Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Rencana pembangunan PLTN di Indonesia sebaiknya dikaitkan dengan 2 hal, yaitu lokasi pembangunan (berkaitan dengan wilayah yang memerlukan dan resiko yang ada), serta teknologi yang akan digunakan. Terkait lokasi, sebaiknya bukan ditentukan oleh kepentingan dari pusat hanya untuk suplai kebutuhan wilayah tertentu dengan sisten interkoneksi jaringan sehingga membebankan resiko kepada wilayah yang tidak berkepentingan dengan pemanfaatan energi tersebut. Terkait teknologi, apakah kondisi rawan bencana alam Indonesia akan menggunakan teknologi nuklir konvensional (evolution reactor generation III atau III+) yang merupakan tipe ekonomis yang digunakan di berbagai negara saat ini. Atau menunggu komersialisasi teknologi nuklir yang revolusioner (nuclear energy system generasi IV) yang di Amerika Serikat sendiri baru direncanakan untuk dikomersialisasikan setelah tahun 2030. Wassalam, Wikan W Sent from my iPad On 17 Agt 2014, at 00.54, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote: Pak Bandono, Waktu kemaren ketemu di Bandung, Anda nagih jawaban. Maaf terlambat. Angka Elasticity dibawah satu atau bahkan bisa negatif karena yang diukur disisini adalah increase in energy consumption dibagi increase in economic growth. Contoh seperti Inggris dan Germany, energy consumption negatif namun GDP-nya bisa tetap naik. Hal ini memungkinkan karena negara maju bisa mengembangkan services tanpa menggunakan banyak energy, seperti bidang Finance, Perbankan, Software, Design, dsb. Elasticity tidak ada hubungan dengan kaya-miskin. Negara miskin bisa mempunyai elasticity rendah kalau efficient dan sebaliknya. Indonesia tidak efficient karena di Indonesia Timur dan didaerah-daerah terpencil, PLN masih menggunakan generator diesel sebagai pembangkit listrik, yaitu sumber energy yang paling mahal. Bahkan disemua kota besar di Indonesia, kantor, hotel, kawasan industri, dan kawasan rumah mewah, diperlukan generator diesel stand-by karena PLN sering biar-pet. Berarti modal harus keluar untuk membeli generators yang pemakaiannya hanya sekali-kali. Selain itu, karena generators stand-by relatif kecil hingga efficiency kecil, berarti boros BBM. Tentang energy nuklir yang Anda tanyakan, memang Indonesia bisa dan mampu hingga bisa mengurangi pemakaian BBM dan mengurangi elasticity untuk jangka panjang. Namun setelah kejadian Tsunami, banyak negara akan stop (ump. Germany) atau menunda pembangunan tenaga nuclear baru. Jepang secara bertahap akan menutup. Memang pemakaian tenaga nuclear sekarang dalam crossroad, terutama bagi negara yang kekurangan energy. Indonesia perlu energy di Jawa, Sumatra, dan Bali, semuanya daerah rawan gempa tektonik, rawan gempa meletusnya Gn. Api beserta debunya, dan rawan Tsunami. Dengan risiko demikian tinggi, sebaiknya kita menjajagi semua resources option yang tersedia, yang menurut saya masih banyak, sebelum mengambil keputusan Go nuclear. HL Ong From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Bandono Salim Sent: Wednesday, August 13, 2014 7:02 PM To: Iagi Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Tanya Pak, yang elastisitas energi dibawah 1; apakah mereka menggunakan energi nuklir sebagai pembangkit utamanya? Kalau pakai nuklir apa Indonesia dapat menghemat penggunaan bbm? Bolehkah NKRI membuat reaktor atom/nuklir? Kata teman di Batan kita sudah mampu ekstraksi bahan utama energi atom Sampai berapa jauh kemampuan NKRI untuk bicara pemakaian energi atom/nuklir? Itu saja dulu Pak . Salam hormat, bdn. Pada 13 Agt 2014 15:10, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id menulis: Anggota IAGI yang saya hormati, Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy? Bagaimana kita mengukur keborosan energy? Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak. Keborosan atau kehamburan energy Negara dapat diukur dari besarnya elasticity (ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara tsb. maju dan sebaliknya. Rumus: Elasticity (ԑ ) = E (energy) / GDP. Jadi kalau Energy yang dipakai besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity (ԑ) besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP besar, ԑ kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian energy-nya. Bersama adalah daftar elasticity (ԑ) )dari berbagai Negara. Elasticity Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Selamat siang, mohon izin sedikit menanggapi tentang penggunaan diesel sebagai pembangkit di luar kota besar. beberapa waktu yang lalu sempat ngobrol dengan teman dari pln, penggunaan diesel sebagai bahan bakar di daerah non kota besar termasukdaerah penghasil batubara sekalipun bukan tanpa alasan. penggunaan diesel di daerah non kota besar dikarenakan karakteristik kebutuhan daya listrik untuk daerah tersebut, umumnya daerah non kota besar memiliki perbedaan konsumsu daya yang cukup besar antar siang hari dan malam hari, jadi ketika siang penggunaan listrik hanya sedikit sekali, sedangkan saat malam melonjak. hal ini berbeda dengan karakter kota besar dan kota industri, yang perbedaan konsumsi daya antara siang dan malam tidak jauh berbeda. penggunaan batubara untuk daerah yang kebutuhan daya-nya berbeda jauh siang dan malam dinilai tidak efisien karena untuk mendidihkan air dan mulai menjalankan turbin butuh sekitar 6jam jika menggunakan pembangkit batubara, sehingga dinilai tidak efisien. pembangkit batubara dinilai cocok untuk daerah dengan konsumsi yang tidak berbeda jauh sehingga pembangkit dapat di nyalakan non stop. adanya distribusi kebutuhan daya yang berbeda-beda ini sebenarnya dapat diatasi jika sudah ada intergrasi jaringan listrik antar daerah (contohnya jawa) sehingga kelebihan daya dapat ditransfer ke daerah lain yang defisit. contoh yang mengalami situasi tidak terintegrasinya listrik adalah sumatra, ada daerah yang surplus ada yang defisit, sayangnya karena tidak terintegrasi tidak dapat di transfer. astyka.p 2014-08-17 11:54 GMT+07:00 Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id: Pak Bandono, Waktu kemaren ketemu di Bandung, Anda nagih jawaban. Maaf terlambat. Angka Elasticity dibawah satu atau bahkan bisa negatif karena yang diukur disisini adalah increase in energy consumption dibagi increase in economic growth. Contoh seperti Inggris dan Germany, energy consumption negatif namun GDP-nya bisa tetap naik. Hal ini memungkinkan karena negara maju bisa mengembangkan services tanpa menggunakan banyak energy, seperti bidang Finance, Perbankan, Software, Design, dsb. Elasticity tidak ada hubungan dengan kaya-miskin. Negara miskin bisa mempunyai elasticity rendah kalau efficient dan sebaliknya. Indonesia tidak efficient karena di Indonesia Timur dan didaerah-daerah terpencil, PLN masih menggunakan generator diesel sebagai pembangkit listrik, yaitu sumber energy yang paling mahal. Bahkan disemua kota besar di Indonesia, kantor, hotel, kawasan industri, dan kawasan rumah mewah, diperlukan generator diesel stand-by karena PLN sering biar-pet. Berarti modal harus keluar untuk membeli generators yang pemakaiannya hanya sekali-kali. Selain itu, karena generators stand-by relatif kecil hingga efficiency kecil, berarti boros BBM. Tentang energy nuklir yang Anda tanyakan, memang Indonesia bisa dan mampu hingga bisa mengurangi pemakaian BBM dan mengurangi elasticity untuk jangka panjang. Namun setelah kejadian Tsunami, banyak negara akan stop (ump. Germany) atau menunda pembangunan tenaga nuclear baru. Jepang secara bertahap akan menutup. Memang pemakaian tenaga nuclear sekarang dalam crossroad, terutama bagi negara yang kekurangan energy. Indonesia perlu energy di Jawa, Sumatra, dan Bali, semuanya daerah rawan gempa tektonik, rawan gempa meletusnya Gn. Api beserta debunya, dan rawan Tsunami. Dengan risiko demikian tinggi, sebaiknya kita menjajagi semua resources option yang tersedia, yang menurut saya masih banyak, sebelum mengambil keputusan Go nuclear. HL Ong *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *Bandono Salim *Sent:* Wednesday, August 13, 2014 7:02 PM *To:* Iagi *Subject:* RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Tanya Pak, yang elastisitas energi dibawah 1; apakah mereka menggunakan energi nuklir sebagai pembangkit utamanya? Kalau pakai nuklir apa Indonesia dapat menghemat penggunaan bbm? Bolehkah NKRI membuat reaktor atom/nuklir? Kata teman di Batan kita sudah mampu ekstraksi bahan utama energi atom Sampai berapa jauh kemampuan NKRI untuk bicara pemakaian energi atom/nuklir? Itu saja dulu Pak . Salam hormat, bdn. Pada 13 Agt 2014 15:10, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id menulis: Anggota IAGI yang saya hormati, Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy? Bagaimana kita mengukur keborosan energy? Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak. Keborosan atau kehamburan energy Negara dapat diukur dari besarnya elasticity (*ԑ* ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (*ԑ**)* adalah ratio antara Energy (E) yang dipakai dibandingkan
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Setelah Dirut PLN minta mundur gantian Dirut Pertamina yg minta mundur . lha para Dirut BUMN terbesar dan strategis kok pada minta mundur , lha kayaknya memang rumit ngurusi energi atau memang sengaja dibikin rumit , ditambah lagi antar sektoral masing masing jalan sendiri sendiri dan dilapangan sering bertabrakan spt berita dibawah ini : ( Jkt bakal Gelap . ? ) Ini Alasan Pertamina Tolak Pelabuhan Cilamaya Rista Rama Dhany - detikfinance Minggu, 17/08/2014 16:43 WIB Jakarta -PT Pertamina (Persero) menyatakan menolak proyek pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Salah satu alasannya adalah proyek ini berpotensi membuat Jakarta gelap gulita. Kalau Pelabuhan Cilamaya tetap dibangun, maka mengakibatkan beberapa anjungan minyak di lepas pantai milik Pertamina Hulu Energi harus dipindah. Tentunya akan membuat produksi terhenti, kata Direktur Hulu Pertamina Muhammad Husein ditemui di anjungan minyak PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ, Minggu (17/8/2014). Terhentinya produksi PHE ONWJ akan mengakibatkan produksi minyak turun drastis hingga 43.000 barel per hari. Selain itu, pasokan gas ke PT PLN (Persero) untuk dua pembangkit yakni PLTG Tanung Priok dan PLTG Muara Karang terhenti. Lalu pasokan gas untuk pupuk khususnya ke PT Pupuk Kujang juga terhenti. Dari PLN sudah bilang jika gas dari ONWJ terhenti Jakarta gelap gulita. Dari Pupuk Kujang, pasti produksi pupuk turun drastis yang mengakibatkan petani kekurangan pasokan pupuk. Jadi efeknya ke mana-mana, ungkap Husein. Ia mengungkapkan, Pertamina sudah menyatakan hal ini ke pemerintah. Namun pemerintah tetap ingin membangun. Katanya tetap bisa dibangun tanpa harus memindahkan anjungan minyak ONWJ, karena ketika ada kapal besar masuk ke Cilamaya akan dikawal kapal-kapal kecil sehingga tidak mengenai jaringan pipa gas dan minyak di bawah laut, terang Husein. Namun bagi Pertamina, hal tersebut tetap menimbulkan risiko sangat tinggi, karena jaringan pipa di bawah laut Jawa khususnya melintasi perairan ke Pelabuhan Cilamaya sangat banyak. Di bawah itu banyak sekali pipa gas dan minyak. Arus di bawah kuat sekali, apalagi angin pada akhir tahun dan awal tahun kencang hingga 20 knot lebih. Kalau kapal besar tersebut jangkarnya terkena pipa, bahaya sekali. Lalu angin kencang membawa kapal tersebut menabrak anjungan, lebih bahaya lagi. Bagi kami risikonya tinggi, makanya kami ingin rencana itu ditinjau ulang, jelasnya. Koh Ismail, seharusnya tidak rumit tapi karena banyak yg berkepentingan maka dibuat rumit... beliau minta mundur tahun lalu karena merasa tidak bisa melindungi anak buahnya yg sdh bekerja dgn baik dan benar tapi kena dikriminalisasi soal pemeliharaan gen-set... memang salah satu contoh pejabat yang cukup langka di negeri ini.. salam, On 8/14/14, lia...@indo.net.id lia...@indo.net.id wrote: Sebegitu rumitnya ngurusi Energi kususnya listrik , sehingga sampai samapi Boss BUMN besar minta mundur , baru kali ini ada Dirut BUMN minta mundur biasanya rebutan minta maju...: ISM Ancaman Krisis Listrik di Jawa Pada 2016 Sulit Dihindari (http://finance.detik.com/read/2014/08/13/181031/2661381/1034/ancaman-krisis-listrik-di-jawa-pada-2016-sulit-dihindari) Sindir Bos PLN, Dahlan: Hebat Ya Ada Dirut BUMN Minta Cepat DigantiFeby Dwi Sutianto - detikfinance Kamis, 14/08/2014 10:23 WIB Nur Pamudji Jakarta -Direktur Utama (Dirut) PT PLN Nur Pamudji kembali menjadi sorotan terkait keinginannya segera diganti sebagai orang nomor satu di BUMN listrik tersebut. Bagi Menteri BUMN Dahlan Iskan, permintaan ini menjadi sesuatu yang tak biasa. Dahlan mengakui jarang sekali menemukan seorang direksi BUMN yang mendesak untuk segera diganti. Nur Pamudji memang sempat mengajukan pengunduran diri pada Desember 2013 lalu sebagai dirut PLN. Hebat ya ada Dirut BUMN yang minta cepat-cepat penggantinya, kata Dahlan usai rapat pimpinan BUMN di Kantor Pusat Jiwasraya, Jakarta, Kamis (14/8/2014). Nur Pamudji resmi menjabat sebagai Direktur Utama PT PLN (persero) menggantikan Dahlan Iskan yang naik jabatan menjadi Menteri BUMN, pada 1 November 2011. Pelantikan Nur Pamudji sebagai Dirut PLN dilakukan di Gardu Induk Karet Tengsin, Jakarta, Selasa (1/11/2011). Hadir pada waktu itu tersebut Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri ESDM Jero Wacik. Nur Pamudji bergabung dengan PLN tahun 1985 sebagai Enjinir Sistem Operasi Pembangkit (1985-2001). Ia meraih gelar Sarjana Teknik Elektrik dari Institut Teknologi Bandung, Indonesia di tahun 1985, kemudian melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana Fakultas Teknik University of New South Wales, Australia pada 1995 dan and Master of Public Management dari National University of Singapore di 2003. Pejabat yang dikenal low profile ini menjabat sebagai Direktur Energi Primer sejak Desember 2009. Sebelumnya, Nur Pamudji adalah General Manager PLN P3B Jawa-Bali pada April 2008. Pria berkacamata itu juga pernah menjabat sebagai Manajer Sistem Operasi Pembangkit
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Masalah koordinasi antar instansi atau departmen sudah terjadi sejak jaman dulu, tapi kayaknya sampai sekarang belum juga diambil sebagai pelajaran ...? masing2 pihak masih merasa paling benar sehingga pihak lain yg tidak sepaham atau tidak sejalan dg programnya harus mengalah atau dikorbankan, tergantung siapa yg lebih kuat...akibatnya ya pembangunan di negara tidak pernah synkron antara satu dg lainnya belum bisa bersinergy ...sampai kapan ya bisa saling bersinergy utk suatu project besar yg direncanakan sejak awal, tidak project saling tumpang-tindih seperti yg terjadi selama ini ...? Akankah Pemerintah baru nanti bisa mengantisipasi menghandle spy tidak saling tumpah tindih lagi ...? semoga Wass, nyoto 2014-08-18 13:20 GMT+08:00 lia...@indo.net.id: Setelah Dirut PLN minta mundur gantian Dirut Pertamina yg minta mundur . lha para Dirut BUMN terbesar dan strategis kok pada minta mundur , lha kayaknya memang rumit ngurusi energi atau memang sengaja dibikin rumit , ditambah lagi antar sektoral masing masing jalan sendiri sendiri dan dilapangan sering bertabrakan spt berita dibawah ini : ( Jkt bakal Gelap . ? ) Ini Alasan Pertamina Tolak Pelabuhan Cilamaya Rista Rama Dhany - detikfinance Minggu, 17/08/2014 16:43 WIB Jakarta -PT Pertamina (Persero) menyatakan menolak proyek pembangunan Pelabuhan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Salah satu alasannya adalah proyek ini berpotensi membuat Jakarta gelap gulita. Kalau Pelabuhan Cilamaya tetap dibangun, maka mengakibatkan beberapa anjungan minyak di lepas pantai milik Pertamina Hulu Energi harus dipindah. Tentunya akan membuat produksi terhenti, kata Direktur Hulu Pertamina Muhammad Husein ditemui di anjungan minyak PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ, Minggu (17/8/2014). Terhentinya produksi PHE ONWJ akan mengakibatkan produksi minyak turun drastis hingga 43.000 barel per hari. Selain itu, pasokan gas ke PT PLN (Persero) untuk dua pembangkit yakni PLTG Tanung Priok dan PLTG Muara Karang terhenti. Lalu pasokan gas untuk pupuk khususnya ke PT Pupuk Kujang juga terhenti. Dari PLN sudah bilang jika gas dari ONWJ terhenti Jakarta gelap gulita. Dari Pupuk Kujang, pasti produksi pupuk turun drastis yang mengakibatkan petani kekurangan pasokan pupuk. Jadi efeknya ke mana-mana, ungkap Husein. Ia mengungkapkan, Pertamina sudah menyatakan hal ini ke pemerintah. Namun pemerintah tetap ingin membangun. Katanya tetap bisa dibangun tanpa harus memindahkan anjungan minyak ONWJ, karena ketika ada kapal besar masuk ke Cilamaya akan dikawal kapal-kapal kecil sehingga tidak mengenai jaringan pipa gas dan minyak di bawah laut, terang Husein. Namun bagi Pertamina, hal tersebut tetap menimbulkan risiko sangat tinggi, karena jaringan pipa di bawah laut Jawa khususnya melintasi perairan ke Pelabuhan Cilamaya sangat banyak. Di bawah itu banyak sekali pipa gas dan minyak. Arus di bawah kuat sekali, apalagi angin pada akhir tahun dan awal tahun kencang hingga 20 knot lebih. Kalau kapal besar tersebut jangkarnya terkena pipa, bahaya sekali. Lalu angin kencang membawa kapal tersebut menabrak anjungan, lebih bahaya lagi. Bagi kami risikonya tinggi, makanya kami ingin rencana itu ditinjau ulang, jelasnya. Koh Ismail, seharusnya tidak rumit tapi karena banyak yg berkepentingan maka dibuat rumit... beliau minta mundur tahun lalu karena merasa tidak bisa melindungi anak buahnya yg sdh bekerja dgn baik dan benar tapi kena dikriminalisasi soal pemeliharaan gen-set... memang salah satu contoh pejabat yang cukup langka di negeri ini.. salam, On 8/14/14, lia...@indo.net.id lia...@indo.net.id wrote: Sebegitu rumitnya ngurusi Energi kususnya listrik , sehingga sampai samapi Boss BUMN besar minta mundur , baru kali ini ada Dirut BUMN minta mundur biasanya rebutan minta maju...: ISM Ancaman Krisis Listrik di Jawa Pada 2016 Sulit Dihindari ( http://finance.detik.com/read/2014/08/13/181031/2661381/1034/ancaman-krisis-listrik-di-jawa-pada-2016-sulit-dihindari ) Sindir Bos PLN, Dahlan: Hebat Ya Ada Dirut BUMN Minta Cepat DigantiFeby Dwi Sutianto - detikfinance Kamis, 14/08/2014 10:23 WIB Nur Pamudji Jakarta -Direktur Utama (Dirut) PT PLN Nur Pamudji kembali menjadi sorotan terkait keinginannya segera diganti sebagai orang nomor satu di BUMN listrik tersebut. Bagi Menteri BUMN Dahlan Iskan, permintaan ini menjadi sesuatu yang tak biasa. Dahlan mengakui jarang sekali menemukan seorang direksi BUMN yang mendesak untuk segera diganti. Nur Pamudji memang sempat mengajukan pengunduran diri pada Desember 2013 lalu sebagai dirut PLN. Hebat ya ada Dirut BUMN yang minta cepat-cepat penggantinya, kata Dahlan usai rapat pimpinan BUMN di Kantor Pusat Jiwasraya, Jakarta, Kamis (14/8/2014). Nur Pamudji resmi menjabat sebagai Direktur Utama PT PLN (persero) menggantikan Dahlan Iskan yang naik jabatan menjadi Menteri BUMN, pada 1 November 2011.
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Pak Bandono, Waktu kemaren ketemu di Bandung, Anda nagih jawaban. Maaf terlambat. Angka Elasticity dibawah satu atau bahkan bisa negatif karena yang diukur disisini adalah increase in energy consumption dibagi increase in economic growth. Contoh seperti Inggris dan Germany, energy consumption negatif namun GDP-nya bisa tetap naik. Hal ini memungkinkan karena negara maju bisa mengembangkan services tanpa menggunakan banyak energy, seperti bidang Finance, Perbankan, Software, Design, dsb. Elasticity tidak ada hubungan dengan kaya-miskin. Negara miskin bisa mempunyai elasticity rendah kalau efficient dan sebaliknya. Indonesia tidak efficient karena di Indonesia Timur dan didaerah-daerah terpencil, PLN masih menggunakan generator diesel sebagai pembangkit listrik, yaitu sumber energy yang paling mahal. Bahkan disemua kota besar di Indonesia, kantor, hotel, kawasan industri, dan kawasan rumah mewah, diperlukan generator diesel stand-by karena PLN sering biar-pet. Berarti modal harus keluar untuk membeli generators yang pemakaiannya hanya sekali-kali. Selain itu, karena generators stand-by relatif kecil hingga efficiency kecil, berarti boros BBM. Tentang energy nuklir yang Anda tanyakan, memang Indonesia bisa dan mampu hingga bisa mengurangi pemakaian BBM dan mengurangi elasticity untuk jangka panjang. Namun setelah kejadian Tsunami, banyak negara akan stop (ump. Germany) atau menunda pembangunan tenaga nuclear baru. Jepang secara bertahap akan menutup. Memang pemakaian tenaga nuclear sekarang dalam crossroad, terutama bagi negara yang kekurangan energy. Indonesia perlu energy di Jawa, Sumatra, dan Bali, semuanya daerah rawan gempa tektonik, rawan gempa meletusnya Gn. Api beserta debunya, dan rawan Tsunami. Dengan risiko demikian tinggi, sebaiknya kita menjajagi semua resources option yang tersedia, yang menurut saya masih banyak, sebelum mengambil keputusan Go nuclear. HL Ong From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Bandono Salim Sent: Wednesday, August 13, 2014 7:02 PM To: Iagi Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Tanya Pak, yang elastisitas energi dibawah 1; apakah mereka menggunakan energi nuklir sebagai pembangkit utamanya? Kalau pakai nuklir apa Indonesia dapat menghemat penggunaan bbm? Bolehkah NKRI membuat reaktor atom/nuklir? Kata teman di Batan kita sudah mampu ekstraksi bahan utama energi atom Sampai berapa jauh kemampuan NKRI untuk bicara pemakaian energi atom/nuklir? Itu saja dulu Pak . Salam hormat, bdn. Pada 13 Agt 2014 15:10, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id menulis: Anggota IAGI yang saya hormati, Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy? Bagaimana kita mengukur keborosan energy? Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak. Keborosan atau kehamburan energy Negara dapat diukur dari besarnya elasticity (ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara tsb. maju dan sebaliknya. Rumus: Elasticity (ԑ ) = E (energy) / GDP. Jadi kalau Energy yang dipakai besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity (ԑ) besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP besar, ԑ kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian energy-nya. Bersama adalah daftar elasticity (ԑ) )dari berbagai Negara. Elasticity Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan boros sekali. Europe dilain pihak, Elasticity kecil sekali, berarti efficient dan produktif. COUNTRIES ELASTICITY (ԑ)- A MEASURE OF EFFICIENCY INDONESIA cid:image003.png@01CFB773.4D06D8501.84 MALAYSIA 1.69 TAIWAN WASTE OF ENERGY 1.36 THAILAND 1.15 ITALY 1.05 SINGAPORE ԑ=(%E) / (%g) where E is increase in energy consumption and g is increase in economic growth 0.73 FRANCE 0.47 UNITED STATES 0.25 CANADA 0.17 JAPAN 0.10 UNITED KINGDOM -0.03 GERMANY -0.12 (MOST EFFICIENT USE OF ENERGY) Beberapa contoh pemborosan: 1.Sekarang Kereta api Parahyangan, yang energy efficient relatif tidak begitu laku. Semua cenderung naik mobil lewat Cipularang yang macet dan dengan biaya 10-20X lipat. Perlunya cuma beli Jean di Cihampelas yang Rp. 15,000 lebih murah dari di Jakarta. 2.Di Bandung tidak ada industrial estate yang besar. Pabrik tekstil tutup, buka restoran, factory outlet atau Hotel, supaya jangan dianggap sebagai pengangur. 3
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Saya berpendapat bahwa tidak dapat digeneralisasi tingkat penggunaan energi yang disematkan kepada Indonesia. Tingkat pemborosan energi yang tinggi tentunya akan dijumpai di wilayah kota besar yang tidak memiliki sumber daya energi sendiri, tetapi tanpa terkendali terus menyedot sumber daya dari daerah penghasil energi. Tingkat konsumsi dan pemacuan pembangunan di wilayah megapolitan/metropolitan yang melebihi kemampuan daya dukungnya hanyalah sebuah cermin kebijakan negara yang tidak pro pemerataan kesejahteraan. Saya pikir ke depan negara dan pemerintah harus memajukan kebijakan yang lebih mengutamakan penggunaan sumber daya alam/energi untuk percepatan pembangunan di wilayah yang memiliki sumber energi itu sendiri. Sumber daya alam adalah untuk komunitas pemiliknya. Dengan demikian, aliran sumber daya energi produksi dalam negeri ke megapolitan/metropolitan harus dikurangi secara signifikan. Rencana pembangunan infrastruktur serta pengolahan dan pemanfaatan energi di daerah luar megapolitan/metropolitan harus lebih diutamakan. Sehingga kebutuhan impor bahan energi sepenuhnya ditujukan untuk pemenuhan konsumsi di wilayah megapolitan/metropolitan, tanpa embel-embel subsidi dari kas APBN. Kalau mau subsidi diambil dari PAD (pendapatan asli daerah) masing-masing. Jadi pagu untuk biaya modal pembangunan wilayah di luar megapolitan/metropolitan dari APBN bisa lebih proporsional dan signifikan. Stop segala macam pembangunan MRT, kebijakan mobil murah, subsidi BBM, jaringan listrik interkoneksi di Jawa-Bali, yang hanya membuat aliran sumber daya manusia dan revenue sumber daya alam dari berbagai daerah terkumpul di wilayah megapolitan/metropolitan. Stop juga segala ekspor SDA energi. Komunitas tempat sumber energi berada adalah pemilik previllage pemanfaatan SDA, bukan untuk disetor ke kas negara di pusat dan dikonsumsi wilayah megapolitan/metropolitan. Desain ke depan bagi aliran dan mobilitas SDM harus mengarah untuk mendukung pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di seluruh wilayah Negara Indonesia. Kuncinya adalah tersedianya infrastruktur transportasi, pendidikan, dan kesehatan yang berkualitas di seluruh wilayah negara agar para tenaga ahli dan juga masyarakat umum dapat hidup nyaman di semua wilayah. Satu hal lagi, wilayah perbatasan harus menjadi wajah Negara dan pusat strategi kebijakan komunitas ekonomi regional seperti wilayah Kalimantan, Riau, Sumut, Aceh untuk Asean Community dan South China Sea Dispute; sedangkan Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara untuk APEC. Dengan demikian terjadi pemerataan center of excellence dari penanganan isu dan peningkatan peran sesuai geografi dan geopolitiknya. Wassalam, Wikan W Sent from my iPad On 13 Agt 2014, at 22.54, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id wrote: Ya boleh saja Pak Ong memberikan macem2 definisi dan rumus dari pemborosan dengan konsep elasticitynya, yang disamakan dengan eficiency, untuk menunjukkan bahwa orang Indonesia itu boros energi Tetapi yang jelas adalah konsumsi energi per kapita kita masih rendah. Konsunsi energi per kapita dan pendapatan per kapita adalah yang lebih realistis. Saya juga bisa berargumentasi bahwa orang berpendapatan rendah lebih boros dari pada orang kaya. Orang berpendapatan rendah kalau beli mobil harus nyicil dengan bunga entah berapa puluh percent dari harga mobil, dipaksa beli asuransi lagi. Orang kaya bisa beli cash dan dapat discount lagi Lebih-lebih lagi orang miskin kalau beli barang kelontong saja atau alat dapur terpaksa beli dari tukang kredit dengan bunga sampai 200% dari harga barangnya, karena terpaksa nyicil, tidak mampu. Nah kalau orang miskin ittu dianggap lebih boros dari pada orang kaya, ya silahkan. Sudah miskin dianggap boros lagi Orang Belanda akan bilang dat is te erg, zeg, atau orang Sunda mah bilangnya teungteuingeun! Silahkan Hehehe lagi Wassalam RPK - Original Message - From: Ong Han Ling To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, August 13, 2014 3:09 PM Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Anggota IAGI yang saya hormati, Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy? Bagaimana kita mengukur keborosan energy? Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak. Keborosan atau kehamburan energy Negara dapat diukur dari besarnya elasticity (ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Anggota IAGI yang saya hormati, Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy? Bagaimana kita mengukur keborosan energy? Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak. Keborosan atau kehamburan energy Negara dapat diukur dari besarnya elasticity (ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara tsb. maju dan sebaliknya. Rumus: Elasticity (ԑ ) = E (energy) / GDP. Jadi kalau Energy yang dipakai besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity (ԑ) besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP besar, ԑ kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian energy-nya. Bersama adalah daftar elasticity (ԑ) )dari berbagai Negara. Elasticity Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan boros sekali. Europe dilain pihak, Elasticity kecil sekali, berarti efficient dan produktif. COUNTRIES ELASTICITY (ԑ)- A MEASURE OF EFFICIENCY INDONESIA 1.84 MALAYSIA 1.69 TAIWAN WASTE OF ENERGY 1.36 THAILAND 1.15 ITALY 1.05 SINGAPORE ԑ=(%E) / (%g) where E is increase in energy consumption and g is increase in economic growth 0.73 FRANCE 0.47 UNITED STATES 0.25 CANADA 0.17 JAPAN 0.10 UNITED KINGDOM -0.03 GERMANY -0.12 (MOST EFFICIENT USE OF ENERGY) Beberapa contoh pemborosan: 1.Sekarang Kereta api Parahyangan, yang energy efficient relatif tidak begitu laku. Semua cenderung naik mobil lewat Cipularang yang macet dan dengan biaya 10-20X lipat. Perlunya cuma beli Jean di Cihampelas yang Rp. 15,000 lebih murah dari di Jakarta. 2.Di Bandung tidak ada industrial estate yang besar. Pabrik tekstil tutup, buka restoran, factory outlet atau Hotel, supaya jangan dianggap sebagai pengangur. 3.SuperMall di kota2, kebanyakan jualan barang konsumtif, terutama barang impor. 4.Kemacetan yang terjadi dimana-mana adalah menghambur BBM. 5.Sukar kita mencari efficiency kalau harga BBM murah atau disubsidi. Di Eropa, harga benzine dikenakan pajak 3 sampai 4X, hingga orang berhemat. Mereka mencari alternatif energy yang lebih murah. Kita kebalikan. Kita disubsidi, dan disuruh cari alternatif energy yang lebih murah dari harga subsidi. Mana mungkin. 6.Artinya harga BBM murah menyebabkan keborosan dimana-mana. Salam, HL Ong From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Rovicky Dwi Putrohari Sent: Tuesday, August 12, 2014 3:04 AM To: IAGI Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Salah https://rovicky.wordpress.com/2014/08/12/salah-satu-kunci-yang-penting-dalam-pemanfaatan-energi-di-indonesia-adalah-menyediakan-transportasi/ satu kunci yang penting dalam pemanfaatan energi di Indonesia adalah menyediakan transportasi. Data statistik saat ini serta proyeksi kedepan menunjukkan bahwa 30% energi di Indonesia dipakai untuk transportasi. https://rovicky.files.wordpress.com/2014/08/energifinal.jpg Image removed by sender. EnergiFinal Menyelesaikan masalah transportasi sudah dipastikan akan meningkatlkan ketahanan energi (sumber BPPT) Menyelesaikan (mengadakan) masalah transportasi (masal) sudah dapat dipastikan menghemat energi. Bisa juga memperbaiki infrastruktur jalan bebas macet, mungkin mengurangi banyak sekali konsumsi BBM. Kita tidak dapat tidak dapat serta-merta mengatakan Indonesia itu negara boros, walaupun dari elastisitas energi di Indonesia itu rendah. Karena di Indonesia energi masih dipakai “untuk hidup”, bukan untuk berfoya-foya energi. Untuk negara maju dimana kebutuhan energi perkapitanya tinggi, maka “Elastisitas Energi” parameter yang hanya cocok utk ‘High GDP Country’. Image removed by sender. gdpvsefisiensiGlobal Elastisitas vs GDP Saya memiliki plot lain tentang pemakaian energi perkapita dibandingkan GDP-nya. Indonesia ternyata secara perkapita hanya sedikit menggunakan energi. Saya kira Indonesia menggunakan energinya masih diutamakan untuk hidup. Masih memerlukan banyak energi untuk memulai menggunakan energi dalam berproduksi. Jadi ada satu titik dimana bila ditambah supply energi, energi ini akan habis terus sampai mencapai titik balik. Nah saya kira Indonesia masih belum mencapai titik itu. :-( “Jadi harusnya kinerjanya diukur pakai apa pakde ?” :-D “Paling tidak jangan menggunakan tolok ukur negara maju untuk menilai kinerja Indonesia yang belum menjadi negara maju. Sediakan dulu energi yang
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Tanya Pak, yang elastisitas energi dibawah 1; apakah mereka menggunakan energi nuklir sebagai pembangkit utamanya? Kalau pakai nuklir apa Indonesia dapat menghemat penggunaan bbm? Bolehkah NKRI membuat reaktor atom/nuklir? Kata teman di Batan kita sudah mampu ekstraksi bahan utama energi atom Sampai berapa jauh kemampuan NKRI untuk bicara pemakaian energi atom/nuklir? Itu saja dulu Pak . Salam hormat, bdn. Pada 13 Agt 2014 15:10, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id menulis: Anggota IAGI yang saya hormati, Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy? Bagaimana kita mengukur keborosan energy? Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak. Keborosan atau kehamburan energy Negara dapat diukur dari besarnya elasticity (*ԑ* ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (*ԑ**)* adalah ratio antara Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara tsb. maju dan sebaliknya. Rumus: Elasticity (*ԑ* ) = E (energy) / GDP. Jadi kalau Energy yang dipakai besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity ( *ԑ**)* besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP besar, *ԑ* kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian energy-nya. Bersama adalah daftar elasticity (*ԑ*) )dari berbagai Negara. Elasticity Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan boros sekali. Europe dilain pihak, Elasticity kecil sekali, berarti efficient dan produktif. *COUNTRIES* *ELASTICITY (ԑ)- A MEASURE OF EFFICIENCY* INDONESIA 1.84 MALAYSIA 1.69 TAIWAN WASTE OF ENERGY 1.36 THAILAND 1.15 ITALY 1.05 SINGAPORE ԑ=(%E) / (%g) where E is increase in energy consumption and g is increase in economic growth 0.73 FRANCE 0.47 UNITED STATES 0.25 CANADA 0.17 JAPAN 0.10 UNITED KINGDOM -0.03 GERMANY -0.12 (MOST EFFICIENT USE OF ENERGY) Beberapa contoh pemborosan: 1.Sekarang Kereta api Parahyangan, yang energy efficient relatif tidak begitu laku. Semua cenderung naik mobil lewat Cipularang yang macet dan dengan biaya 10-20X lipat. Perlunya cuma beli Jean di Cihampelas yang Rp. 15,000 lebih murah dari di Jakarta. 2.Di Bandung tidak ada industrial estate yang besar. Pabrik tekstil tutup, buka restoran, factory outlet atau Hotel, supaya jangan dianggap sebagai pengangur. 3.SuperMall di kota2, kebanyakan jualan barang konsumtif, terutama barang impor. 4.Kemacetan yang terjadi dimana-mana adalah menghambur BBM. 5.Sukar kita mencari efficiency kalau harga BBM murah atau disubsidi. Di Eropa, harga benzine dikenakan pajak 3 sampai 4X, hingga orang berhemat. Mereka mencari alternatif energy yang lebih murah. Kita kebalikan. Kita disubsidi, dan disuruh cari alternatif energy yang lebih murah dari harga subsidi. Mana mungkin. 6.Artinya harga BBM murah menyebabkan keborosan dimana-mana. Salam, HL Ong *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *Rovicky Dwi Putrohari *Sent:* Tuesday, August 12, 2014 3:04 AM *To:* IAGI *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Salah satu kunci yang penting dalam pemanfaatan energi di Indonesia adalah menyediakan transportasi. https://rovicky.wordpress.com/2014/08/12/salah-satu-kunci-yang-penting-dalam-pemanfaatan-energi-di-indonesia-adalah-menyediakan-transportasi/ Data statistik saat ini serta proyeksi kedepan menunjukkan bahwa 30% energi di Indonesia dipakai untuk transportasi. [image: Image removed by sender. EnergiFinal] https://rovicky.files.wordpress.com/2014/08/energifinal.jpg Menyelesaikan masalah transportasi sudah dipastikan akan meningkatlkan ketahanan energi (sumber BPPT) Menyelesaikan (mengadakan) masalah transportasi (masal) sudah dapat dipastikan menghemat energi. Bisa juga memperbaiki infrastruktur jalan bebas macet, mungkin mengurangi banyak sekali konsumsi BBM. Kita tidak dapat tidak dapat serta-merta mengatakan Indonesia itu negara boros, walaupun dari elastisitas energi di Indonesia itu rendah. Karena di Indonesia energi masih dipakai “untuk hidup”, bukan untuk berfoya-foya energi. Untuk negara maju dimana kebutuhan energi perkapitanya tinggi, maka “Elastisitas Energi” parameter yang hanya cocok utk ‘High GDP Country’. [image: Image removed by sender. gdpvsefisiensiGlobal] Elastisitas vs GDP Saya memiliki plot lain tentang pemakaian energi perkapita dibandingkan GDP-nya. Indonesia ternyata secara perkapita hanya sedikit
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Ya boleh saja Pak Ong memberikan macem2 definisi dan rumus dari pemborosan yang disamakan dengan eficiency, untuk menunjukkan bahwa orang Indonesia itu boros energi Tetapi yang jelas adalah konsumsi energi per kapita kita masih rendah. Konsunsi perf kapita dan pendapatan per kapita adalah yang lebih realistis. Saya juga bisa berargumentasi bahwa orang berpendapatan rendah lebih boros dari pada orang kaya. Orang berpendapatan rendah kalau beli mobil harus nyicil dengan bunga entah berapa puluh percent dari harga mobil, dipaksa beli asuransi lagi. Lebih-lebih lagi orang miskin kalau beli barang kelontong saja atau alat dapur terpaksa beli dari tukang kredit dengan bunga sampai 200% dari harga barangnya, karena terpaksa nyicil, tidak mampu. Nah kalau orang miskin ittu dianggap lebih boros dari pada orang kaya, ya silahkan. Sudah miskin dianggap boros lagiT Orang Belanda bilang dat is te erg zeg, atau orang Sunda mah bilangnya teungteuingeun! Silahkan Hehehe lagi Wassalam RPK - Original Message - From: Ong Han Ling To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, August 13, 2014 3:09 PM Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Anggota IAGI yang saya hormati, Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy? Bagaimana kita mengukur keborosan energy? Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak. Keborosan atau kehamburan energy Negara dapat diukur dari besarnya elasticity (ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara tsb. maju dan sebaliknya. Rumus: Elasticity (ԑ ) = E (energy) / GDP. Jadi kalau Energy yang dipakai besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity (ԑ) besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP besar, ԑ kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian energy-nya. Bersama adalah daftar elasticity (ԑ) )dari berbagai Negara. Elasticity Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan boros sekali. Europe dilain pihak, Elasticity kecil sekali, berarti efficient dan produktif. COUNTRIES ELASTICITY (ԑ)- A MEASURE OF EFFICIENCY INDONESIA 1.84 MALAYSIA 1.69 TAIWAN WASTE OF ENERGY 1.36 THAILAND 1.15 ITALY 1.05 SINGAPORE ԑ=(%E) / (%g) where E is increase in energy consumption and g is increase in economic growth 0.73 FRANCE 0.47 UNITED STATES 0.25 CANADA 0.17 JAPAN 0.10 UNITED KINGDOM -0.03 GERMANY -0.12 (MOST EFFICIENT USE OF ENERGY) Beberapa contoh pemborosan: 1.Sekarang Kereta api Parahyangan, yang energy efficient relatif tidak begitu laku. Semua cenderung naik mobil lewat Cipularang yang macet dan dengan biaya 10-20X lipat. Perlunya cuma beli Jean di Cihampelas yang Rp. 15,000 lebih murah dari di Jakarta. 2.Di Bandung tidak ada industrial estate yang besar. Pabrik tekstil tutup, buka restoran, factory outlet atau Hotel, supaya jangan dianggap sebagai pengangur. 3.SuperMall di kota2, kebanyakan jualan barang konsumtif, terutama barang impor. 4.Kemacetan yang terjadi dimana-mana adalah menghambur BBM. 5.Sukar kita mencari efficiency kalau harga BBM murah atau disubsidi. Di Eropa, harga benzine dikenakan pajak 3 sampai 4X, hingga orang berhemat. Mereka mencari alternatif energy yang lebih murah. Kita kebalikan. Kita disubsidi, dan disuruh cari alternatif energy yang lebih murah dari harga subsidi. Mana mungkin. 6.Artinya harga BBM murah menyebabkan keborosan dimana-mana. Salam, HL Ong From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Rovicky Dwi Putrohari Sent: Tuesday, August 12, 2014 3:04 AM To: IAGI Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Salah satu kunci yang penting dalam pemanfaatan energi di Indonesia adalah menyediakan transportasi. Data statistik saat ini serta proyeksi kedepan menunjukkan bahwa 30% energi di Indonesia dipakai untuk transportasi. Menyelesaikan masalah transportasi sudah dipastikan akan meningkatlkan ketahanan energi (sumber
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Ya boleh saja Pak Ong memberikan macem2 definisi dan rumus dari pemborosan dengan konsep elasticitynya, yang disamakan dengan eficiency, untuk menunjukkan bahwa orang Indonesia itu boros energi Tetapi yang jelas adalah konsumsi energi per kapita kita masih rendah. Konsunsi energi per kapita dan pendapatan per kapita adalah yang lebih realistis. Saya juga bisa berargumentasi bahwa orang berpendapatan rendah lebih boros dari pada orang kaya. Orang berpendapatan rendah kalau beli mobil harus nyicil dengan bunga entah berapa puluh percent dari harga mobil, dipaksa beli asuransi lagi. Orang kaya bisa beli cash dan dapat discount lagi Lebih-lebih lagi orang miskin kalau beli barang kelontong saja atau alat dapur terpaksa beli dari tukang kredit dengan bunga sampai 200% dari harga barangnya, karena terpaksa nyicil, tidak mampu. Nah kalau orang miskin ittu dianggap lebih boros dari pada orang kaya, ya silahkan. Sudah miskin dianggap boros lagi Orang Belanda akan bilang dat is te erg, zeg, atau orang Sunda mah bilangnya teungteuingeun! Silahkan Hehehe lagi Wassalam RPK - Original Message - From: Ong Han Ling To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, August 13, 2014 3:09 PM Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Anggota IAGI yang saya hormati, Kita semua setuju bahwa energy perlu untuk kemajuan bangsa. Beberapa diantara kita mengatakan bahwa pemakaian energy per capita kita masih rendah hingga tidak perlu irit-irit. Beberapa diantara kita mengatakan kita boros energy? Bagaimana kita mengukur keborosan energy? Yang perlu dilihat adalah penggunaan energy. Kalau energy dipakai untuk bidang produksi, seperti membangun pabrik, bagus sekali. Tetapi kalau dipakai untuk bidang konsumsi, makan dan berfoya-foya, tidak. Keborosan atau kehamburan energy Negara dapat diukur dari besarnya elasticity (ԑ ) yang disebut Pak Ketua. Elasticity (ԑ) adalah ratio antara Energy (E) yang dipakai dibandingkan dengan kemajuan ekonomi Negara tsb. Kemajuan eknonomi bisa diukur dengan berbagai cara, salah satu adalah Gross Domestic Product atau GDP. Kalau GDP besar maka Negara tsb. maju dan sebaliknya. Rumus: Elasticity (ԑ ) = E (energy) / GDP. Jadi kalau Energy yang dipakai besar tetapi GDP kecil, angka Elasticity (ԑ) besar sekali. Berarti negara boros. Kalau Energy kecil tetapi GDP besar, ԑ kecil. Berarti Negara efficient dan hemat dalam pemakaian energy-nya. Bersama adalah daftar elasticity (ԑ) )dari berbagai Negara. Elasticity Indonesia tertinggi. Berarti Indonesia konsumtif dan boros sekali. Europe dilain pihak, Elasticity kecil sekali, berarti efficient dan produktif. COUNTRIES ELASTICITY (ԑ)- A MEASURE OF EFFICIENCY INDONESIA 1.84 MALAYSIA 1.69 TAIWAN WASTE OF ENERGY 1.36 THAILAND 1.15 ITALY 1.05 SINGAPORE ԑ=(%E) / (%g) where E is increase in energy consumption and g is increase in economic growth 0.73 FRANCE 0.47 UNITED STATES 0.25 CANADA 0.17 JAPAN 0.10 UNITED KINGDOM -0.03 GERMANY -0.12 (MOST EFFICIENT USE OF ENERGY) Beberapa contoh pemborosan: 1.Sekarang Kereta api Parahyangan, yang energy efficient relatif tidak begitu laku. Semua cenderung naik mobil lewat Cipularang yang macet dan dengan biaya 10-20X lipat. Perlunya cuma beli Jean di Cihampelas yang Rp. 15,000 lebih murah dari di Jakarta. 2.Di Bandung tidak ada industrial estate yang besar. Pabrik tekstil tutup, buka restoran, factory outlet atau Hotel, supaya jangan dianggap sebagai pengangur. 3.SuperMall di kota2, kebanyakan jualan barang konsumtif, terutama barang impor. 4.Kemacetan yang terjadi dimana-mana adalah menghambur BBM. 5.Sukar kita mencari efficiency kalau harga BBM murah atau disubsidi. Di Eropa, harga benzine dikenakan pajak 3 sampai 4X, hingga orang berhemat. Mereka mencari alternatif energy yang lebih murah. Kita kebalikan. Kita disubsidi, dan disuruh cari alternatif energy yang lebih murah dari harga subsidi. Mana mungkin. 6.Artinya harga BBM murah menyebabkan keborosan dimana-mana. Salam, HL Ong From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Rovicky Dwi Putrohari Sent: Tuesday, August 12, 2014 3:04 AM To: IAGI Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Salah satu kunci yang penting dalam pemanfaatan energi di Indonesia adalah menyediakan transportasi. Data statistik saat ini serta proyeksi kedepan menunjukkan bahwa 30% energi di Indonesia dipakai untuk transportasi
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Sebegitu rumitnya ngurusi Energi kususnya listrik , sehingga sampai samapi Boss BUMN besar minta mundur , baru kali ini ada Dirut BUMN minta mundur biasanya rebutan minta maju...: ISM Ancaman Krisis Listrik di Jawa Pada 2016 Sulit Dihindari (http://finance.detik.com/read/2014/08/13/181031/2661381/1034/ancaman-krisis-listrik-di-jawa-pada-2016-sulit-dihindari) Sindir Bos PLN, Dahlan: Hebat Ya Ada Dirut BUMN Minta Cepat DigantiFeby Dwi Sutianto - detikfinance Kamis, 14/08/2014 10:23 WIB Nur Pamudji Jakarta -Direktur Utama (Dirut) PT PLN Nur Pamudji kembali menjadi sorotan terkait keinginannya segera diganti sebagai orang nomor satu di BUMN listrik tersebut. Bagi Menteri BUMN Dahlan Iskan, permintaan ini menjadi sesuatu yang tak biasa. Dahlan mengakui jarang sekali menemukan seorang direksi BUMN yang mendesak untuk segera diganti. Nur Pamudji memang sempat mengajukan pengunduran diri pada Desember 2013 lalu sebagai dirut PLN. Hebat ya ada Dirut BUMN yang minta cepat-cepat penggantinya, kata Dahlan usai rapat pimpinan BUMN di Kantor Pusat Jiwasraya, Jakarta, Kamis (14/8/2014). Nur Pamudji resmi menjabat sebagai Direktur Utama PT PLN (persero) menggantikan Dahlan Iskan yang naik jabatan menjadi Menteri BUMN, pada 1 November 2011. Pelantikan Nur Pamudji sebagai Dirut PLN dilakukan di Gardu Induk Karet Tengsin, Jakarta, Selasa (1/11/2011). Hadir pada waktu itu tersebut Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri ESDM Jero Wacik. Nur Pamudji bergabung dengan PLN tahun 1985 sebagai Enjinir Sistem Operasi Pembangkit (1985-2001). Ia meraih gelar Sarjana Teknik Elektrik dari Institut Teknologi Bandung, Indonesia di tahun 1985, kemudian melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana Fakultas Teknik University of New South Wales, Australia pada 1995 dan and Master of Public Management dari National University of Singapore di 2003. Pejabat yang dikenal low profile ini menjabat sebagai Direktur Energi Primer sejak Desember 2009. Sebelumnya, Nur Pamudji adalah General Manager PLN P3B Jawa-Bali pada April 2008. Pria berkacamata itu juga pernah menjabat sebagai Manajer Sistem Operasi Pembangkit Jawa-Bali (2005-2008) dan Manajer Transmisi untuk Area Sulawesi Selatan (2001-2002). Sepanjang tahun 2004 sampai 2005, ia memimpin Tim pengembangan Sistem Kompetensi SDM PLN. ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list.
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi per kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur tidak punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan Amerika, Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3 dari sumber energi dunia Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa, Amerika, Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake BBM bersubsidi sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros. Kalau orang kaya mah pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak usah disuruh -suruh lagi hemat energi. Itu paradox-nya hehehe RPK - Original Message - From: E.Bawa Santosa To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Yth : Pak Koesuma, Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya suka dengan joke pak RPK ini). Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif mengenai terminologi SDA melimpah. He..he..he.., kalaupun memang melimpah kemudian akan ada kecenderungan penghamburan energi Salam EBS From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of koeso...@melsa.net.id Sent: 12 Agustus 2014 9:19 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi dong. Selesai dan tamatlah IAGI Hehe RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -- From: E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700 To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Yanto, apa kabar ?? BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia. Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak menjelaskan dengan bahasa teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, cadangan terbukti,...dll). Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!! Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada pemerintah (pengambil kebijakan). IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye hemat energi dan pemahaman energi itu mahal bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014) Salam IAGI, E. Bawa Santosa From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of R.P.Koesoemadinata Sent: 12 Agustus 2014 7:08 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran! Heheh RPK - Original Message - From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, August 10, 2014 7:56 PM Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Terjadi Perubahan atau tidak pada Pemerintahan yg baru nanti , itu Tergantung Menteri ESDM nya, Yg jelas kalau Ktb jadi Menterinya ESDM dipastikan ada terjadi Perubahan... Ism Pemerintah dalam menjalankan program-program perminyakan dan pertambangan bukan berdasarkan energy policy dan mining policy, tetapi lebih terkait dengan political policy/political decision. DEN-pun sudah terkooptasi oleh lingkungan politik, sehingga yang biasa merdeka ngomong menjadi kurang merdeka dalam lingkungan itu. Tidak tahu apakah dalam pemerintahan baru nanti akan terjadi perubahan 2014-08-09 11:15 GMT+07:00 Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan. Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk pembangkit listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN Muara Karang, Jakarta, telah dilaksanakan. Demikian juga nantinya import dari Wiryagar lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih lingkungan tetapi terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013, SPE). Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu. Angkut ke Jawa cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG harus dikembalikan ke gas lagi dengan biaya $2/mmbtu. PT Regassing Nusantara yang terdiri dari tiga perusahaan yang melakukan regassing adalah perusahaan swasta yang perlu mengambil
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Salah satu kunci yang penting dalam pemanfaatan energi di Indonesia adalah menyediakan transportasi. https://rovicky.wordpress.com/2014/08/12/salah-satu-kunci-yang-penting-dalam-pemanfaatan-energi-di-indonesia-adalah-menyediakan-transportasi/ Data statistik saat ini serta proyeksi kedepan menunjukkan bahwa 30% energi di Indonesia dipakai untuk transportasi. [image: EnergiFinal] https://rovicky.files.wordpress.com/2014/08/energifinal.jpg Menyelesaikan masalah transportasi sudah dipastikan akan meningkatlkan ketahanan energi (sumber BPPT) Menyelesaikan (mengadakan) masalah transportasi (masal) sudah dapat dipastikan menghemat energi. Bisa juga memperbaiki infrastruktur jalan bebas macet, mungkin mengurangi banyak sekali konsumsi BBM. Kita tidak dapat tidak dapat serta-merta mengatakan Indonesia itu negara boros, walaupun dari elastisitas energi di Indonesia itu rendah. Karena di Indonesia energi masih dipakai “untuk hidup”, bukan untuk berfoya-foya energi. Untuk negara maju dimana kebutuhan energi perkapitanya tinggi, maka “Elastisitas Energi” parameter yang hanya cocok utk ‘High GDP Country’. [image: gdpvsefisiensiGlobal] Elastisitas vs GDP Saya memiliki plot lain tentang pemakaian energi perkapita dibandingkan GDP-nya. Indonesia ternyata secara perkapita hanya sedikit menggunakan energi. Saya kira Indonesia menggunakan energinya masih diutamakan untuk hidup. Masih memerlukan banyak energi untuk memulai menggunakan energi dalam berproduksi. Jadi ada satu titik dimana bila ditambah supply energi, energi ini akan habis terus sampai mencapai titik balik. Nah saya kira Indonesia masih belum mencapai titik itu. * :-( “Jadi harusnya kinerjanya diukur pakai apa pakde ?”* * :-D “Paling tidak jangan menggunakan tolok ukur negara maju untuk menilai kinerja Indonesia yang belum menjadi negara maju. Sediakan dulu energi yang CUKUP untuk rakyat, kemudian kita lihat kinerjanya”.* Plot ini menunjukkan bahwa penggunaan parameter elastisitas energi ini cocok untuk negara-negara maju (high GDP). dimana semakin banyak energi yg dimasukkan akan semakin tinggi produktifitasnya. Sedangkan untuk negara-negara Low GDP, penggunaan parameter elastisitas energi justru akan menghambat kemajuan. Perlu dipikirkan, walau dikatakan bahwa Indonesia yang masih *low productivity* dan* low eficiency* masih harus *dibanjiri* energi supaya Indonesia mampu berproduksi lebih efisien, kalau melihat konerja negara maju. Memang harus melampaui *titik jenuh energi*. Nah ini tentusaja perlu kebaranian dan perlu usaha dalam mengisi, atau menggelontori energi sebanyak mungkin. Malaysia walaupun memiliki GDP lebih dari Indonesia tetapi perkapita mereka memerlukan energi lebih besar dari Indonesia. Sebenernya ada pertanyaan yg sangat tepat. *“Kenapa jumlah ahli kebumian (eksplorasi) bertambah tetapi produksi migas turun terus ?”* Kalau saja produksi energi “*dinaikkan dan dipergunakan di dalam negeri*” barangkali Indonesia akan melewati titik jenuh, dimana ini perlu ‘keberanian’ karena akan melewati titik kritis dimana menjadi negara dengan energi perkapita meningkat tetapi jumlah energi perkapita melampaui titik kritis. *)* Note: Elastisitas energi atau elasticity “ε” merupakan perbandingan antara banyaknya energi yang dipakai dibandingkan dengan besarnya GDP (kemajuan ekonomi suatu negara).* -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. 2014-08-12 13:07 GMT+07:00 R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id: Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi per kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur tidak punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan Amerika, Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3 dari sumber energi dunia Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa, Amerika, Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake BBM bersubsidi sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros. Kalau orang kaya mah pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak usah disuruh -suruh lagi hemat energi. Itu paradox-nya hehehe RPK - Original Message - *From:* E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM *Subject:* RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Yth : Pak Koesuma, Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya suka dengan joke pak RPK ini). Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif mengenai terminologi SDA “melimpah”. He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan “penghamburan” energi Salam EBS *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * koeso...@melsa.net.id *Sent:* 12 Agustus 2014 9:19 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi dong. Selesai dan
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Memang begitu Pak, sesuai dengan hukum lingkungan. Negara ini termasuk pemasok energi bagi negara maju. Penggunaan dlm negeri kecil, tetapi sumbangan ke negeri maju luarbiasa. ,Begitu juga bagi penguasa dan pengusaha. Mereka disumbang oleh buruh dan yang pakai listrik cukup 450 watt sambil kepanasan dan keringatan. Maka mari bersama jadikan kekayaan alam kita untuk kita, bukan untuk negara lain. Caranya? Kita pikir bersama; kerja baik dan benar; jangan rakus. Salam. Pada 12 Agt 2014 13:07, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id menulis: Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi per kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur tidak punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan Amerika, Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3 dari sumber energi dunia Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa, Amerika, Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake BBM bersubsidi sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros. Kalau orang kaya mah pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak usah disuruh -suruh lagi hemat energi. Itu paradox-nya hehehe RPK - Original Message - *From:* E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM *Subject:* RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Yth : Pak Koesuma, Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya suka dengan joke pak RPK ini). Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif mengenai terminologi SDA “melimpah”. He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan “penghamburan” energi Salam EBS *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * koeso...@melsa.net.id *Sent:* 12 Agustus 2014 9:19 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi dong. Selesai dan tamatlah IAGI Hehe RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: *E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id *Sender: *iagi-net@iagi.or.id *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Yanto, apa kabar ?? BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia. Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak menjelaskan dengan bahasa teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, cadangan terbukti,...dll). Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!! Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada pemerintah (pengambil kebijakan). IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi” dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014) Salam IAGI, E. Bawa Santosa *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * R.P.Koesoemadinata *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran! Heheh RPK - Original Message - *From:* Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com yrs_...@yahoo.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Sunday, August 10, 2014 7:56 PM *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Maka mari bersama jadikan kekayaan alam kita untuk kita, bukan untuk negara lain. Caranya? Kita pikir bersama = = = = Kekayaan Alam sesuai UUD Dikuasai Negara dan digunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran Rakyatnya , Bagaimana mengaplikasikan arti Dikuasai oleh Negara ini ? Apakah sekarang ini kekayaan alam sdh dikuasai oleh Negara . Kalau Menguasai berarti tidak kesulitan untuk mendapatkannya { terjamin ketersediaannya } Silahkan dipikir Ism Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Bandono Salim bandon...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 12 Aug 2014 17:53:27 To: Iagiiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Memang begitu Pak, sesuai dengan hukum lingkungan. Negara ini termasuk pemasok energi bagi negara maju. Penggunaan dlm negeri kecil, tetapi sumbangan ke negeri maju luarbiasa. ,Begitu juga bagi penguasa dan pengusaha. Mereka disumbang oleh buruh dan yang pakai listrik cukup 450 watt sambil kepanasan dan keringatan. Maka mari bersama jadikan kekayaan alam kita untuk kita, bukan untuk negara lain. Caranya? Kita pikir bersama; kerja baik dan benar; jangan rakus. Salam. Pada 12 Agt 2014 13:07, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id menulis: Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi per kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur tidak punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan Amerika, Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3 dari sumber energi dunia Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa, Amerika, Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake BBM bersubsidi sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros. Kalau orang kaya mah pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak usah disuruh -suruh lagi hemat energi. Itu paradox-nya hehehe RPK - Original Message - *From:* E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM *Subject:* RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Yth : Pak Koesuma, Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya suka dengan joke pak RPK ini). Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif mengenai terminologi SDA “melimpah”. He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan “penghamburan” energi Salam EBS *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * koeso...@melsa.net.id *Sent:* 12 Agustus 2014 9:19 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi dong. Selesai dan tamatlah IAGI Hehe RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: *E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id *Sender: *iagi-net@iagi.or.id *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Yanto, apa kabar ?? BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia. Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak menjelaskan dengan bahasa teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, cadangan terbukti,...dll). Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!! Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada pemerintah (pengambil kebijakan). IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi” dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014) Salam IAGI, E. Bawa Santosa *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * R.P.Koesoemadinata *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu dengan mebuat policy
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Koh Liam, kita kan punya ahli dari juru bor sampe professor geologi;, dari teller sampai proff ekonomi; dari insinyur sampai proff peneliti dan praktisi; masing masing punya perserikatan tenaga ahli; ee ahli hukum sampai ahli agama; Saking ahlinya jadi hanya berdebat tentang ilmu masing masing dan lupa siapa yang harus diurus mnrt UUD. Sekali waktu para top ahli ini dikumpulkan untuk bicara dan praktek ngurus rakyat gimana ya. Hehe tentunya tidak melupakan ahli strategi dan sosial. Praktek lah kepelosok negri masing buat kesimpulan berdasar keilmuannya dan serahkan pada pengusaha yang tidak rakus untuk membuat langkah maju hehehe tentunya bersama presiden yang juga tidak hawek beserta stafnya. Gitu dibuat kesimpulan pendek jalankan . Hehe rencana jangka panjang dan menengah sdh ada jangka pendek disusun melihat kondisi negara ini; untuk tidak jadi pelayan pemberi pinjaman dan negara kaya. Mau? Mari silahkan. Pada 12 Agt 2014 19:07, lia...@indo.net.id menulis: Maka mari bersama jadikan kekayaan alam kita untuk kita, bukan untuk negara lain. Caranya? Kita pikir bersama = = = = Kekayaan Alam sesuai UUD Dikuasai Negara dan digunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran Rakyatnya , Bagaimana mengaplikasikan arti Dikuasai oleh Negara ini ? Apakah sekarang ini kekayaan alam sdh dikuasai oleh Negara . Kalau Menguasai berarti tidak kesulitan untuk mendapatkannya { terjamin ketersediaannya } Silahkan dipikir Ism Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * Bandono Salim bandon...@gmail.com *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Tue, 12 Aug 2014 17:53:27 +0700 *To: *Iagiiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Memang begitu Pak, sesuai dengan hukum lingkungan. Negara ini termasuk pemasok energi bagi negara maju. Penggunaan dlm negeri kecil, tetapi sumbangan ke negeri maju luarbiasa. ,Begitu juga bagi penguasa dan pengusaha. Mereka disumbang oleh buruh dan yang pakai listrik cukup 450 watt sambil kepanasan dan keringatan. Maka mari bersama jadikan kekayaan alam kita untuk kita, bukan untuk negara lain. Caranya? Kita pikir bersama; kerja baik dan benar; jangan rakus. Salam. Pada 12 Agt 2014 13:07, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id menulis: Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi per kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur tidak punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan Amerika, Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3 dari sumber energi dunia Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa, Amerika, Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake BBM bersubsidi sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros. Kalau orang kaya mah pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak usah disuruh -suruh lagi hemat energi. Itu paradox-nya hehehe RPK - Original Message - *From:* E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM *Subject:* RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Yth : Pak Koesuma, Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya suka dengan joke pak RPK ini). Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif mengenai terminologi SDA “melimpah”. He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan “penghamburan” energi Salam EBS *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * koeso...@melsa.net.id *Sent:* 12 Agustus 2014 9:19 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi dong. Selesai dan tamatlah IAGI Hehe RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: *E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id *Sender: *iagi-net@iagi.or.id *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Yanto, apa kabar ?? BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia. Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak menjelaskan dengan bahasa teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, cadangan terbukti,...dll). Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Setuju pak Koesoemadinata. Kawan saya dari negri jiran pernah berkata kelemahan Indonesia adalah jumlah penduduknya yang terlalu banyak nomor 5 didunia setelah China India Amrika dan Rusia. (Kalau nggak salah). Jumlah penduduk kami hanya 1/10 indonesia. Dengan luas daratan 1/4 dari luas daratan Indonesia. Sumber daya yang kalian miliki.harus dibagi 250juta orang kami hanya 25 juta orang. Di oman jumlah penduduknya hanya 2.5 juta tapi sumber dayanya sama dengan indonesia(produksi migasnya). Ya bener juga ya .. On Tuesday, August 12, 2014, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id wrote: Indonesia hambur (boros) enersi? Coba lihat di internet konsumsi enersi per kapita Indonesia itu masih jauh di bawah Singapur, padahal Singapur tidak punyak sumberdaya energi sama-sekali. Apalagi dibandingkan dengan Amerika, Europa dsb yang sangat boros sekali dengan enersi (mengambil 2/3 dari sumber energi dunia Yang boros enersi itu perusahaan-perusahaan iklan, mau menyamai Eropa, Amerika, Singapur. Kalau rakyat sih cukup dengan 450 watt saja, mau pake BBM bersubsidi sambil berdesak-desakan tidak boleh, malah dianggap boros. Kalau orang kaya mah pakai BMW, Mercy dsb sudah lama pake Pertamax, tidak usah disuruh -suruh lagi hemat energi. Itu paradox-nya hehehe RPK - Original Message - *From:* E.Bawa Santosa javascript:_e(%7B%7D,'cvml','eba...@cbn.net.id'); *To:* iagi-net@iagi.or.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id'); *Sent:* Tuesday, August 12, 2014 10:28 AM *Subject:* RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Yth : Pak Koesuma, Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya suka dengan joke pak RPK ini). Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif mengenai terminologi SDA “melimpah”. He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan “penghamburan” energi Salam EBS *From:* iagi-net@iagi.or.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id'); [mailto: iagi-net@iagi.or.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id');] *On Behalf Of *koeso...@melsa.net.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','koeso...@melsa.net.id'); *Sent:* 12 Agustus 2014 9:19 *To:* iagi-net@iagi.or.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id'); *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi dong. Selesai dan tamatlah IAGI Hehe RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: *E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','eba...@cbn.net.id'); *Sender: *iagi-net@iagi.or.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id'); *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id'); *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id'); *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Yanto, apa kabar ?? BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia. Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak menjelaskan dengan bahasa teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, cadangan terbukti,...dll). Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!! Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada pemerintah (pengambil kebijakan). IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi” dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014) Salam IAGI, E. Bawa Santosa *From:* iagi-net@iagi.or.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id'); [mailto: iagi-net@iagi.or.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id');] *On Behalf Of *R.P.Koesoemadinata *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08 *To:* iagi-net@iagi.or.id javascript:_e(%7B%7D,'cvml','iagi-net@iagi.or.id'); *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu dengan mebuat policy sehingga
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
2014-08-13 4:56 GMT+07:00 Dandy Hidayat dandy.hidayat@gmail.com: Kawan saya dari negri jiran pernah berkata kelemahan Indonesia adalah jumlah penduduknya yang terlalu banyak nomor 5 didunia setelah China India Amrika dan Rusia. (Kalau nggak salah). Jumlah penduduk apabila penduduknya berkualitas (rajin dan kompeten pendidikannya) justru akan menjadi kekuatan yang tidak akan dimiliki bangsa lain. Demografi bonus yang sering saya sitir sebagai suatu kondisi *one time in life* merupakan satu kekuatan besar bila diisi oleh tenaga-tenaga kerja yang handal seperti Mas Dandy ini. Kelemahannya terjadi ketika adanya ketidak mampuan memberikan tiga hal utama yaitu *Bahan Baku, Bahan Bakar dan Bahan Pangan. *Dua bahan ini yang secara khusus ditangani oleh ahli geologi (*Ekstraksi*). Serta *lingkungan *yang *nyaman dan aman.* Ini juga jelas tugas ahli kebumian menyediakannya (*Mitigasi *dan *Konservasi*). Jadi merupakan 2/3 dari masalah diatas ditanggung juga oleh seorang ahli geologi untuk memanfaatkan kekuatan jumlah penduduk ini.. Sekali lagi saya ulangi demografi bonus ini akan (sudah mulai terjadi dibeberapa kota), yaitu kondisi demografi dimana proporsi jumlah penduduk usia kerja (usia 15-64) berada diatas 50%. Lebih banyak orang bekerja ketimbang yang tidak bekerja. POTENSI ini dikenal sebagai demografi bonus atau demografi deviden yang merupakan modal dasar untuk BEKERJA. Jadi jumlah penduduk yang tinggi bukan sebuah kelemahan tetapi POTENSI yang harus dimanfaatkan. Salam RDP [image: http://rovicky.files.wordpress.com/2014/06/bonusdemografi1.jpg] Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list.
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Bonus Demografi yg berupa SDM yg banyak dan handal , ditambah dg SDA yg melimpah , namun kalau Tidak ada Modal duit juga tdk bisa digerakan,Saat ini pertumbuhan mobil motor meningkat terus , satu tahun kira kira mobil nambah 1 juta dan motor sampai 7 juta makanya lebaran kemarin macetnya sdh tidak ketulungan , kalau rata mobil perlu 5 liter BBM per hari dan motor 1 liter BBM maka akan ada penambahan kebutuhan BBM perhari kira kira 70 ribu barel lebh, coba bandingkan dg pertumbuhan produksi minyak saat ini ,Kompas pagi ini memeberitakan bahwa subsidi energi akan mendekati 450 T atau 40 Milyar dollar lebih. disisi lain investasi untuk migas pertahun kira kira 25- 30 M$, ini artinya kalau subsidi dikurangi 50 % saja dan diinvestasikan ke migas , maka semua SDA migas kita kelola sendiri dan kita kuasai penuh , tanpa harus ada invesatasi dari luar Karepe Mbilung Ism Jumlah penduduk apabila penduduknya berkualitas (rajin dan kompeten pendidikannya) justru akan menjadi kekuatan yang tidak akan dimiliki bangsa lain. Demografi bonus yang sering saya sitir sebagai suatu kondisi *one time in life* merupakan satu kekuatan besar bila diisi oleh tenaga-tenaga kerja yang handal seperti Mas Dandy ini. Kelemahannya terjadi ketika adanya ketidak mampuan memberikan tiga hal utama yaitu *Bahan Baku, Bahan Bakar dan Bahan Pangan. *Dua bahan ini yang secara khusus ditangani oleh ahli geologi (*Ekstraksi*). Serta *lingkungan *yang *nyaman dan aman.* Ini juga jelas tugas ahli kebumian menyediakannya (*Mitigasi *dan *Konservasi*). Jadi merupakan 2/3 dari masalah diatas ditanggung juga oleh seorang ahli geologi untuk memanfaatkan kekuatan jumlah penduduk ini.. Sekali lagi saya ulangi demografi bonus ini akan (sudah mulai terjadi dibeberapa kota), yaitu kondisi demografi dimana proporsi jumlah penduduk usia kerja (usia 15-64) berada diatas 50%. Lebih banyak orang bekerja ketimbang yang tidak bekerja. POTENSI ini dikenal sebagai demografi bonus atau demografi deviden yang merupakan modal dasar untuk BEKERJA. Jadi jumlah penduduk yang tinggi bukan sebuah kelemahan tetapi POTENSI yang harus dimanfaatkan. Salam ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list.
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Laapor ke presiden Bilang ndak perlu jualan migas pake sendiri saja. Hemat dan ekonomis. Salam. bdn. Pada 13 Agt 2014 08:58, lia...@indo.net.id menulis: Bonus Demografi yg berupa SDM yg banyak dan handal , ditambah dg SDA yg melimpah , namun kalau Tidak ada Modal duit juga tdk bisa digerakan,Saat ini pertumbuhan mobil motor meningkat terus , satu tahun kira kira mobil nambah 1 juta dan motor sampai 7 juta makanya lebaran kemarin macetnya sdh tidak ketulungan , kalau rata mobil perlu 5 liter BBM per hari dan motor 1 liter BBM maka akan ada penambahan kebutuhan BBM perhari kira kira 70 ribu barel lebh, coba bandingkan dg pertumbuhan produksi minyak saat ini ,Kompas pagi ini memeberitakan bahwa subsidi energi akan mendekati 450 T atau 40 Milyar dollar lebih. disisi lain investasi untuk migas pertahun kira kira 25- 30 M$, ini artinya kalau subsidi dikurangi 50 % saja dan diinvestasikan ke migas , maka semua SDA migas kita kelola sendiri dan kita kuasai penuh , tanpa harus ada invesatasi dari luar Karepe Mbilung Ism Jumlah penduduk apabila penduduknya berkualitas (rajin dan kompeten pendidikannya) justru akan menjadi kekuatan yang tidak akan dimiliki bangsa lain. Demografi bonus yang sering saya sitir sebagai suatu kondisi *one time in life* merupakan satu kekuatan besar bila diisi oleh tenaga-tenaga kerja yang handal seperti Mas Dandy ini. Kelemahannya terjadi ketika adanya ketidak mampuan memberikan tiga hal utama yaitu *Bahan Baku, Bahan Bakar dan Bahan Pangan. *Dua bahan ini yang secara khusus ditangani oleh ahli geologi (*Ekstraksi*). Serta *lingkungan *yang *nyaman dan aman.* Ini juga jelas tugas ahli kebumian menyediakannya (*Mitigasi *dan *Konservasi*). Jadi merupakan 2/3 dari masalah diatas ditanggung juga oleh seorang ahli geologi untuk memanfaatkan kekuatan jumlah penduduk ini.. Sekali lagi saya ulangi demografi bonus ini akan (sudah mulai terjadi dibeberapa kota), yaitu kondisi demografi dimana proporsi jumlah penduduk usia kerja (usia 15-64) berada diatas 50%. Lebih banyak orang bekerja ketimbang yang tidak bekerja. POTENSI ini dikenal sebagai demografi bonus atau demografi deviden yang merupakan modal dasar untuk BEKERJA. Jadi jumlah penduduk yang tinggi bukan sebuah kelemahan tetapi POTENSI yang harus dimanfaatkan. Salam ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits,
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran! Heheh RPK - Original Message - From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, August 10, 2014 7:56 PM Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan. Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk pembangkit listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN Muara Karang, Jakarta, telah dilaksanakan. Demikian juga nantinya import dari Wiryagar lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih lingkungan tetapi terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013, SPE). Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu. Angkut ke Jawa cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Pak Yanto, apa kabar ?? BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia. Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak menjelaskan dengan bahasa teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, cadangan terbukti,...dll). Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!! Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada pemerintah (pengambil kebijakan). IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye hemat energi dan pemahaman energi itu mahal bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014) Salam IAGI, E. Bawa Santosa From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of R.P.Koesoemadinata Sent: 12 Agustus 2014 7:08 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran! Heheh RPK - Original Message - From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com mailto:yrs_...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, August 10, 2014 7:56 PM Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi dong. Selesai dan tamatlah IAGI Hehe RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Yanto, apa kabar ?? BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia. Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak menjelaskan dengan bahasa teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, cadangan terbukti,...dll). Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!! Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada pemerintah (pengambil kebijakan). IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye hemat energi dan pemahaman energi itu mahal bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014) Salam IAGI, E. Bawa Santosa From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of R.P.Koesoemadinata Sent: 12 Agustus 2014 7:08 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran! Heheh RPK - Original Message - From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com mailto:yrs_...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, August 10, 2014 7:56 PM Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Yth : Pak Koesuma, Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya suka dengan joke pak RPK ini). Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif mengenai terminologi SDA melimpah. He..he..he.., kalaupun memang melimpah kemudian akan ada kecenderungan penghamburan energi Salam EBS From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of koeso...@melsa.net.id Sent: 12 Agustus 2014 9:19 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi dong. Selesai dan tamatlah IAGI Hehe RPK Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700 To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Yanto, apa kabar ?? BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia. Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak menjelaskan dengan bahasa teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, cadangan terbukti,...dll). Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!! Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada pemerintah (pengambil kebijakan). IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye hemat energi dan pemahaman energi itu mahal bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014) Salam IAGI, E. Bawa Santosa From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of R.P.Koesoemadinata Sent: 12 Agustus 2014 7:08 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran! Heheh RPK - Original Message - From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com mailto:yrs_...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, August 10, 2014 7:56 PM Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Rasanya sudah terhambur ke singapur dan hongkong. Sisa yang belum terambil kan masih katanya ahli minyak sekitar 60%. He perlu ahli eor lah. Adakah ahli geologi ahli eor? Salam. Pada 12 Agt 2014 10:29, E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id menulis: Yth : Pak Koesuma, Saya kira tidak sesederhana seperti itu dalam pemahaman eksplorasi (saya suka dengan joke pak RPK ini). Sekalipun, masih perlu juga ada penjelasan secara kualitatif dan kuantitatif mengenai terminologi SDA “melimpah”. He..he..he.., kalaupun memang “melimpah” kemudian akan ada kecenderungan “penghamburan” energi Salam EBS *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * koeso...@melsa.net.id *Sent:* 12 Agustus 2014 9:19 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi dong. Selesai dan tamatlah IAGI Hehe RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: *E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id *Sender: *iagi-net@iagi.or.id *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Yanto, apa kabar ?? BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia. Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak menjelaskan dengan bahasa teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, cadangan terbukti,...dll). Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!! Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada pemerintah (pengambil kebijakan). IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi” dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014) Salam IAGI, E. Bawa Santosa *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * R.P.Koesoemadinata *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran! Heheh RPK - Original Message - *From:* Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com yrs_...@yahoo.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Sunday, August 10, 2014 7:56 PM *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
IAGI Cabang Migas pak Koesoema, yg bakalan tamat kalau sudah tidak ada yg mau explorasi migas lagi di Indonesia ...memprihatinkan sekali ... Wass, nyoto 2014-08-12 10:18 GMT+08:00 koeso...@melsa.net.id: Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi dong. Selesai dan tamatlah IAGI Hehe RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Yanto, apa kabar ?? BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia. Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak menjelaskan dengan bahasa teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, cadangan terbukti,...dll). Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!! Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada pemerintah (pengambil kebijakan). IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi” dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014) Salam IAGI, E. Bawa Santosa *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * R.P.Koesoemadinata *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran! Heheh RPK - Original Message - *From:* Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com yrs_...@yahoo.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Sunday, August 10, 2014 7:56 PM *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Masalah gas natuna, terjadi stagnasi karena calon konsortium kontraktor minta incentive dan dituangkan dalam term condition. Incentive yang diminta menabrak UU, kelihatannya pemerintah yang sekarang tak siap merubah UU bersama DPRRI. Misalnya, periode kontrak minta 50 tahun, padahal dalam UU 22/2001, periode kontrak maksimum 30 tahun, ada opsi perpanjangan 1 kali maksimum 20 tahun. Minta keringanan pajak, dalam UU Pajak tidak ada masalah keringanan ini, dst. Kelihatannya pemerintah yang sekarang membiarkan masalah gas natuna diselesaikan oleh pemerintahan baru. 2014-08-09 19:23 GMT+07:00 Ben Sapiie bsap...@geodin.net: Bravo Pak Ong, terima kasih... Sudah sharing hal2 yang sangat penting diketahui dan dimengerti oleh kita semua. Catatan sedikit, sepengetahuan saya gas natuna mempunyai komposisi 70% CO2 yg lebih jelas sekali bukan hal yg prospek lagi saat ini (dipeti es-kan) Salam, BS Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: *Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg *Sender: *iagi-net@iagi.or.id *Date: *Fri, 8 Aug 2014 21:15:00 -0700 *To: *iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan. Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk pembangkit listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN Muara Karang, Jakarta, telah
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
2014-08-12 9:18 GMT+07:00 koeso...@melsa.net.id: Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi dong. Selesai dan tamatlah IAGI Dalam berbagai acara saya sering memberikan cerita diawali dengan memberikan pengertian *potensi* dan *cadangan* dengan analogi *energi panas matahari* dan *energi listrik*. Kita banyak sinar matahari yang dapat dijadikan listrik tapi kita tidak memiliki listrik cukup. Demikian juga kita memiliki *POTENSI *migas yang melimpah, tetapi kita memiliki *CADANGAN *migas yang sedikit. Potensi dapat dijadikan cadangan dengan kegiatan eksplorasi, tapi itupun bisa gagal. Jadi Indonesia itu KAYA POTENSI tetapi miskin cadangan. Selain itu memberikan pengertian bahwa dalam satu tahun kita telah mengeksport batubara yang mampumelistriki Jakarta selama 10 tahun ! Jakarta listrik mati setengah jam saja, kita dua hari penuh ngomel-nya. RDP Hehe RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * E.Bawa Santosa eba...@cbn.net.id *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Yanto, apa kabar ?? BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia. Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka, dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan SDA yang sangat berlimpah (terutama OG, Batubara, Panasbumi dan energi mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis) namun tidak menjelaskan dengan bahasa teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan terduga, cadangan terbukti,...dll). Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!! Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga kepada pemerintah (pengambil kebijakan). IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi” dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari. Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014) Salam IAGI, E. Bawa Santosa *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of * R.P.Koesoemadinata *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan masih berlimpah itu dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran! Heheh RPK - Original Message - *From:* Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com yrs_...@yahoo.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Sunday, August 10, 2014 7:56 PM *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Pemerintah dalam menjalankan program-program perminyakan dan pertambangan bukan berdasarkan energy policy dan mining policy, tetapi lebih terkait dengan political policy/political decision. DEN-pun sudah terkooptasi oleh lingkungan politik, sehingga yang biasa merdeka ngomong menjadi kurang merdeka dalam lingkungan itu. Tidak tahu apakah dalam pemerintahan baru nanti akan terjadi perubahan 2014-08-09 11:15 GMT+07:00 Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan. Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk pembangkit listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN Muara Karang, Jakarta, telah dilaksanakan. Demikian juga nantinya import dari Wiryagar lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih lingkungan tetapi terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013, SPE). Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu. Angkut ke Jawa cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG harus dikembalikan ke gas lagi dengan biaya $2/mmbtu. PT Regassing Nusantara yang terdiri dari tiga perusahaan yang melakukan regassing adalah perusahaan swasta yang perlu mengambil keuntungan, diasumsikan $2/mmbtu. Ditambah biaya operasi PLN $1/mmbtu. Jadi harga total untuk angkut gas dari Kalimantan ke Jawa adalah $10/mmbtu. Dengan catatan biaya tsb. belum termasuk harga gas.
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan. Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk pembangkit listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN Muara Karang, Jakarta, telah dilaksanakan. Demikian juga nantinya import dari Wiryagar lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih lingkungan tetapi terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013, SPE). Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu. Angkut ke Jawa cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG harus dikembalikan ke gas lagi dengan biaya $2/mmbtu. PT Regassing Nusantara yang terdiri dari tiga perusahaan yang melakukan regassing adalah perusahaan swasta yang perlu mengambil keuntungan, diasumsikan $2/mmbtu. Ditambah biaya operasi PLN $1/mmbtu. Jadi harga total untuk angkut gas dari Kalimantan ke Jawa adalah $10/mmbtu. Dengan catatan biaya tsb. belum termasuk harga gas. Dilain pihak, untuk Jawa dan
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Mengenai permasalahan Gas yg disampaikan Pak Ong khususnya untuk Listrik maka kalau dilihat Data lagi ternyata permasalahan gas ini khsusnya untuk pembangkit listrik (PLN) cukup mbulet juga , Saat ini ada kira kira sembilan ribu MW pembangkit yg seharusnya memakai bahan bakar gas dg kebutuhan lebih dari 1600 bbtud tidak terpenuhi kebutuhannya , salah satunya di PLTG Tambak Lorok semarang yg seharusnya dpat pasokan gas dari PCML Kepodang sampai sekarang belum juga ngalir , akibatnya harus memakai BBM ( HSD) shg ada in efisiensi lebih 2 T pertahun ( Audit BPK )karena biaya produksi dg BBM jauh lebih besar, disisi lain kalau dimatikan bisa bisa mati listrik / ada pemadaman di Jateng. Pertanyaannya Kenapa tidak ada perencanaan yg matang antara Hulu dg hilirnya sehingga begitu Pembangkit itu selesai dibangun dan mulai operasi suplainya energi primer juga sdh siap, yg terjadi Pembangkitnya sdh siap namun gasnya belum ngalir . apa boleh buat di umpani dulu dg BBM ( terkenal dg istilah Pembangkit salah minum ) salah satu capres kemarin dlm paparan programnya akan mengganti bbm dg gas untuk listrik guna mngurangi subsdinya , Pertanyaanya dg kondisi pasokan gas spt saat ini Kapan ini bisa terealisirnya. dan bagaimana skenarionya agar secepatnya dpt terpenuhi kebutuhannya. karena sdh bertahun tahun kondisinya tdk lebh baik. tentunya tdk sederhana untuk mencukupinya disamping kesiapan produksinya juga kesiapan infra strukturnya Kalau kita lihat Data ESDM . produksi gas 2012 sebesar kurang lhb 8100 BSCFD dimana 46 % lebih untuk Ekpor , 45 % untuk domestik dan sisanya Losses, Dari alokasi Domestik tsb alokasi untuk PLN itu hanya kira kira 9 % nya atau kira kira 780 mmscfd , jadi masih jauh dari kebutuhannyaRepotnya lagi Harga listrik ( TTL) ditentukan oleh Pemerintah dan disetujui oleh Senayan , ini artinya PLN tdk bisa menjual listrik sembarangan sesuai dg keekonomiannya ( ada mekanisme subsidi ) , disisi lain untuk membeli energi primernya ( gas , batubara, BBM ) dituntut untuk memakai harga pasar yg flukutatif dg kecenderungan naik terus., disisi lain subsidi nya selalu ditekan bahkan dikurangi shg mau tidak mau harga beli energi primernya ( termasuk gas juga harus murah agar tdk memebebani BPP nya yg terlalu tinggi shg selisih BBP dg TTL juga tdk terlalu tingi untuk menekan subsidi. mbulat mbuletnya kondisi Per- Energian tsb , Perlu ada tata ulang dari Hulu sampai Hilir , Monggo IAGI mungkin bisa memeberikan Masukan terkait Tata Ulang energi ini dari Hulu - hilir ( SDA dan cabang produksi yg Vital Harus dikuasai oleh Negara , Bagaimana Menjabarkannya shg betul betul Dikuasai oleh Negara agar ada security energi) ISM ISM Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Maaf...ikut menyela diskusi ini. Kasus penggelembungan data bukan kali ini terjadi. Dalam dunia pertambangan sekitar tahun 1994 -1996 kasus BreX di Busang Kalimantan Timur adalah contoh nyata penggunaan data untuk investasi dan menaikan harga saham di bursa tambang Canada dengan pelaku utama De Guzman seorang geolog dari philipnie yg dinyatakan mati karena jatuh dari helicopter . Sesuatu yg sampai saat ini masih misteri Kembali ke tulisan pak Ong...selain pembenahan data yg bersifat internal (ESDM, Ditjen Geology dan organisasi profesi yg terkait) perlu ada komunikasi dan sosialisasi dengan media atau pihak External agar asumsi asumsi keteknikan dan geology dan diterjemahkan dengan baik secara ekonomi sosial dan politik. Untuk yang ini apresiasi saya untuk mas rovicky dan teman2 yg sangat intense dalam berkomunikasi dgn media. Usulan perlu ada journalist khususnya dari tiap media yg mendapatkan pelatihan dan pemahaman akan bahasa Geology agar informasinya tidak menyesatkan . Asalam Dandy On Sunday, August 10, 2014, Yanto R. Sumantri SRS0-BPWl=5E=yahoo.com= yrs_...@iagi.or.id wrote: Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg javascript:_e(%7B%7D,'cvml','wim...@singnet.com.sg'); wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan. Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Semoga PP IAGI mendapatkan jalan kemudahan dan keberanian untuk menyampaikan postingan2 Pak Ong, Pak Ketum, dan para pemikir IAGI lainnya + pendapat kita tentang Pak Kurtubi ke Pres.Jokowi/ JK/ Bu Rini Soemarno? Wassalam, Mang Okim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Dandy Hidayat dandy.hidayat@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 10 Aug 2014 21:46:50 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Maaf...ikut menyela diskusi ini. Kasus penggelembungan data bukan kali ini terjadi. Dalam dunia pertambangan sekitar tahun 1994 -1996 kasus BreX di Busang Kalimantan Timur adalah contoh nyata penggunaan data untuk investasi dan menaikan harga saham di bursa tambang Canada dengan pelaku utama De Guzman seorang geolog dari philipnie yg dinyatakan mati karena jatuh dari helicopter . Sesuatu yg sampai saat ini masih misteri Kembali ke tulisan pak Ong...selain pembenahan data yg bersifat internal (ESDM, Ditjen Geology dan organisasi profesi yg terkait) perlu ada komunikasi dan sosialisasi dengan media atau pihak External agar asumsi asumsi keteknikan dan geology dan diterjemahkan dengan baik secara ekonomi sosial dan politik. Untuk yang ini apresiasi saya untuk mas rovicky dan teman2 yg sangat intense dalam berkomunikasi dgn media. Usulan perlu ada journalist khususnya dari tiap media yg mendapatkan pelatihan dan pemahaman akan bahasa Geology agar informasinya tidak menyesatkan . Asalam Dandy On Sunday, August 10, 2014, Yanto R. Sumantri SRS0-BPWl=5E=yahoo.com= yrs_...@iagi.or.id wrote: Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg javascript:_e(%7B%7D,'cvml','wim...@singnet.com.sg'); wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan. Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Pak Ben, Terima kasih atas commentnya. Maaf, Anda betul. Saya terbalik dan salah ketik. Untuk gas Natuna D Alpha, 1/3 atau sekitar 35% adalah hydrocarbon. Sisanya 2/3 atau sekitar 65% adalah CO2. Sekarang adalah saatnya yang tepat untuk Pemerintah minta kepada ExxonMobil mengembalikan block tsb. dengan semua datanya. Pumpung alasannnya kuat karena Exxon tidak berbuat apa-apa selama ini. Mungkin setelah 20-30 tahun lagi, Natuna D Alpha bisa dikembangkan, dengan kemajuan teknologi dan mulainya depletion dari shale gas didunia. Salam, HL Ong From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Ben Sapiie Sent: Saturday, August 9, 2014 5:24 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Bravo Pak Ong, terima kasih... Sudah sharing hal2 yang sangat penting diketahui dan dimengerti oleh kita semua. Catatan sedikit, sepengetahuan saya gas natuna mempunyai komposisi 70% CO2 yg lebih jelas sekali bukan hal yg prospek lagi saat ini (dipeti es-kan) Salam, BS Powered by Telkomsel BlackBerry® _ From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Fri, 8 Aug 2014 21:15:00 -0700 To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan. Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) dimana-mana, dan yang paling fatal
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Salah satu tantangan yang dari sisi berbeda adalah ketika ditanya, Apakah Indonesia kaya migas ? Kalau dijawab tidak, maka pertanyaan selanjutnya Apakah kita masih akan mengharapkan investor untuk melakukan eksplorasi ? Jawabannya seperti apa sebaiknya ? RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. 2014-08-10 21:32 GMT+07:00 m...@cbn.net.id: Semoga PP IAGI mendapatkan jalan kemudahan dan keberanian untuk menyampaikan postingan2 Pak Ong, Pak Ketum, dan para pemikir IAGI lainnya + pendapat kita tentang Pak Kurtubi ke Pres.Jokowi/ JK/ Bu Rini Soemarno? Wassalam, Mang Okim Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * Dandy Hidayat dandy.hidayat@gmail.com *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Sun, 10 Aug 2014 21:46:50 +0800 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Maaf...ikut menyela diskusi ini. Kasus penggelembungan data bukan kali ini terjadi. Dalam dunia pertambangan sekitar tahun 1994 -1996 kasus BreX di Busang Kalimantan Timur adalah contoh nyata penggunaan data untuk investasi dan menaikan harga saham di bursa tambang Canada dengan pelaku utama De Guzman seorang geolog dari philipnie yg dinyatakan mati karena jatuh dari helicopter . Sesuatu yg sampai saat ini masih misteri Kembali ke tulisan pak Ong...selain pembenahan data yg bersifat internal (ESDM, Ditjen Geology dan organisasi profesi yg terkait) perlu ada komunikasi dan sosialisasi dengan media atau pihak External agar asumsi asumsi keteknikan dan geology dan diterjemahkan dengan baik secara ekonomi sosial dan politik. Untuk yang ini apresiasi saya untuk mas rovicky dan teman2 yg sangat intense dalam berkomunikasi dgn media. Usulan perlu ada journalist khususnya dari tiap media yg mendapatkan pelatihan dan pemahaman akan bahasa Geology agar informasinya tidak menyesatkan . Asalam Dandy On Sunday, August 10, 2014, Yanto R. Sumantri SRS0-BPWl=5E=yahoo.com= yrs_...@iagi.or.id wrote: Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Jurnalis untuk pokok bahasan sumberdaya alam sepertinya tidak akan lestari di sini. Pelatihan dan pemahaman tentang bahasa geologi akan pudar seiring dgn bergantinya orang penusun jurnal tsb. Lalu kita terperangah lagi melihat jurnal berikutnya oleh orang jurnalis yg baru (penggantinya) terlalu banyak energi dan waktu serta melelahkan utk mencari-cari terus menerus jurnalis utk dilatih diberi pemahaman bahasa geologi. Barangkali sebaiknya kitalah para geologiwan yang perlu belajar berbicara menyampaikan pengetahuan kita kepada dunia dalam bahasa yg mudah ditangkap oleh khalayak yg bukan dari geologi. Kita sajikan hingga khalayak tidak menafsirkannya secara lain daripada yg kita inginkan Kita perlu belajar mencegah diri kita untuk berbahasa serta memakai istilah-istilah maupun ungkapan-ungkapan yang biasa kita pakai dalam berkominikasi di antara kita. Cegah diri kita dlm memakai 'jargon' (yang hanya dipahami kalangan sendiri) geologi. Salam (Sonny) -Original Message- From: Dandy Hidayat dandy.hidayat@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 10 Aug 2014 21:46:50 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Maaf...ikut menyela diskusi ini. Kasus penggelembungan data bukan kali ini terjadi. Dalam dunia pertambangan sekitar tahun 1994 -1996 kasus BreX di Busang Kalimantan Timur adalah contoh nyata penggunaan data untuk investasi dan menaikan harga saham di bursa tambang Canada dengan pelaku utama De Guzman seorang geolog dari philipnie yg dinyatakan mati karena jatuh dari helicopter . Sesuatu yg sampai saat ini masih misteri Kembali ke tulisan pak Ong...selain pembenahan data yg bersifat internal (ESDM, Ditjen Geology dan organisasi profesi yg terkait) perlu ada komunikasi dan sosialisasi dengan media atau pihak External agar asumsi asumsi keteknikan dan geology dan diterjemahkan dengan baik secara ekonomi sosial dan politik. Untuk yang ini apresiasi saya untuk mas rovicky dan teman2 yg sangat intense dalam berkomunikasi dgn media. Usulan perlu ada journalist khususnya dari tiap media yg mendapatkan pelatihan dan pemahaman akan bahasa Geology agar informasinya tidak menyesatkan . Asalam Dandy On Sunday, August 10, 2014, Yanto R. Sumantri SRS0-BPWl=5E=yahoo.com= yrs_...@iagi.or.id wrote: Pak Ong ysh Masih berlimpah ,ini pembohongan publik yang luar biasa. Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i danaya pernah bertemu mukadengan beliau , Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih membuat pernyataan yang sama . Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ? Lainya saya sependapat dengan pak Ong. si AbahYRS On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg javascript:_e(%7B%7D,'cvml','wim...@singnet.com.sg'); wrote: Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Sepengetahuan saya, blok Natuna itu kembali secara otomatis kepada Pemerintah (Exxon enggak mengembalikannya dengan suka rela) dan Pemerintah sudah menunjuk pengelola lanjut blok Natuna kepada Konsorsium yang dipimpin Pertamina (klo gak salah ada StatOil, ada Petronas, ada ExxonMobil juga... Sorry aku lupa siapa aja di Konsorsium ini). Nama bloknya bukan lagi Natuna D-Alpha tapi West Natuna. Sampai dengan hari ini Konsorsium belum juga mengajukan Term and Condition atas kontrak baru tersebut, karena masih menginginkan pemberian semacam insentif pajak, yang sampai saat ini, sepengetahuan saya belum juga disetujui oleh Departemen Keuangan. Hal lain, saya agak kurang srek dengan bahasanya pak Dandy Hidayat soal penggelembungan data dan menyamakannya dengan kasus Busang. Menurut saya, Pemerintah memberikan angka2 yang fantastis pada cadangan/sumber daya CBM dan Shale Gas di Indonesia tersebut semata karena gak ada data terbaru perihal CBM dan Shale Gas (masih menggunakan data lama - bukan data yang dengan sengaja digelembungkan). Adalah sudah semestinya, sudah saatnya, Pemerintah - mungkin yang paling tepat melakukan ini adalah Direktorat Geologi, dibantu IAGI, Lemigas, dll - segera mengevaluasi /meng-update data cadangan/sumber daya CBM dan Shale Gas tersebut. Salam, Nuning IAGI - 2728 Sent from Samsung Galaxy Note Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote: Pak Ben, Terima kasih atas commentnya. Maaf, Anda betul. Saya terbalik dan salah ketik. Untuk gas Natuna D Alpha, 1/3 atau sekitar 35% adalah hydrocarbon. Sisanya 2/3 atau sekitar 65% adalah CO2. Sekarang adalah saatnya yang tepat untuk Pemerintah minta kepada ExxonMobil mengembalikan block tsb. dengan semua datanya. Pumpung alasannnya kuat karena Exxon tidak berbuat apa-apa selama ini. Mungkin setelah 20-30 tahun lagi, Natuna D Alpha bisa dikembangkan, dengan kemajuan teknologi dan mulainya depletion dari shale gas didunia. Salam, HL Ong From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Ben Sapiie Sent: Saturday, August 9, 2014 5:24 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Bravo Pak Ong, terima kasih... Sudah sharing hal2 yang sangat penting diketahui dan dimengerti oleh kita semua. Catatan sedikit, sepengetahuan saya gas natuna mempunyai komposisi 70% CO2 yg lebih jelas sekali bukan hal yg prospek lagi saat ini (dipeti es-kan) Salam, BS Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Fri, 8 Aug 2014 21:15:00 -0700 To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Selama masih monopoli yaa susah tumbuhnya. Tiada saingan. Lha rak semau maunya. Antar bumn saja berantem. Tiada mikirin para rakyat, pengusaha kecil dan menengah. Salam hormat. lia...@indo.net.id menulis: Mengenai permasalahan Gas yg disampaikan Pak Ong khususnya untuk Listrik maka kalau dilihat Data lagi ternyata permasalahan gas ini khsusnya untuk pembangkit listrik (PLN) cukup mbulet juga , Saat ini ada kira kira sembilan ribu MW pembangkit yg seharusnya memakai bahan bakar gas dg kebutuhan lebih dari 1600 bbtud tidak terpenuhi kebutuhannya , salah satunya di PLTG Tambak Lorok semarang yg seharusnya dpat pasokan gas dari PCML Kepodang sampai sekarang belum juga ngalir , akibatnya harus memakai BBM ( HSD) shg ada in efisiensi lebih 2 T pertahun ( Audit BPK )karena biaya produksi dg BBM jauh lebih besar, disisi lain kalau dimatikan bisa bisa mati listrik / ada pemadaman di Jateng. Pertanyaannya Kenapa tidak ada perencanaan yg matang antara Hulu dg hilirnya sehingga begitu Pembangkit itu selesai dibangun dan mulai operasi suplainya energi primer juga sdh siap, yg terjadi Pembangkitnya sdh siap namun gasnya belum ngalir . apa boleh buat di umpani dulu dg BBM ( terkenal dg istilah Pembangkit salah minum ) salah satu capres kemarin dlm paparan programnya akan mengganti bbm dg gas untuk listrik guna mngurangi subsdinya , Pertanyaanya dg kondisi pasokan gas spt saat ini Kapan ini bisa terealisirnya. dan bagaimana skenarionya agar secepatnya dpt terpenuhi kebutuhannya. karena sdh bertahun tahun kondisinya tdk lebh baik. tentunya tdk sederhana untuk mencukupinya disamping kesiapan produksinya juga kesiapan infra strukturnya Kalau kita lihat Data ESDM . produksi gas 2012 sebesar kurang lhb 8100 BSCFD dimana 46 % lebih untuk Ekpor , 45 % untuk domestik dan sisanya Losses, Dari alokasi Domestik tsb alokasi untuk PLN itu hanya kira kira 9 % nya atau kira kira 780 mmscfd , jadi masih jauh dari kebutuhannyaRepotnya lagi Harga listrik ( TTL) ditentukan oleh Pemerintah dan disetujui oleh Senayan , ini artinya PLN tdk bisa menjual listrik sembarangan sesuai dg keekonomiannya ( ada mekanisme subsidi ) , disisi lain untuk membeli energi primernya ( gas , batubara, BBM ) dituntut untuk memakai harga pasar yg flukutatif dg kecenderungan naik terus., disisi lain subsidi nya selalu ditekan bahkan dikurangi shg mau tidak mau harga beli energi primernya ( termasuk gas juga harus murah agar tdk memebebani BPP nya yg terlalu tinggi shg selisih BBP dg TTL juga tdk terlalu tingi untuk menekan subsidi. mbulat mbuletnya kondisi Per- Energian tsb , Perlu ada tata ulang dari Hulu sampai Hilir , Monggo IAGI mungkin bisa memeberikan Masukan terkait Tata Ulang energi ini dari Hulu - hilir ( SDA dan cabang produksi yg Vital Harus dikuasai oleh Negara , Bagaimana Menjabarkannya shg betul betul Dikuasai oleh Negara agar ada security energi) ISM ISM Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Salah satu tantangan yang dari sisi berbeda adalah ketika ditanya, Apakah Indonesia kaya migas ?Kalau dijawab tidak, maka pertanyaan selanjutnya Apakah kita masih akan mengharapkan investor untuk melakukan eksplorasi ?Jawabannya seperti apa sebaiknya ? RDP = Di Harian Kompas pagi ini hal 32 ada iklan keberhasilan Migas , investasi migas meningkat , penurunan produksi ( decline rate ) dapat di tekan 5 % , bberapa proyek migas akan segera mulai berproduksi , Bagi orang awam , bahkan mungkin juga bagi pengambil kebijakan akan mempersepsikan bahwa tidak ada masalah dg industri migas ,kita masih kaya migas , produksi tetap bagus , minat investor tinggi dll Pertanyaannya : Perlukah iklan semacam ini ? apalagi oleh institusi yg memang Tupoksinya yg diamanatkan oleh negara untuk melakukan itu semua ISM ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list.
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Bukankah investor asing punya data tentang dunia migas Indonesia? Sudah tak ada rahasia kekayaan migas NKRI yang tidak mereka ketahui, kecuali sedikit. Lha yang eksplorasi dan eksploitasi kan mereka bukan? Ini hanya pandangan umum saja saya bukan ahli migas. Salam hormat. Bdn. Pada 11 Agt 2014 08:18, lia...@indo.net.id menulis: Salah satu tantangan yang dari sisi berbeda adalah ketika ditanya, Apakah Indonesia kaya migas ?Kalau dijawab tidak, maka pertanyaan selanjutnya Apakah kita masih akan mengharapkan investor untuk melakukan eksplorasi ?Jawabannya seperti apa sebaiknya ? RDP = Di Harian Kompas pagi ini hal 32 ada iklan keberhasilan Migas , investasi migas meningkat , penurunan produksi ( decline rate ) dapat di tekan 5 % , bberapa proyek migas akan segera mulai berproduksi , Bagi orang awam , bahkan mungkin juga bagi pengambil kebijakan akan mempersepsikan bahwa tidak ada masalah dg industri migas ,kita masih kaya migas , produksi tetap bagus , minat investor tinggi dll Pertanyaannya : Perlukah iklan semacam ini ? apalagi oleh institusi yg memang Tupoksinya yg diamanatkan oleh negara untuk melakukan itu semua ISM ___ indomail - Your everyday mail - http://indomail.indo.net.id Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. Siapkan waktu PIT IAGI ke-43 Mark your date 43rd IAGI Annual Convention Exhibition JAKARTA,15-18 September 2014 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list.
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Mbak nuning penggelembungan data yg saya maksud bukan dari kelembagaan . Tapi lebih pada kesalahan media dalam menyampaikan Informasi. INFORMASINYA BENAR PENGUTIPNYA YA SALAH Seperti yg ditulis pak ong . Dikatakan 12usd/mmbtu namun esoknya di jakarta post harga tersebut baru pada 2016 artinya media kita tidak memaparkan secara detail apalagi benar. Khawatir saya informasi yg salah dipakai oleh para LSM pengamat atau praktisi dalam merumuskan kebijakannta nanti Bersyukur sekarang sudah banyak media cetak yg terpercaya (majalah tambang atau perminyakan) Terus terang media spt detik atau tvone (maaf) bulan tempat yg tepat mencari informasi. On Monday, August 11, 2014, Nugrahani nugrah...@skkmigas.go.id wrote: Sepengetahuan saya, blok Natuna itu kembali secara otomatis kepada Pemerintah (Exxon enggak mengembalikannya dengan suka rela) dan Pemerintah sudah menunjuk pengelola lanjut blok Natuna kepada Konsorsium yang dipimpin Pertamina (klo gak salah ada StatOil, ada Petronas, ada ExxonMobil juga... Sorry aku lupa siapa aja di Konsorsium ini). Nama bloknya bukan lagi Natuna D-Alpha tapi West Natuna. Sampai dengan hari ini Konsorsium belum juga mengajukan Term and Condition atas kontrak baru tersebut, karena masih menginginkan pemberian semacam insentif pajak, yang sampai saat ini, sepengetahuan saya belum juga disetujui oleh Departemen Keuangan. Hal lain, saya agak kurang srek dengan bahasanya pak Dandy Hidayat soal penggelembungan data dan menyamakannya dengan kasus Busang. Menurut saya, Pemerintah memberikan angka2 yang fantastis pada cadangan/sumber daya CBM dan Shale Gas di Indonesia tersebut semata karena gak ada data terbaru perihal CBM dan Shale Gas (masih menggunakan data lama - bukan data yang dengan sengaja digelembungkan). Adalah sudah semestinya, sudah saatnya, Pemerintah - mungkin yang paling tepat melakukan ini adalah Direktorat Geologi, dibantu IAGI, Lemigas, dll - segera mengevaluasi /meng-update data cadangan/sumber daya CBM dan Shale Gas tersebut. Salam, Nuning IAGI - 2728 Sent from Samsung Galaxy Note Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id javascript:; wrote: Pak Ben, Terima kasih atas commentnya. Maaf, Anda betul. Saya terbalik dan salah ketik. Untuk gas Natuna D Alpha, 1/3 atau sekitar 35% adalah hydrocarbon. Sisanya 2/3 atau sekitar 65% adalah CO2. Sekarang adalah saatnya yang tepat untuk Pemerintah minta kepada ExxonMobil mengembalikan block tsb. dengan semua datanya. Pumpung alasannnya kuat karena Exxon tidak berbuat apa-apa selama ini. Mungkin setelah 20-30 tahun lagi, Natuna D Alpha bisa dikembangkan, dengan kemajuan teknologi dan mulainya depletion dari shale gas didunia. Salam, HL Ong From: iagi-net@iagi.or.id javascript:; [mailto:iagi-net@iagi.or.id javascript:;] On Behalf Of Ben Sapiie Sent: Saturday, August 9, 2014 5:24 AM To: iagi-net@iagi.or.id javascript:; Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Bravo Pak Ong, terima kasih... Sudah sharing hal2 yang sangat penting diketahui dan dimengerti oleh kita semua. Catatan sedikit, sepengetahuan saya gas natuna mempunyai komposisi 70% CO2 yg lebih jelas sekali bukan hal yg prospek lagi saat ini (dipeti es-kan) Salam, BS Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg javascript:; Sender: iagi-net@iagi.or.id javascript:; Date: Fri, 8 Aug 2014 21:15:00 -0700 To: iagi-net@iagi.or.id javascript:; ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id javascript:; Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Oke… terima kasih mas Dandy. Setuju… media kudu menyampaikan informasi yang benar. Sekalian nih… mau koreksi, nama sekarang Natuna D-Alpha adalah East Natuna, bukan West Natuna. Salam, Nuning, IAGI-2728 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Dandy Hidayat Sent: Monday, August 11, 2014 9:26 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Mbak nuning penggelembungan data yg saya maksud bukan dari kelembagaan . Tapi lebih pada kesalahan media dalam menyampaikan Informasi. INFORMASINYA BENAR PENGUTIPNYA YA SALAH Seperti yg ditulis pak ong . Dikatakan 12usd/mmbtu namun esoknya di jakarta post harga tersebut baru pada 2016 artinya media kita tidak memaparkan secara detail apalagi benar. Khawatir saya informasi yg salah dipakai oleh para LSM pengamat atau praktisi dalam merumuskan kebijakannta nanti Bersyukur sekarang sudah banyak media cetak yg terpercaya (majalah tambang atau perminyakan) Terus terang media spt detik atau tvone (maaf) bulan tempat yg tepat mencari informasi. On Monday, August 11, 2014, Nugrahani nugrah...@skkmigas.go.idmailto:nugrah...@skkmigas.go.id wrote: Sepengetahuan saya, blok Natuna itu kembali secara otomatis kepada Pemerintah (Exxon enggak mengembalikannya dengan suka rela) dan Pemerintah sudah menunjuk pengelola lanjut blok Natuna kepada Konsorsium yang dipimpin Pertamina (klo gak salah ada StatOil, ada Petronas, ada ExxonMobil juga... Sorry aku lupa siapa aja di Konsorsium ini). Nama bloknya bukan lagi Natuna D-Alpha tapi West Natuna. Sampai dengan hari ini Konsorsium belum juga mengajukan Term and Condition atas kontrak baru tersebut, karena masih menginginkan pemberian semacam insentif pajak, yang sampai saat ini, sepengetahuan saya belum juga disetujui oleh Departemen Keuangan. Hal lain, saya agak kurang srek dengan bahasanya pak Dandy Hidayat soal penggelembungan data dan menyamakannya dengan kasus Busang. Menurut saya, Pemerintah memberikan angka2 yang fantastis pada cadangan/sumber daya CBM dan Shale Gas di Indonesia tersebut semata karena gak ada data terbaru perihal CBM dan Shale Gas (masih menggunakan data lama - bukan data yang dengan sengaja digelembungkan). Adalah sudah semestinya, sudah saatnya, Pemerintah - mungkin yang paling tepat melakukan ini adalah Direktorat Geologi, dibantu IAGI, Lemigas, dll - segera mengevaluasi /meng-update data cadangan/sumber daya CBM dan Shale Gas tersebut. Salam, Nuning IAGI - 2728 Sent from Samsung Galaxy Note Ong Han Ling hl...@geoservices.co.idjavascript:; wrote: Pak Ben, Terima kasih atas commentnya. Maaf, Anda betul. Saya terbalik dan salah ketik. Untuk gas Natuna D Alpha, 1/3 atau sekitar 35% adalah hydrocarbon. Sisanya 2/3 atau sekitar 65% adalah CO2. Sekarang adalah saatnya yang tepat untuk Pemerintah minta kepada ExxonMobil mengembalikan block tsb. dengan semua datanya. Pumpung alasannnya kuat karena Exxon tidak berbuat apa-apa selama ini. Mungkin setelah 20-30 tahun lagi, Natuna D Alpha bisa dikembangkan, dengan kemajuan teknologi dan mulainya depletion dari shale gas didunia. Salam, HL Ong From: iagi-net@iagi.or.idjavascript:; [mailto:iagi-net@iagi.or.idjavascript:;] On Behalf Of Ben Sapiie Sent: Saturday, August 9, 2014 5:24 AM To: iagi-net@iagi.or.idjavascript:; Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Bravo Pak Ong, terima kasih... Sudah sharing hal2 yang sangat penting diketahui dan dimengerti oleh kita semua. Catatan sedikit, sepengetahuan saya gas natuna mempunyai komposisi 70% CO2 yg lebih jelas sekali bukan hal yg prospek lagi saat ini (dipeti es-kan) Salam, BS Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sgjavascript:; Sender: iagi-net@iagi.or.idjavascript:; Date: Fri, 8 Aug 2014 21:15:00 -0700 To: iagi-net@iagi.or.idjavascript:; ReplyTo: iagi-net@iagi.or.idjavascript:; Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Bravo Pak Ong, terima kasih... Sudah sharing hal2 yang sangat penting diketahui dan dimengerti oleh kita semua. Catatan sedikit, sepengetahuan saya gas natuna mempunyai komposisi 70% CO2 yg lebih jelas sekali bukan hal yg prospek lagi saat ini (dipeti es-kan) Salam, BS Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Fri, 8 Aug 2014 21:15:00 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan. Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk pembangkit listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN Muara Karang, Jakarta, telah dilaksanakan. Demikian juga nantinya import dari Wiryagar lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih lingkungan tetapi terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013, SPE). Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu. Angkut ke Jawa cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG harus dikembalikan ke gas lagi dengan biaya $2/mmbtu. PT Regassing Nusantara yang terdiri dari tiga perusahaan yang melakukan regassing adalah perusahaan swasta yang perlu mengambil keuntungan, diasumsikan $2/mmbtu. Ditambah biaya operasi PLN $1/mmbtu. Jadi harga total untuk angkut gas dari
RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Teman2 IAGI, Pertama-tama, saya ingin mengucapakan Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1 Sjawal 1435 H. Maaf lahir dan bathin. Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya. Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk policy makers bidang energy dan perlu segera diperbaiki karena konsekwensi besar sekali. Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea ($14-17/mmbtu). Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy policy. Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah impor LNG ke Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun. Demi menenangkan publik dan juga untuk boosting keberhasilannya, Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah, sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan (cadangan yang mana?). Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan policy makers, tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven, probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia terlihat berlimpah gas. Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di peti-eskan. Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat. Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa menyebabkan proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin. Masela berpacu dengan waktu Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih berlimpah, menyebabkan policy maker mengambil kebijakan untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas (CNG) dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk pembangkit listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN Muara Karang, Jakarta, telah dilaksanakan. Demikian juga nantinya import dari Wiryagar lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih lingkungan tetapi terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013, SPE). Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu. Angkut ke Jawa cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG harus dikembalikan ke gas lagi dengan biaya $2/mmbtu. PT Regassing Nusantara yang terdiri dari tiga perusahaan yang melakukan regassing adalah perusahaan swasta yang perlu mengambil keuntungan, diasumsikan $2/mmbtu. Ditambah biaya operasi PLN $1/mmbtu. Jadi harga total untuk angkut gas dari Kalimantan ke Jawa adalah $10/mmbtu. Dengan catatan biaya tsb. belum termasuk harga gas. Dilain pihak, untuk Jawa dan Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga gas dari K3S ke PLN $5,80/mmbtu sejak pertengahan tahun 2012, dari harga sebelumnya cuma $3/mmbtu selama bertahun-tahun. Padahal mendatangkan gas dari Bontang ke PLN Jakarta, Pemerintah rela membayar $10/mmbtu untuk ongkos angkut saja. Seyogianya K3S dibayar $15.80/mmbtu. Dengan harga tsb. K3S akan giat melakukan eksplorasi di Jawa dan Sumsel dan bahkan berani
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
Tulis juga tahapan eksplorasinya; supaya jelas reserve skala berapa, cara pengambilan contoh dll. Jadi makin detail makin menuju proven; dengan beaya yang juga meningkat. Salam koh Liam. Pada 4 Agt 2014 11:50, lia...@indo.net.id menulis: masalahnya Menteri itu jabatan Politik , jadi siapaun bisa jadi mentri kalau punya Jalur Politik , tetap saja parpol punya kans yg lbh besar, Kecuali Presidennya Cuekin saja terhadap pressurenya parpol , Opo yo wani . ??? kita lihat saja nanti susunannya Kabinetnya. Masalah data itu sebetulnya tidak kalah pentingnya selain soal angka angkanya , juga soal Status Data tsb harus jelas dicantumkan dan diberikan penjelasan karena Publik tidak bisa membedakannya mana Sumberdaya / Resources mana Cadangan , semuanya dianggap Reserve bahkan semuanya dianggap Proven Reserve Contoh Data Cadangan geothermal katanya 29-30 ribu MW , Publik hanya tahu kalau itu semua bisa langsung dikonversikan ke Energy Listrik setara juga dg 29-30 ribu MW langsung jadi setrum dan nyala.padahal kalau kita perhatikan angka 29-30 Ribu MW tsb adalah Angka Kumulatif dari penjumlahan berbagai status sumberdaya ( Resources ) dan Cadangan ( reserve) , padahal sumberdaya dan cadangan tsb masih dipisah pisahkan lagi mulai dari satusnya baru Spekulatif , Hipotetic , Probable , Possible sampai Proven , disisi lain yg Proven itu mungkin tidak lebih dari 5000 MW , seharusnya untuk perencanaaan pembangunan PLTP kita berpedomannya hanya kpd yg Proven tsb shg target capaiannya jelas dg angka kepastian tinggi , yg terjadi sekarang ini semua target meleset jauh karena data yg dipakai tidak dipilah pilah dan dipilih mana yg baru Sumberdaya / Resoueces dan mana yg Cadangan. Begitu juga untuk SDA yang lain spt migas, CBM dll. Sebetulnya kalau angka Lifting itu selalu dimonitor terus menerus karena Lifting adalah salah satu indikator untuk Asumsi makro APBN , shg setiap tahun di tetapkan bersama antara BP Migas , Dirjen Migas/ ESDM dan Senayan yg tertunag dalam UU APBN bahkan setiap pertengahan tahun ada Koreksi sesuai perkembangan Produksinya ( bisa turun bisa naik ) yg nantinya akan merubah data Awal APBN ke APBN-P , karena kalau ada penyimpangan akan berdampak kpd Penerimaan Negara, jadi kalau lihat Data Lifting yg real bisa mengambil dari datanya APBN ( bisa dilihat di Webnya Depkeu biasanya ada di Data asumsi Makro APBN ) Yg diperlukan Publik itu sebetulnya bagaimana membaca data tsb khususnya ttg Status dari data tsb , mulai dari data yg sebetulnya baru Status Sumberdaya daya ( resources ) sampai pada tahap mencapai Cadangan ( Proven reserve ) apa itu Sumberdaya apa itu Cadangan sampai status detailnya misalnya apa itu Cadangan Probable sampai cadangan Terbukti dll.ini yg perlu dilakukan pemahaman kepada publik ISM Lha.. Suwun Cak Andang Ttg Menteti ESDM, kita bisa mengusulkan dan menolak seseorang asal alasannya jelas. IAGI akan mengambil porsi ini? Yuk kita lakukan. Bareng-bareng dengan IATMI, HAGI, Perhapi, HAGI dan lain2. Pripun pak Ketua. ET Paripurno +62818260162 paripu...@gmail.com www.geohazard.blog.com --- On Aug 4, 2014 8:54 AM, Yanto R. Sumantri SRS0-oQuG=46=yahoo.comyrs_...@iagi.or.id wrote: Ok kalau begitu , semoga bukan KRTB yang jadi Menteri ESDM. si Abah On Monday, August 4, 2014 8:51 AM, abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id wrote: Sepurane juga cak ETP. Data aslinya sih sebenarnya statusnya lumayan waras, dari SKKMigas yg terus diquote oleh Ditjen Migas dan juga dari Badan Geologi, yg kesemuanya akhirnya didokumentasikan di PUSDATIN. Yg agak-agak kurang klop (saya tidak bilang kurang waras, lho) adalah penyampaian data yg lumayan waras itu ke publik oleh para pengambiL kebijakan dan atau politisi yg seringkali agak2 mumeth dg isitlah P1, P2, P3, atau Proven, Probable, Possible, atau Potential, atau Hipotetikal atau Spekulatif, dsb. (Note: bahkan BP statistical review-pun sebenarnya ambil datanya juga dr data resmi pemerintah. Hanya saja mereka lebih waras dalam mengungkapkannya). Nah, oleh karenanya, yg diperlukan sebenarnya bukan ngompori datanya spy lebih waras, tapi ngompori pengambil/penentu/pelaksana kebijakannya spy lebih waras menggunakan data. Salam ADB IAGI-0800 Powered by Telkomsel BlackBerryŽ -- *From: * ET Paripurno paripu...@upnyk.ac.id *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Mon, 4 Aug 2014 08:21:52 +0700 *To: *iagi-netiagi-net@iagi.or.id; andang bachtiar bachtiar.and...@gmail.com; Kekasihqandangbacht...@yahoo.com *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI Sepurane Cak Andang, sebagai komponen DEN, sampeyan bisa ngompori sehingga data yabg disajikan lebih waras ngga ya? Tabik ET Paripurno +62818260162 paripu...@gmail.com
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI
Mungkin lebih baik cukup memberikan Kriteria nya saja untuk menjadi Meteri ( ESDM)kalau dilihat secara garis besar Tupoksi ESDM itu kan menyangkut masalah pengelolaan sektor Energi ( ketersediaan listrik dan BBM , security energi , harga terjangkau , subsidi, dll ) , Menyangkut Pengelolaan SDA ( Minerba . migas , Pabum ) , dan Yg Menyangkut perGeologian ( Mitigasi BA , survai , dst ) Apa saja yg menjadi kendala / kelemahan selama ini untuk menangani hal hal tsb diatas dan Bagaimana seharusnya kedepannya , Kemudian kriteria sorang menteri yg cocok untuk mengelolanya. kalau sudah bicara nama ( person ) nanti ada unsur subyektifitasnya.. Rupanya Jabatan Menteri sudah mulai Gonjang Ganjing memanas.spt dibawah ini: ISM Gonjang-ganjing Rebutan Kursi Menteri di Internal Kubu Jokowi Ahmad Toriq - detikNews Senin, 04/08/2014 15:17 WIB Jakarta - Internal kubu pengusung Jokowi-JK bergeliat pasca penetapan kemenangan oleh KPU, penyebabnya tak lain karena kursi menteri. Dikabarkan terjadi persaingan antara para pengusung yang berasal dari parpol dengan mereka yang bergerak secara individu. Orang-orang non parpol nafsunya lebih ngeri, mengalahkan orang-orang yang di partai, kata seorang elite parpol pendukung Jokowi-JK saat berbincang dengan detikcom, Senin (4/8/2014). Para elite parpol pengusung Jokowi-JK terus memantau pergerakan para individu yang kerap menempel Jokowi. Pergerakan para individu ini ditengarai sebagai upaya agresif memikat Jokowi agar memberikan kursi menteri. Putaran terakhir kampanye mereka ikut, menempel ketat. Mulai dari kampanye terakhir kita-kita yang dari parpol ditendang-tendang. Seolah-olah hebat memberi masukan. Setelah pencoblosan mereka ngatur semuanya, sampai hari ini, ujarnya. Pergerakan para individu dianggap terlalu agresif. Padahal, para elite parpol lebih santai menyikapi pembagian jatah menteri. Sebab untuk parpol nanti ada forumnya sendiri. Forum para ketum-ketum setelah sidang MK, paparnya. Dikonfirmasi soal adanya gesekan soal kursi menteri ini, Ketua Tim Pemenangan Jokowi-JK dari PKB Marwan Jafar hanya menjawab diplomatis. Dia menegaskan penunjukan menteri sepenuhnya diserahkan kepada Jokowi-JK. Dia juga menepis partainya meminta jatah kursi menteri kepada Jokowi-JK. Itu hak prerogratifnya presiden, jawab Marwan diplomatis. Jokowi dan JK sudah berkali-kali menegaskan tak ada bagi-bagi jatah kursi menteri di kabinetnya nanti. Keduanya terbuka untuk menerima usulan dari semua pihak, namun akan memutuskan formasi di kabinet sesuai dengan kompetensi dan rekam jejak. Jokowi kini juga sudah membuat Rumah Transisi yang salah satu fungsinya untuk menyiapkan arsitektur kabinet. Rumah Transisi ini dipimpin oleh seorang kepala staf yang dipegang oleh Rini Mariani Soemarno. Yth Abah Yanto, Jangan semoga Abah, bersama Pak Ketum dan VIP IAGI, cepatlah berikan masukan ke Capres tentang kandidat+alternatif Menteri ESDM yang mumpuni dan amanah ( langsung atau lewat pembisik handal). Kalau tidak --- entar kita bisa gigit jari lho. Pengamatan Pak OHL bisa jadi sebagian dari argumentasi. Sekedar masukan Abah. Wassalam, Mang Okim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com SRS0-oQuG=46=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 3 Aug 2014 18:53:44 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI Ok kalau begitu , semoga bukan KRTB yang jadi Menteri ESDM. si Abah On Monday, August 4, 2014 8:51 AM, abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id wrote: Sepurane juga cak ETP. Data aslinya sih sebenarnya statusnya lumayan waras, dari SKKMigas yg terus diquote oleh Ditjen Migas dan juga dari Badan Geologi, yg kesemuanya akhirnya didokumentasikan di PUSDATIN. Yg agak-agak kurang klop (saya tidak bilang kurang waras, lho) adalah penyampaian data yg lumayan waras itu ke publik oleh para pengambiL kebijakan dan atau politisi yg seringkali agak2 mumeth dg isitlah P1, P2, P3, atau Proven, Probable, Possible, atau Potential, atau Hipotetikal atau Spekulatif, dsb. (Note: bahkan BP statistical review-pun sebenarnya ambil datanya juga dr data resmi pemerintah. Hanya saja mereka lebih waras dalam mengungkapkannya). Nah, oleh karenanya, yg diperlukan sebenarnya bukan ngompori datanya spy lebih waras, tapi ngompori pengambil/penentu/pelaksana kebijakannya spy lebih waras menggunakan data. Salam ADB IAGI-0800 Powered by Telkomsel BlackBerry® From: ET Paripurno paripu...@upnyk.ac.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 4 Aug 2014 08:21:52 +0700 To: iagi-netiagi-net@iagi.or.id; andang bachtiarbachtiar.and...@gmail.com; Kekasihqandangbacht...@yahoo.com ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI Sepurane Cak Andang, sebagai komponen DEN, sampeyan bisa ngompori sehingga data yabg disajikan
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI
Alhamdulilah, Bu Rini Soemarno telah dipercaya sebagai komandan Rumah Transisinya Capres 2, dibantu Pak Anies Baswedan dll. Mang Okim berharap, batu mulia akan menggeliat lagi niih --- setelah 10 tahunan praktis stagnan dan bahkan jungkir balik. Salam Gems-Lovers, Mang Okim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: lia...@indo.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 4 Aug 2014 17:46:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI Mungkin lebih baik cukup memberikan Kriteria nya saja untuk menjadi Meteri ( ESDM)kalau dilihat secara garis besar Tupoksi ESDM itu kan menyangkut masalah pengelolaan sektor Energi ( ketersediaan listrik dan BBM , security energi , harga terjangkau , subsidi, dll ) , Menyangkut Pengelolaan SDA ( Minerba . migas , Pabum ) , dan Yg Menyangkut perGeologian ( Mitigasi BA , survai , dst ) Apa saja yg menjadi kendala / kelemahan selama ini untuk menangani hal hal tsb diatas dan Bagaimana seharusnya kedepannya , Kemudian kriteria sorang menteri yg cocok untuk mengelolanya. kalau sudah bicara nama ( person ) nanti ada unsur subyektifitasnya.. Rupanya Jabatan Menteri sudah mulai Gonjang Ganjing memanas.spt dibawah ini: ISM Gonjang-ganjing Rebutan Kursi Menteri di Internal Kubu Jokowi Ahmad Toriq - detikNews Senin, 04/08/2014 15:17 WIB Jakarta - Internal kubu pengusung Jokowi-JK bergeliat pasca penetapan kemenangan oleh KPU, penyebabnya tak lain karena kursi menteri. Dikabarkan terjadi persaingan antara para pengusung yang berasal dari parpol dengan mereka yang bergerak secara individu. Orang-orang non parpol nafsunya lebih ngeri, mengalahkan orang-orang yang di partai, kata seorang elite parpol pendukung Jokowi-JK saat berbincang dengan detikcom, Senin (4/8/2014). Para elite parpol pengusung Jokowi-JK terus memantau pergerakan para individu yang kerap menempel Jokowi. Pergerakan para individu ini ditengarai sebagai upaya agresif memikat Jokowi agar memberikan kursi menteri. Putaran terakhir kampanye mereka ikut, menempel ketat. Mulai dari kampanye terakhir kita-kita yang dari parpol ditendang-tendang. Seolah-olah hebat memberi masukan. Setelah pencoblosan mereka ngatur semuanya, sampai hari ini, ujarnya. Pergerakan para individu dianggap terlalu agresif. Padahal, para elite parpol lebih santai menyikapi pembagian jatah menteri. Sebab untuk parpol nanti ada forumnya sendiri. Forum para ketum-ketum setelah sidang MK, paparnya. Dikonfirmasi soal adanya gesekan soal kursi menteri ini, Ketua Tim Pemenangan Jokowi-JK dari PKB Marwan Jafar hanya menjawab diplomatis. Dia menegaskan penunjukan menteri sepenuhnya diserahkan kepada Jokowi-JK. Dia juga menepis partainya meminta jatah kursi menteri kepada Jokowi-JK. Itu hak prerogratifnya presiden, jawab Marwan diplomatis. Jokowi dan JK sudah berkali-kali menegaskan tak ada bagi-bagi jatah kursi menteri di kabinetnya nanti. Keduanya terbuka untuk menerima usulan dari semua pihak, namun akan memutuskan formasi di kabinet sesuai dengan kompetensi dan rekam jejak. Jokowi kini juga sudah membuat Rumah Transisi yang salah satu fungsinya untuk menyiapkan arsitektur kabinet. Rumah Transisi ini dipimpin oleh seorang kepala staf yang dipegang oleh Rini Mariani Soemarno. Yth Abah Yanto, Jangan semoga Abah, bersama Pak Ketum dan VIP IAGI, cepatlah berikan masukan ke Capres tentang kandidat+alternatif Menteri ESDM yang mumpuni dan amanah ( langsung atau lewat pembisik handal). Kalau tidak --- entar kita bisa gigit jari lho. Pengamatan Pak OHL bisa jadi sebagian dari argumentasi. Sekedar masukan Abah. Wassalam, Mang Okim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com SRS0-oQuG=46=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 3 Aug 2014 18:53:44 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI Ok kalau begitu , semoga bukan KRTB yang jadi Menteri ESDM. si Abah On Monday, August 4, 2014 8:51 AM, abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id wrote: Sepurane juga cak ETP. Data aslinya sih sebenarnya statusnya lumayan waras, dari SKKMigas yg terus diquote oleh Ditjen Migas dan juga dari Badan Geologi, yg kesemuanya akhirnya didokumentasikan di PUSDATIN. Yg agak-agak kurang klop (saya tidak bilang kurang waras, lho) adalah penyampaian data yg lumayan waras itu ke publik oleh para pengambiL kebijakan dan atau politisi yg seringkali agak2 mumeth dg isitlah P1, P2, P3, atau Proven, Probable, Possible, atau Potential, atau Hipotetikal atau Spekulatif, dsb. (Note: bahkan BP statistical review-pun sebenarnya ambil datanya juga dr data resmi pemerintah. Hanya saja mereka lebih waras dalam mengungkapkannya). Nah, oleh karenanya, yg diperlukan sebenarnya bukan ngompori datanya spy lebih waras, tapi ngompori pengambil/penentu/pelaksana kebijakannya
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI
Pak Ong HL Saya sih kalau denger informasi seperti itu bukan hanya tersenyum , tapa TERTAWA ter-bahak2 sambilngurut dada .Kok Pemerintah tega teganya membohongi rakyatnya sendiri. Dus , kalau asumsinya seperti itu , lantas progrm kerjanya akan seperti pa ya ??? Menyedihkan . si Abah On Thursday, July 24, 2014 9:28 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pak Seno, justru yang harus kita pantau adalah data dari Pemerintah. Data yang dikeluarkan Pemerintah sering keliru. Pengalaman saya Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) atau dari BP statistik rupanya lebih bisa dipercaja, paling tidak lebih consistent. Saya ingin mengulang karena ada sedikit miss dengan Pak Ketua. Contoh dari kesalahan data dapat dilihat dari debat capres yang ditayangkan di TV. Disebutkan bahwa selama menjabat sebagai Menko penurunan produksi minyak hanya 3%. Sebelumnya 12%. Ternyata terbalik, 4 tahun terakir produksi turun 20% dan sebelumya konstan (stabil), yaitu sedikit dibawah 1000 bbl/day. Pemerintah memelesetkan data ada kalanya untuk boosting atau dipakai untuk kepentingan tertentu termasuk menarik investor. Di media dan presentasi Pemerintah didengungkan bahwa Indonesia kaya gas, yang terambil baru 6%. Di website ESDM ditayangkan bahwa cadangan CBM 450 TCF dibandingkan dengan gas bumi cuma 150 TCF; padahal CBM belum ada yang berproduksi. Dalam brosur ESDM mencantumkan bahwa 40% cadangan geothermal dunia berada di Indonesia. Investor asing yang sophisticated mendengar hal ini semuanya cuma tersenyum. Justru yang terpelesetkan adalah orang Indonesia sendiri. Investor Indonesia yang punya modal tetapi pengetahuan kurang akan termakan. Yang lebih parah adalah bahwa banyak penjabat tinggi percaya dengan data yang dipelesetkan tsb., termasuk policy makers. Mendengar bahwa Geothermal sangat berpotensi hingga bisa menurunkan subsidi BBM, Menteri Keuangan berinisiatif dan menganggarkan dalam APBN untuk melakukan eksplorasi geothermal. Gas LNG yang sudah terikat ekspor puluhn tahun dengan harga bagus dialihkan ke PLN Muara Karang di Jawa. Batubara kalor rendah dianggap jumlahnya sedikit hingga dikeluarkan peraturan untuk di upgrade sebelum bisa diekspor. Alternative energy, yang dibanyak Negara diberikan prioritas paling rendah (hanya 1% dari energy mix dunia, excluding nuclear dan hidro), dijadikan primadona di Indonesia dan oleh Dewan Energy Nasional (DEN) akan dinaikkan empat kali menjadi 23% untuk energy mix tahun 2025; sesuatu yang mustahil dicapai dalam kurun waktu 11 tahun. Kesalahan demikian, disengaja atau tidak, memberikan persepsi yang keliru mengenai resources kita kepada publik maupun kepada energy policy makers seperti Anggota DPR dan DEN. Angka-angka yang tinggi untuk menarik investors menjadi bomerang karena publik anggap Indonesia masih kaya dan berlimpah dengan mineral resources tinggal dicari. Prinsip mineral depletion dan keharusan ngirit BBM sukar diterapkan dan diterima secara ichlas oleh publik. Sebaiknya semua data yang keluar dari Pemerintah dan pakai logo ESDM atau SKKMIGAS harus benar dan betul. Tidak boleh dimanupulasi seperti sekarang. Istilah di Pertambangan, harus CC. Sebaiknya anggota IAGI ikut berperan memberikan koreksi kepada Pemerintah jika mengetahui bahwa datanya keliru. Kalau bukan kita, siapa lagi? Salam, HL Ong From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of seno aji Sent: Tuesday, July 22, 2014 9:50 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI Iagi sedang menyiapkan buku putih untuk presiden terpilih, berisi tentang energi, mineral, mitigasi. Memang diperlukan informasi yang valid untuk data produksi baik declining maupun inclining. Kalau pemerintah saja yang setiap hari memantau bisa salah apalagi yg diluar pemerintah. Kita perlu punya semacam badan statistik produksi ESDM. Salam SA Sent from my@smartmail From: Bandono Salim bandon...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 23 Jul 2014 08:44:55 +0700 To: Iagiiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI Mosok wanio ? Pada 22 Jul 2014 22:32, lia...@indo.net.id menulis: Bagaimana kalau IAGI memberikan masukan ke Presiden Baru yg baru saja ditetapkan KPU , misalnya Pokok Pokok Pikiran IAGI tdp Pengelolaan SDA / SDE Yg membahas juga antara lain masalah data dan pemahamannya serta pengelolaannya , langkah langkah yg perlu dilakukan , materi tdk terlalu panjang lebar cukup point point nya saja yg kira kira belum dikakukan oleh presiden sebelumnya Ism Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 22 Jul 2014 21:03:46 +0700 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI (Status Keanggotaan) Tugas khusus memonitor
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI
Sepurane Cak Andang, sebagai komponen DEN, sampeyan bisa ngompori sehingga data yabg disajikan lebih waras ngga ya? Tabik ET Paripurno +62818260162 paripu...@gmail.com www.geohazard.blog.com --- On Aug 4, 2014 8:07 AM, Yanto R. Sumantri SRS0-oQuG=46=yahoo.com= yrs_...@iagi.or.id wrote: Pak Ong HL Saya sih kalau denger informasi seperti itu bukan hanya tersenyum , tapa TERTAWA ter-bahak2 sambilngurut dada .Kok Pemerintah tega teganya membohongi rakyatnya sendiri. Dus , kalau asumsinya seperti itu , lantas progrm kerjanya akan seperti pa ya ??? Menyedihkan . si Abah On Thursday, July 24, 2014 9:28 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pak Seno, justru yang harus kita pantau adalah data dari Pemerintah. Data yang dikeluarkan Pemerintah sering keliru. Pengalaman saya Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) atau dari BP statistik rupanya lebih bisa dipercaja, paling tidak lebih consistent. Saya ingin mengulang karena ada sedikit miss dengan Pak Ketua. Contoh dari kesalahan data dapat dilihat dari debat capres yang ditayangkan di TV. Disebutkan bahwa selama menjabat sebagai Menko penurunan produksi minyak hanya 3%. Sebelumnya 12%. Ternyata terbalik, 4 tahun terakir produksi turun 20% dan sebelumya konstan (stabil), yaitu sedikit dibawah 1000 bbl/day. Pemerintah memelesetkan data ada kalanya untuk boosting atau dipakai untuk kepentingan tertentu termasuk menarik investor. Di media dan presentasi Pemerintah didengungkan bahwa Indonesia kaya gas, yang terambil baru 6%. Di website ESDM ditayangkan bahwa cadangan CBM 450 TCF dibandingkan dengan gas bumi cuma 150 TCF; padahal CBM belum ada yang berproduksi. Dalam brosur ESDM mencantumkan bahwa 40% cadangan geothermal dunia berada di Indonesia. Investor asing yang sophisticated mendengar hal ini semuanya cuma tersenyum. Justru yang terpelesetkan adalah orang Indonesia sendiri. Investor Indonesia yang punya modal tetapi pengetahuan kurang akan termakan. Yang lebih parah adalah bahwa banyak penjabat tinggi percaya dengan data yang dipelesetkan tsb., termasuk policy makers. Mendengar bahwa Geothermal sangat berpotensi hingga bisa menurunkan subsidi BBM, Menteri Keuangan berinisiatif dan menganggarkan dalam APBN untuk melakukan eksplorasi geothermal. Gas LNG yang sudah terikat ekspor puluhn tahun dengan harga bagus dialihkan ke PLN Muara Karang di Jawa. Batubara kalor rendah dianggap jumlahnya sedikit hingga dikeluarkan peraturan untuk di upgrade sebelum bisa diekspor. Alternative energy, yang dibanyak Negara diberikan prioritas paling rendah (hanya 1% dari energy mix dunia, excluding nuclear dan hidro), dijadikan primadona di Indonesia dan oleh Dewan Energy Nasional (DEN) akan dinaikkan empat kali menjadi 23% untuk energy mix tahun 2025; sesuatu yang mustahil dicapai dalam kurun waktu 11 tahun. Kesalahan demikian, disengaja atau tidak, memberikan persepsi yang keliru mengenai resources kita kepada publik maupun kepada energy policy makers seperti Anggota DPR dan DEN. Angka-angka yang tinggi untuk menarik investors menjadi bomerang karena publik anggap Indonesia masih kaya dan berlimpah dengan mineral resources tinggal dicari. Prinsip mineral depletion dan keharusan ngirit BBM sukar diterapkan dan diterima secara ichlas oleh publik. Sebaiknya semua data yang keluar dari Pemerintah dan pakai logo ESDM atau SKKMIGAS harus benar dan betul. Tidak boleh dimanupulasi seperti sekarang. Istilah di Pertambangan, harus CC. Sebaiknya anggota IAGI ikut berperan memberikan koreksi kepada Pemerintah jika mengetahui bahwa datanya keliru. Kalau bukan kita, siapa lagi? Salam, HL Ong *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *seno aji *Sent:* Tuesday, July 22, 2014 9:50 PM *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI Iagi sedang menyiapkan buku putih untuk presiden terpilih, berisi tentang energi, mineral, mitigasi. Memang diperlukan informasi yang valid untuk data produksi baik declining maupun inclining. Kalau pemerintah saja yang setiap hari memantau bisa salah apalagi yg diluar pemerintah. Kita perlu punya semacam badan statistik produksi ESDM. Salam SA Sent from my@smartmail -- *From: *Bandono Salim bandon...@gmail.com *Sender: *iagi-net@iagi.or.id *Date: *Wed, 23 Jul 2014 08:44:55 +0700 *To: *Iagiiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI Mosok wanio ? Pada 22 Jul 2014 22:32, lia...@indo.net.id menulis: Bagaimana kalau IAGI memberikan masukan ke Presiden Baru yg baru saja ditetapkan KPU , misalnya Pokok Pokok Pikiran IAGI tdp Pengelolaan SDA / SDE Yg membahas juga antara lain masalah data dan pemahamannya serta pengelolaannya , langkah langkah yg perlu dilakukan , materi tdk terlalu panjang lebar cukup point point nya saja yg kira
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI
Ok kalau begitu , semoga bukan KRTB yang jadi Menteri ESDM. si Abah On Monday, August 4, 2014 8:51 AM, abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id wrote: Sepurane juga cak ETP. Data aslinya sih sebenarnya statusnya lumayan waras, dari SKKMigas yg terus diquote oleh Ditjen Migas dan juga dari Badan Geologi, yg kesemuanya akhirnya didokumentasikan di PUSDATIN. Yg agak-agak kurang klop (saya tidak bilang kurang waras, lho) adalah penyampaian data yg lumayan waras itu ke publik oleh para pengambiL kebijakan dan atau politisi yg seringkali agak2 mumeth dg isitlah P1, P2, P3, atau Proven, Probable, Possible, atau Potential, atau Hipotetikal atau Spekulatif, dsb. (Note: bahkan BP statistical review-pun sebenarnya ambil datanya juga dr data resmi pemerintah. Hanya saja mereka lebih waras dalam mengungkapkannya). Nah, oleh karenanya, yg diperlukan sebenarnya bukan ngompori datanya spy lebih waras, tapi ngompori pengambil/penentu/pelaksana kebijakannya spy lebih waras menggunakan data. Salam ADB IAGI-0800 Powered by Telkomsel BlackBerry® From: ET Paripurno paripu...@upnyk.ac.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 4 Aug 2014 08:21:52 +0700 To: iagi-netiagi-net@iagi.or.id; andang bachtiarbachtiar.and...@gmail.com; Kekasihqandangbacht...@yahoo.com ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI Sepurane Cak Andang, sebagai komponen DEN, sampeyan bisa ngompori sehingga data yabg disajikan lebih waras ngga ya? Tabik ET Paripurno +62818260162 paripu...@gmail.com www.geohazard.blog.com --- On Aug 4, 2014 8:07 AM, Yanto R. Sumantri SRS0-oQuG=46=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id wrote: Pak Ong HL Saya sih kalau denger informasi seperti itu bukan hanya tersenyum , tapa TERTAWA ter-bahak2 sambilngurut dada .Kok Pemerintah tega teganya membohongi rakyatnya sendiri. Dus , kalau asumsinya seperti itu , lantas progrm kerjanya akan seperti pa ya ??? Menyedihkan . si Abah On Thursday, July 24, 2014 9:28 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pak Seno, justru yang harus kita pantau adalah data dari Pemerintah. Data yang dikeluarkan Pemerintah sering keliru. Pengalaman saya Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) atau dari BP statistik rupanya lebih bisa dipercaja, paling tidak lebih consistent. Saya ingin mengulang karena ada sedikit miss dengan Pak Ketua. Contoh dari kesalahan data dapat dilihat dari debat capres yang ditayangkan di TV. Disebutkan bahwa selama menjabat sebagai Menko penurunan produksi minyak hanya 3%. Sebelumnya 12%. Ternyata terbalik, 4 tahun terakir produksi turun 20% dan sebelumya konstan (stabil), yaitu sedikit dibawah 1000 bbl/day. Pemerintah memelesetkan data ada kalanya untuk boosting atau dipakai untuk kepentingan tertentu termasuk menarik investor. Di media dan presentasi Pemerintah didengungkan bahwa Indonesia kaya gas, yang terambil baru 6%. Di website ESDM ditayangkan bahwa cadangan CBM 450 TCF dibandingkan dengan gas bumi cuma 150 TCF; padahal CBM belum ada yang berproduksi. Dalam brosur ESDM mencantumkan bahwa 40% cadangan geothermal dunia berada di Indonesia. Investor asing yang sophisticated mendengar hal ini semuanya cuma tersenyum. Justru yang terpelesetkan adalah orang Indonesia sendiri. Investor Indonesia yang punya modal tetapi pengetahuan kurang akan termakan. Yang lebih parah adalah bahwa banyak penjabat tinggi percaya dengan data yang dipelesetkan tsb., termasuk policy makers. Mendengar bahwa Geothermal sangat berpotensi hingga bisa menurunkan subsidi BBM, Menteri Keuangan berinisiatif dan menganggarkan dalam APBN untuk melakukan eksplorasi geothermal. Gas LNG yang sudah terikat ekspor puluhn tahun dengan harga bagus dialihkan ke PLN Muara Karang di Jawa. Batubara kalor rendah dianggap jumlahnya sedikit hingga dikeluarkan peraturan untuk di upgrade sebelum bisa diekspor. Alternative energy, yang dibanyak Negara diberikan prioritas paling rendah (hanya 1% dari energy mix dunia, excluding nuclear dan hidro), dijadikan primadona di Indonesia dan oleh Dewan Energy Nasional (DEN) akan dinaikkan empat kali menjadi 23% untuk energy mix tahun 2025; sesuatu yang mustahil dicapai dalam kurun waktu 11 tahun. Kesalahan demikian, disengaja atau tidak, memberikan persepsi yang keliru mengenai resources kita kepada publik maupun kepada energy policy makers seperti Anggota DPR dan DEN. Angka-angka yang tinggi untuk menarik investors menjadi bomerang karena publik anggap Indonesia masih kaya dan berlimpah dengan mineral resources tinggal dicari. Prinsip mineral depletion dan keharusan ngirit BBM sukar diterapkan dan diterima secara ichlas oleh publik. Sebaiknya semua data yang keluar dari Pemerintah dan pakai logo ESDM atau SKKMIGAS harus benar dan betul. Tidak boleh dimanupulasi seperti sekarang. Istilah di Pertambangan, harus CC. Sebaiknya anggota IAGI ikut berperan memberikan koreksi kepada
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI
Lha.. Suwun Cak Andang Ttg Menteti ESDM, kita bisa mengusulkan dan menolak seseorang asal alasannya jelas. IAGI akan mengambil porsi ini? Yuk kita lakukan. Bareng-bareng dengan IATMI, HAGI, Perhapi, HAGI dan lain2. Pripun pak Ketua. ET Paripurno +62818260162 paripu...@gmail.com www.geohazard.blog.com --- On Aug 4, 2014 8:54 AM, Yanto R. Sumantri SRS0-oQuG=46=yahoo.com= yrs_...@iagi.or.id wrote: Ok kalau begitu , semoga bukan KRTB yang jadi Menteri ESDM. si Abah On Monday, August 4, 2014 8:51 AM, abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id wrote: Sepurane juga cak ETP. Data aslinya sih sebenarnya statusnya lumayan waras, dari SKKMigas yg terus diquote oleh Ditjen Migas dan juga dari Badan Geologi, yg kesemuanya akhirnya didokumentasikan di PUSDATIN. Yg agak-agak kurang klop (saya tidak bilang kurang waras, lho) adalah penyampaian data yg lumayan waras itu ke publik oleh para pengambiL kebijakan dan atau politisi yg seringkali agak2 mumeth dg isitlah P1, P2, P3, atau Proven, Probable, Possible, atau Potential, atau Hipotetikal atau Spekulatif, dsb. (Note: bahkan BP statistical review-pun sebenarnya ambil datanya juga dr data resmi pemerintah. Hanya saja mereka lebih waras dalam mengungkapkannya). Nah, oleh karenanya, yg diperlukan sebenarnya bukan ngompori datanya spy lebih waras, tapi ngompori pengambil/penentu/pelaksana kebijakannya spy lebih waras menggunakan data. Salam ADB IAGI-0800 Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * ET Paripurno paripu...@upnyk.ac.id *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Mon, 4 Aug 2014 08:21:52 +0700 *To: *iagi-netiagi-net@iagi.or.id; andang bachtiar bachtiar.and...@gmail.com; Kekasihqandangbacht...@yahoo.com *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI Sepurane Cak Andang, sebagai komponen DEN, sampeyan bisa ngompori sehingga data yabg disajikan lebih waras ngga ya? Tabik ET Paripurno +62818260162 paripu...@gmail.com www.geohazard.blog.com --- On Aug 4, 2014 8:07 AM, Yanto R. Sumantri SRS0-oQuG=46=yahoo.com= yrs_...@iagi.or.id wrote: Pak Ong HL Saya sih kalau denger informasi seperti itu bukan hanya tersenyum , tapa TERTAWA ter-bahak2 sambilngurut dada .Kok Pemerintah tega teganya membohongi rakyatnya sendiri. Dus , kalau asumsinya seperti itu , lantas progrm kerjanya akan seperti pa ya ??? Menyedihkan . si Abah On Thursday, July 24, 2014 9:28 AM, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman2 IAGI, Pak Seno, justru yang harus kita pantau adalah data dari Pemerintah. Data yang dikeluarkan Pemerintah sering keliru. Pengalaman saya Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) atau dari BP statistik rupanya lebih bisa dipercaja, paling tidak lebih consistent. Saya ingin mengulang karena ada sedikit miss dengan Pak Ketua. Contoh dari kesalahan data dapat dilihat dari debat capres yang ditayangkan di TV. Disebutkan bahwa selama menjabat sebagai Menko penurunan produksi minyak hanya 3%. Sebelumnya 12%. Ternyata terbalik, 4 tahun terakir produksi turun 20% dan sebelumya konstan (stabil), yaitu sedikit dibawah 1000 bbl/day. Pemerintah memelesetkan data ada kalanya untuk boosting atau dipakai untuk kepentingan tertentu termasuk menarik investor. Di media dan presentasi Pemerintah didengungkan bahwa Indonesia kaya gas, yang terambil baru 6%. Di website ESDM ditayangkan bahwa cadangan CBM 450 TCF dibandingkan dengan gas bumi cuma 150 TCF; padahal CBM belum ada yang berproduksi. Dalam brosur ESDM mencantumkan bahwa 40% cadangan geothermal dunia berada di Indonesia. Investor asing yang sophisticated mendengar hal ini semuanya cuma tersenyum. Justru yang terpelesetkan adalah orang Indonesia sendiri. Investor Indonesia yang punya modal tetapi pengetahuan kurang akan termakan. Yang lebih parah adalah bahwa banyak penjabat tinggi percaya dengan data yang dipelesetkan tsb., termasuk policy makers. Mendengar bahwa Geothermal sangat berpotensi hingga bisa menurunkan subsidi BBM, Menteri Keuangan berinisiatif dan menganggarkan dalam APBN untuk melakukan eksplorasi geothermal. Gas LNG yang sudah terikat ekspor puluhn tahun dengan harga bagus dialihkan ke PLN Muara Karang di Jawa. Batubara kalor rendah dianggap jumlahnya sedikit hingga dikeluarkan peraturan untuk di upgrade sebelum bisa diekspor. Alternative energy, yang dibanyak Negara diberikan prioritas paling rendah (hanya 1% dari energy mix dunia, excluding nuclear dan hidro), dijadikan primadona di Indonesia dan oleh Dewan Energy Nasional (DEN) akan dinaikkan empat kali menjadi 23% untuk energy mix tahun 2025; sesuatu yang mustahil dicapai dalam kurun waktu 11 tahun. Kesalahan demikian, disengaja atau tidak, memberikan persepsi yang keliru mengenai resources kita kepada publik maupun kepada energy policy makers seperti Anggota DPR dan DEN. Angka-angka yang tinggi untuk menarik investors menjadi bomerang karena publik anggap Indonesia masih kaya dan
Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
masalahnya Menteri itu jabatan Politik , jadi siapaun bisa jadi mentri kalau punya Jalur Politik , tetap saja parpol punya kans yg lbh besar, Kecuali Presidennya Cuekin saja terhadap pressurenya parpol , Opo yo wani . ??? kita lihat saja nanti susunannya Kabinetnya. Masalah data itu sebetulnya tidak kalah pentingnya selain soal angka angkanya , juga soal Status Data tsb harus jelas dicantumkan dan diberikan penjelasan karena Publik tidak bisa membedakannya mana Sumberdaya / Resources mana Cadangan , semuanya dianggap Reserve bahkan semuanya dianggap Proven Reserve Contoh Data Cadangan geothermal katanya 29-30 ribu MW , Publik hanya tahu kalau itu semua bisa langsung dikonversikan ke Energy Listrik setara juga dg 29-30 ribu MW langsung jadi setrum dan nyala.padahal kalau kita perhatikan angka 29-30 Ribu MW tsb adalah Angka Kumulatif dari penjumlahan berbagai status sumberdaya ( Resources ) dan Cadangan ( reserve) , padahal sumberdaya dan cadangan tsb masih dipisah pisahkan lagi mulai dari satusnya baru Spekulatif , Hipotetic , Probable , Possible sampai Proven , disisi lain yg Proven itu mungkin tidak lebih dari 5000 MW , seharusnya untuk perencanaaan pembangunan PLTP kita berpedomannya hanya kpd yg Proven tsb shg target capaiannya jelas dg angka kepastian tinggi , yg terjadi sekarang ini semua target meleset jauh karena data yg dipakai tidak dipilah pilah dan dipilih mana yg baru Sumberdaya / Resoueces dan mana yg Cadangan. Begitu juga untuk SDA yang lain spt migas, CBM dll. Sebetulnya kalau angka Lifting itu selalu dimonitor terus menerus karena Lifting adalah salah satu indikator untuk Asumsi makro APBN , shg setiap tahun di tetapkan bersama antara BP Migas , Dirjen Migas/ ESDM dan Senayan yg tertunag dalam UU APBN bahkan setiap pertengahan tahun ada Koreksi sesuai perkembangan Produksinya ( bisa turun bisa naik ) yg nantinya akan merubah data Awal APBN ke APBN-P , karena kalau ada penyimpangan akan berdampak kpd Penerimaan Negara, jadi kalau lihat Data Lifting yg real bisa mengambil dari datanya APBN ( bisa dilihat di Webnya Depkeu biasanya ada di Data asumsi Makro APBN ) Yg diperlukan Publik itu sebetulnya bagaimana membaca data tsb khususnya ttg Status dari data tsb , mulai dari data yg sebetulnya baru Status Sumberdaya daya ( resources ) sampai pada tahap mencapai Cadangan ( Proven reserve ) apa itu Sumberdaya apa itu Cadangan sampai status detailnya misalnya apa itu Cadangan Probable sampai cadangan Terbukti dll.ini yg perlu dilakukan pemahaman kepada publik ISM Lha.. Suwun Cak Andang Ttg Menteti ESDM, kita bisa mengusulkan dan menolak seseorang asal alasannya jelas. IAGI akan mengambil porsi ini? Yuk kita lakukan. Bareng-bareng dengan IATMI, HAGI, Perhapi, HAGI dan lain2. Pripun pak Ketua. ET Paripurno +62818260162 paripu...@gmail.com www.geohazard.blog.com --- On Aug 4, 2014 8:54 AM, Yanto R. Sumantri SRS0-oQuG=46=yahoo.comyrs_...@iagi.or.id wrote: Ok kalau begitu , semoga bukan KRTB yang jadi Menteri ESDM. si Abah On Monday, August 4, 2014 8:51 AM, abacht...@cbn.net.id abacht...@cbn.net.id wrote: Sepurane juga cak ETP. Data aslinya sih sebenarnya statusnya lumayan waras, dari SKKMigas yg terus diquote oleh Ditjen Migas dan juga dari Badan Geologi, yg kesemuanya akhirnya didokumentasikan di PUSDATIN. Yg agak-agak kurang klop (saya tidak bilang kurang waras, lho) adalah penyampaian data yg lumayan waras itu ke publik oleh para pengambiL kebijakan dan atau politisi yg seringkali agak2 mumeth dg isitlah P1, P2, P3, atau Proven, Probable, Possible, atau Potential, atau Hipotetikal atau Spekulatif, dsb. (Note: bahkan BP statistical review-pun sebenarnya ambil datanya juga dr data resmi pemerintah. Hanya saja mereka lebih waras dalam mengungkapkannya). Nah, oleh karenanya, yg diperlukan sebenarnya bukan ngompori datanya spy lebih waras, tapi ngompori pengambil/penentu/pelaksana kebijakannya spy lebih waras menggunakan data. Salam ADB IAGI-0800 Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * ET Paripurno paripu...@upnyk.ac.id *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Mon, 4 Aug 2014 08:21:52 +0700 *To: *iagi-netiagi-net@iagi.or.id; andang bachtiar bachtiar.and...@gmail.com; Kekasihqandangbacht...@yahoo.com *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN -- was PilPres IAGI Sepurane Cak Andang, sebagai komponen DEN, sampeyan bisa ngompori sehingga data yabg disajikan lebih waras ngga ya? Tabik ET Paripurno +62818260162 paripu...@gmail.com www.geohazard.blog.com --- On Aug 4, 2014 8:07 AM, Yanto R. Sumantri SRS0-oQuG=46=yahoo.comyrs_...@iagi.or.id wrote: Pak Ong HL Saya sih kalau denger informasi seperti itu bukan hanya tersenyum , tapa TERTAWA ter-bahak2 sambilngurut dada .Kok Pemerintah tega teganya membohongi rakyatnya sendiri. Dus , kalau asumsinya