Inflasi bila bicara saklek (ngotot), cuma terjadi kalau terjadi kelebihan 
supply uang. Teorinya, bbm naik karena suply uang dollar amerika naik banyak 
akibat krisis subprime. Tapi bicara fakta, apakah seluruh rugi yang dialami 
bank-bank amerika dan ingris tersebut bukannya uang hancur? Upaya the fed 
sepertinya untuk mencegah "kekurangan uang" yang mengakibatkan resesi, cuma 
berhubung masih ada di atas (belum turun ke sektor riil), maka uang baru 
tersebut muter-muter cari jalan spekulasi (dalam hal ini BBM).

Lalu indonesia kan pakai rupiah, bukan dolar? Maka pertanyaannya adalah, apakah 
rupiah sekarang ini terlalu banyak beredar sehingga mengakibatkan inflasi? 
Kemungkinan besar kasusnya sama seperti Amerika. Banyak uang beredar, tapi 
muter-muter di atas gak turun ke sektor riil, akibatnya banyak spekulasi 
(banyak yang main foreks, judi saham (saham dijadikan judi maksudnya), nimbun 
emas, dll dll). 

Padahal yang dibawah, masyarakat kecil kekurangan uang. Harga-harga mahal tidak 
terjangkau hanya dengan uang (penghasilan) yang ada di bawah. Kurangnya uang 
yang di bawah ini menimbulkan perasaan resesi dan susah (kalau merasa susah, 
maka kita-kita ini lah rupanya yang ada di bawah).

Secara teorinya, agar uang yang ada diatas turun ke sektor riil, harus ada 
insentifnya. Yang pertama, kalau di diamkan maka uang tersebut kehilangan nilai 
(atau paling tidak mandeg, artinya suku bunganya harus rendah). Yang kedua, 
kalau akhirnya diturunkan maka masyarakat harus punya daya beli agar 
produsennya bisa untung. Mengingat daya beli masyarakat indo yang rada rendah, 
seharusnya fokusnya sih ke pasar ekspor. Cuma masalah lagi karena pasar ekspor 
(amerika) juga "katanya" lagi repot. Cuma eropa doang yang agak oke. Barangkali 
perlu bimbingan pemerintah bagaimana caranya membuka pasaran di eropa? 

cuma sumbangan diskusi saja... Belum tentu logika saya benar.


  Hal ini tentunya patut menjadi perhatian dari Bank Indonesia untuk "tidak 
tergoda" mengikuti teori BI Rate mengikuti inflasi. Kenaikan BI Rate pada 
tingkat tertentu justru akan mengganggu kinerja sektor riil yang berakibat pada 
terganggunya pertumbuhan. Sebenarnya saat ini fundamental ekonomi Indonesia 
sudah berjalan cukup kuat 
Diperkirakan ini baru langkah awal yang akan dilanjutkan dengan berbagai macam 
investasi pada sektor riil yang lain. Kesemuanya akan berjalan dengan sangat 
baik jika BI mampu mengelola BI rate pada tingkat yang cukup rendah/kompetitif 
sehingga modal akan lari pada sektor riil dan bukannya malah mengendap di 
sektor non riil. Jika iklim dunia usaha riil akan berjalan dengan kondusif akan 
tercipta lebih banyak lapangan pekerjaan dan publik akan lebih mendapatkan

 manfaat yang nyata. Kepercayaan publik akan pulih dengan lebih cepat yang akan 
berarti sangat baik pula bagi dunia usaha karena akan memberikan kepastian 
politik yang berimbas pada peningkatan kepercayaan dunia usaha. Kita pasti 
bisa........ .......



-
        
         
        
        








        


        
        


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke