menemukan pemimpin yang berbobot di negeri ini. Demikian 
halnya makin maraknya para artis-artis, termasuk artis-artis yang kurang 
memenuhi kriteria moral meramaikan pencalonan kepala daerah, menjadi tanda 
bahwa bangsa ini kesulitan mencari figur pemimpin yang berbobot. Alasan ketiga, 
tantangan global yang semakin besar. Percaturan global dalam bidang ekonomi dan 
politik menuntut kualitas yang lebih agar bisa bertarung di tingkat yang lebih 
luas. Ketika bangsa ini berhenti memikirkan, apalagi menyiapkan kader-kader 
bangsanya, maka eksistensi bangsa ini akan terancam. Bangsa ini akan hanya 
menjadi penonton dan bulan-bulanan arus globalisasi, karena tidak mempunyai 
pemimpin yang bermutu. Orang asing akan merajai negeri ini. Akan sangat 
menyedihkan kalau hal ini yang terjadi.


Melihat tiga argumen di atas, sudah saatnya bangsa ini menyiapkan calon-calon 
pemimpin, minimal menanamkan etos kepemimpinan bagi calon-calon pemimpin bangsa 
ke depan. Pertanyaan, etos kepemimpinan seperti apa yang tepat untuk 
ditumbuhkembangkan dalam menyiapkan calon-calon pemimpin bangsa? Walaupun sudah 
pernah digulirkan di rubrik ini tujuh tahun lalu (SP, 25/1/03), penulis tetap 
merasa perlu untuk mewacanakan etos kepemimpinan transformatif secara lebih 
mendalam. 


Mengapa? Pertama, kegagalan model kepemimpinan reformatif yang diberlakukan 
selama sepuluh tahun terakhir ini. Era reformasi yang melahirkan model 
kepemimpinan reformatif nampaknya tidaklah membawa perubahan yang sangat 
signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kemajuan secara 
besar-besaran tidak sertamerta langsung dirasakan oleh masyarakat. Dalam 
situasi seperti sekarang, harus ada terobosan baru agar rakyat mengalami 
perubahan. Dan menurut hemat penulis model kepemimpinan transformatif sangat 
mendesak demi terwujudnya perubahan itu. Kedua, keunggulan dari model 
kepemimpinan transformatif itu sendiri. Untuk membantu mengenal 
keunggulan-keunggulan dimaksudkan, tidak ada salahnya menyetir apa yang pernah 
dipaparkan oleh Gary Yulk. 

Lima etos
Dalam bukunya Leadership in Organization ( 1989), Gary Yulk mencirikan minimal 
lima etos kepemimpinan transformatif yang berbeda dari model kepemimpinan yang 
lainnya. Etos pertama adalah keberpihakan kepada rakyat. Itu berarti fokus 
kepemimpinan transformatif sangat jelas bersifat sosial dan utilitarianistik 
yang sehat, bukan bersifat egoistis dan komunitarianistik. Disebutkan besifat 
sosial utilitarianistik yang sehat, karena orientasi pemimpin seperti ini 
berpusat pada kepentingan rakyat. Dengan kata lain, kepemimpinan transformatif 
menginternalisasikan nilai-nilai empatik kepada masyarakat. 


Etos kedua, menempatkan nilai-nilai etis 

CiKEAS Nasionalisme, Kewarganegaraan, dan Pancasila

2010-05-24 Terurut Topik sunny
http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=newsdetail=trueid=19025

010-05-22
Nasionalisme, Kewarganegaraan, dan Pancasila


Oleh : As'ad Said Ali



Survei yang dilakukan Pusat Studi Pancasila menyebutkan, mata pelajaran 
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah-sekolah sekarang ini seolah hanya 
pelengkap kurikulum, dan tidak dipelajari secara serius oleh peserta didik. 
Pelajar dan guru hanya mengejar mata pelajaran-mata pelajaran yang menentukan 
kelulusan saja. Temuan ini menegaskan, hasil survei lembaga-lembaga lain yang 
dilakukan sekitar tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat 
mengenai Pancasila merosot tajam.


Bagi kalangan tertentu, keprihatinan tersebut mungkin dipandang sebagai sikap 
konservatif. Namun, dalam konteks berbangsa, ini adalah sebuah fakta bahwa 
kredibilitas Pancasila sedang merosot, dan pendidikan kewarganegaraan tidak 
lagi populer. Penyebabnya bisa macam-macam, satu hal yang patut kita 
pertanyakan, apakah fenomena ini mengindikasikan bahwa masa depan berbangsa 
kita sedang terancam?


Sejak reformasi, masyarakat kita sedang mengalami perubahan radikal. Reformasi 
telah mengantarkan bangsa kita pada dunia baru, yang sama sekali lain, terbuka 
dan liberal, di tengah sebuah arus yang disebut globalisasi. Globalisasi bukan 
hanya mengubah selera dan gaya hidup satu masyarakat bangsa menjadi sama dengan 
bangsa lain, tetapi juga menyatukan orientasi dan budaya menuju satu budaya 
dunia (world culture). 


Anak-anak muda di Yogyakarta saat ini orientasi dan gaya hidupnya relatif sama 
dengan anak-anak muda di New York, London maupun Paris. Penyatuan dan 
penyeragaman itu kian hari bahkan semakin intensif, massive dan menyeluruh. Hal 
itu disebabkan karena kontak kebudayaannya bersifat nonfisik dan individual. 
Sarananya adalah media komunikasi dan informasi, yang bisa diakses oleh siapa 
pun dan di mana pun. 


Kontak kebudayaannya bersifat massal dan melibatkan sejumlah besar orang. 
Perkembangan dan pengaruh kapitalisme transnasional pun menjadi kian kokoh dan 
meluas menggantikan kapitalisme negara. Dalam diplomasi internasional pun kini 
muncul apa yang disebut dengan mikro diplomasi. Semua perkembangan ini 
menegaskan bahwa negara bukan lagi satu-satunya entitas yang memungkinkan 
hubungan antarbangsa dapat terjadi. Hubungan antarbangsa menjadi kian terbuka, 
kelompok masyarakat bahkan individu pun dapat melakukannya. Pertanyaannya, 
bagaimana nasib nasionalisme?


Perubahan corak nasionalisme adalah di antara yang paling nyata dan penting. 
Saya menyaksikan tanda-tanda nasionalisme ala negara sedang digantikan oleh 
sebuah nasionalisme baru yang bercorak massa. Pada nasionalisme ala negara, 
aktor yang berperan sebagai penafsir nasionalisme adalah negara itu sendiri 
karena orientasinya adalah kekuasaan. Semangatnya pun terus terjaga melalui 
lagu-lagu kebangsaan yang diperdengarkan setiap jam di radio dan televisi. Oleh 
karena itu, ekspresinya lebih heroik.
Nasionalisme ala massa, basisnya bukan pada mitos tentang ancaman, utopia atau 
kedigdayaan masa lalu, yang dapat mengorbankan patriotisme dan heroisme. 
Sebaliknya pada sesuatu yang lebih dekat, konkrit dan memiliki makna pragmatis 
sebagai identitas diri, yakni bangsa. Singkatnya, konstruksinya mengalami 
penyederhanaan, tidak lagi bersifat romantis dan hegemonik seperti dulu; 
cenderung praktis, terbuka dan mengandung etos menuju harmoni. 


Patriotisme pada nasionalisme ala massa memiliki definisinya sendiri, yang 
bebas dari imajinasi masa lalu yang heroik dan romantis. Konstruksinya lebih 
berorientasi ke masa depan pada nilai-nilai universal dan modern. Bentuk 
ekspresinya pun tidak tunggal, bahkan di sana-sini mencerminkan pengaruh budaya 
massa, sehingga tampak pragmatis. Kegiatan pengembangan oleh LSM, para pemuda 
dengan grup musiknya, usaha mendorong demokrasi, good and clean governance, dan 
lain sebagainya, adalah manifestasi paling nyata dari patriotisme baru ini. 
Semua aktivitas itu terangkum dalam suatu komitmen, yakni keterikatan pada 
semangat membangun negeri, tanah harapan, yang menjadi identitas mereka. Inilah 
imajinasi dasar materi nasionalisme era globalisasi ini. Jadi, meski 
konstruksinya mengalami penyederhanaan, namun tetap tidak kehilangan rohnya.


Nasionalisme adalah sebuah kesadaran yang tidak akan hilang sepanjang nation 
state ada, sebab hubungan di antara keduanya ibarat tulang dan daging. 
Globalisasi memang merelatifkan batas antarnegara (borderless), mengubah selera 
dan gaya hidup satu masyarakat bangsa menjadi sama dengan bangsa lain, dan 
menyatukan orientasi dan budaya mereka menuju suatu budaya dunia (world 
culture). Namun, itu sama sekali tidak akan menghilangkan nation state. Negara 
bangsa tetap dibutuhkan oleh setiap orang, sehebat apa pun arus globabalisasi 
itu.


Dari pengalaman masa lalu, kita memperoleh pelajaran berharga bahwa menjaga 
keutuhan bangsa dengan pendekatan kekuasaan, ternyata tidak baik, bahkan 
menimbulkan ekses yang 

CiKEAS Wakil Rakyat Pun Akan Menjual Warga Miskin

2010-05-24 Terurut Topik sunny
Refleksi : Wakil rakyat? Yang ada hanya wakil bandit, perampok, tukang catut, 
garong dan malah bandit atau garong itu sendiri duduk atas nama wakil rakyat, 
maka oleh karena itu yang namanya DPR adalah tidak lain dari  pada Dewan Penipu 
Rakyat. 

Sejak lama mereka menjual rakyat. Lihat saja pada  kasus TKI. TkI dikirim tanpa 
perlindungan hukum sewajarnya. Untuk menutup tipu muslihat terhadap TKI 
ditempelkan  gelar pahlawan devisa.


http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/wakil-rakyat-pun-akan-menjual-warga-miskin/

Senin, 24 Mei 2010 13:34 
Wakil Rakyat Pun Akan Menjual Warga Miskin 


JAKARTA - Nasib warga miskin di Ibu Kota Jakarta makin tidak terurus. 

 
Pelbagai program peningkatan layanan kesehatan bagi kaum pa­pa ini pun tetap 
isapan jempol belaka. Bela­kang­­an, wakil rakyat di DPRD Jakarta berencana 
mengo­mersialkan warga miskin. Pantaskah?   
Sudah 10 tahun Sarmi (43) menjadikan din­ding Jembatan Kali Cakung sebagai 
tembok rumah. Tempat tinggalnya ini pun hanya beralaskan tanah liat. Meski 
hidup miskin, dia sekeluarga tidak pernah merasakan layanan kesehatan yang 
murah, apalagi gratis dari pemerintah.


Suaminya sudah empat bulan meninggal dunia. Kepergian suaminya meninggalkan 
duka mendalam bagi seluruh keluarga, bukan hanya karena sang suami merupakan 
tulang punggung keluarga, namun karena kepergian suami juga meninggalkan utang 
cukup besar kepada rentenir.


Utang sebesar Rp 5 juta tersebut diperoleh untuk biaya sang suami ketika sedang 
dirawat inap selama dua minggu di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja, Jakarta 
Utara karena penyakit kom­plikasi yang dideritanya. Nenek dari enam orang cucu 
ini menuturkan, pihak rumah sakit awalnya memberi tahu bahwa biaya perawatan 
suaminya Rp 10 juta. Tetapi karena dia mengatakan bahwa tidak mampu membayar, 
karena memang pekerjaan suaminya hanyalah buruh pelabuhan. pihak rumah sakit 
lalu memintanya untuk membuat surat pengantar dari RT, RW, yang diketahui 
kelurahan. Akhirnya, dengan surat pengantar itu, saya hanya di­minta membayar 
Rp 5 juta, ujarnya kepada SH, Jumat (21/5). Uang tersebut didapatkannya dengan 
jalan meminjam dari rentenir, dan sepeninggal suami maka ia dan tiga anaknya 
harus bahu-membahu membayar utang tersebut.


Perempuan yang sehari-hari menempati rumah berdinding tripleks dan beratapkan 
seng di Jalan Sungai Landak, Cilincing, Jakarta Utara ini mengaku, trauma bila 
harus berobat ke rumah sakit. Sebab penghasilannya sebagai tukang cuci hanya 
cukup untuk membayar cicilan utang dan makan saja.


Saat SH berkunjung ke rumahnya, kondisi tempat tinggalnya cukup memprihatinkan. 
Tidak ada jendela untuk dijadikan ventilasi sehingga mereka hanya meng­andalkan 
pintu depan sebagai tempat pergantian udara. Ketika ditanya apakah mengetahui 
tentang program layanan kesehatan untuk keluarga miskin (gakin) dari Pemda 
Jakarta, dirinya mengaku tidak pernah mengetahuinya.Yang saya tahu hanya 
program BLT (Bantuan Langsung Tunai-red) dari SBY (Presiden RI Soesilo Bambang 
Yudhoyono),  katanya.


Otomatis, karena ia tidak mengetahui perihal program yang bertujuan membantu 
warga miskin di Ibu Kota ini maka ia tidak tahu soal Kartu Gakin, termasuk 
penggunaan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Akibat trauma dan tergolong 
miskin, nenek yang menempati rumah dengan luas 4 X 4 meter dengan tinggi rumah 
tidak sampai dua meter ini enggan pergi ke dokter bila sakit menyerang.


Anak dan cucu, termasuk saya kalau sakit cukup beli obat warung. Bahkan, saat 
cucu saya kena beling, lukanya cukup diberi spirtus dan tidak perlu ke rumah 
sakit, tukasnya. Hal yang sama diutarakan oleh Agus (39), warga Kampung Sawah, 
Cilincing, Jakarta Utara. Pria yang berprofesi sebagai montir keli­ling ini 
mengaku, tidak mau berobat ke dokter, karena biaya yang diminta dokter dan 
rumah sakit relatif mahal.


Bapak dua anak ini juga enggan pergi ke puskesmas, karena sarana kesehatan bagi 
masyarakat tersebut memberikan obat yang sama untuk semua penyakit. Saya 
pernah berobat ke puskesmas karena berak-berak diberi tiga macam obat berbentuk 
pil. ternyata obat yang sama juga diberikan puskesmas saat saya berobat untuk 
penyakit batuk dan pilek, ucapnya.


Selain itu, bapak dua anak ini mengaku trauma pergi ke RSUD Koja sebab selalu 
diminta uang muka ketika masuk ke Instalasi Gawat Darura (IGD). Dengan situasi 
rumah sakit dan tempat layanan kesehatan lainnya yang tidak ramah dengan warga 
miskin, Agus pun enggan berobat ke tempat tersebut. Bahkan, ia pernah 
menga­lami luka iris saat bekerja memperbaiki sebuah truk. Darah yang keluar 
saat itu cukup banyak. Saat itu dia berinisiatif menggunakan minyak rem sebagai 
pengganti obat luka. Ia mengaku tidak peduli akan efek samping dari penggunaan 
pelumas sebagai alternatif obat luka, yang pasti saat ini lukanya sudah sembuh 
dan ia bisa bekerja sebagaimana mestinya.


Baik Sarmi maupun Agus mengaku tidak memiliki Kartu Gakin. Bahkan, ironisnya 
mereka berdua baru mengetahui bila ada program 

CiKEAS Wife-beating, sharia, and Western law

2010-05-24 Terurut Topik sunny
http://www.atimes.com/atimes/Middle_East/LE25Ak01.html

 May 25, 2010 

Wife-beating, sharia, and Western law 
By Spengler 


More than the Koran's sanction of wife-beating, the legal grounds on which the 
Koran sanctions it reveals an impassable gulf between Islamic and Western law. 
The sovereign grants inalienable rights to every individual in Western society, 
of which protection from violence is foremost. Every individual stands in 
direct relation to the state, which wields a monopoly of violence. Islam's 
legal system is radically different: the father is a governor or 
administrator of the family, that is, a little sovereign within his domestic 
realm, with the right to employ violence to control his wife and children. That 
is the self-understanding of modern Islam spelled out by Muslim-American 
scholars - and it is incompatible with the Western concept of human rights. 

The practice of wife-beating, which is found in Muslim communities in Western 
countries, is embedded too profoundly in sharia law to be extracted. Nowhere to 
my knowledge has a Muslim religious authority of standing repudiated 
wife-beating as specified in Surah 4:32 of the Koran, for to do so would 
undermine the foundations of Muslim society. 

By extension, the power of the little sovereign of the family can include the 
killing of wayward wives and female relations. Execution for domestic crimes, 
often called honor killing, is not mentioned in the Koran, but the practice 
is so widespread in Muslim countries - the United Nations Population Fund 
estimates an annual toll of 5,000 - that it is recognized in what we might term 
Islamic common law. 

Muslim courts either do not prosecute so-called honor killings, or prosecute 
them more leniently than other crimes. Article 340 of Jordan's penal code 
states, He who discovers his wife or one of his female relatives committing 
adultery and kills, wounds, or injures one of them, is exempted from any 
penalty. Syria imposes only a two-year prison sentence for such killings. 
Pakistan forbids them but rarely punishes them. 

Nonetheless, some Western legal authorities, including the president of 
Britain's Supreme Court, Lord Phillips, promote the use of sharia courts to 
adjudicate family disputes in Western nations. Dr Rowan Williams, the 
archbishop of Canterbury, drew a storm of criticism in 2008 when he proposed 
that sharia courts could hear domestic cases among Muslims in the United 
Kingdom. 

Several months later, Lord Phillips said at a London mosque, Those who are in 
dispute are free to subject it to mediation or to agree that it shall be 
resolved by a chosen arbitrator. There is no reason why principles of sharia 
law or any other religious code should not be the basis for mediation or other 
forms of dispute resolution. 

Punishments, he added, should be drawn from the laws of England and Wales. 
Stoning, whipping and amputating hands were out of the question. He did not 
mention spanking, a telling omission, for Islamic authorities explicitly allow 
husbands to inflict limited corporal punishment on their wives. A number of 
putatively pro-family legal scholars in the United States argue that sharia 
should be applied to American family law. That is monstrous. Not since German 
jurists endorsed Adolf Hitler's race laws during the 1930s have legal theorists 
in the West betrayed their principles so egregiously. 

I can find no record of a recognized Muslim authority repudiating wife-beating. 
Tariq Ramadan, the Swiss Muslim scholar who purports to offer a Westernized 
version of Islam, notoriously defended wife-beating in a 2003 televised debate 
with then-French interior minister Nicolas Sarkozy. 

On the contrary, Westernized Muslim scholars strive to justify the practice on 
Islamic legal grounds. Muslim traditional society is a nested hierarchy in 
which the clan is an extended family, the tribe an extended clan, and the state 
an extended tribe. The family patriarch thus enjoys powers in his realm 
comparable to those of the state in the broader realm. That is the deeper 
juridical content of the Koranic provision for wife-beating in Surah 4:34: 
[Husbands] are the protectors and maintainers of their [wives] because Allah 
has given the one more [strength] than the other, and because they support them 
from their means. Therefore the righteous women are devoutly obedient and guard 
in [the husband's] absence what Allah would have them guard. As to the women on 
whose part you fear disloyalty and ill-conduct, admonish them first, refuse to 
share their beds, spank them, but if they return to obedience, seek not against 
them means of [annoyance]: for Allah is Most High, Great. 
An essay by two Michigan State University Law students, Bassam A Abed  Syed E 
Ahmad, is cited often on Islamic web sites as a credibly modern interpretation 
of Surah 4:34. Abed and Ahmad begin with the legal principal that sanctions 
wife-beating, namely that the husband is the 

CiKEAS Muslim-beating in the 'righteous' US

2010-05-24 Terurut Topik sunny
http://www.atimes.com/atimes/Middle_East/LE25Ak02.html

May 25, 2010

Muslim-beating in the 'righteous' US 
By Stephan Salisbury 

Alioune Niass, the Sengalese Muslim vendor who first spotted the now infamous 
smoking SUV in Times Square and alerted police, is no hero. 

If it were not for the Times of London, we would not even know of his pivotal 
role in the story. No mainstream American newspaper bothered to mention or 
profile Niass, who peddles framed photographs of celebs and the Manhattan 
skyline. None of the big television stations interviewed him. 

As far as the readers of the New York Times are concerned - not to mention the 
New York Post and the Daily News - Niass doesn't exist. Nor does he exist for 
President Barack Obama, who telephoned Lance Orton and Duane Jackson, two 
fellow vendors, to thank them for their alertness in reporting the SUV. The New 
York Mets even feted Jackson and Orton as heroes at a game with the San 
Francisco Giants. 

And Niass? Well, no presidential phone calls, no encomiums, no articles (though 
his name did finally surface briefly on a New York Times blog several days 
after the incident), no free Mets tickets. Yet as the London Times reported, it 
was Niass who first saw the clouds of smoke seeping from the SUV on that May 1 
Saturday night. 

He hadn't seen the car drive up because he was attending to customers - and, 
for a vendor in Times Square, Saturday nights are not to be taken lightly. 
Niass was alarmed, however, when he saw that smoke. I thought I should call 
911, he told the Times, but my English is not very good and I had no credit 
left on my phone, so I walked over to Lance, who has the T-shirt stall next to 
mine, and told him. He said we shouldn't call 911. Immediately he alerted a 
police officer nearby. Then the cop called 911. 

So Lance got the press, and he and Jackson, who also reported the SUV, have 
been celebrated as heroes. As the Times interview with Niass has made the 
Internet rounds, there have been calls for the recognition of his heroism, 
too. 

These three men all acted admirably. The two other vendors did what any citizen 
ought to do on spotting a smoldering car illegally parked on a busy street. But 
heroes? In the case of Niass, characterizing him as a hero may in a sense 
diminish the significance of his act. 

A vendor in New York since 9/11, he saw something amiss and reported it, 
leading him into contact with the police. That a Muslim immigrant would not 
think twice about this simple civic act speaks volumes about the power of 
American society and the actual day-to-day lives and conduct of Muslims in this 
nation, particularly immigrant Muslims. 

This was a reasonably routine act for Orton and Jackson, but for Niass it 
required special courage, and the fact that he acted anyway only underscores 
what should be an obvious fact about Muslims in post-9/11 America: they 
represent a socially responsible and engaged community like any other. 

Assault on American Muslims 
Why do I say that his act required courage? 

Like many Muslim immigrants in New York City and around the country, Niass 
senses that he is viewed with suspicion by fellow citizens - and particularly 
by law-enforcement authorities - simply because of his religion. In an 
interview with Democracy Now, an essential independent radio and television 
news program, Niass said that, in terrorism cases, law enforcement authorities 
view every Muslim as a potential threat. Ordinary citizens become objects of 
suspicion for their very ordinariness. If one person is bad, they are going to 
say everybody for this religion. That is, I think, wrong. 

As far as Niass is concerned, terrorists are, at best, apostates, irreligious 
deviants. That not religion, he told his interviewer, because Islam religion 
is not terrorist. Because if I know this guy is Muslim, if I know that, I'm 
going to catch him before he run away. 

The New York Police Department Intelligence Division, the Federal Bureau of 
Investigation and Immigration and Customs Enforcement all routinely run armies 
of informers through the city's Middle Eastern and South Asian communities. In 
the immediate wake of 9/11, sections of New York experienced sweeps by local 
and federal agents. The same in Philadelphia, Detroit, Chicago, Houston and 
communities on the West Coast - everywhere, in fact, that Muslims cluster 
together. 

I've been reporting on this for years (and have made it the subject of my book 
Mohamed's Ghosts: An American Story of Love and Fear in the Homeland). Despite 
the demurrals of law-enforcement officials, these sweeps and ongoing, 
ever-widening investigations have focused exclusively on Muslim enclaves. I 
have seen the destructive impact on family and community such covert police 
activity can have: broken homes, deported parents, bereft children, suicides, 
killings, neighbors filled with mutual suspicions, daily shunning as a fact of 
life. Since when is being Muslim a 

CiKEAS Saudi women open fire and punch virtue police

2010-05-23 Terurut Topik sunny
http://www.smh.com.au/world/saudi-women-open-fire-and-punch-virtue-police-20100523-w3dr.html

Saudi women open fire and punch virtue police 
May 23, 2010 - 9:24AM 
Women are reportedly fighting back against Saudi Arabia's so-called virtue 
police, with one married woman opening fire and another punching an officer.

The incident involving the married woman happened when she was caught in an 
illegal seclusion with another man in Ha'il last week, reported The Los 
Angeles Times.

She shot at the officers to distract them and allow the man to escape instant 
detention, Sheik Mutlak al Nabet, a spokesman for Commission for the Promotion 
of Virtue and Prevention of Vice, known as the religious police, told the Times.

The woman's husband has asked the police to punish his wife and strip of her 
Saudi nationality, as it is illegal for women to socialise with unrelated men 
or walk in public without a male guardian.

A few days earlier a young woman had reportedly punched an officer of the 
religious police in Al Mubarrazz so badly he had to go to hospital to be 
treated for bruising.

Saudi newspaper Okaz wrote that the woman lashed out when the policeman 
challenged on the relationship she had with a man she was with in a public 
park. She now could face jail or the lash.

The Los Angeles Times reported Saudi human rights activist Wajiha Huwaidar as 
saying: People are so fed up with these religious police, and now they have to 
pay the price for the humiliation they put people through for years and years.

This is just the beginning and there will be more resistance.

smh.com.au


CiKEAS Ketika Gajah Terpaksa Keluar dari Habitat

2010-05-23 Terurut Topik sunny
http://www.antaranews.com/berita/1274026152/ketika-gajah-terpaksa-keluar-dari-habitat

Ketika Gajah Terpaksa Keluar dari Habitat
Minggu, 16 Mei 2010 23:09 WIB | Warta Bumi | Masalah Lingkungan | 
Fazar Muhardi
Bengkalis (ANTARA News) - Hewan bongsor itu keluar dengan bergerombolan. Mereka 
bukan tengah berekreasi, namun terpaksa ke luar dari habitat aslinya karena 
kelaparan dan kian menyempitnya lahan hutan hunian mereka akibat maraknya 
perambahan. 

Begitulah peristiwa yang kerap terjadi di Kecamatan Pinggir, Kabupaten 
Bengkalis, Riau. Akibatnya adalah kerusakan rumah, tanaman kebun, dan kecemasan 
warga untuk tinggal di pedesaan setempat. 

Korban luka-luka bahkan meninggal dunia pun tak terelakkan. Peristiwa ini 
terjadi berulangkali dalam beberapa tahun terakhir di sebuah desa yang berada 
tepat di bibir hutan Kabupaten Bengkalis atau di kawasan konservasi SM Balai 
Raja yang kini hanya tersisa sekitar 500 hektare dari belasan ribu hektare 
sebelumnya. 

Namun demikian, pada perkembangan terakhir di bulan Mei 2010 ini, seekor anak 
gajah yang tertangkap di perkebunan sawit oleh pihak berwajib (pemerintah-red), 
oleh masyarakat setempat diminta untuk dibebaskan karena dia tidak mengganggu 
dan tidak membahayakan warga. Justru menurut warga di sana, apabila anak gajah 
itu ditangkap dan induk gajah itu mencarinya di sekitar permukiman maka akan 
lebih membahayakan keselamatan warga setempat. 

Penjelasan dan pemahaman yang sangat sederhana yang teruraikan dari pemikiran 
masyarakat bila kawanan gajah liar sudah keluar dari habitatnya adalah 
disebabkan oleh dua realita. 

Yang pertama, karena habitatnya sudah tidak layak untuk hidup akibat dirusak 
oleh manusia dengan penebangan hutan dan bahkan pembalakan liar secara 
besar-besaran. Realita yang kedua adalah karena manusia dengan sengaja 
membangun gedung industri dan permukiman di kawasan tempat di mana rombongan 
gajah itu melintas untuk mencari makan dalam siklus hidupnya. 

Realita ini menimbulkan berbagai pertanyaan, di antara kedua sebab tersebut, 
apa sebenarnya yang terjadi dengan hewan yang dilindungi negara itu? Mengapa 
gajah keluar dari habitatnya menuju ke perkebunan bahkan melintasi permukiman 
manusia?

Berdasarkan penelusuran ANTARA, pada masa kerajaan Sultan Iskandar Muda di 
tahun 1607 sampai degan 1636, gajah sangat bermanfaat dan mempunyai nilai 
ekonomis yang tinggi. Selain menjadi kendaraan kehormatan raja, pasukan darat 
Sultan Iskandar Muda juga mengandalkan kekuatan pasukan gajah untuk menaklukkan 
lawan perangnya. 

Bahkan ekspansi penguasaan atas wilayah semenanjung Malaya seperti Johor dan 
sekitarnya dilakukan dengan pasukan gajah ini, dan telah membuat pasukan asing 
dari Spanyol dan Portugis gentar. Pasukan gajah pada masa itu siap tempur 
menghadapi letusan senjata api dan meriam yang kerap membuat kebanyakan mereka 
teluka hingga tewas. 

Kala itu gajah diperlakukan hampir sama seperti manusia oleh bangsa kerajaan. 
Sebagai contoh, pada zaman itu, gajah jantan yang memiliki tubuh dan bulu yang 
ideal yang dapat memenangkan sebuah pertempuran, akan mendapatkan imbalan 
seekor gajah betina yang molek pula untuk dijadikan selir. Sedangkan bila gajah 
itu kembali dengan kegagalan ditambah dengan kondisi tubuh yang kurang ideal, 
maka gajah itu akan diperlakukan sebaliknya, dan akan mendapatkan hukuman. 

Pada zaman kerjaan itu, gajah bukanlah hewan liar yang ganas. Justru 
sebaliknya, berdasarkan cerita kuno yang dikutip dari sebuah buku `traciusang` 
berjudul `kerajaan gajah`, kawanan gajah pada zaman itu merupakan hewan raksasa 
yang paling dekat dengan manusia. Pemanfaatan gajah dilakukan masyarakat pada 
zaman itu untuk bertani, berkebun, dan yang paling handal, gajah yang 
sebelumnya telah dijinakkan biasanya digukan sebagai transportasi angkut barang 
dan manusia. 

Pada masa itu kebanyakan gajah liar, atau gajah yang belum pernah bersentuhan 
langsung dengan manusia bukan hanya dilindungi secara hukum, namun perlindungan 
gajah liar pada waktu itu juga cenderung ke pelestariannya dengan menjaga 
keutuhan habitat hewan belalai itu mulai dari pelestarian hutan dan mengawasi 
gerak-gerik gajah liar agar tetap nyaman di habitat aslinya. 

Cerita tersebut berbeda dengan yang terjadi terhadap hewan balalai itu saat 
ini. Di zaman modern sekarang, kebanyakan manusia memilih untuk melakukan 
perburuan gelap terhadap gajah liar yang dilindungi negara itu. Perlahan, sejak 
perburuan manusia yang dilakukan secara terus menerus itu, gajah-gajah kini 
mulai berkurang, dan bahkan terancam punah. 

Sebagai contoh, pada pertengahan April-Mei 2010, di Desa Petani, Kecamatan 
Pinggir, Bengkalis, kawanan gajah liar masuk keperkebunan warga dan 
mengobrak-abrik tanaman masyarakat di sana. 

Kedatangan segerombolan gajah itu mengakibatkan sedikitnya seribuan hektare 
perebunan milik warga rusak. Beberapa warga Desa Petani pada saat itu mengalami 
luka-luka akibat diterjang kawanan hewan bertubuh bongsor itu saat (warga) 
melakukan 

CiKEAS Tiap Tahun 1,8 Juta Hektare Hutan Indonesia Hancur

2010-05-23 Terurut Topik sunny


http://www.antaranews.com/berita/1274525348/tiap-tahun-1-8-juta-hektare-hutan-indonesia-hancur

Tiap Tahun 1,8 Juta Hektare Hutan Indonesia Hancur
Sabtu, 22 Mei 2010 17:49 WIB | Warta Bumi | Masalah Lingkungan | 
Cibinong (ANTARA News) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Dr Umar 
Anggara Jenie, M.Sc, Apt mengungkapkan bahwa kondisi hutan di Indonesia sudah 
mengkhawatirkan karena 1,8 juta hektare hutan hancur per tahun.

Pada edisi 2008 Guinness Books of Record melansir bahwa Indonesia merupakan 
negara yang hutannya mengalami kerusakan paling cepat di antara 44 negara yang 
masih memiliki hutan, yakni 1,8 juta hektare hutan hancur per tahun, katanya 
pada peringatan hari Keanekaragaman Hayati se-Dunia dan Tahun Keanekaragaman 
Hayati di Pusat Penelitian (Puslit) Biologi, Cibinong Science Center (CSC), 
Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Jabar), Sabtu.

Umar mengatakan, data tersebut berdasarkan pengamatan dari tahun 2002 hingga 
2005, artinya tingkat kehancuran hutan mencapai dua persen setiap tahun atau 
setara dengan 51 kilometer persegi per hari.

Bahkan, kata dia, di Jawa dan Bali lebih kurang 91 persen dari hutan alam yang 
pernah ada kini telah berubah musnah dan beralih fungsi.

Selain itu, kata dia, Indonesia juga akan kehilangan beragam hewan dan tumbuhan 
yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dan modal pembangunan utama 
yang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat.

Melihat kenyataan tersebut, penyelamatan tumbuhan asli Indonesia menjadi suatu 
keniscayaan dan harus memacu kita untuk mencegah punahnya tumbuhan sebagai aset 
yang tidak ternilai harganya untuk modal pembangunan dan masa depan bangsa, 
jelasnya.

Ia mengatakan, keanekaragaman hayati merupakan salah satu pilar utama dalam 
pembangunan nasional dan modal strategis dalam meningkatkan kemandirian dan 
daya saing bangsa.

Indonesia, katanya, memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang melimpah 
sehingga dijuluki sebagai Megadiversity Country. 

Dalam hal keanekaragaman tumbuhan, katanya, Indonesia menduduki peringkat lima 
besar di dunia, memiliki lebih dari 38.000 jenis tumbuhan, di mana 55 persen 
diantaranya merupakan jenis endemik.

Untuk Pulau Jawa saja, kata dia, sejumlah jenis setiap 10.000 kilometer persegi 
mencapai 2.000-3.000 jenis.

Sedangkan di Kalimantan dan Papua mencapai lebih dari 5.000 jenis, dan masih 
banyak keanekaragaman hayati lainnya yang berpotensi dan memiliki prospek 
secara ekonomis maupun keilmuan.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan degradasi habitat yang berimplikasikan 
pada penurunan keanekaragaman ekosistem, kenis dan genetik memperlihatkan 
`trend` yang semakin mengkhawatirkan, katanya.

Sementara itu, Sekretaris Utama LIPI Prof Rochadi Abdul Hadi mengatakan, 
penanaman yang dilakukan tidak hanya penanaman semata, tapi jenis pohon yang 
ditanam adalah jenis tanaman endemik di Indonesia yang populasinya terancam 
punah.

Ini bukan asal menanam saja, tapi yang kita tanam adalah tanaman jenis endemik 
Indonesia yang sudah mau punah, ada 17 jenis dengan jumlah 2010 pohon, katanya.

Rochadi mengatakan, selama ini banyak yang melakukan penanaman pohon tidak 
diperhatikan jenis pohon yang ditanam, sehingga nilai pohon yang ditanam tidak 
bermanfaat.

Ia mencotohkan banyak kalangan melakukan penanaman pohon jenis Akasia yang 
bukan asli Indonesia, ternyata pohon tersebut merusak ekosistem yang lain.
(KR-LR/A035)
Baca Juga
  a.. Menhut: Kondisi Hutan di Sumsel Cukup Parah


CiKEAS Norwegia Ingin Danai Penyelamatan Hutan Indonesia

2010-05-23 Terurut Topik sunny
Refleksi :  Dirusakan dan orang lain bikin betul? Apakah ini artinya mereka, 
merdeka untuk mersak dan merampok? Assalamailaikum, silahkan sekaligus dicukur 
bikin gurun pasir!

http://www.antaranews.com/berita/1273825346/norwegia-ingin-danai-penyelamatan-hutan-indonesia

Norwegia Ingin Danai Penyelamatan Hutan Indonesia
Jumat, 14 Mei 2010 15:22 WIB | Warta Bumi | Konservasi/Pelestarian | 
Jakarta (ANTARA News) - Norwegia ingin dana perubahan iklim dari mereka 
digunakan untuk program pencegahan dan konservasi kawasan hutan di Indonesia, 
kata Direktur WWF Fitrian yang dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat, menanggapi 
peluang Indonesia mendapatkan dana perubahan iklim dari Norwegia.

Dari berbagai diskusi, Norwegia ingin dana perubahan iklimnya digunakan untuk 
pencegahan deforestasi dan degradasi hutan, termasuk pencegahan kebakaran hutan 
dan pembukaan hutan gambut, katanya. 

Norwegia telah memberikan dana perubahan iklim sebesar 1 miliar dolar AS untuk 
penyelamatan dan konservasi hutan Amazon di Brazil. Norwegia dan Brazil 
sepakat untuk mengamankan, mempertahankan dan menjaga hutan Amazon yang 
tersisa, katanya.

Mengutip data Kementerian Kehutanan, Fitrian mengatakan laju kerusakan hutan 
dan gambut di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan laju penanaman.

Pada kisaran tahun 1990-2000, laju kerusakan hutan mencapai 2 juta hektar per 
tahunnya. Pada 2000-2005, laju pembukaan hutan menurun meski masih tinggi yaitu 
sejuta hektar per tahunnya, jelasnya.

Sedangkan laju penanaman saat ini mencapai kisaran 300 ribu hektar per tahun.

Oleh karena itu, lanjutnya, Norwegia memandang lebih penting penyelamatan hutan 
dibandingkan program penanaman satu juta pohon yang ditawarkan pemerintah 
Indonesia untuk dibiayai dengan dana perubahan iklim Norwegia.

Program penanaman penting, tetapi kalau pembukaan hutan gambut tidak dicegah, 
maka emisi gas rumah kaca lebih besar, katanya.

Sebelumnya, Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), Rachmat 
Witoelar mengatakan Indonesia akan mendapatkan bantuan dana internasional 
sampai tiga miliar dolar AS untuk menanggulangi perubahan iklim. (*)

CiKEAS New mosque opens in Berlin

2010-05-23 Terurut Topik sunny
http://www.kuwaittimes.net/read_news.php?newsid=MzU2OTE5NzI1

Headline News
New mosque opens in Berlin
Published Date: May 22, 2010 

BERLIN: A new mosque that is one of the largest in Germany was officially 
opened yesterday in Berlin's Kreuzberg quarter, which has a strong Turkish 
presence. The mosque, which can hold around 1,000 people, is part of a complex 
that media reports said cost around ?10 million ($12.5 million) to build and 
was entirely financed by private Lebanese and Palestinian donors.

The mosque is topped by a glass dome and four small minarets, and is part of a 
six-storey, 5,000-sq-m building that includes commercial and social centres and 
a library. Germany's largest mosque can accommodate 2,500 people and is in the 
city of Mannheim in the west of the country. The construction of mosques in 
Germany has prompted debate - as it has in other European countries - notably 
among the extreme right. - AFP

CiKEAS Medics Save Man with Elephant's Nose

2010-05-23 Terurut Topik sunny
http://english.pravda.ru/society/stories/22-05-2010/113458-elephant_man-0

Medics Save Man with Elephant's Nose
22.05.2010

Medical professionals conducted a unique operation on a patient whose nose was 
turning into a trunk. 

Doctors of the Moscow regional scientific clinical institute named after 
Vladimirsky operated on a man whose nose tissues grew to gigantic size. 

The rare disease is called rhinophyma and it has been known for a while, yet it 
is the first case in the world when the growth reached this size. 

A 63-year old resident of a city in Moscow region was admitted to the hospital 
when the growth on his nose reached his chin. 

The man was experiencing certain difficulties eating and breathing, let alone 
his appearance. The huge tumor was completely covering his mouth, and the man 
had to eat lifting his tumor with one hand and holding a spoon with the other. 

The only way to treat rhinophyma is surgical. During this procedure 
anesthesiologists encountered an unexpected issue when it was difficult to fix 
an oxygen mask on his face. The doctors found the way out and everything went 
smoothly. 

The operation was conducted with the application of cold plasma. This is a 
relatively new method first used in 2005. Extra tissue is cut off with a 
special device . The advantage of the method is reduced blood loss, control 
over all removed tissue, absence of pain and fast healing. The causes of the 
diseases are not known. Usually it is men who suffer from it, rarely women. It 
is interesting that Afro-Americans never suffer from it, the doctor explains. 

Smoking, alcohol, high blood pressure, diabetes may cause the disease. The 
first symptom is alteration of skin color. If you develop redness, blue color 
and uneven skin surface on your nose you should consult a doctor. Timely 
treatment will prevent further growth, said the doctor. 

Life News
nose-5.jpg

CiKEAS Every Food-Making Company Has Its Own Cemetery of Customers

2010-05-23 Terurut Topik sunny
http://english.pravda.ru/science/health/18-05-2010/113402-food_additives-0

18.05.2010

Every Food-Making Company Has Its Own Cemetery of Customers 

It is very hard to buy food without any additives today. Coloring agents, 
fillers, conservatives and other chemicals indicated as E with digits can be 
found in practically everything that we eat today. Where do they all come from 
and why do we have to eat those chemicals? 

Food makers will not like the answer to this question. They are fond of making 
consumers believe that we all use food additives all the time: salt, sugar, 
soda, vinegar, etc. Indeed, sodium bicarbonate and vinegar are included on the 
list of additives as E500 and E260. All other E-additives - thousands of them - 
can not be found in our kitchens. 

The massive use of additives with the E prefix was launched between the 18th 
and the 19th centuries, although their production was a crime. This chemistry 
became legal many years afterwards. It is an open secret that coloring agents 
make your food look a lot nicer. Red aniline dye or carmine from cochineal 
(made from green-flies) can be added to improve the color appearance of minced 
or chopped meat. This technology was described in a book published in 1907 in 
New York. 

Afterwards, the chemicals were described as food additives. Aniline dyes were 
banned for posing health hazard, whereas cochineal - a substance made from bugs 
- is still used. The chemical industry produced thousands of other substances 
to give sausage products a nice meat color instead of their natural grey. 

Starch is also used during the production of sausages. It is used as a filler 
to inhibit water and supersede expensive meat. The use of starch makes the 
production technology cheaper, whereas the final product looks very nice and 
edible. Nowadays, the food industry uses genetically modified starch for it 
triggers a much better reaction in the production of sausage products. 
Stabilizers, vegetable albumens and the albumens made of processed inedible 
parts of animals and birds work a lot better with genetically modified starch. 
All these chemicals reduce the price and produce the effect of meat of the 
virtually meatless product. 

In the past, makers of candy would often add dangerous substances in the 
products made for children. For example, they used coloring agents containing 
copper and lead. It was even rumored that every food maker, like every surgeon, 
had their own cemeteries. 

It is hard to believe these stories, but one may recollect the recent scandal 
with toxic melamine added in baby food in China. Formaldehyde, a highly toxic 
and carcinogenic substance produced from melamine, had been used as a food 
conservative for years. Moreover, the E239 additive - hexamethylenetetramine - 
which turns into formaldehyde - is still legally allowed in Russia. It is used 
as a conservative for fish and caviar. 

They tried to establish control over the production of food in the beginning of 
the 20th century. It became clear that it was already impossible to root out 
falsified food. Officials had to conduct complicated talks with food makers to 
legalize many chemicals used in their recipes. 

The control over the use of additives in the food industry was launched during 
the 1950s, when the UN established a special department of food and health 
experts. Some chemicals were banned after a series of poisonings and deaths. 
The most outstanding scandal at this point is connected with the use of 
cobalt-containing additives. They would make beer foam nice and puffy but 
trigger the development of a serious heart disease with beer fans. Numerous 
deaths were reported during 1964-1966 in Belgium, the USA and Canada. The 
cobalt-containing additives were quickly banned. 

The most recent scandal is connected with six synthetic coloring agents for 
sweets and drinks produced for children. The agents develop the syndrome of 
hyperactivity. EU officials decided not to ban the chemicals, but simply asked 
food-making companies to stop using them and change their recipes. It means 
that the European makers will be making safe and high-quality candy in Europe, 
but export dangerous products where the additives are legally allowed. 

In conclusion, we would like to remind you that the tests of food additives are 
imperfect. Many of them are considered harmless only relatively. They are 
legally allowed only temporarily. 

Arguments and Facts 


CiKEAS Jumlah Penduduk Papua 146 Ribu Orang

2010-05-23 Terurut Topik sunny
Refleksi : Kalau jumlah penduduk Papua 146 ribu orang sesuai hasil sensus 56% 
sekarang, jadi kalau 100% bisa diperkirakan akan mencapai 1.5 juta atau mungkin 
sedikit lebih dari angka ini. Angka sebelumnya menunjukan 2,2 juta. .Dengan 
demikian mungkin bisa dipertanyakan berapa banyak jumlah transmigrasi yang 
dikirim sejak tahun 1966 hingga kini? Apakah mereka sudah kembali ke tempat 
asal mereka? Jangan-jangan orang Papua pelan-pelan dihabiskan oleh tenaga gaib 
nan jahat, maka oleh karena itu angka jumlah penduduk rendah. 



http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=102


21 Mei 2010 18:35:39





Jumlah Penduduk Papua 146 Ribu Orang





Hasil Data Sementara BPS
JAYAPURA-Sensus penduduk yang dijadwalkan bakal rampung akhir bulan ini sudah 
mulai menunjukkan hasil. Dari data sementara yang telah dihimpun Badan Pusat 
Statistik (BPS) Provinsi Papua, jumlah penduduk Papua sebanyak 146 ribu 
orang.Demikian ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Ir. 
Djarot Soetanto,MM Jumat (21/5) kemarin. Dikatakan, dalam pelaksanaan Sensus 
Penduduk (SP) hingga saat ini telah mencapai 56% dan diharapkan dalam satu atau 
dua hari ini sudah ada perkembangan yang lebih banyak lagi.


Menurutnya, daerah yang sudah rampung hasilnya yaitu Keerom dan Nabire ,yang 
mana untuk L1 telah selesai datanya hanya tinggal membereskan L1, C1 dan 
Pendataan Rumah Tangga untuk daerah-daerah yang belum masuk di BPS Provinsi. 
Badan Pusat Statistik (BPS) RI akan memberikan apresiasi kepada anggota BPS 
yang ditempatkan di wilayah paling timur Indonesia ini. Dimana BPS Pusat 
berjanji akan memberikan bantuan motor bagi Koordinator Statistik Kecamatan 
(KSK) untuk Papua, namun belum tau pasti jumlah motor yang akan diberikan untuk 
Papua tersebut.


Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Jayapura Muchlis M. 
Sotting, B,St mengatakan, data sementara jumlah penduduk Kota Jayapura sebanyak 
109.591 jiwa. Dikatakan, data tersebut merupakan data akhir tertanggal 18 Mei 
lalu, Memang proses sensus dari lapangan telah rampung kami lakukan, akan 
tetapi mengingat sejumlah data masih perlu di kroscek kebenarannya, jadi kami 
baru berani mengumumkan data yang benar, setelah semua proses selesai, katanya.


Menurut Kepala BPS kota, jumlah 109.591 jiwa itu merupakan data penduduk dari 
575 blok sensus yang telah selesai dikerjakan sedang 53 Blok sensus lainnya 
saat ini masih dalam tahap finishing. Dijelaskan, ada sejumlah kendala yang 
dihadapi petugas di lapangan, selain penduduk yang sebelumnya berada di Kota 
Jayapura, namun saat di temui di alamat tempat tinggalnya, ternyata telah 
pindah tempat, namun tidak jarang pula ada sejumlah masyarakat yang tidak mau 
disensus, dengan alasan kekecewaan terhadap pemerintah.  Meski begitu, pihaknya 
akan tetap mengusahakan data yang seakurat mungkin, hingga batas waktu 31 Mei 
mendatang. Kami yakin sensus penduduk 2010 akan rampung akhir bulan ini, 
tandasnya. (cr-161/rik/fud) 
(scorpions)


CiKEAS Telepon Bandara Cengkareng Mati 6 Jam

2010-05-23 Terurut Topik sunny
Refleksi : 6 jam telepon Bandar mati, apakah  situasinya mirip cerita dalam 
film  klasik berjudul 6 Jam di Jokja.

Apakah sebelumnya tidak dipikirkan akan ada kemungkinan kejadian ini dan oleh 
karena itu harus ada cadangan agar komunikasi tidak terputuskan? Ataukah pihak 
petinggi perusahaan telopon kurang tidak diberikan gula-gula, jadi diminta 
dengan cara halus?.


http://www.surabayapost.co.id/?mnu=beritaact=viewid=860fa0a2331017c10d37a13691f6041cjenis=c81e728d9d4c2f636f067f89cc14862cPHPSESSID=93f0ef3bef516783bccd2ec5ec8ad297


Telepon Bandara Cengkareng Mati 6 Jam 
Jumat, 21 Mei 2010 | 14:01 WIB 
Jakarta - Saluran telepon di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, mati selama 6 
jam. Akibat kasus ini bandara tidak bisa menerima panggilan telepon. Untungnya 
insiden matinya telepon itu tidak mengakibatkan kecelakaan pesawat.

Ya, saluran telepon mati sejak pukul 01.00 WIB dan baru normal pukul 07.00 
WIB, kata Corporate Secretary PT Angkasa Pura II, Sudaryanto, Jumat (21/5).

Akibat insiden ini bandara sama sekali tidak bisa mendengar suara dari lawan 
bicara alias mati sama sekali. Pada dasarnya operasional tidak masalah, tapi 
seharusnya tidak boleh terjadi di bandara. Bandara itu kan seperti istana, 
VVIP, imbuhnya.

Meski tidak terjadi suatu insiden akibat matinya telepon ini, dia berharap 
peristiwa ini tidak terjadi lagi. Harusnya tidak boleh mati, ini menyangkut 
penerbangan, katanya.

Pendapat senada disampaikan pengamat perhubungan, Agus Pambagio.

Insiden ini sangat disayangkan karena perlakuan terhadap bandara sama seperti 
objek vital lainnya seperti Istana Negara. Telekomunikasi ini terkait jaringan 
navigasi, traffic penerbangan dan keselamatan penerbangan, kata Agus, Jumat 
(21/5).

Menurut dia, matinya saluran telepon berkait juga dengan keselamatan pendaratan 
dan keberangkatan pesawat yang melibatkan nyawa ribuan penumpang.

Kalau sampai mati bisa ribet. Bagaimana mengatur lalu lintas penerbangan? Kita 
bisa kena larangan terbang, katanya.

Menurut Agus, bandara merupakan objek vital yang sudah sepantasnya dijaga 
secara luar biasa hingga saluran komunikasinya tidak terganggu. Bandara 
seperti istana negara, tidak boleh sarana seperti telepon mati. Bagaimana nanti 
radar di bandara bisa berfungsi? tanyanya.

Akibat insiden ini, PT Angkasa Pura II melayangkan protes ke PT Telkom. 
Alasannya insiden itu dikhawatirkan bisa mengakibatkan peristiwa fatal seperti 
kecelakaan pesawat.

Kami melayangkan surat meminta penjelasan. Seharusnya tidak boleh pelayanan di 
Bandara mati, kata Sudaryanto.

Sudaryanto juga menepis tudingan kalau matinya sambungan telepon itu karena 
pihak bandara belum membayar tagihan telepon. Kami sudah bayar, tegasnya.

Dia memastikan bahwa matinya sambungan telepon itu sepenuhnya bukan kesalahan 
pihak bandara. Itu kesalahan Telkom, secara teknis ada di Telkom, katanya. 

Sementara itu Vice President Public and Marketing Communication, PT Telkom, 
Eddy Kurnia ketika dihubungi pukul 11.00 tadi mengaku belum mendapat laporan 
insiden itu. 

Saya belum mendapat laporan mengenai informasi itu. Akan saya laporkan segera 
setelah ada data akurat yang masuk, ujarnya.dtc


CiKEAS Better eating, wearing habits help preserve biodiversity

2010-05-23 Terurut Topik sunny
http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/23/better-eating-wearing-habits-help-preserve-biodiversity.html


Better eating, wearing habits help preserve biodiversity 
Ika Krismantari, The Jakarta Post, Jakarta | Sun, 05/23/2010 11:44 AM | 
Headlines 


Adopting the habit of eating food and wearing clothes made from natural 
materials can help preserve biodiversity, the Indonesian Biodiversity 
Foundation (Kehati) says.

Kehati program director Anida Haryatmo said Saturday that stimulating interest 
for traditional food and nature-based clothes could make people see that saving 
the environment and preserving biodiversity were not necessarily expensive.

Kehati has done the same for preserving traditional plants used for dyes by 
creating demand for fabrics made from natural dyes, Anida said after a tree 
planting event to celebrate International Biodiversity Day.

The foundation considers the stimulation strategy an alternative way to help 
preserving biodiversity in developing countries, where the level of awareness 
of environmental protection was still low.

Indonesia is one of the developing countries experiencing massive natural 
destruction as people choose to damage the planet for economic gains. People 
still consider efforts to save the environment expensive because it sometimes 
involves high-end technology.

Indonesia is home to 40,000 plant species and 1,531 bird species, 515 mammal 
species and 240 endangered species. The country is believed to host 17 percent 
of the world's species and has the world's richest biodiversity after Brazil. 

This year has been declared the year of International Biodiversity by the UN in 
an attempt to fight global warming and destructive human activities that have 
put 30 percent of the world's species on the brink of extinction.

The Green Wave, an annual global campaign involving youth around the world 
planting trees, is also celebrated on the same day this year.

A number of schools in Jakarta held tree planting events on Saturday as part of 
the Green Wave movement and to celebrate International Biodiversity Day.

We can start preserving the environment by doing simple things such as 
planting a tree, Adeline Tiffanie, the founder of environmental protection 
group Sahabat Alam, said. 

Adeline attended the Green Wave program at her Jubilee school in Kemayoran, 
Central Jakarta, which was hosted by Kehati and aircraft manufacturer Airbus.

Kehati ran a similar event in a high school in Cibinong, Bogor, on the same day


CiKEAS 'Stick to politics and leave religion alone' + Cartoon gets Zapiro death threats

2010-05-23 Terurut Topik sunny
http://www.capetimes.co.za/?fSectionId=3531fArticleId=nw20100523134205434C943143

'Stick to politics and leave religion alone'
23 May 2010, 13:44

The National Press Club (NPC) on Sunday called for a meeting between Jonathan 
Shapiro, the Mail and Guardian and Muslim leaders to discuss a controversial 
cartoon that has angered the Muslim community.

The media needs to be sensitive to religious beliefs and must not marginalize 
any community. We need to act responsibly, said NPC chairman Yusuf Abramjee.

The Zapiro cartoon which was published in the Mail and Guardian on Thursday 
depicts Muhammad lying on a couch and complaining to a psychologist that other 
prophets have followers with a sense of humour.

As a Muslim myself, I find it offensive and provocative, said Abramjee.

We promote freedom of speech and expression. But, let's not forget that it is 
not absolute. In this case, it must be weighed against religious tolerance.

Muslims across the country had taken offence to the characterisation of the 
Prophet Muhammad and expressed their anger at the cartoon on social networking 
sites such as Facebook and Twitter.

One comment posted on Facebook by Zainub Milan-Ming said:  Zapiro stick to 
politics and leave religion alone. Do you even have one?

Abramjee called on the Muslim community to be calm and not to respond with 
anger, abuse or threat.

According to media reports, staff at the Mail and Guardian spent Friday 
fielding threatening phone calls from offended Muslims.

Callers told staffers: You've got to watch your back, and This will cost him 
his life, reported The Guardian newspaper website in the United Kingdom. 

Meanwhile, the Witness said Jonathan 'Zapiro' Shapiro defended his work as 
freedom of expression.

Abramjee said he would meet with Muslim leaders in Johannesburg on Sunday 
afternoon to encourage a meeting between the community, editor of the Mail and 
Guardian, Nic Dawes and Shapiro.

I will call on them to engage Dawes and Shapiro and find a solution, said 
Abramjee. - Sapa 

+
http://www.capetimes.co.za/index.php?fSectionId=3531fArticleId=vn20100522073111640C965241

Cartoon gets Zapiro death threats
22 May 2010, 08:06

By Bianca Capazorio, SAPA and Reuters

Days after an alleged al-Qaeda operative detailed sketchy plans to attack World 
Cup teams over cartoons of the Muslim Prophet Muhammad, the Mail  Guardian 
newspaper has made waves locally and internationally by also publishing a 
cartoon of the Prophet.

A cartoon by award-winning satirist Jonathan Shapiro, known as Zapiro, in the 
MG yesterday depicts the Prophet grumbling to a psychiatrist about the furore 
in the Muslim world created by a Facebook page called Everybody Draw Muhammad 
Day.

Other prophets have followers with a sense of humour! complains the 
turbanned, bearded figure, stretched out on the psychiatrist's couch.

Muslims consider any depiction of the founder of Islam to be offensive. 

On Thursday night, the Council of Muslim Theologians lost an 11th hour court 
bid to bar the publication of the cartoon in the MG.

The council had warned of a possible violent backlash and said the timing was 
bad, given the alleged threat to the World Cup.

My view is no cartoon is as insulting to Islam as the assumption Muslims will 
react with violence, the newspaper's editor Nic Dawes said in defence of the 
drawing.

Dawes said in an online statement yesterday: When I first saw the image, and 
approved it for publication, it was clear to me that it was Zapiro's 
contribution to the global debate around representations of the Prophet. This 
is an enormously complex and sensitive subject, but I felt that Zapiro had 
attempted to handle it with care. Unlike some other cartoonists who have 
tackled the same subject, he had not used Islamophobic imagery, nor had he 
mocked the Prophet.

Yesterday, the paper reported it was receiving a flood of calls about the 
cartoon, and had even received death threats against the cartoonist.

Phone ringing off the hook. Making the point that I have faith in Muslim South 
Africans' tolerance and openness to debate, Dawes tweeted yesterday.

The debate raged online too, with hundreds of comments appearing on stories 
about the cartoon, either defending freedom of speech or expressing disgust. 

Several blogs also had the cartoon as a topic. International news media such as 
Reuters, the BBC and the Guardian were also reporting the story widely 
yesterday.

Blogger Khadija Pattel wrote: Waking up to news that an interdict against the 
Mail  Guardian publishing a Zapiro cartoon depicting the Prophet Muhammad 
(Peace be upon him) had failed left me a little unsettled. 

I only believed it once I saw it. And when I did see it, it was disappointment 
I felt most acutely.

City Press editor and former Mail  Guardian editor Ferial Haffajee tweeted: 
Draw Muhammad Day is as much about free expression as the Youth League is 
about advancing young people.

She however defended Zapiro's right to 

CiKEAS Gay couple sentenced to 14 years hard labour

2010-05-23 Terurut Topik sunny
Refleksi : Bagi yang suka sejenis, jangan main ke Malawi, hukumannya bisa 
sangat berat.

http://www.capetimes.co.za/?fArticleId=5479351

Gay couple sentenced to 14 years hard labour
May 21, 2010 Edition 1 

RAPHAEL TENTHANI Sapa-AP 

BLANTYRE: A magistrate sentenced a couple to the maximum 14 years in prison 
with hard labour under Malawi's anti-gay legislation, and crowds jeered the two 
men as they were driven to jail yesterday. 

The harsh sentence for unnatural acts and gross indecency had been expected 
after the same magistrate convicted Tiwonge Chimbalanga and Steven Monjeza 
earlier this week under laws dating from the colonial era. 

The case has drawn international condemnation and sparked a debate on human 
rights in this conservative southern African country. 

Chimbalanga, a 20-year-old hotel janitor, and his unemployed partner were 
arrested on December 27, the day after they celebrated their engagement at the 
hotel where Chimbalanga worked - an apparent first in Malawi. 

Maximum sentences are intended for use for worst cases, magistrate Nyakwawa 
Usiwa Usiwa said as he delivered his sentence. We are sitting here to 
represent the Malawi society which I do not believe is ready at this point in 
time to see its sons getting married to other sons or conducting engagement 
ceremonies. 

The lawyer for the two, Mauya Msuku, said they would appeal. 

Chimbalanga was composed as police officers handcuffed him to Monjeza. I am 
not worried, he told reporters as they were taken to a police vehicle. 

Monjeza broke down upon hearing the ruling and was still sobbing as he was 
helped into the van. Hundreds of onlookers inside and outside the court house 
showed little sympathy. 

Many shouts of You got what you deserve! were heard. 

Michelle Kagari, deputy Africa director of Amnesty International, called the 
sentence an outrage. 


CiKEAS Jemaat Mengadu ke Komnas HAM

2010-05-23 Terurut Topik sunny
Refleksi : Apa yang dibisa dilakukan oleh Komnas HAM ialah tidak lain dari 
memasukan pengaduan ke dalam arkif saja. Komnas HAM tidak mempunyai kekuatan 
hukum apa-apa, ibarat anjing penjaga pintu yang dirantai lagi tanpa gigi. 
Mengonggong pun tak kuat suaranya. Inilah dilemanya.

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/jemaat-mengadu-ke-komnas-ham/

Sabtu, 22 Mei 2010 12:17 
Penyegelan GKI Taman Yasmin Bogor 

Jemaat Mengadu ke Komnas HAM
OLEH: HERU GUNTORO



Jakarta - Penyegelan rumah ibadah yang dilakukan oleh pemerintah kota ­kembali 
terjadi. Kali ini menimpa Gereja Kristen Indonesia (GKI) Taman Yasmin, Bogor, 
Jawa Barat. Mereka harus ­beribadah di trotoar karena gedung yang selama ini 
digunakan untuk beribadah ­disegel Pemerintah Kota Bogor tanpa alasan jelas.

 

Demikian keluhan dari puluhan jemaat GKI Taman Yasmin, Bogor, ketika mengadukan 
nasibnya ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) di Jakarta, Jumat 
(21/5). Pengaduan tersebut diterima oleh Komisioner Bidang Pemantauan dan 
Investigasi Komnas HAM Johny Nelson Simanjuntak.


Johny mengungkapkan bahwa berbagai langkah hukum telah dilalui GKI Taman Yasmin 
dalam mendirikan rumah ibadah dan tidak ada satu pun yang dilanggarnya. Bahkan, 
kepada tokoh masyarakat yang keberatan akan pembangunan gereja pun telah 
disosialisasikan. Hal ini terbukti pada 14 Januari 2006, di mana 24 orang tokoh 
masyarakat Kelurahan Curug Mekar menandatangani surat keterangan tidak 
keberatan akan pembangunan rumah ibadah. Selain itu, sepanjang tahun 2006, 
proses memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB) juga telah dilalui melalui 
Wali Kota Bogor, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, serta Kantor 
Pertanahan Kota Bogor yang menyatakan tidak keberatan akan pembangunan rumah 
ibadah.


Namun, pada 10 Februari 2008, ada demonstrasi di DPRD yang memaksa IMB gereja 
tersebut dicabut. Lantas, pada 25 Februari 2008, rekomendasi Wali Kota Bogor 
Diani Budiarto No 503/367/Huk yang berisikan adanya sikap keberatan dan protes 
dari masyarakat kepada Pemerintah Kota Bogor terhadap pembangunan gereja. 
Alasan seperti ini tidak bisa dipertanggung jawabkan, tegas Johny. 


Pihak Gereja kemudian mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) 
dan Ketua PTUN Bandung memenangkan perkara bahwa pembangunan gereja bisa terus 
berlangsung. Tapi, pada 8 Maret 2010, datang surat dari kepala Dinas Cipta 
Karya dan Tata ruang Kota Bogor perihal permohonan agar kegiatan pembangunan 
gereja dihentikan. Tanggal 10 Maret 2010 ada pemasangan tulisan disegel, serta 
pemasangan gembok tanpa melalui prosedur hukum yang jelas.
Jhony berpendapat, jika Pemerintah Kota Bogor menyegel rumah ibadah, harus 
disertai dengan alasan yang jelas dan logis. Kalau pun dilarang beribadah di 
sana, semestinya pemerintah kota merelokasi jemaat gereja agar dapat terus 
beribadah dengan tenang dan nyaman.


Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Gomar Gultom 
mengungkapkan, kejadian ini akan terus berulang karena terus akan ada 
pihak-pihak yang mengacaukan kebebasan untuk beribadah dan berkeyakinan. Kasus 
seperti ini membuktikan tidak adanya jaminan kebebasan beribadah dan 
berkeyakinan. Jika ada yang menganggunya, sudah pasti itu bentuk pelanggaran. 
Dengan kejadian ini, Gomar mempertanyakan peran pemerintah. Undang-Undang 1945 
sudah memberikan kepastian bahwa warga negara bisa beribadah, tetapi nyatanya 
masih banyak orang yang melanggar hak orang lain utnuk beribadah sesuai 
keyakinan dan keimanan yang ia miliki.


Gomar mencatat, sepanjang tahun 2010 saja, ada delapan kasus serupa, yakni 
penolakan pembangunan rumah ibadah, padahal sudah melalui proses hukum. Yang 
terakhir terjadi di HKBP Cinere, Depok, Jawa Barat. PTUN Bandung akhirnya 
memenangkan HKBP Cinere sehingga dapat terus membangun gereja.


CiKEAS Otda Munculkan Oligarki Kekuasaan Baru

2010-05-23 Terurut Topik sunny
Refleksi : Sudah puluhan tahun diciptakan daerah istimewa dan otonomi 
etc.Faedah dari ciptaan ini kepada rakyat tidak terbukti ada, tidak ada 
perubahan perbaikan tingkat hidup signifikan bagi penduduk setempat, selain 
bertambah miskin. Pemerintahan daerah istimewa atau  otonomi itu tidak lain 
dari alat penjilat ke atas dan penginjak ke bawah, yang dijilat ke atas ialah 
penguasa berkedudukan lebih tinggi, dan yang diinjak-injak ialah rakyat jelata, 
inilah oligari kekuasaan baru  atau a la kekuasaan kerajaan Mojopahit zaman 
bahula.

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/otda-munculkan-oligarki-kekuasaan-baru/

Sabtu, 22 Mei 2010 12:33 
Otda Munculkan Oligarki Kekuasaan Baru


Jakarta - Otonomi daerah (otda) di sisi lain telah memunculkan oligarki 
kekuasaan baru di daerah yang menguntungkan sekolompok kecil orang yang dekat 
dengan pe­nguasa di daerah saja. Hal ini dilakukan dengan cara adanya transfer 
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di daerah.

 

Pendapat tersebut disampaikan Guru Besar FISIP Uni-versitas Airlangga, Kacung 
Marijan, dalam Seminar Oto­nomi Daerah dan Kesejah­te-raan Rakyat, di 
Jakarta, Ju­mat (21/5). Kacung menga­takan, implikasi langsung dari adanya 
oligarki kekuasaan akibat dari otda adalah munculnya kekuatan-kekuatan yang 
menguasai sektor ekonomi dan politik di daerah sehingga ha­nya berputar dalam 
ling­karan kekuasaan tersebut.Saat ini, otda telah me­lahirkan oligarki baru 
di dae­rah. Dengan oligarki tersebut, hanya sekelompok kecil orang saja yang 
diuntungkan, termasuk di dalamnya adalah adanya transfer korupsi di daerah. 
Kemudian, menimbulkan sha­dow economic and politic power yang menguasai daerah 
tersebut, kata Kacung.


Kacung mengungkapkan, kebijakan desentralisasi de­ngan bentuk otda telah 
menambah kesenjangan yang terjadi antara satu daerah de­ngan daerah lainnya. 
Hal ini disebabkan karena otda yang dilakukan saat ini tidak disertai dengan 
desentralisasi sektor ekonomi dan fiskal yang baik. Dengan demikian 
mengakibatkan keuangan daerah tetap sangat bergantung pada pusat.
Kegagalan kebijakan de­sen­­tralisasi dengan melaku-kan otda di Indonesia, 
menurut Ka­cung, adalah karena ku­rangnya komitmen dan duku­ngan elite politik 
nasional yang takut kehilangan kekua­saan dan otoritasnya di daerah. Penyebab 
lainya adalah karena miskinnya sumber daya sebagai akibat menumpuknya 
me­numpuknya sumber daya yang berkualitas dipusat saat sentralisasi.


Tidak jarang para elite politik nasional enggan melaksanakan kebijakan 
desentralisasi karena takut kehilangan kekuasaannya. Kalaupun ada, biasanya 
mereka enggan me­wujudkannya dalam sebuah realitas. Di samping itu, pelaksanaan 
desentralisasi juga teradang masalah sumber daya yang menumpuk di pusat akibat 
dari sentralisasi, ujar Kacung.

Partisipasi
Sementara itu, peneliti utama Lembaga Ilmu Penge­tahuan Indonesia (LIPI), Siti 
Zuhro, mengatakan, dampak nyata dari dilakukannya de­sen­tralisasi dengan 
bentuk otda adalah meningkatnya par­tisipasi masyarakat dalam pemerintahan dan 
munculnya inovasi kebijakan daerah da­lam mengurus daerahnya.


Dengan otda, daerah mulai menggeliat, baik secara politik maupun ekonomi, yang 
ditandai dengan munculnya best practice di sektor penting, seperti pelayanan 
publik, investasi, dan pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat terlihat dari 
banyaknya penghargaan yang diberikan pe­merintah pusat maupun lembaga lain 
kepada daerah, ung­kap Siti Zuhro.


Namun pada kenyataannya, menurut Siti Zuhro, pe­nyerahan urusan pemerintahan 
dalam otda menjadi tidak jelas karena pertimbangan politis. Masih ada 
keengganan pe­merintah pusat menye­rahkan urusan pemerintahan yang lebih banyak 
kepada daerah, dengan alasan bisa memunculkan separatisme serta persaingan 
antardaerah dan pusat. Selain itu, dapat me­le-mahkan kontrol pusat terhadap 
daerah, tutur Siti Zuhro.(cr-10)



CiKEAS Cegah Terorisme Masuk Kampus

2010-05-23 Terurut Topik sunny
http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=Newsid=19022

2010-05-22
Cegah Terorisme Masuk Kampus 



[BOGOR] Paham-paham radikalisasi yang mengarah ke terorisme terus bertumbuh di 
dalam kampus, karena merupakan lahan strategis dan leluasa untuk menyebarkan 
gagasan radikalisme. 


Karena itu, kampus harus mampu mencegah jaringan radikalisme yang menyusup dan 
melakukan doktrinisasi kepada para mahasiswa. Para teroris memilih target 
mahasiswa yang pintar dan memiliki idealisme tinggi serta memiliki pemikiran 
radikal dan revolusioner. Demikian rangkuman pendapat dari Staf Khusus Bidang 
Komunikasi dan Media Kementerian Pendidikan Nasional Sukemi dan Sosiolog 
Universitas Indonesia Johannes Frederik Warouw di sela-sela lokakarya 
implementasi reformasi birokrasi Kemdiknas di Bogor, Jawa Barat, Jumat (21/5).


Berkaitan dengan itu kata Sukemi, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) 
mendorong pelaksanaan deradikalisasi di kampus-kampus. Deradikalisasi merupakan 
usaha untuk mengembalikan paham radikal dari orang yang terkena paham itu. 
Kampus dan sekolah melakukan deradikalisasi melalui pelajaran agama dan 
kewarganegaraan. Dalam Kementerian Agama juga ada divisi khusus 
deradikalisasi. Dan deradikalisasi di kampus sekarang sudah diterapkan masuk 
dalam akademik, kata Sukemi. 
Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS) Syamsul Hadi menyatakan, deradikalisasi 
dan pencegahan masuknya paham radikalisme terus dilakukan di dalam kampus. Di 
UNS dosen-dosen pengajar agama memberikan paham keislaman yang mampu mencairkan 
paham radikalisme yang eksklusif dan sempit. Di UNS para dosen dan pengajian 
diminta diisi dengan pengajaran dan dakwah yang sejuk. Kami menekankan kepada 
para dosen dan pengajar agama untuk menekankan agama Islam yang sejuk, 
bijaksana dan lemah lembut serta tidak menggunakan kekerasan, ujarnya.  
Menurutnya, mahasiswa mudah terdoktrinasi, karena kondisi psikologinya belum 
stabil. Mahasiswa cenderung agresif menyangkut perjuangan sehingga mereka mudah 
terpancing untuk melakukan kekerasan.

Konseling
Ditegaskannya, apabila ada seseorang mahasiswa atau sekelompok siswa yang 
terlihat memiliki paham radikalisme atau perlawanan, pihak kampus segera 
melakukan konseling. Namun, diakuinya, sulit mendeteksi keberadaan mereka 
karena kelompok tersebut cenderung sifatnya tertutup. 


Sosiolog Universitas Indonesia Johannes Frederik Warouw mengungkapkan, kampus 
adalah tempat strategis dan leluasa untuk menyebarkan gagasan radikalisme, 
karena kebebasan berekspresi dan berpendapat terbuka luas. Para mahasiswa mudah 
disusupi oleh paham-paham radikalisme karena mereka memiliki idealisme sangat 
tinggi. Para terorisme memilih target mahasiswa yang pintar dan memiliki 
idealisme tinggi serta memiliki pemikiran radikal dan revolusioner. Solusinya 
adalah harus dilakukan pendekatan, peran pemerintah untuk menghapus kemiskinan, 
ketidakadilan dan keterbelakangan, katanya. 


Senada dengan itu, Sekretaris Fraksi Partai Hanura DPR, Sarifuddin Sudding, 
Sabtu (22/5) mengatakan, pemerintah harus memiliki terobosan konkret, bagaimana 
memprioritaskan peningkatan kesejahteraan rakyat. Di samping itu, pembangunan 
infrastruktur di daerah harus jadi perhatian pula, sehingga memacu pembangunan 
secara merata.
Para kepala daerah (gubernur/bupati/wali kota) pun harus mempunyai program yang 
jelas untuk mencegah meluasnya paham terorisme dan radikalisme tersebut. Pola 
sistem keamanan lingkungan (siskamling) dulu, perlu diterapkan lagi sekarang, 
sehingga setiap ada perkembangan mencurigakan dalam masyarakat bisa diketahui 
dan segera dilaporkan ke aparat terdekat. [D-11/M-15]


CiKEAS Indonesia Pionir dalam Pemetaan

2010-05-23 Terurut Topik sunny
Refleksi : Siapa sebenarnya Zandavlit, cartograf atau georgaf?  Dari sumber 
mana dipakai untuk menyatakan adanya pemetaan ini ??  

http://www.sinarharapan.co.id/cetak/berita/read/indonesia-pionir-dalam-pemetaan/

abtu, 22 Mei 2010 12:16 
Indonesia Pionir dalam Pemetaan


Jakarta - Ternyata, sejak zaman Kerajaan Kediri, Indonesia telah memliki 
kegiatan survei dan pemetaan letak geografis setiap kepulauan yang ada di 
Nusantara. Ini menunjukkan bahwa Indonesia selangkah lebih maju dalam pemetaan 
sejak delapan abad lalu.

 

Demikian dikemukakan peneliti penginderaan jarak jauh dan sistem informasi 
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Sri Lestari 
Munajati dalam peluncuran buku survei dan pemetaan dalam rangka perayaan ke-40 
tahun Bakosurtanal di Jakarta, Kamis (20/5).Hal ini juga dibuktikan melalui 
tulisan CJ Zandvlit, seorang warga negara Belanda, pada 1994, di jurnal Holland 
Horizon yang mengatakan bahwa sejarah mencatat kegiatan survei pertama dan 
pemetaan di dunia justru dilakukan di Indonesia. Ini merupakan kebanggaan 
untuk bangsa kita, tandas Sri.


Kini, Bakosurtanal terus berupaya untuk memberikan yang terbaik dalam pemetaan. 
Dikatakan Sri, selama empat dasawarsa terakhir, Bakosurtanal telah melakukan 
banyak kegiatan survei dan pemetaan karena pada masa kini teknologi informasi 
sangat menunjang keakuratan data.


Pakar sejarah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warwan Adam 
mengungkapkan bahwa sebagian masyarakat masih belum paham akan letak geografis 
negaranya.  Hal ini terbukti ketika sengketa Ambalat muncul, baru masyarakat 
menolak apa yang dilakukan oleh negara tetangga. Padahal, jika masyarakat paham 
akan letak geografis negaranya, hal-hal demikian bisa dihindari. 


Dalam kesempatan itu, diluncurkan pula sistem informasi geoparsial nasional 
yang merupakan integrasi sistem informasi spasial nasional dari berbagai sektor 
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses pengambilan 
keputusan. Selain itu, diluncurkan pula aplikasi Indonesia 30 yang merupakan 
aplikasi dengan basis Web-GIS. Aplikasi ini menyajikan informasi wilayah pada 
setiap perpotongan bujur dan lintang untuk setiap 30 menit atau setengah 
derajat (utara-selatan, barat-timur). (heru guntoro)


CiKEAS Putra Bungsu SBY Calon Kuat Sekjen Demokrat

2010-05-23 Terurut Topik sunny
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/politik/10/05/23/116822-putra-bungsu-sby-calon-kuat-sekjen-demokrat


Putra Bungsu SBY Calon Kuat Sekjen Demokrat
Ahad, 23 Mei 2010, 21:21 WIB

 


Edhie Baskoro Yudhoyono
REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Meski kalah di putaran pertama pemilihan Ketua Umum 
Partai Demokrat, namun kubu Andi Mallarangeng kemungkinan kuat tetap mendapat 
posisi strategis di kepengurusan partai periode mendatang.
 
Kubu Andi merupakan calon kuat pengisi posisi Sekjen. Posisi itu bisa diisi 
Andi sendiri atau Edhie Baskoro Yudhoyono.

''Siapa yang akan diutus dan didorong kita serahkan, Andi atau Ibas. Untuk kubu 
Pak Marzuki pun kita sediakan tempat,'' kata anggota tim sukses Anas 
Urbaningrum, Saan Mustopa, di sela-sela kongres, Ahad (23/5). 

Kubu Anas memang sejak awal sudah menawarkan posisi sekjen kepada kubu Andi. 
Bahkan, posisi sekjen ini dijadikan alat lobi. Lobi dilakukan untuk menarik 
suara pendukung Andi ke Anas.

Red: Budi Raharjoedhie_baskoro_yudhoyono_100523212047.jpg

CiKEAS Takut Tua dan Kulit Berkerut?

2010-05-23 Terurut Topik sunny
Refleksi : Hidup petani cokelat!

http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/10/05/22/116675-takut-tua-dan-kulit-berkerut-gampang-makanlah-cokelat-antioksidan

Sabtu, 22 Mei 2010, 07:38 WIB

Takut Tua dan Kulit Berkerut? Coba Deh..Makan Cokelat Antioksidan

REPUBLIKA.CO.ID,Pembuat cokelat terbesar di dunia mengatakan perusahaannya 
mungkin telah tampil dengan batangan cokelat yang dapat melawan kerut-merut dan 
memperlambat proses penuaan, sehingga membuatnya jadi kelompok makanan mutakhir 
untuk menyentuh nafsu makan bagi hidup yang lebih sehat. Mengkonsumsi 20 gram 
cokelat yang dibuat secara khusus dan dikemas dengan antioksidan, atau 
flavanol, setiap hari mungkin membantu mencegah kerut-merut dan membuat kulit 
lebih bersinar dengan mendorong kelenturannya dan meningkatkan hidrasi, 
demikian hasil studi yang dilakukan oleh Barry Callebaut.


Konsumen menjadi kian sadar mengenai nilai gizi dari apa yang mereka makan, dan 
pernyataan Barry Callebaut disampaikan saat perusahaan raksasa makanan seperti 
Nestle dan Danone juga memasuki kancah makanan sehat. Cokelat yang berwarna 
gelap sudah dikaitkan dengan manfaat tertentu kesehatan, seperti membantu 
menurunkan tekanan darah dan mengurangi risiko stroke berkat tingginya 
kandungan antioksidannya.


Kelompok perusahaan Swiss tersebut telah mengembangkan cara memelihara flavanol 
yang terdapat pada biji cokelat selama proses pembuatan cokelat, sehingga 
memungkinkan mereka menghasilkan satu batang cokelat yang kaya akan flavanol, 
kata Kepala Pejabat Inovasi Barry Callebaut Hans Vriens dalam satu wawancara. 
Cokelat dan kesehatan tampaknya tak bisa bersatu. Tapi itu adalah masalah yang 
sangat menarik: jika saya dapat makan sesuatu yang saya suka dan itu baik buat 
saya, itu luar biasa, kata Vrien sebagaimana dikutip wartawan kantor berita 
Inggris, Reuters.


Cokelat barangkali berada di bagian paling bawah daftar ketika orang 
memikirkan makanan yang lebih sehat, tambahnya. Merokok, polusi, kafein dan 
kurang tidur membuat sumbangan bagi terciptanya radikal bebas yang dapat 
merusak sel kesehatan di dalam tubuh dan mempercepat proses penuaan. Ada 
sangat banyak bukti yang memperlihatkan flavanol memperlambat kerusakan yang 
ditimbulkan oleh radikal bebas, kata pengulas Pasar Modal Kepler Jon Cox.


Perusahaan pembuat makanan mengungkit kesehatan dan kesejahteraan ke dalam 
bermacam produk dan tentu saja ada pasar buat cokelat pada kesehatan dan 
kesejahteraan. Kami sudah melihat bagaimana ini telah bekerja pada produk susu, 
dengan produk seperti Antimel dari Danone dan Bencol dari Unilever, kata Cox.
Pasar cokelat fungsional, yang meliputi cokelat organik dan diet, menyaksikan 
pertumbuhan dua-poin, dengan mudah melewati pertumbuhan 1-2 persen yang saat 
ini terlihat di bagian lain pasar cokelat, kata Cox.


Namun beberapa ahli ragu mengenai dampak positif flavano pada kulit. Ada 
sangat banyak bukti bahwa flavanol cokelat memiliki dampak positif pada aliran 
darah. Flavanol dapat mengurangi tekanan darah sehingga dapat memiliki dampak 
positif pada penyakit jantung dan pembuluh darah, kata Richard Hurrell, 
Profesor mengenai Gizi Manusia di Swiss Federal Institute of Technology.


Dampak yang mungkin pada kulit dan penampilan kognitif kurang kuat. Ada bukti, 
tapi itu sangat kurang konsisten. Yang mungkin adalah dampak pada aliran darah 
adalah juga apa yang meningkatkan daya ingat atau kesehatan kulit pada beberapa 
studi, kata Hurrell.


CiKEAS Siti Hajar Kapok Jadi TKI

2010-05-23 Terurut Topik sunny
Refleksi : Siti kapok, tetapi ratusan ribu lainnya terpaksa tidak kapok, karena 
didorong  hasrat untuk berkewajiban membantu kehidupan keluarga.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/05/23/116760-siti-hajar-kapok-jadi-tki

Siti Hajar Kapok Jadi TKI
Ahad, 23 Mei 2010, 12:37 WIB


REPUBLIKA.CO.ID, GARUT-- Bekas TKW di Malaysia, Siti Hajar (33), warga Kampung 
Lio RT 02/05, Limbangan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengaku masih trauma 
akibat penyiksaan oleh majikannya, sehingga dia tidak mau lagi bekerja di luar 
negeri. Saya akan teringat terus sampai mati, kata Siti Hajar, saat ditemui 
di rumahnya, di Limbangan Garut, Minggu.

Siti Hajar disiksa majikannya di Malaysia, Michele, pada 7 Juni 2009, hingga 
luka parah. Dalam proses pengadilan di negeri jiran itu Michele terbukti 
menyiram Siti dengan air panas, menyiksa dengan martil dan gunting hingga 
menyebabkan cacat permanen pada tubuh Siti.

Michele dihukum delapan tahun penjara dengan sejumlah denda. Siti mengaku tidak 
puas dengan putusan Pengadilan di Kuala Lumpur tersebut, karena tidak sebanding 
dengan akibat yang diderita oleh dirinya.

Akibat traumanya itu, dia mengaku berupaya mendapatkan pekerjaan sebagai 
pembantu rumah tangga di Bandung atau Jakarta untuk membiayai pendidikan dua 
anaknya. Seorang anak Siti kini duduk di kelas 1 SMA, dan seorang lagi masih 
berusia empat tahun.

Siti Hajar, Sabtu (22/5) siang, tiba di kampung halamannya setelah pesawat yang 
ditumpanginya mendarat di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, sekitar 
pukul 10.40 WIB. Kedatangan kembali Siti Hajar di Tanah Air itu setelah dia 
mengikuti proses persidangan Michele di Pengadilan Kuala Lumpur.

Wakil Bupati Garut Rd Diky Candra menyatakan puas atas vonis hukuman penjara 
selama delapan tahun yang diberikan kepada Michele, meski menurutnya, santunan 
yang diperoleh Siti Hajar dinilai tak sesuai dengan penderitaannya akibat 
mengalami penyiksaan berat.


CiKEAS Mahfud: Indonesia Jangan Tiru Majapahit

2010-05-23 Terurut Topik sunny
Refleksi : Sekarang neo-Majapahit, lebih banyak pahitnya.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/02/18/104371-mahfud-indonesia-jangan-tiru-majapahit

Mahfud: Indonesia Jangan Tiru Majapahit
Kamis, 18 Februari 2010, 14:35 WIB


JAKARTA - Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Moh Mahfud MD mengatakan, Indonesia 
jangan menjadi seperti Kerajaan Majapahit. Majapahit hancur karena 
ketidakadilan dan kesewenang-wenangan, kata Mahfud dalam pidato pembukaan 
dialog publik bertajuk Akar Mafia Peradilan di Tanah Air di Jakarta, Kamis. 

Katanya, saat Majapahit runtuh sedikit sekali bahkan hampir tidak ada rakyat 
yang menangis. Hal itu, ujar dia, berbeda dengan saat Majapahit berada pada 
masa kejayaannya di mana banyak warga yang menjadi pembela kerajaan yang 
berkuasa di kawasan Asia Tenggara itu.

Ia berpendapat bahwa masih terdapat tindakan kesewenang-wenangan pada era 
reformasi ini karena masih banyak pejabat yang tersandera dengan dosa-dosa pada 
masa dahulu. Untuk itu, ujar dia, diperlukan reformasi hukum yang berjalan 
secara menyeluruh dan tidak berhenti di tengah jalan terhadap berbagai instansi 
yang didalamnya banyak terdapat para pejabat yang terperangkap dosa masa lalu.

Ketua MK mencontohkan, di Cina seorang Kepala Kejaksaan Tinggi bisa dihukum 
mati hanya karena kasus bepergian keluar negeri atas biaya negara yang tidak 
melalui prosedur yang semestinya. Kalau di sini, pejabat seperti itu paling 
dihukum hanya empat tahun, katanya.


CiKEAS With Fidel, you cannot lie

2010-05-23 Terurut Topik sunny
http://www.granma.cu/ingles/cuba-i/20mentir-mayo.html

Havana.  May 21, 2010


With Fidel, you cannot lie

Manuel E. Yepe

FIFTY years ago, when I was chief of protocol for the Foreign Ministry, I 
witnessed an incident which, while not very important, did involve important 
people: Ahmed Sukarno, the former president of Indonesia; Ernest Hemingway, the 
great U.S. author; and the maximum leader of the Cuban Revolution, Fidel Castro.

On that Sunday in May 1960 the plan for the official visit of the Indonesian 
president, the first head of state to visit Cuba following the revolutionary 
victory was the following: lunch and a day at Jibacoa beach, which is around 40 
km outside of Havana, as Fidel Castro's guest. 

A lack of organization due to leadership inexperience, which frequently caused 
problems, led us to change our rendezvous to Santa Cruz del Norte, a small 
fishing village a little closer to the capital, but also on the same coastal 
route.

There, right on the highway, we had to stop the convoy which was taking 
President Sukarno to Jibacoa, on the same road that we had just taken to bring 
in the musicians by bus.

From Santa Cruz del Norte we got word to Havana to let the Prime Minister 
Fidel Castro know that the meeting place had been changed.

Everything appeared to be happily resolved when drinks and hors d'oeuvres were 
served to the guests and the musicians began to play.

But, a half hour later, the prime minister had not arrived and we were worried 
that Sukarno would get impatient with the absence of his host.

Then we got a short wave radio message from the leader of the Cuban Revolution.

He was competing in the Marlin Fishing Tournament with Ernest Hemingway for 
whom this annual tournament is now named. He asked to be excused for being 
late. In a short while he hoped to join his guest, and he suggested that we not 
wait for him to have lunch.

I conveyed his apology to the president but lied about the reason, ..serious 
issues of government were preventing the prime minister from joining us at the 
appointed time, but he was already on his way.

Another half hour passed. I received another message from the prime minister. 
He was winning, and so he could not leave the fishing tournament. Once again he 
asked to be excused and suggested that lunch be served without him.

It seems that the prime minister has had to call a very urgent government 
meeting and he ask you to wait for him and that he will not be delayed for 
long, was the false message that I gave to Sukarno.

After another 30 minutes had gone by, the distinguished foreign dignitary could 
no longer hide his displeasure.

The thing is that there is a very tense situation with the United States and 
surely something extremely serious has arisen, I tried to calm him.

The foreign leader went ahead and ate lunch without waiting for his host. He 
seemed to enjoy the food and the artists' performance. But after the dessert he 
arose and asked to leave.

While Sukarno and his party got into their cars, I was convinced that I had 
just witnessed a serious incident in diplomatic relations between our two 
nations.

But 10 minutes later, when the convoy had taken the broad Via Blanca highway 
headed for the capital, it came to an abrupt halt.

The car carrying Comandante en Jefe Fidel Castro in the opposite direction had 
intercepted it. Fidel got out and personally opened the left rear door of the 
car carrying President Sukarno. He entered and I gave him my seat next to the 
president.

Did they tell you that I was competing against Ernest Hemingway in the fishing 
contest? I couldn't leave because I was winning. I won the first prize without 
any doubt! was the cheerful greeting from the leader of the Revolution.

Yes, I knew that. I am very happy. Congratulations. I am very glad that you 
were able to come, said Sukarno.

And they embraced smiling while I, acting as interpreter, was sweating 
profusely. And from that experience, I learned one lesson, with Fidel, you 
cannot lie.
 


CiKEAS Genetically modified Cuban corn.....

2010-05-23 Terurut Topik sunny
http://www.granma.cu/ingles/cuba-i/20maiz-mayo.html

Havana.  May 21, 2010


Genetically modified Cuban
corn receives license for planting and consumption
. The new variety, developed by scientists at Havana's Genetic Engineering and 
Biotechnology Center and the Liliana Dimitrova Horticultural Research 
Institute, is resistant to the main plague that attacks that grain on the island

Lilliam Riera

GENETICALLY modified corn developed by Cuban scientists has been planted on a 
large scale since last year in six of the country's 14 provinces: La Habana, 
Matanzas, Villa Clara, Sancti Spíritus, Ciego de Avila and Camagüey.

Doctor Carlos Borroto, deputy director of Havana's Genetic Engineering and 
Biotechnology Center (CIGB), who spoke with Granma International, noted that 
the crop now covers a total area of more than 1,000 hectares, and it was later 
decided that the new variety (FR-Bt1) would receive three essential licenses 
for continuing to assess its safety and efficiency.

In early 2009, licenses were granted for its consumption (by the Institute of 
Food Hygiene and Safety of the Ministry of Public Health), large-scale planting 
(by the National Center of Biological Safety attached to the Ministry of 
Science, Technology and the Environment), and the registration of the variety, 
by the Ministry of Agriculture (MINAGRI). 

The new variety is the fruit of a Cuban project begun in the year 2000, 
developed from the outset by a team from the CIGB plant division and 
specialists with the Liliana Dimitroval Institute of Horticultural Research. 
Its objective: the development of a variety of corn resistant to the main 
plague that attacks this grain on the island (the palomilla moth) and a certain 
type of weed-killer. 

The CIGB deputy director said that it was developed under strict measures of 
biosecurity and subjected to rigorous eco-toxologic studies (to measure its 
impact on other species in its habitat) related to food security.

He said that comparative analyses had shown that the nutritional content was 
the same for the FR-Bt1 and the original, non-modified variety. 

With respect to yields, he said that they were superior, and that the original, 
non-modified variety usually obtained from an average of one hectare (ha), the 
equivalent of no more than one ton (t) of dry corn (grains only). With the 
FR-Bt1, however, the average obtained from one hectare was 2.5t. In fact, in 
areas where recommended agricultural techniques were applied (irrigation, 
on-time harvesting.), more than 4t had been obtained.

The genetically modified corn eliminated the damage caused by the palomilla and 
facilitated weed control without using pesticides. 

Currently, according to the requirements of the licenses obtained, a detailed 
monitoring process is being followed, both for the medium and long terms, to 
determine the effects on biodiversity. Up until now, the findings have been 
positive, Borroto said. 

Cuba has scientists at the highest level in this area; equipment for modern 
biotechnology; strong regulatory bodies for ensuring safety in the use of these 
crops (both for the environment and for human and animal consumption), and an 
enormous amount of political will for support, he told reporters during a 
conference on this specialty in Havana, when the FR-Bt1 variety was still in 
field trials. 

CERTIFIED SYSTEM FOR SEED PRODUCTION 

Borroto also reported that last year, a certified system was established for 
producing FR-Bt1 seeds, with the goal of ensuring that this is done in a 
controlled manner, under strict measures of security. 

He explained that the original seed is being produced at the CIGB in very small 
quantities (20 kg). The first multiplication takes place in the Institute of 
Animal Science, to obtain 2t of the basic high-quality seed, and the second and 
final multiplication is done on specialized MINAGRI farms, to obtain the 200t 
of registered seed, which will be the source for commercial planting this year. 
Its harvest, he said, will be allocated for feeding poultry and hogs, and it 
would thus begin replacing part of the country's importations of this grain. 

Addressing the latest research, the scientist said that CIGB specialists and 
the Liliana Dimitrova Horticultural Research Institute were immersed in 
obtaining genetically modified pure lines from the FR-Bt1, with the goal of 
crossing them with other non-modified pure Cuban lines with excellent 
characteristics, in order to obtain hybrids whose yields in practice could be 
more than 8t per hectare. 

While the subject of genetically modified crops is controversial, renowned 
experts believe they can contribute to solving the problem of hunger in a world 
whose population - 70% of which is rural and poor - continues to grow, while at 
the same time, prices continue to rise for rice, wheat and corn, essential 
foods in the diets of many nations. 

Doctor Clive James, founder and president of the ISAAA, an organization 

CiKEAS Bogor, Bekasi Churchgoers Still Locked Out of Worship

2010-05-23 Terurut Topik sunny
http://www.thejakartaglobe.com/city/bogor-bekasi-churchgoers-still-locked-out-of-worship/376686

May 23, 2010 
Ulma Haryanto

Bogor, Bekasi Churchgoers Still Locked Out of Worship

For yet another Sunday, two congregations in Bogor and Bekasi had to hold Mass 
on the street in the absence of local permits to use their churches. 

The Bogor administration has not removed the seal from the church door. This 
is the fourth time we have had to hold prayers outside, Jayadi Demanik, a 
member of the GKI Yasmin congregation, told the Jakarta Globe on Sunday. 

He also said that nearly 100 Bogor Police officers had come to the location to 
secure the area. 

It was different from the last time they came. They said they did not come to 
prevent us from praying, but instead told us that they wanted to keep the area 
safe in case there's an attack, he said. 

Jayadi said that on Saturday, Bogor Police Adj. Comr. Irwansyah called a member 
of the congregation and told him to cancel the Mass. Nobody should prevent 
anyone from praying, Jayadi said. 

Irwansyah declined to comment on the matter. 

He said that the last time they tried to hold a service, officers from the 
public order agency, or Satpol PP, tried to stop them from praying on the 
street. 

In February 2008 the Bogor administration suspended the church's permit after a 
group of people calling themselves the Communication Forum for Indonesian 
Muslims (Forkami) protested in front of the Bogor Legislative Council. The city 
placed an administrative seal on the church notifying the public of the 
suspended license, but worshipers were still able to pray there. Last month, 
the city locked the church doors. 

Despite three administrative court rulings in Jakarta and Bandung favored the 
church, the seal has not been removed. 

Members of HKBP Filadelfia face a similar obstacle in Bekasi. They waited two 
years for a permit to build a church, only to be told by the city 
administration in December that they could not conduct worship at the church's 
proposed location. 

We are still holding our prayers on the street, the Rev. Palti Panjaitan 
said. 

The plot of land where the church was to be built contains a temporary chapel 
made of plywood and covered by a tarp. 

[The Bekasi authorities] cited the law governing homes and other structures, 
not on religious activities, Palti said. 

He said that his church had also received threats from Forkami, which had 
staged noisy protests outside the proposed church site twice in 2008 and 2009. 

The members of the church are currently waiting for their case to be heard at 
the State Administration Court (PTUN), where a secretary told the church's 
lawyer, Parasian Hutasoit, that the hearing would likely be held on Thursday or 
May 31.


CiKEAS Military post in Papua attacked, two wounded

2010-05-22 Terurut Topik sunny
http://www.antaranews.com/en/news/1274509671/military-post-in-papua-attacked-two-wounded

Military post in Papua attacked, two wounded
Saturday, May 22, 2010 13:27 WIB | National | 
Jayapura, Papua (ANTARA News) - Two military officers were wounded when an 
unknown group of armed people attacked their post in Yambi, Puncak Jaya 
district, Papua, at 8 am Friday, an ANTARA source said here on Saturday.

The source said that the military post in Yambi which is 80 km from Mulia, 
district capital of Puncak Jaya, was attacked by an armed group whose 
identities were not yet known.

One of the the two wounded military personnel is the Yambi Military Post 
Commandant Second Lieut. Agung, while the other one was not yet identified.

The two victims would be flown to Jayapura by a military helicopter midday on 
Saturday.

Puncak Jaya District Police Chief Adjunct Senior Commissioner Alek Korwa 
confirmed the incident when contacted on Saturday.He said that security 
condition in Mulia city remained conducive, however.(*)
COPYRIGHT © 2010


CiKEAS Cabup Terkaya Berdampingan Cawabup Termiskin di Gresik

2010-05-22 Terurut Topik sunny
Refleksi : Agaknya Cagub terkaya akan menang, tetapi kalau seandainya yang 
miskin dipilih dan menang, maka pasti beliau pun akan menjadi kaya. 

http://www.antaranews.com/berita/1274474147/cabup-terkaya-berdampingan-cawabup-termiskin-di-gresik

Cabup Terkaya Berdampingan Cawabup Termiskin di Gresik
Sabtu, 22 Mei 2010 03:35 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | 
Gresik (ANTARA News) - Mujitabah sebagai calon bupati dengan harta kekayaan 
tertinggi berpasangan dengan Suwarno yang kekayaannya terendah mewarnai 
pemilihan kepala daerah Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Gresik, Jumat, mengumumkan harta kekayaan 
Mujitabah mencapai Rp98,175 miliar, atau tertinggi dibanding calon lainnya.

Sementara itu, Suwarno yang mendampingi Mujitabah melalui jalur independen, 
harta kekayaannya hanya sekitar Rp90 juta, atau terendah dibanding calon yang 
lain.

Anggota KPU Gresik Abdul Basid mengatakan data harta kekayaan tersebut 
bersumber dari laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) yang 
dikeluarkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Harta kekayaan semua calon itu merupakan hasil laporan semua harta, baik 
bergerak maupun tidak bergerak yang dimiliki para calon, katanya.

Total kekayaan pasangan Mujitabah-Suwarno sebagaimana data LHKPN mencapai 
Rp98,1 miliar.

Di urutan kedua cabup Mohammad Nashihan yang memiliki kekayaan Rp18,1 miliar. 
Sedangkan pasangannya yaitu cawabup Syamsul Ma`arif kekayaannya sebesar Rp1,2 
miliar. Pasangan ini diusung koalisi PAN dan sejumlah partai politik 
nonparlemen.

Sementara itu, pasangan calon Sambari Halim Radianto-M Qosim yang diusung 
koalisi Partai Golkar-PKPI ini total kekayaannya Rp18,9 miliar, dengan 
perincian kekayaan Sambari Rp16,2 miliar, dan Qosim Rp1,9 miliar. 

Sedangkan total kekayaan pasangan Sastro Soewito-Samwil dan pasangan Bambang 
Suhartono-Abdullah Qonik hampir berimbang, yakni sekitar Rp8 miliar.

Kemudian harta kekayaan cabup Husnul Khuluq yang sebelumnya menjabat Sekda 
Kabupaten Gresik sebesar Rp923,03 juta, dan pasangannya, Musyaffa` Noer Rp3,8 
miliar. (M038/K004)
COPYRIGHT © 2010


CiKEAS Pemerintah Siapkan Transport Jerman-Jakarta

2010-05-22 Terurut Topik sunny
http://us.detiknews.com/read/2010/05/22/143034/1362105/10/pemerintah-siapkan-transport-jerman-jakarta

Sabtu, 22/05/2010 14:30 WIB

Ainun Habibie Kritis
Pemerintah Siapkan Transport Jerman-Jakarta
Reza Yunanto - detikNews


Jakarta - Pemerintah akan mengambil alih segala urusan jika terjadi sesuatu 
pada istri mantan presiden BJ Habibie, Ibu Hasri Ainun Habibie, yang kini 
sedang kritis. Hal-hal teknis sudah disiapkan.

Presiden telah memutuskan kalau terjadi sesuatu pada Ibu Ainun maka semua 
permasalahan diambil alih oleh pemerintah karena Ibu Ainun mantan ibu negara, 
terang orang dekat BJ Habibie, Ahmad Watik Pratiknya, dihubungi melalui 
telepon, Sabtu (22/5/2010).

Watik yang mewakili keluarga BJ Habibie diminta mengikuti rapat koordinasi di 
kediaman wapres Boediono. Rapat tersebut juga dihadiri sejumlah menteri dan 
pejabat. 

Dalam rapat tersebut juga dibicarakan persiapan teknis jika terjadi sesuatu 
pada mantan first lady itu. Misal transport Jerman ke sini dan acara di 
Jakarta nanti yang bertanggungjawab Garnisun, jelas Direktur Eksekutif The 
Habibie Centre ini

CiKEAS Indonesia Kehilangan Akar Budaya

2010-05-22 Terurut Topik sunny


http://www.gatra.com/artikel.php?id=137940

 
Pendapat Christine Hakim
Indonesia Kehilangan Akar Budaya


Jakarta, 22 Mei 2010 16:16
Aktris senior Christine Hakim menilai, Indonesia semakin kehilangan akar 
budayanya, karena cenderung mudah tergerus oleh kebudayaan asing, dan 
mengakibatkan kehilangan jati diri sebagai satu bangsa.

Memang berat untuk dikatakan, dan berat pula untuk diakui bahwa Indonesia 
kehilangan akar budaya. Namun, inilah hal yang semakin terasakan, ujar 
perempuan kelahiran Kuala Tungkal, Jambi, pada 25 December 1956 itu, dalam 
sebuah diskusi, di Jakarta, Jum`at (21/5) petang.

Dalam diskusi itu Christine mengemukakan, jika sejumlah bangsa lain di Asia 
Tenggara semakin mengukuhkan kebudayaan nasionalnya, maka Indonesia justru 
terasa kian gamang.

Kita bisa saksikan bila ada seorang perempuan berbalut kain sari, maka 
pastilah dia dari India. Namun, orang asing bisa menilai saya sebagai orang 
Eropa atau Amerika Latin sekalipun saya menggunakan pakaian adat satu wilayah 
di Indonesia. Dalam hal ini beruntung ada batik yang agak dikenal masyarakat 
dunia sebagai khas Indonesia, kata salah seorang tokoh pahlawan versi majalah 
Time pada tahun 2002.

Perempuan bernama lengkap Herlina Christine Natalia Hakim itu mengemukakan, 
kebudayaan Indonesia ibarat ingin bangkit atau bangun, tetapi belum melek 
karena tingkat kesadaran bangsanya belum terbentuk secara tegas. Seperti lakon 
Hantu Keramas, katanya sambil tersenyum.

Pemeran utama dan peraih Piala Citra Festival Film Indonesia dalam film Tjoet 
Nja` Dhien (1988) tersebut menyatakan, akar budaya Indonesia tidak kokoh 
sebagai wujud gagalnya sistem pendidikan Indonesia, selain belum terbentuknya 
kebijakan politik mengenai kebudayaan.

Selama ini kebijakan politik baru sebatas politik itu sendiri. Sementara itu, 
kebijakan politik terhadap pendidikan, dan kebudayaan, masih rapuh, katanya.

Oleh karena itu, Christine mengusulkan dibentuknya kebijakan pendidikan dan 
kebudayaan yang lebih melindungi kearifan masyarakat lokal Indonesia. 
Keberagaman budaya, dan daya tahan masyarakat lokal inilah yang di masa lalu 
memperlihatkan akar budaya dan jati diri bangsa kita, demikian Christine. [EL, 
Ant] 


CiKEAS Kasihan..Satu Keluarga Terpaksa Tinggal di Kandang Ayam

2010-05-22 Terurut Topik sunny
Refleksi : Kalau 40 juta penduduk NKRI dikatagorikan miskin, maka pertanyaannya 
berapa banyak keluarga yang berdiam seperti warga desa Branta di Pamekasan ini?


http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nusantara/10/05/22/116681-kasihankeluarga-terpaksa-tinggal-di-kandang-ayam

Kasihan..Satu Keluarga Terpaksa Tinggal di Kandang Ayam 
Sabtu, 22 Mei 2010, 10:24 WIB

 
REPUBLIKA.CO.ID, PAMEKASAN--Warga Desa Branta, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, 
Madura, Jawa Timur yang selama ini tinggal di bekas kandang ayam karena tidak 
punya rumah, Sabtu (22/5), dikunjungi Bupati Pamekasan Kholilurrahman.

Kholilurrahman datang melihat tempat tinggal pasangan suami istri Mohammad 
Tamim (35) dan Muslihah (32) warga Dusun Tenjang, Desa Branta Pesisir, 
Kecamatan Tlanakan itu. Kondisi seperti ini kok bisa luput dari pendataan saat 
ada bantuan rumah tidak layak huni baru-baru ini, kata Bupati saat melihat 
secara langsung kondisi rumah tempat tinggal Tamim dan keluarganya itu.

Di kandang berukuran sekitar 3x4 meter inilah Tamim bersama istri dan tiga 
orang anaknya, Milda (5), Ulfia Narafifah (9) dan Luluk Agustinah (10) tinggal.

Dengan ukuran yang sangat sempit, disitu juga Tamim dan keluarganya memasak. 
Panci, kompor dan baju menyatu menjadi satu. Ya beginilah kehidupan kami 
sehari-hari, kata Muslihat kepada Bupati Kholilurrahman, dengan wajah 
tertunduk lesu.

Sebelum menghuni rumah yang merupakan bekas kandang ayam milik warga di dusun 
Tenjang itu, Tamim bersama istrinya Muslihah dan anak-anaknya hidup 
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain.

Tidak jarang mereka tidur di trotoar jalan dan seringkali diusir 
petugas.Setelah ada bekas kandang ayam yang kami tempati sekarang ini, 
kehidupan kami agak lebih tenang, kata suaminya Tamim.

Meski keluarga ini merupakan keluarga yang sangat miskin, ia luput dari 
pendataan bantuan rumah tidak layak huni yang dicanangkan pemerintah pada 2008 
. Bahkan, bantuan beras untuk keluarga miskin (raskin) saja, hanya menerima 
empat kali.

Soalnya saat pendataan dulu, mereka belum tinggal di kampung ini masih 
berpindah-pindah. Setelah ada tempat bekas kandang ayam ini, Pak Tamim dan 
keluarganya menetap dan menjadi warga Desa Branta, kata Kepala Desa Branta 
Pesisir, Misbahul Laila.

Red: Ririn Sjafriani

CiKEAS Ibn Arabi Pendukung Pluralisme Agama, Benarkah?

2010-05-22 Terurut Topik sunny

 My heart has adopted every shape; it has become a pasture for a gazelles, and 
a convent for Christian monks.A temple for idols, and a pilgrim's Ka'ba, The 
tables of a Torah, and the pages of a Koran. I follow the religion of Love; 
wherever Love's camels turn, there Love is my religion and faith. 

- Ibn Arabi[4]
^ Cited in Monroe, James T. (2004). Hispano-Arabic poetry: a student anthology. 
Gorgias Pr Llc. p. 320. ISBN 978-1593331153. http://books.google.co.uk/books?


http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/10/05/22/116710-ibn-arabi-pendukung-pluralisme-agama-benarkah

Ibn Arabi Pendukung Pluralisme Agama, Benarkah?
Sabtu, 22 Mei 2010, 17:02 WIB

 

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Meskipun lebih dikenal sebagai tokoh Sufi, Ibn 'Arabi 
juga kampium dalam studi agama-agama. Ia bernama lengkap Abu Bakr Muhammad ibn 
al'Arabi al-Hatimi al-Tai, asal Murcia, Spanyol. Ia lahir tanggal 17 Ramadhan 
560 H/28 Juli 1165 dan meninggal pada 16 November 1240 bertepatan tanggal 22 
Rabiul Akhir 638 pada usia tujuh puluh tahun.

Oleh para pengikutnya, Ibn Arabi diberi julukan Syaikh al-Akbar (Sang 
Mahaguru) atauMuhyiddin (Sang Penghidup Agama). Ayahnya adalah pegawai 
penguasa Murcia, Spanyol. Ketika Ibn 'Arabi berusia tujuh tahun, Murcia 
ditaklukkan oleh Dinasti al Muwahiddun (al-Mohad) sehingga ayahnya membawa 
pergi keluarganya ke Sevilla.

Pada tahun 620/1233, Ibn 'Arabi menetap secara permanen di Damaskus, tempat 
sejumlah muridnya, termasuk al-Qunawi yang menemaninya sampai akhir hayat. 
Selama periode tersebut, penguasa Damaskus dari Dinasti Ayyubiyah, Muzhaffar 
al-Din merupakan salah seorang muridnya. Ibn 'Arabi wafat di Damaskus pada 16 
November 1240 bertepatan tanggal 22 Rabiul Akhir 638 pada usia tujuh puluh 
tahun.

Ibn 'Arabi telah menulis 289 buku dan risalah. Bahkan menurut Abdurrahman Jami, 
ia telah menulis 500 buku dan risalah. Sedangkan menurut al-Sya'rani, karya Ibn 
Arabi berjumlah 400 buah. Di antara karya Ibn Arabi yang paling terkenal adalah 
al-Futûhat al-Makkiyyah, Fushûshul Hikam, dan Turjumân al-Asywâq.

Beberapa dasawarsa terakhir Ibn 'Arabi oleh sebagian kalangan sering diklaim 
sebagai pelopor paham Pluralisme Agama. Dr Syamsuddin Arif menyebut, nama Ibn 
'Arabi dicatut dan dijadikan bemper untuk membenarkan konsep 'agama perennial' 
atau religio perennis yang dipopulerkan oleh Frithjof Schuon, Seyyed Hossein 
Nasr dan William C Chittick dalam tulisan-tulisan mereka.

Padahal Ibn 'Arabi tegas menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang 
sah di dalam pandangan Allah SWT. Setelah Nabi Muhammad SAW diutus, maka 
pengikut agama-agama para Nabi sebelumnya, wajib beriman kepada Nabi Muhammad 
SAW dan mengikuti syariatnya. Sebab, dengan kedatangan sang Nabi terakhir, maka 
syariat agama-agama sebelumnya otomatis tidak berlaku lagi.

Dr Mohd Sani bin Badrun, alumnus ISTAC-IIUM, dalam tesisnya berjudul Ibn 
al-'Arabi's Conception of Religion, menegaskan bahwa menurut Ibn Arabi, 
syariat para Nabi terikat dengan periode tertentu, yang akhirnya terhapuskan 
oleh syariat Nabi sesudahnya. Hanya Alquran, menurutnya, yang tidak 
terhapuskan. Bahkan Alquran menghapuskan syariat yang diajarkan oleh 
Kitab-kitab sebelumnya. Karena itu, syariat yang berlaku bagi masyarakat, 
adalah syariat yang dibawa oleh Nabi terakhir.

Salah satu kesimpulan penting dari teori agama-agama Ibn Arabi yang diteliti 
oleh Dr Mohd Sani bin Badrun adalah: Kaum Yahudi wajib mengimani kenabian Isa 
AS dan Muhammad SAW. Kaum Kristen juga wajib beriman kepada kenabian Muhammad 
SAW dan Alquran. Jika mereka menolaknya, maka mereka menjadi kafir. Bahkan, 
Ibn Arabi pun berpendapat, para pemuka Yahudi dan Kristen sebenarnya telah 
mengetahui kebenaran Muhammad SAW, tetapi mereka tidak mau mengimaninya karena 
berbagai faktor, seperti karena kesombongan dan kedengkian.

Menurut Ibn 'Arabi, sebagaimana dikutip oleh Dr Mohd Sani bin Badrun, tanda 
paling nyata kebenaran Muhammad saw adalah Alquran, yang diturunkan dalam 
bahasa Arab yang secara mutlak tidak dapat ditiru oleh orang-orang Arab sendiri 
(al-Futûhat, 3:145). Bahkan beliau bertanya secara retoris, Apalagi tanda yang 
lebih bermukjizat selain daripada Alquran? (al-Futûhat, 4:526). Alquran juga 
mendatangkan apa yang sebagiannya telah disampaikan oleh kitab-kitab terdahulu 
yang Muhammad tidak tahu isi kandungannya melainkan melalui dari Alquran.

Menurut Sani, Ibn 'Arabi justru meyakini bahwa orang-orang Yahudi, Nasrani, 
ahli-ahli kitab (ashab al-kutub) pasti tahu bahwa Alquran adalah bukti dari 
Allah akan kebenaran Muhammad (al-Futûhat, 3:145). Oleh karena mereka yang 
mendustakan kebenaran Nabi Muhammad bakal diazab Tuhan karena Ia telah 
menurunkan Alkitab dengan haq dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih itu 
benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (al-Futûhat, 4:526).

Ibn 'Arabi juga menegaskan bahwa para pemimpin ahli kitab telah menyesatkan 
pengikut mereka dengan memerintahkan apa yang tidak pernah dikatakan Allah, 

<    5   6   7   8   9   10   11   12   13   14   >