Sdr. Rizal,

Perihal rambut dikerudungi dalam salat, perhatikan kembali jawaban saya 
terhadap mbak Lina tentang tatacara berpakaian dalam beribadah mahdah.

Mas, orang-orang Jawa dan Sunda bagi orang Sumatra Utara yang hidup di Sumatra 
Utara itu sama-sama dipandang sebagai orang Jawa. Kerudung itu bahasa 
Indonesia, yang fungsinya sama saja dengan serban, atau kerudung sekarang yang 
digunakan oleh orang Arab lelaki pada umumnya. Jadi, yang saya maksudkan ADALAH 
baik perempuan maupun laki-laki Arab merdeka pada zaman Rasulullah itu RAMBUT 
KEPALA MEREKA DIKERUDUNGI. Bentuk kerudungnya ya bisa serban, bisa kafiyeh, dan 
lain sebagainya.

Jadi, fokus diskusi kita adalah kepala berkerudung, dan bukan bentuk atau 
istilah untuk penutup kepala itu.

Wassalam,
chodjim

  ----- Original Message ----- 
  From: Mohammad Rizal 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, August 28, 2008 9:05 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Jilbab ibarat topi baja buat militer - Re: 
Jilbab = kerudung?


  Kalau sholat dengan bahasa indonesia sudah ada, sholat imam perempuan sudah 
ada. Mestinya kalau rambut wanita bukan aurat menurut ijtihad pak chodjim, 
menutupinya pun bukan suatu kewajiban saat shalat. Sekarang tinggal dilihat 
praktek di rumahnya bagaimana. Tutup atau tidak? Kalau tidak ditutup, berarti 
pak chodjim konsekuen dengan ijtihadnya dan mampu membuat keluarganya ikut 
ijtihad tersebut. Kalau tidak, ini yang jadi tanda tanya, apakah ijtihadnya tak 
diterima oleh keluarganya sendiri? Kalau pinjam kata-kata pak chodjim, mesti 
kaffah dong.. :)

  Rasanya dunia tidak akan terlalu terkejut kalau cuma sekadar ditambah 
perempuan sholat dengan tidak menutup rambutnya.

  Pertanyaan saya, darimana dasar pak chodjim bilang lelaki arab (di masa 
Rasulullah saw.) itu berkerudung? Bukannya yang disebut-sebut dalam Hadis, 
Atsar, riwayat-riwayat yang ribuan banyaknya itu penutup kepala laki-laki 
adalah serban/surban/turban? Arabnya lain kalii..? Saya juga mau tanya, pak 
chodjim menulis seolah sangat tahu masyarakat arab beserta tradisi dan 
budayanya. Berapa tahun lamanya pak chodjim tinggal di sana? Di mana? Di kota 
atau di pedesaan dengan suku pedalaman/badwi? Apakah bahasa arab adalah bahasa 
ibu pak chodjim? Atau pak chodjim menulis berdasar literatur yang dibaca saja?

  -Rizal-
   

  --- On Fri, 8/29/08, Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  From: Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]>
  Subject: [wanita-muslimah] Jilbab ibarat topi baja buat militer - Re: Jilbab 
= kerudung?
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Date: Friday, August 29, 2008, 10:26 AM

  Lalu, apakah penjelasan pak Chodjim juga bukan sekedar asumsi?

  Tidak boleh saya memotong asumsi pak Chodjim ttg laki2 yang 
  berkudung? Saya memotong hal tsb krn hal tsb tidak penting dan tidak 
  disinggung dalam ayat tsb? Apalagi dalam Almaidah, jelas diserukan 
  kepada istri nabi dan wanita beriman, bukan kepada laki2.

  Saya bs saja menganggap pak Chodjim yang memotong ayat karena 
  menghilangkan jilbab dan kerudungnya...:-). Betul laki2 dan pere 
  setara, namun tetap tidak bisa menghilangkan perbedaan diantara 
  keduanya.

  Yang sepaham antara saya dan bapak adalah dalam hal menutup dada. 
  Asumsi saya, AlQur'an tidak menghilangkan kata kudung atau jilbab 
  karena menganggap pemakaian kudung utk menutup rambut sudah baik. 
  Tidak perlu dihilangkan. Hanya saja bagi pere yang membuka dadanya, 
  perlu diperingatkan kembali untuk menutupi dada. Alqur'an tidak 
  menyuruh buka rambutmu dan tutup dadamu. AlQur'an tetap menyuruh 
  menggunakan jilbab/kudung yang sudah menutupi rambut utk terus turun 
  menutupi dada.

  Boleh saja Pak Chodjim berpendapat demikian ttg pendapat saya, tetapi 
  harus ditambahkan bhw ..."tidak berbuat yang terbaik dalam hal 
  berpakaian". Toh kita sedang bicara soal pakaian. Wajar dong karena 
  saya berpendapat spt diatas. Konsekwensi dari sebuah 
  pendapat/keyakinan. 

  Alangkah baiknya bila seorang wanita beriman kepada Allah, hari 
  akhir, dan beramal saleh serta berkerudung...:-)

  Dear Pak Chodjim,
  Bagaimana pendapat pak Chodjim dengan pakaian sholat utk pere. Apa 
  mereka tidak perlu menggunakan mukena? Kalau mereka sudah memakai 
  baju sopan, rapih dan panjang dan tanpa kudung/jilbab, sah kah sholat?
  Karena kalau gak salah, salah satu sahnya sholat adalah menutup aurat.
  Kalau rambut bukan aurat, konsekwensinya gak perlu ditutup waktu 
  sholat dan gak perlu mukena. Kosnekwensi dari sebuah keyakinan.

  wassalam,

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "achmad chodjim" 
  <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Tidak ada uraian seperti yang Mbak sebutkan. Itu hanyalah asumsi. 
  Jadi, rambut dikerudungi itu hanyalah kebiasaan perempuan dan laki-
  laki Arab merdeka. Yang Mbak sengaja potong kan penjelasan laki-laki 
  pakai kudung. Laki-laki dan perempuan itu setara. Di ARAB sama-sama 
  berkerudung! Hanya saja, bagi perempuan kerudungnya diminta untuk 
  menutupi dadanya. Itu lho yang saya maksud. Bagi mereka yang sudah 
  uzur juga tidak diperintahkan menutupi aurat seperti yang 
  masih "fresh".
  > 
  > Saya perlu mengajak memahami agama dengan baik agar perempuan, baik 
  yang berkerudung maupun yang tidak berkerudung, beriman kepada Allah 
  dan hari akhir, dan beramal saleh! Itulah kunci agama. Itulah yang 
  terbaik! Kalau seperti yang Mbak Lina katakan, itu artinya Anda 
  menganggap perempuan beriman yang tidak berkerudung tidak berbuat 
  yang terbaik!
  > 
  > Wassalam,
  > chodjim
  > 
  > 
  > 
  > ----- Original Message ----- 
  > From: Lina Dahlan 
  > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  > Sent: Tuesday, August 26, 2008 10:09 PM
  > Subject: [wanita-muslimah] Jilbab ibarat topi baja buat militer - 
  Re: Jilbab = kerudung?
  > 
  > 
  > Saya kira kita tidak sedang membicarakan budaya arab (apalagi 
  > menganggap lebih sempurna), tapi maksud/tujuan kata "kerudung"

  > dan "jilbab" dalam ayat2 tsb(yg utk menutup rambut) dan 
  diingatkan 
  > utk diteruskan menutup dada (meski sebetulnya inilah yang 
  > terpenting). Masalahnya ayat2 tsb tidak menyinggung kata CD or 
  > kutang, jadi sebaiknya kitapun tak menyinggung. Ntar Changchuters 
  > tersinggung...:-)))
  > 
  > Jadi intinya, ayat itu mengisyaratkan agar wanita beriman untuk 
  > menutup rambut, dada, dan seluruh tubuh. Itu yang terbaik bg 
  wanita 
  > beriman. Itu saja, pak.
  > 
  > wassalam,
  > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "achmad chodjim" 
  > <chodjim@> wrote:
  > >
  > > Mbak Lina,
  > > 
  > > Kalau kita beriman dalam berpakaian mengikuti budaya Arab yang 
  ada 
  > pada masa Rasul, ya kita harus mengunakan gamis/jilbab yang warna 
  > putih saja. Bagi yang punya, jilbab itu merupakan pakaian kombor 
  luar 
  > sebagi penutup pakaian ketat yang tipis yang juga berwarna putih. 
  > Jadi, bagi yang punya jilbabnya pasti rangkap; sedangkan yang 
  tidak 
  > punya ya tidak memiliki baju dalam sebagai rangkapan.
  > > 
  > > Kalau kita beriman mengikuti cara berpakaian orang Arab (karena 
  > dianggap yang lebih sempurna), ya kita jangan pakai CD (CELANA 
  DALAM) 
  > dan kutang. Kita harus kaffah seperti para perempuan sahabat di 
  masa 
  > rasul. Bukankah begitu?
  > > 
  > > Wassalam,
  > > chodjim

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke