RE: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Kang Abah yang baik, Banyak lulusan ITB yang telah saya bimbing tugas akhir di geothermal tapi rupanya mereka terserap habis di kumpeni? Salam, YSY From: Sukendar Asikin [mailto:asikin_suken...@yahoo.com] Sent: Monday, March 12, 2012 11:16 AM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Informasi unt abah : Pada tahun 2000 sayat kebetulan menjabat dekan FTM di UPN Yogyakarta. Kami mendapat kepercayaan unt mendirikan pusat penelitian geologi panasbumi. Pusat penelitian itu menggabungkan 2 jurusan, geologi dan TM. Dengan kerjasama dengan Pertamina dan dibiayai oleh Pertamina kita membangun lab penelitian. Kita juga mendapat superfisi dri Pertamina ( pk Yogi dan pernah juga pk Basukin Puspo ). Sebagai bahan studi/penelitian diambil Kamojang yang datanya sudah banyak dengan ultimate goal pengembangan lapangan. Jadi memang pure research dengan harapan UPN dapat mencetak geologists-2 yang mengkhususkan diri ke geothermal. Tetapi setelah saya selesai menjabat dan kembali ke induk. Rupanya tidak ada yg melanjutkan. Mungkin kesulitan mencari dana, atay Pertamina tidak memperpenjang kontrak kerjasamanya. Jadi kesimpulannya: wajar kalau Abah tidak menemukan geologists panasbumi. Pendidkan yg mengkhususkan panasbumi tidak/belum ada. Tapi sekarang saya tidak tahu? Dulu yg dipake alasan adalah potensi panasbumi yg melimpah, no 2 setelah US. Jadi gimana ya? Sent from my iPad On 12 Mar 2012, at 10:06, Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com wrote: _ Apa bener Indonesia ini potensi geothermal - nya tinggi ? Tapi anehnya saya cari geothermal geologist belum nemu tuh Apa para ahli geologi tidak tertarik ke gethermal ya ? si Abah Hehe.. agak terbawa suasana Pak.. Dan saya setuju lagi Pak Franc! Geothermal memang paling cocok terutama di daerah yang memiliki potensinya seperti Indonesia. Untuk kapasitas pembangkit yang sama, surface area yang diperlukan geothermal sangat sedikit dibandingkan pembangkit listrik tenaga surya maupun angin. Plus supply energi yang konstan, all day all night, gak peduli cuaca gak peduli musim. Kekurangan geothermal hanya satu: lokasi. Tidak semua daerah memiliki potensi geothermal, dan yang ada potensi juga sering terbentur dengan isu lingkungan karena rata-rata berlokasi di pegunungan yang cenderung menjadi daerah dilindungi. Jadi miris kalau melihat ada proyek geothermal yang ditolak LSM dan DPRD (yg mengatasnamakan rakyat, padahal rakyatnya belum tentu sepikiran), bahkan oleh profesor (tapi tampaknya tidak paham geothermal) dengan alasan geothermal itu merusak lingkungannya. Dan sekarang malah mau mengkaji pilihan pembangkit berbahan bakar batubara untuk provinsi tersebut. Maaf malah jadi curhat sedikit.. hehe.. Betul Pak Avi, bapake londo, lahir di Bali, jadinya londobali.. hehehe.. Salam, WHY From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:47 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Yth, Abah, Apakah jumlah geologist (tenaga ahli) nya berhubungan langsung dengan besar potensi energy di suatu wilayah? Khususnya geothermal... saya cuman berpikir sekilas, kalau mungkin saja temen2 geologist geothermal pada lari ke hidrocarbon; jadi belum tentu kalau tenaga ahli kurang berarti potensi energy nya juga kecil toh? Sad Agus On Mar 12, 2012, at 10:06 AM, Yanto R. Sumantri wrote: Apa bener Indonesia ini potensi geothermal - nya tinggi ? Tapi anehnya saya cari geothermal geologist belum nemu tuh Apa para ahli geologi tidak tertarik ke gethermal ya ? si Abah Hehe.. agak terbawa suasana Pak.. Dan saya setuju lagi Pak Franc! Geothermal memang paling cocok terutama di daerah yang memiliki potensinya seperti Indonesia. Untuk kapasitas pembangkit yang sama, surface area yang diperlukan geothermal sangat sedikit dibandingkan pembangkit listrik tenaga surya maupun angin. Plus supply energi yang konstan, all day all night, gak peduli cuaca gak peduli musim. Kekurangan geothermal hanya satu: lokasi. Tidak semua daerah memiliki potensi geothermal, dan yang ada potensi juga sering terbentur dengan isu lingkungan karena rata-rata berlokasi di pegunungan yang cenderung menjadi daerah dilindungi. Jadi miris kalau melihat ada proyek geothermal yang ditolak LSM dan DPRD (yg mengatasnamakan rakyat, padahal rakyatnya belum tentu sepikiran), bahkan oleh profesor (tapi tampaknya tidak paham geothermal) dengan alasan geothermal itu merusak lingkungannya. Dan sekarang malah mau mengkaji pilihan pembangkit berbahan bakar batubara untuk provinsi tersebut. Maaf malah jadi curhat sedikit.. hehe.. Betul Pak Avi, bapake londo, lahir di Bali, jadinya londobali.. hehehe.. Salam, WHY From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:47 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Pltn, paling hemat. Kalao tidak kapal selam dan kapal induk ndak bakal pake itu energi. Aman? Bagaimana kita merawat dan mendesain. Bahan baku, banyak di ini negeri, sisa tailing timah, penuh dgn bahan nuklirnya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sat, 10 Mar 2012 07:57:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Mungkin pilihan yg paling tepat ya PLTN udah pasti jozz, energy yg disebut tadi ANGIN, OMBAK adalah pilihan yg tidak akan memecahkan masalah secara luas, dg 250jt menuju 300jt penduduk indonesia energy listrik mutlak diperlukan untuk mencerdaskan bangsa, kedepan dunia gut-get makin rame dan makin canggih tentu memerlukan listrik yg banyak Untuk monitizing SDA diperlukan listrik yg banyak dsb, saya kira nalar teknis kita PLTN is the answer Avi 0666 Nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Fri, 9 Mar 2012 23:47:22 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk thermal storage, dsb. Penyimpanan dalam bentuk energi potensial air sudah banyak dilakukan sebagai bentuk large-scale energy storage untuk kebutuhan grid. Konsepnya juga cukup sederhana: pada saat off-peak listrik yang berlebihan digunakan untuk memompa air kembali keatas bendungan, air yang dipompa keatas kembali memiliki energi potensial yang dapat digunakan kembali untuk menggerakan turbin air pada saat peak-hours. http://en.wikipedia.org/wiki/Pumped-storage_hydroelectricity Cara seperti ini memang memiliki energy losses dari efisiensi pompa dan turbin, tapi ini juga sama halnya dengan storage kimiawi yang memiliki losses pada charging dan discharging. Salam, WHY - masih geologist - From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Energy hydrogen, sesungguhnya tidak perlu storage hydrogennya. Kalau mau dibakar mesinnya dihidupkan, hydrogen dan oksigen hasil elektrolyas langsung digunakan untuk mesin. Memang perlu mesin listrik sebagai penggerak mula dan untuk elektrolysa. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Sat, 10 Mar 2012 00:07:23 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro satu lagi tadi lupa. yang disebutkan Pak Wayan (WHY), energy potential air, ini salah satu bank energy yang baik. dan penyimpanannya bisa bertahap. Bedanya dengan hydrogen, volume yang diperlukan jauh lebih besar untuk membuat jumlah energy yang sama dengan hydrogen. juga transportasi nya terbatas. akan tetapi hazard potential nya hydrogen juga lebih besar dari pada energi potential air. fbs From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:01 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro benar Pak Avi. hampir lupa energy nuclear. fbs From: rakhmadi.avia...@gmail.com rakhmadi.avia...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 2:57 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Mungkin pilihan yg paling tepat ya PLTN udah pasti jozz, energy yg disebut tadi ANGIN, OMBAK adalah pilihan yg tidak akan memecahkan masalah secara luas, dg 250jt menuju 300jt penduduk indonesia energy listrik mutlak diperlukan untuk mencerdaskan bangsa, kedepan dunia gut-get makin rame dan makin canggih tentu memerlukan listrik yg banyak Untuk monitizing SDA diperlukan listrik yg banyak dsb, saya kira nalar teknis kita PLTN is the answer Avi 0666 Nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Fri, 9 Mar 2012 23:47:22 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Hehehe selalu terlambat mas, kan nurut pbb, imf, word bank, israel, usa, dll. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Fatchur Zamil fatchurza...@yahoo.co.id Date: Sun, 11 Mar 2012 06:04:49 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Kalau nuklir rencananya baru akan mulai setelah 2020, ya bahan bakunya didunia udah tinggal sisa2nya. Kan negara2 lain saat ini juga sdh mulai start dg nuklir ini dan butuh bahan baku juga. Akhirnya begitu dibangun reaktornya bahan bakunya sulit didapat. Terus gimana Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Ismail lia...@indo.net.id Date: Sun, 11 Mar 2012 02:50:22 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Memang Nuklir belum akan dibangun paling tidak sampai 10 thn kedepan. Ini sesuai Rencana Umum Penyediaan Tenaga listrik 2010 ~2020 , meskipun kebutuhan pembangkit pembangkit baru rata rata 5500. MW pertahun atau 55000 MW sampai 2020 nanti maka Nuklir belum akan dibangun masih mengandalkan gas batubara Geothermal dan air, jadi kalau mau masuk di pembangkit masih terbuka lebar termasuk Geothermal berapapun akan terserap yg merupakan prioritas sebagai pemasok beban dasar listrik. dan mengurangi pembangkit BBM Ism Sent by Liamsi's Mobile Phone -Original Message- From: yanto...@yahoo.co.id Date: Sun, 11 Mar 2012 02:10:58 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Ikut Nimbrung, Sebaiknya Nuclear dihindari, bukan hanya karena resiko (terutama), juga bahan mentahnya terbatas, lebih terbatas dari Migas. Geothermal merupakan alternative terbaik. Yansto Salim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sat, 10 Mar 2012 07:57:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Mungkin pilihan yg paling tepat ya PLTN udah pasti jozz, energy yg disebut tadi ANGIN, OMBAK adalah pilihan yg tidak akan memecahkan masalah secara luas, dg 250jt menuju 300jt penduduk indonesia energy listrik mutlak diperlukan untuk mencerdaskan bangsa, kedepan dunia gut-get makin rame dan makin canggih tentu memerlukan listrik yg banyak Untuk monitizing SDA diperlukan listrik yg banyak dsb, saya kira nalar teknis kita PLTN is the answer Avi 0666 Nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Fri, 9 Mar 2012 23:47:22 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Apa bener Indonesia ini potensi geothermal - nya tinggi ? Tapi anehnya saya cari geothermal geologist belum nemu tuh Apa para ahli geologi tidak tertarik ke gethermal ya ? si Abah Hehe.. agak terbawa suasana Pak.. Dan saya setuju lagi Pak Franc! Geothermal memang paling cocok terutama di daerah yang memiliki potensinya seperti Indonesia. Untuk kapasitas pembangkit yang sama, surface area yang diperlukan geothermal sangat sedikit dibandingkan pembangkit listrik tenaga surya maupun angin. Plus supply energi yang konstan, all day all night, gak peduli cuaca gak peduli musim. Kekurangan geothermal hanya satu: lokasi. Tidak semua daerah memiliki potensi geothermal, dan yang ada potensi juga sering terbentur dengan isu lingkungan karena rata-rata berlokasi di pegunungan yang cenderung menjadi daerah dilindungi. Jadi miris kalau melihat ada proyek geothermal yang ditolak LSM dan DPRD (yg mengatasnamakan rakyat, padahal rakyatnya belum tentu sepikiran), bahkan oleh profesor (tapi tampaknya tidak paham geothermal) dengan alasan geothermal itu merusak lingkungannya. Dan sekarang malah mau mengkaji pilihan pembangkit berbahan bakar batubara untuk provinsi tersebut. Maaf malah jadi curhat sedikit.. hehe.. Betul Pak Avi, bapake londo, lahir di Bali, jadinya londobali.. hehehe.. Salam, WHY From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:47 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk thermal storage, dsb. Penyimpanan dalam bentuk energi potensial air sudah banyak dilakukan sebagai bentuk large-scale energy storage untuk kebutuhan grid. Konsepnya juga cukup sederhana: pada saat off-peak listrik yang berlebihan digunakan untuk memompa air kembali keatas bendungan, air yang dipompa keatas kembali memiliki energi potensial yang dapat digunakan kembali untuk menggerakan turbin air pada saat peak-hours. http://en.wikipedia.org/wiki/Pumped
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Mungkin kalau yg berpengalaman yg muda sdh bekerja semua , sedangkan yg tua / pensiunan pada menikmati pensiunya saja dan jumlahnya sangat terbatas Sent by Liamsi's Mobile Phone -Original Message- From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com Date: Sun, 11 Mar 2012 20:06:54 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Apa bener Indonesia ini potensi geothermal - nya tinggi ? Tapi anehnya saya cari geothermal geologist belum nemu tuh Apa para ahli geologi tidak tertarik ke gethermal ya ? si Abah Hehe.. agak terbawa suasana Pak.. Dan saya setuju lagi Pak Franc! Geothermal memang paling cocok terutama di daerah yang memiliki potensinya seperti Indonesia. Untuk kapasitas pembangkit yang sama, surface area yang diperlukan geothermal sangat sedikit dibandingkan pembangkit listrik tenaga surya maupun angin. Plus supply energi yang konstan, all day all night, gak peduli cuaca gak peduli musim. Kekurangan geothermal hanya satu: lokasi. Tidak semua daerah memiliki potensi geothermal, dan yang ada potensi juga sering terbentur dengan isu lingkungan karena rata-rata berlokasi di pegunungan yang cenderung menjadi daerah dilindungi. Jadi miris kalau melihat ada proyek geothermal yang ditolak LSM dan DPRD (yg mengatasnamakan rakyat, padahal rakyatnya belum tentu sepikiran), bahkan oleh profesor (tapi tampaknya tidak paham geothermal) dengan alasan geothermal itu merusak lingkungannya. Dan sekarang malah mau mengkaji pilihan pembangkit berbahan bakar batubara untuk provinsi tersebut. Maaf malah jadi curhat sedikit.. hehe.. Betul Pak Avi, bapake londo, lahir di Bali, jadinya londobali.. hehehe.. Salam, WHY From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:47 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Ada Bah, di itb ada 2 Rina dan Ninik. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com Date: Sun, 11 Mar 2012 20:06:54 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Apa bener Indonesia ini potensi geothermal - nya tinggi ? Tapi anehnya saya cari geothermal geologist belum nemu tuh Apa para ahli geologi tidak tertarik ke gethermal ya ? si Abah Hehe.. agak terbawa suasana Pak.. Dan saya setuju lagi Pak Franc! Geothermal memang paling cocok terutama di daerah yang memiliki potensinya seperti Indonesia. Untuk kapasitas pembangkit yang sama, surface area yang diperlukan geothermal sangat sedikit dibandingkan pembangkit listrik tenaga surya maupun angin. Plus supply energi yang konstan, all day all night, gak peduli cuaca gak peduli musim. Kekurangan geothermal hanya satu: lokasi. Tidak semua daerah memiliki potensi geothermal, dan yang ada potensi juga sering terbentur dengan isu lingkungan karena rata-rata berlokasi di pegunungan yang cenderung menjadi daerah dilindungi. Jadi miris kalau melihat ada proyek geothermal yang ditolak LSM dan DPRD (yg mengatasnamakan rakyat, padahal rakyatnya belum tentu sepikiran), bahkan oleh profesor (tapi tampaknya tidak paham geothermal) dengan alasan geothermal itu merusak lingkungannya. Dan sekarang malah mau mengkaji pilihan pembangkit berbahan bakar batubara untuk provinsi tersebut. Maaf malah jadi curhat sedikit.. hehe.. Betul Pak Avi, bapake londo, lahir di Bali, jadinya londobali.. hehehe.. Salam, WHY From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:47 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk thermal storage, dsb. Penyimpanan dalam bentuk energi potensial air sudah banyak dilakukan sebagai bentuk large-scale
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Informasi unt abah : Pada tahun 2000 sayat kebetulan menjabat dekan FTM di UPN Yogyakarta. Kami mendapat kepercayaan unt mendirikan pusat penelitian geologi panasbumi. Pusat penelitian itu menggabungkan 2 jurusan, geologi dan TM. Dengan kerjasama dengan Pertamina dan dibiayai oleh Pertamina kita membangun lab penelitian. Kita juga mendapat superfisi dri Pertamina ( pk Yogi dan pernah juga pk Basukin Puspo ). Sebagai bahan studi/penelitian diambil Kamojang yang datanya sudah banyak dengan ultimate goal pengembangan lapangan. Jadi memang pure research dengan harapan UPN dapat mencetak geologists-2 yang mengkhususkan diri ke geothermal. Tetapi setelah saya selesai menjabat dan kembali ke induk. Rupanya tidak ada yg melanjutkan. Mungkin kesulitan mencari dana, atay Pertamina tidak memperpenjang kontrak kerjasamanya. Jadi kesimpulannya: wajar kalau Abah tidak menemukan geologists panasbumi. Pendidkan yg mengkhususkan panasbumi tidak/belum ada. Tapi sekarang saya tidak tahu? Dulu yg dipake alasan adalah potensi panasbumi yg melimpah, no 2 setelah US. Jadi gimana ya? Sent from my iPad On 12 Mar 2012, at 10:06, Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com wrote: Apa bener Indonesia ini potensi geothermal - nya tinggi ? Tapi anehnya saya cari geothermal geologist belum nemu tuh Apa para ahli geologi tidak tertarik ke gethermal ya ? si Abah Hehe.. agak terbawa suasana Pak.. Dan saya setuju lagi Pak Franc! Geothermal memang paling cocok terutama di daerah yang memiliki potensinya seperti Indonesia. Untuk kapasitas pembangkit yang sama, surface area yang diperlukan geothermal sangat sedikit dibandingkan pembangkit listrik tenaga surya maupun angin. Plus supply energi yang konstan, all day all night, gak peduli cuaca gak peduli musim. Kekurangan geothermal hanya satu: lokasi. Tidak semua daerah memiliki potensi geothermal, dan yang ada potensi juga sering terbentur dengan isu lingkungan karena rata-rata berlokasi di pegunungan yang cenderung menjadi daerah dilindungi. Jadi miris kalau melihat ada proyek geothermal yang ditolak LSM dan DPRD (yg mengatasnamakan rakyat, padahal rakyatnya belum tentu sepikiran), bahkan oleh profesor (tapi tampaknya tidak paham geothermal) dengan alasan geothermal itu merusak lingkungannya. Dan sekarang malah mau mengkaji pilihan pembangkit berbahan bakar batubara untuk provinsi tersebut. Maaf malah jadi curhat sedikit.. hehe.. Betul Pak Avi, bapake londo, lahir di Bali, jadinya londobali.. hehehe.. Salam, WHY From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:47 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
benar Pak Avi. hampir lupa energy nuclear. fbs From: rakhmadi.avia...@gmail.com rakhmadi.avia...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 2:57 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Mungkin pilihan yg paling tepat ya PLTN udah pasti jozz, energy yg disebut tadi ANGIN, OMBAK adalah pilihan yg tidak akan memecahkan masalah secara luas, dg 250jt menuju 300jt penduduk indonesia energy listrik mutlak diperlukan untuk mencerdaskan bangsa, kedepan dunia gut-get makin rame dan makin canggih tentu memerlukan listrik yg banyak Untuk monitizing SDA diperlukan listrik yg banyak dsb, saya kira nalar teknis kita PLTN is the answer Avi 0666 Nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Fri, 9 Mar 2012 23:47:22 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk thermal storage, dsb. Penyimpanan dalam bentuk energi potensial air sudah banyak dilakukan sebagai bentuk large-scale energy storage untuk kebutuhan grid. Konsepnya juga cukup sederhana: pada saat off-peak listrik yang berlebihan digunakan untuk memompa air kembali keatas bendungan, air yang dipompa keatas kembali memiliki energi potensial yang dapat digunakan kembali untuk menggerakan turbin air pada saat peak-hours. http://en.wikipedia.org/wiki/Pumped-storage_hydroelectricity Cara seperti ini memang memiliki energy losses dari efisiensi pompa dan turbin, tapi ini juga sama halnya dengan storage kimiawi yang memiliki losses pada charging dan discharging. Salam, WHY - masih geologist - From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:21 AM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak WHY, Solar energy memang top, tapi
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Hehe.. agak terbawa suasana Pak.. Dan saya setuju lagi Pak Franc! Geothermal memang paling cocok terutama di daerah yang memiliki potensinya seperti Indonesia. Untuk kapasitas pembangkit yang sama, surface area yang diperlukan geothermal sangat sedikit dibandingkan pembangkit listrik tenaga surya maupun angin. Plus supply energi yang konstan, all day all night, gak peduli cuaca gak peduli musim. Kekurangan geothermal hanya satu: lokasi. Tidak semua daerah memiliki potensi geothermal, dan yang ada potensi juga sering terbentur dengan isu lingkungan karena rata-rata berlokasi di pegunungan yang cenderung menjadi daerah dilindungi. Jadi miris kalau melihat ada proyek geothermal yang ditolak LSM dan DPRD (yg mengatasnamakan rakyat, padahal rakyatnya belum tentu sepikiran), bahkan oleh profesor (tapi tampaknya tidak paham geothermal) dengan alasan geothermal itu merusak lingkungannya. Dan sekarang malah mau mengkaji pilihan pembangkit berbahan bakar batubara untuk provinsi tersebut. Maaf malah jadi curhat sedikit.. hehe.. Betul Pak Avi, bapake londo, lahir di Bali, jadinya londobali.. hehehe.. Salam, WHY From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:47 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk thermal storage, dsb. Penyimpanan dalam bentuk energi potensial air sudah banyak dilakukan sebagai bentuk large-scale energy storage untuk kebutuhan grid. Konsepnya juga cukup sederhana: pada saat off-peak listrik yang berlebihan digunakan untuk memompa air kembali keatas bendungan, air yang dipompa keatas kembali memiliki energi potensial yang dapat digunakan kembali untuk menggerakan turbin air pada saat peak-hours. http://en.wikipedia.org/wiki/Pumped-storage_hydroelectricity Cara seperti ini memang memiliki energy losses dari efisiensi pompa dan turbin, tapi ini juga sama halnya dengan storage kimiawi yang memiliki losses pada charging dan discharging. Salam, WHY - masih geologist - From
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Dalam pelaksanaannya Ternyata Energy Mix itu tdk gampang spt teorinya, sebagai contoh program Bauran Energi ( Energy mix) di Kampungnya Pak Wayan ( Bali) ini,Bali saat ini membutuhkan listrik kira kira 650 MW , dan akan meningkat cukup tinggi yaitu 10% lebih pertahun pertumbuhannya. Dengan Energy Mix Bali Bali ini dipenuhi oleh berbagai sumber energi baik yg ada maupun yg dibawa dari luar Bali , Dari Bali sendiri ada Geothermal dg cadangan kira kira 200 MW dan bahkan sudah ada kontrak kira kira 175 MW yg seharusnya sdh nyala 2010 sesuai dengan COD nya, tapi sampai saat ini masih belum bisa berjalan. Kemudian juga dg Gas yaitu untuk PLTG sebanyak kira kira 300 MW dari PLTG Pemaron , Gilimanuk dan Pesanggaran , Disamping itu ada Kiriman Listrik dari Jawa ( kabel bawah laut ) kira kira 200 MW , baru sisanya dg BBM (PLTD)Karena Energy Mix nya tidak jalan spt Geothermal tidak jalan , Gas tidak datang , maka semua yg ada harus minum dg BBM khususnya HSD. Akibatnya Pembangkit tersebut salah Minum seharusnya minum Gas diberi minum BBM ( dual firing ) akibatnya biaya produksinya meningkat tajam . Apabila Geothermal tsb bisa jalan sesuai jadwal , maka akan dapat menggantikan BBM , dan kira kira akan menghemat 2 Triliun lebih pertahun dibandingkan dg BBM /HSD ( dg harga HSD 8000 Rp /liter dan Geothermal 800 Rp/Kwh ) , Karena Energy Mix tsb tidak jalan sedangkan listrik Bali tidak boleh Padam maka cara yg paling gampang dan cepat minta tambahan kiriman listrik dari Jawa dg menambah kapasitas kabel bawah lautnyajadi Bali ini rawan sekali tinggal sekali Klik putus itu aliran listrik dari jawa ke Bali yg mengakibatkan Bali Peteng Ndedet.( kembali Gelap gulita ).Di P. Nusa Penida dulu pernah ada pembangkit sistem Hibrid yaitu kombinasi Solar , Angin dan Diesel yg akan beropearsi secara otomatis , apabila hujan sinar matahari tidak ada , angin juga lagi masok angin ( tidak ada angin ) baru si Diesel beroperasi secara otomatis untuk membackupnya.karena pembangkit sistem ini cocok untuk daerah yg isolated dg kebutuhan listrik sedikit ISM Hehe.. agak terbawa suasana Pak.. Dan saya setuju lagi Pak Franc! Geothermal memang paling cocok terutama di daerah yang memiliki potensinya seperti Indonesia. Untuk kapasitas pembangkit yang sama, surface area yang diperlukan geothermal sangat sedikit dibandingkan pembangkit listrik tenaga surya maupun angin. Plus supply energi yang konstan, all day all night, gak peduli cuaca gak peduli musim. Kekurangan geothermal hanya satu: lokasi. Tidak semua daerah memiliki potensi geothermal, dan yang ada potensi juga sering terbentur dengan isu lingkungan karena rata-rata berlokasi di pegunungan yang cenderung menjadi daerah dilindungi. Jadi miris kalau melihat ada proyek geothermal yang ditolak LSM dan DPRD (yg mengatasnamakan rakyat, padahal rakyatnya belum tentu sepikiran), bahkan oleh profesor (tapi tampaknya tidak paham geothermal) dengan alasan geothermal itu merusak lingkungannya. Dan sekarang malah mau mengkaji pilihan pembangkit berbahan bakar batubara untuk provinsi tersebut. Maaf malah jadi curhat sedikit.. hehe.. Betul Pak Avi, bapake londo, lahir di Bali, jadinya londobali.. hehehe.. Salam, WHY From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:47 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Ya, salah satunya untuk mencoba merayu DPRD itu makanya menteri pariwisata tiba-tiba jadi menteri energi.. Mungkin dikira kalau sesama orang bali akan lebih gampang di negosiasi.. Gubernur gubernur juga yang awalnya masih setuju penuh dengan geothermal tiba-tiba jadi Say NO to geothermal, karena sudah dekat-dekat pilgub dan koran lokal cenderung memihak anti-geothermal. Pernah ada headline di koran lokal: Baru explorasi geothermal saja daerah Bedugul sudah tambah panas, apalagi kalau nanti jadi beroperasi. Padahal itu si wartawan mengutip ucapan pemuda LSM di lingkungan Bedugul yang kurang paham juga, tapi karena ditulis sebagai Head-line halaman pertama, seolah-olah itu adalah pendapat umum masyarakat Bali. Susahnya lagi para aktifis ini seperti ketagihan bilang TIDAK.. dijelaskan dari sisi manapun jawabannya TIDAK!.. malah mendiskreditkan penelitian2 dan contoh2 kasus dengan ngeles bahwa ini bukan masalah teknis dan hitung-hitungan, ini sudah masuk ke politik dan hukum mass-tourism.. dst..dst.. Lah.. jelas2 msalahnya teknis: feasible atau tidak dan merusak lingkungan (AMDAL) atau tidak, kok dibawa2 ke politik.. pantes saja masalahnya tidak selesai-selesai.. Bahkan seorang profesor di universitas setempat membuat hitung-hitungannya sendiri dan mengatakan bahwa kapasitas geothermal di Bedugul tidak memadai. Padahal dia bukan ahli geothermal, dan lagi, logikanya kalaupun tidak memadai, seharusnya tidak usah ditolak pun pihak investor yang akan kabur duluan. Parahnya, laporan bapak profesor ini dipakai salah satu alasan oleh DPRD (yang lebih tidak mengerti geothermal) untuk menolak.. Mengenai pembangkit Hybrid di Pulau Nusa Penida itu sama seperti kebanyakan proyek energi alternatif di Indonesia (atau malah semua macam proyek di Indonesia ya?): Dana pembangunan ada, tapi tidak menganggarkan dana perawatan, jadinya baru sebentar beroperasi sudah pincang. Kalau tidak salah sekarang malah full pakai diesel saja disana, turbin dan panel suryanya hanya jadi pajangan. Yang lagi-lagi jadi bad-publicity bagi energi alternatif di koran lokal: tenaga surya dan angin tidak reliable, baru sebentar dipasang sudah rusak Padahal karena tidak dianggarkan montirnya, sedangkan genset diesel tinggal bawa mekanik dari bengkel sebelah juga sudah bisa dirawat. From: lia...@indo.net.id lia...@indo.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 8:32 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Dalam pelaksanaannya Ternyata Energy Mix itu tdk gampang spt teorinya, sebagai contoh program Bauran Energi ( Energy mix) di Kampungnya Pak Wayan ( Bali) ini,Bali saat ini membutuhkan listrik kira kira 650 MW , dan akan meningkat cukup tinggi yaitu 10% lebih pertahun pertumbuhannya. Dengan Energy Mix Bali Bali ini dipenuhi oleh berbagai sumber energi baik yg ada maupun yg dibawa dari luar Bali , Dari Bali sendiri ada Geothermal dg cadangan kira kira 200 MW dan bahkan sudah ada kontrak kira kira 175 MW yg seharusnya sdh nyala 2010 sesuai dengan COD nya, tapi sampai saat ini masih belum bisa berjalan. Kemudian juga dg Gas yaitu untuk PLTG sebanyak kira kira 300 MW dari PLTG Pemaron , Gilimanuk dan Pesanggaran , Disamping itu ada Kiriman Listrik dari Jawa ( kabel bawah laut ) kira kira 200 MW , baru sisanya dg BBM (PLTD)Karena Energy Mix nya tidak jalan spt Geothermal tidak jalan , Gas tidak datang , maka semua yg ada harus minum dg BBM khususnya HSD. Akibatnya Pembangkit tersebut salah Minum seharusnya minum Gas diberi minum BBM ( dual firing ) akibatnya biaya produksinya meningkat tajam . Apabila Geothermal tsb bisa jalan sesuai jadwal , maka akan dapat menggantikan BBM , dan kira kira akan menghemat 2 Triliun lebih pertahun dibandingkan dg BBM /HSD ( dg harga HSD 8000 Rp /liter dan Geothermal 800 Rp/Kwh ) , Karena Energy Mix tsb tidak jalan sedangkan listrik Bali tidak boleh Padam maka cara yg paling gampang dan cepat minta tambahan kiriman listrik dari Jawa dg menambah kapasitas kabel bawah lautnyajadi Bali ini rawan sekali tinggal sekali Klik putus itu aliran listrik dari jawa ke Bali yg mengakibatkan Bali Peteng Ndedet.( kembali Gelap gulita ).Di P. Nusa Penida dulu pernah ada pembangkit sistem Hibrid yaitu kombinasi Solar , Angin dan Diesel yg akan beropearsi secara otomatis , apabila hujan sinar matahari tidak ada , angin juga lagi masok angin ( tidak ada angin ) baru si Diesel beroperasi secara otomatis untuk membackupnya.karena pembangkit sistem ini cocok untuk daerah yg isolated dg kebutuhan listrik sedikit ISM Hehe.. agak terbawa suasana Pak.. Dan saya setuju lagi Pak Franc! Geothermal memang paling cocok terutama di daerah yang memiliki potensinya seperti Indonesia. Untuk kapasitas pembangkit yang sama, surface area yang diperlukan geothermal sangat sedikit dibandingkan pembangkit listrik tenaga surya maupun angin. Plus supply energi yang konstan
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Ikut Nimbrung, Sebaiknya Nuclear dihindari, bukan hanya karena resiko (terutama), juga bahan mentahnya terbatas, lebih terbatas dari Migas. Geothermal merupakan alternative terbaik. Yansto Salim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sat, 10 Mar 2012 07:57:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Mungkin pilihan yg paling tepat ya PLTN udah pasti jozz, energy yg disebut tadi ANGIN, OMBAK adalah pilihan yg tidak akan memecahkan masalah secara luas, dg 250jt menuju 300jt penduduk indonesia energy listrik mutlak diperlukan untuk mencerdaskan bangsa, kedepan dunia gut-get makin rame dan makin canggih tentu memerlukan listrik yg banyak Untuk monitizing SDA diperlukan listrik yg banyak dsb, saya kira nalar teknis kita PLTN is the answer Avi 0666 Nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Fri, 9 Mar 2012 23:47:22 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk thermal storage, dsb. Penyimpanan dalam bentuk energi potensial air sudah banyak dilakukan sebagai bentuk large-scale energy storage untuk kebutuhan grid. Konsepnya juga cukup sederhana: pada saat off-peak listrik yang berlebihan digunakan untuk memompa air kembali keatas bendungan, air yang dipompa keatas kembali memiliki energi potensial yang dapat digunakan kembali untuk menggerakan turbin air pada saat peak-hours. http://en.wikipedia.org/wiki/Pumped-storage_hydroelectricity Cara seperti ini memang memiliki energy losses dari efisiensi pompa dan turbin, tapi ini juga sama halnya dengan storage kimiawi yang memiliki losses pada charging dan discharging. Salam, WHY - masih geologist - From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:21 AM
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Ikut nimbrung jg.sy pikir diferensiasi energi baruterbarukan khususnya pemenuhan kebutuhan akan energi listrik kawasan pesisir maka alternatif energi arus laut memungkinkan konversi tenaga kinetik massa air laut menjadi tenaga listrik.malah salahsatu alumni ITB dr oseanografi telah mengembangkan turbin pembangkit yg bisa bekerja dgn arus 0.3m/s yg bs menghasilkan 5000w...lumayanlah Wslkm ES Sent from Yahoo! Mail on Android BelekBeurit From: yanto...@yahoo.co.id ; To: ; Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Sent: Sun, Mar 11, 2012 2:10:58 AM Ikut Nimbrung, Sebaiknya Nuclear dihindari, bukan hanya karena resiko (terutama), juga bahan mentahnya terbatas, lebih terbatas dari Migas. Geothermal merupakan alternative terbaik. Yansto Salim Powered by Telkomsel BlackBerry® From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sat, 10 Mar 2012 07:57:29 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Mungkin pilihan yg paling tepat ya PLTN udah pasti jozz, energy yg disebut tadi ANGIN, OMBAK adalah pilihan yg tidak akan memecahkan masalah secara luas, dg 250jt menuju 300jt penduduk indonesia energy listrik mutlak diperlukan untuk mencerdaskan bangsa, kedepan dunia gut-get makin rame dan makin canggih tentu memerlukan listrik yg banyak Untuk monitizing SDA diperlukan listrik yg banyak dsb, saya kira nalar teknis kita PLTN is the answer Avi 0666 Nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Franciscus B Sinartio Date: Fri, 9 Mar 2012 23:47:22 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk thermal storage, dsb. Penyimpanan dalam bentuk energi potensial air sudah banyak dilakukan sebagai bentuk large-scale energy storage untuk kebutuhan grid. Konsepnya juga cukup sederhana: pada saat off-peak listrik yang berlebihan digunakan untuk memompa air kembali keatas bendungan, air yang dipompa keatas kembali memiliki energi potensial yang dapat digunakan kembali untuk menggerakan turbin air pada saat peak-hours. http
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Memang Nuklir belum akan dibangun paling tidak sampai 10 thn kedepan. Ini sesuai Rencana Umum Penyediaan Tenaga listrik 2010 ~2020 , meskipun kebutuhan pembangkit pembangkit baru rata rata 5500. MW pertahun atau 55000 MW sampai 2020 nanti maka Nuklir belum akan dibangun masih mengandalkan gas batubara Geothermal dan air, jadi kalau mau masuk di pembangkit masih terbuka lebar termasuk Geothermal berapapun akan terserap yg merupakan prioritas sebagai pemasok beban dasar listrik. dan mengurangi pembangkit BBM Ism Sent by Liamsi's Mobile Phone -Original Message- From: yanto...@yahoo.co.id Date: Sun, 11 Mar 2012 02:10:58 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Ikut Nimbrung, Sebaiknya Nuclear dihindari, bukan hanya karena resiko (terutama), juga bahan mentahnya terbatas, lebih terbatas dari Migas. Geothermal merupakan alternative terbaik. Yansto Salim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sat, 10 Mar 2012 07:57:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Mungkin pilihan yg paling tepat ya PLTN udah pasti jozz, energy yg disebut tadi ANGIN, OMBAK adalah pilihan yg tidak akan memecahkan masalah secara luas, dg 250jt menuju 300jt penduduk indonesia energy listrik mutlak diperlukan untuk mencerdaskan bangsa, kedepan dunia gut-get makin rame dan makin canggih tentu memerlukan listrik yg banyak Untuk monitizing SDA diperlukan listrik yg banyak dsb, saya kira nalar teknis kita PLTN is the answer Avi 0666 Nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Fri, 9 Mar 2012 23:47:22 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk thermal storage, dsb. Penyimpanan dalam bentuk energi potensial air
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Betul sekali, kita punya pantai terpanjang didunia, investasi ini kan paid off. YS Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: ecep suryana ec...@yahoo.com Date: Sat, 10 Mar 2012 18:46:40 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Ikut nimbrung jg.sy pikir diferensiasi energi baruterbarukan khususnya pemenuhan kebutuhan akan energi listrik kawasan pesisir maka alternatif energi arus laut memungkinkan konversi tenaga kinetik massa air laut menjadi tenaga listrik.malah salahsatu alumni ITB dr oseanografi telah mengembangkan turbin pembangkit yg bisa bekerja dgn arus 0.3m/s yg bs menghasilkan 5000w...lumayanlah Wslkm ES Sent from Yahoo! Mail on Android BelekBeurit From: yanto...@yahoo.co.id ; To: ; Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Sent: Sun, Mar 11, 2012 2:10:58 AM Ikut Nimbrung, Sebaiknya Nuclear dihindari, bukan hanya karena resiko (terutama), juga bahan mentahnya terbatas, lebih terbatas dari Migas. Geothermal merupakan alternative terbaik. Yansto Salim Powered by Telkomsel BlackBerry® From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sat, 10 Mar 2012 07:57:29 + To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Mungkin pilihan yg paling tepat ya PLTN udah pasti jozz, energy yg disebut tadi ANGIN, OMBAK adalah pilihan yg tidak akan memecahkan masalah secara luas, dg 250jt menuju 300jt penduduk indonesia energy listrik mutlak diperlukan untuk mencerdaskan bangsa, kedepan dunia gut-get makin rame dan makin canggih tentu memerlukan listrik yg banyak Untuk monitizing SDA diperlukan listrik yg banyak dsb, saya kira nalar teknis kita PLTN is the answer Avi 0666 Nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Franciscus B Sinartio Date: Fri, 9 Mar 2012 23:47:22 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk thermal storage, dsb. Penyimpanan dalam
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Kalau nuklir rencananya baru akan mulai setelah 2020, ya bahan bakunya didunia udah tinggal sisa2nya. Kan negara2 lain saat ini juga sdh mulai start dg nuklir ini dan butuh bahan baku juga. Akhirnya begitu dibangun reaktornya bahan bakunya sulit didapat. Terus gimana Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Ismail lia...@indo.net.id Date: Sun, 11 Mar 2012 02:50:22 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Memang Nuklir belum akan dibangun paling tidak sampai 10 thn kedepan. Ini sesuai Rencana Umum Penyediaan Tenaga listrik 2010 ~2020 , meskipun kebutuhan pembangkit pembangkit baru rata rata 5500. MW pertahun atau 55000 MW sampai 2020 nanti maka Nuklir belum akan dibangun masih mengandalkan gas batubara Geothermal dan air, jadi kalau mau masuk di pembangkit masih terbuka lebar termasuk Geothermal berapapun akan terserap yg merupakan prioritas sebagai pemasok beban dasar listrik. dan mengurangi pembangkit BBM Ism Sent by Liamsi's Mobile Phone -Original Message- From: yanto...@yahoo.co.id Date: Sun, 11 Mar 2012 02:10:58 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Ikut Nimbrung, Sebaiknya Nuclear dihindari, bukan hanya karena resiko (terutama), juga bahan mentahnya terbatas, lebih terbatas dari Migas. Geothermal merupakan alternative terbaik. Yansto Salim Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi.avia...@gmail.com Date: Sat, 10 Mar 2012 07:57:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Mungkin pilihan yg paling tepat ya PLTN udah pasti jozz, energy yg disebut tadi ANGIN, OMBAK adalah pilihan yg tidak akan memecahkan masalah secara luas, dg 250jt menuju 300jt penduduk indonesia energy listrik mutlak diperlukan untuk mencerdaskan bangsa, kedepan dunia gut-get makin rame dan makin canggih tentu memerlukan listrik yg banyak Untuk monitizing SDA diperlukan listrik yg banyak dsb, saya kira nalar teknis kita PLTN is the answer Avi 0666 Nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Fri, 9 Mar 2012 23:47:22 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
terima kasih atas pencerahannya. terus brown gas dan hydrogennya itu dibuat dimana? dan kapan? kalau dibuat di mobilnya waktu mobil itu jalan. susah untuk mengertinya. mesti ingat lagi yang disebutkan Pak RPK tentang hukum kekekalan energy. dari bacaan yang saya baca selama ini, efisiense pembuatan hydrogen dari air sangat kecil dibawah 10 % dari energy yang diperlukan dan energy yang dihasilkan oleh hydrogennya. justru itu salah satu alternatif sumber energy pembuatan hydrogen adalah pemakaian energy yang terbarukan dan yang sekarang mubazir terbuang begitu saja. fbs From: Eko Prasetyo strivea...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 9, 2012 2:40 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro http://www.spiritofmaat.com/archive/watercar/h20car2.htm Fuel Cells: This method uses oxygen from the atmosphere to complete the burning of the hydrogen in the fuel cell. What comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, but the oxygen originally came from the atmosphere, not from the fuel. And so the use of fuel cells neither takes away nor contributes to the oxygen content of the air. Hydrogen: This fuel is complete in itself. It does not need oxygen from the atmosphere to burn, which is an improvement over fossil fuels in saving the oxygen in our air supply. In fact, when hydrogen burns perfectly, nothing at all comes out of the tail pipe. If salt and metal alloy are used to create hydrogen, then there will be residues of that in the exhaust, but hydrogen fuel does not contribute oxygen to the atmosphere. Brown's gas: This is the most perfect fuel of all for running our vehicles. Like pure hydrogen, it is made from water, i.e., hydrogen and oxygen, but it burns in the combustion engine so that, depending on the setup, it may actually release oxygen into the atmosphere. In that case, what comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, just as with fuel cells; but the oxygen comes from the water that's being used to create the Brown's gas fuel. So burning Brown's gas as fuel can add oxygen to the air and thus increase the oxygen content of our atmosphere.
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Tidak demikian, yg terjadi adalah sesudah air dieletrolysis, maka didapatkan 2 tangki, yaitu tangki O2 dan tangki H2. Tangki ini yg menjadi tempat bahan bakar, dan dalam hal fuel cell reaksi H2 dan O2 dalam fuel cell langsung menghasilkan listrik yg digunakan utk memutar mesin listrik mobil. Kelihatannya kalau dalam brown gas H2 ini dg oksigen dibakar dalam combustion engine seperti mesin mobil biasa. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Eko Prasetyo strivea...@gmail.com Date: Fri, 9 Mar 2012 16:19:22 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Bayangan saya: Combustion membakar sedikit oil, hasil pembakaran bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi akan merubah air menjadi H2 dan O2 dan secara instan menyebabkan internal combustion yang energinya disalurkan ke mesin seperti biasa. On Fri, Mar 9, 2012 at 4:10 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.comwrote: terima kasih atas pencerahannya. terus brown gas dan hydrogennya itu dibuat dimana? dan kapan? kalau dibuat di mobilnya waktu mobil itu jalan. susah untuk mengertinya. mesti ingat lagi yang disebutkan Pak RPK tentang hukum kekekalan energy. dari bacaan yang saya baca selama ini, efisiense pembuatan hydrogen dari air sangat kecil dibawah 10 % dari energy yang diperlukan dan energy yang dihasilkan oleh hydrogennya. justru itu salah satu alternatif sumber energy pembuatan hydrogen adalah pemakaian energy yang terbarukan dan yang sekarang mubazir terbuang begitu saja. fbs -- *From:* Eko Prasetyo strivea...@gmail.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Friday, March 9, 2012 2:40 PM *Subject:* Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro http://www.spiritofmaat.com/archive/watercar/h20car2.htm *Fuel Cells:* This method uses oxygen from the atmosphere to complete the burning of the hydrogen in the fuel cell. What comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, but the oxygen originally came from the atmosphere, not from the fuel. And so the use of fuel cells neither takes away nor contributes to the oxygen content of the air. *Hydrogen: *This fuel is complete in itself. It does not need oxygen from the atmosphere to burn, which is an improvement over fossil fuels in saving the oxygen in our air supply. In fact, when hydrogen burns perfectly, nothing at all comes out of the tail pipe. If salt and metal alloy are used to create hydrogen, then there will be residues of that in the exhaust, but hydrogen fuel does not contribute oxygen to the atmosphere. *Brown's gas:* This is the most perfect fuel of all for running our vehicles. Like pure hydrogen, it is made from water, i.e., hydrogen and oxygen, but it burns in the combustion engine so that, depending on the setup, it may actually release oxygen into the atmosphere. In that case, what comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, just as with fuel cells; but the oxygen comes from the water that's being used to create the Brown's gas fuel. So burning Brown's gas as fuel can add oxygen to the air and thus increase the oxygen content of our atmosphere. -- Visit http://www.strivearth.com and be entertained
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
saya sebenarnya illegal alien di milis ini, backgroundnya chem-eng, kerjanya pet-eng :), jadi bisa agak ngomong kalo fisika ;) On Fri, Mar 9, 2012 at 4:43 PM, Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com wrote: Hem ahli kebumian diskusikan soal fisika , apa nyambung ya ? Akh don't mention it , ust a week end joke. hehehe si Abah -- *From:* Eko Prasetyo strivea...@gmail.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Friday, March 9, 2012 3:19 PM *Subject:* Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Bayangan saya: Combustion membakar sedikit oil, hasil pembakaran bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi akan merubah air menjadi H2 dan O2 dan secara instan menyebabkan internal combustion yang energinya disalurkan ke mesin seperti biasa. On Fri, Mar 9, 2012 at 4:10 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: terima kasih atas pencerahannya. terus brown gas dan hydrogennya itu dibuat dimana? dan kapan? kalau dibuat di mobilnya waktu mobil itu jalan. susah untuk mengertinya. mesti ingat lagi yang disebutkan Pak RPK tentang hukum kekekalan energy. dari bacaan yang saya baca selama ini, efisiense pembuatan hydrogen dari air sangat kecil dibawah 10 % dari energy yang diperlukan dan energy yang dihasilkan oleh hydrogennya. justru itu salah satu alternatif sumber energy pembuatan hydrogen adalah pemakaian energy yang terbarukan dan yang sekarang mubazir terbuang begitu saja. fbs -- *From:* Eko Prasetyo strivea...@gmail.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Friday, March 9, 2012 2:40 PM *Subject:* Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro http://www.spiritofmaat.com/archive/watercar/h20car2.htm *Fuel Cells:* This method uses oxygen from the atmosphere to complete the burning of the hydrogen in the fuel cell. What comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, but the oxygen originally came from the atmosphere, not from the fuel. And so the use of fuel cells neither takes away nor contributes to the oxygen content of the air. *Hydrogen: *This fuel is complete in itself. It does not need oxygen from the atmosphere to burn, which is an improvement over fossil fuels in saving the oxygen in our air supply. In fact, when hydrogen burns perfectly, nothing at all comes out of the tail pipe. If salt and metal alloy are used to create hydrogen, then there will be residues of that in the exhaust, but hydrogen fuel does not contribute oxygen to the atmosphere. *Brown's gas:* This is the most perfect fuel of all for running our vehicles. Like pure hydrogen, it is made from water, i.e., hydrogen and oxygen, but it burns in the combustion engine so that, depending on the setup, it may actually release oxygen into the atmosphere. In that case, what comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, just as with fuel cells; but the oxygen comes from the water that's being used to create the Brown's gas fuel. So burning Brown's gas as fuel can add oxygen to the air and thus increase the oxygen content of our atmosphere. -- Visit http://www.strivearth.com and be entertained -- Visit http://www.strivearth.com and be entertained
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Hydrogen itu kan mudah dibakar sisa pembakaran jadi H2O. Ledakan pembakaran H itu menggerakkan piston, yang memutar mesin, sebagian putran mesin buat mutar dinamo, yaa kayak mesin mobil biasa. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: koeso...@melsa.net.id Date: Fri, 9 Mar 2012 06:46:21 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Akhirnya hidrogen itu hanya untuk menyimpan energi saja, energy storage, supaya bisa dibawa-bawa, sama seperti batere, bukan sumber energi. Energi itu bisa disimpan secara kimiawi seperti baterai, hidrogen, dsb, tdak berarti menghasilkan energi. Minyak bumi batubara juga adalah bahan yg menyimpan secara kimiawi enegi yg berasal dari matahari yg dikumpulkan secara alami dan disimpan jutaan tahun. Penyimpanan alami ini dapat disebut sumber energi, yg akan hilang/habis juga tdk bisa diisi ulang. Penyimpanan buatan manusia seperti batere dapat diisi ulang atau hidrogen dapat dibuat ulang, tetapi harus dari sumber energi lain, jadi sebetulnya bukan sumber energi. Inilah renungan falsafah mengenai energi. Gitu! Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Thu, 8 Mar 2012 22:29:43 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Air di elektrolisa jadi Hydrogen, barangkali pak. memang Hydrogen bisa jadi sumber energy, tetapi energy yang diperlukan untuk electrolisa jauh lebih besar daripada energy yang dihasilkan oleh hydrogen yang dihasilkan. terus bagaimana supaya ekonomis? mungkin salah satu kemungkinan adalah dengan meng electrolisa nya memakai energy yang gratis dan terbarukan seperti energy matahari atau angin, atau gelombang laut atau energy lainnya energy2 itu bukan hanya gratis dan terbarukan tetapi juga hilang begitu saja potential energy nya kalau tidak dipakai. hasilnya memang kecil, tetapi ini salah satu langkah untuk menabung energy. dan bisa mentrigger riset electrolisa, siapa tahu ada cara electrolisa yang lebih efisien. selamat berakhir pekan. fbs From: bob yuris bopol...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id; bandon...@gmail.com bandon...@gmail.com Sent: Friday, March 9, 2012 6:42 AM Subject: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak kalau emang ada alat tersebut dan mudah didapatkan secara bebas maka milis ini pun bubar, mayoritas anggota sibuk golek gaweaan baru pak Dikirim dari Yahoo! Mail untuk Android From: Bandono Salim bandon...@gmail.com; To: Iagi iagi-net@iagi.or.id; Subject: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Sent: Thu, Mar 8, 2012 9:29:07 PM Sebagai pengganti bensin, sdh ada juga percobaan dan alatnyasudah dijual di jkt, dan anda bisa bikin sendiri. hasil elektrolisa air. Lbh brsih bagi lingkungan. Sangat terabaikan krn tidak memberi keuntungan? Kita bisa pakai air dan jual minyak kan? Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: yoga suryanegara yoga_suryaneg...@yahoo.com Date: Thu, 8 Mar 2012 13:06:17 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Jadi ingat yang pernah disampaikan seorang ahli minyak Indonesia pak Kurtubi dalam sebuah wawancara Beliau menyatakan bahwa harga BBM di Indonesia selayaknya adalah setara dengan harga produksi dan bukan setara dengan harga pasar bebas. Mungkin ada yang mau memberi sedikit pencerahan, apa dengan rencana harga kenaikan pemerintah yang sekarang lagi sibuk diperdebatkan itu sudah setara dengan harga produksi? Atau justru masih jauh dibawah harga itu? Trus apa harga produksi itu tidak dipengaruhi harga minyak dipasar bebas? kalo tidak, memang minyak yang diolah selama ini dijual dan atau dibeli dari mana? Jika masyarakat dengan kenaikan menjadi 6000 terus banyak yang merasa dikorbankan, sebenarnya masyarakat yang mana? Toh mereka yang hari ini bertempat tinggal jauh dari pusat kekuasaan, apalagi didaerah terpencil (seperti ditempat saya kerja sekarang), sudah membeli minyak eceran dengan harga 9000 ke atas, apalagi saudara2 kita yang nun jauh di papua sanabbm 4500 hanya bisa didapat dengan cara mengantri setengah hari penuh. Sedih ketika diberitakan bahwa sedemikian besar bbm kita yang katanya disubsidi pake uang negara, justru banyak diselundupkan ke negara timor, philipina, malaysia, singapura dan tetangga kita lainnya...lantas subsidi itu buat siapa? Ketika seorang Hatta Rajasa berujar bahwa 70% minyak BBM subsidi kita justru dinikmati oleh mereka yang tidak pantas menerima subsidi ituapa pantas kita tetap mempertahankan kondisi ini? Atau apakah benar data statistik dari tahun
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Nyambung kalau kita ingin tahu the origin of oil, itu kimia fisika semua. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com Date: Fri, 9 Mar 2012 00:43:13 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Hem ahli kebumian diskusikan soal fisika , apa nyambung ya ? Akh don't mention it , ust a week end joke. hehehe si Abah From: Eko Prasetyo strivea...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 9, 2012 3:19 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Bayangan saya: Combustion membakar sedikit oil, hasil pembakaran bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi akan merubah air menjadi H2 dan O2 dan secara instan menyebabkan internal combustion yang energinya disalurkan ke mesin seperti biasa. On Fri, Mar 9, 2012 at 4:10 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: terima kasih atas pencerahannya. terus brown gas dan hydrogennya itu dibuat dimana? dan kapan? kalau dibuat di mobilnya waktu mobil itu jalan. susah untuk mengertinya. mesti ingat lagi yang disebutkan Pak RPK tentang hukum kekekalan energy. dari bacaan yang saya baca selama ini, efisiense pembuatan hydrogen dari air sangat kecil dibawah 10 % dari energy yang diperlukan dan energy yang dihasilkan oleh hydrogennya. justru itu salah satu alternatif sumber energy pembuatan hydrogen adalah pemakaian energy yang terbarukan dan yang sekarang mubazir terbuang begitu saja. fbs From: Eko Prasetyo strivea...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 9, 2012 2:40 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro http://www.spiritofmaat.com/archive/watercar/h20car2.htm Fuel Cells: This method uses oxygen from the atmosphere to complete the burning of the hydrogen in the fuel cell. What comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, but the oxygen originally came from the atmosphere, not from the fuel. And so the use of fuel cells neither takes away nor contributes to the oxygen content of the air. Hydrogen: This fuel is complete in itself. It does not need oxygen from the atmosphere to burn, which is an improvement over fossil fuels in saving the oxygen in our air supply. In fact, when hydrogen burns perfectly, nothing at all comes out of the tail pipe. If salt and metal alloy are used to create hydrogen, then there will be residues of that in the exhaust, but hydrogen fuel does not contribute oxygen to the atmosphere. Brown's gas: This is the most perfect fuel of all for running our vehicles. Like pure hydrogen, it is made from water, i.e., hydrogen and oxygen, but it burns in the combustion engine so that, depending on the setup, it may actually release oxygen into the atmosphere. In that case, what comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, just as with fuel cells; but the oxygen comes from the water that's being used to create the Brown's gas fuel. So burning Brown's gas as fuel can add oxygen to the air and thus increase the oxygen content of our atmosphere. -- Visit http://www.strivearth.com and be entertained
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Tulisane gede2 amat ya apa hasil elek to lisa? Avi 0666 2012/3/9 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Air di elektrolisa jadi Hydrogen, barangkali pak. memang Hydrogen bisa jadi sumber energy, tetapi energy yang diperlukan untuk electrolisa jauh lebih besar daripada energy yang dihasilkan oleh hydrogen yang dihasilkan. terus bagaimana supaya ekonomis? mungkin salah satu kemungkinan adalah dengan meng electrolisa nya memakai energy yang gratis dan terbarukan seperti energy matahari atau angin, atau gelombang laut atau energy lainnya energy2 itu bukan hanya gratis dan terbarukan tetapi juga hilang begitu saja potential energy nya kalau tidak dipakai. hasilnya memang kecil, tetapi ini salah satu langkah untuk menabung energy. dan bisa mentrigger riset electrolisa, siapa tahu ada cara electrolisa yang lebih efisien. selamat berakhir pekan. fbs -- *From:* bob yuris bopol...@yahoo.com *To:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id; bandon...@gmail.com bandon...@gmail.com *Sent:* Friday, March 9, 2012 6:42 AM *Subject:* Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak kalau emang ada alat tersebut dan mudah didapatkan secara bebas maka milis ini pun bubar, mayoritas anggota sibuk golek gaweaan baru pak Dikirim dari Yahoo! Mail untuk Android -- * From: * Bandono Salim bandon...@gmail.com; * To: * Iagi iagi-net@iagi.or.id; * Subject: * Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro * Sent: * Thu, Mar 8, 2012 9:29:07 PM Sebagai pengganti bensin, sdh ada juga percobaan dan alatnyasudah dijual di jkt, dan anda bisa bikin sendiri. hasil elektrolisa air. Lbh brsih bagi lingkungan. Sangat terabaikan krn tidak memberi keuntungan? Kita bisa pakai air dan jual minyak kan? Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * yoga suryanegara yoga_suryaneg...@yahoo.com *Date: *Thu, 8 Mar 2012 13:06:17 -0800 (PST) *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Jadi ingat yang pernah disampaikan seorang ahli minyak Indonesia pak Kurtubi dalam sebuah wawancara Beliau menyatakan bahwa harga BBM di Indonesia selayaknya adalah setara dengan harga produksi dan bukan setara dengan harga pasar bebas. Mungkin ada yang mau memberi sedikit pencerahan, apa dengan rencana harga kenaikan pemerintah yang sekarang lagi sibuk diperdebatkan itu sudah setara dengan harga produksi? Atau justru masih jauh dibawah harga itu? Trus apa harga produksi itu tidak dipengaruhi harga minyak dipasar bebas? kalo tidak, memang minyak yang diolah selama ini dijual dan atau dibeli dari mana? Jika masyarakat dengan kenaikan menjadi 6000 terus banyak yang merasa dikorbankan, sebenarnya masyarakat yang mana? Toh mereka yang hari ini bertempat tinggal jauh dari pusat kekuasaan, apalagi didaerah terpencil (seperti ditempat saya kerja sekarang), sudah membeli minyak eceran dengan harga 9000 ke atas, apalagi saudara2 kita yang nun jauh di papua sanabbm 4500 hanya bisa didapat dengan cara mengantri setengah hari penuh. Sedih ketika diberitakan bahwa sedemikian besar bbm kita yang katanya disubsidi pake uang negara, justru banyak diselundupkan ke negara timor, philipina, malaysia, singapura dan tetangga kita lainnya...lantas subsidi itu buat siapa? Ketika seorang Hatta Rajasa berujar bahwa 70% minyak BBM subsidi kita justru dinikmati oleh mereka yang tidak pantas menerima subsidi ituapa pantas kita tetap mempertahankan kondisi ini? Atau apakah benar data statistik dari tahun 2000 ke 2009 yang menyatakan bahwa proven oil reserves kita menyusut dari 5.12 ke 4.30 dan potential reserve kita berkurang dari 4.49 menjadi 3.70 dan total reserve oil kita berkurang dari 9.61 ke 8.00, terus berapa ditahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, .dan seterusnya. Ah, semoga saja statistik itu semakin kedepan semakin membaik (jika tidak...?) Jadi ingat secuil kata orang bijak: Kita akan menghargai sesuatu, ketika sesuatu itu telah tidak lagi pada diri kita. Jadi sesuatu yang tidak bijak buat kita, jika kita hari ini yang sudah sedemikian lama tidak lagi menjadi salah satu negara OPEC masih juga menginginkan BBM itu bisa dibeli dengan harga (sangat) murah. Salam, Yoga Seseorang yang saat ini setiap hari membeli BBM ketengan dengan harga 9000/lt *From:* Bandono Salim bandon...@gmail.com *To:* Iagi iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Thursday, 8 March 2012 11:52 PM *Subject:* Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Harga minyak sesuai dg pasar bebas adalah penghianatan thd uud. Powered by Telkomsel BlackBerry® *From: *Sudibyo HT htsudi...@gmail.com *Date: *Thu, 8 Mar 2012 20:29:40 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro ...nggak menarik,...mending nonton Opera Van Java (hts) On Thu, Mar 8, 2012 at 7:26 PM, Ismail
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
ha.. ha... ha. Pak Avi. tidak semua orang dianugerahi mata yang baik, walaupun saya lebih muda daripada pak Avi, tetapi kalau tulisannya terlalu kecil susah melihatnya walaupun pakai kaca pembesar. Kaca pembesar sudah merupakan salah satu tool dalam kegiatan sehari hari saya ini sudah saya klecilkan sedikit. fbs From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 9, 2012 4:13 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Tulisane gede2 amat ya apa hasil elek to lisa? Avi 0666 2012/3/9 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Air di elektrolisa jadi Hydrogen, barangkali pak. memang Hydrogen bisa jadi sumber energy, tetapi energy yang diperlukan untuk electrolisa jauh lebih besar daripada energy yang dihasilkan oleh hydrogen yang dihasilkan. terus bagaimana supaya ekonomis? mungkin salah satu kemungkinan adalah dengan meng electrolisa nya memakai energy yang gratis dan terbarukan seperti energy matahari atau angin, atau gelombang laut atau energy lainnya energy2 itu bukan hanya gratis dan terbarukan tetapi juga hilang begitu saja potential energy nya kalau tidak dipakai. hasilnya memang kecil, tetapi ini salah satu langkah untuk menabung energy. dan bisa mentrigger riset electrolisa, siapa tahu ada cara electrolisa yang lebih efisien. selamat berakhir pekan. fbs From: bob yuris bopol...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id; bandon...@gmail.com bandon...@gmail.com Sent: Friday, March 9, 2012 6:42 AM Subject: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak kalau emang ada alat tersebut dan mudah didapatkan secara bebas maka milis ini pun bubar, mayoritas anggota sibuk golek gaweaan baru pak Dikirim dari Yahoo! Mail untuk Android From: Bandono Salim bandon...@gmail.com; To: Iagi iagi-net@iagi.or.id; Subject: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Sent: Thu, Mar 8, 2012 9:29:07 PM Sebagai pengganti bensin, sdh ada juga percobaan dan alatnyasudah dijual di jkt, dan anda bisa bikin sendiri. hasil elektrolisa air. Lbh brsih bagi lingkungan. Sangat terabaikan krn tidak memberi keuntungan? Kita bisa pakai air dan jual minyak kan? Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: yoga suryanegara yoga_suryaneg...@yahoo.com Date: Thu, 8 Mar 2012 13:06:17 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Jadi ingat yang pernah disampaikan seorang ahli minyak Indonesia pak Kurtubi dalam sebuah wawancara Beliau menyatakan bahwa harga BBM di Indonesia selayaknya adalah setara dengan harga produksi dan bukan setara dengan harga pasar bebas. Mungkin ada yang mau memberi sedikit pencerahan, apa dengan rencana harga kenaikan pemerintah yang sekarang lagi sibuk diperdebatkan itu sudah setara dengan harga produksi? Atau justru masih jauh dibawah harga itu? Trus apa harga produksi itu tidak dipengaruhi harga minyak dipasar bebas? kalo tidak, memang minyak yang diolah selama ini dijual dan atau dibeli dari mana? Jika masyarakat dengan kenaikan menjadi 6000 terus banyak yang merasa dikorbankan, sebenarnya masyarakat yang mana? Toh mereka yang hari ini bertempat tinggal jauh dari pusat kekuasaan, apalagi didaerah terpencil (seperti ditempat saya kerja sekarang), sudah membeli minyak eceran dengan harga 9000 ke atas, apalagi saudara2 kita yang nun jauh di papua sanabbm 4500 hanya bisa didapat dengan cara mengantri setengah hari penuh. Sedih ketika diberitakan bahwa sedemikian besar bbm kita yang katanya disubsidi pake uang negara, justru banyak diselundupkan ke negara timor, philipina, malaysia, singapura dan tetangga kita lainnya...lantas subsidi itu buat siapa? Ketika seorang Hatta Rajasa berujar bahwa 70% minyak BBM subsidi kita justru dinikmati oleh mereka yang tidak pantas menerima subsidi ituapa pantas kita tetap mempertahankan kondisi ini? Atau apakah benar data statistik dari tahun 2000 ke 2009 yang menyatakan bahwa proven oil reserves kita menyusut dari 5.12 ke 4.30 dan potential reserve kita berkurang dari 4.49 menjadi 3.70 dan total reserve oil kita berkurang dari 9.61 ke 8.00, terus berapa ditahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, .dan seterusnya. Ah, semoga saja statistik itu semakin kedepan semakin membaik (jika tidak...?) Jadi ingat secuil kata orang bijak: Kita akan menghargai sesuatu, ketika sesuatu itu telah tidak lagi pada diri kita. Jadi sesuatu yang tidak bijak buat kita, jika kita hari ini yang sudah sedemikian lama tidak lagi menjadi salah satu negara OPEC masih juga menginginkan BBM itu bisa dibeli dengan harga (sangat) murah. Salam, Yoga Seseorang yang saat ini setiap hari membeli BBM ketengan dengan harga 9000/lt From: Bandono Salim bandon
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Ya ampun Frans okelah kalo gitu Avi 0666 nomor cantik 2012/3/9 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com ha.. ha... ha. Pak Avi. tidak semua orang dianugerahi mata yang baik, walaupun saya lebih muda daripada pak Avi, tetapi kalau tulisannya terlalu kecil susah melihatnya walaupun pakai kaca pembesar. Kaca pembesar sudah merupakan salah satu tool dalam kegiatan sehari hari saya ini sudah saya klecilkan sedikit. fbs -- *From:* rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Friday, March 9, 2012 4:13 PM *Subject:* Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Tulisane gede2 amat ya apa hasil elek to lisa? Avi 0666 2012/3/9 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Air di elektrolisa jadi Hydrogen, barangkali pak. memang Hydrogen bisa jadi sumber energy, tetapi energy yang diperlukan untuk electrolisa jauh lebih besar daripada energy yang dihasilkan oleh hydrogen yang dihasilkan. terus bagaimana supaya ekonomis? mungkin salah satu kemungkinan adalah dengan meng electrolisa nya memakai energy yang gratis dan terbarukan seperti energy matahari atau angin, atau gelombang laut atau energy lainnya energy2 itu bukan hanya gratis dan terbarukan tetapi juga hilang begitu saja potential energy nya kalau tidak dipakai. hasilnya memang kecil, tetapi ini salah satu langkah untuk menabung energy. dan bisa mentrigger riset electrolisa, siapa tahu ada cara electrolisa yang lebih efisien. selamat berakhir pekan. fbs -- *From:* bob yuris bopol...@yahoo.com *To:* iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id; bandon...@gmail.com bandon...@gmail.com *Sent:* Friday, March 9, 2012 6:42 AM *Subject:* Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak kalau emang ada alat tersebut dan mudah didapatkan secara bebas maka milis ini pun bubar, mayoritas anggota sibuk golek gaweaan baru pak Dikirim dari Yahoo! Mail untuk Android -- * From: * Bandono Salim bandon...@gmail.com; * To: * Iagi iagi-net@iagi.or.id; * Subject: * Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro * Sent: * Thu, Mar 8, 2012 9:29:07 PM Sebagai pengganti bensin, sdh ada juga percobaan dan alatnyasudah dijual di jkt, dan anda bisa bikin sendiri. hasil elektrolisa air. Lbh brsih bagi lingkungan. Sangat terabaikan krn tidak memberi keuntungan? Kita bisa pakai air dan jual minyak kan? Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * yoga suryanegara yoga_suryaneg...@yahoo.com *Date: *Thu, 8 Mar 2012 13:06:17 -0800 (PST) *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Jadi ingat yang pernah disampaikan seorang ahli minyak Indonesia pak Kurtubi dalam sebuah wawancara Beliau menyatakan bahwa harga BBM di Indonesia selayaknya adalah setara dengan harga produksi dan bukan setara dengan harga pasar bebas. Mungkin ada yang mau memberi sedikit pencerahan, apa dengan rencana harga kenaikan pemerintah yang sekarang lagi sibuk diperdebatkan itu sudah setara dengan harga produksi? Atau justru masih jauh dibawah harga itu? Trus apa harga produksi itu tidak dipengaruhi harga minyak dipasar bebas? kalo tidak, memang minyak yang diolah selama ini dijual dan atau dibeli dari mana? Jika masyarakat dengan kenaikan menjadi 6000 terus banyak yang merasa dikorbankan, sebenarnya masyarakat yang mana? Toh mereka yang hari ini bertempat tinggal jauh dari pusat kekuasaan, apalagi didaerah terpencil (seperti ditempat saya kerja sekarang), sudah membeli minyak eceran dengan harga 9000 ke atas, apalagi saudara2 kita yang nun jauh di papua sanabbm 4500 hanya bisa didapat dengan cara mengantri setengah hari penuh. Sedih ketika diberitakan bahwa sedemikian besar bbm kita yang katanya disubsidi pake uang negara, justru banyak diselundupkan ke negara timor, philipina, malaysia, singapura dan tetangga kita lainnya...lantas subsidi itu buat siapa? Ketika seorang Hatta Rajasa berujar bahwa 70% minyak BBM subsidi kita justru dinikmati oleh mereka yang tidak pantas menerima subsidi ituapa pantas kita tetap mempertahankan kondisi ini? Atau apakah benar data statistik dari tahun 2000 ke 2009 yang menyatakan bahwa proven oil reserves kita menyusut dari 5.12 ke 4.30 dan potential reserve kita berkurang dari 4.49 menjadi 3.70 dan total reserve oil kita berkurang dari 9.61 ke 8.00, terus berapa ditahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, .dan seterusnya. Ah, semoga saja statistik itu semakin kedepan semakin membaik (jika tidak...?) Jadi ingat secuil kata orang bijak: Kita akan menghargai sesuatu, ketika sesuatu itu telah tidak lagi pada diri kita. Jadi sesuatu yang tidak bijak buat kita, jika kita hari ini yang sudah sedemikian lama tidak lagi menjadi salah satu negara OPEC masih juga menginginkan BBM itu
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Mas yanto, itu elektrolysa kan pelajaran waktu smp dan sma, jadi yaa ngertilah dikit, Kalau kimia geologi lah itu baru pabaliut hehehe Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Eko Prasetyo strivea...@gmail.com Date: Fri, 9 Mar 2012 16:45:39 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro saya sebenarnya illegal alien di milis ini, backgroundnya chem-eng, kerjanya pet-eng :), jadi bisa agak ngomong kalo fisika ;) On Fri, Mar 9, 2012 at 4:43 PM, Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com wrote: Hem ahli kebumian diskusikan soal fisika , apa nyambung ya ? Akh don't mention it , ust a week end joke. hehehe si Abah -- *From:* Eko Prasetyo strivea...@gmail.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Friday, March 9, 2012 3:19 PM *Subject:* Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Bayangan saya: Combustion membakar sedikit oil, hasil pembakaran bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi akan merubah air menjadi H2 dan O2 dan secara instan menyebabkan internal combustion yang energinya disalurkan ke mesin seperti biasa. On Fri, Mar 9, 2012 at 4:10 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: terima kasih atas pencerahannya. terus brown gas dan hydrogennya itu dibuat dimana? dan kapan? kalau dibuat di mobilnya waktu mobil itu jalan. susah untuk mengertinya. mesti ingat lagi yang disebutkan Pak RPK tentang hukum kekekalan energy. dari bacaan yang saya baca selama ini, efisiense pembuatan hydrogen dari air sangat kecil dibawah 10 % dari energy yang diperlukan dan energy yang dihasilkan oleh hydrogennya. justru itu salah satu alternatif sumber energy pembuatan hydrogen adalah pemakaian energy yang terbarukan dan yang sekarang mubazir terbuang begitu saja. fbs -- *From:* Eko Prasetyo strivea...@gmail.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Friday, March 9, 2012 2:40 PM *Subject:* Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro http://www.spiritofmaat.com/archive/watercar/h20car2.htm *Fuel Cells:* This method uses oxygen from the atmosphere to complete the burning of the hydrogen in the fuel cell. What comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, but the oxygen originally came from the atmosphere, not from the fuel. And so the use of fuel cells neither takes away nor contributes to the oxygen content of the air. *Hydrogen: *This fuel is complete in itself. It does not need oxygen from the atmosphere to burn, which is an improvement over fossil fuels in saving the oxygen in our air supply. In fact, when hydrogen burns perfectly, nothing at all comes out of the tail pipe. If salt and metal alloy are used to create hydrogen, then there will be residues of that in the exhaust, but hydrogen fuel does not contribute oxygen to the atmosphere. *Brown's gas:* This is the most perfect fuel of all for running our vehicles. Like pure hydrogen, it is made from water, i.e., hydrogen and oxygen, but it burns in the combustion engine so that, depending on the setup, it may actually release oxygen into the atmosphere. In that case, what comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, just as with fuel cells; but the oxygen comes from the water that's being used to create the Brown's gas fuel. So burning Brown's gas as fuel can add oxygen to the air and thus increase the oxygen content of our atmosphere. -- Visit http://www.strivearth.com and be entertained -- Visit http://www.strivearth.com and be entertained
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Hihihi aku yang dah pensiun aja masih bisa baca. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Fri, 9 Mar 2012 01:27:44 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro ha.. ha... ha. Pak Avi. tidak semua orang dianugerahi mata yang baik, walaupun saya lebih muda daripada pak Avi, tetapi kalau tulisannya terlalu kecil susah melihatnya walaupun pakai kaca pembesar. Kaca pembesar sudah merupakan salah satu tool dalam kegiatan sehari hari saya ini sudah saya klecilkan sedikit. fbs From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 9, 2012 4:13 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Tulisane gede2 amat ya apa hasil elek to lisa? Avi 0666 2012/3/9 Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Air di elektrolisa jadi Hydrogen, barangkali pak. memang Hydrogen bisa jadi sumber energy, tetapi energy yang diperlukan untuk electrolisa jauh lebih besar daripada energy yang dihasilkan oleh hydrogen yang dihasilkan. terus bagaimana supaya ekonomis? mungkin salah satu kemungkinan adalah dengan meng electrolisa nya memakai energy yang gratis dan terbarukan seperti energy matahari atau angin, atau gelombang laut atau energy lainnya energy2 itu bukan hanya gratis dan terbarukan tetapi juga hilang begitu saja potential energy nya kalau tidak dipakai. hasilnya memang kecil, tetapi ini salah satu langkah untuk menabung energy. dan bisa mentrigger riset electrolisa, siapa tahu ada cara electrolisa yang lebih efisien. selamat berakhir pekan. fbs From: bob yuris bopol...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id; bandon...@gmail.com bandon...@gmail.com Sent: Friday, March 9, 2012 6:42 AM Subject: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak kalau emang ada alat tersebut dan mudah didapatkan secara bebas maka milis ini pun bubar, mayoritas anggota sibuk golek gaweaan baru pak Dikirim dari Yahoo! Mail untuk Android From: Bandono Salim bandon...@gmail.com; To: Iagi iagi-net@iagi.or.id; Subject: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Sent: Thu, Mar 8, 2012 9:29:07 PM Sebagai pengganti bensin, sdh ada juga percobaan dan alatnyasudah dijual di jkt, dan anda bisa bikin sendiri. hasil elektrolisa air. Lbh brsih bagi lingkungan. Sangat terabaikan krn tidak memberi keuntungan? Kita bisa pakai air dan jual minyak kan? Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: yoga suryanegara yoga_suryaneg...@yahoo.com Date: Thu, 8 Mar 2012 13:06:17 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Jadi ingat yang pernah disampaikan seorang ahli minyak Indonesia pak Kurtubi dalam sebuah wawancara Beliau menyatakan bahwa harga BBM di Indonesia selayaknya adalah setara dengan harga produksi dan bukan setara dengan harga pasar bebas. Mungkin ada yang mau memberi sedikit pencerahan, apa dengan rencana harga kenaikan pemerintah yang sekarang lagi sibuk diperdebatkan itu sudah setara dengan harga produksi? Atau justru masih jauh dibawah harga itu? Trus apa harga produksi itu tidak dipengaruhi harga minyak dipasar bebas? kalo tidak, memang minyak yang diolah selama ini dijual dan atau dibeli dari mana? Jika masyarakat dengan kenaikan menjadi 6000 terus banyak yang merasa dikorbankan, sebenarnya masyarakat yang mana? Toh mereka yang hari ini bertempat tinggal jauh dari pusat kekuasaan, apalagi didaerah terpencil (seperti ditempat saya kerja sekarang), sudah membeli minyak eceran dengan harga 9000 ke atas, apalagi saudara2 kita yang nun jauh di papua sanabbm 4500 hanya bisa didapat dengan cara mengantri setengah hari penuh. Sedih ketika diberitakan bahwa sedemikian besar bbm kita yang katanya disubsidi pake uang negara, justru banyak diselundupkan ke negara timor, philipina, malaysia, singapura dan tetangga kita lainnya...lantas subsidi itu buat siapa? Ketika seorang Hatta Rajasa berujar bahwa 70% minyak BBM subsidi kita justru dinikmati oleh mereka yang tidak pantas menerima subsidi ituapa pantas kita tetap mempertahankan kondisi ini? Atau apakah benar data statistik dari tahun 2000 ke 2009 yang menyatakan bahwa proven oil reserves kita menyusut dari 5.12 ke 4.30 dan potential reserve kita berkurang dari 4.49 menjadi 3.70 dan total reserve oil kita berkurang dari 9.61 ke 8.00, terus berapa ditahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, .dan seterusnya. Ah, semoga saja statistik itu semakin kedepan semakin membaik (jika tidak...?) Jadi ingat secuil kata orang bijak: Kita akan menghargai sesuatu, ketika sesuatu
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Saya sempat membaca artikel menarik dari pemuja matahari (bukan dalam arti agama atau kepercayaan), mengenai fosil fuel yang dikatakan sama dengan ancient sunlight, yaitu energi matahari yang diolah di Bumi (flora-fauna), yang kemudian tertimbun dan perlahan menjadi bahan bakar fosil. Dapat dibayangkan betapa tidak effisiennya proses tersebut, dari begitu besarnya energi matahari yang sampai di Bumi, hanya sebagian kecil sekali yang dapat diolah dengan fotosintesa, dan dari itu hanya sebagian kecil yang tertimbun dengan kriteria yang tepat, dan dari yang tertimbun itu juga sebagian kecil saja yang mendapatkan kondisi (P-T) yang tepat untuk mencapai maturasi, dan seterusnya sepanjang perjalanan energi itu hingga menjadi bahan bakar minyak atau batubara sebagai bentuk dari energy storagenya. Orang-orang solar-power-minded tersebut mengatakan alangkah baiknya jika kita memotong jalur yang sangat rumit, panjang (ratusan juta tahun..) dan highly inefficient itu dan langsung mengubah energi surya menjadi energi listrik yang kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Rata-rata solar cell yang sudah dijual komersil memiliki efisiensi diatas 10% dan ini sudah jauh lebih efisien dibandingkan ancient sunlight yang tersimpan di fosil fuel. Rata-rata fotosintesis hanya dapat mengubah 2% dari energi surya, belum lagi menghitung energy-losses selama prosesnya untuk menjadi fosil fuel. Sumber aslinya saya tidak ketemu, tapi ada yang ini yang cukup mirip konsepnya: http://www.scienceminusdetails.com/2011/02/why-fire-is-cool-entry-4-ancient-energy.html Dalam artikel yang lain di sumber yang lain pula (http://www.kajul.org/) membagi energi dari asal muasalnya: - Solar Radiation derived (solar, wind, hydro, bio, all fosil fuels) - non solar radiation derived (nuclear geothermal) Di website tersebut saya juga baru tau istilah baru: burnivore. Setelah vegetasi, herbivore, carnivore, dan omnivore, muncul jenis baru: burnivore. quote Burnivore: Same as Omnivores; with the difference that the burnivore uses 10 up to 1 million times more energy than its own body is able to use. The Burnivore accesses an energy flow through a process of burning all kinds of Chemical Energy (Wood, Coal, Oil, Gas) to release Heat Energy and sometimes a tiny bit of Light. Heat is used to cook food to make it easier to digest; and to expand air or gas to create kinetic energy to propel a bike, car, truck, boat, airplane or rocket forward to transport either itself or goods which it thinks are needed to improve its quality of life. unquote Dan karena pengetahuan bakar-membakarnya sudah tingkat tinggi dan addicted to burning things (dan juga investasi yang sudah ditanam di budaya membakar tersebut sudah sangat banyak), sering kali mereka memilih alternatif dari fosil fuel yang malah kurang tepat, maunya tetap mencari bahan lain yang bisa dibakar, seperti bio-fuel contohnya yang tidak mengurangi pembakaran malah justru menambah masalah dengan membuka lahan baru dan persaingan dengan bahan pangan. = Saatnya geologist oilgas cari perkerjaan baru? Sepertinya tidak! Masih banyak sekali kebutuhan manusia akan oil n gas. Pertama, pengalihan sumber energi masih akan membutuhkan masa transisi yang cukup lama (bayangkan untuk menunggu sekian banyaknya mobil bensin perlahan-lahan habis tergantikan dengan mobil listrik). Kemudian bahkan Setelah semua teralihkan ke energi lainpun minyakbumi masih akan tetap dibutuhkan di dunia: secara terbatas untuk bahan bakar pada keperluan khusus, dan secara tak terbatas (limitless) pada industri petrochemical untuk membuat berbagai macam senyawa penting seperti plastik, polycarbon, dst yang sangat penting untuk kehidupan manusia modern seperti peralatan, kendaraan, kosmetik, dst..dst.. (look it up in google: Oil is too Valuable to Burn ) Salam, WHY From: koeso...@melsa.net.id koeso...@melsa.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 9, 2012 3:59 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Itulah pembicaraan mengenai energi alternatif itu biasanya tdk bisa membedakan sumber energi dan penyimpan energi (energy storage). Fuel cell disebut sebagai energy source, padahal Hidrogen itu tdk didapatkan di alam, tetapi harus dibuat, dan untuk pembuatannya perlu diinputkan energi berupa listrik untuk electrolysis ini, jadi sumber energi listrik ini dari mana? Dari solar cell kah, dari hydro-electric plant, dari geothermal?, bahkan dari PLTU (dg batubara sebagai sumber) atau PLTD (dg minyakbumi)? Jadi selalu kita harus bertanya: sumber energinya dari mana? RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Eko Prasetyo strivea...@gmail.com Date: Fri, 9 Mar 2012 15:40:00 +0800 To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Sebagaimana telah dibahas Frans: semua solar derived energy itu intermittent, interruptible, dari mulai sinar matahari, angin, arus laut dsb, dan yang paling constant fluvial energy (hydro-electric power) dan perlu penyimpanan, apakah dalam bentuk potential energy (bendungan dengan reservoir-nya) dan pada umumnya dalam bentuk chemical energy, yang dilakukan tetumbuhan dalam bentuk kayu bakar, biomass dsb (biofuel), bahkan secara alami disimpan dalam kerak bumi selama sampai ratusan juga tahun. Bentuk energy itu dapat dibagi dalam 2 jenis: 1. Transportable energy source (minyakbumi, biofuel, batubara dan nuklir secara terbatas) 2. Transmittable (panas, listrik). Transportation seperti pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan darat/mobil) hanya dapat menggunakan transportable energy source, dan secara terbatas juga transmittable energy source, seperti kereta api listrik). Transportable energy source ini yang makin lama makin habis, irrenewable, kecuali biofuels yang di tanam kembali. Yang jadi masalah dengan biofuels ini adalah memerlukan lahan yang luar biasa luasnya untuk dapat menggantikan pasokan minyakbumi yang sangat besar sekali, sehingga selain dapat mempengaruhi lingkungan juga akan bersaing ketat dengan pasolan pangan (food supply). Jika harga minyak sudah di atas USD 100/barrel, biofuel mulai dapat bersaing harganya, ini akibatnya harga pangan naik. Saya kira sebagai ultimate energy source selain matahari adalah bumi sendiri. Kalau matahari sumber energinya adalah reaksi nukliir fusion (hidrogen berubah menjadi helium) di bumi mungkin selain 'original heat' hasil tabrakan planetesimal pada waktu pembentukan bumi juga adanya reaksi nuklir fission secara alami dalam kerak bumi kita ini. Saya bukan pemuja matahari, sebagai geologist saya lebih pemuja bumi. Saya yakin geothermal adalah alternatif energy yang paling baik, terutama di Indonesia ini. Geothermal energy itu selain 'inexhaustible' (renewable) juga uninterruptible (seperti UPS), tidak kenal siang atau malam, hujan atau kemarau, sehingga tidak memerlukan storage. Secara teoritis sumber ini ada di mana hanya masalah kedalaman saja, karena heatflow (geothermal gradient) itu tidak sama di semua tempat dalam kerakbumi ini. Nah tentu di daerah heatflow tinggi atau geothermal gradient tinggi energi ini dapat dimanfaatkan dengan harga yang kompetitif dengan sumber energi lainnya. Sementara ini heatflow atau gradient yang tinggi ini ada di daerah volkanik, sehingga pemboran yang diperlukan relatif dangkal, namun dapat saja kemajuan teknologi dapat saja menemukan sumber energi geothermal di luar daerah volkanik. Energi geothermal selama ini mengandalkan keberadaan reservoir air/uap, namun secara teoritis adanya perbedaan temperatur antara botttomhole dengan permukaan cukup tinggi untuk menbangkitkan aliran listrik sesuai dengan prinsip thermo-couple. Perkembangan teknologi akan membuktikan ini. Wassalam RPK - Original Message - From: Franciscus B Sinartio To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 2:21 AM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak WHY, Solar energy memang top, tapi tidak bisa dapat energy sepanjang hari (kecuali kalau dipasang di luar angkasa). dan yang paling penting adalah untuk mengganti 1 barrel minyak diperlukan area yang cukup luas untuk solar cell nya (pernah lihat artikel yang kasih angka2 ini tetapi lupa lihat dimana). jadi untuk membuat jakarta terang benderang pada malam hari saja perlu solar cell yang luas sekali. jauh lebih luas dari Jakarta. energy itu dipakai terus. jadi energy persatuan waktu nya memerlukan solar cell yang luas sekali permukaannya. dan seperti kata Pak Koesoema, penyimpanan energy chemical kayak aki belum efisien dan kapasitas nya masih kecil. jadi ide penggabungan ini sudah lama dibicarakan dimana mana. saya sendiri sudah posting berkali kali di milis kita ini. ide penggabungan ini adalah membuat hydrogen waktu masih ada sinar matahari, atau waktu anginnya cukup kencang, atau waktu ombaknya masih bergerak. hydrogen ini jadi penyimpan energy potential dan bisa lebih mudah di transportasikan. jadi hydrogen ini juga bisa membantu penyaluran tenaga hydrothermal yang susah ditransportasikan. sebenarnya ini yang mungkin bisa besar penambahan energynya terhadap kebutuhan manusia, tetapi energy loss nya akan besar sekali, (soalnya pertama membuat energy listrik, lalu energy listriknya dipakai untuk membuat Hydrogen nya lalu hydrogennya disimpan dan lalu ditransport ke tempat yang akan memakai energy hydrogen ini). Siklus pembuatan energy hidrogen ini memang seperti yang saya sebutkan diatas apapun sumber energy nya. yah, daripada energy geothermal nya tidak dipakai. ijinkan saya mengulang lagi apa yang kita bahas diatas. mari kita rangkum daftar challenges dari penyediaan sumber energy yang besar
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak WHY, Solar energy memang top, tapi tidak bisa dapat energy sepanjang hari (kecuali kalau dipasang di luar angkasa). dan yang paling penting adalah untuk mengganti 1 barrel minyak diperlukan area yang cukup luas untuk solar cell nya (pernah lihat artikel yang kasih angka2 ini tetapi lupa lihat dimana). jadi untuk membuat jakarta terang benderang pada malam hari saja perlu solar cell yang luas sekali. jauh lebih luas dari Jakarta. energy itu dipakai terus. jadi energy persatuan waktu nya memerlukan solar cell yang luas sekali permukaannya. dan seperti kata Pak Koesoema, penyimpanan energy chemical kayak aki belum efisien dan kapasitas nya masih kecil. jadi ide penggabungan ini sudah lama dibicarakan dimana mana. saya sendiri sudah posting berkali kali di milis kita ini. ide penggabungan ini adalah membuat hydrogen waktu masih ada sinar matahari, atau waktu anginnya cukup kencang, atau waktu ombaknya masih bergerak. hydrogen ini jadi penyimpan energy potential dan bisa lebih mudah di transportasikan. jadi hydrogen ini juga bisa membantu penyaluran tenaga hydrothermal yang susah ditransportasikan. sebenarnya ini yang mungkin bisa besar penambahan energynya terhadap kebutuhan manusia, tetapi energy loss nya akan besar sekali, (soalnya pertama membuat energy listrik, lalu energy listriknya dipakai untuk membuat Hydrogen nya lalu hydrogennya disimpan dan lalu ditransport ke tempat yang akan memakai energy hydrogen ini). Siklus pembuatan energy hidrogen ini memang seperti yang saya sebutkan diatas apapun sumber energy nya. yah, daripada energy geothermal nya tidak dipakai. ijinkan saya mengulang lagi apa yang kita bahas diatas. mari kita rangkum daftar challenges dari penyediaan sumber energy yang besar : 1. Penyimpan energy (energy bank) belum efisien dan tidak bisa menyimpan dalam jumlah besar. 2. transportasi energy listrik masih dibatasi dengan diperlukan nya kabel dengan loss yang cukup besar (sampai sekarang masih banyak penelitian mengenai ini) 3. Sumber energy alternative itu umumnya intermittent. 4. Energy yang dihasilkan oleh 1 barrel minyak itu equivalent dengan jumlah yang besar sekali dari sumber energy lainnya (kecuali nuklir). nah keempat challenges ini bisa dijawab dengan membuat tetes2 hydrogen disimpan disuatu tanki yang aman, dan bisa ditransportasikan ketempat lain kalau jumlahnya sudah cukup untuk menghasilkan energy listrik yang diperlukan. sekedar tambahan, kalau tidak salah pernah diposting di milis IAGI,tentang riset menghasilkan energy di angkasa luar dan mengirimkannya ke bumi, lewat alat komunikasi. fbs, catatan: kalau tidak salah pesawat ulang alik pakai energy hydrogen untuk mendorong roket dan pesawat nya ke angkasa luar. From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 9, 2012 10:28 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro __ NOD32 5559 (20101024) Information __ This message was checked by NOD32 antivirus system. http://www.eset.com -- *Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari*
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Metode bercocok tanam sekarang, tidak memerlukan lahan yang sangat luas. Metode baru dlm bercocok tanam menggunakan kompos dan Mikro Organisme Lokal (MOL) yang dikembangkan itb, akan menjadi revolusi dlm pertanian. Beda dgn metode yang dikenal sekarang, dengan hasil berlipat ganda. Hehehe baru kemarin pagi aku dapat ilmunya. Dengan luasan yang sama hasilnya minimal lipat dua. Sudah dipraktekkan di jawa barat, kalimantan, sumatra dll. Keaneka ragaman hayati jauh lebih baik dari monokultur. Monokultur membawa ke monopoli (konsep kapitalis). Konsepnya kembali ke konsep alam ialah keaneka-ragaman hayati. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id Date: Sun, 8 Apr 2012 05:54:20 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Sebagaimana telah dibahas Frans: semua solar derived energy itu intermittent, interruptible, dari mulai sinar matahari, angin, arus laut dsb, dan yang paling constant fluvial energy (hydro-electric power) dan perlu penyimpanan, apakah dalam bentuk potential energy (bendungan dengan reservoir-nya) dan pada umumnya dalam bentuk chemical energy, yang dilakukan tetumbuhan dalam bentuk kayu bakar, biomass dsb (biofuel), bahkan secara alami disimpan dalam kerak bumi selama sampai ratusan juga tahun. Bentuk energy itu dapat dibagi dalam 2 jenis: 1. Transportable energy source (minyakbumi, biofuel, batubara dan nuklir secara terbatas) 2. Transmittable (panas, listrik). Transportation seperti pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan darat/mobil) hanya dapat menggunakan transportable energy source, dan secara terbatas juga transmittable energy source, seperti kereta api listrik). Transportable energy source ini yang makin lama makin habis, irrenewable, kecuali biofuels yang di tanam kembali. Yang jadi masalah dengan biofuels ini adalah memerlukan lahan yang luar biasa luasnya untuk dapat menggantikan pasokan minyakbumi yang sangat besar sekali, sehingga selain dapat mempengaruhi lingkungan juga akan bersaing ketat dengan pasolan pangan (food supply). Jika harga minyak sudah di atas USD 100/barrel, biofuel mulai dapat bersaing harganya, ini akibatnya harga pangan naik. Saya kira sebagai ultimate energy source selain matahari adalah bumi sendiri. Kalau matahari sumber energinya adalah reaksi nukliir fusion (hidrogen berubah menjadi helium) di bumi mungkin selain 'original heat' hasil tabrakan planetesimal pada waktu pembentukan bumi juga adanya reaksi nuklir fission secara alami dalam kerak bumi kita ini. Saya bukan pemuja matahari, sebagai geologist saya lebih pemuja bumi. Saya yakin geothermal adalah alternatif energy yang paling baik, terutama di Indonesia ini. Geothermal energy itu selain 'inexhaustible' (renewable) juga uninterruptible (seperti UPS), tidak kenal siang atau malam, hujan atau kemarau, sehingga tidak memerlukan storage. Secara teoritis sumber ini ada di mana hanya masalah kedalaman saja, karena heatflow (geothermal gradient) itu tidak sama di semua tempat dalam kerakbumi ini. Nah tentu di daerah heatflow tinggi atau geothermal gradient tinggi energi ini dapat dimanfaatkan dengan harga yang kompetitif dengan sumber energi lainnya. Sementara ini heatflow atau gradient yang tinggi ini ada di daerah volkanik, sehingga pemboran yang diperlukan relatif dangkal, namun dapat saja kemajuan teknologi dapat saja menemukan sumber energi geothermal di luar daerah volkanik. Energi geothermal selama ini mengandalkan keberadaan reservoir air/uap, namun secara teoritis adanya perbedaan temperatur antara botttomhole dengan permukaan cukup tinggi untuk menbangkitkan aliran listrik sesuai dengan prinsip thermo-couple. Perkembangan teknologi akan membuktikan ini. Wassalam RPK - Original Message - From: Franciscus B Sinartio To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 2:21 AM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak WHY, Solar energy memang top, tapi tidak bisa dapat energy sepanjang hari (kecuali kalau dipasang di luar angkasa). dan yang paling penting adalah untuk mengganti 1 barrel minyak diperlukan area yang cukup luas untuk solar cell nya (pernah lihat artikel yang kasih angka2 ini tetapi lupa lihat dimana). jadi untuk membuat jakarta terang benderang pada malam hari saja perlu solar cell yang luas sekali. jauh lebih luas dari Jakarta. energy itu dipakai terus. jadi energy persatuan waktu nya memerlukan solar cell yang luas sekali permukaannya. dan seperti kata Pak Koesoema, penyimpanan energy chemical kayak aki belum efisien dan kapasitas nya masih kecil. jadi ide penggabungan ini sudah lama dibicarakan dimana mana. saya sendiri sudah posting berkali kali di milis kita ini. ide penggabungan ini adalah membuat hydrogen waktu masih ada sinar
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Disamping ada berbagai jenis sumber energi yg masing masing mempunyai kelebihan dan kekurangnnya , ada lagi masalah keberadaannya/ketersediaanya , ada daerah yang kaya sumber energi tapi sedikit kebutuhan energinya , begitu sebaliknya sehingga permasalahan energi ini menjadi komplek apalagi kalau penangannya secara partial. suatu sumber energi itu akan berkembang kalau dapat menguntungkan, untuk bisa menguntungkan harus dijual sesuai dg keekonomiannya hal ini kontradiktif dg pemahaman saat ini kalau energi itu harus murah karena kaya akan sumber energi. Apakah energi itu harus murah ( salah satunya dg diberi subsidi ) atau dibiarkan saja sesuai mekanisme pasar agar semua sumber sumber energi bisa bersaing dan mengurangi pemborosan (deversifikasi bisa berjalan ). ISM Sebagaimana telah dibahas Frans: semua solar derived energy itu intermittent, interruptible, dari mulai sinar matahari, angin, arus laut dsb, dan yang paling constant fluvial energy (hydro-electric power) dan perlu penyimpanan, apakah dalam bentuk potential energy (bendungan dengan reservoir-nya) dan pada umumnya dalam bentuk chemical energy, yang dilakukan tetumbuhan dalam bentuk kayu bakar, biomass dsb (biofuel), bahkan secara alami disimpan dalam kerak bumi selama sampai ratusan juga tahun. Bentuk energy itu dapat dibagi dalam 2 jenis: 1. Transportable energy source (minyakbumi, biofuel, batubara dan nuklir secara terbatas) 2. Transmittable (panas, listrik). Transportation seperti pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan darat/mobil) hanya dapat menggunakan transportable energy source, dan secara terbatas juga transmittable energy source, seperti kereta api listrik). Transportable energy source ini yang makin lama makin habis, irrenewable, kecuali biofuels yang di tanam kembali. Yang jadi masalah dengan biofuels ini adalah memerlukan lahan yang luar biasa luasnya untuk dapat menggantikan pasokan minyakbumi yang sangat besar sekali, sehingga selain dapat mempengaruhi lingkungan juga akan bersaing ketat dengan pasolan pangan (food supply). Jika harga minyak sudah di atas USD 100/barrel, biofuel mulai dapat bersaing harganya, ini akibatnya harga pangan naik. Saya kira sebagai ultimate energy source selain matahari adalah bumi sendiri. Kalau matahari sumber energinya adalah reaksi nukliir fusion (hidrogen berubah menjadi helium) di bumi mungkin selain 'original heat' hasil tabrakan planetesimal pada waktu pembentukan bumi juga adanya reaksi nuklir fission secara alami dalam kerak bumi kita ini. Saya bukan pemuja matahari, sebagai geologist saya lebih pemuja bumi. Saya yakin geothermal adalah alternatif energy yang paling baik, terutama di Indonesia ini. Geothermal energy itu selain 'inexhaustible' (renewable) juga uninterruptible (seperti UPS), tidak kenal siang atau malam, hujan atau kemarau, sehingga tidak memerlukan storage. Secara teoritis sumber ini ada di mana hanya masalah kedalaman saja, karena heatflow (geothermal gradient) itu tidak sama di semua tempat dalam kerakbumi ini. Nah tentu di daerah heatflow tinggi atau geothermal gradient tinggi energi ini dapat dimanfaatkan dengan harga yang kompetitif dengan sumber energi lainnya. Sementara ini heatflow atau gradient yang tinggi ini ada di daerah volkanik, sehingga pemboran yang diperlukan relatif dangkal, namun dapat saja kemajuan teknologi dapat saja menemukan sumber energi geothermal di luar daerah volkanik. Energi geothermal selama ini mengandalkan keberadaan reservoir air/uap, namun secara teoritis adanya perbedaan temperatur antara botttomhole dengan permukaan cukup tinggi untuk menbangkitkan aliran listrik sesuai dengan prinsip thermo-couple. Perkembangan teknologi akan membuktikan ini. Wassalam RPK - Original Message - From: Franciscus B Sinartio To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 2:21 AM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak WHY, Solar energy memang top, tapi tidak bisa dapat energy sepanjang hari (kecuali kalau dipasang di luar angkasa). dan yang paling penting adalah untuk mengganti 1 barrel minyak diperlukan area yang cukup luas untuk solar cell nya (pernah lihat artikel yang kasih angka2 ini tetapi lupa lihat dimana). jadi untuk membuat jakarta terang benderang pada malam hari saja perlu solar cell yang luas sekali. jauh lebih luas dari Jakarta. energy itu dipakai terus. jadi energy persatuan waktu nya memerlukan solar cell yang luas sekali permukaannya. dan seperti kata Pak Koesoema, penyimpanan energy chemical kayak aki belum efisien dan kapasitas nya masih kecil. jadi ide penggabungan ini sudah lama dibicarakan dimana mana. saya sendiri sudah posting berkali kali di milis kita ini. ide penggabungan ini adalah membuat hydrogen waktu masih ada sinar matahari, atau waktu anginnya cukup kencang, atau waktu ombaknya masih bergerak. hydrogen ini
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk thermal storage, dsb. Penyimpanan dalam bentuk energi potensial air sudah banyak dilakukan sebagai bentuk large-scale energy storage untuk kebutuhan grid. Konsepnya juga cukup sederhana: pada saat off-peak listrik yang berlebihan digunakan untuk memompa air kembali keatas bendungan, air yang dipompa keatas kembali memiliki energi potensial yang dapat digunakan kembali untuk menggerakan turbin air pada saat peak-hours. http://en.wikipedia.org/wiki/Pumped-storage_hydroelectricity Cara seperti ini memang memiliki energy losses dari efisiensi pompa dan turbin, tapi ini juga sama halnya dengan storage kimiawi yang memiliki losses pada charging dan discharging. Salam, WHY - masih geologist - From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:21 AM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak WHY, Solar energy memang top, tapi tidak bisa dapat energy sepanjang hari (kecuali kalau dipasang di luar angkasa). dan yang paling penting adalah untuk mengganti 1 barrel minyak diperlukan area yang cukup luas untuk solar cell nya (pernah lihat artikel yang kasih angka2 ini tetapi lupa lihat dimana). jadi untuk membuat jakarta terang benderang pada malam hari saja perlu solar cell yang luas sekali. jauh lebih luas dari Jakarta. energy itu dipakai terus. jadi energy persatuan waktu nya memerlukan solar cell yang luas sekali permukaannya. dan seperti kata Pak Koesoema, penyimpanan energy chemical kayak aki belum efisien dan kapasitas nya masih kecil. jadi ide penggabungan ini sudah lama dibicarakan dimana mana. saya sendiri sudah posting berkali kali di milis kita ini. ide penggabungan ini adalah membuat hydrogen waktu masih ada sinar matahari, atau waktu anginnya cukup kencang, atau waktu ombaknya masih bergerak. hydrogen ini jadi penyimpan energy potential dan bisa lebih mudah di transportasikan. jadi hydrogen ini juga bisa membantu penyaluran tenaga hydrothermal yang susah ditransportasikan. sebenarnya ini yang mungkin bisa besar penambahan energynya terhadap kebutuhan manusia, tetapi energy loss nya akan besar sekali, (soalnya pertama membuat energy listrik, lalu energy listriknya dipakai untuk membuat Hydrogen nya lalu hydrogennya disimpan dan lalu ditransport ke tempat yang akan memakai energy hydrogen ini). Siklus pembuatan energy hidrogen ini memang seperti yang saya sebutkan diatas apapun sumber energy nya. yah, daripada energy geothermal nya tidak dipakai. ijinkan saya mengulang lagi apa yang kita bahas diatas. mari kita rangkum daftar challenges dari penyediaan sumber energy yang besar : 1. Penyimpan energy (energy bank) belum efisien dan tidak bisa menyimpan dalam
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk thermal storage, dsb. Penyimpanan dalam bentuk energi potensial air sudah banyak dilakukan sebagai bentuk large-scale energy storage untuk kebutuhan grid. Konsepnya juga cukup sederhana: pada saat off-peak listrik yang berlebihan digunakan untuk memompa air kembali keatas bendungan, air yang dipompa keatas kembali memiliki energi potensial yang dapat digunakan kembali untuk menggerakan turbin air pada saat peak-hours. http://en.wikipedia.org/wiki/Pumped-storage_hydroelectricity Cara seperti ini memang memiliki energy losses dari efisiensi pompa dan turbin, tapi ini juga sama halnya dengan storage kimiawi yang memiliki losses pada charging dan discharging. Salam, WHY - masih geologist - From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:21 AM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak WHY, Solar energy memang top, tapi tidak bisa dapat energy sepanjang hari (kecuali kalau dipasang di luar angkasa). dan yang paling penting adalah untuk mengganti 1 barrel minyak diperlukan area yang cukup luas untuk solar cell nya (pernah lihat artikel yang kasih angka2 ini tetapi lupa lihat dimana). jadi untuk membuat jakarta terang benderang pada malam hari saja perlu solar cell yang luas sekali. jauh lebih luas dari Jakarta. energy itu dipakai terus. jadi energy persatuan waktu nya memerlukan solar cell yang luas sekali permukaannya. dan seperti kata Pak Koesoema, penyimpanan energy chemical kayak aki belum efisien dan kapasitas nya masih kecil. jadi ide penggabungan ini sudah lama dibicarakan dimana mana. saya sendiri sudah posting berkali kali di milis kita ini. ide penggabungan ini adalah membuat hydrogen waktu masih ada sinar matahari, atau waktu anginnya cukup kencang, atau waktu ombaknya masih bergerak. hydrogen ini jadi penyimpan energy potential dan bisa lebih mudah di transportasikan. jadi hydrogen ini juga bisa membantu penyaluran tenaga hydrothermal yang susah ditransportasikan. sebenarnya ini yang mungkin bisa besar
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Mungkin pilihan yg paling tepat ya PLTN udah pasti jozz, energy yg disebut tadi ANGIN, OMBAK adalah pilihan yg tidak akan memecahkan masalah secara luas, dg 250jt menuju 300jt penduduk indonesia energy listrik mutlak diperlukan untuk mencerdaskan bangsa, kedepan dunia gut-get makin rame dan makin canggih tentu memerlukan listrik yg banyak Untuk monitizing SDA diperlukan listrik yg banyak dsb, saya kira nalar teknis kita PLTN is the answer Avi 0666 Nomor cantik Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Fri, 9 Mar 2012 23:47:22 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Makin asik diskusi sampe pake angka2 segala. he.. he.. he.. dari diskusi yang ada, kelihatannya geothermal energy yang paling feasibel untuk buat hydrogen nya ( quote dari RPK). dan energy gelombang laut, solar energy, dan energy angin masih memerlukan riset yang cukup dalam untuk meningkatkan efisiensi perubahan energy nya menjadi energy listrik. selamat ber akhir pekan, frank From: Wayan Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 12:44 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Betul Pak Franc, Rata-rata satu barrel oil equivalent itu mengandung energy sebanyak 5.900 MJ. Solar (photovoltaic) panel rata-rata sudah memiliki efisiensi diatas 10%, tapi untuk mempermudah kita pakai saja efisiensi 10%. Dengan effisiensi segitu, dan rata-rata irradiasi surya di permukaan Bumi Indonesia ~4.5 kWh/m2 per hari, artinya solar panel tsb dapat menghasilkan 1.62 MJ/m2 per hari. Dengan kata lain, 1 m2 solar panel membutuhkan 3642 hari untuk mengumpulkan jumlah energi yang setara dengan 1 barrel minyak. Atau 100 m2 solar panel (10x10m) membutuhkan 36,42 hari. atau 10.000 m2 (100x100m) panel membutuhkan 0.3642 hari, atau seharinya bisa setara dengan ~ 2,5 boe. Cukup banyak solar cell yang dibutuhkan untuk menyaingi 1 barrel oil, tapi perlu juga diingat bahwa 1 barrel oil itu juga membutuhkan energi untuk berhasil ditemukan, kemudian diangkat ke permukaan, transportasi, refinery, penyimpanan, dsb. Dan ini belum dimasukkan dalam perhitungan diatas. The bottom line adalah dari segi cost, tentunya oil masih belum bisa disaingi, masih jauh lebih murah dibandingkan solar cell (photovoltaic). Kalau sudah lebih mahal pasti sudah banyak yang beralih. Kunci dari pemanfaatan energi non fossil-fuel adalah energy mix dan energy storage. Pemanfaatan energi surya, baik secara langsung dengan solar cell ataupun secara tidak langsung tapi masih turunan dari energi surya seperti angin, siklus air (potensial dari ketinggian, aliran, ombak, arus, dsb), semuanya memiliki kelemahan yang sama: intensitas yang tidak konstan. Lain halnya dengan energi yang non-surya: geothermal dan nuklir. Oleh karena itu energi mix sangat diperlukan untuk dapat saling mengisi sehingga saat yang satu merendah yang lain dapat menutupi kekurangannya. Energy storage juga penting untuk menyiasati saat supply berkurang, dan juga saat jumlah supply melebihi demand sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia. Storage kimiawi cenderung mahal dan belum ada yang memiliki kapasitas besar untuk power-grid scale. Tapi masih ada form penyimpanan lain yang masih bisa dilihat, salah satunya dalam bentuk energy potensial air, lainnya dalam bentuk thermal storage, dsb. Penyimpanan dalam bentuk energi potensial air sudah banyak dilakukan sebagai bentuk large-scale energy storage untuk kebutuhan grid. Konsepnya juga cukup sederhana: pada saat off-peak listrik yang berlebihan digunakan untuk memompa air kembali keatas bendungan, air yang dipompa keatas kembali memiliki energi potensial yang dapat digunakan kembali untuk menggerakan turbin air pada saat peak-hours. http://en.wikipedia.org/wiki/Pumped-storage_hydroelectricity Cara seperti ini memang memiliki energy losses dari efisiensi pompa dan turbin, tapi ini juga sama halnya dengan storage kimiawi yang memiliki losses pada charging dan discharging. Salam, WHY - masih geologist - From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, March 10, 2012 3:21 AM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak WHY, Solar energy memang top, tapi tidak bisa dapat energy sepanjang hari (kecuali kalau dipasang di luar angkasa). dan yang paling penting adalah untuk mengganti 1 barrel minyak diperlukan area yang cukup luas untuk solar cell nya (pernah lihat artikel yang kasih angka2 ini tetapi lupa lihat dimana). jadi untuk membuat jakarta terang benderang pada malam hari saja
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Akhirnya hidrogen itu hanya untuk menyimpan energi saja, energy storage, supaya bisa dibawa-bawa, sama seperti batere, bukan sumber energi. Energi itu bisa disimpan secara kimiawi seperti baterai, hidrogen, dsb, tdak berarti menghasilkan energi. Minyak bumi batubara juga adalah bahan yg menyimpan secara kimiawi enegi yg berasal dari matahari yg dikumpulkan secara alami dan disimpan jutaan tahun. Penyimpanan alami ini dapat disebut sumber energi, yg akan hilang/habis juga tdk bisa diisi ulang. Penyimpanan buatan manusia seperti batere dapat diisi ulang atau hidrogen dapat dibuat ulang, tetapi harus dari sumber energi lain, jadi sebetulnya bukan sumber energi. Inilah renungan falsafah mengenai energi. Gitu! Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Thu, 8 Mar 2012 22:29:43 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Air di elektrolisa jadi Hydrogen, barangkali pak. memang Hydrogen bisa jadi sumber energy, tetapi energy yang diperlukan untuk electrolisa jauh lebih besar daripada energy yang dihasilkan oleh hydrogen yang dihasilkan. terus bagaimana supaya ekonomis? mungkin salah satu kemungkinan adalah dengan meng electrolisa nya memakai energy yang gratis dan terbarukan seperti energy matahari atau angin, atau gelombang laut atau energy lainnya energy2 itu bukan hanya gratis dan terbarukan tetapi juga hilang begitu saja potential energy nya kalau tidak dipakai. hasilnya memang kecil, tetapi ini salah satu langkah untuk menabung energy. dan bisa mentrigger riset electrolisa, siapa tahu ada cara electrolisa yang lebih efisien. selamat berakhir pekan. fbs From: bob yuris bopol...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id; bandon...@gmail.com bandon...@gmail.com Sent: Friday, March 9, 2012 6:42 AM Subject: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak kalau emang ada alat tersebut dan mudah didapatkan secara bebas maka milis ini pun bubar, mayoritas anggota sibuk golek gaweaan baru pak Dikirim dari Yahoo! Mail untuk Android From: Bandono Salim bandon...@gmail.com; To: Iagi iagi-net@iagi.or.id; Subject: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Sent: Thu, Mar 8, 2012 9:29:07 PM Sebagai pengganti bensin, sdh ada juga percobaan dan alatnyasudah dijual di jkt, dan anda bisa bikin sendiri. hasil elektrolisa air. Lbh brsih bagi lingkungan. Sangat terabaikan krn tidak memberi keuntungan? Kita bisa pakai air dan jual minyak kan? Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: yoga suryanegara yoga_suryaneg...@yahoo.com Date: Thu, 8 Mar 2012 13:06:17 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Jadi ingat yang pernah disampaikan seorang ahli minyak Indonesia pak Kurtubi dalam sebuah wawancara Beliau menyatakan bahwa harga BBM di Indonesia selayaknya adalah setara dengan harga produksi dan bukan setara dengan harga pasar bebas. Mungkin ada yang mau memberi sedikit pencerahan, apa dengan rencana harga kenaikan pemerintah yang sekarang lagi sibuk diperdebatkan itu sudah setara dengan harga produksi? Atau justru masih jauh dibawah harga itu? Trus apa harga produksi itu tidak dipengaruhi harga minyak dipasar bebas? kalo tidak, memang minyak yang diolah selama ini dijual dan atau dibeli dari mana? Jika masyarakat dengan kenaikan menjadi 6000 terus banyak yang merasa dikorbankan, sebenarnya masyarakat yang mana? Toh mereka yang hari ini bertempat tinggal jauh dari pusat kekuasaan, apalagi didaerah terpencil (seperti ditempat saya kerja sekarang), sudah membeli minyak eceran dengan harga 9000 ke atas, apalagi saudara2 kita yang nun jauh di papua sanabbm 4500 hanya bisa didapat dengan cara mengantri setengah hari penuh. Sedih ketika diberitakan bahwa sedemikian besar bbm kita yang katanya disubsidi pake uang negara, justru banyak diselundupkan ke negara timor, philipina, malaysia, singapura dan tetangga kita lainnya...lantas subsidi itu buat siapa? Ketika seorang Hatta Rajasa berujar bahwa 70% minyak BBM subsidi kita justru dinikmati oleh mereka yang tidak pantas menerima subsidi ituapa pantas kita tetap mempertahankan kondisi ini? Atau apakah benar data statistik dari tahun 2000 ke 2009 yang menyatakan bahwa proven oil reserves kita menyusut dari 5.12 ke 4.30 dan potential reserve kita berkurang dari 4.49 menjadi 3.70 dan total reserve oil kita berkurang dari 9.61 ke 8.00, terus berapa ditahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, .dan seterusnya. Ah, semoga saja statistik itu semakin kedepan semakin membaik (jika tidak...?) Jadi ingat secuil kata orang bijak: Kita akan menghargai sesuatu, ketika sesuatu itu telah tidak lagi pada diri
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
benar sekali Pak, daripada energi itu hilang begitu saja dengan berlalunya angin, mending ditabung. From: koeso...@melsa.net.id koeso...@melsa.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, March 9, 2012 1:46 PM Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Akhirnya hidrogen itu hanya untuk menyimpan energi saja, energy storage, supaya bisa dibawa-bawa, sama seperti batere, bukan sumber energi. Energi itu bisa disimpan secara kimiawi seperti baterai, hidrogen, dsb, tdak berarti menghasilkan energi. Minyak bumi batubara juga adalah bahan yg menyimpan secara kimiawi enegi yg berasal dari matahari yg dikumpulkan secara alami dan disimpan jutaan tahun. Penyimpanan alami ini dapat disebut sumber energi, yg akan hilang/habis juga tdk bisa diisi ulang. Penyimpanan buatan manusia seperti batere dapat diisi ulang atau hidrogen dapat dibuat ulang, tetapi harus dari sumber energi lain, jadi sebetulnya bukan sumber energi. Inilah renungan falsafah mengenai energi. Gitu! Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Date: Thu, 8 Mar 2012 22:29:43 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Air di elektrolisa jadi Hydrogen, barangkali pak. memang Hydrogen bisa jadi sumber energy, tetapi energy yang diperlukan untuk electrolisa jauh lebih besar daripada energy yang dihasilkan oleh hydrogen yang dihasilkan. terus bagaimana supaya ekonomis? mungkin salah satu kemungkinan adalah dengan meng electrolisa nya memakai energy yang gratis dan terbarukan seperti energy matahari atau angin, atau gelombang laut atau energy lainnya energy2 itu bukan hanya gratis dan terbarukan tetapi juga hilang begitu saja potential energy nya kalau tidak dipakai. hasilnya memang kecil, tetapi ini salah satu langkah untuk menabung energy. dan bisa mentrigger riset electrolisa, siapa tahu ada cara electrolisa yang lebih efisien. selamat berakhir pekan. fbs From: bob yuris bopol...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id; bandon...@gmail.com bandon...@gmail.com Sent: Friday, March 9, 2012 6:42 AM Subject: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Pak kalau emang ada alat tersebut dan mudah didapatkan secara bebas maka milis ini pun bubar, mayoritas anggota sibuk golek gaweaan baru pak Dikirim dari Yahoo! Mail untuk Android From: Bandono Salim bandon...@gmail.com; To: Iagi iagi-net@iagi.or.id; Subject: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Sent: Thu, Mar 8, 2012 9:29:07 PM Sebagai pengganti bensin, sdh ada juga percobaan dan alatnyasudah dijual di jkt, dan anda bisa bikin sendiri. hasil elektrolisa air. Lbh brsih bagi lingkungan. Sangat terabaikan krn tidak memberi keuntungan? Kita bisa pakai air dan jual minyak kan? Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: yoga suryanegara yoga_suryaneg...@yahoo.com Date: Thu, 8 Mar 2012 13:06:17 -0800 (PST) To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro Jadi ingat yang pernah disampaikan seorang ahli minyak Indonesia pak Kurtubi dalam sebuah wawancara Beliau menyatakan bahwa harga BBM di Indonesia selayaknya adalah setara dengan harga produksi dan bukan setara dengan harga pasar bebas. Mungkin ada yang mau memberi sedikit pencerahan, apa dengan rencana harga kenaikan pemerintah yang sekarang lagi sibuk diperdebatkan itu sudah setara dengan harga produksi? Atau justru masih jauh dibawah harga itu? Trus apa harga produksi itu tidak dipengaruhi harga minyak dipasar bebas? kalo tidak, memang minyak yang diolah selama ini dijual dan atau dibeli dari mana? Jika masyarakat dengan kenaikan menjadi 6000 terus banyak yang merasa dikorbankan, sebenarnya masyarakat yang mana? Toh mereka yang hari ini bertempat tinggal jauh dari pusat kekuasaan, apalagi didaerah terpencil (seperti ditempat saya kerja sekarang), sudah membeli minyak eceran dengan harga 9000 ke atas, apalagi saudara2 kita yang nun jauh di papua sanabbm 4500 hanya bisa didapat dengan cara mengantri setengah hari penuh. Sedih ketika diberitakan bahwa sedemikian besar bbm kita yang katanya disubsidi pake uang negara, justru banyak diselundupkan ke negara timor, philipina, malaysia, singapura dan tetangga kita lainnya...lantas subsidi itu buat siapa? Ketika seorang Hatta Rajasa berujar bahwa 70% minyak BBM subsidi kita justru dinikmati oleh mereka yang tidak pantas menerima subsidi ituapa pantas kita tetap mempertahankan kondisi ini? Atau apakah benar data statistik dari tahun 2000 ke 2009 yang menyatakan bahwa proven oil reserves kita menyusut dari 5.12 ke 4.30 dan
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
http://www.spiritofmaat.com/archive/watercar/h20car2.htm *Fuel Cells:* This method uses oxygen from the atmosphere to complete the burning of the hydrogen in the fuel cell. What comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, but the oxygen originally came from the atmosphere, not from the fuel. And so the use of fuel cells neither takes away nor contributes to the oxygen content of the air. *Hydrogen: *This fuel is complete in itself. It does not need oxygen from the atmosphere to burn, which is an improvement over fossil fuels in saving the oxygen in our air supply. In fact, when hydrogen burns perfectly, nothing at all comes out of the tail pipe. If salt and metal alloy are used to create hydrogen, then there will be residues of that in the exhaust, but hydrogen fuel does not contribute oxygen to the atmosphere. *Brown's gas:* This is the most perfect fuel of all for running our vehicles. Like pure hydrogen, it is made from water, i.e., hydrogen and oxygen, but it burns in the combustion engine so that, depending on the setup, it may actually release oxygen into the atmosphere. In that case, what comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, just as with fuel cells; but the oxygen comes from the water that's being used to create the Brown's gas fuel. So burning Brown's gas as fuel can add oxygen to the air and thus increase the oxygen content of our atmosphere.
Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro
Itulah pembicaraan mengenai energi alternatif itu biasanya tdk bisa membedakan sumber energi dan penyimpan energi (energy storage). Fuel cell disebut sebagai energy source, padahal Hidrogen itu tdk didapatkan di alam, tetapi harus dibuat, dan untuk pembuatannya perlu diinputkan energi berupa listrik untuk electrolysis ini, jadi sumber energi listrik ini dari mana? Dari solar cell kah, dari hydro-electric plant, dari geothermal?, bahkan dari PLTU (dg batubara sebagai sumber) atau PLTD (dg minyakbumi)? Jadi selalu kita harus bertanya: sumber energinya dari mana? RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Eko Prasetyo strivea...@gmail.com Date: Fri, 9 Mar 2012 15:40:00 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] hydrogen sebagai sumber energy Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Diskisi migas di Metro http://www.spiritofmaat.com/archive/watercar/h20car2.htm *Fuel Cells:* This method uses oxygen from the atmosphere to complete the burning of the hydrogen in the fuel cell. What comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, but the oxygen originally came from the atmosphere, not from the fuel. And so the use of fuel cells neither takes away nor contributes to the oxygen content of the air. *Hydrogen: *This fuel is complete in itself. It does not need oxygen from the atmosphere to burn, which is an improvement over fossil fuels in saving the oxygen in our air supply. In fact, when hydrogen burns perfectly, nothing at all comes out of the tail pipe. If salt and metal alloy are used to create hydrogen, then there will be residues of that in the exhaust, but hydrogen fuel does not contribute oxygen to the atmosphere. *Brown's gas:* This is the most perfect fuel of all for running our vehicles. Like pure hydrogen, it is made from water, i.e., hydrogen and oxygen, but it burns in the combustion engine so that, depending on the setup, it may actually release oxygen into the atmosphere. In that case, what comes out of the tail pipe is oxygen and water vapor, just as with fuel cells; but the oxygen comes from the water that's being used to create the Brown's gas fuel. So burning Brown's gas as fuel can add oxygen to the air and thus increase the oxygen content of our atmosphere.