--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Tri Budi Lestyaningsih
(Ning)" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>  
> Sudah baca buku ayat-ayat Fitna-nya pak Quarish Shihab, belum ?
>  
> Di bagian di mana ada anak kecil umur 3 tahun mengatakan bahwa dia
> diajari untuk mengatakan monyet dan babi untuk orang Yahudi, Pak Quraish
> menceritakan suatu latar belakang tertentu yang bisa jadi melatar
> belakangi mengapa - kalau memang benar - orang tua si anak mengajarkan
> seperti itu kepada si anak. Beliau mengatakan bahwa dia bisa mengerti
> kalau kemudian ada kejadian seperti itu, karena beliau mengetahui latar
> belakangnya. Namun beliau tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
> Pendeknya : Pak QS memahami mengapa ortu anak tsb (bila memang benar)
> mengajarkan hal tersebut pada si anak, tapi sebetulnya Pak QS tidak
> menyetujuinya.
>  
> Apakah pak QS juga menggunakan logika yang mlungker ? 
>  
> Kalau saya sih berpendapat : tidak. Kita bisa mengerti atau berempati
> akan tindakan seseorang, tanpa harus setuju dengan tindakan seseorang
> tersebut. 

Memang kita bisa mengerti sekaligus tidak setuju. Tetapi apakah cara
berpikir sedemikian lantas dibiarkan saja, apalagi sampai
"didakwahkan"? Barangkali kita bisa maklum dengan contoh kasus di
atas, karena mungkin hal itu terjadi di level privat (keluarga).
Bagaimana kalau itu terjadi di level publik dan dipromosikan
sedemikian (dengan harapan) agar diterima sebagai "kebenaran publik".
Tentu sangat membahayakan. Lagipula mengapa Anda bertanya "Apakah pak
QS juga menggunakan logika yang mlungker ?". Bukankah sebenarnya bukan
pak QS dalam hal ini yang berlogika, melainkan orangtua si anak itu.
Pak QS hanya bersikap saja terhadap cara berpikir tsb.  

MZ


Kirim email ke