Re: Nasionalis dan Agamis
Jangan lupa juga bung, Mayoritas tidak boleh melupakan Minoritas Minoritas tidak boleh melupakan Mayoritas Esensi dari kalimat diatas adalah saling menghormati dan saling kerjasama antar kedua belah pihak. Dan kepada golongan Agamis (MUI, PGI/KWI, Walubi, Hindu) Jangan menjadi 'Corong Pemerintah' lagi, tetapi jadilah 'Corong Umat' Pemerintah tidak boleh mencampuri lagi urusan keagamaan. Andrew Pattiwael On Sun, 13 Jun 1999, Nasrullah Idris wrote: Harus diakui bahwa kelompok Nasionalis dan kelompok Agamis di Indonesia merupakan kekuatan real. Mengabaikan yang satu oleh yang lain hanya akan menghambat pembangunan/pemerintahan. Dalam menghadapi era globalisasi, kondisi ini akan membuat bangsa kita terperosok pada kemisikinan, yang gilirannya memancing bangsa asing bersikap leluasa terhadap kita. Meskipun bukan dalam bentuk penguasaan teritorial, namun esensi imperalisme sudah terbentuk. Karakteristik khas dari partai di Indonesia yang berlandaskan nasionalis maupun berlandaskan agamis masing-masing adalah di dalamnya kenyataan banyak tokoh yang agamis dan nasionalis. Sejarah sudah membuktikannya. Bagaimana pengabaian pihak yang satu oleh pihak lain di Indonesia hanya menghasilkan rentetan ketegangan. Hendaknya jangan diulangi lagi. Salam, Nasrullah Idris
GOLKAR harus Meredefiniskan Perjuangan
Bung Ridwan dan Rekan-rekan Permias, Mungkin saya juga agak tercengang dengan hasil yang diperoleh Golkar, namun kalau memang Golkar benar-benar memperoleh suara ini secara murni dan merupakan suara aspiratif dari masyarakat yang masih mendukung Golkar sebagai suatu kekuatan Politik di Indonesia, Golkar seharusnya dapat merefisikan seluruh fundamental Partai. Kepercayaan Masyarakat mungkin masih ada, namun jelas Masyarakat ingin menyardarkan Golkar, bahwa Golkar PERNAH khilaf dalam perjuangannya bersama Orde Baru dan Rejim Soeharto. Yang jelas, Golkar harus mempunyai MUKA yang BARU, Orang Yang Baru, dan Kerangka Perjuangan Yang Baru. Apakah Suara Pemilu 1999 ini adalah Kesempatan Kedua bagi Golkar untuk menebus Kesalahan? Sungguh besar hati Rakyat kalau begitu. Ada Kesempatan kedua Buat Golkar. Andrew Pattiwael
CNN: Christian Apologize For Crusades 900 Years Ago
"New generations of Muslims, Jews and Christians a deserved a future without hatred and fear." - Imad Falouji (Palestinian Telecommunication Minister) Christians apologize for Crusades 900 years on June 13, 1999 Web posted at: 1:50 PM EDT (1750 GMT) GAZA (Reuters) -- After hundreds of years, a group of Christians from the West paid a visit to the Gaza Strip on Sunday to offer apologies to descendants of Muslim victims of the Crusades. "We deeply regret the atrocities committed in the name of Christ by our predecessors," read a message delivered to a Palestinian cabinet minister by 14 members of the Reconciliation Walk group of evangelical Christians mainly from Europe and North America. On a tour of the Middle East, the group begged forgiveness for the violence of 11th-13th century military expeditions mobilized by Western Christendom to try to capture holy places under Muslim control. "We renounce greed, hatred and fear...and condemn all violence done in the name of Jesus Christ...Forgive us for allowing his name to be associated with death," they said in their apology. Palestinian Telecommunications Minister Imad Falouji said in response that new generations of Muslims, Jews and Christians a deserved a future without hatred and fear. But Falouji did not say whether Muslims would accept the apology. The eight major crusades to the Holy Land that began in 1095 ultimately failed to hold Christian sites, and by 1291, Acre, the last Crusader foothold in Muslim-ruled Palestine, was lost. The Christian group, which said it aims at reconciliation with Jews and Orthodox Christians as well as Muslims, said it offered love and brotherhood in contrast to Crusaders it said "were motivated by hatred and prejudice." Gaza Mufti Abdel-Karim al-Kahlout, a religious authority of the overwhelmingly Muslim strip, said that while the Christians were apologising for acts committed long before they were born, present-day "Israel is just an extension of the Crusades." Copyright 1999 Reuters. All rights reserved. This material may not be published, broadcast, rewritten, or redistributed.
(Bridwan dan Pattiwael) Paradigma Baru Golkar
Golkar Baru dengan Paradigma Baru: Golkar Baru dengan Tokoh Baru Ini yang sebenarnya harus disadari oleh Akbar Tanjung dan Habibie, dimana Pemimpin Lama seharusnya sudah mengantung Sarung Tinjunya dan hanya duduk sebagai Simpatisan bukan sebagai Organisatoris dan Fungsionaris lagi. Penetapan Bung Rudy sebagai 'Sales Product' dari Partai Golkar sendiri, saya nilai sebagai suatu kesalahan fatal dari program Pemilu Golkar sendiri. Bung Akbar sudah seharusnya menyadari bahwa untuk menjual suatu produk yang akan masuk daftar pilihan para potential customer (Pemilih) tidak dapat kembali menjual 'Produk Usang' yang hanya dipermak dengan Cat atau Dempul Baru. Apalagi selama 30 tahun dibawah Orde Baru, Golkar hanya menjual Produk-produk itu-itu saja. Golkar sudah memberikan pernyataan maafnya atas keterlibatan selama Orde Baru ini, Golkar sudah berjanji akan ikut mendukung program Reformasi. Namun kalau hanya mengganti Sarung Doank sih sama saja Bohong kan. Ibarat Kupu-kupu, lahir kembali dari kepongpong tapi tetap bersayap dan berkulit Warna yang sudah usang dan tidak menyinarkan keindahan lagi. Dengan kata lain, Akbar dan Habibie harus segera menurunkan diri dengan sikap terhormat dari fungsi Kepartaian, langkah ini juga harus diikuti oleh para 'Bekas' anggota lainnya yang sudah kadaluarsa dan harus diafkir. Ini tentu akan menjadi suatu hal yang luar biasa bagi Partai Golkar sendiri. Mengganti darah lama dengan darah baru dan tentu dengan sistim yang baru. Akan kah ini terjadi? Akan kah Orang-orang lama Golkar bersedia untuk mengundurkan diri dan menyerahkan Partai kepada Para Orang-orang Baru ( Golongan Muda ) ? Kemungkinan besar = Tidak atau Sulit Terjadi. Kecuali bila dari Keanggotaan akhirnya mempunyai kebranian untuk mengganti pemimpin Tua dan orang-orang lamanya. Dengan kata lain, harus ada Pemberontakan dari dalam tubuh partai sendiri, yang bisa disertai juga dengan kekerasan seperti yang terjadi pada tubuh PDI saat dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri. Tapi ini bukannya mustahilkan? Jikalau Mayoritas Anggota Partai sendiri yang melihat bahwa Golkar Harus segera bertindak sebelum terlambat Mungkin anggota Golkar yang seia-sekata dengan Perjuangan Reformasi dapat tersadar dengan segala perubahan ini, dan melihat bahwa Golkar tidak harus berada dibelakang Bung Habibie dan Bung Akbar lagi. Andrew Pattiwael On Mon, 14 Jun 1999, bRidWaN wrote: Saya setuju dengan pemikiran ini, tetapi dengan catatan bahwa 'Golkar Baru dengan Paradigma Baru' harus benar benar dijalankan, bukan hanya dimulut saja. Contoh yang paling ekstrim adalah Golkar harus mengganti Pemimpin dan Tokohnya dengan Orang Baru. Ini part yang tersulit saya rasa. Tanpa action ini, akan sulit bagi Golkar untuk tampil kembali, paling tidak membutuhkan waktu untuk membuktikan bahwa Golkar yang ini adalah beda dengan Golkar yang dulu. Salam, bRidWaN
Golkar, Partai MKGR dan PKP
Nah...saya masih agak sulit mendefiniskan perbedaan dari Partai-partai pecahan Golkar. Contohnya Partai MKGR pimpinan Ny. Mien Sugandhie atau Partai Keadilan dan Persatuan yang dipimpin oleh Pensiunan Jendral-jendral ABRI yang ingin melepaskan diri dari jubah kuning Golkar mereka. Perpecahan intern yang saya lihat selama ini di Golkar, tidak lepas dari keinginan para bekas anggota Golkar tersebut untuk, istilahnya mencuci tangan dari perbuatan Golkar yang diindentikan dengan Alat Politik Orde Baru itu sendiri. (Pendapat pribadi) Namun apakah mereka beda atau masih tetap sama saja dengan Golkar sendiri, kita tidak tahu kan... Apakah yang selama ini didengung-dengungkan oleh Mien Sugandhi, bahwa MKGR tidak bisa disamakan dengan Golkar, bahwa MKGR ingin mendukung Reformasi itu sendiri adalah benar adanya? Atau pernyataan Bapak Edi Sudrajat dan Hayono Isman yang mengatakan PKP lebih mewakili aspiratif masyarakat daripada Golkar dapat dipertanggung jawabkan? Atau hanya dengan mengganti nama baru dari Golkar-ABRI menjadi Partai Kesatuan dan Persatuan dapat mengambil hati para pendukung Golkar sendiri ? Masih tidak jelas..dan butuh kejelasan... Mungkin ada rekan-rekan yang dapat menjelaskan perbedaan tersebut Andrew Pattiwael
Hartono: ABG =ABRI-Birokrasi-Golkar
Sumber: http://www.gatra.com/V/30/LPT1-30.html Kedigdayaan itu ditopang tiga pilar utama yang sohor dengan sebutan jalur ABG -keluarga besar ABRI, birokrasi, dan Golkar. Waktu itu, ketiganya bermain habis-habisan. Saat kampanye Pemilu l997 di Karanganyar, Jawa Tengah, Jenderal Hartono, yang saat itu menjabat Kepala Staf Angkatan Darat, menyebutkan anggota ABRI adalah kader Golongan Karya. Ia pun tak segan mengenakan jaket kuning. Kini kolaborasi tiga pilar itu buyar Bagaimana Jendral Hartono? ABRI sendiri sekarang pecah dari GOLKAR Andrew Pattiwael
PKP Dukung Megawati Jadi Presiden
Sumber: http://www.tempo.co.id/harian/include/index.asp?file=12061999-68h-2 PKP Dukung Megawati Jadi Presiden Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) akan mendukung Megawati Soekarnoputri menjadi calon Presiden RI Ke-4. Hal ini diungkapkan Sekjen PKP, Hayono Isman di Jakarta hari Jumat. Menurut Hayono, PKP menghendaki pemimpin baru dengan visi baru. PKP melihat dengan perkembangan suara yang diraih PDI Perjuangan maka besar kemungkinan PDI-P akan meraih suara terbanyak. Apalagi kalau bisa mendapat lebih dari 40%. Menurut Haryono, batas 40 persen adalah batas psikologis. Kalau PDI-P berhasil menembus batas psikologis tersebut, maka jalan untuk Megawati akan terbuka lebar. Tetapi kalau kurang dari 40%, PKP akan membantu PDI-P. Partai berlambang Garuda Merah ini berencana akan memberikan suara pada PDI-P atau mendukung Megawati untuk menjadi presiden. Sebelumnya PKP mencalonkan Try Sutrisno untuk jabatan Presiden. Menurut Haryono, PKP tidak mau memaksakan diri mengejar jabatan itu Apalagi, saat ini Try Sutrisno tidak berambisi lagi untuk menjadi Presiden. Henry Sianipar, 68H, Jakarta
Terlalu Dini?
Terlalu dini kah? Untuk mengucapkan sebuah ucapan selamat dan hari esok yang cerah sebuah ucapan selamat yang ditujukan kepada yang telah dipercaya kepada yang memang harus menerimanya Hanya satu permintaan, permintaan dari semuanya yang memberikan selamat jangan lagi melupakan kami, jangan lupa melihat kebawah Pandangan memang harus kedepan dan keatas, menyongsong harapan dan kehidupan yang lebih baik. Tapi jangan melupakan sejarah, dan jangan melupakan yang berada dibawah. Sebab kami, yang dibawah, akan terus menjadi kaki dan penyangga yang kokoh bagi yang memperjuangkan dan membela kepentingan yang dibawah. Ibarat badan, Kepala, tangan tidak akan dapat bergerak jikalau kaki tidak diikut sertakan. Yang harus adalah kerjasama antara anggota badan yang diatas dengan anggota badan yang dibawah. Kata perjuangan, telah identik dengan sebuah ungkapan untuk kalangan bawah bahwa yang berjuang hanyalah untuk yang dibawah. Bahwa yang dibawah menantikan sebuah hasil dari perjuangan yang selama ini telah mengorbankan jiwa dan raga. Hanya kata perjuangan dan mega, sebuah perjuangan yang maha besar, untuk mengembalikan Rakyat ketempat yang semulanya, yaitu sebagai empunya dari bangsa dan negara ini. Selamat kepada yang akan menang, Tiga kali sudah kita berganti Orde, Orde pendahulu telah membuka suatu jalan, jalan menuju pendewasaan bangsa. Hanya bangsa yang terus belajar dan tentu belajar dari pelajaran yang lampau akan terus maju dan berkembang. Ambilah semuanya dari segi positif, tanpa melupakan yang negatif, namun justru menjadikannya sebagai suatu sikap yang siap dengan perubahan. Jangan pernah lagi melupakan mereka yang dibawah Andrew Pattiwael
Re: Cerita tentang Teman asal Irian Jaya
Pandangan anda dan saya mungkin berbeda, hei...ini kan yang namanya demokrasi, Bagi saya hubungan saya dengan Freeport seperti hubungan cinta dan kadang benci, namun jelas saya lebih mencintai Freeport, karena saya sudah merasakan tinggal dan hidup dari uang Freeport. Saya sekolah ke Amerika juga ada bantuan dari Freeport. Saya adalah lulusan SMP YPJ Tembagapura, dan tentu ada kenangan yang tidak terlupakan dengan sesama anak karyawan PT. Freeport Indonesia (atau Freeport Indonesia Incorporated) Saya melihat Freeport sedikit banyak sudah berusaha untuk meningkatkan taraf hidup warga Amungme, dan suku2 Irian Sekitar. Bahkan Freeport ikut membantu para Transmigran dari Sentral2 Pemukiman yang dibangun di sekitar Timika dan Mapurujaya selama ini. Menjawab indikator anda: 1. Persediaan pangan tercukupi (kemarin ini tolol 'kali kitorang sampai tidak punya teknologi pengawetan sagu dan tidak punya gudang pangan ?). Jangan sampai ada kelaparan lagi. Karena ini bung, sebenarnya Departemen Pertanian seharusnya masuk dan mengambil alih pembinaan pertanian bagi masyarakat pegunungan agraris ini. Mereka bertani disekitar bukit2 yang memang selama ini mereka tanami ubi2, jagung (kalau tidak salah), berburu babi liar. Bagaimana agar mereka dapat bertani yang dapat mencukupi kebutuhan mereka, atau mungkin bahkan dapat juga menunjang kebutuhan umbi2an kota Tembagapura. Nah kendala yang selama ini mereka hadapi adalah tidak ada informasi bagaimana bertani yang baik, kendala pupuk, kendala alat pertanian, kendala hujan yang kadang turun dan kadang jarang (pernah terjadi waktu tahun lalu, kekeringan yang sedemikian parahnya, rupanya El Nino juga mempengaruhi daerah Tembagapura sekitar. Dan kalau hujan, yang namanya banjir besar diatas pegunungan sering terjadi, Banjir besar terjadi tepat tengah tahun lalu, belum lagi tahun 1991 yang merengut nyawa beberapa warga Kampung Banti. 2. Papan dan sandang tercukupi, terutama papan tuh.. ya standar kesehatannya pakai yang internasional dong, kalau lantainya tanah dibilang cukup ya susah juga. Orang sih boleh-boleh saja pakai koteka, tapi kalau mau pakai celana ya mbok ada gitu lhojangan sampai sudah mau pakai celana...eh...ngga' mampu beli celana, itu kan namanya keterlaluan. Standard kesehatan, saya rasa Freeport sudah menyediakan Klinik buat masyarakat sekitar. Imunisasi bagi balita Kampung Banti sekitar. Dan Hospital di Tembagapura juga melayani masyarakat yang membutuhkan medical check up, operation, dan kebutuhan kesehatan lainnya. Sebenarnya koteka itu harus masuk kategori Pakaian Daerah, jangan dilarang donk, namun juga kita harus memberikan alternatif lainnya kepada mereka. Persediaan Pakaian mungkin bisa disediakan lewat Obral Murah yang sering dilakukan oleh PWF (Persatuan Wanita Freeport) yang diselenggarakan tiap tahun di Sporthall complex. Belum lagi Shopping Center yang dikelola oleh Pasaraya Sarinah (ALatief). Terkadang selama ini, pakaian2 dijual oleh karyawan sendiri yang kebetulan juga membuka dagangan atau toko kecil dirumahnya masing2. Dan harganya tentu tidak bisa disamakan dengan harga di Jawa atau sekitar...dikarenakan ongkos transportasi lewat pesawat udara, atau yang biasanya dibawa saat cuti keluar. Ini masih menjadi kendala, Harga2 yang membumbung tinggi untuk pakaian. memang masih ada jalan keluar seperti menjual pakaian bekas. 3. Pendidikan tersedia sampai perguruan tinggi, dan kalau perlu anak-anak itu disebar ke 10 PTN terbaik di Indo, jangan dikonsentrasikan di salah satu PTN saja, apalagi tinggalnya di asrama Irianwah...susah... menurut pengamatan saya orang-orang yang gini nih jadinya agak susah dibawa "go international" karena emosi / rasa kesukuannya masih terlalu kuatbisa-bisa ujung-ujungnya jadi "perkoncoan" lagi.alias lebih mementingkan kepentingan golongan atau sukunya Setuju...ini merupakan ide bagus sekali, semoga orang P dan K bisa denger nih...yang mengelompokkan mereka dari dahulu siapa sih...bukannya memang ide orde baru supaya ada wisma anak irian. Wah kalau untuk perasaan emosional saya rasa kita yang indonesianya juga sama nih kalau di LN. Malahan ada yang tinggal bareng orang Indo, Masak dan makan hanya makanan Indonesia, bahasa juga hanya bahasa Indonesia (contoh saya gitu) Memang agak negatif resultnya Sederhana saja, pertama-tama tuh diterapkan untuk suku-suku di Tembagapura, sekitar Kuala Kencana dan Timika, terus kalau masih ada dana ya "lingkaran geografisnya" diperbesar lagi menurut kemampuan yang ada. Lama-lama kan bisa sampai Biak, bisa sampai Ambon lagi Cuma kalau duitnya dikutil sama si rakus itu dan Freeport juga membiarkan saja ya ndak pernah tercapai apa yang di atas itu. Nah itu dia bung, setidaknya konsentrasi kita sekarang ditujukan untuk Suku Amungme, baru setelah itu turun ke Suku2 di Timika, Pantai Ammamapare, dan setelah itu harus kita coba untuk seluruh Rakyat Irian. Ngomong-ngomong, memang agak susah juga kalau minta 1% dari Freeport.
(Untuk Bung Madhan) Cerita tentang Teman asal Irian Jaya
Saya kadang memang malas untuk posting di permias, siapa sih pendengar kita? hanya kalangan pelajar, mahasiswa, graduate students. Apakah pemerintah di Jakarta mendengar kita? mendengar sih mendengar, tapi palingan buat siap masukin kita ke black list yang tidak boleh masuk Indonesia di Cengkareng nanti. Namun saya mengetahui kalau Bapak Dubes Dordjatun rupanya, mungkin tidak sering, ikut memantau jalannya pembicaraan di milist ini. Mungkin karena itu beliau waktu mengunjungi kami di Norwich dalam rangka graduation Abang-abang Master program, pernah bilang ketidak sukaannya dengan kontent didalam milist2 yang ada di internet belakangan ini, yang kata beliau lebih banyak sampahnya daripada isinya. Saya ngga tau ya ini benar atau salah, mungkin ada kebenarannya juga, dan yang pasti tidak semua isinya adalah sampah. Kalau hanya kita2 yang disini mikir dan menuangkan ide, namun ide tersebut hanya mentok di milist iniini sama saja tidak realistissaya mengusulkan kalau bisa, bung2 yang bekerja sebagai wartawan seperti Bung Ramadhan Pohan dapatlah sekiranya memasukkan ide2 dari para pemikir Permias seperti Bung Dody dan Bung Jaya ke dalam salah satu kolom, misalnya kolom Pemikiran gitu di Jawapos. Setidaknya apa yang kita perbincangkan di milist ini bisa terbaca di Indonesia juga. Jangan hanya pembicaraan ini berputar-putar disekitar sini saja. Untuk masalah LSM bung, saya jelas tidak tau semuanyadan kebetulan yang saya tau hanya sekitar2 itusajatetapi yang jelas banyak sebenarnya LSM2 yang berjuang untuk kepentingan Rakyat Irian. Banyak pula organisasi keagamaan terutama yang dimotori oleh misionnaris2. Namun ini agama ya. Ada juga organisasi yang didirikan oleh PT. Freeport sendiri, contohnya Yayasan Freeport Cendrawasih. Mungkin anda dapat pula menghubungi Universitas Cendrawasih untuk menanyakan hal ini. Atau anak2 Irian yang kebetulan bersekolah di Amerika, dan pemantau Milist ini dapat membantu kami untuk mencarikan nama LSM2 yang berjuang untuk kepentingan Rakyat Irian. Saya tahu kok banyak yang suka memantau dari anak2 Indokids ataupun Freeport. Yang di New Orleans tuh...banyak kan ... Andrew Pattiwael NB: ttg yapto, lah bener tuh yapto orang solo, mas yorrys baru ada darah iriannya On Mon, 7 Jun 1999, Dody Ruliawan wrote: Wahakhirnya keluar juga usulan yang realistis, jempol deh buat bung Pattiwael. Tinggal sekarang bagaimana caranya supaya rencana tadi bisa terwujud ? Ayo bung Jayanimbrung gih...kita pakai usulan dari bung Pattiwael sebagai titik awal. Buat bung Pattiwael, belum dijawab tuh masalah LSM yang paling kuat memperjuangkan nasib saudara kita yang di Irian. Sorry, kalau WALHI sih hanya satu sisi saja walaupun masalah lingkungan itu memang termasuk masalah yang besar / penting, tetapi maksud saya LSM yang secara keseluruhan memperjuangkan nasib Irian. Terus, jangan mutung gitu dong, kok maunya pulang 'aja. Selesaikan dulu dah urusan disini...atau kalau udah selesai sekolahnyabikin kek perusahaan disini, terus sebagian labanya ditransfer ke Indoitu baru siip.. Ngomong-ngomong mengenai perusahaan, ada ide bagus nih..sayangnya "modal awal"-nya belum cukup nih... tertarik ? NB: bung Pattiwael, Yapto itu wong Solo. Salam.
Kriteria Pemilihan Caleg
Program apa yang dia bawa untuk Rakyat, apa intention dia, baik atau buruk Apakah individual ini dapat dipercaya? Kalau memang dia yang dirasa cocok, yah pilihlah dia...kalau ngga ya ngga usah pilih buat apa mikir2 ras, agama, partai, background dia. hanya satu yang kita harus pikirkan.Apa yang bisa dia berikan pada rakyat.. Andrew Pattiwael
Ketakutan Sebagian Besar Muslim atau Hanya Ketakutan Sebagian Kecil
Ditulis Khusus untuk Bulletin Board UI (ui.ac.id) Tidak masuk akal saja, kaum muslimin indonesia ketakutan terhadap kaum minoritas. Dari kalimat diatas kan sudah jelas, bahwa mayoritas adalah yang terbesar dan minoritas adalah yang terkecil. Mau buat apa lagi kaum minoritas untuk mengadakan suatu unjuk kekuatan, dari jumlah nya saja sudah tidak mungkin, kita berbicara ttg hanya beberapa juta, sedangkan kaum minoritas yang diwakili dengan jumlah ratusan juta, bisa ketawa kalau hanya melihat sejumlah rt/rw atau kelurahan unjuk demo atau angkat senjatamau dagelan atau apaan nih. Kaum muslim sendiri pun sudah mengetahui dan mengerti, bahwa tidak mungkin kaum minoritas akan mengambil kekuasaan dan menekan mereka. Ini suatu yang tidak possible saja untuk dipikirkankalau mungkin sedikit paranoid...itu mungkin adatapi tetap impossible. Kalau ketakutan yang dipunyai oleh kaum Segelintir yang mewakili golongan elitis muslim , yang sekarang masih berada di panggung kekuasaan...ini mungkin...sebab mereka takut kalau kekuatan mayoritas yang selama ini mereka kira akan terus berada dibelakang mereka, karena persamaan agama akan melihat kebobrokan mereka. Mereka dengan segera harus mencari musuh baru, yang dulu adalah PKI, sekarang mereka mulai mengkambing hitamkan kaum minoritas, yang bermula dari Keturunan Chinese dan sekarang beralih kepada Kristen Indonesia. Sebab mereka yakin dengan pengunaan Agama Islam, Hadits, kecemburuan sosial, sejarah, dan segala benci dan dendam thd Kristen dan Cina, mereka akan memperoleh simpati dari mayoritas (yang mungkin mereka pikir masih bisa dibodohi terus menerus) Berpikirlah yang masuk akal, kita sudah tidak mungkin dibodohi lagi Bapak-bapak yang ada di pemerintahan Jakarta. Umur bapak-bapak tinggal beberapa menit lagi, dan akan segera kehilangan kekuasaan yang selama ini dijaga dan diberikan oleh ABRI. ABRI sudah direformasi, tidak mungkin lagi akan menjadi tentara bayaran anda-anda semua. Dan anda sadar akan itu. Golkar sudah tidak bisa dipakai sebagai alat lagi...sebab Golkar akan kalah dalam pemilu ini, dan anda sudah mencium gelagat itukansekarang memang hanya Islam Sindrom saja yang dapat anda gunakan untuk mempertahankan kekuasaan anda. Anda takut, dan memang harus !, tapi yang lebih menjengkelkan lagi, anda menggunakan jalan yang tidak terpuji untuk mempertahankan kekuasaan itu. Dan bagi anda seperti tidak apa-apa dengan mengadu domba Islam dan Kristen, atau Pribumi dan Non-Pribumi, sebab MUSUH anda yang terbesar adalah GABUNGAN KEKUATAN ISLAM DAN KRISTEN, atau GABUNGAN KEKUATAN PRIBUMI DAN NON-PRIBUMI untuk melawan Kekuatan yang anda punyai sekarang. Karena itu adalah tujuan anda untuk memisahkan kekuatan-kekuatan ini dengan segala cara dan upaya agar tidak pernah bersatu. Benar kan? Andrew Pattiwael
Re: Konspirasi Barat di Asia : Ingin Meng TIMUR-TENGAH kan INDONESIA
Thesis tulisan Kapten TNI Anton Nugroho, master Peace War and Diplomacy lulusan dari Norwich University yang berjudul " A Threat From the North" dapat memjelaskan sedikit banyak Tantangan ABRI di masa depan untuk mempertahankan wilayah kesatuan dari gangguan musuh luar, terutama dari RRC. Sumber daya alam kita yang kemungkinan dapat membiyayai pembangunan di masa depan adalah gugusan kepulauan Natuna, yang kaya akan Gas Alam Cair, yang sekarang saja sudah dinilai 30-40 Billion Dollar oleh Exxon. Dan kebutuhan akan energi akan sedemikian besarnya, sehingga kemungkinan dapat membuat China untuk sedikitnya mempertimbangkan untuk melakukan agresi militernya ke arah selatan. Pembuktian ini tidak saja secara gampang di analisa, ini didasari oleh Konflik kepulauan Spratly dan Chinese policy about South China Sea, yang dimana claimnya melingkup seluruh lautan Cina Selatan (dan Natuna termasuk didalamnya). Pergerakan dan penempatan pasukan RRC di beberapa pulau di Spratly dan konflik antara Cina, Filipina, dan Vietnam. Bahkan Cina sudah menempatkan pos-pos angkatan laut di beberapa pulau tersebut, yang bahkan menurut beberapa sumber sudah mulai dibangun landasan pacu untuk pesawat udara. Inilah yang ditakutkan akan menjadi konflik terbuka di kawasan Asia dimasa mendatang. Mungkinkah karena itu AS memaksakan diri untuk tetap membuka pangkalan di Asia Tenggara (Singapore)? Dan jelas kemungkinan ini bisa saja terjadi pada masa generasi kita ini. Mungkin bagi yang di Jakarta dapat menanyakan langsung subjek ini kepada Kapten TNI Anton Nugroho Makopassus, Cijantung Andrew Pattiwael On Sun, 6 Jun 1999, Nasrullah Idris wrote: Bukan kedaulatan Indonesia saja yang ingin diganggu melalui beragam konspirasi Barat, juga beberapa negara besar di Asia lainnya, seperti Cina dan India. Demikian kata Bilveer Singh, pengamat politik dari Universitas Nasional Singapura. Dengan kata lain, ia ingin mengatakan bahwa ada upaya konspirasi untuk meng "Timur-Tengah" kan Indonesia. Salam, Nasrullah Idris
Re: Cerita tentang Teman asal Irian Jaya
i di Tembagapura. Sementara ini saudara dari Irian masih lebih banyak mengurusi pekerjaan yang membutuhkan fisik yang prima, dalam hal ini saudara kita dari Irian (dan Maluku tentu saja) memang lebih potensial daripada saudara kita dari suku lain. Kemudian, seperti biasa, di dalam perusahaan itu kan selalu ada posisi "manajemen", "supervisor" dan sebagainya yang singkat kata lebih mengutamakan "pikir" daripada "otot", dan tentu saja posisi-posisi itu dengan segera diisi oleh orang "non Irian". Apakah karena hal ini lalu bung Pattiwael menyimpulkan saudara-saudara kita yang "non Irian" itu adalah penjajah ? Memang sulit untuk memakmurkan saudara yang ada di Irian, sebenarnya sama saja dengan wilayah lain di Indonesia. Bung Pattiwael, apa komentar anda tentang Aceh, Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur ? Saya sangat setuju bila dikatakan bahwa usaha pemerintah kita itu "keterlaluan sekali kurangnya". 3 tahun lalu saya makan bersama dengan para kepala suku di Tembagapura dan saya sedih sekali karena yang namanya "kepala suku" saja kesejahteraannya minim sekali, apalagi yang anggota suku biasa. Kalau anda "jalan-jalan" di pagi hari antara Tembagapura dan Kuala Kencana, anda masih banyak melihat wanita memakai noken di kepala dan membawa panah kan ? Saat ini kesejahteraan rakyat di Indonesia memang masih rendah, bung Pattiwael, orang-orang seperti anda (yang punya perhatian kepada rakyat) itu lah yang diharapkan menjadi pemimpin. Orang-orang yang anda katakan "penjajah" itu era kepemimpinannya segera berlalu, oleh karena itu saya masih optimis bahwa masa depan Indonesia itu bagus. Bung Pattiwael, kita ini bukan generasi "perampok", dan kalaupun sekarang ada "perampok" maka semoga para pemimpin kita yang sering menyebut dirinya sendiri sebagai "kaum pro reformasi" itu agar segera "memberesi" mereka. Ngomong-ngomong, bung Pattiwael, "perampokan" itu bukannya lebih banyak di Jakarta ? (termasuk yang diundang oleh BPPN ?). Yah...sebagai selingan.ada juga kok orang Irian yang tidak suka mengurusi tanah leluhurnya dan malah senang jadi "pelindung" di Mabes.bukannya Mabes ABRI...tapi Mangga Besardan...anggota MPR lagi...?? Anda tahu khan siapa orangnya ? Terus berhubung bung Pattiwael menyebut-nyebut "penduduk asli Irian" dirugikanada baiknya juga kita buka forum diskusi "penduduk asli Betawi" banyak dirugikan...bahkan..sebagian tanah leluhur mereka contohnya kawasan "Pantai Mutiara", Glodok dan Mangga Dua...telah diduduki oleh "penjajah".sampai-sampai suku Betawi terdesak "mundur" dan bermukim di sekitar.Depok..menarik ?? Salam dari rekan diskusi, Dody --- Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote: Cerita anda menunjukan bagaimana manusia indonesia yang sesungguhnya.masih belum bisa menerima perbedaan yang tampak dalam wujud fisik dan hanya dapat mengatakan bahwa dia bukan seseorang yang mempermasalahkan perbedaan. Apa yang dia ucapkan sungguh jauh berbeda dengan apa yang dia lakukan. Teman anda yang ketakutan dengan orang Irian ini banyak sekali dijumpai di Tembagapura. Anda kesana sekali-kali, lihat bagaimana kita, orang indonesia, sang penjajah, memperlakukan warga asli yang sudah lama tinggal disana, pemilik sah tanah papua, dan yang terus-terusan dirampok oleh kita. Apakah ini memang mental bangsa indonesia? yang hanya besar mulut tapi kalau diminta untuk memperlihatkanya tidak bisa... Seperti yang pernah saya tanyakan pada permias, yang akhirnya tidak pernah dijawab, dan sepertinya tidak mau dijawab. Bagaimana kita selama ini memperlakukan Irian Jaya? Kenapa orang Indonesia selalu tidak bisa melihat bahwa kita adalah penjajah di tanah Papua. Kenapa selalu Indonesia yang merasa dirugikan apabila kita berbicara ttg Freeport Indonesia, tanpa melihat bahwa yang dirugikan sebenarnya adalah penduduk asli Irian Jaya. Andrew Pattiwael On Sat, 5 Jun 1999, Nasrullah Idris wrote: Ada seorang wanita datang ke rumah saya. Ia banyak bercerita tentang persamaan/keadilan. Katanya, setiap manusia itu mempunyai kedudukan yang sama. Sambungnya lagi, kita tidak memperlihatkan perbedaan hanya karena ras, suku, dan etnik. Saat ia begitu asyik beretorika, datanglah seorang teman saya asal Irian Jaya mengetok pintu. Lalu ia membuka pintu karena dekat dari pintu masuk, Entah kenapa, ia seperti ketakutan. Ekspresi wajahnya jadi lain. Pembicaraan pun jadi terhenti. Salam, Nasrullah Idris _ Do You Yahoo!? Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com
Re: Cerita tentang Teman asal Irian Jaya
Menjawab Bung Dody: On Sat, 5 Jun 1999, Dody Ruliawan wrote: Buat Bung Pattiwael : Saya sangat tertarik karena anda secara langsung menyimpulkan "bagaimana manusia Indonesia yang sesungguhnya" cuma mau komentar, bagaimana reaksi wanita itu bila yang datang adalah anak Irian asli(katakanlah berumur 6 tahun)? Saya yakin wanita itu tidak akan ketakutan. Mudah sekali, jelas wanita itu masih merasakan adanya "ancaman" menurut versi dia sendiri. Jadi ini hanya masalah persepsi karena dia belum yakin dengan siapa dia berhadapan, dan waktu akan membuktikan apakah ancaman itu memang benar-benar ada; jadi saya yakin untuk sementara waktu wanita itu "kompromi" dengan cara "menahan diri" sambil mencari-cari posisi baru yang "aman". Tapi apa yang harus ditakutkan oleh wanita itu bung? bukankah hitam ataupun kriting, orang irian juga adalah manusia? bisa kesinggung donk orang irian itu bila wanita itu bersikap seperti melihat maling disiang hari bolong. Saya ngga tau ya gimana seharusnya wanita itu bersikap...tapi tolong jangan ditunjukan seperit melihat alien from another planet. Bung Pattiwael, senang juga bisa diskuis dan menceritakan pengalaman saya kepada rekan-rekan di Permias. Sebenarnya Irian itu terkesan "sangat jauh" bagi rata-rata orang Indonesia. Kalau bung Pattiwael menanyakan kepada rekan-rekan di Permias, saya sangat yakin bahwa mayoritas dari mereka belum pernah pergi ke Irian. sangat jauh bukan berarti tidak kenal kan.karena itu saya suka menceritakan pengalaman saya...karena selama ini hanya saya saja yang dari Irian menceritakan pengalaman saya di Irian...saya tahu banyak dari teman2 di Indokids, New Orleans, atau di fmi.com yang di tembagapura dan Kuala Kencana yang memantau atau membaca permias milist ini. Karena kondisinya demikian, kita rata-rata orang Indonesia hanya dapat berharap bahwa siapapun yang berbisnis di sana tidak "mentang-mentang" dan tidak berlaku seperti penjajah. tapi tidak ignorance bahwa hanya Indonesia saja yang dirugikan, dan tidak memikirkan penderitaan rakyat Irian sendiri yang jelas2 berhadapan tiap hari dengan Kekuatan Raksasa mesin-mesin tambang Freeport. Bayangkan seorang Irian, yang hitam legam, kriting, hanya mengenakan Koteka bediri disamping sebuah Caterpillar yang rodanya saja segede rumah dan kemampuan bak dibelakangnya itu bisa memindahkan sebuah gunung. Bung Pattiwael, saudara kita dari Irian memang agak berbeda dengan saudara setanah air yang berasal dari Jawa. Sampai dengan saat ini kualitas sumberdaya manusia asal Irian ini secara rata-rata memang masih rendah. Kongkritnya kalau ada rekrutmen pegawai dan saudara kita yang dari Irian ini bersaing dengan yang dari Jawa.wah...susah juga, dan itu yang terjadi di Tembagapura. Sementara ini saudara dari Irian masih lebih banyak mengurusi pekerjaan yang membutuhkan fisik yang prima, dalam hal ini saudara kita dari Irian (dan Maluku tentu saja) memang lebih potensial daripada saudara kita dari suku lain. Kemudian, seperti biasa, di dalam perusahaan itu kan selalu ada posisi "manajemen", "supervisor" dan sebagainya yang singkat kata lebih mengutamakan "pikir" daripada "otot", dan tentu saja posisi-posisi itu dengan segera diisi oleh orang "non Irian". Apakah karena hal ini lalu bung Pattiwael menyimpulkan saudara-saudara kita yang "non Irian" itu adalah penjajah ? bukan kah tugas kita yang sudah dapat menikmati hasil dari Irian untuk Gives Something Back ke mereka, bukankah mereka seharusnya kita didik untuk lebih berilmu dan akhirnya dapat memegang posisi yang selama ini kita pegang. Kita harus rela jikalau saat nya tiba, agar jabatan yg selama ini dipunyai oleh orang2 Indonesia, diberikan kepada mereka. Apakah anda pernah melihat bahwa hampir semua tukang sampah, tukang sapu jalanan, tukang betulin ledeng, bahkan pelayang di messhal-messhall seperti Mawar, Melati dan Flamboyant di Tembagapura adalah orang Irianini seperti kerjaan kacung bungsedih rasanya kalau melihat ini... Tapi memang ada beberapa Orang irian yang menduduki jabatan cukup baik, contoh Kepala Sekolah YPJ Tembagapura. Beberapa Manager di beberapa bagian, baik freeport maupun perusahaan kontraktor seperti APPDC, Alatief, Electric, etc...tapi hanya segelintir... Dan bukannya Freeport memang cuek, tapi memang ada usaha untuk mendidik mereka. Yang saya lihat adalah kurangnya usaha pemerintah sendiri, DepDikBud, untuk mendidik orang Irian agar lebih berpendidikan...padahal sudah beberapa billion dollars didapat dari Royalti PT.FI Memang sulit untuk memakmurkan saudara yang ada di Irian, sebenarnya sama saja dengan wilayah lain di Indonesia. Bung Pattiwael, apa komentar anda tentang Aceh, Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur ? Saya sangat setuju bila dikatakan bahwa usaha pemerintah kita itu "keterlaluan sekali kurangnya". 3 tahun lalu saya makan bersama dengan para kepala suku di Tembagapura dan saya sedih sekali karena yang namanya "kepala suku" saja kesejahteraannya minim sekali,
Re: Ketakutan Sebagian Besar Muslim atau Hanya Ketakutan Sebagian ...
Semoga saja Bung Ariston, tapi saya belum bisa melihat hal itu kecuali dari tanggapan kawan2 yang beragama Muslim sendiri... Tapi memang saya percaya, dan banyak teman2 muslim saya yang dari ABRI, Indokids, Freeport yang memang lebih mengutamakan persahabatan yang sejati tanpa melihat asal-usul maupun agama Dan kita sebagai yang Kristen nya harus dapat terus menerus menunjukan bahwa tidak ada intention dari golongan Kristen Indonesia untuk mengambil kekuasaan, menekan kalangan mayoritas, karena kita semua melihat bahwa semua golongan sudah berkorban demi berdirinya negera ini, mempertahankan negara ini dan menjaga kelangsungan hidup negara ini. Kita tidak akan mengkhianati rekan2 muslim, karena kakek moyang kita sama2 mendirikan negara iniJika ini memang dilakukan...saya berarti sudah mengkhianati perjuangan Moyang Buyut saya, Yakobus Pattiwael, Patih dari Negeri Tiow dalam pengorbanan bersama Kapitan Besar Pattimura melawan VOC di Saparua dulu, ataupun mengkhinati perjuangan moyang buyut saya di Perang Puputan Minawanua I dan II, perang Masyarakat Sulawesi Utaran (Minahasa) melawan penjajah Belanda. Ataupun mengkhianati keputusan Kakek saya yang menolak untuk Ikut dengan Belanda thn 1950-an, dan telah dipenjarakan oleh Jepang pada perang dunia II. Maaf, tidak bermaksud menyombong-nyombongkan...tapi saya memang bangga bahwa keluarga saya merasa lebih Ke-Indonesiaan daripada ke-belanda-belandaandan saya ingin anak cucu saya tetap menjadi Orang Indonesia, instead menjadi negara lain. Saya ingin Keluarga Pattiwael tetap Indonesia dan tidak harus mengungsi ke tempat lain...dan tetap tinggal di tanah air yang saya sebut Indonesia ini. Saya berani bertaruh begitu juga dengan Bung Ariston, ingat perjuangan Si Singamangaraja anda begitu terkenal dan berani, karena itu orang Batak ditakuti oleh para penjajah. :) Andrew Pattiwael On Sat, 5 Jun 1999, Irwan Ariston Napitupulu wrote: Bung Andrew, saya punya keyakinan kalau phobia Kristen ini hanya berjangkit pada sebagian kecil rekan2 kita saja. Saya percaya mayoritas muslim Indonesia punya pemikiran yg luas dan jauh lebih maju dari pada pemikiran2 dari kelompok yg tampaknya bisa dikategorikan mengidap phobia Kristen. Mayoritas rakyat Indonesia tampaknya lebih ingin Indonesia maju bersama bergandengan tangan, ketimbang harus melakukan pengkotak2an karena adanya perbedaan agama. Paling tidak ini yg saya lihat dan simpulkan dari apa yg saya saksikan (walau dari media elektronik) pada kampanye PDI Perjuangan. Masyarakat tumpah ruah bersatu bergembira seolah2 terlupa akan beban hidup yg menyelimutinya selama ini. Tua dan muda, kaya dan miskin, manager dan buruh bahkan pengangguran, muslim dan non-muslim, jawa batak sunda tionghoa ambon irian, semua bersatu bergembira. Tidak ada sekat2 yg membatasi mereka karena mereka tampaknya memang sudah penat dikotak2in dan disekat2in. Terlebih lagi tampaknya mereka sadar bahwa pengkotak2an dan penyekat2an itu adalah teknik2 orba dalam hal ini Golkar. Mereka tidak ingin masuk perangkap yg sama untuk kedua kalinya. Saya menaruh keoptimisan saya pada rakyat Indonesia yg saya perhatikan tampaknya sudah jauh lebih maju dalam hal demokrasi dari sebelumnya ketimbang yg saya perkirakan semula. Masyarakt Indonesia tampaknya tergolong kelompok yg cepat belajar dalam mengejar ketinggalan. Hidup rakyat. Hidup Indonesia. jabat erat, Irwan Ariston Napitupulu
Re: Cerita tentang Teman asal Irian Jaya
ini deh Bung Jaya, anda bisa email bapak saya yang kebetulan adalah penanggung kehidupan saya d/a yang ngebiyayaiin saya. [EMAIL PROTECTED] tanyakan pada beliau, bisa ngga saya dipulangkan... saya terus terang nga nolak, dah bosan tinggal di Amerika (Pengen Ikut Demo) kalau anda sendiri bagaimana? jangan hanya saya saja yang ditanya... anda mau pulang? kan lumayan tuh instansi yang ngirim anda bisa hemat devisa dollar. yah..mungkin untuk dampaknya...paling instansi anda akan mundur beberapa tahun, mengingat anda drop out dan ilmu yang seharusnya anda berikan jadi harus dicari ditahun depan. Kalau saya? Freeport sudah kebanyakan Graduate dari Amerika, Expats kan masih bisa disewa..walau costnya bisa beberapa kali lipat dari Orang Indonya sendiri...ngga akan ada kemunduranPaling DepNaKer yang teriak.. kalau hanya saya yang dipulangkan? hmnnnmungkin bisa bangun beberapa gedung sekolah, ngga usah muluk2 lah... tapi kalau ratusan juta dollar yang 'disumbangkan' oleh Freeport ke Pemerintah Indonesia dalam bentuk royalti itu : 1.Tidak bocor ketangan-tangan jail yaitu pemerintah yang korup 2.Tidak dipotong sana sini untuk sumbangan kepada Cendana Tapi bisa dibangun : 1. Jalan tembus Timika-Wamena-Jayapura 2. Mempercanggih kampus Universitas Cendrawasih 3. Membangun gedung-gedung pendidikan bagi masyarakat Amungme 4. Mendirikan MCK bagi masyarakat umum di kampung Banti, Tsinga 5. Memberikan keuangan kepada generasi muda Amungme untuk melanjutkan pendidikan di Jayapura, Biak, Ujung Pandang ataupun di P. Jawa ngga usah muluk2,cukup sampai Perguruan Tinggi Negeri 6. Memberikan tambahan modal bagi wiraswastawan Amungme ataupun petani umbi-umbian agar setidaknya mereka bisa mencukupi kebutuhan pangan mereka sendiri. 7. Memberikan fasilitas perumahan mudah bagi penduduk amungme 8. Membangun prasaran Puskesmas yang memadai bagi masyarakat Amungme 9. Membersihkan limbah yang mengotori sungai Otakwa, atau setidaknya memberikan fasilitas air minum dan air mandi bagi penduduk yang tinggal disekitar sungai Amungme. 10.Kalau setidaknya beberapa saja yang dipenuhi, mungkin hati rakyat amungme masih bisa kita dapati. Masyarakat Amungme hanya meminta 1% saja dari penghasilan Freeport, dan itu sampai hari ini belum juga dipenuhi. Padahal sudah didiskusikan dengan mantan Pangkostrad, Bapak Prabowo yang saat itu bertugas sebagai Danjen Kopassus. Hanya 1% dan tidak ada jalan temunyaBagaimana Bapak. James Moffet(Chairman and President Director of Freeport McMoRan) Andrew Pattiwael On Sat, 5 Jun 1999, FNU Brawijaya wrote: Bagaimana kalau dimulai dari anda sendiri. Misal anda kan bisa pulang, dan biaya yang dapat dihemat oleh pengiriman anda dipindahkan untuk remaja- remaja Irian Jaya untuk mendirikan sekolah-sekolah baik SD, SMP, dan SMA. Misalnya yasetahun $80,000 x 4 tahun = $320,000 x Rp 10,000 = Rp 3,200,000,000.00 Misal membangun gedung SD, SMP, SMA masing-masing 1 unit habis Rp. 1 milyar, maka kira-kira biaya operasional masih ada Rp 2.2 milyar. Asumsi Depdikbud ikut cawe-cawe dalam menyediakan dana untuk alat praktikum dll. Biaya guru, misal satu SD butuh 10 orang, SMP 10 orang, SMA 10 orang guru. Total 30 orang. Berhubung di tempat yang agak susah, maka gaji guru ditambah rupa-rupa biar betah adalah Rp 1.5 juta per orang (10 kali lipat gaji PNS lulusan S1 Gol IIIA). Maka total pengeluaran gaji adalahwah susah ngetung. Gaji digenepin Rp 2 juta, maka total pengeluaran untuk guru = Rp 60 juta per bulan, atau Rp 720 juta/tahun. Sisa anggaran Rp 2.2 milayr jadinya pas untuk gaji guru 30 orang selama 3 tahun. Hmm...banyak juga ya? Ya ini kan cuman etung-etungan kasar banget.hehe '-- Andrew G Pattiwael wrote:
Setahun Gerakan Muda Indonesia
Setahun sudah, para pemoeda dan pemoedi Indonesia berhasil menegakkan kedaulatan rakyat, menjatuhkan rejim otoriter yang telah berkuasa selama 30 tahun dibawah pimpinan Presiden Soeharto. Pemuda/Pemudi Indonesia memang selalu berada dibarisan terdepan dalam memperjuangkan keadilan bangsa. Tahun 1908, tahun 1928, tahun 1945, tahun 1966, Akhir 70-an dan permulaan 80-an, dan Tahun 1998 ini. Selalu saja darah para remaja, pemuda dan pemudi Indonesia harus menjadi taruhannya untuk merubah nasib bangsa. Selalu saja ada martir-martir muda seperti mahasiswa dari trisakti, mahasiswa tahun 66, para pejuang kemerdekaan, dan para intelektual muda sebelum kemerdekaan yang merelakan hidupnya dibuang dan diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Dan saya percaya bahwa generasi 98 sekarang akan terus dikenang dalam lembaran sejarah bangsa yang akan terus dikenang oleh generasi-generasi penerus dan adik-adik kita. Pantang mundur, tegakkan keadilan, bela kaum-kaum yang tidak punya, didik lah masyarakat ttg Pemilu ini, keraslah bersuara thd kekeliruan yang selama ini diambil dan dijalankan oleh generasi tua kita, katakan pada mereka, walau kita, generasi muda masih bersekolah dan masih hijau umurnya, namun kita juga bisa berbicara dan membela bangsa. Didik masyarakat kita ttg pemilu, ceritakan kejujuran mengenai Presiden Soeharto dan partai Golkar, tanpa ada yang dikurangkan ataupun ditambahkan. Pastikan masyarakat memilih pemerintah yang benar-benar committed untuk kemajuan bangsa dan kemakmuran rakyat-rakyat kecil. Pemuda Indonesia, Pemuda Bangsa dan Harapan Negara Andrew Pattiwael
Re: RASIALIS VS KEBANGSAAN
Bung Brawi, tetap yang namanya panggilan seperti itu masih terasa 'menyindir' orang lain atau lebih tepatnya 'hinaan' yang diasosiasikan kepada kepada golongan keturunan. Tidak semuanya keturunan itu tauke kan? atau tidak semua pedagang itu keturunan kan...Makanya tolong janganlah membawa-bawa istilah yang kadang kedengarannya tidak mengenakkan seperti itu. Anda sendiri saya panggil (walau tidak sengaja) dengan panggilan 'cung' sudah tersinggung (saya maklum, karena anda kan graduate student, sedangkan saya ini apalah, undergrad aja masih separo). Saya rasa panggilan 'kacung' dan 'tauke' sama sama tidak mengenakkan. Don't take any offense bung, hanya mengingatkan kok. Andrew Pattiwael On Wed, 12 May 1999, FNU Brawijaya wrote: Si Patrick ini kan yang jualan CD bajakan, muncul dengan berbagai account. Ada yang pake nama Bonnyku@, ada CDBaloon@. dlsb. Malah kadang pake account yang mengesankan dia berada di negara lain (sempet pake extension untuk Austria deh). Padahal dianya berdomisili di Virginia Tech, itu juga kalo bener. Tapi beliau ini saya denger sering berkeliaran ke DC dan NYC juga. Dari satu sisi memang dia berasal dari keluarga kuaya lah, tapi paling sering komplain mau ngeluarin keluarganya dari Indonesia. Email senada kan sering diposting sama Patrick. Mungkin sudah punya jadwal kali, tiap 6 bulan kali Kalo ada yang mau dipekerjakan sama Patrick yang jualan CD bajakan ya monggo saja. Saya kok nggak yakin Patrick mau bayar anda Rp3-20 juta, wong dianya masih menghalalkan jualan CD bajakan je Tidak tahu juga kalo beliaunya sudah berubah. Silakan check aja dulu. Istilah taukeh adalah istilah yang jamak dipake oleh masyarakat kita dan antar mereka sendiri juga memakainya. Tidak ada yang istimewa untuk diartikan sebagai bawa-bawa ras. Mungkin anda kurang sering bergaul dengan kalangan mereka sehingga mengira bahwa istilah 'tauke' diidentikkan dg ras. Banyak dari kita yg membuat diri sendiri tidak nyaman, misal dengan memberikan istilah tionghoa. Padahal di kalangan WNI keturunanan cina pun lebih banyak yg tidak menyukai penyebutan ini. Kalo bung blucer ini kan lagi demen dengan jargon anti-diskriminasi. Jadi saya ya maklum saja. '--- Blucer Rajagukguk wrote: Kalau saya sich jelas memihak yang enggak rasialis :) Selama masih mencintai negara ini, suku apapun, ras apapun, tidak berhak untuk dihina. Hanya yang arogan saja, merasa suku ataupun kelompok lain lebih rendah dari suku atau kelompoknya. Hendro Susiyanto wrote: Saya tidak bermaksud memihak ke salah satu dari anda berdua tapi kan tidak selayaknya anda membawa-bawa RAS untuk memaki orang lain...yang tauke lah yang apa lah. Masalah Tionghoa adalah masalah kebangsaan. Tidak cukup mereka diberi label bahwa mereka adalah bagian dari warga negara indonesia dan beberapa kursi di DPR tapi yang lebih penting adalah pengakuan bahwa mereka adalah sama dengan saudara-saudaranya yang lain dari jawa, aceh, ambon yang juga turut menentukan arah perjalanan bangsa ini. Wassalam. On Tue, 11 May 1999 11:59:19 -0400, FNU Brawijaya wrote: Lha KAMU belum jadi tauke lagunya sudah kayak Donald Trump. Bisa bayar 3-20 juta mestinya kan bisa bayarin tiket buat keluarga untuk keluar dari Indonesia. Tauke kayak KAMU ini yang biasanya jadi sasaran pertama tiap ada kerusuhan. Patrick wrote: Computer Programmer lulusan Luar Negeri atau-kah lulusan Dalam Negeri Indonesia tidak masalah. Kamu bisu atau-kah tuli ... no problem. Yang penting, kamu mahir dalam computer programming, dan bersedia menerima dan menyelesaikan semua tugas-tugas yang kami berikan ke anda. Tapi saya juga hanya mau bertemu dengan orang yang berwawasan luas. Singkat kata, saya benci orang-orang yang berhaluan sempit (contoh: orang-orang rasialis). Lain dari situ . tawaran saya adalah Rp 3 Juta s/d Rp 20 Juta per bulan sebagai gaji anda bekerja di Jakarta, Indonesia. Dan sebagai pegawai saya kelak, anda harus bersedia kemungkinan sering dikirim ke Indonesia, USA, Malaysia, dan juga Pakistan. Semua biaya perjalanan akan kami tanggung. Sekarang ini, kami sudah punya cabang di Pakistan. Dan baru-baru ini kami baru buka cabang di New York City, NY USA. Dan sekarang-pun kami sedang menjajaki opportunities membuka bisnis di Kuala Lumpur, Malaysia. Secara bersamaan, kami pun ingin membuka opportunities memdirikan bisnis di Jakarta, Indonesia. Thanks. -- Patrick ([EMAIL PROTECTED]) Blacksburg, Virginia USA Luthfi Fauzie wrote: Mana Japrinya koq , tidak disebutkan nama doang "Patrick" Boo Yang dicari lulusan Luar atau made in Lokal -Original
Jargonisme
Bung Brawi, Tetapi tetap, bagi kebanyakan orang, khususnya kalangan yang berasal dari keturunan, panggilan 'tauke' tetap merupakan panggilan yang tidak mengenakan Tidak semua tauke itu keturunan bukan, dan tidak semua keturunan adalah pedagang. Sama seperti ketika anda saya panggil (secara tidak sengaja) dengan 'Cung' . Anda tersinggung berat bukan ?! Nah sama seperti panggilan 'tauke' ini dapat menyinggung perasaan orang lain. Anda sendiri tidak mau diperlakukan seperti itu bukan? Saya maklum karena anda kan Graduate student dan saya ini adalah undergrad yang belum selesai separoh untuk soal ketika saya panggil anda 'cung'. Cobalah kita menghindarkan panggilan2 yang dapat menyinggung perasaaan umum. Andrew Pattiwael
(Voltaire) RASIALIS VS KEBANGSAAN
-- I disapprove of what you say, but I will defend to death your right to say it. - Voltaire Dipotong dari Signature-nya Bung Brawi Saya memang berbeda pendapat dengan Bung Brawi, namun saya harus menghargai Hak dan Kebebasan Bung Brawi untuk mengeluarkan pendapat Kebebasan Mengeluarkan Pendapat Sesuai dengan Kehidupan Demokrasi yang Hakiki dan tentunya Dijamin oleh UUD 1945 Andrew Pattiwael
(Face-to-face) RASIALIS VS KEBANGSAAN
Saya juga pengen tau ya...gimana kalau berdialog sambil bertatap muka, saya bertatap muka dengan Bung Brawi, Kang Dodo, dan rekan2 lainnnya. Apa saya bisa sevokal di milist, saat saling berpandang-pandangan, melihat bagaimana raut muka masing-masing peserta dan tentunya ada perasaan 'tidak enak' khas Indonesia, dimana sulit bagi saya untuk 'menentang' seniority. Menepis apa yang pernah dikatakan oleh seorang 'tamu', saat berkunjung di NU, bahwa pembicaraan di milist internet kebanyakan tidak berisi, karena pembicara dikebanyakan milist cenderung hanya menggunakan emosi. (Mungkin apa yang dikatakan oleh Beliau mempunyai kebenaran?) Andrew Pattiwael
Ada Saatnya !
Ada saatnya semua pihak, yang berbeda partai, berbeda agama, berbeda golongan, berbeda suku bangsa dan berbeda aliran, dapat berhenti sejenak melupakan perbedaan-perbedaan diatas dan justru mempererat tali persahabatan dan genggaman tangan. Ada saatnya, semua anak bangsa, yang berbeda-beda tersebut, akan diam dan saling berpelukan saat Bendera Sang Saka Merah Putih melewati depan mereka mengembalikan ingatan mereka, bahwa Perjuangan Merebut kemerdekaan dari penjajah, Bangsa Indonesia merebutnya bersama-sama, tidak hanya satu partai, tidak hanya satu suku bangsa, tidak hanya satu agama, tidak hanya satu golongan Ada saatnya, masing-masing anak bangsa akan menangis terharu di kala mendengar alunan lagu Indonesia Raya. Lagu Kebangsaan yang akan selalu teringat dan menenangkan hati yang gundah kelana. Lagu yang justru akan mempersatukan bukan mencerai beraikan. Ada saatnya, saat bertemu tiap anak bangsa rindu untuk berbicara dalam bahasa indonesia, bahasa persatuan yang telah menjembatani dan memperkokoh kebersamaan kita semua yang merasa berbangsa dan bertanah air Indonesia. Ada saatnya, dikala kita berdoa kepada Tuhan YME, kita akan mendoakan keselamatan bangsa dan negara, kita akan mendoakan ketenangan umat-umat lainnya dalam beribadah dan kita akan mendoakan agar mereka juga mendoakan keselamatan negara kita bersama. Dan semoga saatnya adalah saat ini, dimana yang kita butuhkan adalah persatuan, persaudaraan dan kebersamaan. Bukan percerai-beraian, permusuhan, dan kebencian. Andrew Pattiwael
Penculik Aparat Dan Merampas Kemerdekaan Orang Lain (Aparat)?!
Kasus... Tertuduh = Edward Taurus Benyamin Karo-Karo Tuduhan = Merampas Kemerdekaan Serma Suratman Vonis = 5 Bulan Penjara Potong Masa Tahanan (4 Bulan dan 3 Minggu) Au Contrary... Tertuduh = Pemerintah, ABRI, TNI-AD, KOPPASSUS, Tim Mawar Tuduhan = Merampas Kemerdekaan Para Aktivis-Aktivis Demokrasi Vonis = Mana Bisa ?! (Baru Tim-Mawar Saja yang Dihukum) Mahasiswa UKI "Penculik Aparat " Diganjar 5 Bulan Reporter: Rido Sarwono dan Hestiana Darmastuti detikcom, Jakarta - Edward Taurus Benyamin Karo-Karo, dinyatakan tak terbukti menculikan Serma Suratman. Namun untuk tuduhan merampas kemerdekaan orang lain, ia diganjar 5 bulan. Vonis itu sambut riuh rendah oleh ratusan mahasiswa. Adalah Ketua Majelis Hakim, Syamsuddin SH yang memimpin jalanannya persidangan di ruang Chandra 2, Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan di Jl.Ampera Raya, Jakarta Selatan. Persidangan itu dibuka, Kamis (30/04/1999) pukul 10.15 dan berakhir dengan ketukan palu vonis pada pukul 11.35 WIB. Persidangan itu juga dihadiri oleh ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Kota (Forkot). Di pintu ruang sidang Chandra 2, mahasiswa menempelkan sebuah poster yang bertuliskan "Tangkap dan Adili Soeharto dan Kroninya. Bebaskan Edward". Selama persidangan berlangsung, PN Jakarta Selatan dipenuhi mahasiswa. Suasananya riuh rendah bak pasar malam. Edward yang mahasiswa Universistas Kristen Indonesia (UKI) itu, oleh Jaksa Penuntut Umum, M.Purba SH didakwa telah melakukan penculikan terhadap aparat keamanan bernama Serma Suratman dan telah merampas kemerdekaan orang lain. Atas dakwaan itu Purba mengajukan tuntutan hukuman penjara selama 3 tahun,. Namun oleh Hakim Syamsuddin, dakwaan bahwa Edward telah menculik Serma Suratman, dinyatakan tidak terbukti. Hanya saja, dalam amar putusannya, Majelis Hakim PN Jakarta Selatan menyatakan, Edward terbukti telah merampas kemerdekaan orang lain, dalam hal ini Serma Suratman. Atas tindakan itu, Edward diganjar hukuman 5 bulan penjara potong tahanan. Edward sendiri sudah menjalani masa penahanan selama 4 bulan 3 minggu. "Mau menerima Alhamdullilah, tidak mau terima ya terserah,"kata Syamsuddin. Atas hukuman tersebut, Edward maupun penasihat hukumnya, Johnson Penjahitan dari PBHI, langsung menyatakan banding. "Saya tidak bersalah,"tandas Edward sembari berdiri dari kursi terdakwa. "Saya tak mau dipenjara lagi barang sehari pun,"kata Edward yang mengenakan jaket almamater warna biru dan ikat kepala biru. Edward sudah menjalani penahanan selama 4 bulan 3 minggu. Dengan vonis itu, semestinya Edward harus menjalani sisa hukuman selama 1 minggu. Dan vonis ini kontan saja disambut dengan ledakan yel-yel dan sorak sorai. Suasana pun kian hiruk pikuk oleh gemuruhnya yel-yel dari ratusan mahasiswa Forkot yang menjadi penggembira dalam persidangan itu. Di dalam ruang sudang Chandra 2 yang ukurannya 3 X 6 meter pun suasananya kian panas. "Hidup Edward.Merdeka..Bebaskan EdwardTangkap Soeharto.." Para mahasiswa itu juga mengibarkan bendera merah putih dan berbagai spanduk. Di halaman dan di luar gerbang PN Jakarta Selatan, para mahasiswa itu juga menjual Tabloid "Mahasiswa" yang dijual Rp 1.000 per eksemplar. Dan kemudian mahasiswa mengarak Edward. Dengan menggunakan 3 metromini dan beberapa kendaraan pribadi, ratusan mahasiswa itu kemudian meninggalkan PN Jakarta Selatan, bergerak menuju Kampus UKI di Cawang, Jakarta Timur. Sebelumnya mereka sempat berorasi dengan melontarkan sejumlah tuntutan. Edward, harus duduk di kursi terdakwa dengan tuduhan telah "menculik" aparat keamanan, dan merampas kemerdekaan Serma Suratman. Penculikan itu, sebagaimana tuduhan Jaksa, dilakukan pada 27 November 1998. Di mana pada saat itu sedang berlangsung aksi demo mahasiswa Jakarta-Surabaya. Aksi demo itu intinya menuntut pembentukan pemerintahan transisi. Aksi ini berlangsung di ruas jalan tol Cawang, tepatnya di depan Hotel Holiday In Crown di Jl.Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Aksi ini berlangsung hingga tengah malam. Di tengah aksi demo pada malam hari itulah, penculikan itu, disebutkan Jaksa, telah dilakukan oleh Edward. Hak Cipta © detikcom Digital Life 1999
Tiba, Dua Pesawat Hawk 200
Melengkapi TNI-AU, untuk menjaga wilayah kedaulatan RI. Salah satu investasi 'terbaik' untuk masa depan bangsa kita. Kapan TNI-AL? (Asal jangan beli yang rongsokan seperti yang dari Jerman Timur dulu) ** Pembaruan/Eny DA Purwanto HAWK 200 TIBA - Dua dari 16 pesawat tempur jenis Hawk 200 MK-209 Batch II pesanan Indonesia, Kamis (29/4) siang tiba di Pangkalan Udara Supadio Pontianak. Pesawat buatan Inggris yang dikemudikan oleh Andy Peters dan Derek Reeh dari British Aerospace itu saat di hanggar disambut oleh Wakasau Marsdya TNI I Gede Sudana, Gubernur Kalbar Aspar Aswin . Kedua pilot didampingi Komandan Lanud Supadio Kolonel Pnb Dradjad Rahardjo tampak disambut dengan upacara adat Suku Dayak (kiri); dan pesawat Hawk 200 saat pertama kali landing di Lanud Supadio (kanan). Pontianak, Pembaruan Setelah sempat beberapa kali memperlihatkan kebolehannya bermanuver udara, dua dari 16 pesawat tempur baru Hawk 200 pesanan Indonesia sebelum krisis moneter, Kamis (29/4) siang melakukan pendaratan pertamanya secara mulus di Pangkalan Udara TNI AU (Lanud) Supadio Pontianak, Kalimantan Barat. Pesawat tempur segala cuaca berkecepatan maksimum 1,2 Mach (575 Ktas) buatan pabrik British Aerospace Inggris tersebut saat tiba di hanggar langsung disambut oleh Wakil Kasau Marsdya TNI I Gede Sudana, Gubernur Kalimantan Barat H. Aspar Aswin, Panglima Komando Operasi TNI AU I (Pangkoopsau I) Marsda TNI Suprihadi, Komandan Lanud Supadio Kolonel Pnd Dradjad Rahardjo dan sejumlah undangan. Langsung Dari Inggris Pilot Andy Peters dan Derek Reeh dari British Aerospace, membawa kedua pesawat Hawk MK-209 Batch II tersebut langsung dari Inggris, melalui rute Oman, Kualalumpur, Bangkok, dan sebelum ke Pontianak sempat mampir ke Skadron Udara 12 Pekanbaru Riau, di mana sudah terdapat pula 24 pesawat Hawk 100/200. Menurut Derek Reeh, mereka membawa pesawat Hawk 200 itu selama tujuh hari perjalanan (termasuk dua hari istirahat), dengan total penerbangan 21 jam. Setelah kedatangan kedua pesawat itu, setiap bulan berikutnya direncanakan akan berdatangan lagi dua pesawat, sehingga ke-16 pesawat Hawk 200 diharapkan sudah tiba semuanya di Lanud Supadio pada akhir November atau awal Desember tahun ini. Dengan demikian untuk mengamankan kawasan barat Indonesia, TNI Angkatan Udara memiliki dua skadron pesawat tempur Hawk 100/200 , yakni di Lanud Pekanbaru dan Pontianak. Kedua Lanud ini di bawah komando Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsda TNI Suprihadi. ''Pembagian berapa jumlah pesawat untuk yang di Skadron Pekanbaru dan Pontianak tidak terlalu masalah, karena yang penting adalah operasionalnya. Jumlah operasional kita sesuaikan dengan shelter yang ada sekarang. Karena shelter yang ada adalah isi delapan, maka setiap hari kita harapkan ada delapan pesawat siap tempur. Jadi kita upayakan kesiapan pesawat seoptimal mungkin,'' kata Wakasau Marsdya I Gede Sudana menjawab pers seusai acara penyambutan kedatangan pesawat dengan tata-cara adat Dayak dan Melayu. Sedangkan pilihan Lanud Supadio sebagai home-base pesawat canggih Hawk 100/200 tersebut, menurut Wakasau, adalah untuk meng-cover sektor barat Indonesia, termasuk Laut Cina Selatan khususnya Kepulauan Natuna, yang dinilai sebagai daerah rawan karena merupakan jalur masuk kemungkinan infiltrasi. ''Lanud Supadio ini yang dekat. Dari sini ke Natuna tidak sampai setengah jam mencapainya. Sehingga dengan misi sekian menit di sana dapat balik lagi dengan aman, tanpa bahan bakar tambahan. Jadi dalam mencakup Laut Cina Selatan lebih mampu, sementara kalau dari Pekanbaru terlalu jauh. Jadi bersama-sama dari Pekanbaru dan Pontianak mudah-mudahan bisa mencakup dari segi matra udara.'' Tempur Taktis Ditambahkannya, pesawat Hawk 100/200 itu khusus untuk tempur taktis yang low altitude, dengan sasaran di darat dan di laut. Namun juga bisa digunakan sebagai air defense meski terbatas. Jadi untuk pengamanan wilayah barat jenis ini sudah cukup memadai. ''Untuk skadron Hawk di Supadio ini kita namakan Skadron 1. Skadron 1 yang dari Malang kita akan pindahkan ke mari. Semua personelnya sekarang sudah disiapkan. Satu skadron itu standarnya 60 hingga 65 orang,'' kata I Gede Sudana lagi. Sementara itu, Gubernur Kalimantan Barat H. Aspar Aswin mengatakan, dengan kehadiran pesawat canggih Hawk di daerahnya, masyarakat diharapkan dapat merasa ikut memiliki, karena ini merupakan aset negara yang harus dipelihara bersama. ''Jangan sampai terganggu, jangan sampai ada keinginan orang-orang atau kelompok tertentu untuk mengganggu kehadiran dari pesawat yang canggih dan cukup mahal ini.'' Gubernur menambahkan, dilihat dari aspek pertahanan keamanan negara, kemampuan Lanud Supadio beserta satu skadron Hawk akan mampu mencakup seluruh perbatasan Kalimantan Barat maupun Laut Cina Selatan. Sedang dilihat dari aspek daerah, bagaimanapun juga ini merupakan suatu kebanggaan bagi masyarakat bahwa Kalimantan Barat dipercaya untuk ditempatkan satu skadron Hawk
Re: [Re: Mega oh Mega]
sifat pengecut? saya pikir ini adalah satu pendirian, pendirian bahwa semua orang punya pilihan...salah satunya adalah golput atau abstein saya heran, bukankah negara indonesia (mau menjadi) negara demokrasi, berarti semua pendapat seharusnya dihargai, biarpun itu adalah tidak akan memilih. anda punya tuduhan adalah 'nyanyian' orde baru yang sering selalu didengar (sampai bosen): tidak patriotik, pengecut, munafik, komunis.terusin sendiri... sikap cuek? lalu orang-orang diatas yang terus berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan berbagai cara (menindas rakyat) anda sebut peduli? karena orang-orang diatas inilah (contoh: Golkar) lebih baik tidak memilih , daripada berdosa di akherat nantinya karena terus mempertahankan kekuasaan yang sudah banyak membanjiri darah di indonesia ini. pengecut? terserah pendirian pribadi...sudah pasti. Kenapa? Golkar yang sudah jelas-jelas bersalah masih tidak bisa bercermin bahwa 'mereka' harus minta maaf kepada rakyat banyak. Masih mau memilih?! yaterserah andanegara ini negara demokrasi. Dan bagi saya tindakan demokrasi yang akan saya ambil sekarang adalah abstein. Andrew On Wed, 28 Apr 1999, Hadeer wrote: Kenapa banyak yang mau GOLPUT ? Saya pikir ini adalah sifat pengecut, sifat tidak mau berpegang kepada sesuatu (baca : Partai) yang diyakini kebenarannya, sikap tidak siap menerima kekalahan, sikap tidak siap dikritik, sikap cuek akan nasib rakyat (karena udah keenakan di Amerika) ... memang nya Indonesia ini hanya sampai 7 Juni 1999 saja.Negara ini Insya Allah masih panjang jalannya Kalau dalam Pemilu ini menghasilkan Pemimpin TIDAK sesuai dengan apa yang saya pilih ... dengan "segala cara" saya akan menjadi "oposisi" . at least saya sudah coba untuk memilih Pemimpin yang saya mau... hasil akhir rakyat banyak yang menentukan .. dan sekali lagi Jalan Masih Panjang :-) Hadeer -- From: Pandir Ontohod [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [Re: Mega oh Mega] Date: 27 April 1999 19:11 Then, welcome to the club. GOL-PUT is for you... pandir Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote: Biarpun Bapak saya orang Golkar, anti saya untuk memilih Golkar. Saya lebih melihat kesalahan yang telah diperbuat oleh Golkar selama 32 tahun terakhir ini, bukan oleh Janji-janji MULUK yang keluar dari MULUT Akbar Tanjung itu. Mau percaya ? sorrybagi saya Akbar tanjung masih tetap seperti pembual orde baru yang baru bangun kesiangan menyatakan dirinya adalah reformis. Mau tau solusi saya? saya lebih baik TIDAK MEMILIH dalam pemilu ini. Terima Kasih andrew
Re: Maluku jadi 2 propinsi, Irja jadi 3 prop
Maluku dipecah menjadi apa nih? Maluku Utara dan Maluku Selatan ? Maluku Utara = Halmahera, Ternate, Tidore (mayoritas muslim) Maluku Selatan = Ambon, Kep. Kei, (mayoritas kristen) berarti Pemerintahan Habibie memang tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam kekerasan antar beragama, diambil solusi untuk memisahkan kedua pemeluk seperti waktu perpecahan India dan Pakistan, perpecahan Cyprus, Lebanon, Ireland. Buat Irian Jaya: Irian Jaya Utara dengan ibukota masih tetap Jayapura Irian Jaya Barat dengan ibukota di Sorong ? Irian Jaya Selatan dengan ibukota di Timika ( sudah pasti ) ( sebelum ide ini bergulir, memang telah terdengar ide-ide seperti ini sekitar 1993-1995) Dugaan saya, pemisahan atau pemecahan Irian ini untuk mengantisipasi masalah separatisme oleh para ketua adat di Irian (masyarakat Irian Jaya pada umumnya) Dengan pemecahan seperti ini setidaknya ide-ide kemerdekaan dapat ditekan sekecil mungkin karena lingkupnya dibatasi tidak secara utuh lagi Irian dapat merdeka. sedikit asumsi pribadi Andrew Pattiwael
Re: Maluku jadi 2 propinsi, Irja jadi 3 prop
setengah kamu setengah saya.heheh...paroan deh semua... ya kan seharusnya tidak dibelitkan dengan masalah agama...entar semua dibelitin sama agama, sebentar lagi RT 5 pisah jadi RT 5A dan RT 5B... untuk daerah sekitar kepala burung, kaya dengan minyak, sedangkan daerah sekitar timika sudah tau sendiri kan kaya dengan emas dan tembaga...nah daerah utara itu yang masih ngebingungin...sebab pembentukan pusat daerah industri mamberamo masih belum terwujud, masih berupa janji-janji dari pemerintah pusat. andrew On Fri, 2 Jul 1999, FNU Brawijaya wrote: Andrew G Pattiwael wrote: Maluku dipecah menjadi apa nih? Maluku Utara dan Maluku Selatan ? Maluku Utara = Halmahera, Ternate, Tidore (mayoritas muslim) Maluku Selatan = Ambon, Kep. Kei, (mayoritas kristen) berarti Pemerintahan Habibie memang tidak dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam kekerasan antar beragama, diambil solusi untuk memisahkan kedua pemeluk seperti waktu perpecahan India dan Pakistan, perpecahan Cyprus, Lebanon, Ireland. Yaa sudah...gini aja Pulau Ambon dibagi dua jadi Ambon barat yg masuk Prop MaTeng (Maluku tenggara), yg timur masuk Malubaut (Maluku barat laut). Ternate dibagi jadi dua secara diagonal, yg timur laut masuk Malubaut, yg barat daya masuk Prop Mateng. Pokoknya semua pula dibagi, dan jangan sampe membaginya pake sistem utara, selatan, barat, dan timur. Tapi sistem mojok-mojok. Habis itu yg agak mojok ke arah timur malah dimasukin ke Prop Mateng, dan sebaliknya. hehehe...entar kan mawut Kebetulan ane lagi ada peta Indonesia di depan muka (jelas muka ane..., mosok muka orang lain). Alasannya memang banyak wilayah yg tidak terjangkau, jauh dari terurus akibat keterbatasan transportasi. Kalau mau dibelitkan ke permasalahan agama ya monggo. Buat Irian Jaya: Irian Jaya Utara dengan ibukota masih tetap Jayapura Irian Jaya Barat dengan ibukota di Sorong ? Irian Jaya Selatan dengan ibukota di Timika ( sudah pasti ) ( sebelum ide ini bergulir, memang telah terdengar ide-ide seperti ini sekitar 1993-1995) Dugaan saya, pemisahan atau pemecahan Irian ini untuk mengantisipasi masalah separatisme oleh para ketua adat di Irian (masyarakat Irian Jaya pada umumnya) Dengan pemecahan seperti ini setidaknya ide-ide kemerdekaan dapat ditekan sekecil mungkin karena lingkupnya dibatasi tidak secara utuh lagi Irian dapat merdeka. Bisa juga dihubungkan demikian sih. Cuma saya agak ragu bila dibilang takut sama ketua adat (meredam semangat separatism). Lha antar suku aja masih ada perang kok. Kalau ane denger udah luama banget. Dan yang pertama kali usul sebetulnya orang Irian. Biar dana pembangunan lebih besar yg ngalir ke sana. Sayangnya ada juga yg nggak kompakan. Waktu pertama kali posting ane sebutin ketemunya orang asal Jayapura. Dia agak kontra dengan ide ini. Alasannya nanti nggak adil dan merata. Soale wilayah dia nggak/kurang kaya dengan mineral. Jadi urusannya balik lagi ke masalah rebutan rejeki juga. Mungkin aja yg pertama kali bikin usul dulu itu orang Timika. Biar dana yg ngalir ke sana lebih besar lagi. Makanya ane juga bilang, mbagi wilayah yg adil. -- \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: Maluku jadi 2 propinsi, Irja jadi 3 prop
untuk sumber daya manusia, di Freeport kebanyakan pekerjanya adalah pendatang dari Indonesia barat dan Indonesia Tengah. Jadi ngga terlalu masalah sih bagi Irja-Sel, dan Irja-Bar dalam soal tenaga kerja dalam mengolah sumber daya alam mereka. Sedangkan Biak memang masih strategis, buktinya masih ada pangkalan AL di sini, namun dalam fungsi sebagai daerah pintu gerbang indonesia timur, Biak sudah ditutup fungsinya setelah pemerintah memberhentikan penerbangan lansung dari Guam atau Hawaii yang dulunya transit di Biak. Karena itu kami-kami yang terbang ke Timika harus singgah dulu di Jakarta atau Denpasar sebelum menyambung ke Timika. Wah...memang seharusnya begini donk bung, seriusjadi rindu sama mas Nasrullah nih salam, Andrew On Sun, 25 Apr 1999, Yusuf-Wibisono wrote: setengah kamu setengah saya.heheh...paroan deh semua... ya kan seharusnya tidak dibelitkan dengan masalah agama...entar semua dibelitin sama agama, sebentar lagi RT 5 pisah jadi RT 5A dan RT 5B... untuk daerah sekitar kepala burung, kaya dengan minyak, sedangkan daerah sekitar timika sudah tau sendiri kan kaya dengan emas dan tembaga...nah daerah utara itu yang masih ngebingungin...sebab pembentukan pusat daerah industri mamberamo masih belum terwujud, masih berupa janji-janji dari pemerintah pusat. andrew Yw: Enggak juga Mas. Yg utara itu punya manusia (dibandingkan dg yg lebih 'pedalaman' (dalam sudut pandang irja sekarang) yg utara (menurut saya) lebih 'open minded'). Juga punya 'lokasi strategis'. Apakah Biak masuk utara? Kalo Biak masuk utara, ya ini lebih sip lagi: jadi kompetensi yg utara adalah orang lokasi. Ini saja menurut saya cukup. Tidak semuanya harus berbasis sd-alam. Dan bahkan yg basisnya non-sda, malah lebih 'lincah'. Contohnya: singapur (dibanding neg. asteng lainnya) atau bali (dibanding prop lain). Dan soal nama, mungkin namanya: Irian Jaya (yg ibukotanya di Jayapura); Irian Barat (yg lokasinya di sebelah barat); dan Irian Timur (sisanya). Cuma usul. Note: Tumben, nih. Rada serius. :-)
Re: (pendapat) Mesjid Istiqlal dan Gereja Katedral
Bung Sitorus, Komentar anda sangat bagus dan patut kita, sebagai umat kristiani, untuk menelaah dan menjadikannya bahan koreksi bagi kemajuan kita bersama sebagai bangsa. Saya sangat terkesima dengan penjelasan anda, sungguh memang belum pernah saya pikirkan atau memikirkan sampai kesitu. Memang kalau dipikir-pikir, kemegahan gereja selama ini dan kemewahan fasilitas yang selama ini diberikan kepada gembala-gembala gereja (pendeta dan penatua) di beberapa gereja khususnya di Jakarta sebenarnya (Saya mengambil garis besar gereja-gereja di kota-kota besar) tidak sesuai dengan ciri-ciri asli Ke-Kristenan yang seharusnya bersifat : "Kerendahan Hati", "Kesederhanaan", "menderita", "melawan hal-hal yang bersifat keduniawian, contoh: kemewahan, melawan hawa nafsu, dan lain-lain. Sedangkan para jemaat-jemaat tidak jarang ada yang hidup dibawah garis kemiskinan. Bahkan banyak gereja-gereja di pedalaman (Irian-Jaya contohnya) hanya beralaskan tanah, tanpa kursi, bermimbarkan batu, dan pendetanya juga kadang tidak makan dalam sehari. Betapa indahnya memang jika umat kristiani dapat kembali lagi ke jaman-jaman dimana umat kristen masih bersatu dibawah pimpinan para rasul-rasul, ketaatan iman tidak diukur dari kemegahan gereja-gereja, keindahan pakaian para pendeta, atau segala keindahan duniawi lainnya. Ya...semoga saja, Tuhan kan selalu akan mengingatkan kita bahwa kita telah mulai jauh dari-NYA, bahwa IA tidak akan meninggalkan kita begitu saja, bahwa pelajaran yang diberikan-NYA selalu ada makna. Semoga dengan pelajaran ini, kita diingatkan bahwa masih ada saudara-saudara lainnya yang hidup berkekurangan, tidak pernah korupsi, tidak pernah ber-KKN, namun tetap setia dalam menjalani perintah Tuhan. Tuhan beserta kita, Andrew Pattiwael On Sat, 24 Apr 1999, Frarev Sitorus wrote: Memang, sampai sekarang tim penyidik sudah menyimpulkan bahwa perampokan BCA dengan peledakan Istiqlal berkaitan. Saya berharap pihak berwajib dapat mengungkapkannya. Sejak tahun 1996, puluhan kerusuhan merusak tatanan bangsa di seluruh tanah air Indonesia. Faktor pemicu kerusuhan kyang merusak ini adalah perasaan tertekan masyarakat selama ini, isu dari provokator, situasi politik, dan isu SARA ( dikutip dari pembicaraan pak Herlianto). Mulai tingginya rentetan kerusuhan sejak peristiwa Trisakti. Sekarang ini peristiwa di Ambon, dan Sambas hingga Timtim. Orang - orang yang berani meninggalkan kampung halamannya untuk meningkatkan status sosialnya, seperti orang Tionghoa dan Madura, baik dijadikan contoh penduduk asli. Kejadian ini sebenarnya harus diselesaikan bukan hanya dengan penjagaan ketat terhadap rumah ibadah. Penyelesaian ini juga dengan melihat latar belakang kondisi di sekitar gereja. Gereja sering lupa akan sekitar nya dengan kondisi lingkungan dan sosial. Bangunan gereja yang megah di sekitar pemukiman kumuh, membodohi umatnya dengan mengaitkan Tuhan dan berkat/rejeki yang datangnyapun tidak dikehendaki rakyat, dan membutakan mata terhadap kondisi rakyat tertindas yang menyedihkan. Belum lagi bahwa menganggap bahwa peristiwa 12 Mei merupakan perbuatan saudara muslim, digeneralisir, padahal perbuatan itu juga dilakukan oleh saudara yang menganut Kristen. Pemboman Istiqlal juga belum dapat diprediksi karena kemungkinan ini perbuatan orang yang kebetulan beragama, agama yang ada di Indonesia, atau orang yang bermain dalam kekuatan politik atau siapa saja. Hanya, peristiwa - peristiwa yang sudah terjadi ini harus dikaji dan menjadi bahan koreksi saudara Kristen, bahwa selama ini gereja yang seharusnya garam dan terang dunia tidak direalisasikan, khususnya di kota - kota besar. Banyak isu - isu yang dapat meng-generalisasikan agama Islam sebagai dalang penghancuran gereja yang membodohi umat Kristen sendiri karena selama ini umat Kristen membodohi diri dengan sikap eksklusifisme terhadap lingkungan sekitarnya ( walaupun masih ada yang merakyat). Sikap premordialisme terus menghantui saudara Kristen, dimana dibodohi eleh kekayaan dan pangkat orang Kristen yang menjadi guru yang membodohi mereka. Pak Theo Syafei yang membodohi Kita sebagai Kristiani dengan kata - katanya bahwa perbuatan ini dilakukan oleh saudara muslim, padahal tidak semua saudara Muslim malah ada orang Kristen juga yang menjadi provokator dan kroconya. Biarlah krisis ekonomi, kerusuhan - kerusuhan menjadi bahan koreksi bagi saudara Kristen dan saudara Tionghoa yang melupakan tanah air tercinta, bukan dengan mencari kambing-hitam dan meninggalkan tanah air Indonesia. peace
Pejabat Indonesia: Tong Kosong Nyaring Bunyinya
Suara Merdeka Online Lebih Banyak Pejabat yang Eksodus JAKARTA- Ketua Umum Forum Komunikasi Kesatuan Bangsa (FKKB) Rosita S Noer memperkirakan lebih banyak pejabat atau mantan pejabat dan keluarganya yang siap melakukan eksodus ke luar negeri daripada WNI keturunan Cina. "Mereka semua ingin cari selamat karena merasa takut dan terancam atas situasi di dalam negeri yang sering dilanda kerusuhan dan tak menentu,'' kata Rosita dalam dialog dengan wartawan, di Jakarta, Sabtu kemarin. Dia menanggapi kecenderungan eksodus warga negara keturunan ke luar negeri.Selain Rosita, hadir Wakil Sekum Krissantono, Ketua Departemen Sosial Budaya, Agama, dan Pendidikan Mohammad Sobary, serta Ketua Departemen Humas Anton Indracaya. Dia mengaku mendapat informasi dari pernyataan pejabat atau mantan pejabat itumenghadapi pemilu mendatang. Bahkan sudah memjadi pembicaraan keseharian tentang rencana mereka pergi ke luar negeri menjelang pemilu nanti. "Dalam keseharian mereka banyak omong tentang rencana pergi ke luar negeri. Jika kita buktikan lagi, waktu terjadi pelarian modal ke luar negeri, justru yang terbanyak dilakukan oleh pejabat bukan oleh orang keturunan. Kalau ada jumlahnya tidak banyak.'' Salah satu pejabat yang telah "menyelamatkan diri'' ke luar negeri adalah anggota DPA dan mantan Gubernur Timtim Mario Viegas Carrascalao yang telah berada di Makao karena merasa dirinya dan keluarganya terancam bila tetap bermukim di Indonesia. Sedangkan mantan Pangkostrad Prabowo sudah beberapa bulan ini berada di Yordania. Rosita mengaku memiliki data mengenai para pejabat atau mantan pejabat yang telah mempersiapkan diri dan keluarganya untuk ke luar negeri dalam menghadapi keadaan yang tak menentu di Indonesia. Tetapi dia tidak bersedia menyebutkan nama-namanya. "Dalam berbagai pertemuan, saya dengan para pejabat atau keluarganya, pertanyaan yang sering muncul adalah mau ke mana saat kampanye pemilu nanti,'' katanya. Ia juga menyebutkan salah satu negeri yang akan dikunjungi mereka adalah Australia. Rosita menegaskan, kecenderungan warga negara yang pindah ke luar negeri akibat kurang tegasnya Pemerintah dan TNI dalam menuntaskan berbagai peristiwa kerusuhan. Sedangkan Anton Indracaya menambahkan, WNI keturunan Cina yang ke luar negeri sedikit. "Meskipun ada rasa takut yang tinggi, mereka bisa berpikir hidup di luar negeri itu biayanya lebih besar dan mahal. Mereka banyak yang meninggikan pagar rumahnya dan membeli pesawat radio komunikasi (CB = citizen band) untuk memantau keadaan, sekaligus membeli ransum lebih banyak,'' katanya. Benarkah Mereda? Pada bagian lain, Rosita mengatakan, pencalonan kembali Presiden BJ Habibie oleh Partai Golkar bukan masalah yang signifikan jika dikaitkan dengan upaya meredam aksi kekerasan seperti pengeboman di Masjid Istiqlal. Apakah betul jika Habibie tidak bersedia dicalonkan ke-rusuhan dan kekerasan akan reda. Diakui, cendekiawan Prof Dr Noercholis Madjid pernah mengingatkan agar Habibie mencabut pernyataan kesediaan dicalonkan kembali. Pertimbangannya waktu itu, untuk menghindari aksi lawan politik yang menggunakan kerusuhan yang bisa menggagalkan pemilu. Dia mengingatkan, ada kelompok-kelompok yang tidak menginginkan pemilu berjalan karena secara politis kelompok penguasa itu ingin mempertahankan kekuasaan. Sambil mengutip pernyataan Cak Nur, dia membenarkan Habibie punya tugas dan kewajiban untuk mengantarkan pemerintahan transisi ini pada pemilu mendatang."Tapi apakah kalau BJ Habibie tidak jadi presiden, tidak ada lagi pengeboman. Itu kan masih belum kita ketahui.'' Pernyataan senada diungkapkan Krissantono. Dia membenarkan insiden itu cukup kental dengan masalah politis serta persaingan elite politik menjelang pemilu mendatang. Menurut dia, dicalonkan atau tidaknya Habibie bukan menjadi masalah yang signifikan. Pasalnya, insiden itu terjadi secara tak terduga-duga setelah Presiden Soeharto turun pada pertengahan Mei 1998. Justru yang penting meluasnya insiden itu karena selama ini kasus-kasus serupa tak pernah terungkap secara jelas. "Indisen Istiqlal ini jadi momentum aparat untuk mengungkap secara tuntas serta meredam insiden,'' ujarnya.(ant,di-51c)
Mujahidin Islam Nusantara Movement
Diperkirakan sebagai pelaku Pemboman Mesjid Istiqlal, oleh Kepolisian Republik Indonesia di Jakarta kemarin. Yang pasti, keinginan mereka untuk mengkambing hitamkan non-muslim tidak dapat diteruskan, sebaliknya dapat terbuka mata dan pikiran seluruh bangsa terutama kaum muslim bahwa musuh bisa saja dari bawah selimut atau bahkan dari golongan sendiri. Semoga masyarakat di Ujung Pandang bisa lebih bersikap dewasa dalam bertindak. Andrew Pattiwael ** APR 23 1999 Bombing linked to Islamic group JAKARTA -- Preliminary police investigations showed that the Monday bombing of the Istiqlal Mosque here was linked to a group calling itself the Mujahidin Islam Nunsantara Movement, police said yesterday. Jakarta district police chief Major-General Nugroho Djajusman said it had been determined that 13 people in its custody were from the group which was based in Bogor, not far from here. The 13 were detained in connection with the bombing of the Plaza Hayam Wuruk shopping complex in Jakarta South last Thursday. The bomb used in the mosque incident was the same as that used at the plaza, Maj-Gen Nugroho said, adding that police were looking for the leader of the group, Usman Amir, 40. Usman's photograph was distributed to the media here in an effort to locate him. Besides the Hayam Muruk and Istiqlal, the extremist group was also said to be planning to bomb several other targets. Maj-Gen Nugroho said police identified one of the accused in the Istiqlal case from information provided by witnesses. The explosion ripped apart several offices on the ground floor of the mosque and injured several people. Bernama Copyright © 1999 Singapore Press Holdings Ltd. All rights reserved.
PELAKU PEMBOMAN MASJID ISTIQLAL SEORANG MANTAN TARUNA AKABRI
Mencuat kembali nama, Letnan Jendral Prabowo Subianto dan Kelompok Asuhannya yang bernama kelompok "Tidar". * PELAKU PEMBOMAN MASJID ISTIQLAL SEORANG MANTAN TARUNA AKBRI JAKARTA (SiaR,23/4/99), Aparat menyatakan bahwa Amir alias Edi Ranto, Ketua Kelompok Angkatan Mujahidin Islam Indonesia (AMIN) adalah tersangka otak perampokan BCA dikaitkan dengan kasus peledakan Mesjid Istiqlal (19/4). Sedangkan Gus Dur menduga pembom itu orang bayaran dan oknum bekas ABRI. Tapi lain lagi dengan temuan SiaR yang menyimpulkan adanya kemungkinan anak emas Prabowo dari kelompok Tidar. Hasil investigasi SiaR menunjukkan bahwa pelaku peledakan bom di Masjid Istiqlal adalah Eddy Prabowo, seorang mantan taruna AKABRI, yang direkrut Prabowo -mantu mantan Presiden Soehartountuk masuk kelompok Tidar yang dibentuknya. Kontroversi siapa pelaku pemboman di Mesjid Istiqlal makin meruncing setelah POLRI dengan mudahnya melanggar asas praduga tak bersalah, dengan mengaitkan Amir alias Edi Ranto tersangka pelaku perampokan Bank BCA di Gang Kancil menjadi tersangka utama satu-satunya pemboman Istiqlal. Bahkan Kadispen Polri Brigjen Pol Togar Sianipar, Rabu (21/4) kemarin menjelaskan, bahwa satu dari 10 saksi, mengaku pernah bertemu dengan 2 di antara 4 pelaku yang diduga melakukan pemboman di Istiqlal. Saksi ini ditemukan polisi pada Selasa (20/4) malam. Dengan demikian, sudah ada 2 saksidi samping para saksi mata yang diperkirakan bisa membawa polisi melacak jejak pelaku pemboman di Istiqlal, demikian tuduh Togar Sianipar. Dari saksi tersebut diperoleh gambaran atau perkiraan wajah pelaku. Namun hingga kini belum ada pelaku yang ditangkap aparat. Dua saksi yang memberikan titik terang ini, berasal dari luar Jakarta. Namun, kata Togar, saksi ini bukan tersangka. Ia berada di Polda Metro Jaya untuk dimintai keterangan, dan bukan ditangkap. Dari hasil pengembangan kasus tersebut sudah diketahui sketsa wajah dari 2 pelaku. Namun, hasil tersebut masih akan diteliti lagi agar dapat dipastikan kebenarannya. Sedangkan hasil pemeriksaan atas serpihan bom yang ditemukan di lokasi kejadian, diketahui bom tersebut adalah bom rakitan yang dibuat orang-orang yang profesional dan benar-benar mengerti tentang bahan peledak. Tuduhan bahwa bom rakitan tersebut adalah bom ikan yang banyak dirakit di Lampung dibantah Kol Syahril Arifin, Wakapolda Lampung (21/4). Sejumlah media cetak baik pusat maupun daerah terbitan Rabu (21/4) mensitir informasi bahwa polisi menduga pemboman perkantoran Masjid Istiqlal itu memiliki benang merah dengan ledakan di Hayam Wuruk Plaza sebelumnya. Dalam bantahannya, Syahril Arifin mengatakan jenis bom rakitan sendiri seperti dari bahan lactosin lalu dicampur mesiu dan diberi detonator, sebetulnya bisa dibuat siapa saja dan bahannya antara lain ada di apotik, karena bahan itu biasa digunakan untuk keperluan medis. "Orang apotik bisa, kita pun semua bisa, tetapi apakah itu, ini yang masih diselidiki," katanya. Bahkan Kapolda Metro Jaya Mayjen (Pol)Noegroho Djajoesman (23/4) memperkuat dengan mengatakan bahan dasar bom tersebut dari TNT (Trinitrotuluene) dengan pemicu peledaknya KC103 (kalium chlorat ). Bahan bahan tersebut hanya dimiliki instansi militer atau perusahaan pertambangan (yang memiliki ijin khusus) dan tidak beredar di pasaran bebas. Tentang kemungkinan oknum TNI atau bekas anggota TNI yang diduga terlibat, Noegroho menyatakan, sebaiknya jangan terlalu dini menuduh tanpa disertai bukti dan fakta yang kuat. Namun Sementara itu pengamat politik Prof Dr M Budyatna mendesak aparat keamanan menindaklanjuti pernyataan Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tentang adanya indikasi konspirasi teroris bayaran dengan orang profesional dan terlatih untuk membom sejumlah ruangan di Mesjid Istiqlal. Statemen yang dikeluarkan Gus Dur "Pelakunya adalah teroris bayaran pihak tertentu untuk menggagalkan Pemilu 1999. Mereka adalah orang-orang yang istilahnya massa mengambang. Mereka bekas ABRI yang saat ini sudah tidak di dalam struktur lagi," kata Gus Dur di Jakarta, Selasa (20/4). Pada hari yang sama, televisi swasta SCTV dalam dua kali siaran beritanya mewawancarai seorang ahli bom, namun tidak disebutkan nama dan identitasnya demi keselamatan. Ahli bom itu mengungkapkan bahwa pemboman dilakukan oleh orang-orang profesional. Bahan bom tidak ada di pasaran, sedangkan perakitannya kemungkinan besar tidak dilakukan oleh orang sipil. "Ini beda dengan ledakan bom ikan. Berapa sih kekuatan bom ikan?" katanya. Menurutnya, kemungkinan selain mendapat tawaran untuk membom tempat tertentu, kelompok ini juga menawarkan jasanya. Berangkat dari pernyataan Gus Dur dan ahli bom tersebut, sketsa yang disebarkan aparat keamanan mirip dengan seorang anak buah Prabowo yang bernama Eddy Prabowo. Menurut sebuah sumber SiaR, Eddy Prabowo adalah seorang mantan Taruna AKABRI yang dikeluarkan karena terlibat penganiayaan berat terhadap seniornya. Setelah keluar ia
Suara Merdeka: Pemilu Bagi Kaum Pinggiran
Perubahan apa yang bisa dijanjikan oleh Pemilu yang akan datang kepada mereka-mereka ini? Apakah Akbar Tanjung, Amien Rais, Megawati akan memperbaiki nasib-nasib mereka ini, ataukah mereka-mereka ini hanyalah suatu komoditi suara yang dipertimbangkan pada awal Pemilu demi memenangkan perolehan suara dan setelah pemilu selesai, kembali lagi mereka dicampakkan ke dunia mereka yang berbeda dengan kehidupan para elitis dan politis di Jakarta? Partai-partai yang Memperjuangkan nasib "Wong Cilik" adalah partai yang seharusnya diberi kesempatan untuk memimpin negara ini. Bukan hanya memperjuangkan di awal-awal pemilu demi menarik suara terbanyak, tetapi juga memperjuangkan selama partai ini berkuasa dan membawa perubahan yang berarti dan dapat mengangkat derajat hidup para kawula wong cilik ini. Yang jelas, Golkar sudah gagal, kesempatan telah diberikan sebanyak 7 kali, namun tidak ada perubahan bahkan kemerosotan adalah jawaban selama Golkar berkuasa di Indonesia. Golkar tidak pantas lagi untuk diberikan pilihan suara. Dan untuk memberikan suatu alasan bahwa "Tidak sesuai dengan kebudayaan timur" pun terlihat sebagai kesan ingin melarikan diri dari suatu kenyataan. Berikanlah jawaban yang sejujurnya, mungkin kekurangan pribadi dalam menghadapi dialog-dialog seperti ini ataupun keberatan untuk dijadikan bulan-bulanan media dan pers. Semoga anda dapat memberikan suara anda kepada partai-partai yang memang berhak untuk memenangkan Pemilu ini dan dapat membawa perubahan untuk mengembalikan kejayaan Bangsa dan Negara Indonesia. Andrew Pattiwael Suara Merdeka *** Pemilu bagi Kaum Pinggiran "Hasilnya Sama, Terserah Sajalah..." Pemilu tinggal 45 hari (dihitung dari tanggal 22 April-Red). Berbagai infrastruktur pemilihan, baik tingkat pusat maupun daerah, sibuk berbenah. Parpol bergegas menggalang massa. Organisasi pemantau pun menyiapkan berbagai perangkat demi pemilihan yang jurdil. Namun, hiruk-pikuk itu konon kurang menggema di masyarakat pinggiran. Mereka malah terkesan apatis dan masa bodoh. Wartawan Suara Merdeka Ganug Nugroho Adi dan H Ahmad Syamsul Huda melaporkannya. "SUDAH mendaftar Pemilu? Pertanyaan seperti itu belakangan ini agaknya sering terdengar. Di kantor, pasar, terminal, bus kota, dan di banyak tempat lain. Sebuah sapaan yang pada pemilu-pemilu sebelumnya hampir dipastikan jarang terlontar. Bisa dimaklumi. Sebab, sistem pendaftaran Pemilu kali ini menggunakan stelsel aktif. Para calon pemilih datang ke tempat pendaftaran, menunjukkan tanda identitas-KTP, SIM, akta kelahiran-lalu mereka pun bisa disebut sebagai "warga negara yang baik karena mau menggunakan hak pilih. Tak ada mobilisasi, intimidasi seperti pada "pesta-pesta sebelumnya. Atau, paling tidak, ada upaya mempersempit peluang ke arah sana. Satu hal yang amat mustahil dilakukan pada rezim Orde Baru, diakui atau tidak diakui. Dan karena kebebasan yang selalu didengungkan itu lewat televisi, radio, atau koran para pemilih pun berdatangan ke tempat pendaftaran. Tapi sebagian terkesan ogah-ogahan, sebagian lagi malah memutuskan tidak mendaftar dengan berbagai alasan. "Kalau didatangi petugas, ya saya akan ndaftar. Soalnya kalau harus ke kelurahan kan berarti meninggalkan pekerjaan. Artinya harus ada biaya angkutan, kata Ridwan (19), seorang pengamen bus kota. Mereka yang mendaftar pun memiliki alasan. "Saya harus menggunakan hak pilih. Saya akan mencoblos gambar lain, agar Pemerintah menjadi lebih baik. Mumpung bebas, ujar Bandi (20), loper koran di Jl Pemuda. Toh Santosa (29) punya pandangan lain. Nelayan di Tambaklorok itu memutuskan tidak mendaftar karena menganggap Pemilu kali ini masih akan sama dengan pemilu-pemilu sebelumnya, meskipun jumlah partai banyak. "Saya masih belum punya pilihan. Lagipula hasilnya pasti sama seperti dulu. Terserah sajalah. Jarwo (24), seorang pedagang di Pasar Johar, malah menjawab singkat ketika ditanya tentang pendaftaran. "Malas ! Jawaban Ilham (23) yang menggelar dagangan buku di sebelah kios Jarwo, barangkali bisa sedikit lebih jelas, juga apa adanya. "Paling saya hanya ikut kampanyenya. Pokoknya ikut rame-rame. Soal negara ini mau jadi apa kan terserah bapak-bapak yang di atas. Kalau saya manut saja. Presidennya mau Pak Amien, Bu Mega, atau Gus Dur, terserah. Yang penting rakyat kecil seperti saya ini tidak tambah sengsara, tuturnya. Lantas kenapa mereka terkesan masa bodoh terhadap Pemilu tahun ini? Belum Mengerti Dari pemantauan Suara Merdeka ke "kalangan bawah, ternyata banyak dari kelompok ini yang belum mengerti tentang pemilu. Paling tidak, Jupri (45), pemulung di kawasan LIK Kaligawe, menganggap pemilu sama halnya dengan penyuluhan kesehatan di Kantor Kelurahan. Dia bahkan punya pengalaman menarik dengan "pesta demokrasi ini. "Orang-orang dikumpulkan, diberi pengarahan, tapi saya tetap tidak mengerti apa maksudnya. Sejak dulu begitu-begitu saja. Saya bersama teman-teman yang lain manut saja. Dan kalau ada yang beda
Reuters: Church Attacked After Indonesia Mosque Bomb
Church Attacked After Indonesia Mosque Bomb 5.58 a.m. ET (959 GMT) April 20, 1999 JAKARTA Vengeful mobs have destroyed a church after the bombing of Indonesia's major mosque, sparking fears the mostly Muslim country may be descending into even bloodier violence in the run-up to national elections in June. "I strongly condemn the barbaric and brutal act,'' President B.J. Habibie, referring to the mosque attack, told a conference of Muslim scholars. He called it an attempt to sabotage the June 7 elections when Indonesians, who have known little but autocratic rule, will experience their first democratic poll in more than 40 years. He was echoed by Justice Minister Muladi who described the bombing as an attempt to drive a wedge between religious groups. Hours after Monday's bombing of Jakarta's Al-Istiqlal mosque, a mob of 1,000 went on the rampage in the eastern city of Ujung Pandang, setting fire to a church complex. "It was a spontaneous act after people watched TV about the bombing of Al-Istiqlal mosque in Jakarta,'' Brigadier Mudji Santoso, Ujung Pandang's police chief told reporters in Jakarta. He said 11 people had been detained for questioning. Police in Ujung Pandang said the situation in the city in south Sulawesi, 870 miles east of Jakarta, was tense with Muslims stopping vehicles to search for Christians. "Around 100 people are still blocking the streets and checking people's IDs. They are searching for Christians. I don't know what they are going to do with them,'' one said. It was not clear whether troops were trying to intervene to prevent attacks on Christians. Indonesians must declare their religion on their identification cards. Most are Muslims, forming the world's largest Islamic community. But Christians, who include many of the country's ethnic Chinese, make up Indonesia's most economically successful minority. The Chinese in particular have long been the target of attacks from poorer segments of society. Ethnic and religious violence has spiraled in the past year, driven by the most ferocious economic depression and political turmoil in 30 years that has thrown millions out of work and into a life of abject poverty. "I hope this incident is only isolated. But what else can you do in Indonesia nowadays but hope and pray,'' said Jusuf Wanandi, head of the Center for Strategic and International Studies. Wanandi criticized the once powerful military for its failure to keep order in the huge archipelago, calling it demoralized, incapable and without leadership. Hundreds have died this year alone in Christian-Muslim clashes in Indonesia's eastern spice islands, and there have been outbreaks of savage communal violence in several other parts of the country. The military has also been accused of being behind recent atrocities by pro-Jakarta militias in the disputed territory of East Timor. Dozens have died in recent clashes in the former Portuguese colony where Indonesia's often brutal 23-year rule has never been recognized by the United Nations. The violence there has spiraled since Habibie suddenly switched policy and said East Timor could go independent if its people choose to. The latest religious attacks took their toll on the Indonesian stock market, sending the main index at one stage down by almost six percent, bringing to an abrupt end a recent surge which had taken prices to their highest levels in a year. By the close, the index was more than four percent lower at 485.97 points. [EMAIL PROTECTED] © 1999, News America Digital Publishing, Inc. d/b/a Fox News Online. All rights reserved. Fox News is a registered trademark of 20th Century Fox Film Corp. © Reuters Ltd. All rights reserved
CNN: Mob torches Indonesian church after mosque bombing
Mob torches Indonesian church after mosque bombing April 20, 1999 Web posted at: 1:21 a.m. EDT (0521 GMT) In this story: Troops guard cathedral in Jakarta Clashes have killed hundreds RELATED STORIES, SITES UJUNG PADANG, Indonesia (CNN) -- A mob set fire to a church after a bomb blast hit the country's largest mosque, a local journalist reported on Tuesday. The journalist said dozens of Indonesian police fired warning shots to disperse the mob, estimated at 1,000 people, and at least two people were wounded in this port city on southern Sulawesi island, about 1,400 km (870 miles) east of Jakarta. "The mob attacked and burned down a Christian school complex, including a church late on Monday," the journalist told Reuters from Ujung Pandang. Indonesian police and military officials were not immediately available for comment. On Monday, a bomb exploded in Jakarta's Al-Istiqlal mosque, Indonesia's largest. It followed mounting religious violence in the predominantly Muslim country in recent months. The most violent incidents have occurred in the eastern Moluccas islands, where around 300 people have died in fighting between Muslims and Christians this year. Troops guard cathedral in Jakarta In Jakarta, hundreds of troops guarded the Al-Istiqlal mosque, Southeast Asia's largest Muslim place of worship, after the bomb ripped through its basement Monday, injuring three men and damaging more than 20 offices. President B.J. Habibie, who regularly prays at the mosque, called for calm, warning that the bombing could worsen the religious violence that has rocked the world's most populous Islamic country for months. "This action could invite conflict between different religions," Habibie said. "People, particularly Muslims, must not be provoked by the bombing." Fearing a backlash against Indonesia's Christian minority, scores of soldiers were also stationed around Jakarta's Roman Catholic Cathedral, which is near the mosque. More than 600 people were praying in the mosque's main chamber several floors above when the bomb went off, witnesses said. Troops stationed nearby ran to the scene as hundreds of people fled. Windows were smashed, walls were scorched and pillars cracked. The white-domed mosque is less than a half-mile from the presidential palace and is near a busy railroad station and Jakarta's National Monument. Thousands visit the mosque daily. Clashes have killed hundreds No group had claimed responsibility for the attack, police said. Police said the bomb was planted outside the basement office of the Indonesian Ulemas Council. The council represents thousands of Islamic preachers and is one of the country's most important religious bodies. Religious and ethnic tensions have boiled over during the 11 months since the resignation of President Suharto, who ruthlessly used the military to control unrest. The violence has been fueled by political uncertainty and Indonesia's worst economic crisis in 30 years. More than 200 people have been killed in the worst fighting among Christians and Muslims in Maluku province in Indonesia's far east. Dozens of churches and mosques have been burned. Hundreds more have also been killed in ethnic clashes in western Borneo. Bloodshed also worsened recently in predominantly Roman Catholic East Timor, where groups for or against independence from Indonesia have clashed. Riots also erupted between Muslims and Christians in November in Jakarta, about a mile from the mosque. Last week, a small bomb damaged a shopping center in Jakarta's Chinatown district, not far from the mosque. "This is an attempt to ruin religious harmony in Indonesia," Jakarta Police Maj. Gen. Nugroho Djayusman said of Monday's blast. "It is my guess that someone wants to provoke violence among Muslims and Christians and among various ethnic groups," said Adang Syafaad, the mosque's chief manager. About 90 percent of Indonesia's 210 million people are Muslim, making it the world's most populous Islamic nation. The official Anatara news agency said three witnesses told police two men on motorcycles fled the scene immediately after the explosion. The explosion happened as Indonesia prepares for June parliamentary elections, the first to be held since Suharto was forced to quit last year amid protests and riots against his 32-year rule. Reuters contributed to this report. RELATED STORIES: Blast rocks Indonesian mosque April 19, 1999 Death toll reaches 54 in Indonesia's riot-torn far east April 5, 1999 More troops arrive to stem Borneo violence March 23, 1999 Borneo riots marked by grisly ritual killings March 21, 1999 Clashes flare in strife-torn northern Indonesia March 20, 1999 © 1999 Cable News Network. All Rights Reserved.
Mesjid Istiqlal dan Gereja Katedral
Bayangkan, Mesjid Agung terbesar di Indonesia (Bahkan di Asia Tenggara) bisa dibom begitu saja, Mesjid yang adalah kebanggaan Bangsa dan wujud dari persaudaraan antar umat beragama dalam hal ini adalah kembaran tempat beribadah yang saling berseberangan yaitu Gereja Katedral. Peristiwa ini adalah suatu penghinaan yang luar biasa bagi para Kristiani Indonesia. Masih ingat tentu pada saat-saat Natal dan Paskah, dimana Mesjid agung Istiqlal ini selalu menyiapkan tempat untuk para umat kristiani memarkir kendaraannya, begitu juga pada saat Idul Fitri atau Idul Adha dimana para umat muslimin juga dapat memarkir kendaraannya di gereja Katedral. Dua situs yang saling berdekatan ini, dibangun untuk menjadi sebuah makna persaudaraan antar umat Islam dan umat Kristen. Dua situs ini bagaikan dua buah tangan yang saling bersalam-salam dan berangkul-rangkulan yang merupakan lukisan cita-cita luhur bangsa yang memandang persatuan dan kesatuan diatas segala-galanya. Oleh karena itu, saya meminta semua lapisan umat Kristen untuk Mengutuk Peristiwa yang Keji dan Kejam ini, Minta ketegasan dan kesigapan aparat untuk melindungi tempat-tempat peribadatan diseluruh Indonesia. Dan sebagai seorang Rakyat, kita harus mengingatkan Bapak Menpangab Panglima TNI Jendral Wiranto, untuk dapat bersikap lebih tegas dan mengambil tindakan yang secepatnya untuk menuntaskan peristiwa laknat ini. Ini adalah tugas yang harus diemban sebagai aparat keamanan (termasuk Polri) dan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, dalam hal ini Rakyat Indonesia, mempunyai batas-batas dimana kesabaran itu bisa habis (mengutip pernyataan Gus Dur di Detik) dan akan meminta pertanggung jawaban mereka selaku yang ditugasi. Perkuat pengamanan setiap rumah-rumah ibadat, lindungi ketenangan para rakyat untuk mendekatkan dirinya kepada Tuhan, bukankah ini telah dicantumkan dalam UUD 1945? Untuk peristiwa pembalasan di Ujung Pandang, semoga Pemerintah Daerah, Kodam dan Polda, serta para sesepuh agama dapat menenangkan situasi disana. Ingat, kita belum tahu siapa pelaku pemboman di Jakarta. Bahkan mungkin bisa jadi mereka adalah dari umat beragama yang sudah tidak peduli lagi tempat ibadah nya dibom, demi untuk memancing amarah dan perseteruan antar umat beragama. Pelaku pemboman ini adalah pelaku yang ingin bermain di air kotor dan tidak peduli siapa yang akan menjadi korbannya. Semoga Tuhan mengampuni mereka di Akhiret nanti. Jangan Terpancing, jangan terpancing. Sudah cukup mesjid dan gereja yang rusak dan terbakar oleh kejadian akhir-akhir ini. Sudah cukup persaudaran antar Umat Islam dan Kristen dikoyak-koyakan oleh setan-setan atau iblis-iblis yang tidak ingin melihat perdamaian. Jangan sampai kita sendiri yang mengaku ber-Tuhan bertindak gegabah dan tanpa dipikirkan, oleh karena telah demikian emosinya, sehingga berkelakuan seperti setan-setan dan iblis-iblis tersebut. Mesjid Istiqlal dan Gereja Katedral, akan selalu menjadi lambang persaudaraan antar umat beragama di Indonesia. Andrew Pattiwael
Frederik Silaban: Arsitek Mesjid Kemerdekaan Istiqlal
Rabu, 21 April 1999 Berita Utama : "Masjid Istiqlal Dirancang Arsitek Kristen" BETAPA sedih seandainya Bung Karno, Presiden pertama RI, masih hidup, menyaksikan beberapa ruangan di lantai bawah Masjid Istiqlal yang hancur karena terkena bom. Betapa tidak? Sebab Bung Karno-lah yang memberikan nama masjid kebanggaan umat Islam Indonesia itu. Istiqlal artinya adalah merdeka. Tentu ini juga dimaksudkan sebagai lambang kemerdekaan. Rasa bangga dan cintanya umat Islam Indonesia terhadap tempat suci ni, ditunjukkan dari berbagai penjuru Tanah Air dengan selalu mengunjungi masjid yang letaknya tidak jauh dari Istana Negara tersebut. Masjid, di dalam sejarah Islam, bukan saja digunakan untuk kepentingan ibadah seperti salat, itikaf, zikir, dan lain-lain, namun juga dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Demikian juga untuk Istiqlal. Di lantai dasar masjid tersebut digunakan puluhan organisasi yang mengurusi berbagai kepentingan masyarakat. Di tempat itu ada kantor MUI (Masjid Ulama Indonesia), BP-4 (Badan Penyelesaian Perselesihan Perkawinan Pusat), HSBI (Himpunan Seni Budaya Islam), DMI (Dewan Masjid Indonesia), BKRMI (Badan Koordinasi Remaja Masjid Indonesia), dan lain-lain. Di situ pula, selain digunakan untuk peringatan hari-hari besar Islam yang selalu dihadiri Presiden dan Wakil Presiden RI beserta anggota kabinetnya dan para duta besar negara sahabat, sering diadakan kegiatan yang sifatnya nasional. Sebut saja misalnya Festival Istiqlal tahun 1990 yang cukup spektakuler dengan menghadirkan berbagai acara yang cukup menarik. Seminar-seminar kebudayaan dan keagamaan Islam juga selalu digelar di lokasi masjid tersebut. Keindahan arsitekturnya juga mengundang kekaguman tamu-tamu dari negara asing. Misalnya, Presiden Amerika Serikat Bill Clinton ketika berkunjung ke Indonesia juga menyempatkan diri berkunjung dan masuk ke masjid tersebut dengan diantar oleh Menteri Agama (waktu itu) Tarmizi Taher. Petinju legendaris Mohamad Ali juga pernah salat jumat di tempat suci ini. Lambang Kemerdekaan Menengok ke belakang sejarah pembangunan tempat ibadah tersebut, juga terdapat kisah yang tidak kalah menariknya. Seperti yang ditulis dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (hak cipta 1988 PT Cipta Adi Pustka) disebutkan, Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Indonesia. Bangunan ini terletak di Taman Wijayakusuma, Jakarta Pusat. Istiqlal berarti kemerdekaan. Nama itu diberikan oleh Presiden pertama Soekarno. Taman Wijayakusuma dikenal sebagai lambang Pemerintah Hindia Belanda. Untuk menghapus lambang pemerintahan Belanda, didirikanlah masjid di tempat itu sebagai lambang kemerdekaan Republik Indonesia. Rancang bangunan masjid yang berkapasitas 100.000 orang ini disayembarakan pada tahun 1954 dan dimenangkan oleh seorang kelahiran Tapanuli, Sumatera, yang kebetulan pemeluk Kristen, arsitek Frederik Silaban. Menurut Silaban, seperti diungkap dalam buku itu, seorang arsitek harus tidak terikat oleh agama atau kesukuannya dan harus dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Menurutnya, perencanaan masjid ini seratus persen asli, tidak meniru masjid mana pun, kecuali memenuhi persyaratan-persyaratan sayembara. Pembangunannya dimulai dengan pemancangan tiang pertama pada tahun 1961. Pada tahun 1977 konstruksi beton bertulang dan bangunan gedung utamanya telah selesai. Sejak saat itu, meskipun sarana pelengkap lainnya belum selesai dibangun, masjid ini sudah dapat dipakai untuk beribadat. Masjid raksasa ini dibangun di atas tanah seluas 12 hektare. Bangunannya seluas 7 hektare, terdiri atas bangunan induk bertingkat lima, gedung pendahuluan, dan selasar penghubung, teras raksasa, emper keliling, dan emper tengah, menara, jalan, dan tempat parkir, serta jembatan dan taman air mancur. Luas lantainya mencakup 72.000 meter persegi dan luas atapnya 21.000 meter persegi. Ukuran tinggi, panjang, dan lebar bangunan-bangunan di masjid itu: gedung induk 60 meter, 110,5 meter, dan 110,5 meter, gedung pendahuluan 52 meter, 33 meter, dan 27 meter, teras raksasa dan emper keliling 11 meter, 165 meter, dan 125 meter, sedangkan tinggi menaranya 66 meter. Kubah polihendron di gedung induk memiliki berat sekitar 86 ton dan ditopang oleh 12 tiang utama berukuran garis tengah 2, 60 meter dengan tinggi 26 meter. Kubahnya bergaris tengah 45 meter dan berbentuk setengah bola. Tiap bagian kubahnya terdiri atas segi tiga yang berlainan, sehingga setiap segi tiga memerlukan gambaran teknik tersendiri. Perhitungan rancangan kubah ini dilakukan di Jerman dengan bantuan komputer. Sementara itu, arsitek Frederik Silaban, (1912-1984) merupakan arsitek kelahiran Bonandolok, Tapanuli. Dia menamatkan HIS (sekolah teknik dasar pada masa penjajahan Belanda) di Narumonda, Tapanuli, pada tahun 1927, dan KWS (sekolah teknik) di Batavia pada tahun 1931. Dengan bekal ijazah KWS, dia bekerja sebagai juru gambar bangunan pada Gemeente (Kota Praja) Batavia. Di sini
Balipost: Tak Ada Gereja Terbakar di Ujungpandang
Tak Ada Gereja Terbakar di Ujungpandang Jakarta (Bali Post) - Kapolda Sulawesi Selatan Bigjen Pol. Mudji Santoso mengatakan, tidak ada gereja yang terbakar akibat aksi massa yang terjadi di Ujungpandang Senin (19/4) malam. Aksi massa di Ujungpandang Senin sore hanya merusakkan bangunan SD dan kantor PGI, dan tidak ada gereja terbakar, katanya usai temu Kapolda seluruh Indonesia di Jakarta, Selasa (20/4) kemarin. Mudji menjelaskan, pihaknya mengamankan 20 tersangka selain menemukan sisa bom molotov yang memicu kebakaran tersebut. Aparat Polda Sulsel Selasa dini hari telah sepenuhnya menguasai keamanan kota Ujungpandang dan keadaan sekarang telah tenang. Ketika ditanya sebab aksi massa tersebut, Kapolda mengemukakan, kejadian itu diduga terkait dengan berita ledakan di Masjid Istiqlal Jakarta beberapa jam sebelum pembakaran tersebut. Polda Sulsel, lanjut Mudji, saat ini masih melakukan penjagaan pada 24 lokasi yang kebanyakan rumah ibadah. Ia juga membantah adanya pemadaman listrik pada Senin malam di ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan itu. Seperti dilaporkan sebelumnya, Senin malam di Ujungpandang terjadi pembakaran yang dilakukan sekelompok orang hingga memusnahkan bangunan dan satu minibus di kawasan Wisma Care, Jalan Perintis Kemerdekaan. (ant)
Indonesia Bertanggung Jawab
Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi, dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan penuh dari Indonesia. Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya (terutama kelompok pro-kemerdekaan). Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini. Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik pro-kemerdekaan. Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi, "kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum. Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat Timor-Timur sehingga pada hari referendum nanti, tentunya setelah ditakut-takuti oleh para pro-integrasi (Kelompok ini lebih cocok disebut preman-preman Dilli yang pro Indonesia) akan tetap memutuskan bergabung dengan "Republik Kesatuan Indonesia" (in sarcastic way) Lihat saja kejadian saat penentuan PEPERA di Irian Jaya dan tentunya kejadian setelah Invasi Indonesia di Timor-Timur. Selalu kita "mengadu domba" kelompok yang pro Indonesia ( tentunya telah dipersenjatai lengkap ) dengan kelompok yang anti-Indonesia. Rekan-rekan, posting ini bukan menyangkut integritas kita terhadap Kesatuan Republik Indonesia. Sebagai seorang warga negara, sudah tentunya saya ingin melihat kesatuan dan keutuhan kita sebagai "Satu Keluarga". Tapi dalam hal ini, "Cara untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan" yang telah ditempuh oleh Pemerintah dan ABRI adalah cara yang salah dan tidak dapat diterima oleh pencerminan niat baik kita dan menghormati "Hak-hak Rakyat Timor-Timur" dan nilai-nilai yang menjunjung kehidupan berperikemanusiaan dan berperikeadilan. Jikalau memang Pemerintahan Habibie dan Angkatan Bersenjata/ Polri, beritikad untuk menyelesaikan masalah Timor-Timur dengan cara damai dan tetap menjaga harga diri Bangsa Indonesia, Pemerintah dan Aparat harus melempaskan diri dari persekutuan dengan kelompok yang pro integrasi, tidak mendanai ataupun mempersenjatai kelompok ini yang sekarang telah terbukti malah "justify their fears on the other people's suffering" ( Tentunya masih ingat dengan Zionisme Bangsa Yahudi yang menjajah dan menderitai Rakyat Palestina sebagai dalih bahwa mereka telah menderita dibawah kekejaman Nazi Jerman ? semoga bangsa indonesia tidak melupakan itu) Cabut dukungan apapun thd kelompok pro-integrasi, buat kesepakatan dengan kelompok CNRT untuk tidak membalas dendam dan tentunya pegang pernyataan Xanana bahwa Pro-Kemerdekaan ingin menyelesaikan masalah ini dengan damai. Adakan perundingan untuk penurunan senjata, penandatangan untuk tidak mengangkat senjata tapi melainkan menyelesaikan permasalahan di meja perundingan. Semoga kita dapat menyelesaikan permasalahan ini dengan akal sehat, penuh kedewasaan, dan bertanggung-jawab. Premanisme dan militanisme dengan dalih apapun tidak dapat diterima oleh nilai-nilai kemanusian. Apapun alasan untuk melindungi para kelompok integrationis dengan meng-approve apasaja tindakan mereka, jelas sudah melanggar itikad baik kita sebagai bangsa yang "Beradab". Ingat, dalam pernyataan proklamasi kita, kita memproklamirkan Republik ini atas dasar penderitaan yang telah kita alami selama beratus-ratus tahun dibawah penjajahan kolonialisme. Jangan sampai kita sendiri yang membuat Proklamasi dan dasar-dasar yang telah melahirkan dan menjaga kelestarian negara ini "menjadi basi" dan tidak relevan. Andrew Pattiwael - Buntut Apel Pro-integrasi, 12 Orang Tewas Dili, Pembaruan Sekitar 10.000 masyarakat prointegrasi melakukan apel besar di halaman Kantor Gubernur di Dili, Sabtu (7/4), untuk mengukuhkan kelompok komando prointegrasi, namun setelah pawai itu mereka membakar dan merusak rumah-rumah para tokoh pro-kemerdekaan. Dalam insiden itu, sedikitnya 12 orang tewas, dan rumah-rumah yang diserang hancur berantakan. Kota Dili, pada Minggu siang masih mencekam dan bagaikan kota mati. Apel akbar ini untuk mengukuhkan Komando Prointegrasi Kota Dili bernama Aitarak, pimpinan Eurico
Re: Indonesia Bertanggung Jawab
Saya rasa ini bukan masalah "Hanya 12" yang meninggal, tetapi ini masalah siapa yang memulai, siapa yang memanas-manasi dan siapa yang menaruh api dalam sekam. Kalau kita bisa jujur sedikit saja, mungkin kita bisa berpikir sebenarnya siapa yang salah dan siapa yang harus "back off" dari permasalahan ini. Kita, pihak Indonesia sudah mengeluarkan sebuah statement, yang menggaris-bawahi bahwa kita "Committed" to solve the East Timor Problem, by any means: Pemberian Kemerdekaan Apabila East Timorese dalam referendum nanti menyatakan "Pisah" dari Republik Indonesia. By Any Means, saya maksud kita berjanji akan menyelesaikan permasalahan ini secara damai, walaupun akhirnya kita harus merelakan untuk melepas Timor/ Kehilangan Muka. Sebenarnya ini bukan suatu "kemaluan yang harus diterima oleh Bangsa Indonesia" tapi seharusnya dapat kita tunjukan sebagai kebesaran bangsa kita yang dibilang selalu ramah-tamah itu. Dan memang, sebagai pertanggung jawaban kita thd golongan elite Timor-Timur yang selama ini kita bina untuk menjadi minority who ruled East Timor, harus kita pikirkan keselamatan dan masa depannya. Contoh Belanda, setelah dibubarkannya Republik Indonesia Serikat, mengijinkan warga Indonesia, Indo, yang masih menyatakan kesetiaan kepada the Netherlands Crown untuk tinggal di Belanda. Ini hanya suatu bentuk tanggung-jawab sebagai bekas "penjajah". Karena itu saya setuju dengan jawaban Bapak Presiden, yang menyatakan bahwa Indonesia tidak ingin lebih lama lagi ingin diberati masalah Timor-Timur. Either You Except the Full Autonomy Status (Plus) or you can declare your Independence. Kita sudah menyatakan batas-batas dimana Indonesia berpijak. There is limitation...and we would not go beyond there. Permasalahan bukan hanya dari 12 orang saja yang meninggal, yang harus kita cari adalah the preventive measure untuk menyelesaikan problems without any cause such as death. Seharusnya kita dapat mencegah pertumpah darahan, bukannya malah memancing-mancing agar terjadi tumpah darah. Andrew Pattiwael On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote: Kalau saya jadi Presiden BJH... Saya akan angkut orang - orang Timtim dan orang - orang di Timtim yang masih pengen ikut Indonesia. Yang nggak kepengen ikut Indonesia silahkan tinggal di Timtim dan memerdekaan diri... toch Portugis (baca : biang masalah semua ini) juga sudah dari dulu kepengen ambil lagi Timtim...dan rakyat Timtim yang selalu mencari masalah dengan Indonesia saya pikir koq ya besar kepala sekali selalu minta perhatian dan perlakuan lebih dibanding rakyat indonesia yang lain."dikasih hati minta jantung" Baru 12 yang meninggal sudah pada ribut bandingkan dengan Aceh, Ambon, Tanjung Priok, Lampung, Banyuwangi... Hadeer -- From: Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Indonesia Bertanggung Jawab Date: 19 April 1999 3:48 Jadi ini maksudnya tujuan melatih para milisi-milisi Timor Pro-Integrasi, dengan dalih melindungi para pro-integrasi yang ditakutkan akan menjadi korban para pro-kemerdekaan setelah Timor menerima kemerdekaan penuh dari Indonesia. Indonesia (khususnya ABRI) sepertinya memang ingin mengadu domba dua kelompok ini. Dari kelompok yang menjadi minoritas, Pro Integrasi telah dilatih, dibayayai dan persenjatai untuk menjadi kelompok yang melakukan teror, kekerasan, dan intimidasi thd kelompok masyarakat lainnya (terutama kelompok pro-kemerdekaan). Apakah saya melihat kecongkakan Indonesia yang pada akhirnya juga tidak bisa mempertahankan Timor-Timur, lebih baik untuk sekalian membumi-hanguskan dan meluluh lantakan daerah ini. Tanpa ada tindakan dari pemerintahan Habibie untuk menghentikan tindakan kekerasan yang memang sengaja diciptakan oleh kita, malah aparat keamanan dalam hal ini ABRI, justru melindungi para kelompok Pro Integrasi yang justru baru berbuat onar terhadap niat baik pro-kemerdekaan. Dalam hal ini, bukan perlindungan thd minoritas kelompok pro integrasi, "kesetiaan" terhadap Republik Indonesia. Prioritas dari posting ini adalah "Apakah ada perlindungan terhadap civil liberties atau hak-hak untuk hidup damai" sebelum diadakan referendum. Tindakan Pemerintah dan Aparat Keamanan sudah seperti sejarah yang diulang terus menerus. Dengan sengaja mengadu domba kelompok yang pro-RI dengan kelompok yang mengancam "kepentingan" Indonesia sehingga menimbulkan suatu momok ketakutan yang mendalam bagi para rakyat Timor-Timur sehingga pada hari referendum nanti, tentunya setelah ditakut-takuti oleh para pro-integrasi (Kelompok ini lebih cocok disebut preman-preman Dilli yang pro Indonesia) akan tetap memutuskan bergabung dengan "Republik Kesatuan Indonesia" (in sarcastic way) Lihat saja kejadian saat penentuan PEPERA di Irian Jaya dan tentunya
Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd)
Tidak pernah ada kata puas dari referendum, pemilu, voting. Tetapi setidaknya menunjukan suatu keberadaban, bahwa setiap manusia itu diberikan hak untuk memilih. Solusi anda memang terkesan sangat tidak manusiawi, seperti pada masa era gladiator di Roma, yang dimana manusia sudah seperti binatang, diadu dan siapa yang menang boleh mengambil nyawa lawannya yang kalah. Bung, jaman ini sudah bukannya jaman "jungle warrior" lagi, seperti kata teman saya yang melihat kebringasan di sambas lewat hasil foto di asianweek, "kampungan sekali sih...". saya ngga tau maksud dia berbicara kampung itu, walau saat mendengar pertama kali saya juga agak tersinggung karena saya juga dari kampung. Mungkin kata yang lebih tepat lagi "primitif sekali" Perang jaman sekarang saja sudah bukan lagi menggunakan kekuatan fisik, melainkan kekuatan otak. Lihat Amerika, apa berani dia mengirimkan pasukannya, paling berani juga dia kirim rudal-rudal patriotnya untuk menghantam musuh. Mungkin perang abad 21 akan mengambil tempat di internet, dimana penggunaan fisik diminimalkan sekecil mungkin. Karena itu juga sekarang sedang banyak digalakan penggunaan robot, untuk menggantikan peran manusia yang begitu rentan terhadap situasi-situasi yang berhubungan dengan hal-hal yang kritis. Apagunanya DPR/MPR, parlemen, konggres dan sebagainya dimana para wakil-wakil rakyat "berjuang" bukan dengan fisik melainkan dengan pikiran dan perkataan. Buat apa kita kembali lagi ke jaman-jaman bahela yang memang membutuhkan kekuatan fisik yang dinamis untuk survive di alam yang penuh dengan persaingan dan mara bahaya. Saya setuju kalau pemenangnya adalah yang mempunyai keyakinan dan kepercayaan yang luar biasa. Sangat disayangkan bagi kita-kita semua yang melihat bahwa hanya fisik yang bisa menyelesaikan segala persoalan. Buat apa yang DiAtas memberikan akal budi (otak) kalau tidak digunakan untuk menghindari segala bentuk kekerasan yang pada akhirnya juga tidak membawa penyelesaian selain menciptakan dendam kesumat yang berkepanjangan. Dari solusi anda yang katanya mengumpulkan 100 orang untuk ditarungkan disuatu arena, saya memperkirakan akan muncul 1000 orang lagi yang merasa tidak puas dengan hasil yang dicapai oleh ke-100 orang itu, dan kemungkinan akan muncul lagi 1,000,000 orang lagi yang juga tidak puas dengan hasil pendahulunya...begitu seterusnya. Akhirnya yang terjadi adalah pembunuhan massal yang menurut saya sangat sia-sia. Andrew Pattiwael On Mon, 19 Apr 1999, Hadeer wrote: Begini aja dech biar gampang ...daripada referendum ... cape' dan lamabelum tentu semua pihak puas Daripada diadakan gencatan senjata..tapi tetap saja ada senjata selundupan entah darimana di keduabelah pihak, dan daripada dipersenjatai malah menimbulkan korban "tidak terkendali" di kedua belah pihak...bagaimana kalau saya usul : Masing - masing pihak mempersiapkan 100 orang terkuat, terlihat, terpandai dalam berperang. Kemudian masing - masing pihak akan diberi senjata HANYA pedang dan tameng. Dikumpulkan di sebuah lapangan terbuka. Disisi lapangan di siapkan Dokter-dokter terlatih untuk merawat luka. Peraturan pertempuran : HANYA melukai dan TIDAK BOLEH membunuh Yang menang akan diberikan hak-hak kemerdekaan OR integrasi sepenuhnya kepada mereka, dan yang kalah akan dilindungi hak-haknya dan diperlakukan adil oleh yang menang. Setuju ??? Terkesan agak jahattapi kalau dilihat lebih jauh sebenarnya ini adalah cara yang adil, beradab dan dapat diterima oleh semua pihak. Yang menang PASTI adalah yang mempunyai KEYAKINAN yang kuat dihati mereka masing-masingakan terlihat siapa yang sebenarnya pengecut. !!! Kalau cara ini diterimauntuk pro kemerdekaan yang ditaruh dibarisan paling depan adalah XANANA :-) Kita lihat sajaberani nggak dia berperang untuk pro integrasi yang ditaruh paling depan ..... (siapa ya ???) Hadeer -- From: Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Indonesia Bertanggung Jawab (fwd) Date: 19 April 1999 9:31
Tawuran Tak Bisa Diatasi Dengan Pembinaan Individual
SUARA PEMBARUAN DAILY Tawuran Tak Bisa Diatasi Dengan Pembinaan Individual Jakarta, Pembaruan Meluasnya tawuran antarpelajar dan makin seriusnya tindak kekerasan yang muncul membuktikan gagalnya program penanggulangan yang dilakukan selama ini. Penanggulangan tawuran gagal karena pendekatan atau teori yang digunakan, salah. Hal itu terungkap dalam "Kajian Penanggulangan Tawuran Siswa Di Daerah Metropolitan Jakarta" yang dilakukan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Penanggulangan Tawuran. Laporan diserahkan kepada Mendikbud Juwono Sudarsono di Jakarta, Rabu (7/4). Acara itu dihadiri pemimpin redaksi media massa. "Kegagalan cara penanggulangan tersebut disebabkan oleh kecenderungan mencari akar masalah tawuran pada diri individu siswa yang terlibat. Penanggulangan seharusnya mempertimbangkan tawuran sebagai gejala perilaku kelompok yang tidak memiliki kaitan signifikan dengan perilaku individual anggota kelompok tersebut," kata Ketua Pokja Dr M Enoch Markum. Dijelaskan, program penanggulangan tawuran pelajar telah dilakukan oleh berbagai instansi pemerintah yang juga mengikutsertakan pakar dan praktisi. Pada 1995/1996 misalnya, Pemda DKI Jaya melakukan lebih dari 150 kegiatan yang ditujukan bagi para siswa, guru dan orangtua siswa. Berbagai pendekatan, baik secara persuasif maupun militeristik, sudah pernah dilakukan. Misalnya Penandatanganan Ikrar, Pembinaan Pelajar Bermasalah, Pelajar Siaga dan Sekolah Kodim. Ada anggapan, tawuran dapat diatasi dengan pembinaan siswa secara individual. Dengan asumsi, bila setiap individu berkarakteristik baik, maka sebagai anggota kelompok, mereka akan berperilaku baik. Padahal, kata Pokja, tawuran adalah bentuk tingkah laku konflik antarkelompok yang amat berbeda dinamikanya, dengan tingkat laku konflik antarindividu. Sehingga usaha penanggulangan harus mempertimbangkan tawuran sebagai gejala perilaku kelompok, yang tidak memiliki signifikan dengan perilaku individual anggota kelompok tersebut. Menurut Pokja, perlakuan penanggulangan yang dipusatkan pada individu yang terlibat tawuran dan penonjolan ciri negatif siswa merupakan dramatisation of evil yang justru akan memperkuat kecenderungan penyimpangan perilaku siswa. "Program Sekolah Kodim justru dapat meningkatkan reputasi siswa yang terlibat tawuran di hadapan teman-temannya dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam tawuran," jelas Enoch. Ditambahkan, tidak efektinya program pencegahan dan penanggulangan tawuran selama ini adalah karena bersumber pada pendekatan sektoral, individual, serta terbatas pada tataran konseptual dan tidak berkesinambungan. Pokja menyarankan agar dilakukan pendekatan yang komprehensif dari berbagai sudut tinjauan keilmuan, sehingga diperoleh pemahaman yang utuh. Usaha penanggulangan dapat dirancang lebih terarah dan konsisten dengan dasar pemikiran yang kuat, serta secara berkala dapat dilakukan evaluasi program. Tawuran Basis Dalam laporannya, Pokja menganalisis permasalahan dari sudut analisa sosio-psikologis dan analisa sosio-kriminologis. Analisa sosio-psikologis menunjukkan, tawuran adalah tingkah laku antarkelompok, yang didasari upaya meningkatkan identitas sosial kelompok dan konsep diri anggotanya. Sehingga muncul pandangan stereotipikal yang merendahkan (ingroup favouritism) dan prasangka (prejudice) terhadap kelompok lain. Kelompok di sini adalah sekolah dan basis. Basis terbentuk dari beberapa kelompok kecil atau kloter (kelompok siswa kelas 1, 2 dan 3) yang bertempat tinggal berdekatan dan menggunakan bus yang sama dari rumah. Di terminal misalnya, kloter-kloter ini bergabung dan membentuk basis. Dalam basis, siswa tidak mengakui adanya pemimpin tunggal, tapi memandang siswa kelas tiga sebagai pemimpin. Kegiatan dalam basis sendiri, menurut Pojka, tidak selalu negatif. Basis bisa mempersatukan siswa di luar tawuran, misalnya dengan melakukan pertandingan sepakbola, mendaki gunung dan lain-lain. Jadi, basis berpotensi untuk dikembangkan ke arah positif. "Basis hanya berfungsi sebagai kelompok yang 'agresif' apabila berhadapan dengan basis sekolah lain yang dianggap sebagai musuh. Di saat tidak kontak dengan lawan, basis hanya merupakan kerumunan teman sekolah." Dari analisa sosio-kriminologis, tawuran adalah tingkah laku kolektif. Menurut analisa kolektifa, keterlibatan seseorang dalam tingkah laku kolektif tidak didasarkan pertimbangan rasional pelakunya. Dalam kehidupan sehari-hari yang normal, para individu anggota kelompok adalah orang-orang yang tunduk hukum. Namun dalam situasi yang sangat khusus, yaitu berada dalam kolektifa atau kerumunan, mereka seakan menghadapi situasi problematis yang harus segera diantisipasi dengan suatu tindakan yang nyata. Tindakan nyata yang dipandang paling relevan dalam situasi problematis adalah tindakan bersama (kolektifa) yang biasanya merupakan tingkah laku kekerasan kolektif. Untuk itu Pokja mengemukakan sejumlah saran tindak, yang pada dasarnya didasari pada dua faktor penyebab gejala tawuran. Yakni faktor utama (basis
Re: Gay(a) Nusantara dan PRD
wah...wah.makinan parah nih.. mandi bareng boleh...asal situ sama sini ngadep belakang-belakangan-pantat-pantatankalau ngeliat-ngeliatan kan bisa risih..kiraiin mau main ukur-ukuran pantesan di NU kalau mandi, ada petunjuk jangan ngejatuhin sabun atau shampoo. Kalau jatuh...ditendang keluar kamar mandi, pungutnya diluar setelah pakai handuk. ah...udah...makin ngeludruk deh ente dan ane.sebentar bisa disue lagi buat diskriminatif statement kelompok ludruk permias@ : Bung Effron, Bung Rosadi, Pattiwael siapa lagi yang mau bergabung??? andrew pattiwael On Tue, 6 Apr 1999, Mohammad Rosadi wrote: Bang Efron nulis : Lha kok jadinya gini? Romantis banget pakek dikipasin segala. Disuruh mandi lagiha...ha...ha...jangan-jangan.:-) Waduh..cemburu doi, jadi mo ikutan mandi sama si andy ni..??? hihihihihihi., nggak nyangka loh ente hobby mandi bareng..:) Yo wis...buruan mandinya..tak tinggalin kipasnya diluar..., ente aja deh yg ngipasin si andy..., biar cemburunya ilang...(alamak jan!) Ternyata ya...:) :) :) :) :) :) -Original Message- From: Mohammad Rosadi [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 06 April, 1999 22:32 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Gay(a) Nusantara dan PRD ==dibusek=== andrew pattiwael memang lagi panasan :) Sini tak kipasin.., tapi ente mandi dulu ye(jangan lupa pake sabun..biar wangi..:) Mohamad Rosadi (nggak ikut-ikutan panas..:) ==dibusek=== __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Gay(a) Nusantara dan PRD
anda berarti bawa topik lain lagi nih INTI: Jangan membawa istilah agama orang lainbener ngga nih... wah saya masih ingat saat anda membawakan beberapa topik mengenai agama saya, saya tidak merasa kesinggung tuh perasaan saya hanya ingin mengingatkan saja...mungkin anda lupa kalau anda juga pernah melakukan yang sama...(membawa istilah kristen) setahu saya saya tidak menyinggung kan...selain saya bermain fair, karena saya juga membawa istilah dari agama saya. oh begitu hukumnya anda yang menarik garis pembatas nih..garis pembatas.. andrew pattiwael memang lagi panasan :) On Tue, 6 Apr 1999, Mohammad Rosadi wrote: Hehehehehhehe, sabar dong mas Andrew, wis toh..ojo kesusu..:) Masak saya mau memprovokasi andahihihihihihi...yang bener aja lah. Ente aja kali yg lagi sensi ni.., mungkin rada "shock" ngadepin pergantian musim ya:) Gini loh mas, saya menghapus beberapa postingan ente karena saya tidak punya hak untuk mengkritik tulisan tsb. Sebagai orang kristen, anda tentu berhak untuk menulis tentang agama,ajaran, atau umat kristen lainnya. Tapi maaf deh..., kalo bicara tentang agama lain (Islam) apalagi menyangkut salah satu ajarannya yang sangat penting (jihad), rasanya ente harus mengakui kalo ente tidak tau apa-apa tentang hal tsb. Jadi ya makanya saya sebut "ngelewati" daerah perbatasan. Laen halnya kalo anda cukup paham ttg masalah jihad ini, nggak jadi masalah..., kalo perlu kita diskusikan sama-sama. begetooo loh mas.:) Jadi jelas ya.., saya nggak bicara masalah perbatasan kampung lohapalagi perbatasan kampung di Ambon, emangnye ente fikir ane kefale kamfung afe..:) Salam provokasi Mohamad Rosadi Virginia PS. Korban Theo Syafei ya..? :) From: Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] To: Mohammad Rosadi [EMAIL PROTECTED] CC: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Gay(a) Nusantara dan PRD Date: Tue, 6 Apr 1999 09:17:26 -0400 (EDT) daerah perbatasan apa bung ? :) kalau posting orang jangan dihapus-hapus donk...lalu disalah-gunakan ntuk memprovokasi saya sebentarheheheh kan saya tulis dibawah : pakai alasan jihad, kitab suci dan Yesusnya, saya jelas-jelas memakai juga ungkapan muslim dan kristen, jadi saya tidak merasa melewati perbatasan Kampung Mardika dan Kampung Batu. Nginjek ditengah-tengah mungkin benar, kaki saya yang satu di kampung mardika, kaki satu lagi di kampung batu. Korban Theo Syafei, posting saya dihapus-hapus dan disalah gunakan. andrew pattiwael On Tue, 6 Apr 1999, Mohammad Rosadi wrote: Andrew nulis : --diapus--- susah sekali hidup dijaman ini...semua orang merasa dirinya benar...sebentar pakailah alasan jihad...--diapus-- Weleh-weleh.., Sepertinya udah "ngelewati" daerah perbatasan ni.:-) andrew pattiwael On Mon, 5 Apr 1999, Erwin wrote: Yang menjadi pertanyaan saya: hak apakah itu? Hak-hak (asasi) hanya melekat kepada orang waras. Selama orang itu waras ia berhak memperjuangkan hak-haknya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Menjadi hombreng bukanlah hak yang diberikan Tuhan (jika manusia masih mengakui kemaujudan Tuhan). Manusia diciptakan sebagai pria dan wanita (banci adalah kelainan seks karena fisik dan hormonal). Secara kodrati juga manusia berkembang biak karena ada perkawinan (pria dan wanita). Ma Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: Debat dan pembaca lain
akan saya coba bung budi andrew pattiwael On Tue, 6 Apr 1999, Budi Haryanto wrote: Rekan-rekan yth., Seru sekali debat yang terjadi atas beberapa topik yang di angkat oleh teman-teman sejak beberapa minggu terakhir ini. Sayang, topik-topik yang menarik tsb hanya diperdebatkan dan dibatasi pada beberapa orang saja, karena langsung saling tunjuk, saling serang, dan adu argumen di antara mereka saja. Padahal, kita-kita ini (beberapa ratus orang di milis permias ini)pada ikutan baca tulisan-tulisan anda. Barangkali akan lebih baik kalau apa yang akan anda tulis dan argumentasikan juga ikut mempertimbangkan akan dikonsumsi oleh pembaca yang lain. Karena bagaimanapun, kita-kita juga pingin tahu dan pingin belajar dari hal-hal yang anda-anda diskusikan. Dengan kata lain, jadikanlah tulisan anda tsb sesuatu yang berharga juga bagi pembaca lain. Saya yakin bahwa anda-anda cukup bijak, berpengetahuan, dan mampu melakukan itu. Salam, Budi Haryanto (Pembaca setia milis permias)
Re: Gay(a) Nusantara dan PRD
Tetapi bukankah mereka (kaum yang mengaku Hombreng, atau homo brengsek ini) juga mempunyai hak untuk tetap diakui sebagai manusia? jadi dengan alasan melawan kodrati manusia, mereka boleh kita ganggu dan kita diskriminasi? ya ngga donkapa alasan untuk membenarkan tindakan kita yang mendiskriminasikan sesama manusia lain. terserahlah anda kalau ingin mencoba mengembalikan mereka ke jalan yang benar selama anda tidak MEMAKSA atau sampai mencelakakan keselamatan mereka tapi SEMUA MANUSIA berhak untuk menjadi apa saja yang mereka mau, selama kemauan mereka ini tidak merugikan orang lainanda tidak pernah kan dirugikan sama homo brengsek (ini saja sudah konotasi negatif)..hanya perasaan anda saja yang tidak suka sama mereka kan... that is all andrew pattiwael On Mon, 5 Apr 1999, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote: Dalam sebuah siaran radio swasta di Jakarta diberitakan kelompok hombreng Gaya Nusantara bergabung dengan PRD. Dengan bangga Dede Oetomo, Ketua hombreng, mengatakan bahwa hanya PRD yang memperjuangkan hak-hak (asasi) mereka. Yang menjadi pertanyaan saya: hak apakah itu? Hak-hak (asasi) hanya melekat kepada orang waras. Selama orang itu waras ia berhak memperjuangkan hak-haknya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Menjadi hombreng bukanlah hak yang diberikan Tuhan (jika manusia masih mengakui kemaujudan Tuhan). Manusia diciptakan sebagai pria dan wanita (banci adalah kelainan seks karena fisik dan hormonal). Secara kodrati juga manusia berkembang biak karena ada perkawinan (pria dan wanita). Kaum hombreng adalah pria sejati bukan banci. Mereka secara sadar melawan kodratnya. Jadi di sini tidak ada hubungannya sama sekali dengan hak asasi. Melawan kodrat sudah merupakan pelanggaran HAM. Jadi untuk apa memperjuangkan hak-hak para kaum hombreng karena memang tidak waras. Yang bisa kita lakukan adalah memperjuangkan untuk memulihkan kesadaran mereka agar tidak melawan kodrat. Mari kita diskusikan! Efron
Re: Gay(a) Nusantara dan PRD
itulahapa alasan nya sehingga bisa membenarkan tindakan seseorang dengan mengatakan bahwa ia benar diatas segalanyaya tuhanmau menciptakan satu orang Hitler lagi nih??? I dont give a d*** orang lain homo apa engga...selama orang itu tidak merugikan ketentraman umum atau ketentraman sayago ahead... susah sekali hidup dijaman ini...semua orang merasa dirinya benar...sebentar pakailah alasan jihad...atau melanggar ayat kitab suci...atau kata yesus ini salah. andrew pattiwael On Mon, 5 Apr 1999, Erwin wrote: Yang menjadi pertanyaan saya: hak apakah itu? Hak-hak (asasi) hanya melekat kepada orang waras. Selama orang itu waras ia berhak memperjuangkan hak-haknya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Menjadi hombreng bukanlah hak yang diberikan Tuhan (jika manusia masih mengakui kemaujudan Tuhan). Manusia diciptakan sebagai pria dan wanita (banci adalah kelainan seks karena fisik dan hormonal). Secara kodrati juga manusia berkembang biak karena ada perkawinan (pria dan wanita). Maaf saja... saya baru mendengar bahwa Hak-hak (asasi) hanya melekat kepada orang waras. Dan satu lagi, definisi waras itu apa sih? Apakah dengan menjadi gay, berarti orang tersebut tidak waras? Kalau begitu, kalau misalnya ketemu gay, apakah bisa diperlakukan seenaknya begitu? Dengan kata lain, misalnya kaum gay mau di sembelih pun dan badan sembelihannya di pajang bak daging sapi pun, tidak apa-apa, begitu? Kan mereka tidak memiliki hak asasi menurut Anda? Dan pertanyaan paling mudah, apakah Anda yakin diri Anda waras? Walau belum pernah ada orang yang mencap diri saya tidak waras secara serius, saya sendiri tidak yakin apakah saya waras atau tidak sebenarnya... :) Kaum hombreng adalah pria sejati bukan banci. Mereka secara sadar melawan kodratnya. Jadi di sini tidak ada hubungannya sama sekali dengan hak asasi. Melawan kodrat sudah merupakan pelanggaran HAM. Jadi untuk apa memperjuangkan hak-hak para kaum hombreng karena memang tidak waras. Yang bisa kita lakukan adalah memperjuangkan untuk memulihkan kesadaran mereka agar tidak melawan kodrat. Saya baru mendengar, bahwa melawan kodrat merupakan pelanggaran HAM. Anda yakin itu melanggar? Anda ambil statement itu darimana? Lalu, definisi melawan kodrat itu apa sih? Salam, Erwin
Re: Gay(a) Nusantara dan PRD
mungkin.tapi saya melihat nama tuhan yang dipakai disini sepertinya akan membawa alasan untuk perang sabit atau perang salib lagi... memang belum pernah didengar "gay society" telah diterima oleh kalangan agama yang resmi, namun untuk kalangan demokrasi atau kemanusiaan, saya rasa sudah dan memang sudah seharusnya. memang relatifsaya rasa semua manusia itu punya hak untuk menjadi GAY, tidak ada yang larang kan (kecuali kalau memang di agama) Tapi, apa kita punya alasan atau HAK untuk melarang seseorang untuk menjadi gay? kalau hanya alasan agama sihgua juga bisa jawab...gua kaga beragama.so simple? Sekarang pertanyaan sayamemang ada pusat perkampungan gay...aduh anda ini ngawur sajaKenapa...mereka tidak punya untuk tinggal disuatu tempat karena gay ? jujur saja . saya tidak berkeberatan kalau mereka tinggal disekitar saya...selama mereka mengurus masalah mereka sendiri, selama mereka tidak membakar rumah saya, merampok ataupun memperkosa anak saya.buktinya yang normal selama ini kan yang menggangu ketentraman tinggal di indonesia(different topic) anda bawa topik rumah bordil sudah lain cung. sekarangperaturan rumah bordil di HUKUM itu apaapakah harus lokalisasi...misalnya ada kompleks tersendiri...dan Illegal ngga buka sembarangan rumah bordil misalnya di Kompleks perumahan Kelapa Gading Permai misalnya.kalau illegal ya...jelas illegal donk.tapi kan bisa diselesaikan dalam HUKUM...ngga main dibakar oleh massaatau disuruh dibakar oleh para pendeta gereja kristen mana atau para ulama mesjid mana. andrew pattiwael On Mon, 5 Apr 1999, FNU Brawijaya wrote: Hehe mungkin lebih baik berhati-hati bawa nama Tuhan untuk urusan gay. Perasaan saya belum pernah denger keberadaan gay diterima oleh agama- agama yg kita kenal deh. Ndak tahu kalo udah ganti. Definisi tidak mengganggu ketentraman umum juga sangat relatif. Ambil contoh di lingkungan rumah anda menjadi pusat atau perkampungan gay. Mereka tidak pernah mengganggu ketentraman anda atau umum. Pertanyaannya, apa anda mau tinggal di situ? Hehe...jawabannya yg jujur lho. Apa lagi bila anda sudah berkeluarga. Saya kira anda akan berpikir beribu kali sebelum menjawab pertanyaan saya. Kasus ini dapat diperluas, misalkan di sebelah rumah anda digunakan sebagai rumah bordilnya mewah. Tidak ada gangguan sama sekali. Malah lingkungan aman sentosa karena satpam jadi lumayan rajin. Kira-kira mau nggak? Biarpun gay dan WTS beda, bahkan WTS sering kali lebih karena tekanan ekonomi, tapi keberadaannya serasa penyakit menular. Lebih baik jauh-jauh. Apalagi bila keluarga sudah masuk ke pertimbangan. Kalau masih bujang sih. Salam, Andrew G Pattiwael wrote: itulahapa alasan nya sehingga bisa membenarkan tindakan seseorang dengan mengatakan bahwa ia benar diatas segalanyaya tuhanmau menciptakan satu orang Hitler lagi nih??? I dont give a d*** orang lain homo apa engga...selama orang itu tidak merugikan ketentraman umum atau ketentraman sayago ahead... susah sekali hidup dijaman ini...semua orang merasa dirinya benar...sebentar pakailah alasan jihad...atau melanggar ayat kitab suci...atau kata yesus ini salah. andrew pattiwael On Mon, 5 Apr 1999, Erwin wrote: Yang menjadi pertanyaan saya: hak apakah itu? Hak-hak (asasi) hanya melekat kepada orang waras. Selama orang itu waras ia berhak memperjuangkan hak-haknya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Menjadi hombreng bukanlah hak yang diberikan Tuhan (jika manusia masih mengakui kemaujudan Tuhan). Manusia diciptakan sebagai pria dan wanita (banci adalah kelainan seks karena fisik dan hormonal). Secara kodrati juga manusia berkembang biak karena ada perkawinan (pria dan wanita). Maaf saja... saya baru mendengar bahwa Hak-hak (asasi) hanya melekat kepada orang waras. Dan satu lagi, definisi waras itu apa sih? Apakah dengan menjadi gay, berarti orang tersebut tidak waras? Kalau begitu, kalau misalnya ketemu gay, apakah bisa diperlakukan seenaknya begitu? Dengan kata lain, misalnya kaum gay mau di sembelih pun dan badan sembelihannya di pajang bak daging sapi pun, tidak apa-apa, begitu? Kan mereka tidak memiliki hak asasi menurut Anda? Dan pertanyaan paling mudah, apakah Anda yakin diri Anda waras? Walau belum pernah ada orang yang mencap diri saya tidak waras secara serius, saya sendiri tidak yakin apakah saya waras atau tidak sebenarnya... :) Kaum hombreng adalah pria sejati bukan banci. Mereka secara sadar melawan kodratnya. Jadi di sini tidak ada hubungannya sama sekali dengan hak asasi. Melawan kodrat sudah merupakan pelanggaran HAM. Jadi untuk apa memperjuangkan hak-hak para kaum hombreng karena memang tidak waras. Yang bisa kita lakukan adalah memperjuangkan untuk memulihkan kesadaran mereka agar tidak melawan kodrat. Saya baru mendengar, bahwa melawan kodrat merupakan pelanggaran
Re: Gay(a) Nusantara dan PRD
lho kok sekarang bawa urusan pajak..tadi bawa urusan agamaaduh...sulit bicara kalau ngga jelas begini saya bawa HAM karena saya melihat anda seperti GANG HO dan terkesan diskriminatif dengan para HOMBRENG SE NUSANTARA ini ( ini juga diskriminatif, dengan memanggil panggilan Hombreng = homo brengsek) tuh kan...anda bilang secara kemanusiaan Hombreng telah melawan kodratinya... menginginkan legalitaslegalitas untuk dapat hidup tentram, tanpa diganggu oleh para "NORMAL", memang dilarang? apakah ini yang anda inginkan? ttg legalitas prostitusi di amrik ini anda bicara dengan orang hukum lahyang pasti setahu saya...anda bisa menikmati seks dimana saja...tanpa bayar pun juga bisa kalau mau...hang out aja di bar-bar...kenalan sama cewek mabukngga usah bayar fee tuh...gratis and no pajak...offcourse... masalah etikauntuk saat ini...sebelum PAUS di Vatican atau AYATOLLAH KHOEMENI bilang kaum Gay legal untuk dibilang NORMALyah mungkin memang masalah dalam etikaNamun selama SEMUA MANUSIA itu berhak untuk hidup.berekspresisaya rasa para HOMO BRENGSEK harus tetap diakui HAK-HAK-nya andrew pattiwael On Mon, 5 Apr 1999, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote: Sekali lagi ini adalah tak berhubungan dengan HAM. Sebagai manusia para hombreng sebenernya hak-haknya sudah dicakup oleh HAM yang universal. Namun mereka menginginkan legalitas kaumnya. Di AS saja yang terkenal dengan kebebasan tetap melarang secara legal praktek prostitusi. Alasannya jelas karena setiap transaksi (dagang) harus ada pajaknya. Nah, kalau ada pajak dari transaksi seks apakah ini suatu yang etis. Saya sendiri nggak ambil pusing dengan aktivitas para gay ini. Namun saya akan ambil pusing jika mereka berusaha melegalkan aktivitas dan kelompok mereka. Jadi ini bukan soal bener salah tapi masalah etika seperti pajak seks di atas. Wassalam, Efron -Original Message- From: Andrew G Pattiwael [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Monday, 05 April, 1999 12:01 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Gay(a) Nusantara dan PRD itulahapa alasan nya sehingga bisa membenarkan tindakan seseorang dengan mengatakan bahwa ia benar diatas segalanyaya tuhanmau menciptakan satu orang Hitler lagi nih??? I dont give a d*** orang lain homo apa engga...selama orang itu tidak merugikan ketentraman umum atau ketentraman sayago ahead... susah sekali hidup dijaman ini...semua orang merasa dirinya benar...sebentar pakailah alasan jihad...atau melanggar ayat kitab suci...atau kata yesus ini salah. andrew pattiwael On Mon, 5 Apr 1999, Erwin wrote: Yang menjadi pertanyaan saya: hak apakah itu? Hak-hak (asasi) hanya melekat kepada orang waras. Selama orang itu waras ia berhak memperjuangkan hak-haknya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Menjadi hombreng bukanlah hak yang diberikan Tuhan (jika manusia masih mengakui kemaujudan Tuhan). Manusia diciptakan sebagai pria dan wanita (banci adalah kelainan seks karena fisik dan hormonal). Secara kodrati juga manusia berkembang biak karena ada perkawinan (pria dan wanita). Maaf saja... saya baru mendengar bahwa Hak-hak (asasi) hanya melekat kepada orang waras. Dan satu lagi, definisi waras itu apa sih? Apakah dengan menjadi gay, berarti orang tersebut tidak waras? Kalau begitu, kalau misalnya ketemu gay, apakah bisa diperlakukan seenaknya begitu? Dengan kata lain, misalnya kaum gay mau di sembelih pun dan badan sembelihannya di pajang bak daging sapi pun, tidak apa-apa, begitu? Kan mereka tidak memiliki hak asasi menurut Anda? Dan pertanyaan paling mudah, apakah Anda yakin diri Anda waras? Walau belum pernah ada orang yang mencap diri saya tidak waras secara serius, saya sendiri tidak yakin apakah saya waras atau tidak sebenarnya... :) Kaum hombreng adalah pria sejati bukan banci. Mereka secara sadar melawan kodratnya. Jadi di sini tidak ada hubungannya sama sekali dengan hak asasi. Melawan kodrat sudah merupakan pelanggaran HAM. Jadi untuk apa memperjuangkan hak-hak para kaum hombreng karena memang tidak waras. Yang bisa kita lakukan adalah memperjuangkan untuk memulihkan kesadaran mereka agar tidak melawan kodrat. Saya baru mendengar, bahwa melawan kodrat merupakan pelanggaran HAM. Anda yakin itu melanggar? Anda ambil statement itu darimana? Lalu, definisi melawan kodrat itu apa sih? Salam, Erwin
Re: Gay(a) Nusantara dan PRD
Bung Efron, saya tidak menuduh anda diskriminatif, anda PUNYA HAK untuk merasa bahwa kaum gay TIDAK PANTES, ini adalah hak anda...tidak ada bisa mengganggu- gugat, tidak juga para kaum gay nya sendiri. anda tidak usah pakai bukti bung...saya percaya. mungkin sekarang topiknya, bagaimana cara berhubungan seks yang baik dan benar (pakailah condom!) nah untuk saya khususnya, saya merasa, saya mempunyai hak untuk "hanya menyukai" lawan jenis saya, saya "menghormati" kaum yang menyukai sesama jenis atau bahkan dua-duanya. andrew pattiwael On Mon, 5 Apr 1999, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote: Betul, pertama saya membawa dari sisi agama. Kemudian etika. Saya sendiri sebenernya kesulitan mencari "kepantesan" kaum gay ini dari berbagai sisi. Ternyata nggak ada yang memanteskannya. Sekali lagi saya nggak diskriminatif terhadap kaum hombreng. Ia mau jadi apa kek peduli amat. Hanya saja kalau hombreng ini dilegalkan saya menentang keras. Mungkin Anda nggak percaya kalau saya nggak diskriminatif. Bukti: saya termasuk pengagum Rock Hudson yang hombreng. Bukti lagi: tetangga saya (hanya tembok couple yang membatasi rumah kami) adalah bintang iklan yang hombreng. Kami bersahabat dengan baik. Tidak jarang ia minta nasi kalau ia lagi males masak. Wassalam, Efron -Original Message----- From: Andrew G Pattiwael [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Monday, 05 April, 1999 12:55 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Gay(a) Nusantara dan PRD lho kok sekarang bawa urusan pajak..tadi bawa urusan agamaaduh...sulit bicara kalau ngga jelas begini saya bawa HAM karena saya melihat anda seperti GANG HO dan terkesan diskriminatif dengan para HOMBRENG SE NUSANTARA ini ( ini juga diskriminatif, dengan memanggil panggilan Hombreng = homo brengsek) tuh kan...anda bilang secara kemanusiaan Hombreng telah melawan kodratinya... menginginkan legalitaslegalitas untuk dapat hidup tentram, tanpa diganggu oleh para "NORMAL", memang dilarang? apakah ini yang anda inginkan? ttg legalitas prostitusi di amrik ini anda bicara dengan orang hukum lahyang pasti setahu saya...anda bisa menikmati seks dimana saja...tanpa bayar pun juga bisa kalau mau...hang out aja di bar-bar...kenalan sama cewek mabukngga usah bayar fee tuh...gratis and no pajak...offcourse... masalah etikauntuk saat ini...sebelum PAUS di Vatican atau AYATOLLAH KHOEMENI bilang kaum Gay legal untuk dibilang NORMALyah mungkin memang masalah dalam etikaNamun selama SEMUA MANUSIA itu berhak untuk hidup.berekspresisaya rasa para HOMO BRENGSEK harus tetap diakui HAK-HAK-nya andrew pattiwael On Mon, 5 Apr 1999, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote: Sekali lagi ini adalah tak berhubungan dengan HAM. Sebagai manusia para hombreng sebenernya hak-haknya sudah dicakup oleh HAM yang universal. Namun mereka menginginkan legalitas kaumnya. Di AS saja yang terkenal dengan kebebasan tetap melarang secara legal praktek prostitusi. Alasannya jelas karena setiap transaksi (dagang) harus ada pajaknya. Nah, kalau ada pajak dari transaksi seks apakah ini suatu yang etis. Saya sendiri nggak ambil pusing dengan aktivitas para gay ini. Namun saya akan ambil pusing jika mereka berusaha melegalkan aktivitas dan kelompok mereka. Jadi ini bukan soal bener salah tapi masalah etika seperti pajak seks di atas. Wassalam, Efron -----Original Message- From: Andrew G Pattiwael [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Monday, 05 April, 1999 12:01 PM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:Re: Gay(a) Nusantara dan PRD itulahapa alasan nya sehingga bisa membenarkan tindakan seseorang dengan mengatakan bahwa ia benar diatas segalanyaya tuhanmau menciptakan satu orang Hitler lagi nih??? I dont give a d*** orang lain homo apa engga...selama orang itu tidak merugikan ketentraman umum atau ketentraman sayago ahead... susah sekali hidup dijaman ini...semua orang merasa dirinya benar...sebentar pakailah alasan jihad...atau melanggar ayat kitab suci...atau kata yesus ini salah. andrew pattiwael On Mon, 5 Apr 1999, Erwin wrote: Yang menjadi pertanyaan saya: hak apakah itu? Hak-hak (asasi) hanya melekat kepada orang waras. Selama orang itu waras ia berhak memperjuangkan hak-haknya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Menjadi hombreng bukanlah hak yang diberikan Tuhan (jika manusia masih mengakui kemaujudan Tuhan). Manusia diciptakan sebagai pria dan wanita (banci adalah kelainan seks karena fisik dan hormonal). Secara kodrati juga manusia berkembang biak karena ada perkawinan (pria dan wanita). Maaf saja... saya baru mendengar bahwa Hak-hak (asasi) hanya melekat kepada orang waras. Dan satu lagi, definisi waras itu apa sih? Apakah dengan menjadi gay, berarti orang tersebut tidak waras? Kalau begitu, kalau misalnya ketemu
Re: Gay(a) Nusantara dan PRD
bung budi, mungkin Pak Dede bisa kita ajak diskusi di milist ini, sehingga dapat membuka wawasan berpikir kita lebih jauh, dan tentunya mengenal dunia para kaum gay lebih dalam sehingga dapat menambah rasa hormat kita terhadap perbedaan mereka ini. terima kasih untuk membawakan masukan ini. andrew pattiwael On Sun, 4 Apr 1999, Budi Haryanto wrote: Yth Mas Efron, Sayang, yang anda tahu tentang bagaimana 'ketidak beruntungannya' mereka masih sedikit sekali. Saya sarankan anda untuk bisa berdiskusi langsung dengan Dede Oetomo [EMAIL PROTECTED] untuk mengenal sedikit 'dunia lain' mereka. Beliau orang yang terbuka, cukup matang dan berpendidikan baik, dan mudah diajak berkomunikasi tanpa gampang tersinggung. Saya sendiri baru bisa ngerti 'masalah' mereka setelah beberapa tahun terlibat dalam beberapa penelitian HIV/AIDS dan penyakit kelamin di Indonesia dan belajar Epidemiology HIV/AIDS di US serta bertemu dengan beberapa kelompok Gay, Lesbian, 'banci', dan para penderita HIV/AIDS. Saya mohon maaf tidak bisa menerangkan lebih detil hal tsb kepada anda dan teman-teman karena saya merasa belum 'capable' untuk itu. Selamat mendapatkan 'ilmu' baru. Salam, Budi Haryanto At 10:55 AM 4/5/99 +0700, you wrote: Dalam sebuah siaran radio swasta di Jakarta diberitakan kelompok hombreng Gaya Nusantara bergabung dengan PRD. Dengan bangga Dede Oetomo, Ketua hombreng, mengatakan bahwa hanya PRD yang memperjuangkan hak-hak (asasi) mereka. Yang menjadi pertanyaan saya: hak apakah itu? Hak-hak (asasi) hanya melekat kepada orang waras. Selama orang itu waras ia berhak memperjuangkan hak-haknya tanpa mengganggu hak-hak orang lain. Menjadi hombreng bukanlah hak yang diberikan Tuhan (jika manusia masih mengakui kemaujudan Tuhan). Manusia diciptakan sebagai pria dan wanita (banci adalah kelainan seks karena fisik dan hormonal). Secara kodrati juga manusia berkembang biak karena ada perkawinan (pria dan wanita). Kaum hombreng adalah pria sejati bukan banci. Mereka secara sadar melawan kodratnya. Jadi di sini tidak ada hubungannya sama sekali dengan hak asasi. Melawan kodrat sudah merupakan pelanggaran HAM. Jadi untuk apa memperjuangkan hak-hak para kaum hombreng karena memang tidak waras. Yang bisa kita lakukan adalah memperjuangkan untuk memulihkan kesadaran mereka agar tidak melawan kodrat. Mari kita diskusikan! Efron
Re: Gay(a) Nusantara dan PRD
Maaf soal panggilan "cung" saya tidak sadar kalau saya berbicara bukan kepada sesama undergraduate tercinta dari norwich, tetapi kepada graduate student yang tentunya sudah berumur jauh diatas saya. panggilan cung, memang hanya jamak di kalangan kami saja, tanpa berusaha merendahkan martabat sesama teman, justru malah lebih mempererat tali persahabatan kami, " yang adalah juga sama-sama kacung disini" Sama seperti panggilan " jing" , "cing" atau "prit" as for kutu kuprit. jing=anjing cing=kucing / biasa juga konotasi betawi untuk teman..tapi konotasi kami disini adalah kucing sama seperti yang anda bilang (mau saya panggil bapak/pak?), semua orang juga punya hak untuk tidak merasa sebagai gay, anda sendiri sudah menjelaskannya sendiri.. pandangan saya memangnya tidak bolehsaya hanya berpandangan bahwa semua manusia itu punya hak untuk hidup tentram, tidak diganggu atau di celakai, juga hak untuk tinggal dimanapun dia suka, tanpa memandang asal usul, rupa, latar belakang atau bahkan perbedaannya itu, contohnya kaum gay ini. Kalau anda melarang saya, berarti anda mengekang hak asasi saya sebagai manusia yang telah diberikan oleh tuhan dan dijamin oleh PBB. kalimat kenapa saya jelaskan lagi, saya hanya ingin bertanya kepada anda, kenapa para kaum gay ini tidak boleh tinggal ditempat yang mereka inginkan. Apakah hanya karena mereka adalah penyuka sesamanya? ini yang menjadi pertanyaan saya Jadi permisif itu apaan toh mas? kurang jelas...maklum perbendaharaan kata kurang... lah endak gitu to masane ini anak tukang batu yang kerjaannya gali-gali batu di utan sana...mimpi deh bisa jadi anak konglomerat atau kawin sama anak konglomeratmodal aja ngga ada Saya hanya ingin persamaan saja, namanya hak asasi manusia, ya jelas setiap manusia itu walaupun beda agama, beda rupa, beda tingkat kepintaranya, beda jenis kelaminya, beda kesukaan kelaminnya maupun perbedaan kelainan seksnya, harus dihormati. Saya juga baru belajar untuk menghargai para kaum pencinta adam ini juga disini, mereka tidak beda dengan kita, mereka juga bisa merasa sakit kalau disakiti, mereka juga bisa takut kalau ditakuti, dan tentunya mereka bisa geram kalau direndahkan martabatnya yang dikaruniai oleh Ilahi itu tentunya. to the point, walau agama saat ini masih belum merestui hubungan sesama jenis kelamin, tapi mereka juga adalah ciptaanNYA. saya memang kalau nulis ngga jelas, maklum baru juga undergrad, bukan penulis walaupun wannabe a good writer, makanya saya sering telmi.. tapi semoga inti yang saya sampaikan dapat dimengerti oleh rekan-rekan semua. setahu saya, saya belum pernah mendengar di army, hanya di US NAVY, yang waktu lalu bermasalah sehingga pemerintah federal dituntut entah berapa juta dollar oleh salah seorang sailor recruit yang merasa dirinya diperlakukan tidak adil dengan pemecatan dari dinas aktif. Pemerintah Clinton, untuk saat ini sepertinya sedang merumuskan yg seperti "bill of rights" para kaum gay yang dinas aktif. untuk saat ini, memang para kaum gay di military services masih menyembunyikan keberadaan mereka, takut akan keselamatan mereka oleh para orang-orang iseng ini, namun saya pernah mendengar kalau USMC pernah mendapat teguran keras karena mendiskriminasikan kaum gay. Teguran ini dilakukan oleh pemerintahan bill clinton, sehingga sekarang julukan kaum yang dibela ini adalah "the clinton boys" or "soap on the rope"** andrew pattiwael Equality for All (sekali lagi, untuk menepis issue saya sepertinya telah dibeli oleh Kaum Gay Nusantara/PRD, alasan saya membela mereka karena saya melihat ketidakadilan yang selama ini terus menjadi opini kita yang merasa normal ini. Saya hanya ingin keadilan bagi semua orang, tanpa memandang orang itu siapa atau orang itu cacat apa atau berkelainan apa. hanya itu, aduh bung brawi jangan jadi provokator ah) On Mon, 5 Apr 1999, FNU Brawijaya wrote: Andrew G Pattiwael wrote: mungkin.tapi saya melihat nama tuhan yang dipakai disini sepertinya akan membawa alasan untuk perang sabit atau perang salib lagi... memang belum pernah didengar "gay society" telah diterima oleh kalangan agama yang resmi, namun untuk kalangan demokrasi atau kemanusiaan, saya rasa sudah dan memang sudah seharusnya. memang relatifsaya rasa semua manusia itu punya hak untuk menjadi GAY, tidak ada yang larang kan (kecuali kalau memang di agama) Tapi, apa kita punya alasan atau HAK untuk melarang seseorang untuk menjadi gay? kalau hanya alasan agama sihgua juga bisa jawab...gua kaga beragama.so simple? Weleh...weleh, kok semua manusia dibilang punya hak jadi gay lho. Kalau nge-klaim gitu, ya boleh juga ada klaim lain, semua manusia juga berhak untuk ndak jadi gay. Lha repot kalau urusan jadi gini. Hehe..,wong agama kok "hanya" lho Sekarang pertanyaan sayamemang ada pusat perkampungan gay...aduh anda ini ngawur saja...
Re: [Re: Gay(a) Nusantara dan PRD]
Tolong mas pandir, jangan copy-mengcopy tanggapan orang lain donk, saya jadi kurang jelas saat membaca email anda, berandai-andai, sekarang memang masih jaman medieval? mereka membakar anak tetangga gimana? mas sudah tau ada yang namanya hukum kan? kalau salah atas dasar hukum, maka orang itu (biar gay sekalipun,) harus dihukum. Kalau anak saya jadi gay karena lingkungan? anda sepertinya terus memojokkan sayaakan saya tanggapi, kalau memang itu sudah menjadi takdir, saya terima, jelas cinta saya kepada anak saya itu tidak berubah walau dia adalah gay. Namun jelas, saya akan berusaha mendidik anak saya sesuai dengan kemampuan saya, mungkin bagi yang beragama mendidik lewat agama. Jelas untuk saat ini saya masih belum mikirin, lihat gimana nanti. andrew pattiwael Saya ndukung kacung, mungkin karena saya juga kacung :-D FNU Brawijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Andrew G Pattiwael wrote: mungkin.tapi saya melihat nama tuhan yang dipakai disini sepertinya akan membawa alasan untuk perang sabit atau perang salib lagi... memang belum pernah didengar "gay society" telah diterima oleh kalangan agama yang resmi, namun untuk kalangan demokrasi atau kemanusiaan, saya rasa sudah dan memang sudah seharusnya. Pandir : Ini nyang bikin puyeng, coba kalu berandai-andai kalo kita hidup di jaman Sodom dan Gomorah, apa kita bakal ikut ke pihak Nabi, pihak Sodom atau pihak yang memble(abstain). Menyalahi kodrat bukan hal yang ringan. memang relatifsaya rasa semua manusia itu punya hak untuk menjadi GAY, tidak ada yang larang kan (kecuali kalau memang di agama) Tapi, apa kita punya alasan atau HAK untuk melarang seseorang untuk menjadi gay? kalau hanya alasan agama sihgua juga bisa jawab...gua kaga beragama.so simple? Weleh...weleh, kok semua manusia dibilang punya hak jadi gay lho. Kalau nge-klaim gitu, ya boleh juga ada klaim lain, semua manusia juga berhak untuk ndak jadi gay. Lha repot kalau urusan jadi gini. Hehe..,wong agama kok "hanya" lho Sekarang pertanyaan sayamemang ada pusat perkampungan gay...aduh anda ini ngawur sajaKenapa...mereka tidak punya untuk tinggal disuatu tempat karena gay ? jujur saja . saya tidak berkeberatan kalau mereka tinggal disekitar saya...selama mereka mengurus masalah mereka sendiri, selama mereka tidak membakar rumah saya, merampok ataupun memperkosa anak saya.buktinya yang normal selama ini kan yang menggangu ketentraman tinggal di indonesia(different topic) Pandir: Lha kalo mereka membakar anak tetangga apa lantas kita diem :-( dan kalo anak anda jadi gay karena lingkungan, apa tanggapan anda? Perkara pro dan kontra akan jadi meluas jika kita hanya mengacupada ketentraman. Euthanasia, aborsi, suicide, sex bebas bisa jadi legal asal menjaga ketentraman? Tambah bingung ajasaya Hehedi Indonesia sih belum ada. Coba aja dateng ke Cape Cod atau Key West. Itu yg ane lihat sendiri. Yg nggak ane lihat temtunya buhahanyak. Di Ind nggak/belum ada krn pandangan masy masih taajem sekali. Tapi kalau makin banyak yg berpandangan kayak anda (budaya permisif) , maka chance utk itu makin besar. Hehe..jadi ya nggak ngawur. Kalimat anda yg diawali di "Kenapa..." endak jelas. Kalau nyang dimangsudken kenapa mesti ngelompok? Wah ya endak tahu ya. Saya orang baru mas. Tanya aja sendiri kenape suka ngelompok. Pandir: dimana-mana orang suka ngelompok ya seperti kampung Jawa di Arab, kampung arab di Surabaya. Gay? juga ngelompok tapi berhubung masih bertolak belakang dengan agama dan budaya Indonesia, paling mereka cuman ngumpul kayak arisan dan saya tau tempatnya untuk kota tertentu di Indonesia :-D Pandir, Propokator kelas kacung :-D Get free e-mail and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1
Re: adi sasono
ya sepertinya : Yang kristen ketakutan kalau si adi sasono yang sekarang ini berada di pusat kekuasaan bermain-main api didalam sekam. si adi ditakutkan akan merubah negara ini menjadi negara agama, lalu ngejar-ngejar yang kristen. Sedang yang Islam masih terus ketakutan dengan si benny yang katanya masih bermain strategi papan catur untuk menyudutkan umat islam yang katanya didendami nya sampai mati... jadi siapa yang sekarang kita takuti? takut kita sama si adi? takut kita sama si benny? atau kita takut dengan kelaparan.mana yang lebih mengancam? kelaparan yang telah membuat kita beringas sehingga bisa diadu macam spion oleh orang-orang macam adi dan si benny ini...(kalau memang mereka ini yang menjadi penggerak catur-caturnya) jadi mau apa? masih terus aja bilang diprovokasimasih terus aja bilang ini salah si adi...ini salah si benny.ah...mana selesai permasalahan.buat perubahan donk yang mendasar.. oiii...makan...makanbagi pemerintahan yang baru, bersih, dan berdemokrasi murni...tugas pertama anda adalah menyediakan PANGAN MURAH yang dapat dibeli oleh MAYORITAS MASYARAKAT (yang sekarang sudah berada dibawah ambang kemiskinan), bukan untuk menyediakan uang NEGARA untuk menyelamatkan bank, kejadian si BAKRIE lalu... Sediaiin uang dari kas negara (YANG BERASAL DARI RAKYAT) kembali untuk kemakmuran rakyat jelata...bukan kemakmuran elitis bosen dengan masalah sama si adi dan si benny MAKAN-MAKAN On Thu, 1 Apr 1999, Indi Soemardjan wrote: SeeI told you so! - SEPERTINYA BAPAK YANG SATU INI (AS)PERLU DIPERHATIKAN SECARA KHUSUS. STRATEGINYA SEPERTI EYANG HARTO. Belakangan ini muncul heboh "Surat Syahganda", Sekjen Partai Daulat Rakyat (PDR) dan peneliti CIDES, lembaga kajian milik ICMI. Surat yang bocor ini menyiratkan agenda politik Adi Sasono dan PDR untuk mencalonkan Habibie menjadi presiden mendatang. Surat ini juga menyiratkan agenda politik PDR dan Adi Sasono sendiri. Berikut adalah kutipan dari apa yang dikatakan sebagai "surat syahganda" tersebut. - Kepada Yth, Mas Adi Sasono, Dirumah. Assalamu' alaikum. Saya sekeluarga sehat wal'afiat dan semoga Mas Adi sekeluarga demikian adanya serta senatiasa mendapatkan hidayahnya. Keadaan politik terakhir ini perkembangannya sangat cepat sekali dan karena kesibukan mas Adi , saya melaporkan hal-hal sebagai berikut sebagai tindak lanjut pembicaraan kita di Tanah Suci. 1. Untuk KPU saya sudah menggolkan Umar Husein masuk mewakili PDR . Saya pribadi ingin agar Mas Adi memperhatikan Umar Husein sebagai kader. Selebihnya peran Pak Syarwan yang selalu membantu juga layak untuk kita beri pujian soalnya kita kemarin udah 'last minute' lho mas. 2. Guna Kelancaran pencalonan bapak Habibie untuk Presiden mendatang , saya sudah melakukan langkah langkah sebagai berikut, a) Saya sudah koordinasi dengan Bang Hariman Siregar untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang mungkin bisa kita rangkul dan juga kekuatan kekuatan yang melawan. Hariman juga sudah koordinasi dengan Fanny dan sudah memerintahkan Bursah untuk melakukan operasi mendukung Pak Habibie lewat GPRI. Bursah akan meloby elite tentara supaya menerima kombinasi Sipil-Militer dengan mendorong isssue duet Presiden Habibie-Pak Wiranto (tentara ini kalo nggak diakalin emang susah). Sedikit ganjalan hanya dari 2 Colis (Muzaki Colis dan Noorcholis/ge- peng) yang tidak bisa kompromi dan anti Habibie. Muzaki Colis ini binaan lama dari Tutut-Hartono sedang Noorcholis ini tangannya Arifin Panigoro. Hariman juga sudah memerintahkan Kastorius Sinaga untuk menjaga Tim 11 bersama Bang Buyung serta aktif melakukan pemantauan terhadap Pemantau Pemilu. Ini penting mengingat ada gerakan Arifin Panigoro dan kawan kawannya yang akan menggunakan Pemantau Pemilu untuk menghantam hasil-hasil Pemilu 1999 nanti. Hariman juga nitip pesan supaya Mas Adi menekan Akbar Tanjung kenapa Golkar mengeluarkan 5 (lima) calon seharusnya kan calon tunggal. b) Di PDR sendiri kami cukup solid , hanya ada sedikit ganjelan dari Jumhur dan Eggy Sujana. Saya mohon agar Mas Adi memanggil mereka dan menyampaikan agar mereka ada di bawah komando saya. Sedang Radhar Tribaskoro dan Iwan Basri mohon bisa difungsikan di Depkop. Kami juga sudah mengontak seluruh PDR agar 3 bulan menjelang Pemilu mereka mengarahkan anggota-anggota dan binaannya untuk di bawah komando PDR dan kita akan segera mobilisasi untuk mempertahankan Pak Habibie. Pak Burhanudin juga sangat bagus kerjanya oleh karena itu mohon bantuan pendanaan untuk operasi ini. c) Untuk alumni ITB , saya minta mas Cacuk menginstruksikan ke Yusman agar meredam alumni ITB mantan DM 78 yang saat ini sangat mobile melawan Pak Habibie. Mereka itu ada dua kelompok yaitu IA 234 (markasnya di Mampang Prapatan) dan dikendalikan oleh Zulkarnaen serta Meilono. Sedang satunya adalah kelompok Heri Achmadi dan Rizal Ramli; kedua kelompok ini
Re: Sikap Sukuis Kita (Re: Betapa mulia niatnya)
sikap sikap seperti ini lah yang terus menjerumuskan kita kedalam perpecahan. contoh yang sering kita lihat, penolakan kita thd suku keturunan chinese. sekarang bukan lagi pribumi menolak non-pri, tetapi pribumi menolak pribumi (lokal menolak pendatang) sistim kehidupan kita sepertinya sedang digoyang atau seperti karpet yang kotor, dimana semua borok-borok yang bersembunyi dibalik kenyamanan karpet itu mulai menongolkan dirinya dan mulai menunjukan baunya yang amis itu. solidaritas, toleritas bukan popularitas dan dominitas
Kekerasan Seks oleh ABRI
Kenapa ya, wanita selalu jadi korban, mulai dari para wanita di Aceh, wanita keturunan Chinese, wanita Timor, wanita Papua dan wanita-wanita lain yang menjadi korban kekerasan aparat keamanan. Apakah para rekan-rekan tentara, atau abang-abang perwira tidak bisa melihat "Pantulan Cermin" seorang wanita adalah pantulan cermin IBUNDANYA sendiri? Apakah sampai segitu TEGA-nya hanya karena NAFSU BINATANG JALANG yang merasuki jiwa para penjaga keamanan (yang seharusnya menjaga rasa aman) sehingga melihat kelemahan, muka-muka ketakutan, dan tubuh-tubuh yang tidak bisa membela diri, timbulah perasaan ingin MENGGAGAHI dan MENJALANGI para makhluk-mahkluk lemah yang seharusnya dilindungi ini. Sebegitu teganya hingga berani MENIDURI ibundanya sendiri Sudah sebegitu bejatnya MENTAL dan MORAL para kesatria-kesatria ini? Kasihan Bangsaku Tolong Baca bahan dibawah ini: Diambil dari: http://www.indo-news.com/98/9912/Monday/1210979.shtml Senin, 22 Maret 1999 Kekerasan Seks oleh ABRI Diungkap Dalam Seminar Hak Asasi di Washington Washington, JP.- Berbagai pelanggaran HAM (hak asasi manusia) yang masih terjadi di Indonesia diungkap oleh Ketua Tim Relawan Kalyanamitra Ita F. Nadia ketika berbicara dalam ceramah dan diskusi yang diselenggarakan INFHRI (International Forum for Human Rights in Indonesia), Sabtu siang (Ahad pagi WIB). Wartawan Jawa Pos di Washington DC Ramadhan Pohan melaporkan, selain Ketua Tim Relawan Kalyanamitra itu, acara yang digelar di Corcoran Hall The George Washington University ini dihadiri pengamat ekonomi politik Drs Christianto Wibisono. Di depan sekitar 40 peserta yang menghadiri ceramah, Ita F. Nadia dan Christianto menganalisis perkembangan terakhir politik Indonesia. Para peserta yang kebanyakan kalangan mahasiswa dan komunitas etnis Cina-Indonesia mendapat gambaran yang lebih nyata dan faktual aneka kemelut politik, sosial, dan ekonomi di tanah air belakangan ini. Apa lagi Ita Nadia, yang tergabung bersama Kelompok Romo Sandyawan ini, mempunyai pengalaman empiris sendiri, yakni terjun langsung memberikan bantuan moral, makanan, dan obat-obatan kepada para korban di Ambon, Aceh, dan daerah-daerah lainnya. Ita mengungkap praktik-praktik kekerasan dan pelecehan atau kekerasan seksual yang dilakukan para aparat ABRI di beberapa wilayah. Pemerkosaan seolah-olah sudah menjadi alat penekan dari aparat dan berkesan digunakan secara sistematis, kata Ita. Ia mengaku pilu atas perlakuan tidak manusiawi itu. Pemerkosaan digunakan dalam konflik bersenjata sebagai senjata teror, terutama untuk menaklukkan sebuah bangsa atau etnis, kata Ita yang banyak mengambil contoh kasus kekerasan seksual yang terjadi di Timtim, Aceh, Jakarta, dan Irian Jaya. Yang lebih menyedihkan lagi, kata Ita, kaum wanita kita harus menghadapi ketidakadilan itu dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam masa damai sekalipun. Selama ceramah berlangsung, ada sebuah kotak karton yang diedarkan. Para peserta ceramah memasukkan lembaran uang dolar ke kotak itu. Kotak dana ini disediakan bagi yang ingin menyumbang para korban, yang akan disumbangkan melalui Mbak Ita Nadia, kata panitia, salah seorang mahasiswa Tionghoa. Dalam waktu singkat, terkumpul sekitar USD 650 yang langsung diserahkan kepada Ita. Uang ini akan berarti sekali bagi saudara kita di tanah air dan akan kita salurkan kepada para korban pengungsi dan masyarakat kita yang saat ini tengah membutuhkannya di berbagai daerah di Indonesia, kata Ita. Sejak tiba di Washington Jumat kemarin, Ita telah melakukan pertemuan dengan anggota Kongres Nancy Peloci di Capitol Hill. Selain itu, Ita bertemu dengan seorang Deputi Direktur Kemlu AS Susan Sutton di kantor Kemlu. Apa yang dilakukan Tim Relawan ini dalam pertemuannya dengan pejabat pemerintah dan anggota Kongres AS itu? Lobi. Kita menginginkan penggunaan kekerasan yang masih berlangsung di Indonesia agar diakhiri, kata Ita kepada Jawa Pos. Menurut pengakuan Ita, seruan Tim Relawan ini ditanggapi positif. Susan Sutton dikenal sebagai sosok yang sangat memberikan perhatian kepada persoalan demokrasi. Pejabat Kemlu AS ini berpandangan bahwa HAM merupakan bagian di dalam demokrasi. Hingga pemerintahan Habibie sekarang ternyata kekerasan dan pelanggaran HAM masih belum bisa dihentikan, kata Ita.
Re: kodam (fwd) Tentara Milisia/ Tentara Daerah (fwd)
pribadi Dan saya berusaha untuk tidak keamerika-amerikaanhanya melihat apa yang menurut saya ,mungkin , cocok untuk diperbincangkan disini... Andrew Pattiwael On Mon, 22 Mar 1999, Dodo D. wrote: Terus terang kok saya agak kebingungan memahami esensi dari tulisan ini, atau mungkin emang saya yang agak telmi yah?? Tapi setelah saya basa dua atau tiga kali, saya menangkap kesan bahwa bung Andrew ini mencoba membandingkan eksistensi ABRI dengan ABRA (Angkatan Bersenjata Rakyat Amerika) dimana selain punya tentara nasional (US Army, Navy dan Airforce) juga punya National Guard yang dikelola oleh masing2 state. Emang sih kalo bisa seperti itu akan sangat ideal, tapi kan susah kalo nggak mau dibilang mustahil, lha wong perbedaannya sangat jauh. Kok saya agak nggak setuju kalau dikatakan bahwa pendapat secara nasional menginginkan "diperkecilnya peran dan organisasi ABRI". Diperkecil perannya emang iya, supaya lebih berfokus kepada peran hankamnya, dan tidak terpecah2 ke dalam fungsi sospol yang membawa kepada distorsi dari hakekat dan fungsi ABRI itu sendiri. Tapi kalau diperkecil organisasinyalha terus kita mau punya tentara berapa ekor..? Sekarang ini aja jumlah ABRI kita (termasuk polisi) hanya sekitar 600 rebu ekor, kalo dibanding dengan jumlah penduduk yang 205 juta, kan berarti diantara 400 orang cuman terdapat 1 ekor anggota ABRI, lha ini kan udah sedikit banget. Bandingkan dengan Amerika (ikut2an bung Andrew) yang punya active duty military personnel sekitar dua juta dengan jumlah penduduk yang nggak beda jauh dengan Indonesia, itupun belum termasuk polisi, sherif, National Guard, Cost Guard, reserve dll. Nah dari sini kan kelihatan bahwa ABRI kita sebenarnya masih sangat kecil, belum lagi persenjataan yang dipake masih persenjataan jaman romawi tuh yang cuman buat hiasan doang. jadi yah, nggak usahlah terlalu american centris. Apa yang udah ada aja sementara ini di optimalkan fungsi utamanya, dan itupun masih susah. Kalau itu udah berhasil, dalam arti ABRI bisa kembali menjadi sebuah organisasi militer yang professional di bidangnya, baru dipikirkan langkah2 untuk modernisasi baik secara materiil maupun organisasi. Begitulah kira2 tanggapan saya... ---Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote: Atau seperti Tentara Milisi yang ditempatkan di setiap Propinsi, (mungkin bisa berbentuk satu divisi yang berjumlah sekitar 2000-3000 prajurit dan dikepalai oleh seorang Mayor Jendral) dapat berbentuk Air National Guard, Army National Guard...bertanggung jawab kepada Gubernur dan Pangab. Selain itu dapat secara cepat di kerahkan untuk mengamankan setiap pelosok propinsi Konsekwensinya: ABRI diperkecil, AD mungkin hanya akan terdiri dari Kostrad dan Koppassus Kemungkinan bisa terjadi penyalah gunaan kekuasaan oleh Gubernur yang ingin memisahkan diri dari negara kesatuan. Propinsi mungkin harus membantu subsidi dari pembiyayaan Tentara Daerah ini. Peran ABRI akan lebih kedaerahan, sehingga ditakutkan akan terjadi persaingan antar Kepala Kodam yang telah diperbesar kekuasaaanya itu, mungkin juga persaingan antar daerah, atau bisa jadi perang sipil yang terjadi diantara para kodam. Tentu kita masih ingat dengan laskar-laskar yang berbentuk kesatuan tersendiri...sebelum dibentuknya BKR, TKR dan TNI...mereka bergerak sendiri-sendiri dan mempunyai tujuan yang sendiri-sendiri pula... Mungkin ada baiknya, dengan terjadinya pemekaran kodam-kodam ini, selain lebih cepat tanggap, kodam-kodam dengan tentunya mengerti daerah lingkungannya sendiri. Namun dilihat dari segi Nasionalnya, bukankah kita semua menginginkan "diperkecilnya" peran dan besarnya ABRI (Terutama AD) Para wakil rakyat dan Pangab tentunya harus merembukkan bagaimana peran ABRI dimasa mendatang.. Apakah dengan memperkecil peran ABRI secara nasional (terutama peran sospol) dan memperbesar peran ABRI secara kedaerahan (jangan disamakan dengan sentimen kedaerahan, namun lebih secara regional teritorial) akan lebih menjawab tuntutan rakyat. Bagaimana pula dengan POLDA? apakah KAPOLDA seharusnya juga melapor kepada Gubernur selain kepada Kapolri? Apa peran dan tugas Kapolri? Mungkinkah peran kapolri ditiadakan, dikarenakan dengan adanya seorang kapolri, maka POLRI ibarat sebuah kesatuan militer yang dikepalai oleh seorang jendral berbintang tiga? Apalagi dengan akan diputuskannya tali hubungan ABRI dengan POLRI. Apakah ada baiknya polisi dipusatkan secara regional juga? banyak pertanyaan yang harus kita semua cari dan jawab...dan mungkin juga bukanlah suatu solusi yang tepat Andrew Pattiwael On Tue, 23 Mar 1999, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote: Justru semestinya TNI-AD melikuidasi semua KODAM, KOREM, KODIM, dan KORAMIL. Tidak ada lagi kegiatan pembinaan teritorial yang intinya "memajaki" rakyat. Biaya yang digunakan untuk operasi teritoria
Re: kodam (fwd) Tentara Milisia/ Tentara Daerah
samimawon sama sistim sekarang donksekarang kan Kodam Trikora juga membawahi Irja dan Maluku...seperti Kodam Udayana yang memabawahi Bali, Nusa tenggara dan Tim-tim. saya tanya nih bung effron, menurut anda bagaimana peran dan posisi Angkatan Darat yang effektif? kalau marinir digedeiin, kita udah sama aja dengan Amerika, dimana US Marine Corps nya juga dikepalai oleh jendral bintang 4 yang bertitle Commandant namun masih tetap melapor ke KASAL US Navy. (hati-hati, entar marinir kita bisa gede kepala lagi...entar penyakitan sama seperti RPKAD/KOSTRAD nih) Bahaya lho membesarkan satu kekuatan diatas kekuatan yang lainnya sebentar muncul lagi pangkostrad, danjen atau pangkonir yang baru saya kadang suka malu nih..nulis-nulis seperti ini padahal masih ingusan...eh udah mau debat sama para orang tua yang sudah graduate atau bahkan mungkin dengan jendral berbintang sepuluh :) Kita ngomong sampai capek gini, apakah akan didengar atau sedikitnya dilirik sama Pak Wiranto ngga ya? namun saya tetap yakin Beliau itu juga sedang berusaha membenahi ABRI secara keseluruhan...semoga...tanpa berusaha melindungi tradisi-tradisi yang selama ini telah menjelekkan citra ABRI. andrew pattiwael On Tue, 23 Mar 1999, Efron Dwi Poyo (Amoseas Indonesia) wrote: Bung Andi Pattiwael, Kalo satu divisi berisi 2000 - 3000 serdadu kayaknya terlalu kecil. Satu batalyon saja berisi 800 - 1000 (5 kompi). Satu brigade terdiri atas 3 - 5 batalyon. Gabungan beberapa brigade bisa membentuk satu divisi. Satu divisi ini mencakup beberapa provinsi dengan kekuatan yang proporsional. Dikomandani perwira bintang dua. Garis komando tetap di bawah Pangab bukan Gubernur. KOSTRAD dilikuidasi karena nyatanya pasukan (cadangan) ini beralih fungsi sebagai pasukan perusak. PUSCADNAS (kalo di AS namanya National Guards) lebih diaktifkan. Yang tetap dipertahankan ialah Kopassus. Hanya saja diciutkan dan dikembalikan ke bintang satu. Kalo tetap bintang dua namanya bukan spesial lagi. Sekali lagi pasukan ABRI (TNI-AD) ini hanya untuk pertahanan negara. Marinir dimekarkan dengan menimbang Indonesia adalah negara maritim. Kalo perlu dikomandani oleh perwira bintang tiga atau bahkan empat untuk mengimbangi AD. Untuk menjaga ketertiban, keamanan,dan penegakan hukum adalah tugas Polisi. Nah, yang ini bisa saja bertanggungjawab kepada kepala daerah (Bupati/Walkot). Pembinaannya juga oleh KDH. Setiap polisi daerah juga dilengkapi pasukan pemukul (seperti SWAT di AS), tapi namanya bukan brimob (karena saat ini pun nama brimob sudah tak relevan lagi. Brimob mestinya dikepalai kolonel bukan brigjen). Mabes POLRI (atau entah bakal dinamai apa) bertugas seperti FBI. Pelanggaran hukum yang menyangkut tingkat nasional (bisa saja karena menyangkut antardaerah) ditindaki oleh Mabes POLRI. Badan ini langsung di bawah Presiden. Untuk AL dan AU saya nggak ngributin dulu karena ini menyangkut duit. Mereka bukanlah awak yang dipersenjati tapi senjata yang diawaki. Jadi agak beda. Wassalam, Efron -Original Message- From: Andrew G Pattiwael [SMTP:[EMAIL PROTECTED]] Sent: Tuesday, 23 March, 1999 7:32 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject:kodam (fwd) Tentara Milisia/ Tentara Daerah Atau seperti Tentara Milisi yang ditempatkan di setiap Propinsi, (mungkin bisa berbentuk satu divisi yang berjumlah sekitar 2000-3000 prajurit dan dikepalai oleh seorang Mayor Jendral) dapat berbentuk Air National Guard, Army National Guard...bertanggung jawab kepada Gubernur dan Pangab. Selain itu dapat secara cepat di kerahkan untuk mengamankan setiap pelosok propinsi Konsekwensinya: ABRI diperkecil, AD mungkin hanya akan terdiri dari Kostrad dan Koppassus Kemungkinan bisa terjadi penyalah gunaan kekuasaan oleh Gubernur yang ingin memisahkan diri dari negara kesatuan. Propinsi mungkin harus membantu subsidi dari pembiyayaan Tentara Daerah ini. Peran ABRI akan lebih kedaerahan, sehingga ditakutkan akan terjadi persaingan antar Kepala Kodam yang telah diperbesar kekuasaaanya itu, mungkin juga persaingan antar daerah, atau bisa jadi perang sipil yang terjadi diantara para kodam. Tentu kita masih ingat dengan laskar-laskar yang berbentuk kesatuan tersendiri...sebelum dibentuknya BKR, TKR dan TNI...mereka bergerak sendiri-sendiri dan mempunyai tujuan yang sendiri-sendiri pula... Mungkin ada baiknya, dengan terjadinya pemekaran kodam-kodam ini, selain lebih cepat tanggap, kodam-kodam dengan tentunya mengerti daerah lingkungannya sendiri. Namun dilihat dari segi Nasionalnya, bukankah kita semua menginginkan "diperkecilnya" peran dan besarnya ABRI (Terutama AD) Para wakil rakyat dan Pangab tentunya harus merembukkan bagaimana peran ABRI dimasa mendatang.. Apakah dengan memperkecil peran ABRI secara nasional (terutama peran sospol) dan memperbesar peran ABRI secara kedaerahan (jangan disamakan dengan sentimen kedaerahan, namun lebih secara regional teritorial) akan lebih menjawab tuntu
Japanese scholar Yoshihara Kunio was banned from Indonesia
Dapat Dibaca di: http://www.transparansi.or.id/majalah/edisi4/4berita_3.html * Dampak Sosial Politik dari Korupsi Jika korupsi menyebabkan nilai mata utang turun seperti saat ini, hal itu bisa dipulihkan dalam lima hingga 10 tahun. Tetapi jika nilai-nilai kemasyarakatan yang terpuruk bisa membutuhkan satu generasi untuk memulihkannya. Peringatan ini disampaikan Ketua Masyarakat Transparansi Indonesia Marie Muhammad, tatkala membedah buku Membasmi Korupsi, karya Robert Klitgaard (17 Sept.1998). Menurut Mantan Menteri Keuangan pada Kabinet Pembangunan VI ini, korupsi, selain menimbulkan dampak ekonomi yang besar, juga membuat nilai-nilai masyarakat terpuruk karena, ""Orang tidak dapat lagi membedakan mana yang benar dan tidak benar, mana yang adil dan tidak adil." Demoralisasi Akibat praktek korupsi yang berkepanjangan, akibatnya lama kelamaan rakyat tidak lagi mempercayai kredibilitas aparat dan lembaga pemerintahan. Dalam pandangan ahli politik Asia dari City University of New York Sun Yan said, sifat korupsi yang tidak demokratis dan merusak menimbulkan demoralisasi, keresahan sosial dan keterasingan politik. Hal yang serupa diperingatkan oleh Bank Dunia. Dalam pertemuan tahunannya pada tahun 1997, Bank Dunia menegaskan korupsi menggerogoti pembangunan dengan mengabaikan aturan hukum dan melemahkan landasan kelembagaan tempat pertumbuhan ekonomi bertumpu. Dampak jelek korupsi terutama diderita oleh kaum miskin, yang paling terpukul dengan menurunnya perekonomian, yang paling tergantung dengan layanan-layanan publik, dan yang paling tidak mampu untuk membayar biaya ekstra yang berkaitan dengan suap, pemerasan, dan berbagai penyalahgunaan keuntungan ekonomi. Korupsi juga memukul kaum miskin dengan berbagai cara yang lain. Persepsi tentang meluasnya korupsi di negara-negara sedang berkembang benar-benar mengurangi dukungan masyarakat negara-negara donor yang akan memberikan bantuan pembangunan serta menggoyahkan kepercayaan pemilik modal asing, sehingga mengalihkan modal yang sebenarnya sangat dibutuhkan dan demikian melemahkan pertumbuhan ekonomi. Merusak Birokrasi Sipil Lebih jauh lagi, korupsi merusak birokrasi sebagai tulang punggung pemerintahan negara. "Korupsi dalam rezim yang lalu diciptakan untuk membantu kerja kekuasaan dengan mensistematiskan korupsi yang melembaga," tandas Eep Saefulloh Fatah, Wakil Kepala Laboratorium Politik FISIP-UI, "Rezim kemudian memiliki cukup kekuatan untuk melanggengkan kekuasaannya. Dengan korupsi birokratis ini, birokrasi kemudian jadi membesar sehingga ia menjadi penting dilihat dari kacamata publik." Birokrasi, baik sipil maupun militer, memang merupakan kelompok yang paling rawan terhadap korupsi. Sebab, di tangan mereka terdapat kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan, yang menjadi kebutuhan semua warga negara. Oleh karena itu, Transparency International, lembaga internasional yang bergerak dalam upaya anti korupsi, secara sederhana mendefinisikan korupsi sebagai penyalahgunaan kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi. Lebih jauh lagi, TI membagi kegiatan korupsi di sektor publik ini dalam dua jenis, yaitu korupsi administratif dan korupsi politik. Secara administratif, korupsi bisa dilakukan sesuai dengan hukum, yaitu meminta imbalan atas pekerjaan yang seharusnya memang dilakukan, serta korupsi yang bertentangan dengan hukum yaitu meminta imbalan uang untuk melakukan pekerjaan yang sebenarnya dilarang untuk dilakukan. Pada kasus Indonesia, jenis korupsi pertama terwujud antara lain dalam bentuk uang pelicin dalam mengurus berbagai surat-surat, seperti Kartu Tanda Penduduk, Surat Izin Mengemudi, Akta Lahir atau Paspor agar prosesnya lebih cepat. Padahal seharusnya, tanpa uang pelicin surat-surat ini memang harus diproses dengan cepat. Sementara jenis korupsi yang kedua, muncul antara lain dalam bentuk uang damai dalam kasus pelanggaran lalu lintas, agar si pelanggar
How to love a country in a time of crisis
Diambil dari: http://insideindonesia.org/edit54/gm.htm *** How to love a country in a time of crisis Indonesia has been brought to its knees by a small club of crony capitalists, says GOENAWAN MOHAMAD. The IMF deal offers hope because it will weaken their grip on the economy of 200 million other Indonesians. I was brought up with a belief that 'Indonesia is inside you'. In other words, things that hurt the country also hurt you, at least psychologically. But this patriotic talk may sound bloated and empty to many, especially because often I forget to ask myself which Indonesia I am talking about. Trying to figure out how to love the country in this time of anger and frustration, I gradually came to the conclusion that there is not one single Indonesia. The rupiah crash of 1998 is a testimony that what you see are actually two different countries, an Indonesia of dollar debtors and an Indonesia of the deprived. This is a point I would like to suggest, in response to nationalist flag-waving arguments against the virtue of inviting a foreign institution like the IMF to bail out Indonesia from its current mess. Golf club The 1998 crisis is a costly lesson of how not treat the country like a putting green. Someone told me that The Economist sees an analogy between the Asian way of managing national economies and the way people meet, play and do business with each other in a golf club. I never play golf, so I am not sure how apt is the description. But Indonesia's large foreign debt indicates that there is something 'clubby' in the manner Indonesia's major economic players circulate billions in currencies from one place to another. To be sure, there are conflicting stories about Indonesia's foreign debt. One estimate says that more than half of the foreign borrowing belongs to the private sector. The Wall Street Journal gives a different picture. According to this newspaper, a closer examination of the composition of Indonesia's foreign debt shows that a much larger portion is owed by the government or guaranteed by the government for state-owned enterprises than previously thought. Whatever the truth is, it is easy to imagine that there are no more than 200 people (out of 200 million) involved in the deal. They are a coterie of top government people and business leaders. Theirs is the Indonesia that is now being pressed to grab as many dollars as possible to service the debt. Accordingly, the dollar has been in high demand, and its exchange rate has climbed to a menacing height. The result is our current slump, sending millions of people down to the poverty line and insolvency. Distant neighbours Given the political format of the country, the other Indonesia - the Indonesia of the deprived - has no way to influence the course of events, although it is fast becoming a vast territory of victims. Apparently, the two Indonesias, one belonging to 200 people, and the other to the 200 millions, are like distant neighbours who hardly care for each other. Not a very long time ago, the theory was that the 'Asian miracle' was due to what MIT's economist Lester Thurow described as 'communitarian capitalism' that was different from, and preferable to, US capitalism. He was speaking of the Japanese and Korean models. Today the Asian crisis suggests there is nothing 'communitarian' about the system. The clubby cooperation between private corporate groups and government institutions (with the support of open handed banks) breeds complacency at best - and the public, including shareholders, are kept in the dark. They are even intimidated not to ask questions. Sooner or later the next stage arrives, which is a corrupt system of crony capitalism. Indonesia of the dollar debtors is precisely a system of this kind. It is a country where nobody seems to care about accountability. Bankers have lost their capacity for judgment and never call a loan; they even take bribes from borrowers, with the result that companies accumulate a large amount of bad debt. The Indonesia of the dollar debtors is also a country where project costs are marked up by up to 50% to make it possible for corporate executives
[Ambon] Hendropriyono vs RMS
Diambil dari: http://www.indopubs.com/archives/0971.html ** From: "Satu Maluku" [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Date: Sat, 20 Mar 1999 13:28:11 PST Subject: [Ambon] Hendropriyono vs RMS Menteri Hendropriyono masih bersikukuh bahwa RMS ada dibelakang perang saudara di Maluku (Harian Merdeka, 14 Maret 1999). Sinyalemen ini didukung oleh Ketua PBB (Partai Bulan Bintang) dan KISDI Ahmad Soemargono SE, dan terakhir oleh Jendral Feisal Tanjung dan Gus Dur. Saya kembali mau membantah sinyalemen ini - bukan karena saya pendukung RMS - tetapi karena saya pikir para pejabat pemerintahan dan tokoh masyarakat di Indonesia harus belajar bertanggung jawab dengan ucapannya dan tidak dengan mudah saja menyalahkan orang lain. Coba kita simak apa motivasi RMS untuk memecah belah bangsa Maluku? Dalam perang saudara ini ratusan bahkan mungkin ribuan jiwa telah melayang, ratusan atau ribuan korban terbaring dirumah sakit, ribuan rumah, kebun, tempat peribadahan terbakar dan rusak. Ini tentu saja akan membuat luka yang dalam dihati masyarakat Maluku. Luka ini mungkin akan mulai terhapus dalam beberapa generasi. Kalau RMS memang mentargetkan kemerdekaan pada tahun 2000, dan untuk menciptakan kemerdekaan itu mereka mengorbankan rakyatnya sendiri dengan menciptakan perang saudara, ini adalah suatu pemerintahan yang bodoh luar biasa. Saya belum tahu dimana ada pemerintah yang ingin memerintah rakyat yang terpecah belah, saling curiga dan tidak ada rasa persatuan untuk mendukung perjuangan separatisme republik barunya. Ini adalah suatu langkah (atau kalau kita lihat kebalikannya sinyalemen tokoh pemerintah Indonesia) yang tidak ada landasan logikanya. Perlu juga diketahui bahwa gerakan RMS di Belandapun sudah tidak militan lagi (mungkin ini karena masyarakat asal Maluku di Belanda sudah diperbolehkan pulang liburan ke Indonesia). Aksi bersenjata RMS terakhir adalah pada tahun 1977. Demonstrasi show of force RMS pada tanggal 6 dan 7 Maret saja hanya dilakukan oleh 750 orang dari 50.000 orang lebih masyarakat asal Maluku di Negeri Belanda. Bagaimana mungkin gerakan yang di pusatnya saja tidak begitu solid dukungannya dapat melakukan aksi kerusuhan luar biasa di Maluku? Bukankah lebih masuk akal kalau peperangan di Ambon ini dihubungkan dengan proses rekayasa disintegrasi bangsa Indonesia yang bermulai dengan kerusuhan di Sidotopo, Situbondo, Tasikmalaya, Rengasdengklok, Jakarta Mei 1998, Banyuwangi, Pontianak, Ketapang, Kupang, Karawang, Ujung Pandang, Poso, Luwu, Ambon dan terakhir di Sambas? Atau mungkin pejabat pemerintah Indonesia mau menyalahkan RMS untuk semua kerusuhan itu? Kalau itu yang dimaksud Jendral Hendropriyono dan Jendral Feisal Tanjung, berarti mereka harus mengakui bahwa intellegen ABRI jauh mutunya dibawah provokator RMS. Bukankah itu merupakan penghinaan terhadap ABRI? Atau mungkin Menteri Hendropriyono mau mengisolir perang saudara di Maluku dan tidak menghubungkan kasus ini dengan kerusuhan lain di Indonesia? Kalau ini yang dimaksud, tentu ini perlu penjelasan yang lengkap karena ini adalah teori baru terutama mengingat banyaknya sinyalemen bahwa ada provokator eks-Ketapang yang masuk ke Ambon. Menteri Hendorpriyono juga membuat pernyataan bahwa para gembong RMS belajar dari Portugal yang telah lebih dulu sukses mengangkat kasus Timor Timur ke kalangan internasional. Melalui siaran televisi para kader RMS juga mendesak Pemerintah Belanda agar peduli terhadap kasus Ambon. Menyamakan situasi Timor Timur dengan perang saudara di Ambon adalah sama dengan menyamakan kopi dengan cengkeh. Sejarah kedua daerah itu berbeda (Portugal tetap mengakui Timor Timur sebagai jajahannya, sedangkan Belanda melepas Maluku kepada Republik Indonesia Serikat pada Konferensi Meja Bundar), demografis kedua daerah berbeda (hampir seluruh penduduk Timor Timur beragama Roma Katolik, sedangkan di Maluku ada tiga agama besar Islam, Kristen Protestan dan Roma Katolik), konflik di kedua daerah itu berbeda (di Timor Timur ABRI berperang dengan Fretilin, sedang di Maluku ini adalah perang saudara antar rakyat), dan mungkin paling penting untuk diingat bahwa dukungan separatisme di Timor Timur jauh lebih besar daripada di Maluku (perang gerilya RMS berakhir pada tahun 1966, sejak itu saya belum pernah mendengar demonstrasi atau unjuk rasa besar-besaran untuk RMS di Indonesia; sedangkan di Timor Timur Fretilin masih terus bertempur pada saat ini dan dukungan masyarakat Timor Timur untuk kemerdekaan negerinya selalu ada banyak termasuk pada zaman Orde Baru). Menurut saya seruan masyarakat asal Maluku di Belanda untuk peduli kasus Ambon adalah suatu hal yang baik, agar penderitaan saudara-saudara sebangsa dan setanah air kita dapat disorot oleh dunia internasional. Mungkin dengan demikian dunia internasional dapat memberi pertolongan humaniter dan memberi tekanan kepada pemerintah dan elit politik Indonesia untuk meredam, atau bahkan menghentikan semua kerusuhan di
Re: A Chinese Canadian's Experience at Detroit Airport
Nasib-nasib, kalau memang tinggal di negara orang, apalagi negara orang itu merasa negaranya superior. Kita yang tampang kecil-kecil, gelap, kuning, kriting, sipit dan nama berbau aneh-aneh tentu akan dipandang sebelah mata, apalagi sama tuh bule-bule pirang yang perawakannya tinggi-tinggi. pernah dengar seorang indonesia yang ditahan selama beberapa hari di LA airport hanya karena bernama belakang Abdullah? Atau dibilang hanya akan berhura-hura selama sekolah di amrik di Airport Boston. Makanya, mari kita benahi rumah tempat kita tinggal (Tanah Air), mari kita buat senyaman mungkin, agar enak ditempati saat kita pulang kembali, daripada tinggal di negeri orang, numpang terus perasaannya, eh masih aja dipandang sebagai warga kelas dua, walau sudah membayar pajak ke IRS dan sudah dapat Green Card sepuluh tahun lalu. yah terserah dewek kalau memang mau kawin sama bulek, dapat kewarganegaraan otomatis...itu juga kalau suami atau istrinya baik, tapi kalau dapat mertue rasis (redneck ?) payah juga walau di pasport agama tertulis agama Kristen (Protestan lagi) mana mau si mata Biru Londo memperhatikannya...karena sudah melihat bayangan tampang asia begini.dikiraiin hanya ke amerika untuk tinggal di negeri uncle sam, berat-beratin mereka punya pajak, nambah-nambahin asian restaurant. walau sudah lama tinggal di amrik, makan dan beol (sorry) berbau keju dan susu, namun tetap aja tuh mulut berair ketika melihat atau mencium bau terasi...bukannya ane mau sok-sok an nasionalis...namun siapa lagi yang mau nerime ane di negeri londo bule iniwalau negara ane juga rasialis (kadang lebih ngedongkolin, apalagi kalau diperlakukan sebagai warga kelas dua di negara yang kita telah akui sebagai negara sendiri, dari lahir coba!) namun pikiran kedepan, semoga warna-warna rasialis ini dapat dihilangkan, juga para pemimpin-pemimpin yang rasialis di negara kite... ente-ente pada nyate ya.ane bukannya mau ngetawaaiin ente-ente yang merasa AMERIKA adalah segalanya, contoh: pengen minta warga negara, kawin sama warga negara, minta green card atau udah dapat ane cuman mau nenangin hati yang lagi galau karena keadaan di tanah air dan application green card ane yang engga pernah keterima... :) salam permias@, andrew pattiwael On Sat, 20 Mar 1999, Yohanes Sulaiman wrote: C h i n a N e w s D i g e s t March 20, 1999 "He Was Treating Me Like a Criminal" -- A Chinese Canadian's Experience at Detroit Airport ... Forwarded by Bing WEN, 03/99 (Zheng Anderson, an Ottawa lawyer, tells story about being manhandled by a U.S. immigration agent while waiting for a flight at Detroit International Airport.) I was exhausted from the 13-hour flight from Beijing and time was running out for me to catch my connecting flight at Detroit International Airport. The line-ups at the immigration counter were incredibly long. It was March 7. Northwest 088 was scheduled to depart at noon and it was now after 11 a.m. I kept looking at my watch. I was the 12th person in line but it wasn't moving. I was getting more and more worried. There were so many people in line. It was taking a long time for them to be processed because they were mostly Chinese visitors who didn't understand English. I thought I was going to miss my flight back to Ottawa so I turned to the authorities for help. A few feet away I spotted a U.S. immigration officer who was patrolling the floor. I told him the line was rather slow. That is when my nightmare began. It was horrible. He said: "So what." I was really surprised that he spoke like that because he was a representative of the U.S. government. I remained calm. His shoulders came forward and he was right in my face, shouting: "What do you want me to do?" I couldn't understand what was going on. I couldn't believe it. I asked him if they could open another line. He said: "With what?" I was turning to this person for help and now he was treating me like a criminal. He came at me with such speed and power. He grabbed my passport and my flight tickets and dragged me out of line. He broke my thumb and it was covered in blood. I started screaming. I had to yell to get help. He told me I could be arrested if I kept it up. I asked him on what grounds. He said for "a crime" and for arguing with him. He kept threatening me and said I could be detained for the rest of the day. I kept telling him I was a Canadian citizen and had a connecting flight to catch but he kept dragging me. I'm 5-foot 10 and used to be a professional basketball player in Beijing. I don't cry very easily but I was shaking. I was so scared. He probably never expected someone with a Chinese face to speak back to him. He was probably so used to treating people that way because the Chinese are known for reacting with modesty and a smile. He
Re: HURA-HURA DI Jakarta Dan Washington
Bung Rosadi, maaf bung, saya tidak bermaksud menuduh anda seperti "mereka-mereka"itu. syukurlah kalau memang bung berpikiran seperti ini (seperti yang sudah saya duga) semoga posting yang saya bawa ini dapat setidaknya menguggah rekan-rekan yang termasuk dalam kategori "mereka-mereka" ini. (Atau mungkin juga bapak-bapak di washington sana) andrew pattiwael On Wed, 17 Mar 1999, Mohammad Rosadi wrote: diapus Andrew wrote: Bagaimana dengan dampak Krisis thd para-para pejabat yang berada di KBRI atau konsulat-konsulat Indonesia di US. Saya sering mendengar (saat Krismon) mengenai sering diselenggarakanya jamuan-jamuan-pesta-pesta-hidangan-hidangan-atau apalah namanya... yang sering diselenggarakan oleh para pejabat KBRI atau Konsulat. Saya sering mendengar ini dari teman-teman di Norwich yang sering berliburan ke Washington D.C. Dari apa yang saya tangkap, terkesan kehidupan di Washington D.C. selalu terlihat "Jor-Jor-an" Pesta Ulang Tahun si ini- atau si anu.yang ada band-nya segala lagi. Walau itu adalah hak si pemilik pestanya sendiri...saya menghormati kok.Saya memang mengetahui ada beberapa staff KBRI dan Athan yang dipulangkan akibat dari Krismon ini. Dan hal ini tentu amat disesalkan, walaupun memang harus dikorbankan. Wah...saya kok nggak pernah denger dan liat ya..? Mungkin karena saya memang nggak pernah diundang ke acara yg kayak gituan...jadinya ya nggak tau. Lah wong saya ini cuma mahasiswa kere dari kalangan rakyat jelata.., jadi mana mungkin diundang ke pesta-pesta kayak gituan. Mungkin "pesta-pesta" yg dimaksud temen anda itu adalah acara OPEN HOUSE di rumah bapak dubes/wkl dubes, saat lebaran kemarin. Kalo memang itu.., wah temen-temen anda salah besar tu. Soalnya OPEN HOUSE kemaren itu sangat sederhana sekali.., malah makanan yg dihidangkan tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan makanan yg tersedia di warung padang pasar bendungan Hilir, Jakarta Pusat..:-) Kemudian kalo dibilang kehidupan di washington DC jor-joran..itu mah tergantung. Kalo kehidupan orang-orang AS mungkin saja.., tapi kalo untuk orang Indonesianya..saya kira hanya beberapa lah yang begitu. Soalnya orang-orang Indonesia yg saya kenal di DC kebanyakan hanyalah dari kalangan rakyat biasa (seperti saya ini), jadi ya kehidupannya juga ala rakyat juga.., walaupun tinggalnya di amrik. Andrew wrote: Mungkin Bung Rosadi dapat membetulkan pandangan saya, kalau memang salah. Nggak ada yg perlu dibetulkan, karena memang apa yg mas andrew sampaikan tidak pernah saya dengar.., apalagi saya saksikan. Andrew wrote: Karena kebetulan Bung kan selalu main-main di D.C. Kalau memang iya, bukankah sebaiknya kita membetulkan dulu perilaku-perilaku boros yang terjadi disekitar tempat kita, setidaknya kan masih di US. Walaupun begitu, keadaan di Tanah Air tidak boleh kita tolerir. Kebetulan ini juga ada di pekarangan belakang sendiri. Bukankah sebaiknya kita check dulu pekarangan kita sendiri, siapa tahu kesalahan yang sama juga terjadi dan tanpa kita sadari telah kita tolerir juga. Wah anda jangan salah mas.., saya ini kalo main-main ke DC paling-paling hanya untuk kuliah,sholat jum'at,ke rumah temen, menghadiri diskusi, buka puasa serta tarawehan di bulan puasa,dan sholat IED. Jadi bukannya untuk menghadiri pesta-pesta, mencari-cari informasi atau menyelidiki satu-satu siapa-siapa saja orang Indonesia yg bikin pesta hura-hura dan jamuan yg berlebihan. Tapi saya setuju kok dengan pendapat anda diatas. cuma ya itu..., saya memang tidak pernah denger(apalagi liat) pesta-pesta yg kayak begituan. Jadi apa yg harus dibetulkan..? Andrew wrote: Walau negara kita sedang dirundung Krismon, saya melihat perilaku kehidupan para Jet-set atau kalangan atas Indonesia terutama di Ibukota dan di US ini saja, tidak banyak berubah, atau sepertinya tidak terpengaruh. Tidak tahu mereka itu tidak peduli atau pura-pura tidak melihat, who knows?! Mungkin pemandangan di pasar-pasar impres, dimana para rakyat jelata dari golongan menegah kebawah harus berebutan beras-beras yang tumpah di tanah tidak dapat terlihat karena ditutupi oleh kemegahan gedung-gedung bertingkat dan klub-klub tempat hiburan maupun resto-resto yang mahal. Mungkin mereka tidak pernah membaca berita-berita dikoran, yang menceritakan bagaimana seorang pengangguran ditembak mati, hanya karena mencongkel kaca spion yang seharga 50,000 demi sesuap nasi bagi anak dan istrinya. Perasaan saya juga sama dengan anda mas Andrew..., sangat benci dengan kegiatan hura,bermewah-mewahan,dan menghamburkan uang. Dan ini sudah merupakan sikap saya sejak dulu, bukan disaat krismon kayak begini saja. Alhamdulillah sampai sekarang sikap tsb masih saya pegang teguh. Mas Andrew..,saya juga tidak mengerti kenapa masih banyak saja orang Indonesia yg seolah tidak peduli dengan kesengsaraan yg menimpa masyarakat kita.., sibuk berhura-hura ke sana
TTG RMS
Mungkin dapat dijadikan masukan *** Moluccan separatism Richard Chauvel, Nationalists, soldiers and separatists: The Ambonese Islands from colonialism to revolt, 1880-1950, Leiden: KITLV Press, 1990. 432pp. Rrp: AU$45.95. Reviewed by RON WITTON Richard Chauvel has written what must be the definitive study of the colonial history of Ambon. The book concludes with the event that concluded that period, the ill-fated and short-lived 1950 separatist movement known as the Republik Maluku Selatan (RMS) or the Republic of the South Moluccas. He begins his final chapter by stating: 'The RMS and its suppression was a tragedy for Ambonese society. It was the worst possible way in which Ambon could have become part of independent Indonesia' (p.393). A study such as this reminds us how much of Indonesia's regional history still needs to be researched, analysed and understood if the totality of the nation's history is to be approached. Ambon, the present capital of the province of the Moluccas Islands, or Maluku to give them their Indonesian name, is of particular interest to Australia for several reasons. Australian soldiers fought valiantly there before being overwhelmed by the Japanese who took Ambon in January 1942. More recently, as part of eastern Indonesia, it is a region of Indonesia in which Australia is playing an increasing role as aid provider, investor and neighbour. The annual Darwin-Ambon sailing race appropriately symbolises the growing links between Australia's 'Top End' and Indonesia's 'Bagian Timur'. So what is Chauvel's story? It is the tale of European contact with, and transformation of, this 'homeland' of the fabled Spice Islands. Nearly five hundred years ago these islands attracted Spanish and Portuguese explorers and traders to the 'Far East'. They made fabulous profits from selling cloves and other spices to Europe, where the better-off desperately needed such commodities to mask the taste of meat which, prior to refrigeration, was often less than fresh. Hence we already find St. Francis Xavier there in 1546. A desperate race followed between Islam and Christianity for the souls and wealth of the region. This competition saw the communities of Maluku split early on between these two great world religions, a split that has haunted Maluku society ever since. The local raja became compromised by their close association with the Dutch rulers, having turned to Christianity to safeguard their feudal position. From now on Christian Ambonese became an important element of the Dutch civil service and of the Dutch colonial military throughout the archipelago. Against this background Chauvel meticulously examines the rise of the nationalist movement earlier this century, particularly among Muslims in the region who had been effectively excluded from the benefits of colonial society. The sudden and complete collapse of the Dutch before the Japanese onslaught in World War II laid the basis for a complete transformation of Ambonese society. By the time the Japanese had been defeated, there were sufficient nationalists throughout Indonesia, including Maluku, to rise and oppose the Dutch-sponsored Republic of the United States of Indonesia (RUSI), which was created to counter the threat posed by the nationalist Republic of Indonesia to a continued Dutch presence. How southern Maluku, and particular Ambon, was hastened into declaring its independence from the Republic of Indonesia when the puppet state of RUSI collapsed, makes very sad reading indeed. The many Dutch-educated and 'loyalist' Moluccan soldiers and civil servants, who had devoted their lives to running the former Dutch East Indies, could see no future in a Republic dominated by what they perceived as a Muslim majority hostile to them and to their former role as colonial servants. Their administrative and military skills, and their large numbers, could only have been effectively put to use if they had been absorbed into the sprawling and newly independent Republic. There was no real future for them in the small society of Maluku, whether independent or not. Moreover, this poor backwater had become dependent on the wages they had regularly remitted to their families and villages. With the suppression of the RMS, many thousands of these Christian Ambonese were repatriated to Holland where, ever since, they have remained in a barrack-like society on the fringes of Dutch society, dreaming of an eventual return to their homeland which they had hoped one day to 'liberate'. Encouraged by the Dutch for many years as a weapon against Indonesia, particularly for the many years during which Indonesia and Holland fought over the sovereignty of Irian Jaya, they have now been completely abandoned by the Dutch as Holland and Indonesia seek to forge a close partnership in the modern world. The last time they gained world attention was in the mid- seventies, when in desperation they
Re: Logika Bingung
Sebelum saya berangkat spring break selama seminggu ini, saya masih saja heran di permias@ terus-terusan "Baku Hantam" antar Kristen dan Islamnya, Apa sih yang kita mau? Mau membuktikan Kristen yang bejat? Mau membuktikan Islam yang dianiyaya oleh Kristen nya? You Proved your point Bung, Now What? hanya sampai disitu? Lalu mau Jihad? sebentar Kristennya ikut-ikutan mau Perang Salib lawan yang Islamnya, kata yang Kristen, kalau mereka diserang, mereka juga hanya bertahan diri, sama seperti alasan muslim pertama kali mengajukan Jihad. Lalu? semuanya jihad-jihatanlantas? Siapa yang benar? Semua berperang demi nama Tuhan? Apa yang kau mau perangkan Nak? Kejahatan? Siapa yang Jahat? kau perang demi Tuhan yang sama? aih.bikin Tuhan GR saja kamu ini...mau Tuhan untuk memilih? siapa yang Dia paling sayangsebentar ada yang menyanyi"jangan ku dimadu" Untuk Bung Hadeer, Saya sudah mengalah, demi anda dan saudara-saudara muslim saya yang saya cintai, saya bersedia untuk meluruskan pemberitaan oleh harian yang disinyalir berbau Kristen untuk menunjukkan kekompakaan dan kesetiaan sebagai seorang saudara dari Kristen, tapi anda terus-terusan menyerang saya...apa yang anda mau sebenarnya Bung? Sudah saya bilang, bukan Mayoritas Kristen Ambon yang menghabisi dan membunuhi saudara Muslim, tetapi Oknum-oknum yang mungkin adalah Kristen atau pun Islam...Saya, sebagai seorang Ambon Kristen, kan sudah memberikan jaminan pada anda, bahwa saya bersama rekan-rekan permias@ lainnya termasuk Bung Pohan akan membawa hal ini terungkap dan terbuka... Kalau anda masih tidak mempercayai dan setidaknya menghargai niat tulus kami untuk membawa kebenaran dengan terus-terusan mengolok-olok ajaran kristen, berarti anda juga tidak mempercayai niat tulus saya dan rekan-rekan permias@ lainnya... sudahlahbuat apa kita terus-terusan seperti ini, contohnya: saya terus-terusan mencari kelemahan islam, anda terus-terusan mencari kelemahan kristen, ngga bakalan selesai permasalahnyaYang kita ingin tuntaskan disini kan kenetralan media dan solusi permasalahan ambon, bukan mencari kelemahan dari dasar agama masing-masing Kalau memang itu yang anda cari, baiklah, saya tidak bisa menanggapi hal ini secara terus menerus, saya juga jenuh bung, saya cape terus-terusan membaca berita yang hanya menjurus kearah gontok-gontokan seperti ini... mending saya mabok sekalian deh sama birdosa-dosa deh... tell you the truth bung, walau saya kristen, tapi saya tidak merasa sebagai bagian dari Kristen Barat. Kristen di Indonesia dan kristen di asia mempunyai karakter dan ciri khas tersendiri. Kristen baratnya pun juga tidak mau menerima kami sendiri, walau kami juga mempercayai yesus yang sama, tapi mereka mempercayai yesus yang putih, sedangkan kami mempercayai yesus yang tidak berkulit putih,tapi mungkin kuning, dan hitam. perlu anda ketahui, yesus itu bukan orang eropa, yesus itu orang asia, dan saya percaya, seharusnya kristen itu untuk orang asia, walau dalam ajaran kami, tidak mengenal warna kulit, sesuai dengan perintah dan ajaran dari yesus sendiri, sebarkanlah berita keselamatan ini ke seluruh dunia. Mungkin anda belum pernah masuk gereja di amerika sini, dimana saat kami (yang berwarna) memasuki gereja tersebut, orang2 putihnya, seperti memandang kami dari planet mars atau apalah, mereka sepertinya tidak percaya bahwa kami yang kecil ini, keriting, berambut hitam, beraksen bahasa inggrisnya adalah penganut ajaran yang selama ini mereka kira hanya untuk kulit putih saja. Kadang kalau ketemu penginjil bule, di amerikanya sini, mereka sampai heran kalau saya mengaku bahwa saya adalah penganut kristen. So you are christian hah ? ini yang selalu mereka tanyakan...setelah saya menyahut iya, mereka lantas bilang, I thought Indonesia or Asia are Moslem, Hindu, Buddha atau apalahmereka sendiri tidak menyangka...kadang ada juga yang mengejek...padahal saya sekolah di sekolah kristen lho...Mereka kira yesus itu hanya datang untuk "Save Their White Asses" Padahal kan kita sudah tahu, mereka juga tahu kok, yesus itu adalah orang Yahudi, yang masih termasuk suku semitis yang mempunyai kerabat dengan orang-orang Arab...Kristen itu berasal dari tanah arab (Israel dan Yordania) tapi saya tidak bermaksud untuk menciptakan kebencian thd kulit putih, walau kadang saya juga benci pada tindak tanduk mereka yang merasa sok menguasai dunia, hanya karena bangsa mereka mengatakan mereka dulunya adalah kristen (yang turut menjajah seluruh dunia) Walau saya kristen, dan kristen, karena para kulit putih ini, jadi tercoreng menjadi agama para negara penjajah, tapi saya merasa bahwa kristen seharusnya dibawa kembali pada akar dan tradisi aslinya, yaitu aliran yang bercirikan, bertradisikan, berkhas, Ke-Asiaan So, perasaan anda thd orang barat yang merasa sok tahu juga dirasakan oleh kami, yang adalah kristen juga..tapi kami tidak merasa bahwa kristen itu seharusnya dimonopoli oleh para kulit putih yang mengaku berwujud malaikat ini. ah
Re: Beberapa polisi Ambon membantai jemaah di mesjid
Bung, RMS sudah mati, sudah tidak ada lagi yang namanya RMS, tidak juga di Belanda. Para keturunan Maluku Selatan yang telah hijrah ke Belanda karena kegagalan pemberontakan Maluku Selatan juga sudah memupuskan harapannya untuk dapat mendirikan negara idam-idamannya, yaitu Republik Maluku Selatan. Ingat penyanderaan yang terakhir kali di Belanda? yang di kereta itu oleh para pengangguran Maluku yang akhirnya malah menjelekkan image RMS sendiri, karena aksi terrorisme mereka yang malah dikutuk habis-habisan oleh pemerintah Belandanya sendiri, yang notabene adalah pendukung RMS sebelumnya. Secara politik, RMS hanyalah tinggal segelintir keturunan Orang Maluku yang adalah anak dan cucu pendiri dan pencetus RMS itu sendiri. Keturunan Maluku yang lain, yang harus juga hijrah karena perintah Soekarno th 1950-an dan setelah RMS sekarang hanya ingin hidup damai di Belanda, mengumpulkan duit di sana dan mungkin pulang kembali kalau waktu memang memungkinkan Janganlah percaya dengan cerita bahwa RMS bangkit kembali atau RMS yang berusaha memprovokasi Maluku, walau mungkin ini bisa terjadi. namun probabilitynya kecil sekali. RMS sudah mati secara politik dan sudah bukan harapan para keturunan Maluku dimanapun. Jangan terlalu percaya dengan gossip dari Kisdi atau apalah... mereka tau apa soal RMS, tanya Orang Malukunya, yang lebih tahu. Andrew Pattiwael Proud Ambonese and Molluken On Thu, 4 Mar 1999, _ _ wrote: MasyaAllah! Saya mendengar kabar pembantaian oleh sejumlah oknum POLRI Ambon thd jemaah di mesjid Ambon yang sedang bersembahyang subuh. Sekitar 4 muslim wafat seketika. Ini aksi petugas macam apa pula? Di Aceh, rakyat dikejar-kejar polisi. Di Ambon rakyat dibantai POLRI. Apa maunya mereka itu? Sejumlah oknum polisi tersebut sudah ditangkap oleh POM ABRI Ambon. Tegakkan hukum di negara kita bagi semua rakyat. Janganlah main hukum rimba jika masih suka makan nasi :-) Dulu Ambon terkenal dengan semangat kerukunan antar agama (nomor satu di Ina). Sekarang berantakan. Diduga ada pengaruh RMS dan orang2 Belanda yang anti ORBA thd aksi pembantaian tersebut. Tolong dicek ke sejumlah media di Ina (Suara Pembaruan dlsb.). Terimakasih. Saya berharap agar rekan-rekan Permias, Permika, Pengajian, dan organisasi2 mahasiswa dan profesional di mancanegara bisa mengadakan fund raising untuk menyumbang para ahli waris dan keluarga para korban di Ambon. wassalam, =wien =-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-= http://idsmedia.com/bizcenter - Online Business Shopping Center promoting the lowest price packages ever to Bali Island started from the U.S. This BEST DEAL ends 5/31/99! Get your package now!! =-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
Re: Lanjutan Catur (fwd)
sebenarnya SEMUA-nya lah yang harus berteriak menyuarakan penderitaan muslim ambon yang sedang terancam hidupnya. Bukankah hidup kita selalu bergantung satu sama lainnya? Muslim ambon terancam, serta merta kristen ambon pun terancam keberadaannyapenderitaan dan kesakitan akibat kerusuhan ini bukan hanya diderita oleh anda dan para kaum muslim saja, tetapi oleh kita semua, yang kristennya juga. jangan pernah memonopoli rasa kebersamaan yang telah dibina selama ini. BUKTI JELAS, SEMUA MASYARAKAT AMBON, BAIK MUSLIM MAUPUN KRISTEN MENDERITA tidak ada yang menanggung beban penderitaan yang lebih, tidak ada yang menanggung beban yang kurang. Jangan mengatasnamakan penderitaan hanya untuk satu golongan. Anda sudah dapat rasa prihatin kami yang nasraninya, SEKALI LAGI SAYA UCAPKAN DISINI, KAMI, YANG KRISTEN PRIHATIN ATAS KEJADIAN YANG TELAH MENIMPA SAUDARA-SAUDARA MUSLIMIN di AMBON, dan saya secara pribadi, MENYESALKAN KEJADIAN INI MENIMPA SAUDARA-SAUDARA SEDARAH DAN SEPULAU. Anda orang ambon, sekarang saya tanya? kalau saya mau SELFISH kaya anda, saya bisa bilang, HANYA ORANG DARI AMBON ATAU MALUKU YANG BOLEH MERATAPI DAN MENGUTUK PENDERITAAN KAMI INI. Berdasarkan nama PATTIWAEL saya dan keberasalan saya dari pulau saparua. Atas kebiadapan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang menganiyaya saudara-saudara saya yang Islam maupun Kristen. (Saudara-saudara saya termasuk juga yang bugis-makassar-buton yang hidup, lahir dan mencintai Maluku sebagai tempat hidupnya) Wah ketahuan anda yang salah komunikasi nih... Saya membaca tulisan anda yang menuduh kami tidak PEDULI dengan keadaan yang menimpa saudara-saudara di ambon (Penggunaan kata saudara untuk lebih menjelaskan kerikatan kami atau saya secara pribadi thd para muslimin yg tinggal maluku) Saya (kami) tidak BUTA, bung hadeer, Kami lihat, merasakan dan ikut sesak atas penderitaan para muslimin ambon. Penjelasan yang harus dibuktikan lagi adalah APAKAH KAMI MEMANG SEPERTI YANG ANDA TUDUHKAN ITU, BAHWA KAMI TIDAK MELIHAT/BUTA/PURA-PURA BODOH/TIDAK PERCAYA/ MEMANG BODOH atas kejadian yang menimpa para muslimin ambon. yang anda tuduhkan adalah yang diatas ini kan Anda sendiri tidak tahu perasaan kami, eh sudah sembarangan main tuduh... maaf, simpati bukanlah kata yang tepat lagi untuk melukiskan perasaan kami yang merasa penderitaan bagi para muslimin di ambon, yang ada adalah kata IKUT MENDERITA dan MINTA KEADILAN bagi para muslimin di Ambon. Makanya, jangan menanggung penderitaan sendiri saja, tanggunglah bersama, bagi rasa penderitaan mu itu kepada kami, sebab kami sudah merasakannya dari dahulu, hanya saja kalian tidak tahu atau tidak mau tahu. Tanpa anda minta, pasti kami pun akan merasakannya...hanya anda yang bebal tidak mau melihat atau percaya bahwa kami juga merasakannya. andrew pattiwael NB: Lain kali jangan asal main tuduh, Tanya dulu perasaan kami, baru setelah lihat kami mencoba berkelit, berpura-pura, bersikap masa bodoh, baru bilang kalau kami MEMANG BODOH.. On Wed, 3 Mar 1999, Hadeer wrote: Sebenarnya sayalah yang HARUS nya lebih keras berteriak disini menyuarakan muslim ambon yang sedang terancam jiwanya. Bukti dan Fakta yang sangat jelas didepan mata adalah ribuan orang Bugis, Makassar, Buton keluar dari pulau Ambon dengan kapal laut. Terlihat jelas di berita-berita TV. Bukti dan Fakta jelas orang sedang shalat shubuh diserang oleh massa yang tidak jelas asalnya. Bukti dan Fakta jelas adalah muslim Ambon yang PALING menderita. Bukti dan Fakta jelas ada media seperti Kompas dan Suara Pembaruan yang BIAS dalam berita nya soal Ambon. Saya hanya mengharapkan ada rekan-rekan nasrani di sini yang dapat melihat hal tersebut diatas, dan ikut merasa prihatin setidak-tidaknya ikut menyuarakan penderitaan mereka. Bukan malah merasa sebagai tertuduh pelaku dan sibuk ikut teriak-teriak membela diri dengan segala macam penjelasan yang mesti dibuktikan lagi. Yang sudah jelas didepan mata masih mau dipungkiri bahwa muslim Ambon sedang menderita. Saya tidak pernah menyatakan bahwa nasrani ambon pelakunya. Kenapa Bang Andrew merasa bahwa saya menuduh nasrani ambon pelakunya ??? Saya hanya mengharapkan simpati anda semua. Saya hanya mengharapkan ketika Bang Andrew membaca Kompas atau Suara Pembaruan, kemudian berkata lantang : INI TIDAK BENAR..hanya itu saja. Hadeer -- From: Hadeer [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Catur Date: 03 Maret 1999 9:31 Bang Andrew... Tulisan saya akan terasa sekali memojokkan jika dan hanya jika si pembaca "agak bodoh dan atau pura-pura bodoh dalam melihat berita dan fakta" Si pembaca akan merasakan kebenaran terhadap apa yang saya tuliskan. Nahsemuanya kembali kepada pembacanya :-) Hadeer
Re: Lanjutan Catur (fwd)
Nah...inikan lebih jelas, kalau anda meminta, saya akan dengan senang hati untuk membantu anda...tidak usah anda muter-muter sampai nyasar sendiri..malah ikut nyasarin saya jadinya. Seperti yang telah saya usulkan (bukan usulan saya sendiri, tetapi adalah pikiran dari beberapa rekan-rekan permias@ yang Kristen, yang terus kontak email sama saya), melalui dialog antar permias@, kita bisa cari usulan yang mungkin dapat menghentikan segala aksi kekerasan yang terjadi selama ini di Ambon. Saya akan mencoba menulis artikel kepada harian-harian yang terutama dapat dikirim lewat email. Mengingat keterbelakangan saya dan ketidakpahaman saya ttg penulisan artikel yang benar, saya mungkin hanya akan memakai HASIL DIALOG PERMIAS@ MENGENAI PENYELESAIAN KERUKUNAN DI AMBON. Saya lebih percaya hasil yang kita dapat secara bersama, daripada pemikiran pribadi saya sendiri, yang mungkin dapat mengandung unsur BIAS juga. Saya mengharapkan Bang Pohan untuk dapat LEADING dialog permias ini dan mungkin masing-masing rekan dapat memasukan pokok-pokok pemikirannya masing-masing. Sama seperti waktu artikel di NYT itu. Hasil yang baik, akan didapat dari hasil pemikiran bersama, kerja sama team, dan tentunya tidak akan meninggikan satu dari yang lainnya. Team Effort. Jangan hanya yang satu orang saja yang teriak, teriak semua biar terdengar. Apalagi kalau semua yang Kristen teriak minta keadilan atas kejadian yang menimpa saudara-saudara muslimnya, ini kan lebih kompak namanya. Untuk harian kompas, kalau sampai mereka menolak anda karena KTP anda bertuliskan Islam, ini sudah merupakan tindakan DISKRIMINATIF dan pasti ada jalur hukum yang dapat anda tempuh untuk meminta pertanggung jawaban harian ini. andrew pattiwael NB: Saya kok tidak melihat ya artikel yang dikirimkan Bang Pohan di NYTimes waktu lalu itu? padahal saya sering ngecheck Nytimes di library. On Wed, 3 Mar 1999, Hadeer wrote: Bang Andrew : Terimakasih Bang Andrew atas tulisannya di bawah ini. Ini yang saya inginkandan ini pula yang harusnya ditulis oleh KOMPAS (ingat kita masih dalam diskusi mengenai media Kompas (RE : Boikot Kompas), jangan melebar ke tempat lain). Saya ingin tulisan Bang Andrew ini di kirim ke Surat Pembaca Kompas, dan nyatakan di Surat Pembaca itu, bagaimana sakitnya hati Bang Andrew atas pemberitaan yang bias, pemberitaan yang berat sebelah. Kalau perlu seluruh media yang bias juga di forwardkan. Sebab kalau saya yang tulishasilnya akan lainbahkan mungkin tidak akan pernah dimuatkarena KTP saya Islam Terimakasih sekali lagi Hadeer Nb : Bang Andrew marah dengan sayaakan saya terima dengan senang hatianggap saja saya jadi tumbal tulisan di bawah -- From: Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Lanjutan Catur (fwd) Date: 03 Maret 1999 12:22 sebenarnya SEMUA-nya lah yang harus berteriak menyuarakan penderitaan muslim ambon yang sedang terancam hidupnya. Bukankah hidup kita selalu bergantung satu sama lainnya? Muslim ambon terancam, serta merta kristen ambon pun terancam keberadaannyapenderitaan dan kesakitan akibat kerusuhan ini bukan hanya diderita oleh anda dan para kaum muslim saja, tetapi oleh kita semua, yang kristennya juga. jangan pernah memonopoli rasa kebersamaan yang telah dibina selama ini. BUKTI JELAS, SEMUA MASYARAKAT AMBON, BAIK MUSLIM MAUPUN KRISTEN MENDERITA tidak ada yang menanggung beban penderitaan yang lebih, tidak ada yang menanggung beban yang kurang. Jangan mengatasnamakan penderitaan hanya untuk satu golongan. Anda sudah dapat rasa prihatin kami yang nasraninya, SEKALI LAGI SAYA UCAPKAN DISINI, KAMI, YANG KRISTEN PRIHATIN ATAS KEJADIAN YANG TELAH MENIMPA SAUDARA-SAUDARA MUSLIMIN di AMBON, dan saya secara pribadi, MENYESALKAN KEJADIAN INI MENIMPA SAUDARA-SAUDARA SEDARAH DAN SEPULAU. Anda orang ambon, sekarang saya tanya? kalau saya mau SELFISH kaya anda, saya bisa bilang, HANYA ORANG DARI AMBON ATAU MALUKU YANG BOLEH MERATAPI DAN MENGUTUK PENDERITAAN KAMI INI. Berdasarkan nama PATTIWAEL saya dan keberasalan saya dari pulau saparua. Atas kebiadapan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang menganiyaya saudara-saudara saya yang Islam maupun Kristen. (Saudara-saudara saya termasuk juga yang bugis-makassar-buton yang hidup, lahir dan mencintai Maluku sebagai tempat hidupnya) Wah ketahuan anda yang salah komunikasi nih... Saya membaca tulisan anda yang menuduh kami tidak PEDULI dengan keadaan yang menimpa saudara-saudara di ambon (Penggunaan kata saudara untuk lebih menjelaskan kerikatan kami atau saya secara pribadi thd para muslimin yg tinggal maluku) Saya (kami) tidak BUTA, bung hadeer, Kami lihat, merasakan dan ikut sesak atas penderitaan para muslimin ambon. Penjelasan yang harus dibuktikan lagi adalah APAKAH KAMI MEMANG SEPERTI YANG ANDA TUDUHKAN ITU, BAHWA KAMI TIDAK MELIHAT/BUTA/PURA-PURA BODOH/TIDAK PERCAYA/ MEMANG BODOH atas
Re: Mana yang cukup mendekati fakta mana yang berusaha mengaburkan?
Mau nih entar saya yang sit-up bung Brawisatu...dua...tigaayo semua...pinggulnya digoyan satu..dua..tiga...biar kekarheheheh.kekar apanya??? On Mon, 1 Mar 1999, FNU Brawijaya wrote: Sangat mengherankan bila suara pembaruan tidak menurunkan berita ini. Harian Kompas menurunkan berita yg tidak masuk akal. Masak aparat menembak mati orang-orang yg dari namanyapun ketahuan muslim di sekitar masjid. Sungguh jauh dari logika kalau orang-orang ini yg hendak macam-macam. Kalau dibilang menyerang polisi jelas alasan yg konyol. Orang yg sedang sembayang kok dibilang menyerang. Berarti benar kalau polisi ini yg menyerang masjid. Mestinya ABRI menindak tegas para aparat ini, yg bukannya melindungi warga malah menembaki. Yang lebih mengherankan pangkat mereka 1 orang kapten, 2 letda, 2 serma. Sangat mengherankan bila perwira menengah dapat melakukan kekejian ini. Hukuman tembak di lapangan terbuka mungkin cukup adil. Di masa mendatang pihak ABRI harus bertindak tegas. Bila perlu tembak di tempat bagi setiap pelaku kerusuhan, tidak perduli dari pihak manapun. Sangat mengherankan bila upaya penyerbuan masjid yg sedang sholat subuh tidak terendus orang intelejen. Saat ini sudah bukan masanya menuduh provokator lagi. ini sudah chaos yg menuntut tindakan tegas aparat keamanan. Bila ada oknum, maka oknum tersebut harus di-dor untuk menunjukkan niat netral aparat sekaligus menunjukkan kesungguhan aparat keamanan. Saat ini ABRI tidak perlu gojak-gajik salah tingkah (kalau memang iya) dalam bertindak. Tindakan keras untuk kerusuhan yg terlalu banyak menyita korban seperti ini tidak dapat dikaitkan lagi dengan tindakan melanggar HAM karena kerusuhan inilah pelanggaran HAM yg sejati. Tentu saja ABRI tidak dapat menggunakan perlunya tindakan tegas sebagai alasan untuk dapat bermain dalam kancah politik lagi. Jangan-jangan karena ABRI sudah terlalu lama bermain di luar bidang HANKAM sehingga di bidangnya sendiri malahan tidak mempunyai kompetensi lagi. Bila kekawatiran saya ini benar adanya, waduh kasihan bener kita-kita ini. Ya sudah kita tukaran saja, orang sipil dikasih senjata, lalu orang militer dikasih pena, cangkul dll? Yuk mulai latihan sit up Monggo, Eyang Troy, kuli. Jawapos (2 Maret 1999) .. Korban yang tewas itu, kabarnya, adalah jamaah yang sedang melakukan salat subuh di sebuah masjid. Detik (2 Maret 1999) .. Presiden B. J. Habibie telah mengetahui adanya kasus penembakan jamaah sholat Subuh di Ambon Senin (1/3/1999). NRC-Handelsblad (1 Maret 1999) http://www.nrc.nl/ .. Negen moslims op Ambon doodgeschoten AMBON - Een groep mannen bidt bij de lichamen van negen moslims die vanochtend in Ambon werden doodgeschoten door Indonesische soldaten toen zij uit een moskee kwamen. Uit Ambon komen ook nieuwe berichten over christenen en moslims die elkaars woningen en gebedshuizen in brand steken. De regering in Jakarta heeft versterkingen gestuurd.(Foto Reuters) Suara Merdeka (2 Maret 1999) .. Sebuah peristiwa memilukan terjadi kemarin, sekitar pukul 05.00 WIT, ketika umat Islam menjalankan salat subuh di Masjid Al Fatah, kawasan Auhura. Media Indonesia (2 Maret 1999) .. BJ Habibie telah menerima laporan menyedihkan tentang penembakan yang dilakukan sejumlah oknum Polri terhadap jemaah yang sedang melakukan Salat Subuh di sebuah masjid di Auhara, Ambon, Senin pagi. Waspada (2 Maret 1999) .. Umat Islam di Ambon semakin tersiksa. Beberapa orang bersenjata, diduga polisi, memberondong jamaah shalat subuh dengan tembakan Senin (1/3) sekitar pukul 05:00 WIT. Kompas (2 Maret 1999) .. tertembak mati aparat kepolisian. Ketiga warga itu adalah Armin Paeni, Mui Ekhoran, dan Husein Umar. Mereka ditembak di sekitar rumah ibadah Dusun Ahuru. Balipost (1 Maret 1999) .. peristiwa penembakan terhadap jamaah shalat subuh di sebuah masjid di kawasan Auhura Ambon, Senin (1/3) kemarin yang mengakibatkan empat orang tewas.
Galang Kekuatan Donk...
Memang sudah dari dulu jelas sekali, dari pembakaran gereja sampai mesjid, pembunuhan para pendeta di jawa (Mei lalu) sampai pembunuhan para kyai NU di pulau yang sama. Mata kita sudah seharusnya terbuka, dan otak mulai berpikir, bahwa ada satu kesamaan, kita-kita semua ini dianiyaya karena kita adalah orang beragama. Bukan lagi Orang Islam atau Orang Kristen, tetapi Orang Beragama. Perang Jihad atau Perang Salib atau apalah saya ngga tahu namanya.. Jika kebebasan beragama seorang manusia dilanggar, maka sudah sepantasnyalah manusia itu mempertahankan dirinya bahkan melawan kekuatan zalim yang ingin menghancurkan hak asasi seseorang untuk beragama. andrew pattiwael On Mon, 1 Mar 1999, Mohammad Rosadi wrote: Assalamualaikum wr.wb Semakin jelas sudah keberpihakan aparat keamanan dalam tragedi berdarah di Ambon. Tapi hal ini TIDAK AKAN membuat gentar kaum muslimin. Justru dengan semakin jelasnya pembantaian muslim ambon ini, semakin membara semangat jihad dihati kaum muslimin untuk menghadapi serangan kaum perusuh. Setiap musuh yang menyerang harus dilawan dan dihalau. Setiap 1 nyawa kaum muslimin yang hilang, HARUS dibayar pula dengan 1 nyawa kaum penyerang. Keadilan harus ditegakkan, agar tidak ada pihak manapun yang berani lagi berbuat aniaya kepada umat Islam. Wassalam Mohamad Rosadi Virginia, USA == Berita Republika == Bocah 7 dan 1,5 Tahun Luput dari Maut Bentrokan berdarah di Ambon kemarin luput merenggut nyawa dua bocah --Mansyur (7 tahun) dan Parman (1,5 tahun). //Alhamdulillah//, keduanya lolos dari massa perusuh yang beringas kesetanan yang menyerang kawasan Kopertis, Kodya Ambon. Tapi suratan nasib telah menggariskan lain terhadap empat jamaah yang tengah shalat Subuh di Masjid Al Huda, Kampung Ahuru, Kodya Ambon. Mereka tewas diterjang peluru oknum Polisi yang menyerbu masjid tersebut bersama ratusan warga entah dari mana. Menurut Satgas MUI Ambon, keempat jamaah yang tewas adalah Armin Paini, Mui Ekhoran, Husein Umar, dan Usman Wakano. Sementara lima orang warga Muslim lainnya dibantai di kawasan Kampung Rinjani, kawasan Kopertis, yaitu Udin Umtoina (35), Siti (30), Rohima, Hasan, dan Husein. Satu korban dari pihak perusuh tidak disebutkan namanya. Serangan oleh purusuh kemarin berlangsung di dua tempat -- Kampung Ahuru dan Kampung Rinjani. Satgas MUI melaporkan beberapa oknum aparat polisi diduga ikut andil dalam peristiwa berdarah di 'rumah' Allah pada pagi buta kemarin. Mereka adalah Kapten (Pol) LS, Letda (Pol) ES, Letda (Pol) KS, Letda (Pol) DT, Serma S, dan Serma B. Menurut Satgas MUI, aparat sebelumnya menghalau massa yang berjaga-jaga dan menyerukan menyimpan senjata tajam yang mereka bawa. Tiba-tiba terdengar tembakan ke arah Masjid Al-Huda yang langsung mengenai para jamaah, termasuk imam masjid yang bernama Husein Toisuta. Husein selamat dari tembakan tetapi empat jamaahnya tersungkur bersimbah darah. Tak pelak, tragedi tersebut memancing emosi warga di depan Masjid Raya Al-Fatah Ambon. Pada saat sembilan jenazah memasuki pelataran masjid tersebut untuk dishalatkan, massa melakukan aksi unjuk kekuatan. Beberapa orang yang mempunyai ilmu kekebalan tubuh dilaporkan menebas-nebaskan senjata tajam ke badannya. Tapi luapan emosi warga berhasil ditenangkan tokoh umat Islam Maluku, Abdullah Solissa. Berita selanjutnya silahkan klik: http://www.republika.co.id __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: BOIKOT KOMPAS
Jangan memboikot hanya karena Koran Kompas adalah Koran Nasrani, tetapi boikotlah Kompas kalau memang Kompas terkesan bias, selektif, dan tidak imbang. andrew pattiwael On Mon, 1 Mar 1999, Ramadhan Pohan wrote: In a message dated 3/2/99 12:44:25 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Kompas (2 Maret 1999) .. tertembak mati aparat kepolisian. Ketiga warga itu adalah Armin Paeni, Mui Ekhoran, dan Husein Umar. Mereka ditembak di sekitar rumah ibadah Dusun Ahuru. Sejak "zaman kuda gigit jari", Kompas selalu begitu. Waktu perang Bosnia, fakta pun terjungkir-balik dibikin mereka. Tapi, dari segi politik, Kompas berhak melakukan itu. Siapa lagi yang membela Nasrani jika bukan koran Nasrani. Apa mungkin Republika? Saya sendiri tidak menyukai dua koran itu. Senantiasa bias dan selektif menurunkan berita. Ini saatnya diserukan kepada semua orang Islam agar tidak berlangganan, membeli atau membaca Kompas. Boikot saja, itu jika kalian mau. Lebih bagus dengar RRI atau baca Suara Merdeka atau KR, PR, dan koran-koran yang independen lainnya. Media Indonesia sendiri-- sepanjang yang saya tahu-- nasionalis dan tidak punya kepentingan kepada salah satu agama. Jika pun Kompas diboikot, koran ini tidak akan mati. Kenapa? Tiras Kompas kan tidak lebih dari 500 ribu copies. Sedangkan jumlah kaum fanatik Kompas-- jutaan bung! salam, ramadhan pohan (lebih suka baca Tempo atau Forum)
Re: BOIKOT KOMPAS
wah saya ngga tahu tuh..mbaksama seperti Benny Moerdani, pasti selalu terbawa-bawa kepada Kristen-nya. Setiap Benny Salah masa kristen-nya juga salah...atau setiap Kompas dan Suara Pembaruan salah...pasti Kristen-nya lagi yang kena... Sepertinya dunia Kristen di Indonesia hanya dikenal dengan Benny Moerdani, Kompas, Suara Pembaruan, Theo Syafei, CSIS, dll untuk boikot-memboikot, saya rasa semua orang mempunyai hak jika ingin memboikot koran tsb. Kompas sendiri kan punya hak untuk menyiarkan berita bias dan selektif, para pembacanya juga punya hak untuk tidak membeli atau berlangganan lagi koran Kompasngga ada yang dirugikan kan Kompas tetap mempunyai hak-nya dan para pembaca tetap memiliki haknya juga. andrew pattiwael On Mon, 1 Mar 1999, Mbak N'teph wrote: Hmm.. just wondering.. kenapa agama (apalagi Nasrani) dibawa2 sama Kompas yah..? Jangan gitu dong ah.. namanya juga orang cari duit.. gak ada hubungannya dech kayaknya.. kalo korannya diboikot trus ditutup, yang kerja disono mao makan apaan? Tapi.. kok ngomongnya gitu sih.. hubungannya kan (rada2) kurang ada.. And anyway, you're right.. jumlah kaum fanatik Kompas emang jutaan.. :) Cheers STEPHANIE -Original Message- From: Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Monday, March 01, 1999 10:56 PM Subject: Re: BOIKOT KOMPAS In a message dated 3/2/99 12:44:25 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Kompas (2 Maret 1999) .. tertembak mati aparat kepolisian. Ketiga warga itu adalah Armin Paeni, Mui Ekhoran, dan Husein Umar. Mereka ditembak di sekitar rumah ibadah Dusun Ahuru. Sejak "zaman kuda gigit jari", Kompas selalu begitu. Waktu perang Bosnia, fakta pun terjungkir-balik dibikin mereka. Tapi, dari segi politik, Kompas berhak melakukan itu. Siapa lagi yang membela Nasrani jika bukan koran Nasrani. Apa mungkin Republika? Saya sendiri tidak menyukai dua koran itu. Senantiasa bias dan selektif menurunkan berita. Ini saatnya diserukan kepada semua orang Islam agar tidak berlangganan, membeli atau membaca Kompas. Boikot saja, itu jika kalian mau. Lebih bagus dengar RRI atau baca Suara Merdeka atau KR, PR, dan koran-koran yang independen lainnya. Media Indonesia sendiri-- sepanjang yang saya tahu-- nasionalis dan tidak punya kepentingan kepada salah satu agama. Jika pun Kompas diboikot, koran ini tidak akan mati. Kenapa? Tiras Kompas kan tidak lebih dari 500 ribu copies. Sedangkan jumlah kaum fanatik Kompas-- jutaan bung! salam, ramadhan pohan (lebih suka baca Tempo atau Forum)
Re: BOIKOT KOMPAS
Saya juga belum pernah dengar tuhngga tau emang sayanya Kristen yg Telmi atau memang kita yang Kristen semuanya Telmi atau kita yang digoblok-goblokin seperti pesan dari mas Hadeer itu...(Kok ngga dikasih tahu sih) Walau Kisdi sering menyerang Kaum Kristen, tetapi jarang saya pernah dengar ada kelompok tukang protest Kristen demo depan kantor Kisdi, minta Kisdi dibubarkan atau si Sumargono di masukan dalam Bui. Malah ngga pernah tuh mendengarnya. Kecuali berita protest di Ambon yang menyatakan aparat berat sebelah kepada muslim, Kenapa ya? andrew On Tue, 2 Mar 1999, Helson Siagian wrote: Saya belum pernah dengar atau baca ada orang Nasrani yang bilang "ayo kita boikot Republika". Kenapa ya? Mungkin karena nggak perlu ya...Mungkin sih. Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Tue, 2 Mar 1999, Ramadhan Pohan wrote: Salam! Saya ingin menjelaskan lagi. Bagi orang Islam yang merasa dikibulin oleh laporan Kompas yang selektif, bias dan memihak agama yang dibela koran itu-- wajar melakukan aksi boikot. Demikian juga jika Republika membuat laporan berita senada-- yang bias dan selektif dan merugikan kepentingan atau melukai penganut Nasrani, wajar memboikot Republika. Ini artinya masyarakat pembaca-- entah apa agamanya-- berhak "mengadili" koran-koran partisan, sektarian, fundamentalis tersebut. Itu kalau memang Anda mau. Bukan kah kita menolak fundamentalisme Islam, fundamentalisme Nasrani dan fanatisme yang "over" lainnya? Apa makna laporan selektif dan bias ala Kompas itu bagi kaum Nasrani? Saya mempunyai keyakinan bahwa rekan-rekan Nasrani yang tidak fundamentalis pasti tidak "happy" atas laporan bias tersebut. Begitu juga terhadap Republika-- saya dan sebagian rekan-rekan muslim lain-- juga tidak enjoy, tidak happy jika koran tersebut menuding atau melecehkan penganut not-muslim. Koran partisan, fundamentalis seperti Kompas-- saya pikir, kelak hanya akan dibaca oleh kaum fundamentalis nya belaka. Sebab yang merah dibilang hijau, yang putih dibilang abu-abu-- dan hanya kaum fundamentalis saja yang mau tepuk tangan atas pembohongan dan keculasan seperti itu. Bagi yang nasionalis dan pro kepada kenetralan-- kelak akan memilih selera kebenarannya sendiri: yang tidak bias dan tidak selektif. salam, ramadhan pohan . In a message dated 3/2/99 4:28:12 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Hmm.. just wondering.. kenapa agama (apalagi Nasrani) dibawa2 sama Kompas yah..? Jangan gitu dong ah.. namanya juga orang cari duit.. gak ada hubungannya dech kayaknya.. kalo korannya diboikot trus ditutup, yang kerja disono mao makan apaan? Tapi.. kok ngomongnya gitu sih.. hubungannya kan (rada2) kurang ada.. And anyway, you're right.. jumlah kaum fanatik Kompas emang jutaan.. :) Cheers STEPHANIE -Original Message- From: Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Monday, March 01, 1999 10:56 PM Subject: Re: BOIKOT KOMPAS In a message dated 3/2/99 12:44:25 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Kompas (2 Maret 1999) .. tertembak mati aparat kepolisian. Ketiga warga itu adalah Armin Paeni, Mui Ekhoran, dan Husein Umar. Mereka ditembak di sekitar rumah ibadah Dusun Ahuru. Sejak "zaman kuda gigit jari", Kompas selalu begitu. Waktu perang Bosnia, fakta pun terjungkir-balik dibikin mereka. Tapi, dari segi politik, Kompas berhak melakukan itu. Siapa lagi yang membela Nasrani jika bukan koran Nasrani. Apa mungkin Republika? Saya sendiri tidak menyukai dua koran itu. Senantiasa bias dan selektif menurunkan berita. Ini saatnya diserukan kepada semua orang Islam agar tidak berlangganan, membeli atau membaca Kompas. Boikot saja, itu jika kalian mau. Lebih bagus dengar RRI atau baca Suara Merdeka atau KR, PR, dan koran-koran yang independen lainnya. Media Indonesia sendiri-- sepanjang yang saya tahu-- nasionalis dan tidak punya kepentingan kepada salah satu agama. Jika pun Kompas diboikot, koran ini tidak akan mati. Kenapa? Tiras Kompas kan tidak lebih dari 500 ribu copies. Sedangkan jumlah kaum fanatik Kompas-- jutaan bung! salam, ramadhan pohan (lebih suka baca Tempo atau Forum)
Re: BOIKOT KOMPAS
Coba dijelaskan apa alasan anda untuk mengatakan kami, Nasrani, mencoba berpura-pura bodoh? Heran saya...kok bisa segampang itu anda menuduh kami "BODOH" atau "Berpura-Pura Bodoh" Saya sendiri tidak yakin apa kalian (Muslim) akan bersikap netral seratus persen, buktinya selama ini, saat Gereja dibakar-bakarin, pendeta kami dibunuhin, kalian kebanyakan diam saja toh? Siapa yang MEMBELA kami ? Bahkan media KRISTEN-nya Pun terkadang diam saja, mengingat hubungan khusus yang dimiliki oleh pemiliknya ke pemerintah. Kami dibela? JARANG...itupun lihat-lihat...apa ada Media Muslim yang membela kami hanya berdasarkan kebenaran dan hak kami untuk beragama? Gus Dur, Amin Rais dan lain-lain baru bicara soal perlindungan kepada Kristen juga baru sekarang...setelah Media International Teriak-teriak kalau gereja dibakarin, dan catat...Tidak Satupun Media yang affiliasinya Kristen berbicara atau berani mengecam pelanggaran ini... Nah baru pas kejadian di Kupang, dari Kisdi sampai ICMI teriak-teriak bahwa terjadi pelanggaran thd minoritas beragama disana...SADAR nga kalau selama ini SUDAH SERING TERJADI PELANGGARAN thd minoritas beragama...hanya ini terjadi pada Kristennya...SEMUA DIAM KAN???!! Seiingat saya, saya sudah pernah tuh mengajak agar Kristen dan Islam untuk kompak dan bekerja sama...tapi sambutan rekan-rekan (khususnya yg muslim) dingin bahkan tidak ada sama sekali. Seperti ngomong sama angin rasanya. Rekan Hadeer, anda ternyata bukan putar-putar seperti alasan anda yang sebelumnya, melainkan ingin memojokkan kamisangat disayangkan... benar-benar kecewa menemukan rekan permias@ yang seperti ini... Kemajuan apa yang bisa didapat bangsa kalau terus menerus memojokkan sesama bangsanya andrew pattiwael On Tue, 2 Mar 1999, Hadeer wrote: Seperti yang sudah saya bilang : Jangan jadi orang bodoh dalam membaca media dan melihat fakta.dan lebih parah lagi PURA-PURA BODOH Biar adil.bagaimana kalo rekan-rekan yang beragama nasrani yang mengirim "Surat Peringatan" ke harian Kompas dan Suara Pembaruan (seperti yang sudah dilakukan beberapa waktu yang lalu untuk media asing.).ini saya usulkan kepada rekan-rekan nasrani dalam rangka berprasangka bahwa kalian bukanlah orang bodoh apalagi pura-pura bodoh.bagaimana Kan sudah terbukti dengan jelas, Kompas membiaskan berita dan Suara Pembaruan tidak memberitakan Hal yang sama akan saya lakukan jika kejadian yang sama terbukti terjadi di Republika..... Smile Hadeer Andrew G Pattiwael wrote: Saya juga belum pernah dengar tuhngga tau emang sayanya Kristen yg Telmi atau memang kita yang Kristen semuanya Telmi atau kita yang digoblok-goblokin seperti pesan dari mas Hadeer itu...(Kok ngga dikasih tahu sih)
Re: BOIKOT KOMPAS
Tapi anda juga tidak niat toh? disinggung juga setelah kami juga yang menyinggungnya...baru anda mengakui.. itu saja tidak niat... ya sudahlah...ngga bakalan selesai kalau kita terus-terusan begini... mending kita ngomongin yang lain...mau kerja sama juga susah... pada ngga niat sih...(Atau curiga move apalagi dari kristen nih?) Andrew pattiwael On Tue, 2 Mar 1999, FNU Brawijaya wrote: Ya saya kan tidak membela republika toh? Malah kita sudah singgung kalau harian ini juga sering tendensius. Makanya saya berusaha keluar dari trap agama dan lebih suka bicara berita itu berita bohong atau bukan. Sudah ah... Andrew G Pattiwael wrote: (Republika juga boleh)wah anda ketahuan ngga niat kalau begini... anda sendiri juga ngga netral...bagaimana mau mengajak kami semua untuk ikut netral kalau sendiri juga ngga netral. andrew pattiwael On Tue, 2 Mar 1999, FNU Brawijaya wrote: Sebetulnya sudah melebihi kuota pribadi. Tambah satu lagi nggak apa-apa ya? Hmm.. just wondering.. kenapa agama (apalagi Nasrani) dibawa2 sama Kompas yah..? Mbak Steph baru nyadar kalau Kompas sekaligus membawa nama Nasrani? Sudah terkenal bahwa kompas boleh dipanjangkan menjadi Komando Pastur. Bila nggak percaya silakan lihat susunan redaksinya. Saya sendiri dulu langganannya Kompas karena dalam banyak hal memang objektif, tapi bila menyangkut berita agama atau yg lain misal etnik yg berkaitan dg agama, jelas berita tsb saya skip. Nah begitu mbak, jadi hubungannya jelas erat banget, serasa pacar deh. Kalau mau mengunyah berita yg tendensius sih monggo saja (yg sebetulnya boleh dong kita kategorikan berita bohong). Saya sangat setuju dengan ide boikot harian Kompas ini. Bukan karena didasari sentimen agama, yah ada tapi sedikit sekali. Hanya saja sebagai harian beroplah terbesar saat ini, objektivitas berita harus makin terpelihara. Terpelihara lebih baik lagi dibandingkan dengan harian lain baik yg nasional maupun lokal. Hasil dari boikot yg saya inginkan bukanlah turunnya oplah, tetapi memberikan pesan kepada masyarakat pembaca bahwa harian Kompas dan Suara Pembaruan (juga Republika deh) sangat sering menjadi tendensius bila menyampaikan berita mengenai SARA. Syukur-syukur mereka menyadari bahwa pelanggan terbesar justru bukan umat nasrani, sekaligus sadar berita bohong mereka dapat menjadi senjata makan tuan. Kita sangat beruntung dalam tempo 10 menit dapat melahap berita dari 10 koran. Dan kita lihat kita juga sering kesulitan untuk meng-adjust info yg masuk dan sering terbawa juga. Bagaimana dengan yg tidak seberuntung kita-kita ini (dalam hal akses info koran saja lho). Sangat banyak yang tidak mempunyai akses spt ini sehingga opini yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh berita (koran yg paling efektif, mungkin TV untuk masyarakat perkotaan). Nah, siapa yg mau membuat draft boikot? Kalau agak-agak takut mengeluarkan opini boleh juga kolektif. Nanti disebarin ke milis-milis lain. Bila mau secara fisik memboikot Kompas sih boleh juga cuma mungkin bukan itu sasaran kita. Jangan gitu dong ah.. namanya juga orang cari duit.. gak ada hubungannya dech kayaknya.. kalo korannya diboikot trus ditutup, yang kerja disono mao makan apaan? Cari duit dengan menyesatkan orang bagaimana? Kalau saya kerjaannya nunjukin jalan tapi malah suka ngasih tahu jalan yg ke arah yg lain boleh nggak? Yg kerja di sono makannya tetep nasi tho mbak. Mau makan roti rasanya tetep lapar tuh... Tapi.. kok ngomongnya gitu sih.. hubungannya kan (rada2) kurang ada.. And anyway, you're right.. jumlah kaum fanatik Kompas emang jutaan.. :) Not really. Kalau mereka tidak mengubah kebijakannya, tidak sulit untuk mempengaruhi orang untuk pindah koran. Jangan lupa lho, sebagian besar pelanggan ya kaum non-nasrani. Saya kira nggak perlu survei kita langsung tahu lah... Mungkin kita boleh berdebat bahwa suatu koran boleh menyebarkan berita bohong, tetapi suatu kelompok tertentu boleh juga mengambil langkah untuk mencegah menyebarnya berita bohong itu -- \\\|/// \\ - - // ( @ @ ) oOOo-(_)-oOOo--- FNU Brawijaya Dept of Civil Engineering Rensselaer Polytechnic Institute mailto:[EMAIL PROTECTED] Oooo oooO ( ) ( ) ) / \ ( (_/ \_)
Re: BOIKOT KOMPAS
Yakin anda? apa itu hanya defense anda lagi kan.. Apakah perjuangan Kisdi hanya untuk Muslim saja? Seklusive sekali. andrew On Tue, 2 Mar 1999, Mohammad Rosadi wrote: Andrew P wrote: deleted--- Walau Kisdi sering menyerang Kaum Kristen, tetapi jarang saya pernah dengar ada kelompok tukang protest Kristen demo depan kantor Kisdi, minta Kisdi dibubarkan atau si Sumargono di masukan dalam Bui. Malah ngga pernah tuh mendengarnya. Kisdi tidak pernah menyerang kaum kristen, yang ditentang oleh Kisdi adalah tindakan-tindakan OKNUM kristen yang jelas-jelas mendiskriditkan umat Islam. tidak lebih dari itu. Jadi apa yang mau diprotes.., lah emang salahnya sendiri kenapa nyari gara-gara ..? Mohamad Rosadi ---deleted andrew On Tue, 2 Mar 1999, Helson Siagian wrote: Saya belum pernah dengar atau baca ada orang Nasrani yang bilang "ayo kita boikot Republika". Kenapa ya? Mungkin karena nggak perlu ya...Mungkin sih. Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Tue, 2 Mar 1999, Ramadhan Pohan wrote: Salam! Saya ingin menjelaskan lagi. Bagi orang Islam yang merasa dikibulin oleh laporan Kompas yang selektif, bias dan memihak agama yang dibela koran itu-- wajar melakukan aksi boikot. Demikian juga jika Republika membuat laporan berita senada-- yang bias dan selektif dan merugikan kepentingan atau melukai penganut Nasrani, wajar memboikot Republika. Ini artinya masyarakat pembaca-- entah apa agamanya-- berhak "mengadili" koran-koran partisan, sektarian, fundamentalis tersebut. Itu kalau memang Anda mau. Bukan kah kita menolak fundamentalisme Islam, fundamentalisme Nasrani dan fanatisme yang "over" lainnya? Apa makna laporan selektif dan bias ala Kompas itu bagi kaum Nasrani? Saya mempunyai keyakinan bahwa rekan-rekan Nasrani yang tidak fundamentalis pasti tidak "happy" atas laporan bias tersebut. Begitu juga terhadap Republika-- saya dan sebagian rekan-rekan muslim lain-- juga tidak enjoy, tidak happy jika koran tersebut menuding atau melecehkan penganut not-muslim. Koran partisan, fundamentalis seperti Kompas-- saya pikir, kelak hanya akan dibaca oleh kaum fundamentalis nya belaka. Sebab yang merah dibilang hijau, yang putih dibilang abu-abu-- dan hanya kaum fundamentalis saja yang mau tepuk tangan atas pembohongan dan keculasan seperti itu. Bagi yang nasionalis dan pro kepada kenetralan-- kelak akan memilih selera kebenarannya sendiri: yang tidak bias dan tidak selektif. salam, ramadhan pohan . In a message dated 3/2/99 4:28:12 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Hmm.. just wondering.. kenapa agama (apalagi Nasrani) dibawa2 sama Kompas yah..? Jangan gitu dong ah.. namanya juga orang cari duit.. gak ada hubungannya dech kayaknya.. kalo korannya diboikot trus ditutup, yang kerja disono mao makan apaan? Tapi.. kok ngomongnya gitu sih.. hubungannya kan (rada2) kurang ada.. And anyway, you're right.. jumlah kaum fanatik Kompas emang jutaan.. :) Cheers STEPHANIE -Original Message- From: Ramadhan Pohan [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] Date: Monday, March 01, 1999 10:56 PM Subject: Re: BOIKOT KOMPAS In a message dated 3/2/99 12:44:25 AM !!!First Boot!!!, [EMAIL PROTECTED] writes: Kompas (2 Maret 1999) .. tertembak mati aparat kepolisian. Ketiga warga itu adalah Armin Paeni, Mui Ekhoran, dan Husein Umar. Mereka ditembak di sekitar rumah ibadah Dusun Ahuru. Sejak "zaman kuda gigit jari", Kompas selalu begitu. Waktu perang Bosnia, fakta pun terjungkir-balik dibikin mereka. Tapi, dari segi politik, Kompas berhak melakukan itu. Siapa lagi yang membela Nasrani jika bukan koran Nasrani. Apa mungkin Republika? Saya sendiri tidak menyukai dua koran itu. Senantiasa bias dan selektif menurunkan berita. Ini saatnya diserukan kepada semua orang Islam agar tidak berlangganan, membeli atau membaca Kompas. Boikot saja, itu jika kalian mau. Lebih bagus dengar RRI atau baca Suara Merdeka atau KR, PR, dan koran-koran yang independen lainnya. Media Indonesia sendiri-- sepanjang yang saya tahu-- nasionalis dan tidak punya kepentingan kepada salah satu agama. Jika pun Kompas diboikot, koran ini tidak akan mati. Kenapa? Tiras Kompas kan tidak lebih dari 500 ribu copies. Sedangkan jumlah kaum fanatik Kompas-- jutaan bung! salam, ramadhan pohan (lebih suka baca Tempo atau Forum) __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: BOIKOT KOMPAS
definisi orang pintar bagi saya: Orang yang mengasihi Tuhannya dan mencintai sesama manusia. andrew pattiwael On Tue, 2 Mar 1999, Mohammad Rosadi wrote: Kadangkala orang bodoh itu suka menjadi orang pintar yang berpura-pura bodoh...:-) Salam Mohamad Rosadi == From [EMAIL PROTECTED] Tue Mar 02 10:11:34 1999 Received: from [128.230.18.29] by hotmail.com (1.0) with SMTP id MHotMail30978497973024203518595875216256156516535; Tue Mar 02 10:11:34 1999 Received: from mailer (128.230.18.29) by mailer.syr.edu (LSMTP for Windows NT v1.1a) with SMTP id [EMAIL PROTECTED]; Tue, 2 Mar 1999 12:50:10 -0500 Received: from LISTSERV.SYR.EDU by LISTSERV.SYR.EDU (LISTSERV-TCP/IP release 1.8c) with spool id 658764 for [EMAIL PROTECTED]; Tue, 2 Mar 1999 12:50:06 -0500 Received: from comp.uark.edu by listserv.syr.edu (LSMTP Lite for Windows NT v1.1a) with SMTP id [EMAIL PROTECTED]; Tue, 2 Mar 1999 12:50:06 -0500 Received: (from hsiagia@localhost) by comp.uark.edu (8.9.0/8.9.0) id LAA21577; Tue, 2 Mar 1999 11:50:04 -0600 (CST) X-Sender: hsiagia@comp MIME-Version: 1.0 Content-Type: TEXT/PLAIN; charset=US-ASCII Message-ID: Pine.SOL.3.95.990302114934.1875B-10@comp Date: Tue, 2 Mar 1999 11:50:04 -0600 Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] Sender: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] From: Helson Siagian [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: BOIKOT KOMPAS To: [EMAIL PROTECTED] In-Reply-To: [EMAIL PROTECTED] Sesungguhnya orang yang selalu merasa dirinya pintar adalah orang tidak pintar. Helson SIAGIAN --- http://gwu.edu/~siagian --- On Tue, 2 Mar 1999, Hadeer wrote: Seperti yang sudah saya bilang : Jangan jadi orang bodoh dalam membaca media dan melihat fakta.dan lebih parah lagi PURA-PURA BODOH Biar adil.bagaimana kalo rekan-rekan yang beragama nasrani yang mengirim "Surat Peringatan" ke harian Kompas dan Suara Pembaruan (seperti yang sudah dilakukan beberapa waktu yang lalu untuk media asing.).ini saya usulkan kepada rekan-rekan nasrani dalam rangka berprasangka bahwa kalian bukanlah orang bodoh apalagi pura-pura bodoh.bagaimana Kan sudah terbukti dengan jelas, Kompas membiaskan berita dan Suara Pembaruan tidak memberitakan Hal yang sama akan saya lakukan jika kejadian yang sama terbukti terjadi di Republika. Smile Hadeer Andrew G Pattiwael wrote: Saya juga belum pernah dengar tuhngga tau emang sayanya Kristen yg Telmi atau memang kita yang Kristen semuanya Telmi atau kita yang digoblok-goblokin seperti pesan dari mas Hadeer itu...(Kok ngga dikasih tahu sih) __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: BOIKOT KOMPAS
anda baca donk tulisan anda...mungkin anda memang tidak bermaksud memojokkan, tapi tulisan anda terasa sekali memojokkan saya (kami) bukan dimasukin ke dalam hati, apa saya harus diam saja, atau enggeh nuwun pada setiap tulisan saudara...engga kan...lho kok setiap ada tulisan dari saudara muslim yang bernada mengecam kami yang nasrani, kami harus diam dan terima saja ? ini kan ngga adil dan jelas kami harus memberikan tanggapan ...katanya kehidupan demokrasi...dan jelas kami tidak bersikap netral pada diri kami sendiri... Ini kan yang sering terjadi...yang kristen selama ini diam saja kalau di pojokkan oleh yang muslim, karena kami merasa minoritas dan takut akan kekuatan mayoritas..saya jamin kalau saya berbicara di depan umum di indonesia, pasti sudah bernasib seperti saudara-saudara di ambon. Bisa ngga yang kristen mengecam yang muslim? ngga pernah ... saya sudah berusaha untuk membaca dengan tenang tulisan anda, tetapi isi dari tulisan anda sendiri juga tidak membuat perasaan (AKAL SEHAT) saya tenang...salah saya? ajakan dapat berupa himbauan yang sopan dan dan sekali lagi..halus... bukan berupa kecaman, cercaan atau hinaan kita saja belum mengambil aksi untuk mengingatkan kedua media yang dianggap tidak imbang, anda sudah ambil konklusi "kalau nasrani itu bodoh dan pura pura bodoh" Hubungi dulu donk kompas atau republika, baru setelah mereka terbukti tidak response , kita bisa mengambil konklusi selanjutnya kepada anda juga, cerdas dalam menulis sebuah himbauan...jangan langsung asal main tuduh sembarangan... anda sendiri bisa ngga menerima fakta yang ada...atau hanya berusaha bersembunyi di balik sebuah tameng yang bertuliskan mayoritas.. jangan membuat sesuatu yang simple jadi susah atau disusah-susahin... andrew pattiwael NB: saya akan mempostingnya buat anda, bila tidak sampai..di permias@ On Wed, 3 Mar 1999, Hadeer wrote: He...hetenang bang andrew:-) Siapa nuduh siapa disinikoq bang andrew merasa sedang saya pojokkan ?jangan terlampau dimasukkan ke hati laa Karena kebetulan saat ini Kompas yang sedang jadi topiknya.ya tulisan itu memang ditujukan untuk umat Nasrani Dan coba baca dengan tenang tulisan sayaitu sebenarnya ajakan untuk masing-masing kita berpikir dalam melihat sisi pemberitaan masing-masing koran (Kompas dan Republika) Kan jauh lebih baik orang Nasrani yang mengingatkan Kompas dan orang Muslim yang mengingatkan Republika. Dan bukan sebaliknya, karena masalahnya akan jadi panjang. Peringatan diberikan kepada masing-masing pemberitaan, setelah terbukti dengan jelas bahwa media tersebut BIAS dalam pemberitaannya..simple kan Sekali lagi cerdas lah dalam melihat BERITA dan FAKTAakui kalau memang "kita" yang bersalah (INI YANG SULIT) dengan besar hati (ini berlaku untuk kita berdua)... Kalau tulisan saya menyakitkan hati andayaa saya minta maafnggak ada maksud menyakitkan hati orang lain Smile and Peace Hadeer... Nb: Bang Andrew, Tolong di forwardkan ke Permias@jika tidak sampai kesana. Belakangan hari ini...saya kesulitan posting ke Permias@terimakasih
Re: Catur
lantas anda melihat saya ini termasuk bagian dari yang mana? 1.agak bodoh 2.pura-pura bodoh sepertinya saya punya pribadi yang diserang sekarang andrew On Wed, 3 Mar 1999, Hadeer wrote: Bang Andrew... Tulisan saya akan terasa sekali memojokkan jika dan hanya jika si pembaca "agak bodoh dan atau pura-pura bodoh dalam melihat berita dan fakta" Si pembaca akan merasakan kebenaran terhadap apa yang saya tuliskan. Nahsemuanya kembali kepada pembacanya :-) Hadeer
Re: MIMPI AJA TERUS - Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
Bersemangat, rajin dan optimis? wah makasih atas pujiannya, namun kadangkala pekerjaan sekolah saya jadi terganggu karena saking bersemangatnya, sampai-sampai ada yang mengatakan saya seperti kurang kerjaan terus-terusan posting di permias@. saya memang pemimpi bung... andrew pattiwael On Mon, 22 Feb 1999, Adri Amiruddin wrote: : From: Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] : To: [EMAIL PROTECTED] : Subject: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI ) : Date: 27 Februari 1999 0:19 : : Bung Nur, : : ngga usah bingung bung, : jelas yang di Indonesia (Yg Mayoritas Muslim) pasti membela yang muslim : sedangkan yang di Belanda (Yg Mayoritas Kristen) akan membela yang nasrani : Sekarang tergantung dari kitanya sendiri, Darimana kita menerima sumber : berita tersebut, kalau dari media yang memang berbau-bau keagamaan, jelas : mereka tentu akan membela kaumnya. : Kalau bung mencari berita di ummat, jelas bung melihat yang Islam telah : didiskriminasi sedangkan kalau bung mencari berita di fica.net, jelas : yang Kristen yang merasa didiskriminasi. : Sekarang kan seharusnya ada penjelasan dari Aparat, yang seharusnya NETRAL : dalam menengahi permasalahan keagamaan di Ambon ini, apakah mereka NETRAL : atau bisa bersikap NETRAL dalam menyelesaikan permasalahan ini. : Sekarang bagi kita, mari kita cari kebenaran dengan mencari berita-berita : yang tidak miring sebelah, cari berita yang bersikap netral atau yang : selama ini netral. Bolehlah kita membaca berita yang ditulis oleh media : Islam maupun Kristen, namun kita harus tau bahwa tidak semua pemberitaan : media-media tersebut NETRAL. Iya kan? BAGIAN YANG INI SAYA SETUJU BUNG ANDREW. Enggak ada media yang netral, karena di dalamnya penuh atau sarat kepentingan. Mana mungkin netral. Yang mungkin dipertanyakan apakah kira-kira informasi yang diberikannya lebih banyak faktanya, atau lebih banyak opininya, atau lebih berat dan banyak tuduhannya? Saya kira ini yang harus diawasi. Kalau masalah kepentingan (there is no value free in this life), sama-sama kita maklumi saja sejauh tidak mengganggu kepentingan orang lain. : Seperti yang kita ketahui kan, Suara pembaruan adalah media yang bermisi : Kekristenan, jelas media suara pembaruan ini akan memberitakan : pemberitaan yang akan membela Kristen Indonesia, sedangkan Republika yang : adalah media bermisikan Keislaman tentu akan berbuat demikian juga. : : Carilah pemberitaan yang netral atau setidaknya cari berita yang asli : dari Ambon, yang tentunya juga bersikap NETRAL. YANG INI AGAK KURANG SETUJU. Anda seperti ajak saya bermimpi untuk memperoleh media yang netral atau bebas kepentingan (baca situsnya Jurgen Habermas dan mazhab Frankfurt yang banyak tersebar di internet), mana mungkin. Semua punya kepentingan, paling tidak (ini yang tidak anda sebutkan) mereka punya kepentingan bisnis alias cari untung. Judul berita harus seksi, mengundang atau menarik perhatian, dan kalau perlu menimbulkan polemik dan kontroversi. Dengan cara itu orang berebut beli koran. Coba bayangkan kalau berita di koran AS tentang Indonesia dengan judul yang tidak menarik, siapa mau beli (disamping juga jadi dagangan politik mereka). Berita langsung dari Ambon sendiri pun tidak pernah netral. Data atau fakta kejadian pada dirinya sendiri (mungkin) netral. tapi ketika dibahasakan dia akan telak-telak mewakili kepentingan tertentu. Paling tidak dia mewakili kepentingan orang yang membahasakannya. Kalau ada laporan atau tulisan langsung dari Ambon (kalau tidak salah saya pernah forwardkan 2 kali), jelas dia mewakili kepentingan si pengirim. Yang kita tidak tahu adalah apa kepentingan orang tersebut. Apakah dia minta diberi perhatian, atau dia minta dilindungi oleh pemerintah pusat? Gimana? : Semoga kita yang di permias@ selalu bersikap NETRAL, : Salam jumpa lagi. Lama saya tidak komentari tulisan anda. Pada hal anda salah satu yang bersemangat dan rajin serta optimis dalam milis ini. Salam [EMAIL PROTECTED]
Re: Did you know that Mahatma Gandhi walked barefoot everywhere?
Bandingkan dengan para pemimpin kita, bung indi, apa ada yang mau " ikut menderita " hidup melarat dengan para rakyat jelata di pinggiran rel kereta api atau dibawah kolong jembatan ? mungkin ada baiknya kita-kita semua bisa tour ke tempat2 seperti ini, lihat bagaimana kehidupan di samping kali ciliwung dll. semua pemimpin kalau bukan dari golongan elite, pasti punya istilahnya simpanan dana atau mempunyai gelar dari perguruan tinggi di luar negeri. (ngga ada salahnya sih lulusan LN) Bandingkan saja...apa pernah ada? ya selain mitos yang sering digembus-gembusi Pak Harto yang katanya anak petani dan yatim tetapi setelah berkuasa dan menjadi pimpinan, malah lupa akan asal usulnya. bagaimana Memphis? spring break ke NOLA? andrew On Mon, 1 Mar 1999, Indi Soemardjan wrote: Did you know that Mahatma Gandhi walked barefoot everywhere? So much in fact that it reached the point that his feet became quite thick and hard. He also led passive demonstrations to provoke change when the government was insensitive to the needs and rights of people. He often refused to eat. Even when he was not on a hunger strike, he did not eat much and became quite thin and frail. Often not noted in contemporary histories was the fact that due to his diet, he ended up with very bad, extremely bad breath. Taking all these things together, he became widely known in India as the 'Super calloused fragile mystic plagued with halitosis." -- Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi
Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas lalu boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain donk. Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang "berimbang dan netral" Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan yang bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan persoalan, bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa kebencian thd satu sama lainnya. Cerita dongeng atau Keajaiban-keajaiban ttg keagungan sebuah agama juga sering saya dengar. Bahkan sampai bosen mendengarnya. Sama seperti di Kristen, ada cerita bahwa alkitab dan salib tidak terbakar, sebuah gereja yang tidak disentuh api, atau rantai malaikat yang mengelilingi sebuah gereja yang akan dibakar waktu mei lalu, etc... Lantas, apa maksud "dongeng" ini? untuk mengkuatkan iman para pemeluknya? boleh!, untuk menghasut dan menghujat agama lain? Ini kan harus dipertanyakan. andrew pattiwael On Sun, 28 Feb 1999, Hadeer wrote: Patokan saya sich mah jelas : Yang paling banyak menjadi korban adalah yang tertindas. Kita lihat saja, siapa yang paling banyak jadi korban dan tertindas. We are not stupid laaand dont be stupid laa... Hadeer Andrew G Pattiwael wrote: Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya... :) On Sat, 27 Feb 1999, Hadeer wrote: Kalau berita seperti ini masuk dalam kategori mana ? Smile Hadeer === From: "Nunung" [EMAIL PROTECTED] To: "sabili" [EMAIL PROTECTED] Cc: "Riska" [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 26 Feb 1999 20:17:55 +0700 Subject: [Sabili] Tentara Allah Turun Di Ambon Assalamu'alaikum Wr.Wb (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kpd Rabbmu, lalu diperkenankan-= Nya bagimu:"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dgn se= ribu malaikat yg datang berturut-turut." (QS Al-Anfaal:9) = = Di tengah peristiwa pembantaian umat muslim di Ambon, ternyata Allah menuru= nkan ribuan jundullah cilik yg menyerang org2 kafir dgn keberanian luar bia= sa. = Berikut ini saya kutipkan dari majalah Sabili : Org2 nasrani yg bersenjatakan panah2 api racun, parang, tombak, batu, kay= u, besi senapan berburu, bom molotov hingga bom ikan, pd malam 20 Jan 99 se= kitar pk. 24.00 s/d 01.00 malam mendesak umat Islam yg mengungsi di mesjid = Raya Al-Fatah hingga mundur. Mereka benar2 ingin menghancurkan mesjid. Di d= lm mesjid tsb berkumpul 5000-an pengungsi. Umat Islam panik bercampur marah= . Para pengungsi yg kebanyakan ibu2 anak kecil histeris ketakutan. Gambar= an kehancuran mesjid pembantaian pengungsi sudah terbayang di pelupuk mat= a. Keadaan sudah semakin gawat. Tetapi, tiba2 penyerang itu berbalik lari= terbirit-birit. Mereka sangat ketakutan. Umat Islam tdk tahu apa yg sebena= rnya terjadi. Ternyata dari penuturan seorg nasrani yg berhasil ditawan ad= alah : "saya melihat ribuan kanak2 berusia sekitar 10 th, memakai baju so= ngkok putih berlari kencang ke luar mesjid ke arah kita. Seorg tua berjubah= bersorban putih dgn tongkat di tangannya tampak memimpin pasukan itu. Ju= mlahnya sangat banyak keberaniannya sangat luar biasa. Itulah yg membuat = kami takut berbalik meninggalkan mesjid" Usaha org kafir pun utk membakar mesjid gagal krn tiupan angin yg berbalik = arah. Pd malam Jum'at ketika org2 kafir berusaha membakar mesjid dgn memanf= aatkan tiupan angin membakar rumah2 muslim dgn ratusan panah api (yg mala= h jatuh ke rumah2 Nasrani tetangganya), para pengungsi di mesjid itupun ber= takbir dari pk. 23.00 s/d pk. 01.00 malam. Di tengah kekalutan, tiba2 org2 = yg berada di sekitar mesjid, dikejutkan oleh sebersit cahaya terang berwarn= a biru yg jatuh dr langit. Bola cahaya itu membelah kepekatan malam, melunc= ur turun tepat di atas mesjid Raya Al-Fatah. Tiba2 saja angin berbalik arah= berhembus sangat kencang. Yg semula bertiup ke arah mesjid, berbalik 180= derajat menuju Gereja Silo. dan membakar Gereja Silo, yg jaraknya + 300 m = dari Al-Fatah. Tetapi, petugas pemadam kebakaran ternyata sudah siap memada= mkan gereja. Jadi UMAT ISLAM TDK MEMBAKAR GEREJA. kejadian mengenai jundullah cilik itu juga tdk terjadi sekali. Di Belakang = Kota, suatu perkampungan Arab juga diserang org2 kafir. Waktu itu hanya ada= bbrp pemuda. Krn personilnya yg sangat sedikit dibandingkan lawan, lama2 m= ereka pun terdesak. Kejadian aneh pun kembali terulang. Tiba2 para penyeran= g mundur lari tunggang langgang. Esok paginya org2 ramai membicarakan hal= tsb. Dari penuturan
Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
Sekarang yang menjadi pertanyaan, Bisa ngga? saya dan anda bisa saja bilang, Indonesia seharusnya, menjadi negara sekuler, namun pedapat Gus Dur, Anda, dan penganut sekulerisme lainnya kan tidak bisa dijadikan tolak ukur pendapat nasional secara keseluruhan. Sekarang partai-partai yang berkeagamaan kan cukup banyak, belum lagi partai-partai yang sudah menunjukkan kesukuannya (Parti). Ini kan yang parah..bagaimana saya dan anda mau bersatu, kalau saya beraliansi dengan Parkindo misalnya dan anda dengan partai Islam Indonesia, ini baru misalnya loh. Sedangkan kata sekulerism di Indonesia saja masih tidak jelas, apalagi dengan ditambah bumbu-bumbu mayoritas dan minoritas segala. Point nya, selama hampir 55 tahun bernegara dan berbangsa, kita sendiri masih tidak tahu penerapan sekuler yang tepat di negara kita. memang indah, kalau di Indonesia bisa seperti yang anda bilang. andrew pattiwael On Sun, 28 Feb 1999, Dodo D. wrote: Oooohh alangkah indahnya hidup ini kalau kita bisa keluar dari lingkaran religious conflict yang tak pernah ada penyelesaiannya. Udah deh...lakum dinukum waliyadin aja dah. Tiap2 agama ngurusin religious quality dari ummatnya masing2, nggak usah saling mencela dan tetek bengeknya. Saya kuatir bahwa konflik agama ini akan berlanjut sampe nanti di surga atau di neraka. Bayangin aja, nanti juga masing2 agama akan mengklaim bahwa surga itu hanya untuk ummatnya yang taat, pemeluk agama lain harus di neraka. Nah kalo udah begini, kan jadinya gontok2an juga nanti di surga, siapa yang berhak masuk sana? Atau mungkinkan oleh Tuhan akan dibuatkan surga yang terpisah? untuk kristen sendiri, untuk islam sendiri, untuk agama lain juga punya masing2?. Inipun nggak akan menyelesaikan masalah, karena masih ada kemungkinan tawuran antar surga, ejek ejekan, lempar lemparan batu, tombak, parang dll. Terus kapan selesainya? Kalau saya kok setuju tawarannya Gus Dur beberapa waktu lalu. Kita ini jadi negara sekuler aja deh. Agama digunakan sebagai landasan moral pribadi penganutnya. Jangan mencampur adukkan negara (politik) dan agama. Jangan juga seperti Turki yang melarang pemakaian jilbab, karena itu sudah termasuk pemasungan hak2 manusia. Udah deh...politik ya politik, agama ya agama, diurus di masjid atau di gereja atau di pura dll. Jangan di campur aduk kaya nasi rames. Kalau campurannya tepat, rasanya enak, tapi kalau nggak tepat, ya bikin sakit perut. ---Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote: Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas lalu boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain donk. Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang "berimbang dan netral" Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan yang bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan persoalan, bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa kebencian thd satu sama lainnya. Cerita dongeng atau Keajaiban-keajaiban ttg keagungan sebuah agama juga sering saya dengar. Bahkan sampai bosen mendengarnya. Sama seperti di Kristen, ada cerita bahwa alkitab dan salib tidak terbakar, sebuah gereja yang tidak disentuh api, atau rantai malaikat yang mengelilingi sebuah gereja yang akan dibakar waktu mei lalu, etc... Lantas, apa maksud "dongeng" ini? untuk mengkuatkan iman para pemeluknya? boleh!, untuk menghasut dan menghujat agama lain? Ini kan harus dipertanyakan. andrew pattiwael On Sun, 28 Feb 1999, Hadeer wrote: Patokan saya sich mah jelas : Yang paling banyak menjadi korban adalah yang tertindas. Kita lihat saja, siapa yang paling banyak jadi korban dan tertindas. We are not stupid laaand dont be stupid laa... Hadeer Andrew G Pattiwael wrote: Anda sendiri pasti sudah tahu jawabannya... :) On Sat, 27 Feb 1999, Hadeer wrote: Kalau berita seperti ini masuk dalam kategori mana ? Smile Hadeer === From: "Nunung" [EMAIL PROTECTED] To: "sabili" [EMAIL PROTECTED] Cc: "Riska" [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 26 Feb 1999 20:17:55 +0700 Subject: [Sabili] Tentara Allah Turun Di Ambon Assalamu'alaikum Wr.Wb (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kpd Rabbmu, lalu diperkenankan-= Nya bagimu:"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dgn se= ribu malaikat yg datang berturut-turut." (QS Al-Anfaal:9) = = Di tengah peristiwa pembantaian umat muslim di Ambon, ternyata Allah menuru= nkan ribuan jundullah cilik yg menyerang org2 kafir dgn keberanian luar bia= sa. = Berikut ini saya kutipkan dari majalah Sabili : Org2
Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
Menurut pendapat anda yang logis-nya itu apa? Mayoritas korban Agama A sedang tertindas, tetapi diberitakan Agama A menindas agama B ( Agama Islam sedang tertindas, tetapi diberitakan Agama Islam menindas Kristen ) penafsiran saya benar ngga nih? Fakta dan analisa anda sendiri berkata apa? Agama yang menindas dan masih berkelit ini saya tafsir Kristen? mungkin anda bisa menjelaskannya kepada saya, andrew pattiwael On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote: :-) Bukan main stupid - stupid an...tapi saya ngajak menggunakan akal dan pikiran dalam melihat fakta dan pemberitaan. Saya ngajak untuk kita (terserah agamanya apa saja) untuk berbesar hati mengakui dan meminta maaf, kalau memang ada orang dalam agamanya sendiri sedang menindas agama orang lain. Sederhana kannggak usah pusing-pusing baca aneka macam berita dari media.lihat fakta dan analisa sendiri. Kalo memang menindas ya akui sajakalau memang tertindas ya akui juga. Masalahnya kalau sudah jelas-jelas suatu agama menindas agama lain.eee yang menindas masih sok suci berkelit dengan segala cara untuk tidak mengakui. Kan nggak mungkin juga ada mayoritas korban agama A sedang tertindastetapi di beritakan agama A sedang menindas agama Bnggak logis laa :-) Peace, Hadeer Andrew G Pattiwael wrote: Ini bukan main stupid-stupitan, bukan karena paling banyak tertindas lalu boleh dengan seenaknya menjelek-jelekan atau memojokkan pihak lain donk. Ada tata krama dan aturan dalam memberitakan suatu pemberitaan yang "berimbang dan netral" Hanya karena yang muslim tertindas di Ambon lalu boleh memberitakan yang bersifat menghasut kristennya. Ini kan yang ngga benar, seharusnya yang Muslim bekerja sama dengan yang Kristen untuk memecahkan persoalan, bukan lantas menulis sebuah artikel yang bisa membangkitkan rasa kebencian thd satu sama lainnya.
Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
Menurut apa yang saya tangkap: bukan hanya yang Muslim saja yang menjadi sasaran pembakaran, pembunuhan dan penindasan. Yang Kristen juga menderita yang sama dengan yang Muslim. Fakta: Kampung/negeri Kristen dan Islam saling serang menyerang Yang Kristen dan Islam sama sama resah tidak bisa merasa aman di Kota Ambon Fakta bahwa sejak dahulu di Maluku, yang Islam dan yang Kristen telah hidup berdampingan dan sebelum Kerusuhan di Ambon ini keadaan di Maluku selalu aman-aman saja antar sesama pemeluk beragama. Fakta bahwa tidak semua orang Ambon Kristen adalah preman-preman bayaran seperti yang selama ini dilukiskan oleh beberapa media di Jakarta yang mempunyai kedekatan dengan beberapa golongan agama. Bahwa, Kristen dan Islam sama-sama menghadapi suatu Kekuatan Luar yang ingin menghancurkan persaudaraan yang telah mereka bina selama berabad-abad. Siapapun golongan, orang, pihak, kesatuan manapun, inilah yang seharusnya Dilawan. Mungkin Pihak Luar ini ingin menunjukan bawah bukan hanya Muslim yang dapat menindas, membakar, membunuh, tetapi yang selama ini karena keminoritasannya , Kristen, juga dapat berbuat yang sama dan mungkin dapat lebih kejam lagi. Dan lebih parah lagi, kalau memang keterlibatan preman-preman yang berlatar belakang Ambon dan beragama Kristen ini adalah pelakunya, maka pihak luar ini berharap Mayoritas Muslim di seluruh Indonesia akan mengambil tindakan dan membalas dendam thd minoritas Kristen di tempat lain dan semoga kejadian di Ambon dapat memicu tindakan anarkis ditempat lain terutama yang didasari oleh balas dendam Muslim thd Kristen. nah skenario selanjutna sudah bisa kita tebak. Siapa pun pelakunya tidak bisa diidentikan dengan sebuah agama maupun tidak beragama. Yang harus dilihat adalah motif dan tujuan dari pelaku tersebut. Apakah selama ini Korupsi selalu diidentikan dengan agama, suku dll? Yang Kristen, Muslim, Pribumi, Keturunan juga ada yang jadi Koruptor. Ada yang memperkosa, ada yang diperkosa dll. Yang jelas, kita yang berada di LN tidak bisa dijadikan sumber berita, maupun yang berada di Jakarta. Pihak-pihak yang menjadi saksi hidup dari kerusuhan ini sajalah yang dapat memberikan masukan yang dapat dipercaya. Andrew pattiwael On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote: Menurut pemikiran saya : Penganut agama Islam (baik dia orang Ambon, Sulawesi, dll) sedang menjadi sasaran pembakaran, pembunuhan dan penindasan. Pelakunya ... yang saya tidak tahu. Meskipun ada juga selain penganut agama Islam yang menjadi korban. Bukti jelas : Pengungsian besar-besaran orang Sulawesi Selatan keluar dari Ambon (Fakta dan diberitakan di seluruh media). Rekan -rekan kerja saya yang cuti ke Ambon untuk merayakan Idul Fitri yang berusaha mati-matian keluar dari Ambon bersama keluarga, padahal mereka keturunan Ambon juga. Apa artinya ??? Jiwa mereka sedang teracam. Apakah orang penganut agama Kristen yang melakukannyaapakan orang penganut agama Islam yang melakukannyaapakah orang yang tidak beragama yang melakukannya.??? Sebab musabab diskusi ini adalah "Kita harus mendengar versi mana dari sebuah media"itu yang sesedikit mungkin kita harus jadikan patokan. Karena media tidak menjamin kenetralan dan keperimbangan. Mau jelaslangsung cari dari sumber yang utama, pelaku kejadian. Hadeer. -- From: Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] To: Hadeer [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI ) Date: 01 Maret 1999 7:59 Menurut pendapat anda yang logis-nya itu apa? Mayoritas korban Agama A sedang tertindas, tetapi diberitakan Agama A menindas agama B ( Agama Islam sedang tertindas, tetapi diberitakan Agama Islam menindas Kristen ) penafsiran saya benar ngga nih? Fakta dan analisa anda sendiri berkata apa? Agama yang menindas dan masih berkelit ini saya tafsir Kristen? mungkin anda bisa menjelaskannya kepada saya, andrew pattiwael
Re: Kenetralan Media Massa: (Re: DEMONSTRASI )
Berarti anda menarik kembali artikel yang anda postingkan dari sabili atau apalah namanya millist itu, sesuai dengan seperti yang anda bilang. siapa nih yang berpura-pura bodoh dalam kategori anda? dan yang lebih pasti lagi, kita sebagai yang tahu bahwa yang bodoh terus dibodohi oleh yang pintar harus merubah hal ini, dengan memberi tahu yang bodoh bahwa yang pintar itu membodohi yang bodoh. wah..jadi anda termasuk yang smart nihnanti kalau saya yang dibodohi, tolong saya dikasih tahu. andrew pattiwael On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote: Yang jelas, kita yang berada di LN tidak bisa dijadikan sumber berita, maupun yang berada di Jakarta. Pihak-pihak yang menjadi saksi hidup dari kerusuhan ini sajalah yang dapat memberikan masukan yang dapat dipercaya. Ini adalah intinya Pergunakan akal dan pikiran kita dalam membaca sebuah media dan berita. Jangan bertindak bodoh atau lebih parah lagi berpura-pura bodoh...be smart... Yang pasti...yang pintar akan memakan yang bodoh :-) Smile and Peace... Hadeer
Re: Ampun... ;-)
wah...anda puter-puter, saya yang "celeng" duluan... maklum lah masih ada perasaan takut waktu naik mikrolet dulu, diajak puter-puter, ngaku sang sopirnya detour padahal biar penumpangnya olahraga diturunin beberapa blok dari tujuan. andrew pattiwael On Mon, 1 Mar 1999, Hadeer wrote: Stay cool and kalem mbak Rani :-) dan Bang Andy... :-) Kadang - kadang saya harus "berputar-putar dulu" untuk sampai ke tujuan yang saya maksud :-) He...he.. :-). Biar seru Keep Smile Hadeer. -- From: Rani Elsanti Ambyo [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Ampun... ;-) Date: 01 Maret 1999 9:13 Halo semua.. Waduh, ampun... Hidup saja dengan tersenyum.
Pembelaan Let.Jen Prabowo Subianto
Dalam kehidupan berdemokrasi, kita harus juga mendengarkan pendapat atau keterangan berbagai pihak. Salah satunya adalah keterangan pembelaan diri Bapak Prabowo, mantan Pangkostrad, Letnan Jendral TNI Angkatan Darat, Purnawirawan, yang dikirim oleh Beliau dari tempat sementaranya di Amman, Jordania. Text diambil dari Detik.com detikcon, Jakarta - Letjen (purn) Prabowo Subianto yang saat ini berada di Amman, Yordania, mengeluarkan keterangan pers. Dalam keterangan pers ini Prabowo membantah tuduhan yang dilontarkan oleh presiden Habibie. Keterangan pers ini dibacakan di ruang Voyage, Ballroom Hotel Regent Jakarta Jumat sore (19/2/1999). Jumpa pers ini tak pelak lagi mengundang perhatian wartawan. Tak kurang dari seratus wartawan hadir pada acara ini. Memang Prabowo tentu saja tidak hadir sendiri. Ia diwakili oleh ketua KISDI Achmad Soemargono, Direktur IPS Fadli Zon, Farid Prawira Negara dan Yanus Hutapea. Mereka berempat hadir sebagai sahabat Prabowo dan juga sahabat keluarga Soemitro Djojohadikusumo. Menurut Yanus Hutapea, saat ini Hasyim S. Djojohadikusumo, adik kandung Prabowo saat ini sedang berada di Australia. Sedangkan ayah Prabowo, Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, sejak 12 Mei 1999 sedang berada di Eropa. Yanus mengungkapkan bahwa Sumitro dan Hasyim merasa sangat prihatin dan terpukul atas pemberitaan dan persepsi salah terhadap Letjen TNI Prabowo Subianto. Mereka mengharapkan Habibie akan mengetahui hal yang sebenarnya dari pernyataan tertulis Prabowo. Kalau perlu Prabowo dipanggil lansung untuk klarifikasi. Keterangan Prabowo untuk menjawab tuduhan Presiden BJ Habibie bahwa ia mengepung rumah Habibie, terdiri dari 4 halaman. Di situ Prabowi bicara panjang lebar. Di bawah ini penjelasan lengkap dari Prabowo tersebut: Saya ingin menyampaikan tanggapan saya atas berbagai pernyataan akhir-akhir ini, terutama yang menyangkut tentang peranan saya dalam pengerahan pasukan pada rangkaian kejadian antara 12 Mei 1998 sampai dengan 22 Mei 1998 di Ibukota, sebagai berikut: 1. Semua pengerahan dan penempatan pasukan yang berada di bawah komando saya pada saat yang dimaksud (tanggal 12 Mei 1998 sampai dengan 22 Mei 1998) telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku, dilaksanakan sepenuhuya dibawah kendali Panglima Komando Operasi Jaya, yaitu Pangdam Jaya, Komandan Garnisun Ibukota. Semua pengerahan pasukan dilaporkan kepada komando atas. Laporan situasi di laporkan terus-menerus kepada komando atas, dan pengendalian pengerahan pasukan dilaksanakan melalui sebuah Posko yang diselenggarakan oleh Komando Operasi Jaya, dimana semua Asisten Operasi dari seluruh Komando Utama Operasi yang berada di jajaran Garnisun Ibukota hadir sendiri atau mengirim wakilnya. 2. Saya selaku Panglima Kostrad tidak memiliki wewenang komando operasional atas apapun. Terhadap pasukan Kostrad pun saya tidak memiliki wewenang komando operasional. Tugas Panglima Kostrad hanya menyiapkan dan menyediakan pasukan secepat mungkin kepada komando pengguna dalam hal ini adalah Komando Operasi Jaya, sesuai dengan petunjuk dari pimpinan ABRI. Hal ini sudah menjadi sistem komando dan pengendalian di jajaran ABRI sejak belasan tahun. 3.Pada rapat yang dipimpin oleh Bapak Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto pada 14 Mei 1998 sekitar jam 21.30
Pembunuh Wartawan Australia di Tim-Tim ?
Korban dari perang atau memang dikorbankan ? From Indo-News.com ** Wednesday, February 17, 1999 Order to burn Australians By HAMISH McDONALD, Foreign Editor Indonesia's current Information Minister was named yesterday as the man most likely to have led soldiers who killed five Australian-based newsmen in 1975, dressed them in military uniforms for propaganda photographs, then burnt their bodies. The second inquiry by the former chairman of the National Crime Authority, Mr Tom Sherman, into the deaths of the television newsmen at Balibo, East Timor, has thrown an extraordinary challenge to the Foreign Minister, Mr Downer, for his visit to Indonesia next week. In contrast to his first report in June 1996, Mr Sherman has squarely assigned responsibility for the attack on Indonesian regular troops. And he has found that the then Special Forces captain, Yunus Yosfiah, was "most likely" in charge and had the dead journalists photographed in military uniforms before their bodies were burnt. Mr Yunus is now the Information Minister in the Indonesian Government, and Mr Downer can be expected to meet him next week either in Australia-Indonesian ministerial talks in Bali or later in Jakarta. Mr Downer will also meet the Indonesian President, Dr B.J. Habibie, in Jakarta on February 25 for talks on the future of Timor. Mr Yunus has denied even being in Balibo during the attack. Mr Sherman's report, tabled in Federal Parliament yesterday, does not accuse Mr Yunus of murder, or premeditation. He accepts that some Indonesian officers higher up the chain of command "knew of the possible presence of journalists in Balibo prior to the attack" but found no evidence that the attacking troops had been told of the journalists. Mr Sherman emphasises that the attackers were laying down a hail of fire, possibly in pre-dawn half light, with some counter-fire from defending troops of the pro-independence Fretilin movement, and would be inclined to "shoot first and ask questions afterwards" at any sign of movement. He adds that any attempts to surrender "would have been futile in those circumstances". But the bombshell in the report, for Mr Downer and his hosts next week, is that Mr Sherman concludes "it is even clearer from the new information that the attack was controlled and directed by Indonesian Special Forces and Red Beret commando officers". And "it is now clear" that "the attacks on Balibo and Maliana [on October 16, 1975] were at the start of a general offensive by Indonesian military forces to annex East Timor". Tabling the report yesterday, Mr Downer said he had sent a copy to the Indonesian Foreign Minister, Mr Ali Alatas, asking for any help Jakarta could give to "cast more light" on the deaths of the Balibo five - Gary Cunningham, Brian Peters, Malcolm Rennie, Greg Shackleton and Tony Stewart - and of Australian journalist Roger East in Dili. But the Opposition foreign affairs spokesman, Mr Laurie Brereton, immediately attacked Mr Downer, saying Australia "cannot consider the case closed without a full account of the events at Balibo from the Indonesian side, including the role or otherwise of the present Minister for Information and others in the military chain of command".
Sedikit Mengenai ABRI
Sistim Hirarkis ABRI harus dibenahi, Perintah Komando harus selalu turun sesui dengan sistimatik yang telah ditetapkan. Jangan pernah lagi ada pasukan-pasukan luar atau "tidak dikenal". Ini namanya DESERSI. Andrew Habibie Ungkapkan Prabowo Konsentrasikan Pasukan Jakarta, Pembaruan Presiden BJ Habibie mengungkapkan bahwa pada waktu memberikan brifing kepada semua anggota Kabinet Reformasi Pembangunan sebelum pengumuman nama-nama anggota kabinet, Jenderal TNI Wiranto tidak ikut dipanggil untuk mengikuti brifing yang dilakukan sekitar dini hari 22 Mei 1998. ''Saya memberitahu dia sebelum mengumumkan kabinet di Istana Merdeka,'' kata BJ Habibie, ketika menyampaikan sambutannya di hadapan peserta Forum Editor Asia-Jerman ke-2 di Istana Negara Jakarta, Senin (15/2). Presiden Habibie yang berbicara dalam bahasa Inggris tanpa teks mengakui pada waktu itu, semua orang bikin spekulasi. ''Saya sadar, saat itu semua orang berspekulasi apa yang dilakukan presiden. Saya katakan, saya sudah memutuskan bahwa Anda (Jenderal TNI Wiranto-Red) tetap di posisi Anda.'' Maksudnya sama seperti posisinya seperti pada Kabinet Pembangunan VII, yaitu sebagai Menhankam/ Pangab. ''Terima kasih Bapak Presiden,'' begitu jawaban Jenderal TNI Wiranto ketika itu dan menambahkan, '' Bapak Presiden, bolehkah saya bicara sebentar.'' Dia bilang, bahwa pasukan di bawah komando seseorang, yang saya kira namanya tidak perlu saya sembunyikan lagi, Jenderal Prabowo, sedang mengkonsentrasikan pasukannya di beberapa tempat, termasuk sekitar rumah saya. Karena Presiden adalah Panglima Tertinggi, dia (Jenderal Wiranto) tanyakan apa yang harus dia lakukan. ''Lalu saya perintahkan, tarik seluruh pasukan kembali ke barak. Apa benar yang saya lakukan? Ternyata benar,'' ujar Presiden BJ Habibie. Letjen TNI Prabowo Subianto waktu itu menjabat sebagai Panglima Kostrad yang mempunyai pasukan-pasukan dibawah kendalinya. Pada malam itu seperti diberitakan Pembaruan, tank-tank dan pasukan penuh truk berseliweran di jalan-jalan utama Jakarta yang tidak jelas dibawah siapa komandonya. Keesokan harinya ada berita bahwa Panglima Kostrad diganti mendadak, mula-mula dari Letjen Prabowo kepada Mayjen TNI Johnny Lumintang (Asops Kasum ABRI), tetapi 17 jam kemudian dialihkan kepada Mayjen TNI Djamari Chaniago yang ditarik mendadak dari posisinya sebagai Pangdam III/Siliwangi. Letjen Prabowo yang semula Danjen Kopassus sebelum Pangkostrad, lalu ditugaskan untuk sementara waktu sebagai Komandan Sesko ABRI di Bandung, dan setelah itu non-aktif karena diperiksa oleh Dewan Kehormatan Perwira (DKP). Setelah rekomendasi dari DKP diberikan kepada Pangab, ia dipensiun pada bulan November 1998. Kini ada sejumlah 11 orang anggota Kopassus sedang diperiksa oleh Mahmil dalam kaitan kasus penculikan sejumlah aktivis pro-demokrasi. (M-5)
Salah Pengertian
Selasa, 16 Februari 1999 Imlek dan "Cap Gomeh" Boleh di Vihara Pontianak, Kompas Wali Kota Pontianak (Kalbar) Buchary Abdurrachman mengakui, telah terjadi salah pengertian terhadap penyebutan istilah vihara dalam surat edaran yang dikeluarkan tanggal 12 Februari 1999 soal perayaan Tahun Baru Imlek dan "Cap Gomeh" tahun 1999. Sebab vihara yang dimaksud bukan tempat kegiatan umat Konghucu serta sekte Tridharma Pontianak, tetapi tempat ibadah umat Buddha. Buchary mengatakan hal itu kepada wartawan di Pontianak, Senin (15/2). Ia menyatakan, dalam mengeluarkan surat edaran itu pihaknya tak memiliki niat sedikit pun untuk membatasi acara keagamaan tersebut. "Lagi pula vihara yang terdapat di Pontianak bukan seperti yang dimaksud dalam Inpres tersebut. Karena vihara di sini disebut kelenteng. Jadi tak ada masalah," kilah Buchary. Untuk itu kepada umat yang merayakan Imlek dan "Cap Gomeh" dibolehkan dan dijamin untuk melaksanakannya di tempat biasa seperti yang selalu dilakukan pada waktu-waktu sebelumnya. "Pemda dan aparat keamanan akan berusaha menjaga keamanan seperti pada hari raya Natal, Tahun Baru dan Idul Fitri," tegas Buchary Abdurrachman. Seperti diberitakan sebelumnya, Pemda Kodya Pontianak dengan merujuk surat Kadit Sospol Kalbar yang meneruskan kawat Mendagri, melarang perayaan Imlek dan "Cap Gomeh" di Vihara. Hal itu karena berdasarkan Inpres Nomor 14/1967, perayaan pesta agama dan adat istiadat Cina tak boleh dilakukan secara mencolok di depan umum, melainkan dalam lingkungan keluarga. Inpres tersebut masih berlaku dan tetap relevan sampai sekarang. (Kompas 14/2) Larangan itu dikecam semua suku dan agama setempat. Mereka mendesak agar kebijakan yang diskriminatif itu segera ditinjau kembali. (jan)
Fraksi Pelajar dan Mahasiswa di MPR/DPR?
Bagaimana ya? Golongan Muda ikut andil dalam menentukan jalannya pemerintahan dan mempertahankan dan memperjuangkan kepentingan rakyat banyak di DPR, mengawasi jalannya pemerintahan dan menjaga jalur pembangunan agar tidak melenceng di MPR. Perlukah kita Menteri Pemuda yang benar-benar dari Golongan Pemudanya? Atau Menteri Pendidikan yang benar-benar dari bidang pendidikan, bukan dari bekas pensiunan jendral yang sudah kehabisan jabatan di Mabes ABRI? Akankah setiap 5 tahun sekali materi kurikulum berubah dengan bergantinya menteri? Kampus-kampus, sekolah-sekolah, madrasah-madrasah dapat menjadi tempat ajang pendidikan dan penyadaran thd politik nasional. Akankah Gerakan Pemuda ditunggangi atau dikendalikan lagi seperti jaman Orde Lama dan Orde Baru? Terakhir, Mahasiswa dan Pelajar telah mengendorkan perjuangannya setelah jatuhnya Orde Lama, membiarkan Orde Baru mengkebiri hak-hak politik rakyat banyak. Revolusi oleh Mahasiswa dan pelajar yang akhirnya diakui oleh Soeharto sebagai hasil jerih payahnya. Generasi '66. Haruskah kita jatuh lagi seperti masa-masa yang sebelumnya? Reformasi dimulai oleh Mahasiswa, pelajar, Rakyat dan harus juga diisi oleh Rakyat, pelajar, Mahasiswa. Atau mebiarkan badut-badut politik yang dahulu diam saja ketika kalian berdemonstrasi, ditembakin peluru, dipukul rotan, bermandikan panas terik dan hujan, atau "TIDUR" saat kalian bermandikan darah di Trisakti ? Mahasiswa dan Pelajar Untuk Kesadaran Berpolitik Langsung. Daripada yang TUA-nya berkelakuan Ke-KANAK-KANAKAN, sekalian yang MUDA berkelakuan Ke-DEWASAAN. Andrew Pattiwael On Tue, 16 Feb 1999, Indi Soemardjan wrote: Date: Mon, 15 Feb 1999 08:34:27 -0500 To: [EMAIL PROTECTED] From: Ben Abel [EMAIL PROTECTED] Subject: IND: Wawancara GM ttg sikon terkini (2/3) Agenda gerakan mahasiswa dan partai-partai. Wawancara Goenawan Mohamad (2/3) Anarki dan Gerakan Sosial T: Sesaat sebelum Soeharto jatuh, kita mengharapkan bahwa akan ada gerakan yang bisa mengorganisir diri, melakukan perubahan tahap demi tahap dan menyeluruh. Namun searah dengan itu juga muncul kegamangan, apakah kita mampu? Bagaimana mengorganisir sekian ratus ribu orang tanpa pertumpahan darah? Belum lagi kita berhadapan dengan provokasi, kekerasan, dan lain sebagainya. Semuanya ini membuat gamang terutama dalam menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya. Bagaimana Anda melihat semua ini? GM: Memang ada ketakutan pada anarki yang meluas. Ketakutan itu sesungguhnya lahir karena oposisi di Indonesia tidak terorganisir. Kembali saya memberi contoh, bandingkan saja dengan Afrika Selatan. ANC itu sangat terorganisir. Bahkan mereka punya gerakan clandestine, sayap militer, dan pemimpin-pemimpin yang sangat ahli dalam berpolitik. Di Indonesia semua hal itu tidak ada. Sehingga tiap kali ada gerakan pasti juga akan terjadi chaos dan anarki. Ini saya bandingkan juga dengan Orde Lama. Dulu ada pembakaran yang diorganisir oleh Pemuda Rakyat dan PKI terhadap Perpustakaan USIS dan Kedutaan Besar Inggris. Begitu selesai membakar, mereka langsung pulang. Bahkan tahun 1966, ketika giliran PKI yang jadi sasaran, cuma Gedung PKI saja yang dihancurkan. Ini karena massa yang melakukan terorganisir dan karena tidak ada ide floating-mass. Contoh terbaik ketika ide floating-mass sudah diterapkan adalah ketika terjadi Peristiwa Malari di tahun 1974. Mahasiswa bergerak, kemudian masuk unsur-unsur yang tidak dikenal, akhirnya keadaan tidak bisa dikendalikan. Sekali lagi, semua ini terjadi karena tidak ada organisasi di tingkat massa. Floating mass itu menyebabkan kampung-kampung itu tidak mempunyai cabang-cabang organisasi dari sebuah kekuatan politik. Nah, jadi memang sangat rentan. Apalagi pada bulan Mei itu terjadi suatu hal yang menakutkan. Orang mengatakan bahwa peristiwa Mei itu digerakkan dari belakang. Itu tidak sepenuhnya bisa dipercaya. Memang ada yang digerakkan oleh militer atau dalam arti mereka yang mau mendapatkan keuntungan dari protection money. Akan tetapi ada yang memang iseng terutama mereka yang dari kampung-kampung. Saya kan keliling waktu itu. Aksi Pemuda dan Mahasiswa: Pasukan Pendobrak dan Pendudukan T: Ya bisa jadi karena memang tidak ada organisasi. Selama 32 tahun kita diapungkan sehingga masyarakat tidak terbiasa untuk berorganisasi, tidak biasa untuk bicara atau omong dengan orang lain. Sehingga kalau itu semua meluap terjadilah chaos ... GM: Kalau di Philippines kan ada gereja yang cukup punya kaitan dengan lapisan yang paling bawah. Di Korea Selatan industrialisasi berlangsung cukup luas sehingga buruh terbiasa untuk berorganisasi. Di Indonesia kan hanya ada informal sector dan kaum miskin di kampung-kampung. Ini yang memang sangat memungkinkan kalau terjadi anarki yang meluas. Di lain pihak para pemimpin sebagaimana biasa lebih takut. Bung Karno kan tidak berani memproklamasikan kemerdekaan kalau tidak diculik oleh para pemuda. Nah, kita harus melihat sejarah Indonesia jangan dari
Re: Sedikit Mengenai ABRI
... Bung Yusuf ... Mungkin Pertanyaan tersebut bisa ditanyakan pada Bung Indi Soemardjan Saya, tidak merasa menulis paragraph dibawah ini. Sedikit tambahan, yang jelas, seharusnya "beberapa pleton" ," beberapa batallion ", "beberapa regiment" atau beberapa kesatuan... Jarang kita mengidentifikasikan pergerakan dengan beberapa truk.. (Biasa yang mengidentifikasikan seperti ini, intel-nya kurang berpengalaman :) ) Andrew Pattiwael On Sat, 13 Feb 1999, Yusuf-Wibisono wrote: ... Andrew ... Letjen TNI Prabowo Subianto waktu itu menjabat sebagai Panglima Kostrad yang mempunyai pasukan-pasukan dibawah kendalinya. Pada malam itu seperti diberitakan Pembaruan, tank-tank dan pasukan penuh truk berseliweran di jalan-jalan utama Jakarta yang ^^ tidak jelas dibawah siapa komandonya. Yw: Pasukan penuh truk, atau truk penuh pasukan? ;-)
Re: Whatthe heck is our government trying to do?
Kan sudah saya bilang, Awas Pak Habibie, Jangan sembarangan Bilang Orang Racist, eh sekarang terbukti kan Bayangin aja sekarang, orang-orang Singapur pada ketawaain kita yang sekarang dicap sama mereka " HIPOKRIT slash MUNAFIK" Nuduh orang Diskriminatif, sekarang kita sendiri yang nyata-nyatanya Diskriminasi. Kalau memang suku Melayu di Singapur didiskriminasi oleh Mayoritas Penguasa Keturunan Cina di Singapur, apakah Hari Raya Idul Fitri dilarang disana? Jawab: ENGGAK! KITA: IYA!! Belajar dari sejarah donkJangan Sejarah terus dijadikan pedoman Salam Permias@, Andrew Yang Kecewa dengan Pimpinan Bangsa (Tapi Ngga Perlu Mengimpeach-nya) On Sun, 14 Feb 1999, Indi Soemardjan wrote: Pemerintah SARA Minggu, 14 Februari 1999 Imlek dan Cap Gomeh tak Boleh di Vihara http://www.kompas.com/kompas-cetak/9902/14/UTAMA/imle12.htm Mengapa Pemerintah masih bersikap diskriminatif terhadap warga keturunan Tionghoa meskipun kita sudah memasuki era reformasi? Aneh sekali... -- Indi Visit my world: http://pagina.de/indradi
This is the hecked
Dear Permias@, Saya dan rekan dari Norwich baru saja membicarakan topik ini, mengenai pelarangan merayakan Imlek oleh Pemda Kalbar. Teman saya berpendapat, tidak seharusnya para warga keturunan merayakan hari Imlek dengan wah-wah. Saya setuju, bukankah begitu juga dengan para umat Kristen yang diwanti-wanti oleh Habibie agar tidak terlalu mewah dalam merayakan Natal, yang memang tidak seharusnya dirayakan dengan kemewahan. Saya tidak tau dengan umat Muslim. Yang saya pertanyakan, kok merayakan di Vihara saja tidak boleh? kita yang merayakan di Gereja, Mesjid, Pura BOLEH! Kenapa mereka tidak boleh? Lalu kata teman saya, karena Kong Hu Cu bukanlah agama yang diakui oleh Pemerintah. Mungkin benar, tetapi bukankah kita mengakui HAK ASASI MANUSIA yang tidak menilai manusia berdasarkan agamanya. Saya lihat peraturan pemerintah dan Hak Asasi Manusia ini sekarang bertentangan. Masih perlukah kita / pemerintah hanya mengakui 5 Agama Besar saja? Apakah Agama itu hanya 5 saja : ISLAM, KRISTEN (Pros and Kat), HINDU, BUDDHA? Buktinya Dukun aja masih jadi pegangan... Kalau perayaan Baronsai, pawai di jalan, saya bisa maklumi kalau itu dilarang (Yang seharusnya tidak kan). Mungkin sebaiknya kita /Pemerintah tidak melarang tapi menyarankan agar jangan dirayakan terlalu mencolok D/A ngga usah pakai barongsai etc... Pemerintahan Reformasi? katanya Habibie di negara kita sekarang, jaman kita sekarang, sudah tidak ada lagi diskriminasi...kok saya lihat pernyataan Habibie ini hanyalah suatu PEMANIS MULUT yang sebenarnya SEPAT SEKALI. Saya kalau jadi Habibie sekarang malu sekali nih...sudah begitu berapi-apinya menuduh Singapur diskriminasi, eh sekarang anak buah saya yang terang-terang diskriminasi thd minoritas. Bawahan kaya gini yang seharusnya ditembak ditempat. Bukan mahasiswa yang dijadikan sasaran tembak. Maaf, saya hanya bercanda, jangan bawa image ABRI dengan yang saya ucapkan. seperti kata pepatah, Gajah yang ada di pelupuk mata tidak kelihatan, sedangkan Kuman jauh nun di seberang terlihat. Salam Permias@, Andrew On Sun, 14 Feb 1999, Indi Soemardjan wrote: Pemerintah SARA Minggu, 14 Februari 1999 Imlek dan Cap Gomeh tak Boleh di Vihara http://www.kompas.com/kompas-cetak/9902/14/UTAMA/imle12.htm Mengapa Pemerintah masih bersikap diskriminatif terhadap warga keturunan Tionghoa meskipun kita sudah memasuki era reformasi? Aneh sekali... -- Indi Visit my world: http://pagina.de/indradi
Re: This is the hecked
Bukan semangat lagi, Berdasarkan keputusan inpres, masih relevant ngga untuk jaman sekarang (jaman reformasi)? Perubahan ini harus dilakukan dari pusat, memang betul. aturan-aturan, tapi apakah kita yang aparat juga ikut menegakkan? buktinya korupsi dilarang dan jelas-jelas tercantum dalam UU tapi malah tetap ada...malah DIHALALKAN (pengunaan kata DIHALALKAN hanya sarcasm saya saja) apasih landasan dengan dilarangnya imlek itu sendiri? apa karena itu kebudayaan orang cina? atau kata temen saya lagi yang di norwich, karena cina tidak pernah membantu dalam merebut kemerdekaan ?! (Topik Baru Nih !) Bersikap adil itu kepada semua, bukan setengah-setengah.. jangan kita bersikap lunak saja kepada para koruptor (YG pribuminya juga banyak). bersikap keras (atau sesuai peraturan) harus kepada semua. jangan mentang-mentang anak menteri/jendral dapat kemudahan. kali ? sampai kapan ? sampai lebaran monyet? kalau terus diundur-undur, kapan selesainya, masalah terus numpuk, penyelesaian penembakan trisakti saja belum kelar, eh nyusul penembakan atmajaya, belum lagi penculikan oleh anggota koppasus, kasus PDI, kasus TIM-TIM, kasus ninja, kasus KETAPANG-KUPANG-AMBON, kasus pemerkosaan MEI lalu, kasus SOEHARTO, kasus-kasus lainnya... nambah terus Untuk Yahudi, ide bagus tuh, pengakuan negara israel, atau pembukaan hubungan diplomasi dengan negara israel. Perjanjian damai kan telah ditandatangani oleh Palestina dan Israel. Tapi jangan-jangan terbentur lagi dengan kesepakatan antar negara2 anggota OKI. Ya susah lagi-susah lagi Salam Permias@, Andrew Pattiwael On Sun, 14 Feb 1999, Brawijaya wrote: Wah semangat bangettapi bagus itu... Cuma dicheck lagi berita surat kabar itu tuh Yang melarang adalah Pemda berdasarkan inpres. Bukan berarti pak walikotanya salah, ia cuma mau menegakkan aturan. Sebagai aparat ya sudah tugas dia. Yang aneh kalau ada aparat yg mendiamkan perayaan Imlek, kalau ada kejadiannya. Aturan ya aturan, mesti ditegakkan. Kalau mau, bila dinilai nggak relevan ya Inpres-nya yang dicabut dulu, yang tentunya makan waktu. Mungkin setelah agenda Pemilu dan Timtim selesai kali 'Kali... Buat nambah fuel, kenapa agama Yahudi nggak diakui juga di Ind? Toh Quran dan Injil mengakui agama Yahudi.. Andrew G Pattiwael wrote: Dear Permias@, Saya dan rekan dari Norwich baru saja membicarakan topik ini, mengenai pelarangan merayakan Imlek oleh Pemda Kalbar. Teman saya berpendapat, tidak seharusnya para warga keturunan merayakan hari Imlek dengan wah-wah. Saya setuju, bukankah begitu juga dengan para umat Kristen yang diwanti-wanti oleh Habibie agar tidak terlalu mewah dalam merayakan Natal, yang memang tidak seharusnya dirayakan dengan kemewahan. Saya tidak tau dengan umat Muslim. Yang saya pertanyakan, kok merayakan di Vihara saja tidak boleh? kita yang merayakan di Gereja, Mesjid, Pura BOLEH! Kenapa mereka tidak boleh? Lalu kata teman saya, karena Kong Hu Cu bukanlah agama yang diakui oleh Pemerintah. Mungkin benar, tetapi bukankah kita mengakui HAK ASASI MANUSIA yang tidak menilai manusia berdasarkan agamanya. Saya lihat peraturan pemerintah dan Hak Asasi Manusia ini sekarang bertentangan. Masih perlukah kita / pemerintah hanya mengakui 5 Agama Besar saja? Apakah Agama itu hanya 5 saja : ISLAM, KRISTEN (Pros and Kat), HINDU, BUDDHA? Buktinya Dukun aja masih jadi pegangan... Kalau perayaan Baronsai, pawai di jalan, saya bisa maklumi kalau itu dilarang (Yang seharusnya tidak kan). Mungkin sebaiknya kita /Pemerintah tidak melarang tapi menyarankan agar jangan dirayakan terlalu mencolok D/A ngga usah pakai barongsai etc... Pemerintahan Reformasi? katanya Habibie di negara kita sekarang, jaman kita sekarang, sudah tidak ada lagi diskriminasi...kok saya lihat pernyataan Habibie ini hanyalah suatu PEMANIS MULUT yang sebenarnya SEPAT SEKALI. Saya kalau jadi Habibie sekarang malu sekali nih...sudah begitu berapi-apinya menuduh Singapur diskriminasi, eh sekarang anak buah saya yang terang-terang diskriminasi thd minoritas. Bawahan kaya gini yang seharusnya ditembak ditempat. Bukan mahasiswa yang dijadikan sasaran tembak. Maaf, saya hanya bercanda, jangan bawa image ABRI dengan yang saya ucapkan. seperti kata pepatah, Gajah yang ada di pelupuk mata tidak kelihatan, sedangkan Kuman jauh nun di seberang terlihat. Salam Permias@, Andrew On Sun, 14 Feb 1999, Indi Soemardjan wrote: Pemerintah SARA Minggu, 14 Februari 1999 Imlek dan Cap Gomeh tak Boleh di Vihara http://www.kompas.com/kompas-cetak/9902/14/UTAMA/imle12.htm Mengapa Pemerintah masih bersikap diskriminatif terhadap warga keturunan Tionghoa meskipun kita sudah memasuki era reformasi? Aneh sekali... -- Indi Visit my world: http://pagina.de/indradi
Re: This is the hecked
Ya disini tumpahin semangat kesitu karena hanya situ yang bisa nyemangatin sini...heheheheh situ student kuli bangunan/tukang insiyur, sini calon tukang gebuk :) hayo mas brawi, kapan naik ke vt, kan deket dari troy... entar kalau naik ke vt, bilang-bilang salam, pattiwael On Sun, 14 Feb 1999, . Brawijaya wrote: Weleh-weleh...semangatnya kok ditumpahkan ke saya. Ya...pelanggaran aturan yg lain jangan dijadikan alasan untuk melanggar aturan yg lain lagi. Nanti semua main langgar-langgaran. Yang namanya pelanggaran pasti akan ada. Korupsi dilarang ya bakal tetap ada. Cuma yg jadi masalah sampai seberapa besar kebocoran yg masih dapat diterima. Yang namanya sistem pasti ya ada bocornya toh? Sebagai conto, mosok pemerintah AS nggak ada korupsi? Yg bener aje...hehehe... Masalah orang keturunan nggak membantu proses kemerdekaan mah pendapat pribadi temennya tuh. Orang lain nggak ada yg bilang gitu kok. Sebatas kapasitas ana sebagai kuli sih, jelas bukan itu alasannya. Alasannya mungkin dapat ditelusuri sendiri tuh. Kayaknya ada sejarahnya. Masalah bener tidaknya ya dinilai sendiri... Diskusi semacam itu pernah ada di milis yg dikomandoi syracuse juga tuh. Coba aja tanya, sekalian ngetest kemampuan meretrieve data merekahehe... Sampai kapan bisa direalisasi? Ya jangan tanya ke saya mas, lha wong student kuli bangunan kok ditanya. Memang agendanya orang masih pada padat mau bagaimana lagi Ya memang semua penting, tapi tetap ada yg lebih penting dari yg penting tho Rak yo ngono tho den... Monggo, On Feb 14, 4:25pm, Andrew G Pattiwael wrote: Subject: Re: This is the hecked Bukan semangat lagi, Berdasarkan keputusan inpres, masih relevant ngga untuk jaman sekarang (jaman reformasi)? Perubahan ini harus dilakukan dari pusat, memang betul. aturan-aturan, tapi apakah kita yang aparat juga ikut menegakkan? buktinya korupsi dilarang dan jelas-jelas tercantum dalam UU tapi malah tetap ada...malah DIHALALKAN (pengunaan kata DIHALALKAN hanya sarcasm saya saja) apasih landasan dengan dilarangnya imlek itu sendiri? apa karena itu kebudayaan orang cina? atau kata temen saya lagi yang di norwich, karena cina tidak pernah membantu dalam merebut kemerdekaan ?! (Topik Baru Nih !) Bersikap adil itu kepada semua, bukan setengah-setengah.. jangan kita bersikap lunak saja kepada para koruptor (YG pribuminya juga banyak). bersikap keras (atau sesuai peraturan) harus kepada semua. jangan mentang-mentang anak menteri/jendral dapat kemudahan. kali ? sampai kapan ? sampai lebaran monyet? kalau terus diundur-undur, kapan selesainya, masalah terus numpuk, penyelesaian penembakan trisakti saja belum kelar, eh nyusul penembakan atmajaya, belum lagi penculikan oleh anggota koppasus, kasus PDI, kasus TIM-TIM, kasus ninja, kasus KETAPANG-KUPANG-AMBON, kasus pemerkosaan MEI lalu, kasus SOEHARTO, kasus-kasus lainnya... nambah terus Untuk Yahudi, ide bagus tuh, pengakuan negara israel, atau pembukaan hubungan diplomasi dengan negara israel. Perjanjian damai kan telah ditandatangani oleh Palestina dan Israel. Tapi jangan-jangan terbentur lagi dengan kesepakatan antar negara2 anggota OKI. Ya susah lagi-susah lagi Salam Permias@, Andrew Pattiwael On Sun, 14 Feb 1999, Brawijaya wrote: Wah semangat bangettapi bagus itu... Cuma dicheck lagi berita surat kabar itu tuh Yang melarang adalah Pemda berdasarkan inpres. Bukan berarti pak walikotanya salah, ia cuma mau menegakkan aturan. Sebagai aparat ya sudah tugas dia. Yang aneh kalau ada aparat yg mendiamkan perayaan Imlek, kalau ada kejadiannya. Aturan ya aturan, mesti ditegakkan. Kalau mau, bila dinilai nggak relevan ya Inpres-nya yang dicabut dulu, yang tentunya makan waktu. Mungkin setelah agenda Pemilu dan Timtim selesai kali 'Kali... Buat nambah fuel, kenapa agama Yahudi nggak diakui juga di Ind? Toh Quran dan Injil mengakui agama Yahudi..
Re: Habibie is a TRUE CLOWN! A shameful clown!
"Singaporeans to stay united and not be divided by outrageous remarks by outsiders who have their own personal agendas." "Outsiders who have their own personal agendas" Kok bau-baunya mendekati provokator nih :) Semoga Pak Habibie bisa lebih menahan diri dalam memberikan pernyataan. Semangat sih boleh semangat Pak, Namun jangan gampang Terpacing atau Menjadi Panas. Pendapat Pribadi sebaiknya tidak dikeluarkan saat berfungsi atau menjalankan tugas kenegaraan. Nama Baik bangsa dapat menjadi taruhannya. Persoalan pribadi Bapak dengan Lee Kuan Yew jangan membawa-bawa nama bangsa. Hati-hati, perilaku kita sendiri (Yang Rasist thd keturunan dalam ABRI) bisa di-KICK balik oleh orang-orang pulau itu. Selesaikan dulu persamaan Hak (Kewajiban) bagi para keturunan, baru kita bisa berkoar-koar kalau Indonesia itu tidak ada diskriminasi. Dari Pelajar Indonesia Yang Ingin Mengingatkan Pemimpin Bangsanya. Andrew Pattiwael On Thu, 11 Feb 1999, Indi Soemardjan wrote: Habibie is just FULL OF IT! read: http://www.asia1.com/straitstimes/reg/sea12_0211.html He does not know JACK! read: http://www.asia1.com/straitstimes/sin/sin3_0211.html Is this what we call an intellect? a former member of ICMI that should know how to carry out wisdom instead of pre-judgement? was he really a "cendekiawan"? Lastly, is this what we call a President? A statesman? He is a TRUE CLOWN! A PLAIN OL' USELESS DEUTSCH ENGINEER WHO IS PLAYING POLITICS! with disappointment, Indi Soemardjan Be my guest: http://pagina.de/indradi
Jawab SUARA DAERAH DIDENGAR
jawab sekalian mbak, Putra-puteri daerah adalah orang-orang yang menetap di daerah-daerah tersebut. Pengertian Putra-putri daerah bukan hanya meliputi penduduk asli daerah tersebut, tetapi juga meliputi para pendatang yang telah lama menetap didaerah tersebut, telah mengklaim daerah tersebut sebagai tempat tinggalnya. Contoh penduduk pendatang dari Makassar yang menetap di Tim-Tim, seharusnya dapat mengklaim Tim-Tim sebagai tempat tinggal mereka, mereka seharusnya dapat mengklaim bahwa mereka adalah Putra-puteri Timor-Timur. Kenyataannya lain. Sama seperti pengertian Pribumi dan Non Pribumi, yang telah dikacaukan dengan istilah Indonesia Asli (Melayu, Jawa, dll) dengan keturunan Chinese. Putra Nasional? belum pernah dengar itu...Putra Indonesia...bukankah kita seharusnya yang disebut putra putri bangsa/nasional, baik itu dari "pribumi" maupun "non pribumi" Mengapa harus ada? Sama seperti Pribumi dan Non Pribumi, mengapa harus ada juga istilah-istilah ini. Harus diakui, istilah istilah ini dapat memecah belah bangsa. Terima Kasih atas penjelasannya, penjelasan ini banyak saya terima dari rekan lain. Seharusnya yang saya cantumkan adalah Putra Sulawesi. Mungkin lebih klop. Atau Putera Kelahiran Indonesia Timur. Asal Jujur dan Tidak bermuka dua? Saya rasa ini juga perasaan umum setiap orang, bukan hanya dari suku makassar saja. pesan saya bukan dilihat dari "Kegilaan Jabatan" tetapi dari "partisipasi" PUTRA-PUTERI daerah di tingkat Nasional. Istilah putra-puteri daerah berkembang setelah adanya perasaan ketidak adilan oleh para penduduk propinsi-propinsi thd program-program pemerintah yang dirasa hanya menguntungkan penduduk di pulau jawa dan Ibukota Jakarta pada umumnya. Atau perbedaan pembangunan yang diterima oleh Daerah Indonesia Barat dan Daerah Indonesia Timur (Timor-Timur pengecualiannya). Setahu saya, pemerintah sendirilah yang mengembangkan istilah-istilah "Putra-Puteri Daerah" yang dinilai dapat membangkitkan tingkat kemajuan para penduduk dari daerah diluar Jawa dengan daerah di Jawa. Lembaga-lembaga pendidikan banyak memakai istilah ini, untuk mengatur keseimbangan pelajar-pelajar dari seluruh Indonesia. Perusahaan-perusahaan di daerah pun banyak dianjurkan oleh Departemen Tenaga Kerja, untuk lebih banyak memakai para putra-puteri daerah untuk bekerja di perusahaan masing-masing. Istilah-istilah ini sangat sering saya dengar di Freeport, terutama dikarenakan minimnya Para Putra-Puteri Irian (Asli Irian, bukan pendatang) yang menduduki posisi-posisi strategis. Persaingan dengan para pendatang terutama dengan program Indonesianisasi Freeport juga menjadi kendala bagi kemajuan para Putera Puteri Irian Jaya. Karena itulah, Program Pengiriman Pelajar Freeport dipusatkan untuk mendidik Penduduk Asli Irian Jaya, yang semoga nantinya dapat menduduki jabatan strategis di PT. Freeport Indonesia Co. Walau tidak bisa menjawab semua pertanyaan saudara, saya harap informasi yang saya berikan dapat memberikan masukan terutama dalam pengertian Putra-puteri Daerah. Sekali lagi, bukan dari Tingi-tinggian jabatan, tetapi dari partisipasi dan persamaan Hak dan Kewajiban bagi para putera puteri daerah di tingkat Nasional. Andrew On Thu, 4 Feb 1999, Notrida Mandica wrote: Mau nanya Mas, "Putra Daerah" itu siapa? Dan siapa "Putra Nasional"? Siapa "Putra Indonesia"? dan mengapa harus ada "Klasifikasi Putra-Putra or Putri-Putri"? And Maaf, Pak Habibie itu bukan orang MAKASSAR, beliau adalah Orang Indonesia, turunan Jawa-Gorontalo. Kebetulan saja orang tua beliau tugas di Sulawesi Selatan tepatnya di Pare-Pare. Tapi bukan di Makassar (Ujungpandang). Sepengetahuan saya, orang-orang MAKASSAR itu tidak gampang digembirakan oleh ikatan suku. Whoever is the leader, mereka tidak pandang bulu, asal JUJUR dan TIDAK BERMUKA DUA Kalau tentang jabatan tinggi, bagi orang MAKASSAR, BUKAN jabatan BIROKRASI, akan tetapi jabatan pendidikan agama atau mental yakni SANG GURU! Sebab mereka percaya, birokrasi sangat mudah mengkorup manusia -- ini adalah pesan LONTARA dari zaman Sultan Alauddin. Sebagai bukti, para SULTAN di Makassar lebih dianggap sebagai SANG GURU daripada sebagai RAJA. Thank you, ida Akhirnya, pemerintah memikirkan bahwa sudah saatnya=20 memberikan "KEDEWASAAN" kepada masing-masing propinsi untuk dapat mengurus dirinya masing-masing. Desentralisasi adalah yang terbaik bagi kita semua Dan Keinginan untuk tetap bersatu dibawah Republik Kesatuan=20 adalah tanggung jawab kita semua, tanpa harus "DIPAKSA dan DITEKAN" oleh pemerintah pusat. Mungkin setelah draft ini disetujui oleh Presiden dan Wakil-wakil rakyat tingkat pusat, Irian Jaya akhirnya dapat membangun daerahnya dengan sumber dana yang lebih dari cukup. Mungkin jalan antara Jayapura dan Wamena dan Merauke dapat diwujudkan. Pembangunan daerah-daerah pedalaman, terutama di lembah Baliem dapat lebih cepat dan membawa kemakmuran bagi warga setempat. Untuk putra-putra daerah, BERPARTISIPASILAH