Yth. Pak Rizal dan teman-teman pendukung utama poligami, Sekali lagi saya tidak anti poligami, tapi dari jawaban Pak Rizal yang panjang lebar menunjukkan bahwa memang para prilaku poligami sampai saat ini memang belum bisa (dan tidak akan bisa) seperti Nabi kan?:)
Jadi kenapa memaksakan diri berpoligami sebagai tuntunan?? Kenapa para lelaki yang "haus" poligami ini justru tidak berdakwah untuk memperjuangkan kaum perempuan dengan cara lain? yah seperti mas Ari uraikan (saya kutip dibawah sekali lagi), kenapa tidak berjuang agar perempuang yang dicerai hidup para suami mendapatkan hak-haknya, demikian juga anak-anaknya terpelihara?? dan kalau cerai meninggal ya negara yang memberi tunjangan?? Ini sama sekali tidak pernah terdengar diperjuangkan. Sekali lagi kan jelas juga dari contoh yang ada, jangan jauh-jauh ke mana-mana deh, di Indonesia saja para pelaku poligami selalu begitu kan, isti kedua dan seterusnya lebih muda, lebih cantik, dst, dan bukan mengambil istri dari para janda tua-tua, atau janda korban bencana. Mas Rizal, kenapa ini saya tekankan, sejak beberapa tahun lalu saya menyerukan kepada para "penggemar" poligami untuk jihad menikahi para janda tsunami lho... bahkan saya waktu itu sempat menawarkan detil list nama-namanya dan lokasi para janda yang tinggal di Aceh, tapi tidak ada tanggapan sama sekali. Yang ada tetap saja mereka melirik janda-janda muda yang cantik dan notabene juga sudah kaya raya. Ini realita nya Mas Rizal:) Jadi kok malah membalik fakta dengan mengatakan masalahnya "tidak sesederhana itu" :) Jadi sepakat dengan mas Ari, saya prihatin sekali dengan gembar gembor "kebaikan" poligami, tapi samasekali tidak membumi, dan samasekali tidak menawarkan solusi. Wassalam Lestari --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mohammad Rizal <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Wah, langsung ke saya :-) terima kasih, Bu Lestari... > > Pertama, harap digarisbawahi bahwa poligami yang selamat adalah jika dilakukan oleh orang-orang beriman yang terdidik untuk kenal, cinta dan takutkan Tuhan dan sama-sama bercita-cita memperjuangkan Tuhan ke tengah masyarakat dengan kasih sayang. > > Tanpa hal-hal tersebut di atas, poligami hanya membawa kesengsaraan. > > Memang praktik poligami sekarang cenderung bernilai rendah karena agak kurang bijaksananya para pelaku poligami. Itu di antaranya karena mayoritas kita masih menganggap poligami adalah sistem alternatif supaya tidak terjerumus pada zina. Kalau sudah bicara "agar tidak terjerumus pada zina" ini, artinya kita sudah bicara ketidakmampuan seseorang mengendalikan nafsu syahwatnya. Nah, poligami dipilih sebagai jalan keluar untuk menuruti nafsu syahwat tersebut. Ini sangat rendah nilainya. Setelah istri pertama setengah tua, kemudian mata keranjang ini melirik lagi pegawai di kantor yang masih muda. Diajak kawin, mau. Terus begitu sampai penuh jatah 4 istri. Yang seperti ini adalah praktik poligami yang kurang bagus. Hanya penghalalan nafsu belaka. > > Poligami yang selamat adalah poligami dalam rangka cita-cita perjuangan Islam, di mana suami dan istri-istri punya kefahaman dan cita-cita yang sama untuk menegakkan kalimah ALLAH. Jika kita bicara perjuangan, tentu ada pemimpin. Nah, poligami yang selamat adalah poligami yang terpimpin. Pemimpinlah yang menilai, apakah seorang laki-laki (dan istrinya) sudah siap berpoligami. Penilaian ini tentu dari berbagai sudut, dan sudut yang utama adalah dari perjuangan itu sendiri. Apakah poligami ini akan menguatkan perjuangan keluarga tersebut ataukah akan melemahkannya? Sudut-sudut yang lain menyusul setelah itu. Ini bukan kerja mudah. Memerlukan kebijaksanaan dan kearifan seorang pemimpin yang bertaqwa. > > Sebenarnya dalam poligami terkandung hikmah yang luar biasa. Seorang suami akan dilatih untuk berlaku adil kepada istri-istrinya. Adil dalam arti meletakkan sesuatu perkara pada tempatnya. Dia juga akan dilatih bersikap sabar karena menggabungkan manusia dari berbagai latar belakang budaya dan kebiasaan tentu tidak mudah. Dia juga dilatih untuk meratakan kasih sayang terhadap semua istri- istrinya sebagai latihan sebelum dia meratakan kasih sayang terhadap manusia lain. Dalam kasih sayang ada sabar. Sabar dalam menahan sesuatu yang tidak disukainya. Dia juga dilatih untuk bertanggung jawab terhadap 2, 3, atau 4 orang istri ditambah anak-anak mereka tanpa membedakan antara satu dengan yang lain. Coba kita bayangkan orang yang lulus ujian-ujian ini. Dia akan jadi seorang yang adil kepada sesama, mampu bersabar dalam menghadapi berbagai kelakuan orang, mampu berkasih sayang tanpa membeda-bedakan pada sesama manusia, dan mampu memikul tanggung jawab, terutama tanggung jawab > untuk membawa seluruh keluarga besarnya untuk kenal, cinta dan takutkan Tuhan. Hebat sekali bukan? Tentu layak orang dengan sifat- sifat seperti ini kita pilih menjadi pemimpin! > > Bagi pihak istri-istri pula, poligami mengandung hikmah yang luar biasa. Pertama, para istri akan dididik untuk mencintai Tuhan lebih daripada mencintai suaminya. Karena cintanya pada Tuhan tersebut, seorang perempuan meredhokan suaminya menikah lagi, kedua, ketiga dan/atau keempat. Ketika tiba gilirannya, seorang istri akan mendapat kesempatan berkhidmat pada suaminya. Sedangkan di saat bukan gilirannya...ahaa...inilah kesempatan untuk bercinta-cintaan dengan Tuhan. Bukankah kalau istri hanya dia seorang maka waktunya akan habis untuk berkhidmat pada suami? > > Seorang istri juga akan dilatih untuk bersabar. Apakah artinya sabar? Sabar adalah menahan rasa tidak enak dalam hati, tanpa terlihat di wajah. Dia juga akan dilatih untuk meratakan kasih sayang dan berlemah lembut kepada suami, madu-madunya, dan anak-anak tirinya tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain. Bayangkan betapa hebatnya orang yang seperti ini. Cinta dan takutkan ALLAH lebih dari segalanya, penyayang kepada sesama, sabar dan lemah lembut. Siapa yang tak suka? > > Ini adalah buah. Buah dari iman, kefahaman, dan cita-cita untuk memperjuangkan Tuhan dengan kasih sayang. Poligami hanya salah satu aspek dari banyak aspek perjuangan. Jika dilakukan dengan benar dan terpimpin, insya ALLAH akan menjadi satu solusi, bukan malah menambah masalah. > > Tentang janda tsunami, pemecahannya tidak sesederhana itu bu, carikan suami, langsung dikawinkan atau dipoligamikan. Lha iya kalau suaminya orang beriman, dan mampu mendidik dan bertanggung jawab. Kalau tidak? Tambah sengsara nanti. Semua mesti terlebih dahulu dididik untuk kenal, cinta dan takutkan Tuhan. Baru setelah itu perlahan-lahan kita kenalkan syariat Tuhan yang beribu-ribu banyaknya itu. Poligami hanya salah satunya. Bersama memburu cinta Tuhan, indah dan selamat menyelamatkan; memburu cinta manusia, semua akan haru biru dan pecah belah. > > > -Rizal- > > > lestarin <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Yth. Pak Rizal, > > Saya tidak anti poligami, tapi heran saja dengan himbauan poligami > yang kemudian ternyata tidak sesuai prilaku Nabi. Itu lho Pak, para > istri kedua dan ketiga, dst, selalu lebih muda, lebih cantik, dll. > > Padahal di Aceh itu sampai sekarang ada ribuan Janda Tsunami yang > sama sekali tidak "dilirik" sama bapak-bapak yang suka gembar- gembor > soal poligami ....lha iki piye tho???:( . Jadi solusinya dimana ya?? > > > Wassalam > > > Lestari > >jadi yg mau ditekankan di sini apanya ? 1. idealisme islam dan ajaran mulia, namun sulit dilakukan, dus mengawang awang di atas langit --> berkait ajaran poligami ataukah 2. membuat aturan yang berangkat dari realita di masyarakat, ketika poligami justru memporakporandakan keluarga. sehingga perlu membuat aturan aturan hukum yg bisa memaksa : - eks suami bertanggung jawab pada kehidupan dan pendidikan anaknya sampai dewasa - eks suami harus menanggung kehidupan istrinya, sampai si eks istri ini menikah kembali. sepertinya kok, untuk poin nomer dua di ajaran islam juga dianjurkan, namun tata cara pelaksanaannya justru tidak pernah diperjuangkan oleh rekan rekan yang aktif berdakwah. apa pasal ya ? masa rekan rekan ini lupa sih, mana yang prioritas ? atau kalau single parent karena suami meninggal / yg lainnya, negara yg mengambil alih peran tersebut. jaminan sosial. tapi kok meski hal ini dicantumkan di UUD 45, tetap saja dari rekan rekan dakwah tidak terdengar acara memperjuangkannya. yg diributkan melulu soal ribut ribut dengan ahmadiyah yg beda sekte ..., yg diagul agulkan ke delapan penjuru angin justru jalan poligami [dgn contoh berpoligami yg bermasalah dan menimbulkan cibiran dan protes orang banyak, ribut memaksa semua orang wajib berjilbab model abaya. sehingga urusan yg dampaknya lebih jangka panjang, dan lebih islami dalam membangun tatanan masyarakat justru terabaikan. mengapa hal hal remeh yg kontraporduktif diamini dan dilaksanakan dengan senang hati, istri cantik disegerakan, sementara untuk menikahi janda janda korban tsunami pun, dipikirkannya berpanjang panjang. 1000 x. salam prihatin, ari