Saya sependapat dengan bung. Tidak ada yang benar-benar sempurna di dunia ini.
Yang ada hanya mendekati sempurna. Toh, bukankah kehidupan di dunia ini adalah
permainan dan sandiwara? Dalam realitanya, hal-hal yang normatif itu sangat
jarang kita jumpai. Teori dan normatif selalu lebih bagus di b
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar" wrote:
>
> Bung, saya tangkap ada keraguan dalam jawaban anda ini tentang kevalidan
> neuroscience ini.
>
Anda tahu beda valid dan non-valid dalam science? Kalau ragu, semua scientist,
dan org yg mau jujur dgn science selalu skeptis. Kala
Bung, saya tangkap ada keraguan dalam jawaban anda ini tentang kevalidan
neuroscience ini.
Setahu saya, menurut teori tingkah laku manusia. Jika wawasan seseorang rendah
terhadap satu objek, maka sikap dan perilakunya juga rendah terhadap objek
tersebut. Jika sikap dan perilakunya rendah, maka
yg jg sgt menarik].
Itu saja.
Peace,
Lubeck
Sent from my FakePlasticTrees®
powered by IDIOTEQUE
-Original Message-
From: "irmec"
Date: Fri, 17 Apr 2009 20:19:08
To:
Subject: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Aku ngak ngomong lho bhw neuroscience &qu
Pertama, aku harus meluruskan dulu. Aku ngak pernah nulis "teori cognitive dan
neuro". Apa yg kutulis ialah hasil riset di bidang tsb.
Selanjutnya, ada beberapa perbedaan antara pengambilan keputusan, karena
setting pengambil keputusannya berbeda. Antara produk dan jasa saja berbeda,
begitu jg
Aku ngak ngomong lho bhw neuroscience "menulis obatnya". Tapi apa yg reveal
dari banyak studi di bidang cognitive dan neuroscience tsb memperlihatkan bhw
kata dan ekspersi bahasa adalah salah satu "obat". Dan, mungkin satu2nya, obat
yg kita kenal ada dipasar saat ini [itu kenapa aku bilang KITA
Ini menarik.
Berdasarkan teori cognitive dan neuro itu, apakah menurut bung perilaku memilih
partai ini juga sama dengan perilaku membeli barang2x atau saham? Dalam kata
lain, setiap pedagang atau perusahaan hanya memiliki pelanggan tetap 10-20%?
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com,
pun, saya sadar bhw kata-kata punya kekuatan dan hegemoni dlm
menggerakan emosi--spt membaca syair puisi atau lirik lagu]
Peace,
Lubeck
Sent from my FakePlasticTrees®
powered by IDIOTEQUE
-Original Message-
From: "irmec"
Date: Fri, 17 Apr 2009 05:11:51
To:
Subject: [Keua
Bung Nazar,
Aku kurang dapat menangkap claim apa yg anda bawa. Jd, aku mainkan musik
sendiri, yah?
Pada dasarnya, sekarang hampir semua (mungkin semua) pemilih adalah independen.
Tidak sedikit org yg terima duit, tapi mereka "independen" dalam menyoblos. Ada
hal hakiki yg para penebar duit lup
NGak perlu spekulatif seperti itu; kita udah tahu obatnya. Language, words...
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, lubec...@... wrote:
>
> Hmm..Menarik jg..
>
> -Klo org sering berpikiran/ber-emosi negatif atau pesimis ttg suatu hal,
> mungkin kita perlu suntik aja dng hormon tertentu
Ah jadi gatal juga untuk beropini.
Berbicara tentang emosional,
Bagaimana jika ada seseorang yang menghidupkan pemikiran emosional negatif
orang lain/ masyarakat untuk menilai sesuatu.
Contoh. Jangan mau dengan bung EKO, karena dia itu pemarah, egois, keluarganya
jahat, dia tidak konsisten, ds
t;irmec"
Date: Thu, 16 Apr 2009 08:46:47
To:
Subject: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
Bung Poltak,
hehehe Ada experiment yg dilakukan dgn MRI, ternyata begitu org dengar kata
bailout, respon otak negatif, sementara ketika dengar kata rescue positif.
Aku lihat lagi, rupanya ada salah tulisan yg sgt mengganggu
tertulis :
"...neuroscience di bidang pengambilan keputusan, memperlihqtakan bhw political
science lebih banyak merupakan pilihan emosional",
seharusnya
"...neuroscience di bidang pengambilan keputusan, memperlihqtakan bhw POLITICAL
Bung Poltak,
hehehe Ada experiment yg dilakukan dgn MRI, ternyata begitu org dengar kata
bailout, respon otak negatif, sementara ketika dengar kata rescue positif.
Kenapa? Karena emosi (mayoritas) mengasosiasikan rescue sebagai tindakan heroik
yg baik, sementara bailout dalam emosi jelek (o
Bung Enda,
Berarti kita harus balik lagi baca tulisannya Kahneman? atau sekalian
Vilyanur Ramachandran?
Ulasan anda menarik. Emosi memang adalah sesuatu yang membuat manusia
menjadi manusia. Mengingatkan saya pada sebutan bahwa manusia adalah
laughing apes...
Bila memang pengambilan keputusan
Mungkin lebih konstruktif dan punya manfaat, jika diskusi memang diarahkan
dalam konteks decision making.
Salah riset terbaru terbaru dari neuroscience di bidang pengambilan keputusan,
memperlihqtakan bhw political science lebih banyak merupakan pilihan emosional
[bukan artiaan jelek lho. Emos
>
> From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> [mailto:ahlikeuangan-indone...@yahoogroups.com] On Behalf Of Poltak
> Hotradero
> Sent: 13 April 2009 04:24
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Subject: Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonom
, member lainnya.
Salam,
Oka Widana
Moderator
Sent from my BlackBerry® smartphone
-Original Message-
From: "nazar"
Date: Mon, 13 Apr 2009 09:46:35
To:
Subject: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
O bgtu. Hmm, bagaimana jika ada orang yang mau mendiri
tradero
> Sent: 13 April 2009 04:24
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Subject: Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
>
>
>
>
>
>
>
>
> At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote:
>
> >Hmm, dalam dunia politik,
April 2009 04:24
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Re: Pengaruh multipartai dlm kebijakan ekonomi.
At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote:
>Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai
>kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Poli
Seharusnya, multi partai itu tidak banyak pengaruhnya terhadap kebijakan
ekonomi. Ilmu ekonomi seharusnya adalah ilmu yang mulai mendapatkan tempat
sebagai ilmu, bukannya vodoo atau mantra yang hasilnya sangat tergantung dari
pemimpin/orang yang membaca mantranya.
Jadi kalau kita bicara dengan
Hm, anda berpikiran sama rata. Teori2x itu dibuat berdasarkan rerata. Dan ia
tergantung kepada populasi yang diambil. Populasi di daerah a tidak sama di
daerah b. Karena itulah muncul istilah keaneka ragaman. Saya diktator? Itu kan
penilaian anda. Toh jika diperbolehkan, saja juga bisa mengatak
At 10:32 AM 4/13/2009, you wrote:
>Hmm,
>Bung, Anda berbicara tentang teori. Tetapi dilapangan adalah fakta.
Teori disusun berdasarkan fakta yang telah disaring secara metodologis.
Kalau anda beneran sekolah melewati level SMA dan belajar tentang
Metode Ilmiah - tentu anda tahu hal ini.
>Hm
Hmm,
Bung, Anda berbicara tentang teori. Tetapi dilapangan adalah fakta.
Hmm,
pemikiran indevenden anda cenderung mengarah kepada kebebasan yang
sebebas-bebasnya. Jika begitu, ya tidak perlu lagi ada negara dan sekolah.
Sepertinya anda menyarankan agar masyarakat itu menjadi lebah. Hmm, manusia
At 09:57 AM 4/13/2009, you wrote:
>Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri,
>seberapa luas pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang
>negara, dpr, dprd, dan politik? Ingat, Anda jangan menyamakan
>masyarakat awan sama pintarnya dengan anda.
Yang saya mas
Ralat: tingkat melek huruf = tingkat tidak melek huruf.
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, "nazar" wrote:
>
> Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri, seberapa
> luas pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang negara, dpr,
> dprd, dan politik? I
Bung, tingkat melek huruf masih tinggi. Coba anda survei sendiri, seberapa luas
pengetahuan peserta pilih pemilu yang mengerti tentang negara, dpr, dprd, dan
politik? Ingat, Anda jangan menyamakan masyarakat awan sama pintarnya dengan
anda.
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Poltak
At 07:01 AM 4/13/2009, you wrote:
>Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai
>kemampuan ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x
>terbelakang cenderung brutal (diktator), materialistis (kapitalis),
>rasis, irrasional (kurang berprinsif), dan ortodok. Begi
Hmm, dalam dunia politik, tidak semua individu pemenang mempunyai kemampuan
ketata negaraan, ekonomi dan etika. Politik di daerah2x terbelakang cenderung
brutal (diktator), materialistis (kapitalis), rasis, irrasional (kurang
berprinsif), dan ortodok. Begitu mudahnya masyarakat terbelakang ini d
Bagus juga pertanyaannya. Kelihatannya semua partai bicaranya ingin indonesia
maju perekonomiannya. Golkar ingin bekerja keras katanya Demokrat ingin
meneruskan katanya, entah kalau direalisasikan jadinya seperti apa? Bekerja
keras... 7 hari kerja? Kalau memang begitu mulai percobaan dari
30 matches
Mail list logo