Re: Ampun... ;-)

1999-02-28 Terurut Topik Rani Elsanti Ambyo

he he he..

ya sudah. Dan terima kasih...

;-)

rani.
--
> On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote:
>
> > Stay cool and kalem mbak Rani :-) dan Bang Andy... :-)
> >
> > Kadang - kadang saya harus "berputar-putar dulu" untuk sampai ke tujuan
> > yang saya maksud :-) He...he.. :-).
> > Biar seru
> >
> > Keep Smile
> > Hadeer.
> >
> > --
> > > From: Rani Elsanti Ambyo <[EMAIL PROTECTED]>
> > > To: [EMAIL PROTECTED]
> > > Subject: Ampun... ;-)
> > > Date: 01 Maret 1999 9:13
> > >
> > > Halo semua..
> > >
> > > Waduh, ampun...  Hidup saja dengan tersenyum.
> > >
> >
>



Re: Ampun... ;-)

1999-02-28 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

wah...anda puter-puter, saya yang "celeng" duluan...
maklum lah masih ada perasaan takut waktu naik mikrolet dulu, diajak
puter-puter, ngaku sang sopirnya detour padahal biar penumpangnya
olahraga diturunin beberapa blok dari tujuan.

andrew pattiwael

On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote:

> Stay cool and kalem mbak Rani :-) dan Bang Andy... :-)
>
> Kadang - kadang saya harus "berputar-putar dulu" untuk sampai ke tujuan
> yang saya maksud :-) He...he.. :-).
> Biar seru
>
> Keep Smile
> Hadeer.
>
> --
> > From: Rani Elsanti Ambyo <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: Ampun... ;-)
> > Date: 01 Maret 1999 9:13
> >
> > Halo semua..
> >
> > Waduh, ampun...  Hidup saja dengan tersenyum.
> >
>



Re: Ampun... ;-)

1999-02-28 Terurut Topik Hadeer
Stay cool and kalem mbak Rani :-) dan Bang Andy... :-)Kadang - kadang saya harus "berputar-putar dulu" untuk sampai ke tujuan yang saya maksud :-) He...he.. :-).Biar seruKeep SmileHadeer.--> From: Rani Elsanti Ambyo <[EMAIL PROTECTED]>> To: [EMAIL PROTECTED]> Subject: Ampun... ;-)> Date: 01 Maret 1999 9:13> > Halo semua..> > Waduh, ampun...  Hidup saja dengan tersenyum.> 


Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Berarti anda menarik kembali artikel yang anda postingkan dari
sabili atau apalah namanya millist itu, sesuai dengan seperti yang anda
bilang.

siapa nih yang berpura-pura bodoh dalam kategori anda?

dan yang lebih pasti lagi, kita sebagai yang tahu bahwa yang bodoh terus
dibodohi oleh yang pintar harus merubah hal ini, dengan memberi tahu yang
bodoh bahwa yang pintar itu membodohi yang bodoh.

wah..jadi anda termasuk yang smart nihnanti kalau saya yang dibodohi,
tolong saya dikasih tahu.

andrew pattiwael


On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote:

>
> > Yang jelas, kita yang berada di LN tidak bisa dijadikan sumber berita,
> > maupun yang berada di Jakarta. Pihak-pihak yang menjadi saksi hidup
> > dari kerusuhan ini sajalah yang dapat memberikan masukan yang dapat
> > dipercaya.
>
>
> Ini adalah intinya
>
> Pergunakan akal dan pikiran kita dalam membaca sebuah media dan berita.
> Jangan bertindak bodoh atau lebih parah lagi berpura-pura bodoh...be
> smart...
>
> Yang pasti...yang pintar akan memakan yang bodoh  :-)
>
> Smile and Peace...
> Hadeer
>



Ampun... ;-)

1999-02-28 Terurut Topik Rani Elsanti Ambyo

Halo semua..

Waduh, ampun... beberapa bulan ini saya ndak baca pesan-pesan di
permias... eh, lha, begitu masuk lagi, kok 'perdebatan'-nya masih di
situ-situ aja... agama lagi, agama lagi. Apa belum pada pegel? ;-)

Sudahlah. Saya lahir sebagai orang Islam kan kebetulan saja. Kalau saya
lahir sebagai orang Norwegia di dusun terpencil, kan bukan salah saya juga
kalau saya ndak tahu-menahu tentang Islam. Apa ini dosa? Terserahlah.. kok
malah kita sendiri yang sibuk ngukur dosa. Hidup saja dengan tersenyum.

Tertindas-menindas itu kan tergantung anda berdiri di mana...

Lalu soal bicara langsung pada pelaku/saksi kejadian (di Ambon or
wherever)... Saya nggak tahu gimana anda melakukannya, Bung HAdeer, tapi
saya sendiri hanya mampu bicara dengan satu-dua orang. Dan mereka ini kan
manusia yang 'subyektif' juga. Kalau saya ngobrol sama teman yang Kristen,
ya ceritanya mereka yang merasa terancam. Tapi teman yang Islam juga
merasa terancam. Sami-mawon Sama bingungnya, sama nggak ngertinya,
sama takutnya. Sama manusianya.

JAdi sudahlah. Agama itu kan ada bukan sebagai alasan buat kita untuk
memusuhi yang lain. Kriteria kafir-bukan kafir itu, kenapa harus manusia
yang pusing memikirkannya? Apa enaknya sih hidup dengan kecurigaan atau
dendam... Tuhan itu, apakah Ia beragama? Kenapa kita yang pusing...

Saya membutuhkan anda, Bung Hadeer. Agama anda, bukan urusan saya. Saya
tak punya hak untuk jadi tuhan. Kita seagama, itu kebetulan saja.

Why can't we all simply live together?

permisi,

rani.
-

On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote:

> Menurut pemikiran saya :
>
> Penganut agama Islam (baik dia orang Ambon, Sulawesi, dll) sedang menjadi
> sasaran pembakaran, pembunuhan dan penindasan.
> Pelakunya ... yang saya tidak tahu. Meskipun ada juga selain penganut agama
> Islam yang menjadi korban.
>
> Bukti jelas : Pengungsian besar-besaran orang Sulawesi Selatan keluar dari
> Ambon (Fakta dan diberitakan di seluruh media). Rekan -rekan kerja saya
> yang cuti ke Ambon untuk merayakan Idul Fitri yang berusaha mati-matian
> keluar dari Ambon bersama keluarga, padahal mereka keturunan Ambon juga.
>
> Apa artinya ??? Jiwa mereka sedang teracam.
>
> Apakah orang penganut agama Kristen yang melakukannyaapakan orang
> penganut agama Islam yang melakukannyaapakah orang yang tidak beragama
> yang melakukannya.???
>
> Sebab musabab diskusi ini adalah "Kita harus mendengar versi mana dari
> sebuah media"itu yang sesedikit mungkin kita harus jadikan patokan.
> Karena media tidak menjamin kenetralan dan keperimbangan.
>
> Mau jelaslangsung cari dari sumber yang utama, pelaku kejadian.
>
> Hadeer.
>
> --



Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Hadeer
> Yang jelas, kita yang berada di LN tidak bisa dijadikan sumber berita, > maupun yang berada di Jakarta. Pihak-pihak yang menjadi saksi hidup > dari kerusuhan ini sajalah yang dapat memberikan masukan yang dapat > dipercaya. Ini adalah intinyaPergunakan akal dan pikiran kita dalam membaca sebuah media dan berita.Jangan bertindak bodoh atau lebih parah lagi berpura-pura bodoh...be smart...Yang pasti...yang pintar akan memakan yang bodoh  :-)Smile and Peace...Hadeer


Re: Inikah calon Presiden kita?

1999-02-28 Terurut Topik Rachman Arief

Itulah ... kita tunggu saja ... yg diperlukan MS
adalah keberanian utk tampil dg pemikiran2 murninya ...
jadi kesan pengkultusan bisa mulai dieliminir...
Saya pikir bung Blucer juga setuju ...


-Original Message-
From: Dodo D. <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Monday, March 01, 1999 6:41 AM
Subject: Re: Inikah calon Presiden kita?


>Wah..wah..wah,
>Saya rasa pak Harto dulu ndak kurang kurangnya turun ke daerah
>membantu rakyat. Tapi karena rakyat tidak pernah di didik politik
>secara terbuka, dan pak Harto tidak pernah di debat di depan umum,
>akhirnya rakyat ya bodoh saja. Orang orang di sekeliling pak Harto
>selalu membenarkan ucapan dan tindakannya, sehingga rakyat yang
>bodohpun ikut2an memberikan pembenaran. Akhirnya terjadilah
>pengkultusan individu terhadap seorang yang namanya Soeharto.
>
>Apakah kita ingin mengulang kebodohan masa lalu?
>
>Kalau saya kok ndak mau.
>
>
>---Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>> Lebih setuju lagi kalau kemampuan menjawab pertanyaan rakyat segera
>> direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah banyak krisis dan
>> penderitaan rakyat yang terjadi, saya kira menjawab pertanyaan dalam
>> diskusi tidak cukup untuk rakyat, yang diharapkan pemimpin langsung
>> turun kelapangan untuk mengurangi penderitaan rakyat.
>> Sekali lagi, semoga niat MS untuk turun kelapangan segera diikuti oleh
>> pemimpin yang lain.
>> peace.
>>
>> Yuni Wulandana wrote:
>> >
>> > Assalamu'alikum ww
>> >
>> > Maaf ikut nimbrung.
>> > Saya sendiri cenderung melihat bahwa yg terjadi pada
>> > talk show adalah tidak saja kemampuan dari peserta
>> > secara individual, tapi juga kemampuan suatu team
>> > yang diwakili oleh individu tersebut. Persiapan utk menghadapi
>> > talk show bukanlah tugas sebuah individu, tapi sebuah
>> > team. Seorg peserta (individu) yg 'kelabakan' adalah
>> > bukti tidak saja kurang siapnya dia secara individu tapi
>> > juga team yg mempersiapkannya. Mugkin mereka kurang
>> > ber'brain storming' sebelum acara tsb atau sebab lain.
>> >
>> > Namun seperti juga  pelajar yg baik yg tidak belajar semalam
>> > sebelum ujian berlangsung, sebuah partai tidaklah berbrain storming
>> > hanya sebelum kampanye atau talk show. Menjawab sejuta
>> > pertanyaan yg ada di masyarakat sekarang adalah tugas sebuah
>> > partai. Tidaklah seperti sebuah PR dimana pak guru mengetahui
>> > jawaban yg benar dan sang pelajar berusaha menemukannya,
>> > dan pak guru memberinya nilai seratus jika dia menemukannya,
>> > masyarakat tidak pernah tahu jawaban yg benar. Mereka hanya
>> > tahu sejuta pertanyaannya saja. Partai tidaklah mampu mencari jawban
>> > yag benar, karena kalau pun benar, masyarakat toh tidak tahu.
>> > Partai hanyalah berusaha mencari jawaban yg cukup meyakinkan
>> > di mata masyarakat. Apakah itu jawaban yg benar ? Hanya perjalanan
>> > waktu yang bisa menjawabnya.
>> >
>> > Jika usaha menjawab ini dilakukan secara intensif oleh sebuah
>partai.
>> > atau setidak-tidaknya sebuah think tank partai, maka pertanyaan2
>> > yg terlontar di talk show bukanlah suatu kejutan. Walhasil,
>> > menjawabnya adalah hal yg enteng dilakukan .Bahwa yg melontarkan
>> > pertanyaan tidak puas dengan jawaban yg disediakan oleh sebuah
>> > partai, itu adalah urusan lain. In fact itu adalah urusan si
>pelontar perta-
>> > nyaan itu sendiri, apakah dia akan memilih partai itu atau tidak
>karena
>> > tidak memberikan jawab yg memuaskannya. Sebuah partai tidak
>menjawab pertanyaan
>> >
>> > berdasarkan keinginan masyarakat tapi berdasarkan visinya sendiri.
>> > Jawaban oleh sebuah partai adalah visi partai tsb.
>> >
>> > Kesimpulannya, saya setuju dengan pak Nur bahwa talk show janganlah
>> > dianggap sebagai budaya asing. Ibarat mengendarai mobil, janganlah
>> > dipandang sebagai budaya asing, tapi simaklah manfaatnya. Tentu saja
>> > utk dapat memanfaatkannya kita harus belajar mengendarai mobil,
>> > tidak bisalah kita terus terusan meminta orang lain utk menyetirnya
>> > buat kita. Kesimpulan kedua adalah bahwa keberhasilan menjawab
>> > seorg individu di talk show tidak hanya refleksi kemampuan
>individualnya
>> > tapi juga refleksi kemampuan think tank bahkan the whole party
>> > yg diwakilinya untuk menjawab tantangan masa depan.
>> >
>> > baiklah sudah terlalu panjang nimbrungnya, sekian dulu,
>> > selamat berdiskusi.
>> >
>> > doni
>> > Pittsburgh
>> >
>> > N.S. Sisworahardjo wrote:
>> >
>> > > Assalamu'alaikum wr. wb.
>> > >
>> > > Mas Budi yang budiman,
>> > >
>> > > Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat
>dengan anda
>> > > tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang
>sependapat dengan
>> > > pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika.
>Prinsip demokrasi
>> > > adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan
>berlangsungnya
>> > > komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2
>partai
>> > > dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam
>pertunjukan

Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Menurut apa yang saya tangkap:
bukan hanya yang Muslim saja yang menjadi sasaran pembakaran, pembunuhan
dan penindasan. Yang Kristen juga menderita yang sama dengan yang Muslim.

Fakta:
Kampung/negeri Kristen dan Islam saling serang menyerang
Yang Kristen dan Islam sama sama resah tidak bisa merasa aman di Kota Ambon
Fakta bahwa sejak dahulu di Maluku, yang Islam dan yang Kristen telah
hidup berdampingan dan sebelum Kerusuhan di Ambon ini keadaan di Maluku
selalu aman-aman saja antar sesama pemeluk beragama.
Fakta bahwa tidak semua orang Ambon Kristen adalah preman-preman bayaran
seperti yang selama ini dilukiskan oleh beberapa media di Jakarta yang
mempunyai kedekatan dengan beberapa golongan agama.

Bahwa, Kristen dan Islam sama-sama menghadapi suatu Kekuatan Luar yang ingin
menghancurkan persaudaraan yang telah mereka bina selama berabad-abad.
Siapapun golongan, orang, pihak, kesatuan manapun, inilah yang seharusnya
Dilawan.

Mungkin Pihak Luar ini ingin menunjukan bawah bukan hanya Muslim yang dapat
menindas, membakar, membunuh, tetapi yang selama ini karena keminoritasannya
, Kristen, juga dapat berbuat yang sama dan mungkin dapat lebih kejam lagi.
Dan lebih parah lagi, kalau memang keterlibatan preman-preman yang
berlatar belakang Ambon dan beragama Kristen ini adalah pelakunya,
maka pihak luar ini berharap Mayoritas Muslim di seluruh Indonesia akan
mengambil tindakan dan membalas dendam thd minoritas Kristen di tempat lain
dan semoga kejadian di Ambon dapat memicu tindakan anarkis ditempat lain
terutama yang didasari oleh balas dendam Muslim thd Kristen.
nah skenario selanjutna sudah bisa kita tebak.

Siapa pun pelakunya tidak bisa diidentikan dengan sebuah agama maupun
tidak beragama. Yang harus dilihat adalah motif dan tujuan dari pelaku
tersebut.

Apakah selama ini Korupsi selalu diidentikan dengan agama, suku dll?
Yang Kristen, Muslim, Pribumi, Keturunan juga ada yang jadi Koruptor.
Ada yang memperkosa, ada yang diperkosa dll.

Yang jelas, kita yang berada di LN tidak bisa dijadikan sumber berita,
maupun yang berada di Jakarta. Pihak-pihak yang menjadi saksi hidup
dari kerusuhan ini sajalah yang dapat memberikan masukan yang dapat
dipercaya.



Andrew pattiwael

On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote:

> Menurut pemikiran saya :
>
> Penganut agama Islam (baik dia orang Ambon, Sulawesi, dll) sedang menjadi
> sasaran pembakaran, pembunuhan dan penindasan.
> Pelakunya ... yang saya tidak tahu. Meskipun ada juga selain penganut agama
> Islam yang menjadi korban.
>
> Bukti jelas : Pengungsian besar-besaran orang Sulawesi Selatan keluar dari
> Ambon (Fakta dan diberitakan di seluruh media). Rekan -rekan kerja saya
> yang cuti ke Ambon untuk merayakan Idul Fitri yang berusaha mati-matian
> keluar dari Ambon bersama keluarga, padahal mereka keturunan Ambon juga.
>
> Apa artinya ??? Jiwa mereka sedang teracam.
>
> Apakah orang penganut agama Kristen yang melakukannyaapakan orang
> penganut agama Islam yang melakukannyaapakah orang yang tidak beragama
> yang melakukannya.???
>
> Sebab musabab diskusi ini adalah "Kita harus mendengar versi mana dari
> sebuah media"itu yang sesedikit mungkin kita harus jadikan patokan.
> Karena media tidak menjamin kenetralan dan keperimbangan.
>
> Mau jelaslangsung cari dari sumber yang utama, pelaku kejadian.
>
> Hadeer.
>
> --
> > From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>
> > To: Hadeer <[EMAIL PROTECTED]>
> > Cc: [EMAIL PROTECTED]
> > Subject: Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
> > Date: 01 Maret 1999 7:59
> >
> > Menurut pendapat anda yang logis-nya itu apa?
> > Mayoritas korban Agama A sedang tertindas, tetapi diberitakan Agama A
> > menindas agama B ( Agama Islam sedang tertindas, tetapi diberitakan Agama
> > Islam menindas Kristen ) penafsiran saya benar ngga nih?
> >
> > Fakta dan analisa anda sendiri berkata apa?
> >
> > Agama yang menindas dan masih berkelit ini saya tafsir Kristen?
> >
> > mungkin anda bisa menjelaskannya kepada saya,
> >
> >
> > andrew pattiwael
> >
>



Re: 25 cents/menit nelpon ke Indonesia

1999-02-28 Terurut Topik Donny Timotius Leon Manafe




 

-Original Message-From: 
Ismail Rahim <[EMAIL PROTECTED]>To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>Date: 
Wednesday, February 10, 1999 11:18 PMSubject: 25 cents/menit 
nelpon ke Indonesia25 cents/min ke 
Indo   
KEPADA TEMAN-TEMAN YANG INGIN MENELPON KE INDONESIA,SAYA ADA KARTU BAGUS 
DAN MURAH CUMAN 25 CENTS/MENIT.KARTU SEHARGA $20 BISA DIPAKAI SEBANYAK 76 
MENIT.KALAU BERMINAT SILAHKAN HUBUNGI SAYA : 
 
ISMAIL RAHIM 
 
535 SOONER DR #C 
 
NORMAN,OK 73072 
 
(405) 325-9517 or (405) 204-5655 
 
E-MAIL: [EMAIL PROTECTED] 
PS : PINGIN EXTRA MONEY??? EARN $3,000/MONTH !! 
BURUAN YANG PINGIN JADI DISTRIBUTOR SECEPATNYA HUBUNGI SAYA.  
 
"saya ingin jadi distributor' bagaimana 
caranya?


Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Hadeer
Menurut pemikiran saya :Penganut agama Islam (baik dia orang Ambon, Sulawesi, dll) sedang menjadi sasaran pembakaran, pembunuhan dan penindasan.Pelakunya ... yang saya tidak tahu. Meskipun ada juga selain penganut agama Islam yang menjadi korban.Bukti jelas : Pengungsian besar-besaran orang Sulawesi Selatan keluar dari Ambon (Fakta dan diberitakan di seluruh media). Rekan -rekan kerja saya yang cuti ke Ambon untuk merayakan Idul Fitri yang berusaha mati-matian keluar dari Ambon bersama keluarga, padahal mereka keturunan Ambon juga. Apa artinya ??? Jiwa mereka sedang teracam.Apakah orang penganut agama Kristen yang melakukannyaapakan orang penganut agama Islam yang melakukannyaapakah orang yang tidak beragama yang melakukannya.???Sebab musabab diskusi ini adalah "Kita harus mendengar versi mana dari sebuah media"itu yang sesedikit mungkin kita harus jadikan patokan. Karena media tidak menjamin kenetralan dan keperimbangan. Mau jelaslangsung cari dari sumber yang utama, pelaku kejadian.Hadeer.--> From: Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]>> To: Hadeer <[EMAIL PROTECTED]>> Cc: [EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )> Date: 01 Maret 1999 7:59> > Menurut pendapat anda yang logis-nya itu apa?> Mayoritas korban Agama A sedang tertindas, tetapi diberitakan Agama A> menindas agama B ( Agama Islam sedang tertindas, tetapi diberitakan Agama> Islam menindas Kristen ) penafsiran saya benar ngga nih? > > Fakta dan analisa anda sendiri berkata apa? > > Agama yang menindas dan masih berkelit ini saya tafsir Kristen?> > mungkin anda bisa menjelaskannya kepada saya,> > > andrew pattiwael> 


Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Hadeer

:-)

Bukan main stupid - stupid an...tapi saya ngajak menggunakan akal dan
pikiran dalam melihat fakta dan pemberitaan.

Saya ngajak untuk kita (terserah agamanya apa saja) untuk berbesar hati
mengakui dan meminta maaf, kalau memang ada orang dalam agamanya sendiri
sedang menindas agama orang lain.

Sederhana kannggak usah pusing-pusing baca aneka macam berita dari
media.lihat fakta dan analisa sendiri. Kalo memang menindas ya akui
sajakalau memang tertindas ya akui juga.

Masalahnya kalau sudah jelas-jelas suatu agama menindas agama
lain.eee  yang menindas masih sok suci berkelit dengan segala cara
untuk tidak mengakui.

Kan nggak mungkin juga ada mayoritas korban agama A sedang
tertindastetapi di beritakan agama A sedang menindas agama
Bnggak logis laa :-)

Peace,
Hadeer




Andrew G Pattiwael wrote:

> Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas
> lalu
> boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain
> donk.
> Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang
> "berimbang dan netral"
> Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan
> yang
> bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya
> yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan
> persoalan,
> bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa
> kebencian
> thd satu sama lainnya.



Re: [Kuli Tinta] Soal Tarif

1999-02-28 Terurut Topik Hadeer
He...he...Bang Bridwan ... jangan seneng duluKoq ya kita mudah sekali menjadi senang begitu tarif telkom jadi kenaikan rata-rata 15%.Harus dilihat duluapa ada udang dibalik batuSaya mikir kemungkinan besar hampir pasti Telkom itu punya alternatif perhitungan berapa Telkom harus menaikkan tarifnya.Pasti ada alternatif A, B dan C.Misal kan :Alternatif A kenaikan 10% yang tidak bisa ditawar, kalo nggak kepengen lihat telkom mati.Alternatif B kenaikan 15% yang masih bisa menyenangkan stake holders.Alternatif C kenaikan 24% yang disediakan bagi konsumsi masyarakat, pers dan YLKI. Karena TELKOM sudah tahu berdasarkan pengalaman, kalo ada yang naik pasti ada yang ribut. Jadi kasih dulu 24%...terus ribut-ribut.kemudian diturunkan dech ke 15%and every body "happy"  he...he.Mungkin orang Telkom sama Pemerintah lagi ketawa-ketawa.he...hesandiwara ku berhasil katanya.Mau tahu yang paling benarminta spredsheet business plan nya telkom ke Bang YW...nanti kita kaji sama-sama...gimana sebenarnya dapur telkom...he...hekan perusahaan publik...boleh dong diminta business plan ya ... :-)SmileHadeer--> From: Yusuf-Wibisono <[EMAIL PROTECTED]>> To: [EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [Kuli Tinta] Soal Tarif> Date: 26 Februari 1999 12:19> > >Selamat kepada YLKI ...!!> >Salut untuk pihak Telkom yang akhirnya mau mendengarkan> >keluhan Customer-nya dan sadar akan Misi-nya.> >> >Salam,> >bRidWaN> > Yw: Bukan kreditnya Telkom, tuh. Coba aja kalo dipelajari> lebih lanjut, di kasus itu Telkom cuma sekedar pelaksana.


Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Menurut pendapat anda yang logis-nya itu apa?
Mayoritas korban Agama A sedang tertindas, tetapi diberitakan Agama A
menindas agama B ( Agama Islam sedang tertindas, tetapi diberitakan Agama
Islam menindas Kristen ) penafsiran saya benar ngga nih?

Fakta dan analisa anda sendiri berkata apa?

Agama yang menindas dan masih berkelit ini saya tafsir Kristen?

mungkin anda bisa menjelaskannya kepada saya,


andrew pattiwael


On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote:

> :-)
>
> Bukan main stupid - stupid an...tapi saya ngajak menggunakan akal dan
> pikiran dalam melihat fakta dan pemberitaan.
>
> Saya ngajak untuk kita (terserah agamanya apa saja) untuk berbesar hati
> mengakui dan meminta maaf, kalau memang ada orang dalam agamanya sendiri
> sedang menindas agama orang lain.
>
> Sederhana kannggak usah pusing-pusing baca aneka macam berita dari
> media.lihat fakta dan analisa sendiri. Kalo memang menindas ya akui
> sajakalau memang tertindas ya akui juga.
>
> Masalahnya kalau sudah jelas-jelas suatu agama menindas agama
> lain.eee  yang menindas masih sok suci berkelit dengan segala cara
> untuk tidak mengakui.
>
> Kan nggak mungkin juga ada mayoritas korban agama A sedang
> tertindastetapi di beritakan agama A sedang menindas agama
> Bnggak logis laa :-)
>
> Peace,
> Hadeer
>
>
>
>
> Andrew G Pattiwael wrote:
>
> > Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas
> > lalu
> > boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain
> > donk.
> > Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang
> > "berimbang dan netral"
> > Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan
> > yang
> > bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya
> > yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan
> > persoalan,
> > bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa
> > kebencian
> > thd satu sama lainnya.
>



Re: Inikah calon Presiden kita?

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

Wah..wah..wah,
Saya rasa pak Harto dulu ndak kurang kurangnya turun ke daerah
membantu rakyat. Tapi karena rakyat tidak pernah di didik politik
secara terbuka, dan pak Harto tidak pernah di debat di depan umum,
akhirnya rakyat ya bodoh saja. Orang orang di sekeliling pak Harto
selalu membenarkan ucapan dan tindakannya, sehingga rakyat yang
bodohpun ikut2an memberikan pembenaran. Akhirnya terjadilah
pengkultusan individu terhadap seorang yang namanya Soeharto.

Apakah kita ingin mengulang kebodohan masa lalu?

Kalau saya kok ndak mau.


---Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Lebih setuju lagi kalau kemampuan menjawab pertanyaan rakyat segera
> direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah banyak krisis dan
> penderitaan rakyat yang terjadi, saya kira menjawab pertanyaan dalam
> diskusi tidak cukup untuk rakyat, yang diharapkan pemimpin langsung
> turun kelapangan untuk mengurangi penderitaan rakyat.
> Sekali lagi, semoga niat MS untuk turun kelapangan segera diikuti oleh
> pemimpin yang lain.
> peace.
>
> Yuni Wulandana wrote:
> >
> > Assalamu'alikum ww
> >
> > Maaf ikut nimbrung.
> > Saya sendiri cenderung melihat bahwa yg terjadi pada
> > talk show adalah tidak saja kemampuan dari peserta
> > secara individual, tapi juga kemampuan suatu team
> > yang diwakili oleh individu tersebut. Persiapan utk menghadapi
> > talk show bukanlah tugas sebuah individu, tapi sebuah
> > team. Seorg peserta (individu) yg 'kelabakan' adalah
> > bukti tidak saja kurang siapnya dia secara individu tapi
> > juga team yg mempersiapkannya. Mugkin mereka kurang
> > ber'brain storming' sebelum acara tsb atau sebab lain.
> >
> > Namun seperti juga  pelajar yg baik yg tidak belajar semalam
> > sebelum ujian berlangsung, sebuah partai tidaklah berbrain storming
> > hanya sebelum kampanye atau talk show. Menjawab sejuta
> > pertanyaan yg ada di masyarakat sekarang adalah tugas sebuah
> > partai. Tidaklah seperti sebuah PR dimana pak guru mengetahui
> > jawaban yg benar dan sang pelajar berusaha menemukannya,
> > dan pak guru memberinya nilai seratus jika dia menemukannya,
> > masyarakat tidak pernah tahu jawaban yg benar. Mereka hanya
> > tahu sejuta pertanyaannya saja. Partai tidaklah mampu mencari jawban
> > yag benar, karena kalau pun benar, masyarakat toh tidak tahu.
> > Partai hanyalah berusaha mencari jawaban yg cukup meyakinkan
> > di mata masyarakat. Apakah itu jawaban yg benar ? Hanya perjalanan
> > waktu yang bisa menjawabnya.
> >
> > Jika usaha menjawab ini dilakukan secara intensif oleh sebuah
partai.
> > atau setidak-tidaknya sebuah think tank partai, maka pertanyaan2
> > yg terlontar di talk show bukanlah suatu kejutan. Walhasil,
> > menjawabnya adalah hal yg enteng dilakukan .Bahwa yg melontarkan
> > pertanyaan tidak puas dengan jawaban yg disediakan oleh sebuah
> > partai, itu adalah urusan lain. In fact itu adalah urusan si
pelontar perta-
> > nyaan itu sendiri, apakah dia akan memilih partai itu atau tidak
karena
> > tidak memberikan jawab yg memuaskannya. Sebuah partai tidak
menjawab pertanyaan
> >
> > berdasarkan keinginan masyarakat tapi berdasarkan visinya sendiri.
> > Jawaban oleh sebuah partai adalah visi partai tsb.
> >
> > Kesimpulannya, saya setuju dengan pak Nur bahwa talk show janganlah
> > dianggap sebagai budaya asing. Ibarat mengendarai mobil, janganlah
> > dipandang sebagai budaya asing, tapi simaklah manfaatnya. Tentu saja
> > utk dapat memanfaatkannya kita harus belajar mengendarai mobil,
> > tidak bisalah kita terus terusan meminta orang lain utk menyetirnya
> > buat kita. Kesimpulan kedua adalah bahwa keberhasilan menjawab
> > seorg individu di talk show tidak hanya refleksi kemampuan
individualnya
> > tapi juga refleksi kemampuan think tank bahkan the whole party
> > yg diwakilinya untuk menjawab tantangan masa depan.
> >
> > baiklah sudah terlalu panjang nimbrungnya, sekian dulu,
> > selamat berdiskusi.
> >
> > doni
> > Pittsburgh
> >
> > N.S. Sisworahardjo wrote:
> >
> > > Assalamu'alaikum wr. wb.
> > >
> > > Mas Budi yang budiman,
> > >
> > > Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat
dengan anda
> > > tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang
sependapat dengan
> > > pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika.
Prinsip demokrasi
> > > adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan
berlangsungnya
> > > komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2
partai
> > > dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam
pertunjukan
> > > Loedreok. Bahkan kadang saya pikir, didalam pertunjukkan
Loedreok malah
> > > lebih baik dari kampanye tersebut. Mengapa, karena disitu
terjadi proses
> > > dialog dan interaksi yang baik antara pemain di atas panggung
dan penonton.
> > > Justru teater2 rakyat mampu menunjukan konsep demokrasi yang
sebenarnya,
> > > bahwa subjeck dalam suatu peran, tidak hanya ditampilkan oleh
tokoh yang
> > > berdiri di atas panggung namun oleh seluruh komponen yang
terlibat dalam
> > > p

Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

Lha iya tho mas,
Semua orang kan sudah tahu kalau agama itu suci, sedangkan politik itu
kotor. Lha kalau yang kotor dicampur aduk dengan yang bersih (suci),
jadinya ya keruh dong.

Ibaratnya juga mempertemukan dua pihak yang berlawanan diatas suatu
arena, maka arena itu akan selalu diwarnai dengan keributan, dan
permusuhan. Contohnya saja pendawa dan kurawa, dimanapun tempatnya,
kalau mereka sudah dibawa oleh pak dalang ke panggung yang sama, ya
pasti berantem. Makanya, biar tidak berantem, masukkan saja pendawa
dan kurawa ke kotak masing2, biarkan mereka hidup dalam kotaknya
masing masing.


---Blucer Rajagukguk <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bung Dodo, saya setuju dengan anda bahwa agama dan politik jangan
> dicampur aduk.
> Masalahnya masih banyak yang hobi mencampuraduk kedua hal ini agar
bisa
> cepat mencapai pucuk pimpinan. Ada satu hal yang menjadi pegangan saya
> buat seorang yang benar-benar beragama. Orang ini hanya akan
mendekatkan
> diri kepada Tuhan dan berbuat sebaik mungkin untuk sesama manusia.
> Sedangkan politikus akan membuat strategi sebaik mungkin untuk
mencapai
> posisinya, kalau perlu mengorbankan orang lain untuk memantapkan
> posisinya. Jelas kalau politikus bicara soal agama, ini namanya makan
> nasi goreng dicampur sop ayam.
> peace.
>
> Dodo D. wrote:
> >
> > Oooohh
> > alangkah indahnya hidup ini kalau kita bisa keluar dari lingkaran
> > religious conflict yang tak pernah ada penyelesaiannya.
> > Udah deh...lakum dinukum waliyadin aja dah.
_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Inikah calon Presiden kita?

1999-02-28 Terurut Topik Budi Santoso

Bung Nur yang budiman,

Maaf, kalau komentar saya sebelumnya salah ucap. Dalam komentar tsb.
saya hanya berpikir (ingin mengatakan) bahwa Megawati mungkin
berpendapat acara talk show (debat terbuka yang sudah menjadi tradisi
politik Amerika dan sebagian negara barat lainnya) tidak/belum sesuai
dengan budaya bangsa (Ina).  So, saya tidak berpendapat acara talk show
itu adalah model Amerika.  Dan saya sendiri juga tidak tahu pasti apakah
Megawati berpendapat demikian.

Secara pribadi saya juga suka sekali dengan acara talk show tsb. yang
menurut saya bisa merupakan sumber informasi dan media pendidikan
politik bagi rakyat (pemirsa tv).  Hanya saja kita mungkin perlu tahu
bahwa tidak setiap acara talk show itu secara otomatis bermanfaat
positip bagi para pemirsa tv.  Dalam hal ini aturan main (termasuk peran
moderator) dalam acara tsb dan respon para pemirsa tv (yang mempunyai
latar belakang yang beragam).  Dalam suatu kultur masyarakat yang belum
dewasa, mungkin perlu pula kita antisipasi kemungkinan acara talk show
tsb di rekayasa (oleh panitia penyelenggara) untuk kepentingan kelompok
politik tertentu.  Atau kemungkinan negatip lainnya, kelompok politik
tertentu memanfaatkan salah-lidah yang dilakukan oleh tokoh lawan
politiknya, merekam/gandakannya ke dalam kaset (kalau perlu sedikit
diedit) dan menyebarkan 'fitnah dan kebohongan-kebohongan' yang telah
dilakukan oleh lawan politiknya.  Kesimpulannya, saya ingin mengatakan
bahwa acara talk show itu bisa positip atau negatip tergantung dari
beberapa faktor a.l. yang sudah saya sebutkan tsb.  Karenanya, kita juga
sebaiknya waspada terhadap kemungkinan-kemungkinan negatipnya.  Termasuk
kemungkinan meluasnya  budaya NATO (No Action, Talk
Only).

Buat rakyat yang termasuk dalam 'floating mass' memang sulit untuk tidak
terpaksa 'memilih kucing dalam karung' dalam pemilu nanti.  Tapi saya
percaya, anda dan banyak rekan mahasiswa kita lainnya tidak akan mau
dipaksa untuk memilih kucing.  Dan kalau kita juga tidak ingin rakyat
memilih kucing, tantangannya menurut saya adalah merubah masa-mengambang
menjadi masa-dewasa.  Dan itu juga tidak gampang.  Karena bahasa dan
pemahaman kita bisa berbeda.

Salam,

budi santoso
===
  "Something good is created to make a peace.
  Noone is above the something good.
 Neither is the creator of the something good.
   But, people may have their power by riding the something good."

By the way, what is the something good ?
(Sorry, I don't know this
and I don't care about this)
===
School of Public Administration, Carleton University, Ottawa-Canada.
502-219 Bell Street North, Ottawa ON K1R 7E4 CANADA  N.S. Sisworahardjo wrote:
>
> Assalamu'alaikum wr. wb.
>
> Mas Budi yang budiman,
>
> Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat dengan anda
> tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang sependapat dengan
> pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika. Prinsip demokrasi
> adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan berlangsungnya
> komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2 partai
> dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam pertunjukan
> Loedreok. Bahkan kadang saya pikir, didalam pertunjukkan Loedreok malah
> lebih baik dari kampanye tersebut. Mengapa, karena disitu terjadi proses
> dialog dan interaksi yang baik antara pemain di atas panggung dan penonton.
> Justru teater2 rakyat mampu menunjukan konsep demokrasi yang sebenarnya,
> bahwa subjeck dalam suatu peran, tidak hanya ditampilkan oleh tokoh yang
> berdiri di atas panggung namun oleh seluruh komponen yang terlibat dalam
> proses pertunjukkan itu sendiri.
>
> Saya sependapat dengan Mas Budi bahwa penekanan pada sistem lebih penting
> dari pada individu2 dalam sistem itu sendiri. Namun bisa kita bayangkan
> kalau individu2 yang membentuk sistem itu sendiri masih kita ragukan
> kemampuan. Paling tidak untuk bisa melihat kemampuan seseorang khan dari
> komunikasi antara individu2 tersebut dengan komunitas yang ada. dan yang
> menjadi pertanyaan saya adalah, cara apalagi yang bisa ditempuh agar
> komunitas itu mampu melihat dan menilai individu2 itu kalau individu2 tidak
> mampu berinteraksi dengan komunitasnya.
>
> Model kampanye monolog yang terjadi selama ini, tidak lebih dari bagian
> pembodohan2 yang akan terus berlangsung dalam masyarakat. 30 sudah hal itu
> terbukti. Rezim ORBA menyatakan pendidikan politik dilakukan dalam masa
> kampanye, namun kenyataannya sudah 30 tahun, ternyata masyarakat kita masih
> juga tidak mampu untuk menerima suatu perbedaan. Konflik horizontal yang
> terjadi dalam masyarakat kita sekarang ini adalah bukti otentik gagalnya
> pendewasaan politik dalam masyarakat kita. Saya kita rasanya kita harus
> menentukan suatu paradigma baru dalam hal ini.
>
> kalau soal kasus Habibie keseleo lidah, yach dia itu presiden karena
> blessing 

Re: Inikah calon Presiden kita?

1999-02-28 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Lebih setuju lagi kalau kemampuan menjawab pertanyaan rakyat segera
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah banyak krisis dan
penderitaan rakyat yang terjadi, saya kira menjawab pertanyaan dalam
diskusi tidak cukup untuk rakyat, yang diharapkan pemimpin langsung
turun kelapangan untuk mengurangi penderitaan rakyat.
Sekali lagi, semoga niat MS untuk turun kelapangan segera diikuti oleh
pemimpin yang lain.
peace.

Yuni Wulandana wrote:
>
> Assalamu'alikum ww
>
> Maaf ikut nimbrung.
> Saya sendiri cenderung melihat bahwa yg terjadi pada
> talk show adalah tidak saja kemampuan dari peserta
> secara individual, tapi juga kemampuan suatu team
> yang diwakili oleh individu tersebut. Persiapan utk menghadapi
> talk show bukanlah tugas sebuah individu, tapi sebuah
> team. Seorg peserta (individu) yg 'kelabakan' adalah
> bukti tidak saja kurang siapnya dia secara individu tapi
> juga team yg mempersiapkannya. Mugkin mereka kurang
> ber'brain storming' sebelum acara tsb atau sebab lain.
>
> Namun seperti juga  pelajar yg baik yg tidak belajar semalam
> sebelum ujian berlangsung, sebuah partai tidaklah berbrain storming
> hanya sebelum kampanye atau talk show. Menjawab sejuta
> pertanyaan yg ada di masyarakat sekarang adalah tugas sebuah
> partai. Tidaklah seperti sebuah PR dimana pak guru mengetahui
> jawaban yg benar dan sang pelajar berusaha menemukannya,
> dan pak guru memberinya nilai seratus jika dia menemukannya,
> masyarakat tidak pernah tahu jawaban yg benar. Mereka hanya
> tahu sejuta pertanyaannya saja. Partai tidaklah mampu mencari jawban
> yag benar, karena kalau pun benar, masyarakat toh tidak tahu.
> Partai hanyalah berusaha mencari jawaban yg cukup meyakinkan
> di mata masyarakat. Apakah itu jawaban yg benar ? Hanya perjalanan
> waktu yang bisa menjawabnya.
>
> Jika usaha menjawab ini dilakukan secara intensif oleh sebuah partai.
> atau setidak-tidaknya sebuah think tank partai, maka pertanyaan2
> yg terlontar di talk show bukanlah suatu kejutan. Walhasil,
> menjawabnya adalah hal yg enteng dilakukan .Bahwa yg melontarkan
> pertanyaan tidak puas dengan jawaban yg disediakan oleh sebuah
> partai, itu adalah urusan lain. In fact itu adalah urusan si pelontar perta-
> nyaan itu sendiri, apakah dia akan memilih partai itu atau tidak karena
> tidak memberikan jawab yg memuaskannya. Sebuah partai tidak menjawab pertanyaan
>
> berdasarkan keinginan masyarakat tapi berdasarkan visinya sendiri.
> Jawaban oleh sebuah partai adalah visi partai tsb.
>
> Kesimpulannya, saya setuju dengan pak Nur bahwa talk show janganlah
> dianggap sebagai budaya asing. Ibarat mengendarai mobil, janganlah
> dipandang sebagai budaya asing, tapi simaklah manfaatnya. Tentu saja
> utk dapat memanfaatkannya kita harus belajar mengendarai mobil,
> tidak bisalah kita terus terusan meminta orang lain utk menyetirnya
> buat kita. Kesimpulan kedua adalah bahwa keberhasilan menjawab
> seorg individu di talk show tidak hanya refleksi kemampuan individualnya
> tapi juga refleksi kemampuan think tank bahkan the whole party
> yg diwakilinya untuk menjawab tantangan masa depan.
>
> baiklah sudah terlalu panjang nimbrungnya, sekian dulu,
> selamat berdiskusi.
>
> doni
> Pittsburgh
>
> N.S. Sisworahardjo wrote:
>
> > Assalamu'alaikum wr. wb.
> >
> > Mas Budi yang budiman,
> >
> > Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat dengan anda
> > tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang sependapat dengan
> > pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika. Prinsip demokrasi
> > adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan berlangsungnya
> > komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2 partai
> > dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam pertunjukan
> > Loedreok. Bahkan kadang saya pikir, didalam pertunjukkan Loedreok malah
> > lebih baik dari kampanye tersebut. Mengapa, karena disitu terjadi proses
> > dialog dan interaksi yang baik antara pemain di atas panggung dan penonton.
> > Justru teater2 rakyat mampu menunjukan konsep demokrasi yang sebenarnya,
> > bahwa subjeck dalam suatu peran, tidak hanya ditampilkan oleh tokoh yang
> > berdiri di atas panggung namun oleh seluruh komponen yang terlibat dalam
> > proses pertunjukkan itu sendiri.
> >
> > Saya sependapat dengan Mas Budi bahwa penekanan pada sistem lebih penting
> > dari pada individu2 dalam sistem itu sendiri. Namun bisa kita bayangkan
> > kalau individu2 yang membentuk sistem itu sendiri masih kita ragukan
> > kemampuan. Paling tidak untuk bisa melihat kemampuan seseorang khan dari
> > komunikasi antara individu2 tersebut dengan komunitas yang ada. dan yang
> > menjadi pertanyaan saya adalah, cara apalagi yang bisa ditempuh agar
> > komunitas itu mampu melihat dan menilai individu2 itu kalau individu2 tidak
> > mampu berinteraksi dengan komunitasnya.
> >
> > Model kampanye monolog yang terjadi selama ini, tidak lebih dari bagian
> > pembodohan2 yang akan terus berlangsung dalam masyarakat. 30 su

Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Bung Dodo, saya setuju dengan anda bahwa agama dan politik jangan
dicampur aduk.
Masalahnya masih banyak yang hobi mencampuraduk kedua hal ini agar bisa
cepat mencapai pucuk pimpinan. Ada satu hal yang menjadi pegangan saya
buat seorang yang benar-benar beragama. Orang ini hanya akan mendekatkan
diri kepada Tuhan dan berbuat sebaik mungkin untuk sesama manusia.
Sedangkan politikus akan membuat strategi sebaik mungkin untuk mencapai
posisinya, kalau perlu mengorbankan orang lain untuk memantapkan
posisinya. Jelas kalau politikus bicara soal agama, ini namanya makan
nasi goreng dicampur sop ayam.
peace.

Dodo D. wrote:
>
> Oooohh
> alangkah indahnya hidup ini kalau kita bisa keluar dari lingkaran
> religious conflict yang tak pernah ada penyelesaiannya.
> Udah deh...lakum dinukum waliyadin aja dah. Tiap2 agama ngurusin
> religious quality dari ummatnya masing2, nggak usah saling mencela dan
> tetek bengeknya.
>
> Saya kuatir bahwa konflik agama ini akan berlanjut sampe nanti di
> surga atau di neraka. Bayangin aja, nanti juga masing2 agama akan
> mengklaim bahwa surga itu hanya untuk ummatnya yang taat, pemeluk
> agama lain harus di neraka. Nah kalo udah begini, kan jadinya
> gontok2an juga nanti di surga, siapa yang berhak masuk sana?
>
> Atau mungkinkan oleh Tuhan akan dibuatkan surga yang terpisah? untuk
> kristen sendiri, untuk islam sendiri, untuk agama lain juga punya
> masing2?. Inipun nggak akan menyelesaikan masalah, karena masih ada
> kemungkinan tawuran antar surga, ejek ejekan, lempar lemparan batu,
> tombak, parang dll. Terus kapan selesainya?
>
> Kalau saya kok setuju tawarannya Gus Dur beberapa waktu lalu. Kita ini
> jadi negara sekuler aja deh. Agama digunakan sebagai landasan moral
> pribadi penganutnya. Jangan mencampur adukkan negara (politik) dan
> agama. Jangan juga seperti Turki yang melarang pemakaian jilbab,
> karena itu sudah termasuk pemasungan hak2 manusia.
>
> Udah deh...politik ya politik, agama ya agama, diurus di masjid atau
> di gereja atau di pura dll. Jangan di campur aduk kaya nasi rames.
> Kalau campurannya tepat, rasanya enak, tapi kalau nggak tepat, ya
> bikin sakit perut.
>
> ---Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas
> lalu
> > boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain
> donk.
> > Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang
> > "berimbang dan netral"
> > Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan
> yang
> > bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya
> > yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan
> persoalan,
> > bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa
> kebencian
> > thd satu sama lainnya.
> > Cerita dongeng atau Keajaiban-keajaiban ttg keagungan sebuah agama
> juga
> > sering saya dengar. Bahkan sampai bosen mendengarnya.
> > Sama seperti di Kristen, ada cerita bahwa alkitab dan salib tidak
> terbakar,
> > sebuah gereja yang tidak  disentuh api, atau rantai malaikat yang
> > mengelilingi sebuah gereja yang akan dibakar waktu mei lalu, etc...
> > Lantas, apa maksud "dongeng" ini? untuk mengkuatkan iman para
> pemeluknya?
> > boleh!, untuk menghasut dan menghujat agama lain? Ini kan harus
> > dipertanyakan.
> >
> > andrew pattiwael
> >
> >
> >
> > On Sun, 28 Feb 1999, Hadeer wrote:
> >
> > > Patokan saya sich mah jelas :
> > >
> > > Yang paling banyak menjadi korban adalah yang tertindas.
> > > Kita lihat saja, siapa yang paling banyak jadi korban dan tertindas.
> > > We are not stupid laaand dont be stupid laa...
> > >
> > > Hadeer
> > >
> > > Andrew G Pattiwael wrote:
> > >
> > > > Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya...
> > > >
> > > > :)
> > > >
> > > > On Sat, 27 Feb 1999, Hadeer wrote:
> > > >
> > > > > Kalau berita seperti ini masuk dalam kategori mana ?
> > > > >
> > > > > Smile
> > > > > Hadeer
> > > > >
> > > > > ===
> > > > >
> > > > > From: "Nunung" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > > To: "sabili" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > > Cc: "Riska" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > > Date: Fri, 26 Feb 1999 20:17:55 +0700
> > > > > Subject: [Sabili] Tentara Allah Turun Di Ambon
> > > > >
> > > > > Assalamu'alaikum Wr.Wb
> > > > >
> > > > > (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kpd Rabbmu, lalu
> > > > > diperkenankan-=
> > > > > Nya bagimu:"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
> kepadamu
> > > > dgn
> > > > > se=
> > > > > ribu malaikat yg datang berturut-turut." (QS Al-Anfaal:9)
> > > > > =
> > > > >
> > > > > =
> > > > >
> > > > > Di tengah peristiwa pembantaian umat muslim di Ambon, ternyata
> Allah
> > > >
> > > > > menuru=
> > > > > nkan ribuan jundullah cilik yg menyerang org2 kafir dgn
> keberanian
> > > > luar
> > > > > bia=
> > > > > sa.
> > > > > =
> > > > >
> > > > > Berikut ini saya kutipkan dari majalah Sabili :
> > > > > Org2 nasrani yg bersenjatakan panah2 api & racun, par

Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Terkenang kembali kata-kata KH Ali Yafie beberapa waktu yang lalu, bahwa
Islam adalah Damai dan Kristen adalah Kasih. Terkadang saya merenung
apakah ini merupakan pujian buat kita-kita yang memeluknya ataukah
sebagai peringatan buat orang-orang yang merasa memeluk agama ini.
Sering saya merasa malu jika kedua agama yang sungguh suci ini dinodai
oleh keberingasan dan emosi umatnya. Apakah kita tidak merasa malu
kepada Tuhan atas segala macam penganiayaan, pembakaran serta
penghancuran ini? Mudah-mudahan pada saatnya Tuhan mengetuk hati kita
semua agar kita bersama-sama melawan ketidakadilan dan bersama-sama
menyuarakan keinginan Tuhan buat manusia, yaitu menciptakan kedamaian
melalui kasih diantara sesama umat manusia.
peace.

Andrew G Pattiwael wrote:
>
> Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas lalu
> boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain donk.
> Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang
> "berimbang dan netral"
> Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan yang
> bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya
> yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan persoalan,
> bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa kebencian
> thd satu sama lainnya.
> Cerita dongeng atau Keajaiban-keajaiban ttg keagungan sebuah agama juga
> sering saya dengar. Bahkan sampai bosen mendengarnya.
> Sama seperti di Kristen, ada cerita bahwa alkitab dan salib tidak terbakar,
> sebuah gereja yang tidak  disentuh api, atau rantai malaikat yang
> mengelilingi sebuah gereja yang akan dibakar waktu mei lalu, etc...
> Lantas, apa maksud "dongeng" ini? untuk mengkuatkan iman para pemeluknya?
> boleh!, untuk menghasut dan menghujat agama lain? Ini kan harus
> dipertanyakan.
>
> andrew pattiwael
>
> On Sun, 28 Feb 1999, Hadeer wrote:
>
> > Patokan saya sich mah jelas :
> >
> > Yang paling banyak menjadi korban adalah yang tertindas.
> > Kita lihat saja, siapa yang paling banyak jadi korban dan tertindas.
> > We are not stupid laaand dont be stupid laa...
> >
> > Hadeer
> >
> > Andrew G Pattiwael wrote:
> >
> > > Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya...
> > >
> > > :)
> > >
> > > On Sat, 27 Feb 1999, Hadeer wrote:
> > >
> > > > Kalau berita seperti ini masuk dalam kategori mana ?
> > > >
> > > > Smile
> > > > Hadeer
> > > >
> > > > ===
> > > >
> > > > From: "Nunung" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > To: "sabili" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > Cc: "Riska" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > Date: Fri, 26 Feb 1999 20:17:55 +0700
> > > > Subject: [Sabili] Tentara Allah Turun Di Ambon
> > > >
> > > > Assalamu'alaikum Wr.Wb
> > > >
> > > > (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kpd Rabbmu, lalu
> > > > diperkenankan-=
> > > > Nya bagimu:"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu
> > > dgn
> > > > se=
> > > > ribu malaikat yg datang berturut-turut." (QS Al-Anfaal:9)
> > > > =
> > > >
> > > > =
> > > >
> > > > Di tengah peristiwa pembantaian umat muslim di Ambon, ternyata Allah
> > >
> > > > menuru=
> > > > nkan ribuan jundullah cilik yg menyerang org2 kafir dgn keberanian
> > > luar
> > > > bia=
> > > > sa.
> > > > =
> > > >
> > > > Berikut ini saya kutipkan dari majalah Sabili :
> > > > Org2 nasrani yg bersenjatakan panah2 api & racun, parang, tombak,
> > > batu,
> > > > kay=
> > > > u, besi senapan berburu, bom molotov hingga bom ikan, pd malam 20
> > > Jan 99
> > > > se=
> > > > kitar pk. 24.00 s/d 01.00 malam mendesak umat Islam yg mengungsi di
> > > > mesjid =
> > > > Raya Al-Fatah hingga mundur. Mereka benar2 ingin menghancurkan
> > > mesjid.
> > > > Di d=
> > > > lm mesjid tsb berkumpul 5000-an pengungsi. Umat Islam panik
> > > bercampur
> > > > marah=
> > > > . Para pengungsi yg kebanyakan ibu2 & anak kecil histeris ketakutan.
> > >
> > > > Gambar=
> > > > an kehancuran mesjid & pembantaian pengungsi sudah terbayang di
> > > pelupuk
> > > > mat=
> > > > a. Keadaan sudah semakin gawat. Tetapi, tiba2 penyerang itu berbalik
> > > &
> > > > lari=
> > > > terbirit-birit. Mereka sangat ketakutan. Umat Islam tdk tahu apa yg
> > > > sebena=
> > > > rnya terjadi. Ternyata dari penuturan seorg nasrani yg berhasil
> > > ditawan
> > > > ad=
> > > > alah : "saya melihat ribuan kanak2 berusia sekitar 10 th, memakai
> > > baju &
> > > > so=
> > > > ngkok putih berlari kencang ke luar mesjid ke arah kita. Seorg tua
> > > > berjubah=
> > > > & bersorban putih dgn tongkat di tangannya tampak memimpin pasukan
> > > itu.
> > > > Ju=
> > > > mlahnya sangat banyak & keberaniannya sangat luar biasa. Itulah yg
> > > > membuat =
> > > > kami takut & berbalik meninggalkan mesjid"
> > > > Usaha org kafir pun utk membakar mesjid gagal krn tiupan angin yg
> > > > berbalik =
> > > > arah. Pd malam Jum'at ketika org2 kafir berusaha membakar mesjid dgn
> > >
> > > > memanf=
> > > > aatkan tiupan angin & membakar rumah2 muslim dgn ratusan panah api
> > > (yg

Re: KOALISI atau REFORMASI GAGAL!

1999-02-28 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Buat Mas Budi, mencoba untuk mengetahui ada apa dibalik niatan MS, saya
kira cuma satu. MS bersedia mempertaruhkan nama baiknya untuk
kepentingan rakyat. Ini juga sangat baik untuk diteladani oleh
pemimpin-pemimpin lainnya. Sudah lama kita tunggu-tunggu pemimpin yang
tidak peduli nama baiknya akan rusak atau tambah baik, yang dipikirkan
hanya satu, yaitu bagaimana kepentingan rakyat bisa dijaga atau
bagaimana rakyat tidak terbantai habis tanpa ada yang menjaga.
Sekali lagi salut kepada MS, semoga pemimpin lain seperti Gus Dur dan
Amien Rais yang juga saya kagumi ikut serta bersama-sama berjuang untuk
rakyat melawan kekuatan jahat ditanah air kita tercinta.
peace.

Budi Haryanto wrote:
>
> Rekan-rekan yth.,
>
> Jangan terjebak ..!
>
> Sengaja saya tulis kata di atas lebih dahulu karena (lagi-lagi..) saya
> curiga dengan lemparan 'bola panas' untuk meredakan ketegangan di Ambon
> ini. Betapa tidak, dengan iming-iming untuk menjadi 'pahlawan', tokoh
> masyarakat disuruh untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya adalah bukan
> tugas dan tanggung-jawabnya. Kerusuhan di Ambon jelas-jelas adalah
> tanggung jawab dan tugas pemerintah dan aparat keamanan. Adalah tidak
> bertanggung jawab sama sekali kalau hal tersebut seolah-olah dibiarkan
> (atau mungkin tidak mampu mengatasi) lalu menunggu tindakan para pemuka
> masyarakat untuk menjadi 'pahlawan'. Baguslah kalau bisa berhasil
> meredakan ketegangan tersebut, kalau tidak...?! Tentu akan jadi sasaran
> empuk tudingan-tudingan negatif dari pihak lain, utamanya pemerintah dan
> aparat keamanan (seperti juga disinyalir oleh mas Ismuyono).
>
> Logikanya, kalau pemerintah dan aparat keamanan saja nggak bisa
> mengatasi masalah tersebut, apalah yang bisa dilakukan oleh MS ataupun
> yang lain. Saya tidak bermaksud mengecilkan kebesaran MS, saya hanya
> ingin janganlah mengambil risiko terhadap sesuatu yang lebih banyak
> gelapnya dari pada terangnya.
>
> Saya berharap, mudah-mudahan tidak ada seorangpun tokoh masyarakat yang
> ingin menjadi 'pahlawan' untuk ini. Biarkanlah pemerintah dan aparat
> keamanan melakukan tanggung jawabnya. Kalau memang 'kapabel', tentu
> Ambon akan bisa diatasi.
>
> Sekali lagi, janganlah sampai terjebak ke dalam skenario yang masih
> 'gelap' ini.
>
> Salam,
> Budi
>
> ismanuyono wrote:
> >
> > Saya kira ujian yang terbaik untuk menjadi pemimpin 'yg bener' dinegeri ini,
> > siapa yang bisa meredahkan masalah Ambon, sambas, mungkin TT. Sepertinya
> > sumua hanya bisa ngomong2 yg nggak realistis/semua duduk dipuncak tugu
> > Monas, nggak mau melihat penderitaan teman2 kita didaerah tsb. Sepertinya
> > hanya MS yang akan mencoba, dengan mempertaruhkan kredibilitasnya dan kalau
> > tidak berhasil akan menjadi bahan hujatan pesaingnya. Sepertinya tokoh2 kita
> > yg lain hanya berebut kaset, mana tokoh kerakyatan yg lain AS, AR,SBP, dll
> > sepertinya menghidar untuk konflik horizontal dilevel bawah.
> >  Semoga semua masih mencintai republik ini, bukan hanya singgasana duniawi.
> > wassalam
> >



Re: KOALISI atau REFORMASI GAGAL!

1999-02-28 Terurut Topik Blucer Rajagukguk

Setuju mas Isman. Pemimpin itu harus dilihat pada kemauan dan niat
baiknya untuk rakyat. Kita perlu pemimpin yang mau berkorban untuk
kepentingan rakyat, bukan pemimpin yang mau mengorbankan rakyat untuk
kepentingan nama baiknya.
peace.

ismanuyono wrote:
>
> Saya kira ujian yang terbaik untuk menjadi pemimpin 'yg bener' dinegeri ini,
> siapa yang bisa meredahkan masalah Ambon, sambas, mungkin TT. Sepertinya
> sumua hanya bisa ngomong2 yg nggak realistis/semua duduk dipuncak tugu
> Monas, nggak mau melihat penderitaan teman2 kita didaerah tsb. Sepertinya
> hanya MS yang akan mencoba, dengan mempertaruhkan kredibilitasnya dan kalau
> tidak berhasil akan menjadi bahan hujatan pesaingnya. Sepertinya tokoh2 kita
> yg lain hanya berebut kaset, mana tokoh kerakyatan yg lain AS, AR,SBP, dll
> sepertinya menghidar untuk konflik horizontal dilevel bawah.
>  Semoga semua masih mencintai republik ini, bukan hanya singgasana duniawi.
> wassalam
>
> Mohammad Rosadi wrote:
>
> > AWW
> >
> > Dilihat dari segi kualitas intelektual dan kepemimpinannya, serta
> > kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah yang dihadapi rakyat,
> > JUSTRU tokoh-tokoh inilah yang saya anggap cukup REALISTIK untuk dipilih
> > atau terpilih.
> >
> > Soal kerek-mengerek bendera memang tergantung kondisi lapangan. Kalo
> > kondisi lapangan 'buruk'(becek) atau malah banjir karena hujan deras,ya
> > ngerek benderanya ditunda dulu. Lebih baik tinggal dirumah..,tidur atau
> > nonton TV. Ya kalo mo nekad juga keluar, mendingan juga maen bola...,
> > pasti seru deh...:-)
> >
> > Wassalam
> > Mohamad Rosadi(mantan 'striker' kelas kampung)
> >
> > Brawijaya wrote:
> >
> > >Mengesampingkan MS tetapi malah ngerek benderanya SBP, NM, apalagi
> > >ABN kok rasanya kurang realistik (kalau kita lihat kondisi lapangan
> > lho).
> > >
> > >Mohammad Rosadi wrote:
> > >
> > >> AWW
> > >>
> > >> Gimana kalo komposisi pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi negara
> > yang  akan datang seperti dibawah ini:
> > >>
> > >>   Ketua MPR/DPR  : Sri Sultan Hamengkubuwono X
> > >>   Presiden   : DR.H. Amien Rais
> > >>   Wapres : DR.IR. Sri Bintang Pamungkas
> > >>   Ketua DPA  : DR.Nurcholish Majid
> > >>   Ketua MA   : DR.Adnan Buyung Nasution
> > >>   Ketua BPK  : Drs. Mari'e Muhammad
> > >>
> > >> Selain hampir semuanya AKTIF terlibat dalam gerakan reformasi(bersama
> > >> mahasiswa dan masyarakat)yang telah berhasil menumbangkan rejim ORBA,
> > >> beliau-beliau ini pun mempunyai KUALITAS kepemimpinan dan Intelektual
> > >> yang tidak diragukan lagi, serta senantiasa KONSISTEN dengan
> > sikapnya.
> > >> Setuju ya...:-)
> > >>
> > >> Wassalam
> > >> Mohamad Rosadi
> > >>
> > >> __
> > >> Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
> > >
> > >--
> > >   \\\|///
> > > \\  - -  //
> > >  (  @ @  )
> > >oOOo-(_)-oOOo---
> > >FNU Brawijaya
> > >Dept of Civil Engineering
> > >Rensselaer Polytechnic Institute
> > >mailto:[EMAIL PROTECTED]
> > >Oooo
> > >   oooO (   )
> > >  (   )  ) /
> > >   \ (  (_/
> > >\_)
> > >
> > >
> >
> > __
> > Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: Inikah calon Presiden kita?

1999-02-28 Terurut Topik Yuni Wulandana

Assalamu'alikum ww

Maaf ikut nimbrung.
Saya sendiri cenderung melihat bahwa yg terjadi pada
talk show adalah tidak saja kemampuan dari peserta
secara individual, tapi juga kemampuan suatu team
yang diwakili oleh individu tersebut. Persiapan utk menghadapi
talk show bukanlah tugas sebuah individu, tapi sebuah
team. Seorg peserta (individu) yg 'kelabakan' adalah
bukti tidak saja kurang siapnya dia secara individu tapi
juga team yg mempersiapkannya. Mugkin mereka kurang
ber'brain storming' sebelum acara tsb atau sebab lain.

Namun seperti juga  pelajar yg baik yg tidak belajar semalam
sebelum ujian berlangsung, sebuah partai tidaklah berbrain storming
hanya sebelum kampanye atau talk show. Menjawab sejuta
pertanyaan yg ada di masyarakat sekarang adalah tugas sebuah
partai. Tidaklah seperti sebuah PR dimana pak guru mengetahui
jawaban yg benar dan sang pelajar berusaha menemukannya,
dan pak guru memberinya nilai seratus jika dia menemukannya,
masyarakat tidak pernah tahu jawaban yg benar. Mereka hanya
tahu sejuta pertanyaannya saja. Partai tidaklah mampu mencari jawban
yag benar, karena kalau pun benar, masyarakat toh tidak tahu.
Partai hanyalah berusaha mencari jawaban yg cukup meyakinkan
di mata masyarakat. Apakah itu jawaban yg benar ? Hanya perjalanan
waktu yang bisa menjawabnya.

Jika usaha menjawab ini dilakukan secara intensif oleh sebuah partai.
atau setidak-tidaknya sebuah think tank partai, maka pertanyaan2
yg terlontar di talk show bukanlah suatu kejutan. Walhasil,
menjawabnya adalah hal yg enteng dilakukan .Bahwa yg melontarkan
pertanyaan tidak puas dengan jawaban yg disediakan oleh sebuah
partai, itu adalah urusan lain. In fact itu adalah urusan si pelontar perta-
nyaan itu sendiri, apakah dia akan memilih partai itu atau tidak karena
tidak memberikan jawab yg memuaskannya. Sebuah partai tidak menjawab pertanyaan

berdasarkan keinginan masyarakat tapi berdasarkan visinya sendiri.
Jawaban oleh sebuah partai adalah visi partai tsb.

Kesimpulannya, saya setuju dengan pak Nur bahwa talk show janganlah
dianggap sebagai budaya asing. Ibarat mengendarai mobil, janganlah
dipandang sebagai budaya asing, tapi simaklah manfaatnya. Tentu saja
utk dapat memanfaatkannya kita harus belajar mengendarai mobil,
tidak bisalah kita terus terusan meminta orang lain utk menyetirnya
buat kita. Kesimpulan kedua adalah bahwa keberhasilan menjawab
seorg individu di talk show tidak hanya refleksi kemampuan individualnya
tapi juga refleksi kemampuan think tank bahkan the whole party
yg diwakilinya untuk menjawab tantangan masa depan.

baiklah sudah terlalu panjang nimbrungnya, sekian dulu,
selamat berdiskusi.

doni
Pittsburgh



N.S. Sisworahardjo wrote:

> Assalamu'alaikum wr. wb.
>
> Mas Budi yang budiman,
>
> Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat dengan anda
> tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang sependapat dengan
> pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika. Prinsip demokrasi
> adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan berlangsungnya
> komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2 partai
> dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam pertunjukan
> Loedreok. Bahkan kadang saya pikir, didalam pertunjukkan Loedreok malah
> lebih baik dari kampanye tersebut. Mengapa, karena disitu terjadi proses
> dialog dan interaksi yang baik antara pemain di atas panggung dan penonton.
> Justru teater2 rakyat mampu menunjukan konsep demokrasi yang sebenarnya,
> bahwa subjeck dalam suatu peran, tidak hanya ditampilkan oleh tokoh yang
> berdiri di atas panggung namun oleh seluruh komponen yang terlibat dalam
> proses pertunjukkan itu sendiri.
>
> Saya sependapat dengan Mas Budi bahwa penekanan pada sistem lebih penting
> dari pada individu2 dalam sistem itu sendiri. Namun bisa kita bayangkan
> kalau individu2 yang membentuk sistem itu sendiri masih kita ragukan
> kemampuan. Paling tidak untuk bisa melihat kemampuan seseorang khan dari
> komunikasi antara individu2 tersebut dengan komunitas yang ada. dan yang
> menjadi pertanyaan saya adalah, cara apalagi yang bisa ditempuh agar
> komunitas itu mampu melihat dan menilai individu2 itu kalau individu2 tidak
> mampu berinteraksi dengan komunitasnya.
>
> Model kampanye monolog yang terjadi selama ini, tidak lebih dari bagian
> pembodohan2 yang akan terus berlangsung dalam masyarakat. 30 sudah hal itu
> terbukti. Rezim ORBA menyatakan pendidikan politik dilakukan dalam masa
> kampanye, namun kenyataannya sudah 30 tahun, ternyata masyarakat kita masih
> juga tidak mampu untuk menerima suatu perbedaan. Konflik horizontal yang
> terjadi dalam masyarakat kita sekarang ini adalah bukti otentik gagalnya
> pendewasaan politik dalam masyarakat kita. Saya kita rasanya kita harus
> menentukan suatu paradigma baru dalam hal ini.
>
> kalau soal kasus Habibie keseleo lidah, yach dia itu presiden karena
> blessing undisguised, artinya dia menjadi presiden bukan karena
> kemampuannya, dan memang dia ngga

Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Sekarang yang menjadi pertanyaan, Bisa ngga?
saya dan anda bisa saja bilang, Indonesia seharusnya, menjadi negara sekuler,
namun pedapat Gus Dur, Anda, dan penganut sekulerisme lainnya kan tidak bisa
dijadikan tolak ukur pendapat nasional secara keseluruhan.
Sekarang partai-partai yang berkeagamaan kan cukup banyak, belum lagi
partai-partai yang sudah menunjukkan kesukuannya (Parti). Ini kan yang
parah..bagaimana saya dan anda mau bersatu, kalau saya beraliansi dengan
Parkindo misalnya dan anda dengan partai Islam Indonesia, ini baru
misalnya loh.
Sedangkan kata sekulerism di Indonesia saja masih tidak jelas,
apalagi dengan ditambah bumbu-bumbu mayoritas dan minoritas segala.
Point nya, selama hampir 55 tahun bernegara dan berbangsa, kita sendiri
masih tidak tahu penerapan sekuler yang tepat di negara kita.

memang indah, kalau di Indonesia bisa seperti yang anda bilang.

andrew pattiwael



On Sun, 28 Feb 1999, Dodo D. wrote:

> Oooohh
> alangkah indahnya hidup ini kalau kita bisa keluar dari lingkaran
> religious conflict yang tak pernah ada penyelesaiannya.
> Udah deh...lakum dinukum waliyadin aja dah. Tiap2 agama ngurusin
> religious quality dari ummatnya masing2, nggak usah saling mencela dan
> tetek bengeknya.
>
> Saya kuatir bahwa konflik agama ini akan berlanjut sampe nanti di
> surga atau di neraka. Bayangin aja, nanti juga masing2 agama akan
> mengklaim bahwa surga itu hanya untuk ummatnya yang taat, pemeluk
> agama lain harus di neraka. Nah kalo udah begini, kan jadinya
> gontok2an juga nanti di surga, siapa yang berhak masuk sana?
>
> Atau mungkinkan oleh Tuhan akan dibuatkan surga yang terpisah? untuk
> kristen sendiri, untuk islam sendiri, untuk agama lain juga punya
> masing2?. Inipun nggak akan menyelesaikan masalah, karena masih ada
> kemungkinan tawuran antar surga, ejek ejekan, lempar lemparan batu,
> tombak, parang dll. Terus kapan selesainya?
>
> Kalau saya kok setuju tawarannya Gus Dur beberapa waktu lalu. Kita ini
> jadi negara sekuler aja deh. Agama digunakan sebagai landasan moral
> pribadi penganutnya. Jangan mencampur adukkan negara (politik) dan
> agama. Jangan juga seperti Turki yang melarang pemakaian jilbab,
> karena itu sudah termasuk pemasungan hak2 manusia.
>
> Udah deh...politik ya politik, agama ya agama, diurus di masjid atau
> di gereja atau di pura dll. Jangan di campur aduk kaya nasi rames.
> Kalau campurannya tepat, rasanya enak, tapi kalau nggak tepat, ya
> bikin sakit perut.
>
>
>
> ---Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas
> lalu
> > boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain
> donk.
> > Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang
> > "berimbang dan netral"
> > Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan
> yang
> > bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya
> > yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan
> persoalan,
> > bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa
> kebencian
> > thd satu sama lainnya.
> > Cerita dongeng atau Keajaiban-keajaiban ttg keagungan sebuah agama
> juga
> > sering saya dengar. Bahkan sampai bosen mendengarnya.
> > Sama seperti di Kristen, ada cerita bahwa alkitab dan salib tidak
> terbakar,
> > sebuah gereja yang tidak  disentuh api, atau rantai malaikat yang
> > mengelilingi sebuah gereja yang akan dibakar waktu mei lalu, etc...
> > Lantas, apa maksud "dongeng" ini? untuk mengkuatkan iman para
> pemeluknya?
> > boleh!, untuk menghasut dan menghujat agama lain? Ini kan harus
> > dipertanyakan.
> >
> > andrew pattiwael
> >
> >
> >
> > On Sun, 28 Feb 1999, Hadeer wrote:
> >
> > > Patokan saya sich mah jelas :
> > >
> > > Yang paling banyak menjadi korban adalah yang tertindas.
> > > Kita lihat saja, siapa yang paling banyak jadi korban dan tertindas.
> > > We are not stupid laaand dont be stupid laa...
> > >
> > > Hadeer
> > >
> > > Andrew G Pattiwael wrote:
> > >
> > > > Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya...
> > > >
> > > > :)
> > > >
> > > > On Sat, 27 Feb 1999, Hadeer wrote:
> > > >
> > > > > Kalau berita seperti ini masuk dalam kategori mana ?
> > > > >
> > > > > Smile
> > > > > Hadeer
> > > > >
> > > > > ===
> > > > >
> > > > > From: "Nunung" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > > To: "sabili" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > > Cc: "Riska" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > > Date: Fri, 26 Feb 1999 20:17:55 +0700
> > > > > Subject: [Sabili] Tentara Allah Turun Di Ambon
> > > > >
> > > > > Assalamu'alaikum Wr.Wb
> > > > >
> > > > > (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kpd Rabbmu, lalu
> > > > > diperkenankan-=
> > > > > Nya bagimu:"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
> kepadamu
> > > > dgn
> > > > > se=
> > > > > ribu malaikat yg datang berturut-turut." (QS Al-Anfaal:9)
> > > > > =
> > > > >
> > > > > =
> > > > >
> > > > > Di tengah peristiwa pembantaian umat musli

Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

Oooohh
alangkah indahnya hidup ini kalau kita bisa keluar dari lingkaran
religious conflict yang tak pernah ada penyelesaiannya.
Udah deh...lakum dinukum waliyadin aja dah. Tiap2 agama ngurusin
religious quality dari ummatnya masing2, nggak usah saling mencela dan
tetek bengeknya.

Saya kuatir bahwa konflik agama ini akan berlanjut sampe nanti di
surga atau di neraka. Bayangin aja, nanti juga masing2 agama akan
mengklaim bahwa surga itu hanya untuk ummatnya yang taat, pemeluk
agama lain harus di neraka. Nah kalo udah begini, kan jadinya
gontok2an juga nanti di surga, siapa yang berhak masuk sana?

Atau mungkinkan oleh Tuhan akan dibuatkan surga yang terpisah? untuk
kristen sendiri, untuk islam sendiri, untuk agama lain juga punya
masing2?. Inipun nggak akan menyelesaikan masalah, karena masih ada
kemungkinan tawuran antar surga, ejek ejekan, lempar lemparan batu,
tombak, parang dll. Terus kapan selesainya?

Kalau saya kok setuju tawarannya Gus Dur beberapa waktu lalu. Kita ini
jadi negara sekuler aja deh. Agama digunakan sebagai landasan moral
pribadi penganutnya. Jangan mencampur adukkan negara (politik) dan
agama. Jangan juga seperti Turki yang melarang pemakaian jilbab,
karena itu sudah termasuk pemasungan hak2 manusia.

Udah deh...politik ya politik, agama ya agama, diurus di masjid atau
di gereja atau di pura dll. Jangan di campur aduk kaya nasi rames.
Kalau campurannya tepat, rasanya enak, tapi kalau nggak tepat, ya
bikin sakit perut.



---Andrew G Pattiwael <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas
lalu
> boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain
donk.
> Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang
> "berimbang dan netral"
> Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan
yang
> bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya
> yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan
persoalan,
> bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa
kebencian
> thd satu sama lainnya.
> Cerita dongeng atau Keajaiban-keajaiban ttg keagungan sebuah agama
juga
> sering saya dengar. Bahkan sampai bosen mendengarnya.
> Sama seperti di Kristen, ada cerita bahwa alkitab dan salib tidak
terbakar,
> sebuah gereja yang tidak  disentuh api, atau rantai malaikat yang
> mengelilingi sebuah gereja yang akan dibakar waktu mei lalu, etc...
> Lantas, apa maksud "dongeng" ini? untuk mengkuatkan iman para
pemeluknya?
> boleh!, untuk menghasut dan menghujat agama lain? Ini kan harus
> dipertanyakan.
>
> andrew pattiwael
>
>
>
> On Sun, 28 Feb 1999, Hadeer wrote:
>
> > Patokan saya sich mah jelas :
> >
> > Yang paling banyak menjadi korban adalah yang tertindas.
> > Kita lihat saja, siapa yang paling banyak jadi korban dan tertindas.
> > We are not stupid laaand dont be stupid laa...
> >
> > Hadeer
> >
> > Andrew G Pattiwael wrote:
> >
> > > Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya...
> > >
> > > :)
> > >
> > > On Sat, 27 Feb 1999, Hadeer wrote:
> > >
> > > > Kalau berita seperti ini masuk dalam kategori mana ?
> > > >
> > > > Smile
> > > > Hadeer
> > > >
> > > > ===
> > > >
> > > > From: "Nunung" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > To: "sabili" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > Cc: "Riska" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > > Date: Fri, 26 Feb 1999 20:17:55 +0700
> > > > Subject: [Sabili] Tentara Allah Turun Di Ambon
> > > >
> > > > Assalamu'alaikum Wr.Wb
> > > >
> > > > (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kpd Rabbmu, lalu
> > > > diperkenankan-=
> > > > Nya bagimu:"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepadamu
> > > dgn
> > > > se=
> > > > ribu malaikat yg datang berturut-turut." (QS Al-Anfaal:9)
> > > > =
> > > >
> > > > =
> > > >
> > > > Di tengah peristiwa pembantaian umat muslim di Ambon, ternyata
Allah
> > >
> > > > menuru=
> > > > nkan ribuan jundullah cilik yg menyerang org2 kafir dgn
keberanian
> > > luar
> > > > bia=
> > > > sa.
> > > > =
> > > >
> > > > Berikut ini saya kutipkan dari majalah Sabili :
> > > > Org2 nasrani yg bersenjatakan panah2 api & racun, parang,
tombak,
> > > batu,
> > > > kay=
> > > > u, besi senapan berburu, bom molotov hingga bom ikan, pd malam
20
> > > Jan 99
> > > > se=
> > > > kitar pk. 24.00 s/d 01.00 malam mendesak umat Islam yg
mengungsi di
> > > > mesjid =
> > > > Raya Al-Fatah hingga mundur. Mereka benar2 ingin menghancurkan
> > > mesjid.
> > > > Di d=
> > > > lm mesjid tsb berkumpul 5000-an pengungsi. Umat Islam panik
> > > bercampur
> > > > marah=
> > > > . Para pengungsi yg kebanyakan ibu2 & anak kecil histeris
ketakutan.
> > >
> > > > Gambar=
> > > > an kehancuran mesjid & pembantaian pengungsi sudah terbayang di
> > > pelupuk
> > > > mat=
> > > > a. Keadaan sudah semakin gawat. Tetapi, tiba2 penyerang itu
berbalik
> > > &
> > > > lari=
> > > > terbirit-birit. Mereka sangat ketakutan. Umat Islam tdk tahu
apa yg
> > > > sebena=
> > > > rnya terjadi. Ternyata dari penut

Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

Gimana kalau kita kembali saja ke jamannya machiavelli. Punya seorang
"prince" yang otoriter, tapi prince nya harus bener2 berkualitas, yang
memenuhi kriteria bung Ridwan itu..??




---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> wah banyak dong yah...:))
>
> misalnya saja : dia bilang kita harus 'A', eh dia
> malah ngerjain 'B'..
> misalnya lagi : kita engga boleh korupsi, eh dia
> malah make duit rakyat seenak udel nya.
> misal yang lain : dia bilang mau mensejahterakan rakyat,
> eh malah menyengsarakan rakyat...
> misal dia bilang engga boleh KKN, eh malah dia biangnya KKN
> misalanya dia bilang negara ini negara hukum, eh dia malah
> menyepelakan hukum
> masih banyak lagi contoh yang lain, ada yg tahu ?
> ataujangan2 contoh diatas engga sinkron dengan
> permasalahan 'moral'...??
>
> kayanya sih, jadi pemimpin 'pantang' untuk berbohong..
>
> Salam,
> bRidWaN
> 
> At 08:23 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote:
> >parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin
> >bermoral apa enggak?
>
> >bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >>
> >> Bung Budi,
> >> Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa
> >> calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti
> >> adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat
> >> pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga
> >> kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb
> >> ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar
> >> bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang
> >> akan datang ??
> >>
> >> Salam,
> >> bRidWaN
> >> 
> >> At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote:
> >> >Rekan-rekan yth.,
> >> >
> >> >Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar
> >> >permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang
terjadi
> >> >selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik
> >> >dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para
> >> >pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan
> >> >sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum,
> >> >ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian
> >> >seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas,
sebagai
> >> >akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need
> >> >tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan
> >> >kebenaran, dll.).
> >> >
> >> >Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa
yang
> >> >mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah
kesadaran
> >> >hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah,
> >> >masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah...
> >> >yang masih banyak lagi lainnya.
> >> >
> >> >Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat
> >tenang
> >> >mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup
saling
> >> >menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan
> >> >mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya
jelas dan
> >> >tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si
> >> >pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari
kehidupannya
> >> >sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan
yang
> >> >tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat
> >atau
> >> >pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme.
> >> >
> >> >Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat
> >kebanyakan
> >> >dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di
> >negara
> >> >makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah
dengan
> >> >tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan
> >> >sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb.
> >susah
> >> >sekali didapat di republik kita?
> >> >
> >> >Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan
> >diri
> >> >dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat
kebanyakan
> >tsb.
> >> >
> >> >Salam,
> >> >Budi
> >>
> >>
>
>
> >> >bRidWaN wrote:
> >> >>
> >> >> Rekan Yth.,
> >> >>
> >> >> Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua,
> >> >> sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=)
> >> >>
> >> >> Salam,
> >> >> bRidWaN
> >> >> 
> >> >> MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
> >> >>
> >> >> detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
> >> >> KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional
> >> >> yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral
> >> >> kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai
> >> >> obat krisis tersebut dimulai dari pemimpinnya.
> >> >>
> >> >> Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor
> >> >> MUI di Masjid Istiqlal, Jum'at (26/2/1999). Menurut
> >> >> Ali Yafii, pemimpinlah yang mest

Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

Wah..wah..tolok ukur tekhnis yang bung Ridwan kemukakan ideal sekali
nih. Saya nggak bisa bayangin gimana enaknya punya unsur pimpinan dan
pemerintahan seperti itu. Tapi rasanya saya juga belum pernah
mendengar suatu pemerintahan yang ideal seperti itu. Mudah2an nanti
ada..:)




---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> wah banyak dong yah...:))
>
> misalnya saja : dia bilang kita harus 'A', eh dia
> malah ngerjain 'B'..
> misalnya lagi : kita engga boleh korupsi, eh dia
> malah make duit rakyat seenak udel nya.
> misal yang lain : dia bilang mau mensejahterakan rakyat,
> eh malah menyengsarakan rakyat...
> misal dia bilang engga boleh KKN, eh malah dia biangnya KKN
> misalanya dia bilang negara ini negara hukum, eh dia malah
> menyepelakan hukum
> masih banyak lagi contoh yang lain, ada yg tahu ?
> ataujangan2 contoh diatas engga sinkron dengan
> permasalahan 'moral'...??
>
> kayanya sih, jadi pemimpin 'pantang' untuk berbohong..
>
> Salam,
> bRidWaN
> 
> At 08:23 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote:
> >parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin
> >bermoral apa enggak?
>
> >bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >>
> >> Bung Budi,
> >> Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa
> >> calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti
> >> adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat
> >> pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga
> >> kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb
> >> ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar
> >> bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang
> >> akan datang ??
> >>
> >> Salam,
> >> bRidWaN
> >> 
> >> At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote:
> >> >Rekan-rekan yth.,
> >> >
> >> >Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar
> >> >permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang
terjadi
> >> >selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik
> >> >dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para
> >> >pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan
> >> >sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum,
> >> >ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian
> >> >seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas,
sebagai
> >> >akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need
> >> >tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan
> >> >kebenaran, dll.).
> >> >
> >> >Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa
yang
> >> >mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah
kesadaran
> >> >hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah,
> >> >masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah...
> >> >yang masih banyak lagi lainnya.
> >> >
> >> >Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat
> >tenang
> >> >mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup
saling
> >> >menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan
> >> >mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya
jelas dan
> >> >tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si
> >> >pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari
kehidupannya
> >> >sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan
yang
> >> >tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat
> >atau
> >> >pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme.
> >> >
> >> >Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat
> >kebanyakan
> >> >dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di
> >negara
> >> >makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah
dengan
> >> >tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan
> >> >sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb.
> >susah
> >> >sekali didapat di republik kita?
> >> >
> >> >Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan
> >diri
> >> >dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat
kebanyakan
> >tsb.
> >> >
> >> >Salam,
> >> >Budi
> >>
> >>
>
>
> >> >bRidWaN wrote:
> >> >>
> >> >> Rekan Yth.,
> >> >>
> >> >> Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua,
> >> >> sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=)
> >> >>
> >> >> Salam,
> >> >> bRidWaN
> >> >> 
> >> >> MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
> >> >>
> >> >> detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
> >> >> KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional
> >> >> yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral
> >> >> kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai
> >> >> obat krisis tersebut dimulai dari pemimpinnya.
> >> >>
> >> >> Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor
> 

Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa

1999-02-28 Terurut Topik bRidWaN

wah banyak dong yah...:))

misalnya saja : dia bilang kita harus 'A', eh dia
malah ngerjain 'B'..
misalnya lagi : kita engga boleh korupsi, eh dia
malah make duit rakyat seenak udel nya.
misal yang lain : dia bilang mau mensejahterakan rakyat,
eh malah menyengsarakan rakyat...
misal dia bilang engga boleh KKN, eh malah dia biangnya KKN
misalanya dia bilang negara ini negara hukum, eh dia malah
menyepelakan hukum
masih banyak lagi contoh yang lain, ada yg tahu ?
ataujangan2 contoh diatas engga sinkron dengan
permasalahan 'moral'...??

kayanya sih, jadi pemimpin 'pantang' untuk berbohong..

Salam,
bRidWaN

At 08:23 28/02/99 -0800, Dodo D. wrote:
>parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin
>bermoral apa enggak?

>bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>>
>> Bung Budi,
>> Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa
>> calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti
>> adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat
>> pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga
>> kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb
>> ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar
>> bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang
>> akan datang ??
>>
>> Salam,
>> bRidWaN
>> 
>> At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote:
>> >Rekan-rekan yth.,
>> >
>> >Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar
>> >permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang terjadi
>> >selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik
>> >dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para
>> >pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan
>> >sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum,
>> >ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian
>> >seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, sebagai
>> >akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need
>> >tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan
>> >kebenaran, dll.).
>> >
>> >Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa yang
>> >mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah kesadaran
>> >hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah,
>> >masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah...
>> >yang masih banyak lagi lainnya.
>> >
>> >Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat
>tenang
>> >mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup saling
>> >menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan
>> >mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya jelas dan
>> >tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si
>> >pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari kehidupannya
>> >sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan yang
>> >tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat
>atau
>> >pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme.
>> >
>> >Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat
>kebanyakan
>> >dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di
>negara
>> >makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah dengan
>> >tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan
>> >sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb.
>susah
>> >sekali didapat di republik kita?
>> >
>> >Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan
>diri
>> >dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat kebanyakan
>tsb.
>> >
>> >Salam,
>> >Budi
>>
>>
>
>> >bRidWaN wrote:
>> >>
>> >> Rekan Yth.,
>> >>
>> >> Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua,
>> >> sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=)
>> >>
>> >> Salam,
>> >> bRidWaN
>> >> 
>> >> MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
>> >>
>> >> detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
>> >> KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional
>> >> yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral
>> >> kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai
>> >> obat krisis tersebut dimulai dari pemimpinnya.
>> >>
>> >> Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor
>> >> MUI di Masjid Istiqlal, Jum'at (26/2/1999). Menurut
>> >> Ali Yafii, pemimpinlah yang mesti pertama kali direhabilitasi
>> >> moralnya. "Kebanyakan masalah kita muncul dimulai dari
>> >> tingkat elit. Rakyat kan semuanya baik-baik," kata Ali Yafii.
>> >>
>> >> =
>> >> simak di: http://www.detik.com/berita/199902/990226-1932.html
>> >
>> >
>>
>
>_
>DO YOU YAHOO!?
>Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo

Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )

1999-02-28 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas lalu
boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain donk.
Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang
"berimbang dan netral"
Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan yang
bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya
yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan persoalan,
bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa kebencian
thd satu sama lainnya.
Cerita dongeng atau Keajaiban-keajaiban ttg keagungan sebuah agama juga
sering saya dengar. Bahkan sampai bosen mendengarnya.
Sama seperti di Kristen, ada cerita bahwa alkitab dan salib tidak terbakar,
sebuah gereja yang tidak  disentuh api, atau rantai malaikat yang
mengelilingi sebuah gereja yang akan dibakar waktu mei lalu, etc...
Lantas, apa maksud "dongeng" ini? untuk mengkuatkan iman para pemeluknya?
boleh!, untuk menghasut dan menghujat agama lain? Ini kan harus
dipertanyakan.

andrew pattiwael



On Sun, 28 Feb 1999, Hadeer wrote:

> Patokan saya sich mah jelas :
>
> Yang paling banyak menjadi korban adalah yang tertindas.
> Kita lihat saja, siapa yang paling banyak jadi korban dan tertindas.
> We are not stupid laaand dont be stupid laa...
>
> Hadeer
>
> Andrew G Pattiwael wrote:
>
> > Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya...
> >
> > :)
> >
> > On Sat, 27 Feb 1999, Hadeer wrote:
> >
> > > Kalau berita seperti ini masuk dalam kategori mana ?
> > >
> > > Smile
> > > Hadeer
> > >
> > > ===
> > >
> > > From: "Nunung" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > To: "sabili" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > Cc: "Riska" <[EMAIL PROTECTED]>
> > > Date: Fri, 26 Feb 1999 20:17:55 +0700
> > > Subject: [Sabili] Tentara Allah Turun Di Ambon
> > >
> > > Assalamu'alaikum Wr.Wb
> > >
> > > (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kpd Rabbmu, lalu
> > > diperkenankan-=
> > > Nya bagimu:"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu
> > dgn
> > > se=
> > > ribu malaikat yg datang berturut-turut." (QS Al-Anfaal:9)
> > > =
> > >
> > > =
> > >
> > > Di tengah peristiwa pembantaian umat muslim di Ambon, ternyata Allah
> >
> > > menuru=
> > > nkan ribuan jundullah cilik yg menyerang org2 kafir dgn keberanian
> > luar
> > > bia=
> > > sa.
> > > =
> > >
> > > Berikut ini saya kutipkan dari majalah Sabili :
> > > Org2 nasrani yg bersenjatakan panah2 api & racun, parang, tombak,
> > batu,
> > > kay=
> > > u, besi senapan berburu, bom molotov hingga bom ikan, pd malam 20
> > Jan 99
> > > se=
> > > kitar pk. 24.00 s/d 01.00 malam mendesak umat Islam yg mengungsi di
> > > mesjid =
> > > Raya Al-Fatah hingga mundur. Mereka benar2 ingin menghancurkan
> > mesjid.
> > > Di d=
> > > lm mesjid tsb berkumpul 5000-an pengungsi. Umat Islam panik
> > bercampur
> > > marah=
> > > . Para pengungsi yg kebanyakan ibu2 & anak kecil histeris ketakutan.
> >
> > > Gambar=
> > > an kehancuran mesjid & pembantaian pengungsi sudah terbayang di
> > pelupuk
> > > mat=
> > > a. Keadaan sudah semakin gawat. Tetapi, tiba2 penyerang itu berbalik
> > &
> > > lari=
> > > terbirit-birit. Mereka sangat ketakutan. Umat Islam tdk tahu apa yg
> > > sebena=
> > > rnya terjadi. Ternyata dari penuturan seorg nasrani yg berhasil
> > ditawan
> > > ad=
> > > alah : "saya melihat ribuan kanak2 berusia sekitar 10 th, memakai
> > baju &
> > > so=
> > > ngkok putih berlari kencang ke luar mesjid ke arah kita. Seorg tua
> > > berjubah=
> > > & bersorban putih dgn tongkat di tangannya tampak memimpin pasukan
> > itu.
> > > Ju=
> > > mlahnya sangat banyak & keberaniannya sangat luar biasa. Itulah yg
> > > membuat =
> > > kami takut & berbalik meninggalkan mesjid"
> > > Usaha org kafir pun utk membakar mesjid gagal krn tiupan angin yg
> > > berbalik =
> > > arah. Pd malam Jum'at ketika org2 kafir berusaha membakar mesjid dgn
> >
> > > memanf=
> > > aatkan tiupan angin & membakar rumah2 muslim dgn ratusan panah api
> > (yg
> > > mala=
> > > h jatuh ke rumah2 Nasrani tetangganya), para pengungsi di mesjid
> > itupun
> > > ber=
> > > takbir dari pk. 23.00 s/d pk. 01.00 malam. Di tengah kekalutan,
> > tiba2
> > > org2 =
> > > yg berada di sekitar mesjid, dikejutkan oleh sebersit cahaya terang
> > > berwarn=
> > > a biru yg jatuh dr langit. Bola cahaya itu membelah kepekatan malam,
> >
> > > melunc=
> > > ur turun tepat di atas mesjid Raya Al-Fatah. Tiba2 saja angin
> > berbalik
> > > arah=
> > > & berhembus sangat kencang. Yg semula bertiup ke arah mesjid,
> > berbalik
> > > 180=
> > > derajat menuju Gereja Silo. dan membakar Gereja Silo, yg jaraknya +
> > 300
> > > m =
> > > dari Al-Fatah. Tetapi, petugas pemadam kebakaran ternyata sudah siap
> >
> > > memada=
> > > mkan gereja. Jadi UMAT ISLAM TDK MEMBAKAR GEREJA.
> > > kejadian mengenai jundullah cilik itu juga tdk terjadi sekali. Di
> > > Belakang =
> > > Kota, suatu perkampungan Arab juga diserang org2 kafir. Waktu itu
> > hanya
> > > ada=
> > > bb

Re: Inikah calon Presiden kita?

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

Assalamu'alaikum,

Ikut nimbrung dikit nih, saya kok tertarik ngikutin pembicaraan
tentang kriteria pemimpin bangsa kita nanti, apalagi sekarang kita di
hadapkan pada beberapa pilihan yang punya karakteristik berbeda beda,
dan semuanya "masih di dalam karung". Menurut saya, acara talk show
seperti yang di selenggarakan di TPI adalah sebuah langkah yang bagus
untuk "mengeluarkan kucing2 kita dari dalam karung". Debat terbuka
seperti itu akan sangat berguna sebagai wahana pendidikan politik
rakyat. Kita harus mengakui bahwa kebebasan politik rakyat kita selama
ini terpasung oleh kepemimpina ala machiavelli yang di terapkan di
jaman orde baru. Rakyat menjadi buta politik, dan akibatnya begitu
terjadi perubahan mendadak (reformasi), rakyat menjadi shock dan
banyak timbul perbuatan2 anarkhis karena keterpasungan politik selama
ini membuat rakyat tidak siap untuk menerima perubahan yang begitu
mendadak.

Acara talk show atau debat terbuka seperti itu juga sangat bagus bagi
both pemimpin partai dan masyarakat yang dalam hal ini lebih banyak di
wakili oleh para mahasiswa. Buat pemimpin partai, debat seperti itu
bisa dipakai sebagai wahana untuk menawarkan konsep2 politik mereka,
serta visi yang ingin dicapai oleh partainya. Dilain pihak, masyarakat
juga akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang visi dari partai
partai politik yang sedang berebut suara. Masyarakat juga akan bisa
menilai secara langsung calon2 pemimpin mereka. Dan ini merupakan
salah satu ciri demokrasi, dimana rakyat di berikan kesempatan untuk
menilai pemimpin mereka sendiri.

Berbicara tentang kriteria pemimpin, saya coba menyimpulkan dari
beberapa teori kepemimpinan modern yang pernah saya baca, bahwa di era
yang sangat dinamis seperti sekarang ini, sangat di perlukan seorang
pemimpin yang transformational, yang bisa membawa organisasi (negara)
kearah perubahan2 yang positif mengikuti perkembangan jaman. Saya rasa
tidak bisa dipungkiri bahwa untuk mentransform suatu organisasi atau
negara, unsur pokok yang harus di miliki oleh seorang pemimpin adalah
VISI. Tidak mungkin seorang pemimpin akan membawa perubahan tanpa
mempunyai visi yang jelas. Pencapaian visi itu sendiri tentunya tidak
bisa dilakukan oleh pemimpinnya sendiri, tapi harus merupakan usaha
bersama seluruh komponen masyarakat. Bagaimana masyarakat akan dibawa
untuk mencapai visi itu kalau visinya itu sendiri tidak pernah di
shared??, ini kan seperti mengajak masyarakat untuk berjalan tanpa
dikasih tahu arahnya.

Empat karakteristik pokok yang di perlukan oleh seorang pemimpin yang
transformational adalah kharisma, inspirasi, intelektual stimuli, dan
individual consideration. Kharisma disini tidak hanya berarti
personnal performance, tapi lebih berarti "providing vision and sense
of mission" serta "gaining respect and trust" dari masyarakat luas.

Kembali ke pokok permasalahan bahwa MS tidak pernah datang ke acara
yang di selenggarakan oleh TPI, bagi saya itu menunjukkan bahwa memang
si MS terkesan tidak siap atau "tidak berani" berhadapan langsung
dengan rival2 politiknya, karena memang dia sendiri tidak punya
kemampuan untuk itu.

Saya sendiri juga tidak melihat sosok MS sebagai seseorang yang
memiliki kriteria seorang pemimpin yang transformational. Meskipun
para pendukungnya mengatakan bahwa MS adalah seorang yang punya
kharisma, tapi saya lebih melihatnya sebagai bayang2 dari Soekarno,
bukan cerminan kharisma dari MS sebagai individu. MS gains respect and
trust karena ada bayang2 nama besar Soekarno di belakangnya, sementara
dia sendiri terkesan tidak punya visi dan sense of mission. Konsep2
politik yang di tawarkan oleh PDI-P lebih banyak bersumber dari para
tokoh di sekitar MS seperti Kwik Kian Gie, Alex Litaay, dll. MS
sendiri seakan2 cuman sebagai boneka yang dikendalikan oleh orang2 di
sekitarnya.

Jadi menurut saya, kalau kita memang menginginkan sosok pemimpin yang
berkualitas di masa depan, kita harus bisa berpikir jernih dan
rasional. Jangan terjebak kepada pengkultusan individu seperti yang
terjadi di era Soeharto. Debat terbuka seperti yang di selenggarakan
TPI merupakan langkah yang bagus untuk menentukan pemimpin yang kita
harapkan bersama.

Maaf kalau tanggapan saya nggak sistematis, karena saya sedang belajar
menulis.

Wassalamu'alaikum

Dodo




---"N.S. Sisworahardjo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Assalamu'alaikum wr. wb.
>
> Mas Budi yang budiman,
>
> Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat dengan
anda
> tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang sependapat
dengan
> pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika. Prinsip
demokrasi
> adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan berlangsungnya
> komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2 partai
> dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam

(..dst...dihapus)
_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa

1999-02-28 Terurut Topik Dodo D.

parameter yang dipakai apa nih, untuk menjustify seorang pemimpin
bermoral apa enggak?




---bRidWaN <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Bung Budi,
> Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa
> calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti
> adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat
> pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga
> kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb
> ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar
> bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang
> akan datang ??
>
> Salam,
> bRidWaN
> 
> At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote:
> >Rekan-rekan yth.,
> >
> >Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar
> >permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang terjadi
> >selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik
> >dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para
> >pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan
> >sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum,
> >ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian
> >seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, sebagai
> >akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need
> >tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan
> >kebenaran, dll.).
> >
> >Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa yang
> >mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah kesadaran
> >hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah,
> >masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah...
> >yang masih banyak lagi lainnya.
> >
> >Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat
tenang
> >mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup saling
> >menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan
> >mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya jelas dan
> >tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si
> >pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari kehidupannya
> >sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan yang
> >tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat
atau
> >pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme.
> >
> >Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat
kebanyakan
> >dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di
negara
> >makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah dengan
> >tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan
> >sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb.
susah
> >sekali didapat di republik kita?
> >
> >Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan
diri
> >dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat kebanyakan
tsb.
> >
> >Salam,
> >Budi
>
>

> >bRidWaN wrote:
> >>
> >> Rekan Yth.,
> >>
> >> Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua,
> >> sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=)
> >>
> >> Salam,
> >> bRidWaN
> >> 
> >> MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
> >>
> >> detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
> >> KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional
> >> yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral
> >> kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai
> >> obat krisis tersebut dimulai dari pemimpinnya.
> >>
> >> Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor
> >> MUI di Masjid Istiqlal, Jum'at (26/2/1999). Menurut
> >> Ali Yafii, pemimpinlah yang mesti pertama kali direhabilitasi
> >> moralnya. "Kebanyakan masalah kita muncul dimulai dari
> >> tingkat elit. Rakyat kan semuanya baik-baik," kata Ali Yafii.
> >>
> >> =
> >> simak di: http://www.detik.com/berita/199902/990226-1932.html
> >
> >
>

_
DO YOU YAHOO!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Inikah calon Presiden kita?

1999-02-28 Terurut Topik N.S. Sisworahardjo

Assalamu'alaikum wr. wb.

Mas Budi yang budiman,

Terima kasih atas komentar anda. Secara umum saya sependapat dengan anda
tentang kriteria seorang pemimpin. Tapi koq saya kurang sependapat dengan
pandangan bahwa acara talk show itu adalah model Amerika. Prinsip demokrasi
adalah keterbukaan, dan keterbukaan bisa dijamin dengan berlangsungnya
komunikasi dua arah secara intensif. Kalau kita lihat kampanye2 partai
dulu, itu tidak lebih semacam monolog yang persis terjadi dalam pertunjukan
Loedreok. Bahkan kadang saya pikir, didalam pertunjukkan Loedreok malah
lebih baik dari kampanye tersebut. Mengapa, karena disitu terjadi proses
dialog dan interaksi yang baik antara pemain di atas panggung dan penonton.
Justru teater2 rakyat mampu menunjukan konsep demokrasi yang sebenarnya,
bahwa subjeck dalam suatu peran, tidak hanya ditampilkan oleh tokoh yang
berdiri di atas panggung namun oleh seluruh komponen yang terlibat dalam
proses pertunjukkan itu sendiri.

Saya sependapat dengan Mas Budi bahwa penekanan pada sistem lebih penting
dari pada individu2 dalam sistem itu sendiri. Namun bisa kita bayangkan
kalau individu2 yang membentuk sistem itu sendiri masih kita ragukan
kemampuan. Paling tidak untuk bisa melihat kemampuan seseorang khan dari
komunikasi antara individu2 tersebut dengan komunitas yang ada. dan yang
menjadi pertanyaan saya adalah, cara apalagi yang bisa ditempuh agar
komunitas itu mampu melihat dan menilai individu2 itu kalau individu2 tidak
mampu berinteraksi dengan komunitasnya.

Model kampanye monolog yang terjadi selama ini, tidak lebih dari bagian
pembodohan2 yang akan terus berlangsung dalam masyarakat. 30 sudah hal itu
terbukti. Rezim ORBA menyatakan pendidikan politik dilakukan dalam masa
kampanye, namun kenyataannya sudah 30 tahun, ternyata masyarakat kita masih
juga tidak mampu untuk menerima suatu perbedaan. Konflik horizontal yang
terjadi dalam masyarakat kita sekarang ini adalah bukti otentik gagalnya
pendewasaan politik dalam masyarakat kita. Saya kita rasanya kita harus
menentukan suatu paradigma baru dalam hal ini.

kalau soal kasus Habibie keseleo lidah, yach dia itu presiden karena
blessing undisguised, artinya dia menjadi presiden bukan karena
kemampuannya, dan memang dia nggak siap untuk jadi presiden. Dari sisi ini
kelihatan sekali Habibie dikerjain pihak2 kiri-kanan, seperti anak yang
baru belajar naik sepeda. fakta yang masih hangat adalah kasus penyadapan
telepon.

Kalau seandainya apa yang dikhawatirkan Mas Budi, dimana kita nantinya
terpaksa memilih kucing di dalam karung, saya pikir, sungguh sangat
menyedihkan bangsa kita. Waktu 50 tahun masih belum cukup untuk mampu
belajar dari sejarah. Mental kita tidak lebih dari mental budak yang ingin
diperlakukan sebagai budak oleh para penguasa, mulai jaman raja2, VOC,
Belanda, dan kemudian oleh keturunan para bangsawan dan raja2. Kita rupanya
cukup merasa bangga diperlakukan sebagai budak :(

Wassalam,
nur

p.s. Buat Mas Hadeer, terima kasih banyak atas postingnya, walau hanya FYI,
saya kira banyak fakta yang bisa diungkap.



>Bung Nur yang budiman,
>
>Kesimpulan saya adalah (mungkin saja saya salah) anda ingin mengatakan
>bahwa Megawati sebenarnya tidak pantas sebagai calon Presiden kita.
>Alasannya adalah antara lain karena ia tak pernah menanggapi undangan
>berkali-kali TPI untuk mengikuti acara dialog partai yang
>diselenggarakan oleh TPI.  Hal tsb. membuat anda kecewa karena dengan
>demikian kita atau masyarakat tidak tahu apa sebenarnya misi dan visi
>Megawati, dan sejauhmana kemampuannya untuk berdebat politik secara
>terbuka.  Namun tokh bagi anda semua jadi jelas, karena Megawati
>hanyalah "Lulusan SMA dan serba samar alias nggak jelas".
>
>Komentar saya:
>
>Sama seperti anda, saya juga merasa kecewa.  Meskipun demikian saya
>mendukung Megawati (sama seperti saya mendukung calon-calon Presiden
>lainnya) untuk menjadi Presiden R.I. meskipun dalam pemilu nanti mungkin
>saya tidak pilih PDI.
>
>Rasa kecewa membuat saya berpikir beberapa kemungkinan mengenai
>Megawati.  Pertama, dia merasa tidak mampu berdebat politik secara
>langsung dan terbuka.  Kedua, dia khawatir salah-salah dalam 'talk and
>show' (seperti yang belakangan diperlihatkan oleh Pak Habibie),
>bisa-bisa membuat rencana dan strategi PDI dalam pemilu menjadi
>terganggu.  Ketiga, Megawati punya visi bahwa debat politik terbuka gaya
>Amerika tidak sesuai dengan budaya bangsa (Indonesia).  Keempat dst. ...
>(silahkan kepada netters lain kalau punya kemungkinan lain).
>
>Saya memang mendukung semua calon-Presiden menjadi Presiden, karena
>secara pribadi saya lebih suka nasib Ina ditentukan oleh suatu Tim atau
>Sistem yang hebat daripada oleh seorang Presiden yang hebat.  Saya tidak
>keberatan kalau calon Presiden RI adalah pensiunan bintang film atau
>mantan penyiar teve, asal ya itu tadi...Tim atau Sistemnya harus solid.
>Saya tidak setuju dengan pendapat sobat saya yang sedang menyelesaikan
>S3, bahwa seorang buta-huruf yang cuma mengandalkan budi pekerti yang
>t

Telkom's policy and Govt's policy

1999-02-28 Terurut Topik Budi Santoso

Dalam mengambil keputusan kenaikan tarif telepon lalu kelihatannya Pak
Habibie memang dihadapkan pada suatu dilema: membela kepentingan
KONSUMEN (rakyat) atau melayani permintaan INVESTORs (in order to
restore 'their confidence').

Saya ingin tahu sejauh mana peran pemerintah (seharusnya dan
kenyataannya) dalam menentukan P.T. TELKOM's policy.  Dan saya juga
ingin tahu para pemegang saham utama dan mitra kerjasama utama TELKOM.
Barangkali ada Netters yang bisa bantu?

Budi Santoso



Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa

1999-02-28 Terurut Topik bRidWaN

Bung Budi,
Dari ulasan anda ini, apakah anda ingin mengatakan bahwa
calon Pemimpin kita untuk masa transisi 1999-2004 nanti
adalah lebih diutamakan yang bermoral daripada tingkat
pendidikannya, baik formal maupun non formal, sehingga
kelak ia capable untuk memulai rehabilitasi mental tsb
ditingkat elite kita, untuk kemudian siap mengantar
bangsa ini kepada pelaksanaan Pemilu tahun 2004 yang
akan datang ??

Salam,
bRidWaN

At 21:20 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote:
>Rekan-rekan yth.,
>
>Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar
>permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang terjadi
>selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik
>dan 'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para
>pimpinan bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan
>sistem kenegaraan dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum,
>ekonomi, dan budaya). Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian
>seperti demonstrasi, kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, sebagai
>akibat dari 'output' nya (banyaknya pengangguran baru, basic need
>tidak terpenuhi karena mahal, frustasi mendapatkan pengayoman dan
>kebenaran, dll.).
>
>Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa yang
>mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah kesadaran
>hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah,
>masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah...
>yang masih banyak lagi lainnya.
>
>Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat tenang
>mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup saling
>menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan
>mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya jelas dan
>tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si
>pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari kehidupannya
>sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan yang
>tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat atau
>pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme.
>
>Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat kebanyakan
>dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di negara
>makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah dengan
>tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan
>sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb. susah
>sekali didapat di republik kita?
>
>Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan diri
>dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat kebanyakan tsb.
>
>Salam,
>Budi


>bRidWaN wrote:
>>
>> Rekan Yth.,
>>
>> Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua,
>> sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=)
>>
>> Salam,
>> bRidWaN
>> 
>> MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
>>
>> detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
>> KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional
>> yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral
>> kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai
>> obat krisis tersebut dimulai dari pemimpinnya.
>>
>> Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor
>> MUI di Masjid Istiqlal, Jum'at (26/2/1999). Menurut
>> Ali Yafii, pemimpinlah yang mesti pertama kali direhabilitasi
>> moralnya. "Kebanyakan masalah kita muncul dimulai dari
>> tingkat elit. Rakyat kan semuanya baik-baik," kata Ali Yafii.
>>
>> =
>> simak di: http://www.detik.com/berita/199902/990226-1932.html
>
>



Re: Golkar Siap Menghadapi Pemilu Yang Jurdil

1999-02-28 Terurut Topik bRidWaN

Terima kasih kembali Mas Budi, anda tidak salah
menuliskan nama saya. Memang terlalu susah ya
menulis nama antik ini, maklumlah, orangnya juga
'antik' sih, apalagi pemikirannya=))

Salam,
bRidWaN

At 21:25 27/02/99 -0800, Budi Haryanto wrote:
>Terima kasih bang bRidWaN (he..he..he.. selalu nggak
>salah khan nulis namanya..),
>
>Enak sekali membaca berita bernuansa seperti ini
>psh. menjadikan mata semakin
>berat... dan mengantu.
>
>Salam,
>Budi

---

>bRidWaN wrote:
>>
>> Boleh juga bung Akbar Tanjung ini, kagum saya
>> dibuatnya dengan permainan kata yang begitu
>> indah dan menyentuh.
>>
>> Simak pernyataannya :
>>Golkar adalah Partai yang terbaik dan sudah
>>berpengalaman "(dalam politik)".
>>
>> Sengaja disebut kata 'politik', agar tidak
>> salah kaprah dalam pengalaman-pengalaman Golkar
>> dibidang yang lainnya, seperti : KKN, Manipulasi
>> dan Pengalaman menjadi Mayoritas dalam DPR/MPR
>> yang menghasilkan Keputusan-Keputusan 'jitu'.
>>
>> Pada akhirnya memang semua terserah Rakyat..
>> Seperti kata bung Akbar dipenghujung pernyataanya :
>>   ..."Ini adalah negara demokratis"...
>>
>> Salam,
>> bRidWaN
>>
>> 
>>
>> Golkar Siap Menghadapi Pemilu Yang Jurdil
>>
>> MEDAN (Waspada): Golongan Karya (Golkar) sudah siap
>> menghadapi Pemilu 1999 dengan jujur dan adil, dan
>> Golkar adalah partai yang terbaik karena sudah
>> berpengalaman dalam politik.
>>
>> Hal tersebut ditegaskan Ketua Umum DPP Golkar Ir Akbar
>> Tanjung dalam pidato politiknya pada apel akbar di
>> Lapangan Merdeka Medan Sabtu siang (27/2) dihadiri
>> puluhan ribu massa Golkar beserta simpatisannya yang
>> datang dari berbagai daerah tingkat II di Sumut.
>>
>> "Golkar juga yang memelopori Tap MPR tentang korupsi,
>> kolusi dan nepotisme (KKN) serta mengusut mantan
>> Presiden Soeharto maupun kroni-kroninya," tutur Akbar.
>>
>> Dikatakan, Golkar memiliki 36 juta anggota dan 12 juta
>> kader serta mendapat dukungan dari ormas SOKSI, MKGR,
>> Kosgoro, PPM, Pemuda Pancasila, Keluarga Besar ABRI
>> (KBA), Korpri dan lain-lain, tambahnya.
>>
>> Akbar Tanjung minta masyarakat Sumut jangan mencoba-
>> coba memilih partai yang tidak kuat. Karena bila hal
>> itu terjadi resikonya akan sangat besar. "Jadi
>> masyarakat jangan sampai salah menggunakan hak
>> politiknya," ujar Akbar. Dia juga mengatakan bahwa
>> kedaulatan ada di tangan rakyat. Rakyatlah yang
>> menentukan arah pembangunan.
>>
>> Golkar berada dalam era baru, era reformasi, bahkan
>> Gokar juga melakukan reformasi dengan menyebut
>> cirinya sebagai Partai Golkar. Melakukan perubahan
>> antara lain UU Tentang Partai Politik. Reformasi
>> bidang politik memberi kebebasan hak politik pada
>> rakyat termasuk mendirikan partai dan organisasi,
>> ujarnya.
>>
>> Akan dicopot
>>
>> Menyinggung kader Golkar yang pindah ke partai baru,
>> Akbar mempersilahkannya. "Ini adalah negara demokratis".
>> Tetapi, katanya pula, bagi yang pindah ke partai baru
>> maka jabatannya akan dicopot sebagai anggota DPR,
>> DPRD I maupun DPRD II. Golkar memiliki kader yang
>> baik cukup banyak, tambahnya.
>>
>> Ditambahkan pula bahwa Golkar sudah dalam paradigma
>> baru dan mandiri, bukan lagi sebagai alat penguasa
>> seperti era Orde Baru.
>>
>> Dalam kesempatan itu Akbar Tanjung telah memperkenalkan
>> sejumlah fungsionaris dan kader Golkar dari pusat
>> seperti Jenderal TNI (purn) Feisal Tanjung, Ketua Umum
>> Pemuda Panca Marga Purwo Ngemboro, Ketua Umum Depinas
>> SOKSI Oetojo Oesman, SH dan lain-lain.
>>
>> Pada kesempatan itu Feisal Tanjung mengimbau
>> purnawirawan ABRI untuk mendukung Golkar pada
>> Pemilu 1999. Hal yang sama juga diimbau Purwo
>> Ngemboro dan Oetojo Oesman kepada jajaran masing-
>> masing.
>>
>> Apel Akbar tersebut dimeriahkan tiga artis ibu kota
>> yakni Edy Silitonga, Yenretno dan Victor Hutabarat.
>> Akbar juga melantik pengurus Bakorwil, Bakorda dan
>> Bakorcam Satgas Pemuda Golkar Sumut se Sumut(m31)
--



Re: Golkar Siap Menghadapi Pemilu Yang Jurdil

1999-02-28 Terurut Topik Budi Haryanto

Terima kasih bang bRidWaN (he..he..he.. selalu nggak salah khan nulis
namanya..),

Enak sekali membaca berita bernuansa seperti ini
psh. menjadikan mata semakin berat...
dan mengantu.

Salam,
Budi


bRidWaN wrote:
>
> Boleh juga bung Akbar Tanjung ini, kagum saya
> dibuatnya dengan permainan kata yang begitu
> indah dan menyentuh.
>
> Simak pernyataannya :
>Golkar adalah Partai yang terbaik dan sudah
>berpengalaman "(dalam politik)".
>
> Sengaja disebut kata 'politik', agar tidak
> salah kaprah dalam pengalaman-pengalaman Golkar
> dibidang yang lainnya, seperti : KKN, Manipulasi
> dan Pengalaman menjadi Mayoritas dalam DPR/MPR
> yang menghasilkan Keputusan-Keputusan 'jitu'.
>
> Pada akhirnya memang semua terserah Rakyat..
> Seperti kata bung Akbar dipenghujung pernyataanya :
>   ..."Ini adalah negara demokratis"...
>
> Salam,
> bRidWaN
>
> 
>
> Golkar Siap Menghadapi Pemilu Yang Jurdil
>
> MEDAN (Waspada): Golongan Karya (Golkar) sudah siap
> menghadapi Pemilu 1999 dengan jujur dan adil, dan
> Golkar adalah partai yang terbaik karena sudah
> berpengalaman dalam politik.
>
> Hal tersebut ditegaskan Ketua Umum DPP Golkar Ir Akbar
> Tanjung dalam pidato politiknya pada apel akbar di
> Lapangan Merdeka Medan Sabtu siang (27/2) dihadiri
> puluhan ribu massa Golkar beserta simpatisannya yang
> datang dari berbagai daerah tingkat II di Sumut.
>
> "Golkar juga yang memelopori Tap MPR tentang korupsi,
> kolusi dan nepotisme (KKN) serta mengusut mantan
> Presiden Soeharto maupun kroni-kroninya," tutur Akbar.
>
> Dikatakan, Golkar memiliki 36 juta anggota dan 12 juta
> kader serta mendapat dukungan dari ormas SOKSI, MKGR,
> Kosgoro, PPM, Pemuda Pancasila, Keluarga Besar ABRI
> (KBA), Korpri dan lain-lain, tambahnya.
>
> Akbar Tanjung minta masyarakat Sumut jangan mencoba-
> coba memilih partai yang tidak kuat. Karena bila hal
> itu terjadi resikonya akan sangat besar. "Jadi
> masyarakat jangan sampai salah menggunakan hak
> politiknya," ujar Akbar. Dia juga mengatakan bahwa
> kedaulatan ada di tangan rakyat. Rakyatlah yang
> menentukan arah pembangunan.
>
> Golkar berada dalam era baru, era reformasi, bahkan
> Gokar juga melakukan reformasi dengan menyebut
> cirinya sebagai Partai Golkar. Melakukan perubahan
> antara lain UU Tentang Partai Politik. Reformasi
> bidang politik memberi kebebasan hak politik pada
> rakyat termasuk mendirikan partai dan organisasi,
> ujarnya.
>
> Akan dicopot
>
> Menyinggung kader Golkar yang pindah ke partai baru,
> Akbar mempersilahkannya. "Ini adalah negara demokratis".
> Tetapi, katanya pula, bagi yang pindah ke partai baru
> maka jabatannya akan dicopot sebagai anggota DPR,
> DPRD I maupun DPRD II. Golkar memiliki kader yang
> baik cukup banyak, tambahnya.
>
> Ditambahkan pula bahwa Golkar sudah dalam paradigma
> baru dan mandiri, bukan lagi sebagai alat penguasa
> seperti era Orde Baru.
>
> Dalam kesempatan itu Akbar Tanjung telah memperkenalkan
> sejumlah fungsionaris dan kader Golkar dari pusat
> seperti Jenderal TNI (purn) Feisal Tanjung, Ketua Umum
> Pemuda Panca Marga Purwo Ngemboro, Ketua Umum Depinas
> SOKSI Oetojo Oesman, SH dan lain-lain.
>
> Pada kesempatan itu Feisal Tanjung mengimbau
> purnawirawan ABRI untuk mendukung Golkar pada
> Pemilu 1999. Hal yang sama juga diimbau Purwo
> Ngemboro dan Oetojo Oesman kepada jajaran masing-
> masing.
>
> Apel Akbar tersebut dimeriahkan tiga artis ibu kota
> yakni Edy Silitonga, Yenretno dan Victor Hutabarat.
> Akbar juga melantik pengurus Bakorwil, Bakorda dan
> Bakorcam Satgas Pemuda Golkar Sumut se Sumut(m31)



Re: Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa

1999-02-28 Terurut Topik Budi Haryanto

Rekan-rekan yth.,

Saya setuju dengan pendapat KH Ali Yafii tsb., karena inilah akar
permasalahan yang ada di republik kita selama ini. Apa yang terjadi
selama ini adalah sebagai 'outcome' dari 'input' yang tidak baik dan
'process' yang buruk. Katakanlah 'input' di sini adalah para pimpinan
bangsa, dan 'process' di sini adalah penyelenggaraan sistem kenegaraan
dan kemasyarakatan (termasuk politik, hukum, ekonomi, dan budaya).
Sedangkan 'outcome' adalah kejadian-kejadian seperti demonstrasi,
kerusuhan-kerusuhan, dan kriminalitas, sebagai akibat dari 'output' nya
(banyaknya pengangguran baru, basic need tidak terpenuhi karena mahal,
frustasi mendapatkan pengayoman dan kebenaran, dll.).

Adalah sangat menyakitkan kalau mendengar para pimpinan bangsa yang
mengatakan: masyarakat sedang sakit-lah, masyarakat rendah kesadaran
hukumnya-lah, masyarakat rendah kesadaran bertananegaranya-lah,
masyarakat rendah rasa nasionalismenya-lah, dan -lah ... -lah... yang
masih banyak lagi lainnya.

Kontras sekali dengan suasana di negara yang makmur. Masyarakat tenang
mencari nafkah, tenang ke sekolah, rela membayar pajak, hidup saling
menghormati dan menghargai antar ras, agama, dan harga diri, dan
mentaati peraturan dan hukum yang berlaku, karena sangsinya jelas dan
tegas yang sudah barang tentu bisa memberikan kesadaran kepada si
pelanggar. Di tempat ini masyarakat belajar hukum dari kehidupannya
sehari-hari dimana yang melanggar memang kena sangsi sedangkan yang
tidak melanggar ya hidup tenang. Di tempat ini tidak perlu rakyat atau
pemerintah menggembar-gemborkan rasa nasionalisme.

Kalau begitu, apa sih sebenarnya yang diinginkan oleh rakyat kebanyakan
dari negaranya ini? Paling banter adalah seperti yang terjadi di negara
makmur tadi, yaitu dapat mencari nafkah dengan tenang, sekolah dengan
tenang, dan hidup berdampingan dengan damai antar sesama. Ini khan
sebenarnya tidak terlalu muluk-muluk, tetapi kenapa hal-hal tsb. susah
sekali didapat di republik kita?

Saya akan mendukung calon pimpinan bangsa yang mengkonsentrasikan diri
dan programnya untuk memenuhi keinginan-keinginan rakyat kebanyakan tsb.

Salam,
Budi


bRidWaN wrote:
>
> Rekan Yth.,
>
> Boleh juga berita ini menjadi renungan kita semua,
> sebelum kita memilih yang lumayan dari yang ada..=)
>
> Salam,
> bRidWaN
> 
> MUI: Perlu Rehabilitasi Moral Pemimpin Bangsa
>
> detikom,Jakarta-Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
> KH Ali Yafii menyatakan, akar masalah krisis nasional
> yang tengah terjadi saat ini adalah krisis moral
> kepemimpinan bangsa. Sehingga rehabilitasi mental sebagai
> obat krisis tersebut dimilai dari pemimpinnya.
>
> Pernyataan Ali Yafii disampaikan pada jumpa pers di kantor
> MUI di Masjid Istiqlal, Jum'at (26/2/1999). Menurut
> Ali Yafii, pemimpinlah yang mesti pertama kali direhabilitasi
> moralnya. "Kebanyakan masalah kita muncul dimulai dari
> tingkat elit. Rakyat kan semuanya baik-baik," kata Ali Yafii.
>
> =
> simak di: http://www.detik.com/berita/199902/990226-1932.html