Moderator WM melakukan tugasnya, kok dibilang 'kesannya nggak 
demokratis dan otoriter'?  Kalau keputusannya kurang tepat, 
persoalannya kupikir bukan otoriter dan nggak demokratis.

Ada beberapa milis setiap postingan selalu dimoderasi.  Lalu apakah 
moderator terkesan otoriter atau nggak demokratis?  Tapi karena di 
milis ini moderator nggak punya waktu memoderasi setiap postingan, 
maka diseleksi saja sekali-kali yang perlu dimoderasi.  Artinya, 
moderator menjalankan tugasnya kalau dianggap perlu. Di milis 
sekelompok ilmuwan akademisi kelas dunia yang saya ikutin secara 
pasif, moderator sesekali menutup suatu thread kalo sudah dia anggap 
berlarut-larut, kepanjangan nggak jelas. 

Karena moderasi bukan banning.  Anggap saja moderasi ini bagian dari 
character building di milis ini.  Kan udah ada buktinya pak HMNA 
sekarang aman sentosa? Kita bisa berharap Pak Jan dan Pak Sat akan 
demikian juga, dengan usaha ini. Kita sendiri masing2 nggak boleh 
menutup mata dengan 'kekerasan atau manipulasi' yang berlangsung di 
milis.  Paling tidak kita bisa mengekpressikan ketidaksenangan kita 
sesekali, dan bukannya 'dwelling on it'.

Sejujurnya, saya sebagai pengikut milis nggak mikirin siapa yang akan 
dimoderasi, walaupun sesekali mengekpressikan ketidaksenangan kepada 
gaya tertentu, seperti gaya autis Janoko. Mudah saja, postingan 
Janoko biasanya kulewatin. Postingan pak RSA kebanyakan kulewatin 
karena emang ngggak cukup waktu baca postingnya yang banyak. Lebih 
dari itu menurut pandanganku, psikologi keduanya Jan dan RSA, 
mengimplikasikan mental fundamentalis yang menurut KA mengalami 
distorsi pemahaman waktu, jadi semacam patologis ahistoris. Pun ini 
nggak membuatku berpikir mereka kudu dimoderasi, karena setiap kita 
bisa belajar dari situasi apapun. But you see, sudut pandang saya 
adalah sebagai anggota milis, bukan sebagai moderator yang punya 
tugas memperhatikan lalu lintas dan kenyamanan milis - dan ini valid.

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "asetijadi2004" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> salam mbak Mei,
> 
> Baru lihat ada urusan moderasi-moderasi-an nih.
> 
> 1. Untuk urusan mas Jan,
> saya kira saya juga sependapat dengan mbak Mei.
> Nggak pantas untuk dimoderasi, 
> walaupun memang melanggar secara etika spt. thread jacking itu.
> Walaupun mengganggu, ya segitulah kemampuan beliau berdiskusi.
> Orang dihukum karena berbuat kriminal, bukan karena kejahiliyahan.
> Jadi IMHO, sebaiknya moderasi untuk mas Jan bisa dicabut.
> 
> Untuk mas Jan, sebaiknya sadar dan introspeksi bahwa gaya diskusi 
> anda (bukan isinya) itu mengganggu diskusi.
> 
> 2. Untuk urusan mas satriyo.
> saya kira sih pantas, karena sudah diingatkan. Saya kira Eyang HMNA 
> adalah contoh teladan yang baik sekali di sini.  Eyang sadar 
> masalahnya ketika dimoderasi dan memperbaikinya.
> 
> Problemnya mas satriyo ini orangnya memang tidak bisa introspeksi.
> Alih-alih menyadari kesalahannya malah (seperti biasa) mudah sekali 
> memfitnah ini itu (seperti di email ke mbak Aisha).
> 
> 
> salam
> Ary
> 
> 
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "L.Meilany" <wpamungk@> 
> wrote:
> >
> > Sekedar curhat :
> > 
> > Duluuu saya juga suka merasa terganggu dengan postingan2 yg 
terasa 
> > nggak nyambung, menyinggung perasaan meskipun dimaksud oleh si 
> penulis gak demikian.
> > Semakin tahun mungkin semakin lebih dewasa dan tentunya sepuh; 
> bijaksananya menyikapi 
> > lalulintas mail yg bersliweran tanpa kendali maka saya berusaha 
> bertenggang rasa, 
> > tidak ambil peduli untuk mengurangi rasa sakit hati, jengkel.
> > Lha kan cuma mail saja, apakah suara2 mail bisa mengubah 
kehidupan 
> saya, tidaklah yaow.
> > Begitulah saya menghibur diri :-)
> > Meskipun kadangkala saya terpicu dan tergoda untuk menanggapi 
mail, 
> tapi kadangkala setelahnya 
> > merasa menyesal. 
> > 
> > Sehingga saya seringnya dengan sengaja melewati mail2 yg saya 
> anggap tidak produktif.
> > Saya melewati mail2 yg subyeknya tidak menggoda, yg sudah ada 
> britanya dikoran, misalnya.
> > Saya tidak mengomentari mail2 yg menurut saya nggak jelas 
maksudnya 
> apa, meskipun itu ditujukan ke saya.
> > Lebih baik saya menjapri, itupun kalo ada waktu.
> > 
> > Saya pikir berkaitan dengan WM, setahu saya meski di tatib tidak 
> dijelaskan detil apa2 saja yg bisa dilakukan 
> > moderasi [ di milis tetangga yg tertutup ada lebih dari 10 
> peraturan yg harus ditaati menyangkut etika bermilis].
> > Sehingga wajar jika suatu opini berkembang kearah yg gak sehat, 
> lebih banyak caci maki setidaknyalah
> > para member itu juga bisa koreksi diri.
> > Tapi kalo nggak dikasih tahu apa saja detil etiketnya ya rada 
> susah. Karena akan menimbulkan kesan ada pendapat
> > like and dislike. 
> > Tata cara berdiskusi yg bagaimana yg bisa diterima oleh sebagian 
> besar member WM?
> > Inipun kan belum jelas. Lagipula diskusian yg memanas kebanyakan 
> tidak menyangkut materi WM, tentang perempuan misalnya. 
> > Mungkin sebelumnya harus ada semacam warning, jangan sampai 
> menunggu diskusian memanas lantas di cut.
> > Di milis tetangga juga demikian ada peringatan dini istilahnya, 
ada 
> anjuran untuk hemat bandwidth-kalo emailnya sudah panjang, ndak mau 
> potong bagian bawah otomatis akan mental.
> > Kalo subyeknya beberapa kali nggak nyambung dengan obrolan [OOT] 
> juga dikasih pringatan meskipun diskusinya
> > tetap santun. 
> > 
> > Mengambil masalah Pak Jano ko, saya merasa begitulah gaya bliaw 
> berdiskusi. Kalo tidak mau berburuk sangka, 
> > itulah kemampuannya memahami setiap pokok soal di WM. Kita ndak 
> bisa maksa untuk ikuti gaya diskusi si A si B misalnya.
> > Milis WM kan mimbar bebas, lha wong ngasih opini saja bisa satu 
> orang dengan lebih dari satu pribadi, berbeda pula komentarnya.
> > 
> > Bagi saya sih sebenernya ya mudah saja, lakukan 'boikot' diri - 
> tidak usah ditanggapi mail2 yg sudah OOT dan cenderung 
> > ke tindakan pembunuhan karakter, cacimaki dsb.
> > Misalnya demikian.
> > Dan semuanya juga harus berbesar hati, nggak bisa ada 
> celetukan; 'kok mail saya dicuekin'?
> > :-)
> > 
> > Jadi menurut saya lupakanlah hukuman dengan cara moderasi dan 
> sejenisnya.
> > Karena selama tak ada peraturan yg jelas;
> > tak ada musyawaroh, sidang, angket, polling untuk membahas sapa2 
> dan apa saja yg patut di moderasi maka 
> > kesannya kok moderator WM otoriter pisan, tidak demokratis gitu 
> loh :-D
> > 
> > Salam maap
> > l.meilany
> > 
> >   ----- Original Message ----- 
> >   From: Dwi W. Soegardi 
> >   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
> >   Sent: Wednesday, July 25, 2007 5:17 PM
> >   Subject: [wanita-muslimah] Moderasi atas Janoko
> > 
> > 
> >   On 7/24/07, rsa <efikoe@> wrote:
> >   > Wah nampaknya ada saling tantang ni antara Mia-Janoko dan 
> moderator-
> >   > Janoko, sehingga terjadi moderasi. Seharian kemarin saya ko 
ga 
> lihat
> >   > ada posting dari mas Janoko.
> > 
> >   Bagi yang merasa "kehilangan" dengan absennya Janoko
> >   berikut ini keterangan moderator.
> > 
> >   Posting dari Janoko dimoderasi sejak akhir pekan lalu
> >   setelah memperhatikan cara dia berdiskusi sejak kehadirannya di 
> milis ini.
> >   Jadi bukan dimoderasi setelah ada usulan Mbak Mia.
> > 
> >   Besar harapan kami agar Janoko "duduk manis di pojok,
> >   memperhatikan yang lain berdiskusi dan dapat belajar cara 
> berdiskusi yang baik."
> >   Kelakuannya berupa THREAD JACKING --mengalihkan topik,
> >   dan merusak alur diskusi-- sudah tidak dapat ditoleransi.
> > 
> >   Demikian harap maklum.
> > 
> >   salam,
> >   DWS
> >   =Moderator
> > 
> > 
> >    
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>


Kirim email ke