Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-07-08 Terurut Topik Anggoro Dradjat
Dear Mas Fatrial,

Sungguh menarik membandingkan antara singkapan di formasi Bampo dan contoh
yang dari Amerika, yang dari Amerika sepertinya banyak rekahannya
didominasi oleh gaya vertikal Smax=Sv, Apakah rekahan vertikal juga
diketemukan diformasi Bampo?

Shale yang mudah terekahkan secara alami sepertinya akan mudah di
fracturing dengan cara buatan, kalau didapatkan rekahan di formasi Bampo
akan merupakan indikator  memudahkan bagi fracturing.

Mungkin bagusnya kalau dibandingkan tektonik versus tektonik, mineral
versus mineral, kalau beban Sv nya sama tapi yang satu terekahkan secara
alami akan tetapi yang satu lagi  tidak terekahkan secara alami maka perlu
dilihat kandungan mineral dan sifat mekaniknya atau tektonik tarikannya
tidak cukup kuat menghasilkan fracture?

Betul seperti kata pak avi perlu dilihat apakah mungkin di sediment kita
banyak provanace yg berasal dari VA (volcanic arc)?

Sebenarnya agak beruntung juga, punya cutting berarti bisa didapatkan juga
mineraloginya; berapa kedalaman dari data cuting dari sumur tsb? Kalau
kebetulan ada waktu luang bagus juga dibuat plot dari data2 lognya, boleh
juga nih kalau diplot log2 dari Gamma ray, Resistivity, Sonic Vp dan Vs nya
lalu posisi dari cuting.

Mungkin dari situ bisa didapatkan semisal zona2 yang mempunyai resistivitas
tinggi merupakan zona2 dengan TOC yang tinggi pula, zona2 dengan sonic yang
tinggi merupakan zona brittle dengan rock strength yang rendah, dari Gamma
ray misalnya bisa dibuatkan zonasi atau paling tidak dapat diketahui
ketebalan shale; dari data Vp,Vs bisa didapatkan sifat mekaniknya.




Salam
Anggoro Dradjat



 rakhmadi avianto 

> IAGI itu milik kita jadi kita yg menentukan mau kemana arah IAGI itu
> tentunya koordinasi dg bidang2 yg ada
>
> Mestinya anggota proaktif menulis spt pak Muharram, quatz konten minimal
> 45% spt sukses story di US dsb, mungkin di sediment kita banyak provanace
> yg berasal dari VA (volcanic arc) shg chance untuk jadi qtz rich spt di US
> mungkin tidak tercapai
> belum lagi TOC yg less than 1% dsb
>
> Kalo perlu kopi darat dan diskusikan biar bisa di bumikan
>
> salam akhir pekan
> Avi
> Bendahara I AGI
>  On Jul 7, 2012 7:45 PM, "noor syarifuddin" 
> wrote:
>
>> Abah dan rekan,
>>
>> Saya sepaham banget dengan himbauan kembali ke dasar ini berkali-kali
>> saya memeprhatikan IAGI kok malah lebih sibuk ribut soal UU, soal PSC, soal
>> extension dllsementara bagian geologinya ketinggalanmestinya ini
>> yang utama, atau paling tidak seimbang lah dengan issue di atas.
>>
>> Sejak symposium Mesozoikum di Bandung, rasanya IAGI belum pernah mencoba
>> lagi jadi kompor eksplorasi di Indonesia: CBM, shale gas, new play (foot
>> hill, deep water, sub-volcanic, large delta dll)...
>>
>>
>>
>> salan
>>
>> NSy
>>
>>
>>
>>
>>
>>   *From:* Yanto R. Sumantri 
>> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" 
>> *Sent:* Saturday, June 30, 2012 7:18 PM
>> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>> **
>>  Rus dan rekan
>>
>> Paling tepat kata kata Ruskamto " geologist seharusnya fokus kepada
>> proses geologinya".
>> So , pak RDP what is the action should be made by IAGI ???
>>
>> Kalau lihat kasus CBM , maka IAGI TIDAK terlalu masuk kedalam "masa
>> persiapan" ekstraksi CBM di Indonesia .Tahu tahu terjadi " CBM Block Rush "
>> saja . hehehehe
>>
>> Harapan - ku , hal ini jangan terulang.Kalau memang ada "angin sorga" di
>> shale gas ya sykur , akan tetapi apabila secara geologi sebaliknya , tugas
>> geologist untuk memberikan jawaban , Bukan begitu  , Pak Sukhyar ?
>>
>> si Abah
>>
>>
>>
>>   *From:* Ruskamto 
>> *To:* iagi-net@iagi.or.id
>> *Sent:* Saturday, June 30, 2012 5:41 PM
>> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>> **
>> Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya, apakah
>> ada potensi terbentuknya sweetspots pada teriary source ditinjau dari
>> proses pengendapannya. Apakah ada yang sudah melakukan studi ? Atau masih
>> terkunci di dapur masing-2 ?**RUS 1061 
>>  *From: *"Muharram J. Panguriseng" 
>> *Date: *Sat, 30 Jun 2012 09:11:15 +
>> *To: *Iagi-net
>> *ReplyTo: *
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>>
>> Ikut nimbrung.Sifat brittleness dari shale mungkin tidak secara
>> langsung dipengaruhi oleh umur batuan pak, tetapi lebih dipengruhi oleh
>> mineral content. Semakin banyak kandungan mineral kuarsanya, maka semakin
>> bagus karena semakin getas pula shale-nya dan stabil terhadap air. Jadi
>> akan efektif untuk hydrolic fractured. Umumnya shale gas di U

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-07-07 Terurut Topik rakhmadi avianto
IAGI itu milik kita jadi kita yg menentukan mau kemana arah IAGI itu
tentunya koordinasi dg bidang2 yg ada

Mestinya anggota proaktif menulis spt pak Muharram, quatz konten minimal
45% spt sukses story di US dsb, mungkin di sediment kita banyak provanace
yg berasal dari VA (volcanic arc) shg chance untuk jadi qtz rich spt di US
mungkin tidak tercapai
belum lagi TOC yg less than 1% dsb

Kalo perlu kopi darat dan diskusikan biar bisa di bumikan

salam akhir pekan
Avi
Bendahara I AGI
 On Jul 7, 2012 7:45 PM, "noor syarifuddin" 
wrote:

> Abah dan rekan,
>
> Saya sepaham banget dengan himbauan kembali ke dasar ini berkali-kali
> saya memeprhatikan IAGI kok malah lebih sibuk ribut soal UU, soal PSC, soal
> extension dllsementara bagian geologinya ketinggalanmestinya ini
> yang utama, atau paling tidak seimbang lah dengan issue di atas.
>
> Sejak symposium Mesozoikum di Bandung, rasanya IAGI belum pernah mencoba
> lagi jadi kompor eksplorasi di Indonesia: CBM, shale gas, new play (foot
> hill, deep water, sub-volcanic, large delta dll)...
>
>
>
> salan
>
> NSy
>
>
>
>
>
>   *From:* Yanto R. Sumantri 
> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" 
> *Sent:* Saturday, June 30, 2012 7:18 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> **
>  Rus dan rekan
>
> Paling tepat kata kata Ruskamto " geologist seharusnya fokus kepada proses
> geologinya".
> So , pak RDP what is the action should be made by IAGI ???
>
> Kalau lihat kasus CBM , maka IAGI TIDAK terlalu masuk kedalam "masa
> persiapan" ekstraksi CBM di Indonesia .Tahu tahu terjadi " CBM Block Rush "
> saja . hehehehe
>
> Harapan - ku , hal ini jangan terulang.Kalau memang ada "angin sorga" di
> shale gas ya sykur , akan tetapi apabila secara geologi sebaliknya , tugas
> geologist untuk memberikan jawaban , Bukan begitu  , Pak Sukhyar ?
>
> si Abah
>
>
>
>   *From:* Ruskamto 
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Saturday, June 30, 2012 5:41 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> **
> Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya, apakah
> ada potensi terbentuknya sweetspots pada teriary source ditinjau dari
> proses pengendapannya. Apakah ada yang sudah melakukan studi ? Atau masih
> terkunci di dapur masing-2 ?**RUS 1061 
> *From: *"Muharram J. Panguriseng" 
> *Date: *Sat, 30 Jun 2012 09:11:15 +
> *To: *Iagi-net
> *ReplyTo: *
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
> Ikut nimbrung.Sifat brittleness dari shale mungkin tidak secara
> langsung dipengaruhi oleh umur batuan pak, tetapi lebih dipengruhi oleh
> mineral content. Semakin banyak kandungan mineral kuarsanya, maka semakin
> bagus karena semakin getas pula shale-nya dan stabil terhadap air. Jadi
> akan efektif untuk hydrolic fractured. Umumnya shale gas di US dan Canada
> kandungan mineral kuarsanya diatas 45%. Disisi lain beberapa mineral dalam
> shale menyebabkan swelling sehingga tidak cocok untuk hydrolic fractured.
> Karena itu salah satu analysis penting dalam pengembangan shale gas adalah
> fluid sensitivity.Menurut saya yang agak beresiko pada shale gas
> prospect di sedimen tersier di Indonesia Barat adalah Ro-nya yang kecil,
> bahkan dibawah 1. Seandainya ada black shale tebal dengan Ro besar pula
> maka seharusnya bisa kita jadikan target eksplorasi kedepan.Salam,**
> MJP**
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>  *From: *"Yanto R. Sumantri" 
> *Date: *Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 -0700
> *To: *iagi-net@iagi.or.id
> *ReplyTo: *
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>  Wikan
>
> Kalau begitu apakah  (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan
> menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil
> shale gas ?
> Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia
> masih merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ?
> Pertanyaan logis kan .
>
> si Abah
>
>   *From:* "wikanwindra...@yahoo.com" 
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Friday, June 29, 2012 10:07 PM
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> **
> Pak Yanto,Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu
> diperhatikan juga proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses
> burial.Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang
> lebih stabil, sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari
> batuan shale.Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian
> (replacement) dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan
> kegetasan.Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan
> moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-07-07 Terurut Topik wikanw
Pak Rus,

Untuk referensi karakterisasi reservoir termasuk proses diagenesis di shale gas 
dapat dilihat di SPE 131350 oleh Passey dan Bohacs, 2010: "From Oil-Prone 
Source Rock to Gas Producing Shale Reservoir - Geologic and Petrophysical 
Characterization of Unconventional Shale Gas Reservoirs".

Untuk lebih banyak informasi bisa dicari "illitization on shale gas".

Selama 3 tahun belakangan ini kami mengamati banyak data petrologi dan 
mineralogi batuan serpih syn-rift, sayangnya belum bisa dipublikasikan.

Salam,
Wikan

Sent from my iPad

On 30 Jun 2012, at 17:22, "Ruskamto"  wrote:

> Pak Wikan, 
> Kalau punya reference data marine atau lakustrine shale source yang 
> brittlenessnya seperti yang anda diskripsikan.. Kami ingin ikut belajar..
> Ruskamto 1061
> From: "Yanto R. Sumantri" 
> Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 -0700 (PDT)
> To: iagi-net@iagi.or.id
> ReplyTo: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> 
> Wikan
> 
> Kalau begitu apakah  (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan 
> menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil 
> shale gas ?
> Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih 
> merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ?
> Pertanyaan logis kan .
> 
> si Abah 
> 
> From: "wikanwindra...@yahoo.com" 
> To: iagi-net@iagi.or.id 
> Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> 
> Pak Yanto,
> 
> Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses 
> diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.
> 
> Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, 
> sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.
> 
> Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari 
> mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.
> 
> Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga 
> menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan.
> 
> Salam
> Wikan
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> From: "Yanto R. Sumantri" 
> Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT)
> To: iagi-net@iagi.or.id
> ReplyTo: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> 
> Rus
> 
> Ok , tks pencerahannya .
> Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
> sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
> oleh lingkungan pengendapan .
> Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
> syarat syarat diatas ???
> 
> Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale 
> gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?
> 
> Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti 
> ini semua ???
> Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
> peran Badan Geologi dan "Lemigas" 
> 
> Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
> kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
> saja aktifitasnya ,
> Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu 
> ditutupi oleh Blok CBM.
> 
> si Abah
> 
> 
> 
> 
> From: Ruskamto Soeripto 
> To: iagi-net@iagi.or.id 
> Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
> 
> Abah,
> Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah 
> maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
> Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral 
> high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga 
> silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga source 
> rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi 
> lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang 
> sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau 
> “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan 
> sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline 
> clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  
> “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet 
> spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle 
> pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan 
> fracturing secara efektif ??Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh 
> Pak Naslin, Pak Anggoro dkk

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-07-07 Terurut Topik noor syarifuddin
Abah dan rekan,
 
Saya sepaham banget dengan himbauan kembali ke dasar ini berkali-kali saya 
memeprhatikan IAGI kok malah lebih sibuk ribut soal UU, soal PSC, soal 
extension dllsementara bagian geologinya ketinggalanmestinya ini yang 
utama, atau paling tidak seimbang lah dengan issue di atas.
 
Sejak symposium Mesozoikum di Bandung, rasanya IAGI belum pernah mencoba lagi 
jadi kompor eksplorasi di Indonesia: CBM, shale gas, new play (foot hill, deep 
water, sub-volcanic, large delta dll)...
 
 
 
salan
 
NSy
 
 
 
 

From: Yanto R. Sumantri 
To: "iagi-net@iagi.or.id"  
Sent: Saturday, June 30, 2012 7:18 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Rus dan rekan

Paling tepat kata kata Ruskamto " geologist seharusnya fokus kepada proses 
geologinya".
So , pak RDP what is the action should be made by IAGI ???

Kalau lihat kasus CBM , maka IAGI TIDAK terlalu masuk kedalam "masa persiapan" 
ekstraksi CBM di Indonesia .Tahu tahu terjadi " CBM Block Rush " saja . hehehehe

Harapan - ku , hal ini jangan terulang.Kalau memang ada "angin sorga" di shale 
gas ya sykur , akan tetapi apabila secara geologi sebaliknya , tugas geologist 
untuk memberikan jawaban , Bukan begitu  , Pak Sukhyar ?

si Abah



From: Ruskamto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Saturday, June 30, 2012 5:41 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya, apakah ada 
potensi terbentuknya sweetspots pada teriary source ditinjau dari proses 
pengendapannya. Apakah ada yang sudah melakukan studi ? Atau masih terkunci di 
dapur masing-2 ?RUS 1061 
From: "Muharram J. Panguriseng"  
Date: Sat, 30 Jun 2012 09:11:15 +0000
To: Iagi-net
ReplyTo:  
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Ikut nimbrung.Sifat brittleness dari shale mungkin tidak secara langsung 
dipengaruhi oleh umur batuan pak, tetapi lebih dipengruhi oleh mineral content. 
Semakin banyak kandungan mineral kuarsanya, maka semakin bagus karena semakin 
getas pula shale-nya dan stabil terhadap air. Jadi akan efektif untuk hydrolic 
fractured. Umumnya shale gas di US dan Canada kandungan mineral kuarsanya 
diatas 45%. Disisi lain beberapa mineral dalam shale menyebabkan swelling 
sehingga tidak cocok untuk hydrolic fractured. Karena itu salah satu analysis 
penting dalam pengembangan shale gas adalah fluid sensitivity.Menurut saya yang 
agak beresiko pada shale gas prospect di sedimen tersier di Indonesia Barat 
adalah Ro-nya yang kecil, bahkan dibawah 1. Seandainya ada black shale tebal 
dengan Ro besar pula maka seharusnya bisa kita jadikan target eksplorasi 
kedepan.Salam,MJP 
Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: "Yanto R. Sumantri"  
Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 -0700
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:  
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Wikan

Kalau begitu apakah  (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan 
menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale 
gas ?
Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih 
merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ?
Pertanyaan logis kan .

si Abah 

From: "wikanwindra...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Pak Yanto,Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga 
proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.Swelling type 
clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, sehingga dapat 
meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.Kemudian proses 
diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari mineral lempung 
menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.Tetapi selain kegetasan, 
parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan 
interval, orientasi, dan desain perekahan.SalamWikan 
Powered by Telkomsel BlackBerry®
From: "Yanto R. Sumantri"  
Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:  
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Rus

Ok , tks pencerahannya .
Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
oleh lingkungan pengendapan .
Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
syarat syarat diatas ???

Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas 
cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?

Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini 
semua ???
Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
peran Badan Geologi dan "Lemigas" 

Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu ap

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-07-05 Terurut Topik Anggoro Dradjat
Dear All,

Bersama ini  alamat email dari tulisan yang berhubungan dengan
singkapan dan potensi beberapa shale di Indonesia.

http://www.lemigas.esdm.go.id/id/prdkpenelitian-225-.html
http://www.ceri-mines.org/documents/29thsymposium/presentations09/PRES_12-3_Hadiyanto_Fujiono_-_Hendro.pdf
http://www.barnettshalenews.com/documents/dan_jarvie.pdf

Sepertinya penelitian-penelitian dari lembaga-lembaga pemerintah
seperti ini harus ditingkatkan.


Salam
Anggoro Dradjat



On 7/4/12, Ruskamto Soeripto  wrote:
> Source yang tersingkap ya Fm. Sangkarewang di Ombilin Basin..
>
> Itu Pak Yarmanto ahlinya... Semoga dia mau sharing ilmunya.
>
> Ruskamto 1061
>
>
>
>
>
> From: rakhmadi avianto [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com]
> Sent: 04 Juli 2012 14:20
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>
>
> Kalo black shale ini ngga pernah tersingkap jur piye jal?
>
> Avi
>
> 2012/7/3 Anggoro Dradjat 
>
> Dear Pak Muharram,
>
> Saya setuju dengan anda, yang penting di Indonesia ini sekarang
> mendapatkan black shale yang tebal dengan RO yang besar yang bisa
> dijadikan target explorasi.
>
> Apakah singkapan-singkapan shale yang ada di Indonesia menunjukan
> adanya black shale yang tebal dan RO yang besar?
>
> Apakah teman-teman punya foto singkapan dari shale yang ada di Indonesia ?.
>
> Sedangkan untuk fracable tidaknya shale, secara konsepsual seperti
> ppt file  terlampir.
>
> Mudah-mudahan berguna untuk diskusi kita.
>
>
>
> Salam
> Anggoro Dradjat
>
>
> On 7/3/12, Muharram Jaya Panguriseng  wrote:
>> Persentase kandungan mineral kuarsa pada shale gas prospect tidak melulu
>> berbanding lurus dengan porosity, mungkin karena ukuran butirnya ukuran
>> shale juga. Contoh terlampir (gambar sebelah kiri) menunjukkan bahwa
>> bagian
>> atas yang persentase kuarsanya lebih kecil memiliki porositas (dari core)
>> yang lebih besar. Gambar sebelah kanan menunjukkan beberapa komposisi
>> mineral penyusun shale yang ada di lapangan-lapangan shale gas besar di
>> Amerika Utara, gambar ini saya peroleh langsung dari pemiliknya jadi
>> mudah-mudahan tidak melanggar code etik men-share-nya untuk bahan diskusi
>> ☺
>> Saya kira persyaratan besarnya persentasi mineral kuarsa yang stabil itu
>> lebih berpengaruh pada berhasil tidaknya hydraulic fracturing. Sebaliknya
>> mineral reaktif seperti smegtite adalah mineral yang sangat dihindari
>> oleh
>> para pengembang shale gas karena akan menyebabkan swelling. Seorang team
>> leader pengembangan shale gas dari Shell China E&P, kalau tidak salah
>> namanya Dr. Claudia, mengatakan bahwa salah satu kata kunci dari
>> pengembangan shale gas adalah berhasilnya  hydraulic fracturing. Namun
>> mungkin akan berbeda persepsinya kalau nanti perkembangan fluid
>> technology
>> untuk fracturing sudah semakin maju.
>>
>> Semoga bermanfaat untuk diskusi geologist.
>>
>> Salam,
>> MJP – 3048
>>
>>
>>
>> [cid:image003.png@01CD58F0.8093D620]
>> From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com]
>> Sent: Tuesday, July 03, 2012 6:55 AM
>> To: Iagi
>> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>>
>> Tidak salah, alias sangat betul.
>> Kalau kwarsa dengan ukuran serpih akan berpengaruh dlm pembentukan shale
>> gas, bisa dimengerti. Masih ada pori halus diantara kwarsa. Kalau
>> serpihnya
>> berasal dari mineral lempung kemungkinan akan gasnya tak bisa masuk? Krn
>> struktur sedimen yang terbentuk dari mineral lempung terdispersi? Wah aku
>> lupa lagi.
>> Kalau begitu mencari gas serpih lebih mudah didapat pada daerah lipatan
>> ditepi "kraton" daripada lipatan di dekat daerah melange?
>> Sekedar bertanya, mungkin ada yang dapat memberi pencerahan.
>> Salam.
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> 
>> From: "Ruskamto Soeripto" 
>> Date: Mon, 2 Jul 2012 18:20:04 +0700
>> To: 
>> ReplyTo: 
>> Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
>>
>> Peran geologist sangat besar Pak Bandono, terutama dalam menentukan nilai
>> keekonomian proyek explorasi dari sisi menentukan risiko geologi dan
>> “uncertainty” b esarnya cadangan yang akan ditemukan.  Posisi engineers
>> akan
>> menentukan skenario Development plan, besarnya investasi dan prakiraan
>> biaya
>> operasi.   Besarnya nilai ke-ekonomian sangat bergantung risiko geologi,
>> “Uncertainty” volume cadangan, skenario pengembangan, besarnya modal dan
>> biaya operasi.  Permutasi variable-variable tersebut dan risiko geologi,
>> hasilnya adalah Expected Monetary Values (EMV).

RE: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-07-04 Terurut Topik Ruskamto Soeripto
Source yang tersingkap ya Fm. Sangkarewang di Ombilin Basin..

Itu Pak Yarmanto ahlinya... Semoga dia mau sharing ilmunya.

Ruskamto 1061

 

 

From: rakhmadi avianto [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] 
Sent: 04 Juli 2012 14:20
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

 

Kalo black shale ini ngga pernah tersingkap jur piye jal?

Avi

2012/7/3 Anggoro Dradjat 

Dear Pak Muharram,

Saya setuju dengan anda, yang penting di Indonesia ini sekarang
mendapatkan black shale yang tebal dengan RO yang besar yang bisa
dijadikan target explorasi.

Apakah singkapan-singkapan shale yang ada di Indonesia menunjukan
adanya black shale yang tebal dan RO yang besar?

Apakah teman-teman punya foto singkapan dari shale yang ada di Indonesia ?.

Sedangkan untuk fracable tidaknya shale, secara konsepsual seperti
ppt file  terlampir.

Mudah-mudahan berguna untuk diskusi kita.



Salam
Anggoro Dradjat


On 7/3/12, Muharram Jaya Panguriseng  wrote:
> Persentase kandungan mineral kuarsa pada shale gas prospect tidak melulu
> berbanding lurus dengan porosity, mungkin karena ukuran butirnya ukuran
> shale juga. Contoh terlampir (gambar sebelah kiri) menunjukkan bahwa bagian
> atas yang persentase kuarsanya lebih kecil memiliki porositas (dari core)
> yang lebih besar. Gambar sebelah kanan menunjukkan beberapa komposisi
> mineral penyusun shale yang ada di lapangan-lapangan shale gas besar di
> Amerika Utara, gambar ini saya peroleh langsung dari pemiliknya jadi
> mudah-mudahan tidak melanggar code etik men-share-nya untuk bahan diskusi ☺
> Saya kira persyaratan besarnya persentasi mineral kuarsa yang stabil itu
> lebih berpengaruh pada berhasil tidaknya hydraulic fracturing. Sebaliknya
> mineral reaktif seperti smegtite adalah mineral yang sangat dihindari oleh
> para pengembang shale gas karena akan menyebabkan swelling. Seorang team
> leader pengembangan shale gas dari Shell China E&P, kalau tidak salah
> namanya Dr. Claudia, mengatakan bahwa salah satu kata kunci dari
> pengembangan shale gas adalah berhasilnya  hydraulic fracturing. Namun
> mungkin akan berbeda persepsinya kalau nanti perkembangan fluid technology
> untuk fracturing sudah semakin maju.
>
> Semoga bermanfaat untuk diskusi geologist.
>
> Salam,
> MJP – 3048
>
>
>
> [cid:image003.png@01CD58F0.8093D620]
> From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com]
> Sent: Tuesday, July 03, 2012 6:55 AM
> To: Iagi
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
> Tidak salah, alias sangat betul.
> Kalau kwarsa dengan ukuran serpih akan berpengaruh dlm pembentukan shale
> gas, bisa dimengerti. Masih ada pori halus diantara kwarsa. Kalau serpihnya
> berasal dari mineral lempung kemungkinan akan gasnya tak bisa masuk? Krn
> struktur sedimen yang terbentuk dari mineral lempung terdispersi? Wah aku
> lupa lagi.
> Kalau begitu mencari gas serpih lebih mudah didapat pada daerah lipatan
> ditepi "kraton" daripada lipatan di dekat daerah melange?
> Sekedar bertanya, mungkin ada yang dapat memberi pencerahan.
> Salam.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ____________
> From: "Ruskamto Soeripto" 
> Date: Mon, 2 Jul 2012 18:20:04 +0700
> To: 
> ReplyTo: 
> Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
>
> Peran geologist sangat besar Pak Bandono, terutama dalam menentukan nilai
> keekonomian proyek explorasi dari sisi menentukan risiko geologi dan
> “uncertainty” b esarnya cadangan yang akan ditemukan.  Posisi engineers akan
> menentukan skenario Development plan, besarnya investasi dan prakiraan biaya
> operasi.   Besarnya nilai ke-ekonomian sangat bergantung risiko geologi,
> “Uncertainty” volume cadangan, skenario pengembangan, besarnya modal dan
> biaya operasi.  Permutasi variable-variable tersebut dan risiko geologi,
> hasilnya adalah Expected Monetary Values (EMV).
> Itu saja yang saya ketahui Pak...
> Ruskamto 1061
>
> From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com]
> Sent: 30 Juni 2012 19:33
> To: Iagi
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
> Apa betul mas? Kalau sbg geologist tidak dpt memberikan nilai ekonomis itu
> bisa saja sebagai ilmiawan. Kalau kerja di perdagangan yaa harus dpt beri
> gambaran untung rugi laah.
> Salam, hanya ikut urun rembug.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> From: "Ruskamto" 
> Date: Sat, 30 Jun 2012 10:41:42 +
> To: 
> ReplyTo: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
> Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya, apakah ada
> potensi terbentuknya sweetspots pada teriary source ditinjau dari proses
> pengendapannya. Apakah ada yang sudah melakukan studi ? Atau masih terkunci
> di dapur masing-2 ?
> RUS 1061
> 
> From: "

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-07-04 Terurut Topik rakhmadi avianto
Kalo black shale ini ngga pernah tersingkap jur piye jal?

Avi

2012/7/3 Anggoro Dradjat 

> Dear Pak Muharram,
>
> Saya setuju dengan anda, yang penting di Indonesia ini sekarang
> mendapatkan black shale yang tebal dengan RO yang besar yang bisa
> dijadikan target explorasi.
>
> Apakah singkapan-singkapan shale yang ada di Indonesia menunjukan
> adanya black shale yang tebal dan RO yang besar?
>
> Apakah teman-teman punya foto singkapan dari shale yang ada di Indonesia ?.
>
> Sedangkan untuk fracable tidaknya shale, secara konsepsual seperti
> ppt file  terlampir.
>
> Mudah-mudahan berguna untuk diskusi kita.
>
>
>
> Salam
> Anggoro Dradjat
>
>
> On 7/3/12, Muharram Jaya Panguriseng  wrote:
> > Persentase kandungan mineral kuarsa pada shale gas prospect tidak melulu
> > berbanding lurus dengan porosity, mungkin karena ukuran butirnya ukuran
> > shale juga. Contoh terlampir (gambar sebelah kiri) menunjukkan bahwa
> bagian
> > atas yang persentase kuarsanya lebih kecil memiliki porositas (dari core)
> > yang lebih besar. Gambar sebelah kanan menunjukkan beberapa komposisi
> > mineral penyusun shale yang ada di lapangan-lapangan shale gas besar di
> > Amerika Utara, gambar ini saya peroleh langsung dari pemiliknya jadi
> > mudah-mudahan tidak melanggar code etik men-share-nya untuk bahan
> diskusi ☺
> > Saya kira persyaratan besarnya persentasi mineral kuarsa yang stabil itu
> > lebih berpengaruh pada berhasil tidaknya hydraulic fracturing. Sebaliknya
> > mineral reaktif seperti smegtite adalah mineral yang sangat dihindari
> oleh
> > para pengembang shale gas karena akan menyebabkan swelling. Seorang team
> > leader pengembangan shale gas dari Shell China E&P, kalau tidak salah
> > namanya Dr. Claudia, mengatakan bahwa salah satu kata kunci dari
> > pengembangan shale gas adalah berhasilnya  hydraulic fracturing. Namun
> > mungkin akan berbeda persepsinya kalau nanti perkembangan fluid
> technology
> > untuk fracturing sudah semakin maju.
> >
> > Semoga bermanfaat untuk diskusi geologist.
> >
> > Salam,
> > MJP – 3048
> >
> >
> >
> > [cid:image003.png@01CD58F0.8093D620]
> > From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com]
> > Sent: Tuesday, July 03, 2012 6:55 AM
> > To: Iagi
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> >
> > Tidak salah, alias sangat betul.
> > Kalau kwarsa dengan ukuran serpih akan berpengaruh dlm pembentukan shale
> > gas, bisa dimengerti. Masih ada pori halus diantara kwarsa. Kalau
> serpihnya
> > berasal dari mineral lempung kemungkinan akan gasnya tak bisa masuk? Krn
> > struktur sedimen yang terbentuk dari mineral lempung terdispersi? Wah aku
> > lupa lagi.
> > Kalau begitu mencari gas serpih lebih mudah didapat pada daerah lipatan
> > ditepi "kraton" daripada lipatan di dekat daerah melange?
> > Sekedar bertanya, mungkin ada yang dapat memberi pencerahan.
> > Salam.
> > Powered by Telkomsel BlackBerry®
> > 
> > From: "Ruskamto Soeripto" 
> > Date: Mon, 2 Jul 2012 18:20:04 +0700
> > To: 
> > ReplyTo: 
> > Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
> >
> > Peran geologist sangat besar Pak Bandono, terutama dalam menentukan nilai
> > keekonomian proyek explorasi dari sisi menentukan risiko geologi dan
> > “uncertainty” b esarnya cadangan yang akan ditemukan.  Posisi engineers
> akan
> > menentukan skenario Development plan, besarnya investasi dan prakiraan
> biaya
> > operasi.   Besarnya nilai ke-ekonomian sangat bergantung risiko geologi,
> > “Uncertainty” volume cadangan, skenario pengembangan, besarnya modal dan
> > biaya operasi.  Permutasi variable-variable tersebut dan risiko geologi,
> > hasilnya adalah Expected Monetary Values (EMV).
> > Itu saja yang saya ketahui Pak...
> > Ruskamto 1061
> >
> > From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com]
> > Sent: 30 Juni 2012 19:33
> > To: Iagi
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> >
> > Apa betul mas? Kalau sbg geologist tidak dpt memberikan nilai ekonomis
> itu
> > bisa saja sebagai ilmiawan. Kalau kerja di perdagangan yaa harus dpt beri
> > gambaran untung rugi laah.
> > Salam, hanya ikut urun rembug.
> > Powered by Telkomsel BlackBerry®
> > 
> > From: "Ruskamto" 
> > Date: Sat, 30 Jun 2012 10:41:42 +
> > To: 
> > ReplyTo: 
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> >
> > Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya, apakah
> ada
> > potensi 

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-30 Terurut Topik Bandono Salim
Berat kalau cari shale gas, yang pernah ada satu sumur hanya menghasilkan tidak 
lebih dari 1mm/day dan akan decline. Apakah ini sesuai dengan beaya pemboran, 
pemeliharaan fasilitas dan upah pegawai bayar pajak dll?
Apa lagi kalau shalenya dalam. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Ruskamto" 
Date: Sat, 30 Jun 2012 10:22:17 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Pak Wikan, 
Kalau punya reference  data marine atau lakustrine shale source yang 
brittlenessnya seperti yang anda diskripsikan.. Kami ingin ikut belajar..
Ruskamto 1061
-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Wikan

Kalau begitu apakah  (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan 
menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale 
gas ?
Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih 
merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ?
Pertanyaan logis kan .

si Abah 



 From: "wikanwindra...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 

Pak Yanto,

Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses 
diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.

Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, 
sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.

Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari 
mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.

Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi 
faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan.

Salam
Wikan
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  "Yanto R. Sumantri"  
Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Rus

Ok , tks pencerahannya .
Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
oleh lingkungan pengendapan .
Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
syarat syarat diatas ???

Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas 
cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?

Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini 
semua ???
Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
peran Badan Geologi dan "Lemigas" 

Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
saja aktifitasnya ,
Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi 
oleh Blok CBM.

si Abah






 From: Ruskamto Soeripto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
 

 
Abah,
Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan
juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi 
lingkungan
tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya
mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang
ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine
dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan 
organic
mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di semua bagian
danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang 
sisanya
adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa
meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??    Saya kira itu
yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang penting 
kriteria
TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.   Mungkin bapak-bapak bisa
menambahkan..
Salam Ruskamto 1061
 
 
 
 
From:Yanto R. Sumantri
[mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 25 Juni 2012 9:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 
Pak Rus
 
Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale
dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted
env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ?
 
si Abah
 

________
 
From:Ruskamto

To: iagi-net@iagi.or

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-30 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Rus dan rekan

Paling tepat kata kata Ruskamto " geologist seharusnya fokus kepada proses 
geologinya".
So , pak RDP what is the action should be made by IAGI ???

Kalau lihat kasus CBM , maka IAGI TIDAK terlalu masuk kedalam "masa persiapan" 
ekstraksi CBM di Indonesia .Tahu tahu terjadi " CBM Block Rush " saja . hehehehe

Harapan - ku , hal ini jangan terulang.Kalau memang ada "angin sorga" di shale 
gas ya sykur , akan tetapi apabila secara geologi sebaliknya , tugas geologist 
untuk memberikan jawaban , Bukan begitu  , Pak Sukhyar ?

si Abah





 From: Ruskamto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Saturday, June 30, 2012 5:41 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 

Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya,  apakah ada 
potensi terbentuknya sweetspots pada  teriary source ditinjau dari proses 
pengendapannya. Apakah ada yang sudah melakukan studi ? Atau masih terkunci di 
dapur masing-2 ?
RUS 1061 



From:  "Muharram J. Panguriseng"  
Date: Sat, 30 Jun 2012 09:11:15 +0000
To: Iagi-net
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Ikut nimbrung.

Sifat brittleness dari shale mungkin tidak secara langsung dipengaruhi oleh 
umur batuan pak, tetapi lebih dipengruhi oleh mineral content. Semakin banyak 
kandungan mineral kuarsanya, maka semakin bagus karena semakin getas pula 
shale-nya dan stabil terhadap air. Jadi akan efektif untuk hydrolic fractured. 
Umumnya shale gas di US dan Canada kandungan mineral kuarsanya diatas 45%. 
Disisi lain beberapa mineral dalam shale menyebabkan swelling sehingga tidak 
cocok untuk hydrolic fractured. Karena itu salah satu analysis penting dalam 
pengembangan shale gas adalah fluid sensitivity.

Menurut saya yang agak beresiko pada shale gas prospect di sedimen tersier di 
Indonesia Barat adalah Ro-nya yang kecil, bahkan dibawah 1. Seandainya ada 
black shale tebal dengan Ro besar pula maka seharusnya bisa kita jadikan target 
eksplorasi kedepan.

Salam,
MJP

Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  "Yanto R. Sumantri"  
Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 -0700
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Wikan

Kalau begitu apakah  (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan 
menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale 
gas ?
Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih 
merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ?
Pertanyaan logis kan .

si Abah 



 From: "wikanwindra...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 

Pak Yanto,

Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses 
diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.

Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, 
sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.

Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari 
mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.

Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi 
faktor untuk pemilihan interval,
 orientasi, dan desain perekahan.

Salam
Wikan
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  "Yanto R. Sumantri"  
Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Rus

Ok , tks pencerahannya .
Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
oleh lingkungan pengendapan .
Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
syarat syarat diatas ???

Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas 
cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?

Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini 
semua ???
Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
peran Badan Geologi dan "Lemigas" 

Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
saja aktifitasnya ,
Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi 
oleh Blok CBM.

si Abah





____________________
 From: Ruskamto Soeripto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
 

 
Abah,
Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah te

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-30 Terurut Topik Ruskamto
Pak Wikan, 
Kalau punya reference  data marine atau lakustrine shale source yang 
brittlenessnya seperti yang anda diskripsikan.. Kami ingin ikut belajar..
Ruskamto 1061
-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Wikan

Kalau begitu apakah  (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan 
menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale 
gas ?
Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih 
merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ?
Pertanyaan logis kan .

si Abah 



 From: "wikanwindra...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 

Pak Yanto,

Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses 
diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.

Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, 
sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.

Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari 
mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.

Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi 
faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan.

Salam
Wikan
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  "Yanto R. Sumantri"  
Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Rus

Ok , tks pencerahannya .
Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
oleh lingkungan pengendapan .
Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
syarat syarat diatas ???

Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas 
cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?

Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini 
semua ???
Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
peran Badan Geologi dan "Lemigas" 

Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
saja aktifitasnya ,
Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi 
oleh Blok CBM.

si Abah






 From: Ruskamto Soeripto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
 

 
Abah,
Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan
juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi 
lingkungan
tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya
mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang
ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine
dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan 
organic
mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di semua bagian
danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang 
sisanya
adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa
meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??    Saya kira itu
yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang penting 
kriteria
TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.   Mungkin bapak-bapak bisa
menambahkan..
Salam Ruskamto 1061
 
 
 
 
From:Yanto R. Sumantri
[mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 25 Juni 2012 9:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 
Pak Rus
 
Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale
dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted
env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ?
 
si Abah
 


 
From:Ruskamto

To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news


Saya
pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di
US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga
sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt
dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness
dan fractability da

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-30 Terurut Topik Muharram J. Panguriseng
Ikut nimbrung.

Sifat brittleness dari shale mungkin tidak secara langsung dipengaruhi oleh 
umur batuan pak, tetapi lebih dipengruhi oleh mineral content. Semakin banyak 
kandungan mineral kuarsanya, maka semakin bagus karena semakin getas pula 
shale-nya dan stabil terhadap air. Jadi akan efektif untuk hydrolic fractured. 
Umumnya shale gas di US dan Canada kandungan mineral kuarsanya diatas 45%. 
Disisi lain beberapa mineral dalam shale menyebabkan swelling sehingga tidak 
cocok untuk hydrolic fractured. Karena itu salah satu analysis penting dalam 
pengembangan shale gas adalah fluid sensitivity.

Menurut saya yang agak beresiko pada shale gas prospect di sedimen tersier di 
Indonesia Barat adalah Ro-nya yang kecil, bahkan dibawah 1. Seandainya ada 
black shale tebal dengan Ro besar pula maka seharusnya bisa kita jadikan target 
eksplorasi kedepan.

Salam,
MJP

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Wikan

Kalau begitu apakah  (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan 
menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale 
gas ?
Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih 
merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ?
Pertanyaan logis kan .

si Abah 



 From: "wikanwindra...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 

Pak Yanto,

Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses 
diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.

Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, 
sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.

Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari 
mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.

Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi 
faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan.

Salam
Wikan
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  "Yanto R. Sumantri"  
Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Rus

Ok , tks pencerahannya .
Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
oleh lingkungan pengendapan .
Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
syarat syarat diatas ???

Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas 
cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?

Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini 
semua ???
Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
peran Badan Geologi dan "Lemigas" 

Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
saja aktifitasnya ,
Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi 
oleh Blok CBM.

si Abah






 From: Ruskamto Soeripto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
 

 
Abah,
Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan
juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi 
lingkungan
tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya
mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang
ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine
dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan 
organic
mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di semua bagian
danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang 
sisanya
adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa
meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??    Saya kira itu
yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang penting 
kriteria
TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.   Mungkin bapak-bapak bisa
menambahkan..
Salam Ruskamto 1061
 
 
 
 
From:Yanto R. Sumantri
[mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 25 Juni 2012 9:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-30 Terurut Topik bahesti
Abah,
Kalau saya cenderung melihat temperature history dari shale dibandingkan umur 
shale. Temp history, selain bisa cerita banyak tentang maturity, juga menjawab 
proses diagenesis maupun alterasi. Mungkin saja shale umur paleozoik mengalami 
uplifted dlm waktu relatif lama, sedangkan burrial time-nya bisa sama dengan 
burrial time shale berumur tersier, sehingga maturity shale paleozoik bisa sama 
dgn shale tersier, ditambah dgn tingginya gradien geotermal misalnya. Cekungan 
tersier di Indonesia barat umumnya hanya mengalami signifikan uplifted pada 
plio-pleistosen, sebelumnya shale tersier terkubur lebih dari 25juta tahun, 
rasanya masih cukup berpotensi. Kalau tdk salah, ada shale berumur tersier yg 
diproduksikan di Amrik (cmiiw). 

Iseng-iseng evaluasi shale sebenarnya secara tidak langsung memberikan 
"updating" terhadap potensi sisa HC di dalam kitchen/source rock suatu 
cekungan, itu menurut yg pro-shale gas...

Salam shale,

Fatrial B

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Wikan

Kalau begitu apakah  (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan 
menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale 
gas ?
Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih 
merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ?
Pertanyaan logis kan .

si Abah 



 From: "wikanwindra...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 

Pak Yanto,

Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses 
diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.

Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, 
sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.

Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari 
mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.

Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi 
faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan.

Salam
Wikan
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  "Yanto R. Sumantri"  
Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Rus

Ok , tks pencerahannya .
Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
oleh lingkungan pengendapan .
Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
syarat syarat diatas ???

Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas 
cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?

Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini 
semua ???
Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
peran Badan Geologi dan "Lemigas" 

Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
saja aktifitasnya ,
Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi 
oleh Blok CBM.

si Abah






 From: Ruskamto Soeripto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
 

 
Abah,
Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan
juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi 
lingkungan
tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya
mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang
ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine
dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan 
organic
mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di semua bagian
danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang 
sisanya
adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa
meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??    Saya kira itu
yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang penting 
kriteria
TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.   Mungkin bapak-bapak bisa
menambahkan..
Salam Ruskamto 1061
 
 
 
 
From:Yanto R. Sumantri

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-29 Terurut Topik Anggoro Dradjat
Dear Mas Wikan,

Kalau pada batuan carbonate fracture reservoir tempat sekarang aku bekerja
memang jelas sekali hubungan antara diagenesa, mineralisasi dan sifat
mekaniknya.

Kalau pada batuan basement fracture reservoir kita bisa menjumpai
batuan-batuan yang sama akan tetapi dengan proses diagenesa yang berbeda
maka akan dapat menyebabkan jumlah fracture yang terbentuk berbeda pula,
mungkin perlu juga ada yang meneliti hubungan antara hydrotermal alterasi
pada batuan basement dengan sifat mekanik semisal rock strength dari batuan
dari suatu lapangan minyak atau atau dar singkapan.

Saya pernah menghitung rock strength batuan Tufa pakai excell  dari salah
satu sumur pada lapangan Jatibarang dengan menggunakan data dari IPA
publish paper, perhitungan tersebut menunjukan bahwa Tufa dengan rock
strength yang lebih rendah akan memiliki fracture yang lebih banyak akan
mempunyai porositas yang lebih tinggi dan juga merupakan zona yang fracable.

Kalau  Mas Wikan ketemu paper yang menghubungkan shale diagenesa dengan
sifat mekaniknya boleh dong saya dikirimi.


Salam
Anggoro Dradjat



Pak Yanto,
>
> Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses
> diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.
>
> Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil,
> sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.
>
> Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement)
> dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.
>
> Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga
> menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan.
>
> Salam
> Wikan
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> --
> *From: * "Yanto R. Sumantri" 
> *Date: *Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT)
> *To: *iagi-net@iagi.or.id
> *ReplyTo: * 
> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
> Rus
>
> Ok , tks pencerahannya .
> Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini
> sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content
> ditentukan oleh lingkungan pengendapan .
> Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia
> memenuhi syarat syarat diatas ???
>
> Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat
> shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?
>
> Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk
> meneliti ini semua ???
> Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah ,
> bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" 
>
> Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi
> pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak
> tahu apa saja aktifitasnya ,
> Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu
> ditutupi oleh Blok CBM.
>
> si Abah
>
>
>
>
>   --
> *From:* Ruskamto Soeripto 
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Monday, June 25, 2012 5:00 PM
> *Subject:* RE: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>  Abah,
> Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung
> sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
> Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral
> high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan
> juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
> source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.
>   Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local
> depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area
> dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale
> Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu
> penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya
> (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di semua bagian danau,
> sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya
> adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya
> bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??Saya
> kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang
> penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.
>   Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan..
> Salam Ruskamto 1061
>
>
>
>
>  *From:* Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com]
> *Sent:* 25 Juni 2012 9:52
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>  Pak Rus
>
>  Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar d

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-29 Terurut Topik aswanoor
Pp 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Wikan

Kalau begitu apakah  (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan 
menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale 
gas ?
Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih 
merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ?
Pertanyaan logis kan .

si Abah 



 From: "wikanwindra...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 

Pak Yanto,

Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses 
diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.

Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, 
sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.

Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari 
mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.

Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi 
faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan.

Salam
Wikan
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  "Yanto R. Sumantri"  
Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Rus

Ok , tks pencerahannya .
Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
oleh lingkungan pengendapan .
Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
syarat syarat diatas ???

Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas 
cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?

Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini 
semua ???
Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
peran Badan Geologi dan "Lemigas" 

Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
saja aktifitasnya ,
Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi 
oleh Blok CBM.

si Abah






 From: Ruskamto Soeripto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
 

 
Abah,
Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan
juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi 
lingkungan
tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya
mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang
ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine
dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan 
organic
mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di semua bagian
danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang 
sisanya
adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa
meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??    Saya kira itu
yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang penting 
kriteria
TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.   Mungkin bapak-bapak bisa
menambahkan..
Salam Ruskamto 1061
 
 
 
 
From:Yanto R. Sumantri
[mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 25 Juni 2012 9:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 
Pak Rus
 
Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale
dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted
env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ?
 
si Abah
 


 
From:Ruskamto

To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news


Saya
pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di
US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga
sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt
dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness
dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic
Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak.
R

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-29 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Wikan

Kalau begitu apakah  (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan 
menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale 
gas ?
Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih 
merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ?
Pertanyaan logis kan .

si Abah 



 From: "wikanwindra...@yahoo.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 

Pak Yanto,

Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses 
diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.

Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, 
sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.

Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari 
mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.

Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi 
faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan.

Salam
Wikan
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  "Yanto R. Sumantri"  
Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Rus

Ok , tks pencerahannya .
Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
oleh lingkungan pengendapan .
Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
syarat syarat diatas ???

Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas 
cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?

Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini 
semua ???
Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
peran Badan Geologi dan "Lemigas" 

Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
saja aktifitasnya ,
Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi 
oleh Blok CBM.

si Abah






 From: Ruskamto Soeripto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
 

 
Abah,
Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan
juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi 
lingkungan
tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya
mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang
ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine
dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan 
organic
mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di semua bagian
danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang 
sisanya
adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa
meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??    Saya kira itu
yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang penting 
kriteria
TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.   Mungkin bapak-bapak bisa
menambahkan..
Salam Ruskamto 1061
 
 
 
 
From:Yanto R. Sumantri
[mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 25 Juni 2012 9:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 
Pak Rus
 
Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale
dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted
env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ?
 
si Abah
 


 
From:Ruskamto

To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news


Saya
pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di
US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga
sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt
dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness
dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic
Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak.
RUS 1061


 
From: Anggoro Dradjat  
Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700
To: 
ReplyTo:  
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 
Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di
formasi 

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-29 Terurut Topik wikanwindrasto
Pak Yanto,

Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses 
diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.

Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, 
sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.

Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari 
mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.

Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi 
faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan.

Salam
Wikan
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Rus

Ok , tks pencerahannya .
Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
oleh lingkungan pengendapan .
Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
syarat syarat diatas ???

Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas 
cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?

Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini 
semua ???
Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
peran Badan Geologi dan "Lemigas" 

Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
saja aktifitasnya ,
Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi 
oleh Blok CBM.

si Abah






 From: Ruskamto Soeripto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
 

 
Abah,
Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan
juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi 
lingkungan
tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya
mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang
ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine
dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan 
organic
mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di semua bagian
danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang 
sisanya
adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa
meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??    Saya kira itu
yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang penting 
kriteria
TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.   Mungkin bapak-bapak bisa
menambahkan..
Salam Ruskamto 1061
 
 
 
 
From:Yanto R. Sumantri
[mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 25 Juni 2012 9:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 
Pak Rus
 
Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale
dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted
env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ?
 
si Abah
 


 
From:Ruskamto

To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news


Saya
pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di
US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga
sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt
dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness
dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic
Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak.
RUS 1061


 
From: Anggoro Dradjat  
Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700
To: 
ReplyTo:  
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 
Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di
formasi apa? kalau ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra
Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin,
Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM,
horizontal layeringnya terlihat jelas  adanya Vertikal Transfer Isotropic
yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal,
perubahan TOC dari shale  juga tercermin dari sonic resistivity DlogR.
Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya  dan ngak fracable.
Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi se

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-26 Terurut Topik Bandono Salim
Koh Mail, biasanya yang ditarul di litbang itu orangnya mbrengkele tidak nurut 
atasan.
Kalau mrk diberi tugas neliti kan buagus, jadi keloompok elit teliti , salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Ismail" 
Date: Wed, 27 Jun 2012 03:04:12 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Namanya juga Litbang = Sulit Berkembang , , . he he he he 

Ism
NA 892

Sent by Liamsi's Mobile Phone

-Original Message-
From: "Bandono Salim" 
Date: Wed, 27 Jun 2012 02:48:42 
To: Iagi
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Jadi pertamina dll tidak punya unit litbang yaa? Pantesan jadi sulit 
berkembang.  
Memang seharusnya lemigas yang pantes, kalau PT juga sama, kecuali kerja sama 
dgn pershaan baru mungkin ada penelitian dgn anggaran besar.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Anggoro Dradjat 
Date: Wed, 27 Jun 2012 09:23:11 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Dear All,

Sesungguhnya ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan itu adalah
milik dari orang-orang yang mau mempelajari; kalaupun ada usaha
ataupun lembaga pemerintah yang mendapatkan dana penelitian  itu lebih
baik.

Perusahaan2 besar di negara maju seperti EXXON selalu mempunyai pusat
penelitian, bahkan perusahaan2an kecil yang baru berdiri pun mereka
melakukan peneilitian sehingga diperusahaan ada posisi Principal
Geologist, yang salah satu pekerjaan adalah melakukan penelitian.

Didunia usaha kita memang lebih didominasi oleh aspek bisnisnya jika
dibanding dengan aspek keilmuannya sehingga seperti yang dikatakan
oleh Pak Alvi "Kurang melakukan kajian komprehensif"
Salah satu yang menarik dari dunia explorasi bagi para investor besar
adalah adalah perjudian sehingga para CEO bersedia mengeluarkan uang
yang banyak untuk spekulasi dengan alam guna mendapatkan return yang
tinggi; sebetulnya posisi kita adalah sebagai GG&RE adalah dalam
rangka mengurangi resiko jadi kuncinya di SDM dan niatan perusahaan
untuk studi yang lebih komprehensif.

Bagi kita2 yang bekerja di KPS dan Pertamina memang sulit untuk
melakukan penelitian karena sangat terikat dengan beban pekerjaan dan
kerahasian data, waktu yang diperlukan untuk mengikuti seminar-
seminar juga terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan
publishing tulisan kita, sesekali mungkin bisa.

Untuk melakukan penelitian membutuhkan 4M: Man, Money, Machine and
Material tapi rasanya agak berat juga untuk mendapatkan fasilitas ini.
Yang paling sulit adalah pertama Money dan yang kedua Material alias
akses data, akses data yang terdapat pada perusahaan-perusahaan besar
sulit untuk didapatkan.
Menurut saya sebaiknya fasiltas penelitian diberikan ke universitas
yang ada karena lebih memungkinkan untuk mewujudkan 4M.
Dengan mengembangkan penelitian shale reservoir di Universitas akan
berdampak langsung terhadap pengembangan SDM shale reservoir dimasa
depan yang mungkin sangat diperlukan.

Selamat datang ke shale fracture reservoir buat Pak Fatrial Bahesti
dari Pertamina EP yang sedang akan melakukan penelitian, untuk ilmu
pengetahuan kita semua yang terlbat dalam tanya jawab ini akan dengan
senang hati akan membantu
dengan gratis jika ada kesulitan.




Salam
Anggoro Dradjat

On 6/26/12, Bandono Salim  wrote:
> Apakah lemigas dan badan geologi punya dana untuk itu?
> Setau aku lemigas cepu untuk pendidikan/kursus, jakarta apa sdh dana untuk
> telirian sebesar itu???
> Sekedar bertanya saja.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: "Yanto R. Sumantri" 
> Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> Rus
>
> Ok , tks pencerahannya .
> Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini
> sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan
> oleh lingkungan pengendapan .
> Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi
> syarat syarat diatas ???
>
> Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale
> gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?
>
> Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti
> ini semua ???
> Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah ,
> bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" 
>
> Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada
> kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu
> apa saja aktifitasnya ,
> Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu
> ditutupi oleh Blok CBM.
>
> si Abah
>
>
>
>
>
> 
>  From: Ruskamto Soeripto 
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sen

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-26 Terurut Topik Ismail
Namanya juga Litbang = Sulit Berkembang , , . he he he he 

Ism
NA 892

Sent by Liamsi's Mobile Phone

-Original Message-
From: "Bandono Salim" 
Date: Wed, 27 Jun 2012 02:48:42 
To: Iagi
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Jadi pertamina dll tidak punya unit litbang yaa? Pantesan jadi sulit 
berkembang.  
Memang seharusnya lemigas yang pantes, kalau PT juga sama, kecuali kerja sama 
dgn pershaan baru mungkin ada penelitian dgn anggaran besar.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Anggoro Dradjat 
Date: Wed, 27 Jun 2012 09:23:11 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Dear All,

Sesungguhnya ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan itu adalah
milik dari orang-orang yang mau mempelajari; kalaupun ada usaha
ataupun lembaga pemerintah yang mendapatkan dana penelitian  itu lebih
baik.

Perusahaan2 besar di negara maju seperti EXXON selalu mempunyai pusat
penelitian, bahkan perusahaan2an kecil yang baru berdiri pun mereka
melakukan peneilitian sehingga diperusahaan ada posisi Principal
Geologist, yang salah satu pekerjaan adalah melakukan penelitian.

Didunia usaha kita memang lebih didominasi oleh aspek bisnisnya jika
dibanding dengan aspek keilmuannya sehingga seperti yang dikatakan
oleh Pak Alvi "Kurang melakukan kajian komprehensif"
Salah satu yang menarik dari dunia explorasi bagi para investor besar
adalah adalah perjudian sehingga para CEO bersedia mengeluarkan uang
yang banyak untuk spekulasi dengan alam guna mendapatkan return yang
tinggi; sebetulnya posisi kita adalah sebagai GG&RE adalah dalam
rangka mengurangi resiko jadi kuncinya di SDM dan niatan perusahaan
untuk studi yang lebih komprehensif.

Bagi kita2 yang bekerja di KPS dan Pertamina memang sulit untuk
melakukan penelitian karena sangat terikat dengan beban pekerjaan dan
kerahasian data, waktu yang diperlukan untuk mengikuti seminar-
seminar juga terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan
publishing tulisan kita, sesekali mungkin bisa.

Untuk melakukan penelitian membutuhkan 4M: Man, Money, Machine and
Material tapi rasanya agak berat juga untuk mendapatkan fasilitas ini.
Yang paling sulit adalah pertama Money dan yang kedua Material alias
akses data, akses data yang terdapat pada perusahaan-perusahaan besar
sulit untuk didapatkan.
Menurut saya sebaiknya fasiltas penelitian diberikan ke universitas
yang ada karena lebih memungkinkan untuk mewujudkan 4M.
Dengan mengembangkan penelitian shale reservoir di Universitas akan
berdampak langsung terhadap pengembangan SDM shale reservoir dimasa
depan yang mungkin sangat diperlukan.

Selamat datang ke shale fracture reservoir buat Pak Fatrial Bahesti
dari Pertamina EP yang sedang akan melakukan penelitian, untuk ilmu
pengetahuan kita semua yang terlbat dalam tanya jawab ini akan dengan
senang hati akan membantu
dengan gratis jika ada kesulitan.




Salam
Anggoro Dradjat

On 6/26/12, Bandono Salim  wrote:
> Apakah lemigas dan badan geologi punya dana untuk itu?
> Setau aku lemigas cepu untuk pendidikan/kursus, jakarta apa sdh dana untuk
> telirian sebesar itu???
> Sekedar bertanya saja.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: "Yanto R. Sumantri" 
> Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> Rus
>
> Ok , tks pencerahannya .
> Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini
> sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan
> oleh lingkungan pengendapan .
> Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi
> syarat syarat diatas ???
>
> Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale
> gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?
>
> Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti
> ini semua ???
> Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah ,
> bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" 
>
> Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada
> kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu
> apa saja aktifitasnya ,
> Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu
> ditutupi oleh Blok CBM.
>
> si Abah
>
>
>
>
>
> 
>  From: Ruskamto Soeripto 
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>
>
> Abah,
> Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
> tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
> Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
> mineral high saline/evap

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-26 Terurut Topik Bandono Salim
Jadi pertamina dll tidak punya unit litbang yaa? Pantesan jadi sulit 
berkembang.  
Memang seharusnya lemigas yang pantes, kalau PT juga sama, kecuali kerja sama 
dgn pershaan baru mungkin ada penelitian dgn anggaran besar.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Anggoro Dradjat 
Date: Wed, 27 Jun 2012 09:23:11 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Dear All,

Sesungguhnya ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan itu adalah
milik dari orang-orang yang mau mempelajari; kalaupun ada usaha
ataupun lembaga pemerintah yang mendapatkan dana penelitian  itu lebih
baik.

Perusahaan2 besar di negara maju seperti EXXON selalu mempunyai pusat
penelitian, bahkan perusahaan2an kecil yang baru berdiri pun mereka
melakukan peneilitian sehingga diperusahaan ada posisi Principal
Geologist, yang salah satu pekerjaan adalah melakukan penelitian.

Didunia usaha kita memang lebih didominasi oleh aspek bisnisnya jika
dibanding dengan aspek keilmuannya sehingga seperti yang dikatakan
oleh Pak Alvi "Kurang melakukan kajian komprehensif"
Salah satu yang menarik dari dunia explorasi bagi para investor besar
adalah adalah perjudian sehingga para CEO bersedia mengeluarkan uang
yang banyak untuk spekulasi dengan alam guna mendapatkan return yang
tinggi; sebetulnya posisi kita adalah sebagai GG&RE adalah dalam
rangka mengurangi resiko jadi kuncinya di SDM dan niatan perusahaan
untuk studi yang lebih komprehensif.

Bagi kita2 yang bekerja di KPS dan Pertamina memang sulit untuk
melakukan penelitian karena sangat terikat dengan beban pekerjaan dan
kerahasian data, waktu yang diperlukan untuk mengikuti seminar-
seminar juga terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan
publishing tulisan kita, sesekali mungkin bisa.

Untuk melakukan penelitian membutuhkan 4M: Man, Money, Machine and
Material tapi rasanya agak berat juga untuk mendapatkan fasilitas ini.
Yang paling sulit adalah pertama Money dan yang kedua Material alias
akses data, akses data yang terdapat pada perusahaan-perusahaan besar
sulit untuk didapatkan.
Menurut saya sebaiknya fasiltas penelitian diberikan ke universitas
yang ada karena lebih memungkinkan untuk mewujudkan 4M.
Dengan mengembangkan penelitian shale reservoir di Universitas akan
berdampak langsung terhadap pengembangan SDM shale reservoir dimasa
depan yang mungkin sangat diperlukan.

Selamat datang ke shale fracture reservoir buat Pak Fatrial Bahesti
dari Pertamina EP yang sedang akan melakukan penelitian, untuk ilmu
pengetahuan kita semua yang terlbat dalam tanya jawab ini akan dengan
senang hati akan membantu
dengan gratis jika ada kesulitan.




Salam
Anggoro Dradjat

On 6/26/12, Bandono Salim  wrote:
> Apakah lemigas dan badan geologi punya dana untuk itu?
> Setau aku lemigas cepu untuk pendidikan/kursus, jakarta apa sdh dana untuk
> telirian sebesar itu???
> Sekedar bertanya saja.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: "Yanto R. Sumantri" 
> Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> Rus
>
> Ok , tks pencerahannya .
> Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini
> sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan
> oleh lingkungan pengendapan .
> Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi
> syarat syarat diatas ???
>
> Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale
> gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?
>
> Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti
> ini semua ???
> Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah ,
> bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" 
>
> Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada
> kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu
> apa saja aktifitasnya ,
> Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu
> ditutupi oleh Blok CBM.
>
> si Abah
>
>
>
>
>
> 
>  From: Ruskamto Soeripto 
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>
>
> Abah,
> Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
> tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
> Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
> mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite
> kemungkinan
> juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
> source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.
>   Kondisi lingkungan
> tsb sangat bervaria

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-26 Terurut Topik fatchurzamil

Kan pemerintah udah punya Lemigas yg tujuan utamanya melakukan penelitian2 
migas dan dananya hrsnya dari pemerintah.  Tinggal mengoptimalkan dan 
memperkuat SDm nya aja yg sdh ada.  Fz

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Anggoro Dradjat 
Date: Wed, 27 Jun 2012 09:23:11 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Dear All,

Sesungguhnya ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan itu adalah
milik dari orang-orang yang mau mempelajari; kalaupun ada usaha
ataupun lembaga pemerintah yang mendapatkan dana penelitian  itu lebih
baik.

Perusahaan2 besar di negara maju seperti EXXON selalu mempunyai pusat
penelitian, bahkan perusahaan2an kecil yang baru berdiri pun mereka
melakukan peneilitian sehingga diperusahaan ada posisi Principal
Geologist, yang salah satu pekerjaan adalah melakukan penelitian.

Didunia usaha kita memang lebih didominasi oleh aspek bisnisnya jika
dibanding dengan aspek keilmuannya sehingga seperti yang dikatakan
oleh Pak Alvi "Kurang melakukan kajian komprehensif"
Salah satu yang menarik dari dunia explorasi bagi para investor besar
adalah adalah perjudian sehingga para CEO bersedia mengeluarkan uang
yang banyak untuk spekulasi dengan alam guna mendapatkan return yang
tinggi; sebetulnya posisi kita adalah sebagai GG&RE adalah dalam
rangka mengurangi resiko jadi kuncinya di SDM dan niatan perusahaan
untuk studi yang lebih komprehensif.

Bagi kita2 yang bekerja di KPS dan Pertamina memang sulit untuk
melakukan penelitian karena sangat terikat dengan beban pekerjaan dan
kerahasian data, waktu yang diperlukan untuk mengikuti seminar-
seminar juga terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan
publishing tulisan kita, sesekali mungkin bisa.

Untuk melakukan penelitian membutuhkan 4M: Man, Money, Machine and
Material tapi rasanya agak berat juga untuk mendapatkan fasilitas ini.
Yang paling sulit adalah pertama Money dan yang kedua Material alias
akses data, akses data yang terdapat pada perusahaan-perusahaan besar
sulit untuk didapatkan.
Menurut saya sebaiknya fasiltas penelitian diberikan ke universitas
yang ada karena lebih memungkinkan untuk mewujudkan 4M.
Dengan mengembangkan penelitian shale reservoir di Universitas akan
berdampak langsung terhadap pengembangan SDM shale reservoir dimasa
depan yang mungkin sangat diperlukan.

Selamat datang ke shale fracture reservoir buat Pak Fatrial Bahesti
dari Pertamina EP yang sedang akan melakukan penelitian, untuk ilmu
pengetahuan kita semua yang terlbat dalam tanya jawab ini akan dengan
senang hati akan membantu
dengan gratis jika ada kesulitan.




Salam
Anggoro Dradjat

On 6/26/12, Bandono Salim  wrote:
> Apakah lemigas dan badan geologi punya dana untuk itu?
> Setau aku lemigas cepu untuk pendidikan/kursus, jakarta apa sdh dana untuk
> telirian sebesar itu???
> Sekedar bertanya saja.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: "Yanto R. Sumantri" 
> Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> Rus
>
> Ok , tks pencerahannya .
> Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini
> sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan
> oleh lingkungan pengendapan .
> Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi
> syarat syarat diatas ???
>
> Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale
> gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?
>
> Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti
> ini semua ???
> Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah ,
> bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" 
>
> Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada
> kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu
> apa saja aktifitasnya ,
> Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu
> ditutupi oleh Blok CBM.
>
> si Abah
>
>
>
>
>
> 
>  From: Ruskamto Soeripto 
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>
>
> Abah,
> Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
> tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
> Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
> mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite
> kemungkinan
> juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
> source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.
>   Kondisi lingkungan
> tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local de

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-26 Terurut Topik Anggoro Dradjat
Dear All,

Sesungguhnya ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan itu adalah
milik dari orang-orang yang mau mempelajari; kalaupun ada usaha
ataupun lembaga pemerintah yang mendapatkan dana penelitian  itu lebih
baik.

Perusahaan2 besar di negara maju seperti EXXON selalu mempunyai pusat
penelitian, bahkan perusahaan2an kecil yang baru berdiri pun mereka
melakukan peneilitian sehingga diperusahaan ada posisi Principal
Geologist, yang salah satu pekerjaan adalah melakukan penelitian.

Didunia usaha kita memang lebih didominasi oleh aspek bisnisnya jika
dibanding dengan aspek keilmuannya sehingga seperti yang dikatakan
oleh Pak Alvi "Kurang melakukan kajian komprehensif"
Salah satu yang menarik dari dunia explorasi bagi para investor besar
adalah adalah perjudian sehingga para CEO bersedia mengeluarkan uang
yang banyak untuk spekulasi dengan alam guna mendapatkan return yang
tinggi; sebetulnya posisi kita adalah sebagai GG&RE adalah dalam
rangka mengurangi resiko jadi kuncinya di SDM dan niatan perusahaan
untuk studi yang lebih komprehensif.

Bagi kita2 yang bekerja di KPS dan Pertamina memang sulit untuk
melakukan penelitian karena sangat terikat dengan beban pekerjaan dan
kerahasian data, waktu yang diperlukan untuk mengikuti seminar-
seminar juga terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan
publishing tulisan kita, sesekali mungkin bisa.

Untuk melakukan penelitian membutuhkan 4M: Man, Money, Machine and
Material tapi rasanya agak berat juga untuk mendapatkan fasilitas ini.
Yang paling sulit adalah pertama Money dan yang kedua Material alias
akses data, akses data yang terdapat pada perusahaan-perusahaan besar
sulit untuk didapatkan.
Menurut saya sebaiknya fasiltas penelitian diberikan ke universitas
yang ada karena lebih memungkinkan untuk mewujudkan 4M.
Dengan mengembangkan penelitian shale reservoir di Universitas akan
berdampak langsung terhadap pengembangan SDM shale reservoir dimasa
depan yang mungkin sangat diperlukan.

Selamat datang ke shale fracture reservoir buat Pak Fatrial Bahesti
dari Pertamina EP yang sedang akan melakukan penelitian, untuk ilmu
pengetahuan kita semua yang terlbat dalam tanya jawab ini akan dengan
senang hati akan membantu
dengan gratis jika ada kesulitan.




Salam
Anggoro Dradjat

On 6/26/12, Bandono Salim  wrote:
> Apakah lemigas dan badan geologi punya dana untuk itu?
> Setau aku lemigas cepu untuk pendidikan/kursus, jakarta apa sdh dana untuk
> telirian sebesar itu???
> Sekedar bertanya saja.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: "Yanto R. Sumantri" 
> Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> Rus
>
> Ok , tks pencerahannya .
> Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini
> sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan
> oleh lingkungan pengendapan .
> Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi
> syarat syarat diatas ???
>
> Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale
> gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?
>
> Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti
> ini semua ???
> Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah ,
> bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" 
>
> Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada
> kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu
> apa saja aktifitasnya ,
> Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu
> ditutupi oleh Blok CBM.
>
> si Abah
>
>
>
>
>
> 
>  From: Ruskamto Soeripto 
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
> Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>
>
> Abah,
> Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
> tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
> Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
> mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite
> kemungkinan
> juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
> source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.
>   Kondisi lingkungan
> tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat
> kaya
> mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot”
> yang
> ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine
> dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan
> organic
> mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-26 Terurut Topik Bandono Salim
Apakah lemigas dan badan geologi punya dana untuk itu?
Setau aku lemigas cepu untuk pendidikan/kursus, jakarta apa sdh dana untuk 
telirian sebesar itu???
Sekedar bertanya saja. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Rus

Ok , tks pencerahannya .
Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
oleh lingkungan pengendapan .
Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
syarat syarat diatas ???

Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas 
cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?

Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini 
semua ???
Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
peran Badan Geologi dan "Lemigas" 

Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
saja aktifitasnya ,
Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi 
oleh Blok CBM.

si Abah






 From: Ruskamto Soeripto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
 

 
Abah,
Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan
juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi 
lingkungan
tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya
mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang
ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine
dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan 
organic
mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di semua bagian
danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang 
sisanya
adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa
meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??    Saya kira itu
yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang penting 
kriteria
TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.   Mungkin bapak-bapak bisa
menambahkan..
Salam Ruskamto 1061
 
 
 
 
From:Yanto R. Sumantri
[mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 25 Juni 2012 9:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 
Pak Rus
 
Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale
dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted
env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ?
 
si Abah
 


 
From:Ruskamto

To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news


Saya
pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di
US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga
sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt
dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness
dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic
Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak.
RUS 1061


 
From: Anggoro Dradjat  
Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700
To: 
ReplyTo:  
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 
Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di
formasi apa? kalau ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra
Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin,
Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM,
horizontal layeringnya terlihat jelas  adanya Vertikal Transfer Isotropic
yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal,
perubahan TOC dari shale  juga tercermin dari sonic resistivity DlogR.
Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya  dan ngak fracable.
Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat
dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona
resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale.
Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat
shale?
Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi
ngak pernah menang perang...heee...h


Salam
Anggoro Dradjat


On Sun,
Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-26 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
2012/6/26 rakhmadi avianto 

> aBAH
> Mengenai CBM Abah Yanto (handicap single) kluarnya pelan makanya rada pada
> mandek, ExxonMobil udah ninggalin blok yg di Kalimantan, issauenya "rate
> too small to be gas getter"
> Yah buntut2 nya ngga ekonomis kalee
>

Saya kira kalau kendala tidak dikembangkan karena keekonomian ini mungkin
soal skala (resources size) dan atau portofolio. Namun belum tentu tidak
potensial secara tehnis.
Kalau secara tehnis memang tidak memungkinkan, misal immature, atau non
source potential saya kira pantaslah untuk ditinggalkan. Tetapi, Saya yakin
keekonomian ini berawal dari split atau pembagian produksi yang semestinya
bukan sebuah harga mati tetapi sesuatu yang dapat "didiskusikan" atau
"negotiable".

Untuk negosiasi inilah diperlukan "knowlege" ata pengetahuan tentang barang
yang akan dijual-belikan. Tanpa mengetahui jenis dan karakteristik serta
kualitas barang yang dijual tentusaja susah untuk melakukan negosiasi.
Pemerintah (host country) juga operator perlu benar-benar mengetahui betapa
sulitnya mengeksplorasi dan memproduksi, tetapi juga harus tahu betapa
besarnya keuntungan bila project itu bisa di'material'kan. Dan harus
sama-sama untung (win-win).

Nah saya ngga tahu exit-nya EM ini karena hal apa ?
Belum tentu di tempat lain atau operator lain mengalami hal yang sama.

rdp


Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-26 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Avi

Ini contoh , bahwa kita kurang melakukan kajian yang komprehensif , jadinya 
cuma kabita sama suksesnya orang lain .
Semoga tidak terulang pad shale gas.

yrs



 From: rakhmadi avianto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Tuesday, June 26, 2012 2:58 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 

aBAH

Mengenai CBM Abah Yanto (handicap single) kluarnya pelan makanya rada pada 
mandek, ExxonMobil udah ninggalin blok yg di Kalimantan, issauenya "rate too 
small to be gas getter"

Yah buntut2 nya ngga ekonomis kalee

Salam
Avi



2012/6/26 Yanto R. Sumantri 

Rus
>
>
>Ok , tks pencerahannya .
>Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
>sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
>oleh lingkungan pengendapan .
>Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
>syarat syarat diatas ???
>
>
>Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale 
>gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?
>
>
>Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti 
>ini semua ???
>Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
>peran Badan Geologi dan "Lemigas" 
>
>
>Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
>kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
>saja aktifitasnya ,
>Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi 
>oleh Blok CBM.
>
>
>si Abah
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> From: Ruskamto Soeripto 
>To: iagi-net@iagi.or.id 
>Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
>Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
> 
>
>
>Abah,
>Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
>Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan
juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi 
lingkungan
tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya
mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang
ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine
dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan 
organic
mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di semua bagian
danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang 
sisanya
adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa
meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??    Saya kira itu
yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang penting 
kriteria
TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.   Mungkin bapak-bapak bisa
menambahkan..
>Salam Ruskamto 1061
> 
> 
> 
> 
>From:Yanto R. Sumantri
[mailto:yrs_...@yahoo.com] 
>Sent: 25 Juni 2012 9:52
>To: iagi-net@iagi.or.id
>Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> 
>Pak Rus
> 
>Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale
dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted
env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ?
> 
>si Abah
> 
>
>
> 
>From:Ruskamto

>To: iagi-net@iagi.or.id 
>Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM
>Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>
>
>Saya
pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di
US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga
sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt
dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness
dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic
Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak.
>RUS 1061
>
>
> 
>From: Anggoro Dradjat  
>Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700
>To: 
>ReplyTo:  
>Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
> 
>Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di
formasi apa? kalau ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra
Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin,
>Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM,
horizontal layeringnya terlihat jelas  adanya Vertikal Transfer Isotropic
yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal,
perubahan TOC dari shale  juga t

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-26 Terurut Topik rakhmadi avianto
aBAH

Mengenai CBM Abah Yanto (handicap single) kluarnya pelan makanya rada pada
mandek, ExxonMobil udah ninggalin blok yg di Kalimantan, issauenya "rate
too small to be gas getter"

Yah buntut2 nya ngga ekonomis kalee

Salam
Avi


2012/6/26 Yanto R. Sumantri 

> Rus
>
> Ok , tks pencerahannya .
> Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini
> sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content
> ditentukan oleh lingkungan pengendapan .
> Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia
> memenuhi syarat syarat diatas ???
>
> Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat
> shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?
>
> Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk
> meneliti ini semua ???
> Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah ,
> bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" 
>
> Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi
> pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak
> tahu apa saja aktifitasnya ,
> Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu
> ditutupi oleh Blok CBM.
>
> si Abah
>
>
>
>
>   ------------------
> *From:* Ruskamto Soeripto 
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Monday, June 25, 2012 5:00 PM
> *Subject:* RE: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>  Abah,
> Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung
> sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
> Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral
> high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan
> juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
> source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.
>   Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local
> depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area
> dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale
> Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu
> penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya
> (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di semua bagian danau,
> sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya
> adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya
> bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??Saya
> kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang
> penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.
>   Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan..
> Salam Ruskamto 1061
>
>
>
>
>  *From:* Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com]
> *Sent:* 25 Juni 2012 9:52
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>  Pak Rus
>
>  Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale
> dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/
> restricted env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ?
>
>  si Abah
>
>--
>  *From:* Ruskamto 
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Sent:* Monday, June 25, 2012 7:19 AM
> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>
>   Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas
> yang sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric
> marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur
> authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi
> dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb.
> Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar..
> Sekedar meramaikan diskusi Pak.
> RUS 1061
>  --
>  *From: *Anggoro Dradjat 
>  *Date: *Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700
>  *To: *
>  *ReplyTo: *
>  *Subject: *Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
>  Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau
> ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan
> dari lingkungan pengedapan Lacustrin,
> Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM,
> horizontal layeringnya terlihat jelas  adanya Vertikal Transfer Isotropic
> yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal,
> perubahan TOC dari shale  juga tercermin dari sonic resistivity DlogR.
> Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya  dan ngak fracable.
> Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan
> dilihat da

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-25 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Rus

Ok , tks pencerahannya .
Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini 
sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan 
oleh lingkungan pengendapan .
Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi 
syarat syarat diatas ???

Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas 
cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ?

Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini 
semua ???
Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana 
peran Badan Geologi dan "Lemigas" 

Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada 
kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa 
saja aktifitasnya ,
Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi 
oleh Blok CBM.

si Abah






 From: Ruskamto Soeripto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news
 

 
Abah,
Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan,
tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.
Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya
mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan
juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga
source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi 
lingkungan
tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya
mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang
ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine
dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan 
organic
mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di semua bagian
danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% dan yang 
sisanya
adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa
meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??    Saya kira itu
yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  yang penting 
kriteria
TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.   Mungkin bapak-bapak bisa
menambahkan..
Salam Ruskamto 1061
 
 
 
 
From:Yanto R. Sumantri
[mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 25 Juni 2012 9:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 
Pak Rus
 
Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale
dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted
env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ?
 
si Abah
 


 
From:Ruskamto

To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news


Saya
pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di
US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga
sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt
dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness
dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic
Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak.
RUS 1061


 
From: Anggoro Dradjat  
Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700
To: 
ReplyTo:  
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 
Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di
formasi apa? kalau ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra
Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin,
Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM,
horizontal layeringnya terlihat jelas  adanya Vertikal Transfer Isotropic
yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal,
perubahan TOC dari shale  juga tercermin dari sonic resistivity DlogR.
Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya  dan ngak fracable.
Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat
dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona
resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale.
Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat
shale?
Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi
ngak pernah menang perang...heee...h


Salam
Anggoro Dradjat


On Sun,
Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el  wrote:
Apakah
itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi sebelumnya
sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM itu dg jumlah
PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh. Atau ada info2 lain ?
 
Wass,
nyoto 
On Sun,
Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda 
wrote:
Tadi saya
barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eks

RE: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-25 Terurut Topik Ruskamto Soeripto
Abah,

Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah 
maturity dan type karogen dari sourcenya Pak.

Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high 
saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika 
bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale.  Sehingga source rock 
bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif.   Kondisi lingkungan 
tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya 
mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang 
ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas.  Berbeda dengan sistem lacustrine 
dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan 
organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan  “hampir” merata di 
semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”.  Kalau TOCnya 1-2% 
dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah 
brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??  
  Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk,  
yang penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut.   
Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan..

Salam Ruskamto 1061

 

 

 

 

From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 25 Juni 2012 9:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

 

Pak Rus

 

Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale 
yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa 
pengaruhnya untuk kandungan gas methane ?

 

si Abah

 

  _  

From: Ruskamto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news





Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang 
sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine 
hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite 
mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung 
brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk 
Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi 
Pak.
RUS 1061

  _  

From: Anggoro Dradjat  

Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700

To: 

ReplyTo:  

Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

 

Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak 
salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari 
lingkungan pengedapan Lacustrin,
Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, 
horizontal layeringnya terlihat jelas  adanya Vertikal Transfer Isotropic yang 
menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, perubahan TOC 
dari shale  juga tercermin dari sonic resistivity DlogR.
Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya  dan ngak fracable.
Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat 
dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona 
resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale.
Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat 
shale?
Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi 
ngak pernah menang perang...heee...h


Salam
Anggoro Dradjat



On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el  wrote:

Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi 
sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM itu 
dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh. Atau ada 
info2 lain ?

 

Wass,

nyoto 

On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda  wrote:

Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas di 
polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya warnanya 
abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan organic rich 
shale yg mereka dapatkan.



Naslin


From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com
Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news 


Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration, dg 
exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM merasa 
bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya waktu di sana 
ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan hampir seluruh 
dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top of the nudge lah

> 

>Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale Gas, ini 
>yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang dari mana dan 
>dasarnya apa?

>

>Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di Kempinski 
>Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, artinya 
>research yg ter-integra

RE: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-24 Terurut Topik Ruskamto Soeripto
Pak Naslin, memang anda ahlinya Shale Gas nih...

Trims atas kiriman link-nya.. saya bisa berkesempatan mengikuti perkembangan 
shale gas/oil..  

Dari semua shale gas yang sukses kuncinya adalah “brittleness” supaya fract 
bisa menghasilkan rate yang ekonomis..

Monterey.. walaupun miocene tapi berupa organic rich chert/silicious shale dari 
diatomite ooze yang brittle.

Ngomong-ngomong siapa yang berani produksi oil di Pantai California dengan 
ngefract lagi, apa kuat bayar ongkos environmental ?

St Babara channel saja di tutup.. 

RUS 1061   

 

From: naslin lainda [mailto:nas...@rediffmail.com] 
Sent: 25 Juni 2012 9:46
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

 

Sebenarnya ada Monterey shale yg berumur Miocene di California, tapi produksi 
oil...bukan gas. 
Betul kata Pak Rus, shale gas yg sukses di US umumnya memang berumur Paleozoic. 
Juga shale 
gas2 yg sudah di bor di tempat lain umumnya juga Paleozoic, seperti Hot Qusaiba 
shale di Arab 
saudi, dan Murteree & Roseneath Shale di Cooper basin Australia. Keduanya 
hasilnya lumayan 
sukses, tidak seperti di Polandia yg juga berumur Paleozoic. 

Buat yang mau baca2ini ada link website yg bagus ttg shale gas resources: 
http://geology.com/energy/world-shale-gas/


Naslin

On Mon, 25 Jun 2012 06:22:21 +0530 wrote
> Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang 
> sukses di US 
adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. 
Sweetspot 
organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, 
anhydrite dll (CMIIW). 
Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas 
tsb. Sukses story 
untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan 
diskusi Pak.
>RUS 1061


 
<http://sigads.rediff.com/RealMedia/ads/click_nx.ads/www.rediffmail.com/signatureline.htm@Middle?>
 

 


Follow Rediff Deal ho jaye! 
<http://track.rediff.com/click?url=___http://dealhojaye.rediff.com?sc_cid=rediffmailsignature___&cmp=signature&lnk=rediffmailsignature&newservice=deals>
  to get exciting offers in your city everyday.

 



Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-24 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Pak Rus

Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale 
yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa 
pengaruhnya untuk kandungan gas methane ?

si Abah



 From: Ruskamto 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
 

Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang 
sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine 
hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite 
mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung 
brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk 
Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi 
Pak.
RUS 1061


From:  Anggoro Dradjat  
Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700
To: 
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak 
salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari 
lingkungan pengedapan Lacustrin,
Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, 
horizontal layeringnya terlihat jelas  adanya Vertikal Transfer Isotropic yang 
menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, perubahan TOC 
dari shale  juga tercermin dari sonic resistivity DlogR.
Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya  dan ngak fracable.
Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat 
dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona 
resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale.
Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat 
shale?
Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi 
ngak pernah menang perang...heee...h


Salam
Anggoro Dradjat



On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el  wrote:

Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi 
sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM itu 
dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh. Atau ada 
info2 lain ?
> 
>Wass,
>nyoto 
>
>
>On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda  wrote:
>
>Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas di 
>polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya warnanya 
>abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan organic rich 
>shale yg mereka dapatkan.
>>
>>
>>
>>Naslin
>>
>>
>>From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com
>>Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530
>>To: iagi-net@iagi.or.id
>>Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news 
>>
>>Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration, dg 
>>exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM 
>>merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya 
>>waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan 
>>hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top of 
>>the nudge lah
>>
>>> 
>>
>>>Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale Gas, 
>>>ini yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang dari 
>>>mana dan dasarnya apa?
>>
>>>
>>
>>>Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di Kempinski 
>>>Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, artinya 
>>>research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn menyangkut 
>>>fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable menjadi 
>>>permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi dalam 
>>>research ini.
>>
>>> 
>>
>>>Salam,
>>
>>>Avi NPA 0
>>
>>>Nomor cantik
>>
>>>
>>
>>> 
>>On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti  wrote:
>>
>>> 
>>Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist for 
>>shale gas exploration..
>>>
>>>>
>>>ExxonMobil in Poland shale exit
>>>By Kathrine Schmidt and news wires 
>>> 18 June 2012 18:00 GMT 
>>>Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made the 
>>>decision to call off further exploration there, a spokesman said Monday. 
>>>"There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow rates 
>>>in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil spokesman 
>&g

Re: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-24 Terurut Topik naslin lainda
Sebenarnya ada Monterey shale yg berumur Miocene di California, tapi produksi 
oil...bukan gas. 
Betul kata Pak Rus, shale gas yg sukses di US umumnya memang berumur Paleozoic. 
Juga shale 
gas2 yg sudah di bor di tempat lain umumnya juga Paleozoic, seperti Hot Qusaiba 
shale di Arab 
saudi, dan Murteree & Roseneath Shale di Cooper basin Australia. Keduanya 
hasilnya lumayan 
sukses, tidak seperti di Polandia yg juga berumur Paleozoic. 

Buat yang mau baca2ini ada link website yg bagus ttg shale gas resources: 
http://geology.com/energy/world-shale-gas/


Naslin

On Mon, 25 Jun 2012 06:22:21 +0530  wrote
>  Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang 
> sukses di US 
adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. 
Sweetspot 
organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, 
anhydrite dll (CMIIW). 
Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas 
tsb. Sukses story 
untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan 
diskusi Pak.
>RUS 1061

Re: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-24 Terurut Topik naslin lainda
Kalau berdasarkan report yg di publish oleh Advanced resource International Inc 
("Worldwide 
gas shales and unconventional gas, 2009) Gas shales di Polandia ini adanya di 
cekungan Large 
Baltic  di Polandia utara, nama formasinya tidak disebutkan tapi umurnya 
Silurian. Selain 
disitu, ada juga prospect shale gas di depresi Podlasie dan cekungan Lublin.

Naslin  



On Sun, 24 Jun 2012 18:00:34 +0530  wrote
>Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak 
>salah yang di 
Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari lingkungan 
pengedapan Lacustrin,
Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, 
horizontal layeringnya 
terlihat jelas  adanya Vertikal Transfer Isotropic yang menggambarkan perbedaan 
cepat rambat 
gelombang P secara vertikal, perubahan TOC dari shale  juga tercermin dari 
sonic resistivity 
DlogR.

Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya  dan ngak fracable.
Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat 
dahulu dari 
data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona resistivitas yang 
tinggi dan zona 
anisotropi dari shale.

Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat 
shale?
Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi 
ngak pernah menang 
perang...heee...h


Salam

Anggoro Dradjat


Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-24 Terurut Topik Ruskamto
Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang 
sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine 
hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite 
mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung 
brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk 
Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi 
Pak.
RUS 1061
-Original Message-
From: Anggoro Dradjat 
Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news

Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau
ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan
dari lingkungan pengedapan Lacustrin,
Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM,
horizontal layeringnya terlihat jelas  adanya Vertikal Transfer Isotropic
yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal,
perubahan TOC dari shale  juga tercermin dari sonic resistivity DlogR.
Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya  dan ngak fracable.
Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan
dilihat dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan
zona resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale.
Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget
buat shale?
Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi
ngak pernah menang perang...heee...h


Salam
Anggoro Dradjat


On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el  wrote:

> Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi
> sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM
> itu dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh.
> Atau ada info2 lain ?
>
> Wass,
> nyoto
>
> On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda wrote:
>
>> Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas
>> di polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya
>> warnanya abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan
>> organic rich shale yg mereka dapatkan.
>>
>>
>>
>> Naslin
>>
>>
>> From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com
>> Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>>
>> Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration,
>> dg exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM
>> merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya
>> waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan
>> hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top
>> of the nudge lah
>>
>> >
>>
>> >Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale
>> Gas, ini yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang
>> dari mana dan dasarnya apa?
>>
>> >
>>
>> >Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di
>> Kempinski Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero,
>> artinya research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn
>> menyangkut fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable
>> menjadi permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi
>> dalam research ini.
>>
>> >
>>
>> >Salam,
>>
>> >Avi NPA 0
>>
>> >Nomor cantik
>>
>> >
>>
>> >
>> On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti 
>> http://ajaxprism/writemail?mode=mail_to_individual&email=bahe...@gmail.com>
>> > wrote:
>>
>> >
>>
>>  Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist
>> for shale gas exploration..
>>
>> > ExxonMobil in Poland shale exit
>>
>> By Kathrine Schmidt and news wires
>>
>>  18 June 2012 18:00 GMT
>>  *Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made
>> the decision to call off further exploration there, a spokesman said
>> Monday. *
>>
>> "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow
>> rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil
>> spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email.
>>
>> "We do not have additional drilling plans in Poland."
>>
>> The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to some
>> of the technical challenges of drill

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-24 Terurut Topik nyoto - ke-el
Yg jelas operatornya EM (Exxon-Mobil) dari negara adidaya & sudah menang
perang di Iraq ...?

Terus apa hubungannya dg Shale Gas  ?


Wass,
nyoto



On Sun, Jun 24, 2012 at 8:29 PM, Anggoro Dradjat wrote:

> Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau
> ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan
> dari lingkungan pengedapan Lacustrin,
> Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM,
> horizontal layeringnya terlihat jelas  adanya Vertikal Transfer Isotropic
> yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal,
> perubahan TOC dari shale  juga tercermin dari sonic resistivity DlogR.
> Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya  dan ngak fracable.
> Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan
> dilihat dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan
> zona resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale.
> Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget
> buat shale?
> Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia
> tapi ngak pernah menang perang...heee...h
>
>
> Salam
> Anggoro Dradjat
>
>
>
> On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el wrote:
>
>> Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah
>> interpretasi sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya
>> operator sebesar EM itu dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi),
>> tidak mungkin deh. Atau ada info2 lain ?
>>
>> Wass,
>> nyoto
>>
>>  On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda wrote:
>>
>>> Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas
>>> di polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya
>>> warnanya abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan
>>> organic rich shale yg mereka dapatkan.
>>>
>>>
>>>
>>> Naslin
>>>
>>>
>>> From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com
>>> Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530
>>> To: iagi-net@iagi.or.id
>>> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>>>
>>> Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas
>>> Exploration, dg exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya
>>> yg alumnus EM merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston
>>> setahu saya waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil
>>> dari lulusan hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya
>>> lulusan Top of the nudge lah
>>>
>>> >
>>>
>>> >Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale
>>> Gas, ini yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang
>>> dari mana dan dasarnya apa?
>>>
>>> >
>>>
>>> >Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di
>>> Kempinski Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero,
>>> artinya research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn
>>> menyangkut fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable
>>> menjadi permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi
>>> dalam research ini.
>>>
>>> >
>>>
>>> >Salam,
>>>
>>> >Avi NPA 0
>>>
>>> >Nomor cantik
>>>
>>> >
>>>
>>> >
>>> On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti 
>>> http://ajaxprism/writemail?mode=mail_to_individual&email=bahe...@gmail.com>
>>> > wrote:
>>>
>>> >
>>>
>>>  Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist
>>> for shale gas exploration..
>>>
>>> > ExxonMobil in Poland shale exit
>>>
>>> By Kathrine Schmidt and news wires
>>>
>>>  18 June 2012 18:00 GMT
>>>  *Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has
>>> made the decision to call off further exploration there, a spokesman said
>>> Monday. *
>>>
>>> "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow
>>> rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil
>>> spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email.
>>>
>>> "We do not have additional drilling plans in Poland."
>>>
>>> The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to so

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-24 Terurut Topik Anggoro Dradjat
Nama cekungan yang di Polandia  itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau
ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan
dari lingkungan pengedapan Lacustrin,
Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM,
horizontal layeringnya terlihat jelas  adanya Vertikal Transfer Isotropic
yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal,
perubahan TOC dari shale  juga tercermin dari sonic resistivity DlogR.
Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya  dan ngak fracable.
Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan
dilihat dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan
zona resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale.
Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget
buat shale?
Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi
ngak pernah menang perang...heee...h


Salam
Anggoro Dradjat


On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el  wrote:

> Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi
> sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM
> itu dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh.
> Atau ada info2 lain ?
>
> Wass,
> nyoto
>
> On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda wrote:
>
>> Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas
>> di polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya
>> warnanya abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan
>> organic rich shale yg mereka dapatkan.
>>
>>
>>
>> Naslin
>>
>>
>> From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com
>> Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>>
>> Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration,
>> dg exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM
>> merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya
>> waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan
>> hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top
>> of the nudge lah
>>
>> >
>>
>> >Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale
>> Gas, ini yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang
>> dari mana dan dasarnya apa?
>>
>> >
>>
>> >Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di
>> Kempinski Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero,
>> artinya research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn
>> menyangkut fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable
>> menjadi permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi
>> dalam research ini.
>>
>> >
>>
>> >Salam,
>>
>> >Avi NPA 0
>>
>> >Nomor cantik
>>
>> >
>>
>> >
>> On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti 
>> http://ajaxprism/writemail?mode=mail_to_individual&email=bahe...@gmail.com>
>> > wrote:
>>
>> >
>>
>>  Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist
>> for shale gas exploration..
>>
>> > ExxonMobil in Poland shale exit
>>
>> By Kathrine Schmidt and news wires
>>
>>  18 June 2012 18:00 GMT
>>  *Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made
>> the decision to call off further exploration there, a spokesman said
>> Monday. *
>>
>> "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow
>> rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil
>> spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email.
>>
>> "We do not have additional drilling plans in Poland."
>>
>> The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to some
>> of the technical challenges of drilling in rock formations that had
>> initially held high hopes for unconventional production.
>>
>> The US Energy Information Administration has pegged Poland as having
>> among the largest shale reserves in Europe.
>>
>> Nonetheless, ExxonMobil chief executive Rex Tillerson spoke to the
>> technical difficulties there in a New York meeting with analysts in March.
>>
>> “Some of the shales don’t respond as well to hydraulic fracturing,” the
>> news wire quoted Tillerson as saying during a meeting with reporters after
>> his presentation to analy

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-24 Terurut Topik nyoto - ke-el
Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi
sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM
itu dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh.
Atau ada info2 lain ?

Wass,
nyoto

On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda wrote:

> Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas di
> polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya
> warnanya abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan
> organic rich shale yg mereka dapatkan.
>
>
>
> Naslin
>
>
> From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com
> Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
>
> Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration,
> dg exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM
> merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya
> waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan
> hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top
> of the nudge lah
>
> >
>
> >Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale
> Gas, ini yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang
> dari mana dan dasarnya apa?
>
> >
>
> >Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di Kempinski
> Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, artinya
> research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn menyangkut
> fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable menjadi
> permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi dalam
> research ini.
>
> >
>
> >Salam,
>
> >Avi NPA 0
>
> >Nomor cantik
>
> >
>
> >
> On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti 
> http://ajaxprism/writemail?mode=mail_to_individual&email=bahe...@gmail.com>
> > wrote:
>
> >
>
>  Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist
> for shale gas exploration..
>
> > ExxonMobil in Poland shale exit
>
> By Kathrine Schmidt and news wires
>
>  18 June 2012 18:00 GMT
>  *Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made
> the decision to call off further exploration there, a spokesman said
> Monday. *
>
> "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow
> rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil
> spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email.
>
> "We do not have additional drilling plans in Poland."
>
> The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to some of
> the technical challenges of drilling in rock formations that had initially
> held high hopes for unconventional production.
>
> The US Energy Information Administration has pegged Poland as having among
> the largest shale reserves in Europe.
>
> Nonetheless, ExxonMobil chief executive Rex Tillerson spoke to the
> technical difficulties there in a New York meeting with analysts in March.
>
> “Some of the shales don’t respond as well to hydraulic fracturing,” the
> news wire quoted Tillerson as saying during a meeting with reporters after
> his presentation to analysts. “It’s going to take research and time in the
> lab to understand that.”
>
> Reuters said that a government report in March slashed estimates of
> Poland's shale gas reserves to 346 billion to 768 billion cubic meters, or
> about one-tenth of previous estimates, denting hopes for an energy source
> that could play a key role in weaning Europe off Russian gas.
>
> Poland has granted 112 shale exploration licences to ExxonMobil, Chevron
> and other firms, even as some countries, including France and Bulgaria,
> have banned shale exploration pending further environmental studies.
>
> The Poles are keen to wean themselves off their heavy reliance on coal and
> imported Russian gas, partly due to environmental commitments they face as
> a European Union member nation.
>
> "ExxonMobil realised that commercial extraction was not possible with
> currently available technology. This is a general problem in Poland that
> shale rocks are too tight to allow extraction," an industry source told the
> news wire, asking not to be identified.
>
> Abundant shale gas production in Poland poses a potential threat to
> Russia's supremacy in Europe, where it supplies a quarter of the gas used
> in the EU.
>
> Yet Russian gas export monopoly Gazprom has repeatedly played down the
> threat and on Monday Sergei Komlev, head of 

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-24 Terurut Topik naslin lainda
Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas di 
polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya warnanya 
abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan organic rich 
shale yg mereka dapatkan.

Naslin

From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com
Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration, dg 
exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM merasa 
bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya waktu di sana 
ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan hampir seluruh 
dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top of the nudge lah
> 
>Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale Gas, ini 
>yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang dari mana dan 
>dasarnya apa?
>
>Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di Kempinski 
>Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, artinya 
>research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn menyangkut 
>fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable menjadi 
>permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi dalam research 
>ini.
> 
>Salam,
>Avi NPA 0
>Nomor cantik
>
>On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti <bahe...@gmail.com> 
>wrote:
> Mudah2an shale exit tidak terjadi di 
> Indonesia, melainkan tetap exist for shale gas exploration..
>ExxonMobil in Poland shale exit
>   
> 
>By Kathrine Schmidt and news wires 
>    18 June 2012 18:00 GMT 
>   
>   
>   
>   
>   
>   
>   
>  





  Following two disappointing 
test wells in January, ExxonMobil  has made the decision to call off further 
exploration there, a spokesman  said Monday.




   









"There have been no demonstrated sustained commercial  
hydrocarbon flow rates in our two wells in the Lublin and Podlasie  
basins," ExxonMobil spokesman Patrick McGinn told Upstream in an 
email."We do not have additional drilling plans in 
 Poland."The  supermajor's chief executive Rex Tillerson in March 
alluded to some of  the technical challenges of drilling in rock formations 
that had  initially held high hopes for unconventional production.

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-19 Terurut Topik rakhmadi avianto
Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration,
dg exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM
merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya
waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan
hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top
of the nudge lah

Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale Gas,
ini yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang dari
mana dan dasarnya apa?

Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di Kempinski
Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, artinya
research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn menyangkut
fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable menjadi
permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi dalam
research ini.

Salam,
Avi NPA 0
Nomor cantik

On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti  wrote:

> Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist for
> shale gas exploration..
> ExxonMobil in Poland shale exit
>
> By Kathrine Schmidt and news wires
>
>  18 June 2012 18:00 GMT
>   *Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made
> the decision to call off further exploration there, a spokesman said
> Monday. *
>
> "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow
> rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil
> spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email.
>
> "We do not have additional drilling plans in Poland."
>
> The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to some of
> the technical challenges of drilling in rock formations that had initially
> held high hopes for unconventional production.
>
> The US Energy Information Administration has pegged Poland as having among
> the largest shale reserves in Europe.
>
> Nonetheless, ExxonMobil chief executive Rex Tillerson spoke to the
> technical difficulties there in a New York meeting with analysts in March.
>
> “Some of the shales don’t respond as well to hydraulic fracturing,” the
> news wire quoted Tillerson as saying during a meeting with reporters after
> his presentation to analysts. “It’s going to take research and time in the
> lab to understand that.”
>
> Reuters said that a government report in March slashed estimates of
> Poland's shale gas reserves to 346 billion to 768 billion cubic meters, or
> about one-tenth of previous estimates, denting hopes for an energy source
> that could play a key role in weaning Europe off Russian gas.
>
> Poland has granted 112 shale exploration licences to ExxonMobil, Chevron
> and other firms, even as some countries, including France and Bulgaria,
> have banned shale exploration pending further environmental studies.
>
> The Poles are keen to wean themselves off their heavy reliance on coal and
> imported Russian gas, partly due to environmental commitments they face as
> a European Union member nation.
>
> "ExxonMobil realised that commercial extraction was not possible with
> currently available technology. This is a general problem in Poland that
> shale rocks are too tight to allow extraction," an industry source told the
> news wire, asking not to be identified.
>
> Abundant shale gas production in Poland poses a potential threat to
> Russia's supremacy in Europe, where it supplies a quarter of the gas used
> in the EU.
>
> Yet Russian gas export monopoly Gazprom has repeatedly played down the
> threat and on Monday Sergei Komlev, head of contract structuring and price
> formation at Gazprom Export, told a conference in London that Polish gas
> would struggle to achieve the low prices of US shale rivals.
>
> "In Poland the price for shale gas will be above $15 per million British
> thermal units, over three times than in the US where prices will rise to
> $5-10 (from a current $2.50) once they export gas," Komlev said.
>
> Last Wednesday, the government abruptly called off a presentation of a
> legal framework for the development of shale gas resources, disappointing
> industry players eager for more clarity before committing further to
> investing in the sector.
>
> "If this draft was published and ExxonMobil later declared it was leaving
> the country, it would most likely have been a disaster in terms of the
> country's image," said Piotr Spaczynski, partner at law firm Spaczynski,
> Szczepaniak & Wspolnicy, which advises foreign oil companies investing in
> Polish shale.
>
> The government now plans to unveil the draft law by the end of the month,
> and has said it will cover exploration and extraction of oil and gas from
> both conventional and unconventional sources, including taxation, licensing
> and environmental issues.
>
> "If I were the government, I would scrap all drafts and let companies
> work, or publish a draft supporting exploration and not one directed at
> ex

Re: [iagi-net-l] Shale gas news

2012-06-19 Terurut Topik Anggoro Dradjat
Dear All,

Untuk menghindari agar tidak terjadi exit di Indonesia kita membutuhkan
research, hanya saja perusahaan sebesar EXXON MOBIL kok sampai kebobolan
researchnya padahal begitu banyak research shale di Amerika.

Saya kira EXXON MOBIL sudah tau atau ngak mau tau dan coba2 dan sekarang
berkata-kata manis "It's going to take research and time in the lab
to understand that", atau dulunya mungkin yang penting dapat blok itu dulu.

Untuk menghindari kejadian exit di Indonesia ada dua hal yang harus
dilakukan:
1. Research
2. Screening

Seperti kita ketahui ada 4 hal teknis yang perlu dipelajari didalam shale
explorasi:
1. Geokimia
2. Petrofisika
3. Geomekanika & Seismik anisotropi.
4. Fracturing teknologi

Menurut sepengetahuan saya hal-hal yang paling kritis adalah masalah
geomekanika karena akan menjadi point penting apakah shale bersifat
fracable atau tidak.

Untuk jangka pendek negara kita harus segera mengembangkan penelitian dalam
hal ini, sepertinya yang paling siap dan effisien  melakukan penelitian
adalah di ITB selain punya banyak ahli geologi, saat ini sudah mempunyai
laboratorium fisika bumi yang memungkinkan untuk pengukuran shale
geomekanika anisotropi.

Baru-baru ini saya melakukan penelitian geomekanika yang dibantu dengan
teman-teman dari Indonesia dan dari China yang isinya tentang carbonate
fracture reservoir yang methodologinya mungkin juga dapat berguna bagi yang
mau studi shale geomekanika dan fracturing.

http://www.searchanddiscovery.com/documents/2012/20149dradjat/ndx_dradjat.pdf


Salam
Anggoro Dradjat







Salam
Anggoro Dradjat




“Some of the shales don’t respond as well to hydraulic fracturing,” the
news wire quoted Tillerson as saying during a meeting with reporters after
his presentation to analysts. “It’s going to take research and time in the
lab to understand that.”

On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti  wrote:

> Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist for
> shale gas exploration..
> ExxonMobil in Poland shale exit
>
> By Kathrine Schmidt and news wires
>
>  18 June 2012 18:00 GMT
>   *Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made
> the decision to call off further exploration there, a spokesman said
> Monday. *
>
> "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow
> rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil
> spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email.
>
> "We do not have additional drilling plans in Poland."
>
> The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to some of
> the technical challenges of drilling in rock formations that had initially
> held high hopes for unconventional production.
>
> The US Energy Information Administration has pegged Poland as having among
> the largest shale reserves in Europe.
>
> Nonetheless, ExxonMobil chief executive Rex Tillerson spoke to the
> technical difficulties there in a New York meeting with analysts in March.
>
> “Some of the shales don’t respond as well to hydraulic fracturing,” the
> news wire quoted Tillerson as saying during a meeting with reporters after
> his presentation to analysts. “It’s going to take research and time in the
> lab to understand that.”
>
> Reuters said that a government report in March slashed estimates of
> Poland's shale gas reserves to 346 billion to 768 billion cubic meters, or
> about one-tenth of previous estimates, denting hopes for an energy source
> that could play a key role in weaning Europe off Russian gas.
>
> Poland has granted 112 shale exploration licences to ExxonMobil, Chevron
> and other firms, even as some countries, including France and Bulgaria,
> have banned shale exploration pending further environmental studies.
>
> The Poles are keen to wean themselves off their heavy reliance on coal and
> imported Russian gas, partly due to environmental commitments they face as
> a European Union member nation.
>
> "ExxonMobil realised that commercial extraction was not possible with
> currently available technology. This is a general problem in Poland that
> shale rocks are too tight to allow extraction," an industry source told the
> news wire, asking not to be identified.
>
> Abundant shale gas production in Poland poses a potential threat to
> Russia's supremacy in Europe, where it supplies a quarter of the gas used
> in the EU.
>
> Yet Russian gas export monopoly Gazprom has repeatedly played down the
> threat and on Monday Sergei Komlev, head of contract structuring and price
> formation at Gazprom Export, told a conference in London that Polish gas
> would struggle to achieve the low prices of US shale rivals.
>
> "In Poland the price for shale gas will be above $15 per million British
> thermal units, over three times than in the US where prices will rise to
> $5-10 (from a current $2.50) once they export gas," Komlev said.
>
> Last Wednesday, the government abruptly called off a presentation of a
> legal framework for the development of s