Berapa persen yah opini berubah sesudah data-data baru bermunculan. Aku rada 
skeptis bhw terjadi proses pembelajaran. Terlebih lagi, karena para pengamatpun 
sulitnya untuk "belajar". Mereka stick sama opini awalnya - paradigma sulit 
dirubah. Sulitnya lagi, media suka dgn kondisi seperti itu, malah membesarkan 
(seperti kutulis di 
http://m.thejakartapost.com/news/2006/02/27/can-expert-advice-be-trusted.html )

Akhirnya, kalau ditulis dalama kalimat matematik, maka opini = value + fakta. 
Ini dua tipe klaim yg berbeda (pakai modelnya filosofer Stephen Toulmin). Value 
sgt subjectif, yg lebih objectif ialah facta (karena bisa diverifikasi). 
Susahnya, value bermain dalam tataran emosional, yg sgt berperan dalam 
"effectiveness" dari suatu retorika. Sebagai penonton yg baik, sebaiknya kita 
memfokuskan pada "fakta", sebelum value kita masuk untuk membentuk opini "milik 
kita pribadi". Meskipun tentu sulit.

Salam,
Enda 
--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, prastowo prastowo <sesaw...@...> 
wrote:

> Lalu bisakah kita berharap pada Pansus? keyakinan saya TIDAK. Alasannya, 
> mayoritas adalah fraksi pendukung pemerintah yg bisa jadi hanya akan 
> memperbaharui deal-deal politik lagi. Tapi apakah Pansus mubazir? rasanya 
> tidak. Dari pemeriksaan beberapa pejabat BI saja kita tahu betapa buruknya 
> sistem pengawasan dan pola pertanggungjawaban yg ada. Ini penting bagi 
> pembelajaran ke depan. Saya kira kita juga harus jujur, bahwa ada kesalahan 
> mendasar di lembaga yg hampir tak pernah tersentuh ini, padahal mengurus 
> pengawasan uang yg luar biasa besar dan menentukan nasib bangsa. 
> 
> Politikus bisa jadi tak becus dan kita boleh skeptis akan ini, tapi lembaga 
> politik dan proses politik formal tetap harus dikawal dg tekun dan sabar, 
> agar ada pembelajaran yg baik bagi bangsa ini ke depan.
> 
> Saya setuju kita harus jujur, dan termasuk juga misalnya, mengapa jawaban 
> Marsilam dan Presiden berbeda soal kehadiran Marsilam di rapat KSSK? siapa yg 
> benar dlm hal ini? Kenapa perlu dua pendapat, ada apa? Apakah ini juga bukan 
> sebuah tindakan dan strategi politik?
> 
> Masalah ini sudah kadung masuk ke sebuah keruwetan, tapi biar waktu yg akan 
> menjawabnya.
> 
> salam
>

Kirim email ke