1) Saya malah tidak mengerti penghilangan kata "kerudung" or "jilbab" dalam ayat tersebut, maksute...
Wong sudah dijelaskan bahwa laki-laki dan perempuan itu adat-istiadatnya bagi orang-orang merdeka di Jazirah Arabia adalah berkerudung. Hanya saja, lantaran dadanya perempuan dibiarkan "mengo", maka perempuan diperintahkan menjulurkan kerudungnya untuk menutupi dadanya. Begitu, lho Mbak. Jadi, jangan kerudung yang dipakai itu hanya menutupi kepala, lalu diselendangkan ke belakang, karena ada yang dipamerkan. Jadi, buka karena laki-laki ndak punya dada. Laki-laki itu punya buah dada juga, lihat saja di iklan susu itu....:)) Persoalannya kan sejauh mana "buah dada" itu mendukung keselamatan pemiliknya. Lha, kalau di pedalaman Papua, buah dada perempuan diler atau dibiarkan telanjang pun tak akan mengusik kaum laki-lakinya. Makanya, ada pakaian penutup aurat, ada pakaian untuk perhiasan, dan ada pakaian takwa. Nah, yang perlu kita galakkan sebenarnya ya PAKAIAN TAKWA. Mengapa kita justru risih pakaian penutup aurat yang sebenarnya subjektif, tetapi kita tidak "care" dengan pakaian takwa? 2) Pakaian ibadah. Wah, ternyata Mbak Lina tidak paham aurat lelaki menurut Islam. Aurat lelaki itu dari lutut hingga pusar. Tapi, pakaian ihram lelaki itu bukan sampai di lutut. Juga, bagi perempuan yang menganggap wajahnya itu aurat, ketika berihram harus melepaskan cadarnya. Itu menunjukkan bahwa dalam ibadah itu ada batasan auratnya sendiri! Wassalam, chodjim ----- Original Message ----- From: Lina Dahlan To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, September 05, 2008 2:56 AM Subject: [wanita-muslimah] Jilbab ibarat topi baja buat militer - Re: Jilbab = kerudung? Lina: Penghilangan kata "kerudung" or "jilbab" dalam ayat tsb, maksute... Lina: Oh begitu ya. Saya baru tau kalau aurat untuk umum dan aurat untuk ibadah mahdhah itu beda. Menurut saya batasan aurat wanita itu termasuk dalam lingkup fiqih : mau yang umum maupun yang untuk ibadah mahdhah. [Non-text portions of this message have been removed]