Saya setuju dengan cara pandang ini, bahwa tidak ada yang netral. Tapi saya kira terlalu naif juga jika hanya mengasalkan bahwa yg "bermain" dan melakukan politisasi hanyalah kubu yang menentang bailout. Dari awal saya rasa sudah banyak kepentingan bermain, pra dan pasca keputusan bailout.
Sekedar pendapat, soal setuju atau tidak setuju bailout sebaiknya tetap dipelihara sebagai tegangan, perbedaan cara pandang yang sah dalam dunia akademik dan ilmiah, karena masing2 berpijak pada asumsi dan metodologi yg bisa jadi berbeda. Terlebih faktor yg tidak bisa dikalkulasi dalam hal ini juga banyak, semisal bagaimana memprediksi risiko sistemik dlm angka, jika ditutup atau ditalangi. Bagi saya, biarlah para pengamat berbeda pendapat dalam dua kubu, asalkan tidak dipesan oleh kepentingan tertentu semata. Secara intuitif, saya masih percaya pada analisis Bung Poltak, Fauzi Ichsan misalnya, dari kubu yang pro bailout, dan saya juga percaya pada orang seperti Yanuar Rizky dan Ichsanudin Noorsy dari kubu mereka yang tidak setuju bailout. Apa alasannya? intuisi saya mengatakan demikian. Jadi juga jangan "gebyah uyah" semua dilatari kepentingan yg tidak baik. Mungkin harus dipisah/dipetakan untuk menjernihkan analisis: 1. Putusan bailout itu sendiri, sebagai sebuah pilihan tentu sah, kita berdebat pada argumen, pada data, apakah benar situasi krisis? aturan yg melatarbelakangi apa? benar tidak? tetap ada pembelajaran yang baik di sini. Saya lebih suka menyebutnya "ranah akademik", biar para ilmuwan yg berdebat dg latar belakang ilmu ekonomi/keuangan. Kebijakan ini bisa dipidanakan sejauh terbukti menguntungkan orang lain. 2. Mengenai pertimbangan atas kebijakan yg diambil. Sudahkah berlandaskan pada aturan yang ada? sudahkah diputus sesuai mekanisme yg ada? dan oleh orang/lembaga yg berwenang? apa implikasinya? Ini masuk ke ranah politik, arahnya bisa rekomendasi politik yg boleh jadi akan beririsan dg ranah hukum. 3. Mengenai tindak pidana korupsi pra dan pasca bailout, bagaimanakah pengawasan BI, adakah keterlibatan secara sistematik dari pejabat BI selama ini soal BC? ke mana dana talangan mengalir? Ini masuk ke ranah hukum, arahnya adalah proses hukum dan bisa saja beririsan dg ranah politik, ketika menyangkut keterlibatan pejabat publik. Umumnya kita bias dan terkotak hanya di nomor 1, kesannya kita berputar-putar menyoal sah tidaknya dari sisi analisis ekonomi/keuangan. Padahal nomor 2 dan 3 ini juga penting. Lalu bisakah kita berharap pada Pansus? keyakinan saya TIDAK. Alasannya, mayoritas adalah fraksi pendukung pemerintah yg bisa jadi hanya akan memperbaharui deal-deal politik lagi. Tapi apakah Pansus mubazir? rasanya tidak. Dari pemeriksaan beberapa pejabat BI saja kita tahu betapa buruknya sistem pengawasan dan pola pertanggungjawaban yg ada. Ini penting bagi pembelajaran ke depan. Saya kira kita juga harus jujur, bahwa ada kesalahan mendasar di lembaga yg hampir tak pernah tersentuh ini, padahal mengurus pengawasan uang yg luar biasa besar dan menentukan nasib bangsa. Politikus bisa jadi tak becus dan kita boleh skeptis akan ini, tapi lembaga politik dan proses politik formal tetap harus dikawal dg tekun dan sabar, agar ada pembelajaran yg baik bagi bangsa ini ke depan. Saya setuju kita harus jujur, dan termasuk juga misalnya, mengapa jawaban Marsilam dan Presiden berbeda soal kehadiran Marsilam di rapat KSSK? siapa yg benar dlm hal ini? Kenapa perlu dua pendapat, ada apa? Apakah ini juga bukan sebuah tindakan dan strategi politik? Masalah ini sudah kadung masuk ke sebuah keruwetan, tapi biar waktu yg akan menjawabnya. salam ________________________________ Dari: NARTO <virtual.ar...@gmail.com> Kepada: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com Terkirim: Sel, 29 Desember, 2009 20:49:08 Judul: Re: Bls: Bls: [Keuangan] REFRESH... apa yg mereka katakan ttg CENTURY pd saat krisis 2008...? Hmmm.. Banyak pengamat ekonomi yg membentuk opini utk kepentingan golongan yg di bela nya/ sekedar pesanan tertentu! blog di kompasiana setidaknya menunjukkan sedikit gambaran ttg hal itu, di mana seorang pengamat bisa dgn mudah nya memberikan Statement yg berbeda-beda. . utk kasus yg sama..! korbannya tentu aja masyarakat awam, yg terseret oleh pembentukan opini.. tanpa tau itu benar ato salah..! saya setuju dgn bung Poltak, banyak yg tidak jujur dan tidak mau mengakui bahwa keputusan SMI sudah tepat.., setidak nya di bandingkan resiko yg dipertaruhkan. .! Bahwa bank Century itu di garong.. mungkin benar.. TAPI keputusan penyelamatan Bank tersebut tentu di ambil utk kepentingan yg lebih luas jadi bukan sekedar menyelamatkan si garong itu.. seperti opini yg di hembuskan kan oleh para politikus.. dan yg di tonjolkan oleh politikus memang cuman sisi penyelamatan si garong itu.. mengutip bung Ramadhan Pohan ketika menyindir George, ==> SALAH BOLEH.. (itu Manusiawi) TAPI JANGAN BOHONG.. :) Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer [Non-text portions of this message have been removed]