Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Adi, BTW kita selisipan, aku lagi di Jakarta... Soal ganti paspor, aku agak bimbang karena punya 2 pendapat. Di satu pihak, saya sangat bisa memaklumi mereka yang ganti paspor bahkan dalam beberapa hal sangat mendukung. Alasannya bukan soal gaji yang lebih gede seperti contoh di Aramco yang anda sebutkan. Ini mah kasihan atau bego di Aramco nya. Memangnya dia jadi better geologist hanya dengan merubah passport ?? Jadi ingat kisah Abu Nawas yang baru bisa diterima di kenduri setelah mengganti jubahnya, ahirnya semua makanan minumam ditumpahkan ke jubahnya sambil berkata bahwa jubah inilah yang diundang ke kenduri dan bukan saya. Alasan saya dukung ganti paspor lebih disebabkan keinginan agar timbul 'diaspora' bangsa Indonesia di mancanegara . Dengan menjadi warganegara setempat, lebih besar kesempatan mewarnai kebijakan politik, ekonomi dan sosial negara itu. Kasus yang sering kita dengar adalah diaspora Yahudi yang begitu kental mempengaruhi kebijaksanaan luar negeri AS. Diaspora India dan Pakistan juga mulai menumbuhkan pengaruh di Inggris. Dengan tumbuhnya diaspora Indonesia siapa tahu 50 tahun mendatang di AS, Inggris atau Australia akan muncul senator atau presiden dengan nama belakang Bakri dan Waluyo. Tentunya kita harap mereka masih ada kecintaan terhadap 'tanah leluhurnya'. Di lain pihak, saya sadar betul bahwa banyak sekali faktor-faktor yang harus dipertimbangkan sebelum ganti paspor. Saya pernah bicara dengan seorang ibu warga Australia yang kuatir kalau nanti wafat, tidak akan bisa dimakamkan di makam keluarganya di Jogja karena sudah bukan WNI lagi. Ada lagi orang yang merasa 'nyes' karena harus mengurus visa Indonesia setiap kali ingin pulangkampung menjenguk orangtuanya. So, bukan pilihan yang mudah broer... Cheers Oki --- Adi Trianto [EMAIL PROTECTED] wrote: Gimana kalau ganti passport dan kewarganegaraan saja... Ini terjadi di Saudi Aramco loh, kalau grade/klas 1 adalah untuk WN Amerika, Grade 2 untuk WN Inggris, Canadian (Indonesia, Malaysian masuk dalam grade 2), grade 3 adalah local Saudi, trus Grade 4 adalah Asian dll. Orang India, yang tahun lalu ganti passport menjadi American, disini terbukti diperlakukan sebagai American (lompat grade dari 4 ke 1 ). Intinya adalah, banyak jalan menuju rate yang lebih tinggi, salah satunya adalah ganti kewarganegaraan. Dan banyak saya temui disini, orang India, Pakistan, dan South American yang datang ke SA dengan passport Amerika, Australia atau Inggris. Wassm, Adi T On 11/16/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote: Mungkin itu yg lagi terjadi mir, coba lihat dari sisi profesi kita sekarang, jarang jumpa WSG bule di Petronas. yang ada Indonesia, dan lokal. Kalau mendengar pertimbangan 3rd partynya, terlampau mahal mendatangkan WSG bule, daily rate yg tinggi dan biaya lainnya yg juga mahal. dari sisi kita sendiri bayaran yg kita peroleh lebih tinggi dari standard di DN, tapi juga sampai kapan?..esok-esok akan menyerang India WSG dengan bayaran lebih rendah maka turun lagi harga di pasaran, tanpa sadar kita memang lagi merusak pasaran WSG di overseas On 11/15/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Singkatnya merusak pasaran..? Uuntuk fresh graduate nggak bisa dijadikan patokan. Karena mereka belum mempunyai harga tawar. Walaupun IP tinggi, aktifis ini-itu, dlsb. Kadang-kadang tidak berbanding lurus, walaupun usaha tetap diwajibkan dalam agama. Strategi, yang penting kerja dulu, sangat manusiawi dan paling masuk akal. Paling sedikit, menunjukan si pekerja, mau bekerja keras. Soal merusak pasaran di kalangan yang berpengalaman kerja, juga sudah sering dibahas. Katanya Petronas, Saudi Aramco sekarang tidak seperti yang dulu. Saya sendiri nggak tahu, apa benar jauh beda, apa sedikit-sedikit saja. Kalau cuma sedikit sih, gak apa-apa. Tapi kalau sampai digaji seperti TKW, ya.. jangan ...kasihan. Jangan-jangan orang Kulit putih (Eropa-Amerika sudah mencap orang (geologist) Asia merusak pasaran juga. Dalam skala umum, kita melihat produk China juga sudah merusak pasaran produk negara Asean. -Original Message- From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:13 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Noor, Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji, tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Saluto for ribet tentang budak-budak Lengo. No comment, sedang nganggur dengan keterampilan terbatas, jadi sulit cari gawean. Jadi malu hati nih, gabung ke iagi-net, nasibmu nak. Mungkin ada yang bisa bantu 1jt sebulan jadi lah dr pd gigit jari. HF harus fight __ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006 - detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe (informasi gaji, benefit dsb). karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule dsb). saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1 orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii yang bekerja di luar. Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner - pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa membawa kawan - kawan yang lain. Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus tuh ? Regards Kartiko SAMODRO Telp : (0 )147443540 Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] A .com iagi-net@iagi.or.id cc 15/11/2006 05:11 Objet Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak à [EMAIL PROTECTED] .id Noor, menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga merupakan hukum pasar. yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga. dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita. sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2. Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama. fbs - Original Message From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:32:43 AM Subject: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus). Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari indonesia yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan. Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik dari sisi perlakuan (treatment) maupun kompensasi. Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu. Masak sih profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh pelosok dunia mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang lebih terhormat untuk memperlakukan profesional kita itu: via head hunter, tele-interview dll. Saya nggak tahu apa memang itu sudah merupakan kewajaran, tapi dari pengalaman pribadi pindah-pindah perusahaan belum pernah saya diperlakukan seperti itu pada proses rekruitmentnya. Frank juga menyinggung soal gentlement agreement antar perusahaan yang
RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Singkatnya merusak pasaran..? Uuntuk fresh graduate nggak bisa dijadikan patokan. Karena mereka belum mempunyai harga tawar. Walaupun IP tinggi, aktifis ini-itu, dlsb. Kadang-kadang tidak berbanding lurus, walaupun usaha tetap diwajibkan dalam agama. Strategi, yang penting kerja dulu, sangat manusiawi dan paling masuk akal. Paling sedikit, menunjukan si pekerja, mau bekerja keras. Soal merusak pasaran di kalangan yang berpengalaman kerja, juga sudah sering dibahas. Katanya Petronas, Saudi Aramco sekarang tidak seperti yang dulu. Saya sendiri nggak tahu, apa benar jauh beda, apa sedikit-sedikit saja. Kalau cuma sedikit sih, gak apa-apa. Tapi kalau sampai digaji seperti TKW, ya.. jangan ...kasihan. Jangan-jangan orang Kulit putih (Eropa-Amerika sudah mencap orang (geologist) Asia merusak pasaran juga. Dalam skala umum, kita melihat produk China juga sudah merusak pasaran produk negara Asean. -Original Message- From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:13 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Noor, Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji, tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu. Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul, sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total. On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview. Bagaimana etikanya ? Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini. Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang aku tulis disini : http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce -challenge/ Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga saat ini. Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I hope you will be the part of the survey. Etics, values, price and pride semua menjadi absurd ketika 'bisnis is not running as usual'. rdp On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus). Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari indonesia yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan. Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik dari sisi perlakuan (treatment) maupun kompensasi. Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu. Masak
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE. Ini info yang kami dapat dari TKI kita : TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/ Qatar Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000 riyal/bulan Operator Crane Rp 2 - 4 juta/bulan 7000 - 12000 riyal/ dinar / 3000-4000 USD/bulan Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD Welder Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/ 2500 - 4000 USD/bulan DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000 riyal/dinar/vulan Petroleum Eng 5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000 USD/month+medical free/education free/vacation free Geologist 5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000 USD/month ( same above ) PE /Geologist 15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000 USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free. Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman di Indonesia sudah 15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik. Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan. Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ?? Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ? Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo ngono - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe (informasi gaji, benefit dsb). karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule dsb). saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1 orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii yang bekerja di luar. Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner - pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa membawa kawan - kawan yang lain. Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus tuh ? Regards Kartiko SAMODRO Telp : (0 )147443540 Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] A .com iagi-net@iagi.or.id cc 15/11/2006 05:11 Objet Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak à [EMAIL PROTECTED] .id Noor, menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga merupakan hukum pasar. yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga. dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita. sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2. Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama. fbs - Original Message From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:32:43 AM Subject: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus). Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head
RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Mas Kabul, Itu angka net atau gross dan tahun berapa mas ? Setahu saya kalau sekarang angka di Jakarta utk geoscientist 5-7 th sudah mulai bermain di sekitar 25 - 30 jt, bahkan ada pula yg berani kasih di atas 30 jt Utk 15 th ..gak tau saya, mungkin kakak-kakak kangmas yg bisa menjawabnya. Yang pasti oke punya lah :-) Salam, Ferry -Original Message- From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:58 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE. Ini info yang kami dapat dari TKI kita : TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/ Qatar Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000 riyal/bulan Operator Crane Rp 2 - 4 juta/bulan 7000 - 12000 riyal/ dinar / 3000-4000 USD/bulan Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD Welder Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/ 2500 - 4000 USD/bulan DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000 riyal/dinar/vulan Petroleum Eng 5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000 USD/month+medical free/education free/vacation free Geologist 5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000 USD/month ( same above ) PE /Geologist 15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000 USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free. Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman di Indonesia sudah 15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik. Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan. Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ?? Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ? Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo ngono - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe (informasi gaji, benefit dsb). karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule dsb). saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1 orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii yang bekerja di luar. Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner - pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa membawa kawan - kawan yang lain. Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus tuh ? Regards Kartiko SAMODRO Telp : (0 )147443540 Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] A .com iagi-net@iagi.or.id cc 15/11/2006 05:11 Objet Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak à [EMAIL PROTECTED] .id Noor, menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga merupakan hukum pasar. yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga. dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita. sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2. Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama. fbs - Original Message From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:32:43 AM Subject: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Mas Kabul dan rekan lainnya, Walaupun sudah saya ulang dalam email terakhir, kelihatannya topik diskusi ini lebih ke arah membandingkan opportunity di luar dengan di dalam (terutama dalam hal finansial, seperti ditulis oleh mas Kabul di bawah ini). Jadi kelihatannya saya tutup saja tread ini. Sekali lagi saya sampaikan bahwa saya tidak kontra dengan pilihan rekan-rekan yang memilih berkarya di luar. salam, * tapi mosok sih ada geologist dengan pengalaman 15thn cuman digaji 15 juta sebulan..? - Original Message From: Kabul Ahmad [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:57:30 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE. Ini info yang kami dapat dari TKI kita : TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/ Qatar Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000 riyal/bulan Operator Crane Rp 2 - 4 juta/bulan 7000 - 12000 riyal/ dinar / 3000-4000 USD/bulan Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD Welder Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/ 2500 - 4000 USD/bulan DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000 riyal/dinar/vulan Petroleum Eng 5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000 USD/month+medical free/education free/vacation free Geologist 5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000 USD/month ( same above ) PE /Geologist 15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000 USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free. Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman di Indonesia sudah 15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik. Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan. Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ?? Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ? Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo ngono - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe (informasi gaji, benefit dsb). karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule dsb). saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1 orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii yang bekerja di luar. Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner - pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa membawa kawan - kawan yang lain. Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus tuh ? Regards Kartiko SAMODRO Telp : (0 )147443540 Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] A .com iagi-net@iagi.or.id cc 15/11/2006 05:11 Objet Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak à [EMAIL PROTECTED] .id Noor, menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga merupakan hukum pasar. yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga. dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita. sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2. Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama. fbs - Original Message From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:32:43 AM Subject: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai
RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Sekadar usulan buat webmaster IAGI, Ada baiknya di website IAGI, ada salary survey dengan interaktif input (real time), Seseorang (dengan nama Anonim/initial) bisa memasukan besar gaji, tunjangan dan lain-lain. Plus kondisi kerja seperti lokasi kerja/ tempat tinggal (Jakarta, Duri, Bpn, Timur Tengah,Jogja, Afrika, Papua, Lombok),lapangan/kantoran, dll. Yang memasukan data, juga bisa mengupdate, siapa tahu akhir tahun ini ada kenaikan 20%, jadi data th 2006 jadi gak valid lagi. :-) Gunanya buat apa? Saya yakin .berguna bagi orang tua dan muda, karyawan, dosen, mahasiswa, dll..Antara lain supaya tidak selalu melihat ke atas, nanti kesandung, Atau selalu melihat kebawah, nanti nabrak bos Kalau sudah ada tabelnya, pasti rajin ditengok tuh website IAGI..he.he.he.. -Original Message- From: Ferry Bastaman Hakim [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:36 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Mas Kabul, Itu angka net atau gross dan tahun berapa mas ? Setahu saya kalau sekarang angka di Jakarta utk geoscientist 5-7 th sudah mulai bermain di sekitar 25 - 30 jt, bahkan ada pula yg berani kasih di atas 30 jt Utk 15 th ..gak tau saya, mungkin kakak-kakak kangmas yg bisa menjawabnya. Yang pasti oke punya lah :-) Salam, Ferry -Original Message- From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:58 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE. Ini info yang kami dapat dari TKI kita : TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/ Qatar Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000 riyal/bulan Operator Crane Rp 2 - 4 juta/bulan 7000 - 12000 riyal/ dinar / 3000-4000 USD/bulan Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD Welder Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/ 2500 - 4000 USD/bulan DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000 riyal/dinar/vulan Petroleum Eng 5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000 USD/month+medical free/education free/vacation free Geologist 5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000 USD/month ( same above ) PE /Geologist 15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000 USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free. Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman di Indonesia sudah 15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik. Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan. Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ?? Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ? Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo ngono - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe (informasi gaji, benefit dsb). karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule dsb). saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1 orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii yang bekerja di luar. Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner - pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa membawa kawan - kawan yang lain. Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus tuh ? Regards Kartiko SAMODRO Telp : (0 )147443540 Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] A .com iagi-net@iagi.or.id cc 15/11/2006 05:11 Objet Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak à [EMAIL PROTECTED] .id Noor, menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga merupakan hukum pasar. yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga. dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita. sekali
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
salam, * tapi mosok sih ada geologist dengan pengalaman 15thn cuman digaji 15 juta sebulan..? Kalau mau tahu yang di KL silahkan lihat surveynya disini : http://bspektrum.blogspot.com/2006/05/update-bocoran.html - Lagi-lagi blognya RDP ... + Bukan kok ini yang buat Kang Aris, aku cuman ngisi doang :( Utk jelasnya dateng ke PIT IAGI di Pekanbaru :) RDP - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006 - detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Itu basic salarybukan take home pay yang ada bonus, tunjangan lapangan, meals, transport dll itu Masak ada basic salary geoscientist yang30 jt /bln dgn pengalaman 5-7 tahun ? Bisanya hanya perusahaan jenis konsultan asing dengan fee hourly consultancy...( ada yang bayarannya perjam 100 - 200 USD ), tapi itu sedikit bahkan jarang. OK,...aku mau tunggu mas Rovicky mengudel-udel masalah ini di PIT IAGI Pekanbaru...tak tunggu... - Original Message - From: Ferry Bastaman Hakim [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:35 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Mas Kabul, Itu angka net atau gross dan tahun berapa mas ? Setahu saya kalau sekarang angka di Jakarta utk geoscientist 5-7 th sudah mulai bermain di sekitar 25 - 30 jt, bahkan ada pula yg berani kasih di atas 30 jt Utk 15 th ..gak tau saya, mungkin kakak-kakak kangmas yg bisa menjawabnya. Yang pasti oke punya lah :-) Salam, Ferry -Original Message- From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:58 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE. Ini info yang kami dapat dari TKI kita : TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/ Qatar Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000 riyal/bulan Operator Crane Rp 2 - 4 juta/bulan 7000 - 12000 riyal/ dinar / 3000-4000 USD/bulan Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD Welder Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/ 2500 - 4000 USD/bulan DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000 riyal/dinar/vulan Petroleum Eng 5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000 USD/month+medical free/education free/vacation free Geologist 5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000 USD/month ( same above ) PE /Geologist 15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000 USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free. Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman di Indonesia sudah 15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik. Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan. Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ?? Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ? Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo ngono - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe (informasi gaji, benefit dsb). karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule dsb). saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1 orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii yang bekerja di luar. Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner - pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa membawa kawan - kawan yang lain. Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus tuh ? Regards Kartiko SAMODRO Telp : (0 )147443540 Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] A .com iagi-net@iagi.or.id cc 15/11/2006 05:11 Objet Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak à [EMAIL PROTECTED] .id Noor, menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga merupakan hukum pasar. yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga. dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita. sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2. Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama. fbs - Original Message From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:32:43 AM Subject: [iagi-net
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Tabel yang dibikin mas Kabul itu range geoscientist permanent employee di KPS, sedangkan yang dicontohkan mas Ferry itu pasti bukan pegawai seperti diatas - tapi yag kerja sbg konsultan (itu bisa dipercaya), utk geoscientist 15 th sbg konsultan ada yang sampai diatas 60 jt. Kabul Ahmad [EMAIL PROTECTED] wrote: Itu basic salarybukan take home pay yang ada bonus, tunjangan lapangan, meals, transport dll itu Masak ada basic salary geoscientist yang30 jt /bln dgn pengalaman 5-7 tahun ? Bisanya hanya perusahaan jenis konsultan asing dengan fee hourly consultancy...( ada yang bayarannya perjam 100 - 200 USD ), tapi itu sedikit bahkan jarang. OK,...aku mau tunggu mas Rovicky mengudel-udel masalah ini di PIT IAGI Pekanbaru...tak tunggu... - Original Message - From: Ferry Bastaman Hakim To: Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:35 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Mas Kabul, Itu angka net atau gross dan tahun berapa mas ? Setahu saya kalau sekarang angka di Jakarta utk geoscientist 5-7 th sudah mulai bermain di sekitar 25 - 30 jt, bahkan ada pula yg berani kasih di atas 30 jt Utk 15 th ..gak tau saya, mungkin kakak-kakak kangmas yg bisa menjawabnya. Yang pasti oke punya lah :-) Salam, Ferry -Original Message- From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:58 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak - Sponsored Link $200,000 mortgage for $660/mo - 30/15 yr fixed, reduce debt, home equity - Click now for info
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Noor, Bukan niat ngeroyok antum (betawi: ente)tapi sekedar urun aja... Kata istri yang kebetulan nguplek di HRD, 'janganlah setia pada kantor atau atasan, tapi setialah pada profesi'. Bukan apa-apa kalau setia pada kantor/atasan, ternyata keduanya tidak bisa memenuhi harapan kita, nanti kecewa. ... Kembali ke soal walk in recruitment, etika dan komoditi. Pertama soal komoditi. Menurut ilmu sales (kebetulan pernah jualan software) Komoditi berarti produk yang bisa didapat dimana-mana tanpa ada pembedaan soal kualitas dan performa. Satu-satunya pembeda adalah kuantitas, timely delivery dan HARGA. Di atas level komoditi ada level preferred product dan di atasnya lagi ada yang namanya trusted solution. Di dunia tenaga kerja, contoh yang paling nyata dari profesi yang berlabel komoditi adalah domestic helper alias PRT. Pasar PRT Timur tengah didominasi oleh yang berasal dari India dan Srilanka (karena Pakistan dan Bangladesh melarang pengiriman TK Wanita sebagai pembantu rumah tangga) karena merekalah yang bisa mensuplai banyak dengan ongkos murah (jarak lebih dekat ketimbang Indonesia). PRT Indonesia meskipun mayoritas juga masih ada di level komoditi, sebenarnya sudah mulai bergerak ke arah 'preferred product' karena dinilai lebih rajin,'nrimo', tidak cingong (mungkin karena kurangnya penguasaan bahasa !), kesamaan agama mayoritas sampai kesoal bau badan yang 'lebih wangi'. Experimen yang agak extreme coba dilakukan pemerintah Filipina minggu lalu. Secara sepihak mereka menaikkan standard gaji PRT nya tiga kali lipat ie. coba meninggalkan label komoditi dan persaingan harga. Diferensiasi yang mereka jual adalah kemampuan bahasa Inggris, personal hygine (katanya kalau dari Filipina lebih bersih...sangat penting untuk baby sitter) sampai ke first aid skill, kemampuan menjadi tutor pelajaran dll. Kita lihat apakah experimen ini akan berhasil, tapi dari liputan media banyak para agen penerima tenaga kerja di Timteng (Khususnya Kuwait) yang menyatakan akan berhenti 'mengimpor' PRT Filipina dan mengalihkannya ke negara lain (ya Indonesia lah). Apakah profesi kita sudah merosot sampai ke tahap komoditi ? Rasanya koq nggak ya. Trend beberapa tahun ini jelas kalau tenaga kita dihargai lebih baik dari sebelumnya. Banyak contoh dimana tenaga Indonesia mulai dicari oleh perusahaan2 manca karena mereka puas dengan kualitas para 'pembuka jalan' yang pernah di hire disana. Banyak kumpeni mulai pelan-pelan menyetarakan salary paspor hijau dengan pekerja internasional lain, jadi kriteria murah tidak benar2 berlaku. Paling2 ada 'banting harga' untuk mereka yang 'belum tahu pasar' atau ingin 'membuktikan diri' dulu. Once tahap ini terlampaui biasanya gaji juga disesuaikan. Soal etika walk in interview, saya mah husnudzon (anggap baik) saja. Recruiter sekarang rata-rata sadar bahwa masa-masa ini adalah 'seller market'. Para professional yang memenuhi syarat bisa memilih kerja dimana saja, jadi mereka tidak benar-benar membutuhkan 'job security' di perusahaan tempatnya bekerja. Jadi tuntutan untuk 'kelihatan loyal' di muka boss agak sedikit berkurang. Perusahaanpun maklum bahwa kalau mereka tidak menjaga pegawainya dengan baik (dalam artian positif) mereka akan segera kehilangan. Persaingan sekarang bukan cuma antar KPS tapi pasar kerja international. Bandingkn dengan periode ahir 90 an saya dan banyak teman2 lain tidak bisa masuk KPS karena 'katanya' BPPKA melarang personel yang mengambil paket heboh KPS lain untuk diterima sebagai permanent staff. Turn over pegawai sudah demikian tinggi di sektor kita, jadi perusahaan un sudah 'kebal' dan tidak terlalu mengharapkan loyalitas dalam konteks sebelumnya. Untuk pegawai yang 'pinter' dan 'nakal' (disini mungkin wilayah abu-abu soal etika), adanya walk in interview malah bisa jadi berkah. Siapa tahu bisa ada yang ngelihat nenteng CV dan mengabarkan ke boss di persh sekarang. Boss jadi tahu kita sedang 'resah' dan who knows, may be you'll get a snap promotion. Aku lagi cari ilham, dateng gak ya minggu depan.. he he he Cheers Oki Lagi cari ilham, dateng gak ya minggu depan --- noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas Kabul dan rekan lainnya, Walaupun sudah saya ulang dalam email terakhir, kelihatannya topik diskusi ini lebih ke arah membandingkan opportunity di luar dengan di dalam (terutama dalam hal finansial, seperti ditulis oleh mas Kabul di bawah ini). Jadi kelihatannya saya tutup saja tread ini. Sekali lagi saya sampaikan bahwa saya tidak kontra dengan pilihan rekan-rekan yang memilih berkarya di luar. salam, * tapi mosok sih ada geologist dengan pengalaman 15thn cuman digaji 15 juta sebulan..? - Original Message From: Kabul Ahmad [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:57:30 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Do you Yahoo!? Everyone
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Mas Oki dateng aja minggu depan .. khan Petronas ngadain interview di JKT tgl 2 3 Dec, 2006. Sekarang mah jaman keterbukaan. oki musakti [EMAIL PROTECTED] wrote: Noor, Bukan niat ngeroyok antum (betawi: ente)tapi sekedar urun aja... Kata istri yang kebetulan nguplek di HRD, 'janganlah setia pada kantor atau atasan, tapi setialah pada profesi'. Bukan apa-apa kalau setia pada kantor/atasan, ternyata keduanya tidak bisa memenuhi harapan kita, nanti kecewa. ... Kembali ke soal walk in recruitment, etika dan komoditi. Pertama soal komoditi. Menurut ilmu sales (kebetulan pernah jualan software) Komoditi berarti produk yang bisa didapat dimana-mana tanpa ada pembedaan soal kualitas dan performa. Satu-satunya pembeda adalah kuantitas, timely delivery dan HARGA. Di atas level komoditi ada level preferred product dan di atasnya lagi ada yang namanya trusted solution. Di dunia tenaga kerja, contoh yang paling nyata dari profesi yang berlabel komoditi adalah domestic helper alias PRT. Pasar PRT Timur tengah didominasi oleh yang berasal dari India dan Srilanka (karena Pakistan dan Bangladesh melarang pengiriman TK Wanita sebagai pembantu rumah tangga) karena merekalah yang bisa mensuplai banyak dengan ongkos murah (jarak lebih dekat ketimbang Indonesia). PRT Indonesia meskipun mayoritas juga masih ada di level komoditi, sebenarnya sudah mulai bergerak ke arah 'preferred product' karena dinilai lebih rajin,'nrimo', tidak cingong (mungkin karena kurangnya penguasaan bahasa !), kesamaan agama mayoritas sampai kesoal bau badan yang 'lebih wangi'. Experimen yang agak extreme coba dilakukan pemerintah Filipina minggu lalu. Secara sepihak mereka menaikkan standard gaji PRT nya tiga kali lipat ie. coba meninggalkan label komoditi dan persaingan harga. Diferensiasi yang mereka jual adalah kemampuan bahasa Inggris, personal hygine (katanya kalau dari Filipina lebih bersih...sangat penting untuk baby sitter) sampai ke first aid skill, kemampuan menjadi tutor pelajaran dll. Kita lihat apakah experimen ini akan berhasil, tapi dari liputan media banyak para agen penerima tenaga kerja di Timteng (Khususnya Kuwait) yang menyatakan akan berhenti 'mengimpor' PRT Filipina dan mengalihkannya ke negara lain (ya Indonesia lah). Apakah profesi kita sudah merosot sampai ke tahap komoditi ? Rasanya koq nggak ya. Trend beberapa tahun ini jelas kalau tenaga kita dihargai lebih baik dari sebelumnya. Banyak contoh dimana tenaga Indonesia mulai dicari oleh perusahaan2 manca karena mereka puas dengan kualitas para 'pembuka jalan' yang pernah di hire disana. Banyak kumpeni mulai pelan-pelan menyetarakan salary paspor hijau dengan pekerja internasional lain, jadi kriteria murah tidak benar2 berlaku. Paling2 ada 'banting harga' untuk mereka yang 'belum tahu pasar' atau ingin 'membuktikan diri' dulu. Once tahap ini terlampaui biasanya gaji juga disesuaikan. Soal etika walk in interview, saya mah husnudzon (anggap baik) saja. Recruiter sekarang rata-rata sadar bahwa masa-masa ini adalah 'seller market'. Para professional yang memenuhi syarat bisa memilih kerja dimana saja, jadi mereka tidak benar-benar membutuhkan 'job security' di perusahaan tempatnya bekerja. Jadi tuntutan untuk 'kelihatan loyal' di muka boss agak sedikit berkurang. Perusahaanpun maklum bahwa kalau mereka tidak menjaga pegawainya dengan baik (dalam artian positif) mereka akan segera kehilangan. Persaingan sekarang bukan cuma antar KPS tapi pasar kerja international. Bandingkn dengan periode ahir 90 an saya dan banyak teman2 lain tidak bisa masuk KPS karena 'katanya' BPPKA melarang personel yang mengambil paket heboh KPS lain untuk diterima sebagai permanent staff. Turn over pegawai sudah demikian tinggi di sektor kita, jadi perusahaan un sudah 'kebal' dan tidak terlalu mengharapkan loyalitas dalam konteks sebelumnya. Untuk pegawai yang 'pinter' dan 'nakal' (disini mungkin wilayah abu-abu soal etika), adanya walk in interview malah bisa jadi berkah. Siapa tahu bisa ada yang ngelihat nenteng CV dan mengabarkan ke boss di persh sekarang. Boss jadi tahu kita sedang 'resah' dan who knows, may be you'll get a snap promotion. Aku lagi cari ilham, dateng gak ya minggu depan.. he he he Cheers Oki Lagi cari ilham, dateng gak ya minggu depan --- noor syarifuddin wrote: Mas Kabul dan rekan lainnya, Walaupun sudah saya ulang dalam email terakhir, kelihatannya topik diskusi ini lebih ke arah membandingkan opportunity di luar dengan di dalam (terutama dalam hal finansial, seperti ditulis oleh mas Kabul di bawah ini). Jadi kelihatannya saya tutup saja tread ini. Sekali lagi saya sampaikan bahwa saya tidak kontra dengan pilihan rekan-rekan yang memilih berkarya di luar. salam, * tapi mosok sih ada geologist dengan pengalaman 15thn cuman digaji 15 juta sebulan..? - Original Message From: Kabul Ahmad To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:57:30 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Q, good point, ini yang aku harapkan sebenarnya. betul kata kamu, sekarang posisinya seller market. justru dengan kondisi seperti inilah kenapa kita tidak jual mahal sedikit. walk in interview model di hotel begini tentunya tidak sama dengan yang diadakan barengan dengan acara AAPG atau yang lainnya. di situ menurut saya privacy masih terjaga. btw, kenapa soal kerahasiaan selalu diarahkan ke atasan...? di sini aku lebih melihat pada penghargaan terhadap kita sendiri, jadi soal privacy (dan pride mungkin). beberapa kali ngajak pindah teman yang udah di atas 15 tahun pasti syarat pertamanya : gak mau pakai bikin lamaran kerja:-), mosok sekarang kita mau disuruh nenteng-nenteng CV dan antri kayak gitu. anyway mungkin memang seperti kata Rovicky: semuanya sudah menjadi absurd sekarang. salam, - Original Message From: oki musakti [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, November 16, 2006 2:39:30 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Noor, Bukan niat ngeroyok antum (betawi: ente)tapi sekedar urun aja... Kata istri yang kebetulan nguplek di HRD, 'janganlah setia pada kantor atau atasan, tapi setialah pada profesi'. Bukan apa-apa kalau setia pada kantor/atasan, ternyata keduanya tidak bisa memenuhi harapan kita, nanti kecewa. ... Kembali ke soal walk in recruitment, etika dan komoditi. Pertama soal komoditi. Menurut ilmu sales (kebetulan pernah jualan software) Komoditi berarti produk yang bisa didapat dimana-mana tanpa ada pembedaan soal kualitas dan performa. Satu-satunya pembeda adalah kuantitas, timely delivery dan HARGA. Di atas level komoditi ada level preferred product dan di atasnya lagi ada yang namanya trusted solution. Di dunia tenaga kerja, contoh yang paling nyata dari profesi yang berlabel komoditi adalah domestic helper alias PRT. Pasar PRT Timur tengah didominasi oleh yang berasal dari India dan Srilanka (karena Pakistan dan Bangladesh melarang pengiriman TK Wanita sebagai pembantu rumah tangga) karena merekalah yang bisa mensuplai banyak dengan ongkos murah (jarak lebih dekat ketimbang Indonesia). PRT Indonesia meskipun mayoritas juga masih ada di level komoditi, sebenarnya sudah mulai bergerak ke arah 'preferred product' karena dinilai lebih rajin,'nrimo', tidak cingong (mungkin karena kurangnya penguasaan bahasa !), kesamaan agama mayoritas sampai kesoal bau badan yang 'lebih wangi'. Experimen yang agak extreme coba dilakukan pemerintah Filipina minggu lalu. Secara sepihak mereka menaikkan standard gaji PRT nya tiga kali lipat ie. coba meninggalkan label komoditi dan persaingan harga. Diferensiasi yang mereka jual adalah kemampuan bahasa Inggris, personal hygine (katanya kalau dari Filipina lebih bersih...sangat penting untuk baby sitter) sampai ke first aid skill, kemampuan menjadi tutor pelajaran dll. Kita lihat apakah experimen ini akan berhasil, tapi dari liputan media banyak para agen penerima tenaga kerja di Timteng (Khususnya Kuwait) yang menyatakan akan berhenti 'mengimpor' PRT Filipina dan mengalihkannya ke negara lain (ya Indonesia lah). Apakah profesi kita sudah merosot sampai ke tahap komoditi ? Rasanya koq nggak ya. Trend beberapa tahun ini jelas kalau tenaga kita dihargai lebih baik dari sebelumnya. Banyak contoh dimana tenaga Indonesia mulai dicari oleh perusahaan2 manca karena mereka puas dengan kualitas para 'pembuka jalan' yang pernah di hire disana. Banyak kumpeni mulai pelan-pelan menyetarakan salary paspor hijau dengan pekerja internasional lain, jadi kriteria murah tidak benar2 berlaku. Paling2 ada 'banting harga' untuk mereka yang 'belum tahu pasar' atau ingin 'membuktikan diri' dulu. Once tahap ini terlampaui biasanya gaji juga disesuaikan. Soal etika walk in interview, saya mah husnudzon (anggap baik) saja. Recruiter sekarang rata-rata sadar bahwa masa-masa ini adalah 'seller market'. Para professional yang memenuhi syarat bisa memilih kerja dimana saja, jadi mereka tidak benar-benar membutuhkan 'job security' di perusahaan tempatnya bekerja. Jadi tuntutan untuk 'kelihatan loyal' di muka boss agak sedikit berkurang. Perusahaanpun maklum bahwa kalau mereka tidak menjaga pegawainya dengan baik (dalam artian positif) mereka akan segera kehilangan. Persaingan sekarang bukan cuma antar KPS tapi pasar kerja international. Bandingkn dengan periode ahir 90 an saya dan banyak teman2 lain tidak bisa masuk KPS karena 'katanya' BPPKA melarang personel yang mengambil paket heboh KPS lain untuk diterima sebagai permanent staff. Turn over pegawai sudah demikian tinggi di sektor kita, jadi perusahaan un sudah 'kebal' dan tidak terlalu mengharapkan loyalitas dalam konteks sebelumnya. Untuk pegawai yang 'pinter' dan 'nakal' (disini mungkin wilayah abu-abu soal etika), adanya walk in interview malah bisa jadi berkah. Siapa tahu bisa ada yang ngelihat nenteng CV dan mengabarkan ke boss di persh sekarang. Boss jadi tahu kita sedang 'resah' dan who knows, may be you'll get a snap
[iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Kalau masalah salary kok pasti hangat ya diskusinya? Betul kata mas Kabul. Kalau 30jt/bulan itu biasanya konsultancy. Kalau untuk permanen, apa nggak melenceng dari standarnya Bapenas? salam, fajar wisaksono Kabul Ahmad [EMAIL PROTECTED] menulis: Itu basic salarybukan take home pay yang ada bonus, tunjangan lapangan, meals, transport dll itu Masak ada basic salary geoscientist yang30 jt /bln dgn pengalaman 5-7 tahun ? Bisanya hanya perusahaan jenis konsultan asing dengan fee hourly consultancy...( ada yang bayarannya perjam 100 - 200 USD ), tapi itu sedikit bahkan jarang. OK,...aku mau tunggu mas Rovicky mengudel-udel masalah ini di PIT IAGI Pekanbaru...tak tunggu... - Original Message - From: Ferry Bastaman Hakim To: Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:35 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Mas Kabul, Itu angka net atau gross dan tahun berapa mas ? Setahu saya kalau sekarang angka di Jakarta utk geoscientist 5-7 th sudah mulai bermain di sekitar 25 - 30 jt, bahkan ada pula yg berani kasih di atas 30 jt Utk 15 th ..gak tau saya, mungkin kakak-kakak kangmas yg bisa menjawabnya. Yang pasti oke punya lah :-) Salam, Ferry -Original Message- From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:58 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE. Ini info yang kami dapat dari TKI kita : TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/ Qatar Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000 riyal/bulan Operator Crane Rp 2 - 4 juta/bulan 7000 - 12000 riyal/ dinar / 3000-4000 USD/bulan Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD Welder Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/ 2500 - 4000 USD/bulan DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000 riyal/dinar/vulan Petroleum Eng 5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000 USD/month+medical free/education free/vacation free Geologist 5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000 USD/month ( same above ) PE /Geologist 15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000 USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free. Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman di Indonesia sudah 15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik. Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan. Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ?? Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ? Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo ngono - Original Message - From: To: Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe (informasi gaji, benefit dsb). karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule dsb). saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1 orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian banyak orang indonesia yang menyusul, sehingga makin banyak tkii yang bekerja di luar. Terus terang saya salut dengan teman - teman yang berani jadi pioner - pioner di company - company yang belum ada orang indonesianya dan bisa membawa kawan - kawan yang lain. Nasionalisme ? kalau kita bisa bawa devisa ke indonesia apa enggak bagus tuh ? Regards Kartiko SAMODRO Telp : (0 )147443540 Franciscus B Sinartio .com iagi-net@iagi.or.id cc 15/11/2006 05:11 Objet Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment Veuillez répondre was: Re: [iagi-net-l] lelang budak à .id Noor, menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga merupakan hukum pasar. yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga. dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita. sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2. Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama. fbs - Original Message From: noor
RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Ide yang bagus, dan pernah mencuat di Jakarta Scout Committee tapi hanya sampe ke tahap komentar2an di email (untuk yang awam dengan JSC, ini adalah suatu forum untuk oil companies untuk bertukar informasi resmi)- Mungkin karena JSC sedang asik bebenah .. Yang jadi masalah, sangat sulit untuk benchmarking antara berbagai company dengan berbagai diversifikasi tanggung jawab . Kecuali untuk tingkat fresh graduate. Apa yang dilakukan oleh beberapa perusahaan besar (termasuk tempat saya dulu bekerja) adalah dengan membuat semacam skill list, termasuk juga non technical skill dan tanggung-jawab2 lainnya, dan setiap skill punya score - dalam hal ini mereka memakainya bukan untuk benchmarking, tapi untuk pengembangan karir. Dari total score itu baru dihubungkan dengan salary.. tanpa pendekatan ke arah itu, usaha ini hanya akan membuang waktu dan energi saja..mudah2an ini bisa jadi input buat kawan2 yang akan berangkat ke IAGI, . Saya sikh jaga toko aja di JKT -Original Message- From: Amir Al Amin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 5:01 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Sekadar usulan buat webmaster IAGI, Ada baiknya di website IAGI, ada salary survey dengan interaktif input (real time), Seseorang (dengan nama Anonim/initial) bisa memasukan besar gaji, tunjangan dan lain-lain. Plus kondisi kerja seperti lokasi kerja/ tempat tinggal (Jakarta, Duri, Bpn, Timur Tengah,Jogja, Afrika, Papua, Lombok),lapangan/kantoran, dll. Yang memasukan data, juga bisa mengupdate, siapa tahu akhir tahun ini ada kenaikan 20%, jadi data th 2006 jadi gak valid lagi. :-) Gunanya buat apa? Saya yakin .berguna bagi orang tua dan muda, karyawan, dosen, mahasiswa, dll..Antara lain supaya tidak selalu melihat ke atas, nanti kesandung, Atau selalu melihat kebawah, nanti nabrak bos Kalau sudah ada tabelnya, pasti rajin ditengok tuh website IAGI..he.he.he.. -Original Message- From: Ferry Bastaman Hakim [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 4:36 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Mas Kabul, Itu angka net atau gross dan tahun berapa mas ? Setahu saya kalau sekarang angka di Jakarta utk geoscientist 5-7 th sudah mulai bermain di sekitar 25 - 30 jt, bahkan ada pula yg berani kasih di atas 30 jt Utk 15 th ..gak tau saya, mungkin kakak-kakak kangmas yg bisa menjawabnya. Yang pasti oke punya lah :-) Salam, Ferry -Original Message- From: Kabul Ahmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:58 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Kami baru pulang dari Middle East Saudi, Qatar, EUE. Ini info yang kami dapat dari TKI kita : TKI :Gaji di Indonesia/JawaGaji di Saudi/ Qatar Pekerja KonstruksiRp.1 - 5 juta/bulan5000 - 10,000 riyal/bulan Operator Crane Rp 2 - 4 juta/bulan 7000 - 12000 riyal/ dinar / 3000-4000 USD/bulan Pembantu RTRp. 200 -400 ribu/bulan2000 riyal/bulan/ 300 USD Welder Rp. 2 - 4 juta/bulan5000 - 12000 riyal/ 2500 - 4000 USD/bulan DriverRp. 500 ribu - 2 juta/bln3000 - 6000 riyal/dinar/vulan Petroleum Eng 5 -7th Rp. 6 - 9 juta/bulan5000 - 7000 USD/month+medical free/education free/vacation free Geologist 5 - 7thRp. 5 - 8 juta/bulan4000 - 7000 USD/month ( same above ) PE /Geologist 15 thRp. 10 - 15 juta/bulan6000 - 10,000 USD/month + medical free/education free/vacation arround the world free. Seorang teman dekat yang bekerja di EUA- geologist alumni yogya, pengalaman di Indonesia sudah 15 tahun, dihargai sangat tinggi di Middle East, dia bisa menyekolahkan anak-anaknya di London pada sekolah yang terbaik. Mengirim bulanan ke ortu nya di Yogya paling tidak 2000 USD/bulan. Jadi siapa yang MEMPERBUDAK dan siapa MEMBEBASKAN BUDAK ?? Mas Noor menggaji pembantu RT nya apa sudah sesuai UMR ? Masalah etika ?, waini bukan orang jawa thok...yang pakai etika ewuh pakewuh sama senior, sama sing sepuh, etika ngono yo ngoni ning ojo ngono - Original Message - From: [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 3:25 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak kalau saya lihat mungkin yang penting adalah network di antara orang dewe (informasi gaji, benefit dsb). karena kalau melihat persaingan di luar, kita justru tidak bersaing di antara orang dewe kok, justru kita bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain (malaysia, philipina, india, cina, bule dsb). saya sendiri sudah melihat beberapa contoh yang baik , di mana begitu ada 1 orang indonesia di suatu tempat / company di luar, maka kemudian
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Mungkin itu yg lagi terjadi mir, coba lihat dari sisi profesi kita sekarang, jarang jumpa WSG bule di Petronas. yang ada Indonesia, dan lokal. Kalau mendengar pertimbangan 3rd partynya, terlampau mahal mendatangkan WSG bule, daily rate yg tinggi dan biaya lainnya yg juga mahal. dari sisi kita sendiri bayaran yg kita peroleh lebih tinggi dari standard di DN, tapi juga sampai kapan?..esok-esok akan menyerang India WSG dengan bayaran lebih rendah maka turun lagi harga di pasaran, tanpa sadar kita memang lagi merusak pasaran WSG di overseas On 11/15/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Singkatnya merusak pasaran..? Uuntuk fresh graduate nggak bisa dijadikan patokan. Karena mereka belum mempunyai harga tawar. Walaupun IP tinggi, aktifis ini-itu, dlsb. Kadang-kadang tidak berbanding lurus, walaupun usaha tetap diwajibkan dalam agama. Strategi, yang penting kerja dulu, sangat manusiawi dan paling masuk akal. Paling sedikit, menunjukan si pekerja, mau bekerja keras. Soal merusak pasaran di kalangan yang berpengalaman kerja, juga sudah sering dibahas. Katanya Petronas, Saudi Aramco sekarang tidak seperti yang dulu. Saya sendiri nggak tahu, apa benar jauh beda, apa sedikit-sedikit saja. Kalau cuma sedikit sih, gak apa-apa. Tapi kalau sampai digaji seperti TKW, ya.. jangan ...kasihan. Jangan-jangan orang Kulit putih (Eropa-Amerika sudah mencap orang (geologist) Asia merusak pasaran juga. Dalam skala umum, kita melihat produk China juga sudah merusak pasaran produk negara Asean. -Original Message- From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:13 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Noor, Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji, tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu. Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul, sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total. On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview. Bagaimana etikanya ? Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini. Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang aku tulis disini : http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce -challenge/ Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga saat ini. Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I hope you will be the part of the survey. Etics, values, price and pride semua menjadi absurd ketika 'bisnis is not running as usual'. rdp On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus). Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Gimana kalau ganti passport dan kewarganegaraan saja... Ini terjadi di Saudi Aramco loh, kalau grade/klas 1 adalah untuk WN Amerika, Grade 2 untuk WN Inggris, Canadian (Indonesia, Malaysian masuk dalam grade 2), grade 3 adalah local Saudi, trus Grade 4 adalah Asian dll. Orang India, yang tahun lalu ganti passport menjadi American, disini terbukti diperlakukan sebagai American (lompat grade dari 4 ke 1 ). Intinya adalah, banyak jalan menuju rate yang lebih tinggi, salah satunya adalah ganti kewarganegaraan. Dan banyak saya temui disini, orang India, Pakistan, dan South American yang datang ke SA dengan passport Amerika, Australia atau Inggris. Wassm, Adi T On 11/16/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote: Mungkin itu yg lagi terjadi mir, coba lihat dari sisi profesi kita sekarang, jarang jumpa WSG bule di Petronas. yang ada Indonesia, dan lokal. Kalau mendengar pertimbangan 3rd partynya, terlampau mahal mendatangkan WSG bule, daily rate yg tinggi dan biaya lainnya yg juga mahal. dari sisi kita sendiri bayaran yg kita peroleh lebih tinggi dari standard di DN, tapi juga sampai kapan?..esok-esok akan menyerang India WSG dengan bayaran lebih rendah maka turun lagi harga di pasaran, tanpa sadar kita memang lagi merusak pasaran WSG di overseas On 11/15/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Singkatnya merusak pasaran..? Uuntuk fresh graduate nggak bisa dijadikan patokan. Karena mereka belum mempunyai harga tawar. Walaupun IP tinggi, aktifis ini-itu, dlsb. Kadang-kadang tidak berbanding lurus, walaupun usaha tetap diwajibkan dalam agama. Strategi, yang penting kerja dulu, sangat manusiawi dan paling masuk akal. Paling sedikit, menunjukan si pekerja, mau bekerja keras. Soal merusak pasaran di kalangan yang berpengalaman kerja, juga sudah sering dibahas. Katanya Petronas, Saudi Aramco sekarang tidak seperti yang dulu. Saya sendiri nggak tahu, apa benar jauh beda, apa sedikit-sedikit saja. Kalau cuma sedikit sih, gak apa-apa. Tapi kalau sampai digaji seperti TKW, ya.. jangan ...kasihan. Jangan-jangan orang Kulit putih (Eropa-Amerika sudah mencap orang (geologist) Asia merusak pasaran juga. Dalam skala umum, kita melihat produk China juga sudah merusak pasaran produk negara Asean. -Original Message- From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:13 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Noor, Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji, tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu. Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul, sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total. On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview. Bagaimana etikanya ? Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini. Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang aku tulis disini : http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce -challenge/ Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga saat ini. Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I hope you will be the part of the survey. Etics, values, price and pride semua menjadi absurd ketika 'bisnis is not running as usual'. rdp On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Diluar soal kebangsaan, nasionalisme dan sebangsanya, Hati2 lho, ada contoh di Canada pajaknya 50%... Temen gua banyak yang pilih tinggal di negara Asia Tenggara, untuk menghindari pajak. On 11/16/06, Adi Trianto [EMAIL PROTECTED] wrote: Gimana kalau ganti passport dan kewarganegaraan saja... Ini terjadi di Saudi Aramco loh, kalau grade/klas 1 adalah untuk WN Amerika, Grade 2 untuk WN Inggris, Canadian (Indonesia, Malaysian masuk dalam grade 2), grade 3 adalah local Saudi, trus Grade 4 adalah Asian dll. Orang India, yang tahun lalu ganti passport menjadi American, disini terbukti diperlakukan sebagai American (lompat grade dari 4 ke 1 ). Intinya adalah, banyak jalan menuju rate yang lebih tinggi, salah satunya adalah ganti kewarganegaraan. Dan banyak saya temui disini, orang India, Pakistan, dan South American yang datang ke SA dengan passport Amerika, Australia atau Inggris. Wassm, Adi T On 11/16/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote: Mungkin itu yg lagi terjadi mir, coba lihat dari sisi profesi kita sekarang, jarang jumpa WSG bule di Petronas. yang ada Indonesia, dan lokal. Kalau mendengar pertimbangan 3rd partynya, terlampau mahal mendatangkan WSG bule, daily rate yg tinggi dan biaya lainnya yg juga mahal. dari sisi kita sendiri bayaran yg kita peroleh lebih tinggi dari standard di DN, tapi juga sampai kapan?..esok-esok akan menyerang India WSG dengan bayaran lebih rendah maka turun lagi harga di pasaran, tanpa sadar kita memang lagi merusak pasaran WSG di overseas On 11/15/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Singkatnya merusak pasaran..? Uuntuk fresh graduate nggak bisa dijadikan patokan. Karena mereka belum mempunyai harga tawar. Walaupun IP tinggi, aktifis ini-itu, dlsb. Kadang-kadang tidak berbanding lurus, walaupun usaha tetap diwajibkan dalam agama. Strategi, yang penting kerja dulu, sangat manusiawi dan paling masuk akal. Paling sedikit, menunjukan si pekerja, mau bekerja keras. Soal merusak pasaran di kalangan yang berpengalaman kerja, juga sudah sering dibahas. Katanya Petronas, Saudi Aramco sekarang tidak seperti yang dulu. Saya sendiri nggak tahu, apa benar jauh beda, apa sedikit-sedikit saja. Kalau cuma sedikit sih, gak apa-apa. Tapi kalau sampai digaji seperti TKW, ya.. jangan ...kasihan. Jangan-jangan orang Kulit putih (Eropa-Amerika sudah mencap orang (geologist) Asia merusak pasaran juga. Dalam skala umum, kita melihat produk China juga sudah merusak pasaran produk negara Asean. -Original Message- From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:13 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Noor, Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji, tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu. Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul, sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total. On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview. Bagaimana etikanya ? Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini. Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang aku tulis disini : http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce -challenge/ Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga saat ini. Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I hope you will be the part of the survey. Etics, values, price and pride semua menjadi absurd ketika 'bisnis is not running as usual'. rdp On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
jadi ingat soal kuliah agama jaman sekolah dulu terlepas dari agama yang dipeluk, kuliah yang diikuti adalah agama yang cenderung memberi nilai A...:-) a+ - Original Message From: Adi Trianto [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, November 16, 2006 9:16:28 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Gimana kalau ganti passport dan kewarganegaraan saja... Ini terjadi di Saudi Aramco loh, kalau grade/klas 1 adalah untuk WN Amerika, Grade 2 untuk WN Inggris, Canadian (Indonesia, Malaysian masuk dalam grade 2), grade 3 adalah local Saudi, trus Grade 4 adalah Asian dll. Orang India, yang tahun lalu ganti passport menjadi American, disini terbukti diperlakukan sebagai American (lompat grade dari 4 ke 1 ). Intinya adalah, banyak jalan menuju rate yang lebih tinggi, salah satunya adalah ganti kewarganegaraan. Dan banyak saya temui disini, orang India, Pakistan, dan South American yang datang ke SA dengan passport Amerika, Australia atau Inggris. Wassm, Adi T On 11/16/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote: Mungkin itu yg lagi terjadi mir, coba lihat dari sisi profesi kita sekarang, jarang jumpa WSG bule di Petronas. yang ada Indonesia, dan lokal. Kalau mendengar pertimbangan 3rd partynya, terlampau mahal mendatangkan WSG bule, daily rate yg tinggi dan biaya lainnya yg juga mahal. dari sisi kita sendiri bayaran yg kita peroleh lebih tinggi dari standard di DN, tapi juga sampai kapan?..esok-esok akan menyerang India WSG dengan bayaran lebih rendah maka turun lagi harga di pasaran, tanpa sadar kita memang lagi merusak pasaran WSG di overseas On 11/15/06, Amir Al Amin [EMAIL PROTECTED] wrote: Singkatnya merusak pasaran..? Uuntuk fresh graduate nggak bisa dijadikan patokan. Karena mereka belum mempunyai harga tawar. Walaupun IP tinggi, aktifis ini-itu, dlsb. Kadang-kadang tidak berbanding lurus, walaupun usaha tetap diwajibkan dalam agama. Strategi, yang penting kerja dulu, sangat manusiawi dan paling masuk akal. Paling sedikit, menunjukan si pekerja, mau bekerja keras. Soal merusak pasaran di kalangan yang berpengalaman kerja, juga sudah sering dibahas. Katanya Petronas, Saudi Aramco sekarang tidak seperti yang dulu. Saya sendiri nggak tahu, apa benar jauh beda, apa sedikit-sedikit saja. Kalau cuma sedikit sih, gak apa-apa. Tapi kalau sampai digaji seperti TKW, ya.. jangan ...kasihan. Jangan-jangan orang Kulit putih (Eropa-Amerika sudah mencap orang (geologist) Asia merusak pasaran juga. Dalam skala umum, kita melihat produk China juga sudah merusak pasaran produk negara Asean. -Original Message- From: OK Taufik [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:13 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Noor, Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji, tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu. Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul, sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total. On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview. Bagaimana etikanya ? Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini. Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang aku tulis disini : http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce -challenge/ Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga saat ini. Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I hope you will be the part of the survey. Etics, values, price and pride semua menjadi absurd ketika 'bisnis is not running as usual'. rdp On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Senang
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
jadi inget juga, di total kalau mau ikut program IA (rotasi) ke negeri perancis sono, karyawan harus ikut kursus bhs prancis dulu n harus lulus tes bahasa perancis baru deh dikirim ke sono. padahal kalau yg dari sana ke sini, bahasa Indonesianya pagi aja ga tau kali.. yg masuk ke prancis budak, yang masuk ke Indonesia raja On 11/16/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: jadi ingat soal kuliah agama jaman sekolah dulu terlepas dari agama yang dipeluk, kuliah yang diikuti adalah agama yang cenderung memberi nilai A...:-) a+ - - PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru, 20-22 November 2006 - detail information in http://pekanbaru2006.iagi.or.id - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi -
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Cak N dan teman2 lain, Soal jual mahal menurutku agak relatif, tergantung pada personal style dan preference serta situasi. Beberapa kali aku ditelpon orang marketing menawarkan kartu kredit. Selalu aku bilang tidak mau repot isi formulir, minta gold card, selesai dalam 1 minggu dan kartu langsung diantar di rumah. Pokoknya jual mahal lah, lha wong yang perlu mereka je. Tapi kalau soal kerjaan, personally aku gak (belum kali) merasa 'rendah diri' untuk menggunakan walk in interview sebagai salah satu sarana jual diri disamping cara-cara lain tentu. Sebenarnya point anda sangat valid. Recruiter model walk in, sudah sangat sadar bahwa kebanyakan kandidat yang datang akan berlabel 'komoditi'. Ibarat memakai pukat harimau, segala ikan akan terjaring meskipun pasti akan ada satu-dua yang masuk dalam kategori 'good catch'. Satu-dua orang inilah yang sebenarnya mereka kejar. Untuk bisa dapat ikan kualitas tinggi model sampeyan, RDP, FHS, HD dll, yang ber diferensiasi tinggi pancingan via head hunter atau bahkan direct talk mesti dipakai. DISCLAIMER: Paragraph di atas saya tulis tanpa ada niat sedikitpun untuk men judge apalagi meremehkan teman-teman yang akan datang ke WII. Apabila ada kesan sedemikian, semata-mata karena kekurang-terampilan saya mengungkapkannya. Sebenarnya nothing wrong with commodity.Sam Walton menjadi salah satu orang terkaya didunia karena gerai Wal-Mart miliknya menjual barang-barang komoditi dengan harga lebih murah dari toko sebelah. On the other hand, Ingemar Kamprad (spelling?) juga masuk jajaran world's richest man karena furniture bermerek IKEA yang diciptakannya punya nilai tambah dari segi design, fungsionalitas dan tentunya nama dibanding furniture Olympic yang harganya lebih murah. Diantara keduanya ada gaya Kiichiro Toyoda, pendiri Toyota Motor Corp yang mulanya memakai strategi banting harga untuk mobil dan truk nya sekedar agar bisa bersaing dengan produk2 dari General Motor. Setelah diterima pasar, barulah label komoditi ditinggalkan dan Toyota mulai memproduksi prime car seperti Land Cruiser dan Prius dengan harga yang wah. Jadi, mau pakai gaya Mister Walton (komoditi) atau Herr Kampvrad (diferensiasi sejak awal) atau Toyoda-San (komoditi dulu, kemudian diferensiasi setelah ada pembuktian) dalam strategi karir ya terserah kita. You know best what you want and what is your situation Cheers Oki --- noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Q, good point, ini yang aku harapkan sebenarnya. betul kata kamu, sekarang posisinya seller market. justru dengan kondisi seperti inilah kenapa kita tidak jual mahal sedikit. walk in interview model di hotel begini tentunya tidak sama dengan yang diadakan barengan dengan acara AAPG atau yang lainnya. di situ menurut saya privacy masih terjaga. btw, kenapa soal kerahasiaan selalu diarahkan ke atasan...? di sini aku lebih melihat pada penghargaan terhadap kita sendiri, jadi soal privacy (dan pride mungkin). beberapa kali ngajak pindah teman yang udah di atas 15 tahun pasti syarat pertamanya : gak mau pakai bikin lamaran kerja:-), mosok sekarang kita mau disuruh nenteng-nenteng CV dan antri kayak gitu. anyway mungkin memang seperti kata Rovicky: semuanya sudah menjadi absurd sekarang. salam, - Original Message From: oki musakti [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, November 16, 2006 2:39:30 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Noor, Bukan niat ngeroyok antum (betawi: ente)tapi sekedar urun aja... Kata istri yang kebetulan nguplek di HRD, 'janganlah setia pada kantor atau atasan, tapi setialah pada profesi'. Bukan apa-apa kalau setia pada kantor/atasan, ternyata keduanya tidak bisa memenuhi harapan kita, nanti kecewa. ... Kembali ke soal walk in recruitment, etika dan komoditi. Pertama soal komoditi. Menurut ilmu sales (kebetulan pernah jualan software) Komoditi berarti produk yang bisa didapat dimana-mana tanpa ada pembedaan soal kualitas dan performa. Satu-satunya pembeda adalah kuantitas, timely delivery dan HARGA. Di atas level komoditi ada level preferred product dan di atasnya lagi ada yang namanya trusted solution. Di dunia tenaga kerja, contoh yang paling nyata dari profesi yang berlabel komoditi adalah domestic helper alias PRT. Pasar PRT Timur tengah didominasi oleh yang berasal dari India dan Srilanka (karena Pakistan dan Bangladesh melarang pengiriman TK Wanita sebagai pembantu rumah tangga) karena merekalah yang bisa mensuplai banyak dengan ongkos murah (jarak lebih dekat ketimbang Indonesia). PRT Indonesia meskipun mayoritas juga masih ada di level komoditi, sebenarnya sudah mulai bergerak ke arah 'preferred product' karena dinilai lebih rajin,'nrimo', tidak cingong (mungkin karena kurangnya penguasaan bahasa !), kesamaan agama mayoritas sampai kesoal bau badan yang 'lebih wangi'. Experimen yang agak extreme coba dilakukan
[iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus). Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari indonesia yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan. Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik dari sisi perlakuan (treatment) maupun kompensasi. Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu. Masak sih profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh pelosok dunia mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang lebih terhormat untuk memperlakukan profesional kita itu: via head hunter, tele-interview dll. Saya nggak tahu apa memang itu sudah merupakan kewajaran, tapi dari pengalaman pribadi pindah-pindah perusahaan belum pernah saya diperlakukan seperti itu pada proses rekruitmentnya. Frank juga menyinggung soal gentlement agreement antar perusahaan yang dulu pernah ada di Indonesia juga: antara Unocal, Vico dan Total. Mereka tidak akan saling rekrut karena faktor etika perusahaan yang beroperasi di kawasan yang sama. Nah di sini juga menyangkut etika proses rekruitment. Dalam artian kalaupun tidak ada perjanjian bukan berarti bisa saling sikat seenak udele dewe...:-). salam, * waktu kuliah etika, saya hanya dapat C - Original Message From: Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 2:27:09 AM Subject: Re: [iagi-net-l] lelang budak tambahan lagi untuk uraian Pak TAM, kalau dulu hanya majikan (yg punya budak yang untung) kalau sekarang majikan dan budaknya juga untung. eh malah ada majikan yang rugi karena kehilangan budak. Kerja sebagai manajer pun boleh dianggap sebagai budak pekerjaan. berapa kali manajer harus melakukan pekerjaan yang tdk sesuai dengan hati nurani karena disuruh oleh atasan atau supaya menyelamatkan diri. Pak Iswani juga menyinggung soal halal dan tidak halal, saya pikir yang itu tidak perlu diperjelas lagi. jadi ingat ungkapan Pak ADB beberapa tahun lalu soal loyalitas, yaitu loyalitas profesi. Tapi kalau misalnya jadi VP HRD pun tidak bisa disalahkan karena tidak loyal sama profesi, kan dia loyal sama perusahaan Kita memang tidak akan sama semua. . . . . . setiap orang punya standard dan asumsi ttg Nilai (value) Nah seperti yang di uraikan oleh Pak TAM ttg hukum pasar, mestinya perusahaan2 di Indonesia harus bisa menjawab challengedari pasar. dan target nya bukan orang2 yang sudah diluar, tetapi lebih kepada orang yang masih di dalam sebelum keluar Karena kalau sudah diluar biasanya sudah susah untuk ditarik masuk terutama kalau sudah dapat/masuk comfort zone'. (kalau Sofyi sih lain, dia takut sama godaan anak2 buah nya yang puluhan orang) kalau gaya Petronas lain, mereka baru saja membuat MOU ttg kerjasama di bidang downstream dengan Saudi Aramco. dan dampak nya Saudi Aramco tidak akan mengambil orang Petronas lagi. Kalau dgn Shell lain lagi, mereka sudah lakukan gentlemen agreement antara CEO Shell dan CEO Petronas sebelumnya, yang menyatakan bahwa Shell tidak boleh mengambil pegawai Petronas. kecuali ada masa tenggang. Kalau tidak salah ini hal ini sengaja di broadcast oleh CEO Petronas. Jadi yang kerja di Petronas harus kerja di service company dulu selama setahun sebelum ke SA (belajar dulu strategi dari Pak MF yg barusan saja tdk perpanjang kontrak dgn Petronas). saya pernah ditanyain sama seseorang, kapan saya berencana balik kerja di Indonesia, saya jadi bingung jawabnya. karena menurut
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview. Bagaimana etikanya ? Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini. Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang aku tulis disini : http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce-challenge/ Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga saat ini. Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I hope you will be the part of the survey. Etics, values, price and pride semua menjadi absurd ketika 'bisnis is not running as usual'. rdp On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus). Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari indonesia yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan. Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik dari sisi perlakuan (treatment) maupun kompensasi. Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu. Masak sih profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh pelosok dunia mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang lebih terhormat untuk memperlakukan profesional kita itu: via head hunter, tele-interview dll. Saya nggak tahu apa memang itu sudah merupakan kewajaran, tapi dari pengalaman pribadi pindah-pindah perusahaan belum pernah saya diperlakukan seperti itu pada proses rekruitmentnya. Frank juga menyinggung soal gentlement agreement antar perusahaan yang dulu pernah ada di Indonesia juga: antara Unocal, Vico dan Total. Mereka tidak akan saling rekrut karena faktor etika perusahaan yang beroperasi di kawasan yang sama. Nah di sini juga menyangkut etika proses rekruitment. Dalam artian kalaupun tidak ada perjanjian bukan berarti bisa saling sikat seenak udele dewe...:-). salam, * waktu kuliah etika, saya hanya dapat C - Original Message From: Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 2:27:09 AM Subject: Re: [iagi-net-l] lelang budak tambahan lagi untuk uraian Pak TAM, kalau dulu hanya majikan (yg punya budak yang untung) kalau sekarang majikan dan budaknya juga untung. eh malah ada majikan yang rugi karena kehilangan budak. Kerja sebagai manajer pun boleh dianggap sebagai budak pekerjaan. berapa kali manajer harus melakukan pekerjaan yang tdk sesuai dengan hati nurani karena disuruh oleh atasan atau supaya menyelamatkan diri. Pak Iswani juga menyinggung soal halal dan tidak halal, saya pikir yang itu tidak perlu diperjelas lagi. jadi ingat ungkapan Pak ADB beberapa tahun lalu soal loyalitas, yaitu loyalitas profesi. Tapi kalau misalnya jadi VP HRD pun tidak bisa disalahkan karena tidak loyal sama profesi, kan dia loyal sama perusahaan Kita memang tidak akan sama semua. . . . . . setiap orang punya standard dan asumsi ttg Nilai (value) Nah seperti yang di uraikan oleh Pak TAM ttg hukum pasar, mestinya perusahaan2 di Indonesia harus bisa menjawab challengedari pasar. dan target nya bukan orang2 yang sudah diluar, tetapi lebih kepada orang yang masih di dalam sebelum keluar
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Noor, Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji, tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu. Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul, sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total. On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview. Bagaimana etikanya ? Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini. Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang aku tulis disini : http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce-challenge/ Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga saat ini. Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I hope you will be the part of the survey. Etics, values, price and pride semua menjadi absurd ketika 'bisnis is not running as usual'. rdp On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus). Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari indonesia yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan. Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik dari sisi perlakuan (treatment) maupun kompensasi. Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu. Masak sih profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh pelosok dunia mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang lebih terhormat untuk memperlakukan profesional kita itu: via head hunter, tele-interview dll. Saya nggak tahu apa memang itu sudah merupakan kewajaran, tapi dari pengalaman pribadi pindah-pindah perusahaan belum pernah saya diperlakukan seperti itu pada proses rekruitmentnya. Frank juga menyinggung soal gentlement agreement antar perusahaan yang dulu pernah ada di Indonesia juga: antara Unocal, Vico dan Total. Mereka tidak akan saling rekrut karena faktor etika perusahaan yang beroperasi di kawasan yang sama. Nah di sini juga menyangkut etika proses rekruitment. Dalam artian kalaupun tidak ada perjanjian bukan berarti bisa saling sikat seenak udele dewe...:-). salam, * waktu kuliah etika, saya hanya dapat C - Original Message From: Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 2:27:09 AM Subject: Re: [iagi-net-l] lelang budak tambahan lagi untuk uraian Pak TAM, kalau dulu hanya majikan (yg
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Berarti Total itu mulia lho, mendidik orang dan melepasnya. Sementara Vico juga oke karena dapat orang bagus dengan memberikan gaji bagus. Jadi semuanya bagus lho! ... ini positif thinking aja. Apa ada yang salah? mungkin cuma soal balas budi kali ya. Ada anggapan umum yang mengatakan apakah loyalitas kita kepada coy sudah setimpal dengan apa yang diberikan coy kepada kita? uang memang bukan segalanya, tapi bisa menjadi faktor utama membuat keputusan. Kedua, enggak usahlah kita menghakimi orang yang mau nerima gaji rendah dengan alasan akan merusak pasaran. Mereka menerima itu dengan alasan sendiri, butuh makan, minum, rumah dan sebagainya. Anggap aja rejeki orang beda beda, hak tiap orang untuk menerima dan menolak pekerjaan yang ditawarkan. Toh kita gak bisa berbuat apapun kalo mereka menerima saran kita untuk menolak pekerjaan, apa kita mau beri pekerjaan ke mereka? . On 11/15/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote: Noor, Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji, tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu. Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul, sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total. On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview. Bagaimana etikanya ? Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini. Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang aku tulis disini : http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce-challenge/ Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga saat ini. Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I hope you will be the part of the survey. Etics, values, price and pride semua menjadi absurd ketika 'bisnis is not running as usual'. rdp On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus). Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari indonesia yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan. Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik dari sisi perlakuan (treatment) maupun kompensasi. Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu. Masak sih profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh pelosok dunia mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang lebih terhormat untuk memperlakukan
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
hehehe pak OK, coba kalau si kumpeni akhirnya menggaji karyawan tersebut bener-bener 1 juta seperti yang diminta... wah kalau itu terjadi HR nya yang kelewatan (untung nggak terjadi) rekans, mungkin ada yang bisa sharing..., jika dalam interview demikian.. soal benefit dan salary yang akan diterima apakah peran HR disini juga merupakan salah satu parameter penting ?? karena, kenapa kok semakin lama benefit dan salary kumpeni semakin turun (seperti yang pernah ditulis sebelumnya)... jadi ingat kata-kata temen : 'kadang kita ini bukan hanya dijajah oleh orang asing... orang kita sendiri juga menjajah kita' AP On 11/15/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote: Noor, Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji, tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu. Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul, sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total. On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview. Bagaimana etikanya ? Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini. Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang aku tulis disini : http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce-challenge/ Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga saat ini. Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I hope you will be the part of the survey. Etics, values, price and pride semua menjadi absurd ketika 'bisnis is not running as usual'. rdp On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus). Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari indonesia yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan. Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik dari sisi perlakuan (treatment) maupun kompensasi. Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu. Masak sih profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh pelosok dunia mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang lebih terhormat untuk memperlakukan profesional kita itu: via head hunter, tele-interview dll. Saya nggak tahu apa memang itu sudah merupakan kewajaran, tapi dari pengalaman pribadi pindah-pindah perusahaan belum pernah saya diperlakukan seperti itu pada proses rekruitmentnya. Frank juga menyinggung soal
RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Saya setuju. Rasanya kita tidak sedang merusak pasaran, karena mekanisme pasar mungkin memang seperti itu. Perpindahan tenaga kerja khan juga sering ada faktor self driven, maksudnya emang maunya dia. So, suka dan duka pasti punya dia sendiri, atau kalau mau dia bisa bagi2, buat memacu atau mengingatkan orang. LL -Original Message- From: Shofiyuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:44 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Berarti Total itu mulia lho, mendidik orang dan melepasnya. Sementara Vico juga oke karena dapat orang bagus dengan memberikan gaji bagus. Jadi semuanya bagus lho! ... ini positif thinking aja. Apa ada yang salah? mungkin cuma soal balas budi kali ya. Ada anggapan umum yang mengatakan apakah loyalitas kita kepada coy sudah setimpal dengan apa yang diberikan coy kepada kita? uang memang bukan segalanya, tapi bisa menjadi faktor utama membuat keputusan. Kedua, enggak usahlah kita menghakimi orang yang mau nerima gaji rendah dengan alasan akan merusak pasaran. Mereka menerima itu dengan alasan sendiri, butuh makan, minum, rumah dan sebagainya. Anggap aja rejeki orang beda beda, hak tiap orang untuk menerima dan menolak pekerjaan yang ditawarkan. Toh kita gak bisa berbuat apapun kalo mereka menerima saran kita untuk menolak pekerjaan, apa kita mau beri pekerjaan ke mereka? . On 11/15/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote: Noor, Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji, tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu. Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul, sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total. On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview. Bagaimana etikanya ? Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini. Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang aku tulis disini : http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce- challenge/ Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga saat ini. Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I hope you will be the part of the survey. Etics, values, price and pride semua menjadi absurd ketika 'bisnis is not running as usual'. rdp On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus). Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Saya setuju dengan Shofi, Marilah kita berpikiran terbuka dan melihat sudut pandang orang lain juga. Hiring process ini tidak lepas dari mekanisme pasar dimana banyak komponen yg mempengaruhi seperti demand, experience, kemampuan, gaji, dll. Tidak ada salahnya orang meminta gaji Rp 1 juta, no problem at all. Apakah untuk menjaga 'market' kita kemudian kita berharap anak itu meminta US$ 6000 ? Kita sendirilah yang seharusnya menjaga pasar kita, bukan bergantung pada pilihan orang. Kita sendiri yang harus bisa meyakinkan bahwa investment Rp 1 juta berbeda jauh dengan investment US$ 6000. Ada pepatah you pay peanuts you get monkey. salam, Fauzi 2006/11/15, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]: Berarti Total itu mulia lho, mendidik orang dan melepasnya. Sementara Vico juga oke karena dapat orang bagus dengan memberikan gaji bagus. Jadi semuanya bagus lho! ... ini positif thinking aja. Apa ada yang salah? mungkin cuma soal balas budi kali ya. Ada anggapan umum yang mengatakan apakah loyalitas kita kepada coy sudah setimpal dengan apa yang diberikan coy kepada kita? uang memang bukan segalanya, tapi bisa menjadi faktor utama membuat keputusan. Kedua, enggak usahlah kita menghakimi orang yang mau nerima gaji rendah dengan alasan akan merusak pasaran. Mereka menerima itu dengan alasan sendiri, butuh makan, minum, rumah dan sebagainya. Anggap aja rejeki orang beda beda, hak tiap orang untuk menerima dan menolak pekerjaan yang ditawarkan. Toh kita gak bisa berbuat apapun kalo mereka menerima saran kita untuk menolak pekerjaan, apa kita mau beri pekerjaan ke mereka? . On 11/15/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote: Noor, Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji, tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu. Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul, sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total. On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview. Bagaimana etikanya ? Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini. Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang aku tulis disini : http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workforce-challenge/ Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga saat ini. Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I hope you will be the part of the survey. Etics, values, price and pride semua menjadi absurd ketika 'bisnis is not running as usual'. rdp On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus). Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional Indonesia di luar
Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Noor, menurun nya bargaining position karena banyak tenaga tersedia juga merupakan hukum pasar. yah kita harus bisa meng antisipasi nya juga. dan agak susah kalau kita mau bersatu untuk menentukan standard kita. sekali lagi setiap orang punya standard dan kepentingan masing2. Negara2 Opec saja tdk pernah bisa benar2 bersatu menentukan produksi mereka. pasti ada saja yang menyimpang dari yang sdh disetujui bersama. fbs - Original Message From: noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 8:32:43 AM Subject: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi...:-). Seperti yang saya tulis di email awal, yang ingin saya soroti adalah proses rekruitment-nya itu sendiri, alias etika suatu perusahaan dalam merekrut para profesional (yang sudah pengalaman di atas 5 tahun sesuai yang dipersyaratkan dan bukan orang yang baru lulus). Saya paham bahwa opportunity di luar sekarang ini jauh lebih bagus dibanding dengan di negeri sendiri, tapi apa kita harus sampai seperti itu. Perusahaan-perusahaan itu tahu persis bahwa banyak profesional kita yang kebelet untuk bekerja di luar, sehingga mereka memanfaatkan dengan menurunkan sedikit demi sedikit benefit yang ditawarkan. Demikian juga dengan proses rekruitment, yang dulunya mungkin lewat head hunter sekarang jadi walk in interview. Jadi kalau kita main sikat saja ya rusaklah pasar tenaga profesional Indonesia di luar sana. Saya teringat akan keluhan seorang kawan yang kerja di tanah arab sana: makin hari benefit yang ditawarkan makin turun saja karena banyak teman-teman baru dari indonesia yang sering main sambar saja kontrak yang ditawarkan. Ini sebenarnya yang ingin saya dikusikan dengan teman-teman: bagaimana menjaga daya tawar atau 'bargaining position' profesional Indonesia baik dari sisi perlakuan (treatment) maupun kompensasi. Saya sedih bahwa profesional kita mau dengan sadar disuruh datang beramai-ramai dengan membawa CVnya untuk antri diwawancarai satu persatu. Masak sih profesional Indonesia yang sudah diakui kompetensinya di seluruh pelosok dunia mau diperlakukan seperti itu. Apa tidak ada jalan lain yang lebih terhormat untuk memperlakukan profesional kita itu: via head hunter, tele-interview dll. Saya nggak tahu apa memang itu sudah merupakan kewajaran, tapi dari pengalaman pribadi pindah-pindah perusahaan belum pernah saya diperlakukan seperti itu pada proses rekruitmentnya. Frank juga menyinggung soal gentlement agreement antar perusahaan yang dulu pernah ada di Indonesia juga: antara Unocal, Vico dan Total. Mereka tidak akan saling rekrut karena faktor etika perusahaan yang beroperasi di kawasan yang sama. Nah di sini juga menyangkut etika proses rekruitment. Dalam artian kalaupun tidak ada perjanjian bukan berarti bisa saling sikat seenak udele dewe...:-). salam, * waktu kuliah etika, saya hanya dapat C - Original Message From: Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, November 15, 2006 2:27:09 AM Subject: Re: [iagi-net-l] lelang budak tambahan lagi untuk uraian Pak TAM, kalau dulu hanya majikan (yg punya budak yang untung) kalau sekarang majikan dan budaknya juga untung. eh malah ada majikan yang rugi karena kehilangan budak. Kerja sebagai manajer pun boleh dianggap sebagai budak pekerjaan. berapa kali manajer harus melakukan pekerjaan yang tdk sesuai dengan hati nurani karena disuruh oleh atasan atau supaya menyelamatkan diri. Pak Iswani juga menyinggung soal halal dan tidak halal, saya pikir yang itu tidak perlu diperjelas lagi. jadi ingat ungkapan Pak ADB beberapa tahun lalu soal loyalitas, yaitu loyalitas profesi. Tapi kalau misalnya jadi VP HRD pun tidak bisa disalahkan karena tidak loyal sama profesi, kan dia loyal sama perusahaan Kita memang tidak akan sama semua. . . . . . setiap orang punya standard dan asumsi ttg Nilai (value) Nah seperti yang di uraikan oleh Pak TAM ttg hukum pasar, mestinya perusahaan2 di Indonesia harus bisa menjawab challengedari pasar. dan target nya bukan orang2 yang sudah diluar, tetapi lebih kepada orang yang masih di dalam sebelum keluar Karena kalau sudah diluar biasanya sudah susah untuk ditarik masuk terutama kalau sudah dapat/masuk comfort zone'. (kalau Sofyi sih lain, dia takut sama godaan anak2 buah nya yang puluhan orang) kalau gaya Petronas lain, mereka baru saja membuat MOU ttg kerjasama di bidang downstream dengan Saudi Aramco. dan dampak nya Saudi Aramco tidak
RE: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak
Apakah training setiap pegawai KPS di lingkup BPMIGAS dimasukkan kedalam cost recovery?. Kalau iya, bukankan ada peran Negara (pemerintah) untuk membayar 85% cost training. Artinya Negara membantu men-Train SDM nya untuk mengabdi di Luar Negeri (bekerja di Shell, Petronas, Saudi Aramco, etc). Perusahaan asing dapat langsung memanfaatkan SDM yang di train dengan biaya rakyat untuk bekerja di luar, untuk benefit pribadi dan perusahaan. Mumet aku.Biar SBY, JSK, ABC, DEF, KLM, RBA, GIA, ANDA ikut mumet lah. Wilfred -Original Message- From: Muhammad Fauzi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 15, 2006 9:22 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Etika rekruitment was: Re: [iagi-net-l] lelang budak Saya setuju dengan Shofi, Marilah kita berpikiran terbuka dan melihat sudut pandang orang lain juga. Hiring process ini tidak lepas dari mekanisme pasar dimana banyak komponen yg mempengaruhi seperti demand, experience, kemampuan, gaji, dll. Tidak ada salahnya orang meminta gaji Rp 1 juta, no problem at all. Apakah untuk menjaga 'market' kita kemudian kita berharap anak itu meminta US$ 6000 ? Kita sendirilah yang seharusnya menjaga pasar kita, bukan bergantung pada pilihan orang. Kita sendiri yang harus bisa meyakinkan bahwa investment Rp 1 juta berbeda jauh dengan investment US$ 6000. Ada pepatah you pay peanuts you get monkey. salam, Fauzi 2006/11/15, Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]: Berarti Total itu mulia lho, mendidik orang dan melepasnya. Sementara Vico juga oke karena dapat orang bagus dengan memberikan gaji bagus. Jadi semuanya bagus lho! ... ini positif thinking aja. Apa ada yang salah? mungkin cuma soal balas budi kali ya. Ada anggapan umum yang mengatakan apakah loyalitas kita kepada coy sudah setimpal dengan apa yang diberikan coy kepada kita? uang memang bukan segalanya, tapi bisa menjadi faktor utama membuat keputusan. Kedua, enggak usahlah kita menghakimi orang yang mau nerima gaji rendah dengan alasan akan merusak pasaran. Mereka menerima itu dengan alasan sendiri, butuh makan, minum, rumah dan sebagainya. Anggap aja rejeki orang beda beda, hak tiap orang untuk menerima dan menolak pekerjaan yang ditawarkan. Toh kita gak bisa berbuat apapun kalo mereka menerima saran kita untuk menolak pekerjaan, apa kita mau beri pekerjaan ke mereka? . On 11/15/06, OK Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote: Noor, Kalau bicara kepepet ini yg susah, tak usah pasar luar negerilah..di didalam negeri saja benefit yg ditawarkan oleh oil company semakin mengkerut. Mungkin pernah saya lontarkan disini, seorang calon karyawan (engineer) di Total yang pengalaman kerja satu tahunan, pas ditinterview Total mau berapa gajinya?, mintanya 1 juta saja.(karena sebelumnya gajinya 750.00 ), karena kumpeni punya aturan gaji, tentunya calon karyawan itu tetap di bayar sesuai aturan. tapi ini kan jadi masukan ke kumpeni, banyak orang yg mau di bayar sedikit lebih dari UMR diluar sana, asalkan bisa kerja dulu. Etika rekruitment antara perusahaan mungkin sudah tak ada, saya jumpa co'man ex unocal di vico, sebulan kemudian loncat ke total (masih sama-sama di kaltim), Total yang mentraining co'man muda dari nul, sekarang berkeliaran di vico. viconya tak merasa bersalah sama sekali memdapatkan karyawan yg benar-benar sudah matang dididik Total. On 11/15/06, Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau soal rekrutmen yg dengan walkin interview ini tidak hanya di Indonesia saja. Bahkan di AAPG, SEG dan juga SPE dalam Annual Meetingnya sering menyediakan booth khusus untuk berjualan pekerjaan. Perusahaan membuka tempat untuk walkin interview. Bagaimana etikanya ? Menarik juga bahwa semestinya ada etika diantara pelaku bisnis ini. Etika biasanya berjalan mulus ketika 'bisnis as usual'. Seperti yang aku tulis disini : http://rovicky.wordpress.com/2006/10/26/is-the-oil-boom-over-3-the-workf orce-challenge/ Yang detilnya akan aku ubal-ubal nanti di IAGI-Talk di Pekanbaru menunjukkan kenapa terjadi hal ini. Dan bagaimana situasinya hingga saat ini. Saya juga masih memerlukan data-data lulusan Geologi dari Univ2/Institute2 di Indonesia yang memilki jurusan gescience ini. I hope you will be the part of the survey. Etics, values, price and pride semua menjadi absurd ketika 'bisnis is not running as usual'. rdp On 11/15/06, noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekans, Senang sekali membaca tanggapan rekan-rekan atas topik ini. Sengaja saya sedikit provokasi supaya topik yang mungkin sedikit basi ini menjadi menarik untuk kita diskusikan lagi. Kelihatannya banyak tanggapan yang mengharuskan saya meluruskan topik yang sebenarnya ingin saya diskusikan (supaya jangan salah ditafsirkan bahwa saya tidak setuju dengan orang yang memilih berkarya di luar, apalagi dianggap sebagai 'atasan' yang tidak baik seperti kata Ferdi