Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-16 Terurut Topik oki musakti
Adi,
BTW kita selisipan, aku lagi di Jakarta...

Soal ganti paspor, aku agak bimbang karena punya 2
pendapat.

Di satu pihak, saya sangat bisa memaklumi mereka yang
ganti paspor bahkan dalam beberapa hal sangat
mendukung. Alasannya bukan soal gaji yang lebih gede
seperti contoh di Aramco yang anda sebutkan. Ini mah
kasihan atau bego di Aramco nya. Memangnya dia jadi
better geologist hanya dengan merubah passport ?? Jadi
ingat kisah Abu Nawas yang baru bisa diterima di
kenduri setelah mengganti jubahnya, ahirnya semua
makanan minumam ditumpahkan ke jubahnya sambil berkata
bahwa jubah inilah yang diundang ke kenduri dan bukan
saya. 

Alasan saya dukung ganti paspor lebih disebabkan
keinginan agar timbul 'diaspora' bangsa Indonesia di
mancanegara . Dengan menjadi warganegara setempat,
lebih besar kesempatan mewarnai kebijakan politik,
ekonomi dan sosial negara itu. Kasus yang sering kita
dengar adalah diaspora Yahudi yang begitu kental
mempengaruhi kebijaksanaan luar negeri AS. Diaspora
India dan Pakistan juga mulai menumbuhkan pengaruh di
Inggris. Dengan tumbuhnya diaspora Indonesia siapa
tahu 50 tahun mendatang di AS, Inggris atau Australia 
akan muncul senator atau presiden dengan nama belakang
Bakri dan Waluyo. Tentunya kita harap mereka masih ada
kecintaan terhadap 'tanah leluhurnya'.

Di lain pihak, saya sadar betul bahwa banyak sekali
faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum ganti
paspor. Saya pernah bicara dengan seorang ibu warga
Australia yang kuatir  kalau nanti wafat, tidak akan
bisa dimakamkan di makam keluarganya di Jogja karena
sudah bukan WNI lagi. Ada lagi orang yang merasa
'nyes' karena harus mengurus visa Indonesia setiap
kali ingin pulangkampung menjenguk orangtuanya.

So, bukan pilihan yang mudah broer...
 

Cheers
Oki

--- Adi Trianto [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Gimana kalau ganti passport dan kewarganegaraan
 saja...
 Ini terjadi di Saudi Aramco loh, kalau grade/klas 1
 adalah untuk WN Amerika,
 Grade 2 untuk WN Inggris, Canadian (Indonesia,
 Malaysian masuk dalam grade
 2), grade 3 adalah local Saudi, trus Grade 4 adalah
 Asian dll.
 Orang India, yang tahun lalu ganti passport menjadi
 American, disini
 terbukti diperlakukan sebagai American (lompat grade
 dari 4 ke 1 ).
 
 Intinya adalah, banyak jalan menuju rate yang lebih
 tinggi, salah satunya
 adalah ganti kewarganegaraan. Dan banyak saya temui
 disini, orang India,
 Pakistan, dan South American yang datang ke SA
 dengan passport Amerika,
 Australia atau Inggris.
 
 Wassm,
 Adi T
 
 
 
 On 11/16/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Mungkin itu yg lagi terjadi mir, coba lihat dari
 sisi profesi kita
  sekarang, jarang jumpa WSG bule di Petronas. yang
 ada Indonesia, dan
  lokal.
  Kalau mendengar pertimbangan 3rd partynya,
 terlampau mahal
  mendatangkan WSG bule, daily rate yg tinggi dan
 biaya lainnya yg juga
  mahal.
 
  dari sisi kita sendiri bayaran yg kita peroleh
 lebih tinggi dari
  standard di DN, tapi juga sampai kapan?..esok-esok
 akan menyerang
  India WSG dengan bayaran lebih rendah maka turun
 lagi harga di
  pasaran, tanpa sadar kita memang lagi merusak
 pasaran WSG di overseas
 
  On 11/15/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED]
 wrote:
   Singkatnya merusak pasaran..?
  
   Uuntuk fresh graduate nggak bisa dijadikan
 patokan. Karena mereka belum
   mempunyai harga tawar. Walaupun IP tinggi,
 aktifis ini-itu, dlsb.
   Kadang-kadang tidak berbanding lurus, walaupun
 usaha tetap diwajibkan
  dalam
   agama. Strategi, yang penting kerja dulu,
 sangat manusiawi dan paling
   masuk akal.
   Paling sedikit, menunjukan si pekerja, mau
 bekerja keras.
  
   Soal merusak pasaran di kalangan yang
 berpengalaman kerja, juga sudah
  sering
   dibahas. Katanya Petronas, Saudi Aramco sekarang
 tidak seperti yang
  dulu.
   Saya sendiri nggak tahu, apa benar jauh beda,
 apa sedikit-sedikit saja.
   Kalau cuma sedikit sih, gak apa-apa. Tapi kalau
 sampai digaji seperti
  TKW,
   ya.. jangan ...kasihan.
  
   Jangan-jangan orang Kulit putih (Eropa-Amerika 
 sudah mencap orang
   (geologist) Asia  merusak pasaran juga.
  
   Dalam skala umum, kita melihat produk China juga
 sudah merusak pasaran
   produk negara Asean.
  
  
   -Original Message-
   From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED]
   Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:13 AM
   To: iagi-net@iagi.or.id
   Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was:
 Re: [iagi-net-l] lelang
   budak
  
   Noor,
  
   Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah
 pasar luar negerilah..di
   didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh
 oil company semakin
   mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini,
 seorang calon
   karyawan (engineer) di Total yang pengalaman
 kerja satu tahunan, pas
   ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya
 1 juta saja.(karena
   sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni
 punya aturan gaji,
   tentunya calon karyawan itu tetap di bayar
 sesuai aturan. tapi ini kan
   jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di
 bayar sedikit

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-16 Terurut Topik heri ferius

Saluto for ribet tentang budak-budak Lengo.
No comment, sedang nganggur dengan keterampilan terbatas, 
jadi sulit cari gawean.

Jadi malu hati nih, gabung ke iagi-net, nasibmu nak.
Mungkin ada yang bisa bantu 1jt sebulan jadi lah dr pd gigit jari.

HF
harus fight


__
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam?  Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam  
http://id.mail.yahoo.com 


-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006
-  detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik KARTIKO . SAMODRO
kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe
(informasi gaji, benefit dsb).

karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di
antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan  tenaga kerja dari
negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule  dsb).
saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1
orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak
orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii
yang bekerja  di luar.
Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner -
pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa
membawa kawan - kawan yang lain.

Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus
tuh ?


Regards

Kartiko SAMODRO

Telp : (0 )147443540





   
 Franciscus B  
 Sinartio  
 [EMAIL PROTECTED]   A
 .com iagi-net@iagi.or.id 
cc
 15/11/2006 05:11  
 Objet
   Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment
 Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
 à   
 [EMAIL PROTECTED] 
   .id
   
   
   




Noor,  menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga
merupakan hukum pasar.
yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga.
dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita.
sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2.
Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi
mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama.

fbs


- Original Message 
From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:32:43 AM
Subject: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak


Rekans,
Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya
sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi
menarik untuk kita diskusikan lagi.

Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang
sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa
saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi
dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).

Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses
rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut
para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang
dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus).

Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus
dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu.
Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang
kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan
menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga
dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang
jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar
tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan
seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang
ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari indonesia
yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan.
Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana
menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik
dari sisi perlakuan (treatment) maupun kompensasi.

Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang
beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu.
Masak sih profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh
pelosok dunia mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang
lebih terhormat untuk memperlakukan profesional kita itu: via head hunter,
tele-interview dll.
Saya nggak tahu apa memang itu sudah merupakan kewajaran, tapi dari
pengalaman pribadi pindah-pindah perusahaan belum pernah saya diperlakukan
seperti itu pada proses rekruitmentnya.

Frank juga menyinggung soal gentlement agreement antar perusahaan yang

RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik Amir Al Amin
Singkatnya merusak pasaran..?

Uuntuk fresh graduate nggak bisa dijadikan patokan. Karena mereka belum
mempunyai harga tawar. Walaupun IP tinggi, aktifis ini-itu, dlsb.
Kadang-kadang tidak berbanding lurus, walaupun usaha tetap diwajibkan dalam
agama. Strategi, yang penting kerja dulu, sangat manusiawi dan paling
masuk akal. 
Paling sedikit, menunjukan si pekerja, mau bekerja keras.

Soal merusak pasaran di kalangan yang berpengalaman kerja, juga sudah sering
dibahas. Katanya Petronas, Saudi Aramco sekarang tidak seperti yang dulu.
Saya sendiri nggak tahu, apa benar jauh beda, apa sedikit-sedikit saja.
Kalau cuma sedikit sih, gak apa-apa. Tapi kalau sampai digaji seperti TKW,
ya.. jangan ...kasihan.

Jangan-jangan orang Kulit putih (Eropa-Amerika  sudah mencap orang
(geologist) Asia  merusak pasaran juga.

Dalam skala umum, kita melihat produk China juga sudah merusak pasaran
produk negara Asean.


-Original Message-
From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:13 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
budak

Noor,

Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di
didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin
mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon
karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas
ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena
sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji,
tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan
jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih
dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu.

Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa
co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih
sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul,
sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali
memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total.

On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di
 Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual
 Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan
 pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview.

 Bagaimana etikanya ?
 Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini.
 Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang
 aku tulis disini :

http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce
-challenge/
 Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru
 menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga
 saat ini.

 Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari
 Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I
 hope you will be the part of the survey.

 Etics, values, price and pride   semua menjadi absurd ketika
 'bisnis is not running as usual'.

 rdp

 On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Rekans,
  Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya
sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik
untuk kita diskusikan lagi.
 
  Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik
yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa
saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi
dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).
 
  Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah
proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam
merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang
dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus).
 
  Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus
dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu.
Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang
kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan
menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga
dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang
jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar
tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan
seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang
ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari indonesia
yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan.
  Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana
menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik
dari sisi perlakuan (treatment) maupun kompensasi.
 
  Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang
beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu.
Masak

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik Kabul Ahmad

Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE.
Ini info yang kami dapat dari TKI kita :

TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/ 
Qatar


Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000 
riyal/bulan
Operator Crane Rp  2 - 4 juta/bulan   7000 - 12000 riyal/ 
dinar / 3000-4000 USD/bulan

Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD
Welder   Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/ 
2500 - 4000 USD/bulan
DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000 
riyal/dinar/vulan
Petroleum Eng  5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000 
USD/month+medical free/education free/vacation free
Geologist  5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000 
USD/month ( same above )
PE /Geologist  15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000 
USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free.


Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman 
di Indonesia sudah  15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia 
bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik. 
Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan.


Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ??

Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ?
Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh 
pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo 
ngono



- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang 
budak



kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe
(informasi gaji, benefit dsb).

karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di
antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan  tenaga kerja dari
negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule  dsb).
saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1
orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak
orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii
yang bekerja  di luar.
Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner -
pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa
membawa kawan - kawan yang lain.

Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus
tuh ?


Regards

Kartiko SAMODRO

Telp : (0 )147443540






Franciscus B
Sinartio
[EMAIL PROTECTED]   A
.com iagi-net@iagi.or.id
   cc
15/11/2006 05:11
Objet
  Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment
Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
à
[EMAIL PROTECTED]
  .id







Noor,  menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga
merupakan hukum pasar.
yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga.
dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita.
sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2.
Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi
mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama.

fbs


- Original Message 
From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:32:43 AM
Subject: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak


Rekans,
Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya
sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi
menarik untuk kita diskusikan lagi.

Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang
sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa
saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi
dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).

Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses
rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut
para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang
dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus).

Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus
dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu.
Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang
kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan
menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga
dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head

RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik Ferry Bastaman Hakim
Mas Kabul,

Itu angka net atau gross dan tahun berapa mas ?
Setahu saya kalau sekarang angka di Jakarta utk geoscientist 5-7 th sudah mulai 
bermain di sekitar 25 - 30 jt, bahkan ada pula yg berani kasih di atas 30 jt

Utk 15 th ..gak tau saya, mungkin kakak-kakak  kangmas yg bisa menjawabnya. 
Yang pasti oke punya lah :-)

Salam,
Ferry

-Original Message-
From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:58 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE.
Ini info yang kami dapat dari TKI kita :

TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/ 
Qatar

Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000 
riyal/bulan
Operator Crane Rp  2 - 4 juta/bulan   7000 - 12000 riyal/ 
dinar / 3000-4000 USD/bulan
Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD
Welder   Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/ 
2500 - 4000 USD/bulan
DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000 
riyal/dinar/vulan
Petroleum Eng  5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000 
USD/month+medical free/education free/vacation free
Geologist  5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000 
USD/month ( same above )
PE /Geologist  15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000 
USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free.

Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman 
di Indonesia sudah  15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia 
bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik. 
Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan.

Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ??

Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ?
Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh 
pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo 
ngono


- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang 
budak


kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe
(informasi gaji, benefit dsb).

karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di
antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan  tenaga kerja dari
negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule  dsb).
saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1
orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak
orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii
yang bekerja  di luar.
Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner -
pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa
membawa kawan - kawan yang lain.

Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus
tuh ?


Regards

Kartiko SAMODRO

Telp : (0 )147443540






 Franciscus B
 Sinartio
 [EMAIL PROTECTED]   A
 .com iagi-net@iagi.or.id
cc
 15/11/2006 05:11
 Objet
   Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment
 Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
 à
 [EMAIL PROTECTED]
   .id







Noor,  menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga
merupakan hukum pasar.
yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga.
dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita.
sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2.
Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi
mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama.

fbs


- Original Message 
From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:32:43 AM
Subject: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak


Rekans,
Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya
sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi
menarik untuk kita diskusikan lagi.

Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang
sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa
saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi
dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).

Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses
rekruitment-nya itu sendiri, alias etika

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik noor syarifuddin
Mas Kabul dan rekan lainnya,

Walaupun sudah saya ulang dalam email terakhir, kelihatannya topik diskusi ini 
lebih ke arah membandingkan opportunity di luar dengan di dalam (terutama dalam 
hal finansial, seperti ditulis oleh mas Kabul di bawah ini). Jadi kelihatannya 
saya tutup saja tread ini.

Sekali lagi saya sampaikan bahwa saya tidak kontra dengan pilihan rekan-rekan 
yang memilih berkarya di luar.  


salam,
* tapi mosok sih ada geologist dengan pengalaman 15thn cuman digaji 15 juta 
sebulan..?

- Original Message 
From: Kabul Ahmad [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:57:30 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak


Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE.
Ini info yang kami dapat dari TKI kita :

TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/ 
Qatar

Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000 
riyal/bulan
Operator Crane Rp  2 - 4 juta/bulan   7000 - 12000 riyal/ 
dinar / 3000-4000 USD/bulan
Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD
Welder   Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/ 
2500 - 4000 USD/bulan
DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000 
riyal/dinar/vulan
Petroleum Eng  5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000 
USD/month+medical free/education free/vacation free
Geologist  5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000 
USD/month ( same above )
PE /Geologist  15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000 
USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free.

Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman 
di Indonesia sudah  15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia 
bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik. 
Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan.

Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ??

Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ?
Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh 
pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo 
ngono


- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang 
budak


kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe
(informasi gaji, benefit dsb).

karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di
antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan  tenaga kerja dari
negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule  dsb).
saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1
orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak
orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii
yang bekerja  di luar.
Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner -
pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa
membawa kawan - kawan yang lain.

Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus
tuh ?


Regards

Kartiko SAMODRO

Telp : (0 )147443540






 Franciscus B
 Sinartio
 [EMAIL PROTECTED]   A
 .com iagi-net@iagi.or.id
cc
 15/11/2006 05:11
 Objet
   Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment
 Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
 à
 [EMAIL PROTECTED]
   .id







Noor,  menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga
merupakan hukum pasar.
yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga.
dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita.
sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2.
Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi
mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama.

fbs


- Original Message 
From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:32:43 AM
Subject: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak


Rekans,
Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya
sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi
menarik untuk kita diskusikan lagi.

Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang
sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa
saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi
dianggap sebagai

RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik Amir Al Amin
Sekadar usulan buat webmaster IAGI,

Ada baiknya di website IAGI, ada salary survey dengan interaktif input (real
time),
Seseorang (dengan nama Anonim/initial) bisa memasukan besar gaji, tunjangan
dan lain-lain.  
Plus kondisi kerja seperti lokasi kerja/ tempat tinggal (Jakarta, Duri, Bpn,
Timur Tengah,Jogja, Afrika, Papua, Lombok),lapangan/kantoran, dll.

Yang memasukan data, juga bisa mengupdate, siapa tahu akhir tahun ini ada
kenaikan 20%, jadi data th 2006 jadi gak valid lagi. :-)

Gunanya buat apa? 
Saya yakin .berguna bagi orang tua dan muda, karyawan, dosen, mahasiswa,
dll..Antara lain supaya tidak selalu melihat ke atas, nanti kesandung,
Atau selalu melihat kebawah, nanti nabrak bos

Kalau sudah ada tabelnya, pasti rajin ditengok tuh website IAGI..he.he.he..




-Original Message-
From: Ferry Bastaman Hakim [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:36 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
budak

Mas Kabul,

Itu angka net atau gross dan tahun berapa mas ?
Setahu saya kalau sekarang angka di Jakarta utk geoscientist 5-7 th sudah
mulai bermain di sekitar 25 - 30 jt, bahkan ada pula yg berani kasih di atas
30 jt

Utk 15 th ..gak tau saya, mungkin kakak-kakak  kangmas yg bisa
menjawabnya. Yang pasti oke punya lah :-)

Salam,
Ferry

-Original Message-
From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:58 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
budak

Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE.
Ini info yang kami dapat dari TKI kita :

TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/ 
Qatar

Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000 
riyal/bulan
Operator Crane Rp  2 - 4 juta/bulan   7000 - 12000 riyal/ 
dinar / 3000-4000 USD/bulan
Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD
Welder   Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/

2500 - 4000 USD/bulan
DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000 
riyal/dinar/vulan
Petroleum Eng  5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000 
USD/month+medical free/education free/vacation free
Geologist  5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000 
USD/month ( same above )
PE /Geologist  15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000 
USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free.

Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman 
di Indonesia sudah  15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia 
bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik. 
Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan.

Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ??

Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ?
Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh

pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo 
ngono


- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang 
budak


kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe
(informasi gaji, benefit dsb).

karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di
antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan  tenaga kerja dari
negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule  dsb).
saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1
orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak
orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii
yang bekerja  di luar.
Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner -
pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa
membawa kawan - kawan yang lain.

Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus
tuh ?


Regards

Kartiko SAMODRO

Telp : (0 )147443540






 Franciscus B
 Sinartio
 [EMAIL PROTECTED]   A
 .com iagi-net@iagi.or.id
cc
 15/11/2006 05:11
 Objet
   Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment
 Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
 à
 [EMAIL PROTECTED]
   .id







Noor,  menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga
merupakan hukum pasar.
yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga.
dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita.
sekali

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

salam,
* tapi mosok sih ada geologist dengan pengalaman 15thn cuman digaji 15 juta 
sebulan..?



Kalau mau tahu yang di KL silahkan lihat surveynya disini :
http://bspektrum.blogspot.com/2006/05/update-bocoran.html

- Lagi-lagi blognya RDP ...
+ Bukan kok ini yang buat Kang Aris, aku cuman ngisi doang :(

Utk jelasnya dateng ke PIT IAGI di Pekanbaru :)

RDP

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006
-  detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik Kabul Ahmad
Itu basic salarybukan take home pay yang ada bonus, tunjangan lapangan, 
meals, transport dll itu
Masak ada basic salary geoscientist yang30 jt /bln dgn pengalaman 5-7 tahun 
? Bisanya hanya perusahaan jenis konsultan asing dengan fee hourly 
consultancy...( ada yang bayarannya perjam 100 - 200 USD ), tapi itu sedikit 
bahkan jarang.
OK,...aku mau tunggu mas Rovicky mengudel-udel masalah ini di PIT IAGI 
Pekanbaru...tak tunggu...



- Original Message - 
From: Ferry Bastaman Hakim [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:35 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang 
budak



Mas Kabul,

Itu angka net atau gross dan tahun berapa mas ?
Setahu saya kalau sekarang angka di Jakarta utk geoscientist 5-7 th sudah 
mulai bermain di sekitar 25 - 30 jt, bahkan ada pula yg berani kasih di atas 
30 jt


Utk 15 th ..gak tau saya, mungkin kakak-kakak  kangmas yg bisa 
menjawabnya. Yang pasti oke punya lah :-)


Salam,
Ferry

-Original Message-
From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:58 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang 
budak


Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE.
Ini info yang kami dapat dari TKI kita :

TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/
Qatar

Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000
riyal/bulan
Operator Crane Rp  2 - 4 juta/bulan   7000 - 12000 riyal/
dinar / 3000-4000 USD/bulan
Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD
Welder   Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/
2500 - 4000 USD/bulan
DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000
riyal/dinar/vulan
Petroleum Eng  5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000
USD/month+medical free/education free/vacation free
Geologist  5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000
USD/month ( same above )
PE /Geologist  15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000
USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free.

Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman
di Indonesia sudah  15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia
bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik.
Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan.

Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ??

Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ?
Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh
pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo
ngono


- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
budak


kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe
(informasi gaji, benefit dsb).

karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di
antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan  tenaga kerja dari
negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule  dsb).
saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1
orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak
orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii
yang bekerja  di luar.
Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner -
pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa
membawa kawan - kawan yang lain.

Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus
tuh ?


Regards

Kartiko SAMODRO

Telp : (0 )147443540






Franciscus B
Sinartio
[EMAIL PROTECTED]   A
.com iagi-net@iagi.or.id
   cc
15/11/2006 05:11
Objet
  Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment
Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
à
[EMAIL PROTECTED]
  .id







Noor,  menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga
merupakan hukum pasar.
yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga.
dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita.
sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2.
Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi
mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama.

fbs


- Original Message 
From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:32:43 AM
Subject: [iagi-net

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik agus sudarsana
Tabel yang dibikin mas Kabul itu range geoscientist permanent employee di KPS,
  sedangkan yang dicontohkan mas Ferry itu pasti bukan pegawai seperti diatas - 
tapi
  yag kerja sbg konsultan (itu bisa dipercaya), utk geoscientist  15 th sbg 
konsultan ada yang sampai diatas 60 jt.

Kabul Ahmad [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Itu basic salarybukan take home pay yang ada bonus, tunjangan lapangan, 
meals, transport dll itu
Masak ada basic salary geoscientist yang30 jt /bln dgn pengalaman 5-7 tahun 
? Bisanya hanya perusahaan jenis konsultan asing dengan fee hourly 
consultancy...( ada yang bayarannya perjam 100 - 200 USD ), tapi itu sedikit 
bahkan jarang.
OK,...aku mau tunggu mas Rovicky mengudel-udel masalah ini di PIT IAGI 
Pekanbaru...tak tunggu...


- Original Message - 
From: Ferry Bastaman Hakim 
To: 
Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:35 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang 
budak


Mas Kabul,

Itu angka net atau gross dan tahun berapa mas ?
Setahu saya kalau sekarang angka di Jakarta utk geoscientist 5-7 th sudah 
mulai bermain di sekitar 25 - 30 jt, bahkan ada pula yg berani kasih di atas 
30 jt

Utk 15 th ..gak tau saya, mungkin kakak-kakak  kangmas yg bisa 
menjawabnya. Yang pasti oke punya lah :-)

Salam,
Ferry

-Original Message-
From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:58 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang 
budak


 
-
Sponsored Link

$200,000 mortgage for $660/mo - 30/15 yr fixed, reduce debt, home equity - 
Click now for info

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik oki musakti
Noor,
Bukan niat ngeroyok antum (betawi: ente)tapi sekedar
urun aja...

Kata istri yang kebetulan nguplek di HRD, 'janganlah
setia pada kantor atau atasan, tapi setialah pada
profesi'. Bukan apa-apa kalau setia pada
kantor/atasan, ternyata keduanya tidak bisa memenuhi
harapan kita, nanti kecewa. ...

Kembali ke soal walk in recruitment, etika dan
komoditi. 

Pertama soal komoditi. Menurut ilmu sales (kebetulan
pernah jualan software)  Komoditi berarti produk yang
bisa didapat dimana-mana tanpa ada pembedaan soal
kualitas dan performa. Satu-satunya pembeda adalah
kuantitas, timely delivery dan HARGA. Di atas level
komoditi ada level preferred product dan di atasnya
lagi ada yang namanya trusted solution.

Di dunia tenaga kerja, contoh yang paling nyata dari
profesi yang berlabel komoditi adalah domestic helper
alias PRT. Pasar PRT Timur tengah didominasi oleh yang
berasal dari India dan Srilanka (karena Pakistan dan
Bangladesh melarang pengiriman TK Wanita sebagai
pembantu rumah tangga) karena merekalah yang bisa
mensuplai banyak dengan ongkos murah (jarak lebih
dekat ketimbang Indonesia). 

PRT Indonesia meskipun mayoritas juga masih ada di
level komoditi, sebenarnya sudah mulai bergerak ke
arah 'preferred product' karena dinilai lebih
rajin,'nrimo',  tidak cingong (mungkin karena
kurangnya penguasaan bahasa !), kesamaan agama
mayoritas sampai kesoal bau badan yang 'lebih wangi'. 

Experimen yang agak extreme coba dilakukan pemerintah
Filipina minggu lalu. Secara sepihak mereka menaikkan
standard gaji PRT nya tiga kali lipat ie. coba
meninggalkan label komoditi dan persaingan harga.
Diferensiasi yang mereka jual adalah kemampuan bahasa
Inggris, personal hygine (katanya kalau dari Filipina
lebih bersih...sangat penting untuk baby sitter)
sampai ke first aid skill, kemampuan menjadi tutor
pelajaran dll. Kita lihat apakah experimen ini akan
berhasil, tapi dari liputan media banyak para agen
penerima tenaga kerja di Timteng (Khususnya Kuwait)
yang menyatakan akan berhenti 'mengimpor' PRT Filipina
dan mengalihkannya ke negara lain (ya Indonesia lah).

Apakah profesi kita sudah merosot sampai ke tahap
komoditi ?  Rasanya koq nggak ya. Trend beberapa tahun
ini jelas kalau tenaga kita dihargai lebih baik dari
sebelumnya. Banyak contoh dimana tenaga Indonesia
mulai dicari oleh perusahaan2 manca karena mereka puas
dengan kualitas para 'pembuka jalan' yang pernah di
hire disana. Banyak kumpeni mulai pelan-pelan
menyetarakan salary paspor hijau dengan pekerja
internasional lain, jadi kriteria murah tidak benar2
berlaku. Paling2 ada 'banting harga' untuk mereka yang
'belum tahu pasar' atau ingin 'membuktikan diri' dulu.
Once tahap ini terlampaui biasanya gaji juga
disesuaikan.

Soal etika walk in interview, saya mah husnudzon
(anggap baik) saja. Recruiter sekarang rata-rata sadar
bahwa masa-masa ini adalah 'seller market'. Para
professional yang memenuhi syarat bisa memilih kerja
dimana saja, jadi mereka tidak benar-benar membutuhkan
'job security' di perusahaan tempatnya bekerja. Jadi
tuntutan untuk 'kelihatan loyal' di muka boss agak
sedikit berkurang.

Perusahaanpun maklum bahwa kalau mereka tidak menjaga
pegawainya dengan baik (dalam artian positif) mereka
akan segera kehilangan. Persaingan sekarang bukan cuma
antar KPS tapi pasar kerja international. Bandingkn
dengan periode  ahir 90 an saya dan banyak teman2 lain
tidak bisa masuk KPS karena 'katanya' BPPKA melarang
personel yang mengambil paket heboh KPS lain untuk
diterima sebagai permanent staff. Turn over pegawai
sudah demikian tinggi di sektor kita, jadi perusahaan
un sudah 'kebal' dan tidak terlalu mengharapkan
loyalitas dalam konteks sebelumnya.

Untuk pegawai yang 'pinter' dan 'nakal' (disini
mungkin wilayah abu-abu soal etika), adanya walk in
interview malah bisa jadi berkah. Siapa tahu bisa ada
yang ngelihat nenteng CV dan mengabarkan ke boss di
persh sekarang. Boss jadi tahu kita sedang 'resah' dan
who knows, may be you'll get a snap promotion.

Aku lagi cari ilham, dateng gak ya minggu depan.. he
he he

Cheers
Oki

Lagi cari ilham, dateng gak ya minggu depan




--- noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Mas Kabul dan rekan lainnya,
 
 Walaupun sudah saya ulang dalam email terakhir,
 kelihatannya topik diskusi ini lebih ke arah
 membandingkan opportunity di luar dengan di dalam
 (terutama dalam hal finansial, seperti ditulis oleh
 mas Kabul di bawah ini). Jadi kelihatannya saya
 tutup saja tread ini.
 
 Sekali lagi saya sampaikan bahwa saya tidak kontra
 dengan pilihan rekan-rekan yang memilih berkarya di
 luar.  
 
 
 salam,
 * tapi mosok sih ada geologist dengan pengalaman
 15thn cuman digaji 15 juta sebulan..?
 
 - Original Message 
 From: Kabul Ahmad [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:57:30 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re:
 [iagi-net-l] lelang budak
 
  


 

Do you Yahoo!?
Everyone

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik agus sudarsana
Mas Oki dateng aja minggu depan .. khan Petronas ngadain interview di JKT tgl 2 
 3 Dec, 2006. Sekarang mah jaman keterbukaan.
  

oki musakti [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Noor,
Bukan niat ngeroyok antum (betawi: ente)tapi sekedar
urun aja...

Kata istri yang kebetulan nguplek di HRD, 'janganlah
setia pada kantor atau atasan, tapi setialah pada
profesi'. Bukan apa-apa kalau setia pada
kantor/atasan, ternyata keduanya tidak bisa memenuhi
harapan kita, nanti kecewa. ...

Kembali ke soal walk in recruitment, etika dan
komoditi. 

Pertama soal komoditi. Menurut ilmu sales (kebetulan
pernah jualan software) Komoditi berarti produk yang
bisa didapat dimana-mana tanpa ada pembedaan soal
kualitas dan performa. Satu-satunya pembeda adalah
kuantitas, timely delivery dan HARGA. Di atas level
komoditi ada level preferred product dan di atasnya
lagi ada yang namanya trusted solution.

Di dunia tenaga kerja, contoh yang paling nyata dari
profesi yang berlabel komoditi adalah domestic helper
alias PRT. Pasar PRT Timur tengah didominasi oleh yang
berasal dari India dan Srilanka (karena Pakistan dan
Bangladesh melarang pengiriman TK Wanita sebagai
pembantu rumah tangga) karena merekalah yang bisa
mensuplai banyak dengan ongkos murah (jarak lebih
dekat ketimbang Indonesia). 

PRT Indonesia meskipun mayoritas juga masih ada di
level komoditi, sebenarnya sudah mulai bergerak ke
arah 'preferred product' karena dinilai lebih
rajin,'nrimo', tidak cingong (mungkin karena
kurangnya penguasaan bahasa !), kesamaan agama
mayoritas sampai kesoal bau badan yang 'lebih wangi'. 

Experimen yang agak extreme coba dilakukan pemerintah
Filipina minggu lalu. Secara sepihak mereka menaikkan
standard gaji PRT nya tiga kali lipat ie. coba
meninggalkan label komoditi dan persaingan harga.
Diferensiasi yang mereka jual adalah kemampuan bahasa
Inggris, personal hygine (katanya kalau dari Filipina
lebih bersih...sangat penting untuk baby sitter)
sampai ke first aid skill, kemampuan menjadi tutor
pelajaran dll. Kita lihat apakah experimen ini akan
berhasil, tapi dari liputan media banyak para agen
penerima tenaga kerja di Timteng (Khususnya Kuwait)
yang menyatakan akan berhenti 'mengimpor' PRT Filipina
dan mengalihkannya ke negara lain (ya Indonesia lah).

Apakah profesi kita sudah merosot sampai ke tahap
komoditi ? Rasanya koq nggak ya. Trend beberapa tahun
ini jelas kalau tenaga kita dihargai lebih baik dari
sebelumnya. Banyak contoh dimana tenaga Indonesia
mulai dicari oleh perusahaan2 manca karena mereka puas
dengan kualitas para 'pembuka jalan' yang pernah di
hire disana. Banyak kumpeni mulai pelan-pelan
menyetarakan salary paspor hijau dengan pekerja
internasional lain, jadi kriteria murah tidak benar2
berlaku. Paling2 ada 'banting harga' untuk mereka yang
'belum tahu pasar' atau ingin 'membuktikan diri' dulu.
Once tahap ini terlampaui biasanya gaji juga
disesuaikan.

Soal etika walk in interview, saya mah husnudzon
(anggap baik) saja. Recruiter sekarang rata-rata sadar
bahwa masa-masa ini adalah 'seller market'. Para
professional yang memenuhi syarat bisa memilih kerja
dimana saja, jadi mereka tidak benar-benar membutuhkan
'job security' di perusahaan tempatnya bekerja. Jadi
tuntutan untuk 'kelihatan loyal' di muka boss agak
sedikit berkurang.

Perusahaanpun maklum bahwa kalau mereka tidak menjaga
pegawainya dengan baik (dalam artian positif) mereka
akan segera kehilangan. Persaingan sekarang bukan cuma
antar KPS tapi pasar kerja international. Bandingkn
dengan periode ahir 90 an saya dan banyak teman2 lain
tidak bisa masuk KPS karena 'katanya' BPPKA melarang
personel yang mengambil paket heboh KPS lain untuk
diterima sebagai permanent staff. Turn over pegawai
sudah demikian tinggi di sektor kita, jadi perusahaan
un sudah 'kebal' dan tidak terlalu mengharapkan
loyalitas dalam konteks sebelumnya.

Untuk pegawai yang 'pinter' dan 'nakal' (disini
mungkin wilayah abu-abu soal etika), adanya walk in
interview malah bisa jadi berkah. Siapa tahu bisa ada
yang ngelihat nenteng CV dan mengabarkan ke boss di
persh sekarang. Boss jadi tahu kita sedang 'resah' dan
who knows, may be you'll get a snap promotion.

Aku lagi cari ilham, dateng gak ya minggu depan.. he
he he

Cheers
Oki

Lagi cari ilham, dateng gak ya minggu depan




--- noor syarifuddin 
wrote:

 Mas Kabul dan rekan lainnya,
 
 Walaupun sudah saya ulang dalam email terakhir,
 kelihatannya topik diskusi ini lebih ke arah
 membandingkan opportunity di luar dengan di dalam
 (terutama dalam hal finansial, seperti ditulis oleh
 mas Kabul di bawah ini). Jadi kelihatannya saya
 tutup saja tread ini.
 
 Sekali lagi saya sampaikan bahwa saya tidak kontra
 dengan pilihan rekan-rekan yang memilih berkarya di
 luar. 
 
 
 salam,
 * tapi mosok sih ada geologist dengan pengalaman
 15thn cuman digaji 15 juta sebulan..?
 
 - Original Message 
 From: Kabul Ahmad 
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:57:30 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re:
 [iagi-net-l

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik noor syarifuddin
Q,
good point, ini yang aku harapkan sebenarnya.

betul kata kamu, sekarang posisinya seller market. justru dengan kondisi 
seperti inilah kenapa kita tidak jual mahal sedikit. walk in interview model di 
hotel begini tentunya tidak sama dengan yang diadakan barengan dengan acara 
AAPG atau yang lainnya. di situ menurut saya privacy masih terjaga.

btw, kenapa soal kerahasiaan selalu diarahkan ke atasan...?
di sini aku lebih melihat pada penghargaan terhadap kita sendiri, jadi soal 
privacy (dan pride mungkin). 
beberapa kali ngajak pindah teman yang udah di atas 15 tahun pasti syarat 
pertamanya : gak mau pakai bikin lamaran kerja:-), mosok sekarang kita mau 
disuruh nenteng-nenteng CV dan antri kayak gitu. 
anyway mungkin memang seperti kata Rovicky: semuanya sudah menjadi absurd 
sekarang.



salam,


- Original Message 
From: oki musakti [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, November 16, 2006 2:39:30 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak


Noor,
Bukan niat ngeroyok antum (betawi: ente)tapi sekedar
urun aja...

Kata istri yang kebetulan nguplek di HRD, 'janganlah
setia pada kantor atau atasan, tapi setialah pada
profesi'. Bukan apa-apa kalau setia pada
kantor/atasan, ternyata keduanya tidak bisa memenuhi
harapan kita, nanti kecewa. ...

Kembali ke soal walk in recruitment, etika dan
komoditi. 

Pertama soal komoditi. Menurut ilmu sales (kebetulan
pernah jualan software)  Komoditi berarti produk yang
bisa didapat dimana-mana tanpa ada pembedaan soal
kualitas dan performa. Satu-satunya pembeda adalah
kuantitas, timely delivery dan HARGA. Di atas level
komoditi ada level preferred product dan di atasnya
lagi ada yang namanya trusted solution.

Di dunia tenaga kerja, contoh yang paling nyata dari
profesi yang berlabel komoditi adalah domestic helper
alias PRT. Pasar PRT Timur tengah didominasi oleh yang
berasal dari India dan Srilanka (karena Pakistan dan
Bangladesh melarang pengiriman TK Wanita sebagai
pembantu rumah tangga) karena merekalah yang bisa
mensuplai banyak dengan ongkos murah (jarak lebih
dekat ketimbang Indonesia). 

PRT Indonesia meskipun mayoritas juga masih ada di
level komoditi, sebenarnya sudah mulai bergerak ke
arah 'preferred product' karena dinilai lebih
rajin,'nrimo',  tidak cingong (mungkin karena
kurangnya penguasaan bahasa !), kesamaan agama
mayoritas sampai kesoal bau badan yang 'lebih wangi'. 

Experimen yang agak extreme coba dilakukan pemerintah
Filipina minggu lalu. Secara sepihak mereka menaikkan
standard gaji PRT nya tiga kali lipat ie. coba
meninggalkan label komoditi dan persaingan harga.
Diferensiasi yang mereka jual adalah kemampuan bahasa
Inggris, personal hygine (katanya kalau dari Filipina
lebih bersih...sangat penting untuk baby sitter)
sampai ke first aid skill, kemampuan menjadi tutor
pelajaran dll. Kita lihat apakah experimen ini akan
berhasil, tapi dari liputan media banyak para agen
penerima tenaga kerja di Timteng (Khususnya Kuwait)
yang menyatakan akan berhenti 'mengimpor' PRT Filipina
dan mengalihkannya ke negara lain (ya Indonesia lah).

Apakah profesi kita sudah merosot sampai ke tahap
komoditi ?  Rasanya koq nggak ya. Trend beberapa tahun
ini jelas kalau tenaga kita dihargai lebih baik dari
sebelumnya. Banyak contoh dimana tenaga Indonesia
mulai dicari oleh perusahaan2 manca karena mereka puas
dengan kualitas para 'pembuka jalan' yang pernah di
hire disana. Banyak kumpeni mulai pelan-pelan
menyetarakan salary paspor hijau dengan pekerja
internasional lain, jadi kriteria murah tidak benar2
berlaku. Paling2 ada 'banting harga' untuk mereka yang
'belum tahu pasar' atau ingin 'membuktikan diri' dulu.
Once tahap ini terlampaui biasanya gaji juga
disesuaikan.

Soal etika walk in interview, saya mah husnudzon
(anggap baik) saja. Recruiter sekarang rata-rata sadar
bahwa masa-masa ini adalah 'seller market'. Para
professional yang memenuhi syarat bisa memilih kerja
dimana saja, jadi mereka tidak benar-benar membutuhkan
'job security' di perusahaan tempatnya bekerja. Jadi
tuntutan untuk 'kelihatan loyal' di muka boss agak
sedikit berkurang.

Perusahaanpun maklum bahwa kalau mereka tidak menjaga
pegawainya dengan baik (dalam artian positif) mereka
akan segera kehilangan. Persaingan sekarang bukan cuma
antar KPS tapi pasar kerja international. Bandingkn
dengan periode  ahir 90 an saya dan banyak teman2 lain
tidak bisa masuk KPS karena 'katanya' BPPKA melarang
personel yang mengambil paket heboh KPS lain untuk
diterima sebagai permanent staff. Turn over pegawai
sudah demikian tinggi di sektor kita, jadi perusahaan
un sudah 'kebal' dan tidak terlalu mengharapkan
loyalitas dalam konteks sebelumnya.

Untuk pegawai yang 'pinter' dan 'nakal' (disini
mungkin wilayah abu-abu soal etika), adanya walk in
interview malah bisa jadi berkah. Siapa tahu bisa ada
yang ngelihat nenteng CV dan mengabarkan ke boss di
persh sekarang. Boss jadi tahu kita sedang 'resah' dan
who knows, may be you'll get a snap

[iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik Fajar Wisaksono
Kalau masalah salary kok pasti hangat ya diskusinya? Betul kata mas Kabul. 
Kalau  30jt/bulan itu biasanya konsultancy. Kalau untuk permanen, apa nggak 
melenceng dari standarnya Bapenas?

salam,
fajar wisaksono



Kabul Ahmad [EMAIL PROTECTED] menulis: Itu basic salarybukan take home 
pay yang ada bonus, tunjangan lapangan, 
meals, transport dll itu
Masak ada basic salary geoscientist yang30 jt /bln dgn pengalaman 5-7 tahun 
? Bisanya hanya perusahaan jenis konsultan asing dengan fee hourly 
consultancy...( ada yang bayarannya perjam 100 - 200 USD ), tapi itu sedikit 
bahkan jarang.
OK,...aku mau tunggu mas Rovicky mengudel-udel masalah ini di PIT IAGI 
Pekanbaru...tak tunggu...


- Original Message - 
From: Ferry Bastaman Hakim 
To: 
Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:35 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang 
budak


Mas Kabul,

Itu angka net atau gross dan tahun berapa mas ?
Setahu saya kalau sekarang angka di Jakarta utk geoscientist 5-7 th sudah 
mulai bermain di sekitar 25 - 30 jt, bahkan ada pula yg berani kasih di atas 
30 jt

Utk 15 th ..gak tau saya, mungkin kakak-kakak  kangmas yg bisa 
menjawabnya. Yang pasti oke punya lah :-)

Salam,
Ferry

-Original Message-
From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:58 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang 
budak

Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE.
Ini info yang kami dapat dari TKI kita :

TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/
Qatar

Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000
riyal/bulan
Operator Crane Rp  2 - 4 juta/bulan   7000 - 12000 riyal/
dinar / 3000-4000 USD/bulan
Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD
Welder   Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/
2500 - 4000 USD/bulan
DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000
riyal/dinar/vulan
Petroleum Eng  5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000
USD/month+medical free/education free/vacation free
Geologist  5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000
USD/month ( same above )
PE /Geologist  15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000
USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free.

Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman
di Indonesia sudah  15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia
bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik.
Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan.

Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ??

Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ?
Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh
pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo
ngono


- Original Message - 
From: 
To: 
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
budak


kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe
(informasi gaji, benefit dsb).

karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di
antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan  tenaga kerja dari
negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule  dsb).
saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1
orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak
orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii
yang bekerja  di luar.
Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner -
pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa
membawa kawan - kawan yang lain.

Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus
tuh ?


Regards

Kartiko SAMODRO

Telp : (0 )147443540






 Franciscus B
 Sinartio
 
 .com iagi-net@iagi.or.id
cc
 15/11/2006 05:11
 Objet
   Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment
 Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
 à
 
   .id







Noor,  menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga
merupakan hukum pasar.
yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga.
dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita.
sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2.
Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi
mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama.

fbs


- Original Message 
From: noor

RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik harryrw
Ide yang bagus, dan pernah mencuat di Jakarta Scout Committee tapi hanya
sampe ke tahap komentar2an di email (untuk yang awam dengan JSC, ini
adalah suatu forum untuk oil companies untuk bertukar informasi resmi)-
Mungkin karena JSC sedang asik bebenah .. Yang jadi masalah, sangat
sulit untuk benchmarking antara  berbagai company dengan berbagai
diversifikasi tanggung jawab . Kecuali untuk tingkat fresh graduate. Apa
yang dilakukan oleh beberapa perusahaan besar (termasuk tempat saya dulu
bekerja) adalah dengan membuat semacam skill list, termasuk juga non
technical skill dan tanggung-jawab2 lainnya, dan setiap skill punya score -
dalam hal ini mereka memakainya bukan untuk benchmarking, tapi untuk
pengembangan karir. Dari total score itu baru dihubungkan dengan
salary.. tanpa pendekatan ke arah itu, usaha ini hanya akan membuang
waktu dan energi saja..mudah2an ini bisa jadi input buat kawan2 yang
akan berangkat ke IAGI, . Saya sikh jaga toko aja di JKT



-Original Message-
From: Amir Al Amin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 15, 2006 5:01 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
budak

Sekadar usulan buat webmaster IAGI,

Ada baiknya di website IAGI, ada salary survey dengan interaktif input (real
time), Seseorang (dengan nama Anonim/initial) bisa memasukan besar gaji,
tunjangan dan lain-lain.  
Plus kondisi kerja seperti lokasi kerja/ tempat tinggal (Jakarta, Duri, Bpn,
Timur Tengah,Jogja, Afrika, Papua, Lombok),lapangan/kantoran, dll.

Yang memasukan data, juga bisa mengupdate, siapa tahu akhir tahun ini ada
kenaikan 20%, jadi data th 2006 jadi gak valid lagi. :-)

Gunanya buat apa? 
Saya yakin .berguna bagi orang tua dan muda, karyawan, dosen, mahasiswa,
dll..Antara lain supaya tidak selalu melihat ke atas, nanti kesandung, Atau
selalu melihat kebawah, nanti nabrak bos

Kalau sudah ada tabelnya, pasti rajin ditengok tuh website IAGI..he.he.he..




-Original Message-
From: Ferry Bastaman Hakim [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:36 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
budak

Mas Kabul,

Itu angka net atau gross dan tahun berapa mas ?
Setahu saya kalau sekarang angka di Jakarta utk geoscientist 5-7 th sudah
mulai bermain di sekitar 25 - 30 jt, bahkan ada pula yg berani kasih di atas
30 jt

Utk 15 th ..gak tau saya, mungkin kakak-kakak  kangmas yg bisa
menjawabnya. Yang pasti oke punya lah :-)

Salam,
Ferry

-Original Message-
From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:58 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
budak

Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE.
Ini info yang kami dapat dari TKI kita :

TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/ 
Qatar

Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000 
riyal/bulan
Operator Crane Rp  2 - 4 juta/bulan   7000 - 12000 riyal/ 
dinar / 3000-4000 USD/bulan
Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD
Welder   Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/

2500 - 4000 USD/bulan
DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000 
riyal/dinar/vulan
Petroleum Eng  5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000 
USD/month+medical free/education free/vacation free
Geologist  5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000 
USD/month ( same above )
PE /Geologist  15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000 
USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free.

Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman
di Indonesia sudah  15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia
bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik. 
Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan.

Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ??

Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ?
Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh

pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo
ngono


- Original Message - 
From: [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang 
budak


kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe
(informasi gaji, benefit dsb).

karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di
antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan  tenaga kerja dari
negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule  dsb).
saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1
orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik OK Taufik

Mungkin itu yg lagi terjadi mir, coba lihat dari sisi profesi kita
sekarang, jarang jumpa WSG bule di Petronas. yang ada Indonesia, dan
lokal.
Kalau mendengar pertimbangan 3rd partynya, terlampau mahal
mendatangkan WSG bule, daily rate yg tinggi dan biaya lainnya yg juga
mahal.

dari sisi kita sendiri bayaran yg kita peroleh lebih tinggi dari
standard di DN, tapi juga sampai kapan?..esok-esok akan menyerang
India WSG dengan bayaran lebih rendah maka turun lagi harga di
pasaran, tanpa sadar kita memang lagi merusak pasaran WSG di overseas

On 11/15/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote:

Singkatnya merusak pasaran..?

Uuntuk fresh graduate nggak bisa dijadikan patokan. Karena mereka belum
mempunyai harga tawar. Walaupun IP tinggi, aktifis ini-itu, dlsb.
Kadang-kadang tidak berbanding lurus, walaupun usaha tetap diwajibkan dalam
agama. Strategi, yang penting kerja dulu, sangat manusiawi dan paling
masuk akal.
Paling sedikit, menunjukan si pekerja, mau bekerja keras.

Soal merusak pasaran di kalangan yang berpengalaman kerja, juga sudah sering
dibahas. Katanya Petronas, Saudi Aramco sekarang tidak seperti yang dulu.
Saya sendiri nggak tahu, apa benar jauh beda, apa sedikit-sedikit saja.
Kalau cuma sedikit sih, gak apa-apa. Tapi kalau sampai digaji seperti TKW,
ya.. jangan ...kasihan.

Jangan-jangan orang Kulit putih (Eropa-Amerika  sudah mencap orang
(geologist) Asia  merusak pasaran juga.

Dalam skala umum, kita melihat produk China juga sudah merusak pasaran
produk negara Asean.


-Original Message-
From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:13 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
budak

Noor,

Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di
didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin
mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon
karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas
ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena
sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji,
tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan
jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih
dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu.

Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa
co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih
sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul,
sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali
memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total.

On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di
 Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual
 Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan
 pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview.

 Bagaimana etikanya ?
 Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini.
 Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang
 aku tulis disini :

http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce
-challenge/
 Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru
 menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga
 saat ini.

 Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari
 Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I
 hope you will be the part of the survey.

 Etics, values, price and pride   semua menjadi absurd ketika
 'bisnis is not running as usual'.

 rdp

 On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Rekans,
  Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya
sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik
untuk kita diskusikan lagi.
 
  Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik
yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa
saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi
dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).
 
  Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah
proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam
merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang
dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus).
 
  Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus
dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu.
Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang
kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan
menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga
dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang
jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar
tenaga profesional

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik Adi Trianto

Gimana kalau ganti passport dan kewarganegaraan saja...
Ini terjadi di Saudi Aramco loh, kalau grade/klas 1 adalah untuk WN Amerika,
Grade 2 untuk WN Inggris, Canadian (Indonesia, Malaysian masuk dalam grade
2), grade 3 adalah local Saudi, trus Grade 4 adalah Asian dll.
Orang India, yang tahun lalu ganti passport menjadi American, disini
terbukti diperlakukan sebagai American (lompat grade dari 4 ke 1 ).

Intinya adalah, banyak jalan menuju rate yang lebih tinggi, salah satunya
adalah ganti kewarganegaraan. Dan banyak saya temui disini, orang India,
Pakistan, dan South American yang datang ke SA dengan passport Amerika,
Australia atau Inggris.

Wassm,
Adi T



On 11/16/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote:


Mungkin itu yg lagi terjadi mir, coba lihat dari sisi profesi kita
sekarang, jarang jumpa WSG bule di Petronas. yang ada Indonesia, dan
lokal.
Kalau mendengar pertimbangan 3rd partynya, terlampau mahal
mendatangkan WSG bule, daily rate yg tinggi dan biaya lainnya yg juga
mahal.

dari sisi kita sendiri bayaran yg kita peroleh lebih tinggi dari
standard di DN, tapi juga sampai kapan?..esok-esok akan menyerang
India WSG dengan bayaran lebih rendah maka turun lagi harga di
pasaran, tanpa sadar kita memang lagi merusak pasaran WSG di overseas

On 11/15/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Singkatnya merusak pasaran..?

 Uuntuk fresh graduate nggak bisa dijadikan patokan. Karena mereka belum
 mempunyai harga tawar. Walaupun IP tinggi, aktifis ini-itu, dlsb.
 Kadang-kadang tidak berbanding lurus, walaupun usaha tetap diwajibkan
dalam
 agama. Strategi, yang penting kerja dulu, sangat manusiawi dan paling
 masuk akal.
 Paling sedikit, menunjukan si pekerja, mau bekerja keras.

 Soal merusak pasaran di kalangan yang berpengalaman kerja, juga sudah
sering
 dibahas. Katanya Petronas, Saudi Aramco sekarang tidak seperti yang
dulu.
 Saya sendiri nggak tahu, apa benar jauh beda, apa sedikit-sedikit saja.
 Kalau cuma sedikit sih, gak apa-apa. Tapi kalau sampai digaji seperti
TKW,
 ya.. jangan ...kasihan.

 Jangan-jangan orang Kulit putih (Eropa-Amerika  sudah mencap orang
 (geologist) Asia  merusak pasaran juga.

 Dalam skala umum, kita melihat produk China juga sudah merusak pasaran
 produk negara Asean.


 -Original Message-
 From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:13 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
 budak

 Noor,

 Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di
 didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin
 mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon
 karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas
 ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena
 sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji,
 tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan
 jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih
 dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu.

 Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa
 co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih
 sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul,
 sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali
 memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total.

 On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di
  Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual
  Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan
  pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview.
 
  Bagaimana etikanya ?
  Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini.
  Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang
  aku tulis disini :
 

http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce
 -challenge/
  Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru
  menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga
  saat ini.
 
  Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari
  Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I
  hope you will be the part of the survey.
 
  Etics, values, price and pride   semua menjadi absurd ketika
  'bisnis is not running as usual'.
 
  rdp
 
  On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Rekans,
   Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja
saya
 sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi
menarik
 untuk kita diskusikan lagi.
  
   Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan
topik
 yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan
bahwa
 saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi
 dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik Amir Al Amin

Diluar soal kebangsaan, nasionalisme dan sebangsanya,
Hati2  lho, ada contoh di Canada pajaknya 50%...
Temen gua banyak yang pilih tinggal di negara Asia Tenggara,
untuk menghindari pajak.


On 11/16/06, Adi Trianto [EMAIL PROTECTED] wrote:

Gimana kalau ganti passport dan kewarganegaraan saja...
Ini terjadi di Saudi Aramco loh, kalau grade/klas 1 adalah untuk WN Amerika,
Grade 2 untuk WN Inggris, Canadian (Indonesia, Malaysian masuk dalam grade
2), grade 3 adalah local Saudi, trus Grade 4 adalah Asian dll.
Orang India, yang tahun lalu ganti passport menjadi American, disini
terbukti diperlakukan sebagai American (lompat grade dari 4 ke 1 ).

Intinya adalah, banyak jalan menuju rate yang lebih tinggi, salah satunya
adalah ganti kewarganegaraan. Dan banyak saya temui disini, orang India,
Pakistan, dan South American yang datang ke SA dengan passport Amerika,
Australia atau Inggris.

Wassm,
Adi T



On 11/16/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mungkin itu yg lagi terjadi mir, coba lihat dari sisi profesi kita
 sekarang, jarang jumpa WSG bule di Petronas. yang ada Indonesia, dan
 lokal.
 Kalau mendengar pertimbangan 3rd partynya, terlampau mahal
 mendatangkan WSG bule, daily rate yg tinggi dan biaya lainnya yg juga
 mahal.

 dari sisi kita sendiri bayaran yg kita peroleh lebih tinggi dari
 standard di DN, tapi juga sampai kapan?..esok-esok akan menyerang
 India WSG dengan bayaran lebih rendah maka turun lagi harga di
 pasaran, tanpa sadar kita memang lagi merusak pasaran WSG di overseas

 On 11/15/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Singkatnya merusak pasaran..?
 
  Uuntuk fresh graduate nggak bisa dijadikan patokan. Karena mereka belum
  mempunyai harga tawar. Walaupun IP tinggi, aktifis ini-itu, dlsb.
  Kadang-kadang tidak berbanding lurus, walaupun usaha tetap diwajibkan
 dalam
  agama. Strategi, yang penting kerja dulu, sangat manusiawi dan paling
  masuk akal.
  Paling sedikit, menunjukan si pekerja, mau bekerja keras.
 
  Soal merusak pasaran di kalangan yang berpengalaman kerja, juga sudah
 sering
  dibahas. Katanya Petronas, Saudi Aramco sekarang tidak seperti yang
 dulu.
  Saya sendiri nggak tahu, apa benar jauh beda, apa sedikit-sedikit saja.
  Kalau cuma sedikit sih, gak apa-apa. Tapi kalau sampai digaji seperti
 TKW,
  ya.. jangan ...kasihan.
 
  Jangan-jangan orang Kulit putih (Eropa-Amerika  sudah mencap orang
  (geologist) Asia  merusak pasaran juga.
 
  Dalam skala umum, kita melihat produk China juga sudah merusak pasaran
  produk negara Asean.
 
 
  -Original Message-
  From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:13 AM
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
  budak
 
  Noor,
 
  Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di
  didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin
  mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon
  karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas
  ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena
  sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji,
  tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan
  jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih
  dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu.
 
  Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa
  co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih
  sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul,
  sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali
  memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total.
 
  On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di
   Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual
   Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan
   pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview.
  
   Bagaimana etikanya ?
   Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini.
   Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang
   aku tulis disini :
  
 
 http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce
  -challenge/
   Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru
   menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga
   saat ini.
  
   Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari
   Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I
   hope you will be the part of the survey.
  
   Etics, values, price and pride   semua menjadi absurd ketika
   'bisnis is not running as usual'.
  
   rdp
  
   On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
Rekans,
Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja
 saya
  sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik noor syarifuddin
jadi ingat soal kuliah agama jaman sekolah dulu terlepas dari agama yang 
dipeluk, kuliah yang diikuti adalah agama yang cenderung memberi nilai A...:-)

a+


- Original Message 
From: Adi Trianto [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, November 16, 2006 9:16:28 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak


Gimana kalau ganti passport dan kewarganegaraan saja...
Ini terjadi di Saudi Aramco loh, kalau grade/klas 1 adalah untuk WN Amerika,
Grade 2 untuk WN Inggris, Canadian (Indonesia, Malaysian masuk dalam grade
2), grade 3 adalah local Saudi, trus Grade 4 adalah Asian dll.
Orang India, yang tahun lalu ganti passport menjadi American, disini
terbukti diperlakukan sebagai American (lompat grade dari 4 ke 1 ).

Intinya adalah, banyak jalan menuju rate yang lebih tinggi, salah satunya
adalah ganti kewarganegaraan. Dan banyak saya temui disini, orang India,
Pakistan, dan South American yang datang ke SA dengan passport Amerika,
Australia atau Inggris.

Wassm,
Adi T



On 11/16/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mungkin itu yg lagi terjadi mir, coba lihat dari sisi profesi kita
 sekarang, jarang jumpa WSG bule di Petronas. yang ada Indonesia, dan
 lokal.
 Kalau mendengar pertimbangan 3rd partynya, terlampau mahal
 mendatangkan WSG bule, daily rate yg tinggi dan biaya lainnya yg juga
 mahal.

 dari sisi kita sendiri bayaran yg kita peroleh lebih tinggi dari
 standard di DN, tapi juga sampai kapan?..esok-esok akan menyerang
 India WSG dengan bayaran lebih rendah maka turun lagi harga di
 pasaran, tanpa sadar kita memang lagi merusak pasaran WSG di overseas

 On 11/15/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Singkatnya merusak pasaran..?
 
  Uuntuk fresh graduate nggak bisa dijadikan patokan. Karena mereka belum
  mempunyai harga tawar. Walaupun IP tinggi, aktifis ini-itu, dlsb.
  Kadang-kadang tidak berbanding lurus, walaupun usaha tetap diwajibkan
 dalam
  agama. Strategi, yang penting kerja dulu, sangat manusiawi dan paling
  masuk akal.
  Paling sedikit, menunjukan si pekerja, mau bekerja keras.
 
  Soal merusak pasaran di kalangan yang berpengalaman kerja, juga sudah
 sering
  dibahas. Katanya Petronas, Saudi Aramco sekarang tidak seperti yang
 dulu.
  Saya sendiri nggak tahu, apa benar jauh beda, apa sedikit-sedikit saja.
  Kalau cuma sedikit sih, gak apa-apa. Tapi kalau sampai digaji seperti
 TKW,
  ya.. jangan ...kasihan.
 
  Jangan-jangan orang Kulit putih (Eropa-Amerika  sudah mencap orang
  (geologist) Asia  merusak pasaran juga.
 
  Dalam skala umum, kita melihat produk China juga sudah merusak pasaran
  produk negara Asean.
 
 
  -Original Message-
  From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:13 AM
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
  budak
 
  Noor,
 
  Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di
  didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin
  mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon
  karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas
  ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena
  sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji,
  tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan
  jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih
  dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu.
 
  Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa
  co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih
  sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul,
  sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali
  memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total.
 
  On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di
   Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual
   Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan
   pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview.
  
   Bagaimana etikanya ?
   Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini.
   Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang
   aku tulis disini :
  
 
 http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce
  -challenge/
   Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru
   menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga
   saat ini.
  
   Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari
   Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I
   hope you will be the part of the survey.
  
   Etics, values, price and pride   semua menjadi absurd ketika
   'bisnis is not running as usual'.
  
   rdp
  
   On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
Rekans,
Senang

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik Nataniel Mangiwa

jadi inget juga, di total kalau mau ikut program IA (rotasi) ke negeri
perancis sono, karyawan harus ikut kursus bhs prancis dulu n harus
lulus tes bahasa perancis baru deh dikirim ke sono.

padahal kalau yg dari sana ke sini, bahasa Indonesianya pagi aja ga tau kali..

yg masuk ke prancis budak, yang masuk ke Indonesia raja

On 11/16/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:

jadi ingat soal kuliah agama jaman sekolah dulu terlepas dari agama yang 
dipeluk, kuliah yang diikuti adalah agama yang cenderung memberi nilai A...:-)

a+


-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006
-  detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-15 Terurut Topik oki musakti
Cak N dan teman2 lain,

Soal jual mahal menurutku agak relatif, tergantung
pada personal style dan preference serta situasi.

Beberapa kali aku ditelpon orang marketing menawarkan
kartu kredit. Selalu aku bilang tidak mau repot isi
formulir, minta gold card, selesai dalam 1 minggu dan
kartu langsung diantar di rumah. Pokoknya jual mahal
lah, lha wong yang perlu mereka je. 

Tapi kalau soal kerjaan, personally aku gak (belum
kali) merasa 'rendah diri' untuk menggunakan walk in
interview sebagai salah satu sarana jual diri
disamping cara-cara lain tentu.   

Sebenarnya point anda sangat valid. Recruiter model
walk in, sudah sangat sadar bahwa kebanyakan kandidat
yang datang akan berlabel 'komoditi'. Ibarat memakai
pukat harimau, segala ikan akan terjaring meskipun
pasti akan ada satu-dua yang masuk dalam kategori
'good catch'. Satu-dua orang inilah yang sebenarnya
mereka kejar. Untuk bisa dapat ikan kualitas tinggi
model sampeyan, RDP, FHS, HD dll, yang ber
diferensiasi tinggi pancingan via head hunter atau
bahkan direct talk mesti dipakai. 

DISCLAIMER: Paragraph di atas saya tulis tanpa ada
niat sedikitpun untuk men judge apalagi meremehkan
teman-teman yang akan datang ke WII. Apabila ada kesan
sedemikian, semata-mata karena kekurang-terampilan
saya mengungkapkannya.

Sebenarnya nothing wrong with commodity.Sam Walton
menjadi salah satu orang terkaya didunia karena gerai
Wal-Mart miliknya menjual barang-barang komoditi
dengan harga lebih murah dari toko sebelah.  On the
other hand, Ingemar Kamprad (spelling?) juga masuk
jajaran world's richest man karena furniture bermerek
IKEA yang diciptakannya punya nilai tambah  dari segi
design, fungsionalitas dan tentunya nama dibanding
furniture Olympic yang harganya lebih murah. 
Diantara keduanya ada gaya Kiichiro Toyoda, pendiri
Toyota Motor Corp yang mulanya memakai strategi
banting harga untuk mobil dan truk nya sekedar agar
bisa bersaing dengan produk2 dari General Motor.
Setelah diterima pasar, barulah label komoditi
ditinggalkan dan Toyota mulai memproduksi prime car
seperti Land Cruiser dan Prius dengan harga yang wah.

Jadi, mau pakai gaya Mister Walton (komoditi) atau
Herr Kampvrad (diferensiasi sejak awal) atau
Toyoda-San (komoditi dulu, kemudian diferensiasi
setelah ada pembuktian) dalam strategi karir ya
terserah kita. You know best what you want and what is
your situation

Cheers
Oki


--- noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Q,
 good point, ini yang aku harapkan sebenarnya.
 
 betul kata kamu, sekarang posisinya seller market.
 justru dengan kondisi seperti inilah kenapa kita
 tidak jual mahal sedikit. walk in interview model di
 hotel begini tentunya tidak sama dengan yang
 diadakan barengan dengan acara AAPG atau yang
 lainnya. di situ menurut saya privacy masih terjaga.
 
 btw, kenapa soal kerahasiaan selalu diarahkan ke
 atasan...?
 di sini aku lebih melihat pada penghargaan terhadap
 kita sendiri, jadi soal privacy (dan pride mungkin).
 
 beberapa kali ngajak pindah teman yang udah di atas
 15 tahun pasti syarat pertamanya : gak mau pakai
 bikin lamaran kerja:-), mosok sekarang kita mau
 disuruh nenteng-nenteng CV dan antri kayak gitu. 
 anyway mungkin memang seperti kata Rovicky: semuanya
 sudah menjadi absurd sekarang.
 
 
 
 salam,
 
 
 - Original Message 
 From: oki musakti [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Thursday, November 16, 2006 2:39:30 AM
 Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re:
 [iagi-net-l] lelang budak
 
 
 Noor,
 Bukan niat ngeroyok antum (betawi: ente)tapi sekedar
 urun aja...
 
 Kata istri yang kebetulan nguplek di HRD, 'janganlah
 setia pada kantor atau atasan, tapi setialah pada
 profesi'. Bukan apa-apa kalau setia pada
 kantor/atasan, ternyata keduanya tidak bisa memenuhi
 harapan kita, nanti kecewa. ...
 
 Kembali ke soal walk in recruitment, etika dan
 komoditi. 
 
 Pertama soal komoditi. Menurut ilmu sales (kebetulan
 pernah jualan software)  Komoditi berarti produk
 yang
 bisa didapat dimana-mana tanpa ada pembedaan soal
 kualitas dan performa. Satu-satunya pembeda adalah
 kuantitas, timely delivery dan HARGA. Di atas level
 komoditi ada level preferred product dan di atasnya
 lagi ada yang namanya trusted solution.
 
 Di dunia tenaga kerja, contoh yang paling nyata dari
 profesi yang berlabel komoditi adalah domestic
 helper
 alias PRT. Pasar PRT Timur tengah didominasi oleh
 yang
 berasal dari India dan Srilanka (karena Pakistan dan
 Bangladesh melarang pengiriman TK Wanita sebagai
 pembantu rumah tangga) karena merekalah yang bisa
 mensuplai banyak dengan ongkos murah (jarak lebih
 dekat ketimbang Indonesia). 
 
 PRT Indonesia meskipun mayoritas juga masih ada di
 level komoditi, sebenarnya sudah mulai bergerak ke
 arah 'preferred product' karena dinilai lebih
 rajin,'nrimo',  tidak cingong (mungkin karena
 kurangnya penguasaan bahasa !), kesamaan agama
 mayoritas sampai kesoal bau badan yang 'lebih
 wangi'. 
 
 Experimen yang agak extreme coba dilakukan

[iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-14 Terurut Topik noor syarifuddin
Rekans,
Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya 
sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik 
untuk kita diskusikan lagi.

Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang 
sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya 
tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap 
sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).

Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses 
rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para 
profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan 
dan bukan orang yang baru lulus).

Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding 
dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. 
Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang 
kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan 
sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses 
rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in 
interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional 
Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di 
tanah arab sana: makin hari benefit yang ditawarkan makin turun saja karena 
banyak teman-teman baru dari indonesia yang sering main sambar saja kontrak 
yang ditawarkan.
Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana menjaga 
daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik dari sisi 
perlakuan (treatment) maupun kompensasi.

Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang beramai-ramai 
dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu. Masak sih 
profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh pelosok dunia 
mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang lebih terhormat 
untuk memperlakukan profesional kita itu: via head hunter, tele-interview dll.
Saya nggak tahu apa memang itu sudah merupakan kewajaran, tapi dari pengalaman 
pribadi pindah-pindah perusahaan belum pernah saya diperlakukan seperti itu 
pada proses rekruitmentnya.

Frank juga menyinggung soal gentlement agreement antar perusahaan yang dulu 
pernah ada di Indonesia juga: antara Unocal, Vico dan Total. Mereka tidak akan 
saling rekrut karena faktor etika perusahaan yang beroperasi di kawasan yang 
sama. Nah di sini juga menyangkut etika proses rekruitment. Dalam artian 
kalaupun tidak ada perjanjian bukan berarti bisa saling sikat seenak udele 
dewe...:-).



salam, 
* waktu kuliah etika, saya hanya dapat C

- Original Message 
From: Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 2:27:09 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] lelang budak


tambahan lagi untuk uraian Pak TAM, kalau dulu hanya majikan (yg punya budak 
yang untung) kalau sekarang majikan dan budaknya juga untung.
eh malah ada majikan yang rugi karena kehilangan budak.

Kerja sebagai manajer pun boleh dianggap sebagai budak pekerjaan. berapa kali 
manajer harus melakukan pekerjaan yang tdk sesuai dengan hati nurani karena 
disuruh oleh atasan atau supaya menyelamatkan diri. 
Pak Iswani juga menyinggung soal halal dan tidak halal, saya pikir yang itu 
tidak perlu diperjelas lagi. 

jadi ingat ungkapan Pak ADB beberapa tahun lalu soal loyalitas, yaitu loyalitas 
profesi. Tapi kalau misalnya jadi VP HRD pun tidak bisa disalahkan karena tidak 
loyal sama profesi, kan dia loyal sama perusahaan

Kita memang tidak akan sama semua. . . . . .
setiap orang punya standard dan asumsi ttg Nilai (value)

Nah seperti yang di uraikan oleh Pak TAM  ttg hukum pasar, mestinya perusahaan2 
di Indonesia harus bisa menjawab challengedari pasar.
dan target nya bukan orang2 yang sudah diluar, tetapi lebih kepada orang yang 
masih di dalam sebelum keluar
Karena kalau sudah diluar biasanya sudah susah untuk ditarik masuk terutama 
kalau sudah dapat/masuk  comfort zone'. (kalau Sofyi sih lain, dia takut sama 
godaan anak2 buah nya yang puluhan orang)

kalau gaya Petronas lain, mereka baru saja membuat MOU ttg kerjasama di bidang 
downstream dengan Saudi Aramco. dan dampak nya Saudi Aramco tidak akan 
mengambil orang Petronas lagi.  

Kalau dgn Shell lain lagi, mereka sudah lakukan gentlemen agreement antara 
CEO Shell dan CEO Petronas sebelumnya, yang menyatakan bahwa Shell tidak boleh 
mengambil pegawai Petronas. kecuali ada masa tenggang.  Kalau tidak salah ini 
hal ini sengaja di broadcast oleh CEO Petronas.

Jadi yang kerja di Petronas harus kerja di service company dulu selama setahun 
sebelum ke SA (belajar dulu strategi dari Pak MF yg barusan saja tdk perpanjang 
kontrak dgn Petronas).

saya pernah ditanyain sama seseorang, kapan saya berencana balik kerja di 
Indonesia, saya jadi bingung jawabnya.  karena menurut 

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-14 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari

Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di
Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual
Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan
pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview.

Bagaimana etikanya ?
Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini.
Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang
aku tulis disini :
http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce-challenge/
Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru
menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga
saat ini.

Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari
Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I
hope you will be the part of the survey.

Etics, values, price and pride   semua menjadi absurd ketika
'bisnis is not running as usual'.

rdp

On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:

Rekans,
Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya 
sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik 
untuk kita diskusikan lagi.

Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang 
sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya 
tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap 
sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).

Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses 
rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para 
profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan 
dan bukan orang yang baru lulus).

Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding 
dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. 
Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang 
kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan 
sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses 
rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in 
interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional 
Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di 
tanah arab sana: makin hari benefit yang ditawarkan makin turun saja karena 
banyak teman-teman baru dari indonesia yang sering main sambar saja kontrak 
yang ditawarkan.
Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana menjaga 
daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik dari sisi 
perlakuan (treatment) maupun kompensasi.

Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang beramai-ramai 
dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu. Masak sih 
profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh pelosok dunia 
mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang lebih terhormat 
untuk memperlakukan profesional kita itu: via head hunter, tele-interview dll.
Saya nggak tahu apa memang itu sudah merupakan kewajaran, tapi dari pengalaman 
pribadi pindah-pindah perusahaan belum pernah saya diperlakukan seperti itu 
pada proses rekruitmentnya.

Frank juga menyinggung soal gentlement agreement antar perusahaan yang dulu 
pernah ada di Indonesia juga: antara Unocal, Vico dan Total. Mereka tidak akan 
saling rekrut karena faktor etika perusahaan yang beroperasi di kawasan yang 
sama. Nah di sini juga menyangkut etika proses rekruitment. Dalam artian 
kalaupun tidak ada perjanjian bukan berarti bisa saling sikat seenak udele 
dewe...:-).



salam,
* waktu kuliah etika, saya hanya dapat C

- Original Message 
From: Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 2:27:09 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] lelang budak


tambahan lagi untuk uraian Pak TAM, kalau dulu hanya majikan (yg punya budak 
yang untung) kalau sekarang majikan dan budaknya juga untung.
eh malah ada majikan yang rugi karena kehilangan budak.

Kerja sebagai manajer pun boleh dianggap sebagai budak pekerjaan. berapa kali 
manajer harus melakukan pekerjaan yang tdk sesuai dengan hati nurani karena 
disuruh oleh atasan atau supaya menyelamatkan diri.
Pak Iswani juga menyinggung soal halal dan tidak halal, saya pikir yang itu 
tidak perlu diperjelas lagi.

jadi ingat ungkapan Pak ADB beberapa tahun lalu soal loyalitas, yaitu loyalitas 
profesi. Tapi kalau misalnya jadi VP HRD pun tidak bisa disalahkan karena tidak 
loyal sama profesi, kan dia loyal sama perusahaan

Kita memang tidak akan sama semua. . . . . .
setiap orang punya standard dan asumsi ttg Nilai (value)

Nah seperti yang di uraikan oleh Pak TAM  ttg hukum pasar, mestinya perusahaan2 di 
Indonesia harus bisa menjawab challengedari pasar.
dan target nya bukan orang2 yang sudah diluar, tetapi lebih kepada orang yang 
masih di dalam sebelum keluar

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-14 Terurut Topik OK Taufik

Noor,

Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di
didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin
mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon
karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas
ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena
sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji,
tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan
jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih
dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu.

Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa
co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih
sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul,
sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali
memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total.

On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:

Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di
Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual
Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan
pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview.

Bagaimana etikanya ?
Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini.
Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang
aku tulis disini :
http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce-challenge/
Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru
menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga
saat ini.

Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari
Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I
hope you will be the part of the survey.

Etics, values, price and pride   semua menjadi absurd ketika
'bisnis is not running as usual'.

rdp

On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Rekans,
 Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya 
sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk 
kita diskusikan lagi.

 Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang 
sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak 
setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 
'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).

 Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses 
rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para 
profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan 
bukan orang yang baru lulus).

 Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding 
dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. 
Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet 
untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi 
sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang 
dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in interview. Jadi kalau kita 
main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya 
teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari 
benefit yang ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari 
indonesia yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan.
 Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana 
menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik dari sisi 
perlakuan (treatment) maupun kompensasi.

 Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang 
beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu. Masak 
sih profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh pelosok dunia 
mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang lebih terhormat untuk 
memperlakukan profesional kita itu: via head hunter, tele-interview dll.
 Saya nggak tahu apa memang itu sudah merupakan kewajaran, tapi dari 
pengalaman pribadi pindah-pindah perusahaan belum pernah saya diperlakukan seperti 
itu pada proses rekruitmentnya.

 Frank juga menyinggung soal gentlement agreement antar perusahaan yang dulu 
pernah ada di Indonesia juga: antara Unocal, Vico dan Total. Mereka tidak akan 
saling rekrut karena faktor etika perusahaan yang beroperasi di kawasan yang sama. 
Nah di sini juga menyangkut etika proses rekruitment. Dalam artian kalaupun tidak 
ada perjanjian bukan berarti bisa saling sikat seenak udele dewe...:-).



 salam,
 * waktu kuliah etika, saya hanya dapat C

 - Original Message 
 From: Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, November 15, 2006 2:27:09 AM
 Subject: Re: [iagi-net-l] lelang budak


 tambahan lagi untuk uraian Pak TAM, kalau dulu hanya majikan (yg 

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-14 Terurut Topik Shofiyuddin

Berarti Total itu mulia lho, mendidik orang dan melepasnya. Sementara Vico
juga oke karena dapat orang bagus dengan memberikan gaji bagus. Jadi
semuanya bagus lho! ... ini positif thinking aja. Apa ada yang salah?
mungkin cuma soal balas budi kali ya. Ada anggapan umum yang mengatakan
apakah loyalitas kita kepada coy sudah setimpal dengan apa yang diberikan
coy kepada kita? uang memang bukan segalanya, tapi bisa menjadi faktor utama
membuat keputusan.

Kedua, enggak usahlah kita menghakimi orang yang mau nerima gaji
rendah dengan alasan akan merusak pasaran. Mereka menerima itu dengan alasan
sendiri, butuh makan, minum, rumah dan sebagainya. Anggap aja rejeki orang
beda beda, hak tiap orang untuk menerima dan menolak pekerjaan yang
ditawarkan. Toh kita gak bisa berbuat apapun kalo mereka menerima saran kita
untuk menolak pekerjaan, apa kita mau beri pekerjaan ke mereka? .



On 11/15/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote:


Noor,

Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di
didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin
mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon
karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas
ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena
sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji,
tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan
jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih
dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu.

Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa
co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih
sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul,
sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali
memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total.

On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di
 Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual
 Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan
 pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview.

 Bagaimana etikanya ?
 Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini.
 Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang
 aku tulis disini :

http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce-challenge/
 Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru
 menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga
 saat ini.

 Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari
 Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I
 hope you will be the part of the survey.

 Etics, values, price and pride   semua menjadi absurd ketika
 'bisnis is not running as usual'.

 rdp

 On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Rekans,
  Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja
saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi
menarik untuk kita diskusikan lagi.
 
  Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik
yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa
saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi
dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).
 
  Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah
proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam
merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang
dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus).
 
  Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus
dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu.
Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang
kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan
menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga
dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang
jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar
tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan
seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang
ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari indonesia
yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan.
  Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana
menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik
dari sisi perlakuan (treatment) maupun kompensasi.
 
  Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang
beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu.
Masak sih profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh
pelosok dunia mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang
lebih terhormat untuk memperlakukan 

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-14 Terurut Topik PRAKOSO, Anton

hehehe pak OK, coba kalau si kumpeni akhirnya menggaji karyawan tersebut
bener-bener 1 juta seperti yang diminta... wah kalau itu terjadi HR nya yang
kelewatan (untung nggak terjadi)

rekans, mungkin ada yang bisa sharing...,

jika dalam interview demikian.. soal benefit dan salary yang akan diterima
apakah peran HR disini juga merupakan salah satu parameter penting ??
karena, kenapa kok semakin lama benefit dan salary kumpeni semakin turun
(seperti yang pernah ditulis sebelumnya)...

jadi ingat kata-kata temen :
'kadang kita ini bukan hanya dijajah oleh orang asing... orang kita sendiri
juga menjajah kita'

AP

On 11/15/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote:


Noor,

Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di
didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin
mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon
karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas
ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena
sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji,
tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan
jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih
dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu.

Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa
co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih
sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul,
sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali
memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total.

On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di
 Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual
 Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan
 pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview.

 Bagaimana etikanya ?
 Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini.
 Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang
 aku tulis disini :

http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce-challenge/
 Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru
 menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga
 saat ini.

 Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari
 Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I
 hope you will be the part of the survey.

 Etics, values, price and pride   semua menjadi absurd ketika
 'bisnis is not running as usual'.

 rdp

 On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Rekans,
  Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja
saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi
menarik untuk kita diskusikan lagi.
 
  Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik
yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa
saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi
dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).
 
  Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah
proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam
merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang
dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus).
 
  Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus
dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu.
Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang
kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan
menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga
dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang
jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar
tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan
seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang
ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari indonesia
yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan.
  Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana
menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik
dari sisi perlakuan (treatment) maupun kompensasi.
 
  Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang
beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu.
Masak sih profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh
pelosok dunia mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang
lebih terhormat untuk memperlakukan profesional kita itu: via head hunter,
tele-interview dll.
  Saya nggak tahu apa memang itu sudah merupakan kewajaran, tapi dari
pengalaman pribadi pindah-pindah perusahaan belum pernah saya diperlakukan
seperti itu pada proses rekruitmentnya.
 
  Frank juga menyinggung soal 

RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-14 Terurut Topik Leonard Lisapaly


Saya setuju. Rasanya kita tidak sedang merusak pasaran, karena mekanisme
pasar mungkin memang seperti itu. 

Perpindahan tenaga kerja khan juga sering ada faktor self driven, maksudnya
emang maunya dia. So, suka dan duka pasti punya dia sendiri, atau kalau mau
dia bisa bagi2, buat memacu atau mengingatkan orang.

LL


-Original Message-
From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:44 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
budak

Berarti Total itu mulia lho, mendidik orang dan melepasnya. Sementara Vico
juga oke karena dapat orang bagus dengan memberikan gaji bagus. Jadi
semuanya bagus lho! ... ini positif thinking aja. Apa ada yang salah?
mungkin cuma soal balas budi kali ya. Ada anggapan umum yang mengatakan
apakah loyalitas kita kepada coy sudah setimpal dengan apa yang diberikan
coy kepada kita? uang memang bukan segalanya, tapi bisa menjadi faktor utama
membuat keputusan.

Kedua, enggak usahlah kita menghakimi orang yang mau nerima gaji
rendah dengan alasan akan merusak pasaran. Mereka menerima itu dengan alasan
sendiri, butuh makan, minum, rumah dan sebagainya. Anggap aja rejeki orang
beda beda, hak tiap orang untuk menerima dan menolak pekerjaan yang
ditawarkan. Toh kita gak bisa berbuat apapun kalo mereka menerima saran kita
untuk menolak pekerjaan, apa kita mau beri pekerjaan ke mereka? .



On 11/15/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Noor,

 Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di
 didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin
 mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon
 karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas
 ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena
 sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji,
 tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan
 jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih
 dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu.

 Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa
 co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih
 sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul,
 sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali
 memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total.

 On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di
  Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual
  Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan
  pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview.
 
  Bagaimana etikanya ?
  Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini.
  Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang
  aku tulis disini :
 

http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce-
challenge/
  Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru
  menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga
  saat ini.
 
  Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari
  Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I
  hope you will be the part of the survey.
 
  Etics, values, price and pride   semua menjadi absurd ketika
  'bisnis is not running as usual'.
 
  rdp
 
  On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Rekans,
   Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja
 saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi
 menarik untuk kita diskusikan lagi.
  
   Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik
 yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan
bahwa
 saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi
 dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).
  
   Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah
 proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam
 merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai
yang
 dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus).
  
   Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus
 dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu.
 Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang
 kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan
 menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga
 dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang
 jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar
 tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan
 seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang
 ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-14 Terurut Topik Muhammad Fauzi

Saya setuju dengan Shofi,
Marilah kita berpikiran terbuka dan melihat sudut pandang orang lain juga.
Hiring process ini tidak lepas dari mekanisme pasar dimana banyak komponen
yg mempengaruhi seperti demand, experience, kemampuan, gaji, dll.
Tidak ada salahnya orang meminta gaji Rp 1 juta, no problem at all.
Apakah untuk menjaga 'market' kita kemudian kita berharap anak itu meminta
US$ 6000 ?

Kita sendirilah yang seharusnya menjaga pasar kita, bukan bergantung pada
pilihan orang.
Kita sendiri yang harus bisa meyakinkan bahwa investment Rp 1 juta berbeda
jauh dengan investment US$ 6000.
Ada pepatah you pay peanuts you get monkey.

salam,
Fauzi



2006/11/15, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]:


Berarti Total itu mulia lho, mendidik orang dan melepasnya. Sementara Vico
juga oke karena dapat orang bagus dengan memberikan gaji bagus. Jadi
semuanya bagus lho! ... ini positif thinking aja. Apa ada yang salah?
mungkin cuma soal balas budi kali ya. Ada anggapan umum yang mengatakan
apakah loyalitas kita kepada coy sudah setimpal dengan apa yang diberikan
coy kepada kita? uang memang bukan segalanya, tapi bisa menjadi faktor
utama
membuat keputusan.

Kedua, enggak usahlah kita menghakimi orang yang mau nerima gaji
rendah dengan alasan akan merusak pasaran. Mereka menerima itu dengan
alasan
sendiri, butuh makan, minum, rumah dan sebagainya. Anggap aja rejeki orang
beda beda, hak tiap orang untuk menerima dan menolak pekerjaan yang
ditawarkan. Toh kita gak bisa berbuat apapun kalo mereka menerima saran
kita
untuk menolak pekerjaan, apa kita mau beri pekerjaan ke mereka? .



On 11/15/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Noor,

 Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di
 didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin
 mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon
 karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas
 ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena
 sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji,
 tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan
 jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih
 dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu.

 Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa
 co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih
 sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul,
 sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali
 memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total.

 On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di
  Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual
  Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan
  pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview.
 
  Bagaimana etikanya ?
  Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini.
  Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang
  aku tulis disini :
 

http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce-challenge/
  Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru
  menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga
  saat ini.
 
  Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari
  Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I
  hope you will be the part of the survey.
 
  Etics, values, price and pride   semua menjadi absurd ketika
  'bisnis is not running as usual'.
 
  rdp
 
  On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Rekans,
   Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja
 saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini
menjadi
 menarik untuk kita diskusikan lagi.
  
   Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan
topik
 yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan
bahwa
 saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi
 dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).
  
   Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah
 proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam
 merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai
yang
 dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus).
  
   Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus
 dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti
itu.
 Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang
 kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan
 menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga
 dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter
sekarang
 jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah
pasar
 tenaga profesional Indonesia di luar 

Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-14 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Noor,  menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga 
merupakan hukum pasar.
yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga.
dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita.
sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2.
Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi mereka. 
pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama.

fbs


- Original Message 
From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:32:43 AM
Subject: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak


Rekans,
Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya 
sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik 
untuk kita diskusikan lagi.

Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang 
sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya 
tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap 
sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-).

Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses 
rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para 
profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan 
dan bukan orang yang baru lulus).

Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding 
dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. 
Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang 
kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan 
sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses 
rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in 
interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional 
Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di 
tanah arab sana: makin hari benefit yang ditawarkan makin turun saja karena 
banyak teman-teman baru dari indonesia yang sering main sambar saja kontrak 
yang ditawarkan.
Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana menjaga 
daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik dari sisi 
perlakuan (treatment) maupun kompensasi.

Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang beramai-ramai 
dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu. Masak sih 
profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh pelosok dunia 
mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang lebih terhormat 
untuk memperlakukan profesional kita itu: via head hunter, tele-interview dll.
Saya nggak tahu apa memang itu sudah merupakan kewajaran, tapi dari pengalaman 
pribadi pindah-pindah perusahaan belum pernah saya diperlakukan seperti itu 
pada proses rekruitmentnya.

Frank juga menyinggung soal gentlement agreement antar perusahaan yang dulu 
pernah ada di Indonesia juga: antara Unocal, Vico dan Total. Mereka tidak akan 
saling rekrut karena faktor etika perusahaan yang beroperasi di kawasan yang 
sama. Nah di sini juga menyangkut etika proses rekruitment. Dalam artian 
kalaupun tidak ada perjanjian bukan berarti bisa saling sikat seenak udele 
dewe...:-).



salam, 
* waktu kuliah etika, saya hanya dapat C

- Original Message 
From: Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, November 15, 2006 2:27:09 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] lelang budak


tambahan lagi untuk uraian Pak TAM, kalau dulu hanya majikan (yg punya budak 
yang untung) kalau sekarang majikan dan budaknya juga untung.
eh malah ada majikan yang rugi karena kehilangan budak.

Kerja sebagai manajer pun boleh dianggap sebagai budak pekerjaan. berapa kali 
manajer harus melakukan pekerjaan yang tdk sesuai dengan hati nurani karena 
disuruh oleh atasan atau supaya menyelamatkan diri. 
Pak Iswani juga menyinggung soal halal dan tidak halal, saya pikir yang itu 
tidak perlu diperjelas lagi. 

jadi ingat ungkapan Pak ADB beberapa tahun lalu soal loyalitas, yaitu loyalitas 
profesi. Tapi kalau misalnya jadi VP HRD pun tidak bisa disalahkan karena tidak 
loyal sama profesi, kan dia loyal sama perusahaan

Kita memang tidak akan sama semua. . . . . .
setiap orang punya standard dan asumsi ttg Nilai (value)

Nah seperti yang di uraikan oleh Pak TAM  ttg hukum pasar, mestinya perusahaan2 
di Indonesia harus bisa menjawab challengedari pasar.
dan target nya bukan orang2 yang sudah diluar, tetapi lebih kepada orang yang 
masih di dalam sebelum keluar
Karena kalau sudah diluar biasanya sudah susah untuk ditarik masuk terutama 
kalau sudah dapat/masuk  comfort zone'. (kalau Sofyi sih lain, dia takut sama 
godaan anak2 buah nya yang puluhan orang)

kalau gaya Petronas lain, mereka baru saja membuat MOU ttg kerjasama di bidang 
downstream dengan Saudi Aramco. dan dampak nya Saudi Aramco tidak

RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak

2006-11-14 Terurut Topik wilfred
Apakah training setiap pegawai KPS di lingkup BPMIGAS dimasukkan kedalam
cost recovery?. Kalau iya, bukankan ada peran Negara (pemerintah) untuk
membayar 85% cost training. Artinya Negara membantu men-Train SDM nya
untuk mengabdi di Luar Negeri (bekerja di Shell, Petronas, Saudi Aramco,
etc). 

Perusahaan asing dapat langsung memanfaatkan SDM yang di train dengan
biaya rakyat untuk bekerja di luar, untuk benefit pribadi dan
perusahaan. Mumet aku.Biar SBY, JSK, ABC, DEF, KLM, RBA, GIA, ANDA ikut
mumet lah. 

Wilfred

-Original Message-
From: Muhammad Fauzi [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 15, 2006 9:22 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang
budak

Saya setuju dengan Shofi,
Marilah kita berpikiran terbuka dan melihat sudut pandang orang lain
juga.
Hiring process ini tidak lepas dari mekanisme pasar dimana banyak
komponen
yg mempengaruhi seperti demand, experience, kemampuan, gaji, dll.
Tidak ada salahnya orang meminta gaji Rp 1 juta, no problem at all.
Apakah untuk menjaga 'market' kita kemudian kita berharap anak itu
meminta
US$ 6000 ?

Kita sendirilah yang seharusnya menjaga pasar kita, bukan bergantung
pada
pilihan orang.
Kita sendiri yang harus bisa meyakinkan bahwa investment Rp 1 juta
berbeda
jauh dengan investment US$ 6000.
Ada pepatah you pay peanuts you get monkey.

salam,
Fauzi



2006/11/15, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]:

 Berarti Total itu mulia lho, mendidik orang dan melepasnya. Sementara
Vico
 juga oke karena dapat orang bagus dengan memberikan gaji bagus. Jadi
 semuanya bagus lho! ... ini positif thinking aja. Apa ada yang salah?
 mungkin cuma soal balas budi kali ya. Ada anggapan umum yang
mengatakan
 apakah loyalitas kita kepada coy sudah setimpal dengan apa yang
diberikan
 coy kepada kita? uang memang bukan segalanya, tapi bisa menjadi faktor
 utama
 membuat keputusan.

 Kedua, enggak usahlah kita menghakimi orang yang mau nerima gaji
 rendah dengan alasan akan merusak pasaran. Mereka menerima itu dengan
 alasan
 sendiri, butuh makan, minum, rumah dan sebagainya. Anggap aja rejeki
orang
 beda beda, hak tiap orang untuk menerima dan menolak pekerjaan yang
 ditawarkan. Toh kita gak bisa berbuat apapun kalo mereka menerima
saran
 kita
 untuk menolak pekerjaan, apa kita mau beri pekerjaan ke mereka? .



 On 11/15/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Noor,
 
  Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di
  didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin
  mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon
  karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas
  ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena
  sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji,
  tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini
kan
  jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih
  dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu.
 
  Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya
jumpa
  co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih
  sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul,
  sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama
sekali
  memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total.
 
  On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di
   Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual
   Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan
   pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview.
  
   Bagaimana etikanya ?
   Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis
ini.
   Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti
yang
   aku tulis disini :
  
 

http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workf
orce-challenge/
   Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru
   menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya
hingga
   saat ini.
  
   Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari
   Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini.
I
   hope you will be the part of the survey.
  
   Etics, values, price and pride   semua menjadi absurd ketika
   'bisnis is not running as usual'.
  
   rdp
  
   On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote:
Rekans,
Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini.
Sengaja
  saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini
 menjadi
  menarik untuk kita diskusikan lagi.
   
Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan
 topik
  yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah
ditafsirkan
 bahwa
  saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar,
apalagi
  dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi