Balasan: [mediacare] Republika menyinggung perasaan umat Hindu: Sajak jorok

2007-09-11 Terurut Topik bujang kelana
Untuk seorang penulis pemula, bumbu bumbu seks memang mujarab untuk mendongkrak 
popularitasnya, mutu mungkin tak teraih darinya, tapi rumus semacam ini sering 
diresepkan. Hanya memang disayangkan jika redaktur koran/majalah juga kurang 
luas wawasannya maka loloslah sampah sampah demikian di halamannya. salam

radityo djadjoeri [EMAIL PROTECTED] wrote:Dear miliser dimana 
saja berada,
   
  Tadi pagi saya terima email dari Bli I Gusti Purwaka yang tak saya kenal 
sebelumnya. Dari namanya, jelas dia orang Bali. Mungkin ia tahu emailku karena 
kebetulan saya memoderasi beberapa milis. 
   
  Isinya sebagai berikut:
   
  Bung Moderator, 
   
  Semoga anda sudi memuat tulisan keluhan hati minoritas ini.
   
  Shanti,
   
  I.G. Purwaka
-- 
  
  [EMAIL PROTECTED]
   
  ---
   
  Lalu lampirannya saya buka. Saya pikir berbentuk sebuah tulisan opini. 
Ternyata sebuah puisi karya Saut Situmorang. Oh, dia lagi, dia lagi. Berikut 
isi lampirannya:
   
  Harian Republika yang Islami itu dalam edisi 26 Agustus 2007 lalu memuat 
sajak seperti ini:
  
para pelacur pun
masih di kamarnya bergelut. dalam kabut
alkohol aku biarkan kata kata
menjebakku dalam birahi
rima metafora. kemulusan kulit
kupu kupumu dan garis payudaramu
yang remaja membuatku cemburu
pada para dewa yang, bisikmu,
menggilirmu di altar pura mereka.
  
Sajak itu karya seorang penyair yang bernama Saut Situmorang. Kalau saya baca 
kalimat-kalimatnya yang klise dan bombastis, penyairnya kelihatannya masih baru 
belajar menulis.  Akan tetapi untuk penyair yang baru belajar sekalipun 
seyogyanya tidak pantas memakai 
  kata-kata yang meletakkan seksualitas sebagai ukuran sastra.  
   
  Sangat saya sayangkan Republika yang Islami itu telah kecolongan diisi oleh 
seorang penyair yang jorok pikirannya.  Apalagi di dalam sajak tersebut saya 
dapatkan kata-kata yang sangat menyinggung perasaan orang Hindu Bali, misalnya 
disebut “para dewa” yang 
  “menggilir” perempuan di altar “pura” mereka.
   
  Harap kita waspada terhadap langkah-langkah seperti ini.
  
Merdeka,
   
  I.G. Purwaka.


  e-mail: [EMAIL PROTECTED]  
  blog: http://mediacare.blogspot.com  
   

-
  Got a little couch potato? 
Check out fun summer activities for kids.  

 

   
-
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di bidang Anda di Yahoo! 
Answers

[mediacare] Ketika Pers Berpihak pada Mukhtaran Bibi

2007-09-11 Terurut Topik Pustaka Alvabet
 
  Resensi Buku di www.panyingkul.comSelasa, 03-07-2007  

Ketika Pers Berpihak pada Mukhtaran Bibi
 
:: Mustamin al-Mandary :: 

 
 Sebuah buku yang  menceritakan kisah perempuan 
Pakistan yang diperkosa secara  beramai-ramai sebagai tumbal adat 
istiadat. Menolak santunan yang  diberikan pemerintah, Mukhtaran Bibi, 
justru minta agar di desanya  dibangun sekolah untuk anak-anak 
perempuan supaya mereka tidak mengalami  nasib yang sama dengan 
dirinya. Kisahnya menyentak dunia karena mendapat  simpati pers, 
sebagaimana diulas citizen reporter Mustamin al-Mandary.(p!) 
 
 
Judul Buku   : In the Name of Honor (Atas Nama  Kehormatan) 
 Penulis: Mukhtar Mai (dibantu  oleh Marie Thérèse 
Cuny) 
 Penerjemah : M. Lukman Sadikin 
 Tebal : 204 halaman
 Penerbit   : Pustaka Alvabet,  Jakarta, Maret 2007 
 
  Sejarah panjang manusia menempatkan  
perempuan pada posisi yang (hampir) selalu tertindas. Dari awal,  
“agama-agama” sudah menuduh Hawa – bekerja sama dengan Iblis – yang  
menyebabkan jatuhnya Adam dari surga. Sejarah awal Eropa dimulai dengan 
 keterkungkungan perempuan, penghapusan hak-haknya, dan pengebiriannya  
dari aktifitas sosial yang hampir semuanya milik laki-laki. Sebagian  
orang Yunani kuno mengatakan bahwa perempuan adalah laki-laki yang cacat.   
   Anak-anak perempuan yang baru lahir lazimnya di kubur hidup-hidup di 
 abad keenam di semenanjung Arabia. Amerika mengenal hak-hak politik  
perempuan baru di awal abad keduapuluh. 
 
 Sejarah kolonialisme dari abad keenam belas sampai dengan kolonialisme 
 modern saat ini, akrab dengan perempuan yang dieksploitasi dan 
 diperbudak. Di Jawa, “pemberontakan” Kartini menjadi indikasi awal dari
  rentang waktu yang panjang peniadaan hak-hak dan penistaan perempuan. 
 
 Kita mungkin sedikit terhibur dengan kisah ratu Balqis yang menemukan  
kesetaraan di depan Nabi Sulaiman, atau Cleopatra yang menjadi pemenang 
 dalam perebutan kekuasaan dengan laki-laki. Di Eropa mungkin kita 
akrab  dengan ratu, atau naiknya beberapa perempuan sebagai pemimpin di 
 beberapa negara di abad ini. Tetapi siapakah kelompok pekerja yang 
 paling sering dianiaya dimana-mana? Siapakah yang paling sering  
diperjualbelikan? Siapa yang paling sering diperkosa lahir batin? 
 
 Buku In the Name of Honor ini membuka mata kita sekali lagi  
tentang masih adanya pemerkosaan dan penistaan menjijikkan terhadap  
perempuan, kisah seorang perempuan yang diperlakukan tidak lebih dari  
seekor kambing yang bisa disembelih kapanpun, tentu saja setelah diperah
  dan dinikmati laki-laki. 
 
 * 
 
 Buku ini menceritakan perjuangan panjang seorang perempuan bernama 
 Mukhtaran Bibi. Ditulis dengan gaya narasi, buku ini sangat enak dibaca
  walaupun di beberapa tempat terdapat terjemahan yang cukup membingungkan, 
 misalnya cerita “Aku melewati malam demi malam…,” padahal kita tahu
  bahwa kejadian itu terjadi hanya dalam satu malam. 
 
 Mukhtaran Bibi adalah seorang perempuan petani miskin dan tak tahu 
baca  tulis. Dia bisa membaca Alquran, hanya dengan mendengarnya. 
Mukhtaran  lahir dari kelompok sosial yang lebih rendah, kasta Gujar, 
yang tinggal  di desa Meerwala, di barat daya Punjab di daerah 
Muzaffargarh, Pakistan.  Di daerah ini, terdapat pula kasta Mastoi yang 
status sosialnya lebih  tinggi dan memiliki sebagian besar area 
pertanian di wilayah itu. 
 
 Tanggal 22 Juni 2002 adalah awal dari tragedi itu. Shakur, adik
  laki-laki Mukhtaran yang kurang lebih berusia 12 tahun dituduh  
memperkosa Salma, sebuah tuduhan yang akhirnya tidak terbukti. Salma  
adalah seorang perempuan muda dari kasta Mastoi. Dalam sebuah pertemuan 
 adat yang didominasi oleh laki-laki dari kasta Mastoi, dewan adat  
kemudian memutuskan bahwa seorang perempuan Gujar harus meminta maaf  
kepada kaum Mastoi atas kejadian itu. Ternyata, pertemuan untuk prosesi 
 permintaan maaf dari perempuan Gujar itu telah dimanfaatkan oleh  
laki-laki kaum Mastoi untuk sebuah niat yang sangat menjijikkan. 
 
 Mukhtaran membentangkan selendang di hadapan laki-laki kaum Mastoi 
 sebagai simbol permintaan maaf kaumnya. Akan tetapi, kelompok laki-laki
  itu, dikawal oleh laki-laki lainnya yang bersenjata, kemudian menyeret
  Mukhtaran ke dalam sebuah bilik segi 

[mediacare] Yuu...uk Minum Kopi !

2007-09-11 Terurut Topik mangucup88
Mang Ucup punya hobby minum kopi, sehingga dengan mana setiap hari 
selalu diawali dengan minum kopi dan diakhiri dengan minum kopi 
pula. Oleh sebab itu tidak ada salahnya sambil minum kopi kita 
kongkouw sejenak mengenai minum kopi. 

Johann Sebastian Bach (1685-1750) seorang komponis Jerman telah
menciptakan lagu atau musik minum kopi yang disebut Kaffeekantate. 
Sedangkan Ludwig van Beehoven mempunyai kebiasaan menghitung jumlah 
butir kopi. Setiap cangkir kopi yang ia minum tidak boleh lebih atau 
kurang dari 60 butir kopi. Akaneya Coffee Shop di Jepang memasang 
tarif minum kopi termahal di dunia. Harga secangkir kopi disitu 
9.900 Yen atau sekitar AS$ 38,00.

Raja Swedia Gustav III (1746-1793) ingin membuktikan, bahwa kopi itu 
racun. Untuk membuktikan hal ini ia membebaskan dua orang terpidana 
hukuman mati dengan syarat yang satu tidak boleh minum minuman 
lainnya selain kopi sedangkan yang lain hanya diperkenankan minum 
teh. Mereka diawasi dan dijaga oleh dua orang Dr. Lucunya yang 
pertama mati adalah Dr sang pengawas yang pertama setelah itu 
disusul oleh Dr yang kedua. Sedangkan Raja Gustav III akhirnya mati 
dibunuh, tetapi si peminum teh itu sendiri bisa mencapai usia lanjut 
83 tahun sedangkan si penimum kopi lebih lanjut lagi usianya. Jadi 
terbuktikan bahwa minum kopi itu sebenarnya sehat bukannya racun.

Kita minum kopi dari cangkir keramik yang lebih dikenal dengan 
sebutan Porcelain dalam bhs Inggris; kata ini diserap dari bahasa 
Italy Porcellana yang arti sebenarnya adalah nama kulit kerang yang 
putih, sebab keramik yang pertama dikenal di Italy (1500) warnanya 
putih. Keramik ini sudah dikenal sejak Dinasti Han (206 SM -220). 
Pada awalnya orang Eropa menduga bahwa keramik itu berasal dari 
bubuk serbuk tulang. 

Pembuatan keramik dahulu sangat dirahasiakan sekali, mereka yang 
mengetahui rahasia ini disebut Arkanisten (Arcanum = rahasia dlm bhs 
Latin). Di Eropa pertama kali membuat keramik pada tahun 1708, 
tepatnya di Jerman oleh perusahaan keramik yang paling ngetop di 
dunia ialah Meissner Porselan. Harga satu cangkir Meissner Porselan 
bisa mencapai ribuan AS$.

Seorang profesor ahli filsafat ingin memberikan pelajaran kepada 
murid-muridnya, dimana ia mengundang mereka untuk minum kopi 
dirumahnya. Diatas meja disediakan berbagai macam jenis cangkir 
kopi, mulai dari cangkir dari keramik merah, sampai dengan cangkir 
dari gelas kristal Swaroski yang mahal. Bahkan beberapa dari cangkir 
tersebut benar-benar hasil produksi dari perusahaan keramik seperti 
Royal Kopenhagen, Royal Worchester dan ada juga cangkir kuno dari 
Dinasti Ming. Disamping cangkir-cangkir yang mewah, disediakan pula 
berbagai macam jenis cangkir murahan dari plastik maupun dari 
cangkir murahan yang sudah agak retak.

Pertama mereka diundang untuk minum kopi dengan menggunakan cangkir-
cangkir mewah yang indah setelah itu untuk minuman yang kedua, 
mereka harus minum dari cangkir yang murah. Akhirnya ia menanyakan 
kepada mereka: Apa bedanya kopi yang diminum dari cangkir mewah dan 
diminum dari cangkir murahan ? Ternyata tidak ada !

Memang wajar bahwa manusia selalu menginginkan minum kopi dari 
cangkir yang mewah, tetapi cangkir yang mewah tidak bisa 
menggantikan isi kopi yang kita minum. Apabila kita ingin minum kopi 
bukan cangkirnya yang menentukan melainkan isinya. Entah kita minum 
dari cangkir yang mewah ataupun cangkir murahan isi dan rasa kopi 
tetap tidak berubah. Apabila kita merasa haus dan ingin minum kopi, 
cangkir bagaimana mewahnya sekalipun tidak akan bisa menggantikan 
dan memenuhi rasa dahaga kita.

Begitu juga di dalam kehidupan ini, kehidupan kita ada jauh lebih 
penting dan lebih bermanfaat daripada segala macam embel-embelnya, 
entah itu rumah mewah, jabatan, harta maupun mobil mewah. 

Segala macam embel-embel itu sama nilainya seperti juga cangkir 
tersebut diatas alias tidak bisa menggantikan nilai dan rasa dari 
aroma kopinya, tetapi banyak sekali orang bersedia menghancurkan 
hidupnya hanya untuk mendapatkan cangkir kosong !

Rumah mewah, mobil mewah, pakaian mewah, tabungan harta yang 
berjibun di bank semuanya itu kosong dan tidak ada artinya apabila 
kita tidak memiliki dan mendapatkan rasa kasih sayang, seperti juga 
cangkir tanpa kopi. Oleh sebab itu nikmatilah kopi anda dari cangkir 
yang manapun anda minum, rasa kopi adalah kopi. Jangan sampai kita 
lebih mementingkan cangkir daripada kopinya.

Mungkin slogan ini bisa ditawarkan oleh mang Ucup kepada perusahaan 
Nescafe: Dari cangkir manapun anda minum, kopinya selalu Nescafe !

Mang Ucup
Email: [EMAIL PROTECTED]
Homepage: www.mangucup.net




[mediacare] Mengemis dan Memberi Pengemis Didenda Rp 20 Juta

2007-09-11 Terurut Topik Roy Ferdinand


[EMAIL PROTECTED]  wrote: From: [EMAIL PROTECTED] 
Date: Tue, 11 Sep 2007 11:14:33 +0700
Subject: Mengemis dan Memberi Pengemis Didenda Rp 20 Juta

 Kita mungkin selalu bingung dan prihatin, 
kenapa begitu banyak pengemis di jalan-jalan di Jakarta. Tapi, mungkin gak kita 
pernah berpikir bahwa kita juga yang membuka lapangan pekerjaan tersebut 
dengan selalu rajin memberikan sedekah kepada mereka? Mungkin ini maksud dari 
peraturan di ibukota yang  sudah disahkan? Sila direnungkan�
  
 
 Mengemis dan Memberi Pengemis Didenda Rp 20 Juta
  http://www.kompas.com/ver1/Metropolitan/0709/11/045404.htm 
 KEBON SIRIH, WARTA KOTA - Hati-hati jika Anda ingin bersedekah kepada 
pengemis, baik ketika berada di kendaraan umum, atau perempatan jalan. 
Alih-alih bermaksud berbuat baik, Anda bakal dikenai sanksi denda hingga 
maksimal Rp 20 juta atau mendekam di tahanan paling lama 60 hari. 
 
 Hal itu merupakan konsekuensi pemberlakuan peraturan daerah (perda) tentang 
Penyelenggaraan Ketertiban Umum yang disahkan dalam Rapat Paripurna DPRD DKI, 
Senin (10/9).  Perda baru itu merupakan pengganti Perda No 11 tahun 1988 
tentang Ketertiban Umum yang dianggap tak lagi memadai menghadapi perkembangan 
kondisi sosial Ibu Kota.  
 Larangan memberi sedekah kepada pengemis, maupun melakukan aktivitas mengemis  
itu termuat dalam pasal 40 huruf b, dan c. Dalam pasal itu, tak hanya mengemis 
saja yang dilarang melainkan juga mengamen, mengasongkan dagangan, dan mengelap 
mobil di tempat umum. Kalau ingin menyumbang dan memberi sedekah, salurkan 
lewat lembaga resmi yang sudah ada, misalnya lewat Bazis, ujar Ketua Fraksi 
PPP Achmad Suaedy, kepada wartawan usai menghadiri rapat paripurna di Gedung 
DPRD DKI, kemarin. 
 
 Pemberlakuan larangan pun tak hanya berlaku pada pelaku, dan pemberi sedekah 
bagi pengemis saja, melainkan juga terhadap pihak-pihak yang mengorganisasi, 
atau memerintahkan aktivitas tersebut. Dan, sanksi bagi mereka ini lebih berat, 
sesuai pasal 61 ayat 2, orang yang menyuruh mengemis, mengasong, mengamen, atau 
mengelap kaca mobil dikenai sanksi denda paling banyak Rp 30 juta, atau 
kurungan maksimal 90 hari.  
 Gubernur DKI Sutiyoso mengatakan, pemberlakuan aturan-aturan baru dalam perda 
tersebut sebagai upaya meningkatkan budaya disiplin dan tertib di kalangan 
warga Jakarta. Selain itu, juga untuk memperbaiki citra Jakarta sebagai Ibu 
Kota Negara yang tertib dan nyaman. Ketertiban umum di kota mana pun harus 
ditegakkan karena ini untuk kepentingan bersama.  Perda ini harus kita lakukan 
secara konsekuen, ujar Sutiyoso usai menghadiri rapat paripurna, kemarin. 
 
 Pemprov DKI akan melakukan sosialisasi mengenai isi dan konsekuensi perda baru 
itu kepada masyarakat luas selama sekitar empat bulan, sebelum secara efektif 
memberlakukan ketentuan tersebut. Sutiyoso berjanji akan meningkatkan kinerja 
aparat pamong praja yang dimiliki Pemprov untuk menjamin penegakan hukum atas 
perda itu. Kalau soal aparat yang tidak baik, itu masalah mentalnya, dan akan 
kita perbaiki. Yang penting kesadaran masyarakat untuk disiplin, karena masalah 
disiplin ini bukan hanya di Jakarta, secara nasional kita lemah di bidang ini, 
ujar  gubernur yang tinggal sebulan lagi menjabat itu. 
 Perda Penyelenggaraan Ketertiban Umum kemungkinan besar baru akan diberlakukan 
efektif mulai tahun depan.  
 Kewajiban dan Larangan  
 Beberapa kewajiban dan larangan Perda Tibum, sebagai berikut:
 - Pejalan kaki wajib berjalan di tempat yang ditentukan.
 - Setiap orang wajib menyeberang di tempat penyeberangan yang disediakan.
 - Setiap penumpang wajib menunggu di halte atau pemberhentian yang ditetapkan  
(pelanggaran atas 3 aturan di atas, dikenai denda Rp 100.000-Rp  20 juta, atau 
kurungan 10-60 hari).
 - Setiap pengemudi wajib menunggu, menaikkan, dan menurunkan penumpang di 
tempat pemberhentian yang ditentukan  (pelanggaran didenda Rp  500.000 - Rp 30 
juta, atau sanksi kurungan 20-90 hari).
 - Setiap kendaraan bermotor dilarang memasuki jalur busway (pelanggaran 
didenda Rp 5juta-Rp 50 juta, atau sanksi kurungan 30-180 hari). 
 - Ketentuan 3 in 1, dan larangan penggunaan joki  (pelanggaran didenda Rp 
500.000-Rp 30 juta, atau sanksi kurungan 20-90 hari). 
 - Larangan menjadi joki 3 in 1 (pelanggaran didenda Rp 100.000-Rp 20 juta, 
atau sanksi kurungan 10-60 hari).
 - Larangan menjadi penjaja seks atau memakai jasa penjaja seks komersial 
(pelanggaran didenda Rp 500.000-Rp 30 juta, atau sanksi kurungan 20-90 hari) 
 - Larangan menyuruh, memfasilitasi, membujuk, memaksa orang untuk menjadi 
penjaja seks komersial (pelanggarannya dianggap sebagai tindak pidana 
kejahatan) 
 - Larangan menyediakan bangunan sebagai tempat berbuat asusila (didenda Rp 5 
juta-Rp 50 juta, atau sanksi kurungan 30-180 hari).  (dra) 


 
 
 __.



   
-
Don't let your dream ride pass you by.Make it a reality with Yahoo! Autos. 

Re: [mediacare] 7 Keajaiban Indonesia Impian!

2007-09-11 Terurut Topik Beka Ulung Hapsara
kawanku Bukik di surabaya
  bisakah kau jelaskan lebih detail tentang program ini?
  apakah ini hanya sekedar membuat orang bermimpi sendiri-sendiri tanpa ada 
titik temunya?
   
   
  suwun
   
  

Budi Setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
   7 Keajaiban Indonesia Impian

   Ditengah krisis kedamaian, NAD menuju kedamaian  
   Ditengah krisis pendidikan, (siapa namanya) menjadi juara dunia olimpiade 
fisika tahun  
   Ditengah krisis pertanian, pak tani Murjiyo (63), petani di Jetis, Bantul, 
DIY menciptakan menciptakan 87 resep pembasmi hama dan penyakit, serta 16 resep 
pupuk kompos, pupuk cair, dan perangsang tumbuh  
   Ditengah krisis teknologi informasi, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo PhD (35) 
menciptakan antena satelit setebal 1,6 mm yang tembus pandang.  
   Ditengah krisis energi listrik, Desa Bomomani, Distrik Mapia, Kabupaten 
Nabire, Papua cukupi energi listrik secara mandiri  
   Ditengah krisis birokrasi, Kabupaten Jembrana yang tergolong miskin 
membebaskan anak-anaknya dari biaya pendidikan dan masyarakatnya dari biaya 
pelayanan kesehatan  
   Ditengah krisis kejujuran, Waras (56), warga Siring, Porong Sidoarjo 
mengembalikan kelebihan pembayaran uang muka ganti rugi sebesar Rp. 429 juta ke 
PT Minarak Lapindo Jaya
Sekarang,
Giliran kamu ciptakan keajaibanmu!!!



Catatan:
Poster boleh digandakan, dimodifikasi, disebarluaskan kemana aja.
Demi Indonesia Impian...

Bagi yang tidak mendapat attachment, bisa akses di 
http://appreciativeorganization.wordpress.com/
atau di
http://keajaibankecil.wordpress.com/

-
  Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!  

 

   
-
Be a better Globetrotter. Get better travel answers from someone who knows.
Yahoo! Answers - Check it out.

[mediacare] * Kemenangan Soeharto atas Time Tak Pengaruhi Kasusnya Yang Lain

2007-09-11 Terurut Topik Merapi 08
* Kemenangan Soeharto atas Time Tak Pengaruhi Kasusnya Yang Lain

http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/09/11/brk,20070911-
107330,id.html

Selasa, 11 September 2007 | 08:45 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:
Anggota Komisi Hukum DPR Almuzamil Yusuf meminta masyarakat tidak
perlu khawatir atas keputusan Mahkamah Agung yang memenangkan gugatan
Soeharto yang dianggap telah dicemarkan nama baiknya oleh Majalah
Time.

Keputusan itu tidak akan mempengaruhi upaya hukum yang sedang
dilakukan Kejaksaan Agung untuk menggugat perdata Soeharto, ujar
politikus dari Partai Keadilan Sejahtera ini, kepada Tempo, lewat
telepon, Selasa (11/9).

Menurut dia, kasus Time dan gugatan perdata, adalah dua persoalan 
yang berbeda. Meski secara psikologis kubu Soeharto bisa saja merasa 
di atas angin, namun di mata hukum tidak ada hubungannya sama sekali.

Majalah Time, pada 24 Mei 1999, menurunkan laporan panjang berjudul
Suharto Inc. Laporan yang membeberkan jejaring bisnis dan kekayaan
keluarga mantan penguasa orde baru itu, dianggap telah mencemarkan
nama baiknya.

Soeharto kemudian menggugat media terkenal itu. Pengadilan Negeri,
tapi pada tingkat banding gugatan Soeharto ditolak. Namun pada 
tingkat kasasi Mahkamah Agung memenangkan mantan presiden yang telah 
berkuasa 32 tahun itu.

Keputusan ini dikhawatirkan akan mengancam kebebasan pers yang sedang
berkembang di Indonesia. Time akan melawan segala hal yang merugikan
kebebasan pers, ujar pengacara Time, Tadung Mulya Lubis.

Raden Rachmadi
===
http://www.smh.com.au/news/world/soeharto-wins-129m-in-damages-from-
time/2007/09/10/1189276642061.html

* Soeharto wins $129m in damages from Time
September 11, 2007


JAKARTA: Indonesia's Supreme Court had awarded the former dictator
Soeharto 1 trillion rupiah ($129.6 million ) in damages in a lawsuit
he brought against Time magazine, a court official said yesterday.

The decision is likely to spark outrage in Indonesia, where the 
ageing former president has avoided being brought to trial over 
persistent allegations of massive corruption during his 32 years of 
iron-fisted rule.

We accept the suit filed by Soeharto and refuse the decision of the
Appeal Court and Central Jakarta District Court, a Supreme Court
spokesman, Nurhadi, said, referring to rulings against Soeharto made
in 2000 and 2001.

The court, in its August 30 ruling, had ordered that Soeharto be paid
1 trillion rupiah in immaterial damages and that an apology be
published in Indonesian newspapers as well as in three Time titles.

Soeharto had been seeking more than $US27 billion ($32.7 billion) in
the defamation suit filed against Time over a May 1999 article
alleging he had stashed a massive amount of money abroad.

Nurhadi said that the article was considered inappropriate, far from
decent and careless, so it is considered against the law on
defamation, and against the honour of the plaintiff, who is a 
military general, retired, and former Indonesian president.

Based on those considerations, the plaintiff's civil suit and 
demands on immaterial damages are accepted in order to uphold 
justice.

Under Indonesian law, the only legal avenue now open to Time would be
to file a request for a judicial review, for which new evidence or a
procedural dispute needs to be claimed.

Before the ruling was confirmed, a lawyer for Time, Todung Mulya
Lubis, told the afternoon newspaper Sinar Harapan that, if it was
true, it means they [the court] have taken a step backward.

What Time published was based on journalistic ethics. It was fair 
and covered both sides. It would be a step backward for the 
Indonesian press, he was quoted as saying.

Soeharto has denied accumulating a fortune while in power. He
described as ridiculous a Forbes magazine estimate after he stepped
down that he was one of the world's richest men.

Agence France-Presse
===
SUARA MERDEKA, Selasa, 11 September 2007 NASIONAL

  Time Asia Dihukum Bayar Pak Harto Rp 1 Triliun

SM/dok Soeharto

  JAKARTA - Harta mantan Presiden Soeharto bakal bertambah Rp 1 
triliun. Uang itu diperoleh penguasa Orde Baru itu karena menang 
atas gugatan terhadap majalah Time Asia. Putusan itu diketok 
Mahkamah Agung (MA) pada tanggal 30 Agustus 2007 atas perkara kasasi 
bernomor 3215K/Pdt/2001.

  Putusan kasasi ini membatalkan putusan Pengadilan Negeri 
Jakarta Pusat dan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta, kata Kepala Biro 
Hukum dan Humas MA Nurhadi di Gedung MA, Jl Medan Merdeka Utara, 
Jakarta, Senin (10/9/2007).

  Putusan tersebut dibacakan majelis hakim yang diketuai German 
Hoediarto (Ketua Muda MA Bidang Pengadilan Militer), dengan anggota 
M Taufik dan Bahaudin Qaudry.

  Nurhadi menjelaskan, Soeharto menggugat 7 pihak dari Time Asia 
yakni Time Inc, editor Time Donald Marison, John Colmay, Davit 
Liephold, Lisa Rose Weaver, Zamira Lubis, dan Jason Tejasukmana.

  Putusan menyatakan menghukum tergugat 1 sampai 7 secara 
tanggung

[mediacare] Kemenangan Soeharto Dikhawatirkan Merembet ke Kasus Lain

2007-09-11 Terurut Topik irwank
Kado buat ORBA dan pendukungnya..  Kumaha yeuh '
http://www.soehartoincbuster.org/' ?
Putusan dari MA 30/08/2007.;
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/10/time/180132/idnews/828086/idkanal/10

Bener kan.. ORBA dah bangkit terangan.. gak sembunyi lagi..
CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/11/time/131430/idnews/828425/idkanal/10

11/09/2007 13 javascript:void(0):14 WIB

Kemenangan Soeharto Dikhawatirkan Merembet ke Kasus Lain
 Gagah Wijoseno - detikcom
  http://ad.detik.com/link/peristiwa/prs-krazymarket-tower.ad/ *
Jakarta* - Putusan kasasi MA yang memenangkan mantan presiden Soeharto dalam
perseteruannya dengan majalah Time Asia diduga akan berdampak pada kasus
lain. Salah satunya gugatan perdata terhadap Soeharto yang dilancarkan
Kejagung.

Ini sepertinya menggembosi upaya Kejagung dalam kasus lawan Soeharto, kata
kuasa hukum Time Asia, Todung Mulya Lubis, di kantornya, Gedung Mayapada
lantai 5, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (11/9/2007).

Padahal tulisan yang terdapat dalam majalah Time Asia tahun 1999 dilakukan
melalui riset berbulan-bulan. Penelitiannya pun tidak hanya di Indonesia,
tapi juga beberapa negara lainnya. Validitas hasil riset juga diakui jaksa
agung waktu itu, Marzuki Darusman.

Jaksa agung waktu itu, Marzuki Darusman, menggunakan data ini untuk
penyelidikan di kejaksaan, katanya.

Data ini juga digunakan dalam penyelidikan kasus Soeharto saat ini.

Soal pencemaran nama baik, isi yang terdapat dalam majalah Time itu, imbuh
dia, bukan barang baru. Media-media lain pun sudah memberitakan hal yang
sama.

Kuasa hukum Time lainnya, Lelyana Santosa, mengatakan, sebagai negarawan
Soeharto tidak punya reputasi lagi. Hal itu nyata karena sudah ada Tap MPR
yang memerintahkan penyelidikan dugaan KKN Soeharto.

Itu kan belum pernah dicabut berarti masih ada sampai sekarang, katanya.
* (umi/nrl)*


[mediacare] Indosiar di peringkat 2 !

2007-09-11 Terurut Topik Budi Dharma
Mamamia bisa dianggap titikbalik Indosiar ? Setelah usai babak grandfinal, lalu 
apalagi ?
  ………
   
   
  Danny Wirianto [EMAIL PROTECTED]
  Indosiar has the syndrom of GEDE KEPALA. Ketika pertama kali keluar 8-10 
tahun yang lalu. mereka cukup menawarkan program2 yang berbeda dan fresh 
dibandingkan kompetitors yang lain. Tetapi lama kelamaan mereka tidak berubah 
atau improve. Dari market leader sampai-sampai jadi follower. Lihat aja acara 
ultah mereka.. garing banget.

In general TV Station in Indonesia sangat menyedihkan. Bangsa Indonesia 
disuguhkan dengan acara2 yang tidak bermutu dan low quality. Dengan adanya tv2 
stations yang lain... lama kelamaan yang tidak berinovasi atau merubah imagenya 
dan program mereka akan ditinggalkan oleh konsumen. Yang lucunya mereka 
mustinya sudah tahu kalau switching dari ke tv ke tv lain itu cuma tinggal 
teken button.

Indosiar adalah salah satu TV national yang generik.. tidak ada yang 
khusus..mereka berusaha mengambil semua pangsa... walhasil marketer juga 
melihat hal itu dan bahasa kerennya EMOH ngak mau.

SCTV berusaha mengeluarkan program yang cukup berani dan gambling...seperti 
worldcup. mereka dengan berani mengeluarkan biaya dan juga sedikit dengan 
perhitungan kalau pengeluaran dan penerimaan akan memberikan dampak positive 
terhadap SCTV.

TransTV memposisikan dirinya sebagai HBO Indonesia sekarang ini. Berhasil atau 
tidak..setidaknya mereka sudah mengerti dunia marketing differensiasi. 
Mereka berusaha merebut pangsa Indosiar dan SCTV. Trans7 memposisikan sebagai 
kawula muda utk melawan TV Global dan ANTV.

Lativi sudah berusaha merevamp dirinya.. tetapi tetap saja tidak bisa 
menandingi...musti ganti management...:) Dari dulu ini station yang paling ngak 
jelas dan gambar quality yang paling jelek. Sebel nontonya juga. yang jelas 
mereka berusaha merubah.. tetapi belum maksimal... salah satu penyebabnya 
adalah differensiasi... Berani beda apanya?

MetroTV jelas2 segment mereka bidik adalah kaum business dan news junkie. 
selalu kita tahu kalau ada keadaan genting... clik ke Metrotv. Mereka dengan 
susah payah membentuk mindset ini.. dan walhasil..mereka cukup sukses.

ANTV, sejak dibeli oleh StarTV.. mereka cukup berhasil dalam merubah.. terlihat 
dari program2 yang disajikan.. sayang beberapa program tidak berhasil 
dikarenakan Campur tangan orang asing yang tidak mengerti kultur indonesia. 
buktinya.. 3 Million, 1 Million is not here anymore.. sangat westernize.

TPI.. Dangdut! it's work.

TVRI.. wah... cape ngobrolin yang satu ini. Makin tahun bukan makin 
baik..tetapi makin hancur. Sedih melihat government TV Station yang mempunyai 
kuality seburuk ini. Mustinya mereka musti melihat CCTV, Singapore channel (Own 
by government), dan yang lain2nya. Seriously.. TVRI just kebanyakan duit 
makanya bisa survive.

Secara Indosiar apa yang harus diperbaiki... positioning yang jelas dan juga 
secara visual musti diimprove dan program2pun musti diinovative sesuai dengan 
positioning mereka.
   
   
   
  wahyu wibowo [EMAIL PROTECTED]
  Melihat banyak yang coment negatif tentang IVM, saya jadi pengen ikutan 
nimbrung. Menurut saya IVM sebentar lagi malah akan bangkit, mengingat Anthony 
Salim, sang putra mahkota, sudah turun tangan menagani manajemen. Memang saat 
ini program mereka yang audience share nya tinggi masih program-program mistis, 
yang notabene disukai para pembantu (yang mungkin salah pencet remote sampel 
AGB Nielsen).
  Sebenarnya kalo kita sedikit jeli, ada kok program-program baru mereka, dan 
hasilnya pun lumayan. jadi mengingat Anthony Salim saja sudah turun tangan dan 
membeli kembali saham-saham yang sebelumnya telah dijual, saya yakin mereka 
bangkit. Apalagi Anthony sudah dekat dengan RI 1 dan 2 (ingat headline visi 
Indonesia 2030 di koran-koran kan???). 
   
   
   
  Firman Fajar [EMAIL PROTECTED]
  Indosiar sangat disayangkan sudah kehabisan inovasi. Mereka cuma 
punya kejayaan masa lalu. Dari leader menjadi follower. Kalo ga cepet cepet 
bangkit... tinggal tunggu waktu aja sebelum mereka dicaplok oleh group media 
lainnya (siapa tau group Trans juga masih lapar mau nyaingin RCTI - TPI - 
GlobalTV). 
Efek domino kalo emang ga inovatif, lama lama membosankan lama lama 
ditinggal oleh pemirsa lama lama ditinggal pengiklan lama lama 
merugi lama lama bangkrut lama lama mati, atau dijual atau merger 
dengan yang lain
   
   
   
  Sumardy [EMAIL PROTECTED]
  saya kok orang yang dari dulu tidak percaya dengan corporate brand 
positioning dari stasiun televisi. menurut saya kesuksesan sebuah stasiun 
televisi belum terbukti karena kuatnya corporate brand positioning, coba lihat 
sekarang tv apa yang sukses di Indonesia? Trans TV? apa positioning nya? 
paling2 juga metrotv tapi ini merupakan sebuah makhluk yang berbeda yang di 
luar cluster kompetisi stasiun televisi yang ada
  melihat sejarah peradaban televisi termasuk juga di AS, hampir dapat 
dikatakan corporate brand stasiun 

[mediacare] help me cp ahmad bahrudin qoryah thoyyibah

2007-09-11 Terurut Topik radjimo Sastro Wijono

dh,
rekans ada yang tahu dan membantu saya: cp-nya Ahmad Bahrudin, Qoryah 
Thoyyibah, penggagas dan pengiat SMP alternatif dari salatiga, jawa tengah.

terimakasih



MARI JADIKAN INDONESIA LEBIH BAIK!

_
Call friends with PC-to-PC calling – FREE  
http://get.live.com/messenger/overview



Mailing list:
http://groups.yahoo.com/group/mediacare/

Blog: 
http://mediacare.blogspot.com

http://www.mediacare.biz


 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/mediacare/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/mediacare/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


[mediacare] Bloknota Kohar: Yangtsekiang's Memory

2007-09-11 Terurut Topik abdul kohar ibrahim
Bloknota A.Kohar Ibrahim: Yangtsekiang's Memory Seperti Puisi Yang Hadir 
Mengalir
  http://16j42.multiply/journal/
   
   
  Yangtsekiang’s Memory
   
  Seperti Puisi Yang Hadir Mengalir
   
  Oleh A. Kohar Ibrahim
   
   
   
  SIAPA sangka sarana sederhana namun ditunjang teknologi canggih seperti 
rangkaian matarantai situs Multiply dan yang semacamnya lagi, bisa memberikan 
bukti sebagai suatu pertanda kardinal ? Seperti banyaknya penyimak atau 
peng-klik, bahkan tumbuhnya peminat sekaligus daya apresiasi seni. 
   
  Iya. Benar ragam macam situs atau blog telah menjadi sarana tak ubahnya 
sarana pers atau media massa di alam revolusi komunikasi dan teknologi yang 
semakin lama semakin canggih, semakin tinggi. Baik dalam kwantitas dan kwalitas 
teknis maupun isi yang tersajikannya. Dari segala keanekaragaman mana, tumbuh 
berkembang apa yang kemudian mendapat sebutan Citizen Journalism. Dalam mana, 
di samping massa penulis atau penyaji yang amat luas, juga cukup banyak para 
pengisi-menjajinya yang berposisi sebagai pemuda-pemudi, mahasiswa-mahasiswi, 
intelektual, budayawan bahkan para pakar dari berbagai bidang kehidupan. Para 
peminat atau pembacanya pun demikian adanya – pun keaneka ragaman domisilinya 
dari lima benua. 
   
  Sebagai argumentasi dari yang saya utarakan tersebut di atas, tak usahlah 
disebutkan sajian tulisan maupun foto serta nyanyian yang memang paling banyak 
peminatnya – seperti seni masak-masakan dan seni musik, namun sajian yang 
berkarakter agamis dan sajian kesenian seperti puisi dan seni rupa juga layak 
menjadi pengisi bloknota yang signifikan. Seperti terbukti, di Situs Schvoong, 
misalnya sajian catatan ringkas (catkas) mengenai kreasi puisi cukup 
mendapatkan sambutan para pembaca.  Seperti yang berjudul « Kemerdekaan Puisi 
Kemerdekaan » mendapat kunjungan 477. Disusul oleh rekor dari penyair macam HR 
Bandaharo, 272 pengunjung. Chairil Anwar, 800 pengunjung.  WS Rendra, 716 
pengunjung dan  Wiji Thukul, 747 pengunjung. Dan rekor itu diperoleh dari 
sajian karya puisi yang dipajang hanya dalam waktu kurang-lebih sebulan saja !
   
  Jikalau pengguna ragam macam situs atau bloger hanyalah untuk mengekspresikan 
diri, menyimpan sekaligus memasang-pajang sajian demi berbagi dengan rekan atau 
para pembaca umum namun terbatas, bukankah rekor tersebut sudah merupakan suatu 
prestasi yang layak mengisi bloknota masing-masing ? Selaras ungkapan sang 
penyair,  bahwa yang penting : hadir mengalir.
   
  IYA. Yang penting hadir mengalir. Tak peduli apakah seperti kalenan, anak 
kali  ataukah kali besar seperti Kali Berantas dan Bengawan Solo bahkan seperti 
Yangtsekiang adanya. 
   
  Iya, memang seperti contoh lainnya yang selayaknya masuk dalam halaman 
bloknota – berkenaan dengan karya seni rupa yang terpasang-pajang di ABE-Kreasi 
Multiply Site atau Painting.Multiply.com berjudul “Yangtsekiang’s Memory” – 
Tinta Cina on paper. Tiga serangkai lukisan dengan media tinta cina di atas 
kertas cat-air ini mendapat perhatian lumayan juga dari para penyimaknya. Yang 
ragam macam, dari yang nampaknya sebagai orang biasa namun punya perhatian 
sampai pada yang tergolong intelektual, penyair dan esais.  Teriring komentar 
ringkasnya masing-masing, dari pertanyaan lugu sampai komen yang kritis lagi 
analitis. 
   
  Serangkuman reaksi bervariasi atas karya lukis yang memang bukan menggunakan 
gaya-cara realistis melainkan abstraksi dari memory menelusuri Yangtesekiang 
itu saya tanggapi selayaknya. Antara lain, bahwa, suatu karya – dalam hal ini 
senirupa – sebenarnya lebih cenderung mengundang gugahan perasaan, menimbulkan 
tandatanya, untuk diapresiasi oleh tiap penatapnya, bukan penyajian berupa 
jawaban – apa lagi sebagai resep siap jadi. Jangankan yang non pelukis atau 
yang awam, para pelukis sendiri pun bisa saja – malah seringkali 
menginterpretasikan maupun mengekspresikan sesuatu hal yang sama namun 
berbeda-beda hasil kreasinya.
   
  “Terima kasih Bung Abe,” ujar salah seorang dari rekan Multiply – BA16 – yang 
saya kenal sejak lama sebagai kutu buku, penyair dan esais asal Borneo yang 
bermukim di States. “Dari 3 memory kami di kanpas ini, aku melihat ‘hantu’ 
indera ketidaktahuan(ku) sendiri, rasanya seperti merasuk ke alam mimpi. Dan 
hantu ‘kan tidak selalu negatif; ia hanya menjadi hantu-negatif dari reaksi si 
penerima yang pengalamannya sengaja atau bukan-sengaja ditutup-mati 
(kunci-abis) – yang menggelik adalah mengikuti alur garis yang berkelir-kelir, 
hampir keriting tetapi bisa melegak tebal-kelam, mengabu-abu seperti sosok 
awan-gemawan; yang pertama ‘bermata’ itu, seperti legenda ‘mata-satu’ hariku 
telah-sudah menengok pun melihat jejaklangkah(ku), ia matariku juga 
matabathinku. Bisa langitku pun cerminanku…”
   
  Benar memang benarlah se-ada-nya, apa ada-nya begitu. Karya berkarya itu 
dalam rangka untuk hadir mengalir, menemukan pembaca atau peminat-lihat-nya 
yang bervariasi, pun bisa menggugah variasi emosi juga. Selaras daya 
apresiasinya 

Re: [mediacare] Mengemis dan Memberi Pengemis Didenda Rp 20 Juta

2007-09-11 Terurut Topik widya ismadi
Lalu Bagaimana dengan para Polisi Cepek apakah juga akan diatur dalam undang2 
ini? ko' di bawah ga tercantum yach? padahal khan keberadaan mereka seringkali 
bukannya bikin jalanan lancar malah jadi tambah macet.

thank you 



Roy Ferdinand [EMAIL PROTECTED] wrote:   

[EMAIL PROTECTED]  wrote:
 From: [EMAIL PROTECTED] 
Date: Tue, 11 Sep 2007 11:14:33 +0700
Subject: Mengemis dan Memberi Pengemis Didenda Rp 20 Juta

Kita mungkin selalu bingung dan prihatin, kenapa 
begitu banyak pengemis di jalan-jalan di Jakarta. Tapi, mungkin gak kita pernah 
berpikir bahwa kita juga yang membuka lapangan pekerjaan tersebut dengan 
selalu rajin memberikan sedekah kepada mereka? Mungkin ini  maksud dari 
peraturan di ibukota yang  sudah disahkan? Sila direnungkan�
  
 
 Mengemis dan Memberi Pengemis Didenda Rp 20 Juta
  http://www.kompas.com/ver1/Metropolitan/0709/11/045404.htm 
 KEBON  SIRIH, WARTA KOTA - Hati-hati jika Anda ingin bersedekah kepada 
pengemis, baik ketika berada di kendaraan umum, atau perempatan jalan. 
Alih-alih bermaksud berbuat baik, Anda bakal dikenai sanksi denda hingga 
maksimal Rp 20 juta atau mendekam di tahanan paling lama 60 hari. 
 
 Hal itu merupakan konsekuensi pemberlakuan peraturan daerah (perda) tentang 
Penyelenggaraan Ketertiban Umum yang disahkan dalam Rapat Paripurna DPRD DKI, 
Senin (10/9).  Perda baru itu merupakan pengganti Perda No 11 tahun 1988 
tentang Ketertiban Umum yang dianggap tak lagi memadai menghadapi perkembangan 
kondisi sosial Ibu Kota.  
 Larangan memberi sedekah kepada pengemis, maupun melakukan aktivitas mengemis  
itu termuat dalam pasal 40 huruf b, dan c. Dalam pasal itu, tak hanya mengemis 
saja yang dilarang melainkan juga mengamen, mengasongkan dagangan, dan mengelap 
mobil di tempat umum. Kalau ingin menyumbang dan memberi sedekah, salurkan 
lewat lembaga resmi yang sudah ada, misalnya lewat Bazis, ujar Ketua Fraksi 
PPP Achmad Suaedy, kepada wartawan usai menghadiri rapat paripurna di Gedung 
DPRD DKI, kemarin. 
 
 Pemberlakuan larangan pun tak hanya berlaku pada pelaku, dan pemberi sedekah 
bagi pengemis saja, melainkan juga terhadap pihak-pihak yang mengorganisasi, 
atau memerintahkan aktivitas tersebut. Dan, sanksi bagi  mereka ini lebih 
berat, sesuai pasal 61 ayat 2, orang yang menyuruh mengemis, mengasong, 
mengamen, atau mengelap kaca mobil dikenai sanksi denda paling banyak Rp 30 
juta, atau kurungan maksimal 90 hari.  
 Gubernur DKI Sutiyoso mengatakan, pemberlakuan aturan-aturan baru dalam perda 
tersebut sebagai upaya meningkatkan budaya disiplin dan tertib di kalangan 
warga Jakarta. Selain itu, juga untuk memperbaiki citra Jakarta sebagai Ibu 
Kota Negara yang tertib dan nyaman. Ketertiban umum di kota mana pun harus 
ditegakkan karena ini untuk kepentingan bersama.  Perda ini harus kita lakukan 
secara konsekuen, ujar Sutiyoso usai menghadiri rapat paripurna, kemarin. 
 
 Pemprov DKI akan melakukan sosialisasi mengenai isi dan konsekuensi perda baru 
itu kepada masyarakat luas selama sekitar empat bulan, sebelum secara efektif 
memberlakukan ketentuan tersebut. Sutiyoso berjanji akan meningkatkan kinerja 
aparat pamong praja yang dimiliki Pemprov untuk menjamin penegakan hukum atas 
perda itu. Kalau soal aparat yang tidak baik, itu masalah mentalnya, dan akan 
kita perbaiki. Yang penting kesadaran masyarakat untuk disiplin, karena masalah 
disiplin ini bukan hanya di Jakarta, secara nasional kita lemah di bidang ini, 
ujar  gubernur yang tinggal sebulan lagi menjabat itu. 
 Perda Penyelenggaraan Ketertiban Umum kemungkinan  besar baru akan 
diberlakukan efektif mulai tahun depan.  
 Kewajiban dan Larangan  
 Beberapa kewajiban dan larangan Perda Tibum, sebagai berikut:
 - Pejalan kaki wajib berjalan di tempat yang ditentukan.
 - Setiap orang wajib menyeberang di tempat penyeberangan yang disediakan.
 - Setiap penumpang wajib menunggu di halte atau pemberhentian yang ditetapkan  
(pelanggaran atas 3 aturan di atas, dikenai denda Rp 100.000-Rp  20 juta, atau 
kurungan 10-60 hari).
 - Setiap pengemudi wajib menunggu, menaikkan, dan menurunkan penumpang di 
tempat pemberhentian yang ditentukan  (pelanggaran didenda Rp  500.000 - Rp 30 
juta, atau sanksi kurungan 20-90 hari).
 - Setiap kendaraan bermotor dilarang memasuki jalur busway (pelanggaran 
didenda Rp 5juta-Rp 50 juta, atau sanksi kurungan 30-180 hari). 
 - Ketentuan 3 in 1, dan larangan penggunaan joki  (pelanggaran didenda Rp  
500.000-Rp 30 juta, atau sanksi kurungan 20-90 hari). 
 - Larangan menjadi joki 3 in 1 (pelanggaran didenda Rp 100.000-Rp 20 juta, 
atau sanksi kurungan 10-60 hari).
 - Larangan menjadi penjaja seks atau memakai jasa penjaja seks komersial 
(pelanggaran didenda Rp 500.000-Rp 30 juta, atau sanksi kurungan 20-90 hari) 
 - Larangan menyuruh, memfasilitasi, membujuk, memaksa orang untuk menjadi 
penjaja seks komersial (pelanggarannya dianggap sebagai tindak pidana 
kejahatan) 
 - Larangan menyediakan bangunan 

Re: [mediacare] Mengemis dan Memberi Pengemis Didenda Rp 20 Juta

2007-09-11 Terurut Topik Wielsma Baramuli
Dear all,

Apakah ciri sebuah kota atau kota metropolitan harus selalu identik dengan 
ketidakmanusiawian. Apakah kota atau kota metropolitan apalagi megapolitan 
harus idatur dengan cara-cara menyangkali kenyataan rakyat penghuni kota itu?

Mungkinkah kita membangun kota dengan tidak menyangkali kemiskinan, melainkan 
memecahkan masalah kemiskinan? Sehingga kota (dengan segala fasilitas 
kehidupannya) menjadi tempat di mana peradaban kemanusiaan disemaikan. 
Pertanyaan naif mungkin? Tapi, yang jelas setiap pembangunan (kota) harus 
menjadi solusi bagi rakyat yang mendiami kota itu. Kalau itu Ibu Kota, harus 
menjadi model solutif bagi rakyat seantero negeri.

Salam,
Wedekabe 


Roy Ferdinand [EMAIL PROTECTED] wrote:  

[EMAIL PROTECTED]  wrote:  From: [EMAIL PROTECTED] 
Date: Tue, 11 Sep 2007 11:14:33 +0700
Subject: Mengemis dan Memberi Pengemis Didenda Rp 20 Juta

Kita mungkin selalu bingung dan prihatin, kenapa begitu banyak pengemis 
di jalan-jalan di Jakarta. Tapi, mungkin gak kita pernah berpikir bahwa kita 
juga yang membuka lapangan pekerjaan tersebut dengan selalu rajin memberikan 
sedekah kepada mereka? Mungkin ini maksud dari peraturan di ibukota yang sudah 
disahkan? Sila direnungkan�
   
  
  Mengemis dan Memberi Pengemis Didenda Rp 20 Juta
  http://www.kompas.com/ver1/Metropolitan/0709/11/045404.htm 
  KEBON SIRIH, WARTA KOTA - Hati-hati jika Anda ingin bersedekah kepada 
pengemis, baik ketika berada di kendaraan umum, atau perempatan jalan. 
Alih-alih bermaksud berbuat baik, Anda bakal dikenai sanksi denda hingga 
maksimal Rp 20 juta atau mendekam di tahanan paling lama 60 hari. 
  
  Hal itu merupakan konsekuensi pemberlakuan peraturan daerah (perda) tentang 
Penyelenggaraan Ketertiban Umum yang disahkan dalam Rapat Paripurna DPRD DKI, 
Senin (10/9).  Perda baru itu merupakan pengganti Perda No 11 tahun 1988 
tentang Ketertiban Umum yang dianggap tak lagi memadai menghadapi perkembangan 
kondisi sosial Ibu Kota.  
  Larangan memberi sedekah kepada pengemis, maupun melakukan aktivitas mengemis 
 itu termuat dalam pasal 40 huruf b, dan c. Dalam pasal itu, tak hanya mengemis 
saja yang dilarang melainkan juga mengamen, mengasongkan dagangan, dan mengelap 
mobil di tempat umum. Kalau ingin menyumbang dan memberi sedekah, salurkan 
lewat lembaga resmi yang sudah ada, misalnya lewat Bazis, ujar Ketua Fraksi 
PPP Achmad Suaedy, kepada wartawan usai menghadiri rapat paripurna di Gedung 
DPRD DKI, kemarin. 
  
  Pemberlakuan larangan pun tak hanya berlaku pada pelaku, dan pemberi sedekah 
bagi pengemis saja, melainkan juga terhadap pihak-pihak yang mengorganisasi, 
atau memerintahkan aktivitas tersebut. Dan, sanksi bagi mereka ini lebih berat, 
sesuai pasal 61 ayat 2, orang yang menyuruh mengemis, mengasong, mengamen, atau 
mengelap kaca mobil dikenai sanksi denda paling banyak Rp 30 juta, atau 
kurungan maksimal 90 hari.  
  Gubernur DKI Sutiyoso mengatakan, pemberlakuan aturan-aturan baru dalam perda 
tersebut sebagai upaya meningkatkan budaya disiplin dan tertib di kalangan 
warga Jakarta. Selain itu, juga untuk memperbaiki citra Jakarta sebagai Ibu 
Kota Negara yang tertib dan nyaman. Ketertiban umum di kota mana pun harus 
ditegakkan karena ini untuk kepentingan bersama.  Perda ini harus kita lakukan 
secara konsekuen, ujar Sutiyoso usai menghadiri rapat paripurna, kemarin. 
  
  Pemprov DKI akan melakukan sosialisasi mengenai isi dan konsekuensi perda 
baru itu kepada masyarakat luas selama sekitar empat bulan, sebelum secara 
efektif memberlakukan ketentuan tersebut. Sutiyoso berjanji akan meningkatkan 
kinerja aparat pamong praja yang dimiliki Pemprov untuk menjamin penegakan 
hukum atas perda itu. Kalau soal aparat yang tidak baik, itu masalah 
mentalnya, dan akan kita perbaiki. Yang penting kesadaran masyarakat untuk 
disiplin, karena masalah disiplin ini bukan hanya di Jakarta, secara nasional 
kita lemah di bidang ini, ujar  gubernur yang tinggal sebulan lagi menjabat 
itu. 
  Perda Penyelenggaraan Ketertiban Umum kemungkinan besar baru akan 
diberlakukan efektif mulai tahun depan.  
  Kewajiban dan Larangan  
  Beberapa kewajiban dan larangan Perda Tibum, sebagai berikut:
  - Pejalan kaki wajib berjalan di tempat yang ditentukan.
  - Setiap orang wajib menyeberang di tempat penyeberangan yang disediakan.
  - Setiap penumpang wajib menunggu di halte atau pemberhentian yang ditetapkan 
 (pelanggaran atas 3 aturan di atas, dikenai denda Rp 100.000-Rp 20 juta, atau 
kurungan 10-60 hari).
  - Setiap pengemudi wajib menunggu, menaikkan, dan menurunkan penumpang di 
tempat pemberhentian yang ditentukan  (pelanggaran didenda Rp 500.000 - Rp 30 
juta, atau sanksi kurungan 20-90 hari).
  - Setiap kendaraan bermotor dilarang memasuki jalur busway (pelanggaran 
didenda Rp 5juta-Rp 50 juta, atau sanksi kurungan 30-180 hari). 
  - Ketentuan 3 in 1, dan larangan penggunaan joki  (pelanggaran didenda Rp 
500.000-Rp 30 juta, atau sanksi kurungan 20-90 hari). 
  - Larangan menjadi joki 

[mediacare] SIARAN PERS: Menyambut Ramadhan Di Atas Ciliwung

2007-09-11 Terurut Topik pramana cecep
To: Koordinator Liputan 
From:   PKPU Pusat
Phone:  +62 21 87780015
Date:   12 September 2007
Re: Undangan Liputan Festival Ciliwung   

Menyambut Ramadhan Di Atas Ciliwung


JAKARTA - Menyambut bulan suci Ramadhan, Lembaga
Kemanusiaan Nasional PKPU menggelar Festival Ciliwung
dengan tema CLEAN AND CARE. Untuk tahap dua ini,
Festival Ciliwung dilanjutkan dengan menyelenggarakan
Lomba Hias Rakit dan menabuh beduk, yang menempuh rute
lintasan Water Way Manggarai-Dukuh Atas. 

Pelaksanaan lomba hias rakit tersebut akan
dilaksanakan pada Rabu (12/09/2007), pukul 10.00. WIB
yang akan dihadiri dan dibuka oleh Ketua MPR-RI DR.
H.M. Hidayat Nur Wahid, MA, Direktur LKN PKPU
Sahabudin, Ak, Artis Sinetron Ineke Koesherawati, dan
dipandu oleh MC Sukeri. Dengan mengambil posisi start
di depan Terminal Manggarai dan finish di halte water
way Dukuh Atas, Jakarta Selatan. 

Cara unik ini dilakukan PKPU sebagai bagian dalam
rangka menyambut bulan Ramadhan dengan menekankan
kepedulian terhadap warga dan sungai Ciliwung itu
sendiri. Rencananya seluruh jajaran Direksi PKPU akan
menghadiri acara tersebut. 

Berkenaan dengan hal tersebut, kami mengundang
Bapak/Ibu/Sdr untuk hadir meliput acara tersebut.
Demikian undangan ini kami sampaikan. Atas
kehadirannya kami ucapkan terima kasih.  

Hormat kami,
 
 
Sri Adi Bramasetia
Deputi Direktur PKPU
 



SIARAN PERS
LEMBAGA KEMANUSIAAN NASIONAL PKPU

 
JAKARTA - Meski Departemen Agama belum memutuskan
jatuhnya 1 Ramadhan sebagai awal puasa, namun banyak
kalangan sudah mempersiapkan kedatangan bulan mulia
ini. Berbagai cara dilakukan, seperti membersihkan
rumah, masjid, kerja bakti di lingkungan, atau
karnaval obor yang dilakukuan anak-anak yang sering
kita lihat.
 
Namun, ada cara unik yang dilakukan Lembaga
Kemanusiaan Nasional PKPU dalam menyambut bulan penuh
berkah itu, yakni dengan menggelar Karnaval dan Lomba
Hias Rakit yang merupakan rangkaian kegiatan dari
Festival Ciliwung 2007 bagi warga pinggiran Sungai
Ciliwung. Sesuai rencana, kegiatan yang akan digelar
pada Rabu (12/9) esok ini akan dihadiri oleh Ketua
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) DR. Hidayat Nur
Wahid, M.A sementara pesinetron sekaligus Duta Zakat
PKPU David Chalik tidak dapat hadir dan digantikan
oleh aktris Inneke Koesherawaty.
 
Dapat dipastikan, sekitar 72 orang akan berpartisipasi
dalam lomba tersebut yang terbagi dalam 12 grup dan
akan menempuh rute Manggarai – Water Way Dukuh Atas
sepanjang 4 km. Mereka akan memperebutkan hadiah
utama, yakni satu unit sepeda motor dan hadiah menarik
lainnya seperti televisi, dvd player, dispenser, kipas
angin, blender, setrika dan sebagainya.
 
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, acara ini
merupakan kegiatan penyambutan bulan Ramadhan yang
berbeda dan unik. Hal ini seperti diungkapkan project
officer Nurhidayat, S.T bahwa PKPU sebagai lembaga
kemanusiaan nasional memiliki cara tersendiri dalam
menyambut Ramadhan. “Kami menyambutnya dengan cara
yang berbeda dan diharapkan ke depannya acara ini akan
menjadi tradisi yang unik di pinggiran Sungai
Ciliwung,” ungkapnya di Manggarai Ahad lalu.
 
Pemilihan Sungai Ciliwung, lanjut Nurhidayat,
disebabkan kondisi masyarakat di bantaran Sungai itu
semakin hari kian tersisih akibat bencana banjir yang
rutin merendam wilayah tersebut yang hingga kini belum
ada solusinya. Pada saat yang sama kondisi sungai yang
sama kondisinya sangat memprihatinkan sebagaimana
masyarakat di sekitarnya. “Kami berpikir itu semua
membutuhkan upaya yang konkrit untuk membantu semua
elemen, yakni pemerintah, masyarakat bantaran kali dan
masyarakat luas secara umum,” tandas,” jelas
Nurhidayat hari ini kepada Media Center PKPU Pusat.
 
Upaya yang dimaksud, tambah Nurhidayat memberikan
kontribusi langsung kepada masyarakat bantaran kali
dalam membentuk budaya masyarakat yang ramah dan
peduli lingkungan, membantu memberikan edukasi dan
penyuluhan dari aspek kesehatan lingkungan dan
pentingnya menjaga daerah aliran sungai (DAS) serta
lingkungan sekitarnya.

 
Informasi ini disebarluaskan oleh Lembaga Kemanusiaan
Nasional PKPU

Direktorat Media Center
Divisi Komunikasi Media
Phone : 021-87780015 Ext. 111
Fax : 021-87780013

Konfirmasi dan informasi hubungi :
Lufti Avianto : 085691792704
Teguh AS : 08567033184




   

Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! 
FareChase.
http://farechase.yahoo.com/


[mediacare] Fwd: [PAN] Freeport 40 th lalu

2007-09-11 Terurut Topik irwank
-- Forwarded message --
From: irwank
Date: Sep 11, 2007 4:55 PM
Subject: Re: Freeport 40 th lalu

Ironis.. (Rakyat) Indonesia yang kaya raya dari sumber alamnya harus
mengalami
kelangkaan dan mahalnya berbagai barang.. beras, 'minah', 'mireng', dan
bahan
sembako lainnya..

Menjelang Romadlon kali ini, akankah banyak orang yang mengantri 'minah'..
sekedar untuk menyiapkan hidangan sahur dan buka puasa?
Kalau iya, cukup satu kata: KETERLALUAN..

CMIIW..

Wassalam,

Irwan.K

-- Forwarded message --
From: Amir [EMAIL PROTECTED]
Date: Sep 11, 2007 3:35 PM
Subject: [PAN] Freeport 40 th lalu

Kisah sedih atas kerakusan terhadap bangsa ini..

salam,

-
Diceritakan kembali berdasarkan sebuah artikel dari Kompas 11 Juni 1969.
Eksplorasi Tembaga di Ertsberg, Irian Jaya (oleh Adjat Sudradjat)

Tahun 1967, 40 tahun lalu, Tim Freeport sedang berusaha mengebor bagian
dari Gunung Bijih untuk mendapatkan sampel-sampel bijih guna penelitian
kadar mineralisasinya. Konon, para pembor itu dipilih dari yang pernah
berpengalaman di Kutub Utara dan Alaska sebab mereka mesti melawan
suhu sedingin 0-4 Celsius, kabut, dan hujan. Mereka mendirikan kemah di
pelataran Cartensz Weide. Mereka diterbangkan ke situ dari Timika
menggunakan helikopter selama 40 menit.

Sementara itu, tiga orang kepala suku berhiaskan bulu burung, kalung
merjan, dan tusuk hidung merayap menuju Ertsberg tiga hari tiga malam
bersama bala tentaranya tanpa selembar benangpun melekat di badannya,
tak peduli hawa sedingin es pun. Akhirnya, mereka sampai di perkemahan
para pembor tersebut. Suasana tidak menyenangkan terjadi sebab tidak
ada saling pengertian di antara tim Freeport dan suku setempat, maklum
tidak ada yang saling mengerti bahasa masing2. Orang2 Indonesia di tim
Freeport pun tak mengerti bahasa mereka sebab sebagian besar datang
dari luar Papua.

Keesokan harinya, saat para pekerja bangun tidur, mereka menemukan
perkemahan sudah dipagari tonggak seperti salib digantungi berbagai
bunga dan daun. Di tengah kecemasan itu, untung terpikir untuk memberi
suku-suku Papua itu makanan. Makanan diterima dan suku2 itu pulang.
Keesokan harinya datang lagi, tetapi kali ini untuk membantu tim
mengangkati batu-batu dari Ertsberg. Lalu mereka pulang.

Kedatangan yang berikutnya, suku2 ini membawa seorang anak bernama
Karel didikan misionaris. Anak ini bisa berbahasa Indonesia walaupun
patah-patah. Akhirnya, terungkaplah bahwa keinginan suku2 ini yaitu
mereka minta ganti rugi atas gunung mereka yang telah digali. Tentu saja
suku2 ini tidak tahu bahwa di Jakarta kontrak pertambangan antara
Pemerintah Indonesia dan Freeport telah ditandatangani setahun
sebelumnya, 1966.

Minta ganti rugi ? Dengan serentak, sang superintendent Freeport tanpa
segan-segan memberikan berbilah-bilah parang sebagai ganti Ertsberg.
Ternyata, belasan parang itu diterima dengan sangat sukacita oleh para
anggota suku. Seorang kepala suku lalu menyerahkan sebilah pisau batu
kepada si pembeli gunung sebagai hadiah tanda sukacita. Lalu, si
kepala suku menari-nari di depan tim Freeport sambil mengeluarkan
bunyi seperti ribuan burung. Tangannya mencabut bulu cenderawasih di
kepalanya dan mengacungkannya ke depan. Upacara ini diikuti dengan
khidmat oleh seluruh anggota suku. Ketika ditanyakan kepada Karel apa
arti upacara itu, dijawabnya bahwa itu adalah upacara agar Sang Hyang
merelakan gunungnya digali dan sekaligus memberikan berkat kepada
para pembeli gunung itu. Tak lama kemudian para suku pulang.

Dan, kita tahu Ertsberg yang menjulang pun digali habis tidak sampai
20 tahun (Adjat Sudradjat, 1996).


[mediacare] JAZZ (BERDIALEK) INDONESIA (OOT)

2007-09-11 Terurut Topik denny sakrie
Bagi yang tak sempat nonton Konser Trio Jazz Indra Lesmana,Pra Budidarma,Gilang 
Ramadhan Jumat 7 September 2007 di Gedung Kesenian Jakarta,berikut tulisan saya 
seperti yang dimuat koran Tempo Selasa 11 September 2007 di halaman C3
  (Jika tak berkenan,harap delete saja !)
   
  JAZZ (BERDIALEK ) INDONESIA 
  Oleh Denny Sakrie
   
  Jari jemari Indra Lesmana secara perlahan menggerayangi tuts grand piano 
Yamaha.Lamat-lamat gaung piano merembes,berbaur dengan geraman bass slendro 
Prasaja Budidarma yang dikawal sebuah ritme yang mengingatkan kita pada 
gandrung Banyuwangi yang tercerabut dari musik tradisional Jawa Timur .Ritme 
pun semakin kuat membahana,namun secara tak sadar trio ini malah merengsek ke 
pola ritme western.Terciumlah anasir modal jazz  yang merupakan ruh dari genre 
hard bop maupun post bop.Itulah komposisi yang ditulis Indra Lesmana bertajuk 
“Kayon” sekaligus merupakan judul album bernuansa etno jazz yang dirilis 
Demajors Records. 
  Entah untuk yang keberapa kalinya,musik jazz bersanding dengan pesona musik 
etnik.Penampilan trio Indra Lesmana (piano,melodica),Prasaja Budidarma (bass 
slendro) dan Gilang Ramadhan (perkusi) pada jumat malam 7 September 2007 di 
Gedung Kesenian Jakarta tampaknya melakukan hal yang sama seperti yang 
dilakukan Tony Scott  Indonesian All Stars pada tahun 1967 lewat album 
“Djanger Bali” (MPS,1967) dan konser jazz di Berlin Jerman. 
  Kebetulan,trio ini tampil pula dalam acara “Asia Pacific 2007” pada tanggal 
13 September 2007 di Berlin atas undangan dari “House of World Culture”. 
  Menurut Indra Lesmana,tema yang ditentukan penyelenggara adalah pengaruh Be 
Bop atau Hard Bop dalam aura musik di sekitar Asia Pasifik. 
  Persenyawaan antara bop dan musik etnik Indonesia akhirnya menjadi pilihan 
trio yang sebetulnya telah terbentuk di sekitar tahun 1986. 
  Dalam konser yang menyuguhkan 8 komposisi dari album “Kayon” itu,stigma 
keterpaksaan menyatunya konsep east meets west menjadi lumer disini.
  Mungkin karena ketrampilan ketiga instrumentalis mandraguna ini justeru 
mencuatkan polarisasi aura musik kutub timur dan kutub barat. 
  Jika mencermati perhelatan musik Indra Pra Gilang ini,maka kita akan 
menyingkap siasat mereka dalam memadu musiknya.Walau memendam muatan musik 
etnik,trio ini terlihat tetap hirau pada instrumen Barat seperti piano,bass dan 
drum.Meskipun untuk bass telah dilakukan modifikasi secara slendro.Sementara 
drum kit Gilang Ramadhan dilengkapi ragam perkusi seperti kenong,kecrek dan 
ceng ceng. 
  Instrumentasi Barat memang dihadirkan dengan feel etnik yang kuat.Misalnya 
pada lagu “Mumang”, mereka menyerap pengaruh musik dari ranah Aceh.Gilang 
Ramadhan mengeksplorasi bunyi-bunyian perkusi Aceh yang repetitif.Indra 
terkadang mengimbuh dengan ketukan piano secara single not .
  Jika membandingkan pencapaian yang dilakukan Indonesian All Stars di tahun 
1967 yang terdiri atas Jack Lesmana (gitar),Bubi Chen (piano),Benny Mustafa 
(drums),Jopi Chen (bas) dan Maryono (saxophone),maka terlihat kemiripan.Saat 
itu Jack Lesmana,ayah Indra,hanya memetik senar gitar dalam nada rendah untuk 
menghasilkan bunyi gong maupun kenong. 
  Indra sendiri menyentuh bagian string piano untuk meniru bunyi kenong ketika 
Gilang Ramadhan tengah memainkan solo drumming. 
  Beruntung ketiga pemusik ini sebelumnya sudah seringkali melakukan 
persenyawaan dengan musik etnik.Gilang Ramadhan bersama kelompoknya Nera banyak 
menjelujur ragam musik Timor hingga Papua.Pra Budi Dharma bersama kelompok 
Krakatau banyak menyerap anasir musik Karawitan Sunda dan Nanggroe Aceh 
Darussalam.Indra Lesmana pernah menyusupkan musik Jegog dari Bali dalam konser 
“Megalitikum Kuantum”  dua tahun silam. 
  Mereka paham betul bagaimana menyelinapkan tema dalam pola ritme yang baur 
itu. 
  Dalam lagu “Pangheurepan” Indra Lesmana meniup melodica dengan struktur 
melodi Sunda menggantikan bunyi seruling. 
  Rentak tifa yang repetitif dihasilkan Gilang Ramadhan melalui perangkat 
drumnya pada lagu “Mademato Kamaki Sawosi”.Sementara dari permainan bass Pra 
terasa unsur funk yang groovy.
  Pada komposisi “Little Jakarta”,Indra Lesmana memainkan ritme piano dengan 
nuansa Gambang Kromong. 
  Nuansa Qasidah dan musik Melayu terendus pada lagu “First Dawn”.Di lagu ini 
Gilang menghadirkan pola ritme rebana yang diikuti gemerincing piano Indra 
Lesmana. 
  Karakteristik musik etnik seperti dari Jawa,Bali,Sumatera dan Papua yang 
bersanding dengan karakter modern jazz memang tak saling 
mengintimidasi.Tepatnya lebih bertumpu pada kredo saling isi.Unsur unsur jazz 
seperti swingin maupun bop tetap menancap kuat.Siasat seperti pergeseran chord 
banyak membantu menampilkan kemasan etno-jazz yang mengalir.Dan rasanya inilah 
yang membedakannya dengan world music.
  Jazz berdialek Indonesia,mungkin inilah jawaban yang tepat jika ada yang 
berupaya menelisik musik seperti apakah yang kali ini diusung Indra Lesmana Pra 
Budidarma Gilang Ramadhan.  
   
  Denny Sakrie,pengamat musik

 

Re: [mediacare] Naskah Lisya Anggraini: Lagu Kebangsaan

2007-09-11 Terurut Topik [EMAIL PROTECTED]
Mudah2an penulis artikel ini juga hafal lagu Indonesia Raya, tidak 
seperti yang dikutip dalam artikel tsb:

Namun WR Supratman menuliskan bait-bait lagu Indonesia Raya dengan 
penuh harap, makna dari kalimat pada lagu itu,mampu mengobarkan 
semangat setiap yang menyanyikan akan hakikat setiap insane yang 
mengaku sebangsa ini:

“Marilah kita Indonesia berseru…Indonesia Bersatu
Hiduplah tanahku, hiduplah negeri
Bangsaku rakyatku semuanya…
Bangunlah bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.”



Naskah Lisya Anggraini: Lagu Kebangsaan
Posted by: abdul kohar ibrahim [EMAIL PROTECTED] kohar_be
Date: Mon Sep 10, 2007 12:15 pm ((PDT))

Lisya Anggraini: Lagu Kebangsaan
  http://16j42.multiply.com/reviews/
 Http://batampos.co.id/
   
   
  Lagu Kebangsaan
   
   
  Oleh: Lisya Anggraini
   
   
   
  Sekali pun sudah basah kuyup disiram satu ember air oleh kakak 
senior, seorang mahasiswa tahun pertama itu, tetap tidak bisa memenuhi 
permintaan seniornya. Ia hanya mampu menyanyikan Indonesia Raya sampai 
pada pertengahan lagu saja dan stop. Ia tidak benar-benar ingat lagi. 
Makanya ia tergagap. Meski pun beberapa mata teman-teman  menatap 
mahasiswa asal Tanjung Uma, Batam itu, dengan beragam makna.

Cerita di atas, bukan fiksi melainkan kejadian, tepatnya  lebih dari 
20 tahun lalu di sebuah kampus Pekanbaru. 

Kini, kejadian bermakna serupa ternyata juga terulang pada anak-anak 
sekolah dan Kepulauan Riau. Seorang anggota DPRD Kepri, menceritakan 
dengan perasaan prihatin, tentang anak-anak sekolah menengah dan 
sekolah dasar di Natuna dan beberapa daerah Kepulauan Riau juga tak 
mampu menyanyikan lagu Indonesia Raya, hingga tuntas.

Mengejutkan lagi, teman saya di masa awal perkuliahan 20 tahun itu, 
justru mampu menyanyikan “Majulah Singapura” secara tuntas. Meskipun 
bias saja terulang hal serupa pada anak-anak sekarang ini. Karena 
Majulah Singapura sering didengar dari televise yang ditonton mereka.


Prihatin? Ya wajar sekali. Karena lagu Indonesia Raya, yang belakangan 
ini menjadi perbincangan hangat dengan temuan ahli telematika Roy Suryo 
dengan versi berbeda, adalah lagu kebangsaan. Yang mestinya tak hanya 
hafal untuk dinyanyikan tapi diresapi maknanya. Meski pun lagu itu 
tidak semelankolis Dealova dari Once, atau Kenangan Terindah dari 
Samson.

Namun WR Supratman menuliskan bait-bait lagu Indonesia Raya dengan 
penuh harap, makna dari kalimat pada lagu itu,mampu mengobarkan 
semangat setiap yang menyanyikan akan hakikat setiap insane yang 
mengaku sebangsa ini:

“Marilah kita Indonesia berseru…Indonesia Bersatu
Hiduplah tanahku, hiduplah negeri
Bangsaku rakyatku semuanya…
Bangunlah bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.”


Tentunya ia sama sekali tak berharap hanya sekedar “dinyanyikan” 
rutinitas formil di setiap upara 17 agustus setiap tahun, atau upacara 
Senin di Sekolah, atau pada pengangkatan sumpah jabatan, atau pada 
pembukaan seremonial lainnya.

Namun, bagaimana makna lagu itu bisa dipahami, jika bila hafal saja 
tidak? 

Sekalipun memang ukuran pemaknaan rasa kebangsaan tak hanya melulu 
diukur oleh hafal tidaknya lagu kebangsaan. Karena para pejuang yang 
rela bertempur di masa perang dulu mana tahu lagu kebangsaan, toh, kita 
belum punya kok! Atau para pejuang “kemerdekaan” masa kini, sebangsa 
almarhum Thukul apakah mesti dites dulu bisa tidak menyanyikan 
Indonesia Raya? Semuanya memang relative tak bisa diukur oleh satu sisi 
saja.

Namun, setidaknya untuk mengukur wawasan tentang kebangsaan ini, hafal 
tidak lagu kebanggaan. Meskipun memang selain pengenalan sejarah bangsa 
kita. Dari wawasan kebangsaan pula akan menyumbangkan dan menstimulasi 
rasa kebangsaan yang kuat. 

Lalu, apa yang melatari keadaan sedemikian? Indah tidaknya lagu kah? 
Namun sejauh mana pengukuran keindahan sebuah lagu selain dari makna 
yang dikandungnya? Apalagi maknanya justru menjadi pengobar semangat 
juang bangsa!

Tentu saja  dari berbagai sebab yang melatarinya, informasi yang 
diterima juga menjadi bagiannya. Dari penyerapan informasi, wawasan 
akan terbangun. Dalam kaitan ini media tidak bisa menolak ikut memiliki 
andil. Media penyiaran tepatnya. Mengingat karakter masyarakat kita 
yang lebih menyukai budaya lisan yakni  mendengar dan berbicara 
kebanding membaca dan menulis ini.

Selain itu memang media penyiaran sangat mudah dipahami apalagi 
diengkapi dengan visual. Sehingga penyampaian nilai akan sangat mudah. 
Terdengar telinga, terpandang mata, terserap di hati dan pikiran. 
Apalagi disampaikan terus menerus, nilai yang disampaikan akan 
terbentuk dan tak jarang mengkristal. Karena itu pula media dipahami 
tidak, saja mampu membentuk opini public juga membentuk pola piker, 
apalagi wawasan.

Mari kita melirik bagaimana realitas perkembangan asupan infromasi 
yang diterima oleh masyarakat kita di Kepulauan ini. Di Natuna, hanya 
ada satu RRI sebagai media penyiaran public. Sedangkan televise siaran 
Jakarta baru bisa ditontotn jika memiliki antena parabola, 

[mediacare] dari Rumah Merah ke Griya Jingga (FiXiMix Pindah Alamat)

2007-09-11 Terurut Topik argo darwinos supit
Dear all Pecinta Fiksi,

  Mulai Senin, 17 September 2007, stasiun fiksi FiXiMix bertempat di lokasi 
baru !!!

  Pindah dari alamat: Rumah Merah, Jl. H. Nawi No. 7, Kebayoran Baru, Jakarta 
Selatan, 

ke 

  lokasi di tengah-tengah banyak kampus dan sekolah : 
  Griya Jingga, Jl. Desa Putra Raya No. 74, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

  Dekat dengan kampus Universitas Indonesia (UI), Universitas Pancasila (UP), 
Institut Ilmu Sosial Ilmu Politik (IISIP), Institut Sains dan Teknologi 
Nasional (ISTN), Universitas Gunadarma, Binus, dan banyak sekolah di sekitarnya.

  Telp. Masih sama: (021-713 90 682)
  e-mail dan milis juga masih sama: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], 
[EMAIL PROTECTED]
  Juga dengan blog-nya. 

  Sebelum 17 September, FiXiMix masih tetap buka di lokasi lama, Rumah Merah, 
setiap hari kerja (Senin – Jumat, pk. 11-21  WIB)

  Jadi, kami undang Anda semua ke FiXiMix baru di Griya Jingga (sesuai dengan 
warna 'X' dalam logo FiXiMix) mulai minggu depan...

  Terima kasih, Semua...

  Salam FiXi  !

  Kru FiXiMix
  

FiXiMix, stasiun fiksi
(Toko dan Perpustakaan Khusus Fiksi, Buku dan Lainnya)

Tel. 021-713 90 682, 021 759 09956
e-mail: [EMAIL PROTECTED]
friendster: [EMAIL PROTECTED]
milis: [EMAIL PROTECTED]
http://fiximix.multiply.com

FiXiMix, Buktikan Ke-fiksi-anmu!
   
-
Park yourself in front of a world of choices in alternative vehicles.
Visit the Yahoo! Auto Green Center.

Re: [mediacare] help me cp ahmad bahrudin qoryah thoyyibah

2007-09-11 Terurut Topik Serikat Tani Nasional
Untuk Bung Radjimo,

Silahkan hubungi bung Imam-SPPQT di no-0817240700. Semoga dia bisa membantu.

Wassalam,

- Isty -
-- 
---
Komite Pimpinan Pusat - Serikat Tani Nasional
[Sementara] Jl. Pustaka Jaya II No. 3, Rawamangun, Jakarta Timur,
Indonesia 13220.
Fax: +62-21-4757281
M-phone +62 856 8075066
Email  : [EMAIL PROTECTED]
Blog : http://serikat-tani-nasional.blogspot.com
---


[mediacare] 30 Days Looking For ... Script? / 30 Hari Mencari ... Naskah?

2007-09-11 Terurut Topik JiFFest
In fact, only less than 30 days to submit your script for JIFFest Script 
Development Competition 2007.

If you still wonder why one needs to join this competition, think of these 
benefits again:
- Workshop under world-class film professionals, like last year’s Leonard Retel 
Helmrich (Sundance-winner for “Shape of the Moon”)
- Total prize of Euro 35,000 for all categories
- Turning your ideas to big screen with the help of professional filmmakers
- Be seen and heard throughout JIFFest
- The list will go on endlessly.

What are you waiting for? Deadline is on October 10, 2007 at 8 pm. Send it to 
JIFFest, Jl. Sutan Syahrir IC/3-4 Jakarta 10350.

Download the entry form at http://www.jiffest.org/

In fact, you are the future of cinema.

--

Kalau diitung-itung lagi, kurang dari 30 hari untuk mengirimkan naskah kamu ke 
JIFFest Script Development Competition 2007.

Dan kalau kamu masih heran kenapa perlu ikut kompetisi ini, pikir-pikir lagi 
deh keuntungannya:
- Workshop di bawah bimbingan pakar film profesional kelas dunia, seperti tahun 
lalu, yang dibimbing oleh Leonard Retel Helmrich (pemenang di Sundance untuk 
“Shape of the Moon”)
- Total hadiah sampai 35.000 Euro untuk semua pemenang di seluruh kategori
- Wujudkan ide kamu ke layar lebar dengan bimbingan pelaku film profesional!
- Dilihat dan didengar selama JIFFest berlangsung
- Daftar ini bakalan panjang dan banyak banget!

Jadi tunggu apalagi? Deadline pengiriman hanya sampai 10 Oktober 2007, jam 
20.00 WIB. Kirim ke JIFFest, Jl. Sutan Syahrir IC/3-4 Jakarta 10350.

Download formulir pendaftaran di http://www.jiffest.org/

Kalau dilihat lagi, masa depan film dunia ada di tangan kamu.
   
-
Yahoo! oneSearch: Finally,  mobile search that gives answers, not web links. 

Re: [mediacare] undangan

2007-09-11 Terurut Topik dian marwa sopha
boleh tanya? gimana caranya gabung di aliansi ini?
   
  ve

Aliansi Perempuan Untuk Keterwakilan Politik [EMAIL PROTECTED] wrote:
Kerangka Acuan
  DISKUSI “SEKSUALITAS PEREMPUAN DALAM MEDIA MASSA”
  D A N
  PELUNCURAN BUKU “MEMBONGKAR SEKSUALITAS PEREMPUAN YANG TERBUNGKAM”
  
  Kartini Network dan LBH APIK
  Hotel Santika, 11 September 2007
  
  
  Latar Belakang
  Ketika membuka media massa cetak, atau menonton televisi, lalu berhenti 
sejenak dan mengamati berita yang ditampilkan oleh media massa tentang 
perempuan: Gambaran perempuan yang bagaimana yang lebih banyak muncul ? 
Bagaimana perempuan diposisikan dalam sebuah pemberitaan? Bagaimana sudut 
pandang penulisannya ? 
  Beberapa pertanyaan diatas adalah faktor-faktor pendorong  kami untuk pada 
tahun 2005-2006 melakukan penelitian tentang seksualitas perempuan dalam media 
massa.  Melalui riset itu kami tidak saja ingin mencari jawaban atas pertanyaan 
tersebut namun juga mencari jawaban mengapa pertanyaan tersebut harus muncul. 
Hasil dari riset itulah yang ingin kami diskusikan dengan para partisipan acara 
ini. 
  Media massa dalam sejarahnya selalu mempunyai peranan penting dalam 
pembentukan cara pandang dan perilaku masyarakat. Ia menjadi produser nilai 
sekaligus pelestari nilai yang dianut oleh masyarakat. Hari ini media massa 
sekurang-kurang telah menentukan apa yang menjadi pembicaraan dalam masyarakat 
dan membentuk opini yang berkesinambungan, dalam hal ini tentang gender dan 
seksualitas perempuan. Bahkan banyak dari kita gagal melihat persoalan  gender 
dan seksualitas manusia dan khsusunya seksualitas perempuan  yang terintegrasi 
sebagai visi dalam penulisan secara umum, ia hanya menjadi kolom kecil 
eksklusif sebagai kajian ilmiah atau hanya karena kewajiban akan adanya kolom 
‘pemberdayaan perempuan’ yang seringkali dilewatkan oleh pembaca.
  Kebebasan untuk mengkritik dan kebebasan dari kotak-kotak yang membatasi 
media massa sudah mulai berkurang. Apalagi tradisi komunal kita membuat media 
massa tidak saja dibaca oleh pembelinya tapi oleh orang-orang disekitar 
pembeli. Sehingga majalah atau koran untuk dewasa misalnya juga dengan mudahnya 
dibaca oleh anak-anak. Hal ini semakin menegaskan bahwa media massa tidak saja 
menjadi pembentuk opini orang dewasa namun juga mulai menjadi pendorong 
bentukan citra tertentu pada anak-anak.
  Melalui fungsinya sebagai pencipta dan sekaligus pembentuk opini dan 
nilai-nilai media berfungsi pula untuk menjadi pelestari dan sekaligusmenjadi 
sarana untuk mereproduksi  nilai-nilai sosial yang hegemonik. Citra perempuan 
yang sama secara terus menerus diproduksi melalui teks yang berbeda-beda. Teks 
media merepresentasikan norma dan nilai   dominan yang dianut dan dianggap 
benar oleh  masyarakat.  Teks media menjadi penting dicermati karena ia 
merupakan representasi nilai dan pendapat kelompok dominan itu, misalnya 
bagaimana seorang janda digambarkan sebagai perusak dan ancaman bagi 
rumahtangga, atau bagaimana seorang homoseksual dianggap sebagai penderita 
penyakit jiwa atau kelainan kepribadian seperti terlihat dalam rubrik seksologi 
atau kolom konsultasi di majalah-majalah atau koran. Dalam masalah 
homoseksualitas misalnya, tak satupun ahli/psikolog/psikiatris yang menjaga 
rubrik konsultasi itu yang menginformasikan bahwa sejak tahun 1981,  WHO telah 
mengeluarkan
 homoseksualitas dari daftar sebagai penyakit jiwa dan pada tahun 1992 
mengeluarkannya dari daftar klassifikasi penyakit ( International 
Classification Diseases ). Contoh lainnya liputan mengenai perempuan pekerja 
seks juga jarang – mungkin tidak akan --  muncul di tabloid atau majalah khusus 
perempuan kelas menengah. Majalah perempuan identik dengan citra ‘perempuan 
baik-baik’ atau tepatnya perempuan pekerja kantoran sehingga dianggap tidak 
pada tempatnya membahas seksualitas dari mereka yang ‘bukan perempuan 
baik-baik’ seperti perempuan pekerja seks  atau lesbian.Sebagai sarana 
pelestari nilai, media memang difungsikan untuk memunculkan apa yang disebut 
Judith Buttler sebagai abject atau kelompok yang dihinakan, agar kelompok 
lainnya yang dianggap normal dan baik itu bisa dilesatarikan. 
  Media juga merupakan alat yang ampuh dalam menyebarkan nilai-nilai dominan 
baik untuk meneguhkan dan melestarikannya maupun untuk membentuk keyakinan, 
perilaku dan kepribadian seseorang atau masyarakat. Tentu saja media juga 
beragam sehingga media juga menentukan siapa pembacanya yang akan menerima 
reproduksi nilai tersebut. Dalam hal ini, media yang menyebar luas menjadi 
sangat penting posisinya, karena dia berbicara pada khalayak yang beragam 
cirinya. Misalnya, citra perempuan yang menyebar dalam masyarakat baik melalui 
iklan atau tulisan merupakan interpretasi dari ide femininitas yang hidup di 
dalam masyarakat. Citra tersebut lebih menunjukkan bentukan perempuan seperti 
yang diinginkan oleh penulisnya, dan ketika sudut pandang sang penulis adalah 
lebih kuat sebagai hasil bentukan budaya masyarakat 

[mediacare] Koreksi - Re: Naskah Lisya Anggraini: Lagu Kebangsaan

2007-09-11 Terurut Topik mediacare
Sepertinya bait pada syair lagu Indonesia Raya di artikel itu salah ya...
Menurutku yang benar:

Marilah kita berseru, Indonesia bersatu
Hiduplah tanahku, hiduplah negeri
Bangsaku, rakyatku, semuanya

Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya
(atau untuk selama-lamanya?)


Bukan seperti ini:
Marilah kita Indonesia berseru Indonesia Bersatu
Hiduplah tanahku, hiduplah negeri
Bangsaku rakyatku semuanya
Bangunlah bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.







  - Original Message - 
  From: [EMAIL PROTECTED] 
  To: mediacare@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, September 11, 2007 12:46 PM
  Subject: Re: [mediacare] Naskah Lisya Anggraini: Lagu Kebangsaan


  Mudah2an penulis artikel ini juga hafal lagu Indonesia Raya, tidak 
  seperti yang dikutip dalam artikel tsb:

  Namun WR Supratman menuliskan bait-bait lagu Indonesia Raya dengan 
  penuh harap, makna dari kalimat pada lagu itu,mampu mengobarkan 
  semangat setiap yang menyanyikan akan hakikat setiap insane yang 
  mengaku sebangsa ini:

  “Marilah kita Indonesia berseru…Indonesia Bersatu
  Hiduplah tanahku, hiduplah negeri
  Bangsaku rakyatku semuanya…
  Bangunlah bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.”

  
  Naskah Lisya Anggraini: Lagu Kebangsaan
  Posted by: abdul kohar ibrahim [EMAIL PROTECTED] kohar_be
  Date: Mon Sep 10, 2007 12:15 pm ((PDT))

  Lisya Anggraini: Lagu Kebangsaan
  http://16j42.multiply.com/reviews/
  Http://batampos.co.id/


  Lagu Kebangsaan


  Oleh: Lisya Anggraini



  Sekali pun sudah basah kuyup disiram satu ember air oleh kakak 
  senior, seorang mahasiswa tahun pertama itu, tetap tidak bisa memenuhi 
  permintaan seniornya. Ia hanya mampu menyanyikan Indonesia Raya sampai 
  pada pertengahan lagu saja dan stop. Ia tidak benar-benar ingat lagi. 
  Makanya ia tergagap. Meski pun beberapa mata teman-teman menatap 
  mahasiswa asal Tanjung Uma, Batam itu, dengan beragam makna.

  Cerita di atas, bukan fiksi melainkan kejadian, tepatnya lebih dari 
  20 tahun lalu di sebuah kampus Pekanbaru. 

  Kini, kejadian bermakna serupa ternyata juga terulang pada anak-anak 
  sekolah dan Kepulauan Riau. Seorang anggota DPRD Kepri, menceritakan 
  dengan perasaan prihatin, tentang anak-anak sekolah menengah dan 
  sekolah dasar di Natuna dan beberapa daerah Kepulauan Riau juga tak 
  mampu menyanyikan lagu Indonesia Raya, hingga tuntas.

  Mengejutkan lagi, teman saya di masa awal perkuliahan 20 tahun itu, 
  justru mampu menyanyikan “Majulah Singapura” secara tuntas. Meskipun 
  bias saja terulang hal serupa pada anak-anak sekarang ini. Karena 
  Majulah Singapura sering didengar dari televise yang ditonton mereka.

  Prihatin? Ya wajar sekali. Karena lagu Indonesia Raya, yang belakangan 
  ini menjadi perbincangan hangat dengan temuan ahli telematika Roy Suryo 
  dengan versi berbeda, adalah lagu kebangsaan. Yang mestinya tak hanya 
  hafal untuk dinyanyikan tapi diresapi maknanya. Meski pun lagu itu 
  tidak semelankolis Dealova dari Once, atau Kenangan Terindah dari 
  Samson.

  Namun WR Supratman menuliskan bait-bait lagu Indonesia Raya dengan 
  penuh harap, makna dari kalimat pada lagu itu,mampu mengobarkan 
  semangat setiap yang menyanyikan akan hakikat setiap insane yang 
  mengaku sebangsa ini:

  “Marilah kita Indonesia berseru…Indonesia Bersatu
  Hiduplah tanahku, hiduplah negeri
  Bangsaku rakyatku semuanya…
  Bangunlah bangunlah badannya untuk Indonesia Raya.”

  Tentunya ia sama sekali tak berharap hanya sekedar “dinyanyikan” 
  rutinitas formil di setiap upara 17 agustus setiap tahun, atau upacara 
  Senin di Sekolah, atau pada pengangkatan sumpah jabatan, atau pada 
  pembukaan seremonial lainnya.

  Namun, bagaimana makna lagu itu bisa dipahami, jika bila hafal saja 
  tidak? 

  Sekalipun memang ukuran pemaknaan rasa kebangsaan tak hanya melulu 
  diukur oleh hafal tidaknya lagu kebangsaan. Karena para pejuang yang 
  rela bertempur di masa perang dulu mana tahu lagu kebangsaan, toh, kita 
  belum punya kok! Atau para pejuang “kemerdekaan” masa kini, sebangsa 
  almarhum Thukul apakah mesti dites dulu bisa tidak menyanyikan 
  Indonesia Raya? Semuanya memang relative tak bisa diukur oleh satu sisi 
  saja.

  Namun, setidaknya untuk mengukur wawasan tentang kebangsaan ini, hafal 
  tidak lagu kebanggaan. Meskipun memang selain pengenalan sejarah bangsa 
  kita. Dari wawasan kebangsaan pula akan menyumbangkan dan menstimulasi 
  rasa kebangsaan yang kuat. 

  Lalu, apa yang melatari keadaan sedemikian? Indah tidaknya lagu kah? 
  Namun sejauh mana pengukuran keindahan sebuah lagu selain dari makna 
  yang dikandungnya? Apalagi maknanya justru menjadi pengobar semangat 
  juang bangsa!

  Tentu saja dari berbagai sebab yang melatarinya, informasi yang 
  diterima juga menjadi bagiannya. Dari penyerapan informasi, wawasan 
  akan terbangun. Dalam kaitan ini media tidak bisa menolak ikut memiliki 
  andil. Media penyiaran tepatnya. Mengingat karakter masyarakat kita 

[mediacare] DECLARE!

2007-09-11 Terurut Topik ambar_rukmo
SEGERA HADIR!!

Buku-buku dari penerbit Yogyakarta tidak bermutu, itulah kesan yang
muncul diberbagai kalangan terutama dunia perbukuan. Hasil terjemahan
yang kacau, kemasan yang menipu, dan berbagai pandangan miring
lainnya. Benarkah semuanya itu? Bagaimana sebenarnya dunia penerbitan
di Yogyakarta yang telah dicap bobrok tersebut?

Segera terbit DECLARE! Kamar Kerja Penerbit Jogja (1998-2007)', 
sebuah buku yang membahas hitam putih dunia perbukuan di Yogyakarta. 
Bagaimana filosofi para penerbit buku, cara mereka memandang buku 
itu sendiri, cara kerja mereka dan berbagai hal lainnya, semuanya 
diungkap dalam DECLARE! Kamar Kerja Penerbit Jogja (1998-2007). 
Bukan hisapan jempol atau gosip, ditulis langsung oleh pelaku dunia 
penerbit di Yogyakarta dan hasil wawancara langsung dari pelaku 
dunia penerbit di Yogyakarta.

Harga Rp 60.000, diskon 20%. 

Tunggu kehadirannya di www.ambarrukmo.com



[mediacare] Muridan dan tesis Papua Maluku

2007-09-11 Terurut Topik datuksinaro
Kolom IBRAHIM ISA
---
Selasa, 11 September 2007.


MURIDAN  DAN TESIS PAPUA-MALUKU

Hari Rabu   -   12 September 2007,  (Kukira)  mestinya  adalah hari
yang  p e n t i n g  dalam kehidupan intelektual sahabatku,
cendekiawan muda Indonesia,  MURIDAN S. WIDJOYO.  Karena besok siang,
 . . . .  untuk praktisnya, sebaiknya dikutip saja di  bawah ini
undangan yang dikirimkan  Muridan  kepadaku: (Dalam bahasa Inggris)

Defence Invitation

You are cordially invited to
the public defence of the PhD thesis

Cross-Cultural Alliance-Making and Local Resistance
in Maluku during the Revolt of Prince Nuku, c. 1780-1810

by

Muridan Satrio Widjojo
on Wednesday 12 September 2007, at 15:00 to 16:00,
at Lokhorstkerk, Pieterskerkstraat 1, 2311 SV Leiden,
Ph. 071-512 3392.

The reception will be held on the same day at 16:00 to 18:00 at
Clusius Café, Hortus Botanicus, Rapenburg 73, 2311 GT Leiden,
Ph. 071-527 7249.

*   *   *

Jadi, besok itu,  -  antara jam 15.00 dan jam 16.00 Muridan akan
mempertahankan  tesisnya di Universitas Leiden untuk gelar PhD.
Tentu,  semakin banyak cendekiawan Indonesia, dari generasi muda, yang
 menambah  dan meningkatkan pengetahuan mereka di Indonesia maupun di
luarnegeri,  berarti bertambah pula jumlah cendekiawan bangsa kita.
Perkembangan ini membesarkan hati kita sebagai orang Indonesia.
Setiap harinya entah berapa banyak cendekiawan Indonesia yang
menyelesaikan  studinya dengan baik. Suatu perkembangan yang amat
perlu diperhatikan pemerintah dan memperbesar lagi jumlah anggaran
pendidikan negara.  Supaya  negara menkonsekwenkan janji-janji yang
menyatakan memperhatikan masalah pendidikan bangsa.

Kemajuan suatu bangsa, dalam arti penting tergantung pada  jumlah dan
kemampuan kaum cerdik pandainya mengabdikan  hasil studi dan
penelitiannya untuk kepentingan kemajuan dan pertumbuhan  kekuatan
ekonomi, politik dan budaya bangsa itu.

Berhasilnya Muridan S Widjoyo menyelesaikan  postgraduate study-nya di
Leiden, seyogianya disambut dengan gembira. Hal tsb juga merupakan
dorongan bagi mahasiswa-mahasiwa Indonesia yang dalam jumlah besar
sedang menempuh studinya di  Amsterdam, Leiden, Utrecht, Delft,
Wageningen, Groningen, Rotterdam dan perguruan tinggi lainnya di Belanda.

Studi Muridan S Widjoyo memang bagiku agak istimewa.
Ini disebabkan oleh tema, ---  oleh masalah yang  diangkat dan
dijadikan bahan studinya. Yaitu latar belakar sejarah Papua dan
Maluku. Ini penting sekali. Agar dalam menelaah masalah Papua dan
Maluku, dan kasus-kasus lainnya, tidak sekadar atas dasar apa yang
terjadi di masa kini. Yang sering  menjadi ramai dibicarakan
semata-mata karena kasus simbolik semata, seperti dikirbarkannya
bendera Papua, dsb.

Diharapkan dalam  meninjau dengan seksama masalah Papua, ditinjau dan
diteliti pula latar belakang sejarahnya.  Hal ini teramat penting bagi
politisi yang sering mengedepankan dan mengangkat sesuatu kasus
daerah,   banyak terdorong oleh kepentingan politik seketika dari
parpol-parpol yang bersangkutan. Lebih-lebih lagi  dilakukan tanpa
mempelajari dengan seksama inti masalahnya. Hal ini lebih-lebih lagi
perlu diperhatikan bila masalahnya menyangkut kasus daerah, seperti
Papua, Maluku , Aceh dan lain-lain.

Yang mendorong  Muridan mengapa ia memilih tema ini,  dijelaskannya
sbb:

Konflik-konflik yang ada di antara masyarakat sekarang ini mendorong
saya untuk melihat bagaimana sebetulnya konfigurasi masyarakat
Indonesia Timur pada masa lalu.

Seperti yang dinyatakan dalam penjelasan Muridan,  tesisnya menyangkut
perjuangan lama yang dilakukan oleh kaum pemberontak Maluku dan Papua
melawan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) dalam periode antara
kira-kira 1780 - 1810, yang berlangsung di bawah pimpinan Pangeran
Nuku dari Tidore.  Dengan bantuan orang-orang Inggris kekuatan
perjuangan  Maluku dan Papua Nuku berhasil merebut kembali kesultanan
Bacan dan Tidore, yang ketika itu ada di bawah perlindungan Belanda.

Selanjutnya,  tulis Muridan dalam 'Korte Samenvatting' dari tesisnya:
 -- Salah satu dari konklusi penting desertasi ialah bahwa sukses
pemberontakan tsb tidak  seharusnya dikemukakan sebagai hasil terutama
oleh konstruksi ideologi Maluku dan  pengikutnya, seperti dikemukkakan
oleh historikus L.  Andaya. Sukses tsb terutama disebabkan  oleh
kenyataan bahwa  Nuku dalam kampanyenya, secara optimal mampu
menggunakan kekuatan pejuang-pejuangnya, kaum perampok Papua dan
Gamrange, dan bersamaan dengan itu  secara maksimal menggunakan
kapasitas logistik  kaum pedagang Seram Timur. Terlebih lagi Nuku
dapat dengan  pandai  mengikat orang-oarng Inggris dan  menggunakan
para 'country traders' itu untuk kepentingan tujuannya
sendiri.(terjemahan bebas dari bahasa Belanda - I.I.).

Dalam kesempatan lain Muridan menyatakan bahwa  ---  'Desertasi ini
akan menunjukkan bahwa gerakan-gerakan rakyat yang ada sekarang ini
sudah ada sejak lama, bahkan sejak abad XVII. Jadi sebetulnya
aspek-aspek dasar dari gerakan-gerakan kerakyatan bisa terlihat dari situ.

[mediacare] Re: Mengemis dan Memberi Pengemis Didenda Rp 20 Juta

2007-09-11 Terurut Topik Ferry Wardiman
Selalu ada penyelesaian yang bersifat MENDASAR dan ada yang bersifat 
hanya MERESPON GEJALA.

Banyak pengemis di kota, lalu dirasakan tidak sedap dipandang
Maka pengemis dilarang mengemis. Yang memberipun diancam-ancam.
Perkara orang tetap perlu makan dan terpaksa mengemis karena tak ada 
lapangan kerja, ya tidak usah dibahas dulu.
Patokan sementara, sengemis salah. Yang salah silakan menderita. 
Termasuk menderita tidak makan. (Ada yang tahan tidak makan?)

Jalan protokol macet, lalu tidak enak dilihat.
Maka kemacetan dipindah dengan memberlakukan 3 in 1.
Solusi lain: Yang macet tadi dipaksakan lancar dengan jalur busway.
Bahwa jalan paralel jadi macet bukan main, itu perkara lain. Pokoknya 
ada sebagian yang lancar.

Jalan tol juga. Kok masih laris ya.
Ya sudah, naikkan tarifnya saja.
Kalaupun nanti jalan kecil jadi macet karena rakyat keberatan bayar 
tol, itu masalah lain lagi. Pokoknya uang masuk dulu.

Banjir datang rutin tiap tahun.
Solusinya? Rumah ditinggikan, bukannya sebab banjir yang dibereskan.

Banyak rumah kumuh. Buruk kelihatannya.
Gampang, gusur saja. Kekumuhan dipindah, bukan dilenyapkan, hanya 
disembunyikan. Paling nanti kebakaran sendiri saking kumuhnya.

Banyak pelacuran?. Gampang, adakan razia. Angkuti mereka.
Sembunyikan sementara dalam aktifitas pelatihan atau semacamnya.
Soal mereka kembali lagi nanti, itu urusan babak dua. Toh jumlah 
babak tidak dibatasi. Solusi satu langkah kan terjawab. Itu yang 
penting.

Banyak tukang todong di jalan? ooo.. gebuki aja. Gampang kok.
perihal sebab mereka nodong karena hobi atau karena lapar, itu biar 
seminar seminar yang menjawab. pokoknya kelihatannya kan tegas. 
Berwibawa. Persoalan satu selesai. Persoalan lain muncul itu urusan 
lain. Padahal sulit membuat orang lapar tidak menjadi binatang lapar 
meskipun diancam didor. 

Banyak persoalan bisa terbantu terjawab secara signifikan bila 
langkahnya tepat. Langkah tepat itu seperti apa misalnya?. Misalnya 
membangun INFRASTRUKTUR sampai ke pelosok pelosok.

Bayangkan, bila jalan dari ibukota lancar, besar, lapang sampai ke 
desa desa terpencil. Mungkinkah masih ada daerah yang 
disebut terpencil?. Kalau semua tempat serba lancar, buka cuma 
kota besar saja, niscaya semua tempat terbantu perkembangannya secara 
nyata. Urbanisasi akan turun drastis. Masalah kemacetan kota besar 
dan ibukota akan berkurang drastis. Kriminalitas menurun tajam. 
Banjir rutin akan jadi kurang rutin dan menjadi tidak terjadi lagi.
Siapa bisa membantah ini? Mari dianalisa. 

Tapi masalahnya menikmati hasil dari perbaikan infrastruktur itu 
tidak bisa satu-lima tahun. Perlu waktu 10-20 tahun baru 
kerasa 'nikmatnya.
Lantas buat apa ngurus yang jangka panjang? 2009 kan sudah dekat.
Kita ngurus solusi yang dua tahunan kedepan aja yuk?
Apa ya?.. ya memang betul... Penggusuran rumah kumuh. Ngangkuti 
pelacur. Operasi miras musiman, 3in1, busway.
Jadi betul, itu memang jawabannya untuk 1-5 tahun.

Rezim berganti gonta. Tak heran bila kita berjalan di tempat karena 
semua solusi tidak banyak yang untuk 10-20 tahun kemuka.

Tak heran hutanku hilang kata nyanyi sendu.
Siapa suruh hutan gak bisa tumbuh dalam setahun dua.
Siapa suruh hutan perlu puluhan tahun buat menjadi ada'.



fw













--- In mediacare@yahoogroups.com, Wielsma Baramuli [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Dear all,
 
 Apakah ciri sebuah kota atau kota metropolitan harus selalu identik 
dengan ketidakmanusiawian. Apakah kota atau kota metropolitan apalagi 
megapolitan harus idatur dengan cara-cara menyangkali kenyataan 
rakyat penghuni kota itu?
 
 Mungkinkah kita membangun kota dengan tidak menyangkali kemiskinan, 
melainkan memecahkan masalah kemiskinan? Sehingga kota (dengan segala 
fasilitas kehidupannya) menjadi tempat di mana peradaban kemanusiaan 
disemaikan. Pertanyaan naif mungkin? Tapi, yang jelas setiap 
pembangunan (kota) harus menjadi solusi bagi rakyat yang mendiami 
kota itu. Kalau itu Ibu Kota, harus menjadi model solutif bagi rakyat 
seantero negeri.
 
 Salam,
 Wedekabe 
 
 
 Roy Ferdinand [EMAIL PROTECTED] wrote:  
 
 [EMAIL PROTECTED]  wrote:  From: [EMAIL PROTECTED] 
 Date: Tue, 11 Sep 2007 11:14:33 +0700
 Subject: Mengemis dan Memberi Pengemis Didenda Rp 20 Juta
 
 Kita mungkin selalu bingung dan prihatin, kenapa begitu 
banyak pengemis di jalan-jalan di Jakarta. Tapi, mungkin gak kita 
pernah berpikir bahwa kita juga yang membuka lapangan pekerjaan 
tersebut dengan selalu rajin memberikan sedekah kepada mereka? 
Mungkin ini maksud dari peraturan di ibukota yang sudah disahkan? 
Sila direnungkan�

   
   Mengemis dan Memberi Pengemis Didenda Rp 20 Juta
   http://www.kompas.com/ver1/Metropolitan/0709/11/045404.htm 
   KEBON SIRIH, WARTA KOTA - Hati-hati jika Anda ingin bersedekah 
kepada pengemis, baik ketika berada di kendaraan umum, atau 
perempatan jalan. Alih-alih bermaksud berbuat baik, Anda bakal 
dikenai sanksi denda hingga maksimal Rp 20 juta atau mendekam di 
tahanan paling lama 60 hari. 
   
   Hal itu 

[mediacare] Wwcr dgn Koordinator Garda Muria: “Ini Gerakan Warga NU”

2007-09-11 Terurut Topik nurul huda maarif
Zakariyya el-Anshori, Koordinator Garda Muria
Ini Gerakan Warga NU



Ketua Umum Dewan Syura DPP PKB KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) serius
menolak rencana pembangunan PLTN Muria. Sabtu, 1 September 2007, di halaman
Gedung DPRD Jepara, Gus Dur mendeklarasikan berdirinya Garda Muria. Di
hadapan ribuan warga Jepara dan sekitarnya, aktivis muda NU Jepara,
Zakariyya el-Anshori, dibaiat sebagai Koorditaor Garda Muria.

Berikut petikan wawancara Zakariyya el-Anshori, yang juga penggubah Shalawat
anti-PLTN itu, kepada Nurul H. Maarif dari gusdur.net:
Bagaimana kerangka awal pembentukan Garda Muria (GM)?
Kerangkanya untuk menyelamatkan situs-situs bersejarah. Ada Sunan Kudus,
Sunan Muria, Sunan Kalijaga, sampai yang sangat lokal di Balong yaitu
petilasan Syeikh Siti Jenar di Lemah Abang. Semua itu harus diselamatkan.
Ide awalnya itu. Untuk hal itu, Mbak Yenny Wahid menyarankan sebaiknya
gerakan penolakan PLTN ini diorganisir.

selengkapnya
http://www.gusdur.net/indonesia/index.php?option=com_contenttask=viewid=2723Itemid=1


[mediacare] Berita JATAM: Ketakutan Di Dairi

2007-09-11 Terurut Topik Luluk Uliyah

Ketakutan Di Dairi, 11 September 2007

”Apakah jika saya bertanya dengan kritis, saya akan diborgol setelah keluar 
dari tempat ini?” tanya seorang perempuan, peserta seminar di Gereja HKBP 
Parongil – Silima Punggapungga, Dairi Sumatera Utara, 27 Agustus lalu.


Pertanyaan itu ditujukan kepada Jhoni N. Simajuntak, anggota Komisi 
Nasional HAM, yang selama setengah jam lebih berceramah mengenai bagaimana 
kehadiran industri tambang dan Perlindungan terhadap Hak-Hak Masyarakat, di 
depan  ratusan peserta seminar “Lingkungan Hidup dan Hak Asasi Manusia di 
Tengah Industri Pertambangan”.


Tentu saja Jhony heran dengan pertanyaan tersebut. Dia bisa merasakan nada 
ketakutan Herna Butarbutar, sang penanya. Herna menanyakan banyak hal 
tentang pertambangan PT Dairi Prima Mineral (DPM) yang akan segera 
beroperasi di kampungnya. Dia tak banyak tahu tentang perusahaan tersebut, 
cerita tentang tambang dia dapatkan dari mulut ke mulut.


Ternyata tak cuma Herna yang bertanya senada. Sumihar Situmorang dan Maheli 
Manurung, mengkhawatirkan sumber airnya yang akan berubah jika perusahaan 
mulai menggali kawasan pegunungan, tempat sumber air mereka berasal.


Ini pertama kalinya sebuah forum terbuka diadakan oleh kelompok gereja 
mengkristisi rencana penambangan PT Dairi Prima Mineral. Seminar berjudul 
”Lingkungan Hidup dan Hak Asasi Manusia di Tengah Industri Pertambangan” 
ini dihadiri tak kurang 250 orang jemaah. Para jemaah ternyata tak banyak 
tahu tentang resiko yang akan mereka hadapi jika tambang beroperasi.


Saham DPM, dimiliki Herald Resources Ltd  dari Australia - sebesar  80%, 
saham Herald juga dimiliki perusahaan Kanada, sisanya dimiliki oleh PT 
Antam. Herald mencatatkan sahamnya di Australia, Amerika Serikat dan Jerman.


Ijin penambangan dengan luas 27.520 ha ini keluar saat Orde Baru berkuasa, 
tahun 1998, dengan ijin untuk menambang emas dan mineral ikutan lainnnya. 
Belakangan, perusahaan lebih tertarik menambang seng (Zn) dan timbal (Pb). 
Kawasan tersebut diperkirakan menyimpan 17 juta ton bijih batuan mengandung 
seng dan timbal, cadangannya sebesar 6,6 juta ton.


Mereka akan menambang selama 7 tahun, dimana setiap 1 ton bijih yag digali 
akan dihasilkan 152 kg seng dan 93 kg timbal, serta 12 gr perak per ton, 
sekitar 75 – 80 persen  bijih batuan akan dibuang sebagai tailing. Ada 
sekitar 10 ha lahan yang akan dikorbankan untuk menampung limbah tersebut.


Kekhawatiran warga sangatlah beralasan, tambang Seng dan Timah ini terletak 
di kawasan atas Desa Sopo Komil. Lebih dari setengah konsesi tambang berada 
di hutan lindung. Departemen Kehutanan, menyebut kawasan tersebut sebagai 
kawasan tangkapan air dengan topografi berat. Itulah sebabnya, Departemen 
Kehutanan belum mengeluarkan ijin pinjam pakai kawasan. PT DPM hanya 
memiliki AMDAL kabupaten, untuk kawasan hutan lindung, persetujuan AMDAL 
mestinya dari Kementrian Lingkungan Hidup di Jakarta.


Sebuah diskusi panel tentang potensi gempa dua tahun lalu, telah memberikan 
peringatan jika kawasan yang akan ditambang termasuk kawasan rawan gempa, 
karena termasuk dalam jalur patahan Sumatera pada ruas Renun hingga ruas 
Toru. Warga mengkhawatirkan longsor jika tambang jadi dibuka.


Sopokomil akan menjadi kawasan uji coba tambang timbal dan seng skala besar 
pertama di Indonesia. Pemerintah dan warga sekitar mestinya waspada, dua 
logam berat tersebut memiliki resiko tinggi terhadap keselamatan mahluk hidup.


Timbal mempunyai dampak kesehatan yang luas dan berbahaya. Logam berat ini 
mempengaruhi hampir semua organ tubuh, misalnya ginjal dan hati. Ia juga 
mempengaruhi metabolisme sintesis darah merah, sehingga dapat menyebabkan 
anemia (kurang darah). Timbal ditimbun dalam tulang. Pada waktu orang 
mengalami stres, Timbal diremobilisasi dari tulang dan masuk ke dalam 
peredaran darah serta menimbulkan risiko terjadinya peracunan. Dari 
peredaran darah ibu, timbal beresiko masuk ke dalam janin dan menghambat 
perkembangan sistem syarafnya.


Pada perempuan, timbal beresiko mengganggu sistem reproduksi. Daur 
menstruasi terganggu dan menjadi tak teratur. Risiko keguguran kandungan 
meningkat. Juga timbul risiko lahirnya bayi di bawah berat normal, juga 
mengganggu pertumbuhan bayi  selanjutnya.


Dampak berlanjut pada balita yang hidup di daerah yang udaranya tercemar 
timbal. Meskipun kadar timbal dalam air susu ibu rendah, namun toh 
meningkatkan risiko pada bayi yang mendapat air susu ibu. Kesehatan dan 
pertumbuhan bayi terganggu. Perkembangan sistem syarafnya terhambat. Anak 
menghadapi risiko penyakit nerotik, sukar belajar dan penurunan tingkat 
kecerdasan.


Pada laki-laki, timbal mengganggu sistem reproduksinya. Jumlah sperma yang 
diproduksi menurun. Kualitas sperma juga turun dengan terbentuknya sperma 
yang cacat. Sperma yang cacat ini membawa risiko lahirnya bayi cacat. Pada 
laki-laki yang darahnya tercemar timbal, libidonya turun dan dapat 
menyebabkan impotensi dan dis-fungsi ereksi. Pada lansia, timbal 
mempercepat 

[mediacare] seminar dan pelatihan (workshop) jurnalistik?

2007-09-11 Terurut Topik anggri_s
salam pers mahasiswa..
salam pers independent..

mohon info tentang seminar dan pelatihan jurnalistik yang akan segera 
diadakan di jakarta, mulai bulan september 2007 ini. saya berminat 
mengikutinya, terima kasih. 



[mediacare] Terancam Tak Terbang, Sudah di-Black List

2007-09-11 Terurut Topik Sunny
RIAU POS
  11 September 2007 Pukul 09:38 
 
  Terancam Tak Terbang, Sudah di-Black List  
  Laporan Nuke Fatmasari, Pekanbaru [EMAIL PROTECTED] This email address is 
being protected from spam bots, you need Javascript enabled to view it 


  Semua maskapai penerbangan di Indonesia, termasuk PT Riau Airlines (RAL) 
harus memenuhi standar kategori satu sebelum akhir tahun 2008 berdasarkan 
regulasi Civil Assossiation of Safety Regulation (CASR). Bila RAL tak mampu 
memenuhi standar kategori satu itu, RAL tidak boleh terbang. 


  Saat ini, berdasarkan penilaian yang telah dilakukan Direktorat Jenderal 
(Dirjen) Perhubungan Udara terhadap RAL, maskapai kebanggaan masyarakat Riau 
ini hanya mampu memenuhi kategori dua dengan nilai 120. Untuk bisa masuk 
kategori satu, RAL harus mendapat nilai di atas 162. Ada 22 paramater yang 
dinilai Dirjen Perhubungan Udara, diantaranya kelayakan spare part, equipment, 
sertifikasi, flight folowing dan standar safety lainnya. 

  Demikian penjelasan yang disampaikan Direktur PT RAL Ir H Heru Nurhayadi 
MM didampingi dua staf RAL Sutito Zainuddin dan Rosa disela-sela Rapat Umum 
Pemegang Saham (RUPS) RAL yang digelar Senin (10/9) di Grand Jatra Hotel. 
Selain para pemegang saham RAL, RUPS ini juga diikuti oleh PT Bhakti 
Investastama Group, yang berminat menyuntikkan modal untuk RAL.

  Menurut Heru, dari 22 parameter yang dinilai, RAL masih lemah di spare 
part. ''RAL bahkan pernah kena tilang akibat masalah spare part yang tidak bisa 
diganti. Padahal sudah sepantasnya untuk diganti karena masa waktu 
penggantiannya sudah ditetapkan,'' jelas Heru. Di Eropa, tambah Heru, RAL 
bahkan sudah di-black list karena belum mampu memenuhi standar keselamatan 
penerbangan untuk kategori satu.

  Untuk bisa memenuhi standar kategori satu untuk masalah safety 
penerbangan, maskapai yang mengaku kekurangan kecukupan modal tersebut hanya 
bisa diselamatkan dengan bantuan tambahan suntikan dana sebesar Rp36,3 miliar 
dari para pemegang saham hingga akhir Maret 2008. 

  Para pemegang saham diharapkan bisa memberikan suntikan dana itu sesuai 
dengan persentase komposisinya masing-masing. Misalkan, untuk Pemerintah 
Provinsi Riau, mereka harus menyuntikkan dana sebesar Rp12,3 miliar. 

  Menurut Heru, meminta bantuan tambahan suntikan dana dari para pemegang 
saham yang didominasi oleh pemerintah daerah itu, memerlukan waktu dan proses 
birokrasi yang cukup panjang. Selain harus dianggarkan, rencana penambahan 
bantuan dana itu juga harus mendapat persetujuan dari pihak DPRD di 
kabupaten/kota atau di provinsi. Sementara, di sisi lain, RAL perlu 
diselamatkan segera sebelum Dirjen Perhubungan Udara akhirnya memutuskan RAL 
tidak boleh terbang.

  Heru juga menjelaskan ketidak-seimbangan antara modal dan hutang RAL. 
''Perbandingan hutang RAL dengan modal sudah 160 persen. Idealnya harus 80 
persen tapi karena hutang RAL lebih dominan daripada modal, maka persentasenya 
perbandingannya cukup besar. RAL juga perlu kecukupan modal lagi sebesar Rp80 
miliar,'' papar Heru. 

  Sementara Bahagian Keuangan RAL Rosa menambahkan, jangankan untuk meminta 
suntikan tambahan dana, komitmen untuk membantu Rp30 miliar masih ada yang 
belum dipenuhi oleh para pemegang saham. Sampai kini, baru 60 persen dari para 
pemegang saham di kabupaten/kota se-Riau yang menyetorkan dananya. Selebihnya 
masih belum.

  Soal siapa-siapa saja pemegang saham yang belum menyetorkan dana, Rosa 
cuma menjawab singkat, ''Tidak etis kalau sampai saya sebut namanya,'' ungkap 
Rosa.

  Sementara Chief Financial Officer PT Global Transport Services (group PT 
Bhakti Tama Investasi), Erwin, mengatakan bahwa pihaknya menunggu keputusan 
para pemegang saham RAL. ''Kami serahkan sepenuhnya pada pemegang saham,'' 
singkatnya.

  Sementara itu, selama RUPS, para pemegang saham baru sampai pada 
keputusan perlunya segera dipenuhi Kategori Satu untuk menyelamatkan RAL dan 
demi menjaga nama baik maskapai kebanggaan Riau ini. Keputusan lain yang 
diambil rapat adalah rencana usulan membeli dua unit Fokker 50 yang sampai 
sekarang masih berstatus sewa. Untuk pembelian dua unit Fokker 50 yang masa 
sewanya habis pada Oktober 2007 ini, RAL harus melakukan peminjaman modal 
kredit ke lembaga perbankan sebesar Rp80 miliar. Usulan pembelian pesawat 
Fokker ini muncul setelah dilakukan proses hitung-hitungan antara penyewaan dan 
pembelian. Bila disewa, RAL harus membayar Rp165 ribu Dollar AS per bulan ke 
Aero Century sedangkan bila dibeli, RAL bisa menghemat 25 ribu Dolar AS per 
bulan. Selain itu, Fokker 50 yang dibeli tersebut juga akan menjadi asset RAL. 
''Keputusan jadi membeli atau tetap sewa ini akan dibahas pada Juni 2008. Jadi 
sampai dengan masa itu, RAL akan perpanjang masa sewa,'' kata Heru.

  Pilihan Alternatif
  Bila sampai akhir tahun 2008, RAL belum bisa memenuhi standar kategori 
satu untuk aturan keselamatan penerbangan, maka maskapai kebanggaan 

[mediacare] Re: 7 Keajaiban Indonesia Impian!

2007-09-11 Terurut Topik Budi Setiawan
Salam Damai,

Alo Bung Beka.bersua juga kita di cyber.
Tentang Indonesia Impian.monggo ngelongok di
http://keajaibankecil.wordpress.com/ atau gabungan di milis
appreciative community di [EMAIL PROTECTED]

Tentang impian, simpel logikanya
Walt Disney bilang, bila kita bisa bermimpi maka kita bisa
mewujudkannya. Atau nakalnya, kalau kita tidak tahu apa impian kita,
bagaimana kita bisa mewujudkannya?...

Gerakan demokrasi sampai hari ini sebagian besar adalah gerakan
reaksioner. Bereaksi terhadap sesuatu. Semisal, oposisi terhadap
kapitalisme. Nah, kalau kapitalisme tumbang maka tumbang juga gerakan.

Apakah mimpi sendiri2 tanpa titik temu? Nah bagaimana mau ketemu kalau
gak punya mimpi? Kapan sih terakhir kita berbicara mengenai impian
kita tentang indonesia? Satu bulan yang lalu? Setahun? Atau seumur
hidup gak pernah? Terus, gimana bisa ketemu?


Damai di Bumi


Budi Setiawan
http://keajaibankecil.wordpress.com/
http://groups.yahoo.com/group/Appreciativecommunity/
http://appreciativeorganization.wordpress.com/
www.fpsi.unair.ac.id 







--- In mediacare@yahoogroups.com, Beka Ulung Hapsara
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 kawanku Bukik di surabaya
   bisakah kau jelaskan lebih detail tentang program ini?
   apakah ini hanya sekedar membuat orang bermimpi sendiri-sendiri
tanpa ada titik temunya?


   suwun

   
 
 Budi Setiawan [EMAIL PROTECTED] wrote:
7 Keajaiban Indonesia Impian
 
Ditengah krisis kedamaian, NAD menuju kedamaian  
Ditengah krisis pendidikan, (siapa namanya) menjadi juara dunia
olimpiade fisika tahun  
Ditengah krisis pertanian, pak tani Murjiyo (63), petani di
Jetis, Bantul, DIY menciptakan menciptakan 87 resep pembasmi hama dan
penyakit, serta 16 resep pupuk kompos, pupuk cair, dan perangsang tumbuh  
Ditengah krisis teknologi informasi, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo
PhD (35) menciptakan antena satelit setebal 1,6 mm yang tembus pandang.  
Ditengah krisis energi listrik, Desa Bomomani, Distrik Mapia,
Kabupaten Nabire, Papua cukupi energi listrik secara mandiri  
Ditengah krisis birokrasi, Kabupaten Jembrana yang tergolong
miskin membebaskan anak-anaknya dari biaya pendidikan dan
masyarakatnya dari biaya pelayanan kesehatan  
Ditengah krisis kejujuran, Waras (56), warga Siring, Porong
Sidoarjo mengembalikan kelebihan pembayaran uang muka ganti rugi
sebesar Rp. 429 juta ke PT Minarak Lapindo Jaya
 Sekarang,
 Giliran kamu ciptakan keajaibanmu!!!
 
 
 
 Catatan:
 Poster boleh digandakan, dimodifikasi, disebarluaskan kemana
aja.
 Demi Indonesia Impian...
 
 Bagi yang tidak mendapat attachment, bisa akses di 
 http://appreciativeorganization.wordpress.com/
 atau di
 http://keajaibankecil.wordpress.com/
 
 -
   Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!  
 
  
 

 -
 Be a better Globetrotter. Get better travel answers from someone who
knows.
 Yahoo! Answers - Check it out.





[mediacare] Mega Bersedia Maju (Batam Pos)

2007-09-11 Terurut Topik Don Manurung
Indra J. Piliang: Mega-Sutyoso kurang pas
   
  Mega Bersedia Maju 
 Selasa, 11 September 2007 JAKARTA (BP) - Teka-teki 
kesediaan Megawati Soekarnoputri untuk dicalonkan kembali pada Pilpres 2009 
mendatang telah terjawab. Dalam penutupan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) 
PDIP kemarin malam, Megawati secara terbuka menyatakan kesediannya untuk maju 
lagi.   ’’Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, Saya … Saya Megawati 
Soekarnoputri bersedia dicalonkan sebagai presiden dari PDIP,” kata Megawati 
terbata-bata. Mendengar itu, spontan, belasan ribu kader PDIP yang memenuhi 
hall A PRJ Jakarta Utara berteriak histeris mengekspresikan kegembiraannya.
’’Terimakasih. Sampaikan hal ini…,” ujar Mega terputus karena tak kuasa 
melanjutkan kata-katanya. Dia sampai menangis terharu melihat respon luar biasa 
yang muncul dari para kadernya. Tiba-tiba, MC acara memberi aba-aba untuk 
menyanyikan lagu Maju Tak Gentar. ”Kita nyanyikan lagu Maju Tak Gentar,” 
katanya.
  
Lagu ciptaan C Simanjuntak itupun lantas membahana dari segenap penjuru 
ruangan. Para kader Mega menyanyikannya dengan penuh penghayatan dan semangat. 
Suasana haru biru melingkupi seluruh kader PDIP. Banyak di antara mereka yang 
juga tak kuasa menahan air mata. Setelah untaian lagu itu berakhir, Mega 
mencoba untuk kembali mempertegas kesediaannya itu. 
  
Tapi, lagi-lagi dia tak mampu menuntaskan kata-katanya. ’’Sekali lagi, sebagai 
Ketua Umum Partai, saya Megawati Soekarnoputri…,” ujarnya terputus. Mega 
benar-benar tak mampu menahan tetesan air matanya. Suasana ruangan kian riuh 
dengan tepuk tangan, teriakan mega presiden, dan pekik ”merdeka”.
  
Ketika Mega sedang berusaha menenangkan dirinya itu, mendadak Taufik Kiemas 
bangkit dari kursinya dan berjalan pelan ke arah podium. Dengan tenang, dia 
menghampiri Megawati dan mengecup kening sang istri. Mendapat perlakuan itu, 
Mega makin tambah terharu.
  
Ribuan kader PDIP pun tak kuasa menahan perasaannya. Kembali, mereka 
menyanyikan lagu Maju Tak Gentar hingga diulang sebanyak dua kali.
  
’’Terimakasih, saya yakin bahwa keseluruhan dari 16.400 orang ini (kader PDIP 
yang hadir, red) akan memberitahukan keputusan saya sebagai Ketum ataupun dari 
pribadi diri saya untuk disampaikan kepada seluruh warga PDIP dan masyarakat 
Indonesia dimanapun mereka berada,” ujarnya.
  
’’Apakah kalian siap? Apakah kalian akan bekerja keras?” tanya Mega lantang. 
’’Siap, kami siap,” jawab ribuan kader PDIP juga tak kalah lantang. 
Selanjutnya, Mega meminta agar sepulangnya ke daerah masing-masing, para 
peserta Rakernas segera menggelar rapat-rapat untuk menyosialisasikan keputusan 
rakernas.
  
’’Seluruh jajaran struktural, eksekutif, dan legislatif harus mulai bekerja. 
Apa (kekalahan, red) yang menjadi bahan evaluasi jangan sampai terjadi lagi,” 
tegasnya. Sebab, lanjut Mega, seiring dengan pernyataan kesediaanya, para lawan 
politiknya pasti akan segera mengkalkulasi konsekuensi dari keputusan itu.
  
’’Oleh karena itu, kita bertekad merapatkan barisan. Kita pasti bisa jika kita 
bersama rakyat. Kita pasti menang. Merdeka. Merdeka. Merdeka,” pekik Mega. 
Penegasan Megawati itu sekaligus menutup Rakornas PDIP.
  
Sekjen PDIP Pramono Anung kemudian meminta segenap kader PDIP untuk menyanyikan 
berturut-turut lagu Bagimu Negeri dan Sorak-Sorak Bergembira. Keseluruhan acara 
Rakornas lantas diakhiri dengan pembacaan doa yang dibawakan oleh Ketua Umum PP 
Baitul Muslimin Indonesia Hamka Haq. 
  
Pakai Dasi Merah, Sutiyoso Tegaskan Dia PDIP 
 Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) PDIP yang digelar sehari di Gedung PRJ 
Jakarta Utara, kemarin, benar-benar menjadi puncak konsolidasi moncong putih. 
Maklum saja, agenda yang menghadirkan sekitar 16.000 kader PDIP itu melibatkan 
seluruh jajaran struktural partai, mulai DPP (Dewan Pimpinan Pusat) sampai PAC 
(Pimpinan Anak Cabang).
  
Hadir juga 196 Kepala Daerah dan ratusan anggota legislatif dari PDIP. Agenda 
ini merupakan satu rangkaian dengan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDIP 
yang dihelat 8-9 September di tempat yang sama. Hanya bila Rakernas menggunakan 
Hall A, maka Rakornas ini berpindah ke Hall B yang ukurannya lebih besar hampir 
dua kali lipat. Ada delapan layar raksasa yang terpasang di bagian depan.
  
Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso terlihat duduk dalam deretan kursi terdepan untuk 
para undangan bersama para kepala daerah lainnya. Hadir juga, Gubernur DKI 
periode 2007-2012 terpilih, Fauzi Bowo yang sebentar lagi akan memulai masa 
tugasnya menggantikan Sutiyoso. Selain itu, tampak sejumlah petinggi partai, 
seperti Sekjen Partai Golkar Soemarsono, Wakil Ketua FPKS DPR RI 
Zulkiflimansyah dan Sekretaris FPKS Mustafa Kamal.
  
Sutiyoso yang disebut-sebut mulai dijajaki PDIP untuk menjadi cawapres Megawati 
mengatakan kehadirannya tidak berkaitan sama sekali dengan persoalan itu. ”Saya 
ini ’kan kader. Saya jadi Gubernur dicalonkan PDIP. Masa partai punya gawe 
begini, saya nggak datang,” katanya seusai pembukaan 

[mediacare] Megawati Tak Bisa Hanya Andalkan Kharisma (Sinar Harapan)

2007-09-11 Terurut Topik Don Manurung
Megawati Tak Bisa Hanya Andalkan Kharisma  
  

Jakarta – Megawati Soekarnoputri dinilai memiliki kharisma (charisma power) 
ayahnya, mendiang Presiden pertama RI Soekarno.
Namun, kharisma tersebut tidak dapat diandalkan untuk mendulang suara pada 
pemilu 2009, jika tanpa ada konsesi konkret bagi penyelesaian berbagai masalah 
di tingkat bawah. Alasannya, masyarakat Indonesia saat ini cenderung memilih 
pemimpin yang memiliki kekuatan pemikiran (rasional power) dalam menyelesaikan 
masalah kekinian. 
Penilaian tersebut disampaikan sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Paulus 
Wirutomo ketika dihubungi SH, Selasa (11/9), menanggapi soal kesediaan Megawati 
maju sebagai calon presiden (capres) pada pemilu 2009.
“Megawati itu satu fenomena yang terkait dengan keturunan Soekarno. Orang tidak 
bisa mengingkari bahwa pancaran Soekarno adalah satu faktor memilih dia. Ini 
memang bisa dijadikan satu modal. Cuma dalam teorinya charismatic power itu 
tidak bisa diturunkan,” kata Paulus. 
Kekuatan kharisma saat ini mulai disingkirkan oleh masyarakat Indonesia. 
Sebagian besar dari mereka lebih memilih kekuatan rasional dengan dasar 
pertimbangan kemampuan memimpin secara rasional. 
Ini terbukti pada pemilu 2004 lalu. Saat itu, pilihan rakyat jatuh kepada 
pilihan alternatif, yakni Susilo Bambang Yudhoyono ketimbang melanjutkan 
mandatnya ke Megawati. 
Untuk itu, Paulus menyarankan Megawati dan Partai Demokrasi Indonesia 
Perjuangan (PDIP) agar mulai menyodorkan program-program riil untuk memikat 
pemilih di luar partainya. 
Kritikan yang ditunjukkan pada Yudhoyono dan Jusuf Kalla tanpa dibarengi dengan 
program konkret untuk rakyat kelas bawah yang merupakan sebagian besar pemilih 
justru akan merugikan Mega sendiri. 
Selain itu, pemilihan presiden (pilpres) saat ini dilakukan secara langsung. 
Koalisi antarpartai besar belum tentu efektif untuk meraih dukungan, karena 
pemilih lebih melihat calon yang diajukan. 
“Rakyat kita pemaaf. Kalau mau merayu sekarang harus bersifat konkret. Megawati 
perlu hati-hati dalam mengkritik, apalagi kalau oleh pemerintah kritikannya 
tidak ditanggapi. Itu bisa bahaya buat dirinya. Kalau mau kritik jangan 
serangan ke individu. 

Rakyat sangat sensitif dan berpikir SBY dikuyo-kuyo. Jadi lebih baik progam 
yang sifatnya ekonomi,” katanya. 

Masih Pagi
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Mubarok mengatakan pencalonan 
Mega sebagai presiden pada pemilu 2009 dinilai masih terlalu pagi. Keputusan 
tersebut justru akan memunculkan peluang bagi para pihak untuk menunjukkan 
faktor-faktor negatif Mega saat menjadi Presiden pada periode 2001–2004 lalu. 
Meski demikian, Partai Demokrat hingga kini belum membahas masalah pencalonan 
presiden untuk 2009. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat ini lebih 
memfokuskan diri pada penyelesaian berbagai permasalahan bangsa. “SBY tidak 
pernah mau bicara 2009. Beliau hanya mengatakan bahwa kita hanya menjalankan 
tugas hingga 2009. Kalau tidak layak dipilih, jangan dicalonkan lagi,” katanya. 
Ditanya soal kritikan atas kebijakan Yudhoyono–Kalla, dia mengatakan PDIP dan 
Megawati sebaiknya bercermin. Kesulitan yang terjadi saat ini merupakan 
peninggalan dari kekuasaan masa lalu. “Menjual Indosat itu apakah bukan sangat 
menghilangkan martabat bangsa?” ujarnya. 
Persetujuan Mega untuk dicalonkan dalam pilpres tahun 2009 tersebut 
diungkapkannya dalam penutupan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang 
berakhir pukul 20.05 WIB, Senin (10/9). “Dengan mengucapkan 
Bismilahiramanirahim, saya menerima pencalonan diri saya sebagai presiden dari 
PDIP untuk maju dalam pemilihan presiden mendatang,” kata Megawati. Pernyataan 
tersebut langsung disambut dengan tepuk tangan dan sorakan sekitar 16.400 
peserta Rakornas. 
Setelah menyatakan kesediaannya, Megawati meminta kepada seluruh kader PDI 
Perjuangan se-Tanah Air untuk bekerja keras memenangkan pilpres 2009. 
Menurutnya, kemenangan PDIP pada tahun 2009 adalah kemenangan rakyat Indonesia 
dan menjadi tanggung jawab kader PDIP di seluruh Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Sekjen PDIP Pramono Anung mengatakan pasangan Megawati 
apada Pilpres 2009 akan dikaji secepatnya dan rencananya akan dibahas dalam 
Rakernas PDIP III pada Maret 2008. “PDIP tidak akan lagi melakukan kesalahan 
seperti di masa lalu. Kita akan siap berkoalisi dengan siapa pun apakah itu 
parpol atau di luar partai politik,” katanya. (tutut Hertlina)

   
   
-
Be a better Globetrotter. Get better travel answers from someone who knows.
Yahoo! Answers - Check it out.

[mediacare] Berkat versus Berhala

2007-09-11 Terurut Topik Sunny
http://www.indomedia.com/poskup/2007/09/08/edisi08/opini.htm

Berkat versus Berhala

bagi agama-agama Abrahamis

Oleh Dr. Paul Budi Kleden, SVD *



ABRAHAM, Berkat Bagi Segala Bangsa. Itulah tema bulan Nasional Kitab Suci 
Gereja Katolik Indonesia tahun 2007. Dengan ini orang-orang Katolik diajak 
untuk merefleksikan hakikat panggilannya di tengah dunia dewasa ini. Seperti 
Abraham, orang-orang Katolik, baik secara pribadi maupun bersama-sama sebagai 
satu persekutuan, diingatkan akan tujuan kehadirannya untuk menjadi berkat bagi 
masyarakat dan dunia. Orang Katolik tidak boleh menghayati imannya sebagai 
kendaraan untuk selamatnya diri sendiri. Sebaliknya, dia mesti sadar akan 
tugasnya di tengah dunia, menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Namun, apabila 
disadari bahwa Abraham merupakan tokoh kunci ketiga agama monoteis besar 
dunia(Yahudi, Kristen dan Islam), maka tema ini dapat pula merupakan ajakan 
bagi para pemeluk ketiga agama untuk merefleksikan, bagaimana mereka perlu 
memahami dan menghayati keimanannya agar sungguh menjadi berkat bagi 
bangsa-bangsa.

Kalau kita membaca Kitab Suci Perjanjian Lama (Yahudi-Kristen), maka kita 
menjumpai sosok Abraham sebagai seorang peziarah. Dia dipanggil dari kemapanan 
lingkungannya, dihantar keluar dari pandangan tentang Allah yang hidup di 
tengah kaum sebangsanya. Dia menjumpai bangsa-bangsa yang mempunyai tradisi 
keagamaan lain, bertemu dengan kelompok-kelompok orang yang memiliki budaya 
berbeda. Mereka ini bukanlah orang-orang yang tidak beriman dan warga yang 
tidak berbudaya. 

Namun, yang menjadi soal adalah bahwa kecenderungan penyembahan berhala di 
dalam agama-agama yang dijumpai Abraham. Penyembahan berhala, idolatri adalah 
ancaman bagi kehidupan keagamaan dan perdamaian bangsa-bangsa, dan Abraham 
dipanggil untuk menyatakan penolakannya yang tegas. Oleh kecenderungan ini, 
yang sementara dipaksa menjadi yang kekal, dan yang manusiawi didaulat untuk 
mengenakan mantel keilahian. Kerinduan manusia akan yang abadi hendak dipuaskan 
dengan yang fana, dan kebutuhan manusia akan yang tak berubah mau diredamkan 
dengan yang sementara. Tak ada lagi semangat pencarian, jiwa petualang 
dipandang identik dengan antiagama. 

Dengan penyembahan berhala terjadilah absolutisasi pandangan tentang Allah yang 
dianut dalam lingkungan sendiri. Allah yang benar adalah Allah yang dipahami 
dan dirayakan di dalam tradisi sendiri. Semua orang harus menerima pandangan 
yangtunggal ini. Kalau tidak bersedia ditobatkan, orang akan dihancurkan. Maka, 
orang menyatakan perang dan menghancurkan semua pandangan yang berbeda. Karena 
agama merupakan satu pilar identifikasi diri seseorang dan sekelompok 
masyarakat, maka perang dan penghancuran pandangan dan ritus keagamaannya 
adalah sama dengan perang dan penghancuran dirinya sendiri. Tak sedikit orang 
telah dikorbankan dan tak sedikit kebudayaan sudah dipunahkan karena 
absolutisasi ini.

Akibat lanjut dari penyembahan berhala adalah kemandekan dalam status quo. 
Ketika makhluk atau benda tertentu disembah sebagai ilah, maka apa yang 
dititahkannya tak boleh dibantah, dan apa yang diberikan benda itu merupakan 
segalanya. Sikap yang diharapkan adalah penerimaan mutlak. Fatalisme adalah 
sisi lain dari penyembahan berhala. Tak ada kritik, ada alternatif. Tak ada 
ruang untuk berubah dan mengubah diri.

Dalam sejarah, pandangan seperti ini mudah dimanipulasi secara politis dan 
ekonomis. Kepatuhan terhadap figur tertentu dimanfaatkan untuk melegitimasi 
kekuasaan, dan pemberhalaan benda tertentu dapat menjadi sumber keuntungan 
ekonomis yang besar. Kepasrahan absolut pada penguasa tertentu dan 
ketergantungan mutlak pada kepuasaan yang diberikan benda tertentu merupakan 
konsekuensi dari penyembahan berhala.

Bagaimanapun, penyembahan berhala dan fatalisme selalu membelenggu. Orang 
dikurung dalam pandangannya yang sempit, dan mengurung orang lain dalam 
anggapan sebagai musuh yang harus ditalukkan. Ini bukan situasi keimanan yang 
ideal, dan bukan kondisi hidup bersama yang dikehendaki.

Dari tengah situasi seperti ini Abraham dipanggil Abraham menjadi berkat bagi 
bangsa-bangsa dengan menjadi peziarah.Eksodus, keluar dari kemapanan dan 
mencari Allah dalam berbagai perjumpaan dan siatuasi baru, merupakan pengalaman 
Abraham. Bangsa Israel pun mengalami eksodus, keluar belenggu penjajahan Mesir. 
Di Mesir ada pemberhalaan kekuasaan politis Farao. Israel dibebaskan dan 
dihantar keluar dari situasi ini menuju satu kondisi hidup, di mana umat 
menjadi rakyat yang berdaulat dan mengontrol perilaku para rajanya. Yesus pun 
menghalamni eksodus, Dia melewati pertentangan dan konflik hingga penderitaan 
dan kematian sebagai konsekuensi dari sikap tegasnya menolak segala bentuk 
pemberhalaan.

Sebagaimana dikatakan di depan, penyembahan berhala merupakan ancaman yang 
serius bagi agama-agama, dan bahaya yang besar bagi perdamaian antarbangsa. 
Agama-agama mengingkari Allah, apabila menempatkan sesuatu yang lain sebagai 
Allah. Hal 

Terusan: [mediacare] Muridan dan tesis Papua Maluku

2007-09-11 Terurut Topik Front PEPERA
Namanya saja baru tesis! Siapapun boleh menduga-duga, sekalian menggali jauh 
sejarah Papua Barat sesuai kepentingannya, apalagi kaum nasionalis Indonesia 
yang gemar (genit) obar retorika dalam memperkokoh nation yang penuh tipu daya.

Okay, benar adanya, sejarah Papua penuh dengan kepentingan ekonomi politik oleh 
siapapun dan oleh negara-negara yang pernah menginjakan kaki di Papua. Tapi, 
bukankah kekuasaan Indonesia di Papua Barat hingga hari ini adalah juga karena 
dua kepentingan itu? Sayangnya, Indonesia tidak mampu secara mandiri 
mengeksploitasi SDA di Papua atau kasarnya, melakukan penjajahan ekonomi di 
Papua dengan kekuatan nation state.

Muda-mudahan kami bisa memperoleh hasil (sumery) dari Tesis dari Bpk. Muridan, 
kalau boleh.

Salam Pembasan!

EkNas

datuksinaro [EMAIL PROTECTED] wrote: Kepada: mediacare@yahoogroups.com
Dari: datuksinaro [EMAIL PROTECTED]
Tanggal: Tue, 11 Sep 2007 12:08:38 -
Topik: [mediacare] Muridan dan tesis Papua Maluku

   Kolom IBRAHIM ISA
 ---
 Selasa, 11 September 2007.
 
 MURIDAN  DAN TESIS PAPUA-MALUKU
 
 Hari Rabu   -   12 September 2007,  (Kukira)  mestinya  adalah hari 
 yang  p e n t i n g  dalam kehidupan intelektual sahabatku,
 cendekiawan muda Indonesia,  MURIDAN S. WIDJOYO.  Karena besok siang,
  . . . .  untuk praktisnya, sebaiknya dikutip saja di  bawah ini 
 undangan yang dikirimkan  Muridan  kepadaku: (Dalam bahasa Inggris)
 
 Defence Invitation
 
 You are cordially invited to
 the public defence of the PhD thesis
 
 Cross-Cultural Alliance-Making and Local Resistance
 in Maluku during the Revolt of Prince Nuku, c. 1780-1810
 
 by
 
 Muridan Satrio Widjojo
 on Wednesday 12 September 2007, at 15:00 to 16:00,
 at Lokhorstkerk, Pieterskerkstraat 1, 2311 SV Leiden,
 Ph. 071-512 3392.
 
 The reception will be held on the same day at 16:00 to 18:00 at
 Clusius Café, Hortus Botanicus, Rapenburg 73, 2311 GT Leiden,
 Ph. 071-527 7249. 
 
 *   *   *
 
 Jadi, besok itu,  -  antara jam 15.00 dan jam 16.00 Muridan akan
 mempertahankan  tesisnya di Universitas Leiden untuk gelar PhD. 
 Tentu,  semakin banyak cendekiawan Indonesia, dari generasi muda, yang
  menambah  dan meningkatkan pengetahuan mereka di Indonesia maupun di
 luarnegeri,  berarti bertambah pula jumlah cendekiawan bangsa kita. 
 Perkembangan ini membesarkan hati kita sebagai orang Indonesia. 
 Setiap harinya entah berapa banyak cendekiawan Indonesia yang
 menyelesaikan  studinya dengan baik. Suatu perkembangan yang amat
 perlu diperhatikan pemerintah dan memperbesar lagi jumlah anggaran 
 pendidikan negara.  Supaya  negara menkonsekwenkan janji-janji yang
 menyatakan memperhatikan masalah pendidikan bangsa.
 
 Kemajuan suatu bangsa, dalam arti penting tergantung pada  jumlah dan
 kemampuan kaum cerdik pandainya mengabdikan  hasil studi dan
 penelitiannya untuk kepentingan kemajuan dan pertumbuhan  kekuatan
 ekonomi, politik dan budaya bangsa itu.
 
 Berhasilnya Muridan S Widjoyo menyelesaikan  postgraduate study-nya di
 Leiden, seyogianya disambut dengan gembira. Hal tsb juga merupakan
 dorongan bagi mahasiswa-mahasiwa Indonesia yang dalam jumlah besar
 sedang menempuh studinya di  Amsterdam, Leiden, Utrecht, Delft,
 Wageningen, Groningen, Rotterdam dan perguruan tinggi lainnya di Belanda. 
 
 Studi Muridan S Widjoyo memang bagiku agak istimewa. 
 Ini disebabkan oleh tema, ---  oleh masalah yang  diangkat dan
 dijadikan bahan studinya. Yaitu latar belakar sejarah Papua dan
 Maluku. Ini penting sekali. Agar dalam menelaah masalah Papua dan
 Maluku, dan kasus-kasus lainnya, tidak sekadar atas dasar apa yang
 terjadi di masa kini. Yang sering  menjadi ramai dibicarakan
 semata-mata karena kasus simbolik semata, seperti dikirbarkannya
 bendera Papua, dsb.
 
 Diharapkan dalam  meninjau dengan seksama masalah Papua, ditinjau dan
 diteliti pula latar belakang sejarahnya.  Hal ini teramat penting bagi
 politisi yang sering mengedepankan dan mengangkat sesuatu kasus
 daerah,   banyak terdorong oleh kepentingan politik seketika dari
 parpol-parpol yang bersangkutan. Lebih-lebih lagi  dilakukan tanpa 
 mempelajari dengan seksama inti masalahnya. Hal ini lebih-lebih lagi
 perlu diperhatikan bila masalahnya menyangkut kasus daerah, seperti 
 Papua, Maluku , Aceh dan lain-lain.
 
 Yang mendorong  Muridan mengapa ia memilih tema ini,  dijelaskannya
 sbb:   
 
 Konflik-konflik yang ada di antara masyarakat sekarang ini mendorong
 saya untuk melihat bagaimana sebetulnya konfigurasi masyarakat
 Indonesia Timur pada masa lalu.
 
 Seperti yang dinyatakan dalam penjelasan Muridan,  tesisnya menyangkut
 perjuangan lama yang dilakukan oleh kaum pemberontak Maluku dan Papua
 melawan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) dalam periode antara
 kira-kira 1780 - 1810, yang berlangsung di bawah pimpinan Pangeran
 Nuku dari Tidore.  Dengan bantuan orang-orang Inggris kekuatan
 perjuangan  Maluku dan Papua Nuku berhasil merebut kembali kesultanan
 Bacan dan 

[mediacare] Fw: Palu Arit di Ijazah Inzjenier Subagyo

2007-09-11 Terurut Topik BDG KUSUMO

- Original Message - 
From: B.DORPI P. 
To: !B.DORPI P. 
Sent: Tuesday, September 11, 2007 2:28 AM
Subject: Re.: Palu Arit di Ijazah Inzjenier Subagyo


Yuli Ahmada [EMAIL PROTECTED] com 

10 Sept 07

Posted to Kobar-kobari at 9/10/2007 09:45:00 PM

Palu Arit di Ijazah Inzjenier Subagyo


Para mahasiswa lulusan universitas di Moskow periode 1960-an jadi incaran 
setelah pagebluk politik 30 September 1965. Jika tak dibunuh, mereka dikurung 
tanpa peradilan. Tapi ada orang Surabaya yang lolos dari kedua-duanya. Namanya 
Subagyo, titelnya inzjenier-agronom alias insinyur pertanian. Pada 1 September 
lalu, dia berusia tepat 69 tahun. Semua rambutnya memutih tapi berbicara 
layaknya pemuda. Suka humor, terutama ketika menertawakan nasibnya sendiri. 
Sekarang ya kere begini, kata Subagyo kepada Surya di rumahnya, Jl 
Gayungsari, Jumat (7/9). Keberangkatan Subagyo ke Uni Soviet bermula dari 
pameran pendidikan di Jogjakarta, 1959.

Saat itu dia mahasiswa semester empat jurusan Kedokteran Hewan di UGM. Ayahnya, 
Kusno, kuat membayari kuliahnya karena bekerja sebagai klerk alias juru tulis 
kantor notaris keturunan Belanda di Surabaya. Subagyo adalah anak keenam dari 
11 bersaudara. Ia terbiasa hidup susah sehingga ingin mengubah nasib. Tapi 
kuliahnya di UGM tak lancar. Dosen-dosennya hasil pendidikan zaman Belanda, 
standarnya susah banget, ujarnya.

Itu sebabnya, dia nekat mendaftar jurusan ilmu pertanian di Universitas 
Persahabatan Bangsa-bangsa 'Patrice Lumumba'  atau Universitet Drushba Narodov 
di Moskow. Lamarannya saya tulis pakai bahasa Indonesia. Setelah diterima, 
saya langsung ke Kedubes Uni Soviet di Jakarta, pamit bapak di Surabaya cuma 
lewat telepon, katanya.

Sesampai di Jakarta, ternyata dia harus mengurus paspor dulu ke Surabaya. 
Jadilah dia pamit bapaknya. Tak lama kemudian, Subagyo terbang ke Moskow via 
India menumpang Super Constalation milik Air India. Dari India ke Moskow 
dengan pesawat TU 104. Itu aslinya pesawat tempur tapi dimodifikasi untuk bawa 
penumpang, kenangnya.

Moskow di bulan Desember 1959 itu sedang musim dingin, sementara Subagyo hanya 
berbekal beberapa potong baju ala Indonesia. Lain sekali dengan persiapan enam 
kawan sepesawatnya, antara lain, Tumbu Tri Iswari Astiani, istri bekas Kabulog 
Rahardi Ramelan. Setamat kuliah, Subagyo pulang menjelang 30 September 1965. 
Aku disubyo-subyo (dielu-elukan) , dikenalkan ke orang-orang penting di kantor 
PNI dan PKI, kenangnya.

Tapi sampai kini, dia tidak tercatat sebagai anggota partai itu. Sepulang 
kuliah itu, Subagyo masih bisa pilih-pilih pekerjaan yang sekiranya enak meski 
sudah pasti jadi pegawai negeri karena ada ikatan dinas.

Tapi akhirnya dia memilih jadi dosen di Universitas Udayana, Bali yang baru 
didirikan. Situasi sudah panas saat itu. Unjukrasa menghujat PKI marak juga di 
Bali. Kabar pembunuhan mulai terdengar. Sadar dirinya gampang dikait-kaitkan 
dengan partai itu, Subagyo pun menyingkir ke Banyuwangi. Nggak takut gimana, 
ijazah saya ada gambar palu-aritnya.
Bisa-bisa saya dianggap anggota PKI, ujarnya.

Selama di Banyuwangi, dia bekerja di kebun kopi milik pensiunan tentara dan 
orang Tionghoa. Mereka tahu saya lulusan Moskow tapi yang penting, kan, nggak 
lapor ke Koramil, ujarnya. Menurut dia, zaman itu tidak ada razia di bus-bus 
sehingga dirinya sesekali bisa tetap mengajar di Denpasar. Yang gawat itu 
kalau ada Operasi Kalong atau drop-dropan (pengerahan milisi oleh tentara), 
kenangnya.

Demi bertahan hidup, Subagyo tak pernah menunjukkan ijazah aslinya dari Moskow, 
termasuk kepada mertuanya. Ijazah saya ini dulu dibuntel (dibungkus rapat) 
sama istri saya, katanya. Untuk keperluan melamar kerja, dia cukup menunjukkan 
surat keterangan lulus dari Moskow yang dikeluarkan Departemen Perguruan Tinggi 
dan Ilmu Pengetahuan, 12 Agustus 1965. Subagyo juga punya surat keterangan 
berkelakuan baik dan tidak terlibat perkumpulan/ partai terlarang.

Surat itu dikeluarkan Komando Ressort Kepolisian VII, Pasar Minggu, Djakarta 
tanggal 27 April 1967. Saya bisa dapat itu karena di kota. Jadi, tidak ada 
verifikasi seperti kalau di desa, ujarnya. Perasaan was-was Subagyo muncul 
lagi ketika menerima surat dari Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan 
Tinggi, Kartini Abubakar, 30 Juli 1977.

Surat itu mengabarkan, proses penilaian ijazahnya sudah selesai dan bisa 
diambil sendiri (digarisbawahi) di Jakarta. Wah, ini kalau diambil kan sama 
dengan kutuk marani sunduk. Saya nggak mau, katanya.

Semua temannya yang dia temui belum lama ini ternyata juga tak ada yang 
menggubris surat itu. Sesudah masa itu, Subagyo bersiasat terus agar lolos dari 
incaran aparat. Indoktrinasi yang lazim disebut Penataran P4 pun dia ikuti. 
Saya dulu sampai hafal butir-butir Pancasila itu, tapi sekarang nggak ada yang 
berbekas itu, ujarnya. Lain dengan penguasaan bahasa Rusia-nya yang masih 
awet. Tapi jujur saja, sampai sekarang perasaan khawatir itu belum hilang sama 
sekali, akunya. 

yuli ahmada


[mediacare] Jalan-Jalan ke Negeri Mullah

2007-09-11 Terurut Topik ali reza
Salam..
   
  Apakah anda masih penasaran dengan Negeri Persia ini? Lihatlah langsung 
negeri ini, anda baru bisa berkomentar tentang negeri ini. Salah satu situs 
ziarah yang layak dikunjungi di Negeri Persia ini adalah kota Mashad.
   
  Mashad adalah kota ziarah paling terkenal di Iran. Kota ini terletak di timur 
laut Iran. Kata mashad  berarti tempat syahadah karena di kota inilah salah 
seorang cucu Rasulullah SAW bernama Ali bin Musa Ar-Ridho gugur syahid. Mashad 
saat ini menjadi salah satu kota tujuan utama kunjungan para peziarah dan 
wisatawan, dalam dan luar negeri, karena keberadaan makam Imam Ali Ar-Ridho 
tersebut. Mashad menjadi kota tumpuan para peziarah yang ingin memanjatkan doa 
dan harapan kepada Allah, melalui salah seorang hamba-Nya yang saleh, Imam Ali 
bin Musa Ar-Ridho.
   
  Untuk mendapat keterangan lebih lanjut, anda bisa lihat situs kami, 
www.persia-tour.com. Jika anda tertarik untuk berziarah dan berwisata ke Iran, 
kami akan akan memberikan pelayanan dan harga yang bagus. Untuk itu, anda bisa 
hubungi kami melalui email, [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
   
  Jadikan tempat ziarah Negeri Persia ini sebagai alternatif ziarah plus umrah 
di bulan Ramadhan.
   
  Alireza ALatas, Teheran

   
-
Luggage? GPS? Comic books? 
Check out fitting  gifts for grads at Yahoo! Search.

[mediacare] Kumpulan berita tentang gugatan Suharto lawan Time

2007-09-11 Terurut Topik Umar Said
Kumpulan berita tentang  gugatan

Suharto lawan  majalah Time





Berita tentang dimenangkannya gugatan Suharto terhadap majalah Time dengan
putusan oleh Makamah Agung bahwa majalah tersebut harus membayar 1 triliun
Rupiah (artinya 1000 miliar Rupiah) karena dituduh merugikan nama baik
Suharto agaknya akan berbuntut panjang sekali dan juga akan menimbulkan
banyak sekali reaksi, baik di Indonesia maupun di luarnegeri. Seperti kita
ketahui, majalah Time dalam penerbitannya tanggal 24 Mei 1999 telah
menyiarkan laporan panjang dan rinci tentang besarnya korupsi Suharto
beserta keluarganya, dan tentang jumlah kekayaan Suharto yang diduga dari
hasil penyalahgunaan kekuasaan selama ia menjadi presiden.



Mengingat pentingnya arti putusan Mahkamah Agung ini dan juga arti
pentingnya masalah parahnya korupsi yang dilakukan Suharto bagi kehidupan
politik dan moral bangsa, maka website http://perso.club-internet.fr/kontak)
telah membuka rubrik khusus yang berjudul “Kumpulan berita tentang gugatan
Suharto lawan majalah Time”.  Dalam kumpulan ini disajikan berbagai berita
dan pandangan atau pendapat, dengan maksud untuk dipakai sebagai bantuan
bagi banyak orang untuk selalu bisa mengikuti masalah penting ini.



Di samping itu, suatu tulisan yang berusaha mencoba menelaah  -- dari
berbagai segi --  apa arti keputusan Mahkamah Agung yang memenangkan gugatan
Suharto lawan majalah Time sekarang sedang dipersiapkan dan akan diedarkan
dalam beberapa hari yang akan datang.



A. Umar Said





























No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.5.485 / Virus Database: 269.13.14/999 - Release Date: 10/09/2007
17:43


[mediacare] Fwd: Reminder: Kuliah Umum Mantan PM Timor Leste ttg Alternatif thd Neoliberalisme, UI - 12 Sept.2007

2007-09-11 Terurut Topik garda sembiring
mohon maaf atas cross-posting.

gs.



 Undangan

Kuliah Umum  


Pembicara: 
Mari Alkatiri (mantan Perdana Menteri Republik Demokratik Timor Leste 
/República Democrática de Timor-Leste)

Topik: 
Membangun Alternatif terhadap Globalisasi Neoliberal

Hari/Tanggal: 
Rabu, 12 September 2007

Pukul: 
10.00 WIB - selesai

Tempat: 
 Gedung C lantai 2, FISIP Universitas Indonesia, Depok 

Penyelenggara: 
Dept. Hubungan Internasional, FISIP Universitas Indonesia



==


Public Lecture: Developing an Alternative for Neoliberal Globalisation by Mari 
Alkatiri 

Public Lecture

Speaker:
Mari Alkatiri (former Prime Minister of República Democrática de Timor-Leste/ 
Democratic Republic of Timor-Leste)

Topic:
Developing an Alternative for Neoliberal Globalisation 

Day:
Wednesday, 12 September 2007

Hour:
10.00 Western Standard Time (WIB)

Venue:
Building C, 2nd Floor, FISIP Universitas Indonesia, Depok

Organiser:
Dept. of International Relations, FISIP Universitas Indonesia 













-- 
PEC - People's Empowerment Consortium
Jl.Salemba I/No. 20 JKT 10430 
INDONESIA 
Tel.(+6221)30072278, Fax (+6221) 3914717
Email:  [EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED]
http://pecsecretariat.multiply.com/

Account No.: 0060004542910
 SWIFT: BEIIIDJA006
Bank Mandiri Cabang Jatinegara Timur
Bearer of Account: People's Empowerment Consortium 


garda sembiring
e-mail: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]

   Inbox cluttering up with junk? Clean up with Yahoo! Mail.

[mediacare] Petisi Online BISA NONTON EPL GRATIS

2007-09-11 Terurut Topik socio.pathos
Ini dia benang kusut EPL di negeri loh jinawi ini... bisa isi petisi
online untuk dibawa ke Pak M Nuh (mudah-mudahan dengar jeritan rakyat
kecil macam kita)... bisa juga baca dulu berita di Bisnis Indonesia,
Selasa, 11/9/7:

PETISI ONLINE
http://www.petitiononline.com/mod_perl/signed.cgi?pl01


BERITA TERGRES
Selasa, 11/09/2007 11:08 WIB
Murdoch  cerita di balik kisruhnya siaran EPL
oleh : Sylviana Pravita R.K.N.


No EPL in my living room. Begitu berangnya Bram terhadap sesuatu yang
diyakininya adalah buah dari persaingan bisnis itu sampai-sampai di
blog-nya dia menyebut serapah d**n.

Yang lainnya, ada surat pembaca yang menyebut: Dengan Rp200.000 saya
sudah mendapatkan keamanan dan kenyamanan hiburan televisi yang saya
harapkan, terlebih dengan ditayangkannya EPL di Astro.

Yup, banyak suara dengan banyak nada pula soal si kulit bundar yang
dimainkan dengan manuver-manuver cantik oleh para pria yang masuk
dalam liga utama Inggris a.l. Liverpool, Arsenal, Chelsea, dan
Manchester City itu.

Dalam sebuah wawancara televisi, Ketua PSSI Nurdin Halid menyebut
tontonan itu mampu menyedot perhatian dari sedikitnya 40 juta pasang mata.

Adalah Amelia Hezkasari Day, mantan anggota Komisi Penyiaran
Indonesia, yang selama dua pekan terakhir bersama timnya a.l.
konsultan bisnis Media Mary Osmond, mengulik, cari tahu soal itu.

Dua pekan terakhir mereka berkutat dan kemarin mereka sampai pada satu
kesimpulan: Rupert Murdoch ada di balik hilangnya EPL di layar kaca
stasiun televisi free-to-air.

Dia bilang sesuai laporan penelitian itu, semua hal yang akhirnya
berujung pada sesuatu yang disebutnya konspirasi kapitalisme media
global di Indonesia itu, dimulai alurnya melalui dua buah peristiwa.

Pertama, saat ada keputusan ESPN Star Sports (ESS) mewajibkan semua
televisi berbayar di Indonesia, jika tetap mau mengambil program
mereka, harus melalui Direct Vision yang ada di Indonesia (Astro
Nusantara) yang juga dimiliki oleh Astro Malaysia.

Kasus ini lantas diselesaikan oleh Menkominfo saat itu Sofyan A.
Djalil, dengan ancaman akan melarang program ESS masuk ke Indonesia,
jika tetap dengan keputusannya dan akhirnya ESS menarik keputusannya itu.

Kedua, saat ESS melakukan tender untuk EPL di kawasan Asia akhirnya
ditunjuk untuk kawasan regional Malaysia, Indonesia, dan Brunei
Darussalam 'dimenangkan' oleh Astro All Asia Network yang berkedudukan
di Malaysia dan memasukkannya ke Indonesia secara langsung ke Direct
Vision.

Maka, bila dilihat pada alur itu, kekisruhan terjadi oleh tiga pelaku,
yaitu ESS, Astro All Asia Network, dan Direct Vision yang dimiliki
Astro Malaysia.

Dari situ, penelitian itu lantas menarik garis pada siapa pemenang
tender EPL di dunia, yaitu BskyB dan Setanta, serta siapa pemiliknya
di belakang.

Amelia menuturkan penelitian itu mengungkapkan pertandingan antarklub
yang tergabung dalam EPL punya angka hak siar itu yang tak tinggal
diam. Naik terus.

Pada 1992, transaksi hak siar EPL dari luar Inggris dan negara-negara
Commonwealth (foreign rights) hanya sekitar œ305 juta. Pada 1996, hak
siar dunia mencapai œ670 juta. Dan, target musim tanding 2007-2008
telah dipatok œ1,3 miliar!

Sejak 1992, hak siar EPL itu diberikan secara eksklusif kepada lembaga
penyiaran berlangganan yang berkedudukan di Inggris BSkyB untuk
penayangan seluruh Inggris Raya.

BskyB sendiri adalah perusahaan yang dimiliki oleh News Corporation
(NewsCorp) dengan Rupert Murdoch sebagai penjaga gawangnya. Lantas,
BskyB dan NewsCorp bersama Disney memiliki ESS yang main di penyediaan
konten olah raga di kawasan Asia. Itu soal Rupert Murdoch.

Lalu apa hubungannya dengan Astro? Soal yang satu ini penelitian
Amelia menyebutkan sebuah nama: David Butorac. Butorac pernah bekerja
selama 14 tahun di BskyB, di situ dia menjabat sebagai Head of
Operations dan Station Manager.

Butorac lantas pindah bekerja empat tahun di Astro All Asia Network
dan menjabat menjadi Chief Operating Officer. Dan, pada 14 November
2006 hingga hari ini, dia bergabung dengan Star TV.

Data dalam penelitian saya dan kawan-kawan itu akhirnya berujung pada
konspirasi kapitalis media global di Indonesia yang mulai
'mengubek-ubek' industri televisi di Indonesia. Semua permainan ini
ada di tangan Newscorp, Rupert Murdoch, kata Amelia pedas.

Pemerintah dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) pun diminta tidak
terjebak atau ikut dalam konspirasi media global itu. ANTV dan Lativi
ditunjuk Amelia sebagai dua televisi swasta nasional yang lekat di
benak dan kocek Murdoch.

Persaingan tak sehat

Selain Amelia cs, tiga penyelenggara televisi berlangganan di
Indonesia juga menunjuk penayangan EPL disinyalir kuat menciptakan
persaingan usaha tidak sehat lewat pernyataan tertulis bersama.

Pernyataan tertulis bersama itu diteken oleh Wakil Dirut PT MNC Sky
Vision Tbk (Indovision) Handhi S. Kentjono, Dirut PT Indonusa
Telemedia (Telkom Vision) Rahadi Arsyad, dan Corporate Secretary PT
Indosat M2 Vision Andri Aslan.

Mereka mensinyalir terdapat upaya berkesinambungan dari 

[mediacare] Asians find common ground in Buddha

2007-09-11 Terurut Topik Sunny
http://www.atimes.com/atimes/South_Asia/II12Df02.html

Sep 12, 2007 

Asians find common ground in Buddha
By Raja M 

MUMBAI - A major Indian-Sri Lankan film on Gotama the Buddha [1] was announced 
at the picturesque seaside hotel Taj Lands End in Mumbai on August 27. 

To be made by well-known Indian director Shyam Benegal, the film is to be shot 
on a massive 400-hectare set outside Colombo. Mumbai-based Beyond Dreams 
Entertainment and the Light of Asia Foundation of Sri Lanka are producing the 
film. 

This joint film, in the 2,550th anniversary year of the passing away of the 
Buddha, is another indicator of how strife-torn Asian countries are 
increasingly finding common ground in his heritage. 

Taiwan, Thailand, South Korea and Japan lead in funding and supporting major 
projects in India related to the Buddha's teaching, the most significant being 
the historic Global Vipassana Pagoda close to completion in Mumbai (see India 
rediscovers its Buddha roots, Asia Times Online, February 24). 

A respectful repository for the bone relics of the Buddha, the Global Pagoda - 
the world's largest meditation hall encompassed in the biggest dome stone 
monument ever built without supporting pillars - is evolving as one of the most 
inspiring tourist attractions in Asia. 

With members of Thailand's royal family, Chinese entrepreneurs, Thai artists 
and members of the Myanmar junta coming to Vipassana meditation centers such as 
Dhamma Giri near Mumbai (it receives more than 3,000 applications for its two 
10-day residential courses each month), the Buddha's teaching for inner change 
could be a significant aspect of the 21st century being Asia's century, or 
India's century. Obviously, the world can't change for the better if the 
individual doesn't. 

Proof of increasing acceptance of the Buddha's universal teaching is the 
word-of-mouth popularity of courses taught by Satya Narayan Goenkaji now being 
practiced in more than 100 countries. Vipassana, the practical quintessence of 
the Buddha's teaching, is being accepted by educational institutes such as the 
elite Indian Institute of Technology, major corporate houses, India's nuclear 
research facilities, and maximum-security prisons such as New Delhi's Tihar 
Jail and Donaldson Prison in Bessemer, Alabama. 

The attitudinal change toward the Buddha is emerging primarily through two 
extraordinary Asians: Burmese-born, now Mumbai-based retired Indian 
industrialist S N Goenkaji and his late teacher Sayagyi U Ba Khin, the first 
accountant general of independent Burma (now Myanmar). 

U Ba Khin (1899-1971) was the visionary who enabled more people outside Burma 
to practice the Buddha's practical mind technology. He also used Vipassana in 
enhancing public administration, such as removing corruption in various 
governmental departments given to his charge by prime minister U Nu, by 
conducting Vipassana courses in his office. 

Goenkaji, 82, honored last May by the president and prime minister of Sri Lanka 
in Colombo as a great ambassador of the Buddha's teachings, furthered his 
teacher's mission by not just returning Vipassana to India, the country of its 
origin, but also by tirelessly working with monks and scholars in Asian 
countries to remove myths and misconceptions about the Buddha - most ridiculous 
of which is that the Buddha was a reincarnation of a Hindu god and that his 
teachings are pessimistic. 

This is a historic moment for South Asian cinema, Beyond Dreams Entertainment 
Ltd chief executive officer Yash Patnaik told the media conference to launch 
the film. We are about to tell the story of a man - Gotama Buddha - who was 
born in the Indian subcontinent and redefined the way the world thinks. 
Buddha's philosophy is more contemporary today than ever before. 

Patnaik is right about the relevance of the Buddha's teaching but is inaccurate 
in calling it a philosophy. The Buddha's practical and experience-based 
teaching is being seen as not an intellectual debating game for philosophers 
and bearded sages, but as a pragmatic, realistic path to benefits here and now 
- as outlined by research papers being published by practicing psychiatrists, 
physicians and technology pundits - with the aim of the practice being to 
liberate oneself from being slave to one's own mind, vanquish the dangerous 
inner demons of impurity within, and develop wisdom to live a wholesome life 
full of compassion to oneself and others. 

The changed outlook toward the Buddha's teaching can be ranked as one of the 
most important paradigm shifts in human thought in past five decades, with the 
meaning of spirituality itself now gradually transformed from being dismissed 
as vague, unrealistic, religious ideals to being seen as a rigorous, mental 
workout very much needed in corporate boardrooms, newsrooms to classrooms, to 
cope with the ever-changing realities in one's world. 

Vipassana, for instance, involves summoning courage to cross many deep mental 
and 

[mediacare] Indonesia Perlu Belajar dari India dalam Sediakan Buku Literatur Murah

2007-09-11 Terurut Topik Sunny

http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=306605kat_id=248

Selasa, 11 September 2007  20:20:00


Indonesia Perlu Belajar dari India dalam Sediakan Buku Literatur Murah


Brisbane-RoL--  Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di KBRI Canberra, Dr.R.Agus 
Sartono, MBA, menyampaikan kepuasannya atas selesainya penyelenggaraan 
Konferensi Internasional Pelajar Indonesia (KIPI) 2007 di Sydney, pekan lalu, 
yang antara lain merekomendasikan perlunya ketersediaan buku-buku bacaan dan 
literatur internasional terbaru dengan harga murah di Tanah Air.

Kepada antara yang menghubunginya dari Brisbane, Selasa, Agus mengatakan, 
rekomendasi KIPI yang diikuti sekitar 220 utusan Persatuan Pelajar Indonesia 
(PPI) dari Belanda, India, Italia, Jepang, Malaysia, Mesir, Australia itu akan 
sangat mendukung upaya meningkatkan minat baca anak-anak dan pelajar di Tanah 
Air.

Dalam hal ini, India adalah salah satu contoh negara yang berhasil dalam 
penyediaan buku-buku dan literatur berharga murah ini. Melalui publisher 
(penerbit) internasional yang bekerja sama dengannya, India mencetak buku-buku 
referensi asing di dalam negeri dengan harga yang murah. Hal ini tentu sangat 
mendukung upaya meningkatkan minat baca anak anak dan pelajar, katanya.

Agus mengatakan, dari KIPI 2007 yang berlangsung di kampus Universitas New 
South Wales (UNSW) pada 8-9 September itu, terungkap pula pandangan bahwa 
Indonesia bisa belajar dari pengalaman India dalam memanfaatkan brain drain 
untuk memajukan negaranya. Sebagian peserta konferensi bertema Membangun Daya 
Saing Bangsa:  Menetap di Luar Negeri atau Kembali ke Tanah Air itu justru 
melihat Indonesia bisa belajar dari India yang memiliki lebih dari 200 
assosiasi di luar negeri, katanya.

India bahkan memanfaatkan potensi warga India di luar negeri. Oleh karena itu 
Indonesia harus memanfaatkan jejaring pelajar Indonesia di luar negeri dan 
tidak perlu ada dikotomi antara tinggal di luar negeri dengan nasionalisme, 
katanya. Terkait dengan masalah ini, para peserta KIPI juga melontarkan 
pemikiran tentang perlunya mengotimalkan peran dan jejaring pelajar Indonesia 
di luar negeri. 

Mereka juga merekomendasikan perlunya memberikan insentif berupa pembebasan 
biaya fiskal kepada para pelajar Indonesia yang belajar di luar negeri, dan 
menghidupkan kembali pinjaman siswa (student loan) mengingat semakin mahalnya 
biaya pendidikan sehingga tidak semua putra bangsa yang cerdas mampu 
melanjutkan studinya.  Peserta KIPI 2007 juga merekomendasikan agar pilihan 
pelajar untuk tetap bekerja di luar negeri tidak disikapi secara negatif atau 
pun ancaman terjadinya brain drain, katanya. Pertanyaan yang menggelitik 
sempat terlontar. 

Jika mampu mengekspor tenaga terdidik lebih banyak mengapa tidak dilakukan? 
Karena selain mendatangkan devisa, (pengiriman lebih banyak tenaga kerja 
terdidik itu) juga dapat menghilangkan 'stereotyping negative' (anggapan 
negatif) tenaga kerja Indonesia akibat massifnya pengiriman tenaga kerja 
Indonesia (TKI). Rekomendasi yang penting lainnya adalah Pemerintah diminta 
tidak lagi memberikan apresiasi yang lebih tinggi kepada ekspatriat (pekerja 
asing) dibanding dengan tenaga kerja dan ahli domestik meskipun kemampuannya 
sama, katanya.

Agus selanjutnya mengatakan, masalah strategis lain yang perlu mendapat 
perhatian adalah soal perlunya penyederhanaan proses penyetaraan ijazah lulusan 
luar negeri karena selama ini, alumni luar negeri sering mengalami kesulitan 
dalam mendapatkan penyetaraan gelar akademik yang diperoleh.  Mengapa proses 
penyetaraan ijazah ini tidak diserahkan saja kepada Atase Pendidikan dan 
Kebudayaan RI di masing-masing negara? tanya Agus.

Para peserta KIPI 2007 juga mengusulkan perlunya urusan perguruan tinggi 
dilakukan oleh departemen tersendiri dan urusan pendidikan dasar serta menengah 
dikelola tersendiri.  Dengan demikian pengelolaan pendidikan akan lebih 
terfokus, katanya. Ketersediaan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari 
APBN, serta pendanaan untuk kegiatan riset juga merupakan rekomendasi penting 
lainnya yang dihasilkan dari KIPI 2007, katanya.

Mengenai arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menerima para peserta 
KIPI 2007 di Hotel Four Seasons Sydney tempatnya menginap selama mengikuti 
pertemuan puncak Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), Agus mengatakan, 
arahan Kepala Negara tentang nasionalisme tidak harus diartikan secara sempit 
patut diperhatikan. 

Nasionalisme tidak bisa diukur dengan keberadaan seseorang. Artinya pilihan 
untuk kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya atau tetap bekerja di 
luar negeri dalam kaitannya membangun daya saing bangsa tidak perlu 
diperdebatkan apalagi dikaitkan dengan wacana nasionalisme, katanya.

Dalam acara pertemuan para peserta KIPI 2007 dengan Kepala Negara yang 
berlangsung di Ballroom Hotel Four Season itu, hadir antara lain Menlu Nur 
Hassan Wirajuda, Mensesneg Hatta Radjasa, Menpora Dr. Adhiyaksa Dault, Menteri 
KLH, Ir. Rachmat 

[mediacare] MUI Madiun Keluarkan Fatwa Larangan Sebarkan Ajaran dari Langit

2007-09-11 Terurut Topik Sunny
REFLEKSI : Megawati  sambil menyanyikan lagu Maju Tak Gentar menunggu pangsit 
dan wangsit  guna mencalonkan diri menjadi Presiden NKRI. Sekalipun Megawati 
satu-satunya wanita [ibu rumahtangga]  calon caper, agaknya ada orang yang 
lebih hebat  bernama Rusmiyati telah ditunjuk oleh langit sebagai Ratu Adil, 
juru selamat, dan panglima perang wanita melawan tipu daya iblis. Banyak 
komentar menyatakan bila Rusmiyati mencalonkan diri sebagai presiden NKRI pasti 
akan menang, karena ditunjuk oleh langit. Apa komentar Anda sebagai pembaca dan 
pemilih dalam pemilu.

http://www.republika.co.id/online_detail.asp?id=306609kat_id=23

Selasa, 11 September 2007  21:24:00

MUI Madiun Keluarkan Fatwa Larangan Sebarkan Ajaran dari Langit

Madiun-RoL--  Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Madiun, Jawa Timur akhirnya 
memutuskan atau mengeluarkan fatwa melarang ajaran dari langit (bersumber dari 
mimpi) yang disampaikan oleh Rusmiyati (51) warga Jalan dr. Cipto Nomor 3, 
Kelurahan/ Kecamatan Kartoharjo, Madiun, yang selama ini mengaku telah ditunjuk 
sebagai Ratu Adil, Selasa.

Ketua MUI Kota Madiun, Sutoyo, mengatakan pengambilan keputusan tersebut 
setelah Rusmiyati memenuhi pemanggilan kedua MUI Kota Madiun untuk berdialog. 
Kami mengajak berdialog bu Rusmiyati untuk membahas dan mengkaji satu persatu 
tujuh naskah ajaran dari langit yang ia susun di hadapan para pengurus MUI Kota 
Madiun, katanya.

Menurut dia, dalam dialog tersebut Rusmiyati diminta menjelaskan dan 
menerangkan ajaran-ajaran dari langit yang ia peroleh melalui petunjuk dari 
mimpi-mimpinya itu. Semula dalam dialog tersebut, lanjut dia, Rusmiyati dan 
pengurus MUI Kota Madiun sempat bersitegang. 

Pasalnya, Rusmiyati tetap bersikukuh pada keyakinan dan pendiriannya bahwa 
dirinya telah ditunjuk untuk menyampaikan ajaran dari langit pada seluruh umat 
manusia di dunia, sedangkan pengurus MUI Kota Madiun mengkaji ajaran yang 
disampaikan itu dari kaca mata Al Qur'an dan hadits. Setelah berdialog dan 
mengupas satu per satu isi tujuh naskah ajaran dari langit akhirnya pengurus 
MUI Kota Madiun mengeluarkan tiga keputusan/fatwa yaitu pertama, menghimbau 
kepada Rusmiyati yang mengaku sebagai Ratu Adil agar kembali ke Al Qur'an dan 
hadis. 

Kedua, menghimbau kepada Rusmiyati untuk belajar dan memperdalam ilmu agama dan 
menyarankan mendapat bimbingan alim ulama dari NU, Muhammadiyah, atau 
organisasi Islam lainnya.  Terakhir menghimbau agar ajaran dari langit tidak 
disebarluaskan kepada khalayak umum dan cukup untuk dirinya sendiri sebagai 
pengalaman spiritual, katanya.

Pengalaman pribadi atau spiritual tersebut diperoleh dari mimpi-mimpi yang 
kemudian dituangkan dalam naskah yang diberi judul 'Falsafah Pancasila Obor 
Perdamaian Dunia' sulit untuk pahami.  Oleh karena itu, kata Suyoto, sebaiknya 
mimpi-mimpi tersebut dipakai sendiri, jangan sampai disebarluaskan untuk umat 
karena bisa meresahkan masyarakat lainnya.

Sebetulnya berdakwah itu diperbolehkan, tapi harus sesuai dengan Al Qur'an dan 
hadits, jika melenceng dan menyimpang justru akan membuat bingung umat, 
katanya. Menanggapi hal itu, Rusmiyati masih bersikukuh bahwa petunjuk yang 
turun kepada dirinya benar dan harus disampaikan kepada umat. 

Saya belum mendapat jawaban yang melegakan hati saya, kata Rusmiyati yang 
mengaku telah ditunjuk sebagai Ratu Adil, juru selamat, dan panglima perang 
wanita melawan tipu daya iblis. Kendati demikian, Rusmiyati mengaku akan 
menuruti himbauan MUI Kota Madiun untuk mencoba belajar, memperdalam dan 
memahami lagi Al Qur'an dan hadits. 

Adapun Falsafah Pancasila obor perdamaian dunia tersebut dijabarkan dalam enam 
jilid yaitu Falsafah Pancasila buat perdamaian dunia, landasan dasar mencegah 
kekerasan, mengatasi korupsi, menangani generasi muda yang kurang beruntung, 
mengatasi zina dan sumber hukum undang-undang anti pornografi. antara/mim

[mediacare] Kado Pahit bagi Pers

2007-09-11 Terurut Topik nano
nano Biak_Papua

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0709/12/Politikhukum/3832412.htm

Kado Pahit bagi Pers 


Time Pertanyakan Putusan MA

Jakarta, Kompas - Putusan Mahkamah Agung yang menghukum majalah Time edisi Asia 
untuk membayar ganti rugi Rp 1 triliun kepada mantan Presiden Soeharto 
menimbulkan banyak pertanyaan. Putusan MA ini, selain mengancam kebebasan pers, 
juga menyinggung rasa keadilan masyarakat. 

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan amat prihatin dengan putusan kasasi MA. 
Putusan itu bisa menjadi lonceng kematian bagi pers di Indonesia, ucap Ketua 
F-PPP di DPR Lukman Hakim Saifuddin, Selasa (11/9). 

Lukman juga heran, Mahkamah Agung (MA) membutuhkan waktu sedemikian lama, lebih 
dari enam tahun, untuk memutuskan kasasi. Perkara di bidang pers ini pun 
ditangani Ketua Muda MA Bidang Pengadilan Militer. Penunjukan Mayjen (Purn) 
German Hoediarto ini juga dipertanyakan kuasa hukum majalah Time, Todung Mulya 
Lubis. 

Putusan MA itu harus ditinjau kembali (PK). MA juga harus menetapkan 
hakim-hakim agungnya yang tepat, ujar Lukman Hakim. 

Ketua Komisi III DPR Bidang Hukum Trimedya Pandjaitan dari Fraksi Partai 
Demokrasi Indonesia Perjuangan menilai putusan MA tersebut menyinggung rasa 
keadilan masyarakat. Bayangkan, Soeharto dapat Rp 1 triliun. Padahal, kita mau 
mengutak-atik harta kekayaan Soeharto, susahnya bukan main. Eh, sekarang, 
Soeharto malah dapat pundi-pundi, kata Trimedya. 

Ditanya apakah ada permainan uang, Trimedya spontan menjawab, Segala 
kemungkinan bisa terjadi. Ada uang atau ada kekuasaan. Trimedya juga 
mengatakan putusan MA itu akan mempermalukan Indonesia di mata internasional, 
khususnya di bidang penegakan hukum. 

Ditemui seusai diskusi Membedah Undang-Undang No 40/1999 Tentang Pers dan Kode 
Etik Jurnalistik di Bandung, anggota Dewan Pers, Wina Armada Sukardi, kemarin, 
mengatakan, putusan MA itu adalah kado pahit menyambut genap sewindu 
Undang-Undang Pers. Itu dianggap hal tragis dan memukul kemerdekaan pers. 

Menurut Wina, meskipun Time adalah majalah asing, banyak hal dalam prinsip pers 
dan jurnalistik yang seharusnya bersifat universal. Wina melihat sekarang masih 
ada pihak dengan cara-cara tertentu tidak dapat menerima kebebasan pers. Ini 
senada dengan pendapat Todung. 

Todung Mulya Lubis mengatakan, putusan itu sudah keluar terlebih dahulu ke 
masyarakat sebelum diterimanya dan ini tidak patut dilakukan. 

Penggembosan 

Todung menilai putusan MA tersebut merupakan salah satu bentuk penggembosan 
terhadap proses hukum yang kini ditempuh oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). 
Putusan itu dikeluarkan pada saat Kejagung gencar mempersoalkan Soeharto di 
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. 

Ketua MA Bagir Manan mengatakan, penunjukan Ketua Muda MA Bidang Pengadilan 
Militer itu karena MA tidak mengenal sistem kamar. Ini cuma urusan pembagian 
pekerjaan saja, ujar dia. 

Sementara itu, German Hoediarto juga membantah jika statusnya sebagai 
purnawirawan dikaitkan dengan perkara itu. Saya clean betul. Tidak ada beban. 
Tidak ada yang nginjak, ujarnya. 

Ditanya mengapa perkara baru diputus Agustus 2007 (perkara sejak 2001), German 
mengatakan, Mana saya tahu. Perkaranya baru sampai ke saya sekarang (2007). 
(ana/sut/CHE) 


[mediacare] Bangsa Tunailmu

2007-09-11 Terurut Topik Sunny
REPUBLIKA
Selasa, 11 September 2007

Bangsa Tunailmu 

Oleh : Ahmad Syafii Maarif 


Dalam Pembukaan UUD '45 ditegaskan bahwa di antara tugas pemerintah adalah 
''mencerdaskan kehidupan bangsa''. Rumusan semacam ini bukan tanpa latar 
belakang historis yang sarat dengan kegetiran; ia tidak muncul secara 
tiba-tiba. Akarnya menjalar jauh dan dalam. Sebagai bangsa bekas jajahan, para 
perumus UUD kita menyadari betul betapa gelapnya otak bangsa ini jika tingkat 
buta huruf masih sangat tinggi, yaitu pada tahun 1945 sekitar 90 persen.

Tahun 2007, persentasenya, berkat kemerdekaan, memang sudah terbalik, yaitu 
sekitar 90 persen sudah melek huruf, sekalipun sebagian (besar?) belum tentu 
tamat SD. Dari sisi ini, betapapun masih rendahnya tingkat kecerdasan rakyat, 
kita wajib mensyukuri kemerdekaan bangsa ini. Tanpa kemerdekaan, kita tetap 
saja dalam posisi bangsa budak.

Tetapi, fokus perhatian kita kali ini bukan di situ. Yang hendak disoroti 
adalah kenyataan bahwa tingkat keilmuan bangsa ini secara keseluruhan masih di 
bawah standar. Dengan kata lain, dibandingkan dengan negara tetangga yang lebih 
belakangan mendapatkan kemerdekaan, kita jauh kedororan. Ambillah contoh 
Malaysia yang pada 1950-an dan 1960-an jauh tertinggal oleh Indonesia dan kita 
mengirim pasukan guru ke sana, sekarang memandang kita dengan sebelah mata. 
Apalagi dengan berjibunnya TKI/TKW kita mengadu nasib ke sana, negeri jiran ini 
telah menganggap kita sebagai bangsa dan negara yang tidak serius mengurus dan 
mengisi kemerdekaan. Kita kehilangan wibawa di depan rakyat negara itu yang 
sekarang sedang menikmati kemakmurannya, seperti yang sudah disinggung dalam 
Resonansi sebelum ini.

Apa sebenarnya yang terjadi pada tubuh dan jiwa bangsa ini? Mengapa kita masih 
dalam keadaan stagnasi dalam upaya memajukan bangsa ini agar lebih bermartabat 
di depan forum dunia? Dalam perspektif perkembangan keilmuan dan teknologi 
dasar, kita adalah bangsa yang masih tunailmu dan tunateknologi. Penyebab 
pokoknya tidak lain karena perhatian negara yang diwakili pemerintah selama 
lebih 60 tahun terhadap dunia pendidikan minim sekali.

Kabinet telah jatuh-bangun berulang kali sejak proklamasi, tetapi dunia 
pendidikan kita tetap saja sebagai kelinci percobaan. Seorang menteri 
pendidikan biasanya diangkat bukan karena visi dan kemampuannya dalam memajukan 
pendidikan, tetapi pertimbangan politik kekuasaan jauh lebih dominan.

Cara semacam ini merupakan salah satu penyebab utama mengapa politik pendidikan 
nasional kita seperti kehilangan benang merah, tidak ada kesinambungan antara 
seorang menteri dengan menteri yang lain dalam berbagai periode. Dengan 
kenyataan ini dunia pendidikan kita menjadi terombang-ambing oleh kebijakan 
yang zigzag tanpa visi yang jelas dan itu semua melelahkan kita. Korbannya 
adalah peserta didik yang tidak mengerti apa-apa mengapa mereka dijadikan 
''barang mainan'' puluhan tahun.

Akibat jangka panjangnya sangat jelas dan tunggal: Pendidikan kehilangan 
perpektif masa depan. Ini persoalan yang sangat serius. Sebuah bangsa yang 
tidak cerdas pasti akan menjadi sasaran obokan pihak lain, tidak peduli apakah 
jumlah penduduknya besar atau kecil.

Beberapa hari yang lalu, dalam penerbangan ke Jakarta, saya kebetulan duduk 
bersebelahan dengan dekan Fakultas Kedokteran UGM yang sangat prihatin pada 
kondisi pendidikan di Indonesia. Ujarnya, bagaimana mungkin bangsa ini akan 
menjadi cerdas manakala tingkat kesejahteraan guru sangat minim, termasuk guru 
besarnya.

Pak dekan ini suami istri adalah profesor, tetapi penghasilan gabungan keduanya 
berada di bawah pendapatan seorang anggota DPRD tingkat II yang PAD-nya tidak 
tinggi. Untung saja dekan ini seorang dokter yang masih berpraktik, sehingga 
ada tambahan penghasilan. Sebuah ironi terlihat di sini: Seorang profesor 
dengan kualifiasi PhD atau doktor lulusan perguruan tinggi dalam negeri 
dilecehkan oleh penghasilan seorang politikus kelas kabupaten atau kota yang 
menjadi anggota DPRD.

Anda mau contoh yang lebih konkret tentang ironi ini? Adalah Profesor T Jacob 
yang punya reputasi dunia dan seorang penulis prolifik, mantan rektor UGM, 
sekalipun sudah pensiun, masih tinggal di rumah dinas karena tidak mampu 
membuat rumah untuk keluarga kecilnya. Yang bernasib begini banyak sekali. 
Manusia tipe Profesor Jacob yang tidak mau bergeser sedikit saja dari posisi 
seorang ilmuwan harus rela hidup tanpa rumah pribadi sampai usia tuanya.

Begitu juga nasib sejarawan almarhum Profesor T Ibrahim Alfian yang telah 
mewariskan beberapa karya tulis penting untuk bangsa ini, di saat wafatnya kita 
melayat ke rumah dinasnya di lingkungan kampus UGM. Pendapatannya selama 
berkarier sebagai ilmuwan yang PNS tidak mampu menolong hari tuanya untuk 
sekadar punya tempat berteduh.

Inilah di antara panorama yang tak sedap dipandang di sebuah bangsa kaya, 
tetapi tidak menghargai ilmu, bangsa tunailmu. Pertanyaan pungkasannya adalah: 
Sampai berapa lagi mendung tebal yang 

[mediacare] Keterangan Pers Felix Fernandez, SH., CN

2007-09-11 Terurut Topik solidaritas_flotim
Please visit:
http://groups.yahoo.com/group/solidaritas_flotim
--


KETERANGAN PERS


Pengadilan Negeri Larantuka pada hari ini, Kamis 30 Agustus 2007,
mengadili perkara dugaan tindak pidana korupsi dalam kasus Tanah Weri.
Perkara dugaan tindak pidana korupsi Felix Fernandez, SH, CN terdaftar
dengan Nomor: 52/Pid.B/2007 PN LTK diadili oleh hakim Fransiskus
Arcadius Ruwe, SH yang juga Ketua Pengadilan Larantuka, didampingi
oleh Hajar Widiantoro, SH dan Ida Bagus B. Putera, SH sebagai hakim
anggota. Jaksa Penuntut Umum Chandra Ari Wijaya, SH mendakwa Felix 
Fernandez, SH, CN dengan dakwaan berlapis, yaitu dakwaan primair
melanggar pasal 2 ayat 1 jo pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP. Pasal 2 ayat 1 Undang-undang Tindak Pidana Korupsi berbunyi :

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan Negara atau perekonomian Negara, dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup, pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000, 00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);

Dakwaan Subsidair melanggar pasal 3 ayat 1 Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang berbunyi:

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan/atau denda
paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

DAKWAAN SUBSIDAIR

Didakwa melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 Undang-undang Nomor 31 Tahun
1999 sebagimana  diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo pasal 55 ayat 1 ke- 1
KUH- Pidana yang berbunyi; 

Pasal 3: Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (duapuluh) tahun dan/atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak 
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 18 Undang-undang Tindak Pidana Korupsi yang berbunyi:

Ayat 1: Selain pidana tambahan dimaksud dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan adalah: 
 

a. perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud,
barang tidak bergerak yang digunakan atau diperoleh dari tindak pidana
korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana
korupsi dilakukan, begitu harga dari barang yang menggantikan barang
tersebut; 

b. pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya dengan
harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi; 

c. penutupan usaha atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1
(satu) tahun;

d. pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan
sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh
Pemerintah kepada terpidana. 

Ayat 2: Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf  b paling lama dalam waktu 1 (satu)
bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk
menutupi uang pengganti tersebut; 

Ayat 3: Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi
untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak
melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-undang ini dan karenanya pidana tersebut sudah ditentukan
dalam putusan pengadilan.

Pasal 55 ayat 1 ke- 1 KUH- Pidana 
1. Dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
   1. mereka yang melakukan, menyuruh melakukan dan yang turut serta
melakukan perbuatan;

Sesudah Jaksa Penuntut Umum Chandra Ari Wijaya, SH membacakan Surat
Dakwaan, Majelis Hakim mempersilahkan Tim Penasehat Hukum Terdakwa
Felix  Fernandez, SH, CN yang terdiri dari : Petrus Bala
Pattyona,SH,MH, Philipus Fernandez,SH dan Josep P. Dathon,SH, langsung
mengajukan Tangkisan / Eksepsi berupa keberatan terhadap prosedur
penyidikan hingga penyusunan Surat Dakwaan.

Tim Penasehat Hukum Terdakwa Felix  Fernandez, SH, CN menyoroti

[mediacare] Maaf..

2007-09-11 Terurut Topik Afnita Sari
 
Assalamu'allaikum Wr.Wb.






Marhaban ya Ramadhan.

Mohon Maaf Lahir  Bathin
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1428 H
Semoga ibadah kita di tahun ini lebih baik lagi dan diterima Allah SWT
Aamiin..


Wassalam,
Afnita Sari
PR Dept. Mal Kelapa Gading
Jl. Boulevar Raya Blok M
Kelapa Gading Permai
Jakarta Utara 14240
Phone  +62 21 453 1101 
Fax  +62 21 453 3433
clip_image001.jpgCitrus Punch Bkgrd.gif

[mediacare] Romo Frans Amanue, Pr ; Di Balik Jubah Imamat

2007-09-11 Terurut Topik Solidaritas Flores Timur
Please visit:
http://groups.yahoo.com/group/solidaritas_flotim 
---

Romo Frans Amanue, Pr ; Di Balik Jubah Imamat
http://www.google.com/search?q=Romo+Frans+AmanuebtnG=Searchhl=enclient=operarls=en


Kalau mau mengakui, setiap orang pasti pernah merasa
kagum dan simpati terhadap orang lain yang
dijumpainya, entah apapun alasannya. Hal ini saya
katakan dari pengalaman harian perjumpaan seorang
pribadi yang kini masih segar dalam ingatan. Apalagi
ditengah porak-porandanya reformasi, hadirlah seorang
tokoh yang memproklamirkan dan diproklamirkan dirinya
sebagai pahlawan kebenaran, dan keadilan, menyuarakan
suara umat/ masyarakat yang tidak bersuara.

Memandang tubuh kekar, tinggi, tegap dihiasi dengan
ubanan yang kurang terurus, murah senyum mengundang
simpati, membangkitkan ingatan saya pada tokoh
perjuangan Irian Jaya Theo Waylloy yang akhirnya tewas
mengenaskan sebelum cita-cita perjuangannya tercapai.
Ya, dialah sosok Rm Frans Amanue, Pr tipe India
kelahiran Karing-Adonara Timur, yang sangat berani
mengontrol segala kebijakan pemerintah khususnya
pemerintahan daerah kita tercinta, Flores Timur.

Pengontrolan pemerintahan yang dilakukannya tidak
cukup kalau kadar demonstrasi hanya sekedar tontonan
masyarakat dan pegawai dalam kota, tetapi perlu
diekspous melalui media massa dan surat kabar agar
dunia tahu bahwa di Flores Timur sedang terjadi perang
dingin melawan penindasan kebenaran dan keadilan.

Sementara runtuhnya budaya saling menghormati dan
menghargai satu sama lain yang merupakan ciri khas
orang Lamaholot, terpatri pula didalamnya wacana
komitmen yang diperjual belikan, maka tampillah Amanue
membawahi suara Komisi Keadilan Keuskupan Larantuka.
Semakin hangatlah perseteruan dan persekongkolan
antara yang menyebut dirinya FRF dan Komisi Keadilan
dengan pemerintah Flores Timur. Dengan bermodalkan
berbagai dalih dan dukungan baik dari dalam maupun
dari luar tentang perjuangan kebenaran yang
dibenarkan, keadilan yang diadilkan dan menyuarakan
karena disuara, maka hilanglah kontrol dari kepala
yang menguban.

Dan saat ini kebenaran diperjuangkan dengan berbagai
macam dalih untuk dipasalkan. Haruskah kebenaran itu
dinyatakan dalam adu argument untuk kemudian
diputuskan kemudian, ataukah kebenaran itu dinyatakan
dengan hati nurani?

Kekagumanku akan sosok imam Tuhan yang dengan gigih
membela rakyat dengan mengumandangkan reformasi total
regim orde baru, sirna ketika suatu kenangan panjang
yang menghiasi perjalanan pendidikan di Flores Timur
kurang lebih lima tahun.
Ternyata di balik jubah Imamat Frans Amanue,
bertahtalah iblis dendam, dengki, iri hati, sombong,
egoisme.

Betapa tidak, ketika menjadi Ketua Panitera Yayasan
Persekolahan Umat Katholik Flores Timur (Yapersuktim),
Amanue telah membangun perseteruan dengan Yakobus Kia
selaku Kepala Dinas Pendidikan tempo itu.
Sekolah-sekolah Katholik yang tersebar di Flores
daratan, Solor, Adonara, dan Lembata yang dari
keberadaannya telah menjadikan ratusan ribu manusia
Flores Timur terbebas dari kebodohan dan
keterbelakangan. Atas jasa-jasanya, pemerintah
bukannya mengambil-alih tetapi bersubsidi dengan
menempatkan guru-guru negeri dan memfasilitasi sarana
dan prasarana pendidikan.

Tetapi, justru menjadikan suatu pertikaian panjang dan
menyebalkan. Dan yang menjadi ‘korban’ adalah orang
tua, anak didik dan terlebih para guru yang mengabdi
karena panggilan kristiani. Jeritan hati mereka tidak
pernah didengar. Ternyata Amanue hanya berputih juba
dan terurap tangan, tetapi sungguh buta mata hatinya
untuk melihat k ebaikan para pejabat yang
bermateraikan Katholik membantu sekolah-sekolah
Katolik yang selama ini telah memajukan dunia
pendidikan Flores Timur khususnya dan Indonesia
umumnya.

Satu yang sungguh menyakitkan dan menyedihkan orang
Katolik umumnya dan siapa saja yang telah menerima
hasil pendidikan SMPK Pankrasio-Larantuka. Bahwa
satu-satunya sekolah menengah pertama tertua yang
dibangun misi Katolik, harus menerima kemunduran dari
lembaga pendidikan dan untuk selamanya tidak bersuara.

Adakah di balik jubah imamat bersemayam Yesus Kristus
yang selalu mendengar keluh kesah hati umat yang
menderita? Adakah dari tangan yang terurapi selalu
memberi berkat surgawi bagi umat yang menanti rahmat?

Adakah dari bibir yang mengajarkan kebenaran,
keadilan, damai, cinta kasih, kata-kata pengampunan
telah meminta maaf dan memberi maaf dan ampun?

Kembali saya digiring ke perjuangan Komisi Keadilan.
Ketika sutu peristiwa pelecehan iman Katolik
(Pencemaran Hostia Juni 1995) oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab, telah mengantar 9 (sembilan) orang
ke balik terali besi. Tampillah imam Frans bersama
YBBH Varitas-Jakarta memperjuangkan kebenaran dan
keadilan. Sayang, sedikitpun tidak membawa pembebasan
bagi 9 (sembilan) saudara yang terlibat dari ribuan
orang yang mengamuk, membunuh dan membakar.

Waktu itu memang berjalan dan terus berjalan. Dari
kepala yang dihiasi putihnya rambut, Frans Amanue
tidak sedikitpun memutihkan otaknya. Perseteruan dan

[mediacare] Kamis 13-09-07 Awal Ramadhan

2007-09-11 Terurut Topik nano
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0709/12/utama/3832721.htm

SIDANG ISBAT


Kamis, 13 September, Awal Ramadhan 

Jakarta, Kompas - Sidang isbat yang dilakukan pemerintah bersama ormas Islam 
memutuskan awal Ramadhan 1428 Hijriah jatuh pada hari Kamis, 13 September. 
Ketetapan ini dibuat setelah mendengarkan masukan dari berbagai ormas Islam dan 
kesaksian di 45 lokasi pemantauan di seluruh Indonesia. 

Saat ini semua sudah punya arah yang sama, tetapi memang ada kekhawatiran awal 
Syawal bisa tidak sama. Karena itu, kami berharap akan segera ada kriteria yang 
bisa disepakati bersama yang akan dipakai dalam sidang isbat, ujar Menteri 
Agama Maftuh Basyuni seusai sidang isbat di Jakarta, Selasa (11/9). 

Sidang isbat antara lain dihadiri Menkominfo Mohammad Nuh, Ketua Majelis Ulama 
Indonesia Umar Shihab, Ketua PBNU Chotibul Umam, Sekretaris PP Muhammadiyah 
Goodwill Zubair, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia Tarmizi Taher, Wakil Ketua 
Komisi VIII DPR Yoyoh Yusro, anggota Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, 
serta wakil dari berbagai ormas Islam. 

Kami berharap kriteria yang diharapkan itu bisa segera terwujud agar persatuan 
umat tetap terjaga, ujar Maftuh. 

Jamaludin dari Lapan yang juga hadir mengkhawatirkan ketiadaan kriteria tentang 
hilal. Pasalnya, samanya keputusan awal Ramadhan kali ini bukan karena adanya 
kesepakatan, melainkan karena posisi hilal secara astronomi tidak dapat 
dilihat. 

Selama tidak ada kesepakatan tentang kriteria hilal, selama itu pula ilmu 
pengetahuan bisa berbeda dengan ahli hisab. Kami yang memakai teropong tidak 
melihat hilal, bisa kalah dengan kiai yang mengatakan melihat hilal, ujarnya. 

Mohammad Nuh mengatakan, keterlibatan Depkominfo dalam sidang isbat hanyalah 
pendukung, dan Depkominfo memiliki kemampuan teknologi informasi yang dapat 
dimanfaatkan. 

Ketua Lajnah Falaqiah Nahdlatul Ulama (NU) Ahmad Ghozali mengatakan, NU tidak 
pernah membuat keputusan tentang awal Ramadhan yang mendahului keputusan sidang 
isbat. 

Ia menambahkan, Muhammadiyah yang sudah melakukan rukyat di Yogyakarta dan 
pertemuan internasional, sepakat awal Ramadhan jatuh Kamis. Kami bahagia awal 
Ramadhan kali ini bisa bersama-sama dan besok malam kita akan sahur, ujarnya. 
(MAM) 


[mediacare] Selamat Jalan Fahmy ...

2007-09-11 Terurut Topik Yap Hong Gie
Jum'at malam saya mendapat SMS bahwa, Ahmad Fahmy dalam keadaan koma di RS 
Pertamina, setelah mengalami massive stroke di Lombok.

Malam Minggu Fahmy telah tiada, meninggalkan banyak sahabat, dengan berbagai 
kenangan di masa lalu.

Teringat beberapa hari setelah pernikahan (1988), ketika saya dengan istri 
membuka tumpukan hadiah, ada sebuah membuka amplop besar yang menyimpan 
lukisan crayon.
Gambar pemandangan sebuah villa ditepi pantai dengan pohon kelapa, dilukis 
dan ditulis oleh seorang anak, dengan pesan yang berbunyi:  Papa Fahmi 
mengundang kita menginap di Villa mereka, di Anyer.

Hadiah yang begitu simpel, sangat originil, dan begitu indah dan 
mengesankan.

Itulah reflexi dari Ahmad Fahmy, seorang sahabat yang low-profile, sangat 
ramah, dengan tingkat pergaulan yang luas tanpa memandang latar belakang, 
jabatan, kaya atau miskin; semua adalah teman Fahmy.


Selamat jalan sahabat, saya yakin Anda mendapat tempat terbaik disisi Tuhan 
YME.


Wassalam, yhg.



http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/29/utama/xcin01.htm

Minggu, 29 September 2002
Cintaku di Tanamur...
kompas/agus susanto

Didirikan tahun 1970, November nanti dia akan genap berusia 32 tahun. 
Sementara rezim yang tumbuh bersamanya tumbang, Tanamur seperti 
anggur-menjadi vintage seiring perjalanan usia. Inilah salah satu potret 
perjalanan dunia hiburan di Indonesia.

Yang datang banyak, lho. Saya sendiri tidak menduga, waktu itu ada belasan 
pasangan yang datang, yang menyatakan menemukan jodohnya di sini, ucap 
Ahmad Fahmy (60), pemilik Tanamur, mengenai acara bertajuk I found my love 
in Tanamur tadi.

Pasti cukup banyak orang, kenangan hidupnya tersangkut di Tanamur. Itu dulu 
sekolahku..., seloroh Tutie Kirana, yang meramaikan dunia layar perak 
Indonesia utamanya di tahun 1970/ 1980-an. Waktu itu Tutie masih tinggal di 
bilangan Roxy, tak seberapa jauh dari Tanamur. Saya tiap hari lewat situ, 
kadang mampir sehabis shooting, katanya.

Sedangkan Roy Marten, bintang yang masih bertahan sampai sekarang, mengenai 
Tanamur berujar, Dahsyat. Di situ kumpul semua kelas, dari kelas pariah 
sampai yang lain-lainnya. Aku ke Jakarta tahun 1973, dulu yang ada hanya 
Tanamur dan Mini Disco. Sekarang semua berkembang, tapi Tanamur tak 
tergoyahkan oleh semua isu. Ramai terus. Dengan ber-seloroh Roy bilang, 
Aku malah curiga Fahmy kerja sama dengan dokter paru-paru. Setelah dari 
situ, orang pengap oleh asap rokok, harus ke dokter paru-paru, he-he-he

URUSAN individu, urusan sehari-hari, dalam studi mengenai gaya hidup toh ada 
yang menganggap punya signifikansi, taruhlah seperti diteorikan Anthony 
Giddens, bagaimana gaya hidup (lifestyles) menata sesuatu menjadi suatu 
kesatuan, menjadi sebuah pola yang kurang-lebih punya keteraturan. Gaya 
hidup itu sendiri adalah praktek hidup sehari-hari (dari individu-individu) 
yang dirutinkan, dan rutin tadi disatukan (biasanya oleh bisnis) menjadi 
kebiasaan berpakaian, makan, cara melewatkan waktu luang, dan lain-lain. 
Studi-studi paska-modernisme banyak sekali mengamati proses reproduksi 
sosial seperti itu.

Malam Minggu awal September lalu Tanamur ramai. Baik bagian luar maupun 
dalam belum selesai proses renovasinya. Ini masih 30 persen, ucap Ahmad 
Fahmy, atau biasa dipanggil Fahmy begitu saja. Orang tampaknya tak terlalu 
peduli. Cewek-cewek berpakaian ketat, sendiri-sendiri ataupun berombongan, 
hilir mudik. Dari orang-orang pribumi sampai asing, tampil dengan gaya 
masing-masing, termasuk beberapa pria yang tampak kemayu. Saya tetap 
ingin mempertahankan ciri awal Tanamur. Di sini serba minimalis, fokusnya 
adalah manusia itu sendiri, ucap Fahmy, di sela-sela dentuman house music 
dan orang yang bergoyang di sana-sini, tidak hanya di lantai dansa.

Tanamur sebetulnya juga bisa dilihat dalam proses konsumsi berikut 
evolusinya, termasuk sampai terbentuknya masyarakat konsumsi (consumer 
society) di Indonesia pada tingkat seperti sekarang. Semua ini pasti juga 
tak bisa mengabaikan fase akhir 1960-an dan tahun 1970-an-saat lahirnya 
Tanamur-yang menjadi fase penting dalam perubahan sosial di Indonesia.

Saya dirikan Tanamur 12 November 1970. Waktu itu diskotek masih hal baru. 
Yang ada kebanyakan waktu itu night club, kata Fahmy. Night club atau klub 
malam yang populer waktu itu taruhlah Tropicana dan LCC.

Begitu belum populernya sebutan disco, discotheque, sampai ketika Fahmy 
datang ke kantor DKI untuk meminta izin, pejabat yang menangani perizinan, 
orang yang kebetulan sudah dikenalnya, menanyakan apa itu disko.

Disko itu apa? tanya si pejabat. Ooh, jadi dikasih pelat begitu? ucapnya 
ketika diterangkan secara teknis bahwa di situ akan diputar musik dengan 
pelat atau piringan hitam. Orang akan datang? tanyanya lagi, masih bingung 
apakah orang akan mendatangi tempat hiburan semacam itu. Si pejabat rupanya 
menaruh iba kepada Fahmy. Kalau mau band, nanti saya kasih... cerita Fahmy 
mengenangkan sambil tertawa.

Diceritakan oleh Fahmy, usahanya berkembang 

[mediacare] Pembentukan Papua Tengah Sesuai Mekanisme

2007-09-11 Terurut Topik Sunny
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0709/11/nas01.html

Pembentukan Papua Tengah Sesuai Mekanisme  

Oleh
Suradi



Jakarta-Setelah usulan pembentukan Provinsi Papua Selatan, kini wilayah Papua 
Tengah juga menuntut hal yang sama. Meski demikian, proses pembentukan ini 
sudah sesuai mekanisme. 


Ketua tim pembentukan Papua Tengah, Norbert Mute, mengemukakan hal itu kepada 
SH, melalui telepon dari Jayapura, Selasa (11/9). Ia berada di Jayapura untuk 
mengurus administrasi dukungan dari pihak Gubernur. Sebelumnya, bersama 
sejumlah rekannya ke Jakarta menemui Mendagri Mardiyanto dan Komisi II DPR.


Sementara itu, Ketua tim kerja Komisi II DPR untuk otonomi daerah, Chozin 
Chumaedi saat dihubungi SH, Selasa (11/9), mengatakan untuk wilayah Papua 
memang sangat layak untuk dimekarkan. Nantinya bukan hanya Papua dan Papua 
Barat, tapi juga ada Papua Selatan dan Papua Tengah.


Norbert Mute mengungkapkan dukungan untuk pembentukan Papua Tengah ini sudah 
datang dari elemen masyarakat empat kabupaten, yakni Serui, Nabirie, Waropen, 
dan Pania. 


Kami juga sudah mendapat dukungan dari anggota Majelis Rakyat Papua (MRO) dari 
wilayah tengah, angggota DPRD dan sebagainya. Tinggal pendekatan agar secara 
resmi institusi tersebut mendukung, katanya.
Bermodalkan dukungan itu, Norbert dan timnya menemui Mendagri Mardiyanto dan 
Komisi II DPR. Kedunya mendukung pemakaran Papua Tengah ini agar rentang 
kendali pemerintahan makin dekat dengan rakyat.
Adapun latar belakang pentingnya pemekaran wilayah tengah Papua menjadi 
provinsi sendiri karena wilayah ini tidak tersentuh oleh pembangunan 
infrastruktur dan pembangunan lain sehingga jauh tertinggal dari daerah lain. 


Pemerintahan Papua hanya memfokuskan pembangunan di Jayapura, provinsi lain 
kurang, ujar Norbert sambil menambahkan, pemekaran ini untuk mendekatkan 
masyarakat dengan pemerintahan dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan 
rakyat.

Proses 
Sementara itu, Chozin Chumaedi mengatakan Komisi II akan memproses usulan 
pemekaran provinsi Papua Tengah bila semua persyaratan untuk itu telah 
dipenuhi. Tugas DPR memang proses. Kita tunggu saja perkembangan dari Papua, 
katanya.


Wakil Ketua Umum PPP ini juga menegaskan, dari sisi wilayah, Papua memang 
sangat luas dan perlu dimekarkan. Namun tetap proses itu sesuai dengan 
mekanisme yang ada. 


Kalau dikaitkan dengan moratorium pemekaran, saya pribadi mengusulkan agar 
dimulai awal tahun 2008. Jadi, masih ada waktu bagi Papua Tengah untuk mengurus 
pemekaran, ujarnya. n


[mediacare] Soeharto Senang Perkaranya Menang

2007-09-11 Terurut Topik Sunny
Refleksi; Suharto menang dan senang adalah kenyataan, tetapi apakah 
kemenangannya ini berarti Yang Mahaberkuasa selalu ada pada sisinya, bertanya 
seorang sobat. Ketika ditanya mengapa berpendapat begitu, dia menegaskan bahwa 
Allah itu hanya untuk berada bukan untuk yang tidak berada bin miskin melarat. 
Benarkah pendapat sobat saya itu?

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0709/11/sh01.html

Kejagung: Data Kita Berbeda dengan TIME
Soeharto Senang Perkaranya Menang

Oleh
Rafael Sebayang/
Rikando Somba



Jakarta - Putusan Mahkamah Agung (MA) yang memenangkan kasasi yang diajukan 
mantan Presiden Soeharto terhadap majalah TIME Asia telah sampai ke telinga 
mantan penguasa Orde Baru (Orba) itu. Soeharto sangat senang dan menyatakan 
rasa gembira ketika kabar tersebut disampaikan kepadanya. 


Hal ini disampaikan OC Kaligis, salah satu dari anggota tim pengacara Soeharto 
kepada SH, Senin (10/9) petang. Bapak (Soeharto-red) sangat senang dan 
tersenyum-senyum waktu kita sampaikan berita itu. Demikian juga keluarga besar 
merasa sangat gembira mendengarnya, papar Kaligis.


Sebaliknya, pihak TIME Asia belum memutuskan langkah hukum apa pun terkait 
putusan ini. Kuasa hukum majalah TIME, Todung Mulya Lubis, mengatakan kepada 
SH, Selasa (11/9), pihaknya akan melihat dulu salinan putusan kasasi ini. 


Saya belum menerima salinan putusan kasasi tersebut. Jadi, kita belum 
mengambil keputusan apapun sekarang ini, kata Todung Mulya Lubis yang 
melakukan konferensi pers di Jakarta, Selasa siang. 
Sementara itu, ketika ditanyakan perihal salah satu bukti yang digunakan oleh 
Kejaksaan Agung (Kejagung) dalam gugatan negara terhadap Hutomo Mandala Putra 
alias Tommy Soeharto, adalah estimasi kekayaan seperti yang dipublikasikan TIME 
Asia beberapa waktu lalu, OC Kaligis tidak banyak berkomentar. 


Kaligis hanya memberi gambaran bahwa Kejagung menggugat Tommy secara perdata 
atas perintah pengadilan Guernsey dalam kasus BPPC, namun ternyata semuanya 
tidak masalah dan sudah dilunasi oleh Tommy. 

Kejagung Optimistis


Di sisi lain, Direktur Perdata dan Tata Usaha Negara Kejagung Yoseph Suardi 
Sabda kepada SH membantah pemberitaan TIME Asia menjadi salah satu bukti dalam 
gugatan negara di terhadap Tommy di pengadilan Guernsey. Adapun kliping 
pemberitaan majalah asing ini, menurut Yoseph, digunakan tak lebih ilustrasi 
semata. 


Yoseph lantas menjelaskan bahwa data-data yang digunakan Kejagung dalam gugatan 
tersebut di antaranya bersumber dari data yang diperoleh dari Indonesian 
Corruption Watch, auditor independen Price Waterhouse Cooper, serta data dari 
IMF. 


Pemberitaan TIME itu kita gunakan hanya sebagai ilustrasi saja, karena kita 
sadar informasinya bersumber dari kata-kata orang, kata Yoseph.
Menanggapi sikap optimisme dalam gugatan terhadap Soeharto dan Yayasan 
Supersemar, terlebih setelah MA memenangkan Soeharto dalam kasus TIME Asia, 
Yoseph menandaskan hal tersebut tidak berpengaruh satu sama lain. 


Keyakinan atas bukti-bukti yang dimiliki Kejagung dalam kasus Supersemar adalah 
sesuatu yang mendasar dan membedakannya dengan kasus Soeharto versus Time. 


Kasus TIME datanya kan dari mulut orang. Data yang kita punya sangat kuat. 
Kita jalan di atas rel dan keyakinan kita, ujarnya.
Sementara itu, proses mediasi antara pemerintah dengan Yayasan Beasiswa 
Supersemar dan mantan Presiden Soeharto benar-benar gagal mencapai kesepakatan. 


Ketua tim Jaksa Pengacara Negara (JPN) Dachamer Munthe menjelaskan pihak 
tergugat dalam upaya mediasi enggan memenuhi substansi yang dimintakan 
pihaknya, yakni menyangkut penyerahan aset dan perbuatan melawan hukum, 
sehingga proses perundingan mengalami kebuntuan alias deadlock. Sidang perdana 
gugatan pemerintah terhadap Soeharto akan digelar pada 24 September mendatang.


Pemerintah melalui JPN menggugat Yayasan Beasiswa Supersemar dan mantan 
Presiden Seoharto terkait dugaan penyelewengan dana pada yayasan tersebut. 
Kejaksaan menuntut pengembalian dana yang disalahgunakan senilai US$ 420 juta 
dan Rp 185 miliar. Ganti rugi immateriil senilai Rp 10 triliun.


Putusan kasasi atas kasus TIME Asia, diputuskan MA akhir bulan lalu. MA 
mengabulkan gugatan Soeharto yang menuntut ganti rugi material Rp 280 juta dan 
immateriil Rp 1 triliun atas pemberitaan yang dinilai mencemarkan nama baik 
penguasa Orde Baru tersebut. 


Sebelumnya, gugatan Soeharto terhadap TIME Asia dikalahkan oleh Majelis Hakim 
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 6 Juni 2000. Pun, Majelis hakim Pengadilan 
Tinggi (PT) DKI Jakarta yang diketuai Gde Soedharta dalam putusannya tanggal 16 
Maret 2001, menguatkan putusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat itu. 


Gugatan Soeharto terhadap Time ini untuk pertama kali disidangkan pada 12 April 
2000 di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan berihwal dari artikel bertajuk 
Soeharto Inc. How Indonesia's Longtime Boss Built a Family Fortune pada 
terbitan edisi 24 Mei 1999. Artikel tersebut berisi tentang kekayaan mantan 
Presiden Soeharto.



[mediacare] Buku Baru dari Institut Perempuan

2007-09-11 Terurut Topik Institut Perempuan
TELAH TERBIT...


BUKU:
PERGULATAN FEMINISME DAN HAM: HAM untuk Perempuan,
HAM untuk Keadilan
(Penulis: R. Valentina Sagala, SE., SH., MH.  Ellin
Rozana, S.Si.)



Lantas bagaimana dengan feminisme? Bagaimana pandangan
para feminis terhadap HAM? Dinamika HAM telah
mengantarkan kesadaran bahwa kelompok-kelompok
tertentu yang didiskriminasi dan ditindas (the
voiceless) rentan diabaikan dalam proses pembuatan
sebuah kebijakan. Mereka terutama adalah perempuan.
Gerakan perempuan (feminis) telah menyadari hal ini 
dan menempatkan gerakan HAM sebagai salah satu ranah
perjuangannya. Untuk itulah, para feminis terlibat
dalam berbagai gerakan HAM untuk memastikan bahwa
manusia tidaklah homogen, tidak laki-laki, tidak
dewasa; melainkan ada yang bertubuh perempuan, anak,
remaja, penyandang cacat, berbeda warna kulit, berbeda
ras, dan lain sebagainya. Dari semua itu, para feminis
bertanya, mengapa perempuan hilang dari HAM? Are women
missing in human rights¡¦ face? Where are the women¡¦s
voices, bodies, thoughts?

„Z

Dalam konteks HAM, pemisahan dunia privat dengan dunia
publik berjalan sedemikian rupa dimana hukum
internasional telah menggariskan wilayah intervensi
masyarakat HAM hanya pada dunia publik.
Dengan kata lain, dikotomi privat-publik inilah yang
menyebabkan pengalaman perempuan diabaikan. Mengapa?
Wilayah privat yang dilihat secara terpisah dari dunia
publik, tidak menjadi sorotan perhatian dari
keseluruhan sistem HAM karena adanya asumsi bahwa
tidak ada keterlibatan negara di dalamnya.

„X

Sejarah yang menempatkan peran perempuan dalam ranah
domestik dalam konteks hukum, tidak dapat dilepaskan
dari sejarah perjalanan sistem hukum keluarga di
Indonesia. Sepanjang sejarah diskursus tentang hukum
keluarga termasuk di dalamnya hukum perkawinan,
setidaknya melihat tiga kepentingan, yaitu:
kepentingan negara, agama, dan perempuan.

„Z

Kerangka HAM dalam perspektif feminisme juga dengan
demikian harus secara jernih dan kritis
mengidentifikasikan tidak hanya pelaku negara sebagai
pelanggar HAM, namun juga pelaku ¡§non negara¡¨
seperti lembaga-lembaga keuangan internasional dan
pelaku lainnya, mengingat kekuasaan pelaku-pelaku ini
dalam mengatur kehidupan manusia.

„X

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah terus
mengupayakan untuk mengikutsertakan beberapa kelompok
yang rentan terhadap diskriminasi dan kekerasan,
seperti perempuan dalam kelompok-kelompok minoritas,
perempuan masyarakat adat, perempuan pengungsi,
perempuan migran, perempuan yang hidup di pedesaan
atau pedalaman, perempuan-perempuan miskin, perempuan
dalam lembaga-lembaga pemasyarakatan atau tahanan,
anak perempuan, perempuan penyandang cacat, perempuan
lanjut usia, perempuan dengan prefensi seksual
minoritas, serta perempuan dalam situasi konflik
bersenjata.

„Z



Judul Buku  : Pergulatan Feminisme dan HAM
Penerbit: INSTITUT PEREMPUAN
Edisi Pertama   : April 2007
Harga   : Rp. 30.000,00 (Belum termasuk ongkos kirim)
ISBN: 979-98392-1-3


Buku tersebut dapat diperoleh dengan cara memesan
langsung ke INSTITUT PEREMPUAN dengan mengirimkan uang
pemesanan ditambah ongkos kirim. (Terlampir daftar
harga ongkos kirim melalui TIKI JNE, harga tersebut
dihitung per kilogram. Satu kilogram dapat berisi
sekitar 4 buku). Pembayaran dapat dilakukan dengan
cara mentransfer ke:
1.  Bank NISP, Jl. Taman Cibeunying Selatan 31, Bandung

Rekening atas nama Yayasan INSTITUT PEREMPUAN 
No. Rek. 010-130-13356-1
atau
2.  Bank BCA KCP Sunda Mall, Bandung 
Rekening atas nama Rotua Valentina
No. Rek. 1561062060

Bukti transfer (disertai alamat lengkap Anda) harap di
fax ke 022- 2516378. Buku akan dikirimkan segera
setelah kami menerima bukti pembayaran.

 
Ongkos Kirim berdasarkan daerah tujuan: 

Banda Aceh  : Rp. 20.500,00
Medan   : Rp. 17.500,00
Pekanbaru   : Rp. 16.500,00
Batam   : Rp. 16.500,00
Padang  : Rp. 16.500,00
Jambi   : Rp. 14.500,00
Palembang   : Rp. 13.500,00
Bengkulu: Rp. 16.500,00
Bandar Lampung  : Rp. 13.000,00
Cilegon : Rp. 8.500,00
Jakarta : Rp. 7.500,00
Bandung : Rp. 3.500,00
Semarang: Rp. 10.500,00
Yogyakarta  : Rp. 11.000,00
Surabaya: Rp. 12.000,00
Denpasar: Rp. 13.500,00
Pontianak   : Rp. 16.500,00
Banjarmasin : Rp. 16.500,00
Palangkaraya: Rp. 18.000,00
Balikpapan  : Rp. 18.000,00
Palu: Rp. 20.500,00
Makasar : Rp. 18.000,00
Manado  : Rp. 23.000,00
Kendari : Rp. 20.500,00
Kupang  : Rp. 23.000,00
Mataram : Rp. 16.500,00
Ambon   : Rp. 38.500,00
Jayapura: Rp. 36.500,00


Tentang Penulis 

R. VALENTINA SAGALA, lengkapnya Rotua Valentina
Sagala, lahir di Jakarta, 9 Agustus 1977, putri Drs.
Edy P. Sagala, MM. dan Ir. Gokmaria Sitanggang.
Aktivis feminis, mulai menggeluti feminisme sejak di
bangku SMU Santa Ursula, hingga hijrah (1996) dan
menetap di Bandung hingga kini. Pada tahun 2000
mendirikan Institut Perempuan sebagai sebuah
organisasi 

Re: [mediacare] Romo Frans Amanue, Pr ; Di Balik Jubah Imamat

2007-09-11 Terurut Topik Frans Padak Demon
Maaf, saya muak membaca postingan pengecut yang bersembunyi di balik nama 
Atadiken, yang dalam bahasa Lamaholot berarti orang atau manusia. Tak ada 
gunanya anda menggunakan ayat-ayat suci untuk membela pahlawanmu, mantan bupati 
Felix yang kini sedang menghadapi gugatan korupsi, dan memfitnah Romo Amanue 
yang oleh mayoritas orang Flotim dihormati sebagai pejuang kepentingan rakyat.

Salam,

Frans Padak Demon

Solidaritas Flores Timur [EMAIL PROTECTED] wrote: 
  Please visit:
 http://groups.yahoo.com/group/solidaritas_flotim 
 ---
 
 Romo Frans Amanue, Pr ; Di Balik Jubah Imamat
 
http://www.google.com/search?q=Romo+Frans+AmanuebtnG=Searchhl=enclient=operarls=en
 
 Kalau mau mengakui, setiap orang pasti pernah merasa
 kagum dan simpati terhadap orang lain yang
 dijumpainya, entah apapun alasannya. Hal ini saya
 katakan dari pengalaman harian perjumpaan seorang
 pribadi yang kini masih segar dalam ingatan. Apalagi
 ditengah porak-porandanya reformasi, hadirlah seorang
 tokoh yang memproklamirkan dan diproklamirkan dirinya
 sebagai pahlawan kebenaran, dan keadilan, menyuarakan
 suara umat/ masyarakat yang tidak bersuara.
 
 Memandang tubuh kekar, tinggi, tegap dihiasi dengan
 ubanan yang kurang terurus, murah senyum mengundang
 simpati, membangkitkan ingatan saya pada tokoh
 perjuangan Irian Jaya Theo Waylloy yang akhirnya tewas
 mengenaskan sebelum cita-cita perjuangannya tercapai.
 Ya, dialah sosok Rm Frans Amanue, Pr tipe India
 kelahiran Karing-Adonara Timur, yang sangat berani
 mengontrol segala kebijakan pemerintah khususnya
 pemerintahan daerah kita tercinta, Flores Timur.
 
 Pengontrolan pemerintahan yang dilakukannya tidak
 cukup kalau kadar demonstrasi hanya sekedar tontonan
 masyarakat dan pegawai dalam kota, tetapi perlu
 diekspous melalui media massa dan surat kabar agar
 dunia tahu bahwa di Flores Timur sedang terjadi perang
 dingin melawan penindasan kebenaran dan keadilan.
 
 Sementara runtuhnya budaya saling menghormati dan
 menghargai satu sama lain yang merupakan ciri khas
 orang Lamaholot, terpatri pula didalamnya wacana
 komitmen yang diperjual belikan, maka tampillah Amanue
 membawahi suara Komisi Keadilan Keuskupan Larantuka.
 Semakin hangatlah perseteruan dan persekongkolan
 antara yang menyebut dirinya FRF dan Komisi Keadilan
 dengan pemerintah Flores Timur. Dengan bermodalkan
 berbagai dalih dan dukungan baik dari dalam maupun
 dari luar tentang perjuangan kebenaran yang
 dibenarkan, keadilan yang diadilkan dan menyuarakan
 karena disuara, maka hilanglah kontrol dari kepala
 yang menguban.
 
 Dan saat ini kebenaran diperjuangkan dengan berbagai
 macam dalih untuk dipasalkan. Haruskah kebenaran itu
 dinyatakan dalam adu argument untuk kemudian
 diputuskan kemudian, ataukah kebenaran itu dinyatakan
 dengan hati nurani?
 
 Kekagumanku akan sosok imam Tuhan yang dengan gigih
 membela rakyat dengan mengumandangkan reformasi total
 regim orde baru, sirna ketika suatu kenangan panjang
 yang menghiasi perjalanan pendidikan di Flores Timur
 kurang lebih lima tahun.
 Ternyata di balik jubah Imamat Frans Amanue,
 bertahtalah iblis dendam, dengki, iri hati, sombong,
 egoisme.
 
 Betapa tidak, ketika menjadi Ketua Panitera Yayasan
 Persekolahan Umat Katholik Flores Timur (Yapersuktim),
 Amanue telah membangun perseteruan dengan Yakobus Kia
 selaku Kepala Dinas Pendidikan tempo itu.
 Sekolah-sekolah Katholik yang tersebar di Flores
 daratan, Solor, Adonara, dan Lembata yang dari
 keberadaannya telah menjadikan ratusan ribu manusia
 Flores Timur terbebas dari kebodohan dan
 keterbelakangan. Atas jasa-jasanya, pemerintah
 bukannya mengambil-alih tetapi bersubsidi dengan
 menempatkan guru-guru negeri dan memfasilitasi sarana
 dan prasarana pendidikan.
 
 Tetapi, justru menjadikan suatu pertikaian panjang dan
 menyebalkan. Dan yang menjadi �korban� adalah orang
 tua, anak didik dan terlebih para guru yang mengabdi
 karena panggilan kristiani. Jeritan hati mereka tidak
 pernah didengar. Ternyata Amanue hanya berputih juba
 dan terurap tangan, tetapi sungguh buta mata hatinya
 untuk melihat k ebaikan para pejabat yang
 bermateraikan Katholik membantu sekolah-sekolah
 Katolik yang selama ini telah memajukan dunia
 pendidikan Flores Timur khususnya dan Indonesia
 umumnya.
 
 Satu yang sungguh menyakitkan dan menyedihkan orang
 Katolik umumnya dan siapa saja yang telah menerima
 hasil pendidikan SMPK Pankrasio-Larantuka. Bahwa
 satu-satunya sekolah menengah pertama tertua yang
 dibangun misi Katolik, harus menerima kemunduran dari
 lembaga pendidikan dan untuk selamanya tidak bersuara.
 
 Adakah di balik jubah imamat bersemayam Yesus Kristus
 yang selalu mendengar keluh kesah hati umat yang
 menderita? Adakah dari tangan yang terurapi selalu
 memberi berkat surgawi bagi umat yang menanti rahmat?
 
 Adakah dari bibir yang mengajarkan kebenaran,
 keadilan, damai, cinta kasih, kata-kata pengampunan
 telah meminta maaf dan memberi maaf dan ampun?
 
 Kembali saya 

[mediacare] Tanamur - Re: Selamat Jalan Fahmy ...

2007-09-11 Terurut Topik mediacare
Turut berduka cita untuk Oom Ahmad Fahmy, pemilik Tanamur (Tanah Abang Timur). 
Saya mengenalnya sudah cukup lama, kerap ketemu sore hingga malam hari di Clark 
Hatch Hilton Jakarta (kini bernama Life Spa).

Orangnya cukup ramah. Saya dan teman-teman juga pernah menyambanginya di 
Tanamur - tentu saja setelah larut malam. Awalnya saya tak tahu kalau Ibu Ratna 
Sarumpaet adalah istrinya.


  

  - Original Message - 
  From: Yap Hong Gie 
  To: Post X-PPI-Eropa77-87 ; Post PPIIndia ; Post Nasional ; Post Mediacare 
  Sent: Wednesday, September 12, 2007 2:08 AM
  Subject: [mediacare] Selamat Jalan Fahmy ...


  Jum'at malam saya mendapat SMS bahwa, Ahmad Fahmy dalam keadaan koma di RS 
  Pertamina, setelah mengalami massive stroke di Lombok.

  Malam Minggu Fahmy telah tiada, meninggalkan banyak sahabat, dengan berbagai 
  kenangan di masa lalu.

  Teringat beberapa hari setelah pernikahan (1988), ketika saya dengan istri 
  membuka tumpukan hadiah, ada sebuah membuka amplop besar yang menyimpan 
  lukisan crayon.
  Gambar pemandangan sebuah villa ditepi pantai dengan pohon kelapa, dilukis 
  dan ditulis oleh seorang anak, dengan pesan yang berbunyi: Papa Fahmi 
  mengundang kita menginap di Villa mereka, di Anyer.

  Hadiah yang begitu simpel, sangat originil, dan begitu indah dan 
  mengesankan.

  Itulah reflexi dari Ahmad Fahmy, seorang sahabat yang low-profile, sangat 
  ramah, dengan tingkat pergaulan yang luas tanpa memandang latar belakang, 
  jabatan, kaya atau miskin; semua adalah teman Fahmy.

  Selamat jalan sahabat, saya yakin Anda mendapat tempat terbaik disisi Tuhan 
  YME.

  Wassalam, yhg.
  

  http://www.kompas.com/kompas-cetak/0209/29/utama/xcin01.htm

  Minggu, 29 September 2002
  Cintaku di Tanamur...
  kompas/agus susanto

  Didirikan tahun 1970, November nanti dia akan genap berusia 32 tahun. 
  Sementara rezim yang tumbuh bersamanya tumbang, Tanamur seperti 
  anggur-menjadi vintage seiring perjalanan usia. Inilah salah satu potret 
  perjalanan dunia hiburan di Indonesia.

  Yang datang banyak, lho. Saya sendiri tidak menduga, waktu itu ada belasan 
  pasangan yang datang, yang menyatakan menemukan jodohnya di sini, ucap 
  Ahmad Fahmy (60), pemilik Tanamur, mengenai acara bertajuk I found my love 
  in Tanamur tadi.

  Pasti cukup banyak orang, kenangan hidupnya tersangkut di Tanamur. Itu dulu 
  sekolahku..., seloroh Tutie Kirana, yang meramaikan dunia layar perak 
  Indonesia utamanya di tahun 1970/ 1980-an. Waktu itu Tutie masih tinggal di 
  bilangan Roxy, tak seberapa jauh dari Tanamur. Saya tiap hari lewat situ, 
  kadang mampir sehabis shooting, katanya.

  Sedangkan Roy Marten, bintang yang masih bertahan sampai sekarang, mengenai 
  Tanamur berujar, Dahsyat. Di situ kumpul semua kelas, dari kelas pariah 
  sampai yang lain-lainnya. Aku ke Jakarta tahun 1973, dulu yang ada hanya 
  Tanamur dan Mini Disco. Sekarang semua berkembang, tapi Tanamur tak 
  tergoyahkan oleh semua isu. Ramai terus. Dengan ber-seloroh Roy bilang, 
  Aku malah curiga Fahmy kerja sama dengan dokter paru-paru. Setelah dari 
  situ, orang pengap oleh asap rokok, harus ke dokter paru-paru, he-he-he

  URUSAN individu, urusan sehari-hari, dalam studi mengenai gaya hidup toh ada 
  yang menganggap punya signifikansi, taruhlah seperti diteorikan Anthony 
  Giddens, bagaimana gaya hidup (lifestyles) menata sesuatu menjadi suatu 
  kesatuan, menjadi sebuah pola yang kurang-lebih punya keteraturan. Gaya 
  hidup itu sendiri adalah praktek hidup sehari-hari (dari individu-individu) 
  yang dirutinkan, dan rutin tadi disatukan (biasanya oleh bisnis) menjadi 
  kebiasaan berpakaian, makan, cara melewatkan waktu luang, dan lain-lain. 
  Studi-studi paska-modernisme banyak sekali mengamati proses reproduksi 
  sosial seperti itu.

  Malam Minggu awal September lalu Tanamur ramai. Baik bagian luar maupun 
  dalam belum selesai proses renovasinya. Ini masih 30 persen, ucap Ahmad 
  Fahmy, atau biasa dipanggil Fahmy begitu saja. Orang tampaknya tak terlalu 
  peduli. Cewek-cewek berpakaian ketat, sendiri-sendiri ataupun berombongan, 
  hilir mudik. Dari orang-orang pribumi sampai asing, tampil dengan gaya 
  masing-masing, termasuk beberapa pria yang tampak kemayu. Saya tetap 
  ingin mempertahankan ciri awal Tanamur. Di sini serba minimalis, fokusnya 
  adalah manusia itu sendiri, ucap Fahmy, di sela-sela dentuman house music 
  dan orang yang bergoyang di sana-sini, tidak hanya di lantai dansa.

  Tanamur sebetulnya juga bisa dilihat dalam proses konsumsi berikut 
  evolusinya, termasuk sampai terbentuknya masyarakat konsumsi (consumer 
  society) di Indonesia pada tingkat seperti sekarang. Semua ini pasti juga 
  tak bisa mengabaikan fase akhir 1960-an dan tahun 1970-an-saat lahirnya 
  Tanamur-yang menjadi fase penting dalam perubahan sosial di Indonesia.

  Saya dirikan Tanamur 12 November 1970. Waktu itu diskotek masih hal baru. 
  Yang ada kebanyakan waktu itu night club, kata 

[mediacare] EPL bakal tayang di TVRI?

2007-09-11 Terurut Topik mediacare
Sahur bareng nonton EPL di TVRI?

Silakan klik:

http://mediacare.blogspot.com/2007/09/epl-bakal-tayang-di-tvri.html

RE: [mediacare] Fwd: [PAN] Freeport 40 th lalu

2007-09-11 Terurut Topik Qc
Sebelumnya saya ucapkan pada rekan-rekan yang menyatakan dirinya Manusia
Indonesia,
Mari kita Implementasikan sikap dengan wujud perlawanan terhadap segala
sesuatu bentuk
Imprealisme dari Kaum Bourjois tersebut!!!.
Sejenak untuk direnungkan:
1. Bepuluh - puluh juta-ribu ton hasil alam di tanah papua di grogoti tapi
apa yang didapati oleh
penduduk tempatan?...(Sampai saat ini helaian kain Untuk menutupi Aurat
merekapun tidak-
teratasi!!!. )
2. Sudah berapa banyak Pendidikan baik formal dan non formal yang di bangun
disana???...
Hanya Kebodohan dan terus kebodohan yang di berikan pusat terhadap
penduduk tempatan
3. Keadilan dalam pembangunan daerah di persada ini, yang diberikan pusat
tidak adil!!!
Beberapa wilayah sangat menonjol pembangunannya, sedangkan wilayah lain:
sebagai contoh
Papua bagaimana?
4. Berapa banyak Inkam/devisa yang diberikan papua terhadap negara ini?
tapi, apa yang negara ini
sudah berikan untuk papua?...
5. Berapa banyak generasi/pemuda papua yang terabaikan dalam
kesempatan/peluang kerja baik negri ataupun Swasta?
6. Banyak pimpinan perusahan asing yang mengkondisikan pekerja wanita kita
menjadi budak sex mereka!!!
Rekan - rekan, disana banyak yang membutuhkan kita sebangsa dan setanah air
ini, mari kita satukan
visi dan misi untuk tolak segala sesuatu bentuk pengelolahan alam kita oleh
bangsa asing!!!.
Kenapa sampai saat ini Imperialisme yang dengan jelas menghisap darah
Zamrud Kahltulistiwa ini
masih kita diamkan???...

ttd,

Rio darma persada


  -Original Message-
  From: mediacare@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Behalf Of irwank
  Sent: Tuesday, September 11, 2007 5:02 PM
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Subject: [mediacare] Fwd: [PAN] Freeport 40 th lalu



  -- Forwarded message --
  From: irwank
  Date: Sep 11, 2007 4:55 PM
  Subject: Re: Freeport 40 th lalu

  Ironis.. (Rakyat) Indonesia yang kaya raya dari sumber alamnya harus
mengalami
  kelangkaan dan mahalnya berbagai barang.. beras, 'minah', 'mireng', dan
bahan
  sembako lainnya..

  Menjelang Romadlon kali ini, akankah banyak orang yang mengantri 'minah'..
  sekedar untuk menyiapkan hidangan sahur dan buka puasa?
  Kalau iya, cukup satu kata: KETERLALUAN..

  CMIIW..

  Wassalam,

  Irwan.K



  -- Forwarded message --
  From: Amir [EMAIL PROTECTED]
  Date: Sep 11, 2007 3:35 PM
  Subject: [PAN] Freeport 40 th lalu

  Kisah sedih atas kerakusan terhadap bangsa ini..

  salam,

  -
  Diceritakan kembali berdasarkan sebuah artikel dari Kompas 11 Juni 1969.
  Eksplorasi Tembaga di Ertsberg, Irian Jaya (oleh Adjat Sudradjat)

  Tahun 1967, 40 tahun lalu, Tim Freeport sedang berusaha mengebor bagian
  dari Gunung Bijih untuk mendapatkan sampel-sampel bijih guna penelitian
  kadar mineralisasinya. Konon, para pembor itu dipilih dari yang pernah
  berpengalaman di Kutub Utara dan Alaska sebab mereka mesti melawan
  suhu sedingin 0-4 Celsius, kabut, dan hujan. Mereka mendirikan kemah di
  pelataran Cartensz Weide. Mereka diterbangkan ke situ dari Timika
  menggunakan helikopter selama 40 menit.

  Sementara itu, tiga orang kepala suku berhiaskan bulu burung, kalung
  merjan, dan tusuk hidung merayap menuju Ertsberg tiga hari tiga malam
  bersama bala tentaranya tanpa selembar benangpun melekat di badannya,
  tak peduli hawa sedingin es pun. Akhirnya, mereka sampai di perkemahan
  para pembor tersebut. Suasana tidak menyenangkan terjadi sebab tidak
  ada saling pengertian di antara tim Freeport dan suku setempat, maklum
  tidak ada yang saling mengerti bahasa masing2. Orang2 Indonesia di tim
  Freeport pun tak mengerti bahasa mereka sebab sebagian besar datang
  dari luar Papua.

  Keesokan harinya, saat para pekerja bangun tidur, mereka menemukan
  perkemahan sudah dipagari tonggak seperti salib digantungi berbagai
  bunga dan daun. Di tengah kecemasan itu, untung terpikir untuk memberi
  suku-suku Papua itu makanan. Makanan diterima dan suku2 itu pulang.
  Keesokan harinya datang lagi, tetapi kali ini untuk membantu tim
  mengangkati batu-batu dari Ertsberg. Lalu mereka pulang.

  Kedatangan yang berikutnya, suku2 ini membawa seorang anak bernama
  Karel didikan misionaris. Anak ini bisa berbahasa Indonesia walaupun
  patah-patah. Akhirnya, terungkaplah bahwa keinginan suku2 ini yaitu
  mereka minta ganti rugi atas gunung mereka yang telah digali. Tentu saja
  suku2 ini tidak tahu bahwa di Jakarta kontrak pertambangan antara
  Pemerintah Indonesia dan Freeport telah ditandatangani setahun
  sebelumnya, 1966.

  Minta ganti rugi ? Dengan serentak, sang superintendent Freeport tanpa
  segan-segan memberikan berbilah-bilah parang sebagai ganti Ertsberg.
  Ternyata, belasan parang itu diterima dengan sangat sukacita oleh para
  anggota suku. Seorang kepala suku lalu menyerahkan sebilah pisau batu
  kepada si pembeli gunung sebagai hadiah tanda sukacita. Lalu, si
  kepala suku menari-nari di depan tim Freeport sambil mengeluarkan
  

[mediacare] Pengumuman : Penghargaan Tahunan AJI-UNICEF untuk Karya Jurnalistik Terbaik tentang Anak

2007-09-11 Terurut Topik Rach Leed
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerjasama dengan The United Nations 
Children's Fund (UNICEF) mengadakan seleksi Penghargaan Tahunan AJI-UNICEF
untuk Karya Jurnalistik Terbaik tentang Anak

Peliputan tentang  anak semakin mendapat perhatian di tahun ini, khususnya 
dengan mencuatnya kasus penculikan Raisah Ali. Pada tahun sebelumnya, Mohammad 
Azwar atau Raju, juga mendapat sorotan media. Raju, bocah berusia delapan tahun 
sempat mendekam di rumah tahanan Pangkalan Brandan Langkat, Sumatera Utara 
karena berkelahi dengan kakak kelasnya. Pada tahun 2004-2005, kasus busung 
lapar yang muncul di Nusa Tenggara Timur dengan korban termasuk anak-anak juga 
mendapat perhatian media. 

Dari beberapa kasus, terlihat bahwa media hanya akan memberitakan soal anak 
ketika ada kasus besar yang menghebohkan. Apakah ini karena pemberitaan tentang 
anak dianggap kurang  layak jual? Pada kebijakan media, peliputan tentang anak 
ditempatkan pada ranking kesekian. 
 
Penelitian yang dilakukan AJI di tahun 2006-2007 di 7 kota di Indonesia, 
mendapatkan kenyataan bahwa peliputan tentang anak memang tidak dianggap 
sebagai  isu seksi. Ibaratnya hanya sebagai pelengkap dan tak memiliki daya 
jual.  Dari 132 jurnalis (100%), sebanyak 42 jurnalis (31,81 %) mengatakan, 
pemberitaan tentang anak sudah dilakukan, meskipun tidak dalam setiap edisi. 
Sebanyak 54 jurnalis (40,90%)  mengaku medianya jarang atau kadang-kadang saja 
memuat berita soal anak. Lalu sekitar 30 jurnalis (22,72%) menyatakan medianya 
hampir memuat permasalahan anak setiap edisi terbit. Sedangkan sebanyak 6 
jurnalis (4,54%) mengatakan medianya tidak pernah memuat permasalahan anak.  
Lalu, apakah media telah ramah pada anak? Apakah media pada saat melakukan 
peliputan mempertimbangkan psikologis anak? Inilah ide awal yang mendorong 
AJI-UNICEF untuk memberikan Penghargaan Tahunan AJI-UNICEF untuk Karya 
Jurnalistik Terbaik tentang Anak. Sebelumnya pada penghargaan AJI-UNICEF tahun 
lalu, isu kekerasan menempati posisi teratas. Banyak jurnalis yang memotret 
kehidupan remaja di balik terali besi. Setelah itu, isu anak dan kasus-kasus 
kesehatan menempati urutan berikutnya. 
Pada tahun ini kami bermaksud kembali memberikan Penghargaan Tahunan 
AJI-UNICEF untuk Karya Jurnalistik Terbaik tentang Anak dengan memperluas 
kriteria kepesertaan yang terdiri dari jurnalis media cetak/on line, radio dan 
televisi. Penghargaan ini diharapkan dapat menampilkan karya jurnalistik yang 
berbobot dan berprespektif anak. 

Ketentuan

1.  Karya jurnalistik ( cetak/on line, radio, TV ) berupa feature tentang 
anak. 
2.  Setiap jurnalis/media baik media cetak/online, radio dan televisi 
seluruh Indonesia   dapat mengikuti perlombaan ini. Karya dilengkapi dengan 
fotokopi kartu pers yang masih berlaku.  
3.   Setiap peserta hanya bisa mengajukan satu karya.
4.  Karya peserta harus pernah dipublikasikan pada media massa umum pada 
periode waktu antara 1 September 2006 – 25 Oktober 2007. 
5.  Karya harus sudah diterima panitia paling lambat 31 Oktober 2007. 
Tepatnya pukul :17:00 WIB.
6.  Karya harus dilengkapi dengan pernyataan bahwa karya adalah karya 
orisinal, bukan saduran, terjemahan dan tidak termasuk advertorial komersial.
7.  Ralat, jika ada, harus disertakan. 
8.  Karya belum pernah memenangkan lomba jurnalistik.
9.  Karya yang sudah dikirim ke panitia tidak akan dikembalikan.
10.  Keputusan juri tidak bisa diganggu gugat.
11.  Untuk karya di media cetak, peserta harus mengirim copy asli kliping 
beserta soft copy karya yang sudah dimuat. Untuk media online, peserta harus 
mengirim karya berupa print out yang sudah di-copy langsung dari situs 
beritanya. Redaktur media online yang bersangkutan juga diminta membuat 
pernyataan bahwa karya yang dikirimkan memang pernah dimuat di media tersebut. 
12.   Untuk karya di media radio, peserta harus mengirim karyanya dalam bentuk 
kaset atau compact disk (CD). Untuk karya di media televisi, peserta harus 
mengirimkan karyanya dalam bentuk kaset video compact disk (VCD). Diharapkan 
agar menuliskan nama dan asal media di kepingan CD dan VCD.
13. Hadiah yang diberikan masing-masing sebesar Rp 6,5 juta (pemenang I per 
kategori), Rp 5 juta (pemenang II per kategori) dan Rp 4 juta (pemenang III per 
kategori)
14. Kirimkan karya jurnalistik ke Sekretariat AJI Indonesia di : Jl. Kembang 
Raya 6, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat 10420 atau via e-mail ke [EMAIL 
PROTECTED] Nomor Telepon/fax : 021-3151214/021-3151261. Atau hubungi panitia 
Penghargaan Tahunan AJI-UNICEF untuk Karya Jurnalistik Terbaik tentang Anak 
via email [EMAIL PROTECTED] via telepon dengan Alida (HP : 
081330392480,02199587758) atau Minda (HP:08128572252).
Dewan Juri Lomba Penulisan Anak 

  I.   Dewan Juri Kategori Cetak
  a. Santi Kusumaningrum  (UNICEF)
  b. Willy Pramudya (AJI)
  c. Ninuk Mardiana Pambudy (Jurnalis Senior Kompas)
  d. Magdalena Sitorus (Komisi Perlindungan Anak)

  II.Dewan Juri 

Re: [mediacare] Pengikut PKS memang tidak merokok

2007-09-11 Terurut Topik didik purwanto
Kalo katanya Gus Pur (Republik Mimpi), gitu aja koq repot!!!
  Hukum merokok menurut yang saya ketahui adalah makruh. Artinya bagi yang 
menjalankan, tidak berpahala. Sebaliknya, yang meninggalkan, malah berpahala. 
  Mo pilih mana? 
  Masa dikasih pahala ga mau? 
  Toh, para perusahaan rokok sudah mewanti-wanti, rokok bisa menimbulkan 
impotensi dan gangguan janin serta penyakit berbahaya lainnya. 
  Masalahnya, bukan kita tidak bisa baca tulisan itu, tapi malas baca karena 
saking asyik menikmati rokoknya. 
  Ya kalo perusahaan sudah memberi peringatan besar-besar seperti itu, terus 
Anda langgar, berarti resiko ditanggung pribadi. 
  Ga apalah, saya berterima kasih buat yang merokok. Anda telah menyumbang 
pendapatan terbesar dari bea cukai (rokok kan cukainya besar) sehingga bisa 
menambah kas negara terlebih di kota/kabupaten tempat perusahaan rokok itu 
berproduksi.
  Walau saya tidak merokok, terima kasih buat Gudang Garam (asal lahir saya di 
Kediri Jatim) yang telah membangun sarana  prasarana untuk keindahan Kediri 
yang makin BERSINAR INDAH.
  Buat PKS, salut!! teruskan perjuanganmu
   
  Didik
  Salam dari Bali
   
  

andree stroo [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Saat saya dulu bergabung di PKS memang di larang keras merokok. Sebab 
saat itu saya masih duduk di kelas 5 SD. 

PKS yang saya maksud adalah Patroli Keamanan Sekolah, yang membantu teman-teman 
menyeberang jalan...he...he...he...

respati putra [EMAIL PROTECTED] wrote:  
menurut saya ini bahasan yg bodoh dan dicari2, apakah salah kalau tidak 
merokok? apakah ada kaitannya tdk merokok dengan partai? merokok atau tdk 
adalah hak azasi bukan? saya ingin bertanya pada anda semua, apa sih yg anda 
takuti dari PKS? padahal anda belum mengenal betul mereka, ibarat menilai isi 
rumah orang lain tapi anda hanya menilai dari sebrang jalan yg gak mungkin anda 
dapat melihat apa isi di dalam rumah tersebut

  - Original Message 
From: Widi [EMAIL PROTECTED]
To: mediacare@yahoogroups.com
Sent: Saturday, September 8, 2007 11:05:11 AM
Subject: Re: [mediacare] Pengikut PKS memang tidak merokok


  kok mirip dengan jawaban2 pak Wido beberapa bulan yang lalu mengenai mengenal 
PKS ya?
  meskipun waktu itu topiknya bukan mengenai merokok.
  atau kader2 PKS memang mendapat training begitu?
   
  salam,
widi
  
 
  On 9/7/07, Budi - Production Control [EMAIL PROTECTED] co.id wrote: 
Mas Ananto,

Anda bertempat tinggal dimana?
Kota? Kecamatan? Kelurahan?

Anda bisa mulai dengan mendatangi kantor DPD PKS di kota Anda.
Pasti 100% pengurus DPD tidak merokok.

Anda masih penasaran? 

Kunjungi kantor DPC di Kecamatan dimana Anda tinggal.
Keadaan serupa akan Snda temui di tingkatan ini.

Anda masih belum yakin ?

Silakan Anda bersilaturahmi ke kantor DPRa di tingkat Kelurahan.
Insya Allah pengurus DPRa dengan senang hati memberikan alasan mengapa mereka 
tidak merokok.

Wassalaam,
Budi-pc

- Original Message - 
From: anantö/ 
To: [EMAIL PROTECTED] ps.com 
Sent: Thursday, September 06, 2007 2:52 PM
Subject: Re: [mediacare] Wartawan Disudut Rokok

Kenapa 100% tidak merokok? Anda yakin banget bisa sampai 100% begitu.

Ananto

MOD:
Pak Budi benar. Para kader PKS memang disyaratkan untuk tidak merokok. Jadi 
kalau Anda lihat ada lelaki yang merokok, pasti bukan kader PKS. Mungkin 
sekadar simpatisan bolehlah. Para pengurus PKS juga tidak boleh bersalaman 
dengan lawan jenis. Apalagi cipika cipiki. Dan yang perempuan wajib berjilbab 
panjang (kalau bisa warna putih). Kalau ada perempuan berjilbab, tapi 
bawahannya celana jeans, pasti bukan kader PKS. Betul kan Pak Budi? 














  
-
  Park yourself in front of a world of choices in alternative vehicles.
Visit the Yahoo! Auto Green Center.  




  'Andree S'troo'
  AudioPro Magazine
  Pulo Buaran III F5-6 BPSP
  Kawasan Industri Pulo Gadung, Jaktim 13930
  Telp. 021 - 4619502 / 03  Fax. 46826450
  HP ; 08128057679
www.audiopro.co.id


-
  Boardwalk for $500? In 2007? Ha! 
Play Monopoly Here and Now (it's updated for today's economy) at Yahoo! Games.  

 

   
-
Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! 
FareChase.

Re: [mediacare] help me cp ahmad bahrudin qoryah thoyyibah

2007-09-11 Terurut Topik radjimo Sastro Wijono

dh,
thank informasinya, teman2 STN.




MARI JADIKAN INDONESIA LEBIH BAIK!
Dji Radjimo
0817 814 624





From: Serikat Tani Nasional [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: mediacare@yahoogroups.com
To: mediacare@yahoogroups.com
Subject: Re: [mediacare] help me cp ahmad bahrudin qoryah thoyyibah
Date: Tue, 11 Sep 2007 16:27:28 +0700

Untuk Bung Radjimo,

Silahkan hubungi bung Imam-SPPQT di no-0817240700. Semoga dia bisa 
membantu.

Wassalam,

- Isty -
--
---
Komite Pimpinan Pusat - Serikat Tani Nasional
[Sementara] Jl. Pustaka Jaya II No. 3, Rawamangun, Jakarta Timur,
Indonesia 13220.
Fax: +62-21-4757281
M-phone +62 856 8075066
Email  : [EMAIL PROTECTED]
Blog : http://serikat-tani-nasional.blogspot.com
---

_
Search from any Web page with powerful protection. Get the FREE Windows Live 
Toolbar Today!  http://toolbar.live.com/?mkt=en-id



[mediacare] Fall Out Boy Wins BEST GROUP at the MTV US Video Music Awards!!

2007-09-11 Terurut Topik Sekar, Pitta
 

FALL OUT BOY WINS BEST GROUP AWARD AT MTV VMAs - AND HOSTS FRIENDS AND
ENEMIES SUITE FOR RIHANNA, PANIC! AND OTHERS 

 

I'M LIKE A LAWYER...(ME  YOU) VIDEO, SHOT IN UGANDA WITH INVISIBLE
CHILDREN ORGANIZATION, PREMIERES THIS WEEK ON AOL

 

Fall Out Boy sets live performances  video discussions this week: at
MTV's TRL studios, on FUSE network's The Sauce, and first appearance
on Live with Regis  Kelly

 

The Young Wild Things Tour opens October 18th in Columbus, Ohio, FOB
headlining, with Gym Class Heroes, Plain White T's,  Cute Is What We
Aim For

 

 

(September 11, 2007 - New York, NY)  Multi-platinum Island
Records group Fall Out Boy took home their third consecutive Moonman at
this week's annual MTV VMAs at the Palms in Las Vegas, winning the
coveted Best Group award, and doing double duty as house band at their
VMA Fantasy Suite.  

 

Fall Out Boy's Friends and Enemies VMA suite was THE place
to be during the two-hour bash, as they interspersed their televised
live performances (ranging from Sugar, We're Going Down, Thnks fr th
Mmrs, The Carpal Tunnel Of Love, and This Ain't a Scene, It's an
Arms Race, featuring Lil Wayne, to covers of Michael Jackson's Beat
It, Top Gun Theme, and Akon's Don't Matter), with a guest
appearance by fellow Island Def Jam artist and two-time VMA winner
Rihanna (backing her on her single, Shut Up and Drive), plus drop-ins
from NE-YO, Panic! At the Disco, Cobra Starship, and Gym Class Heroes -
who join FOB on their upcoming The Young Wild Things Tour, opening
October 18th in Columbus, Ohio (please see tour dates below).

 

As Fall Out Boy's RIAA platinum new album INFINITY ON HIGH
moves into its 31st week on the Billboard 200 album chart (after
debuting at #1), the fourth single is getting off to a fast start: I'm
Like a Lawyer with the Way I'm Always Trying To Get You Off (Me  You)
was one of the most added songs at the Top 40 radio format when it
impacted this past week.  I'm Like a Lawyer...(Me  You) follows up
The Take Over, The Breaks Over, Thnks fr th Mmrs, and This Ain't a
Scene, It's an Arms Race - all three of which went to #1 on MTV's TRL
video countdown.

 

Fall Out Boy traveled to Africa for the first time in July,
to film the video in Uganda for I'm Like a Lawyer...(Me  You) with
director Allen Ferguson, in partnership with the non-profit
organiza-tion Invisible Children.  The organization is dedicated to
curbing the problem of children forced to flee their homes at night, to
find shelter miles away in hospitals or bus parks, in order to escape
being abducted and pressed into service as child soldiers in the rebel
LRA (Lord's Resistance Army).

 

The video for I'm Like a Lawyer...(Me  You) will make its
exclusive premiere on AOL this Thursday, September 13th, and will then
be available to all outlets beginning the next day.  Also on Thursday,
the band will stop by MTV's TRL studio on Times Square to discuss their
VMA win and the making of the new video.  The following day has been
officially named Fall Out Boy Friday by the FUSE network; topped off
by the band's performance of I'm Like a Lawyer...(Me  You) on FUSE's
one-hour show The Sauce, which will be entirely devoted to FOB.  In
addition, Fall Out Boy will make their very first appearance Wednesday,
September 12th, on ABC's Live with Regis  Kelly, where they will
perform the song live and discuss the new video. 

 

While in Africa, Fall Out Boy traveled to South Africa for a
sold-out-in-advance performance to over 18,000 fans at the Coca-Cola
Dome in Johannesburg.  They became the first U.S. band to perform on the
popular young adult show The Wildroom, and wrapped up the trip with a
visit to Sun City for a safari that was filmed as well.  Prior to the
African journey they headlined the 42-city Honda Civic Tour of North
America from April through June, drew  the NBC's Today Show's biggest
outdoor audience ever for their live performance outside on the Plaza,
and then appeared at Al Gore's prestigious Live Earth Festival at Giants
Stadium in New Jersey on July 7th, along-side Bon Jovi, Kanye West,
Madonna, and other top acts.

 

INFINITY ON HIGH is the follow-up to From Under The Cork
Tree, Fall Out Boy's Island debut of May 2005, which spent 72 weeks on
the Billboard 200 albums chart and has sold more than 3 million copies
worldwide.  Chicago's Fall Out Boy - Patrick Stump (vocals/guitar), Pete
Wentz (bass), Joe Troh-man (guitar), and Andy Hurley (drums) - won the
coveted MTV2 Award in 2005 (for their first Island single, Sugar, We're
Going Down), then won a second consecu-tive Moonman when Dance, Dance
took 2006's MTV VMA Viewers Choice Award.  Since their first major
market headlining North American arena tour in spring 2006, they have
appeared on the covers of Rolling Stone, Spin, Blender, and Alternative
Press and have performed on NBC's Saturday Night Live, The Tonight Show
with Jay Leno, and Late Night with 

[mediacare] Hari ini nurdin halid dilantik

2007-09-11 Terurut Topik siauw ve
Hari ini nurdin halid dilantik jadi anggota dpr. Hayo ngaku siapa yang milih 
dia untuk mewakili dirinya ? Sedih aku


   

Be a better Globetrotter. Get better travel answers from someone who knows. 
Yahoo! Answers - Check it out.
http://answers.yahoo.com/dir/?link=listsid=396545469

[mediacare] Novel dgn penghargaan terbanyak

2007-09-11 Terurut Topik Penerbit Matahati
Novel The Sea of Trolls mendapatkan lebih dari 25 penghargaan diantaranya:
ALA Best Book for Young Adults, Parents' Choice Gold Award, Judy Lopez
Memorial Award, Kirkus Editor's Choice, Mythopoeic Fantasy Award, Publishers
Weekly Best Book, Washington Post Best Book, dll

Buku ini merupakan novel fiksi sejarah tentang viking dengan berbagai
legendanya dengan gambacaran cerita:

Di tahun 773, sekelompok prajurit terkuat Viking (berserker) menyerang
pantai Inggris. Semua desa yang mereka lalui dihancurkan. Jack dan adiknya,
Lucy, menjadi tawanan mereka.

Ternyata takdir memilih jalan yang berbeda. Ditemani Olaf One Brow dan
Thorgil si Prajurit Perawan, Jack melakukan perjalanan ke negeri Troll,
Jotunheim. Misi mereka akan menentukan nasib seluruh berserker. Dapatkah
Jack mengikuti jejak Odin, dewa terkuat bangsa Viking?

Beberapa pujian untuk buku ini:
Sebuah cerita yang berdasarkan sejarah, namun membubung tinggi dengan
imajinasi yang memesona.
– New York Times

Sejarah, Legenda dan mitologi bangsa Viking diramu menjadi satu dalam kisah
petualangan yang tidak sekadar mencekam, tapi juga menghadirkan nilai-nilai
keutamaan.
–  Majalah Gatra

Petualangan yang seru dengan perpaduan memikat antara sejarah dan dongeng.
Kisahnya mengajarkan bahwa kekuatan dapat timbul dari keberanian dan kasih
sayang.
– Riyanti Cartwright (VJ Riyanti)


Judul Buku: The Sea of Trolls
Pengarang: Nancy Farmer
Jumlah Halaman: 544 hal
Dimensi Buku: 13 X 20,5
Harga Buku   : Rp. 64.000,-


[mediacare] rilis atas penyadapan terhadap wartawan TEMPO

2007-09-11 Terurut Topik Arif Zulkifli
*ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN* JAKARTA



Nomor : 05/AJIJAK-Adv/Pers/IX/2007

Perihal : Siaran Pers untuk segera disiarkan

*Siaran Pers Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta atas tindakan 

penyadapan dan intimidasi berkedok penegakan hukum terhadap wartawan 

Majalah Tempo, Metta Dharmasaputra*

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta mengutuk terjadinya tindakan 

penyadapan telepon genggam yang dilakukan pihak-pihak yang tidak 

bertanggungjawab atas wartawan Majalah Tempo, Metta Dharmasaputra. AJI 

menilai terjadinya penyadapan atas wartawan investigatif dari salahsatu 

media terkemuka di Indonesia ini adalah tanda-tanda bahaya yang 

menandakan kebebasan pers di negeri ini kembali terancam.

Jika komunikasi wartawan yang melakukan tugas jurnalistiknya di bawah 

naungan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers bisa dengan seenaknya 

disadap dengan dalih penegakan hukum, maka masa depan kebebasan pers di 

negeri ini sudah gelap gulita. Terlebih jika benar penyadapan itu 

dilakukan untuk melindungi kepentingan pihak-pihak yang selama ini 

justru melakukan pelanggaran hukum dengan manipulasi pajak yang 

merugikan negara sampai triliunan rupiah.

Selain itu, AJI Jakarta juga menyesalkan cara-cara Polda Metro Jaya 

menegakkan hukum dengan mengabaikan prinsip-prinsip perlindungan kepada 

kebebasan pers dan hak wartawan mencari informasi yang dilindungi 

undang-undang.

Adalah benar wartawan Tempo, Metta Dharmasaputra, menjalin komunikasi 

dengan mantan karyawan PT Asian Agri, Vincentius Amin Sutanto, sejak 

akhir 2006 lalu, dalam rangka tugas jurnalistik. Saat itu belum jelas 

benar status hukum Vincentius Amin Sutanto. Motif utama komunikasi 

tersebut adalah penggalian data-data penting mengenai manipulasi pajak 

PT Asian Agri yang dipegang Vincentius, yang kemudian dipublikasikan 

sebagai Laporan Utama Majalah Berita Mingguan Tempo pada Januari 2007 lalu.

Sebagai tindak lanjut dari pemberitaan tersebut, pada pertengahan 

Januari, tim gabungan Direktorat Pajak Departemen Keuangan dan Komisi 

Pemberantasan Korupsi mendatangi kantor PT Asian Agri di Jakarta dan 

Medan dan menyita sejumlah dokumen. Bahkan pada Mei 2007, Dirjen Pajak 

Darmin Nasution menegaskan pemerintah sudah menemukan bukti awal pidana 

pajak PT Asian Agri dengan kerugian negara ditaksir mencapai Rp 786 

miliar. Lima direksi perusahaan itu ditetapkan sebagai tersangka. Semua 

ini adalah berkat informasi penting yang disampaikan Vincentius Amin 

Sutanto sebagai /whistle blower/ yang membongkar praktek biadab yang 

merugikan keuangan negara.

Namun, meski sudah nyata-nyata membantu membongkar kasus ini, Vincentius 

justru diganjar hukuman penjara 11 tahun pada Agustus 2007 lalu, karena 

dinilai terbukti melakukan pidana pencucian uang. Tak puas dengan 

keberhasilan membui seorang /whistleblower/, polisi kini juga 

mengincar wartawan Tempo, Metta Dharmasaputra, yang membantu mengungkap 

kasus ini kepada publik. Buktinya, pada awal September lalu, Kepala 

Satuan II/Fismondev Polda Metro Jaya, AKBP Aris Munandar, melayangkan 

surat panggilan kepada Metta untuk menjadi saksi berkaitan dengan 

pelarian Vincentius ke Singapura.

Pada saat bersamaan, di kalangan wartawan juga beredar salinan 

percakapan SMS dari telepon genggam Telkom Flexy milik Metta 

Dharmasaputra dengan sejumlah pihak. Seorang pejabat Telkom memastikan 

salinan itu memang dikeluarkan atas permintaan aparat penegak hukum.

Semua fakta dan bukti di atas cukup untuk membuat AJI Jakarta prihatin 

dan menyesalkan arah penyelidikan polisi dalam kasus ini. Patut diduga 

polisi bertindak bukan atas kepentingan umum dan mengabaikan prosedur 

penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui telekomunikasi seperti 

diatur UU Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan Peraturan 

Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000. Dalam dua aturan itu, penyadapan atau 

permintaan informasi percakapan melalui telekomunikasi hanya bisa 

dilakukan atas seseorang yang melakukan tindak pidana korupsi, terorisme 

dan narkoba. Sementara Metta Dharmasaputra dalam kasus ini hanya 

berstatus sebagai saksi dan nyata-nyata melakukan tugas jurnalistik 

sebagai wartawan yang dilindungi undang-undang. Apa yang dilakukannya 

sebagai wartawan dalam kasus ini semata-mata demi melindungi kepentingan 

publik yang lebih besar.

AJI Jakarta mengajak semua media, organisasi profesi wartawan, 

lembaga-lembaga yang peduli pada kebebasan pers, para jurnalis, dan 

organisasi masyarakat sipil untuk bersama melawan tekanan yang mengancam 

kebebasan pers ini.



Jakarta, 12 September 2007





*_Jajang Jamaludin_* *_Umar Idris_*

Ketua Umum Ketua Divisi Advokasi


[mediacare] OOT: Dicari Penulis untuk Dotkom

2007-09-11 Terurut Topik Ita
Bapak dan Ibu Moderator, maaf numpang iklan ya :) Terima kasih banyak

*
*

*WANTED A.S.A.P.!*





*Writer/Rewriter dan Reporter yang meliputi channel berita :*

   - *News – Sport – Economy – Politic – etc*
   - *Music*
   - *Food*
   - *Travel*

* *

*Dengan persyaratan :*

   - *Canggih, handal, cekatan dan bergaul *
   - *Bisa menulis sesuai dengan kaidah jurnalistik*
   - *Terbiasa bekerja dengan deadline*
   - *Dapat berbahasa Inggris pasif dan aktif*
   - *Berjiwa muda dan pantang menyerah!*

* *

*Kalau anda salah satu diantaranya, silahkan kirim CV beserta contoh tulisan
dan hasil foto (file jenis jpg tidak lebih dari 1 mb) via email ke
[EMAIL PROTECTED] sekarang juga and be a part of next generation!*


-- 
Warmest Regards,

~GrooveboxIta~


[mediacare] Re: rilis terhadap penyadapan wartawan TEMPO

2007-09-11 Terurut Topik mediacare
Terima kasih untuk rilisnya Mas Arif. Kebetulan saya pengguna Telkom Flexi 
juga. Mulai detik ini saya akan lebih berhati-hati memakainya, kalau perlu 
pindah ke operator ponsel lain yang punya komitmen untuk tidak menyadap 
pembicaraan yang dilakukan oleh pelanggannya.



  - Original Message - 
  From: Arif Zulkifli 
  To: [EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Wednesday, September 12, 2007 10:45 AM
  Subject: [wartawan] rilis terhadap penyadapan wartawan TEMPO



  *ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN* JAKARTA



  Nomor : 05/AJIJAK-Adv/Pers/IX/2007

  Perihal : Siaran Pers untuk segera disiarkan

  *Siaran Pers Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta atas tindakan 

  penyadapan dan intimidasi berkedok penegakan hukum terhadap wartawan 

  Majalah Tempo, Metta Dharmasaputra*

  Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta mengutuk terjadinya tindakan 

  penyadapan telepon genggam yang dilakukan pihak-pihak yang tidak 

  bertanggungjawab atas wartawan Majalah Tempo, Metta Dharmasaputra. AJI 

  menilai terjadinya penyadapan atas wartawan investigatif dari salahsatu 

  media terkemuka di Indonesia ini adalah tanda-tanda bahaya yang 

  menandakan kebebasan pers di negeri ini kembali terancam.

  Jika komunikasi wartawan yang melakukan tugas jurnalistiknya di bawah 

  naungan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers bisa dengan seenaknya 

  disadap dengan dalih penegakan hukum, maka masa depan kebebasan pers di 

  negeri ini sudah gelap gulita. Terlebih jika benar penyadapan itu 

  dilakukan untuk melindungi kepentingan pihak-pihak yang selama ini 

  justru melakukan pelanggaran hukum dengan manipulasi pajak yang 

  merugikan negara sampai triliunan rupiah.

  Selain itu, AJI Jakarta juga menyesalkan cara-cara Polda Metro Jaya 

  menegakkan hukum dengan mengabaikan prinsip-prinsip perlindungan kepada 

  kebebasan pers dan hak wartawan mencari informasi yang dilindungi 

  undang-undang.

  Adalah benar wartawan Tempo, Metta Dharmasaputra, menjalin komunikasi 

  dengan mantan karyawan PT Asian Agri, Vincentius Amin Sutanto, sejak 

  akhir 2006 lalu, dalam rangka tugas jurnalistik. Saat itu belum jelas 

  benar status hukum Vincentius Amin Sutanto. Motif utama komunikasi 

  tersebut adalah penggalian data-data penting mengenai manipulasi pajak 

  PT Asian Agri yang dipegang Vincentius, yang kemudian dipublikasikan 

  sebagai Laporan Utama Majalah Berita Mingguan Tempo pada Januari 2007 lalu.

  Sebagai tindak lanjut dari pemberitaan tersebut, pada pertengahan 

  Januari, tim gabungan Direktorat Pajak Departemen Keuangan dan Komisi 

  Pemberantasan Korupsi mendatangi kantor PT Asian Agri di Jakarta dan 

  Medan dan menyita sejumlah dokumen. Bahkan pada Mei 2007, Dirjen Pajak 

  Darmin Nasution menegaskan pemerintah sudah menemukan bukti awal pidana 

  pajak PT Asian Agri dengan kerugian negara ditaksir mencapai Rp 786 

  miliar. Lima direksi perusahaan itu ditetapkan sebagai tersangka. Semua 

  ini adalah berkat informasi penting yang disampaikan Vincentius Amin 

  Sutanto sebagai /whistle blower/ yang membongkar praktek biadab yang 

  merugikan keuangan negara.

  Namun, meski sudah nyata-nyata membantu membongkar kasus ini, Vincentius 

  justru diganjar hukuman penjara 11 tahun pada Agustus 2007 lalu, karena 

  dinilai terbukti melakukan pidana pencucian uang. Tak puas dengan 

  keberhasilan membui seorang /whistleblower/, polisi kini juga 

  mengincar wartawan Tempo, Metta Dharmasaputra, yang membantu mengungkap 

  kasus ini kepada publik. Buktinya, pada awal September lalu, Kepala 

  Satuan II/Fismondev Polda Metro Jaya, AKBP Aris Munandar, melayangkan 

  surat panggilan kepada Metta untuk menjadi saksi berkaitan dengan 

  pelarian Vincentius ke Singapura.

  Pada saat bersamaan, di kalangan wartawan juga beredar salinan 

  percakapan SMS dari telepon genggam Telkom Flexy milik Metta 

  Dharmasaputra dengan sejumlah pihak. Seorang pejabat Telkom memastikan 

  salinan itu memang dikeluarkan atas permintaan aparat penegak hukum.

  Semua fakta dan bukti di atas cukup untuk membuat AJI Jakarta prihatin 

  dan menyesalkan arah penyelidikan polisi dalam kasus ini. Patut diduga 

  polisi bertindak bukan atas kepentingan umum dan mengabaikan prosedur 

  penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui telekomunikasi seperti 

  diatur UU Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan Peraturan 

  Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000. Dalam dua aturan itu, penyadapan atau 

  permintaan informasi percakapan melalui telekomunikasi hanya bisa 

  dilakukan atas seseorang yang melakukan tindak pidana korupsi, terorisme 

  dan narkoba. Sementara Metta Dharmasaputra dalam kasus ini hanya 

  berstatus sebagai saksi dan nyata-nyata melakukan tugas jurnalistik 

  sebagai wartawan yang dilindungi undang-undang. Apa yang dilakukannya 

  sebagai wartawan dalam kasus ini semata-mata demi melindungi kepentingan 

  publik yang lebih besar.

  AJI Jakarta mengajak semua media, organisasi profesi 

[mediacare] Komentar: Time Pertanyakan Putusan MA

2007-09-11 Terurut Topik Yap Hong Gie
JUSTICE IS SERVED !!!

Ketua Fraksi PPP Lukman Hakim Saifuddin yang mengatakan bahwa, Putusan MA 
bisa menjadi lonceng kematian bagi pers di Indonesia, adalah gaya 
politisasi kampungan, dengan maksud agar media pers bergerak melawan 
ketetapan hukum dan melakukan trial by the press, menghakimi Pak Harto 
kembali.

Salam,

Yap Hong Gie


MOD:
Pak Yap, kasus Soeharto itu tertumpuk banyak. Belum lagi kasus-kasus yang 
melibatkan anak-anak dan kerabatnya. Hampir semuanya menebar malapetaka yang 
luar biasa bagi bangsa Indonesia (kecuali Pak Yap mungkin). 

Kalau Pak Harto toh memang pantas dihakimi, kenapa tidak?

Sampai nanti beliau wafat pun  pasti akan masih diributkan. Mending selesaikan 
semua sebelum dia dicabut nyawanya. 






http://www.kompas.com/

Politik  Hukum
Rabu, 12 September 2007
Kado Pahit bagi Pers
Time Pertanyakan Putusan MA

Jakarta, Kompas - Putusan Mahkamah Agung yang menghukum majalah Time edisi 
Asia untuk membayar ganti rugi Rp 1 triliun kepada mantan Presiden Soeharto 
menimbulkan banyak pertanyaan. Putusan MA ini, selain mengancam kebebasan 
pers, juga menyinggung rasa keadilan masyarakat.

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan amat prihatin dengan putusan kasasi MA. 
Putusan itu bisa menjadi lonceng kematian bagi pers di Indonesia, ucap 
Ketua F-PPP di DPR Lukman Hakim Saifuddin, Selasa (11/9).

Lukman juga heran, Mahkamah Agung (MA) membutuhkan waktu sedemikian lama, 
lebih dari enam tahun, untuk memutuskan kasasi. Perkara di bidang pers ini 
pun ditangani Ketua Muda MA Bidang Pengadilan Militer. Penunjukan Mayjen 
(Purn) German Hoediarto ini juga dipertanyakan kuasa hukum majalah Time, 
Todung Mulya Lubis.

Putusan MA itu harus ditinjau kembali (PK). MA juga harus menetapkan 
hakim-hakim agungnya yang tepat, ujar Lukman Hakim.

Ketua Komisi III DPR Bidang Hukum Trimedya Pandjaitan dari Fraksi Partai 
Demokrasi Indonesia Perjuangan menilai putusan MA tersebut menyinggung rasa 
keadilan masyarakat. Bayangkan, Soeharto dapat Rp 1 triliun. Padahal, kita 
mau mengutak-atik harta kekayaan Soeharto, susahnya bukan main. Eh, 
sekarang, Soeharto malah dapat pundi-pundi, kata Trimedya.

Ditanya apakah ada permainan uang, Trimedya spontan menjawab, Segala 
kemungkinan bisa terjadi. Ada uang atau ada kekuasaan. Trimedya juga 
mengatakan putusan MA itu akan mempermalukan Indonesia di mata 
internasional, khususnya di bidang penegakan hukum.

Ditemui seusai diskusi Membedah Undang-Undang No 40/1999 Tentang Pers dan 
Kode Etik Jurnalistik di Bandung, anggota Dewan Pers, Wina Armada Sukardi, 
kemarin, mengatakan, putusan MA itu adalah kado pahit menyambut genap 
sewindu Undang-Undang Pers. Itu dianggap hal tragis dan memukul kemerdekaan 
pers.

Menurut Wina, meskipun Time adalah majalah asing, banyak hal dalam prinsip 
pers dan jurnalistik yang seharusnya bersifat universal. Wina melihat 
sekarang masih ada pihak dengan cara-cara tertentu tidak dapat menerima 
kebebasan pers. Ini senada dengan pendapat Todung.

Todung Mulya Lubis mengatakan, putusan itu sudah keluar terlebih dahulu ke 
masyarakat sebelum diterimanya dan ini tidak patut dilakukan.


Penggembosan

Todung menilai putusan MA tersebut merupakan salah satu bentuk penggembosan 
terhadap proses hukum yang kini ditempuh oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). 
Putusan itu dikeluarkan pada saat Kejagung gencar mempersoalkan Soeharto di 
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Ketua MA Bagir Manan mengatakan, penunjukan Ketua Muda MA Bidang Pengadilan 
Militer itu karena MA tidak mengenal sistem kamar. Ini cuma urusan 
pembagian pekerjaan saja, ujar dia.

Sementara itu, German Hoediarto juga membantah jika statusnya sebagai 
purnawirawan dikaitkan dengan perkara itu. Saya clean betul. Tidak ada 
beban. Tidak ada yang nginjak, ujarnya.

Ditanya mengapa perkara baru diputus Agustus 2007 (perkara sejak 2001), 
German mengatakan, Mana saya tahu. Perkaranya baru sampai ke saya sekarang 
(2007). (ana/sut/CHE)




http://www.smh.com.au/news/world/soeharto-wins-129m-in-damages-from-time/2007/09/10/1189276642061.html

Soeharto wins $129m in damages from Time
September 11, 2007


JAKARTA: Indonesia's Supreme Court had awarded the former dictator Soeharto 
1 trillion rupiah ($129.6 million ) in damages in a lawsuit he brought 
against Time magazine, a court official said yesterday.

The decision is likely to spark outrage in Indonesia, where the ageing 
former president has avoided being brought to trial over persistent 
allegations of massive corruption during his 32 years of iron-fisted rule.

We accept the suit filed by Soeharto and refuse the decision of the Appeal 
Court and Central Jakarta District Court, a Supreme Court spokesman, 
Nurhadi, said, referring to rulings against Soeharto made in 2000 and 2001.

The court, in its August 30 ruling, had ordered that Soeharto be paid 1 
trillion rupiah in immaterial damages and that an apology be published in 
Indonesian newspapers as well as in three Time titles.

Soeharto had been seeking