Kalau sholat dengan bahasa indonesia sudah ada, sholat imam perempuan sudah ada. Mestinya kalau rambut wanita bukan aurat menurut ijtihad pak chodjim, menutupinya pun bukan suatu kewajiban saat shalat. Sekarang tinggal dilihat praktek di rumahnya bagaimana. Tutup atau tidak? Kalau tidak ditutup, berarti pak chodjim konsekuen dengan ijtihadnya dan mampu membuat keluarganya ikut ijtihad tersebut. Kalau tidak, ini yang jadi tanda tanya, apakah ijtihadnya tak diterima oleh keluarganya sendiri? Kalau pinjam kata-kata pak chodjim, mesti kaffah dong.. :)
Rasanya dunia tidak akan terlalu terkejut kalau cuma sekadar ditambah perempuan sholat dengan tidak menutup rambutnya. Pertanyaan saya, darimana dasar pak chodjim bilang lelaki arab (di masa Rasulullah saw.) itu berkerudung? Bukannya yang disebut-sebut dalam Hadis, Atsar, riwayat-riwayat yang ribuan banyaknya itu penutup kepala laki-laki adalah serban/surban/turban? Arabnya lain kalii..? Saya juga mau tanya, pak chodjim menulis seolah sangat tahu masyarakat arab beserta tradisi dan budayanya. Berapa tahun lamanya pak chodjim tinggal di sana? Di mana? Di kota atau di pedesaan dengan suku pedalaman/badwi? Apakah bahasa arab adalah bahasa ibu pak chodjim? Atau pak chodjim menulis berdasar literatur yang dibaca saja? -Rizal- --- On Fri, 8/29/08, Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Lina Dahlan <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [wanita-muslimah] Jilbab ibarat topi baja buat militer - Re: Jilbab = kerudung? To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, August 29, 2008, 10:26 AM Lalu, apakah penjelasan pak Chodjim juga bukan sekedar asumsi? Tidak boleh saya memotong asumsi pak Chodjim ttg laki2 yang berkudung? Saya memotong hal tsb krn hal tsb tidak penting dan tidak disinggung dalam ayat tsb? Apalagi dalam Almaidah, jelas diserukan kepada istri nabi dan wanita beriman, bukan kepada laki2. Saya bs saja menganggap pak Chodjim yang memotong ayat karena menghilangkan jilbab dan kerudungnya...:-). Betul laki2 dan pere setara, namun tetap tidak bisa menghilangkan perbedaan diantara keduanya. Yang sepaham antara saya dan bapak adalah dalam hal menutup dada. Asumsi saya, AlQur'an tidak menghilangkan kata kudung atau jilbab karena menganggap pemakaian kudung utk menutup rambut sudah baik. Tidak perlu dihilangkan. Hanya saja bagi pere yang membuka dadanya, perlu diperingatkan kembali untuk menutupi dada. Alqur'an tidak menyuruh buka rambutmu dan tutup dadamu. AlQur'an tetap menyuruh menggunakan jilbab/kudung yang sudah menutupi rambut utk terus turun menutupi dada. Boleh saja Pak Chodjim berpendapat demikian ttg pendapat saya, tetapi harus ditambahkan bhw ..."tidak berbuat yang terbaik dalam hal berpakaian". Toh kita sedang bicara soal pakaian. Wajar dong karena saya berpendapat spt diatas. Konsekwensi dari sebuah pendapat/keyakinan. Alangkah baiknya bila seorang wanita beriman kepada Allah, hari akhir, dan beramal saleh serta berkerudung...:-) Dear Pak Chodjim, Bagaimana pendapat pak Chodjim dengan pakaian sholat utk pere. Apa mereka tidak perlu menggunakan mukena? Kalau mereka sudah memakai baju sopan, rapih dan panjang dan tanpa kudung/jilbab, sah kah sholat? Karena kalau gak salah, salah satu sahnya sholat adalah menutup aurat. Kalau rambut bukan aurat, konsekwensinya gak perlu ditutup waktu sholat dan gak perlu mukena. Kosnekwensi dari sebuah keyakinan. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "achmad chodjim" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Tidak ada uraian seperti yang Mbak sebutkan. Itu hanyalah asumsi. Jadi, rambut dikerudungi itu hanyalah kebiasaan perempuan dan laki- laki Arab merdeka. Yang Mbak sengaja potong kan penjelasan laki-laki pakai kudung. Laki-laki dan perempuan itu setara. Di ARAB sama-sama berkerudung! Hanya saja, bagi perempuan kerudungnya diminta untuk menutupi dadanya. Itu lho yang saya maksud. Bagi mereka yang sudah uzur juga tidak diperintahkan menutupi aurat seperti yang masih "fresh". > > Saya perlu mengajak memahami agama dengan baik agar perempuan, baik yang berkerudung maupun yang tidak berkerudung, beriman kepada Allah dan hari akhir, dan beramal saleh! Itulah kunci agama. Itulah yang terbaik! Kalau seperti yang Mbak Lina katakan, itu artinya Anda menganggap perempuan beriman yang tidak berkerudung tidak berbuat yang terbaik! > > Wassalam, > chodjim > > > > ----- Original Message ----- > From: Lina Dahlan > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com > Sent: Tuesday, August 26, 2008 10:09 PM > Subject: [wanita-muslimah] Jilbab ibarat topi baja buat militer - Re: Jilbab = kerudung? > > > Saya kira kita tidak sedang membicarakan budaya arab (apalagi > menganggap lebih sempurna), tapi maksud/tujuan kata "kerudung" > dan "jilbab" dalam ayat2 tsb(yg utk menutup rambut) dan diingatkan > utk diteruskan menutup dada (meski sebetulnya inilah yang > terpenting). Masalahnya ayat2 tsb tidak menyinggung kata CD or > kutang, jadi sebaiknya kitapun tak menyinggung. Ntar Changchuters > tersinggung...:-))) > > Jadi intinya, ayat itu mengisyaratkan agar wanita beriman untuk > menutup rambut, dada, dan seluruh tubuh. Itu yang terbaik bg wanita > beriman. Itu saja, pak. > > wassalam, > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "achmad chodjim" > <chodjim@> wrote: > > > > Mbak Lina, > > > > Kalau kita beriman dalam berpakaian mengikuti budaya Arab yang ada > pada masa Rasul, ya kita harus mengunakan gamis/jilbab yang warna > putih saja. Bagi yang punya, jilbab itu merupakan pakaian kombor luar > sebagi penutup pakaian ketat yang tipis yang juga berwarna putih. > Jadi, bagi yang punya jilbabnya pasti rangkap; sedangkan yang tidak > punya ya tidak memiliki baju dalam sebagai rangkapan. > > > > Kalau kita beriman mengikuti cara berpakaian orang Arab (karena > dianggap yang lebih sempurna), ya kita jangan pakai CD (CELANA DALAM) > dan kutang. Kita harus kaffah seperti para perempuan sahabat di masa > rasul. Bukankah begitu? > > > > Wassalam, > > chodjim [Non-text portions of this message have been removed]