Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Dear Mas Fatrial, Sungguh menarik membandingkan antara singkapan di formasi Bampo dan contoh yang dari Amerika, yang dari Amerika sepertinya banyak rekahannya didominasi oleh gaya vertikal Smax=Sv, Apakah rekahan vertikal juga diketemukan diformasi Bampo? Shale yang mudah terekahkan secara alami sepertinya akan mudah di fracturing dengan cara buatan, kalau didapatkan rekahan di formasi Bampo akan merupakan indikator memudahkan bagi fracturing. Mungkin bagusnya kalau dibandingkan tektonik versus tektonik, mineral versus mineral, kalau beban Sv nya sama tapi yang satu terekahkan secara alami akan tetapi yang satu lagi tidak terekahkan secara alami maka perlu dilihat kandungan mineral dan sifat mekaniknya atau tektonik tarikannya tidak cukup kuat menghasilkan fracture? Betul seperti kata pak avi perlu dilihat apakah mungkin di sediment kita banyak provanace yg berasal dari VA (volcanic arc)? Sebenarnya agak beruntung juga, punya cutting berarti bisa didapatkan juga mineraloginya; berapa kedalaman dari data cuting dari sumur tsb? Kalau kebetulan ada waktu luang bagus juga dibuat plot dari data2 lognya, boleh juga nih kalau diplot log2 dari Gamma ray, Resistivity, Sonic Vp dan Vs nya lalu posisi dari cuting. Mungkin dari situ bisa didapatkan semisal zona2 yang mempunyai resistivitas tinggi merupakan zona2 dengan TOC yang tinggi pula, zona2 dengan sonic yang tinggi merupakan zona brittle dengan rock strength yang rendah, dari Gamma ray misalnya bisa dibuatkan zonasi atau paling tidak dapat diketahui ketebalan shale; dari data Vp,Vs bisa didapatkan sifat mekaniknya. Salam Anggoro Dradjat rakhmadi avianto > IAGI itu milik kita jadi kita yg menentukan mau kemana arah IAGI itu > tentunya koordinasi dg bidang2 yg ada > > Mestinya anggota proaktif menulis spt pak Muharram, quatz konten minimal > 45% spt sukses story di US dsb, mungkin di sediment kita banyak provanace > yg berasal dari VA (volcanic arc) shg chance untuk jadi qtz rich spt di US > mungkin tidak tercapai > belum lagi TOC yg less than 1% dsb > > Kalo perlu kopi darat dan diskusikan biar bisa di bumikan > > salam akhir pekan > Avi > Bendahara I AGI > On Jul 7, 2012 7:45 PM, "noor syarifuddin" > wrote: > >> Abah dan rekan, >> >> Saya sepaham banget dengan himbauan kembali ke dasar ini berkali-kali >> saya memeprhatikan IAGI kok malah lebih sibuk ribut soal UU, soal PSC, soal >> extension dllsementara bagian geologinya ketinggalanmestinya ini >> yang utama, atau paling tidak seimbang lah dengan issue di atas. >> >> Sejak symposium Mesozoikum di Bandung, rasanya IAGI belum pernah mencoba >> lagi jadi kompor eksplorasi di Indonesia: CBM, shale gas, new play (foot >> hill, deep water, sub-volcanic, large delta dll)... >> >> >> >> salan >> >> NSy >> >> >> >> >> >> *From:* Yanto R. Sumantri >> *To:* "iagi-net@iagi.or.id" >> *Sent:* Saturday, June 30, 2012 7:18 PM >> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news >> ** >> Rus dan rekan >> >> Paling tepat kata kata Ruskamto " geologist seharusnya fokus kepada >> proses geologinya". >> So , pak RDP what is the action should be made by IAGI ??? >> >> Kalau lihat kasus CBM , maka IAGI TIDAK terlalu masuk kedalam "masa >> persiapan" ekstraksi CBM di Indonesia .Tahu tahu terjadi " CBM Block Rush " >> saja . hehehehe >> >> Harapan - ku , hal ini jangan terulang.Kalau memang ada "angin sorga" di >> shale gas ya sykur , akan tetapi apabila secara geologi sebaliknya , tugas >> geologist untuk memberikan jawaban , Bukan begitu , Pak Sukhyar ? >> >> si Abah >> >> >> >> *From:* Ruskamto >> *To:* iagi-net@iagi.or.id >> *Sent:* Saturday, June 30, 2012 5:41 PM >> *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news >> ** >> Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya, apakah >> ada potensi terbentuknya sweetspots pada teriary source ditinjau dari >> proses pengendapannya. Apakah ada yang sudah melakukan studi ? Atau masih >> terkunci di dapur masing-2 ?**RUS 1061 >> *From: *"Muharram J. Panguriseng" >> *Date: *Sat, 30 Jun 2012 09:11:15 + >> *To: *Iagi-net >> *ReplyTo: * >> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Shale gas news >> >> Ikut nimbrung.Sifat brittleness dari shale mungkin tidak secara >> langsung dipengaruhi oleh umur batuan pak, tetapi lebih dipengruhi oleh >> mineral content. Semakin banyak kandungan mineral kuarsanya, maka semakin >> bagus karena semakin getas pula shale-nya dan stabil terhadap air. Jadi >> akan efektif untuk hydrolic fractured. Umumnya shale gas di U
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
IAGI itu milik kita jadi kita yg menentukan mau kemana arah IAGI itu tentunya koordinasi dg bidang2 yg ada Mestinya anggota proaktif menulis spt pak Muharram, quatz konten minimal 45% spt sukses story di US dsb, mungkin di sediment kita banyak provanace yg berasal dari VA (volcanic arc) shg chance untuk jadi qtz rich spt di US mungkin tidak tercapai belum lagi TOC yg less than 1% dsb Kalo perlu kopi darat dan diskusikan biar bisa di bumikan salam akhir pekan Avi Bendahara I AGI On Jul 7, 2012 7:45 PM, "noor syarifuddin" wrote: > Abah dan rekan, > > Saya sepaham banget dengan himbauan kembali ke dasar ini berkali-kali > saya memeprhatikan IAGI kok malah lebih sibuk ribut soal UU, soal PSC, soal > extension dllsementara bagian geologinya ketinggalanmestinya ini > yang utama, atau paling tidak seimbang lah dengan issue di atas. > > Sejak symposium Mesozoikum di Bandung, rasanya IAGI belum pernah mencoba > lagi jadi kompor eksplorasi di Indonesia: CBM, shale gas, new play (foot > hill, deep water, sub-volcanic, large delta dll)... > > > > salan > > NSy > > > > > > *From:* Yanto R. Sumantri > *To:* "iagi-net@iagi.or.id" > *Sent:* Saturday, June 30, 2012 7:18 PM > *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news > ** > Rus dan rekan > > Paling tepat kata kata Ruskamto " geologist seharusnya fokus kepada proses > geologinya". > So , pak RDP what is the action should be made by IAGI ??? > > Kalau lihat kasus CBM , maka IAGI TIDAK terlalu masuk kedalam "masa > persiapan" ekstraksi CBM di Indonesia .Tahu tahu terjadi " CBM Block Rush " > saja . hehehehe > > Harapan - ku , hal ini jangan terulang.Kalau memang ada "angin sorga" di > shale gas ya sykur , akan tetapi apabila secara geologi sebaliknya , tugas > geologist untuk memberikan jawaban , Bukan begitu , Pak Sukhyar ? > > si Abah > > > > *From:* Ruskamto > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Sent:* Saturday, June 30, 2012 5:41 PM > *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news > ** > Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya, apakah > ada potensi terbentuknya sweetspots pada teriary source ditinjau dari > proses pengendapannya. Apakah ada yang sudah melakukan studi ? Atau masih > terkunci di dapur masing-2 ?**RUS 1061 > *From: *"Muharram J. Panguriseng" > *Date: *Sat, 30 Jun 2012 09:11:15 + > *To: *Iagi-net > *ReplyTo: * > *Subject: *Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Ikut nimbrung.Sifat brittleness dari shale mungkin tidak secara > langsung dipengaruhi oleh umur batuan pak, tetapi lebih dipengruhi oleh > mineral content. Semakin banyak kandungan mineral kuarsanya, maka semakin > bagus karena semakin getas pula shale-nya dan stabil terhadap air. Jadi > akan efektif untuk hydrolic fractured. Umumnya shale gas di US dan Canada > kandungan mineral kuarsanya diatas 45%. Disisi lain beberapa mineral dalam > shale menyebabkan swelling sehingga tidak cocok untuk hydrolic fractured. > Karena itu salah satu analysis penting dalam pengembangan shale gas adalah > fluid sensitivity.Menurut saya yang agak beresiko pada shale gas > prospect di sedimen tersier di Indonesia Barat adalah Ro-nya yang kecil, > bahkan dibawah 1. Seandainya ada black shale tebal dengan Ro besar pula > maka seharusnya bisa kita jadikan target eksplorasi kedepan.Salam,** > MJP** > Powered by Telkomsel BlackBerry® > *From: *"Yanto R. Sumantri" > *Date: *Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 -0700 > *To: *iagi-net@iagi.or.id > *ReplyTo: * > *Subject: *Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Wikan > > Kalau begitu apakah (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan > menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil > shale gas ? > Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia > masih merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ? > Pertanyaan logis kan . > > si Abah > > *From:* "wikanwindra...@yahoo.com" > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Sent:* Friday, June 29, 2012 10:07 PM > *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news > ** > Pak Yanto,Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu > diperhatikan juga proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses > burial.Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang > lebih stabil, sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari > batuan shale.Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian > (replacement) dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan > kegetasan.Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan > moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Pak Rus, Untuk referensi karakterisasi reservoir termasuk proses diagenesis di shale gas dapat dilihat di SPE 131350 oleh Passey dan Bohacs, 2010: "From Oil-Prone Source Rock to Gas Producing Shale Reservoir - Geologic and Petrophysical Characterization of Unconventional Shale Gas Reservoirs". Untuk lebih banyak informasi bisa dicari "illitization on shale gas". Selama 3 tahun belakangan ini kami mengamati banyak data petrologi dan mineralogi batuan serpih syn-rift, sayangnya belum bisa dipublikasikan. Salam, Wikan Sent from my iPad On 30 Jun 2012, at 17:22, "Ruskamto" wrote: > Pak Wikan, > Kalau punya reference data marine atau lakustrine shale source yang > brittlenessnya seperti yang anda diskripsikan.. Kami ingin ikut belajar.. > Ruskamto 1061 > From: "Yanto R. Sumantri" > Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 -0700 (PDT) > To: iagi-net@iagi.or.id > ReplyTo: > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Wikan > > Kalau begitu apakah (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan > menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil > shale gas ? > Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih > merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ? > Pertanyaan logis kan . > > si Abah > > From: "wikanwindra...@yahoo.com" > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Pak Yanto, > > Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses > diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial. > > Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, > sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale. > > Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari > mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan. > > Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga > menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan. > > Salam > Wikan > Powered by Telkomsel BlackBerry® > From: "Yanto R. Sumantri" > Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT) > To: iagi-net@iagi.or.id > ReplyTo: > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Rus > > Ok , tks pencerahannya . > Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini > sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan > oleh lingkungan pengendapan . > Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi > syarat syarat diatas ??? > > Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale > gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? > > Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti > ini semua ??? > Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana > peran Badan Geologi dan "Lemigas" > > Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada > kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa > saja aktifitasnya , > Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu > ditutupi oleh Blok CBM. > > si Abah > > > > > From: Ruskamto Soeripto > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM > Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news > > Abah, > Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah > maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. > Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral > high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga > silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga source > rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. Kondisi > lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang > sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau > “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan > sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline > clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan > “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet > spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle > pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan > fracturing secara efektif ??Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh > Pak Naslin, Pak Anggoro dkk
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Abah dan rekan, Saya sepaham banget dengan himbauan kembali ke dasar ini berkali-kali saya memeprhatikan IAGI kok malah lebih sibuk ribut soal UU, soal PSC, soal extension dllsementara bagian geologinya ketinggalanmestinya ini yang utama, atau paling tidak seimbang lah dengan issue di atas. Sejak symposium Mesozoikum di Bandung, rasanya IAGI belum pernah mencoba lagi jadi kompor eksplorasi di Indonesia: CBM, shale gas, new play (foot hill, deep water, sub-volcanic, large delta dll)... salan NSy From: Yanto R. Sumantri To: "iagi-net@iagi.or.id" Sent: Saturday, June 30, 2012 7:18 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Rus dan rekan Paling tepat kata kata Ruskamto " geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya". So , pak RDP what is the action should be made by IAGI ??? Kalau lihat kasus CBM , maka IAGI TIDAK terlalu masuk kedalam "masa persiapan" ekstraksi CBM di Indonesia .Tahu tahu terjadi " CBM Block Rush " saja . hehehehe Harapan - ku , hal ini jangan terulang.Kalau memang ada "angin sorga" di shale gas ya sykur , akan tetapi apabila secara geologi sebaliknya , tugas geologist untuk memberikan jawaban , Bukan begitu , Pak Sukhyar ? si Abah From: Ruskamto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, June 30, 2012 5:41 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya, apakah ada potensi terbentuknya sweetspots pada teriary source ditinjau dari proses pengendapannya. Apakah ada yang sudah melakukan studi ? Atau masih terkunci di dapur masing-2 ?RUS 1061 From: "Muharram J. Panguriseng" Date: Sat, 30 Jun 2012 09:11:15 +0000 To: Iagi-net ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Ikut nimbrung.Sifat brittleness dari shale mungkin tidak secara langsung dipengaruhi oleh umur batuan pak, tetapi lebih dipengruhi oleh mineral content. Semakin banyak kandungan mineral kuarsanya, maka semakin bagus karena semakin getas pula shale-nya dan stabil terhadap air. Jadi akan efektif untuk hydrolic fractured. Umumnya shale gas di US dan Canada kandungan mineral kuarsanya diatas 45%. Disisi lain beberapa mineral dalam shale menyebabkan swelling sehingga tidak cocok untuk hydrolic fractured. Karena itu salah satu analysis penting dalam pengembangan shale gas adalah fluid sensitivity.Menurut saya yang agak beresiko pada shale gas prospect di sedimen tersier di Indonesia Barat adalah Ro-nya yang kecil, bahkan dibawah 1. Seandainya ada black shale tebal dengan Ro besar pula maka seharusnya bisa kita jadikan target eksplorasi kedepan.Salam,MJP Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Yanto R. Sumantri" Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 -0700 To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Wikan Kalau begitu apakah (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale gas ? Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ? Pertanyaan logis kan . si Abah From: "wikanwindra...@yahoo.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Yanto,Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial.Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale.Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan.Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan.SalamWikan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Yanto R. Sumantri" Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Rus Ok , tks pencerahannya . Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan oleh lingkungan pengendapan . Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi syarat syarat diatas ??? Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini semua ??? Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu ap
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Dear All, Bersama ini alamat email dari tulisan yang berhubungan dengan singkapan dan potensi beberapa shale di Indonesia. http://www.lemigas.esdm.go.id/id/prdkpenelitian-225-.html http://www.ceri-mines.org/documents/29thsymposium/presentations09/PRES_12-3_Hadiyanto_Fujiono_-_Hendro.pdf http://www.barnettshalenews.com/documents/dan_jarvie.pdf Sepertinya penelitian-penelitian dari lembaga-lembaga pemerintah seperti ini harus ditingkatkan. Salam Anggoro Dradjat On 7/4/12, Ruskamto Soeripto wrote: > Source yang tersingkap ya Fm. Sangkarewang di Ombilin Basin.. > > Itu Pak Yarmanto ahlinya... Semoga dia mau sharing ilmunya. > > Ruskamto 1061 > > > > > > From: rakhmadi avianto [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] > Sent: 04 Juli 2012 14:20 > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > > > Kalo black shale ini ngga pernah tersingkap jur piye jal? > > Avi > > 2012/7/3 Anggoro Dradjat > > Dear Pak Muharram, > > Saya setuju dengan anda, yang penting di Indonesia ini sekarang > mendapatkan black shale yang tebal dengan RO yang besar yang bisa > dijadikan target explorasi. > > Apakah singkapan-singkapan shale yang ada di Indonesia menunjukan > adanya black shale yang tebal dan RO yang besar? > > Apakah teman-teman punya foto singkapan dari shale yang ada di Indonesia ?. > > Sedangkan untuk fracable tidaknya shale, secara konsepsual seperti > ppt file terlampir. > > Mudah-mudahan berguna untuk diskusi kita. > > > > Salam > Anggoro Dradjat > > > On 7/3/12, Muharram Jaya Panguriseng wrote: >> Persentase kandungan mineral kuarsa pada shale gas prospect tidak melulu >> berbanding lurus dengan porosity, mungkin karena ukuran butirnya ukuran >> shale juga. Contoh terlampir (gambar sebelah kiri) menunjukkan bahwa >> bagian >> atas yang persentase kuarsanya lebih kecil memiliki porositas (dari core) >> yang lebih besar. Gambar sebelah kanan menunjukkan beberapa komposisi >> mineral penyusun shale yang ada di lapangan-lapangan shale gas besar di >> Amerika Utara, gambar ini saya peroleh langsung dari pemiliknya jadi >> mudah-mudahan tidak melanggar code etik men-share-nya untuk bahan diskusi >> ☺ >> Saya kira persyaratan besarnya persentasi mineral kuarsa yang stabil itu >> lebih berpengaruh pada berhasil tidaknya hydraulic fracturing. Sebaliknya >> mineral reaktif seperti smegtite adalah mineral yang sangat dihindari >> oleh >> para pengembang shale gas karena akan menyebabkan swelling. Seorang team >> leader pengembangan shale gas dari Shell China E&P, kalau tidak salah >> namanya Dr. Claudia, mengatakan bahwa salah satu kata kunci dari >> pengembangan shale gas adalah berhasilnya hydraulic fracturing. Namun >> mungkin akan berbeda persepsinya kalau nanti perkembangan fluid >> technology >> untuk fracturing sudah semakin maju. >> >> Semoga bermanfaat untuk diskusi geologist. >> >> Salam, >> MJP – 3048 >> >> >> >> [cid:image003.png@01CD58F0.8093D620] >> From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] >> Sent: Tuesday, July 03, 2012 6:55 AM >> To: Iagi >> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news >> >> Tidak salah, alias sangat betul. >> Kalau kwarsa dengan ukuran serpih akan berpengaruh dlm pembentukan shale >> gas, bisa dimengerti. Masih ada pori halus diantara kwarsa. Kalau >> serpihnya >> berasal dari mineral lempung kemungkinan akan gasnya tak bisa masuk? Krn >> struktur sedimen yang terbentuk dari mineral lempung terdispersi? Wah aku >> lupa lagi. >> Kalau begitu mencari gas serpih lebih mudah didapat pada daerah lipatan >> ditepi "kraton" daripada lipatan di dekat daerah melange? >> Sekedar bertanya, mungkin ada yang dapat memberi pencerahan. >> Salam. >> Powered by Telkomsel BlackBerry® >> >> From: "Ruskamto Soeripto" >> Date: Mon, 2 Jul 2012 18:20:04 +0700 >> To: >> ReplyTo: >> Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news >> >> Peran geologist sangat besar Pak Bandono, terutama dalam menentukan nilai >> keekonomian proyek explorasi dari sisi menentukan risiko geologi dan >> “uncertainty” b esarnya cadangan yang akan ditemukan. Posisi engineers >> akan >> menentukan skenario Development plan, besarnya investasi dan prakiraan >> biaya >> operasi. Besarnya nilai ke-ekonomian sangat bergantung risiko geologi, >> “Uncertainty” volume cadangan, skenario pengembangan, besarnya modal dan >> biaya operasi. Permutasi variable-variable tersebut dan risiko geologi, >> hasilnya adalah Expected Monetary Values (EMV).
RE: [iagi-net-l] Shale gas news
Source yang tersingkap ya Fm. Sangkarewang di Ombilin Basin.. Itu Pak Yarmanto ahlinya... Semoga dia mau sharing ilmunya. Ruskamto 1061 From: rakhmadi avianto [mailto:rakhmadi.avia...@gmail.com] Sent: 04 Juli 2012 14:20 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Kalo black shale ini ngga pernah tersingkap jur piye jal? Avi 2012/7/3 Anggoro Dradjat Dear Pak Muharram, Saya setuju dengan anda, yang penting di Indonesia ini sekarang mendapatkan black shale yang tebal dengan RO yang besar yang bisa dijadikan target explorasi. Apakah singkapan-singkapan shale yang ada di Indonesia menunjukan adanya black shale yang tebal dan RO yang besar? Apakah teman-teman punya foto singkapan dari shale yang ada di Indonesia ?. Sedangkan untuk fracable tidaknya shale, secara konsepsual seperti ppt file terlampir. Mudah-mudahan berguna untuk diskusi kita. Salam Anggoro Dradjat On 7/3/12, Muharram Jaya Panguriseng wrote: > Persentase kandungan mineral kuarsa pada shale gas prospect tidak melulu > berbanding lurus dengan porosity, mungkin karena ukuran butirnya ukuran > shale juga. Contoh terlampir (gambar sebelah kiri) menunjukkan bahwa bagian > atas yang persentase kuarsanya lebih kecil memiliki porositas (dari core) > yang lebih besar. Gambar sebelah kanan menunjukkan beberapa komposisi > mineral penyusun shale yang ada di lapangan-lapangan shale gas besar di > Amerika Utara, gambar ini saya peroleh langsung dari pemiliknya jadi > mudah-mudahan tidak melanggar code etik men-share-nya untuk bahan diskusi ☺ > Saya kira persyaratan besarnya persentasi mineral kuarsa yang stabil itu > lebih berpengaruh pada berhasil tidaknya hydraulic fracturing. Sebaliknya > mineral reaktif seperti smegtite adalah mineral yang sangat dihindari oleh > para pengembang shale gas karena akan menyebabkan swelling. Seorang team > leader pengembangan shale gas dari Shell China E&P, kalau tidak salah > namanya Dr. Claudia, mengatakan bahwa salah satu kata kunci dari > pengembangan shale gas adalah berhasilnya hydraulic fracturing. Namun > mungkin akan berbeda persepsinya kalau nanti perkembangan fluid technology > untuk fracturing sudah semakin maju. > > Semoga bermanfaat untuk diskusi geologist. > > Salam, > MJP – 3048 > > > > [cid:image003.png@01CD58F0.8093D620] > From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] > Sent: Tuesday, July 03, 2012 6:55 AM > To: Iagi > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Tidak salah, alias sangat betul. > Kalau kwarsa dengan ukuran serpih akan berpengaruh dlm pembentukan shale > gas, bisa dimengerti. Masih ada pori halus diantara kwarsa. Kalau serpihnya > berasal dari mineral lempung kemungkinan akan gasnya tak bisa masuk? Krn > struktur sedimen yang terbentuk dari mineral lempung terdispersi? Wah aku > lupa lagi. > Kalau begitu mencari gas serpih lebih mudah didapat pada daerah lipatan > ditepi "kraton" daripada lipatan di dekat daerah melange? > Sekedar bertanya, mungkin ada yang dapat memberi pencerahan. > Salam. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > ____________ > From: "Ruskamto Soeripto" > Date: Mon, 2 Jul 2012 18:20:04 +0700 > To: > ReplyTo: > Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news > > Peran geologist sangat besar Pak Bandono, terutama dalam menentukan nilai > keekonomian proyek explorasi dari sisi menentukan risiko geologi dan > “uncertainty” b esarnya cadangan yang akan ditemukan. Posisi engineers akan > menentukan skenario Development plan, besarnya investasi dan prakiraan biaya > operasi. Besarnya nilai ke-ekonomian sangat bergantung risiko geologi, > “Uncertainty” volume cadangan, skenario pengembangan, besarnya modal dan > biaya operasi. Permutasi variable-variable tersebut dan risiko geologi, > hasilnya adalah Expected Monetary Values (EMV). > Itu saja yang saya ketahui Pak... > Ruskamto 1061 > > From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] > Sent: 30 Juni 2012 19:33 > To: Iagi > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Apa betul mas? Kalau sbg geologist tidak dpt memberikan nilai ekonomis itu > bisa saja sebagai ilmiawan. Kalau kerja di perdagangan yaa harus dpt beri > gambaran untung rugi laah. > Salam, hanya ikut urun rembug. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > From: "Ruskamto" > Date: Sat, 30 Jun 2012 10:41:42 + > To: > ReplyTo: > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya, apakah ada > potensi terbentuknya sweetspots pada teriary source ditinjau dari proses > pengendapannya. Apakah ada yang sudah melakukan studi ? Atau masih terkunci > di dapur masing-2 ? > RUS 1061 > > From: "
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Kalo black shale ini ngga pernah tersingkap jur piye jal? Avi 2012/7/3 Anggoro Dradjat > Dear Pak Muharram, > > Saya setuju dengan anda, yang penting di Indonesia ini sekarang > mendapatkan black shale yang tebal dengan RO yang besar yang bisa > dijadikan target explorasi. > > Apakah singkapan-singkapan shale yang ada di Indonesia menunjukan > adanya black shale yang tebal dan RO yang besar? > > Apakah teman-teman punya foto singkapan dari shale yang ada di Indonesia ?. > > Sedangkan untuk fracable tidaknya shale, secara konsepsual seperti > ppt file terlampir. > > Mudah-mudahan berguna untuk diskusi kita. > > > > Salam > Anggoro Dradjat > > > On 7/3/12, Muharram Jaya Panguriseng wrote: > > Persentase kandungan mineral kuarsa pada shale gas prospect tidak melulu > > berbanding lurus dengan porosity, mungkin karena ukuran butirnya ukuran > > shale juga. Contoh terlampir (gambar sebelah kiri) menunjukkan bahwa > bagian > > atas yang persentase kuarsanya lebih kecil memiliki porositas (dari core) > > yang lebih besar. Gambar sebelah kanan menunjukkan beberapa komposisi > > mineral penyusun shale yang ada di lapangan-lapangan shale gas besar di > > Amerika Utara, gambar ini saya peroleh langsung dari pemiliknya jadi > > mudah-mudahan tidak melanggar code etik men-share-nya untuk bahan > diskusi ☺ > > Saya kira persyaratan besarnya persentasi mineral kuarsa yang stabil itu > > lebih berpengaruh pada berhasil tidaknya hydraulic fracturing. Sebaliknya > > mineral reaktif seperti smegtite adalah mineral yang sangat dihindari > oleh > > para pengembang shale gas karena akan menyebabkan swelling. Seorang team > > leader pengembangan shale gas dari Shell China E&P, kalau tidak salah > > namanya Dr. Claudia, mengatakan bahwa salah satu kata kunci dari > > pengembangan shale gas adalah berhasilnya hydraulic fracturing. Namun > > mungkin akan berbeda persepsinya kalau nanti perkembangan fluid > technology > > untuk fracturing sudah semakin maju. > > > > Semoga bermanfaat untuk diskusi geologist. > > > > Salam, > > MJP – 3048 > > > > > > > > [cid:image003.png@01CD58F0.8093D620] > > From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] > > Sent: Tuesday, July 03, 2012 6:55 AM > > To: Iagi > > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > > > Tidak salah, alias sangat betul. > > Kalau kwarsa dengan ukuran serpih akan berpengaruh dlm pembentukan shale > > gas, bisa dimengerti. Masih ada pori halus diantara kwarsa. Kalau > serpihnya > > berasal dari mineral lempung kemungkinan akan gasnya tak bisa masuk? Krn > > struktur sedimen yang terbentuk dari mineral lempung terdispersi? Wah aku > > lupa lagi. > > Kalau begitu mencari gas serpih lebih mudah didapat pada daerah lipatan > > ditepi "kraton" daripada lipatan di dekat daerah melange? > > Sekedar bertanya, mungkin ada yang dapat memberi pencerahan. > > Salam. > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > > > From: "Ruskamto Soeripto" > > Date: Mon, 2 Jul 2012 18:20:04 +0700 > > To: > > ReplyTo: > > Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news > > > > Peran geologist sangat besar Pak Bandono, terutama dalam menentukan nilai > > keekonomian proyek explorasi dari sisi menentukan risiko geologi dan > > “uncertainty” b esarnya cadangan yang akan ditemukan. Posisi engineers > akan > > menentukan skenario Development plan, besarnya investasi dan prakiraan > biaya > > operasi. Besarnya nilai ke-ekonomian sangat bergantung risiko geologi, > > “Uncertainty” volume cadangan, skenario pengembangan, besarnya modal dan > > biaya operasi. Permutasi variable-variable tersebut dan risiko geologi, > > hasilnya adalah Expected Monetary Values (EMV). > > Itu saja yang saya ketahui Pak... > > Ruskamto 1061 > > > > From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] > > Sent: 30 Juni 2012 19:33 > > To: Iagi > > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > > > Apa betul mas? Kalau sbg geologist tidak dpt memberikan nilai ekonomis > itu > > bisa saja sebagai ilmiawan. Kalau kerja di perdagangan yaa harus dpt beri > > gambaran untung rugi laah. > > Salam, hanya ikut urun rembug. > > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > > > From: "Ruskamto" > > Date: Sat, 30 Jun 2012 10:41:42 + > > To: > > ReplyTo: > > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > > > Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya, apakah > ada > > potensi
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Berat kalau cari shale gas, yang pernah ada satu sumur hanya menghasilkan tidak lebih dari 1mm/day dan akan decline. Apakah ini sesuai dengan beaya pemboran, pemeliharaan fasilitas dan upah pegawai bayar pajak dll? Apa lagi kalau shalenya dalam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Ruskamto" Date: Sat, 30 Jun 2012 10:22:17 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Wikan, Kalau punya reference data marine atau lakustrine shale source yang brittlenessnya seperti yang anda diskripsikan.. Kami ingin ikut belajar.. Ruskamto 1061 -Original Message- From: "Yanto R. Sumantri" Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Wikan Kalau begitu apakah (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale gas ? Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ? Pertanyaan logis kan . si Abah From: "wikanwindra...@yahoo.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Yanto, Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial. Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale. Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan. Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan. Salam Wikan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Yanto R. Sumantri" Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Rus Ok , tks pencerahannya . Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan oleh lingkungan pengendapan . Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi syarat syarat diatas ??? Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini semua ??? Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa saja aktifitasnya , Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi oleh Blok CBM. si Abah From: Ruskamto Soeripto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news Abah, Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ?? Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. Salam Ruskamto 1061 From:Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 25 Juni 2012 9:52 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Rus Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ? si Abah ________ From:Ruskamto To: iagi-net@iagi.or
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Rus dan rekan Paling tepat kata kata Ruskamto " geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya". So , pak RDP what is the action should be made by IAGI ??? Kalau lihat kasus CBM , maka IAGI TIDAK terlalu masuk kedalam "masa persiapan" ekstraksi CBM di Indonesia .Tahu tahu terjadi " CBM Block Rush " saja . hehehehe Harapan - ku , hal ini jangan terulang.Kalau memang ada "angin sorga" di shale gas ya sykur , akan tetapi apabila secara geologi sebaliknya , tugas geologist untuk memberikan jawaban , Bukan begitu , Pak Sukhyar ? si Abah From: Ruskamto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, June 30, 2012 5:41 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Anda betul, geologist seharusnya fokus kepada proses geologinya, apakah ada potensi terbentuknya sweetspots pada teriary source ditinjau dari proses pengendapannya. Apakah ada yang sudah melakukan studi ? Atau masih terkunci di dapur masing-2 ? RUS 1061 From: "Muharram J. Panguriseng" Date: Sat, 30 Jun 2012 09:11:15 +0000 To: Iagi-net ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Ikut nimbrung. Sifat brittleness dari shale mungkin tidak secara langsung dipengaruhi oleh umur batuan pak, tetapi lebih dipengruhi oleh mineral content. Semakin banyak kandungan mineral kuarsanya, maka semakin bagus karena semakin getas pula shale-nya dan stabil terhadap air. Jadi akan efektif untuk hydrolic fractured. Umumnya shale gas di US dan Canada kandungan mineral kuarsanya diatas 45%. Disisi lain beberapa mineral dalam shale menyebabkan swelling sehingga tidak cocok untuk hydrolic fractured. Karena itu salah satu analysis penting dalam pengembangan shale gas adalah fluid sensitivity. Menurut saya yang agak beresiko pada shale gas prospect di sedimen tersier di Indonesia Barat adalah Ro-nya yang kecil, bahkan dibawah 1. Seandainya ada black shale tebal dengan Ro besar pula maka seharusnya bisa kita jadikan target eksplorasi kedepan. Salam, MJP Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Yanto R. Sumantri" Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 -0700 To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Wikan Kalau begitu apakah (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale gas ? Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ? Pertanyaan logis kan . si Abah From: "wikanwindra...@yahoo.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Yanto, Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial. Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale. Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan. Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan. Salam Wikan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Yanto R. Sumantri" Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Rus Ok , tks pencerahannya . Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan oleh lingkungan pengendapan . Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi syarat syarat diatas ??? Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini semua ??? Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa saja aktifitasnya , Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi oleh Blok CBM. si Abah ____________________ From: Ruskamto Soeripto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news Abah, Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah te
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Pak Wikan, Kalau punya reference data marine atau lakustrine shale source yang brittlenessnya seperti yang anda diskripsikan.. Kami ingin ikut belajar.. Ruskamto 1061 -Original Message- From: "Yanto R. Sumantri" Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Wikan Kalau begitu apakah (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale gas ? Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ? Pertanyaan logis kan . si Abah From: "wikanwindra...@yahoo.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Yanto, Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial. Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale. Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan. Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan. Salam Wikan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Yanto R. Sumantri" Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Rus Ok , tks pencerahannya . Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan oleh lingkungan pengendapan . Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi syarat syarat diatas ??? Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini semua ??? Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa saja aktifitasnya , Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi oleh Blok CBM. si Abah From: Ruskamto Soeripto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news Abah, Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ?? Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. Salam Ruskamto 1061 From:Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 25 Juni 2012 9:52 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Rus Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ? si Abah From:Ruskamto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability da
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Ikut nimbrung. Sifat brittleness dari shale mungkin tidak secara langsung dipengaruhi oleh umur batuan pak, tetapi lebih dipengruhi oleh mineral content. Semakin banyak kandungan mineral kuarsanya, maka semakin bagus karena semakin getas pula shale-nya dan stabil terhadap air. Jadi akan efektif untuk hydrolic fractured. Umumnya shale gas di US dan Canada kandungan mineral kuarsanya diatas 45%. Disisi lain beberapa mineral dalam shale menyebabkan swelling sehingga tidak cocok untuk hydrolic fractured. Karena itu salah satu analysis penting dalam pengembangan shale gas adalah fluid sensitivity. Menurut saya yang agak beresiko pada shale gas prospect di sedimen tersier di Indonesia Barat adalah Ro-nya yang kecil, bahkan dibawah 1. Seandainya ada black shale tebal dengan Ro besar pula maka seharusnya bisa kita jadikan target eksplorasi kedepan. Salam, MJP Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Yanto R. Sumantri" Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Wikan Kalau begitu apakah (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale gas ? Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ? Pertanyaan logis kan . si Abah From: "wikanwindra...@yahoo.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Yanto, Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial. Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale. Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan. Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan. Salam Wikan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Yanto R. Sumantri" Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Rus Ok , tks pencerahannya . Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan oleh lingkungan pengendapan . Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi syarat syarat diatas ??? Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini semua ??? Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa saja aktifitasnya , Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi oleh Blok CBM. si Abah From: Ruskamto Soeripto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news Abah, Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ?? Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. Salam Ruskamto 1061 From:Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 25 Juni 2012 9:52 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Abah, Kalau saya cenderung melihat temperature history dari shale dibandingkan umur shale. Temp history, selain bisa cerita banyak tentang maturity, juga menjawab proses diagenesis maupun alterasi. Mungkin saja shale umur paleozoik mengalami uplifted dlm waktu relatif lama, sedangkan burrial time-nya bisa sama dengan burrial time shale berumur tersier, sehingga maturity shale paleozoik bisa sama dgn shale tersier, ditambah dgn tingginya gradien geotermal misalnya. Cekungan tersier di Indonesia barat umumnya hanya mengalami signifikan uplifted pada plio-pleistosen, sebelumnya shale tersier terkubur lebih dari 25juta tahun, rasanya masih cukup berpotensi. Kalau tdk salah, ada shale berumur tersier yg diproduksikan di Amrik (cmiiw). Iseng-iseng evaluasi shale sebenarnya secara tidak langsung memberikan "updating" terhadap potensi sisa HC di dalam kitchen/source rock suatu cekungan, itu menurut yg pro-shale gas... Salam shale, Fatrial B Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Yanto R. Sumantri" Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Wikan Kalau begitu apakah (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale gas ? Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ? Pertanyaan logis kan . si Abah From: "wikanwindra...@yahoo.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Yanto, Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial. Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale. Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan. Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan. Salam Wikan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Yanto R. Sumantri" Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Rus Ok , tks pencerahannya . Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan oleh lingkungan pengendapan . Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi syarat syarat diatas ??? Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini semua ??? Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa saja aktifitasnya , Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi oleh Blok CBM. si Abah From: Ruskamto Soeripto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news Abah, Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ?? Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. Salam Ruskamto 1061 From:Yanto R. Sumantri
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Dear Mas Wikan, Kalau pada batuan carbonate fracture reservoir tempat sekarang aku bekerja memang jelas sekali hubungan antara diagenesa, mineralisasi dan sifat mekaniknya. Kalau pada batuan basement fracture reservoir kita bisa menjumpai batuan-batuan yang sama akan tetapi dengan proses diagenesa yang berbeda maka akan dapat menyebabkan jumlah fracture yang terbentuk berbeda pula, mungkin perlu juga ada yang meneliti hubungan antara hydrotermal alterasi pada batuan basement dengan sifat mekanik semisal rock strength dari batuan dari suatu lapangan minyak atau atau dar singkapan. Saya pernah menghitung rock strength batuan Tufa pakai excell dari salah satu sumur pada lapangan Jatibarang dengan menggunakan data dari IPA publish paper, perhitungan tersebut menunjukan bahwa Tufa dengan rock strength yang lebih rendah akan memiliki fracture yang lebih banyak akan mempunyai porositas yang lebih tinggi dan juga merupakan zona yang fracable. Kalau Mas Wikan ketemu paper yang menghubungkan shale diagenesa dengan sifat mekaniknya boleh dong saya dikirimi. Salam Anggoro Dradjat Pak Yanto, > > Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses > diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial. > > Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, > sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale. > > Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) > dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan. > > Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga > menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan. > > Salam > Wikan > Powered by Telkomsel BlackBerry® > -- > *From: * "Yanto R. Sumantri" > *Date: *Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT) > *To: *iagi-net@iagi.or.id > *ReplyTo: * > *Subject: *Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Rus > > Ok , tks pencerahannya . > Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini > sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content > ditentukan oleh lingkungan pengendapan . > Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia > memenuhi syarat syarat diatas ??? > > Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat > shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? > > Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk > meneliti ini semua ??? > Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , > bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" > > Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi > pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak > tahu apa saja aktifitasnya , > Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu > ditutupi oleh Blok CBM. > > si Abah > > > > > -- > *From:* Ruskamto Soeripto > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Sent:* Monday, June 25, 2012 5:00 PM > *Subject:* RE: [iagi-net-l] Shale gas news > > Abah, > Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung > sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. > Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral > high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan > juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga > source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. > Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local > depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area > dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale > Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu > penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya > (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, > sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya > adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya > bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??Saya > kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang > penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. > Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. > Salam Ruskamto 1061 > > > > > *From:* Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] > *Sent:* 25 Juni 2012 9:52 > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Pak Rus > > Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar d
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Pp Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Yanto R. Sumantri" Date: Fri, 29 Jun 2012 21:05:55 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Wikan Kalau begitu apakah (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale gas ? Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ? Pertanyaan logis kan . si Abah From: "wikanwindra...@yahoo.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Yanto, Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial. Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale. Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan. Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan. Salam Wikan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Yanto R. Sumantri" Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Rus Ok , tks pencerahannya . Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan oleh lingkungan pengendapan . Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi syarat syarat diatas ??? Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini semua ??? Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa saja aktifitasnya , Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi oleh Blok CBM. si Abah From: Ruskamto Soeripto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news Abah, Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ?? Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. Salam Ruskamto 1061 From:Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 25 Juni 2012 9:52 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Rus Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ? si Abah From:Ruskamto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak. R
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Wikan Kalau begitu apakah (secara general) shale yang erumur Paleozoiicum akan menyebabkan sifat Brittle dari shale-nya , sehingga cocok untuk penghasil shale gas ? Atau kalau pertanyaannya dibalik:" Apakah Tertiary shale di Indonesia masih merupakan / cocok untuk penghasil shale gas ? Pertanyaan logis kan . si Abah From: "wikanwindra...@yahoo.com" To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 29, 2012 10:07 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Yanto, Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial. Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale. Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan. Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan. Salam Wikan Powered by Telkomsel BlackBerry® From: "Yanto R. Sumantri" Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 -0700 (PDT) To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Rus Ok , tks pencerahannya . Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan oleh lingkungan pengendapan . Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi syarat syarat diatas ??? Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini semua ??? Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa saja aktifitasnya , Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi oleh Blok CBM. si Abah From: Ruskamto Soeripto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news Abah, Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ?? Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. Salam Ruskamto 1061 From:Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 25 Juni 2012 9:52 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Rus Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ? si Abah From:Ruskamto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak. RUS 1061 From: Anggoro Dradjat Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Nama cekungan yang di Polandia itu apa yaa? shale di formasi
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Pak Yanto, Dalam mineralogi mineral lempung shale gas perlu diperhatikan juga proses diagenesis yang terjadi, misalkan akibat proses burial. Swelling type clay mineral dapat berubah menjadi tipe yang lebih stabil, sehingga dapat meningkatkan kegetasan (brittleness) dari batuan shale. Kemudian proses diagenesis yang lain seperti penggantian (replacement) dari mineral lempung menjadi kalsit/siderit juga meningkatkan kegetasan. Tetapi selain kegetasan, parameter geomekanik (stress dan moduli) juga menjadi faktor untuk pemilihan interval, orientasi, dan desain perekahan. Salam Wikan Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Yanto R. Sumantri" Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Rus Ok , tks pencerahannya . Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan oleh lingkungan pengendapan . Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi syarat syarat diatas ??? Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini semua ??? Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa saja aktifitasnya , Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi oleh Blok CBM. si Abah From: Ruskamto Soeripto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news Abah, Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ?? Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. Salam Ruskamto 1061 From:Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 25 Juni 2012 9:52 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Rus Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ? si Abah From:Ruskamto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak. RUS 1061 From: Anggoro Dradjat Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Nama cekungan yang di Polandia itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin, Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, horizontal layeringnya terlihat jelas adanya Vertikal Transfer Isotropic yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, perubahan TOC dari shale juga tercermin dari sonic resistivity DlogR. Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya dan ngak fracable. Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi se
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Koh Mail, biasanya yang ditarul di litbang itu orangnya mbrengkele tidak nurut atasan. Kalau mrk diberi tugas neliti kan buagus, jadi keloompok elit teliti , salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Ismail" Date: Wed, 27 Jun 2012 03:04:12 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Namanya juga Litbang = Sulit Berkembang , , . he he he he Ism NA 892 Sent by Liamsi's Mobile Phone -Original Message- From: "Bandono Salim" Date: Wed, 27 Jun 2012 02:48:42 To: Iagi Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Jadi pertamina dll tidak punya unit litbang yaa? Pantesan jadi sulit berkembang. Memang seharusnya lemigas yang pantes, kalau PT juga sama, kecuali kerja sama dgn pershaan baru mungkin ada penelitian dgn anggaran besar. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Anggoro Dradjat Date: Wed, 27 Jun 2012 09:23:11 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Dear All, Sesungguhnya ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan itu adalah milik dari orang-orang yang mau mempelajari; kalaupun ada usaha ataupun lembaga pemerintah yang mendapatkan dana penelitian itu lebih baik. Perusahaan2 besar di negara maju seperti EXXON selalu mempunyai pusat penelitian, bahkan perusahaan2an kecil yang baru berdiri pun mereka melakukan peneilitian sehingga diperusahaan ada posisi Principal Geologist, yang salah satu pekerjaan adalah melakukan penelitian. Didunia usaha kita memang lebih didominasi oleh aspek bisnisnya jika dibanding dengan aspek keilmuannya sehingga seperti yang dikatakan oleh Pak Alvi "Kurang melakukan kajian komprehensif" Salah satu yang menarik dari dunia explorasi bagi para investor besar adalah adalah perjudian sehingga para CEO bersedia mengeluarkan uang yang banyak untuk spekulasi dengan alam guna mendapatkan return yang tinggi; sebetulnya posisi kita adalah sebagai GG&RE adalah dalam rangka mengurangi resiko jadi kuncinya di SDM dan niatan perusahaan untuk studi yang lebih komprehensif. Bagi kita2 yang bekerja di KPS dan Pertamina memang sulit untuk melakukan penelitian karena sangat terikat dengan beban pekerjaan dan kerahasian data, waktu yang diperlukan untuk mengikuti seminar- seminar juga terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan publishing tulisan kita, sesekali mungkin bisa. Untuk melakukan penelitian membutuhkan 4M: Man, Money, Machine and Material tapi rasanya agak berat juga untuk mendapatkan fasilitas ini. Yang paling sulit adalah pertama Money dan yang kedua Material alias akses data, akses data yang terdapat pada perusahaan-perusahaan besar sulit untuk didapatkan. Menurut saya sebaiknya fasiltas penelitian diberikan ke universitas yang ada karena lebih memungkinkan untuk mewujudkan 4M. Dengan mengembangkan penelitian shale reservoir di Universitas akan berdampak langsung terhadap pengembangan SDM shale reservoir dimasa depan yang mungkin sangat diperlukan. Selamat datang ke shale fracture reservoir buat Pak Fatrial Bahesti dari Pertamina EP yang sedang akan melakukan penelitian, untuk ilmu pengetahuan kita semua yang terlbat dalam tanya jawab ini akan dengan senang hati akan membantu dengan gratis jika ada kesulitan. Salam Anggoro Dradjat On 6/26/12, Bandono Salim wrote: > Apakah lemigas dan badan geologi punya dana untuk itu? > Setau aku lemigas cepu untuk pendidikan/kursus, jakarta apa sdh dana untuk > telirian sebesar itu??? > Sekedar bertanya saja. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: "Yanto R. Sumantri" > Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 > To: iagi-net@iagi.or.id > Reply-To: > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > Rus > > Ok , tks pencerahannya . > Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini > sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan > oleh lingkungan pengendapan . > Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi > syarat syarat diatas ??? > > Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale > gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? > > Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti > ini semua ??? > Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , > bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" > > Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada > kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu > apa saja aktifitasnya , > Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu > ditutupi oleh Blok CBM. > > si Abah > > > > > > > From: Ruskamto Soeripto > To: iagi-net@iagi.or.id > Sen
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Namanya juga Litbang = Sulit Berkembang , , . he he he he Ism NA 892 Sent by Liamsi's Mobile Phone -Original Message- From: "Bandono Salim" Date: Wed, 27 Jun 2012 02:48:42 To: Iagi Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Jadi pertamina dll tidak punya unit litbang yaa? Pantesan jadi sulit berkembang. Memang seharusnya lemigas yang pantes, kalau PT juga sama, kecuali kerja sama dgn pershaan baru mungkin ada penelitian dgn anggaran besar. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Anggoro Dradjat Date: Wed, 27 Jun 2012 09:23:11 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Dear All, Sesungguhnya ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan itu adalah milik dari orang-orang yang mau mempelajari; kalaupun ada usaha ataupun lembaga pemerintah yang mendapatkan dana penelitian itu lebih baik. Perusahaan2 besar di negara maju seperti EXXON selalu mempunyai pusat penelitian, bahkan perusahaan2an kecil yang baru berdiri pun mereka melakukan peneilitian sehingga diperusahaan ada posisi Principal Geologist, yang salah satu pekerjaan adalah melakukan penelitian. Didunia usaha kita memang lebih didominasi oleh aspek bisnisnya jika dibanding dengan aspek keilmuannya sehingga seperti yang dikatakan oleh Pak Alvi "Kurang melakukan kajian komprehensif" Salah satu yang menarik dari dunia explorasi bagi para investor besar adalah adalah perjudian sehingga para CEO bersedia mengeluarkan uang yang banyak untuk spekulasi dengan alam guna mendapatkan return yang tinggi; sebetulnya posisi kita adalah sebagai GG&RE adalah dalam rangka mengurangi resiko jadi kuncinya di SDM dan niatan perusahaan untuk studi yang lebih komprehensif. Bagi kita2 yang bekerja di KPS dan Pertamina memang sulit untuk melakukan penelitian karena sangat terikat dengan beban pekerjaan dan kerahasian data, waktu yang diperlukan untuk mengikuti seminar- seminar juga terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan publishing tulisan kita, sesekali mungkin bisa. Untuk melakukan penelitian membutuhkan 4M: Man, Money, Machine and Material tapi rasanya agak berat juga untuk mendapatkan fasilitas ini. Yang paling sulit adalah pertama Money dan yang kedua Material alias akses data, akses data yang terdapat pada perusahaan-perusahaan besar sulit untuk didapatkan. Menurut saya sebaiknya fasiltas penelitian diberikan ke universitas yang ada karena lebih memungkinkan untuk mewujudkan 4M. Dengan mengembangkan penelitian shale reservoir di Universitas akan berdampak langsung terhadap pengembangan SDM shale reservoir dimasa depan yang mungkin sangat diperlukan. Selamat datang ke shale fracture reservoir buat Pak Fatrial Bahesti dari Pertamina EP yang sedang akan melakukan penelitian, untuk ilmu pengetahuan kita semua yang terlbat dalam tanya jawab ini akan dengan senang hati akan membantu dengan gratis jika ada kesulitan. Salam Anggoro Dradjat On 6/26/12, Bandono Salim wrote: > Apakah lemigas dan badan geologi punya dana untuk itu? > Setau aku lemigas cepu untuk pendidikan/kursus, jakarta apa sdh dana untuk > telirian sebesar itu??? > Sekedar bertanya saja. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: "Yanto R. Sumantri" > Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 > To: iagi-net@iagi.or.id > Reply-To: > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > Rus > > Ok , tks pencerahannya . > Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini > sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan > oleh lingkungan pengendapan . > Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi > syarat syarat diatas ??? > > Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale > gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? > > Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti > ini semua ??? > Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , > bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" > > Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada > kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu > apa saja aktifitasnya , > Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu > ditutupi oleh Blok CBM. > > si Abah > > > > > > > From: Ruskamto Soeripto > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM > Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news > > > > Abah, > Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, > tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. > Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya > mineral high saline/evap
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Jadi pertamina dll tidak punya unit litbang yaa? Pantesan jadi sulit berkembang. Memang seharusnya lemigas yang pantes, kalau PT juga sama, kecuali kerja sama dgn pershaan baru mungkin ada penelitian dgn anggaran besar. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Anggoro Dradjat Date: Wed, 27 Jun 2012 09:23:11 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Dear All, Sesungguhnya ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan itu adalah milik dari orang-orang yang mau mempelajari; kalaupun ada usaha ataupun lembaga pemerintah yang mendapatkan dana penelitian itu lebih baik. Perusahaan2 besar di negara maju seperti EXXON selalu mempunyai pusat penelitian, bahkan perusahaan2an kecil yang baru berdiri pun mereka melakukan peneilitian sehingga diperusahaan ada posisi Principal Geologist, yang salah satu pekerjaan adalah melakukan penelitian. Didunia usaha kita memang lebih didominasi oleh aspek bisnisnya jika dibanding dengan aspek keilmuannya sehingga seperti yang dikatakan oleh Pak Alvi "Kurang melakukan kajian komprehensif" Salah satu yang menarik dari dunia explorasi bagi para investor besar adalah adalah perjudian sehingga para CEO bersedia mengeluarkan uang yang banyak untuk spekulasi dengan alam guna mendapatkan return yang tinggi; sebetulnya posisi kita adalah sebagai GG&RE adalah dalam rangka mengurangi resiko jadi kuncinya di SDM dan niatan perusahaan untuk studi yang lebih komprehensif. Bagi kita2 yang bekerja di KPS dan Pertamina memang sulit untuk melakukan penelitian karena sangat terikat dengan beban pekerjaan dan kerahasian data, waktu yang diperlukan untuk mengikuti seminar- seminar juga terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan publishing tulisan kita, sesekali mungkin bisa. Untuk melakukan penelitian membutuhkan 4M: Man, Money, Machine and Material tapi rasanya agak berat juga untuk mendapatkan fasilitas ini. Yang paling sulit adalah pertama Money dan yang kedua Material alias akses data, akses data yang terdapat pada perusahaan-perusahaan besar sulit untuk didapatkan. Menurut saya sebaiknya fasiltas penelitian diberikan ke universitas yang ada karena lebih memungkinkan untuk mewujudkan 4M. Dengan mengembangkan penelitian shale reservoir di Universitas akan berdampak langsung terhadap pengembangan SDM shale reservoir dimasa depan yang mungkin sangat diperlukan. Selamat datang ke shale fracture reservoir buat Pak Fatrial Bahesti dari Pertamina EP yang sedang akan melakukan penelitian, untuk ilmu pengetahuan kita semua yang terlbat dalam tanya jawab ini akan dengan senang hati akan membantu dengan gratis jika ada kesulitan. Salam Anggoro Dradjat On 6/26/12, Bandono Salim wrote: > Apakah lemigas dan badan geologi punya dana untuk itu? > Setau aku lemigas cepu untuk pendidikan/kursus, jakarta apa sdh dana untuk > telirian sebesar itu??? > Sekedar bertanya saja. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: "Yanto R. Sumantri" > Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 > To: iagi-net@iagi.or.id > Reply-To: > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > Rus > > Ok , tks pencerahannya . > Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini > sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan > oleh lingkungan pengendapan . > Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi > syarat syarat diatas ??? > > Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale > gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? > > Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti > ini semua ??? > Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , > bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" > > Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada > kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu > apa saja aktifitasnya , > Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu > ditutupi oleh Blok CBM. > > si Abah > > > > > > > From: Ruskamto Soeripto > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM > Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news > > > > Abah, > Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, > tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. > Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya > mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite > kemungkinan > juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga > source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. > Kondisi lingkungan > tsb sangat bervaria
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Kan pemerintah udah punya Lemigas yg tujuan utamanya melakukan penelitian2 migas dan dananya hrsnya dari pemerintah. Tinggal mengoptimalkan dan memperkuat SDm nya aja yg sdh ada. Fz Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Anggoro Dradjat Date: Wed, 27 Jun 2012 09:23:11 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Dear All, Sesungguhnya ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan itu adalah milik dari orang-orang yang mau mempelajari; kalaupun ada usaha ataupun lembaga pemerintah yang mendapatkan dana penelitian itu lebih baik. Perusahaan2 besar di negara maju seperti EXXON selalu mempunyai pusat penelitian, bahkan perusahaan2an kecil yang baru berdiri pun mereka melakukan peneilitian sehingga diperusahaan ada posisi Principal Geologist, yang salah satu pekerjaan adalah melakukan penelitian. Didunia usaha kita memang lebih didominasi oleh aspek bisnisnya jika dibanding dengan aspek keilmuannya sehingga seperti yang dikatakan oleh Pak Alvi "Kurang melakukan kajian komprehensif" Salah satu yang menarik dari dunia explorasi bagi para investor besar adalah adalah perjudian sehingga para CEO bersedia mengeluarkan uang yang banyak untuk spekulasi dengan alam guna mendapatkan return yang tinggi; sebetulnya posisi kita adalah sebagai GG&RE adalah dalam rangka mengurangi resiko jadi kuncinya di SDM dan niatan perusahaan untuk studi yang lebih komprehensif. Bagi kita2 yang bekerja di KPS dan Pertamina memang sulit untuk melakukan penelitian karena sangat terikat dengan beban pekerjaan dan kerahasian data, waktu yang diperlukan untuk mengikuti seminar- seminar juga terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan publishing tulisan kita, sesekali mungkin bisa. Untuk melakukan penelitian membutuhkan 4M: Man, Money, Machine and Material tapi rasanya agak berat juga untuk mendapatkan fasilitas ini. Yang paling sulit adalah pertama Money dan yang kedua Material alias akses data, akses data yang terdapat pada perusahaan-perusahaan besar sulit untuk didapatkan. Menurut saya sebaiknya fasiltas penelitian diberikan ke universitas yang ada karena lebih memungkinkan untuk mewujudkan 4M. Dengan mengembangkan penelitian shale reservoir di Universitas akan berdampak langsung terhadap pengembangan SDM shale reservoir dimasa depan yang mungkin sangat diperlukan. Selamat datang ke shale fracture reservoir buat Pak Fatrial Bahesti dari Pertamina EP yang sedang akan melakukan penelitian, untuk ilmu pengetahuan kita semua yang terlbat dalam tanya jawab ini akan dengan senang hati akan membantu dengan gratis jika ada kesulitan. Salam Anggoro Dradjat On 6/26/12, Bandono Salim wrote: > Apakah lemigas dan badan geologi punya dana untuk itu? > Setau aku lemigas cepu untuk pendidikan/kursus, jakarta apa sdh dana untuk > telirian sebesar itu??? > Sekedar bertanya saja. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: "Yanto R. Sumantri" > Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 > To: iagi-net@iagi.or.id > Reply-To: > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > Rus > > Ok , tks pencerahannya . > Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini > sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan > oleh lingkungan pengendapan . > Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi > syarat syarat diatas ??? > > Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale > gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? > > Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti > ini semua ??? > Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , > bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" > > Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada > kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu > apa saja aktifitasnya , > Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu > ditutupi oleh Blok CBM. > > si Abah > > > > > > > From: Ruskamto Soeripto > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM > Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news > > > > Abah, > Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, > tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. > Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya > mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite > kemungkinan > juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga > source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. > Kondisi lingkungan > tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local de
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Dear All, Sesungguhnya ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan itu adalah milik dari orang-orang yang mau mempelajari; kalaupun ada usaha ataupun lembaga pemerintah yang mendapatkan dana penelitian itu lebih baik. Perusahaan2 besar di negara maju seperti EXXON selalu mempunyai pusat penelitian, bahkan perusahaan2an kecil yang baru berdiri pun mereka melakukan peneilitian sehingga diperusahaan ada posisi Principal Geologist, yang salah satu pekerjaan adalah melakukan penelitian. Didunia usaha kita memang lebih didominasi oleh aspek bisnisnya jika dibanding dengan aspek keilmuannya sehingga seperti yang dikatakan oleh Pak Alvi "Kurang melakukan kajian komprehensif" Salah satu yang menarik dari dunia explorasi bagi para investor besar adalah adalah perjudian sehingga para CEO bersedia mengeluarkan uang yang banyak untuk spekulasi dengan alam guna mendapatkan return yang tinggi; sebetulnya posisi kita adalah sebagai GG&RE adalah dalam rangka mengurangi resiko jadi kuncinya di SDM dan niatan perusahaan untuk studi yang lebih komprehensif. Bagi kita2 yang bekerja di KPS dan Pertamina memang sulit untuk melakukan penelitian karena sangat terikat dengan beban pekerjaan dan kerahasian data, waktu yang diperlukan untuk mengikuti seminar- seminar juga terbatas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan publishing tulisan kita, sesekali mungkin bisa. Untuk melakukan penelitian membutuhkan 4M: Man, Money, Machine and Material tapi rasanya agak berat juga untuk mendapatkan fasilitas ini. Yang paling sulit adalah pertama Money dan yang kedua Material alias akses data, akses data yang terdapat pada perusahaan-perusahaan besar sulit untuk didapatkan. Menurut saya sebaiknya fasiltas penelitian diberikan ke universitas yang ada karena lebih memungkinkan untuk mewujudkan 4M. Dengan mengembangkan penelitian shale reservoir di Universitas akan berdampak langsung terhadap pengembangan SDM shale reservoir dimasa depan yang mungkin sangat diperlukan. Selamat datang ke shale fracture reservoir buat Pak Fatrial Bahesti dari Pertamina EP yang sedang akan melakukan penelitian, untuk ilmu pengetahuan kita semua yang terlbat dalam tanya jawab ini akan dengan senang hati akan membantu dengan gratis jika ada kesulitan. Salam Anggoro Dradjat On 6/26/12, Bandono Salim wrote: > Apakah lemigas dan badan geologi punya dana untuk itu? > Setau aku lemigas cepu untuk pendidikan/kursus, jakarta apa sdh dana untuk > telirian sebesar itu??? > Sekedar bertanya saja. > Powered by Telkomsel BlackBerry® > > -Original Message- > From: "Yanto R. Sumantri" > Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 > To: iagi-net@iagi.or.id > Reply-To: > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > Rus > > Ok , tks pencerahannya . > Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini > sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan > oleh lingkungan pengendapan . > Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi > syarat syarat diatas ??? > > Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale > gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? > > Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti > ini semua ??? > Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , > bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" > > Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada > kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu > apa saja aktifitasnya , > Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu > ditutupi oleh Blok CBM. > > si Abah > > > > > > > From: Ruskamto Soeripto > To: iagi-net@iagi.or.id > Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM > Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news > > > > Abah, > Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, > tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. > Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya > mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite > kemungkinan > juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga > source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. > Kondisi lingkungan > tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat > kaya > mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” > yang > ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine > dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan > organic > mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Apakah lemigas dan badan geologi punya dana untuk itu? Setau aku lemigas cepu untuk pendidikan/kursus, jakarta apa sdh dana untuk telirian sebesar itu??? Sekedar bertanya saja. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: "Yanto R. Sumantri" Date: Mon, 25 Jun 2012 21:16:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Rus Ok , tks pencerahannya . Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan oleh lingkungan pengendapan . Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi syarat syarat diatas ??? Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini semua ??? Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa saja aktifitasnya , Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi oleh Blok CBM. si Abah From: Ruskamto Soeripto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news Abah, Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ?? Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. Salam Ruskamto 1061 From:Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 25 Juni 2012 9:52 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Rus Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ? si Abah From:Ruskamto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak. RUS 1061 From: Anggoro Dradjat Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Nama cekungan yang di Polandia itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin, Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, horizontal layeringnya terlihat jelas adanya Vertikal Transfer Isotropic yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, perubahan TOC dari shale juga tercermin dari sonic resistivity DlogR. Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya dan ngak fracable. Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale. Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat shale? Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi ngak pernah menang perang...heee...h Salam Anggoro Dradjat On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
2012/6/26 rakhmadi avianto > aBAH > Mengenai CBM Abah Yanto (handicap single) kluarnya pelan makanya rada pada > mandek, ExxonMobil udah ninggalin blok yg di Kalimantan, issauenya "rate > too small to be gas getter" > Yah buntut2 nya ngga ekonomis kalee > Saya kira kalau kendala tidak dikembangkan karena keekonomian ini mungkin soal skala (resources size) dan atau portofolio. Namun belum tentu tidak potensial secara tehnis. Kalau secara tehnis memang tidak memungkinkan, misal immature, atau non source potential saya kira pantaslah untuk ditinggalkan. Tetapi, Saya yakin keekonomian ini berawal dari split atau pembagian produksi yang semestinya bukan sebuah harga mati tetapi sesuatu yang dapat "didiskusikan" atau "negotiable". Untuk negosiasi inilah diperlukan "knowlege" ata pengetahuan tentang barang yang akan dijual-belikan. Tanpa mengetahui jenis dan karakteristik serta kualitas barang yang dijual tentusaja susah untuk melakukan negosiasi. Pemerintah (host country) juga operator perlu benar-benar mengetahui betapa sulitnya mengeksplorasi dan memproduksi, tetapi juga harus tahu betapa besarnya keuntungan bila project itu bisa di'material'kan. Dan harus sama-sama untung (win-win). Nah saya ngga tahu exit-nya EM ini karena hal apa ? Belum tentu di tempat lain atau operator lain mengalami hal yang sama. rdp
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Avi Ini contoh , bahwa kita kurang melakukan kajian yang komprehensif , jadinya cuma kabita sama suksesnya orang lain . Semoga tidak terulang pad shale gas. yrs From: rakhmadi avianto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, June 26, 2012 2:58 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news aBAH Mengenai CBM Abah Yanto (handicap single) kluarnya pelan makanya rada pada mandek, ExxonMobil udah ninggalin blok yg di Kalimantan, issauenya "rate too small to be gas getter" Yah buntut2 nya ngga ekonomis kalee Salam Avi 2012/6/26 Yanto R. Sumantri Rus > > >Ok , tks pencerahannya . >Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini >sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan >oleh lingkungan pengendapan . >Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi >syarat syarat diatas ??? > > >Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale >gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? > > >Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti >ini semua ??? >Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana >peran Badan Geologi dan "Lemigas" > > >Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada >kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa >saja aktifitasnya , >Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi >oleh Blok CBM. > > >si Abah > > > > > > > > > > > From: Ruskamto Soeripto >To: iagi-net@iagi.or.id >Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM >Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news > > > >Abah, >Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. >Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ?? Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. >Salam Ruskamto 1061 > > > > >From:Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] >Sent: 25 Juni 2012 9:52 >To: iagi-net@iagi.or.id >Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > >Pak Rus > >Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ? > >si Abah > > > > >From:Ruskamto >To: iagi-net@iagi.or.id >Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM >Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > > >Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak. >RUS 1061 > > > >From: Anggoro Dradjat >Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700 >To: >ReplyTo: >Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > >Nama cekungan yang di Polandia itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin, >Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, horizontal layeringnya terlihat jelas adanya Vertikal Transfer Isotropic yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, perubahan TOC dari shale juga t
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
aBAH Mengenai CBM Abah Yanto (handicap single) kluarnya pelan makanya rada pada mandek, ExxonMobil udah ninggalin blok yg di Kalimantan, issauenya "rate too small to be gas getter" Yah buntut2 nya ngga ekonomis kalee Salam Avi 2012/6/26 Yanto R. Sumantri > Rus > > Ok , tks pencerahannya . > Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini > sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content > ditentukan oleh lingkungan pengendapan . > Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia > memenuhi syarat syarat diatas ??? > > Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat > shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? > > Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk > meneliti ini semua ??? > Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , > bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" > > Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi > pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak > tahu apa saja aktifitasnya , > Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu > ditutupi oleh Blok CBM. > > si Abah > > > > > ------------------ > *From:* Ruskamto Soeripto > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Sent:* Monday, June 25, 2012 5:00 PM > *Subject:* RE: [iagi-net-l] Shale gas news > > Abah, > Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung > sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. > Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral > high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan > juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga > source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. > Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local > depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area > dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale > Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu > penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya > (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, > sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya > adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya > bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ??Saya > kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang > penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. > Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. > Salam Ruskamto 1061 > > > > > *From:* Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] > *Sent:* 25 Juni 2012 9:52 > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Pak Rus > > Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale > dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ > restricted env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ? > > si Abah > >-- > *From:* Ruskamto > *To:* iagi-net@iagi.or.id > *Sent:* Monday, June 25, 2012 7:19 AM > *Subject:* Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > > Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas > yang sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric > marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur > authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi > dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb. > Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. > Sekedar meramaikan diskusi Pak. > RUS 1061 > -- > *From: *Anggoro Dradjat > *Date: *Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700 > *To: * > *ReplyTo: * > *Subject: *Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Nama cekungan yang di Polandia itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau > ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan > dari lingkungan pengedapan Lacustrin, > Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, > horizontal layeringnya terlihat jelas adanya Vertikal Transfer Isotropic > yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, > perubahan TOC dari shale juga tercermin dari sonic resistivity DlogR. > Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya dan ngak fracable. > Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan > dilihat da
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Rus Ok , tks pencerahannya . Jadi sifat "britleness" sangat menentukan , dilain fihak sifat fisika ini sangat dipengaruhi oleh mineral content-nya , dan mineral content ditentukan oleh lingkungan pengendapan . Jadi apakah lingkungan pengendapan shale lapisan Tersier Indonesia memenuhi syarat syarat diatas ??? Pertanyaan kedua , apakah volume shale , kalau itu cocok degan syarat shale gas cukup besar ?sebagaimana Cekungan Cekungan Paleozoicum di USA ? Pertanyaan terakhir : Siapa yang akan menjadi "leading edge" untuk meneliti ini semua ??? Rasanya sih kalau Pertamina atau perusahaan minyak ndak cocok lah , bagaimana peran Badan Geologi dan "Lemigas" Rasanya akan berdosa kita , kalau kita meniupkan "angin sorga" , tetapi pada kenyataannya ternyata hanya "angin dingin" . seperti CBM , yang ndak tahu apa saja aktifitasnya , Padahal Blok Blok CBM sudah laku keras sampai habis daerah daerah itu ditutupi oleh Blok CBM. si Abah From: Ruskamto Soeripto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 5:00 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Shale gas news Abah, Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ?? Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. Salam Ruskamto 1061 From:Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 25 Juni 2012 9:52 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Rus Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ? si Abah From:Ruskamto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak. RUS 1061 From: Anggoro Dradjat Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Nama cekungan yang di Polandia itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin, Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, horizontal layeringnya terlihat jelas adanya Vertikal Transfer Isotropic yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, perubahan TOC dari shale juga tercermin dari sonic resistivity DlogR. Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya dan ngak fracable. Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale. Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat shale? Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi ngak pernah menang perang...heee...h Salam Anggoro Dradjat On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el wrote: Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM itu dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh. Atau ada info2 lain ? Wass, nyoto On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda wrote: Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eks
RE: [iagi-net-l] Shale gas news
Abah, Sepanjang pengetahuan saya shale gas tidak selalu methan, tergantung sejarah maturity dan type karogen dari sourcenya Pak. Yang membedakan kondisi arid/semi arid region adalah terbentuknya mineral high saline/evaporite evironment seperti dolomite anhydrite kemungkinan juga silika bercampur dan interkalasi dengan organic rich shale. Sehingga source rock bersifat brittle, mudah dilakukan fract secara efektif. Kondisi lingkungan tsb sangat bervariasi, memungkinkan terjadinya local depo-pod yang sangat kaya mengandungi TOC sampai 3-4%, sehingga ada area dan layer atau “sweet spot” yang ideal memenuhi Kriteria sebagai Shale Gas. Berbeda dengan sistem lacustrine dan tropical, kondisinya selalu penuh air dan hyposline clay particles dan organic mattersnya (algae/plankton) terkubur bersamaan “hampir” merata di semua bagian danau, sehingga jarang ditemukan “sweet spot”. Kalau TOCnya 1-2% dan yang sisanya adalah clay dan silt particle pertanyaannya adalah apakah brittlenessnya bisa meet criteria untuk dilakukan fracturing secara efektif ?? Saya kira itu yang sedang didiskusikan oleh Pak Naslin, Pak Anggoro dkk, yang penting kriteria TOC cut off atau brittleness dari shale tersebut. Mungkin bapak-bapak bisa menambahkan.. Salam Ruskamto 1061 From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 25 Juni 2012 9:52 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Pak Rus Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ? si Abah _ From: Ruskamto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak. RUS 1061 _ From: Anggoro Dradjat Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Nama cekungan yang di Polandia itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin, Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, horizontal layeringnya terlihat jelas adanya Vertikal Transfer Isotropic yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, perubahan TOC dari shale juga tercermin dari sonic resistivity DlogR. Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya dan ngak fracable. Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale. Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat shale? Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi ngak pernah menang perang...heee...h Salam Anggoro Dradjat On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el wrote: Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM itu dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh. Atau ada info2 lain ? Wass, nyoto On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda wrote: Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas di polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya warnanya abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan organic rich shale yg mereka dapatkan. Naslin From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration, dg exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top of the nudge lah > >Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale Gas, ini >yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang dari mana dan >dasarnya apa? > >Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di Kempinski >Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, artinya >research yg ter-integra
RE: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Pak Naslin, memang anda ahlinya Shale Gas nih... Trims atas kiriman link-nya.. saya bisa berkesempatan mengikuti perkembangan shale gas/oil.. Dari semua shale gas yang sukses kuncinya adalah “brittleness” supaya fract bisa menghasilkan rate yang ekonomis.. Monterey.. walaupun miocene tapi berupa organic rich chert/silicious shale dari diatomite ooze yang brittle. Ngomong-ngomong siapa yang berani produksi oil di Pantai California dengan ngefract lagi, apa kuat bayar ongkos environmental ? St Babara channel saja di tutup.. RUS 1061 From: naslin lainda [mailto:nas...@rediffmail.com] Sent: 25 Juni 2012 9:46 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Sebenarnya ada Monterey shale yg berumur Miocene di California, tapi produksi oil...bukan gas. Betul kata Pak Rus, shale gas yg sukses di US umumnya memang berumur Paleozoic. Juga shale gas2 yg sudah di bor di tempat lain umumnya juga Paleozoic, seperti Hot Qusaiba shale di Arab saudi, dan Murteree & Roseneath Shale di Cooper basin Australia. Keduanya hasilnya lumayan sukses, tidak seperti di Polandia yg juga berumur Paleozoic. Buat yang mau baca2ini ada link website yg bagus ttg shale gas resources: http://geology.com/energy/world-shale-gas/ Naslin On Mon, 25 Jun 2012 06:22:21 +0530 wrote > Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang > sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak. >RUS 1061 <http://sigads.rediff.com/RealMedia/ads/click_nx.ads/www.rediffmail.com/signatureline.htm@Middle?> Follow Rediff Deal ho jaye! <http://track.rediff.com/click?url=___http://dealhojaye.rediff.com?sc_cid=rediffmailsignature___&cmp=signature&lnk=rediffmailsignature&newservice=deals> to get exciting offers in your city everyday.
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Pak Rus Secara fisik dan mineralogi apakah perbedaan anatar deep sea shale dengan hale yang dosebutkan yg doiendapkan pada semi arid /sabhka/ restricted env ? Apa pengaruhnya untuk kandungan gas methane ? si Abah From: Ruskamto To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, June 25, 2012 7:19 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak. RUS 1061 From: Anggoro Dradjat Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 +0700 To: ReplyTo: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Nama cekungan yang di Polandia itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin, Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, horizontal layeringnya terlihat jelas adanya Vertikal Transfer Isotropic yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, perubahan TOC dari shale juga tercermin dari sonic resistivity DlogR. Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya dan ngak fracable. Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale. Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat shale? Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi ngak pernah menang perang...heee...h Salam Anggoro Dradjat On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el wrote: Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM itu dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh. Atau ada info2 lain ? > >Wass, >nyoto > > >On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda wrote: > >Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas di >polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya warnanya >abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan organic rich >shale yg mereka dapatkan. >> >> >> >>Naslin >> >> >>From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com >>Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530 >>To: iagi-net@iagi.or.id >>Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news >> >>Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration, dg >>exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM >>merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya >>waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan >>hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top of >>the nudge lah >> >>> >> >>>Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale Gas, >>>ini yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang dari >>>mana dan dasarnya apa? >> >>> >> >>>Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di Kempinski >>>Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, artinya >>>research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn menyangkut >>>fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable menjadi >>>permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi dalam >>>research ini. >> >>> >> >>>Salam, >> >>>Avi NPA 0 >> >>>Nomor cantik >> >>> >> >>> >>On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti wrote: >> >>> >>Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist for >>shale gas exploration.. >>> >>>> >>>ExxonMobil in Poland shale exit >>>By Kathrine Schmidt and news wires >>> 18 June 2012 18:00 GMT >>>Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made the >>>decision to call off further exploration there, a spokesman said Monday. >>>"There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow rates >>>in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil spokesman >&g
Re: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Sebenarnya ada Monterey shale yg berumur Miocene di California, tapi produksi oil...bukan gas. Betul kata Pak Rus, shale gas yg sukses di US umumnya memang berumur Paleozoic. Juga shale gas2 yg sudah di bor di tempat lain umumnya juga Paleozoic, seperti Hot Qusaiba shale di Arab saudi, dan Murteree & Roseneath Shale di Cooper basin Australia. Keduanya hasilnya lumayan sukses, tidak seperti di Polandia yg juga berumur Paleozoic. Buat yang mau baca2ini ada link website yg bagus ttg shale gas resources: http://geology.com/energy/world-shale-gas/ Naslin On Mon, 25 Jun 2012 06:22:21 +0530 wrote > Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang > sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak. >RUS 1061
Re: Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Kalau berdasarkan report yg di publish oleh Advanced resource International Inc ("Worldwide gas shales and unconventional gas, 2009) Gas shales di Polandia ini adanya di cekungan Large Baltic di Polandia utara, nama formasinya tidak disebutkan tapi umurnya Silurian. Selain disitu, ada juga prospect shale gas di depresi Podlasie dan cekungan Lublin. Naslin On Sun, 24 Jun 2012 18:00:34 +0530 wrote >Nama cekungan yang di Polandia itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak >salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin, Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, horizontal layeringnya terlihat jelas adanya Vertikal Transfer Isotropic yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, perubahan TOC dari shale juga tercermin dari sonic resistivity DlogR. Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya dan ngak fracable. Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale. Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat shale? Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi ngak pernah menang perang...heee...h Salam Anggoro Dradjat
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Saya pernah sedikit sharing dimaillist, bahwa umumnya bahwa shale gas yang sukses di US adalah mid Paleozoic intracratonic semi-arid, restrictric marine hingga sabkha. Sweetspot organic rich shale bercampur authigenic/evaporite mineral spt dolomite, anhydrite dll (CMIIW). Kondisi dep env. yang mendukung brittleness dan fractability dari shale gas tsb. Sukses story untuk Mezosoic(Jurassic Pre-Rift) juga belum terdengar.. Sekedar meramaikan diskusi Pak. RUS 1061 -Original Message- From: Anggoro Dradjat Date: Sun, 24 Jun 2012 19:29:53 To: Reply-To: Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Nama cekungan yang di Polandia itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin, Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, horizontal layeringnya terlihat jelas adanya Vertikal Transfer Isotropic yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, perubahan TOC dari shale juga tercermin dari sonic resistivity DlogR. Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya dan ngak fracable. Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale. Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat shale? Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi ngak pernah menang perang...heee...h Salam Anggoro Dradjat On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el wrote: > Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi > sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM > itu dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh. > Atau ada info2 lain ? > > Wass, > nyoto > > On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda wrote: > >> Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas >> di polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya >> warnanya abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan >> organic rich shale yg mereka dapatkan. >> >> >> >> Naslin >> >> >> From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com >> Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530 >> To: iagi-net@iagi.or.id >> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news >> >> Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration, >> dg exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM >> merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya >> waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan >> hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top >> of the nudge lah >> >> > >> >> >Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale >> Gas, ini yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang >> dari mana dan dasarnya apa? >> >> > >> >> >Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di >> Kempinski Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, >> artinya research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn >> menyangkut fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable >> menjadi permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi >> dalam research ini. >> >> > >> >> >Salam, >> >> >Avi NPA 0 >> >> >Nomor cantik >> >> > >> >> > >> On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti >> http://ajaxprism/writemail?mode=mail_to_individual&email=bahe...@gmail.com> >> > wrote: >> >> > >> >> Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist >> for shale gas exploration.. >> >> > ExxonMobil in Poland shale exit >> >> By Kathrine Schmidt and news wires >> >> 18 June 2012 18:00 GMT >> *Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made >> the decision to call off further exploration there, a spokesman said >> Monday. * >> >> "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow >> rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil >> spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email. >> >> "We do not have additional drilling plans in Poland." >> >> The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to some >> of the technical challenges of drill
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Yg jelas operatornya EM (Exxon-Mobil) dari negara adidaya & sudah menang perang di Iraq ...? Terus apa hubungannya dg Shale Gas ? Wass, nyoto On Sun, Jun 24, 2012 at 8:29 PM, Anggoro Dradjat wrote: > Nama cekungan yang di Polandia itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau > ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan > dari lingkungan pengedapan Lacustrin, > Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, > horizontal layeringnya terlihat jelas adanya Vertikal Transfer Isotropic > yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, > perubahan TOC dari shale juga tercermin dari sonic resistivity DlogR. > Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya dan ngak fracable. > Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan > dilihat dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan > zona resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale. > Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget > buat shale? > Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia > tapi ngak pernah menang perang...heee...h > > > Salam > Anggoro Dradjat > > > > On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el wrote: > >> Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah >> interpretasi sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya >> operator sebesar EM itu dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), >> tidak mungkin deh. Atau ada info2 lain ? >> >> Wass, >> nyoto >> >> On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda wrote: >> >>> Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas >>> di polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya >>> warnanya abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan >>> organic rich shale yg mereka dapatkan. >>> >>> >>> >>> Naslin >>> >>> >>> From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com >>> Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530 >>> To: iagi-net@iagi.or.id >>> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news >>> >>> Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas >>> Exploration, dg exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya >>> yg alumnus EM merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston >>> setahu saya waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil >>> dari lulusan hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya >>> lulusan Top of the nudge lah >>> >>> > >>> >>> >Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale >>> Gas, ini yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang >>> dari mana dan dasarnya apa? >>> >>> > >>> >>> >Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di >>> Kempinski Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, >>> artinya research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn >>> menyangkut fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable >>> menjadi permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi >>> dalam research ini. >>> >>> > >>> >>> >Salam, >>> >>> >Avi NPA 0 >>> >>> >Nomor cantik >>> >>> > >>> >>> > >>> On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti >>> http://ajaxprism/writemail?mode=mail_to_individual&email=bahe...@gmail.com> >>> > wrote: >>> >>> > >>> >>> Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist >>> for shale gas exploration.. >>> >>> > ExxonMobil in Poland shale exit >>> >>> By Kathrine Schmidt and news wires >>> >>> 18 June 2012 18:00 GMT >>> *Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has >>> made the decision to call off further exploration there, a spokesman said >>> Monday. * >>> >>> "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow >>> rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil >>> spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email. >>> >>> "We do not have additional drilling plans in Poland." >>> >>> The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to so
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Nama cekungan yang di Polandia itu apa yaa? shale di formasi apa? kalau ngak salah yang di Amerika itu kebanyakan berada di Intra Craton Basin dan dari lingkungan pengedapan Lacustrin, Kalau yang di Amerika seperti yang dipresentasikan Pak Naslin di UGM, horizontal layeringnya terlihat jelas adanya Vertikal Transfer Isotropic yang menggambarkan perbedaan cepat rambat gelombang P secara vertikal, perubahan TOC dari shale juga tercermin dari sonic resistivity DlogR. Wah kalau abu-abu isotropic dong, sedikit organiknya dan ngak fracable. Mungkin lokasinya dipilih dari sweet spot seismic? Tapi seharusnya kan dilihat dahulu dari data sumur yang ada? apakah sweet spot itu mengambarkan zona resistivitas yang tinggi dan zona anisotropi dari shale. Kemungkinan yang lain adalah belum ada data sumur, jadi explorasi banget buat shale? Atau operatornya dari negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia tapi ngak pernah menang perang...heee...h Salam Anggoro Dradjat On Sun, Jun 24, 2012 at 6:04 PM, nyoto - ke-el wrote: > Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi > sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM > itu dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh. > Atau ada info2 lain ? > > Wass, > nyoto > > On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda wrote: > >> Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas >> di polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya >> warnanya abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan >> organic rich shale yg mereka dapatkan. >> >> >> >> Naslin >> >> >> From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com >> Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530 >> To: iagi-net@iagi.or.id >> Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news >> >> Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration, >> dg exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM >> merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya >> waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan >> hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top >> of the nudge lah >> >> > >> >> >Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale >> Gas, ini yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang >> dari mana dan dasarnya apa? >> >> > >> >> >Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di >> Kempinski Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, >> artinya research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn >> menyangkut fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable >> menjadi permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi >> dalam research ini. >> >> > >> >> >Salam, >> >> >Avi NPA 0 >> >> >Nomor cantik >> >> > >> >> > >> On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti >> http://ajaxprism/writemail?mode=mail_to_individual&email=bahe...@gmail.com> >> > wrote: >> >> > >> >> Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist >> for shale gas exploration.. >> >> > ExxonMobil in Poland shale exit >> >> By Kathrine Schmidt and news wires >> >> 18 June 2012 18:00 GMT >> *Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made >> the decision to call off further exploration there, a spokesman said >> Monday. * >> >> "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow >> rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil >> spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email. >> >> "We do not have additional drilling plans in Poland." >> >> The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to some >> of the technical challenges of drilling in rock formations that had >> initially held high hopes for unconventional production. >> >> The US Energy Information Administration has pegged Poland as having >> among the largest shale reserves in Europe. >> >> Nonetheless, ExxonMobil chief executive Rex Tillerson spoke to the >> technical difficulties there in a New York meeting with analysts in March. >> >> “Some of the shales don’t respond as well to hydraulic fracturing,” the >> news wire quoted Tillerson as saying during a meeting with reporters after >> his presentation to analy
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Apakah itu berarti operatornya tertipu atau ditipu atau salah interpretasi sebelumnya sehingga mengexecute project tsb ? Rasa2nya operator sebesar EM itu dg jumlah PhD nya yg sampai 600 (email cak Avi), tidak mungkin deh. Atau ada info2 lain ? Wass, nyoto On Sun, Jun 24, 2012 at 3:49 PM, naslin lainda wrote: > Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas di > polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya > warnanya abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan > organic rich shale yg mereka dapatkan. > > > > Naslin > > > From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com > Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530 > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news > > Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration, > dg exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM > merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya > waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan > hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top > of the nudge lah > > > > > >Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale > Gas, ini yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang > dari mana dan dasarnya apa? > > > > > >Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di Kempinski > Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, artinya > research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn menyangkut > fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable menjadi > permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi dalam > research ini. > > > > > >Salam, > > >Avi NPA 0 > > >Nomor cantik > > > > > > > On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti > http://ajaxprism/writemail?mode=mail_to_individual&email=bahe...@gmail.com> > > wrote: > > > > > Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist > for shale gas exploration.. > > > ExxonMobil in Poland shale exit > > By Kathrine Schmidt and news wires > > 18 June 2012 18:00 GMT > *Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made > the decision to call off further exploration there, a spokesman said > Monday. * > > "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow > rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil > spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email. > > "We do not have additional drilling plans in Poland." > > The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to some of > the technical challenges of drilling in rock formations that had initially > held high hopes for unconventional production. > > The US Energy Information Administration has pegged Poland as having among > the largest shale reserves in Europe. > > Nonetheless, ExxonMobil chief executive Rex Tillerson spoke to the > technical difficulties there in a New York meeting with analysts in March. > > “Some of the shales don’t respond as well to hydraulic fracturing,” the > news wire quoted Tillerson as saying during a meeting with reporters after > his presentation to analysts. “It’s going to take research and time in the > lab to understand that.” > > Reuters said that a government report in March slashed estimates of > Poland's shale gas reserves to 346 billion to 768 billion cubic meters, or > about one-tenth of previous estimates, denting hopes for an energy source > that could play a key role in weaning Europe off Russian gas. > > Poland has granted 112 shale exploration licences to ExxonMobil, Chevron > and other firms, even as some countries, including France and Bulgaria, > have banned shale exploration pending further environmental studies. > > The Poles are keen to wean themselves off their heavy reliance on coal and > imported Russian gas, partly due to environmental commitments they face as > a European Union member nation. > > "ExxonMobil realised that commercial extraction was not possible with > currently available technology. This is a general problem in Poland that > shale rocks are too tight to allow extraction," an industry source told the > news wire, asking not to be identified. > > Abundant shale gas production in Poland poses a potential threat to > Russia's supremacy in Europe, where it supplies a quarter of the gas used > in the EU. > > Yet Russian gas export monopoly Gazprom has repeatedly played down the > threat and on Monday Sergei Komlev, head of
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Tadi saya barusan ngobrol ama teman yg terlibat di eksplorasi shale gas di polandia ini. Katanya TOC nya rendah dibawah 1%. Dari foto core nya warnanya abu2, bukan seperti black shale yg di US. Jadi kayaknya bukan organic rich shale yg mereka dapatkan. Naslin From: "rakhmadi avianto"rakhmadi.avia...@gmail.com Sent:Wed, 20 Jun 2012 12:17:44 +0530 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Shale gas news Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration, dg exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top of the nudge lah > >Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale Gas, ini >yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang dari mana dan >dasarnya apa? > >Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di Kempinski >Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, artinya >research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn menyangkut >fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable menjadi >permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi dalam research >ini. > >Salam, >Avi NPA 0 >Nomor cantik > >On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti <bahe...@gmail.com> >wrote: > Mudah2an shale exit tidak terjadi di > Indonesia, melainkan tetap exist for shale gas exploration.. >ExxonMobil in Poland shale exit > > >By Kathrine Schmidt and news wires > 18 June 2012 18:00 GMT > > > > > > > > Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made the decision to call off further exploration there, a spokesman said Monday. "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email."We do not have additional drilling plans in Poland."The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to some of the technical challenges of drilling in rock formations that had initially held high hopes for unconventional production.
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Dari awal aku memang sudah curiga, mungkin ngga ya Shale Gas Exploration, dg exitnya EM dari Poland saya kira bukan hal yg main2. Saya yg alumnus EM merasa bahwa EM tidak pernah main2 dalam research di Houston setahu saya waktu di sana ada 600an lebih PHD yg kerja di Lab yg diambil dari lulusan hampir seluruh dunia dg GPA yg mendekati 4 yg diterima artinya lulusan Top of the nudge lah Untuk Indonesia, mungkin tidak semua shale punya potential jadi Shale Gas, ini yg belum di evaluasi, belum apa2 koq ujuk2 udah sekian TCF emang dari mana dan dasarnya apa? Ingat RDP waktu jadi panelis di gas hydrate, acara Pertamina di Kempinski Hotel, RDP mengusulkan harus ada Pilot Project dari Zero ke Hero, artinya research yg ter-integrasi, ada G&G, ada drilling, dll krn menyangkut fracturing dimana ada usaha dari shale yg nature-nya impermeable menjadi permeable, tentu tidak mudah dan tentu perlu dedikasi yg tinggi dalam research ini. Salam, Avi NPA 0 Nomor cantik On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti wrote: > Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist for > shale gas exploration.. > ExxonMobil in Poland shale exit > > By Kathrine Schmidt and news wires > > 18 June 2012 18:00 GMT > *Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made > the decision to call off further exploration there, a spokesman said > Monday. * > > "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow > rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil > spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email. > > "We do not have additional drilling plans in Poland." > > The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to some of > the technical challenges of drilling in rock formations that had initially > held high hopes for unconventional production. > > The US Energy Information Administration has pegged Poland as having among > the largest shale reserves in Europe. > > Nonetheless, ExxonMobil chief executive Rex Tillerson spoke to the > technical difficulties there in a New York meeting with analysts in March. > > “Some of the shales don’t respond as well to hydraulic fracturing,” the > news wire quoted Tillerson as saying during a meeting with reporters after > his presentation to analysts. “It’s going to take research and time in the > lab to understand that.” > > Reuters said that a government report in March slashed estimates of > Poland's shale gas reserves to 346 billion to 768 billion cubic meters, or > about one-tenth of previous estimates, denting hopes for an energy source > that could play a key role in weaning Europe off Russian gas. > > Poland has granted 112 shale exploration licences to ExxonMobil, Chevron > and other firms, even as some countries, including France and Bulgaria, > have banned shale exploration pending further environmental studies. > > The Poles are keen to wean themselves off their heavy reliance on coal and > imported Russian gas, partly due to environmental commitments they face as > a European Union member nation. > > "ExxonMobil realised that commercial extraction was not possible with > currently available technology. This is a general problem in Poland that > shale rocks are too tight to allow extraction," an industry source told the > news wire, asking not to be identified. > > Abundant shale gas production in Poland poses a potential threat to > Russia's supremacy in Europe, where it supplies a quarter of the gas used > in the EU. > > Yet Russian gas export monopoly Gazprom has repeatedly played down the > threat and on Monday Sergei Komlev, head of contract structuring and price > formation at Gazprom Export, told a conference in London that Polish gas > would struggle to achieve the low prices of US shale rivals. > > "In Poland the price for shale gas will be above $15 per million British > thermal units, over three times than in the US where prices will rise to > $5-10 (from a current $2.50) once they export gas," Komlev said. > > Last Wednesday, the government abruptly called off a presentation of a > legal framework for the development of shale gas resources, disappointing > industry players eager for more clarity before committing further to > investing in the sector. > > "If this draft was published and ExxonMobil later declared it was leaving > the country, it would most likely have been a disaster in terms of the > country's image," said Piotr Spaczynski, partner at law firm Spaczynski, > Szczepaniak & Wspolnicy, which advises foreign oil companies investing in > Polish shale. > > The government now plans to unveil the draft law by the end of the month, > and has said it will cover exploration and extraction of oil and gas from > both conventional and unconventional sources, including taxation, licensing > and environmental issues. > > "If I were the government, I would scrap all drafts and let companies > work, or publish a draft supporting exploration and not one directed at > ex
Re: [iagi-net-l] Shale gas news
Dear All, Untuk menghindari agar tidak terjadi exit di Indonesia kita membutuhkan research, hanya saja perusahaan sebesar EXXON MOBIL kok sampai kebobolan researchnya padahal begitu banyak research shale di Amerika. Saya kira EXXON MOBIL sudah tau atau ngak mau tau dan coba2 dan sekarang berkata-kata manis "It's going to take research and time in the lab to understand that", atau dulunya mungkin yang penting dapat blok itu dulu. Untuk menghindari kejadian exit di Indonesia ada dua hal yang harus dilakukan: 1. Research 2. Screening Seperti kita ketahui ada 4 hal teknis yang perlu dipelajari didalam shale explorasi: 1. Geokimia 2. Petrofisika 3. Geomekanika & Seismik anisotropi. 4. Fracturing teknologi Menurut sepengetahuan saya hal-hal yang paling kritis adalah masalah geomekanika karena akan menjadi point penting apakah shale bersifat fracable atau tidak. Untuk jangka pendek negara kita harus segera mengembangkan penelitian dalam hal ini, sepertinya yang paling siap dan effisien melakukan penelitian adalah di ITB selain punya banyak ahli geologi, saat ini sudah mempunyai laboratorium fisika bumi yang memungkinkan untuk pengukuran shale geomekanika anisotropi. Baru-baru ini saya melakukan penelitian geomekanika yang dibantu dengan teman-teman dari Indonesia dan dari China yang isinya tentang carbonate fracture reservoir yang methodologinya mungkin juga dapat berguna bagi yang mau studi shale geomekanika dan fracturing. http://www.searchanddiscovery.com/documents/2012/20149dradjat/ndx_dradjat.pdf Salam Anggoro Dradjat Salam Anggoro Dradjat “Some of the shales don’t respond as well to hydraulic fracturing,” the news wire quoted Tillerson as saying during a meeting with reporters after his presentation to analysts. “It’s going to take research and time in the lab to understand that.” On Tue, Jun 19, 2012 at 4:38 PM, Fatrial Bahesti wrote: > Mudah2an shale exit tidak terjadi di Indonesia, melainkan tetap exist for > shale gas exploration.. > ExxonMobil in Poland shale exit > > By Kathrine Schmidt and news wires > > 18 June 2012 18:00 GMT > *Following two disappointing test wells in January, ExxonMobil has made > the decision to call off further exploration there, a spokesman said > Monday. * > > "There have been no demonstrated sustained commercial hydrocarbon flow > rates in our two wells in the Lublin and Podlasie basins," ExxonMobil > spokesman Patrick McGinn told Upstream in an email. > > "We do not have additional drilling plans in Poland." > > The supermajor's chief executive Rex Tillerson in March alluded to some of > the technical challenges of drilling in rock formations that had initially > held high hopes for unconventional production. > > The US Energy Information Administration has pegged Poland as having among > the largest shale reserves in Europe. > > Nonetheless, ExxonMobil chief executive Rex Tillerson spoke to the > technical difficulties there in a New York meeting with analysts in March. > > “Some of the shales don’t respond as well to hydraulic fracturing,” the > news wire quoted Tillerson as saying during a meeting with reporters after > his presentation to analysts. “It’s going to take research and time in the > lab to understand that.” > > Reuters said that a government report in March slashed estimates of > Poland's shale gas reserves to 346 billion to 768 billion cubic meters, or > about one-tenth of previous estimates, denting hopes for an energy source > that could play a key role in weaning Europe off Russian gas. > > Poland has granted 112 shale exploration licences to ExxonMobil, Chevron > and other firms, even as some countries, including France and Bulgaria, > have banned shale exploration pending further environmental studies. > > The Poles are keen to wean themselves off their heavy reliance on coal and > imported Russian gas, partly due to environmental commitments they face as > a European Union member nation. > > "ExxonMobil realised that commercial extraction was not possible with > currently available technology. This is a general problem in Poland that > shale rocks are too tight to allow extraction," an industry source told the > news wire, asking not to be identified. > > Abundant shale gas production in Poland poses a potential threat to > Russia's supremacy in Europe, where it supplies a quarter of the gas used > in the EU. > > Yet Russian gas export monopoly Gazprom has repeatedly played down the > threat and on Monday Sergei Komlev, head of contract structuring and price > formation at Gazprom Export, told a conference in London that Polish gas > would struggle to achieve the low prices of US shale rivals. > > "In Poland the price for shale gas will be above $15 per million British > thermal units, over three times than in the US where prices will rise to > $5-10 (from a current $2.50) once they export gas," Komlev said. > > Last Wednesday, the government abruptly called off a presentation of a > legal framework for the development of s